bronkitis kronis
DESCRIPTION
bronkitis kronisTRANSCRIPT
-
5/24/2018 bronkitis kronis
1/20
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang MasalahTingginya angka kejadian bronkitis kronis di Indonesia salah satunya
disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat terhadap masalah kesehatan
pernafasan yang baik (Notoatmodjo, 2007). Bronkitis kronis terjadi ketika unsur-
unsur iritan terhirup selama waktu yang lama. Unsur-unsur iritan ini menimbulkan
inflamasi dinding bronkus pada percabangan trakeobronkial yang menyebabkan
peningkatan produksi mukus dan penyempitan atau penyumbatan jalan napas. Jalan
napas menjadi tersumbat dan terjadi penutupan sehingga memicu timbulnya
inefektifan bersihan jalan napas (Kowalak, 2011).
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) DEPKES RI tahun
1992 angka kematian bronkitis kronis menduduki peringkat ke 6 dari 10 sebagai
penyebab tersering kematian di Indonesia. Menurut survei yang pernah dilakukan
PDPI pada penderita bronkitis kronis di 17 Puskesmas Jawa Timur, ditemukan angka
kesakitan 13,5% bronkitis kronik 7,7% (Chandra, 2010). Di RSUD Gambiran pada
tahun 2011 penderita bronkitis kronis sekitar 86 orang sedangkan di ruang sedap
malam prosentase penderita bronkitis kronis sekitar 7% pada tahun 2011.
Pada masalah keperawatan inefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan
dengan bronkitis kronis ini akan menimbulkan dampak penumpukan lendir dan sekresi
yang sangat banyak sehinga dapat menyumbat jalan napas. Protokol pengobatan tertentu
digunakan dalam kelainan ini. Sedangkan pada kenyataanya, segala faktor yang
-
5/24/2018 bronkitis kronis
2/20
2
mengganggu bernapas normal secara alamiah dapat mencetuskan ansietas, depresi, dan
perubahan perilaku ( Bruner & Suddarth, 2002).
Tujuan tindakan inefektifan bersihan jalan nafas adalah masalah inefektifan
bersihan jalan napas teratasi. Evaluasi yang dilakukan dengan memastikan tidak
adanya gangguan pada jalan napas dengan kriteria hasil suara napas bersih, tidak ada
sianosis, gelisah, dan dyspnea (Iqbal, 2008). Dalam kasus ini, peran perawat sangatlah
penting. Peran tersebut meliputi : mengajarkan teknik batuk efektif, mengajarkan
teknik relaksasi, memberikan informasi mengenai faktor predisposisi, tanda dan
gejala yang berkaitan dengan bronkitis kronis.
Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membuat riset tentang
asuhan keperawatan pada kasus inefektifas bersihan jalan napas pada klien dengan
bronkitis kronis.
B.Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut : Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus inefektifan bersihan
jalan napas pada klien dengan bronkitis kronis
C.Tujuan Penulisana. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah inefektifan bersihan jalan napas pada kasus bronkitis kronis.
b.Tujuan KhususMahasiswa mampu melakukan :
-
5/24/2018 bronkitis kronis
3/20
3
1. Pengkajian dan interpretasi dan data prioritas klien untuk kasus inefektifanbersihan jalan napas pada klien dengan bronkitis kronis
2. Menetapkan diagnosa atau masalah keperawatan dari kasus inefektifanbersihan jalan napas pada klien dengan bronkitis kronis
3. Menetapkan tindakan segera (konsultasi, kolaborasi, merujuk) kasusinefektifan bersihan jalan napas pada klien dengan bronkitis kronis
4. Menetapkan rencana asuhan keperawatan untuk kasus inefektifan bersihanjalan napas pada klien dengan bronkitis kronis
5. Mengevaluasi efektifitas asuhan yang diberikan akan memperbaiki tindakanyang dipandang perlu
D.Manfaat PenulisanHasil penulisan ini dapat dimanfaatkan oleh institusi maupun profesi dalam
upaya penyempurnaan asuhan keperawatan pada kasus inefektifan bersihan jalan
napas pada klien dengan bronkitis kronis.
a. InstitusiHasil penulisan ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan penyempurnaan
penanganan klien dengan kasus inefektifan bersihan jalan napas pada klien
dengan bronkitis kronis.
b.ProfesiSebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi keperawatan
dalam asuhan keperawatan pada klien dengan kasus inefektifan bersihan jalan
napas pada klien dengan bronkitis kronis.
-
5/24/2018 bronkitis kronis
4/20
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Bronkitis Kronis1. Definisi Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis di defnisikan sebagai adanya batuk produktif yang
berlangsung 3 bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut. Kondisi ini
terutama berkaitan dengan perokok sigaret atau pemajan terhadap polutan.
Pasien mengalami peningkatan kerentanan terhadap terjadinya infeksi saluran
pernapasan bawah (Brunner & Sudarth, 1996).
Bronkitis kronis adalah gangguan paru obstruktif yang ditandai produksi
mukus berlebihan di saluran napas bawah dan menyebabkan batuk kronis.
Kondisi ini terjadi selama setidaknya 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk
2 tahun berturut-turut (Corwin, 2008).
2. Patofisiologi Bronkitis KronisBronkitis kronis terjadi ketika unsur-unsur iritan terhirup selama waktu
yang lama. Unsur-unsur iritan ini menimbulkan inflamasi pada percabangan
trakeobronkial, yang menyebabkan peningkatan produksi mukus dan
penyempitan atau penyumbatan jalan nafas. Seiring berlanjutnya proses
inflamasi, pada sel-sel yang membentuk dinding trakturs respiratorius akan
menyebabkan resistensi jalan nafas yang kecil dan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi (V/Q) yang berat sehingga menimbulkan penurunan oksigenasi darah
-
5/24/2018 bronkitis kronis
5/20
5
arteri.Bronkitis kronis mengakibatkan hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus,
peningkatan jumlah sel-sel goblet, kerusakan silia, metaplasia, skuamosa pada
epitel kolumner, dan infiltrasi leukositik serta limfositik pada dinding bronkus.
Hipersekresi sel goblet akan menghalangi kebebasan gerak silia yang
dalam keadaan normal dapat menyapu debu, iritan serta mukus keluar dari jalan
nafas. Seiring penumpukan mukus dan debris dalam jalan nafas, mekanisme
pertahanan akan berubah dan orang yang mengalami perubahan mekanisme
pertahanan pada jalan nafas ini lebih mudah terkena infeksi saluran nafas. Efek
tambahan lainnya meliputi inflamasi yang menyebar luas, penyempitan jalan
nafas dan penyempitan mukus di dalam jalan nafas. Dinding bronkus mengalami
inflamasi dan penebalan akibat edema serta penumpukan sel-sel inflamasi.
Selanjutnya efek bronkospasme otot polos akan mempersempit lumen bronkus.
Pada awalnya hanya bronkus besar yang terlibat inflamasi ini, tetapi kemudian
semua saluran nafas turut terkena. Jalan nafas menjadi tersumbat dan terjadi
penutupan, khususnya pada saat ekspirasi dengan demikian, gejala nafas akan
terperangkap dibagian distal paru. Pada keadaan ini akan terjadi hipoventilasi
yang menyebabkan ketidakcocokan V/Q dan akibatnya timbul hipoksemia.
Hipoksemia dan hiperkapnia terjadi sekunder karena hipoventilasi.
Resistensi vaskuler paru meningkat ketika vasokonstriksi yang terjadi karena
inflamasi dan kompensasi pada daerah yang mengalami hipoventilasi membuat
arteri pulmonalis menyempit. Peningkatan resistensi vaskuler paru menimbulkan
afterload ventrikel kanan. Dengan terjadinya episode inflamasi berulang,
terjadilah pembentukan parut pada jalan nafas dan perubahan struktur yang
-
5/24/2018 bronkitis kronis
6/20
6
permanen. Infeksi respiratorius dapat memicu eksaserbasi akut dan dengan
demikian dapat menjadi gagal nafas. Pasien bronkitis kronis akan mengalami
penurunan dorongan untuk bernafas. Hipoksia kronis yang ditimbulkan
menyebabkan ginjal menghasilkan eritropoentin, yang akan menstimulasi
produksi sel darah merah dan menimbulkan polisitemia. Meskipun kadar
hemoglobin tinggi, namun jumlah hemoglobin tereduksi (yang tidak
teroksigenasi sepenuhnya) yang mengalami kontak dengan oksigen rendah
sehingga terjadi sianosis.
(Kowalak, 2011)
3. Tanda dan Gejala Bronkitis Kronis1. Sputum yang banyak dan berwarna kelabu, putih, ataupun kuning yang
dihasilkan oleh paru-paru
2. Batuk produktif untuk mengeluakan mukus yang diproduksi oleh paru-paru3. Dispnea akibat obstruksi jalan nafas pada percabangan trakeaobronkial
bagian bawah
4. Sianosis yang berhubungan dengan penurunan oksigenasi dan hipoksiaseluler, penurunan pasokan oksigen ke dalam jaringan
5. Penggunaan otot-otot bantu pernafasan akibat upaya yang bersifatkompensasi untuk memasok lebih banyak oksigen ke dalam sel
6. Takipnea akibat hipoksia7. Edema pedis akibat gagal jantung kanan8. Penambahan berat badan akibat edema9. Wheezing akibat aliran udara melewati saluran nafas yang sempit
-
5/24/2018 bronkitis kronis
7/20
7
10. Pemanjangan waktu ekspirasi akibat upaya tubuh mempertahankan patensijalan nafas
11. Ronkhi akibat aliran udara melewati saluran nafas yang sempit dan berisimukus
12. Hipertensi pulmoner yang disebabkan keterlibatan arteri pulmonalis yangkecil, keadaan ini terjadi karena inflamasi pada dinding bronkial dan spasme
pembuluh darah pulmoner akibat hipoksia
(Kowalak, 2011)
4. Etiologi Bronkitis Kronis1. Panjanan unsur iritan2. Kebiasaan merokok3. Predisposisi genetik4. Pajanan debu organik atau anorganik5. Pajanan gas berbahaya6. Infeksi saluran napas
(Kowalak, 2011)
a. Komplikasi1) Infeksi saluran napas yang kambuhan (rekuren)2) Kor pulmonale (hepertrofi ventrikel kanan disertai gagal jantung kanan)
akibat peningkatan tekanan distolik-akhir ventrikel kanan
3) Hipertensi pulmoner4) Gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan tekanan vena,
pembesaran hati, dan edema dependen
-
5/24/2018 bronkitis kronis
8/20
8
5) Gagal napas akut(Kowalak, 2011)
5. Pemeriksaan Diagnostik Bronkitis Kronis1) Foto rontgen toraks dapat memperlihatkan hiperinflasi dan peningkatan
corakan bronkovaskuler
2) Tes faal paru menunjukkan peningkatan volume residual, penurunankapasitas vital, serta forced expiratory flow dengan kelenturan statik dan
kapasitas difusi yang normal
3) Analis gas darah arteri mengungkapkan penurunan parsial karbondioksidadalam darah arteri atau peningkatan tekanan parsial karbondioksida dalam
darah arteri
4) Analisis sputum dapat mengungkapkan banyak mikroorganisme dan sel-selneutrofil
5) Elektrokardiografi dapat memperlihatkan aritmia atrium, gelombang P yanglancip pada lead II, III, serta aVF, dan kadang-kadang hipertrofi ventrikel
kanan
(Kowalak, 2011)
6. Penatalaksanaan Bronkitis Kronisa. Intervensi medis bertujuan untuk :
1) Memlihara kepatenan jalan napas dengan menurunkan spasm bronkusdan membersihkan sekret yang berlebih
2) Memelihara keefektifan pertukaran gas3) Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernapasan
-
5/24/2018 bronkitis kronis
9/20
9
4) Mencegah adanya komplikasi (gagal napas akut dan status asmatikus)5) Mencegah alergen / iritasi jalan napas6) Membebaskan adanya kecemasan dan mengobati depresi yang sering
menyertai adanya obstruksi jalan napas kronis
b. Manajemen medis yang digunakan berupa :1) Pengobatan farmakologi
a)Anti-inflamasi (kortikosteroid, natrium kromolin, dan lain-lain)b)Bronkodilator
Adrenergik : efedrin, epineprim, dan beta adrenergik agonis selektif
Non adrenergik : aminofilin, teofilin
c)Antihistamind)Steroide)Antibiotikf) Ekspektoran
Oksigenasi digunakan 3 liter/ menit dengan nasal kanul
2) Higiene paruCara ini bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru, meningkatkan
kerja silia, dan menurunkan resiko infeksi. Dilaksanakan dengan
nebulizer, fisioterapi dada, dan postural drainase
3) LatihanBertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot
skeletal agar lebih efektif, dilaksanakan dengan jalan sehat
4) Menghindari bahan iritan
-
5/24/2018 bronkitis kronis
10/20
10
Penyebab iritan jalan napas yang harus dihindari diantaranya asap rokok
dan perlu juga mencegah adanya alergen yang masuk tubuh
5) DietKlien sering mengalami kesulitan makan karena adanya dispnea.
Pemberian porsi kecil, namun sering lebih baik daripada makan sekaligus
banyak (Muttaqin, 2008)
-
5/24/2018 bronkitis kronis
11/20
11
B.Definisi Inefektifan Bersihan Jalan Napas1. Data Dasar Pengkajian Pasien
a. Aktivitas / Istirahat1)Gejala :
a) Keletihan, kelelahan, malaiseb) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernapas
c) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggid) dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
2)Tandaa) keletihan, gelisah, insomia
b) kelemahan umum / kehilangan masa ototb. Sirkulasi
1)GejalaPembengkakan pada ekstremitas bawah
2)Tandaa) Peningkatan tekanan darah
b) Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmiac) Distensi vena leher (penyakit berat)d) Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantunge) Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter
AP dada)
-
5/24/2018 bronkitis kronis
12/20
12
f) Warna kulit / membran mukosa : normal atau abu-abu / sianosis : kukutabuh dan sianosis perifer
g) Pucat dan menunjukkan anemiac. Integritas Ego
1)Gejalaa)Peningkatan faktor resiko
b)Perubahan pola hidup2)Tanda
Ansietas, ketakutan, peka rangsang
d. Makanan / Cairan1)Gejala
a) Mual / muntahb)Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasanc) Peningkatan berat badan menunjukkan edema (bronkitis)
2)Tandaa)Turgor kulit buruk
b)Edema dependenc)Berkeringatd)Palpitasi abdominan dapat menyatakan hepatomegali (bronkitis)
e. Higiene1)Gejala
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari
-
5/24/2018 bronkitis kronis
13/20
13
2)TandaKebersihan buruk, bau badan
f. Pernapasan1)Gejala
a) Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saatbangun) selama minimal 3 bulan berturt-turut tiap tahun sedikitnya 2
tahun
b) Produksi sputum (hijau, putih, atau kuning) dapat banyak sekali(bronkitis kronis)
c) Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia / iritanpernapasan dalam jangka panjang (misal : rokok sigaret) atau debu /
asap (misalnya abses, debu batu bara, rami katun, serbuk gergaji)
d) Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus2)Tanda
a) Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernapas (khususnyadengan eksaserbasi akut bronkitis kronis)
b) Penggunaan otot bantu pernapasan, misalnya meninggikan bahu,retraksifosa supraklafikula, melebarkan hidung
c) Dada : dapat terlihat hiperfentilasi dengan peninggian diameter AP(bentuk-barrel) ; gerakkan diafragma minimal
d) Bunyi napas : menyebar, lembut, atau krekels lembab kasar (bronkitis)e) Perkusi : bunyi pekak pada area paru-paru (misalnya : konsolidasi,
cairan, mukosa)
-
5/24/2018 bronkitis kronis
14/20
14
f) Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku ; abu-abukeseluruhan ; warna merah (bronkitis kronis)
g. Keamanan1)Gejala
a)Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat / faktor lingkunganb)Adanya / berulangnya infeksi
h. SeksualitasGejala : Penurunan libido
i. Interaksi sosial1)Gejala
a)Hubungan ketergantunganb)Kurang sistem pendukungc)Kegagalan dukungan dari / terhadap pasangan / orang terdekatd)Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
2)Tandaa)Ketidakmampuan untuk membuat / mempertahankan suara karena distres
pernapasan
b)Keterbatasan mobilitas fisikc)Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga
(Doenges, 2000)
2. Batasan Karakteristik Inefektifan Bersihan Jalan Napasa. Mayor (Harus Terdapat, Satu atau Lebih)
Batuk takefektif atau tidak ada batuk
-
5/24/2018 bronkitis kronis
15/20
15
Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan napas
b. Minor (Mungkin Terdapat)Bunyi napas abnormal
Frekuensi, irama, kedalaman pernapasan abnormal
(Carpenito, 1999)
3. Etiologi Inefektifan Bersihan Jalan NapasEtiologi yang mungkin muncul dari masalah keperawatan inefektifan
bersihan jalan napas adalah :
a. Tingkat energi menurun/ keletihanb. Penurunan tingkat kesadaranc. Obstruksid. Interaksi trakeobronkiale. Traumaf. Sekresi kental yang berlebihang. Nyerih. Gangguan kognitif/ perseptual
(Allen Carol, 1994)
4. Intervensi KeperawatanDiagnosa : Inefektifan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang
kental dan berlebih
Tujuan : Pencapaian bersihan jalan napas
Kriteria hasil :
-
5/24/2018 bronkitis kronis
16/20
16
1. Dapat menyatakan dan mendemonstrasikan batuk efektif2. Tidak ada suara napas tambahan, wheezing (-), dan
pernapasan klien normal (16-20x/ menit)
3. Tidak ada penggunaan otot bantu bernapasKriteria Pengkajian Fokus Makna Klinis
1. Kemampuan untuk mempertahankanposisi tegak
1. Posisi tak tegak menyebabkan organabdominal pindah ke dada, mencegah
ekspansi paru yang maksimal untuk
menghasilkan batuk efektif2. Batuk (produktif, nyeri, efektif) 2. Batuk harus efektif untuk
mengeluarkan sekresi
3. Sputum (warna, karakter, jumlah,bau)
3. Sekresi harus cukup encer untukdapat dikeluarkan
Intervensi Rasional
1. Ajarkan klien tentang metode yang tepatpengontrolan batuk :
1. Batuk yang tidak terkontrol adalahmelelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi
a. Napas dalam dan perlahan saat duduksetegak mungkin
a. Duduk tegak memindahkanorgan-organ abdomen menjauh
dari paru-paru, memungkinkan
ekspansi lebih luas
b. Lakukan pernapasan diafragma b. Pernapasan diafragmamenurunkan frekuensi
pernapasan dan meningkatkan
ventilasi alveolar
c. Tahan napas selama 3 sampai 5 detikkemudian secara pelahan keluarkan
sebanyak mungkin melalui mulut
(sangkar iga bawah dan abdomenharus turun)
c. Meningkatkan volume udaradalam paru mempermudah
pengeluaran sekresi
d. Lakukan napas ke dua, tahan, danbatukkan dari dada (bukan dari
belakang mulut atau tenggorok)
dengan melakukan dua batuk kuat
dan pendek
d. Meningkatkan volume udaradalam paru mempermudah
pengeluaran sekresi
2. Ajarkan klien tindakan untukmenurunkan viskositas sekresi :
2. Sekresi kental sulit untukdiencerkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus, yang mengarah
pada atelektasis
-
5/24/2018 bronkitis kronis
17/20
17
(Carpenito, 1999)
5. Evaluasi Inefektifan Bersihan Jalan NapasEvaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tujuan
evaluasi adalah apakah tujuan atau hasil yang diharapkan dalam rencana
keperawatan tercapai atau belum setelah dilaksanakan tindakan keperawatan.
Dengan demikian evaluasi mengacu pada hasil yang diharapkan, yaitu :
Klien mengungkapkan pengetahuan dan mendemonstrasikan
keterampilan penatalaksanaan batuk efektif.
a)Klien menunjukkan pernapasan yang membaik seperti ditunjukkandengan tidak ada suara krekels, wheezing, atau ronchi
b)Tanda-tanda vital dalam batas normal(Carpenito, 1999; Doenges, 2000)
a. Mempertahankan hidrasi yangadekuat ; meningkatkan masukkan
cairan 2 sampai 3 quart sehari bilabukan merupakan kontraindikasi
karena penurunan curah jantung atau
penyakit ginjal
b. Pertahankan kelembaban adekuatudara yang dihirup
3. Auskultasi paru sebelum dan sesudahklien baik
3. Pengkajian ini membantumengevaluasi keefektifan upaya
batuk klien
4. Dorong atau berikan perawatan mulutyang baik setelah batuk
4. Higiene mulut yang baikmeningkatkan rasa kesejahteraan
dan mencegah bau mulut
-
5/24/2018 bronkitis kronis
18/20
18
BAB III
METODOLOGI
A.Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasional diskritif
dengan menggambarkan keadaan suatu penyakit tanpa kesimpulan umum. Jenis
penelitian ini, digunakan untuk meneliti studi kasus pada pasien dengan kasus
Bronkitis Kronis. Unit yang menjadi masalah tersebut secara mendalam dianalisa
baik dari segi yang berhubungan dengan kasusnya sendiri, faktor resiko yang
mempengaruhi, kejadian yang berhubungan dengan kasus mapupun tindakan, dan
reaksi dari kasus terhadap suatu perilaku atau pemaparan tertentu meskipun yang
diteliti dalam kasus tersebut hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara
mendalam (Setiadi, 2007).
B.Tampat dan Waktu PenelitianStudi kasus dilakukan di... Pada tanggal...
C.Subjek PenelitianSubjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau
subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto,2006). Subjek
dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa Bronkitis Kronis.
D.Jenis Data1. Data Primer
a. Wawancara
-
5/24/2018 bronkitis kronis
19/20
19
Metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data secara lisan
dari responden atau bercakap-cakap berhadapan maka dengan responden dan
keluarga.
b. Pengamatan (Observasi)Pengamat benar-benar mengambil bagian-bagian dari kegiatan-
kegiatan yang dilakukan dengan kata lain pengamat ikut aktif berpartisipasi
pada aktivitas yang telah diselidiki.
2. Data SekunderData dari dokumen rekam medik dirumah sakit dan melalui keluarga
terdekat pasien (Setiadi, 2007)
E.Teknik Pengambilan DataTeknik pengambilan data yang digunakan yaitu dengan cara wawancara,
observasi langsung dan studi dokumen rekam medik.
F.Analisa DataAnalisa data dilakukan secara diskriptif menggunakan prinsip-prinsip
manajemen asuhan keperawatan.
-
5/24/2018 bronkitis kronis
20/20
20
DAFTAR PUSTAKA
Allen Carol Vestal. 1994.Memahami Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Baughman, Hackley. 1996. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku dari Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Carpenito Lynda Juall. 1999.Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Chandra A Tri. 2010.
http://www.google.com/alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/9673844463.abs.pdf.Posting
15 April 2014 14:25
Corwin J Elizabeth. 2008.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges Marilyn. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Kowalak Jennifer P. 2011.Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Mubarak Wahit Iqbal. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Muttaqin A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: EGC.
Notoadmodjo Soekidjo. 1997.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Setiadi. 2007.Konsep dan Penerapan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http://www.google.com/alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/9673844463.abs.pdfhttp://www.google.com/alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/9673844463.abs.pdfhttp://www.google.com/alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/9673844463.abs.pdf