bpr

17
Bank Perkreditan Rakyat, Kenapa Banyak yang Dilikuidasi? Seminar Manajemen Kekayaan Negara Disusun Oleh : Wishnu Kusumo Agung Erlangga Kelas 9A DIV Kurikulum Khusus Nomor Absen 35 SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN 2015

Upload: wishnu-kusumo-agung-erlangga

Post on 15-Dec-2015

77 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

makalah smkn tentang bank perkreditan rakyat

TRANSCRIPT

Page 1: BPR

Bank Perkreditan Rakyat, Kenapa

Banyak yang Dilikuidasi? Seminar Manajemen Kekayaan Negara

Disusun Oleh :

Wishnu Kusumo Agung Erlangga

Kelas 9A DIV Kurikulum Khusus

Nomor Absen 35

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

TANGERANG SELATAN

2015

Page 2: BPR

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.1 Sedangkan Bank

Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran.2 Bank telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan

masyarakat kita sehari – hari. Mulai dari sekedar menjadi tempat menabung, bertransaksi

bisnis, hingga mencari pinjaman/utang. Bank juga memberikan berbagai macam

produk/jasa yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebut saja deposito berjangka,

pembiayaan seperti kredit perumahan rakyat, giro, dan lain lain. Sejalan dengan tujuan dari

didirikannya bank berdasarkan pengertian di atas, maka dibuatlah bank perkreditan rakyat.

Bank perkreditan rakyat (BPR) dibentuk dengan tujuan agar manfaat dari keberadaan bank

dapat dirasakan oleh masyarakat di pedesaan atau tempat – tempat terpencil. Jenis BPR

sendiri mencakup Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih

Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit

Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan

(LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD) dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

Jenis usaha yang boleh dan tidak boleh dijalankan oleh BPR adalah sebagai berikut:

1. Usaha yang Boleh Dilakukan BPR

Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito

berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan

itu.

Memberikan kredit.

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

7 Tahun 1992 Tentang Perbankan 2 Ibid.

Page 3: BPR

2

Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR

mengalami over liquidity atau kelebihan likuiditas.

2. Usaha yang Tidak Boleh DIlakukan BPR

Menerima simpanan berupa giro.

Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern

terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.

Melakukan usaha perasuransian.

Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud

dalam usaha BPR.

Keberadaan BPR di Indonesia sendiri terus bertambah dari waktu ke waktu.

Berdasarkan data terakhir yang diperoleh dari Bank Indonesia, jumlah total BPR sampai

bulan Juni tahun 2015 adalah sebanyak 1.644 buah. Sebagian besar BPR berada di Jawa

Timur (289), Jawa Barat (233), Jawa Tengah (189), dan Bali (134).

Semakin banyak bank yang ada tentu berbanding lurus dengan banyaknya jumlah

simpanan nasabah yang harus ditanggung oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS akan

menanggung simpanan nasabah sampai dengan Rp 2 Milyar di setiap bank. Hal ini tidak

lepas dari fungsi LPS itu sendiri yaitu:

1. Menjamin simpanan nasabah penyimpan.

2. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan

kewenangannnya.

Adapun wewenang LPS adalah:

1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.

2. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi

peserta.

Page 4: BPR

3

3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.

4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan

bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan

bank.

5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut pada angka

6. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.

7. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi

kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.

8. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan.

9. Menjatuhkan sanksi administratif.

Page 5: BPR

4

BAB II

DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Terhadap Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

3. Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/PLPS/2012 Tentang Perubahan

Terhadap Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/PLPS/2011 Tentang

Likuidasi Bank

4. Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/PLPS/2014 Tentang Saham Bank

Gagal yang Diselamatkan

5. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 20/POJK.3/2014 Tentang Bank Perkreditan

Rakyat

6. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/POJK.3/2015 Tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Inti Minimum Bank Perkreditan Rakyat

Page 6: BPR

5

BAB III

PERMASALAHAN

Sebagaimana disebutkan di atas, salah satu usaha utama yang dilakukan oleh BPR

adalah memberikan kredit untuk kemudian menerima imbal balik berupa pembayaran

pokok piutang dan bunga. Dalam memberikan atau menyalurkan kredit kepada masyarakat,

BPR haruslah berhati – hati. Jika pemberian kredit tidak dilakukan dengan seksama, maka

bisa jadi debitur tidak sanggup melunasi utang – utangnya/ gagal bayar. Jika demikian

adanya, tentu likuiditas BPR akan terganggu sehingga mengancam kelangsungan usaha dari

BPR tersebut. Apabila BPR tersebut tidak dapat disehatkan lagi oleh LPS, maka bank

tersebut dapat dikategorikan sebagai bank gagal.

Bank gagal (failing bank) adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan

membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh

LPS sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.3 Bank gagal dapat terjadi jika bank kesulitan di

dalam menjalankan usahanya baik dalam penyaluran kredit, pengumpulan dana nasabah,

dan lain lain. Ibarat orang berjualan, terkadang bisa laris namun tidak jarang pula tidak laku.

Jika manajemen sudah menjalankan kepengurusan dengan baik, memenuhi semua

kewajibannya, dan telah dilakukan tindakan penyehatan oleh LPS namun bank tersebut

tidak dapat diselamatkan, maka akan diambil tindakan likuidasi oleh LPS.

Berdasarkan data yang diambil dari website LPS, tercatat sebanyak 43 bank yang

telah selesai proses likuidasinya. Kesemua bank tersebut adalah BPR. Sedangkan bank yang

masih dalam proses likuidasi sebanyak 17 bank. Dari 17 bank tersebut, hanya 1 bank yang

berbentuk bank umum, 16 sisanya merupakan BPR. Bank yang baru dicabut izin usahanya

terdapat 15 bank. Lagi – lagi kesemuanya adalah BPR. Berikut data yang diperoleh dari

website LPS.

3 Pasal 1 Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/Plps/2012 Tentang Perubahan Terhadap Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/Plps/2011 Tentang Likuidasi Bank

Page 7: BPR

6

Tabel III.I

Bank yang Baru Dicabut Izin Usahanya

No Nama Bank Dalam Likuidasi Wilayah Tanggal CIU Posisi

1 PT. BPR Carano Nagari 14-Jul-2015 Proses

Likuisasi

2 PT BPR Bungo Mandiri (DL) PT BPR Bungo Mandiri (DL) 08-Dec-2014 Proses

Likuisasi

3 PT BPR Arthasraya Sejahtera (DL) Pondok Gede - Bekasi 20-Jun-2014 Proses

Likuisasi

4 PT BPR TUGU KENCANA (DL) Kartasura - Jawa Tengah 16-Apr-2014 Proses

Likuidasi

5 PT BPR Lumasindo Perkasa Putra (DL) Tangerang, Banten 07-Feb-2014 Proses

Likuisasi

6 PT BPR Vox Modern Danamitra (DL) Serpong - Tangerang 29-Jan-2014 Proses

Likuidasi

7 PT BPR Mutiara Artha Pratama (DL) Bandung - Jawa Barat 23-Dec-2013 Proses

Likuidasi

8 PT BPR Cahaya Nagari (DL) Sawahlunto – Sumatera

Barat

06-Dec-2013 Proses

Likuidasi

9 PT BPR Cakra Dharma Artamandiri

(DL)

Cilegon, Banten 20-Nov-

2013

Proses

Likuidasi

10 PT BPR Kujang Artha Sembada (DL) Bogor, Jawa Barat 14-Nov-

2013

Proses

Likuidasi

11 PT BPR Cinere Artha Raya (DL) Depok, Jawa Barat 06-Nov-

2013

Proses

Likuidasi

12 PT BPR Mitra Danagung (DL) Padang – Sumatera Barat 24-Sep-2013 Proses

Likuidasi

13 PT BPR Kapital Metropolitan (DL) DKI Jakarta 29-Apr-2013 Proses

Likuidasi

14 PT BPR Berok Gunung Pangilun (DL) Padang, Sumatera Barat 05-Apr-2013 Proses

Likuidasi

15 PT BPR Sukowati Jaya (DL) Sragen, Jawa Tengah 23-Jan-2013 Proses

Likuidasi

Tabel III.II

Bank yang Sedang Dalam Proses Likuidasi

No Nama Bank Dalam Likuidasi Wilayah Tanggal CIU Posisi 1 PT BPR Arthasraya Sejahtera (DL) Pondok Gede - Bekasi 20-Jun-2014 Proses

Likuisasi 2 PT BPR TUGU KENCANA (DL) Kartasura - Jawa Tengah 16-Apr-2014 Proses

Likuidasi 3 PT BPR Lumasindo Perkasa Putra

(DL) Tangerang, Banten 07-Feb-2014 Proses

Likuisasi 4 PT BPR Vox Modern Danamitra (DL) Serpong - Tangerang 29-Jan-2014 Proses

Page 8: BPR

7

Likuidasi 5 PT BPR Mutiara Artha Pratama (DL) Bandung - Jawa Barat 23-Dec-

2013 Proses Likuidasi

6 PT BPR Cahaya Nagari (DL) Sawahlunto – Sumatera Barat

06-Dec-2013

Proses Likuidasi

7 PT BPR Cakra Dharma Artamandiri (DL)

Cilegon, Banten 20-Nov-2013

Proses Likuidasi

8 PT BPR Kujang Artha Sembada (DL) Bogor, Jawa Barat 14-Nov-2013

Proses Likuidasi

9 PT BPR Cinere Artha Raya (DL) Depok, Jawa Barat 06-Nov-2013

Proses Likuidasi

10 PT BPR Mitra Danagung (DL) Padang – Sumatera Barat 24-Sep-2013 Proses Likuidasi

11 PT BPR Kapital Metropolitan (DL) DKI Jakarta 29-Apr-2013 Proses Likuidasi

12 PT BPR Berok Gunung Pangilun (DL) Padang, Sumatera Barat 05-Apr-2013 Proses Likuidasi

13 PT BPR Sukowati Jaya (DL) Sragen, Jawa Tengah 23-Jan-2013 Proses Likuidasi

14 BPR LPN Mudik Air (DL) Sawah Lunto, Sumatera Barat

01-Jun-2012 Proses Likuidasi

15 PT. BPR Artha Nagari Madani (DL) Padang, Sumatra Barat 15-Dec-2011

Proses Likuidasi

16 PT. BPR Dharma Bhakti SMAdang (DL)

Padang, Sumatra barat 18-Jul-2011 Proses Likuidasi

17 PT. Bank IFI (DL) Jakarta, Jabodetabek 17-Apr-2009 Proses Likuidasi

Tabel III.III

Bank yang Telah Selesai Proses Likuidasinya

No Nama Bank Dalam Likuidasi Wilayah Tanggal CIU Posisi 1 PD. BPR LPK Bojongpicung (DL) Cianjur, Jawa Barat 04-Oct-2011 Selesai

Likuidasi 2 PT. BPR Sadayana Artha (DL) Majalaya, Jawa Barat 07-Sep-2011 Selesai

Likuidasi 3 PT. BPR Mustika Utama Raha (DL) Muna, Sulawesi 15-Aug-

2011 Selesai Likuidasi

4 PT. BPR Iswara Artha (DL) Sidoarjo, Jawa Timur 11-Aug-2011

Selesai Likuidasi

5 PT. BPR Syariah Syarif Hidayatullah (DL)

Cirebon, Jawa Barat 29-Jul-2011 Selesai Likudasi

6 PT. BPR Indomitra Mandiri Ciputat (DL)

Tangerang, Jabodetabek 24-May-2011

Selesai Likuidasi

7 PT. BPR Pundi Artha Sejahtera (DL) Pondok Gede, Jabodetabek

11-May-2011

Selesai Likuidasi

8 PT. BPR Naratama Bersada (DL) Bekasi, Jabodetabek 26-Apr-2011 completed

Page 9: BPR

8

9 PT. BPR Salimpaung Sepakat (DL) Tanah Datar, West Sumatra

20-Apr-2011 Completed

10 PD. BPR LPK Sukamandi (DL) Subang, Jawa Barat 07-Feb-2011 Selesai Likuidasi

11 PD. BPR LPK Pabuaran (DL) Subang, Jawa Barat 07-Feb-2011 Completed 12 PD. BPR LPK Talegong (DL) Garut, Jawa Barat 24-Jan-2011 Selesai

Likuidasi 13 PD. BPR LPK Samarang (DL) Garut, Jawa Barat 24-Jan-2011 Selesai

Likuidasi 14 PD. BPR LPK Cipeundeuy (DL) Subang, Jawa Barat 27-Dec-

2010 Selesai Likuidasi

15 PT. BPR Cimahi Tengah (DL) Cimahi, Jawa Barat 15-Nov-2010

Selesai Likuidasi

16 PT. BPR Darbeni Mitra (DL) Bekasi, Jabodetabek 04-Oct-2010 Selesai Likuidasi

17 PT. BPR Junjung Sirih (DL) Solok, Sumatra Barat 04-Aug-2010

Selesai Likuidasi

18 PT. BPR Swasad Artha (DL) Badung, Bali 18-May-2010

Selesai Likuidasi

19 PT. BPR Argawa Utama (DL) Mengwi, Bali 18-May-2010

Selesai Likuidasi

20 PT. BPR Handayani Ciptasejahtera (DL)

Masamba , Sulawesi 27-Apr-2010 Selesai Likuidasi

21 PT. BPR Musajaya Arthadana (DL) Lampung, Lampung 23-Mar-2010

Selesai Likuidasi

22 PT. BPR Salido Empati (DL) Painan, Sumatra Barat 09-Mar-2010

Selesai Likuidasi

23 PT. BPR Samudra Air Tawar (DL) Padang, Sumatera Barat 17-Feb-2010 Selesai Likuidasi

24 PT. BPR Satya Adhi Perdana (DL) Jimbaran, Bali 18-Nov-2009

Selesai Likuidasi

25 PT. BPR Margot Arta Utama, Depok Depok, Jabodetabek 16-Jun-2009 Selesai Likuidasi

26 PT. BPR Sri Utama (DL) Tabanan, Bali 13-May-2009

Selesai Likuidasi

27 PT. BPR Syariah Babussalam (DL) Garut, Jawa Barat 01-May-2009

Selesai Likuidasi

28 PT. BPR Tripanca Setiadana (DL) Lampung , Lampung 24-Mar-2009

Selesai Likuidasi

29 PT. BPR Handayani Ciptasehati (DL) Masamba , Sulawesi 18-Dec-2008

Selesai Likuidasi

30 PT. BPR Sumber Hiobaja (DL) Solo , Jawa Tengah 23-Apr-2008 Selesai Likuidasi

31 PT. BPR Kencana Arta Mandiri (DL) Solo , Jawa Tengah 13-Mar-2008

Selesai Likuidasi

32 PT. BPR Citraloka Dana Mandiri (DL) Bandung , Jawa Barat 14-Feb-2008 Selesai Likuidasi

33 PT. BPR Anugerah Arta Niaga (DL) Pati , Jawa Tengah 13-Dec-2007

Selesai Likuidasi

34 PD. BPR Bungbulang (DL) Garut , Jawa Barat 20-Nov- Selesai

Page 10: BPR

9

2007 Likuidasi 35 PT. BPR Bangun Karsa Arta Sejahtera

(DL) Bandung , Jawa Barat 06-Jun-2007 Selesai

Likuidasi 36 PT. BPR Era Aneka Rezeki (DL) Cibinong , Jabodetabek 16-Mar-

2007 Selesai Likuidasi

37 PT. BPR Bekasi Istana Artha (DL) Bekasi , Jabodetabek 24-Jan-2007 Selesai Likuidasi

38 PD. BPR Gunung Halu Gunung Halu , Jawa Barat 11-Oct-2006 Selesai Likuidasi

39 PT. BPR Samadhana (DL) Sukabumi , Jawa Barat 27-Sep-2006 Selesai Likuidasi

40 PT. BPR Mranggen Mitra Niaga (DL) Demak , Jawa Tengah 22-Aug-2006

Selesai Likuidasi

41 PT. BPR Mitra Banjaran (DL) Banjaran , Jawa Barat 07-Feb-2006 Selesai Likuidasi

42 PD. BPR Cimahi Cimahi , Jawa Barat 26-Jan-2006 Selesai Likuidasi

43 PT. BPR Tripillar Arthajaya (DL) Yogyakarta , DI Yogyakarta

19-Jan-2006 Selesai Likuidasi

Dari sini tentu kita bertanya – tanya kenapa sebagian besar bahkan hampir

seluruhnya bank yang dinyatakan gagal oleh LPS adalah BPR. Apakah BPR kesulitan di dalam

menyalurkan kredit ke masyarakat sehingga harus menanggung beban bunga dan

operasional yang tinggi atau hal ini disebabkan karena pengelolaan BPR yang kurang

profesional oleh para pengurusnya.

Page 11: BPR

10

BAB IV

ANALISA

Data untuk analisa yang penulis lakukan diambil dari website milik LPS yaitu yang

beralamat di http://lps.go.id. Data yang digunakan adalah data bank yang telah selesai

proses likuidasinya, karena untuk bank yang masih dalam proses likuidasi maupun bank

yang baru dicabut izin usahanya belum diketahui secara pasti apa penyebabnya. Jika ditilik

satu persatu akan didapat keterangan penyebab banyaknya BPR yang dilikuidasi. Mulai dari

tingkat kredit yang disalurkan sangat rendah sampai buruknya GCG (Good Corporate

Governance) sehingga memunculkan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pengurus

maupun pemilik BPR. Berikut disajikan data mengenai penyebab likuidasi dari BPR yang

telah selesai dilikuidasi oleh LPS.

Tabel IV.I

BPR yang Telah Selesai Dilikuidasi dan Penyebabnya

No Nama Bank Dalam Likuidasi Penyebab Likuidasi

1 PD. BPR LPK Bojongpicung (DL) Tindak Pidana Perbankan

2 PT. BPR Sadayana Artha (DL) -

3 PT. BPR Mustika Utama Raha (DL) Penyaluran Kredit Sangat Rendah

4 PT. BPR Iswara Artha (DL) Tindak Pidana Perbankan

5 PT. BPR Syariah Syarif Hidayatullah (DL) -

6 PT. BPR Indomitra Mandiri Ciputat (DL) -

7 PT. BPR Pundi Artha Sejahtera (DL) Tindak Pidana Perbankan

8 PT. BPR Naratama Bersada (DL) Tindak Pidana Perbankan

9 PT. BPR Salimpaung Sepakat (DL) Tindak Pidana Perbankan

10 PD. BPR LPK Sukamandi (DL) Tindak Pidana Perbankan

11 PD. BPR LPK Pabuaran (DL) Tindak Pidana Perbankan

12 PD. BPR LPK Talegong (DL) Tindak Pidana Perbankan

13 PD. BPR LPK Samarang (DL) -

14 PD. BPR LPK Cipeundeuy (DL) Tindak Pidana Perbankan

15 PT. BPR Cimahi Tengah (DL) Tindak Pidana Perbankan

16 PT. BPR Darbeni Mitra (DL) Tindak Pidana Perbankan

17 PT. BPR Junjung Sirih (DL) Penyaluran Kredit Sangat Rendah

Page 12: BPR

11

18 PT. BPR Swasad Artha (DL) Tindak Pidana Perbankan

19 PT. BPR Argawa Utama (DL) Tindak Pidana Perbankan

20 PT. BPR Handayani Ciptasejahtera (DL) Tindak Pidana Perbankan

21 PT. BPR Musajaya Arthadana (DL) Tindak Pidana Perbankan

22 PT. BPR Salido Empati (DL) Tindak Pidana Perbankan

23 PT. BPR Samudra Air Tawar (DL) Tindak Pidana Perbankan

24 PT. BPR Satya Adhi Perdana (DL) Penyaluran Kredit Sangat Rendah

25 PT. BPR Margot Arta Utama, Depok Tindak Pidana Perbankan

26 PT. BPR Sri Utama (DL) Tindak Pidana Perbankan

27 PT. BPR Syariah Babussalam (DL) Tindak Pidana Perbankan

28 PT. BPR Tripanca Setiadana (DL) Tindak Pidana Perbankan

29 PT. BPR Handayani Ciptasehati (DL) Tindak Pidana Perbankan

30 PT. BPR Sumber Hiobaja (DL) -

31 PT. BPR Kencana Arta Mandiri (DL) Penyaluran Kredit Sangat Rendah

32 PT. BPR Citraloka Dana Mandiri (DL) Tindak Pidana Perbankan

33 PT. BPR Anugerah Arta Niaga (DL) Tindak Pidana Perbankan

34 PD. BPR Bungbulang (DL) Tindak Pidana Perbankan

35 PT. BPR Bangun Karsa Arta Sejahtera (DL) Tindak Pidana Perbankan

36 PT. BPR Era Aneka Rezeki (DL) Tindak Pidana Perbankan

37 PT. BPR Bekasi Istana Artha (DL) Tindak Pidana Perbankan

38 PD. BPR Gunung Halu Tindak Pidana Perbankan

39 PT. BPR Samadhana (DL) Tindak Pidana Perbankan

40 PT. BPR Mranggen Mitra Niaga (DL) Tindak Pidana Perbankan

41 PT. BPR Mitra Banjaran (DL) Tindak Pidana Perbankan

42 PD. BPR Cimahi Tindak Pidana Perbankan

43 PT. BPR Tripillar Arthajaya (DL) -

Dari data di atas dapat dilihat jika sebagian besar penyebab likuidasi adalah karena

tindak pidana perbankan. Tindak pidana perbankan bentuknya bermacam – macam. Kasus

yang paling banyak muncul adalah pemberian kredit fiktif. Kedua, dana nasabah dicairkan

oleh bank, depositonya ditarik oleh pengurus bank. Ketiga, setoran nasabah yang tidak

dicatat.

Dalam kasus pemberian kredit fiktif, data nasabah dibuat secara pura – pura atau

dipalsukan menggunakan nama orang lain. Hal ini dapat dilakukan oleh masyarakat bahkan

oleh pengurus BPR itu sendiri. Karena sifatnya fiktif, pada akhirnya kredit yang diberikan pun

macet dan terjadi gagal bayar atas kredit tersebut.

Page 13: BPR

12

Dalam kasus kedua, dana yang dimiliki oleh nasabah dicairkan oleh pengurus bank

tanpa seizin dan sepengetahuan dari nasabah pemilik deposito tersebut. Selanjutnya di

dalam buku bank sudah tidak tercatat adanya deposito atas nama nasabah tersebut.

Sedangkan dalam kasus yang terakhir, nasabah yang melakukan setoran ke dalam

rekening tidak dicatat di dalam pembukuan bank. Dana yang telah disetorkan tersebut

akhirnya digunakan oeh pengurus untuk kepentingan pribadinya.

Jika menilik ke dalam peraturan mengenai permodalan BPR, sebenarnya potensi

pelanggaran semacam ini memang sangat mungkin terjadi. Berdasarkan aturan lama, modal

disetor minimum yang harus disediakan dalam pendirian BPR adalah sebesar Rp 500juta –

Rp 2Milyar saja. Dari jumlah ini minimum 50% harus digunakan sebagai modal kerja. Jika

melihat besaran ini, agaknya terlalu riskan jika suatu lembaga penyedia utang seperti BPR

hanya memiliki jumlah modal kerja yang sangat kecil. Hal ini akan menyebabkan bank

kesulitan di dalam memberikan imbal balik kepada nasabah berupa bunga sekaligus

memberikan kredit. Apalagi dengan semakin banyaknya bank umum yang masuk ke

pedesaan bahkan sampai ke pelosok – pelosok. Dikhawatirkan nasabah di pedesaan lebih

tertarik untuk mencari pinjaman melalui bank umum.

Namun agaknya pemerintah sudah memahami hal ini. Hal itu terlihat dari

ditetapkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/OJK/2015 yang mengatur

tentang kewajiban penyediaan modal minimum bagi BPR dan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 20/OJK/2014 tentang BPR. Berdasarkan peraturan yang baru tersebut,

modal disetor yang dipersyaratkan di dalam pendirian BPR adalah sebesar Rp 4 Milyar – Rp

16 Milyar tergantung dari lokasi BPR didirikan. Karena BPR memiliki peran penting dalam

perekonomian terutama dalam skala lokal, BPR harus beroperasi dalam skala ekonomis

tertentu dan memiliki kemampuan yang memadai dalam menyerap risiko. Dengan

beroperasi dalam skala ekonomis, BPR akan mampu bersaing dengan lembaga jasa

keuangan lain dalam rangka melayani masyarakat. Agar dapat mencapai skala ekonomis,

BPR wajib memiliki modal dalam jumlah tertentu. Modal disetor yang wajib dipenuhi

oleh BPR pada saat pendirian tidak selamanya mencukupi untuk mencapai skala

ekonomis dimaksud apabila BPR mengalami rugi sehingga perlu ditetapkan modal inti

minimum bagi BPR.

Page 14: BPR

13

Modal inti minimum mencakup modal inti utama dan modal inti tambahan. Modal

inti utama berasal dari modal disetor dan cadangan tambahan modal. Sedangkan modal inti

tambahan berasal dari setoran selain modal inti utama yang memenuhi persyaratan:

a. tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan dan telah disetor penuh;

b. mempunyai kedudukan yang sama dengan modal disetor dalam hal

jumlah kerugian BPR melebihi laba tahun-tahun lalu dan

cadangan-cadangan yang termasuk modal inti utama, meskipun BPR

belum dilikuidasi;

c. sumber pendanaan tidak berasal dari BPR yang bersangkutan baik

secara langsung maupun tidak langsung;

d. tidak memiliki jangka waktu dan tidak terdapat persyaratan yang

mewajibkan pelunasan oleh BPR di masa mendatang;

e. tidak memiliki hak menerima pembayaran dividen;

f. telah memperoleh persetujuan Otoritas Jasa Keuangan untuk

diperhitungkan sebagai komponen modal;

g. dapat dikonversi menjadi saham biasa yang dinyatakan secara jelas

dalam dokumen perjanjian dengan memenuhi persyaratan dan

tata cara penambahan modal disetor sebagaimana diatur dalam

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai BPR; dan

h. pembayaran kembali atau pelunasan harus mendapat persetujuan

dari Otoritas Jasa Keuangan dan dengan pembayaran kembali

atau pelunasan tersebut permodalan BPR tetap sehat serta tidak

mengakibatkan rasio modal tidak memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan BPR dalam menyerap risiko, dilakukan

peningkatan kualitas permodalan BPR dengan penambahan instrumen modal inti dalam

komponen modal inti dan pengakuan atas kelebihan pembentukan PPAP4 umum sebagai

faktor pengurang dalam perhitungan ATMR5. BPR wajib menyediakan modal minimum

4 Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase

tertentu dari baki debet berdasarkan penggolongan Kualitas Aset Produktif sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai kualitas aset dan pembentukan penyisihan penghapusan aset. 5 Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah jumlah aset neraca BPR yang diberikan bobot sesuai

dengan kadar risiko yang melekat pada setiap pos aset sesuai ketentuan.

Page 15: BPR

14

yang dihitung dengan menggunakan rasio KPMM6 paling rendah sebesar 12% (dua belas

perseratus) dari ATMR dan menyediakan modal inti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

ayat (1) huruf a paling rendah sebesar 8% (delapan perseratus) dari ATMR. Dengan

ditetapkannya peraturan baru mengenai BPR ini, diharapkan jumlah bank yang dilikuidasi

oleh LPS akan semakin berkurang yang akhirnya akan meningkatkan kepercayaan

masyarakat untuk menyimpan dananya di bank khususnya BPR.

6 Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) adalah rasio modal terhadap ATMR yang wajib disediakan

oleh BPR

Page 16: BPR

15

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan dan analisa pada bagian sebelumnya, dapat diambil

kesimpulan yaitu:

1) Penyebab utama dari banyaknya BPR yang dilikuidasi adalah karena tindak pidana

perbankan yang dilakukan oleh pengurus BPR.

2) Jumlah minimum modal yang ditentukan sebelum diberlakukannya Peraturan OJK

Nomor 5/OJK/2015 dan Nomor 20/OJK/2014 dirasa masih kurang untuk menjamin

ketersediaan dana bagi BPR di dalam menjalankan usahanya.

3) Peran LPS dan OJK di dalam menindak kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh

BPR dan dalam melakukan pengawasan perbankan dapat dikatakan cukup baik

mengingat banyaknya jumlah BPR yang ada. Hal ini terlihat dari jumlah BPR

dilikuidasi dibandingkan dengan jumlah BPR secara keseluruhan hanya berkisar 2%.

SARAN

1) Pemerintah sebaiknya menetapkan regulasi tambahan bagi keberadaan bank umum.

Yaitu dengan membatasi keberadaan bank umum di daerah – daerah terutama di

pelosok sehingga keberadaan bank tersebut tidak mengancam kelangsungan BPR

yang telah lebih dulu ada.

2) BPR sebaiknya diberikan pendampingan oleh LPS dan OJK dalam 1 tahun pertama

operasionalnya. Dengan pendampingan ini diharapkan pengurus BPR dapat bekerja

dengan jujur dan lebih terampil di dalam menjalankan usahanya.

Page 17: BPR

16

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Terhadap

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/PLPS/2012 Tentang Perubahan

Terhadap Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/PLPS/2011

Tentang Likuidasi Bank

Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 1/PLPS/2014 Tentang Saham Bank

Gagal yang Diselamatkan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 20/POJK.3/2014 Tentang Bank

Perkreditan Rakyat

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/POJK.3/2015 Tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Inti Minimum Bank Perkreditan Rakyat