chapter ii.pdf
TRANSCRIPT
-
30
BAB II
BATASAN INVENSI YANG DAPAT DI MOHONKAN PATENNYA DI INDONESIA
A. Pengertian Invensi
Invensi menurut pengertian katanya merupakan suatu penciptaan yang
menurut Dr. Soelistyo, S.H. LLM. adalah suatu wujud nyata dari suatu ciptaan,
yang mengandung makna dapat dibaca, didengar, atau dilihat sesuai dengan
bentuk ciptaannya.29 Menurut UU Paten Pasal 1 angka 2 invensi adalah ide dari
inventor yang dituangkan kedalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang
spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan terhadap suatu produk ataupun proses.30
Invensi merupakan ide yang lahir dari proses intelektualitas inventor
yang membuahkan hasil dalam bentuk benda materil yang dapat diterapkan
dalam proses industri.31 Istilah invensi digunakan untuk penemuan dan istilah
inventor digunakan untuk penemu. Istilah penemuan diubah menjadi invensi,
dengan alasan istilah invensi berasal dari invention yang secara khusus
digunakan dalam kaitannya dengan paten. Dengan ungkapan lain, istilah invensi
jauh lebih tepat bila dibandingkan penemuan, karena penemuan memiliki
banyak sekali arti dalam katanya, dapat saja diartikan sebagai mendapatkan,
menghasilkan sesuatu yang bhilang, jika dilihat dalam bahasa lain contohnya
bahasa Inggris juga dikenal pengertian penemuan dalam kata to discover, to find,
29 Dr. Henry Soelistyo, S.h. LL.M, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hal 51. 30 Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. 31 Pasal 2 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
-
31
dan to get serta dibandingkan dengan kata invensi atau Invention, kata to get, to
find & to discover ini sangatlah berbeda maknanya dengan kata to invent, kata
to get, to discover dan to find berarti menemukan sesuatu, sesuatu dapat berarti
banyak baik penemuan, dan hal yang hilang, namun pada kata to invent yang
berasal dari kata invention yang bermakna sebagai kegiatan pemecahan masalah
dibidang teknologi yang dapat berupa proses, atau hasil produksi atau
penyempurnaan dan pengembangan proses atau hasil produksi .32
Ada beberapa pendapat sarjana mengenai pengertian invensi, yaitu
pertama, Soekardo, yang mengatakan bahwa pendapatan (invensi) adalah suatu
hasil baru yang secara praktek dapat digunakan buat perindustrian. 33 Bidang
perindustrian diartikan seluas-luasnya, termasuk pula hasil perkembangan
teknologi di bidang pertanian, misalnya mesin-mesin potong, bajak dan
sebagainya. Kedua, Woerjati, beberapa istilah yang digunakan mengenai
istilah uitvinding, invention yang dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai
penemuan. 34
Suatu invensi harus mengandung unsur langkah inventif, baik itu temuan
baru maupun pengembangan dari temuan yang telah ada sebelumnya. Hal ini
yang memaksa inventor untuk terus mengembangkan dan menemukan, serta
menuntut infentor untuk berfikir kreatif dalam menemukan suatu invensi,
sehingga suatu invensi memiliki mutu atau kualitas yang bagus yang bernilai
tinggi.
32 Drs. Mormin S.Pakpahan, et all, edt., Kamus Hukum Ekonomi ELIPS, Jakarta, Proyek ELIPS, 2000, hal. 90. 33 Soekardono, Pidato Presiden Republik Indonesia. 34 Woerjati, Hak Paten, Jakarta, Rineka Cipta, 1999, hal 21.
Universitas Sumatera Utara
-
32
Adapun unsur lain yang harus dipenuhi dalam paten yaitu, unsur
teknologi dan industry, dikarenakan invensi yang dapat dipatenkan harus dapat
diterapkan dalam bidang teknologi dan dapat diterapkan dalam industry.
Invensi adalah suatu ciptaan atau perancangan baru yang belum ada
sebelumnya yang memperkaya khazanah serta dapat dipergunakan untuk
menyempurnakan atau memperbarui ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah
ada35. Dari ketentuan Pasal 6 UU Paten, diketahui bahwa paten sederhana
diperuntukkan bagi invensi yang berbentuk produk atau alat yang sederhana dan
memiliki nilai praktis dari pada invensi sebelumnya.
B. Jenis dan Pengertian Paten
Istilah Paten yang dipakai saat ini dalam peraturan hukum di indonesia adalah
untuk menggantikan hak octrooi yang berasal dari bahasa Belanda. Istilah Paten diserap
dari bahasa Inggris yaitu Patent di Prancis dan Belgia dengan pengertian yang sama
Paten dikenal dengan istilah brevet de inventoir36
Dalam bahasa latin Paten (Patent) atau yang terbuka adalah lawan kata dari
Laten (Latent) atau yang terselubung, arti kata terbuka dalam paten adalah berkaitan
dengan invensi yang dimintakan paten, Semua rahasia yang berkaitan dengan invensi
harus diurakan dalam sebuah dkumen yang disebut spesifikasi paten yang dilampirkan
bersamaan dengan permohonan paten.37
35 Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 36 Drs. Djumhanna,Muhamad, R.Djubaedillah, S.H., Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, Dan prakteknya di Indonesia, Bandung : P.T.Citra Aditya Bakti 2003, Hal 116. 37 Prof. Tim Lindsey, et all, edt., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Bandung: PT. Alumni, 2006, Hal 183.
Universitas Sumatera Utara
-
33
Menurut Sumantoro dengan meningkatnya pembangunan, kebutuhan teknologi
makin terasa. Paten merupakan pengakuan atas penemuan yang sangat erat dengan
perkembangan teknologi. Meningkatnya hubungan ekonomi melampaui batas-batas
Negara membawa aliran modal asing yang membawa pula, meningkatnya aliran
teknologi. Teknologi mempunyai nilai, karenanya untuk mendapatkannya diperlukan
biaya.38
Menurut Pengertian Pasal 1 Ayat 1 UU Paten, Paten ialah hak eksklusif yang
diberikan oleh Negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang
untuk slama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.39
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor
atas hasil invensinya dibidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya
kepada pihak lain untuk melaksanakannya,
Dengan kata lain paten memiliki 2 unsur yaitu:
1. Hak Khusus yang diberikan Negara kepada penemu ( yaiu pemegang
paten).
2. Untuk melaksanakan:
a. (melaksanakan) sendiri penemuan tersebut: dalam literature
kegiatan ini, diistilahkan sebagai paten proses yaitu berupa hak
penemu menggunakan proses produksi (production procces)
38 Sumantoro, Hukum Ekonomi, Jakarta: UI Press 1986, Hal 104. 39 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
-
34
b. Atau memberikan persetujuan kepada orang lain untuk
melaksanakan; dalam literature kegiatan ini diistilahkan sebagai
paten produk yaitu berupa hak penemu misalnya hak menjual,
mengimpor, menyewakan, dan sebagainya hasil produksi
(product) yang memberi paten.40
Terdapat kesamaan antara hak eksklusif dan hak milik dimana menurut Pasal 570 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan suatu kebendaandengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan Undang-Undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak untuk menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain;kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti rugi.41
Menurut Kartini Muljadi dengan dikuasainya suatu benda berdasarkan
hak milik, maka seorang pemegang hak milik diberikan kewenangan untuk
menguasainya secara tentram dan untuk mempertahankannya terhadap siapapun
yang bermaksud untuk mengganggu ketentramannya dalam menguasai,
memanfaatkan, serta mempergunakan hak milik tersebut. 42
Hak esklusif adalah hak yang dipergunakan oleh pemegang paten
tersebut untuk melaksanakan serta melarang pihak lain untuk mempergunakan
patennya tanpa adanya persetujuan dari pemegang paten. Adapun hak tersebut
mengatur mengenai:
1. Pembuatan paten.
40 Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual, Bandung: Nuansa Aulia, 2010. 41 Pasal 570 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 42 Kartini Muljadi Gunawan Widjaja, Kedudukan Berkuasa dan Hak Milik dalam sudut pandang KUHPerdata, Jakarta: Kencana 2004, Hal 131
Universitas Sumatera Utara
-
35
Pemegang paten berhak atas pembuatan paten, dengan demikian pihak
lain dilarang untuk membuat suatu objek yang telah dipatenkan tanpa ada
persetujuan oleh pemegang patennya.
2. Penggunaan paten.
Pihak lain tidak diperbolehkan menggunakan paten miilik orang lain,
tanpa ada persetujuan dari pemilik paten, sebaliknya pemilik paten juga
memiliki hak untuk membirikan izin ataupun melarang orang lain untuk
mempergunakan patennya.
3. Penjualan paten
Penjualan paten adalah bukan menjual hakdaripada paten tersebut, tapi
menjual suatu objek yang telah dipatenkan orang lain tanpa persetujuan
pemegang patennya.
4. Pengimporan paten.
Pengimporan paten adalah khususnya mengenai paten proses, yaitu
menggunakan prosses yang di patenkan orang lain ke dalam wilayah
pihak yang mempergunakan paten tersebut
5. Penyewaan paten
Pihak pemegang paten berhak untuk melarang dan melaksanakan
kegiatan penyewaan objek yang dipatenkannya, sebaliknya pihak lain
haruslah memintakan izin untuk melaksanakan penyewaan objek yang
telah dipatenkan.
Dikarenakan pada paten umumnya terdapat suatu hal yang dirahasiakan
dan dapat dikatakan bagian dari rahasia dagang menurut Ahmad M
Universitas Sumatera Utara
-
36
Ramli Rahasia dagang didefenisikan sebgai informasi termasuk rumus,
pola-pola, kompilasi, program, metoda, teknik, ataupun proses yang
menghasilkan nilai ekonomis secara mandiri, nyata dan potensial.43
6. Penyerahan paten.
7. Penyediaan paten untuk di serahkan produk yang diberi paten.44
Terdapat dua macam paten yang terdapat dalam UU Paten yaitu:
1. Paten biasa.
Paten biasa adalah Paten yang diberikan Negara kepada investor atas
invensinya dibidang teknologi. Dalam paten biasa objek patennya
bukan hanya produk saja, tetapi juga proses. Produk adalah suatu
bentuk yang dihasilkan dari suatu proses, sedangkan proses adalah
suatu tahapan dalam menghasilkan suatu produk.
2. Paten sederhana
Paten sederhana adalah paten yang diberikan oleh Negara terhadap
suatu invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai
kegunaan praktis disebabkan karena:
1) Bentuk
2) Konfigurasi
3) Konstruksi, Ataupun komponennya dapat memperoleh
perlindungan hukum dalam bentuk sederhana.45
43 Dr. Ahmad Ramli, Perlindungan Rahasia Dagang dalam UU No. 30/2000 dan Perbandingannya dengan Beberapa Negara, Bandung: Mandar Maju, 2001. 44 Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten. 45 Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
-
37
Adapun penggolongan paten lainnya yang semata-mata untuk
memudahkan pengaturannya, adapun jenis-jenis paten adalah:
1. Paten yang berdiri sendiri, tidak bergantung pada paten lain.
2. Paten yang terkait dengan paten lainnya ( dependent patent).
Keterkaitan ini bisa terjadi bila ada hubungan lisensi biasa maupun
lisensi wajib dengan paten yang lainnya dan paten tersebut dalam
bisang yang berlainan. Sedangkan bila kedua paten tersebut dalam
bidang yang sama, penyelesaiannya diusahakan dengan saling
memberikan lisensi atau lisensi timbale balik (cross lisence)
3. Paten tambahan atau paten perbaikan. Patenini merupakan suatu
tambahan atau suatu perbaikan dari paten sebelumnya, atau tambahan
dari penemuan yang asli.
4. Paten impor atau paten konfirnmasi atau paten revalidasi paten ini
bersifat khusus karena dikenal di luar negeri.46
Indonesia hanya mengenal 2 jenis paten berdasarkan ketentuan
perundang-undangannya yaitu:
1. Jenis paten biasa
2. Jenis paten sederhana.47
46 Muhamad Djumhana dan, R.Djubaedillah, Hak Milik Intellektual(Sejarah, Teori, Prakteknya di Indonesia), Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 2003, hal.122. 47 Ibid, hal.122.
Universitas Sumatera Utara
-
38
Dalam segi permohonannya, terdapat perbedaan dalam segi perolehan
paten biasa dan paten sederhana, adapun perbedaan perolehan tersebut antara
lain:
1. Permohonan pemeriksaan subtantif atas paten sederhana dapat dilakukan
bersamaan pengajuan permohonan atau paling lama enam bulan
terhitung sejak tanggal penerimaan.
2. Dalam memeriksa pemeriksaan subtantif Ditjen HKI hanya memeriksa
kebaharuan saja, yaitu dengan melihat tanggal penerimaan invensi yang
dipatenkan dengan teknologi yang sebelumnya telah dipatenkan. Sesuai
dengan Pasal 3 UU Paten.48
C. Invensi yang Dapat Dimohonkan Patennya di Indonesia
Invensi yang dapat diberikan paten (hak eksklusif) adalah:
1. Invensi yang baru dan mengandung langkah inventif serta dapat
diterapkan dalam industri.
2. Invensi yang pada saat tanggal penerimaan tidak sama dengan teknologi
yang diungkapkan sebelumnya.
Ada pendapat sarjana mengenai invensi yang dapat diberikan paten,
yaitu menurut sarjana Woerjati. bahwa paten dapat diberikan terhadap:
1. Penemuan yang baru (penemuan dalam arti pendapatan)
2. Pendapatan itu harus merupakan pemecahan masalah tertentu di bidang
teknologi
48 Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
-
39
3. Penemuan itu harus dapat dilaksanakan di bidang industri. 49
Pengaturan mengenai invensi dalam permohonan paten dapat dilihat di
UU Paten yang terdapat pada Pasal 2 ayat 1 dan 2 yaitu paten diberikan untuk
invensi yang baru dan mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan
dalam industri. Suatu invensi mengandung langkah inventif apabila invensi
tersebut bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu dibidang teknik
merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya. Permohonan adalah
permohonan paten yang duajukan terhadap Ditjend.50
Undang-Undang Paten dengan jelas menyebutkan paten diberikan untuk
penemuan baru mengandung langkah inventif dan dapat diterapkan dalam
industri Pasal 2 ayat (1). Suatu penemuan mengandung langkah inventif, jika
penemuan tersebut bagi seorang yang mempunyai keakhlian bisa mengenai
teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya Pasal 2 ayat (2)51.
Adapun salah satu teknik yang dapat dilakukan dalam menentukan
kebaharuan dari suatu temuan adalah dengan cara silogisme yaitu dengan
menggunakan silogisme kategorial menariknya kedalam bentuk suatu premis
dengan menggunakan rumusan secara negatif , rumusan secara negatif yang
dimaksudkan oleh penulis adalah apabila kedua premis bersifat negatif maka
temuan tersebut merupakan mengandung unsur kebaharuan, dikarenakan tidak
49 Woerjati, Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta Rineka Cipta, 2000, hal.11. 50 Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. 51 Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
-
40
ada mata rantai yang menghubungkan kedua premisnya.52 yang dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Suatu penemuan dianggap baru, jika pada saat pengajuan permintaan paten
tersebut tidak sama atau tidak merupakan bagian dari penemuan terdahulu;
2. Penemuan terdahulu adalah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
penemuan yang pada saat atau sebelum :
a. Tanggal pengajuan permintaan paten, atau
b. Tanggal penerimaan permintaan paten dengan hak prioritas, apabila
permintaan paten diajukan dengan hak prioritas, telah diumumkan
Indonesia atau di luar Indonesia dalam suatu tulisan yang
memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan penemuan tersebut
atau telah diumumkan di Indonesia dengan menguraikan lisan atau
melalui peragaan penggunaannya atau dengan cara lain yang
memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan penemuan tersebut.53
Penerapannya dalam bidang industri merupakan syarat daripada invensi
yang dapat dimohonkan patennya di Indonesia. Suatu invensi dapat diterapkan
dalam industri jika invensi tersebut merupakan invensi yang berhubungan
dengan bidang industri. Dalam hal setiap invensi yang berupa produk ataupun
alat yang baru yang mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk,
konfigurasi, konstruksi, atau komponennya dapat diperoleh perlindungan
hukum berbentuk paten sederhana.
52 Putri Sardy Hartati, pengertian dan Macam-Macam Silogisme, http://putrisardyoriza.blog.com/2013/03/27/pengertian-dan-macam-macam-silogisme/ diakses. 22-10-2013. 53 Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
-
41
Syarat mendapatkan paten yakni :
1. Penemuan tersebut merupakan penemuan baru. Penemuan tersebut
diproduksi dalam skala massal atau industrial. Suatu penemuan teknologi,
secanggih apapun, tetapi tidak dapat diproduksi dalam skala industri
(karena harganya sangat mahal/tidak ekonomis), maka tidak berhak atas
paten.
2. Penemuan tersebut merupakan penemuan yang tidak terduga sebelumnya
(non obvious). Jadi bila sekedar menggabungkan dua benda tidak dapat
dipatenkan.54
Adapun invensi yang didaftarkan patennya di Indonesia adalah
merupakan invensi yang baru dan belum pernah ditemukan sebelumnya dan
belum terduga sebelumnya, dengan kata lain haruslah mengandung unsur
kebaharuan. Kebaharuan berdasarkan makna katanya berasal dari kata Baru
yang berarti sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya dan kemudian
diciptakan dan tidak terduga, tidak diketahui oleh siapapun sebelumnya.
Oleh karenanya syarat yang mutlak dalam pendaftaran Paten adalah
mengandung unsur kebaharuan, tidak diperbolehkan adanya kesamaan antar
Invensi satu sama lainnya, dikarenakan Paten merupakan hak eksklisif yang
diberikan kepada pemegangnya untuk melaksanakan Patennya dan memberikan
larangan serta Lisensi kepada orang lain dalam penggunaan patennya, oleh
karenanya tidaklah diperbolehkan apabila ada dua buah paten yang sama karena
sangat bertentangan dengan apa itu pengertian Paten.
54 Hak Kekayaan Intelektual Bidang Paten, http://mitaanisaa. blogspot. com/diakses tanggal 30 Juni 2013
Universitas Sumatera Utara
-
42
Paten dalam segi syarat dalam perolehannya tentu haruslah
mengandung unsur kebaharuan sesuai dengan yang di diatur pada Pasal 3 dan 4
UU Paten yaitu bukan hanya mengenai aspek kebaharuannya, yang dapat di uji
dalam penyesuaian dokumen pembanding yang lama dengan Invensi yang
didaftarkan, dan bukan menggunakan dokumen Paten di Indonesia saja sebagai
pembandingnya, namun menggunakan dokumen dari luar Indonesia, disamping
itu juga mengenai pengaturan tanggal dalam permohonan, yang diatur pada
Pasal 3, 4, 5, 6, dan 7 UU Paten.55
Adapun pengaturan mengenai kebaharuan paten berdasalkan tanggal
penerimaannya adalah:.
1. Apabila tanggal penerimaannya tidak sama dengan teknologi yang
diungkapkan sebelumnya.
2. Pengaturan tersebut berlaku terhadap teknologi yang diumumkan di
Indonesia ataupun diluar Indonesia dalam suatu Tulisan, uraian lisan
ataupun melalui peragaan, atau dengan cara lain yang
memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan invensi tersebut
sebelum:
1. Tanggal penerimaan, atau
2. Tanggal prioritas.
3. Teknologi yang diungkap sebelumnya sebagaimana dimaksud
mencakup dokumen permohonan yang diajukan di Indonesia, serta
dipublikasikan pada atau setelah tanggal penerimaan yang
55 Pasal 3, 4, 5, 6 dan, 7 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 Tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
-
43
pemeriksaan substansinya sedang dilakukan, tetapi tenggal
penerimaan tersebut lebih awal dari pada tanggal penerimaan atau
tanggal prioritas permohonan, yang secara rinci diatur dalam Pasal 3
UU Paten.56
UU Paten juga mengatur ketentuan dalam menentukan apakah suatu
invensi dapat dikatakan baru atau tidak dengan sistem pengumuman. adapun
pengaturan mengenai pengumuman tersebut diatur dengan ketentuan:
1. Penguman dianggap batal apabila 6 (enam) bulan sebelum tanggal
penerimaan apaabila:
a. Telah ada yang mempertunjukkan paten dalam suatu
pameran internasional di Indonesia ataupun di luar negeri
yang resmi atau diakui sebagai resmi atau dalam suatu
pameran nasional di Indonesia yang resmi atau diakui sebagai
resmi.
b. Digunakan di Indonesia oleh inventornya dalam rangka
percobaan dengan tujuan penelitian dan pengembangan.
2. Apabila 12 (dua belas) bulan sebelum tanggal penerimaan, ternyata
ada pihak lain yang mengumumkan dengan cara melanggar
kewajiban untuk menjaga kerahasiaan invensi tersebut,
pengumuman tersebut dianggap tidak pernah dilakukan, yang secara
jelas diatur dalam Pasal 4 UU Paten. 57
56 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten. 57 Syafrudin. s, Kompilasi Undang-Undang Bidang Hak Kekayaan Intelektuan, Medan, Pustaka bangsa press, hal.135.
Universitas Sumatera Utara
-
44
Pengumuman dilakukan segera setelah 18 bulan sejak tanggal
penerimaan atau segera setelah 18 bulan sejak tanggal prioritas apabila
permohonan di ajukan adapun pengumuman itu dilakukan dengan menempatkan
pengumuman tersebut dalam berita Resmi paten yang diterbitkan secara berkala
oleh Ditjend, serta ditempatkan di sarana khusus yang dapat dilihat oleh
masyarakat. 58
Apabila invensi tersebut dapat diterapkan dalam indutri dan dapat dilaksanakan
dalam industri, serta terhadap invensi yang berupa produk, atau alat baru yang
mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk, konfigurasi,
konstruksi, atau komponennya, yang diatur secara jelas pada Pasal 5, dan Pasal
6 UU Paten.
Terdapat pula pengaturan mengenai invensi yang tidak dapat
dimohonkan patennya yaitu
1. Terhadap proses ataupun produk yang pengumuman dan penggunaannya
bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.
2. Terhadap metode perawatan, pemeriksaan, pengobatan, ataupun
pembedahan yang diterapkan pada manusia ataupun hewan.
3. Terhadap teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan
matematuika, atau semua makluk hidup terkecuali jasad renik.
58 Pasal 42 ayat 2 dan, Pasal 42 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
-
45
4. Terhadap proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman
atau , hewan, kecuali proses non biologis atau proses mikrobiologis,
yang diatur secara jelas pada Pasal 7 UU Paten59.
Adapun sumber peraturan lain yang mengatur mengenai paten yang tidak
bisa dimohonkan adalah menurut TRIPS-GATT yaitu termasuk metode untuk
diagnosis, mengobati atau pembedaan untuk merawat manusia atau hewan, juga
dapat dikecualikan pada tanaman dan binatang, selain mikroorganisme, proses
biologis yangpenting untuk memproses produksi dari tumbuhan atau binatang,
selain proses non-biologis atau mikrobiologis.60
D. Syarat dan Prosedur dalam Permohonan Paten
Proses permohonan pendaftaran paten ini dimulai dengan mengajukan
permohonan paten. Pasal 20 UU Paten menyatakan bahwa paten diberikan atas
dasar permohonan dan Pasal 21 UU Paten menyatakan bahwa setiap
permohonan hanya dapat diajukan untuk satu Invensi atau beberapa invensi
yang merupakan satu kesatuan Invensi.
Dari ketentuan Pasal 20 dan 21 UU Paten ini, jelas ditentukan bahwa
pemberian paten didasarkan pada permohonan yang diajukan oleh inventor atau
kuasanya. Artinya, tanpa adanya permohonan seseorang paten tidak akan
diberikan. Permohonan paten dimaksud hanya dapat diajukan baik untuk satu
59 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten. 60 Prof. Mr. Dr. Sudargo Gautama, Hak Milik Intelektual Indonesia dan Perjanjian Internasional:TRIPS, GATT, PUTARAN URUGUAY, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti 1994. Hal 35
Universitas Sumatera Utara
-
46
Invensi atau beberapa Invensi yang merupakan satu kesatuan dan saling
berkaitan erat.61
Pada dasarnya, permohonan paten harus diajukan oleh inventor dan
disertai dengan membayar biaya permohonan kepada Ditjend HKI. Dalam hal
permohonan tidak diajukan oleh Inventor atau diajukan oleh pemohon yang
bukan Inventor, menurut Pasal 23 UU Paten permohonan tersebut harus disertai
pernyataan yang dilengkapi bukti yang cukup bahwa ia berhak atas Invensi yang
bersangkutan dan inventor dapat meneliti surat permohonan dimaksud dan atas
biayanya sendiri dapat meminta salinan dokumen permohonan tersebut.62
Ada dua sistem permohonan pendaftaran paten yang dikenal di dunia,
yaitu sistem registrasi dan sistem ujian. Menurut sistem registrasi setiap
permohonan permohonan pendaftaran paten diberi paten oleh kantor paten
secara otomis. Spesifikasi dari permohonan tersebut hanya memuat uraian dan
monopoli yang diminta dan tidak diberi penjelasan secara rinci. Karenanya
batas-batas monopoli tidak dapat diketahui sampai pada saat timbul sengketa
yang dikemukakan di sidang pengadilan yang untuk pertama kali akan
menetapkan luasnya monopoli yang diperbolehkan. Itu pula sebabnya paten-
paten yang terdaftar menurut sistem registrasi tanpa penyelidikan dan
pemeriksaan lebih dahulu dianggap bernilai rendah atau paten-paten yang
memiliki status lemah.
Menurut O. K. Saidin dalam bukunya, jumlah negara yang menganut
sistem registrasi sedikit sekali, antara lain Belgia, Afrika Selatan, dan Prancis.
61 Pasal 21 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten. 62 Pasal 23 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
-
47
Pada awalnya, sistem permohonan pendaftaran paten yang banyak dipakai
adalah sistem registrasi. Namun karena jumlah permohonan makin lama
semakin bertambah, beberapa sistem registrasi lambat laun diubah menjadi
sistem ujian dengan pertimbangan bahwa paten seharusnya lebih jelas
menyatakan monopoli yang dituntut dan selayaknya sejauh mungkin monopoli-
monopoli yang tidak dapat dipertanggungjawabkan tidak akan diberi paten.
Sebuah syarat telah ditetapkan bahwa semua spesifikasi paten harus meliputi
klaim-klaim yang dengan jelas menerayatn monopoli yang akan dipertahankan
sehingga pihak lain secara mudah dapat mengetahui yang mana yang dilarang
oleh monopoli dan yang mana yang tidak dilarang. 63
Dengan sistem ujian, seluruh instansi terkait diwajibkan untuk menguji
setiap permohonan permohonan pendaftaran dan bila perlu mendesak pemohon
agar mengadakan perubahan (amandement) sebelum hak atas paten tersebut
diberikan. Pada umumnya ada tiga unsur (kriteria) pokok yang diuji :
1. Invensi harus memenuhi syarat-syarat untuk diberi hak atas paten menurut
undang-undang yang mengatur paten.
2. Invensi baru harus mengandung sifat kebaruan.
3. Invensi harus mengandung unsur menemukan sesuatu yang bersifat
kemajuan (invention step) dari apa yang telah diketahui.64
Di Indonesia sendiri ketentuan tentang sistem permohonan pendaftaran
paten semula merujuk pada Pengumuman Menteri Kehakiman tanggal 12
Agustus 1953 Nomor J. S. 5/41/4 (Berita Negara Nomor 53-69) tentang
63 H. OK. Saidin, S. H. , M. Hum, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. 64 ibid
Universitas Sumatera Utara
-
48
Permohonan paten.65 Adapun syarat-syarat permohonan permohonan
pendaftaran menurut Pengumuman Menteri Kehakiman tersebut adalah :
1. Permohonan permohonan pendaftaran paten harus disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa si pemohon dengan disertai terjemahannya
dalam bahasa Indonesia. Surat permohonan harus ditandatangani oleh si
pemohon sendiri dan harus disebut dalam surat itu nama, alamat dan
kebangsaan pemohon. Syarat demikian harus dipenuhi pula apabila
permohonan diajukan oleh seseorang yang bertindak bagi dan atas nama
pemohon selaku kuasanya;
2. Surat permohonan harus disertai :
a. Sebuah uraian dari ciptaan baru (maksudnya temuan baru dari pemohon
yang dimintakan rangkap tiga 3);
b. Jika perlu sebuah gambar atau lebih dan setiap gambar harus dibuat
rangkap dua 2
c. Surat kuasa, apabila permohonan diajukan oleh seorang kuasa;
d. Surat pernyataan seorang kuasa yang bertempat tinggal di Indonesia;
3. Biaya-biaya yang ditentukan;
4. Keterangan tentang belum atau sudah dimintakannya hak paten di luar
negeri atas permohonan yang diajukan itu dan kalau sudah
dimintakannya, apakah sudah diberi hak paten di luar negeri negeri
tersebut.66
65 Pengumuman Menteri Kehakiman tanggal 12 Agustus 1953 Nomor J. S. 5/41/4 (Berita Negara Nomor 53-69) tentang Permohonan Sementara Permohonan Pendaftaran Paten 66 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
-
49
Namun kemudian setelah keluar Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989,
yang telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997,
ketentuan ini disempurnakan lagi melalui UU Paten, prosedur permohonan
paten sudah disebut secara rinci dan menyamai prosedur permohonan paten di
negara-negara lain di seluruh dunia. Pemeriksaan paten adalah tahapan yang
menentukan keputusan dapat atau tidaknya diberikan paten oleh Ditjend. Hal-
hal dan langkah-langkah pemeriksaan telah ditetapkan dalam peraturan-
peraturan paten, sedayatn pelaksanaannya dilakukan oleh Ditjend.
Dalam berbagai literatur ditemukan istilah-istilah yang digunakan
mengenai sistem permohonan pendaftaran paten antara lain adalah sistem
konstitutif yang disebut juga sistem ujian (examination system). Dalam sistem
konstitutif ini dikenal dua jenis sistem pemeriksaan, yaitu pemeriksaan langsung
(prompt examination system) dan pemeriksaan yang ditunda (defered
examination system). 67 Kemudian sistem deklaratif yang dalam permohonan
pendaftaran hanya memberi dugaan saja menurut undang-undang bahwa orang
yang mendaftarkan patennya itu adalah orang yang berhak dari paten yang
didaftarkan.
Undang-Undang Paten menggunakan sistem konstitutif dengan sistem
pemeriksaan berupa pemeriksaan yang ditunda. Hal ini dapat dilihat dari tahap-
tahap pemeriksaan, yaitu pemeriksaan substansi dilakukan setelah dipenuhi
syarat-syarat administratif. Adapun syarat-syarat administratif yang harus
dipenuhi untuk mengajukan permintaan paten adalah:
67 Adisumarto Harsono, Hak Milik Intelektual Khususnya Paten dan Merek, Hak Milik Perindustrian (Industrial Property), Jakarta, Akademika Pressindo, 1985, hal. 32.
Universitas Sumatera Utara
-
50
1. Dalam pengajuan permohonan, diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia kepada Ditjend;
2. Format permohonan harus memuat :
a. Tanggal, bulan, dan tahun permohonan;
b. Alamat lengkap dan alamat jelas pemohon;
c. Nama lengkap dan kewarganegaraan inventor;
d. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui
kuasa;
e. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa;
f. Pernyataan permohonan untuk dapat diberi paten;
g. Judul invensi;
h. Klaim yang terkandung dalam invensi;
i. Deskripsi tentang invensi yang secara lengkap memuat keterangan
tentang cara melaksanakan invensi;
j. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk
memperjelas invensi; dan
k. Abstraksi invensi. 68
Yang diatur secara menyeluruh pada UU Paten yaitu pada pasal yang ke 24.
Selain syarat administrasi yang harus dipenuhi, terdapat juga beberapa
syarat yang diatur dalam Pasal 2, 3 dan 5 UU Paten. Setelah syarat-syarat
dalam Pasal 2, 3 dan 5 tersebut terpenuhi, kantor paten memberikan secara
68 Pasal 24 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
-
51
resmi surat paten untuk invensi yang bersangkutan kepada orang yang
mengajukan permintaan paten Pasal 55 ayat 1 UU Paten.69
Setelah melalui tahapan pemeriksaan, Ditjend berkewajiban memberikan
keputusan untuk menyetujui permintaan paten dan dengan demikian memberi
paten atau menolaknya. Apabila berdasarkan pemeriksaan dihasilkan
kesimpulan bahwa penemuan yang dimintakan paten dapat diberi paten, Ditjend
memberikan Surat Paten kepada orang yang mengajukan permintaan paten.
Begitu pula sebaliknya bila kesimpulannya tidak memenuhi syarat, maka
permintaan ditolak dan penolakan harus dilakukan secara tertulis.70 Surat
pemberitahuan yang berisikan penolakan permintaan paten harus dengan jelas
mencantumkan pula alasan dan pertimbangan yang menjadi dasar penolakan.
Ditjend memberikan secara resmi Surat Paten untuk penemuan yang
permintaannya diterima kepada orang yang mengajukan permintaan paten atau
kuasanya.71 Paten yang telah diberikan dicatat dalam Daftar Umum Paten dan
diumumkan dalam Berita Resmi Paten. Begitu pula surat yang berisikan
penolakan permintaan paten, dicatat dalam Buku Resmi Paten yang mencatat
paten yang bersangkutan. Atas keputusan penolakan dapat dilakukan banding,
yang diajukan kepada Komisi Banding Paten dengan tembusan kepada Ditjend.
Adapun peraturan lain yang mengaturnya adalah pada Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 1999 yang selanjutnya disingkat dengan PP 34
tahun 1999 yaitu mengatur mulai dari syarat serta prosedur permohonan
69 Pasal 55 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten. 70 Pasal 55 dan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten. 71 Pasal 55 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
-
52
pendaftaran patennya yaitu mengatur mualai dari pegajuan, pemecahan serta,
syarat perolehan paten. Adapun pengaturannya adalah sebagai berikut:
1. Cara pengajuan paten.
Adapun cara pengajuan paten adalah sebagai berikut:
a. Pengajuan paten diajukan ke kantor paten, secara tertulis dan
menggunakan bahasa Indonesia.
b. Apabila menggunakan kuasa maka wajib dilengkapi ndengan
surat kuasa.
c. Apabila diajukan bukan oleh penemu, harus dilenghkapi bukti
yang cukup bahwa ia berhak atas invensi tersebut.
d. Disampaikan langsung ke kantor
e. Terdapat pengecualian terhadap permintaan paten yang diatur
pada pasal 28 UU Paten.
2. Permintaan paten yang terdiri dari:
a. Surat permintaan untuk mendapatkan paten.
b. Deskripsi tentang penemuan.
c. Satu atau lebih klaim yang terkandung dalam penemuan.
d. Satu atau lebih gambar yang disebut dalam deskripsi yang
diperlukan untuk memperjelas.
e. Abstraksi tentang penemuan.
3. Format permohonan memuat:
a. Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan.
b. Nama lengkap, alamat pemohon.
Universitas Sumatera Utara
-
53
c. Nama lengkap dan kewarganegaraan.
d. Nama lengkap, alamat kuasa apabila permintaan dengan
kuasa.
e. Judul penemuan
f. Jenis paten yang diminta
4. Pemecahan permohonan:
a. Dalam permohonan paten hanya belaku dengan ketentuan satu
permohonan untuk satu invensi, oleh karenanya apabila
permohonan tersebuyt memuat dua invensi, maka dapat
dipecah menjadi dua permohonan.
b. Pengajuan mengenai pemecahan tersebut dapat diajukan
secara terpisah satu sama lainnya. 72 73
Pengaturan diatas secara jelas diatur pada Pasal 2, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 8
PP 34 Tahun 1999.
72PP Nomor 34 Tahun 1999, hal 23 73 Pasal 2, 4, 5 dan, Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1999.
Universitas Sumatera Utara