buku materi ke sh an

53
BUKU MATERI KE SH AN Oleh Agus susanto NIW.090800697 RAYON SALAM WATES

Upload: agussusantob42120701993

Post on 28-Jan-2016

4.558 views

Category:

Documents


1.940 download

DESCRIPTION

pengembangan batin

TRANSCRIPT

BUKU MATERI KE SH AN

Oleh

Agus susanto

NIW.090800697

RAYON SALAM WATES

RANTING DONGKO

TRENGGALEK

Ki Ngabehi Suro Diweryo

Ki Ngabehi Suro Diwiryo nama kecilnya adalah Muhamad Masdan ,yang lahir

pada tahun 1876 di Surabaya  putra sulung Ki Ngabehi Suro Miharjo(mantri cacar di

Ngimbang kab.jombang). Ki Ngabehi Suro Miharjo adalah saudara sepupu RAA

Soeronegoro(bupati kediri pada saat itu). Ki Ageng Suro Diwiryo mempunyai garis

keturunan Batoro katong di Ponorogo,beliau kawin dengan ibu sarijati umur 29 tahun di

surabaya dari perkawinan itu dikaruniai 3 anak laki-laki & 2 anak perempuan namun

semuanya meninggal waktu masih kecil. Saat usia beliau 14 tahun beliau lulus SR setara

dengan SD kemudian diambil putra oleh pamannya(wedono di wonokromo)& tahun

1891 yaitu tepat usia 15 tahun beliau ikut kontrolir belanda di pekerjakan sebagai juru

tulis tetapi harus magang dahulu. Pada usia yg relatif muda beliau mengaji di PONPES

TEBU IRENG di Jombang,& disinilah beliau belajar pencak silat,pada tahun 1892

pindah ke bandung tepatnya di Parahyangan di daerah ini beliau berkesempatan

menambah kepandaian ilmu pencak silat. Beliau adalah seorang yang

berbakat,berkemauan keras & dapat berpikir cepat serta dapat menghimpun bermacam-

macan gerak langkah permainan.

Pencak silat yang diikuti antara lain :

Cimande

Cikalong

Cibaduyut

Ciampea

Sumedangan

Tahun 1893 beliau pindah ke jakarta,di kota betawi ini hanya satu tahun tetapi dapat

mempergunakan waktunya untuk menambah ilmu  pencak silat

Pencak silat yang diikuti antara lain :

Betawian

Kwitang

Monyetan

Permainan toya

Pada tahun 1894 beliau pindah ke bengkulu karena pada saat itu orang yang beliau

ikuti(orang belanda)pindah kesana.di Bengkulu permainannya sama dengan di Jawa

Barat,enam bulan kemudian pindah ke Padang.di kedua daerah ini beliau juga

memperdalam pengetahuannya di bidang pencak silat. Permainan yg diperolehnya

antara lain :

Minangkabau

Permainan padang pariaman

Permainan padang sidempoan

Permainan padang panjang

Permainan padang pesur

Permainan padang sikante

Permainan padang alai

Permainan padang partikaian

Permainan orang lawah

Permainan lintang

Permainan solok

Permainan singkarak

Permainan sipei

Permainan paya punggung

Permainan katak gadang

Permainan air bangis

Permainan tariakan

Dari daerah tersebut salah satu gurunya adalah Datuk Rajo Batuah. Beliau di samping

mengajarkan ilmu pencak silat juga mengajarkan ilmu kerohanian ini di berikan kepada

murid-murid beliau di tingkat 2. Pada tahun 1898 beliau melanjutkan perantauannya ke

banda aceh,di tempat ini beliau berguru pada beberapa guru pencak silat,diantaranya :

Tengku Ahmad mulia Ibrahim

I Gusti Kenongo Mangga Tengah

Cik Bedoyo

Dari sini diperoleh pelajaran sebagai berikut :

Permainan Aceh Pantai

Permainan Kucingan

Permainan Bengai Lancam

Permainan Simpangan

Permainan turutung

Pada tahun 1902 beliau kembali ke surabaya & bekerja sebagai polisi dengan pangkat

mayor. Tahun 1903 di daerah Tambak Gringsing untuk pertama kali beliau mendirikan

perkumpulan mula-mula di beri nama SEDULUR TUNGGAL KECER LANGEN

MARDI HARDJO & pemainan pencak silatnya bernama JOYO GENDOLO. Pada

tahun 1917 nama tersebut berubah & berdirilah pencak silat PERSAUDARAAN SETIA

HATI(SH) yang berpusat di madiun,tujuan perkumpulan tersebut diantaranya agar para

anggota(warga) mempunyai rasa persaudaran & kepribadian Nasional yang kuat karena

pada saat Indonesia sedang di jajah oleh bangsa belanda. Ki Ngabehi Suro diwiryo

wafat pada hari jumat legi tanggal 10 November 1944 dan di makamkan di desa

winongo Madiun dalam usia 68 tahun.S H PANTI adalah sebutan bagi

PERSAUDARAAN SETIA HATI yang berada di Panti(rumah kediaman ki Ngabehi

Suro Diwiryo pendiri SH)Jl.Gajah Mada No.14 selatan rel KA sebelah utara kantor

Kecamatan Mangunharjo Kota Madiun.di Panti inilah seluruh saudara SH

melaksanakan kegiatan ke-SH-an sesuai pesan Ki Ngabehi Suro Diwiryo sebelum

meninggal dunia.sehingga seluruh ritual pengeceran saudara baru tingkat 1(este

trap),tingkat 2(tweede trap) dan tingkat 3(derde trap)selalu diadakan di Panti,termasuk

kegiatan suran(bukan suran agung)jg dilaksanakan di panti.

& marilah kita berdoa supaya arwah saudara tertua kita diterima di sisi Tuhan yg Maha

Esa.

JURUS SETIA HATI  :

1. BETAWEN I

2. BETAWEN II

3. CIMANDE I

4. CIMANDE II

5. CIKALONG (SLEWAH)

6. CIAMPEA I (BESUTAN)

7. CIAMPEA II (KRAWILAN)

8. TANAH BARU I

9. TANAH BARU II

10. PERMAINAN MONYETAN

11. CIMANDE III (KLETAN)

12. CIMANDE IV

13. CIMANDE V

14. CIBEDUYUT (TOYA)

15. PADANG PANJANG I

16. PADANG PANJANG II

17. CIPETIR

18. PADANG SIRANTI

19. SUMEDANGAN I

20. SUMEDANGAN II

21. LINTAU

22. CIMANDE VI

23. ALANG LAWAS I

24. ALANG LAWAS II

25. MINANG KABAU I (KUCINGAN)

26. SOLOK MINANG

27. CIBEDUYUT

28. CIMANDE VII

29. TERLAKAN MONYETAN TUKANG

30. PADANG ALAI I

31. PADANG ALAI II

32. FORD DE KOCK

33. PADANG ALAI III

34. PADANG ALAI IV

35. KUDA BATAK

36. SIPAI MINANG III(BLIRIK)

Ki Hajar Hardjo Utomo

“Manusia dapat dihancurkan,manusia dapat dimatikan tetapi manusia tidak dapat

dikalahkan selama ia masih SETIA pada HATInya sendiri”

Falsafah PSHT itu ternyata sampai sekarang masih bergaung & berhasil

melambungkan PSHT sebagai sebuah organisasi yang berpangkal pada

PERSAUDARAAN yang kekal & abadi

Beliau adalah Ki  Hardjo Utomo,lelaki kelahiran madiun tahun 1890. Karena

ketekunannya mengabdi pada gurunya yakni Ki Ngabehi Suro Diwiryo,terakhir

beliaupun mendapat kasih berlebih & berhasil menguasai hampir seluruh ilmu

sang guru hingga beliau berhak menyandang predikat pendekar tingkat 3 dalam

tataran ilmu SETIA HATI, itu terjadi di desa Winongo saat bangsa belanda

mencengkramkan kuku jajahannya di Indonesia. Sebagai seorang pendekar beliau

berkeinginan luhur untuk mendarmakan ilmunya kepada orang lain,untuk

kebaikan sesama, untuk keselamatan dunia. Tapi jalan yang dirintis tak semulus

harapannya,jalan itu berkelok penuh dengan aral rintangan,terlebih saat itu jaman

penjajahan.sampai beliau harus magang menjadi guru di sekolah dasardi benteng

Madiun,seusai beliau menamatkan sekolahnya.tidak betah menjadi guru beliau

beralih profesi menjadi leerling reambatedi SS(PJKA/kereta api Indonesia saat

ini)Bondowoso,panarukan & tapen.

Memasuki tahun 1906 terdorong oleh semangat pemberontakannya terhadap

bangsa belanda,karena atasan beliau banyak yang asli belanda beliau keluar lagi &

melamar jadi mantri di pasar spoor madiun.empat bulan berikutnya beliau di

tempatkan di mlilir & berhasil diangkat menjadi ajund opsier pasar

mlilir,dolopo,uteran & pagotan.

Tapi lagi-lagi ki hajar didera semangat pemberontakannya.menginjak tahun 1916

beliau beralih profesi lagi & bekerja di pabrik gula Rejo Agung madiun.disinipun

beliau hanya betah untuk sementara waktu.tahun 1917 beliau keluar & bekerja di

rumah gadai,hingga beliau bertemu dengan seorang tetua dari tuban yang

kemudian memberi pekerjaan kepadanya di stasiun Madiun sebagai pekerja harian

Di tempat barunya ini beliau berhasil mendirikan perkumpulan “HARTA JAYA”

semacam perkumpulan koperasi guna melindungi kaumnya dari tindasan lintah

darat.tidak lama kemudian ketika VSTP(Persatuan Pegawai Kereta Api)lahir,nasib

membawanya ke arah keberuntungan & beliau diangkat menjadi Hoof Komisaris

Madiun.

Senada dengan kedudukan yang di sandangnya,kehidupanpun bertambah

baik.waktunya tidak sesempit seperti dulu-dulu lagi,saat beliau belum

mendapatkan kehidupan yang layak.dalam kesenggangan waktu yang dimiliki

beliau menambah ilmunya & nyantrik pada Ki Ngabehi Suro Diwiryo. Di tahun

inilah SETIA HATI mulai disebut-sebut karena jurusnya yang terkenal bernama

JOYO GENDOLO,& sering disebut JOYO GENDOLO CIPTO MULYO. Memasuki tahun

1922,jiwa pemberontakan Ki Hardjo Utomo membara lagi & beliau bergabung

dengan SAREKAT ISLAM(SI),untuk bersama-sama mengusir penjajah,malah beliau

sendiri sempat di tunjuk sebagai pengurus. Sedangkan di waktu senggang,beliau

tetap mendarmakan ilmunya & berhasil mendirikan perguruan pencak silat yang

diberi nama SH PENCAK SPORT CLUB. Tepatnya di desa Pilang Bangu kodya

Madiun Jawa Timur,kendati tidak berjalan lama karena tercium belanda & di

bubarkan. Namun demikian semangat beliau bukannya nglokro(melemah)tapi

malah semakin berkobar-kobar. Kebenciannya kepada negara penjajah kian hari

kian bertambah.tipu muslihatpun di jalankan untuk mengelabuhi belanda,SH

PENCAK SPORT CLUB yang dibubarkan belanda,diam-diam dirintis kembali

dengan siasat menghilangkan kata pencak kemudian berubah menjadi SH

PEMUDA SPORT CLUB. Rupanya nasib baik berpihak pada beliau,muslihat yang

dijalankan berhasil terbukti belanda membiarkan kegiatannya itu sampai beliau

berhasil melahirkan murid pertamanya yakni Idris dari Dandang Jati Loceret

Nganjuk, lalu mujini, jayapana & masih banyak lagi yang tersebar sampai

kertosono,jombang,ngantang,lamongan,solo & yogyakarta. Demikianlah hingga

bertambah hari, bulan & tahun, murid-murid beliaupun kian bertambah.

Kesempatan ini digunakan beliau untuk melawan penjajah,sayang pada tahum

1925 belanda mencium jejaknya,Ki Hardjo Utomo di tangkap lalu di masukan ke

penjara madiun. Pupuskah semangat beliau?ternyata tidak, bahkan semakin

menggelora, dengan diam-diam beliau membujuk rekan senasib yang di tahan di

penjara untuk mengadakan pemberontakan lagi. Sayangnya sebelum

berhasil,belanda mencium gelagatnya. Untuk tindakan pengamanan beliaupun di

pindah ke penjara Cipinang & seterusnya di pindah di penjara padang panjang

sumatra. Beliau baru bisa menghirup udara kebebasan setelah mendekam lima

tahun di penjara & kembali lagi ke kampung halamannya, yakni Pilang

Bangu,Madiun.

Setelah kembali ke kampung halaman beliau mengaktifkan kembali

kegiatan yang sempat macet, dengan tertatih beliau terus memacu semangat &

mengembangkan sayapnya. Memasuki tahun 1942 bertepatan dengan datangnya

jepang ke Indonesia SH PEMUDA SPORT CLUB diganti nama menjadi SH TERATE.

konon nama ini di ambil setelah Ki Hardjo Utomo mempertimbangkan inisiatif dari

salah seorang muridnya bernama Suratno Surengpati salah seorang tokoh

Indonesia Muda

Selang enam tahun kemudian yaitu tahun 1948 SH TERATE mulai merambah ke

segenap penjuru.ajaran SH TERATE pun mulai dikenal oleh masyarakat luas.&

jaman kesengsaraanpun sudah berganti.proklamasi kemerdekaan RI yang

dikumandangkan SUKARNO-HATTA dalam waktu singkat telah membawa

perubahan besar ke dalam segala aspek kehidupan.termasuk juga di dalamnya

kebebasan untuk bertindak & berpendapat.atas prakarsa Bpk Soetomo Mangkoe

Djojo,Bpk Darsono,serta saudara-saudara seperguruan lainnya di adakan

konferensi di Pilang Bangu(rumah alm Ki Hardjo Utomo). Dari konferensi itu

lahirlah ide-ide yang cukup bagus yakni SH TERATE yang semenjak berdirinya

berstatus “perguruan pencak silat” di rubah menjadi organisasi “PERSAUDARAAN

SETIA HATI TERATE”

Riwayat RM Imam Koessoepangat

Sebelum melihat jauh kedepan mengenai perkembangan Persaudaraan Setia Hati

Terate sekarang ini, kita ingatkan julukan : “PENDHITA WESI KUNING”.Siapa kah

Pendhita Wesi Kuning itu? Ia dikenal seorang yang berdedikasi tinggi, dalam kamus

hidupnya tidak ada kata menyerah dalam menghadapi tantangan. Pola hidupnya

sederhana meskipun ia sendiri dilahirkan dari keluarga yang bermartabat, penerus trah

kusumah rembesing madu amaratapa wijiling handanawarih. Kiatnya “Sepiro

gedhening Sengsoro Yen Tinompo Amung dadi Cobo” dan kiat itu dihayatinya

dijabarkan dalam lakunya sampai akhir hayatnya.

Ia teguh dalam pendiriannya yakni mengabdi pada sesama maka orang-orangpun

memberi julukan “PENDHITA WESI KUNING” (konon julukan ini mengacu pada

warna wesi kuning sebagai senjata kedewataan yang melambangkan ketegaran,

kesaktian, kewibawaan sekaligus keluhuran). Ketika ia di tanya, siapakah orang yang

paling dicintainya di dunia ini ?. ia akan menjawab dengan tegas “IBU “. Dan ketika ia

di tanya organisasi apakah yang paling ia cintai selama di dunia ini ?. maka ia pun akan

mengatakan PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE.

Dua jawabpan di atas, pertanyaan yang mengacu pada kedalaman rasa itu, telah di

buktikan tidak hanya ucapan belaka tetapi dengan kerja nyata. Hampir sepanjang

hidupnya waktu, tenaga, pikiran dan jiwanya dipersembahkan demi baktinya kepada

keduanya itu. Yakni ibu, seorang yang telah berjasa atas keberadaan di dunia ini, dan

persaudaraan setia hati terate sebuah organisasi tempat is menemukan jati diri, sekaligus

ajang darma baktinya dalam rangka mengabdi kepada sesama.Dialah RADEN MAS

IMAM KOESOEPANGAT. Putra ketiga dari pendawa lima. Yang lahir dari garba :

Raden Ayu Koesmiyatoen dengan RM AMBAR KOESSENSI. Bertepatan pada hari

jum`at pahig tanggal 18 november 1938, di Madiun kakek beliau (Kanjeng Pangeran

Ronggo Ario Koesnoningrat) adalah bupati Madiun VI dan neneknya (Djuwito) atau

(RA Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat), merupakan figur yang di segani pada saat

itu.

Menurut keterangan dari pihak keluarganya, trah Kanjeng Pangeran Ronggo

Ario Koesodiningrat selain di kenal sebagai penerus darah biru juga dikenal sebagai

bangsawan yang suka bertapa brata satu laku untuk mencari hakikat hidup dengan jalan

meninggalkan larangan-larangan Tuhan Yang Maha Esa serta membentengi diri dari

pengaruh keduniawian. Bakat alam yang mengalir dalam darah kakeknya ini , di

kemudian hari menitis ke dalam jiwa RM IMAM KOESOEPANGAT. Dan

mengantarkan menjadi seorang Pendekar yang punya Kharisma dan di segani sampai ia

sendiri di juluki. “Pandhita Wesi Kuning”.

Masa Kecil

Masa kecil RM IMAM KOESOEPANGAT di lalui dengan penuh suka dan duka, ia

seperti hal nya saudara-saudara kandungnya (RM Imam Koesoenarto dan RM Imam

Koesenomihardjo,dan RM Koesenomihardjo kakak serta RM Imam Koeskartono dan

RM Abdullah Koesnowidjodjo,adik) hidup dalam asuhan kedua orang tuanya,

menempati tempat tinggal kakeknya di lingkungan kabupaten Madiun . (menurut

sumber terate) semasa kecilnya, RM Imam Koesoepangat belum menunjukan kelebihan

yang cukup berararti. Di sekolahnya (SD latihan duru satu : sekarang SDN indrakila

Madiun) ia bukan tergolong siswa yang paling menonjol, salah satu nilai lebih yang di

miliknya barangkali hanya karena keberanianya.selain ia sendiri sejak kecil sudah di

kenal sebagai bocah yang jujur dan suka membela serta suka menolong teman-teman

sepermainanya.

Ketika berumur 13 tahun, semasa ia haus damba kasih dari ayahanda nasib

berbicara lain RM Ambar Koesensi (ayahanda tercinta) di panggil ke Hadirat Tuhan

yang maha Esa, tepatnya pada tanggal 15 maret 1951 , sewaktu ia masih duduk di kelas

5 SDN. RM Imam Koesoepangat kecilpun seperti tercerabut dari dunia kana-kanaknya,

sepeninggalnya orang yang di cintainya itu sempat menggetarkan jiwanya. Namun

kematian tetap kematian tidak seorangpun mampu menolak kehadiranya. Begitu juga

yang terjadi pada RM Ambar Koesensie. Hari-hari berikutnya RM Imam Koeseopangat

diasuh langsung oleh ibunda RA Koesmiatoen Ambar Koesmiatoen. Di waktu-waktu

senggang ibunda sering kali mendongeng tentang pahlawan-pahlawan yang dikenalnya

dan tidak lupa memberi petuah hidup. Berawal dari tatakrama pergaulan, tatakrama

menembah (bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) sampai merambah pada

pengertian budi luhur dan mesubrata.

Masuk Persaudaraan Setia Hati Terate

Benih luhur yang di tanamkan ibundanya itu lambat laun ternyata mampu mengendap

dan mengakar di dalam jiwa RM Imam Soepangat, ia lebih akrab dengan panggilan

“ARIO” perhatianya terhadap nilai-nilai budi luhur kian mekar bagai bak terate di

tengah telaga. Semenjak kecil sudah menyukai laku tirakat, seperti puasa dll sejalan

dengan itu sikapnya mulai berubah ia mulai bisa membawa diri menempatkan perasaan

serta menyadari keberadaannya. Gambaran seorang Ario kecil, sebagai bocah ingusan,

sedikit demi sedikit mulai di tinggalkannya. Rasa keingintahuan terhadap berbagai

pengetahuan terutama ilmu kanuragan dan kebatinan yang menjadi idaman semenjak

kecil kian hari semakin membakar semangatnya. Melecut jiwanya untuk segera

menemukan jawabanya, barang kali terdorong oleh rasa keingintahuanya itulah ketika

umurnya bejalan enam belas tahun RM Imam Koeseopangat mulai mewujudkan

impianya. Di sela-sela kesibukanya sebagai siswa di SMP 2 Madiun, ia mulai belajar

pencak silat di bawah panji-panji Persaudaraan Setia Hati terate. Kebetulan yang

melatih saat itu adalah mas IRSAD (murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo) selang lima tahun

kemudian 1959 setelah tamat dari SMA Nasional Madiun ia berhasil menyelesaikan

Pelajaran di Persaudaraan Setia Hati Terate dan berhak menyandang gelar pendekar

tingkat satu.

RM Sutomo Mangkujoyo

Beliau adalah murid dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo ( Pendiri PSHT ). R.M.

Soetomo Mangkoedjojo adalah seorang Pendekar Tingkat III , R.M. Soetomo

Mangkoedjojo disyahkan menjadi pendekar tingkat I pada tahun 1928. Berikut murid –

murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang disyahkan pada tahun 1928 adalah sebagai

berikut :

- Bapak Soetomo Mangkoedjojo ( Madiun )

- Bapak Hardjosajano alias Hardjo Girin ( Kepatihan Madiun )

- Bapak Moch Irsad ( Madiun )

- Dewan pengesah : Ki Hadjar Hardjo Oetomo

- Pelaksanaan Pengesahan : Di kediaman Ki Hadjar Hardjo Oetomo, Desa Pilangbango

Madiun.

Kemudian pada tahun 1936 R.M. Soetomo Mangkoedjojo mendirikan

Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Ponorogo, dan pengesahan pertama dilakukan

pada tahun 1938 yang mengesahkan sebanyak 4 orang. Pada tahun 1948 beberapa murid

Ki Hadjar Harjo Oetomo antara lain Soetomo Mangkoedjojo, Darsono, Suprodjo,

Hardjo Giring, Gunawan, Hadisubroto, Hardjo Wagiran, Letnan CPM Sunardi, Sumadji

al. Atmadji, Badini, Irsad dan kawan – kawan mempunyai prakasa untuk mengadakan

konfrensi di tempat kediaman Ki Hadjar Harjo Oetomo . Tujuan diadakan konfrensi

tersebut adalah untuk merubah / mengganti sifat Perguruan menjadi Organisasi Setia

Hati Terate yang mempunyai Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Setelah

Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dikukuhkan menjadi suatu organisasi maka di

pilihlah R.M. Soetomo Mangkoedjojo sebagai ketua dan Bapak Darsono sebagai wakil

ketua. Kemudian pada tahun 1953 karena pekerjan beliau dipindah tugaskan ke

Surabaya selanjutnya Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate diserah terimakan kepada

bapak Irsad. Pada tahun 1958 R.M. Soetomo Mangkoedjojo mengesahkan Sdr. R.M

Imam Kussupangat, Sdr. Kuswanto. BA dan Sdr. Harsanto. SH menjadi warga tingkat I,

pengesahan dilakukan di Oro – Oro Ombo Madiun di rumah Bapak Santoso.

H Tarmadji Budi Harsono SE

Kenangan Masa Kecil

Hidup tak ubahnya seperti air. Bergerak mengalir dari hulu, berproses, menuju

muara. Begitupun perjalanan hidup H.Tarmadji Boedi Harsono, S.E. Siswa kinasih

R.M. Imam Koesoepangat (peletak dasar reformasi ajaran Persaudaraan Setia Hati

Terate ) ini, layaknya sebagai manusia lumrah telah berproses melewati perjalanan

waktu liku-liku dalamnya. Atas proses serta bimbingan langsung dari RM. Imam

Koesoepangat itu pulalah, akhirnya akhirnya mencapai puncak tataran ilmu Setia Hati

dan dan dipercaya menjadi Ketua Umum Pusat empat periode berturut-turut sejak, sejak

tahun 1981 hingga tahun 2000. H.Tarmadji Bedi Harsono, S.E, lahir di Madiun,

Februari 1946. Ia merupakan anak sulung dari enam bersaudara, dari keluarga

sederhana dengan tingkat perekonomian pas-pasan. Ayahnya, Suratman, hanyalah

seorang pegawai di Departemen Transmigrasi, sedangkan ibunya, Hj. Tunik hanya

sebagai ibu rumah tangga. Dari latar belakang keluarga ini, dia pun melewati masa kecil

penuh kesederhanaan. Namun ketika Tarmadji Boedi Harsono beranjak dewasa,

kekurangan ini justru melahirkan semangat juang tinggi dalam merubah nasib, hingga

dia berhasil menjadi seorang tokoh cukup diperhitungkan. Sosok tokoh yang tidak saja

diperhitungkan di sisi harkat dan martabatnya, akan tetapi juga berhasil menyeruak

kepermukaan dan mampu mengenyam kehidupan cukup layak dan wajar. 

Masa kecil H.Tarmadji Boedi Harsono,S.E, sendiri berjalan biasa-biasa saja,

layaknya seorang bocah. Di kalangan teman sepermainannnya, dia dikenal sebagai anak

pemberani dan nakal. Bahkan sejak duduk di bangku kelas 3 SD Panggung Madiun,

Tarmadi (demikian dia punya nama kecil) sudah berani berkelahi di luar.

Kenakalannnya berlanjut hingga ia masuk SMP. Bahkan ketika duduk di SMU I

Madiun, ia pernah diancam akan dikeluarkan dari sekolah jika tetap senang berkelahi. 

Yang agak berbeda dibanding teman seusia adalah, kesukaan dia bermain dengan teman

yang usianya jauh lebih tua. Barangkali karena kesukaannya ini, kelak menjadikan cara

berpikir Tarmadji Boedi Harsono cepat kelihatan dewasa. 

Masuk Persaudaraan Setia Hati Terate 

Tarmadji Boedi Harsono mulai tertarik pada olah kanuragan (beladiri), saat berusia 12

tahun. Ceritanya, saat itu, tahun 1958, di halaman Rumah Dinas Walikota Madiun

digelar pertandingan seni beladiri pencak silat (sekarang pemainan ganda). Satu tradisi

tahunan yang selalu diadakan untuk menyambut hari proklamasi kemerdekaan.

Tarmadji kecil sempat kagum pada permainan para pendekar yang tanpil di panggung.

Terutama R.M Imam Koesoepangat, yang tampil saat itu dan keluar sebagai juara. 

Sepulang melihat gelar permainan seni bela diri beladiri pencat silat itu, benaknya

dipenuhi obsesi keperkasaan para pendekar yang tampil di gelangggang. Ia bermimipi

dalam cita rasa dan kekaguman jiwa kanak-kanak. Cita rasa dan kekaguman itu,

menyulut keinginan dia belajar pencak agar agar menjadi pendekar perkasa. Sosok

pendekar sakti sekaligus juara, persis seperti yang tergambar dalam benaknya. 

Kebetulan tidak jauh dari rumahnya, tepatnya di Paviliun Kabupaten Madiun (rumah

keluarga R.M. Koesoepangat, terletak bersebelahan dengan Pendopo Kabupaten

Madiun) ada latihan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate. Pelatihnya adalah

R.M. Imam Koesoepangat. Selang sepekan sejak menonton permainan seni pencak silat

di halaman Rumah Dinas Walikota itu, Tarmadji Boedi Harsono memberanikan diri

menemui R.M Imam Koesoepangat, meminta agar diperbolehkan ikut latihan ikut

latihan. Namun, permintaan itu ditolak dengan alasan usianya masih terlalu muda.  Saat

itu, ada tata tertib, yang boleh mengikuti latihan Persausaraan Setia Hati Terate adalah

anak dengan usia 17 tahun ke atas (sudah dewasa). Atau anak yang sudah duduk di

bangku SLTA . Ia baru diperbolehkan ikut latihan pada tahun berikutnya, yakni tahun

1959. Kebetulan adik mas Imam, R.M. Abdullah Koesnowidjojo (mas gegot), juga

ngotot ingin ikut latihan. Untuk menemani, Tarmadji, akhirnya diperbolehkan ikut

latihan, dengan syarat, harus menempati baris paling belakang, bersama-sama dengan

Mas Gegot.  Kesempatan pertama yang diberikan padanya, benar, tak disia-siakan.

Hari-hari setelah diizinkan ikut latihan, boleh dibilang, dipenuhi gerak dan langkah

Persaudaraan Setia Hati Terate. Apalagi jadwal latihan saat itu belum terformat seperti

sekarang ini. Kadang siang hari, sepulang R.M. Imam Koesoepangat dari pekerjaannya.

Tidak jarang, ia berlatih di malam hari hingga waktu fajar. Satu hal yang cukup

mendukung proses latihaimya adalah kedekatan tempat tinggalnya dengan Pavilium. Ini

karena rumah keluarga Tarmadji hanya terpaut sekitar 200 meter arah barat dari

Paviliun. Terlebih, R.M. Abdullah Koesnowidjojo sendiri merupakan teman akrabnya.

Hampir setiap hari, ia bermain di Pavilium dan setiap pukul 13.00 WIB, ia dan R.M.

Abdullah Koesnowidjojo, telah menunggu kepulangan Mas Imam (panggilan akrab

R.M. Imam Koesoepangat) di beranda Pavilium. Begitu melihat Mas Imam pulang, ia

langsung menyalaminya dan bersabar menunggu sang pelatih makan siang. Kadang

harus bersabar pula menunggu cukup lama, karena Mas Imam perlu istirahat selepas

kerja.  Berhari-hari, berbulan bahkan bertahun, ketekunan dan kesabaran serupa itu

dilakukannya. Obsesinya hanya satu, ia ingin menjadi pendekar Persaudaraan Setia Hati

Terate. Seorang pendekar yang tidak saja menguasai ilmu beladiri, tapi juga mengerti

hakikat kehidupan. la ingin tampil menjadi sosok manusia seutuhnya. Manusia yang

cukup diperhitungkan, menjadi teladan bagi sesama. Dan,jalan itu kini mulai terbuka.

Tarmadji Boedi Harsono tidak ingin menyia-nyiakannya 

Ketekunan dan kemauan kerasnya itu, menjadikan R.M. Imam Koesoepangat

menaruh perhatian penuh padanya. Perhatian itu ditunjukkan dengan seringnya dia

diajak mendampingi beliau melakukan tirakatan ke berbagai tempat, kendati saat itu

masih siswa dan belum disyahkan.  Dari Paviliun ini, Tarmadji Boedi Harsono kecil,

selain belajar pencak silat, juga mulai menyerap ajaran tatakrama pergaulan dalam

lingkup kaum ningrat. Satu tatanan pergaulan kelompok bangsawan trah kadipaten pada

zamannya. Pergaulannya dengan R.M. Imam Koesoepangat ini, membuka cakrawala

baru baginya. Tarmadji yang lahir dan berangkat dari keluarga awam, sedikit demi

sedikit mulai belajar tatakrama rutinitas hidup kaum bangsawan. Dari tatakrama

bertegur sapa dengan orang yang usianya lebih tua, bertamu, makan, minum. hingga ke

hal-hal yang berbau ritual, misalnya olahrasa (latihan mempertajam daya cipta) atau

laku tirakat. Dalam istilah lebih ritual lagi, sering disebut sebagai tapa brata, di samping

tetap tekun belajar olah kanuragan.  Salah satu pesan yang selalu ditekankan R.M. Imam

Koesoepangat setiap kali mengajak dia melakukan tirakatan adalah; "Jika kamu ingin

hidup bahagia, kamu harus rajin melakukan tirakat. Disiplin mengendalikan dirimu

sendiri dan jangan hanya mengejar kesenangan hidup. Nek sing mokgoleki senenge,

bakal ketemu sengsarana. Kosokbaline, nek sing mokgoleki sengsarane, bakal ketemu

senenge (Jika kamu hanya mengejar kesenangan kamu akan terjerumus ke lembah

kesengsaraan. Sebaliknya jika kamu rajin berlatih, mengendalikan hawa nafsu tirakatan,

kelak kamu akan menemukan kebahagiaan). Ingat, Sepira gedhening sengsara, yen

tinampa amung dadi coba (Seberat apa pun kesengsaraan yang kamu jalani, jika

diterima dengan lapang dada, akan membuahkan hikmah). 

Berangkat dari Pavilum ini pula, dia mulai mengenal tokoh Persaudaraan Setia

Hati Terate, seperti Soetomo Mangkoedjojo, Badini, Salyo (Yogyakarta). Murtadji

(Solo), Sudardjo (Porong) dan Harsono (putra Ki HadjarHardjo Oetomo -pendiri

PSHT), Koentjoro, Margono, Drs. Isayo (ketiganya tinggal di Surabaya, serta Niti

(Malang). Di samping mulai akrab dengan sesama siswa Persaudaraan Setia Hati

Terate. Di antaranya, Soedibjo (sekarang tinggal di Palembang), Sumarsono (Madiun),

Bambang Tunggul Wulung (putra Soetomo Mangkoedjojo, kini tinggal di Semarang),

Sudiro (alm), Sudarso (alm), Bibit Soekadi (alm) dan R.M. Abdullah Koesnowidjojo

(alm). 

Suatu malam, tepatnya sepekan sebelum dia disyahkan, Soetomo Mangkoedjojo

datang ke rumahnya. Padahal saat itu malam sudah larut dan ia sendiri mulai beranjak

tidur. Mendengar suara ketukan di pintu, ia pun bangkit, membukakan pintu. la sempat

kaget saat mengetahui yang datang adalah tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate. Namun

ketika dipersilakan masuk, Soetomo Mangkoedjojo menolaknya dan hanya berpesan,"

Dik, persaudaraan nang SH Terate, nek ana sedulure teko, mbuh iku awan apa bengi,

bukakno lawang sing amba. Mengko awakmu bakal entuk hikmahe, " (Dik,

Persaudaraan di Setia Hati Terate itu, jika ada saudara datang, entah itu siang atau

malam, bukakan pintu lebar-lebar. Nanti, engkau bakal mendapatkan hikmah.)"  Pesan

dari tokoh peletak dasar organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate itu, hingga di hari

tuanya,seolah-olah terus teringat dalam benaknnya. Pesan itu pulalah yang menjadikan

dirinya setiap saat selalu bersedia membukakan pintu bagi warga Persaudaraan Setia

Hati Terate yang bertandang ke rumahnya di Jl. MT. Haryono 80 Madiun, hingga saat

ini.  Setelah berlatih selama lima tahun, yakni pada tahun 1963, Tarmadji Boedi

Harsono disyahkan menjadi Pendekar Persaudaraan Setia Hati Terate Tingkat I,

bersama-sama Soediro,Soedarso, Bibit Soekadi, Soemarsono, Soedibjo, Bambang

Tunggul Wulung dan R.M Abdullah Koesnowidjojo. 

Turun ke Gelangang 

Keberhasilan Tarmadji Boedi Harsono meraih gelar Pendekar Tingkat I, tidak

menjadikan dirinya besar kepala. la justru menerima anugerah tersebut dengan rasa

syukur dan tetap tawakal. la berprinsip, keberhasilan itu barulah awal dari perjalanannya

di dunia ilmu kanuragan. Masih banyak hal yang harus dipelajarinya. Dan, itu hanya

bisa dilakukan jika ia tetap tekun berlatih dan belajar. Pilihannya sudah bulat.

Maknanya, ia pun harus mampu melanjutkan perjalanan hingga ke titik akhir. 

Pada tahun 1961, Tarmadji mulai masuk ke gelanggang pendulangan medali

pencak silat dan berhasil meraih juara I dalam permainan ganda tingkat kanak-kanak se

Jawa Timur, berpasangan dengan Abdullah Koesnowidjojo. Sukses itu, diulang lagi

tahun 1963. Di tahun yang sama, sebenamya Tarmadji berkeinginan turun ke

pertandingan adu bebas di Madiun, akan tetapi Mas Imam melarang. la sempat

menangis karena dilarang ikut bertanding. Tahun 1966, pasangan Tarmadji dan RB.

Wijono kembali ikut kejuaraan yang sama di Jatim. Namun ia sombong sebelum

bertanding. Meremehkan lawan. Akibatnya, gagal mempertahankan juara dan hanya

berhasil merebut juara II. Kesombongan berbuah kehancuran. Kegagalan

mempertahankan gelar ini, menjadikan dirinya malu berat dan tidak mau mengambil

tropi kejuaraan.  Kasus serupa terulang lagi pada tahun 1968, saat mengikuti kejuaraan

di Jember. Padahal sebelum berangkat Mas Imam sudah memperingatkan agar ia tidak

usah ikut karena kurang persiapan. Namun Tarmadji nekat berangkat. Dan, hasilnya

adalah kekalahan yang menyedihkan, karena hanya berhasil menjadi Juara harapan. 

Kegagalan demi kegagalan mempertahankan gelar juara, menjadikan Tarmadji

sadar bahwa sombong dan meremehkan lawan hanya akan menuai kekalahan. Untuk itu

ia musti berlatih lagi. Pempersiapkan diri sebelum bertanding. Hasilnya, ia kembali

mampu merebut juara I di Pra PON VII, Surabaya. Di PON VII, ia meraih juara III. 

Pengalaman bertanding di gelanggang ini merupakan bekal Tarmadji melatih altet pada

tahun-tahun tujuh puluhan. Bahkan pada tahun 1978, ia memberanikan diri

menerjunkan altet ke gelanggang pertandingan, kendati Mas Imam, kurang sependapat.

Dalam kurun waktu 1974-1978, Mas Imam sempat mengambil kebijakan tidak

menurunkan atlet ke gelanggang. Namun pada tahun 1978, Tarmadji memberanikan diri

membawa atlet asuhannya ke gelanggang. la pula yang berhasil meyakinkan Mas Imam,

bahwa Persaudaraan Setia Hati Terate masih tetap diperhitungkan di gelanggang

kejuaraan. Terbukti, sejumlah atlet asuhannya, berhasil meraih medali kejuaraan. 

Sementara itu, di luar ketekunannya memperdalam gerak raga, Tarmadji Boedi

Harsono kian khusyuk dalam memperdalam olah rasa. Hubungan dekatnya dengan R.M

Imam Koesoepangat, memberi kesempatan luas pada dirinya untuk memperdalam Ke-

SH-an. Jika dulu, ketika belum disyahkan menjadi pendekar tingat I, ia hanya diajak

mendampingi Mas Imam saat beliau melakukan tirakatan, sejak disyahkan ia mulai

dibimbing untuk melakukan tirakatan sendiri. Beberapa tatacara dan tatakrama laku

ritual mulai diberikan, di samping bimbingan dalam menghayati jatidiri di tengah-

tengah rutinitas kehidupan ini. 

Di penghujung tahun 1965, setamat Tarmadji Boedi Harsono dari SMA, semangatnya

untuk memperdalam ilmu Setia Hati kian menggebu. Bahkan di luar perintah R.M

Imam Koesoepangat, ia nekat melakukan tirakat puasa 100 hari dan hanya makan sehari

satu kali.waktu matahari tenggelam (Magrib). Ritual ini ditempuh karena terdorong

semangatnya untuk merubah nasib. la ingin bangkit dari kemiskinan. la tidak ingin

berkutat di papan terendah dalam strata kehidupan. la ingin diperhitungkan.  Genap 70

hari ia berpuasa, R.M Imam Koesoepangat memanggilnya. Malam itu, ia diterima

langsung di ruang dalem paliviun. Padahal biasanya Mas Imam hanya menerimanya di

ruang depan atau pendopo. Setelah menyalaminya, Mas Imam malam itu meminta agar

ia menyelesaikan puasanya. Menurut Mas Imam, jika puasanya itu diteruskan justru

akan berakibat fatal."Dik Madji bisa gila, kalau puasanya diteruskan. Laku itu tidak

cocok buat Dik Madji," ujar Mas Imam.  "Di samping itu," lanjut Mas Imam," Dik

Madji itu bukan saya dan saya bukan Dik Madji. Maka, goleko disik sangune urip Dik,

lan aja lali golek sangune pati (carilah bekal hidup lebih dulu dan jangan lupa pula

mencari bekal untuk mati)." Kemudian dengan bahasa isyarat (sanepan) Mas Imam

memberikan petunjuk tata cara laku tirakat yang cocok bagi dirinya. "Api itu musuhnya

air, Dik," ujar Mas Imam. Sanepan itu kemudian diterjemahkan oleh Tarmadji dalam

proses perjalanan hidupnya, hingga suatu ketika ia benar-benar menemukan laku yang

sesuai dengan kepribadiannya. la menyebut, laku tersebut sebagai proses mencari jati

diri atau mengenal diri pribadi. Yakni, ilmu Setia Hati. Malam itu juga, atas nasihat dari

R.M Imam Koesoepangat, Tarmadji mengakhiri laku tirakatnya. Pagi berikutnya, ia

mulai keluar rumah dan bergaul dengan lingkungan seperti hari-hari biasanya. Enam

bulan berikutnya, ia mulai mencoba mencari pekerjaan dan diterima sebagai karyawan

honorer pada Koperasi TNI AD, Korem 081 Dhirotsaha Jaya Madiun. Pekerjaan ini

dijalaninya hingga tahun 1971. 

Pada tahun 1972, ia berpindah kerja di Kantor Bendahara Madiun, namun hanya

bertahan beberapa bulan dan pindah kerja lagi di PT. Gaper Migas Madiun pada paroh

tahun 1973. Setahun kemudian, ia menikah dengan Hj.Siti Ruwiyatun, setelah dirinya

yakin bahwa honor pekerjaannya mampu untuk membina mahligai rumah tangga. (Dari

pemikahannya ini, Tarmadji Boedi Harsono dikaruniai tiga orang putra. Yakni Dani

Primasari Narendrani,S.E, Bagus Rizki Dinarwan dan Arya Bagus Yoga Satria).  Di

tempat kerja yang baru ini, tampaknya, Tarmadji menemukan kecocokan. Terbukti, ia

bisa bertahan lama. Bahkan pada tahun 1975 ia ditunjukkan untuk menjadi semi agen

minyak tanah dan diberi keleluasaan untuk memasarkan sendiri. Berawal dari sini,

perekonomian keluarganya mulai kokoh. Sedikit demi sedikit ia mulai bisa menyisihkan

penghasilannya, hingga pada tahun 1976 berhasil membeli armada tangki minyak tanah

sendiri. Berkat keuletan dan perjuangan panjang tanpa kenal menyerah, pada tahun

1987, Termadji Boedi Harsono diangkat menjadi agen resmi Pertamina. Dalam

perkembangannya, ia bahkan berhasil dipercaya untuk membuka SPBU (Pom Bensin)

di Beringin Ngawi. Bahkan di dunia bisnis migas ini, ia ditunjuk memegang jabatan

sebagai Ketua III, DPD V Hiswana Migas dengan wilayah kerja Jawa Timur, Bali, NTT

dan NTB. 

Tampaknya dunia wirausaha memang tepat baginya. Ini bisa dilihat lewat

pengembangan sayap usahanya, yang tidak hanya berkutat dibidang migas,tapi juga

merambah ke dunia telekomunikasi dengan mendirikan sejumlah Wartel (warung

telekomunikasi). Malahan di bidang ini, ia ditunjuk debagai Ketua APWI (Asosiasi

Pengusaha Wartel Indonesia) untuk daerah Madiun dan sekitamya. Di sela-sela

kesibukan kerja Tarmadji Boedi Harsono tetap mengembangkan Persaudaraan Setia

Hati Terate. Bahkan, tidak jarang ia rela mengalahkan kepentingan keluarga dan

pekerjaannya demi Persaudaraan Setia Hati Terate. "Persaudaraan Setia Hati terate

adalah darah dagingku. la sudah menjadi bagian dari hidupku sendiri," tutumya. 

Sementara itu, kebiasaan nyantrik di kediaman R.M Imam Koesoepangat terus dijalani.

Kepercayaan dan perhatian Mas Imam sendiri setelah ia berhasil menyelesaikan

pelajaran tingkat I, semakin besar. Sampai-sampai kemana pun Mas Imam pergi, ia

selalu diajak mendampinginya. Tahun 1970 ia disyahkan menjadi pendekar

Persaudaraan Setia Hati Terate tingkat II. Tahun 1971, Tarmadji dipercaya menjadi

Ketua Cabang Persaudaraan Setia Hati Terate Madiun. Jabatan tersebut dijalani hingga

tahun 1974. 

Latihan Tingkat III 

Pada suatu siang, sekitar pukul 11.00 WIB, di Tahun 1978, Tarmadji dipanggil R.M

Imam Koesoepangat di rumah Pak Badini. Orang yang diminta memanggil dia adalah

Soebagyo.TA. Tanpa berpikir dua kali, ia berangkat ke Oro-Oro Ombo, tempat

kediaman Pak Badini. Mas Imam mengutarakan niat, akan membuka latihan tingkat III.

Tarmadji sendiri yang dipilih untuk dilatih sekaligus diangkat dan disyahkan menjadi

Pendekar Tingkat III. 

"Kula piyambak,Mas? (Saya sendiri,Mas?)" tanya Tarmadji agak kaget. 

"Njih.Dik. Dik Madji piyambak!, (Ya, Dik. Hanya Dik Tarmadji sendiri!)" jawab Mas

Imam.  Mendengar jawaban itu, Tarmadji dengan santun, menolak. la tidak bersedia

disyahkan menjadi Pendekar Tingkat III jika sendirian. "Kula nyuwun rencang. Mas

(Saya minta teman,Mas), "Tarmadji meminta.  "Nek Dik Madji nyuwun rencang,

sinten? (Kalau Dik Madji minta teman, siapa?)" tanya Mas Imam. Tarmadji saat itu

langsung menyebut nama-nama Pendekar Tingat II seangkatan. Namun Mas Imam

menolak dan bersikukuh tetap hanya akan mengangkat Tarmadji sendiri. Terjadi tarik

ulur. Satu sisi Mas Imam bemiat hanya akan mengangkat dia, namun Tarmadji tetap

minta teman.  "Sapa Dik, kancamu?" tanya Mas Imam. Tarmadji menyebut nama

Soediro. Nama ini pun semula ditolak. Namun atas desakan dia, akhimya Mas Imam

menyetujui dengan syarat ia harus mau ikut menangung risiko. Dalam pikiran Tarmadji,

apa yang disebut risiko, waktu itu adalah risiko pembiayaan yang terkait dengan

pengadaan persyaratan pengesahan (ubarampe). Karenanya, ia langsung menyanggupi. 

Hari-hari berikutnya, Tarmadji dan Soediro, mulai berlatih tingkat III. Pelaksanaan

latihan berjalan lancar. Namun pada saat mereka disyahkan, sesuatu yang tidak

diinginkan terjadi. Sesuatu itu, adalah hal yang di luar perhitungan akal sehat. Sesuatu

yang erat kaitannya dengan misteri ghaib. Tarmadji tidak pemah menduga bahwa

misteri itu akan berbuntut panjang. Dan, Wallahu a'lam bi ssawab, hanya Allah yang

Maha Mengerti. Temyata dalam perjalan hidup, Soediro lebih dulu dipanggil Yang

Kuasa. Peristiwa itu, sungguh, sangat menggetarkan jiwa Tarmadji. Pedih rasanya.

Lebih pedih lagi, saat ia melihat Mas Imam menangis di samping jenazah saudara

seperguruannya itu. Semoga arwah beliau diterima di sisi-Nya. 

Dipercaya Memimpin Organisasi 

Keberhasilannya mempelajari ilmu tertinggi di organisasi tercinta ini, menambah

dirinya kian mantap, kokoh dan semakin diperhitungkan. Cantrik setia R.M Imam

Koesoepangat yang di waktu-waktu sebelumnya selalu tampil di belakang ini, sejak

berhasil menyelesaikan puncak pelajaran di Persaudaraan Setia Hati Terate, mulai

diterima dan diperhitungkan di kalangan tokoh organisasi tercinta. Sejalan dengan

kapasitasnya sebagai Pendekar Tingkat ni, ia mulai dipercaya tampil ke depan dengan

membawa misi organisasi. Tahun 1978 Tarmadji dipilih menjadi Ketua I, mendampingi

Badini sebagai Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate. Puncak kepercayaan itu

berhasil diraih pada MUBES Persaudaraan Setia Hati Terate Tahun 1981. Yakni dengan

terpilihnya ia menjadi Ketua Umum Pusat. Setahun setelah Tarmadji Boedi Harsono

memimpin organisasi, sejumlah terobosan yang dimungkinkan bisa mendukung

pengembangan sayap organisasi diluncurkan.Salah satu produk kebijakan yang

dilahirkan adalah pendirian Yayasan Setia Hati Terate lewat Akta Notaris Dharma

Sanjata Sudagung No. 66/1982. Yayasan Setia Hati Terate merupakan komitmen

organisasi untuk andil memberikan nilai lebih bagi masyarakat, khususnya di sektor ril.

Dalam perkembangannya, di samping berhasil mendirikan Padepokan Persaudaraan

Setia Hati Terate di atas lahan seluas 12.290 m yang beriokasi di Jl. Merak Nambangan

Kidul Kodya Madiun, yayasan ini juga mendirikan dua lembaga pendidikan formal

Sekolah Menengah Umum (SMU) Kususma Terate dan Sekolah Menengah Industri

Pariwisata (SMIP) Kusuma Terate serta lembaga pendidikan ketrampilan berupa kursus

komputer.  Sedangkan untuk meningkatkan perekonomian warganya, Tarmadji Boedi

Harsono meluncurkan produk kebijakan dalam bentuk koperasi yang kemudian diberi

nama Koperasi Terate Manunggal.  Hingga saat ini, Yayasan Setia Hati Terate telah

memiliki sejumlah aset, antara lain tanah seluas 12.190 m2 yang di atasnya berdiri

sarana dan prasarana phisik seperti: gedung Pendapa Agung Saba Wiratama, gedung

Sekretariat Persaudaraan Setia Hati Terate, gadung PUSDIKLAT (Sasana Kridangga),

gedung pertemuan (Sasana Parapatan), gedung Training Centre (Sasana Pandadaran),

gedung Peristirahatan (Sasana Amongraga), Kantor Yayasan Setia Hati Terate, gedung

SMU dan SMTP Kusuma Terate, gadung Koperasi Terate Manunggal dan Mushola

Sabaqul Khoirot.  Searah dengan itu, pergaulannya dengan para tokoh Persaudaraan

Setia Hati Terate pun semakin diperluas. Beberapa tokoh berpengaruh di organisasi

tercinta didatangi. Dari para tokoh yang didatangi itu, ia tidak saja mampu

memperdalam olah gerak dan langkah Persaudaraan Setia Hati Terate, tapi juga

menerima banyak wejangan kerokhanian. Bahkan saat Tarmadji Boedi Harsono

dipercaya untuk memimpi Persaudaraan Setia Hati Terate, sejumlah tokoh yang dulu

pemah dihubunginya itu dengan rela menyerahkan buku-buku pakem Ke-SH-an yang

mereka tulis sendiri. Wejangan, baik lisan maupun tulisan, dari para tokoh dan sesepuh

ini dikemudian hari dijadikan bekal dalam memimpin Persaudaraan Setia Hati Terate.

Dan terlepas dari segala kelemahannya, terbukti Tarmadji Boedi Harsono mampu

membawa Persaudaraan Setia Hati Terate menjadi sebuah organisasi yang cukup

diperhitungkan tidak saja di dunia persilatan tapi juga di sektor lainnya. 

Sementara itu, penggarapan di sektor ideal dalam bentuk penyebaran ajaran budi

luhur lewat Persaudaraan Setia Hati Terate tetap menjadi prioritas kebijakan. Dan

hasilnya pun cukup melegakan. Terbukti, sejak tampuk pimpinan organisasi di pegang

oleh Tarmadji Boedi Harsono, Persaudaraan Setia Hati Terate yang semula hanya

berkutat di Pulau Jawa, sejengkal demi sejengkal mulai merambah ke seluruh pelosok

tanah air. Bahkan mengembang lagi hingga ke luar negeri. Tercatat hingga paroh tahun

2000, Persaudaraan Setia Hati Terate telah memiliki 146 cabang di 16 provinsi di

Indonesia, 20 komisariat di perguruan tinggi dan manca negara dengan jumlah anggota

mencapai 1.350.000 orang. 

Yang patut dipertanyakan adalah, misteri apa berpusar dibalik keberhasilan dia

membawa Persaudaraan Setia Hati Terate ke tingkat yang lebih terhormat dan cukup

diperhitungkan. Jawabnya, temyata ada pada tiga titik inti yang jika ditarik garis lurus

akan membentuk misteri segi tiga. Titik pertama berada di Desa Pilangbango, Madiun

(kediaman Ki Hadjar Hardjo Oetomo - titik lahimya Persaudaraan Setia Hati Terate),

titik kedua berada di Pavilium Kabupaten Madiun (kediaman R.M Imam Koesoepangat

- titik perintisan Persaudaraan Setia Hati Terate) dan titik ketiga berada di Padepokan

Persaudaraan Setia Hati Terate Jl. Merak Nambangan Kidul Kodya Madiun - titik H.

Tarmadji Boedi Harsono,S.E mengembangkan Persaudaraan Setia Hati Terate. 

Kiprah di Luar Persaudaraan Setia Hati Terate 

Tampaknya memang bukan H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E, jika ia hanya puas berkutat

dengan prestasi yang dicapai di dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate.

Sebagai bagian dari anggota masyarakat, ia pun terbukti tampil cukup diperhitungkan.

Tokoh yang mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Unmer Madiun ini juga andil di

organisasi masyarakat. Bahkan sempat menduduki sejumlah jabatan cukup strategis

hampir di setiap organisasi yang diikutinya. 

Di sisi lain, kariermya di bidang politik juga cukup matang. Terbukti ia dipercaya

menjadi wakil rakyat Kodya Madiun (anggota DPRD) hingga dua periode. Masing-

masing periode 1987 -1992 dananggotaDPRDKodyaMadiunperiode 1997 - 1999.

Puncak prestasi yang berhasil diraih di bidang politik ini tercipta pada tahun 1998, di

mana H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E diberi kepercayaan untuk tampil 1 sebagai salah

seorang Calon Wali Kota Madiun 

Sementara itu, menyadari dirinya adalah seorang muslim, pada tahun 1995 ia bersama

istri tercinta, Siti Ruwiatun berangkat ke tanah suci Mekah Al Mukaromah menjadi

tamu Allah, menunaikan rukun Islam yang kelima, yakni ibadah haji. Ibadah ini

kembali diulang pada tahun 2000. Sepulang menjalankan ibadah haji, ia dipercaya

memimpin IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) Kodya Madiun.

RENCANA PROGRAM PENYAMPAIAN MATERIKEROHANIAN

TINGKAT

PERTEMUAN MATERI TARGET YANG HARUS

DICAPAIPOLOS 1

23

4

OrganisasiNama OrganisasiAsas sifat, Tujuan dan dasar ajaran Setia Hati TeratePencak silat sebagai luhur Bangsa, Sejarah Setia Hati TerateTata krama / etika3.1 Pengertian3.2 Tujuan tata krama3.3 Orientasi dan PelaksanaanPenanaman Disiplin Tekat dan Semangat4.1 Tata tertib siswa dalam latihan4.2 Mars Setia Hati Terate dan Padamu Negeri

Punya niat dan tekat yang benar Berdisiplin dan bersemangat Punya keberanian

JAMBON

1234

Sejarah Setia Hati TeratePengenalan lambang Setia Hati TeratePengenalan Bukaan Setia Hati TerateTata Krama Pergaulan

1. Berfikir Kritis  (olah fikir cermat dan kreatif)

HIJAU 1

2

Makna lambang Setia Hati teratePemahaman dan penghayatan jiwa Setia Hati Terate1.1 Ciri khas Warga Setia Hati Terate1.2 Penilaian baik dan buruk1.3 Syarat kekalnya persaudaraan1.4 Hal – hal yang menodai persaudaraan1.5 Perihal kesetiaanSifat – sifat seorang Setia Hati Terate terhadap organisasi2.1 Sifat Patriotik2.2 Sifat Militan

1.  Interopeksi (Mulat Sariro Hangsara Wani / berani ngoreksi diri )

2.  Pembentukan budi luhur  ngerti salah dan benar

3.  Beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2.3 Sifat Kesetiaan pada organisasi

PUTIH 1234

56

KepemimpinanPemahaman makna Bukaan Setia Hati TerateSyarat – syarat pengesahan warga tingkat IPemantapan etika4.1 Kebersamaan dalam hidup bermasyarakat4.2 Sikap sebagai pemimpin dan bawahanSemboyan Setia Hati TerateFalsafah Setia Hati Terate

1.  Berperilaku rendah hati (Wani Ngalah Luhur Wekasane )

2.   Berjiwa Pamong ( Hamong Rasa )

3.   Soal kecil mengalah soal besar/pronsip harus bertindak

4.  Yakin cita – cita/tujuan akan dapat dicapai apabila diperjuangkan dengan sungguh – sungguh

5.   Selalu menyertakan Tuhan dalam setiap kegiatan

MATERI PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

NO.

TINGKAT POLOS

URAIAN MATERI KATA MUTIARA

1. Pengenalan Organisasi

1.1 Nama Organisasi1.2 Asas1.3 Sifat1.4  Tujuan1.5 Dasar Ajaran

Organisasi Persaudaraan ini bernama “SETIA HATI TERATE” disingkat SH TERATE”

-      Organisasi ini berasaskan Pancasila

-      Persaudaraan Setia Hati Terate bersifat  persaudaraan yang kekal, keolahragaan dan kesenian yang bersifat jasmani dan rohani, kekeluargaan, leberasamaan dan tidak membedakan latar belakang kehidupan serta beratiliasi pada aliran politik manapun

-      Mendidik agar manusia berbudi luhur tahu benar dan salah serta taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

-      Pelajaran Setia Hati Terate mencangkup 5 aspek :1.    Persaudaraan2.    Olah raga3.    Beladiri4.    Kesenian5.    Kerohanian

1. Rumangsa Handarbeni atinya :     Rasa  ikut memiliki2. Wong kuwi yen diwaneni rekasane     Tinem bahagiane3.  Berakit – rakit kehulu berenang      Renang ketepian Artinya : Bersakit –sakit dahulu Bersenang – senang kemudian   

2. Pencak silat sebagai leluhur warisan bangsa4.1 Definisi4.2 Sejarah Setia Hati       Terate

-   Pencak silat adalah warisan nenek moyang yang perlu kita lestarikan dan merupakan salah satu jenis bela diri khas Bangsa Indonesia yang memiliki kaidah – kaidah tertentu, mulai dari pasang kuda – kuda, tangkisan, elakan, hindaran, serangan, sampai pada kuncian dan pelepasan, sapuan dan jatuhan, selayang kuda – kuda

3. Tata Krama3.1 Pengertian3.1.1.   Dalam arti luas :

Sopan santun, tata cara yang

3.2 Tujuan

di patuhi dalam kehidupan masyarakat, tertulis maupun tidak tertulis

3.2.1.   Menghormati sesama3.2.2.   Tidak menyinggung perasaan

orang lain3.2.3.   Tidak mengganggu

ketentraman orang lain3.2.4.   Sopan dan ramah kepada

sesama3.2.5.   Hormat kepada Pelatih dan

Warga lain3.2.6.   Saling menghormati kepada

sesama siswa3.2.7.   Mematuhi tata tertib siswa3.2.8.   Tidak membantah pada

perintah orang tua3.2.9.   Saling menghormati diantara

sesama manusia4. Penanaman

Disiplin Tekat dan Semangat

Tata tertib siswa4.1.1.   Hadir 15 menit sebelum

latihan dimulai4.1.2.   Memakai pakaian yang telah

ditetapkan4.1.3.   Berjabat tangan dengan

Pelatih atau Warga lain di tempat latihan sebelum dan sesudah latihan

4.1.4.   Berjabat tangan dengan sesama siswa pada waktu akan dan selesai latihan

4.1.5.   Dilarang merokok di tempat latihan

4.1.6.    Dilarang membawa/ minum – minuman keras dan narkoba

4.1.7.   Mematuhi tata tertib  yaitu sesuai dengan janji siswa

4.1.8.   Berdo’a sebelum dan sesudah latihan

Mars Setia Hati Terate dan Padamu Negeri-   Menyanyikan Mars Setia Hati Terate  dan Padamu Negeri sebelum latihan

NO.

TINGKAT

JAMBON

URAIAN METERI KATA MUTIARA

1. Sejarah Setia Hati Terate

1.1 Tujuan1.2. Sejarah

Setia HatiTerate

Menanamkan watak jiwa kesatria, cinta tanah air, Bangsa dan Negara Indonesia

1.2.1.   Didirikan pada tahun 1922 oleh Ki Hadjar Hardjo OetomoWaktu berdiri bernama Pencak Sport Club (PSC) kemudian menjadi Pemuda Sport Club, baru kemudian menjadi Persaudaraan Setia Hati Terate atas usul Bapak Soeratno Soerengpati pada tahun 1942Pada konferensi 1948 sifat perguruan diubah menjadi organisasi

1. Kewan kalah gedhe kalah tapi yen manungso kalah gedhe durung karuan kalah

Artinya : Binatang kalah besar kalah tapi yen menungso belum tentu

2. Pengenalan lambang Setia Hati Terate2.1. Lambang Setia Hati Terate

2.1.1.   Bentuk Segi Empat2.1.2.   Warna Dasar Hitam2.1.3.   Hati warna putih dengan batas merah2.1.4.   Sinar yang berwarna putih2.1.5.   Bunga terate yang terletak di bawah ini :

- Kuncup             - Setengah Mekar        - Mekar

2.1.6.   Garis tegak lurus yang berwarna putih di tengahnya digaris merah

2.1.7.   Tulisan Persaudaraan Setia Hati Terate2.1.8.   Senjata : Toyak, Belati, Rambik, Trisula, dan

Pedang

2. Wong bodho dadi panganane wong pinter

     Artinya : Orang bodoh itu menjadi budaknya orang pinter

3. Pengenalan Bukaan Setia Hati Terate

3.1.     Bukaan Setia Hati Terate3.1.1.  Sikap awal berdiri tegak seperti  huruf alip

dengan jari – jari telapak tangan menghadap Ke atas di depan ulu hati, ibu jari kearah ulu hati.3.1.2.  Langkah awal kaki kanan ditarik ke belakang agak serong (samping )

3.1.3.  Posisi jongkok dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan  ke tanah, ke atas         (udara), kepelipis, kemudian mengepal ke depan.

3.1.4.  Posisi jongkok dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah  tangan kiri ketanah, ke atas (udara), kepelipis, kemudian mengepal kedepan3.1.5.  Berdiri kembali kesikap semula seperti angka 

3.1.6.  Pelaksanaannya pada waktu sambung, solospel / permainan tunggal

4. Tata Krama

4.1.  Tata Krama Pergaulan

4.1.1.   Hubungan Vertikal :Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menjalankan semua Perintah Nya dan  menjauhi semua larangan Nya menurut agama dan keyakinan masing – masing

4.1.2.   Hubungan HorisontalHubunagn sesama manusia 4.1.2.1. Dalam berkomunikasi :

a.   Berpakaian sopan menyesuaikan situasi /keadaan karena dapat  menunjukkan harga diri seseorang.

b.   Bila berbicara memberikan kesempatan orang lain untuk menyatakan pendapat dan jangan dipotong di tengah jalan.

c.   Berbicara sesuai fakta (memakai dasar)d.   Berbicara lebih rendah suaranya dengan

orang yang lebih tua4.1.2.2. Dalam berperilaku dimuka umum :

a.   Menggunakan fasilitas umum sesuai peraturan yang ada

b.   Hormatilah sesama pemakai jalanc.   Dalam menggunakan telepon berbicaralah

seperlunyad.   Membudayakan kebersihane.   Jika bertamu disiang hari jangan waktu –

waktu istirahat dan bila malam hari maksimal sampai pukul 21.000 WIB.4.1.2.3. Dalam berhubungan berbangsa dan bernegara :

a.   Setia pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarka Pancasila

b.   Hormad kepada Bendera Merah Putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya

c.   Terampil berbahasa Indonesia yang baik dan benar

4.1.2.4. Dalam setiap kenaikan tingkat Setia Hati Terate diharuskan mengadakan  upacara kenaikan tingkat dengan lagu  :1.   Indonesia Raya2.   Padamu Negeri3.   Mars Setia Hati Terate

4.1.3.   Berpakaian dan berpenampilan myenyesuaikan dengan situasi :

a.    Di kantor/Instansib.    Dirumahc.    Di Masyarakat

4.1.4.   menggunakan fasilitas umuma.    Di atas kendaraanb.    Sebagai pengguna jalanc.    Di tempat – tempat rekreasi

4.1.5.   Berbicara di muka umum4.1.6.   Memelihara kebersihan dan kesehatan4.1.7.   Mencintai kebersihan dan keindahan

lingkuanganSelalu mengikuti perkembangan jaman yang

bersifat positif baik melalui media cetak maupun elektronik

NO.

TINGKAT HIJAU

URAIAN METERI KATA MUTIARA

1. Pendalaman Makna Lambang Setia Hati Terate

-Penjabaran Pengertian Lambang Setia Hati Terate

2. Pemahaman dan Penghayatan Jiwa Setia Hati Terate

2.1. Ciri khas Setia Hati Terate

2.2. Penilaian baik dan buruk

2.3. Syarat kekalnya persaudaraan

2.4. Hal – hal yang menodai persaudaran

2.5. Perihal Kesetiaan

2.1.1. Berjiwa dan berbudi luhur, tahu benar dan salah, serta taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2.1.2. Pemberani dan tidak takut mati dalam menegakkan kebenaran dan kadilan

2.1.3. Soal kecil/remeh mengalah soal prinsip baru bertindak

2.1.4. Sederhana2.1.5. Memayu Hayuning Bawana2.1.6. Sifat seorang Setia Hati Terate  :

Tidak Mudah Heran (ora nggumunan ) Tidak mudah terkejud (ora kagetan) Yakin, berani melaksanakan (yakin, wani

nglakoni )

2.2.1. Apabila perbuatan baik lebih banyak daripada perbuatan buruknya, dinyatakan baik

2.2.2. Apabila perbuatan buruk lebih banyak daripada perbuatan baiknya, dinyatakan buruk

2.3.1. Saling pengertian2.3.2. Saling menyayangi2.3.3. Saling menghormati2.3.4. Saling membutuhkan2.3.5. Saling bertanggung jawab

2.4.1. Mau menang sendiri/arogan2.4.2. Merasa dirinya paling super/over acting

2.5.1. Rumangsa Handarbeni  : Merasa

memiliki2.5.2. Wajib melu hangrungkebi  : Wajib

membela2.5.3. Mulat sarira hangsara wani  : berani

mengoreksi diri sendiri  (introspeksi )

NO.

TINGKAT PUTIH

URAIAN METERI KATA MUTIARA

1.Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan dan kegiatan seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang– orang  dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama dengan semangat dan penuh keyakinan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Untuk menjadi pemimpin dirinya harus dipersiapkan dengan cara :

1.    Memperkanalkan sifat – sifat orang besar2.    Memperkenalkan dan memahami sifat – sifat

pengikut3.    Memperkenalkan jenis dan sifat – sifat

situasi Dalam budaya /sastra kita terdapat  nasehat – nasehat yang selalu diberikan kepada calon raja/pemimpin yaitu Hasta BrataHasta artinya Delapan, dan Brata artinya LakuMaksudnya Delapan perilaku pemimpin yang harus dilaksanakan agar sukses dalam kepemimpinannya.Hasta Brata diambil dari sifat – sifat alam semesta sehingga mudah untuk dipahami dan dihayati. Setia Hati Terate menetapkan Hasta Brata ini sebagai ajaran kepemimpinan untuk diberikan kepada setiap warga karena pada dasarnya seorang warga Setia Hati Terate dipersiapkan untuk menjadi pemimpin.

Isi Hasta Brata adalah :1.    Surya  (matahari)2.    Chandra  ( Bulan )3.    Kartika  ( Bintang )4.    Angkasa  ( Langit )5.    Maruto  ( Angin )6.    Samudra  (Laut )7.    Bantala  (Bumi )8.    Dahana  ( Api )

Arti lengkapnya sebagai berikut :1.1. Surya (Matahari)

1. Rumangsa Handarbeni, wajib melu hangrungkebi mulat sariro hangsara wani artinya : Kita harus merasa memiliki SH Terate, setelah itu kita berkewajiban  membela SH Terate dan berani mengoreksi diri

2. Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti

     Artinya : Keangkara murkaan di dunia dapat dihancurkan dengan cinta kasih.

3. Manusia yang berusaha Tuhan yang menentukan

   

    -Pemimpin harus selalu bersemangat dan mampu  menumbuhkan semangat kepada anak  buahnya.

1.2. Chandra (Bulan)- Bersinar terang, indah mempesona dan tidak berbuat rasa panas.- Pemimpin harus selalu berbuat rasa aman tenteram dalam berbagai situasi dan kondisi.- Pemimpin mampu memberikan penjelasan (penerangan) yang menyejukkan.

1.3. Kartika (Bintang)-Pemimpin harus mempu menjadi pedoman -Pemimpin harus menunjukkan arah untuk bertindak

1.4. Angkasa (langit)-Pemimpin harus memiliki pengetahuan  dan pengalaman yang luas serta mampu  berkomuniksi sehingga disegani oleh anak buah dan berwibawa1.5. Maruto (Angin)-Tidak terliaht oleh mata namun ada dan mengisi setiap ruang (berada dimana – mana )-Pemimpin harus cermat dan mampu beradaptasi terhadap situasi dan kondosi dengan segala perubahannya dalam jangkauan wilayah kepemimpinannya1.6. Samudra (Laut)

-Pemimpin harus memiliki kesabaran sehingga mampu mewadahi baik yang besar / kecil, besih/kotor, baik/buruk, jahat/alim, bau busuk/bau wangi dan lain - lain serta mampu mengelola semua menjadi potensi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan organisasi.

1.7. Bantala (Bumi)-Pemimpin harus tidak memiliki rasa dendam dan mampu memberi penghargaan /hadiah kepada yang ebrjasa/berprestasi

1.8. Dahara  (Api)-Pemimpin harus sanggup dan berani menegakkan kaadilan dan kebenaran

 Syarat utama kepemimpinan dalam organisasi adalah  :

1.   Pemimpin harus mampu melihat organisasi secara keseluruhan

2.   Pemimpin harus mampu untuk mengambil

keputusan3.   Pemimpin harus mempu untuk mendelegasikan wewenang kepada bawahannya

4.   Pemimpin harus mampu untuk menumbuhkan kesetiaan anak buah.

Dalam kegiatan memimpin, pimpinan Setia Hati Terate diwajibkan melaksanakan :

1.   Ing ngarsa sung tuladha.      Artinya : Bila berada di depan harus memberi contoh

2.   Ing madya mangun karsa   Artinya : Bila berada di tengah – tengah harus

memberi semangat, motivasi, dan mengutamakan bermusyawah untuk membentuk pendapat umum yang positif

3.   Tut wuri handayani      Artinya : Bila berada di belakang harus

memberikan saran pertimbangan dan dorongan,       semangat yang menentukan dan bermanfaat.