budaya dan sistem pelayanan kesehatan.doc
TRANSCRIPT
PENGERTIAN ETIKA
Secara etiomologi etika berasal dari bahasa Yunani “ethos yang berarti watak kesulitan atau adat kebiasaan(custum). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah berasal dari bahasa Latin, yaitu mos dan dalam bentuk jamak morse, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik dan, menghindari hal-hal yang buruk. Etika dan moral secara garis besar mempunyai pengertian yang sama, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
MACAM-MACAM ETIK
Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan prilaku manusia serta apa yang di kejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya etika deskriptif berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan prilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya.
Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan prilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidupnya. Jadi etika normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindari hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Norma dan Nilai dalam Masyarakat
Dalam kehidupan sehari-hari sering dikenal istilah norma atau kaidah, yang mempunyai arti suatu nilai yang mengatur dan memberikan pedoman atao patokan tertentu bagi setiap orang atau masyarakat untuk bersikap, bertindak, dan berperilaku sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Patokan atau pedoman tersebut sebagai normaatau kaidah yang merupakan standar yang harus ditaati atau dipatuhi (Soekanto, 1989).
ETIKA DAN PRAKTEK KEPERAWATAN KOMUNITAS
Dalam membuat ketentuan moral biasanya kita melihat berbagai peraturan prinsip-prinsip
atau teori-teori. Peraturan menyatakan bahwa kegiatan tertentu harus/tidak dilaksanakan, karena
itu benar /salah. Contoh adalah bahhwa “perawatan harus selalu mengatekan yang benar kepda
klien’. Dalam keperawatan kesehatan masyarakat prinsip baik dapat di aplikasikan dalam :
a) Menyeimbangkan bahaya dan keuntungan bagi populasi klien.
b) Didalam pemakaian untuk analisa keuntungan biaya dalam penentuan dampak kepada populasi klien menyeimbangkan bahaya dan keuntungan jasa yang membawa keseimbangan besar dari kebaikan diatas keburukan atau untung diatas malapetaka adalah sejalan dengan peraturan prnggunaan. peraturan tersebut berasal dari prinsip kebaikan dan mencakup kewajiban moral untuk menimmbang – nimbang keuntungan terhadap bahaya demi penimbangan keuntungan dan mencegah terulangnya bahaya ( Beauchamp dan Childriss).
Dalam kehidupan bermasarakat terdapat berbagai golongan dan aliran yang beraneka ragam, masing-masing mempunyai kepentingan sendiri, akan tetapi kepentingan bersama itu mengharuskan bersama, yang mengatur tingkah laku dalam masyarakat, yang disebut peraturan hidup. Untuk mengetahui kebutuhan dan kepentingan hidup dengan aman, tertib, dan damap tanpa gangguan tersebut, maka diperlukan suatu tata ( orde-ordnung ), dan tata itu diwujutkan dalam aturan main yang menjadi pedoman bagi segala pergaulan kehidupan sehari-hari, sehingga kepentingan masing-masing anggota masyarakat terpelihara dan terjamin.
Setiap anggota masyarakat mengetahui hand an kewajiban masing-masing sesuai dengan tata peraturan, dan tata itu lazim disebut kaidah (Arab), norma (Latin), atau ukuran-ukuran yang menjadi pedoman. Menurut isinya norma dibagi menjadi dua yaitu:
Perintah, yang merupakan keharusan bagi seorang untuk berbuat sesuatu karna akibatnya akan dipandang baik.
Larangan, yang merupakan keharusan bagi seorang untuk tidak berbuat sesuatu karena akibatnya akan dipandang tidak baik. Artinya, norma bertujuan untuk memberikan petunjuk kepada manusia mengenai bagaimana seharusnya seseorang bertindak dalam masyarakat serta perbuatan yang harus dilakukan dan dihindari (Kansil, 1989).
Norma-norma itu dapat dipertahankan melalui sanksi-sanksi, yaitu berupa ancaman hukuman terhadap siapa yang telah melanggarnya.bila seseorang melanggar suatu norma, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat dan sifatnya suatu pelanggaran yang terjadi,misalnya sebagai berikut:
Semestinya tahu aturan tidak akan berbicara sambil mengisap rokok di hadapan tamu atau orang yang dihormatinya ketika menerima tamu dirumah, dan sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap tidak sopan.
Seorang tamu yang hendak pulang, menurut tata kerama harus diantarsampe kemuka pintu rumah atau kanto, bila tidak maka sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap sombong dan tidak menghormati tamunya.
Orang yang mencuri barang milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, maka sanksinya cukup berat dan bersangkutan dikenakan sanksi hukuman, baik hukuman pidana penjara maupun perdata (ganti rugi).
Norma-norma dalam aspek kehidupan
Aspek kehidupan pribadi (individu)
Kaidah kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau kehidupan yang beriman.
Kehidupan kesusilaan, nilai moral, dan etika yang tertuju pada kebaikan hidup pribadi demi tercapainya kesucian hati nurani yang berahlak berbudi luhur.
Aspek kehidupan antar pribadi (bermasyarakat)
Kaidah-kaidah norma sopan santun, tata kerama, dan etiket dalam pergaulan bermasyarakat sehari-hari.
Etika Keperawatan
Merupakan kesadaran dan pedoman yang mengatur prinsip-prinsi moral dan etik dalam melaksanakan tugas, sehingga mutu dan kualitas keperawatan tetap terjaga dengan cara yang terhormat. Etika keperawat antara lain mengandung unsure-unsur pengorbanan, dedikasi, pengabdian, dan hubungan antara perawat dengan klien, dokter, sejawat perawat, maupun diri sendiri. Prilaku etik di bagi menjadi dua yaitu:
Etika yang berorentasi pada kewajiban
Pedoman yang digunakan adalah apa yang seharusnya dan wajib dilakukan oleh seseorang untuk mencapai kebaikan dan kewajiban.
Etik yang berorentasi kepada larangan
Pedoman yang digunakan adalah apa yang dilarang dan tidak boleh dilakukan untuk mencapai suatu kebaikan dan kewajiban.
Perawat dan Klien
perawat dalam memberikan pelayanana keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunukan klien tidak dipengaruhi oleh pertimbangan kebansaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut, sertakedudukan social.
Perawatdalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang dihormati nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan kelansungan hidup Bergama dari klin.
Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Perawat dan Praktik
Perawatmemelihara dan meningkatkan kompetisi di bidang keperawatan melalui belajar terus-menerus.
Perawat senantiasa memelihara mutu elayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi, dan memberikan delegasi kepadaorang lain.
Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukan perilaku professional.
Perawat dan Masyarakay
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
Perawatdan Teman Sejawat
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesame perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompoten, tidak etis, dan illegal.
Perawat dan Profesi
Perawat mempunyai peran utama dalam menetukan standar pendididkan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendididkan keperawatan.
Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan.
Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujutnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
Pengertian Budaya
Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi,
yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan
dengan akal. Adapun ahli antropologi yang merumuskan definisi tentang kebudayaan secara
sistematis dan ilmiah adalah Taylor, yang menulis dalam bukunya: “Primitive Culture”, bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain, serta
kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Ranjabar, 2006).
Budaya dan Kesehatan
Kebudayaan kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan
masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Sarwono, 1993).
Menurut Foster dan Anderson (dalam Djoht, 2002), kebudayaan kesehatan mengkaji masalah-
masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi (pertumbuhan
dan perkembangan manusia, peranan penyakit dalam evolusi manusia dan paleopatologi atau
studi mengenai penyakit-penyakit purba) dan kutub sosial budaya (sistem medis tradisional atau
etnomedisin, masalah petugaspetugas kesehatan, tingkah laku sakit, hubungan antara dokter
pasien, dan dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
tradisional).
Dengan demikian kebudayaan kesehatan adalah disiplin ilmu yang memberi perhatian pada
aspek-aspek biologi dan sosial-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara
interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang memengaruhi kesehatan
dan penyakit pada manusia.
Dari definisi yang dibuat oleh ahli antropologi, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan kesehatan
mencakup: interpretasi berbagai macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya,
antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit,
tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut; partisipasi
profesional mereka dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan
melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan
kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan
kesehatan yang lebih baik.
Budaya Suku Melayu
Pentaloka BKKBN (dalam Ridwan, 2005), menerangkan masyarakat Melayu, adat yang
bersendikan Syara’, dan Syara’ yang bersendikan Qitabullah artinya sepanjang suatu program
atau konsep berterima oleh adat istiadat dan kebiasaan serta tidak bertentangan dengan ajaran
perintah dan norma agama (dalam hal ini agama islam) maka akan kecil sekali kemungkinannya
memperoleh kendala dalam pemberhasilannya yaitu upaya untuk memberhasilkan
pemasyarakatan dan pembudayaan konsep NKKBS, Maka dari itu sosialisasi KB IUD perlu
lebih ditingkatkan, sehingga pengetahuan masyarakat baik dan menerima metode tanpa
ragu-ragu dan menentukan pilihan pada kontrasepsi IUD.
Pandangan orang tua Melayu terhadap anak seperti dalam ungkapan bahasa Melayu "tuah ayam
karena kakinya, tuah manusia pada anaknya” menggambarkan kedudukan seorang anak dalam
kehidupan masyarakat Melayu. Yang dimaksud dengan "anak ber-tuah" dalam masyarakat
Melayu adalah anak yang "menjadi orang", yang setelah nantinya dewasa menjadi manusia yang
sempurna lahir dan batin, selalu mengingat dan berguna untuk orang tua dan kaum kerabat untuk
seterusnya terhadap bangsa dan negara, serta akan patuh juga yakin dan taat pada agama dengan
melaksanakan semua perintah agama dan menjauhi semua yang dilarang-Nya.
Dalam konteks NKKBS, pembinaan orang tua terhadap anak teramat penting untuk dapat
terbinanya generasi penerus yang berguna bagi negara, bangsa dan agama, demikian pula
terhadap keluarga, sanak dan handai serta lingkungan sendiri.
Keadaan ini menjurus pada suatu kenyataan umum bahwa keluarga yang besar akan
mengakibatkan kurang terbinanya anak secara baik dan sempurna. Pada umumnya pula dapat
berakibat perlakuan orang tua yang seakan menyia-nyiakan anaknya seperti yang sering
tercermin dalam ungkapan pesimistis "membiarkan anak belayar dengan perahu bocor, berjalan
di rimba tidak berintis".
Budaya Suku Batak
Paham mengenai keadaan keluarga yang sejahtera menurut masyarakat Batak Toba bertumpu
pada tiga konsep, yaitu hagabeon, hamoraon dan hasangapon
(Taufiq, 2011).
1. Hagabeon
Kesejahteraan bagi orang Batak Toba pertama-tama tidak diukur dari tingkat pencapaian
material berupa harta benda yang bisa dimiliki oleh seseorang atau suatu keluarga. Persyaratan
pertama untuk bisa dikategorikan sejahtera bagi mereka adalah apabila cucu dan cicit baik dari
anak laki-laki maupun dari anak perempuan. Intisari dari hagabeon adalah tercapainya
kesinambungan garis keturunan, yang bisa mewariskan nama marga.
2. Hamoraon
Hamoraon yang secara harfiah berarti kekayaan yang bersifat material sebagai ukuran
kesejahteraan. Masyarakat Batak Toba tidak mengingkari pentingnya pemilikan harta benda,
namun harta benda diletakkan sebagai syarat kedua setelah yang pertama tercapai.
3. Hasangapon
Dalam lingkungan sosial orang Batak Toba yang masih tradisional, jika seseorang atau sebuah
keluarga telah memiliki keturunan dan harta benda maka peluangnya untuk mencapai
hasangapon akan terbuka dengan mudah. Kehormatan, sebagaimana mereka menghayatinya,
antara lain diukur melalui kenyataan bahwa mereka bisa meneruskan garis keturunan, bukan
keluarga yang anggotanya dari waktu ke waktu semakin sedikit dan terancam punah.
Kehormatan itu, pada kenyataannya juga berkaitan dengan kehadiran anak laki laki didalam
keluarga atau sebuah rumah tangga, karena secara sosial anak laki - lakilah yang dianggap bisa
meneruskan garis keturunan. Oleh karena itu, hasangapon hanya dimungkinkan apabila orang
memiliki banyak anak dan beberapa di antaranya harus ada anak laki-laki.
1. KONSEP-KONSEP YANG RELEVAN DENGAN BUDAYA
a. Holisme / Seutuhnya
Antropologi percaya bahwa kebudayaan adalah fungsi yang terintegrasi seluruhnya
dengan bagian interelasi dan interdependensi. Demikian juga budaya lebih baik
dipandang dan dianalisa secara menyeluruh. Berbagai komponen dari budaya seperti
politik, ekonomi, agama, persaudaraan dan system kesehatan, melakukan fungsi yang
terpisah tetapi kemudian bercampur membentuk perbuatan yang menyeluruh. Jadi
untuk mengetahui system dari seseorang harus memandang masing-masing
hubunganya dengan orang lain dan dari keseluruhan kulturnya. (Benedict, 1934)
Peubahan budaya biasanya mengundang tantangan – tantangan baru dan berbagai
masalah. Perubahan meliputi adaptasi kreatif dari perilaku yang terdahulu yang
disebabkan Karena bahasa, adapt, kepercayaa, sikap, tujuan, undang – undang, tradisi
dank ode moral. Pada saat yang terdahulu sudah keluar dari mode atau kurang bias
diterima dan menjadi sum,ber konflik yang potensial (Elling, ((1977).
b. Enkulturasi
Adalah proses mendapatkan pengetahuan dan menghayati nilai-nilai. Melalui proses
ini oran bias mendapatkan kompetensi dari budayanya sendiri. Anak-anak melihat
orang tua dan mengambil kesimpulan tentang peraturan demi perilaku. Pola- pola
perilaku menyajikan penjelasan untuk kejadian dalam penghidupan seperti,
dilahirkan, maut, remaja, hami, membesarkan anak, sakit penyakit.
c. Etnosentris
Adalah suatu kepercayaan bahwa hanya sendiri yang terbaik. Sangat penting bagi
perawat untuk tidak berpendapat bahwa hanya caranya sendiri yang terbaik dan
menganggap ide orang lkain tidak diketahui atuau di pandang rendah.
d. Stereotip
Stereotip atau sesuatu yang bersifat statis / tetap merupakan kepercayaan yang dibesar
– besarkan dan gambaran yang dilukiskan dengan populer dalam media massa dan
ilmu kebangsaan. Sifat ini juga menyebabkan tidak bekembangnya pemikiran
seseorang.
e. Nilai – nilai Budaya
Sistem budaya mengandung berbagai orientasi nilai. Nilai merupakan bentuk
kepercayaan bagaimana seseorang harus perperilaku , kepercayaan adalah sesuatu
pertanyaan yang tujuannya berpegang kepada kebenaran tapi mungkin boleh atau
tidak boleh berlandaskan kenyataan empiris. Salah satu elemen yang paling penting
terbangun dalam budaya dan nilainya. Nilai ini bersama – sama memiliki budaya
yang paling penting terbangun dalam budaya dan nilainya. Nilai ini bersama
memberikan stabilitas dan keamanan budaya, menyajikan standart perilaku. Bila dua
orang bersama – sama memiliki budaya yang serupa dan pengalamanya cenderung
serupa, nilai – nilai mereka akan serupa , walaupun dua orang tersebut tidak mungkin
pola nilai yang tetap serupa , namun mereka cukup serupa untuk mengenal kesamaan
dan utuk mengidentifkasi” yang lain sama sepeti saya” (Gooenough, 1966).
2. PERBEDAAN BUDAYA
Sesungguhnya karena tradisi berbeda budaya dan peningkatan mobilitas dan memiliki
standart pereilaku yang sama. Individu yang dibesarkan dalam kelompok seperti itu
mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan pikiran dan perilaku
mereka.
a. Kolektifitas Etnis
Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan memiliki standart
perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok seperti itu mengikuti
budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka
( Harwood, 1981 )
b. Shok Budaya
Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar belakang
kulturnya ber beda. Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang menolong
ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang
berusaha beradaptasi secara komprehensif atau secara efektif dengan kelompok yang
berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan. (Leininger, 1976).
Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari tentang perpedaan
kelompok budaya dimana ia terlibat. Pemting untuk perawat mengembangkan hormat
kepada orang lain yang berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik
perawatan kesehatan memerlukan toleransi kepercayaan yang bertentangan dengan
perawat.
c. Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa ang
berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk melihat isi dari
budaya. Menurut Kluckhohn,1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus
untuk meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan
seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan penghidupan. Kendala
untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun individu berbicara dengan bahasa yang
sama. Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang
sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat penting
untuk menentukan ahwa pesan kita bisa diterima dan dimengerti maksudnya.
d. Jarak Pribadi dan Kontak
Jarak pribdi adalah ikatan yang tidak terlihat dan flesibel. Pengertian tentang jarak
pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat memungkinkan proses pengkajian dan
peningkatan interaksi perawat klien. Profesional kesehatan merasa bahwa mereka
mempunyai ijin keseluruh daerah badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan
perawat saat pemeriksaan fisik, perawat hendaknya berusaha untuk mengurangi
kecemasan dengan mengenal kebutuhan individu akan jarak dan berbuat yang sesuai
untuk melindungi hak privasi.
e. Padangan Sosiokultural Tentang Penyakit dan Sakit
Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai gejala cra memberi
etika kepada penyakit, juga mempengaruhi bilamana, dan kepada siapa mereka harus
mengkomunikasikan masalah – masalah kesehatan dan berapa lama mereka berada
dalam pelayanan. Karena kesehatan dibentuk oleh faktor – faktor budaya, maka
terdapat variasi dari perilaku pelayanan kesehatan, setatus kesehatan, dan pola – pola
sakit dan pelayanan didalam dan diantara budaya yang berbeda – beda.
Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan-kegiatan sosial dan biologis
individu yang disertai penghormatan kepada mempertahankan akseptabilitas status
kesehatan atau perubahab kondisi yang tidak bisa diterima. Perilaku pelayanan
kesehatan dan status kesehatan saling keterkaitkan dan sistem kesehatan (Elling,
1977).
3. FAKOR -FAKTOR SOSIOKULTURAL MASYARAKAT
Yang berikut ini adalah daftar faktor – faktor sosiokultural yang menonjol yang harus
dikaji dalam masyarakat :
1) Pengaruh – pengaruh yang selalu ada yang membagi oran kedalam kelompo-
kelompok dalam masyarakat seperti etnis, agama , kelas sosial, pekerjaan, tempat
tinggal, bahasa, pendidikan, jenis kelamin, kesuksesan dan umur.
2) Kondisi – kondisi yang menimbulkan konflik sosial dan / aturan jalur social.
3) Sikap terhadap kelompok minoritas, anak muda dengan orang dewasa, pria dengan
wanita.
4) Pembagian masyarakat kedalam tantangan atau distrik dengan karakteristiknya
5) Jalur – jalur formal dan informal utuk komunikasi diantara berbagai program dan
masyarakat.
6) Kendala -kendala timbul akibat perbedaan kepercayaan budaya praktek.
7) Politik orientasi dimasyarakat (sikap terhadap autoritas serta pemakaiannya pada
masalah kesehatan).
8) Pola – pola migrasi baik didalam maupun diluar masyarakat dan pengaruhnya
terhadap jasa pelayanan kesehatan.
9) Hubungan agama dan pengobatan dalam masyarakat (siapa dan apa penyebab dari
penyakit dan bagaimana cara mencegahnya).
10) Betuk penyakit atau sakit yang dipandang oleh berbagai anggota masyarakat
bagaimana hal itu bisa timbul (kondisi budaya yang spesifik, seperti penyakit yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara panas dan dingin atau penyakit yang
disebabkan oleh magig).
4. FAKTOR – FAKTOR SOSIOKULTURAL KELUARGA DAN / ATAU INDIVIDU
Bila mengkaji keluarga atau individu perawat kesehatan masyarakat harus menyadari
yang berikut :
1) Kekhasan keluarga, peranan yang dipegagan oleh keluarga dan kerabat, pola – pola
pemukiman.
2) Berbagai jenis ritual dan berbagai upacara yang dianggap penting dalam siklus
kehidupan seperti kelahiran, kematian, masa remaja, pernikahan.
3) Kepercayaan kesehatan dan nilai-nilai anggota keluarga dan arti sosial yang
bergantung kepada kesejahteraan dan sakit :
a. Kepercayaan mengenai organ rubuh dan / atau sistem dan bagiamana cara
berfungsinya.
b. Metode tertentu yang dipakai untuk mempertahankan kesehatan, seperti higine
dan praktek merawat diri sendiri.
c. Sikap terhadap imunisasi , penyaringan dan usaha – usaha pencegahan yang lian.
d. Kepercayaan dan praktek diseputar konsepsi, hamil, melahirkan, laktasi dan
membesarkan anak.
e. Sikap terhadap penyakit mental, cacat, mati.
4) Orang dalam keluarga yang bertanggung jawab untuk berbagai kepercayaan
kesehatan dan prakteknya dari program kesehatan yang sudah ditentukan.
5) Topik kesehatan yang sensitif atau dilarang oleh klien.
6) Kemungkinan konflik diantara keluarga mngenai kepercayaan kesehatan dan
prakteknya dari program kesehatan yang sudah ditetukan.
7) Kepercayaan dan peraturan dan pilihan atau keraguan mengenai makanan yang bisa
diyakini sebagai penyebab atau obat untuk penyakit.
8) Cara yang sesuai dengan budaya bila memasuki atau keluarga dari ruangan, termasuk
salam, ucapan selamat jalan, dan jam yang memudahkan kunjungan.
Selain disebutkan diatas, kita juga perlu mendalami karakteristik individual anggota
masyarakat. Karakteristik adalah ciri-ciri khusus yang ada pada seseorang, yang
membedakan satu dengan yang lainnya. Karakteristik merupakan ciri-ciri dari individu
yang terdiri dari demografi seperti jenis jenis kelamin, umur serta status sosial seperti,
tengkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya.
5. KONSEP – KONSEP KUNCI / RANGKUMAN
1. Budaya memungkinkan kita untuk bisa menginterprestasi lingkungan dan
kegiatan orang seputar kita dan beperilaku dengan cara yang sesuai.
2. Sementara antropologi memandang budaya sebagai satu tatanan peraturan
menyiapkan individu untuk berperilaku dan menginterpasikan perilaku orang lain.
3. Konsep holisme memerlukan perilaku orang agar tidak terkurung dari konteks dimana
berlangsung dan budaya dipandangan dengan baik dan dianalisa secara keseluruhan.
4. Budaya tidak pernah statis tapi merupakan proses yang konstan untuk menambah dan
mengurangi elemen – elemen.
5. Enkulturasi merupakan proses mendapatkan pengetahuan dan penghayatan nilai-nilai,
dengan proses tersebut untuk memperoleh kompetensi kultur
6. Karena kita seringkali memandang dunia pandangan kita, seringkali kita menganggap
budaya kita adalah yang terbaik / etnosentris.
7. Sangatenting bagi perawat untuk mempertimbangkan cara sendiri sebagai yang
terbaik dan ide orang lain tidak diperdulikan dan dipandang inferior.
8. Stereptip adalah kepercayaan yang dibesar – besarkan dan image – imege yang
dimunculkan dalam media sebagai kriteria kebangsaanya image – imege itu palsu:
menyelubungi perbedan yang penting dikalangan kelompok dan membesar –
besarkan itu diantara kelompok.
9. Nilai – nilai budaya adalah panduan yang menonjol dan tekun mempengaruhi
pikikiran dan kegiatan orang.
10. Orang yang dibesarkan didalam koletifikasi etnis ( kelompok yang sama dari asal
yang biasa, perasaan identitas dan mempunyai standart perilaku yang sama )
seringkali memerlukan dari pengalaman itu norma – norma budaya yang menentukan
jalan pikiran dan perilaku dari anggota individu itu.
11. ” Shock budaya ” adalah salah satu pengaruh karena bekerja dengan individu yang
latar belakang kulturnya berbeda
Sumber :
1. https://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/01/budaya-dan-sistem-pelayanan-
kesehatan-kultural/
2. Harafiah, J.dan A.Amir.1999.Etika Kedokteraan dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC.
3. Ferry Efendi, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta:
SalembaMedika