cyberbullying di kota tanjungpinang naskah...

24
CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH PUBLIKASI Oleh: INDAH TRI OKTAVIA NIM : 110569201102 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Upload: vankhue

Post on 07-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

INDAH TRI OKTAVIA

NIM : 110569201102

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

Page 2: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

1

CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG

INDAH TRI OKTAVIA

Program Studi Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas

Maritim Raja Ali Haji

Cyberbullying adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek,

dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media

internet, teknologi digital atau telepon seluler. Banyak kejadian cyberbullying,

namun korbannya enggan melaporkan kejadian tersebut kepada aparat kepolisian.

Cyberbullying juga bisa terjadi pada siapa saja, pelakunya juga bisa siapa saja tetapi

belakangan diketahui yang sering melakukan bully biasanya orang dekat seperti

teman sekolah, atau teman yang mengenal si korban.

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui dampak yang

ditimbulkan dari cyberbullying yang dilakukan oleh remaja di Tanjungpinang.

Informan dalam penelitian ini adalah peneliti menentukan informan berdasarkan

permasalahan penelitian dengan kriteria informan adalah remaja yang menggunakan

salah satu media jejaring sosial seperti Facebook, Twiter, Instagram dan Path. Pernah

terlibat sebagai korban cyberbullying. Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja

pertengahan dalam usia sekolah dan berstatus pelajar, dan 1 orang informan kunci

yaitu pelaku cyberbullying. Dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis

data deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa dampak yang

dirasakan korban cyberbullying membuat sebagian orang yang menghadapinya

tertekan. Tindakan yang selama ini dilakukan oleh sebagian para remaja memilih

untuk diam dan tidak melakukan apa-apa, ada juga yang membalas, Dari hasil

penyajian data, yang terjadi di lapangan yaitu tindakan cyberbullying, dimana

seorang anak yang mengintimidasi seseorang yang dianggap lemah

Kata Kunci : Remaja, Cyberbullying, Media Sosial

Page 3: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

2

A B S T R A C T

Cyberbullying is an event while a child or teen is bullied, insulted, intimidated,

or humiliated by the child or adolescent to another through the medium of the

internet, digital technologies or mobile phones. Many events cyberbullying, but

victims are reluctant to report the incident to the police. Cyberbullying also could

happen to anybody, the culprit could also be anyone but was later known to

frequently perform bully usually close friends such as a school, or a friend who knew

the victim.

The goal in this research is to know the impact arising from cyberbullying

committed by adolescents in Tanjungpinang. Informants in this study is the

researchers determine informants based on research problems with the criteria of

informant are teenagers who use one media social networking such as Facebook,

Twiter, Instagram and Path. Has been involved as a victim of cyberbullying.

Teenagers aged 14-17 years of age in the mid-teens, namely schools and student

status, and 1 key informant i.e. people perpetrators of cyberbullying. In this study

were analyzed with descriptive qualitative data analysis techniques.

Based on the results of the research can be drawn the conclusion that the impact

of a perceived victim of cyberbullying makes some people who deal with it depressed.

During this action done by some teenagers choose to be quiet and not do anything,

there is also a reply, from the presentation of the data, which happens on the field

that is the Act of cyberbullying, in which a child who intimidate someone who was

considered a weak

Keywords: Teen, Cyberbullying, Social Media

Page 4: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

3

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara

dengan kasus bullying tertinggi

kedua di dunia setelah Jepang.

Sebagai negara dengan jumlah

populasi terbanyak keempat di

dunia, Indonesia memiliki jumlah

pengguna Facebook terbesar ketiga

di dunia, angka cyberbullying yang

terjadi di Indonesia mencapai angka

25 juta kasus di mulai dari kasus

dengan skala ringan sampai dengan

skala berat. Sekitar 42% anak-anak

mengalami cyber bullying ,35%

anak-anak diancam secara online,

58% anak-anak mengakui bahwa

mereka sering mengalami pelecehan

dan penghinaan secara online.

Dengan demikin, perkembangan

ancaman cyberbullying sangat cepat

seiring cepatnya perkembangan dan

peminat penggunaan internet dalam

keseharian bagi anak-anak dan

remaja yang berfikiran sangat

labil.(Badan Pusat Statistik mencatat

pada tahun : 2006)

Hampir 75 juta pengguna

internet di Indonesia berada pada

usia anak-anak, yakni 12 sampai 18

tahun tercatat sebagai kelompok

yang paling sering menggunakan

internet. Di Indonesia, beberapa

kasus kenakalan remaja melalui

media sosial disebabkan oleh masih

minimnya pengawasan orang

dewasa terhadap pengguna internet

di usia anak ini. Anak-anak lebih

banyak menggunakan internet untuk

bermain game dan mengakses

jejaring sosial. Selain itu, orang

dewasa di sekitarnya, seperti guru

dan orangtua, jarang yang

memberikan informasi mengenai

resiko apa saja yang bisa dialami

anak di internet (Sumber :

http://www.beritasatu.com diakses

tanggal 9 April 2016). Salah satu

resiko online yang sering terjadi

pada anak adalah cyberbullying.

Terdapat 58 persen anak yang tidak

paham dengan

masalah cyberbullying (UNICEF

dan Kominfo tahun 2014).

Maraknya perilaku

intimidasi serta kejahatan-kejahatan

di dunia maya menimbulkan

keresahan baru di masyarakat. Nilai-

nilai dan aturan yang terdapat di

dunia nyata kini harus pula

diterapkan di dunia maya. Oleh

karenanya pemerintah akhirnya

mengeluarkan regulasi mengenai

perbuatan-perbuatan yang dilarang

dilakukan di dunia maya dengan

mengesahkan Undang-Undang

Nomor 11 tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik,

undang-undang ini dibuat dengan

tujuan agar kelak dijadikan

pedoman dalam bertingkah laku dan

bertransaksi secara elektronik di

dunia maya. Namun kenyataanya

masih banyak pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh

masayarakat.

Jejaring sosial merupakan

media pertemuan antar pengguna

media sosial dengan pengguna

media sosial lainnya. Dalam ruang

maya interaksi sosial terjadi dengan

karakteristik tidak bertatap muka,

namun dapat diatasi dengan layanan

3G dan skype. Perkembangan

teknologi yang kian pesat telah

menyumbangkan dampaknya bagi

Page 5: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

4

pergeseran nilai-nilai di masyarakat.

Perkembangan teknologi informasi

berbasis internet juga turut andil

dalam menggeser nilai-nilai dan

tatanan hidup yang ada dalam

masyarakat ke dalam dunia virtual.

Suatu frekuensi interaksi

sosial di masyarakat virtual semakin

tinggi ini dapat dilihat dari hadirnya

media sosial yang banyak digunakan

oleh masyarakat seperti facebook,

twitter, whatsapp, skype. Salah satu

jejaring sosial yang cukup popular

adalah facebook. Facebook

merupakan salah satu layanan

jaringan sosial populer gratis.

Facebook dapat digunakan

membentuk jaringan dengan

mengundang teman. Jaringan yang

dibentuk di dalam facebook dapat

memperlihatkan aktivitas mereka,

mengikuti permainan yang

direkomendasikan, menambahkan

teman, jaringan berdasarkan

organisasi sekolah, daerah domisili

dan seterusnya. Facebook

memungkinkan orang dapat

menggunakan jaringan sosial dalam

berbagai keperluan.

Suatu yang mendasar fungsi

dan kegunaan facebook adalah

untuk mencari dan menjalin

pertemanan antara pengguna ruang

maya. Facebook telah digunakan

untuk berbagai tujuan, untuk

sekedar chating dan menghabiskan

waktu luang, menambah teman

sebanyak-banyaknya, melakukan

bisnis online, mengajak teman untuk

berbuat baik melalui nasehat,

mengajak untuk bergabung dengan

group-group yang positif, bahkan

berbagi informasi akademik.

Begitu mudahnya

penggunaan media sosial seperti

facebook membuat banyak orang

menggunakannya karena tidak

dibatasi oleh usia, pekerjaan, agama,

ras, jenis kelamin dan kondisi sosial

lainnya. Dengan mudahnya

pengguna media sosial dapat

berinteraksi di jejaring sosial

tersebut. Semua identitas pribadi

bahkan dapat dipalsukan. Mereka

bebas menggunakan jejaring

tersebut untuk apa saja dan

berinteraksi dengan apa saja. Sangat

mudah dan tidak membutuhkan

waktu yang lama bagi seseorang

dalam membuat akun di media

sosial. Kalangan remaja yang

mempunyai media sosial biasa nya

memposting tentang kegiatan

pribadinya, curhatannya, serta foto-

foto bersama teman-temannya.

Semakin aktif seorang remaja di

media sosial maka mereka semakin

dianggap keren dan gaul. Namun

kalangan remaja yang tidak

mempunyai media sosial biasanya

dianggap kuno, ketinggalan jaman,

dan kurang bergaul. Media sosial

menghapus batasan-batasan dalam

bersosialisasi. Dalam media sosial

tidak ada batasan ruang dan waktu,

mereka dapat berkomunikasi

kapanpun dan dimanapun mereka

berada. Tidak dapat dipungkiri

bahwa media sosial mempunyai

pengaruh yang besar dalam

kehidupan seseorang. Seseorang

yang asalnya kecil bisa menjadi

besar dengan media sosial, begitu

pula sebaliknya.

Hal ini yang kemudian

menggeser nilai-nilai dan norma-

Page 6: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

5

norma yang ada di masyarakat

seperti nilai kesopanan, nilai agama,

dan nilai-nilai sosial yang sudah ada

di mayarakat, sehingga sebagaimana

di dunia nyata dinamika sosial

terdapat kesepakatan, perasaan tidak

senang yang

disembunyikan,kerjasama dan

pertentangan. Tindakan kekerasan di

ruang maya disebut sebagai

cyberbullying. Cyberbullying adalah

segala bentuk kekerasan yang

dialami anak atau remaja dan

dilakukan teman seusia mereka

melalui dunia cyber atau internet.

Cyberbullying adalah

kejadian manakala seorang anak

atau remaja diejek, dihina,

diintimidasi, atau dipermalukan oleh

anak atau remaja lain melalui media

internet, teknologi digital atau

telepon seluler. Bullying merupakan

fenomena penyimpangan baru bagi

masyarakat Indonesia secara

penyimpangan sosial, terjadi krisis

dalam masyarakat dalam menyikapi

perubahan sosial. Contoh perilaku

bullying antara lain mengejek,

menyebarkan rumor, mengucilkan,

menakut-nakuti, intimidasi,

mengancam, menindas, memalak

atau menyerang secara fisik

(mendorong, melempar, atau

memukul). (Sumber : Wikipedia

Tanggal 9 April 2016 Pukul 15.30

Wib)

Cyberbullying semakin

marak dilakukan seiring dengan

menggelembungnya jumlah netters

(pengguna internet di Indonesia).

Cyberbullying mudah ditemukan,

terutama di forum-forum diskusi,

blog, bahkan yang paling banyak

terjadi di media sosial seperti

Facebook dan Twitter.

Cyberbullying dilakukan oleh

banyak pengguna internet karena

mereka sebenarnya tidak sadar yang

mereka lakukan adalah sebuah

tindakan yang salah. Cyberbullying

dianggap sebagai hal yang lumrah

dan biasa, padahal bentuk kekerasan

semacam itu bisa membuat korban

menjadi terintimidasi. Cyberbullying

sebenarnya menjadi sebuah

cerminan masyarakat indonesia

yang tak bisa menghargai pendapat

orang lain. Kecenderungan

memaksakan kehendak (pendapat)

dirinya terhadap orang lain sering

terjadi. (Sumber :

http://www.kaskus.co.id/ diakses

tanggal 27 Juni 2016)

Cyberbullying dianggap

valid bila pelaku dan korban berusia

di bawah 18 tahun dan secara

hukum belum dianggap dewasa.

Bila salah satu pihak yang terlibat

(atau keduanya) sudah berusia di

atas 18 tahun, maka kasus yang

terjadi akan dikategorikan sebagai

cyber crime atau cyber stalking

(sering juga disebut cyber

harassment).

Cyberbullying terdiri dari

dua individu yang terlibat, yaitu

pelaku (the bully) dan korban (the

victim). Pelaku adalah seseorang

yang secara langsung melakukan

agresi baik fisik, verbal atau

psikologis kepada orang lain dengan

tujuan untuk menunjukkan kekuatan

atau mendemonstrasikan pada orang

lain pada cybermedia (Hernandika,

2012). Sedangkan korban adalah

seseorang yang menjadi sasaran atau

target dari penindasan yang

Page 7: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

6

dilakukan oleh pelaku pada

cybermedia.

Bentuk dan metode tindakan

cyberbullying amat beragam. Bisa

berupa pesan ancaman melalui e-

mail, mengunggah foto yang

mempermalukan korban, membuat

situs web untuk menyebar fitnah dan

mengolok-olok korban hingga

mengakses akun jejaring sosial

orang lain untuk mengancam korban

dan membuat masalah. Motivasi

pelakunya juga beragam, ada yang

melakukannya karena marah dan

ingin balas dendam, frustrasi, ingin

mencari perhatian bahkan ada pula

yang menjadikannya sekedar

hiburan pengisi waktu luang.Tidak

jarang, motivasinya kadang-kadang

hanya ingin bercanda.

Pemerintah Indonesia telah

menerapkan aspek hukum untuk

menindak tindak pidana

cyberbullying ini. Secara umum

kejahatan ini diatur dalam hukum

pidana di Indonesia, pasal-pasal

tentang cyberbullying telah dimuat

dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP) yang

relevan dalam mengatur hukum

cyberbullying yang tercantum dalam

bab XVI yang membahas tentang

penghinaan, khususnya pasal 310

ayat 1 dan 2. Dijelaskan dalam pasal

310 ayat 1 bahwa “Barang siapa

dengan sengaja menyerang

kehormatan atau nama baik

seseorang dengan menuduhkan

sesuatu hal , yang maksudnya terang

supaya hal itu diketahui umum,

diancam karena pencemaran, dengan

pidana penjara paling lama

Sembilan bulan atau pidana denda

paling banyak empat ribu lima ratus

rupiah.”

Berdasarkan penelitian

Muhammad Alam Akbar dan

Prahastiwi Utari (2014) dengan

judul Cyberbullying Pada Media

Sosial (Studi Analisis Isi tentang

Cyberbullying pada Remaja di

Facebook) Pada penelitian yang

telah dilakukan menyimpulkan

bahwa remaja yang berperan sebagai

pelaku memiliki karakteristik agresif

dan intimidatif. Sebaliknya, pada

penelitian yang telah dilakukan

menyimpulkan bahwa remaja yang

berperan sebagai korban memiliki

karakteristik pasif dan defensif.

Karakteristik pada pelaku dan

korban ini mencerminkan bahwa

cyberbullying memang kerap terjadi

walaupun tidak disadari oleh kedua

belah pihak.

Penelitian yang dilakukan

oleh Yana (2013) tentang

Cyberbullying di Kalangan Remaja

(Studi tentang Korban

Cyberbullying di Kalangan Remaja

di Surabaya) diketahui bahwa Hasil

penelitian ini menyebutkan bahwa,

habitus dan lingkungan siswa

mempunyai pengaruh dalam

penggunaan media sosial di

kalangan remaja, serta didukung

oleh modal atau alat untuk

mengakses dunia maya. Keberadaan

habitus dan lingkungan yang

mendukung, menyebabkan

munculnya kekerasan simbolik yang

dilakukan di media sosial atau

disebut sebagai cyberbullying.

Cyberbullying tersebut didapatkan

melalui direct attact dan by proxy.

Page 8: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

7

Direct attact , yaitu berbentuk pesan

langsung/ hinaan, ejekan, dan

ancaman. Sedangkan by proxy

adalah pengambilan alih account.

Dampak dari cyberbullying

mengakibatkan perubahan sikap dan

timbulnya pengucilan terhadap

korban.

Di Indonesia, khususnya di

Yogyakarta ini, tindakan

cyberbullying ternyata seperti

fenomena gunung es. Banyak

kejadian cyberbullying, namun

korbannya enggan melaporkan

kejadian tersebut kepada aparat

kepolisian. Korban cyberbullying di

Yogyakarta lebih banyak menimpa

pelajar perempuan. Sayangnya,

pelajar perempuan ini enggan

melapor kepada orangtuanya atau

guru pembimbing konseling di

sekolah. Kemudian ada banyak

sekali kasus bullying lewat sosial

media yang pada akhirnya membuat

korban mengambil keputusan untuk

melakukan bunuh diri karena tidak

tahan dengan tekanan yang

dialaminya di media online. Kasus

bunuh diri karena bullying lewat

social media sudah banyak terjadi.

Salah satu contohnya yang terjadi di

Indonesia adalah kasus Yoga

Cahyadi, seorang promotor musik

Effort Creative Yogyakarta yang

bunuh diri dengan cara

menabrakkan diri ke kereta api Sri

Tanjung Yogyakarta. Ketua event

organizer acara ini melakukan

tindakan nekat tersebut karena

tekanan dan hujatan akibat gagalnya

acara musik Lockstock Fest2 yang

diselenggarakan.

Pengguna media sosial saat

ini juga banyak digunakan oleh

masyarakat Kota Tanjungpinang.

Cyberbullying juga terjadi, beberapa

kasus menunjukkan bahwa guru

potensial menjadi sasaran. Para

Remaja membully guru yang tidak

mereka sukai di jejaring sosial

secara terbuka, mereka bahkan

menghina, mengancam bahkan

menjadi bahan tertawaan. Salah

satu kasus adalah yang terjadi di Di

SMU Negeri 4 Tanjungpinang,

Kepulauan Riau dimana sekelompok

siswa yang membuat grup, yang

mereka namai “Grup Anti Mr. X

(nama seorang guru)” di situs

jejaring sosial Facebook. Di grup ini

mereka ramai-ramai mencaci maki

guru yang kelihatannya kurang

mereka sukai.

Tidak hanya itu yang

kemudian terjadi di Kota

Tanjungpinang yaitu ketika

pengumuman kelulusan di sebuah

SMA tahun 2015. Dalam akun

mereka ditemukan hujatan yang

ditulis seorang siswa dan

dikomentari ketiga rekannya. Dalam

komentarnya, mereka mencaci maki

seorang guru. Bahkan,

mengeluarkan ancaman

pembunuhan terhadap sang guru.

Tidak hanya guru yang menjadi

sasaran Bully remaja, seorang

kepala sekolah di kota

Tanjungpinang menjadi sasaran

ejekan dan caci maki para muridnya.

Pasalnya kepala sekolah ini diam

saja tak berdaya dan membiarkan

anak-anak kelas III yang lulus

mencoreti halaman sekolah dengan

pylox. Kontan, sikap pengecut si

kepala sekolah ini menjadi bahan

tertawaan para murid di situs

jejaring sosial facebook dan Twitter.

(Sumber :

http://edukasi.kompasiana.com/2011

Page 9: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

8

/09/06/cyber-bullying-mengintip-

sekolah/ diakses Tanggal 9 April

2016 Pukul 19.30 Wib)

Cyberbullying bisa

berbentuk apa saja, seperti yang

pernah dilakukan perkumpulan

remaja yang membuat status berupa

sindiran terhadap salah satu

temannya, kemudian ditambahi

komentar-komentar kasar teman

lainnya, menghina dan mengancam,

akun atas nama “Silvia” melaporkan

kepada pihak berwajib. Tidak hanya

itu penyerangan seseorang juga

dilakukan dengan akun palsu.

Seperti yang terjadi pada tanggal 5

Januari 2016, seseorang mengambil

foto orang lain dengan alamat

Tanjungpinang, kemudian

menyerang beberapa orang

perempuan yang bersekolah di salah

satu sekolah menengah pertama

Kota Tanjungpinang dengan kata-

kata kasar dan foto-foto pribadi

yang dipublikasikan secara luas.

Akun ini kemudian menghilang

pada tanggal 15 Februari 2016. 1

orang korban Cyberbullying bahkan

sampai mengalami depresi.

Beberapa kasus

Cyberbullying menyebabkan

terjadinya tindakan kriminal baik

bagi pembully maupun korban

bullying. pembully atau korban

sama-sama berisiko melakukan

tindak kriminal sebagai bentuk

pelampiasan atas kekerasan sosial

yang mereka alami. Biasanya

terlibat dalam perkelahian,

vandalisme, mengonsumsi minuman

keras atau menyalahgunakan obat-

obatan terlarang. Tindakan kriminal

yang dipicu oleh cyberbullying

dikota tanjung pinang yaitu

pertengkaran antar 2 geng di salah

satu sekolah yang diawalain dari

saling membully di media sosial,

namun kasus ini tidak di selesaikan

secara hukum, karena bisa

diselesaikan oleh guru BP disekolah.

Kasus cyberbullying lainnya

di kota Tanjungpinang dialami oleh

Elva dimana korban mendapatkan

penghinaaan di akun facebook

miliknya pada tanggal 16 Mei 2016.

Korban mendapatkan penghinaan

bukan hanya pada dirinya namun

juga terhadap keluarganya. Hal ini

berawal dari pelaku memposting

foto miliknya dengan tulisan “Dicari

Pelaku Penggelapan”. Postingan ini

mendapatkan Komentar dari

beberapa orang yang mengeluarkan

kata-kata penghinaan. Kasus ini

bergulir sampai pada tuntutan

permohonan maaf dari pelaku

melalui media sosial.

Contoh-contoh kasus diatas

merupakan sebagian kecil dari kasus

Cyberbullying yang terjadi yang

kebanyakan menyerang remaja

yang aktif dalam menggunakan

jejaring social. Cyberbullying dapat

mengakibatkan jatuhnya korban

dikarenakan aktifitas bully atau

tindak kekerasan yang menyerang

psikis seseorang yang semakin

meningkat. Cyberbullying yang

dilakukan secara intens dapat

menyebabkan korbannya menjadi

stress dan terganggu kehidupan

sosialnya.

Media sosial adalah sebuah

media online, dengan para

penggunanya bisa dengan mudah

berpartisipasi, berbagi, dan

menciptakan isi meliputi blog,

jejaring sosial, forum dan dunia

virtual, Saat teknologi internet dan

mobile phone makin maju maka

Page 10: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

9

media sosial pun ikut tumbuh

dengan pesat. Kini untuk mengakses

facebook atau twitter misalnya, bisa

dilakukan dimana saja dan kapan

saja hanya dengan menggunakan

sebuah mobile phone. Demikian

cepatnya orang bisa mengakses

media sosial mengakibatkan

terjadinya fenomena besar terhadap

arus informasi tidak hanya di

negara-negara maju, tetapi juga di

Indonesia. Karena kecepatannya

media sosial juga mulai tampak

menggantikan peranan media massa

konvensional dalam menyebarkan

berita-berita. Seiring

perkembangannya teknologi kini

tidak lagi hanya digunakan sebagai

alat untuk mempermudah pekerjaan

manusia saja melainkan juga untuk

melakukan tindak kejahatan,

sehingga sarana teknologi dan

komunikasi tidak hanya untuk

memperpendek jarak sosial tapi

justru memperlebar jarak sosial,

tindak kejahatan yang muncul

sangat beragam dan salah satunya

adalah cyberbullying. Cyberbullying

dirasa menakutkan bagi pengguna

teknologi informasi karena cukup

berbahaya bagi seseorang.

Bullying di internet ternyata

dapat menimbulkan dampak negatif

yang serius terhadap emosional

korban Cyberbullying membuat

kepercayaan diri anak mereka

terganggu. Penurunan dalam proses

belajar di sekolah, dan bahkan ada

yang mengalami depresi akibat

kejahatan di internet ini. Bullying

dapat berakibat pada meningkatnya

perasaan sedih dan kesendirian pada

korban pembullyan. Kejahatan

cyber ini juga berpengaruh terhadap

perubahan pola tidur dan makan

akibat rasa cemas yang dialami

korban. Rasa cemas tersebut dapat

menimbulkan hilangnya minat pada

kegiatan yang biasa korban

kerjakan. Bahkan jika terus

dibiarkan, dampak tersebut akan

terus terbawa hingga korban

beranjak dewasa.

Remaja pelaku cyber

bullying biasanya memilih untuk

menganggu anak lain yang dianggap

lebih lemah, tak suka melawan dan

tak bisa membela diri. Pelakunya

sendiri biasanya adalah anak-anak

yang ingin berkuasa atau senang

mendominasi .Anak-anak ini

biasanya merasa lebih hebat,

berstatus sosial lebih tinggi dan

lebih populer di kalangan teman-

teman sebayanya. Sedangkan

korbannya biasanya anak-anak atau

remaja yang sering diejek dan

dipermalukan karena penampilan

mereka, warna kulit, keluarga

mereka, atau cara mereka bertingkah

laku di sekolah. Namun bisa juga si

korban cyber bullying justru adalah

anak yang populer, pintar, dan

menonjol di sekolah sehingga

membuat iri teman sebayanya yang

menjadi pelaku

Seperti halnya bullying fisik,

cyberbullying juga memberikan efek

yang sama bagi si korban, namun

bedanya cyberbullying lebih

mempengaruhi kondisi psikologis

korban. Kendati begitu si pelaku

maupun orang yang menjadi saksi

aksi bullying ternyata juga dapat

merasakan efek negatif serupa.

Cyberbullying juga bisa

terjadi pada siapa saja, pelakunya

juga bisa siapa saja tetapi

belakangan diketahui yang sering

melakukan bully biasanya orang

dekat seperti teman sekolah, atau

teman yang mengenal si korban.

Page 11: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

10

Berdasarkan latar belakang tersebut

maka dalam penelitian ini

mengambil judul penelitian yaitu

CYBERBULLYING DI KOTA

TANJUNGPINANG.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

masalah yang telah diuraikan pada

latar belakang, maka rumusan

masalah adalah sebagai berikut Apa

dampak yang ditimbulkan dari

cyberbullying yang dilakukan oleh

remaja di Tanjungpinang?

C. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah

di atas, maka yang menjadi

tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui dampak yang

ditimbulkan dari cyberbullying

yang dilakukan oleh remaja di

Tanjungpinang

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara Teoritis : Dilihat dari

kegunaan penelitian secara

praktis penelitian ini

diharapkan dapat

memberikan sumbangan

ilmu pengetahuan dan

pemikiran serta dapat

membantu sebagai bahan

informasi dan wawasan

tentang cyberbullying

b. Secara Praktis : Penelitian

ini juga diharapkan dapat

menjadi acuan informasi

dalam penelitian-penelitian

berikutnya dengan

permasalahan penelitian

yang sama serta menjadi

referensi pustaka bagi

pemenuhan kebutuhan

penelitian lanjutan.

D. Konsep Operasional

Konsep operasional adalah sebagai

suatu unsur penelitian yang

merupakan petujuk tentang

bagaimana suatu variabel diukur

dalam rangka memudahkan

1. Cyberbullying yang

dimaksud dalam penelitian

ini adalah kejadian manakala

seorang remaja diejek,

dihina, diintimidasi, atau

dipermalukan oleh anak atau

remaja lain melalui media

internet, teknologi digital

atau telepon seluler.

2. Tindakan Sosial yang

dimaksud dalam penelitian

ini adalah semua tindakan

remaja yang berkaitan

dengan sejauh mana para

remaja yang melakukan

tindakan yang mengarah

kepada cyberbullying dan

memberikan suatu makna

yang diarahkan kepada orang

lain. Tidakan sosial dilihat

dari

a. Rasional

Instrumental

(Zwerkrationalitat)

Tindakan korban

cyberbullying yang

diarahkan apabila

tujuan, alat dan

akibatnya

diperhitungkan dan

dipertimbangkan

secara rasional.

b. Rasionalitas Nilai.

Tindakan yang

ditentukan oleh

Page 12: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

11

keyakinan penuh

kesadaran akan nilai

perilaku-perilaku

etis, estetis, religius

atau bentuk perilaku

lain, yang terlepas

dari prospek

keberhasilannya.

c. Tindakan afektif.

Tindakan yang

dibuat-buat.

Dipengaruhi oleh

perasaan emosi.

d. Tindakan

Tradisional.

Tindakan yang

dilakukan karena

kebiasaan, tanpa

refleksi yang sadar

atau perencanaan.

3. Media Sosial yang

dimaksud dalam penelitian

ini adalah media online yaitu

Facebook, Twiter, Instagram

dan Path yang mendukung

interaksi sosial.

E. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan

peneliti adalah kualitatif, dengan

tipe deskriptif. Tipe penelitian

menurut (Moleong, 2012 : 3) yaitu

penelitian tentang data yang

dikumpulkan dan ditanyakan dalam

bentuk kata-kata. Metodologi

kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.

Adapun alasan penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif

adalah karena dalam penelitian ini

data yang dihasilkan berupa data

deskriptif yang diperoleh dari data-

data berupa tulisan, kata-kata dan

dokumen yang berasal dari sumber

atau informan yang diteliti dan dapat

dipercaya. Penelitian ini

menggunakan penelitian kualitatif,

karena ingin memperoleh informasi

selengkap mungkin tentang

cyberbullying yang terjadi melalui

media sosial. Dalam penelitian

kualitatif data yang dikumpulkan

berupa kata-kata, gambar. Selain itu

semua data yang dikumpulkan

kemungkinan menjadi kunci

terhadap apa yang sudah diteliti.

Dengan demikian, laporan

penelitian akan berisi kutipan-

kutipan data untuk memberi

gambaran penyajian laporan

tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini

menggunakan teknik analisa data

yaitu teknik analisa deskriptif

kualitatif. Menurut McDrury dalam

Moleong (2012:248) tahapan analisa

data kualitatif yaitu “pertama,

membaca atau mempelajari data,

menandai kata-kata kunci dan

gagasan yang ada dalam data,

kedua, mempelajarikata-kata kunci

itu berupaya menemukan tema-tema

yang berasal dari data, ketiga,

menuliskan model yang ditemukan,

keempat, koding yang telah

dilakukan. Untuk itu data-data yang

terkumpul baik itu data primer

maupun sekunder yang diperoleh

dari wawancara, maka akan

diorganisir dan disusun. Setelah

tersusun kemudian dilakukan

penafsiran dan pembahasan data

berkaitan dengan cyberbullying

melalui media sosial di Kota

Tanjungpinang.

Page 13: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

12

II. LANDASAN TEORI

A. Tindakan Sosial

Sebagai studi aksi sosial,

Weber banyak berbicara mengenai

hubungan sosial dan motivasi, yang

menurut Weber banyak dipengaruhi

oleh rasionalitas formal.

Rasionalitas formal, meliputi proses

berpikir aktor dalam membuat

pilihan mengenai alat dan tujuan

(Ritzer,2011 : 40). Dalam konteks

ini, hubungan sosial, berkaitan

dengan motivasi dan rasionalitas

formal mengenal 3 sifat hubungan,

yaitu:

a. Hubungan sosial yang

bersifat atau didasarkan pada

tradisi. Yaitu hubungan

sosial yang terbangun atas

dasar kebiasaan/tradisi di

masyarakat.

b. Hubungan sosial yang

bersifat atau didasarkan pada

koersif/tekanan. Yaitu

hubungan sosial yang

terbangun dari rekayasa

sosial dari pihak yang

memiliki otoritas

(kekuasaan) terhadap yang

powerless.

c. Hubungan sosial yang

bersifat atau didasarkan pada

rasionalitas.

Ciri dari hubungan rasional

adalah hubungan sosial yang

bersifat asosiatif dan orientasi

tindakan sosial berdasarkan pada

sebuah penyesuaian kepentingan-

kepentingan yang di motivasi secara

rasional atau persetujuan yang di

motivasi secara sama. Dalam

hubungan sosial selalu ada

pengorganisasian dan

pengorganisasian tersebut

dipertahankan melalui wewenang.

Weber menjelaskan hubungan sosial

ini berdasarkan atas rasional formal,

karenanya terdapat suatu

pengorganisasian

Tindakan sosial adalah

semua tindakan manusia yang

berkaitan dengan sejauh mana

individu yang bertindak itu

memberinya suatu makna subyektif

bagi dirinya dan diarahkan kepada

tindakan orang lain. Dari sudut

waktu tindakan sosial diarahkan

untuk waktu sekarang, masa lalu

dan masa yang akan datang. Dari

sudut sasaran tindakan sosial dapat

berupa seseorang individu atau

sekumpulan orang. Sebaliknya

tindakan individu yang diarahkan

kepada benda mati atau objek fisik

semata tanpa dihubungkannya

dengan tindakan orang lain bukan

merupakan tindakan sosial.

Rasionalitas merupakan konsep

dasar yang digunakan Weber dalam

klasifikasinya mengenai tipe-tipe

tindakan sosial. Pembedaan pokok

yang diberikan adalah tindakan

rasional dan nonrasional. Tindakan

rasional berhubungan dengan

pertimbangan yang sadar dan

pilihan bahwa tindakan itu

dinyatakan. Atas dasar rasionalitas

tindakan sosial, Weber

membedakannya ke dalam empat

tipe. Semakin rasional tindakan

social itu semakin mudah pula

dipahami.

Empat tipe tindakan sosial

menurut Weber (dalam Ritzer,2011 :

41) tersebut antara lain: Rasionalitas

instrumental, Rasionalitas

Page 14: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

13

berorientasi nilai, tindakan

tradisonal dan tindakan afektif.

1. Rasional Instrumental

(Zwerkrationalitat) Tindakan

diarahkan apabila tujuan,

alat dan akibatnya

diperhitungkan dan

dipertimbangkan secara

rasional. Tindakan ini

ditentukan oleh harapan

terhadap perilaku objek

dalam lingkungan dan

perilaku manusia lain;

harapan-harapan ini

digunakan sebagai „syarat‟

atau „sarana‟ untuk mencapai

tujuan-tujuan aktor lewat

upaya dan perhitungan yang

rasional”.

2. Rasionalitas Nilai. Tindakan

yang ditentukan oleh

keyakinan penuh kesadaran

akan nilai perilaku-perilaku

etis, estetis, religius atau

bentuk perilaku lain, yang

terlepas dari prospek

keberhasilannya.

3. Tindakan afektif. Tindakan

yang dibuat-buat.

Dipengaruhi oleh perasaan

emosi dan kepura-puraan si

aktor. Tindakan ini sukar

dipahami. Aksi adalah

afektif manakala faktor

emosional menetapkan cara-

cara dan tujujan-tujuan

daripada aksi.

4. Tindakan Tradisional.

Tindakan yang dilakukan

karena kebiasaan, tanpa

refleksi yang sadar atau

perencanaan. Menurut weber

tindakan ini bersifat non

rasional.

Menurut Weber (dalam

Ritzer : 2011 : 38) Sebagai mana

tindakan sosial adalah tindakan

individu sepanjang tindakannya itu

mempunyai makna atau arti

subjektif bagi dirinya dan diarahkan

kepada tindakan orang lain.

Tindakan sosial yang dimaksud

Weber dapat berupa tindakan yang

nyata diarahkan kepada orang lain.

Juga dapat berupa tindakan yang

bersifat membatin atau bersifat

subyektif yang mungkin terjadi

karena pengaruh positif dari situasi

tertentu.

Setiap hari kita melakukan

tindakan dengan maksud dan tujuan

tertentu, tindakan yang kita lakukan

pada umumnya berkaitan dengan

orang lain mengingat bahwa

manusia adalah mahkluk sosial,

yaitu mahkluk yang tidak dapat

hidup sendiri dalam kehidupan

masyarakat. Max Weber merupakan

ilmuan yang mengemukakan teori

tindakan sosial, Weber melihat

bahwa kenyataan sosial secara

mendasar terdiri dari individu-

individu dan tindakan-tindakan

sosialnya yang berarti. dia

mendefinisikan sosiologi sebagai

berikut: Suatu ilmu pengetahuan

yang berusaha memperoleh

pemahaman interpretative mengenai

tindakan sosial agar dengan

demikian bisa sampai ke suatu

penjelasan kausal mengenai arah

dan akibatakibatnya. dengan

“tindakan” dimaksudkan semua

perilaku manusia, apabila atau

sepanjang individu yang bertindak

itu memberikan arti subyektif

kepada tindakan itu. Tindakan itu

disebut sosial karena arti subyektif

tadi dihubungkan dengannya oleh

individu yang bertindak,

memperhitungkan perilaku orang

lain dan karena itu diarahkan ke

Page 15: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

14

tujuannya.1 Jadi yang dimaksudkan

Weber, tindakan sosial adalah

tindakan individu yang dapat

mempengaruhi orang lain. Tindakan

dan Tindakan sosial memiliki

pengertian yang berbeda, Tindakan

mencakup semua perilaku yang

dilakukan oleh manusia, sedangkan

Tindakan sosial merupakan suatu

tindakan individu yang diarahkan

kepada orang lain dan memiliki arti

baik bagi diri sendiri maupun bagi

orang lain. Jika tindakan tersebut

tidak diarahkan orang lain dan tidak

memiliki arti maka bukan termasuk

tindakan sosial tetapi hanya disebut

sebuah “tindakan” saja, sehingga

tindakan sosial akan memberikan

pengaruh bagi orang lain, karena

tindakan sosial mengandung tiga

konsep yaitu tindakan, tujuan dan

pemahaman. Pemahaman tentang

sosiologi dari Weber dan Durkheim

berbeda.

Weber lebih menekankan

pada tindakan-tindakan sosial,

bahwa kenyataan sosial dalam

kehidupan itu didasarkan pada

motivasi individu dan tindakan-

tindakan sosial, sedangkan

Durkheim hanya mendefinisikan

pada fakta sosial. Weber memiliki

pendapat yang berbeda dengan

Durkheim dalam mendefinisikan

sosiologi, sosiologi merupakan ilmu

yang mempelajari fakta sosial yang

bersifat eksternal, memaksa

individu, dan bahwa fakta sosial

harus dijelaskan dengan fakta sosial

lainnya. Durkheim melihat

kenyataan sosial sebagai sesuatu

yang mengatasi individu, berada

pada suatu tingkat yang bebas,

sedangkan Weber melihat kenyataan

sosial sebagai sesuatu yang

didasarkan pada motivasi individu

dan tindakan-tindakan sosial. (Doyle

Paul Jochnson : 1994 : 214)

Tindakan sosial yang dimaksud

Weber dapat berupa tindakan yang

nyata-nyata diarahkan kepada orang

lain. Juga dapat berupa tindakan

yang bersifat membatin atau

ditunjukan untuk orang lain yang

mungkin terjadi karena pengaruh

dari situasi tertentu. Atau

merupakan tindakan perulangan

dengan sengaja sebagai akibat dari

pengaruh situasi yang serupa, atau

berupa persetujuan secara pasif

dalam situasi tertentu. Weber

mengemukakan lima ciri pokok

yang menjadi sasaran penelitian

sosiologi yaitu:

1. Tindakn manusia, yang

menurut si actor

mengandung makna yang

subyektif. ini meliputi

berbagai tindakan nyata.

2. Tindakan nyata dan bersifat

membatin sepenuhnya dan

bersifat subyektif.

3. Tindakan yang meliputi

pengaruh positif dari suatu

situasi, tindakan yang

sengaja diulang serta

tindakan dalam bentuk

persetujuan secara diam-

diam.

4. Tindakan itu diarahkan

kepada seseorang atau

kepada beberapa individu.

5. Tindakan itu memperhatikan

tindakan orang lain dan

terarah ke pada orang lain itu

Dari pendapat Weber

tersebut dapat disimpulkan bahwa

Ciri-ciri tindakan sosial yaitu

memiliki makna subyektif, tindakan

nyata yang bersifat membatin dan

bersifat subyektif, tindakan

Page 16: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

15

berpengaruh positif, tindakan

diarahkan pada orang lain dan

tindakan merupakan respon terhadap

tindakan orang lain. Tindakan sosial

terjadi ketika individu melekatkan

makna subjektif pada tindakan

mereka. Maksudnya Tindakan sosial

terjadi ketika individu dalam

masyarakat melakukan tindakan

yang mempunyai makna dalam

tindakan mereka , baik bermakna

bagi diri sendiri maupun orang lain.

Dalam tindakan sosial akan

menciptakan hubungan sosial.

Hubungan sosial menurut Weber

yaitu tindakan dimana beberapa

actor yang berbeda-beda, sejauh

tindakan itu mengandung makna

dihubungkan serta diarahkan kepada

tindakan orang lain. Masing-

masingindividu berinteraksi dan

saling menanggapi. Weber juga

membicarakan bentuk-bentuk

empiris tindakan sosial dan antar

hubungan sosial tersebut. Weber

membedakan dua jenis dasar dari

pemahaman ini bisa dibagi sesuai

dengan masing-masing pertaliannya,

dengan menggunakan tindakan

rasional ataupun emosional. Jenis

pertama adalah pemahaman

langsung yaitu memahami suatu

tindakan dengan pengamatan

langsung. Kedua, pemahaman

bersifat penjelasan. Dalam tindakan

ini tindakan khusus aktor

ditempatkan pada suatu penjelasan

dari kenyataan berlangsung dari

perilaku.

Doyle Paul Jochnson (1994 :

219) Rasional merupakan konsep

dasar yang digunakan weber dalam

mengelompokan tipe-tipe tindakan

sosial. Arti rasional sendiri adalah

melalui pemikiran dan pertimbangan

secara logis dan sadar. Pembedaan

tipe-tipe tindakan sosial andalah

antara tindakan rasional dan yang

norasional. Tindakan rasional

menurut Weber Berhubungan

dengan pertimbangan yang sadar

dan pilihan bahwa tindakan itu

dinyatakan. Di dalam kedua kategori

utama mengenai tindakan rasional

dan non rasional itu, ada dua bagian

satu sama lain. Tindakan rasional

mencakup tindakan Rasionalitas

Instrumental dan tindakan

rasionalitas berorientasi nilai,

sedangkan tindakan nonrasional

adalah tindakan afektif dan tindakan

tradional. Bagi weber, konsep

rasionalitas merupakan kunci bagi

suatu analisa obyektif mengenai

arti-arti subyektif dan juga

merupakan dasar perbandingan

mengenai jenis-jenis tindakan sosial

yang berbeda. Pendekatan obyektif

hanya berhubungan dengan gejala

yang dapat diamati seperti benda

fisik atau perilaku nyata, sedangkan

pendekatan subyektif berusaha

untuk memperhatikan juga gejala-

gejala yang sulit ditangkap dan tidak

dapat diamati seperti perasaan

individu, pikirannya, dan motif-

motifnya. Perbedaan juga dapat

dilihat dalam hubungannya dengan

hal dimana pengalaman subyektif

pribadi seseorang dimiliki bersama

oleh suatu kelompok sosial,

pengalaman subyektif dapat

dimengerti karena dialami bersama

secara meluas, dapat dilihat sebagai

obyektif sedangkan pengalaman

subyektif yang tidak dapat

dikomunikasikan atau dimengerti,

tetapi tidak dapat ditangkap sebagai

suatu pengalaman pribadi yang

benar-benar subyektif, meskipun

Page 17: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

16

sangat ril bagi orang yang

bersangkutan.

Pembahasan Weber tidak

sampai pada tindakan sosial saja,

tetapi Weber juga menghubungkan

adanya keterkaitan tindakan sosial

dan Struktur sosial dalam

masyarakat. Struktur sosial dalam

perspektif Weber didefinisikan

dalam istilahistilah yang bersifat

probabilistic dan bukan sebagai

suatu kenyataan empirik yang ada

terlepas dari individu-individu.

Suatu kelas ekonomi menunjuk pada

suatu kategori orang-orang yang

memiliki kesempatan hidup yang

sama seperti ditentukan oleh

sumber-sumber ekonomi saat

dipasarkan. 11 Struktur sosial

sendiri digambarkan sebagai suatu

bangunan sosial yang tersusun atas

unsur-unsur yang ada dalam

masyarakat. Unsur pembentuk

masyarakat adalah manusia atau

individu yang menjadi anggota

masyarakat. Dalam struktur sosial

terdapat Stratifikasi sosial, kelas

sosial dan status sosial dalam

masyarakat.

B. Cyberbullying

Kata “bully” dikenal sejak

tahun 1530-an. Pada dasarnya

bullying melibatkan dua orang,

pelaku bullying dan korban.Pelaku

mem-bully korban secara fisik,

lisan, atau cara lain untuk

mendapatkan rasa

kekuasaan.Tindakan ini mungkin

langsung (memukul, mencela, dan

lain-lain) atau secara tidak langsung

(gossip, rumors, fitnah, dan lain-

lain).(JurnalBullying and

Cyberbullying: History, Statistics,

Law, Prevention, dan Analysis).

Bullying dapat di definisikan

sebagai bentuk-bentuk perilaku

kekerasan dimana terjadi pemaksaan

secara psikologis ataupun fisik

terhadap seseorang atau sekelompok

orang yang lebih “lemah” oleh

seseorang atau sekelompok orang.

Pelaku bullying yang biasa disebut

bully bisa seseorang, bisa juga

sekelompok orang, dan ia atau

mereka mempersepsikan dirinya

memiliki power (kekuasaan) untuk

melakukan apa saja terhadap

korbannya. Korban juga

mempersepsikan dirinya sebagai

pihak yang lemah, tidak berdaya dan

selalu merasa terancam oleh bully

Bullying adalah perilaku

agresif yang dilakukan secara

sengaja terjadi berulang-ulang untuk

menyerang seorang target atau

korban yang lemah, mudah dihina

dan tidak bisa membela diri sendiri.

Bullying juga didefinisikan sebagai

kekerasan fisik dan psikologis

jangka panjang yang dilakukan

seseorang atau kelompok, terhadap

seseorang yang tidak mampu

mempertahankan dirinya dalam

situasi di mana ada hasrat untuk

melukai atau menakuti orang itu

atau membuat dia tertekan

(Wicaksana, 2008).

Pengertian tersebut didukung

oleh Coloroso (2006 : 44-45) yang

mengemukakan bahwa bullying

akan selalu melibatkan ketiga unsur

berikut :

1. Ketidakseimbangan

kekuatan (imbalance power).

Bullying bukan persaingan

antara saudara kandung,

Page 18: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

17

bukan pula perkelahian yang

melibatkan dua pihak yang

setara. Pelaku bullying bisa

saja orang yang lebih tua,

lebih besar, lebih kuat, lebih

mahir secara verbal, lebih

tinggi secara status sosial,

atau berasal dari ras yang

berbeda

2. Keinginan untuk mencederai

(desire to hurt). Dalam

bullying tidak ada

kecelakaan atau kekeliruan,

tidak ada ketidaksengajaan

dalam pengucilan korban.

Bullying berarti

menyebabkan kepedihan

emosional atau luka fisik,

melibatkan tindakan yang

dapat melukai, dan

menimbulkan rasa senang di

hati sang pelaku saat

menyaksikan penderitaan

korbannya.

3. Ancaman agresi lebih lanjut.

Bullying tidak dimaksudkan

sebagai peristiwa yang hanya

terjadi sekali saja, tapi juga

repentatif atau cenderung

diulangi.

4. Teror Bullying adalah

kekerasan sistematik yang

digunakan untuk

mengintimidasi dan

memelihara dominasi. Teror

bukan hanya sebuah cara

untuk mencapai bullying tapi

juga sebagai tujuan bullying.

Menurut Black dan Jackson

(2007, dalam Margaretha 2010)

Bullying merupakan perilaku agresif

tipe proaktif yang didalamnya

terdapat aspek kesengajaan untuk

mendominasi, menyakiti, atau

menyingkirkan, adanya

ketidakseimbangan kekuatan baik

secara fisik, usia, kemampuan

kognitif, keterampilan, maupun

status sosial, serta dilakukan secara

berulang-ulang oleh satu atau

beberapa anak terhadap anak lain.

Menurut Ariesto (2009, dalam

Mudjijanti 2011) dan Kholilah

(2012), penyebab terjadinya

bullying antara lain :

1. Keluarga Pelaku bullying

seringkali berasal dari

keluarga yang bermasalah :

orang tua yang sering

menghukum anaknya secara

berlebihan, atau situasi

rumah yang penuh stress,

agresi, dan permusuhan.

Anak akan mempelajari

perilaku bullying ketika

mengamati konflik-konflik

yang terjadi pada orang tua

mereka, dan kemudian

menirunya terhadap teman-

temannya. Jika tidak ada

konsekuensi yang tegas dari

lingkungan terhadap perilaku

coba-cobanya itu, ia akan

belajar bahwa “mereka yang

memiliki kekuatan

diperbolehkan untuk

berperilaku agresif, dan

perilaku agresif itu dapat

meningkatkan status dan

kekuasaan seseorang”. Dari

sini anak mengembangkan

perilaku bullying.

2. Sekolah, karena pihak

sekolah sering mengabaikan

keberadaan bullying ini,

anak-anak sebagai pelaku

bullying akan mendapatkan

penguatan terhadap perilaku

mereka untuk melakukan

Page 19: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

18

intimidasi terhadap anak

lain. Bullying berkembang

dengan pesat dalam

lingkungan sekolah sering

memberikan masukan

negatif pada siswanya,

misalnya berupa hukuman

yang tidak membangun

sehingga tidak

mengembangkan rasa

menghargai dan

menghormati antar sesama

anggota sekolah.

3. Faktor Kelompok Sebaya

Anak-anak ketika

berinteraksi dalam sekolah

dan dengan teman di sekitar

rumah, kadang kala

terdorong untuk melakukan

bullying. Beberapa anak

melakukan bullying dalam

usaha untuk membuktikan

bahwa mereka bisa masuk

dalam kelompok tertentu,

meskipun mereka sendiri

merasa tidak nyaman dengan

perilaku tersebut. Bullying

termasuk tindakan yang

disengaja oleh pelaku pada

korbannya, yang

dimaksudkan untuk

menggangu seorang yang

lebih lemah. Faktor individu

dimana kurangnya

pengetahuan menjadi salah

satu penyebab timbulnya

perilaku bullying, Semakin

baik tingkat pengetahuan

remaja tentang bullying

maka akan dapat

meminimalkan atau

menghilangkan perilaku

bullying.

III. GAMBARAN UMUM

LOKASI PENELITIAN

Secara geografis Kota

Tanjungpinang mempunyai

kedudukan yang cukup strategis

baik segi ekonomi, pertahanan dan

keamanan maupun sosial budaya.

Kota Tanjungpinang terletak dipulau

Bintan, Jumlah penduduk di Kota

Tanjungpinang adalah 65.732

kepala keluarga. Jumlah penduduk:

192.246 jiwa. Berikut rincian

penduduk per kecamatan di Kota

Tanjungpinang :

Tabel III.1

Jumlah Penduduk Per Kecamatan

tahun 2015

N

o

Wilayah Jumla

h

Jumla

h KK

1 Kecamatan

Bukit Bestari

71665

Jiwa

17916

KK

2 Kecamatan

Tanjungpina

ng Timur

89179

Jiwa

22295

KK

3 Kecamatan

Tanjungpina

ng Barat

69378

Jiwa

17345

KK

4 Kecamatan

Tanjungpina

ng Kota

32704

Jiwa

8176

KK

Sumber : BPS Kota

Tanjungpinang, 2015

Luas wilayah Kota

Tanjungpinang keseluruhan adalah

239,5 Km². Wilayah Kota

Tanjungpinang terdiri dari atas

daratan dengan luas 131,54 Km² dan

lautan dengan luas 107,96 Km²,

Page 20: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

19

sehingga dikategorikan menjadi dua

kategori wilayah yaitu

Tanjungpinang Daratan dan

Tanjungpinang Lautan

IV. ANALISA DATA DAN

PEMBAHASAN

1. Rasional Instrumental

(Zwerkrationalitat)

Pelaku cyberbullying adalah

pelaku yang lebih kuat dalam arti

lebih berani dari pada korban,

biasanya pelaku sudah tahu

kemampuan dari korbannya

sehingga berani melakukan hal

tersebut, kemudian mahir secara

verbal sehingga tidak memikirkan

apa yang dikatakannya melukai atau

tidak. Cyberbullying juga terjadi

karena adanya keinginan untuk

mencederai, hal ini karena setiap

pelaku menyadari bahwa apa yang

dilakukannya akan melukai korban

dan hal ini di sadarinya. Bullying

yang dilakukan dalam kasus-kasus

ini adalah bullying yang berlanjut

dan selalu diulangi oleh pelakunya.

Temuan ini sesuai dengan teori

Coloros (2006 : 44,45) karena

bullying akan melibatkan 3 unsur

yaitu ketidak seimbangan kekuatan,

keinginan untuk mencederai dan

ancaman agresi lanjutan.

Bullying merupakan salah satu

bentuk kekerasan yang dilakukan

oleh satu atau sekelompok orang

dengan sengaja melakukan

tindakan-tindakan yang bersifat

negatif secara berulang kali yang

tujuannya adalah menyakiti,

merendahkan, atau menjatuhkan

harga diri orang lain. Bullying ini

terjadi karena ada

kesenjangan power/kekuatan antara

pelaku dan korbannya.

2. Rasionalitas Nilai.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan dapat diketahui

sebagian korban memilih untuk

berdiam diri karena adanya nilai

yang diajarkan seperti nilai

keagamaan, kesusilaan, dan

kesopanan, hal ini yang membuat

mereka para korban tidak melawan,

namun menurut pelaku,

cyberbullying di lakukan karena

spontan, tindakan seperti ini mampu

dianalisa bahwa pelaku tidak

memahami tentang nilai yang ada di

tengah masyarakat sehingga dengan

mudah menyakiti orang lain.

3. Tindakan afektif.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat

dianalisa bahwa tindakan yang

selama ini dilakukan oleh sebagian

para remaja memilih untuk diam dan

tidak melakukan apa-apa, ada juga

yang membalas, Dari hasil

penyajian data, yang terjadi di

lapangan yaitu tindakan

cyberbullying, dimana seorang anak

yang mengintimidasi seseorang

yang dianggap lemah. Intimidasi

yang terjadi yaitu melalui sarana

teknologi, melalui jejaring sosial.

Sebelum cyberbullying, hal yang

terjadi terlebih dahulu ialah tindakan

bullying. Yakni, tindakan yang

kemudian digunakan untuk

menunjuk perilaku agresif seseorang

atau sekelompok untuk menyakiti

korban. Tindakan bullying dapat

berupa fisik, dengan cara menampar

atau mencederai, kemudian dapat

berupa verbal, ini biasanya dengan

cara menghina, mengolok, juga

Page 21: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

20

memaki dan mengancam. Namun

tindakan bullying melalui media

cyber ini lebih ke tindakan berupa

verbal. Yakni bentuk komunikasi

yang disampaikan dengan cara

tertulis atau lisan (DeVito,

2011:128). Pada kasus

cyberbullying yang ditemukan di

lapangan, pelaku memang

menggunakan bentuk komunikasi

verbal dengan menuliskan apa yang

sedang dialaminya ke media social

4. Tindakan tradisional

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat

dianalisa bahwa sebagian remaja

sudah memahami tentang norma

yang ada, orang tua sudah

melakukan pemahaman, namun

pemahaman terhadap hukum belum

berjalan dengan baik. norma hukum

dan norma non-hukum saling

berkaitan dan berhubungan satu

sama lain, ada kalanya hubungannya

saling menguatkan, namun ada

kalanya juga hubungan tersebut

saling bertentangan. Hubungan

yang saling menguatkan dapat

dilihat dari norma yang melarang

terjadinya pembunuhan yang sama-

sama diatur baik dalam norma

hukum maupun norma agama.

Norma sosial ini harus dipahami di

setiap remaja untuk menghindari

cyberbullying. Dalam Facebook,

seseorang dapat dikatakan sebagai

pelaku pembantu apabila orang

tersebut ikut berperan dalam

mengirimkan pesan berunsur

cyberbullying pada tautan, status

maupun gambar yang diberikan

pelaku utama ditujukan untuk

membully objek sasaran yaitu

korban. Pelaku pembantu menjadi

representasi wujud cyberbullying

yang nyata dimana mayoritas

serangan terhadap korban dilakukan

oleh pelaku pembantu. Dalam

beberapa kasus, pelaku utama juga

dapat berperan menjadi pelaku

pembantu, yaitu turut menyerang

korban dengan terus mengirimkan

pesan cyberbullying pada tautan

yang dikirimnya sendiri.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat

diambil kesimpulan bahwa dampak

yang di rasakan oleh para korban

membuat sebagian orang yang

menghadapinya tertekan namun

sebagian lain tidak menanggapinya,

ada yang tidak berani membalas,

namun sebagian besar

membalasnya. Cyberbullying masih

terjadi di Kota Tanjungpinang. Para

remaja ini sebenarnya sudah

memahami tentang salahnya

kegiatan membully, bahkan

sebagian dari mereka sudah

memahami tentang adanya aturan

dan norma tersebut, namun

pemahaman terhadap hukum belum

berjalan dengan baik. Norma hukum

dan norma non-hukum saling

berkaitan dan berhubungan satu

sama lain, ada kalanya hubungannya

saling menguatkan, namun ada

kalanya juga hubungan tersebut

saling bertentangan. Hubungan yang

saling menguatkan dapat dilihat dari

norma yang melarang terjadinya

pembunuhan yang sama-sama diatur

baik dalam norma hukum maupun

norma agama

Tindakan yang selama ini

dilakukan oleh sebagian para remaja

memilih untuk diam dan tidak

melakukan apa-apa, ada juga yang

Page 22: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

21

membalas, Dari hasil penyajian

data, yang terjadi di lapangan yaitu

tindakan cyberbullying, dimana

seorang anak yang mengintimidasi

seseorang yang dianggap lemah.

Intimidasi yang terjadi yaitu melalui

sarana teknologi, melalui jejaring

sosial. Sebelum cyberbullying, hal

yang terjadi terlebih dahulu ialah

tindakan bullying.

B. Saran

Adapun saran yang dapat

disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya ada pengawasan

dari orang tua berkaitan

dengan norma-norma yang

berlaku untuk menghindari

cyberbullying.

2. Sebaiknya para remaja

diberikan pemahaman

tentang cyberbullying

termasuk hukum yang

berlaku agar menghindari

cyberbullying.

DAFTAR PUSTAKA

Al Sentot Sedarwanto, 2009.

Cyberbullying kejahatan

dunia maya yang terlupakan.

Jurnal hukum pro justistia.

Volume 27 No 1

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta : Rineka

Cipta.

Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat ,

2006. Pendataan Sosial

Ekonomi Tahun 2005.

Jakarta Pusat : Badan Pusat

Statistik

Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko.

2007. Sosiologi Teks

Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Kencana Media

Group

Coloroso, B. 2006. Penindas,

Tertindas, dan Penonton.

Resep Memutus Rantai

Kekerasan Anak dari

Prasekolah Hingga SMU.

Jakarta : Serambi

Dina Satalina. 2014. Kecenderungan

Perilaku Cyberbullying

Ditinjau Dari Tipe

Kepribadian Ekstrovert Dan

Introvert. Vol 2 No 2.

http://ejournal.umm.ac.id.

George Ritzer-Douglas J. Goodman,

2011. Teori Sosiologi

Modern, Edisi ke-6, Jakarta,

Prenada Media.

Henslin,M, James.2006. Sosiologi

dengan Pendekatan

Membumi. Jakarta:

Erlangga.

Horton, B. Paul dan Hunt, L.

Chester. 1996. Sosiologi

Jilid I, Jakarta: Erlangga

Jabrohim. 2004. Menggapai Desa

Sejahtera Menuju

Masyarakat Utama.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lembaga Pengembangan

Masyarakat UAD.

Page 23: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

22

Karjaluoto.2008. A Primer in Sosial

Media. A SmashLAB White

Paper.

diakses tanggal 5 Juni 2016

Margaret M. 2007. Sosiologi

Kontemporer, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada

Moleong, L. J. 2012. Metodologi

Penelitian Kualitatif,

Bandung: Remaja Rosda

karya

Mudjijanti, Fransisca. 2011. “School

Bullying dan Peran Guru

Dalam Mengatasinya”.

Article Naskah Krida

Rakyat. Terbit 12 Desember

2011.

Muhammad Alam Akbar dan

Prahastiwi Utari. 2014.

Cyberbullying pada media

sosial (studi analisis isi

tentang cyberbullying pada

remaja do facebook.

Universitas sebelas maret

Raho Bernard. 2007, Teori

Sosiologi Modern. Jakarta:

Prestasi Pusaka

Setiadi, Elly dkk, 2011, Pengantar

Sosiologi, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group

Siti Nurjanah. 2014. Pengaruh

Penggunaan Media Sosial

Facebook Terhadap Perilaku

Cyberbullying Pada Siswa

Sman 12 Pekanbaru. Jom

FISIP Volume 1 No. 2 -

Oktober 2014

Soerjono, Soekanto. 2007. Sosiologi

suatu pengantar. Jakarta:

P.T.Raja. Grafindo

Sugiyono. 2012. Memahami

Penelitian Kualitatif, Bandung:

Alfabeta.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar

Sosiologi (Edisi Revisi).

Jakarta: Lembaga. Penerbit

Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia

Usman Kolip. 2011. Pengantar

Sosiologi. Jakarta: Kencana.

Preneda Media Group.

Yana Choria Utami. 2013.

Cyberbullying di kalangan

remaja (studi tentang korban

cyberbullying di kalangan

remaja di Surabaya. Program

studi sosiologi. Universitas

Airlangga

Zarrella, Dan, 2010. The Social

Media Marketing Book. PT.

Serambi Ilmu Semesta :

Jakarta

Sumber lain :

http://www.beritasatu.com diakses

tanggal 9 April 2016

https://id.wikipedia.org/wiki diakses

tanggal 9 April 2016

http://edukasi.kompasiana.com/2011

/09/06/cyber-bullying-mengintip-

sekolah/

http://kominfo.go.id/index.php/conte

nt/detail/3834/ Siaran+Pers. Siaran

Pers Tentang Riset Kominfo dan

Page 24: CYBERBULLYING DI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Remaja berumur 14-17 tahun yaitu remaja pertengahan dalam usia

23

UNICEF Mengenai Perilaku Anak

dan Remaja Dalam Menggunakan

Internet 2014. Dikses tanggal 9

April 2016