chapter ii

8
TINJAUAN PUSTAKA Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982) diacu oleh Rukmini (2012) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Sub Kingdom : Metazoa Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Osteichtyes Sub.Class : Acanthopterygii Ordo : Percomorphy Sub Ordo : Percoidei Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Species : Oreochromis niloticus Ikan nila umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, tetapi toleransi yang luas terhadap salinitas sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang biak pada perairan payau dengan salinitas yang disukai antara 0 - 35 ‰. Ikan nila gift air tawar dapat dipindahkan ke air payau, dengan proses adaptasi yang bertahap ikan nila yang masih kecil 2 – 5 cm, lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dari pada ikan yang sudah besar. Pemindahan 7 Universitas Sumatera Utara

Upload: aksan

Post on 08-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

contoh chapter II

TRANSCRIPT

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

    Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982) diacu oleh Rukmini (2012)

    adalah sebagai berikut:

    Kingdom : Animalia

    Sub Kingdom : Metazoa

    Phylum : Chordata

    Sub Phylum : Vertebrata

    Class : Osteichtyes

    Sub.Class : Acanthopterygii

    Ordo : Percomorphy

    Sub Ordo : Percoidei

    Famili : Cichlidae

    Genus : Oreochromis

    Species : Oreochromis niloticus

    Ikan nila umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk,

    rawa, sawah dan saluran irigasi, tetapi toleransi yang luas terhadap salinitas sehingga

    ikan nila dapat hidup dan berkembang biak pada perairan payau dengan salinitas yang

    disukai antara 0 - 35 . Ikan nila gift air tawar dapat dipindahkan ke air payau,

    dengan proses adaptasi yang bertahap ikan nila yang masih kecil 2 5 cm, lebih

    tahan terhadap perubahan lingkungan dari pada ikan yang sudah besar. Pemindahan

    7

    Universitas Sumatera Utara

  • secara mendadak dapat menyebabkan ikan tersebut stress bahkan mati (Kordi, 2000

    dalam Setyo, 2006). Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu ikan

    ekonomis penting yang dibudidayakan di dunia saat ini. Namun kasus akibat parasit

    merupakan faktor pembatas yang penting dalam indusri budidaya ini.

    Penyakit

    Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat

    menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh, baik secara

    langsung maupun tidak langsung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan,

    tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu

    kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya patogen

    (penyakit). Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil

    interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad / organisme penyakit.

    Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme

    pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh

    penyakit (Kabata, 1985).

    Ikan dapat diserang berbagai macam penyakit di lingkungan alam. Demikian

    juga dalam pembudidayaan, bahkan penyakit tersebut dapat menyerang ikan dalam

    jumlah yang besar dan dapat menyebabkan kematian ikan, sehingga kerugian yang

    ditimbulkannya pun sangat besar. Penyakit-penyakit tersebut banyak yang bersifat

    infektif, tetapi faktor-faktor non-infektif juga sangat berperan. Peran ini berhubungan

    dengan dua faktor, yaitu: (1) lingkungan tempat ikan hidup, tempat ikan terkungkung

    oleh air beserta semua jenis mikroorganisme dan polusi; (2) sifat ikan yang

    Universitas Sumatera Utara

  • poikilotermis. Sifat ini mengakibatkan rendahnya tingkat metabolisme setelah air

    mengalami penurunan suhu. Kegiatan sistem kekebalan tubuh tergantung pada suhu

    (Kordi, 2004).

    Adanya informasi yang memadai mengenai cara mencegah dan mengobati

    ikan yang terserang penyakit sangat bermanfaat dalam upaya mempercepat

    pengetahuan petani ikan yang selama ini masih mengandalkan cara-cara tradisional

    dan anggapan-anggapan yang keliru. Konsep penyakit menurut Kordi (2004) dapat

    dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2. Konsep panyakit yang disebabkan oleh interaksi antara ikan, lingkungan dan patogen

    Pada pengawasan penyakit ikan, kesehatan ikan sama pentingnya dengan

    penyakit ikan. Karena kesehatan yang baik merupakan pencegahan terhadap penyakit

    yang paling ideal, yang sulit adalah menduga kesehatan ikan (Kordi, 2004). Ciri-ciri

    ikan yang stress adalah ikan yang mendapat tekanan dengan ciri-ciri warna badan

    kusam, bergerak lambat, menyendiri, gelisah atau bergerak tidak normal. Sedangkan

    Universitas Sumatera Utara

  • ciri-ciri ikan sehat adalah warna cemerlang, bergerak normal dan selalu dalam

    gerombolan dan tidak ada perubahan fisik di tubuh.

    Usaha penanggulangan terhadap beberapa penyakit telah banyak

    dilaksanakan. Penggunaan bahan kimia dan antibiotika yang terus-menerus selain

    dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan juga dikhawatirkan dapat menimbulkan

    akibat lain yaitu timbulnya pathogen yang tahan terhadap obat tersebut. Untuk itu

    diperlukan suatu cara penanggulangan penyakit yang tidak banyak menimbulkan efek

    negatif bagi lingkungan (Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 2005).

    Parasit

    Parasit adalah hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam atau pada tubuh

    organisme lain (berbeda jenis), sehingga memperoleh makanan dari inangnya tanpa

    adanya kompensasi apapun (Kordi, 2004). Infeksi yang terjadi pada ikan karena

    serangan parasit merupakan masalah yang cukup serius dibanding dengan gangguan

    yang disebabkan oleh faktor lain. Parasit bisa menjadi wabah bila diikuti oleh infeksi

    sekunder.

    Berdasarkan cara penyerangan, parasit dibedakan atas dua golongan yaitu

    golongan ektoparasit (eksternal) dan endoparasit (internal). Ektoparasit adalah parasit

    yang menyerang bagian luar kulit, sisik, lendir, dan insang. Sementara itu endoparasit

    adalah parasit yang menyerang bagian dalam (Alifudin, 1996). Ekoparasit merupakan

    kajian dalam penelitian ini.

    Universitas Sumatera Utara

  • Penanggulangan

    Ikan yang telah diserang penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan

    melalui makanan, terutama terhadap seranagan penyakit yang tidak mengakibatkan

    kematian secara tiba-tiba. Pengobatan melalui pakan sebaiknya segera dilakukan pada

    tahap awal terjadinya serangan, sebab pada saat itu ikan masih mempunyai nafsu

    makan. Keterlambatan pengobatan akan memberikan hasil yang kurang memuaskan,

    karena ikan telah kehilangan nafsu makan sehingga obat yang diberikan lebih banyak

    terbuang percuma. Prinsip pengobatan melalui makanan adalah meningkatkan daya

    tahan tubuh melalui pemberian pakan dan membunuh organisme penyebab penyakit

    dengan obat yang sengaja dicampurkan ke dalam pakan (Kordi, 2004).

    Akibat penggunaan bahan-bahan kimia, sehingga banyak mikrobia yang

    memiliki resistensi terhadap berbagai macam antibiotik sehingga bakteri-bakteri

    tersebut sangat sulit ditaklukan, sehingga tanaman herbal dapat menjadi solusi yang

    baik dalam penanggulangan penyakit ikan. Adapun tanaman herbal yang umum

    digunakan adalah bawang putih, daun sirih dan daun pepaya.

    A. Bawang Putih (Allium sativum)

    Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30

    75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Helaian

    daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang putih terdiri dari

    serabut-serabut kecil yang bejumlah banyak. Dan setiap umbi bawang putih terdiri

    dari sejumlah anak bawang (siung) yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis

    Universitas Sumatera Utara

  • berwarna putih, merupakan tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun

    (Tora, 2013).

    Syamsiah dan Tajudin(2000) diacu oleh Lukistyowati (2004) menyatakan

    bahwa jumlah daun setiap tanaman bisa mencapai lebih dari 10 helai. Bawang putih

    termasuk kelas Monocotyledone, ordo Liliflorae, family Amarylidaceae, genus allium

    dan spesies Allium sativum. Bawang putih mengandung minyak atsiri yang mudah

    menguap di udara bebas. Minyak atsiri dari bawang putih ini diduga mempunyai

    kemampuan sebagai antibakteri dan antiseptik. Bawang putih merupakan salah satu

    penakluk infeksi yang terbaik yang efektif untuk bakteri maupun virus (Plantamor,

    2009).

    Zat yang berperan memberikan aroma bawang putih yang khas adalah alisin.

    Di dalam tubuh, alisin merusak protein kuman penyakit sehingga kuman penyakit

    tersebut mati. Alisin merupakan zat aktif yang mempunyai daya antibiotik cukup

    ampuh (Syamsiah dan Tajudin diacu oleh Lukistyowati, 2004).

    Selanjutnya dijelaskan oleh Lukistyowati (2004), alisin merupakan zat anti

    mikrobial yang mempunyai kekuatan antibiotik yang dapat melawan dan membunuh

    basil-basil serta kuman penyakit seperti gonorhoe, tifus, desentri, tuberculosis. Selain

    itu menurut Lukistowati (2004) bawang putih mengandung alin yang mengalami

    metabolisme akan menghasilkan suatu enzim yang merubah alin menjadi alicin. Dan

    alicin ini berfungsi sebagai anti bakteri, mampu secara efektif membunuh kuman atau

    bakteri.

    Plantamor (2009) menyebutkan bahwa alisin merupakan salah satu zat yang

    terkandung dalam umbi bawang putih yang merupakan zat yang efektif untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • menghancurkan bakteri dan jamur. Ketika bawang ditumbuk atau digerus akan keluar

    dan menyatu dengan enzim allinase membentuk senyawa antibakteri yang setara

    dengan penisilin berkadar 1%. Alisin merupakan antibiotik alami yang diketahui

    tidak menimbulkan resistensi bakteri yang diperangi.

    Zat aktif lain yang terkandung dalam bawang putih adalah scordinin, zat ini

    diyakini dapat memberikan atau meningkatkan daya tahan tubuh (stamina) dan

    perkembangan tubuh. Hal ini disebabkan kemampuan bawang putih dalam bergabung

    dengan protein dan menguraikannya, sehingga protein tersebut mudah dicerna oleh

    tubuh (Syamsiah dan Tajudin diacu oleh Lukistyowati, 2004). Menurut Challem

    diacu oleh Lukistyowati (2004), zat scordinin berfungsi untuk meningkatkan daya

    tahan tubuh.

    B. Daun sirih (Piper betle)

    Daun sirih diketahui berdaya antioksidasi, antiseptik, bakterisida dan

    fungisida (Sugianti, 2005). Sirih (Piper betle) termasuk jenis tumbuhan merambat

    dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya mampu mencapai

    puluhan meter. Bentuk daunnya pipih menyerupai jantung, tangkainya agak panjang,

    tepi daun rata, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun

    menyirip,dan daging daun tipis. Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan

    batang pohonnya berwarna hijau tembelek atau hijau agak kecoklatan dan permukaan

    kulitnya kasar serta berkerut-kerut (Agustina, 2004).

    Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol),

    seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya

    Universitas Sumatera Utara

  • mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Kandungan di dalam daun

    sirih ini terdapat fenol, yakni betelphenol dan chavicol yang mempunyai fungsi

    sebagai antiseptik, dan dengan adanya kandungan zat aktif berupa antiseptik dalam

    daun sirih dapat dimanfaatkan untuk menghambat serta membunuh mikroorganisme

    layaknya bakteri (Kharisma 2010).

    C. Daun Pepaya (Carica papaya)

    Tanaman pepaya merupakan tanaman herbal yang sudah populer di kalangan

    masyarakat untuk pengobatan tradisional. Di dalam ekstrak daun pepaya terkandung

    papain yang memiliki aktivitas proteolitik dan anti mikroba, alkaloid carpain

    berfungsi sebagai antibakteri. Tocophenol dan flavonoid yang memiliki daya

    antimikroba. Carpain merupakan senyawa alkaloid yang khas dihasilkan oleh

    tanaman pepaya. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik. Alkaloid

    bersifat toksik terhadap mikroba, sehingga efektif membunuh bakteri dan virus,

    sebagai antiprotozoa dan antidiare, bersifat detoksifikasi yang mampu menetralisir

    racun dalam tubuh. Alkaloid diketahui mampu meningkatkan daya tahan tubuh.

    Mekanisme kerja dari alkaloid dihubungkan dengan kemampuan berinteraksi dengan

    DNA (Setiaji, 2009).

    Zat dalam daun pepaya dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh manusia

    untuk dapat melawan sel kanker. Dibandingkan dengan obat pelawan kanker lain,

    daun pepaya tidak bersifat meracuni terhadap sel tubuh yang normal, sehingga daun

    pepaya dinilai lebih aman untuk tubuh, daun papaya juga mengandung sativin yang

    berfungsi mempercepat pertumbuhan sel dan jaringan (Agriefishery, 2012).

    Universitas Sumatera Utara