chapter ii.pdf

18
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ketuban pecah dini (KPD) merujuk pada pasien dengan usia kehamilan diatas 37 minggu dan mengalami pecah ketuban sebelum dimulainya proses persalinan. Ketuban pecah dini preterm (KPDP) adalah pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu. Ketuban pecah dini spontan adalah pecahnya ketuban setelah atau dengan dimulainya persalinan. KPD memanjang adalah pecahnya ketuban yang terjadi lebih dari 24 jam dan sebelum dimulainya proses persalinan. 1,4,5 Membran yang mengelilingi kavum amniotik terdiri dari amnion dan korion, yang merupakan lapisan yang melekat yang mengandung berbagai tipe sel, termasuk sel epitel, sel mesenkim, dan sel trofoblas, tertanam dalam matriks kolagen. Membran ini mempertahankan cairan amnion, mensekresikan substansi baik ke dalam cairan amnion maupun ke uterus, dan melindungi janin dari infeksi yang melibatkan saluran reproduksi. Pada usia kehamilan aterm, 8-10% wanita hamil mengalami ketuban pecah dini, dan para wanita ini memiliki risiko infeksi intrauteri yang meningkat bila interval antara pecah ketuban dan pelahiran semakin lama. 1 KPDP terjadi pada kira-kira 1% dari seluruh kehamilan dan berkaitan dengan 30-40% kelahiran prematur. Hal ini kemudian menjadi penyebab utama yang teridentifikasi dari kelahiran prematur dan komplikasinya, termasuk sindroma distress pernapasan, infeksi neonatus, dan perdarahan intraventrikular. 10 Universitas Sumatera Utara

Upload: ahmad-farhan

Post on 10-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Ketuban pecah dini (KPD) merujuk pada pasien dengan usia kehamilan

    diatas 37 minggu dan mengalami pecah ketuban sebelum dimulainya proses

    persalinan. Ketuban pecah dini preterm (KPDP) adalah pecahnya ketuban

    sebelum usia kehamilan 37 minggu. Ketuban pecah dini spontan adalah

    pecahnya ketuban setelah atau dengan dimulainya persalinan. KPD

    memanjang adalah pecahnya ketuban yang terjadi lebih dari 24 jam dan

    sebelum dimulainya proses persalinan.1,4,5

    Membran yang mengelilingi kavum amniotik terdiri dari amnion dan

    korion, yang merupakan lapisan yang melekat yang mengandung berbagai

    tipe sel, termasuk sel epitel, sel mesenkim, dan sel trofoblas, tertanam dalam

    matriks kolagen. Membran ini mempertahankan cairan amnion,

    mensekresikan substansi baik ke dalam cairan amnion maupun ke uterus,

    dan melindungi janin dari infeksi yang melibatkan saluran reproduksi. Pada

    usia kehamilan aterm, 8-10% wanita hamil mengalami ketuban pecah dini,

    dan para wanita ini memiliki risiko infeksi intrauteri yang meningkat bila

    interval antara pecah ketuban dan pelahiran semakin lama.1 KPDP terjadi

    pada kira-kira 1% dari seluruh kehamilan dan berkaitan dengan 30-40%

    kelahiran prematur. Hal ini kemudian menjadi penyebab utama yang

    teridentifikasi dari kelahiran prematur dan komplikasinya, termasuk sindroma

    distress pernapasan, infeksi neonatus, dan perdarahan intraventrikular.10

    Universitas Sumatera Utara

  • 9

    Setelah ketuban pecah dini aterm, 70% kasus memulai persalinan

    dalam 24 jam, dan 95% dalam 72 jam.9,10 Pada kasus ketuban pecah dini

    preterm, periode laten sejak pecahnya ketuban hingga persalinan menurun,

    berbanding terbalik dengan bertambahnya usia kehamilan. Misalnya, pada

    20-26 minggu kehamilan, rerata periode laten adalah 12 hari; sedangkan

    pada 32-34 minggu, hanya 4 hari.10,12

    1.1. Struktur selaput ketuban

    Universitas Sumatera Utara

  • 10

    Selaput ketuban manusia terdiri dari lima lapisan terpisah (Gbr. 1), tidak

    Universitas Sumatera Utara

  • 11

    mengandung pembuluh darah atau saraf, dan nutrisi yang dibutuhkan

    Universitas Sumatera Utara

  • 12

    olehnya dipenuhi oleh cairan amnion. Rata-rata ketebalan selaput ketuban

    Universitas Sumatera Utara

  • 13

    Gambar 1. Representasi skematik struktur selaput ketuban aterm. Diperlihatkan

    Komposisi matriks ekstraselular dari masing-masing lapisan dan tempat produksi matriks

    metalloproteinase (MMP) dan metalloproteinase inhibitor jaringan (Tissue Inhibitor of

    MetalloproteinaseTIMP).

    Universitas Sumatera Utara

  • 14

    setelah pelepasan dari dinding uterus adalah sekitar 200-300m, namun

    karena edema lokal mesoderm amnion, kadang terlihat selaput ketuban yang

    lebih tebal. Setelah lahir, lapisan-lapisan berikut dapat dilihat secara

    histologis (Gbr.2):

    Amnion

    o epitel amnion (20-30m)

    o mesoderm amnion (15-30m)

    lamina basalis atau membran basal

    lapisan stroma kompakta

    lapisan fibroblas

    Lapisan spongiosum intermediat (tebal bervariasi)

    Gambar 2. Lapisan-lapisan selaput ketuban janin.

    Universitas Sumatera Utara

  • 15

    Chorion laeve

    o mesoderm korionik (15-20m)

    pembuluh darah

    lamina basalis atau membran basal

    Trofoblas (10-50m)

    Desidua kapsularis (hingga 50m)13

    Lapisan paling dalam, yang terdekat dengan janin, adalah epitel

    amnion. Sel epitel amnion mensekresikan kolagen tipe III dan IV dan

    glikoprotein nonkolagen (laminin, nidogen, dan fibronektin) yang membentuk

    membran basal, lapisan berikutnya dari amnion.13

    Lapisan padat jaringan ikat yang dekat dengan membran basal

    membentuk kerangka fibrosa utama amnion. Kolagen lapisan padat tersebut

    disekresikan oleh sel mesenkim pada lapisan fibroblas. Kolagen interstisial

    (tipe I dan III) predominan dan membentuk ikatan parallel yang

    mempertahankan integritas mekanik amnion. Kolagen tipe V dan VI

    membentuk penghubung filamentosa antara kolagen interstisial dan

    membran basal epitel. Tidak ada penempatan substansi dasar amorf antara

    fibril kolagen dalam jaringan ikat amnion aterm, sehingga amnion

    mempertahankan daya regangnya sepanjang tahap akhir kehamilan

    normal.10,14,15

    Lapisan fibroblast adalah lapisan yang paling tebal diantara lapisan-

    lapisan amnion, mengandung sel-sel mesenkim dan makrofag dalam suatu

    Universitas Sumatera Utara

  • 16

    matriks ekstraselular. Kolagen pada lapisan ini membentuk jaringan longgar

    dengan pulau-pulau glikoprotein nonkolagen.10,16

    Lapisan intermediat (lapisan spons, atau zona spongiosa) terletak di

    antara amnion dan korion. Kandungan yang melimpah dari proteoglikan

    terhidrasi dan glikoprotein memberikan sifat "kenyal" lapisan ini dalam

    preparat histologis, dan mengandung jaringan nonfibrillar sebagian besar

    kolagen tipe III. Lapisan intermediat menyerap tekanan fisik dengan membuat

    amnion bergeser di korion dasarnya, yang melekat kuat pada desidua

    maternal.

    Universitas Sumatera Utara

  • 17

    Walaupun korion lebih tebal daripada amnion, amnion memiliki daya

    regang yang lebih besar. Korion menyerupai membran epitel tipikal, dengan

    polaritasnya yang mengarah ke desidua maternal. Dengan pertumbuhan

    kehamilan, vili trofoblas dalam lapisan korion dari refleksi membran janin

    (bebas plasenta) berkurang. Di bawah lapisan sitotrofoblas (lebih dekat ke

    janin) adalah membran basal dan jaringan ikat korionik, yang kaya akan fibril

    kolagen.10

    Kolagen tipe IV, V, dan VII menciptakan sebuah substrat, yang tidak

    hanya penting bagi integritas struktur dari membran, tapi juga untuk

    penyembuhan luka dan pertumbuhan sel. Sudah jelas bukti bahwa banyak

    Gambar 3. Preparat histologi pewarnaan hematoxylin dan eosin (H&E) membran

    korioamnion dari kehamilan 39 minggu yang dilahirkan dengan repeat seksio sesaria

    sebelum dimulainya proses persalinan. Pembesaran 200x.

    Universitas Sumatera Utara

  • 18

    dari molekul-molekul ini berinteraksi satu sama lain di suatu milieu yang

    sangat kompleks dari bio-regulasi yang memerlukan adanya membran,

    pertumbuhan faktor individu, interaksi dan up-regulasi dan down-regulasi

    berbagai proses penyembuhan. Metalloproteinase contohnya, harus

    seimbang dengan Tissue Inhibitor of Metalloproteinases (TIMPS); faktor

    pertumbuhan, seperti fibroblas. Fibroblas berfungsi untuk membentuk lapisan

    yang memperkuat jaringan. Sel-sel epitel secara biologis aktif dalam proses

    penyembuhan yang memiliki reseptor pada permukaannya.16

    Regenerasi biomolekul memegang peranan penting dalam

    penyembuhan dan faktor pertumbuhan yang terkonsentrasi di dalam selaput

    ketuban. Hal ini termasuk faktor pertumbuhan epidermis, Transforming

    Growth Factor (TGF), faktor pertumbuhan fibroblas, platelet-derived growth

    factors, metalloproteinase dan TIMP.16,17

    1.2. Mekanisme pecah ketuban sebelum dan selama persalinan

    Pecahnya selaput ketuban intrapartum terjadi disebabkan perlemahan

    keseluruhan karena kontraksi uterus dan peregangan yang berulang. Daya

    regang selaput berkurang pada spesimen yang diambil setelah persalinan

    dibandingkan dengan spesimen yang diperoleh setelah persalinan dengan

    operasi sesar tanpa proses persalinan. Perlemahan keseluruhan selaput

    ketuban sulit ditentukan bila KPD dibandingkan dengan selaput yang

    dipecahkan dalam proses persalinan. Namun selaput yang pecah prematur,

    Universitas Sumatera Utara

  • 19

    tampaknya disebabkan terdapatnya defek fokal daripada perlemahan

    keseluruhan. Area sekitar lokasi ruptur digambarkan sebagai zona terlarang

    perubahan morfologi ekstrim yang ditandai oleh pembengkakan nyata dan

    gangguan jaringan fibril kolagen didalam lapisan padat (kompakta), fibroblas

    dan spongiosa. Karena zona ini tidak termasuk seluruh lokasi ruptur, zona ini

    dapat timbul sebelum pecahnya ketuban dan menunjukkan titik pecah

    awal.10,18

    Meskipun karakteristik KPDP berbeda dengan pecah ketuban

    intrapartum, ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa mekanisme yang

    mempredisposisi para wanita dengan KPD tidak identik dengan mekanisme

    yang biasanya mendahului persalinan. Hal ini telah memberikan pandangan

    bahwa KPD mempercepat atau mempresipitasi berlebihan proses pecah

    spontan selaput ketuban selama persalinan.10

    1.1.1. Tekanan barometer

    Telah diketahui bahwa perubahan tekanan barometer dapat

    mempercepat pecahnya selaput ketuban. Literatur yang mendukung hal ini

    masih terbagi. Milingos dkk. menemukan korelasi signifikan antara tekanan

    barometrik dan KPD (r=0.44, p

  • 20

    hubungan statistik antara tekanan barometer atau fase bulan dengan KPD

    pada serial 117 pasien mereka. Efek tekanan barometer pada pecahnya

    ketuban tetap menjadi subyek kontroversial, dan apakah efek ini

    berkontribusi pada KPDP masih diselidiki.3,19-21

    1.1.2. Metabolisme kolagen

    Pada tahun 1995, Draper dkk., melaporkan penemuan mengenai

    peningkatan aktivitas protease pada selaput ketuban wanita yang mengalami

    KPDP dibandingkan dengan merekan yang melahirkan bayi prematur tanpa

    KPD. Pada studi penting ini, tercatat bahwa satu-satunya inhibitor protease

    yang efektif adalah asam etilendiamintetrasetik, mengesankan ini adalah

    metalloproteinase (MMP). MMP adalah enzim zinc-dependent yang

    mendegradasi komponen matriks ekstraselular, seperti kolagen, glikoprotein,

    dan proteoglikan. Enzim-enzim ini disekresikan sebagai proenzim inaktif dan

    aktivitasnya tetap dikendalikan oleh inhibitor yang disebut tissue inhibitors of

    metalloproteinase (TIMP). MMP diklasifikasikan menurut spesifisitas substrat.

    Yang termasuk kolagenase adalah MMP-1 dan MMP-8, yang

    mendegradasikan kolagen tipe I, II, dan III. Yang termasuk gelatinase adalah

    MMP-2 dan MMP-9,yang mendegradasi kolagen denaturasi, kolagen tipe IV

    dan V. Yang termasuk stromalisin adalah MMP-3, MMP-7, dan MMP-10,

    yang mendegradasi proteoglikan, fibronektin, dan komponen stromal lain.22

    Pada tahun 1996, Vadillo-Ortega dkk., membandingkan cairan amnion

    dari empat kelompok pasien: (1) wanita dengan persalinan normal aterm, (2)

    Universitas Sumatera Utara

  • 21

    wanita aterm belum inpartu, (3) kehamilan preterm pada saat studi genetik,

    dan (4) pasien KPDP. Wanita aterm inpartu dan wanita dengan KPDP

    memiliki kadar aktivitas gelatinolitik yang lebih tinggi dalam cairan amnionnya.

    Kebanyakan aktivitas ini memiliki karakteristik disebabkan oleh MMP-9. Para

    penulis kemudian mengukur konsentrasi inhibitor MMP-9, tissue inhibitor of

    metalloproteinase-1 pada sampel yang sama dan menemukan bahwa sampel

    preterm dari pasien yang menjalani amniosentesa genetik mengandung

    kadar yang tertinggi, sedangkan sampel dari pasien KPDP mengandung

    kadar terendah. Para peneliti mencatat bahwa penelitian mengenai MMP-1

    sama menariknya seperti pemecah kolagen fibril tipe 1. Mereka mencatat

    bahwa aktivitas ini tidak terdeteksi dalam cairan amnion karena MMP-1

    terikat kuat pada matriks ekstraselular amniokorion.23 Temuan mengenai

    peningkatan MMP-9 dan bukannya MMP-1 dalam cairan amnion pada wanita

    KPDP selanjutnya dikonfirmasi dengan penelitian oleh Athayde dkk. juga

    terdapat regionalisasi perubahan tipe dan kandungan kolagen. Konsentrasi

    MMP-9 yang lebih tinggi ditunjukkan pada selaput yang dekat dengan serviks

    daripada selaput di daerah tengah pada pasien aterm baik sebelum dan

    sesudah dimulainya persalinan. MMP-9mendegradasi kolagen tipe V, yang

    terlihat menurun pada KPDP. Kejadian yang menyebabkan hal ini belum

    diketahui, namun terdapat beberapa bukti yang mengaitkannya pada infeksi.

    Seperti diketahui sebelumnya, terdapat hubungan jelas antara infeksi dengan

    KPDP. Protease yang diproduksi bakteri dapat merubah kekuatan membran,

    atau secara alternatif mungkin merupakan derivate lekosit yang diaktivasi

    Universitas Sumatera Utara

  • 22

    sebagai respon invasi bakteri. Ditunjukkan pula bahwa MMP-7, yang

    dihasilkan makrofag, meningkat dengan invasi mikroba preterm ke kavum

    amnion. MMP-7 juga ditunjukkan dapat mengaktivasi bentuk proenzim MMP

    lain, dengan efek kaskade.3

    1.1.3. Perubahan kandungan kolagen, struktur, katabolisme, dan

    faktor klinis yang berkaitan.

    Pemeliharaan daya regang selaput ketuban sepertinya melibatkan

    keseimbangan antara sintesa dan degradasi komponen matriks ekstraselular.

    Diduga bahwa perubahan dalam membran, termasuk berkurangnya

    kandungan kolagen, perubahan struktur kolagen dan aktivitas kolagenolitik

    yang meningkat, berhubungan dengan ketuban pecah dini.10

    Terdapat bukti tidak langsung bahwa infeksi traktus genitalia

    mempercepat pecah ketuban pada manusia dan hewan. Identifikasi

    mikroorganisme patologis pada flora vagina manusia segera setelah pecah

    ketuban mendukung konsep bahwa infeksi bakteri mungkin berperan pada

    patogenesa KPD. Data epidemiologi menunjukkan hubungan antara

    kolonisasi traktus genitalia oleh streptokokus grup B, Chlamydia trachomatis,

    Neisseria gonorrhoeae, dan mikroorganisme yang menyebabkan bakterial

    vaginosis (anaerob vagina, Gardnerella vaginalis, spesies mobiluncus, dan

    mycoplasma genital) dan suatu peningkatan risiko KPDP. Terlebih lagi, pada

    beberapa studi penatalaksanaan wanita terinfeksi dengan antibiotik

    menurunkan angka KPDP.10,24,25

    Universitas Sumatera Utara

  • 23

    Progesterone dan estradiol menekan remodelingmatriks ekstraselular

    pada jaringan reproduksi. Relaksin, suatu hormon protein yang meregulasi

    remodeling jaringan ikat, diproduksi lokal pada plasenta dan desidua dan

    membalikkan efek inhibisi estradiol dan progesterone dengan meningkatkan

    aktivitas MMP-3 dan MMP-9 pada selaput ketuban. Walaupun penting untuk

    mempertimbangkan peran estrogen, progesteron, dan relaksin pada proses

    reproduksi, keterlibatannya pada proses pecah ketuban perlu dijelaskan.26

    Amnion dan korion manusia yang diperoleh setelah KPD aterm

    mengandung banyak sel apoptosis pada daerah yang dekat dengan lokasi

    ruptur dan sedikit sel apoptosis di daerah lainnya. Pada kasus-kasus

    korioamnionitis, sel epitel amnion apoptotik terlihat pada persambungan

    dengan granulosit pelekat, menunjukkan bahwa respon imun induk

    mempercepat kematian sel pada selaput ketuban.27

    Peregangan berlebihan pada uterus karena polihidramnion dan

    kehamilan multijanin menginduksi tegangan membran dan meningkatkan

    risiko KPD. Peregangan mekanik selaput ketuban meningkatkan regulasi

    produksi beberapa faktor amniotik, termasuk prostaglandin E2 dan interleukin-

    8. Peregangan juga meningkatkan aktivitas MMP-1 dalam membran.

    Interleukin-8, yang diproduksi oleh sel amnion dan korion, merupakan

    kemotaksis neutrofil dan merangsang aktivitas kolagenase. Produksi

    interleukin-8, yang berkonsentrasi rendah dalam cairan amnion selama

    trimester ke-dua tetapi berkonsentrasi tinggi pada kehamilan lanjut, diinhibisi

    oleh progesteron. Maka, produksi interleukin-8 dan prostaglandin E2 amniotik

    Universitas Sumatera Utara

  • 24

    menggambarkan perubahan biokimia pada selaput ketuban yang mungkin

    dimulai oleh tekanan fisik (peregangan membran), menyatukan hipotesa

    pecah ketuban akibat induksi-tekanan dan induksi biokimia.28

    Pada suatu penelitian oleh Park JC dkk. tahun 2003 yang

    membandingkan ketebalan dan perubahan histopatologis pada selaput

    ketuban antara KPD dan selaput ketuban utuh setelah pelahiran,

    mendapatkan hasil bahwa pada KPDP ditemukan rerata ketebalan selaput

    ketuban yang lebih kecil daripada persalinan preterm tanpa KPD, namun

    hasilnya tidak signifikan. Sedangkan pada perbandingannya, selaput ketuban

    pada kehamilan usia 37 minggu dijumpai lebih tipis daripada kehamilan usia

  • 25

    Universitas Sumatera Utara