chapter ii.pdf

24
30 BAB II BATASAN INVENSI YANG DAPAT DI MOHONKAN PATENNYA DI INDONESIA A. Pengertian Invensi Invensi menurut pengertian katanya merupakan suatu penciptaan yang menurut Dr. Soelistyo, S.H. LLM. adalah suatu wujud nyata dari suatu ciptaan, yang mengandung makna dapat dibaca, didengar, atau dilihat sesuai dengan bentuk ciptaannya. 29 Menurut UU Paten Pasal 1 angka 2 invensi adalah ide dari inventor yang dituangkan kedalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan terhadap suatu produk ataupun proses. 30 Invensi merupakan ide yang lahir dari proses intelektualitas inventor yang membuahkan hasil dalam bentuk benda materil yang dapat diterapkan dalam proses industri. 31 Istilah invensi digunakan untuk penemuan dan istilah inventor digunakan untuk penemu. Istilah penemuan diubah menjadi invensi, dengan alasan istilah invensi berasal dari invention yang secara khusus digunakan dalam kaitannya dengan paten. Dengan ungkapan lain, istilah invensi jauh lebih tepat bila dibandingkan penemuan, karena penemuan memiliki banyak sekali arti dalam katanya, dapat saja diartikan sebagai mendapatkan, menghasilkan sesuatu yang bhilang, jika dilihat dalam bahasa lain contohnya bahasa Inggris juga dikenal pengertian penemuan dalam kata to discover, to find, 29 Dr. Henry Soelistyo, S.h. LL.M, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hal 51. 30 Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. 31 Pasal 2 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. Universitas Sumatera Utara

Upload: danuindrawardhana

Post on 03-Oct-2015

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 30

    BAB II

    BATASAN INVENSI YANG DAPAT DI MOHONKAN PATENNYA DI INDONESIA

    A. Pengertian Invensi

    Invensi menurut pengertian katanya merupakan suatu penciptaan yang

    menurut Dr. Soelistyo, S.H. LLM. adalah suatu wujud nyata dari suatu ciptaan,

    yang mengandung makna dapat dibaca, didengar, atau dilihat sesuai dengan

    bentuk ciptaannya.29 Menurut UU Paten Pasal 1 angka 2 invensi adalah ide dari

    inventor yang dituangkan kedalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang

    spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau

    penyempurnaan terhadap suatu produk ataupun proses.30

    Invensi merupakan ide yang lahir dari proses intelektualitas inventor

    yang membuahkan hasil dalam bentuk benda materil yang dapat diterapkan

    dalam proses industri.31 Istilah invensi digunakan untuk penemuan dan istilah

    inventor digunakan untuk penemu. Istilah penemuan diubah menjadi invensi,

    dengan alasan istilah invensi berasal dari invention yang secara khusus

    digunakan dalam kaitannya dengan paten. Dengan ungkapan lain, istilah invensi

    jauh lebih tepat bila dibandingkan penemuan, karena penemuan memiliki

    banyak sekali arti dalam katanya, dapat saja diartikan sebagai mendapatkan,

    menghasilkan sesuatu yang bhilang, jika dilihat dalam bahasa lain contohnya

    bahasa Inggris juga dikenal pengertian penemuan dalam kata to discover, to find,

    29 Dr. Henry Soelistyo, S.h. LL.M, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hal 51. 30 Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. 31 Pasal 2 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.

    Universitas Sumatera Utara

  • 31

    dan to get serta dibandingkan dengan kata invensi atau Invention, kata to get, to

    find & to discover ini sangatlah berbeda maknanya dengan kata to invent, kata

    to get, to discover dan to find berarti menemukan sesuatu, sesuatu dapat berarti

    banyak baik penemuan, dan hal yang hilang, namun pada kata to invent yang

    berasal dari kata invention yang bermakna sebagai kegiatan pemecahan masalah

    dibidang teknologi yang dapat berupa proses, atau hasil produksi atau

    penyempurnaan dan pengembangan proses atau hasil produksi .32

    Ada beberapa pendapat sarjana mengenai pengertian invensi, yaitu

    pertama, Soekardo, yang mengatakan bahwa pendapatan (invensi) adalah suatu

    hasil baru yang secara praktek dapat digunakan buat perindustrian. 33 Bidang

    perindustrian diartikan seluas-luasnya, termasuk pula hasil perkembangan

    teknologi di bidang pertanian, misalnya mesin-mesin potong, bajak dan

    sebagainya. Kedua, Woerjati, beberapa istilah yang digunakan mengenai

    istilah uitvinding, invention yang dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai

    penemuan. 34

    Suatu invensi harus mengandung unsur langkah inventif, baik itu temuan

    baru maupun pengembangan dari temuan yang telah ada sebelumnya. Hal ini

    yang memaksa inventor untuk terus mengembangkan dan menemukan, serta

    menuntut infentor untuk berfikir kreatif dalam menemukan suatu invensi,

    sehingga suatu invensi memiliki mutu atau kualitas yang bagus yang bernilai

    tinggi.

    32 Drs. Mormin S.Pakpahan, et all, edt., Kamus Hukum Ekonomi ELIPS, Jakarta, Proyek ELIPS, 2000, hal. 90. 33 Soekardono, Pidato Presiden Republik Indonesia. 34 Woerjati, Hak Paten, Jakarta, Rineka Cipta, 1999, hal 21.

    Universitas Sumatera Utara

  • 32

    Adapun unsur lain yang harus dipenuhi dalam paten yaitu, unsur

    teknologi dan industry, dikarenakan invensi yang dapat dipatenkan harus dapat

    diterapkan dalam bidang teknologi dan dapat diterapkan dalam industry.

    Invensi adalah suatu ciptaan atau perancangan baru yang belum ada

    sebelumnya yang memperkaya khazanah serta dapat dipergunakan untuk

    menyempurnakan atau memperbarui ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah

    ada35. Dari ketentuan Pasal 6 UU Paten, diketahui bahwa paten sederhana

    diperuntukkan bagi invensi yang berbentuk produk atau alat yang sederhana dan

    memiliki nilai praktis dari pada invensi sebelumnya.

    B. Jenis dan Pengertian Paten

    Istilah Paten yang dipakai saat ini dalam peraturan hukum di indonesia adalah

    untuk menggantikan hak octrooi yang berasal dari bahasa Belanda. Istilah Paten diserap

    dari bahasa Inggris yaitu Patent di Prancis dan Belgia dengan pengertian yang sama

    Paten dikenal dengan istilah brevet de inventoir36

    Dalam bahasa latin Paten (Patent) atau yang terbuka adalah lawan kata dari

    Laten (Latent) atau yang terselubung, arti kata terbuka dalam paten adalah berkaitan

    dengan invensi yang dimintakan paten, Semua rahasia yang berkaitan dengan invensi

    harus diurakan dalam sebuah dkumen yang disebut spesifikasi paten yang dilampirkan

    bersamaan dengan permohonan paten.37

    35 Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 36 Drs. Djumhanna,Muhamad, R.Djubaedillah, S.H., Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, Dan prakteknya di Indonesia, Bandung : P.T.Citra Aditya Bakti 2003, Hal 116. 37 Prof. Tim Lindsey, et all, edt., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Bandung: PT. Alumni, 2006, Hal 183.

    Universitas Sumatera Utara

  • 33

    Menurut Sumantoro dengan meningkatnya pembangunan, kebutuhan teknologi

    makin terasa. Paten merupakan pengakuan atas penemuan yang sangat erat dengan

    perkembangan teknologi. Meningkatnya hubungan ekonomi melampaui batas-batas

    Negara membawa aliran modal asing yang membawa pula, meningkatnya aliran

    teknologi. Teknologi mempunyai nilai, karenanya untuk mendapatkannya diperlukan

    biaya.38

    Menurut Pengertian Pasal 1 Ayat 1 UU Paten, Paten ialah hak eksklusif yang

    diberikan oleh Negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang

    untuk slama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan

    persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.39

    Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor

    atas hasil invensinya dibidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu

    melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya

    kepada pihak lain untuk melaksanakannya,

    Dengan kata lain paten memiliki 2 unsur yaitu:

    1. Hak Khusus yang diberikan Negara kepada penemu ( yaiu pemegang

    paten).

    2. Untuk melaksanakan:

    a. (melaksanakan) sendiri penemuan tersebut: dalam literature

    kegiatan ini, diistilahkan sebagai paten proses yaitu berupa hak

    penemu menggunakan proses produksi (production procces)

    38 Sumantoro, Hukum Ekonomi, Jakarta: UI Press 1986, Hal 104. 39 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.

    Universitas Sumatera Utara

  • 34

    b. Atau memberikan persetujuan kepada orang lain untuk

    melaksanakan; dalam literature kegiatan ini diistilahkan sebagai

    paten produk yaitu berupa hak penemu misalnya hak menjual,

    mengimpor, menyewakan, dan sebagainya hasil produksi

    (product) yang memberi paten.40

    Terdapat kesamaan antara hak eksklusif dan hak milik dimana menurut Pasal 570 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan suatu kebendaandengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan Undang-Undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak untuk menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain;kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti rugi.41

    Menurut Kartini Muljadi dengan dikuasainya suatu benda berdasarkan

    hak milik, maka seorang pemegang hak milik diberikan kewenangan untuk

    menguasainya secara tentram dan untuk mempertahankannya terhadap siapapun

    yang bermaksud untuk mengganggu ketentramannya dalam menguasai,

    memanfaatkan, serta mempergunakan hak milik tersebut. 42

    Hak esklusif adalah hak yang dipergunakan oleh pemegang paten

    tersebut untuk melaksanakan serta melarang pihak lain untuk mempergunakan

    patennya tanpa adanya persetujuan dari pemegang paten. Adapun hak tersebut

    mengatur mengenai:

    1. Pembuatan paten.

    40 Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual, Bandung: Nuansa Aulia, 2010. 41 Pasal 570 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 42 Kartini Muljadi Gunawan Widjaja, Kedudukan Berkuasa dan Hak Milik dalam sudut pandang KUHPerdata, Jakarta: Kencana 2004, Hal 131

    Universitas Sumatera Utara

  • 35

    Pemegang paten berhak atas pembuatan paten, dengan demikian pihak

    lain dilarang untuk membuat suatu objek yang telah dipatenkan tanpa ada

    persetujuan oleh pemegang patennya.

    2. Penggunaan paten.

    Pihak lain tidak diperbolehkan menggunakan paten miilik orang lain,

    tanpa ada persetujuan dari pemilik paten, sebaliknya pemilik paten juga

    memiliki hak untuk membirikan izin ataupun melarang orang lain untuk

    mempergunakan patennya.

    3. Penjualan paten

    Penjualan paten adalah bukan menjual hakdaripada paten tersebut, tapi

    menjual suatu objek yang telah dipatenkan orang lain tanpa persetujuan

    pemegang patennya.

    4. Pengimporan paten.

    Pengimporan paten adalah khususnya mengenai paten proses, yaitu

    menggunakan prosses yang di patenkan orang lain ke dalam wilayah

    pihak yang mempergunakan paten tersebut

    5. Penyewaan paten

    Pihak pemegang paten berhak untuk melarang dan melaksanakan

    kegiatan penyewaan objek yang dipatenkannya, sebaliknya pihak lain

    haruslah memintakan izin untuk melaksanakan penyewaan objek yang

    telah dipatenkan.

    Dikarenakan pada paten umumnya terdapat suatu hal yang dirahasiakan

    dan dapat dikatakan bagian dari rahasia dagang menurut Ahmad M

    Universitas Sumatera Utara

  • 36

    Ramli Rahasia dagang didefenisikan sebgai informasi termasuk rumus,

    pola-pola, kompilasi, program, metoda, teknik, ataupun proses yang

    menghasilkan nilai ekonomis secara mandiri, nyata dan potensial.43

    6. Penyerahan paten.

    7. Penyediaan paten untuk di serahkan produk yang diberi paten.44

    Terdapat dua macam paten yang terdapat dalam UU Paten yaitu:

    1. Paten biasa.

    Paten biasa adalah Paten yang diberikan Negara kepada investor atas

    invensinya dibidang teknologi. Dalam paten biasa objek patennya

    bukan hanya produk saja, tetapi juga proses. Produk adalah suatu

    bentuk yang dihasilkan dari suatu proses, sedangkan proses adalah

    suatu tahapan dalam menghasilkan suatu produk.

    2. Paten sederhana

    Paten sederhana adalah paten yang diberikan oleh Negara terhadap

    suatu invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai

    kegunaan praktis disebabkan karena:

    1) Bentuk

    2) Konfigurasi

    3) Konstruksi, Ataupun komponennya dapat memperoleh

    perlindungan hukum dalam bentuk sederhana.45

    43 Dr. Ahmad Ramli, Perlindungan Rahasia Dagang dalam UU No. 30/2000 dan Perbandingannya dengan Beberapa Negara, Bandung: Mandar Maju, 2001. 44 Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten. 45 Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tentang Paten.

    Universitas Sumatera Utara

  • 37

    Adapun penggolongan paten lainnya yang semata-mata untuk

    memudahkan pengaturannya, adapun jenis-jenis paten adalah:

    1. Paten yang berdiri sendiri, tidak bergantung pada paten lain.

    2. Paten yang terkait dengan paten lainnya ( dependent patent).

    Keterkaitan ini bisa terjadi bila ada hubungan lisensi biasa maupun

    lisensi wajib dengan paten yang lainnya dan paten tersebut dalam

    bisang yang berlainan. Sedangkan bila kedua paten tersebut dalam

    bidang yang sama, penyelesaiannya diusahakan dengan saling

    memberikan lisensi atau lisensi timbale balik (cross lisence)

    3. Paten tambahan atau paten perbaikan. Patenini merupakan suatu

    tambahan atau suatu perbaikan dari paten sebelumnya, atau tambahan

    dari penemuan yang asli.

    4. Paten impor atau paten konfirnmasi atau paten revalidasi paten ini

    bersifat khusus karena dikenal di luar negeri.46

    Indonesia hanya mengenal 2 jenis paten berdasarkan ketentuan

    perundang-undangannya yaitu:

    1. Jenis paten biasa

    2. Jenis paten sederhana.47

    46 Muhamad Djumhana dan, R.Djubaedillah, Hak Milik Intellektual(Sejarah, Teori, Prakteknya di Indonesia), Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 2003, hal.122. 47 Ibid, hal.122.

    Universitas Sumatera Utara

  • 38

    Dalam segi permohonannya, terdapat perbedaan dalam segi perolehan

    paten biasa dan paten sederhana, adapun perbedaan perolehan tersebut antara

    lain:

    1. Permohonan pemeriksaan subtantif atas paten sederhana dapat dilakukan

    bersamaan pengajuan permohonan atau paling lama enam bulan

    terhitung sejak tanggal penerimaan.

    2. Dalam memeriksa pemeriksaan subtantif Ditjen HKI hanya memeriksa

    kebaharuan saja, yaitu dengan melihat tanggal penerimaan invensi yang

    dipatenkan dengan teknologi yang sebelumnya telah dipatenkan. Sesuai

    dengan Pasal 3 UU Paten.48

    C. Invensi yang Dapat Dimohonkan Patennya di Indonesia

    Invensi yang dapat diberikan paten (hak eksklusif) adalah:

    1. Invensi yang baru dan mengandung langkah inventif serta dapat

    diterapkan dalam industri.

    2. Invensi yang pada saat tanggal penerimaan tidak sama dengan teknologi

    yang diungkapkan sebelumnya.

    Ada pendapat sarjana mengenai invensi yang dapat diberikan paten,

    yaitu menurut sarjana Woerjati. bahwa paten dapat diberikan terhadap:

    1. Penemuan yang baru (penemuan dalam arti pendapatan)

    2. Pendapatan itu harus merupakan pemecahan masalah tertentu di bidang

    teknologi

    48 Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

    Universitas Sumatera Utara

  • 39

    3. Penemuan itu harus dapat dilaksanakan di bidang industri. 49

    Pengaturan mengenai invensi dalam permohonan paten dapat dilihat di

    UU Paten yang terdapat pada Pasal 2 ayat 1 dan 2 yaitu paten diberikan untuk

    invensi yang baru dan mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan

    dalam industri. Suatu invensi mengandung langkah inventif apabila invensi

    tersebut bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu dibidang teknik

    merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya. Permohonan adalah

    permohonan paten yang duajukan terhadap Ditjend.50

    Undang-Undang Paten dengan jelas menyebutkan paten diberikan untuk

    penemuan baru mengandung langkah inventif dan dapat diterapkan dalam

    industri Pasal 2 ayat (1). Suatu penemuan mengandung langkah inventif, jika

    penemuan tersebut bagi seorang yang mempunyai keakhlian bisa mengenai

    teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya Pasal 2 ayat (2)51.

    Adapun salah satu teknik yang dapat dilakukan dalam menentukan

    kebaharuan dari suatu temuan adalah dengan cara silogisme yaitu dengan

    menggunakan silogisme kategorial menariknya kedalam bentuk suatu premis

    dengan menggunakan rumusan secara negatif , rumusan secara negatif yang

    dimaksudkan oleh penulis adalah apabila kedua premis bersifat negatif maka

    temuan tersebut merupakan mengandung unsur kebaharuan, dikarenakan tidak

    49 Woerjati, Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta Rineka Cipta, 2000, hal.11. 50 Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. 51 Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

    Universitas Sumatera Utara

  • 40

    ada mata rantai yang menghubungkan kedua premisnya.52 yang dapat dijabarkan

    sebagai berikut:

    1. Suatu penemuan dianggap baru, jika pada saat pengajuan permintaan paten

    tersebut tidak sama atau tidak merupakan bagian dari penemuan terdahulu;

    2. Penemuan terdahulu adalah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah

    penemuan yang pada saat atau sebelum :

    a. Tanggal pengajuan permintaan paten, atau

    b. Tanggal penerimaan permintaan paten dengan hak prioritas, apabila

    permintaan paten diajukan dengan hak prioritas, telah diumumkan

    Indonesia atau di luar Indonesia dalam suatu tulisan yang

    memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan penemuan tersebut

    atau telah diumumkan di Indonesia dengan menguraikan lisan atau

    melalui peragaan penggunaannya atau dengan cara lain yang

    memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan penemuan tersebut.53

    Penerapannya dalam bidang industri merupakan syarat daripada invensi

    yang dapat dimohonkan patennya di Indonesia. Suatu invensi dapat diterapkan

    dalam industri jika invensi tersebut merupakan invensi yang berhubungan

    dengan bidang industri. Dalam hal setiap invensi yang berupa produk ataupun

    alat yang baru yang mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk,

    konfigurasi, konstruksi, atau komponennya dapat diperoleh perlindungan

    hukum berbentuk paten sederhana.

    52 Putri Sardy Hartati, pengertian dan Macam-Macam Silogisme, http://putrisardyoriza.blog.com/2013/03/27/pengertian-dan-macam-macam-silogisme/ diakses. 22-10-2013. 53 Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

    Universitas Sumatera Utara

  • 41

    Syarat mendapatkan paten yakni :

    1. Penemuan tersebut merupakan penemuan baru. Penemuan tersebut

    diproduksi dalam skala massal atau industrial. Suatu penemuan teknologi,

    secanggih apapun, tetapi tidak dapat diproduksi dalam skala industri

    (karena harganya sangat mahal/tidak ekonomis), maka tidak berhak atas

    paten.

    2. Penemuan tersebut merupakan penemuan yang tidak terduga sebelumnya

    (non obvious). Jadi bila sekedar menggabungkan dua benda tidak dapat

    dipatenkan.54

    Adapun invensi yang didaftarkan patennya di Indonesia adalah

    merupakan invensi yang baru dan belum pernah ditemukan sebelumnya dan

    belum terduga sebelumnya, dengan kata lain haruslah mengandung unsur

    kebaharuan. Kebaharuan berdasarkan makna katanya berasal dari kata Baru

    yang berarti sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya dan kemudian

    diciptakan dan tidak terduga, tidak diketahui oleh siapapun sebelumnya.

    Oleh karenanya syarat yang mutlak dalam pendaftaran Paten adalah

    mengandung unsur kebaharuan, tidak diperbolehkan adanya kesamaan antar

    Invensi satu sama lainnya, dikarenakan Paten merupakan hak eksklisif yang

    diberikan kepada pemegangnya untuk melaksanakan Patennya dan memberikan

    larangan serta Lisensi kepada orang lain dalam penggunaan patennya, oleh

    karenanya tidaklah diperbolehkan apabila ada dua buah paten yang sama karena

    sangat bertentangan dengan apa itu pengertian Paten.

    54 Hak Kekayaan Intelektual Bidang Paten, http://mitaanisaa. blogspot. com/diakses tanggal 30 Juni 2013

    Universitas Sumatera Utara

  • 42

    Paten dalam segi syarat dalam perolehannya tentu haruslah

    mengandung unsur kebaharuan sesuai dengan yang di diatur pada Pasal 3 dan 4

    UU Paten yaitu bukan hanya mengenai aspek kebaharuannya, yang dapat di uji

    dalam penyesuaian dokumen pembanding yang lama dengan Invensi yang

    didaftarkan, dan bukan menggunakan dokumen Paten di Indonesia saja sebagai

    pembandingnya, namun menggunakan dokumen dari luar Indonesia, disamping

    itu juga mengenai pengaturan tanggal dalam permohonan, yang diatur pada

    Pasal 3, 4, 5, 6, dan 7 UU Paten.55

    Adapun pengaturan mengenai kebaharuan paten berdasalkan tanggal

    penerimaannya adalah:.

    1. Apabila tanggal penerimaannya tidak sama dengan teknologi yang

    diungkapkan sebelumnya.

    2. Pengaturan tersebut berlaku terhadap teknologi yang diumumkan di

    Indonesia ataupun diluar Indonesia dalam suatu Tulisan, uraian lisan

    ataupun melalui peragaan, atau dengan cara lain yang

    memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan invensi tersebut

    sebelum:

    1. Tanggal penerimaan, atau

    2. Tanggal prioritas.

    3. Teknologi yang diungkap sebelumnya sebagaimana dimaksud

    mencakup dokumen permohonan yang diajukan di Indonesia, serta

    dipublikasikan pada atau setelah tanggal penerimaan yang

    55 Pasal 3, 4, 5, 6 dan, 7 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 Tentang Paten.

    Universitas Sumatera Utara

  • 43

    pemeriksaan substansinya sedang dilakukan, tetapi tenggal

    penerimaan tersebut lebih awal dari pada tanggal penerimaan atau

    tanggal prioritas permohonan, yang secara rinci diatur dalam Pasal 3

    UU Paten.56

    UU Paten juga mengatur ketentuan dalam menentukan apakah suatu

    invensi dapat dikatakan baru atau tidak dengan sistem pengumuman. adapun

    pengaturan mengenai pengumuman tersebut diatur dengan ketentuan:

    1. Penguman dianggap batal apabila 6 (enam) bulan sebelum tanggal

    penerimaan apaabila:

    a. Telah ada yang mempertunjukkan paten dalam suatu

    pameran internasional di Indonesia ataupun di luar negeri

    yang resmi atau diakui sebagai resmi atau dalam suatu

    pameran nasional di Indonesia yang resmi atau diakui sebagai

    resmi.

    b. Digunakan di Indonesia oleh inventornya dalam rangka

    percobaan dengan tujuan penelitian dan pengembangan.

    2. Apabila 12 (dua belas) bulan sebelum tanggal penerimaan, ternyata

    ada pihak lain yang mengumumkan dengan cara melanggar

    kewajiban untuk menjaga kerahasiaan invensi tersebut,

    pengumuman tersebut dianggap tidak pernah dilakukan, yang secara

    jelas diatur dalam Pasal 4 UU Paten. 57

    56 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten. 57 Syafrudin. s, Kompilasi Undang-Undang Bidang Hak Kekayaan Intelektuan, Medan, Pustaka bangsa press, hal.135.

    Universitas Sumatera Utara

  • 44

    Pengumuman dilakukan segera setelah 18 bulan sejak tanggal

    penerimaan atau segera setelah 18 bulan sejak tanggal prioritas apabila

    permohonan di ajukan adapun pengumuman itu dilakukan dengan menempatkan

    pengumuman tersebut dalam berita Resmi paten yang diterbitkan secara berkala

    oleh Ditjend, serta ditempatkan di sarana khusus yang dapat dilihat oleh

    masyarakat. 58

    Apabila invensi tersebut dapat diterapkan dalam indutri dan dapat dilaksanakan

    dalam industri, serta terhadap invensi yang berupa produk, atau alat baru yang

    mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk, konfigurasi,

    konstruksi, atau komponennya, yang diatur secara jelas pada Pasal 5, dan Pasal

    6 UU Paten.

    Terdapat pula pengaturan mengenai invensi yang tidak dapat

    dimohonkan patennya yaitu

    1. Terhadap proses ataupun produk yang pengumuman dan penggunaannya

    bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.

    2. Terhadap metode perawatan, pemeriksaan, pengobatan, ataupun

    pembedahan yang diterapkan pada manusia ataupun hewan.

    3. Terhadap teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan

    matematuika, atau semua makluk hidup terkecuali jasad renik.

    58 Pasal 42 ayat 2 dan, Pasal 42 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

    Universitas Sumatera Utara

  • 45

    4. Terhadap proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman

    atau , hewan, kecuali proses non biologis atau proses mikrobiologis,

    yang diatur secara jelas pada Pasal 7 UU Paten59.

    Adapun sumber peraturan lain yang mengatur mengenai paten yang tidak

    bisa dimohonkan adalah menurut TRIPS-GATT yaitu termasuk metode untuk

    diagnosis, mengobati atau pembedaan untuk merawat manusia atau hewan, juga

    dapat dikecualikan pada tanaman dan binatang, selain mikroorganisme, proses

    biologis yangpenting untuk memproses produksi dari tumbuhan atau binatang,

    selain proses non-biologis atau mikrobiologis.60

    D. Syarat dan Prosedur dalam Permohonan Paten

    Proses permohonan pendaftaran paten ini dimulai dengan mengajukan

    permohonan paten. Pasal 20 UU Paten menyatakan bahwa paten diberikan atas

    dasar permohonan dan Pasal 21 UU Paten menyatakan bahwa setiap

    permohonan hanya dapat diajukan untuk satu Invensi atau beberapa invensi

    yang merupakan satu kesatuan Invensi.

    Dari ketentuan Pasal 20 dan 21 UU Paten ini, jelas ditentukan bahwa

    pemberian paten didasarkan pada permohonan yang diajukan oleh inventor atau

    kuasanya. Artinya, tanpa adanya permohonan seseorang paten tidak akan

    diberikan. Permohonan paten dimaksud hanya dapat diajukan baik untuk satu

    59 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten. 60 Prof. Mr. Dr. Sudargo Gautama, Hak Milik Intelektual Indonesia dan Perjanjian Internasional:TRIPS, GATT, PUTARAN URUGUAY, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti 1994. Hal 35

    Universitas Sumatera Utara

  • 46

    Invensi atau beberapa Invensi yang merupakan satu kesatuan dan saling

    berkaitan erat.61

    Pada dasarnya, permohonan paten harus diajukan oleh inventor dan

    disertai dengan membayar biaya permohonan kepada Ditjend HKI. Dalam hal

    permohonan tidak diajukan oleh Inventor atau diajukan oleh pemohon yang

    bukan Inventor, menurut Pasal 23 UU Paten permohonan tersebut harus disertai

    pernyataan yang dilengkapi bukti yang cukup bahwa ia berhak atas Invensi yang

    bersangkutan dan inventor dapat meneliti surat permohonan dimaksud dan atas

    biayanya sendiri dapat meminta salinan dokumen permohonan tersebut.62

    Ada dua sistem permohonan pendaftaran paten yang dikenal di dunia,

    yaitu sistem registrasi dan sistem ujian. Menurut sistem registrasi setiap

    permohonan permohonan pendaftaran paten diberi paten oleh kantor paten

    secara otomis. Spesifikasi dari permohonan tersebut hanya memuat uraian dan

    monopoli yang diminta dan tidak diberi penjelasan secara rinci. Karenanya

    batas-batas monopoli tidak dapat diketahui sampai pada saat timbul sengketa

    yang dikemukakan di sidang pengadilan yang untuk pertama kali akan

    menetapkan luasnya monopoli yang diperbolehkan. Itu pula sebabnya paten-

    paten yang terdaftar menurut sistem registrasi tanpa penyelidikan dan

    pemeriksaan lebih dahulu dianggap bernilai rendah atau paten-paten yang

    memiliki status lemah.

    Menurut O. K. Saidin dalam bukunya, jumlah negara yang menganut

    sistem registrasi sedikit sekali, antara lain Belgia, Afrika Selatan, dan Prancis.

    61 Pasal 21 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten. 62 Pasal 23 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

    Universitas Sumatera Utara

  • 47

    Pada awalnya, sistem permohonan pendaftaran paten yang banyak dipakai

    adalah sistem registrasi. Namun karena jumlah permohonan makin lama

    semakin bertambah, beberapa sistem registrasi lambat laun diubah menjadi

    sistem ujian dengan pertimbangan bahwa paten seharusnya lebih jelas

    menyatakan monopoli yang dituntut dan selayaknya sejauh mungkin monopoli-

    monopoli yang tidak dapat dipertanggungjawabkan tidak akan diberi paten.

    Sebuah syarat telah ditetapkan bahwa semua spesifikasi paten harus meliputi

    klaim-klaim yang dengan jelas menerayatn monopoli yang akan dipertahankan

    sehingga pihak lain secara mudah dapat mengetahui yang mana yang dilarang

    oleh monopoli dan yang mana yang tidak dilarang. 63

    Dengan sistem ujian, seluruh instansi terkait diwajibkan untuk menguji

    setiap permohonan permohonan pendaftaran dan bila perlu mendesak pemohon

    agar mengadakan perubahan (amandement) sebelum hak atas paten tersebut

    diberikan. Pada umumnya ada tiga unsur (kriteria) pokok yang diuji :

    1. Invensi harus memenuhi syarat-syarat untuk diberi hak atas paten menurut

    undang-undang yang mengatur paten.

    2. Invensi baru harus mengandung sifat kebaruan.

    3. Invensi harus mengandung unsur menemukan sesuatu yang bersifat

    kemajuan (invention step) dari apa yang telah diketahui.64

    Di Indonesia sendiri ketentuan tentang sistem permohonan pendaftaran

    paten semula merujuk pada Pengumuman Menteri Kehakiman tanggal 12

    Agustus 1953 Nomor J. S. 5/41/4 (Berita Negara Nomor 53-69) tentang

    63 H. OK. Saidin, S. H. , M. Hum, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. 64 ibid

    Universitas Sumatera Utara

  • 48

    Permohonan paten.65 Adapun syarat-syarat permohonan permohonan

    pendaftaran menurut Pengumuman Menteri Kehakiman tersebut adalah :

    1. Permohonan permohonan pendaftaran paten harus disusun dalam bahasa

    Indonesia atau dalam bahasa si pemohon dengan disertai terjemahannya

    dalam bahasa Indonesia. Surat permohonan harus ditandatangani oleh si

    pemohon sendiri dan harus disebut dalam surat itu nama, alamat dan

    kebangsaan pemohon. Syarat demikian harus dipenuhi pula apabila

    permohonan diajukan oleh seseorang yang bertindak bagi dan atas nama

    pemohon selaku kuasanya;

    2. Surat permohonan harus disertai :

    a. Sebuah uraian dari ciptaan baru (maksudnya temuan baru dari pemohon

    yang dimintakan rangkap tiga 3);

    b. Jika perlu sebuah gambar atau lebih dan setiap gambar harus dibuat

    rangkap dua 2

    c. Surat kuasa, apabila permohonan diajukan oleh seorang kuasa;

    d. Surat pernyataan seorang kuasa yang bertempat tinggal di Indonesia;

    3. Biaya-biaya yang ditentukan;

    4. Keterangan tentang belum atau sudah dimintakannya hak paten di luar

    negeri atas permohonan yang diajukan itu dan kalau sudah

    dimintakannya, apakah sudah diberi hak paten di luar negeri negeri

    tersebut.66

    65 Pengumuman Menteri Kehakiman tanggal 12 Agustus 1953 Nomor J. S. 5/41/4 (Berita Negara Nomor 53-69) tentang Permohonan Sementara Permohonan Pendaftaran Paten 66 Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 49

    Namun kemudian setelah keluar Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989,

    yang telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997,

    ketentuan ini disempurnakan lagi melalui UU Paten, prosedur permohonan

    paten sudah disebut secara rinci dan menyamai prosedur permohonan paten di

    negara-negara lain di seluruh dunia. Pemeriksaan paten adalah tahapan yang

    menentukan keputusan dapat atau tidaknya diberikan paten oleh Ditjend. Hal-

    hal dan langkah-langkah pemeriksaan telah ditetapkan dalam peraturan-

    peraturan paten, sedayatn pelaksanaannya dilakukan oleh Ditjend.

    Dalam berbagai literatur ditemukan istilah-istilah yang digunakan

    mengenai sistem permohonan pendaftaran paten antara lain adalah sistem

    konstitutif yang disebut juga sistem ujian (examination system). Dalam sistem

    konstitutif ini dikenal dua jenis sistem pemeriksaan, yaitu pemeriksaan langsung

    (prompt examination system) dan pemeriksaan yang ditunda (defered

    examination system). 67 Kemudian sistem deklaratif yang dalam permohonan

    pendaftaran hanya memberi dugaan saja menurut undang-undang bahwa orang

    yang mendaftarkan patennya itu adalah orang yang berhak dari paten yang

    didaftarkan.

    Undang-Undang Paten menggunakan sistem konstitutif dengan sistem

    pemeriksaan berupa pemeriksaan yang ditunda. Hal ini dapat dilihat dari tahap-

    tahap pemeriksaan, yaitu pemeriksaan substansi dilakukan setelah dipenuhi

    syarat-syarat administratif. Adapun syarat-syarat administratif yang harus

    dipenuhi untuk mengajukan permintaan paten adalah:

    67 Adisumarto Harsono, Hak Milik Intelektual Khususnya Paten dan Merek, Hak Milik Perindustrian (Industrial Property), Jakarta, Akademika Pressindo, 1985, hal. 32.

    Universitas Sumatera Utara

  • 50

    1. Dalam pengajuan permohonan, diajukan secara tertulis dalam bahasa

    Indonesia kepada Ditjend;

    2. Format permohonan harus memuat :

    a. Tanggal, bulan, dan tahun permohonan;

    b. Alamat lengkap dan alamat jelas pemohon;

    c. Nama lengkap dan kewarganegaraan inventor;

    d. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui

    kuasa;

    e. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa;

    f. Pernyataan permohonan untuk dapat diberi paten;

    g. Judul invensi;

    h. Klaim yang terkandung dalam invensi;

    i. Deskripsi tentang invensi yang secara lengkap memuat keterangan

    tentang cara melaksanakan invensi;

    j. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk

    memperjelas invensi; dan

    k. Abstraksi invensi. 68

    Yang diatur secara menyeluruh pada UU Paten yaitu pada pasal yang ke 24.

    Selain syarat administrasi yang harus dipenuhi, terdapat juga beberapa

    syarat yang diatur dalam Pasal 2, 3 dan 5 UU Paten. Setelah syarat-syarat

    dalam Pasal 2, 3 dan 5 tersebut terpenuhi, kantor paten memberikan secara

    68 Pasal 24 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

    Universitas Sumatera Utara

  • 51

    resmi surat paten untuk invensi yang bersangkutan kepada orang yang

    mengajukan permintaan paten Pasal 55 ayat 1 UU Paten.69

    Setelah melalui tahapan pemeriksaan, Ditjend berkewajiban memberikan

    keputusan untuk menyetujui permintaan paten dan dengan demikian memberi

    paten atau menolaknya. Apabila berdasarkan pemeriksaan dihasilkan

    kesimpulan bahwa penemuan yang dimintakan paten dapat diberi paten, Ditjend

    memberikan Surat Paten kepada orang yang mengajukan permintaan paten.

    Begitu pula sebaliknya bila kesimpulannya tidak memenuhi syarat, maka

    permintaan ditolak dan penolakan harus dilakukan secara tertulis.70 Surat

    pemberitahuan yang berisikan penolakan permintaan paten harus dengan jelas

    mencantumkan pula alasan dan pertimbangan yang menjadi dasar penolakan.

    Ditjend memberikan secara resmi Surat Paten untuk penemuan yang

    permintaannya diterima kepada orang yang mengajukan permintaan paten atau

    kuasanya.71 Paten yang telah diberikan dicatat dalam Daftar Umum Paten dan

    diumumkan dalam Berita Resmi Paten. Begitu pula surat yang berisikan

    penolakan permintaan paten, dicatat dalam Buku Resmi Paten yang mencatat

    paten yang bersangkutan. Atas keputusan penolakan dapat dilakukan banding,

    yang diajukan kepada Komisi Banding Paten dengan tembusan kepada Ditjend.

    Adapun peraturan lain yang mengaturnya adalah pada Peraturan

    Pemerintah Nomor 34 Tahun 1999 yang selanjutnya disingkat dengan PP 34

    tahun 1999 yaitu mengatur mulai dari syarat serta prosedur permohonan

    69 Pasal 55 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten. 70 Pasal 55 dan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten. 71 Pasal 55 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

    Universitas Sumatera Utara

  • 52

    pendaftaran patennya yaitu mengatur mualai dari pegajuan, pemecahan serta,

    syarat perolehan paten. Adapun pengaturannya adalah sebagai berikut:

    1. Cara pengajuan paten.

    Adapun cara pengajuan paten adalah sebagai berikut:

    a. Pengajuan paten diajukan ke kantor paten, secara tertulis dan

    menggunakan bahasa Indonesia.

    b. Apabila menggunakan kuasa maka wajib dilengkapi ndengan

    surat kuasa.

    c. Apabila diajukan bukan oleh penemu, harus dilenghkapi bukti

    yang cukup bahwa ia berhak atas invensi tersebut.

    d. Disampaikan langsung ke kantor

    e. Terdapat pengecualian terhadap permintaan paten yang diatur

    pada pasal 28 UU Paten.

    2. Permintaan paten yang terdiri dari:

    a. Surat permintaan untuk mendapatkan paten.

    b. Deskripsi tentang penemuan.

    c. Satu atau lebih klaim yang terkandung dalam penemuan.

    d. Satu atau lebih gambar yang disebut dalam deskripsi yang

    diperlukan untuk memperjelas.

    e. Abstraksi tentang penemuan.

    3. Format permohonan memuat:

    a. Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan.

    b. Nama lengkap, alamat pemohon.

    Universitas Sumatera Utara

  • 53

    c. Nama lengkap dan kewarganegaraan.

    d. Nama lengkap, alamat kuasa apabila permintaan dengan

    kuasa.

    e. Judul penemuan

    f. Jenis paten yang diminta

    4. Pemecahan permohonan:

    a. Dalam permohonan paten hanya belaku dengan ketentuan satu

    permohonan untuk satu invensi, oleh karenanya apabila

    permohonan tersebuyt memuat dua invensi, maka dapat

    dipecah menjadi dua permohonan.

    b. Pengajuan mengenai pemecahan tersebut dapat diajukan

    secara terpisah satu sama lainnya. 72 73

    Pengaturan diatas secara jelas diatur pada Pasal 2, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 8

    PP 34 Tahun 1999.

    72PP Nomor 34 Tahun 1999, hal 23 73 Pasal 2, 4, 5 dan, Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1999.

    Universitas Sumatera Utara