daftar isi - unmas-library.ac.id vol. 3 no. 2, september... · terhadap usaha mikro, kecil, dan...

84
DAFTAR ISI 1. Pengaruh Diversitas Gender dan Kebangsaan pada Corporate Governance Disclosure Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.....................................................................94 2. Pengaruh Diversitas Gender dan Latar Belakang Pendidikan Dewan Direksi Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela……………………………………………………………...106 3. Dampak Ekonomi Penerapan Peraturan Pemerintah (PP) No 46. Tahun 2013 Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)………………………………....119 4. Karakteristik Independensi serta Keahlian Akuntansi dan Keuangan Komite Audit sebagai Pemoderasi Hubungan Opini Going Concern dengan Pergantian Auditor.....124 5. Faktor Non Keuangan dan Keuangan dalam Underpricing Perusahaan Manufaktur……...132 6. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi…………………………………………………...…….145 7. Analisis Pengaruh Laba Akuntansi, Earning Per Share (EPS) dan Laba Tunai terhadap Dividen Kas pada Perusahaandi Bursa Efek Indonesia………………….………163

Upload: vunguyet

Post on 12-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

DAFTAR ISI

1. Pengaruh Diversitas Gender dan Kebangsaan pada Corporate Governance Disclosure

Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.....................................................................94

2. Pengaruh Diversitas Gender dan Latar Belakang Pendidikan Dewan Direksi Terhadap

Luas Pengungkapan Sukarela……………………………………………………………...106

3. Dampak Ekonomi Penerapan Peraturan Pemerintah (PP) No 46. Tahun 2013

Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)………………………………....119

4. Karakteristik Independensi serta Keahlian Akuntansi dan Keuangan Komite Audit

sebagai Pemoderasi Hubungan Opini Going Concern dengan Pergantian Auditor…...…..124

5. Faktor Non Keuangan dan Keuangan dalam Underpricing Perusahaan Manufaktur……...132

6. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan Terhadap

Tingkat Konservatisme Akuntansi…………………………………………………...…….145

7. Analisis Pengaruh Laba Akuntansi, Earning Per Share (EPS) dan Laba Tunai

terhadap Dividen Kas pada Perusahaandi Bursa Efek Indonesia………………….………163

Page 2: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan
Page 3: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

94

PENGARUH DIVERSITAS GENDER DAN KEBANGSAAN PADA

CORPORATE GOVERNANCE DISCLOSURE PERUSAHAAN PERBANKAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

Ida Ayu Putu Suabdi Basundari

I Komang Arthana1

Universitas Mahasaraswati Denpasar

ABSTRACT

One of corporate governance mechanisms is the structure or composition of the

commissioners board and directors as a corporate organ that ensure the implication of corporate

governance principles and enhancing protection of customer. Diversity of the commissioners

board and directors is measured by using criteria which related to the demographic characteristic

of the commissioners board and directors such as gender and nationality.

Based on results of this analysis, the Corporate Governance Disclosure affects the

performance of the banking company which proxied by PBV. This means that markets pass

judgment on the company’s Corporate Governance Disclosure. Thus it can be said that 90 items

disclosure that proxied by indicators of KNKCG, FCGI, Khomsiyah (2005), Fong and Shek

(2009) may affect the performance of the enterprise market, Profitability (ROE) and firm size are

used as control variables have no effect on market performance. This means that the market does

not pass judgment on ROE as well as size.

Keywords: Gender, nationality and Corporate Governance Disclosure

1Alamat Korespondensi: ([email protected])

I. PENDAHULUAN

Pengungkapan corporate governance

menjadi aspek penting yang dilakukan

perusahaan dalam mempengaruhi kinerja

pasar perusahaan. Salah satu mekanisme

dari corporate governance adalah struktur

atau komposisi dewan komisaris dan

direksi sebagai organ perusahaan yang

menjamin penerapan prinsip-prinsip

corporate governance dan meningkatkan

perlindungan bagi kreditur (Surya dan

Yustiavandana, 2006:131). Struktur dewan

dalam perusahaan di Indonesia

menganut sistem two tier, yakni terdiri

dari direksi sebagai pengelola dan komisaris

sebagai pihak yang melakukan pengawasan

(Wardhani, 2008). Dewan komisaris dan

direksi, selain berperan sebagai pemberi

saran (service/advisory role), mereka juga

berperan sebagai mekanisme internal yang

mengontrol (control role) manajemen

agar bertindak sesuai dengan kepentingan

pemegang saham atau pemilik (Young et

al., 2001 dalam Kusumawati dan Riyanto,

2005).

Salah satu isu penting yang

berkaitan dengan struktur beserta fungsi

dewan komisaris dan direksi adalah adanya

diversitas anggota dewan komisaris dan

direksi. Diversitas dewan komisaris dan

direksi menggambarkan distribusi perbedaan

antara anggota dewan yang berkaitan

dengan karakteristik-karakteristik mengenai

Page 4: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

95 Pengaruh Diversitas Gender dan Kebangsaan pada Corporate Governance Disclosure Perusahaan Perbankan Di BEI

perbedaan dalam sikap dan opini

(Ararat et al., 2010). Van der Walt dan

Ingley (2003) dalam Luckerath-Rovers

(2010) mendefinisikan diversitas dalam

konteks corporate governance sebagai

komposisi dewan komisaris dan direksi

dan kombinasi dari kualitas, karakteristik,

serta keahlian yang berbeda antara individu

anggota dewan dalam kaitannya

dengan pengambilan keputusan dan proses

lainnya dalam dewan perusahaan..

National Association of Corporate

Directors Blue Ribbon Commission juga

merekomendasikan bahwa diversitas gender,

ras, umur, dan kebangsaan harus

dipertimbangkan dalam pemilihan dewan.

Isu mengenai diversitas dewan

komisaris dan direksi serta kode etik

perusahaan juga dipertimbangkan

ketika menilai efektivitas pengambilan

keputusan perusahaan. Keduanya

dipandang sebagai indikator

independensi dan akuntabilitas pembuatan

keputusan (Maier, 2005).

Luckerath-Rovers (2010) menjelaskan

dua alasan mengapa komposisi dewan

komisaris dan direksi yang

berkaitan dengan diversitas anggota dewan

bisa memengaruhi nilai perusahaan.

Diversitas dewan komisaris dan

direksi diukur dengan menggunakan

kriteria-kriteria yang berkaitan dengan

karakteristik demografi anggota dewan

komisaris dan direksi seperti gender dan

kebangsaan. Keberadaan wanita dalam

jajaran dewan komisaris dan direksi

menandakan bahwa perusahaan memberikan

kesempatan yang sama bagi setiap

orang (tidak diskriminasi), memiliki

pemahaman yang luas mengenai pasar dan

konsumen perusahaan, sehingga pada

akhirnya akan meningkatkan reputasi

(legitimasi) dan nilai perusahaan

(Brammer et al., 2007 dalam

Luckerath-Rovers, 2010). Namun hasil yang

berlawanan diperoleh Adams dan Ferreira

(2008) serta Darmadi (2011), dimana

diversitas gender berpengaruh negatif

pada kinerja perusahaan.

Penelitian Kusumastuti dkk. (2006)

menemukan hasil yang berlawanan, dimana

keberadaan anggota dewan direksi dengan

etnis Tionghoa berpengaruh negatif pada

nilai perusahaan. Sedangkan

penelitian Darmadi (2011) tidak menemukan

pengaruh diversitas kebangsaan pada kinerja

perusahaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut

penelitian ini ingin meneliti pengaruh

diversitas gender dan kebangsaan anggota

dewan pada pengungkapan corporate

governance. Penelitian ini menggunakan

perusahaan perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia yang

memiliki saham terkonsentrasi. Perusahaan

perbankan dipilih karena memiliki regulasi

yang lebih ketat sehingga penerapan

corporate governance cenderung lebih

intensif.

II. KAJIAN PUSTAKA DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Diversitas Dewan

Diversitas dewan didefinisikan sebagai

distribusi perbedaan antara anggota dewan

komisaris dan direksi yang berkaitan dengan

karakteristik-karakteristik mengenai

perbedaan dalam sikap dan opini (Ararat, et

al., 2010). Van der Walt dan Ingley (2003)

dalam Luckerath-Rovers (2010)

mendefinisikan diversitas dewan komisaris

dan direksi dalam konteks corporate

governance sebagai komposisi dewan

perusahaan dan kombinasi dari kualitas,

karakteristik, dan keahlian yang berbeda

antara individu anggota dewan dalam

kaitannya dengan pengambilan keputusan

dan proses lainnya dalam dewan perusahaan.

Kusumastuti dkk. (2006) menyatakan

bahwa diversitas anggota dewan komisaris

dan direksi yang semakin besar dapat

memberikan alternative

Page 5: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

96

penyelesaianmasalah yang semakin beragam

daripada anggota dewan yang homogen.

Selain itu, diversitas dewan direksi

memberikan karakteristik yang unik bagi

perusahaan dan dapat menciptakan nilai

tambah bagi pemegang saham.

Carter et al. (2007) memaparkan bahwa

diversitas dewan memberikan manfaat

berikut ini: (1) diversitas memperbaiki

kemampuan dewan komisaris dan direksi

dalam memonitor manajer yang disebabkan

karena meningkatnya independensi, (2)

diversitas memperbaiki proses pengambilan

keputusan dewan perusahaan yang

disebabkan karena perspektif baru yang

unik, kreativitas yang meningkat, dan

pendekatan inovatif non-tradisional, (3)

diversitas memperbaiki informasi yang

disediakan oleh dewan perusahaan pada

manajer yang disebabkan karena informasi

unik yang diberikan oleh dewan yang

tersebar, (4) dewan perusahaan dengan

struktur yang tersebar memberikan akses

terhadap pihak-pihak berkepentingan dan

sumber daya penting dalam lingkungan

eksternal, (5) diversitas dewan komisaris

dan direksi memberikan sinyal positif

penting pada pasar tenaga kerja, pasar

produk, dan pasar uang, dan (6) diversitas

dewan komisaris dan direksi memberikan

ligitimasi pada perusahaan dengan pihak-

pihak eksternal dan internal.

2.2 Diversitas gender dalam dewan

Brammer et al. (2007) dalam

Luckerath-Rovers (2010) mengungkapkan

bahwa ada dua perspektif yang menjelaskan

mengenai keberadaan wanita dalam dewan

perusahaan, yakni argumen dari perspektif

bisnis dan argumen dari perspektif moral.

Kedua argumen ini terbagi menjadi dua

yakni argumen untuk kesamaan atau

kesetaraan kesempatan dan argumen

kesamaan atau kesetaraan keterwakilan.

Perspektif bisnis mengenai argumen

kesetaraan kesempatan bagi wanita fokus

pada fakta bahwa keberadaan wanita dalam

dewan perusahaan adalah suboptimal bagi

perusahaan.

Kusumastuti dkk. (2006)

mengungkapkan bahwa wanita memiliki

sikap kehati-hatian yang sangat tinggi,

cenderung menghindari risiko, dan lebih

teliti dibandingkan pria. Sisi inilah yang

membuat wanita tidak terburu-buru dalam

mengambil keputusan, sehingga dengan

adanya wanita dalam jajaran dewan

perusahaan dikatakan dapat membantu

mengambil keputusan yang lebih tepat dan

berisiko lebih rendah. Robbins dan Judge

(2008:206) menyatakan bahwa wanita pada

umumnya lebih memiliki pemikiran yang

mendetail terkait dalam analisis

pengambilan keputusan. Mereka cenderung

menganalisis masalah-masalah sebelum

membuat suatu keputusan dan mengolah

keputusan yang telah dibuat, sehingga

menghasilkan pertimbangan masalah serta

alternatif penyelesaian yang lebih saksama.

2.3 Diversitas kebangsaan anggota

dewan

Anggota dewan komisaris dan direksi

dengan kebangsaan asing membawa opini

dan perspektif yang beragam, bahasa,

keyakinan, latar belakang keluarga, dan

pengalaman profesional yang berbeda antar

satu negara dengan negara lain. Selanjutnya

keberadaan dewan komisaris dan direksi

asing mencerminkan gagasan yang berbeda

mengenai peranan dewan perusahaan

berkaitan dengan peranan pengendalian

terutama jika mereka berasal dari negara-

negara dengan hak pemegang saham yang

lebih kuat (Ararat et al., 2010). Oxelheim

dan Randoy (2001) mengemukakan bahwa

keberadaan anggota dewan komisaris dan

direksi dengan kebangsaan asing

menunjukkan bahwa perusahaan telah

melakukan proses globalisasi dan pertukaran

informasi dalam jejaring (network)

internasional.

Page 6: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

97 Pengaruh Diversitas Gender dan Kebangsaan pada Corporate Governance Disclosure Perusahaan Perbankan Di BEI

Randoy et al. (2006) menjelaskan

keuntungan dari keberadaan direksi asing,

diantaranya: (1) tersedia kandidat anggota

dewan yang berkualifikasi secara lebih luas

(dengan pengalaman industri yang lebih

luas), (2) dengan latar belakang yang

berbeda, dewan direksi asing bisa

menambah pengalaman yang lebih beragam

dan berharga, yang tidak dimiliki oleh

dewan direksi domestik, dan (3) anggota

dewan direksi asing bisa membantu

meyakinkan investor asing bahwa

perusahaan dikelola secara profesional.

2.4 Corporate governance

Corporate governance merupakan

suatu sistem yang bertujuan untuk

melindungi para investor dari asimetri

informasi dan dampak negatifnya

(Khomsiyah, 2005). Mekanisme yang

terdapat pada prinsip-prinsip maupun

pedoman yang diatur oleh beberapa lembaga

yang mempunyai perhatian terhadap

penerapan corporate governance misalnya,

Organization for Economic Cooperation

and Development (OECD) dan Komite

Nasional Kebijakan Corporate governance

(KNKCG), menunjukkan adanya

perlindungan terhadap investor, bahkan

terhadap pihak-pihak yang lebih luas

lainnya.

Menurut Solomon dan Solomon

(2004), terdapat dua sudut pandang dalam

mendefinisikan corporate governance, yaitu

sudut pandang sempit (narrow view) dan

luas (broad view). Berdasarkan sudut

pandang sempit, corporate governance

didefinisikan sebagai hubungan antara

perusahaan dengan pemegang saham.

Definisi ini ditunjukkan dalam teori

keagenan. Menurut sudut pandang yang

lebih luas, corporate governance merupakan

a web of relationship, tidak hanya

perusahaan dengan pemilik atau pemegang

saham, tetapi juga antara perusahaan dengan

stakeholders lain, yaitu karyawan,

pelanggan, pemasok, bondholders, dan

lainnya. Definisi ini ditunjukkan dalam teori

stakeholders. Berdasarkan sudut pandang

teori stakeholders, Solomon dan Solomon

(2004) mendefinisikan corporate

governance sebagai suatu sistem checks find

balance baik internal maupun eksternal yang

menjamin bahwa perusahaan melaksanakan

akuntabilitas kepada seluruh

stakeholdersnya dan bertanggung jawab

(responsible) secara sosial dalam aktivitas

bisnisnya.

2.5 Hipotesis Penelitian

Komposisi dan pola pengungkapan

tentunya tidak terlepas dari karakteristik

pembuat keputusan. Dalam penelitian ini

akan diteliti pengaruh diversitas dewan pada

luas pengungkapan IC dengan melihat

karakteristik anggota dewan. Keberadaan

wanita dalam jajaran dewan komisaris dan

direksi perusahaan merupakan salah satu

ukuran diversitas dewan yang paling sering

diteliti. Keberadaan wanita dalam jajaran

dewan komisaris dan direksi menandakan

bahwa perusahaan memberikan kesempatan

yang sama bagi setiap orang (tidak

diskriminasi), memiliki pemahaman yang

luas mengenai pasar dan konsumen

perusahaan, sehingga pada akhirnya akan

meningkatkan reputasi (legitimasi) dan nilai

perusahaan (Brammer et al., 2007 dalam

Luckerath-Rovers, 2010). Williams (2000)

serta Swartz dan Firer (2005) menemukan

keberadaan wanita dalam dewan

berpengaruh positif pada kinerja IC.

H1: diversitas gender berpengaruh pada

luas pengungkapan CG

Adanya anggota dewan komisaris dan

direksi dengan kebangsaan asing juga

merupakan salah satu ukuran diversitas

dewan yang sering digunakan dalam

penelitian. Oxelheim dan Randoy (2001);

Carter et al. (2002; 2007); Marimuthu

(2008); Ararat et al. (2010 Menemukan

Page 7: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

98

pengaruh positif keberadaan dewan direksi

asing atau etnis minoritas pada nilai

perusahaan. Keberadaan mereka dinilai

membawa opini, perspektif, bahasa,

keyakinan, latar belakang keluarga, dan

pengalaman profesional yang beragam,

sehingga memperkaya pengetahuan bisnis

dan alternatif penyelesaian masalah

kompleks. Selain itu, keberadaan anggota

dewan direksi asing mampu meyakinkan

investor asing bahwa perusahaan dikelola

secara profesional (Randoy et al., 2006).

Williams (2000) serta Swartz dan Firer 2005

menemukan diversitas etnis dalam

dewan berpengaruh positif pada kinerja IC.

Kinerja yang baik cenderung memicu

perusahaan melakukan pengungkapan yang

lebih luas. Keberadaan direksi asing

dalam dewan juga dapat memicu

keterbukaan informasi dengan harapan

kredibilitas perusahaan akan meningkat.

H2: keberadaan direksi asing

berpengaruh positif pada luas

pengungkapan CG

Gambar 2.1 Hipotesis Penelitian

III. METODA PENELITIAN

3.1 Metoda penentuan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2008-2011. Pemilihan sampel penelitian

didasarkan pada metoda nonprobability

sampling tepatnya metoda purposive

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

dengan pertimbangan/kriteria tertentu

(Sugiyono, 2008). Adapun kriteria yang

digunakan untuk memilih sampel pada

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Perusahaan sampel menerbitkan annual

report selama perioda pengamatan.

2) Perusahaan sampel adalah perusahaan

dengan kepemilikan terkonsentrasi.

Kepemilikan terkonsentrasi diidentifikasi

dengan melihat adanya persentase

kepemilikan saham 50 persen atau lebih.

Hal ini mengacu pada PSAK 4 tentang

Laporan Keuangan Konsolidasi, PSAK 7

tentang Pengungkapan Pihak-pihak Yang

Mempunyai Hubungan Istimewa, PSAK

22 tentang Akuntansi Penggabungan

Usaha, dan PSAK 38 tentang Akuntansi

Restrukturisasi Entitas Sipengendali

(SAK:2009). Ini Berarti bahwa pemegang

saham dikatakan memiliki kendali

apabila memiliki saham 50 persen atau

lebih.

3.2 Definisi operasional variabel

1. Corporate governance disclosure

Variabel dependen penelitian ini adalah

corporate governance. Variabel ini

diukur dengan menggunakan instrumen

yang dikembangkan sendiri yang

merupakan perpaduan indikator dari

KNKCG, FCGI, dan penelitian yang

dilakukan oleh Khomsiyah

(2005),Kusumawati dan Riyanto (2005),

serta Kusumawati (2005). Indeks

pengungkapan corporate governance

dalam penelitian ini diukur dengan 90

item pengungkapan (lampiran 2).

Pemberian skor dilakukan secara

dikotomi, diberi skor 1 bila diungkapkan

dan skor 0 bila tidak diungkapkan.

Selanjutnya dari setiap item dijumlahkan

untuk memperoleh keseluruhan skor

untuk setiap perusahaan. Indeks

corporate governance kemudian dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai

berikut.

Diversitas

Gender

Diversitas

Kebangsaan

Ukuran

Perusahaan

Corporate

Governance

Disclosure

Page 8: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

99 Pengaruh Diversitas Gender dan Kebangsaan pada Corporate Governance Disclosure Perusahaan Perbankan Di BEI

)1(....................................................................................................Nij

XijICG J

Keterangan:

ICGj : Indeks pengungkapan corporate

governance perusahaan j

Nj : jumlah item pengungkapan

perusahaan j, nj = 90

Xij : dummy variable: 1 = jika item i

diungkapkan; 0 = jika item i

tidak diungkapkan

2. Diversitas gender

Diversitas gender diproksikan dengan

keberadaan wanita sebagai anggota

dewan direksi dan komisaris. Keberadaan

wanita dalam jajaran dewan komisaris

dan direksi dinilai dengan dummy,

dimana apabila terdapat anggota wanita

dalam dewan komisaris dan direksi akan

diberi nilai 1, jika tidak akan diberi nilai

0. Pengukuran ini mengacu pada

penelitian Ararat et al. (2010);

Kusumastuti dkk. (2006); Wicaksana

(2010); dan Darmadi (2011).

3. Diversitas kebangsaan

Keberadaan anggota dewan komisaris

dan direksi dengan kebangsaan asing

dinilai dengan dummy, dimana apabila

terdapat warga negara asing dalam dewan

perusahaan akan diberi nilai 1, jika tidak

akan diberi nilai 0. Pengukuran ini

mengacu pada penelitian Ararat et al.

(2010); Kusumastuti dkk. (2006);

Wicaksana (2010); dan Darmadi (2011).

4. Ukuran perusahaan (size)

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap

corporate governance diukur dengan

menggunakan total aktiva. Perusahaan

besar dapat memiliki masalah keagenan

yang lebih besar (karena lebih sulit untuk

dimonitor) sehingga membutuhkan

corporate governance yang lebih baik.

Dengan demikian, penelitian ini

memasukkan variabel ukuran perusahaan

sebagai variabel kontrol. Penelitian ini

menggunakan total aktiva sebagai proksi

untuk mengukur variabel ukuran

perusahaan, karena nilai total aktiva yang

dapat disajikan secara historis dianggap

lebih stabil dan lebih dapat

mencerminkan ukuran perusahaan. Nilai

total aktiva dalam penelitian ini dengan

menggunakan satuan jutaan (000.000)

Rupiah.

Teknik analisis data yang digunakan

adalah teknik analisis kuantitatif yaitu

analisis yang bersifat objektif dengan

berdasarkan pada angka-angka dalam

melakukan penilaian pengaruh diversitas

gender dan diversitas kebangsaan pada

pengungkapan corporate governance. Alat

analisis yang digunakan adalah regresi

linear berganda. Analisis regresi linear

berganda digunakan untuk mengetahui atau

memperoleh gambaran mengenai pengaruh

variabel bebas pada variabel terikat

baik secara simultan maupun secara parsial.

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan

bantuan program SPSS 15.0 for Windows.

Model regresi linear berganda

ditunjukkan dalam persamaan sebagai

berikut.

Y=α+b0+b1DG+b2DK+b3Size+e..............(2)

Keterangan:

Y = Corporate governance

disclosure

b0 = Konstanta

b1, b2 , b3 = Koefisien Regresi

e = Variabel Pengganggu

DG = Diversitas gender

DK = Diversitas kebangsaan

Size = Ukuran Perusahaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan

perusahaan perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-

2011.

Page 9: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

100

Berdasarkan kriteria purposive

sampling, maka perusahaan yang memenuhi

kriteria sebanyak 13 perusahaan dengan 65

pengamatan. Proses pemilihan sampel dapat

disajikan pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah

Observasi

Perusahaan sektor perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama perioda 2007-

2011

156

Perusahaan sampel yang

kepemilikannya tersebar

(86)

Perusahaan sampel yang tidak

menerbitkan annual report

secara berturut-turut

(5)

Jumlah Sampel Akhir 65 Sumber: data diolah 2012

Hipotesis penelitian ini menguji

pengaruh diversitas gender dan ras pada

corporate governance disclosure perusahaan

perbankan dengan kepemilikan saham

terkonsentrasi di Bursa Efek Indonesia.

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab

metoda penelitian, hipotesis dalam

penelitian ini diuji dengan menggunakan

analisis regresi linear berganda. Hasil

pengujian hipotesis dalam penelitian ini

disajikan pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Hipotesis

Keterangan t Signifikansi

B Std. Error

Konstan 5,549 0,000

Gender 2,177 0,033

Ras 2,745 0,008

Size 3,150 0,003

Adjusted R2 = 0,337

Sumber: hasil pengolahan lampiran 1

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai

adjusted R2 adalah 0,337. Ini berarti bahwa

varian dari variabel bebas yaitu gender, ras,

dan size mampu menjelaskan varian variabel

terikat (pengungkapan CG) sebesar 33,70

persen, sedangkan sisanya sebesar 66,30

persen dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam model. Pada Tabel

4.2 dapat diketahui Variabel bebas

diversitas gender dan ras berpengaruh positif

pada pengungkapan corporate governance

dengan tingkat signifikansi <0,05. Ini berarti

hipotesis yang diajukan didukung dalam

penelitian ini. Variabel kontrol ukuran

perusahaan menunjukkan adanya pengaruh

positif dengan tingkat signifikansi 0,003 >

0,05.

4.1 Pengaruh Diversitas Dewan pada

Corporate Governance Disclosure

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa diversitas gender dan kebangsaan

anggota dewan berpengaruh positif pada

pengungkapan corporate governance. Ini

dibuktikan dengan nilai signifikansi

yang diperoleh sebesar 0,033 dan 0,008.

Hasil tersebut konsisten hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan

Yuniasih (2010) yang menemukan bahwa

diversitas gender dan kebangsaan

berpengaruh positif pada pengungkapan

informasi modal intelektual.

Pada Sektor Perbankan semakin

kompleksnya kegiatan di dunia bank

menyebabkan semakin tinggi pula resiko

dan tantangan. Oleh karena itu penerapan

corporate governance sangat diperlukan

agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.

Implementasi corporate governance

diharapkan dapat menambah dan

memaksimalkan kinerja perusahaan yang

salah satunya nilai pasar perusahaan.

Page 10: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

101 Pengaruh Diversitas Gender dan Kebangsaan pada Corporate Governance Disclosure Perusahaan Perbankan Di BEI

4.2 Pengaruh Variabel kontrol pada

Corporate Governance Disclosure

Penggunaan variabel kontrol yaitu

ukuran perusahaan bertujuan untuk

mengontrol dan menetralisir pengaruh yang

dapat mengganggu hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Variabel corporate Governance memiliki

kemungkinan untuk secara endogen

ditentukan oleh berbagai faktor. Pada Tabel

5.3 dapat diketahui variabel kontrol ukuran

perusahaan (size) berpengaruh positif pada

pengungkapan corporate governance.

Berdasarkan kajian teoritis menunjukkan

ukuran perusahaan yang besar lebih

banyak dimonitor sehingga lebih banyak

informasi yang harus diungkapkan untuk

memenuhi kebutuhan para stakeholder.

Kompleksitas kegiatan perusahaan

menyebabkan semakin kompleks juga tata

kelolanya sehingga informasi yang berkaitan

dengan hal tersebut lebih banyak

diungkapkan untuk memberi penilaian

positif sehingga dapat meningkatkan nilai

perusahaan.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan,

landasan teori, hipotesis dan hasil

pengujian yang dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa: diversitas gender dan

kebangsaan berpengaruh positif pada

corporate governance disclosure perusahaan

perbankan. Hal ini berarti bahwa

karakteristik anggota dewan berpengaruh

pada kebijakan pengungkapan informasi

perusahaan yang berkaitan dengan corporate

governance. Ukuran perusahaan (size) yang

digunakan sebagai variabel kontrol juga

berpengaruh positif pada pengungkapan CG.

5.2 Saran Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa

keterbatasan yang apabila pada penelitian

selanjutnya dapat memperbaiki hasil

penelitian. Saran-saran yang dapat

dikemukakan berdasarkan keterbatasan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pemilihan sampel dalam penelitian ini

hanya menggunakan perusahan

perbankan dengan kepemilikan

terkonsentrasi. Penelitian selanjutnya

diharapkan dapat menggunakan jenis

industri yang berbeda dan

memperpanjang periode pengamatan.

Tujuan menggunakan jenis perusahaan

yang berbeda dengan maksud apakah

penelitian sejenis dengan obyek yang

berbeda dapat digeneralisasi. Periode

pengamatan diperpanjang dengan periode

waktu di masa yang akan datang dengan

harapan apakah ada perbedaan pengaruh

dengan waktu jangka panjang.

2) Item-item pengungkapan dalam variabel

ini menggunakan 90 indikator

pengungkapan dalam penelitian ini

mengacu pada indikator dari KNKCG,

FCGI, Khomsiyah (2005), Fong dan Shek

(2009). Penelitian selanjutnya dapat

memperbaharui dan menambah item

pengungkapan dengan berbagai sumber

yang ada. Penambahan pengungkapan

pada umumya mengalami perubahan dan

penambahan setiap waktunya.

3) Begitu halnya dalam penggunaan

variabel kontrol seperti ukuran

perusahaan (size) dalam penelitian

selanjutnya bisa menggunakan ukuran

perusahaan yang lain seperti total

penjualan dan kapitalisasi pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Renee.B., and Daniel Ferreira.

2008. Women in The Boardroom and

Their Impact on Governance and

Performance. Journal of Financial

Economics. Available at:

http://ssrn.com/abstract=1107721.

Diakses pada 15 Juli 2010.

Page 11: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

102

Ararat, Melsa., Mine Aksu, and Ayse T.

Cetin. 2010. Impact of Board Diversity

on Boards’ Monitoring Intensity and

Firm Performance: Evidence from the

Istambul Stock Exchange. Available at:

http://ssrn.com/abstract=1572283.

Diakses pada 02 Juli 2010.

Arthana, Komang. 2011. “Pengaruh

Corporate Governance Disclosure Pada

Kinerja Perusahaan Perbankan dengan

Kepemilikan Saham Terkonsentrasi di

Bursa Efek Indonesia” (tesis).

Denpasar: Universitas Udayana.

Berle, Adolph dan Means, Gardiner (1932).

The Modern Corporation and Private

Property. MacMillan, New York, N.Y.

Black, B.S., Jang, H., & Kim, W (2003)

Does Corporate governance affect firm

value? Evidancd from Korea, Diambil

dari http://papers .ssrn.com.

Booth, Alison L. and Patrick J. Nolen. 2009.

Gender Differences in Risk Behaviour:

Does Nurture Matter?. Institute for the

Study of Labor (IZA) Discussion Paper

No.4026.

Carter, D.A., Betty J. Simkims, and W.G.

Simpson. 2002. Corporate

Governance, Board Diversity, and

Firm Value. The Financial Review.

No.38: 33-53.

_________, Frank D’Souza, Betty J.

Simkims, and W.G. Simpson. 2007.

The Diversity of Corporate Board

Committees and Financial

Performance. Available at:

http://ssrn.com/abstract=1106698.

Diakses pada 02 Juli 2010.

Claeesens. S & Fan, J.P.H (2003) Corporate

governance in Asia: A survey

Internasional Review of Finance.

Collet, Peter and S. Hrasky. (2005).

Voluntary Disclosure of Corporate

Governance Practices by Listed

Australian Companie’s. Corporate

Governance. Vol. 13, No. 2: 188-196.

Colgan, P. Mc. 2001. Agency Theory and

Corporate governance: A Review of

the Literature from a UK Perspective.

Working Paper.

Darmadi, Salim. 2011. Board Diversity and

Firm Performance: the Indonesian

Evidence. Journal Corporate

Ownership and Control. Vol.8.

Available at:

http://ssrn.com/abstract=1727195.

Diakses pada 06 Januari 2011.

Darmawati, Khomsyiah dan Rika Gelar R,

(2005), “Hubungan Corporate

Governance dan Kinerja Perusahaan”,

Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,

Yogyakarta, Ikatan Akuntan Indonesia

Kompartemen Akuntan Publik, Vol 8,

No. 1, Januari 2005.

Eisenhardt, K.M (1989) Agency Theory: An

assessment and review. Academy of

Management Review.

FCGI. 2000. Peranan Dewan Komisaris dan

Komite Audit dalam Pelaksanaan

Corporate Governance (Tata Kelola

Perusahaan). Forum for Corporate

Governance in Indonesia.

Forum for Corporate governance in

Indonesia (2001). “ Tata Kelola

Perusahaan” Seri Tata kelola

Perusahaan, Jilid I Edisi ke 3 Jakarta.

Page 12: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

103 Pengaruh Diversitas Gender dan Kebangsaan pada Corporate Governance Disclosure Perusahaan Perbankan Di BEI

Gunarsih, T (2002). Strutur corporate

governance governance dan kinerja

perusahaan: struktur kepemilikan dan

strategi diversifikasi terhadap kinerja

perusahaa, Disretasi tidak dipublikasi,

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate

dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Jensen, M. C., and Meckling, W. H. (1976).

“Theory of the Firm: Managerial

Behavior, Agency Costs and

Ownership Structure”, Journal of

Financial Economics, 3: 305-360.

Jogiyanto H.M, Prof., Dr, MBA., Ak (2007).

“Metodelogi Penelitian Bisnis: Salah

Kaprah dan Pengalaman-

pengalaman”. BPFE-Yogyakarta

Johnson S, Boone P, Breach A and

Friedman E (1998), “Corporate

governance in the Asian Financial

Crisis 1997-98”, available at

http://www.worldbank.org/ html/

prddr/trans/janfeb00/phs26-27.htm

Klapper, L., F & Love, (2002). Corporate

governance, investor protection, and

performance in emerging markets,

World Bank Policy Research,

Http:/econ worldbank.org

dan Riyanto B. 2005. Corporate

Governance dan Kinerja: Analisis

Pengaruh Compliance Reporting dan

Struktur Dewan terhadap Kinerja.

Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Komite Nasional Kebijakan Corporate

governance (KNKCG). 2001.

Pedoman Good Corporate

governance: Ref. 4. 0.

Kusumastuti, Sari, Supatmi, dan Perdana

Sastra. 2006. Pengaruh Board

Diversity terhadap Nilai Perusahaan

dalam Perspektif Corporate

Governance. Jurnal Ekonomi

Akuntansi-Universitas Kristen Petra.

Available at:

http://puslit.petra.ac.id/journals/accoun

ting. Diakses pada 02 Juli 2010.

La Porta, Rafael; Lopez-de-Silanes,

Florencio; Shleifer, Andrei (1998).

“Corporate Ownership Around the

World.”Journal of Finance. Vol. 54,

No. 2: 471-517.

Milliken, F., and Martins L. 1996. Searching

for Common Threads: Understanding

the Multiple Effects of Diversity in

Organizational Groups. Academy of

Management Review. No.21: 402-434.

Monks., R. A. G & Minow, N (1995).

Corporate governance, Blackwell

Business

Oxelheim, Lars and Trond Randoy. 2001.

The Impact of Foreign Board

Membership on Firm Value. Journal

of Banking and Finance. Working

Papers No. 567.

Randoy, T., Steen Thomsen, and Lars

Oxelheim. 2006. A Nordic Perspective

on Corporate Board Diversity.

Available at:

Page 13: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

104

Lampiran 1

1. Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CGDI 65 ,57 ,93 ,8427 ,06949

GENDER 65 ,00 1,00 ,7846 ,41429

RAS 65 ,00 1,00 ,6615 ,47687

SIZE 65 1167744,00 551891704,00 128416443,1692 143121126,31652

Valid N 65

2. Uji Normalitas

3. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Mode

l

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 ,544a ,296 ,262 ,05972 1,262

a. Predictors: (Constant), SIZE, GENDER, RAS

b. Dependent Variable: CGDI

Model Summaryb

Mode

l

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 ,616a ,379 ,337 ,05660 1,883

a. Predictors: (Constant), LagY, RAS, GENDER, SIZE

b. Dependent Variable: CGDI

Page 14: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

105 Pengaruh Diversitas Gender dan Kebangsaan pada Corporate Governance Disclosure Perusahaan Perbankan Di BEI

4. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) ,500 ,090 5,549 ,000

GENDER ,039 ,018 ,232 2,177 ,033 ,930 1,075

RAS ,050 ,018 ,341 2,745 ,008 ,682 1,467

SIZE 1,999 ,000 ,412 3,150 ,003 ,615 1,627

LagY ,299 ,110 ,297 2,708 ,009 ,878 1,139

a. Dependent Variable: CGDI

5. Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -,072 ,203 -,354 ,725

GENDER ,009 ,040 ,029 ,222 ,825

RAS -,013 ,041 -,048 -,310 ,758

SIZE -1,995 ,000 -,227 -1,395 ,168

LagY ,183 ,249 ,100 ,735 ,465

a. Dependent Variable: abs

6. Uji Hipotesis

Model Summaryb

Mode

l

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 ,616a ,379 ,337 ,05660 1,883

a. Predictors: (Constant), LagY, RAS, GENDER, SIZE

b. Dependent Variable: CGDI

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression ,115 4 ,029 8,999 ,000b

Residual ,189 59 ,003

Total ,304 63

a. Dependent Variable: CGDI

b. Predictors: (Constant), LagY, RAS, GENDER, SIZE

Page 15: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

106

PENGARUH DIVERSITAS GENDER DAN LATAR BELAKANG

PENDIDIKAN DEWAN DIREKSI

TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA

I Made Sudiartana2

Universitas Mahasaraswati Denpasar

ABSTRACT

Based on Resource Dependence Theory, board background characteristic often assumed

have effect on decision made by company. Board in this study, defined as board of director,

since they have the responsibility and power to made decision that will affect the company

progress. The purpose of this study is to examine the effect of gender, as measured by the

percentage of woman director on board, and the director’s educational background on the

voluntary disclosure made by company.

The analysis that used in this study is binary regression analysis.The first hypothesis

testing showed that gender does not have any significant effect on voluntary disclosure made by

company. The second hypothesis test shows that director’s educational backgrounds do have a

significant effect on voluntary disclosure.

Keyword: Gender, director’s educational background, voluntary disclosure.

2Alamat Korespondensi : (Artha [email protected])

I. PENDAHULUAN

Setiap tahun, perusahaan yang go

public menerbitkan laporan tahunannya.

Laporan yang berisi baik data keuangan

maupun non keuangan digunakan oleh

investor, kreditur, dan pengguna lainnya

dalam menganalisis kondisi perusahaan

untuk keperluannya masing-masing.

Apabila dihubungkan dengan peningkatan

nilai perusahaan, ketika terjadi asimetri

informasi, manajer dapat memberikan

sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada

investor guna memaksimalisasikan nilai

saham perusahaan. Sinyal yang diberikan

dapat melalui pengungkapan (disclosure)

informasi akuntansi. Informasi yang

diungkapkan dalam laporan tahunan dapat

dikelompokkan menjadi pengungkapan

wajib (mandatory disclosure) dan

pengungkapan sukarela (voluntary

disclosure).

Besarnya biaya dan manfaat

pengungkapan informasi tertentu berbeda

antara perusahaan yang satu dengan

perusahaan yang lainnya. Biaya dan

manfaat pengungkapan informasi secara

sukarela kemungkinan dipengaruhi oleh

faktor- faktor yang akan mengakibatkan

perbedaan luas pengungkapan dalam

laporan tahunan perusahaan.

Dalam struktur organisasi perusahaan,

Dewan direksi memiliki tanggung jawab

membuat keputusan-keputusan yang akan

mempengaruhi arah kebijakan perusahaan.

Direktur perusahaan adalah orang yang

mempunyai keahlian dan pengetahuan

tentang operasional perusahaan dan

mengetahui dengan pasti apa yang terjadi di

Page 16: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Diversitas Gender dan Latar Belakang Pendidikan Dewan Direksi Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

107

dalam perusahaan (Bhagat and Black,

1999), dan berpotensi memberikan suatu

informasi kepada pihak luar. Di bawah

asumsi teori pensinyalan, direksi memiliki

insentif untuk mengungkapkan segala

macam informasi yang baik (good news)

mengenai perusahaan untuk mengatraksi

pasar. Teori upper echelon

menyatakan bahwa hasil perusahaan yang

meliputi pilihan-pilihan strategis dan tingkat

kinerja setengahnya dapat

diramalkan dari karakteristik latar belakang

direksi (Hambrick dan Mason, 1984).

Menurut Carter et al (2002), Blue

Ribbon Commite merekomendasikan

keragaman gender, ras, umur dan

kebangsaan harus dipertimbangan dalam

pemilihan direktur. Ada dua aspek dari

keragaman dewan direksi, salah satunya

adalah bahwa keragaman direksi akan

meningkatkan nilai pemegang saham.

Carter et al (2002) menyelidiki

hubungan antara diversitas dewan dengan

nilai perusahaan pada perusahaan Fortune

1000. Board diversity didefenisikan

sebagai persentase wanita, Afrika-Amerika,

Asia dan Hispanik. Hasil penelitian

menunjukan bahwa ada hubungan positif

yang signifikan antara proporsi wanita, atau

minoritas terhadap nilai perusahaan.

Roberson dan Park, (2007) yang

meneliti pengaruh diversitas reputasi dan

diversitas ras pemimpin terhadap hasil-hasil

kinerja keuangan menunjukan adanya

hubungan berbentuk U-shape antara

diversitas ras pemimpin terhadap

pendapatan, laba bersih dan book to market

equity.

Randoy et al. (2006) yang meneliti

hubungan antara diversitas dewan yang

diproksikan dengan gender, umur dan

kebangsaan terhadap kinerja yang di

proksikan dengan kinerja pasar dan ROA,

tidak menemukan adanya hubungan antara

gender, umur, dan kebangsaan terhadap

kinerja pasar dan ROA. Penelitian yang

dilakukaan Eklund et al. (2008) yang

meneliti hubungan antara struktur

kepemilikan, board diversity dan nilai

perusahaan yang diproksikan dengan

kinerja investasi pada perusahaan yang

listing di Swedia menunjukan pengaruh

kecil tapi negatif antara gender dengan

kinerja investasi.

Nalikka (2009), melakukan penelitian

terhadap pengaruh gender direksi

perusahaan terhadap pengungkapan

sukarela pada laporan tahunan (annual

report). Hasilnya menunjukan bahwa

perusahaan dengan CFO wanita

berhubungan dengan tingkat pengungkapan

yang lebih tinggi pada laporan tahunan.

CEO wanita dan proporsi anggota BOD

wanita ditemukan tidak memiliki dampak

signifikan terhadap pengungkapan sukarela

dalam laporan tahunan.

Bayu (2010), melakukan penelitian

terhadap pengaruh diversitas dewan pada

kinerja pasar perusahaan yang terdaftar di

BEI, menunjukan bahwa dibersitas dewan

tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar

perusahaan,sedangkan ukuran dan jenis

industri berpengaruh terhadap kinerja pasar

perusahaan. Dalam penelitian ini, diversitas

dewan diproksikan dengan keragaman

gender, latar belakang pendidikan,

kebangsaan dan umur, sedangkan kinerja

pasar diproksikan dengan rasio price to

book value

Di Indonesia, penelitian mengenai

pengaruh komposisi dewan dengan luas

pengungkapan masih sangat jarang.

Sehingga penelitian ini termotivasi untuk

mereplikasi penelitian yang dilakukan

Nalikka (2009). Dimana dalam penelitian

ini proksi yang digunakan untuk mengukur

komposisi dewan adalah keragaman gender

dewan direksi dan keragaman latar

belakang pendidikan terhadap luas

pengungkapan sukarela perusahaan.

Komposisi dewan direksi dipilih sebagai

objek penelitian karena dewan direksilah

Page 17: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

108

yang menentukan seberapa luas

pengungkapan yang akan dilakukan

perusahaan.

II. KAJIAN PUSTAKA DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Diversitas Dewan

Menurut Rondoy et al. (2006),

mekanisme corporate governance

membantu pemegang saham dan

stakeholder untuk menerapkan kontrol

terhadap manajemen dan corporate

insiders. Literatur corporate governance

menekankan bahwa good corporate

governance memfasilitasi penciptaan nilai

jangka panjang untuk kepentingan pemilik

dan stak holder. Corporate governance

seperti ini memerlukan interaksi optimal

antara pemilik, manajemen, dan dewan.

Menurut Goodstein et al. (1994),

Randoy et al. (2006), dalam teori

ketergantungan sumberdaya, dewan dapat

memfasilitasi akses terhadap sumberdaya.

Teori ketergantungan sumberdaya (resource

dependences) berpendapat bahwa

penggunaan diverse constitunces dan

stakeholder dalam dewan memfasilitasi

perolehan sumberdaya yang penting bagi

perusahaan.

Menurut Robinson dan Deschant,

(1997), Charter et al. (2002) dan

Kusumatuti dkk. (2006) menunjukan lima

preposisi mengenai diversitas board yaitu:

pertama corporate diversity mendorong

pemahaman yang lebih baik akan pasar,

dimana hal ini berhubungan dengan

kondisi demografi suplier dan customer

yang juga beragam sehingga kemampuan

penetrasi pasar perusahaan akan

meningkat. Kedua, diversitas meningkatkan

kreatifitas dan inovasi. Menurut pandangan

ini, sikap, fungsi kognitif, dan kepercayaan

tidak terdistribusi secara acak dalam

populasi, tetapi cenderung bervariasi secara

sistematis sesuai dengan variabel demografi

seperti umur, ras, dan gender. Ketiga

diversitas menghasilkan penyelesaian

masalah yang lebih efektif. Diversitas

memang menghasilkan lebih banyak konflik

dalam proses pembuatan keputusan, namun

berbagai perspektif yang muncul

menyebabkan pembuat keputusan

mengevaluasi lebih banyak alternatif dan

meng-explore dengan lebih hati-hati

konsekuensi dari alternatif yang diberikan.

Keempat diversifikasi meningkatkan

efektifitas kepemimpinan perusahaan.

Kelima diversitas mendorong hubungan

global yang lebih efektif.

2.2 Diversitas Gender dalam Dewan

Menurut teori resource dependence,

segala bentuk sumberdaya manusia yang

dimiliki perusahaan harus digunakan

semaksimal mungkin. Hal ini akan

mendorong perusahaan meningkatkan

kinerja dan potensi penciptaan

kemakmuran. (Mitchell. S.M., 2001).

Dalam literatur corporate governance

dan teori resource dependence, sering kali

diungkapkan bahwa BOD yang diversed

dan well-ballanced dapat secara signifikan

meningkatkan kinerja perusahaan (Mitchell,

2001). BOD merupakan mekanisme penting

yang dapat meningkatkan dan menciptakan

koalisi antara BOD dan pemegang saham

dalam mengontrol sumberdaya yang

dibutuhkan perusahaan. Masing-masing

anggota dewan akan memberikan kumpulan

dari pengalaman, attachment, dan

pandangan yang unik dan berbeda-beda

bagi dewan. Jika persepsi, pandangan dan

latar belakang anggota dewan relatif

homogen, maka ada kemungkinan besar

strategi-strategi pembuatan keputusan dari

mekanisme corporate governance akan

menjadi single-minded, dapat ditebak dan

tidak fleksibel.

2.3Diversitas Latar Belakang Pendidikan

Menurut Ponnu, (2008) BOD

seharusnya terdiri dari orang-orang

Page 18: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Diversitas Gender dan Latar Belakang Pendidikan Dewan Direksi Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

109

profesional dengan keahlian dalam

bidanhukum, perpajakan akuntansi,

keuangan, dan lainnya. Dengan

adanya anggota board yang memiliki

keahlian, dapat memberikan perspektif yang

bermanfaat terhadap penilaian risiko,

keunggulan bersaing, dan pemahaman

mengenai tantangan yang dihadapi dalam

bisnis.

Diversitas latar belakang dan

pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan

perusahaan, merupakan hal penting bagi

komposisi dewan secara keseluruhan.

hal ini disebabkan oleh kebutuhan

perusahaan akan latar belakang pendidikan

dan pengalaman tertentu yang terus

berubah seiring perubahan waktu. board

seharusnya memonitor keahlian dan

pengalaman anggota board dengan kriteria

keanggotaan yang telah ditetapkan untuk

menilai pada tiap tahapan daur hidup

perusahaan apakah dewan telah memiliki

alat untuk melaksanakan fungsinya secara

efektif.

2.4 Pengungkapan Informasi

Undang-undang (UU) No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal menyatakan

secara jelas bahwa perusahaan publik wajib

menyampaikan laporan berkala dan laporan

insidental lainnya kepada Bapepam.

Ketentuan yang lebih spesifik tentang

pelaporan perusahaan publik diatur dalam

Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.2,

Lampiran Keputusan Ketua Bapepam

Nomor: KEP-38/PM/2003 tentang Laporan

Tahunan yang berlaku sejak tanggal 17

Januari 1996. Kemudian pada tanggal 7

Desember 2006, untuk meningkatkan

kualitas keterbukaan informasi kepada

publik, diberlakukanlah Peraturan Bapepam

dan Lembaga Keuangan (LK) Nomor

X.K.6, Lampiran Keputusan Ketua

Bapepam dan LK Nomor: KEP-

134/BL/2006 tentang Kewajiban

Penyampaian Laporan Tahunan bagi

Emiten atau Perusahaan Publik.Pada tahun

1996, Bapepam mengeluarkan Lampiran

Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-

80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap

emiten dan perusahaan publik untuk

menyampaikan laporan keuangan tahunan

perusahaan dan laporan auditor

independennya kepada Bapepam selambat-

lambatnya pada akhir bulan keempat (120

hari) setelah tanggal laporan keuangan

tahunan perusahaan. Namun sejak tanggal

30 September 2003, Bapepam semakin

memperketat peraturan dengan

dikeluarkannya Peraturan Bapepam Nomor

X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua

Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003

tentang Kewajiban Penyampaian Laporan

Keuangan Berkala.

Corporate governance merupakan suatu

cara untuk menjamin bahwa manajemen

bertindak yang terbaik untuk kepentingan

stakeholders. Penerapan corporate

governance menuntut adanya perlindungan

yang kuat terhadap hak-hak pemegang

saham, terutama pemegang saham

minoritas. Prinsip-prinsip good corporate

governance disusun dengan tujuan untuk

melindungi investor dan stakeholder

lainnya dari asimetri informasi. Salah satu

yang mendasari keputusan investor dalam

pengambilan keputusan investasi adalah

laporan keuangan perusahaan.

Pengungkapan yang detil akan memberikan

gambaran kinerja perusahaan yang

sesungguhnya. Tujuan umum

pengungkapan adalah menyajikan informasi

yang dipandang perlu untuk mencapai

tujuan pelaporan keuangan dan untuk

melayani berbagai pihak yang mempunyai

kepentingan berbeda-beda.

2.5 Pengungkapan Sukarela

Pengungkapan sukarela adalah

pengungkapan informasi oleh perusahaan

Page 19: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

110

dalam laporan tahunan (annual report) yang

disajikan secara bebas sesuai dengan pilihan

manajemen perusahaan dalam rangka

menyediakan informasi yang dapat

digunakan dalam pembuatan keputusan,

(Meek et al.,1995; Eng and Mak, 2003;

Cheng and Courtenay, 2006; Chen and

Jaggi, 2000). Sebagai tambahan terhadap

pelaporan keuangan yang diwajibkan,

beberapa perusahaan menambahkan

pengungkapan dengan pengungkapan

sukarela seperti ramalan manajemen (Healy

and Palepu, 2001).

2.6 Hipotesis Penelitian

Teori sinyal menyatakan bahwa

perusahaan memberikan sinyal-sinyal

kepada pihak luar perusahaan dengan tujuan

untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Sinyal yang diberikan berupa

pengungkapan–pengungkapan, baik yang

bersifat wajib maupun sukarela. Selain

informasi keuangan yang diwajibkan,

perusahaan juga akan melakukan

pengungkapan sosial yang sifatnya

sukarela. Scott (2003:423) menjelaskan

mengenai pensinyalan yang didefinisikan

sebagai usaha manajemen yang memiliki

informasi lebih dibanding investor

(asymetric information) dan berusaha untuk

menyajikannya kepada investor yang

nantinya digunakan sebagai pertimbangan

dalam pembuatan keputusan investasi.

Nalikka (2009), melakukan

penelitian terhadap pengaruh gender direksi

perusahaan terhadap pengungkapan

sukarela pada laporan tahunan (annual

report). Dengan menggunakan data

perusahaan yang terdaftar di Helsinki Stock

Exchange pada tahun 2005-2007 dengan

memfokuskan pada gender Chief Executive

Officer(CEO), Chief Financial Officer

(CFO), dan board of director. Hasilnya

menunjukan bahwa perusahaan dengan

CFO wanita berhubungan dengan tingkat

pengungkapan yang lebih tinggi pada

laporan tahunan. CEO wanita dan proporsi

anggota BOD wanita ditemukan tidak

memiliki dampak signifikan terhadap

pengungkapan sukarela dalam laporan

tahunan.

Berdasarkan uraian tersebut maka

hipotesis pertama yang diajukan adalah

sebagai berikut.

H1: Diversitas gender dewan direksi

berpengaruh pada luas

pengungkapan sukarela

Resource Dependence theory (RDT),

mengungkapkan bahwa diversitas

meningkatkan kreatifitas dan inovasi.

Menurut pandangan ini, sikap, fungsi

kognitif, dan kepercayaan tidak terdistribusi

secara acak dalam populasi, tetapi

cenderung bervariasi secara sistematis

sesuai dengan variabel demografi seperti

umur, ras, latar belakang pendidikan dan

gender.

Penelitian Nalikka (2009)

menemukan bahwa CFO wanita

berhubungan dengan tingkat pengungkapan

yang lebih tinggi pada laporan tahunan. Hal

ini menunjukan bahwa latar belakang

pendidikan berpengaruh terhadap luas

pengungkapan.

Ponnu (2008) menyelidiki dampak

kualifikasi akademis anggota BOD terhadap

kinerja perusahaan, dengan menggunakan

sampel 30 perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Malaysia. Hasilnya menunjukan

tidak ada perbedaan signifikan antara

kualifikasi akademis anggota BOD dengan

kinerja perusahaan.

Sehingga hipotesis ke dua yang diajukan

adalah sebagai berikut

H2: Latar belakang pendidikan dewan

direksi berpengaruh pada luas

pengungkapan sukarel

Page 20: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Diversitas Gender dan Latar Belakang Pendidikan Dewan Direksi Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

111

Kedua hipotesis diatas dapat

digambarkan dalam model penelitian seperti

disajikan dalam Gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3 Model Penelitian

III. METODA PENELITIAN

3.1 Metoda Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan sektor non

keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun

2008. Pemilihan sampel penelitian

didasarkan pada metode nonprobability

sampling tepatnya metode purposive

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

dengan pertimbangan/kriteria tertentu,

Sugiyono (2009).

Adapun kriteria yang digunakan untuk

memilih sampel pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Perusahaan yang terdaftar di BEI untuk

tahun 2007 dan 2008.

2) Menerbitkan laporan tahunan (annual

report) tahun 2007 dan 2008.

3) Tahun buku per 31 Desember

4) Terdapat informasi mengenai gender

dan latar belakang pendidikan anggota

dewan direksi pada laporan tahunan

(annual report).

3.2 Definisi Operasional Variabel

1. Keragaman gender

Menurut WHO gender didefenisikan

sebagai perbedaan status dan peran

antara pria dan wanita yang dibentuk

oleh masyarakat sesuai dengan nilai

budaya yang berlaku dalam periode

tertentu. Keragaman gender diukur

dengan menggunakan persentase

jumlah wanita dibandingkan seluruh

jumlah anggota dewan dalam dewan

direksi.

2. Keragaman Latar belakang

pendidikan

Latar belakang pendidikan dewan

diukur dengan terlebih dahulu

mengelompokkan latar belakang

pendidikan menjadi beberapa bidang,

yaitu akuntansi dan keuangan,

manajemen pemasaran dan manajemen

strategis, hukum, engineering, sosial

ekonomi, dan lainnya. Kemudian

perusahaan dibagi menjadi kelompok

tersebar (diverse) dan tidak tersebar

(non diverse). Suatu perusahaan

dikatakan tersebar ketika kurang dari

40 persen anggota dewan direksinya

memiliki latar belakang pendidikan

sama (Ponnu, 2008). Untuk kelompok

tersebar diberikan nilai 1, sedangkan

kelompok tidak tersebar diberi nilai 0.

3. Luas pengungkapan sukarela .

Luas pengungkapan sukarela diukur

dengan menggunakan daftar

pengungkapan item-item (index) seperti

yang digunakan Mahayana, 2010. Dari

indeks ini kemudian dibagi menjadi

dua kelompok. Kelompok yang

memiliki indeks diatas nilai indeks

rata-rata dinyatakan sebagai kelompok

yang memiliki luas pengungkapan

sukarela yang tinggi, kemudian

diberikan nilai 1. Kelompok yang

memiliki nilai indeks dibawah nilai

indeks rata-rata dikatakan sebagai

kelompok dengan luas pengungkapan

sukarela yang rendah, dan kemudian

diberikan nilai 0.

Teknik analisis data yang

digunakan adalah teknik analisis

kuantitatif yaitu analisis yang bersifat

objektif dengan berdasarkan pada

Diversitas

Gender

Latar Belakang

Pendidikan

Pengungkapan

Sukarela

H1

H2

Page 21: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

112

angka-angka dalam melakukan

penilaian apakah keragaman gender

dan latar belakang pendidikan dewan

direksi dapat mempengaruhi luas

pengungkapan sukarela. Alat analisis

yang digunakan adalah regresi binary.

Teknik ini digunakan karena variabel

terikat yaitu luas pengungkapan

sukarela merupakan variabel dummy.

Jika variabel dependen merupakan

variabel dummy, yang bersifat biner (

yang diberi kode 1 atau 0) maka

analisis yang digunakan adalah

ana;osos regresi bineri. Tehnik analisis

ini tidak memerlukan lagi uji

normalitas dan uji asumsi klasik pada

variabel bebasnya (Ghozali, 2005).

Model regresi binary ditunjukkan dalam

persamaan sebagai berikut.

Y = β0 +β1X1 + β2X2 + e..........................(1)

Keterangan :

Y = Luas pengungkapan sukarela

β0= Konstanta

β1,β2= Koefisien Regresi

X 1 = keragaman gender

X 2 = keragaman latar belakang pendidikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif Variabel

Penelitian

Statistik deskriptif dalam penelitian ini

disajikan untuk memberikan informasi

karakteristik variabel penelitian khususnya

mengenai mean dan deviasi standar.

Pengukuran mean merupakan cara yang

paling umum digunakan untuk mengukur

nilai sentral dari suatu distribusi data.

Deviasi standar merupakan perbedaan

antara nilai data yang diteliti dengan nilai

rata-ratanya. Statistik deskriptif dari

pengungkapan sukarela, gender dan latar

belakang pendidikan dapat dilihat seperti

pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif

N Min Max Mean

Std.

Deviation

Voluntary

Disclousure

(VD)

357 ,00 1,00 ,4454 ,49771

Gender 357 ,00 1,00 ,1322 ,17798

Education (

EDU) 357 ,00 1,00 ,5378 ,49927

Valid N

(listwise) 357

Sumber: Data diolah

Statistik deskriptif pada Tabel 5.1,

Voluntary Disclousure (VD) dan gender

merupakan variabel dummy yang memiliki

nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 1.

Lampiran 4 menunjukkan nilai VD yang

paling sering muncul adalah 0, nilai -0

muncul sebanyak 198 kali sedangkan nilai 1

muncul 159 kali. Hal ini berarti 45%

pengamatan perusahaan memiliki tingkat

pengungkapan tinggi, sedangkan sisanya

55% memiliki tingkat pengungkapan

sukarela rendah. Edu menunjukkan variabel

latar belakang pendidikan. Lampiran 4

menunjukkan nilai Edu yang paling sering

muncul adalah 1, nilai 1 muncul sebanyak

192 kali sedangkan nilai 1 muncul 165 kali.

Hal ini berarti 54% pengamatan perusahaan

memiliki anggota direksi dengan latar

pendidikan tersebar, sedangkan sisanya

46% memiliki latar belakang pendidikan

yang homogen.

Variabel gender memiliki nilai

terendah sebesar 0,00 dan nilai tertinggi

sebesar 1,00. Rata-rata (mean) gender dari

seluruh pengamatan adalah sebesar 0,1322

dengan deviasi standar sebesar 0,17798. Ini

berarti persentase rata-rata anggota dewan

perempuan dibandingkan seluruh anggota

dewan adalah sebesar 13,22 persen.

Page 22: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Diversitas Gender dan Latar Belakang Pendidikan Dewan Direksi Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

113

4.2 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel

dependen bersifat dikotomi (pengungkapan

sukarela tinggi dan pengungkapan sukarela

rendah), maka pengujian terhadap hipotesis

dilakukan dengan menggunakan uji binery

logistic regression. Tahapan dalam

pengujian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Menguji kelayakan model regresi

Menurut Gozali (2006) hasil

statistik Hosmer and Lemeshow’s menguji

hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau

sesuai dengan model (tidak ada perbedaaan

antara model dengan data sehingga model

dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test statistik

sama dengan atau kurang dari 0,05, maka

hipotesis nol ditolak yang berarti ada

perbedaan antara model dengan nilai

observasinya sehingga model dikatakan

tidak baik karena tidak dapat memprediksi

nilai observasinya. Jika nilai Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih

besar dari 0,05, berarti model mampu

memprediksi nilai observasinya atau dapat

dikatakan model dapat diterima karena

cocok dengan data observasinya. Tampilan

output SPSS menunjukkan bahwa besarnya

nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s

Goodness of Fit Test sebesar 3,222 dengan

signifikansi (nilai p) sebesar 0,666

(lampiran 3.c). Berdasarkan hasil tersebut,

terlihat bahwa signifikansi (nilai p) lebih

besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa model dapat diterima atau layak.

2. Menilai keseluruhan model (overall

model fit)

Pengujian dilakukan dengan

membandingkan nilai antara -2 Log

Likelihood (-2LL) pada awal (Block

Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood

(-2LL) pada akhir (Block Number = 1).

Nilai -2LL awal adalah sebesar 490,638.

Setelah dimasukkan tiga variabel

independen, maka nilai -2LL akhir

mengalami penurunan menjadi sebesar

486,521 (Lampiran 3.c). Penurunan

likelihood (-2LL) ini menunjukkan model

regresi yang lebih baik atau dengan kata

lain model yang dihipotesiskan bisa

menjelaskan fenomena yang diteliti.

3. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R

Square)

Besarnya nilai koefisien determinasi

pada model regresi logistik ditunjukkan

oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai

Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,015 (

lampiran 3.c) yang berarti variabilitas

variabel dependen yang dapat dijelaskan

oleh variabel independen adalah sebesar

1,5% sedangkan sisanya sebesar 98,5%

dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar

model penelitian

4. Uji Multikolinearitas

Model regresi yang baik adalah

regresi dengan tidak adanya gejala korelasi

yang kuat di antara variabel bebasnya.

Pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan matrik korelasi antar variabel

bebas untuk melihat besarnya korelasi antar

variabel independen.

Tabel 4.2

Matrik Korelasi antar Variabel Bebas Constant Gender Edu

Step 1 Constant 1,000 -,377 -,631

Gender -,377 1,000 -,133

Edu -,631 -,133 1,000

Sumber: Data diolah

Tabel 4.2 menunjukkan tidak ada

koefisien korelasi antar variabel yang

nilainya lebih besar dari 0,8. Hal ini

menunjukkan tidak terdapat gejala

multikolinearitas antar variabel bebas dalam

model regresi.

Page 23: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

114

5. Model Regresi Logistik yang

Terbentuk Model regresi logistik yang terbentuk

disajikan pada Tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 4.3

Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

B Wald. Sig.

Gender ,005 ,000 ,994

Edu ,435 4,012 ,045

Constant -,457 7,010 ,008

Sumber: Data diolah

4.3 Pengaruh Gender pada Luas

Pengungkapan Sukarela Hasil pengujian hipotesis pertama

menunjukkan bahwa gender tidak

berpengaruh pada luas pengungkapan

sukarela. Hal ini berarti hasil pengujian

tidak dapat mendukung hipotesis yang

diajukan. Hasil penelitian ini mendukung

hasil penelitian Nalikka (2009).

Nalikka (2009), melakukan penelitian

terhadap pengaruh gender direksi

perusahaan terhadap pengungkapan

sukarela pada laporan tahunan (annual

report). Dengan menggunakan data

perusahaan yang terdaftar di Helsinki Stock

Exchange pada tahun 2005-2007 dengan

memfokuskan pada gender Chief Executive

Officer(CEO), Chief Financial Officer

(CFO), dan board of director. Hasilnya

menunjukan bahwa perusahaan dengan

CFO wanita berhubungan dengan tingkat

pengungkapan yang lebih tinggi pada

laporan tahunan. CEO wanita dan proporsi

anggota BOD wanita ditemukan tidak

memiliki dampak signifikan terhadap

pengungkapan sukarela dalam laporan

tahunan.

Hofstede (1991) menyatakan ada empat

dimensi yang berpengaruh terhadap

nilai nilai sosial dalam suatu masyarakat.

Salah satunya adalah Power distance.

Power Distance Index (PDI) didefinisikan

sebagai sejauh mana masayarakat dapat

menerima ketidaksetaraan (inequality). Di

negara-negara Asia, Indonesia menempati

peringkat kedua setelah Malaysia untuk

skor PDI-nya. Hal ini dapat berarti

bahwa masyarakat di Indonesia dapat

menerima ketidaksetaraan dan

menggangapnya hal yang biasa. Adalah

suatu hal yang wajar bagi bawahan untuk

menghormati keputusan atasannya atau

orang yang lebih tua dalam artian orang

yang lebih dihormati. Hal ini berpotensi

menimbulkan group think.

Group think, merupakan fenomena

yang sering terjadi dalam pembuatan

keputusan kelompok, didefinisikan sebagai

suatu situasi dimana kelompok mayoritas

berusaha untuk meredam pandangan yang

kritis, tidak biasa, berasal dari kelompok

minoritas (Robbins dan Judge, 2001).

Berdasarkan statistik deskriptif dapat

dilihat bahwa proporsi wanita dalam dewan

rata-rata hanya 13 persen. Ini menunjukkan

keberadaaan perempuan dalam dewan

masih tergolong kecil (minoritas) sehingga

tidak memiliki hak suara mayoritas dalam

menentukan keputusan yang dibuat dewan

terkait dengan luas pengungkapan sukarela.

Keputusan yang dibuat tidak hanya

ditentukan oleh jumlah anggota perempuan

dalam dewan tetapi juga kualitas orang-

orang tersebut. Faktor pengalaman, ras, dan

umur mungkin mempengaruhi keputusan

yang dibuat oleh masing-masing anggota

dewan berkaitan dengan luas pengungkapan

sukarela yang akan dilakukan perusahaan.

Hal tersebut mungkin mempengaruhi hasil

penelitian ini. Faktor-faktor tersebut perlu

dipertimbangkan dalam penelitian

selanjutnya dan dalam menentukan

kualifikasi anggota dewan.

Page 24: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Diversitas Gender dan Latar Belakang Pendidikan Dewan Direksi Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

115

4.4 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan

pada Luas Pengungkapan Sukarela

Hasil pengujian hipotesis kedua

menunjukkan bahwa latar belakang

pendidikan anggota dewan berpengaruh

positif pada luas pengungkapan sukarela.

Hal ini berarti hipotesis kedua yang

diajukan dapat didukung.

Pemilihan anggota dewan perusahaan

harus berpedoman pada persyaratan

mengenai pencapaian pendidikan,

kecukupan kompetensi dan pemahaman

mengenai bisnis, persyaratan umur,

integritas/kejujuran, dan ketekunan

seseorang. Ponnu (2008) menyebutkan

bahwa seorang anggota dewan perusahaan

harus memiliki kredibilitas dan skill serta

pengalaman yang diperlukan, sehingga

mampu memberikan judgment independen

dalam isu yang berkaitan dengan strategi,

kinerja, dan sumber daya perusahaan.

Dewan komisaris dan direksi harus

terdiri dari anggota profesional, dengan

keahlian dalam bidang hukum, pajak, atau

akuntansi. Keberadaan anggota dewan

komisaris dan direksi yang memiliki

pengalaman dalam industri dan bisnis

relevan sangat bermanfaat bagi dewan

perusahaan secara keseluruhan. Keberadaan

mereka memberikan perspektif mengenai

risiko signifikan dan keuntungan

kompetitif, serta lebih memahami mengenai

tantangan yang akan dihadapi dalam bisnis

perusahaan (Ponnu, 2008).

Latar belakang pendidikan formal

anggota dewan komisaris dan direksi

merupakan karakteristik kognitif yang dapat

memengaruhi kemampuan dewan dalam

pengambilan keputusan bisnis serta

mengelola bisnis (Kusumastuti dkk., 2006).

Siciliano (1996) menemukan bahwa

diversitas latar belakang pendidikan yang

berasosiasi dengan latar belakang pekerjaan

anggota dewan direksi perusahaan

berpengaruh positif pada kinerja organisasi

terutama pada kinerja sosial. Wallace dan

Cooke (1990) anggota direksi yang

memiliki latar belakang pendidikan

akuntansi dan bisnis mungkin melakukan

tingkat pengungkapan yang lebih luas untuk

meningkatkan citra perusahaan maupun

kredibilitas manajemen.

Berdasarkan Resource dependence

theory (RDT) dijelaskan bahwa dengan

menggunakan komposisi BOD yang

tersebar, akan meningkatkan paling tidak

lima hal yaitu:

(1) Meningkatkan pemahaman akan pasar.

Dengan makin tersebarnya pasar,

perusahaan harus dapat memahami

karakteristik pelanggannya. Cara yang

baik adalah dengan menggunakan

tenaga penjualan yang tesebar pula.

(2) Meningkatkan kreatifitas dan inovasi.

Sikap, fungsi kognitif, dan keyakinan

tidak tersebar secara acak dalam

populasi, tetapi cenderung berbeda

secara sistematis sesuai dengan variabel

demografi seperti umur, ras, dan

gender. Sehingga konsekuensi yang

dapat diharapkan dari peningkatan

keragaman budaya dalam organisasi

adalah munculnya perepektif yang

berbeda-beda yang akan meningkatkan

kinerja dari tugas yang kreatif. Sebagai

tambahan, karyawan yang merasa

dihargai dan didukung oleh

organisasinya, cenderung akan lebih

inovatif.

(3) Meningkatkan kualitas pemecahan

masalah. Kelompok yang heterogen

cenderung menghasilkan pemecahan

masalah yang lebih inovatif. Perbedaan

diantara anggota kelompok

memnyebabkan anggota kelompok

dapat melihat permasalahan dari

berbagai perspektif berdasarkan

pengalaman anggota kelompok. Hal ini

menyebabkan pembuat keputusan

mengevaluasi lebih banyak alternatif

dan menelaah dengan lebih hati-hati

Page 25: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

116

konsekuensi dari alternatif yang

diberikan.

(4) Meningkatkan keefektifitasan

pemimpin. Komposisi demografi pada

level top management mempengaruhi

strategi kompetitif dan keefektifitasan

finansial perusahaan.

(5) Membina hubungan global yang

efektif. Tantangan yang dihadapi

manajer puncak adalah mengubah

keragaman etnokultural menjadi

keunggulan diferensial dalam

persaingan pasar global yang semakin

meningkat.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1) Gender tidak berpengaruh pada luas

pengungkapan sukarela. Hal ini

disebabkan karena keberadaan

perempuan dalam dewan rata-rata

hanya 13% sehingga tidak dominan

dalam pembuatan keputusan terkait

dengan luas pengungkapan sukarela.

Hasil ini juga dipengaruhi oleh faktor

individu dari anggota dewan seperti

pengalaman, ras, dan umur.

2) Latar belakang pendidikan berpengaruh

positif pada luas pengungkapan

sukarela. Hal ini menunjukkan bahwa

keragaman latar belakang pendidikan

anggota dewan mempengaruhi

keputusan mereka dalam melakukan

pengungkapan informasi kepada

publik. Semakin beragam latar

belakang pendidikan anggota dewan,

semakin luas pengungkapan sukarela

yang dilakukan.

5.2 Keterbatasan dan Saran

Penelitian ini memiliki beberapa

keterbatasan antara lain :

1) Pada penelitian ini menggunakan

variabel dummy untuk mengukur

variabel dependennya. Penelitian

berikutnya dapat menggunakan

kombinasi antara indeks pengungkapan

dan jumlah item yang diungkapkan.

2) Koefisien determinasi (Adjusted R2)

adalah sebesar 0,475 yang berarti

variabilitas variabel dependen yang

dapat dijelaskan oleh variabel

independen adalah sebesar 1,5 persen,

sedangkan sisanya sebesar 98,5 persen

dijelaskan oleh variabel-variabel lain di

luar model penelitian. Hal ini berarti

masih ada variabel lain yang perlu

diidentifikasi untuk menjelaskan luas

pengungkapan sukarela yang dilakukan

perusahaan. Berdasarkan hasil

penelitian, variabel diversitas dewan

lain yang mungkin dapat mempengaruhi

keputusan pengungkapan sukarela

adalah diversitas kognitif seperti

pengalaman, skill dan kompetensi

(Coffey dan Wang, 1998) dan diversitas

demografi seperti status perkawinan

(Slocum dan Hellriegel, 2007 dalam

Marimuthu, 2008).

3) Pada penelitian selanjutnya dapat

dipertimbangkan untuk memasukan

variabel kontrol. Variabel kontrol

merupakan variabel yang dikendalikan

atau dibuat konstan sehingga hubungan

variabel independen terhadap dependen

tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang

tidak diteliti. Dalam hal ini dapat

digunakan variabel jenis industri, yang

memisahkan antara industri keuangan

dengan non keuangan. Karena dari sisi

aturan, ada ukuran tertentu yang harus

dipenuhi oleh lembaga keuangan yang

tidak diberlakukan bagi perusahaan non

Page 26: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Diversitas Gender dan Latar Belakang Pendidikan Dewan Direksi Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

117

4) keuangan khususnya berkaitan dengan

pengungkapan yang diwajibkan.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, R.B., dan Ferreira, D. 2004. Gender

Diversity In The Boardroom. ECGI

Finance Working Paper No.58.

Available at http://ssm.com/abstracth

=594506. Diakses pada tanggal 28 Juli

2010.

Bhagat,S., dan Black, B. 1999. The

Uncertain Relationship Between Board

Composition and Firm Performance.

Columbia Law School, Center for Law

and Economics Studies Working Paper

No.137. Available at

http://papers.ssrn.com/papers.taf?abstra

ct_id=11417. Diakses tanggal 28 Juli

2010

Carter, D.A., D’Souza, F., Simkins, B. J.,

dan Simpson, W.G. 2007. The

Diversity of Corporate Board

Committees and Financial

Performance. Available at

http://www.fma.org/Prague/Papers/Div

ersityofCorporateBoardCommittees.

Diakses 28 Juli 2010

Carter, D.A., Simkins, B.J., dan Simpson,

W.G. 2003. Corporate Governance,

Board Diversity, and Firm Value. The

Financial Review. No. 38:33 – 53.

Coffey, B.S., dan Jia Wang. 1998. Board

Diversity and Managerial Control as

Prediction of Corporate social

Performance. Journal of Bussiness

Ethics 17. hal 1595-1603

Davis, G.F., dan Cobbs, J.A.2009. Resource

Dependence Theory: Past and Future.

Available at www/webuser bus umich

edu/gfdavis_cobbs_09_RSO pdf, di

akses pada tanggal 20 April 2010.

Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan Program SPSS.

Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang

Goodstein, J., Gautam, K., dan Becker, W.

1994. The Effect Of Board Diversity

On Strategic Change. Stategic

Management Journal. Vol 15 hal 241-

250.

Haniffa, R., dan Cooke, T. 2000. Culture,

Corporate Governance , and Disclosure

in Malaysian Corporation, Makalah.

Disampaikan pada The Asian AAA

World Conference di Singapura 28-30

Agustus.

Hofstede. G, 1991, Cultures and

Organization: Software of the Mind.

McGraw-Hill International (UK).

Kusumastuti, S., Supatmi, dan Perdana S.

2006. Pengaruh Board Diversity

Terhadap Nilai Perusahaan dalam

Perspektif Corporate Governance.

Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol.

9 No. 2 Nopember 2007. Hal 88-98.

Marimuthu, M. 2008. Ethnic Diversity on

Boards of Directors and Its

Implications on Firm Financial

Performance. The Journal of

International Social Research. Vol.

1(4): 431-445.

McLeod, P.L., Lobel, S.A., dan Cox, Jr.,

T.H. 1996. Ethnic Diversity and

Creativity in Small Groups. Small

Groups Research Vol. 27 No.2 hal 248-

264. Avalaible at

http://deepblue.lib.umich.edu/ bitstream/

2027.42/

Page 27: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

118

68515/2/10.1177_1046496271046.pdf.

Diakses tanggal 28 Juli 2010.

McMilan-Capehart, A., dan Simerly, R.L.

2008. Effects of Managerial Racial and

gender Diversity on Organizational

Performance: An empirical Study.

International Journal Of Management.

Vol 25 No.3 Hal 446-592

Meier, S. 2005. How Global is Good

Corporate Governance. Ethical

Investment Research Services.

Available at http://www.eiris.org/files/research

publication/howglobaliscorpgov05.pdf.

Diakses pada 12 Maret 2010.

Nalikka, A. 2009. Impact of Gender

Diversity on Voluntary Disclosure in

Annual Reports. Accounting &

Taxation. Vol. 1, No. 1.

Ponnu, C.H. 2008. Academic Qualifications

of Board of Directors and Company

Performance. The Business Review

Cambridge. Vol. 10. No.1: 177-181.

Randoy, T., dan Oxelheim, L, 2001. The

Impact Of Foreign Board Membership

On Firm Value. Available at

http://www.ifn.se/wfiles/wp/WP567.pdf.

Diakses pada 12 Maret 2010.

Randoy, T., Oxellheim, L., dan Thomsen,

S. 2006. A Nordic Perspective on

Board Diversity.Nordic Inovation

Centre. Available at http: //www.

nordicinovation.net/img/anordicperspectiv

eonboard//diversity//final.web.pdf.

Diakses pada 12 Maret 2010

Richard, O.C., Bannett, T., Dwyer, S., dan

Chadwick, K. 2004. Cultural Diversity

In Management, Firm Performance,

And The Moderating Role Of

Entrepreneurial Orientation

Dimension. Academy of Management

Journal. Volume 47 No 2. hal 255-266.

Roberson, Q.M., dan Hyeon Jeong Park.

2007. Examining the Link between

diversity and Firm Performance: The

Effects of Diversity Reputation and

Leader Racial Diversity. Group &

Organization Management, vol 32

No.5 hal 548-568

Robin, S.P., and Judge. T.A. 2001.

Organizational Behaviour. Pearson

Prentice Hall.

Robinson, G., dan Dechant, K. 1997.

Building A Business Case For

Diversity. Academy of Management

Executive, vol 11, hal 21-30.

Siciliano, J.I. 1996. The Relationship Of

Board Member Diversity To

Organizational Performance. Journal

Of Bussiness Ethics 15 hal 1313-1320

Wardani, R. 2008. Pengaruh Konsentrasi

Pemilikan, Ukuran Perusahaan, dan

Mekanisme Corporate Governance

terhadap Manajemen Laba. Makalah.

Disampaikan dalam Simposium

Nasional Akuntansi ke XI di Pontianak

23-24 Juli.

Page 28: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Dampak Ekonomi Penerapan Peraturan Pemerintah (PP) No.46 Tahun 2013 Terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah

UMKM

119

DAMPAK EKONOMI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH (PP)

NO. 46 TAHUN 2013 TERHADAP USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

(UMKM)

I Nyoman Putrayasa3

Universitas Mahasaraswati Denpasar

ABSTRAK

Peraturan Pemerintah (PP) No. 46 Tahun 2013 mengatur tentang pengenaan pajak bagi

sektor UMKM. PP ini mengenakan tarif final sebsar 1% dari omset yang diperoleh perusahaan.

Keluarnya PP ini ditanggapi pro dan kontra oleh pelaku UMKM dan Pemerintah sebagai

regulator. Bagi pelaku UMKM PP ini dianggap diskriminatif karena yang dikenakan pajak

adalah omset perusahaan tanpa memandang perusahaan mengalami untung atau rugi. Selain itu

penerapan PP ini memicu terjadinya pengenaan pajak berulang karena selama ini usaha mereka

sudah dikenakan PPn dan PPh. Pemerintah berpandangan dengan PP ini pelaku UMKM akan

memperoleh keuntungan diantaranya adalah kemudahan memperoleh akses dari bank dan adanya

jaminan dari pemerintah terkait permodalan. Bagi pemerintah sendiri dengan adanya PP ini

merupakan sumber pendapatan baru yang dapat meningkatkan kas negara.

Kata kunci : PP No. 46 Tahun 2013, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

3Alamat Korespondensi : ([email protected])

I. PENDAHULUAN

Baru saja Direktorat Jenderal Pajak

(DJP) merilis aturan baru yang diperkirakan

akan mempunyai dampak yang luar biasa

bagi penerimaan pajak. Aturan tersebut

tentang pengenaan pajak sebesar 1% bagi

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) yang dirilis dalam Perturan

Pemerintah (PP) No. 46 Tahun 2013.

Meskipun petunjuk teknisnya belum

dikeluarkan oleh pemerintah, munculnya PP

ini telah banyak mengundang pro dan kontra

dikalangan pelaku UMKM. Hal yang wajar

mengingat setiap kebijakan dalam

perpajakan pada dasarnya tidak akan pernah

iklas diterima oleh masyarakat, apalagi bagi

wajib pajak ataupun calon wajib pajak

yang akan terkena dampaknya.

Menurut Martfianto, PP No. 46 Tahun

2013 mengatur tentang pengenaan pajak

bagi sektor UMKM. Beberapa peraturan

dalam PP ini membuat para pelaku UMKM

tidak bisa duduk dengan tenang. Bagaimana

tidak, sejak 1 Juli 2013 sektor UMKM akan

dikenakan pajak sebesar 1% dari omset.

Omset yang dikenakan adalah maksimum

sebesar Rp. 4,8 miliar dalam satu

tahun pajak. Hal yang tidak kecil memang

bagi pelaku UMKM. Namun, omset sebesar

itu belum tentu mencerminkan keadaan

perusahaan yang sebenarnya, apakah akan

mengalami untung atau rugi. Selain itu, PP

ini juga akan menjadikan seluruh

pelaku UMKM untuk memiliki NPWP.

Dengan begitu, seluruh aktivitas ekonomi

UMKM akan terpantau oleh DJP dan setiap

UMKM wajib menyetor sebesar 1% kepada

negara tanpa memandang untung atau rugi.

Page 29: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

120

Menurut Febriani, pembangunan

ekonomi negara tidak terlepas dari peran

pemerintah, lembaga keuangan dan pelaku

usaha yang salah satunya adalah Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

UMKM bukan merupakan pendukungdalam

perekonomian negara, tetapi cukup dominan

dalam membiayai pembangunan ekonomi

melalui pembayaran pajak. UMKM

menyumbang 57,12% dari Produk Domestik

Bruto (PDB), dan menyerap 97,3% tenaga

kerja dari total 104,54 juta tenaga kerja yang

ada di Indonesaia. Oleh karena itu,

pemerintah sebagai pembuat dan pengatur

kebijakan diharapkan dapat

memberikan iklim yang kondusif bagi dunia

usaha, sehingga lembaga keuangan baik

perbankan maupun bukan perbankan serta

pelaku usaha di lapangan mampu

memanfaatkan kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah melalui peraturan daerah dan

dapat melaksanakan kegiatan usaha dengan

lancar, sehingga dapat mendorong

percepatan pembangunan ekonomi. Oleh

karena itulah penulis tertarik untuk

membuat tulisan dengan judul “Dampak

Ekonomi Penerapan Peraturan Pemerintah

(PP) No. 46 Tahun 2013 Terhadap Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)”.

II. PEMBAHASAN

2.1 Dampak negatif penerapan PP No.

46 Tahun 2013 bagi UMKM

Penerapan PP No. 46 Tahun 2013

tentang Pajak Penghasilan dari usaha yang

diterima atau dari Wajib Pajak yang

memiliki penghasilan bruto tertentu,

menimbukan pro kontra dikalangan pelaku

UMKM. Mereka merasa keberatan terhadap

PP baru yang dikeluarkan pemerintah,

karena dianggap memberatkan mereka dari

segi keuangan. Menurut Himpunan

pengusaha Mikro dan kecil Indonesia

(dalam Republika.co.id yang diakses 16

Agustus 2013) berikut adalah dampak

negatif yang ditimbukan terkait penerapan

PP No. 46 Tahun 2013 :

1) Bersifat diskriminatif

PP No. 46 Tahun 2013 dianggap bersifat

diskriminatif dikarenakan besarnya tarif

pajak dihitung sebesar 1% (satu persen)

dari omset perusahaan. Hal ini dapat

menyebabkan meningkatnya jumlah

biaya yang harus dikeluarkan oleh pelaku

UMKM. Untuk lebih memahami

perhitungan pajak yang dikenakan dapat

diilustrasikan sebagai berikut. Pada

Tahun 2012 CV. Abdi Furniture

melakukan transaksi penjualan dengan

total penjualan diakhir tahun adalah

sebesar Rp. 3 miliar. Dengan mengikuti

aturan dari PP No. 46 Tahun 2013,

dimana omset penjualan tidak melebihi

Rp. 4,8 miliar dalam tahun pajak, maka

besarnya pajak yang harus dibayar adalah

1% dari Rp. 3 miliar yaitu Rp. 30

juta/tahun.

2) Pengenaan Pajak tidak sesuai dengan asas

keadilan.

PP No. 46 Tahun 2013 dianggap tidak

sesuai dengan asas keadilan karena

perhitungan didasarkan pada omset

perusahaan. Padahal omset perusahaan

tidak mecerminkan pendapatan riil dari

sebuah perusahaan. Ini berarti bahwa PP

ini tidak memandang perusahaan

mengalami untung atau rugi. Sebagai

ilustrasi dapat diambil kasus CV. Abadi

Furniture dimana total omset yang

diperoleh dalam setahun adalah sebesar

Rp. 3 Miliar. Dari penjualan tersebut

misalkan biaya operasional diluar pajak

dalam 1 (satu) tahun adalah sebesar

Rp.2,5 Miliar. Sehingga total keuntungan

yang diperoleh adalah :

Page 30: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Dampak Ekonomi Penerapan Peraturan Pemerintah (PP) No.46 Tahun 2013 Terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah

UMKM

121

3) Berpotensi terjadinya pengenaan pajak

berulang. Penerapan PP No. 46 Tahun

2013 dapat menimbulkan terjadinya

pajak berulang bagi pelaku UMKM.

Selain telah dipungut PPn dan PPh.

Sebagai contoh pada CV. Abdi diatas,

dari omset penjualan Rp. 3 miliar yang

diperoleh selain dikenakan pajak sebesar

1% juga dikenakan Ppn atas

pertambahan nilai dari bahan baku

menjadi barang siap pakai sebesar 10%

dan Pph baik pasal 21 maupun pasal 25

yang dikenakan dari omset setelah

dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan

perusahaan (laba bersih

perusahaan). Contoh perhitungannya

pajaknya adalah sebagai berikut :

Misalkan biaya operasional yang

dikeluarkan termasuk biaya gaji

karyawan adalah sebesar Rp. 1 miliar.

Jumlah karyawan yang dimiliki adalah

sebanyak 20 DUA puluh) orang dengan

status misalkan adalah semua karayawan

menikah dengan 2 anak.

(Contoh terlampir pada lampiran 1)

2.2 Dampak positif penerapan PP No.

46 Tahun 2013 bagi UMKM

Selain menimbukan dampak negatif

penerapan PP No. 46 Tahun 2013, juga

memiliki dampak positif antara lain :

2.2.1 Bagi pengusaha UMKM

1) Mempermudah akses memperoleh

modal pinjaman dari bank. Menurut

Bank Indonesia, hal utama yang

menyebabkan susahnya pelaku

UMKM memperoleh bantuan

pendanaan dari bank adalah memiliki

risiko yang tinggi bagi bank. Selain

itu perusahaan mereka belum

bankable yaitu belum memenuhi

syarat peminjaman kredit dibank.

Salah satu syarat yang selama ini

jarang dimiliki oleh mereka

adalah NPWP. Dengan adanya PP ini

setiap pelaku UMKM diwajibkan

memiliki NPWP sehingga akses

perbankan semakin mudah.

2) Adanya jaminan dari pemerintah

terkait permodalan, baik akses ke

bank maupun terhadap bantuan dari

pemerintah sendiri

2.2.2 Bagi pemerintah

1) Memperoleh pendapatan dari

pembayaran pajak UMKM.

III. KESIMPULAN

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun

2013 tentang Pajak Penghasilan dari usaha

yang diterima atau dari Wajib Pajak

yang memiliki penghasilan bruto tertentu,

kepada pelaku UMKM mendapat

pendangan yang berbeda dari pelaku

UMKM dan pemerintah.

Pengusaha UMKM berpandangan

bahwa penerapan Peraturan Pemerintah No.

46 Tahun 2013 akan membawa dampak

negatif bagi usaha mereka. Dengan

penerapan PP No. 46 Tahun 2013,

pemerintah dianggap diskriminatif, karena

besaran tarif pajak dihitung sebesar 1% (satu

persen) dari omset perusahaan tanpa

memandang perusahaan mengalami untung

atau rugi.. Selain itu berpotensi terjadinya

pengenaan pajak berulang dan pelaku

UMKM belum siap menerapkan PP No. 46

Tahun 2013.

Pemerintah berpandangan bahwa

penerapan Peraturan Pemerintah No. 46

Tahun 2013, akan membawa dampak positif

bagi kedua belah pihak, baik dari segi

pelaku UMKM sendiri maupun bagi

pemerintah.

Penjuala : 3.000.000.000

Total Biaya-biaya : 2.500.000.000 –

Laba Kotor 500.000.000

Pajak Final 1% : 30.000.000 –

Laba Bersih : 470.000.000

Page 31: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

122

Bagi pelaku UMKM Peraturan

Pemerintah No. 46 Tahun 2013 ini akan

mempermudah akses memperoleh pinjaman

dari bank karena kepemilikan NPWP selain

adanya jaminan kompensasi dari

pemerintah, sedangkan dari pihak

pemerintah akan memperoleh pendapatan

baru dari pembayaran pajak yang

dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiartha Ketut. 2008. Penghasilan Versi

Akuntansi, Pajak dan Ekonomi. Jurnal

Akuntansi dan BisnisVol. 3, No. 1.

Januari 2008.

Febriani. 2011. Pengaruh Pajak Terhadap

Perkembangan Usaha Mikro di

Sumatera Barat: Konsep Dan

Implikasi Kebijakan. Jurnal

Manajemen dan Kewirausahaan Vol.

2. Nomor 3, September 2011

Himpunan pengusaha Mikro, kecil dan

menegah. 2013. Tiga Alasan Mengapa

Himkindo Meminta Penundaan Pajak

UMKM. Republika Online terbit

Selasa, 16 Agustus 2013

Makasar Post diakses tanggal 16 Agustus

2013

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi

2011. Yogyakarta: Andi

Martfianto, Roy. Rabu, 10 Juli 2013. Pajak

1% untuk UMKM: Hadiah Atau

Hukuman. Yogyakarta: Sekretariat

Badan Balai Diklat Keuangan

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

2013 tentang Pajak Penghasilan dari

usaha yang diterima atau dari Wajib

Pajak yang memiliki penghasilan

bruto tertentu

www.bi.go.id. Diakses 16 Agustus 2013

www.Republika.co.id. Diakses 16 Agustus

2013

www.pajak.go.id

Page 32: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Dampak Ekonomi Penerapan Peraturan Pemerintah (PP) No.46 Tahun 2013 Terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah

UMKM

123

Lampiran 1

Penjualan : 3.000.000.000

Total Biaya-biaya : 2.500.000.000 –

Laba Kotor : 500.000.000

Pajak Final 1% : 30.000.000

(PP 46 Th. 2013)

(3.000.000.000 x 1%)

Pph Psl 21 :

Gaji : 1.000.000.000

PTKP :

- WP Pribadi : 24.300.000

- WP. Kawin : 2.025.000

- Tambahan 3

Anak

(2.025.000x3): 6.075.000+

Total PTKP 20 orang 32.400.000 x 30 648.000.000 –

PKP 352.000.000

Pajak Terutang :

5% x 50.000.000 = 2.500.000

15% x 250.000.000 = 37.500.000

25% X 52.000.000 = 13.000.000

Total Pajak terutang 53.000.000 -

Laba bersih sebelum pajak 417.000.000

PPh Psl 25 (Tarif final 28%) 116.760.000-

Laba bersih 300.240.000

Page 33: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

124

KARAKTERISTIK INDEPENDENSI SERTA KEAHLIAN AKUNTANSI DAN

KEUANGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI PEMODERASI HUBUNGAN OPINI GOING

CONCERN DENGAN PERGANTIAN AUDITOR

Luh Komang Merawati4

Universitas Mahasaraswati Denpasar

Abstrak

Komite audit sebagai mekanisme corporate governance dipercaya dapat mengurangi

kecenderungan terjadinya pergantian auditor setelah penerbitan opini going concern. Penelitian

ini dilakukan untuk menguji pengaruh moderasi karakteristik independensi serta keahlian

akuntansi dan keuangan pada hubungan opini going concern dengan pergantian auditor.

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011.

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh moderasi karakteristik independensi serta keahlian

akuntansi dan keuangan anggota komite audit adalah signifikan.Hal ini membuktikan komite

audit yang lebih independen dan menguasai keahlian akuntansi dan keuangan akan lebih efektif

dalam mengurangi implikasi terhadap terjadinya pergantian auditor setelah penerbitan opini

going concern. Kata kunci: opini going concern, komite audit, corporate governance, pergantian auditor 4Alamat Korespondensi : ([email protected])

I. PENDAHULUAN

Independensi auditor kembali

dipertanyakan sejak keruntuhan Enron dan

kebangkrutan yang menimpa perusahaan

besar seperti Worldcom yang mengungkap

skandal besar dalam praktik-praktik

akuntansi. Kasus ini menyebabkan Kongres

dan regulator menuntut kinerja komite audit

lebih efektif sebagai salah satu sarana

meningkatkan independensi auditor

eksternal. Lahirnya The Sarbanes-Oxley Act

(SOX) 2002 merupakan respon untuk lebih

meningkatkan independensi auditor serta

meningkatkan tanggungjawab dan

kewenangan komite audit dalam mengawasi

proses pelaporan keuangan. Komite audit

memiliki otoritas tertinggi dan berkewajiban

untuk memilih, mengevaluasi dan

mengganti auditor eksternal jika diperlukan.

Dalam hal ini, komite audit diberikan

mandate untuk bertanggungjawab

dalam penunjukan, kompensasi dan

pengawasan atas auditor eksternal, yang

diharapkan dapat membantu menjaga

independensi auditor eksternal itu sendiri.

Carcello dan Neal (2003) menyatakan

bahwa auditor sering kali percaya bahwa

mereka lebih mungkin diganti jika

mengeluarkan opini going concern. Studi

yang dilakukan Chow dan Rice (1982),

Mutchler (1984) dan Geiger et. al.(1996)

menemukan bahwa opini audit merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap pergantian

auditor, mungkin karena manajemen

berkeyakinan bahwa setelah auditor

dihentikan, perusahaan akan menemukan

auditor yang lebih baik atau manajemen

mungkin memberhentikan auditor

semata-mata sebagai pembalasan atas

diterbitkannya opini going concern. Lin dan

Page 34: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Karakteristik Independensi Serta Keahlian Akuntansi Keuangan Komite Audit Sebagai Pemoderasi Hubungan Opini

Going Concern Dengan Pergantian Auditor

125

Liu (2009) berpendapat bahwa jika suatu

perusahaan memiliki mekanisme corporate

governance (salah satunya adalah komite

audit) maka manajemen ataupun pemegang

saham yang memiliki kendali tidak akan

memiliki wewenang campur tangan dalam

membuat keputusan pemilihan auditor

sehingga diharapkan kecenderungan

terjadinya pergantian auditor dapat

berkurang.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji

pengaruh moderasi karakteristik

independensi serta keahlian akuntansi dan

keuangan komite audit pada hubungan opini

going concern dengan pergantian auditor.

Independensi komite audit merupakan

mekanisme utama yang dapat mengurangi

kemungkinan bahwa perusahaan akan

memberhentikan atau mengganti auditor

karena penerbitan laporan going concern.

Anggota komite audit yang memiliki

keahlian akuntansi dan keuangan sangat

diperlukan dalam perusahaan karena fungsi

utama komite audit adalah mengawasi

proses pelaporan keuangan suatu

perusahaan. Beberapa penelitian sebelumnya

membuktikan bahwa keahlian akuntansi dan

keuangan berdampak positif terhadap

efektivitas kinerja komite audit (Abbott et

al, 2004; Bedard et al, 2004; Huang dan

Thiruvadi, 2010).

II. KERANGKA TEORITIS DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menjelaskan adanya

konflik keagenan dan asimetri informasi

antara pihak prinsipal dan agen, dimana baik

pihak prinsipal dan agen berusaha

memaksimalkan kepentingannya masing-

masing. Konflik yang timbul diharapkan

dapat diatasi dengan adanya auditor

eksternal sebagai pihak ketiga independen

yang dianggap mampu menjembatani

kepentingan prinsipal dengan pihak agen

dalam mengelola keuangan perusahaan

(Setiawan, 2006). Keberadaan komite audit

sebagai salah satu aspek implementasi good

corporate governance juga memiliki

peranan penting dalam melakukan

pengawasan atas kinerja auditor eksternal. K

omite audit diharapkan dapat menjaga

independensi auditor dan mengurangi

konflik yang menjurus pada terjadinya

pergantian auditor terutama yang disebabkan

oleh penerbitan opini going concern.

Pembentukan komite audit yang aktif dan

independen diyakini akan menuntut kualitas

audit yang tinggi untuk menghindarkan

perusahaan dari timbulnya kerugian.

2.2 Pengaruh Independensi Serta

Keahlian Akuntansi dan Keuangan

Komite Audit Pada Hubungan

Opini Going Concern Dengan

Pergantian Auditor

Independensi merupakan landasan dari

efektivitas kinerja komite audit dan dinilai

berdasarkan tidak adanya keterkaitan komite

audit dengan posisi atau jabatan operasional

di perusahaan tempat komite audit tersebut

berada (Rustiarini, 2012). Carcello dan Neal

(2003) membuktikan bahwa komite audit yang

independen akan cenderung tidak memihak

manajemen dalam perselisihan dengan auditor

sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya

pergantian auditor. Hipotesis (H2) dinyatakan

sebagai berikut:

H1: Independensi komite audit berpengaruh

pada hubungan opini going concern dan

pergantian auditor

Komite audit memiliki paling tidak

satu orang anggota dengan latar belakang

pendidikan keuangan atau akuntansi dan

memiliki pengetahuan yang cukup untuk

membaca dan memahami laporan keuangan

(Peraturan IX.1.5; BRC,1999). Anggota

komite audit yang ahli akuntansi dan keuangan

akan lebih efektif mengawasi pelaporan

keuangan perusahaan dan proses audit sehingga

terjadinya pergantian auditor akibat opini going

Page 35: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

126

concern juga dapat dicegah. Hipotesis (H3)

dinyatakan sebagai berikut: H3: Keahlian akuntansi dan keuangan

komite audit berpengaruh pada

hubungan opini going concern dan

pergantian auditor

III. METODE RISET

3.1 Pemilihan Sampel dan Pengumpulan

Data

Penelitian ini menggunakan data

sekunder yang diperoleh dari ICMD dan

mengakses website www.idx.co.id. dengan

tahun pengamatan 2008-2011. Tahun 2008

digunakan sebagai dasar karena perubahan

regulasi yaitu dikeluarkannya PMK RI No.

17/PMK.01/2008. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh perusahaan manufaktur

(143 perusahaan) yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan

purposive sampling yang ditunjukkan pada

Tabel 3.1.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu:

1) Variabel independen: opini audit going

concern (GC) menggunakan variabel

dummy, jika perusahaan klien menerima

opini audit going concern pada (t-1)

maka diberikan nilai 1 dan jika menerima

opini unqualified maka diberikan nilai 0.

2) Variabel dependen: pergantian auditor

(PKAP) menggunakan variabel dummy,

jika perusahaan melakukan pergantian

KAP pada ( ) diberikan nilai 1 dan jika

tidak diberikan nilai 0.

3) Variabel moderasi karakteristik komite

audit yang terdiri atas:

Independensi (IND) yang diukur

menggunakan persentase jumlah anggota

komite audit yang independen. Keahlian

akuntansi dan keuangan (FINEXPERT)

yang diukur berdasarkan persentase

jumlah anggota komite audit yang

memiliki keahlian akuntansi dan

keuangan. Pengamatan dilakukan pada

tahun saat terjadinya pergantian auditor

( ).

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah

analisis regresi logistik dengan uji interaksi =

. (2)

Keterangan:

P (PKAP) pergantian auditor

(1=pergantian KAP,

0=tidak ada pergantian

KAP)

α konstanta

βi koefisien Regresi,

dimana

i=1,2,3,4,5,6,7,8,9

GC opini Going Concern

IND persentase jumlah

anggota komite audit

yang independen

FINEXPERT persentase anggota

komite audit yang

memiliki keahlian

akuntansi dan keuangan

GC*IND interaksi going concern

dengan independensi

GC*FINEXPERT interaksi going concern

dengan keahlian

akuntansi dan keuangan

ε error

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

Hasil statistik deksriptif pada tabel 4.1

menunjukkan nilai rata-rata untuk

perusahaan yang melakukan pergantian

auditor sebesar 0,3681 lebih kecil dari 0,50

menunjukkan bahwa pergantian auditor

dengan kode 1, yakni melakukan pergantian

Page 36: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Karakteristik Independensi Serta Keahlian Akuntansi Keuangan Komite Audit Sebagai Pemoderasi Hubungan Opini

Going Concern Dengan Pergantian Auditor

127

KAP lebih sedikit muncul dari 144 amatan.

Variabel opini going concern (GC)

menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,2847

lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa

opini going concern dengan kode 1 lebih

sedikit muncul dari 144 amatan. Nilai rata-

rata independensi (IND) sebesar 0,8217 atau

82,17% yang berarti anggota komite audit

independen telah terdiri lebih dari satu

orang. Nilai rata-rata keahlian akuntansi dan

keuangan (FINEXPERT) sebesar 0,6982

yang berarti anggota komite audit yang

memiliki keahlian akuntansi dan keuangan

lebih dari satu orang.

4.2 Analisis Regresi Logistik

Uji analisis regresi logistik dimulai

dengan menilai kelayakan model regresi

dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hasil

pengujian pada tabel 4.2 menunjukkan nilai

chi-square sebesar 3,856 dengan

signifikansi sebesar 0,870 yang nilainya

lebih besar dari 0,05. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa model mampu

memprediksi nilai observasinya dan model

layak untuk diinterpretasikan.

Penilaian keseluruhan model (overall

model fit) disajikan pada tabel 4.3. dilakukan

dengan membandingkan nilai antara -2 Log

Likelihood (-2LL) pada awal (Block

Number=0), dengan nilai -2 Log Likelihood

(-2LL) pada akhir (Block Number=1), nilai -

2LL awal adalah sebesar 189,479 dan nilai -

2LL akhir mengalami penurunan menjadi

sebesar 171,785.

Besarnya nilai koefisien determinasi

pada model regresi logistik ditunjukkan

dengan nilai nagelkerke’s R square. Pada

tabel 4.4 nilai nagelkerke’s R square adalah

sebesar 0,158 yang berarti variabilitas

variabel pergantian auditor yang dapat

dijelaskan oleh variabel opini going concern

dan variabel moderasi independensi serta

keahlian akuntansi dan keuangan komite

audit adalah sebesar 15,8 persen, sedangkan

sisanya sebesar 84,2 persen dijelaskan oleh

variabel-variabel lain di luar model

penelitian.

Tabel klasifikasi pada tabel 4.5

menunjukkan kekuatan prediksi dari model

regresi untuk memprediksi probabilitas

pergantian auditor oleh perusahaan. Secara

keseluruhan ketepatan klasifikasi adalah

sebesar 68,8 persen. Model regresi yang

baik adalah regresi dengan tidak adanya

gejala korelasi yang kuat diantara variabel

bebasnya. Pengujian multikolinearitas dalam

regresi logistik menggunakan matriks

korelasi antarvariabel bebas pada tabel 4.6

untuk melihat besarnya korelasi

antarvariabel bebas.

Hasil pengujian ditunjukkan pada

tabel 4.7 regresi logistik menghasilkan

persamaan regresi logistik adalah sebagai

berikut:

Pengujian hipotesis pertama

menunjukkan hasil yang signifikan dimana

nilai signifikansi (GC*IND) adalah (0,040)

< α (0,05) maka berarti variabel

independensi merupakan variabel moderasi

dan mendukung hipotesis pertama (H1).

Komite audit yang independen akan

memberikan suatu ketegasan bahwa opini

audit going concern yang diterbitkan oleh

auditor akan mengurangi implikasi terhadap

pergantian auditor. Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil studi Carcello dan Neal

(2003).

Pengujian hipotesis kedua

menunjukkan hasil yang signifikan dimana

nilai signifikansi (GC*FINEXPERT)

sebesar 0,048 < α (0,05) maka berarti

karakteristik keahlian akuntansi dan

keuangan komite audit merupakan variabel

moderasi dan mendukung hipotesis kedua

Page 37: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

128

(H2). Hasil ini sesuai dengan hasil studi

Robinson dan Jackson (2009) yang

menemukan bahwa keahlian akuntansi dan

keuangan berpengaruh pada kecenderungan

berkurangnya pergantian auditor.

V. Kesimpulan, Implikasi dan

Keterbatasan

Penelitian ini berhasil menemukan

pengaruh karakteristik independensi serta

keahlian akuntansi dan keuangan komite

audit adalah signifikan dan merupakan

variabel pemoderasi yang berpengaruh pada

hubungan opini going concern dengan

pergantian auditor. Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan kontribusi bagi pihak-

pihak yang berkepentingan seperti

perusahaan dan Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) dan IAI dalam merumuskan

kebijakan, peraturan, dan standar dalam

upaya untuk menyempurnakan pedoman

pelaksanaan kerja komite audit. Penelitian

ini memiliki beberapa keterbatasan, pertama

hanya menggunakan perusahaan manufaktur

dengan empat tahun pengamatan.

Peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah

tahun pengamatan untuk mendapatkan

jumlah amatan yang lebih banyak

sehingga mampu memberikan hasil

generalisasi yang lebih baik. Kedua,

penelitian ini hanya menggunakan data

profil komite audit pada laporan tahunan

yang tentunya informasi ini belum

mencerminkan kondisi sebenarnya dari

komite audit itu sendiri. Penelitian

selanjutnya dapat menggunakan sumber-

sumber informasi lain untuk memperoleh

informasi profil anggota komite audit yang

lengkap seperti misalnya data dari Ikatan

Komite Audit Indonesia (IKAI) maupun

data yang diperoleh langsung dari

perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, Lawrence J., Susan Parker, Gary F.

Peters. 2004 . Audit Committee

Characteristics and Restatements.

Auditing: A Journal of Practice and

Theory. Vol. 23, Issue 1, p. 69-87.

Bedard, Jean, Sonda Marrakchi Chtourou,

Lucie Courteau. 2004. The Effect of

Audit Committee Expertise,

Independence, and Activity on

Aggressive Earnings Management.

Auditing: a Journal of Practice and

Theory. Vol. 23, Issue 2, p. 15-37.

Blue Ribbon Committee. 1999. Report and

Recommendations of the Blue Ribbon

Committee on Improving the

Effectiveness of Corporate Audit

Committees. New York Stock

Exchange, New York

Carcello, Joseph V. dan Terry L. Neal. 2003.

Audit Committee Characteristics and

Auditor Dismissals Following New

Going Concern Reports. The

Accounting Review. Vol 78. No 1.

Januari 2003.

Chow dan Rice. 1982. Qualified Audit

Opinions and Auditor Switching. The

Accounting Review. Vol 7, No 2 April

1982.

Departemen Keuangan Republik Indonesia.

2004. Keputusan Ketua BAPEPAM

Nomor: Lampiran Kep- 29/PM/2004

Peraturan Nomor IX.I.5: Pembentukan

dan Pedoman Pelaksanaan Kerja

Komite Audit.

Geiger, Raghunandan dan Rama. 1996.

Going Concern Audit Report

Recipients Before and After SAS No

59. National Public Accountant, p.24-25.

Page 38: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Karakteristik Independensi Serta Keahlian Akuntansi Keuangan Komite Audit Sebagai Pemoderasi Hubungan Opini

Going Concern Dengan Pergantian Auditor

129

Huang, Hua-Wei, and Sheela Thiruvadi.

2010. Audit Committee

Characteristics and Corporate Fraud.

International Journal of Public

Information Systems.

www.ijpis.net/issues/no1_2010/IJPIS_

no1_2010_p5.pdf.

Lin, Z. Jun and Ming Liu. 2009. The

Determinants of Auditor Switching

from Perspective of Corporate

Governance in China. Corporate

Governance: An International Review.

Vol. 17, Issue 4, p. 476-491.

PT. Bursa Efek Indonesia. 2003-2010.

Indonesian Capital Market Directory

2003-2010. Jakarta:PT Bursa Efek

Indonesia.

Republik Indonesia. 2003. Keputusan

Menteri Keuangan Nomor

359/KMK.06/2003 Tentang Jasa

Akuntan Publik. 359/KMK.06/2003

Tentang Jasa Akuntan Publik.

_______. 2008. Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008

Tentang Jasa Akuntan Publik.

Robinson Diana R. dan Lisa A. Owens-

Jackson. 2009. Audit Committee

Characteristics and Auditor Changes.

Academy of Accounting and Financial

Studies Journal. Supplement, Vol. 13,

p. 17-132.

Rustiarini. 2012. Komite Audit dan Kualitas

Audit: Kajian Berdasarkan

Karakteristik, Kompetensi dan

Efektivitas Komite Audit. SNA XV.

Banjarmasin

Page 39: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

130

LAMPIRAN

Tabel 3.1

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Metode Purposive

No Kriteria Jumlah

1 Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dari tahun 2008-2011.

143

2 Data yang diperlukan tidak tersedia dengan lengkap (21)

3 Perusahaan tidak melakukan pergantian KAP selama periode

2008-2011

(68)

4 Perusahaan melakukan pergantian KAP yang bersifat mandatori

selama tahun 2008-2011

(18)

Jumlah perusahaan yang masuk kriteria 36

Total amatan selama periode penelitian (4 tahun) 144

Sumber: data diolah (2013)

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maksimum Mean Standar

Deviasi

PKAP 144 0,00 1,00 0,3681 0,48396

GC 144 0,00 1,00 0,2847 0,45286

IND 144 0,33 1,00 0,8217 0,20004

FINEXPERT 144 0,33 1,00 0,6982 0,20652

Sumber: data diolah (2013)

Tabel 4.2

Hosmer and Lemeshow Test

Chi-square df Sig.

3,856 8 0,870

Sumber : data diolah (2013)

Tabel 4.3

Perbedaan Nilai -2 Log Likelihood

-2LL -2LL

Step 0 189,479 Step 1 171,785

Sumber : data diolah (2013)

Page 40: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Karakteristik Independensi Serta Keahlian Akuntansi Keuangan Komite Audit Sebagai Pemoderasi Hubungan Opini

Going Concern Dengan Pergantian Auditor

131

Tabel 4.4

Nagelkerke’s R Square

-2 Log likelihood Cox & Snell

R Square

Nagelkerke R

Square

171,785 0,116 0,158

Sumber: data diolah (2013)

Tabel 4.5

Tabel Klasifikasi

Observed

Predicted

PKAP Precentage Correct

0 1

Step 1 PKAP 0 84 7 92,3

1 38 15 28,3

Overall Percentage 68,8

Sumber: data diolah (2013)

Tabel 4.6

Matriks Korelasi Constant GC IND FINEX GOVE

X

ACT GC*

IND

GC*

FINEX

GC*

GOVEX

GC*

ACT

Step 1 Constant 1,000 -0,934 0,000 0,000 0,000 0,000 -0,890 -0,624 -0,540 0,314

GC -0,934 1,000 -0,227 -0,150 -0,104 0,174 0,914 0,652 0,546 -0,521

IND 0,000 -0,227 1,000 0,087 0,196 -0,115 -0,332 -0,041 -0,050 0,077

FINEXPERT 0,000 -0,150 0,087 1,000 -0,124 0,029 -0,029 -0,477 0,032 -0,020

GC*IND -0,890 0,914 -0,332 -0,029 -0,065 0,038 1,000 0,476 0,411 -0,336

GC*FINEX -0,624 0,652 -0,041 -0,477 0,059 -0,014 0,476 1,000 0,038 -0,176

Sumber: data diolah (2013)

Tabel 4.7

Variabel dalam persamaan

B S.E Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1 GC -11,543 5,125 5,073 1 0,024 0,000

IND 0,083 1,141 0,005 1 0,942 1,086

FINEXPERT

0,080 1,100 0,005 1 0,942 1,083

GC*IND -7,076 3,437 4,239 1 0,040 0,001

GC*FINEX -4,554 2,306 3,901 1 0,048 0,011

Constant 9,959 4,387 5,154 1 0,023 2,115

Sumber: data diolah (2013)

Page 41: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

132

FAKTOR NON KEUANGAN DAN KEUANGAN DALAM UNDERPRICING

PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Ni Kadek Sinarwati5

Universitas Pendidikan Ganesha

Abstract

Underpricing is a positive difference between the stock price on the secondary market at

a price of shares on the primary market or IPO. Underpricing conditions are not favorable for

companies that go public, because the proceeds from going public is not the maximum. This

study aimed to examine the effect of non-financial factors (reputable auditors and underwriters

reputation) and financial factors (liquidity and profitability) of the Underpricing in

Manufacturing Companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2009-2012.

Sampling technique used was purposive sampling. Data obtained from ICMD and IDX

websites through non-participant observation method. Furthermore, the data were analyzed by

linear regression analysis, with the classic assumption test consisting of: normality test,

multicollinearity, heteroscedasticity test and autocorrelation test.

The results are variable does not affect the auditor's reputation underpricing, while the

underwriter variables, liquidity and profitability negatively affect underpricing. For subsequent

research suggested reexamine auditor reputation variables using different proxies such as

industry specialization.

Keywords: financial factors, non-financial factors, underpricing

5Alamat Korespondensi: ([email protected])

I. PENDAHULUAN

Bila suatu perusahaan sedang

memerlukan dana, maka ada beberapa

alternatif sumber permodalan yang dapat

dipilih. Salah satu alternatif sumber

permodalan yang dipilih perusahaan adalah

melakukan go public atau menawarkan

sahamnya ke publik. Menurut UU Pasar

Modal No. 8/1995 Pasal I angka 15 dan

keputusan Bapepam No. Kep. 43/PM/1996,

penawaran umum adalah suatu kegiatan

penawaran efek oleh emiten pada

masyarakat pemodal berdasarkan tata cara

yang diatur dalam UU Pasar Modal dan

peraturan pelaksanaannya (Z. Alwi Iskandar

2003 ;51). Ada dua alasan perusahaan

memutuskan go public (Kim et al 1993)

yakni (1) pendiri perusahaan ingin

mendiversifikasi fortopolionya dan (2)

perusahaan tidak mempunyai sumber dana

alternatif untuk membiayai program

investasinya. Persyaratan utama jika

perusahaan hendak go public adalah

menggunakan jasa penjamin

emisi/underwriter dan laporan keuangannya

Page 42: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Dalam Underpricing Perusahaan Manufaktur

133

telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik

(Keputusan Mentri Keuangan RI No.

589/KMK.01/1987). Laporan keuangan

merupakan salah salah satu sumber

informasi yang digunakan oleh investor

potensial dan underwriter untuk menilai

perusahaan yang akan go public. Agar

laporan keuangan dapat lebih dipercaya,

maka laporan keuangan harus diaudit.

Laporan keuangan yang telah diaudit akan

memberikan tingkat kepercayaan yang lebih

besar kepada pemakainya. Adanya laporan

keuangan yang dapat dipercaya tesebut akan

mengurangi terjadinya asimetri informasi.

Auditor yang berkualitas akan

menerima premium harga terhadap kualitas

pengauditan yang lebih baik (Titman dan

Trueman, 1986; Beaty , 1989). Seorang

auditor memiliki keinginan untuk menguji

dan melaporkan adanya penyimpangan

penerapan prinsip akuntansi. Auditor yang

bereputasi akan dihargai di pasaran dalam

bentuk peningkatan permintaan jasa audit.

Perusahaan yang akan melakukan IPO

(Initial Public Offering) atau Penawaran

Perdana akan memilih KAP yang memilki

reputasi yang baik. Balvers et. al. (1988)

mengungkapkan bahwa investment banker

yang memilki reputasi tinggi akan

menggunakan auditor yang mempunyai

reputasi tinggi pula. Invesment banker dan

auditor yang memiliki reputasi tinggi akan

mengurangi underpricing (Balvers et al.,

1988).

Underpricing merupakan selisih

positif antara harga saham di pasar sekunder

dengan harga saham di pasar perdana atau

saat IPO. Underpricing disebabkan oleh

asimetri informasi (Beaty, 1989). Di

Indonesia terdapat kecendrungan

Underpricing saat Initial Public Offering

(IPO) (Husnan, 1996 dalam Prihartanto,

2002 dalam Apriliani, 2006). Di beberapa

Negara berkembang di Amerika latin gejala

Underpricing terjadi dalam jangka pendek,

tetapi dalam jangka panjang kondisi

sebaliknya (Overpricing) yang terjadi

(Agarawal et al, 1993 dalam Daljono, 2000

dalam Apriliani, 2006).

Kondisi Underpricing tidak

menguntungkan bagi perusahaan yang go

public, karena dana yang diperoleh dari go

public tidak maksimum. Sebaliknya bila

terjadi Overpricing, maka investor akan

merugi karena mereka tidak menerima

return awal. Para pemilik perusahaan

menginginkan agar dapat meminimalisasi

underpricing, karena terjadinya

underpricing terjadi transfer kemakmuran

(wealth) dari pemilik kepada investor

(Beaty, 1989).

Guinness (1992 dalam Apriliani

Triani, 2006) menjelaskan terjadinya

underpricing karena adanya information

asymmetry antara perusahaan emiten dengan

penjamin emisi dan antara investor yang

memiliki informasi tentang prospek

perusahaan emiten dengan investor yang

tidak memiliki informasi prospek

perusahaan emiten. Informasi yang disajikan

dalam prospektus memberikan gambaran

perusahaan emiten yang berguna bagi

investor untuk membuat keputusan ( Firth

dan Liau – Tan, 1998 dalam Prihartanto,

2002 dalam Apriliani Triani, 2006). Dalam

prospektus selain menyajikan informasi

akuntansi juga menyajikan informasi non

akuntansi seperti underwriter, auditor

independen, konsultan hukum, nilai

penawaran saham, persentase saham yang

ditawarkan, umur perusahaan dan informasi

lainnya.

Hasil penelitian Yasa (2003)

membuktikan bahwa variabel reputasi

underwriter dan profitabilitas perusahaan

(ROA) mempengaruhi initial return.

Sedangkan tujuh variabel lainnya seperti

reputasi auditor, umur perusahaan,

persentase saham yang ditawarkan pada

publik, Finacial Leverage, Solvability Ratio,

Ukuran Perusahaan, Kepemilikan

Pemerintah, tidak terbukti mempengaruhi

Page 43: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

134

initial return. Sedangkan penelitian Chastina

Yolana dan Dwi Martini (2005)

menyimpulkan bahwa variabel reputasi

penjamin, skala perusahaan, ROE dan jenis

industri barang konsumen secara simultan

mempengaruhi Underpricing, sedangkan

secara partial, skala perusahaan, ROE, jenis

industri, dengan asumsi variabel bebas

lainnya konstan mempengaruhi

Underpricing. Sedangkan Variabel reputasi

penjamin emisi ternyata tidak terbukti

mempengaruhi Underpricing.

Dalam hubungannya dengan

penggunaan informasi keuangan yang

disediakan oleh emiten, investor dapat

mengkomunikasikan informasi keuangan

yang disediakan oleh perusahaan melalui

perhitungan dan pemahaman atas rasio-rasio

keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas,

rasio sovabilitas, dan rasio profitabilitas.

Rasio likuiditas mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendek, rasio solvabilitas mengukur

seberapa jauh perusahaan dapat memenuhi

kewajiban keuangannya ada saat menjelang

IPO, dan rasio profitabilitas mengukur

kemampuan perusahaan memperoleh laba.

Penelitian yang dilakukan

Sutraningsih (2007) dengan menggunakan

data tahun 1995-2007 di BEJ menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh positif antara

variabel likuiditas terhadap Underpricing.

Kim et al (1993) menemukan bahwa

variabel financial leverage berpengaruh

positif terhadap Underpricing. Abdullah

(2000) dengan mengambil 50 sampel

perusahaan yang listing di BEJ antara tahun

1995-2000, menunjukkan bahwa

profitabilitas mempunyai hubungan yang

negatif dengan Underpricing

Berdasarkan latar belakang di atas

maka yang menjadi pokok permasalahan

pada penelitian ini adalah apakah faktor non

keuangan (reputasi auditor dan reputasi

penjamin emisi) dan faktor keuangan

(likuiditas dan profitabilitas) mempengaruhi

terjadinya Underpricing pada perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI?

Penelitian ini bertujuan untuk menguji

apakah apakah faktor non keuangan

(reputasi auditor dan reputasi penjamin

emisi) dan faktor keuangan (likuiditas dan

profitabilitas) mempengaruhi terjadinya

underpricing pada perusahaan Manufaktur

yang terdaftar di BEI?

II KAJIAN TEORI

2.1 Reputasi Auditor

Karena adanya informasi yang tidak

simetris (asymetry information) antara

investor dan emiten, investor cendrung

memilih emiten yangaudit oleh auditor

dengan memilih auditor yang bereputasi.

Karena terbatasnya informasi yang tersedia

atas perusahaan yang melakukan go public,

maka dengan menggunakan auditor yang

kredibel dapat memberikan signal positif

bagi calon investor. Kredibilitas auditor

dikarakteristikkan sebagai satu atribut dari

diferensiasi produk audit. Hal ini dapat

diartikan bahwa kredibilitas laporan

keuangan tergantung dari persepsi kualitas

audit.

2.2 Reputasi Penjamin Emisi Menurut Kasmir (2001: 201) Penjamin

emisi (underwriter) merupakan lembaga

yang menjamin terjualnya saham atau

obligasi sampai batas waktu tertentu dan

dapat memperoleh dana yang diinginkan

emiten. Penjamin emisi ini dibagi kedalam

beberapa jenis antara lain :

1. Full committment (kesanggupan penuh)

Maksudnya penjamin emisi mengambil

seluruh risiko tidak terjualnya saham atau

obligasi pada batas waktu yang telah

ditentukan sesuai dengan harga

penawaran di pasar.

2.Best effort commitment (kesanggupan

terbaik)

Page 44: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Dalam Underpricing Perusahaan Manufaktur

135

Dalam hal ini penjamin emisi akan

berusaha sebaik mungkin untuk menjual

saham atau obligasinya. Dan apabila

tidak laku maka dikembalikan kepada

emiten. Jadi dalam hal ini tidak ada

kewajiban untuk membeli saham yang

tidak laku.

3. Standby Commitment (kesanggupan

siaga)

Apabila saham atau obligasi yang dijual

tidak laku maka penjamin emisi

bersedia membeli dengan ketentuan

biasanya harga yang dibeli dibawah dari

harga penawaran di pasar. All or None

Commitment (kesanggupan semua atau

tidak sama sekali) merupakan

kesanggupan semua atau tidak sama

sekali. Artinya jika hasil penjualan tidak

memenuhi target, maka emiten dapat

menolak atau membatalkan dengan cara

mengembalikan saham yang sudah

dibeli.

Berdasarkan fungsi dan

tanggungjawabnya penjamin emisi dapat

dibagi kedalam :

1. Penjamin emisi utama (lead

underwriter)

2. Penjamin pelaksana emisi (managing

underwriter)

3. Penjamin peserta emisi ( co underwriter)

Menurut Sunariyah (2004:116),

penjamin emisi atau underwriter adalah

pihak yang :

1).Telah mengadakan kontrak untuk

membeli efek dari emiten, pihak

pengendali yang empunyai afiliasi

dengan emiten atau penjamin emisi efek

lainnya untuk dijual dalam rangka

penawaran umum.

2). Atau telah mengadakan kontrak dengan

emiten, atau pihak pengendali yang

mempunyai afiliasi dengan emiten,

untuk menawarkan atau menjual efek

melalui suatu penawaran.

Ditinjau dari segi bobot dan

tanggungjawabnya sebagai penjamin emisi

kepada emiten, penjamin emisi dibedakan

menjadi 3 yaitu :

1). Penjamin emisi dengan kesanggupan

penuh (full commitment underwriting)

Bentuk penjamin emisi dengan

kesanggupan penuh terjadi apabila

penjamin emisi memperkirakan bahwa

penawaran sekuritas, mampu diserap

secara keseluruhan oleh pasar.

Biasanya, penjaminan dalam bentuk iini

dengan latar belakang goodwill

perusahaan dipandang sangat tinggi di

masyarakat.

2). Penjaminan emisi dengan kesanggupan

terbaik (best effort committment

underwriting)

Dalam sistem penjaminan ini, pihak

emiten dan penjamin emisi dihadapkan

pada situasi pasar yang mengharuskan

sikap konservatif, mengingat

kemungkinan daya serap masyarakat

terhadap efek tersebut sangat rendah.

3). Penjamin emisi dengan kesanggupan

siaga (stand by committment

underwrting)

Penjamin emisi ini, bertanggungjawab

untuk menawarkan dan menjual suatu

emisi efek, disamping itu menyanggupi

untuk membeli sisa efek yang tidak laku

terjual dengan suatu tingkat harga

tertentu yang sesuai dengan syarat yang

diperjanijikan.

Berbagai proksi yang digunakan untuk

menentukan reputasi penjamin emisi

diantaranya adalah jumlah porsi penjaminan,

nilai penjaminan dan the Top 10 atau the

most active broker JSX versi majalah

investor.

2.3 Penilaian Kinerja Keuangan

Kinerja merupakan sebuah konsep

yang sulit, baik definisi maupun dalam

pengukurannya (Keats dan Hitt, 1998),

karena sebagai sebuah konstruk, kinerja

bersifat multidimensi dan oleh karena itu

pengukuran dengan menggunakan dimensi

Page 45: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

136

pengukuran tunggal tidak mampu

memberikan pemahaman yang

komprehensif (Bhargava et al.,1994 dalam

Sutraningsih 2007). Penilaian perusahaan

bertujuan untuk menilai kemampuan

manajemen dalam menjalankan perusahaan.

Proksi dari kinerja perusahaan adalah

financial rasio. Terdapat beberapa financial

ratio sebagai proksi dari kinerja keuangan

yakni:

1. Likuiditas, menurut Munawir (2001: 72)

merupakan kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka

pendeknya pada saat dilikuidasi. Untuk

menghitung tingkat likuiditas salah satu

cara yang dapat digunakan adalah dengan

menghitung CR (current ratio) yaitu

pebandingan antara aktiva lancar dengan

utang lancar. Semakin tinggi tingkat rasio

ini, maka dapat dikatakan bahwa

perusahaan mempunyai kemampuan yang

lebih besar dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya.

2. Profitabilitas mengukur kemampuan

perusahaan memperoleh laba. Salah satu

cara untuk mengukur kemampuan

perusahaan memperoleh laba adalah

ROE (Return on Equity) yaitu

perbandingan antara laba bersih setelah

pajak dengan total ekuitas. Semakin

tinggi tingkat rasio ini maka dapat

dikatakan bahwa perusahaan berada

dalam kondisi yang sangat baik.

2.4 Teori Signal

Teori signal menjelaskan alasan

perusahaan menyajikan informasi kepada

publik (Wolk et al., 2001: 308). Informasi

tersebut bisa berupa laporan keuangan,

informasi kebijakan perusahaan maupun

informasi lain yang dilakukan secara

sukarela oleh manajemen perusahaan. Teori

signal mengemukakan tentang bagaimana

normatif sebuah perusahaan memberikan

signal- signal kepada pengguna laporan

keuangan. Signal dapat berupa promosi atau

informasi lainnya yang menyatakan bahwa

perusahaan tersebut lebih baik daripada

perusahaan lainnya (Machfoedz, 1999).

Laporan keuangan merupakan salah

satu alat yang digunakan manajemen untuk

menarik perhatian para pengambil

keputusan. Analisis laporan keuangan

mengidentifikasikan aspek-aspek laporan

keuangan yang relevan dalam keputusan

investasi. Kualitas keputusan investor dan

kreditur dipengaruhi oleh kualitas informasi

yang diungkapkan perusahaan dalam

laporan keuangan.

Publikasi laporan keuangan

perusahaan merupakan informasi pendukung

yang bisa memberikan informasi yang

relevan bagi pengambil keputusan. Beberapa

peneliti mengindikasikan bahwa laporan

keuangan dan variabel keuangan bermanfaat

dalam membuat keputusan (Kaplan dan

Urwitz, 1979 dalam Yasa, 2007).

Menurut Baridwan (2004 : 17) laporan

keuangan merupakan ringkasan dari

transaksi-transaksi keuangan yang terjadi

selama tahun buku yang bersangkutan.

Perusahaan yang melakukan Initial Public

Offering atau penawaran perdana

menginformasikan laporan keuangannya

melalui prospektus. Dalam prospektus selain

menyajikan informasi akuntansi juga

menyajikan informasi non akuntansi seperti

penajamin emisi, auditor independen, umur

perusahaan dan informasi lainnya yang

relevan. Pengungkapan informasi tersebut

secara sukarela untuk memberikan signal

positif kepada publik. Signal positif lainnya

yang diberikan oleh manajemen kepada

investor adalah pemakaian jasa auditor dan

penjamin emisi yang prestisius sehingga

diharapkan mampu menekan tingkat

underpricing.

2.5. Teori Keagenan Teori keagenan berhubungan dengan

permasalahan agen-pemilik dalam

pemisahan kepemilikan dan kendali suatu

Page 46: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Dalam Underpricing Perusahaan Manufaktur

137

perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976,

dalam Richard D. Morris 1987). Dalam

hubungan keagenan (agency relation)

terdapat suatu kontrak dimana satu orang

atau lebih (principal) memerintahkan agent

untuk melakukan suatu jasa atas nama

principal dan memberi wewenang kepada

agent untuk membuat keputusan yang

terbaik bagi principal. Pihak principal juga

dapat membatasi divergensi kepentingannya

dengan memberikan tingkat insentif yang

layak kepada agen dan bersedia

mengeluarkan biaya pengawasan

(monitoring cost) untuk mencegah hazard

dari agen. Untuk mengurangi biaya

keagenan dapat ditempuh beberapa

mekanisme yaitu melalui kepemilikan

saham perusahaan bagi manajer,

penggabungan sumber pendaan dari

pinjaman dan ekuitas, serta pembagian

deviden (Crutchley dan Hansen, 1989).

Teori keagenan dilandasi oleh tiga

asumsi (Eisenhardt, 1989), yaitu : asumsi

sifat manusia (human assumptions), asumsi

keorganisasian (organizational assumptions)

dan asumsi informasi (information

assumptions). Asumsi sifat manusia dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : (1) self

interest, yaitu sifat manusia untuk

mengutamakan kepentingan diri sendiri,

(2)bounded – rationality, yaitu sifat manusia

yang memiliki keterbatasan rasionalitas, dan

(3) risk aversion, yaitu sifat manusia yang

lebih memilih mengelak dari risiko. Asumsi

keorganisasian dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu : (1) konflik sebagai tujuan antar

partisipan, (2) efisiensi sebagai suatu kriteria

efektivitas, dan (3) asimetri informasi antara

pemilik dan agen. Asumsi informasi

merupakan asumsi asumsi yang menyatakan

bahwa informasi merupakan suatu

komoditas yang dapat dibeli. Teori ini akan

memecahkan masalah yang muncul dalam

hubungan keagenan (Eisenhardt, 1989).

Masalah pertama adalah masalah keagenan

yang muncul ketika (1) keinginan atau

tujuan pemilik dan agen berlawanan, dan (2)

adanya kesulitan dan mahalnya biaya bagi

pemilik untuk melakukan verifikasi apa

yang benar-benar telah dilakukan oleh agen.

Masalah yang kedua adalah pembagian

risiko yang muncul saat pemilik dan agen

mempunyai prilaku yang berbeda saat

memandang risiko.

Asumsi keorganisasian dalam teori

keagenan menyatakan bahwa terjadi asimetri

informasi antara pemilik pemilik dan agen.

Hal ini terjadi karena agen memiliki

informasi yang lebih lengkap tentang

perusahaan salah satunya adalah informasi

tentang laporan keuangan. Terjadinya

asimetri informasi ini merupakan salah satu

penyebab terjadinya underprcing (Beaty,

1989). Dalam upaya memperkecil

underpricing, maka pihak agen telah

melakukan penyebaran informasi melalui

prospektus, penggunaan auditor dan

penjamin emisi yang bereputasi sehingga

informasi menjadi simetris dan investor

dapat memiliki informasi yang lengkap

tentang perusahaan yang telah disajikan oleh

agen. Informasi lengkap mengenai aditor

independen, penjamin emisi, ukuran

perusahaan, umur perusahaan yang telah

tersaji dalam prospektus diharapkan mampu

memperkecil underpricing.

2.6. Under Pricing

Fenomena menarik yang terjadi di

penawaran perdana ke publik adalah

fenomena harga rendah (underpricing).

Fenomena harga rendah terjadi karena

penawaran perdana ke publik yang secara

rerata murah. Secara rerata membeli saham

di penawaran perdana dapat mendapatkan

return awal (initial return) yang tinggi.

Secara rerata disini maksudnya adalah tidak

semua penawaran perdana murah, tetapi

dapat juga mahal dan secara rerata masih

dapat dikatakan underpricing. Tabel berikut

ini menunjukkan murah dan mahalnya 119

Page 47: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

138

penawaran perdana (IPO) dari tahun 1999

sampai dengan 2006.

Tabel 2.1

Mahal dan Murahnya penawaran

perdana 1999 – 2006

Tahun Murah Mahal Impas

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

7x

19x

27x

18x

6x

9x

8x

11x

0x

1x

2x

0x

0x

0x

0x

0x

0x

2x

1x

2x

1x

2x

0x

0x

Total 105x 6x 8x

Sumber : Hartono, Jogiyanto (2008:33)

Keterangan : penawaran perdana yang

murah adalah yang mendapatkan return awal

positip, yang mahal yang mendapatkan

return awal negatif dan impas yang

mendapatkan return awal nol. Dari tabel 2.1

diatas terlihat bahwa dari 119 penawaran

perdana dari tahun 1999 sampai dengan

2006, sebagian besar, yaitu 105 IPO

memberikan return awal positif

(murah/underpricing) dan hanya 6 yang

memberikan return awal yang negatip

(mahal / overpricing) dan 8 IPO

memberikan return awal 0.

Return awal ( Initial return) adalah

return yang diperoleh dari aktiva di

penawaran perdana mulai dari saat di beli di

pasar perdana sampai pertama kali

didaftarkan di pasar sekunder (Jogiyanto

2008: 33). Sedangkan menurut Daljono,

SNA III, (2000;557) Initial Return adalah

keuntungan yang diperoleh oleh pemegang

saham karena perbedaan harga saham yang

dibeli di pasar perdana saat IPO dengan

harga jual saham yang bersangkutan di hari

pertama di pasar sekunder. Initial return

suatu perusahaan bisa positip, negatip dan

nol.

1. Underpricing, terjadi apabila

perusahaan memiliki initial return yang

positip

2. Overpricing, terjadi apabila perusahaan

memiliki initial return yang negatif.

3. Stabile, terjadi apabila perusahaan

memiliki intial return nol.

Studi tentang IPO secara internasional

menyatakan bahwa 9 dari 10 penelitian

menyimpulkan telah terjadi underpricing

(Aggarwal et al., 1993 dalam Yasa, Gerianta

Wirawan, 2003). Ibbotson (1975,

dalamYasa, Gerianta Wirawan, 2003)

mengemukakan bahwa dari penelitian

tentang IPO di Amerika Serikat, terdapat

rata-rata underpricing 1% dari bulan kedua

sampai keempat.

Betty dan Ritter (1986)

mengungkapkan bahwa underpricing

disebabkan oleh adanya perbedaan informasi

(asymetry informasi). Perbedaan informasi

dapat terjadi antara emiten, penjamin emisi

maupun investor. Untuk mengurangi adanya

perbedaan informasi maka perusahaan yang

go public menerbitkan prospektus.

IIII METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian

3.1.1 Variabel Dependen

Variabel dependen (Y) yaitu dalam

penelitian ini adalah Underpricing

dengan proksi Initial Return (IR)

3.1.2 Variabel independen (X) dalam

penelitian adalah faktor non keuangan

yang terdiri dari reputasi auditor dan

reputasi penjamin emisi dan faktor

keuangan yang terdiri dari likuiditas

dan profitabilitas. Definisi

operasional dari masing-masing

variabel adalah sebagai berikut :

1. Underpricing(UP)

Peneliti menggunakan Initial

Return sebagai proksi dari

Page 48: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Dalam Underpricing Perusahaan Manufaktur

139

underprcing yaitu selisih positif

antara harga saham di pasar

perdana atau saat IPO. Perusahaan

yang dijadikan sampel adalah

perusahaaan yang pada saat

melakukan IPO terjadi underpriced,

yaitu initial return yang positif (IR

> 0). Perhitungan variabel initial

return adalah: Closing price – offering price

UP = ------------------------------------- x 100% Offering price

2. Auditor (AUD)

Variabel ini merupakan variabel dummy.

Variabel ini ditentukan dengan

menggunakan skala 1 untuk auditor yang

prestigious dan 0 untuk yang tidak.

Untuk menentukan auditor yang

prestigious digunakan reputasi auditor

yang mempertimbangkan pangsa pasar

auditor di Indonesia. Di Indonesia saat ini

terdapat the big four auditor (mulai 2002

– sampai saat ini (2009)), yang terdiri

dari : KAP Purwantono, Sarwoko,

Sandjaja, KAP Osman Bing Satrio, KAP

Sidharta, Sidharta,Widjaja. Dan KAP

Haryanto Sahari. The big five auditor

(1998-2002) yaitu Prasetio Utomo & Co,

Hans Tuanakotta dan Mustofa, Hanadi

sarwoko sandjaja, Sidharta Sidharta &

Rekan, dan Hadi Sutanto.

(www.wikipedia.co.id). Jika termasuk the

big four& the big five dikategorikan 1

dan sebaliknya diluar itu dikategorikan 0.

3. Penjamin Emisi (PJE)

Penjamin emisi merupakan variabel

dummy yang diukur dengan memberikan

nilai 1 pada penjamin emisi yang

prestigious dan angka 0 yang tidak.

Peringkat underwriter tahun 2000-2004

berdasarkan jumlah lembar saham yang

ditransaksikan (JSX statistic) dan tahun

2005-2007 berdasarkan jumlah

perusahaan yang di underwriter

(www.investorindonesia.co.id).

4. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan

membayar utang lancar. Dalam penelitian

ini likuiditas dihitung dengan

menggunakan current ratio dengan

rumus: Aktiva Lanca

CR = ------------------- x 100%

Utang Lancar

5. Profitabilitas

Mengukur kemampuan perusahaan

memperoleh laba. Dalam penelitian ini

profitabilitas diukur dengan

menggunakan ROA (Return on Assets)

dengan rumus: Laba

ROA = ------------------- x 100%

Aktiva

3.2 Perumusan Hipotesis

3.2.1 Reputasi Auditor

Perusahaan yang akan melakukan IPO

akan memilih Kantor Akuntan Publik

(KAP) yang memiliki reputasi baik.

Belves et al (1988) dalam Yasa (2003)

mengungkapkan bahwa Investment

bunker (underwriter) yang memiliki

reputasi tinggi, akan menggunakan

auditor yang memiliki reputasi,

keduanya kan mengurangi

underpricing. Apakah benar bahwa

kualitas auditor mempengaruhi

keberhasilan IPO yang ditunjukkan

dengan adanya underpricing yang

kecil?. Untuk itu diajukan hipotesis

sebagai berikut

H1 : Terdapat pengaruh negatif antara

reputasi auditor dengan

underpricing.

3.2.2 Reputasi Penjamin Emisi

Page 49: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

140

Reputasi penjamin emisi dapat dipakai

sebagai sinyal untuk mengurangi

tingkat ketidakpastian yang tidak dapat

diungkapkan oleh informasi yang

terdapat dalam prospektus dan

memberi sinyal bahwa informasi privat

dari emiten mengenai prospek

perusahaan dimasa datang tidak

menyesatkan. Penelitian yang

dilakukan di Indonesia oleh Imam

Ghozali dan Mansyur (2002) Dalam

Chastina Yolana, (2005) membuktikan

bahwa reputasi penjamin emisi

signifikan mempengaruhi fenomena

underpricing dengan arah koefisien

korelasi negatif. Berarti semakin bagus

reputasi penjamin emisi maka tingkat

underpricing akan semakin kecil.

H2 : Terdapat pengaruh negatif antara

reputasi penjamin emisi dengan

underpricing.

3.2.3 Likuiditas

Sutraningsih (2007) menemukan

bahwa likuiditas dengan proksi CR

berpengaruh terhadap Underpricing.

Secara umum, semakin tinggi

likuiditas perusahaan menandakan

bahwa perusahaan dalam kondisi yang

aman dan dalam kegiatan

operasionalnya tidak tergantung pada

pinjaman jangka pendek dari pihak

ketiga.

H3: Terdapat pegaruh negatif tingkat

likuiditas terhadap Underpricing

3.2.4 Profitabilitas

Tingkat profitabilitas merupakan

informasi tingkat keuntungan yang

dicapai perusahaan. Informasi ini akan

memberikan informasi kepada pihak

luar mengenai efektifitas operasional

perusahaan. Profitabilitas perusahaan

yang tinggi akan mengurangi

ketidakpastian IPO sehingga

mengurangi tingkat Underpricing.

H4: Terdapat pengaruh negatif tingkat

Profitabilitas terhadap

Underpricing

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh perusahaan manufaktur yang

melakukan IPO di BEI pada periode tahun

2000-2007 penentuan sampel menggunakan

purposive sampling.

3.4 Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier

Berganda yakni suatu analisis yang

mengukur kekuatan hubungan antara tiga

variabel atau lebih, juga menunjukkan arah

hubungan antara variabel dependen dengan

variabel dependen (Ghozali,2006).

Adapun model regresi liner berganda

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

UP = α + β1 AUD + β2 PJE + β3 LIK+ β4 PROF ε

Keterangan :

UP = Underpricing

Α = konstanta

β1, β2, = Koefisien Regresi

AUD = Reputasi auditor

PJE = Reputasi penjamin emisi

LIK = Likuiditas

PROF = Profitabilitas

ε = Eror

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Statistik Deskriptif

Berdasarkan hasil statistik deskriptif,

dapat diketahui bahwa variabel reputasi

auditor (AUD) memiliki nilai terendah 0,00

dan nilai tertinggi 1,00. Nilai rata-rata AUD

dari keseluruhan pengamatan sebesar 0,407

dengan standar deviasi 0,496. Hal ini berarti,

tidak ada keseragaman dalam memakai

auditor yang bereputasi.

Page 50: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Dalam Underpricing Perusahaan Manufaktur

141

Variabel reputasi penjamin emisi

(PJE) memiliki nilai terendah 0,00 dan

tertinggi 1,00. Nilai rata-rata PJE adalah

0,407 dengan standar deviasi 0,496. Hal ini

berarti, tidak ada keseragaman dalam

memakai penjamin emisi yang bereputasi.

4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Hasil uji normalitas menunjukkan

bahwa nilai Asymp.Sig (p value) sebesar

0,646. Karena p value > α (0,05) maka dapat

diinterpretasikan bahwa data telah

berdistibusi normal. Hasil pengujian

heteroskedastisitas menunjukkan bahwa

dalam model regresi tidak terjadi

heteroskedastisitas karena nilai probabilitas

signifikansi semua variabel lebih besar dari

0,05. Hasil Uji multikolinieritas 4

menunjukkan bahwa semua variabel

independen memiliki nilai tolerance lebih

besar dari 10 persen dan VIF kurang dari 10,

sehingga tidak ada indikasi terjadinya

multikolinieritas. Hasil uji autokorelasi

adalah 1,38 dan 1,77. Hasil ini menunjukkan

berada di daerah bebas autokorelasi

4.2 Hasil Pengujian Hipotesis

Tabel 3.1

Hasil Analisi Regresi Berganda

Model

Unstandardized

Coefficient

t Signifik

ansi

B Standar Error

1(Konstanta) 4,372 1,429 3,059 0,011

Reputasi Auditor (AUD) -0,772 1,414 -0,546 0,072

Reputasi

Penjamin Emisi (PJE) 2,591 1,402 1,848 0,003

Likuiditas (LIK) -0,018 0,026 -0,688 0,004

Profitabilitas

(PROF) -0,265 0,114 -2,325 0,023

Tingkat signifikansi uji

statistik F 0,226

R2

0,378

Adjusted R2 0,152

Dari tabel 3.1 dapat diketahui bahwa

tidak semua variabel independen yang

diteliti berpengaruh signifikan terhadap

variabel independen. Dari ke empat variabel

independen yang dimasukkan ke dalam

model regresi, terdapat tiga variabel yang

berpengaruh signifikan pada tingkat

underpricing yaitu reputasi underwriter,

likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Hal

ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi

untuk PJE sebesar 0,003, LIK sebesar 0,004,

dan PROF sebesar 0,023, dimana ketiganya

lebih kecil dari 0,05. Sedangkan variabel

reputasi auditor (AUD) tidak memiliki

pengaruh yang signifikan pada tingkat

underpricing karena memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,072>0,05.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

Pertama (H1)

Hasil uji statistik t menunjukkan

bahwa variabel AUD (reputasi auditor) tidak

berpengaruh signifikan pada tingkat

underpricing. Hal ini dapat dilihat dari nilai

signifikansi sebesar 0,072 yang lebih besar

dari 0,05. Dengan demikian H1 yang

menyatakan reputasi auditor berpengaruh

negatif pada underpricing, tidak dapat

diterima.

Temuan ini konsisten dengan

penelitian sebelumnya di Indonesia yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu

Trisnawati (1998), Daljono (2000), Rosyati

dan Sabeni (2002), Sandhiaji (2004) dan

Gerianta (2008) bahwa reputasi auditor tidak

berpengaruh pada tingkat underpricing.

Temuan ini semakin memberikan bukti

bahwa investor tidak mempertimbangkan

reputasi auditor dalam menilai emiten yang

melakukan IPO. Runtuhnya citra akuntan

publik akibat kasus Enron yang melibatkan

KAP Arthur Andersen tampaknya membuat

Page 51: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

142

kepercayaan publik (dalam hal ini adalah

investor) atas objektifitas dan independensi

akuntan publik, bahkan yang memiliki

reputasi tinggi (KAP big 4) berkurang.

4.2.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

Kedua (H2)

Berdasarkan hasil uji statistik t

diketahui bahwa variabel PJE (reputasi

penjamin emisi) berpengaruh signifikan

pada tingkat underpricing. Hal ini dapat

dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,003

yang lebih kecil dari 0,05. Tanda pada

koefisien regresi untuk variabel reputasi

underwriter adalah positif yang artinya

bahwa semakin tinggi reputasi penjamin

emisi maka tingkat underpricing akan

semakin tinggi pula, dan sebaliknya. Hasil

ini konsiten dengan penelitian Daljono

(2000). Dengan demikian H2 yang

menyatakan reputasi penjamin emisi

berpengaruh negatif pada underpricing,

diterima.

4.2.3 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

Ketiga (H3)

Hasil uji stastistik t menunjukkan

bahwa variabel LIK (likuiditas) berpengaruh

signifikan pada tingkat underpricing. Hal ini

dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar

0,004 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan

demikian H3 yang menyatakan likuiditas

berpengaruh negatif terhadap underpricing,

dapat diterima.

Temuan ini konsisten dengan Beatty

(1989), Carter dan Manaster (1990), How et

al. (1995), Rosyati dan Sabeni (2002) dan

Sandhiaji (2005) membuktikan bahwa

likuiditas berpengaruh negatif pada

underpricing. Hasil penelitian ini

memberikan bukti bahwa bagi para investor,

likuditas dapat dijadikan patokan dalam

melihat kualitas perusahaan dan dapat

mempengaruhi keputusan investasi.

4.2.4 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

Keempat (H4)

Hasil uji statistik t menunjukkan

bahwa variabel PROF (profitabilitas

perusahaan) berpengaruh signifikan pada

underpricing. Hal ini ditunjukkan oleh nilai

signifikansi sebesar 0,023 yang lebih kecil

dari 0,05. Dengan demikian H4 yang

menyatakan profitabilitas perusahaan

berpengaruh negatif pada underpricing,

dapat diterima. Temuan ini konsisten dengan

Kim et al. (1993), Abdullah (2000),

Gerianta (2008) dan Sandhiaji (2004) yang

telah membuktikan bahwa profitabilitas

perusahaan berpengaruh signifikan (negatif)

pada underpricing.

Profitabilitas (ROA) adalah rasio yang

memberikan informasi kepada para investor

tentang seberapa besar tingkat pengembalian

modal dari perusahaan yang memiliki

kinerja baik dan menghasilkan laba.

Semakin besar nilai ROA maka tingkat

pengembalian yang diharapkan investor juga

besar. Semakin besar nilai ROA, maka

perusahaan dianggap semakin

menguntungkan oleh sebab itu investor

kemungkinan akan mencari saham ini

sehingga menyebabkan permintaan

bertambah dan harga penawaran di pasar

sekunder terdorong naik, akibatnya initial

return yang diperoleh investor menjadi

besar.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Sesuai dengan analisis data yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

reputasi auditor tidak berpenagaruh terhadap

underpricing. Reputasi penjamin emisi,

likuiditas dan profitabilitas berpengaruh

negatif terhadap underpricing. Dengan

demikian dapat disarankan kepada emiten

untuk menggunakan penjamin emisi yang

bereputasi dan memperhatikan tingkat

likuiditas dan profitabilitas untuk

mengurangi terjadinya underpricing.

Sedangkan untuk penelitian berikutnya

Page 52: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Dalam Underpricing Perusahaan Manufaktur

143

disarankan untuk menguji kembali variabel

reputasi auditor karena masih terdapat hasil

yang inkonsisten dengan menggunakan

proksi yang berbeda misalnya jumlah klien

dan spesialisasi industri.

Daftar Pustaka

Alwi Z. Iskandar. 2003. Panduan Praktis

Pasar Modal Teori dan Aplikasi.

Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.

Apriliani Triani dan Nikmah. 2006. Reputasi

Penjamin Emisi, Reputasi Auditor,

Persentase Penawaran Saham,

Ukuran Perusahaan, dan Fenomena

Underpricing : Studi Empiris Pada

Bursa efek Jakarta. Naskah

Simposium Nasional Akuntansi ke IX

Padang 23 – 26 Agustus.

Balvers, R. Mc Donald dan RE Miller, 1988.

Underpricing of New Issue and the

choice of auditor as a Signal of

Invesment Banker reputation . The

Accounting Review 63- oktober pp.

602-622.

Baridwan,Zaki. 2004. Intermediate

Accounting. Edisi Tujuh. Yogyakarta :

BPFE.

Beatty, R.P. 1989 dan Ritter, JR 1986.

Investment Banking Reputation and

The Pricing of Initial Public Offering .

Journal of Financial economics 15 (1).

Pp. 213 – 232

Chastina Yolana dan Dwi Martini. 2005.

Variabel-Variabel Yang

Mempengaruhi Underpricing Pada

Penawaran Saham Perdana di BEJ

Tahun 1994-2001. Naskah Simposium

Nasional Akuntansi ke VIII Solo 15 –

16 September.

Crutchley, C.E., dan R.S. Hansen. ”A Test

og Agency Theory of Managerial

Ownership, Corporate Leverage, and

Corporate Dividens.”Financial

Management”. Winter (1989) halaman

36-46

Daljono. 2000. Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Initial Return

Saham yang listing di Bursa Efek

Jakarta Tahun 1990-1997. Naskah

Simposium Nasional Akuntansi III,

556-572.

Eisenhardt,K.M. ”Agency Theory : An

Assesment and Review.” The

Academy of Management Review (Jan.

1089) halaman 57-74.

Ernyan dan Suad Husnan.

2002.Perbandingan Underpricing

Penerbitan saham Perdana

perusahaan keuangan dan non

keuangan di Pasar modal Indonesia :

Pengujian Hipotesis Asimetri

Informasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Indonesia Volume 17 No. 4 2002,

halaman 372-383

Firth,M. Dan Liau-Tan, CK. 1998. Auditor

Quality, Signaling, and the Valuation

of Initial Public Offering. Journal Of

Business Finance and Accounting 25.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis

Multivariat Dengan Program SPSS.

Semarang : Badan Penerbit

Universitas Diponogoro.

Hartono, Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio

dan Analisis Invesasi . Edisi

Kelima.Yogyakarta : BPFE.

Kasmir.1999. Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya. Edisi keenam. Jakarta :

PT.RajaGrafindo Persada.

Page 53: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

144

Richard D. Morris. 1987. Signaling, Agency

Theory and Accounting Policy Choice.

Accounting and Business Research.

Vol. 18. No. 69. pp. 47-56.

Rosyati dan Arifin Sabeni. 2002. Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Underpricing Saham pada

Perusahaan Go Public di Bursa Efek

Jakarta Tahun 1997-2000. Naskah

Simposium Nasional Akuntansi ke V

Semarang 5 – 6 September.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis.

Bandung : Alfabeta.

Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan

Pasar Modal. Yogyakarta : UPP

AMPN.

Wolk, H. I., M. G. Tearney dan J. L. Dodd

2001. Accounting Theory. A

Conceptual and Institutional

Approach. South-Western College

Publising, 5 th Edittion.

Yasa, Gerianta Wirawan. 2003. ”Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Underpricing ” (Tesis). Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada.

Yasa,Gerianta Wirawan. 2007. ”Manajemen

Laba Sebelum Pemeringkatan Obligasi

Perdana: Bukti Empiris Dari Pasar

Modal Indonesia” (Disertasi).

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Page 54: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

145

PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN STRUKTUR

KEPEMILIKAN TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI

Ngurah Dwipajaya Mendala

I Gede Cahyadi Putra

I Gusti Ary Suryawathy6

Universitas Mahasaraswati Denpasar

ABSTRAK

Konservatisme merupakan reaksi hati-hati (prudent reaction) menghadapi ketidakpastian

untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko yang melekat pada situasi bisnis

telah cukup dipertimbangkan (Juanda, 2007:3). Adanya pendapat yang berbeda diantara

penelitian terhadap pengungkapan prinsip konservatisme akuntansi pada perusahan yang dilihat

dari karakteristik dewan komisaris dan struktur kepemilikan menjadikan latar belakang penelitian

ini. Sehingga di kalangan para peneliti menganggap prinsip konservatisme akuntansi masih

dianggap sebagai prinsip kontroversial. Penelitian ini bertujuan menguji secara empiris pengaruh

karakteristik dewan komisaris dan struktur kepemilikan sebagai salah satu mekanisme dari

corporate governance terhadap konservatisme laporan keuangan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen, ukuran

dewan komisaris, dan struktur kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh positif terhadap

konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran akrual. Sedangkan struktur

kepemilikan institusional tidak berpengaruh positif terhadap konservatisme dalam ukuran

akrual.

Kata kunci: Konservatisme, Dewan Komisaris, Struktur Kepemilikan.

6Alamat Korespondensi : ([email protected])

I. PENDAHULUAN

Konservatisme merupakan reaksi hati-

hati (prudent reaction) dalam menghadapi

ketidakpastian atau risiko yang melekat pada

situasi bisnis. Laporan akuntansi yang

dihasilkan dengan metode yang konservatif

cenderung bias dan tidak mencerminkan

realita (Supriyanto dan Kiryanto, 2006:2).

Hal ini disebabkan karena konsep

konservatisme mengakui biaya dan rugi

lebih cepat, mengakui pendapatan dan

untung lebih lambat, menilai aktiva dengan

nilai yang terendah, dan kewajiban dengan

nilai yang tertinggi. Konservatisme

merupakan prinsip akuntansi yang jika

diterapkan akan menghasilkan angka-angka

pendapatan dan aset cenderung rendah, serta

angka-angka biaya cenderung tinggi.

Manajer mempunyai kewajiban untuk

memaksimumkan kesejahteraan para

pemegang saham, namun disisi lain manajer

juga mempunyai kepentingan untuk

memaksimumkan kesejahteraan mereka.

Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini

seringkali menimbulkan masalah yang

disebut dengan masalah keagenan (Faizal,

2004:307). Masalah keagenan antara

manajer dan pemegang saham muncul

sebagai akibat dari pemisahan fungsi

pengelolaan dan fungsi kepemilikan.

Page 55: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

146

Ketika presentase saham yang

dimiliki oleh manajemen lebih rendah dari

saham yang dimiliki oleh pemegang saham,

maka besar kemungkinan akan terjadi

masalah keagenan. Presentase kepemilikan

saham yang lebih rendah yang dimiliki

manajer dapat mendorong manajer untuk

melakukan tindakan oportunistik yang akan

menguntungkan dirinya sendiri. Hal tersebut

membuat manajer mengabaikan tugas

utamanya, yaitu menciptakan nilai bagi

pemegang saham. Oleh karena itu,

mekanisme corporate governance dapat

menjembatani masalah keagenan yang ada.

Penerapan corporate governance

dilakukan oleh seluruh pihak dalam

perusahaan dengan adanya dewan yang

mengelola dan mengawasi kinerja

perusahaan. Dalam mengelola dan

mengawasi kinerja perusahaan, dewan

direksi sebagai pengelola perusahaan

menetapkan kebijakan-kebijakan yang harus

diterapkan di dalam perusahaan seperti

kebijakan mengenai penerapan akuntansi

konservatif. Sedangkan dewan komisaris

bertugas untuk mengawasi kinerja direksi

dan manajer dalam hal kesesuaian tugas

yang dilakukan manajemen perusahaan

dengan kebijakan yang telah ditetapkan

perusahaan dan memastikan bahwa direksi

dan manajer telah benar-benar bekerja demi

kepentingan perusahaan sesuai dengan

strategi yang telah ditetapkan. Pengawasan

yang dilakukan oleh dewan komisaris

supaya lebih ketat maka dewan komisaris

dapat membentuk komite-komite seperti

komite audit, komite nominasi, maupun

komite kompensasi atau remunerasi.

Karakteristik dewan komisaris terkait

dengan proporsi komisaris independen perlu

diperhatikan supaya terdapat independensi

dalam proses pengawasan yang dilakukan

terhadap kinerja perusahaan. Dengan adanya

komisaris yang independen, pengawasan

yang dilakukan oleh dewan komisaris akan

lebih ketat sehingga akan cenderung

mensyaratkan akuntansi yang konservatif

untuk mencegah sikap oportunistik manajer.

Perusahaan juga perlu memiliki komisaris

independen yang memiliki keahlian di

bidangnya agar fungsi pengawasan dapat

berjalan dengan baik. Salah satu dari dewan

komisaris harus memiliki latar belakang

akuntansi atau keuangan.

Kepemilikan saham oleh komisaris

yang terafiliasi dapat mempengaruhi kinerja

suatu perusahaan. Apabila komisaris yang

terafiliasi bekerja dengan baik dalam

melaksanakan tugas pengawasannya, dengan

memiliki sebagian saham perusahaan akan

membuat komisaris menjalankan fungsi

pengawasannya dengan lebih ketat. Hal

tersebut dikarenakan komisaris memiliki

kepentingan finansial di dalam perusahaan

sehingga lebih mensyaratkan akuntansi yang

konservatif. Akan tetapi, apabila

kepemilikan saham oleh komisaris tersebut

justru mendorong komisaris melakukan

pengambilalihan perusahaan maka prinsip

akuntansi yang digunakan kurang

konservatif.

Ukuran dewan komisaris yang terkait

dengan jumlah anggota dewan komisaris

akan mempengaruhi mekanisme

pengawasan terhadap perusahaan. Ukuran

dewan komisaris yang lebih besar akan

menyebabkan tugas setiap anggota dewan

komisaris menjadi lebih khusus karena

terdapat komite-komite yang lebih khusus

dalam mengawasi perusahaan. Spesialisasi

yang lebih besar tersebut dapat

menunjukkan pengawasan yang lebih efektif

sehingga penerapan akuntansi yang

disyaratkan dewan komisaris lebih

konservatif. Oleh karena itu, jumlah anggota

dewan komisaris harus sesuai dengan

kebutuhan perusahaan dan kompleksitas

perusahaan supaya pengawasan yang

dilakukan lebih efektif.

Wibowo (2002) menyatakan bahwa

pilihan terhadap suatu metode akuntansi

yang terkait dengan prinsip konservatisme

Page 56: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

147

dipengaruhi juga oleh struktur kepemilikan.

Berdasarkan proporsi saham yang dimiliki,

struktur kepemilikan dikelompokkan

menjadi kepemilikan manajerial yaitu

manajer memiliki saham perusahaan atau

dengan kata lain manajer sekaligus sebagai

pemegang saham perusahaan, dan

kepemilikan institusional yaitu saham yang

dimiliki oleh pemilik institusi seperti

perusahaan asuransi, bank, perusahaan

investasi dan kepemilikan lain.

Kepemilikan institusional umumnya

bertindak sebagai pihak yang memonitor

perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan

institusional yang besar (lebih dari 5 %)

mengindikasikan kemampuannya untuk

memonitor manajemen. Semakin besar

kepemilikan institusional maka semakin

efisien pemanfaatan aktiva perusahaan.

Dengan demikian proporsi kepemilikan

institisional bertindak sebagai pencegahan

terhadap pemborosan yang dilakukan

manajemen (Faizal, 2004:309).

Sesuai yang dikemukakan Tarjo

(2002) bahwa semakin besar proporsi

kepemilikan manajemen maka manajemen

cenderung berusaha lebih giat untuk

kepentingan pemegang saham untuk

meningkatkan nilai perusahaan salah

satunya dengan menerapkan konservatisme

akuntansi. Sandra dan Kusuma (2004)

mengemukan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh positif terhadap reaksi pasar

dan mampu memoderasi interaksi income

smoothing dengan reaksi pasar.

Widyaningrum (2008) melakukan

penelitian mengenai pengaruh

kepemilikan manajerial pada perusahaan

manufaktur yang listing di BEI menemukan

hasil bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh positif terhadap konservatisme

Akuntansi.

Ahmed dan Duellman (2007:27)

menyatakan bahwa terdapat hubungan

antara praktek akuntansi yang konservatis

dengan dengan karakteristik board of

directors. Secara spesifik penelitian mereka

menyimpulkan adanya hubungan yang

negatif antara persentase inside directors

dalam dewan dengan konservatisme dan

hubungan yang positif antara persentase

kepemilikan perusahaan oleh outside

directors dengan konservatisme. Persentase

inside directors berhubungan negatif dengan

konservatisme karena inside directors

berhubungan dengan pengelolaan dan

manajemen perusahaan sehingga mendorong

mereka untuk menguntungkan dirinya

sendiri. Hubungan persentase kepemilikan

oleh outside directors dengan konservatisme

dalam penelitian tersebut dapat mendorong

pengawasan yang lebih kuat karena outside

directors memiliki saham di perusahaan

sehingga merasa menjadi bagian dari

perusahaan dan akan melakukan

pengawasan dengan lebih baik untuk

kebaikan dan kemajuan perusahaan. Secara

keseluruhan penelitian ini menegaskan

adanya bukti yang konsisten terhadap

pendapat yang menyatakan bahwa

konservatisme dalam akuntansi akan

membantu komisaris untuk mengurangi

biaya agensi dalam perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka

penelitian ini menguji pengaruh karakteristik

dewan komisaris dan struktur kepemilikan

pada tingkat konservatisme akuntansi.

Variabel karakteristik dewan komisaris yang

digunakan dalam penelitian ini berkaitan

dengan proporsi komisaris independen, dan

ukuran dewan komisaris. Struktur

kepemilikan dilihat dari kepemilikan

manajerial dan kepemilikan institusional.

Pengukuran konservatisme dengan ukuran

akrual mengacu pada penelitian yang

dilakukan oleh Sari (2005), Dewi (2004),

dan Almilia (2004).

Page 57: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

148

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Jensen dan Meckling (1976)

teori keagenan dinyatakan sebagai suatu

kontrak antara pemilik (principals) dengan

agen (agent) untuk melakukan pekerjaan

atas nama pemilik (principals) dengan

mendelegasikan kekuasaan kepada agen

untuk pengambilan keputusan. Masalah

keagenan akan muncul karena adanya

perbedaan kepentingan antara principals

dengan agents. Principals sebagai pemilik

perusahaan lebih mementingkan return

yang diperoleh atas investasi yang

dilakukan dalam perusahaan; sedangkan

agents akan lebih mementingkan insentif

atau bonus yang akan diperoleh atas

kinerja yang dilakukan. Salah satu cara

untuk meminimalisir masalah keagenan

adalah melalui mekanisme monitoring yang

bertujuan untuk menyelaraskan kepentingan

antara principals dan agents. Mekanisme

monitoring yang dapat dilakukan dalam

pengelolaan perusahaan (corporate

governance mechanism) meliputi: (a)

memperbesar kepemilikan saham

perusahaan oleh manajemen (managerial

ownership), (b) kepemilikan saham oleh

investor institusional (instititutional

ownership); (c) melalui peran monitoring

oleh dewan direksi (board of directors).

Konservatisme Akuntansi

Konservatisme merupakan prinsip

yang paling mempengaruhi penilaian dalam

akuntansi (Sterling, 1970) yang merupakan

reaksi hati-hati (prudent reaction)

menghadapi ketidakpastian untuk mencoba

memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko

yang melekat pada situasi bisnis telah cukup

dipertimbangkan (Juanda, 2007:3).

Akuntansi konservatif yaitu merupakan

sikap yang diambil oleh akuntan dalam

menghadapi dua atau lebih alternatif dalam

penyusunan laporan keuangan. Apabila

lebih dari satu alternatif tersedia maka sikap

konservatif ini cenderung memilih alternatif

yang tidak akan membuat aktiva dan

pendapatan terlalu besar (Baridwan,

2002:14). Wolk et al. (2001:144)

mendefinisikan konservatisme akuntansi

sebagai usaha untuk memilih metoda

akuntansi berterima umum yang (a)

memperlambat pengakuan revenues, (b)

mempercepat pengakuan expenses, (c)

merendahkan penilaian aktiva, dan (d)

meninggikan penilaian utang. Secara

tradisional, konservatisme dalam akuntansi

dapat diterjemahkan melalui pernyataan

“tidak mengantisipasi keuntungan, tetapi

mengantisipasi semua kerugian” (Watts,

2003a). Konservatisme dalam akuntansi ini

mengimplikasikan adanya persyaratan

verifikasi yang asimetris antara pengakuan

laba dan rugi. Semakin tinggi tingkat

perbedaan dalam verifikasi yang disyaratkan

untuk pengakuan laba versus pengakuan

rugi, maka semakin tinggi tingkat

konservatisme akuntansinya (Watts, 2003).

Pengaruh Proporsi Komisaris

Independen terhadap Konservatisme

Akuntansi

Salah satu fungsi utama dari komisaris

independen adalah untuk menjalankan

fungsi monitoring yang bersifat independen

terhadap kinerja manajemen perusahaan.

Keberadaan komisaris independen dapat

menyeimbangkan kekuatan pihak

manajemen (terutama CEO) dalam

pengelolaan perusahaan melalui fungsi

monitoringnya (Wardhani, 2008). Penelitian

Wardhani (2008) menyatakan bahwa

semakin besar proporsi komisaris

independen terhadap total jumlah komisaris

maka semakin tinggi pula tingkat

konservatisme akuntansi yang diukur

dengan ukuran pasar.

Board of directors yang didominasi

oleh komisaris independen akan

Page 58: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

149

mensyaratkan informasi yang lebih

berkualitas sehingga mereka akan cenderung

untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi

yang lebih konservatif (Ahmed dan

Duellman, 2007). Dalam artian semakin

banyak proporsi komisaris independen

dalam suatu perusahaan akan menunjukkan

dewan komisaris yang kuat maka semakin

tinggi pula tingkat konservatisme yang

diinginkan karena adanya persyaratan

informasi keuangan yang lebih berkualitas.

Berdasarkan uraian di atas, maka

hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

H1:Proporsi komisaris independen

berpengaruh positif pada tingkat

konservatisme akuntansi.

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris

terhadap Konservatisme Akuntansi Ukuran dewan komisaris merupakan

elemen penting dari karakteristik dewan

komisaris yang mempengaruhi tingkat

konservatisme akuntansi. Penelitian Lara, et

al (2005) menunjukkan bahwa perusahaan

yang memiliki dewan yang kuat

mensyaratkan tingkat konservatisme yang

lebih tinggi daripada perusahaan dengan

dewan yang lemah. Ukuran dewan komisaris

yang tidak seimbang dengan ukuran dewan

direksi akan menyebabkan komisaris

mengalami kesulitan dalam berdiskusi

dengan dewan direksi dan mengawasi

kinerja perusahaan.

Menurut Klein dalam Ahmed dan

Duellman (2007) ukuran dewan komisaris

yang lebih besar akan menyebabkan tugas

setiap anggota dewan komisaris menjadi

lebih khusus karena terdapat komite-komite

yang lebih khusus dalam mengawasi

perusahaan. Spesialisasi yang lebih besar

tersebut dapat menunjukkan pengawasan

yang lebih efektif. Oleh sebab itu,

diperlukan jumlah anggota dewan komisaris

yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan

perusahaan supaya proses monitoring lebih

efektif. Sehingga semakin besar ukuran

dewan komisaris maka semakin besar

kekuatan dari dewan komisaris dalam

melakukan pengawasan sehingga

penggunaan akuntansi yang konservatif akan

semakin tinggi pula.

Berdasarkan uraian di atas, maka

hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh

positif pada tingkat konservatisme

akuntansi.

Pengaruh Struktur Kepemilikan

Manajerial terhadap Konservatisme

Akuntansi.

Jensen dan Meckling (1976)

menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh

manajemen akan menurunkan permasalahan

agensi karena semakin banyak saham yang

dimiliki oleh manajemen maka semakin kuat

motivasi mereka untuk bekerja dalam

meningkatkan nilai saham perusahaan.

Penelitian Wu (2006) menyimpulkan

bahwa perusahaan yang memiliki persentase

kepemilikan manajerial yang lebih tinggi

menunjukkan pola yang lebih konservatif

dalam pelaporan pendapatannya. Hal ini

menunjukkan bukti bahwa ada hubungan

yang positif antara kepemilikan manajerial

dengan tingkat konservatisme dalam

perusahaan. Hasil penelitian

Widyaningrum (2008) menunjukkan

bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh

positif terhadap konservatisme akuntansi.

Berdasarkan uraian di atas, maka

hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

H3: Struktur kepemilikan manajerial

berpengaruh positif pada tingkat

konservatisme akuntansi.

Pengaruh Struktur Kepemilikan

Institusional Terhadap Konservatisme

Akuntansi.

Kepemilikan institusional umumnya

bertindak sebagai pihak yang memonitor

perusahaan. Dengan adanya kepemilikan

Page 59: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

150

institusional yang tinggi maka pemegang

saham institusional ini dapat menggantikan

atau memperkuat fungsi monitoring dari

dewan dalam perusahaan (Ahmed dan

Duellman, 2007) sehingga kepentingan para

pemegang saham dapat terlindungi dan

secara tidak langsung dapat menuntut

adanya informasi yang transparan dari

pihak manajemen perusahaan. Semakin

besar kepemilikan institusional ini, maka

semakin besar pula monitoring yang

dilakukan terhadap pihak manajemen

perusahaan dan semakin besar pula tuntutan

akan adanya informasi yang transparan.

Oleh karena itu, dengan adanya investor

institusional ini, maka dapat mendorong

pihak manajemen perusahaan menerapkan

prinsip akuntansi yang konservatis.

Berdasarkan uraian di atas, maka

hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

H4: Struktur kepemilikan institusional

berpengaruh positif pada tingkat

konservatisme akuntansi.

III. METODE PENELITIAN

Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2009-2011. Sampel dalam penelitian

ini diperoleh dengan metode purposive

sampling dengan kriteria sebagai berikut:

1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI berturut-turut dari tahun 2009-

2012.

2) Perusahaan yang melaporkan laporan

keuangan berturut-turut dari tahun 2009-

2012 dan menyajikannya dalam mata

uang Rupiah.

3) Perusahaan yang memiliki data

komposisi komisaris independen.

4) Memiliki nilai ekuitas yang positif.

Definisi Operasional Variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah tingkat konservatisme akuntansi.

Konservatisme akuntansi merupakan reaksi

kehati-hatian akuntan di dalam menghadapi

ketidakpastian untuk mencoba memastikan

bahwa ketidakpastian dan risiko yang

melekat pada situasi bisnis telah cukup

dipertimbangkan (Juanda, 2007:3).

Konservatisme diukur dengan dengan

melihat kencederungan dari akumulasi

akrual selama beberapa tahun (Givoly dan

Hayn, 2002). Akrual yang dimaksud adalah

perbedaan antara laba bersih sebelum

depresiasi atau amortisasi dengan arus kas

kegiatan operasi. Apabila terjadi akrual

negatif (laba bersih lebih kecil daripada arus

kas kegiatan operasi) yang konsisten selama

beberapa tahun, maka merupakan indikasi

diterapkannya konservatisme. Semakin

besar akrual negatif yang diperoleh maka

semakin konservatif akuntansi yang

diterapkan.

Rumus dari proksi konservatisme ini

adalah sebagai

berikut. ititit CFONICONACC ………..

……(1) Keterangan:

CONACCit : tingkat konservatisme

NIit : net income sebelum

extraordinary item

ditambah depresiasi dan

amortisasi.

CFit : cash flow dari kegiatan

operasional.

Hasil perhitungan CONACC di atas dibagi

dengan total aktiva kemudian dikalikan

dengan -1, sehingga semakin besar

konservatisme ditunjukkan dengan semakin

besarnya nilai CONACC (Wardhani, 2007)

Variabel independen dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Proporsi Dewan Komisaris Independen

(KIND)

Dewan komisaris independen merupakan

sesorang yang duduk dalam dewan

Page 60: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

151

komisaris yang tidak terafiliasi dengan

pemegang saham pengendali, anggota

direksi dan dewan komisaris lain. Dalam

penelitian ini variabel dewan komisaris

independen dengan membandingkan

jumlah anggota komisaris independen

dengan seluruh jumlah komisaris pada

perusahaan tersebut (Wardhani, 2007).

b. Ukuran Dewan Komisaris

(DKOM)

Dewan komisaris adalah sebuah dewan

yang bertugas untuk melakukan

pengawasan dan memberikan nasehat

kepada direktur Perusahaan terbatas.

Variabel ini diukur dari jumlah seluruh

komisaris yang terdapat dalam

perusahaan.

c. Struktur Kepemilikan Manajerial (SKM )

Kepemilikan manajerial adalah proporsi

kepemilikan saham yang dimiliki

manajemen, termasuk direktur dan dewan

komisaris. Variabel ini diukur dengan

skala nominal, yaitu hanya dibedakan

antara perusahaan dengan kepemilikan

manajerial atau tanpa kepemilikan

manajerial. Bila ada kepemilikan

manajerial diberi nilai “1” (satu) jika

tidak diberi nilai “0” (nol)

d. Struktur Kepemilikan Institusional

(SKI )

Kepemilikan institusional merupakan

kepemilikan saham oleh pemerintah,

institusi keuangan, institusi berbadab

hukum, institusi luar negeri, dana

perwalian serta institusi lainnya pada

akhir tahun. Variabel struktur

kepemilikan institusional diukur dengan

persentase jumlah saham yang dimiliki

oleh pihak institusional dibandingkan

dengan jumlah saham dalam satuan

persentase.

Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis

dengan mengunakan analisis statistik

deskriptif untuk memberikan gambaran

umum mengenai karakterisktik data yang

dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-

rata dan standar deviasi. Hipotesis diuji

dengan menggunakan analisis regresi linear

berganda. Analisis regresi linier berganda

digunakan untuk mengetahui atau

memperoleh gambaran mengenai pengaruh

variabel independen pada variabel dependen

dan bertujuan untuk mengestimasi dan atau

memprediksi rata-rata populasi atau nilai

rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai

variabel independen yang diketahui

(Ghozali, 2012:81). Sebelum pengujian

hipotesis dilakukan uji asumsi klasik yang

meliputi uji normalitas, multikolinearitas,

heterokedastisitas dan autokorelasi.

Ketepatan dari fungsi regresi dalam

menaksir nilai aktual dapat diukur dari

goodness of fitnya. Secara statistik diukur

dari nilai koefisien determinasi (Adjusted

R2), uji F (uji kelayakan model), dan uji t

(uji secara parsial) (Ghozali, 2012:83).

Persamaan garis regresi linear berganda

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

CONACC=α+β1KIND+β2DKOM+β3SKM+β4SKI+

Keterangan:

CONACC = tingkat konservatisme

akuntansi

α = konstanta

β1, β2, , β3, β4 , = koefisien regresi

KIND = proporsi komisaris

independen

DKOM = ukuran dewan komisaris

SKM = struktur kepemilikan

manajerial

SKI = struktur kepemilikan

institusional

= error

IV. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Berdasarkan kriteria penentuan sampel

yang telah ditetapkan, maka diperoleh 60

perusahaan manufaktur selama empat tahun

Page 61: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

152

yakni dari tahun 2009 -2012 dengan

total observasi 240.

Berdasarkan hasil analisis statistik

deskriptif (Tabel 2), maka gambaran tentang

distribusi data adalah sebagai berikut:

Variabel komisaris independen

(KIND) memiliki nilai minimum 0,04 dan

nilai maksimum 0,75 dengan rata-rata

sebesar 0,3853 dan standar deviasi

0,11914. Hasil analisis ini dari

keseluruhan observasi yang dilakukan

terhadap sampel yang ada, didapatkan nilai

proporsi anggota dewan komisaris

independen (KIND) yang terkecil adalah

sebesar 4 persen atau hanya sebanyak 1

anggota dari 25 anggota yang independen

dan proporsi anggota dewan komisaris

terbesar adalah sebanyak 75 persen.

Variabel ukuran dewan komisaris

(DKOM) memiliki nilai minimum 2,00 dan

nilai maksimum 11,00 dengan rata-rata

sebesar 4,1833 dan standar deviasi 1,87019.

Hal ini berarti jumlah dewan komisaris

yang dimiliki oleh perusahaan paling kecil

adalah 2 dan dewan komisaris yang

dimiliki oleh perusahaan paling besar

adalah 11.

Variabel kepemilikan manajerial

(SKM) memiliki nilai minimum 0,00 dan

nilai maksimum 1,00 dengan rata-rata

sebesar 0,1500 dan standar deviasi 0,35782.

Ini berarti nilai terkecilnya adalah 0

persen dan nilai terbesarnya adalah 1

persen dengan rata-rata sebesar 0,15 persen.

Hal ini menunjukkan bahwa pada

perusahaan sampel, saham yang dimiliki

oleh pihak manajemen perusahaan paling

sedikit adalah 0 persen atau pihak

manajemen tidak memiliki saham

perusahaan dan saham yang dimiliki pihak

manajemen perusahaan paling besar adalah

1 persen.

Variabel kepemilikan institusional

(SKI) memiliki nilai minimum 25 dan nilai

maksimum 97,97 dengan rata-rata sebesar

71,7943 dan standar deviasi 17.,3635. Ini

berarti bahwa nilai terkecilnya adalah 25

persen dan nilai terbesarnya adalah 97,97

persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada

perusahaan sampel, saham yang dimiliki

oleh pihak institusi paling banyak adalah

97,97 persen dan saham yang dimiliki oleh

pihak institusi paling kecil adalah 25 persen.

Hasil uji asumsi klasik yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk

mengetahui apakah data yang diambil

adalah data yang terdistribusi normal

karena suatu model regresi yang baik

adalah dimana semua datanya

berdistribusi normal atau mendekati

normal. Uji Statistik yang digunakan

untuk menguji apakah residual

berdistribusi normal adalah uji statistic

non-parametric Kolmogorov-Smirnov.

Berdasarkan hasil uji normalitas (Tabel

3) maka diperoleh nilai Kolmogorov-

Smirnov Z sebesar 1,559 dan Asymp.

Sig. sebesar 0,016. Karena nilai

Asymp.Sig lebih kecil dari (0,05),

maka residual data tidak terdistribusi

dengan normal sehingga perlu

dilakukan uji outlier. Berdasarkan hasil

uji normalitas setelah outlier (Tabel 4)

diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z

sebesar 0,761 dan Asymp. Sig. sebesar

0,609. Karena nilai Asymp.Sig lebih

besar dari (0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa residual data telah

terdistribusi normal.

2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variable bebas

(independen). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variable independen. Multikolinearitas

dapat dilihat dari nilai tolerance serta

lawannya dan Variance Inflation Factor

(VIF).

Page 62: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

153

Nilai cutoff yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinearitas

adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama

dengan nilai VIF ≥10. Berdasarkan hasil

pengujian multikolinearitas

menunjukkan bahwa semua nilai VIF

dari variabel independen memiliki nilai

yang lebih kecil dari 10 dan nilai

Tolerance yang lebih besar dari 0,1.

Hasil pengujian model regresi untuk

ukuran akrual tersebut menunjukkan

tidak adanya gejala multikolinearitas

dalam model regresi. Hal ini berarti

bahwa semua variabel independen

tersebut layak digunakan sebagai

prediktor.

3) Uji Autokorelasi.

Uji autokorelasi bertujuan menguji

bertujuan menguji apakah dalam model

regerasi linear ada korelasi antara

kesalahan penggangu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada

periode t-1 (sebelumnya). Untuk melihat

uji autokorelasi maka dapat dilakukan Uji

Durbin-Watson ( DW test). Berdasarkan

hasil pengujian diperoleh nilai DW

sebesar 1,926. Nilai ini akan

dibandingkan dengan nilai tabel dengan

menggunakan nilai signifikan 5 persen

jumlah sampel 218 (n) dan jumlah

variabel independen 4 (k=4) maka di

peroleh nilai du 1,813. Ini berarti nilai

(DW) 1,926 lebih besar dari batas atas

(du) 1,813 dan kurang dari 4 – 1,813 ( 4

– du), atau 1,813<1,926<2,187. Maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada

autokorelasi positif atau negatif atau

terdapat autokorelasi.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan kepengamatan

yang lain. Model regresi yang baik adalah

yang homoskesdatisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil uji

Glejser (Tabel 4) menunjukkan bahwa

tidak satu pun variabel independen yang

signifikan secara statistik mempengaruhi

variabel dependen nilai Absolut Ut

(AbsUt). Hal ini dapat dilihat dari

probabilitas signifikansinya di atas tingkat

kepercayaan 5 persen. Jadi dapat di

simpulkan model regresi tidak

mengandung adanya heteroskedastisitas.

Berdasarkan hasil analisa di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel

bebas yang digunakan untuk mengukur

variabel terikat dalam penelitian ini telah

memenuhi kriteria uji asumsi klasik.

Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit

Test)

1) Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi (Adjusted R2)

digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel dependen.

Besarnya nilai Adjusted R2 adalah 0,10.

Ini berarti bahwa variabilitas variabel

dependen yang dapat dijelaskan oleh

variabilitas variabel independen

sebesar 10 persen. Sedangkan sisanya

90 persen dijelaskan oleh variabel

lainnya yang tidak dimasukkan dalam

model regresi.

2) Uji F

Uji F digunakan untuk melihat apakah

semua variabel independen yang

dimasukan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen.

Nilai Fhitung sebesar 7,054 dengan tingkat

signifikansi 0,000. Karena nilai

signifikansi lebih kecil dari (0,05),

maka model regresi dapat digunakan

untuk memprediksi konservatisme

(CONACC) atau dapat dikatakan bahwa

proporsi komisaris independen (KIND),

ukuran dewan komisaris (DKOM),

struktur kepemilikan manajerial (SKM),

dan struktur kepemilikan institusional

Page 63: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

154

(SKI) secara bersama-sama berpengaruh

terhadap konservatisme akuntansi

(CONACC).

3) Uji t

Uji t ini bertujuan untuk mengetahui ada

atau tidaknya pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen

secara parsial. Pengujian ini dilakukan

dengan membandingkan nilai

signifikansi t yang ditunjukkan oleh Sig

dari t. Berdasarkan Tabel 5

menunjukkan bahwa nilai signifikansi t

dari variabel proporsi komisaris

independen (KIND) sebesar 0,10;

variabel ukuran dewan komisaris

(DKOM) sebesar 0,003; dan variabel

struktur kepemilikan manajerial (SKM)

sebesar 0,20 lebih kecil dari (0,05).

Ini berarti bahwa variabel komisaris

independen, ukuran dewan komisaris

dan struktur kepemilikan manajerial

secara individual berpengaruh terhadap

konservatisme akuntansi. Sedangkan

variabel struktur kepemilikan

institusional (SKI) tidak berpengaruh

secara individual terhadap

konservatisme akuntansi karena nilai

Sig.t yang diperoleh yaitu 0,104 yang

lebih besar dari (0,05).

Analisis Regresi Linear Berganda

Persamaan garis regresi linear

berganda sebagai berikut:

CONACC = 0,015 + 0,345KIND + 0,024DKOM +

0,082SKM + 0,001SKI

Persamaan ini dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1) Konstanta sebesar 0,015 artinya bahwa

jika variabel independen sama dengan

nol, maka konservatisme akuntansi

(CONACC) menunjukkan nilai sebesar

0,015.

2) Koefisien regresi proporsi komisaris

independen adalah sebesar 0,345 yang

berarti bahwa setiap peningkatan proporsi

komisaris independen sebesar satu satuan

akan meningkatkan konservatisme

akuntansi sebesar 0,345 dengan asumsi

variabel lain konstan.

3) Koefisien regresi ukuran dewan

komisaris adalah sebesar 0,024 yang

berarti bahwa setiap peningkatan ukuran

dewan komisaris sebesar satu satuan akan

meningkatkan konservatisme akuntansi

sebesar 0,024 dengan asumsi variabel

lain konstan.

4) Koefisien regresi kepemilikan manajerial

adalah sebesar 0,082 yang berarti bahwa

setiap peningkatan kepemilikan

manajerial sebesar satu satuan akan

meningkatkan konservatisme akuntansi

sebesar 0,082 dengan asumsi variabel

lain konstan.

5) Koefisien regresi kepemilikan

institusional adalah sebesar 0,001 yang

berarti bahwa setiap peningkatan

kepemilikan institusional sebesar satu

satuan akan meningkatkan konservatisme

akuntansi sebesar 0,001 dengan asumsi

variabel lain konstan, namun secara

statistik tidak signifikan.

PEMBAHASAN

Pengaruh Proporsi Komisaris

Independen terhadap Konservatisme

Akuntansi.

Variabel Proporsi Komisaris

Independen (KIND) memiliki nilai t

hitung sebesar 2,589 dan nilai sig sebesar

0,010. Nilai sig sebesar 0,010 < α (0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa variabel

proporsi komisaris independen (KIND)

berpengaruh pada level 5% sehingga

penelitian ini dapat menolak H0 atau Ha

diterima yang berarti bahwa variabel proporsi

komisaris independen (KIND)

berpengaruh terhadap konservatisme

akuntansi. Dengan demikinan, hipotesis

pertama yang menyatakan “proporsi

komisaris independen berpengaruh terhadap

Page 64: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

155

tingkat konservatisme akuntansi” diterima.

Boediono (2005:178) menyatakan

bahwa komposisi dewan komisaris

merupakan jumlah keanggotaan yang

berasal dari luar perusahaan (outside

directors) terhadap keseluruhan jumlah

anggota dewan. Dengan adanya komisaris

yang independen, pengawasan yang

dilakukan oleh dewan komisaris akan lebih

ketat sehingga akan cenderung

mensyaratkan akuntansi yang konservatif

untuk mencegah sikap oportunistik manajer.

Wardhani (2008:8) menyatakan salah satu

fungsi utama dari komisaris independen

adalah untuk menjalankan fungsi monitoring

yang bersifat independen terhadap kinerja

manajemen perusahaan. Keberadaan

komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan

pihak manajemen (terutama CEO) dalam

pengelolaan perusahaan melalui fungsi

monitoringnya. Dalam menjalankan

fungsinya, komisaris independen akan

sangat membutuhkan informasi yang akurat

dan berkualitas. Konservatisme merupakan

alat yang sangat berguna bagi board of

directors (terutama komisaris independen)

dalam menjalankan fungsi mereka sebagai

pengambil keputusan dan pihak yang

memonitor manajemen. Board of directors

yang kuat (board of directors yang

didominasi oleh komisaris independen) akan

mensyaratkan informasi yang lebih

berkualitas sehingga mereka akan cenderung

untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi

yang lebih konservatif.

Hal ini sesuai dengan penelitian

Ahmed dan Duellman (2007) yang

menyatakan outside directors berhubungan

positif dengan konservatisme akuntansi.

Semakin besar proporsi dewan komisaris

independen dalam suatu perusahaan maka

monitoring terhadap manajemen perusahaan

tersebut akan semakin intensif dan efektif,

yang akan berdampak pada tingkat

konservatisme akuntansi yang semakin

tinggi. Dengan kata lain semakin banyak

proporsi komisaris independen dalam suatu

perusahaan akan menunjukkan dewan

komisaris yang kuat maka semakin tinggi

pula tingkat konservatisme yang diinginkan

karena adanya persyaratan informasi

keuangan yang lebih berkualitas

Namun hasil penelitian ini

bertentangan dengan penelitian Wardhani

(2008) yang tidak dapat membuktikan

pengaruh dari independensi dewan

komisaris terhadap konservatisme akuntansi

yang diukur dengan ukuran akrual.

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris

terhadap Konservatisme Akuntansi Variabel ukuran dewan komisaris

(DKOM) memiliki nilai t hitung sebesar

3,009 dan nilai sig sebesar 0,003. Nilai sig

sebesar 0,003 < α (0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa variabel ukuran

komisaris (DKOM) berpengaruh pada

level 5% sehingga penelitian ini dapat

menolak H0 atau Ha diterima yang berarti

bahwa variabel ukuran dewan komisaris

berpengaruh terhadap konservatisme

akuntansi. Dengan demikinan, hipotesis

kedua yang menyatakan “ukuran dewan

komisaris berpengaruh terhadap tingkat

konservatisme Akuntansi” diterima.

Ukuran dewan komisaris yang terkait

dengan jumlah anggota dewan komisaris

akan mempengaruhi mekanisme

pengawasan terhadap perusahaan. Ukuran

dewan komisaris yang lebih besar akan

menyebabkan tugas setiap anggota dewan

komisaris menjadi lebih khusus karena

terdapat komite-komite yang lebih khusus

dalam mengawasi perusahaan. Spesialisasi

yang lebih besar tersebut dapat

menunjukkan pengawasan yang lebih efektif

sehingga penerapan akuntansi yang

disyaratkan dewan komisaris lebih

konservatif.

Ini sesuai dengan penelitian Lara et al

(2005), yang menyatakan bahwa

perusahaan yang memiliki dewan yang kuat

Page 65: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

156

sebagai mekanisme corporate governance

mensyaratkan tingkat konservatisme yang

lebih tinggi dari pada perusahaan dengan

dewan yang lemah. Jumlah anggota dewan

komisaris yang semakin besar,

memungkinkan untuk melakukan

pembagian fungsi monitoring terhadap

manajemen perusahaan secara lebih efektif

terutama bagi perusahaan yang berskala

besar dengan permasalahan yang sangat

komplek. Hal ini juga didukung oleh

penelitian Ahmed dan Duellman (2007)

yang mana dalam penelitiannya dapat

membuktikan pengaruh dari ukuran dewan

komisaris terhadap konservatisme

akuntansi yang diukur dengan ukuran

akrual. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa banyaknya anggota dewan komisaris,

baik dewan komisaris yang terafiliasi

maupun yang tidak terafiliasi dalam

perusahaan akan mempengaruhi tingkat

konservatisme akuntansi perusahaan.

Pengaruh Kepemilikan Manajerial

terhadap Konservatisme Akuntansi. Variabel struktur kepemilikan

manajerial (SKM) memiliki nilai t hitung

sebesar 2,335 dan nilai sig sebesar 0,020.

Nilai sig sebesar 0,020 < α (0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa variabel kepemilikan

manjerial (SKM) berpengaruh pada level

5% sehingga penelitian ini dapat menolak H0

atau Ha diterima yang berarti bahwa variabel

kepemilikan manajerial berpengaruh

terhadap konservatisme akuntansi. Dengan

demikinan, hipotesis ketiga yang

menyatakan “ukuran dewan komisaris

berpengaruh terhadap konservatisme

akuntansi” diterima.

Kepemilikan manajerial adalah situasi

dimana manajer memiliki saham perusahaan

atau dengan kata lain manajer tersebut

sekaligus sebagai pemegang saham

perusahaan. Dalam laporan keuangan,

keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya

persentase kepemilikan saham perusahaan

oleh manajer (Christiawan dan Tarigan,

2007:2). Semakin besar proporsi

kepemilikan manajemen maka manajemen

cenderung berusaha lebih giat untuk

kepentingan pemegang saham untuk

meningkatkan nilai perusahaan salah

satunya dengan menerapkan konservatisme

akuntansi. Jensen & Meckling (1976)

membentuk suatu teori yang menyatakan

bahwa kepemilikan saham oleh manajemen

akan menurunkan permasalahan agensi

karena semakin banyak saham yang dimiliki

oleh manajemen maka semakin kuat

motivasi mereka untuk bekerja dalam

meningkatkan nilai saham perusahaan

Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian Widya (2005:8) yang

menyatakan struktur kepemilikan

mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap

akuntansi konservatisma. Semakin tinggi

konsentrasi struktur kepemilikan perusahaan

terhadap modal maka perusahaan tersebut

akan cenderung memilih strategi akuntansi

konservatif dibanding perusahaan

konsentrasi kepemilikannya rendah. Hasil

penelitian Wu (2006) menyimpulkan bahwa

perusahaan yang memiliki persentase

kepemilikan manajerial yang lebih tinggi

menunjukkan pola yang lebih konservatif

dalam pelaporan pendapatannya. Hal ini

menunjukkan bukti bahwa ada hubungan

yang positif antara kepemilikan manajerial

dengan tingkat konservatisme dalam

perusahaan.

Namun hasil penelitian ini

bertentangan dengan penelitian Wardhani

(2008) yang tidak dapat membuktikan

pengaruh dari kepemilikan manajerial

terhadap konservatisme akuntansi yang

diukur dengan ukuran akrual. Wu (2006)

menjelaskan bahwa hubungan negatif antara

konservatisme dengan kepemilikan

manajerial dapat disebabkan oleh adanya

kecenderungan manajer dengan kepemilikan

ekuitas tinggi akan memilih untuk

menggunakan tingkat konservatisme yang

Page 66: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

157

lebih rendah untuk menghindari penurunan

harga saham

Pengaruh Struktur Kepemilikan

Institusional terhadap Konservatisme

Akuntansi. Variabel kepemilikan institusional

(SKI) memiliki nilai t hitung sebesar

1,633 dan nilai sig sebesar 0,104. Nilai sig

sebesar 0,104 > α (0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa variabel kepemilikan

institusional (SKI) tidak berpengaruh pada

level 5% sehingga penelitian ini tidak dapat

menolak H0 atau H0 diterima yang berarti

bahwa variabel kepemilikan institusional

tidak berpengaruh terhadap konservatisme

akuntansi. Dengan demikinan, hipotesis

keempat yang menyatakan “struktur

kepemilikan institusional berpengaruh

terhadap konservatisme akuntansi” ditolak.

Dalam teori perusahaan dengan

kepemilikan institusional yang besar (lebih

dari 5 persen) mengindikasikan bahwa

perusahaan memiliki kemampuan untuk

memonitor manajemen. Semakin besar

kepemilikan institusional maka semakin

efisien pemanfaatan aktiva perusahaan.

Dengan demikian proporsi kepemilikan

institisional bertindak sebagai pencegahan

terhadap pemborosan yang dilakukan

manajemen (Faizal, 2004). Namun

berdasarkan hasil pengujian variabel

kepemilikan institusional terhadap

konservatisme dengan ukuran akrual,

diketahui bahwa variabel kepemilikan

institusional (SKI) tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap konservatisme

dengan ukuran akrual. Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian Ahmed dan

Duellman (2007) dimana dalam hasil

penelitiannya tidak dapat membuktikan

pengaruh kepemilikan institusional sebagai

alternatif dari mekanisme corporate

governance terhadap konservatisme

akuntansi dengan ukuran akrual. Dengan

kata lain bahwa kepemilikan institusional

belum mampu mempengaruhi manajemen

dalam menjalankan sistem konservatisme

akuntansi. Sehingga prinsip corporate

governance belum dapat dijalankan dan

belum dapat menjadi salah satu alat

monitoring yang efektif untuk menggantikan

atau memperkuat fungsi monitoring dewan

dalam mengurangi permasalahan agensi

antara pemegang saham dengan pihak

manajer perusahaan.

Namun penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian Wardhani (2008) yang

dalam kesimpulannya menyatakan bahwa

semakin besar kepemilikan institusional

dalam struktur kepemilikan perusahaan

maka semakin mendorong penggunaan

prinsip akuntansi yang konservatis yang

diukur dengan ukuran akrual. Demikian

juga Indrayanti (2010) hasil pengujian

terhadap pengaruh variabel kontrol

kepemilikan institusional dengan

menggunakan ukuran akrual

menunjukkan bahwa kepemilikan

institusional memiliki hubungan positif dan

signifikan terhadap konservatisme

akuntansi.

V. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN

SARAN

Simpulan Berdasarkan analisis data dan

pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa dewan

komisaris independen, ukuran dewan

komisaris dan struktur kepemilikan

manajerial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap konservatisme

akuntansi; namun struktur kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap

konservatisme akuntansi.

Keterbatasan dan Saran

Variasi dari variabel independen yang

dapat menjelaskan variabel dependen hanya

10 persen; sedangkan sisanya 90 persen

dipengaruhi oleh variabel independen

Page 67: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

158

lainnya yang dapat mempengaruhi tingkat

konservatisme akuntansi. Saran untuk

penelitian selanjutnya adalah

mempertimbangkan variabel lainnya yang

dapat mempengaruhi tingkat konservatisme

akuntansi seperti variabel ukuran

perusahaan, keberadaan komite audit,

karakteristik dari dewan dan efektifitas

dewan dalam mengimplementasikan

konservatisme di perusahaannya, yang

berkaitan dengan kegiatan komisaris sebagai

badan pengawas pada perusahaan, yang

dapat dilihat dari laporan hasil pemeriksaan

komisaris setiap semester kepada pemilik

dan laporan pertanggung jawaban komisaris

secara menyeluruh setiap akhir tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Anwer S. dan Duellman, Scott.

2007. Accounting Conservatism and

Board of Director Characteristics: An

Empirical Analysis. Working Paper.

Almilia, Luciana S. 2004. Pengujian size

hypothesis dan debt/equity Hypothesis

yang mempengaruhi tingkat

konservatisme laporan keuangan.

Baridwan, Zaki. 2002. Intermediate

Accounting. Yogyakarta: BPFE.

Basu, S. 1997. The conservatism principle

and the asymmetric timeliness of

earnings. Journal of Accounting and

Economics 24. h 3–37.

Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba:

Studi Pengaruh Corporate

Governance dan Dampak Manajemen

Laba dengan Menggunakan Analisis

Jalur. Disampaikan dalam Simposium

Nasional Akuntansi (SNA) VIII. Solo.

Dewi, A.A.A. Ratna. 2004. Pengaruh

Konservatisma Laporan Keuangan

Terhadap Earnings Response

Coefficient. Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia. Vol . 7 No. 2, Mei: 207-

223.

Faizal. 2004. Analisis Agency Costs,

Struktur Kepemilikan Dan

Mekanisme Corporate Governance.

Makalah Simposium Nasional

Akuntansi (SNA) VII. Denpasar.

Fala, Dwi Yana Amalia S. 2007. Pengaruh

Konservatisma Akuntansi Terhadap

Penilaian Ekuitas Perusahaan

Dimoderasi Oleh Good Corporate

Governance. Disampaikan dalam

Simposium Nasional Akuntansi (SNA)

X. Makasar.

Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar

Akuntansi Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat.

Jensen, Michael, and William Meckling,

1976. Theory of the Firm: Managerial

Behavior, Agency Cost, and

ownership Structure. Journal of

Financial Economics. Vol. 3, 305-360.

Juanda, Ahmad. 2007. Perilaku Konservatif

Pelaporan Keuangan dan Risiko

Litigasi Pada Perusahaan Go Publik di

Indonesia. Naskah Publikasi

Penelitian Dasar Keilmuan. Fakultas

Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Malang.

Lara. 2005. Board of Directors

Characteristics and Conditional

Accounting Conservatism: Spanish

Page 68: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

159

Evidence. European Accounting

Review.

Lo, Eko Widodo. 2006. Pengaruh Tingkat

Kesulitan Keuangan Perusahaan

Terhadap Konservatisme Akuntansi.

Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.

9 No. 1 Januari: 87-114.

Sari, Dahlia. 2004. Hubungan Antara

Konservatisma Akuntansi Dengan

Konflik Bondholder-Shareholder

Seputar Kebijakan Dividen dan

Peringkat Obligasi Perusahaan.

Disampaikan dalam Simposium

Nasional Akuntansi (SNA) IV.

Denpasar.

Supriyanto, Edi dan Kiryanto. 2006.

Pengaruh Moderasi Size Terhadap

Hubungan Laba Konservatisme

dengan Neraca Konservatisme.

Makalah Simposium Nasional

Akuntansi (SNA) IX. Padang.

Wardhani, R., 2008. Tingkat Konservatisme

Akuntansi di Indonesia dan

Hubungannya dengan Karakteristik

Dewan Sebagai Salah Satu

Mekanisme Corporate Governance.

Simposium Nasional Akuntansi XI.

Pontianak.

Watts, R.L, 1993. A Proposal for Research

on Conservatism, Working Paper.

University of Rochester.

Watts, R.L, 2003a. Conservatism In

Accounting Part I : Explanation and

Implication. Accounting Horizons,

September Vol. 17 No 3, 207-221.

Widya. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang

Memengaruhi Pilihan Perusahaan

Terhadap Akuntansi Konservatif.

Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.

8, No. 2, Mei: 138-157.

Wolk, H.I., M.G. Tearney, dan J.L. Dodd.

2001. ”Accounting Theory: A

Conceptual and Institutional

Approach.” Fifth Edition. Ohio:

South-Western College Publishing.

Wu, Shuo. 2006. Managerial ownership and

earnings quality. Working Paper.

Sauder School of Business University

of British Columbia.

Page 69: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

160

Tabel 1

Descriptive Statistics

240 .04 .75 .3853 .11914

240 2.00 11.00 4.1833 1.87019

240 .00 1.00 .1500 .35782

240 25.00 97.97 71.7943 17.33635

240 -.98 4.00 .3423 .33120

240

KIND

DKOM

SKM

SKI

CONACC

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Dev iation

Tabel 2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

240

.0000000

.30651646

.101

.101

-.071

1.559

.016

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parametersa,b

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Dif f erences

Kolmogorov -Smirnov Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz

ed Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated f rom data.b.

Tabel 3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

218

.0000000

.19390903

.052

.052

-.044

.761

.609

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parametersa,b

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Dif f erences

Kolmogorov -Smirnov Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz

ed Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated f rom data.b.

Page 70: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

161

Tabel 4

HASIL HETEROSKEDASTISITAS

Coefficientsa

.067 .045 1.479 .141

.107 .078 .097 1.368 .173

.001 .005 .009 .130 .897

-.012 .021 -.042 -.595 .553

.001 .000 .105 1.537 .126

(Constant)

KIND

DKOM

SKM

SKI

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coeff icients

Beta

Standardized

Coeff icients

t Sig.

Dependent Variable: abresa.

Tabel 5

Uji Multikoloniaritas, Goodness of Fit Test, Regresi

Model Summaryb

.342a .117 .100 .19572 1.926

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

Predictors: (Constant), SKI, KIND, DKOM, SKMa.

Dependent Variable: CONACCb.

ANOVAb

1.081 4 .270 7.054 .000a

8.159 213 .038

9.240 217

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), SKI, KIND, DKOM, SKMa.

Dependent Variable: CONACCb.

Lampiran : Hasil Uji Regresi

Variables Entered/Removed b

SKI, KIND,

DKOM,

SKM a . Enter

Model

1

Variables

Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: CONACC b.

Page 71: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

162

Uji Statistik t

Coefficients

.015 .077 .196 .845

.345 .133 .174 2.589 .010 .921 1.085

.024 .008 .198 3.009 .003 .956 1.046

.082 .035 .158 2.335 .020 .908 1.101

.001 .001 .106 1.633 .104 .983 1.018

(Constant) KIND DKOM SKM SKI

1 B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta

Standardized Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: CONACC a.

ANOVA b

1.081 4 .270 7.054 .000 a

8.159 213 .038

9.240 217

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), SKI, KIND, DKOM, SKM a.

Dependent Variable: CONACC b.

Model Summary b

.342 a .117 .100 .19572 1.926

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

Predictors: (Constant), SKI, KIND, DKOM, SKM a.

Dependent Variable: CONACC b.

Page 72: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Analisis Pengaruh Laba Akuntansi, Earing Per Share (Eps) Dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan -

Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

163

ANALISIS PENGARUH LABA AKUNTANSI, EARING PER SHARE (EPS) DAN LABA

TUNAI TERHADAP DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN - PERUSAHAAN DI BURSA

EFEK INDONESIA (BEI)

Putu Wirya Anjaya

Putu Kepramareni7

Universitas Mahasaraswati Denpasar

ABSTRAK

Kebijakan dividen merupakan keputusan yang penting bagi investor. Kebijakan deviden

dapat mempengaruhi pendapatan yang akan diperoleh investor. Dalam penetapan kebijaksanaan

mengenai pembagian dividen, faktor yang menjadi perhatian manajemen adalah besarnya laba

yang dihasilkan perusahaan seperti laba akuntansi, earning per share (EPS) dan laba tunai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laba akuntansi, EPS dan laba tunai terhadap

dividen kas pada perusahaan – perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam pemilihan sampel, penulis menggunakan metode Purposive Sampling dengan

jumlah sampel sebanyak 49 perusahaan – perusahaan di BEI pada periode tahun 2009 – 2012.

Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa laba akuntansi dan EPS berpengaruh signifikan

terhadap dividen kas pada perusahaan – perusahaan di BEI, sedangkan laba tunai tidak

berpengaruh signifikan terhadap dividen kas pada perusahaan – perusahaan di BEI.

Kata Kunci : Laba Akuntansi, EPS, Laba Tunai, Dividen Kas

7Alamat Korespondensi : ([email protected])

I. PENDAHULUAN

Deviden merupakan salah satu

motivator bagi para investor untuk

menanamkan dana dipasar modal. Selain itu

investor juga dapat mengevaluasi kinerja

perusahaan dengan menilai besarnya

dividen yang dibagikan. Dari sisi emiten

kebijakan dividen sangat penting bagi

mereka, apakah sebagai keuntungan

perusahaan akan lebih banyak digunakan

untuk membayar dividen dibanding retained

earning atau sebaliknya. Dalam penetapan

kebijaksanaan mengenai pembagian

dividen, faktor yang menjadi perhatian

manajemen adalah besarnya laba yang

dihasilkan perusahaan. Laba akuntansi

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah laba yang didapat dari selisih hasil

penjualan dikurangi harga pokok

penjualan dan biaya-biaya operasi

perusahaan. Selain menggunakan laba

akuntansi dalam menentukan besarnya

dividen yang dibagikan,perusahaan juga

mempertimbangkan laba tunai yang pada

dasarnya merupakan laba akuntansi setelah

diperhitungkan dengan beban-beban non

kas. Dalam menentukan besarnya dividen

yang akan dibagikan, perusahaan juga

mempertimbangan laba per lembar saham

yang merupakan tingkat keuntungan bersih

tiap lembar saham yang mampu diraih

perusahaan pada saat menjalankan

operasinya. Sihombing (2006) dalam

penelitiannya yang menganalisis hubungan

antara laba akuntansi dan laba tunai dengan

dividen kas pada perusahaan industri

Page 73: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

164

makanan dan minuman yang go public di

BEJ. Berdasarkan penelitian tersebut

disimpulkan bahwa laba akuntansi lebih

besar kuat hubungannya terhadap dividen

kas dibandingkan dengan laba tunai

terhadap dividen kas pada tahun 2005.

Sedangkan pada tahun 2003 dan 2004 laba

tunai lebih besar kuat hubungannya dengan

dividen kas dibandingkan dengan laba

akuntasi terhadap dividen kas. Tujuan dari

penelitian ini yaitu: untuk mengetahui

pengaruh laba akuntansi terhadap dividen

kas, pengaruh earning per share terhadap

dividen kas, dan pengaruh laba tunai

terhadap dividen kas pada perusahaan –

perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Kandungan Informasi Atas

Laba

Informasi laba sebagaimana

dinyatakan dalam Statement of Financial

Accounting Consepts (SFAC) nomor 2

merupakan unsur utama dalam laporan

keuangan dan sangat penting bagi pihak-

pihak yang menggunakannya karena

memiliki nilai prediktif (FASB, 1980).

Menurut PSAK Nomor 1 informasi laba

diperlukan untuk menilai perubahan potensi

sumber daya ekonomis yang mungkin dapat

dikendalikan di masa depan, menghasilkan

arus kas dari sumber daya yang ada, dan

untuk perumusan pertimbangan tentang

efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan

tambahan sumber daya (IAI, 2004). Bagi

pemilik saham dan atau investor, laba berarti

peningkatan nilai ekonomis (wealth) yang

akan diterima, melalui pembagian dividen.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Elizabeth (2000) dengan penelitiannya

yang berjudul analisis hubungan laba

akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas

menyimpulkan bahwa adanya konsistensi

hubungan yang signifikan dan positif antara

laba akuntansi dengan dividen kas. Murtanto

dan Febby (2004) dengan penelitiannya

yang berjudul analisis hubungan antara laba

akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas

yang menyimpulkan bahwa adanya

hubungan yang positif dan kuat antara laba

akuntansi terhadap dividen kas. Sihombing

(2006) dengan penelitiannya yang berjudul

laba akuntansi lebih besar kuat

hubungannya terhadap dividen kas

dibandingkan dengan laba tunai terhadap

dividen kas pada tahun 2005. Sedangkan

pada tahun 2003 dan 2004 laba tunai lebih

besar kuat hubungannya dengan dividen kas

dibandingkan dengan laba akuntasi terhadap

dividen kas. Nurhidayati (2006) dengan

penelitiannya yang berjudul analisis faktor –

faktor yang mempengaruhi dividen kas di

BEJ menyimpulkan bahwa current ratio,

EPS, signifikan berpengaruh positif

terhadap dividen kas. ROI, cash ratio, DTA,

size, tidak signifikan berpengaruh terhadap

dividen kas. Sitepu (2010) dalam

penelitiannya yang berjudul analisis

hubungan antara laba akuntansi dan laba

tunai dengan dividen kas pada perusahaan

industri yang go public di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2006,2007,2008

yang menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan positif antara laba akuntansi dan

laba tunai dengan dividen kas tetapi tidak

signifikan. Adapun perbedaan antara

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

yaitu, dalam penelitian ini varibel

independen terdiri dari laba akuntansi, laba

tunai dan EPS dan variabel dependen yang

digunakan adalah dividen kas. Penelitian ini

menggunakan perusahaan yang terdaftar di

BEI, baik perusahaan manufaktur,

perbankan dan sebagainya. Adapun juga

perbedaan dalam periode waktu dan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini.

2.3 Hipotesis Penelitian

Laba diakui sebagai suatu indikator

dari jumlah maksimum yang harus

Page 74: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Analisis Pengaruh Laba Akuntansi, Earing Per Share (EPS) Dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan di

BEI

165

dibagikan sebagai dividen dan ditahan untuk

perluasan atau di investasikan kembali di

dalam perusahaan. Selain laba akuntansi

menurut Elizabeth (2000) kebanyakan

perusahaan juga sering menggunakan laba

tunai yang pada dasarnya merupakan laba

akuntansi setelah diperhitungkan dengan

beban-beban non kas dalam hal ini adalah

penyusutan dan amortisasi, dalam

menentukan besarnya dividen yang akan

dibagikan, perusahaan juga

mempertimbangan laba per lembar saham

yang merupakan tingkat keuntungan bersih

tiap lembar saham yang mampu diraih

perusahaan pada saat menjalankan

operasinya.

Pengaruh Laba Akuntansi terhadap

dividen kas Murtanto dan Febby (2004) dalam

penelitiannya yang berjudul analisis

hubungan antara laba akuntansi dan laba

tunai dengan dividen kas yang

menyimpulkan bahwa adanya hubungan

yang positif dan kuat antara laba akuntansi

terhadap dividen kas, sehingga dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :

H1 = Laba akuntansi berpengaruh positif

terhadap dividen kas

Pengaruh EPS terhadap Dividen Kas

Nurhidayati (2006) dalam

penelitiannya yang berjudul analisis faktor –

faktor yang mempengaruhi dividen kas di

BEJ menyimpulkan bahwa Current ratio,

EPS, signifikan berpengaruh positif terhadap

dividen kas. ROI, cash ratio, DTA, size,

tidak signifikan berpengaruh terhadap

dividen kas. Sehingga dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

H2 = EPS berpengaruh positif terhadap

dividen kas

Pengaruh Laba Tunai terhadap Dividen

Kas

Sihombing (2006) dalam penelitiannya

yang berjudul analisis hubungan antara laba

akuntansi dan laba bersih dengan dividen

kas pada perusahaan industri makanan dan

minuman yang go public di Bursa Efek

Jakarta (BEJ) yang menyimpulkan bahwa

pada tahun 2003 dan 2004 laba tunai lebih

besar kuat hubungannya dengan dividen kas

dibandingkan dengan laba akuntansi

terhadap dividen kas. Sehingga dirumuskan

hipotesa sebagai berikut :

H3 = Laba tunai berpengaruh positif

terhadap dividen kas

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu

laporan keuangan perusahaan - perusahaan

yang terdaftar di BEI dari tahun 2009

sampai dengan tahun 2012. Sumber data

yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder perusahaan -

perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun

2009 sampai tahun 2012.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Teknik penentuan sample penelitian

ini adalah dengan menggunakan metode

Purposive Sampling, yaitu pengambilan

sample berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

Adapun sampel penelitian dapa dilihat pada

tabel dibawah ini :

Page 75: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

166

Tabel 3.1.

Penentuan Sampel

3.3 Teknik Analisis Data

Pengujian Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini, teknik analisis

data dilakukan dengan bantuan program

Statistical Package for Social Science

(SPSS). Menurut Ghozali (2006) uji asumsi

klasik yang dilakukan adalah sebagai

berikut.

1) Uji Normalitas Pengujian normalitas distribusi data

populasi dilakukan dengan

menggunakan statistik Kolmogorov-

Smirnov. Data populasi dikatakan

berdistribusi normal jika koefisien

Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari α

= 0,05.

2) Uji Multikolinearitas Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai

tolerance atau Variance Inflation

Factor (VIF). Jika ada tolerance lebih

dari 10 persen atau VIF kurang dari 10

maka dikatakan tidak ada gejala

multikolinearitas.

3) Uji Autokorelasi Untuk mengetahui ada tidaknya

autokorelasi, digunakan metode Durbin-

Watson (Dw Test). Jika nilai Dw test

sudah ada, maka nilai tersebut

dibandingkan dengan nilai tabel dengan

tingkat keyakinan sebesar 95 persen.

Bila dU < dw < (4-dU), maka tidak terjadi

autokorelasi.

4) Uji Heteroskedastisitas Untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas digunakan uji

Glejser. Metode ini dilakukan dengan

meregresi nilai absolut residual (AbUt)

terhadap variabel bebas. Jika tidak ada

satupun variabel bebas yang

berpengaruh signifikan pada absolut

residual, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3.4 Pengujian hipotesis penelitian

Analisis regresi linier berganda

digunakan untuk mengetahui atau

memperoleh gambaran mengenai pengaruh

variabel independen pada variabel dependen

dan bertujuan untuk mengestimasi dan atau

memprediksi rata-rata populasi atau nilai

rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai

variabel independen yang diketahui

(Ghozali, 2006). Ketepatan dari fungsi

regresi sampel dalam menaksir nilai aktual

dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara

statistik diukur dari nilai koefisien

determinasi (R2), uji kelayakan model, dan

uji t (uji secara parsial) (Ghozali, 2006).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Asumsi Klasik

1) Normalitas

Nilai kolmogorov-smirnov sebesar

0,788 dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed)

0,564 lebih besar dibandingkan dengan

No Kriteria Jumlah

Pengamatan

Perusahaan

Sampel

1 Perusahaan yang telah

terdaftar di BEI dari tahun

2009 sampai tahun 2012.

466

2 Perusahaan tersebut tidak

menerbitkan laporan keuangan

pada tahun terakhir, yaitu

tahun 2009, 2010, 2011 dan

2012.

(0)

3 Perusahaan tersebut tidak

mendapatkan laba bersih pada

pada tahun 2009 sampai tahun

2012.

(63)

4 Perusahaan tersebut tidak

menyajikan EPS pada tahun

2009 sampai tahun 2012.

(0)

5 Perusahaan tersebut tidak

membayar dividen kas pada

tahun 2009 sampai tahun

2012.

(354)

Total Sampel 49

Page 76: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Analisis Pengaruh Laba Akuntansi, Earing Per Share (EPS) Dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan di

BEI

167

0,05, maka model regresi layak dipakai

karena memenuhi asumsi normalitas.

Tabel 4.1

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 196

Normal

Parametersa

Mean .0000000

Std. Deviation .91039431

Most Extreme

Differences

Absolute .056

Positive .045

Negative -.056

Kolmogorov-Smirnov Z .788

Asymp. Sig. (2-tailed) .564

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Data diolah dengan SPSS

2) Uji Multikolinearitas

Jika tolerance lebih dari 10% atau VIF

kurang dari 10 maka dikatakan tidak ada

multikolinearitas. Berdasarkan hasil

pengujian, nilai tolerance variabel bebas

tidak kurang dari 10% dan nilai VIF

semuanya kurang dari 10 yang berarti

tidak ada multikolinearitas antar variabel

independen.

Tabel 4.2

Hasil Uji Multikolinearitas

Model Tolerance VIF

1( constant)

Laba Akuntansi 0,978 1,023

EPS 0,855 1,170

Laba tunai 0,851 1,175

3) Uji Autokorelasi

Deteksi autokorelasi menggunakan

metode Durbin-Watson (Dw Test) yaitu

du < d < 4-du. Nilai Durbin-Watson

dalam penelitian ini adalah 1,866. Nilai

dU = 1,666. Maka 1,666 < 1,866 < 2,334

maka dapat disimpulkan tidak terjadi

autokorelasi.

Tabel 4.3

Model Summaryb

Mo

del R

R

Squ

are

Adju

sted

R

Squa

re

Std.

Erro

r of

the

Esti

mate

Change Statistics

Dur

bin-

Wats

on

R

Squ

are

Cha

nge

F

Cha

nge

df

1

df

2

Sig.

F

Cha

nge

1 .23

7a .156 .101

.917

48 .056

3.79

4 3

1

9

2

.011 1.86

6

4) Uji Heteroskedastisitas

Pada Tabel 4.4 terlihat nilai

signifikansi masing-masing variabel dalam

persamaan regresi di atas 0,05, hal ini berarti

data bebas dari heteroskedastisitas.

Tabel 4.4

Hasil Uji Glejser

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardi

zed

Coefficie

nts

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) .248 .164

1.515 .131

Laba

Akuntansi .111 .038 .205 2.898 .119

EPS .054 .059 .070 .926 .543

Laba Tunai .057 .055 .079 1.042 .133

Page 77: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

168

Pengujian Kelayakan Model

Tabel 5.5

Hasil Pengujian Goodness of fit

Hasil pengujian goodness of fit pada

tabel 5.5 menunjukkan Fhitung sebesar 3,794

dengan tingkat probabilitas 0,011

(signifikansi). Karena probabilitas lebih

kecil dari 0,05, maka model regresi dapat

digunakan untuk memprediksi nilai

observasinya sehingga layak dipakai untuk

analisis selanjutnya.

Koefisien Determinasi Nilai adjusted R

2 adalah 0,101, ini

berarti varian dari variabel bebas yaitu Laba

Akuntansi (X1), EPS (X2), dan Laba Tunai

(X3) mampu menjelaskan variabel terikat

yaitu Dividen Kas (Y) sebesar 10,1%,

sedangkan sisanya sebesar 89,9% dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak dimasukkan

dalam model.

Pengujian Hipotesis

1) Hasil Pengujian Hipotesis Pertama

Variabel bebas laba akuntansi memiliki

thitung sebesar 2,873 dengan signifikansi

sebesar 0,005 (lebih kecil dari nilai

signifikan 0,05) dan nilai Unstandardized

Coefficients B sebesar 0,196 (Positif).

Maka dapat disimpulkan bahwa laba

akuntansi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap dividen kas (hipotesis

1 diterima).

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 2.025 .293 6.909 .000

Laba

Akuntansi .196 .068 .204 2.873 .005

EPS .218 .105 .158 2.085 .028

Laba Tunai .108 .098 .084 1.099 .273

2) Hasil Pengujian Hipotesis Kedua

Variabel bebas EPS memiliki thitung

sebesar 2,085 dengan signifikansi sebesar

0,028 (lebih kecil dari nilai signifikan

0,05) dan nilai Unstandardized

Coefficients B sebesar 0,218 (positif).

Maka dapat disimpulkan bahwa EPS

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap dividen kas (hipotesis 2

diterima).

3) Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga

Variabel bebas laba tunai memiliki thitung

sebesar 1,099 dengan signifikansi sebesar

0,273 (lebih besar dari nilai signifikan

0,05) dan nilai Unstandardized

Coefficients B sebesar 0,108 (positif).

Maka dapat disimpulkan bahwa laba

tunai tidak berpengaruh signifikan

terhadap dividen kas (hipotesis 3 ditolak).

Hal ini mungkin disebabkan karena

banyak perusahaan yang menggunakan

laba tunai untuk diinvestasikan kembali

pada periode berikutnya. Berbeda hal nya

dengan laba akuntansi yang diharapkan

dapat dipergunakan sebagai dasar

pembagian dividen (Suwardjono, 2005).

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std.

Error of the

Estimate F

Sig.

1 0,237 0,056 0,101 0,91748 3,794 0,011

Page 78: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Analisis Pengaruh Laba Akuntansi, Earing Per Share (EPS) Dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan di

BEI

169

V. KESIMPULAN

1. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari

tahun 2009 sampai dengan tahun 2012

terdapat pengaruh positif laba akuntansi

dan signifikan terhadap dividen kas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan Murtanto dan

Febby (2004) yang menyimpulkan

bahwa laba akuntansi mempunyai

hubungan yang positif dan kuat

terhadap dividen kas.

2. Penelitian ini juga menyampaikan

bahwa dari tahun 2009 sampai dengan

tahun 2012 terdapat pengaruh positif

EPS dan signifikan terhadap dividen

kas. Hasil penelitian ini sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan

Nurhidayati (2006) yang menyimpulkan

bahwa EPS signifikan berpengaruh

positif terhadap dividen kas.

3. Penelitian ini juga menyampaikan

bahwa dari tahun 2009 sampai dengan

tahun 2012 variabel laba tunai tidak

berpengaruh signifikan terhadap

dividen kas. Hal ini disebabkan oleh

nilai thitung sebesar 1,042 dengan

signifikansi sebesar 0,299. Nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 yang

berarti hipotesis ditolak. nilai terendah

yang berarti bahwa variabel laba tunai

pada sampel cenderung rendah sehingga

tidak berpengaruh signifikan terhadap

dividen kas. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Sitepu (2010) yang

menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan positif antara laba akuntansi

dan laba tunai terhadap dividen kas

tetapi tidak signifikan. Laba tunai tidak

berpengaruh signifikan terhadap dividen

kas. Hal ini mungkin disebabkan karena

banyak perusahaan yang menggunakan

laba tunai untuk diinvestasikan kembali

pada periode berikutnya. Berbeda hal

nya dengan laba akuntansi yang

diharapkan dapat dipergunakan sebagai

dasar pembagian dividen (Suwardjono,

2005).

Saran

Dari kesimpulan yang sudah

disampaikan, maka penulis mengajukan

saran sebagai berikut :

1. Dalam kebijakan pembagian dividen

kas, sebaiknya perusahaan melihat

berdasarkan laba akuntansi. Karena di

dalam penelitian ini pada tahun 2009

sampai dengan tahun 2012 laba

akuntansi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap dividen kas.

2. Dalam kebijakan pembagian dividen

kas, sebaiknya perusahaan juga melihat

berdasarkan EPS. Karena di dalam

penelitian ini pada tahun 2009 sampai

dengan tahun 2012 EPS berpengaruh

positif dan signifikan terhadap dividen

kas.

3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya

melakukan penelitian dengan jangka

waktu yang lebih panjang dan penelitian

dilakukan dengan bermacam sektor

perusahaan agar dapat memunculkan

hasil yang lebih baik dan macam –

macam sektor perusahaan dapat

dibandingkan antara satu dengan yang

lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ataina, Hudayati, 1999. Comprehensive

Income: Upaya Meningkatkan

Relevensi Pelaporan Laba, Jurnal

Akuntansi dan Auditing Indonesia,

Vol.3, No.1, Hal 52.

Baridwan, Zaki, 2004. Intermediate

Accounting, Edisi Kedelapan,

Yogyakarta; BPFE.

Page 79: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

170

Baridwan, Zaki, 2000. Analisis Perataan

Penghasilan (Income Smooting) :

Faktor Faktor yang Mempengaruhi

dan Kaitannya Dengan Kinerja Saham

Perusahaan Publik di Indonesia,

Jurnal Akuntansi dan Auditing

Indonesia, Vol.3 No.1, Hal 434.

Belkaoui, Ahmed Riahi, 2000. Teori

Akuntansi, jilid II, Alih Bahasa

Marwata et. al., Penerbit Salemba

Empat, Jakarta.

Brigham, Eugene F and Joel F.Houston,

2006. Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan, alih bahasa Ali Akbar

Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh,

PT. Salemba Empat, Jakarta.

Dermawan, Elizabeth Sugiarto, 2000. Laba

Akuntansi dan Laba Tunai dengan

Dividen Kas, Jurnal Akuntansi, Vol.

IV, No. 2:36 – 48.

Dyckman, Dukes dan Davis, 1996.

Akuntansi Intermediate, Edisi Ketiga,

Erlangga, Jakarta.

Tandelilin, Eduardus, 2001. Analisis

Investasi dan Manajemen fortofolio,

Yogyakarta: BPFE.

Evans, Thomas G, 2003. Accounting

Theory: contemporary Accounting

Issues, South-Western, Ohio.

Fakhruddin, Hendy M., 2008, Go Public :

Strategi Pendanaan dan Peningkatan

Nila Perusahaan, PT. Elex Media

Komputindo, Jakarta.

Fakultas Ekonomi Universitas

Mahasaraswati, 2011. Pedoman

Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi

dan Mekanisme Pengujian, Denpasar.

Financial Accounting Standard Board

(FASB), 1991. Statement of Financial

Accounting Concept, IL: FASB.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan Program SPSS,

Universitas Diponegoro. Semarang.

Hendriksen, Eldon S dan F. Van Breda,

1992. Accounting Theory, Fifth Ed.

Homewood Illinois: Richard D. Irwin,

Inc.

Hermi, 2004. Hubungan Laba Bersih Dan

Arus Kas Operasi Terhadap Dividen

Kas Pada Perusahaan Perdagangan

Besar Barang Produksi Di BEJ Pada

Periode 1999-2002, Media Riset

Akuntansi, Auditing dan Informasi,

Vol.4, No.3, Hal 247-257.

Husnan dan Pudjiastuti, 2002. Dasar-dasar

Potofolio dan Analisis Sekuritas .Edisi

Keempat. Yogyakarta: UPP AMP

YKPN.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2004.

Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta.

Januar, Sri Astuti dan Agung Wirawan,

2004. Praktik Perataan Laba dan

Kinerja Saham Perusahaan Publik Di

Indonesia, Jurnal Akuntansi dan

Auditing Indonesia, Vol.6, No.2, Hal

45.

J.Fred Weston, dan Eugene F.Brigham,

1993. Manajemen Keuangan, Edisi

Ketujuh, Erlangga, Jakarta.

Keown, Arthur J., et al., 2000. Basic

Financial Management, Alih Bahasa,

Chaerul D. dan Dwi Sulisyorini,

Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,

Buku Kedua, Salemba Empat, Jakarta.

Page 80: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Analisis Pengaruh Laba Akuntansi, Earing Per Share (EPS) Dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan di

BEI

171

Muqodim, 2005. Teori Akuntansi, Edisi ke-

1, Ekonisia, Yogyakarta.

Murtanto dan Feby Feiruza Yuridya, 2004.

Analisis Hubungan Antara Laba

Akuntansi dan Laba Tunai Dengan

Dividen Kas, Jurnal Media Riset

Akuntansi, Auditing & Informasi,

Vol.4, No.1, hal. 85-105.

Hidayati, Nur, 2006. Analisis Faktor –

Faktor Yang Mempengaruhi Dividen

Kas Di Bursa Efek Jakarta, Skripsi,

Fakultas Ekonomi Universitas Islam

Indonesia : Yogyakarta.

Wiguna, Robin dan Mendari, Anastasia Sri,

2008. Pengaruh Earning Per Share

(EPS) dan Tingkat Bunga SBI

terhadap Harga Saham pada

perusahaan yang terdaftar di LQ 45

Bursa Efek Indonesia, Jurnal

keuangan dan bisnis, Vol 6 No.2,

Hal.130-142.

Sandjaja, Ridwan S dan Inge Barlian, 2002.

Manajemen Keuangan 1, Edisi

Keempat, PT. Prehanilindo, Jakarta.

Sihombing, Barita Stepanus, 2006. Analisis

Hubungan Antara Laba Akuntansi dan

Laba Tunai dengan Dividen Kas

(Studi Kasus pada Industri Makanan

dan Minuman yang Go Publik di

Bursa Efek Jakarta), Skripsi, Fakultas

Ekonomi Univesitas Sumatera Utara,

Medan.

Sitepu, Fitri Anita, 2010. Analisis Hubungan

Laba Akuntansi dan Laba Tunai

Dengan Dividen Kas Pada Perusahaan

Industri yang Go Public di BEI,

Skripsi, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis,

Alfabeta, Bandung.

Supardi, 2005.Metodologi Penelitian

Ekonomi dan Bisnis, Cetakan Pertama,

UII Press.

Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi

Perekayasaan Pelaporan Keuangan,

Edisi ke-3, BPFE, Yogyakarta.

Yusuf, Muhammad dan Soraya, 2004.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Praktik Perataan Laba Pada

Perusahaan Asing dan Non Asing Di

Indonesia, Jurnal Akuntansi

Indonesia, Vol.8, No.1, Hal 100-103.

Page 81: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Vol. 3 No. 2, September 2013 Jurnal Riset Akuntansi JUARA

172

Lampiran

Hasil Statistik Deskriptif

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Hasil Uji Normalitas

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 196

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .91039431

Most Extreme Differences Absolute .056

Positive .045

Negative -.056

Kolmogorov-Smirnov Z .788

Asymp. Sig. (2-tailed) .564

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Laba Akuntansi 196 .10 4.81 2.5840 .97246

EPS 196 .28 4.32 2.1370 .67851

Laba Tunai 196 .93 3.51 1.6309 .72804

Dividen Kas 196 1.15 2.94 1.2261 .93699

Valid N (listwise) 196

Page 82: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

Analisis Pengaruh Laba Akuntansi, Earing Per Share (EPS) Dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan di

BEI

173

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 2.025 .293 6.909 .000

Laba

Akuntansi .196 .068 .204 2.873 .005 -.184 -.203 -.201 .978 1.023

EPS .218 .105 .158 2.085 .028 -.113 -.149 -.146 .855 1.170

Laba Tunai .108 .098 .084 1.099 .273 .006 .079 .077 .851 1.175

a. Dependent Variable:

Dividen Kas

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std.

Error of

the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .237a .156 .101 .91748 .056 3.794 3 192 .011 1.866

a. Predictors: (Constant), Laba Tunai,

Laba Akuntansi, EPS

b. Dependent Variable:

Dividen Kas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .248 .164 1.515 .131

Laba Akuntansi .111 .038 .205 2.898 .119

EPS .054 .059 .070 .926 .543

Laba Tunai .057 .055 .079 1.042 .133

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Page 83: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

1

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL RISET AKUNTANSI (JUARA) UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR Berikut ini merupakan pedoman penulisan artikel dalam JUARA untuk menjadi pertimbangan bagi penulis. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam artikel terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut: 1. Halaman muka (cover)

Bagian ini memuat judul dan nama penulis (ditulis lengkap tanpa gelar), dan institusi asal penulis.

2. Abstrak a. Abstrak disajikan di awal teks dan merupakan ringkasan penelitian yang berisi

permasalahan, tujuan, metode, hasil, dan pembahasan hasil penelitian. b. Bagi naskah berbahasa Indonesia, abstrak sebaiknya dibuat dalam bahasa Inggris.

Bagi naskah berbahasa Inggris, abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia. Abstrak ditulis menggunakan huruf miring (italic).

c. Abstrak ditulis dengan panjang sekitar 150 s/d 400 kata serta memuat sedikitnya empat keywords (kata kunci) untuk memudahkan penyusunan indeks artikel.

3. Batang tubuh Batang tubuh memuat I. Pendahuluan (latar belakang dan masalah), II. Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis, III. Metode Penelitian (metode seleksi dan pengumpulan data, pengukuran dan definisi operasional variabel, dan metode analisis data), IV. Hasil dan Pembahasan, V. Simpulan, Keterbatasan Penelitian, dan Saran.

4. Daftar pustaka dan lampiran Daftar pustaka memuat sumber-sumber yang dikutip dalam penulisan artikel. Lampiran memuat tabel, gambar, dan instrumen yang digunakan. Tabel dan gambar sebaiknya disajikan pada halaman terpisah dari badan tulisan (umumnya di bagian akhir naskah). Penulisan cukup menyebutkan pada bagian di dalam teks tempat pencantuman tabel atau gambar. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai, dan sumber kutipan.

Format Penulisan 1. Naskah merupakan hasil penelitian dalam bidang akuntansi. 2. Naskah belum pernah dipublikasikan atau tidak dalam proses penyuntingan di

jurnal/media berkala lain. 3. Naskah dapat ditulis menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. 4. Naskah diketik dengan MS Word, pada kertas ukuran A4, menggunakan spasi ganda,

ukuran font 11, huruf Bookman Old Style, dengan batas margin atas, bawah, kanan, dan kiri adalah 1 inchi.

5. Panjang naskah yang diserahkan adalah 16-25 halaman (termasuk daftar pustaka dan lampiran). Semua halaman termasuk daftar pustaka, lampiran (tabel dan gambar) harus diberi nomor urut halaman.

6. Penulisan Judul, Sub Judul, dan Anak Sub Judul a. Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan diketik rata tengah, serta tebal. b. Sub judul diketik rata kiri dan semua diketik tebal tanpa diakhiri dengan titik.

Semua kata menggunakan huruf kapital. Penulisan sub judul menggunakan angka romawi I, II, III, IV, dan V.

c. Anak Sub Judul diketik rata kiri dan semua kata diawali huruf kapital tanpa diakhiri dengan titik. Penulisan anak sub judul menggunakan angka Arab dan seterusnya.

Page 84: DAFTAR ISI - unmas-library.ac.id Vol. 3 No. 2, September... · Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... dan pengalaman profesional yang ... 97 Pengaruh Diversitas Gender dan

2

7. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis diantara kurung buka dan kurung tutup yang menyebutkan nama akhir penulis, tahun, dan nomor halaman (jika dipandang perlu). Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jensen, 1976). Jika disertai nomor

halaman (Jensen, 1976:840) atau (Jensen, 1976:840-842). b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jensen dan Meckling, 1976). c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Dewi dkk., 2005 atau Hotstede

et al., 2000). d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (David, 2005; Dina, 2006). e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Brownell, 1981, 1983). Jika tahun

publikasi sama (Brownell, 1982a, 1982b). f. Sumber kutipan berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan

akronim institusi yang bersangkutan, misalnya (IAI, 2007). 8. Setiap artikel harus ditulis memuat daftar pustaka (hanya yang menjadi sumber

kutipan) dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Disusun alphabetis sesuai dengan nama akhir/keluarga (tanpa gelar akademik),

baik untuk penulis asing maupun penulis Indonesia. b. Susunan setiap referensi: nama penulis, tahun publikasi, judul buku teks atau

judul jurnal, tempat terbit : nama penerbit. Contoh: Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:BPFE. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:Salemba

Empat. Hartono, Jogiyanto dan Bambang Riyanto. 1997. The Effect of Asymetrical Information

and Risk Attitude on Incentive Scheme: A Contigency Approach. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 12 No. 1 : 1-12.

Andayani, Wuryan. 2010. Analisis Empiris Pergantian Kantor Akuntan Publik Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto:13-15 Oktober 2010.

Albanese. 2009. Fairer Compensation for Travellers. Diunduh tanggal 30 Januari 2009. http://www.minister.gov.au

9. Naskah dapat diserahkan langsung atau dikirimkan ke sekretariat redaksi dalam

bentuk hard copy (dua eksemplar) dan soft copy (dalam flashdisk/CD) atau attachment file(s) melalui email.

10. Mencantumkan CV dan alamat korespondensi (disajikan dalam halaman terpisah). 11. Naskah dikirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum bulan penerbitan (Februari

dan Agustus) ke alamat redaksi Jurnal Riset Akuntansi (JUARA) di bawah ini: Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar Jl. Kamboja No. 11 A Denpasar, Bali - Indonesia Telp. (0361) 262725, Fax. 0361 (262725) Email: [email protected]