chevron ekuador

6

Click here to load reader

Upload: evafy

Post on 08-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

chevron

TRANSCRIPT

Page 1: Chevron Ekuador

Seorang hakim Amerika Serikat memerintahkan Chevron untuk tidak membayar ganti rugi

yang diputuskan pengadilan Ekuador. Hakim Lewis Kaplan menyatakan, persidangan di

Ekuador dilakukan dengan penuh penyimpangan, sehingga melanggar asas keadilan.

Kata Lewis Kaplan, para pengacara yang menggugat Chevron itu ''bertindak korup,

menyodorkan bukti palsu, dan membantu saksi menulis laporan demi memperkuat gugatan.''

Bagi Chevron, vonis di kandang ini merupakan kemenangan besar dalam kasusnya melawan

gugatan yang dilayangkan penduduk asli Ekuador. Para warga itu tinggal di kawasan Lago

Agrio, wilayah timur Ekuador, di area Oriente. Ini merupakan daerah yang dikenal kaya

minyak.

Para penduduk asli itu menuntut kompensasi atas polusi udara dan pencemaran lingkungan

hidup yang dilakukan oleh perusahaan minyak Texaco, selama 1970-1990.

Texaco dibeli Chevron pada 2001. Perusahaan awal ini dituduh membuang limbah pemboran

minyak secara sembarangan, membuat kerusakan hutan, terganggunya kesehatan warga, serta

membengkaknya kematian akibat kanker.

Chevron diputuskan bersalah. Tetapi, raksasa minyak dari Amerika Serikat itu menyatakan

tidak bisa bertanggungjawab. Alasannya, pengadilan Ekuador yang korup mewarnai vonis

terhadap Chevron itu.

Dalam kasus ini, penduduk asli diwakili oleh Steven Donziger, pengacara lulusan Fakultas

Hukum Universitas Harvard, yang pernah bekerja sebagai wartawan. Kata Kaplan, Donziger

berbuat curang. Ia diam-diam membayar ahli yang disuruh membuat laporan independen

mengenai dampak lingkungan akibat pemboran minyak oleh Chevron. Tujuannya agar para

ahli itu menyatakan bahwa telah terjadi kerusakan lingkungan akibat Texaco.

Bahkan, kata Kaplan, Donziger dan timnya menulis surat kepada hakim, siap membayar US$

500.000 bila dimenangkan. ''Kalau ada kasus yang penuh rekayasa kecurangan, ya inilah,'''

kata Kaplan.

Chevron menyambut dengan suka cita keputusan hakim Amerika ini. ''Ini kemenangan bagi

Chevron dan pemegang saham kami,'' tulisnya dalam siaran pers. Kemenangan ini, tulis

Chevron, menunjukkan bahwa peradilan Ekuador terhadap Chevron penuh kejahatan.

Namun, ini belum final. Donziger akan mengajukan banding. ''Keputusan ini betul-betul

melukai hati siapapun yang peduli terhadap kemandirian hukum. Pengadilan ini menunjuk

dirinya sendiri dan memberi dirinya sendiri dengan kekuasaan luar biasa, seolah-olah bisa

masuk ke negara orang lain,'' kata Deepak Gupta, yang akan mewakili Donziger di banding

ini.

Han Shan, yang mewakili penduduk asli, mengatakan ia akan terus-menerus menekan

Chevron, di negara mana pun perusahaan ini beroperasi. ''Di Ekuador asetnya tak begitu

banyak. Di negara lain, melimpah. Kami akan menggunakan jaringan kami di seluruh dunia

untuk menekan Chevron,'' kata Han Shan.

Kehadiran korporasi asing itu hanya membawa malapetaka. Tidak percaya? Mari melihat

kejadian yang menimpa rakyat Ekuador, khususnya yang tinggal di kawasan hutan Amazon.

Page 2: Chevron Ekuador

Dari tahun 1964 hingga 1992, perusahaan

minyak asal Amerika Serikat membuang 18,5 milyar galon bahan beracun ke lubang-lubang

tanah, rawa-rawa, sungai-sungai yang berada di kawasan hutan Amazon.

Banyak ahli lingkungan menyebut polusi minyak terburuk di dunia ini. Bahkan, ada yang

menyebut ini kejadian kedua terburuk, setelah Chernobyl, dalam sejarah umat manusia.

Perusahaan itu adalah Texaco. Perusahaan AS itu mengebor 399 ladang minyak di daerah

seluas 1 juta hektar. Texaco mengeksplorasi 1,500 barrel minyak mentah dan keuntungan 30

milyar USD.

Sebaliknya, ia juga meninggalkan bahan beracun yang mengancam keselamatan 30.000 orang

yang menghuni kawasan hutan hujan Amazon. Masyarakat adat menganggap kerusakan yang

ditimbulkan oleh Texaco lebih buruk dari tumpahan minyak di teluk Meksiko. Perusahaan itu

juga membakar gas alam ke udara tanpa kontrol.

Banyak ahli yang menuding, Texaco tidak menggunakan standar umum perusahaan minyak

ketika melepaskan bahan beracun ke dalam tanah. Namun, justru dengan pengabaian itu,

Texaco menghemat 1,5 milyar hingga 4,5 milyar USD dari biaya operasinya.

Tahun 2002, Chevron mengambil alih Texaco, termasuk kerusakan parah yang

diwariskannya. Inilah yang mendorong kelompok masyarakat adat, pada tahun 2003, untuk

melancarkan gugatan kepada korporasi asal AS ini.

Namun, perjuangan masyarakat adat itu tidak gampang. Mereka bernaung dalam sebuah

Koalisi untuk untuk mempertahankan Amazon. Para penggugat ini sering mendapat ancaman

pembunuhan. Akhirnya, Organisasi Negara Amerika (OAS) pernah meminta pemerintah

Ekuador agar memberikan perlindungan terhadap para penggugat.

Page 3: Chevron Ekuador

Namun, ancaman bukanlah hal yang baru. Pada tahun 1981, demi menjaga kepentingan

bisnisnya di Ekuador, AS terlibat dalam pembunuhan Presiden progressif Ekuador Jaime

Roldos dalam sebuah kecelakaan pesawat. Jaime Roldos berusaha mengambil alih Texaco

untuk memulihkan kedaulatan negerinya.

Pada Februari 2011, pengadilan negeri di kota Lago Agrio, Ekuador, memerintahkan

Texaco/Chevron untuk membayar 8,6 milyar USD atas pencemaran lingkungan di hutan

Amazon. Lalu, pada Januari 2012, Pengadilan Tinggi Ekuador memperkuat keputusan

pengadilan negeri itu. Presiden Ekuador Rafael Correa menyebut pertarungan rakyat Ekuador

dengan Chevron itu mirip pertarungan “David versus Goliath”.

Tetapi Chevron tidak tinggal diam. Korporasi AS itu menuding pengadilan Ekuador telah

mempolitisasi kasus pencemaran itu. Chevron juga meminta bantuan Arbitrase Internasional.

Ekuador juga terus berkampanye melawan pengadilan Ekuador. Baru-baru ini, pengadilan

Arbitrase di The Hague meminta penundaan hukuman terhadap Chevron.

“Kami masih menderita warisan panjang neokolonialisme, kegelapan neoliberalisme, dalam

kasus perjanjian perdagangan yang kriminal ini,” kata Presiden Ekuador Rafael Correa

mengomentari keputusan itu.

Menurut Rafael Correa, keputusan pengadilan arbitrase itu telah mengakhiri kedaulatan dan

kemerdekaan Ekuador. “Kami telah menjadi negara koloni akibat keputusan pengadilan

internasional itu,” tambahnya.

Terkait tekanan dari Pengadilan internasional itu, Rafael Correa telah meminta dukungan dari

negara-negara Amerika Latin, khususnya ALBA ( Alternatif Bolivarian untuk Amerika) dan

UNASUR (Perhimpunan Negara-Negara Amerika Selatan).

“Kami akan mempertahankan negara kami dengan segala cara. Kami akan memberi tahu

dunia mengenai penyimpangan ini. Perusahaan multinasional hanya menganggap kami

sebagai koloninya,” ungkap Correa.

Correa beranggapan, dunia sekarang ini dikuasai oleh modal besar, yang telah membawa

krisis di AS dan Amerika, yang membuat kepentingan pasar lebih tinggi dibanding kehidupan

manusia. “Kami berjuang untuk mengakhiri semua ini,” ujar Correa.

Untuk diketahui, Rafael Correa kembai memenangi pemilu Presiden Ekuador pada 17

Februari lalu. Ia meraih suara 58 persen, sedangkan pesaingnya, Guillermo Lasso, seorang

bekas bankir, hanya meraih 24 persen.

Ia pun berjanji memperdalam Revolusi Warga, yaitu sebuah revolusi yang dijalankan oleh

rakyat biasa melawan melawan para elit, bankir, dan politisi korup di Ekuador.

Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/dunia-bergerak/20130301/ketika-rakyat-

ekuador-menggugat-chevron.html#ixzz3DuIgibyN

Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook

di kawasan Amazonia di Ekuador (1972-1998) dan di Delta Niger, Nigeria (1998).

Page 4: Chevron Ekuador

Salah satu tempat yang paling tercemar oleh limbah minyak Texaco (Cehvron) di

kawasan Lago Agio di Ekuador (ATAS); dan contoh lapisan tanah yang sangat tercemar oleh

limbah hidrokarbon dari pengeboran minyak Texaco-Chevron di daerah itu, diperlihatkan

oleh salah seorang pegiat Koalisi Mempertahankan Amazon, Donald Moncayo (REPRO: NEW

INTERNATIONALIST).

Kasus di Ekuador diawali oleh pengeboran minyak oleh Texaco pda tahun 1972 di kawasan

Lago Agio. Sejak saat itu, perusahaan yang kemudian diambil-alih oleh Chevron tersebut

telah menggelontori kawasan Amazon Ekuador dengan 18 milyar galon limbah beracun

(lihat gambar). Menurut data dari Koalisi Mempertahankan Amazon (Amazon Defence

Coalition) dan Jaringan Hutan Hujan Sedunia (Rainforest Action Network), sekitar 30.000

warga masyarakat adat lokal di sana menderita oleh pencemaran tersebut dan tercatat sekitar

1.400 orang meninggal dunia sebagai akibatnya. Setelah berjuang sekian lama menggugat

Chevron, barulah pada bulan Februari 2011, pengadilan Ekuador memenuhi gugatan para

pegiat lingkungan dan masyarakat adat Amazonia dengan menjatuhkan hukuman bersalah

kepada Chevron yang diwajibkan membayar denda kerugian sebesar US$ 8,6 milyar.

Tetapi, bukan Chevron jika tak berusaha mengelak dengan segala cara. Para jurubicara

perusahaan raksasa itu berdalih apa saja, termasuk yang konyol, seperti "Limbah minyak

sama sekali tidak beracun" atau "Tidak berarti hanya karena kami membeli Texaco pada

tahun 2001 maka kami harus bertanggungjawab membersihkan kotoran yang mereka

tinggalkan di sana". (Mike G dalam New Internationalist, 5 Januari 2012). Para petinggi

Chevron terus saja berdalih bahwa setoran bagi-hasil yang pernah mereka bayarkan ke

pemerintah Ekuador sudah melebihi jumlah denda tersebut. Walhasil. sampai sekarang pun,

Chevron terus berkelit dan tidak menunaikan hukuman denda yang dijatuhkan pengadilan

Ekuador itu (Irene Caselli dalam New Internationalist, 21 Februari 2011).

Dengan kekuatan uang dan lobinya, tak mustahil memang Chevron lagi-lagi memainkan

kartunya dalam kasus ini. Wajar jika banyak yang mencurigai ada 'permainan kotor' Chevron

di belakang layar. Tengok saja kejanggalan yang terjadi dalam kasus Delta Niger. Pada bulan

Agustus 2007, Hakim Distrik di California, Susan Y. Illston, mengabulkan gugatan terhadap

Chevron atas kasus yang menewaskan dua perempuan pengunjuk rasa, Jola Ogungbeje dan

Aroleka Irowaninu, dan melukai puluhan orang lainnya, termasuk anak-anak, yang

memprotes pencemaran oleh Chevron Nigeria Limited (CNL) di kawasan ulayat mereka.

Hakim Illston menegaskan bukti keterlibatan Chevron menyediakan angkutan keoada tentara

Nigeria yang melakukan penembakan. Anehnya, beberapa bulan kemudian, Maret 2008,

pengacara Barbara Hadsell malah mengundurkan diri dari proses gugatan lanjut melawan

Chevron itu. Pada bulan Desember 2008, Dewan Juri Pengadilan Federal malah

membebaskan Chevron dari tuduhan, berdasarkan pembelaan pengacara Chevron bahwa

perusahaan raksasa minyak itu terpaksa meminta campur-tangan tentara Nigeria demi

membela keselamatan nyawa para karyawannya yang terancam oleh para pengunjuk rasa.

(Bob Egelko dalam San Fransisco Chronicle, 15 Agustus 2007; 12 Maret 2008; dan 3

Desember 2008). Padahal, menurut rekaman kejadian oleh Friends of the Earth Nigeria, para

pengunjuk rasa itu hanyalah sekitar 15-20 orang ibu, 8 orang anak-anak, dan 25 orang anak

muda suku Ilaje yang datang dengan tangan kosong, berkaos oblong, dan hanya membawa

poster-poster. (Sokari Ekine dalam New Internationalist, 12 Desember 2008).

Apa yang menarik dari kasus Chevron di Ekuador dan Nigeria ini adalah sekali lagi

penampakan kemunafikan Chevron dan juga pemerintah Amerika Serikat. Tengok saja

faktanya. Ketika Chevron dinyatakan bersalah oleh pengadilan Amerika Serikat dalam kasus

pencemaran di Richmond, California, perusahaan itu menunaikan hukuman denda mereka

Page 5: Chevron Ekuador

sebesar US$ 540.000. Demikian pula dalam kasus kilang El Segundo, juga di California,

dimana Chevron membayar US$ 7 juta untuk pemulihan lingkungan yang telah mereka

cemari serta tambahan biaya US$ 500.000 untuk memasang alat baru di kilang mereka yang

bocor. Chevron juga mengeluarkan US$ 275 juta untuk memasang teknologi baru yang

mengurangi buangan gas sulfur dioksida dan nitrogen dioksida (NOx) dari kilang-kilang

mereka di San Fransisco (Newsroom US EPA, 15 Oktober 1998).

Pertanyaannya adalah: mengapa ada perlakukan berbeda pada kesalahan Chevron di negara

lain dengan di Amerika Serikat sendiri?

Mungkin fakta berikut bisa menjelaskannya: Chevron mengeluarkan dana besar untuk

membiayai lobi-lobi politik mereka di Washington. Sejak Januari 2011 saja, Chevron sudah

mengeluarkan dana sebesar US$ 15 juta untuk membiayai lobi-lobi di ibukota Amerika

Serikat itu. Pada tanggal 7 Oktober 2012, Chevron menyumbang US$ 500,000 ke dalam

Pundi Kepemimpinan Kongres Partai Republik (Republican Congressional leadership Fund)

(laporan Dan Eggen dalam Washington Post, 26 Oktober, 2012). Selain itu, para mantan

petinggi Chevron pernah masuk dalam lingkaran inti Gedung Putih. Di masa Presiden George

W.Bush, Penasehat Keamanan Nasional (2001-2005) dan kemudian diangkat sebagai Menteri

Luar Negeri (2005-2009), Condoleezza Rice, tiada lain adalah salah seorang mantan anggota

Dewan Direktur Chevron. Tetapi, kita keliru jika menganggap hanya Partai Republik yang

konservatif itu yang menjalin hubungan erat dengan para konglomerat seperti Chevron. Partai

Demokrat sama saja. Ketika berkampanye untuk masa jabatan pertamanya dulu, Senator

Barrack Obama 'menyindir' pesaingnya, Senator John McCain dari Partai Republik, terlalu

dekat dengan konglomerat minyak, termasuk Chevron. Ketika terpilih jadi Presiden, Obama

malah juga mengangkat seorang mantan anggota Dewan Direktur Chevron, Jenderal Marinir

(Purn) James Jones, sebagai Penasehat Keamanan Nasional (2009-2010). Jadi, "setali tiga

uang".

Apapun di baliknya, semua fakta tersebut penting diketahui dan patut dijadikan pelajaran

bagi warga masyarakat dimana perusahaan raksasa minyak seperti Chevron sudah dan akan

beroperasi, termasuk para warga masayarakat adat lokal Sunda Wiwitan di kawasan Cigugur,

Kuningan, Jawa Barat. Karena, Chevron bukan tidak pernah punya rekam jejak kelam di

negeri ini. Yang paling heboh, tentu saja, adalah kasus penghindaran pajak (tax evasion)

senilai US$ 3,25 milyar antara tahun 1970 sampai 2000 melalui permainan harga minyak

dengan PERTAMINA, melalui anak perusahaan mereka, Caltex. (CNN Money, 13 September

2002)

Jadi, tak terlalu salah kalau penulis Nigeria tadi, Sokari Ekine, mem-pleset-kan nama dan dan

logo Chevron menjadi 'Chewrong' (Chev yang salah, berdosa!)(lihat gambar)

Menurut kelompok kami, hal ini merupakan sebuah kasus pelanggaran yang telah dilakukan

oleh sebuah perusahaan terutama dalam aspek pencemaran lingkungan. Jika dilihat dari sisi

masyarakat sekitar, tentu pencemaran ini sangat merugikan bagi kelangsungan hidup mereka,

karena sungai-sungai tempat mereka mencari makan dan beraktivitas kini telah tercemar oleh

limbah perusahaan Texaco inc. Memang perusahaan ini tadinya mempunyai maksud dan

tujuan yang baik yaitu mereka ingin mengembangkan sumber daya alam Ekuador dan

mendorong kolonosasi wilayah ini, tetapi mereka kurang memikirkan secara detail mengenai

aspek-aspek penting yang sekiranya bisa merugikan pihak lain terutama dalam aspek

lingkungan. Pemilihan lokasi penambangan yang baik seharusnya tidak melibatkan pihak

masyarakat. Lapangan pekerjaan yang sekiranya diperuntukkan masyarakat sekitar malah

membuat petaka yang besar terhadap lingkungan tersebut.

Page 6: Chevron Ekuador

Pengolahan sumber daya alam khususnya pengeboran minyak yang dilakukan oleh

perusahaan Texaco Inc kurang memilih peralatan yang baik untuk melakukan pengeboran

tersebut. Pencemaran yang terjadi murni akibat kecerobohan pekerja tambang, peralatan

tambang yang sudah tidak layak pakai, tersebut dan bukan disebabkan oleh bencana alam.

Pencemaran ini membuat kontaminasi terhadap sungai-sungai dan danau di Amazon.

Masyarakat menuntut perusahaan tersebut agar bertanggung jawab terhadap pencemaran

yang dilakukannya tersebut.

Sebuah organisasi san Fransisco mengatakan bahwa produksi tanaman di daerah menjadi

sedikit, invasi tanah masyarakat, banyaknya peleceahan seksual yang dilakukan oleh para

pekerja minyak, dan hilangnya hewan ternak yang diburu oleh pekerja tambang tersebut.

Ekskutif di Fugro-McClelland, melaksanakan audit di Ekuador. Audit dilakukan untuk

mengatasi dampak operasi pada tanah, air, dan udara dan untuk menilai kepatuhan terhadap

undang-undang lingkungan, peraturan, dan praktek yang berlaku umum dalam operasi. Hal

ini diakui secara internasional oleh perusahaan konsultan independen, AGRA bumi &

lingkungan.

Masing-masing secara independen menyimpulkan bahwa Texaco Inc. bertanggung jawab atas

semua kerugian dan menyatakan bahwa tidak ada dampak lingkungan panjang atau signifikan

dari bekas operasi tersebut.

textz o-g:��a �Fa ine-height:150%’>Duncan sebagai mitra AA tidak menghentikan

keputusan yang cacat karena Duncan merasa tidak mampu menolak mitra pengendali kualitas

atas keinginannya sendiri, mungkin Duncan merasa posisi dia dalam kemitraan tersebut tidak

bisa menunjang atau merasa tidak mempunyai hak untuk berpendapat.