buletin zeitgeist #2

4
Ayo Mengenal Ekonomi Syariah Ekonomi dalam keseharian Dalam kegiatan sehari-hari, manusia selalu berusaha memenuhi ke- butuhannya.Kebutuhan masing-masing individu sangat kompleks. Dengan kebutuhan yang kompleks tersebut, tidak mungkin mas- ing-masing individu dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa adanya interaksi dengan individu lain atau dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekitarnya. Dalam memenuhi kebutuhannya, individu juga harus bijak menentukan pilihan kebutuhannya. Dari Penjelasan diatas, muncullah pengertian dari kata ekonomi se- cara harfiah, yaitu, Ilmu yang mempelajari tentang pilihan, baik indi- vidu maupun kelompok untuk memenuhi kebutuhannya.Jika dilihat dari segi bahasa, ekonomi berasal dari kata oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan.Seluruh padanan kata tersebut berarti aturan rumah tangga. Pada masa kini, orang berbondong-bondong mencari harta yang ban- yak.Tidak jarang, untuk mendapatkan harta, ada orang yang tega un- tuk menyakiti orang lain, atau bahkan saudaranya sendiri. Terkadang ketika seseorang sudah memiliki harta yang begitu melimpah, ia bin- gung mau diapakan harta itu. Dengan sibuk mencari banyak harta,ia lupa tujuan dari pencarian tersebut, ia juga lupa bahwa semakin ban- yak harta, semakin besar tanggung jawabnya, semakin rumit meman- agenya. Maka tak jarang pula, orang yang harta nya begitu melimpah banyak yang mengakhiri hidupnya sendiri.Naudzubillahi min dzalik. Peristiwa diatas muncul akibat dari ketidakpahaman tujuan dari ke- giatan ekonomi, atau bisa jadi dengan sistemekonomi yang ada seka- rang menyebabkan terlanjur tertanamkannya pemahaman yang salah mengenai hakikat pemenuhan kebutuhan itu sendiri.Oleh karena itu, ekonomi berlandaskan Syariah pada saat ini (sebenarnya ekonomi Syariah muncul bersamaan dengan lahirnya Islam itu sendiri, namun semakin terdegradasi seiring dengan jatuhnya kekhalifahan) muncul sebagai korektor dari misunderstanding mengenai ekonomi. Untuk lebih memahami apa sebenarnya ekonomi syariah, mari kita simak uraian dibawah ini. Sifat Ekonomi Syariah Perlu dipahami kembali bahwa ekonomi syariah (selanjutnya bisa juga disebut ekonomi Islam) bukan sekedar muncul dari ekonomi konven- sional yang sebagian halnya dihilangkan lalu dibubuhi syariat Islam. Penanggung Jawab Fauzia Rahma Pemimpin Redaksi Nana Heryana Redaksi Sahna Putri Aselira Desain Agus Tartila Kru Aisya Noor Husni Astuti Pangestu Bob Aldi Fandy Dewanto Iqbal Giffari #2

Upload: agus-tartila

Post on 24-Mar-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Buletin Zeitgeist edisi 2, ISEG Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin Zeitgeist #2

Ayo Mengenal Ekonomi Syariah

Ekonomi dalam keseharian

Dalam kegiatan sehari-hari, manusia selalu berusaha memenuhi ke-butuhannya.Kebutuhan masing-masing individu sangat kompleks.Dengan kebutuhan yang kompleks tersebut, tidak mungkin mas-ing-masing individu dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa adanya interaksi dengan individu lain atau dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekitarnya. Dalam memenuhi kebutuhannya, individu juga harus bijak menentukan pilihan kebutuhannya.

Dari Penjelasan diatas, muncullah pengertian dari kata ekonomi se-cara harfiah, yaitu, Ilmu yang mempelajari tentang pilihan, baik indi-vidu maupun kelompok untuk memenuhi kebutuhannya.Jika dilihat dari segi bahasa, ekonomi berasal dari kata oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan.Seluruh padanan kata tersebut berarti aturan rumah tangga.

Pada masa kini, orang berbondong-bondong mencari harta yang ban-yak.Tidak jarang, untuk mendapatkan harta, ada orang yang tega un-tuk menyakiti orang lain, atau bahkan saudaranya sendiri. Terkadang ketika seseorang sudah memiliki harta yang begitu melimpah, ia bin-gung mau diapakan harta itu. Dengan sibuk mencari banyak harta,ia lupa tujuan dari pencarian tersebut, ia juga lupa bahwa semakin ban-yak harta, semakin besar tanggung jawabnya, semakin rumit meman-agenya. Maka tak jarang pula, orang yang harta nya begitu melimpah banyak yang mengakhiri hidupnya sendiri.Naudzubillahi min dzalik.

Peristiwa diatas muncul akibat dari ketidakpahaman tujuan dari ke-giatan ekonomi, atau bisa jadi dengan sistemekonomi yang ada seka-rang menyebabkan terlanjur tertanamkannya pemahaman yang salah mengenai hakikat pemenuhan kebutuhan itu sendiri.Oleh karena itu, ekonomi berlandaskan Syariah pada saat ini (sebenarnya ekonomi Syariah muncul bersamaan dengan lahirnya Islam itu sendiri, namun semakin terdegradasi seiring dengan jatuhnya kekhalifahan) muncul sebagai korektor dari misunderstanding mengenai ekonomi. Untuk lebih memahami apa sebenarnya ekonomi syariah, mari kita simak uraian dibawah ini.

Sifat Ekonomi Syariah

Perlu dipahami kembali bahwa ekonomi syariah (selanjutnya bisa juga disebut ekonomi Islam) bukan sekedar muncul dari ekonomi konven-sional yang sebagian halnya dihilangkan lalu dibubuhi syariat Islam.

Penanggung JawabFauzia Rahma

Pemimpin RedaksiNana Heryana

RedaksiSahna Putri Aselira

DesainAgus Tartila

KruAisya Noor Husni

Astuti PangestuBob Aldi

Fandy DewantoIqbal Giffari

#2

Page 2: Buletin Zeitgeist #2

“Islam adalah sistem yang syamil (menyeluruh), yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Ia ada-lah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, akhlak (moral) dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan,peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pe-mikiran, sebagaimana ia juga adalah aqidah dan ibadahyang benar, tidak kurang dan tidak lebih.” (Hasan Al Banna, Surat Terbuka untuk Generasi Da’wah2003. Jakarta: Al I’tishom)

Jadi, ekonomi merupakan bagian dari sistem Islam yang memang telah diatur dalam sistem tersebut. Ekonomi tidak bisa dipisahkan dari Islam, seperti juga hal lain seperti politik, sosial, budaya, pendidikan, tidak bisa dipisahkan dari Islam.

Kesempurnaan Islam itu tentu saja mencak-up wilayah ekonomi yang berurusan dengan bagaimanamanusia mengatur hidupnya untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Da-lam ekonomi Islam,ada empat nilai utama yang menjadi sifat ekonomi Islam, yaitu: Rabbaniyah (Ketuhanan), Akhlak,Kemanusiaan dan Pertenga-han. Nilai-nilai ini menggambarkan kekhasan dan keunikan yang utama,bahkan dalam kenyataann-ya merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh dan tampak jelas padasegala sesuatu yang ber-landaskan ajaran Islam. (Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam. 1997. Jakarta: Gema Insani)

Ekonomi Islam memiliki sifat-sifat yang tentu saja tidak dimiliki sistem ekonomi lain, diantaranya:

a. Ekonomi Islam bersifat Rabbaniyah

Pertama, ekonomi Islam adalah ekonomi Rabbaniyah (ketuhanan), karena titik be-rangkatnya dariAllah, tujuannya mencari ridha Allah dan cara-caranya tidak ber-tentangan dengan syariat-Nya.

Kedua, ekonomi dalam pandangan Islam, bukanlah tujuan.Tetapi merupakan sara-na untuk mencapai tujuan.Tujuannya yai-tu mengabdi sebagai hamba Allah serta menjadi khalifah di bumi.Memiliki mobil, memiliki tanah yang luas, memiliki emas

berpuluh-puluh gram bukanlah tujuan.Ingin menunaikan haji, bersedekah, ingin wakaf, itulah tujuannya, sarananya yaitu memiliki mobil, tanah, dan emas tadi.

Ketiga, sifat ekonomi Islam yang Rabbani adalah pengawasan internal atau hati nu-rani, yangditumbuhkan oleh iman di dalam hati seo-rang muslim, dan menjadikan pengawas bagi dirinya.

Keempat, adanya konsep perwakilan (is-tikhlaf) dalam harta Allah.Sesungguhnya seluruh harta baik yang ada di langit dan di bumi, ada pada manusia maupun alam adalah kepunyaan Allah SWT.

“Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di lan-git, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. “(Thaha 6).

Dengan kesadaran seperti itu, manusia ti-dak akan menjadi gila harta dan menjadi dermawan dengan harta yang dimilikinya.

Jika dalam ekonomi konvensional kita mengenal istilah invisible hand sebagai suatu sistem, dalam hal ini mekanisme pasar yang mendorong tercapai titik kes-eimbangan dengan sendirinya, lain halnya dengan cara pandang Islam terhadap in-visible hand itu sendiri. Menurut pandan-gan ekonomi syariah, invisible hand dalam kegiatan ekonomi yaitu kekuasaan Allah.Perhatikan ilustrasi berikut ini :

Daerah A merupakan daerah yang subur, tidak ada kesulitan untuk konsumsi se-

Page 3: Buletin Zeitgeist #2

hari-hari. Permintaan makanan pokok sep-erti beras selalu terpenuhi.Suatu hari, daer-ah tersebut tertimpa bencana banjir.Sawah-sawah terendam, produksi beras menurun sedangkan permintaannya tetap.Kelebihan permintaan ini muncul menye-babkan kelangkaan, sehingga menyebab-kan harga naik untuk terciptanya keseim-bangan pasar.

Atau sebaliknya, Daerah B merupakan daerah kering yang telah lama tidak ter-timpa hujan pada bulan-bulan tertentu. Konsumsi pokok sehari-hari mereka pada masa kekeringan merupakan beras hasil impor dari daerah lain. Suatu hari, daer-ah tersebut dianugerahi hujan yang cuk-up untuk membuat tanaman tumbuh dan berkembang serta menyebabkan beras bisa ditanam di daerah tersebut.Hal ini menyebabkan kelebihan penawaran dan menyebabkan harga turun untuk mencapai keseimbangan pasarnya.

Kedua hal tersebut (bencana, hujan) mer-upakan hal yang terjadi diluar kendali ma-nusia, Allah lah yang maha berkuasa atas hal tersebut. Jadi dalam pandangan Islam, keiatan ekonomi tidak bisa dipisahkan dari kekuasaan Allah, oleh karena itu,manusia harus tetap tunduk pada Allah, tidak me-langgar larangan-Nya dalam berkegiatan ekonomi.

b. Ekonomi Islam sangat memperhatikan Akhlak

Sesungguhnya Islam tidak pernah men-gizinkan ummatnya untuk mendahulukan kepentinganekonomi di atas pemeliharaan nilai-nilai dan keutamaan yang diajarkan agama. Seorang muslim –baik secara pribadi maupun bersama-sama– tidak bebas mengerjakan apa saja yang diinginkann-ya atau apa yang menguntungkan saja. Setiap muslim terikat pada setiap aktivi-tas ekonomi yang dilakukannya oleh iman (keyakinannya pada Allah dan hal yang

gaib) dan akhlak (perilaku yang mulia).

(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan.Maka jauhilah per-buatan-perbuatan itu agar kamu mendapat ke-beruntungan.Sesungguhnya syaitan itu ber-maksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (Q.S. Al-Maidah 90 – 91)

c. Ekonomi Islam berwawasan kemanu-siaan

Menghargai kemanusiaan manusia ada-lah bagian dari prinsip Ilahiah yang telah memuliakan manusia dan menjadikannya sebagai khalifah.Islam lahir sebagai dien yang sesuai fitrah manusia, memuliakan manusia, memanusiakan manusia, sangat sesuai dengan sifat dasar manusia.Islam memperbolehkan manusia mengkonsum-si rezeki yang halal dan tidak memperbo-lehkanberlebih-lebihan dalam beragama seperti mengharamkan pernikahan dan mengharamkan memakan daging yang halal seperti agama Manuwiyah, agama Barmaniah, dan pendeta-pendeta agama Nasrani.

Begitupun ekonomi Islam, dalam kegiatan ekonomi, Islam melarang riba dan menga-rahkan untuk bersedekah.Riba menyebab-kan lintah darat seenaknya memeras mas-yarakat yang terpaksa meminjam uang, Islam paham bahwa pada dasarnya manu-sia tidak suka diperlakukan semena-mena, oleh karena itu, Islam melarang praktek riba.Sedekah membawa hati kita pada kedamaian dan kebahagiaan tersendiri da-lam berbagi, sedekah juga menjadi salah

Page 4: Buletin Zeitgeist #2

satu sarana kita beribadah. Islam mengerti bahwa pada dasarnya manusia bahagia jika bisa memberikan kebahagiaan pada orang lain, oleh karena itu, Islam san-gat menganjurkan untuk bersedekah dan menjanjikan balasan yang berlipat ganda dari sedekah tersebut.

janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan jan-ganlah kamu melampaui batas.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melam-paui batas.Dan makanlah makanan yang ha-lal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (Q.S. Al-Maidah 87 – 88)

d. Ekonomi Islam adalah Ekonomi Perten-gahan

Di antara nilai-nilai pokok dalam Islam adalah nilai pertengahan. Islam menyeim-bangkan antaradunia dan akherat, antara individu dan masyarakat, akal dan hati, realita dan ide-alita, modal danaktivitas, produksi dan konsumsi dan se-bagainya. Keseimbangan Islam menyang-kut berbagai bidang.

Pertama, keseimbangan dalam masalah harta.

Islam memandang bahwa harta adalah kebaikan, perhiasan hidup dan pilar ke-hidupan bagi manusia.Namun, Islam pun memandang harta sebagai firnah dan uji-an bagi pribadi dan masyarakat.Oleh kare-na itu, kelebihan maupun kekurangan harta tidak menjadi indikator bagi mulia tidaknya seseorang dalam Islam.

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan ke-hidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tu-hanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (Al-Kahfi 46)

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang be-sar.” (Q.S. Al-Anfal 28)

Kedua, keseimbangan dalam kepemilikan dalam Islam.

Sesungguhnya Islam menempatkan atur-an mengenai kepemilikan pada keseim-bangan, tidak mengagungkan individual seperti kapitalisme dan juga tidak mema-tikan potensi individu melalui kepemilikan kolektif yang diwakili oleh negara se-bagaimana dalam sistem komunis.

Masih banyak hal yang perlu kita ketahui dari ekonomi syariah, uraian diatas masih merupakan sebagian kecil hal yang per-lu kita ketahui.Sudah seharusnya umat Islam mengamalkan kegiatan ekonomi yang berlandaskan syariah.Kenyataan-nya, yang berlaku umum saat ini adalah sistem ekonomi lain diluar Islam. Popul-ernya sistem ekonomi lain diluar Islam dan kurang populernya sistem ekonomi Islam jangan-jangan disebabkan oleh kurangnya pemahaman umat Islam itu sendiri terha-dap ekonomi syariah. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama terus mencari tahu apa itu ekonomi syariah, mengapa harus ekonomi syariah, apa bedanya dengan sistem ekonomi lain. Mudah-mudahan Allah memudahkan langkah-langkah kita dalam kebaikan.Wallahu alam.(SPA)

Sumber :

Chandra Natadipurba, Modul Kajian Akademik ISEG, Pen-gantar Ekonomi Islam.

http://muhammaddarwinhs.blogspot.com/2012/09/apa-sih-itu-ekonomi-syariah.html