chapter ll
DESCRIPTION
aaaaaaaTRANSCRIPT
![Page 1: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hygiene Perorangan
2.1.1. Definisi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), hygiene perorangan berasal dari
bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.
Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Menurut Perry (2005), hygiene perorangan adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hygiene Perorangan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
1. Body image, yaitu gambaran individu terhadap dirinya yang mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik sosial, yaitu pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola hygiene perorangan.
3. Status sosial ekonomi, yaitu personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
Universitas Sumatera Utara
![Page 2: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/2.jpg)
4. Pengetahuan, yaitu pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya, yaitu pada sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
mandi.
6. Kebiasaan seseorang, yaitu ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis, yaitu pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
2.1.3. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Hygiene Perorangan
Dampak yang akan timbul jika hygiene perorangan kurang adalah (Tarwoto,
2003):
1. Dampak fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadi karena adanya gangguan
kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan
dengan baik, adalah gangguan yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik
pada kuku.
2. Dampak psikososial, yaitu masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan
hygiene perorangan adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.
Universitas Sumatera Utara
![Page 3: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/3.jpg)
2.1.4. Tanda dan Gejala
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), tanda dan gejala individu dengan
kurang perawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau dan pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas dan tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri atau isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya , rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil di sembarang
tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam kurangnya perawatan diri adalah :
1. Data subjektif, yaitu malas untuk beraktivitas dan merasa tidak berdaya.
2. Data objektif, yaitu rambut kotor dan acak – acakan, badan dan pakaian kotor dan
bau, mulut dan gigi bau, kulit kusam dan kotor, kuku panjang dan tidak terawat.
Universitas Sumatera Utara
![Page 4: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/4.jpg)
2.1.5. Pemeliharaan dalam Hygiene Perorangan
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan dan kesehatan (Potter, 2005). Hygiene perorangan meliputi:
1. Kebersihan Kulit
Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama
memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya.
Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan,
makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari.
Dalam memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus
selalu diperhatikan adalah menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik
sendiri, mandi minimal 2x sehari, mandi memakai sabun, menjaga kebersihan
pakaian, makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah, dan menjaga
kebersihan lingkungan.
2. Kebersihan Rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat bersih dan indah
sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak berbau. Dengan selalu
memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu memperhatikan
kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2 kali seminggu,
mencuci rambut memakai sampo/bahan pencuci rambut lainnya, dan sebaiknya
menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
3. Kebersihan Gigi
Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan
gigi sehingga terlihat bersih. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga
Universitas Sumatera Utara
![Page 5: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/5.jpg)
kesehatan gigi adalah menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap
sehabis makan, memakai sikat gigi sendiri, menghindari makan-makanan yang
merusak gigi, membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi dan
memeriksa gigi secara teratur.
4. Kebersihan Telinga
Hal yang diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah membersihkan telinga
secara teratur, dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.
5. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku
Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus dipelihara dan ini tidak
terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Tangan,
kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan
tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan
penyakit-penyakit tertentu. Untuk menghindari bahaya kontaminasi maka harus
membersihkan tangan sebelum makan, memotong kuku secara teratur, membersihkan
lingkungan, dan mencuci kaki sebelum tidur.
2.1.6. Kegiatan yang Mencakup Hygiene Perorangan
Kegiatan-kegiatan yang mencakup hygiene perorangan adalah:
1. Mandi
Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan diri. Mandi
dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah,
memberikan kesegaran pada tubuh. Sebaiknya mandi dua kali sehari, alasan utama
ialah agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi membuat tubuh kita segar dengan
membersihkan seluruh tubuh kita (Stassi, 2005).
Universitas Sumatera Utara
![Page 6: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/6.jpg)
Menurut Irianto (2007), urutan mandi yang benar adalah seluruh tubuh dicuci
dengan sabun mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman yang melekat
mengotori kulit lepas dari permukaan kulit, kemudian tubuh disiram sampai bersih,
seluruh tubuh digosok hingga keluar semua kotoran atau daki. Keluarkan daki dari
wajah, kaki, dan lipatan- lipatan. Gosok terus dengan tangan, kemudian seluruh tubuh
disiram sampai bersih sampai kaki.
2. Perawatan mulut dan gigi
Mulut yang bersih sangat penting secara fisikal dan mental seseorang.
Perawatan pada mulut juga disebut oral hygiene. Melalui perawatan pada rongga
mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat di mulut dapat dibersihkan. Selain itu,
sirkulasi pada gusi juga dapat distimulasi dan dapat mencegah halitosis (Stassi,
2005).
Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar menyangkut kesehatan di
rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan seluruh tubuh. Orang yang
giginya tidak sehat, pasti kesehatan dirinya berkurang. Sebaliknya apabila gigi sehat
dan terawat baik, seluruh dirinya sehat dan segar bugar. Menggosok gigi sebaiknya
dilakukan setiap selesai makan. Sikat gigi jangan ditekan keras-keras pada gigi
kemudian digosokkan cepat-cepat. Tujuan menggosok gigi ialah membersihkan gigi
dan seluruh rongga mulut. Dibersihkan dari sisa-sisa makanan, agar tidak ada sesuatu
yang membusuk dan menjadi sarang bakteri (Irianto, 2007).
Universitas Sumatera Utara
![Page 7: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/7.jpg)
3. Cuci tangan
Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungan dengan apa
saja. Kita menggunakan tangan untuk menjamah makanan setiap hari. Selain itu,
sehabis memegang sesuatu yang kotor atau mengandung kuman penyakit, selalu
tangan langsung menyentuh mata, hidung, mulut, makanan serta minuman. Hal ini
dapat menyebabkan pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab terganggunya
kesehatan karena tangan merupakan perantara penularan kuman (Irianto, 2007).
Selain itu, tangan juga salah satu penghantar utama masuknya kuman
penyakit ke tubuh manusia. Cuci tangan dengan sabun dapat menghambat penyakit
ke tubuh manusia melalui perantara tangan. Tangan manusia yang kotor karena
menyentuh feses mengandung kurang lebih 10 juta virus dan 1 juta bakteri. Kuman
penyakit seperti virus dan bakteri tidak dapat terlihat dengan mata telanjang sehingga
sering diabaikan dan mudah masuk ke tubuh manusia. Hampir semua orang mengerti
pentingnya cuci tangan pakai sabun namun tidak membiasakan diri untuk
melakukannya dengan benar pada saat yang penting.
Berdasarkan penelitan WHO dalam National Campaign for Handwashing
with Soap (2007) telah menunjukkan mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada
5 waktu penting yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang
bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan dapat mengurangi
angka kejadian diare sampai 40%. Cuci tangan pakai sabun dengan benar juga dapat
mencegah penyakit menular lainnya seperti tifus dan flu burung.
Universitas Sumatera Utara
![Page 8: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/8.jpg)
Langkah yang tepat cuci tangan pakai sabun adalah seperti berikut (National
Campaign for Handwashing with Soap, 2007):
a. Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan
dengan sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari.
b. Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.
c. Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.
4. Membersihkan Pakaian
Pakaian yang kotor akan menghalang seseorang untuk terlihat sehat dan segar
walaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian banyak menyerap keringat, lemak dan
kotoran yang dikeluarkan badan. Dalam sehari saja, pakaian berkeringat dan
berlemak ini akan berbau busuk dan menganggu. Untuk itu perlu mengganti pakaian
dengan yang besih setiap hari. Saat tidur hendaknya kita mengenakan pakaian yang
khusus untuk tidur dan bukannya pakaian yang sudah dikenakan sehari-hari yang
sudah kotor. Untuk kaos kaki, kaos yang telah dipakai 2 kali harus dibersihkan.
Selimut, sprei, dan sarung bantal juga harus diusahakan supaya selalu dalam keadaan
bersih sedangkan kasur dan bantal harus sering dijemur (Irianto, 2007).
2.1.7. Tujuan Hygiene Perorangan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), tujuan dari hygiene perorangan
adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri,
memperbaiki personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan
keindahan, dan meningkatkan rasa percaya diri.
Universitas Sumatera Utara
![Page 9: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/9.jpg)
Berdasarkan Penelitian Dahlia Kristina di TPA Namo Bintang Tahun 2010.
Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah:
1. Kebersihan Kulit
2. Kebersihan Kuku
2.2. Alat Pelindung Diri
2.2.1. Definisi
Menurut Ridley (2004), alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekeliling. Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya,
prioritas pertama seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan
ketimbang secara individu. Penggunaan alat pelindung diri hanya dipandang perlu
jika metode-metode perlindungan yang lebih luas ternyata tidak praktis dan tidak
terjangkau.
Dengan seluruh jenis alat pelindung diri yang tersedia, pemasok akan
menyarankan jenis yang paling sesuai untuk kebutuhan perlindungan pekerja dan
dapat menawarkan beberapa pilihan berdasarkan material, desain, warna, dan
sebagainya. Akan tetapi, ada beberapa prinsip umum harus diikuti. Alat pelindung
diri yang efektif harus sesuai dengan bahaya yang dihadapi, terbuat dari material yang
akan tahan terhadap bahaya tersebut, cocok bagi orang yang akan menggunakannya,
tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas, memiliki konstruksi yang
sangat kuat, tidak mengganggu alat pelindung diri lain yang sedang dipakai secara
bersamaan, dan tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya (Ridley, 2004).
Universitas Sumatera Utara
![Page 10: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/10.jpg)
2.2.2. Langkah-Langkah Menentukan Alat Pelindung Diri
Selain pengertian dari Alat Pelindung Diri adapula langkah-langkah yang
penting diperhatikan sebelum menentukan APD yang akan digunakan, adalah :
1. inventarisasi potensi bahaya yang dapat terjadi.Langkah ini sebagai langkah aw al
agar APD yang digunakan sesuai kebutuhan.
2. menentukan jumlah APD yang akan disediakan.Jum lah tenaga kerja yang
terpapar langsung menjadi prioritas utama. Dalam menentukan jumlah bergantung
pula pada jenis APD yang digunakan sendiri-sendiri (pribadi) atau APD yang dapat
dipakai secara bergantian.
3. memilih kualitas / mutu dari APD yang akan digunakan.Penentuan m utu akan
menentukan tingkat keparahan kecelakaan / penyakit akibat kerja yang dapat terjadi.
Penentuan mutu suatu APD dapat dilakukan melalui proses pengujian di
laboratorium.
2.2.3. Ketentuan Alat Pelindung diri
Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
1. Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya
2. Berbobot ringan
3. Dapat dipakai secara fleksibel (tidak membedakan jenis kelamin)
4. Tidak menimbulkan bahaya tambahan
5. Tidak mudah rusak
6. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada
7. Pemeliharaan mudah
Universitas Sumatera Utara
![Page 11: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/11.jpg)
8. Penggantian suku cadang mudah
9. Tidak membatasi gerak
10. Rasa tidak nyaman tidak berlebihan
11. Bentuknya cukup menarik
2.2.4. Fungsi Alat Pelindung Diri
Fungsi alat Pelindung Diri yaitu untuk mengisolasi tubuh pekerja terhadap
keterpaan bahan kimia berbahaya. Pemekaian alat pelindug diri merupakan cara
pengendalian setelah mengisolasi emisi polutan telah maksimum atau gagal.
2.2.5. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri
Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai akan mengurangi kemungkinan
kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Jenis-jenis alat pelindung diri yang aman
bagi pekerja adalah :
1. Pakaian kerja
Pakaian kerja jenis celana, hindarkan bagian kaki yang terlalu panjang,
bagian bawah yang terlalu lebar atau terlipat keluar akan mengurangi
pergerakan dan mudah terkait atau jatuh. Pakaian kerja jenis baju sedapat
mungkin tidak boleh terlalu longgar
2. Pemakaian sarung tangan
Sarung tangan sangat membantu pada pengerjaan agar terhindar dari
kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.
3. Pemakaian sepatu kerja
Pemakaian sepatu kerja sebagai pengaman kaki harus diperhatikan terutama
pemilihan bahan sepatu di daerah kerja yang cocok dengan kondisi kerja, sepatu
Universitas Sumatera Utara
![Page 12: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/12.jpg)
bengkel dengan pengaman, sepatu laboratorium ataupun sepatu untuk kerja di
lapangan. Semua hal tersebut di atas terutama mengamankan kaki dari benda jatuh
atau tergelincir pada waktu kerja.
4. Pemakaian masker
Pemakaian masker untuk melindungi pernafasan dari gas tertentu.
Alat pelindung diri harus disediakan gratis, diberikan satu per satu jika tidak
harus dibersihkan setelah digunakan, hanya digunakan sesuai peruntukannya, dijaga
dalam kondisi baik, diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan, dan disimpan
di tempat yang sesuai ketika tidak digunakan (Ridley,2004).
2.3. Kulit
2.3.1. Anatomi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira
15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi
pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh.
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu :
1. Lapisan epidermis
a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan
terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b. Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum, merupakan
lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi
Universitas Sumatera Utara
![Page 13: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/13.jpg)
protein yang disebut eledin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan
dan kaki.
c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 sel-sel gepeng
dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar
ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak memiliki lapisan ini. Stratum
granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
d. Stratum spinosum (stratum malphigi) terdiri atas beberapa lapis sel yang
berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.
Protoplasamanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di
tengah-tengah. Sel-sel ini semakin dengan ke permukaan makin gepeng
bentuknya.
e. Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun
vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar. Lapisan ini
merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.
2. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-
elemen selular dan folikel rambut.
3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi
sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti
terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk
kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa.
Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan
makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah
Universitas Sumatera Utara
![Page 14: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/14.jpg)
bening (Harahap, 2008).
2.3.2. Fungsi Kulit
Kulit mempunyai fungsi yang bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh
dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah :
1. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat
kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan alkali kuat
lainnya, gangguan bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet,
gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.
2. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda
padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut
lemak. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
3. Fungsi sekresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan ammonia.
Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya memproduksi
sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai
sebagai vernix caseosa.
4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis
dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di
dermis. Badan taktil meissner terletak di papilla dermis berperan terhadap rabaan,
demikian pula badan merkel ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap
Universitas Sumatera Utara
![Page 15: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/15.jpg)
tekanan diperankan oleh badan paccini di epidermis.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh, kulit melakukan peranan ini dengan cara
mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.
6. Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di
lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Jumlah melanosit dan jumlah serta
besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun
individu. Melanosom dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan enzim tirosinase, ion
Cu dan O2. Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom.
Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan ke lapisan
kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit,
reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.
7. Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu
keratinosit, sel Langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan
pembelahan,sel basal lain akan berpindah keatas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin keatas sel menjadi semakin gepeng dan bergranula menjadi sel
granulosum. Makin lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang
amorf.
8. Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi
kolesterol dengan pertolongan sinar matahari (Harahap, 2008).
Universitas Sumatera Utara
![Page 16: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/16.jpg)
2.3.3. Penyebab Penyakit Kulit
Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit
sangat banyak antara lain :
1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca,
panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma
mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung
merusak kulit dengan jalan :
a. Mengubah pHnya
b. Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi)
c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya
d. Merendahkan daya tahan kulit.
2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :
a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam.
b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal
dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat- obatan,
antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman, dll.
c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral, dll
d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon
aromatik klor, pewarna akrrridin, dll.
3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya.
Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit.
Universitas Sumatera Utara
![Page 17: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/17.jpg)
2.3.4. Keluhan-Keluhan Penyakit Kulit
Keluhan-keluhan penyakit kulit adalah:
1. Adanya rasa gatal-gatal pada kulit seperti rasa terbakar dan lesi yang tidak nyeri
2. Terdapat tonjolan pada kulit yang berisi nanah dan teraba keras
3. Kulit yang kemerahan nyeri apabila di tekan/ diusap/ digaruk
4. Terjadi peradangan yang memerah dan cepat membesar
5. Adanya lecet-lecet atau retakan kulit
6. Adanya kulit yang mengelupas seperti sisik
7. Terdapat bintil seperti jerawat kecil kemerah-merahan yang kadang disertai
lepuhan (Harahap, 2008)
Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam,
ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang
berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam
(Graham, 2005).
2.3.5. Jenis-jenis Gangguan Kulit
1. Penyakit Kulit Akibat Bakteri
a. Impetigo kontagiosa
Impetigo kontagiosa adalah infeksi kulit yang mudah menular dan terutama
mengenai anak-anak yang belum sekolah. Penyakit ini mengenai kedua jenis kelamin,
laki-laki dan perempuan, sama banyak. Pada orang dewasa, impetigo ini sering
terdapat pada mereka yang tinggal bersama-sama dalam satu kelompok, seperti
asrama dan penjara. Faktor predisposisi terjadinya ialah hygiene penderita dan
sanitasi yang jelek dan malnutrisi. Penyebab impetigo kontagiosa adalah
Universitas Sumatera Utara
![Page 18: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/18.jpg)
Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinisnya tidak disertai gejala umum, hanya
terdapat pada anak. Tempat predileksi di muka, yakni di sekitar lubang hidung dan
mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Kelainan kulit berupa
eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang
terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak
erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah.
Pengobatan jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salap antibiotik sistematik
(Djuanda, 2008)
Gambar 2.1. Impetigo Kontagiosa
b. Impetigo Bulosa
Impetigo Bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus galur grup II tipe faga 71.
Tiga lesi kulit kulit yang disebabkan oleh stafilokok grup II ini adalah: a. impetigo
bulosa, b. penyakit eksfolatif “Staphylococcal Scalded Skin syndrome” (SSSS), dan
c. erupsi non streptokokal skarlatiniforme. Impetigo Bulosa terutama terdapat pada
neonati dan anak yang lebih besar dan ditandai oleh pembentukan vesikula yang
cepat berubah menjadi bula yang lunak. Bula ini terdapat pada kulit normal. Pada
permulaaan bula berisi cairan kuning yang kemudian berubah menjadi kuning pekat
Universitas Sumatera Utara
![Page 19: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/19.jpg)
dan keruh. Bula tidak dikelilingi eriterm dan berbatas tegas. Kemudian bula pecah
dan mengempis serta membentuk krusta coklat tipis. Bula yang utuh mengandung
stafilokok. Gejala klinisnya tidak dipengaruhi keadaan umum. Tempat predileksi di
ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang
dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hupapion. Kadang-kadang
waktu penderita datang berobat, vesikel/bula telah memecah sehingga yang tampak
hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa. Pengobatan diberi salap antibiotik atau
cairan antiseptik jika terdapat hanya beberapa vesikel/bula yang dipecahkan
(Djuanda, 2008).
Gambar 2.2. Impetigo Bulosa
c. Impetigo neonatorum
Penyakit ini merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonatus.
Kelainan kulit serupa impetigo bulosa hanya lokasinya menyeluruh, dapat disertai
demam. Pada penyakit ini bula juga terdapat di telapak tangan dan kaki, terdapat pula
snuffle nose, saddle nose, dan pseudo paralisis parrot. Pengobatan dengan antibiotik
yang diberikan secara sistematik. Topikal dapat diberikan bedak salisil 2% (Djuanda,
2008).
Universitas Sumatera Utara
![Page 20: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/20.jpg)
Gambar 2.3. Impetigo neonatorum
d. Ektima
Ektima adalah suatu infeksi piogenik kulit yang ditandai pembentukan krusta yang
menutupi tukak (ulkus) dibawahnya. Ektima lebih sering terjadi pada anak-anak.
Orang dewasa dapat juga terkena. Faktor predisposisi untuk terjadinya ektima adalah
trauma, malnutrisi, dan hygiene yang jelek. Ektima sering timbul sebagai komplikasi
penyakit kulit lain, seperti skabies dan ekzema. Lesi ektima sangat infeksius. Oleh
karena itu penderita merupakan reservoir infeksi untuk orang lain. Penyebab ektima
adalah streptokok beta hemolitik. Kadang-kadang pada lesi, ditemui juga stafilokok
koagulase positip yang merupakan bakteri sekunder. Manifestasi klinik: ektima mulai
sebagai pustule atau bula yang cepat membesar dan menjadi ulkus. Lesi berbentuk
bulat atau oval dengan diameter 1-3 cm, dikelilingi oleh haloeritem dan edema.
Ektima ditutupi krusta tebal yang melekat dan berwarna coklat tua. Jika krusta di
angkat terdapat ulkus purulen, seperti cangkir dengan pinggir menimbul. Biasanya
hanya ada satu atau beberapa lesi. Penderita merasa sedikit sakit dan pada perabaan
terasa nyeri. Bila tidak diobati penyakit menjadi kronik dan lesi bertambah banyak
akibat autoinokulasi. Limfangitis dan limfadenitis dapat terjadi. Jika sembuh, timbul
Universitas Sumatera Utara
![Page 21: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/21.jpg)
jaringan parut. Pengobatan yang dilakukan jika terdapat ektima sedikit, krusta
diangkat lalu diolesi dengan salap antibiotik. Kalau banyak, juga diobati dengan
antibiotik sistemik (Djuanda, 2008).
Gambar 2.4. Ektima
e. Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan bagian distal folikel rambut yang biasanya hanya
mengenai ostium, tapi dapat meluas sedikit ke bawahnya. Secara epidemiologi
merupakan keadaan yang sering ditemui dan umumnya diabaikan penderita.
Folikulitis mengenai anak-anak, remaja, dan orang dewasa, terutama penderita
jerawat atau cenderung menderita sebore. Faktor predisposisi ialah berkeringat
banyak, maserasi, dan hygiene jelek. Folikulitis dalam dapat terjadi sebagai perluasan
tipe superfisial. Sering kedua tipe folikulitis terdapat bersamaan. Folikulitis dalam
adalah infeksi yang telah meluas ke bagian bawah folikel contohnya adalah sikosis
vulgaris atau furunkel. Folikulitis disebabkan oleh Staphlococcus aureus. Folikulitis
dapat diklasifikasikan yaitu folikulitis superfisialis (terbatas di dalam epidermis) dan
Universitas Sumatera Utara
![Page 22: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/22.jpg)
folikulitis profunda (sampai ke subkutan). Pada folikulitis superfisialis gejala klinis
yaitu terdapat kelainan berupa papul atau pustul yang eritematosa dan di tengahnya
terdapat rambut, biasanya multipel. Pada folikulitis profunda gambaran klinis seperti
folikulitis superfisialis dan teraba infiltrat di subkutan. Contohnya sikosis barbe yang
berlokasi di bibir atas dan dagu, bilateral. Pengobatan dengan antibiotik
sistemik/topikal (Djuanda, 2008).
Gambar 2.5. Folikulitis
f. Furunkel
Nama lain Furunkel adalah bisul mata satu. Furunkel adalah infeksi folikel rambut
dan daerah sekitarnya. Banyak terdapat pada anak-anak yang besar dan
dewasa.Terutama mengenai daerah punggung, ketiak, paha, bokong dan perineum.
Gejala klinis antara lain nodul eritematosa, puncaknya terdapat nekrosis dan supurasi.
Nyeri sekali, dapat disertai demam dan pembesaran KGB (Djuanda, 2008).
Universitas Sumatera Utara
![Page 23: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/23.jpg)
Gambar 2.6. Furunkel
g. Karbunkel
Karbunkel adalah kumpulan beberapa furunkel yang bersatu, sehingga ada yang
memberi nama bisul bermata banyak. Penyakit ini biasa terdapat leher, punggung,
paha, bokong. Gejala klinis antara lain Nodul--nodul yang bergabung, dengan
beberapa puncak yang mengalami nekrosis dan supurasi, lesi dapat mencapai 10 cm,
kulit sekitar eritem, demam tinggi dan disertai nyeri (Djuanda, 20008).
Gambar 2.7. Karbunkel
Universitas Sumatera Utara
![Page 24: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/24.jpg)
h. Pionikia
Pionikia merupakan radang di sekitar kuku oleh piokokus. Penyebabnya adalah
Staphylococcus aureus dan/atau Streptococcus B hemolyticus. Penyakit ini didahului
trauma. Mulainya infeksi pada lipat kuku, terlihat tanda-tanda radang, kemudian
menjalar ke matriks dan lempeng kuku (nail plate), dapat terbentuk abses subungual.
Pengobatan dapat dilakukan dengan kompres dengan larutan antiseptik dan berikan
antibiotik sistemik. Jika terjadi abses subungual kuku diekstraksi (Djuanda, 2008).
Gambar 2.8. Pionikia
i. Erisipelas
Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh
streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan berbatas
tegas serta disertai gejala konstitusi. Terdapat gejala konstitusi yaitu demam, malese.
Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului
trauma, karena itu biasanya tempat predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit
yang utama ialah eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya
Universitas Sumatera Utara
![Page 25: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/25.jpg)
meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel, dan bula .
terdapat leukositosis. Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama ke
proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.
Pengobatan dengan istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan
(elevasi), tingginya sedikit lebih tinggi daripada letak kor. Pengobatan sistemik ialah
antibiotik, topikal diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik. Jika terdapat
edema diberikan diuretika (Djuanda, 2008).
Gambar 2.9. Erisipela
2. Penyakit Kulit Akibat Jamur
Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Beberapa contoh dari
mikosis adalah tinea (kurap) dan tinea versikolor (panu) (Harahap, 2008).
Gambar 2.10. Tinea (Kurap)
Universitas Sumatera Utara
![Page 26: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/26.jpg)
Gambar 2.11. Tinea Versikolor (Panu)
3. Penyakit Kulit Akibat Virus
a. Veruka
Veruka adalah hiperplasi epidermis disebabkan oleh human papilloma virus tipe
tertentu. (Djuanda, 2008). Veruka adalah hiperlasia epidermis yang disebabkan
infeksi virus. (Harahap, 2008). Veruka terbagi atas 4 tipe: Veruka vulgaris, Veruka
plana, Veruka piantaris dan Veruka akuminatum.
Gambar 2.12. Veruka
Universitas Sumatera Utara
![Page 27: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/27.jpg)
b. Herpes Zoster
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh varisela zoster virus. Herpes
Zoster menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan aktifitas virus yang terjadi
setelah infeksi primer. (Djuanda, 2008). Virus ini dengan cepat dapat dihancurkan
oleh bahan organik, detergen, enzim preolitik, panas dan PH tinggi (Harahap, 2008).
Gambar 2.13. Herpes Zoster
c. Varisela
Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala
konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral
tubuh (Harahap, 2008). Penyakit ini disebabkan oleh virus varisela zoster,
penanaman virus ini memberikan pengertian bahwa infeksi primer virus ini
menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster
(Djuanda, 2008).
Gambar 2.14. Varisela
Universitas Sumatera Utara
![Page 28: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/28.jpg)
d. Variola
Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaaan umum yang
sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruang kulit yang
monomorf, terutama tersebar di bagian perifer tubuh (Harahap, 2008).
Gambar 2.15. Variola
2.4. Udang
2.4.1. Defenisi
Udang merupakan makhluk air yang tidak bertulang belakang (invertebrata).
Udang mempunyai bentuk morfologi dan histologi yang khas, kepala dan tubuhnya
dilindungi oleh kulit yang banyak mengandung kalsium dan kitin (Darmono 1991).
Jenis udang laut yang dikategorikan memiliki nilai ekonomis penting antara lain
udang windu (Penaeus monodon), udang putih (Penaeus merguiensis) dan udang
dogol (Metapenaeus monoceros). Sedangkan udang air tawar yang memiliki
ekonomis penting antara lain udang galah (Macrobrachium rosenbergii), udang kipas
(Panulirus spp) dan udang karang (lobster) (Purwaningsih 2000).
Pada dasarnya tubuh udang dibagi menjadi dua bagian, yaitu Cephalotorax
(gabungan antara kepala,dada dan perut) pada bagian ekor terdapat bagian usus dan
gonad. Bagian kepala beratnya sekitar 36-49 % dari keseluruhan berat badan, daging
Universitas Sumatera Utara
![Page 29: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/29.jpg)
24-41% dan kulit 17-23% (Purwaningsih 2000).
2.4.2. Proses Pengolahan Udang
Proses pengolah udang menurut Hadiwiyoto (1993) adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan bahan baku pabrik
Udang segar yang tiba di pabrik dalam bak fiberglass atau blong
plastik yang diberi es dibongkar diruang penerimaan. Udang tersebut
dipisahkan dari sisa-sisa es dan disemprot dengan air bersih (pencucian I).
Setelah bersih, udang dipindahkan kedalam keranjang-keranjang plastik
besar yang dapat memuat 100 kg udang. Udang kemudian dipindahkan dan
dibawa ke ruang sampling melalui pintu yang diberi plastic curtain. Dari
ruang sampling, selanjutnya udang dibawa ke ruang proses untuk diolah
lebih lanjut. Apabila bahan baku masih banyak, maka udang ditampung
dalam bak penampung (fiber box).
Penampungan udang tidak boleh lebih dari satu hari. Dalam bak penampung
tersebut diberi es dengan perbandingan antara udang dan es adalah 1: 2. Pada
penampungan udang ini lapisan paling bawah diberi es curai kira-kira setebal 20 cm,
lalu diatas lapisan udang juga diberi lapisan es dengan ketebalan yang sama.
2. Pemotongan kepala dan pembersihan genjer
Bentuk olahan udang yang paling umum adalah Head On (HO), yaitu udang
yang diberikan dengan bentuk kepala dan genjer masih utuh. Pemotongan kepala dan
pembersihan dilakukan dengan tangan yaitu dengan mematahkan kepala dari arah
bawah keatas dan bagian yang dipotong mulai dari batas kelopak penutup kepala
hingga batas leher.
Universitas Sumatera Utara
![Page 30: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/30.jpg)
3. Pencucian II
Udang yang sedang dipotong kepalanya dicuci dengan air yang berklorin
dengan konsentrasi sebesar 10 ppm. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan
lendir, menghilangkan kotoran yang terbawa udang pada saat ditambak dan
mengurangi jumlah bakteri.
4. Sortasi warna
Sortasi warna adalah proses pemisahan udang sesuai dengan warnanya.
Dalam sortasi warna pada dasarnya ada tiga warna yaitu black (hitam), blue (biru),
dan white (putih) yang harus dibedakan dengan tujuan untuk mempertinggi nilai
artistiknya. Meskipun kualitas udang lebih penting, akan tetapi dari segi keindahan
susunan dan keseragaman warna juga sangat berperan dalam menarik minat
konsumen (Haryadi 1994).
5. Sortasi Ukuran
Sortasi ukuran adalah suatu cara penyortiran udang berdasarkan ukuran.
Sortasi ini dilakukan sesuai dengan jumlah udang untuk setiap pound. Pada tahap ini
udang selalu dipertahankan pada kondisi dingin yaitu dengan cara memberi es curai
pada udang yang sedang disortir.
6. Sortasi Final
Sortasi final dilakukan untuk mengoreksi hasil sortasi yang belum seragam
baik mutu, ukuran dan warna. Untuk pengecekan dilakukan per 1 pound dengan
timbangan. Bila jumlah udang sudah sesuai dengan jumlah standar pada daftar, maka
proses penanganan dapat dilanjutkan.
Universitas Sumatera Utara
![Page 31: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/31.jpg)
7. Penimbangan I
Pada tahap ini ada dua aktivitas utama yaitu perhitungan jumlah dilakukan
untuk menentukan jumlah yang tepat dan ukuran yang seragam. Penimbangan
dilakukan setelah proses perhitungan jumlah standar. Berat produk disesuaikan
dengan ketentuan inner carton yaitu seberat 4 pound atau 1,8 kg. Untuk menjaga
penyusutan setelah thawing, maka penimbangan dilebihkan (extra weight) 2-4 % dari
berat bersih.
Setelah penimbangan dilakukan pencatatan udang berdasarkan ukuran , mutu,
dan jumlah bobotnya. Kemudian diberi label serta ditambahkan es agar tetap dalam
keadaan dingin dan segar. Label udang menunjukkan kualitas dan jenis udang,
sedangkan angka menunjukkan ukuran udang dalam setiap pound (lbs). Untuk jenis
pembekuan digunakan kode, misalnya IQF berarti udang dibekukan dalam individual
quick freezer, ABF berarti dibekukan dalam air blast freezer dan CPF yaitu
pembekuan dengan contact plate freezer.
8. Pencucian III
Udang dicuci dalam air bersih tanpa kaporit yang dicampur dengan es
sehingga udang tetap dalam keadaan dingin. Pencucian ini bertujuan untuk
membersihkan lendir bakteri dan kotoran sebelum dilakukan pembekuan.
9. Penyusunan dalam pan pembeku
Penyusunan udang headless dalam pan pembeku adalah penyusunan udang
dengan metode ekor akan bertemu dengan ekor, dan potongan kepala menghadap
kesamping. Jumlah udang pada setiap lapis tergantung pada ukuran yang disusun.
Misalnya, untuk ukuran 16-20 pada lapisan paling bawah ada angka 8 berarti dalam
Universitas Sumatera Utara
![Page 32: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/32.jpg)
satu deret ada 8 udang, angka 7 diatasnya berarti dalam satu deret udang yang
jumlahnya 8, begitu seterusnya.
10. Pembekuan dan glazing
Pembekuan udang sering dilakukan dengan menggunakan contact plate
freezer dan air blast freezer bila udang dibekukan dalam bentuk blok. Apabila udang
blok dibekukan secara individu bisa menggunakan individual quick freezer. Setelah
dibekukan, udang harus di glazing atau diberi lapisan es tipis sehingga permukaan
udang beku atau blok udang beku tampak mengkilat. Tujuan utama dari glazing
adalah mencegah pelekatan antar bahan baku, melindungi produk dari kekeringan
selama penyimpanan, mencegah ketengikan akibat oksidasi dan memperbaiki
penampakan permukaan (Goncalves dan Junior 2009). Adapun glazing dilakukan
dengan cara menyiram atau mencelupkan udang beku dalam air bersuhu (0-5) oC.
Setelah di glazing, kemudian udang dikemas dan disimpan
dalam gudang beku (cold storage).
Universitas Sumatera Utara
![Page 33: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/33.jpg)
2.5. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.16. Kerangka Konsep
Berdasarkan gambar 2.9. dapat dijelaskan bahwa variabel independen dalam
penelitian ini adalah karakteristik pekerja yang mencakup umur, lama bekerja dan
tingkat pendididkan, personal hygiene yang mencakup kebersihan kulit sehari-hari,
kebersihan kulit saat bekerja, kebersihan tangan, kaki dan kuku, pemakaian alat
pelindung diri yang mencakup pemakaian pakaian kerja, pemakaian sarung tangan,
Hygiene Perorangan:
1. Kebersihan Kulit Sehari-hari
2. Kebersihan Kulit Saat Bekerja
3. Kebersihan Tangan, Kaki, Kuku
Pemakaian Alat Pelindung Diri:
1. Pemakaian Pakaian Kerja
2. Pemakaian Sarung Tangan
3. Pemakaian Sepatu Kerja
Keluhan Gangguan Kulit
Karakteristik Pekerja
1. Umur
2. Lama Bekerja
3. Tingkat Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
![Page 34: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/34.jpg)
pemakaian sepatu kerja. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keluhan
gangguan kulit.
2.6. Hipotesis Penelitian
Ha = Ada hubungan umur dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas
udang.
Ho = Tidak ada hubungan umur dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja
pengupas udang.
Ha = Ada hubungan lama bekerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja
pengupas udang.
Ho = Tidak ada hubungan lama bekerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja
pengupas udang.
Ha = Ada hubungan tingkat pendidikan dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja
pengupas udang.
Ho = Tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan keluhan gangguan kulit pada
pekerja pengupas udang.
Ha = Ada hubungan kebersihan kulit sehari-hari dengan keluhan gangguan kulit pada
pekerja pengupas udang.
Ho = Tidak ada hubungan kebersihan kulit sehari-hari dengan keluhan gangguan kulit
pada pekerja pengupas udang.
Ha = Ada hubungan kebersihan kulit saat bekerja dengan keluhan gangguan kulit
pada pekerja pengupas udang.
Ho = Tidak ada hubungan kebersihan kulit saat bekerja dengan keluhan gangguan
kulit pada pekerja pengupas udang.
Universitas Sumatera Utara
![Page 35: Chapter Ll](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022020311/577c859f1a28abe054bdf0d5/html5/thumbnails/35.jpg)
Ha = Ada hubungan kebersihan kuku dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja
pengupas udang.
Ho = Tidak ada hubungan kebersihan kuku dengan keluhan gangguan kulit pada
pekerja pengupas udang.
Ha = Ada hubungan pemakaian pakaian kerja dengan keluhan gangguan kulit pada
pekerja pengupas udang.
Ho = Tidak ada hubungan pemakaian pakaian kerja dengan keluhan gangguan kulit
pada pekerja pengupas udang.
Ha = Ada hubungan pemakaian sarung tangan dengan keluhan gangguan kulit pada
pekerja pengupas udang.
Ho = Tidak ada hubungan pemakaian sarung tangan dengan keluhan gangguan kulit
pada pekerja pengupas udang.
Ha = Ada hubungan pemakaian sepatu kerja dengan keluhan gangguan kulit pada
pekerja pengupas udang.
Ho = Tidak ada hubungan pemakaian sepatu kerja dengan keluhan gangguan kulit
pada pekerja pengupas udang.
Universitas Sumatera Utara