bpc-2 jumat

Upload: sesaria-marina-raissa

Post on 09-Oct-2015

324 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

BPC-2 Jumat

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    1/46

    LAPORAN PRAKTIKUM

    LABORATORIUM LINGKUNGAN

    MODUL VI

    ANALISA KLOR AKTIF

    DENGAN METODE IODOMETRI

    DISUSUN OLEH:

    KELOMPOK II

    Andrew Alexander Lamba (1006680663)

    Mikaela Antoinette 1006680865)

    Ratu Aliah Sanada (1006773912)

    Riris Kusumaningsih (1006660964)

    Tanggal Praktikum : 2 November2012

    Asisten : Ingen Augdiga Sidauruk

    Tanggal disetujui :

    Paraf :

    Nilai :

    LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN DAN LINGKUNGAN

    PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

    DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    2012

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    2/46

    1. TUJUAN

    Untuk mengetahui jumlah klor yang dibutuhkan untuk air baku dengan

    kualitas tertentu sehingga tercapai titik breakpoint chlorination(BPC).

    2. DASAR TEORI

    2.1 Desinfeksi

    Desinfeksi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan

    mikroorganisme yang bersifat patogen (tidak untuk mikroorganisme yang

    tidak patogen ataupun patogen yang yang sedang berada dalam bentuk spora)

    baik secara kimia maupun fisik.

    Mikroorganisme patogenik merupakan mikroorganisme yang dapat

    menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. Patogen yang sering

    ditemukan di dalam air terutama adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi

    saluran pencernaan seperti Vibrio cholera penyebab penyakit kolera, shigella

    dysentereaepenyebab disentri basiler,salmonella typhosapenyebab tifus dan

    S. Paratyphypenyebab paratifus, virus polio dan hepatitis.

    Sebelum proses desinfeksi dilakukan, pemisahan zat padat harus

    dilakukan terlebih dahulu. Ini dikarenakan sering terdapat mikroorgamisme di

    dalam zat padat yang tidak dapat dimusnahkan oleh proses oksidasi-reduksi.

    Oksidan akan tereduksi oleh zat organik di dalam flok sebelum bisa

    menembus mikroorganisme untuk dimusnahkan.

    2.2 Desinfektan

    Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah

    terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, dan

    untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme pada benda mati.

    Desinfektan dapat dikelompokan atas beberapa golongan, yaitu :

    1.

    Grup Alkohol Larut

    Contoh : Etanol, Isopropil alkohol

    Cara kerja : Koagulasi protein dan melarutkan membran

    Konsentrasi : 70-90%

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    3/46

    Keuntungan : Bakterisidal cepat, tuberkulosidal

    Kelemahan : Tidak membunuh spora, menyebabkan korosi metal

    kecuali jika ditambahkan komponen pereduksi (2% Na-

    nitrit), mengeringkan kulit

    2.

    Grup Gas Sterilisasi

    Contoh : Etilen Oksida

    Cara kerja : Substitusi grup alkil di dalam sel dengan atom Hydrogen

    yang labil

    Waktu reaksi : 1-18 jam

    Keuntungan : Tidak berbahaya untuk kebanyakan bahan yang tidak

    panas

    Kelamahan : Membutuhkan peralatan khusus

    3.

    Grup Gas Desinfektan

    Contoh : Formal dehida

    Cara kerja : Seperti etilen oksida

    Konsentrasi : Larutan jenuh dalam bentuk gas

    Keuntungan : Membunuh spora, tidak korosif, digunakan untuk bahanyang tidak panas

    Kelemahan : Membutuhkan peralatan khusus

    4. Grup Halogen

    Contoh : Klorin, Iodium

    Cara kerja : Oksidasi grup sulfhidril bebas

    Konsentrasi : Hipoklorit konsentrasi tertinggi; HClO (warexin)larutan

    1.5%; Yodium tinkur - konsentrasi tinggi;

    Keuntungan : Klorintuberkolosidal; Yodium Pencuci dan

    desinfektan, tidak meninggalkan warna, meninggalkan

    residu anti bakteri; Yodium tinkurbersifat tuberkolosidal

    Kelemahan : Klorin memutihkan bahan, korosi logam, tidak stabil di

    dalam air sadah, larutan harus segar; Yodium

    menimbulkan warna dan iritasi kulit, Iodofor tidak stabil,

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    4/46

    aktifitasnya hilang didalam air sadah, korosif terhadap

    logam, menyebabkan pengeringan

    Kriteria-kriteria suatu desinfektan dapat dikatakan ideal :

    1.Bekerja dengan cepat untuk menginaktifasi mikroorganisme pada suhu

    kamar

    2.

    Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan

    kelembaban.

    3.Tidak toksik pada hewan dan manusia

    4.Tidak berbau / baunya masih menjaga estetika

    5.

    Tidak bersifat korosif6.Bersifat biodegradable

    7.

    Larutan stabil

    8.Mudah digunakan dan ekonomis

    9.Tidak berwarna dan meninggalkan noda

    Lima cara kerja desinfektan yaitu :

    1.Merusak dinding sel bakteri, yang mengakibatkan sel pecah dan mati.

    Beberapa zat, seperti penisilin, dapat menghambat sintesis dari dinding sel

    bakteri.

    2.Merubah permeabilitas sel, yang diakibatkan oleh zat-zat seperti senyawa

    fenol dan deterjen. Zat-zat ini merusak permeabilitas dari selektif

    membran sitoplasma sehingga nutrien-nutrien penting, seperti nitrogen dan

    fosfor, dilepaskan.

    3.Merubah sifat koloid alami dari protoplasm, yang dapat dilakukan dengan

    pemanasan, radiasi, dan penambahan zat-zat yang bersifat sangat asam

    atau sangat basa. Pemanasan akan mengkoagulasikan sel protein dan asam

    atau basa akan merusak protein sehingga mengakibatkan efek kematian

    sel.

    4.Merubah susunan DNA atau RNA mikroorganisme.

    5.Menghambat aktivitas enzim. Zat pengoksidasi, seperti klorin dapat

    merubah susunan kimia dari enzim dan menon-aktifkan enzim pada

    bakteri.

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    5/46

    2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Desinfeksi

    1. Jenis disinfektan yang digunakan

    Jenis disinfektan yang digunakan pada proses desinfeksi sangat

    mempengaruhi efisiensi dan efektivitas dari proses desinfeksi yang

    dilakukan. Ada beberapa jenis disinfektan yang merupakan oksidator yang

    lebih kuat dari disinfektan lainnya. Contohnya adalah ozon dan klorin

    dioksida yang lebih kuat sebagai oksidator dibandingkan dengan klorine.

    2. Kondisi mikroorganisme yang terkandung di dalam air

    Kondisi mikroorganisme di dalam alam sangatlah bervariasi. Hal ini

    dapat dipengaruhi oleh :

    a. Jenis mikroorganisme

    Jenis dari mikroorganisme yang kemungkinan terdapat di dalam air

    adalah jenis bakteri, virus, dan parasit. Dari berbagai jenis ini, ada

    beberapa mikroorganisme patogen yang memiliki ketahanan terhadap

    disinfektan. Terutama bagi mikroorganisme yang dapat membentuk

    spora. Secara umum resistensi terhadap desinfeksi berurutan sebagaiberikut : bakteri vegetatif < virus enteric < bakteri pembentuk spora

    spore-forming bacteria) < kista protozoa.

    b. Jumlah mikroorganisme

    Jumlah mikroorganisme berbanding lurus dengan kadar disinfektan

    yang dibutuhkan untuk proses desinfeksi.

    c. Umur mikroorganisme

    Umur dari mikroorganisme akan mempengaruhi efektivitas dari

    disinfektan yang digunakan

    d. Penyebaran mikroorganisme

    Kondisi mikroorganisme yang menyebar akan lebih mudah ditembus

    oleh disinfektan. Bakteri cenderung membentuk clam dengan

    supended solids yang ada dalam air yang keruh harus dicurigai

    sebagai air yang mempunyai bakteri pathogen lebih banyak.

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    6/46

    3. Waktu kontak

    Inaktivasi mikroorganisme patogen oleh senyawa disinfektan

    bertambah sesuai dengan waktu kontak dan idealnya mengikuti kinetika

    reaksi orde pertama. Waktu kontak itu sendiri dapat didefinisikan sebagai

    waktu yang tersedia untuk interaksi antara klor dengan bahan-bahan

    pereduksi klor di dalam air. Biasanya, Cl2memiliki waktu kontak antara

    30-60 menit.

    Inaktivasi terhadap waktu mengikuti garis lurus apabila data diplot

    pada kertas log-log.

    Nt/No = e-kt

    No = Jumlah mikro-organisme pada waktu 0.

    Nt = Jumlah mikro-organisme pada waktu t.

    k = decay constant atau konstanta pemusnahan (waktu-1) .

    t = waktu.

    Namun demikian data inaktivasi di lapangan menunjukkan deviasi

    dari kinetik orde satu seperti terlihat pada Gambar 1 (Hoff dan Akin,

    1986). Kurva C pada Gambar 12.1 menunjukkan deviasi dari kinetika orde

    satu. Bagian ujung kurva merupakan akibat adanya subpopulasi dari

    populasi heterogen mikro-organisme yang resistan terhadap disinfektan.

    Kurva A menunjukkan populasi mikroorganisme homogen yang sensitif

    terhadap disinfektan, Sedangkan kurva B menujukkan populasi

    mikroorganisme homogen yang agak resistan terhadap disinfektan.

    Gambar 2.1. Kurva inaktivasi mikroorganisme di dalam proses desinfeksi

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    7/46

    Efektifitas disinfektan dapat digambarkan sebagai C.t. C adalah

    konsentrasi disinfektan dan t adalah waktu yang diperlukan untuk proses

    inaktivasi sejumlah persentasi tertentu dari populasi pada kondisi tertentu

    (pH dan suhu). Hubungan antara konsentrasi disinfektan dengan waktu

    kontak diberikan oleh hukum Watson sebagai berikut (Clark, 1989) :

    K = C.n.t

    Dimana :

    K = Konstanta mikro-organisme tertentu yang terpapar disinfektan

    pada kondisi tertentu.

    C = Konsentrasi disinfektan (mg/l).

    t = Waktu yang diperlukan untuk memusnahkan persentasi tertentu

    dari populasi (menit)

    n = Konstanta yang disebut koefisien pelarutan.

    Penentuan nilai C.t dapat melibatkan temperatur dan pH dari

    medium suspensi. Sebagai contoh persamaan dikembangkan untuk

    mengetahui inaktivasi kista dari Giardia Lamblia pada proses pengolahan

    dengan disinfektan klor (Clark,1989 ; Hibler, 1987).

    C.t = 0,9847 C0,1758 pH2,7519 T-0,1467

    Dimana :

    C = Konsentrasi klor (C < 4,23 mg/l).

    t = waktu untuk inaktivasi 99,99 % kista.

    pH = pH (antara 6 dan 8).

    T = temperatur (antara 0,5 dan 5,0 oC).

    Nilai Ct untuk mikro-organisme patogen dapat dilihat pada Tabel

    12.1. Tingkat ketahanan terhadap klorin sebagai berikut kista protozoa >virus > bakteri vegetatif

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    8/46

    Gambar 2.2Waktu inaktivasi beberapa jenis mikroorganisme

    4.

    Konsentrasi disinfektan

    Konsentrasi dari disinfektan berkaitan dengan waktu kontak antara

    desinfektan dengan senyawa-senyawa pengotor pada air.

    5. Pengaruh pH

    Setiap desinfektan akan berfungsi dengan optimal pada pH tertentu,

    misalnya ozon lebih stabil pada pH rendah (pH= 6). Dalam hal desinfeksi

    dengan senyawa klor, pH akan mengontrol jumlah HOCl (asam

    hypoklorit) dan OCl- (hypoklorit) dalam larutan. HOCl 80 kali lebih

    efektif dari pada OCl- untuk E.Coli.

    Di dalam proses desinfeksi dengan klor, harga Ct meningkat sejalan

    dengan kenaikan pH, sebaliknya inaktivasi bakteria, virus dan kista

    protozoa umumnya lebih efektif pada pH tinggi. Pengaruh pH pada

    inaktivasi mikroba dengan kloramin tidak diketahui secara pasti karena

    adanya hasil yang bertentangan. Pengaruh pH pada inaktivasi patogen

    dengan ozon juga belum banyak diketahui secara pasti.

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    9/46

    6. Pengaruh suhu

    Inaktivasi patogen dan virus akan semakin meningkat seiring dengan

    meningkatnya suhu.

    7. Pengaruh Kimia Dan Fisika Pada Desinfeksi

    Beberapa senyawa kimia yang dapat mempengaruhi proses

    desinfeksi antara lain adalah senyawa nitrogen anorganik maupun organik,

    besi, mangan dan hidrogen sulfida. Senyawa organik terlarut juga

    menambah kebutuhan klor dan keberadaannya menyebabkan penurunan

    efisiensi proses desinfeksi.

    Kekeruhan dalam air disebabkan adanya senyawa anorganik (misal

    lumpur, tanah liat, oksida besi) dan zat organik serta sel-sel mikroba.

    Kekeruhan diukur dengan adanya pantulan cahaya (light scattering) oleh

    partikel dalam air. Hal ini dapat menggangu pengamatan coliform dalam

    air, disamping itu kekeruhan dapat menurunkan efisiensi klor maupun

    senyawa disinfektan yang lain.

    Kekeruhan (turbidity) harus dihilangkan karena mikroorganisme

    yang bergabung partikel yang ada di dalam air akan lebih resistan terhadap

    disinfektan dibandingkan dengan mikroorganisme yang bebas. Gabungan

    Total Organic Carbon (TOC) dengan kekeruhan akan menaikkan

    kebutuhan klor.

    Efek proteksi dari partikel di dalam air terhadap ketahanan

    mikroorganisme di dalam proses desinfeksi tergantung pada ukuran dan

    sifat alami dari partikel tersebut. Sel yang bergabung dengan poliovirus

    lebih tahan terhadap inaktivasi klor, sedangkan bentonite dan aluminium

    phosphat bila bergabung dengan virus tidak memberikan efek proteksi

    seperti tersebut di atas. Virus dan bakteri yang bergabung dengan

    bentonite tidak tahan terhadap inaktivasi ozon. Studi di lapangan

    menunjukkan virus yang bergabung dengan padatan lebih tahan terhadap

    klor dari pada keadaan bebas. Menurunkan kekeruhan ke tingkat lebih

    kecil dari 0,1 NTU dapat menjadi ukuran untuk menghindari efek proteksi

    dari partikel pada saat proses desinfeksi.

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    10/46

    8. Faktor Lain

    Beberapa studi menunjukkan bahwa patogen dan indikator bateri

    yang ditumbuhkan di laboratorium lebih sensitif terhadap disinfektan dari

    pada yang berada di alam. Flavobacterium yang berada di alam 200 kali

    lebih tahan terhadap klor dari pada yang dibiakkan di laboratorium.

    Klebsiella pneumoniae lebih tahan terhadap kloramin apabila tumbuh pada

    kondisi nutrient rendah.

    Penambahan ketahanan terhadap kloramin disebabkan oleh beberapa

    faktor physiological, misal penambahan pengelompokan sel dan produksi

    extracellular polymer, perubahan membran lipid, dan penguranganoksidasi kelompok sulfhydryl. Kekebalan yang terjadi pada strain bakteri

    alami karena keterbatasan makanan dan zat perusak seperti disinfektan,

    mungkin pula disebabkan oleh synthesis dari protein tertekan, namun

    prosesnya tidak dapat dimengerti. Fenomenanya masih menjadi tanda

    tanya karena tidak bergunanya data diinfeksi di laboratorium untuk

    mengamati inaktivasi patogen pada keadaan di lapangan.

    Paparan pertama dapat menambah ketahanan mikroba terhadapdisinfektan. Paparan pengulangan mikroorganisme pada klor

    menghasilkan adanya bakteri dan virus tertentu yang tahan terhadap

    disinfektan. Penggumpalan/penggabungan mikroorganisme patogen

    umumnya mengurangi efisiensi disinfektan. Sel bakterial, partikel viral

    dan kista protozoa di dalam gumpalan sangat terlindung dari aksi

    disinfektan (Chen, 1985).

    9.

    Kualitas Air

    Air yang mengandung zat organik dan unsur lainnya, akan mempengaruhi

    besarnya clorine demand sehingga diperlukan konsentrasi klorin yang

    makin tinggi.

    10.Pengolahan Air

    Proses pendahuluan yang dilakukan desinfeksi, misalnya pengendapan dan

    filtrasi, akan mempengaruhi hasil akhir yang akan dicapai. Selain itu saat

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    11/46

    yang tepat bagi penambahan klorin yang akan mempengaruhi pula akhir

    yang akan dicapai.

    2.4 Klorinasi

    Dari beberapa contoh tersebut, teknik klorinasi meruapakan teknik yang

    paling umum digunakan, karena selain harganya yang relatif murah, klorin

    juga efektif pada konsentrasi yang rendah, serta dapat membentuk sisa klorin

    jika digunakan dalam dosis yang tepat.

    Klorinasi merupakan teknik desinfeksi kimiawi yang menggunakan klorin

    atau hipoklorit untuk mengoksidasi dan mendesinfeksi untuk menjadikan

    suatu sumber air menjadi layak untuk dikonsumsi. Klorin merupakan senyawa

    yang baik dijadikan desinfektan, namun dapat dengan mudah menjadi tidak

    aktif akibat kotoran. Klorin efektif dalam membasmi bakteri dan berbagai

    macam virus yang terdapat dalam air, dan akan menjadi lebih aktif dalam air

    yang hangat. Terkadang, larutan klorin dapat mengiritasi kulit dan

    menyebabkan korosi pada logam.

    2.5 Definisi Klor

    Klor, berasal dari bahasa Yunani kloros adalah unsur kimia yang

    termasuk ke dalam golongan halogen (Golongan VII) dengan nomor atom 17

    dan memiliki massa atom 35,453. Klor bersifat sangat reaktif dan merupakan

    oksidator yang kuat dan mudah bereaksi dengan berbagai unsur. Unsur ini

    bukan logam, tetapi berupa gas berwarna kuning kehijauan, memiliki titik

    beku -103C dan titik didih -34,6C. Ditemukan oleh K. Scheele membentuk

    banyak senyawa mineral padat. Logam klorida sering diperoleh denganpenguapan air laut dan endapan garam. Dapat diperoleh dengan cara

    elektrolisis dan oksidasi senyawa. Penggunaan klor dan senyawanya yaitu

    sering digunakan sebagai bahan pemutih, desinfektan, bahan baki kimia, obat

    antiseptic, pestisida, herbisida, obat-obatan, makanan pelarut, bahan peledak,

    korek api, cat, plastic, dan tekstil. Lebih kurang 0,15% tubuh manusia tersusun

    oleh senyawa ini. Klor merupakan unsur yang sangat beracun, simbol

    kimianya adalah Cl.

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    12/46

    2.6 Jenis Senyawa Klorin

    Bentuk Gas

    Klor dalam suhu kamar berbentuk gas (Cl2) dianggap sebagai bahan yang

    aktif, berwarna kuning kehijauan, dan merupakan oksidator yang kuat dan

    mudah bereaksi dengan unsur. Klor termasuk ke dalam unsur golongan

    halogen (Golongan VII). Penggunaannya sebagai bahan desinfeksi untuk

    air minum masih perlu penanganan yang lebih efektif mengingat daya

    reaktifitas dan toksisitasnya yang tinggi. Klor dalam bentuk gas dapat

    diperoleh dengan mengekstraksi larutan garam NaCl dengan cara

    elektrolisis. Proses elektrolisa larutan garam ini dapat diuraikan sebagai

    berikut :

    Bentuk Ion

    Dalam bentuk ion klorida (Cl-), unsur ini merupakan pembentuk garam

    dan senyawa lain yang tersedia di alam dalam jumlah yang sangat

    berlimpah dan diperlukan untuk pembentukan hampir semua bentuk

    kehidupan, termasuk manusia. Cl- merupakan ion yang tidak aktif,

    sehingga tidak dapat berfufungsi sebagai pembasmi mikroorganisme.

    Secara alami, klorin terdapat dalam bentuk ion klorida dengan jumlah

    relatif jauh lebih besar dibandingkan ion-ion halogen lainnya

    Bentuk Cair atau Padat

    Pada suhu340C, klorin berbentuk cair dan pada suhu 1030C berbentuk

    padatan kristal kekuningan. Dalam bentuk cair atau padat, klor sering

    digunakan sebagai oksidan, pemutih, atau desinfektan.

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    13/46

    2.7 Mekanisme Cara Kerja Klor

    Klor dapat menyebabkan dua jenis kerusakan pada sel bakteri. Kerusakan

    tersebut diantaranya :

    Perusakan kemampuan permeabilitassel (disruption of cell

    permeability).

    Klor bebas merusak membran dari sel bakteri, hal ini menyebabkan sel

    kehilangan permeabilitasnya (kemampuan menembus) dan merusak fungsi

    sel lainnya. Pemaparan pada klor menyebabkan kebocoran protein, RNA

    dan DNA. Sel mati merupakan hasil pelepasan TOC dan material yang

    menyerap sinar UV, pengurangan pengambilan (uptake) potasium danpengurangan sintesis protein dan DNA. Perusakan kemampuan

    permeabilitas merupakan juga penyebab perusakan spora bakteri oleh klor

    (Bitton,1994).

    Perusakan asam nukelat dan enzim (Damage to nucleic acids and

    enzymes).

    Klorin merusak juga asam nukleat bakteri, demikian pula enzym. Salah

    satu akibat pengurangan aktivitas katalis adalah penghambatan olehakumulasi hidrogen peroxida. Cara kerja klor terhadap virus tergantung

    pada jenis virus. Perusakan asam nukleat merupakan cara utama pada

    inaktivasi bakteri phage 12 atau poliovirus tipe 1. Pelapis protein

    merupakan sasaran untuk virus jenis lain (Bitton ,1994).

    2.8 Residu Klor

    2.8.1 Klor Bebas (F ree Chlor ine)

    Setiap jenis klor yang ditambahkan ke dalam air akan menghasilkan

    bentuk asam hipoklorus (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl-), yang

    merupakan senyawa utama dalam mendesinfeksi air.

    A form of chlorine + H2OHOCl + OCl-

    Asam hipoklorus merupakan asam lemah dan terdisosiasi menurut

    reaksi berikut :

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    14/46

    HOCl H+ + OCl-

    Diantara kedua bentuk tersebut (asam hipoklorus dan ion hipoklorit),

    asam hipoklorus merupakan yang paling efektif. Jumlah masing-masing

    senyawa tersebut yang muncul/terbentuk pada air bergantung pada tingkat

    pH air sebelum ditambahkan klor. Pada pH yang lebih rendah, asam

    hipoklorus akan lebih dominan.

    Gambar 2.3Pengaruh keberadaan ion hipoklorit dan asam hipoklorit

    terhadap tingkat pH

    Kombinasi dari asam hipoklorus dan ion hipoklorit disebut dengan

    klor bebas (free chlorine). Klor bebas memiliki potensial oksidasi yang

    tinggi dan lebih efektif dibandingkan dengan bentuk klor lainnya, seperti

    kloramin. Potensial oksidasi merupakan pengukuran seberapa cepat

    senyawa tersebut bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa dengan

    potensial oksidasi yang tinggi menandakan bahwa banyak jenis senyawa

    yang dapat bereaksi dengan senyawa tersebut. Dapat pula berarti bahwa

    senyawa tersebut dengan cepatnya dapat tersedia untuk bereaksi dengan

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    15/46

    senyawa lain. Klor bebas bereaksi cepat dengan senyawa anorganik dan

    lebih lambat jika bereaksi dengan senyawa organik.

    2.8.2 Klor Terikat (Combined Chlorine)

    Klor terikat (combined chlorine) merupakan kombinasi senyawa

    nitrogen organik dengan kloramin, yang dihasilkan dari reaksi antara

    klorin dan amonia. Kloramin juga merupakan desinfektan yang efektif

    seperti halnya klor bebas, namun tidak seefektif klor bebas dan memiliki

    potensial oksidasi yang lebih rendah. Karena reaksi dengan amonia

    membentuk kloramin (bukan klor bebas), amonia merupakan kandungan

    yang tidak diinginkan pada proses pengolahan air, namun bisa saja

    ditambahkan pada akhir pengolahan untuk membentuk kloramin sebagai

    desinfektan kedua (secondary disinfectant), yang dapat tinggal pada sistem

    lebih lama daripada klor karena sifatnya yang lebih stabil, untuk menjamin

    air minum bersih di seluruh sistem distribusi. Reaksi yang terjadi antara

    klor dengan amonia adalah sebagai berikut :

    Ammonia + Hypochlorous AcidMonochloramine + Water

    NH3+ HOCl NH2Cl + H2O

    Monokloramin dapat berekasi dengan asam hipoklorus untuk

    membentuk dikloramin

    Monochloramine + Hypochlorous Acid Dichloramine + Water

    NH2Cl + HOCl

    NHCl2+ H2O

    Dikloramin dapat bereaksi dengan asam hipoklorus untuk

    membentuk trikolramin

    Dichloramine + Hypochlorous Acid Trichloramine + Water

    NHCl2+ HOClNCl3+ H2O

    Selain dengan sengaja ditambahakn ke dalam air pada proses

    pengolahan, amonia dapat pula berasal dari hasil oksidasi zat organik

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    16/46

    sebagai kontaminan ataupun terkandung di sumber air, misalnya air

    permukaan.

    Proses pembentukan kloramin bergantung pada lamanya waktu

    kontak dan juga level pH. Semakin tinggi pH, reaksi yang terjadi akan

    semakin cepat.

    Total residu klor merupakan gabungan antara klor bebas dan klor

    terikat. Klor bebas tidak memiliki bau yang mengganggu, sedangkan

    kloramin memiliki bau yang tidak sedap.

    2.8.3 Klor yang Dibutuhkan (Chlor ine Demand)

    Jumlah klor yang dibutuhkan untuk proses desinfeksi bergantung

    pada tingkat pengotor yang terdapat di dalam air yang akan diolah. Klor

    yang ditambahkan pertama-tama akan bereaksi dengan pengotor di dalam

    air, kemudian barulah muncul residu klor. Jumlah klor yang dibutuhkan

    untuk menghilangkan semua pengotor disebut dengan kebutuhan klor

    (chlorine demand). Dapat pula dikatakan sebagai klor yang dibutuhkan

    sebelum klor bebas diproduksi.

    2.9 BreakpointKlorinasi

    Breakpoint merupakan suatu titik dimana kebutuhan klor telah terpenuhi

    seluruhnyaklor telah bereaksi dengan seluruh agen pereduksi, zar organik,

    dan amonia di dalam air. Apabila ada penambahan klor setelah melewati

    breakpoint, klor tersebut akan bereaksi dengan air membentuk asam

    hipoklorus. Grafik di bawah ini menunjukkan proses apa saja yang terjadi

    ketika klor ditambahkan ke dalam air.

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    17/46

    Gambar 2.4Grafik penentuan breakpoint (dosis klorin vs klor aktif) dan

    proses yang terjadi pada tiap zona

    Pada zona I, klor (Cl-) dioksidasi menjadi klorida (Cl2) oleh senyawa-

    senyawa pereduksi, seperti H2S. Fe2+

    , dll. Pada zona II, klor bereaksi denganzat organik dan amonia jika air tersebut mengandung amonia, sehingga akan

    terbentuk klor terikat-kloramin. Pada zona III, yaitu breakpoint, reaksi telah

    selesai, zat organik dan amonia telah habis, dan terbentuk gas nitrogen (N2)

    yang kemudian dilepaskan ke lingkungan. Pada zona IV, akan terbentuk klor

    bebas akibat kelebihan klor setelah melewati breakpoint. Daya pembasmian

    bakteri pada sisi kanan breakpoint 25 kali lebih besar daripada sisi kiri.

    2.10 Toksikologi (Sifat Racun) Senyawa Klor dan Hasil Samping

    Senyawa Klor

    Secara umum resiko adanya bahan kimia dalam air tidak sejelas adanya

    mikroorganime patogen. Hal ini disebabkan kurangnya data hasil samping

    proses desinfeksi. Sifat racun senyawa klor dan hasil sampingnya (by

    products) merupakan hal yang penting untuk diketahui. Sekitar 79 % dari

    populasi di USA terpapar oleh klor yang berasal dari air minum (US EPA

    1989). Ada keterkaitan antara klorinasi air minum dengan dengan

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    18/46

    meningkatnya risiko kanker usus. Keterkaitan ini sangat kuat untuk konsumen

    yang terpapar air yang diklorinasi selama lebih dari 15 tahun (Craun, 1988).

    Trihalomethan (THM) seperti kloroform, diklorometan,

    bromodiklorometan, dibromo-klorometan, bromoform, 1,2 dikloroetan, dan

    karbon tetraklorida merupakan senyawa klor yang dihasilkan akibat proses

    klorinasi air. Senyawa senyawa tersebut bersifat karsinogen. Kemungkinan

    pula ada hubungan antara klorinasi air dengan meningkatnya risiko

    cardiovascular namun masih perlu diteliti lagi (Craun, 1988). Pengetahuan ini

    mendorong U.S EPA untuk menentukan batas kandungan maximum (MCL)

    THM sebesar 100 g/l.

    Pengolahan air dengan kloramin tidak menghasilkan trihalometan, oleh

    sebab itu konsumen yang meminum air yang diolah dengan kloramin

    menunujukkan penurunan penyakit kanker dibandingkan mengkonsumsi air

    yang diolah dengan proses klorinasi (Zierler, 1987).

    Ada beberapa pendekatan untuk mengontrol dan mengurangi

    trihalometan (THM) dalam air minum adalah sebagai berikut (Wolfe, 1984) :

    Menghilangkan senyawa senyawa penyebab terbentuknya THMsebelum dilakukan klorinasi. Terdapat hubungan yang kuat antara total

    senyawa yang berpotensi membentuk senyawaTHM dengan total

    karbon organik(TOC) di dalam air.

    Menghilangakan senyawa THM yang telah terjadi dengann cara

    adsorbsi dengan menggunakan filter karbon aktif.

    Menggunakan alternatif disinfektan yang lain untuk proses desinfeksi

    yang tidak menimbulkan THM (misal kloramin, ozon atau ultra

    violet).

    2.11 Pengukuran Jumlah Klor yang Dibutuhkan

    Kebutuhan akan jumlah klor yang dibubuhkan ke dalam suatu

    pengolahan air akan berbeda antara sumber air yang satu dengan sumber air

    yang lain, bahkan dalam satu sumberpun dapat berbeda kebutuhannya,

    tergantung pada faktor lingkungan, seperti pH, suhu, waktu kontak, dll.

    Pengujian yang dilakukan untuk mengetahuinya harus menggunakan klor,

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    19/46

    dalam bentuk apapun, sesuai dengan yang akan digunakan pada pengolahan

    yang sesungguhnya.

    Pengukuran klor yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan

    memperlakukan serangkaian sampel air dengan penambahan variasi dosis

    klor yang berbeda-beda. Penentuan klor yang dibutuhkan akan diperlihatkan

    pada suatu titik dari grafik (klor aktif vs klor yang dibubuhkan), dimana pada

    titik tersebut telah terpenuhi seluruh kebutuhan klor untuk menghilangkan zat

    pengotor dan amonia yang terkandung di dalam air (breakpoint).

    2.12 Metode Penentuan Total Klor Residu

    Metode yang paling umum dalam menentukan total klor residu yaitu

    metode iodometri. Iodometri merupakan suatu analisa titrimetrik secara tidak

    langsung untuk zat yang bersifat oksidator, seperti besi III, tembaga II,

    dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk

    iodium. Iodium yang terbentuk akan ditentukan dengan menggunakan larutan

    baku tiosulfat. Reaksi yang terjadi antara klor dengan iodida adalah sebagai

    berikut :

    Cl2+ 2I- I2+ 2Cl

    -

    Iodium yang terbentuk apabila ditambahkan dengan amilum akan

    membentuk warna biru pada larutan

    I2 + amilum blue color (qualitative test)

    Artinya, dengan timbulnya warna biru pada larutan mengindikasikan

    bahwa terdapat residu klor, tetapi tentu saja tidak dapat menunjukkan jumlahresidu klor tersebut.

    Jumlah residu klor dapat ditentukan dengan mentitrasi iodin yang

    terbentuk tadi dengan larutan standar. Larutan standar yang biasa digunakan

    sebagai reagentyaitu natrium tiosulfat, yang pada produk akhir dari titrasinya

    adalah hilangnya warna biru.

    I2+ 2Na2S2O3 Na2S4O3+ 2NaI

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    20/46

    Metode iodometri ini cocok digunakan untuk mengukur total residu

    klor yang memiliki konsentrasi lebih besar dari 1 mg/l.

    2.13 Dampak Klor Terhadap Kesehatan=

    Dampak akibat klor terhadap tubuh manusia tergantung pada

    konsentrasi klor yang terdapat dalam air, serta lama dan frekuensi masuknya

    klor ke dalam tubuh manusia. Mengkonsumsi air yang mengandung klor

    yang melebihi standar yang diperbolehkan dapat menyebabkan iritasi pada

    mata dan kulit, serta dapat menyebabkan rasa yang tidak nyaman pada perut

    dan dapat pula terakumulasi pada paru-paru. Oleh karena itu terdapat standar

    yang harus dipenuhi untuk menghindari dampak-dampak tersebut. Untuk

    lebih jelasnya, dampak klor berdasarkan rentang dosis yang terkandung di

    dalam air dapat dilihat pada tabel berikut :

    Dosis Klorin Dampak

    0.20.4 ppm Mengganggu indera pembau dalam beberapa waktu

    13 ppm

    Iritasi membran mukosa, mampu ditoleransi kurang lebih

    satu jam

    515 ppm Iritasi pada sistem pernafasan

    30 ppm Sakit dada, sulit bernapas, muntah, dan batuk

    4060 ppm Beracun, pneumonitis and pulmonary edema

    430 ppm Letal lebih dari 30 menit

    1000 ppm Fatal dalam waktu beberapa menit

    Tabel 2.1Dampak klorin dengan dosis tertentu

    Berdasarkan Permenkes Nomor 492 tahun 2010 mengenai Persyaratan

    Kualitas Air Minum, kadar klor yang diperbolehkan yaitu sebesar 5 mg/l

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    21/46

    Gambar 2.5Batas maksimum klor untuk air minum berdasarkan Permenkes

    No.492 tahun 2012

    Sedangkan, berdasarkan ketentuan USEPA MRDL, batas aman

    keberadaan klor dalam air minum adalah 4 mg/l.

    Gambar 2.6Batas maksimum klor untuk air bersih berdasarkan

    Peratiran Pemerintah Nomor 82 tahun 2001

    Sedangkan, untuk standar air bersih yang peruntukannya dibedakan atas

    4 kelas, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang

    Kualitas Air Bersih, suatu air dikatakan sebagai air yang bersih yaitu apabila

    kadar klor bebasnya maksimum 0.03 mg/l.

    2.14 Aplikasi Klorin

    Klorin digunakan secara luas dalam berbagai bidang produksi, termasuk

    produksi kertas, bahan pencelup, tekstil, produk peminyakan, farmasi,

    aseptic, insektisida makanan, pelarut, cat dan produk- produk lainnya.

    Kebanyakan klorin yang diproduksi digunakan dalam pembuatan komponen

    klorinasi untuk sanitasi, penjernih limbah dan desifektan. Klorin pertama kali

    digunakan sebagai desinfektan untuk pengolahan limbah pada tahun 1908 di

    Amerika Serikat. Klorin adalah pengoksidasi kuat. Di dalam air, klorin

    terhidrolisis membentuk asam hipoklorus (HOCl) (Cheremisinoff et al., 1981,

    diacu dalam Harianja 2005). Kegunaan klorin antara lain adalah :

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    22/46

    1.Disinfektan

    Klorin digunakan untuk desinfeksi air termasuk air untuk mandi, kolam

    renang dan juga air minum. Klorin digunakan sebagai desinfektan air minum

    karena mempunyai efek dapat membunuh bakteri E. Coli serta Giardiadan

    harganya murah. Penambahan klorin pada air minum dimulai sejak tahun

    1800. Sejak tahun 1904, penambahan klorin pada air minum menjadi standar

    yang harus dipenuhi penyedia layanan air minum hingga sekarang. Cairan

    klorin juga dapat digunakan sebagai cairan pembersih alat-alat rumah tangga.

    Di bidang kesehatan, larutan klorin 0,5% telah sejak lama digunakan untuk

    dekontaminasi alat-alat bedah seperti jahit set dan partus set.

    2.Pemutih

    Pada proses produksi kertas dan pakaian, klorin digunakan sebagai

    cairan pemutih (bleaching). Di pasaran, klorin dikemas sebagai agen pemutih

    pakaian dengan berbagai merk. Bahan dasar dari pemutih ini dibuat dari

    natrium hidroksida dan gas klor (gas klorin dialirkan ke dalam larutan

    natrium hidroksida sehingga membentuk natrium hipoklorit NaOCl yang

    disebut zat pemutih)

    3.

    Senjata kimia

    Sifat klorin yang dapat menyebabkan iritasi membuat klorin dapat

    digunakan sebagai senjata.

    4.

    Bidang Pertanian

    Pestisida dari kelompok organoklorin merupakan pestisida yang

    mengandung klorin yaitu dikloro difenil trikloroetana (DDT), metoksklor,

    aldrin dan dieldrin. DDT merupakan pestisida yang pertama kali dihasilkan.

    5.Industri Kimia dan Industri Lainnya

    Pemakaian klorin dalam berbagai industri dapat dijumpai, misalnya

    pada produk yang berbahan dasar plastik, seperti poly vinylchloride (PVC).

    Selain itu juga pada produk pelarut (solvent), dry cleaning, dan berbagai

    produk lainnya yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti

    lem, semen, dan pembungkus. Dalam Chlorine Chemistrys Role in Our

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    23/46

    Daily Lives disebutkan bahwa penggunaan klorin terbesar adalah untuk

    produksi Vinyl (PVC) sebesar 34%, bahanbahan organik 21%, pelarut

    klorinasi 6%, pulp dan kertas 6%, pengolahan air 6%, dan untuk lain-lain

    27%. Gambar 1 menunjukkan penggunaan klorin dalam berbagai produk, di

    mana gambar tersebut merupakan bagian kecil yang diambil dari bagan

    pohon produkproduk klorin (Products of the Chlorine Tree) yang terdapat

    dalam Chlorine Chemistrys Role in Our Daily Lives.

    6. Bidang Pembangkit Listrik

    Pada pembangkit listrik seperti Pembang-kit Listrik Tenaga Uap

    (PLTU) dan Pembang-kit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), pemakaian klorinyang digunakan pada sistem pendingin (cooling system) sebagai pengontrol

    biological fouling. Untuk PLTU yang menggunakan air sungai maupun air

    tanah sebagai pendingin, klorin digunakan sebagai bioside untuk mengatasi

    foulingmussels. Pada PLTU yang menggunakan air laut sebagai pendingin,

    biasanya dilengkapi dengan unit klorinasi (chlorination plant).

    Fungsi klorin di sini adalah untuk mencegah tumbuhnya alga yang

    menjadi nutrisi tritip (barnacles) pada dinding pipa kondensor. Apabilaterjadi penempelan alga dan tritip pada dinding pipa kondensor, akibatnya

    akan mengurangi efisiensi kondensor tersebut.

    Tujuan yang paling mendasar dari penambahan klorin tersebut adalah

    untuk menciptakan suatu kondisi yang bertentangan dengan kondisi

    lingkungan hidup organisme laut, sehingga mereka tidak dapat tumbuh dan

    berkembang. Penambahan klorin ini juga ada yang bersifat kontinyu maupun

    dengan kejutan (frekuensi waktu). Penambahan klorin pada kepala pipa

    intake secara kontinyu, akan efektif dalam mengontrol moluska, alga, slime

    dan weed, serta mencegah kerang/tritip mengendap di pipa. Penambahan

    klorin dekat dengan kepala house pump adalah untuk menjaga air agar bebas

    dari biofouling.

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    24/46

    3. ALAT DAN BAHAN

    Alat :

    Buret 25 ml

    Pipet 5 ml, 1 ml

    Kertas pH

    Karet penghisap (bulb)

    Bahan :

    Asam asetat (glacial) yang pekat

    Kalium Iodida (KI) kristal (hablur)

    Standar natrium tiosulfat (Na2S2O30.1 N)

    Indikator amilum

    4. PROSEDUR

    Siapkan 9

    buah botol

    winkler, beri

    label 1- 9.

    Masukkan

    100 ml

    sampel ke masing-

    masing botol

    Tambahkan

    kaporit sebanyak

    0.5; 1; 1.5; 2; 2.5;

    3; 3.5 ml ke dalam

    botol 17,

    kemudian

    homogenkan dan

    diamkan 30 menit

    Tentukan

    konsetrasi

    klor aktif

    (Ambil 1 botol)

    Tambahkan 5

    ml asam asetat,

    aduk agar pH

    merata (3-4)

    cek dengankertas pH

    Tambahkan

    1 gr KI, aduk

    (larutan akan

    berwarna

    kuning)

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    25/46

    Titrasi dengan

    Na2S2O30,1 N

    hingga kuning

    seulas (warna

    kuning hampir

    hilang)

    Tambahkan

    3 tetes

    amilum

    (larutan akan

    berwarna

    biru)

    Titrasi dengan

    Na2S2O30,1 N

    warna biru

    hilang

    Lakukan

    langkah-langkah

    tersebut untuk

    botol 27

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    26/46

    BLANKO

    Tambahkan

    3 tetes

    amilum

    Masukkan

    100 ml airsuling ke

    dalam

    botol winkler

    Tambahkan 5

    ml asam asetat,

    aduk agar pH

    merata (3-4)

    cek dengan

    kertas H

    Tambahkan1 gr KI,

    homogen

    kan

    Titrasi dengan

    larutan iodine

    0.0282 N

    hingga warna

    biru keluar

    Titrasi dengan

    Na2S2O30,01

    N warna biru

    hilang

    Jika volume

    iodine >

    natriumtiosulfat,

    blanko bernilai

    negatif

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    27/46

    Plot grafik breakpoint

    dengan klor aktif (mg Cl2/l

    VS mol ClO-/l, cari titikbreakpoint untuk mendapat

    jumlah klor yang

    dibutuhkan

    Tambahkan klor

    (kaporit) sebanyak

    yang dibutuhkan ke

    dalam botol 8 & 9

    8 9

    9

    8

    Diamkan 5 menit

    Diamkan 2 jam

    Tentukan

    konsetrasiklor aktif

    Tentukan

    konsetrasi

    klor aktif

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    28/46

    5. PENGOLAHAN DATA

    5.1 Data Pengamatan

    Botol 1

    7

    Tabel 5.1Data pengamatan volume titran untuk botol 1-7

    Titrasi 1 (ml) Titrasi 2 (ml)

    Botol 1 0.9 0.35

    Botol 2 0.9 0.5

    Botol 3 1.1 0.65

    Botol 4 3.22 0.58

    Botol 5 5.4 0.6

    Botol 6 6.95 0.6

    Botol 7 8.83 0.47

    Blanko

    Tabel 5.2Data pengamatan volume titran untuk blanko

    Titrasi Iodine

    (ml)

    Titrasi Na2S2O3

    (ml)

    0.15 0.33

    Botol 8 & 9

    Tabel 5.2Data pengamatan volume titran untuk botol 8 & 9

    Titrasi 1 (ml) Titrasi 2 (ml)

    Botol 8 10.3 0.92

    Botol 9 9.2 1.53

    Keterangan :

    Titrasi 1 : Titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna larutan

    kuning seulas

    Titrasi 2 : Titrasi dengan Na2S2O3hingga warna biru larutan hilang

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    29/46

    5.2Pengolahan Data

    Data volume titran yang diperoleh dari percobaan digunakan untuk

    menghitung besar klor aktif, dengan rumus sebagai berikut :

    ( )

    dengan :

    A : Volume titran Na2S2O3untuk sampel (ml)

    B : Volume titran Na2S2O3untuk blanko (ml) [bisa bernilai +/-]

    N : Normalitas larutan titran Na2S2O3 (N)

    35453 : berat molekul Cl2

    fp : Faktor pengenceran

    V : Volume sampel (ml)

    Volume titran Na2S2O3 yang Digunakan

    Volume titran Na2S2O3 yang dimasukkan ke dalam perhitungan

    merupakan jumlah dari proses titrasi 1 dan titrasi 2

    Titrasi 1 (ml) Titrasi 2 (ml) Jumlah (ml)

    Botol 1 0.9 0.35 1.25

    Botol 2 0.9 0.5 1.4

    Botol 3 1.1 0.65 1.75

    Botol 4 3.22 0.58 3.8

    Botol 5 5.4 0.6 6

    Botol 6 6.95 0.6 7.55

    Botol 7 8.83 0.47 9.3Botol 8 10.3 0.92 11.22

    Botol 9 9.2 1.53 10.73

    Blanko 0.33

    Konsentrasi Klor Aktif (Botol 17)

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    30/46

    Dikarenakan volume iodine yang digunakan untuk mentitrasi

    blanko lebih kecil daripada volume Na2S2O3, maka blanko bernilai

    positif.

    Normalitas larutan standar Na2S2O3 yang digunakan pada

    percobaan ini tidak tepat 0.01 N, melainkan 0.0098 N.

    Botol 1

    ( )

    Botol 2

    ( )

    Botol 3

    ( )

    Botol 4

    ( )

    Botol 5

    ( )

    Botol 6

    ( )

    Botol 7

    ( )

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    31/46

    Grafik

    Selanjutnya, hasil perhitungan yang diperoleh diplot dalam sebuah

    grafik, yaitu grafik klor aktif VS klor yang dibubuhkan.

    Grafi k 5.1Klor aktif VS klor yang dibubuhkan dalam bentukCa(ClO)2

    (kaporit)

    Jumlah Klor yang Ditambahkan

    Jumlah klor yang ditambahkan ke dalam botol 8 dan 9 yaitu ketika pada

    grafik, proses telah mencapai breakpoint. Namun, seperti yang terlihat

    pada grafik 5.1, titik breakpoint tersebut belum tercapai, sehingga jumlah

    klor yang ditambahkan pada botol 8 dan 9 yaitu sebanyak 3.5 ml (titik

    terakhir kurva)

    Konsentrasi Klor Aktif (Botol 8 & 9)

    Botol 8

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    30.00

    35.00

    0 1 2 3 4

    KlorAktif(mg/l)

    Kaporit (ml)

    Klor Aktif VS Klor Dibubuhkan

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kalsiumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Klorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Klorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Klorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kalsium
  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    32/46

    ( )

    Botol 9

    ( )

    Kadar klor aktif yang terbentuk pada larutan kemudian dibandingkan

    berdasarkan waktu detensinya. Hubungan tersebut dapat dilihat dari graik

    berikut :

    Grafi k 5.2Pengaruh waktu detensi terhadap kadar klor aktif

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    0 20 40 60 80 100 120 140

    KadarKlorAktif(m

    g/l)

    Waktu Detensi (menit)

    Grafik Pengaruh Waktu Detensi terhadap

    Kadar Klor Aktif

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    33/46

    6. ANALISA

    6.1 Analisa Praktikum

    Praktikum analisa klor aktif dengan menggunakan metode iodometri

    ini bertujuan untuk menentukan jumlah klor yang dibutuhkan untuk air

    baku dengan kualitas tertentu sehingga tercapai titik breakpoint

    chlorination(BPC).

    Sampel air yang akan diuji kadar klor aktifnya pada praktikum kali

    ini adalah air hujan yang telah melewati talang air (tidak langsung dari

    langit). Air hujan ini berasal dari wilayah Kukusan Teknik, Beji, Depok.

    Pengambilan air hujan dilakukan dengan cara ditampung pada botol

    plastik transparan yang diletakkan tepat di bawah talang air, yang

    sebelumnya telah dibilas menggunakan air hujan tersebut agar tidak

    terdapat kontaminan lain yang berasal dari luar. Air tersebut diambil

    sebanyak 1.5 liter pada dua hari sebelum praktikum dan diletakkan di

    tempat yang terpapar sinar matahari.

    Keadaan fisik air tersebut keruh berwarna agak hijau kekuningan.

    Kekeruhan dalam air disebabkan adanya senyawa anorganik (misal

    lumpur, tanah liat, oksida besi) dan zat organik serta sel-sel mikroba.

    Senyawa-senyawa tersebut kemungkinan besar terkontaminasi ke dalam

    air hujan pada proses transportasi air melalui genting kemudian melewati

    talang air, dimana keadaan genting dan talang air itu sendiri tidak bersih,

    banyak debu dan pengotor-pengotor lainnya. Kontaminan dapat pula

    berupa gas-gas yang mengkontaminasi ketika air melewati atmosfer,

    seperti nitrogen, nitrat, karbondioksida, amonia.

    Air sampel yang digunakan masih dalam keadaan alami, tidak ada

    perlakuan apapun, termasuk penambahan kaporit ke dalamnya. Dengan

    kondisi yang terpapar sinar matahari, suhu menjadi tidak stabil dan bakteri

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    34/46

    di dalam air hujan yang mungkin tergolong bakteri fotoautotrof

    memanfaatkan sinar matahari tersebut untuk mendapatkan energi,

    sehingga mempengaruhi pertumbuhannya.

    Praktikum ini diawali dengan memasukkan 100 ml sampel air ke

    dalam 9 buah botol winkler. Penggunan winkler ini dimaksudkan agar

    proses pencampuran larutan yang akan dilakukan pada percobaan ini lebih

    mudah. Selanjutnya, ditambahkan kaporit ke dalam botol 17 sebanyak

    0.5; 1; 1.5; 2; 2.5; dan 3 ml, kemudian dihomogenkan dan didiamkan

    selama 30 menit.

    Kaporit (Ca(ClO)2) merupakan senyawa kimia yang bersifat korosif

    pada kadar tinggi, dan pada kdar rendah dapat dimanfaatkan sebagai

    desinfektan. Kaporit merupakan desinfektan yang umum digunakan untuk

    membunuh mikroorganisme patogen, sepertiEscherichia coli,Legionella,

    Pneumophilia, Streptococcus,Facalis, Bacillus, Clostridium, Amoeba,

    Giardia, Cryptosporidium, dan Pseudomonas (Anonim. 2008). Pada

    praktikum ini, kaporit tersebut berfungsi sebagai desinfektan pembasmi

    mikroorganisme, tepatnya sebagai sumber klor yang ditambahkan pada air.

    Klor yang dimasukkan ke dalam air, pertama kali akan mereduksi

    senyawa anorganik dan senyawa organik, lalu kemudian berfungsi sebagai

    desinfektan (Spellman, 2003). Ketika dilarutkan ke dalam air, kaporit akan

    berubah menjadi asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl-), kedua

    senyawa tersebutlah yang memiliki sifat desinfektan dan sangat reaktif

    terhadap berbagai komponen sel bakteri, yang kemudian disebut sebagai

    klor aktif. Reaksi yang terjadi ketika kaporit tersebut ditambahkan ke

    dalam air yaitu sebagai berikut :

    Ca(OCl)2+ 2 H2O2 HOCl + Ca(OH)2

    (kaporit) (asam hipoklorit)

    HOCl + H2OH3O++ OCl-

    (ion hipoklorit)

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kalsiumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Klorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Klorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Klorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kalsium
  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    35/46

    OCl- Cl-+ O

    (ion klorida)

    Ion klorida (Cl-

    ) merupakan ion yang tidak aktif, sedangkan Cl2,

    HOCl, dan OCl- dianggap sebagai bahan yang aktif. Asam hipoklorit

    (HOCl) yang tidak terurai adalah zat pembasmi yang paling efisien bagi

    bakteri (Lestari, dkk.2008).

    Larutan didiamkan selama 30 menit untuk memberikan waktu reaksi

    antara klor dengan senyawa organik dan inorganik yang terdapat di dalam

    sampel air, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Setelah 30 menit,

    ditambahkan asam asetat 5 ml ke dalam masing-masing botol 1 7.

    Penambahan asam asetat ini bertujuan untuk membuat larutan dalam

    keadaan asam (pH 3-4), untuk memastikannya, masing-masing larutan

    dicek pH nya dengan menggunakan kertas pH.

    Terdapat hubungan antara waktu dentensi dengan tingkat pH, seperti

    contohnya persamaan yang dikembangkan untuk mengetahui inaktivasi

    kista oleh Giardia Lamblia pada proses pengolahan dengan disinfektanklor (Clark,1989 ; Hibler, 1987) berikut :

    C.t = 0,9847 C0,1758 pH2,7519 T-0,1467

    Semakin lama waktu detensi (t), maka pH akan semakin tinggi dan

    sifat larutan akan semakin basa. Dengan penambahan asam asetat, larutan

    terkondisikan dalam keadaan asam sehingga dapat menghasilkan residu

    klor asam hipoklorit (HOCl) yang lebih dominan dibanding dengan ion

    hipoklorit (ClO-), dikarenakan asam hipoklorit lebih efektif karena

    sifatnya yang lebih reaktif daripada ion hipoklorit dalam proses desinfeksi,

    sedangkan asam hipoklorit tersebut akan terbentuk lebih banyak pada

    keadaan larutan yang asam. Selain itu, asam hipoklorit memiliki sifat

    dapat menaikkan nilai pH, sehingga pH awal larutan harus dibuat dalam

    tingkat yang rendah.

    Kemudian, ditambahkan kalium iodida (KI) dalam bentuk bubuk

    sebanyak 1 gr ke dalam masing-masing botol 17, lalu dihomogenkan.

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    36/46

    Karena metode yang digunakan adalah metode iodometri, maka perlu

    ditambahkan iodin, dan KI merupakan sumber iodin tersebut. Metode

    iodometri digunakan untuk konsentrasi total klor yang lebih besar dari 1

    mg/l, sedangkan jika dilihat dari sumber air dan keadaan fisiknya, dapat

    diprediksi bahwa kandungan klornya akan lebih besar dari 1 mg/l. KI

    yang ditambahkan akan bereaksi dengan HOCl yang terbentuk dan

    melepaskan iodida, sesuai dengan reaksi berikut :

    OCl-+ 2 KI + 2 HAsI2+ 2 KAs + Cl-+ 2 H2O

    Klor mengoksidasi iodin sehingga membentuk iodida. Penambahan

    KI ini akan menghasilkan warna kuning pada larutan. Warna kuning

    tersebut berasal dari iodida (I2) yang terbentuk dari reaksi di atas.

    Setelah itu, larutan dititrasi dengan menggunakan larutan standar

    Na2S2O3 0.0098 N hingga warna kuning menjadi warna kuning seulas.

    Titrasi ini hanya dilakukan pada larutan dengan warna kuning yang agak

    pekat hingga sangat pekat. Untuk larutan yang telah memiliki warna

    kuning seulas tidak perlu dititrasi. Tujuan dari titrasi ini adalah untukmeminimalisasi jumlah iodida, karena dalam konsentrasi yang tinggi, jika

    ditambahkan dengan amilum, akan terbentuk senyawa kompleks dalam

    keadaan stabil (tidak reversibel).

    Kemudian dilanjutkan dengan penambahan 3 tetes amilum ke dalam

    larutan, yang akan menimbulkan warna biru pada larutan. Penambahan

    indikator amilum ini dikarenakan amilum sangat peka dengan keberadaan

    iodida dalam larutan, artinya semakin pekat warna biru yang terbentuk,maka semakin banyak jumlah iodida yang terdapat pada larutan.

    Selanjutnya, larutan tersebut dititrasi kembali dengan larutan standar

    Na2S2O30.0098 N hingga warna biru hilang. Titrasi yang dilakukan kedua

    kalinya ini bertujuan untuk mereduksi iodida pada larutan, sehingga

    terbentuk iodin kembali. Reaksi yang terjadi yaitu :

    Na2S2O3+ I2 NaI +Na2S4O6

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    37/46

    Saat warna biru tepat hilang, artinya iodida pada larutan tersebut

    telah habis tereduksi, sehingga jumlahnya dapat diketahui dari jumlah

    titran yang digunakan untuk titrasi. Dengan mengetahui jumlah iodida,

    dapat pula diketahui jumlah klor aktifnya, berdasarkan reaksi yang telah

    dijelaskan sebelumnya, yaitu :

    OCl-+ 2 KI + 2 HAsI2+ 2 KAs + Cl-+ 2 H2O

    Dapat dilihat pada reaksi tersebut I2 dan Cl- memiliki jumlah mol

    yang sama, yaitu satu mol. Sehingga, berdasarkan persamaan kimia, kedua

    unsur tersebut setara dan memiliki konsentrasi yang sama pula.

    Langkah-langkah yang dilakukan dari mulai titrasi pertama hingga

    titrasi kedua harus dilakukan sampai selesai untuk satu buah botol terlebih

    dahulu, baru kemudian melakukan langkah-langkah yang sama untuk 6

    botol lainnya.

    Jumlah Na2S2O3 yang digunakan pada titrasi pertama dan kedua

    kemudian dijumlah, dan digunakan dalam perhitungan konsentrasi klor

    aktif. Hasil perhitungan klor aktif tersebut kemudian di plot dalam grafik

    klor aktif vs klor yang dibubuhkan. Dari grafik tersebut kemudian

    ditentukan titik breakpointuntuk menentukan berapa banyak klorin yang

    dibutuhkan. Namun, dikarenakan pada praktikum ini praktikan tidak

    mendapatkan titik breakpointnya, maka jumlah klor yang akan

    ditambahkan untuk percobaan selanjutnya digunakan jumlah klor pada

    titik kurva terakhir, yaitu 3.5 ml.

    Selanjutnya, dilakukan perlakuan untuk blanko sebagai pembanding.

    Pertama-tama, air kran dimasukkan ke dalam botol winkler sebanyak 100

    ml, kemudian ditambahkan asam asetat 5 ml, KI 1 gr, dan 3 tetes amilum.

    Jika setelah diberi amilum muncul warna biru pada larutan, selanjutnya

    larutan tersebut dititrasi dengan Na2S2O3 0.0098 N, sedangkan jika tidak,

    larutan tersebut dititrasi dengan larutan iodin 0.0282 N hingga tepat

    muncul warna biru pada larutan. Kemudian, larutan tersebut ditirasi

    kembali dengan Na2S2O3 0.0098 N hingga warna biru hilang. Blanko yang

    dikerjakan oleh praktikan tidak muncul warna biru setelah penambahan 3

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    38/46

    tetes amilum. Hal ini dapat dikarenakan oleh air kran tersebut tidak

    mengandung iodin, oleh karena itu dititrasi oleh larutan iodin hingga

    muncul warna biru, yang artinya pada larutan tersebut terdapat unsur

    iodida. Jika iodida telah diketahui, klor dapat diketahui dengan mentitrasi

    dengan Na2S2O3 0.0098 N hingga warna biru hilang, yang artinya iodida

    pada larutan telah habis bereaksi.

    Setelah mengetahui berapa ban

    yak jumlah klor yang dibutuhkan, percobaan dilanjutkan dengan menambahkan

    sejumlah klor tersebut ke dalam masing-masing botol 8 dan 9 yang sebelumnya

    telah diisi dengan 100 ml sampel. Selanjutnya, untuk botol 8 didiamkan selama 5

    menit dan untuk botol 9 didiamkan selama 2 jam, untuk kemudian dicek

    konsentrasi klor aktifnya mengikuti langkah-langkah yang sama dengansebelumnya.

    Jika pada percobaan sebelumnya, yang dilakukan pada botol 17

    bermaksud untuk mengetahui banyaknya klor yang dibutuhkan untuk

    menghilangkan kandungan oraganik, anorganik, dan amilum pada sampel,

    percobaan yang dilakukan pada botol 8 dan 9 ini bertujuan untuk

    mengetahui keefektifan kerja klor terhadap waktu kontak.

    6.2Analisa Hasil

    Hasil yang diperoleh dari pengolahan data yaitu kadar klor aktif atau

    residu klor dari variasi penambahan kaporit ke dalam larutan. Kadar klor

    aktif berdasarkan jumlah kaporit yang dimasukkan, sebagai berikut :

    Kaporit (ml) Kadar Klor Aktif (mg/l)

    0.5 3.20

    1.0 3.72

    1.5 4.93

    2.0 12.06

    2.5 19.70

    3.0 25.09

    3.5 31.17

    Klor aktif yang diperoleh merupakan total residu klor yang

    dihasilkan setelah kebutuhan klor terpenuhi. Perhitungan di atas bertujuan

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    39/46

    untuk menentukan jumlah klor yang dibutuhkan untuk menghilangkan

    senyawa-senyawa organik, anorganik, dan amonia yang terdapat dalam

    larutan (breakpoint). Untuk menentukan breakpoint tersebut, hasil

    perhitungan kadar klor aktif di plot dalam grafik yang ditinjau dari jumlah

    kaporit yang ditambahkan (Grafik 5.1)

    Dari grafik 5.1, tidak didapatkan titik breakpointnya. Breakpoint

    pada grafik ditandai dengan adanya titik balik penurunan dan kenaikan

    kurva.

    Jika diperhatikan, grafik 5.1 baru mencapai zona antara titik 2 dan 3,

    dimana proses yang terjadi adalah reakasi antara klorin dengan amonia

    pada air yang membentuk kloramin. Tidak ditemukannya breakpointpada

    percobaan ini dapat disebabkan oleh kadar amonia yang terlampau banyak,

    sehingga dengan kadar klorin yang dibubuhkan sebanyak 3.5 ml, amonia

    tersebut belum seluruhnya, sehingga belum dapat terjadi penurunan

    kloramin dan pelepasan gas nitrogen, dimana proses tersebut terjadi pada

    zona antara titik 3 dan 4, artinya klor yang dibutuhkan seharusnya lebih

    banyak dari 3.5 ml. Reaksi pembentukan kloramin pada zona antara titik 2

    dan 3, yaitu sebagai berikut :

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    40/46

    NH3 + HOClNH2Cl + H2O

    NH2Cl + HOClNHCl2+ H2O

    NHCl2 + HOClNCl3+ H2O

    Selain akibat faktor amonia yang mungkin terlalu banyak dalam

    sampel air, dapat pula disebabkan oleh senyawa lain, seperti nitrogen

    anorganik maupun organik, besi, mangan, dan hidrogen sulfida. Senyawa-

    senyawa tersebut dapat menambah kebutuhan klor dan keberadaannya

    dapat menyebabkan penurunan efisiensi proses desinfeksi. Selain senyawa

    kimia, kandungan mikroorganisme patogenik pada sampel air juga dapat

    menyebabkan kadar klor yang dibutuhkan menjadi tidak mencukupi untuk

    mencapai titik breakpoint.

    Mikroorganisme yang terkandung dapat merupakan mikroorganisme

    yang sangar resisten terhadap desinfektan, terutama mikroorganisme yang

    dapat membentuk spora. Jumlah mikroorganisme yang terdapat pada

    sampel juga dapat mempengaruhi jumlah klor yang dibutuhkan, kedua

    variabel tersebut memiliki hubungan yang saling berbanding lurus. Selain

    itu, penyebaran mikroorganisme pada sampel kemungkinan sangat kecil

    (mikroorganisme membentuk ikatan dengan materi tersuspensi yang

    terdapat di dalam air), sehingga menjadi lebih sulit ditembus oleh

    desinfektan.

    Oleh karena tidak ditemukannya breakpoint, jumlah klor yang

    dibutuhkan untuk ditambahkan dalam proses desinfeksi juga tidak dapat

    diketahui, sehingga dalam percobaan selanjutnya untuk menentukan

    pengaruh waktu detensi terhadap klor aktif yang terbentuk, digunakan

    jumlah klor pada titik terakhir kurva (3.5 ml)

    Dengan perlakuan berbeda, dimana botol 8 didiamkan selama 5

    menit dan botol 9 didiamkan selama 2 jam, klor aktif yang dihasilkan yaitu

    :

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    41/46

    Waktu detensi (menit) Klor akttif (mg/l)

    5 37.84

    30 31.17

    120 36.13

    Ketiga variasi waktu detensi tersebut kemudian diplot dalam sebuah

    grafik (Grafik 5.2). Dari grafik tersebut terlihat bahwa terjadi penurunan

    kadar klor aktif pada waktu detensi 30 menit, namun terjadi kenaikan lagi

    pada waktu detensi 2 jam. Sedangkan, seharusnya semakin lama waktu

    kontak, residu klor/klor aktif yang terdapat pada larutan semakin kecil.

    Ketidaksesuaian hasil percobaan dengan teori dapat disebabkan oleh

    beberapa hal yang akan dijelaskan pada analisa kesalahan.

    Hubungan antara konstanta mikroorganisme yang terpapar oleh klor

    (K), konsentrasi klor (C), dan waktu detensi (t), dapat dilihat pada

    persamaan : K = C.n.t. Dari persamaan tersebut, terlihat bahwa semakin

    besar waktu detensi, semakin kecil konsentrasi klor yang dibutuhkan,

    artinya Inaktivasi mikroorganisme patogen oleh senyawa disinfektan

    bertambah sesuai dengan waktu kontak dan idealnya mengikuti kinetika

    reaksi orde pertama.

    Jika ditinjau dari standar baku keberadaan klor sebagai hasil

    sampingan proses desinfeksi menurut Permenkes Nomor 492 tahun 2010

    mengenai Persyaratan Kualitas Air Minum, yaitu sebesar 5 mg/l, sampel

    yang diberikan kaporit sebanyak 0.5 ml1.5 ml masih memenuhi standar,

    sehingga aman untuk dikonsumsi. Sedangkan, pada air dengan

    penambahan klor sebanyak 2 ml 3.5 ml, tidak memenuhi standartersebut. Air dengan kadar klor berlebih berpotensi mengganggu kesehatan

    manusia, seperti yang telah dijelaskan pada landasan teori.

    Sedangkan, jika ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun

    2001 tentang Kualitas Air Bersih, seluruh sampel dengan penambahan

    kadar kaporit yang berbeda-beda memenuhi syarat kualitas air bersih.

    Syarat maksimum klor pada air bersih menurut peraturan pemerintah

    tersebut yaitu 0.03 mg/l dengan kebermanfaatan air diantaranya

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    42/46

    peternakan, pertanian, sarana umum, dll. Nilai maksimum tersebut berarti

    bahwa apabila kadar klor telah lebih besar dari 0.03 mg/l, kandungan

    tersebut tidak efektif jika penggunaannya hanya sebagai air bersih saja.

    6.3Analisa kesalahan

    Ketidaksesuaian hubungan antara waktu kontak dengan konsentrasi

    klor aktif dengan teori yang ada dapat dikarenakan kurang telitinya

    praktikan dalam proses titrasi, baik pada titrasi pertama atau kedua dengan

    menggunakan larutan Na2S2O3 0.0098 N, maupun dengan larutan iodin

    0.0282 N.

    Pada titrasi pertama dengan Na2S2O3 0.0098 N, larutan dititrasi

    hingga warna menjadi kuning seulas, sedangkan beberapa larutan yang

    praktikan titrasi tidak benar-benar tepat pada warna kuning yang seulas.

    Kurang telitinya hasil titrasi ini juga dikarenakan tidak adanya standar

    yang pasti tentang warna kuning seulas yang dimaksud. Selain itu, akibat

    takut warna kuning menjadi benar-benar hilang, praktikan cenderung

    menghentikan proses titrasi ketika warna larutan masih cukup kuning.

    Pada titrasi kedua dengan Na2S2O3 0.0098 N, titrasi dilakukan

    hingga warna biru tepat hilang, sedangkan pada praktikum ini mungkin

    saja titrasi yang dilakukan praktikan berlebih, yaitu tidak berhenti pada

    saat warna biru tepat hilang. Sedangkan pada titrasi dengan larutan iodin

    0.0282 N, yaitu sampai timbul warna biru pada larutan, kesalahan yang

    mungkin terjadi yaitu warna biru yang muncul terlalu pekat (tidak benar-

    benar tepat ketika warna biru muncul). Dengan berlebihnya titrasi dengan

    larutan iodin ini, dapat berpengaruh pada titrasi selanjutnya yaitu dengan

    Na2S2O30.0098 N. Jumlah Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi hingga

    warna biru tersebut hilang tentu akan lebih besar dan berpengaruh pada

    perhitungan klor aktif nantinya.

    Selain dari faktor yang terjadi pada saat praktikum, kesalahan dapat

    pula disebabkan dari perlakuan awal praktikan terhadap sampel yang

    kurang tepat, dari mulai meletakkannya pada tempat yang terpapar sinar

    matahari sedangkan botol yang digunakan adalah botol transparan, dan

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    43/46

    tempat tersebut juga tidak memiliki suhu yang stabil, sehingga dapat

    menimbulkan reaksi-rekasi yang terjadi antar senyawa , baik organik

    maupun anorganik, dan mikroorganisme yang terkandung di dalam air,

    yang dapat berpeluang meningkatkan jumlah organisme di dalamnya.

    7. KESIMPULAN

    Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini, antara lain :

    Jumlah klor yang dibutuhkan untuk tepat menghilangkan seluruh senyawa-

    senyawa kimia baik organik maupun anorganik, serta mikroorganisme

    dalam sampel air hujan yang digunakan tidak dapat ditentukan karena

    tidak ditemukannya breakpointpada percobaan ini.

    Tidak didapatkannya breakpointdapat disebabkan oleh kadar kandungan

    kontaminan air hujan yang terlampau banyak untuk dosis klor yang

    ditambahkan, atau dapat pula akibat kandungan mikroorganisme resistan

    yang dominan terdapat pada sampel tersebut.

    Zat-zat pengotor yang juga menyebabkan kekeruhan dapat berpengaruh

    terhadap kebutuhan klor karena mikroorganisme yang bergabung dengan

    partikel pengotor tersebut bersifat lebih resisten.

    Jalur yang dilalui air (genting dan talang) kemungkinan sangat kotor.

    Dengan dosis kaporit yang ditambahkan sebanyak 0.5 ml1.5 ml, sampel

    air hujan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai air minum.

    Sampel air hujan yang ditambahkan dengan seluruh variasi kaporit

    tergolong ke dalam air bersih.

    Waktu kontak mempengaruhi kadar klor aktif yang tersisa, yaitu dengan

    hubungan semakin lama waktu kontak, klor aktif semakin kecil.

    8.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    44/46

    Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan. 2009. Laboratorium Teknik

    Penyehatan dan Lingkungan, Program Studi Teknik Lingkungan.

    Depok: Universitas Indonesia.

    Sawyer, Clair N. Perry L. McCarty. Gene F.Parklin. Chemistry for

    Environmental Engineering and Science, Fifth Edition. Mc Graw Hill.

    Reynolds, Tom D. Paul A. Richards. Unit Operations and Process in

    Environmental Engineering, Second Edition. PWS Publishing

    ompany.

    Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 mengenai Persyaratan

    Kualitas Air Minum

    Joan S.Jeffrey. Santation-Disinfection Basics.

    http://animalscience.ucdavis.edu/avian/pfs27.htm.Diakses pada

    tanggal 4 November 2012 pukul 05.50

    http://water.me.vccs.edu/concepts/chlorchemistry.html.Diakses pada tanggal

    4 November 2012 pukul 05.50

    Graham Anderson & Geroge Bowman. The Secrets of Breakpoint

    Chlorination.http://dnr.wi.gov/regulations/labcert/documents/training

    /CL2Breakpoint-c.pdf.Diakses pada tanggal 6 November 2012 pukul

    03.00

    alchemist08.files.wordpress.com/.../percoba...Diakses pada tanggal 6

    November 2012 pukul 08.55

    http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2119946-pengertian-klor/.

    Diakses pada tanggal 7 November 2012 pukul 08.20

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20807/4/Chapter%20II.pdf.

    Diakses pada tanggal 8 November 2012 pukul 12.30

    9. LAMPIRAN

    http://animalscience.ucdavis.edu/avian/pfs27.htmhttp://animalscience.ucdavis.edu/avian/pfs27.htmhttp://water.me.vccs.edu/concepts/chlorchemistry.htmlhttp://dnr.wi.gov/regulations/labcert/documents/training/CL2Breakpoint-c.pdfhttp://dnr.wi.gov/regulations/labcert/documents/training/CL2Breakpoint-c.pdfhttp://dnr.wi.gov/regulations/labcert/documents/training/CL2Breakpoint-c.pdfhttp://dnr.wi.gov/regulations/labcert/documents/training/CL2Breakpoint-c.pdfhttp://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2119946-pengertian-klor/http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2119946-pengertian-klor/http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20807/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20807/4/Chapter%20II.pdfhttp://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2119946-pengertian-klor/http://dnr.wi.gov/regulations/labcert/documents/training/CL2Breakpoint-c.pdfhttp://dnr.wi.gov/regulations/labcert/documents/training/CL2Breakpoint-c.pdfhttp://water.me.vccs.edu/concepts/chlorchemistry.htmlhttp://animalscience.ucdavis.edu/avian/pfs27.htm
  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    45/46

    Botol winkler 17 yang telah diisi Penambahan asam asetat

    sampel air ke dalam masing-masing botol

    Penimbangan 1 gram KI Penambahan KI ke dalam

    masing-masing botol

    Warna kuning yang timbul pada Titrasi larutan dengan Na2S2O3

    larutan setelah penambahan KI 0.098 N hingga warna kuning seulas

  • 5/19/2018 BPC-2 Jumat

    46/46

    Warna biru yang muncul Setelah Larutan dititrasi dengan Na2S2O3

    ditambahkan indikator amilum 0.098 N kembali hingga bening