bronkitis kronis

20
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya angka kejadian bronkitis kronis di Indonesia salah satunya disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat terhadap masalah kesehatan  pernafasan yang baik (Notoatmodjo, 2007). Bronkitis kronis terjadi ketika unsur- unsur iritan terhirup selama waktu yang lama. Unsur-unsur iritan ini menimbulkan inflamasi dinding bronkus pada percabangan trakeobronkial yang menyebabkan  peningkatan produksi mukus dan penyempitan atau penyumbatan jalan napas. Jalan napas menjadi tersumbat dan terjadi penutupan sehingga memicu timbulnya inefektifan bersihan jalan napas (Kowalak, 2011). Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) DEPKES RI tahun 1992 angka kematian bronkitis kronis menduduki peringkat ke    6 dari 10 sebagai  penyebab tersering kematian di Indonesia. Menurut survei yang pernah dilakukan PDPI pada penderita bronkitis kronis di 17 Puskesmas Jawa Timur, ditemukan angka kesakitan 13,5% bronkitis kronik 7,7% (Chandra, 2010). Di RSUD Gambiran pada tahun 2011 penderita bronkitis kronis sekitar 86 orang sedangkan di ruang sedap malam prosentase penderita bronkitis kronis sekitar 7% pada tahun 2011. Pada masalah keperawatan inefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan bronkitis kronis ini akan menimbulkan dampak penumpukan lendir dan sekresi yang sangat banyak sehinga dapat menyumbat jalan napas. Protokol pengobatan tertentu digunakan dalam kelainan ini. Sedangkan pada kenyataanya, segala faktor yang

Upload: gita-githul

Post on 14-Oct-2015

175 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bronkitis kronis

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    1/20

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang MasalahTingginya angka kejadian bronkitis kronis di Indonesia salah satunya

    disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat terhadap masalah kesehatan

    pernafasan yang baik (Notoatmodjo, 2007). Bronkitis kronis terjadi ketika unsur-

    unsur iritan terhirup selama waktu yang lama. Unsur-unsur iritan ini menimbulkan

    inflamasi dinding bronkus pada percabangan trakeobronkial yang menyebabkan

    peningkatan produksi mukus dan penyempitan atau penyumbatan jalan napas. Jalan

    napas menjadi tersumbat dan terjadi penutupan sehingga memicu timbulnya

    inefektifan bersihan jalan napas (Kowalak, 2011).

    Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) DEPKES RI tahun

    1992 angka kematian bronkitis kronis menduduki peringkat ke 6 dari 10 sebagai

    penyebab tersering kematian di Indonesia. Menurut survei yang pernah dilakukan

    PDPI pada penderita bronkitis kronis di 17 Puskesmas Jawa Timur, ditemukan angka

    kesakitan 13,5% bronkitis kronik 7,7% (Chandra, 2010). Di RSUD Gambiran pada

    tahun 2011 penderita bronkitis kronis sekitar 86 orang sedangkan di ruang sedap

    malam prosentase penderita bronkitis kronis sekitar 7% pada tahun 2011.

    Pada masalah keperawatan inefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan

    dengan bronkitis kronis ini akan menimbulkan dampak penumpukan lendir dan sekresi

    yang sangat banyak sehinga dapat menyumbat jalan napas. Protokol pengobatan tertentu

    digunakan dalam kelainan ini. Sedangkan pada kenyataanya, segala faktor yang

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    2/20

    2

    mengganggu bernapas normal secara alamiah dapat mencetuskan ansietas, depresi, dan

    perubahan perilaku ( Bruner & Suddarth, 2002).

    Tujuan tindakan inefektifan bersihan jalan nafas adalah masalah inefektifan

    bersihan jalan napas teratasi. Evaluasi yang dilakukan dengan memastikan tidak

    adanya gangguan pada jalan napas dengan kriteria hasil suara napas bersih, tidak ada

    sianosis, gelisah, dan dyspnea (Iqbal, 2008). Dalam kasus ini, peran perawat sangatlah

    penting. Peran tersebut meliputi : mengajarkan teknik batuk efektif, mengajarkan

    teknik relaksasi, memberikan informasi mengenai faktor predisposisi, tanda dan

    gejala yang berkaitan dengan bronkitis kronis.

    Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membuat riset tentang

    asuhan keperawatan pada kasus inefektifas bersihan jalan napas pada klien dengan

    bronkitis kronis.

    B.Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah

    sebagai berikut : Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus inefektifan bersihan

    jalan napas pada klien dengan bronkitis kronis

    C.Tujuan Penulisana. Tujuan Umum

    Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien

    dengan masalah inefektifan bersihan jalan napas pada kasus bronkitis kronis.

    b.Tujuan KhususMahasiswa mampu melakukan :

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    3/20

    3

    1. Pengkajian dan interpretasi dan data prioritas klien untuk kasus inefektifanbersihan jalan napas pada klien dengan bronkitis kronis

    2. Menetapkan diagnosa atau masalah keperawatan dari kasus inefektifanbersihan jalan napas pada klien dengan bronkitis kronis

    3. Menetapkan tindakan segera (konsultasi, kolaborasi, merujuk) kasusinefektifan bersihan jalan napas pada klien dengan bronkitis kronis

    4. Menetapkan rencana asuhan keperawatan untuk kasus inefektifan bersihanjalan napas pada klien dengan bronkitis kronis

    5. Mengevaluasi efektifitas asuhan yang diberikan akan memperbaiki tindakanyang dipandang perlu

    D.Manfaat PenulisanHasil penulisan ini dapat dimanfaatkan oleh institusi maupun profesi dalam

    upaya penyempurnaan asuhan keperawatan pada kasus inefektifan bersihan jalan

    napas pada klien dengan bronkitis kronis.

    a. InstitusiHasil penulisan ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan penyempurnaan

    penanganan klien dengan kasus inefektifan bersihan jalan napas pada klien

    dengan bronkitis kronis.

    b.ProfesiSebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi keperawatan

    dalam asuhan keperawatan pada klien dengan kasus inefektifan bersihan jalan

    napas pada klien dengan bronkitis kronis.

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    4/20

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.Bronkitis Kronis1. Definisi Bronkitis Kronis

    Bronkitis kronis di defnisikan sebagai adanya batuk produktif yang

    berlangsung 3 bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut. Kondisi ini

    terutama berkaitan dengan perokok sigaret atau pemajan terhadap polutan.

    Pasien mengalami peningkatan kerentanan terhadap terjadinya infeksi saluran

    pernapasan bawah (Brunner & Sudarth, 1996).

    Bronkitis kronis adalah gangguan paru obstruktif yang ditandai produksi

    mukus berlebihan di saluran napas bawah dan menyebabkan batuk kronis.

    Kondisi ini terjadi selama setidaknya 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk

    2 tahun berturut-turut (Corwin, 2008).

    2. Patofisiologi Bronkitis KronisBronkitis kronis terjadi ketika unsur-unsur iritan terhirup selama waktu

    yang lama. Unsur-unsur iritan ini menimbulkan inflamasi pada percabangan

    trakeobronkial, yang menyebabkan peningkatan produksi mukus dan

    penyempitan atau penyumbatan jalan nafas. Seiring berlanjutnya proses

    inflamasi, pada sel-sel yang membentuk dinding trakturs respiratorius akan

    menyebabkan resistensi jalan nafas yang kecil dan ketidakseimbangan ventilasi-

    perfusi (V/Q) yang berat sehingga menimbulkan penurunan oksigenasi darah

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    5/20

    5

    arteri.Bronkitis kronis mengakibatkan hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus,

    peningkatan jumlah sel-sel goblet, kerusakan silia, metaplasia, skuamosa pada

    epitel kolumner, dan infiltrasi leukositik serta limfositik pada dinding bronkus.

    Hipersekresi sel goblet akan menghalangi kebebasan gerak silia yang

    dalam keadaan normal dapat menyapu debu, iritan serta mukus keluar dari jalan

    nafas. Seiring penumpukan mukus dan debris dalam jalan nafas, mekanisme

    pertahanan akan berubah dan orang yang mengalami perubahan mekanisme

    pertahanan pada jalan nafas ini lebih mudah terkena infeksi saluran nafas. Efek

    tambahan lainnya meliputi inflamasi yang menyebar luas, penyempitan jalan

    nafas dan penyempitan mukus di dalam jalan nafas. Dinding bronkus mengalami

    inflamasi dan penebalan akibat edema serta penumpukan sel-sel inflamasi.

    Selanjutnya efek bronkospasme otot polos akan mempersempit lumen bronkus.

    Pada awalnya hanya bronkus besar yang terlibat inflamasi ini, tetapi kemudian

    semua saluran nafas turut terkena. Jalan nafas menjadi tersumbat dan terjadi

    penutupan, khususnya pada saat ekspirasi dengan demikian, gejala nafas akan

    terperangkap dibagian distal paru. Pada keadaan ini akan terjadi hipoventilasi

    yang menyebabkan ketidakcocokan V/Q dan akibatnya timbul hipoksemia.

    Hipoksemia dan hiperkapnia terjadi sekunder karena hipoventilasi.

    Resistensi vaskuler paru meningkat ketika vasokonstriksi yang terjadi karena

    inflamasi dan kompensasi pada daerah yang mengalami hipoventilasi membuat

    arteri pulmonalis menyempit. Peningkatan resistensi vaskuler paru menimbulkan

    afterload ventrikel kanan. Dengan terjadinya episode inflamasi berulang,

    terjadilah pembentukan parut pada jalan nafas dan perubahan struktur yang

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    6/20

    6

    permanen. Infeksi respiratorius dapat memicu eksaserbasi akut dan dengan

    demikian dapat menjadi gagal nafas. Pasien bronkitis kronis akan mengalami

    penurunan dorongan untuk bernafas. Hipoksia kronis yang ditimbulkan

    menyebabkan ginjal menghasilkan eritropoentin, yang akan menstimulasi

    produksi sel darah merah dan menimbulkan polisitemia. Meskipun kadar

    hemoglobin tinggi, namun jumlah hemoglobin tereduksi (yang tidak

    teroksigenasi sepenuhnya) yang mengalami kontak dengan oksigen rendah

    sehingga terjadi sianosis.

    (Kowalak, 2011)

    3. Tanda dan Gejala Bronkitis Kronis1. Sputum yang banyak dan berwarna kelabu, putih, ataupun kuning yang

    dihasilkan oleh paru-paru

    2. Batuk produktif untuk mengeluakan mukus yang diproduksi oleh paru-paru3. Dispnea akibat obstruksi jalan nafas pada percabangan trakeaobronkial

    bagian bawah

    4. Sianosis yang berhubungan dengan penurunan oksigenasi dan hipoksiaseluler, penurunan pasokan oksigen ke dalam jaringan

    5. Penggunaan otot-otot bantu pernafasan akibat upaya yang bersifatkompensasi untuk memasok lebih banyak oksigen ke dalam sel

    6. Takipnea akibat hipoksia7. Edema pedis akibat gagal jantung kanan8. Penambahan berat badan akibat edema9. Wheezing akibat aliran udara melewati saluran nafas yang sempit

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    7/20

    7

    10. Pemanjangan waktu ekspirasi akibat upaya tubuh mempertahankan patensijalan nafas

    11. Ronkhi akibat aliran udara melewati saluran nafas yang sempit dan berisimukus

    12. Hipertensi pulmoner yang disebabkan keterlibatan arteri pulmonalis yangkecil, keadaan ini terjadi karena inflamasi pada dinding bronkial dan spasme

    pembuluh darah pulmoner akibat hipoksia

    (Kowalak, 2011)

    4. Etiologi Bronkitis Kronis1. Panjanan unsur iritan2. Kebiasaan merokok3. Predisposisi genetik4. Pajanan debu organik atau anorganik5. Pajanan gas berbahaya6. Infeksi saluran napas

    (Kowalak, 2011)

    a. Komplikasi1) Infeksi saluran napas yang kambuhan (rekuren)2) Kor pulmonale (hepertrofi ventrikel kanan disertai gagal jantung kanan)

    akibat peningkatan tekanan distolik-akhir ventrikel kanan

    3) Hipertensi pulmoner4) Gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan tekanan vena,

    pembesaran hati, dan edema dependen

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    8/20

    8

    5) Gagal napas akut(Kowalak, 2011)

    5. Pemeriksaan Diagnostik Bronkitis Kronis1) Foto rontgen toraks dapat memperlihatkan hiperinflasi dan peningkatan

    corakan bronkovaskuler

    2) Tes faal paru menunjukkan peningkatan volume residual, penurunankapasitas vital, serta forced expiratory flow dengan kelenturan statik dan

    kapasitas difusi yang normal

    3) Analis gas darah arteri mengungkapkan penurunan parsial karbondioksidadalam darah arteri atau peningkatan tekanan parsial karbondioksida dalam

    darah arteri

    4) Analisis sputum dapat mengungkapkan banyak mikroorganisme dan sel-selneutrofil

    5) Elektrokardiografi dapat memperlihatkan aritmia atrium, gelombang P yanglancip pada lead II, III, serta aVF, dan kadang-kadang hipertrofi ventrikel

    kanan

    (Kowalak, 2011)

    6. Penatalaksanaan Bronkitis Kronisa. Intervensi medis bertujuan untuk :

    1) Memlihara kepatenan jalan napas dengan menurunkan spasm bronkusdan membersihkan sekret yang berlebih

    2) Memelihara keefektifan pertukaran gas3) Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernapasan

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    9/20

    9

    4) Mencegah adanya komplikasi (gagal napas akut dan status asmatikus)5) Mencegah alergen / iritasi jalan napas6) Membebaskan adanya kecemasan dan mengobati depresi yang sering

    menyertai adanya obstruksi jalan napas kronis

    b. Manajemen medis yang digunakan berupa :1) Pengobatan farmakologi

    a)Anti-inflamasi (kortikosteroid, natrium kromolin, dan lain-lain)b)Bronkodilator

    Adrenergik : efedrin, epineprim, dan beta adrenergik agonis selektif

    Non adrenergik : aminofilin, teofilin

    c)Antihistamind)Steroide)Antibiotikf) Ekspektoran

    Oksigenasi digunakan 3 liter/ menit dengan nasal kanul

    2) Higiene paruCara ini bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru, meningkatkan

    kerja silia, dan menurunkan resiko infeksi. Dilaksanakan dengan

    nebulizer, fisioterapi dada, dan postural drainase

    3) LatihanBertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot

    skeletal agar lebih efektif, dilaksanakan dengan jalan sehat

    4) Menghindari bahan iritan

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    10/20

    10

    Penyebab iritan jalan napas yang harus dihindari diantaranya asap rokok

    dan perlu juga mencegah adanya alergen yang masuk tubuh

    5) DietKlien sering mengalami kesulitan makan karena adanya dispnea.

    Pemberian porsi kecil, namun sering lebih baik daripada makan sekaligus

    banyak (Muttaqin, 2008)

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    11/20

    11

    B.Definisi Inefektifan Bersihan Jalan Napas1. Data Dasar Pengkajian Pasien

    a. Aktivitas / Istirahat1)Gejala :

    a) Keletihan, kelelahan, malaiseb) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit

    bernapas

    c) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggid) dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan

    2)Tandaa) keletihan, gelisah, insomia

    b) kelemahan umum / kehilangan masa ototb. Sirkulasi

    1)GejalaPembengkakan pada ekstremitas bawah

    2)Tandaa) Peningkatan tekanan darah

    b) Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmiac) Distensi vena leher (penyakit berat)d) Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantunge) Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter

    AP dada)

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    12/20

    12

    f) Warna kulit / membran mukosa : normal atau abu-abu / sianosis : kukutabuh dan sianosis perifer

    g) Pucat dan menunjukkan anemiac. Integritas Ego

    1)Gejalaa)Peningkatan faktor resiko

    b)Perubahan pola hidup2)Tanda

    Ansietas, ketakutan, peka rangsang

    d. Makanan / Cairan1)Gejala

    a) Mual / muntahb)Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasanc) Peningkatan berat badan menunjukkan edema (bronkitis)

    2)Tandaa)Turgor kulit buruk

    b)Edema dependenc)Berkeringatd)Palpitasi abdominan dapat menyatakan hepatomegali (bronkitis)

    e. Higiene1)Gejala

    Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan

    aktivitas sehari-hari

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    13/20

    13

    2)TandaKebersihan buruk, bau badan

    f. Pernapasan1)Gejala

    a) Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saatbangun) selama minimal 3 bulan berturt-turut tiap tahun sedikitnya 2

    tahun

    b) Produksi sputum (hijau, putih, atau kuning) dapat banyak sekali(bronkitis kronis)

    c) Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia / iritanpernapasan dalam jangka panjang (misal : rokok sigaret) atau debu /

    asap (misalnya abses, debu batu bara, rami katun, serbuk gergaji)

    d) Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus2)Tanda

    a) Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernapas (khususnyadengan eksaserbasi akut bronkitis kronis)

    b) Penggunaan otot bantu pernapasan, misalnya meninggikan bahu,retraksifosa supraklafikula, melebarkan hidung

    c) Dada : dapat terlihat hiperfentilasi dengan peninggian diameter AP(bentuk-barrel) ; gerakkan diafragma minimal

    d) Bunyi napas : menyebar, lembut, atau krekels lembab kasar (bronkitis)e) Perkusi : bunyi pekak pada area paru-paru (misalnya : konsolidasi,

    cairan, mukosa)

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    14/20

    14

    f) Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku ; abu-abukeseluruhan ; warna merah (bronkitis kronis)

    g. Keamanan1)Gejala

    a)Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat / faktor lingkunganb)Adanya / berulangnya infeksi

    h. SeksualitasGejala : Penurunan libido

    i. Interaksi sosial1)Gejala

    a)Hubungan ketergantunganb)Kurang sistem pendukungc)Kegagalan dukungan dari / terhadap pasangan / orang terdekatd)Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik

    2)Tandaa)Ketidakmampuan untuk membuat / mempertahankan suara karena distres

    pernapasan

    b)Keterbatasan mobilitas fisikc)Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga

    (Doenges, 2000)

    2. Batasan Karakteristik Inefektifan Bersihan Jalan Napasa. Mayor (Harus Terdapat, Satu atau Lebih)

    Batuk takefektif atau tidak ada batuk

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    15/20

    15

    Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan napas

    b. Minor (Mungkin Terdapat)Bunyi napas abnormal

    Frekuensi, irama, kedalaman pernapasan abnormal

    (Carpenito, 1999)

    3. Etiologi Inefektifan Bersihan Jalan NapasEtiologi yang mungkin muncul dari masalah keperawatan inefektifan

    bersihan jalan napas adalah :

    a. Tingkat energi menurun/ keletihanb. Penurunan tingkat kesadaranc. Obstruksid. Interaksi trakeobronkiale. Traumaf. Sekresi kental yang berlebihang. Nyerih. Gangguan kognitif/ perseptual

    (Allen Carol, 1994)

    4. Intervensi KeperawatanDiagnosa : Inefektifan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang

    kental dan berlebih

    Tujuan : Pencapaian bersihan jalan napas

    Kriteria hasil :

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    16/20

    16

    1. Dapat menyatakan dan mendemonstrasikan batuk efektif2. Tidak ada suara napas tambahan, wheezing (-), dan

    pernapasan klien normal (16-20x/ menit)

    3. Tidak ada penggunaan otot bantu bernapasKriteria Pengkajian Fokus Makna Klinis

    1. Kemampuan untuk mempertahankanposisi tegak

    1. Posisi tak tegak menyebabkan organabdominal pindah ke dada, mencegah

    ekspansi paru yang maksimal untuk

    menghasilkan batuk efektif2. Batuk (produktif, nyeri, efektif) 2. Batuk harus efektif untuk

    mengeluarkan sekresi

    3. Sputum (warna, karakter, jumlah,bau)

    3. Sekresi harus cukup encer untukdapat dikeluarkan

    Intervensi Rasional

    1. Ajarkan klien tentang metode yang tepatpengontrolan batuk :

    1. Batuk yang tidak terkontrol adalahmelelahkan dan tidak efektif,

    menyebabkan frustasi

    a. Napas dalam dan perlahan saat duduksetegak mungkin

    a. Duduk tegak memindahkanorgan-organ abdomen menjauh

    dari paru-paru, memungkinkan

    ekspansi lebih luas

    b. Lakukan pernapasan diafragma b. Pernapasan diafragmamenurunkan frekuensi

    pernapasan dan meningkatkan

    ventilasi alveolar

    c. Tahan napas selama 3 sampai 5 detikkemudian secara pelahan keluarkan

    sebanyak mungkin melalui mulut

    (sangkar iga bawah dan abdomenharus turun)

    c. Meningkatkan volume udaradalam paru mempermudah

    pengeluaran sekresi

    d. Lakukan napas ke dua, tahan, danbatukkan dari dada (bukan dari

    belakang mulut atau tenggorok)

    dengan melakukan dua batuk kuat

    dan pendek

    d. Meningkatkan volume udaradalam paru mempermudah

    pengeluaran sekresi

    2. Ajarkan klien tindakan untukmenurunkan viskositas sekresi :

    2. Sekresi kental sulit untukdiencerkan dan dapat menyebabkan

    sumbatan mukus, yang mengarah

    pada atelektasis

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    17/20

    17

    (Carpenito, 1999)

    5. Evaluasi Inefektifan Bersihan Jalan NapasEvaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tujuan

    evaluasi adalah apakah tujuan atau hasil yang diharapkan dalam rencana

    keperawatan tercapai atau belum setelah dilaksanakan tindakan keperawatan.

    Dengan demikian evaluasi mengacu pada hasil yang diharapkan, yaitu :

    Klien mengungkapkan pengetahuan dan mendemonstrasikan

    keterampilan penatalaksanaan batuk efektif.

    a)Klien menunjukkan pernapasan yang membaik seperti ditunjukkandengan tidak ada suara krekels, wheezing, atau ronchi

    b)Tanda-tanda vital dalam batas normal(Carpenito, 1999; Doenges, 2000)

    a. Mempertahankan hidrasi yangadekuat ; meningkatkan masukkan

    cairan 2 sampai 3 quart sehari bilabukan merupakan kontraindikasi

    karena penurunan curah jantung atau

    penyakit ginjal

    b. Pertahankan kelembaban adekuatudara yang dihirup

    3. Auskultasi paru sebelum dan sesudahklien baik

    3. Pengkajian ini membantumengevaluasi keefektifan upaya

    batuk klien

    4. Dorong atau berikan perawatan mulutyang baik setelah batuk

    4. Higiene mulut yang baikmeningkatkan rasa kesejahteraan

    dan mencegah bau mulut

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    18/20

    18

    BAB III

    METODOLOGI

    A.Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasional diskritif

    dengan menggambarkan keadaan suatu penyakit tanpa kesimpulan umum. Jenis

    penelitian ini, digunakan untuk meneliti studi kasus pada pasien dengan kasus

    Bronkitis Kronis. Unit yang menjadi masalah tersebut secara mendalam dianalisa

    baik dari segi yang berhubungan dengan kasusnya sendiri, faktor resiko yang

    mempengaruhi, kejadian yang berhubungan dengan kasus mapupun tindakan, dan

    reaksi dari kasus terhadap suatu perilaku atau pemaparan tertentu meskipun yang

    diteliti dalam kasus tersebut hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara

    mendalam (Setiadi, 2007).

    B.Tampat dan Waktu PenelitianStudi kasus dilakukan di... Pada tanggal...

    C.Subjek PenelitianSubjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau

    subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto,2006). Subjek

    dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa Bronkitis Kronis.

    D.Jenis Data1. Data Primer

    a. Wawancara

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    19/20

    19

    Metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data secara lisan

    dari responden atau bercakap-cakap berhadapan maka dengan responden dan

    keluarga.

    b. Pengamatan (Observasi)Pengamat benar-benar mengambil bagian-bagian dari kegiatan-

    kegiatan yang dilakukan dengan kata lain pengamat ikut aktif berpartisipasi

    pada aktivitas yang telah diselidiki.

    2. Data SekunderData dari dokumen rekam medik dirumah sakit dan melalui keluarga

    terdekat pasien (Setiadi, 2007)

    E.Teknik Pengambilan DataTeknik pengambilan data yang digunakan yaitu dengan cara wawancara,

    observasi langsung dan studi dokumen rekam medik.

    F.Analisa DataAnalisa data dilakukan secara diskriptif menggunakan prinsip-prinsip

    manajemen asuhan keperawatan.

  • 5/24/2018 bronkitis kronis

    20/20

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    Allen Carol Vestal. 1994.Memahami Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

    Baughman, Hackley. 1996. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku dari Brunner &

    Suddarth. Jakarta: EGC.

    Carpenito Lynda Juall. 1999.Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

    Chandra A Tri. 2010.

    http://www.google.com/alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/9673844463.abs.pdf.Posting

    15 April 2014 14:25

    Corwin J Elizabeth. 2008.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

    Doenges Marilyn. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

    Kowalak Jennifer P. 2011.Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

    Mubarak Wahit Iqbal. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi

    dalam Praktik. Jakarta: EGC.

    Muttaqin A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

    Pernapasan. Jakarta: EGC.

    Notoadmodjo Soekidjo. 1997.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

    Setiadi. 2007.Konsep dan Penerapan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

    http://www.google.com/alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/9673844463.abs.pdfhttp://www.google.com/alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/9673844463.abs.pdfhttp://www.google.com/alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/9673844463.abs.pdf