chapter ii

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Menurut Almatsier (2004), Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat gizi dan atau unsur-unsur/ ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan dalam tubuh. Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Makanan yang kita konsumsi biasanya selain makanan pokok ada juga makanan jajanan (wikipedia, 2003). Makanan jajanan adalah jenis-jenis masakan yang dimakan sepanjang hari, tidak terbatas pada waktu, tempat, dan jumlah yang dimakan. Adapun fungsi makanan jajanan yang kita konsumsi menurut Moertjipto (1994) adalah : 1. Sebagai pengganti makanan utama, misalnya makanan waktu bepergian atau bekerja. 2. Menambah zat-zat yang tidak ada atau kurang pada makanan utama. 3. Sebagai hiburan. Dalam Saparinto dan Hidayati (2006), Makanan jajanan (street food) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasanya enak dan cocok dengan selera kebanyakan orang. Selain keunggulan makanan jajanan tersebut, keterbatasan waktu anggota keluarga Universitas Sumatera Utara

Upload: mufthi-setya-nuraeni

Post on 17-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Bahan Tambahan Makanan ( BTM ) atau sering disebut Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan. Bahan tambahan makanan itu ada yang memiliki nilai gizi dan ada juga yang tidak memiliki nilai gizi.

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Makanan

    Menurut Almatsier (2004), Makanan adalah bahan selain obat yang

    mengandung zat gizi dan atau unsur-unsur/ ikatan kimia yang dapat diubah menjadi

    zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan dalam tubuh. Makanan adalah

    bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh makhluk hidup

    untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Makanan yang kita konsumsi biasanya selain

    makanan pokok ada juga makanan jajanan (wikipedia, 2003). Makanan jajanan

    adalah jenis-jenis masakan yang dimakan sepanjang hari, tidak terbatas pada waktu,

    tempat, dan jumlah yang dimakan. Adapun fungsi makanan jajanan yang kita

    konsumsi menurut Moertjipto (1994) adalah :

    1. Sebagai pengganti makanan utama, misalnya makanan waktu bepergian atau

    bekerja.

    2. Menambah zat-zat yang tidak ada atau kurang pada makanan utama.

    3. Sebagai hiburan.

    Dalam Saparinto dan Hidayati (2006), Makanan jajanan (street food)

    merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di

    perkotaan maupun di pedesaan. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan

    mudah didapat, serta cita rasanya enak dan cocok dengan selera kebanyakan orang.

    Selain keunggulan makanan jajanan tersebut, keterbatasan waktu anggota keluarga

    Universitas Sumatera Utara

  • untuk mengolah makanan sendiri diperkirakan dapat meningkatkan konsumsi

    makanan jajanan.

    2.2. Manisan

    Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh

    masyarakat. Rasanya yang manis bercampur dengan rasa khas buah sangat cocok

    untuk dinikmati diberbagai kesempatan. Buah - buahan terutama berfungsi sebagai

    sumber vitamin dan mineral, tetapi pada jenis buah-buahan tertentu dihasilkan juga

    cukup banyak energi. Buah-buahan selain dapat dimakan secara langsung dapat juga

    diolah menjadi manisan buah. Menurut Sediaoetama, buah yang dijadikan manisan

    umumnya adalah buah yang aslinya tidak mempunyai rasa manis, tetapi lebih asam.

    2.2.1. Jenis Manisan

    Meskipun jenis manisan buah yang umum dipasarkan ada bermacam-macam

    bentuk dan rasanya, namun menurut Kusmiadi (2008) manisan tersebut sebenarnya

    dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu:

    1. Golongan pertama adalah manisan basah dengan larutan gula encer (gula yang

    dilarutkan dicampurkan dengan buah jambu, mangga, salak dan kedondong).

    2. Golongan kedua adalah manisan larutan gula kental menempel pada buah.

    Manisan jenis ini adalah pala, lobi-lobi dan ceremai.

    3. Golongan ketiga adalah manisan kering dengan gula utuh ( gula tidak larut

    dan menempel pada buah). Buah yang sering digunakan adalah buah mangga,

    kedondong, sirsak dan pala.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Golongan keempat adalah manisan kering asin karena unsur dominan dalam

    bahan adalah garam. Jenis buah yang dibuat adalah jambu biji, buah, mangga,

    belimbing dan buah pala.

    Menurut Sediaoetama (2006), Pengolahan buah menjadi manisan sering

    dikerjakan di Indonesia, mempergunakan gula pasir. Pada manisan buah, buah yang

    telah dikuliti dipotong potong dan direbus dalam larutan gula pasir sampai menjadi

    kering dan pekat. Buah yang digunakan sebagai manisan biasanya yang aslinya tidak

    mempunyai rasa manis, tetapi lebih masam, seperti belimbing, salak dan mangga

    mentah.

    2.3. Bahan Tambahan Pangan

    2.3.1. Pengertian Bahan Tambahan Pangan

    Bahan Tambahan Makanan ( BTM ) atau sering disebut Bahan Tambahan

    Pangan (BTP) merupakan bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk

    mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan. Bahan tambahan makanan itu ada yang

    memiliki nilai gizi dan ada juga yang tidak memiliki nilai gizi ( Yuliarti, 2007 ).

    Menurut FAO (Food and Agriculture Organization) dalam Saparinto dan

    Hidayati, bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke

    dalam makanan dengan jenis dan ukuran tertentu serta terlibat dalam proses

    pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan. Bahan ini bukan bahan utama hanya

    berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta

    memperpanjang masa simpan. Bahan Tambahan Pangan atau disebut juga Bahan

    Tambahan Makanan adalah bahan zat aditif yang ditambahkan pada pengolahan

    Universitas Sumatera Utara

  • makanan untuk meningkatkan mutu, termasuk pewarna, penyedap rasa dan aroma,

    pengawet, anti oksidan (mencegah bau tengik), penggumpal, pemucat dan pengental.

    Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang

    secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan

    kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan

    pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Pemakaian

    bahan tambahan pangan di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan. Sementara

    pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

    Menurut Codex ( badan standarisasi pangan internasional), bahan tambahan

    pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, karena

    dicampurkan secara sengaja dalam proses pengolahan pangan. Didalam peraturan

    Mentri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan juga bahwa BTP adalah

    bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan

    merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi

    yang sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud tekhnologi pada

    pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan,

    penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau

    mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.

    Menurut Winarno dalam Yuliarti (2007), BTP atau food additive yang

    digunakan harus mempunyai sifat-sifat seperti dapat mempertahankan nilai gizi

    makanan tersebut, tidak mengurangi zat-zat essensial dalam makanan, dapat

    mempertahankan mutu makanan, dan menarik bagi konsumen dan tidak merupakan

    penipuan. Menurut ketentuan yang ditetapkan, ada beberapa kategori bahan tambahan

    Universitas Sumatera Utara

  • makanan. Pertama, bahan tambahan makanan yang bersifat aman, dengan dosis yang

    tidak dibatasi. Kedua, bahan tambahan makanan yang digunakan dengan dosis

    tertentu, dan dengan demikian dosis maksimum yang penggunaannya juga sudah

    ditetapkan. Ketiga, bahan tambahan yang aman dalam dosis yang tepat, serta telah

    mendapatkan izin beredar dari instansi yang berwenang ( Yuliarti, 2007 ).

    2.3.2. Fungsi Bahan Tambahan Pangan

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 235/

    MEN/PER/VI/1979 fungsi bahan tambahan pangan yaitu :

    1. Antioksidan

    Antioksidan adalah zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi.

    Antioksidan digunakan untuk melindungi komponen-komponen makanan yang

    bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak dan minyak.

    Meskipun demikian antioksidan dapat pula digunakan untuk melindungi

    komponen-komponen lain seperti vitamin dan pigmen, yang juga banyak

    mengandung ikatan rangkap di dalama strukturnya. Contohnya:

    a. Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada

    daging olahan, kaldu, dan buah kalangan.

    b. Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan

    c. Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin

    dan mentega.

    2. Antikempal

    Anti kempal adalah senyawa anhidrat yang dapat mengikat air tanpa menjadi

    basah dan biasanya ditambahkan ke dalam bahan pangan yang bersifat bubuk

    Universitas Sumatera Utara

  • seperti garam meja, campuran kering (dry mixes). Tujuan penambahan senyawa

    anti kempal adalah untuk mencegah terjadinya penggumpalan dan menjaga agar

    bahan tersebut tetap dapat dituang(free flowing). Contoh: aluminium silikat (susu

    bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja).

    3. Pengasam, penetral, dan pendapar

    Asam, baik organik maupun anorganik, secara alami terdapat di dalam bahan

    pangan dan keberadaannya beragam, mulai dari sebagai metabolit antara sampai

    sebagai komponen pendapar (buffering agent). Asam seringkali ditambahkan ke

    dalam bahan pangan serta pada proses pengolahan pangan karena fungsinya yang

    paling penting adalah sebagai senyawa pendapar. Asam dan garamnya sering pula

    ditambahkan sebagai campuran pembentuk adonan (leavening system), sebagai

    antimikroba dan sebagai senyawa pengkelat. Asam berperan sangat penting dalam

    pembentukan gel pektin, dapat bertindak sebagai penghilang busa (defoaming

    agent) dan membantu proses denaturasi protein dalam pembuatan yogurt, keju,

    dan produk-produk fermentasi susu lainnya. Contoh: asam asetat, aluminium

    amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam sitrat, asam

    tentrat, dan natrium bikarbonat

    4. Enzim

    Bahan tambahan makanan yang berasal dari hewan, tanaman atau jasad renik

    yang dapat menguraikan makanan secara enzimatik. Biasa untuk mengatur proses

    fermentasi makanan. Contoh: amilase dari aspergillus niger untuk tepung gandum

    dan rennet dalam pembutan keju.

    5. Pemanis Buatan

    Universitas Sumatera Utara

  • Pemanis merupakan komponen bahan pangan yang umum, oleh karena itu

    agak aneh kalau dimasukkan ke dalam daftar bahan tambahan makanan. Oleh

    karena itu pemanis yang termasuk BTM adalah pemanis pengganti gula (sukrosa).

    Pemanis, baik yang alami maupun yang sintetis, merupakan senyawa yang

    memberikan persepsi rasa manis tetapi tidak (atau hanya sedikit) mempunyai nilai

    gizi (non-nutritive sweeteners).

    6. Pemutih dan Pematang

    Pemutih dan pematang tepung adalah bahan tambahan makanan yang dapat

    mempercepat proses pemutihan dan atau pernatang tepung sehingga dapat

    memperbaiki mutu pemanggangan. Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan

    kalium bromat.

    7. Penambah gizi

    Zat aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk

    memperbaiki gizi makanan. Contohnya: Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan

    vitamin D.

    8. Pengawet

    Seperti halnya pemanis, fungsi pengawet sudah sangat jelas yaitu untuk

    memperpanjang umur simpan suatu makanan dan dalam hal ini dengan jalan

    menghambat pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu sering disebut dengan

    senyawa antimikroba.

    9. Pengemulsi, pemantap, dan pengental

    Universitas Sumatera Utara

  • Bahan tambahan makanan yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan

    sistem dispersi yang homogen pada makanan.Digunakan pada produk ice cream,

    keju olahan, sardin kalengan, susu bubuk.

    10. Pengeras

    Bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya

    makanan. Contoh: aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan

    kalium glukonat (pada buah kalangan).

    11. Pewarna alami dan sintetik

    Yuliarti (2007), Pewarna Adalah bahan yang dapat memberi warna pada

    makanan, sehingga makanan tersebut lebih menarik. Pewarna makanan ada dua

    yaitu pewarna alami dan pewarna sintetik. Penggunaan pewarna alami memang

    masih menemui kendala yang bermacam-macam, misalnya harganya yang relatif

    mahal dibandingkan pewarna sintetik. Selain itu pewarna alami mudah pudar

    pada saat makan tersebut pada saat makanan tersebut diolah dan disimpan

    sehingga warnanya menjadi tidak menarik, sedangkan pewarna sintetik memiliki

    tingkat stabilitas yang lebih baik sehingga warnanya tetap cerah meskipun sudah

    mengalami proses pengolahan.

    Contoh pewarna alami antara lain : kunyit, Daun Jati, Daun Suji, Tomat, dan

    Wortel. Contoh pewarna sintetik antara lain : Sunsetyellow FCF (orange),

    Carmoisine (Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Tartrazine (kuning).

    12. Penyedap rasa dan aroma

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut Kusuma (2009), Tujuan pedagang menambahkan penyedap rasa

    adalah agar makanannya lebih enak. Tetapi penyedap rasa ini tidak dibutuhkan

    oleh tubuh. Contoh yang terbaik adalah MSG (Monosodium Glutamat), sejak

    ditemukan pada tahun 1940, MSG telah digunakan dalam berbagai makanan.

    Produk makanan cepat saji, makanan instant, makanan kaleng, makanan proses,

    makanan cemilan biasanya mengandung MSG dalam jumlah yang cukup banyak.

    1. Penyedap rasa dan aroma (flavour)

    Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan

    ester. Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil

    butirat (rasa nanas), isobutil propionat (rasa rum).

    2. Penguat rasa (flavour echancer)

    Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak

    digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenal

    dengan nama vetsin.

    13. Seskuestran

    Bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam

    makanan. Contoh: asam fosfat (pada lemak dan minyak makan), kalium sitrat

    (dalam es krim), kalsium dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA.

    2.3.3. Golongan Bahan Tambahan Pangan

    Berdasarkan sumbernya, bahan tambahan pangan dapat digolongkan menjadi

    2 golongan, yakni bahan tambahan pangan alami dan buatan.

    1. Bahan tambahan pangan alami hingga saat ini masih diminati oleh

    Masyarakat. Bahan tambahan pangan ini lebih aman bagi kesehatan dan

    Universitas Sumatera Utara

  • mudah didapat. Namun, bahan tambahan pangan memiliki kelemahan, yaitu

    relatif kurang stabil kepekatannya karena mudah terpengaruh oleh panas.

    Selain itu, dalam penggunaannya dibutuhkan dalam jumlah yang cukup

    banyak.

    2. Bahan tambahan pangan buatan atau sintetis merupakan hasil sintetis secara

    kimia. Keuntungan menggunakan bahan tambahan pangan sintetis lebih stabil,

    lebih pekat, dan penggunaannya hanya dalam jumlah sedikit. Namun

    kelemahannya, bahan ini dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping

    terhadap kesehatan, bahkan ada beberapa bahan tambahan pangan yang

    bersifat karsinogenik ( Saparinto dan Hidayati, 2006).

    2.4. Pengawet

    Pengawet pangan

    Menurut pakar gizi, secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga

    yaitu:

    adalah upaya untuk mencegah, menghambat pertumbuhan

    mikroba yang terdapat dalam pangan. Pengawetan dapat dilakukan dengan berbagai

    cara, yaitu penggunaan suhu rendah, suhu tinggi, iradiasi atau dengan penambahan

    bahan pengawet (2009). Penggunaan bahan pengawet tidak selalu menguntungkan,

    terutama apabila digunakan dalam jumlah berlebihan karena menimbulkan gangguan

    kesehatan.

    1. GRAS (Generally Recognized as Safe ) yang umumnya bersifat alami,

    sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali.

    2. ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan

    hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi atau berbahaya seperti

    boraks dan formalin. Formalin, misalnya, bisa menyebabkan kanker paru-paru

    serta gangguan pada alat pencernaan dan jantung. Sedangkan penggunaan

    boraks sebagai pengawet makanan dapat menyebabkan gangguan pada otak,

    hati, dan kulit.

    2.4.1. Pengawet Alami

    Menurut Yuliarti (2007), pengawet alami yang dapat digunakan antara lain:

    1. Chitosan

    Chitosan merupakan produk samping (limbah) perikanan khususnya

    udang. Chitosan baik digunakan untuk mengawetkan ikan. Chitosan menekan

    pertumbuhan bakteri dan kapang serta mengikat air sehingga dengan

    penambahan chitosan ikan asin akan mampu bertahan sampai tiga bulan.

    Penggunaan pengawet chitosan sangat menguntungkan karena mampu

    mempertahankan rasa dan aroma pada ikan. Penggunaan chitosan ini

    mempunyai kelemahan, yakni tidak mampu untuk mengenyalkan dan tidak

    mampu mengawetkan ikan segar.

    2. Kalsium hidroksida (kapur sirih)

    Kalsium hiroksida (kapur sirih) aman digunakan untuk mengawetkan

    bakso dan lontong maupun pengeras kerupuk serta berbagai jenis makanan.

    3. Air ki atau air abu merang

    Pengawetan mie basah dapat dilakukan dengan air ki. Air ki dapat

    mengawetkan mie dengan aman karena diperoleh dari proses pengendapan air

    dan abu merang padi. Air ki juga cukup mudah dibuat sendiri, yakni dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • cara membakar merang padi, mengambil abunya, serta mencampurkan abu

    tersebut dengan air dan mengendapkannya.

    4. Asam sitrat

    Asam sitrat dapat digunakan untuk mengawetkan ikan basah maupun

    ikan kering. Untuk mengawetkan tahu, dapat digunakan asam sitrat 0,05%

    selama 8 jam sehingga tetap segar selama 2 haripada suhu kamar. Pembuatan

    asam sitrat yakni daari air kelapa yang kemudian diberi mikroba.

    5. Buah picung ( biji kepayang )

    Buah ini dapat mengawetkan ikan segar selama 6 hari tanpa

    mengurangi mutunya. Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan

    pengawet ikan. Untuk memanfaatkannya sebagai pengawet, kepayang

    dicincanghalus dan dijemur selama 2-3 hari. Hasil cincangan tanaman ini

    kemudian dimasukkan ke dalam perut ikan laut yang telah dibersihkan isi

    perutnya. Cincangan kepayang ini memiliki evektifitas sebagai pengawet ikan

    selama 6 hari.

    6. Bawang putih dan kunyit

    Ada beberapa alternatif untuk menggantikan formalin agar makanan

    tetap awet, misalnya penggunaan kunyit pada tahu, sehingga dapat

    memberikan warna kuning dan sebagai antibiotik, sekaligus mampu

    mengawetkan tahu agar tidak cepat asam. Namun, kalu kita menghendaki tahu

    berwarna putih, dapat saja kita menggunakan air bawang putih untuk

    merendam tahu agar lebih awet dan tidak segera masam.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7. Gula Pasir

    Digunakan sebagai pengawet dan lebih efektif bila dipakai dengan

    tujuan menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai bahan pengawet,

    pengunaan gula pasir minimal 3% atau 30 gram/kg bahan. Makanan yang

    dimasak dengan kadar sukrosa/gula pasir tinggi akan meningkatkan tekanan

    osmotik yang tinggi sehingga menyebabkan bakteri terhambat. Banyak

    dipakai pada buah-buahan atau sirup dengan bahan dasar buah-buahan, seperti

    manisan buah.

    2.4.2. Cara Pengawetan Alami

    a. Dengan Garam

    Salah satu metode pengawetan alami yang sudah dilakukan

    masyarakat luas selama bertahun-tahun adalah penggunaan garam atau NaCl.

    Larutan garam yang masuk ke dalam jaringan diyakini mampu menghambat

    pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, sehingga makanan

    tersebut jadi lebih awet.

    Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih

    lama dibanding dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa

    hari atau jam saja. Contohnya ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila

    diasinkan bisa disimpan selama berminggu-minggu. Tentu saja prosedur

    pengawetan ini perlu mendapat perhatian karena konsumsi garam secara

    berlebihan bisa memicu penyakit darah tinggi. Apalagi jika keluarga si anak

    memiliki riwayat hipertensi.

    b. Dengan Suhu Rendah

    Universitas Sumatera Utara

  • Metode lain yang dianggap aman adalah pengawetan dengan

    menyimpan bahan pangan tersebut pada suhu rendah. Suhu di bawah nol

    derajat Celcius mampu memperlambat reaksi metabolisme, disamping

    mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang bisa merusak makanan.

    Prosedur pengawetan melalui pembekuan ini bisa membuat makanan

    awet disimpan selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Meski begitu,

    kualitas makanan yang dibekukan tetap saja berkurang sedikit dibandingkan

    makanan segarnya. Selain itu, pembekuan juga berpengaruh terhadap rasa,

    tekstur dan warna maupun sifat-sifat lain dari makanan tersebut.

    c. Dengan Pengeringan

    Cara lain yang juga kerap dilakukan untuk mengawetkan makanan

    adalah pengeringan karena air bebas merupakan faktor utama penyebab

    kerusakan makanan. Semakin tinggi kadar air dalam makanan tertentu, maka

    semakin cepat proses kerusakannya. Melalui proses ini, air yang terkandung

    dalam bahan makanan akan diminimalkan. Dengan begitu, mikroorganisme

    perusak makanan tidak bisa berkembang biak.

    Seperti halnya makhluk hidup yang kita jumpai sehari-hari, baik

    jamur, kuman, maupun bakteri memerlukan air untuk bisa bertahan hidup.

    Namun agar hasilnya bisa maksimal, proses pengeringan harus berjalan

    sempurna. Jika tidak, jamur dan mikroba tetap bisa tumbuh pada makanan yang

    berarti tidak aman lagi dikonsumsi (Praputranto, 2009).

    2.5. Bahan Pengawet Yang Diizinkan Namun Kurang Aman

    Universitas Sumatera Utara

  • Beberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek

    negatif jika dikonsumsi oleh individu tertentu, semisal yang alergi atau

    digunakan secara berlebihan.

    a. Kalsium Benzoat

    Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil

    toksin (racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat

    mempengaruhi rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat

    memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Asam benzoat

    digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari

    buah, sirup, dan ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada

    penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat

    bisa memicu terjadinya serangan asma.

    b. Sulfur Dioksida (SO2)

    Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah

    kering, kacang kering, sirup dan acar. Meski bermanfaat, penambahan bahan

    pengawet tersebut berisiko menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat

    serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi.

    c. Kalium nitrit

    Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi

    dalam air. Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan

    ikan dalam waktu yang singkat. Sering digunakan pada daging yang telah

    dilayukan untuk mempertahankan warna merah agar tampak selalu segar,

    semisal daging kornet.

    Universitas Sumatera Utara

  • Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan

    yang diawetkan. Untuk nitrat 0,2% atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari

    jumlah tersebut bisa menyebabkan keracunan, selain dapat mempengaruhi

    kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh,

    menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan

    muntah-muntah.

    d. Kalsium Propionat/Natrium Propionat

    Keduanya yang termasuk dalam golongan asam propionat sering

    digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet

    ini biasanya digunakan untuk produk roti dan tepung. Untuk bahan tepung

    terigu, dosis maksimum yang disarankan adalah 0,32% atau 3,2 gram/kg

    bahan. Sedangkan untuk makanan berbahan keju, dosis maksimumnya adalah

    0,3% atau 3 gram/kg bahan. Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut

    bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.

    e. Natrium Metasulfat

    Natrium Metasulfat sering digunakan pada produk roti dan tepung

    sama seperti kalsium dan natrium propionat. Bahan pengawet ini diduga bisa

    menyebabkan alergi pada kulit.

    f. Asam Sorbat

    Menurut Praputranto (2009), beberapa produk beraroma jeruk,

    berbahan keju, salad, buah dan produk minuman kerap ditambahkan asam

    sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat

    perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan asam sorbat (mg/l) dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • makanan berturut-turut adalah sari buah 400; sari buah pekat 2100; squash

    800; sirup 800; minuman bersoda 400.

    2.6. Bahan Pengawet yang Tidak Aman dan Dampak terhadap kesehatan

    a. Natamysin

    Bahan yang kerap digunakan pada produk daging dan keju ini, bisa

    menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.

    b. Kalium Asetat

    Makanan yang asam umumnya ditambahi bahan pengawet ini. Padahal

    bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.

    c. Butil Hidroksi Anisol (BHA)

    Biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur,

    shortening, keripik kentang, pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis

    ini diduga bisa menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker

    (Praputranto, 2009)

    d. Asam borat (boric acid)

    Asam Borat (H3BO3) adalah senyawa berwarna putih, tidak berbau

    dan terdapat dalam berbagai bentuk baik berbentuk kristal, granular, dan

    bubuk. Asam Borat banyak digunakan untuk industri gelas, keramik,

    elektronik, farmasi dan fotografi. Efek negatif Boraks pada kesehatan

    manusia adalah terjadinya akumulasi (penumpukan) pada otak, hati dan

    ginjal. Pemakaian dalam jumlah banyak dapat menyebabkan demam,

    depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan,

    Universitas Sumatera Utara

  • kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia, kejang, pingsan, koma

    bahkan kematian.

    e. Asam Salisilat dan garamnya (salicylic acid dan its salt)

    Asam salisilat memiliki rumus kimia C7H6O3.Penggunaan asam

    salisialt dalam pangan ditambahkan sebagi aroma penguat rasa.Komposisi

    asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% C7H6O3

    f. Dulsin (dulcin)

    ,berbentuk

    hablur ringan tak berwarna, atau serbuk berwarna putih dengan rasa agak

    manis dan tajam, biasanya tak berawarna tetapi serbuknya mengiritasi

    hidung.

    Dulsin atau dulcin juga dikenal dengan nama perdagangan sucrol,

    valsin merupakan senyawa p-etoxiphenil-urea,p-phenetilurea atau p-

    phenetolkarbamida dengan rumus C9H12N2O2

    g. Kalium klorat (potassium chlorate)

    . Dulsin dalam bahan

    pangan digunakan sebagi pengganti sukrosa bagi orang yang perlu diet

    karena dulsin tidak memiliki nilai gizi.

    Potasium klorat atau kalium klorat yang memiliki rumus kimia KCL

    seperti bahan klorat lain adalah bahan oksidator umum yang ditemui di

    laboratorium kimia. Bahan ini merupakan oksidator yang relatif kuat.

    Kalium klorat diproduksi dalam skala besar untuk industri kembang api

    korek api, peledak, dan antiseptik.

    h. Kloramfenikol (chloramphenicol)

    Universitas Sumatera Utara

  • Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein

    kuman. Yang dihambat adalah enzim peptidil transferase yang berperan

    sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses

    sintesis protein kuman. Kloramfenikol dapat menimbulkan kemerahan

    kulit, Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, dan sakit kepala.

    i. Nitrofurazon (nitrofurazone)

    Nitrofurazon memiliki sifat, berwarna kuning muda, berasa pahit,

    terukur pada panjang gelombang maksimum 375 nm. Larut sangat baik

    dalm air dengan perbandingan 1:4200 dan larutan dalam alkohol dengan

    perbandingan 1: 590, dalam propylene glycol dengan perbandingan

    1:350.Dapat larut dalam larutan alkalin dengan menunjukkan warna jingga

    terang.Tidak larut dalam eter. Memiliki pH larutan jenuh 6 6,5.

    pemberian secara oral dapat menyebabkan skin lessison pada kulit serta

    infeksi pada kandung kemih.

    j. Formalin (formaldehyde)

    Formalin merupakan gas formaldehid yang tersedia dalam bentuk

    larutan 40% (40% gas formaldehid dalam air ). Bahan ini dengan mudah

    dapat diperolah di toko kimia dengan nama dagang formol, formalin, atau

    mikrobisida dengan rumus molekul CH2O. Formalin bisa berbentuk cairan

    jernih, tidak berwarna, dan berbau menusuk, uapnya merangsang selaput

    lendir hidung dan tenggorokan, dan rasa membakar, atau berbentuk tablet

    dengan berat masing masing 5 gram. Kandungan formalin yang tinggi

    dalam tubuh juga meneyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat

    Universitas Sumatera Utara

  • karsinogenik dan bersifat mutagenic, serta orang yang mengonsumsi akan

    muntah, diare bercampur darah, dan kematian yang disebabkan kegagalan

    dalam peredaran darah.

    2.7. Sumber bahan pengawet

    Sumber bahan pengawet dapat digolongkan menjadi 2 golongan sebagai berikut:

    1. Senyawa Organik

    Pengawet berasal dari senyawa organik biasanya digunakan untuk produk-

    produk olahan nabati seperti roti, sari buah, selai dan jeli. Kandungan garam

    dalam bahan pengawet organik mudah larut dalam air, contohnya asam sorbat,

    asam propionat, dan asam asetat.

    2. Senyawa Anorganik

    Pengawet yang berasal dari senyawa anorganik contohnya SO2

    2.8. Pengawet Natrium Benzoat

    , garam

    natrium, kalium sulfit, bisulfit, metabisulfit, nitrit, dan nitrat. Senyawa anorganik

    yang sering digunakan adalah senyawa nitrit dan nitrat dalam bentuk garam.

    Selain untuk mencegah tumbuhnya bakteri Clostridium botolinum, senyawa

    tersebut juga berfungsi untuk mempertahankan warna dan menghambat

    pertumbuhan mikroba ( Saparinto dan Hidayati, 2006).

    Pengawet natrium benzoat dengan rumus kimia C7H5O2Na merupakan bahan

    yang dapat ditambahkan secara langsung ke dalam makanan yang bentuknya kristal

    putih atau dapat dilarutkan terlebih dahulu di dalam air atau pelarut lainnya. Natrium

    benzoat lebih efektif digunakan dalam makanan yang asam sehingga banyak

    Universitas Sumatera Utara

  • digunakan sebagai pengawet di dalam sari buah-buahan, jeli, sirup dan makanan

    lainnya yang mempunyai pH rendah (Winarno, 1980).

    Mekanisme kerja natrium benzoat sebagai bahan pengawet adalah

    berdasarkan permeabilitas membran sel mikroba terhadap molekul-molekul asam

    benzoat. Penggunaan bahan pengawet natrium benzoat tidak selalu aman terutama

    jika digunakan dalam jumlah yang berlebihan.

    2.8.1. Dampak Pengawet Natrium benzoat terhadap kesehatan

    Pengkonsumsian natrium benzoat secara berlebihan dapat menyebabkan

    keram perut, rasa kebas dimulut bagi orang yang lelah. Pengawet ini memperburuk

    keadaan juga bersifat akumulatif yang dapat menimbulkan penyakit kanker dalam

    jangka waktu panjang dan ada juga laporan yang menunjukkan bahwa pengawet ini

    dapat merusak sistem syaraf ( Awang, 2003).

    2.8.2. Acceptable Daily Intake ( ADI ) Natrium benzoat

    Acceptable Daily Intake ( ADI ) adalah suatu batasan berapa banyak konsumsi

    bahan tambahan makanan yang dapat diterima dan dicerna setiap hari seumur hidup

    tanpa mengalami resiko kesehatan. ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen.

    ADI dinyatakan dalam satuan mg bahan tambahan makanan per kg berat badan. ADI

    untuk natrium benzoat adalah 1 g/kg berat badan (Winarno dan Rahayu,1994).

    2.9. Buah Salak

    Buah salah (Salacca Edulis) salah satu buah tropis yang banyak diminati oleh

    orang Jepang, Amerika, dan Eropa. Buah ini memiliki kandungan gizi yang cukup

    tinggi dan dapat dikonsumsi sebagai buah segar maupun diolah sebagai manisan.

    Daging buah ini mengandung kalsium, tanin, saponin, dan flavonoida.

    Universitas Sumatera Utara

  • Salak (Salacca edullis) merupakan tanaman asli Indonesia, termasuk ordo

    Spadiciflorde, family Palmae (Santoso, 1990). Tanaman salak termasuk tanaman

    yang tidak berbatang sejati, berumah dua, berakar serabut, berbatang keras tetapi

    tidak mudah rebah. Tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian antara 0-700 meter

    diatas permukaan laut pada tanah yang subur dan gembur.

    Kandungan gizi buah salak pondoh dalam tiap 100 gram buah salak segar

    menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan (1981), dapat dilihat sebagai berikut:

    Tabel 2.1. Kandungan Gizi Buah Salak Per 100 gram Buah

    No Kandungan gizi Proporsi

    1 Kalori 77 kal

    2 Protein 0,40 g

    3 Karbohidrat 20,90 g

    4 Kalsium 28,00 mg

    5 Fosfor 18,00 mg

    6 Zat Besi 4,20 mg

    7 Vitamin B 0,04 mg

    8 Vitamin C 2,00 mg

    9 Air 78,00 mg

    10 Bagian yang dimakan 50 %

    Jika dilihat dari tabel diatas, maka dapat dikatakan buah salak pondoh

    merupakan salah satu sumber karbohidrat alami, disebabkan kandungan

    karbohidratnya yang mencapai 20,90 gram per 100 gram buah.

    2.10. Buah Mangga

    Universitas Sumatera Utara

  • Mangga tergolong (Magnifera indica) kelompok buah batu berdaging

    dengan bentuk, ukuran, warna, dan citarasa (aroma-rasa-tekstur) beraneka. Kendati

    bentuk, ukuran, warna, dan citarasa buah mangga beragam. Dari segi gizi semuanya

    hampir tidak jauh berbeda. Mangga ranum segar mengandung air sekitar 82 persen,

    vitamin C 41 mg, dan energi/kalori 73 Kal per 100 gram. Pada setiap 100 gram

    mangga muda, mangga yang masih mentahterkandung air lebih kurang 84 persen,

    vitamin C 65 mg, dan energi 66 Kal. Energi dalam mangga muda rendah karena lebih

    banyak mengandung zat pati, yang akan berubah menjadi gula dalam proses

    pematangan.

    Sebagian besar energi mangga berasal dari karbohidrat berupa gula, yang

    membuatnya terasa manis. Kandungan gula ini didominasi oleh gula golongan

    sukrosa. Kandungan gula dalam mangga berkisar 7-12 persen. Namun, jenis mangga

    manis dapat mencapai 16-18 persen.

    2.11. Buah Kedondong

    Kedondong (spondias dulcis forst) merupakan tanaman buah yang umumnya

    ditemui pada daerah tropis. Biasanya dalam bahasa Inggris orang sering menyebutnya

    dengan ambarella, otaheite apple, atau great hog plum. Dalam setiap Negara maupun

    daerah, nama buah ini berbeda-beda seperti di Asia Tenggara biasa disebut :

    kedondong (Indonesia & Malaysia), hevi (Filipina), gway (Myanmar), mokah

    (Kamboja), kook kvaan (Laos), makak farang (Thailand), dan co'c (Vietnam). Selain

    itu kedondong juga disebut Kadondong (Sunda), kedondong (Jawa), Kedundung

    (Madura), Kacemcem (Bali), Inci (Bima,NTT), Karunrung (Makasar), dan Dau kaci

    (Bugis).

    Universitas Sumatera Utara

  • Dalam setiap 100 gram bagian buah kedondong yang dapat dimakan ini

    biasanya mengandung 60-80 gram air, 0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-

    10,5 gram sukrosa, dan 0,85- 3,60 gram serat. Dimana daging buahnya ini merupakan

    sumber vitamin C dan zat besi sedangkan buah yang belum matang mengandung

    pektin sekitar 10%. Daun, kulit batang dan kulit akar Spondias dulcis ini juga

    mengandung saponin, flavonoida, dan tanin.

    2.12. Membuat Manisan Buah

    Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh

    masyarakat.

    2.12.1. Bahan dan Alat

    1. Buah yag masih mengkal/setengah matang

    2. Gula pasir

    3. Kapur sirih

    4. Natrium benzoat

    5. Garam dapur

    6. Panili

    7. Air matang

    Alat : Pisau, Saringan, Baskom, Kompor

    2.12.2. Cara Membuat Manisan Buah

    Cara Pembuatan :

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Kupas buah kemudian dicuci dan dipotong-potong dengan ukuran 2 x 2 cm, khusus

    untuk buah yang keras, rebus irisa dalam air mendidih selama 3 menit kemudian

    tiriskan.

    2. Rendam dalam air panas ( 50 gr dalam 1 ltr air) selama 2 jam lalu tiriskan

    3. Rendam lagi dalam air kapur (1 sdm kapur sirirh dalam 1,5 lt air) selama 24 jam,

    lalu tiriskan,

    4. Masukkan gula pasir dalam 2,5 lt air, aduk sampai rata. Tambahkan garam dan

    natrium benzoat lalu panaskan hingga mendidih,

    5. Masukan potongan buah kedalam larutan gula yang sedang mendidih sampai buah

    tersebut setengah matamg. Angkat panci dari kompor dan diamkan (rendam) 1

    malam, lalu tiriskan,

    6. Panaskan air gula sisa penirisan dan tambahkan vanili lalu masukkan lagi potongan

    buah tersebut. Angkat panci dari kompor dan diamkan 1 malam.

    7. Untuk mendapatkan manisan basah, tiriskan buah , sedangkan air gula sisa

    penirisan terakhir dapat diolah lebih lanjut dengan menambahkan 1/2 kg gula.

    Panaskan sampai kental kemudian didinginkan. Setelah dingin siap di kemas sebagai

    hasil samping sirup buah .

    2.13. Kerangka Konsep

    Zat Pengawet Natrium benzoat

    Pemeriksaan laboratorium

    Permenkes No. 722

    tahun 1988

    Ada

    Tidak ada

    Memenuhi syarat

    Tidak Memenuhi syarat

    Manisan a. Buah Mangga b. Buah Salak c. Buah Kedon- dong

    Universitas Sumatera Utara