buku laporan sistem informasi profil daerah semester i tahun 2010 (1)
TRANSCRIPT
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 1
BAB I
UMUM
A. Geografi
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah Provinsi Jawa
Tengah terletak diantara 10839’17”-109 27’15” Bujur Timur dan 715’05”-
737’10” Lintang Selatan.
Kabupaten Banyumas terdiri dari 27 Kecamatan dan berbatasan dengan
wilayah beberapa kabupaten, yaitu:
- Sebelah Utara dengan Kabupaten Brebes
dan Kabupaten Pemalang
- Sebelah Timur dengan Kabupaten
Purbalingga, Banjarnegara dan Kabupaten
Kebumen
- Sebelah Selatan dengan Kabupaten
Cilacap
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Cilacap
dan Kabupaten Brebes.
Jarak Kabupaten Banyumas dengan kota-kota yang ada disekitarnya
sebagai berikut :
- Ke Tegal = 114 Km
- Pemalang = 144 Km
- Ke Brebes = 127 Km
- Ke Purbalingga = 20 Km
- Ke Banjarnegara = 65 Km
- Ke Kebumen = 85 Km
- Ke Cilacap = 53 Km
- Ke Semarang = 211 Km
Wilayah Banyumas seluas 132.759 Ha sekitar 4,08 % dari luas wilayah
Provinsi Jawa Tengah (3.254 juta Ha). Dari wilayah seluas 132.759 Ha, yang
merupakan lahan sawah sekitar 32.219 Ha atau sekitar 24,27 % dari wilayah
Kabupaten Banyumas dan sekitar 10.650 Ha sawah dengan pengairan teknis.
Sedangkan yang 75,73 % atau sekitar 100.640 Ha adalah lahan bukan sawah dengan
16.667 Ha atau 18,72 % merupakan tanah untuk bangunan dan pekarangan/halaman.
Gambar 1.1. Wilayah Eks Karesidenan Banyumas
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 2
Sebagai gambaran proporsi pola tata guna lahan Kabupaten Banyumas dapat
dilihat pada tabel 1.1. berikut :
Tabel 1.1.
Luas Wilayah Kabupaten Banyumas Menurut
Penggunaan Lahan Tahun 2009
Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1. Lahan Sawah
a. Pengairan Teknis
b. Pengairan Setengah Teknis
c. Pengairan Sederhana PU
d. Pengairan Non PU
e. Tadah Hujan
f. Pasang Surut
g. Tanah Sawah Lebak, Polder dll.
h. Tanah Sawah yang sementara tidak diusahakan
2. Lahan Pertanian Bukan Sawah
a. Tegal/kebun
b. Ladang/huma
c. Perkebunan
d. Ditanami pohon/hutan rakyat
e. Tambak
f. Kolam/Tebat/Empang
g. Padang Pengembalaan/rumput
h. Sementara tidak diusahakan
i. Lainnya (pekarangan yang ditanami pertanian, dll)
3. Lahan Bukan Pertanian
a. Rumah, Bangunan dan halaman sekitarnya
b. Hutan negara
c. Rawa-rawa (tidak ditanami)
d. Lainnya (jalan, sungai, danau lahan tandus, dll.)
32.219
10.650
4.827
5.933
4.761
6.048
-
-
-
53.293
27.408
61
11.132
9.579
7
404
35
8
4.659
47.247
16.667
26.327
2
4.251
Jumlah / Total 132.759
Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.
Secara administratif wilayah seluas 132.759 Ha tersebut, terdiri dari 27
kecamatan yang terbagi lagi menjadi beberapa desa/kelurahan sejumlah 301 desa dan
30 kelurahan. Dari 27 Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas, kecamatan
Cilongok merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu sekitar
10.533 Ha. Sedangkan Kecamatan Purwokerto Barat merupakan Kecamatan yang
mempunyai wilayah paling sempit yaitu sekitar 740 Ha. Adapun luas wilayah
masing-masing kecamatan di Kabupaten Banyumas dapat dilihat dalam tabel 1.2.
berikut ini :
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 3
Tabel 1.2.
Luas Wilayah Masing-Masing Kecamatan Di Kabupaten Banyumas
No. Kecamatan Luas (Ha) Desa Kelurahan
1. Lumbir 10.266 10 -
2. Wangon 6.078 12 -
3. Jatilawang 4.816 11 -
4. Rawalo 4.964 9 -
5. Kebasen 5.399 12 -
6. Kemranjen 6.071 15 -
7. Sumpiuh 6.001 11 3
8. Tambak 5.203 12 -
9.
10.
Somagede
Kalibagor
4.011
3.573
9
12
-
-
11. Banyumas 3.809 12 -
12. Patikraja 4.323 13 -
13. Purwojati 3.786 10 -
14. Ajibarang 6.653 15 -
15. Gumelar 9.395 10 -
16. Pekuncen 9.270 16 -
17. Cilongok 10.534 20 -
18. Karanglewas 3.248 13 -
19. Kedungbanteng 6.022 14 -
20. Batrraden 4.553 12 -
21. Sumbang 5.342 19 -
22. Kembaran 2.592 16 -
23. Sokaraja 2.992 18 -
24. Purwokerto Selatan 1.375 - 7
25. Purwokerto Barat 740 - 7
26. Purwokerto Timur 842 - 6
27. Purwokerto Utara 901 - 7
Jumlah 132.759 301 30
Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.
Wilayah Kabupaten Banyumas lebih dari 45 % merupakan daerah dataran
yang tersebar di bagian Tengah dan Selatan serta membujur dari Barat ke Timur.
Ketinggian wilayah di Kabupaten Banyumas sebagian besar berada pada kisaran
25 – 100 M dpl yaitu seluas 40.385,3 Ha. Berdasarkan kemiringan wilayah,
Kabupaten Banyumas mempunyai kemiringan yang terbagi dalam 4 (empat) kategori
yaitu :
1. Kemiringan 0 - 2 meliputi areal seluas 43.876,9 Ha atau 33,05 % yaitu wilayah
bagian Tengah dan Selatan.
2. Kemiringan 2 - 15 meliputi areal seluas 21.294,5 Ha atau 16,04 % yaitu sekitar
Gunung Slamet.
3. Kemiringan 15 - 40 meliputi areal seluas 35.141,3 Ha atau seluas 26,47 % yaitu
daerah lereng Gunung Slamet.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 4
4. Kemiringan lebih dari 40 meliputi areal seluas 32.446,3 Ha atau seluas 32.446,3
Ha atau seluas 24,44 % yaitu daerah lereng Gunung Slamet.
Iklim di wilayah Kabupaten Banyumas mempunyai iklim tropis basah
dengan rata-rata suhu udara rata-rata 26,30
C. Suhu minimum sekitar 24,40
C dan
suhu maksimum sekitar 30,90
C. Selama tahun 2009 di Kabupaten Banyumas terjadi
hujan rata-rata pertahun sebanyak 89 hari dengan curah hujan rata-rata 2.725 mmmm
pertahun. Kecamatan yang paling sering terjadi hujan di Kabupaten Banyumas
adalah Kecamatan Baturraden dengan 151 hari hujan dan curah hujan pertahun
mencapai 3.195 mmmm selama tahun 2009. Sedangkan Kecamatan yang paling
sedikit terjadi hujan adalah Kecamatan Wangon dengan 9 hari hujan dan curah hujan
mencapai 228 mm. (Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009).
B. Pemerintahan
1. Administrasi Pemerintahan
Sejak Tahun 1860 hingga saat ini Banyumas telah diperintah oleh 12
orang bupati, yang mana beberapa diantaranya menjabat beberapa periode lebih
dari lima tahun, seperti KP Martadireja (Bupati Purwokerto), KPAA Ganda
Soebrata (Bupati Banyumas), lalu R.
Tumenggung Soedjiman Ganda
Soebrata, R. Soebagio, Soekarno Agung,
R. Muchamad Kaboel, R. Soebagio, R.G
Roedjito, H. Djoko Sudantoko S.Sos,
H.H. Aris Setiono, SH.,SIP dan Drs. H.
Mardjoko, MM.
Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari Bupati dibantu oleh seorang
Wakil Bupati, adapun struktur organisasi secara berjenjang adalah Sekretaris
Daerah dengan dibantu oleh 2 orang Asisten (Asisten Ekonomi, Pembangunan
dan Kesejahteraan Rakyat dan Asisten Pemerintahan dan Administrasi)
dan 8 bagian yaitu Bagian Perekonomian, Bagian Humas dan Protokol, Bagian
Umum, Bagian Pemerintahan, Bagian Hukum, Bagian Organisasi, bagian
Kesra dan Bagian Pembangunan. Untuk Sekretariat DPRD Kabupaten
Banyumas dengan 3 bagian. Sedangkan lembaga teknis daerah terdiri dari Badan
berjumlah 7 buah, Dinas berjumlah 13 buah, Kantor berjumlah 2 buah, RSU
Daerah berjumlah 2 buah, Inspektorat 1 buah, Satpol PP 1 buah dan UPT
sebanyak 193 buah (sumber : Bagian Organisasi Setda Kab. Banyumas).
Pemkab Banyumas
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 5
Pemerintahan di wilayah Kabupaten Banyumas dibagi dalam 27
kecamatan, yang terdiri dari 301 desa dan 30 kelurahan (27 kelurahan terletak di
Eks Kotip Purwokerto dan 3 kelurahan berada di Kecamatan Sumpiuh). Jumlah
desa terbanyak di Kecamatan Cilongok dengan 20 desa, diikuti Kecamatan
Sumbang dan Sokaraja masing-masing 19 desa dan 18 desa.
2. Aparatur Negara Administrasi Kepegawaian
Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kabupaten Banyumas
berdasarkan laporan dari Badan Kepegaaian Daerah Kabupaten Banyumas, pada
tahun 2008 sebanyak 16.053 orang, tahun 2009 sebanyak 16.880 orang atau
terjadi kenaikan jumlah pegawai pada tahun 2009 sebanyak 827 orang atau 5,15
persen dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah PNS yang ada sebanyak
17.377 orang, dimana terjadi kenaikan jumlah PNS jika dibandingan tahun 2009
sebanyak 497 orang atau 2,94 persen, adapun rincian PNS berdasarkan golongan
sampai dengan bulan Juni 2010 terdiri dari :
- Golongan I sebanyak 895 orang
- Golongan II sebanyak 4.025 orang
- Golongan III sebanyak 6.710 orang
- Golongan IV sebanyak 5.747 orang
Sedangkan untuk Pejabat Struktural Pemerintah Kabupaten Banyumas
yang menduduki eselon sampai dengan bulan Juni 2010 sebanyak 952 orang,
dengan rincian sebagai berikut :
- Eselon II sebanyak 28 orang
- Eselon III sebanyak 177 orang
- Eselon IV sebanyak 747 orang
- Eselon V sebanyak - orang
Jumlah pejabat fungsional di Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan
dari Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Banyumas pada tahun 2008 sebanyak
10.598 orang, tahun 2009 sebanyak 10.892 orang dan sampai dengan bulan Juni
2010 sebanyak 10.333 orang, yang terdiri dari 1.129 orang pejabat fungsional
khusus dan 9.204 orang Guru. Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten
Banyumas yang pensiun pada tahun 2008 sebanyak 624 orang, tahun 2009
sebanyak 595 orang atau mengalami penurunan pada tahun 2009 sebanyak 29
orang (4,65 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 PNS yang pensiun
sebanyak 286 orang, atau terjadi penurunan kembali jumlah PNS yang pensiun
pada tahun 2010 sebanyak 309 orang (51,93 persen).
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 6
BAB II
SOSIAL BUDAYA
A. Demografi
Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas, jumlah
penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyumas Tahun 2005 - 2008
sebagai berikut :
Tabel 2.1.
Penduduk Kabupaten Banyumas Tahun 2005 - 2008
JENIS KELAMIN Tahun
2005 2006 2007 2008
Laki-laki 771,075 775,056 785.007 790.680
Perempuan 774,224 777,196 786.607 791.939
Total 1.545.299 1.552.252 1.571.614 1.582.619
Laju Pertumbuhan
Penduduk
7.014
(0,46%)
6,953
(0,45%)
19.362
(1,25%)
11.005
(0,70 %)
Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.
Penduduk Kabupaten Banyumas pada akhir tahun 2008 tercatat sebanyak
1.582.619 jiwa atau naik sebesar 11.005 jiwa. Dengan rata-rata laju pertumbuhan
penduduknya per tahun (2007-2008) sebesar 0,70 persen, yang berarti mengalami
penurunan pertumbuhan sebesar 0,55 persen dari kurun waktu sebelumnya
(2006-2007). Laju pertumbuhan menurut kecamatan terlihat cukup bervariasi,
tertinggi ada pada Kecamatan Karanglewas sebesar 1,72 persen dan yang terendah
pada Kecamatan Pekuncen sebesar 0,17 persen.
Untuk rasio jenis kelamin pada akhir tahun 2008 sebesar 99,984 yang berarti
dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 99 penduduk laki-laki. Jumlah
rumah tangga pada akhir tahun 2008 sebesar 447.413 atau naik sebesar 10.228
rumahtangga (2,28 persen) dari tahun sebe;umnya. Rata-rata jiwa per rumah tangga
sekitar 3-4 jiwa. Dengan yang terendah pada Kecamatan Banyumas dan yang
tertinggi pada Kecamatan Purwokerto Timur.
Luas wilayah Kabupaten Banyumas pada akhir tahun 2008 sebesar
1.327,59 km2 sehingga kepadatan penduduknya sebesar 1.192 jiwa/km
2 dan yang
terendah di Kecamatan Lumbir sebesar 475 jiwa/km2.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 7
B. Kesehatan
Mengingat derajat kesehatan masyarakat merupakan suatu modal penting
didalam membangun masyarakat kabupaten Banyumas yang berkualitas, untuk itu
sarana dan prasarana kesehatan merupakan salah satu hal yang menjadi fokus
perhatian Pemerintah Kabupaten Banyumas. Adapun fasilitas kesehatan yang ada
dan tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni
2010, sebagai berikut :
Tabel. 2.2.
JUMLAH FASILITAS KESEHATAN
No. FASILITAS JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
RSUD
RSU Swasta
Puskesmas
Puskesmas Keliling
Puskesmas Pembantu
Rumas Sakit Khusus
Klinik tempat praktek dokter
Posyandu
Polindes / PKD
4
18
39
39
39
10
530
2.352
121
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Banyumas Th. 2010.
Sarana kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam membangun
masyarakat Kabupaten Banyumas yang sehat.
Untuk itu sarana kesehatan sebagai tempat
pelayanan kepada masyarakat senantiasa
menjadi perhatian pemerintah Kabupaten
Banyumas. Jumlah sarana kesehatan yang ada
saat ini dan terdata di Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas meliputi Rumah Sakit Umum Daerah sebanyak 4 buah dengan
rincian Tipe B sebanyak 2 buah, Tipe C sebanyak 1 buah, Tipe D sebanyak 1 buah
dan rumah sakit khusus sebanyak 10 buah,
Sedangkan untuk Rumah Sakit Umum Swasta
sebanyak 18 buah dengan rincian Tipe C
sebanyak 10 buah Tipe D sebanyak 8 buah.
Sedangkan untuk fasilitas kesehatan lainnya
antara lain berupa Puskesmas yang ada dan
tersebar di 27 kecamatan ada sebanyak 39 buah, Puskesmas pembantu 39 buah dan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 8
Puskesmas keliling sebanyak 39 buah. Untuk Posyandu ada sebanyak 2.352 buah,
Polindes/PKD sebanyak 121 buah dan Klinik tempat praktek dokter sebanyak 530
buah. Rumah sakit yang ada saat ini sebagian besar berada di Kota Purwokerto
terutama Rumah Sakit Swasta sedangkan rumah Sakit Umum Daerah terletak di
Kecamatan Banyumas dan Kecamatan Ajibarang.
Kabupaten Banyumas dalam usahanya mendukung tercapainya Indonesia
Sehat 2010 senantiasa berusaha untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakatnya. Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain dengan tersedianya jumlah
tenaga kesehatan yang memadai. Adapun rasio tenaga kesehatan di Kabupaten
Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 menurut jenis profesinya sebagai berikut :
Tabel 2.3.
Rasio Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Banyumas Tahun 2010
No. Jenis Tenaga Jumlah
Rasio per
100.000
penduduk
Target IIS per
100.000
penduduk
1. Dokter Umum 103 6,51 40
2. Dokter Spesialis 86 5,43 6
3. Dokter Gigi 32 2,02 11
4. Farmasi 113 7,14 10
5. Bidan 479 30,27 100
6. Perawat 1.195 75,51 117,5
7. Ahli Gizi 56 3,54 22
8. Sanitasi 73 4,61 40
9. Kesehatan Masyarakat 61 3,85 40
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. BanyumasTahun 2010.
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rasio tenaga kesehatan yang ada masih
dibawah target IIS 2010. Dengan demikian masih dibutuhkan tenaga kesehatan
dalam jumlah yang cukup banyak agar pelayanan kesehatan di Kabupaten Banyumas
dapat meningkat secara kuantitas maupun kualitasnya.
Adapun rincian untuk data tenaga kesehatan berdasarkan laporan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas sampai
dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut dokter
umum 103 orang, dokter spesialis 86 orang,
dokter gigi 32 orang, perawat 1.195 orang,
bidan 479 orang, ahli kesehatan masyarakat 61
orang, apoteker 113 orang, ahli gizi 56 orang,
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 9
analis laboratorium 66 orang, ahli rontgen 41 orang, ahli penyehatan lingkungan 73
orang, dukun bayi 613 orang dan bidan desa 345 orang. Secara umum sarana
kesehatan yang ada belum merata di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas. Untuk
itu Pemerintah Kabupaten Banyumas membentuk Poliklinik Desa untuk melayani
masyarakat pedesaan yang jauh dari RSU atau Puskesmas.
Informasi berkaitan dengan kesehatan juga dapat diketahui dengan melihat
rasio dokter per 100.000 penduduk seperti yang terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.4.
Rasio Dokter Per 100.000 Penduduk Tahun 2006 – 2010
No. Tahun Jumlah Rasio Dokter Per
100.000 Penduduk
1. 2006 315 20,29
2. 2007 332 21,13
3. 2008 332 20,98
4. 2009 375 23,69
5. 2010 221 13,96
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Banyumas Tahun 2008.
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa rasio dokter per 100.000 penduduk
selama lima tahun dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 cenderung
mengalami fluktuasi naik turun, fluktuasi rasio naik turun dokter ini sebaiknya
mendapat perhatian dari pemerintah, agar kesehatan masyarakat tetap dapat terus
ditingkatkan.
Jumlah tenaga medis yang ada saat ini baik dari segi kuantitas maupun kualitas
masih sangat dirasakan kurang. Mengingat sebagian besar tenaga medis yang ada
terpusat dikota Purwokerto, sehingga apabila ada pasien yang sangat membutuhkan
perawatan medis dari dokter ahli atau spesialis dirujuk ke rumah sakit seperti RSU
Margono Sokardjo, RSU Banyumas atau rumah sakit swasta yang ada di kota
Purwokerto. Sedangkan untuk pelayanan di desa-desa Pemerintah Kabupaten
Banyumas memberikan layanan kesehatan melalui Puskesmas keliling.
Untuk menunjang sarana kesehatan lainnya maka keberadaan Apotik dan Toko
Obat sangat dibutuhkan oleh masyarakat Banyumas, data yang tercatat di Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Apotik ada
sebanyak 104 buah dan Toko Obat sebanyak 24 buah.
Jumlah temuan kasus balita kurang gizi, berdasarkan laporan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 10
dengan tahun 2009, pada tahun 2006 ada sebanyak 5.582 anak balita kurang gizi,
tahun 2007 sebanyak 2.431 anak turun sebanyak 3.151 anak (56 persen), tahun 2008
ada sebanyak 1.292 anak jika dibandingkan tahun 2007 maka mengalami penurunan
kembali sebanyak 1.139 anak (47 persen) dan pada tahun 2009 ditemukan kasus
balita kurang gizi ada sebanyak 1.114 anak turun menjadi 178 anak (14 persen)
sedangkan pada bulan Juni 2010 terjadi kenaikan jumlah balita kurang gizi yaitu ada
sebanyak 1.937 anak maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi kenaikan kasus
balita kurang gizi ada sebanyak 823 anak (74 persen).
Penduduk yang meninggal dunia pada tahun 2009 menurut wabah muntaber
ada sebanyak 7 orang, menurut wabah demam berdarah pada tahun 2007 ada
sebanyak 2 orang, tahun 2008 ada sebanyak 5
orang dan pada tahun 2009 ada sebanyak 6 orang.
Sedangkan menurut campak pada tahun 2008 ada
sebanyak 1 orang. Jumlah penduduk yang
meninggal dunia menurut wabah malaria tahun
2009 ada sebanyak 2 orang dan sampai dengan
bulan Juni 2010 ada sebanyak 3 orang. Sedangkan
jumlah penduduk yang meninggal dunia menurut wabah lainnya berupa keracunan
makanan pada tahun 2007 hanya ada 1 orang.
Rata-rata jumlah penduduk yang sakit di Kabupaten Banyumas pada tahun
2006 sampai dengan bulan Juni 2010, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas mengalami fluktuasi naik turun, pada tahun 2006 ada
sebanyak 1.054.776 orang, tahun 2007 ada sebanyak 688.034 orang atau mengalami
penurunan jumlah penduduk yang sakit sebanyak 366.742 orang (35 persen), pada
tahun 2008 ada sebanyak 728.352 orang dan jika dibandingkan tahun 2007 ada
peningkatan kembali jumlah penduduk yang sakit sebanyak 40.318 orang (6 persen),
pada tahun 2009 jumlah penduduk yang sakit ada sebanyak 7.49.118 orang maka jika
dibandingkat pada tahun 2008 atau mengalami penurunan kembali sebanyak 20.766
orang (3 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah penduduk yang sakit
ada sebanyak 338.111 orang maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi
penurunan kembali jumlah penduduk yang sakit sebanyak 411.007 orang
(55 persen).
Memperhatikan kondisi tersebut maka upaya pelayanan kesehatan tidak hanya
difokuskan pada tindakan kuratif saja, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah
tindakan preventif, dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat
dalam menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 11
C. Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Pemuda dan Olah Raga
Fasilitas Pendidikan di wilayah Kabupaten Banyumas sebagian besar masih
didominasi oleh fasilitas pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dasar 9
tahun yaitu fasilitas SD dan SLTP yang merata di setiap wilayah Kecamatan yang
ada di Kabupaten Banyumas, sedangkan fasilitas pendidikan untuk jenjeng yang
lebih tinggi, seperti SLTA dan Perguruan Tinggi lebih terkonsentrasi di wilayah
pusat Kabupaten khususnya untuk Perguruan Tinggi dan beberapa pusat Kecamatan
dengan tingkat perkembangan yang lebih tinggi untuk fasilitas SLTA, Sarana dan
prasarana pendidikan merupakan suatu hal sangat penting didalam meningkatkan
mutu pendidikan. Untuk itu sarana dan prasarana pendidikan senantiasa menjadi
perhatian agar mutu pendidikan di Indonesia meningkat. Untuk itu Kabupaten
Banyumas setiap tahun mengalokasikan anggaran untuk perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan. Data jumlah sekolah di Kabupaten Banyumas dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel. 2.5.
JUMLAH SEKOLAH SD, SLTP, SMA
No. Kecamatan Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah
SD MI JML SMP MTs JML SMA SMK MA JML
1. Lumbir 35 1 36 4 1 5 - - - - 2. Wangon 45 4 49 6 2 8 1 2 - 3 3. Jatilawang 36 6 42 5 1 6 2 2 1 5 4. Rawalo 24 10 34 4 3 7 1 4 1 6 5. Kebasen 30 7 37 5 1 6 - 1 1 2 6. Kemranjen 34 18 52 9 6 15 2 3 2 7 7. Sumpiuh 30 10 40 5 2 7 2 5 1 8 8. Tambak 28 12 40 6 4 10 2 - - 2 9. Somagede 23 2 25 4 - 4 - 1 - 1 10. Kalibagor 23 1 24 5 1 6 - 2 - 2 11. Banyumas 33 1 34 5 1 6 1 4 1 6 12. Patikraja 28 9 37 4 2 6 1 - - 1 13. Purwojati 20 3 23 4 1 5 - - - - 14. Ajibarang 33 11 44 8 1 9 2 3 - 5 15. Gumelar 32 4 36 5 1 6 1 - - 1 16. Pekuncen 36 12 48 6 1 7 - 1 1 2 17. Cilongok 44 19 63 6 2 8 - 1 1 2 18. Karanglewas 26 12 38 5 1 6 1 - - 1 19. Sokaraja 30 3 33 5 1 5 5 1 - 6 20. Kembaran 29 6 35 4 1 5 - 1 - 1 21. Sumbang 38 3 41 6 2 6 - - - - 22. Baturaden 28 1 29 3 1 4 1 - - 1 23. Kedungbanteng 31 5 36 6 2 8 1 1 - 2 24. Pwt. Selatan 27 4 31 9 - 9 1 12 - 13 25. Pwt. Barat 24 5 29 3 2 5 - 2 - 2 26. Pwt. Timur 36 2 38 10 2 12 8 10 3 21 27. Pwt. Utara 23 - 23 2 1 3 1 - - -
TOTAL 826 171 997 144 43 187 33 57 13 100
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Banyumas Thn 2010.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 12
Sedangkan jumlah perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Banyumas
berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas sampai dengan
bulan Juni 2010 berjumlah 20 buah mulai tingkat diploma I, II, III dan IV sampai
dengan S-1 dan S-2 baik negeri maupun swasta. Untuk Perguruan tinggi negeri
sebanyak 3 buah yaitu UNSOED, STAIN, POLTEKES. Sedangkan perguruan tinggi
swasta ada sebanyak 17 buah yaitu UMP, UNWIKU, AKPER YAPERMAS, AKBID
YLPP, STIE Purwokerto, Akademi Pertanian HKTI.
Jumlah sarana pendidikan sampai dengan bulan Juni 2010 yang ada dan
tersebar di 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas mulai dari tingkat TK
ada sebanyak 688 buah, SD 826 buah, MI 171
buah, SLTP 144 buah, MTs 43 buah, SLTA
33 buah, SMK 57 buah dan MA 13 buah.
Rasio Guru/Siswa untuk tingkat TK yaitu 0,09
persen, Untuk SD/MI prasarana sekolah
penyebaranya sudah merata sampai ke tingkat
desa, rasio Guru/Siswa untuk SD/MI yaitu 0,15
%. Begitu pula untuk tingkat SLTP penyebarannya juga sudah cukup merata
meskipun belum menjangkau seluruh desa namun di setiap kecamatan sudah tersedia
SLTP rasio Guru/Siswa untuk tingkat SLTP yaitu 0,09 %, dan untuk
SMA/SMK/MA rasio Guru/Siswamencapai 0,21 %. Untuk tingkat SLTA
penyebarannya belum merata di semua wilayah, ada beberapa kecamatan yang
belum memiliki SLTA yaitu Kecamatan Lumbir, Kec. Kebasen, Kec. Somagede,
Kec. Kalibagor, Kec. Purwojati, Kec. Pekuncen, Kec. Cilongok, Kec. Sumbang,
Kec. Kembaran dan Kec. Purwokerto Barat.
Sampai dengan bulan Juni 2010 berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan
Kabupaten Banyumas, jumlah guru yang mengajar di Taman Kanak-Kanak (TK)
sebanyak 2.288 orang dengan jumlah siswa sebanyak 25.012 orang adapun jumlah
kelas yang tersedia sebanyak 885 unit,
jumlah guru Sekolah Dasar (SD) sebanyak
7.532 orang dengan jumlah siswa sebanyak
153.964 orang adapun jumlah kelas yang
tersedia sebanyak 5.605 unit, jumlah guru
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
sebanyak 3.236 orang dengan jumlah siswa sebanyak 62.482 orang untuk kelas yang
tersedia sebanyak 1.749 unit, jumlah guru Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
sebanyak1.153 orang dengan jumlah siswa 15.281 orang adapun jumlah kelas yang
tersedia sebanyak 444 unit dan jumlah guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 13
sebanyak 1.803 orang dengan jumlah siswa sebanyak 29.651 orang untuk jumlah
kelas yang tersdia sebanyak 932 unit. Sedangkan jumlah guru Madrasah Ibtidaiyah
(MI) sebanyak 1.694 orang dengan jumlah siswa sebanyak 22.819 orang, jumlah
guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 916 orang dengan jumlah siswa
sebanyak 11.768 orang, jumlah guru Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 340 orang
dengan jumlah siswa sebanyak 2.087 orang.
Bahasa lokal yang ada di Banyumas yaitu bahasa Banyumasan, adapun jumlah
situs bersejarah yang tercatat di Dinporabudpar Kabupaten Banyumas sebanyak 42
buah, sedangkan untuk jumlah sanggar kesenian yang ada saat ini sebanyak 1.450
buah dan jumlah tokoh pemangku ada sebanyak 10 tokoh.
Jumlah organisasi pemuda berdasarklan laporan dari Dinporabudpar
Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 tercatat sebanyak 349 buah,
jumlah organisasi karang taruna ada sebanyak 331 buah, jumlah organisasi olah raga
sebanyak 34 buah, sedangkan untuk sarana olahraga yang ada saat ini yaitu 3 buah
standar internasional dan 9 buah standar nasional.
Sedangkan untuk sarana prasarana olah raga yang ada dan tersedia di beberapa
lokasi di Kabupaten Banyumas, antara lain berupa :
1. Lapangan sepak bola sebanyak 333 tempat.
2. Lapangan bulutangkis sebanyak 331 tempat.
3. Kolam renang sebanyak 6 tempat.
4. Lapangan futsal sebanyak 10 tempat.
5. Lapangan panjat tebing sebanyak 1 tempat.
6. Lapangan basket sebanyak 30 tempat.
7. Lapangan bola volly sebanyak 331 tempat.
D. Kesejahteraan Sosial.
Untuk menghitung tingkat kesejahteraan, Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) melakukan program yang disebut sebagai Pendataan
Keluarga setiap setahun sekali yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data
dasar kependudukan dan keluarga dalam rangka program pembangunan dan
pengentasan kemiskinan. Data kemiskinan dilakukan lewat pentahapan keluarga
sejahtera yang dibagi menjadi lima tahap, yaitu: Keluarga Pra Sejahtera (sangat
miskin), Keluarga Sejahtera I (miskin), Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III,
Keluarga Sejahtera III plus. Sekitar 56% keluarga di Indonesia masih berada dalam
tingkat Pra Sejahtera dan Sejahtera I. Mereka belum tergolong miskin, tetapi baru
bisa memenuhi kebutuhan fisik minimal. Pada kondisi tersebut, mereka mudah sekali
jatuh menjadi miskin.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 14
Dalam Program Pembangunan Keluarga Sejahtera BKKBN, Keluarga Pra
Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I lebih tepat disebut sebagai Keluarga Tertinggal,
karena yang disebut sebagai Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah
berdasarkan agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan makan minimal dua
kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian,
memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari tanah, dan belum mampu untuk
berobat disarana kesehatan modern. Keluarga Sejahtera I adalah keluarga yang
kondisi ekonominya baru bisa memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi
belum mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya. Tabel berikut
memberikan gambaran kondisi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Banyumas
menurut tahapan keluarga sejahtera :
Tabel 2.6.
Penduduk Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera Tahun 2006 - 2008
Tahap Keluarga
Sejahtera
Tahun
2006 2007 2008
Pra Sejahtera 109.433 117.424 117.308
Sejahtera I 88.556 85.819 84.741
Sejahtera II 132.092 127.092 130.288
Sejahtera III 65.704 84.020 86.190
Sejahtera III + 24.363 24.746 28.487
Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.
Pada hakekatnya indikator pendataan Keluarga Sejahtera menggunakan
perumusan konsep "Keluarga Sejahtera" yang lebih luas daripada sekedar definisi
kemakmuran atau kebahagiaan. Undang-Undang No. 10 tahun 1992 menyebutkan
bahwa Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota, serta antara keluarga dengan masyarakat dan
lingkungannya.
Kriteria yang ditetapkan BPS (Badan Pusat Statistik) tentang garis kemiskinan
ialah kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan makan 2.100 kalori perhari
perkapita. Mendasarkan pada kesepakatan antar Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah tentang data kemiskinan, disebutkan bahwa angka kemiskinan merujuk pada
data yang dikeluarkan oleh BPS. Terkait dengan hal tersebut diatas.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 15
Tabel 2.7.
Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Banyumas Tahun 2004-2008
Tahun Jumlah Penduduk
Miskin (KK)
Perubahan
(KK)
Persentase
Perubahan (%)
2006 173.386 -128 -0,07
2007 172.581 -805 -0,46
2008 150.647 -21.934 -12,71
2009 141.171 -9.476 -6,29
Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Banyumas menunjukkan kondisi yang
berfluktuasi. Data tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 menunjukkan bahwa
jumlah penduduk miskin mengalami penurunan. Sehingga, dengan asumsi bahwa
satu keluarga terdiri dari 4 jiwa, maka pada tahun 2006 terdapat 693.544 jiwa
penduduk miskin, tahun 2007 sebanyak 690.324 jiwa penduduk miskin, tahun 2008
sebanyak 602.588 jiwa penduduk miskin dan tahun 2009 sebanyak 564.684 jiwa
penduduk miskin atau dengan kata lain mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,46
persen pada tahun 2007, pada tahun 2008 sebesar 12,71 persen sedangkan pada tahun
2009 mengalami penurunan kembali sebesar 6,29 persen.
Dalam usaha untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, selain harus sehat
secara fisik, masyarakat juga harus ditingkatkan kesehatan spiritualnya. Hal yang
perlu mendapat perhatian pemerintah antara lain adalah pemantapan kehidupan
beragama, pencegahan konflik antar dan inter agama, perlindungan rasa aman dalam
keluarga serta kekerasan dalam rumah tangga; merupakan hal-hal yang harus
ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas agar ketenangan masyarakat
dalam menjalankan kewajiban dalam pengamalan agama dan kepercayaannya tetap
terjamin serta memberikan rasa aman pada perempuan dan anak-anak dalam
keluarga melalui kebijakan Perlindungan Ibu dan Anak Dalam Rumah Tangga.
Masalah Kesejahteraan Sosial dalam pelaksanaannya tidak hanya ditangani
oleh pemerintah kabupaten saja, namun juga mendapat dukungan dari berbagai
organisasi non pemerintah. Organisasi yang menampung aktivitas kepemudaan
antara lain Karang Taruna, KNPI, Pramuka dan lain-lain seperti organisasi olah raga
dan kesenian.
Masalah kemiskinan dan pengangguran merupakan salah satu faktor
penghambat pembangunan pada suatu daerah. Dengan adanya penduduk miskin pada
suatu wilayah, akan berdampak pada adanya penyandang masalah kesejahteraan
sosial (PMKS). Demikian juga di Kabupaten Banyumas, terdapat beberapa
penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti tampak pada tabel berikut :
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 16
Tabel 2.8.
Perkembangan Penyandang Masalah kesejahteraan Sosial
di Kabupaten Banyumas Tahun 2006-2009
No. Jenis Masalah
Kesejahteraan Sosial
Tahun
2006 2007 2008 2009
1. Anak Jalanan 368 347 144 369 2. Penderita Sakit Jiwa 450 596 680 339 3. Gepeng 204 398 442 454 4. Penderita Narkoba 36 54 75 29 5. Fakir Miskin 247.535 95.123 106.445 115.597 6. Balita Terlantar 1.185 1.215 987 844 7. Anak Terlantar 2.238 2.350 2.450 1.762 8. Lanjut Usia/Jompo Terlantar 3.256 3.678 4.415 4.100 9. Penyandang Cacat 7.775 8.573 6.218 10. Yatim/Piatu 414 532 - 545 11. Jumlah Pekerja Sosial (PSK) 313 350 266 316 12. Jumlah Penderita HIV/AIDS 63/24 60/27 70/19 102/33
Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.
Jumlah anak jalanan mengalami fluktuasi naik turun dari tahun 2006 sebanyak
36 jiwa, tahun 2007 sebanyak 347 jiwa, tahun 2008 berkurang kembali sebanyak 144
jiwa dan tahun 2009 bertambah kembali menjadi 369 jiwa. Begitu pula terhadap
penderita sakit jiwa dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 juga mengalami
fluktuasi naik dan turun tahun 2006 sebanyak 450 jiwa, tahun 2007 bertambah
menjadi 596 jiwa, tahun 2008 bertambah kembali menjadi 680 jiwa dan tahun 2009
berkurang menjadi 339 jiwa. Jumlah gelandangan dan pengemis dari tahun 2006
sampai dengan tahun 2009 mengalami kenaikan terus menerus pada tahun 2006
jumlah gelandangan dan pengemis ada sebanyak 204, tahun 2007 bertambah menjadi
398 jiwa, tahun 2008 bertambah lagi menjadi 442 jiwa dan pada tahun 2009
bertambah lagi menjadi 454 jiwa. Untuk penderita narkoba mengalami pertambahan
penderita tahun 2006 ada sebanyak 36 jiwa, tahun 2007 menjadi 54 jiwa, pada tahun
2008 menjadi 75 jiwa dan pada tahun 2009 mengalami penurunan pendeita
penyalahgunaan narkoba menjadi 29 jiwa.
Jumlah parkir miskin dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 mengalami
fluktuasi naik turun, pada tahun 2006 ada sebanyak 247.535 kk, tahun 2007
berkurang menjadi 95.123 kk, tahun 2008 bertambah menjadi 106.445 kk, pada
tahun 2009 bertambah lagi menjadi 115.597 kk. Balita terlantar pada tahun 2006
sebanyak 1.185 jiwa, tahun 2007 bertambah menjadi 1.215 jiwa, pada tahun 2008
berkurang menjadi 987 jiwa dan pada tahun 2009 berkurang kembali menjadi 844
jiwa. Untuk anak terlantar pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 mengalami
fluktuasi naik turun tahun 2006 ada sebanyak 2.238 jiwa, tahun 2007 bertambah
menjadi 2.350 jiwa, pada tahun 2008 bertambah kembali menjadi 2.450 jiwa, pada
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 17
tahun 2009 berkurang menjadi 1.762 jiwa. Untuk lanjut usia/jompo terlantar pada
tahun 2008 tercatat di Dinsosnakertrans Kabupaten Banyumas sebanyak 4.415 jiwa
dan pada tahun 2009 berkurang menjadi 4.100 jiwa. Jumlah penyandang cacat pada
tahun 2006 ada sebanyak 7.775 jiwa, pada tahun 2007 bertambah menjadi 8.573
jiwa, pada tahun 2008 berkurang menjadi 6.218 jiwa dan pada tahun 009 berkurang
kembali jumlah penyandang cacat menjadi 4.664 jiwa.
Data yatim/piatu pada tahun 2006 ada sebanyak 414 jiwa, tahun 2007
bertambah menjadi 532 jiwa dan pada tahun 2009 bertambah kembali jumlah
yati/patu sebanyak 545 jiwa. Untuk jumlah pekerja sosial (PSK) juga mengalami
fluktuasi naik turun pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, tahun 2006 ada
sebanyak 313 jiwa, tahun 2007 sebanyak 350 jiwa, kemudian pada tahun 2008
berkurang menjadi 266 jiwa dan poada tahun 2009 bertambah kembali menjadi 316
jiwa. Jumlah penderita HIV/AIDS yang terdata di Dinsosnakertrans Kabupaten
Banyumas pada tahun 2006 sebanyak 63/24 jiwa, tahun 2007 sebanyak 60/27 jiwa,
pada tahun 2008 sebanyak 70/19 jiwa, tahun 2009 sebanyak 102/33 jiwa dan sampai
dengan bulan Juni 2010 jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 49/40 jiwa.
Jumlah panti asuhan yang terdata di Dinsosnakertrans Kabupaten Banyumas
sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 17 buah panti asuhan yang terdiri dari
13 buah panti sosial asuhan anak, 1 buah panti sosial petirahan anak, 1 buah panti
sosial bina remaja, 1 buah panti sosial bina netra dan 1 buah panti sosial bina laras.
Adapun permasalahan-permasalahan sosial yang ada di Kabupaten banyumas hal ini
dimungkinkan adanya faktor-faktor yang ditimbulkan antara lain akibat kondisi
ekonomi keluarga yang sangat minim/kurang, tidak memiliki pendidikan serta
ketrampilan yang memadai sehingga sulit mencari pekerjaan karena persaingan yang
sangat ketat serta melambungnya harga-harga dasar bahan pokok untuk kebutuhan
sehari-hari.
E. Agama
Dilihat dari penduduknya, Kabupaten Banyumas mempunyai penduduk yang
heterogen dilihat dari agama dan keyakinannya. Pembangunan bidang keagamaan di
Kabupaten Banyumas pada saat ini tercermin pada terbentuknya rasa toleransi yang
tinggi antar pemeluk agama. Kerukunan dan keharmonisan bermasya-rakat antar
pemeluk agama ditunjukkan dengan tersebarnya tempat-tempat ibadah di Kabupaten
Banyumas. Perkembangan pembangunan di bidang spritual dapat dilihat dari
banyaknya sarana peribadatan masing-masing agama, berkembangnya pondok
pesantren dan meningkatnya jumlah jemaah haji yang berasal dari Kabupaten
Banyumas.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 18
Berdasarkan laporan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas
sampai dengan bulan Juni 2010 bahwa Penduduk Kabupaten Banyumas mayoritas
beragama Islam tercatat sebanyak 1.574.049
jiwa dengan jumlah tempat ibadah sebanyak
7.672 buah masjid. Urutan kedua adalah
pemeluk agama Kristen sebanyak 15.742
jiwa dengan tempat ibadah sebanyak 84
gereja kristen, selanjutnya agama Katolik
dengan jumlah pemeluk sebanyak 10.177 jiwa, agama Budha 2.248 jiwa, Konghucu
9 jiwa dan lainnya 531 jiwa.
Tabel 2.9.
Jumlah Pemeluk Agama dan Tempat Ibadah
Kabupaten Banyumas Tahun 2010
No. Agama Pemeluk (orang) Tempat Ibadah
1. Islam 1.544.063 1.762 2. Kristen 15.742 84 3. Katolik 10.177 14 4. Hindu 1.279 1 5. Budha 2.248 20 6. Konghucu 9 1 7. Lainnya 531 -
Sumber : Kantor Kementerian Agama Kab. Banyumas Tahuhn 2010
Meskipun jumlah sarana peribadatan cukup banyak. namun masih terdapat
permasalahan yang potensial muncul, yaitu kecenderungan perkembangan perbedaan
pandangan hidup dan perbedaan keyakinan yang melemahkan kerukunan internal
dan eksternal umat beragama. Namun kehidupan umat beragama di Kabupaten
Banyumas menunjukkan keadaan yang harmonis dan tenang dikarenakan toleransi
dan sikap yang saling menghargai antar umat beragama sangat tinggi. Kondusifitas
kehidupan beragama ditunjukkan dengan jumlah sarana peribadatan yang cukup
banyak dan beberapa kondisi Nampak bahwa tempat peribadatan agama yang saling
berdekatan namun hal ini tidak menimbulkan konflik antar agama.
Sementara jumlah sarana keagamaan lainnya seperti Pondok Pesantren sampai
dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 157 buah dengan jumlah santri sebanyak
55.184 murid, pondok pesantren ini tersebar di 27 kecamatan. Sedangkan data
perkembangan jumlah jemaah haji di Kabupaten Banyumas pada tahun 2009 ada
sebanyak 1.137 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 tercatat ada sebanyak
1.133 orang.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 19
BAB III
SUMBER DAYA ALAM
A. Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Peternakan dan Perkebunan
1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor penting yang mampu mendongkrak
pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan sektor pertanian memberikan
kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Banyumas, yaitu sebesar 21,06 %
pada tahun 2009. Besarnya sumbangan sektor pertanian dimungkinkan oleh
luasnya lahan pertanian yang ada. Disamping
itu sektor pertanian memiliki backward dan
forward linkages, sehingga aktivitas sektor
pertanian mampu menumbuhan sektor yang
lainnya, misalnya aktivitas budidaya
pertanian secara umum memerlukan pupuk,
benih/bibit, tenaga kerja, obat-obatan, alat dan mesin pertanian dan sebagainya;
sedangkan pada saat/pasca panen memerlukan transportasi, tenaga kerja, alat dan
mesin pengolah, packaging serta pemasaran, sehingga peningkatan aktivitas
pertanian mampu menarik input dari sektor industri benih, pupuk, obat-obatan,
alat dan mesin pertanian serta tenaga kerja; ouput sektor pertanian digunakan
sebagai input pada sektor industri pengolahan baik industri mikro, kecil,
menengah maupun industri besar (misalnya penggilingan padi, lumbung desa
modern, perusahaan makanan/minuman, pabrik gula, pabrik makanan ternak,
industri krupuk/kripik dan sebagainya); produk pertanian juga mampu
mengaktifkan perdagangan produk primer
dan setengah jadi pada pedagang pengepul
komoditas, pasar atau pusat perdagangan,
serta menghidupkan restoran, warung dan
pengusaha makanan perorangan. Dari
uraian di atas sektor pertanian mampu
menggerakkan multiplier effect yang sangat berperan dalam menghasilkan value
added (nilai tambah) sehingga sangat berperan dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi.
Beberapa komoditas dalam sektor pertanian ini antara lain adalah padi,
jagung, kedelai, kacang hijau, beberapa tanaman sayuran seperti : Cabe, Kacang
Panjang, Bayam, Kangkung, Tomat, Buncis dan lain-lain. Komoditas ini
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 20
dianggap mempunyai nilai jual dan dapat dibudidayakan, volume produksi
tinggi dan dapat diperkiraan nilai keuntungan produksi setiap tonnya.
Berdasarkan kepada kondisi diatas maka diperlukan perhatian dari pemerintah
kabupaten dalam hal peningkatan jumlah
luas panen dan produksi dari tiap-tiap
komoditas diatas dengan cara
memperhatikan sarana dan prasarana yang
menunjang kepada peningkatan produksi
komoditas tersebut seperti, irigasi,
penyuluhan pertanian, dan sarana produksi
lainnya. Disamping itu terdapat kelemahan produk-produk pertanian diantaranya
harga komoditas pertanian relatif labil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain sifat produk yang mudah busuk, cepat rusak, ketersediaannya
tergantung musim, tidak dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Untuk
itu perlu adanya upaya-upaya agar produk pertanian mempunyai nilai jual yang
tinggi. Langkah tersebut diantaranya peningkatan kualitas produk, kejelasan
harga produk, pemilihan lokasi dan saluran pemasaran yang strategis dan
promosi produk.
Produktifitas padi dan bahan pangan lainnya perlu ditingkatkan dari
tahun ke tahun sebagai salah satu upaya untuk mempertahan dan atau
meningkatkan produksi sebagai akibat penurunan luas lahan sawah akibat alih
fungsi lahan pertanian. Produktifitas Produktifitas padi dan bahan pangan
lainnya cukup berfluktuatif dari tahun ke tahun seperti tertera pada Tabel 2.28
berikut :
Tabel 3.1.
Produktifitas Padi dan Bahan Pangan Lainnya Tahun 2006 – 2008
Produktifitas (ton/ha)
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
Padi sawah 4,71 5,09 5.41 - -
Padi Ladang 4,43 4,56 3,49 - -
Jagung 6,42 7,04 4,93 4,79 7,50
Kedelai 1,38 0,74 1,43 1,97 1,79
Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.
Padi merupakan komoditi yang memberikan kontribusi paling besar
terhadap sektor pertanian, memiliki posisi yang sangat strategis berkaitan dengan
ketahanan pangan. Tabel 2.29 memberikan gambaran tentang produksi padi di
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 21
Kabupaten Banyumas. Luas Panen, Produksi dan rata-rata produksi Padi sawah
dan Padi Ladang dari tahun 2006 sampai dengan 2008 relatif menunjukkan kondisi
yang berfluktuasi. Masalah yang dihadapi berkaitan dengan ketahanan pangan ini
adalah tingginya ketergantungan konsumsi pada bahan pokok beras (padi),
sementara kelancaran distribusi pangan untuk melindungi kepentingan konsumen
dan petani masih belum optimal. Dalam kaitannya dengan upaya mengurangi
ketergantungan konsumsi pada padi (beras), maka perlu dilakukan upaya-upaya
diversifikasi pangan. Difersifikasi pangan pada dasarnya memperluas pilihan
masyarakat dalam kegiatan konsumsi sesuai dengan cita rasa yang diinginkan dan
menghindari kebosanan untuk mendapatkan pangan dan gizi agar dapat hidup sehat
dan aktif. Diversifikasi pangan dapat diukur dengan melihat Pola Pangan Harapan
(PPH).
Tabel 3.2.
Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah dan
Padi Ladang Tahun 2004 - 2008
No. Tahun
Padi Sawah Padi Ladang
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Rata-rata Produksi (Ton/Ha)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Rata-rata Produksi (Ton/Ha)
1. 2006 63,441 298.789 4.71 3.922 17.364 4,43 2. 2007 61,763 314.613 5.09 3.720 16.950 4,56 3. 2008 62,329 337.365 5.41 3.062 10.688 3,49 4. 2009 - - - - - - 5. 2010 - - - - - -
Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.
Salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani di
pedesaan adalah dengan melihat indeks Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai Tukar
Petani (NTP) merupakan alat statistik untuk mengukur kemampuan daya tukar
barang-barang hasil produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan
untuk konsumsi rumah tangga petani maupun kebutuhan dalam memproduksi hasil
pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) yang diharapkan adalah di atas 100 yang
berarti NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan dengan NTP pada
tahun dasar. Pengukuran indeks Nilai Tukar Petani (NTP) dilakukan pada tahun
2005 sebesar 100,13 meningkat menjadi 101,66 pada tahun 2006, kemudian pada
tahun 2008 mengalami peningkatan kembali menjadi 102,79 dan pada tahun 2009
meningkat kembali menjadi 103,05. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu
dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP) pada
sektor pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 22
Wilayah pengembangan komoditas andalan Pangan di Kabupaten
Banyumas dalam rangka upaya untuk mensuplai kebutuhan lokal, dimana
berpotensi untuk dijadikan sektor prioritas utama dalam perencanaan pembangunan
perekonomian di Kabupaten Banyumas, selain itu diharapkan dapat berperan dalam
kontribusi peningkatan ekspor non migas. Adapun komoditas andalan tanaman
Pangan yang ada di Kabupaten Banyumas sebagai berikut (Sumber : Laporan
Akhir Analisis Potensi Ekonomi Kab. Banyumas Th. 2008) :
Tabel 3.3.
Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Pangan
Di Kabupaten Banyumas
No. Nama
Komoditas Wilayah Kecamatan
1. Padi Sawah Wangon, Rawalo, Patikraja, Sumbang, AJibarang, Cilongok, Karanglewas, Sokaraja, Kembaran dan Kedungbanteng
2. Padi Ladang Wangon, Purwojati dan Sumbang 3. Jagung Kalibagor, Kembaran dan Sumbang 4. Kacang Tanah Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Kalibagor, Purwojati, Kebasen
dan Kembaran 5. Kacang Hijau Jatilawang, Rawalo, Banyumas dan Sokaraja 6. Ubi Kayu Lumbir, Jatilawang, Gumelar dan Banyumas 7. Ubi Jalar Tambak, Patikraja, Sokaraja dan Kedungbanteng
Untuk sentra komoditas hortikultura di Kabupaten Banyumas yang
terdiri dari tanaman sayur-sayuran tersebar di beberapa wilayah yaitu wilayah Kec.
Pekuncen, Kec. Kedungbanteng, Sokaraja,
Kec. Cilongok, Kec. Sumbang, Kec.
Baturaden, Kec. Kembaran dan Kec.
Ajibarang sedangkan untuk sentra buah-
buahan ada di wilayah Kec. Kemranjen, Kec.
Banyumas, Kec. Tambak, Kec. Sumpiuh,
Kec. Somagede, Kec. Ajibarang, Kec. Kec. Rawalo dan Kec. Wangon.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 23
Tabel 3.4.
Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Sayuran
Di Kabupaten Banyumas
No. Nama
Komoditas Wilayah Kecamatan
1. Cabai Jatilawang, Kebasen, Purwojati,Kalibagor, Purwojati, Gumelar, Kembaran dan Sokaraja
2. Cabe Rawit Lumbir, Jatilawang, Rawalo, Kemranjen, Tambak, Patikraja, Purwojati, Gumelar, Karanglewas dan Sokaraja
3. Tomat Kembaran, Sokaraja, Sumpiuh, Tambak, Cilongok dan Sumbang
4. Terong Wangon, Jatilawang, Rawalo, Somagede, Purwojati, Ajibarang dan Sumbang
5. Sawi Kemranjen, Purwojati, Ajibarang, Gumelar dan Baturaden 6. Labu Siam Rawalo dan Sokaraja 7. Kacang Panjang Lumbir, Kebasen, Kemranjen, Somagede, Kalibagoe,
Karanglewas, Kedungbanteng, Kembaran dan Sokaraja 8. Kangkung Lumbir, Kebasen, Kemranjen, Somagede, Kalibagor,
Karanglewas, Kedungbanteng, Kembaran dan Sokaraja 9. Ketimun Lumbir, Rawalo, Jatilawang, Kebasen, Wangon, Purwojati,
Ajibarang, Gumelar dan Pwt. Barat 10. Bayam Rawalo, Kebasen, Kemranjen, Somagede, Banyumas,
Purwojati dan Gumelar 11. Semangka Kemranjen dan Wangon 12. Bengkuang Sumpiuh, Sumbang dan Kembaran 13. Jamur Wangon, Ajibarang dan Pekuncen 14. Salad Kedungbanteng 15. Kecipir Sokaraja
Tabel 3.5.
Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Buah-Buahan
Di Kabupaten Banyumas
No. Nama
Komoditas Wilayah Kecamatan
1. Alpukat Jatilawang, Kalibagor, Ajibarang, Karanglewas, Baturaden, Sumpiuh, Ajibarang dan Cilongok
2. Blimbing Sumpiuh, Ajibarang, Cilongok 3. Sawo Kebasen, Kemranjen, Banyumas, AJibarang, Kedungbanteng,
Baturaden 4. Sirsak Kebasen, Kemranjen, Banyumas, Ajibarang, Kedungbanteng,
Baturaden 5. Petai Kebasen, Banyumas, Purwojati, Pekuncen, Kedungbanteng 6. Sukun Ajibarang, Gumelar, Pekuncen, Cilongok dan Karanglewas 7. Mlinjo Banyumas dan Pekuncen 8. Rambutan Wangon, Kalibagor, Patikraja, Gumelar, Sumbang dan
Pwt. Barat 9. Salak Purwojati dan Gumelar
10. Pepaya Lumbir, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Sumpiuh, Tambak, Somagede dan Karanglewas
11. Pisang Wangon, Patikraja, Gumelar, Sumbang dan Wangon
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 24
No. Nama
Komoditas Wilayah Kecamatan
12. Duku Kemranjen, Kalibagor dan Kembaran 13. Durian Jatilawang, PAtikraja, Kemranjen, Banyumas, Ajibarang dan
Kedungbanteng 14. Nanas Jatilawang, Sumpiuh, Kalibagor, Sumbang, Kembaran dan
Sokaraja 15. Mangga Jatilawang, Sumpiuh, Kedungbanteng, Kembaran dan Sokaraja 16. Jambu Biji Wangon, Jatilawang, Ajibarang, Baturaden dan Sumbang 17. Jambu Air Jatilawang, Ajibarang dan Baturaden 18. Nangka Wangon, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Tambak, Banyumas,
Gumelar dan Baturaden 19. Nangka Wangon, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Tambak, Banyumas,
Gumelar dan Baturaden 20. Jeruk Besar Tambak, Kalibagoe dan Pekuncen 21. Jeruk Siam Wangon, Kebasen, Tambak, Kalibagor, Purwojati dan Sumbang
2. Sektor Kehutanan
Hutan adalah sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan di
pergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Yang dimaksud
sebagai hutan yang dikuasai oleh negara adalah hutan alam atau hutan hasil
budidaya (tanaman) yang berada di dalam kawasan
hutan negara. Disamping melakukan pengelolaan
terhadap hutan negara, pemerintah telah
mempromosikan dan mendorong pembangunan
kehutanan berbasis masyarakat antara lain dengan
menggalakkan penanaman komoditas kehutanan
pada lahan–lahan rakyat atau lahan milik negara.
Apabila pembangunan kehutanan berbasis
masyarakat ini terus berkembang, maka akan
memberikan peran yang signifikan kepada
masyrakat untuk turut serta memberikan jaminan terhadap kelangsungan industri
kehutanan nasional. Dengan berkembangnya komoditas hasil hutan yang
berasal dari lahan masyarakat, maka pada gilirannya akan dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan laporan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kab. Banyumas sampai dengan bulan Juni Tahun 2010, pengelolaan Hutan
Negara di wilayah Kabupaten Banyumas dibagi menjadi 3 (tiga) Kantor
Pemangkuan Hutan (KPH) yaitu KPH Banyumas Timur, KPH Banyumas Barat
dan KPH Kedu Selatan. Jenis tanaman yang ada dalam kawasan hutan meliputi
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 25
jenis pohon jati, pinus, damar dan jenis kayu rimba lainnya. Luas Hutan Negara
yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas seluas 28.648,07 Ha, yang terdiri dari
7.700,79 Ha di dibawah KPH Banyumas Barat, 18.059,37 ha dibawah KPH
Banyumas Timur dan 2.887,91 ha dibawah KPH Kedu Selatan. Sedangkan
untuk Perkebunan Besar yang dikelola oleh PT. PN IX seluas 1.350 Ha, Hutan
Rakyat seluas 12.353 Ha dan Hutan Lindung di luar kawasan seluas 14.991 Ha.
Produksi hasil hutan non HPH berupa kayu bulat pada tahun 2006
sebanyak 155.957,27 m3, tahun 2007 sebanyak 80.438,89 m
3 atau turun
sebanyak 75.518,38 m3 (48,42 persen), tahun 2008 produksi yang dihasilkan
sebanyak 77.854,43 m3 atau turun jika
dibandingkan pada tahun 2007 yaitu
sebanyak 2.584,46 m3 (3,21 persen), tahun
2009 produksi yang dihasilkan sebanyak
9.856,43 m3 jika dibandingkan tahun 2008
turun yaitu sebanyak 67.998 m3 (87,34
persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010
kayu bulat yang dihasilkan mencapai
18.597,70 m3 naik produksinya jika
dibandingkan tahun 2009 yaitu sebanyak
8.741,27 m3 (88,69 persen). Sedangkan untuk kayu olahan yang dihasilkan pada
tahun 2006 mencapai 244.034,75 m3, tahun 2007 sebanyak 217.463,94 m
3 dan
pada 2008 jumlah produksi yang dihasilkan meningkat menjadi 326.542,39 m3.
Untuk hasil hutan ikutan berupa kopal pada tahun 2006 mencapai 102 ton, tahun
2007 mencapai 98,60 ton, tahun 2008 meningkat menjadi 976 ton, tahun 2009
turun kembali menjadi 71,38 ton dan laporan sampai dengan bulan Juni 2010
turun jumlah kopal yang dihasilkan menjadi 25,73 m3. Sedanngkan untuk Getah
Pinus yang dihasilkan pada tahun 2006 ada sebanyak 4.044 ton, tahun 2007
turun menjadi 3.589 ton, tahun 2008 meningkat kembali menjadi 4.162 ton, pada
tahun 2009 terjadi peningkatan yang cukupo tinggi mencapai 1.243,90 ton dan
pada tahun 2010 meningkat kembali menjadi 1.290,78 ton.
Luas lahan kritis di wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan
Dinpertanbunhut sampai dengan bulan Juni Tahun 2010 yaitu pada tahun 2006
mencapai 15.415 Ha, tahun 2007 menjadi 12.742 Ha jika dibandingkan tahun
2006 terjadi penurunan luas lahan kritis yaitu seluas 2.673 Ha (17,34 persen),
pada tahun 2008 luas lahan kritis seluas 10.540,30 Ha jika dibandingkan tahun
2007 terjadi penurunan yaitu seluas 2.201,70 (17,28 persen), tahun 2008 luas
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 26
lahan kritis seluas 10.043 Ha jika dibandingkan tahun 2008 terjadi penurunan
kembali yaitu seluas 497,30 Ha (4,72 persen) dan sampai dengan bulan Juni
2010 luas lahan kritis menjadi 10.699,62 Ha jika dibandingkan tahun 2009 yaitu
terjadi penambahan luas lahan kritis menjadi seluas 656,62 (6,54 persen). Untuk
luas lahan penghijauan kembali pada tahun 2006 seluas 854 Ha, tahun 2007
meningkat menjadi 2.238,70 Ha, tahun 2008 menurun menjadi 461 Ha, tahun
2009 terjadi peningkatan kembali seluas 670 Ha dan sampai dengan bulan Juni
2010 luas lahan penghijauan yang diusahakan seluas 900 Ha.
3. Sektor Perikanan
Kabupaten Banyumas terletak pada posisi yang jauh dari pantai, sehingga
Kabupaten Banyumas hanya memiliki sub sektor perikanan darat, sedangkan
potensi perikanan yang ada di
wilayah Kabupaten Banyumas
tersebar di beberapa wilayah
kecamatan yaitu Kec. Kedugbanteng,
Kec. Cilongok, Kec. Kemranjen, Kec. Kebasen, Kec. Sumpiuh, Kec. Kembaran
dan Kec. Sumbang. Jenis-jenis ikan tersebut yaitu Ikan Gurami, Ikan Lele, Ikan
Nila, Ikan Tawes, Ikan Nilem dan Ikan Karper. Jenis-jenis ikan tersebut ada
yang dikelola di kolam, keramba dan perikanan perairan umum.
Berdasarkan laporan dari Dinakkan Kabupaten Banyumas tahun 2006
luas kolam yang digunakan untuk usaha perikanan tercatat seluas 409 ha dengan
jumlah produksi rumah tangga sebanyak 3.168 ton, tahun 2007 luas lahan 409
ha dengan jumlah produksi rumah tangga sebanyak 3.316 ton, tahun 2008 luas
lahan kolam bertambah
menjadi 481 ha dengan
jumlah produksi rumah
tangga sebanyak 4.109
ton, tahun 2009 luas lahan
bertambah kembali seluas 627 ha dengan jumlah
produksi rumah tangga sebanyak 4.181 ton dan sampai dengan bulan Juni 2010
luas kolam ikan yang digunakan untuk perikanan seluas 627 ha, dengan jumlah
rumah tangga produksi sebanyak 2,268 ton.
Sedangkan untuk keramba seluruhnya yang digunakan untuk usaha
perikanan pada tahun 2009 ada sebanyak 90 unit dengan jumlah produksi rumah
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 27
tangga sebanyak 2,16 ton dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak
keramba 90 unit dengan jumlah produksi rumah tangga sebanyak 1,20 ton.
Untuk perikanan perairan umum yang ada di rawa, danau dll.
Mengalami fluktuasi naik turun dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010,
pada tahun 2006 dihasilkan sebanyak 1.154,39 ton, tahun 2007 dengan produksi
663,80 ton atau turun sebanyak 490,59 ton (42,50 persen), tahun 2008 menjadi
678,88 ton jika dibandingkan tahun 2007 terjadi peningkatan yaitu sebanyak
15,08 ton (2,27 persen), tahun 2009 menjadi 695,54 ton jika dibandingkan tahun
2008 terjadi kenaikan sebanyak 16,66 ton (2,45 persen) dan sampai dengan
bulan Juni 2010 produksi yang dihasilkan dari perikanan perairan umum yaitu
sebanyak 356,20 ton maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi penurunan
jumlah produksi sebanyak 339,34 ton (48,79 persen).
Tabel 3.6.
Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Perikanan
Di Kabupaten Banyumas
No. Nama
Komoditas Wilayah Kecamatan
1. Tawes Lumbir, Wangon, Jatilawang, Tambak, Somagede, Kalibagor, Banyumas, Purwojati, AJibarang, Gumelar, Cilongok, Baturaden dan Pekuncen
2. Gurami Cilongok dan Kedungbanteng 3. Karper Lumbir, Wangon, Jatilawang, Rawalo, Tambak, Somagede,
Kalibagor,Banyumas, Purwojati, AJibarang, Gumelar, Cilongok, Pekuncen dan Baturaden
4. Nilam Lumbir, Wangon, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Kemranjen, Banyumas, Patikraja, Purwojati, Ajibarang, Pekuncen, Gumelar, Baturaden, Kembaran, Sumbang dan Sokaraja
5. Bawal Lumbir, Rawalo, Tambak Kalibagor, Gumelar dan Sokaraja 6. Nilam/Mujair Lumbir,Wangon, Jatilawang, Rawalo, Tambak, Somagede,
Kalibagor, Banyumas, Purwojati, AJibarang, Pekuncen, Gumelar, Cilongok dan Baturaden
Permasalahan yang masih dihadapi pada sektor perikanan antara lain
disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana,masih kurangnya modal dan
perlunya penyuluhan, untuk peningkatan mutu pengolahan dan belum
dimilikinya sistem dan prosedur pelaksanan kegiatan perikanan yang efektif
dan efisien dan kurangnya benih bersertifikat.Selain itu juga rendahnya teknik
pengolahan produk perikanan, masih adanya gangguan penyakit ikan, rendahnya
tingkat konsumsi masyarakat akan hasil ikan dan rendahnya kesadaran
masyarakat dalam menjaga kelestarian sumberdaya hayati perairan umum.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 28
4. Sektor Peternakan
Subsektor pertanian yang memberikan kontribusi terhadap PDRB
Kabupaten Banyumas, sedangkan populasi peternakan yang ada di wilayah
Kabupaten Banyumas dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) yaitu ternak
besar diantaranya Sapi Potong, Sapi Perah, Kuda dan Kerbau, ternak kecil
diantaranya Kambing, Domba dan Babi, ternak unggas diantaranya, Ayam
Buras, Ayam Ras Petelur, Ayam Pedaging dan Itik.
Untuk ternak Sapi Potong berdasarkan laporan dari Dinakkan Kabupaten
sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, pada tahun 2006 ternak sapi
potong jumlah populasi ada sebanyak 18.360 ekor, tahun 2007 ada sebanyak
1.509 ekor terjadi penurunan jika dibandingkan tahun 2006 sebanyak 3.049 ekor
(16,61 persen), tahun 2008 sebanyak 17.233 ekor terjadi kenaikan jika
dibandingkan tahun 2007 sebanyak 1.922 ekor (12,55 persen), tahun 2009
sebanyak 17,579 ekor jika dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan sebanyak
346 ekor (2,01 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebankay 17.755
ekor jika dibandingkan tahun 2009 maka terjadi peningkatan populasi sebanyak
176 ekor (1 persen).
Untuk jumlah pemotongan sapi dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2010 mengalami fluktuasi naik turun, tahun 2006 jumlah sapi yang dipotong
sebanyak 13.272 ekor, tahun 2007 ada sebanyak 13.470 ekor jika dibandingkan
tahun 2006 terjadi penurunan pemotongan sapi sebanyak 198 ekor (1,49 persen),
tahun 2008 sebanyak 14.027 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi
peningkatan sebanyak 557 ekor (4,14
persen), tahun 2009
ada sebanyak 10.696
ekor jika dibanding-
kan tahun 2008 turun
sebanyak 3.331 ekor
(23,75 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 6.107 ekor
turun jika dibandingkan tahun 2009 sebanyak 4.589 ekor (42,907 persen).
Sedangkan rata-rata kepemilikan sapi oleh peternak sejak tahun 2006 sampai
dengan bulan Juni 2010 yaitu sebanyak 2 ekor sapi.
Untuk usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Banyumas adalah
jenis Sapi PO, Brahman Cross (BC), Simental Cross, Fries Holstein (FH) serta
jenis unggul lainnya. Penggemukan sapi ini diusahakan menyebar di perdesaan
di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas teutama di Kecamatan Banyumas,
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 29
Somagede dan Kemranjen. Sebagai daerah pertanian, di wilayah tersebut
tersedia sisa hasil pertanian seperti jerami padi, dedak, ubi dan jagung serta
kacang-kacangan yang cukup melimpah. Jenis pakan tersebut sangat baik untuk
ternak sapi, disamping itu juga banyak terdapat limbah pembuatan tahu berupa
ampas tahu sebagai pakan tambahan yang mudah didapat dan relative murah
sehingga menambah keuntungan.
Untuk Sapi Perah, jumlah populasinya pada tahun 2006 sebanyak 1.637
ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 1.509 terjadi penurunan jika dibandingkan
tahun 2006 yaitu sebanyak 128 ekor (7,82 persen), tahun 2008 ada sebanyak
1.104 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penurunan jumnlah populasi
sebanyak 405 ekor (26,84 persen), tahun 2009 ada sebanyak 1.115 ekor jika
dibandingkan tahun 2008 terjadi penambahan kembali sebanyak 11 ekor (1
persen), sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak jumlah sapi perah 1.121
ekor jika dibandingkan pada tahun 2009 maka terjadi penambahan kembali
populasi sapi perah sebanyak 6 ekor (0,54 persen).
Sedangkan produksi susu yang dihasilkan dari sapi perah tersebut per
tahunnya mengalami fluktuasi naik, pada tahun 2006 produksi susu dari sapi
perah dihasilkan sebanyak 1.522.946 liter, pada tahun 2007 dengan produksi
sebanyak 3.023.148 liter jika dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan
produksi susu sapi yang dihasilkan sebanyak 1.500.202 liter (98,51 persen),
tahun 2008 produksinya sebanyak 1.981.496 maka jika dibandingkan tahun 2007
terjadi penurunan produksi susu sebanyak 1.041.652 liter (34,46 persen), pada
tahun 2009 produksi susu yang dihasilkan dari sapi perah sebanyak 2.001.239
liter jika dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan jumlah produksi sebanyak
19.743 liter (1 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 produksi yang
dihasilkan dari sapi perah sebanyak 10.006 liter (0,5 persen).
Rata-rata kepemilikan Sapi Perah oleh peternak sebanyak 5 ekor sapi,
sedangkan rata-rata produktivitas perekor per hari rata-rata sebanyak 7 liter.
Penyebaran populasi ternak sapi perah terdapat di 12 kelompok dalam 5 (lima)
wilayah kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas. Sampai saat ini
hasil susu sapi dari peternak disalurkan ke Koperasi PESAT, sehingga terserap
seluruhnya oleh pasar, sedangkan untuk pasar lokal dijual yaitu di wilayah
Kabupaten Banyumas, Kabupatenm Tegal, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten
Cilacap dan sekitarnya, maupun yang dijual di IPS Sari Husada Yogyakarta dan
PT. Ultra Jaya Bandung.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 30
Untuk ternak kecil yang terdiri dari ternak kambing, domba dan babi
berdasarkan laporan Dinakkan Kabupaten Banyumas sebagai berikut. Jumlah
populasi Kambing yang ada pada tahun 2006 sebanyak 257.835 ekor, pada tahun
2007 ada sebanyak 182.703 ekor jika dibandingkan pada tahun 2006 maka
terjadi penurunan jumlah populasi
Kambing sebanyak 75.132 ekor (29,14
persen), tahun 2008 ada sebanyak
192.952 ekor jika dibandingkan tahun
2007 terjadi penambahan jumlah
populasi Kambing sebanyak 10.249
ekor (5,61 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak 196.811 ekor maka jika
dibandingkan tahun 2008 maka terjadi penambahan kembali jumlah populasi
Kambing sebanyak 3.859 ekor (2 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010
ada sebanyak 199.763 ekor kambing maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi
peningkatan jumlah populasi Kambing sebanyak 19.743 ekor ( 1 persen).
Penyebaran populasi untuk ternak Kambing ini hampir merata ada di 27
kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas, terbanyak ada di Kec. Kebasen,
Kec. Banyumas, Kec. Gumelar, Kec. Somagede dan Kec. Kalibagor.
Jumlah populasi Domba yang ada pada tahun 2006 sebanyak 23.682
ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 16.664 ekor, jika dibandingkan pada tahun
2006 terjadi penurunan jumlah populasi Domba sebanyak 7.018 ekor (29,63
persen), tahun 2008 ada sebanyak 19.513
ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi
penambahan jumlah populasi Doma ambing
sebanyak 2.849 ekor (17,10 persen), untuk
tahun 2009 ada sebanyak 23.70 ekor
populasi Domba maka jika dibandingkan
pada tahun 2008 terjadi penambahan kembali
jumlah populasi Domba sebanyak 3.757 ekor (19,25 persen) dan sampai dengan
bulan Juni 2010 ada sebanyak 23.735 ekor Domba maka jika dibandingkan
tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi Domba sebanyak 465
ekor ( 2,5 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Domba terbanyak ada di
Kec. Lumbir, Rawalo, Kec. Wangon dan Kec.Klibagor.
Sedangkan jumlah populasi ternak Babi yang ada pada tahun 2006
sebanyak 3.110 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 5.163 ekor, jika
dibandingkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah populasi Babi
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 31
sebanyak 2.053 ekor (66,01 persen), tahun 2008 ada sebanyak 7.668 ekor jika
dibandingkan tahun 2007 terjadi penambahan
jumlah populasi Babi sebanyak 2.505 ekor
(48,52 persen), untuk tahun 2009 ada
sebanyak 7.745 ekor populasi Babi maka jika
dibandingkan pada tahun 2008 terjadi
penambahan kembali jumlah populasi Babi
sebanyak 77 ekor (1 persen) dan sampai
dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 7.939 ekor Babi aka jika dibandingkan
tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi Babi sebanyak 194 ekor
(2,5 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Babi ada di 4 kecamatan yaitu
Kec. Baturaden, Kec. Sokaraja, Kec. Purwokerto Timur dan Kec. Cilongok.
Untuk ternak lainnya lainnya yang terdiri dari ternak Kerbau, Kuda,
Kelinci berdasarkan laporan Dinakkan Kabupaten Banyumas sebagai berikut.
Jumlah populasi Kerbau yang ada pada tahun 2006 ada sebanyak 3.110 ekor,
pada tahun 2007 ada sebanyak 3.1350 ekor jika dibandingkan pada tahun 2006
maka terjadi peningkatan jumlah populasi Kerbau sebanyak 96 ekor (1,48
persen), tahun 2008 ada sebanyak 3.206 ekor
jika dibandingkan tahun 2007 terjadi
penambahan jumlah populasi Kerbau
sebanyak 50 ekor (1,58 persen), untuk tahun
2009 ada sebanyak 3.237 ekor maka jika
dibandingkan tahun 2008 maka terjadi
penambahan kembali jumlah populasi Kerbau
sebanyak 31 ekor (0,77 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada
sebanyak 3.253 ekor kambing maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi
peningkatan jumlah populasi Kerbau sebanyak 16 ekor ( 0,49 persen).
Penyebaran populasi untuk ternak Kerbau ini hampir merata ada di 27
kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas, terbanyak ada di Kecamatan
Lumbir, Kec. Sumbang, Kec. Cilongok dan Kec. Karanglewas.
Jumlah populasi Kuda yang ada pada tahun 2006 sebanyak 276 ekor,
pada tahun 2007 ada sebanyak 266 ekor, jika
dibandingkan pada tahun 2006 terjadi
penurunan jumlah populasi Kuda sebanyak 10
ekor (3,62 persen), tahun 2008 ada sebanyak
359 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 32
penambahan jumlah populasi Kuda sebanyak 93 ekor (34,46 persen), untuk
tahun 2009 ada sebanyak 193 ekor populasi Kuda maka jika dibandingkan pada
tahun 2008 terjadi penurunan jumlah populasi Kuda sebanyak 166 ekor (46,24
persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 167 ekor Kuda maka
jika dibandingkan tahun 2009 terjadi penurunan kembali jumlah populasi Kuda
sebanyak 26 ekor (13,47 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Kuda
terbanyak ada di Kec. Karanglewas, Kec. Tambak, Kec. Purwokerto Barat, Kec.
Purwokerto Utara dan Kec. Kemranjen.
Sedangkan jumlah populasi ternak Kelinci yang ada pada tahun 2006
sebanyak 8.069 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 5.617 ekor, jika
dibandingkan pada tahun 2006 terjadi penurunan
jumlah populasi Kelinci sebanyak 2.452 ekor
(30,39 persen), tahun 2008 ada sebanyak 5.763
ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi
penambahan jumlah populasi Kelinci sebanyak
146 ekor (2,60 persen), untuk tahun 2009 ada
sebanyak 7.118 ekor populasi Kelinci maka jika dibandingkan pada tahun 2008
terjadi penambahan kembali jumlah populasi Kelinci sebanyak 1.355 ekor
(23,51persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 7.171 ekor
Kelinci maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah
populasi Kelinci sebanyak 53 ekor (0,74 persen). Penyebaran populasi ternak
Kelinci terbanyak ada di Kec. Pekuncen, Kec. Lumbir, Kec. Kembaran, Kec.
Cilongok dan Kec. Kebasen.
Sedangkan untuk Unggas yang terdiri dari Ayam Buras, Ayam
Ras/Petelur, Ayam Pedaging dan Itik, yang dilaporkan oleh Dinakkan
Kabupaten Banyumas dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai
berikut. Jumlah populasi Ayam Buras yang ada
pada tahun 2006 ada sebanyak 1.176.860 ekor,
pada tahun 2007 ada sebanyak 1.169.210 ekor
jika dibanding-kan pada tahun 2006 maka
terjadi penurunan jumlah populasi Ayam Buras
sebanyak 7.650 ekor (0,65 persen), tahun 2008 ada
sebanyak 1.016.614 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penurunan jumlah
populasi sebanyak 152.596 (13,05 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak
1.063.209 ekor maka jika dibandingkan tahun 2008 terjadi penambahan jumlah
populasi Ayam Buras sebanyak 46.595 ekor (4,58 persen) dan sampai dengan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 33
bulan Juni 2010 ada sebanyak 1.084.298 ekor Ayam Buras maka jika
dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah populasi Ayam Buras
sebanyak 21.087 ekor ( 1,98 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Ayam
Buras ini hampir merata ada di 27 kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas,
terbanyak ada di Kec. Kebasen, Kec. Sumbang, Kec. Ajibarang dan dan Kec.
Somagede.
Jumlah populasi ternak Ayam Ras/Petelur dari tahun 2006 sampai
dengan bulan Juni 2010 mengalami peningkatan terus menerus jumlah
populasinya, pada tahun 2006 sebanyak 667.650 ekor, pada tahun 2007 ada
sebanyak 684.114 ekor, jika dibandingkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan
jumlah populasi Ayam Ras/Petelur sebanyak 16.469 ekor (0,65 persen), tahun
2008 ada sebanyak 1.261.050 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi
penambahan jumlah populasi Ayam
Ras/Petelur sebanyak 576.936 ekor (84,33
persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak
1.324.103 ekor populasi Ayam Ras/Petelur
jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi
peningkatan jumlah populasi Ayam
Ras/Petelur sebanyak 63.053 ekor (5
persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 1.357.206 ekor Ayam
Ras/Petelur maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali
jumlah populasi Ayam Ras/Petelur sebanyak 33.103 ekor (2,5 persen).
Sedangkan jumlah telur yang dihasilkan dari Ayam Ras/Petelur ini dari tahun
2006 sampai dengan bulan Juni 2010 juga mengalami peningkatan secara terus
menerus. Tahun 2006 produksi telur yang dihasilkannya mencapai 4.039 ton,
tahun 2007 produksi telur mencapai 5.444 ton jika dibandingkan tahun 2006
maka terjadi peningkatan jumlah produksi telur dari Ayam Buras/Petelur ini
sebanyak 1.405 ton (34,79 persen), tahun 2008 produksi telur mencapai 9.584
ton jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi peningkatan jumlah
produksi telur sebanyak 4.140 ton, pada tahun 2009 produksi telur sebanyak
10.063 ton jikan dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan kembali jumlah
produksi telur sebanyak 479 ton (5 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010
jumlah produksi telur yang dihasilkan dari Ayam Ras/Petelur ini mencapai
10.315 ton maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi peningkatan kembali
jumlah produksi telur yang dihasilkan sebanyak 252 ton (2,5 persen). Jumlah
peternak Ayam Ras/Petelur ini sebanyak 18 sampai dengan 94 peternak dengan
rata-rata kepemilikan per peternak sebanyak 13.415 ekor/kk sampai dengan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 34
38.006 ekor/kk. Penyebaran populasi untuk Ayam Ras/Petelur terbanyak ada di
Kec. Kembaran, Kec. Sumbang, Kec. Cilongok, Kec. Pekuncen dan Kec.
Baturraden.
Sedangkan jumlah populasi untuk Ayam Pedaging yang ada pada tahun
2006 sebanyak 3.943.868 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 3.113.694 ekor,
jika dibandingkan pada tahun 2006 terjadi penurunan jumlah populasi Ayam
Pedaging sebanyak 930.174 ekor (21,05 persen), tahun 2008 ada sebanyak
5.013.790 ekor jika dibandingkan tahun
2007 terjadi peningkatan jumlah populasi
Ayam Pedaging sebanyak 1.900.096 ekor
(61,02 persen), untuk tahun 2009 ada
sebanyak 5.478.193 ekor populasi Ayam
Pedaging maka jika dibandingkan pada
tahun 2008 terjadi penambahan kembali
jumlah populasi Ayam Pedaging sebanyak 464.403 ekor (9,26 persen) dan
sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 5.615.148 ekor Ayam Pedaging
maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi
Ayam Pedaging sebanyak 136.955 ekor (2,50 persen).
Sedangkan jumlah produksi daging yang dihasilkan dari Ayam Pedaging
ini dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 juga mengalami
peningkatan. Tahun 2006 produksi daging yang dihasilkannya mencapai 6.331
ton, tahun 2007 produksi daging mencapai 5.368 ton jika dibandingkan tahun
2006 terjadi penurunan jumlah produksi daging dari Ayam Pedaging ini
sebanyak 963 ton (15,21 persen), tahun 2008 produksi daging mencapai 6.070
ton jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi peningkatan jumlah
produksi daging sebanyak 702 ton, pada tahun 2009 produksi daging sebanyak
6.608 ton jikan dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan kembali jumlah
produksi daging sebanyak 538 ton (8,86 persen) dan sampai dengan bulan Juni
2010 jumlah produksi telur yang dihasilkan dari Ayam Pedaging ini mencapai
6.774 ton maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi peningkatan kembali
jumlah produksi daging yang dihasilkan sebanyak 166 ton (2,51 persen). Jumlah
peternak Ayam Pedaging ini sebanyak 60 sampai dengan 433 peternak dengan
rata-rata kepemilikan per peternak sebanyak 11.579 ekor/kk sampai dengan
65.731 ekor/kk. Penyebaran populasi untuk Ayam Pedaging terbanyak ada di
Kec. Pekuncen, Kec. Kedungbanteng, Kec. Sumbang, Kec. Kemranjen dan
Kec. Tambak.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 35
Jumlah populasi untuk Itik yang ada pada tahun 2006 sebanyak 130.500
ekor, tahun 2007 ada sebanyak 113.872 ekor, jika dibandingkan pada tahun
2006 terjadi penurunan jumlah populasi Itik sebanyak 16.628 ekor (12,74
persen), tahun 2008 ada sebanyak 139.607 ekor jika dibandingkan tahun 2007
terjadi peningkatan jumlah populasi Itik sebanyak 25.735 ekor (22,60 persen),
untuk tahun 2009 ada sebanyak 141.701 ekor
populasi Itik maka jika dibandingkan pada
tahun 2008 terjadi penambahan kembali
jumlah populasi Itik sebanyak 2.094 ekor (1,5
persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010
ada sebanyak 143.118 ekor Itik maka jika
dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi Itik
sebanyak 1.417 ekor (1 persen). Jumlah peternak Itik ini sebanyak 11.270
peternak sampai dengan 21.750 peternak dengan rata-rata kepemilikan per
peternak sebanyak 6 ekor/peternak sampai dengan 13 ekor/peternak. Penyebaran
populasi untuk Itik terbanyak ada di Kec. Tambak, Kec. Kemranjen, Kec.
Sumpiuh, Kec. Sumbang Kemranjen dan Kec. Ajibarang.
Industri peternakan seperti perusahaan pembibitan ayam ada 1 buah,
perusahaan penggemukan sapi potong ada 1 buah, untuk jumlah koperasi yang
bergerak di usaha peternakan ada 1 buah dan rumah pemotongan hewan ada 9
buah yaitu RPH Wangon, RPH Sumpiuh, RPH Banyumas, RPH Ajibarang, RPH
Ajibarang, RPH Cilongok, RPH Sokaraja, RPH Kembaran, RPH Purwokerto
Timur, RPH Purwokerto Barat.
5. Sektor Perkebunan
Pembangunan bidang perkebunan merupakan usaha yang penting untuk
menunjang kegiatan perekonomian, dari berbagai jenis komoditi tanaman
perkebunan seperti, kelapa deres, jahe dan cengkeh merupakan komoditi yang
cukup berpotensi di Kabupaten Banyumas sampai saat ini, berdasarkan laporan
dari Dinpertanbunhut Kabupaten Banyumas, jenis tanaman perkebunan yang ada
di wilayah Kabupaten Banyumas, sebagai berikut :
a. Karet
Luas areal perkebunan Karet yang ada dari tahun tahun 2006 sampai dengan
bulan Juni 2010 mengalami peningkatan secara terus menerus begitu pula
dengan produksi Getah Karet yang dihasilkannya mengalami peningkatan
produksi secara terus menerus. Pada tahun 2006 luas areal Karet mencapai
115,65 Ha, pada tahun 2007 luas areal mencapai 130,26 Ha jika
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 36
dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006 terjadi peningkatan luas
areal perkebunan Karet seluas 14,61 Ha (12,63 persen), pada tahun 2008 luas
areal mencapai 144,03 Ha jika
dibandingkan tahun 2007 maka terjadi
peningkatan areal seluas 13,77 Ha (10,57
persen), pada tahun 2009 luas areal
mencapai 209,88 Ha jika dibandingkan
pada tahun 2008 maka terjadi peningkatan
luas areal tanaman karet seluas 65,85 Ha (45,72 persen) dan sampai dengan
bulan Juni 2010 luas areal tanaman karet mencapai 422,97 Ha maka jika
dibandingkan luas areal pada tahun 2009 terjadia peningkatan kembali luas
areal tanaman karet seluas 213,09 Ha (101,53 persen). Untuk produksi Getah
Karet yang dihasilkan dari tanaman karet pada tahun 2006 sebanyak 5,58
ton, tahun 2007 produksinya mencapai 5,81 ton jika dibandingkan pada
tahun 2006 maka terjadi penurunan produksi sebanyak 0,23 ton (4,12
persen), pada tahun 2008 produksinya mencapai 5,90 ton jika dibandingkan
tahun 2007 maka terjadi peningkatan produksi sebanyak 0,09 ton (1,55
persen), pada tahun 2009 produksi yang dihasilkan mencapai 6 ton jika
dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi peningkatan produksi Getah
Karet sebanyak 0,10 ton (1,69 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010
produksi Getah Karet yang dihasilkannya mencapai 3,30 ton maka jika
dibandingkan luas areal pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah
produksi Getah Karet yang diproduksinya sebanyak 2,70 ton (45 persen).
Tanaman Karet ini ada di wilayah Kroempoet Banyumas.
b. Teh
Luas areal perkebunan Teh yang ada dari tahun tahun 2006 sampai dengan
bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik turun begitu pula dengan produksi
dari daun Teh yang dihasilkannya mengalami penurunan produksi secara
terus menerus. Pada tahun 2006 luas areal Teh seluas 54,65 Ha, pada tahun
2007 luas areal mencapai 52,68 Ha jika dibandingkan dengan luas areal pada
tahun 2006 terjadi penurunan luas areal perkebunan Teh seluas 1,99 Ha
(3,64 persen), pada tahun 2008 luas areal mencapai 48,39 Ha jika
dibandingkan tahun 2007 maka terjadi penurunan kembali luas areal
tanaman Teh seluas 4,27 Ha (8,11 persen), pada tahun 2009 sampai dengan
bulan Juni 2010 luas areal mencapai 44,39 Ha jika dibandingkan pada tahun
2007 maka terjadi penurunan luas areal tanaman Teh seluas 4,27 Ha (8,11
persen). Untuk produksi Dauh Teh yang dihasilkan dari tanaman Teh pada
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 37
tahun 2006 sebanyak 27,08 ton, tahun 2007 produksinya mencapai 16,06 ton
jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi penurunan produksi
sebanyak 11,03 ton (40,73 persen), pada tahun 2008 produksinya mencapai
17,48 ton jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi peningkatan produksi
sebanyak 1,41 ton (8,79 persen), pada tahun 2009 produksi yang dihasilkan
mencapai 14,39 ton jika dibandingkan
pada tahun 2008 maka terjadi penurunan
produksi Daun Teh yang dihasilkan
sebanyak 3,07 ton (17,58 persen) dan
sampai dengan bulan Juni 2010 produksi
Daun Teh yang dihasilkannya mencapai
7,20 ton jika dibandingkan luas areal
pada tahun 2009 terjadi penurunan kembali jumlah produksi Daun Teh yang
diproduksinya sebanyak 7,19 ton (49,97 persen), jumlah produksi dari Daun
Teh yang dihasilkannya sangat dipengaruhi dari luas areal yang semakin
berkurang sehingga berdampak terhadap jumlah produksi Daun Teh yang
dihasilkannya. Wilayah pengembangan komoditas basis perkebunan untuk
tanaman Teh ada di wilayah Kec. Pekuncen, Kec. Baturaden dan Kec.
Sumbang.
c. Kopi
Kopi yang ada di Kabupaten Banyumas yaitu jenis Kopi Robusta dan Kopi
Arabika, luas areal perkebunan Kopi Robusta pada tahun 2006 seluas 475,11
Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan sebanyak 75,14 ton pada tahun
2007 luas areal menjadi 480,37 Ha dengan jumlah produksi sebanyak 83,51
ton, pada tahun 2008 luas areal tetap yaitu 480,37 Ha dengan jumlah
produksi sebanyak 84,69 ton, pada tahun 2009 luas areal menjadi 495,12 Ha
dengan jumlah produksi sebanyak 77,09 ton dan sampai dengan bulan Juni
2010 luas areal tanaman Kopi Robusta seluas
495,12 Ha dengan jumlah produksi yang
dihasilkan sebanyak 4,88 ton. Sedangkan
untuk jenis tanaman Kopi Arabika pada tahun
2006 luas areal 24,62 Ha jumlah dengan
produksi sebanyak 5,57 ton, pada tahun 2007
luas menjadi 21,77 Ha dengan jumlah
produksi kopi sebanyak 3,19 ton, pada tahun 2008 luas areal tanaman seluas
18,77 Ha dengan produksi yang dihasilkan sebanyak 4,50 ton, pada tahun
2009 luas areal menjadi 16,38 Ha jumlah produksi 4,11 ton, pada tahun 2010
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 38
luas areal tanaman tetap yaitu 16,38 Ha dan sampai dengan bulan Juni 2010
jumlah produksi baru mencapai 0,03 ton. Wilayah pengembangan komoditas
andalan perkebunan untuk tanaman kopi robusta di Kabupaten Banyumas
yaitu di wilayah Kec. Tambak, Kec. Somagede, Kec. Kalibagor, Kec.
Ajibarang, Kec. Gumelar, Kec. Pekuncen, Kec. Baturaden, Kec. Sumbang
dan Kec. Kembaran.
d. Tembakau
Untuk tanaman Tembakau luas areal perkebunan Tembakau yang ada dari
tahun tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami peningkatan
terus menerus. Pada tahun 2006 luas areal perkebunan Tembakau seluas
39,45 Ha, pada tahun 2007 luas areal mencapai 61,25 Ha jika dibandingkan
dengan luas areal pada tahun 2006 maka terjadi peningkatan luas areal
perkebunan Tembakau seluas 21,80 Ha (55,26 persen), pada tahun 2008 luas
areal menjadi 63,45 Ha jika dibandingkan tahun
2007 maka terjadi peningkatan kembali luas areal
tanaman Tembakau seluas 2,20 Ha (3,59 persen),
pada tahun 2009 luas areal menjadi 62,40 Ha jika
jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi
penurunan luas areal tanaman Tembakau seluas 1,05
Ha (1,65 persen) dan sampai dengan bulan Juni
2010 luas areal tanaman Tembakau baru mencapai 5
Ha. Untuk junlah produksi yang dilaporkan pada tahun 2006 mencapai 3 ton,
pada tahun 2007 produksinya mencapai 33,18 ton dan pada tahun 2008
produksi dari Daun Tembakau yang dihasilkan sebanyak 39 ton. Adapun
wilayah pengembangan komoditas andalan perkebunan untuk tanaman
tembakau yaitu di Kec. Wangon, Kec. Rawalo, Kec. Kebasen,
Kec. Jatilawang dan Kec. Purwojati.
e. Kakao
Untuk tanaman Kakao luas areal perkebunan Kakao yang ada dari tahun
tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik turun.
Pada tahun 2006 luas areal perkebunan Kakao seluas 8,03 Ha, pada tahun
2007 sampai dengan tahun 2009 luas areal mencapai 8 Ha jika dibandingkan
dengan luas areal pada tahun 2006 maka terjadi peningkatan luas areal
perkebunan Kakao seluas 0,03 Ha (0,37 persen) dan sampai dengan bulan
Juni 2010 luas areal perkebunana Kakao menjadi 20,85 Ha dimana terjadi
peningkatan luas areal perkebunan jika dibandingkan pada tahun 2007 yaitu
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 39
seluas 12,85 Ha (160,3 persen). Sedangkan untuk jumlah produksi yang
dilaporkan oleh Dinpertanbunhut pada tahun 2006 mencapai 0,72 ton, pada
tahun 2007 produksinya mencapai 0,60 ton
jika dibandingkan produksi pada tahun 2006
maka terjadi penurunan jumlah produksi
Kakao sebanyak 0,12 ton (16,67 persen) dan
pada tahun 2008 sampai dengan bulan Juni
2010 berturut-turut produksi yang dihasilka
dari perkebunan Kakao sebanyak 0,70 ton
jika dibandingkan produksi pada tahun 2007 maka produksinya mengalami
peningkatan sebanyak 0,10 ton (16,67 persen), wilayah pengembangan
perkebunan Kakao ada di Kec. Ajibarang, Kec. Gumelar dan Kec. Pekuncen.
f. Lada
Untuk tanaman Lada luas areal perkebunan Lada yang ada dari tahun tahun
2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami penurunan terus menerus.
Pada tahun 2006 luas areal perkebunan Lada seluas 163,72 Ha, pada tahun
2007 luas areal mencapai 148,42 Ha jika dibandingkan dengan luas areal
pada tahun 2006 maka terjadi penurunan luas
areal perkebunan Lada seluas 15,30 Ha (9,35
persen), pada tahun 2008 luas areal menjadi
102,63 Ha jika dibandingkan tahun 2007
maka terjadi penurunan kembali luas areal
tanaman Lada seluas 45,79 Ha (30,85 persen),
pada tahun 2009 luas areal menjadi 97,59 Ha jika jika dibandingkan pada
tahun 2008 terjadi penurunan luas areal tanaman Tembakau seluas 5,04 Ha
(5,04 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal tanaman Lada
tidak mengalami perubahan yaitu mencapai 97,59 Ha. Untuk jumlah
produksi Lada yang dilaporkan pada tahun 2006 mencapai 63,98 ton, pada
tahun 2007 produksinya mencapai 36,57 jika dibandingkan pada tahun 2006
maka terjadi penurunan jumlah produksi Lada sebanyak 27,41 ton (42,84
persen), tahun 2008 jumlah produksi sebanyak 29,18 jika dibandingkan
produksi tahun 2007 terjadi penurunan produksi sebanyak 7,39 ton (20,21
persen), pada tahun 2009 produksi dari Lada sebanyak 26,53 ton jika
dibandingkan produksi pada tahun 2008 maka terjadi penurunan kembali
jumlah produksi sebanyak 2,65 ton (9,08 persen) dan sampai dengan bulan
Juni 2010 produksi Lada baru mencapai 0,55 ton. Wilayah pengembangan
komoditas andalan perkebuan untuk tanaman Lada ada di wilayah
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 40
Kec. Lumbir, Kec. Jatilawang, Kee. Sumpiuh, Kec. Somagede,
Kec. Gumelar dan Kec. Karanglewas.
g. Vanili
Luas areal perkebunan Vanili yang ada dari tahun tahun 2006 sampai dengan
bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik turun begitu pula dengan produksi
dari Vanili yang dihasilkannya mengalami fluktuasi naik turun. Pada tahun
2006 luas areal Vanili yang ada seluas 27,58 Ha, pada tahun 2007 luas areal
mencapai 19,84 Ha jika dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006
terjadi penurunan luas areal perkebunan
Vanili seluas 7,74 Ha (28,06 persen),
pada tahun 2008 luas areal mencapai 8,79
Ha jika dibandingkan tahun 2007 maka
terjadi penurunan kembali luas areal
tanaman Vanili seluas 11,05 Ha (55,70
persen), pada tahun 2009 sampai dengan
bulan Juni 2010 luas areal mencapai
10,39 Ha jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi peningkatan luas
areal tanaman Vanili seluas 1,60 Ha (18,20 persen). Untuk produksi Vanili
yang dihasilkan pada tahun 2006 sebanyak 8,15 ton, tahun 2007 produksinya
mencapai 2,46 ton jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi
penurunan produksi sebanyak 5,69 ton (69,82 persen), pada tahun 2008
produksinya mencapai 0,04 ton jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi
penurunan produksi sebanyak 2,42 ton (98,37 persen), pada tahun 2009
produksi yang dihasilkan mencapai 1,43 ton jika dibandingkan pada tahun
2008 maka terjadi peningkatan produksi Vanili yang dihasilkan sebanyak
1,39 ton (3.475 persen).
h. Tebu
Luas areal perkebunan Tebu yang ada dari tahun tahun 2007 sampai dengan
bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik dan
turun. Pada tahun 2007 luas areal perkebunan
Tebu seluas 21 Ha, pada tahun 2008 luas areal
mencapai 76 Ha jika dibandingkan dengan luas
areal pada tahun 2006 maka terjadi peningkatan
luas areal perkebunan Tebu seluas 55 Ha
(261,90 persen), pada tahun 2009 luas areal
menjadi 32,76 Ha jika dibandingkan tahun
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 41
2008 terjadi penurunan luas areal tanaman Tebu seluas 43,24 Ha (56,89
persen) dan pada tahun 2010 luas areal menjadi 31,71 Ha jika jika
dibandingkan pada tahun 2009 maka terjadi penurunan kembali luas areal
tanaman Tebu seluas 1,05 Ha (3,21 persen). Untuk jumlah produksi Tebu
yang dilaporkan pada tahun 2007 mencapai 67,09 ton, tahun 2008
produksinya mencapai 295,40 ton dan pada tahun 2009 produksinya
mencapai 135,70 ton.
i. Kelapa
Jenis tanaman kelapa ada dua jenis yaitu Kelapa Dalam dan Kelapa Deres.
Luas areal perkebunan yang ditanami Kelapa Dalam maupun Kelapa Deres
dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami perkembangan
fluktuasi naik dan turun begitu pula dengan
jumlah produksi yang dihasilkan baik Kelapa
Dalam maupun Kelapa Deres juga mengalami
fluktuasi naik dan turun. Pada tahun 2006 luas
areal perkebunan Kelapa Dalam seluas 13.616,82
Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan
sebanyak 10.182,81 ton, pada tahun 2007 luas
areal mencapai 13.296,46 Ha dengan jumlah
produksi sebanyak 9.911,42 ton, pada tahun 2008
luas areal mencapai 12.619,10 Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan
sebanyak 12.597,70 dan pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010
luas areal perekebunan Kelapa Dalam yang dilaporkan Dinpertanbunhut
Kabupaten Banyumas mencapai 12.736,05 Ha dengan jumlah produksi yang
dihasilkannya pada tahun 2009 mencapai 12.206,42 ton dan sampai dengan
bulan Juni 2010 produksinya baru mencapaui 6.750 ton. Untuk perkebunan
Kelapa Deres luas areal pada tahun
2006 mencapai 4.599,56 Ha dengan
jumlah produksi mencapai 45.507,89
ton, pada tahun 2007 luas areal seluas
5.193,22 Ha dengan jumnlah produksi
sebanyak 49.608,53 ton, pada tahun
2008 luas areal yang ada mencapai
5.156,43 Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan mencapai 51.341,20
ton, pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal yang
dilaporkan oleh Dinpertanbunhut Kabupaten Banyumas seluas 5.156,43 Ha
dengan jumlah produksi yang dihasilkan dari tanaman Kelapa Deres ini pada
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 42
tahun 2009 mencapai 51.400 ton dan pada tahun 2010 jumnlah produksi
yang dihasilkannya mencapai 25.700 ton. Wilayah pengembangan
komoditas andalan perkebunan Kelapa di Kabupaten Banyumas untuk
Kelapa Dalam ada di wilayah Kec. Jatilawang, Kec. Kemranjen, Kec.
Kembaran, Kec. Kalibagor, Kec. Kedungbanteng, Kec.
Baturaden, Kec. Sumbang dan Kec. Sokaraja sedangkan untuk Kelapa Deres
ada di wilayah Kec. Cilongok, Kec.Wangon, Kec. Kebasen, Kec. Sumpiuh,
Kec. Somagede, Kec. Banyumas, Kec. Purwojati, Kec. Patikraja, Kec.
Ajibarang, Kec. Pekuncen dan Kec. Karanglewas.
j. Cengkeh
Luas areal perkebunan Cengkeh yang ada dari tahun tahun 2006 sampai
dengan bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik dan turun begitu pula
dengan jumlah produksi dari tanaman Cengkeh tersebut juga mengalami
fluktuasi naik dan turun. Pada tahun 2006 luas
areal Cengkeh mencapai 2.400,90 Ha, pada
tahun 2007 luas areal mencapai 1.792,57 Ha jika
dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006
terjadi penurunan luas areal perkebunan
Cengkeh seluas 608,33 Ha (25,34 persen), pada
tahun 2008 luas areal mencapai 1.370,86 Ha jika
dibandingkan tahun 2007 maka terjadi
penurunan luas areal perkebunan Cengkeh seluas 421,71 Ha (23,53 persen),
pada tahun 2009 luas areal mencapai 1.729,09 Ha jika dibandingkan pada
tahun 2008 maka terjadi peningkatan luas areal tanaman Cengkeh seluas
421,23 Ha (30,73 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal
tanaman Cengkeh mencapai 422,97 Ha. Untuk jumlah produksi Cengkeh
yang dihasilkan pada tahun 2007 sebanyak 230,15 ton, tahun 2008
produksinya mencapai 102,32 ton jika dibandingkan pada tahun 2007 maka
terjadi penurunan produksi sebanyak 127,83 ton (55,54 persen), pada tahun
2009 produksinya mencapai 109,41 ton jika dibandingkan tahun 2008 maka
terjadi peningkatan produksi sebanyak 7,09 ton (6,93 persen). Wilayah
pengembangan komoditas andalan perkebunan Cengkeh ada wilayah
Kec. Kedungbanteng, Kec. Sumpiuh, Kec. Tambak dan Kec. Somagede.
k. Pala
Luas areal perkebunan Pala yang ada dari tahun tahun 2007 sampai dengan
bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik dan turun begitu pula dengan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 43
produksi dari buah Pala yang di hasilkannya mengalami perkembangan
fluktuasi naik dan turun, pada tahun 2007 luas areal perkebunan Pala
mencapai 132,06 Ha, tahun 2008 luas areal
perkebunan mencapai 134,34 Ha jika
dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2007
terjadi peningkatan luas areal perkebunan Pala
seluas 2,28 Ha (1,73 persen), pada tahun 2009
luas areal mencapai 130,30 Ha jika dibandingkan
tahun 2008 terjadi penurunan luas areal seluas
4,04 Ha (3,01 persen). Untuk jumlah produksi Pala yang dihasilkan pada
tahun 2007 sebanyak 9,16 ton, tahun 2008 produksinya mencapai 8,74 ton
jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi penurunan produksi
sebanyak 0,42 ton (4,59 persen), pada tahun 2009 produksinya mencapai
9,71 ton jika dibandingkan tahun 2008 maka terjadi peningkatan produksi
sebanyak 0,97 ton (11,10 persen).
Tabel 3.7.
Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Perkebunan
di Kabupaten Banyumas
No. Nama Komoditas Wilayah Kecamatan
1. Kelapa Dalam Jatilawang, Kemranjen, Kembaran, Kalibagor, Kedungbanteng, Baturaden, Sumbang dan Sokaraja
2. Kelapa Deres Cilongok, Wangon, Kebasen, Sumpiuh, Somagede, Banyumas, Purwojati, Patikraja, Ajibarang, Pekuncen dan Karanglewas
3. Cengkeh Sumpiuh, Tambak dan Somagede 4. Kopi Robusta Tambak, Somagede, Kalibagor, Ajibarang, Gumelar, Pekuncen,
Baturaden, Sumbang dan Kembaran 5. Lada Lumbir, Jatilawang, Sumpiuh, Somagede, Gumelar dan
Karanglewas 6. Kencur Somagde dan Purwojati 7. Jahe Gajah Somagede 8. Niam Pekuncen 9. Kapulaga Kemranjen dan Sumpiuh
10. Kunir Purwojati 11. Laos Rawalo 12. Tembakau Purwojati dan Kebasen 13. Temu Lawak Rawalo
Kelembagaan teknologi tepat guna berdasarkan laporan dari Bapermas PKB
Kabupaten Banyumas, jumlah pos pelayanan teknologi pedesaan ada sebanyak 27
buah yang tersebar di 27 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas.
Sedangkan jumlah warung teknologi desa ada sebanyak 331 buah yang tersebar di
desa-desa di 27 Kecamatan Kabupaten Banyumas. Untuk Kelompok sumber daya
sosial seperti Karang Taruna ada 331 kelompok Karang Taruna berdasarkan laporan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 44
dari Bakesbangpolinmas Kabupaten Banyumas dan 147 kelompok usaha peternakan
berdasarkan laporan dari Dinakkan Kabupaten Banyumas.
B. Pertambangan dan Energi
1. Pertambangan
Kabupaten Banyumas dilihat dari segi geologi merupakan daerah yang
mempunyai berbagai Kabupaten Banyumas dilihat dari segi geologi merupakan
daerah yang mempunyai berbagai macam bahan galian, terutama bahan galian
Golongan C (BGGC). Batuan Beku dan Batuan Sediment tersebar merata di
seluruh Wilayah Kabupaten Banyumas, sehingga sangat potensial untuk
pengembangan jenis usaha penambangan bahan galian golongan C. Potensi
bahan galian golongan C yang ada di Kabupaten Banyumas tersebut antara lain :
a. Phospat, di Desa Darmakradenan Kec.
Gumelar dengan cadangan 236.059 ton
dan di Desa Sawangan Kec. Patikraja
dengan cadangan 520.970 ton.
Keguman Phospat yaitu untuk keperluan
industri pupuk alam, pupuk buatan dan
industri karet.
b. Batu Gamping, di Desa Sawangan dan Desa Darmakradenan Kee. Gumelar
dengan cadangan 442.181.173 ton. Kegunaan bahan baku kapur tohor,
bahan baku klinker semen dan bahan
baku industri keramik, pembuatan
kalsium, bahan penghilang warna
dalam industri minyak, bahan pasta,
sebagai flux dan bahan tahan api.
c. Granodiorit, dengan cadangan
11.566.976 ton berada di Desa Baseh
Kec. Kedungbanteng, kegunaan sebagai bahan bangunan (pondasi),
ornamen lantai dan cindera mata.
d. Batu Rai / Tempel (Andesit), dengan
cadangan 775.186 berada di
Kec. Pekuncen. Kegunaan sebagai
bahan bangunan (pondasi rumah,
gedung, jalan, jembatan, bending) dan
ornament.
e. Andesit Hornblende, dengan 201.388,14 ton
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 45
berada di Desa Melung Kec. Kedungbanteng. Kegunaan sebagai bahan
bangunan (pondasi), ornament, rumah, keamik dan cindera mata.
f. Diorit, dengan cadangan 3.950.000.000 ton berada di Kec. Purwojati dan
Kec. Ajibarang. Kegunaan sebagai bahan bangunan seperti pondasi rumah,
gedung, jalan, jembatan, dll.
g. Kaolin, dengan cadangan 324.760 ton, berada di Kee. Gumelar dan 210.745
ton berada di Kec. Cilongok. Kegunaannya, yaitu sebagai bahan industri
seperti industri keramik, karet, peptisida dan cat.
h. Sirtu, dengan cadangan 5.846.340 ton, berada di sepanjang sungai Logawa,
Tajum, Krukut, Banjaran. Kegunaan sebagai bahan bangunan.
i. Trass, dengan cadangan 560 ton, berada di Kee. Kedungbanteng.
Kegunaannya sebagm bahan adonan bata dan adukan konstruksi beton,
campuran pembuatan batako dan bahan pembuatan semen puzzoland.
j. Tanah Liat, dengan cadangan 45.487.328 ton, berada di Kec. Sokaraja,
Ajibarang, Banyumas, Kembaran, Gumelar dan Lumbir. Kegunaan sebagai
bahan industri keramik, gerabah, bata dan genteng.
Disamping potensi akan Bahan Galian Golongan C, di Kabupaten
Banyurnas ada beberapa wilayah yang mempunyai potensi kandungan Emas
antara lain di Kec. Ajibarang seluas 4.202 Ha, Kec. Cilongok seluas 4,992 Ha,
Kee. Banyumas seluas 4,948 Ha dan Kee. Somagede seluas 4,997 Ha.
Diperkirakan potensi Emas yang ada di Kab. Banyumas mencapai 9,47 ton
(Sumber : Dinas Energi dan SDM Kab. Banyumas, Th. 2010).
Permasalahan pokok mengenai Pertambangan di Kabupaten Banyumas
adalah, banyaknya kegiatan pertambangan yang tidak memperhatikan
keseimbangan lingkungan, belum optimalnya pengelolaan kegiatan
pertambangan masyarakat dan belum tersedianya peta potensi pertambangan.
2. Energi
Kemajuan pembangunan segala bidang di Kabupaten Banyumas,
menuntut penyediaan kebutuhan listrik yang sangat besar. Empat tahun terakhir
menunjukkan kebutuhan jaringan listrik bagi masyarakat Kabupaten Banyumas
meningkat tajam dari tahun ke tahun.
Tabel 3.8.
Banyaknya Pelanggan Listrik PLN Tahun 2005 - 2008
No. Tahun Jumlah RT Jumlah Pelanggan Ratio Elektrifikasi (%)
1. 2006 388.004 252.910 65,18
2. 2007 396.269 269.820 68,09
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 46
No. Tahun Jumlah RT Jumlah Pelanggan Ratio Elektrifikasi (%)
3. 2008 400.280 276.682 69,12
4. 2009 403.383 293.626 72,79
Sumber: Dinas ESDM Kab. Banyumas Tahun 2010.
Cakupan pelayanan listrik di Kabupaten Banyumas setiap tahunnya
mengalami peningkatan secara terus menerus dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2009. Pada akhir tahun 2006 jumlah pelanggan sebanyak 252.910 unit
meningkat menjadi 293.626 unit pada tahun 2009. Sedangkan rasio elektrifikasi
juga menunjukkan kondisi yang terus meningkat dari 65,18% pada tahun 2006
menjadi 72,79 % pada tahun 2009. Permasalahan umum yang muncul adalah
masih terdapatnya wilayah yang belum terjangkau listrik dan masih terbatasnya
sumber-sumber energi alternatif.
Di Kabupaten Banyumas tersedia satu buah sumber energi listrik yang
berupa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terletak di Desa Ketenger
Kec. Baturaden. Masyarakat disamping memanfaatkan listrik yang berasal dari
PLN juga ada sebagian yang menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Desel
(PLTD) untuk digunakan sehari-hari antara lain untuk berjualan oleh Pedagang
Kaki Lima (PKL), maupun masyarakat pedesaan yang belum terjangkau listrik
dari PLN. Sampai dengan bulan Juni 2010 tercatat sebanyak 49 unit masyarakat
yang menggunakan PLTD. Disamping itu bagi masyarakat pedesaan khusunya
yang ada di pegunungan dan belum bisa terjangkau pelayanan listrik oleh PLN
menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Sarana pelayanan bahan bakar berupa SPBU di Kabupaten Banyumas
berdasarkan laporan dari Dinas ESDM Kabupaten Banyumas pada tahun 2006
berdiri 26 SPBU, tahun 2007 ada
penambahan SPBU 1 buah sehingga
menjadi 26 buah, pada tahun 2008 ada
penambahan kembali 1 buah SPBU
sehingga jumlah keseluruhan SPBU
menjadi 28 buah SPBU, tahun 2009
dan sampai dengan bulan Juni 2010
jumlah SPBU yang terdaftar di Dinas ESDM Kabupaten Banyumas sudah
berjumlah 28 buah, dimana SPBU tersebut tersebar di beberapa wilayah
Kabupaten Banyumas.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 47
Untuk Depo Minyak Tanah / Pangkalan yang ada di Kab. Banymnas
pada tahun 2009 hanya ada 11 buah dan pada sampai dengan bulan Juni 2010
berdiri Depo Minyak Tanah / Pangkalan sebanyak 100 buah. Sedangkan sarana
pelayanan bahan bakar SPBE di Kabupaten Banyumas baru berdiri 2 buah, yaitu
di wilayah Kec. Kalibagor dan Kec. Cilongok.
C. Lingkungan Hidup, Tata Ruang dan Pertanahan
1. Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan hidup dalam waktu satu dasa warsa terakhir
cenderung mengalami penurunan kualitas, hal ini ditandai dengan luasnya lahan
kritis, meningkatnya pencemaran lingkungan dan berkurangnya hutan produktif
serta terjadinya bencana alam. Tabel 3.6 berikut ini menunjukkan luas lahan
kritis di wilayah Perum Perhutani Banyumas :
Tabel 3.9.
Luas Lahan Kritis Tahun 2006 - 2010
No. Tahun Luas Lahan Kritis (Ha) Perubahan (%)
1. 2006 17.000 6,42 2. 2007 17.000 - 3. 2008 17.775 4,56 4. 2009 17.775 - 5. 2010 17.775 -
Sumber : DCKKTR Kabupaten Banyumas Tahun 2010.
Banyumas memiliki kawasan hutan yang terbagi menjadi 3 (tiga) wilayah
meliputi :
a. Kawasan Hutan Banyumas Timur yang dikelola
oleh Perum Perhutani Banyumas Timur dengan luas
kawasan hutannya mencapai 18.059,50 Ha, terdiri
dari hutan lindung seluas 9.082,20 Ha, hutan
produksi seluas 8.977,30 Ha;
b. Kawasan Hutan Banyumas Barat yang dikelola oleh
Perum Perhutani Banyumas Barat dengan luas
kawasan hutannya mencapai 8.235,80 Ha terdiri dari
hutan lindung 79,30 Ha dan hutan produksi 8.156,50.
c. Kawasan Hutan Kedu Selatan, yang meliputi wilayah yang berbatasan
dengan Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 48
Berdasarkan fungsi hutan, di Banyumas mempunyai hutan lindung seluas
9.082,20 ha di wilayah Perum Perhutani Banyumas Timur dan 79,30 ha di
wilayah Perum Perhutani Banyumas Barat. Sedangkan untuk Hutan Produksi
seluas 8.977,30 ha di wilayah Perum Perhutani Banyumas Timur dan 8.156.50
ha di wilayah Perum Perhutani Banyumas Barat.
Tabel 3.10.
Luas Hutan Menurut Fungsinya di Wilayah Perum Perhutani Banyumas Timur dan di wilayah Perum Perhutani Banyumas Barat Tahun 2008
Luas Hutan (Ha) No. Fungsi Hutan Perum Perhutani
Banyumas Timur Perum Perhutani Banyumas Barat
1. Hutan Suaka - - 2. Hutan Lindung 9.294,07 79,30 3. Hutan Produksi 9.471,80 8.156,50 4. Hutan Lainnya (LDTI) -
Jumlah 18.765,87 8.235,00
Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.
Kawasan lindung di Kabupaten Banyumas, baik dalam konteks wilayah
internal maupun regional, membentuk suatu kesatuan yang secara sinergis
memberikan perlindungan dari daerah hulu hingga hilir tanpa dibatasi oleh
batasan-batasan administratif Kriteria yang, dipergunakan untuk menentukan
kawasan lindung ini didasarkan pada
Keppres No. 32 Tahun 1990.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka
kawasan lindung yang terdapat di
Kabupaten Banyumas adalah kawasan
yang melindungi kawasan
bawahannya, kawasan perlindungan
dungan setempat, kawasan suaka alam dan cagar budaya, serta kawasan rawan
bencana.
Berdasarkan identiflkasi potensi dan permasalahan kondisi fisik lahan
kawasan yang disesuaikan dengan kriteria kawasan lindung yang telah
dikemukakan sebelumnya (SK Mentan No. 698/Kpts/Um/8/1981 dan No.
837/Kpts/Um/1 1/1980), maka kawasan yang termasuk dalam kategori kawasan
hutan lindung di Kabupaten Banyumas adalah sebagai berikut :
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 49
a. Daerah kerucut Gunung Slamet, yaitu meliputi kecamatan Pekuncen,
Kecamatan Cilongok, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Baturaden,
dan Kecamatan Sumbang.
b. Kawasan hutan yang memanjang dari Kecamatan Rawalo sampai ke
Kecamatan Tambak yang melewati Kecamatan Patikraja, Kecamatan
Kebasen, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan
Sumpiuh dan Kecamatan Somagede.
c. Kawasan hutan di bagian Barat Kabupaten Banyumas yang berada di
wilayah Kecamatan Lumbir, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Ajibarang,
Kecamatan Wangon dan Kecamatan Purwojati.
Kawasan rawan bencana gerakan tanah merupakan wilayah dengan
kondisi permukaan tanah mudah longsor/bergerak karena pada daerah tersebut
terdapat zona tanah bergerak. Kawasan ini tertutup bagi permukiman,
persawahan, kolam ikan, kegiatan pemotongan lereng, atau budidaya lain yang
membahayakan keselamatan manusia dan lingkungan. Kegiatan pertanian
tanaman tahunan masih dapat dilakukan. Di wilayah Kabupaten Banyumas
kawasm rawan bencana gerakan tanah terdapat di beberapa wilayah, yaitu :
Kecamatan Pekuncen, Gumelar, Lumbir, Wangon, Cilongok, Purwojati,
Banyumas, Somagede, Kemranjen, Kebasen, Palwija, Kedungbanteng dan
Rawalo.
Disisi lain di wilayah Kabupaten Banyumas, kawasan perlindungan
bahaya banjir terdapat pada bagian selatan Kabupaten Banyumas yang tercakup
dalam wilayah Keamatan Sumpiuh, Kemranjen, Wangon, Jatilawang dan
Tambak. Pada daerah rawan banjir ini pemerintah perlu mernbuat kebijakan
yang tepat untuk melindungi daerah rawan bencana, seperti adanya pemantapan
kawasan lindung di antaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus
(tanaman tahunan).
Permasalahan yang mendasar dan perlu penangan serius untuk
pengembangan linkungan hidup adalah masalah penurunan kualitas lingkungan
hidup yang disebabkan pemaanfaatan sumberdaya alam yang tidak ramah
lingkungan, rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kualitas
lingkungan hidup dan lemahnya pengawasan dan koordinasi antar sektor dalam
pemanfaatan sumberdaya alam.
2. Tata Ruang dan Pertanahan
Sebagai gambaran saat ini, penggunaan lahan di Kabupaten Banyumas
dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 50
a. Penggunaan lahan Rural atau Pedesaan yang meliputi penggunaan tanah
sawah, tegalan, kebun campur dan perkebunan, yang menyebar pada
beberapa bagian di wilayah Kabupaten Banyumas.
b. Penggunaan lahan Urban atau Pusat Keramaian yang meliputi penggunaan
tanah perumahan, perekonomian, jusa, perdagangan, industri dan lain
sebagainya, yang tersebar di bagian utara, tengah dan selatan wilayah
Kabupaten Banyumas.
c. Penggunaan lahan Enviromental Conservation atau konservasi lingkungan
yang meliputi penggunaan lahan pada Daerah kerucut Gunung Slamet, yaitu
meliputi keccamatan Pekuncen, Kecamatan Cilongok, Kecamatan
Kedungbanteng, Kecamatan Baturaden dan Kecamatan Sumbang. Kawasan
hutan yang memanjang dari Kecamatan Rawalo sampai ke Kecamatan
Tarnbak yang melewati kecamatan Patikraja, Kecamatan Kebasen,
Kecamatan Banyumas, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Sumpiuh dan
Kecamatan Somagede. Kawasan hutan di bagian Barat Kabupaten
Banyumas berada di wilayah Kecamatan Lumbir, Kecamatan Gumelar,
Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Wangon dan Kecamatan Purwojati.
Hampir setengah dari luas wilayah Kabupaten Banyumas merupakan
kawasan budidaya pertanian dengan tingkat kesuburan yang cukup baik. Namun
demikian dari pemanfaatan tanah yang ada masih belum maksimal
penggunaannya terhadap kegiatan produktif. Sebagai gambaran proporsi pola
tata guna lahan Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.11.
Pola Tata Guna Lahan Kabupaten Banyumas
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase
1. Lahan Sawah
a. Pengairan Teknis b. Pengairan Setengah Teknis c. Pengairan Sederhana PU d. Pengairan Non PU e. Tadah Hujan f. Pasang Surut g. Tanah Sawah Lebak, Polder dll. h. Tanah Sawah yang sementara tidak diusahakan
2. Lahan Pertanian Bukan Sawah
a. Tegal/kebun b. Ladang/huma c. Perkebunan
32.219 10.650 4.827 5.933 4.761 6.048
- - -
53.293 27.408
61 11.132
24,27
40,14
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 51
d. Ditanami pohon/hutan rakyat e. Tambak f. Kolam/Tebat/Empang g. Padang Pengembalaan/rumput h. Sementara tidak diusahakan i. Lainnya (pekarangan yang ditanami pertanian, dll)
3. Lahan Bukan Pertanian
a. Rumah, Bangunan dan halaman sekitarnya b. Hutan negara c. Rawa-rawa (tidak ditanami) d. Lainnya (jalan, sungai, danau lahan tandus, dll.)
9.579 7
404 35 8
4.659
47.247 16.667 26.327
2 4.251
35,59
Jumlah / Total 132.759 100,00
Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.
Dari wilayah seluas 132.759 Ha, dimana merupakan lahan sawah sekitar
32.219 Ha atau sekitar 24,27 persen dari wilayah Kabupaten Banyumas dan
sekitar 10.650 Ha (8,02 persen) sawah dengan pengairan teknis. Sedangkan
sekitar 53.293 (40,14 persen) merupakan lahan pertanian bukan sawah, sekitar
27.408 (20,65 persen) merupakan lahan tegalan/kebun. Untuk lahan bukan
pertanian sekitar 47.24 Ha (35,59 persen) dimana sekitar 26.327 Ha (19,83
persen) merupakan lahan hutan negara dan 16.667 Ha (12,56 persen) merupakan
lahan untuk perumahan, bangunan dan pekarangan/halaman.
Guna menjaga keseimbangan ekosistem dan ketahanan pangan nasional,
maka Kabupaten Banyumas dijadikan sebagai salah satu daerah produksi
pangan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor
21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa
Tengah. Perda tersebut diperkuat dengan adanya kesepakatan antara
Bupatil/Walikota se-Jawa Tengah untuk mempertahankan lahan sawah yang
produktif dari alih fungsi lahan. Permasalahan umum tata ruang adalah
ketidakkonsistenan penggunaan lahan sesuai fungsi yang ditetapkan dalam
perencanaan tata ruang dan lemahnya pengendalian dan pengawasan
pemanfaatan ruang daerah.
Berdasarkan laporan dari Badan Pertanahan Nasional (BPN Pertanahan)
Kabupaten Banyumas jumlah tanah yang bersertifikat Hak Milik pada tahun
2006 sebanyak 214.091 bidang, tahun 2007 ada sebanyak 224.668 bidang
dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah tanah yang bersertfikat Hak
Milik sebanyak 10.577 bidang (4,94 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak
237.212 bidang jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi peningkatan
sebanyak 12.544 bidang (5,58 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 250.498
bidang jumlah tanah yang bersertifikat Hak Milik jika dibandingkan pada tahun
2008 terjadi peningkatan sebanyak 13.286 (5,60 persen), sampai dengan bulan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 52
Juni 2010 jumlah tanah yang telah bersertifikat Hak Milik sebanyak 253.015
bidang jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah tanah yang
telah bersertifikat Hak Milik di Kabupaten Banyumas sebanyak 2.517 bidang
(1 persen).
Sedangkan jumlah tanah yang bersertifikat Hak Guna Bangunan pada
tahun 2006 sebanyak 7.201 bidang, tahun 2007 ada sebanyak 8.367 bidang jika
dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah tanah yang bersertfikat Hak
Guna Bangunan sebanyak 1.166 bidang (16,19 persen), pada tahun 2008 ada
sebanyak 9.358 bidang jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi
peningkatan sebanyak 991 bidang (11,84 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak
10.387 bidang jumlah tanah yang bersertifikat Hak Guna Bangunan jika
dibandingkan pada tahun 2008 terjadi peningkatan sebanyak 1.029 (11 persen)
dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah tanah yang telah bersertifikat Hak
Guna Bangunan ada sebanyak 10.905 bidang jika dibandingkan tahun 2009
terjadi peningkatan jumlah tanah yang telah bersertifikat Hak Guna Bangunan di
Kabupaten Banyumas sebanyak 518 bidang (4,99 persen).
Untuk jumlah tanah yang bersertifikat Hak Guna Usaha sejak tahun 2006
sampai dengan bulan Juni 2010 berjumlah 17 bidang. Sedangkan untuk jumnlah
tanah yang bersertfikat Hak Pakai pada tahun 2006 ada sebanyak 2.324 bidang,
pada tahun 2007 ada sebanyak 2.441 bidang jika dibandingkan pada tahun 2006
maka ada penambahan jumlah tanah yang bersertifikat Hak Pakai sebanyak 117
(5,03 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 2.555 bidang jika dibandingkan
tahun 2007 maka ada peningkatan sebanyak 114 bidang (4,67 persen), pada
tahun 2009 ada sebanyak 2.685 bidang jika dibandingkan pada tahun 8008 maka
ada penambahan kembali jumlah tanah yang bersertfikat Hak Pakai sebanyak
130 bidang (5,09 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah tanah yang
bersertifikat Hak pakai ada sebanyak 2.753 bidang maka jika dibandingkan pada
tahun 2009 ada penambahan kembali jumlah tanah yang telah bersertifikat Hak
Pakai sebanyak 68 bidang (2,53 persen).
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 53
BAB IV
INFRASTRUKTUR
A. Perumahan dan Pemukiman
Perumahan dan pemukiman di Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan dari
Dinas CKKTR Kabupaten Banyumas, menunjukan perkembangan yang membaik.
Berdasarkan indikator kesejahteraan
masyarakat menunjukan adanya perkem-
bangan perubahan fisik perumahan milik
masyarakat berupa meningkatnya jumlah
rumah bangunan permanen dan
berkurangnya jumlah rumah bangunan
nonpermanen serta meningkatnya persenta-
se jenis rumah layak yang ada di Kabupaten
Banyumas. Data perkembangan rumah bangunan permanen dari tahun 2008 sampai
dengan bulan Juni 2010 tahun yang semakin meningkat, pada tahun 2008 jumlah
rumah bangunan permanen ada sebanyak 182.130 unit, pada tahun 2009 ada
sebanyak 211.550 unit jika dibandingkan tahun 2008 maka jumlah rumah bangunan
permanen bertambah sebanyak 29.420 unit (16,15 persen) dan sampai dengan bulan
Juni 2010 jumlah rumah bangunan permanen yang ada menjadi 231.661 unit, jika
dibandingkan pada tahun 2009 maka terjadi penambahan rumah bangunan permanen
sebanyak 20.111 unit (9,51 persen).
Data perkembangan jumlah rumah bangunan nonpermanen dari tahun 2008
sampai dengan bulan Juni 2010, pada tahun 2008 ada sebanyak 79.846 unit, pada
tahun 2009 ada sebanyak 71.281 unit jika dibandingkan pada tahun 2008 maka
terjadi pengurangan jumlah bangunan nonpermanen sebanyak 8.565 unti (10,73
persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah rumah bangunan nonpermanen
yang ada di Banyumas sebanyak 64.522 jika dibandingkan pada tahun 2009 maka
terjadi pengurangan jumlah rumah bangunan nonpermanen sebanyak 6.759 unit
(9,48 persen).
Untuk perkembangan jumlah status kepemilikan rumah milik sendiri dan
rumah sewa yang ada, pada tahun 2006 status kepemilikan rumah milik sendiri ada
sebanyak 382.083 unit, pada tahun 2007 menjadi sekitar 389.725 unit jika
dibandingkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan status kepemilikan rumah milik
sendiri sebanyak 7.642 unit (2 persen), pada tahun 2008 status kepemilikan rumah
sendiri ada sebanyak 397.670 unit jika dibandingkan pada tahun 2007 terjadi
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 54
peningkatan sebanyak 7.945 unit (2,04 persen) dan pada tahun 2009 status
kemepmilikan rumah milik sendiri menjadi 405.470 maka jika dibandingkan pada
tahun 2008 jumlah status kepemilikan rumah sendiri meningkat menjadi 7.800 unit
(1,96 persen).
Untuk perkembangan status kepemilikan rumah sewa dari tahun 2006 sampai
dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, pada tahun 2006 status kepemilikan rumah
sewa ada sebanyak 11.961 unit, pada tahun 2007 ada sebanyak 11.692 unit jika
dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi peningkatan status kemepmilikan rumah
sewa sebanyak 269 (2,25 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 11.925 unit jika
dibandingkan tahun 2007 maka terjadi peningkatan kembali sebanyak 233 unit (1,99
persen), pada tahun 2009 ada sebanyak 12.164 jika dibandingkan tahun 2008 terjadi
penurunan sebanyak 239 unit (2 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah
status kepemilikan rumah sewa yang ada sebanyak 7.303 unit maka jika
dibandingkan pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah status kepemilikan rumah
sewa sebanyak 4.861 unit (39,96 persen).
Untuk perkembangan kebutuhan perumahan dari tahun 2006 sampai dengan
bulan Juni 2010 mengalami peningkatan terus menerus adapun data
perkembangannya sebagai berikut, pada tahun 2006 kebutuhan rumah sebanyak
46.606 unit, pada tahun 2007 kebutuhan rumah sebanyak 47.771 unit maka jika
dibandingkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan permintaan kebutuhan perumahan
sebanyak 1.165 unit (2,5 persen), pada tahun 2008 ada sebnayak 48.965 unit jika
dibandingkan tahun 2007 maka terjadi peningkatan kembali permintaan akan
kebutuhan rumah sebanyak 1.194 unit (2,5 persen), pada tahun 2009 kebutuhan
sebanyak 50.189 unit maka jika dibandingkan dengan kebutuhan tahun 2008 terjadi
peningkatan kembali kebutuhan akan perumahan sebanyak 1.224 unit (2,5 persen).
Data perkembangan kekurangan rumah dari tahun 2006 sampai dengan bulan
Juni 2010 sebagai berikut, pada tahun 2006 kekurangan rumah ada sebanyak 205.534
unit, pada tahun 2007 kekurangan rumah sebanyak 180.553 unit jika dibandingkan
tahun 2006 maka terjadi penurunan kekurangan rumah sebanyak 24.981 unit (12,15
persen), pada tahun 2008 kekurangan rumah sebanyak 174.500 jika dibandingkan
tahun 2007 terjadi penurunan kekurangan rumah sebanyak 6.053 unit (3,35 persen),
pada tahun 2009 kekurangan rumah sebanyak 160.350 jika dibandingkan pada tahun
2008 maka terjadi penurunan kekurangan rumah sebanyak 14.150 unit (8,11 persen)
dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah kekurangan rumah ada sebanyak 156.325
unit, maka jika dibandingkan pada tahun 2009 jumlah kekurangan rumah 4.025 unit
(2,51 persen).
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 55
Perkembangan penyediaan perumahan yang diadakan oleh KPR/BTN dan Real
Estate sejak tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, tahun 2006
jumlah untuk KPR/BTN ada sebanyak 2.825 unit dan Real Estate ada sebanyak 65
unit, pada tahun 2007 jumlah KPR/BTN ada sebanyak 2.486 unit dan Real Estate ada
sebanyak 65 unit, pada tahun 2008 jumlah KPR/BTN ada sebanyak 1.000 unit dan
jumlah Real Estate pada tahun 2008 dan tahun 2009 ada sebanyak 65 unit, pada
tahun 2010 jumlah penyediaan perumahan dari Real Estate sebanyak 85 unit.
Luas areal permukiman pada tahun 2006 seluas 18.950 Ha, pada tahun 2007
seluas 18.968 Ha jika dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan luas areal
permukiman seluas 18 Ha (0,09 persen) dan pada tahun 2008 luas areal permukiman
menjadi 18.987 Ha, maka jika dibandingkan pada tahun 2007 terjadi peningkatan
kembali luas areal permukiman seluas 19 Ha (0,10 persen).
Beberapa permasalahan pokok yang melandasi perlunya daerah mempunyai
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman antara lain :
1. Meningkatnya penguasaan lahan bersekala besar oleh banyak pihak yang tidak
disertai kemampuan untuk membangun.
2. Belum terorganisasmya dengan baik perencanaan dan pemprograman
perumahan dan pemukiman.
3. Belum terselesaikannya masalah ketidak seimbangan pernbangunan desa-kota
yang telah menumbuhkan berbagai kesenjangan sosial ekonomi. Akibatnya desa
menjadi kurang menarik dan tidak dianggap eukup perspektif untuk dihuni,
sedang kota semakin padat dan tidak nyaman dihuni.
4. Marak dan berkembangnya masalah sosial kemasyarakatan didaerah perkotaan
kesenjangan pendapatan, menajamnya strata antara kelompok masyarakat,
ketidaknyamanan bertempat tinggal, urban crime dan lamnya.
5. Kekurangsiapan dalam mengantisipasi kecepatan dan dinamika pertumbuhan
fisik dan fungsional kawasan perkotaan sehingga kawasan tumbuh berjalan
dengan berkembangnya pusat-pusat kegiatan ekonomi.
Dalarn pemenuhan kebutuhan perumahan perlu adanya konsisten pelaksanaan
tata ruang, terutama yang menyangkut peruntukan perumahan dan pemukiman.
Dalam rangka mendukung kelancaran pembangunan perumahan dan pemukiman
yang diselenggarakan oleh Pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai stakeholder,
diperlukan skenario urnum yang disebut Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D).
Dalam rangka otonomi Daerah pembangunan pemukiman akan dilaksanakan
secara terdesentralisasi. Desentralisasi disini berarti menyerahkan atau mengalihkan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 56
wewenang kepada daerah, bukan hanya Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab
terhadap kawasan dalam hal ini berkaitan dengan perumahan dan pemukiman daerah
yaitu pemerintah maupun non pemerintah termasuk sektor swasta.
Pelaksanaan pembangunan dan penegmbangan serta pengelola perumahan
pemukiman diutamakan dilakukan masyarakat dan dunia usaha, sementara
Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun Daerah akan berperan sebagai pembina,
pengarah dan pengatur agar tercipta suasana yang kondusif. Pembangunan
perumahan pemukiman harus mengacu kepada rencana Tata Ruang Kabupaten /
Kota yang cukup rinci yang didalamnya sudah terlihat adanya rencana jaringan
primer, sekunder, pusat-pusat dan kawasan perumahan dan pemukiman serta
kawsan-kawasan lainnya.
B. Perkerjaan Umum
Berdasarkan laporan dari Dinas SDA dan BM Kabupaten Banyumas, bahwa
panjang jalan keseluruhan di Kabupaten Banyumas mencapai 4.459,47 Km yang
terbagi atas Jalan Nasional 198,84 Km, Jalan Provinsi 18,26 Km, Jalan Kabupaten
804,78 Km dan Jalan Desa/Kelurahan 3.437,59 km.
Kondisi jalan kabupaten di Kabupaten Banyumas berdasarkan data laporan
sampai dengan bulan Juni 2010 menunjukkan
bahwa telah terjadi kenaikan persentase
yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya.
Panjang jalan kondisi baik 285,89 Km, kondisi
sedang 4.121,44 Km, kondisi rusak
ringan 51,15 Km dan kondisi jalan rusak berat
55,30 Km.
Tabel 4.1.
Data Panjang Jalan, Kelas Jalan dan Jembatan
No. Kondisi Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
Kelas Jalan (Km) 1. Aspal 716,71 642,03 629,84 624,30 624,30 2. Hotmix 51,22 153,95 174,94 180,48 180,48 3. Berbatu 29,85 8,80 - - - 4. Kerikil - - - - - 5. Tanah 7,00 - - - -
Jumlah 804,78 804,78 804,78 804,78 804,78 Jembatan
1. Panjang (m) 2.857 2.857 2.857 2.857 2.857 2. Jumlah 351 351 351 351 351
Sumber : Dinas SDA dan BM Kab. Banyumas Tahun 2010.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 57
Kondisi jalan beraspal dan hotmix di Banyumas sampai dengan bulan Juni
2010 sebagai berikut, panjang beraspal 624,30 km dan Hotmix 180,48 km, kondisi
ini masih perlu penanganan atau pemeliharaan sehingga jalan kabupaten menjadi
lebih mantap. Disamping itu perlu peningkatan akses jalan menuju pusat pusat
perekonomian, industri, pariwisata dan pusat pengembangan wilayah. Untuk kondisi
jembatan dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan dari tahun ke tahun, maka
pemerintah perlu untuk meningkatkan kualitas jembatan serta pemeliharaan secara
berkelanjutan, panjang jembatan yang ada di Banyumas tercatat panjang 2.857 m dan
jumlah jembatan ada sebanyak 351 buah. Sedangkan terminal darat yang ada di
Banyumas ada 2 buah yaitu terminal Bus Purwokerto dan terminal Bnus Wangon.
Permasalahan pokok yang dihadapi berkaitan dengan perhubungan antara lain
adalah belum optimalnya pengelolaan prasarana jalan dan jembatan, masih
rendahnya jumlah jalan dan jernbatan yang mantap serta masih rendahnya kapasitas
jalan.
C. Pariwisata, Pos, Telekomunikasi dan Informasi
1. Pariwisata
Tingkat kunjungan wisata baik asing maupun domestik dari tahun 2006
sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik dan turun, pada tahun
2006 ada sebanyak 553.232 orang
wisatawan, pada tahun 2007 ada sebanyak
544.575 orang wisatawan, jika
dibandingkan pada tahun 2006 maka
terjadi penurunan jumlah wisatawan yang
berkunjung sebanyak 8.657 orang (1,56
persen), pada tahun 2008 ada sebanyak
568.213 orang jika dibandingkan pada tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah
wisatawan sebanyak 23.638 orang (4,34 persen), pada tahun 2009 ada sebanyak
533.563 orang wisatawan, jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi
penurunan kembali jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 34.650 orang
(6,10 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah wisatawan baik
mancanegara dan domestik yang berkunjung tercatat sebanyak 69.819 orang
wisatawan. Jumlah obyek wisata yang ada sebanyak 22 buah terdiri dari 12
obyek wisata alam dan 10 obyek wisata buatan.
Untuk mendukung kegitan sektor kepariwisataan yang ada di Kabupaten
Banyumas tersedia sarana perhotelan tercatat saat ini sebanyak 170 hotel yang
terdiri hotel bintang tiga sebanyak 4 buah, bintang satu sebanyak 2 buah, sisanya
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 58
melati sebanyak 164 buah. Disamping itu terdapat Restoran dan Rumah Makan
sebanyak 317, Biro Perjalanan Wisata sebanyak 15 buah, Usaha Rekreasi dan
Hiburan Umum/Diskotik sebanyak 5 buah, serta Gedung Bioskop 1 buah.
Tabel 4.2.
Kondisi Pariwisata Kabupaten Banyumas
Fasilitas Satuan 2006 2007 2008 2009 2010
a. Jumlah Obyek Wisata bah 12 12 12 12 12 1) Alam buah 10 10 10 10 10 2) Buatan buah 2 2 2 2 2
b. Jumlah Hotel buah 148 154 160 160 170 1) Hotel Bintang buah 6 6 7 7 7 2) Hotel NonBintang buah 142 148 153 153 163
c. Jumlah Wisatawan orang 553.232 544.575 568.213 533.563 69.819 1) Asing orang 1.196 1.196 - 8.761 56
- Asia Pasifik orang 60 60 - 225 -
- Eropa orang 1.122 1.122 - 8.495 56
- Amerika orang 4 4 - 2 -
- Timur Tengah orang 2 2 - 39 -
- Lainnya orang 8 8 - - -
2) Domestik orang 552.036 543.379 568.213 524.802 69.763 d. Gedung Bioskop buah 1 1 1 1 1
Sumber : Dinbudpar Kab. BanyumasTh. 2009
Untuk membangun dan mengembangkan sektor kepariwisataan yang ada
maka Pemerintah Kabupaten Banymas merencanakan akan mengadakan
kerjasama di bidang kepariwisataan baik regional, nasional maupun
internasional sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah dan Permendagri Nomor 22 Tahun
2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah serta aturan lain
yang mengatur tentang sektor kepariwisataan.
Namun demikian peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam rangka
membangun dan mengembangkan sektor pariwisata di Kabupaten Banyumas,
sangatlah diperlukan ikut serta mempromosikan dan memperkenalkan berbagai
objek wisata dan sekaligus sebagai pengembangan budaya dan pariwisata di
Kabupaten Banyumas, sehingga diharapkan dari sektor pariwisata dapat
mendongkrak PAD (Pendapatan Asli Daerah).
Kegiatan kepariwisataan di Kabupaten Banyumas telah berlangsung
puluhan tahun yang lalu. Obyek-obyek wisata yang sudah berjalan yaitu
antara lain :
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 59
a. Obyek Wisata Alam
1) Kawasan Wisata Baturaden
Kawasan wisata Baturaden merupakan
pintu layanan pertama bagi wisatawan
yang akan menikmati berbagai obyek
dan daya tarik wisata, terdiri kawsan
Wisata Baturaden i ni memuat antara
lain :
okawisata Baturaden dengan hamparan alam dan berbagai fasilitas
untuk rileks dan area bermain.
Wana wisata dan bumi perkemahamya
Sumber air panas : Pancuran Telu, Pancuran Pitu dan Goa
Sarabadak
Pesona air terjun curug gede, home stay dan kesenian tradisional di
desa wisata ketenger
Berbagal sarana wisata lainnya seperti : hotel, rumah makan, area
parkir yang luas dan aneka tanaman hias sebagai cinderamata.
2) Lokawisata Baturaden
Lokawisata Baturaden terbentang di sebelah Selatan kaki Gunung
Slamet pada ketinggian sekitar 640 meter di atas permukaan laut.
Baturadenen terletak hanya 14 km dari pusat kota Purwokerto. Di
Baturaden wisatawan dapat menikmati
pemandangan alam yang indah dan
udara pegunungan yang segar dengan
suhu 18OC-25
0C. Sedangkan Gunung
Slamet
dengan
ketinggian 3.428 m, merupakan
gunung berapi terbesar dan gunung
tertinggi
kedua di
Pulau Jawa. Jika cuaca bagus, kota
Purwokerto, Pantai Cilacap dan
Nusakambangan dapat terlihat dari
Baturaden. Kita juga dapat melihat
Lereng Gunung Slamet yang ditutupi oleh hutan heterogen.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 60
Taman rekreasi ini menyajikan alam pegunungan dan lembah sunyi
yang dihiasi air terjun serta sumber air panas belerang Pancuran Telu.
Ditempat ini juga dapat dinikmati berbagai mainan anak, kolam renang,
tempat pemandian air panas, kereta mini, kolam luncur, sepeda air dan
kebun binatang Kaloka Widya Mandala.
3) Wana Wisata Baturaden
Wanawisata Baturaden merupakan hutan lindung dan tempat rekreasi,
disamping sebagai sarana pendidikan dan pengembangan ilmu.
pengetahuan juga dapat menimbul-
kan rasa cinta kepada alam.
Wanawisata Baturaden terletak 2
km arah timur lokawisata
Baturaden. Keindahan alamnya
serta kesejukan udara pegunungan
membuat wisatawan betah, apalagi
sering terdengar sayup kicauan burung dan adakalanya terlihat ayam
hutan yang berterbangan dari satu pohon ke pohon lain. Bagi remaja
yang gemar wisata dapat pula melakukan hiking, tracking dan camping
ground yang mampu menampung 1.000 tenda. Wanawisata ini
disamping sebagai cagar alam juga sebagai hutan produksi dan pusat
persemaian tanaman damar, mahoni dan pinus.
4) Sumber Air Panas Pancuran Tujuh
Pancuran Tujuh atau dalam bahasa jawa disebut Pancuran Pitu, karena
mempunyai tujuh buah pancuran
yang alami mengalir langsung dari
Gunung, Slamet. Sumber air panas
ini mengandung belerang bersuhu
antara 700C-90
0C serta mengan-
dung beberapa unsur mineral, maka
sangat efektif untuk therapy
pengobatan sakit tulang/rheumatic dan berbagai macam penyakit kulit.
Lokasi obyek ini berjarak sekitar 2,5 km arah barat Lokawisata
Baturaden.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 61
5) Sumber Air PanasPancuran Tiga
Pancuran Tiga dalam bahasa jawa disebut Pancuran Telu, karena
mempunyai tiga buah pancuran saja. Bagi wisatawan yang
menginginkan lumpur belerang dalam kemasan botol beraneka ukuran
yang bisa digunakan untuk mandi lulur. Obyek wisata ini mudah
dijangkau pengunjung karena berada di dalam Lokawisat Baturaden.
6) Telaga Sunyi
Obyek wisata ini berada pada ketinggian sekitar
700 m dpl dan terletak ditengah-tengah lebatnya
hutan pinus yang berjarak sekitar 3 km arah
timur dan pintu gerbang Wahana Wisata.
Indahnya alam sekitar yang dilengkapi
shelter-shelter memuat wisatawan lebih rileks
terasa, dinina bobokan mendengarkan
sayu-sayup kicauan burung dan capung yang
berterbangan disekitar telaga sunyi.
7) Curug Gede
Merupakan salah satu obyek wisata alam berupa air
terjun yang berada di desa Ketenger ± 3 km arah
selatan Lokawisata Baturaden. Mempunyai
ketinggian sekitar 25 m. Bagi para remaja yang
gemar wisata minat khusus dapat berkemah disekitar
obyek wisata ini.
8) Curug Cipendok
Curug Cipendok mempunyai ketinggian sekitar 92
m yang didukung keindahan alam sekitar berupa
hutan produksi dan hutan lindung serta menara
pandang yang dapat melihat pemandangan kota
Purwokerto. Curug Cipendog ini terletak 25 km arah
barat kota Purwokerto atau tepatnya berada di
Kecamatan Cilongok. Dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan
pribadi atau kendaraan umum dari Sub Terminal Mikrobus Losari.
Wisatawan dapat membeli oleh-oleh makanan khas atau Karangsari
sambil melihat proses produksinya. Cimplung kelapa muda dan
singkong yang direbus dengan air nira serta home industry gula kelapa.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 62
9) Curug Ceheng
Obyek wisata ini berada diujung timur kota
Purwokerto, tepatnya berada di Kee amatan
Sumbang yang bejarak sekitar 9 km. Wisata ini
sagat diminati para remaja yang gemar berkemah
karena disamping pemandangan yang indah juga,
udaranya yang sejuk schingga sangat nyaman
untuk berekreasi bersama keluarga.
10) Pemandian Air Mineral Kalibacin
Obyek wisata ini terlatak sekitar 17 km arah selatan kota Purwokerto,
tepatnya berada di Desa Tambaknegara, Kec. Rawalo. Pemandian
Kalibacin ini merupakan obyek
wisata husada, karena
pengunjung yang datang selain
bere kreasi juga, dapat berobat.
Disebut Kalibacin karena airnya
berbau kurang sedap namun
karena kandungan belerangnya
tinggi sehingga mampu mengobati berbagai macam penyakit kulit,
syaraf dan tulang/ rheumatik.
11) Serayu River Voyage
Obyek wisata ini salah satu terobosan baru bagi masyarakat/wisatawan
untuk menikmati inda hnya panorama
disepanjang aliran Sungai Serayu,
dengan perahu-perahu yang disiap-
kan khusus, serta pembangunan
dermaga-dermaga diharapkan akan
memberi-kan kenyamanan bagi wisatawan.
b. Obyek Wisata Sejarah
1) Museum Wayang Sendang Mas, terletak di Kec. Banyumas yang
menyimpan berbagai macam wayang seperti Wayang Gagrag,
Banyumasan, Pesisiran, Wayang Beber Wayang Suket, Wayang Kancil
dll.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 63
2) Museum Bank Rakyat Indonesia (BRI), terletak di J1. RA.
Wiriaatmadja Purwokerto.
3) Museum Panglima Besar Jenderal Soedirman, berisi foto-foto
pejuangan dan relief sejarah, terletak di wilayah Kee. Purwokerto Barat.
4) Museum Diso (Museum Pribadi), berisi penanggalan sejarah
purbakala, terletak di Jl. Dr. Angka Purwokerto.
c. Obyek Wisata Keagamaan
1) Masjid Saka Tunggal dan Taman Kera, dibangun
pada tahun 1871 M/1288 H, hanya memiliki satu
pilar utama penyangga, terdapat makam Kyai Tulih,
juga tordapat kera-kera jinak, terletak di Kec.
Wangon berjarak 30 Km arah Barat Daya Kota
Purwokerto.
2) Goa Maria, terletak diperbukitan yang
berjarak sekitar 14 Km arah Timur Kota
Purwokerto, fasilitas Kapel Ratu Surga,
jalan salib, taman Rosario hidup, Rumah
Retret "Maria Imakulata” kapasitas 150
orang.
Disamping berbagai macam kegiatan kepariwisataan yang ada di
Kabupaten Banyumas, Banyumas juga memiliki berbagai macam kesenian khas
yaitu :
a. Aksimudha, kesenian bernapas Islami yang tersaji dalam, bentuk atraksi
Pencak Silat yang dipandu dengan iringan terbang/genjring, yang dilakukan
oleh delapan penari pria, masih dapat ditemukan di wilayah Kec. Wangon.
b. Angguk, kesenian bernapas Islami dalam bentuk tari-taran dengan iringan
terbang/genjring, dilakukan oleh delapan orang pria.
c. Baritan, yaitu upacara kesuburan dengan menggunakan kesenian sebagai
media utamanya, ada dua macam Baritan yaitu Baritan yang digunakan
untuk memanggil hujan dan Baritan yang digunakan untuk keselamatan
ternak.
d. Begalan, adalah seni tutur tradisional yang digunakan sebagai sarana
upacara pernikahan.
e. Bongkel, adalah musik tradisonal yang mirip angklung dan terdiri dari satu
buah instrumen dengan empat buah bilah berlaras slendro.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 64
f. Buncic, yaitu perpaduan antara musik dan tari yang dibawakan oleh delapan
orang penari pria.
g. Calung, yaitu perangkat musik tradisional mirip gamelan, terbuat dan
bamboo wulung.
h. Cowongan, adalah upacara minta hujan dengan menggunakan properti
berupa siwur atau irus yang di hias menyerupai seorang putri.
i. Ebeg, yaitu kesenian kuda lumping dimana kuda-kudaannya terbuat dari
anyaman bambu yang diiringi dengan alat musik gamelan.
j. Jemblang, yaitu seni tutur tradisional yang dilakukan oleh empat orang
pemain.
k. Karawitan Gagrag Banyumasan, yaitu salah satu gaya dalarn karawitan
jawa yang tumbuh dan berkernbang di wilayah sebaran budaya
Banyumasan, di kenal memiliki 3 warna yaitu warna wetanan, kulonan dan
Banyumasan.
l. Lengger, yaitu seni pertunjukan tradisional khas Banyumas yang dilakukan
oleh penari wanita, yang pertunjukannya penari lengger menari sambil
menyanyi.
m. Slawatan Jawa, adalah musik bernapas Islami dengan perangkat berupa,
terbang jawa, pemainnya semua laki-laki dewasa, masih berkembangi di
Kec. Baturaden dan Purwokerto.
n. Kaster, yaitu musik tradisional dengan alat musik berupa siter, gong
bumbung dan kendhang kotak sabun,
o. Ujungan, adalah ritual tradisional minta hujan dengan cara adu manusia,
pelaku Ujungan adalah laki-laki dewasa yang memiliki kekuatan untuk
menahan benturan pukulan lawan.
p. Wayang Kulit Gagrag Banyumasan, yaitu jenis pertunjukan wayang kulit
yang bernafas Banyumasan. Lakon-lakon yang disajikan dalarn pernentasan
tidak berbeda dengan wayang kulit purwo, yaitu bersumber dari kitab
Mahabrata dan Ramayana.
q. Calengsai, yaitu seni pertunjukan yang merupakan perpaduan antara
kesenian asli Banyumasan yaitu Calung dan Lengger dengan kesenian
Tionghoa yaitu Barongsai.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 65
Museum dan Peninggalan sejarah purbakala yang ada di Kabupaten
Banyumas yaitu :
a. Museum
Museum Wayang Sendangmas Banyumas, Terletak di Jalan Kawedanan
nomor 1 Banyumas bangunan bekas Kantor Paseban yang sudah
direhabilisasi. Kantor Paseban sendiri dulunya berfungsi sebagai tempat
persiapan tamu-tamu Bupati Banyumas
guna menghadap berbagai keperluan.
Museum ini diresmikan oleh Ketua
Sekretariat Nasional Pewayangan
Indonesia (Senawangi) pada tanggal 31
Desember 1983. Tahun 1984 dikelola
oleh Kepala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas.
Pada tanggal 20 Mei 1985 pengelolaannya diserahkan kepada Yayasan Seni
Budaya Sendang Mas. Mulai tanggal 31 Juli 1989 museum ini dikelola
sebagai asset wisata budaya di Kabupaten Banyumas oleh Dinas Pariwisata
Kabupaten Banyumas.
1) Museum Bank Rakyat Indonesia (BRI), Museum BRI Purwokerto
berada di seberang jalan Kantor BRI Cabang Purwokerto, Jawa Tengah,
di Jl Jenderal Soedirman. Museum tersebut menyimpan berbagai
dokumen dan catatan sejarah
mengenai cikal bakal perbankan
di Indonesia. Di museum itu
terdapat berbagai replika
kegiatan simpan pinjam di
Banyumas kala itu yang
merupakan awal mula
terbentuknya bank. Simpan pinjam di Banyumas pada zaman tersebut
dipimpin R Aria Wiryaatmadja. Dia sebagai pemimpin kegiatan simpan
pinjam kalangan priayi pribumi. Namanya adalah Hulp-en Spaarbank der
Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan
Milik Kaum Priayi untuk Warga Pribumi yang didirikan pada 16
Desember 1895. Di ruangan lantai satu museum tersebut, berbagai
kegiatan awal dan transaksi simpan pinjam diceritakan kembali dalam
berbagai bentuk replika. Bahkan, di museum tersebut juga ada transaksi
tertulis yang masih menggunakan tulisan tangan. Selain itu, ada
dokumen sejarah perbankan awal hingga menjadi BRI sekarang ini.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 66
Berbagai peralatan dan sarana perbankan pada umumnya juga
dipamerkan. Di lantai dua museum BRI, pengunjung yang datang dapat
melihat koleksi mata uang. Koleksi mulai dari zaman Kerajaan
Majapahit Portugis Timor Timur, masa VOC, m3u-pun perkembangan
mata uang dari zaman kemerdekaan sampai sekarang. Jenis mata uang
pun beragam, ada yang berasal dari logam maupun kertas. Museum BRI
diresmikan pada 19 Desember 1990. Hingga sekarang, museum tersebut
banyak dikunjungi terutama oleh anak-anak sekolah yang belajar sejarah,
pada umumnya museum ramai pada hari Jumat.
2) Museum Pangima Besar Jenderal Soediman, Museum ini terdiri dari
dua lantai. Pada lantai bawah berisi foto-foto perjuangan Panglima
Besar Jenderal Soedirman dalam merebut Yogyakarta kembali sebagai
Ibu Kota Indonesia (pada saat itu) dari kolonial Belanda. Pada lantai dua
berisi relief sejarah bangsa Indonesia dalam perang Kemerdekaan 1945
dan Patung Jenderal Soedirman duduk diatas punggung Kuda yang
terbuat dari perunggu seberat 5,5 ton dengan tinggi 4,5 meter. Museum
Panglima Besar Jenderal Soedirman berada di pintu masuk kota
Purwokerto dari arah barat tepatnya di sebelah timur Sungai Logawa,
Desa Pasir Kidul, Kecamatan Karang Lewas. Diresmikan pada tanggal
10 oktober 2001.
3) Museum Diso (Museum Pribadi), berisi peninggalan sejarah purbakala,
terletak di J1. Dr. Angka Purwokerto.
b. Peninggalan Sejarah Purbakala
1) Situs Lembu Ayu, terdapat beberapa fragmen batu candi dan makam
kuno Pandung Aguno, terletak di Desa Susukan Kec. Sumbang.
2) Masjid Agung Nur Sulaiman,
peninggalan Kyai Nurdaiman
Demang Gumelem I, dibangun
pada masa pernerintahan Bupati
Banyurnas Yoedanegara II,
berusia lebih dari 400 tahun,
terletak di sebelah Barat
Alun-Alun Banyumas, berjarak sekitar 15 Km dari Kota Purwokerto.
3) Masjid Saka Tunggal Cikakak, dibangun pada tahun 1871 M/1288 H,
hanya memiliki satu pilar utama penyangga, terdapat makam Kyai
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 67
Tulih, juga terdapat kera-kera jinak terletak di Kec. Wangon berjarak 30
Km arah Barat Daya Kota Purwokerto.
4) Situs Sikepel, situs tersebut merupakan bekas umpak tiang pendopo
kadipaten Karangpucung dan bekas gamelan Adipati Sambeng yang
pemah disengketakan oleh kedua Adipati (Karangpucung dan
Sambang) yang akhirnya dicipta menjadi batu, terletak di Desa Klaang
tepi sungai Ciberem, Kec. Sokaraja.
5) Watu KenthenglWatu Lumpang, yaitu berupa batu yang apabila
seseorang mempunyai suatu keinginan dan bisa mengangkat batu
tersebut maka keinginan orang tersebut akan terkabul, terletak di Dukuh
Wanasari desa Kemawi, Kec. Somagede.
6) Situs Carangandul, merupakan bekas kepala Patih Carangandul yang
dibunuh oleh utusan dari Demak, lokasi Dukuh Carang, Desa
Tamansari, Kec. Karanglewas.
7) Pendopo Sipanji Banyumas dan Sumur Mas, merupakan pendopo
Kadipaten Banyumas (Kabupaten Banyumas) sebelum pindah ke
Purwokerto tahun 1937, air sumurnya berwarna keemasan, terletak di
Desa Sodagaran, Kee. Banyumas.
8) Situs Baturragung, situs ini memperlihatkan ciri-ciri megalitik, berupa
arca-arca batu dan lumpang batu, terletak di Desa Baseh
Kec. Kedungbanteng.
2. Pos, Telekomunikasi dan Informasi
Dalam rangka melayani masyarakat dalam hal pendistribusian
pengiriman surat menyurat dan pengiriman paket, pos serta wesel. Di
Kabupaten Banyumas tersedia 24 buah kantor pos yang tersebar di beberapa
wilayah kecamatan yang ada di Kab. Banyumas, disamping melayani surat
menyurat, benda pos, paket dll, kini kantor pos juga sudah dapat melayani
pembayaran listrik, telpon dan jasa-jasa pembayaran lainnya.
Perkembangan telekomunikasi di Kabupaten Banyumas pada tahun 2006
sampai dengan tahun 2008 untuk kapasitas sentral sebanyak 20.000 SST, pada
tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010, untuk kapasitas sentral ada
sebanyak 36.000 SST, sedangkan untuk kapasitas terpasang pada tahun 2006
sampai dengan tahun 2008 untuk kapasitas terpasang sebanyak 20.000 SST,
pada tahun 2009 sebanyak 34.500 SST dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada
sebanyak 31.408 SST, untuk kapasitas terpakai pada tahun 2006 sampai dengan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 68
tahun 2008 ada sebanyak 19.300 SST, pada tahun 2009 ada sebanyak 34.000
dan pada tahun 2010 jumlah kapasitas terpakai ada sebanyak 31.094 SST.
Untuk data pelanggan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ada
sebanyak 19.300 SST tahun 2009 meningkat menjadi 32.900 SST dan sampai
dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 28.149 SST. Data
telepon umum pada tahun 2009 dan sampai dengan bulan
Juni 2010 ada sebanyak 9 SST, untuk telepon koin pada
tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ada sebanyak 40
SST, pada tahun 2009 berkurang menjadi 4 SST dan
sampai dengan bulan Juni 2010 tinggal 3 SST. Telepon
kartu data tahun 2006 sampai dengan tahun 2008
ada sebanyak 14 SST dan pada tahun 2009 tingga 10 SST. Jumlah wartel pada
tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ada sebanyak 2.150 SST, pada tahun
2009 berkurang menjadi 1.090 SST dan sampai dengan bulan Juni 2010
tinggal 407 SST. Warung internet tahun 2009 tercatat sebanyak 60 SST dan
sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 140 SST. Untuk penyediaan
jaringan internet (ISP) pada tahun 2009 ada sebanyak 4 unit dan sampai dengan
bulan Juni 2010 tercatat ada sebanyak 6 unit. (Sumber : PT Telkom
Cab. PurwokertoTh. 2010).
Partisipasi masyarakat terhadap perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan daerah lewat media massa dapat diwujudkan dengan
membangkitkan komunikasi sebagai wahana saling
memberikan informasi. Untuk itu perlu adanya
kemudahan akses informasi yang valid bagi masyarakat,
yang dapat dilakukan dengan meningkatkan arus
komunikasi yang baik antara masyarakat yang
membutukan informasi dan media yang memberitakan.
Hal tersebut lebih jauh juga dapat meningkatkan
kreativitas dan peran serta masyarakat dalam membina
lingkungan dengan peningkatan wawasan kebangsaan yang baik.
Era globalisasi membawa perubahan besar dalam kehidupan
bermasyarakat maupun berbangsa. Perkembangan teknologi informatika yang
bergerak dinamis mempunyai peran yang sangat strategis karena dapat
menghadirkan dunia tanpa batas, jarak, ruang dan waktu serta dapat
meningkatkan produktifitas dan efisiensi.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 69
Kecenderungan tersebut akan lebih menggairahkan bagi para
penyelenggara (operator) telekomunikasi untuk mengembangkan bisnisnya dan
hal ini dapat memicu pertumbuhan ekonomi turutan/pendukung
(complementary) dan sektor-sektor lainnya karena apabila sarana dan prasarana
telekornunikasi telah tersedia serta terus dikembangkan seiring dengan
kebutuhan masyarakat, maka kebutuhan masyarakat dan sektor-sektor lainnya
akan jasa telekomunikasi diharapkan dapat terpenuhi. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa kegiatan telekomunikasi akan terjadi lebih intens,
begitu juga sebaliknya sehingga terjadi hubungan timbal balik yang saling
memperkuat antara sektor telekomunikasi dengan sektor lainnya.
3. Perhubungan dan Transportasi
Sarana perhubungan dan transpotasi merupakan hal yang sangat penting
dalam menunjang pergerakan baik barang maupun jasa, dengan adanya sarana
traspotasi ini akan memperlancar
distribusi hasil produksi dari
sentra-sentra produksi di Kabupaten
Banyumas. Kabupaten Banyurnas
adalah kota yang strategis dari tetangga
kabupaten lainnya, dipandang dari sudut
perhubungan dan transpotasi darat
dimana Kabupaten Banyumas mempunyai Stasiun Kereta Api dan Terminal
Bus Type A yang dapat memberikan layanan berbagai jurusan Dalam Kota dan
Luar Kota maupun Antar Provinsi, yang membentang dari arah Barat sampai
Timur sepanjang 96 Km, dan arah Utara sampai Selatan sepanjang kurang lebib
kurang 46 Km. Wilayah Kabupaten Banyumas ini dilalui oleh jalur jalan
regional menuju empat arah yaitu Barat - Timut dan arah Utara - Selatan
sehingga membentuk pola radial dengan titik ternu di Kota Purwokerto. Jalan
regional yang membujur ke arah Barat
– Timur yaitu Kabupaten, Tegal
Purwokerto dan D.I Yogyakarta,
sedangkan jaringan jalan yang
membujur ke arah Barat Timur Laut
yaitu jalur jalan regional yang
menghubungkan Bandung / Cilacap
Purwokerto-Semarang. Keempat arah tersebut dilayani oleh transpotasi berupa
kendaraan umum angkutan maupun barang yang terdiri dari berbagai jenis.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 70
Untuk menggeliatkan roda perekonomian wilayah Banyumas dan sekitarnya
dengan system networking secara regional, berbagai akses transportasi lokal
maupun luar daerah telah terbagun di kawasan Banyumas seperti angkutan
Kereta Api, Taxi, Angkutan Perkotaan, Kantor Pos, Telekomunikasi dan
Perusahaan Listrik Negara.
Untuk memenuhi transpotasi darat tersedia pilihan kendaraan Angkutan
Darat seperti Kereta Api, Bus Angkutan Perkotaan dan Pedesaan serta
kendaraan Bermotor. Untuk angkutan Kereta Api pada tahun 2006 jumlah
penumpang dari Stasiun Raya Purwokerto sebanyak 143.536 orang, dimana
sebagian besar penumpang adalah Kelas Ekonomi dan juga untuk mendukung
penyaluran distribusi barang barang dan kepentingan penyaluran industri
lainnya dalam memenuhi perkem-
bangan investasi dan perekonomian di
Kabupaten Banyumas dapat ditempuh
dengan fasilitas-fasilitas pendukung
sarana transpotasi seperti Pelabuhan
dan Bandara Udara yang lokasinya
berada disekitar Kabupaten
Banyumas, Pelabuhan laut terletak di
Kabupaten Cilacap dengan jarak tempuh dari Kabupaten Banyumas 60 km,
dengan waktu tempuh 1-1,5 jam perjalanan, pelabuhan yang ada di Kabupaten
Cilacap ini bertaraf Internasional, Untuk kebutuhan transpotasi udara
Kabupalen Cilacap juga tersedia Bandara, Tunggul Wulung yang menyediakan
1 (satu) maskapai penerbangan swasta, yang telah melakukan trayek kerjasama
yaitu Maskapai Merpati Airlines, dengan tarif yang ditawarkan untuk route
Cilacap - Jakarta berkisar antara Rp. 350.000 s/d Rp. 500.000,-, sedangkan
Bandara Wirasaba dengan luas lahan 115.042 ha, landasan pacu sepanjang 850
meter, lebar 50 meter yang terletak di
Kabupaten Purbalingga juga mampu
didarati oleh pesawat Cassa 212 dengan
jumlah penumpang sebanyak 16 orang
dan Cassna 172 dengan jumlah
penumpang sebanyak 4 - 6 orang,
maupun Cassna 402 B dengan
penumpang sebanyak 8 hingga 10 orang.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 71
BAB V
INDUSTRI, PERDAGANGAN, LEMBAGA KEUANGAN, KOPERASI,
PENGEMBANGAN USAHA DAN INVESTASI
A. Industri, Perdagangan, Pengembangan Usaha Nasional, Lembaga Keuangan
dan Koperasi
1. Industri
Bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010 sektor industri kecil di Kabupaten Banyumas, masih
merupakan industri yang terbanyak/andalan dengan jumlah unit usaha pada
tahun 2009 sebanyak 39.507 unit usaha dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada
sebanyak 39.732 unit usaha, dimana mampu meyerap tenaga kerja pada tahun
2009 sebanyak 82.874 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 83.399 orang, dengan nilai produksi pada tahun
2009 sebesar Rp. 460.289 juta rupiah dan sampai dengan bulan Juni 2010 nilai
produksi yang dihasilkan dari industri kecil ini sebesar Rp. 461.014 juta rupiah.
Industri Sedang/Menengah sampai dengan posisi bulan Juni 2010 tercatat ada
sebanyak 77 unit usaha, dimana mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9.166
orang, dengan nilai produksi sebesar Rp. 40.490 juta rupiah sedangkan untuk
Industri Besar yangh ada saat ini sebanyak 4 unit usaha, mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 1.75 orang, dengan nilai produksi sebesar Rp. 112.495,13
juta rupiah.
Sektor industri di Kabupaten Banyumas walaupun dengan persentase
yang kecil, namun terus mengalami perkembangan, dari ketiga jenis industri
yang ada (Kecil, Menengah dan Besar) industri kecil mempunyai perkembangan
yang paling pesat baik dari sisi jumlah unit usahanya, penyerapan tenaga kerja
maupun nilai produksinya. Kegiatan industri yang ada di Kabupaten Banyumas
pada umumnya berupa industri yang mengolah/memanfaatkan sumber daya
alam dan industri jasa, pembangunan sektor industri diarahkan pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat, peningkkatan pemerataan kesempatan kerja dan
berusaha, pengentasan kemiskinan, penumbuhan kegiatan ekonomi desa
tertinggal, pelestarian seni budaya daerah, pemantapan struktur industri dan
struktur ekonomi yang akhirnya dapat menigkatkan produksi untuk memenuhi
kebutuhan dalm nageril/lokal dan pasar eksport. Dengan latar bekakang
tersebut, maka industri yang ada di Kabupaten Banyumas terkait dengan industri
yang memanfaatkan produk-produk pertanian dan industri yang dikerjakan oleh
masyarakat (home industry).
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 72
a. Industri Makanan
1) Tempe
Salah satu andalan makanan khas Kabupaten Banyumas adalah kripik
tempe dan mendoan. Bahan dasar dari kripik tempe dan mendoan
adalah kedelai. Cara pengelohannya
tidak terlalu rumit hanya dengan cara
digoreng, namun rasanya cukup gurih
dan enak, sehingga banyak orang
yang menyukainya bahkan banyak
yang membeli untuk oleh-oleh khas
dari Kabupaten Banyumas. Pusat Industri pembuatan kripik tempe
adalah di Wilayah Purwokerto (J1. Jend. Soetoyo dan J1. Pramuka)
dan di Desa Rawalo, Kec. Rawalo. Saat ini terdapat 50 unit usaha
dengan hasil produksi 6.000.000 buah tempe keripik pertahun,
menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 317 orang.
2) Tahu
Selain tempe dan mendoan, di Kabupaten Banyumas juga banyak
terdapat usaha industri tahu yang bahan dasamya sama dengan tempe
yaitu kacang kedelai dengan melalui proses industri pengolahan,
Tahu banyak mengandung protein dan
mempunyai nilai gizi yang tinggi, di
Kabupoten Banyumas usaha produksi
industri tahu banyak berkembang di
berbagai tempat dan banyak terdapat di
desa Kalisari Kec. Cilongok, Desa Cikembulan, Kec. Pekuncen, Desa
Ajibarang Wetan, Kee. Ajibarang, Desa Sokaraja Tengah, Kec.
Sokaraja, Desa Pamijen, Kec.
Sokaraja dan Kel.
Arcawinangun, Kec. Purwokerto
Timur. Secara stastik jumlah
pengrajin tahu di Kabupaten
Banyumnas data tahun 2009
sebanyak 815 unit usaha dan menyerap tenaga kerja 2.414 orang,
dengan hasil produksi per tahun 410.378.152 kg pertahun jumlah nilai
produksi pertahun Rp. 93.403.369.000 dengan nilai investasi sebesar
Rp. 1.577.800.000,-
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 73
3) Gethuk
Gethuk Goreng juga merupakan salah satu produk makanan khas asli
Banyumas yang potensial. Bahan dasar gethuk goreng adalah ketela
pohon. Proses pengolahan
Gethuk goreng yang dulu
dilakukan secara sederhana dan
tradisional kini sudah
menggunakan peralatan dan
mesin modern, Gethuk Goreng
memiliki rasa yang khas yaitu
manis dan gurih, sehingga banyak digemari oleh masyarakat lokal
maupun luar daerah. Usaha Gethuk goreng mulai berkembang sejak
tahun 1981 di Kecamatan Sokaraja Kota Purwokerto Kabupaten
Banyumas dan sampai saat ini usaha ini terus berkembang karena
banyak pula orang-orang dari luar daerah Kabupaten Banyumas yang
sering mampir ke Kecmatan Sokaraja
untuk membeli gethuk goreng sebagai
oleh-oleh. Usaha gethuk goreng sampai
saat ini berjumlah 54 unit usaha,
dengan hasil produksi 810.000 kg per
tahun dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 270 orang.
b. Industri Barang Kerajinan
Industri kerajinan merupakan industri yang tumbuh dari masyarakat, yang
tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Banyumas. Industri kerajinan
banyak memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar seperti bambu,
kayu ataupun tanah, tetapi ada pula yang bahan dasarnya dari luar
Banyumas seperti kerajinan logam dan rotan. industri kerajinan memilki
peluang yang cukup besar untuk dikembangkan. Disamping itu pula industn
kerajinan dapat menyerap cukup banyak tenaga kerja. Adapun potensi
industri kecil yang saat ini masih berkembang adalah :
1) Kerajinan Rotan
Salah satu industri kerajinan yang dikembangkan di Kabupaten
Banyumas adalah indusri kerajinan
rotan. Bahan baku industri ini diambil
dari Kalimantan. Industri kerajinan
rotan merupakan kerjasama antara
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 74
masyarakat dengan industri kerajinan di Cirebon. Produk yang
dihasilkan adalah Kranjang pakaian dll. Industri kerajinan rotan
terdapat di Desa Menganti Kecamatan Rawalo, Desa Krajan Kecamatan
Pekuncen dan Desa Rejasari Keeamatan Purwokerto Barat.
2) Indasoi Kerajinan Bambu
Padaperkembanganya, karya cipta kerajinan telah menempatkan produk
kerajinan sebagai bidang usaha industri yang mampu memberikan
lapangan kerja yang potensial, sehingga dapat memberikan andil dalam
peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan pengrajin. Salah satu
seni kerajinan di Kabupaten
Banyumas adalah industri rumah
tangga yang bahan dasarnya dari
bambu, dibuat dengan berbagai
macam alat rumah tangga seperti
kursi dan meja antik, dan juga hiasan
dinding. Sentra industri kecil kerajinan
bambu di Kabupaten Banyumas tersebar
dibeberapa wilayah antara lain Desa
Kemutug Kecamatan Baturaden
Banjarsari Kecamatan Ajibarang, Desa
Kalipaten Keeamatan Purwojati, Desa
watu Agung Kecamatan Tambak, Desa
Krajan Kecarnatan Pekuncen, Desa
Somakaton, Desa Plana, Desa Tanggeran Kecamatan Somagede dan
Desa Gandatapa, Desa Kutayasa, Desa Tambaksogra kecamatan
Sumbang.
3) Industri Meubel Kayu
Industri Furniture/Mebel Kayu terus berkembang dengan tuntutan mutu
yang semakin tinggi baik dari segi teknis, kenyamanan penggunaan
maupun nilai estetisnya. Dengan tuntutan yang semakin tinggi tersebut
maka konsumen (rumah tangga maupun
perkantoran) cenderung membeli
furniture/meubel kayu dengan cara
memesan agar sesuai dengan kebutuhan
dan selera, fungsi tata ruang, dari pada
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 75
membeli furniture/meubel kayu standar yang tersedia di toko.
Kecenderungan itulah yang menjadikan usaha furniture/meubel kayu di
Kabupaten Banyumas berkembang dan mmberikan prospek
pengembangan pada waktu ke waktu. Secara statistik industri keeil
meubel kayu di Kabupaten Banyumas tahun 2009 sebanyak 973 unit
usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1.924 orang, nilai investasi
Rp. 443.600.000,- Adapun sentra produksi furniture/meubel kayu
terdapat di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang, Desa Somagede
Kecamatan Somagede, Desa Lumbir Kecamatan Lumbir, Desa
Bojongsari Kecamatan Kernbaran, Desa Tinggarjaya Kecamatan
Jatilawang, Desa Kedungurang dan Desa Gumelar Kecamatan Gumelar,
Desa Karangrau Kecamatan Banyumas.
c. Batik
Batik merupakan salah satu andalan produk bangsa Indonesia yang mampu
menembus pangsa pasar luar
negeri. Untuk itu industri Batik
Kabupaten Banyumas juga
senantiasa dibina agar bisa
meningkatkan mutu dan coraknya
agar bisa berkembang lebih pesat.
Ciri khas batik yang ada di Kabupaten Banyumas memiliki corak yang
berbeda dari batik motif Yogyakarta, Solo,
Cirebon dan Pekalongan. Batuk
Banyumas identik dengan motif
Jonasan, batik Jonasan termasuk dalam
kelompok motif non geometrik yang
didominasi dengan warna-warna dasar
kecoklatan dan hitam. Warna coklat karena soga
sedang warna hitam karena wedel, (±) 90% warna lembut di pastikan
tergores pada setiap lembar kain batik, motif- motif andalan batik Banyumas
masih bertahan yang digemari oleh konsumen antara lain motif Sekarsurya,
Sidoluhung, Jahe Pugar, walaupun dalam perkembangannya banyak
mengalami perubahan yang sangat dinamis dengan melakukan terobosan
pembaharuan serta pengembangan motif-motif dengan melakukan berbagai
kombinasi sehingga tercipta satu karakter seni lukis yang indah.
Berdasarkan data tahun 2009 potensi pembatikan di Kabupaten Banyumas
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 76
tercatat terdapat 25 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 125
orang dan jumlah pengobeng/pembatik sebanyak 833 orang, nilai inventasi
Rp. 896.000.000,- kapasitas produksi per tahun 59.904, lokasi sentra
industri batik yang paling banyak adalah di wilayah Desa Pekuncen,
Pasinggangan, Sudagaran, Papringan, di wilayah Kecarnatan Banyumas dari
Desa Sokaraja Lor, Sokaraja Kidul, Sokaraja Tengah, Sokaraja Kulon,
Karang Duren di wilayah Kecmatan Sokaraja.
d. Industri Logam untuk Alat Pertanian
Meskipun harus menghadapi berbagai tantangan berat dalarn menunjukan
keberadaannya sebagai bagian dari Industri Kecil dan Menengah, sentra
kerajinan logam di Desa Pasir Kecamatan Karanglewas ternyata tetap
mampu bertahan di tengah-tengah
perkembangan tekhnologi yang
canggih saat ini. Sentra logam di Desa
Pasir pada umumnya masih meman-
faatkan tekhnologi produksi yang
bersifat tradisional (manual)
meskipun ada beberapa telah menggunakan tekhnologi mesin dan
elektris/semi mekanik. Pada awal produksi, usaha industri logam
memproduksi alat-alat rumah tangga akan tetapi dengan tokhnologi dan
perkembangan jaman industri logarn semakin meningkat kreatifitasnya
sehingga berkembang beberapa inovasi, yaitu pembuatan alat-alat pertanian
dan kerajinan yang pesanannya dari pasaran lokal hingga keluar daerah
Kabupaten Banyumas. Perkembangannya usaha industry logam di
Kabupaten Banyumas yaitu di Desa Pasir Wetan Kec. Karanglewas semakin
pesat hal ini bias dilihat dari tahun-ketahun, data pada tahun 2008 terdapat
110 unit usaha, jumlah tenaga kerjaa yang terserap 600 orang, nilai investasi
mesin/peralatan sebesar Rp. 930.000.000,
e. Industri Kayu Olahan
Potensi Kayu Olahan di Kabupaten Banyumas cukup pesat
perkembangannya pada dekade akhir-akhir ini. Bahan kayu alam/
gelondongan jenis Abasia, pinus dan
Darnar dihasilkan produk berupa
Papan Balok dan Pallet yang banyak
diproduksi oleh industri kecil,
sedangkan beberapa perususahaan
skala menengah telah memproduksi
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 77
Jointing Board, Laminating Board, Finger Join dan Barecore.
Produk hasil kayu olahan dihasilkan oleh para pengusaha industri kecil dari
beberapa sentra menjalin kerja sama/kemitraan dengan perusahaan-
perusahaan besar yang berada dikota-kota besar. Pemasaran produk kayu
olahan juga tembus ke pasaran Internasional yaitu ke berbagai negara
terutama ke Jepang, Korea, Perancis, Singapura, Taiwan dan Amerika.
Adapun sentra-sentra industri kayu olahan di Kabupaten Banyumas terdapat
di berbagai wilayah yaitu di Kecarnatan Cilongok, Ajibarang, Pekuncen,
Kallibagor dan Somagede. Jumlah usaha industri kayu olahan menurut data
tahun 2009 sebanyak 253 unit, menyerap tenaga kerja sebanyak 3.152 orang
tanaga kerja, total produksi pertahun 227.700 m3 , dengan nilai investasi
sebesar Rp. 12.100.974,-.
f. Industri Minyak Atsiri
Minyak Atsiri sudah dikenal ribuan tahun yang lalu yaitu sebelum Masehi,
adalah merupakan bahan pewangi dan penyedap rasa yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, bahan minyak Atsiri adalah obat-obatan pertama yang
digunakan manusia. Di Indonesia baru 12 jenis dari sekitar 200 jenis minyak
atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia saat
ini, namun 2 diantaranya kita kuasai di pasaran
dunia, atau produsen nomor satu yaitu minyak
nilam memangsa pasar 90 % dan minyak
Massoia 100 % yang barasal dari Irian Jaya.
Kabupaten Banyumas juga merupakan
penghasil minyak Atsiri yang cukup potensial
pemasarannya Baik dalam jenis maupun
mutunya, pemasaran hasil minyak astiri
Kabupaten Banyumas ke Luar Negeri (Eksport) dan minyak astiri ini
mempunyai harapan yang baik untuk berkembang. Beberapa hasil olahan
dari minyak atsiri Kabupaten Banyumas adalah minyak nilam dan minyak
daun cengkeh. Dari aspek sumber daya alam, kondisi alam di daerah
Kabupaten Banyumas khususnya di beberapa Kecamatan seperti Kecamatan
Pekuncen, Kecamatan Baturaden, dan Kecamatan Sumpiuh sangat cocok
untuk pertumbuhan tanaman cengkeh dan nilam. Oleh karena membaiknya
harga minyak atsiri di pasaran saat ini, maka usaha industri minyak atsiri di
Kabupaten Banyumas masih terbuka untuk kerjasama dengan investor
dalam memberikan dukungan bagi penyediaan bahan baku minyak atsiri.
Secara statistik, usaha industri minyak astiri di Kabupaten Banyumas pada
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 78
tahun 2009 terdapat 21 unit usaha, menyerap tenaga kerja sebanyak 93
orang dengan hasil produksi per tahun 66.000 kg dan nilai investasi sebesar
Rp. 240.000.000,- dengan nilai produksi sebesar Rp. 1.650.000.000,-
g. Industri Bahan Bangunan
Industri bahan bangunan berkembang cepat sejalan dengan meningkatnya
kegiatan pembangunan disektor perumahan, industri gentang sebagai salah
satu bahan bangunan yang banyak
dibutuhkan memiliki peluang untuk
berkembang cukup besar. Namun tuntutan
akan mutu dan corak/motif genteng
merupakan salah satu hal yang harus
diperhatikan oleh produsen, agar bisa
memberi kepuasan kepada konsumen.
Perubahan orientasi ini menyebabkan industri genteng harus memperhatikan
aspirasi dan tuntutan konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Beberapa
jenis produk yang dihasilkan pengrajin genteng di Kabupaten Banyumas
adalah genteng Pres Pekalongan bulat/papak, Genteng Vlam, Genteng Paris
dan Genteng Kerpus. Adapun sentra produksi genteng terdapat di Desa
Pancasan Kecamatan Ajibarang, Desa Samudra Keeamatan Gumelar, Desa
lumbir Kecamatan Lumbir, Desa Gentawangi Kecamatan Jatilawang.
Menurut data tahun 2009 jumlah pengusaha Industri Kecil Genteng tercatat
sebanyak 998 unit usaha, menyerap tenaga kerja sebanyak 3.252 orang,
dengan hasil produksi 94.272.000 buah genteng pertahun.
2. Perdagangan
Berdasarkan laporan dari Dinas Perindagkop Kab. Banyumas Th. 2009,
jumlah unit usaha Perdagangan Menengah pada
tahun 2005 sebanyak 94 buah, pada tahun 2006
sampai dengan bulan Desember 2009 tumbuh
dan berkembang menjadi 98 unit usaha. Untuk
jumlah sarana
perdagangan,
pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007
jumlah Pasar Tradisional sebanyak 21 buah,
tahun 2008 berkembang menjadi 22 buah, pada
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 79
tahun 2009 menjadi 25 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 masih 25
buah, ke 25 pasar tradisional ini di kelola oleh Pemerintah Kab. Banyumas.
Untuk Pasar Lokal yang ada di Kab. Banyumas, pada tahun 2005 sampai dengan
tahun 2007 sebanyak 122 buah dan pada tahun 2008 sarnpai dengan bulan Juni
2010 berkembang menjadi 133 buah. Untuk Pasar Swalayan (Pasar Modem)
seperti Indomart, Alfamart, Matahari Dept. Store, Rita dll. pada tahun 2006 ada
sebanyak 24 buah, pada tahun 2007 bertambah menjadi 32 buah, pada tahun
2008 bertambah lagi menjadi menjadi 46 buah, pada tahun 2009 bertambah lagi
menjadi 59 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 sudah tumbuh dan
berkembang menjadi 71 buah. Sedangkan untuk Pasar Grosir yang ada baru satu
buah yaitu Moro, sedangan untuk Mal/Plaza juga baru berdiri satu buah yaitu
Tamara Plaza " Sri Ratu “.
3. Pengembangan Usaha Nasional
Jumlah koperasi aktif perkembangannya mengalami peningkatan yang
cukup baik, pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 berkernbang menjadi
396 buah, tahun 2008 menjadi 397 buah, tahun 2009 berkembang menjadi 446
buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 berkembang menjadi 448 buah.
Sedangkan untuk koperasi tidak aktif mengalami fluktuasi naik turun, pada
tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 sebanyak 60 buah, tahun 2008 turun
menjadi 57 buah, tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010 naik bali i 61 buah.
Jumlah Induk Koperasi dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 ada
sebanyak 2 buah. Jumlah Koperasi Primer di Kabupaten Banyumas tahun 2006
sampai dengan tahun 2007 ada sebanyak 458 buah, tahun 2008 sebanyak 466
buah, tahun 2009 sebanyak 505 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah
Koperasi Primer ada sebanyak 507 buah. Untuk KUD dari tahun 2006 sampai
dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 25 buah. Sedangkan untuk Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 ada
sebanyak 4 buah.
Jumlah Pengusaha Kecil yang ada di Kab. Banyumas mengalami
peningkatan secara terus menerus, pada tahun 2006 sarnpai dengan tahun 2007
ada sebanyak 578.564 orang pengusaha, pada tahun 2008 sampai dengan tahun
2009 ada sebanyak 579.024 orang pengusaha dan sampai dengan bulan Juni
2010 ada sebanyak 579.487 orang pengusaha. Untuk Pengusaha Menengah juga
mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan pada tahun 2006 sampai
dengan tahun 2009 ada sebanyak 1.059 orang pengusaha dan sampai dengan
bulan Juni 2010 ada sebanyak 1.067 orang pengusaha. Untuk Pengusaha Besar
pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 berkembang menjadi 107 orang
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 80
pengusaha. Jumlah penyerapan tenaga kerja pada Pengusaha Kecil tahun tahun
2006 sampai dengan tahun 2009 sebanyak 925.703 orang dan pada tahun 2008
sampai dengan tahun 2009 ada sebanyak 579.024 orang dan sampai dengan
bulan Juni 2010 jumlah penyerapan tenaga kerja pada pengusaha kecil sebanyak
1.055.583 orang. Untuk Pengusaha Menengah jumlah penyerapan tenaga kerja
pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 sebanyak 24.357 orang dan sampai
dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak orang. Untuk penyerapan tenaga kerja
Pengusaha Besar pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 ada sebanyak
sebanyak 4.725 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah penyerapan
tenaga kerja ada sebanyak 4.762 orang.
Untuk nilai eksport dan import non migas, pada tahun 2006 sampai
dengan tahun 2007 jumlah eksport senilai 6.785.761 juta US$, tahun 2008
mencapai sejumlah 2.693.528 juta US$, tahun 2009 turun menjadi 1.839.654
juta US$ dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumnlah nilai eksport mencapai
2.547.170,91 juta US$.
Lembaga keuangan, yang terdiri dari Perbankan dan Non Perbankan,
untuk Perbankan terdiri dari milik Pemerintah, Swasta Nasional, Swasta Asing
dan Milik Pemerintah Daerah, sedangkan untuk Lembaba Non Perbbankan
terdiri dari Modal Ventura dan Lembaga Keuangan Mikro. Pada tahun 2005
jumlah Perbankan di Kab. Banyumas sebanyak 29 buah yang terdiri dari milik
Pemerintah sebanyak 5 buah, Sswasta Nasional 22 buah dan Milik Pemerintah
Daerah sebanyak 2 buah, tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 jumlah
Perbankan sebanyak 34 buah yang terdiri dari 6 buah milik Pemerintah, 26 buah
milik Swasta Nasional dan 2 buah milik Pemerintah Daerah, sampai dengan
bulan Desember 2009 jumlah Perbankan bertambah menjadi 35 buah yang
terdiri dari 6 buah milik Pemerintah, 27 buah milik Swasta Nasional dan 2 buah
milik Pemerintah Daerah. Untuk Lembaga Non Perbankan jumlah lembaga
Keuangan Mikro, pada tahun 2005 sebanyak 32 buah dan pada tahun 2006
sampai dengan bulan Desember 2009 sejumlah 53 buah, yang tersebar di
beberapa wilayah kecamatan di Kab. Banyumas.
B. Pengelolaan Asset / Barang Daerah
Kabupaten Banyumas mempunyai aset tidak bergerak berupa tanah yang
terseber dibeberapa wilayah kecamatan yang ada di Kab. Banyumas, diantaranya
Kecamatan Ajibarang seanyak 14 lokasi ± luas 113.574 m2, Kecamatan Banyumas
sebanyak 17 lokasi ± luas 171.337 m2, Kecamatan Baturraden sebanyak 14 lokasi ±
luas 185.485 M2, Kecamatan Cilongok sebanyak 7 lokasi ± luas 223.749 m
2,
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 81
Keeamatan Gumelar sebanyak 2 lokasi ± luas 15.545 m2, Kecamatan Jatilawang
sebanyak 7 lokasi ± luas 40.516 m2, Keeamatan Kalibagor sebanyak 9 lokasi ± luas
699.175 m2, Kecamatan Karanglewas sebanyak 4 lokasi ± luas 26.675 m
2,
Kecamatan Kebasen sebanyak 3 lokasi ± luas 12.305 m2, Kecamatan Lumbir
sebanyak 2 lokasi ± luas 8.985 m2, Kecamatan Kedungbanteng sebanyak 4 lokasi
± luas 25.758 m2, Kecamatan Kembaran sebanyak 10 lokasi ± luas 34.803 m
2,
Kecamatan Kemrajen sebanyak 7 lokasi ± luas 17.981 m2, Kecamatan Patikraja
sebanyak 10 lokasi ± luas 92.073 M2, Kecamatan Pekuncen sebanyak 6 lokasi ± luas
495.516 m2, Kecamatan Purwojati sebanyak 3 lokasi ± luas 15.783 m
2, Kecamatan
Purwokerto Barat sebanyak 14 lokasi ± luas 41.683 m2, Kecamatan Purwokerto
Selatan sebanyak 26 lokasi ± luas 156.502 m2, Kecamatan Purwokerto Timur
sebanyak 38 lokasi ± luas 278.619 m2, Kecamatan Purwokerto Utara sebanyak 2
lokasi ± luas 7.300 m2, Keeamatan Rawalo sebanyak 5 lokasi ± luas 18.503 m
2,
Kecamatan Sokaraja sebanyak 14 lokasi ± luas 19.535 m2, Kecamatan Sumbang
sebanyak 1 lokasi ± luas 10.729 m2, Kecamatan Sumpiuh sebanyak 2 lokasi ± luas
15.885 m2 , Kecamatan Tambak sebanyak 3 lokasi ± luas 28.530 m
2 dan Kecamatan
Wangon sebanyak 9 lokasi ± luas 464.292 m2.
C. BUMD, Perbankan Daerah dan Lembaga Keuangan Daerah
Pemerintah Kabupaten Banyumas
sampai saat ini masih memiliki 2 (dua) buah
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan
Bank Kredit Kecamatan (BKK) yang mana
memberikan kontribusi terhadap APBD
Kabupaten Banyumas.
Sedangkan Perbankan Daerah yang ada di Kabupaten Banyumas meliputi Bank
Milik Pemerintah sebanyak 6 buah diantaranya Bank Konvensional 5 buah, Bank
Syariah 1 buah dan Bank Swasta Nasional ada
26 buah diantaranya Bank Konvensional (Bank
Umum + BPR) sebanyak 22 buah dan Bank
Syariah (Bank Umum + BPR) sebanyak 4 buah.
Untuk Bank Pembangunan Daerah (BPD)
sampai dengan bulan Desember 2009 ada 1
(satu) buah, sedangkan untuk jumlah BPR yang
ada sampai dengan bulan Desember 2009 sebanyak 25 buah. Jumlah PDAM pada
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 82
tahun 2005 sampai dengan bulan Desember 2009 sebanyak 1(satu) buah, yaitu
berada di Jalan Prof. DR. Soeharso, Purwokerto.
Sedangkan Lembaga Keuangan Daerah (LKD) yang ada di Kabupaten
Banymnas pada tahun 2006 sebanyak 61 buah, tahun 2006 sampai dengan tahun
2008 ada sebanyak 87 buah dan sampai dengan bulan Desember 2009 ada sebanyak
88 buah, LKD ini tersebar di beberapa wilayah Kecamatan yang ada di Kab.
Banyumas.
BAB VI
EKONOMI KEUANGAN
A. Produk Domestik Regional Bruto
Di Kabupaten Banyumas kondisi perekonomian terus mengalami perkembang-
an, hal ini ditandai dengan selalu berkembangnya Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dari tahun ke tahun. Apabila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB
Banyumas mengalami perkembangan secara berturut-turut mulai tahun 2005 sampai
dengan tahun 2007 sebesar 197,70%, 216,20% dan pada tahun 2007 sebesar
244,45%. Namun apabila dilihat berdasarkan harga konstan, yang tercermin pada
besamya laju pertumbuhan ekonomi, terlihat babwa laju pertumbuhan ekonomi yang
terakhir hanya sebesar 5,30% (2007). Laju pertumbuhan dengan besaran seperti di
atas sebenamya masih tergolong rendah dan belum mampu memberikan perubahan
yang cukup mencolok terhadap perubahan kondisi riil ekonomi masyarakat.
Sehingga perekonomian secara umum di Kabupaten Banyumas masih perlu dipacu
lebih cepat lagi dengan menyusun strategi dan kebijakan yang lebih tepat lagi,
terutama dalam upaya menggerakkan sektor riil. Untuk menjalankan kebijakan ini
gerak perekonomian di Kabupaten Banyumas masih perlu dipercepat dengan
memberikan dorongan pada sektor-sektor yang mempunyai peranan yang cukup
besar dalam perekonomian.
Tabel 6.1.
PDRB Kabupaten Banyumas
Tahun ADHB ADHK (TD 2000)
(Atas Dasar Harga Berlaku) (Atas Dasar Harga Konstan)
2002 3.917.711.445 3.227.485.200 2003 4.365.914.664 3.347.157.944 2004 4.835.240.499 3.486.633.689 2005 5.580.804.337 3.598.399.158 2006 6.428.219.534 3.759-547.615
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 83
2007 7.268.199.715 3.958.645.946
Tabel 6.2.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyumas
Tahun %
2002 4,51 2003 3,71 2004 4,17 2005 3,21 2006 4,48 2007 5.30
Dibandingkan dengan kabupaten tetangga dalam wilayah eks Karesidenan
Banyumas, pertumbuhann ekonomi Banyumas tahun 2007 menempati posisi kedua
setelah Kabupaten Purbalingga, hanya sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Banjarnegara (Tabel 6.3). Sehingga. perlu ditekankan kembali percepatan
pertumbuhan ekonomi agar Banyumas tidak tertinggal bila dibandingkan dengan
kabupaten tetangga.
Tabel 6.3.
Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Eks. Karesidenan Banyumas
Tahun Kabupaten Banyumas
( % )
Kabupaten Banjarnegara
( % )
Kabupaten Cilacap
( % )
Kabupaten Purbalingga
2002 4,51 -0,65 8,59 4,13 2003 3,71 2,96 6,33 3,14 2004 4,17 3,81 6,65 3,35 2005 3,21 3,95 7,72 4,18 2006 4,48 4,32 5,00 5,06 2007 5.30 5.01 2.64 6.19
Walaupun perekonomian di Kabupaten Banyumas terus mengalami
pertumbuhan, tetapi pendapatan perkapita masyarakat Banyumas masih tergolong
rendah. Pada tahun 2007 Pendapatan perkapita masyarakat Banyumas sebesar
Rp. 4.640.490,- atas harga berlaku dan Rp 2.527.456,- atas dasar harga konstan.
Dengan mendasarkan pada standar kemiskinan Bank Dunia terendah sebesar US $ 1
perorang, dengan 1US $ sebesar Rp 9.100,- dan satu tahun 360 hari maka standar
kemiskinan menurut Bank Dunia sebesar Rp 3.276.000,- per tahun. Dengan
demikian pendapatan perkapita masyarakat Banyumas masih di bawah standar
kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia. Namun dengan menggunakan standar
kmiskinan teerendah dari Sayogyo sebesar 320 kilogram beras selama setahun dan
harga beras dihitung sebesar Rp 3.500,- maka pendapatan perkapita masyarakat
Banyumas berada di atas stardar kerniskinan sebesar Rp 1.120.000,- Apabila
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 84
pertumbuhan ekonomi diperbandingkan dengan pertumbuhan pendapatan perkapita
terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Hal ini menggambarkan adanya,
pertumbuhan Penduduk ataupun Pertumbuhan penduduk miskin yang cukup cepat di
Kabupaten Banyumas. Dengan indikator ini maka perlu adanya pembatasan
penduduk pada umumnya dan penduduk miskin khususnya.
Tabel 6.4.
Pendapatan Perkapita Kabupaten Banyumas
Tahun ADHB % Kenaikan ADHK % Kenaikan
2001 2.308.568 - 2.089.002 - 2002 2.625.967 13,75 2.163.321 3,56 2003 2.903.02,9 10,155 2.225.627 2,88 2004 3.183.848 9,67 2.295.835 3,15 2005 3.645.107 14,49 2.350.297 2,37 2006 4.181.422 14,71 2.445.507 4,05 2007 4.640.490 11,42 2.527.456 3.76
Struktur ekonomi Kabupaten Banyumas selama lima tahun terakhir tahun
2002-2007 relatif tidak mengalami banyak perubahan. Sektor-sektor ekonomi yang
mempunyai peranan cukup besar dalam perekonomian dari tahun ke tahun tetap
dimiliki oleh sektor pertanian, industri, jasa dan perdagangan. Walaupun memiliki
proporsi yang cukup besar dalam perekonomian sektor pertanian dan industri
cenderung mengalami penurunan, peran dari tahun ke tahun lihat Tabel 6.5. Apabila
kedua sektor ini akan dipertahankan sebagai sektor unggulan, diperlukan penanganan
dan kebijakan khusus terhadap kedua sektor ini. Hal menarik yang perlu
diperhatikan, penurunan sektor ekonomi yang juga diikuti dengan penurunan sektor
industri, menandakan keduanya tidak bersubstitusi, penurunan sektor pertanian tidak
dipindahkan ke sektor industri tetapi ke sektor lainnya yaitu sektor perdagangan dan
jasa. Hal ini menunjukkan perkembangan ekonomi Banyumas sangat ditopang oleh
barang dan jasa yang berasal dari luar daerah.
Tabel 6.5.
Struktur Ekonomi Kabupaten Banyumas
Sektor Th. 2002 Th. 2003 Th. 2004 Th. 2005 Th. 2006 Th. 2007
Pertanian 23,51 22,98 22,59 22,26 21,67 22.99
Penggalian 1,38 1,39 1,39 1,4 1,4 1.39
Industri 17,2 17,28 17,28 17,16 16,95 16.48
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 85
Listrik 0,84 0,85 0,88 0,93 0,94 1.36
Bangunan 9,05 9,11 9,15 9,24 9,2 9.63
Perdagangan 14,47 14,49 14,52 14,6 14,91 14.51
Pengangkutan 10,24 10,3i 10,66 10,54 10,62 9.16
Keuangan 7,82 8 8,11 8,3 8,49 8.72
Jasa 15,48 15,52 15,53 15,58 15,91 15.77
Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan paling cepat dalam perekonomian
Banyumas secara berturut adalah sektor keuangan, perdagangan dan jasa. Oleh sebab
itu perlu dibuat kebijakan agar ketiga sektor ini mempunyai ruang gerak
perkembangan yang lebih leluasa. Dengan melihat proporsinya dalam perekonomian
dan sektor yang mengalami perkembangan pesat ini terlihat dengan jelas bahwa
perkembangan Kabupaten Banyumas menuju wilayah perdagangan dan jasa, namun
demikian arahan sektor keuangan dan jasa untuk menopang sektor pertanian dan
industri perlu dilakukan, sehingga sektor ini mampu melakukan perkembangan.
Tabel 6.6.
Pertumbuhan Setiap Sektor di Kabupaten Banyumas
Sektor Th. 2002 Th. 2003 Th. 2004 Th. 2005 Th. 2006 Th. 2007
Pertanian 7,06 1,38 2,38 1,7 1,73, 3.14 Penggalian* 4,29 4,86 3,75 4,09 4,62 5.17 Industri 3,05 4,2 4,19 2,45 3,24 3.47 Listrik 9 4,26 8,19 9,11 5,16 7.51 Bangunan 3,4 4,42 4,63 4,12 4,07 4.71 Perdagangan 5,33 3,84 4,35 3,8 6,72. 6.48 Pengangkutan 5,04 5,01 5,93 3,13 4,32 5.18 Keuangan 2,26 6,05 5,67 5,60 6,85 8.04 Jasa 2,54 3,97 4,21 3,54 6,70 7.90
PDRB TOTAL 4951 3,71 4,17 3,21 4,48 5.30
Perekonomian Kabupaten Banyumas masih didominasi oleh sektor yang
memberikan kontribusi di atas 10 persen terhadap PDRB. Keempat sektor tersebut
adalah sektor Pertanian, Industri, Jasa-jasa dan sektor Perdagangan. Dilihat dari
sumbangannya terhadap PDRB tahun 2007, berdasarkan urutan besamya sumbangan
adalah sebagai berikut ; Sektor Pertanian menyumbang 22,99 persen, diikuti oleh
Sektor Industri dengan sumbangan 16,48 persen, Sektor Jasa-jasa menyumbang
15,77 persen, Sektor Perdagangan menyumbang 14,51 persen, Tiga sektor yang
sumbangannya antara 5 sampai 10 persen adalah Sektor Bangunan yang
menyumbang 9,63 persen, Sektor Pengangkutan menyumbang 9,15 persen dan
sektor Keuangan menyumbang 8,72 persen. Dua sektor yang menyumbang di bawah
lima persen masing-masing adalah sektor Pertambangan dan Penggalian
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 86
menyumbang 1,39 persen dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih menyumbang1,36
persen.
B. APBD
Dalam upaya menjalankan kebijakannya, terutama, kebijakan fiskal, terlihat
bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Kabupaten Banyumas terus
mengalami peningkatan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Dengan
anggaran belanja yang semakin meningkat, permasalahan yang dihadapi adalah
ketepatan alokasi anggaran tersebut. Sebagai instrument kebijakan fiskal, APBD
akan mempunyai efektivitas yang tinggi manakala tersalur pada sektor yang
mempunyai dampak terhadap sektor riil daerah, dengan kata lain APBD harus
mampu manjadi motor penggerak sektor riil. Oleh sebab itu untuk mengetahui
ketepatan APBD harus dikaji lehih lanjut bagaimanakah alokasi APBD tersebut.
Untuk itu perlu adanya evaluasi setiap kebijakan belanja yang dilakukan selama ini.
Efisiensi anggaran dan kemampuan anggaran untuk meningkatkan investasi dan
pendapatan masyarakat harus menjadi prioritas kebijakan di waktu yang akan datang.
Tabel 6.7.
APBD Kabupaten Banyumas
Tahun Pendapatan Belanja
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
2005 536.408.614.255 566.164.904.606 560.860.334.550 532.868.531.375 2006 759.020.071.390 803.084.834.625 803.749.806.442 719.957.771.996 2007 837.644 335.000 869.387.057.131 963.673.784.000 870.783.409.733 2008 928.013.856.288 968.913.212.552 1.063.673.306.791 973.932.843.282 2009 994.245.891.905 - 1.112.315.891.905 -
Sumber : DPPKAD Kab. Banyumas Th. 2005-2009
Selama 5 (lima) tahun terakhir pendapatan daerah Kabupaten Banyumas
cenderung meningkat, pendapatan daerah pada tahun 2005 dari anggaran sebesar
Rp. 536.408.614.255,- teralisasi sebesar Rp. 566.164.904.606,- pada tahun 2006 dari
anggaran sebesar Rp. 759.020.071.390,- teralisasi sebesar Rp. 803.084.834.625,-
pada tahun 2007 dari anggaran sebesar Rp. 837.644.335.000, teralisasi sebesar
Rp. 869.387.057.131,- pada tahun 2008 dari anggaran pendapatan sebesar
Rp. 928.013.856.288,- terealisasi sebesar Rp. 968.913.212.552,- dan pada tahun 2009
dianggarkan besarnya pendapatan sebesar Rp. 994.245.891.905,-.
Untuk belanja daerah Kabupaten Banyumas cenderung meningkat, dimana
belanja daerah pada tahun 2005 dari anggaran sebesar Rp. 560.860.334.550,-
terealisasi sebesar Rp. 532.868.531.375,- pada tahun 2006 dari anggaran sebesar
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 87
sebesar Rp. 803.749.806.442 terealisasi sebesar Rp. 719.957.771.996,- pada tahun
2007 dari anggaran sebesar Rp. 963.673.784.000,- terealisasi sebesar
Rp. 870.783.409.733,- pada tahun 2008 dari anggaran belanja sebesar
Rp. 1.063.673.306.791,- terealisasi sebesar Rp. 973.932.843.282,- dan pada tahun
2009 dianggarkan besarnya belanja daerah sebesar Rp. 1.112.315.891.905,-.
C. Pajak
Pendapatan pajak yang berasal dari dana perimbangan berupa bagi hasil pajak
pada tahun 2005 dari anggaran sebesar Rp. 25.649.988.365,- terealisasi sebesar
Rp. 35.192.906.321,- pada tahun 2006 dari angaran sebesar Rp. 28.700.000.000,-
terealisasi sebesar Rp. 41.429.845.651,- pada tahuh 2007 dari anggaran setelah
perubahan sebesar Rp. 41.883.211.010,- terealisasi sebesar Rp. 50.268.765.846,-
pada tahun 2008 dari anggaran sebesar Rp. 46.829.960.000,- terealisasi sebesar
Rp. 57.554.524.343,- pada tahun 2009 besarnya bagi hasil pajak/bagi hasil bukan
pajak dianggarkan sebesar Rp. 49.652.344.92,77
Sedangkan pendapatan pajak yang berasal dari dana perimbangan berupa bagi
hasil pajak dari provinsi dimana pada tahun 2005 dari anggaran sebesar
Rp. 17.004.990.990,- terealisasi sebesar Rp. 25.541.827.566,- pada tahun 2006 dari
angaran sebesar Rp. 23.067.741.990,- terealisasi sebesar Rp. 38.262.651.035,- pada
tahun 2007 dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 28.481.995.744,- terealisasi
sebesar Rp. 40.701.280.341,- pada tahun 2008 dari anggaran sebesar
Rp. 36.415.945.092,- terealisasi sebesar Rp. 48.177.112.350,- sedangkan pada tahun
2009 lain-lain pendapatan daerah yang sah, berupa dana bagi hasil pajak dari
Provinsi dan pemerintah daerah lainnya dianggarkan sebesar Rp. 40.384.959.000,-
D. Dana Perimbangan
Pendapatan Daerah Kabupaten selama tahun 2005-2009 masih didominasi oleh
Dana Perimbangan, yang terdiri dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana
alokasi umum dan dana alokasi khusus serta bagi hasil pajak dan bantuan keuangan
dari provinsi. Perkembangan Dana Perimbangan selama 5 (lima) dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan jumlahnya, pada tahun 2005
besarnya Dana Perimbangan dari anggaran sebesar Rp. 462.105.009.355,- terealisasi
sebesar Rp. 480.692.677.348,- pada tahun 2006 dari anggaran sebesar
Rp. 690.184.437.990,- terealisasi sebesar Rp. 717.585.055.155,- pada tahun 2007
dari anggaran setelah perubahan Rp. 752.701.024.824,- teralisasi sebesar
Rp. 763.420.612.472,- pada tahun 2008 dari anggaran sebesar Rp. 832.643.810.592,-
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 88
terealisasi sebesar Rp. 853.259.655.292,- dan pada tahun 2009 besarnya dana
perimbangan dianggarkan sebesar Rp. 822.443.224.592,77
Besarnya penerimaan yang bersumber dari dana bagi hasil, dana alokasi umum
dan dana alokasi khusus yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas, ini
menandakan bahwa masih tingginya ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap
dana dari Pemerintah Pusat.
E. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banyumas yang terdiri dari pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain PAD yang sah, selama 5 (lima) tahun dari tahun 2005 sampai dengan tahun
2009 mengalami peningkatan, pada tahun 2005 PAD Kab. Banyumas dari anggaran
sebesar Rp. 52.983.604.900,- terelaisasi sebesar Rp. 63.767.247.698,- pada tahun
2006 dari anggaran sebesar Rp. 68.835.633.400,- terealisasi sebesar
Rp. 85.499.779.470,- pada tahun 2007 dari anggran setelah perubahan sebesar
Rp. 84.943.310.176,- terealisasi sebesar Rp. 96.386.444.659,- pada tahun 2008 dari
anggaran sebesar Rp. 95.370.045.696,- terealisasi sebesar Rp. 107.425.765.063,- dan
pada tahun 2009 besarnya PAD sebesar dianggarkan Rp. 101.413.857.712,95
Tabel 6.8.
PAD Kabupaten Banyumas
Sumber PAD Th. 2005 Th. 2006 Th. 2007 Th. 2008 Th. 2009
Paiak Daerah 17.295.119.280 16.832.562.181 18.990.997.657 21.342.097.481 18.755.000.000
Retribusi Daerah 32.781.833.512 48.807.891.600 57.734.035.290 63.895.745.349 66.122.256.690
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah Yang Dipisahkan
4.250.396.230 3.504.757.059 4.152.405.385 4.947.115.462 5.625.043.940
Lain-Lain PAD yang Sah 9.439.898.676 16.354.568.630 15.509.006.327 17.240.806.771 10.911.557.082
Total PAD 63.767.247.698 85.499.779.470 96.386.444.659 107.425.765.063 101.413.857.712
Total APBD 566.164.904.606 803.084.834.625 869.387.057.131 968.913.212.552 994.245.891.905
Rasio PAD terhadap APBD 11,26 % 10,65 % 11,09 % 11,09 % 10,20 %
Sumber : DPPKAD Kab. Banyumas Th. 2008-2009
Untuk Rasio PAD terhadap APBD Kabupaten Banyumas tahun 2005 sebesar
11,26 %, tahun 2006 sebesar 10,65 %, tahun 2007 sebesar 11,09 %, tahun 2008
sebesar 10,28 % dan pada tahun 2009 diharapkan mencapai 11,75 %. Melihat dari
rasio PAD terhadap APBD Kabupaten Banyumas tersebut, dimana terlihat masih
kecilnya peranan PAD dalam menyumbang pendapatan daerah, meskipun demikian
upaya peningkatan PAD memerlukan pengkajian dan pertimbangan yang cukup
masak, karena seperti kita ketahui bersama sumber-sumber PAD merupakan sumber
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 89
yang sangat "kurus", sehingga pengorbanan yang cukup besar dalam upaya
peningkatan PAD hanya akan menghasilkan peningkatan yang kurang berarti. Selain
itu, sumber-sumber PAD banyak yang berkaitan langsung dengan masyarakat,
sehingga perlu dipikirkan agar PAD tidak membebani masyarakat.
F. Pinjaman Daerah
Pemerintah Kabupaten Banyumas pada tahun 2005 untuk pinjaman baik
bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri tidak ada, pada tahun 2006
pengeluaran pembiayaan untuk pembayaran pokok pinjaman dalam negeri sebesar
Rp. 110.096.489,- pada tahun 2007 pinjaman dalam negeri sebesar
Rp. 3.653.000.000,- dan pada akhir tahun 2007 sudah dikembalikan, pada tahun 2008
pinjaman dalam negeri sebesar Rp. 2.500.000.000,- sudah dikembalikan pada akhir
tahun 2008 dan sampai dengan bulan Desember 2009 Pemerintah Kabupaten
Banyumas belum merencanakan pinjaman baik yang bersumber dari dalam negeri
maupun luar negeri.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 90
BAB VII
POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN
A. Politik Dalam Negeri dan Pengawasan
Berdasarkan laporan dari Bakesbangpolinmas Kabupaten Banyumas,
mengenai politik, hukum dan keamanan yang ada saat ini di Kabupaten Banyumas
sebagai berikut, mengenai peta perpolitikan saat ini jumlah keanggotaan DPRD
Kabupaten Banyumas ada sebanyak 49 orang, dengan jumlah fraksi di DPRD
Kabupaten Banyumas ada sebanyak 7 buah, dari fraksi-fraksi tersebut yang
terbanyak dalam menduduki kursi yaitu dari Fraksi PDI-P dengan 13 kursi, disusul
Fraksi dari Golkar 9 kursi, Fraksi Partai Demokrat 6 kursi, Fraksi PAN 5 kursi,
Fraksi PKB 5 kursi, Fraksi PPP 1 kursi dan Partai Hanura 1 kursi. Adapun komposisi
Anggota DPRD berdasarkan jenis kelamin untuk pria sebanyak 41 orang dan 8 orang
wanita. Jumlah peserta pemilih pada tahun 2009 ada sebanyak 1.262.347 orang
dengan rincian sebanyak 630.014 orang pria dan 632.333 orang perempuan, dengan
tingkat partisifasi jumlah pemilih 73,23 persen dengan rincian tingkat partsifasi pria
35,52 persen dan perempuan 37,71 persen.
Jumlah Partai Politik (Parpol) yang ada di Kabupaten Banyumas pada tahun
2009 ada sebanyak 36 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Parpol yang
ada sebanyak 36 buah. Sedangkan jumlah parpol peserta pemilu pada tahun 2009 ada
sebanyak 36 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Parpol peserta pemilu
ada sebanyak 36 buah . Organisasi kernasyarakatan berdasarkan profesi pada tahun
2006 ada sebanyak 178 buah, pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ada
sebanyak 11 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 35 buah
organisasi masyarakat berdasarkan profesi. Perkembangan jumlah organisasi
kemasyarakatan berdasarkan agama , pada tahun 2006 ada sebanyak 12 buah, pada
tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ada sebanyak 20 buah dan sampai dengan
bulan Juni 2010 ada sebanyak 21 organisasi kemasyarakatan berdasarkan agama.
Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal yang ada, di
Kabupaten Banyumas pada tahun 2006 ada sebanyak 140 buah, pada tahun 2007
berkurang menjadi 137 buah dan pada tahun 2009 tumbuh menjadi 140 buah dan
sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah LSM lokal ada sebanyak 21 buah.
Sedangkan jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat Nasional pada tahun 2006
sebanyak 2 buah, pada tahun 2008 masih tetap berjumlah 2 buah dan sampai dengan
bulan Juni 2010 jumlah LSM Nasional ada sebanyak 11 buah.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 91
Keberadaan jumlah media massa/pers lokal dan nasional di Kabupaten
Banyumas pada tahun 2009 ada sebanyak 15 buah yang terdiri dari 2 buah media
massa/pers lokal dan 13 buah media massa/pers nasional dan sampai dengan bulan
Juni 2010 ada sebanyak 17 buah media massa/pers yang terdiri dari 6 buah media
massa/pers lokal dan 11 buah media massa/pers nasional.
B. Hukum
Kondisi perkembangan permasalahan hukum yang ada di Kabupaten
Banyumas dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, pada
tahun 2006 terjadi jumlah kasus pelanggaran hukum perkara yang dilaporkan
sebanyak 14.229 perkara yang terdiri dari 397 perkara kasus pidana dan 13.832
perkara pelanggaran lalu lintas, pada tahun 2008 terjadi jumlah kasus sebanyak 7.709
perkara yang terdiri dari 393 perkara kasus pidana dan 7.314 perkara kasus
pelanggaran lalu lintas, jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi penurunan
jumlah kasus pelanggaran hukum yang dilaporkan sebanyak 6.520 perkara (45,82
persen), pada tahun 2008 terjadi jumlah kasus pelanggaran hukum kembali berupa
perkara yang dilaporkan sebanyak 28.360 perkara yang terdiri dari 381 perkara
kasus pidana dan 27.979 perkara kasus pelanggaran lalu lintas, jika dibandingkan
pada tahun 2007 maka terjadi peningkatan jumlah kasus pelanggaran hukum yang
dilaporkan sebanyak 20.651 perkara (267,88 persen), pada tahun 2009 terjadi jumlah
kasus pelanggaran hukum kembali berupa perkara yang dilaporkan sebanyak 17.197
perkara yang terdiri dari 455 perkara kasus pidana dan 16.742 perkara kasus
pelanggaran lalu lintas, jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi penurunan
jumlah kasus pelanggaran hukum yang dilaporkan sebanyak 11.163 perkara (39,36)
dan sampai dengan bulan Juni 2010 terjadi jumlah kasus pelanggaran hukum kembali
berupa perkara yang dilaporkan sebanyak 23.499 perkara yang terdiri dari 167
perkara kasus pidana dan 23.332 perkara kasus pelanggaran lalu lintas, jika
dibandingkan pada tahun 2009 maka terjadi peningkatan kembali jumlah kasus
pelanggaran hukum yang dilaporkan sebanyak 6.302 perkara (36,65 persen).
Jumlah perkara terselesaikan baik perkara pidana maupun perkara lalu lintas,
pada tahun 2006 terselesaikan kasus sebanyak 14.067 perkara yang terdiri dari 235
kasus perkara pidana dan 13.832 kasus perkara lalu lintas, pada tahun 2007
terselesaikan kasus sebanyak 7.566 perkara yang terdiri dari 252 kasus perkara
pidana dan 7.314 kasus perkara lalu lintas jika dibandingkan tahun 2006 maka jadi
penurunan jumlah perkara terselesaikan sebanyak 6.501 (46,21 persen), pada tahun
2008 terselesaikan kasus sebanyak 28.160 perkara yang terdiri dari 181 kasus
perkara pidana dan 27.979 kasus perkara lalu lintas, jika dibandingkan tahun 2007
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 92
maka terdapat peningkatan jumlah perkara terselesaikan sebanyak 20.594 perkara
(272,19 persen), pada tahun 2009 terselesaikan kasus sebanyak 16.848 perkara yang
terdiri dari 106 perkara pidana dan 16.742 kasus perkara lalu lintas dan sampai
dengan bulan Juni 2010 jumlah kasus terselesaikan sebanyak 23.332 perkara lalu
lintas.
C. Keamanan, Ketentraman dan Ketertiban Umum
Berdasarkan laporan baik dari Polres Kabupaten Banyumas, maupun
Bakesbangpolinmas, bahwa situasi keamanan dan ketertiban dalam masyarakat
cukup kondusif dan terkendali, meskipun di beberapa wilayah masih terdapat
gangguan keamanan dan ketertiban, namun dapat terkendalikan dengan baik.
Berdasarkan laporan dari POLRES Banyumas pada tahun 2007 terjadi 431 jumlah
kriminalitas, pada tahun 2008 terjadi jumlah kasus kriminatlitas sebanyak 183 kasus
jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi penurunan jumlah kasus
kriminalitas sebanyak 248 kasus (57,54 persen) dan pada tahun 2009 terjadi kasus
kriminalitas sebanyak 112 kasus maka jika dibandingkan kasus kriminalitas yang ada
pada tahun 2008 terjadi penurunan kasus sebanyak 71 kasus (38,80 persen).
Perkelahian antar pelajar terjadi hanya 1 kali pada tahun 2007 namun dapat
terkendali dan terselesaikan dengan baik.
Kasus unjuk rasa di bidang politik pada tahun 2009 ada sebanyak 11 kasus
dan sampai dengan bulan Juni 2010 turun menjadi 5 kasus unjuk rasa di bidang
ekonomi atau turun sebanyak 6 kasus (54,55 persen), unjuk rasa yang terjadi di
bidang ekonomi pada tahun 2009 terjadi 3 kasus dan sampai dengan bulan Juni 2010
terdapat kasus kembali di bidang ekonomi sebanyak 3 kasus, sedangkan unjuk rasa di
bidang sosial yang terjadi pada tahun 2009 ada sebanyak 31 kasus dan sampai
dengan bulan Juni 2010 terjadi kasus di bidang sosial sebanyak 19 kasus maka jika
dibandingkan pada tahun 2009 terjadi penurunan kasus di bidang sosial sebanyak 12
kasus (38,71 persen).
Jumlah Aparat Keamanan Polisi, Pos Keamanan Polisi, jumlah Polisi Hutan
dan jumlah Mobil Pemadam Kebakaran, pada tahun 2007 jumlah Aparat Keamanan
(Polisi) ada sebanyak 1.164 orang, pada tahun 2008 ada sebanyak 1.214 orang jika
dibandingkan tahun 2007 maka terjadi penambahan jumlah Aparat Keamanan
sebanyak 50 orang (4,3 persen) pada tahun 2009 jumlah Aparat Keamanan menjadi
1.207 jika dibandingkan pada tahun 008 maka terjadi penurunan jumlah Aparat
Keamanan (Polisi) sebanyak 7 orang (0,58 persen) hal ini karena ada yang pensiun
dan pindah tugas ke luar Banyumas.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 93
Jumlah Pos Keamanan (Polisi) pada tahun 2007 ada sebanyak 16 unit, begitu
pula tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 jumlah Pos Keamanan (Polisi) ada
sebanyak 16 unit Pos Keamanan. Jumlah Polisi Hutan yang ditugasi di KPH Perum
Perhutani Banyumas Timur dan KPH Perum Perhutani Banyumas Barat pada tahun
2006 sebanyak 140 orang, pada tahun 2007 sebanyak 148 orang jika dibandingkan
pada tahun 2007 maka terdapat penambahan jumlah Polisi Hutan sebanyak 8 orang
(5,71 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 143 jumlah Polisi Hutan jika
dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi pengurangan jumlah Polisi Hutan
sebanyak 5 orang (3,38 persen), pada tahun 2009 jumlah Polisi Hutan menjadi 140
orang jika dibandingkan tahun 2008 maka terjadi penurunan kembali jumlah Polisi
Hutan sebanyak 3 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Polisi Hutan
yang ada sebanyak 139 orang sehingga bila dibandingkan jumlah Polisi Hutan pada
tahun 2009 terjadi pengurangan kembali jumlah Polisi Hutan sebvanyak 1 orang
(0,71 persen). Jumlah mobil Pemadam Kebakaran yang ada pada tahun 2008
sebanyak 3 unit pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah mobil
Pemadam Kebakaran yang ada sebanyak 7 unit, adapun pengelola dari mobil
Pemadam Kebakaran yaitu Dinas CKKTR Kabupaten Banyumas.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 94
BAB VIII
INSIDENSIAL
A. Pengungsi
Sampai dengan bulan Juni 2010 berdasarkan laporan dari Dinsosnakertrans
Kabupaten Banyumas, pengungsian penduduk akibat bencana alam antara lain,
banjir, angin puyuh maupun tanah longsor belum ada. Bencana alam tersebut oleh
penduduk dirasa belum begitu mengkhawatirkan, sehingga masyarakat yang terkena
bencana alam tersebut tetap bertahan di lokasi tempat tinggalnya masing-masing.
Begitu pula mengenai tanah longsor dan banjir, meskipun ada beberapa tempat
tinggal yang mengalami kerusakan aibat tanah longsor, gempa, angin puyuh maupun
banjir, namun masih dapat segera dapat diperbaiki dan ditempati.
B. Bencana Alam
Di Kabupaten Banyumas setiap tahunnya selalu terjadi bencana banjir dan
gerakan tanah. Bencana banjir yang terjadi di wilayah Selatan Kabupaten Banyumas,
yaitu di wilayah Kecamatan Tambak, Sumpiuh dan Kemranjen berupa bencana alam
gerakan tanah, ini erat kaitannya dengan sifat
fisik lahan, sifat dan posisi batuan, struktur
geologi, keterjalan, penggunaan lahan serta
kondisi keairannya daerah dengan sedimen
marin lempung dan medan terjal banyak
terjadi gerakan tanah. Lempung ini ini
plastisitasnya mengembang dan mengerut
dengan perubahan cuaca, batuan ini ditindih dengan batuan gunung api sehingga
pada daerah kontaknya sering terjadi longsoran. Daerah terjadi dengan curah hujan
tinggi juga rawan terhadap longsoran. Demikian halnya dengan aktifitas manusia
seperti potong dan pangkas (cut and fill) terhadap lereng juga dapat meningkatkan
kemampuan lahan untuk longsor. Bencana alam berupa gerakan tanah yang terjadi di
wilayah Kabupaten Banyumas terdapat pada kawasan hutan mapun pada tepi sungai
dengan kondisi lahan terjal atau pada lokasi terjal dengan curah hujan tinggi.
Jumlah Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Banyumas berdasarkan
laporan dari Disosnakertrans Kabupaten Banyumas, pada tahun 2006 terdapat
bencana alam di 14 kecamatan, dengan jumlah perkiraan kerugian akibat bencana
alam tersebut mencapai Rp. 750 juta, kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke
masyarakat terkena bencana antara lain berupa dana sebesar Rp. 185 juta, beras
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 95
sebanyak 8.000 ton, mie isntan 630 kardus, minyak goreng 875 liter, pakaian
sebanyak 400 paket, material bangunan 50 paket. Pada tahun 2007 terjadi bencana
alam kembali di 14 kecamatan, kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke
masyarakat terkena bencana antara lain berupa dana sebesar Rp. 100 juta beras
sebanyak 9.000 ton, mie isntan 450 kardus, minyak goreng 480 liter, pakaian
sebanyak 300 paket, peralatan darurat 3 unit. Pada tahun 2008 terdapat bencana alam
di 14 kecamatan, dengan jumlah perkiraan kerugian akibat bencana alam tersebut
mencapai Rp. 2.577,85 juta, kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke
masyarakat terkena bencana antara lain berupa dana sebesar Rp. 100 juta, beras
sebanyak 9.000 ton, mie isntan 450 kardus, minyak goreng 480 liter, pakaian
sebanyak 300 paket, peralatan darurat 3 unit. Pada tahun 2009 terdapat bencana alam
di 21 kecamatan, dengan jumlah perkiraan kerugian akibat bencana alam tersebut
mencapai Rp. 1.216 juta, kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke masyarakat
terkena bencana antara lain berupa beras sebanyak 10 ton, mie isntan 650 kardus,
minyak goreng 850 liter, pakaian sebanyak 53 paket, material bangunan 28 paket dan
peralatan darurat sebanyak 3 unit dan sampai dengan bulan Juni 2010 kejadian
bencana alam yang mengakibatkan kerugian akibat bencana tersebut mencapai
Rp. 2.219,57 juta, untuk kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke masyarakat
terkena bencana antara lain berupa, beras sebanyak 10 ton, mie isntan 850 kardus,
minyak goreng 1.200 liter, pakaian sebanyak 300 paket, material bangunan
150 paket.
Wilayah Kabupaten Banyumas yang telah teridentifikasi sebagai daerah
rawan bencana alam gerakan tanah, adalah sebagai berikut :
1. Kecamatan Pekuncen di desa Cibangkong, Karang kemiri dan Semedo.
2. Kecamatan Gumelar di desa Samudra, Gumelar, Kedungurang, Gancang,
Paningkapan, Karangkemojing, Cihonje, Cilangkap dan Telaga
3. Kecamatan Lumbir di desa Dermaji, Kedunggede, Karanggayam, Cidora
dan Cirahab.
4. Kecamatan Wangon di desa Pangadegan, Cikakak dan Windunegara.
5. Kecamatan Cilongok di desa Punusupan, Jatisaba dan Gununglurah.
6. Kecamatan Purwojati di desa Kaliwangi dan Kalitapen.
7. Kecamatan Kedungbanten di desa Melung dan Baseh.
8. Kecamatan Patikraja di desa Kedungrandu dan Karangdadap.
9. Kecamatan Kebasen di desa Tumiyang.
10. Kecamatan Rawalo di desa Tatnbalmegara.
11. Keeamatan Kemrajen di desa mbaknegara dan Karanggintung.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 96
12. Kecamatan Banyumas di desa Binangun dan Karangrau.
13. Kecamatan Somagede di desa Kemawi, Kanding dan Tangeran.
C. Penyakit Menular
Di wilayah Kabupaten Banyumas mengenaipenyakit menular dari tahun 2005
sampai dengan bulan Juni tahun 2009, dapat dilaporkan sebagai berikut :
1. Tahun 2008 kasus penyakit Malaria Klinis sebanyak 3.406 kasus dan positif
sebesar 177 kasus dengan persentase sebesar 5,2% dan telah diobati 100%.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2007 maka dalam satu tahun kasus malaria
mengalami kenaikan sebanyak 729 kasus. Tahun 2008 desa MCI dan HCI tidak
ada (Nol). Sedangkan desa yang masuk kategori LCI di tahun 2008 sebesar 331.
Adapun API Kabupaten Banyumas Tahun 2008 adalah sebesar 0,17 per 1000
penduduk. Jumlah kasus Malaria kare Plasmodium Falcivarum sebesar 34,4 %,
Plasmodium Vivax sebesar 65,6 % dan karena Plasmodium Mix tidak ada (Nol).
Sedangkan jumlah penyakit Malaria berdasarkan asalnya sebagai berikut. Import
sebesar 56,8 %, Indigenus sebesar 33,6 % dan kabuh sebesar 9,6 %.
Tahun 2007 kasus penyakit Malaria Klinis sebanyak 2.677 kasus atau
1,72 per 1000 penduduk, sedangkan tahun 2006 kasus penyakit Malaria Klinis
sebanyak 4.480 kasus atau sebosar 2,89 per 1000 panduduk dan tahun 2005
kasus penyakit Malaria Klinis sebanyak 4.174 kasus atau sebesar 2,71 per 1000
penduduk. Dibanding tahun 2006 kasus malaria mengalami penurunan 1.803
kasus atau sebesar 1,16 per 1000 penduduk. Daerah endemis malaria di
Kabupaten Banyumas tersebar di 9 desa yaitu Kalisalak, Binangun, Petarangan,
Karangsalam, Karanggintung, Bongangin, Banjarpanepen, Kemawi dan
Selanegara, dari 9 endemis tersebar di 4 Kecamatan (Sumpiuh, Kemranjen,
Kebasen dan Banyumas).
Tahun 2007 sudah tidak ada lagi desa HCL, desa Binangun dan Kalisalak
merupakan desa on CI sedangkan desa lainnya masuk kategori LCI. Adapun API
Kabupaten Banyumas tahun 2007 sebesar 11 per 1000 penduduk. angka API
Kabupaten Banyumas tahun 2006 sebesar 0,015 atau 15 per 1.000 penduduk dan
angka API tahun 2005 sebesar 0,016 atau 1.6 per 1.000 penduduk, jika
dibanding tahun 2006 yaitu 0,16 maka tahun 2007 terjadi penurunan kasus
sebesar 0,04 per 1000 penduduk. Hal ini dapat disebabkan karena peningkatan
surveilans (Active Case Detection/ACD), aktifnya petugas Juru Malaria Desa
(JMD) dalam panernuan penderitaan dan kesadaran masyarakat untuk berobat
atau memeriksakan diri sudah cukup baik.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 97
2. Jumlah populasi kasus TB Paru positif tahun 2008 sebanyak 1.704 kasus dengan
BTA positif sebanyak 613 kasus atau CDR (Case Detection Rate) BTA positif
sebanyak 36 per 100.000 penduduk. Hal ini berarti tahun 2008 mengalami
penurunan sebesar 2 kasus. Jumlah kasus TB Paru Positif tahun 2007 sebanyak
615 kasus atau CDR (Caw Detection Rate) BTA positif sebesar 39,61 per
100.000 penduduk, Jumlah kasus TB Paru Positif tahun 2006 sebanyak 1.410
kasm atau CDR BTA positif sebesar 91,24 per 100.000 penduduk, jumlah kasus
TB Paru Positif tahun 2005 sebanyak 596 kasus atau CDR (Case Detection
Rate) BTA positif sebesar 7,15 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2006 kasus
TB paru Positif mengalami peningkatan sebesar 814 kasus, atau CDR BTA
Positif sebesar 84.09 per 100.000 penduduk. Sedangkan tahun 2007 mengalami
penurunan sebesar 795 kasus atau 51,22 per 100.000 penduduk. Target
penemuan tahun 2006 sebesar 40% dari 91,24 yaitu sebesar sebesar 36,49 per
100.000 penduduk. Sedang target penemuan tahun 2007 sebesar 40 % dari 36,1
yaitu sebesar 14,64 per 100.000 panduduk. Kondisi diatas menunjukan
penemuan TB Paru Positif telah memenuhi target.
3. Jumlah kasus TB paru Klinis tahun 2006 di Kabupaten Banyumas sebanyak
4.405 kasus, jumlah kasus TB Paru Klinis tahun 2005 di Kabupaten Banyumas
sebanyak 4.441 kasus, sedangkan tahun 2004 ada sebanyak 3.084 kasus. Jumlah
penemuan kasus pada tahun 2005 jika dibandingkan tahun 2006 mengalami
penurunan kasus sebanyak 36 kasus.
4. Jumlah kasus HIV-AIDS sampai Desember 2008 secara komulatif sebanyak 272
kasus dengan rincian dari serosurvey 64 kasus dari klinik VCT 208 kasus. Dari
183 kasus, 50 diantaranya sudah menjadi AIDS dan 27 diantaranya sudah
meninggal dunia. Junlah kasus HIV-AIDS sampai Desember 2007 secara
kumulatif sebanyak 128 kasus dengan rincian dari serosurvey 64 kasus dari
Klinik VCT 63 kagus. Dari 128 kasus, 23 diantaranya sudah menjadi AIDS dan
17 diantaranya sudah meninggal dunia. Kasus HIV yang ditemukan merupakan
fenomena gunung es artinya dari 128 kasus HIV positif yang telah terdeteki
masih di mungkinkan ada sekitar 12.800 kasus. Kasus HIV yang ditemukan
pada tahun 2007 sbanyak 68 sedang AIDS sebanyak 22 kasus.
5. Jumlah penemuan AFP di Kabupaten Banyumas tahun 2007 sebanyak 10 kasus,
target penemuan tahun 2007 sebanyak 8 kasus, sehingga tahun 2007 sudah
memenuhi target. Jumlah penemuan kasus AFP di Kabupaten Banyumas tahun
2006 sebanyak 3 kasus sedangkan tahun 2005 ditemukan sebanyak 6 kasus.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 98
Standar penemuan kasus polio adalah 2 per 100.000 penduduk usia kurang dari
15 tahun. Target penemuan kasus di Kabupaten Banyumas adalah 8 kasus
dengan demikian penemuan kasus tahun 2006 masih di bawah target.
6. Disamping kasus-kasus penyakit seperti Malaria Klinis, TB Paru Klinis, Paru
Positif, HIV-AIDS dan kasus AFP, juga terdapat di Kabupaten Banyumas yaitu
penyakit DBD, pada tahun 2008 jumlah kasug DBD ada 685 kasus atau 43.59 %
per 100.000 penduduk. Dari kasus yang ada telah ditangani 100% dan jumlah
kematian akibat penyakit ini adalah sebesar 1,31 % per 100.000 penduduk.
Jumlah kasus DBD tahun 2007 sebanyak 241 kasus atau 15,52 % per 100.000
penduduk. Sedangkan jumlah kasus DBD di Kabupaten Banyumas tahun 2006
sebanyak 329 kasus atau 21,29 per 100.000 penduduk dibandingkan dengan
tahun 2005 sebesar 132 kasus atau 8,58 per 100.000 penduduk. Kondisi
demikian menunjukkan teterjadinya, penurunan kasus DBD sebesar 88 kasus
atau 5,7 per 100.000 penduduk.
D. Kebakaran Hutan
Berdasarkan laporan dari KPH Perum Perhutani Banyumas Barat dan KPH
Perum Perhutani Banyumas Timur, dalam pengelolaan Hutan Negara di Banyumas
dibagi menjadi 2 Kantor Pemangku Hutan (KPH)
yaitu KPH Perum Perhutani Banyumas Timur
dan KPH Perum Perhutani Banyumas Barat.
Luas hutan negara yang ada di wilayah
Banyumas seluas 28.648.07 Ha, terdiri dari
seluas 8.235,80 Ha ada dibawah KPH Banyumas
Barat dan seluas 18.765,87 Ha berada di bawah
KPH Banyumas Timur. Adapun jenis-jenis
tanaman yang ada dalam kawasan hutan negara
tersebut antara lain meliputi jenis pohon jati,
pinus, damar dan jenis kayu rimba lainnya.
Luas areal hutan terbakar berdasarkan laporan dari KPH Perum Perhutani
Banyumas Barat, pada tahun 2006 seluas 9,45 Ha dengan lokasi ada di 3 wilayah
kecamatan, pada tahun 2007 luas areal hutan yang terbakar seluas 2,90 Ha dengan
lokasi ada di 2 wilayah kecamatan, pada tahun 2008 luas areal hutan terbakar seluas
6,16 Ha dengan lokasi ada di 3 wilayah kecamatan, pada tahun 2009 luas areal hutan
terbakar seluas 0,85 Ha dengan lokasi ada di 2 wilayah kecamatan.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 99
Sedangkan luas areal hutan terbakar berdasarkan laporan dari KPH Perum
Perhutani Banyumas Timur, pada tahun 2006 seluas 150,7 Ha dengan lokasi ada di 3
wilayah kecamatan, pada tahun 2007 luas areal hutan yang terbakar seluas 45,20 Ha
dengan lokasi ada di 4 wilayah kecamatan, pada tahun 2008 luas areal hutan terbakar
seluas 29,2 Ha dengan lokasi ada di 3 wilayah kecamatan, pada tahun 2009 luas areal
hutan terbakar seluas 23,5 Ha dengan lokasi ada di 2 wilayah kecamatan.
E. Pencurian dan Penyelundupan Kayu
Berdasarkan laporan dari KPH Perum Perhutani Barat, kasus pencurian dan
penyelundupan kayu yang ada pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010
sebagai berikut, tahun 2006 ada sebanyak 13 kasus dengan jumlah lokasi kecamatan
pencurian dan lokasi penyelundupan kayu ada di 3 wilayah kecamatan, jumlah
volume kayu yang dicuri dapat terselamatkan. Pada tahun 2007 jumlah kasus ada
sebanyak 16 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 3 wilayah kecamatan dan kayu yang
dicuri semua terselamatkan. Pada tahun 2008 jumlah kasus pencurian dan
penyelundupan kayu ada sebanyak 8 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 3
kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 4,95 m3. Pada tahun 2009 jumlah
kasus pencurian dan penyelundupan kayu ada sebanyak 9 kasus, dengan lokasi
pencurian kayu ada di 3 kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 5,09 m3 dan
sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah kasus pencurian dan penyelundupan kayu di
wilayah KPH Perum Perhutani Barat ada sebanyak 4 kasus, lokasi pencurian kayu
ada di 2 kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 1,46 m3.
Sedangkan di wilayah KPH Perum Perhutani Timur, berdasarkan laporan
kasus pencurian dan penyelundupan kayu yang ada pada tahun 2006 sampai dengan
bulan Juni 2010 sebagai berikut, tahun 2006 ada sebanyak 103 kasus dengan jumlah
lokasi kecamatan pencurian dan lokasi penyelundupan kayu ada di 14 wilayah
kecamatan, jumlah volume kayu yang dicuri sebanyak 204,5 batang pohon. Pada
tahun 2007 jumlah kasus ada sebanyak 92 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 11
wilayah kecamatan dan volume kayu yang dicuri sebanyak 86,6 batang pohon. Pada
tahun 2008 jumlah kasus pencurian dan penyelundupan kayu ada sebanyak 46 kasus,
lokasi pencurian kayu ada di 12 kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 35,8
batang pohon. Pada tahun 2009 jumlah kasus pencurian dan penyelundupan kayu ada
sebanyak 55 kasus, dengan lokasi pencurian kayu ada di 13 kecamatan, volume kayu
yang dicuri sebanyak 34,4 batang pohon dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah
kasus pencurian dan penyelundupan kayu di wilayah KPH Perum Perhutani Timur
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 100
ada sebanyak 10 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 6 kecamatan, volume kayu yang
dicuri sebanyak 7,4 batang pohon.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 101
BAB IV
PENUTUP
Pada hakekatnya penyediaan data dan informasi ini merupakan upaya untuk
mewujudkan akuntabilitas publik serta membangun citra pemerintah yang bersih,
berwibawa dan bertanggung jawab. Penyediaan data dan informasi yang akurat disamping
untuk keperluan perencanaan, diperlukan juga dalam proses pengambilan keputusan dan
kebijakan yang efektif.
Dengan selesainya Laporan Semester I kegiatan Pengembangan SIPD ini,
atas nama Pemerintah Kabupaten Banyumas mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bantuan keuangan kabupaten/kota dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan
kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari penyediaan data, pengolahan data
sampai penyajian dan analisanya, akhirnya semoga buku laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.