classroom action research -...

77
Ft0"Cngm."O0Rf0 ENCUUTQQO CEVKQP TGUGCTEJ FCNCO"RGPFKFKMCP"DCJCUC RCMPG BCQ?GL NP?IRGI WKP"-DNDUWD Rtguu

Upload: others

Post on 18-May-2020

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

'U��$OHN��0�3G

&/$665220$&7,215(6($5&+'$/$0�3(1',',.$1�%$+$6$

3$.1(#$2 (-/1 *3(*

'U��$OHN��0�3G�

&/$665220$&7,215(6($5&+'$/$0�3(1',',.$1�%$+$6$

3$.1(#$2 (-/1 *3(*

8,1�-DNDUWD�3UHVV

�������������� ��������

�� ��������������������

�������������� ���� ������

����

��������� �����

Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang

HAK CIPTA, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

No. 7 Tahun 1987 jo. Undang-Undang no. 12 Tahun 1997, bahwa:

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau

menyebarkan suatu ciptaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dengan pidana

penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) tahun dan/atau

denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau

pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau denda paling

banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa menyebarluaskan, memamerkan, mengedarkan,

atau menjual kepda umum suatu ciptaan atau barang hasil

pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud

pada ayat 1 (satu), dipidana dengan pidana penjara paling lama

5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,-

(lima ratus juta rupiah).

CLASSROOM ACTION RESEARCH

DALAM PENDIDIKAN BAHASA

Edisi Pertama

Copyright © 2016

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan

(KDT)

ISBN: 978-346-058-8

13,5 x 20,5 cm

vii, 179 hlm.

Cetakan ke-1, Oktober 2016

UIN JAKARTA PRESS, 2016.

Penulis

Dr. Alek, S.S., M.Pd.

Desain Cover & Penata Letak

Alek

Penerbit UIN JAKARTA PRESS

Jl. Ir. H. Juanda No.95, Cemp. Putih, Kec. Ciputat, Kota Tangerang

Selatan, Banten 15412

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan

cara apa pun, Termasuk dengan cara penggunaan mesin

fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit.

ii

KATA PENGANTAR

Penulis senantiasa memanjatkan puji dan syukur

kehadirat Allah SWT atas nikmat umur, iman, dan sehat

selama menyusun buku yang diberi judul “Classroom

Action Research dalam Pedidikan Bahasa: Teori,

Desain, dan Praktik.” Pemilihan judul ini bukanlah

tidak beralasan melainkan didasarkan atas pertimbangan

tentang kebutuhan akan “Buku Referensi” sebagai

rujukan bagi pembaca, peneliti atau calon peneliti dalam

rangka pengkajian dan pengembangan ilmu dan

pengetahuan.

Penelitian merupakan sebuah aspek terpenting

dalam pengembangan ilmu dan pengetahuan.

Pelaksanaan penelitian dapat dilakukan pada lembaga

pendidikan formal atau nonformal, mulai dari tingkat

dasar, menengah, atas hingga perguruan tinggi, pada

level terendah hingga level tertinggi pada Pendidikan

non-formal. Kegiatan penelitian dan pengkajian

bertujuan memahami berbabgai fenomena, mengkaji,

menjelaskan, menemukan, menjastifikasi, mengatasi

berbagai permasalah masalah, misalnya dalam

pengajaran dan pemelajaran bahasa khususnya dan non-

kebahasaan umumnya, tentunya sesuai dengan

kebutuhan dan tuntutan jaman dalam upaya

meningkatkan profesinalisme dan daya saing untuk

mewujudkan cita-cita pendidikan nasional yang

berkualitas.

Penulis berharap, kehadiran buku ini dapat

mengisi dan menambah khasanah referensi dalam rangka

iii

memerkaya konsep, pemahaman, dan horison tentang

metodologi penelitian, terutama dalam paradgma

penelitian tindakan kelas.

Akhir kata, penulis berharap semoga buku ini

mendapat sambutan yang menggembirakan dan

dijadikan referensi dan rujukan serta menambah horison

baru bagi pembaca umunya agar termotivasi untuk

melakukan penelitian secara baik dan benar dalam

bidang pembelajaran dan pengajaran, baik bidang

kebahasaan maupun bidang lain dalam rangka

meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran dan

pengajaran menuju pendidikan yang profesional dan

berdaya bersaing.

Sebagai ungkapan penutup, penulis haturkan

terima kasih takterhingga kepada Rektor, Pimpinan

LP2M, UIN Syarif Hidayatulah Jakarta dan Pimpinan

UIN Press serta segenap civitas akademika, rekan, dan

teman yang takdapat disebut satu per satu dalam ruang

ini, semoga dukungan dan kebersamaan mulai dari awal

penulisan hingga terwujudnya buku ini bernilai ibadah

dan diridhoi oleh Allah SWT. Amiin ya rabbal alamiin.

Ciputat, Oktober 2016

Penulis,

Dr. Alek, S.S., M.Pd.

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................... iv

BAB I. HAKIKATPENELITIAN

TINDAKAN KELAS ................................................ 1

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ................. 1

B. Karkteristik Penelitian Tindakan Kelas ................ 8

C. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ........ 10

D. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ....................... 18

E. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas..................... 21

F. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas

dengan Penelitian Tindakan Lainnya ................. 23

G. Konsep-konsep Utama dalam Bab ini ...................... 24

BAB II. LANGKAH-LANGKAH DESAIN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS ................. 28

A. Prosedur Desain Penilitian .................................. 28

B. Penetapan Fokus Permasalah ............................... 31

C. Perncanaan Tindakan ............................................ 36

D. Pelaksanaan Tindakan ........................................... 38

E. Observasi/Pengamatan .......................................... 39

F. Refleksi/Evaluasi .................................................... 42

G. Konsep Utama dalam Bab ini.............................. 48

v

BAB III. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN

KELAS ................................................................... 50

A. Pengertian Proposal Penelitian ........................... 50

B. Sistematika dan Uraian Isi Proposal ................... 50

Judul Penelitian ...................................................... 51

BAB I. PENDAHULUAN ..................................... 52

A. Latar Belakang Masalah ................................... 52

B. Fokus dan Sub-fokus Penelitian ...................... 54

C. Pertanyaan Penelitian ....................................... 54

D. Tujuan Penelitian .............................................. 54

E. Manfaat Penelitian ............................................. 55

F. Hipotesis Tindakan ......................................... 56

BAB II. ACUAN TEORETIK ................................. 56

BAB III. MEDOLOGI PENELITIAN ................... 58

A. Setting Penelitian dan Karakteristik

Subjek Penelitian ............................................... 58

B. Subjek dan Objek Penelitian ............................ 58

C. Prosedur/Rancangan Penelitian ...................... 60

D. Data dan Sumber Data ..................................... 63

E. Instrumen Penelitian..........................................64

F. Prosedur Pengumpulan Data ........................... 64

G. Prosedur Analisis Data ..................................... 65

H. Tim Peneliti (Kolaborator) dan Tugasnya…..68

I. Teknik Penarikan Simpulan Penelitian………68

J. Jadwal Kagiatan Penelitian .............................. 69

K. Rencana Anggaran ............................................ 69

L. Konsep Utama dalam Bab ini ........................ 69

vi

BAB IV. PENULISAN LAPORAN HASIL PENELITI-

AN TINDAKAN KELAS.....................................73

A. Judul Laporan ............................................................... 73

B. Kata Pengantar .............................................................. 73

C. Daftar Gamba/Tabel/Istilah…………………………..74

D. Daftar Isi ......................................................................... 74

E. Pendahuluan ................................................................. 75

F. Latar Belakang............................................................... 75

G. Pertanyaan Penelitian .................................................. 78

H. Tujuan Penelitian .......................................................... 79

I. Kegunaan Penelitian .................................................... 80

J. Tujuan Pustaka.............................................................. 80

K. Hipotesis Penelitian ................................................. 86

L. Teknik Pengambilan Sampel/Pemilihan

Subjek Penelitian ...................................................... 88

M. Teknik Pengumpulan Data .................................... 89

N. Porsedur Analisis Data ........................................... 90

O. Hasil dan Pembahasan ............................................ 91

P. Simpulan ................................................................... 91

Q. Daftar Pustaka/Bibliografi/Referensi/Daftar

Acuan ......................................................................... 92

R. Daftar Lampiran ...................................................... 94

S. Konsep-konsep Utama dalam Bba Ini ......................... 94

BAB V. CONTOH PROPOSAL DAN

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN

KELAS ...................................................................... 102

Bagian Pertama Contoh Proposal (BAB I—III) ............. 102

Bagian Kedua Hasil Penelitian (BAB IV—Akhir)......... 130

vii

DAFTAR PUSTAKA

TENTANG PENULIS

1

Bab I: Hakikat Penelitian Tindakan

BAB I

HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan telah mulai berkembang sejak

perang dunia kedua. Oleh sebab itu, terdapat banyak

pengertian tentang PTK. Pada awalnya, penelitian

tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan

untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial

(termasuk pendidikan). Penelitian tindakan diawali

oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara

sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kijian ini

dija- dikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja

(tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah

tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan

tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi.

Hasil observasi dan evaluasi digunakan sebagai

masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi

pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi

kemudian dijadikan landasan untuk menentukan

perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.

Istilah PTK dideferensiasi dari pengertian-

pengertian berikut.

Kemmis (1992):

Action research as a form of self-reflective inquiry

undertaken by participants in a social (including

educational) situation in order to improve the

rationality and justice of (a) their on social or

educational practices, (b) their understanding of

2

Bab I: Hakikat Penelitian Tindakan

these practices, and (c) the situations in which

practices are carried out.

(terjemahan: penelitian tindakan adalah suatu

bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para

partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk

pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang

dilakukan sendiri). Dengan demikian, akan diperoleh

pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan

situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat

dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu

perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan

tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1)

untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan

profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para

praktisi terhadap praktik yang dilaksana- kannya; serta

(3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana

praktik tersebut dilaksanakan. Dalam bidang

pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran,

penelitian tindakan berkembang menjadi Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Reserach

(CAR).

Sementara itu, McNeiff (2002: 87)

mendefinisikan PTK adalah:

Action research is a term which refer to a practical

way of looking at your own work to sheck that it is

you would like it to be. Because action research is done

by you, the practitioner, it is often referred to as

practitioner based research; and because it involves

7

Bab I: Hakikat Penelitian Tindakan

e. Penanaman dan pengembangan sikap serta

nilai-nilai, misalnya pengembangan pola

berpikir ilmiah dalam diri siswa.

f. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya

penggunaan media perpustakaan, dan sumber

belajar di dalam/luar kelas.

g. Sistem assesment atau evaluasi proses dan hasil

pembelajaran, seperti misalnya masalah

evaluasi awal dan hasil pembelajaran,

pengembangan instrumen penilaian berbasis

kompetensi, atau penggunaan alat, metode

evaluasi tertentu. dan

h. Masalah kurikulum, misalnya implementasi

KTSP, urutan penyajian meteri pokok, interaksi

antara guru dengan siswa, interaksi antara siswa

dengan materi pelajaran, atau interaksi antara

siswa dengan lingkungan belajar.

Berdasarkan cakupan permasalannya, seorang

guru akan dapat menemukan penyelesaian masalah

yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat

dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori

dan teknik pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK

dilaksanakan secara bersamaan dangan pelaksanaan

tugas utama guru yaitu mengajar di dalam kelas, tidak

perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian,

PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat

pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual

yang dialami oleh guru di lapangan. Dengan

melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran

ganda yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti.

13

Bab I: Hakikat Penelitian Tindakan

(1) PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya

memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari

dukungan ilmiah atas pemecahan masalah tersebut.

(2) PTK merupakan bagian penting upaya

pengembangan profesi guru melalui aktivitas

berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan

guru untuk menulis dan membuat catatan.

(3) Persoalahan yang dipermasalahkan dalam PTK

bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dan

penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya

permasalahan nyata dan aktual (yang terjadi saat ini)

dalam pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada

pemecahan masalah praktis bukan masalah teoretis.

(4) PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana,

nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang

terjadi di dalam kelas.

(5) Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru

dan kepala sekolah) dengan peneliti dalam hal

pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,

pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan

kesamaan tentang tindakan (action).

(6) PTK dilakukan hanya apabila; (a) Ada keputusan

kelompok dan komitmen untuk pengembangan;

(b) Bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme

guru; (c) Alasan pokok ingin tahu, ingin

membantu, ingin meningkatkan; dan (d) Bertujuan

memperoleh pengetahuan dan atau sebagai upaya

pemecahan masalah.

Kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru)

dan peneliti (dosen atau widyaiswara) merupakan salah

15

Bab I: Hakikat Penelitian Tindakan

c) mengkaji permasalahan yang dialami dan yang

sangat dipahami; dan

d) melakukan kegiatan guna mengembangkan

profesionalismenya.

Di samping apa yang dikemukakan oleh

beberapa ahli di atas, Penelitian Tindakan Kelas,

terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh

guru (peneliti) dalam pelaksanaan PTK yaitu sebagai

berikut.

Pertama, tindakan dan pengamatan dalam

proses penelitian yang dilakukan tidak boleh

mengganggu atau menghambat kegiatan utama,

misalnya bagi guru tidak boleh sampai mengorbankan

kegiatan pembelajaran. Pekerjaan utama guru adalah

mengajar, apapun jenis PTK diterapkan, seyogyanya

tidak mengganggu tugas guru sebagai pengajar.

Terdapat 3 hal penting berkenaan dengan prinsip

pertama tersebut, yaitu:

a) dalam mencobakan sesuatu tindakan

pembelajaran, ada kemungkinan hasilnya

kurang memuaskan, bahkan mungkin kurang

dari yang diperoleh dari biasanya. Karena

bagaimanapun tindakan tersebut masih dalam

taraf uji coba. Untuk itu, guru harus penuh

pertimbangan ketika memilih tindakan guna

memberikan yang terbaik kepada siswa;

b) siklus tindakan dilakukan dengan

mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum

secara keseluruhan serta ketercapaian tujuan

pembelajaran secara utuh, bukan terbatas dari

17

Bab I: Hakikat Penelitian Tindakan

Guru dapat mengembangkan strategi yang dapat

diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh

data yang dapat digunakan untuk “menjawab”

hipotesis yang dikemukakan.

Kelima, permasalahan atau topik yang dipilih

harus benar–benar nyata, menarik, mampu ditangani,

dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti

untuk melakukan perubahan. Peneliti harus merasa

terpanggil untuk meningkatkan diri.

Keenam, harus tetap memperhatikan etika dan

tata krama penelitian serta rambu–rambu pelaksanaan

yang berlaku umum. Dalam penyelenggaraan PTK,

guru harus bersikap konsisten dan peduli terhadap

etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini

penting ditekankan karena selain melibatkan para

siswa, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasi

sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan

tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa

PTK harus diketahui oleh pimpinan lembaga,

disosialisasikan pada rekan-rekan di lembaga terkait,

dilakukan sesuai tata krama penyusunan karya tulis

akademik, di samping tetap mengedepankan

kemaslahatan bagi siswa.

Ketujuh, kegiatan PTK pada dasarnya

merupakan kegiatan yang berkelanjutan, karena

tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan

akan menjadi tantangan sepanjang waktu.

Kedelapan, meskipun kelas atau mata pelajaran

merupakan tanggung jawab guru, namun tinjauan

terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan

21

Bab I: Hakikat Penelitian Tindakan

3. Tujuan sertaan, menumbuh kembangkan budaya

meneliti di kalangan Guru atau tenaga pendidik.

E. Manfaat PTK

PTK dapat memberikan manfaat sebagai inovasi

pendidikan yang tumbuh dari bawah, karena guru adalah

ujung tombak pelaksana lapangan. Dengan PTK Guru

menjadi lebih mandiri yang ditopang oleh rasa percaya

diri, sehingga secara keilmuan menjadi lebih berani

mengambil prakarsa yang patut diduganya dapat

memberikan manfaat perbaikan. Rasa percaya diri

tersebut tumbuh sebagai akibat Guru semakin banyak

mengembangkan sendiri pengetahuannya berdasarkan

pengalaman praktis. Dengan secara kontinu melakukan

PTK, Guru sebagai pekerja profesional tidak akan cepat

berpuas diri lalu diam di zone nyaman, melainkan selalu

memiliki komitmen untuk meraih hari esok lebih baik dari

hari sekarang. Dorongan ini muncul dari rasa kepedulian

untuk memecahkan masalahmasalah praktis dalam

kesehariannya.

Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang

dapai dapat dicapai melalui PTK, terdapat sejumlah

manfaat PTK antara lain sebagai berikut.

(1) Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat

dijadikan bahan panduan bagi para pendidik

(guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran.

Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat

dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah atau

makalah untuk berbagai kepentingan antara lain

23

Bab I: Hakikat Penelitian Tindakan

pengembangan kurikulum. Proses pengembangan

kurikulum tidak bersifat netral, melainkan dipengaruhi

oleh gagasan-gagasan yang saling terkait mengenai

hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pembelajaran

yang dihayati oleh Guru di lapangan. PTK dapat

membantu guru untuk lebih memahami hakikat

pendidikan secara empirik.

F. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dengan

Penelitian Tindakan Lainnya

Mengingat luasnya cakupan kerjanya,

penelitian dikelompokkan dan diberi “nama yang

spesifik.” Misalnya, penelitian diskriptif dan penelitian

eksperimental, dan ada pula yang dinamakan

penelitian tindakan (action research).

Penelitian tindakan bukan lagi bermaksud

mengetes sebuah perlakuan (tindakan), tetapi peneliti

telah keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan.

Peneliti langsung menerapkan perlakuan tersebut

dengan hati-hati sambil mengamati proses serta

dampak perlakuan tersebut. Sehingga penelitian

tindakan ini sering disebut juga sebagai tindak lanjut

dari penelitian deskriptif maupun eksperimen. Ada

pula yang menyatakan bahwa penelitian tindakan

merupakan penelitian eksperimen dengan ciri yang

khusus. Jika dalam penelitian eksperimen peneliti ingin

mengetahui akibat dari suatu perlakuan (treatment,

tindakan, atau “sesuatu” yang dilakukan), maka pada

penelitian tindakan, peneliti mencermati kajiannya

pada proses dan akibat dari tindakan yang dibuatnya.

26

Bab I: Hakikat Penelitian Tindakan

d. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya

masalah pengelo- laan dan prosedur pembelajaran,

implementasi dan inovasi penggunaan metode

pembelajaran (misalnya penggantian metode

mengajar tradisional dengan metode mengajar baru),

interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan

stretegi pengajaran yang didasarkan pada

pendekatan tertentu).

e. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-

nilai, misalnya pengembangan pola berpikir ilmiah

dalam diri siswa.

f. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya

penggunaan media perpustakaan, dan sumber

belajar di dalam/luar kelas.

g. Assesment atau evaluasi proses dan hasil

pembelajaran, misalnya masalah penilaian/asesmen

awal dan hasil pembelajaran, pengembangan

instrumen penilaian berbasis kompetensi, atau

penggunaan alat, metode evaluasi tertentu; dan

h. Masalah kurikulum, misalnya implementasi K-13 di

era revolusi industry 4.0, urutan penyajian meteri

pokok, interaksi antara guru dan siswa, interaksi

antara siswa dan siswa, siswa dan materi ajar, atau

interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar.

PTK merupakan sebuah penelitian yang

dilakukan di kelas yang dirancang untuk mengatasi

masalah nyata yang dialami pendidik (Guru, Dosen)

berkaitan dengan siswa/mahaiswa di kelas itu. Oleh

karena demikian, PTK memiliki karakteristik dan

27

Bab I: Hakikat Penelitian Tindakan

prinsip tersendiri dibandingkan dengan penelitian jenis

lainnya.

PTK adalah penelitian tindakan untuk

memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya,

sehingga berfokus pada proses belajar-mengajar yang

terjadi di kelas. PTK ada tindakan yang nyata yang

diyakini lebih baik dari yang biasa dilakukan.

Ciri khusus PTK, yaitu adanya tindakan (action)

yang nyata, tindakan itu dilakukan melalui kegiatan

PBM yang dilakukan peneliti/pengajar, dan untuk

memecahkan permasalahan permasalahan praktis yang

dihadapi di dalam pembelajaran dan pengajaran yang

berlangsung

Penelitian tindakan tidak bermaksud mengetes

sebuah perlakuan (tindakan), akan tetapi tindakan atau

perlakuan itulah menjadi inti dalam mencapai tujuan

penelitian. Peneliti langsung menerapkan metode atau

strategi atau media pembelajaran tertentu melalui

perencanaan, tindakan, pengamatan/observasi yang

dilakukan dengan hati-hati sambil mengamati proses

dengan menggunakan lembar pengamatan untuk

mengetahui perubahan atau kemajuna dari tindakan

atau perlakuan yang diterapkan selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung. PTK sangat popular dikenal

sebagai penelitian yang bersifat kontinyu atau siklikal

(tindak lanjut) dari satu siklus ke siklus berikutnya.

28

Bab II: Langkah-langkah Desain Penelitian Tindakan Kelas

BAB II

LANGKAH-LANGKAH DESAIN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Prosedur Desain Penelitian

PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan

penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran

yang dihadapi, seperti kesulitan siswa dalam

mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, melainkan

yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan

atau solusi alternative dari masalah yang dihadapi

melalui tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal

penting dalam pelaksanaan PTK yakni sebagai berikut.

1. PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara

aktif peran guru dan siswa dalam berbagai

tindakan.

2. Kegiatan refleksi (penilaian, evaluasi) dilakukan

berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan

konsep teori) yang mantap dan valid guna

melakukan perbaikan tindakan dalam upaya

memecahkan masalah yang terjadi.

3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi

pembelajaran dilakukan dengan segera dan

dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam

praktik pembelajaran).

Pembahasan berikutnya akan menguraikan

prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan

fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelak-

sanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan

30

Bab II: Langkah-langkah Desain Penelitian Tindakan Kelas

berbagai hambatan/kesulitan yang ditemukan dalam

siklus sebelumnya.

Gambar 2.1. Desain Siklus Kegiatan PTK

Dengan menyusun rancangan untuk siklus

kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan tahap

kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus

pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan

peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan pada

siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus

terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus

harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari

kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya

tidak kurang dari dua siklus.

REFLEKSI

RENCANA AWAL

RENCANA KEDUA

RENCANA KETIGA

RENCANA KEEMPAT

DST.

TINDAKAN &

OBSERVASI

TINDAKAN &

OBSERVASI

TINDAKAN &

OBSERVASI

REFLEKSI

REFLEKSI

Act

ion

rese

arch

spi

ral

33

Bab II: Langkah-langkah Desain Penelitian Tindakan Kelas

yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan

dengan pembelajaran.

(2) Memilah dan mengklasisfikasikan permasalahan

menurut jenis/ bidangnya, jumlah siswa yang

mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya

masalah tersebut.

(3) Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi,

banyaknya siswa yang mengalami untuk setiap

permasalahan yang teridentifikasi.

(4) Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang

dianggap paling penting untuk dipecahkan

sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK.

Kemudian dikaji kelayakannya dan manfaatnya

untuk kepentingan praktis, metodologis maupun

teoretis.

Setelah memperoleh sederet permasalahan

melalui identifikasi, dilanjut- kan dengan analisis untuk

menentukan kepentingan. Analisis terhadap masa- lah

juga dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut

perbaikan atau pemecahan yang dibutuhkan. Adapun

yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah

kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi

kelayakannya. Sebagai acuan dapat diajukan antara lain

pertanyaan sebagai berikut.

(1) Bagaimana konteks, situasi atau iklim di mana

masalah terjadi?

(2) Apa kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya

masalah?

(3) Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen

dalam terjadinya masalah?

35

Bab II: Langkah-langkah Desain Penelitian Tindakan Kelas

Dalam memformulasikan masalah, peneliti

perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasa

berlaku meliputi hal-hal di bawah ini.

(1) Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung,

perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan

manfaat pemecahan masalah melalui tindakan

seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan

masalah serupa yang dihadapi guru, kegunaan

metodologi dan kegunaan teori dalam

memperkaya keilmuan pendidikan/pembelajaran.

(2) Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukan

bahwa pemecahan dengan model tindakan itu

merupakan suatu hal baru yang yang belum

pernah dilakukan guru sebelumnya.

(3) Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan

dalam bentuk kalimat pertanyaan. Rumusan

masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti

eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan

dipermasalahkan serta tindakan yang diharapkan

dapat mengatasi masalah tersebut.

(4) Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan

kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian

terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang

dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan

metodologik pembelajaran, penguasaan materi

ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran,

kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK (dana,

waktu, dan tenaga).

Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti untuk

bmemulai dari permasalahan sederhana tetapi

36

Bab II: Langkah-langkah Desain Penelitian Tindakan Kelas

bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua

yang berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman

belajar dalam rangka pengembangan

keprofesionalannya.

C. Perencanaan Tindakan (Planning)

Setelah masalah dirumuskan secara operasional,

perlu dirumuskan alternatif tindakan yang akan

dilakukan. Alternatif tindakan yang dapat dipilih dapat

dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam

arti prediksi tentang perubahan yang akan terjadi jika

sebuah tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan

memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan

dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu dalam

kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk

umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan

hipotesis dalam penelitian formal. Hipotesis tindakan

umumnya dirumuskan dalam bentuk ungkapan yang

eksplisit atau tidak tentang tindakan yang dipilih akan

dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Hipotesis

tindakan sesuai dengan permasalahan yang akan

dipecahkan dapat dicontohkan seperti di bawah ini.

(1) Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi

pada proses dapat meningkatkan kemampuan

siswa dalam menulis.

(2) Pembelajaran berorientasi proses dapat

meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

38

Bab II: Langkah-langkah Desain Penelitian Tindakan Kelas

wawancara (f) Membuat cacatan lapangan saat

pembelajaran.

D. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pada tahapan ini, rancangan strategi dan RPP

diterapakan. RPP tindakan harus dilaksanakan secara

konsisten dan benar. Pada PTK yang dilakukan

pengajar, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan

dalam waktu mulai 4 sampai dengan 6 kali pertemuan.

Waktu tersebut dianggap cukup memadai untuk

menyampaikan materi pokok/pokok bahasan dalam

mata pelajaran/Matakuliah (MK) tertentu. Berikut

disajikan contoh aspek-aspek rencana (skenario)

tindakan yang akan dilakukan pada satu PTK.

1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi

dalam pembelajaran X untuk pokok bahasan: A, B,

C, dan D.

2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai

jumlah pokok bahasan, pilih ketua, sekretaris dari

anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk

kelompok dengan cara acak (randomly) dengan cara

yang menyenangkan.

3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan,

melalui diskusi anggota kelompok bekerja/belajar

memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam

bentuk PPT untuk selanjutnya dipresentasi oleh

masing-masing kelompok sebelum kegiatan

berakhir.

4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing

kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno

40

Bab II: Langkah-langkah Desain Penelitian Tindakan Kelas

Data yang dikumpulkan dapat berupa data

kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, kehadiran/presensi,

nilai tugas, dan lain-lain). Di samping data kuantitatif,

dibutuhkan butuhkan data kualitatif. Data kualitatif

dalam penelitian tindakan kelas (PTK) bahkan

dianggap data utama (primary data). Data kualitatif

dalam hal ini, dibutuhkan untuk menggambarkan

tentang proses dan aktivitas selama tindakan

berlangsung di dalam kelas, seperti keaktifan siswa,

atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan

tanggung jawab serta kemandirian. Instrumen yang

umum dipakai adalah (a) lembar observasi peseta

didik/siswa; (b) rubrik; (c); dan catatan-catan lain yang

relevan dengan aktivitas selama tindakan berlangsung.

Catatan selama tindakan akan sangat membantu untuk

menyupor/mendukung data terekam melalui lembar

observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian

tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-

petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam

analisis dan untuk keperluan refleksi.

Selanjutnya data yang dikumpulkan hendaknya

diperhatikan atau dicek untuk menjamin keabsahan

atau kesahihannya. Untuk mencapai atau mendapatkan

data yang sahih atau abash, setidaknya dapat dilakukan

sebuah teknik yang paling umum digunakan untuk

tujuan ini, misalnya teknik triangulasi. Teknik

triangulasi teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

penyidik, dan teori (Lexy J. Moleong).

42

Bab II: Langkah-langkah Desain Penelitian Tindakan Kelas

(mengenai lembar model tes atau uji disesuaikan

dengan jenis dan kebutuhan penelitian).

E. Refleksi dan Evaluasi (Reflexion)

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji

secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan,

berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian

melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan

yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup

analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil

pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika

terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan

proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang

meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang,

dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang

dihadapi dapat teratasi.

Selanjutnya refleksi adalah suatu upaya untuk

mengkaji apa yang telah terjadi, yang telah dihasilkan,

atau apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum

tuntas dari langkah atau upaya yang telah dilakukan.

Dengan perkataan lain, refleksi merupakan pengkajian

terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian

tujuan. Untuk maksud ini, Guru hendaknya terlebih

dahulu menentukan kriteria keberhasilan. Refleksi

terdiri atas komponen. Komponen-komponen tersebut

dilukiskan pada Bagan 1 berikut.

44

Bab II: Langkah-langkah Desain Penelitian Tindakan Kelas

sebelum diambil suatu keputusan, lebih-lebih hasil

refleksi yang akan digunakan sebagai dasar kesimpulan

dan rekomendasi.

Berikut disajikan contoh ilustrasi refleksi.

Sebuah hasil observasi terungkap bahwa dari

strategi (misalkan diskusi kelas) yang telah digunakan

dalam pembelajaran, ternyata siswa ribut, kurang

bertanggung jawab, kesiapannya kurang. Hasil

observasi terhadap proses pembahasan hasil asesmen

atau penilaian diperoleh data bahwa siswa kurang aktif

berinteraksi terhadap materi pelajaran, temannya, dan

terhadap guru. Hasil analisis kompetensinya terungkap

masih rendah (belum mencapai target minimal).

Respon siswa tidak bias mengikuti pembelajaran secara

optimal dalam waktu singkat, sulit mendapat giliran

dalam diskusi kelas, tidak ada kesesuaian antara materi

diskusi dengan materi tes, dan lain-lain. Terhadap

semua data tersebut, maka guru melakukan refleksi.

Misalnya diskusi kelas diubah menjadi diskusi

kelompok, lebih banyak menyiapkan pertanyaan-

pertanyaan dalam diskusi, memberikan tugas

sebelumnya kepada siswa, menunjuk secara bergiliran

siswa untuk mengerjakan tugas sekaligus dinilai secara

kualitatif atau kuantitatif, hasil asesmen didiskusikan

kepada siswa sebelum pembelajaran berikutnya,

sasaran belajar dirumuskan secara realistis yang mudah

diukur, dan lain-lain.

Berdasarkan berbagai informasi yang

dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

tahap ini seorang peneliti perlu memerhatan hal-hal di

48

Bab II: Langkah-langkah Desain Penelitian Tindakan Kelas

indikator ketercapaian dan menyusun instrumen

pengumpul data.

Aspek-aspek rencana tindakan yang akan

dilakukan pada satu PTK.

1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi

dalam pembelajaran X untuk pokok bahasan: A, B,

C, dan D.

2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai

jumlah pokok bahasan, pilih ketua, sekretaris, dll

oleh dan dari anggota kelompok, bagi topic bahasan

untuk kelompok dengan cara random, dengan cara

yang menyenangkan.

3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan,

melalui diskusi anggota kelompok bekerja/ belajar

memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam

OHP untuk persiapan presentasi.

4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing

kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno

kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi,

ambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.

5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah

kelompok, lembar OHP hasil kerja kelompok, siswa

yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang

dilaksanakan sebelum (pretes) dan setelah (postes)

tindakan dilaksanakan.

Data yang dikumpulkan dapat berupa data

kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan

lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang

menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu

diskusi yang dilakukan, dan lain-lain. Instrumen yang

50

Bab III: Langkah-langkah Penyusunan Proposal Penelitian

Tindakan Kelas

BAB III

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Pengertian Proposal Penelitian

Penyusunan proposal atau usulan penelitian

merupakan langkah awal yang harus dilakukan peneliti

sebelum memulai kegiatan PTK. Proposal PTK dapat

membantu memberi arah pada peneliti agar mampu

menekan kesalahan yang mungkin terjadi selama

penelitian berlangsung. Proposal PTK harus dibuat

sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman

yang mudah diikuti. Proposal PTK adalah gambaran

terperinci tentang proses yang akan dilakukan peneliti

(guru) untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan

tugas (pembelajaran). Proposal atau sering disebut juga

sebagai usulan penelitian adalah suatu pernyataan

tertulis mengenai rencana atau rancangan kegiatan

penelitian secara keseluruhan. Proposal PTK penelitian

berkaitan dengan pernyataan atas nilai penting dari suatu

penelitian. Membuat proposal PTK bisa jadi merupakan

langkah yang paling sulit namun menyenangkan di

dalam tahapan proses penelitian. Sebagai panduan,

berikut dijelaskan sistematika usulan PTK.

B. Sistematika dan Uraian Isi Proposal

Sistematika proposal PTK mencakup unsur-unsur

sebagai berikut.

52

Bab III: Langkah-langkah Penyusunan Proposal Penelitian

Tindakan Kelas

Group Investigation pada Siswa kelas XI SMA Negeri

1 Tangerang Selatan

5. Peningkatkan Kemampuan Menyimak Wacana

Berbahasa Inggris Siswa Kelas XI dengan Text-Based

Listening di MA Pembangunan Jakarta

6. Peningkatan Kemampuan Bebicara Bahasa Inggris

melalui Pembelajaran Kontekstual (Contextual

Teaching and Learning) pada Siswa Kelas VII MTs

Pembangunan Jakarta

7. Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris

melalui Pendekatan Proses dalam Membaca Cerita

pada Kelas X SMA Negeri 03 Jakarta

8. Penggunaan Pendekatan Kontekstual Berbasis

Inkuiri Bermedia Karikatur untuk Meningkatkan

Keterampilan Berbicara dan Menulis Siswa Mts

Pembangunan Jakarta

9. Peningkatan Kemampuan Menyimak dan Berbicara

Bahasa Inggris melalui Learning Community dengan

Teknik Permainan Komunikatif.pada Siswa Kelas X

MA Pembangunan Jakarta

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan mencakup beberapa subbab atau

subtopik, seperti berikut ini.

A. Latar Belakang Masalah

Uraian latar belakang masalah merupakan unsur

yang sangat penting dalam PTK. Uraian tersebut

mendeskripsikan permasalahan real yang dialami oleh

guru/dosen/peneliti dalam pembelajaran. Secara umum,

54

Bab III: Langkah-langkah Penyusunan Proposal Penelitian

Tindakan Kelas

B. Fokus dan Sub-fokus Penelitian

Sesungguhnya fokus penelitian adalah “apa yang

menjadi inti dari penelitian” atau masalah utama/inti

yang akan dijawab dalam penelitian) melalui pertanyaan

penelitian. Namun, untuk lebih memperjelas, sub-fokus

penelitian diungkapkan secara rinci poin-poin yang

selanjutnya dikembangkan menjadi pertanyaan

penelitian.

C. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian penelitian tindakan kelas

dinyatakan dalam kalimat tanya. Esensinya adalah

merumuskan atau menanyakan apakah tindakan dapat

melakukan perbaikan praktik pembelajaran. Terkait

dengan contoh judul 1, maka rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut.

Bagaimana meningkatkan keterampilan berpikir kritis

siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris melaui

penerapan/penggunaan model group investigation

pada kelas XI MA Pembangunan Jakarta?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan PTK dirumuskan secara jelas, dipaparkan

sasaran antara dan sasaran akhir tindakan perbaikan.

Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakikat

permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian

sebelumnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di

bidang bahasa Inggris/Indonesia yang bertujuan

meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran

Inggris/Indonesia melalui penerapan strategi

56

Bab III: Langkah-langkah Penyusunan Proposal Penelitian

Tindakan Kelas

lunak praktikum, alat evaluasi, danlain-lain) yang

koheren dengan teori yang mendasari tindakan.

Rumuskan manfaat perangkat-perangkat pembelajaran

tersebut kaitannya dengan upaya melakukan perbaikan

pembelajaran. Di samping itu, Peneliti atau guru akan

berhasil mengeksplorasi atau mengungkap temuan data

atau fakta empiris. Lakukan prediksi terhadap data atau

fakta empiris tersebut dan rumuskan manfaatnya. Semua

manfaat yang dirumuskan tersebut dispesifikasi untuk

siswa, guru, peneliti, sekolah, atau pihak-pihak lain yang

berkepentingan (stakeholders).

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan diungkapkan dalam bentuk

kalimat pernyataan yang merupakan jawaban sementara

terhadap masalah yang diajukan. Hipotesis menyatakan

secara tegas bahwa tindakan yang dilakukan dapat

melakukan perbaikan pembelajaran. Terkait dengan

contoh judul 3, maka rumusan hipotesisnya adalah

sebagai berikut.

“Melalui penggunakan model group investigation

dalam pembelajaran bahasa Inggris pada siswa kelas XI

MA Pembangunan Jakarta dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kritis.”

BAB II. ACUAN TEORETIK

Pada bagian ini diuraikan landasan konseptual

dalam arti teoritik yang digunakan peneliti dalam

menentukan alternatif pemecahan masalah. Untuk

keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik

58

Bab III: Langkah-langkah Penyusunan Proposal Penelitian

Tindakan Kelas

(4) Bagaimana perkiraan hasil (hipotesis tindakan)

dengan dilakukannya penerapan model di atas pada

pembelajaran terhadap hal yang akan dipecahkan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini diuraikan secara jelas prosedur

penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan objek,

waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian

secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dan

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-

refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus. Sistematika

dalam ini meliputi:

A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek

Penelitian

Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian

tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana

karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa

pria dan wanita. Selanjutnya dijeaskan mengenai tempat

dilaksanakan penelitian serta Latar belakang sosial

ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,

tingkat kemampuan dan lain sebagainya.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang/partisipan yang

dikenai tindakan. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

subjek penelitian adalah siswa, guru, pegawai, atau

kepala sekolah. Dalam kontek pembelajaran di sekolah,

subjek penelitian umumnya adalah siswa. Tetapi harus

dijelaskan siswa kelas berapa, semester berapa pada

tahun akademik tertentu, hal ini karena terkait dengan

60

Bab III: Langkah-langkah Penyusunan Proposal Penelitian

Tindakan Kelas

Pada bagian ini ditentukan objek-objek penelitian

yang dijadikan fokus utama untuk menjawab

permasalahan yang dihadapi. Objek-objek tersebut dapat

berupa (1) input yang terkait dengan siswa, guru, bahan

pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan

belajar, dan lain sebagainya; (2) proses pelanggaran KBM,

seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan

bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa,

implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan

sebagainya, dan (3) luaran (output), seperti rasa

keingintahuan siswa, kemampuan siswa

mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil

belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang

telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.

C. Prosedur/Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dimaksud adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Cuman yang perlu

ditekankan adalah rancangannya akan ditetapkan berapa

siklus dalam penelitian itu. Hal tersebut adalah otoritas

peneliti, karena hanya peneliti yang tahu. Hal-hal yang

dapat dijadikan pertimbangan dalam menetapkan

banyaknya siklus adalah: waktu yang tersedia,

panjangnya pokok bahasan, karakteristik materi, siswa

semester berapa yang akan menjadi subyek, dan

sebagainya. Secara teoretis, sesungguhnya siklus PTK

tidak harus ditetapkan terlebih dulu. Banyaknya siklus

yang akan dilaksanakan sangat tergantung pada tingkat

ketercapaian kriteria keberhasilan.

64

Bab III: Langkah-langkah Penyusunan Proposal Penelitian

Tindakan Kelas

kalah penting untuk diperhaitkan dan ditetapkan dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah sumber data. Setelah

menetapkan siapa yang akan menjadi sumber data,

selanjutnya peneliti sudah dapat menyusun ancangan

berkenaan dengan aspek-aspek atau informasi-

infoormasi apa saja yang akan diperoleh dari sumber data

dimaksud.

E. Instrumen Penelitian

Selanjutnya hal yang sangat penting diperhatikan

dan disiapkan dalam memperoleh data, peneliti harus

menyediakan instrument. Instrument yang dimaksud

harus dibuat sedapat mungkin mampu mengukur objek

atau fokus ditelit atau dikaji, terutama objek yang bersifat

produk. Instrumen-instrumen tersebut misalnya:

pedoman observasi, checklist, pedoman wawancara, tes,

angket, dan lain-lain.

Uraikan instrumen yang diperlukan sesuai

dengan PTK yang akan diakukan. Untuk contoh judul

PTK yang pertama, maka instrumen yang diperlukan

adalah: pedoman penilaian tentang kinerja dan portofolio

siswa, baik yang terkait dengan konteks, input, proses,

maupun yang terkait dengan produk yang dihasilkan.

Dalam contoh ini, kriteria penilaian (rubrik) mutlak

diperlukan.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data menekankan secara

lebih spesifik tentang cara mengumpulkan data yang

diperlukan. Jika data yang diperlukan adalah kompetensi

65

Bab III: Langkah-langkah Penyusunan Proposal Penelitian

Tindakan Kelas

praktikal siswa di laboratorium, maka teknik/prosedur

pengambilan datanya adalah observasi. Jika data yang

akan dikumpulkan adalah hasil belajar kognitif, maka

teknik pengumpulannya adalah tes lisan atau tes tertulis,

portofolio, atau asesmen otentik. Jika data yang akan

dikumpulkan adalah respon siswa, maka tekniknya

adalah angket atau wawancara, dan seterusnya.

Uraikanlah teknik/porsedur pengumpulan data yang

diperlukan sesuai dengan tujuan PTK.

G. Prosedur Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan harus dianalisis.

Analisis hanya bersifat kualitatif. Jika ada data

kuantitatif, analisisnya paling banyak menggunakan

statistik deskriptif dengan penyimpulan lebih

mendasarkan diri pada nilai rata-rata dan simpangan

baku amatan atau persentase amatan. Hasil analisis data

kualitatif dikonsultasikan dengan makna kualitatif yang

mencerminkan struktur dasar terhadap jawaban masalah

penelitian. Misalnya, bagaimana metode demontrasi

dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar?

Hasil analisis data hendaknya dikonsultasikan dengan

makna demonstrasi secara aktual, bukan pikiran guru

atau pengamat lainnya. Hasil analisis kuantitaif,

selanjutnya dikonsultasikan pada pedoman konversi.

Dalam PTK biasanya digunakan pedoman konversi nilai

absolut skala lima. Misalnya, data hasil belajar, pedoman

konversinya adalah sebagai berikut.

67

Bab III: Langkah-langkah Penyusunan Proposal Penelitian

Tindakan Kelas

Sebagaimana kita ketahui dalam analisis

kuantitatif ada beberapa teknik analisis, seperti:

Description (Distribution; numerical and graphical, Central

tendency and dispersion): Association (Correlation; simple,

partion and multiple, Analisysis of variance and covariance;

Regression : simple, partial and multiple: Causation (factor

analysis, path analysis, regression: simple, partial and multiple:

Inference (sample statistic to population parameter, sample

difference to population differences. Semua pemilihan

analisis data itu sangat tergantung pada tujuan penelitian

yang telah dirumuskan.

Sedangkan dalam penelitian kualitatif kita kenal

teknik analisis: Description; Theory generation; Analytic

induction, Grounded theory (open and axial coding),

Categorizing and connecting, From everyday typications to

typologies. Untuk analisis kuantitatif telah dipermudah

dengan adanya program SPSS. Sedangkan dalam analisis

penelitian kualitatif, dapat menggunakan analysis

interactive model yang dikembangkan Miles dan

Huberman (1994: 12) seperti mulai data collection and

timing, data display, data reduction and analysis, hingga

simpulan (conclution). Yang terpenting dalam analisis

data harus ada konsistensi antara tujuan penelitian,

hipotesis yang telah dirumuskan dengan teori yang telah

digunakan. Jangan sampai teori yang telah dirumuskan

tidak digunakan untuk menganalisis data.

Subbabg/subtopik berikut merupakan

kelengkapan proposal, jika penelitian yang dilakukan

bukan penelitian skripsi.

68

Bab III: Langkah-langkah Penyusunan Proposal Penelitian

Tindakan Kelas

H. Tim Peneliti (Kolaborator) dan Tugasnya,

Pada bagian ini hendaknya dicantumakan nama-nama

anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap

anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan

setiap minggu untuk kegiatan penelitian.

I. Teknik Penarikan Simpulan Penelitian

Pada subbag ini akanmenjelaskan tentang aspek

yang dapat disebut sanagt penting, karena hal ini akan

menjai patokan apakah penelitian tindakan yang

dilkakukan akan dilanjutkan dengan siklus baru atau

berhenti. Mengingat pentingnya hal ini, maka penentuan

dan penetapan akan tingkat kesuksesan atau

ketercapaian tujuan penelitian menjadi hal yang sanagat

urgen. Dalam sebuah penelitian, tidaklah mungkin

mencapai atau mendapatkan hasil yang benar-benar

seratus per sen atau tuntas. Oleh karena demikian, dalam

dengan mempertimbangkan aspek waktu dan masa studi

dan aspek-aspek lain, maka menurut hemat penulis,

dalam penelitian tindakan akan dibuat tingkat

keberhasilan berada pada kisaran mulai dari 85 pr sen (%)

sampai dengan 95 per sen (%). Jika hasil atau capaian

telah berada pada angka kisaran angka tersebut, maka

peleaksanaan penelitian tindakan dapat dibuat simpulan

untuk dihentikan. Akan tetapi tetap didukung oleh

penjelelasan-penjelasan yang rinci dan detail serta logis

sehingga apa yang dicapai memang dapat

69

Bab III: Langkah-langkah Penyusunan Proposal Penelitian

Tindakan Kelas

dipertanggungjawabkan baik secara akademik maupun

non-akademik.

J. Jadwal Kegiatan Penelitian

Jadwal kegiatan penelitian harus disusun dalam

matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal

sampai akhir.

K. Rencana Anggaran

Kegiatan pada bagian ini, peneliti harus menyusun

estimasi waktu dengan rincian-rincian yang jelas. Rincian

dimaksud, penulis dapat membuat dalam bentuk

mingguan, bulanan, triwulanan, atau semesteran.

Estimasi waktu yang disusun di sini haruslah

memerhatikan kebutuhan dan dukungan keaunagan

(financial needs) agar setiap tahapan atau waktu yang

dibuat benar-benar diperhitungkan mulai tahaapan

persiapan, tahapan pelaksanaan penelititan, dan

penyusunan laporan hasil penelitian.

L. Konsep-konsep Utama dalam Bab ini

Proposal PTK adalah gambaran terperinci tentang

proses yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan

atau menjawab masalah yang diajukan dalam

penelotoan. Proposal atau sering disebut juga sebagai

usulan penelitian adalah suatu pernyataan tertulis

mengenai rencana atau rancangan kegiatan penelitian

secara keseluruhan.

70

Bab III: Langkah-langkah Penyusunan Proposal Penelitian

Tindakan Kelas

Judul penelitian dinyatakan secara singkat dan

spesifik tetapi cukup jelas menggambarkan masalah yang

akan diteliti, metode atau strategi yang digunakan untuk

mengatasi masalah serta nilai manfaatnya. Formulasi

judul disusun sedemikian menarik (eye catching) dan

kebaruan (novelty) agar memperlihatkan ciri PTK yang

memiliki keberbedaan dengan genre penelitian pada

umumnya.

Latar belakang masalah merupakan unsur yang

sangat penting dalam PTK. Uraian tersebut

mendeskripsikan permasalahan yang benar-benar terjadi

di dalam kelas sehingga gambaran dan deskripsi setting

dan konteks teralami dan benar adanya. Untuk

mendapatkan informasi yang ditulis dalam latar

belakang masalah ini, biasanya dilakukan penelitian awal

(preliminary research) agar terhindar dari bias atau

informasi yang kurang akurat dan benar adanya. Berikut

beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam latar

belakang masalah PTK, di antaranya (1) pernyataan yang

mencakup aspek kunci dalam judul (state of the arts) (2)

apa yang menjadi harapan? (3) apa kenyataan yang

terjadi (3) apa kesenjangan yang dirasakan, (4) apa yang

menyebabkan terjadinya kesenjangan (5) tindakan apa

yang dilakukan untuk mengatasi kesenjangan (6) apa

kekuatan tindakan yang dilakukan tersebut dalam

mengatasi kesenjangan?

Tujuan PTK dirumuskan secara jelas, dipaparkan

sasaran akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan

harus konsisten dengan hakikat permasalahan yang

dikemukakan dalam bagian-bagian sebelumnya. Sebagai

71

Bab III: Langkah-langkah Penyusunan Proposal Penelitian

Tindakan Kelas

contoh dapat dikemukakan PTK di bidang bahasa

Inggris, bertujuan meningkatkan kemampuan berbicara

bahasa Inggris melalui penerapan strategi sesuaiyang

terdapat di dalam judul.

Rumuskan manfaat perangkat-perangkat

pembelajaran tersebut kaitannya dengan upaya

melakukan perbaikan pembelajaran. Di samping itu,

Peneliti atau guru akan berhasil mengeksplorasi atau

mengungkap temuan data atau fakta empiris.

Hipotesis tindakan. Berkaitan dengan rumusan

hipotesisi dalam penelitian tindakan sifatnya opsional.

Maksudnya. Kehadirannya bersifat opsional. Maksudnya

dapat ditulis secara eksplisit maupun tidak dieksplisitkan

(tidak ada).

73

Bab IV: Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian

Tindakan

BAB IV

PENULISAN LAPORAN HASIL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Judul Laporan

Sebagaimana dalam penulisan laporan hasill

penelitian jenis lain, dalam penelitian tindakan kelas

pun harus menyusun atau menulis laporan hasil

penelitiannya. Berkenaan dengan penulisan judul atau

topik penelitian harus sesuai dengan judul atau topik

yang benar-benar diteliti, sebab seringkali terjadi,

seorang peneliti keliru atau kurang hati-hati atau

telitidalam menuliskan judul atau topik penelitiannya.

Terkadang hal seperti ini muncul, jika laporan yang

dibuat bukan merupakan hasil yang benar-benar diteliti

oleh orang yang menyusun laporan hasil penelitian itu.

Ketepatan dan kesesuaian dalam menulis judul

penelitian dengan benar merupakan bagian terkecil

yang mengindikasikan bahwa peneliti atau penulis

laporan hasil peneklitian memiliki tanggung jawab dan

profesional.

B. Kata Pengantar

Salah satu dari kegunaan kata pengantar adalah

untuk pengantarkan pembaca mengetahui tujuan

penelitian, masalah-masalah yang dihadapi, lembaga

yang mensponsori dan yang terpenting, merupakan

ruang untuk mengucapkan terima kasih kepada semua

75

Bab IV: Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian

Tindakan

E. Pendahuluan

Bab pendahuluan merupakan bagian yang

krusial dalam pelaporan penelitian, mengingat dalam

bab inilah pembaca akan mengetahui seluruh

rancangan penelitian yang dibuat peneliti, guna

mengetahui validitas dan pentingnya hasil penelitian

yang telah dilakukan. Secara umum isi pendahuluan

paling tidak memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Latar Belakang Masalah (background)

b. Fokus dan Sub-fokus Penelitian (focus and sub-focus

of the research)

c. Pertanyaan Penelitian (research question)

d. Tujuan Penelitian

e. Kegunaan/Manfaat Penelitian (research significance)

f. Metodologi (methodology)

1. Subjek dan Objek penelitian

2. Tehnik Pengumpulan Data (data collection

techniques)

g. Analisis Data (data analysis)

F. Latar Belakang

Meskipun tidak ada rumusan baku bagaimana

latar belakang penelitian harus dibuat, namun isi pokok

dari latarbelakang adalah membangun argumen:

mengapa penelitian itu penting untuk dilakukan. Tentu

saja arti “penting” di sini bukan menurut pengertian

peneliti yang subjektif, tetapi harus dilihat dari

kepentingan yang lebih luas dan objektif. Misalnya, dari

77

Bab IV: Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian

Tindakan

data statistik tentang kontribusi pembayaran pajak

pabrik rokok terhadap PAD.

Meskipun argumen itu kelihatannya berkaitan

dengan masalah yang akan kita teliti, tetapi jelas tidak

relevan dengan masalah yang akan kita teliti. Karena

argumen yang kita bangun justru lebih berkaitan

dengan keuntungan merokok. Misalnya laba station TV

akibat iklan dan pembayaran pajak yang diterima

negara dan bukan tentang kerugiannya seperti jumlah

kematian perokok akibat kanker paru-paru tiap

tahunnya atau jumlah uang yang harus dikeluarkan,

jika seseorang menghisap dua bungkus Ji Sam soe per-

hari, misalnya.

Jadi, dibutuhkan cara meyakinkan pembaca

secara ilmiah tentang arti pentingnya mengapa

penelitian itu menarik untuk dilakukan. Aspek lain

yang tidak kalah penting adalah konsistensi.

Pentingnya konsistensi dalam membangun argumen

dan uraian berkenaan dengan topik yang akan diteliti

agar fokus hanya pada objek atau topik yang akan

diteliti untuk menghindari uraian yang berlebihan dan

tidak fokus.

Hal lain yang seringkali ditemui dalam latar

belakang adalah memuat hal-hal yang tidak relevan

dan bersifat normatif. Misalnya, mau meneliti dampak

krisis ekonomi terhadap perkembangan industri kecil,

yang dimuat dalam latar belakang UUD 1945 atau

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan investasi

modal asing, sedangkan persoalan yang berkaitan

79

Bab IV: Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian

Tindakan

hubungan antar dua gejala, apa yang akan diteliti harus

dapat ditiliti secara empiris dan dikemukakan secara

eksplisit.

H. Tujuan Penelitian

Seperti dikemukakan diatas bahwa antara

rumusan masalah dan tujuan penelitian harus

merupakan satu kesatuan. Seperti diketahui ada

beberapa tujuan penelitian yang biasanya digunakan

dalam ilmu sosial yang dikemukakan oleh Norman

Biklie (2000: 72), yaitu: To explore, jika tujuan

penelitiannya hanya untuk penjelajahan: To describe, jika

tujuan penelitiannya hanya untuk menggambarkan

realitas sosial: To explain, jika tujuan penelitiannya

untuk menjelaskan (hubungan sebab-akibat) atau

membuktikan suatu teori tertentu: To understand; jika

tujuan penelitiannya hanya untuk memahami realitas

yang akan diteliti: To predict, jika tujuan penelitiannya

untuk meramalkan dan seterusnya. Yang paling

penting dalam tujuan penelitian adalah

mengemukakan secara jelas apa yang ingin dicapai

dalam penelitian yang akan dilakukan.

Baik dari kepentingan pragmatik (problem

solving) maupun dalam kepentingan akademik

(kemungkinan ditemukannya bangunan konsep atau

teori). Semua itu akan sangat tergantung pada jenis

penelitian yang akan dilakukan: apakah penelitian

akademik, penelitian kebijakan, penelitian aksi atau

penelitian jenis lainnya.

83

Bab IV: Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian

Tindakan

Yang biasanya agak membingungkan bagi

peneliti, ketika harus meletakkan posisi teori sebagai

alat untuk memahami atau menafsirkan realitas sosial,

yang umumnya dikerjakan dalam penelitian kualitatif.

Misalnya, mengapa etnis Minang itu lebih memiliki

bakat kewirausahaan dibandingkan etnis lain. Apakah

hal ini berkaitan dengan sistem kekerabatan yang

matrilineal: dimana laki-laki secara kultural memiliki

posisi yang lemah, khususnya dalam hal waris, atau ada

faktor lain. Sehingga seorang laik-laki akan dianggap

“cacat” secara kebudayaan jika mereka tidak merantau

guna mempertegas identitas diri.

Dengan kata lain, merantau bukanlah sekedar

upaya mencari kehidupan yang lebih baik, melainkan

tugas kebudayaan. Namun, mengapa keberhasilan

suku ini cenderung ada plafonnya (sulit menjadi

pengusaha besar) dibandingkan etnik Cina. Lalu kita

menggunakan teori Max Weber tentang afinitas antara

kesadaran keagamaan (sekte Calvin) dengan tingkah

laku ekonomi, dan mencoba mencari penjelasan

kebudayaan (Cina) lewat “Chinise tradition” seperti

“Quanzi” dan “xinyong” misalnya. Di sini jelas posisi

teori bukan untuk diverifikasi tetapi sebagai usaha

pemahaman (verstehen) atas realitas yang ada.

Dengan demikian dalam bentuk penelitian

apapun, dalam tahap tertentu, penggunaan teori tetap

diperlukan. Hanya saja biasanya yang masih

membingungkan dalam laporan penelitian, dimanakah

teori itu harus diletakkan; apakah sebagai penjelas

dalam arti verifikasi teori atau sekedar untuk

86

Bab IV: Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian

Tindakan

• mengambarkan asumsi paradigma yang

digunakan serta asumsi-asumsi nilai-nilai yang

diusahakan dalam penelitian;

• menunjukkan peneliti cukup mengetahui

antara penelitian yang dilakukan dengan

intellectual traditions yang ada dalam topik itu

dan mendukung atas studi yang dilakukan;

• menunjukkan bahwa peneliti telah

mengidentifikasi masalah yang terjadi

sebelumnya dan studi yang akan dilakukan

akan mengisi apa yang dibutuhkan;

• membantu untuk meredefinisi pertanyaan-

pertanyaan yang lebih mendasar dari ”empirical

traditions”.

K. Hipotesis Penelitian

Sebagaimana kita ketahui bahwa masalah

hipotesis memegang peran penting dalam setiap

penelitian ilmu sosial, baik yang menggunakan metode

kuantitatif maupun metode kualitatif. Menurut Young,

seperti dikutip Melly G. Tan (1983: 37) peranan

hipotesis dalam penelitian ilmu sosial dapat diperinci

sebagai berikut: (1) memberikan tujuan yang tegas bagi

penelitian; (2) membantu dalam menentukan arah yang

harus ditempuh, dalam pembatasan ruang lingkup

penelitian dengan memilih fakta-fakta yang menjadi

pokok penelitian dan menentukan fakta-fakta yang

relevan; (3) menghindarkan suatu penelitian yang tidak

terarah dan tidak bertujuan.

89

Bab IV: Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian

Tindakan

sampling); purposive (judgement sampling) dan snowball.

Perlu ditekankan meskipun dalam penelitian kualitatif

jumlah informan tidak menggunakan prinsip

keterwakilan yang mengandalkan jumlah, melainkan

tingkat kedalaman, namun pemilihan informan harus

ditentukan atas dasar kompentensi atau otoritas yang

dimiliki.

Apapun teknik pengambilan sampel yang

dipilih (probilitas dan/atau non-probilitas) dalam

laporan penelitian harus disebutkan alasan-alasan yang

melatarbelakangi pilihan pengambilan sampel dengan

mengemukakan kelemahan dan kelebihannya.

M. Prosedur Pengumpulan Data

Hal lain yang juga perlu disebutkan dalam

laporan penelitian adalah masalah teknik pengambilan

datanya. Sebagaimana yang kita ketahui beberapa

teknik pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif

antara lain: observasi terstruktur (structured observation);

questionnaire; structured interview; content analysis of

documents. Sedangkan dalam penelitian kualitatif antara

lain kita kenal pengumpulan datanya seperti:

Participant observation; focused interview; in-depth

interview; oral/life histories; focus groups/group interviews

dan content analysis document. Semuanya harus

diuraikan sesuai dengan pendekatan penelitian yang

digunakan dan tujuan penelitian yang telah

dirumuskan.

Dalam penulisan laporan semua tehnik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

91

Bab IV: Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian

Tindakan

typications to typologies (Lihat Norman). Untuk analisis

kuantitatif telah dipermudah dengan adanya program

SPSS. Sedangkan dalam analisis penelitian kualitatif,

dapat menggunakan analysis interactive model yang

dikembangkan Miles dan Huberman (1994: 12), seperti

mulai data collection and timing, data display, data

reduction and analysis, hingga simpulan (conclusion).

Yang terpenting dalam analisis data harus ada

konsistensi antara tujuan penelitian, hipotesis yang

telah dirumuskan dan teori yang telah digunakan.

Jangan sampai teori yang telah dirumuskan tidak

digunakan untuk menganalisis data.

O. Hasil dan Pembahasan

Bab ini merupakan bagian yang paling pokok

dari penulisan laporan penelitian. Apa yang harus

diperhatikan dalam hasil dan pembahasan hasil

temuan-temuan yang sudah terorganisasi, juga

perlunya memfungsikan posisi teori yang telah

dibangunan. Apakah fungsi teori diletakkan sebagai

upaya verifikasi (explanation) terhadap hasil temuan

yang ada; atau, untuk memahami (understanding) serta

menafsirkan realitas sosial yang ditemukan, teori tetap

harus dibahasakan dalam bab ini. Demikian juga setiap

sub-bab yang diuraikan harus tetap konsisten dengan

tema-tema pokok yang telah ditetapkan.

P. Simpulan

Salah satu aspek yang perlu diingatkan dalam

penulisan simpulan bahwa isinya harus merupakan

93

Bab IV: Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian

Tindakan

• meletakkan tahun penerbitan: di bawah nama

penulis/penyunting, disamping nama

penulis/penyunting, atau dibagian referensi;

• menulis dan meletakkan judul buku dan nama

penyunting bagi sumber referensi berupa sebuah

artikel dalam buku; atau

• menulis volume, nomor, dan nomor halaman bagi

jurnal ilmiah.

Beberapa contoh variasi itu antara lain:

Contoh pertama system MLA Irwin, Judith Westphal. "Teaching reading comprehension processes." (2016).

Contoh kedua sistem APA. Irwin, J. W. (2016). Teaching reading comprehension processes. Contoh ketiga sistem Harvard Irwin, J.W., 2016. Teaching reading comprehension

processes..

Contoh keempat sistem Chicago Irwin, Judith Westphal. "Teaching reading comprehension

processes." (2016). (https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5

&q=teaching+reading&oq=teaching+r#d=gs_cit&u=%2Fscholar%3Fq%3Dinfo%3ALaj_ov3LGkAJ%3Ascholar.google.com%2F%26output%3Dcite%26scirp%3D1%26hl%3Den)

Khusus mengenai sistem atau pole penulisan

daftar pustaka, referensi, atau daftar acusan dapat

berbeda antara satu institusi dan institusi lain. Hal ini

dapat dimaklumi, karena memang tidak terdapat

ketentuan yang melarang sebuah lembaga atau institusi

95

Bab IV: Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian

Tindakan

menyanjikan hasil penelitian, tetapi juga, menampilkan

proses penelitian itu secara keseluruhan.

Judul laporan sebaiknya sudah mengambarkan

apa yang telah diteliti. Dalam penetapan judul pada

dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,

jika penelitian itu bersifat kualitatif judul dapat

dirumuskan dari kondensasi hasil temuan yang telah

ada. Sebaliknya jika penelitian itu bersifat kuantitatif,

maka judul telah ditentukan secara deduktif dan

menggambarkan masalah yang akan diteliti.

Kata Pengantar

Kegunaan kata pengantar adalah untuk

pengantarkan pembaca mengetahui tujuan penelitian,

masalah-masalah yang dihadapi, lembaga yang

mensponsori dan yang terpenting, merupakan ruang

untuk mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penelitian yang

dilakukan.

Daftar Isi

Daftar isi yang baik kalau mencerminkan

rangka karangan yang menyeluruh dan merupakan

satu kesatuan dari hasil penelitian yang ada.

Karenanya perpindahan dari sub-bab yang ada harus

mencerminkan hubungan yang logis dan saling terkait

satu sama lain. Pada dasarnya ada dua cara dalam

menyusun daftar isi.

97

Bab IV: Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian

Tindakan

yang dimuat dalam latarbelakang UUD 1945 atau

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan investasi

modal asing, sedangkan persoalan yang berkaitan

dengan masalah dampak krisis sendiri justru tidak

digambarkan.

Pertanyaan penelitian pada dasarnya sangat

berkaitan dengan tujuan dan sifat penelitian yang akan

dilakukan. Artinya perumusan masalah sangat

tergantung dengan tujuan penelitian yang hendak

dicapai dan jenis penelitian yang akan dilakukan.

Sementara bentuk perumusan masalah dapat berupa

pertanyaan atau berbentuk peryataan.

Rumusan masalah sebenarnya berupa

pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditemukan

jawabannya dalam penelitian yang akan dilakukan.

Sementara hal-hal yang dapat dipilih sebagai masalah

antara lain: kontribusi terhadap khasanah ilmu

pengetahuan; menindaklanjuti temuan-temuan

sebelumnya; dan mencari jawaban dari (sesuatu)

masalah dan sebagainya. Sementara itu, Yulfita

Rahardjo (2004: 2) bahwa hal yang lebih penting adalah

pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan dalam

perumusan masalah minimal harus menyatakan

hubungan antar dua gejala, apa yang akan diteliti harus

dapat ditiliti secara empiris dan dikemukakan secara

eksplisit.

Kegunaan penelitian sebenarnya adalah untuk

menjawab kebutuhan yang lebih pragmatik daripada

kebutuhan akademik. Karena itu rumusan yang

dikemukakan, jika penelitian itu akan menjanjikan

99

Bab IV: Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian

Tindakan

(structured observation); questionnaire; structured

interview; content analysis of documents. Sedangkan

dalam penelitian kualitatif antara lain kita kenal

pengumpulan datanya seperti: Participant observation;

focused interview; in-depth interview; oral/live histories;

focus groups/group interviews dan content analysis

document. Semuanya harus diuraikan sesuai dengan

pendekatan penelitian yang digunakan dan tujuan

penelitian yang telah dirumuskan.

Isi lampiran, penulisan lampiran dalam laporan

hasil peneliitan dimaksudkan agar terhindar penyajian

laporan yang berkepanjangan, sehingga ada bagian-

bagian yang perlu dilampirkan. Bentuknya bisa berupa

apa saja (tabel, hasil analisis stattistik, data real,

instrumen penelitian (kuesioner, daftar cek/checklis dan

sebagainya), yang berfungsi sebagai penjelasan lebih

mendalam terhadap uraian sebelumnya.

100

Bab IV: Langkah-langkah Penyusunan Laporan Penelitian

Tindakan

Contoh

Sistematikan Laporan Hasil Penelitian

Tindakan Kelas (PTK)

A. BAGIAN PEMBUKA:

- Halaman Judul

- Lembar Pengesahan

- Kata Pengantar

- Daftar isi

- Daftar Lampiran

- Daftar Bagan (jika ada)

- Daftar Tabel (jika ada)

B. Bagian Isi:

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Fokus dan Sub-fokus Penelitian

C. Pertanyaan Penelitian

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

BAB II. ACUAN TEORETIS

A. Uraian tentang Teori-teori Pendukung sesuai

Topik dan Fokus Penelitian

B. Kajian Hasil Penelitian Relevan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A Seting Penelitian

- Seting Tempat Penelitian

- Seting Waktu Penelitia

102

Bab V: Contoh Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan

Kelas

BAB V

CONTOH PROPOSAL DAN LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Dalam kegiatan penelitian, seorang peneliti tidak hanya

memiliki kemampuan dalam meneliti saja, akan tetapi

perlu memiliki kemampuan menyusun atau menulis

hasil penelitiannya dalam bentuk laporan hasil

penelitian. Berikut contoh Proposal (Bab 1 sampai

dengan bab 3 dan Lanjut ke Bab 4 sampai dengan Bab 5

adalah laporan hasil penelitian tindakan kelas.

Bagian Pertama contoh Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah melalui Dinas Pendidikan Nasional

senantiasa berupaya meningkatkan kualitas

pendidikan secara menyeluruh dan pada semua jenjang

pendidikan. Dari waktu ke waktu selalu ada upaya-

upaya inovatif yang dilakukan untuk meningkatkan

kualitas lulusan semua jenjang pendidikan formal yang

ada di tanah air serta meliputi semua disiplin ilmu yang

diajarkan. Upaya-upaya inovatif tersebut pada

umumnya bersifat universal untuk seluruh disiplin

ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan.

Maksudnya adalah agar fleksibilitas hasil upaya

inovatif itu dapat dimaksimalkan sehingga pengajaran

117

Bab V: Contoh Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan

Kelas

inenjadi sasaran kesalahan ketika pencapaian siswa

tidak sesuai dengan program awal atau tidak

memenuhi target kurikulum.

Alokasi waktu untuk kegiatan membaca jauh

lebih banyak daripada pre-reading dan post-reading yang

masing-masing hanya berkisar antara 3—7 menit dari

total waktu pengajaran wacana yang biasanya

berlamgsung selama 2x45 menit. Walaupun demikian,

seringkali terjadi waktu sudah habis tetapi task-task

yang harus diselesaikan belum terlaksana. Untuk hal

seperti itu, task yang tersisa dipindahkan ke kegiatan

post reading yang biasanya dikemas dalam bentuk

home assignment atau homework.

Kegiatan membaca adalah penguatan terhadap

task-task yang dilakukan pada kegiatan whislt reading

sehingga acapkali berwujud PR seperti disebutkan di

atas Akan tetapi pemberian PR tidak selamanya harus

dilakukan melainkan tergantung pada kebutuhan siswa

terutama jika ada task yang terlangkahi pada kegiatan

whislt reading. Selain itu, post reading juga berisi

kegiatan resume yang dilakukan secara bersama-sama

oleh guru dan siswa.

Pengajaran grammar atau structure yang biasa

diistilahkan language focus dalam buku-buku ajar

dalam Model pembelajaran langsung dilakukan

melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

➢ Experience

➢ Generalization

➢ Reinforcement

➢ Use / Application

119

Bab V: Contoh Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan

Kelas

Dari contoh-contoh tersebut, siswa diajak memilah-

milah subyek, predikat, obyek dan komplemen kalimat

jika ada dengan menggunakan bahasa Inggris. Jumlah

kalimat sebagai kegiatan experience hendaknya

mewakili semua pola kalmiat yang akan diajarkan baik

kalimat verbal maupun kalimat nominal.

Kegiatan selanjutnya adalah generalization (G)

yakni memberikan seperangkat contoh-contoh kalimat,

baik yang sesuai dengan aturan item pembelajaran

yang sedang dipelajari maupun yang menyimpang.

Siswa diminta mengidentifikasi kalimat-kalimat yang

sesuai dengan aturan, sedangkan yang menyimpang

tidak digubris sama sekali. Untuk mengecek

pemahaman siswa, mereka diminta menyebutkan ciri-

ciri baku suatu aturan yang terdapat dalam kalimat-

kalimat contoh. Kegiatan mengecek ini bisa melibatkan

3—5 orang siswa, yakji sampai semua ciri aturan

disebutkan. Perlu dicatat bahwa penggunaan bahasa

Inggris ketika menyebutkan ciri-ciri aturan tetap

mendapat penekanan sehingga nuansa Model

pengajaran langsung tetap terjamin.

Kegiatan reinforcement (R) masih berkisar pada

pemberian contoh-contoh kalimat tentang aturan yang

sedang diajarkan, hanya saja jumlahnya agak lebih

banyak dan waktunyapun lebih lama. Tujuan yang

ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah peningkatan

pemahaman siswa tentang tata aturan yang diajarkan

tersebut. Dengan demikian, kegiatan berikutnya dapat

berjalan lebih lancar dan mudah.

140

Bab V: Contoh Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan

Kelas

terutama tentang reading comprehension dapat

meningkatkan kemampuan siswa secara signifikan

dari waktu ke waktu, yakni sebelum perlakuan,

pasca perlakuan siklus I dan siklus II.

4. Model Pengajaran Reading Comprehension

berdasarkan masalah cocok diterapkan pada

sekolah atau kelas-kelas dengan kondisi dan

karakteristik siswa yang sama atau hampir sama

seperti pada Sekolah Menegah Atas Negeri XXX

Jakarta.

5. Model Pengajaran PBI juga dapat meningkatkan

minat dan motivasi belajar siswa dalam bidang

studi Bahasa Inggris secara signifikan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas serta uraian-

uraian sebelumnya maka disarankan sebagai berikut:

Guru sebaiknya selalu melakukan penelitian

tindakan kelas secara rutin berdasarkan metode atau

teknik pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

materi ajar dan atau yang diterapkan diterapkan

sehingga kemampuan siswa dalam satu mata pelajaran

selalu dapat dikembangkan.

Sebaiknya guru memilih dan menerapkan

model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

siswa yang diajarnya secara klassikal serta dengan

mempertimbangkan bahan ajar dan tingkat

kemampuan mayoritas siswa dalam satu kelas. Dengan

demikian, efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran

dapat dioptimalkan.

141

Bab V: Contoh Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan

Kelas

Kepada siswa agar senantiasa menaruh

perhatian dan mengikuti berbgai aktivitias serta

memiliki motivasi yang datang dalam diri siswa sendiri

untuk meraih prestasi yang gemilang.

142

Bab V: Contoh Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan

Kelas

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan

Kontekstual. Direktorat Jenderal Pendidikan

dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan

Lanjutan Pertama. Jakarta.

Ibrahim, Muslimin dan Nur, Muhammad. 2000.

Pengajaran Berdasarkan Masalah. Pusat

Sains dan Matematika Sekolah. Program

Pascasarjana Unesa. Surabaya.

Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran

Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika

Sekolah. Program Pascasarjana Unesa.

Surabaya.

Kardi, Suparman dan Nur, Muhammad. 2000.

Pangajaran Langsung. Pusat Sains dan

Matematika Sekolah. Program Pascasarjana

Unesa. University Press. Surabaya.

Lado, Robert. 1988. Tesching English Across Culture.

An Introduction for Teschers of English to

Speakers of Other Languages. Singapore:

Kim Hup Lee Printing Co.Pte.Ltd.

Mas'ud, Abdurrahman. 2003. Menggagaa Format

Pendidikan Nondikotomik. Yogyakarta:

Gama Media.

143

Bab V: Contoh Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan

Kelas

Nur, Muhammad. 2000. Strategi-strategi Belajar. Pusat

Studi Matematika dan IPA Sekolah.

Universitas Negeri Surabaya. University

Press. Surabaya.

Richards, Jack C dan Rodgers, Theodore S. 1986.

Approaches and Method in Language

Tesching. Melbeurne: Cambridge University

Press.

Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Adminiatrasi.

Bandung: Alfabeta.

Suharsimin, Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian;

Suatu Pendekatan Praktis. Edisi Revisi I.

Jakarta: Rineka Cipta.

166

Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

A Jack Whitehead dan Jean McNiff. 2006. Action

Research: Living Theory" Sage Publications Ltd.

Andy Howes, S.M.B. Davies. 2009. Improving the Context

for Inclusion: Personalizing Teacher Development

through Collaborative Action Research Sam Fox

Publisher: Routledge

Anne Burns 2008. "Collaborative Action Research for

English Language Teachers Cambridge

Language Teaching Library" Cambridge

University Press

Brannen, Yulia, 1997. Memadu Metode Penelitian

Kualitatif & Kuantitatif, terjemahan H. Nuktah

Arfawie Kurde (at all), Yogjakarta.

Bogdan, R. C., Biklen, S.K. 1998. Qualitative Research in

Education, An Introduction to Theory and Method.

Boston, London, Toronto, Sydney, Tokyo,

Singapore; Allyn and Bacon.

Borgia, Eileen T, Schuler, Dorothy. 2003. Action Research

in Early Childhood

Education.

Blaikie, Norman, 2000. Designing Social Research, First

Published in 2000 by Polity Press in

association with Blackwell Publishers Ltd.

B. Miles, Matthew, Huberman, A. Michael 1994.

Qualitative Data Analysis, Second Edition, Sage

Publications International Educational and

Professional Publisher, Thousand Oaks

London, New Delhi.

167

Daftar Pustaka

Coulon, Alain.2003. Etnometologi. Judul asli

Le’ethnometodologie, diterjemahkan Jimmy

Ph. PAAT, diterbitkan Yayasan KKSK dan

Yayasan Lengge Mataram, Jakarta.

Denzin K. Norman and Lincoln S. Yvonna (eds).1994.

Hand Book of Qualitative Research, Sage

Publications, Thousand Oaks. London. New

Delhi.

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif,

Paradigma baru Ilmu Komukasi dan Ilmu Sosial

Lainnya. Penerbit PT Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Elliot, John. 1991. Action Research for Educational Change.

Bristol: Biddles Ltd, Guilford and King s Lynn.

ERIC Digest.

http://www.ericfacility.net/ericdigests/ed4010

47.html diakses 29 Juli 2008.

Eriyanto, 1999. Metodologi Polling Memberdayakan Suara

Rakyat, Penerbit PT Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Gadamer, Hans-George, 1975. Truth and Method,

diterjemahkan “Kebenaran dan Metode:

Pengantar Filsafat Hermeneutika, terjemahan

Ahmad Sahidah, Pustaka Pelajar, 2004.

Geertz, Clifford, 1960. The Religion of Java, alih Bahasa

oleh Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial: Abangan,

168

Daftar Pustaka

Santri dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa,

Pustaka Jaya, Jakarta.

____________, 1998. After The Fact Two countries, For

Decades, One Antropoligist, Alih Bahasa

Landung Simatupang, LKiS, Yogjakarta.

Gibbons. T. Michael. (ed.). 2002. Telaah Hermeneutis

Wacana Sosial-Politik Kontemporer Tafsir Politik

Judul Asli Interpreting Politics, diterjemahkan

oleh li Noer Zaman, CV. Qalam, Yogjakarta.

Good, Thomas and Jere E, Broopy. 1994. Looking in the

Classroom. New York: Harper ollins College

publisher.

Goswani, dixie and Peter R. Stillman, 1987. Reclaiming

the Classroom. Teacher.

Herzog, Stephanie, 1982. Joy in the Classroom.

California: University of the Trees Press.

Gomm, Roger (eds) 2000. Case Study Method, Sage

Publications, London, Thousand Oaks, New

Delhi.

http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V82E.pdf.

http://www.jeanmcneiff.com/booklet1.html

http://www.stanys.org/RT/Action%20Research%20Spir

al.pdf.

http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V832E.pdf

http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V833E.pdf

169

Daftar Pustaka

http://www.nipissingu.ca.oar/Reports/reports_and_docume

nt-Thomas_G_Ryan%20.pdf https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5

&q=teaching+reading&oq=teaching+r#d=gs_cit&u=%2Fscholar%3Fq%3Dinfo%3ALaj_ov3LGkAJ%3Ascholar.google.com%2F%26output%3Dcite%26scirp%3D1%26hl%3Den

https://eprints.uny.ac.id/18316/5/BAB%203%2010417141024.pdf

Indah, Rahman, N. 2002 Enhancing Content-Area Reading

Skills of the English Department Students of

STAIN Malang through Summary Writing. Tesis

tidak dipublikasikan, Program Pasca Sarjana,

Universitas Negeri Malang.

Iyan Hayani. 2008 Improving Students Reading

Comprehension through Reciprocal Teaching

Strategy at the Second Year Students of MTs.N

Pasir Sukarayat Rangkasbitung Banten.

Universitas Negeri Malang. Unpublished

Thesis.

I Wayan Santyasa, Metodologi Penelitian Tindakan

Kelas. Makalah Disajikan dalam Workshop

tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi

Para Guru SMP 2 dan 5 Nusa Penida

Klungkung, pada tanggal 30 Nopember s.d 1

Desember 2007 di Nusa Penida.

Jones, P., & Song, L. 2005. Action research fellows at

Towson University.

170

Daftar Pustaka

J. Goode, Willaiam and Hatt, Paul, 1952. Methods and

Social Research: Mc. Graw-Hill Book Company,

Inc.: New York, Toronto, London.

J. Mcniff. 2008. You and Your Action Research Project.

Routledge Falmer

Jones, P., & Song, L. 2005. Action research fellows at

Towson University.

Kirkey, T. L. 2005. Differentiated instruction and

enrichment opportunities: An action research

report.

http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/V833E.pdf

Kemmis, S., McTaggart, M. 1988 The Action Research

Planner (3rd ed). Victoria: Deakin University.

Kirkey, T. L. 2005. Differentiated Instruction and

Enrichment Opportunities: An Action

Research Report.

Kitira. 2009. Action Research Publisher: Sage Publications,

Inc

Kleden, Ignas, 1983. Teori Ilmu Sosial Sebagai variable

Sosial: Suatu Tinjauan Filsafat Sosial, Prisma,

LP3ES, Jakarta.

____________, 1998. Dari Etnografi ke Etnografi Tentang

Etnografi: Antropologi Clifford Geerrtz dalam Tiga

Tahap, Pengantar After the Fact, versi Indonesia,

LKiS, Yogjakarta.

Kerlinger, Fred N. 1986. Foundation of Behavioral

Research, Third Edition, diterjemahkan oleh

Landung R.Simatupang (1990), Asas-Asas

Penelitian Behavioral, Gadjah Mada University

Press.

171

Daftar Pustaka

Kvale, Ateinar, 1996. Interviews an Introduction to

Qualitative Research Research Interviewing, Sage

Publications International Education and

Professional Publisher, Thousand Oaks,

London, new Delhi.

Laeyendecker, 1983. Orde, Verandering, Ongelijkheid Een

Inleiding in de Geschiedenis Vande Sociologi,

terjemahan Semakto, Tata, Perubahan dan

Ketimpangan: Suatu Pengantar Sejarah Sosiologi,

Gramedia, Jakarta.

Lin S. Norton. 2009. Action Research in Teaching and

Learning: A practical guide to conducting

pedagogical research in universities. USA:

Routledge

May, Tim, 1999. Social Research, Issue, Methods and

Progress, Open University Press, Buckingham,

Philadelphia.

Marshall, C., Rossman, G. B.1995 Designing Qualitative

Research. Thousand Oaks, London, New Delhi;

SAGE Publications

Masri Singarimbun, Sofian Efendi (eds), Metode

Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta.

May, Tim. 1999. Social Research Issue, Methods and

Process, second Edition. Open University Press

Buckingham.Philadelphia.

McIntosh, J. E. 2005. Valuing the collaborative nature of

professional learning communities.

McNiff, J. 1992. Action research: Principles and practice.

London: Routledge.

172

Daftar Pustaka

______. 1992. Action research for professional development:

Concise Advise for New Action Researchers.

Mas’oed, Mochtar (et.all), 1997. Laporan Akhir Perilaku

Kekerasan Kolektif: Kondisi dan Pemicu,

Kerjasama antara Pusat Penelitian

Pembangunan Pedesaan dan Kawaan

Universitas Gadjah Mada dengan Departemen

Agama Republik Indonesia.

Mills, C. Wright, 1959. The Sociological Imagination;

Harmonds Worth, Middlesex, Penguin Books.

May, Tim, 1999. Social Research, Issue, Methods and

Progress, Open University Press,

Buckingham, Philadelphia.

Marshall Catherine, 1999. Designing Qualitative

Research 3rd, Edition, Sage Publication,

International Education and Professional

Publisher, Thousand Oaks London New

Delhi.

Miles, Matthew and Huberman, Michel.1992.

Qualitative data Analysis, terjemahan Tjetjep

Rohendi Rohidi, Analisa Data Kualitaif: Buku

Sumber Tentang Metode-Metode Baru, UI-Press,

Jakarta.

Moran, Dermot, Introduction Phenomenology, First

published 2000 by Routledge 11 New Fetter

Lane, London EC4P 4EE.

Moleong, Lexy, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif,

Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

173

Daftar Pustaka

Mason, Jennifer, 1997. Qualitative Researching, Sage

Publications, London, Thousand Oaks, New

Delhi.

McNiff, J. 1992. Action Research: Principles and Practice.

London: Routledge

McNiff, J. 1992. Action Research for Professional

Development: Concise Advise for New Action

Researchers.

McIntosh, J. E. 2005. Valuing the Collaborative Nature of

Professional Learning Communities.

Mills, C. Wright, 1959. The Sociological Imagination;

Harmonds Worth, Middlesex, Penguin Books.

Marshall Catherine, 1999. Designing Qualitative Research

3rd, Edition, Sage Publication, International

Education and Professional Publisher,

Thousand Oaks London New Delhi.

Miles, Matthew and Huberman, Michel.1992.

Qualitative data Analysis, terjemahan Tjetjep

Rohendi Rohidi, Analisa Data Kualitaif: Buku

Sumber Tentang Metode-Metode Baru, UI-Press,

Jakarta.

Moran, Dermot, Introduction Phenomenology, First

published 2000 by Routledge 11 New Fetter

Lane, London EC4P 4EE.

Moleong, Lexy, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif,

Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Merton, Robert, 1957. Social Theory and Social Structure,

The Free Press, Glencol, Illionis.

Ned Kock. 2006. Information Systems Action Research: An

Applied View of Emerging Concepts and Methods.

174

Daftar Pustaka

Patrick J. M. Action 2003. Research. Costello Publisher:

Continuum.

Prendergast, M. 2002. Action research: The

improvement of student and teacher learning.

http://educ.queensu.ca/~ar/reports/MP2002.htm.

Rahardjo, Yulfita, Metodologi Penelitian, PPK-LIPI.

Ryan, Alan, 1969. The Philosophy of the Social Science.

Ryan, Thomas G. 2002. Action research: Collecting and

analyzing data. New York: Rutledge.

Silverman, David and Amir Marvasti (ed.) 2008. Doing

Qualitative Research: A Comprehensive. USA:

Sage Publication.

Reason, Peter& Bradbury, Hilary (eds) 2002. Handbook of

Action Research, Participative Inquiry & Practice,

Sage Publications Ltd 6 Bunhill Street London

EC2A 4PU.

Ritzer, Goerge, 1992. Contemporary Sociological Theory,

Third Edition, McGraw-Hill,INC.

_______, 1980. Sociology: Multiple Paradigm Science,

revised edition, Allyns and Bacon, Inc. Baston-

London-Sidney-Toronto.

Sagor R. 1992. How to Conduct Collaboraive Action

Research. Alexandri: Association for

Curriculum Development.

Stringer, R. T. 1996. Action Research: A Handbook for

Practitioners. London: International

Educational and Profesional Publisher.

Spradley, James P, 1997. Metode Etnografi, terjemahan

Misbah Zulfa, Tiara Wacana, Yogjakarta.

175

Daftar Pustaka

Strauss, Anselm & Corbin, Yuliet, 2003. Dasar-Dasar

Penelitian Kualitatif, Tata Langkah dan Teknik-

Teknik Teorisasi Data, Pustaka Pelajar,

Yogjakarta.

Salim, Agus (penyunting). 2001. Teori dan Paradigma

Penelitian Sosial (Pemikiran Norman K. Denzin &

Egon Guba, dan Penerapanya), Penerbit Tiara

Wacana, Yogjakarta.

Silverman, David (ed). 1997. Qualitative Research

Theory, Method and Practice, Sage

Publication, London. Thousand Oaks. New

Delhi.

Sujak. 2002 Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis

dengan Strategi SQ3R dalam Pembelajaran

Membaca di Kelas 3 SLTP Negeri Ngimbang

Lamongan. Tesis tidak dipublikasikan,

Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri

Malang.

Sumidi. 2008 Improving Writing Recount Skill of the

Second Year Students of SMP Negeri 3 Nganjuk

through Interactive Experiences. Universitas

Negeri Malang. Unpublished Thesis.

Suntari. 2002 Pengembangan Kreativitas Menulis Puisi

dengan Strategi Pembelajaran Menulis Puisi

Formula di Kelas 2 SLTP Negeri Tuban. Tesis

tidak dipublikasikan, Program Pasca Sarjana,

Universitas Negeri Malang.

Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. 1996. Pedoman

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang

Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan

176

Daftar Pustaka

Profesi Widya-iswara. Jakarta: Depdikbud,

Dikdasmen.

Suhardjono. 200. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah

pada “Diklat Pengembangan Profesi bagi

Jabatan Fungsional Guru”, Direktorat Tenaga

Kependidikan Dasar dan Menengah,

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah, Depdiknas.

Suhardjono. 2005. Laporan Penelitian Tindakan dan

Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI, Makalah

pada “Pelatihan Peningkatan Mutu Guru di

Makasar”, Jakarta, 2005

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2006.

Peneilitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bina Aksara.

Supardi. (2005). Penyusunan Usulan, dan Laporan

Penelitian Penelitian Tindakan Kelas, Makalah

disampaikan pada “Diklat Pengembangan

Profesi Widyaiswara”, Ditektorat Tenaga

Pendidik dan Kependidikan Dirjen

Pendidikan Dasar dan Menengah,

Departemen Pendidikan Nasional.

Tickman, Bruce, W. 1999 Conducting Educational

Research, Fifth Edition. Belmont:

Wadsworth Group/Thomson Learning.

Winarto, Yunita T. dkk (eds) 2004. Karya Tulis Ilmiah

Sosial Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya,

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

177

Daftar Pustaka

Wuisman, J.J.J.M, 1996. Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid 1

Asas-Asas, Penyunting M. Hisyam, Lembaga

Pnerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

178

Daftar Pustaka

TENTANG PENULIS

Dr. Alek, S.S., M.Pd. was born in Lido-Bima, West

Nusa Tenggara Province. He finished his Bachelor

of Art (S-1) at the Faculty of Letters, Satria

Makassar University (1997), Pursued his Graduate

degree (2005) and Doctoral degree (2009), at Jakarta

State University, majoring in Language Education

and graduating with Yudicium "Cum laude" in the

doctoral program. Dr Alek taught Linguistics at

public and private universities in Jakarta before

becoming a teacher-educator and faculty member

of the Faculty of Educational Sciences, at Syarif

Hidayatullah State Islamic University Jakarta, from

2008 until now. In 2010-2011 Dr. Alek was awarded

a scholarship by the Ministry of Education to

pursue a postdoctoral program at the Ohio State

University (OSU) in the United State of America

(USA). He has authored, published and continues

to write several books: (1) Linguistik Umum (2)

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi; (3)

Pernik­pernik Ilmu Bahasa: Sebuah Langkah

Awal Memahami Fonologi, (4) Classroom Acton

Research dalam Pendidikan Bahasa: Teori, Desain,

Praktik; (5) Isu­isu Kritis Kebijakan Pendidikan Di

Era Otonomi Pendidikan (co­writer), dan (6)

Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam

Pendidikan Bahasa). He has researched the

179

Daftar Pustaka

following: (1) An Investigation of Socio-Cultural

Perspective on The Greeting System in the Bima

Language; (2) Gender Representation in English

Textbooks for Junior High School (2015); (3)

Identity Issues in English Textbook for Junior High

School (2016); (4) An Investigation of Characters of

"La Hami" Novel (2013); (5) The Effect of Teaching

Method on Students’ English Learning

Achievement in West Nusa Tenggara (NTB) (2012)

(6) "Unity in Discourse Senior High School English

Textbooks Written by Indonesian Authors (2009);

(7) Transitive Verbs in the Bima Language: A

Morpho-syntactic Study (2005); and (4) The Effect

of CLL method on Students’ Speaking Skill.