c9 autonomik farmakologi

9
AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 1 C9 Autonomik Farmakologi Lecture Notes : Neurosains Theme : Autonomik Farmakologi Oleh : dr. Insiaty, Ph.D A. Pendahuluan Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf yang bekerja automatis tanpa kesadaran untuk meregulasi proses dalam tubuh seperti tekanan darah, laju napas, dan lain sebagainya. B. Anatomi dan Fisiologi Susunan Saraf Otonom Impuls saraf yang disampaikan oleh saraf otonom akan dibawa ke organ efektor melalui dua jenis saraf eferen yaitu preganglion dan postganglion. Pusat utama dari susunan saraf otonom ini adalah hipotalamus, namun di atasnya ada lagi yang menjadi pusat yaitu korpus triatum dan korteks cerebrum. Serat eferen ini akan terbagi dalam dua kelompok besar yaitu sistem simpatis dan sistem parasimpatis. Sistem simpatis ini tersusun dari torakal 1 sampai lumbal 3 (thorakolumbalis), sementara sistem parasimpatis tersusun dari disalurkan melalui saraf otak ke III, VII, IX, dan X (kranial) serta nervus pelvius yang berasal dari segmen sakral 2,3, dan 4 sehingga disebut kraniosakralis. Berikut perbedaan fungsi dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis : Tabel 9.1 Perbedaan Sistem Saraf Simpatis dan Parasimpatis 2 Parasimpatis Simpatis Dibutuhkan saat ada keluhan dengan konservasi dari proses dalam tubuh Dibutuhkan saat keadaan emergensi (fight or flight situation) Neurotransmitter utamanya adalah asetilkolin Neurotransmitter utamanya adalah epinefrin dan norepeniferin Reseptor dalam saraf parasimpatis adalah reseptor muskarinik, reseptor nikotinik, Reseptor dalam saraf simpatis adalah reseptor alpha dan beta Gambar 9.1 Skema Organisasi Sistem Saraf Otonom 1 Gambar 9.3 Letak Saraf Parasimpatis 1 Gambar 9.2 Letak Saraf Simpatis 1

Upload: catatan-medis

Post on 21-Feb-2017

234 views

Category:

Health & Medicine


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: C9 Autonomik Farmakologi

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 1

C9 Autonomik Farmakologi

Lecture Notes : Neurosains

Theme : Autonomik Farmakologi

Oleh : dr. Insiaty, Ph.D

A. Pendahuluan

Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf yang

bekerja automatis tanpa kesadaran untuk meregulasi proses dalam

tubuh seperti tekanan darah, laju napas, dan lain sebagainya.

B. Anatomi dan Fisiologi Susunan Saraf Otonom

Impuls saraf yang disampaikan oleh saraf otonom akan dibawa

ke organ efektor melalui dua jenis saraf eferen yaitu preganglion

dan postganglion. Pusat utama dari susunan saraf otonom ini

adalah hipotalamus, namun di atasnya ada lagi yang menjadi pusat

yaitu korpus triatum dan korteks cerebrum.

Serat eferen ini akan terbagi dalam dua kelompok besar yaitu

sistem simpatis dan sistem parasimpatis. Sistem simpatis ini tersusun

dari torakal 1 sampai lumbal 3 (thorakolumbalis), sementara sistem

parasimpatis tersusun dari disalurkan melalui saraf otak ke III, VII, IX,

dan X (kranial) serta nervus pelvius yang berasal dari segmen sakral

2,3, dan 4 sehingga disebut kraniosakralis. Berikut perbedaan fungsi

dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis :

Tabel 9.1 Perbedaan Sistem Saraf Simpatis dan Parasimpatis 2

Parasimpatis Simpatis

Dibutuhkan saat ada keluhan

dengan konservasi dari proses

dalam tubuh

Dibutuhkan saat keadaan

emergensi (fight or flight

situation)

Neurotransmitter utamanya

adalah asetilkolin

Neurotransmitter utamanya

adalah epinefrin dan

norepeniferin

Reseptor dalam saraf

parasimpatis adalah reseptor

muskarinik, reseptor nikotinik,

Reseptor dalam saraf

simpatis adalah reseptor

alpha dan beta

Gambar 9.1 Skema Organisasi Sistem Saraf Otonom1

Gambar 9.3

Letak Saraf Parasimpatis1

Gambar 9.2 Letak Saraf Simpatis1

Page 2: C9 Autonomik Farmakologi

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 2

C9 Autonomik Farmakologi

dan reseptor otot skelet

somatik

Saraf otonom juga berhubungan dengan saraf somatik di mana

kejadian somatik dapat memengaruhi fungsi organ otonom. Namun

dapat dibandingkan antara kedua fungsi saraf otonom dan saraf

motorik, berikut perbedaannya

C. Obat Otonom

Obat otonom merupakan obat yang didesain untuk

menghambat sistem saraf otonom dengan memegaruhi jalur pada

neurotransmitter yang bekerja. Proses yang diganggu oleh obat

otonom antara lain adalah :

1. Sintesis neurotransmiter

2. Penyimpanan dan pelepasan neurotransmitter

3. Penempelan neurotransmiter ke reseptor

4. Terminasi neurotransmiter (proses penghancuran

neurotransmiter)

D. Neurotransmisi

Neurotransmisi merupakan proses selama transfer impuls saraf

dari satu neuron ke neuron lainnya. Proses ini membutuhkan

neurotransmiter (substansi kimia yang dilepaskan di ujung serat

saraf setelah adanya impuls saraf di mana pengeluarannya dengan

difusi ke celah sinaps. Neurotransmiter ini menyebabkan transfer

impuls menuju serat saraf, serat otot, dan struktur lain. Proses

neurotransmisi antara lain :

1. Sintesis, peyimpanan, dan pelepasan neurotransmiter

Gambar 9.4 Perbandingan Saraf Somatik dan Saraf Otonom1

Page 3: C9 Autonomik Farmakologi

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 3

C9 Autonomik Farmakologi

- Sintesis dilakukan di sitoplasma

- Penyimpanan dilakukan di vesikel sinaps

2. Pengikatan neurotransmiter dengan reseptor sehingga

menimbulkan efek

3. Terminasi transmisi neurohormonal

Neurotransmiter sendiri banyak jenisnya seperti yang telah

dijelaskan pada lecture notes C5 : neurofisiologi dasar.

Neurotransmiter ini akan berikatan ke reseptor spesifik ke struktur

target. Ada tiga macam reseptor autonomik, antara lain :

1. Muscarinic and Nicotinic Receptors

2. Adregenic Receptors

3. Dopamine Receptors

Kemudian, ada beberapa neurotransmiter utama yang akan

sangat berpengaruh dalam jalannya impuls saraf simpatis dan

parasimpatis. Berikut neurotransmiter tersebut :

1. Saraf Simpatis

- Preganglion (serat kolinergik) : asetilkolin

- Postganglion (serat adrenergik) : norepinefrin

2. Saraf Parasimpatis

- Preganglion (serat kolinergik) : asetilkolin

- Postganglion (serat kolinergik) : asetilkolin

Berikut proses neurotransmisi pada beberapa macam transmisi

di sistem saraf otonom :

1. Transmisi Kolinergik

a) Sintesis dan Penyimpanan

Transpor kolin menuju presinaps melalui bantuan CHT

(Sodium-dependent Choline Transporter)

Di sitoplasma, asetilkolin disintesis dengan kolin dan

asetil Co-A dengan bantuan enzim kolin asetil

transferase

Asetilkolin ditrasnpor menuju vesikel dan disimpan

b) Pelepasan dan Terminasi

Vesikel berfusi ke membran prasinaps akibat adanya

influks Ca2+

Asetilkolin mengalami eksositosis dan menuju reseptor

nikotinik atau muskarinik di membran postsinaps

Terminasi asetilkolin dengan asetilkolin esterase

Page 4: C9 Autonomik Farmakologi

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 4

C9 Autonomik Farmakologi

Reseptor kolinergik yang berperan ada dua macam yaitu

nicotinic receptor dan muscarinic receptor. Berikut penjelasan

lebih detil :

Tabel 9.2 Perbedaan Nicotinic Receptor dan Muscarinic

Receptor

Beda Nicotinic Receptor Muscarinic Receptor

Lokasi

Nicotinic neuronal (Nn) di

ganglia otonom, nicotinic

muscle (Nm) di

neuromuscular junction

M1 di ganglia dan kelenjar

M2 di jantung

M3 di otot polos dan

kelenjar

Efek

Kontraksi otot skelet dan

sekresi epinefrin dan

norepinerfin dari medula

adrenal

M1 dan M3 akan

menyebabkan kontraksi

otot polos dan sekresi

kelenjar sementara M2

akan menurunkan

inotropik dan kronotropik

Antagonis N1 : hexamethonium

N2 : decamethonium Atropin

2. Transmisi Adrenergik

a) Sintesis dan Penyimpanan

Tirosin ditransfer menuju ujung noradregenik

menggunakan sodium-dependent carrier

Tirosin dikonversi menjadi dopamin kemudian

ditranspor ke vesikel untuk disimpan

Dopamin akan dikonversi menjadi norepinefrin dengan

bantuan dopamine-hidroksilase

b) Pelepasan dan Terminasi

Potensial aksi membuka kanal ion Ca2+ bergerbang

listrik sehingga terjadi influks Ca2+

Konsenterasi ion Ca2+ meningkat sehingga terjadi fusi

vesikel ke membran prasinaps

Neurotransmitter mengalami eksositosis menuju ke

reseptor spesifik di membran postsinaps

Kemudian terjadi penghancuran norepinefrin dengan

enzim catheco-methyl transferase (COMT) atau dengan

pengambilan kembali norepinefrin oleh ujung saraf

presinaps dengan norepinefrin transporter (NET)

Dalam melakukan transmisi ini tentunya harus ada reseptor

yang akan menangkap neurotransmiter sehingga dapat terjadi

respon sel. Untuk itu, transmisi adrenergik ini memerlukan

Page 5: C9 Autonomik Farmakologi

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 5

C9 Autonomik Farmakologi

reseptor adrenergik di mana ada empat tipe yaitu alpha 1, alpha

2, beta 1, dan beta 2. Masing-masing reseptor memiliki fungsi

masing-masing, antara lain :

E. Autonomic Pharmacology

Seperti yang telah dibahas pada poin C obat otonom ini akan

bekerja dengan menghambat neurotransmisi. Berikut beberapa

klasifikasi dari obat otonom, antara lain :

1. Obat Kolinergik (Parasimpathomimetik)

Akan berefek pada aktivitas saraf parasimpatis.

2. Inhibitor Kolinergik (Parasimpatolitik)

Akan menghambat efek dari aktivitas saraf parasimpatis.

3. Adrenergik (Simpathomimetik)

Akan berefek pada aktivitas saraf simpatis,

4. Inhibitor Adrenergik (Simpatholitik)

Akan menghambat efek dari aktivitas saraf simpatis

Berikut mekanisme dari obat otonomi :

No. Mekanisme Kolinergik Adrenergik

1. Inhibisi sintesis

transmiter Hemikolinium A-metil tirosin

2. Inhibisi penyimpanan

transmiter Vesamicol Reserpine

3. Inhibisi pelepasan

transmiter

Toksin

botulinum

Guanetidin,

guanadrel,

bretilium

4. Stimulasi pelepasan

transmiter

Black widow

spider toxin,

neostigmin

Tyramine,

ephedrine,

amfetamin

Gambar 9.5 Macam-Macam Reseptor Adrenergik 2

Page 6: C9 Autonomik Farmakologi

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 6

C9 Autonomik Farmakologi

5.

Menurunkan vesikel

penyimpan di

terminal akson

- Reserpine dan

guanetidin

6. Inhibisi transmiter re-

uptake -

Kokain dan

imipramin

7. Stimulasi reseptor

(agonis)

Asetilkolin

(muskarinik),

metakolin,

pilokarpin,

betanekol,

dan nikotin

(nikotinik)

Epinefrin,

phenylephrine

(α1), klonidine

(α2),

isoprterenol

(β1 dan β2),

dobutamin

(β1),

salbutamol

dan

terbutaline

(β2)

8. Blokade reseptor

(antagonis)

M1, M2, M3 :

Atropin

M1 :

pirenzepin

Nm :

tubocurarine

Nn :

trimetafan

α, β : labetalol

α1, α2 :

phentolamine

α1 : prazozine

α2 : yohimbin

β1, β2 :

propanolol

β1 :

metoprolol,

atenolol

9.

Inhibisi

penghancuran

transmiter

Antikoline

esterase

(AChE),

physostigmin,

prostigmin

Monoamin

oksidase

inhibitor

(MAOI)

F. Agonis dan Antagonis Muskarinik

1. Agonis Muskarinik

a) Bethanechol

Merupakan ester kolin sintesis, di mana contoh lainnya

adalah karbakol dan metakolin

Digunakan untuk stimulasi motilitas gastrointestinal dan

sekresinya pada GI atonia (gastropareisis)

Selain itu digunakan juga untuk mengatasi retensi di

atonia pada kandung kemih

Digantikan oleh obat prokinetik yaitu dopamin receptor

agonist metoclopramide

Page 7: C9 Autonomik Farmakologi

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 7

C9 Autonomik Farmakologi

b) Pilocarpine

Digunakan untuk pengobatan glaukoma

Selain itun untuk produksi kontraksi dari iris sfingter

otot, konstriksi pupil (miosis), konstriksi otot siliaris,

peningkatan akomodasi, dan pengurangan tekanan

intraokular akibat penignkatan atau pengurangan

aqueos humor

2. Antagonis Muskarinik (Reseptor Bloker)

3. Inhibitor Kolinesterase

Obat ini akan mengurangi perusak asetilkolin yang dikeluarkan.

Contoh obatnya antara lain :

a) Neostigmine dan Pyridostigmine

Digunakan untuk pengobatan myasthenia gravis.

b) Physostigmine

Digunakan untuk pengobatan glaukoma

4. Intoksikasi

Intoksikasi pada kolinergik substansi muskarin disebabkan

oleh konsumsi organisme fungsi seperti Clito-cybe, Inocybe, dan

A. phalloides. Hal ini dapat terjadi dua jam setelah masuknya

jamur tadi dan bisa lebih lambat yaitu 6-15 jam setelah

masuknya fungsi.

Indikasi akutnya adalah simptom pencernaan,

dehidrasi,icterus, atrofi kekuning akibat rusaknya hati, oligouria

atau anuria karena kerusakan ginjal, kerusakan kapiler dan otot

jantung.

Gambar 9.6 Macam-Macam Bloker Muskarinik

Page 8: C9 Autonomik Farmakologi

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 8

C9 Autonomik Farmakologi

Untuk mengatasi intoksikasi ini dapat dilakukan dengan

atropin 1-2 mg disuntikan intramuskular setiap 30 menit di mana

dosis untuk anak-anak adalah 0,04 mg/kg berat badannya.

G. Obat Adrenergik

1. Agonis Adrenergik

- Bronkodilatasi

Obat bronkodilatasi diberikan kepada pasien asma,

emfisema, dan terkena reaksi alergi di mana obat ini

merupakan agonis terhadap reseptor β2.

- Stimulasi Sistem Saraf Pusat

Obat ini untuk pengobatan ADHA (Attention Deficit

Hyperactivity Disorder) dan narkolepsi. Contohnya adalah

amfetamin.

- Shock Anafilaksis

Jika ada seseorang yang mengalami shock anafilaksis dapat

diberikan epinefrin.

2. Antagonis Adrenergik

Obat ini akan mengurangi tonus simpatis di pembuluh

darah dan menurunkan resistensi perifer. Hasilnya adalah

penurunan tekanan darah. Digunakan untuk pengobatan

hipertensi, penyakit vasuklar perifer (seperti Raynaud

Gambar 9.7 Skema Obat Adreneik Agonis

Page 9: C9 Autonomik Farmakologi

AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 9

C9 Autonomik Farmakologi

Syndrome), dan hipertrofi pada kelenjar Prostat (menggunakan

α1 blocker seperti prazosin dan tamsulosin).