d1216005.docx · web view(studi korelasi antara kredibilitas komunikator terhadap tingkat pemahaman...
TRANSCRIPT
JURNAL
KORELASI ANTARA KREDIBILITAS KOMUNIKATOR DAKWAH TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN JAMAAH
(Studi Korelasi Antara Kredibilitas Komunikator Terhadap Tingkat Pemahaman Jamaah Pada Pengajian Jumat Subuh Masjid Riyadlul Jannah,
Ngreni, Simo, Boyolali)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
AHMAD QOSIM FADHLURROHMAN
D1216005
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2019
KORELASI ANTARA KREDIBILITAS KOMUNIKATOR DAKWAH TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN JAMAAH
(Studi Korelasi Antara Kredibilitas Pada Strategi Komunikasi Ustadz Terhadap Tingkat Pemahaman Jamaah Pada Pengajian Jumat Subuh
Masjid Riyadlul Jannah, Ngreni, Simo, Boyolali)
Ahmad Qosim F
Haryanto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan PolitikUniversitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
The phenomenon of increasing public interest in Indonesia to attend Islamic studies is now accompanied by the emergence of new generation preachers. However, with the emergence of the new generation preacher raises problems in the community in following studies with different interests. One of the main problems in the purpose of attending a religious study is when someone attends the study only with the intention to see the preacher only without understanding the contents of the message to be delivered. This makes the delivery of information ineffective according to the main purpose of the da'wah communicator. These problems indicate that communication is one of the factors that can support to convey a message. From this explanation the researcher was interested in conducting research on the Riyadlul Jannah Mosque, a mosque located in the middle of the village of Ngreni Kecamatan Simo. The purpose of this study was to determine the correlation between credibility of da'wah communicators and the level of understanding in the jamaah of Pengajian Jum’at subuh at the Riyadlul Jannah Mosque, Ngreni, Simo, Boyolali. This research is a type of quantitative research with data collection techniques using questioner, literature study and observation. The data analysis technique used in this study is the Spearman - Brown Correlation Coefficient Test and the Simple Regression Test to test the moderating variable. Hypothesis testing is done using the SPSS 16.0 Program to analyze validity, reliability, Spearman-Brown Test, classic assumption test, and regression test. Based on the results of the analysis in testing the correlation between credibility of da'wah communicators and the level of understanding in the jamaah of pengajian jumat subuh at Riyadlul Jannah Mosque, Ngreni, Simo, Boyolali. It was found that there was a positive correlation because in the test results found a significant value of less than 0.05. Which means that there is a correlation between the variables that are connected.
Keywords: credibility of da'wah communicators, level of understanding of jamaah, correlation.
1
Pendahuluan
Saat ini di Indonesia terdapat sebuah fenomena menarik yang sedang
mencuat dikalangan masyarakat muslim yaitu meningkatnya minat untuk
menghadiri kajian – kajian islami. Fenomena ini terjadi di barengi dengan
munculnya para pendakwah generasi baru. Berbeda dengan pendakwah dan ulama
sebelumnya dalam mencapai wibawa mereka yang telah lama dan bertahun –
tahun mengaji secara mendalam,seperti para kyai – kyai pondok pesantren,
sedangkan pendakwah generasi baru yang hadir kini merupakan figur – figur
religius mentereng yang tidak semuanya dihasilkan dari latar belakang pendidikan
keagamaan yang formal. Kebanyakan dari mereka bermodalkan keterampilan
komunikasi yang hebat, keunggulan bicara di depan umum, dan penggunaan
media baru untuk berdakwah. Dalam hal ini dakwah adalah setiap usaha atau
aktifitas dengan lisan, tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak,
memanggil manusia untuk beriman dan mentaati Allah sesuai dengan garis - garis
akidah dan syariah serta akhlak Islamiyah (Aziz, 2009: 13).
Selama ini, yang dilakukan oleh para pendakwah dan ulama pada generasi
sebelumnya dalam melakukan penyampaian dakwah dengan bertutur secara serius
serta menekankan pada kepatuhan dan kewajiban para pendengar dakwah atau
jamaah sehingga memberi kesan kaku bagi orang yang mendengarkan dan para
pendakwah terdahulu jarang menggunakan media – media seperti gambar, video
dan sebagainya sebagai sarana media pendukung dakwah. Sebaliknya, cara
penyampaian yang dilakukan pendakwah baru – baru ini berbicara dengan tidak
kaku menggunakan bahasa sehari – hari yang mudah dimengerti dan
menggunakan tatanan kata yang sederhana serta menarik bahkan terkadang
dibarengi dengan humor dan lawakan mengenai diri mereka sendiri untuk
memberikan nasihat yang dijelaskan secara sederhana saat menjelaskan persoalan
yang dihadapi sehari – hari oleh para pendengar atau jamaahnya. Bahkan,
penampilan para pendakwah sekarang ini memperlihatkan tren terbaru masa
dalam berdakwah dan penampilan, pendakwah kini bak para bintang dalam cara
2
3
berpakaian dan potongan rambut sehingga saat ini para pendakwah generasi baru
ini sangat diminati oleh masyarakat untuk menghadiri setiap kajiannya.
Akan tetapi dengan munculnya pendakwah generasi baru tersebut
menimbulkan permasalahan di masyarakat dalam mengikuti kajian dengan minat
yang berbeda – beda, ada yang ingin sekedar melihat pendakwah yang sedang
popular dikalangan masyarakat, ada yang bertujuan ingin berjumpa relasi yang
juga mengikuti kajian, ada yang sekedar menyukai cara penyampaian pendakwah,
ada pula yang benar – benar niat mencari ilmu tanpa melihat figur pendakwah.
Salah satu hal yang menjadi permasalah utama dalam tujuan mengikuti
suatu kajian keagamaan yaitu ketika seseorang menghadiri kajian tersebut hanya
dengan niat untuk melihat pendakwahnya saja tanpa memahami isi pesan yang
akan disampaikan. Hal ini membuat penyampaian informasi menjadi tidak efektif
sesuai tujuan utama komunikator dakwah. Penyampaian suatu pesan dapat
dikatakan efektif ketika audiens atau komunikan dapat memahami dan memaknai
isi pesan yang disampaikan. Cara agar audiens memahami isi pesan yang
disampaikan dapat dilakukan melalui keterampilan seorang komunikator dalam
berkomunikasi.
Permasalahan tersebut menunjukan bahwa komunikasi merupakan salah
satu faktor yang dapat mendukung untuk menyampaikan suatu pesan. Thomas M
Scheidel mengemukakan bahwa berkomunikasi adalah cara untuk menyatakan
dan mendukung identitas diri dan membangun kontak sosial dengan orang di
sekitar dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa berfikir atau berperilaku
seperti yang kita inginkan (Mulyana, 2007: 4). Komunikasi yang tepat atau efektif
tidak hanya berupa suatu pesan yang telah tersampaikan oleh komunikator
terhadap komunikan, tetapi bagaimana komunikan dapat memaknai suatu pesan
hingga menghasilkan suatu timbal balik ataupun tindakan.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Tubbs dan Moss (2001: 22 – 27), salah
satu ukuran bagi efektivitas komunikasi adalah terciptanya komunikasi efektif.
Secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif apabila orang berhasil
4
menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Secara umum, komunikasi dinilai
efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim
atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh
penerima. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman seorang komunikan bisa
dikatakan berhasil dari efektif.
Menurut Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44), pemahaman adalah
kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau
mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.
Sementara Benjamin S. Bloom (Anas Sudijono, 2009: 50) mengatakan bahwa
pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Keberhasilan dari komunikasi yang efektif hingga terciptanya sebuah
pemahaman akan terjadi dengan adanya keterampilan dari seorang komunikator
ketika menyampaikan pesannya dengan baik kepada komunikan. Pentingnya
komunikasi efektif dalam kehidupan membuat setiap orang berusaha untuk
mengembangkan keterampilan mereka dalam berkomunikasi secara efektif. Salah
satu hal yang dapat mempengaruhi komunikasi yang efektif dalam diri seorang
komunikator yaitu kredibilitas.
Kredibilitas adalah suatu kepercayaan dari pihak lain kepada seseorang.
Dalam hal ini kredibilitas dari seorang komunikator akan sangat berpengaruh atas
efektif tidaknya penyampaian pesan kepada komunikan (Barata: 2003). Seorang
pendengar berkemungkinan mendengarkan seorang komunikator yang dinilai
memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi, yakni seorang komunikator yang
mempunyai daya tarik dan mempunyai ikatan psikologis dengan audiens.
Daya tarik memikat perhatian audiens untuk fokus pada komunikator dan
pesan yang ia sampaikan. Jika pada kesan pertama audiens sudah tidak tertarik
dengan pribadi komunikator, maka berkemungkinan akan sulit bagi audiens
mendengar dan menyimak isi pesan yang disampaikan. Perlu diketahui bahwa
5
kredibilitas suatu pesan atau informasi cenderung akan meningkat jika
disampaikan oleh komunikator ahli, dapat dipercaya, dan menarik.
Menurut Aristoteles dalam buku “Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek”
yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, “Dalam bentuk
proses komunikasi seorang komunikator akan sukses apabila ia berhasil
menunjukkan source of credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan bagi
komunikan kepada komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam
bidang pekerjaan serta dapat tidaknya dipercaya” (Effendy, 2001: 305).
Selanjutnya Onong Uchjana Effendy (2001: 43) menyebutkan bahwa faktor
penting pada komunikator pada saat melakukan kegiatan komunikasi adalah
sumber daya tarik (source attractiveness) dam sumber kepercayaan (source
credibility).
Berdasarkan penjelasan – penjelasan tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian pada salah satu masjid di dukuh Ngreni Kecamatan Simo,
Kabupaten Boyolali yaitu Masjid Riyadlul Jannah. Masjid Riyadlul Jannah
merupakan sebuah masjid yang berada di tengah kampung Ngreni Kecamatan
Simo dengan mayoritas warganya memeluk agama islam, masjid ini tidak mau
kalah dengan masjid – masjid dikota yang membuat program – program
kemasjidan demi eksistensi suatu masjid perkotaan, masjid kampung tidak
menjadi halangan bagi masjid Riyadlul Jannah untuk membuat program –
program kemasjidan seperti masjid – masjid dikota, salah satu program di masjid
ini ialah program pengajian jumat subuh yang menjadi perhatian dalam penelitian
ini. Program tersebut dilaksanakan setiap jumat subuh dan selalu menghadirkan
pendakwah atau komunikator dakwah untuk menyampaikan suatu kajian.
Dari latar belakang tersebut maka peneliti ingin mengetahui adakah
“Korelasi Antara Kredibilitas Komunikator Dakwah Terhadap Tingkat
Pemahaman Jamaah”, dalam kajian jumat subuh masjid Riyadlul Jannah Ngreni,
Simo, Boyolali?.
6
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, hal yang menjadi masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Korelasi Antara Kredibilitas
Komunikator Pada Strategi Komunikasi Ustadz Dengan Tingkat Pemahaman
Jamaah Pada Pengajian Jumat Subuh Masjid Riyadlul Jannah, Ngreni, Simo,
Boyolali”.
Kerangka Teori
1. Kredibilitas
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat
komunikator. Dalam hal ini terkandung dua hal: pertama kredibilitas merupakan
persepsi khalayak, jadi tidak inhern dalam diri komunikator, kedua kredibilitas
berkenaan dengan sifat-sifat komunikator (Rakhmat, 2005:257).
Kredibilitas menurut Aristotales, bisa diperoleh jika seorang komunikator
memiliki ethos, pathos, dan logos. Ethos adalah kekuatan yang dimiliki pembicara
dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Pathos
adalah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi
pendengarnya, sedangkan Logos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator
melalui argumentasinya (dalam Cangara, 2003: 96).
Menurut Aristoteles (dalam Rakhmat:2005) menyebut karakter
komunikator sebagai ethos. Ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik dan
maksud yang baik (good sense, good moral character, good will). Ethos adalah
kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya (dalam Cangara,
1998:96). Jadi, kredibilitas dapat diperoleh jika seorang komunikator memiliki
ethos yaitu karakter kepribadian yang dapat membentuk seorang komunikator
menjadi kredibel dan untuk menjadikan komunikator sebagai sumber yang
kredibel diperlukan beberapa komponen yang mempengaruhi terbentuknya
kredibilitas, diantaranya:
7
1) Keahlian
Keahlian komunikator berhubungan dengan penelitian dimana
sumber dianggap berpengetahuan, cerdas, berpengalaman, memiliki
kewenangan tertentu dan menguasai skill yang bisa diandalkan (Venus,
2004:60).
2) Keterpercayaan
Keterpercayaan adalah kesan audience tentang komunikator
berkaitan dengan wataknya. Komunikator yang dapat dipercaya adalah
komunikator yang dianggap jujur, tulus, bermoral, adil, sopan atau etis
(Rakhmat, 2005:260).
3) Daya Tarik
Daya tarik menjadi salah satu faktor penting yang turut
memengaruhi terbentuknya kredibilitas komunikator karena dapat
menentukan efektivitas persuasi yang dilakukan oleh komunikator.
Menurut Rakhmat (2005: 114), daya tarik ini tidak hanya berupa
penampilan fisik (physic), namun bisa juga berupa daya tarik psikologis
yang terdiri dari kesamaan (similarity), keakraban (familiarity), atau
kesukaan (liking).
2. Strategi Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan, tetapi komunikasi dapat dikatakan berhasil ketika pesan yang
disampaikan kepada komunikan dimaknai hingga terjadinya perubahan perilaku
sesuai dengan tujuan komunikator. Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan
(Effendy, 2005:32). Seorang pakar komunikasi Middleton membuat definisi
dengan menyatakan strategi komunikasi adalah kombinasi terbaik dari semua
elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media) penerima
8
sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi
yang optimal (Cangara, 2003: 61).
Cara atau strategi dakwah tersebut antara lain sebagai berikut (Hamidi,
2010):
1. Memilih waktu kosong dan kegiatan terhadap kebutuhan audiens
(penerima dakwah)
2. Jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukan menimbulkan
fitnah.
3. Menjinakkan hati dengan harta dan kedudukan.
4. Menjinakkan hati dengan memberi maaf ketika dihina, berbuat baik
ketidak disakiti, bersikap lembut ketika dikasari, dan bersabar ketidak
didzalimi.
5. Pada saat memberi nasihat, jangan menunjuk langsung kepada orangnya
tetapi berbicara dengan sasaran umum.
6. Memberikan sarana yang dapat mengantarkan seseorang pada tujuannya.
7. Seorang da’i harus siap menjawab berbagai pertanyaan.
Adapun ciri – ciri komunikator yang baik menurut Larry King adalah
sebagai berikut (Gilbert, 2004: 46):
1. Mereka memandang suatu hal dari sudut baru, mengambil titik pandang
yang tak terduga pada subjek yang umum.
2. Mereka mempunyai cakrawala yang luas diluar kehidupan mereka sehari –
hari.
3. Mereka antusias, menunjukkan minat besar pada apa yang mereka perbuat
dalam kehidupan mereka dan pada apa yang anda katakan pada
kesempatan itu.
4. Mereka tidak pernah membicarakan diri mereka sendiri.
5. Mereka sangat ingin tahu. Mereka bertanya “mengapa?” mereka ingin
lebih mengetahui tentang apa yang anda katakan.
9
6. Mereka mempunyai selera humor dan mereka tidakkeberatan mengolok –
olok diri sendiri. Sungguh, kondersasionalis terbaik sering mengisahkan
pengaaman lucu mereka sendiri.
7. Mereka mempunyai gaya bicara sendiri.
Beberapa faktor yang mendukung keberhasilan strategi komunikasi
(Effendy, 1993: 35) adalah:
1) Mengenali Sasaran Komunikasi
2) Pemilihan Media Komunikasi
3) Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
4) Peranan Komunikator dalam Komunikasi
3. Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar,
sedangkan pemahaman merupakan proses pembuatan cara memahami (Senja,
2008: 607-608)
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengetian;
pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4)
mengerti benar (akan); tahu benar (akan), (5) pandai dang mengerti benar, apabila
mendapat imbuhan me-i menjadi memahami, berarti; (1) mengetahui benar, (2)
pembuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya
paham) (Depdikbud, 1994: 74), sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman
adalah suatu proses, cara memahami, cara mempelajari baik-baik supaya paham
dan mengetahui banyak.
Sementara Benjamin S. Bloom (Anas Sudijono, 2009: 50) mengatakan
bahwa pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Adapun jenis – jenis pemahaman, di mana dalam Nana Sudjana (2010: 24)
pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu:
1. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, yaitu mulai dari
terjemahan dalam arti yang sebenarnya.
2. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau
10
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
3. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman
ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat
balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat
memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun
masalahnya
Pemahaman bisa terjadi diakibatkan beberapa faktor yang mendukung
faktor – faktor tersebut diantaranya:
1. Faktor Interen; faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yaotu;
a) Faktor jasmaniah; faktor kesehatan, dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologis; intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
dan kesiapan
c) Faktor kelelahan.
2. Faktor Eksteren; faktor yang ada di luar individu
a) Faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan kelaurga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
d) Faktor lingkungan spiritual dan keamanan. (Ahmadi & Supriyono, 2004:
138).
Metode Penelitian
Penelitian dengan judul “Korelasi Antara Kredibilitas Komunikator
Dakwah Terhadap Tingkat Pemahaman Jamaah (Studi Korelasi Antara
Kredibilitas Pada Strategi Komunikasi Ustadz Terhadap Tingkat Pemahaman
Jamaah Pada Pengajian Jumat Subuh Masjid Riyadlul Jannah, Ngreni, Simo,
Boyolali)” ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini yang
menjadi anggota populasi adalah seluruh jamaah yang mengikuti pengajian jumat
subuh berjamaah di Masjid Riyadlul Jannah dan dapat berjumlah 150 orang
jamaah. Pengambilan sampel pada penelitian ini diambil sebagian dari populasi
11
jamaah yang hadir pada pengajian jumat subuh berjamaah di Masjid Riyadlul
Jannah, dengan cara menggunakan rumus Slovin sehingga besarnya sampel yang
diambil adalah 60 responden. Dalam penelitian ini digunakan rumus statistik
Spearman Brown.
Sajian dan Analisis Data
Dengan memperhatikan data yang telah diperoleh mengenai kredibilitas
komunikator dakwah (ustadz), tingkat pemahaman jamaah pada pengajian jumat
subuh di Masjid Riyadlul Jannah, serta variabel moderasi faktor internal dan
eksternal, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisa data untuk
mengungkap fenomena sebagai pembuktian dari hipotesa peneliti. Data yang
diperoleh akan diolah dengan Uji Koefisien Korelasi Spearman untuk mengetahui
tingkat keeratan hubungan yang dimiliki antar variabel dalam penelitian,
kemudian dengan Analisis Regresi Moderasi dengan software SPSS. Sebelum
melakukan uji koefisien korelasi spearman dan regresi, peneliti melakukan uji
instrument terhadap penelitian dengan uji validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas
Uji Validitas dilakukan dengan menggunakan Korelasi Bevariate
Pearson.
Uji Validitas Variabel X
Correlations
JUMLAH
ITEM1 Pearson Correlation .614**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM2 Pearson Correlation .673**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM3 Pearson Correlation .519**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM4 Pearson Correlation .584**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM5 Pearson Correlation .610**
12
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM6 Pearson Correlation .463**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM7 Pearson Correlation .602**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM8 Pearson Correlation .719**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM9 Pearson Correlation .601**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM10 Pearson Correlation .676**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM11 Pearson Correlation .634**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM12 Pearson Correlation .811**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM13 Pearson Correlation .633**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM14 Pearson Correlation .751**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM15 Pearson Correlation .674**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM16 Pearson Correlation .546**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM17 Pearson Correlation .741**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM18 Pearson Correlation .691**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM19 Pearson Correlation .327*
Sig. (2-tailed) .011N 60
ITEM20 Pearson Correlation .631**
Sig. (2-tailed) .000
13
N 60
ITEM21 Pearson Correlation .614**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM22 Pearson Correlation .563**
Sig. (2-tailed) .000N 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Uji Validitas Variabel Y
Correlations
JUMLAH
ITEM1 Pearson Correlation .472**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM2 Pearson Correlation .568**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM3 Pearson Correlation .752**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM4 Pearson Correlation .798**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM5 Pearson Correlation .640**
Sig. (2-tailed) .000
ITEM23 Pearson Correlation .915**
Sig. (2-tailed) .000
N 60
ITEM24 Pearson Correlation .305*
Sig. (2-tailed) .018
N 60
ITEM25 Pearson Correlation .638**
Sig. (2-tailed) .000
N 60
ITEM26 Pearson Correlation .905**
Sig. (2-tailed) .000
N 60
14
N 60
ITEM6 Pearson Correlation .798**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM7 Pearson Correlation .649**
Sig. (2-tailed) .000N 60
ITEM8 Pearson Correlation .627**
Sig. (2-tailed) .000N 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil analisis data dengan program SPSS 16 dapat dilihat
bahwa seluruh variabel dapat dikatakan valid atau layak dijadikan angket
penelitian karena hasil hitung (r hitung) memenuhi kriteria uji validitas yang
ditentukan apabila rhitung > rtabel. R tabel dicari pada signifikansi 5% dengan
N=60 sebesar 0,254.
2. Uji Reliabilitas
Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas ini dengan metode
Alpha Croncbach’s pada program SPSS 16.
Uji Reliabilitas Variabel X (all items)
Reliability[DataSet1]Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %Cases Valid 60 100.0
Excludeda 0 .0Total 60 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach'sAlpha N of Items
.919 26Uji Reliabilitas Variabel Y (all items)
Reliability[DataSet2]Scale: ALL VARIABLESCase Processing Summary
15
N %Cases Valid 60 100.0
Excludeda 0 .0Total 60 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach'sAlpha N of Items
.815 8
Dari hasil analisis data dengan program SPSS 16 dapat dilihat bahwa nilai
Cronbach’s Alpha sebesar 0,919 pada variabel X dan 0,815 pada variabel Y, dapat
disimpulkan bahwa item – item atau instrument pada penelitian reliabel, karena
sesuai dengan kriteria pada uji reliabilitas, yaitu bila nilai Cronbach’s Alpha lebih
besar dari r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 5% dengan n = 60 maka didapat r
tabel 0,254
Setelah melakukan uji instrument, data – data yang diperoleh diolah
dengan Uji Koefisien Korelasi Spearman untuk mengetahui tingkat keeratan
hubungan yang dimiliki antar variabel dalam penelitian.
3. Uji Korelasi Spearman’s Brown
Nonparametric Correlations
[DataSet0]
Correlations
VARIABELX VARIABELY
Spearman's rho VARIABELX Correlation Coefficient 1.000 .590**
Sig. (2-tailed) . .000
N 60 60
VARIABELY Correlation Coefficient .590** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 60 60**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS 16, dapat dilihat
bahwa N atau jumlah data penelitian adalah 60, kemudian nilai sig. adalah 0,000
16
maka ada hubungan yang signifikan antara kredibilitas komunikator dakwah
(ustadz) dengan tingkat pemahaman jamaah pengajian jumat subuh di Masjid
Riyadlul Jannah, sebagaimana dasar pengambilan keputusan uji koefisiensi
korelasi spearman adalah jika nilai sig. < 0,05 maka, dapat disimpulkan bahwa
terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan. Dari hasil
analisis juga diketahui Correlation Coefficient (koefisien korelasi) sebesar 0.590,
maka nilai ini menandakan hubungan yang cukup antara kredibilitas komunikator
dakwah (ustadz) dengan tingkat pemahaman jamaah pengajian jumat subuh di
Masjid Riyadlul Jannah.
4. Uji Regresi Moderasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constan
t)11.452 2.354 4.866 .000
Internal .303 .308 .128 .984 .329 1.000 1.000
a. Dependent Variable: eksternal
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel moderasi internal dan
eksternal memiliki nilai signifikansi kurang dari 0.1. Variabel moderasi
internal dan eksternal memiliki nilai Sig sebesar 0.000 (0.000 < 0.1). Dengan
temuan hasil olah data tersebut, hipotesa terbukti, karena ada pengaruh faktor
internal dan eksternal terhadap korelasi antara kredibilitas komunikator dakwah
terhadap tingkat pemahaman jamaah
Kesimpulan
1. Dalam penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kredibilitas pada strategi
komunikasi ustadz di Masjid Riyadlul Jannah memiliki hubungan yang positif
terhadap tingkat pemahaman jamaah pengajian jumat subuh dengan keeratan
17
korelasi (hubungan) yang cukup, semakin komunikator dakwah (ustadz)
memiliki kredibilitas pada strategi komunikasinya, semakin tinggi tingkat
pemahaman jamaah pengajian Jumat Subuh yang hadir di Masjid Riyadlul
Jannah. Hal ini ditunjukkan dengan oleh nilai koefisien korelasi yang dihitung
menggunakan SPSS yaitu sebesar 0,590 serta nilai signifikansi kurang dari
0,05 yaitu sebesar 0,000.
2. Dari hasil perhitungan pada variabel moderasi melalui SPSS, faktor eksternal
(sosial, budaya dan lingkungan) dan faktor internal (jasmani dan psikologis)
berpengaruh terhadap hubungan antara kredibilitas pada strategi komunikasi
ustadz terhadap tingkat pemahaman jamaah pada pengjian jumat subuh di
Masjid Riyadlul Jannah. Hal ini dilihat dari hasil perhitungan yang
menunjukan bahwa factor eksternal dan internal memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,000 yang artinya, faktor internal dan ekstenal dapat memperkuat
atau melemahkan korelasi (hubungan) antara kredibilitas pada strategi
komunikasi ustadz terhadap tingkat pemahaman jamaah pengajian Jum’at
Subuh di Masjid Riyadlul Jannah.
3. Kredibilitas pada strategi komunikasi ustadz dan faktor internal (jasmani dan
psikologis) serta eksternal (sosial, budaya dan lingkungan) terbukti memiliki
hubungan yang positif terhadap tingkat pemahaman jamaah pada pengajian
jumat subuh di Masjid Riyadlul Jannah. Nilai signifikansi pada analisis
sebesar 0,000 menunjukan bahwa keahlian, daya tarik, strategi komunikasi
yang dilakukan ustadz dengan menyelipkan humor dalam penyampaian kajian,
menggunakan media yang inovatif dan kreatif seperti video atau gambar, serta
menggunakan analogi dalam kehidupan sehari-hari saat menyampaikan kajian
membuat jamaah lebih tertarik dalam mengikuti kajian dan dapat lebih
mengerti apa yang disampaikan oleh ustadz sehingga mempengaruhi tingkat
pemahaman jamaah.
18
Daftar PustakaAhmadi, Ngabu dan Supriyono, Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.Aziz, Moh. Ali. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana.Barata, Atep Adya. (2003). Dasar-dasar Pelayanan Prima. Jakarta: PT. Elex
Komputindo Kelompok GramediaCangara, Hafied. (1998). Pengantar Ilmu komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.Cangara, Hafied. (2003). Pengantar Ilmu Komunikasi (Cetakan Keempat). Jakarta
: PT. RajaGrafindo PersadaDepdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Effendy, Onong Uchjana. (1993). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti._____________________. (2001). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya._____________________. (2005). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.Gilbert, Bill. (2004). Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, Di mana
Saja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Hamidi. (2010). Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah. Malang: UMM Press.Moss, Sylvia dan Tubbs, L. Stewart. (2000). Human Communication: Prinsip-
Prinsip Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya .Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.Rakhmat, Jalaludin. (2005). Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya.Sudaryono. (2012). Pemahaman Konsep. Bandung: Alfabeta.Sudijono, Anas. (2009). Pengantar Statistik Pendidika. Jakarta: Rajagrafindo.Sudjana, Nana. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru.Venus, Antar. (2004). Manajemen Kampanye; Panduan Teoritis Dan Praktis.
Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa.