daftar penyakit kompetensi 4a dan 4b

14
Daftar Penyakit Kompetensi 4A dan 4B 1. Kejang demam History Anak-anak dengan kejang demam simpel akan tumbuh dan berkembang baik secara neurologis dan perkembangan baik sebelum dan sesudah kejang. Kejang demam ialah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38 o C) Bukan kejang demam bila 1) ada riwayat kejang tanpa demam, 2) anak < 1 bulan Tipe dan lama kejang ditanyakan. Kejang demam dibagi menjadi dua yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks Kejang demam sederhana berlangsung < 15 menit, kejang berbentuk tonik dan/atau klonik, tanpa gerakan fokal dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam kompleks bila kejang lama > 15 menit, kejang fokal satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial, dan berulang atau > 1 kali dalam 24 jam serta di antara kejang tidak sadarkan diri. Faktor risiko kejang berulang antara lain 1) riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperature yang rendah saat kejang, lama kejang. Faktor risiko menjadi epilepsy bila 1) kelainan neurologis ata perkembangan sebelum onset kejang demam, kejang demam kompleks dan riwayat epilepsy Demam perlu diinvestigasi dan ditangani. Penyebab penyakit harus disembuhkan Kemungkinan meningitis perlu diperhatikan Perkembangan anak perlu ditanyakan Riwayat kejang ditanyakan Riwayat trauma dan tertelan zat harus ditanyakan Pemeriksaan Fisik Rangsang meningeal Pemeriksaan penyebab penyakit missal otitis media, faringitis atau infeksi virus Pemeriksaan status neurologis Periksan tanda trauma atau tertelan racun Tatalaksana Penyebab penyakit Antipiretik untuk 6 bulan – 12 tahun misalnya ibuprofen 5-10 mg/kg BB/dosis 3- 4 kali sehari durante coenam; tidak melebihi 40 mg/kg/hari atau parasetamol < 12 tahun 10-15 mg/kg/dosis PO 4-5 kali perhari; tidak melebihi 2,6 gram/har atau 5 dosis, > 12 tahun 40-60 mg/kg/hari terbagi 4 dosis; tidak melebihi 3,75 g/hari. Sediaan paracetamol tab 500 mg, sir 120 mg/5 mL, tts 60 mg/0,6 mL; sediaan ibuprofen 100 mg/5 ml dan 200 mg/5 ml, tab 200 mg, tab 400 mg Antikonvulsan:. diazepam rectal dengan dosis 0,5-0,75 mg/kg BB atau 5 mg untuk anak < 10 kg dan 10 mg untuk anak > 10 kg. bila belum berhenti dapat diulang dengan cara dan dosis yang sama dalam interval 5 menit. Bila berlanjut diberikan diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kg diberikan 1-

Upload: muhammad-luthfi-taufik

Post on 01-Sep-2015

236 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

kkk

TRANSCRIPT

Daftar Penyakit Kompetensi 4A dan 4B1. Kejang demam

History

Anak-anak dengan kejang demam simpel akan tumbuh dan berkembang baik secara neurologis dan perkembangan baik sebelum dan sesudah kejang. Kejang demam ialah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38o C) Bukan kejang demam bila 1) ada riwayat kejang tanpa demam, 2) anak < 1 bulan Tipe dan lama kejang ditanyakan. Kejang demam dibagi menjadi dua yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks Kejang demam sederhana berlangsung < 15 menit, kejang berbentuk tonik dan/atau klonik, tanpa gerakan fokal dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam kompleks bila kejang lama > 15 menit, kejang fokal satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial, dan berulang atau > 1 kali dalam 24 jam serta di antara kejang tidak sadarkan diri. Faktor risiko kejang berulang antara lain 1) riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperature yang rendah saat kejang, lama kejang. Faktor risiko menjadi epilepsy bila 1) kelainan neurologis ata perkembangan sebelum onset kejang demam, kejang demam kompleks dan riwayat epilepsy Demam perlu diinvestigasi dan ditangani. Penyebab penyakit harus disembuhkan Kemungkinan meningitis perlu diperhatikan Perkembangan anak perlu ditanyakan Riwayat kejang ditanyakan Riwayat trauma dan tertelan zat harus ditanyakan

Pemeriksaan Fisik Rangsang meningeal Pemeriksaan penyebab penyakit missal otitis media, faringitis atau infeksi virus Pemeriksaan status neurologis Periksan tanda trauma atau tertelan racun

Tatalaksana Penyebab penyakit Antipiretik untuk 6 bulan 12 tahun misalnya ibuprofen 5-10 mg/kg BB/dosis 3-4 kali sehari durante coenam; tidak melebihi 40 mg/kg/hari atau parasetamol < 12 tahun 10-15 mg/kg/dosis PO 4-5 kali perhari; tidak melebihi 2,6 gram/har atau 5 dosis, > 12 tahun 40-60 mg/kg/hari terbagi 4 dosis; tidak melebihi 3,75 g/hari. Sediaan paracetamol tab 500 mg, sir 120 mg/5 mL, tts 60 mg/0,6 mL; sediaan ibuprofen 100 mg/5 ml dan 200 mg/5 ml, tab 200 mg, tab 400 mg Antikonvulsan:. diazepam rectal dengan dosis 0,5-0,75 mg/kg BB atau 5 mg untuk anak < 10 kg dan 10 mg untuk anak > 10 kg. bila belum berhenti dapat diulang dengan cara dan dosis yang sama dalam interval 5 menit. Bila berlanjut diberikan diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kg diberikan 1-2 gram/menit di RS. Bila kejang tetap berikan fenitoin IV dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan < 50 mg/ menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya 4-8 mg/kg/hari dimulai 12 jam setelah pemberian fenitoin IV pertama kali. Bila kejang belum berhenti harus dirawat di ruang intensif. Antikonvulsan profilaksis intermiten bila suhu > 38,5 atau suhu rectal > 38. Diazepam rectal diberikan tiap 8 jam dengan dosis 5 mg untuk anak < 10 kg dan 10 mg untuk anak > 10 kg. dosis oral diberikan 0,5 mg/kg BB/hari dibagi dalam tiga dosis. Antikonvulsan jangka panjang bila 1) kejang > 15 menit, ada kelainan neurolgis yang nyata, kejang fokal, dipertimbangkan bila kejang berulang dalam 24 jam, kejang pada bayi < 12 bula dan kejang > 4 kali per tahun. Terapi bula asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis. Obat diberikan hingga 1 tahun masa henti kejang kemudian dihentikan bertahap dala 1-2 bulan. Sediaan antikonvulsan diazepam inj 5 mg/mL (i.v.) tab 2 mg, tab 5 mg, lar rektal 5 mg/2,5 mL, lar rektal 10 mg/2,5 mL; valproat tab sal 250 mg, tab sal 500 mg, tab SR 250 mg, tab SR 500 mg, sir 250 mg/5 mL; fenitoin inj 100 mg/2 mL, inj 50 mg/mL

Edukasi Meyakinkan kejang demam umumnya berprognosis baik Memberitahukan cara penanganan kejang Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif namun ada efek samping Saat kejang beritahu orang tua untuk tenang, kendorkan pakaian terutama dekat leher, posisikan anak terlentang dengan kepala miring, ukur suhu, bentuk kejang dan lama kejang, tetap bersama pasien, berikan diazepam rectal dan hentikan diazepam bila kejang berhenti, dan bawa ke dokter bila diazepam rekta tidak cukup atau kejang > 5 menit.

2. Tetanus

History

Ada empat bentuk tetanus yang dikenal secara klinis yakni 1) tetanus lokal, 2) tetanus sefalik, 3) tetanus umum dan 4) tetanus neonatal Tetanus umum ditandai kaku yang bersifat desenden dimulai dari trismus (kaku otot maseter) bersamaan dengan kaku kuduk (kaku otot leher), dan kesulitan menelan (kaku otot faring).gejala awal lainnya antara lain diaphoresis, iritabilitas, kegelisahan. Gejala lanjutannya antara lain risus sardonicus (kaku otot wajah), opiostonus (kaku otot punggung), kejang dinding perut. Spasme laring dan oto pernapasan menyebabkan sumbatan saluran napas dan sianosis. Gejala lainnya seperti retensi urin, disuria,fraktur kompresi, takikardia, tekanan darah meningkat, berkeringat, suhu tubuh meningkat. Kejang memberat 3 hari pertama dan menetap selama 7 hari. Hari ke 10 berkurang dan hari ke-14mulai menghilang inkubasi 7-21 hari. Tetanus lokal melibatkan ekstremitas ditandai dengan kontraksi otot yang persisten di daerah luka terjadi. Kontraksi otot ringan, bisa bertahan tanpa progresif dan hilang dengan sendirinya. Bisa berlanjut sebagai tetanus umum namun bentuknya ringan. Tetanus sefalik berasal dari cedera kepala atau dari infeksi otitis media. Gejala yakni gangguan saraf cranial. Dapat menjadi tetanus umum. Tetanus neonatal adalah tetanus umum pada neonatus. C. tetani masuk melalui tali pusar . inkubasi 3-10 hari. Neonatus menunjukkan iritabilitas, susah makan, rigidtas, spasme kuat, wajah menyeringai. Riwayat imunisasi tidak lengkap, riwayat luka namun pasien bisa lupa pernah luka Diagnosis dari gejala klinik yakni trismus, risus sardonicus, kejang tetanik, kesadaran normal

TatalaksanaUmum Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya Diet cukup kalori dan protein. Bila trismus makanan diberikan personde dan parenteral Ventilasi dan intubasi pada pasien moderat parah (67%)dan trakeostomi bila 10 hari Keseimbangan cairan dan elektrolit Hindari rangsang luar seperti cahaya, suara. Manipulasi dan prosedur tidak perlu harus dicegah.

Medikasi Antibiotik penisilin G 100.000-200.000 IU/kg/hari IV/IM, diberikan dalam 2-4 dosis; metronidazol 500 mg/dosis IV tiap 6 jam. Antitoksin TIG 3.000-6.000 Unit/satu kiali pemberian IM Tetanus toksoid diberikan di sisi berbeda dengan TIG secara IM Antikonvulsan misalnya diazepam IV bolus injeksi diberikan 0,1-0,2 mg/kg/dosis tiap 2-6 jam, naikkan bila perlu. sedangkan pada dewasa dosis dapat diimulai dari 5 mg dapat dinaikkan bila diperlukan. Hati-hati terhadap efek samping depresi pernapasan. Sediaan penisilin G serb inj 1 juta UI/vial (i.m.), serb inj 3 juta UI/vial (i.m.); metronidazol lar inf 5 mg/mL; TIG inj 250 UI (i.m.), inj 500 UI (i.m.); TT inj; diazepam inj 5 mg/mL (i.v.)

3. HIV AIDS tanpa komplikasi4. Tension headache

History Sakit kepala tipe ini dibagi menjadi dua yakni episodic dan kronik Tipe episodic ditandai dengan minimal 10 sakit kepala yang memenuhi kriteria; jumlah hari sakit kepala 1-14 hari/bulan selama > 3 bulan. Tipe episodic berlangsung selama 30 menit 7 hari Tipe episodic sedikitnya memenuhi 2 karakter nyeri berikut berikut: sakit kepala seperti diikat/ditekan (tidak berdenyut), intensitas ringan-moderat (tidak menghambat aktivitas), lokasi bilateral di frontal-oksipital, tidak memberat saat beraktivitas rutin dan harus memenuhi kriteria yakni tidak ada nausea/muntah dan foto/fonofobia atau tidak ada. Tipe kronik bila terjadi selama > 15 hari/bulan selama > 3 bulan Gejala lainnya seperti nyeri belakang leher, gangguan konsentrasi, insomnia, memburuk oleh stress. Perhatikan gejala depresi dan ansietas.

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan umum dan neurologis normal Ada/ tidak ada nyeri tekan perikranial atau otot servikal Bedakan nyeri leher dengan kaku kuduk Nyeri seharusnya tidak timbul pada arteri temporal atau titik pemicu positif Pada anak-anak gejala yg timbul antara lain nyeri kontinyu, terjadi saat stress, lokasi di leher dan oksiput, tidak ada nausea/muntah, riwayat keluarga migren minim.

Tatalaksana Pada anak-anak dianjurkan parasetamol < 12 tahun 10-15 mg/kg/dosis PO 4-5 kali perhari; tidak melebihi 2,6 gram/har atau 5 dosis, > 12 tahun 40-60 mg/kg/hari terbagi 4 dosis; tidak melebihi 3,75 g/hari. Amitriptilin 25-50 mg/hari untuk remaja, untuk anak-anak tua 1-1,5 mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis. , ibuprofen Tatalaksana komorbiditasnya juga Pada orang dewasa pilihan terapi akut antara lain parasetamol 500-1000 mg/dosis 3 x sehari prn. ibuprofen 200-800 mg/dosis 3 x sehari prn, ketoprofen 25-50 mg 3 x/hari prn, naproksen 375-550 mg 2 x sehari p.r.n, aspirin 500-1000 mg 3 x/hari prn, diklofenak 12,5-40 mg. bila kurang dapat ditambahkan kafein. Penggunaan analgesik berulang dapat menyebabkan rebound headache atau chronic daily headache. Terapi non farmakologis antara lain relaksasi, pijat otot, perbanyak istirahat, istirahat di selang-selang pekerjaan, pencahayaan cukup, manajemen stress. Pertimbangkan pengobatan preventif bila sakit kepala > 2 serangan/minggu dan berlangsung hingga >4 jam atau yang parah sehingga dapat menyebabkan penggunaan berlebih analgesic warung. Obat yang dipilih misalnya amitriptilin 10-75 mg, 1-2 jam sebelum tidur; nortriptilin tidak > 150 mg/hari diberikan saat tidur atau terbagi dalam tiga dosis Sediaan ibuprofen tab 200 mg tab, 400 mg sir, 100 mg/5 ml, sir 200 mg/5 mL; natrium diklofenak tab 25 mg, tab 50 mg; parasetamol tab 500 mg, sir 120 mg/5 mL; aspirin tab 80 mg, tab 100 mg; amitriptilin tab sal 25 mg

5. Migren

6. Bells palsy

History

Bell Palsy merupakan diagnosis eksklusi; semua kemungkinan penyakit harus disingkirkan Paralisis wajah bagian atas (dahi) dan bawah unilateral beronset akut dan progresif selama 48 jam Nyeri posterior telinga Air mata berkurang Hiperakusis Gangguan pengecapan/perubahan rasa Otalgia Sulit menutup mata Penyakit akan berhenti progress dalam 7-10 hari. Bila progresif pikirkan diagnosis lain. Mati rasa yang palsu Bedakan dengan spasme wajah Epifora Nyeri ocular Hilangnya lipatan nasolabial Pengliahatan kabur Tanyakan riwayat trauma Bell palsy umum pada dewasa, wanita hamil, dan diabetes

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan otoskop dan garpu tala. Singkirkan kemungkinan otitis media akut/kronik, kolesteatoma atau jaringan granulasi serta sindrom Ramsay-Hunt Pemeriksaan saraf cranial 7 dan saraf cranial lainnya Pemeriksaan neurologis lain yang diperlukan misalnya tes serebelar.

Tatalaksana Kortikosteroid digunakan dalam waktu 72 jam pasca onset. Dosis prednisone yang disarankan adalah 1 mg/kgBB/hari atau 60 mg/hari selama 6 hari diikuti taoering off hingga total terapi menjadi 10 hari. Atau prednisolon 25 mg/dosis 2 x/hari selama 5 hari tapering off 5 hari kemudian. Hati-hati pada pasien DM, Ulkus peprikum, Hamil, Imunokompromais, mengalami infeksi dll. Antivirus untuk anak > 12 tahun bila dicurigai HSV maka berikan asiklovir 400 mg/dosis 5 x/hari selama 10 hari; bila dicurigai Varicella maka berikan asiklovir 800 mg/dosis 5 x/hari selama 10 hari. HSV lebih sering menjadi penyebab dibadingkan Varicella Untuk mata gunakan artificial tears berikan 1-2 tetes misalnya isotic tearin 1-2 tetes P.R.N, lubrikan mata saat tidur dan kacamata. Sediaan Prednisone tab 5 mg; asiklovir tab 200 mg tab 400 mg metilprednisolon tab 4 mg tab 8 mg tab 16 mg

7. Vertigo (Benign paroxysmal positional vertigo)History Bedakan vertigo dengan disekuilibrium, presinkop dan light headedness Bedakan vertigo perifer dengan sentral. Tanyakan waktu dan durasi vertigo, yang memperparah vertigo, gejala penyerta terutama gejala neurologis dan penurunan pendengaran Vertigo perifer memiliki nistagmus yang berupa horizontal dan torsional (tidak vertikal), dihambat oleh fikasai mata, menghilang dalam beberapa hari dan tidak berubah arah, ketidakseimbangan ringan-moderat, nausea/muntah dapat parah, penurunan pendengaran dan tinnitus umum, gejala nonauditorik sangat jarang dan latensi setelah maneuver provokatif lama (hingga 20 detik) BPPV memiliki onset akut/mendadak dengan durasi vertigo singkat (< 1 menit), vertigo dipicu oleh perubahan cepat kepala misalnya berguling di kasur, berbaring, duduk dari posisi telentang, melihat ke atas, menekukkan badan, mengekstensikan leher. BPPV posterior memiliki durasi vertiogo 30 detik sedangkan BPPV horizontal durasinya bisa > 1 menit. Memiliki gejala lain seperti nausea dan berkeringat. Muntah jarang. Di antara serangan tidak ada gejala jika tak ada patologi vestibular lainnya. Pasien ada yang menyadari gejala nistagmus BPPV sering menyerang wanita tua dan perempuan

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah Dix-Hallpike maneuver. Setelah maneuver akan timbul periode laten selama 1-40 detik latensi pada BPPV horizontal biasanya singkat. Respon positif bila muncul nistagmus; nistagmus rotary geotrofik (mengarah ke telinga bawah) menunjukkan BPPV kanal posterior (jenis vertigo tersering); nistagmus horizontal geotrofik bila BPPV kanal horizontal kanalitiasis dan nistagmus horizontal ageotrofik bila BPPV kanal horizontal kupolitiasis. Bila dicurigai BPPV Horizintal maka dilakukan head roll test. Biasanya Nistagmus akan terlihat pada kedua sisi namun nistagmus akan sangat terlihat pada sisi telinga yang terkena. Nistagmus vertigo sentral biasanya vertikal namun dapat ke segala arah, tidak ada latensi, dan intensitas selalu sama di setiap pengulangan dan nistagmus dan vertigo berlangsung > 1 menit. Vertigo yang muncul ringan

Tatalaksana BPPV secara khas pulih tanpa tatalaksana. Makanya observasi pasien saja cukup Manuver reposisi kanalith dapat mempercepa t pemulihan BPPV secara efektif Untuk BPPV kanal posterior maneuver yang dilakukan adalah Epleys maneuver dan Sermonts maneuver. Untuk BPPV geotropic kanal horizontal dapat dilakukan rotasi barbeque, maneuver gufoni dan posisi tidur ke telinga sehat. Untuk BPPV ageotrpok kanal horizontal dilakukan maneuver gufoni dan head shaking. Bagi yang tidak responsive terhadap terapi reposisi kanal maka dapat dianjurkan untuk latihan dengan metode Brandt-Daroff atau yang jarang dengan bedah. Tatalaksana medikamentosa hanya untuk mengurangi gejala. Obat yang digunakan misalnya antiemetic dimenhidrinat 50-100 mg/dosis 4 x/hari prn (tab 50 mg).

8. Gangguan somatoform9. Insomnia10. Benda asing di konjungtiva 11. Konjungtivitis12. Perdarahan subkonjungtiva13. Mata kering14. Blefaritis 15. Hordeolum16. Trikiasis17. Episkleritis18. Hipermetropia ringan 19. Miopia ringan 20. Astigmatism ringan 21. Presbiopia22. Buta senja23. Otitis eksterna 24. Otitis media akut25. Serumen prop 26. Mabuk perjalanan27. Furunkel pada hidung 28. Rhinitis akut 29. Rhinitis vasomotor 30. Rhinitis alergika31. Benda asing 32. Epistaksis33. Influenza 34. Pertusis35. Faringitis 36. Tonsilitis 37. Laringitis38. Asma bronchial39. Bronkitis akut40. Pneumonia, bronkopneumonia41. Tuberkulosis paru tanpa komplikasi

42. Hipertensi esensial43. Kandidiasis mulut 44. Ulkus mulut (aptosa, herpes)45. Parotitis46. Infeksi pada umbilicus

47. Gastritis History

Gastritis Akut Rasa tidak nyaman, perih atau terbakar di daerah epigastrium Nyeri diperingan atau diperberat dengan makanan. Disertai mual/muntah, sendawa, begah Riwayat kerusakan mukosa lambung misalnya gastritis, ulkus peptiku, polipektomi, bedah Riwayat makan ikan mentah Riwayat obat yang merusak lambung misalnya NSAID, kortikosteroid, bahan kimia, alcohol, dll

Gastritis Kronik Infeksi H. pylori: Biasanya asimtomatik tetapi dapat bermanifestasi sebagai nyeri epigastrium, jarang nausea, muntah, anoreksia, BB turun. Gastritis autoimun: onset tersembunyi dan berprogres lambat. Gejala timbul pada sistem pencernaan, anemia dan neurologi akibat kekurangan kobalamin. Gejala seperti 5L, palpitasi, mata berkunang, parestesia, baal pada ekstremitas, ataksia, kelemahan. Refluks empedu pasca operasi gastrektomi, Gastritis granulomatosa: menyertai penyakit crohn disease, sarkoidosis. Gastritis kronik lainnya berbentuk gastritis limfositik (pada orang tua) dan eosinofilik (alergi)

Gastritis Atrofi Merupakan tahap lanjutan dari gastritis kronik baik disebabkan infeksi ataupun autoimun.

Stress-Induced gastritis Merupakan gastritis yang terjadi pada pasien luka bakar (curlings ulcer), trauma sistem saraf pusat/peningkatan TIK (cushings ulcer), sepsis, koagulopati, ventilasi mekanik, hipotensi, gagal multiorgan. Melena, hematemesis atau muntah seperti bubuk kopi

Pemeriksaan fisik Gastritis akut: Normal dengan nyeri tekan ringan pada daerah epigastrium. Gastritis kronik: pemeriksaan abdomen normal atau hanya nyeri tekan pada daerah epigastrium. Pada gastritis autoimun ditemukan gejala fisik anemia dan neurologis misalnya konjungtiva ikterik, murmur jantung, palpitasi

Pemeriksaan Penunjang Gastritis pada prinsipnya merupakan diagnosis histologi. Pemeriksaan biopsi dan endoskopi Bila endoskopi maka dilakuka tes urease, kultur bakteri, histopatologi Bila tanpa endoskopi lakukan Urea breath test, Tes antigen H. pylori pada feses, Serologi anti-H. pylori Untuk gastritis autoimun diperiksa Antibodi anti-IF dan antiparietal, Tes shilling, Hipergastrinemia, Kobalamin serum rendah Endoskopi dan NGT pada gastritis terinduksi stress atau pada pasien hematemesis/melena Pemeriksaan rutin seperti Darah lengkap, Guaiac tes, hematokrit, koagulasi

Tatalaksana Hentikan obat NSAID terutama pada pasien > 65 tahun. Cairan bila pasien muntah Untuk infeksi H. pylori diberikan terapi kuadrupel selama 10-14 hari yakni PPI misalnya omeprazol kaps 20 mg x 2, lansoprazol kaps 30 mg x 2, Pantoprazol tab 40 mg x 2 (terutama pada pasien yang mengkonsumsi klopidogrel), bismuth salisilat 2 tab x 4, tetrasiklin kaps 500 mg x 4, dan metronidazol tab 250 mg x 4 Alternatif antara lain PPI, klaritromisin tab 500 mg x 2, amoksisilin tab 500 mg 2 tab x 4. PPI dapat diganti ranitidine tab 150 mg x 2. PPI dinerikan 1 jam ante coenam. PPI IV misalnya pantoprazol 40 mg/ vial 40 mg x 1/hari. Segera ganti dengan oral bila pasien sadar. Setelah 10-14 hari PPI tetap diberikan 2 kali sehari hingga 4 minggu (ulkus duodenum) dan 8 minggu (ulkus peptikum) Terapi vitamin B12 pada anemia pernisiosa Terapi definitif untuk etiologi lainnya. Profilaksis untuk stress induced gastritis: sukralfat tab 1 gram x 4 selama 4-8 minggu atau ranitidine tab 150 mg x 2 atau bolus inj 25 mg/ml 50 mg x 4 (maks 400 mg/hari)

48. Gastroenteritis (termasuk kolera, giardiasis)

49. Refluks gastroesofagusHistoryGejala tipikal Rasa terbakar/panas pada retrosternal atau epigastrik menjalar ke leher Regurgitasi Disfagia Rasa asam di mulut Cegukan mual, muntahGejala atipikal Batuk dan/atau mengi Suara serak, nyeri tenggorokan Otitis media Nyeri dada non kardiak Erosi gigi LaryngitisFaktor risiko Gejala terutama setelah makan banyak atau berlemak Perubahan posisi terutama saat baring Makanan seperti saus tomat, peppermint, cokelat, kopi, teh dan alcohol. Obat-obatan seperti nitrat, teofilin dan verapamil. Tekanan intrabdominal tinggi misalnya obesitas, hamil, pekerja berat, berpakaian ketat

Pemeriksaan fisik Tidak ada tanda tanda pemfis spesifik GERD

Pemeriksaan Penunjang Esofagogastroduodenoskopi pH-metri esophagus manometri sfingter esophagus bawah

Tatalaksana Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko Terapi PPI dosis tinggi 1-2 minggu berupa omeprazol kaps 20 mg x 2, lansoprazol kaps 30 mg x 2, pantoprazol tab 40 mg x 2. PPI IV misalnya pantoprazol 40 mg/ vial 40 mg x 1/hari. Segera ganti dengan oral bila pasien sadar. Bila membaik diteruskan minimal hingga 4 minggu. Dapat ditambah domperidon tab 10 mg x 3.

50. Demam tifoidHistoryGejala khas Minggu pertama ; demam dengan pola stepladder, menggigil, anroeksia, diaphoresis, malaise stupor, delirium, nyeri kepala frontal, lidah kotor, batuk, konstipasi, nyeri perut difus, hepatosplenomegali.. Minggu kedua dan ketiga; demam dengan pola stepladder, malaise, delirium, psikosis, konstipasi, diare, pendarahan gastrointestinal. Minggu kedua tanda dan gejala memberat. Perut kembung, bradikardia relatif dan splenomegali Minggu ketiga pasien lebih toksik dan anoreksia, takipnea, perut kembung hebat, diare dan masuk ke status tifoid yakni apati, konfusi dan psikosis. Komplikasi mulai timbul seperti perforasi usus dan sepsis. Minggu keempat; fase pemulihan atau kematian Post demam tifoid; 10-20% relaps, 3-4% karier. Gejala tidak khas Demam dapat tinggi mendadak Pada anak-anak, ODHA dan sepertiga orang dewasa dapat timbul gejala diare yang lebih menonjol daripada konstipasi Sakit kepala berat, ikterus, hanya demam.Faktor Risiko Makanan yang tidak higienis, perilaku higienitas/cuci tangan tidak baik, sanitasi lingkungan tidak bersih.Pada Bayi Gastroenteritis, sepsis, demam, hepatomegali, ikterus, anoreksia, letargi dan penurunan berat badan.Pada Anak Demam tinggi, letargi, mialgia, nyeri kepala, hepatosplenomegali, nyeri anbdomen, diare dan konstipasi.

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan abdomen seperti hepatosplenomegali , perut kembung, nyeri perut difus. Demam.

Pemeriksaan Penunjang Kultur darah, sumsum tulang, feses, urin. Kultur darah dan feses mulai minggu kedua. Tes serologi seperti widal, tubex Darah lengkap seperti leukopenia, trombositopenia ringan, peningkatan sedimen darah, anemia moderat. SGPT dan LDH meningkat. Rasio SGPT:LDH < 9:1

Tatalaksana Bed rest, cairan dan elektrolit, makanan lembek Terapi simtomatik misalnya demam. Parasetamol 500 mg tab 1-2 tab x 3 dewasa, parasetamol 120 mg/5 ml 10-15 mg/kgBB 4x/hari maks 2,6 g/hari anak-anak. Parasetamol 10 mg/ml larutan injeksi., bolus selama >15 menit 1000 mg 3-4x/hari untuk >50 kg dan bolus selama >15 menit 15 mg/kg 3-4x/hari untuk < 50 kg. Ibuprofen tab 200 mg tab 400 mg 400-800 mg 4x/hari dewasa, ibuprofen sirup 100 mg/5 ml sirup 200 mg/5ml 5-10 mg/kg/kali 3-4x/hari. Terapi antibiotik dewasa kloramfenikol kaps 500 mg x 4 selama 10 hari, seftriakson vial 1 g 2-4 gram/hari selama 5 hari, ampisilin 1000 mg/vial & amoksisilin 500 mg 2 gram/hari selama 7-10 hari, siprofloksasin tab 500 mg x 2 selama 7 hari, kotrimoksazol forte 960 mg tab X 2 selama 7-10 hari. Terapi antibiotik neonatus < 7 hari kloramfenikol 25 mg/kgBB/hari dibagi 4 selama 10-14 hari, ampisilin 50 mg/kg/hari terbagi 2 dosis selama 7-10 hari, seftriakson 50-75 mg/kgBB/hari dibagi dua dosis selama 5 hari Terapi antibiotic anak kloramfenikol 50-75 mg/kgBB/hari dibagi 4 selama 10-14 hari, ampisilin 100 mg/kg/hari terbagi 2 dosis selama 7-10 hari, seftriakson 50-75 mg/kgBB/hari dibagi dua dosis selama 5 hari, kotrimoksazol TMP 6-19 mg/kgBB SMX 30-50 mg/kgBB selama 10 hari, sefiksim tab 100 mg 1,5-2mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari Sediaan injeksi kloramfenikol 1000 mg/vial, ampisilin 250mg/vial, 1000mg/vial, seftriakson 1000 mg/vial, siprofloksasin infus 2 mg/ml. Sediaan sirup amoksisilin sirup kering 125 mg/5ml, sir forte 250 mg/5ml, kloramfenikol susp 125 mg/5ml, kotrimokksazol 240 mg/5 ml, sefiksim sir 100 mg/5ml.

51. Intoleransi makanan 52. Alergi makanan 53. Keracunan makanan54. Penyakit cacing tambang 55. Strongiloidiasis 56. Askariasis 57. Skistosomiasis 58. Taeniasis 59. Hepatitis AHistoryGejala Terbagi menjadi fase prodromal, ikterik dan konvalesen Inkubasi berlangsung selama 2-6 minggu (+ 1 bulan) Gejala prodromal; gejala tidak spesifik; seperti anoreksia, nausea, muntah, malaise, fatigue, demam, mialgia, sakit kepala. Gejala ikterik; pertama urin menjadi gelap (bilirubinuria), diikuti feses pucat seperti dempul. Ikterus terjadi pada 70-85%kasus dewasa, sedikit lebih jarang pada anak-anak dan tidak umum pada bayi.gejala lain timbul seperti pruritus dan nyeri perut. Gejala konvalesen disebut juga fase pemulihan

Anak-anak Bayi dan anak muda dapat menjadi tidak ikterik dan dapat salah diagnosis sebagai panyakit flu.

Faktor Risiko Mengkonsumsi makan atau minuman yang sanitasinya kurang Jarang menyebar melalui parenteral

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan abdomen seperti hepatosplenomegali Sclera ikterus. Demam hingga 40o C

Pemeriksaan Penunjang Tes fungsi hatipeningkatan SGOT, SGPT 400-4000 IU atau lebih dengan level SGPT>SGOT. Peningkatan timbul saat fase ikterik dan kembali normal selama 5-20 minggu Alkalin fosfatase dapat naik mengikuti peningkatan SGOT SGPT terutama bila terjadi kolestasis Bilirubin naik segera setelah onset bilirubinuria dan mengikuti peningkatan SGOT an SGPT. Kadar dapat sangat tinggi dan bertahan hingga beberapa bulan. Tes serologis Urinalisis: bilirubin dalam urin

Tatalaksana Terapi suportif meliputi bed rest hingg 10 hari pasca onset ikterus, cairan IV bila dehidrasi Diet cukup Menghindari alcohol dan obat yang hepatotoksik. Antiemetik seperti metoklopramid sir 5 mg/5ml tab 10 mg x 3/hari p.c. a.n., domperidon 10 mg tab x 3/hari. Anak-anak 0,1-0,15 mg/kg 3 x/hari. Terapi simtomatik misalnya demam. Ibuprofen tab 200 mg tab 400 mg 400-800 mg 4x/hari dewasa, ibuprofen sirup 100 mg/5 ml sirup 200 mg/5ml 5-10 mg/kg/kali 3-4x/hari.

60. Disentri basiler, disentri amuba61. Hemoroid grade 1-262. Infeksi saluran kemih63. Gonore64. Pielonefritis tanpa komplikasi65. Fimosis 66. Parafimosis67. Sindrom duh (discharge) genital (gonore dan nongonore)68. Infeksi saluran kemih bagian bawah 69. Vulvitis70. Vaginitis 71. Salpingitis72. Vaginosis bakterialis73. Kehamilan normal74. Aborsi spontan komplit75. Anemia defisiensi besi pada kehamilan76. Ruptur perineum tingkat 1-277. Abses folikel rambut atau kelenjar sebasea78. Mastitis 79. Cracked nipple 80. Inverted nipple 81. Diabetes melitus tipe 1 82. Diabetes melitus tipe 283. Hipoglikemia ringan84. Malnutrisi energi-protein85. Defisiensi vitamin86. Defisiensi mineral 87. Dislipidemia88. Hiperurisemia89. Obesitas90. Anemia defisiensi besi91. Limfadenitis92. Demam dengue, DHF93. Malaria94. Leptospirosis (tanpa komplikasi)95. Reaksi anafilaktik96. Ulkus pada tungkai97. Lipoma98. Veruka vulgaris99. Moluskum kontagiosum 100. Herpes zoster tanpa komplikasi 101. Morbili tanpa komplikasi 102. Varisela tanpa komplikasi 103. Herpes simpleks tanpa komplikasi104. Impetigo 105. Impetigo ulseratif (ektima) 106. Folikulitis superfisialis 107. Furunkel, karbunkel 108. Eritrasma 109. Erisipelas 110. Skrofuloderma 111. Lepra112. Sifilis stadium 1 dan 2113. Tinea kapitis 114. Tinea barbe 115. Tinea fasialis116. Tinea korporis 117. Tinea manus 118. Tinea unguium 119. Tinea kruris 120. Tinea pedis 121. Pitiriasis vesikolor 122. Kandidosis mukokutan ringan123. Cutaneus larva migran 124. Filariasis 125. Pedikulosis kapitis 126. Pedikulosis pubis 127. Skabies 128. Reaksi gigitan serangga129. Dermatitis kontak iritan130. Dermatitis atopik (kecuali recalcitrant) 131. Dermatitis numularis132. Napkin eczema133. Dermatitis seboroik 134. Pitiriasis rosea135. Akne vulgaris ringan136. Hidradenitis supuratif 137. Dermatitis perioral 138. Miliaria139. Urtikaria akut140. Exanthematous drug eruption, fixed drug eruption141. Vulnus laseratum, punctum142. Luka bakar derajat 1 dan 2143. Kekerasan tumpul 144. Kekerasan tajam