bst
DESCRIPTION
BSTTRANSCRIPT
ANALISIS KASUS
PROBLEM HYPOTHESIS MECHANISM MORE INFO DON’T KNOW LEARNING ISSUEPROBLEM
SOLVING
1. ANAMNESIS
Keluhan utama:
nyeri tenggorok sejak 1
minggu yang lalu
RPS:
odinofagia (+), nyeri
untuk menelan
makanan &
minuman.
Nyeri dirasakan pada
tenggorokan saja,
tidak menjalar.
Nyeri dirasakan terus
menerus.
Nyeri terasa baikan
saat istirahat.
batuk berdahak (+),
warna putih kental,
jumlah sedikit
tenggorokan terasa
DD
Tonsilofarin
gitis kronik
eksaserbasi
akut viral
Tonsilofarin
gitis kronik
eksaserbasi
akut
bakterial
TERLAMPIR PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Swab tenggorok
Kultur bakteri
1. Tes vestibuler
2. Macam
antibiotik dan
kepekaan
terhadap bakteri
1. Sistem vestibular dapat
dinilai dengan tes
Romberg, tandem gait
test, uji jalan di tempat
(fukuda test) atau berdiri
dengan satu atau dua kaki.
2. Antibiotik bisa
diklasifikasikan
berdasarkan mekanisme
kerjanya, yaitu:
menghambat sintesis
atau merusak dinding sel
bakteri, seperti beta-
laktam (penisilin,
sefalosporin,
monobaktam,
karbapenem, inhibitor
beta-laktamase),
basitrasin, dan
vankomisin.
memodifikasi atau
1. Diagnosis
Tonsilofaringitis
kronik
eksaserbasi akut
2. Treatment
Medikamentosa:
Amoksisilin
500mg, 3x1
Ibuprofen
200mg, 3x1
Betadine
gargling,
2x1
Non
medikamentosa:
a. Mengurangi
makanan
berlemak,
berminyak,
1
kering, mengganjal &
gatal
febris (+), tipe
kontinyu
otalgia (-), nausea
vomiting (-), rinorea
(-), mata berair (-),
dispneu (-),
hipersalivasi (-),
halitosis (-)
angina pectoris (-),
takikardi (-), atralgia
(-)
Sering makan
makanan berminyak
RPD:
Riwayat keluhan
yang sama : 1 bulan
yang lalu, dalam
setahun kambuh 4x
Riwayat batuk lama :
disangkal
Riwayat asma :
disangkal
3. Efek pemberian
anti inflamasi
(steroid /
menghambat sintesis
protein, misalnya
aminoglikosid,
kloramfenikol,
tetrasiklin, makrolida
(eritromisin, azitromisin,
klaritromisin),
klindamisin, mupirosin,
dan spektinomisin.
menghambat enzim-
enzim esensial dalam
metabolisme folat,
misalnya trimetoprim
dan sulfonamid.
mempengaruhi
sintesis atau
metabolisme asam
nukleat, misalnya
kuinolon, nitrofurantoin.
3. Beberapa aktiftas
glukokortikoid sebagai
anti-inflamasi :
- Menghambat dilatasi kapiler
dan penurunan permeabilitas
minuman
dingin.
b. Menjelaskan
mengenai cara
minum obat
c. Istirahat yang
cukup
d. Konsumsi
makanan
bergizi
e. Menjaga
hygiene
sanitasi
f. Rujuk Sp,THT
Monitoring
KU, TV
Perbaikan
klinis
Efek samping
obat
2
Riwayat alergi :
disangkal
Riwayat pengobatan
lama : disangkal
Riwayat atralgia :
disangkal
Riwayat penyakit
jantung : disangkal
Riwayat HT, DM,
penyakit ginjal :
disangkal
Riwayat sering sakit
gigi : disangkal
RPK:
Keluarga tidak ada
yang mengalami
sakit yang sama
R. Pribadi Sosial:
Sering makan
makanan berminyak
(gorengan)
Sering minum
NSAID) pada
tonsilofaringitis
kapiler
- Penurunan ekstravasasi
plasma
- Penurunan pergerakan
neutrofil dan monosit ke
daerah radang
- Penurunan aktivasi makrofag
melalui penghambatan
produksi limfokin oleh
limfosit
- Mengurangi pembentukan
kolagen dan mukopolisakarida
- Mengurangi pelepasan
mediator inflamasi karena
kestabilan membran sel
lisosom dan sel mast
- Glukokortikoid menginduksi
pelepasan protein spesifik
(lipocortin atau lipomodulin)
dari
leukosit. Lipocortin kemudian
akan menghambat enzim
fosfolipase A2 yang berperan
dalam produksi asam
arachidonat dari membran sel.
Prognosis:
- ad sanam : ad
bonam
- ad vitam : ad
bonam
- ad functionam:
ad bonam
3
minuman dingin
Jika naik motor tidak
memakai masker
Jarang cuci tangan
sebelum makan
Tidak merokok &
konsumsi alkohol
2. PEMERIKSAAN
FISIK
KU: tampak sakit
ringan
Kesadaran: compos
mentis
GCS 15 (E4, V5,
M6)
Kesan gizi: cukup
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 80x/menit
(regular, isi dan
tegangan cukup)
RR: 19x/menit
Suhu: 38,50 C
Adanya hambatan terhadap
produksi eikosanoid yang
merupakan mediator
inflamasi, maka
glucocorticoid mampu
menghambat peradangan
AINS merupakan bahan aktif
yang secara farmakologi tidak
homogen dan terutama bekerja
menghambat biosintesis
prostaglandin serta digunakan
untuk perawatan nyeri akut
dan kronik. Obat ini
mempunyai sifat mampu
mengurangi nyeri, demam
dengan inflamasi, dan yang
disertai dengan gangguan
inflamasi nyeri lainnya. Ketika
memberikan NSAID untuk
meredakan nyeri dosisnya
biasanya lebih tinggi daripada
untuk pengobatan inflamasi.
4
Status generalis:
d.b.n
Status lokalis:
1. Telinga : d.b.n
2. Hidung : d.b.n
3. Tenggorok :
a. orofaring
• mukosa : dinding
faring posterior
hiperemis (+),
• tonsil
ukuran : T2/T2
warna :
Hiperemis (+/+)
permukaan : Tdk
rata (+/+)
kripte : melebar
(+/+)
detritus : (+/+)
Skor MCISAAC : 2
Temperatur > 38,50C
4. Macam
tonsilitis
5. Macam tipe
hipersensitivitas
6. Efektivitas
pengobatan
lokal atau
sistemik
4.Terlampir
5.Terlampir
6.Fradiomycin sulfate disebut
juga Neomycin Sulfate,mrp
AB golongan
aminoglikosida - Aktif
hambat bakteri gram negatif
spt pseudomonas,
acinetobacter &
enterobacter –Bersifat
bakterisidal (membunuh
bakteri) dengan
menghambat sintesa protein
- Gramicidin S (AB yg
kedua) adl antibiotik yg
berifat lokal, aktif melawan
bakteri gram positif, negatif
dan jamur. Secara sistemik
pemberian antibiotik pada
tfa lebih efektif karena obat
terdistribusi ke seluruh
jaringan tubuh
5
(1)
Tidak ada batuk (0)
Pembengkakan kelenjar
servikal (0)
Pembengkakan dan
eksudat tonsil (1)
Usia 24 tahun (0)
Daftar Pustaka
1. Kee, Joice L. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC . 19962. Radde C., Macleod S.M. Pediatric Pharmacology and Therapeutics , 2 ed. Hipocrates, 1998, 665-73. Acerra JR. Pharyngitis in systemic therapy.2001 http://emedicine.medscape.com/article/764304-overview#a0199
6
7
1. Penggolongan Antibiotik
Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerja:
1. Obat yang Menghambat Sintesis atau Merusak Dinding Sel Bakteri
a. Antibiotik Beta-Laktam
Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin, sefalosporin, monobaktam,
karbapenem, dan inhibitor beta-laktamase. Obat-obat antibiotik betalaktam umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap organisme
Gram -positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis dinding sel bakteri, dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesis
peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri.
Penisilin
Golongan penisilin diklasifikasikan berdasarkan spektrum aktivitas antibiotiknya.
8
1.) Sefalosporin
Sefalosporin menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mekanisme serupa dengan penisilin. Sefalosporin diklasifikasikan berdasarkan
generasinya.
2.) Monobaktam (beta-laktam monosiklik)
Contoh: aztreonam.
9
Aktivitas: resisten terhadap beta-laktamase yang dibawa oleh bakteri Gram- negatif. Aktif terutama terhadap bakteri Gram-negatif. Aktivitasnya
sangat baik terhadap Enterobacteriacease, P. aeruginosa, H. influenzae dan gonokokus.
3.) Karbapenem
Karbapenem merupakan antibiotik lini ketiga yang mempunyai aktivitas antibiotik yang lebih luas daripada sebagian besar beta-laktam lainnya.
Yang termasuk karbapenem adalah imipenem, meropenem dan doripenem. Spektrum aktivitas: Menghambat sebagian besar Gram-positif,
Gramnegatif, dan anaerob. Ketiganya sangat tahan terhadap beta-laktamase. Efek samping: paling sering adalah mual dan muntah, dan kejang
pada dosis tinggi yang diberi pada pasien dengan lesi SSP atau dengan insufisiensi ginjal. Meropenem dan doripenem mempunyai efikasi serupa
imipenem, tetapi lebih jarang menyebabkan kejang.
4.) Inhibitor beta-laktamase
Inhibitor beta-laktamase melindungi antibiotik beta-laktam dengan cara menginaktivasi beta-laktamase. Yang termasuk ke dalam golongan ini
adalah asam klavulanat, sulbaktam, dan tazobaktam. Asam klavulanat merupakan suicide inhibitor yang mengikat betalaktamase dari bakteri
Gram-positif dan Gram-negatif secara ireversibel. Obat ini dikombinasi dengan amoksisilin untuk pemberian oral dan dengan tikarsilin untuk
pemberian parenteral. Sulbaktam dikombinasi dengan ampisilin untuk penggunaan parenteral, dan kombinasi ini aktif terhadap kokus Gram-
positif, termasuk S. aureus penghasil beta-laktamase, aerob Gram-negatif (tapi tidak terhadap Pseudomonas) dan bakteri anaerob. Sulbaktam
kurang poten dibanding klavulanat sebagai inhibitor beta-laktamase. Tazobaktam dikombinasi dengan piperasilin untuk penggunaan parenteral.
Waktu paruhnya memanjang dengan kombinasi ini, dan ekskresinya melalui ginjal.
b. Basitrasin
Basitrasin adalah kelompok yang terdiri dari antibiotik polipeptida, yang utama adalah basitrasin A. Berbagai kokus dan basil Gram-positif, Neisseria, H.
influenzae, dan Treponema pallidum sensitif terhadap obat ini. Basitrasin tersedia dalam bentuk salep mata dan kulit, serta bedak untuk topikal. Basitrasin
jarang menyebabkan hipersensitivitas. Pada beberapa sediaan, sering dikombinasi dengan neomisin dan/atau polimiksin. Basitrasin bersifat nefrotoksik bila
memasuki sirkulasi sistemik.
c. Vankomisin
Vankomisin merupakan antibiotik lini ketiga yang terutama aktif terhadap bakteri Gram-positif. Vankomisin hanya diindikasikan untuk infeksi yang
disebabkan oleh S. aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA). Semua basil Gram-negatif dan mikobakteria resisten terhadap vankomisin
10
2. Obat yang Memodifikasi atau Menghambat Sintesis Protein
Obat antibiotik yang termasuk golongan ini adalah aminoglikosid, tetrasiklin, kloramfenikol, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin), klindamisin,
mupirosin, dan spektinomisin.
a. Aminoglikosid
Spektrum aktivitas: Obat golongan ini menghambat bakteri aerob Gramnegatif. Obat ini mempunyai indeks terapi sempit, dengan toksisitas serius pada
ginjal dan pendengaran, khususnya pada pasien anak dan usia lanjut. Efek samping: Toksisitas ginjal, ototoksisitas (auditorik maupun
vestibular), blokade neuromuskular (lebih jarang).
b. Tetrasiklin
Antibiotik yang termasuk ke dalam golongan ini adalah tetrasiklin, doksisiklin, oksitetrasiklin, minosiklin, dan klortetrasiklin. Antibiotik golongan ini
mempunyai spektrum luas dan dapat menghambat berbagai bakteri Gram-positif, Gram-negatif, baik yang bersifat aerob maupun anaerob, serta
mikroorganisme lain seperti Ricketsia, Mikoplasma, Klamidia, dan beberapa spesies mikobakteria.
c. Kloramfenikol
Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas, menghambat bakteri Grampositif dan negatif aerob dan anaerob, Klamidia, Ricketsia, dan Mikoplasma.
Kloramfenikol mencegah sintesis protein dengan berikatan pada subunit ribosom 50S. Efek samping: supresi sumsum tulang, grey baby syndrome, neuritis
optik pada anak, pertumbuhan kandida di saluran cerna, dan timbulnya ruam.
d. Makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin)
Makrolida aktif terhadap bakteri Gram-positif, tetapi juga dapat menghambat beberapa Enterococcus dan basil Gram-positif. Sebagian besar Gram-negatif
aerob resisten terhadap makrolida, namun azitromisin dapat menghambat Salmonela. Azitromisin dan klaritromisin dapat menghambat H. influenzae, tapi
azitromisin mempunyai aktivitas terbesar. Keduanya juga aktif terhadap H. pylori.
e. Klindamisin
Klindamisin menghambat sebagian besar kokus Gram-positif dan sebagian besar bakteri anaerob, tetapi tidak bisa menghambat bakteri Gram-negatif aerob
seperti Haemophilus, Mycoplasma dan Chlamydia. Efek samping: diare dan enterokolitis pseudomembranosa.
f. Mupirosin
11
Mupirosin merupakan obat topikal yang menghambat bakteri Gram-positif dan beberapa Gram-negatif. Tersedia dalam bentuk krim atau salep 2% untuk
penggunaan di kulit (lesi kulit traumatik, impetigo yang terinfeksi sekunder oleh S. aureus atau S. pyogenes) dan salep 2% untuk intranasal. Efek samping:
iritasi kulit dan mukosa serta sensitisasi.
g. Spektinomisin
Obat ini diberikan secara intramuskular. Dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk infeksi gonokokus bila obat lini pertama tidak dapat digunakan.
Obat ini tidak efektif untuk infeksi Gonore faring. Efek samping: nyeri lokal, urtikaria, demam, pusing, mual, dan insomnia.
3. Obat Antimetabolit yang Menghambat Enzim-Enzim Esensial dalam Metabolisme Folat
a. Sulfonamid dan Trimetoprim (Cotrimoksasol)
Sulfonamid bersifat bakteriostatik. Trimetoprim dalam kombinasi dengan sulfametoksazol, mampu menghambat sebagian besar patogen saluran kemih,
kecuali P. aeruginosa dan Neisseria sp. Kombinasi ini menghambat S. aureus, Staphylococcus koagulase negatif, Streptococcus hemoliticus, H . influenzae,
Neisseria sp, bakteri Gram-negatif aerob (E. coli dan Klebsiella sp), Enterobacter, Salmonella, Shigella, Yersinia, P. Carinii.
4. Obat yang Mempengaruhi Sintesis atau Metabolisme Asam Nukleat
a. Kuinolon
1.) Asam nalidiksat
Asam nalidiksat menghambat sebagian besar Enterobacteriaceae.
2.) Fluorokuinolon Golongan fluorokuinolon meliputi norfloksasin, siprofloksasin, ofloksasin, moksifloksasin, pefloksasin, levofloksasin, dan lain-
lain. Fluorokuinolon bisa digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh Gonokokus, Shigella, E. coli, Salmonella, Haemophilus, Moraxella
catarrhalis serta Enterobacteriaceae dan P. aeruginosa.
b. Nitrofuran
Nitrofuran meliputi nitrofurantoin, furazolidin, dan nitrofurazon. Absorpsi melalui saluran cerna 94% dan tidak berubah dengan adanya makanan.
Nitrofuran bisa menghambat Gram-positif dan negatif, termasuk E. coli, Staphylococcus sp, Klebsiella sp, Enterococcus sp, Neisseria sp, Salmonell sp,
Shigella sp, dan Proteus sp
2. Macam Tonsilitis
1. Tonsilitis Akut
12
a. Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai commond cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Virus Epstein Barr adalah penyebab paling sering. Hemofilus influenzae
merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum
dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan klien.
b. Tonsilitis bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus, β hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus, Streptokokus viridan,
Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga
terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur
maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.
2. Tonsilitis Membranosa
a. Tonsilitis difteri
Tonsilitis difteri merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne bacterium diphteriae. Penularannya melalui udara, benda atau makanan yang terkontaminasi.
Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak berusia kurang dari 10 tahun frekuensi tertinggi pada usia 2 sampai 5 tahun.
b. Tonsilitis septik
Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang terdapat dalam susu sapi.
c. Angina plaut vincent ( stomatitis ulsero membranosa )
Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan hygiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C.
d. Penyakit kelainan darah
Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Gejala pertama sering
berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan.
e. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan
pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
3. Reaksi Hipersensitivitas
13
Urutan kejadian rx Tipe I :
1. Fase sensitisasi: wkt yg dibutuhkan u/ pembtkan IgE smp diikat oleh reseptor spesifik (Fce-R) pd permukaan sel mast & basofil
2. Fase aktivasi: waktu yg diperlukan antara pajanan ulang dg antigen spesifik & sel mast melepas isinya yg berisi granul yg menimbulkan reaksi
3. Fase efektor: waktu terjadi respons kompleks (anafilaksis) sbg efek mediator yg dilepas sel mast dg aktivitas farmakologik
Reaksi Hipersensitivitas Gell dan Coombs Tipe III
Disebut juga reaksi kompleks imun à tjd bila kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam sirkulasi, dinding pembuluh darah dan jaringan
Mengaktifkan komplemenàmelepas anafilatoksin (C3a,C5a)àmemacu sel mastàhistamin
Menimbulkan agregasi trombosit membentuk mikrotrombi & melepas amin vasoaktif
Mengaktifkan makrofag yg melepas IL-1
14
15