budidaya tembakau

34
BUDIDAYA DAN PASCAPANEN TEMBAKAU BUDIDAYA TEMBAKAU Kegiatan teknik budidaya tembakau meliputi beberapa jenis kegiatan dengan urutan sebagai berikut : Pembibitan, yaitu kegiatan untuk menyiapkan bahan pertanaman. Pengolahan tanah merupakan kegiatan untuk menyiapkan media tumbuh tanaman tembakau. Penanaman yang meliputi pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam dan penanaman. Pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, penyiangan (pengendalian gulma dan penggemburan), pengendalian hama dan penyakit, pemupukan dan pewiwilan. Panen dan penanganan lepas panen hingga hasil tembakau dipasarkan. Nama : Rocky Napitupulu

Upload: bos46

Post on 29-Jun-2015

5.465 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUDIDAYA TEMBAKAU

BUDIDAYA DAN PASCAPANEN TEMBAKAU

BUDIDAYA TEMBAKAU

Kegiatan teknik budidaya tembakau meliputi beberapa jenis kegiatan dengan urutan sebagai

berikut :

Pembibitan, yaitu kegiatan untuk menyiapkan bahan pertanaman.

Pengolahan tanah merupakan kegiatan untuk menyiapkan media tumbuh tanaman tembakau.

Penanaman yang meliputi pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam dan

penanaman.

Pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, penyiangan (pengendalian gulma dan

penggemburan), pengendalian hama dan penyakit, pemupukan dan pewiwilan.

Panen dan penanganan lepas panen hingga hasil tembakau dipasarkan.

Dalam teknologi budidaya tembakau terdapat beberapa yang spesifik sesuai karakteristik

tanaman tembakau. Teknologi budidaya tersebut secara lengkap disajikan dalam uraian berikut.

PEMBIBITAN

Langkah pertama dalam pembibitan adalah mengadakan benih yang bermutu dari varietas

unggul. Benih yang bermutu dan varietas unggul dapat menentukan hasil tembakau. Varietas

unggul tembakau dapat diperoleh dari tetua-tetua yang memiliki sifat-sifat yang unggul.

Nama : Rocky Napitupulu

NPM : 240110090111

Page 2: BUDIDAYA TEMBAKAU

Dengan telah lamanya pengembangan tembakau di Indonesia (1860), (de Jonge, 1989) maka

diperkirakan Indonesia telah memiliki plasma nutfah yang besar sebagai sumber genetik untuk

melakukan pemuliaan tanaman. Kelemahan-kelemahan varietas yang ada terhadap lingkungan

marginal seperti hama dan penyakit, kekeringan, kemiskinan unsur hara dan kemasaman tanah

dapat diatasi dengan memberdayakan berbagai ragam genetik dalam plasma nutfah yang ada.

Seperti yang telah dilakukan oleh Balitas Malang telah mengidentifikasi varietas atau galur

yang tahan beberapa hama dan penyakit tanaman tembakau, seperti tertera pada tabel berikut.

Varietas/Galur Tembakau Virginia yang Tahan Terhadap Beberapa Macam Penyakit

Utama

Nama Varietas/galur

PenyakitLanas Layu

bakteriNematoda @ TMV

Coker 48 ST ST R RCoker 51 ST ST T TCoker 80-F T T - -Coker 86 ST ST T TCoker 111 T - - -Coker 187 Hicks ST M R RCoker 206 ST ST R RCoker 254 M ST T RCoker 258 ST ST T RCoker 298 ST ST R RCoker 316 T T - -Coker 319 R R R RCoker 371 Gold ST M R RMcNair 133 ST ST R RSpeight G-28 ST ST T RNC 95 M ST T RNC 2326 M R R RSC 72 M ST T TK 399 ST ST T RDixie Bright 27 - T - -Dixie Bright 101 T T - -Dixie Bright 102 T T - -Oxford 1 T - - -Oxford 3 T - - -Oxford 26 - T - -

Sumber : Lucas (1975); Todd (1981); Melton et. Al. (1991) Keterangan ST = Sangat Tahan; T = Tahan; M = Moderat; R = Rentan 

Page 3: BUDIDAYA TEMBAKAU

- = tidak ada informasi; @ hanya tahan terhadap M. incognita ras 1 dan 3Pemuliaan tanaman tembakau juga dapat digunakan untuk menghasilkan daun tembakau

bernikotin rendah sehingga dapat memenuhi peraturan pemerintah No. 81 tahun 1999. Pada

prinsipnya pembibitan tembakau dapat dilakukan secara bedengan dengan hasil bibit tembakau

cabutan atau sistem polybag dengan hasil bibit dalam polybag. Kegiatan pembibitan tembakau

terdiri dari persiapan benih, pemilihan tempat pembibitan, pembuatan bedengan, penaburan

benih, pemeliharaan, seleksi dan pemindahan bibit.

Benih-Benih tembakau sangat kecil dengan indeks biji 50 – 80 mg/1 000 biji atau setiap

gram mengandung 13000 butir benih, dengan demikian untuk dapat menyebar secara merata di

atas bedengan tidak dapat disebarkan secara langsung. Benih yang digunakan untuk pembibitan

harus dipersiapkan dari areal khusus pembibitan dan diseleksi secara tepat. Benih harus memiliki

daya kecambah lebih dari 80 %.

Benih merupakan sarana produksi yang menentukan hasil tembakau karena setiap benih

memiliki sifat genetik dan morfofisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

tanaman. Benih haruslah memiliki kemurnian yang tinggi tidak tercampur benih rusak, kotoran

ataupun biji gulma, daya kecambah di atas 80 % dan bebas hama dan penyakit. Dengan demikian

untuk pengadaan benih harus diseleksi dari pohon induk ataupun proses pemuliaan yang benar

serta teknologi produksi benih yang memenuhi standar sehingga diperoleh benih unggul dan

bermutu.

Untuk pengadaan benih tersebut diperlukan sarana prasarana yang memadai serta sumber

daya manusia yang memahami pemuliaan dan produksi benih. Untuk itu pengadaan benih

haruslah dikelola secara profesional baik oleh instansi terkait (seperti Balitas Malang dan Badan

Penangkar Benih) dan swasta yang berkecimpung dalam industri tembakau. Sebagai contoh

kasus Balitas Malang telah menghasilkan beberapa varietas unggul tembakau beserta sistem

produksi benihnya. Contoh yang lain adalah untuk petani tembakau binaan PT. BAT Indonesia

Tbk memperoleh benih yang dihasilkan secara standar produksi benih oleh PT. BAT Indonesia

Tbk di Bali. Hasil dari benih ini adalah : keseragaman tanaman, vigor tanaman tinggi yang

diawali oleh daya kecambah yang tinggi. Sedangkan contoh kasus petani Temanggung yang

menggunakan benih hasil panen sendiri terdapat banyak kelemahan seperti daya kecambah serta

produksi yang rendah.

Page 4: BUDIDAYA TEMBAKAU

Pesemaian Bedengan. Kegiatan pertama adalah pemilihan lahan untuk pembibitan

dengan kriteria : dekat dengan areal pertanian, dekat dengan sumber air, tanahnya gembur subur

dan mudah diolah, lahan terbuka terhadap sinar matahari, bebas dari tanaman famili Solanaseae

pada pertanaman sebelumnya dan bebas dari gangguan hewan peliharaan.

Pengolahan Tanah pesemaian bedengan dilakukan 30 – 35 hari sebelum penaburan benih.

Pengolahan tanah ini harus sudah dilakukan 70 – 80 hari sebelum tanam agar bibit siap salur

pada waktu tanam, karena umur bibit tembakau siap salur adalah 40 – 45 hari. Pengolahan tanah

terdiri dari pembajakan I dan pembajakan II dengan interval 1 sampai 2 minggu dan dengan

kedalaman bajak 30 – 40 cm. Bedengan dibentuk dengan arah timur barat yang berukuran lebar 1

m panjang 5 m tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 75 – 100 cm.

Penaburan Benih dilakukan setelah bedengan semai siap tanam. Sebelum penaburan

benih dilakukan pemupukan dasar dengan dosis 0,5 – 1 kg pupuk NPK/m2, 3 sampai 4 hari

sebelum sebar. Benih tembakau dapat disebar di bedengan dengan perendaman atau tanpa

rendaman sebelumnya. Perendaman benih dapat dilakukan selama 48 jam sebelum sebar.

Penaburan benih dapat dilakukan dengan gembor berisi air ditambah sabun sebagai pendispersi

agar benih tidak mengumpul. Penyebaran benih tanpa perendaman dapat dilakukan dengan

mencampur benih dengan abu atau pasir halus agar merata.

Pembibitan perlu diberi naungan untuk melindungi benih dari cahaya matahari konstruksi

atap naungan terbuat dari bambu berbentuk setengah lingkaran memanjang sepanjang bedengan.

Naungan dapat digunakan plastik Polyetilen berukuran 5,2 m x 1,2 m x 0,5 m. Plastik Polyotilen

(atap) dapat dibuka dari pukul 07.00 sampai 10.30 pada saat bibit berumur 15 – 20 hari, pukul

07.00 – 12.00 pada saat umur bibit 20 – 28 hari dan satu hari penuh setelah umur bibit 28 hari.

Di atas benih perlu dihamparkan mulsa dari potongan jerami berukuran ± 25 cm. Mulsa tersebut

berfungsi untuk mencegah benih berpindah pada saat penyiraman atau saat hujan, melindungi

kecambah dari matahari dan mengurangi penguapan serta mencegah kerusakan permukaan

bedengan.

Pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan, pengaturan naungan,

penjarangan mulsa, penyiangan, penjarangan tanaman, pengendalian hama dan penyakit dan

seleksi bibit. Penyiraman pada pembibitan harus dilakukan secara intensif untuk memperoleh

pertumbuhan bibit yang baik. Waktu dan volume penyiraman pada pembibitan seperti tertera

pada tabel berikut

Page 5: BUDIDAYA TEMBAKAU

Waktu dan Volume Penyiraman pada Pembibitan Tembakau

No Waktu Penyiraman (HSS) Frekuensi Volume (l/m2)

1. 0 – 7 3 – 4 kali/hari 4.2 – 5.6

2. 7 – 20 2 – 3 kali/hari 2.8 – 4.2

3. 20 – 30 1 – 2 kali/hari 1.4 – 2.8

4. 30 – 35 1 kali/minggu 1.5

Keterangan : HSS = Hari Setelah Sebar 

Sumber : Standar kultur Teknis PT. BAT Indonesia Klaten

Pemupukan bedengan semai dilakukan 3-4 hari sebelum penaburan benih. Dosis

pemupukan adalah 35 g ZA, 100 g SP-36 dan 20 g ZK per m2 bedengan. Atau dapat digunakan

pupuk majemuk NPK dengan dosis 0.1 – 1 kg/m2 bedengan. Pupuk ditabur merata di atas

bedengan dan dicampur dengan lapisan tanah atas.

Hama dan penyakit yang sering menyerang pembibitan adalah ulat daun, ulat pucuk, ulat

tanah dan penyakit rebah kecambah Phytium spp. Contoh jadwal penyemprotan insektisida dan

fungisida pada pembibitan tembakau seperti tersaji pada tabel berikut.

Jadwal Penyemprotan Insektisida dan Fungisida di Pembibitan Tembakau

No

Umur

Bibit

(hari)

Volume

Air

(l/ha)

Insektisida Fungisida

1 14 500 Fastac atau Decis Benlate

2 17 500 Fastac atau Decis Benlate

320 500 Fastac atau Decis Topsin atau

Orthocide

423 600 Fastac atau Decis Topsin atau

Orthocide

526 600 Azodrine atau

Gusadrin

Topsin atau

Orthocide

6 29 700 Fastac atau Decis Benlate

Page 6: BUDIDAYA TEMBAKAU

732 800 Fastac atau Decis Topsin atau

Orthocide

836 900 Azodrine Topsin atau

Orthocide

9 38 1000 Azodrine Benlate

10 41 1500 Fastac/Decis/Gusadrin Benlate

Sumber : Arsip Kebun Wedi Birit, (1998)

Penjarangan bibit (reseting) perlu dilakukan untuk menghindari kelembaban yang

berlebihan karena bibit terlalu padat yang dapat menimbulkan serangan penyakit rebah

kecambah atau lanas. Disampig itu penjarangan juga diperlukan agar bibit tidak mengalami

etiolasi dan tidak terjadi persaingan unsur hara sehingga bibit tumbuh dengan vigor seragam.

Reseting dilakukan pada umur 21 hari.

Seleksi bibit dilakukan tiga kali yaitu pada umur 10 – 13 hari, 20 – 23 hari dan 33 hari.

Bibit siap salur memiliki kriteria umur 38 – 40 hari, tinggi bibit 10 – 12 cm, diameter batang 0,8

– 1 cm, jumlah daun 5 -6 lembar, warna daun hijau dan tanaman sehat. Pencabutan bibit

dilakukan pada pagi atau sore hari dengan menyiram bedengan sebelumnya. Pencabutan

dilakukan dengan menyatukan daun yang telah sempurna.

Pembibitan Sistem Polybag

Kelebihan utama dari sistem ini adalah mengurangi kerusakan akar pada saat pemindahan

bibit, mengurangi tingkat kematian bibit, menghilangkan stagnasi dan menyeragamkan

pertumbuhan bibit. Dengan demikian penyulaman dapat ditekan hingga tingkat nol. Cara

pembibitan dengan sistem polybag pada awalnya sama seperti sistem bedengan, hanya setelah

umur bibit 21 hari bibit dipindahkan ke polybag. Media bibit sistem polybag terdiri dari tanah

dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan :

a. pada tanah berat 5 : 3 : 2

b. pada tanah sedang 5 : 2 : 2

c. pada tanah ringan 5 : 3 : 1.

Di samping itu media dicampur dengan pupuk NPK dengan dosis 1,5 – 2 kg pupuk NPK

setiap 1 m3 tanah. Ukuran plastik media adalah panjang 110 cm dan diameter 110 cm. Tanah

media dimasukkan ke dalam plastik polybag. Tanah media tersebut sebelumnya disterilisasi

Page 7: BUDIDAYA TEMBAKAU

dengan metode solarisasi selama 14 – 20 hari. Selanjutnya bibit yang telah berumur 3 minggu

(21 HSS) dipindahkan ke polybag dan dilakukan penyiraman seperti pada pembibitan bedengan.

Pemeliharaan dan kriteria salur seperti pada pembibitan bedengan, hanya pada pembibitan

polybag telah dilakukan seleksi bibit dan pengaturan jarak tanam.

PENGOLAHAN TANAH

Pengolahan tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan

akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran berkembang baik dan mampu menyerap air

serta unsur hara dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan yang terjadi dalam

waktu singkat. Guna memperoleh perakaran yang baik pengolahan tanah harus mencapai

kedalaman olah lebih dari 30 cm, disamping upaya lain kearah terbentuknya struktur tanah yang

remah.

Untuk lahan bekas sawah pekerjaan pertama adalah membersihkan jerami kemudian

dilanjutkan dengan pembuatan got keliling untuk mengeringkan lahan dan sebagai saluran irigasi

di areal pertanaman tembakau. Selanjutnya dilakukan pembajakan pertama dan dilanjutkan bajak

ke-dua dengan arah memotong bajak pertama. Gebrus total dilaksanakan sesudah jarak tanam

yang digunakan ditentukan. Gebrus total dilakukan dengan cara menarik tanah lapisan atas dan

mencangkul tanah lapisan bawah sedalam 30 cm untuk menutup lubang dibelakangnya (lihat

Gambar 2). Gebrus total bertujuan untuk menembus lapisan olah dan oksigen tanah. Selanjutnya

dilakukan bajak 3 dan bajak 4 serta penghancuran tanah yang masih berupa bongkahan. Guludan

yang tinggi menentukan keberhasilan tanaman tembakau karena berhubungan dengan drainase

dan pemupukan.

Pengolahan tanah dilakukan 70 hari sebelum penanaman dimana H-70 dilakukan

pembersihan jerami, H-60 pembuatan got keliling, H-55 pembajakan 2, H-40 pembajakan 3, H-

30 pembajakan 4, H-25 pembersihan rumput di pematang dan H-15 dilakukan bajak siap tanam.

PENANAMAN

Jarak Tanam dan Populasi Tanam

Tembakau virginia dan tembakau Burley digunakan jarak tanam 110 cm x 50 cm, 120 cm x

50 cm atau 120 cm x 45 cm dengan populasi tanaman berkisar antara 16 000 – 18 000

pohon /ha.

Page 8: BUDIDAYA TEMBAKAU

Tembakau Cerutu Vorstendlanden varietas hibrida TV38XG populasi idealnya adalah 17 480

tanaman/ha, sedang varietas F1K sebesar 16 930 tanaman/ha.

Tembakau rajangan Temanggung Jarak tanam digunakan 100 cm x 50cm (jarak tanam pagar

ganda) atau 100 cm x 75 cm. Populasi tanaman berkisar antara 11 000 hingga 18 000

batang/ha.

Tembakau rajangan Madura ditanam dengan populasi berkisar antara 20 000 sampai dengan

33 000 tanaman/ha. Jarak tanam yang paling baik adalah 100 cm x 50 cm atau 100 cm x 45

cm dengan populasi tanaman 33 000 tanaman /ha.

Musim Tanam dan Penanaman

Sesuai dengan jenis tembakaunya, musim tanam tembakau dapat dibedakan :

Tembakau cerutu Na-Oosgt ditanam pada sekitar bulan Juni-Juli (kemarau)

Tembakau Virginia dan Voor-Oosgt ditanam pada bulan Maret-April (akhir musim hujan di

Jawa). dan

Tembakau rajangan ditanam pada bulan Maret-April.

Untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang seragam dilakukan seleksi bibit yang akan

ditanam. Penyiraman pada waktu penanaman dapat dilakukan sebelum atau setelah penanaman.

Untuk mencegah serangan hama pada bibit yang baru ditanam di sekitar lubang tanam

diaplikasikan Furadan 3G dengan dosis 2 gram/lubang tanam.

Waktu tanam sebaiknya dilakukan pada sore hari (pukul 14.00 – 17.00) untuk

menghindari kelayuan bibit karena terik sinar matahari. Cara penanaman diusahakan agar akar

bibit tidak terlipat dan patah. Penanaman dilakukan dengan tangan sedalam 4 cm kemudian tanah

ditekan agar pangkal batang dan akar melekat dengan tanah.

Penyiraman sebanyak 1 liter/lubang tanam dilakukan setelah penanaman setiap pagi dan

sore sampai tanaman “nglilir” (mulai tumbuh). Penyulaman dilakukan mulai umur 3 hari sampai

umur 10 hari setelah tanam, bibit diambil dari cadangan bibit yang ditanam diantara barisan

tanaman.

PEMELIHARAAN TANAMAN

Pendangiran/pembumbunan

Page 9: BUDIDAYA TEMBAKAU

Pendangiran dimaksudkan untuk memperbaiki susunan udara tanah, memudahkan

perembesan air, mengendalikan gulma dan memperbaiki guludan. Pendangiran dilakukan secara

hati-hati agar tidak merusak akar tanaman yang berada pada kedalaman 30 cm – 40 cm di dalam

tanah. Pendangiran dilakukan 3 – 4 kali tergantung pada kondisi tanah pada lahan dan gulma.

Pada tanaman tembakau ceretu Vorstenlanden di bawah naungan misalnya pendangiran

dilakukan 3 kali pada umur 7 – 10 hari setelah tanam (HST), 20 – 22 HST dan 30 – 35 HST.

Pendangiran pada tanaman tembakau virginia PT. BAT di Klaten misalnya melakukan

pendangiran sebanyak 4 kali yaitu pada 1 sampai 14 HST 30 – 35 HST, 45 – 55 HST dan 80 – 85

HST. Pendangiran umumnya dilakukan setelah pengairan.

Pemupukan

Pemupukan pada tanaman tembakau ditujukan untuk memenuhi unsur hara sehingga

tanaman dapat menghasilkan krosok yang tinggi baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk

menghasilkan 2.000 kg krosok/ha tanaman tembakau menyerap unsur hara seperti tertera pada

tabel berikut.

Jumlah Unsur Hara yang Terserap Oleh Tanaman Tembakau untuk Menghasilkan 2.000 kg

krosok/ha.

Unsur Hara

TanamanKg/ha

N 70

P 12

K 80

Ca 55

Mg 22

S 18

B 0,07

Mn 0,7

Fe Sedikit

Zn Sedikit

Cu 0,04

Page 10: BUDIDAYA TEMBAKAU

Mo Sedikit

Sumber : McCants dan Woltz (1967)

Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah teknologi, jenis

tembakau dan kemampuan pendanaan. Beberapa contoh dosis pupuk yang diterapkan untuk

tanaman tembakau sebagai berikut.

Tembakau Virginia PT. BAT Klaten : 76,5 kg N/ha, 82,5 kg P2O5/ha dan 217 kg K2O/ha.

Tembakau Cerutu Vorstenlanden PT. Perkebunan Nusantara X Klaten : 400 kg SP36/ha, 550

KNO3/ha, 700 kg CaS/ha. Pupuk tersebut diberikan 3 kali (starter, pemupukan I dan

pemupukan II) dalam bentuk cair. Pupuk Starter terdiri dari SP36 dan KNO3 masing-masing

dengan dosis 400 dan 200 kg/ha. Pemupukan I terdiri dari CaS dan CaCO3 masing-masing

dengan dosis 350 dan 200 kg/ha serta pemupukan II 350 CaS/ha dan 150 KNO3/ha.

Konsentrasi SP36 dalam larutan adalah 0,25 kg/ha, KNO3 pada starter 0,125 kg/liter CaS dan

KNO3 pada pemupukan I masing-masing 0,22 dan 0,125 kg/liter, sedang untuk pemupukan II

0,22 kg/liter CaS dan 0,09 kg/liter KNO3.

Tembakau Burley PT. BAT Indonesia, Bondowoso Jawa Timur seperti terlihat pada tabel

berikut.

Aplikasi Pemupukan Tembakau Burley PT BAT dengan Populasi Tanaman 15.000 pohon/ha

Jenis PupukKandungan Kg/ha Aplikasi/ha

N P K N P K

Fertila 8 15 19 600 48 90 114

ZA 21 - - 350 73.5 - -

SP 36 - 36 - 100 - 36 -

KNO3 12 - 45 150 19.5 - 67.5

Total Kebutuhan 141 126 181.5

Keterangan : Fertila (8-15-19), ZA (2-0-0), SP36 (0-36-0), dan KNO3 (13-0-45)

Tembakau cerutu Besuki NO PT Perkebunan Nusantara XI : 3 gram TSP/tanaman dan 5 gram

KNO3 /tanaman sebelum tanam, 15 gram K2SO4 /tanaman pada 15 HST dan 3 gram

urea/tanaman pada 5 HST.

Tembakau Rajangan Temanggung : Pemupukan yang diterapkan petani : 600 kg ZA, 100 kg

TSP dan pupuk kandang sekitar 17-22,5 ton/ha.

Page 11: BUDIDAYA TEMBAKAU

Tembakau Madura : 200 kg ZA/ha, 100 – 120 kg SP36/ha dan 5 ton pupuk kandang/ha.

Pemangkasan

Pada tanaman tembakau dikenal 2 macam pemangkasan yaitu : topping (pangkas pucuk)

dan suckering atau pembuangan tunas samping (wiwil). Pangkas pucuk maupun wiwil pada

tanaman tembakau bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan makanan ke mahkota

bunga atau kekuncup tunas sehingga hasil foto sintesis dapat terakumulasi pada daun sehingga

diperoleh produksi krosok dan kualitasnya yang tinggi. Pangkas pucuk dan wiwil biasanya

dilakukan secara manual. Pangkasan pucuk dilakukan pada saat button stage atau saat daun

berjumlah 20 helai di atas daun bibit. Pangkasan wiwil dilakukan 3 sampai 5 hari sekali pada

saat panjang tunas samping sekitar 7 cm. Wiwil dilakukan sampai panen berakhir. Pangkasan

wiwil saat ini sudah dapat dilakukan dengan bahan kimia (sucrisida) Hyline 715. Penggunaan

sucrisida memberikan hasil yang lebih baik.

Pengairan

Cara pengairan tembakau pada lahan beririgasi yaitu dengan cara dilep (basin irigation)

hingga guludan tempat tanaman cukup basah dan selanjutnya lahan dikeringkan kembali. Waktu

pemberian air irigasi dapat ditentukan dengan indikator sebagai berikut : tanaman layu pada

pukul 11.00 atau tanah tidak lagi melekat apabila digenggam. Tinggi air irigasi ditentukan

berdasarkan umur tanaman yaitu : sampai dengan umur 45 hari setelah tanam volume air ¾

buludan, pada 50 – 65 HST tinggi air ½ guludan dan menjelang panen tinggi air ¼ guludan.

Pada tanaman tembakau cerutu di bawah naungan, penyiraman dilakukan dengan cara sprinkler

irigation. Dengan demikian volume air yang diterima tanaman cukup seragam dan mencukupi

volumenya.

Pada lahan kering (umumnya tembakau rakyat) pengairan sangat tergantung pada curah

hujan. Beberapa petani dengan modal yang cukup melakukan penyiraman dengan sumber air

tanah atau sungai dengan sistem pompanisasi.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tembakau

Page 12: BUDIDAYA TEMBAKAU

Pengendalian Hama Terpadu dilaksanakan sesuai kondisi tanaman yang ada dengan

memprioritaskan penggunaan Bio Pestisida dengan pengawasan secara berkala, terhadap residu

pestisida baik pada tanaman tembakau. Adapaun penggunaan pestisida dan bahan kimia bisa

digunakan (Dancis, Furadan) tergantung serangan hama yang ada.

Secara umum jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman tembakau serta jenis

pestisida dan dosis yang digunakan untuk pengendaliannya disajikan pada tabel berikut.

Jenis Hama, Penyakit dan Pengendaliannya pada Tanaman Tembakau

NoJenis

Hama/Penyakit

Patogen/

Penyebab

Gejala

Serangan

Pestisida

Jenis Dosis

I Penyakit

Rebah

Kecambah

Phytiumspp,

Sclerotiumspp,

Rizoctoniaspp

Pangkal

batang

mengecil,

bibit

rebah

Mankozeb 2-3g/l

(2-3

kg/ha)

Lanas P. nicotianae Mendadak

layu

Fungisida

Mankozeb

2-3g/l

(2-3

kg/ha)

II Hama

Ulat Pucuk H. assulta/

armigera

Daun

berlubang

Lannate 2 cc/l

(2l/ha)

Kutu Daun Myzus sp. Daun

keriting,

warna

hitam

Orthene 2 cc/l

Ulat Tanah Agrotis ipsilon. Tan.

Muda

terpotong

Decis/

Regent

1 cc/l

HAMA 

a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura )

Page 13: BUDIDAYA TEMBAKAU

Gejala : berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan.

Pengendalian: Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari,

semprot Natural VITURA

b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon )

Gejala : daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah.

Pengendalian: pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat, semprot PESTONA.

c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) Gejala: daun pucuk tanaman terserang berlubang-

lubang dan habis. Pengendalian: kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun, semprot

PESTONA.

d. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) Gejala : bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat,

tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya mati. Pengendalian: sanitasi kebun,

pemberian GLIO diawal tanam, PESTONA

e. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit yang disebabkan virus.

Pengendalian: predator Koksinelid, Natural BVR.

f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong

(Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).

Penyakit

a. Hangus batang ( damping off ) Penyebab : jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman

yang terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar.

Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar, pencegahan awal dengan Natural GLIO.

b. Lanas Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul bercak-bercak pada

daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, terserang akan lemas dan menggantung

lalu layu dan mati. Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar, semprotkan Natural

GLIO.

c. Patik daun Penyebab : jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun terdapat bercak bulat

putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian:

desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih, bongkar dan

bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.

d. Bercak coklat Penyebab : jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul bercak-bercak coklat,

selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga

Page 14: BUDIDAYA TEMBAKAU

menyerang batang dan biji. Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang terserang.

e. Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun

membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan. Pengendalian: cabut dan

bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.

f. Penyakit Virus Penyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul),

Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimu (Cucumber Mozaic Virus). Gejala: pertumbuhan

tanaman menjadi lambat. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di

cabut dan dibakar.

Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat

digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan

tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( ½ tutup)

pertangki.

Konsep pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah pengendalian secara terpadu.

Dalam hal ini yang penting adalah melakukan pengamatan perkembangan populasi hama atau

penyakit. Apabila populasi hama dan penyakit melewati titik kritis ambang ekonomi maka harus

dilakukan pengendalian baik secara fisik, mekanik, biologis, teknik budidaya maupun secara

kimia. Hama ulat pucuk misalnya pada kepadatan populasi tertentu cukup dikendalikan dengan

mengutip ulat tersebut.

PANEN

Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting diperhatikan dalam mendapatkan

kualitas panenan yang tinggi. Adapun yang hams diperhatikan sebagai berikut :

- Kematangan daun

- Keseragaman daun dalam proses penanaman

- Penanganan daun hasil panenan

Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen berdasarkan tingkat kematangan daunnya

dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan pemetikan 2 sampai 3 daun pada

setiap tanaman dengan interval satu minggu hingga daun tanaman habis.

Page 15: BUDIDAYA TEMBAKAU

Waktu panen dan cara penanganan pasca panen tembakau sangat tergantung pada jenis

tembakaunya. Berikut diuraikan pemanenan dan penanganan pasca panen beberapa jenis

tembakau yang diusahakan di Indonesia.

Tembakau Burley BAT Bondowoso

Umur Panen

Kriteria waktu panen tembakau dapat dilihat dari gejala tingkat kematangan daun di pohon

sebagai berikut

Daun bawah (3-4 lembar) mendekati kehijau-hijauan dan gagangnya keputih-putihan.

Daun tengah (4-6 lembar) berwarna “kuning kenanga”.

Daun atas (6-9 lembar) dan daun pucuk (4-7 lembar) telah matang benar.

Cara Pemetikan

Pemetikan daun tembakau Burley dilakukan dengan dua cara yaitu petik biasa (reaping)

dan tebang batang ( stalk cutting). Reaping dilakukan dengan memetik daun-daunya saja,

sedangkan stalk cutting dilakukan dengan menebang batang tembakau beserta daunnya tepat

pada pangkal batang.

Untuk mendapatkan hasil yang tinggi tembakau burley biasanya diperlakukan reaping

paling banyak dua kali dan selanjutnya stalk cutting. Pemetikan pertama daun tembakau Burley

dilakukan pada saat tanaman berumur 65-70 har, dengan jumlah daun yang dipetik 2-3 lembar.

Stalk cutting dilakukan apabila daun pucuk kelihatan sudah cukup tua (berwarna kuning) dengan

umur tanaman 90-100 HST.

Saat pemetikan (pagi, siang dan sore) berpengaruh terhadap kualitas daun tembakau. Saat

pemetikan tembakau burley yang baik adalah pada pagi hari.

Sortasi Pendahuluan

Sortasi pendahuluan dilakukan terhadap daun hijau tembakau Burley untuk memisahkan

daun yang agak muda (immature), daun kurang tua (unripe), daun tua (ripe) dan daun yang

Page 16: BUDIDAYA TEMBAKAU

rusak. Sortasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan proses pengeringan, memudahkan

grading setelah pengeringan, memudahkan penentuan harga jual dan memudahkan pemasaran.

Pengeringan (Curing)

Dalam pengeringan dilakukan penurunan kadar air dari 80 – 90%. Selama pengeringan

terjadi proses aging yaitu pembentukan warna dan pengeringan. Pengeringan dilakukan di dalam

Los. Tembakau Burley ini termasuk ke dalam jenis pengeringan air cured. Pengeringan

dilakukan selama ± 22 hari sampai diperoleh krosok yang baik. Setelah itu krosok diunting

(diikat beberapa lembar krosok) kemudian dipak/dibal dengan bobot 1 bal 50 – 60 kg dan

dibungkus dengan tikar.

Tembakau Cerutu Vorstenlanden

Pemetikan

Pemetikan daun dilakukan secara bertahap, kriteria tanaman siap dipanen yaitu setelah

tanaman berumur 50 hari, 60 – 70% dari populasi telah membentuk kuncup bunga, warna daun

“menongo bener” (hijau seperti bunga kenanga), sudut daun telah melebar atau merunduk daun

mudah dipetik dan tanaman dalam kondisi segar. Jenis dan banyaknya daun yang akan dipetik

terdiri dari : 2 lembar daun tanah/pasir (DT), 6 lembar daun koseran pertama (DKP) 10 lembar

daun koseran atas (DKA), 4 lembar daun madya pertama (DMP) 6 lembar daun madya tengah

(DMT) dan 4 lembar daun madya atas (DMA).

Pemetikan dilakukan pada pukul 06.00 – 08.00 pagi secara manual, pemetikan pada pagi hari

akan menghasilkan krosok yang berwarna lebih cerah daripada sore hari.

Pengeringan

Pengeringan tembakau cerutu Vorstenlanden pada prinsipnya menggunakan sistem air

curing. Tembakau dikeringkan di dalam Los dengan tinggi bangunan sekitar 12 m. Pada bagian

atap dan dinding terdapat jendela yang berfungsi untuk mengatur kelembaban udara di

dalamnya. Pada malam hari bila kelembaban udara terlalu tinggi, jendela ditutup dan dilakukan

pengomprongan (pengeringan buatan dengan bahan sekam, kayu, atau briket batubara). Pada

siang hari jendela dibuka agar kelembaban dalam ruang pengering tersebut turun. 1 Los

(bangunan pengering) terdiri dari 30 kamar yang mampu menampung 2.100 dolok (1 dolok

Page 17: BUDIDAYA TEMBAKAU

terdiri dari 50 lembar daun). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Los pengering adalah

sortasi, sunduk, pendolokan dan penyusunan daun, penaikan dan pelolosan.

Setelah pengeringan dilakukan fermentasi yaitu proses biokimiawi yang melibatkan

sejumlah enzim yang terdapat dalam krosok terhadap sulfat atau senyawa protein dan

polisakarida. Dalam proses fermentasi terjadi perubahan-perubahan seperti penurunan berat 6-18

%, pembebasan tanah, penyerapan udara, pembebasan CO2, Pembebasan NH3 dan penurunan

kadar air 14 – 20 %. Fermentasi juga menyebabkan terbentuknya aroma, warna krosok menjadi

lebih gelap dan merata serta teksturnya lebih halus. Setelah fermentasi krosok kemudian disusun

dalam tumpukan atau stapel berukuran 4 m x 5 m dengan berat 2 -2,5 ton. Stapel kemudian

ditutup rapat sampai suhunya mencapai 42 – 430C. Selanjutnya krosok dipak dalam satu bal

dengan berat 80 kg dengan ukuran panjang 100 cm lebar 70 cm dan tinggi 22 cm. Untuk

penyimpanan di gudang dilakukan fumigasi untuk mencegah serangan serangga gudang dengan

insektisida Phostoxin dengan dosis 0,75 tablet/m3 setiap 40 hari sekali.

Tembakau Rajangan Temanggung

Panen dilakukan secara bertahap, pemetikan daun sebanyak 5 – 8 kali tergantung

kemasakan dan jumlah daun. Saat panen biasanya dimulai apabila sudah ada berita tentang

dimulainya pembelian tembakau rajangan oleh pabrik rokok atau gudang mulai buka. Panen

daun tembakau dilakukan 10 – 15 hari sebelum awal pembelian tembakau rajangan. Pemetikan

daun dimulai dari bawah, dipetik 2 – 3 lembar daun setiap kali petik. Daun yang siap panen

ditandai oleh perubahan warna daun, dari hijau menjadi kuning kehijauan, warna tulang daun

putih/hijau terang, tepi daun mengering, permukaan daun agak kasar dan tangkai daun mudah

dipatahkan. Waktu panen pagi hari setelah embun menguap sampai siang hari. Apabila waktu

panen turun hujan, maka daun yang cukup matang segera dipetik atau ditunda 6-8 hari. Daun

yang telah dipetik segera diproses atau diolah menjadi tembakau rajangan. Pengolahan tembakau

rajangan terdiri dari 3 tahap kegiatan, yaitu Pemeraman, perajangan dan penjemuran.

Sebelum diperam, daun tembakau disortasi agar diperoleh daun hijau yang ukurannya

seragam. Pemeraman dilakukan dengan cara mengatur daun, yaitu didirikan di rak pemeraman.

Lamanya pemeraman tergantung dari posisi daun pada batang. Daun koseran ( daun bawah),

lama pemeraman 1-2 malam (24 – 48 jam) dengan warna daun peraman hijau-kekuningan. Daun

tengah memerlukan waktu peraman 3 – 5 malam (72-120 jam) dengan warna peraman hijau

Page 18: BUDIDAYA TEMBAKAU

kekuningan sampai kuning merata. Sedangkan daun tengah yang tebal dan daun atas

memerlukan waktu peraman 4 – 7 malam (96 – 168 jam) dengan warna daun peraman kuning

merata sampai kuning kemerahan.

Setelah daun tembakau diperam, selanjutnya dilakukan perajangan. Perajangan dimulai

pada tengah malam sampai pagi dengan tujuan hasil rajangan dapat segera dijemur pada pagi

harinya. Tebal irisan (rajangan) daun tembakau temanggung antara 1.5 mm – 2.0 mm, pisau yang

digunakan untuk merajang harus selalu tajam agar hasil rajangannya baik dan seragam. Setelah

daun tembakau dirajang, kemudian tembakau rajangan dicampur merata (digagrak) dan diratakan

di atas “widig” atau “rigen” untuk dijemur.

Penjemuran hasil rajangan harus kering dalam 2 hari, tergantung panas matahari. Pada

hari pertama rajangan di balik apabila lapisan atas sudah cukup kering, pekerjaan ini dilakukan

kira-kira pukul 10.00 – 11.00. Pada malam harinya, rajangan diembunkan untuk memperoleh

warna hitam. Pada hari kedua, penjemuran dimulai pada siang hari sampai rajangan tembakau

lemas kembali. Setelah rajangan tersebut kering, kemudian dimasukkan kedalam keranjang

bambu. Di dalam satu keranjang berisi tembakau rajangan yang sama mutunya. Selanjutnya

tembakau rajangan siap dijual ke “gudang perwakilan pabrik rokok” atau kepada “tengkulak

pengumpul”.

PASCAPANEN TEMBAKAU

SORTASI

Sortasi pendahuluan dilakukan terhadap daun hijau tembakau Burley untuk memisahkan

daun yang agak muda (immature), daun kurang tua (unripe), daun tua (ripe) dan daun yang

rusak. Sortasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan proses pengeringan, memudahkan

grading setelah pengeringan, memudahkan penentuan harga jual dan memudahkan pemasaran.

Sortir daun berdasarkan kualitas warna daun yaitu:

a) Trash (apkiran): warna daun hitam

b) Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda

c) Less slick (kurang liciin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon)

d) More grany side ( sedikit kasar ) : warna daun antara kuning-oranye.

Page 19: BUDIDAYA TEMBAKAU

PENGERINGAN (CURING)

Pengeringan setiap jenis tembakau berbeda-beda. Di sini ada beberapa carapnegeringan

tembakau dari beberapa jenis tembakau.

Pengeringan I

Dalam pengeringan dilakukan penurunan kadar air dari 80 – 90%. Selama pengeringan

terjadi proses aging yaitu pembentukan warna dan pengeringan. Pengeringan dilakukan

di dalam Los. Tembakau Burley ini termasuk ke dalam jenis pengeringan air cured.

Pengeringan dilakukan selama ± 22 hari sampai diperoleh krosok yang baik. Setelah itu

krosok diunting (diikat beberapa lembar krosok) kemudian dipak/dibal dengan bobot 1

bal 50 – 60 kg dan dibungkus dengan tikar.

Pengeringan II

Pengeringan tembakau cerutu Vorstenlanden pada prinsipnya menggunakan sistem air

curing. Tembakau dikeringkan di dalam Los dengan tinggi bangunan sekitar 12 m. Pada

bagian atap dan dinding terdapat jendela yang berfungsi untuk mengatur kelembaban

udara di dalamnya. Pada malam hari bila kelembaban udara terlalu tinggi, jendela ditutup

dan dilakukan pengomprongan (pengeringan buatan dengan bahan sekam, kayu, atau

briket batubara). Pada siang hari jendela dibuka agar kelembaban dalam ruang pengering

tersebut turun. 1 Los (bangunan pengering) terdiri dari 30 kamar yang mampu

menampung 2.100 dolok (1 dolok terdiri dari 50 lembar daun). Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan dalam Los pengering adalah sortasi, sunduk, pendolokan dan penyusunan

daun, penaikan dan pelolosan.

Setelah pengeringan dilakukan fermentasi yaitu proses biokimiawi yang melibatkan

sejumlah enzim yang terdapat dalam krosok terhadap sulfat atau senyawa protein dan

polisakarida. Dalam proses fermentasi terjadi perubahan-perubahan seperti penurunan

berat 6-18 %, pembebasan tanah, penyerapan udara, pembebasan CO2, Pembebasan NH3

dan penurunan kadar air 14 – 20 %. Fermentasi juga menyebabkan terbentuknya aroma,

warna krosok menjadi lebih gelap dan merata serta teksturnya lebih halus. Setelah

fermentasi krosok kemudian disusun dalam tumpukan atau stapel berukuran 4 m x 5 m

dengan berat 2 -2,5 ton. Stapel kemudian ditutup rapat sampai suhunya mencapai 42 –

430C. Selanjutnya krosok dipak dalam satu bal dengan berat 80 kg dengan ukuran

Page 20: BUDIDAYA TEMBAKAU

panjang 100 cm lebar 70 cm dan tinggi 22 cm. Untuk penyimpanan di gudang dilakukan

fumigasi untuk mencegah serangan serangga gudang dengan insektisida Phostoxin

dengan dosis 0,75 tablet/m3 setiap 40 hari sekali.

Pada umunya Tembakau dijual dalam wujud kering oven atau pengomprongan (Curing).

Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun tembakau basah yang

dipanen dalam keadaan hidup. Selama ini di beberapa petani ada yang berpendapat bahwa curing

adalah proses pengeringan tembakau saja. Tidak menyadari bahwa sel-sel di dalam daun tersebut

masih tetap hidup setelah dipanen.

Tujuan Curing adalah :

- Melepaskan air daun tembakau hidup dari kadar air 80 -90 % menjadi 10 -15 %.

- Perubahan warna dari Zat hijau daun menjadi WarDa orange dengan aroma sesuai dengan

standar tembakau yang diproses.

Ciri-ciri daun yang sudah masak adalah :

- Wama daun sudah mulai hijau kekuningan dengan sebagian ujung dan tepi daun berwama coklat.

- Wama tangkai daun hijau kuning, keputih-putihan.

- Posisi daun/tulang daun mendatar

- Kadang-kadang pada lembaran daun ada bintik-bintik coklat, sebagai lambang ketuaan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

Pada saat curing, yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas daun di dalam oven. Sebagai

contoh untuk oven ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan 1,8 ha, sedangkan 5 x 5 x 7 rak

Page 21: BUDIDAYA TEMBAKAU

maksimum 2,8 ha. Juga cuaca waktu proses, kalau musim hujan harus lebih longgar daripada

waktu musim kering.

Tahapan Curing

Sebelum memulai curing harus dipastikan bahwa seluruh gelantang sudah tersedia dan bebas

palstik, kompor sudah dicek kondisinya dengan melakukan test nyala api sebelurnnya, seluruh

dinding oven tidak ada yang berlubang, pintu bisa menutup rapat, pipa-pipa tidak ada yang rusak

clan berlubang.

Ada 4 tahapan curing, yaitu :

1. Penguningan

Proses biologis daun ini merupakan proses perubahan warna dari hijau ke warna kuning,

karena hilangnya zat hijau daun / klorophyil ke zat kuning daun dan terjadi penguraian

zat tepung menjadi gula. Perubahan ini bisa terjadi pada suhu 32 s/d 42 derajat celcius.

Proses ini harus dilakukan secara perlahan-lahan waktu yang diperlukan tergantung posisi

daun. Umumnya berlangsung selama 55 s/d 58 jam. Pada saat ini awalnya semua

ventilasi ditutup, baik atas maupun bawah. Tetapi apabila seluruh daun sudah berwama

kuning orange ventilasi atas dibuka 1/4 , proses ini sangat menentukan terhadap hasil

curing.

2. Pengikatan Wama

Apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange baik lembar daun maupun tulang

daun, maka secara pertiahan-lahan suhu dinaikkan. Pada saat proses ini terjadi, maka

apabila daun masih berwama hijau, maka daun tetap akan berwama hijau, sebaliknya

apabila sudah berwama kuning orange maka hasil curing akan kuning orange. Karena

pada suhu 43-52 °C ini terjadi pengikatan warna. Sehingga apabila warna daun pada

proses PENGUNINGAN belum sempuna, maka jangan terburu-buru menaikkan

temperatur lebih dari 42 °C. Pada tahapan ini ventilasi dibuka secara bertahap, sedikit

Page 22: BUDIDAYA TEMBAKAU

demi sedikit sampai akhirnya dibuka seluruhnya. Waktu yang diperlukan kalau berjalan

sempuma umumnya sekitar 18-19 jam.

3. Pengeringan Lembar Daun

Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam lembar daun dengan cara

menaikkan suhu 53-62 °C. Pada saat ini seluruh ventilasi dibuka, karena air yang keluar

dari sel-sel daun akan menjadi uap air, yang harus dibuang keluar oven agar tidak

kembali ke daun. Ciri-ciri proses ini, daun sudah terasa kering apabila dipegang, tapi

tulang daun masih terasa basah daun terlihat keriput atau keriting waktu yang dibutuhkan

lebih kurang 30-32 jam.

4. Pengeringan Gagang

Pengeringan gagang dilakukan pada suhu 63-72 °C. Pada saat ini air yang bisa dilapas

didalam batang daun akan dikeluarkan proses awal tahap ini ventilasi mulai ditutup

secara perlahan dan bertahap, untuk menjaga kelembaban udara tetap berkisar pada 32 %.

Ciri-ciri tahapan ini bisa selesai apabila seluruh tulang daun sudah kering, dan bila

ditekuk batangnya akan patah dan berbunyi krek. Ini menandakan bahwa tahap ini

berjalan baik 5-8 jam sebelum proses berakhir, seluruh ventilasi harus ditutup agar

kelembaban udara tetap terjaga. Proses ini memerlukan waktu normalnya 30-32 jam

jangan pernah menaikkan suhu oven diatas 72 C, karena tembakau akan terbakar.

Demikian tahapan curing yang terjadi. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati clan

penuh pengawasan karena tembakau yang sudah sangat baik pertumbuhannya dilapangan, akan

sia-sia hasilnya apabila proses curing ini tidak berjalan lancar. Oleh karena itu untuk semua oven

yang aktif harus memiliki termometer untuk memastikan apakah setiap tahapan tersebut sudah

berjalan baik atau belum. Dan juga setiap oven harus memiliki table pedoman prosedur curing

tembakau virginia serta menggunakan alat Hygrocurometer untuk mengukur suhu dan

kelembaban udaranya.