cerpen - kuka n lobo

16
SINOPSIS (by. Jessica Liliyan (SMA 4 Pontianak)) 1. (suka pakai penutup kepala) namanya : LOBO masuk skolah favorit (SMA) untuk menemukan guru yg pas di hatinya, nim nya sangat tinggi, hampir sempurna : 39,80 2. Namun, selama dia di sekolah itu, dia tidak pernah menujukkan kelihaiannya dalam pelajaran bahkan penampilannya pun tidak senonoh “Dengan alasan belum pernah menemukan guru yang cocok di sekolahnya sejak dia masuk sekolah.” 3. Dia dikucilkan & dianggap hanya mencontek saja saat UN. 4. Ada seorang anak yang nilainya lebih rendah darinya, Nim : 39,74 dan anak tersebut lah yg mengucilkan si Ardi. 5. Hingga suatu ketika seorang guru baru pun masuk, dia mengajar ilmu biology. 6. Mulai ketika itulah, Ardi menemukan guru (KAKU) idamannya. Karena seperti yg ia ketahui kalau guru2 di sekolahnya terkenal otoriter, taat peraturan, dsb.

Upload: muhammad-yahya

Post on 14-Nov-2015

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cerita yang bagus

TRANSCRIPT

SINOPSIS (by. Jessica Liliyan (SMA 4 Pontianak))1. (suka pakai penutup kepala) namanya : LOBO masuk skolah favorit (SMA) untuk menemukan guru yg pas di hatinya, nim nya sangat tinggi, hampir sempurna : 39,802. Namun, selama dia di sekolah itu, dia tidak pernah menujukkan kelihaiannya dalam pelajaran bahkan penampilannya pun tidak senonoh Dengan alasan belum pernah menemukan guru yang cocok di sekolahnya sejak dia masuk sekolah.3. Dia dikucilkan & dianggap hanya mencontek saja saat UN.4. Ada seorang anak yang nilainya lebih rendah darinya, Nim : 39,74 dan anak tersebut lah yg mengucilkan si Ardi.5. Hingga suatu ketika seorang guru baru pun masuk, dia mengajar ilmu biology.6. Mulai ketika itulah, Ardi menemukan guru (KAKU) idamannya. Karena seperti yg ia ketahui kalau guru2 di sekolahnya terkenal otoriter, taat peraturan, dsb.7. Memang pada saat masuk, guru itu tidak menonjolkan dirinya seperti guru. Dan sempat diremehkan oleh para anak-anak. Tetapi, setelah dia mengajar, charisma-nya. WOW.8. Setelah Ardi menemukan sosok guru idamannya, tiba-tiba dia menghilang tanpa kabar

Kau mau pergi ke mana? Saya tidak mengizinkan kau keluar! Duduk lagi sana. teriak Pak Hansen lengkap dengan logat bahasa Bataknya.Lobo hanya diam tak berkutik di hadapan Pak Hansen sambil menyisipkan kedua tangannya ke dalam saku celana abu-abunya. Anak-anak 10 IPA 2 hanya memperhatikan tiap-tiap adegan di mana Lobo dan Pak Hansen akan bermain mulut, namun sepertinya hari ini Lobo sedang malas untuk meladeni Pak Hansen. Hal itu sangat jelas terlihat dari raut wajahnya.Aku bilang duduk sana, kenapa kau diam hah!Dengan wajah malasnya, Lobo pergi meninggalkan posisi berdirinya tadi. Tanpa menghiraukan apapun yang akan terjadi, karena yang terpenting sekarang ialah menyejukkan hati dan pikirannya. Pak Hansen terus melanjutkan ocehannya di dalam kelas. Mendengus kesal beberapa kali. Tetapi pada akhirnya dia meminta maaf atas penundaan jam pelajaran Fisikanya selama satu jam itu yang hanya digunakan untuk mengumpat si Lobo.***Lobo merenggangkan kedua tangannya ke atas dengan malas, sesekali dia menguap karena sehabis bangun dari tidur siangnya di atas meja kantin sekolahnya. Jam pelajaran masih berlangsung, jadi dia masih memuaskan dirinya untuk bolos masuk kelas. Dia seperti ini pun bukan karena dia benar-benar malas, melainkan dia belum menemukan guru yang cocok dengan tipe belajarnya.Sebab belum menemukan guru yang cocok itu juga lah yang membuatnya muak dengan semua pelajaran yang sebenarnya Lobo sukai, semisal pelajaran berbau angka atau lebih tepatnya ilmu pengetahuan alam. NIM-nya juga sangat tinggi dan hampir mencapai kesempurnaan untuk level SMP saat dia akan masuk SMA kala itu, 39,83. Jadi wajar saja dia dijuluki si pintar, si malas, dan si nakal.Guru-guru di sekolahnya pun sangat taat aturan, otoriter, dan terkesan kaku. Makanya Lobo lebih suka keluar dari kelasnya daripada harus membusuk di kelas setiap enam hari berturut-turut.Bu saya ke kelas dulu ya. tegurnya sambil melambaikan tangan kirinya pada salah seorang ibu kantin.Iya.. Iya Bo.Setelah sampai di kelasnya, dekat dinding. Dia memperlambat langkahnya, dan dia mendapati beberapa pembicaraan yang melibatkan namanya di dalamnya. Lagi-lagi tentang NIM dan keburukannya.Lobo menggaruk-garuk bagian sisi belakang kepala yang sebenarnya tidak gatal. Lalu menghela nafas panjang. Niatnya untuk masuk serta bersantai ria di dalam kelas menjadi sirna. Dan sepertinya dia harus kembali lagi ke kantin guna bermalas-malasan di tempat itu.Ketika dia membalikkan bahunya, tiba-tiba dia menabrak seseorang. Sebuah tas transparan dan bewarna hijau di tepinya yang berisikan berkas-berkas serta beberapa alat tulis jatuh berserakan. Tanpa basa-basi Lobo segera menolong seorang lelaki dengan perkiraan sementara bahwa lelaki itu berumur 27-29 tahun. Setelah dia merasa semua barang-barang tersebut terkumpul, Lobo mengembalikannya dengan seutas senyum tipis di bibirnya.Terimakasih ya,Sama-sama. Maaf saya tadi tidak melihat Mas saat mau membalikkan badan.Oke tidak apa-apa. Kamu kelas berapa? lelaki itu melirik lengan baju kanan Lobo, mencari sesuatu di sana.Kelas 10, ya? tanyanya lagi.Lobo tidak menjawab, dia tahu kalau lelaki yang dipanggil Mas ini pasti melihat tanda kelasnya berupa tanda seperti huruf V memanjang di lengan baju putihnya. Dan hanya terdapat satu tanda saja yang berarti kelas 10. Lobo juga tidak merasa curiga pada lelaki ini mengenai apakah dia merupakan guru di sini atau bukan dikarenakan penampilannya yang berantakan dengan setelan kemeja beserta celana jeans biru. Dan tampak seperti seorang sales.Lelaki itu tersenyum sambil menyibakkan poni panjangnya ke belakang hingga tengkuk menggunakan jemari kirinya. Kemudian lelaki itu berjalan satu langkah ke depan mendahului Lobo dan berbisik di sampingnya Saya duluan ya,Akhirnya Lobo mengangguk mengerti tanpa menolehkan wajahnya pada lelaki tersebut. Membiarkannya menghilang dari hadapannya.***Pak Ahmed memasuki kelas diikuti dengan seorang lelaki jangkung dan berambut gondrong. Lobo hanya mengangkat kedua alisnya ketika menatap lelaki itu dari celah di samping buku komik yang sedang dia baca sekarang ini. Dan ternyata lelaki itu ialah lelaki yang dia temui kemarin pagi di koridor dekat kelasnya.Lobo berpikir bahwa lelaki itu memang benar-benar ingin menawarkan barang dagangannya, tetapi rasanya menjadi tidak masuk akal. Lalu dia mengambil kesimpulan bahwa lelaki itu akan menawarkan bimbel atau apalah itu. Lobo menopang dagunya dan memegang buku komik Naruto Shippuden di tangan kirinya sembari meraih beberapa lembar tisu untuk menyumbat lubang pendengarannya. Sebab Pak Ahmed sudah memulai pidato panjangnya di depan kelas ditemani lelaki itu pula. Tidak lupa dia membungkus komik dengan buku cetak biologi agar kesannya bahwa dia sedang belajar. Trik klasik untuk menipu mata guru.Sepertinya Tobi mulai bergerak. Ah, kebetulan saya juga suka cerita Naruto. Lelaki itu tersenyum simpul, namun ternyata apa yang dikatakan olehnya beberapa detik lalu tidak juga digubris oleh Lobo. Dengan perasaan penasaran, tatapan lelaki tersebut terhenti pada satu titik lalu dengan gerak cepat dia pun menarik paksa gumpalan tisu dari telinga Ardi.Seketika Lobo tergelak. Alisnya bertaut. Menandakan bahwa dirinya sedang dikuasai aura yang kurang menyenangkan. Dan sejak kapan lelaki itu telah berdiri di samping mejanya?Aku tidak menganggumu kan? Jadi kembalikan tisu itu padaku sekarang. Lobo mulai berbicara dengan tatapan mencekam.Ini, lelaki itu memberikan gumpalan tisu tersebut.Lobo kembali pada kesibukannya, dia tidak peduli dengan hal yang barusan terjadi. Toh orang itu bukan guru atau siapa-siapanya bukan? Untuk apa juga menghormati orang seperti itu yang bahkan penampilannya tidak dapat dikategorikan orang berpendidikan.Baiklah, saya akan memperkenal diri. Nama saya Kuka Stira. Kuka menyapu rambut gondrongnya dari ubun-ubun hingga tengkuk.Kuka membalik tubuh jangkungnya menghadap papan tulis. Mengambil spidol yang ada di sana. Menuliskan beberapa informasi mengenai dirinya.Umur saya 21 tahun, saya anak tunggal. Dan makanan favorit saya tumis kacang panjang. Kalau mau menghubungi saya bisa kalian cari di Facebook dengan nama Kuka Stira.Heh, 21 tahun? Dugaanku salah ternyata. Lobo menggumam malas sambil membalik lembar komik selanjutnya. Lalu dia menutup sebagian indera penglihatannya dengan penutup kepala berbahan wol.Dalam hitungan menit, ada seorang perempuan yang menanyakan darimana Kuka berasal. Kuka tersenyum kecil.Maaf ya, kalau tentang itu tidak bisa bapak beritahu, nanti kalian pada ngunjungin ke rumah bapak pula. kata Kuka diiringi cekikikan renyah.Perempuan itu menyerah guna menanyakan hal-hal pribadi Kuka. Dan pada akhirnya Kuka menyuruh anak-anak menaruh seluruh peralatan tulis yang seharusnya memang digunakan dalam proses jam belajar. Namun kali ini? Sangat berbeda dengan lainnya. Apa lagi yang mau dia perbuat kali ini? Aneh. ucap Lobo. Dia menghela nafas kasar.Begitu juga dengan anak-anak yang lain, mereka sangat gusar karena permintaan gurunya yang di luar perkiraan mereka. Ah, tetapi mereka memilih menurut saja daripada harus berdebat tidak penting nantinya.Kuka menyibukkan dirinya mempersiapkan seperangkat alat elektronik untuk menampilkan power point sepertinya. Itulah yang dipikirkan seluruh anak-anak 10 IPA 1 saat ini.Namun, dugaan siswa-siswi tadi salah. Kuka ternyata memutar video tanpa suara.Baru saja Lobo menaikkan bahu, membawa komik kesayangan, handphone, dan earphone. Dia terpana. Bola mata cokelatnya membelalak dengan indah yang ditutupi lipatan kelopak mata, berkedip beberapa kali dalam semenit.Tanpa sadar, setengah perjalanan yang Lobo lakukan untuk keluar kelas terhenti. Terhenti karena guru satu ini cara mengajarnya sangat berbeda dari yang lain.Berbekal seperangkat alat untuk presentasi dan video ajaibnya, Kuka mampu menunjukkan apa itu arti dari pelajaran biologi sebenarnya. Kuka juga sanggup membius para penonton yang didominasi pelajar ini. Serta memasukkannya menjadi satu tanpa harus pusing-pusing mencatat.Belum lagi Kuka menghidupkan lagu melalui speaker yang dibawanya. Dia memutar lagu bergenre klasik, jazz, pop secara bergantian sebagai penggiring proses belajar mengajar. Tidak perkenankan adanya aturan saat dia mengajar, makan atau minum saja diperbolehkan.Inikah alasannya mengapa guru tersebut tidak mau ada peralatan tulis menulis menghiasi meja murid-murid di kelas ini?Pelan-pelan Lobo kembali duduk ke tempatnya semula. Dia langsung menyingkirkan komiknya dan menatap video itu tanpa berkedip.Seketika semangat dalam dirinya berapi-api bagaikan gunung yang hampir meletus. Semangat juga guru yang diidam-idamkannya selama ini akhirnya datang dan muncul di hadapannya sekarang.***Sejak kali pertama Kuka mengajar menggantikan Pak Ahmed itulah Lobo menjadi suka dengan pelajaran-pelajaran yang sudah dia tinggalkan. Sungguh memberikan efek besar bagi Lobo.Dan mereka kini menjadi seperti seorang teman, kakak-beradik. Ya begitulah mereka, terkadang jika Lobo ada masalah pasti Lobo akan menceritakannya pada Kuka. Ataupun ketika suatu pelajaran eksak yang tidak dia mengerti, pasti Lobo akan pergi ke tempat tongkrongan biasa untuk menemui Kuka di sana.Bahkan terkadang Lobo dan Kuka akan bermain futsal bersama dengan teman sepantaran Kuka. Dan Lobo merupakan lelaki yang paling muda di antaranya.Kesan-kesan yang diberikan oleh Kuka pun tidak tanggung-tanggung. Beberapa nasihat baik diingatnya meski terkadang rada aneh karena penampilan Kuka yang sama sekali tidak mencerminkan sosok seorang lelaki dewasa atau beribawa. Pak Kuka adalah satu-satunya guru yang belum pernah aku temui di mana pun itu, gumamnya dalam hati sambil menulis rangkaian kata. Alias tugas Bahasa Indonesia yaitu menulis karangan cerita dengan tema Seseorang. Yang pasti dan tak lain, Lobo akan memilih Pak Kuka sebagai Seseorang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya.Mungkin semua telah berubah, berubah menjadi lebih baik. Tetapi apakah perubahan itu hanya dipandang baik oleh satu orang, bagaimana dengan yang lain?Hari demi hari, jam demi jam, detik demi detik, Kuka menjauh. Menjauh tanpa bayang-bayang dirinya. Kuka menghilang begitu saja. Tanpa kabar. Tanpa jejak selain bekas kenangan indah di hati sebagai seorang guru muda tanpa adanya ikatan peraturan. Dia adalah lelaki bebas.Kuka itu bagaikan kunang-kunang yang bebas terbang di malam hari. Dia bercahaya, menerangi kegelapan malam yang mengelilingi. Entah sampai kapankah Kuka akan menghilang? Ada secercah harapan memenuhi tebing hati, tapi nyatanya harapan tersebut kandas, jatuh sampai akhir.Tidak ada gunanya.Tiba-tiba bunyi dentingan alarm handphone milik Lobo membangunkannya untuk sadar dari bunga mimpi yang tidak menyenangkan itu. Dan kembalilah Lobo ke dunia nyata. Di mana seharusnya dia berada.Kuharap itu benar-benar cuma mimpi, kata Lobo sembari mengucek-ngucek kedua matanya yang basah.***Sebulan kemudianLobo kembali pada aktivitas awalnya, membaca novel The Firm. Terpampang rapi di genggaman jemarinya, serta dilapisi buku cetak tebal matematika. Sampai hari ini pun semangatnya masih pudar di ambang kehanyutan. Namun dia tidak peduli, asalkan hadir di kelas saja sudah cukup meski dicecar dengan sindiran teman-teman karena tidak menyukai kebiasaan membaca buku yang bukan seharusnya saat jam pelajaran.Lobo membalikkan halaman 77 ke halaman 78. Detik-detik itu pula lah Bu Cantri masuk ditemani seorang lelaki dengan setelan kemeja yang dipadupadankan jeans koyak di kedua belah pahanya. Tubuhnya jangkung.Ketika yang lainnya rusuh akan kehadiran lelaki tampan itu, Lobo menjadi penasaran terhadap rupa yang dielu-elukan oleh para perempuan kelas ini.Setampan apa sih dia? Lobo berkata.Diletakkannya novel tersebut dan menaikkan penutup kepala berbahan wol itu. Bewarna abu-abu.Kemudian kedua bola matanya menyorot dari ujung kaki hingga ubun-ubun kepala. Tidak satupun dari sekian jumlah organ luar lelaki itu dilewati dengan bebas dari sorot tajamnnya.Beberapa kali dia mengucek matanya hingga kemerah-merahan. Dan segesit mungkin dia berdiri tegak di posisi tempat duduknya sambil berteriak.PAK KUKA?????

THE END