chapter ii 3
DESCRIPTION
rumusan masalahTRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar Citra Digital
Citra digital adalah gambar dua dimensi yang dapat ditampilkan pada layar
monitor komputer sebagai himpunan berhingga (diskrit) nilai digital yang disebut
pixel (picture elements). Pixel adalah elemen citra yang memiliki nilai yang
menunjukkan intensitas warna.
Berdasarkan cara penyimpanan atau pembentukannya, citra digital dapat
dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama adalah citra digital yang dibentuk oleh
kumpulan pixel dalam array dua dimensi. Citra jenis ini disebut citra bitmap
(bitmap image) atau citra raster (raster image). Jenis citra yang kedua adalah citra
yang dibentuk oleh fungsi-fungsi geometri dan matematika. Jenis citra ini disebut
grafik vektor (vector graphics). Dalam pembahasan skripsi ini, yang dimaksud
citra digital adalah citra bitmap.
Citra digital (diskrit) dihasilkan dari citra analog (kontinu) melalui
digitalisasi Digitalisasi citra analog terdiri atas penerokan (sampling) dan
kuantisasi (quantization) Penerokan adalah pembagian citra ke dalam elemen-
elemen diskrit (pixel), sedangkan kuantisasi adalah pemberian nilai intensitas
warna pada setiap pixel dengan nilai yang berupa bilangan bulat (G.W. Awcock,
1996).
Banyaknya nilai yang dapat digunakan dalam kuantisasi citra bergantung
kepada kedalaman pixel, yaitu banyaknya bit yang digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
7
merepresentasikan intensitas warna pixel. Kedalaman pixel sering disebut juga
kedalaman warna. Citra digital yang memiliki kedalaman pixel n bit disebut juga
citra n-bit.
Berdasarkan warna-warna penyusunnya, citra digital dapat dibagi menjadi
tiga macam (Marvin Chandra Wijaya,2007) yaitu:
a. Citra biner, yaitu citra yang hanya terdiri atas dua warna, yaitu hitam dan
putih. Oleh karena itu, setiap pixel pada citra biner cukup direpresentasikan
dengan 1 bit.
Gambar 2.1 citra biner
Gambar 2.2 representasi citra biner
Meskipun saat ini citra berwarna lebih disukai karena memberi
kesan yang lebih kaya dari citra biner, namun tidak membuat citra biner
mati. Pada beberapa aplikasi citra biner masih tetap di butuhkan, misalkan
citra logo instansi ( yang hanya terdiri dari warna hitam dan putih), citra
kode barang (bar code) yang tertera pada label barang, citra hasil
Universitas Sumatera Utara
8
pemindaian dokumen teks, dan sebagainya. Seperti yang sudah disebutkan
diatas, citra biner hanya mempunyai dua nilai derajat keabuan : hitam dan
putih. Pixel – pixel objek bernilai 1 dan pixel – pixel latar belakang bernilai
0. pada waktu menampilkan gambar, adalah putih dan 1 adalah hitam. Jadi
pada citra biner, latar belakang berwarna putih sedangkan objek berwarna
hitam seperti tampak pada gambar 2.1 diatas. Meskipun komputer saat ini
dapat memproses citra hitam-putih (grayscale) maupun citra berwarna,
namun citra biner masih tetap di pertahankan keberadaannya.
Alasan penggunaan citra biner adalah karena citra biner memiliki
sejumlah keuntungan sebagai berikut:
a. Kebutuhan memori kecil karena nilai derajat keabuan hanya
membutuhkan representasi 1 bit.
b. Waktu pemrosesan lebih cepat di bandingkan dengan citra hitam-
putih ataupun warna.
b. Citra grayscale, yaitu citra yang nilai pixel-nya merepresentasikan derajat
keabuan atau intensitas warna putih. Nilai intensitas paling rendah
merepresentasikan warna hitam dan nilai intensitas paling tinggi
merepresentasikan warna putih. Pada umumnya citra grayscale memiliki
kedalaman pixel 8 bit (256 derajat keabuan), tetapi ada juga citra grayscale
yang kedalaman pixel-nya bukan 8 bit, misalnya 16 bit untuk penggunaan
yang memerlukan ketelitian tinggi.
Gambar 2.3 citra grayscale (abu-abu)
Universitas Sumatera Utara
9
Citra grayscale merupakan citra satu kanal, dimana citra f(x,y)
merupakan fungsi tingkat keabuan dari hitam keputih, x menyatakan
variable kolom atau posisi pixel di garis jelajah dan y menyatakan variable
kolom atau posisi pixel di garis jelajah. Intensitas f dari gambar hitam putih
pada titik (x,y) disebut derajat keabuan (grey level), yang dalam hal ini
derajat keabuannya bergerak dari hitam keputih. Derajat keabuan memiliki
rentang nilai dari Imin sampai Imax, atau Imin < f < Imax, selang (Imin,
Imax) disebut skala keabuan.
Biasanya selang (Imin, Imax) sering digeser untuk alasan-alasan
praktis menjadi selang [0,L], yang dalam hal ini nilai intensitas 0
meyatakan hitam, nilai intensitas L meyatakan putih, sedangkan nilai
intensitas antara 0 sampai L bergeser dari hitam ke putih. Sebagai contoh
citra grayscale dengan 256 level artinya mempunyai skala abu dari 0
sampai 255 atau [0,255], yang dalam hal ini intensitas 0 menyatakan hitam,
intensitas 255 menyataka putih, dan nilai antara 0 sampai 255 menyatakan
warna keabuan yang terletak antara hitam dan putih.
c. Citra berwarna, yaitu citra yang nilai pixel-nya merepresentasikan warna
tertentu Banyaknya warna yang mungkin digunakan bergantung kepada
kedalaman pixel citra yang bersangkutan. Citra berwarna direpresentasikan
dalam beberapa kanal (channel) yang menyatakan komponen-komponen
warna penyusunnya. Banyaknya kanal yang digunakan bergantung pada
model warna yang digunakan pada citra tersebut.
Gambar 2.4 Citra Berwarna
Universitas Sumatera Utara
10
Intensitas suatu pada titik pada citra berwarna merupakan
kombinasi dari tiga intensitas : derajat keabuan merah (fmerah(x,y)), hijau
fhijau(x,y) dan biru (fbiru(x,y)). Persepsi visual citra berwarna umumnya
lebih kaya di bandingkan dengan citra hitam putih. Citra berwarna
menampilkan objek seperti warna aslinya ( meskipun tidak selalu tepat
demikian ). Warna-warna yang diterima oleh mata manusia merupakan
hasil kombinasi cahaya dengan panjang gelombang berbeda.
2.2 Format Citra Digital
Citra digital dapat disimpan dalam berbagai macam format. Beberapa format citra
digital dapat memanfaatkan metode kompresi dalam penyimpanan data citra.
Kompresi yang dilakukan dapat bersifat lossy maupun lossless, bergantung kepada
jenis format yang digunakan. Kompresi yang bersifat lossy menyebabkan
penurunan kualitas citra, meskipun dalam beberapa kasus penurunan kualitas
tersebut tidak dapat dikenali oleh mata manusia. Beberapa format citra digital yang
banyak ditemui adalah BMP, JPEG, GIF, PNG, dan lain-lain.
2.2.1 Bitmap images
Kriteria yang paling penting dari citra ini adalah kedalaman warna yaitu berapa
banyak bit per pixel yang didefinisikan dari sebuah warna (Rinaldi Munir, 2005).
Bitmap dengan mengikuti kriteria tadi maka dapat dilihat:
a. 8 bit = 256 warna (256 gray scales).
b. 24 bit = 16.777.216 warna
Universitas Sumatera Utara
11
Gambar 2.5 warna bitmap
Secara umum dapat dikatakan semakin banyaknya warna, maka akan
diperlukan keamanan yang ketat atau tinggi dikarenakan bitmap memiliki area
yang sangat luas dalam sebuah warna yang seharusnya dihindarkan. Dilihat dari
kedalaman atau kejelasan dari sebuah warna, bitmap dapat mengambil sejumlah
data tersembunyi dengan perbandingan sebagai berikut (ukuran ratio dari bitmap
dalam byte = ukuran dari data yang disembunyikan) :
1. 8 bit = 256 warna : 8 : 1
2. 24 bit = 16.777.216 warna : 8 : 1
Perbandingan tersebut diperoleh dari penentuan LSB dalam suatu byte,
untuk citra 8 bit letak LSB adalah pada bit terakhir sedangkan untuk citra 24 bit
letak LSB adalah pada bit ke-8, bit ke-16 dan bit ke 24 dimana masing-masing
byte mewakili warna merah (red), warna hijau (green) dan warna biru (blue).
Manipulasi pada bitmap tidak dapat dikonvert atau diubah ke dalam bentuk
format grafik yang lain karena data tersembunyi dalam file tersebut akan hilang.
Format menggunakan metode komperesi yang lain (seperti JPEG) tidak di
gunakan dalam skripsi ini. Mengurangi ukuran dari carrier file sangatlah penting
untuk melakukan transmisi online, yaitu dengan menggunakan utilitas kompresi
(seperti : ARZ, LZH, PKZIP, WinZip), dikarenakan kerja mereka tidak terlalu
berat.
Universitas Sumatera Utara
12
2.2.2 GIF
Graphic Interchange Format (GIF, dibaca jiff ,tetapi kebanyakan orang
menyebutnya dengan giff ) yang dibuat oleh Compuserve pada tahun 1987 untuk
menyimpan berbagai gambar dengan format bitmap menjadi sebuah file yang
mudah untuk diubah pada jaringan koputer. GIF adalah file format graphic yang
paling tua pada Web, dan begitu dekatnya file format ini dengan web pad saat itu
sehingga para Browser menggunakan format ini.
File GIF dapat disimpan dalam dua jalan yaitu secara berurutan (Dari atas
ke bawah) dan pembagian dengan baris ( 8 baris, 4 baris dan 2 baris). Pembagian
baris pada gambar dengan resolusi gambar yang rendah dengan cepat dimana
secara gradual datangnya untuk menjadikan lebih focus , dengan expense dari
penambahan kapasitas file.
Terdapat dua tipe dari GIFs, antara lain:
1. GIF87a: support dengan interlacing dan kapasitas dari beberapa file.
Teknik itu dinamakan GIF87 karena pada tahun 1987 standar ini
ditemukan dan dijadikan standar.
2. GIF89a: adalah kelanjutan dari spesifikasi GIF87a dan penambahan
pada transparency, pemberian tulisan dan animasi dari text dan grafik.
2.2.3 JPEG
Joint Photograpic Experts (JPEG , dibaca jay-peg) di rancang untuk kompresi
beberapa full-color atau gray-scale dari suatu gambar yang asli, seperti
pemandangan asli di dunia ini. JPEGs bekerja dengan baik pada continous tone
images seperi photographs tetapi tidak terlalu bagus pada ketajaman gambar dan
seni pewarnaan seperti penulisan, kartun yang sederhana atau gambar yang
mengunakan banyak garis. JPEG sudah mendukung untuk 24-bit color depth atau
sama dengan 16,7 juta warna (224 = 16.777.216 warna), progressive JPEGs (p-
Universitas Sumatera Utara
13
JPEGs) adalah tipe dari beberapa persen lebih kecil dibandingkan baseline JPEGs:
Tetapi keuntungan dari JPEG dan tipe-tipenya telihat pada langkah-langkahnya
sama seperti interlaced GIFs.
JPEG adalah algoritma kompresi secara lossy. JPEG bekerja dengan
merubah gambar spasial dan merepresentasikan kedalam pemetaan frekueunsi.
Discrete Cosine Transform (DCT) dengan memisahkan antara informasi frekuensi
yang rendah dan tinggi dari sebuah gambar. Informasi frekuensi yang tinggi akan
diseleksi untuk dihilangkan yang terikat pada pengaturan kualitas yang digunakan.
Kompresi dengan tingkatan yang lebih baik , tingkatan yang lebih baik dari
informasi yang dihilangkan. Waktu Kompresi dan dekompresi dilaksanakan
dengan simetris. JPEG Group’s (IJG) decoder lebih ditingkatkan kemampuannya
dibandingkan dengan encodernya. Manakala, ketika diperlihatkan 8 bits,
mengurangi kuantisasi warna yang lambat. Banyak para penjual JPEG
menawarkan untuk mempercepat hasil dari JPEG, kuantisasi warna dan kualitas
dengan mengimplementasikan IJG.
JPEG dirancang untuk mengeksploitasi tingkatan dari mata kita yakni
bahwa mata kita tidak akan dapat mebedakan perubahan yang lambat terang dan
warna dibandingkan dengan perbedaan suatu jarak apakah jauh atau dekat. Untuk
itu JPEG sangat baik digunkan pada fotografi dan monitor 80-bit. JPEG
sebenarnya hanyalah algoritma kompresi, bukan merupakan nama format file. File
yang biasa disebut JPEG pada jaringan sebenarnya adalah JFIF (JPEG File
Interchange Format).
2.3 Steganografi
2.3.1 Sejarah dan Defenisi Steganografi
Steganografi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
menyembunyikan suatu informasi “rahasia” di dalam suatu informasi lainnya
Universitas Sumatera Utara
14
(Jonathan Cummins, 2004). Steganografi merupakan seni penyembunyian pesan
ke dalam pesan lainnya sedemikian rupa sehingga orang lain tidak menyadari ada
sesuatu di dalam pesan tersebut. Kata steganografi (steganography) berasal dari
bahasa Yunani yaitu steganos yang artinya tersembunyi atau terselubung dan
graphein, yang artinya menulis, sehingga kurang lebih artinya adalah “menulis
tulisan yang tersembunyi atau terselubung” Teknik ini meliputi banyak sekali
metoda komunikasi untuk menyembunyikan pesan rahasia. Metliputi penggunaan
tinta yang tidak tampak, microdots, pengaturan kata, tanda tangan digital, jalur
tersembunyi dan komunikasi spektrum lebar.
Catatan pertama tentang steganografi ditulis oleh seorang sejarawan
Yunani, Herodotus, yaitu ketika Histaeus seorang raja kejam Yunani dipenjarakan
oleh Raja Darius di Susa pada abad 5 Sebelum Masehi. Histaeus harus mengirim
pesan rahasia kepada anak laki-lakinya, Aristagoras, di Militus. Histaeus menulis
pesan dengan cara mentato pesan pada kulit kepala seorang budak dan ketika
rambut budak itu mulai tumbuh, Histaeus mengutus budak itu ke Militus untuk
mengirim pesan di kulit kepalanya tersebut kepada Aristagoras.
Cerita lain tentang steganografi datang juga dari sejarawan Yunani,
Herodotus, yaitu dengan cara menulis pesan pada papan kayu yang ditutup dengan
lilin. Demeratus, seorang Yunani yang akan mengabarkan berita kepada Sparta
bahwa Xerxes bermaksud menyerbu Yunani. Agar tidak diketahui pihak Xerxes,
Demaratus menulis pesan dengan cara mengisi tabung kayu dengan lilin dan
menulis pesan dengan cara mengukirnya pada bagian bawah kayu, lalu papan kayu
tersebut dimasukkan ke dalam tabung kayu, kemudian tabung kayu ditutup
kembali dengan lilin.
Pada abad 20, steganografi benar-benar mengalami perkembangan. Selama
berlangsung perang Boer, Lord Boden Powell (pendiri gerakan kepanduan) yang
bertugas untuk membuat tanda posisi sasaran dari basis artileri tentara Boer, untuk
alasan keamanan, Boden Powell menggambar peta-peta posisi musuh pada sayap
kupu-kupu agar gambar - gambar peta sasaran tersebut terkamuflase.
Universitas Sumatera Utara
15
Perang Dunia II adalah periode pengembangan teknik-teknik baru
steganografi. Pada awal Perang Dunia II walaupun masih digunakan teknik tinta
yang tak terlihat, namun teknik-teknik baru mulai dikembangkan seperti menulis
pesan rahasia ke dalam kalimat lain yang tidak berhubungan langsung dengan isi
pesan rahasia tersebut, kemudian teknik menulis pesan rahasia ke dalam pita
koreksi karbon mesin ketik, dan juga teknik menggunakan pin berlubang untuk
menandai kalimat terpilih yang digunakan dalam pesan, teknik terakhir adalah
microdots yang dikembangkan oleh tentara Jerman pada akhir Perang Dunia II.
Dari contoh-contoh steganografi konvensional tersebut dapat dilihat bahwa
semua teknik steganografi konvensional berusaha merahasiakan komunikasi
dengan cara menyembunyikan pesan ataupun mengkamuflase pesan. Maka
sesungguhnya prinsip dasar dalam steganografi lebih dikonsentrasikan pada
kerahasian komunikasinya bukan pada datanya
Seiring dengan perkembangan teknologi terutama teknologi komputasi,
steganografi merambah juga ke media digital, walaupun steganografi dapat
dikatakan mempunyai hubungan erat dengan kriptografi, tetapi kedua metode ini
sangat berbeda.
2.4 Manfaat Steganografi
Steganografi adalah sebuah pisau bermata dua, ia bisa digunakan untuk alasan-
alasan yang baik, tetapi bisa juga digunakan sebagai sarana kejahatan.
Steganografi juga dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk
menyembunyikan informasi rahasia, untuk melindunginya dari pencurian dan dari
orang yang tidak berhak untuk mengetahuinya. Steganografi juga dapat digunakan
oleh para teroris untuk saling berkomunikasi satu dengan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
16
Proses
2.5 Metode Steganografi
Steganografi merupakan salah satu cara untuk menyembunyikan suatu pesan / data
rahasia di dalam data atau pesan lain yang tampak tidak mengandung apa-apa,
kecuali bagi orang yang mengerti kuncinya (Jonathan Cummins, 2004). Dalam
bidang keamanan komputer, steganografi digunakan untuk menyembunyikan data
rahasia saat enkripsi tidak dapat dilakukan atau bersamaan dengan enkripsi. Jadi,
walaupun enkripsi berhasil dipecahkan (decipher) pesan / data rahasia tetap tidak
terlihat.
Gambar 2.6 Proses Steganography
Universitas Sumatera Utara
17
Proses
Steganografi mempunyai proses yang berbeda dengan kriptografi dimana
pesan rahasia yang ingin dikirimkan tidak di acak melainkan disembunyikan pada
penampungnya seperti pada gambar 2.6 diatas. Hal ini sangat menguntungkan
karena akan mengurangi keinginan seseorang untuk memeriksa file tersebut.
Gambar 2.7 Proses Cryptography
Selain itu, pada kriptografi pesan disembunyikan dengan “diacak” sehingga pada
kasus-kasus tertentu dapat dengan mudah mengundang kecurigaan seperti terlihat
pasa gambar 2.7, sedangkan pada steganografi pesan “disamarkan” dalam bentuk
yang relatif “aman” sehingga tidak terjadi kecurigaan itu. Steganografi dapat
digunakan pada berbagai macam bentuk data, yaitu image, audio, dan video.
Gambar 2.8 Sistem Steganografi
fE
fE-1
Cover*
emb*
Stego
Cover
emb
Key Key
Universitas Sumatera Utara
18
Gambar 2.8 menunjukkan sebuah sistem steganografi umum dimana
dibagian pengirim pesan (sender), dilakukkan proses embedding (Fe) pesan yang
hendak dikirim secara rahasia (emb) ke dalam data cover sebagai tempat
meyimpannya (cover), dengan menggunakan kunci tertentu (key), sehingga
dihasilkan data dengan pesan tersembunyi di dalamnya (stego). Di bagian
penerima pesan (recipient), dilakukan proses extracting (fE-1
) pada stego untuk
memisahkan pesan rahasia (emb) dan data penyimpan (cover) tadi dengan
menggunakan kunci yang sama seperti pada proses embedding tadi. Jadi hanya
orang yang tahu kunci ini saja yang dapat mengekstrak pesan rahasia tadi. Proses
tadi dapat direpresentasikan secara lebih jelas pada gambar 2.9 di bawah.
Gambar 2.9 Versi grafis dari sistem Steganografi
Secara garis besar, teknik penyembunyian data dengan steganografi adalah
dengan cara menyisipkan sepotong demi sepotong informasi asli pada sebuah
media, sehingga informasi tersebut tampak kalah dominan dengan media
pelindungnya
Dalam penulisan ini, penulis membatasi teknik yang digunakan adalah
modifikasi LSB, dan teknik – teknik steganografi lainnya diberikan hanya sebagai
pengantar dalam pembahasan steganografi.
Cover
Image
Cover
Image
Embedding
Function(FE)
Extracting
Function(FE-1
)
Key Key
110010100011
101100011101
100001011011
100110101000
111001000111
100001101011
110010100011
101100011101
100001011011
100110101000
111001000111
100001101011
Universitas Sumatera Utara
19
2.5.1 Metode Least-Significant Bit
Penyembunyian data dilakukan dengan mengganti bit-bit data yang tidak terlalu
berpengaruh di dalam segmen citra dengan bit-bit data rahasia (Jonathan
Cummins, 2004), Pada susunan bit di dalam sebuah byte (1 byte = 8 bit), ada bit
yang paling berarti (most significant bit atau MSB) dan bit yang paling kurang
berarti (least significant bit atau LSB). Berikut contoh sebuah susunan bit pada
sebuah byte:
11010010
MSB = Most Siginificant Bit LSB = Least Significant Bit
Bit yang cocok untuk diganti adalah bit LSB, sebab perubahan tersebut
hanya mengubah nilai byte satu lebih tinggi atau satu lebih rendah dari nilai
sebelumnya. Misalkan byte tersebut menyatakan warna merah, maka perubahan
satu bit LSB tidak mengubah warna merah tersebut secara berarti. Lagi pula, mata
manusia tidak dapat membedakan perubahan yang kecil.
Misalkan segmen data citra sebelum perubahan:
00110011 10100010 11100010 10101011 00100110
10010110 11001001 11111001 10001000 10100011
Segmen data citra setelah pesan ‘1110010111‘ disembunyikan:
00110011 10100011 11100011 10101010 00100110
10010111 11001000 11111001 10001001 10100011
Universitas Sumatera Utara
20
Untuk memperkuat teknik penyembunyian data, bit-bit data rahasia tidak
digunakan mengganti byte-byte yang berurutan, namun dipilih susunan byte secara
acak. Misalnya jika terdapat 50 byte dan 6 bit data yang akan disembunyikan,
maka maka byte yang diganti bit LSB-nya dipilih secara acak, misalkan byte nomor
36, 5, 21, 10, 18, 49.
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar 2.10 Proses Penempatan Bit Pesan
Untuk membangkitkan bilangan acak maka digunakan algoritma
pembangkit bilangan acak semu (pseudo-random number generator).
( ) pcaXX n mod01 +=+
dimana Xn+1 , adalah bilangan acak yang dihasilkan.
p adalah jumlah pixel dikali 3 (tiga), dimana tiap pixel citra 24 bit memiliki
tiga komponen warna yaitu red, green dan blue masing-masing 1 byte (8
bit).
a adalah pengali (multiplier)
c adalah penambah (increment)
0X adalah nilai awal (seed or start value)
Ukuran data yang akan disembunyikan bergantung pada ukuran citra
penampung. Pada citra 24-bit yang berukuran 256 x 256 pixel terdapat 65536
pixel, setiap pixel berukuran 3 byte (komponen RGB), berarti seluruhnya ada
65536 x 3 = 196608 byte. Karena setiap byte hanya bisa menyembunyikan satu bit
di LSB-nya, maka ukuran data yang akan disembunyikan di dalam citra maksimum
Universitas Sumatera Utara
21
196608/8 = 24576 byte Ukuran data ini harus dikurangi dengan panjang nama
berkas, karena penyembunyian data rahasia tidak hanya menyembunyikan isi data
tersebut, tetapi juga nama berkasnya.
Untuk memperkuat keamanan, data yang akan disembunyikan dapat
dienkripsi terlebih dahulu. Sedangkan untuk memperkecil ukuran data, data
dimampatkan sebelum disembunyikan. Bahkan, pemampatan dan enkripsi dapat
juga dikombinasikan sebelum melakukan penyembunyian data.
2.6 Kriteria Steganografi yang Baik
Steganografi yang dibahas di sini adalah penyembunyian data di dalam citra digital
saja. Meskipun demikian, penyembunyian data dapat juga dilakukan pada wadah
berupa suara digital, teks, ataupun video.
Penyembunyian data rahasia ke dalam citra digital akan mengubah kualitas
citra tersebut (Jonathan Cummins, 2004). Kriteria yang harus diperhatikan dalam
penyembunyian data adalah:
a. Fidelity. Mutu citra penampung tidak jauh berubah. Setelah penambahan
data rahasia, citra hasil steganografi masih terlihat dengan baik. Pengamat
tidak mengetahui kalau di dalam citra tersebut terdapat data rahasia.
b. Robustness. Data yang disembunyikan harus tahan terhadap manipulasi
yang dilakukan pada citra penampung (seperti pengubahan kontras,
penajaman, pemampatan, rotasi, perbesaran gambar, pemotongan
(cropping), enkripsi, dan sebagainya). Bila pada citra dilakukan operasi
pengolahan citra, maka data yang disembunyikan tidak rusak.
c. Recovery. Data yang disembunyikan harus dapat diungkapkan kembali
(recovery). Karena tujuan steganografi adalah data hiding, maka sewaktu-
waktu data rahasia di dalam citra penampung harus dapat diambil kembali
untuk digunakan lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara