blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/makalah-fix-blog.docx · web viewpenelitian...

47
I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Penduduk Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 241 juta jiwa. Pada tahun 2011, data BPS menunjukkan bahwa tingkat konsumsi beras mencapai 139 kg/kapita lebih tinggi dibanding dengan Malaysia dan Thailand yang hanya berkisar 65 kg – 70 kg perkapita pertahun. Beras sebagai makanan pokok utama masyarakat Indonesia sejak tahun 1950 semakin tidak tergantikan meski roda energi diversifikasi konsumsi sudah lama digulirkan, hal ini terlihat bahwa pada tahun 1950 Konsumsi beras nasional sebagai sumber karbohidrat baru sekitar 53% Bandingkan dengan tahun 2011 yang telah mencapai sekitar 95%. Dalam rencana strategis Kementerian Pertanian menempatkan beras, sebagai satu dari lima komoditas pangan utama. Kementerian Pertanian mentargetkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan atas tanaman pangan pada tahun 2010- 2014 yakni padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar Karena padi sudah pada posisi swasembada mulai 2007, maka target pencapaian selama 2010-2014 adalah swasembada berkelanjutan dengan sasaran produksi padi sebesar 75,7 juta ton GKG (Gabah Kering Giling). Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertanian melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. Salah satu teknologi yang sangat potensial untuk meningkatkan produksi beras nasional adalah Budidaya Padi System of Rice Intensification (S.R.I). Budidaya Padi S.R.I. telah diadopsi oleh banyak petani di 28 negara (Sjamsoe’oed, 2007). Budidaya padi yang berasal dari Madagascar ini

Upload: ngotruc

Post on 31-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk dengan tingkat pertumbuhan

yang tinggi. Penduduk Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 241 juta jiwa. Pada

tahun 2011, data BPS menunjukkan bahwa tingkat konsumsi beras mencapai 139 kg/kapita

lebih tinggi dibanding dengan Malaysia dan Thailand yang hanya berkisar 65 kg – 70 kg

perkapita pertahun. Beras sebagai makanan pokok utama masyarakat Indonesia sejak tahun

1950 semakin tidak tergantikan meski roda energi diversifikasi konsumsi sudah lama

digulirkan, hal ini terlihat bahwa pada tahun 1950 Konsumsi beras nasional sebagai sumber

karbohidrat baru sekitar 53% Bandingkan dengan tahun 2011 yang telah mencapai sekitar

95%.

Dalam rencana strategis Kementerian Pertanian menempatkan beras, sebagai satu dari

lima komoditas pangan utama. Kementerian Pertanian mentargetkan pencapaian swasembada

dan swasembada berkelanjutan atas tanaman pangan pada tahun 2010-2014 yakni padi,

jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar Karena padi sudah pada posisi

swasembada mulai 2007, maka target pencapaian selama 2010-2014 adalah swasembada

berkelanjutan dengan sasaran produksi padi sebesar 75,7 juta ton GKG (Gabah Kering

Giling).

Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertanian melakukan berbagai cara untuk

memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. Salah satu teknologi yang sangat potensial untuk

meningkatkan produksi beras nasional adalah Budidaya Padi System of Rice Intensification

(S.R.I). Budidaya Padi S.R.I. telah diadopsi oleh banyak petani di 28 negara (Sjamsoe’oed,

2007). Budidaya padi yang berasal dari Madagascar ini diperkenalkan pertama kali di

Indonesia oleh Prof. Dr Norman Uphoff dari Cornell University, Amerika Serikat tahun 1997.

Namun perkembangan Budidaya Padi S.R.I. di Indonesia terasa lambat.

Keuntungan lain dari penerapan Budidaya Padi S.R.I adalah mengurangi emisi CH4

karena sawah tidak digenangi. Hal ini merupakan keuntungan lain dari penerapan Budidaya

Padi S.R.I. secara luas. Pemerintah Indonesia sudah menyatakan komitmennya untuk

berpertisipasi aktif mengurangi emisi gas rumah kaca. Melalui penerapan Budidaya Padi

S.R.I. secara luas, emisi metan dari sawah juga akan berkurang secara nyata sehingga secara

nasional, Pemerintah Indonesia dapat menunjukkan berpartisipasi aktif dalam menurunkan

emisi CH4.

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

2. ISI

2.1 Tipe Lahan Pada Pertanaman padi

2.1.1 Lahan sawah beririgasi ( Irrigated Lowland )

Ciri-ciri dari lahan sawah beririgasi adalah potensi air irigasinya lebih dari lima

bulan, ketersiediaan air tidak tergantung kepada curah hujan, dan elevasi berada

pada kurang dari 700 m diatas permukaan laut. Adapun macam-macam lahan

sawah beririgasi terbagi menjadi tiga berdasarkan teknis irigasinya yaitu sawah

irigasi teknis, sawah irigasi setengah teknis, dan sawah irigasi sederhana.

Sawah Irigasi Teknis

Sawah yang memperoleh pengairan dimana saluran pemberi, terpisah dari

saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya

diatur dan diukur dengan mudah.

Jaringan seperti ini biasanya terdiri dari saluran induk, sekunder dan tersier.

Saluran induk, sekunder serta bangunannya dibangun, dikuasai dan dipelihara

oleh pemerintah.

Sawah Irigasi Setengah Teknis

Merupakan sawah berpengairan teknis, akan tetapi pemerintah hanya

menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur

pemasukan air, sedangkan jaringan selanjutnya tidak diukur dan dikuasai

pemerintah.

Sawah Irigasi Sederhana

Adalah sawah yang memperoleh pengairan dimana cara pembagian dan

pembuangan airnya belum teratur, walaupun pemerintah sudah ikut

membangun sebagian dari jaringan tersebut (misalnya biaya membuat

bendungannya).

2.1.2 Lahan sawah tadah hujan ( rainfed lowland )

Sawah tadah hujan adalah pertanian lahan basah yang pengairannya

bergantung dari air hujan, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

- Potensi irigasi < 5 bulan

- ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh curah hujan

- Elevasi < 700 m dpl

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

2.1.3. Lahan kering

Menurut Satari (1977) lahan kering adalah lahan yang dalam keadaan

alamiah,lapisan atas dan bawah tubuh tanah(topsoil dan sub soil) sepanjang tahun

tidak jenuh air dan tidak tergenang,serta kelembaban tanah sepanjang tahun erada

dibawah kapasitas lapang.

Sedangkan menurut Muliadi (1977) adalah lahan yang hampir sepanjang

tahun tidak tergenang secara permanen, dan menurut Ahli Tanah Indonesia adalah

lahan dimana kebutuhan air tanaman tergantung sepenuhnya air hujan dan tidak

pernah tergenang secara tetap

Luas lahan kering di Indonesia 51,7 juta Ha sedang di Jawa 6,1 juta Ha.

Ini berarti di Indonesia 86,24 % lahan pertanian berupa lahan kering, sedang di

Jawa 63,54% berupa lahan kering. Adapun ciri-ciri dari lahan kering adalah

sebagai berikut :

Terbatasnya air

Peka terhadap erosi

Makin menurunnya produktifitas lahan

Tingginya variabilitas kesuburan tanah

Macam species yang ditanam

Adopsi teknologi maju masih rendah

Ketersediaan modal sangat terbatas

Infrastruktur kurang baik

2.1.4 Lahan dataran tinggi ( high altitude area )

Wilayah Indonesia pada daerah dataran tinggi memiliki system

pegunungan yang memanjang dan masih aktif. Relief dataran dengan banyaknya

pegunungan dan perbukitan, menyebabkan Indonesia memiliki kesuburan tanah

vulkanik, udara yang sejuk, dan alam yang indah.

Dataran tinggi biasanya dijadikan sebagai daerah tangkapan air hujan

(catchment area). Selain dapat memenuhi kebutuhan air tanah di wilayah sekitar,

daerah tangkapan air hujan dapat mencegah terjadinya banjir pada daerah bawah.

Dataran tinggi yang ditumbuhi pepohonan besar dengan kondisi hutan yang masih

terjagaberfungsi mencegah erosi, digunakan sebagai suaka margasatwa, cagar

alam, atau bahkan tempat wisata. Namun sayangnya, penebangan liar tanpa

memperhatikan upaya penanaman kembali dan usaha konservasi lahan sering

menimbulkan bencana bagi penduduk di sekitarnya. Pembangunan vila dan

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

pemukiman di daerah pegunungan juga telah mengurangi area resapan air. Dapat

ditebak pada akhirnya dapat menyebabkan banjir. Seperti terjadi di Jakarta yang

selalu mendapat kiriman air banjir dari Bogor.

Setiap pergantian musim, kita sering dihadapkan pada bencana. Banjir

pada musim penghujan dan bencana kekeringan setiap musim kemarau. Kita juga

sering mengalami bencana tanah longsor, kebakaran hutan, dan bencana lain

diakibatkan kerusakan kawasan hutan lindung atau hutan konservasi pada daerah

hulu.

Relief daratan dengan banyak pegunungan dan perbukitan, tanah yang

subur, dan udara yang sejuk sangat dinikmati penduduk yang kegiatan utamanya

di bidang pertanian. Sebagian besar penduduk juga masih banyak tergantung pada

alam dan memanfaatkan hasil dari alam. Penduduk daerah pegunungan juga

banyak yang memanfaatkan suhu udara yang dingin untuk menanam sayuran dan

tanaman perkebunan. Selain itu, relief daratan yang demikian juga memiliki

potensi menjadi daerah pariwisata. Beberapa kawasan yang dijadikan tempat

kegiatan wisata alam dan memberikan penghasilan penduduk sekitarnya adalah

kawasan Puncak di Bogor, Kaliurang di Yogyakarta, Lembang bandung, dan Batu

Malang.

Pada wilayah dataran tinggi, suhu udara jauh lebih dingin dibandingkan

dengan dataran rendah maupun daerah pantai. Tingkat kelembapan udara dan

curah hujan yang berlangsung juga cukup tinggi

2.1.5. Rawa lebak dan Pasang Surut

Sawah Pasang Surut

Sawah Pasang Surut adalah sawah yang pengairannya tergantung pada

air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.

Sawah Lebak

Sawah Lebak adalah sawah yang sumber airnya berasal dari reklamsi

rawa bukan pasang surut. Sawah Lebak dapat diartikan juga sebagai sawah

rendahan yang tergenang secara periodik sekurang-kurangnya tiga sampai enam

bulan secara kumulatif dalam setahun, dan dapat kering atau lembab tiga bulan

secara komulatif dalam setahun.

Lahan lebak yang berpotensi sebagai sawah lebak banyak dijumpai di

seluruh nusantara, tersebar di pulau sumatera dan Kalimatan yang mempunyai

banyak sungai dan berpeluang baik.

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

2.2 Padi Sawah

Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-

2000 mm/tahun dengan ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl. Suhu optimal untuk

pertumbuhan tanaman padi 23°C. Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan. Budidaya

padi sawah dapat dilakukan disegala musim. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi.

Pada musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan produksi. Tanah yang baik

mengandung pasir, debu dan lempung.

2.2.1 Pemupukan Padi Sawah

Pemupukan perlu dilakukan untuk mengembalikan dan menambah asupan

unsure hara yang dibutuhkan oleh tanaman pada lahan. pada umumnya lahan kering

memiliki kandungan unsure hara yang kurang sehingga perlu ditambahkan lagi

pasokan hara melalui system pemupukan.

Pupuk akar diberikan sebanyak 3 kali. Pemupukan pertama pada umur 7

hari setelah tanam (HST) menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha

dan urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 20 HST

menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha dan urea sebanyak 50

kg/ha. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 35 HST dengan menggunakan

pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 250 kg/ha.

Pupuk daun kandungan Nitrogen tinggi diberikan pada umur 14 hst dengan

konsentrasi 2 gr/liter, sedangkan pupuk daun kandungan Phospat dan kalium tinggi

diberikan pada umur 30 hst dan 45 hst. Pemupukan phospat dan kalium tinggi

menggunakan pupuk MKP dengan konsentrasi 2 gr/liter pada umur 30 hst, dan

konsentrasi 4 gr/lliter pada umur 45 hst.

2. 3 Program DEPTAN 2009

2.3.1 Peningkatan Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas

nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh

sebab itu, ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan

pertanian saat ini dan masa mendatang.

Ketahanan pangan sendiri menurut literatur memiliki 5 unsur yang harus

dipenuhi :

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

1. Berorientasi pada rumah tangga dan individu,

2. Dimensi watu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses,

3. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik,

ekonomi dan sosial,

4. Berorientasi pada pemenuhan gizi,

5. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif.

2.3.1.1 Definisi Ketahanan Pangan

Dari perspektif sejarah istilah ketahanan pangan (food security)

dalam kebijakan pangan dunia pertama kali digunakan tahun 1971 oleh

PBB untuk membebaskan dunia terutama negara-negara berkembang dari

krisis produksi dan suply makanan pokok. Jadi dapat dikatakan bahwa

munculnya ketahanan pangan karena terjadi krisis pangan dan kelaparan.

Fokus ketahanan pada masa itu menitikberatkan pada pemenuhan

kebutuhan pokok dan membebaskan daerah dari krisis pangan yang

nampak pada definisi ketahanan pangan oleh PBB sebagai berikut: “food

security is availability to avoid acute food shortage in the even of wide

spread coop vailure or other disaster” (syarif, Hidayat, Hardinsyah dan

Sumali, 1999)

2.3.1.2 Program Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang strategis

bagi Indonesia mengingat kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi

pangan memiliki dimensi yang terkait dengan dimensi sosial, ekonomi

dan politik. Dengan demikian diperlukan penyelarasan peningkatan

produksi disatu pihak.

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi

yang terdiri atas berbagai subsistem, subsistem utamanya adalah

ketersediaan pangan, distribusi pangan dan konsumsi pangan.

Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga

subsistem tersebut.

Untuk mencapai Program Ketahanan Pangan ada 2 pilihan yaitu

dengan cara swasembada pangan atau kecukupan pangan. Swasembada

pangan diartikan sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, yang sejauh

mungkin berasal dari pasokan domestik dengan meminimalkan

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

ketergantungan pada perdagangan pangan. Dilain pihak konsep

kecukupan pangan adalah sangat berbeda dengan konsep swasembada

pangan, menuntut adanya kemampuan menjaga tingkat nasional

merupakan prakondisi penting dalam memupuk ketahanan pangan dan

stabilitas harga.

Ketahanan pangan nasional selama ini dicapai melalui

kebijaksanaan swasembada pangan dan stabilitas harga. Oleh sebab itu

pemantapan swasembada beras merupakan salah satu fokus dalan

terwujudnya ketahanan pangan.

2.3.2 Program Pengembangan Agribisnis

Program ini dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan

sistem agribisnis secara serasi dan seimbang serta berkembangnya usaha-usaha

agribisnis yang mengarahkan seluruh sub sistem agribisnis dapat secara

produktif dan efisien menghasilkan berbagai produk pertanian yang memiliki

nilai tambah dan daya saing yang tinggi, baik di pasar domestik maupun pasar

internasional. Tujuannya program ini adalah : 

1.      Mengembangkan sub sistem agribisnis hulu.

2.      Mengembangkan sub sistem on-farm.

3.      Mengembangkan sub sistem pengolahan.

4.      Mengembangkan sub sistem pemasaran.

5.      Mengembangkan sub sistem agribisnis penunjang.

Sasaran program ini adalah berkembangnya semua sub sistem

agribisnis dan seimbang serta berkembangnya usaha- usaha agribisnis.

Pelaksanaan program ini diwujudkan dalam bentuk usaha

pengembangan sentra - sentra produksi komoditas strategis (padi), maupun

komoditi unggulan tanaman pangan (jagung, kacang tanah, kacang hijau dan

kedele) dan hortikultura (jeruk, mangga, manggis, rambutan, advokat dan sayur-

sayuran), serta taman obat-obatan (jahe dan kencur yang memiliki nilai

ekonomis tinggi dan berpeluang pasar cukup baik, yang didukung oleh usaha

Page 8: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

pengembangan sub sistem lainnya mulai dari hulu (sarana prasarana) hingga sub

sistem pengolahan dan pemasaran hasil usaha tani.

Indikator keberhasilan program tersebut dapat dilihat dari

meningkatnya prasarana dan sarana pertanian, meningkatnya produktivitas

melalui teknologi, meningkatnya nilai tambah melalui pengolahan,

meningkatnya posisi tawar petani dan perusahaan agribisnis skala kecil dan

menengah melalui pemasaran, serta berkembangnya dukungan penelitian dan

pengembangan penyuluhan kelembagaan ekonomi petani dan sistem data serta

informasi agribisnis.

2.3.3 Peningkatan Kesejahteraan Petani

Kegiatan pembangunan pertanian periode 2004-2009 dilaksanakan

melalui tiga program, yaitu: (1) Program peningkatan ketahanan pangan, (2)

Program pengembangan agribisnis, dan (3) Program peningkatan kesejahteraan

petani. Program ketahanan pangan tersebut diarahkan pada kemandirian

masyarakat/petani yang berbasis sumberdaya lokal yang secara operasional

dilakukan melalui program peningkatan produksi pangan; menjaga ketersediaan

pangan yang cukup, aman dan halal di setiap daerah setiap saat, dan antisipasi

agar tidak terjadi kerawanan pangan. Pada kenyataannya program ketahanan

pangan tersebut belum bisa terlepas sepenuhnya dari beras sebagai komoditi

basis yang strategis. Hal ini tersurat pada rumusan pembangunan pertanian

bahwa sasaran indikatif produksi komoditas utama tanaman pangan sampai

tahun 2006 dan cadangan pangan pemerintah juga masih berbasis pada beras.

Namun demikian, dengan semakin berkurangnya areal garapan per petani,

keterbatasan pasokan air irigasi dan mahalnya harga input serta relatif rendahnya

harga produk dapat menjadi faktor-faktor pembatas/kendala untuk program

peningkatan kesejahteraan dan kemandirian petani yang berbasis sumberdaya

lokal tersebut.

Upaya untuk menuju pada peningkatan kesejahteraan petani secara

operasional dilakukan melalui pemberdayaan penyuluhan, pendampingan,

penjaminan usaha, perlindungan harga gabah, kebijakan proteksi dan promosi.

Beberapa upaya tersebut memang relatif sangat diperlukan namun faktor kendala

seperti disebutkan terdahulu perlu mendapatkan perhatian yang cermat hingga di

tingkat daerah. Hal tersebut dapat dimengerti mengingat sebagian besar petani di

Indonesia untuk komoditas beras masih tergolong petani subsisten dalam artian

Page 9: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

berperan sebagai produsen sekaligus konsumen beras. Dengan demikian maka

jumlah beras yang dijual ke pasar akan sangat bergantung pada surplus konsumsi

rumahtangga dan harga beras serta harga barang lain yang diperlukan petani dari

industri lain.

Untuk mendukung program peningkatan kesejahteraan diperlukan

adanya dukungan dari program-program lain seperti program peningkatan

pengawasan dan akuntabilitas aparatur Negara, dan penerapan kepemerintahan

yang baik

2.4 Tanaman Pangan di Indonesia

Padi, Jagung, maupun kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang memiliki peranan strategis dalam perekonomian nasional. Kebutuhan akan komoditas tersebut terus meningkat baik untuk pangan maupun untuk pakan dan industri, bahkan dengan berkembangnya usaha peternakan di Indoneia akhir-akhir ini.Pada saat produksi di Indonesia yang tidak mencukupi, maka peran pemerintah yaitu mengimpor jagung maupun kedelai dari luar negeri.

Untuk memenuhi kebutuhan jagung maupun padi nasional dan menekan volume impor, sejak tahun 2007 pemerintah telah mencanangkan program peningkatan produksi dengan sarana swasembada. Lokasi yang menjadi prioritas penanaman padi yaitu terletak di NAD, Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Barat dengan sasarannya mencapai 63-64 juta ton, sedangkan lokasi penanaman jagung terletak di Sumatra Utara, lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Gorontalo sasarannya mancapai 18 juta ton, dan untuk lokasi yang menjadi prioritas penanaman kedelai yaitu di Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa tengah dengan sasaran mencapai angka 1,5 juta ton.

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) mampu meningkatkan produksi jagung dan efisiensi input produksi. Pengalaman menunjukkan pula bahwa Sekolah Lapang Pengendalian Hama secara Terpadu (SL-PHT) dengan sistem belajar

Page 10: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

langsung di lahan petani dapat mempercepat alih teknologi. Keberhasilan SL-PHT yang ditindaklanjuti oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia pengembangan SL-Iklim (SL-I) memberi inspirasi bagi pengembangan PTT melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dengan mensinergikan dan memperluas cakupan SL-PHT dan SL-I dengan sasaran peningkatan produksi dan efisiensi usahatani.

PTT adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan.

2.5 Strategi Pencapaian Produksi Padi Tahun 2008 dan 2009

Kondisi pada tahun 2007 yaitu luas panen sebesar 12,1 jt ha, produktivitas sebesar

46,89 ku/ha, produksi sebesar 57,05 jt ton. Sasaran tahun 2008 yaitu luas panen sebesar

12 jt ha, produktivitas 50,89 ku/ha, produksi 60-61 jt ton dan sasaran untuk tahun 2009

yaitu luas panen 12,8 jt ha, produktivitas 60 ku/ha, produksi 63-64 jt ton. Untuk mencapai

sasaran tahun-tahun tersebut diperlukan strategi. Strategi yang dilakukan dengan

peningkatan produktivitas, perluasan areal, pengamanan produksi, kelembagaan dan

pembiayaan.

2.5.1 Peningkatan produktivitas

Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pemakaian benih varietas

unggul bermutu produktivitas tinggi, pemupukan berimbang dan pemakaian pupuk

organik, pengairan dan perbaikan budidaya. Strategi ini dilaksanakan di wilayah

yang perluasan areal sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan ini masih

dapat ditingkatkan produktivitasnya. Hal lain yang dapat diterapkan adalah dengan

mengurangi potensi kehilangan hasil melalui penanganan panen danpasca panen

yang lebih baik.

2.5.1.1 Benih Unggul Bermutu

Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya

perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan

perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan

penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik. Penggunaan

Page 11: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

benih varietas unggul bermutu dapat dengan pembinaan produsen benih untuk

dapat menghasilkan benih secara enam tepat, yaitu tepat waktu, mutu,

varietas, jumlah, lokasi dan harga. Langkah-langkah yang perlu dilakukan

untuk meningkatkan ketersediaan benih varietas unggul bermutu adalah stok

dan penangkaran benih yang terdapat di masingmasing daerah, pemanfaatan

stok benih yang ada secara optimal, pembinaan kepada produsen/penangkar

benih agar proses produksi benih terlaksana secara berkelanjutan.

2.5.1.2 Pemupukan Berimbang & Organik

Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman

dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan

waktu Sebagai sumber hara, pupuk merupakan sarana produksi yang

memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas

hasil tanaman pangan. Pemberian pupuk dilakukan dengan teknologi

pemupukan berimbang berdasarkan pada kebutuhan tanaman dan

ketersediaan hara tanah spesifik lokasi secara tepat jumlah, jenis, cara dan

waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan

yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi dan

lebih efektif.

2.5.1.3 Pengairan

Pemberian air pada tanaman sesuai dengan kebutuhan tanaman dan

kondisi tanah. Pemberian air penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman

dimana air sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah ke bagian

tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berbeda-beda,

pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya

stres pada tanaman yang diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan air.

Pengembangan jaringan irigasi dan tata guna air sesuai kebutuhan pengairan

usahatani, dilakukan berkoordinasi dengan, Kementerian Pekerjaan Umum,

dan instansi terkait lainnya sehingga penyediaan air bagi pertanaman dapat

terjamin sesuai dengan kebutuhan.

2.5.1.4 Alsintan

Page 12: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

Alat pertanian mempunyai bentuk dan mekanisme yang sederhana,

dijalankan secara manual dan proses yang dilakukan sedikit. Sedangkan

mesin pertanian bentuk dan mekanismenya sangat kompleks, bekerja secara

otomatis dan hasil proses yang di kerjakan sangat banyak. Penggunaan yang

tepat akan dapan meningkatkan produksi.

2.5.1.5 Perbaikan Budidaya

Perbaikan budidaya dapat dilakukan dengan cara yaitu perencanaan

pola, tata, waktu dan cara tanam yang tepat sesuai dengan rekomendasi Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) setempat, pengaturan distribusi

panen yang lebih merata, penerapan cara tanam yang sesuai anjuran teknologi

baru, peningkatan populasi tanaman dengan pengaturan jarak tanam,

penerapan pemupukan berimbang, penggantian varietas dari varietas produksi

rendah ke varietas produksi tinggi, penyiapan lahan dengan teknologi olah

tanah yang disesuaikan dengan lahan dan jenis tanaman.

2.5.2 Perluasan areal

Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi lahan melalui upaya

perbaikan seperti cetak sawah baru , jaringan irigasi teknis usaha tani (JITUT),

jaringan irigasi desa (JIDES), dan tata air mikro (TAM), pembangunan

pompa/sumur/embung, dan rehabilitasi dan konservasi lahan pertanian.

2.5.2.1 Optimalisasi Lahan

Optimalisasi pemanfaatan lahan dilaksanakan dengan peningkatan

indeks pertanaman (IP), penanaman tanaman pangan sebagai tanaman sela /

intercropping di lahan perkebunan, kehutanan maupun hortikultura. Tanaman

sela dapat diusahakan 3-5 tahun atau lebih, sepanjang tajuk tanaman pokok

belum menaungi. Sedangkan pada tanaman pokok sejenis kelapa rakyat,

tanaman sela dapat dilakukan sepanjang tahun.

2.5.2.2 Cetak Sawah Baru

Cetak sawah baru dilakukan dengan pembukaan lahan pada lahan

basah. Hal-hal yang diperhatikan yaitu ada inisiatif dari petani atau pemuka

masyarakat, melakukan survei, status kepemilikan lahan jelas, menghindari

Page 13: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

vegetasi hutan berat atau hutan lindung, pengairan atau ketersediaan air

terjamin, dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah setempat.

2.5.2.3 JITUT, JIDES, dan TAM

Penyediaan air irigasi/pengairan melalui pembangunan/perbaikan

Jaringan Irigasi Teknis Usaha Tani (JITUT), Jaringan Irigasi Desa (JIDES),

dan Tata Air Mikro (TAM). Perbaikan jaringan irigasi ini diharapkan dapat

meningkatkan ketersediaan air terutama dapat mendorong indeks pertanaman

(IP).

2.5.2.4 Pompa / Sumur / Embung

Pembangunan atau perbaikan pompa / sumur / embung bekerjasama

dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Pembangunan atau

perbaikan sumber air untuk pertanian dapat mendorong peningkatan

produktivitas.

2.5.2.5 Konservasi

Rehabilitasi dan konservasi lahan pertanian dilakukan pada lahan sawah

terlantar atau yang selama ini tidak dimanfaatkan atau ditanami tanaman pangan

dan telah membelukar. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka rehabilitasi

dan konservasi lahan dengan cara teknologi penyiapan atau pembersihan lahan

dari semak belukar, perbaikan saluran irigasi, pemanfaatan pompa air, dan traktor.

2.5.3 Pengamanan produksi

Pengamanan produksi untuk mengurangi dampak perubahan iklim seperti

kebanjiran dan kekeringan serta pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

(OPT), dan pengamanan kualitas produksi dari residu pestisida serta mengurangi

kehilangan hasil pada saat penanganan panen dan pasca panen yang masih cukup

besar.

2.5.3.1 Dampak Fenomena Iklim

Pengamanan hasil dari dampak perubahan iklim dilakukan dengan

memperkuat antisipasi agar kerusakan tanaman dapat dihindari. Pengamanan

produksi dari dampak kekeringan dilakukan melalui efisiensi penggunaan air;

Page 14: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

penyiapan embung, cek dam, bak penyimpanan air, sumur. Sedangkan

pengamanan produksi dari dampak banjir dilakukan melalui perbaikan

saluran air pembangunan atau perbaikan dam dan penguatan tanggul-tanggul.

2.5.3.2 Pengendalian OPT

Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan

mengendalikan serangan OPT dengan meminimalkan kerusakan atau

penurunan produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan

berdasarkan prinsip dan strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila

serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus

memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai dengan

ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan resistensi

OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan.

2.5.3.3 Penanganan Pasca Panen

Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang

optimal jika panen dilakukan pada waktu dan cara yang tepat. Tanaman

dipanen pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, kadar air dan

penampakan visual hasil sesuai dengan varietas. Pemanenan dilakukan

dengan peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil.

Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang

aman dari OPT dan perusak lainnya Sehingga mutu hasil tetap terjaga.

2.5.4 Kelembagaan dan Pembiayaan

2.5.4.1 Pemantapan Kelembagaan Petani

Untuk dapat berkembangnya sistem dan usaha agribisnis tanaman

pangan diperlukan penguatan kelembagaan baik kelembagaan petani, maupun

kelembagaan usaha dan pemerintah agar dapat berfungsi sesuai dengan

perannya masing-masing. Kelembagaan pertanian meliputi kelembagaan

penyuluhan (BPP), kelompok tani (Poktan), gabungan kelompok tani

(Gapoktan), koperasi tani (Koptan), penangkar benih, pengusaha benih,

institusi perbenihan lainnya, kios, KUD (Koperasi Unit Desa), pasar,

Page 15: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

pedagang, asosiasi petani, asosiasi industri olahan, asosiasi benih, LSM, kios

saprodi, dan kemitraan diupayakan diberdayakan seoptimal mungkin untuk

mendukung keberhasilan pembangunan tanaman pangan. Selain kelembagaan

yang berbasis langsung petani, pembangunan tanaman pangan juga

melibatkan kelembagaan lain di perdesaan, yaitu Lembaga Mandiri Yang

Mengakar di Masyarakat (LM3) seperti subak dan lain-lain. Pada era otonomi

daerah, dibeberapa daerah terlihat bahwa penyuluhan tidak sepenuhnya

berjalan. Oleh karena itu dengan terbitnya Undang-undang Nomor 16 Tahun

2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

diharapkan dapat lebih menguatkan peran penyuluhan dalam pelaksanaan

pembangunan pertanian, khususnya pembangunan tanaman pangan.

2.5.4.2 Pembiayaan

Bagi petani atau kelompok tani yang kekurangan modal dalam

pengembangan usahataninya dapat memanfaatkan fasilitas Kredit Ketahanan

Pangan dan Energi (KKP-E), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan LDPM

(Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat). Dana pinjaman tersebut untuk

pengadaan saprodi, sarana prasarana, dan pembelian hasil produksi.

2.5.4.3 Kemitraan

Upaya untuk memediasi/memfasilitasi terjalinnya kemitraan usaha

antara petani/kelompok tani dengan industri/swasta yang bergerak di bidang

agribisnis seperti perusahaan saprodi, penangkar benih, perusahaan

pengolahan hasil, perdagangan, dll serta lembaga keuangan lainnya perlu

terus dilakukan.

2.6 Kondisi Dan Permasalahan Lahan Serta SRI Sebagai Solusi

2.6.1 Kondisi dan permasalahan lahan

Untuk mencapai target hasil produksi padi yang sudah direncanakan.

Memperhatikan kondisi dan permasalahan lahan juga menjadi kunci utama dalam

mensukseskan target hasil produksi padi yang telah direncanakan tersebut.

Permasalahan pada lahan yang kian marak adalah sebagai berikut :

a. Degradasi lahan (60 juta ha dg laju 2,8 juta ha/tahun), menurunnya kualitas dan

kuantitas suatu lahan yang disebabkan oleh adanya factor alami dan factor

Page 16: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

campur tangan manusia. Faktor alami yaitu curah hujan intensif, tanah yang

muda rusak, dan areal berlereng curam. Lalu factor campur tangan manusia

seperti perubahan populasi, masalah kepemilikan lahan, ketidak stabilan, dan

kesalahan pengelolaan.

b. Alih fungsi lahan (+ 110.000 ha/tahun), pembangunan seperti perumahan, mall,

dan gedung sekarang semakin pesat. Hal ini memberikan efek negative pada

lahan sehingga lahan yang dulu digunakan untuk pertanian sekarang dialih

fungsikan menjadi pembangunan gedung – gedung.

c. Fragmentasi lahan (petani gurem 13,7 juta kk ),atau biasa disebut dengan

penyusutan kepemilikan lahan lahan terkadang bisa menjadi masalah dalam

pertanian karena dapat menyebabkan skala usaha petani terus menurun.

d. Pergeseran RTRW (Potensi alih sawah 3 jt ha)

e. Penurunan kesuburan tanah, lebih cenderungnya para petani dalam

mengkonsumsi bahan – bahan kimia telah menyebabkan kesuburan tanah kian

menurun.

f. Pelandaian Produktivitas Pertanian

g. Issu Pemanasan Global (emisi carbon dan gas methan), pengaruh yang

disebabkan oleh pemanasan global terhadap kondisi lahan kian terasa. Iklim

yang berubah- berubah ialah salah satu dari penyebab pemanasan global

sehingga akan berdampak pada pola pertanian, seperti keterlambatan dalam

musim tanam dan musim panen.

h. Kelangkaan Sumber Daya Air, penggunaan air yang secara berlebihan

menyebabkan adanya kelangkaan sumber daya air.

i. Tuntutan Produk Pangan Sehat (Pangan Organik), Jika permasalahan kondisi

lahan diatas dapat diatasi, maka pasti hasil produksi pada tanaman padi akan

berkembang dengan pesat dan sesuai akan target yang direncanakan..

2.6.2 SRI sebagai solusi

Padi dengan metode SRI adalah hasil penemuan tanpa sengaja oleh

ilmuwan yang berasal dari prancis saat beliau berada di madagaskar tahun1983-

1984. Penanaman padi dengan menggunakan metode SRI ini adalah suatu solusi

yang dapat mengatasi permasalahan lahan yang ada di Indonesia saat ini. Adapun

keunggulan pabrik SRI sebagai berikut :

a. Usaha Tani Ramah Lingkungan, tidak menggunakan bahan kimia dan

digantikan dengan mempergunakan pupuk organic (kompos, mikro

organisme local, dan kandang), begitu juga penggunaan pestisida.

Page 17: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

b. Hemat Air Irigasi, selama pertumbuhan mulai dari tanam sampai panen

memberikan air max 2 cm, paling baik macak- macak dan ada periode

pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus)

c. Hemat Saprodi (bibit), pada bibit padi konvensional biasanya dibutuhkan

25kg bibit untuk 1 ha. Namun untuk bibit padi dengan metode SRI

dibutuhkan 5 – 7kg/ha sudah dapat mencukupi.

d. Produksi Tinggi (Diatas Rata-Rata Nasional), hasil produksi pada padi

metode SRI dapat mencapai 8 – 11 ton/ ha.

e. Mendaur Ulang Limbah,

f. Memperbaiki kesuburan tanah, padi dengan metode SRI memperhatikan

kesuburan dari tanah yang digunakan. Salah satu caranya yaitu pada saat

penanaman menggunakan pupuk organic ( kompos, kandang).

g. Produk sehat bebas residu kimia (Beras Organik), hal ini dikarenakan padi

yang menggunakan metode SRI pada saat pada saat tanam hingga sampai

panen, padi dengan metode SRI sama sekali tidak diberi bahan – bahan

kimia. Hanya pupuk organic dan pengganti pestisida saja yang digunakan

untuk membantu proses pertumbuhan tanaman.

h. Harga Beras Diatas Harga Pasar,

i. Berbasis kearifan Lokal

2.7 Metode pengembangan padi SRI dari Deptan

A. Workshop, Lokakarya

Yaitu dengan seminar langsung dengan menghadirkan para ahli budidaya

padi SRI dengan di hadiri sejumlah petani dan pengembang. Laporan hasil

workshop dan Rencana Tindak Lanjut ini diharapkan dapat memberikan bahan

masukan untuk penyempurnaan pengembangan usahatani padi SRI organik sebagai

teknologi alternatif dengan manfaat yang diperoleh antara lain produktivitas padi

dapat ditingkatkan, efisiensi input khususnya air dan kelestarian lingkungan.

B. Farm Field Day

Merupakan metode pengembangan dengan penyuluhan pada hari tertentu.

Penyuluhan tsb meliputi demfarm, sekolah lapang dll. Demfarm adalah kependekan

dari demonstrasi farming, merupakan metode percontohan yang dilaksanakan oleh

kelompok tani padi. Sesuai dengan mottonya yaitu “learning by doing and learning

by seeing” (belajar melalui bekerja dan belajar dengan melihat”) pemberdayaan

petani melalui demfarm padi merupakan upaya fasilitasi pembelajaran bagi

Page 18: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

kelompok tani melalui penerapan teknologi padi yang sudah teruji agar mereka

mampu menggunakan potensi yang dimilikinya dalam meningkatkan produksi dan

produktivitas padi.

C. TOT (Training of Trainer)

TOT dilaksanakan oleh Direktorat Pengelolaan Lahan, Direktorat Jenderal

Pengelolaan Lahan dan Air merupakan pelatihan untuk tenaga pelatih di tingkat

kabupaten/ kota. Direncanakan TOT tahun 2007 sebanyak 2 (dua) paket

D. Sekolah Lapang

Pengembangan SRI melalui pelatihan dan Sekolah Lapangan SRI dilakukan

dengan merubah perilaku usaha tani menjadin yang lebih efisien dan ramah

lingkungan. Perubahan perilaku usaha tani tersebut memerlukan waktu untuk

berproses, sehingga upaya bimbingan dan pembinaan perlu dilakukan secara terus

menerus oleh petugas lapangan.

E. Leaflet, Brosur

Penyebaran melaui pamlfet/brosur mengenai tips tips budidaya padi SRI

F. Pemutaran film

Yaitu dengan menggunakan film dokumenter tata cara berbudidaya padi

dengan sisterm SRI yang baik, agar para petani bisa mengerti.

G. Forum Komunikasi Pengembang SRI

Yaitu metode pengembangan melaui diskusi dengan pengembang padi SRI

agar para pengemba bisa mengetahui bagaimana bebudidaya yang baik secara

bertahap.

H. Dialog interaktif melalui media massa

Yaitu dengan memanfaaatkan media masa untuk mempublikasikan

bagaimana cara berbudidaya padi dengan sistem SRI dengan baik

I. Internet

Yaitu pengembangan metoda budidaya SRI ini melalui jaringan internet

agar masyarakat luas dapat mengetahui proses budidaya yang baik dengan sistem

SRI

Page 19: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

J. Sosialisasi / pengenalan pada daerah-daerah irigasi yang potensial namun belum

tersentuh SRI

Yaitu dengan sosialisasi pada daerah potensial agar masyarakat bisa beralih ke

sistem SRI

K. Perluasan dampak pengembangan SRI bagi daerah yang sudah ada kegiatan SRI

L. Sosialisasi dampak metode SRI seperti peningkatan hasil dll

M. Perluasan skala pengembangan SRI satu Scheme

N. Mendorong pemberdayaan petani untuk membuat pupuk organik, MOL dan pestisida

nabati sendiri

O. Melakukan sosialisasi dan pelatihan agar petani mampu mebuat pupuk sendiri dan

pestisida. Agar lebih mandiri dan tdk bergantung pemerintah

P. Gerakan pengembalian jerami dan limbah organik ke lahan pertanian.

Q. Sosialisasi tentang pentingnya libah organik bagi lahan dan harus dikembalikan

setelah panen untuk menjaga kesuburan lahan.

R. Kemitraan dengan dunia usaha yang peduli organik (contoh Medco)

S. Dalam usaha budidaya, sangat penting sekali jika menjalin usaha dengan perusahaan

yang peduli organik aga dalam berbudidaya bisa lebih teratur dan bisa memanfaatkan

bahan organik

T. Promosi Produk Beras Sehat

U. Promosi penyelamatan lingkungan

V. Sosialisasi tentang pentingnya memperhatikan aspek lingkungan dalam berbudidaya

agar tidak terjadi kerusakan

2.8 Simulasi Nilai Tambah yang Diperoleh dari Pengembangan Padi Organik SRI

2.8.1 Aspek Ekonomi (Asumsi 10% dari 7,8 juta Ha Luas Lahan Sawah di Indonesia

yang dapat “di SRI kan”

Penghematan subsidi pupuk

Urea: Rp 400,00 x 250 kg/ha x 780.000 ha = Rp 78.000.000.000

Penghematan pupuk

Page 20: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

780.000 ha x 250 kg/ha x Rp 1.150,00 = Rp 224.250.000.000

Penghematan Benih

37 kg x 780.000 ha x Rp 4.000,00 = Rp 109.200.000.000

Penghematan pestisida

780.000 ha x Rp. 150.000 = Rp. 117.000.000.000

Tambahan pendapatan petani

780.000 ha x Rp. 6.683.625 = Rp 5.213.227.500.000

Penghematan penggunaan air per MT

780.000 ha x 15.000 m3 x 46% = 5.382 jt m3 = 358.800 ha

Tambahan produksi

780.000 ha x ( 7,5-4,6 ton/ha) = 2.262.000 ton

Pada budidaya padi menggunakan SRI biaya yang dikeluarkan petani lebih

rendah dibandingkan jika mereka menerapkan penanaman padi secara

konvensional. Hal tersebut dikarenakan pada padi SRI lebih mengutamakan

penggunaan pupuk dan pestisida organik dan mengurangi penggunaan pupuk dan

pestisida kimia sehingga biaya dapat ditekan. Biaya untuk benih dapat dikurangi

karena pada metode SRI petani hanya membutuhkan satu benih per lubang tanam

sehingga benih yang digunakan lebih sedikit. Untuk biaya penggunaan air juga

lebih hemat karena sawah hanya dilembabkan tanpa perlu digenangi. Hasil

produksi dari padi SRI lebih tinggi dibanding dengan padi non SRI sehingga jika

hasil produksi meningkat maka akan menambah keuntungan petani.

2.8.2 Apek Lingkungan

Penurunan emisi gas metan

Budidaya padi non SRI melakukan penggenangan lahan. Penggenangan

ini menyebabkan proses redukfif yang melepaskan gas-gas rumah kaca antara

lain metan sebesar 70,9% (ADB-GEF-UNDP, 1998). Pelepasan gas metan

terjadi akibat proses denitrifikasi. Tingkat emisi ini dapat meningkat apabila

lahan tersebut dipupuk dengan pupuk nitrogen seperti urea. Nitrogen yang

terdapat dalam urea dan amonium sulfat mengalami denitrifikasi menjadi N2O

dan NO2 dengan tingkat emisi 1 dan 1,57% (IPCC, 1994). Dengan budidaya

padi SRI dimana sawah hanya dikondisikan dalam keadaan lembab dan tanpa

penggenangan sehingga dapat menurunkan emisi gas metan.

Mengurangi pencemaran emisi gas CO2 akibat pembakaran jerami

Page 21: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

Jerami dari sisa panen biasanya dibakar tetapi dalam budidaya SRI

jerami padi dapat dimanfaatkan dengan cara dikomposkan dimana nantinya

dapat digunakan sebagai pupuk organik yang berfungsi untuk menambah

bahan organik dalam tanah. Dan hal ini juga dapat mengurangi pencemaran

emis gas CO2 yang diakibatkan oleh pembakaran jerami sisa panen.

Reduksi pencemaran tanah dan air dari pupuk kimia dan residu pestisida

Pada metode SRI dapat mengurangi pencemaran pada tanah dan air

yang diakibatkan oleh penggunaan pupuk dan pestisida kimia karena pada

metode SRI lebih mengutamakan penggunaan pupuk dan pestisida organik

yang ramah lingkungan sehingga tidak akan mencemari tanah dan air dan

kondisi lingkungan tetap terjaga.

Daur ulang sampah (mengurangi problem sampah)

Dengan penanaman menggunakan SRI dapat mengurangi sampah dari

sisa panen karena sisa panen tersebut masih dapat dimanfaatkan sebagai

kompos yang akan digunakan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan

kesuburan tanah.

Peningkatan kadar BO dalam tanah

Pemanfaatan jerami dan bagian tanaman lainnya dari sisa panen

sebagai kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk

diaplikasikan pada lahan pertanian. Penggunaan pupuk organik dapat

meningkatkan kadar bahan organik dalam tanah dimana bahan organik tersebut

dapat meningkatkan kesuburan tanah. Bahan organik juga merupakan makanan

bagi organisme di dalam tanah sehingga mereka dapat tetap hidup. Manfaat

cacing tanah antara lain membantu dalam proses pembalikan tanah,

mengangkut bahan organik dari tanah lapisan atas ke lapisan yang lebih dalam,

memperlancar aerasi dan drainase tanah.

Terpeliharanya keanekaragaman hayati

Pada metode penamaman padi dengan SRI mengurangi penggunaan

pupuk dan pestisida kimia yang dapat mencemari lingkungan sehingga

keanekaragaman hayati pada lingkungan tetap terjaga.

2.8.3 Aspek Sosial

Kearifan lokal

Sistem SRI merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya

yang menekankan pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman dan air

Page 22: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada

kegiatan ramah lingkungan dan mengedepankan nilai ekologis.

Pemberdayaan petani

Melalui pensosialisasian kepada petani dalam mengembangkan sistem

SRI maka akan ada pemberdayaan kepada petani dimana pada kegiatan

tersebut petani diajarkan untuk menerapkan sistem pertanian yang ramah

lingkungan dengan tidak terus bergantung pada penggunaan pupuk dan

pestisida kimia yang dapat mencemari lingkungan. Dengan menerapkan SRI

diharapkan hasil yang akan didapatkan oleh petani dapat meningkat dan

lingkungan tetap terjaga.

Terciptanya lapangan pekerjaan

Akibat lahan pertanian yang kesuburannya terus menurun dikarenakan

semakin berkurangnya bahan organik di dalam tanah menyebabkan lahan yang

dapat dimanfaatkan untuk pertanian juga semakin berkurang. Jika hal tersebut

terjadi maka akan berpengaruh terhadap hasil pertanian yang terus menurun.

Lahan tersebut kemudian banyak yang dijual dan menyebabkan semakin

banyak masyarakan yang menganggur. Dengan penggunaan padi SRI maka

dapat membantu mengembalikan kesuburan tanah dengan pemberian bahan

organik ke dalam tanah dan pengurangan penggunaan pupuk dan pertisida

kimia. Jika lahan tersebut subur maka akan dapat ditanami kembali dan

menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Urbanisasi dapat dikendalikan

Kesuburan tanah yang terus menurun mengakibatkan produksi padi

terus menurun sehingga berdampak pada pendapatan petani. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut banyak petani yang beralik profesi di luar pertanian dan

pindah ke kota untuk mencari penghasilan sehingga banyak lahan pertanian

yang terbengkalai. Dengan metode SRI maka kesuburan tanah tetap terjaga dan

lingkungan tetap dalam kondisi baik sehingga akan berdampak pula pada

produksi yang terus meningkat. Dan hal tersebut bisa menurunkan urbanisasi.

2.9 Tantangan pengembangan SRI

A. Merubah paradigma / cara pandang budidaya dari konvensional ke SRI

Sulitnya merubah paradigma petani untuk merubah cara budidaya dari

konvensional ke SRI disebabkan oleh tidak adanya jaminan keberhasilan sistem SRI

di awal, sehingga petani tidak mau mengambil resiko gagal panen. Disamping itu

Page 23: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

pengetahuan mengenai sistem budidaya masih kurang luas. Contoh kasus mengenai

teknik irigasi padi sawah yang rata-rata petani di desa menggenangi sawah dengan

air yang berlebih. Petani di desa yang rata-rata sudah tua sangat sulit untuk menerima

input informasi teknologi baru sehingga pola pikir mereka terbatas.

B. Transfer ilmu ke petani

Penghambat utama dalam tantangan ini yaitu cara berkomunikasi dengan para

petani. Petani di pulau Jawa yang umumnya sudah tua dan hanya mengenyam

pendidikan yang rendah terbiasa menggunakan bahasa jawa yang halus. Mereka

lebih mudah berkomunikasi dengan petani atau warga disekitar daerahnya daripada

dengan penyuluh atau pendatang. Petani desa yang usianya sudah tidak muda lagi,

sedangkan penyalur informasi umunya lebih muda dari mereka sehingga dari segi

bahasa dan kepercayaan masih rendah.

C. Pasar beras organik SRI

Suatu proses penerapan teknologi SRI (System of Rice Intensification) akan

berjalan sesuai dengan harapan apabila dilakukan 4 P (Pengenalan, Pelatihan,

Penerapan, dan Pendampingan). Proses ini yang akan memberikan wawasan berpikir

para konsumen untuk mengetahui lebih dalam keunggulan beras Organik SRI.

Sejauh ini produk dari padi organik SRI kurang dikenal di kalangan konsumen. Hal

ini disebabkan oleh produk dari beras organik SRI yang sedikit sehingga pasar dari

beras organik SRI juga sedikit.

D. Komitmen pemimpin formal dan non formal

Di indonesia penanaman padi dengan sistem tanam SRI belum bisa dilakukan

dengan serentak karena sebagian besar petani atau kelompok tani masih lebih

memilih untuk menanam dengan sistem konvensional. Salah satu sebabnya tidak ada

jalinan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan petani atau kelompok tani.

Kurangnya penyuluhan dan tingkat efektifitas penyuluhan yang rendah menyebabkan

kurangnya rasa kepercayaan petani kepada pemerintah.

E. Terbatasnya ketersediaan bahan kompos terutama yang bersumber dari kotoran

hewan.

Page 24: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

F. Pembuatan kompos masih dilakukan secara manual sehingga memerlukan waktu

lama, dan tenaga kerja yang tinggi.

G. Distribusi bahan organik/kompos pada skala luas memerlukan biaya tinggi.

H. Kebiasaan membuang dan membakar jerami di sebagian besar petani menjadi

budaya.

I. Keterbatasan sarana pasca panen (lantai jemur, dryer, threser).

J. Jumlah petugas/petani yang memahami teknis metoda SRI masih sangat terbatas.

K. Dibeberapa daerah sawah irigasi masih memerlukan perbaikan/rehab jaringan irigasi.

L. Sertifikasi mutu beras organik SRI.

2.10 CONTOH PERSYARATAN TEKNIS PRODUK PANGAN ORGANIK

Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu,

yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga

mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Saat

ini Kesadaran masyarakat ini mendorong produsen pangan untuk menghasilkan produk

yang diinginkan oleh konsumen seperti aman dikonsumsi (food safety attributes),

memiliki kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-

labelling attributes). Produk pangan yang memiliki ketiga atribut tersebut adalah produk

yang dihasilkan dari sistem pertanian organik. Adapun untuk menghasilkan produk

pangan organik beberapa teknisnya adalah pada lahan yang ditanami tanaman semusim,

Konversi lahan dari konvensional min 2 tahun sebelum penebaran benih dan tanpa

pembakaran sebelum penebaran benih. Atau kalau tanaman tahunan selain padang

rumput, miniml 3 tahun sebelum panen hasil pertamanya. Penambahan atau pengurangan

masa konversi juga dapat dilakukan tetapi masa tersebut sedikitnya adalah 12 bulan, hal

ini sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Input Yang Dilarang Terdapat 2 (dua) jenis input yang nyata-nyata dilarang dalam

sistem pangan organik yaitu bahan kimia sintetis dan bahan/bibit/produk GMO

(genetically modified organism). Bahan kimia yang dilarang merupakan Bahan kimia

sintetis dilarang digunakan dalam sistem pertanian organik, mencakup pada proses

budidaya dan pengolahan hasil hingga pada sistem perdagangannya. Bahan yang

dilarang, dibatasi dan diperbolehkan dalam sistem pertanian organik dimuat dalam

Nasional List. Penjelasan GMO (genetically modified organism) atau organisme hasil

rekayasa/modifikasi genetika GMO adalah definisi untuk organisme hasil

rekayasa/modifikasi genetika: Organisme hasil rekayasa/modifikasi genetika dan

produknya, diproduksi melalui teknik dimana bahan genetika telah diubah dengan cara-

Page 25: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

cara yang tidak alami. Teknik rekayasa genetika termasuk, tetapi tidak terbatas untuk:

rekombinasi DNA, fusi sel, injeksi mikro dan makro, enkapsulasi, penghilangan dan

penggandaan gen. Organisme hasil rekayasa genetika tidak termasuk organisme yang

dihasilkan dari teknik-teknik seperti konjugasi, transduksi dan hibridisasi. Seluruh bahan

dan/atau produk yang dihasilkan dengan rekayasa genetika/modifikasi genetik

(GEO/GMO) adalah tidak sesuai dengan prinsip-prinsip produksi organik (baik budidaya,

proses manufaktur atau pengolahannya)

Sumber air dan irigasi menggunakan kualitas air yang bagus dan tidak tercemar.

Pencemaran air kerap dilakukan oleh berbagai senyawa kimia yang diaplikasikan pada

pertanian, dengan menghindari penggunaan bahan kimia pada tanah atau pertanian,

pencemaran air dari bahan kimia juga dapat dihindari. Manajemen kesuburan tanah dan

aktivitas biologis terus dipelihara dan ditingkatkan melalui : Penanaman kacang-

kacangan, pupuk hijau atau tanaman berperakaran dalam melalui profram rotasi tanaman

yang sesuai. Mencampur bahan organik ke dalam tanah baik dalam bentuk kompos

maupun tidak dari unit produksi yang sesuai. Produk saping peternakan boleh digunakan

seperti kotoran hewan, apabila berasal peternakan yang dilakukan dengan baik.

Pengelolaan OPT pada sistem pertanian ini dikendalikan oleh salah satu atau

kombinasi dari cara-cara berikut, yaitu pemilihan spesies dan varietas yang sesuai,

program rotasi yang sesuai, pengolahan tanah secara mekanis,perlindungan musuh alami

hama melalui penyediaan habitat yang cocok seperti pembuatan pagar hidup dan tempat

sarang, zona penyangga ekologi dan penjaga vegetasi dari hama predator setempat.

Ekosostem yang beragam, hal ini akan brvariasi antar daerah. Sebagai contoh hal i ni

akan mengendalikan erosi, agroforesty, merotasikan tanaman dan sebagainya. Pemberian

musuh alami termasuk pelepasan predator dan parasit. Penggunaan mulsa,

Penggembalaan ternak, Pengendalian mekanis seperti penggunaan perangkap,

penghalang, cahaya dan suara.

Sejumlah keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas pertanian organik meliputi:

A. Dihasilkannya makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan

kesehatan masyarakat;

B. Terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani;

C. Meningkatnya pendapatan petani;

D. Minimalnya semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian;

E. Meningkat dan terjaganya produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang;

Page 26: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

F. Terpeliharanya kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan;

G. Terciptanya lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di perdesaan.

H. Meningkatnya daya saing produk agribisnis secara berkelanjutan.

Dengan demikian, pertanian organik akan meningkatkan ketahanan pangan,

kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup.Budidaya

padi dengan metoda SRI Organik, ada beberapa prinsip yang harus diketahui; antara lain

adalah :

1. Bibit yang digunakan adalah bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai

(hss) ketika bibit masih berdaun 2 helai. Pada usia ini biji padi masih menempel

dibadan bibit, biji padi ini berfungsi sebagai cadangan makanan bagi tanaman padi

yang akan ditanam selagi tanaman tersebut beradaptasi dilingkungan baru. Selain itu

pada usia tersebut akar belum begitu banyak sehingga akan menngurangi kerusakan

struktur akar. Hal ini berbeda dengan metode konvensional dimana bibitnya adalah

biit berusia lebih dari 20 hari stelah semai.

2. Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak minimal 25 x 25 cm. Hal ini

dimaksudkan untuk memberiak ruang antar pohon yang akan mencegah terjadinya

penularan penyakit dan memungkinkan sinar matahari untuk menerobos ke bagian

bawah batang.

3. Pindah tanam harus  sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar

akar tidak putus.

4. Penanaman padi secara dangkal. Untuk memudahkan akar muda mendapatkan

nutrisiya.

5. Manajemen air ( Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan tanah tidak diairi

secara terus-menerus sampai terendam dan penuh, namun hanya lembab) (Irigasi

berselang/terputus). Hal ini disesuikan dengan karakter tanaman padi yang sebenarnya

menginginkan air yang hanya bersifat macak-macak dan tidak menyukai air yang

tergenang.

6. Peningkatan aerasi tanah dengan pembajakan mekanik untuk meningkatkan aktivitas

mikroorganisme dan untuk mempermudah penyerapan nutrisi.

7. Penyiangan sejak awal ketika anakan sudah mencapai sekitar 14 anakan hal ini

dimaksudkan untuk menghidari kompetisi akses nutrisi ketika tanaman beranjak

membesar.

8. Menjaga keseimbangan biologi tanah dengan menggunakan pupuk organik

Page 27: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

2.11 PERBEDAAN BUDIDAYA PADI KONVENSIONAL DENGAN METODE SRI

A. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan untuk pertanian konvensional dan pertanian dengan metode

SRI hampir sama dimana dengan menggunakan tenaga manusia, hewan atau traktor

dengan urutan tanah dibajak, digaru dan diratakan. Perbedaanya yaitu, pada metode

SRI saat digaru disebari dengan menggunakan pupuk organik.

B. Benih

Pada pertanian konvensional tidak ada teknik khusus untuk menyeleksi benih.

Benih hanya direndam di dalam air selama 1 hari 1 malam, selanjutnya benih

diperam selama 2 hari 2 malam, dan benih siap untuk disemaikan. 

Pada metode SRI ada teknik khusus yaitu benih diseleksi dengan

menggunakan larutan garam. Dimana, air dimasukkan kedalam toples dan masukkan

sebuah telur, kemudian masukkan garam perlahan-lahan dan aduk hingga telur

mengapung (sebagai penanda larutan siap digunakan). Kemudian masukkan benih

yang akan ditanam ke dalam larutan garam tersebut. Benih yang tenggelam adalah

benih yang kualitasnya baik. Benih yang baik diambil, disisihkan dan dibersihkan

Page 28: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

dengan air hingga larutan garam tidak menempel. Selanjutnya benih diperam selama

1 hari 1 malam (tidak lebih) dan benih siap untuk dsemaikan.

C. Persemaian

Pada pertanian konvensional persemaian dilakukan langsung di lahan sawah

dengan kebutuhan benih yang banyak yaitu antara 35-45 kg/ha. Pada metode SRI

persemaian bisa dilakukan dengan menggunakan wadah dengan kebutuhan benih

yang sedikit yaitu antara 5-10 kg/ha.

D. Sebelum Bibit Ditanam

Pada pertanian konvensional bibit yang siap ditanam dicabut dan dibersihkan

dari tanah yang melekat pada akar dan sebagian daun dipotong dan dibagi perikatan

untuk ditanam. Bibit juga harus diistirahatkan selama 1 jam hingga 1 hari sebelum

ditanam. Pada metode SRI bibit diangkat (tidak dicabut) bersama tanah yang melekat

pada akar  dan langsung ditanam di sawah (kurang dari 30 menit).

E. Penanaman

Pada pertanian konvensional umur bibit yang siap ditanam adalah 18-25 hari

setelah semai. Satu lubang tanam berisi 5-8 bibit tanaman. Bibit ditanam dengan

kedalaman 5 cm (lebih). Pada metode SRI mur bibit yang siap ditanam adalah 7-12

hari setelah semai. Satu lubang tanam berisi 1 bibit tanaman. Bibit ditanam dengan

kedalaman 2-3 cm dengan bentuk perakaran horizontal berbentuk huruf L.

F. Pengairan

Pada pertanian konvensional Lahan digenangi air sampai  setinggi 5-7 cm di

atas  permukaan tanah secara  terus menerus. Pada metode SRI menggunakan pola

pengairan intermitten/pola pengairan terputus (sawah tidak terus menerus digenangi

air). Ada sistem drainase yang baik di tiap petak-petak sawah. Ketika padi mencapai

umur 1-8 hari sesudah tanam (HST), keadaan air di lahan adalah “macakmacak”.

Sesudah padi mencapai umur 9-10 HST  air kembali digenangkan dengan ketinggian

2-3 cm selama 1 malam saja. Ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan tahap

pertama. Setelah selesai disiangi, sawah kembali dikeringkan sampai padi mencapai

umur 18 HST. Pada umur 19-20 HST sawah kembali digenangi untuk memudahkan

penyiangan tahap kedua.  Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali

Page 29: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

setinggi 1-2 cm dan kondisi ini dipertahankan sampai padi “masak susu” (± 15-20

hari sebelum panen). Kemudian sawah kembali dikeringkan sampai saat panen tiba. 

G. Pemupukan

Pada pertanian konvensional menggunakan pupuk Urea, TSP, dan KCl. Pada

metode SRI menggunakan pupuk kandang/bokashi yang diberi tambahan pupuk

organik cair yang mengandung mikroorganisme lokal.

H. Penyiangan

Pada pertanian konvensional hanya bertujuan membuang gulma dan dengan

menggunakan herbisida. Pada metode SRI selain bertujuan membersihkan gulma,

teknik membenamkan gulma yang tercabut ke dalam tanah juga bertujuan

memperbaiki struktur tanah dan dilakukan menggunakan tenaga manusia dan alat

bantu “susruk”.

I. Pengendalian Hama

Pada pertanian konvensional menggunakan pestisida kimia. Pada metode SRI

menggunakan pestisida organik.

2.12 Keunggulan Metode SRI

1. Tanaman hemat air, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan

air max 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan

sampai tanah retak (Irigasi terputus).

2. Hemat Biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha.  Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit,

tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang dll.

3. Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 – 12 hss, dan waktu panen akan lebih awal

4. Produksi meningkat, dibeberapa tempat mencapai 11 ton/ha

5. Ramah lingkungan, tidak menggunakan bahan kimia dan digantikan dengan

menggunakan pupuk organic (kompos, kandang dan Mikro-organisme Lokal), begitu

juga penggunaan pestisida.

Page 30: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

3. PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Permintaan terhadap tanaman pangan seperti padi, jagung, maupun kedelai terus meningkat tiap tahunnya. Baik untuk pakan dan industri. Namun, ketersediaanya masih kurang. Oleh karena itu dengan penerapan upaya pemenuhan permintaan tersebut maka dilakukan strategi. Strategi dari awal sebelum melakukan budidaya hingga pemasaran dan strategi yang dilakukan oleh pemerintah. Dengan diterapkannya strategi yang sudah dicanangkan kepada seluruh masyarakat khususnya petani/produsen diharapkan dapat memenuhi sasaran permintaan.

Page 31: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Makalah-fix-blog.docx · Web viewPenelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2013. http://www.deptan.go.id/daerah_new/ntt/distan_ntt/keg.apbn_files/

PROGRAM%20PENGEMBANGAN%20 AGRIBISNIS .htm. diakses tanggal 4 Mei

2013.

Anonymous. 2013. http://www.polije.ac.id/id/berita/241-program-hibah-bina-desa-tanam-

padi-metode-sri.htm. diakses tanggal 4 Mei 2013.

Direktorat Jenderal Kementetrian Direktorat Jendral Tanaman Pangan Jakarta 2011. Pedoman

Pelaksanaan Program. Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan

Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan TA 2011.

Gunawan, tatang. 2012. Tanam Padi Metode S.R.I. (System of Rice Intensification). (online).

http://epetani.deptan.go.id/budidaya/tanam-padi-metode-sri-system-rice-intensification-

5422. diakses pada 4 mei 2013.

Maleha dan Susanto, Kajian Konsep Ketahanan Pangan, Jurnal Protein , www.ejournal.ac.id

Sjamsoe’oed, Emeritus sadjad. 2007. Pertanian di Sawah Sebuah Antiklimaks?. Dalam

kompas 19/2-2007 hlm. 39

Syarief, Hidatar, Hardinsyah dan Sumali, 1999, “Membenahi Konsep Ketahanan Pangan

Indonesia: Pembangunan Gizi dan Pangan dari Perspektif Kemandirian Lokal”., Thaha,

Hardnsyah dan Ala (Editor),. Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan (PERGIZI

PANGAN) Indonesia dan Center For Regional Resource Development dan community

Empowerment, Jakarta.

Yudohusodo, Siswono, 2006, Kebijakan, Pendidikan, dan Hasil Penelitian Pertanian,

Seminar Nasional dengan tema Paradigma Baru Pembangunan Pertanian dan Masa

Depan Bangsa, Lustrum XII Fakultas Pertanian UGM, 16 September 2006, Yogyakarta