bombyx mori ..makalah..new
TRANSCRIPT
Bombyx mori
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam
dosen : Rita Istiana, S.Pd
disusun oleh :
Kelompok 6
Agiesty Purnama (0361 11 072)
Dara Nirmala (0361 11 0
Dewi Lestari A (0361 11 0
Yunita Mustika (0361 11 0
Semester II/A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-
Nya lah makalah mengenai Ulat sutra ( Bombyx mori ) ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terimakasih khususnya
kepada Ibu Rita Istiana, S.Pd selaku dosen mata kuliah Zoologi Invertebrata yang
telah membimbing serta memberikan ilmu mengenai segala hal yang berkaitan
dengan zoologi invertebrata. Selain itu kami mengucapkan terimakaih kepada
pihak lain yang telah berperan, sehingga makalah ini dapat menjadi salah satu
bahan pengetahuan baru bagi penulis maupun pembaca.
Dalam penulisannya makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Maka dalam kesempatan ini kami memohon maaf atas segala keterbatasan yang
terdapat dalam makalah.
Namun besar harapan kami dari makalah ini yaitu semoga makalah ini
dapat menjadi sumber ilmu bagi penulis maupun pembaca untuk saat ini dan
nanti.
Bogor, Juli 2012
Penulis
i | P a g e
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan masalah..........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Ciri dan struktur tubuh Bombyx mori............................................................3
A. Klasifiikasi ulat sutra......................................................................................3
B. Struktur tubuh ulat sutra..................................................................................3
Bagian Organ Luar........................................................................................3
Bentuk dan Struktur Khas Larva..........................................................................4
Bagian Organ Dalam.....................................................................................6
2.2 Proses reproduksi pada Bombyx mori............................................................9
2.3 Habitat dan makanan Bombyx mori..............................................................11
2.4 Peranan dan perilaku Bombyx mori..............................................................12
A. Peranan ulat sutra..........................................................................................12
B. Perilaku ulat sutra..........................................................................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
ii | P a g e
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sutra merupakan serat protein alami yang dapat ditenun menjadi tekstil.
Sutra dihasilkan terutama oleh larva insecta atau serangga yang
bermetamorfosis dengan lengkap. Seiring perkembangannya sutra juga dihasilkan
oleh beberapa jenis serangga, namun hanya jenis sutra dari ulat sutra yang
digunakan untuk pembuatan tekstil.
Beberapa diantaranya merupakan serangga dewasa seperti Embioptera
yaitu jenis serangga dari ordo Hymenoptera (lebah, tabuhan, dan semut) yang
kadang kala digunakan untuk membuat sarang, selain itu ditemukan jenis-
jenis arthropoda yang ternyata juga dapat menghasilkan sutra
terutama arachnida seperti laba-laba.
Jenis sutra yang paling umum adalah sutra dari kepompong yang
dihasilkan larva ulat sutra murbei (Bombyx mori) yang diternak. Jenis ulat ini
mampu menghasilkan tekstur yang mulus, lembut, namun tidak licin.
Sebenarnya sejak dahulu berbagai ulat sutra liar telah dikenali dan
digunakan sebagai bahan pembuatan tekstil, namun secara kualitas skala
produksinya selalu jauh lebih kecil daripada ulat sutra yang kini banyak diternak.
Terdapat beberapa perbedaan antara ulat sutra liar dan ternakan.
kepompong liar dari ulat sutra liar biasanya sudah dirusak oleh ngengat yang
keluar sebelum kepompong tersebut diambil, sehingga benang sutra yang
membentuk kepompong itu sudah terputus menjadi pendek. Sutra liar biasanya
juga lebih sukar dicelup warna daripada sutra ternakan.
Sedangkan pada proses pembuatan sutra dari ulat sutra ternakan, terlebih
dahulu ulat dicelup ke dalam air mendidih sebelum keluarnya ngengat dewasa,
sehingga seluruh kepompong dapat diurai menjadi sehelai benang yang tak
terputus. Hal inilah yang membuat sutra kemudian dapat ditenun menjadi kain
yang lebih kuat.
1 | P a g e
Maka untuk mengetahui berbagai karakteristik khas yang dimiliki ulat
sutra lainnya, untuk itu selanjutnya dalam makalah ini akan dibahas sedikit lebih
lanjut mengenai hal yang berkaitan dengan ulat sutra ( Bombyx mori ) yaitu
diantaranya mengenai ciri dan struktur tubuh, reproduksi, habitat dan makanan,
serta peranan dan perilkau yang dimilki oleh salah satu spesies dari kelas insecta
ini.
1.2. Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu :
1. Seperti apakah ciri dan struktur tubuh Bombyx mori ?
2. Bagaimana proses reproduksi pada Bombyx mori ?
3. Dimana habitat serta makanan dari Bombyx mori ?
4. Seperti apakah peranan serta perilaku yang dimilki oleh Bombyx mori ?
1.3. Tujuan PenulisanBerdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini
yaitu :
1. Untuk mengetahui ciri dan struktur tubuh Bombyx mori.
2. Untuk mengetahui proses reproduksi pada Bombyx mori.
3. Untuk mengetahui habitat serta makanan dari Bombyx mori.
4. Untuk mengetahui peranan serta perilaku yang dimilki oleh Bombyx mori.
2 | P a g e
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ciri dan struktur tubuh Bombyx mori
A. Klasifiikasi ulat sutraKingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub Filum : Mandibulata
Klass : Insecta
Sub Klass : Pterygota
Ordo : Lepidoptera
Family : Bombycidae
Genus : Bombyx
Spesies : Bombyx mori L
B. Struktur tubuh ulat sutra
Bagian Organ Luar
Gambar 1.1 Ulat sutera Bombyx mori L. instar V; A. Thorax (dada) B. Abdominal segment (segmen perut) C. Crescent D. Eye spots (mata) E. Head (kepala) F. Caudal horn (ekor) G. Thorax legs H. Spiracles I. Stars spots J. Abdominal legs
3 | P a g e
K. Caudal legs
Larva ulat sutera mempunyai tanduk anal yang pendek dan memakan daun
murbei. Larva ulat sutera ini tumbuh dan memintal kokon dalam waktu kira-kira
enam minggu. Apabila digunakan dalam kepentingan perdagangan, pupa dibunuh
sebelum berubah menjadi ngengat, karena pemunculan ngengat akan merusak
serat-serat di dalam kokon. Tiap-tiap kokon terdiri dari satu benang tunggal yang
panjangnya kira-kira 914 meter. Kira-kira diperlukan 3000 kokon untuk membuat
satu pon sutera (Boror et al., 1992).
Bentuk dan Struktur Khas Larva
Bentuk tubuh ulat terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Ulat sutera yang biasa dipelihara mempunyai bintik hitam kecoklatan yang disebut bintik mata. Karena penempilannya, kebanyakan orang yang melihat ulat ini untuk pertama kali mungkin salah, menganggap bintik mata sebagai mata, dada sebagai kepala, dan kepala sebagai mulut.
1. Kepala
Kepala ulat sutera meskipun kecil memiliki struktur yang kompleks. Di
bagian kepala terdapat sepasang antena yang merupakan organ syaraf/perasa.
Antena ini terdiri dari 3 segmen pendek. Di pangkal antena ada
sepasang mandibula(rahang) bersebelahan yang bergerak ke sisi untuk mengigit
daun murbei. Mulut ada diantara mandibula, daun yang digigit masuk melalui
bagian ini. Ada satu lingkaran kecil di pusat dibawah mulut, yaitu spineret.
Spineret adalah tempat keluarnya filamen sutera. Filamen sutera keluar dari
lubang yang ada diujung spineret tersebut.
Pada kedua sisi spineret ada sepasang organ yang nampak seperti antena
kecil yang disebut maksilla yaitu organ perasa yang berfungsi untuk
4 | P a g e
mengidentifikasi makanan. Disisi yang lain pada dasar antena, ada 6 pasang
lingkaran kecil berbentuk setengah bulatan, yaitu mata. Mata pada ulat sutera
tidak seperti mata majemuk (pada ngengat), melainkan ocelli atau mata tunggal
yang tidak mengenal bentuk dari objek yang nampak, tetapi hanya bisa melihat
antara terang dan gelap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:
2. Dada (Thoraks) dan Perut (Abdomen)
Tubuh ulat sutera terdiri dari 13 segmen. Dibagia paling depan adalah
kepala yang dibungkus kulit keras yang berwarna hitam kecoklatan. Selanjutnya
ada 3 segmen berurutan, ketiga segmen tersebut tersusun berurutan yaitu
prothoraks, mesothoraks, dan metathoraks.Sembilan segmen terakhir disebut
abdomen.
5 | P a g e
Segmen ke 3,4,5,6 dan segmen terakhir masing-masing mempunyai
sepasang kaki, yang disebut kaki abdomen. Kaki abdomen terakhir yang paling
besar disebut kaki kaudal. Kaki abdomen tidak mempunyai segmen dan
disebut proleg. Sedangkan tanduk yang ada pada segmen ke-8 disebut tanduk
kaudal.
3. Perbedaan antara Larva (ulat) Jantan dan Betina
Dapat dilihat pada gambar diatas, larva jantan mempunyai 1 titik dari kelenjar Herold pada abdomen perbatasan antara segmen ke-11 dan 12, sedangkan larva betina sepasang bintik kecil pada bagian abdomen segmen ke-11 dan 12. Bintik-bintik tersebut disebut kelenjar Ishiwata depan dan kelenjar Ishiwata belakang. Waktu yang paling tepat untuk membedakan kedua jenis kelamin adalah pada awal instar V, tepat setelah ganti kulit yang ke-4. Akan tetapi karakteristik ini sulit dilihat dengan mata biasa, oleh karena itu identifikasi hanya dilakukan oleh para ahli.
Bagian Organ Dalam
Dibawah kulit pada garis median dari permukaan dorsal, terdapat
pembuluh yang disekeliloingnya mempunyai banyak otot dan badan lemak.
Bagian vertal diisi saluran pencernaan. Pada kedua sisi saluran pencernaan ini
6 | P a g e
terdapat trakea. Di bagian vertal dari saluran pencernaan terdapat kelenjar sutera
yang disekelilingnya banyak badan lemak.
Organ utama pada larva instar V yang sudah tumbuh sempurna adalah :
pernafasan, peredaran darah, ekskresi, pencernaan, tubula malphigi, system
syaraf, kelenjar sutera, organ seksual dan lain-lain.
A. Organ Pernafasan
Organ pernapasan dari ulat sutera disebut stigma/ spirakel, yaitu spot
hitam yang ada disisi lateral pada segmen ke-1 dan ke-4 sampai
dengan ke-11. Dari stigma, trakea mulaiu bercabang menuju bagian
dalam tubuh, seperti pembuluh darah pada hewan vertebrata, dan
mengirimkan oksigen kepada darah yang mengisi tubuh.
B. Organ Peredaran Darah
Larva mempunyai darah, tetapi tidak mempunyai pembuluh, sehingga
bagian dalam seluruh tubuh dipenuhi darah. kalau permukaan kulit
diiris, darah akan keluar berupa cairan tubuh. Meskipun tidak
mempunyai pembuluh darah, tetapi ada organ seperti jantung yang
disebut pembuluh dorsal yang membujur lurus sepanjang tubuh,
terletak seperti tulang belakang pada vertebrata. Organ ini akan
nampak bergerak-gerak dibagia dorsal larva instar V.
C. Organ Pencernaan
Organ ini dimulai dari mulut, melalui intestin depan, intestin tengah,
intestin belakang dan berakhir pada anus. Sistem pencernaan pada
larva mempunyai kapasitas yang besar dan memenuhi hampir setengah
dari tubuhnya.
D. Organ Ekskresi
Berpungsi sebagai ginjal pada hewan tingkat tinggi dan disebut
malphigi. Sepasang saluran dari bagian depan intestin belakang,
masing-masing bercabang menjadi tiga saluran yang sangat panjang,
berwarna kuning, berputar mengililingi dinding luar dari saluran
pencernaan.
E. Organ Syaraf
7 | P a g e
Pusat dari syaraf globular disebut ganglion. Ada 13 buah, 2 buah ada
di kepala, 3 di thoraks dan 8 di abdomen. Semua ganglion
berhubungan secara vertikal dengan cabang syaraf. Cabang syaraf
yang kecil keluar dari ganglion menuju bagian tubuh.
F. Kelenjar Sutera
Kelenjar ini menghasilkan sutera yang merupakan dasar dari filamen,
yang dijalin menjadi kokon. Kelenjar merupakan sepasang saluran
panjang, berbelit disamping dan dibawah saluran pencernaan, dan
bergabung pada spineret diujung kepala. Berdasarkan bentuk dan
strukturnya, kelenjar ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu anterior,
tengah dan posterior. Anterior berbentuk tipis dan lurus, bagian tengah
tebal dan terbagi menjadi 3 bagian pula yaitu depan (tipis pada
awalnya, kemudian menebal), tengah (sangat tebal) dan belakang
(mula-mula tebal dan kemudian menipis). Posterior sangat panjang dan
banyak berputar-putar, membuat ketebalan yang seragam. Sepasang
kelenjar Fillipi terbuka didalam kelenjar sutera pada sendi bagian
anterior dan kedua kelenjar. Kelenjar Fillipi atau Lyonet,
mengeluarkan zat lilin yang menutupi filamen kokon. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar beri
G. Organ Seksual
Pada stadia larva yang merupaka stadia vegetative, organ ini akan
berkembang. Larva betina mempunyai sepasang ovary, sedang larva
jantan mempunyai sepasang testis. Keduanya berasa didalam kulit
dorsal segmen ke-8 dan tidak Nampak dari luar. Bentuk organ tetap
dari mulai menetas sampai larva tumbuh maksimal. Organ ini
berkembang pesat pada stadia pupa, terutama ovary betinanya, dan
akhirnya merupakan bagian utama dari tubuh.
2.2 Proses reproduksi pada Bombyx mori
8 | P a g e
Gambar 1.3 Siklus Hidup Ulat Sutera Bombyx mori L.
Berawal dari telur, menetas menjadi larva (ulat), kemudian berubah
menjadi pupa yang terbungkus kokon dari sutera, dan akhirnya menjadi bentuk
dewasa berupa ngengat. Rangkaian peristiwa ini dikenal dengan istilah
metamorfosis sempurna dan terjadi dalam waktu kurang lebih dari satu bulan.
Dalam tahap ini mengalami perubahan yaitu telur berubah menjadi ulat
dan kemudian menjadi dewasa atau ngengat. Ada dua perubahan yang terjadi.
Pertama, perubahan pada setiap telur menjadi bentuk ulat. Kedua, perubahan ulat
menjadi ngengat. Telur sutera menetas secara tidak langsung berubah jadi
ngengat, tetapi terlebih dahulu menjadi ulat.
Telur yang baru menetas berupa larva yang di seluruh permukaan
tubuhnya dipenuhi oleh bulu halus berwarna hitam yang disebut seta. Ulat yang
baru menetas memiliki panjang 3 mm. Setiap hari tubuh ulat akan bertambah
panjang karena terus diberi pakan. Setelah satu hari dari menetas tubuh ulat
bertambah menjadi 7 mm dengan permukaan kulitnya mengkilap. Hal ini terjadi
karena seta pada tubuh ulat mulai berkurang dan menghilang. Setelah itu ulat akan
9 | P a g e
berhenti makan sekitar 24 jam. Pada saat itu ulat akan menggantikan kulit yang
lama dengan kulit yang baru (ekdisis). Karena selama masa larva ganti kulit
berlangsung selama 4 kali, maka terdapat 5 periode makan yang lebih dikenal
dengan instar. Panjang masa makan berbeda tergantung dari instar dan
galurnya. Pada instar V tubuh ulat akan mencapai panjang maksimum 70 mm dan
makan dengan rakus (Atmosoedarjo dkk.,2000).
Dalam pertumbuhannya ulat mengalami beberapa kali pergantian kulit,
karena kulitnya seakan-akan hanya mampu membungkus tubuh sampai pada tahap
pertumbuhan tertentu. Karena untuk mencapai pertumbuhan berikutnya
diperlukan kulit baru untuk membungkus tubuh yang lebih besar. Apabila warna
kepalanya sudah menjadi semakin gelap, ulat sutra akan segera berganti
kulit/cangkang. Ulat sutra mengalami empat kali ganti kulit, hingga berwarna
kekuningan dan lebih ketat, yang menjadi tanda akan segera membungkus diri
dengan kepompong.
Telur ulat sutera berbentuk bulat lonjong, panjang 1,3 mm, lebar 1 mm
dan tebal 0,5 mm. Warna telur pada saat keluar putih kekuning-kuningan namun
lama kelamaan 2-3 hari telur tersebut berubah menjadi abu-abu kehijauan
(Departemen Kehutanan, 1998)
Ulat kecil yaitu ulat yang berumur 1-12 hari dan terbagi kedalam tiga
instar atau fase yaitu instar I (1-4 hari), instar II (5-7 hari), III (8-12 hari). Ulat
kecil memerlukan temperatur tinggi dan kelembaban tinggi. Temperatur terlalu
rendah akan berpengaruh terhadap kualitas kokon (Nunuh, 2002).
Ulat besar yaitu ulat yang berumur antara 13-25 hari, tergantung
ketinggian tempat. Ulat besar terbagi kedalam dua instar atau fase yaitu instar IV
dan instar V.
Menurut Atmosoedarjo, dkk (2000), kokon adalah materi yang terbuat dari
lapisan serat serat sutera, dan berisi pupa. Kokon merupakan hasil akhir dari
pemeliharaan ulat sutera yang nantinya akan diproses menjadi benang melalui
proses pemintalan.
10 | P a g e
Pupa merupakan tingkat istirahat dalam pertumbuhan atau metamorfosa
ulat sutera (serangga), setelah larva sebelum menjadi ngengat atau imago di dalam
kokon, (Atmosoedarjo, dkk 2000)
2.3 Habitat dan makanan Bombyx mori
Pakan Ulat Sutera
Makanan dari ulat sutera adalah daun murbei, dan sejauh ini belum ada yang
bisa mengganti pakan ulat sutera selain daun murbei.Karena makanannya hanya
daun murbei, maka usaha pemeliharaan ulat sutera sangat tergantung pada
tanaman ini. Tahun 1991, di daerah Lampung dilakukan percobaan memberi
makan ulat sutera dengan menggunakan daun singkong. Sampel ulat yang
dipelihara dengan pakan daun singkong ternyata bisa hidup normal, menghasilkan
kepongpong, menjadi serangga dewasa dan mampu bertelur. Namun terobosan
yang dilakukan oleh BPP Teknologi Lampung ini baru dalam tahap penelitian.
Menurut Keng (1969), klasifikasi tanaman murbei adalah sebagi berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Klass : Dicotyledoneae
Ordo : Urticales
Family : Moraceae
Genus : Morus
Spesies : Morus sp.
Gambar 1.4 Pakan Ulat Sutera Daun Murbei (Morus sp.)
Secara umum murbei merupakan pohon semak. Tinggi maksimalnya
mencapai 15 m dengan diameter tajuk 60 cm, memiliki daun tunggal dan spatula.
11 | P a g e
Menurut Wyman (1974), murbei dapat tumbuh atau hidup pada berbagai jenis
tanah, serta pada ketinggian antara 0-3000 m dpl. Karenanya, dibeberapa tempat
di Indonesia banyak ditemukan murbei tumbuh dengan liar. Ulat sutera lebih
cocok berkembangbiak di tempat beriklim sejuk, sehingga murbei lebih ideal
ditanam pada ketinggian 400-800 m dpl. Daerah yang mempunyai temperatur
rata-rata 21-23 0C sangat cocok untuk murbei. Tanah sebaiknya memiliki pH
diatas 6, teksturnya gembur, ketebalan lapisan paling tidak 50 cm. Tanah yang
subur akan memberikan dukungan pertumbuhan yang baik. Walaupun begitu,
tanah yang kurang subur bisa dibantu dengan dosis pemupukan yang tepat.
Tanaman Murbei memiliki banyak jenis untuk pakan ulat sutera, antara
lain jenis Morus alba, Morus cathayana dan Morus multicaulis. Tanaman murbei
jenis Morus alba ujung rantingnya yang muda sedikit merah, produksi daunnya
cukup tinggi. Morus cathayana ujung rantingnya masih muda dan tangkainya
sedikit merah, ukuran daun besar produksi daunnya cukup tinggi. Sedangkan pada
murbei jenis Morus multicaulis ujung ranting muda kehijauan. Ukuran daun lebar,
produksi daun tinggi dan tidak cepat layu (Guntoro, 1994).
2.4 Peranan dan perilaku Bombyx mori
A. Peranan ulat sutra
Dalam dunia kecantikan (menghaluskan kulit)
Kepompong ulat sutra atau kokon, merambah dunia kecantikan. Selain
sebagai bahan pengampelas kulit (scrub) alami, kokon juga mengandung protein
12 | P a g e
yang bermanfaat bagi kulit. Perawatan wajah dengan kepompong ini bisa anda
lakukan sendiri di rumah.
Tren mutakhir di spa-spa terkemuka di Thailand adalah menggunakan
Cocoon Scrub, kokon atau kepompong ulat sutra sebagai pengampelas kulit.
Bahkan di Jepang, kokon dalam kemasan dijual di gerai-gerai perawatan
kecantikan.
Mengapa kepompong ulat sutra dapat merambah dunia kecantikan?
Ternyata, benda berwarna putih kekuning-kuningan yang ukurannya kira-kira
sebesar telur burung puyuh dan memiliki lubang di salah satu ujungnya itu,
mengandung protein yang bermanfaat bagi kulit.
Menurut penelitian Dr Hauschka, ilmuwan asal jerman, kokon memiliki
komposisi jaringan yang mirip dengan struktur kulit manusia, dengan jumlah
asam amino yang hampir sama. Demikian pula tingkat keasaman atau pH-nya.
Sifat-sifat ini membuat kokon sangat efektif untuk perawatan kulit. Selain itu,
kokon juga mengandung zat antibakteri yang bermanfaat melindungi jaringan
kulit, sehingga dapat meringankan masalah-masalah kulit yang disebabkan oleh
bakteri, jerawat, maupun komedo. Lapisan fibrion yang terdapat pada cangkang
kokon membuat kulit lebih lembut dan bercahaya.
Kelemahannya, kepompong untuk perawatan kecantikan dan kesehatan
hanya bisa digunakan sekali, setelah itu dibuang.
Manfaat medis
Ulat sutra yang digunakan untuk pengobatan tradisional China adalah
"Bombyx batryticatus" atau "ulat sutra kaku" (Hanzi sederhana:僵蚕, tradisional:
僵 蠶 pinyin: āngcán). Ia adalah larva kering 4–5th yang mati akibat penyakit
muskadin putih disebabkan oleh jamurBeauveria bassiana, dimanfaatkan untuk
mengobati masuk angin, mencairkan dahak dan meringankan kejang-kejang.
Makanan
13 | P a g e
Ulat sutra dikonsumsi di sejumlah kebudayaan. Di Korea, ulat sutra yang
direbus sertadibumbui merupakan makanan ringan yang populer dan dikenal
sebagai beondegi. Di China, sejumlah pedagang jalanan menjual ulat sutra yang
dipanggang
B. Perilaku ulat sutra Seekor ulat sutera di kepompongnya yang terpintal dengan benang sutera.
Ulat sutera menggunakan cara yang sangat cerdas untuk melindungi telur-
telurnya: ulat sutera itu menyatukan telur-telur tersebut dengan zat kental
(benang) yang dikeluarkannya untuk mencegah supaya telur-telur itu tidak
terpencar ke sekitarnya.
Ulat-ulat yang memunculkan telur-telur mereka mula-mula mendapati
cabang yang aman bagi mereka sendiri dan kemudian mengikatkannya dengan
benang yang sama. Lalu, untuk mengembangbiakkan mereka sendiri, mereka
mulai memintal kepompong dengan benang yang mereka keluarkan. Untuk
melengkapi proses tersebut diperlukan waktu 3-4 hari bagi ulat yang baru
membuka mata menatap kehidupan. Ulat itu membuat ribuan putaran dan
menghasilkan benang.
Tindakan yang dilakukan oleh ulat sutera induk untuk melindungi telur-
telurnya atau pun perilaku ulat mungil tanpa kesadaran, pendidikan, atau
pengetahuan tersebut tidak bisa dijelaskan oleh teori evolusi.kemampuan si induk
untuk menghasilkan benang yang dipakai untuk mengamankan telur-telurnya.
Pengetahuan ulat yang baru lahir tentang lingkungan yang paling cocok
bagi dirinya sendiri, pemintalan kepompongnya yang sesuai dengan hal ini,
pelaksanaan metamorfosisnya, dan kehadirannya melalui metamorfosis yang
tanpa masalah ini berada di luar pemahaman manusia.
BAB IIIPENUTUP
14 | P a g e
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
15 | P a g e
Atmosoedarjo, H.S. J. Katsubrata., M. Kaomini., W. Saleh. dan W. Moerdoko.,
2000. Sutera Alam Indonesia. Jakarta: Sarana Wana Jaya.
Anonimous.2012.http://deyanksilk.blogspot.com/2011/10/ulat-sutera-bombyx-
mori-l.html[01-07-2012].
Anonimous.2012.http://deyanksilk.blogspot.com/2011/11/normal-0-false-false-
false-en-us-x-none.html[01-07-2012].
Anonimous.2012.http://deyanksilk.blogspot.com/2011/10/ulat-sutera-bombyx-
mori-l.html[01-07-2012].
Anonimous.2012.http://koleksi-foto-gambar.blogspot.com/2010/11/koleksi-
gambar-ulat-sutra.html [24-06-2012].
Anonimous.2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29689/4/
Chapter%20II.pdf [24-06-2012].
Anonimous.2012.http://suteraalam.blogspot.com/[24-06-2012].
Anonimous.2012.http://id.wikipedia.org/wiki/Ngengat_sutra [24-06-2012].
16 | P a g e