case verucca ujian
DESCRIPTION
Case Kepaniteraan Klinik Kulit herpes zoster varicella zoster acne vulgaris dermatitis kontak alergi iritanTRANSCRIPT
Juni 2015
BAB I
KASUSA. IDENTITAS PASIENNama : Ny. T
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jakarta
Tgl / Jam Masuk : 15 Juni 2015
Status Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Sudah menikah
Dokter yang merawat : dr. Linda Soekamto
B. ANAMNESISAutoanamnesis pada tanggal 15 Juni 2015 pukul 09.30 WIB
Keluhan Utama : Timbul "tonjolan daging" pada lengan kanan
Keluhan Tambahan : Tonjolan pada punggung tangan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli klinik kulit dan kelamin Husada pada tanggal 10 Juni 2015.
Pasien datang dengan keluhan timbul tonjolan daging pada lengan bawah kanan
yang baru disadari 1 bulan yang lalu. Pasien tidak mengetahui sejak kapan tonjolan
tersebut timbul dan tonjolan tersebut membesar perlahan dalam 1 bulan terakhir.
Gatal dan perih disangkal. Pasien belum menggunakan obat untuk keluhannya.
Pasien juga mengeluh daerah punggung tangan kanan pada pangkal kelingking
menonjol dan tebal sejak lebih dari 1 tahun yang lalu. Nyeri disangkal. Pasien
mengaku terkadang menggaruk daerah tersebut. Riwayat trauma lainnya pada
punggung tangan disangkal.
Pasien mengaku tonjolan tidak ditemukan di bagian tubuh lainnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat darah tinggi (+), minum obat teratur, terkontrol baik
Riwayat kencing manis disangkal. Alergi obat disangkal. Alergi makanan
disangkal.
1
Juni 2015
Riwayat konsumsi obat : amlodipine dikonsumsi sekali setiap hari, dosis 5mg.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
Alergi obat disangkal.
Alergi makanan disangkal.
C. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg
Nadi : 86 x / menit, reguler, isi cukup
Pernapasan : 18 x / menit, reguler
Suhu : Afebris
Mata : Edema palpebral (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
Gigi dan mulut : Karies gigi (-), mukosa mulut kemerahan.
THT : Telinga: normotia | Hidung: bentuk normal
Tenggorokan: mukosa faring posterior tidak hiperemis.
2
Juni 2015
D. STATUS DERMATOLOGI KUS
3
Regio : Antebrachii (dextra)
Distribusi : Regional
Efloresensi Primer : Papul
Warna : Serupa warna kulit
Ukuran : Lentikuler
Jumlah : Multipel
Konfluens : (+)
Efloresensi Sekunder: (-)
Konfigurasi : Konfluens
Juni 2015
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan histopatologi
F. RESUMETelah diperiksa seorang wanita berusia 54 tahun. Dari autoanamnesa pada tanggal
15 Juni 2015 pukul 09.30 WIB didapatkan:
Tonjolan daging pada lengan bawah kanan sejak 1 bulan yang lalu yang mem-
besar perlahan
4
Regio : Dorsum manus
Distribusi : Regional
Efloresensi Primer : Papul
Warna : Serupa warna kulit
Ukuran : Lentikuler
Jumlah : Multipel
Efloresensi Sekunder: (-)
Konfigurasi : Konfluens (+)
Juni 2015
Tonjolan pada punggung tangan kanan sejak lebih dari 1 tahun yang lalu disertai
kebiasaan menggaruk pada tonjolan tersebut.
Pemeriksaan fisik dan status generalis dalam batas normal.
Status dermatologikus pasien :
Regio : Dorsum manus, antebrachii
Distribusi : Lokalisata
Efluoresensi Primer : Papul
Warna : Serupa warna kulit
Ukuran : Lentikuler
Jumlah : Multipel
Efluoresensi Sekunder : (-)
Konfigurasi : Konfluens
G. DIAGNOSISDiagnosis Kerja : Verucca plana
Diagnosis Banding : Verucca vulgaris, lichen planus, molluscum contagiosum
H. PENATALAKSANAANa.Non-medikamentosa
Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya : penyakit diakibatkan HPV,
bersifat residif
Hindari menggaruk atau manipulasi lainnya pada lesi
a. Medikamentosa
Bahan keratolitik, bahan kaustik. Contohnya asam salisilat 15% topikal.
Lindungi kulit sekitar dengan petrolatum atau pasta atau vaseline, berikan
asam salisilat pada daerah hiperkeratotik.
R/ Asam salisilat 15% cream no. I
S . u. e. 1 dd applic part dol
I. PROGNOSIS Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
5
Juni 2015
Ad kosmetikam : Dubia
Ad sanationam : Dubia ad malam
J. PEMERIKSAAN LANJUTAN Melakukan kunjungan ke dokter spesialis kulit jika keluhan menetap dan dirasakan
mengganggu sehingga dapat ditatalaksana lebih lanjut : cryosurgery, electrosurgery,
CO2 laser surgery.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Veruka atau yang lebih dikenal dengan “kutil” merupakan proliferasi jinak pada kulit
dan mukosa yang disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV). HPV merupakan
virus DNA yang terdiri lebih dari 100 tipe.1 Dapat menyerang kulit dan mukosa ekstremitas,
genital serta mukosa laring dan mulut. Virus ini tidak menunjukkan gejala dan tanda yang
akut melainkan terjadi secara lambat serta adanya ekspansi fokal dari sel epitel. Walaupun
bersifat jinak, tetapi beberapa tipe HPV dapat bertransformasi menjadi neoplasma. Bentuk
klinis yang ditimbulkan bermacam-macam, yaitu veruka vulgaris (common warts), veruka
plana (flat warts), veruka plantaris (plantar warts), genital warts. Selain itu, HPV dapat
menyebabkan penyakit yang disebut epidermodysplasia verruciformis.2
Epidemiologi
Veruka dapat terjadi pada semua usia. Insiden meningkat pada masa sekolah dan
puncaknya terjadi pada saat dewasa muda. Berdasarkan penelitian, 3-20% anak sekolah
memiliki kutil (veruka), dari 1000 anak yang berusia di bawah 16 tahun yang mendatangi
rumah sakit di Cambrige, United Kingdom pada tahun 1950-an terdapat 70% anak yang
menderita veruka vulgaris, 24% plantar warts, 3,5% plane warts, 2% filiform warts dan 0,5%
menderita anogenital warts. Masa inkubasi dapat bervariasi dari beberapa minggu hingga
lebih dari satu tahun.Timbulnya veruka dapat terjadi setelah 20 bulan terinfeksi.3
Veruka vulgaris juga dapat terjadi pada semua usia. Prevalensi terbanyak pada usia 5-
20 tahun. Dan hanya 15% terjadi setelah usia 35 tahun.1 Seringnya merendam tangan ke
dalam air merupakan faktor risiko terjadinya veruka vulgaris. Insiden veruka vulgaris pada
6
Juni 2015
tukang daging (butchers) tinggi.
PatogenesisMunculnya infeksi HPV dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk lokasi lesi,
jumlah dari virus yang menginfeksi, frekuensi kontak dan status imun seseorang. Pengaruh
imun dan genetik yang rentan terhadap infeksi HPV belum dapat dimengerti sepenuhnya.
Penelitian infeksi papilloma virus pada hewan, dimana resistensi terhadap ancaman virus
berhubungan dengan adanya neutralizing anti-capsid antibodies dan serum atau
immunoglobulin G dari hewan yang resisten dapat menimbulkan proteksi melalui transfer
pasif.1
Infeksi HPV terjadi melalui inokulasi virus ke dalam epidermis yang viable yaitu
melalui defek pada epitelium.Veruka dapat menyebar baik dengan kontak langsung ataupun
tak langsung.Dapat melalui kulit yang trauma, abrasi maupun maserasi kulit merupakan
predisposisi untuk inokulasi virus ini.Veruka biasanya terdapat pada pasien yang
mendapatkan tranplantasi ginjal ataupun organ tubuh solid lainnya.Bisa juga pada pasien
yang sedang mendapatkan terapi imunosuppresan, yang dapat meningkatkan risiko terjadi
keganasan kulit. Non-genital warts biasanya mengenai usia anak dan dewasa muda
sedangkan anogenital warts transmisinya dapat terjadi melalui hubungan seksual.1,3
Gambaran klinisVeruka biasa muncul 2-9 bulan setelah inokulasi.Terdapat periode infeksi subklinik
yang panjang dan mungkin awal terjadinya infeksi tidak tampak.Permukaan veruka yang
kasar mungkin mengganggu kulit yang berdekatan sehingga dapat terjadi inokulasi pada
bagian kulit yang berdekatan tersebut, timbulnya veruka baru berlangsung beberapa pekan
hingga beberapa bulan.Gambaran klinis yang muncul juga tergantung dari tipe HPV yang
menginfeksi.
Veruka vulgaris atau common warts disebabkan oleh infeksi HPV tipe 2 dan sebagian
kecil berasal dari HPV tipe 1,4,7 serta tipe HPV lainnya juga mungkin bisa menyebabkan
veruka vulgaris. Biasanya veruka vulgaris berlokasi pada tangan terutama pada jari dan
telapak tangan.Meskipun sebenarnya dapat terjadi di bagian tubuh manapun dimana
penyebarannya secara autoinokulasi.Biasanya muncul tanpa gejala.Jika mengenai lipatan
kuku ataupun bagian bawah kuku maka dapat merusak pertumbuhan kuku. Periungual warts
lebih sering terjadi pada orang yang suka menggigit kukunya lesi biasanya konfluen dan
7
Juni 2015
melibatkan lipatan kuku bagian proksimal dan lateral dan mungkin dapat menyebar ke bibir
dan lidah biasanya pada separuh bagian tengah. Jika tumbuh di dekat mata maka
berhubungan dengan terjadinya konjungtivitis dan keratitis.Dapat pula berlokasi disekitar
genitalia, tetapi hanya sekitar 1-2%. Pada laki-laki hampir selalu menyerang batang penis.2,3
Pada veruka vulgaris terjadi hiperplasia semua lapisan epidermis, dapat terlihat
hiperkeratosis dengan area parakeratosis, serta lapisan malpighi dan granular menebal. Lesi
berupa papul atau nodul berduri, bersisik, kasar yang dapat ditemukan pada permukaan kulit
di berbagai tempat di tubuh, dapat tunggal maupun berkelompok, ukuran bervariasi mulai
dari pinpoint hingga lebih dari 1 cm, tetapi rata-rata 5 mm. Bertambahnya ukuran lesi
berlangsung beberapa pekan hingga beberapa bulan. Lesi berwarna abu-abu dengan
permukaan yang kasar sehingga disebut verrucous.Pada beberapa kasus didapatkan mother
wart yang berkembang dan tumbuh lambat dalam waktu yang lama.Dan kemudian secara
tiba-tiba muncul veruka yang baru. Pada permukaan veruka tersebut, terlihat titik-titik hitam
yang kecil, yang merupakan bekuan darah akibat dilatasi kapiler.1,2,3
DiagnosisGambaran klinis, riwayat penyakit, papul yang membesar secara perlahan biasanya
sudah sangat membantu untuk membangun diagnosis veruka. Pemeriksaan histologi dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Lesi seperti keratosis seboroik, keratosis solar,
nevi, akondron, hiperplasia kelenjar sebasea, klavi, granuloma piogenik kecil, karsinoma sel
skuamous dapat menyerupai veruka.1
Diagnosis bandingnya untuk pasien ini adalah molluscum contagiosum dan lichen
planus yaitu lesi papul berukuran lentikuler dengan warna menyerupai warna kulit penderita.
Pengobatan verucca vulgarisTerapi pada veruka vulgaris disesuaikan dengan lokasi tubuh yang terkena, usia
pasien, status imun pasien, derajat ketidaknyamanan baik secara fisik maupun emosional dan
jika ada terapi sebelumnya. Veruka vulgaris yang muncul pada anak tidak memerlukan
pengobatan khusus karena biasanya dapat regresi sendiri.1,2 Namun, mekanismenya sampai
saat ini belum diketahui secara pasti, diduga sistem imun seluler dan humoral berperan
terhadap regresi spontan veruka vulgaris.
Penatalaksanaan untuk pasien dilakukan elektrokauterisasi. Elektrokauterisasi ini
efektivitasnya tinggi dalam menghancurkan jaringan yang terinfeksi dan HPV, serta
8
Juni 2015
kontraindikasi untuk pasien dengan cardiacpacemakers. Teknik ini diawali dengan anestesi
lokal.
Penatalaksanaan lainnya :
- Krioterapi merupakan pilihan utama untuk hampir semua veruka vulgaris. veruka
seharusnya dibekukan secara adekuat dimana dalam waktu 1-2 hari akan timbul lepuh
sehingga akan menjadi lebih lunak. Idealnya pengobatan dilakukan setiap 2 atau 3 pekan
sampai lepuh terkelupas.Komplikasi dari krioterapi diantaranya terjadinya hipopigmentasi
dan timbul jaringan parut (skar).
- Asam salisilat merupakan terapi lini pertama dalam tatalaksana verucca. Penelitian
membandingkan tatalaksana verucca plantaris dengan asam salisilat 50% dengan krioterapi
dengan hasil yang tidak jauh berbeda antara keduanya pada 12 minggu dan 6 bulan setelah
terapi. Harga yang murah menjadi keuntungan dibandingkan krioterapi yang lebih mahal.
fek keratolitik asam salisilat mampu membantu mengurangi ketebalan veruka dan
menstimulasi respon inflamasi.
- Cantharidin adalah ekstrak dari kumbang yang menyebabkan nekrosis epidermal dan
pembentukan bulla.
- Trichloroacetic acid adalah zat kaustik yang menyebabkan nekrosis jaringan. Podofilin
adalah agen sitotoksik yang sering digunakan sebagai terapi kutil genital.
- Asam aminolevulanat adalah agen fotosensitizer (diberikan bersama blue light) yang
terbukti efektif dalam menangani verucca plana.
- Imiquimod adalah agen yang terbukti menghilangkan verucca dengan memicu respons
imun.
- 5-Flurorouracil adalah agen kemoterapeutik topikal yang digunakan untuk keratosis
aktinik. Dibuktikan efektif sebagai terapi verucca bersama dengan oklusi setiap hari selama
satu bulan.
- Tretinoin adalah asam retinoat topikal yang terbukti efektif dalam terapi verucca plana.
- Glutaraldehid merupakan agen virusidal yang terdiri dari 10% glutaraldehid dalam etanol
cair atau dalam formulasi bentuk gel. Pengobatan hanya terbatas pada lesi di tangan.Efek
samping yang dapat terjadi adalah dermatitis kontak. Nekrosis kutaneus dapat terjadi
walaupun sangat jarang.1,2,3
- Bleomisin memiliki efikasi yang tinggi dan penting untuk pengobatan veruka vulgaris
terutama yang keras. Bleomisin yang digunakan memiliki konsentrasi 1 unit/ml yang
9
Juni 2015
diinjeksikan di dekat bagian bawah veruka hingga terlihat memucat.mSaat injeksi terasa nyeri
sehingga pada beberapa pasien dapat diberikan anestesi lokal. Efek samping yang pernah
dilaporkan adalah timbulnya skar dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan yang luas.1,2
- Pengobatan dengan dinitrochlorobenzene (DNCB) dilaporkan mampu meresolusi veruka
pada 85% kasus. Caranya: DNCB dilarutkan dalam aseton, kolodion atau petrolatum. Dosis
awal DNCB dengan konsentrasi 2-5 %, tetapi dapat diturunkan menjadi 0,2-0,5% jika timbul
reaksi yang berat.Veruka mulai pecah setelah sekali hingga dua puluh kali pengobatan, tetapi
rata-rata dibutuhkan 2-3 bulan pengobatan. Efek samping dari penggunaan DNCB yaitu
pruritus, nyeri lokal, dan dermatitis eksematous ringan.2
- Laser karbondioksida dapat digunakan untuk pengobatan beberapa variasi dari veruka baik
pada kulit maupun mukosa. Pengobatan ini efektif untuk menghilangkan beberapa jenis
veruka, seperti periungual dan subungual warts.3
Pencegahan kutil
1. Jangan menyikat, menjepit, menyisir, atau mencukur daerah yang berkutil untuk menghindari
penyebaran virus.
2. Jangan menggunakan pemotong kuku yang sama pada kutil anda selagi anda gunakan pada
kuku yang sehat.
3. Jangan gigit kuku andi jika anda memiliki kutil didekat kuku.
4. Jangan mencungkil kuku karena dapat menyebabkan virus.
5. Rajin mencuci tangan dan kulit secara teratur dan benar.
6. Mandi dua kali sehari sehingga kebersihan kulit senantiasa terjaga.
7. Bila terdapat luka kecil atau luka parutan, bersihkan dengan sabun dan air hangat serta
langsung dikeringkan.
8. Kenakan selalu alas kaki, bila perlu yang tahan air atau anti selip terutama saat
menggunakan fasilitas umum.
Prognosis pada pasien ini adalah bonam walaupun veruka vulgaris dapat berulang (bersifat
residif). Dicari faktor predisposisinya serta pasien harus bisa menjaga kebersihan diri sendiri
dan lingkungan.
10
Juni 2015
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Freedeberg IM et al. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Ed 7. Vol 2.
New York: McGraw Hill Book Co. 2008.
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Viral disease. Dalam: Andrews diseases of the
skin. Ed 10. 2008; 403-13
3. Sterling JC. Virus infection. Dalam: Burns T et al (ed). Rook’s Text Book Of Derma-
tology. Ed 7. Vol 4. 2004; 25.37-53
4. http://emedicine.com/derm/topic457.htm
5. http://www.mayoclinic.com/health/commonwarts/DS00370/SECTION=1
6. Handoko R. Penyakit Virus. Dalam: Adhi Djuanda. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2008. Hal 111-112.
7. Retrieved from : http://www.dermpathdiagnostics.com/assets/Verruca%20Vul-
garis.pdf Accessed : 16 June 2015
8. Retrieved from : http://emedicine.medscape.com/article/1133317-treatment Accessed
on : 16 June 2015
11