bombom - estimasi populasi gastropoda

10
ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOS Arya Abidmursyid 11/313426/12311 Budidaya Perikanan INTISARI Hewan makrobentos adalah golongan avertebrata akuatik yang sebagian besar hidupnya berada di dasar perairan. Makrobentos menjadi salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan perannya sebagai organisme kuno dalam jaring makanan. Tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran. Penelitian tentang estimasi populasi gastropoda bertujuan untuk mempelajari penerapan metode tanpa plot (plotless), serta mempelajari kaorelasi antara beberapa tolok ukur lingkungan dengan populasi makrobentos (gastropoda). Penelitian dilaksanakan di sungai Tambak Bayan, Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah plotless (tanpa plot) dengan menggunakan tongkat sebagai titik pengambilan cuplikan secara acak. Dilakukan juga pengukuhan suhu air dan udara, kecepatan arus, pH, DO, CO2 bebas, dan alkalinitas pada air. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa densitas gastropoda pada stasiun 1 sebesar 422,22, stasiun 2 sebesar 848,2 ind/m 2 stasiun 3 sebesar 567,2 ind/m 2 , kemudian pada stasiun 4 sebesar 1759,25 ind /m 2 . Kata kunci : gastropoda, indikator, makrobentos, plotless, stasiun. PENDAHULUAN Kehidupan di air dijumpai tidak hanya pada badan air tapi juga pada dasar air yang padat. Di dasar air, jumlah kehidupan sangat terbatas karena ketersediaan nutrient yang terbatas. Oleh karena itu, hewan yang hidup di air dalam hanyalah hewan- hewan yang mampu hidup dengan jumlah dan jenis nutrient terbatas, sekaligus bersifat bartobran (Isnaeni, 2002). Hewan yang hidup di dasar perairan adalah makrozoobentos.

Upload: arya-abid-m

Post on 16-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ekoper

TRANSCRIPT

ESTIMASI POPULASI GASTROPODA DAN MAKROBENTOSArya Abidmursyid11/313426/12311Budidaya Perikanan

INTISARIHewan makrobentos adalah golongan avertebrata akuatik yang sebagian besar hidupnya berada di dasar perairan. Makrobentos menjadi salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan perannya sebagai organisme kuno dalam jaring makanan. Tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran. Penelitian tentang estimasi populasi gastropoda bertujuan untuk mempelajari penerapan metode tanpa plot (plotless), serta mempelajari kaorelasi antara beberapa tolok ukur lingkungan dengan populasi makrobentos (gastropoda). Penelitian dilaksanakan di sungai Tambak Bayan, Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah plotless (tanpa plot) dengan menggunakan tongkat sebagai titik pengambilan cuplikan secara acak. Dilakukan juga pengukuhan suhu air dan udara, kecepatan arus, pH, DO, CO2 bebas, dan alkalinitas pada air. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa densitas gastropoda pada stasiun 1 sebesar 422,22, stasiun 2 sebesar 848,2 ind/m2 stasiun 3 sebesar 567,2 ind/m2, kemudian pada stasiun 4 sebesar 1759,25 ind /m2.

Kata kunci : gastropoda, indikator, makrobentos, plotless, stasiun.

PENDAHULUANKehidupan di air dijumpai tidak hanya pada badan air tapi juga pada dasar air yang padat. Di dasar air, jumlah kehidupan sangat terbatas karena ketersediaan nutrient yang terbatas. Oleh karena itu, hewan yang hidup di air dalam hanyalah hewan-hewan yang mampu hidup dengan jumlah dan jenis nutrient terbatas, sekaligus bersifat bartobran (Isnaeni, 2002). Hewan yang hidup di dasar perairan adalah makrozoobentos. Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan perannya sebagai organism kunci dalam jaring makanan. Selain itu, tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai petunjuk bagi penilaian kualitas air. Hewan bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi indicator pencemaran. Jika detemukan impet air tawar, kijing, kerang, cacing pipih, maka perairan tersebut dapat digolongkan ke dalam perairan berkualitas sedang (Pratiwi, dkk, 2004).Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung produktivitas dan untuk membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut (Suin, N.M,1989). Sebagaimana kehidupan bidang lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas bentos ditentukan oleh sifat fisika, kimia, dan berbagai perairan (Setyobudiandi, 1997). Selain parameter fisika, kimia, dan biologi, kecepatan arus juga berpengaruh terhadap kepadatan dan keanekaragaman komunitas bentos karena kecepatan arus akan mempengaruhi tipe substratum (Welch, 1980).Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penerapan metode tanpa plot (plotless) untuk mengestimasi populasi gastropoda, serta mempelajari korelasi antara beberapa tolok ukur lingkungan dengan populasi makrozobentos (gastropoda).

METODOLOGIPratikum ini dilakukan pada hari Selasa, 27 Maret 2012 di Sungai Tambak Bayan, Yogyakarta. Dalam percobaan ini terdapat beberapa parameter yang akan diukur, parameter kimia yang meliputi derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), kadar CO2 bebas, alkalinitas, kandungan bahan organic serta parameter biologi yang yang meliputi organism yang terdapat di lokasi percobaan.Percobaan ini digunakan metode plotless. Percobaan ini terdiri dari beberapa tahapan.pada mulanya, percobaan ini dimulai dengan menentukan lokasi percobaan. Setelah penentuan lokasi, langkah selanjutnya adalah menentukan titik pengambilan secara acak, kemudian gastropoda di badan perairan sungai dicari dengan jarak terdekat dari tingkat yang ditancapkan pada lokasi penelitian. Setelah itu, jarak antara gastropoda dan tongkat yang ditancapkan diukur dan dicatat. Ulangi percobaan tersebut sampai 30 data yang didapat. Setelah itu dihitung kerapatan (densitas) dari geastropoda dengan rumus:D= Y=Yi=(xi)2dengan D merupakan densitas gastropoda, S merupakan estimasi denesitas gastropoda, S merupakan jumlah titik yang dtentukan secara acak, dan Y merupakan luas area kajian.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil dari pengamatan pratikum estimasi populasi gastropoda dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel Hasil Pengamatan Estimasi Populasi Gastrophoda dan Makrobenthos Sungai Tambak BoyoHASIL PENGAMATAN ESTIMASI POPULASI GASTROPHODA DAN MAKROBENTHOS

NOINDIKATORSTASIUN ISTASIUN IISTASIUN IIISTASIUN IV

1Densitas Gastropoda422,22848,2567,21759,25

2Densitas Makrobentos181,2518,75103,125356,52

3Diversitas Makrobentos1,499395921,251629172,242451,57585

Praktikum acara estimasi populasi gastropoda yang berlokasi di sungi Tambak Bayan. Keadaan sungai saat dilakukan pengukuran parameter lingkungan kondisinya kurang baik. Banyak sampah dipinggiran maupun yang ikut hanyut terbawa arus sungai. Untuk keadaan vegetasi disekitar stasiun II yaitu semak-semak dan rerumputan. Selain itu diseberang sungai banyak dijumpai ponon bambu yang menjulan tingggi dan menutupi sungai sehingga cahaya sedikit terhalang masuk. Sungai Tambak Bayan sendiri masih banyak digunakan masyarakat sekitar untuk keperluan rumh tangga, irigasi, dan industri. Densitas dan diversitas makrobentos juga dapat dikadikan indikator dalam menelaah kualitas suatu perairan karena suatu perairan yang subur cenderung memiliki makrobentos dalam jumlah besar dan beragam. Makrobentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu karena hewan bentos terus menerus berada dalam air yang kualitasnya berubah-ubah. Parameter yang diukur pada penelitian kali ini adalah fisik, kimia, dan biologi. Parameter fisik meliputi suhu udara, suhu air, kecepatan arus, dan debit. Parameter kimia meliputi DO (Dissolved Oxygen), CO2 bebas, alkalinitas dan pH. Parameter biologi meliputi densitas gastropoda yang merupakan kerapatan populasi gastropoda. Densitas gastropoda inilah yang akan dihitung pada praktikum kali ini untuk mempelajari korelasi antara tolok ukur lingkungan dengan populasi gastropoda itu sendiri. Metode yang digunakan untuk mengestimasi gastropoda tersebut adalah metode plotless (tanpa plot) dengan menggunakan tingkqat sebagai titik pengambilan cuplikan secara acak.Stasiun 1 memiliki nilai Densitas gatropoda sebesar 422,2 dan densitas makrobentos sebesar 181,25 ind/L dengan diversitasnya sebesar 1,49. Stasiun 2 memiliki nilai densitas gastropoda sebesar 848,2 dan densitas makrobesntos sebesar 18,75 ind/L dengan diversitasnya sebesar 1,25. Stasiun 3 memiliki nilai densitas gastropoda sebesar 567,2 dan densitas makrobentos sebesar 103,125 ind/L dengan diversitasnya sebesar 2,24. Stasiun 4 memiliki nilai densitas gastropda sebesar 1759,25 dan densitas makrobentos sebesar 356,62 ind/L dengan diversitasnya sebesar 1,57. Hasil pengamatan dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Dalam pengamatan densitas gastropoda, densitas gastropoda tertinggi pada stasiun 4 yaitu 1759,25 dan terendah pada stasiun 1 yaitu 422,22. Perbedaan ini dipengaruhi oleh dasar perairan apabila dasar perairan cenderung berlumpur maka densitas gastropodanya tinggi karena sebagai tempat untuk mencari makan.

Densitas makrobentos juga dapat dijadikan indikator suatu perairan, perairan yang subur cenderung memiliki makrobentos dalam jumlah yang besar dan beragam. Nilai densitas makrobentos tertinggi pada stasiun 4 yaitu 356,52 idv/m2. dan terendah pada stasiun 2 yaitu 18,75.

Nilai diversitas makrobentos tertinggi pada stasiun 3 yaitu 2,24 dan terendah pada stasiun 2 yaitu 1,25. Diversitas makrobentos juga dapat dijadikan indicator dalam menelaah kualitas perairan. Pada stasiun 2 yang nilai Diversitas makrobentosnya 1,25 nilai ini tergolong pada derajad pencemaran yang tercemar.

Parameter fisik dan kimia juga mempengaruhi densitas gastropoda pada setiap perairan khususnya sungai. Untuk lebih jelasnya, parameter atau tolok ukur hasil pengamatan pada semua stasiun dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :

Dengan membandingkan hasil dua grafik antara densitas gastropoda dengan kecepatan arus menunjukkan bahwa hasil pengukuran densitas untuk stasiun 4 tertinggi dengan kecepatan arus yang tinggi pula. Dengan begitu berarti dapat disimpulkan bahwa populasi gastropoda lebih menyukai habitat dengan kecepatan arus yang tinggi. Sedangkan stasiun 2 memiliki densitas gastropoda. arus yang tinggi ini dikarena pada stasiun 4 memiliki kedalaman yang yang cukup dalam serta sungainya agak lebar. Selain itu kecepatan arus juga dipengaruhi oleh banyak sedikitnya penghalang, misalnya batu-batuan. Semakin banyak batu-batuan kecepatannya menjadi berkurang.

Densitas gastropoda di stasiun 4 menunjukkan yang tertinggi dan apabila dikaitkan dengan DO ( kandungan oksigen terlarut ) juga menunjukkan hasil yang rendah. Dari grafik DO vs stasiun menunjukkan kandungan DO dari stasiun 1 ke 2 mengala,i kenaikan sedangkan dari 2 ke 4 semakin rendah. Hal ini sesuai teori yang menyatakan bahwa semakin ke hulu (daerah atas) kandungan oksigen terlarutnya semakin tinggi, karena di daerah hulu lebih banyak dijumpai tumbuhan air sehingga lebih banyak oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Gastropoda cenderung lebih menyukai daerah yang memiliki kandungan DO tinggi karena dalam pemenuhan kebutuhan oksigen untuk respirasinya lebih mudah didapatkan tanpa harus bersaing dengan organisme lainnya. Sehingga untuk daerah yang memiliki kandungan DO tinggi sering ditemukan densitas yang tinggi pula.

Dari membandingkan data antara kedua grafik menunjukkan bahwa kadar CO2bebas di stasiun 4 rendah tetapi memiliki densitas gastropoda yang tertinggi. Hal ini berarti bahwa populasi gastropoda lebih menyukai daerah dengan kandungan CO2rendah. Hasil pengukuran kadar CO2bebas sering dijumpai berkebalikan dengan kandungan DO nya, apabila CO2maka DO rendah, begitu pula sebaliknya. Kadar CO2bebas yang rendah menjadikan gastropoda lebih mudah dalam proses respirasi karena kadar CO2yang tinggi dapat mengganggu proses repirasi dan apabila kadar CO2nya sangat tinggi dapat mengakibatkan kematian pada gastropoda. Itu sebabnya kenapa lebih banyak dijumpai populasi gasatropoda pada daerah yang memiliki kadar CO2rendah. Kondisi sungai pada setiap stasiun pengamatan berbeda-beda. Stasiun yang paling baik kondisi sungainya adalah stasiun 4 dengan densitas gastropda dan makrobentos yang paling paling tinggi. Hal tersebut dikarenakan alkalinitas pada stasiun ini rendah. Selanjutnya stasiun 3, kemudian stasiun 2, dan yang terburuk adalah stasiun 1 yang memiliki kondisi perairan dengan alkalinitas tinggi.

KESIMPULANMetode tanpa plot (plottless) digunakan untuk mengestimasi populasi gastropoda pada suatu habitat akuatik (perairan). Kepadatan populasi pada masing-masing stasiun pengamatan tidak sama. Hal ini dipengaruhi oleh parameter-parameter lingkungan yang ada seperti suhu, kecepatan arus, pH, DO, CO2 bebas dan alkalintas. Stasiun paling baik saat pratikum adalah stasiun 4, karena densitas gastropodanya paling tinggi.

SARANPengetahuan mengenai estimasi gastropoda penting untuk dipelajari karena berkaitan dengan kualitas air suatu perairan. Perairan sebagai suatu ekosistem harus dijaga kualitas airnya agar kelangsungan hidup biota perairan tidak terganggu. Untuk proses tatalaksana praktikum cukup baik, hanya saja pembagian tugas yang tidak bergantian membuat anggota kelompok tidak mengetahui cara pengamatan parameter yang tidak dikerjakannya.

DAFTAR PUSTAKAIsnaeni, W. 2002. Fisiologi Hewan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Pratiwi, dkk. 2004. Panduan Pengukuran Kualitas Air Sungai. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Setyobudiandi, I, 1997. Makrozoobentos. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Suin, N.M. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara: Jakarta.

Welch, S. 1980. Lymnology. New York: Mc Graw Hill Book Company.