dampak konsentrasi industri terhadap kinerja dan ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal...

198
DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI INDUSTRI BROILER INDONESIA ANNA FITRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: doandang

Post on 17-Mar-2019

271 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA

DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI INDUSTRI

BROILER INDONESIA

ANNA FITRIANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul Dampak

Konsentrasi Industri terhadap Kinerja dan Kesejahteraan Masyarakat di

Industri Broiler Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi

Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Anna Fitriani

NRP. H363090111

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

Page 3: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

RINGKASAN

ANNA FITRIANI. Dampak Konsentrasi Industri terhadap Kinerja dan Kesejahteraan

Masyarakat di Industri Broiler Indonesia. Dibimbing oleh HENY K. DARYANTO,

RITA NURMALINA dan SRI HERY SUSILOWATI.

Hampir semua segmen industri menjadi lebih terkonsentrasi dari waktu ke

waktu. Perhatian utama sehubungan dengan konsentrasi adalah, hal ini bisa

mengurangi tingkat persaingan di industri dan menghasilkan kekuatan pasar. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak konsentrasi industri terhadap

kinerja dan kesejahteraan produsen dan konsumen di industri broiler Indonesia.

Secara spesifik, tujuan penelitian ini dirinci sebagai berikut ; (1) menganalisis

dampak konsentrasi industri terhadap kinerja (performance) industri broiler; (2)

menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja

industri broiler; (3) menganalisis perubahan kesejahteraan masyarakat akibat

perubahan tingkat konsentrasi; dan (4) merumuskan kebijakan yang dapat

mensejahterakan masyarakat sekaligus memajukan industri broiler.

Data yang digunakan adalah data panel seluruh perusahaan broiler dari 2009

sampai 2011 di delapan provinsi di Indonesia. Data dianalisis dengan pendekatan

ekonometrika dengan model persamaan simultan. Parameter diestimasi dengan

metode two stage least squares (2SLS) dan selanjutnya dilakukan simulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi yang meningkat akan

meningkatkan integrasi vertikal. Perilaku Integrasi vertikal selanjutnya berdampak

kepada efisiensi dan kekuatan pasar. Konsentrasi dan integrasi vertikal dapat

mengurangi persaingan dan akan menguntungkan perusahaan melalui harga broiler

dan tingkat keuntungan yang meningkat. Harga dan tingkat keuntungan yang

meningkat akan semakin meningkatkan kekuatan pasar. Sehingga secara tidak

langsung peningkatan konsentrasi berdampak terhadap peningkatan kekuatan pasar.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa kenaikan permintaan akan menurunkan

tingkat konsentrasi. Perluasan penyebaran produksi akan terjadi dan meningkatkan

persaingan. Selanjutnya, kenaikan konsentrasi industri sampai pada taraf 20 persen

akan semakin meningkatkan efisiensi dan kekuatan pasar. Dari sisi produsen masih

diuntungkan dengan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja, namun kekuatan pasar

makin mendorong kenaikan harga produk sehingga konsumen dirugikan. Jika dilihat

dari persentase kenaikannya, maka efek kenaikan kekuatan pasar lebih besar dari

efek kenaikan efisiensi. Artinya secara keseluruhan atau agregat, kenaikan

konsentrasi lebih lanjut akan menurunkan kesejahteraan rakyat.

Implikasi kebijakan: perkembangan industri ayam broiler harus didukung

dengan meningkatnya permintaan akan produk peternakan melalui peningkatan daya

beli dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein asal ternak. Untuk itu

pemerintah harus menciptakan iklim usaha bersaing yang sehat dan kondusif. Selain

itu efisiensi usaha peternakan rakyat perlu ditingkatkan melalui kebijakan yang lebih

terfokus pada penggunaan teknologi bibit dan pakan bermutu serta penggunaan

kandang modern. Penanganan jangka panjang ketersediaan bahan baku sangat

penting agar peternak rakyat dapat berkompetisi.

Kata kunci : efisiensi, konsentrasi industri, kekuatan pasar, model ekonometrika

simultan

Page 4: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

SUMMARY

ANNA FITRIANI. Impact of Industry Concentration on Performance and Social

Welfare in Indonesian Broiler Industry. Supervised by HENY K. DARYANTO,

RITA NURMALINA and SRI HERY SUSILOWATI.

Almost all segments in industry become more concentrated from time to time.

The main concern with concentration is, it can reduce competition and result in

market power. The aims of this study is to analyze the impact of industry

concentration on the performance and social welfare of producer and consumer in

Indonesian broiler industry. Specifically, the objectives of this study are detailed as

follows; (1) to analyze the impact of industry concentration on the performance of

industry; (2) to analyze the impact of changes in the external factors on the structure,

conduct and performance of broiler industry; (3) to analyze changes in the welfare of

producers and consumers as a result of changes in the level of concentration; and (4)

to formulate policies that can promote people’s welfare as well as the broiler

industry.

The data used is panel data across the broilers company from 2009 to 2011 in

eight provinces in Indonesia. Data were analyzed with an econometric approach with

simultaneous equation model. Parameters was estimated by two stage least squares

method (2SLS) and then performed the simulation.

The results showed that increasing in concentration will increase the vertical

integration. Vertical integration behaviour then impact on efficiency and market

power. Concentration and vertical integration can reduce competition and will

benefit the company through broiler prices and increase profit levels. Prices and

profit levels increased will further increase the power of the market. Thus increasing

concentrations indirectly resulted in increased market power.

The simulation results indicate that the increase in demand will lower

concentration levels. Expansion of production will occur and increase competition.

Furthermore, the increase in concentration of the industry to the extent of 20 per cent

will further increase efficiency and market power. The producers still benefit from

the efficiency and labor productivity, but increasing in market power pushing up the

price of the product so that consumers are loss. When viewed from the percentage

increase, the effect on increasing in market power is greater than the effect on

increasing in efficiency. This means that in whole or aggregate, increase in

concentration further lowers social welfare of the people.

Policy implications: The development of broiler chicken industry should be

supported by the increasing demand for livestock products through increased

purchasing power and public awareness of the importance of proteins from animal.

Therefore, the government should create a competitive and conducive business

climate. In addition, the efficiency of breeding efforts of the people needs to be

improved through policies that are more focused on the use of quality seed and feed

technology and the use of modern cage. Handling the long-term availability of raw

materials is very important so that farmers can compete.

Keywords : efficiency, industry concentration, market power, simultaneous

econometric model

Page 5: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang

wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 6: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA

DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI INDUSTRI

BROILER INDONESIA

ANNA FITRIANI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 7: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr Ir Arief Daryanto, MEc

Dr Ir Lukytawati Anggraini, MS

Penguji pada Ujian Terbuka : Prof (R) Dr Ir Tjeppy D Sudjana, MSc

Dr Ir Sri Mulatsih, MSc Agr

Page 8: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri
Page 9: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Alloh SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga

disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi dengan judul “Dampak Konsentrasi Industri

terhadap Kinerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Industri Broiler Indonesia”

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi

Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Disertasi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerjasama dari berbagai

pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan

kepada Dr Ir Heny K Daryanto, MEc selaku ketua komisi pembimbing serta Prof Dr

Ir Rita Nurmalina, MS dan Dr Ir Sri Hery Susilowati, MS selaku anggota komisi

pembimbing yang telah memberi bimbingan, arahan dan masukan selama proses

penyusunan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Tim penguji prelim 2 (Dr Ir Sri Hartoyo, MS, Dr Ir Anna Fariyanti, MS dan Dr

Mety Ekayani, SHut MEc) atas koreksi dan masukannya.

2. Tim penguji ujian tertutup (Dr Ir Arief Daryanto, MEc, Dr Ir Lukytawati

Anggraini, MS, Dr Ir Sri Hartoyo, MS dan Dr Mety Ekayani, SHut, MSc) atas

koreksi dan masukannya.

3. Tim penguji ujian terbuka (Prof (R) Dr Ir Tjeppy D Sudjana, MSc, Dr Ir Sri

Mulatsih, MSc Agr, Prof Dr Ir Nachrowi, MSc dan Dr Sahara, SP MSi) atas

koreksi dan masukannya.

4. Kasie Pengolahan Statistik Peternakan, Badan Pusat Statistik beserta staf atas

bantuan data penelitian.

5. Rektor Universitas Jambi dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Jambi

yang telah memberikan izin belajar di Sekolah Pascasarjana IPB.

6. Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB dan Ketua Program Studi Ilmu

Ekonomi Pertanian IPB serta seluruh staf pengajar yang telah memberikan

bimbingan selama perkuliahan maupun dalam penyelesaian disertasi ini.

7. Rektor Institut Pertanian Bogor dan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB serta

seluruh staf civitas akademika yang telah membantu kelancaran studi.

8. Rekan-rekan EPN IPB angkatan 2009 dan semua pihak yang telah membantu

terlaksananya penelitian dan penyusunan disertasi ini.

Rasa hormat dan terima kasih kepada kedua orang tua (Ayahanda H M Noer

Mong dan Ibunda Hj Kartini) atas do’a dan restunya. Tidak lupa suami tercinta

(Saiful Helmi Pohan) serta anak-anakku tersayang (Imam, Aulia, Fajar dan Fathur)

atas dukungan, kerjasama dan pengertiannya selama penulis menempuh masa

pendidikan di IPB. Kakak dan adik-adik serta keluarga besar tercinta atas dorongan

dan bantuan do’a selama ini. Semoga disertasi ini dapat memberikan kebanggaan dan

semangat bagi keluarga. Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Namun inilah karya maksimal yang dapat dipersembahkan, dengan

harapan semoga karya ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Anna Fitriani

Page 10: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Kebaruan (Novelty) Penelitian

2. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Literatur Mengenai Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar

Tinjauan tentang Industri Broiler, Produksi dan Konsumsinya

Industri Broiler

Perkembangan Industri Pakan dan Pembibitan Ayam Broiler

Produksi

Konsumsi

Sistem Kemitraan dalam Industri Broiler

Struktur Industri Broiler Indonesia

Dampak Konsentrasi terhadap Efisiensi dan Kekuatan Pasar

Dampak Konsentrasi terhadap Produktivitas dan Kesejahteraan

Tinjauan Studi Terdahulu

Tinjauan Penelitian Mengenai Konsentrasi Industri

Tinjauan Penelitian Mengenai Structure Conduct Performance

xii

xii

xiii

1

1

5

9

10

11

12

12

20

20

21

25

27

28

31

33

36

38

38

42

3. KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Teoritis

Teori Permintaan Input dan Penawaran Output

Teori Permintaan Output

Analisis Organisasi Industri

Analisis Structure Conduct Performance (SCP)

Deskriptif Struktur Pasar (Structure)

Deskriptif Perilaku Pasar (Conduct)

Deskriptif Kinerja Pasar (Performance)

45

45

45

46

48

50

51

57

64

Konsep Efisiensi dan Kesejahteraan

Kerangka Pemikiran Konseptual

Hipotesis Penelitian

4. METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Spesifikasi Model

Definisi Operasional Variabel

Estimasi Model

Model

67

70

73

73

73

74

75

79

81

Page 11: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

Elastisitas

Prosedur Analisis

Identifikasi Model

Metode Pendugaan Model

Validasi Model

Simulasi Faktor-faktor Eksternal

Perhitungan Perubahan Kesejahteraan

5. GAMBARAN UMUM KELEMBAGAAN INDUSTRI BROILER DI

INDONESIA

Profil Pasar Daging Ayam Broiler di Indonesia

Perkembangan Industri Broiler Indonesia

Performans Usaha Rakyat

Performans Perusahaan Ayam Broiler

Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Broiler Secara Deskriptif

Konsentrasi Industri dan Persaingan Tidak Sehat

6. STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI BROILER DI

INDONESIA

Hasil Pendugaan Struktur, Perilaku dan Kinerja di Industri Broiler

Komponen Kondisi Dasar Industri Broiler di Indonesia

Komponen Struktur Industri Broiler di Indonesia

Komponen Perilaku Industri Broiler di Indonesia

Komponen Kinerja Industri Broiler di Indonesia

Hubungan antara Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Broiler

Indonesia

9. DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP STRUKTUR,

PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI BROILER INDONESIA

Validasi Model Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Broiler

Simulasi Dampak Perubahan Faktor Eksternal terhadap Industri

Broiler

Dampak Peningkatan Permintaan Daging Ayam Broiler

Dampak Peningkatan Penawaran Daging Ayam Broiler

Dampak Peningkatan Harga Daging Ayam Broiler

Dampak Peningkatan Harga Pakan

Dampak Peningkatan Harga Bibit DOC

Analisis Kesejahteraan Sosial

Rumusan Kebijakan Pengembangan Usaha Broiler

KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN

Kesimpulan

Implikasi Kebijakan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRANTIAN

LITIAN

89

90

90

91

91

92

93

94

94

97

97

100

103

107

113

114

114

117

119

121

129

132

132

133

134

135

137

138

139

142

144

149

149

149

150

151

157

Page 12: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

DAFTAR TABEL

1. Taksonomi dasar dari Struktur Pasar

2. Kinerja produksi usaha peternakan Ayam Broiler di Indonesia, 1980-

2010

3. Konsumsi beberapa jenis daging ternak, 2007-2011(ribu ton)

4. Prediksi tingkat keuntungan berdasarkan Struktur Pasar

5. Jenis dan pengelompokkan variabel dalam penelitian

6. Perbandingan masing-masing komponen Struktur, Perilaku dan

Kinerja di Industri Broiler (2009-2011) secara deskriptif

7. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi Kondisi Dasar di

Industri Broiler

8. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Industri

Broiler

9. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Industri

Broiler

10. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Industri

Broiler

11. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Industri

Broiler (lanjutan)

12. Hasil Validasi Model Ekonometrika menggunakan kriteria RMSPE

dan U-theil

13. Dampak perubahan faktor eksternal terhadap Industri Broiler

14. Dampak peningkatan rasio konsentrasi pada beberapa tingkatan

terhadap kesejahteraan masyarakat

15. Perhitungan surplus produsen dan surplus konsumen sehubungan

dengan peningkatan konsentrasi industri

16. Implikasi kebijakan pemerintah di dalam memperbaiki Struktur,

Perilaku dan Kinerja Industri Broiler sehubungan dengan simulasi

18

26

27

66

88

106

115

117

120

122

126

133

134

142

143

148

DAFTAR GAMBAR

1. Grafik laju pertumbuhan PDB, sektor pertanian dan subsektor

peternakan di Indonesia, 2005-2013 (dalam persen)

2. Grafik perkembangan konsumsi daging dan telur nasional (ribu ton),

2006-2010

3. Grafik perkembangan harga rata-rata daging ayam di tingkat

konsumen di tiga kota besar, 2005-2013

4. Model hubungan saling pengaruh mempengaruhi dari Structure

Conduct Performance-SCP

5. Bagan analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja

6. Pangsa pasar untuk Pakan dan DOC pada 2007

1

2

6

17

19

25

Page 13: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

7. Grafik perkembangan produksi daging beberapa jenis ternak di

Indonesia, 2006-2013 (ribu ton)

8. Hubungan kemitraan di Industri Broiler Indonesia

9. Perbandingan kurva konsentrasi

10. Derivasi Gini Index dari kurva Lorenz

11. Kurva Skala Ekonomi

12. Penetapan harga oleh perusahaan monopoli dan bersaing

13. Surplus Produsen

14. Surplus Konsumen

15. Kerangka pemikiran penelitian Dampak Konsentrasi Industri

terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen di Industri Broiler

16. Diagram keterkaitan variabel dalam SCP Broiler

17. Kurva Lorenz di Industri Broiler Jawa Barat

18. Pangsa pasar tujuh perusahaan broiler terbesar pada 2003 dan 2012

19. Perkembangan rasio konsentrasi dan hambatan masuk di Industri

Broiler Indonesia

20. Perkembangan produksi dan harga rata-rata broiler di Indonesia

21. Hubungan antara Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Broiler

22. Dampak peningkatan permintaan terhadap SCP Industri Broiler

23. Dampak peningkatan penawaran terhadap SCP Industri Broiler

24. Dampak peningkatan harga daging Ayam Broiler terhadap SCP

Industri Broiler

25. Dampak peningkatan harga pakan terhadap SCP Industri Broiler

26. Dampak peningkatan harga bibit terhadap SCP Industri Broiler

26

29

32

54

56

58

68

69

72

89

104

108

109

109

129

135

136

137

138

140

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil pendugaan model Ekonometrika Simultan Struktur, Perilaku

dan Kinerja Industri Broiler Indonesia

2. Hasil Validasi model Ekonometrika Simultan Struktur, Perilaku dan

Kinerja Industri Broiler Indonesia

3. Hasil simulasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi Struktur,

Perilaku dan Kinerja Industri Broiler Indonesia

4. Hasil simulasi perubahan tingkat konsentrasi Industri terhadap

Indikator Kesejahteraan Masyarakat

5. Sintax Program SAS untuk Estimasi

6. Sintax Program SAS untuk Simulasi

158

164

167

172

180

184

Page 14: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agribisnis peternakan memegang peranan yang sangat strategis dan mampu

membangun pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat perdesaan maupun perkotaan.

Secara makro, sektor peternakan mampu berkontribusi yang cukup besar terhadap

pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), ketahanan pangan, peningkatan

rata-rata pendapatan penduduk nasional dan penciptaan lapangan pekerjaan.

PDB sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya terus mengalami peningkatan.

PDB sub sektor peternakan diperkirakan mencapai Rp. 43.9 trilyun (atas dasar

harga konstan 2000) pada tahun 2013 yang secara konsisten meningkat dari tahun

2005-2013 dengan laju pertumbuhan sebesar 3.7 persen per tahun (BPS, 2013a).

Hal ini memang masih dibawah rata-rata laju pertumbuhan nasional yang

mencapai 5.9 persen, namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata laju

pertumbuhan sektor pertanian (Gambar 1). PDB sub sektor peternakan

memberikan kontribusi 12.9 persen terhadap PDB sektor pertanian, dimana share

sektor pertanian terhadap PDB nasional sebesar 12.3 persen.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013.

Gambar 1. Grafik laju pertumbuhan PDB nasional, sektor pertanian dan subsektor

peternakan di Indonesia (dalam persen), 2005-2013

Sektor peternakan sebagai penghasil sumber protein hewani juga

berkontribusi dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

SDM yang berkualitas merupakan faktor penentu dalam upaya meningkatkan

produktivitas dan daya saing bangsa. Sektor peternakan juga memiliki prospek

yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang

dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Pengalaman menunjukkan bahwa pada

saat krisis ekonomi (1997-2000), daya beli masyarakat menurun. Hal ini berakibat

pada terjadinya penurunan trend konsumsi daging dan telur. Pada periode setelah

Page 15: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

2

krisis (2001-2003) laju pertumbuhan konsumsi daging dan telur hingga tahun

2010 terus meningkat (Gambar 2).

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011

Gambar 2. Grafik perkembangan konsumsi daging dan telur nasional (000 ton),

2006-2010

Pemulihan konsumsi produk ternak relatif cepat. Konsumsi hasil-hasil

peternakan totalnya mencapai 6.7 juta ton di tahun 2010, mengalami peningkatan

sebesar 0.62 dari tahun sebelumnya (Ditjen Peternakan dan Keswan, 2011).

Komoditas dan produk peternakan terus meningkat dikarenakan adanya

pertambahan penduduk, pertumbuhan pendapatan, semakin banyaknya penduduk

kelas menengah, meningkatnya urbanisasi, semakin besarnya harapan hidup dan

penduduk usia tua. Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk serta

kesadaran akan gizi masyarakat yang meningkat di tahun-tahun mendatang, akan

memacu peningkatan konsumsi produk peternakan. Hal ini merupakan peluang

bagi pengembangan sektor peternakan.

Sensus Pertanian 2013 mencatat bahwa jumlah rumah tangga usaha

pertanian terbanyak di Indonesia adalah di sub sektor tanaman pangan dan sub

sektor peternakan. Jumlah rumah tangga usaha pertanian sub sektor tanaman

pangan adalah sebanyak 17.73 juta rumah tangga dan jumlah rumah tangga (RT)

usaha pertanian sub sektor peternakan adalah sebanyak 12.97 juta rumah tangga.

Hal ini mengalami kenaikan sebesar 131.6 persen jika dibandingkan dengan

jumlah RT peternak hasil sensus tahun 2003. Sementara dalam hal produksi

daging, totalnya mencapai 2.82 juta ton di tahun 2013 (angka sementara),

mengalami peningkatan sebesar 6 persen dari tahun sebelumnya. Kontribusi

terbesar produksi daging adalah daging ayam ras pedaging atau broiler (52%),

sapi dan kerbau (21%), ayam buras (10%), babi (8%) serta domba dan kambing

(4%). Adapun total produksi telur pada 2013, sebesar 1.7 juta ton, mengalami

peningkatan sebesar 5.6 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kontribusi terbesar produksi telur adalah telur ayam ras (72%), itik (16%) dan

ayam buras (12%). Untuk susu, total produksinya mencapai 0.98 juta ton yang

berasal dari sapi perah dan mengalami peningkatan sebesar 2.3 persen dari tahun

sebelumnya (BPS, 2013b).

Page 16: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

3

Perkembangan ekonomi dan arus global telah mendorong masyarakat

mengkonsumsi daging, telur, dan susu lebih banyak. Peluang ini dimanfaatkan

perusahaan multinasional dengan memasukkan produk (susu dan daging), inovasi

(industri ayam ras, industri pengolahan susu), dan bibit (ayam ras, babi, dan sapi).

Kondisi ini menyebabkan perkembangan industri peternakan sangat bergantung

pada impor bibit dan bakalan (ayam ras 100 persen, feeder cattle 450 000

ekor/tahun), bahan baku pakan (bungkil kedelai, jagung, tepung ikan dan Meat

Bone Meal atau tepung tulang), maupun teknologi pengolahan dan pemasaran.

Namun, pertumbuhan yang pesat dalam bisnis peternakan sejauh ini lebih banyak

dinikmati oleh perusahaan-perusahaan multinasional (MNCs) berskala besar.

Digerakkan oleh adanya keuntungan skala ekonomi (economies of scale) dan

globalisasi sistem rantai nilai, MNCs semakin mendominasi sektor agribisnis di

seluruh rantai nilai, dari hulu sampai hilir. Hal ini telah meninggalkan pasar-pasar

tradisional dimana para petani atau peternak skala kecil menjual ke pasar dan

pedagang lokal (Daryanto, 2009).

Salah satu industri peternakan yang perkembangannya sangat pesat adalah

industri perunggasan. Industri perunggasan Indonesia kini telah mencapai

swasembada daging unggas, meskipun dalam beberapa hal seperti pasokan bahan

baku pakan, bibit ayam dan obat masih impor. Komoditas perunggasan berfungsi

sebagai penyedia bahan pangan protein hewani yang harganya relatif lebih murah

dibandingkan dengan harga daging sapi sehingga terjangkau oleh masyarakat luas.

Namun demikian, komoditas ternak unggas masih banyak mengalami

permasalahan dan hambatan baik secara makro maupun mikro. Beberapa

diantaranya yang memerlukan perhatian serius dari para pemangku kepentingan di

peternakan unggas adalah bahan baku pakan yang masih impor dan belum

bebasnya Indonesia dari penyakit yang sangat merugikan secara sosial ekonomis,

khususnya Avian Influenza (AI).

Industri perunggasan di Indonesia sepanjang 2008 lalu menunjukkan kinerja

yang cukup bagus. Bahkan dalam tahun 2009 ketika krisis global dan ketika

terjadi penurunan daya beli, justru mendorong substitusi pangan ke produk

unggas, sehingga industri perunggasan mampu bertahan. Produk unggas yang

tetap bertahan di tengah krisis adalah ayam dan telur (ICN, 2009). Peternakan

ayam broiler menjadi lini terdepan sebagai pabrik penghasil daging unggas.

Selanjutnya peternakan ayam broiler mulai banyak melakukan pengembangan di

beberapa daerah dan didukung oleh sarana dan prasarana yang lain. Ayam

pedaging (broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat

menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat. Dengan bantuan ilmu

pengetahuan untuk memanipulasi genetik ayam, kini ayam broiler telah mampu

dipasarkan atau dikonsumsi pada umur pemeliharaan sekitar 4 - 5 minggu

(Murtidjo, 2003).

Secara umum, industri perunggasan, khususnya industri ayam broiler, sering

dianggap sebagai panutan bagi industrialisasi pertanian. Industri ayam broiler

merupakan salah satu industri pertanian yang paling terintegrasi. Industri ini telah

mendominasi area persaingan di dalam pasar daging selama 30 tahun terakhir,

memperluas pangsa pasar secara dramatis karena meningkatnya efisiensi,

mempertahankan harga yang lebih rendah dibandingkan pesaingnya dan

meningkatkan penawaran produk serta variasinya. Secara keseluruhan, integrasi

vertikal di industri perunggasan dan ketergantungan pada kontrak produksi

Page 17: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

4

dengan peternak mandiri tidak diragukan lagi difasilitasi efisiensi industri dan

tanggap terhadap konsumen, menjadikannya pesaing yang tangguh di pasar

daging secara global (Tsolouhas dan Vukina, 2001).

Seperti halnya di negara maju dewasa ini, industri broiler di Indonesia

sepenuhnya terintegrasi secara vertikal, mulai dari pembibitan dan penetasan,

mesin pembuatan pakan, divisi transportasi dan pabrik pengolahan. Tahap

finishing produksi diatur hampir seluruhnya melalui kontrak dengan peternak.

Sebagian besar nilai tambah dalam pengolahan adalah alasan utama mengapa

prosesor menjadi koordinator dari industri, sehingga akhirnya skala ekonomi yang

signifikan dalam pengolahan telah menyebabkan konsentrasi industri yang

signifikan pula.

Sistem perdagangan global telah mengalami transformasi yang sangat nyata.

Negara-negara maju tetap memberikan tingkat subsidi pertanian yang cukup

tinggi yang dibarengi pula dengan subsidi ekspor. Hal ini merupakan insentif

nyata bagi produsen di negara-negara tersebut sehingga terjadi kelebihan produksi

yang membanjiri pasar dunia. Sementara negara sedang berkembang masih

menghadapi persoalan usaha tani skala kecil, keterbatasan teknologi, dukungan

keuangan, infrastruktur dan lain-lain yang menyebabkan sebagian besar negara

sedang berkembang belum bisa melepaskan diri dari masalah kemiskinan,

pengangguran, ketahanan pangan, dan keterbelakangan kehidupan masyarakat

desa. Kedua hal tersebut menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan

perdagangan komoditi pertanian di pasar global yang diikuti oleh konsentrasi

industri di tangan sejumlah perusahaan multi nasional (MNCs), praktek kartel

dan/atau integrasi horisontal dan integrasi vertikal, praktek dumping yang bersifat

predatory, bentuk perjanjian tertutup dan tying in, serta berbagai praktek unfair

business yang lain (Iwantono, 2007)

Hal serupa juga terjadi dalam skala yang lebih kecil di kebanyakan negara

termasuk Indonesia. Untuk itu sangat diperlukan kebijakan persaingan yang

memungkinkan pasar dapat bekerja secara sehat. Kompetisi merupakan elemen

penting (critical element) bagi price-oriented market economy. Tanpa persaingan

yang fair, ekonomi menjadi tidak produktif, industri bekerja secara tidak efisien,

mendorong konsentrasi ekonomi yang diikuti oleh abuse of dominant position,

kehilangan daya inovasi dan kreativitas.

Konsentrasi industri dalam produk-produk pertanian AS ditunjukkan oleh

perkembangan sebagai berikut : Beef Packers dengan CR-4 83.5 persen (CR-4

adalah rasio konsentrasi relatif dari 4 perusahaan terhadap total 100 persen

industri), Pork Packers dengan CR-4 64 persen, Broilers dengan CR-4 56 persen,

Flour Milling dengan CR-4 63 persen dan Soybean Crushing dengan CR-4 71

persen (Iwantono, 2007). Kesemuanya merupakan pasar oligopoli. Semakin

terkonsentrasi suatu industri, maka perbedaan antara yang dibayar konsumen dan

diterima produsen untuk produksi barang mereka semakin besar (Daryanto, 2009).

Sebagaimana industri pangan yang semakin maju, dan didorong oleh

permintaan konsumen, maka koordinasi vertikal, sebagai strategi bisnis menjadi

sangat penting sekarang karena hal ini memungkinkan petani dan industri pangan

untuk mengatur dan menyesuaikan produksi mereka berdasarkan kebutuhan pasar.

Hal ini dipercaya bahwa integrasi vertikal dan kontrak sistemnya pada akhirnya

menyebabkan perubahan, dimana secara konsisten terjadi peningkatan kualitas,

produk lebih beragam dan lebih banyak pilihan produk bagi konsumen.

Page 18: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

5

Williamson (1974) dalam Bhuyan (2005), berpendapat bahwa integrasi vertikal

menciptakan efisiensi dengan mengurangi biaya transaksi terkait dengan

pertukaran (market exchange). Perusahaan terintegrasi akan mampu mengurangi

inefisiensi alokatif dengan melakukan diversifikasi resiko, memastikan penawaran

atau pasar, menangkap peluang atau skala ekonomis, menginternalkan

eksternalitas di produksi, penentuan harga dan keputusan pasar (Klein et al.

1978).

Meskipun begitu ada anggapan bahwa apapun bentuk koordinasi, khususnya

integrasi vertikal, bisa meningkatkan kekuatan pasar (market power) dan pada

akhirnya mempengaruhi kinerja pasar. Sementara itu, peningkatan market power

akan menghasilkan welfare loss yang tinggi. Namun apakah integrasi vertikal

dapat meningkatkan kekuatan pasar, hal ini masih menjadi perdebatan dalam

literatur Industrial Organization (Carlton dan Perloff, 2000). Sebaliknya the

Chicago School berpendapat bahwa integrasi vertikal tidak dapat memindahkan

kekuatan pasar dari satu level ke level lainnya (Bhuyan, 2005).

Ada dua area utama dimana welfare loss mungkin terjadi di industri.

Welfare loss mungkin terjadi karena produsen sangat terkonsentrasi dan

membayar kepada individu yang memelihara tanaman/ternak dengan sangat

rendah, atau ini juga dapat muncul karena perusahaan di pasar produk akhir

misalnya, memiliki kekuatan pasar yang besar dan membebankan ke konsumen

lebih besar. Kerugian disisi produksi dapat muncul jika dipasar tersebut terdapat

sejumlah kecil pembeli yang sulit untuk dapat membuat situasi pembelian yang

kompetitif. Kerugian di sisi konsumen dapat muncul jika terdapat sejumlah kecil

penjual dan kurangnya kompetisi menyebabkan peningkatan harga yang dibayar

konsumen (Whitley, 2001)

Perumusan Masalah

Kebutuhan daging ayam broiler cenderung meningkat setiap tahunnya.

Peningkatan kebutuhan ini sejalan dengan situasi perekonomian Indonesia yang

terus bertumbuh. Konsumsi ayam ras pada tahun 2013 mencapai 2.2 miliar ekor.

Jumlah tersebut naik 15.79 persen dibandingkan konsumsi ayam ras sepanjang

2012 sebanyak 1.9 juta miliar ekor. Konsumsi daging ayam ras meningkat

lantaran pendapatan penduduk juga cenderung naik. Masyarakat yang semula

tidak mengkonsumsi ayam, karena pendapatan naik mampu membeli daging

ayam. Tingginya permintaan berdampak pada harga daging ayam broiler di

pasaran. Harga daging ayam broiler pada rentang waktu 2013 berkisar Rp 28 000

hingga Rp 30 000 per kilogram. Harga tersebut naik 15-17 persen dibandingkan

harga tahun sebelumnya yang berada di kisaran Rp 24 000 hingga Rp 26 000 per

kilogram (Kontan, 2013). Perkembangan harga daging ayam broiler yang

meningkat dari waktu ke waktu terlihat pada Gambar 3 dimana di tiga kota besar,

yaitu DKI Jakarta, Semarang dan Surabaya, harga rata-rata daging ayam broiler

terjadi peningkatan antara 12 sampai 16 persen antara tahun 2005- 2013

(Kemendag, 2013).

Page 19: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

6

Sumber : Kementerian Perdagangan, diolah Pusat Data dan Informasi Pertanian,

2013

Gambar 3. Grafik perkembangan harga rata-rata daging ayam di tingkat konsumen

di tiga kota besar, 2005-2013

Perubahan struktur pertanian di Indonesia mendapat perhatian lebih

terutama mengenai berkurangnya persaingan di dalam berbagai pasar produk

pertanian, termasuk pasar ayam broiler. Dua perhatian utama dalam industri ayam

broiler adalah integrasi (koordinasi) dan konsentrasi – dimana sejumlah kecil

perusahaan mengontrol sebagian besar penjualan. Konsentrasi industri adalah

situasi yang memperlihatkan derajat penguasaan pasar. Konsentrasi ini ditambah

dengan restrukturisasi terjadi baik melalui penggantian ternak yang ada dengan

lebih sedikit, lebih besar, yang lebih efisien, atau melalui reorganisasi dan

konsolidasi aset perusahaan yang ada ke konfigurasi yang lebih efisien, atau

keduanya. Menurut Weng (2012), konsentrasi dan restrukturisasi dalam industri

broiler bisa memiliki dua dampak; pertama, industri terkonsentrasi tinggi berarti

memiliki kekuatan pasar yang tinggi pula, akibatnya kesejahteraan sosial akan

menurun. Kedua, restrukturisasi industri dapat meningkatkan efisiensi biaya, yang

akan meningkatkan kesejahteraan sosial.

Peningkatan konsentrasi industri terjadi melalui merger, akuisisi, investasi,

dan sarana lainnya. Dalam jangka panjang, skala ekonomi, tingkat diferensiasi

produk, dan kebutuhan modal absolut untuk masuk adalah faktor penting

pembentuk konsentrasi. Sedangkan kenaikan konsentrasi secara positif berkorelasi

dengan kekuatan pasar – kemampuan perusahaan yang signifikan untuk

mempengaruhi harga atau kuantitas di pasar – konsentrasi dapat menyebabkan

efisiensi biaya atau inefisiensi biaya atau biaya netral. Ada atau tiadanya efek

efisiensi yang mampu mengimbangi atau memperkuat efek kekuatan pasar sangat

penting untuk kinerja sistem pangan. Dengan demikian, konsentrasi dapat

berdampak tidak hanya pada konsumen (sejauh bahwa tabungan atau inefisiensi

biaya yang diteruskan kepada mereka), tetapi juga pada daya saing internasional

dan profitabilitas perusahaan pengolahan makanan domestik (Lopez dan Lirón-

España, 2005).

Page 20: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

7

Beberapa studi mengenai industri perunggasan menegaskan bahwa struktur

industri perunggasan sekarang ini mengarah ke oligopolistik (Agustina, 2009;

Fitriani, 2006; dan Yusdja et al, 2004). Hal ini ditunjukkan dengan adanya (1) dari

sekitar 40 produsen ayam broiler di Indonesia, 16 perusahaan diantaranya

termasuk kategori skala besar. Enam belas perusahaan skala besar itu menguasai

75 persen pangsa pasar industri produksi broiler (Kontan, 2013), (2) perusahaan

peternakan skala besar seperti Japfa Comfeed, Charoen Phokpand, Malindo,

Sierad Produce, Cheil Jedang dan lain-lain melakukan integrasi vertikal.

Permasalahan pokok yang dihadapi oleh sektor industri dewasa ini adalah

rapuhnya sendi-sendi ekonomi sebagai akibat berkembangnya industri yang

sangat tergantung pada bahan baku impor dan sangat sedikit menyentuh

perekonomian masyarakat luas. Kondisi yang menjadikan terkonsentrasinya

modal pada sekelompok kecil masyarakat telah menimbulkan kesenjangan yang

lebar. Usaha-usaha skala besar ini terintegrasi dari hulu ke hilir. Semestinya

dimasa depan, tumbuh majunya industri nasional harus dibarengi dengan

pemberian manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia,

tanpa merongrong kedaulatan bangsa dan mengorbankan kepentingan nasional

(Kuncoro, 2007)

Industri broiler di Indonesia sebagaimana juga di negara maju dimulai dari

usaha hobi di halaman rumah, yang kemudian berkembang menjadi usaha

komersil walaupun dalam ukuran usaha rakyat. Selanjutnya karena perkembangan

ekonomi, terjadi peningkatan investasi dan teknologi yang mendorong perubahan

struktur industri dari usaha rakyat menjadi suatu industri yang mencakup

perkembangan semua perangkat atau komponen industri dalam skala besar.

Dalam kurun waktu 20 tahun, sejak dimulai pada 1975 hingga 1995, peternakan

ayam broiler rakyat telah berkembang menjadi salah satu industri nasional yang

sangat penting, sekalipun hampir seluruh komponen industri dibangun secara

padat modal (Yusdja et al, 2004).

Ada anggapan bahwa perkembangan industri broiler yang relatif cepat itu

menyembunyikan suatu kegagalan kebijakan pemerintah yang sesungguhnya

menginginkan struktur industri yang sangat berbeda dengan yang eksis sekarang.

Selama masa itu, pemerintah sudah berjuang keras untuk menciptakan struktur

industri broiler dalam bentuk usaha rakyat dengan membangun pilar-pilar industri

padat modal seperti industri pakan, industri pembibitan dan pengolahan (Yusdja et

al, 2004).

Hampir semua segmen industri menjadi lebih terkonsentrasi dari waktu ke

waktu. Perhatian utama sehubungan dengan konsentrasi adalah, hal ini bisa

mengurangi tingkat persaingan di pasar hasil pertanian dan produk pangan dan

menghasilkan kekuatan pasar (sebagai contoh, kemampuan perusahaan

mempengaruhi harga-harga), menempatkan pada posisi yang kurang

menguntungkan pada beberapa segmen penduduk, misalnya produsen atau

konsumen. Namun, konsentrasi bisa juga menghasilkan efisiensi, dimana terjadi

penghematan biaya yang diteruskan kepada konsumen melalui harga eceran yang

rendah, yang pada gilirannya dapat menghasilkan permintaan tambahan untuk

komoditas dan menguntungkan petani. Namun, lembaga yang ahli dan pemerhati

masalah industri umumnya sepakat bahwa konsentrasi kemungkinan akan

meningkat di masa depan, berpotensi meningkatkan kekhawatiran tentang

kekuatan pasar dan manipulasi harga komoditas dan pangan (Shields, 2010).

Page 21: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

8

Menurut Yusdja et al. (2004), kegiatan pada usaha broiler ini patut diduga

telah terjadi praktek monopoli dalam bentuk kartel, atau paling tidak peternak

rakyat menghadapi masalah ganda yaitu struktur pasar yang oligopolistik pada

pasar input dan struktur yang oligopsonistik pada pasar output. Disamping itu isu

adanya integrasi vertikal yang disertai integrasi horisontal telah menyebabkan

peternak rakyat berada pada posisi rebut tawar yang lemah. Peternak rakyat

banyak yang mengeluh dengan adanya integrasi vertikal ini. Dalam hal ini

peternak akan menghadapi masalah ganda yaitu masalah pada pasar input dan

sekaligus masalah pada pasar output. Peternak akan sebagai price taker pada pasar

input dan terpaksa harus membayar harga input yang terkadang tidak rasional. Hal

ini antara lain disebabkan oleh : (1) integrasi vertikal yang dijalankan adalah

integrasi vertikal yang semu, sehingga tujuan utama integrasi vertikal adalah

mencapai efisiensi tertinggi tidak tercapai. Hal ini disebabkan perusahaan

peternakan terbagi dalam unit-unit industri yang terpisah yang pada masing-

masing unit perusahaan terdapat margin pemasaran, sehingga peternak rakyat

menghadapi margin ganda dan (2) struktur perusahaan peternakan yang

melakukan integrasi vertikal adalah perusahaan yang oligopolistik, yang bagi

perusahaan akan lebih menguntungkan melakukan kesepakatan-kesepakatan

bisnis dari pada melakukan perang harga. Sementara itu pada sisi pasar output

peternak unggas rakyat menghadapi masalah : (1) pangsa produksi yang dikuasai

baik secara individu maupun kelompok sangatlah kecil dibandingkan pangsa

produksi perusahaan peternakan, (2) tidak ada perbedaan segmentasi dan tujuan

pasar, dan (3) peternak unggas rakyat juga menghadapi struktur pasar yang

oligopsonistik terutama dalam berhadapan dengan inti.

Adapun kajian yang dilakukan pada industri broiler dipandang sangat

relevan, mengingat sekitar 60-70 persen kegiatan industri ayam pedaging nasional

dilakukan secara kemitraan antara integrator dan peternak plasma. Yang menjadi

persoalan mendasar saat ini adalah bagaimana industri perunggasan Indonesia bisa

menjadi efisien kalau isu monopoli masih saja mengkhawatirkan para peternak

mandiri. Cara pandang yang salah terhadap keberadaan integrator di satu sisi dan

peternakan rakyat di sisi lain mungkin harus diperbaiki terutama dalam melihat

secara objektif penyebab terjadinya disparitas dalam input dan output.

Sampai saat ini, penelitian mengenai organisasi industri masih menjadi

topik yang tetap diminati seiring dengan dinamika perkembangan industri terkini

baik dari sisi permintaan maupun dari sisi perkembangan teknologi. Fokus

penelitian seputar konsentrasi industri telah lama menjadi perhatian sehubungan

dengan dikeluarkannya UU Anti Monopoli, dimana disatu sisi konsentrasi yang

tinggi dapat menghasilkan industri yang efisien, yang dapat memberi manfaat bagi

kesejahteraan sosial, namun disisi lain, konsentrasi tinggi juga dapat

menghasilkan kekuatan pasar yang dapat menurunkan kesejahteraan sosial.

Barangkali masih diperlukan campur tangan pemerintah lebih jauh agar

struktur industri perunggasan nasional lebih mengarah kepada pola jaringan

agribisnis yang optimal dengan lebih banyak menggerakkan peternakan rakyat

untuk menguasai usaha dari hulu ke hilir. Upaya pemerintah diperlukan juga

dalam menangani faktor sensitif industri perunggasan seperti jaminan harga bibit

dan harga pakan yang relatif stabil. Dengan demikian ke depan, industri

perunggasan nasional perlu ditata kembali dengan melibatkan semua kelembagaan

pemerintah dan swasta terkait. Strategi jangka panjang dengan mendorong

Page 22: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

9

terciptanya keseimbangan struktur dan kekuatan subsistem agribisnis hilir

diperlukan terutama menghadapi derasnya arus masuk produk unggas impor yang

dihasilkan dengan biaya produksi demikian rendah di negara-negara maju.

Keragaman perkembangan industri dicerminkan oleh kondisi internalnya,

terutama dalam kaitannya dengan berbagai indikator kinerja. Keragaman

perkembangan tersebut kemudian mempengaruhi respon industri terhadap

masukan dan fasilitas, baik yang datang dari pihak luar industri maupun strategi

usaha yang dilakukan industri itu sendiri. Beberapa industri memiliki kemampuan

untuk memberi respon yang lebih baik dibandingkan yang lain, dan industri yang

berada pada kelompok ini dapat diidentifikasi sebagai industri yang memiliki

kemampuan usaha yang tinggi. Di lain pihak tantangan terbesar yang saat ini

masih dihadapi oleh industri di Indonesia adalah untuk dapat mewujudkan industri

sebagai badan usaha yang tangguh, yang mampu berusaha secara efisien dan ikut

dalam misi memberdayakan ekonomi rakyat. Hal tersebut dapat diartikan sebagai

tantangan untuk meningkatkan kinerja industri. Dalam kerangka pemikiran teori

organisasi ekonomi dan ekonomi kelembagaan, perilaku usaha (business conduct/

business behavior/ business strategy) yang kemudian mempengaruhi kinerja

(businesss performance). Kinerja itu sendiri pada gilirannya akan membangun

struktur industri.

Pertanyaannya kemudian adalah apakah industri broiler dalam negeri yang

relatif terkonsentrasi tersebut memiliki kekuatan pasar (market power)? Seberapa

besar dalam mempengaruhi kinerja industri broiler domestik dan implikasinya

terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen? Serta rumusan kebijakan seperti

apa yang dapat mensejahterakan masyarakat sekaligus memajukan industri

broiler? Secara empiris peneliti mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas

menggunakan perangkat analisis Empirical Industrial Organization (EIO).

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak konsentrasi

industri terhadap kinerja dan kesejahteraan masyarakat di industri broiler

Indonesia. Secara spesifik, tujuan penelitian ini dirinci sebagai berikut:

1. Menganalisis dampak konsentrasi industri terhadap kinerja (performance)

industri broiler

2. Menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap struktur, perilaku

dan kinerja industri broiler

3. Menganalisis perubahan kesejahteraan baik ditingkat produsen maupun

konsumen dan kesejahteraan masyarakat umumnya akibat perubahan tingkat

konsentrasi di industri broiler

4. Merumuskan kebijakan yang dapat mensejahterakan masyarakat sekaligus

memajukan industri broiler

Hasil penelitian dimaksudkan dapat bermanfaat untuk memperkaya ilmu

pengetahuan sekaligus mampu menjawab tantangan industri dalam perspektif

global maupun bagi kepentingan pemerintah dan para stake holder di industri

broiler, khususnya adalah:

1. Sebagai masukan bagi pemerintah, yaitu dalam memprediksi dan

mengevaluasi efek dari kebijakan baru dalam industri serta mampu

Page 23: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

10

mengidentifikasi praktek anti persaingan seperti kolusi, penetapan harga dan

perilaku saling menghancurkan sehingga dapat menjadi masukan untuk

merumuskan kebijakan pengembangan industri broiler dimasa datang

2. Pelaku usaha, dapat meningkatkan strategi mereka, pengambilan keputusan

dan tingkat keuntungan serta memanfaatkan faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan industri yang harmonis dan sejalan dengan

tujuan memajukan kesejahteraan masyarakat

3. Pengembangan konsep analisis struktur, perilaku dan kinerja dalam

memperkaya khasanah model analisis ekonomi pasar.

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Kegiatan penelitian ini diawali oleh suatu diskusi mengenai struktur dan

perilaku usaha industri dalam kelembagaan usaha ayam broiler di Indonesia.

Kemudian disusun model analisa empirik mengenai struktur, perilaku dan kinerja

industri. Unit analisis yaitu perusahaan budidaya ayam broiler (berbadan hukum)

yang menghasilkan sepenuhnya atau sebagian ayam broiler hidup atau untuk

olahan selanjutnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah lebih difokuskan pada

kebijakan yang berkenaan dengan industri dan kelembagaan usaha ayam broiler.

Industri broiler tanah air terdiri dari perusahaan budidaya ternak ayam

broiler yang didukung oleh industri pakan, pembibitan, obat-obatan dan peralatan

untuk memenuhi konsumsi rumah tangga dan industri pengolahan daging ayam

broiler. Industri ini berkembang pesat sejak 1980-an dan mulai dilakukan

penghimpunan data dan informasinya sejak 1994. Namun dikarenakan sistem

penyimpanan data sebelum tahun 2000 belum terkomputerisasi seperti sekarang

sehingga pada penelitian ini penggunaan data time series tidak dapat menjadi

solusi. Adapun penelitian ini menggunakan data sekunder yang merupakan data

panel industri broiler dari tahun 2009 sampai 2011 di delapan propinsi di

Indonesia dari Badan Pusat Statistik. Pemilihan propinsi berdasarkan jumlah

perusahaan broiler terbesar yang tersebar di empat pulau yaitu Sumatera, Jawa,

Kalimantan dan Sulawesi. Data yang dihimpun diantaranya harga pakan, harga

bibit, volume pakan, jumlah perusahaan budidaya ayam broiler, jumlah tenaga

kerja, produksi dan konsumsi daging ayam broiler, nilai penjualan, serta biaya-

biaya produksi. Fokus analisis ada dua yaitu di level perusahaan dan level

industri, sehingga menggunakan data agregat dari industri.

Analisis dibatasi hanya pada aspek pasar budidaya di industri broiler, tanpa

membahas lebih lanjut secara mendalam tentang aspek pasar atau tataniaga bahan

baku dan industri pengolahan daging ayam broiler agar lebih fokus, sehingga

perhitungan indeks integrasi vertikal hanya bisa menggunakan rasio nilai tambah

terhadap penjualan. Perkembangan industri ayam broiler dianalisis menggunakan

pendekatan model Struktur-Perilaku-Kinerja. Sebagai faktor eksternal yang

merupakan kondisi dasar industri didekati melalui variabel produksi dan konsumsi

ayam broiler. Sementara untuk kondisi struktur industri didekati melalui variabel

jumlah perusahaan, konsentrasi dan hambatan masuk pasar. Kondisi perilaku

industri didekati melalui variabel integrasi vertikal dan pangsa biaya pakan serta

pangsa biaya produksi dan biaya lainnya sebagai persamaan identitas. Kemudian

untuk kondisi kinerja industri didekati melalui variabel harga produk, efisiensi,

Page 24: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

11

produktivitas, tingkat keuntungan, kekuatan pasar dan ketimpangan produksi.

Model yang dibangun kemudian divalidasi untuk simulasi faktor-faktor internal

dan eksternal, dengan tujuan untuk melihat dampak dari perubahan faktor-faktor

tersebut terhadap struktur, perilaku dan kinerja industri serta sejauh mana

pengaruh perubahan konsentrasi terhadap perubahan surplus produsen dan surplus

konsumen.

Keterbatasan dari penelitian ini adalah: (1) tidak memasukkan struktur biaya

bibit ayam sehari (DOC) di dalam model. Mengingat adanya keterbatasan

ketersediaan data DOC, hanya variabel jumlah produksi dan harga saja yang dapat

dimasukkan dalam model. Selain itu pangsa DOC dalam biaya produksi daging

ayam relatif rendah, yaitu hanya sekitar 13 persen; (2) tidak membahas kinerja

kemitraan ayam broiler Indonesia secara lebih detail; dan (3) tidak membahas

aspek perdagangan internasional, walaupun aspek ini cukup besar pengaruhnya

terhadap perkembangan industri dan performance agribisnis ayam broiler di

Indonesia.

Kebaruan (Novelty) Penelitian

Penelitian dan kajian mengenai konsentrasi industri dan dampaknya

terhadap kinerja dan kesejahteraan di sektor peternakan telah cukup banyak

dilakukan di luar negeri. Namun di dalam negeri, penelitian yang berkenaan

dengan konsentrasi industri masih sangat sedikit terutama di industri broiler.

Konsentrasi sebagai salah satu komponen struktur pasar sangat menentukan dalam

persaingan antar pelaku pasar yang nantinya berdampak terhadap kinerja pasar.

Kinerja pasar selanjutnya akan berdampak terhadap daya saing produk dan

kesejahteraan masyarakat di industri tersebut.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian organisasi industri

yang sudah ada. Penelitian ini mencoba memperluas cakupan dampak konsentrasi

melalui model yang secara eksplisit mempertimbangkan hambatan masuk sebagai

komponen struktur (structure) industri. Selanjutnya melihat dampak konsentrasi

industri selaku komponen struktur terhadap strategi dan perilaku (conduct)

diantaranya integrasi vertikal dan strategi penggunaan biaya. Selanjutnya melihat

dampak dari konsentrasi industri dan strategi yang menyertainya terhadap kinerja

(performance) industri yaitu harga, efisiensi, produktivitas, tingkat keuntungan,

kekuatan pasar dan ketimpangan. Hal ini dianalisis melalui penggunaan analisis

simultan dengan menggunakan pendekatan Structure-Conduct-Performance.

Hal lain yang berbeda dari penelitian ini adalah pertama, pertimbangan

simultan dari perubahan permintaan, penawaran dan konsentrasi, yang

menunjukkan efek dinamis dari konsentrasi. Tentunya ini dapat dicapai dengan

memperluas model saat ini sehingga konsentrasi yang berinteraksi dengan

perubahan faktor eksternal, atau melalui persamaan konsentrasi yang menjelaskan

dalam hal efisiensi, produktivitas dan variabel kinerja lainnya; kedua, belum ada

penelitian yang secara komprehensif menganalisis dampak konsentrasi terhadap

beberapa variabel kinerja sekaligus khususnya melihat dampak konsentrasi

industri terhadap ketimpangan dan kesejahteraan masyarakat di industri broiler

Indonesia saat ini.

Page 25: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

12

2 TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Literatur Mengenai Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar

Sub bab ini merujuk model analisis dari teori terdahulu mengenai Struktur,

Perilaku dan Kinerja Pasar (Structure, Conduct and Performance-SCP) yang telah

dibukukan dalam puluhan tahun hingga sekarang. Ada beberapa kerangka dan

perspektif yang dikemukakan yaitu; “Harvard Tradition”, “Chicago-UCLA

School”, “Contestable Market”, “Game Theory”, “Strategic Behavior” dan

perspektif ”New-Harvard Tradition”.

Model Perspektif ”Harvard Tradition” atau Aliran Strukturalis

Menurut Bain (1959), untuk mengukur struktur pasar digunakan aspek

strategis sebagai berikut :

1. Derajat konsentrasi penjual, digambarkan dengan jumlah dan distribusi

penjual dalam pasar

2. Derajat konsentrasi pembeli, digambarkan dengan jumlah dan distribusi

pembeli dalam pasar

3. Derajat diferensiasi produk, jumlah output dari berbagai penjual yang sulit

dibedakan oleh pembeli

4. Kondisi masuk pasar yang dapat dijelaskan dengan mudah atau sulitnya

masuk pasar terutama bagi pendatang baru.

Sedangkan untuk mengukur kinerja (performance), digunakan indikator

sebagai berikut :

1. Ketinggian harga jual dengan biaya rata-rata produksi

2. Efisiensi produksi dipengaruhi oleh skala usaha perusahaan seperti

kesesuaian produksi dengan kapasitas produksi

3. Jumlah biaya promosi per biaya produksi

4. Karakter produk termasuk rancangan, kualitas produk dan macam-macam

produk dalam pasar

5. Tingkat progresif perusahaan dan industri dalam mengembangkan produk dan

teknik produksi dan perbandingan biaya.

Struktur pasar merupakan elemen strategis yang relatif permanen dari

lingkungan perusahaan yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku dan

kinerja di dalam pasar (Koch, 1980). Struktur pasar merupakan bahasan penting

untuk mengetahui perilaku dan kinerja suatu industri. Struktur pasar merupakan

atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Elemen struktur pasar adalah

pangsa pasar (market share), konsentrasi (concentration) dan hambatan masuk

(barriers to entry). Semakin tinggi tingkat konsentrasi maka akan semakin tinggi

hambatan masuk dalam suatu industri. Konsentrasi industri (Concentration Ratio-

CR4), dikatakan tinggi jika nilai konsentrasi penjualan dari empat perusahaan

terbesar melebihi 70 persen dari total penjualan.

Ditinjau dari sisi deskripsi perilaku pasar (conduct), berbagai ukuran bisa

dipakai sesuai perkembangan teori seperti; teori harga, diskriminasi harga,

potongan harga, jaminan kualitas, strategis menghadapi pesaing dengan bekerja

sama (cooperative strategy) dan strategi tidak bekerjasama (noncooperative

Page 26: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

13

strategy), integrasi vertikal, dan restriksi vertikal. Sementara itu, kinerja pasar

(performance) biasanya diukur dengan dua cara yaitu; pertama, dengan tingkat

pengembalian modal (rate of return-ROR), yaitu keuntungan dari uang yang

diinvestasikan. Kedua, harga dikurangi biaya marginal (price-cost margin),

namun ada juga harga dikurangi biaya rata-rata (price-cost average).

Menurut Tirole (1989), pada mulanya pokok pembahasan dalam Organisasi

Industri adalah bahasan tentang ekonomi industri yang menekankan perilaku

perusahaan dan industri, terutama dalam pengendalian keseluruhan pasarnya.

Studi organisasi industri adalah studi tentang fungsi pasar yang menjadi konsep

penelitian diperkuat dengan teori Ekonomi Mikro. Pegembangan Teori Organisasi

dilakukan oleh Bain dan Mason (1959), yang terkenal dengan "Harvard

Tradition"nya telah mengembangkan paradigma yang terkenal dengan (Structure-

Conduct- Performance-SCP).

Sedangkan menurut Koch (1980), konsep dasar yang penting dalam

paradigma SCP adalah perusahaan selalu berusaha untuk mencari keuntungan

dengan berupaya menguasai pangsa pasar (market share) sebesar-besarnya. Oleh

karenanya, Bain dan Mason berhipotesis bahwa terdapat hubungan langsung

antara struktur, perilaku dan kinerja pasar. Paradigma SCP adalah mengupayakan

model tradisional yang dibutuhkan untuk merumuskan jawaban atas sejumlah

pertanyaan substantif terutama perilaku perusahaan yang terdapat di pasar dan

kondisi dasar dari pasar menentukan struktur, struktur menentukan perilaku,

perilaku menentukan kinerja, dan paradigma SCP memperluas bahasannya dalam

hubungan struktur pasar, perilaku dan kinerja ke Oligopoli.

Paradigma ini menjelaskan adanya hubungan struktur dengan kinerja pasar

yang dihasilkan melalui perilaku-perilaku tertentu dari perusahaan yang ada. Oleh

sebab itu, dapat dikatakan bahwa kinerja suatu industri merupakan fungsi dari

struktur yang terjadi. Hal ini dapat dilihat melalui persamaan berikut :

P = f (S)

dimana : P = Performance (kinerja)

S = Structure (struktur)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa elemen dari struktur pasar

adalah tingkat konsentrasi dan hambatan masuk atau entry barriers. Oleh sebab

itu, variabel-variabel yang membentuk struktur pasar tersebut juga akan

mempengaruhi kinerja yang dihasilkan oleh pasar tersebut melalui perilaku

tertentu dari perusahaan yang ada di pasar. Persamaan tadi dapat diubah menjadi :

P = f (CR, EB)

dimana : CR = Variabel pengukur tingkat konsentrasi

EB = Entry Barriers atau hambatan masuk

Dalam pandangan tradisional, konsentrasi yang tinggi dalam suatu industri

akan mendorong terciptanya tingkat kolusi yang tinggi diantara perusahaan yang

ada di dalamnya, sehingga membuat industri tersebut cenderung memiliki struktur

pasar monopoli. Hal ini akan berdampak pada pembentukan harga yang tinggi,

apalagi jika didukung dengan biaya produksi yang tetap, maka keuntungan yang

diperoleh dari perusahaan-perusahaan tersebut akan meningkat. Tingkat

Page 27: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

14

keuntungan ini dapat dijadikan proksi penilaian kinerja suatu perusahan atau suatu

industri. Para penganut aliran strukturalis percaya bahwa dalam mencapai kinerja

industri yang baik, perlu campur tangan pemerintah untuk menjaga kestabilan

iklim kompetisi. Dengan kata lain, aliran ini mengatakan bahwa kinerja yang

dianggap baik adalah kinerja yang dihasilkan oleh struktur pasar persaingan

sempurna.

Model Perspektif “Chicago- UCLA School”

Menurut Shepherd (1997), paradigma SCP memberikan satu pendekatan

yang penting dalam pengkajian pasar pada dunia nyata (real world) tetapi tidak

hanya satu pendekatan dalam pengkajian organisasi industri. Perspektif “Chicago-

UCLA School” mempunyai model tentang teori harga yang digunakan sebagai

peralatan analisis pasar. Menurut pandangan ini arah pengaruh atau penyebab dari

diagram SCP adalah berkebalikan, dimana kinerja pasarlah yang mempengaruhi

perilaku pasar, dan perilaku pasar yang mempengaruhi struktur pasar. Setiap

perusahaan mempunyai tingkat efisiensi relatif yang menjadi penentu yang nyata

bagi posisi perusahaan dalam struktur dan perilaku pasar. Pandangan ini

dipelopori oleh Stigler (1980), sebagai reaksi dari pandangan yang diberikan

kaum strukturalis yang diperoleh Bain. Menurut pandangan ini, kinerja

perusahaan akan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam strategi harga, strategi

produksi, dan strategi promosi. Perilaku inilah yang akan mempengaruhi struktur

pasar. Sehingga persamaan yang diciptakan menurut pandangan ini adalah sebagai

berikut.

Struktur = f (kinerja)

Berbeda dengan kaum strukturalis, pengikut pandangan “Chicago- UCLA

School” ini mengatakan bahwa campur tangan pemerintahlah yang menyebabkan

perilaku anti kompetisi. Oleh sebab itu, pandangan ini lebih meyakini bahwa

dengan lepas tangannya pemerintah dan membiarkan perekonomian menurut

mekanisme pasar, akan lebih bisa mengatasi distorsi yang terdapat dalam pasar

tersebut. Perusahaan yang efisien atau yang inovatif dapat menarik konsumen

melalui harga yang lebih murah dan produk yang lebih baik, sehingga dapat

menghasilkan laba yang lebih tinggi dan juga market share yang lebih besar.

Model ini menganut mazhab ekonomi klasik yang mengandalkan mekanisme

pasar dan tidak cocok dipakai untuk menjelaskan perkembangan industri broiler

Indonesia dimana dari tahun 1960 sampai tahun 1990 ada peranan Pemerintah

dalam mengatur perkembangan industri broiler.

Model Perspektif “Contestable Market”

Menurut Baumol (1982), terdapat pandangan atau versi lain yang

menekankan bahwa laba yang berlebihan akan menarik perusahaan-perusahaan

baru untuk masuk pasar terutama dengan biaya masuk (entry) yang rendah

menyebutnya dengan Contestable Market yaitu struktur pasar tertentu yang tidak

cukup hanya mendasarkan pada kinerja. Dengan perkataan lain, terdapat

pandangan entry secara contestability sebagai penentu atau keputusan dari luar

Page 28: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

15

untuk memasuki pasar yang tidak ada hubungannya dengan struktur internal

pasar. Pandangan ini dikembangkan sebagai kebebasan masuk pasar

“Contestability atau Free Entry School”. Aliran tersebut mengatakan bahwa entry

mempengaruhi langsung kinerja pasar. Model ini juga menganut mazhab ekonomi

klasik dan cukup sederhana serta mengandalkan mekanisme pasar, sehingga tidak

cocok dipakai untuk menjelaskan perkembangan industri broiler Indonesia.

Model dan Perspektif “Game Theory”

Disamping tiga aliran di atas terdapat aliran baru sebagai alternatif teori

tentang organisasi industri (New Industrial Organization Theory). Aliran dalam

organisasi industri (New Industrial Organization School) menentukan analisis

abstrak dan keadaan dua perusahaan dengan pengembangan teori permainan

(Game Theory), khusus untuk perilaku perusahaan kategori oligopoli non-

kooperatif (noncooperative oligopoly). Ada dua kategori model dalam pendekatan

teori permainan oligopoli non-kooperatif (Game Theory) yaitu :

1. Model oligopoli dalam periode tunggal antara lain perspektif menurut Nash

Equilibrium, The Cournot Model, The Betrand Model, The Stachelberg

Leader-Follower Model, dan Comparison of The Major Model.

2. Model oligopoli dalam berbagai periode, yaitu model dilema tahanan ”Single-

Period Prisoners-Dilemma Game”, dilema tahanan ”Infinitely Repeat

Prisoners-Dilemma Game”, dan type of Equilibria in Multiple Games.

Semua kategori dari model teori permainan ini memberikan hasil (out come)

yang sangat tergantung pada asumsi sekaligus menjadi kelemahan teori ini. Lima

asumsi kuat yang dipakai dalam permainan (game) pada non-kooperatif oligopoli

(non-cooperative oligopoly) ini adalah :

1. Konsumen bertindak sebagai pengambil harga (price takers)

2. Semua perusahaan menghasilkan produk sejenis (homogenous)

3. Tidak ada pendatang baru dalam industri, jumlah perusahan tetap (no entry)

4. Perusahaan secara kolektif memiliki kekuatan pasar, mereka dapat

menetapkan harga diatas biaya marginal,

5. Masing-masing perusahaan hanya menetapkan harga atau jumlah out put

tertentu (not advertising or other variabels)

Teori permainan (game theory) menganalisa interaksi secara rasional,

keputusan dari perusahaan secara individual tidak mungkin diramal. Model dari

perilaku kooperatif (cooperative) dan non-kooperatif (noncooperative oligopoly)

dapat dilihat dari strategi permainan seperti penetapan jumlah output, harga, atau

tingkat advertensi. Permainan Oligopolistik memiliki tiga elemen umum yaitu :

1. Ada dua atau lebih perusahaan dalam permainan (players)

2. Masing-masing perusahaan berusaha memaksimumkan keuntungan (pay off)

3. Masing-masing perusahaan mewaspadai tindakan perusahaan lain yang dapat

mempengaruhi keuntungan perusahaannya (profit).

Beberapa model oligopoli dibedakan atas tindakan yang dilakukan

perusahan seperti penetapan harga atau output. Jika keputusan perusahaan

menetapkan harga, maka berikutnya adalah menetapkan waktu permainan, apakah

satu periode atau banyak periode permainan. Ada tiga model yang terkenal dalam

oligopoli yaitu Cournot, Betrand, dan model Stachelberg. Jika perusahaan

menetapkan output maka asumsi yang dipakai adalah model Cournot dan

Page 29: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

16

Stachelberg, sedangkan jika perusahaan menetapkan harga dipakai asumsi dari

model Betrand. Semua perusahaan bertindak dalam waktu bersamaan dalam

model Cournot dan Betrand dimana satu perusahaan menetapkan tingkat output

sebelum perusahaan lain menetapkan output. Perbedaan tindakan dalam

perusahaan bermaksud agar titik keseimbangan yang dicapai berbeda pada

masing-masing model. Bersamaan dengan itu, beberapa pasar hanya bermain

dalam satu periode sementara yang lain bermain dalam banyak periode.

Permainan satu periode dapat dijelaskan bahwa pertemuan hanya berlangsung

dalam satu kali pertemuan misalnya dalam satu pekan raya tertentu, perusahaan

menetapkan harga atau output pada hari itu saja dan tidak memiliki kesempatan

menyelidiki prilaku perusahaan saingannya dan tindakan perusahaan saingannya

dimasa yang akan datang (Single-Period Oligopoly Models).

Model dalam permainan banyak periode, analisa yang digunakan adalah

masing-masing perusahaan memiliki kesempatan untuk saling menyelidiki

perilaku pesaingnya dari hari ke hari sepanjang tahun. Kemungkinan yang terjadi

adalah masing-masing perusahaan bersaing secara berulang-ulang dan melakukan

berbagai penyesuaian atas tindakan pesaingnya (Multiperiod Games). Model ini

sangat tergantung kepada asumsi yang dibuat dan belum cocok digunakan untuk

menjelaskan perkembangan industri broiler Indonesia dimana sulitnya

mendapatkan reaksi atau perilaku perusahaan besar di industri broiler sehubungan

dengan kerahasiaan strategi.

Model dan Perspektif “Strategic Behavior” dari Martin

Menurut Martin (1993), pengembangan kerangka pemikiran organisasi

industri terus dilakukan yaitu terdapat hubungan kausal yang sangat sederhana

dalam model linear. Dengan model yang dikembangkan tersebut dimasukkan ke

dalam hubungan saling pengaruh mempengaruhi antara struktur, perilaku dan

kinerja, yang terdapat dalam dunia nyata. Model ini digambarkan pada Gambar 4,

dan masih terkait dengan ekonomi industri yaitu melihat kebijakan perusahaan

dalam industri. Pada pola pandangan organisasi industri (Main Stream), menurut

pemikiran dan pengalaman bisnis yang ada, mengasumsikan bahwa setiap struktur

pasar cenderung mempengaruhi bagaimana perusahaan bertingkah laku dan

bagaimana hasil kinerja yang diperoleh perusahaan tersebut. Dalam model

tersebut, struktur dan perilaku keduanya ditentukan oleh sebagian keadaan dasar

yaitu keadaan permintaan dan sebagian lagi oleh teknologi. Struktur

mempengaruhi perilaku, tetapi perilaku melalui strategi (Strategic Behavior) juga

mempengaruhi struktur dan perilaku saling berhubungan untuk menentukan

kinerja perusahaan.

Page 30: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

17

Sumber : Martin, 1993

Gambar 4. Model hubungan saling pengaruh mempengaruhi dari Structure

Conduct Performance-SCP

Model yang dikembangkan Martin (1993), tidak dapat dipakai sebagai

model acuan dalam menjelaskan mekanisme perkembangan pasar broiler

Indonesia karena model ini memiliki penekanan pada strategi dan bahwa variabel

permintaan konsumen dan variabel teknologi dipasang secara berhadap-hadapan,

sehingga sulitnya improvisasi untuk pengembangan model lebih lanjut.

Model dan Perspektif ”New-Harvard Tradition”

Menurut Carlton dan Perloff (2000), ada dua pendekatan model dalam studi

pasar; pertama, pendekatan struktur, perilaku dan kinerja (structure, conduct and

performance-SCP), model ini biasa digunakan untuk mendeskripsikan pasar.

Kedua, adalah model teori harga dari teori ekonomi mikro untuk menjelaskan

perilaku dan struktur pasar. Pendekatan model SCP New-Harvard Tradition,

dimana masing-masing komponen saling berinteraktif, misalnya kinerja pasar

tergantung pada perilaku pasar, perilaku tergantung pada struktur pasar yaitu

faktor yang menentukan persaingan, selanjutnya struktur pasar tergantung pada

kondisi dasar yaitu permintaan dan produksi meliputi elastisitas permintaan,

barang pengganti, musim, tingkat pertumbuhan ekonomi, lokasi, jumlah order,

metode perbelanjaan dan teknologi, bahan baku, keseragaman produk, ketahanan

barang, lokasi, skala ekonomi dan skop ekonomi. Sebaliknya kondisi dasar

mempengaruhi struktur pasar, struktur mempengaruhi perilaku dan perilaku

Page 31: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

18

mempengaruhi kinerja, ketiga komponen ini dan kondisi dasar dipengaruhi oleh

kebijakan pemerintah.

Menurut teori, struktur pasar (structure) dapat dijelaskan; bila terdapat

banyak pembeli dan penjual dan tidak ada batasan untuk masuk dan keluar pasar,

pasar ini disebut pasar persaingan (competition). Ketika satu perusahaan penjual

dan banyak pembeli dan tidak ada perusahaan baru yang dapat masuk pasar

sebagai penjual, pasar ini disebut monopoli (monopoly). Sebaliknya jika hanya

ada satu perusahaan yang membeli kepada banyak penjual, disebut monopsoni

(monopsony). Jika penjual dapat mempengaruhi harga walaupun terdapat

persaingan dalam pasar, maka struktur pasar ini disebut oligopolistik atau

persaingan monopolistik (monopolistic competitions). Jika terdapat sedikit

perusahaan penjual dalam pasar dengan hambatan masuk dan keluar pasar cukup

besar bagi perusahaan lain disebut oligopoli (oligopoly). Berikut ini ditampilkan

Tabel 1 mengenai taksonomi dasar dari struktur pasar.

Pada pasar persaingan, baik sipenjual maupun sipembeli, kecil sekali

kemungkinan untuk dapat mempengaruhi harga pasar, di sini perusahaan sebagai

pengambil harga (price takers). Pasar persaingan lebih disukai konsumen karena

lebih menguntungkan. Sebaliknya pada pasar monopoli, perusahaan memiliki

kekuatan dalam menetapkan harga diatas harga pasar persaingan (price setter),

pasar ini menguntungkan perusahaan namun merugikan konsumen.

Tabel 1. Taksonomi dasar dari Struktur Pasar

Struktur pasar

Penjual Pembeli

Hambatan

masuk

Jumlah

perusahaan

Hambatan

masuk

Jumlah

perusahaan

Pasar persaingan Tidak ada Banyak Tidak ada Banyak

Monopoli Ada Satu Tidak ada Banyak

Monopsoni Tidak ada Banyak Ada Satu

Oligopoli Ada Beberapa Tidak ada Banyak

Oligopsoni Tidak ada Banyak Ada Beberapa

Monopolistik Tidak ada Banyak Tidak ada Banyak

Sumber : Carlton dan Perloff, 2000

Pada sisi perilaku (conduct), perusahaan melakukan berbagai upaya untuk

mewujudkan tujuannya dengan; melakukan promosi, riset dan pengembangan,

penetapan harga, taktik yang legal, pilihan produk, kolusi, merjer dan sistem

kontrak. Tindakan yang diambil perusahaan umumnya untuk menurunkan tingkat

persaingan di pasar seperti menetapkan harga atau membatasi jumlah barang yang

dijual bahkan tindakan yang lebih kompleks dari itu yang dikenal dengan tindakan

strategis perusahaan (strategic behavioral). Sementara itu kinerja (performance),

yang didefinisikan sebagai kesuksesan pasar dalam menghasilkan keuntungan

bagi konsumen, misalnya kinerja pasar dikatakan bagus jika perusahaan mampu

menetapkan harga mendekati biaya marginalnya.

Ketiga komponen yaitu struktur, perilaku, kinerja dan kondisi dasar

dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah baik secara langsung maupun tidak

langsung meningkatkan atau menurunkan kesejahteraan produsen dan konsumen.

Beberapa tindakan pemerintah berkaitan dengan aturan (regulation) yaitu; anti

Page 32: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

19

monopoli, pembatasan masuk atau keluar pasar, pemberlakuan pajak atau subsidi,

insentif investasi, insentif tenaga kerja dan kebijakan ekonomi makro (Carlton dan

Perloff, 2000). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 5.

Sumber : Carlton dan Perloff, 2000

Gambar 5. Bagan analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja

Model yang dikembangkan Carlton dan Perloff (2000), bertitik tolak pada

mazhab ”Harvard Tradition”, sudah memiliki ketajaman spesifik jika diterapkan

sebagai model dalam mengungkap perkembangan industri broiler Indonesia

Kondisi Dasar (Basic Condition)

- Elastisitas Permintaan

- Teknologi

- Substitusi

- Tingkat Pertumbuhan

- Musim/trend

- Bahan baku

- Lokasi

- Skala dan Skop Ekonomi

Struktur (Structure)

- Jumlah Pembeli dan Penjual

- Hambatan Masuk Pasar

- Diferensiasi Produk

- Integrasi Vertikal

- Diversifikasi

Perilaku (Conduct)

- Promosi/Iklan

- Riset dan Pengembangan

- Perilaku Harga

- Pilihan Lokasi Investasi

- Taktik Legal

- Pilihan Produk

- Kerjasama (Collusion)

- Merjer dan Sistem Kontrak

Kinerja (Performance)

- Harga

- Efisiensi

- Pemerataan

- Kualitas Produk

- Kemajuan bidang tehnik

- Keuntungan

Kebijakan Pemerintah

- Regulasi

- Anti Monopoli

- Batasan Masuk Pasar

- Pajak dan Subsidi

- Insentif Investasi

- Insentif Tenaga Kerja

- Kebijakan Makroekonomi

Page 33: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

20

karena memasukkan spesifiknya peranan pemerintah dalam perkembangan

industri.

Tinjauan tentang Industri Ayam Broiler, Produksi dan Konsumsinya

Industri Ayam Broiler

Salah satu komoditas peternakan yang berpotensi untuk dikembangkan di

Indonesia adalah ayam ras pedaging (broiler). Ayam broiler merupakan jenis ras

unggulan hasil persilangan dari ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,

terutama dalam memproduksi daging. Industri ayam broiler memiliki daya saing

atau keunggulan komparatif dalam pengusahaannya. Pengusahaan ayam broiler

untuk pemenuhan kebutuhan domestik, secara ekonomis adalah efisien dalam

pemanfaatan sumberdaya dalam negeri (Siregar dan Rusastra, 2002).

Ayam ras, yang dikenal sekarang dengan istilah Ayam broiler asal mulanya

diimpor dari luar negeri. Impor anak ayam dalam umur sehari atau disebut Day

Old Chick (DOC) dalam bentuk DOC komersial (DOC Final Stock/DOC FS).

Final Stock yaitu jenis ayam yang tidak untuk dikembang biakkan lagi, hanya

dipelihara dalam satu siklus produksi. Sekarang ini Indonesia telah mampu

memproduksi Parent Stock (PS), yaitu indukan ayam yang akan menghasilkan

telur yang harus ditetaskan menjadi anak ayam atau day old chick (DOC).

Sesekali Impor bibit PS juga kerap terjadi apabila produksi dalam negeri tidak

mencukupi. DOC broiler (ayam pedaging) dahulunya dipelihara sampai panen

selama 8 minggu, namun sekarang ini akibat kemajuan teknologi pemuliaan

ternak, ayam broiler sudah dapat dipanen pada umur pemeliharaan 4-5 minggu.

Ayam ras komersial merupakan hasil kemajuan teknologi pemuliaan ternak

(animal breeding), baik melalui persilangan beberapa bangsa ayam atau galur

murni (pure breed/line). Ayam jenis ini memiliki karakteristik yaitu produktivitas

tinggi, tahan penyakit dan memiliki sifat-sifat unggul.

Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an,

walaupun galur murninya sudah diketahui pada tahun 1960-an ketika peternak

mulai memeliharanya. Sebelumnya ayam yang dipotong adalah ayam petelur

seperti ayam white leghorn jengger tunggal. Tidak heran bila pada saat itu banyak

orang yang antipati terhadap daging ayam ras sebab ada perbedaan yang sangat

mencolok antara daging ayam ras broiler dan ayam ras petelur, terutama pada

struktur pelemakan didalam serat-serat dagingnya. Antipati masyarakat yang saat

itu sudah terbiasa dengan ayam kampung terus berkembang hingga pemasaran

ayam broiler semakin sulit. Pada akhir periode 1980-an pemerintah

mencanangkan penggalakan konsumsi daging ayam untuk menggantikan

konsumsi daging ruminansia yang saat itu semakin sulit keberadaannya. Kondisi

pun berbalik kini banyak peternakan ayam broiler bangkit. Dari sinilah ayam

broiler komersial atau ayam broiler final stock mulai dikenal dan secara perlahan

mulai diterima orang (Rasyaf, 1993). Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga merupakan upaya

penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam.

Dengan tumbuh pesatnya industri perunggasan, maka tumbuh spesialisasi industri

yaitu pembibitan (animal breeder), penetasan (hatchery), pemotongan/

Page 34: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

21

pemrosesan ayam pedaging, telur tetas, telur konsumsi, pakan ternak, obat-obatan

hewan, sarana produksi dan sebagainya (ICN, 2009).

Ada empat pola usaha ternak (budidaya) ayam ras pedaging (broiler) dan

petelur, yakni: (1) usaha ternak ayam ras menyediakan sendiri seluruh

sapronaknya baik langsung maupun melalui perusahaan afiliasi, (2) usaha ternak

ayam menyediakan sendiri sebagian sapronaknya, misalnya usaha ternak

menghasilkan sendiri pakan ayam ras tetapi tidak menyediakan Day Old Chick

(DOC) atau sebaliknya, (3) usaha ternak yang membeli sendiri seluruh

sapronaknya langsung dari pabrik, dan (4) usaha ternak ayam ras yang membeli

seluruh sapronaknya melalui poultry shop. Dari empat pola usaha ini, pola satu

dan dua mempunyai peluang yang lebih baik dalam berbagai kondisi pasar.

Sedangkan usaha ternak pola empat berada pada posisi bersaing yang lemah dan

sangat peka terhadap perubahan harga sapronak. Dalam keadaan harga sapronak

naik, sedangkan harga produk ayam ras tidak naik, maka usaha ternak pola

keempat ini akan sangat menderita (Alim, 1996).

Perkembangan Industri Pakan dan Pembibitan Ayam Broiler

Industri broiler nasional terdiri atas beberapa segmen kegiatan yang satu

sama lain memiliki ketergantungan yang sangat besar karena menyangkut

kebutuhan biologis. Segmen pertama adalah budidaya, kemudian segmen pabrik

pakan, pembibitan, farmasi, industri rumah potong, dan selanjutnya pengemasan.

Menurut Nesheim (1979), urutan segmen produksi terintegrasi berada dalam satu

unit perusahaan, bahkan juga berada dalam satu lokasi perusahaan. Transfer

output intermediate sangat hemat dalam biaya angkutan, kemasan, resiko

kematian/ kerusakan dalam perjalanan, resiko penghematan tenaga kerja, dan

tidak ada margin keuntungan pada setiap segmen. Dengan demikian struktur

produksi vertikal semacam itu memberikan hasil akhir yang lebih efisien

dibandingkan jika segmen tersebut berserakan, baik menurut perusahaan maupun

berdasarkan lokasi perusahaan.

Peternakan ayam potong serta penghasil pakan dan DOC sebagian besar

merupakan perusahaan besar yang sudah menggunakan teknologi modern.

Sebagian besar industri peternakan ayam komersial di Indonesia merupakan

Penanaman Modal Asing (PMA) yang mendominasi pasar, dengan menguasai

sekitar 70-80 persen pasar. Sejumlah perusahaan asing tersebut diantaranya

Charoen Popkhand yang berpusat di Thailand, Cheil Jedang dari Korea, Sierad

berasal dari Malaysia dan lain-lain. Produsen besar tersebut umumnya terintegrasi

dengan industri pakan ternak, industri pembibitan serta industri pengolahan hasil

ternak (Indonesian Commercial Newsletter, 2009).

Dayasaing produk perunggasan dinilai merupakan tantangan yang cukup

kuat bagi perkembangan industri perunggasan, terlebih jika dikaitkan dengan

pasar global. Komponen terbesar untuk memperoleh produk yang berdayasaing

terletak pada aspek pakan, dimana pada usaha budidaya ayam broiler, biaya pakan

menempati porsi terbesar atau mencapai 70-80 persen dari total biaya produksi.

Bukti empiris menunjukkan bahwa lemahnya kinerja penyediaan bahan baku

pakan menjadi salah satu kendala dalam menghasilkan produk unggas yang

berdayasaing. Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan bahan baku utama pakan

unggas yang sebagian besar terdiri dari jagung, dimana impor jagung untuk

Page 35: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

22

kebutuhan pakan unggas terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada akhir tahun

2004 impor jagung mencapai 1.7 juta ton (Litbang Pertanian, 2004).

Produksi pakan nasional jelas berhubungan dengan permintaan akan produk

ayam broiler. Produksi pakan nasional meningkat sepanjang periode 2004-2008

dengan pertumbuhan sebesar 8 persen dari 5.98 juta ton di 2004 menjadi 8.15 juta

ton di 2008. Jumlah pabrik pakan skala besar meningkat dari 56 pabrik (2004)

menjadi 61 pabrik di 2008 yang tersebar di delapan provinsi, yaitu Sumatera Utara

9 pabrik, Sumatera Barat 1 pabrik, Lampung 4 pabrik, Banten 12 pabrik, DKI

Jakarta 4 pabrik. Di Jawa Barat terdapat 8 pabrik, Jawa Tengah 3 pabrik, 16

pabrik di Jawa Timur, Kalimantan Selatan 1 pabrik dan Sulawesi Selatan 3

pabrik. Kapasitas produksi dari seluruh pabrik pakan di tahun 2008 sebesar

12 juta ton per tahun (BPS, 2009a)

Sementara untuk bibit ayam broiler, berdasarkan data Ditjen Peternakan,

produksi pembibitan ayam ras pedaging (broiler) dalam periode lima tahun pada

2004-2008 mengalami peningkatan. Kondisi perunggasan tidak terlepas dari

berapa suplai DOC FS yang diproduksi oleh para pembibit. Produksi bibit ayam

ras (Day Old Chick Final Stock/DOC FS) broiler pada triwulan pertama tahun

2008 tercatat naik menjadi 26.8 juta ekor per minggu atau terjadi peningkatan

sebesar 16.5 persen dari 23 juta ekor per minggu pada periode yang sama tahun

sebelumnya. Kenaikan produksi DOC FS broiler, didukung oleh laporan

populasi, produksi dan distribusi yang disampaikan oleh para pembibit. Kenaikan

produksi di triwulan pertama ini disebabkan karena efek samping dari faktor

bisnis pada triwulan keempat tahun 2007, antara lain penjualan DOC yang tidak

optimal, penundaan/pengurangan setting HE (harga ekspor) dan aborsi

disetter/hatcher pada triwulan keempat tahun 2007 untuk peningkatan harga.

Kejadian seperti ini terjadi hampir di setiap tahun (ICN, 2009).

Di Indonesia terdapat 12 perusahaan pembibitan ayam Grand Parent Stock

(GPS) atau bibit ayam nenek yang masih memiliki ketergantungan impor 100

persen bibit GPS dari luar negeri. Data Direktorat Jenderal Peternakan (2012)

menunjukkan impor GPS unggas dalam lima tahun terakhir terus melonjak.

Rinciannya yakni, pada 2007 dilakukan impor bibit GPS sebanyak 361 460 ekor,

tahun 2008 sebanyak 370 036 ekor, lalu di tahun 2009 mengimpor bibit GPS

sebanyak 404 774 ekor dan di 2010 sebanyak 402 414 ekor. Sedangkan di tahun

2011, hingga bulan November telah diimpor bibit GPS sekitar 480 ribu ekor.

Sementara untuk pembibitan ayam Parent Stock (PS), Indonesia memiliki 39

perusahaan pembibitan baik petelur dan pedaging yang juga tersebar di delapan

propinsi sebagaimana industri pakan. Indukan ayam (Parent Stock) tersebut

nantinya akan menghasilkan telur yang harus ditetaskan menjadi anak ayam atau

day old chick (DOC). Impor bibit PS juga kerap terjadi apabila produksi dalam

negeri tidak mencukupi. Kenyataan sulitnya membangun industri bibit unggas

dikarenakan industri ini merupakan industri yang padat teknologi dan padat

modal. Khususnya untuk pembibitan GPS, butuh investasi besar sekali karena

teknologinya tinggi.

Indonesia memiliki corak perkembangan industri broiler yang banyak

didorong oleh pengaruh kebijaksanaan pemerintah. Sebelum tahun 1970, seluruh

rangkaian produksi berada dalam satu unit usaha tetapi dalam ukuran skala kecil

yakni usaha rakyat. Tetapi kemudian perkembangan industri broiler tumbuh

menurut segmen-segmen tersendiri, segmen pertama yaitu perusahaan pakan yang

Page 36: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

23

menghasilkan pakan untuk perusahaan pembibitan dan perusahaan budidaya.

Kemudian segmen perusahaan pembibitan yang menghasilkan bibit untuk

perusahaan peternakan. Sehingga apa yang dimaksud dengan peternakan adalah

terbatas pada budidaya itu sendiri. Akibatnya konsumen hasil akhir harus

membayar mahal biaya-biaya ekonomi yang ditimbulkannya.

Kemudian setelah tahun 1990 ada kecenderungan industri nasional

membentuk integrasi vertikal, tetapi baru dalam bentuk kesatuan finansial yang

terdiri atas beberapa perusahaan yang tidak terintegrasi baik dalam satu

perusahaan, apalagi dalam satu lokasi. Saat ini terdapat beberapa grup yang

memiliki 5 sampai 7 perusahaan yang keseluruhannya merupakan segmen-segmen

agribisnis unggas. Menurut informasi dari Poultry Indonesia (1997) bahwa

beberapa perusahaan broiler skala besar melakukan integrasi secara vertikal dalam

satu kesatuan finansial meskipun dalam bentuk anak-anak perusahaan. Bahkan

beberapa diantaranya melakukan integrasi secara sempurna dari hulu sampai ke

hilir.

Secara nasional usaha semacam ini tidak efisien karena hanya

menguntungkan bagi pemilik modal tetapi biaya produksi menjadi lebih tinggi

dan menjadi beban bagi konsumen. Dalam sistem peternakan yang terintegrasi,

semestinya keuntungan perusahaan diperoleh dari pengolahan lebih lanjut (further

processing), bukan dari pemeliharaan ayam. Ukuran pemeliharaan ayam per

peternaknya menjadi semakin besar (Djarsanto, 1997 dalam Yusdja et al, 2004)

menyatakan bahwa masing-masing sub-sistem dalam industri peternakan mau

menang sendiri, tidak mau berpadu. Keadaan ini sama sekali tidak memberikan

dampak positif terhadap penurunan biaya, malah meningkat. Dengan kata lain

harga output tidak berubah antara sebelum dan sesudah integrasi. Seharusnya,

dengan integrasi, harga output akan lebih rendah.

Menurut Hasibuan (1993), perilaku integrasi dapat dibagi menjadi dua yakni

integrasi horizontal dan integrasi vertikal. Integrasi horizontal adalah

penggabungan dari beberapa perusahaan yang memiliki proses produksi yang

sama dan produk yang dihasilkan juga serupa. Sedangkan integrasi vertikal adalah

penggabungan beberapa perusahaan yang memiliki kelanjutan proses produksi.

Berbeda dengan integrasi horizontal, perusahaan-perusahaan yang melakukan

integrasi vertikal tidak akan menghasilkan produk yang serupa. Dalam konsep

integrasi vertikal, terdapat perusahaan yang proses produksinya lebih awal (bagian

hulu/upstream) dan ada perusahaan yang memiliki tahapan produksi sampai

dengan barang-barang jadi (bagian hilir/downstream). Dengan demikian integrasi

vertikal terjadi antara perusahaan-perusahaan yang memiliki kelanjutan proses

produksi baik yang di hulu maupun yang di hilir.

Integrasi vertikal didefinisikan sebagai orang atau bisnis yang memiliki dua

tahap yang berdekatan dalam sistem produksi dan pemasaran. Sebagai contoh,

seorang prosesor yang memiliki tanaman dan lahan akan terintegrasi secara

vertikal. Demikian pula, koperasi produsen memiliki dan mengoperasikan pabrik

pengolahan dikatakan terintegrasi secara vertikal (Hayenga et al, 2000). Strategi

integrasi vertikal banyak dilakukan oleh perusahaan untuk memenangkan

persaingan. Di sisi lain integrasi vertikal juga dapat menghilangkan persaingan.

Bila salah satu perusahaan dalam jaring vertikal memiliki struktur

kompetitif dimana perusahaan ini menjual produknya dengan harga yang sama

dengan biaya marjinalnya maka integrasi vertikal tidak akan meningkatkan laba

Page 37: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

24

perusahaan monopoli. Hal ini dikarenakan sektor kompetitif tersebut tidak

menimbulkan eksternalitas terhadap sektor yang kompetitif karena pada sektor ini

margin antara harga dengan biaya produksinya nol untuk perusahaan yang

kompetitif (Tirole, 1998). Dengan integrasi vertikal maka perusahaan dapat

mencapai monopoli pada satu level. Integrasi vertikal dapat melakukan penekanan

harga agar kompetitornya keluar dari industri tersebut. Perusahaan yang

melakukan integrasi vertikal dapat melakukan pemotongan harga (price cutting)

sehingga perusahaan pesaingnya hanya mampu menjual produknya sebesar biaya

bahan mentahnya saja.

Perusahaan yang melakukan integrasi vertikal juga dapat membatasi laba

pada satu level sehingga bisa menjual produknya dengan harga yang lebih murah

dibandingkan pesaingnya pada level produksi selanjutnya. Integrasi vertikal juga

dilakukan untuk mendapatkan monopoli power secara penuh, misalkan saja

perusahaan monopoli pada level upstream akan melakukan integrasi dengan

pembeli tunggal. Alasan yang melatarbelakangi tindakan ini adalah karena

persaingan sempurna mengganggu laba monopoli dan monopoli power dari

perusahaan monopoli (Tirole, 1998).

Studi pertama mengenai integrasi vertikal dilakukan oleh Levy (1984).

Penelitian yang dilakukannya meliputi 38 industri pada level klasifikasi industri 3

digit selama tiga tahun berturut-turut. Integrasi vertikal diukur dengan rasio nilai

tambah terhadap penjualan industri tersebut. Jika sebuah perusahaan

memproduksi semua input yang dibutuhkannya sendiri maka rasio nilai tambah

terhadap penjualan adalah satu. Semakin besar nilai rasio tersebut maka tingkat

integrasi vertikal dalam industri tersebut semakin besar.

Jika dilihat dari jumlah baik itu perusahaan yang non-integrasi dan peternak

kecil, sekarang ini bisnis ayam broiler di Indonesia terdiri dari jumlah pemain

yang sangat besar. Namun, perusahaan yang beroperasi secara integrasi hanya

sedikit dan semakin mendominasi, diantaranya PT. Charoen Pokphand Indonesia

(CPIN) dan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), yang memiliki jalur bisnis

mulai dari pembibitan DOC, pabrik pakan dan pengolahan. Peternak biasanya

membeli DOC dan pakan kepada perusahaan integrasi ini. Beberapa pemain yang

tidak terintegrasi hanya memiliki bisnis di pembibitan atau di pembuatan pakan

saja. Dalam segmen pakan ternak, di 2007 Charoen Pokphand (CPIN) menguasai

pangsa pasar terbesar sebesar 33.6 persen, diikuti oleh Japfa Comfeed (JPFA)

dengan 28.7 persen, Sierad Produce (SIPD) dengan 7 persen pangsa pasar dan

Malindo Feedmill (MAIN) dengan 3.65 persen. Begitu juga untuk segmen bisnis

DOC (Antaranews, 2007).

Page 38: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

25

Sumber : MAIN, 2009 yang dikutip Antaranews, 2009

Gambar 6. Pangsa pasar untuk Pakan dan DOC pada 2007 di Indonesia

Produksi

Sejak diintroduksikan pada pertengahan tahun 1970-an, usaha ayam broiler

ini berkembang pesat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Populasi ayam

broiler meningkat dengan laju pertumbuhan 35.61 persen per tahun pada periode

1980-1989. Krisis ekonomi yang terjadi pada 1997-1999 memberikan pukulan

berat terhadap usaha ternak ini sehingga pertumbuhan populasinya turun drastis

menjadi hanya 2.10 persen per tahun pada periode 1990-1999. Seiring dengan

pemulihan ekonomi, populasi ayam broiler kembali meningkat dengan laju 9.07

persen per tahun pada periode 2000-2010.

Produksi daging ayam broiler berbanding lurus dengan jumlah populasinya.

Produksi daging ayam broiler meningkat dengan laju pertumbuhan 20.70 persen

per tahun pada periode 1980-1989. Laju pertumbuhan produksi daging ayam

broiler turun drastis menjadi 3.31 persen per tahun pada periode 1990-1999.

Sekali lagi, turunnya pertumbuhan produksi daging ayam broiler di periode ini

adalah akibat dari krisis ekonomi 1997-1999. Pada periode 2000-2010, produksi

daging ayam broiler kembali meningkat dengan laju pertumbuhan 9.5 persen per

tahun. Rata-rata produksi daging ayam broiler pada periode 2000-2010 telah

mencapai 849 008 ton per tahun.

Pesatnya laju pertumbuhan peternakan ayam broiler telah menjadikan

daging ayam broiler sebagai jenis daging yang paling banyak dihasilkan di

Page 39: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

26

Indonesia. Sejak dekade 1990-an, produksi daging ayam broiler (rata-rata 412 639

ton per tahun) telah melampaui produksi daging sapi (rata-rata 316 535 ton per

tahun). Produksi daging ayam broiler juga telah melebihi total produksi daging

unggas lainnya. Dengan pertumbuhan yang akseleratif, dominasi daging ayam

broiler terus meningkat, tidak saja pasokannya lebih melimpah, harga daging

ayam broiler juga lebih murah dari semua jenis daging lainnya sehingga daging

ayam menjadi sumber utama protein hewani bagi rakyat Indonesia.

Tabel 2. Kinerja produksi usaha peternakan Ayam Broiler di Indonesia, 1980-

2010

Uraian 1980-1989 1990-1999 2000-2010

Populasi

a. Rata-rata (ekor) 166 744 286 510 988 500 828 124 000

b. Pertumbuhan (%) 35.61 2.10 9.07

c. Koefisien variasi (%) 11.22 32.72 18.35

Produksi

a. Rata-rata (ton) 136 236 412 639 849 008

b. Pertumbuhan (%) 20.70 3.31 9.5

c. Koefisen variasi (%) 4.04 31.12 25.38

Sumber : BPS, statistik berbagai tahun, diolah

Grafik pada Gambar 7 menunjukkan perkembangan produksi daging

beberapa jenis ternak diantaranya daging sapi, daging kambing dan domba serta

daging ayam ras. Terlihat bahwa trend perkembangan produksi daging ayam

broiler menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dibandingkan ternak

ruminansia besar (sapi) dan ternak ruminansia kecil (kambing dan domba).

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013

Gambar 7. Perkembangan produksi daging beberapa jenis ternak di Indonesia,

2006-2013

Page 40: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

27

Konsumsi

Komoditas unggas (lebih dari 90 persen adalah kontribusi dari ayam ras)

menduduki komoditas pertama untuk konsumsi daging di Indonesia yakni sebesar

56 persen. Meskipun demikian, sampai dengan akhir tahun 2004, konsumsi

daging ayam ras dan telur di Indonesia juga masih rendah dibandingkan dengan

beberapa negara Asean lainnya. Kenyataan bahwa telah terjadi pertambahan

penduduk, peningkatan pendapatan, urbanisasi, perubahan gaya hidup, serta

peningkatan kesadaran akan gizi seimbang dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa memicu terjadinya lonjakan permintaan produk daging ayam dan telur

setiap tahun. Selama periode 1985-2003, konsumsi produk daging ayam dan telur

meningkat dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 5.31 persen dan 4.25

persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pasar dalam negeri untuk

pengembangan industri perunggasan masih cukup menjanjikan (Litbang

Pertanian, 2004).

Tabel 3. Konsumsi beberapa jenis daging ternak, 2007-2010 (ribu ton)

No. Jenis Tahun Growth (%)

2009-2010 2007 2008 2009 2010

1 Sapi 94.77 82.27 77.28 87.21 12.85

2 Kerbau 11.28 - 3.24 4.04 24.69

3 Kambing 58.67 11.43 5.78 5.70 -1.38

4 Babi 773.95 47.99 43.50 50.14 15.26

5 Ayam Broiler 927.39 868.39 705.68 835.07 18.34

6 Ayam Kampung - - 115.92 143.06 23.41

7 Unggas lainnya 11.28 11.43 9.95 11.41 14.67

8 Daging lainnya 11.28 11.43 9.95 7.60 -23.62

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011

Berdasarkan data konsumsi daging ayam nasional, terlihat bahwa konsumsi

per kapita penduduk untuk daging ayam masih rendah, sekitar 6 kg/kapita/tahun

(BPS, 2011). Meskipun hal ini masih tergantung pada daya beli masyarakat,

namun pertumbuhan permintaan mempunyai korelasi positif dengan pertumbuhan

penduduk.

Sebenarnya industri broiler masih memiliki peluang besar untuk

berkembang mengingat masih rendahnya jumlah konsumsi daging ayam nasional.

Beberapa faktor pendukung lainnya yang meningkatkan permintaan akan produk

daging ayam broiler adalah terutama karena penduduk Indonesia sebagian besar

muslim, relatif lebih rendahnya harga daging ayam dibandingkan daging sapi, dan

adanya keyakinan bahwa daging putih lebih sehat dari daging merah. Dari segi

potensi dan kebutuhan terhadap protein hewani, ayam ras pedaging dan petelur

memiliki prospek yang baik. Kemampuan ayam ras dalam mengkonversi protein

kasar dari pakan ke protein yang dapat dimakan (edible protein) dalam bentuk

daging adalah tertinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya, yakni sebesar 23

persen (Litbang Pertanian, 2004).

Page 41: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

28

Sistem Kemitraan dalam Industri Broiler

Tingkat pertumbuhan dalam ukuran usaha dan penerapan teknologi baru

telah menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam pengembangan modal

kapital di industri broiler. Hal ini, sejalan dengan tingginya fluktuasi harga broiler,

menjadikan produksi broiler suatu bisnis yang dapat beresiko tinggi bagi peternak.

Perusahaan pakan, salah satu diantara yang berkepentingan dalam pertumbuhan

industri broiler karena pakan merupakan biaya terbesar di usaha broiler, telah

menetapkan kontrak produksi sebagai mekanisme untuk memperluas jaringan

konsumen sehingga mengurangi tingkat resiko yang dihadapi peternak (Dicks,

2010).

Secara umum, dibidang peternakan terdapat berbagai masalah yang dihadapi

misalnya rendahnya kepemilikan modal, peralatan yang masih sederhana dan

terbatas, kurangnya industri pengolahan dan sulitnya aspek pemasaran, yang

membuat peternak tidak mampu menghasilkan produk yang bernilai dan berdaya

saing tinggi. Oleh karena itu, peternak memerlukan bantuan dan perlindungan dari

banyak pihak, utamanya pemerintah dan swasta dalam menyelesaikan masalah

tersebut. Untuk memberdayakan peternak dalam posisi tawar yang baik dapat

dilakukan antara lain dengan membentuk kelembagaan yang merupakan

organisasi kerjasama dan kemitraan. Salah satu upaya strategis yang telah

dilakukan untuk membantu peternak khususnya dalam proses produksi dan

pemasaran yaitu dengan sistem contract farming.

Menurut pengamatan Balitbang Deptan RI, dilapangan menunjukkan bahwa

usaha peternakan ayam ras pedaging banyak dilakukan dalam bentuk pola-pola

kemitraan, meskipun ada juga yang dilakukan secara mandiri. Beberapa pola

kemitraan yang berlangsung adalah pola kemitraan inti-plasma, poultry shop,

contract farming dan sewa kandang (Anonymous, 2007). Gambar 8 menunjukkan

hubungan kemitraan yang ada di Indonesia.

Sistem pertanian kontrak (contract farming) di usaha broiler merupakan satu

mekanisme kelembagaan kontrak yang memperkuat posisi tawar-menawar

peternak dengan cara mengkaitkannya secara langsung atau pun tidak langsung

dengan badan usaha yang secara ekonomi relatif lebih kuat. Melalui kontrak,

peternak ayam broiler dapat beralih dari usaha tradisional/subsisten ke produksi

yang bernilai tinggi dan berorientasi ekspor. Hal ini tidak hanya berpotensi

meningkatkan penghasilan peternak yang ikut dalam kontrak tetapi juga

mempunyai efek berlipat ganda (multiplier effects) bagi perekonomian di

perdesaan maupun perekonomian dalam skala yang lebih luas.

Contract farming sebagai sistem produksi dan pemasaran berskala

menengah, dilakukan dengan tujuan mengurangi biaya transaksi. Di Indonesia

secara umum dikenal empat tipe kontrak/kemitraan, yaitu: (1) tipe kemitraan inti

plasma yaitu hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra

dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma inti. Perusahaan mitra membina

kelompok mitra dalam hal a) penyediaan dan penyiapan lahan (kandang), b)

pemberian saprodi (sapronak), c) pemberian bimbingan teknis manajemen usaha

dan produksi, d) perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi, e)

pembiayaan, dan f) bantuan lain seperti efisiensi dan produktifitas usaha; (2) tipe

sub kontrak, yaitu hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan

mitra dimana kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan oleh

Page 42: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

29

perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya; dan (3) tipe dagang umum,

yaitu hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra,

dimana kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra sesuai dengan

persyaratan yang ditentukan; serta (4) pola kerjasama operasional, yaitu kelompok

mitra menyediakan modal dan atau sarana untuk mengusahakan/budidaya

(Daryanto, 2007).

Sumber : Jamhari (2005) dalam Iwamoto dan Hartono (2009)

Gambar 8. Hubungan kemitraan di Industri Broiler Indonesia

Berdasarkan tipe contract farming yang diuraikan di atas, tersirat bahwa

kerjasama antar peternak dengan pihak perusahaan dapat terjalin secara baik bila

terdapat saling ketergantungan yang saling menguntungkan. Contract farming

memungkinkan adanya dukungan yang lebih luas serta dapat mengatasi masalah-

masalah yang berkaitan dengan minimnya informasi. Selain itu contract farming

juga mengurangi resiko bagi peternak. Mereka memiliki kepastian bahwa produk

yang dihasilkannya akan dibeli. Dalam jangka panjang mereka juga memperoleh

manfaat yaitu peluang kemitraan di masa depan serta akses terhadap program-

program pemerintah.

Jika dilihat dari pihak perusahaan, terdapat beberapa manfaat dengan adanya

sistem contract farming dengan peternak kecil. Manfaat yang paling penting

adalah mereka memperoleh akses untuk mendapatkan buruh dan kandang yang

lebih murah untuk menumbuhkan produk peternakan yang bernilai tinggi.

Large Poultry

Companies (LPC)

Contract

Farmer

Poultry Shops/

Independent

Subsidiary

of LPC

Contract

Farmer

Independent

Farmer Broker

Slaughters/Retailers

Consumers

Input flow

Output flow

flow

Page 43: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

30

Perusahaan dapat ikut serta dalam pasar dimana biasanya mereka tidak

diikutsertakan dan meminimalisir biaya dengan tidak membeli kandang sendiri

atau secara langsung menyewa buruh. Pasokan bahan mentah dapat terjaga

dengan batasan yang rasional dan memiliki kendali terhadap dasar produksi dan

perlakuan pasca panen. Selain itu perusahaan juga memiliki kendali terhadap

kualitas produk dan memiliki kesempatan memperoleh dan memperkenalkan jenis

bibit ternak baru serta peningkatan kemungkinan pemenuhan kebutuhan

konsumen secara spesifik (Key dan Runsten, 1999 dalam Daryanto, 2007).

Meskipun begitu, beberapa permasalahan sering terjadi baik dari pihak

peternak maupun pihak perusahaan. Terdapat banyak peternak yang belum

mampu menghasilkan produk yang diinginkan perusahaan. Peternak tidak mampu

mengembalikan pinjaman input dan kredit akibat kegagalan produksi, deduksi

finansial atau tidak adanya jaminan harga dari pihak industri pengolahan dan tidak

jarang melanggar kontrak dengan menjual hasil produksinya pada pesaing

perusahaan sponsor (inti). Selain itu terdapat pula keprihatinan bahwa contract

farming lebih berminat terhadap peternak berskala besar sehingga dengan

demikian peternal kecil kurang dilibatkan dalam proses pengembangannya lebih

lanjut. Kecemasan-kecemasan lainnya ialah adanya kemungkinan bahwa peternak

kecil akan “terperangkap” dalam suatu kontrak dan perilaku negatif perusahaan-

perusahaan multinasional di negara-negara berkembang.

Menurut Daryanto (2007), untuk posisi perusahaan, mencari peternak kecil

yang layak dan memilih peternak kecil yang lebih baik memerlukan biaya

transaksi yang cukup tinggi. Hal tersebut membatasi perusahaan untuk terhubung

dengan peternak kecil. Perusahaan sulit mempertahankan dan mengawasi kualitas

peternak karena jumlah peternak kecil yang begitu banyak. Kehadiran dari

lembaga-lembaga pelengkap, seperti organisasi peternak kecil, sangat penting

sekali sebagai mediasi antara peternak dengan perusahaan.

Sementara itu, menurut Tambunan dan Bakce (2010), kinerja implementasi

program industri hulu-hilir belum menunjukkan tanda-tanda bahwa; 1) proses

industrialisasi akan menggelinding secara kontinu; 2) berhasil mengindustrialisasi

ekonomi; tetapi 3) industri besar selalu ingin membesarkan korporasinya sendiri

dengan self sufficiency concept dan bukan out-sourcing. Artinya, dengan alasan

apapun, segala kebutuhan – dari pengadaan input hingga penyaluran atau

distribusi output – ditangani sendiri oleh usaha yang bersangkutan. Proses

pertumbuhan usaha besar seperti inilah yang membuat usaha besar membangun

posisi monopoli di pasar output atau monopsonis di pasar input.

Kekeliruan mendasar penerapan konsep hulu-hilir ini ada pada konsep

strategi industri yang bukan market driven concept. Dalam hal ini, perencanaan

industri hulu-hilir seolah-olah dapat mensubstitusi peranan mekanisme pasar. Ada

beberapa ciri industri seperti ini yaitu pertama, kebanyakan industri yang terpilih

adalah industri yang berskala besar milik swasta atau pemerintah yang tengah

dikembangkan, tetapi kurang merespon kekuatan ekonomi (produksi dan

konsumsi) lokal dimana industri berada. Kedua, industri ini menikmati berbagai

jenis subsidi dan fasilitas, sehingga tidak berhasil membangun azas kekuatan

kompetisi. Ketiga, pemerintah sendiri memiliki berbagai kepentingan politik dan

pribadi pada industri hulu (Tambunan dan Bakce, 2010).

Page 44: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

31

Struktur Industri Broiler Indonesia

Sistem perdagangan global telah mengalami transformasi yang sangat nyata.

Negara-negara maju tetap memberikan tingkat subsidi pertanian yang cukup

tinggi yang dibarengi pula dengan subsidi ekspor. Hal ini merupakan insentif

nyata bagi produsen di negara-negara tersebut sehingga terjadi kelebihan produksi

yang membanjiri pasar dunia. Sementara negara sedang berkembang masih

menghadapi persoalan usaha tani skala kecil, keterbatasan teknologi, dukungan

keuangan, infrastruktur dan lain-lain yang menyebabkan sebagian besar negara

sedang berkembang belum bisa melepaskan diri dari masalah kemiskinan,

pengangguran, ketahanan pangan, dan keterbelakangan kehidupan masyarakat

desa. Kedua hal tersebut menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan

perdagangan komoditi pertanian dipasar global yang diikuti oleh konsentrasi

industri di tangan sejumlah perusahaan multi nasional (MNCs), praktek kartel

dan/atau integrasi horisontal dan integrasi vertikal, praktek dumping yang bersifat

predatory, bentuk perjanjian tertutup dan tying in, serta berbagai praktek unfair

business yang lain (Iwantono, 2007).

Struktur pasar dapat digambarkan dengan mempertimbangkan (baik

bersama-sama atau secara terpisah) jumlah perusahaan, tingkat diferensiasi

produk, kondisi entri, dan derajat integrasi. Ukuran yang paling sering digunakan

adalah konsentrasi pasar. Istilah konsentrasi atau derajat tingkat konsentrasi

mengacu pada kepemilikan atau kontrol proporsi yang besar dari beberapa

kumpulan atau aktivitas sumber daya ekonomi. Itu menunjukkan sejauh mana

produksi barang atau jasa tertentu terbatas pada beberapa perusahaan besar.

Semakin sedikit jumlah perusahaan dan/atau lebih yang berbeda ukuran mereka,

maka lebih terkonsentrasi (dan kurang bersaing) pasar tersebut. Peningkatan

konsentrasi pasar berkaitan dengan economies of scale dan technical efficiency

improvements, yang mana dapat mendorong harga output turun dan meningkatkan

harga input bahan baku utama dan meningkatkan output (Stiegert dan Carton,

1998).

Konsentrasi industri adalah situasi yang memperlihatkan derajat penguasaan

pasar oleh perusahaan-perusahaan di industri yang berada di dalam pasar.

Penggunaan ukuran ini mudah dipahami. Perbedaan jumlah dan ukuran distribusi

dari perusahaan merupakan faktor kunci untuk membedakan secara teori model

pasar persaingan sempurna, oligopoli, monopoli dan pasar persaingan

monopolistik. Konsentrasi pasar mudah diestimasi sejak ada data publikasi jumlah

dan ukuran distribusi dari perusahaan yang secara umum tersedia (Ferguson,

1988).

Konsentrasi menyiratkan derajat tingkat dari kekuatan pasar

(Suvanichwong, 1977 dalam Sayaka, 2003). Kekuatan pasar adalah kemampuan

suatu perusahaan untuk mempengaruhi dengan kuat kuantitas dan harga di pasar.

Ini juga merupakan pangsa (share) perusahaan dari total penerimaan output

industri yang bervariasi dari 0 sampai 100 persen. Suatu perusahaan dengan

pangsa pasar kurang dari 10 persen dapat dikatakan tidak memiliki kekuatan

pasar. Kekuatan pasar muncul jika pangsa perusahaan mencapai 15 persen dan

dapat dikatakan monopoli jika mencapai 25 sampai 30 persen (Sheperd, 1997).

Sementara itu, pangsa pasar mempunyai hubungan yang positif dengan

Page 45: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

32

profitabilitas, dimana pangsa pasar yang semakin meningkat juga akan

meningkatkan profitabilitas.

Informasi tentang karakteristik struktural pasar dapat diperoleh dari kurva

konsentrasi (Ferguson, 1988). Perusahaan yang digolongkan dalam urutan ukuran

dari yang terbesar ke terkecil dan kemudian di plot terhadap hasil kumulatif

mereka. Sehingga untuk pasar A (gambar 9) kurva konsentrasi menunjukkan

bahwa penawaran perusahaan terbesar sekitar 60 persen dari pasar dan tiga

perusahaan terbesar sekitar 90 persen dari pasar. Pasar B mengandung sejumlah

besar perusahaan dan kurang terkonsentrasi. Dibandingkan dengan B, C memiliki

lebih banyak perusahaan tetapi lebih terkonsentrasi di tingkat empat perusahaan.

Sumber : Ferguson, 1988

Gambar 9. Perbandingan Kurva Konsentrasi

Jika membandingkan dengan industri ayam broiler di Amerika Serikat,

kondisi Indonesia masih sangat jauh. AS adalah negara produsen daging ayam

potong terbesar di dunia yang menguasai hampir 40 persen pasar dunia, diikuti

saingannya Brazil. Sejarah industri perunggasan AS sudah dimulai lebih dari

seratusan tahun yang lalu, sedangkan industri perunggasan Indonesia baru berusia

kurang lebih setengah abad. Pada tahun 2002, produksi daging ayam potong

(broiler) AS telah mencapai 14.76 juta metrik ton, sedangkan Indonesia baru

mencapai 857 ribu metrik ton (hanya sekitar 6 persen dari produksi AS) (WATT

Poultry USA, 2002). Dalam perjalanannya industri perunggasan AS dibangun

berdasarkan konsepsi integrasi vertikal, dimana mulai proses produksi

(pembibitan, industri pakan, budidaya) hingga industri hilirnya (pemotongan,

pengolahan dan pemasaran) berada pada satu komando keputusan manajemen.

Faktor yang mendorong tumbuh dan berkembangnya konsep integrasi adalah

industri pakan ternak lebih menginginkan terciptanya jaminan pemasaran produk

dan pelayanan, kompetisi harga untuk melakukan retensi keuntungan,

keseragaman input dan output untuk lebih mampu mengelola resiko (risk

management), dan pengembangan kontrak-kontrak untuk membatasi modal sesuai

kebutuhan.

100

Pan

gsa

pas

ar k

um

ula

tif

(%)

A B

C

0 1 2 3 4 5 6 7

Jumlah perusahaan diperingkat dari terbesar ke terkecil

Page 46: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

33

Gambaran industri perunggasan AS saat ini jauh berbeda dibandingkan

dengan dahulu. Industri telah melakukan konsolidasi produksi dengan membeli,

mengakuisisi atau menggabungkan perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan

yang mendominasi pasar saat ini adalah perusahaan super-integrasi yang memiliki

pabrik pengolahan, pabrik pakan, perusahaan truk, pelayanan kesehatan hewan,

dan pabrik pengolahan limbah (rendering plant). Perusahaan-perusahaan tersebut

melakukan investasi besar pada teknologi untuk pengolahan lanjutan (further

processing). Selain itu juga sangat aktif mencari pasar luar negeri dan melakukan

perbaikan nutrisi, genetik dan praktek manajemen. Pada 2007, konsentrasi industri

ayam broiler AS yang ditunjukkan oleh CR-4, (yaitu rasio konsentrasi relatif dari

empat perusahaan terbesar terhadap total 100 persen industri) adalah 56 persen

(Iwantono, 2007).

Dampak Konsentrasi terhadap Efisiensi dan Kekuatan Pasar

Konsentrasi di berbagai industri menjadi perhatian ketika kekuatan pasar

menjadi penghalang bagi beroperasinya pasar secara efisien. Dengan segera,

sebuah perusahaan yang dominan menguasai pasar dapat meningkatkan harga

yang dikenakan ke konsumen tanpa khawatir dilemahkan oleh pesaing.

Perusahaan dengan kekuatan pasar juga akan mampu menekan harga di tingkat

supplier, mengurangi keuntungan yang diterima supplier dan mendistorsi insentif

mereka untuk berproduksi. Akan tetapi konsentrasi industri juga dapat

mempunyai manfaat ekonomi yang positif diantaranya economies of scale dan

efek-efek lainnya (King, 2001).

Menurut King (2001), ada beberapa manfaat ekonomi sehubungan dengan

konsentrasi, yaitu:

a. Konsentrasi secara negatif dapat mempengaruhi efisiensi pasar.

Pasar dikatakan efisien adalah bertemunya sejumlah pembeli dan penjual

dimana transaksi yang terjadi akan menguntungkan kedua belah pihak. Ketika

konsolidasi industri mengurangi jumlah pembeli atau penjual sejauh yang tersisa

dari pasar yang terkonsentrasi, pembeli atau penjual yang tersisa ini dapat

mengambil keuntungan dari kekuatan pasar. Mereka dapat menggunakan

kekuatan pasar ini untuk membatasi perdagangan pada beberapa pertukaran yang

saling menguntungkan, mendistorsi harga yang menguntungkan mereka.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang membatasi outputnya untuk

menaikkan harga di atas harga pasar bersaing dapat mendorong keluar beberapa

pembeli dari pasar tersebut. Perusahaan bisa saja menjual ke beberapa pembeli

dengan harga murah dan tetap mendatangkan profit yang secara potensial

menguntungkan pembeli dan penjual. Namun perusahaan menolak untuk

memperluas pasar, lebih suka mempertahankan harga tinggi pada pembeli yang

tersisa.

Contoh berbeda lainnya, konsentrasi yang terjadi di pembeli pada pasar

input, dapat saja menurunkan harga yang mereka bayarkan ke supplier. Tanpa ada

tekanan dari pembeli saingan yang mampu menawarkan harga yang lebih tinggi,

supplier mesti menerima harga rendah untuk produk mereka. Dampaknya, harga

rendah akan mengurangi penawaran industri dan memaksa produsen beralih ke

industri lain atau mengurangi output pada tingkatan yang lebih efisien. Akhirnya,

Page 47: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

34

distorsi harga dari kekuatan pasar akan menghilangkan beberapa manfaat dari

transaksi. Ketiadaan persaingan yang ketat dapat mengurangi tekanan bagi

produsen dalam penggunaan sumber daya secara efisien. Sebagai hasilnya,

kekuatan pasar yang muncul dari konsentrasi industri dapat meningkatkan biaya

produksi serta mengurangi efisiensi ekonomi secara agregat.

b. Konsentrasi menimbulkan kekhawatiran tentang pasar yang adil

(fairness).

Distorsi harga membuat pasar menjadi tidak efisien. Kekuatan pasar yang

disebabkan oleh konsentrasi dapat merealokasikan manfaat dari transaksi pasar.

Tentu saja, pembeli dan penjual yang terpaksa keluar dari pasar oleh distorsi harga

ini harus kehilangan peluang mencari keuntungan, sehingga nilai ekonomis pasar

secara total turun. Namun kekuatan pasar juga mendistribusikan kembali

keuntungan ekonomis dari transaksi yang berlangsung. Perusahaan dengan

kekuatan pasar yang besar akan mendapatkan bagian (share) yang lebih besar dari

keuntungan ekonomis pasar dan biasanya konsumen yang menanggung beban,

membayar harga yang lebih tinggi untuk barang dengan kualitas rendah.

c. Konsentrasi industri dapat memiliki efek positif.

Meski terjadi penurunan potensi untuk persaingan, kadangkala pasar lebih

efisien dengan jumlah penjual yang sedikit. Misalnya, beberapa industri ditandai

dengan skala ekonomi, dimana biaya rata-rata produksi turun sejalan dengan

peningkatan kuantitas. Dengan kata lain, lebih efisien bagi sejumlah kecil

perusahaan memproduksi output yang banyak dibanding banyak perusahaan

memproduksi output yang sedikit (share yang kecil dari total output di pasar).

d. Kekuatan pasar dapat memancing munculnya pesaing baru.

Keterbatasan dari kekuatan pasar di suatu industri adalah kemungkinan

masuknya pesaing baru yang potensial. Distorsi pasar dan inefisiensi pasar dapat

menjadi insentif bagi pemain (pendatang) baru untuk masuk ke pasar, memenuhi

permintaan dengan lebih efisien. Ancaman pendatang ini dapat menegakkan

disiplin pasar, melindungi perusahaan yang terkonsentrasi dari menetapkan harga

tinggi disebabkan persaingan yang mereka hadapi. Selain itu, pasar bagi produk

baru dapat muncul dalam jangka panjang, menawarkan produk substitusi untuk

produk sebelumnya yang ditawarkan oleh industri yang terkonsentrasi tanpa

persaingan.

Konsolidasi agribisnis akan menurunkan margin pemasaran jika dampak

ukuran ekonomi berlaku dan akan meningkatkan margin pemasaran jika dampak

kekuatan pasar berlaku. Apakah dimensi ukuran ekonomi menguntungkan

masyarakat atau dimensi kekuatan pasar yang merugikan masyarakat akan bersifat

lebih dominan di masyarakat tidak dapat dijawab dengan alasan teoritis.

Selanjutnya, masuknya pemain baru dan pengembangan produk substitusi

menjadi penting sebagai penghalang munculnya kekuatan pasar. Kesimpulannya

penentuan penyebab yang mendasari sehubungan dengan konsentrasi dapat saja

terjadi dengan syarat, analisis kasus per kasus. Untungnya, sejumlah besar studi

empiris telah membahas masalah ini dalam beberapa tahun terakhir (Weng, 2012).

Literatur teoritis di area ini dimulai dengan Williamson (1968) yang pertama

kali memodelkan tradeoff antara kekuatan pasar dan efisiensi biaya dan

menurunkan rumus keseimbangan parsial sederhana untuk menghitung rata-rata

Page 48: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

35

pengurangan biaya yang diperlukan untuk menetralisir inefisiensi alokasi pasca

kenaikan konsolidasi harga output. Williamson berpendapat bahwa jika harga

pasca - konsolidasi (integrasi) menurun, kesejahteraan sosial akan meningkat

dengan meyakinkan. Hal ini karena, ketika harga turun, jumlah total output yang

diminta akan meningkat, dan surplus konsumen pasti akan meningkat. Di sisi lain,

karena perusahaan konsolidasi menghasilkan lebih banyak output dengan biaya

rata-rata yang lebih rendah (yaitu karena merger dengan menggabungkan dapat

menggeser turun biaya rata-rata perusahaan dan fungsi biaya marjinal),

perusahaan-perusahaan non - merger menghasilkan sedikit dengan biaya rata-rata

yang lebih rendah (pada perusahaan non – merger, biaya dan biaya marjinal rata-

rata fungsi tidak bergeser, perubahan ini hanya sepanjang kurva biaya rata-rata).

Akibatnya, biaya rata-rata industri akan menurun, dan produksi industri secara

keseluruhan akan meningkat, yang akibatnya meningkatkan surplus produsen.

Dalam kasus kenaikan harga pasca - merger, hasilnya ambigu.

Model tradeoff kesejahteraan-efisiensi berlaku paling mudah untuk kasus

dua perusahaan yang bergabung menjadi monopoli. Analisis mengakui bahwa

dalam kasus kurva permintaan yang relatif elastis, keuntungan efisiensi dari biaya

- mengurangi merger (terhadap monopoli) bisa dengan mudah lebih besar

daripada kerugian bobot mati tambahan dari harga monopoli pasca-merger.

Williamson memberikan dasar teoritis inti yang masih digunakan saat ini untuk

memperhitungkan efisiensi dalam analisis merger horisontal (Bhuyan, 2005).

Efisiensi pasar tergantung dari level (tingkat) persaingan pasar, bukan dari

jumlah pesaingnya. Konsentrasi pasar tidak selalu menyiratkan kekuatan pasar.

Kehadiran hanya beberapa penjual dan pembeli di dalam pasar tidak berarti bahwa

perilaku peserta pasar tersebut tidak kompetitif. Di sisi lain, keberadaan banyak

perusahaan tidak selalu menyiratkan kompetisi yang memadai. Jika pasar sangat

tersegmentasi (misalnya, secara geografis), banyak perusahaan masing-masing

mampu memiliki banyak sekali kekuatan pasar di tiap segmen yang mereka

kuasai. Dan sementara efisiensi pasar dan keadilan mungkin terabaikan ketika

konsolidasi industri menjadi terkonsentrasi, ini bisa menjadi jawaban yang tepat

untuk menyadari skala ekonomi atau mengimbangi penurunan permintaan.

Studi yang paling komprehensif dari peternakan dan industri perunggasan

menunjukkan beberapa kabar baik dan kabar buruk bagi masyarakat. Kabar

baiknya adalah bahwa keuntungan pengurangan biaya konsentrasi jauh

membayangi efek kekuatan pasar sehingga margin pemasaran dikurangi dengan

konsentrasi (Azzam, 1997; Schroeter dan Adam, 1998 untuk daging babi dan

daging sapi; Persaud (2000) untuk unggas, daging sapi, dan babi). Dengan

menggunakan data tahunan 1970-1992, Azzam (1997) menemukan bahwa efek

efisiensi biaya konsentrasi dua kali efek kekuatan pasar dalam industri daging sapi

kemasan AS. Kabar buruk bagi peternak adalah bahwa manfaat dari margin

pemasaran yang lebih rendah dilewatkan ke konsumen daripada peternak.

Perusahaan agribisnis membayar apa yang diperlukan bagi peternak untuk

memelihara ternaknya, dalam jangka panjang lima tahun atau lebih sesuai rata-

rata harga dan biaya produksi termasuk keuntungan yang wajar pada peternakan

komersial yang dikelola secara kompeten.

Berdasarkan hasil temuan di beberapa industri pertanian, kantor akuntan

publik (Government Accountability Office, GAO) menyimpulkan bahwa

pernyataan di beberapa literatur ekonomi tidak cukup kuat mengenai konsentrasi

Page 49: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

36

dimana dikatakan bahwa “konsentrasi di beberapa segmen pengolahan dari daging

sapi, daging babi atau sektor susu, atau sektor ritel secara keseluruhan telah

berpengaruh terhadap harga komoditi pertanian atau harga ritelnya”. GAO

menyimpulkan bahwa sebagian besar penelitian yang ada sebelumnya tidak

menemukan bukti adanya kekuatan pasar, atau dampak efisiensi yang lebih besar

dibandingkan dampak kekuatan pasar dari konsentrasi. Untuk penelitian yang

menemukan bahwa konsentrasi mempengaruhi, lembaga tersebut menyimpulkan

bahwa manfaat dari efisiensi (harga rendah yang menguntungkan semua pelaku

pasar) lebih besar dari efek kekuatan pasar. Namun, lembaga tersebut menyatakan

bahwa secara umum para ahli setuju bahwa konsentrasi kemungkinan akan

meningkat di masa datang, dan berpotensi meningkatkan kekhawatiran lebih besar

tentang kekuatan pasar dan manipulasi komoditas atau harga pangan (Shields,

2010).

Masalah konsentrasi menginspirasi kesenjangan yang besar antara retorika

dan kenyataan. Tony Smith, seorang profesor filsafat di Iowa State University,

dalam makalahnya pada konferensi 1986 : “Apakah Ada Kewajiban Moral untuk

Menyelamatkan Usaha Pertanian Keluarga?” menyatakan bahwa "sektor

kompetitif terjepit di antara dua sektor oligopolistik pasti akan mengalami hal

yang kurang beruntung dari perdagangan." Pernyataannya cacat. Secara pasti,

teori ekonomi memprediksi bahwa jika (1) pasokan input, (2) pertanian, dan (3)

sektor pemasaran mulai kompetisi sempurna dan kemudian (1) dan (3) menjadi

monopoli, maka sektor pertanian (2) akan mengalami harga rendah, pendapatan,

dan tingkat pengembalian relatif terhadap sektor pasokan dan pemasaran produk

input. Namun, jika sumber daya dari sektor pertanian yang mobile, maka buruh

tani, manajemen, dan modal setelah melakukan penyesuaian insentif akan

memperoleh tingkat pengembalian yang sebanding dengan sektor lain (Tweeten,

1989).

Namun, bukti empiris menunjukkan bahwa sumber daya pertanian memang

sangat mobile dalam jangka panjang 5 tahun atau lebih setelah guncangan harga.

Sumber daya pertanian tidak sangat mobile dalam jangka pendek hingga lima

tahun. Oleh karena itu petani mengalami periode tahunan dan siklus pendapatan

dan tingkat pengembalian yang rendah. Siklus tahunan dan ketidakstabilan

merupakan hasil dari cuaca, kebijakan moneter, fiskal, dan perdagangan dalam

dan luar negeri, dan dari ekspektasi outlook yang tidak sempurna dan bukan dari

persaingan tidak sempurna di sektor agribisnis swasta. Stephen Koontz, seorang

ekonom yang telah mengabdikan karir nya untuk mempelajari struktur industri,

menyimpulkan bahwa "Konsentrasi di Agribisnis bukanlah penyebab dari harga

rendah dan profitabilitas di bidang pertanian" (Tweeten 1989).

Dampak Konsentrasi Industri terhadap Produktivitas dan Kesejahteraan.

Konsentrasi industri dapat mempengaruhi surplus produsen dengan cara

berikut. Pertama, di pasar output, perusahaan pengolahan ayam pedaging bisa

memiliki kekuatan oligopoli yang lebih tinggi untuk mengisi harga yang lebih

tinggi kepada konsumen. Kedua, di pasar input, perusahaan pengolahan ayam

pedaging bisa memiliki kekuatan oligopsoni yang lebih tinggi untuk mendapatkan

ayam hidup dengan harga yang lebih rendah, yang mana, kompensasi rendah

untuk material. Ketiga, perusahaan besar akan memiliki insentif yang lebih tinggi

Page 50: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

37

dan lebih banyak dana untuk penelitian dan pengembangan dalam perbaikan

teknologi yang berpotensi menurunkan biaya marjinal (Weng, 2012)

Fokus eksklusif pada kerugian kesejahteraan dari persaingan tidak sempurna

telah melahirkan beberapa penelitian di dalam pasar pengadaan dan prakteknya di

industri pengolahan makanan. Sejumlah studi telah meneliti kemungkinan teoritis

bahwa kerugian kesejahteraan jangka pendek dengan meningkatnya konsentrasi

dapat diimbangi oleh keuntungan kesejahteraan jangka panjang (Scherer, 1999;

Whitley, 2001). Alasan klasik untuk pengaruh konsentrasi adalah teori "creative

destruction" Schumpeter yang menunjukkan bahwa pasar yang kompetitif sangat

cocok untuk alokasi sumber daya jangka pendek, tetapi perusahaan besar di pasar

yang terkonsentrasi adalah sumber jangka panjang dari ekspansi output. Yaitu,

keuntungan tambahan dari menaikkan harga di atas biaya marjinal sebagai sumber

daya untuk inovasi (Gopinath et al, 2002). Namun, menurut catatan Cohen dan

Levin (1989), konsentrasi pasar merupakan salah satu inovasi, sementara yang

lain seperti struktur permintaan, peluang teknologi dan kondisi kesesuaian sama-

sama penting.

Efek produktivitas adalah positif dan menunjukkan signifikan dari

meningkatnya konsentrasi (Gopinath et al, 2002). Kesejahteraan total dapat

meningkat ketika kenaikan konsentrasi yang disertai dengan pertumbuhan

produktivitas. Mengingat kemungkinan meningkatnya output dan harga yang

lebih rendah sebagai akibat dari peningkatan konsentrasi, surplus konsumen dapat

meningkat dalam second best welfare nya. yaitu, konsumen lebih baik dari

sebelumnya meskipun mereka masih jauh dari ekuilibrium kompetitif sebenarnya

berkaitan dengan kesejahteraan produsen, pendapatan dan harga bervariasi

berbanding terbalik mengingat sifat inelastis dari permintaan. Namun, jelas

mereka tidak akan menggunakan produk atau memulai proses inovasi kecuali

menguntungkan.

Hubungan produktivitas-konsentrasi industri secara spesifik diatas tunduk

pada masalah endogeinity dan problem spesifikasi. Pertama terdapat kasus

kausalitas terbalik (reverse causality), sebagai contoh inovasi mempengaruhi

price-cost margin. Beberapa peneliti tidak setuju dengan ini. Misalnya, Baldwin

dan Scott (1987), mengulang Schumpeter, yang berpendapat bahwa inovasi skala

besar mungkin tidak menarik kecuali semacam asuransi tersedia untuk pengusaha

potensial. Yaitu, asuransi terhadap kegagalan inovasi adalah kemampuan untuk

terlibat dalam strategi harga, dan dengan demikian kekuatan monopoli dalam

pasar produk yang ada mungkin menjadi prasyarat untuk inovasi. Kedua, semua

pertumbuhan produktivitas tidak diperhitungkan oleh konsentrasi. Sebagaimana

Cohen dan Levin (1989) mencatat, struktur permintaan, peluang teknologi dan

ketersediaan faktor-faktor tambahan yang mempengaruhi tingkat inovasi dalam

industri.

Perbedaan permintaan cenderung kurang penting daripada faktor-faktor

seperti penelitian dan pengembangan (R&D). Ketika R&D masuk hitungan

(menciptakan produk baru dan/atau proses bersifat internal untuk perusahaan atau

industri) pertumbuhan riil dalam harga-harga faktor seperti biaya tenaga kerja

dapat menangkap aktivitas termasuk learning by doing. Peningkatan riil dalam

harga barang intermediate dan barang modal baru cenderung mencerminkan out-

sourcing dari teknologi.

Page 51: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

38

Produktivitas digunakan untuk mengukur efisiensi pada penggunaan input.

Produktivitas tenaga kerja tersebut pada dasarnya menandakan perubahan pada

teknologi, efisiensi teknis dan alokatif, serta utilisasi kapasitas produksi. Menurut

Jayanthakumaran (2002) menyatakan bahwa konsentrasi industri diduga memiliki

hubungan negatif dengan produktivitas. Hal ini dikarenakan apabila semakin

rendah rasio konsentrasi suatu industri maka semakin besar persaingan yang

terjadi pada industri tersebut. Dengan meningkatnya persaingan maka perusahaan

akan cenderung terdorong untuk bertindak efisiensi dengan berupaya menurunkan

biaya produksi dan meningkatkan teknologi. Sedangkan pertumbuhan output

berdampak pada meningkatnya produktivitas tenaga kerja. Hubungan tersebut

dibuktikan oleh Verdoorn pada tahun 1949, yang kemudian dikenal dengan

“Verdoorn’s Law”. Metode utama dibelakang hubungan tersebut adalah perluasan

output akan menciptakan skala ekonomis, dimana skala ekonomis merupakan

salah satu keuntungan utama dalam suatu usaha. Hal ini dikarenakan skala

ekonomis akan menciptakan kesempatan yang lebih baik untuk berspesialisasi,

berproduksi dengan skala besar dan meningkatkan efisiensi. Oleh karena itu,

pertumbuhan output akan berdampak positif pada produktivitas tenaga kerja.

Tinjauan Studi Terdahulu

Tinjauan Penelitian Mengenai Konsentrasi Industri

Ward (1987) mencoba menguji hipotesis bahwa terdapat hubungan antara

produktivitas total faktor (TFP) dengan konsentrasi industri di industri

pengemasan daging AS. Jika hubungan produktivitas – konsentrasi ini positif,

maka konsentrasi dapat menjadi sumber welfare gain daripada welfare loss.

Menggunakan pendekatan model Solow dalam mengestimasi TFP dan data rasio

konsentrasi berdasarkan yang didapat dari sensus industri manufaktur,

dimasukkan ke dalam persamaan TFP. Ward menemukan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan baik positif maupun negatif antara TFP dan konsentrasi

di industri penegemasan daging selama periode 25 tahun (1958-1982).

Pada penelitiannya, Azzam (1997) menggunakan kerangka Appelbaum

untuk mengukur kekuatan pasar dalam oligopoli homogen sebagai kerangka kerja

untuk memisahkan kekuatan relatif atau dampak kekuatan pasar dan dampak

efisiensi yang terkait dengan konsentrasi yang lebih tinggi di pasar input. Data

tahun 1970-1992 dari industri pengemasan daging sapi AS digunakan untuk

ilustrasi dari aplikasi model empirik. Hasil menunjukkan bahwa sementara pasar

daging sapi telah menanggung biaya karena konsentrasi pembeli meningkat,

namun manfaat yang didapat darinya cukup besar untuk mengimbangi biaya. Hal

ini mewakili satu konfirmasi empirik dari pemikiran panjang yang ada mengenai

trade-off antara kekuatan pasar dan efisiensi biaya dari peningkatan konsentrasi.

Keterbatasan utama tentang model dan hasil penelitian ada dua, pertama, karena

model ini diterapkan pada data agregat, sedikit yang diketahui bagaimana hasil

dipengaruhi oleh agregasi tersebut. Panel data set akan menjadi lebih tepat.

Kedua, sedikit yang diketahui tentang bagaimana kesimpulan ini dipengaruhi oleh

adanya persamaan pangsa dan tidak adanya persamaan struktural yang

menjelaskan konsentrasi.

Page 52: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

39

Stiegert dan Carton (1998) secara umum mengevaluasi trade-off antara

kekuatan pasar-efisiensi biaya di industri penggilingan gandum di AS. Secara

khusus, mengevaluasi peran peningkatan konsentrasi sebagai sumber potensial

dari rendahnya biaya marjinal di industri. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa

efek marjinal dari konsentrasi membuktikan secara statistik signifikan dan negatif,

yang mana mencerminkan bahwa peningkatan konsentrasi lebih berkaitan dengan

peningkatan efisiensi dibanding menghasilkan kekuatan pasar. Hasil menunjukkan

bahwa peningkatan konsentrasi menyebabkan pengurangan sekitar $0.65 di marjin

pemasaran dari waktu ke waktu.

King (2001) menguji sebab dan akibat dari konsentrasi industri dan

dampaknya terhadap efisiensi pasar di industri bioteknologi pertanian. Dalam

beberapa kasus, konsentrasi merealisasikan skala ekonomi, dimana dapat

memperbaiki efisiensi pasar dengan menekan biaya produksi. Perlindungan

terhadap hak kekayaan intelektual adalah satu kesatuan dengan pasar bioteknologi

pertanian, merangsang R&D, investasi, dan pengembangan pasar barang

substitusi. Hak kekayaan intelektual memberi perusahaan kemampuan untuk

lisensi inovasi mereka dan sementara tetap mempertahankan kontrol atas pasar.

Dari sepuluh perusahaan dengan aktivitas terbesar dilibatkan dalam 186 dari 382

observasi di sampel ini, mengindikasikan bahwa beberapa konsolidasi telah terjadi

di industri ini. Monsanto (dengan 37 transaksi) sukses menanam saham 60 persen

di De Kalb Genetics (dengan 11 transaksi) pada 1998, Empresas La Moderna

(dengan 16 transaksi) bergabung dengan DNA Plant Technology (aktif meneliti

mengenai jalur distribusi melalui Bionova); perusahaan Aventis yang dibentuk

dari kombinasi Agr Evo dan Rhone-Poulenc; dan satu perusahaan baru bernama

Syngenta yang dibentuk ketika Novartis dan AstraZeneca melakukan divestasi

dan menggabungkan unit pertanian mereka. Perkembangan ini lebih lanjut

meningkatkan konsentrasi dari strategi persekutuan ini.

Tostao dan Chung (2005) meneliti mengenai konsentrasi di industri

pengolahan daging sapi di Amerika Serikat dengan tujuan pertama, memisahkan

dampak kekuatan pasar dari efisiensi biaya sebagai akibat dari peningkatan

konsentrasi industri di pasar pengadaan ternak sapi dan di pasar retail daging sapi.

Kedua, menggunakan beberapa alternatif yang spesifik untuk permintaan output

di pasar ritel dengan menggunakan analisis sensitivitas. Trade-off industri yang

disebabkan oleh peningkatan konsentrasi di industri pengolahan daging sapi akan

diestimasi dengan asumsi perilaku memaksimumkan keuntungan dari tiga pemain

utama yaitu retailer, prosesor dan penyalur bahan baku (raw material). Model

oligopoli bilateral digunakan pada penelitian ini untuk mengukur dampak dari

peningkatan konsentrasi pada kekuatan pasar dan efisiensi biaya. Aplikasi empiris

menggunakan data tahunan dari industri perdagangan daging sapi, antara tahun

1970 sampai 1996. Selanjutnya data diestimasi menggunakan Non Linear three-

stage least square (N3SLS). Secara spesifik, estimasi model mencakup enam

persamaan : persamaan harga, persamaan permintaan ritel, persamaan penawaran

ternak sapi dan persamaan permintaan input untuk tenaga kerja, kapital dan

pengemasan. Hasilnya, dampak oligopoli dan oligopsoni power karena

peningkatan konsentrasi secara statistik signifikan pada taraf lima persen. Nilai

estimasi kekuatan pasar dalam mempengaruhi pasar pengadaan ternak di dapat

angka 1.8 yaitu dua kali lipat dari nilai estimasi dampak kekuatan pasar di pasar

output yaitu 0.9. Dengan demikian, peternak tampaknya menderita kerugian yang

Page 53: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

40

lebih besar ketika konsentrasi di industri pengolahan daging sapi meningkat. Nilai

estimasi keuntungan efisiensi biaya dari peningkatan konsentrasi adalah -3.76.

Harga bersih (net price) adalah -1.09. Dengan demikian, model monopoli bilateral

ini menunjukkan bahwa peningkatan konsolidasi di industri pengemasan daging

sapi menghasilkan penurunan yang signifikan pada harga daging sapi di tingkat

eceran.

Gopinath et al. (2002) meneliti hubungan antara produktivitas-konsentrasi

industri di industri pangan AS. Gopinath et al. berusaha mengidentifikasi level

kritis dari konsentrasi industri hingga sampai mana hubungan ini akan

menyebabkan pertumbuhan produktivitas menjadi negatif. Dampak kesejahteraan

dari peningkatan konsentrasi-pertumbuhan produktivitas dan deadweight loss-

dihitung dengan menggunakan data dari National Bureau of Economic Research

(NBER) dan US Department of Commerce (USDC) periode 1964-1992 dan

diestimasi secara simultan untuk TFP Growth dan konsentrasi. Konsisten dengan

penelitian sebelumnya, mereka menemukan bahwa hubungan produktivitas-

konsentrasi industri memiliki bentuk U-terbalik. Level kritis dari konsentrasi

(rasio) dimana hubungan antara nilai TFP Growth dan konsentrasi menjadi

negatif, muncul di angka 62.3, meningkat 24 persen dari level dasar. Berdasarkan

skenario kedua, estimasi welfare loss dan pemetaan manfaat bersih dari

peningkatan konsentrasi didapatkan bahwa deadweight loss sebesar $7.8 Milyar

dapat dikurangi sebesar $2.8 Milyar dari peningkatan konsentrasi sebesar 18

persen dari level dasar. Dengan demikian, kesejahteraan total meningkat dan

konsumen menjadi better-off berdasarkan skenario kedua.

Kim et al. (2002) meneliti pengaruh dari peningkatan level konsentrasi

pasar di industri pupuk nitrogen AS. Data tahunan produksi pupuk nitrogen dan

kepemilikan kapasitas masing-masing pabrik dari Otoritas Valley Tennessee

mulai periode 1976-1995 dan dari International Fertilizer Development Center

mulai periode 1996-2000. Harga gas alam untuk rumah tangga, energi industri,

penggunaan komersial dan industri di estimasi menggunakan SUR (Seemingly

Unrelated Regression). Hasil empiris menggunakan data periode 1976-2000,

mengindikasikan bahwa untuk industri pupuk nitrogen, efek kekuatan pasar lebih

besar daripada efek efisiensi biaya sebesar 55 persen. Hasilnya sesuai harapan

karena biaya produksi pupuk nitrogen selain biaya untuk gas alam dihitung sekitar

30 persen atau kurang dari total biaya produksi untuk pupuk nitrogen. Hasil ini

memiliki implikasi bahwa petani membayar harga pupuk nitrogen secara

signifikan lebih tinggi daripada apa yang petani harus bayar jika industri pupuk

nitrogen dioperasikan di bawah kondisi persaingan sempurna.

Efek kekuatan pasar yang berhubungan dengan perusahaan-perusahaan

dominan adalah rente ekonomi di pertanian yang wajib dibayar, sehingga

berdampak pada harga pupuk nitrogen yang lebih tinggi, sehingga mengurangi

pendapatan bersih pertanian dari tingkat yang mungkin sebaliknya jika ada di

kondisi pasar persaingan sempurna. Di samping itu, efek dari pasar yang kuat di

industri pupuk nitrogen AS memiliki implikasi bagi stabilitas baik pasokan dan

harga pupuk nitrogen untuk petani. Jika perusahaan dominan tidak menaikkan

harga pupuk nitrogen yang cukup dalam menanggapi kenaikan harga gas alam,

keuntungan perusahaan dominan akan menurun, yang akan menyebabkan

berkurangnya produksi pupuk nitrogen, dan dengan demikian juga menciptakan

potensi ketidakstabilan yang lebih besar dalam pasokan pasar pupuk nitrogen.

Page 54: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

41

Bhuyan (2005) menggunakan pendekatan NEIO (New Empirical Industrial

Organization) dalam mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan

pasar diantaranya Index Forward Vertical Integration (FVI), rasio konsentrasi

(CR4), iklan (ADVT), intensitas kapital (KINT), dummy variabel (REG),

permintaan untuk output industri makanan (DEMFLUC), rasio impor tehadap

penjualan (IMPOR) dan proporsi dari total penjualan industri (INTRA).

Menggunakan analisis perilaku memaksimumkan keuntungan dari perusahaan,

Bhuyan menggunakan Lerner Index untuk kekuatan pasar sebagai variabel

endogennya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun integrasi

menunjukkan arah besaran yang positif terhadap kekuatan pasar, namun koefisien

estimasi menunjukkan secara statistik tidak signifikan. Sehubungan dengan

dampak konsentrasi pasar di industri pangan terhadap kekuatan pasar

memperlihatkan bahwa kekuatan pasar akan meningkat jika industri semakin

terkonsentrasi. Temuan ini mendukung a priori dari pernyataan sebelumnya dan

didukung oleh penelitian sebelumnya bahwa konsentrasi tinggi akan

meningkatkan kekuatan pasar.

Periklanan (ADVT) memiliki dampak positif dan signifikan sesuai harapan.

Dengan demikian, tingginya konsentrasi pasar dan periklanan di industri pangan

akan meningkatkan kekuatan pasar dan akibatnya akan berdampak merugikan

dalam efisiensi alokatif di industri pangan. Variabel intensitas kapital secara nyata

berdampak negatif terhadap kekuatan pasar, sementara variabel DEMFLUC

(fluktuasi permintaan) menunjukkan bahwa jika fluktuasi demand tinggi maka hal

itu berdampak negatif secara nyata pada industri sehubungan dengan kemampuan

mendorong kekuatan pasar di pasar produk akhir. Untuk variabel IMPORT (rasio

impor terhadap penjualan) tanda sesuai harapan namun secara statistik tidak

signifikan, sementara variabel INTRA (proporsi total penjualan industri) negatif

tetapi tidak signifikan secara statistik.

Lopez dan Lirón-España (2005) menganalisis dampak dari konsentrasi pada

harga output melalui elastisitas konsentrasi didasarkan pada model ekonometrik

keseimbangan industri yang diterapkan pada 35 industri pengolahan makanan di

AS. Hasil empiris menunjukkan bahwa, peningkatan konsentrasi industri

menyebabkan efisiensi biaya sebagai dampak economies of size dalam industri

pengolahan makanan. Pada saat yang sama, mereka juga mengarah pada

peningkatan kekuatan pasar. Namun, di 37 persen dari industri, pengaruh

konsentrasi terhadap harga adalah positif dan signifikan secara statistik, seperti

yang diharapkan konvensional. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata,

peningkatan konsentrasi industri di pasar menyebabkan penurunan harga.

Untungnya, hal ini terjadi di lebih dari dua-pertiga dari industri yang dianalisis.

Sebaliknya berlaku untuk industri yang sangat terkonsentrasi, di mana kenaikan

lebih lanjut dalam konsentrasi menyebabkan kenaikan harga.

Ji dan Chung (2010) menggunakan pendekatan NEIO namun dengan model

dinamis yang secara bersamaan digunakan untuk mengukur tingkat oligopoli,

kekuatan oligopsoni, dan efisiensi biaya di industri pengemasan daging sapi di

AS. Kekuatan oligopsoni di estimasi dengan dua dampak yaitu, kekuatan pasar di

pasar pengadaan ternak dan kekuatan pasar di pasokan daging. Selanjutnya,

dihitung perubahan dari dampak konsentrasi terhadap kekuatan pasar dan efisiensi

biaya di industri. Untuk estimasi digunakan persamaan simultan, menggunakan

data bulanan dari 1990-2006. Hasil empiris mengungkapkan adanya kekuatan

Page 55: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

42

pasar baik di pasar ritel daging sapi dan pasar pengadaan ternak di dua dekade

terakhir. Kekuatan pasar oligopsoni sedikit lebih besar dan kurang stabil

dibandingkan kekuatan pasar oligopoli, namun perbedaan magnitude antara

oligopoli dan oligopsoni adalah kecil untuk seluruh periode sampel. Sebagai

tambahan, peningkatan lebih lanjut dalam konsentrasi akan memperluas kekuatan

pasar baik di pasar oligopoli dan oligopsoni. Hasil juga menunjukkan bahwa

pengaruh efisiensi biaya dari peningkatan konsentrasi di industri pengemasan

daging jauh lebih besar dari pengaruh kekuatan pasar di model statik, namun

sedikit lebih besar di model dinamik. Hasil ini berarti bahwa pengaruh efisiensi

biaya melebihi pengaruh kekuatan pasar.

Tinjauan Studi Terdahulu Mengenai Structure Conduct Performance

Acharya (1998) menggunakan pendekatan Structure Conduct Performance

(SCP) dalam meneliti keterkaitan antara sektor on farm dan off farm yang

dihubungkan oleh sebuah sistem pemasaran produk pertanian di India. Sistem

pemasaran diyakini memegang peranan penting dalam menentukan harga yang

merupakan sinyal bagi produsen dan konsumen, dan kemudian kinerja sistem ini

sangat ditentukan oleh perilaku dan struktur pasar itu sendiri. Variabel-variabel

yang diteliti adalah pengukuran regulasi, infrastruktur sistem pemasaran, harga

yang ditetapkan oleh pemerintah, agen-agen dalam pasar, ekspor-impor dan

kebijakan ekonomi makro. Hasil yang didapatkan adalah keseluruhan variabel

yang diteliti berpengaruh nyata terhadap dinamika pasar produk pertanian.

Karakteristik struktural pasar produk pertanian menunjukkan dominasi lembaga-

lembaga yang terorganisasi atas lembaga-lembaga yang tidak terorganisasi dengan

konsekuensi timbulnya potensi terciptanya praktek monopoli atau oligopoli. Saran

sebagai hasil dari penelitian ini adalah perlunya meningkatkan linkages antara

petani dengan sektor ritel, pembangunan infrastruktur di pedesaan dan perlunya

perhatian pada proses grading dan pengontrolan kualitas untuk meningkatkan

kinerja pasar.

Viaenne dan Gellynck (1995) menggunakan SCP untuk mengevaluasi

pertumbuhan dan situasi di industri makanan di Eropa, terutama perusahaan-

perusahaan yang berada di Belanda, Jerman, Inggris dan Perancis. Penelitian ini

menggunakan variabel konsentrasi industri dan intensitas penggunaan tenaga

kerja sebagai indikator struktur, nilai tambah dan investasi sebagai indikator

perilaku, serta produktivitas, tingkat pertumbuhan dan profitabilitas sebagai

indikator kinerja. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan variabel-variabel

didalam structure, conduct, performance. Hasil penelitian menunjukkan Perancis

memiliki struktur industri yang paling terintegrasi dibandingkan dengan negara

yang lain, sementara Inggris dan Jerman mengalami pertumbuhan yang negatif.

Namun Belanda dan Jerman memiliki tingkat profitabilitas yang tertinggi di

antara negara yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pasar makanan Eropa

sangat ditentukan oleh keterkaitan struktur usaha, perilaku dan kinerja dalam

industri tersebut.

Vlachvei dan Oustapassidis (1998) melakukan penelitian untuk membuat

hipotesis mengenai hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja pada industri

makanan di Yunani. Penelitian bertujuan untuk mengestimasi parameter tingkat

profitabilitas yang dipengaruhi oleh konsentrasi industri dan iklan pada 38

Page 56: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

43

manufaktur dalam industri pangan dengan menggunakan metode estimasi 3SLS.

Indikator struktur diwakili oleh indeks konsentrasi perusahaan, indikator perilaku

diwakili oleh rasio antara pengiklanan dengan total penjualan, dan tingkat

profitabilitas sebagai indikator kinerja. Hasil yang didapatkan adalah bahwa

intensitas pemasangan iklan dan ekspor berpengaruh nyata dalam meningkatkan

tingkat profitabilitas. Selanjutnya kedua variabel tersebut dipengaruhi oleh tingkat

konsentrasi perusahaan, dan pada sebelumnya konsentrasi tersebut sangat

dipengaruhi oleh economies of scale perusahaan yang bersangkutan. Hubungan

antara pemasangan iklan dan tingkat konsentrasi menunjukan bahwa perusahaan

yang memiliki pangsa produk yang besar lebih efektif untuk menggunakan media

periklanan dibandingkan dengan perusahaan dengan pangsa yang kecil.

Sayaka (2003) menganalisis struktur pasar, perilaku dan kinerja industri

benih jagung di provinsi Jawa Timur, menggunakan data primer dan sekunder.

Data primer dikumpulkan dari perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan

swasta serta distributor benih jagung. Dimensi dari struktur pasar adalah derajat

konsentrasi penjual dan pembeli, diferensiasi produk, barriers to entry and exit

serta pengetahuan pasar. Perilaku pasar dievaluasi menggunakan pendekatan

kelembagaan dan fungsional. Kinerja pasar mencakup efisiensi teknis, efisiensi

harga dan progressiveness. Analisis deskriptif dan statistik digunakan untuk

menentukan struktur, perilaku dan kinerja dari industri. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa struktur industri benih jagung di Jawa Timur adalah

sangat oligopolistik. Tiga perusahaan multinasional mendominasi industri.

Investasi yang besar dan terus menerus penemuan varietas baru merupakan

hambatan masuk yang dominan di industri benih jagung meskipun laba tinggi

mencegah produsen meninggalkan industri. Iklan dan jasa servis konsumen

merupakan faktor utama pilihan konsumen terhadap benih. Produsen benih

mendapat laba tinggi disamping resiko dari produk yang banyak tidak terjual. Di

tingkat pedagang besar, pasar benih jagung adalah sangat oligopolistik yang

ditandai dengan konsentrasi lebih dari 40 persen. Disisi lain pedagang pengecer

relatif kompetitif. Pedagang besar membeli dan menjual benih pada harga yang

lebih rendah dan mendapat laba yang lebih tinggi dibanding pedagang pengecer.

Secara umum, pasar benih jagung tidak efisien.

Selanjutnya Hakobyan (2004) meneliti jaringan pemasaran susu sapi di

Armenia, menggunakan analisis structure-conduct-performance. Analisis

terkonsentrasi pada rantai pemasaran yaitu koperasi dan pengolah (pabrik susu).

SCP digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang menentukan daya saing dari

suatu pasar, meneliti perilaku dari perusahaan dan menaksir sukses dari suatu

industri dalam pencapaian tujuan. Penelitian menggunakan data dan informasi

dari dokumen internal USDA Marketing Assistance Project (USDA-MAP),

wawancara personal dan data publikasi. Indikator structure diwakili oleh struktur

kepemilikan, ukuran distribusi dan konsentrasi, serta integrasi dan kerjasama.

Conduct diwakili oleh aktivitas pemasaran, kebijakan harga dan kebijakan produk.

Sementara performance dilihat dari pendapatan peternak, pencapaian dan problem

yang dihadapi. Adapun masing-masing komponen di dalam SCP dibahas secara

deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa masalah utama yang

menghalangi peningkatan lebih lanjut dari pabrik susu adalah ketiadaan modal

untuk modernisasi dari peralatan yang ketinggalan zaman dan mutu dari susu

mentah. Problem banyak terdapat di area pemasaran, diantaranya yang utama

Page 57: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

44

menghambat kemajuan dari susu yang dipasarkan koperasi adalah rendahnya

harga susu mentah serta ketiadaan ransum dan bibit berkualitas tinggi.

Resende (2005) meneliti keterkaitan hubungan SCP dalam konteks industri

manufaktur di Brazil tahun 1996. Untuk tujuan itu, digunakan suatu sistem

dengan empat persamaan yaitu konsentrasi, iklan, R&D, dan tingkat keuntungan

yang diestimasi menggunakan model persamaan simultan. Sebagai tambahan

untuk explanatory variabel, diproksi dari barriers to entry dan kondisi-kondisi

permintaan, juga memasukkan variabel skema insentif dan praktek organisatoris.

Dari hasil penelitian mengindikasikan suatu peran penting untuk variabel yang

berhubungan dengan barriers to entry dalam mempengaruhi struktur pasar,

terdapat efek non linear dan penting dari konsentrasi periklanan, terdapat dampak

relevan dari firm-size terhadap penggunaan R&D dan akhirnya terdapat dampak

positif yang signifikan dari konsentrasi terhadap tingkat keuntungan dan hasil

yang sama dengan sebelumnya pada negara maju.

Kardiman (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis

struktur, perilaku dan kinerja pasar minyak sawit dan produk industri sawit

Malaysia dan implikasinya terhadap pengembangan industri kelapa sawit

Indonesia. Analisis SCP digunakan dengan menggabungkan model Martin yang

sudah dimodifikasi dan model perbandingan hirarki. Data yang digunakan

merupakan data sekunder time series dari tahun 1960 sampai 2008. Menurut

pendekatan SCP, kinerja suatu industri (keberhasilan industri dalam memberikan

manfaat kepada konsumen) tergantung pada perilaku perusahaan, yang pada

gilirannya, struktur (faktor yang menentukan daya saing pasar) dan rencana

strategis tergantung pada pemerintahan yang baik yang diberdayakan dalam

model ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara institusional, industri sawit

Malaysia diatur secara profesional dan memiliki fokus yang jelas bahwa komoditi

sawit adalah komoditi komersial penuh (full commercial). Untuk mampu bersaing

di pasar internasional maka prinsip efektifitas, efisensi dan profitabilitas amat

diperhatikan secara seksama, bahkan struktur pasar industri minyak sawit dan

produk sawit dalam negeri Malaysia adalah oligopoli kuat dengan konsentrasi

CR4 mendekati 90 persen.

Terakhir, Setiawan (2012) meneliti struktur pasar, kekakuan harga, dan

kinerja serta hubungannya di industri makanan dan minuman di Indonesia.

Penelitian menggunakan dua kerangka utama, SCP dan NEIO, menggunakan data

publikasi tingkat perusahaan dari 59 sub sektor industri makanan dan minuman

yang bersumber dari survei manufaktur dari Badan Pusat Statistik selama periode

1995-2006. Metode ekonometrik dan Data Envelopment Analysis (DEA)

digunakan untuk menganalisis tujuan keseluruhan. Hasil empiris menunjukkan

bahwa konsentrasi industri menyatu dengan nilai yang sama di seluruh subsektor

dalam jangka panjang. Tujuh tahun setelah pengenalan Hukum Persaingan pada

1999, konsentrasi industri dan price-cost margin masih tinggi. Konsentrasi

industri memiliki efek positif pada price-cost margin. Selain menghentikan tren

kenaikan price-cost margin, pengenalan Hukum Persaingan mengurangi pengaruh

konsentrasi industri pada price-cost margin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada hubungan simultan antara konsentrasi industri, kekakuan harga, efisiensi

teknis, dan price-cost margin.

Page 58: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

45

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Teoritis

Teori Permintaan Faktor Produksi dan Penawaran Output

Teori produksi bertumpu pada fungsi produksi, yaitu suatu fungsi yang

menggambarkan hubungan teknis antara faktor-faktor produksi (input) dan hasil

produksinya (output). Fungsi produksi dapat menggambarkan teknologi yang

digunakan oleh suatu perusahaan, suatu industri, atau suatu perekonomian secara

keseluruhan. Produksi adalah kegiatan transformasi dari dua atau lebih input

(sumberdaya) menjadi satu atau lebih produk. Transformasi sebagai upaya

mengubah dengan cara mengkombinasikan sejumlah input menjadi bentuk dan

fungsi yang berbeda. Konsep dari fungsi produksi adalah total produktivitas atau

output dengan menggunakan variasi jumlah input dalam proses produksi

(Snodgrass dan Wallace, 1980). Input variabel dalam proses produksi komoditi

ayam broiler antara lain adalah tenaga kerja, pakan, bibit, obat-obatan dan yang

lainnya, yang dapat dibeli sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Sedangkan

faktor input tetap adalah faktor- faktor yang lain yang tidak diperoleh dalam

jangka waktu satu analisis seperti kandang, peralatan, infrastruktur dan layanan

penyuluhan atau juga faktor eksogen yang tidak bisa dikendalikan seperti cuaca

(Sadoulet dan De Janvry, 1995).

Perusahaan adalah satu unit teknis dimana output dihasilkan, karena itu

perusahaan adalah suatu bentuk kelembagaan, bisa perorangan atau dalam bentuk

sekumpulan orang sebagai pemiliknya (Henderson dan Quant, 1980). Perusahaan

melakukan proses produksi, yakni melakukan pengaturan penggunaan input dalam

rangka menghasilkan output. Pengelola perusahaan membuat keputusan tentang

berapa seharusnya dan bagaimana output dihasilkan sehubungan dengan tingkat

keuntungan yang akan diperoleh.

Industri merupakan kumpulan perusahaan yang menghasilkan output

sejenis. Kumpulan usaha ternak ayam broiler merupakan suatu industri dan output

yang dihasilkan adalah daging ayam. Faktor produksi utama dari industri ayam

broiler adalah pakan. Karena di satu sisi pakan merupakan input bagi usaha ayam

broiler dan di sisi lain pakan merupakan output dari industri pakan, maka

permintaan input pakan merupakan permintaan turunan (derived demand) dari

usaha broiler. Oleh sebab itu fungsi permintaan pakan dapat didefinisikan sebagai

fungsi dari harga pakan, input lain dan harga daging ayam broiler. Penurunannya

akan dijelaskan pada bagian berikut ini.

Untuk menyederhanakan persoalan, dimisalkan bahwa pada tingkat

teknologi tertentu, fungsi produksi daging broiler dapat dirumuskan sebagai

berikut :

QS

B = Q

S

B (Q

P,Q

F) .................................................................................. (1)

dimana : QS

B = produksi daging broiler,

QP

= volume penggunaan pakan

QF

= jumlah penggunaan input lainnya.

Page 59: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

46

Jika diketahui bahwa harga faktor produksi pakan dan faktor-faktor produksi

lainnya masing-masing adalah PP dan PF, maka persamaan biaya total dapat

dirumuskan sebagai berikut :

C = PP*Q

P + P

F* Q

F + C

0 ..................................................................... ... (2)

dimana C adalah biaya total dan C0 adalah biaya tetap.

Keuntungan adalah merupakan selisih antara penerimaan dan biaya-biaya.

Dengan demikian maka fungsi keuntungan usaha ternak ayam broiler dapat

dirumuskan sebagai berikut (Herderson dan Quandt, 1980) :

π = PB* Q

S

B (Q

P,Q

F) – (P

P*Q

P + P

F* Q

F + C

0) ........................................... (3)

dimana adalah keuntungan PB

= harga per unit daging broiler. Dengan

memaksimumkan fungsi keuntungan di atas dan bila second order condition

dapat dipenuhi, maka keadaan keseimbangan pada usaha ayam broiler adalah

sebagai berikut :

PP

= PB

* QP' ............................................................................................... (4)

PF

= PB

* QF' ............................................................................................... (5)

dimana PB, PP dan PF

merupakan peubah eksogen, QP

dan QF

merupakan peubah

endogen. Dengan demikian fungsi permintaan input usaha ayam broiler adalah :

Permintaan pakan : QD

P = Q

D

PB (P

B, P

P, P

F) ........................................... (6)

Permintaan input lain QD

F = Q

D

FP (P

B,P

P,P

F) ............................................. (7)

Dengan mensubstitusi persamaan (6) dan (7) ke dalam persamaan (1), maka

fungsi penawaran daging ayam broiler dari usaha ternak ayam broiler dapat

dirumuskan sebagai berikut :

QS

B = Q

S

B (P

B, P

P, P

F )................................................................................. (8)

Dari persamaan (8) diketahui penawaran daging ayam broiler merupakan fungsi

dari harga daging ayam broiler.

Akan tetapi penawaran suatu komoditi bukan hanya ditentukan oleh harga

komoditi tersebut dan harga-harga faktor produksi. Beberapa peubah penting lain

yang mempengaruhi penawaran komoditi adalah harga komoditi lain, kebijakan

pemerintah, tingkat teknologi, pajak, subsidi, dan keadaan alam. Teori penawaran

bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran.

Penawaran suatu komoditi baik barang maupun jasa adalah jumlah komoditi yang

ditawarkan kepada konsumen pada suatu pasar dan pada tingkat harga serta waktu

tertentu (Henderson dan Quandt, 1980).

Teori Permintaan Output

Permintaan suatu komoditi adalah jumlah komoditi yang dibeli konsumen

dengan harga, tempat dan waktu tertentu. Permintaan akan komoditi tertentu

dipengaruhi oleh banyak faktor secara simultan (Koutsoyiannis, 1977). Antara

Page 60: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

47

harga dan jumlah komoditi yang diminta atau yang ingin dibeli oleh konsumen,

terdapat hubungan yang negatif, dalam arti jika harganya semakin tinggi maka

jumlah komoditi yang diminta atau yang ingin dibeli akan semakin sedikit, dan

demikian pula pada keadaan sebaliknya.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap permintaan suatu komoditi

antara lain adalah : harga komoditi tersebut, harga komoditi substitusi, pendapatan

konsumen, selera, distribusi pendapatan, jumlah penduduk, kesejahteraan

konsumen, kredit, dan kebijaksanaan pemerintah. Dalam pasar persaingan

sempurna, perubahan harga komoditi ceteris paribus akan menyebabkan

perubahan jumlah komoditi yang diminta atau terjadinya pergerakan (movement)

sepanjang kurva permintaan. Sedangkan perubahan harga yang disebabkan faktor-

faktor (selain harga komoditi tersebut) akan mengakibatkan kurva permintaan

mengalami pergeseran (shift).

Pada hakekatnya permintaan konsumen terhadap suatu jenis barang

mencerminkan posisi keseimbangan konsumsi yang telah mempertimbangkan

berbagai tujuan untuk mencapai utilitas maksimum dengan jumlah anggaran

belanja (pendapatan) yang tertentu. Seorang konsumen dikatakan berada dalam

posisi keseimbangan apabila pendapatannya telah dialokasikan pada pembelian

barang-barang yang memberikan utilitas maksimum. Dengan demikian titik tolak

teori permintaan adalah fungsi utilitas dimana fungsi permintaan dapat diturunkan

dari fungsi utilitas.

Bila diasumsikan kepuasan konsumen dapat dipenuhi dengan

mengkonsumsi daging ayam broiler (B) dan barang lainnya (J), fungsi utilitas

(kepuasan) konsumen (U) adalah :

U = U (B, J) ................................................................................................ (9)

Jika PB dan PF masing-masing adalah harga daging ayam broiler dan harga barang

lainnya per unit, kendala pendapatan dari konsumen pada tingkat pendapatan

tertentu (misalnya Y0) adalah :

Y0 = PB * B + PJ * J ................................................................................. (10)

Untuk memaksimumkan fungsi utilitas dengan fungsi kendala pendapatan, kedua

persamaan terlebih dahulu diformulasikan dalam bentuk fungsi Lagrange seperti

berikut :

£ = U (B, J) + λ (Y0 – PB * B + PJ * J) ..................................................... (11)

dimana : λ = shadow price dari pendapatan.

Selanjutnya, dengan memaksimumkan fungsi utilitas dengan syarat turunan

parsial pertamanya terhadap B, J dan λ harus sama dengan nol, dan menyelesaikan

persamaannya, maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

λ = UB/PB = UJ/PJ, atau UB/UJ = PB/PJ ..................................................... (12)

dimana : UB = utilitas marjinal terhadap konsumsi daging ayam broiler

UF = utilitas marjinal terhadap konsumsi barang lainnya.

Persamaan (12) dikenal sebagai Equimarginal Principle dari teori

pemaksimuman utilitas yang berarti konsumen akan berada pada posisi

keseimbangan jika rasio antara utilitas marjinal dan harga masing-masing barang

yang dikonsumsi adalah sama dan harus sama dengan utilitas marjinal

Page 61: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

48

pendapatan. Jadi fungsi permintaan terhadap suatu barang konsumsi, dalam hal ini

adalah daging broiler dapat dirumuskan sebagai berikut :

QD

B = f ( PB, Ps, Y0 ) ........................................................................... … (13)

dimana PB, PS, Y0 masing-masing adalah harga barang tersebut, harga barang

substitusi, dan pendapatan konsumen (Henderson dan Quandt, 1980).

Analisis Organisasi Industri

Azas fundamental dalam menganalisa organisasi industri adalah mengenai

apa yang masyarakat inginkan dari produsen barang dan jasa adalah performans

yang bagus (Scherer dan Ross, 1990). Kajian terhadap perilaku suatu lembaga

ekonomi sangat tergantung pada konsep pemikiran ekonomi yang mendasarinya.

Saat ini terdapat dua aliran pemikiran besar yang mewarnai hampir setiap kajian

ekonomi mikro modern (Spechler, 1990), yaitu pendekatan neo-klasik dan

pendekatan ekonomi kelembagaan (institusional). Pendekatan neo-klasik

menekankan pada asumsi-asumsi dasar yang telah mapan dan berbagai perangkat

teori yang telah lengkap dan mantap, terutama dalam menjelaskan berbagai

perilaku perusahaan, perilaku konsumen, perilaku pasar, dan hal-hal yang

berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat; sebagai hasil dari proses berbagai

kajian yang panjang. Neo-klasik mendasari pemikiran tentang perilaku ekonomi

pada beberapa perspektif dasar yaitu : (a) adanya keseimbangan pasar bersaing

sempurna dan ketidaksempurnaan pasar hanya merupakan pengecualian, (b)

faktor (produksi) mendapat imbalan sesuai dengan nilai dan kontribusi

marjinalnya terhadap produksi, hal yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut

umumnya diabaikan, (c) selera diasumsikan tetap dan universal, (d) faktor

organisasi dan manajemen diabaikan, (e) pengaruh politis dan sosial dianggap

minimal, dan (f) masalah pemerataan ditangani secara terpisah dari efisiensi.

Dilain pihak pendekatan ekonomi kelembagaan justru berusaha untuk

mendalami hal-hal yang dinilai sebagai kelemahan dalam pendekatan neo-klasik.

Berangkat dari pemikiran Thorstein Veblen (1857-1929), dan dalam pengaruh

pemikiran beberapa guru ekonomi dan sosiolog Eropa, seperti Gustav Schmoller

(1839-1917), Max Weber (1864-1920) dan Werner Sombart (1883-1941);

pemikiran ekonomi kelembagaan justru berkembang di Amerika, walaupun salah

satu penulis kelembagaan terkemuka, yaitu John Kenneth Galbraith (1908-2006)

menolak untuk dikatakan sebagai “orang kelembagaan”. Meskipun beberapa

bentuk mekanisme kajian yang dilakukan mungkin juga menggunakan teknik

yang dikembangkan oleh neo-klasik, perspektif ekonomi kelembagaan yang

dikembangkan para pemikir di atas menegaskan pentingnya beberapa hal yang

tidak terdapat pada pendekatan neo-klasik (Spechler, 1990).

Pertama, fokus kajian ekonomi kelembagaan ditujukan pada lembaga atau

organisasi sebagai unit analisa. Dalam hal ini yang dimaksud kelembagaan adalah

pengaturan-pengaturan sosial tentang hubungan antar individu dan kelompok.

Ekonomi kelembagaan menempatkan norma, peraturan, kesepakatan dan berbagai

bentuk serupa; yang kemudian tercermin dalam bentuk struktur hak (property

rights) dan hal-hal yang diakui bersama (common denominator), sebagai faktor

penentu dalam pengambilan keputusan ekonomi. Perbedaan unsur kelembagaan

tersebut akan membedakan kriteria pencapaian tujuan suatu kegiatan ekonomi.

Page 62: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

49

Hal berbeda dengan pendekatan neo-klasik yang umumnya memandang

rasionalitas dari pencapaian keuntungan maksimum dan kriteria hedonistik

lainnya. Kedua, kegiatan ekonomi dipandang sebagai suatu proses evolusi yang

berkelanjutan menuju pencapaian tujuan tertentu (bukan sekedar hanya mencari

keseimbangan), dan tujuan tersebut bukan hanya keuntungan maksimum. Kondisi

lembaga pada tahap berikut ditentukan oleh kemampuan lembaga yang

bersangkutan beradaptasi dengan perkembangan kondisi lingkungan. Ketiga,

setiap lembaga dan aktivitas ekonomi dapat memiliki tujuan yang berbeda atau

memiliki beberapa tujuan. Dan keempat, ekonomi kelembagaan menekankan

pentingnya memperhatikan berbagai orientasi normatif (sosial, politik, dan

sebagainya) yang dapat mempengaruhi tujuan atau perilaku suatu kegiatan

ekonomi.

Bagian penting dari penelitian di organisasi industri adalah berkaitan dengan

memahami faktor-faktor penentu kekuatan pasar dan struktur pasar, dan dengan

mengevaluasi implikasinya terhadap kesejahteraan masyarakat. Model khas di

organisasi industri memperlakukan fitur permintaan, teknologi, dan kelembagaan

yang diberikan dan studi bagaimana faktor-faktor eksogen menentukan struktur

pasar secara endogen dan keuntungan perusahaan. Misalkan saja, penggunaan

metode Empirical Industrial Organization bermanfaat untuk menentukan harga

atau output, untuk mengantisipasi respon pesaing, untuk mengevaluasi dampak

dari merger, untuk memprediksi dampak dari memperkenalkan produk baru di

pasar, atau untuk mengukur manfaat dari diskriminasi harga (Aguirregabiria,

2012).

Industrial Organization (IO) mempelajari interaksi strategis perusahaan di

pasar, dan implikasinya terhadap keuntungan perusahaan dan kesejahteraan

konsumen. Kekuatan pasar dan struktur pasar adalah konsep utama dalam IO.

Kekuatan pasar (atau kekuatan monopoli) adalah kemampuan suatu perusahaan,

atau kelompok perusahaan, untuk mendapatkan keuntungan yang luar biasa, untuk

mendapatkan sewa melebihi yang dibutuhkan untuk membayar upah seluruh input

dengan harga pasar. Struktur pasar adalah deskripsi dari jumlah perusahaan di

pasar dengan masing-masing saham/bagiannya di pasar. Pasar monopoli

merupakan ekstrem struktur pasar dimana satu perusahaan mengkonsentrasi total

output di pasar. Pasar ekstrim yang lain kita kenal dengan struktur pasar atomist

dimana output industri dibagi bersama oleh sejumlah besar perusahaan yang

sangat kecil. Antara dua pasar ekstrem ini, kita mempunyai spektrum

kemungkinan struktur pasar oligopoli. Kekuatan pasar dan struktur pasar

tergantung pada permintaan, teknologi perusahaan, konsentrasi dan regulasi dalam

industri.

Struktur pasar merupakan elemen strategis yang relatif permanen dari

lingkungan perusahaan yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku dan

kinerja di dalam pasar (Koch, 1980). Struktur pasar merupakan bahasan penting

untuk mengetahui perilaku dan kinerja suatu industri. Struktur pasar merupakan

atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Elemen struktur pasar adalah

pangsa pasar (market share), konsentrasi (concentration) dan hambatan masuk

(barriers to entry). Semakin tinggi tingkat konsentrasi maka akan semakin tinggi

hambatan masuk dalam suatu industri. Konsentrasi industri (Concentration Ratio-

CR4), dikatakan tinggi jika nilai konsentrasi penjualan dari empat perusahaan

terbesar melebihi 70 persen dari total penjualan.

Page 63: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

50

Analisis Structure-Conduct-Performance (SCP)

Paradigma Structure-Conduct-Performance (SCP) merupakan salah satu

kerangka pemikiran dalam menganalisis ekonomi lembaga dan kelembagaan dari

organisasi industri. Paradigma tersebut digunakan untuk menjelaskan hubungan

antara struktur, perilaku, dan kinerja pasar. Ada beberapa pandangan mengenai

metodologi SCP, salah satunya adalah pandangan tradisional yang juga disebut

dengan pandangan strukturalis. Pandangan ini menyatakan bahwa suatu struktur

pasar dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu tingkat konsentrasi dan faktor

eksternal yaitu tingkat hambatan masuk (Entry Barriers). Selain itu, struktur juga

dipengaruhi oleh faktor eksternal lainnya seperti, tingkat permintaan dan

kebijakan pemerintah. Struktur tersebut kemudian akan mempengaruhi perilaku

yang terbentuk yang kemudian akan mempengaruhi kinerja industri tersebut

(Martin, 1993).

Sementara menurut pendekatan model SCP New-Harvard Tradition, dimana

masing-masing komponen saling berinteraktif, misalnya kinerja pasar tergantung

pada perilaku pasar, perilaku tergantung pada struktur pasar yaitu faktor yang

menentukan persaingan, selanjutnya struktur pasar tergantung pada kondisi dasar

yaitu permintaan dan produksi meliputi elastisitas permintaan, barang pengganti,

musim, tingkat pertumbuhan ekonomi, lokasi, jumlah order, metode perbelanjaan

dan teknologi, bahan baku, keseragaman produk, ketahanan barang, lokasi, skala

ekonomi dan skop ekonomi. Sebaliknya kondisi dasar mempengaruhi struktur

pasar, struktur mempengaruhi perilaku dan perilaku mempengaruhi kinerja, ketiga

komponen ini dan kondisi dasar dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah (Carlton

dan Perloff, 2000).

Menurut pemikiran dan pengalaman bisnis yang ada (Main Stream),

mengasumsikan bahwa setiap struktur pasar cenderung mempengaruhi bagaimana

perusahaan bertingkah laku dan bagaimana kinerja yang diperoleh perusahaan

tersebut. Struktur mempengaruhi perilaku, dimana semakin rendah konsentrasi

maka semakin kompetitif perilaku perusahaan. Perilaku mempengaruhi kinerja,

dimana semakin kompetitif perilaku maka kekuatan pasar semakin kecil (artinya

semakin besar efisiensi sosial). Struktur mempengaruhi kinerja, dimana

penurunan konsentrasi pasar kearah penguasaan pasar yang lebih rendah. Hal ini

menyiratkan bahwa secara langsung dan tidak langsung struktur mempengaruhi

kinerja.

Semakin kecil penguasaan pasar (market share), semakin besar tekanan

bersaing perusahaan tersebut. Ini berarti bahwa kekuatan pasar (market power)

yang dimiliki perusahaan untuk menentukan harga dan output semakin berkurang.

Dengan berkurangnya kemampuan perusahaan untuk menentukan harga dan

output akan berdampak pada menurunnya tingkat keuntungan yang diterima

perusahaan. Oleh karena itu rasio konsentrasi akan berhubungan positif dengan

price-cost margin. Perbedaan tingkatan konsentrasi industri ini akan membedakan

perilaku industri yang diamati, dan perbedaan perilaku industri yang terjadi akan

membedakan kinerja pasar yang dihasilkan oleh industri yang bersangkutan

(Teguh, 2010)

Penelitian ini diawali dengan membahas secara deskriptif jumlah produsen

baik usaha rakyat dan perusahaan broiler di tingkat industri, tingkat konsentrasi

produsen broiler dari empat perusahaan terbesar (CR4), hambatan masuk pasar

Page 64: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

51

sebagai struktur pasar (structure) industri broiler. Selain itu juga membahas upaya

pemerintah dan perusahaan baik nyata maupun tidak nyata melakukan integrasi

vertikal, kolusi, penetapan harga input dan sistem kontrak dari sisi perilaku

(conduct). Bahasan berikutnya adalah kinerja yang diukur dengan harga produsen,

efisiensi, produktivitas, tingkat keuntungan dan kekuatan pasar (performance).

Penelitian deskriptif ini memakai kerangka alur berfikir menurut Carlton dan

Perloff (2000).

Deskriptif Struktur Pasar (Structure)

Struktur disini mengacu pada struktur pasar yang digambarkan sebagian

besar oleh konsentrasi penguasaan pasar didalam pasar tersebut. Istilah

konsentrasi atau derajat tingkat konsentrasi mengacu pada kepemilikan atau

kontrol proporsi yang besar dari beberapa kumpulan atau aktivitas sumber daya

ekonomi. Secara kuantitatif, kita mengukur struktur industri berdasarkan rasio

konsentrasi. CR diduga dipengaruhi oleh faktor teknis, variabel perilaku dan

kinerja. Yang termasuk faktor teknis adalah skala ekonomis, yang diproksi dari

biaya produksi (Strickland & Weises, 1976).

Struktur sering diartikan sebagai bentuk atau susunan komponen pada suatu

bentuk. Dalam konteks ekonomi, struktur merupakan sifat permintaan dan

penawaran barang dan jasa yang dipengaruhi oleh jenis barang yang dihasilkan,

jumlah dan ukuran distribusi penjual (perusahaan), jumlah pembeli dan penjual,

regulasi, tingkat hambatan masuk, diferensiasi produk, dan sebagainya dalam

suatu industri (Scherer, 1980). Struktur juga dapat menggambarkan tingkat

kekuatan pasar melalui tingkat konsentrasinya. Semakin tinggi tingkat

konsentrasinya menandakan struktur pasar yang mendekati monopoli. Seperti

yang telah dijelaskan dalam teori ekonomi, struktur pasar monopoli memiliki

kekuatan pasar yang tinggi. Oleh sebab itu, tingkat konsentrasi yang tinggi

menggambarkan semakin tingginya kekuatan pasar.

Struktur pasar merupakan elemen strategis yang relatif permanen dari

lingkungan perusahaan yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku dan

kinerja di dalam pasar (Koch, 1980). Struktur pasar merupakan bahasan penting

untuk mengetahui perilaku dan kinerja suatu industri. Struktur pasar merupakan

atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Elemen struktur pasar adalah

jumlah penjual (perusahaan), konsentrasi (concentration) dan hambatan masuk

(barriers to entry). Semakin tinggi tingkat konsentrasi maka akan semakin tinggi

hambatan masuk dalam suatu industri.

a. Konsentrasi

Konsentrasi merupakan jumlah dan ukuran distribusi perusahaan. Kecil dan

besarnya perusahaan mempengaruhi peningkatan konsentrasi penjual. Terdapat

dua alasan pembenaran yang sering digunakan dalam menjelaskan hubungan

positif antara konsentrasi penjual dan kekuatan pasar (Church dan Ware, 2000),

yaitu : 1) Meningkatnya derajat konsentrasi akan meningkatkan kemampuan

penjual untuk mengatasi persaingan dan mengkoordinasikan perilaku harga; 2)

Teori oligopoli pun mengatakan adanya hubungan positif antara kekuatan pasar

dan konsentrasi penjual. Selanjutnya Bain (1959), mengemukakan tiga

hipotesanya mengenai hubungan tingkat konsentrasi terhadap profit atau tingkat

Page 65: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

52

keuntungan, yaitu : 1. Konsentrasi menimbulkan kolusi 2. Kolusi akan

menciptakan profit jika hambatan masuk tinggi 3. Efek ini terjadi pada

perusahaan-perusahaan besar.

Secara teori atau prakteknya, karakter, intensitas dan efektivitas dari

kompetisi antar perusahaan akan dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat

konsentrasi (Bain, 1968). Tingkat konsentrasi dapat dihitung dengan berbagai

cara, dua diantaranya adalah dengan rasio konsentrasi atau concentration ratio

(CR) dan Herfindhal-Hirschman Index (HHI).

Rasio Konsentrasi

Rasio konsentrasi merupakan cara yang umum dalam menjelaskan struktur

industri (Utton, 1970). Rasio konsentrasi merupakan jumlah pangsa pasar dari

perusahaan m terbesar. Contohnya, CR4 menggambarkan rasio konsentrasi dari

empat perusahaan terbesar. Semakin tinggi tingkat konsentrasi, maka struktur

akan semakin terkonsentrasi atau dengan kata lain semakin mengarah ke

monopoli. Adapun mekanisme perhitungannya adalah sebagai berikut.

m

CRm = ∑ Si

i

dimana :

CRm = Rasio konsentrasi m perusahaan terbesar

Si = Pangsa pasar perusahaan i

Dari perhitungan di atas, dapat kita ketahui bahwa perhitungan rasio

konsentrasi adalah dengan menggabungkan pangsa pasar sejumlah perusahaan

yang terdapat dalam suatu industri. Adapun perhitungan pangsa pasar suatu

perusahaan dapat dilakukan dengan cara berikut :

Xi

Si = n

∑ Xi

i=

dimana :

Si = Pangsa pasar

n = Jumlah pemain dalam pasar

Xi = Output atau value added aset perusahaan i

Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa dalam menghitung

pangsa pasar dapat dilakukan dengan cara membagi jumlah output yang

dihasilkan perusahaan i dengan jumlah output yang dihasilkan dalam suatu

industri dimana perusahaan itu bergerak. Namun, dalam perhitungan dengan

metode CR ini, memiliki beberapa kelemahan, seperti :

1. CR tidak memberikan informasi mengenai masuknya pesaing ke dalam

industri

2. CR tidak menjelaskan distribusi perusahaan secara menyeluruh

Page 66: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

53

3. CR tidak memberikan informasi tentang perubahan posisi dan rangking

perusahaan yang ada dalam industri, mengabaikan tingkat persaingan diantara

perusahaan-perusahaan di pasar tersebut.

Meski begitu, banyak pengamat ekonomi dalam studi organisasi industri

sepakat bahwa rasio konsentrasi merupakan indeks dari struktur pasar. Sering

dihipotesakan bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi maka semakin besar pula

kemungkinan adanya kekuatan pasar di dalam industri tersebut. Kondisi ini juga

menunjukkan semakin tinggi kemungkinan terjadinya kolusi. Konsentrasi

dikatakan tinggi jika nilai konsentrasi penjualan dari empat perusahaan terbesar

melebihi 70 persen dari total penjualan atau menggunakan jumlah kuadratik dari

prosentase penjualan empat atau delapan besar perusahaan (market share) dalam

industri.

Penguasaan pasar (market share) adalah indikator utama dari posisi suatu

perusahaan dalam pasar. Semakin kecil market share, semakin besar tekanan

bersaing perusahaan tersebut. Ini juga merupakan indikator langsung dari derajat

tingkat oligopoli (Sheperd, 1997). Jika banyaknya penjual di pasar hanya satu,

maka disebut monopoli. Jika banyaknya penjual ada beberapa, maka disebut

oligopoli. Rasio konsentrasi dari beberapa perusahaan besar menentukan

horisontalnya market power dari perusahaan besar di dalam pasar.

Herfindhal-Hirschman Index (HHI)

Selain dengan CR, tingkat konsentrasi juga dapat dihitung dengan

menggunakan HHI. Berbeda dengan CR, dalam HHI semua perusahaan

dimasukkan dalam perhitungan tingkat konsentrasi suatu industri. Dengan kata

lain, Herfindhal-Hirschman Index (HHI) merupakan penjumlahan kuadrat

sederhana dari pangsa pasar untuk semua perusahaan dalam suatu industri.

Adapun mekanisme perhitungannya adalah :

n

HHI = ∑ Si2

dimana :

n = Jumlah seluruh perusahaan dalam suatu industri

S = Pangsa pasar

HHI bernilai antara 0 sampai 1. Semakin mendekati satu, maka struktur

industri akan semakin terkonsentrasi.

Kurva Lorenz dan Indeks Gini

Pendekatan lain untuk melihat konsentrasi industri adalah dengan

menggunakan pemetaan Kurva Lorenz dan penghitungan Indeks Gini (Adelaja et

al. 1998, Wang 2004). Kurva Lorenz dan Indeks Gini dipergunakan untuk

mengukur dan membandingkan inequality dari perusahaan-perusahaan di dalam

industri. Kurva Lorenz dan Indeks Gini mengindikasikan tingkat kompetisi dalam

suatu pasar dengan mengukur inequality dalam distribusi ukuran dari perusahaan-

perusahaan (Hart dan Prais, 1956 dalam Carlton dan Perloff, 2000).

Indeks Gini adalah ukuran statistik yang diperoleh dari Kurva Lorenz, yang

terkait dengan pangsa kumulatif dari total nilai suatu variabel (output, pendapatan,

jumlah pekerja) terhadap angka atau persentase dari perusahaan-perusahaan yang

Page 67: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

54

n

i=1

ada dalam suatu industri yang diurutkan meningkat sesuai ukurannya. Jika kurva

berbentuk lurus, seluruh perusahaan memiliki ukuran yang sama, dan industri

dapat dipandang sebagai completely unconcentrated, mengindikasikan tingkat

kompetisi yang tinggi di pasar. Secara umum, perusahaan-perusahaan tidak

mempunyai ukuran yang sama dalam suatu industri, dan semakin besar deviasi

dari garis diagonal terhadap Kurva Lorenz, semakin besar inequality dari ukuran

perusahaan dan semakin besar konsentrasi pasar. Sebaliknya, semakin dekat

kepada garis diagonal, semakin terdistribusi dan perusahaan-perusahaan semakin

tidak terkonsentrasi.

Kurva Lorenz mengilustrasikan teoritis mengenai distribusi penguasaan

input oleh beberapa perusahaan industri. Terlihat sekitar 40 persen perusahaan

industri menguasai sekitar 15 persen output pasar. Bila kurva lorenz semakin

mendekati diagonal distribusi output semakin merata. Sebaliknya semakin

menjauhi diagonal semakin tidak merata. Selanjutnya melihat keadaan konsentrasi

dengan menggunakan Indeks Gini.

Sumber : Ferguson, 1988

Gambar 10. Derivasi Indeks Gini dari kurva Lorenz

Indikator Ketimpangan Indeks Gini

Indeks Gini, yang sering disebut juga dengan Gini Ratio, Gini Coefficient,

dan Gini’s Concentration Ratio, dikembangkan oleh Gini Corrado pada tahun

1912 untuk menjelaskan distribusi pendapatan. Indeks Gini diturunkan dari kurva

Lorenz, dihitung sebagai rasio antara area A (area antara kurva Lorenz dan garis

distribusi merata sempurna) dengan area A+B (area antara merata sempurna dan

ketimpangan sempurna). Indeks Gini berkisar antara nol (merata sempurna) dan

satu (ketimpangan sempurna) yang berarti semakin besar Indeks Gini semakin

timpang pendapatan. Indeks Gini dihitung dengan formula yang dimodifikasi

sebagai berikut (BPS, 2009b) :

GI = 1 – Σ fpi * (Fci + Fci-1)

0 100

B

A

C

Cu

mu

lati

ve

per

cen

tag

e o

f o

utp

ut

Cumulative percentage of firm (from the smallest)

Page 68: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

55

dimana : GI = Gini Index

fpi = frekuensi perusahaan dalam kelas output ke-i

Fci = frekuensi kumulatif dari total output dalam kelas pendapatan ke-i

Fci-1 = frekuensi kumulatif dari total output dalam kelas pendapatan ke-

(i-1).

b. Hambatan Masuk

Hambatan masuk merupakan kondisi di mana terdapat halangan-halangan

untuk masuk dan atau untuk keluar suatu industri. Jika tidak terdapat halangan

untuk masuk atau keluar, maka akan sulit bagi perusahaan yang sudah berdiri

untuk mempertahankan harga di atas biaya marginal dan mendapatkan

keuntungan (Church dan Ware, 2000).

Terdapat dua bentuk hambatan masuk, yaitu Economic Entry Barrier atau

natural dan Non-Economic Entry Barrier atau artifisial. Maksud dari natural

adalah hambatan masuk yang dapat dijelaskan dengan teori ekonomi, sedangkan

artifisial adalah hambatan yang tidak dapat dijelaskan dengan teori ekonomi, namun dengan teori lain seperti teori politik, sosial budaya, dan lain-lain di luar

teori ekonomi. Economic Entry Barriers dapat dibagi menjadi tiga, yaitu

Economic of Scale, Absolute Cost Advantage/Capital Requirement, dan

Differentiated Product. Sedangkan Non-Economic Entry Barrier terdiri dari

peraturan pemerintah dalam proses pembangunan, hak paten, dan lisensi.

c. Skala Ekonomi

Skala ekonomi (Economics Of Scale) merupakan keadaan dimana

perusahaan dapat menghasilkan jumlah output yang banyak dengan biaya yang

lebih murah. Dengan kata lain, jika suatu perusahaan menambah jumlah produksi,

maka biaya akan menurun, sehingga biaya produksi per unit akan lebih murah.

Jika yang berlaku sebaliknya, dimana jika Average Cost (AC) lebih kecil dari

Marginal Cost (MC) maka kondisi tersebut dikatakan sebagai diseconomies of

scale. Sedangkan, jika biaya rata-rata sama dengan biaya marginal maka kondisi

tersebut dikatakan constant return to scale atau mencapai MES (Minimum

Efficiency of Scale). Dapat dikatakan jika MES semakin besar, maka hambatan

masuk industri juga akan menjadi besar karena entry cost yang tinggi bagi pemain

baru. Bila suatu perusahaan memiliki skala ekonomis, biaya rata-rata akan turun

ketika output meningkat. Secara sederhana dapat digambarkan dalam bentuk

matematis, dengan mengasumsikan C sebagai Constant Marginal Cost, dan C0

sebagai biaya tetap. Maka persamaan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

C (q) = C0 + Cq

dimana biaya rata-rata adalah :

AC(q) = C + C0

q

Berdasarkan persamaan di atas, dapat dilihat bahwa AC (Average Cost)

menurun seiring peningkatan output. Memproduksi dengan skala besar akan

mengakibatkan biaya tetap yang besar akan menekan AC dan membuat AC

mendekati MC. Jika C0 kecil maka penurunan AC seiring peningkatan output

Page 69: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

56

tidak begitu besar. Namun, jika C0 besar, AC akan menurun lebih cepat seiring

peningkatan output. Oleh karena itu, skala ekonomis akan lebih berperan jika

biaya tetap yang besar. Dalam teori ekonomi mikro, skala ekonomis bila dilihat

dengan FC (Functional Coefficient), yaitu :

FC = AC = 1 + C0

MC q

Jika FC lebih besar dari satu, maka AC akan lebih besar daripada MC, dan

ini dikatakan sebagai skala ekonomis. Sebaliknya, jika FC lebih kecil dari satu,

mengakibatkan AC naik seiring peningkatan output, maka dapat disebut sebagai

skala non-ekonomis. Sedangkan, jika FC sama dengan satu, menandakan bahwa

AC sama dengan MC, dan ini dikatakan sebagai skala konstan, di mana AC

berada di titik terendah. Para ekonom sering menyebutkan kondisi tersebut

sebagai MES (Minimum Efficiency of Scale) (Carlton dan Perloff, 2000).

Economies of Scale dapat juga ditunjukkan melalui kurva biaya (AC) dalam

jangka panjang seperti Gambar 11. Kurva ini dapat memberikan penjelasan

adanya hambatan masuk dalam pasar. Bandingkan antara pendatang baru

(Entrance) dengan pemain lama (Incumbant). Pemain lama lebih memiliki

keuntungan dibandingkan dengan pemain baru. Hal tersebut terjadi karena pemain

lama sudah terlebih dahulu berada di pasar. Ini menandakan mereka lebih

memiliki banyak pengalaman dalam melakukan produksi.

Sumber : Carlton dan Perloff, 2000

Gambar 11. Kurva skala ekonomi

Pada gambar di atas, Incumbant dapat diilustrasikan dengan AC2. Dengan

mengasumsikan bahwa AC berhubungan dengan harga, maka perubahan AC

tercermin pada perubahan harga. Jika AC menurun, maka harga juga akan turun.

Bagi pemain baru, mereka akan berfikir untuk memasuki pasar ini. Jika mereka

ingin bersaing dengan pemain lama, maka pemain baru harus berusaha untuk

memproduksi barangnya pada level Q2. Sedangkan, pemain lama untuk memasuki

level produksi ini butuh melewati suatu proses pembelajaran, seperti melewati Q1

terlebih dahulu. Untuk pemain baru, mereka baru dapat memproduksi pada level

Page 70: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

57

AC1, sehingga harga yang ditawarkan mereka akhirnya menjadi mahal dengan

tingkat produksi yang lebih sedikit. Hal ini dapat mendatangkan kerugian bagi

pemain baru. Akhirnya, pemain baru akan cenderung tidak memasuki pasar. Hal

inilah yang dinamakan hambatan masuk.

Deskriptif Perilaku Pasar (Conduct)

Paradigma SCP tradisional menyatakan bahwa struktur pasar akan

mempengaruhi perilaku perusahaan dalam membuat keputusan untuk

berkompetisi atau berkolusi. Pandangan ini meyakini bahwa tingkat konsentrasi

yang tinggi akan mendorong perusahaan melakukan kolusi yang pada gilirannya

akan menunjukkan kinerja yang dicapai. Menurut paradigma ini, perusahaan-

perusahaan yang melakukan kartel akan menjadikan perusahaan-perusahaan

dalam industri tersebut memiliki keuntungan yang di atas normal. Dengan kata

lain, paradigma ini meyakini bahwa pasar akan berfungsi dengan baik jika terjadi

persaingan didalamnya. Sebaliknya, kinerja akan menjadi buruk jika dalam pasar

perusahaan-perusahaan melakukan kolusi.

Sementara perilaku pasar mencerminkan perilaku dari penjual dan pembeli

di pasar, dengan bersaing atau kolusi, yang mencakup kebijakan penetapan harga

dan prakteknya, strategi periklanan, pengeluaran untuk penelitian dan

pengembangan, investasi dan taktik legal (Scherer dan Ross, 1990). Format lain

dari conduct meliputi kolusi dengan pesaing dan strategi melawan pesaing,

sebagai contoh adanya koordinasi dan penyesuaian harga dari perusahaan yang

bersaing dan taktik saling menghancurkan (Sheperd, 1997).

Perilaku ini mempengaruhi kinerja perusahaan dalam industri tersebut yang

tercermin dalam harga produk, efisiensi produktif dan alokatifnya, pemerataan

(equity), kemajuan teknis, laba dan pertumbuhannya (Carlton and Perloff, 2000).

Perubahan kinerja tersebut tentu logisnya dalam kerangka pikir struktur-perilaku-

kinerja harus bermula dari perilaku yang juga logisnya harus didahului perubahan

struktur. Perubahan itu bisa berasal dari luar sebagai external forces atau

exogenous variable dan dari dalam sebagai audit internal (endogenous variable).

Menurut Hasibuan (1993), perilaku didefinisikan sebagai pola tanggapan

dan penyesuaian suatu industri di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Industri

yang satu dengan industri yang lain memiliki perbedaan perilaku, salah satu

penyebabnya adalah struktur yang dimiliki oleh industri tersebut. Perilaku terlihat

menarik untuk dibahas jika suatu perusahaan berada pada suatu industri yang

terdapat dalam struktur pasar yang tidak sempurna. Struktur pasar yang sempurna

menyebabkan perusahaan tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga pasar.

a. Persaingan dan Kolusi

Menurut pandangan strukturalis, struktur pasar akan mempengaruhi perilaku

perusahaan dalam membuat keputusan untuk berkompetisi atau berkolusi.

Pandangan ini juga meyakini bahwa tingkat konsentrasi yang tinggi

memungkinkan adanya praktek kolusi yang pada akhirnya akan menunjukkan

kinerja yang dihasilkan akibat perilaku ini. Menurut paradigma ini, pasar akan

berfungsi dengan baik, jika didalamnya terdapat persaingan. Sehingga dapat

dikatakan bahwa kolusi dapat membuat kinerja suatu perusahaan menjadi buruk.

Terkadang, tanpa dorongan untuk bersaing, membuat kualitas pelayanan menjadi

buruk. Harga dan tingkat kualitas tidak terlalu diperhatikan, yang menjadi

Page 71: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

58

perhatian adalah bagaimana mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Sebagai akibatnya, dengan harga yang tinggi mengakibatkan industri tersebut

mendapatkan keuntungan diatas normal.

Perbandingan antara penetapan harga dibawah pasar monopoli dengan pasar

bersaing, dengan baik diterangkan oleh Nicholson (2000). Diasumsikan bahwa

biaya rata-rata total (AC) adalah tetap untuk suatu periode tertentu. Gambar 12

menunjukkan bahwa pasar bersaing menentukan harga keseimbangan dengan

menyamakan biaya rata-rata total dengan kurva permintaan (D), perpotongan di

titik E. Di sisi lain, monopoli menetapkan harga di titik B. Harga monopoli (P**)

lebih tinggi dibanding harga dari pasar bersaing (P*) dan perbedaan ini sama

dengan BA. Output dari monopolis adalah OQ**, yang mana lebih rendah dari

pasar bersaing (OQ*). Pengeluaran konsumen dan input produktif senilai

AEQ*Q** dialokasikan kedalam produksi barang lain. Surplus konsumen yang

sama dengan P**BAP* ditransfer menjadi laba monopoli. Segitiga ABE

merupakan welfare loss dari konsumen sehubungan dengan monopoli.

Sumber : Nicholson, 2000

Gambar 12. Penetapan harga oleh perusahaan monopoli dan bersaing

Perilaku perusahaan di dalam pasar dapat terlihat melalui sikap kooperatif

dan non-kooperatif. Perusahaan yang bersikap non-kooperatif akan bertindak atas

diri sendiri tanpa melakukan perjanjian secara eksplisit atau implisit terhadap

perusahaan lain. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya perang harga. Sedangkan

perusahaan yang bersikap kooperatif lebih memilih untuk meminimalkan

persaingan melalui perjanjian yang disepakati bersama atau lebih dikenal dengan

istilah kolusi. Istilah ini menunjukkan suatu situasi dimana perusahaan atau lebih

bekerja sama menentukan harga atau output, membagi pasar di antara mereka,

atau membuat bisnis lain secara bersama-sama. Sesungguhnya oligopolis yang

berkolusi dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan bersamanya dengan

mempertimbangkan saling ketergantungan mereka, mereka akan menghasilkan

output dan tingkat harga yang cenderung bersifat monopoli. Begitu juga dengan

Page 72: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

59

tingkat keuntungan yang dirasakan, juga mengarah kepada keuntungan monopoli.

Meskipun banyak oligopolis yang gembira karena mendapatkan keuntungan yang

besar, dalam kenyataannya akan menghadapi rintangan-rintangan yang

menghalangi kolusi yang efektif. Adapun rintangan-rintangan yang terjadi antara

lain:

1. Kolusi merupakan hal yang ilegal.

2. Kemungkinan terjadinya kecurangan di antara perusahaan-perusahaan yang

melakukan kolusi. Di saat perusahaan menemukan peluang untuk

mendapatkan keuntungan yang lebih besar, maka semakin tinggi hasrat

mereka untuk melanggar perjanjian yang telah disepakati. Salah satu bentuk

kecurangan yang sering terjadi adalah dengan memproduksi jumlah output di

luar kuota yang terdapat dalam kesepakatan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keuntungan yang lebih besar

merupakan insentif utama bagi perusahaan yang berada dalam pasar oligopoli

untuk melakukan kolusi dan menghindari persaingan. Mereka akan berkolusi jika

mereka berada pada kondisi yang lebih baik dibandingkan jika mereka

menentukan harga sendiri-sendiri. Terlebih lagi jika mereka menganggap bahwa

ketergantungan mereka terhadap pesaing merupakan hambatan mereka untuk

menentukan harga sendiri. Pada sisi lain, ada perusahaan yang menganggap faktor

saling ketergantungan ini dapat dijadikan senjata untuk melakukan kompetisi dan

membuat pesaingnya keluar dari pasar. Istilah kolusi menunjukkan suatu keadaan

di mana dua atau lebih perusahaan bersama-sama menentukan harga atau output

mereka atau membentuk suatu kesepakatan dalam melakukan tindak bisnis

mereka yang pada akhirnya akan memunculkan kartel dalam perekonomian.

Faktor-Faktor Terbentuknya Kolusi

Selain ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar, faktor pemicu

adanya kolusi adalah:

1. Konsentrasi dan jumlah perusahaan. Semakin tinggi tingkat konsentrasi,

semakin tinggi kekuatan pasar yang dimiliki suatu perusahaan maka semakin

besar kemungkinan untuk terjadinya kolusi di antara mereka. Semakin sedikit

pemimpin perusahaan maka akan semakin kuat kendali yang dapat dilakukan

terhadap strategi yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang

melakukan kesekapatan tersebut. Oleh karena itu, kolusi akan lebih stabil dan

akhirnya akan menuju ke monopoli

2. Persaingan non-harga. Persaingan non-harga merupakan substitusi dari

persaingan harga yang dapat digunakan untuk merebut pangsa pasar pesaing.

Namun butuh biaya yang tidak sedikit untuk melakukannya, sehingga jika

dilakukan dengan kolusi dan kerjasama akan lebih baik

3. Lamanya pengalaman (Long industry experience,). Industri-industri yang

sudah berada lama dalam pasar pada umunya sudah saling mengenal

karakteristik masing-masing dan mengalami situasi secara bersama-sama.

Oleh karena itu menjadi lebih mudah dan memungkinkan bagi mereka untuk

melakukan kolusi.

Terdapat perkembangan yang pesat pada model yang dirancang untuk

memperkirakan tingkat perilaku non-kompetitif dalam suatu industri tertentu.

Appelbaum (1972) dalam Cornejo dan Spielman (2002), memberikan model

ekonometrik awal yang mampu menguji dan memberi parameter tingkat kekuatan

Page 73: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

60

monopoli dalam industri tunggal. Model oligopoli berasumsi bahwa perilaku

perusahaan yang saling bergantung dalam industri tertentu, dan memberikan

perkiraan perilaku price-taking dan variasi dugaan dalam pilihan produksi

perusahaan. Dalam pendekatan variasi dugaan, perusahaan yang diduga secara

simultan dan independen memilih tingkat output mereka diberi keyakinan mereka

tentang reaksi saingan mereka, untuk pilihan output mereka. Perkiraan variasi

dugaan, dinyatakan sebagai elastisitas (variasi dugaan perusahaan dikalikan

dengan pangsa pasar/market share), menentukan tingkat perubahan output industri

berdasarkan perubahan dalam tingkat output perusahaan.

Bentuk-Bentuk Kolusi

Berdasarkan sistematika struktur pasar, kartel masuk dalam struktur pasar

oligopoli yang kolusif (Koutsoyiannis, 1979). Kartel merupakan persetujuan

penggabungan usaha secara terbuka dan formal. Persoalan yang diangkat dari

kartel ini adalah bagaimana perusahaan-perusahaan yang bergabung itu bersama-

sama menentukan tingkat harga yang berlaku dan jumlah produksi yang akan

dihasilkan untuk mencapai laba maksimum. Terdapat dua wujud kerjasama, yaitu

penentuan tingkat harga dan pembagian pangsa pasar. Sehingga, terdapat dua

kemungkinan yang dapat ditempuh, pertama adalah membiarkan tiap perusahaan

berproduksi sesuai kemampuan dan menjualnya ke pasar pada tingkat harga yang

telah disepakati bersama. Kedua, menentukan kuota masing-masing perusahaan

dalam bentuk jumlah output atau dapat pula dalam bentuk pembatasan daerah

penjualan.

Terjadinya kartel pada industri perunggasan di satu sisi menyebabkan

pertumbuhan yang cepat pada semua subsistem agribisnis termasuk subsistem

budidaya, namun terbatas pada anggota kartel, dan di sisi yang lain telah

menyebabkan banyak pengusaha dan peternak rakyat yang tidak tergabung dalam

kartel mengalami kerugian dan gulung tikar. Kartel adalah bentuk konsentrasi

usaha yang berdasarkan atas perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya dengan

maksud akan mempengaruhi harga dengan mengatur produksi atau pemasaran

suatu barang dan jasa. Dengan sifatnya seperti itu di Indonesia, berdasarkan UU

No. 5 Tahun 1999 kartel termasuk ke dalam monopoli dan dapat menimbulkan

persaingan yang tidak sehat.

Kerjasama Tersembunyi

Kerjasama tersembunyi (Tacit Collusion) merupakan persetujuan penetapan

harga yang dilakukan secara diam-diam. Dalam Tacit Collusion terdapat

kesepakatan antara perusahaan untuk melakukan kolusi. Namun dalam bentuk

yang tidak tampak atau tidak berkolusi langsung atau tidak menandatangani

persetujuan. Contohnya adalah adanya price leadership dimana ada satu leading

firm yang merupakan price leader. Melalui media massa membuat pengumuman

atau artikel yang mengindikasikan bahwa perlu diadakan kenaikan harga sehingga

pelaku usaha lain tahu kalau mereka harus meningkatkan harga. Tindakan

pemimpin harga ini dikatakan sebagai price signaling yang biasa diikuti oleh

pemain follower untuk menghindari terjadinya perang harga yang dapat

merugikan mereka. Syarat stabilnya price leadership di dalam pasar adalah:

1. Tingkat konsentrasi yang tinggi dan tingkat pangsa pasar yang hampir sama

Page 74: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

61

2. Hambatan masuk yang tinggi sehingga kemampuan perusahaan-perusahaan

pemimpin dalam menentukan harga

3. Jenis barang tidak harus homogen, namun terdiferensiasi dengan subsitusi

yang dekat. Hal ini untuk menjamin bahwa di antara mereka harus terjadi

interdependence yang kuat.

4. Kurva permintaan harus inelastis. Hal ini untuk menjamin bahwa restriksi

jumlah output yang dilakukan mendatangkan keuntungan

5. Kondisi biaya masing-masing perusahaan setidaknya harus sama sehingga

ketika terjadi penetapan harga, keuntungan yang diperoleh perusahaan-

perusahaan tersebut akan sama pula.

Asosiasi Perdagangan

Asosiasi perdagangan dikategorikan sebagai bentuk kolusi karena dalam

asosiasi perdagangan biasanya perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam

asosiasi tersebut bersama-sama menentukan jumlah produksi dan distribusi yang

dapat memaksimalkan keuntungan mereka, baik secara individu maupun

kelompok.

b. Integrasi Vertikal sebagai Metode Koordinasi

Salah satu strategi yang sekarang banyak digunakan perusahaan-perusahaan

besar di industri adalah integrasi vertikal. Integrasi vertikal dapat menimbulkan

ekonomisasi dan berdampak anti persaingan. Perusahaan-perusahaan besar yang

melakukan integrasi vertikal akan semakin memperbesar pangsa pasarnya

sehingga efisiensi atau penghematan akan mudah diperoleh. Terciptanya suatu

hambatan masuk bagi perusahaan-perusahaan baru menyebabkan kondisi pasar

semakin mendekati monopoli. Dalam sistem pasar, integrasi vertikal akan

berlangsung dengan baik apabila dapat menyebabkan penghematan teknis (Jaya,

2004).

Menurut Mulyaningsih dan Karseno (2002), integrasi vertikal memiliki tiga

pola yaitu pertama, perusahaan di hilir yang bersifat monopoli melakukan

integrasi vertikal dengan perusahan di hulu yang kompetitif. Pola tersebut akan

mendorong perluasan penggunaan input oleh perusahaan monopoli sehingga akan

menghasilkan output dalam jumlah yang lebih banyak dengan harga yang lebih

rendah. Kedua, perusahaan di hilir yang kompetitif melakukan integrasi vertikal

dengan perusahaan di hulu yang bersifat monopoli. Bentuk integrasi seperti ini

juga akan menurunkan harga output akhir karena perusahaan monopoli akan

menetapkan biaya marjinal dan harga produknya sehingga akan menurunkan

margin antara harga monopoli dengan biaya marginalnya. Ketiga, bentuk integrasi

vertikal yang terakhir adalah perusahaan di hulu yang bersifat monopoli

melakukan integrasi vertikal dengan perusahaan di hilir yang juga monopoli yang

menjadi pembeli inputnya. Bentuk integrasi vertikal seperti ini akan

meningkatkan harga produk akhir. Hal ini dikarenakan monopolisasi pasar oleh

perusahaan di hilir karena dapat memperoleh input melalui perusahaan di hulu

yang juga bersifat monopoli dan terintegrasi secara vertikal dengannya.

Suatu perusahaan akan melakukan integrasi vertikal apabila manfaat yang

diperolehnya jauh lebih besar daripada biaya-biaya yang mungkin akan

dihadapinya (Bhuyan, 2005). Terdapat enam manfaat dari integrasi vertikal,

antara lain:

Page 75: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

62

1. Integrasi untuk Mengurangi Biaya Transaksi. Biaya transaksi merupakan

sejumlah biaya yang timbul akibat semakin kompleksnya proses produksi yang

dialami oleh suatu perusahaan.

2. Integrasi untuk Menjaga Keterjaminan Pasokan. Integrasi vertikal dapat

mereduksi permasalahan yang terkait dengan keberadaan pasokan bahan baku

sehingga menjadi lebih mudah bertukar informasi di dalam perusahaan

daripada antar perusahaan.

3. Integrasi untuk Menghindari Eksternalitas. Dengan melakukan integrasi

vertikal, perusahaan dapat melakukan koreksi terhadap hal-hal yang

menyebabkan kegagalan strategi melalui internalisasi eksternalitas.

4. Integrasi untuk Menghindari Intervensi Pemerintah. Perusahaan melakukan

integrasi vertikal untuk menghindari kontrol harga yang dilakukan pemerintah

dengan menjual produknya kepada perusahaan yang terintegrasi dengannya

dengan harga yang lebih tinggi daripada harga yang ditetapkan pemerintah. Hal

yang sama juga dilakukan perusahaan untuk menghindari pajak.

5. Integrasi untuk Meningkatkan Keuntungan Monopoli. Strategi integrasi vertikal

pada jangka panjang akan mengarah pada perubahan struktur pasar menjadi

monopoli atau struktur pasar persaingan tidak sempurna lainnya.

6. Integrasi untuk Mengeliminasi Kekuatan Pasar. Jika integrasi vertikal dilakukan

untuk meningkatkan keuntungan monopoli, maka di lain pihak integrasi

vertikal juga dapat mereduksi atau mengeliminasi kekuatan monopoli tersebut.

Ada beberapa metode pengukuran integrasi vertikal, diantaranya menurut

Jaya (2004):

a. Rasio Nilai Tambah Terhadap Penjualan

Secara sederhana, tingkat integrasi vertikal dapat dihitung dengan

menggunakan rasio antara nilai tambah terhadap jumlah output atau penjualan.

Nilai tambah didefinisikan sebagai pendapatan penjualan dikurangi pengeluaran

untuk bahan bakar, bahan baku dan listrik. Secara rasional, pengukuran tersebut

menjelaskan bahwa setiap perusahaan akan berusaha meningkatkan partisipasinya

dalam berbagai tingkatan proses produksi, transaksi dalam suatu perusahaan akan

berpindah ke perusahaan lain dan nilai tambah dari output atau penjualan akan

meningkat. Ketika membandingkan derajat integrasi vertikal dari beberapa

perusahaan, rasio integrasi dapat berbeda walaupun jumlah integrasi fisik yang

dihitung sama. Perbedaan ini disebabkan oleh satu perusahaan mendapatkan

keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lain, di mana

keuntungan merupakan bagian dari nilai tambah.

b. Rasio Inventory Terhadap Penjualan

Semakin besar jumlah tahapan proses produksi yang dilakukan oleh suatu

perusahaan maka akan semakin besar pula tingkat penyimpanan (inventory).

Apabila perusahaan berusaha mendapatkan manfaat dari integrasi vertikal dengan

cara berhemat pada tingkat penyimpanannya maka indeks ini tidak dapat

digunakan.

c. Pengukuran Backward Integration: Pembelian Antar Perusahaan

Untuk mengukur tingkat integrasi vertikal ke hulu (Backward Vertical

Integration) dapat digunakan rasio pembelian input antar perusahaan pada tahap

ini dengan total nilai input yang digunakan. Indeks ini menunjukkan bahwa

Page 76: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

63

perusahaan harus mempercayakan pada pasar untuk memasok inputnya dalam

proses produksi.

d. Pengukuran Forward Integration: Transfer Output Antar Perusahaan

Tingkat integrasi vertikal ke hilir (Forward Vertical Integration) dapat

dihitung dengan menggunakan rasio antara transfer output antar perusahaan

terhadap total output. Rasio ini mengindikasikan perusahaan untuk tergantung

pada pasar dalam menjual outputnya pada tahap ini.

Perusahaan berintegrasi juga untuk mendapatkan keuntungan dari

spesialisasi tugas. Artinya, biaya yang lebih rendah dan efisiensi yang lebih tinggi

dengan memiliki spesialis di bidang masing-masing sistem manajemen, informasi,

pemasaran, keuangan, dan kegiatan perbankan. Dengan masing-masing tujuan,

anggota keluarga dalam usaha rumah tangga melakukan setiap tugas-tugas ini

akan melakukannya dengan sangat tidak efisien. Pembiayaan penelitian dan

pengembangan yang mahal, iklan di media nasional, menghadapi resiko,

memenuhi peraturan pemerintah (misalnya keamanan dan kualitas pangan,

lingkungan), dan mendapatkan akses ke pasar modal ventura nasional juga alasan

untuk menurunkan biaya per unit dengan memperluas ukuran melalui konsolidasi

atau integrasi. Kadang-kadang, perusahaan memanfaatkan kontrak produksi dan

pemasaran dari konsolidasi untuk mencapai economies of size (Tweeten, 1989).

Peternakan berkonsolidasi (integrasi) untuk alasan yang sama bahwa

agribisnis dan memang semua industri terintegrasi. Alasan-alasan ini meliputi

ketersediaan bahan baku input yang besar, mahal, modal teknologi yang

terpisahkan, yang dapat mengurangi biaya per unit output. Biaya per unit

dikurangi, namun, hanya dapat terjadi jika modal tersebut tersebar di banyak unit

output.

Manfaat Strategi Integrasi Vertikal:

1. Dapat menciptakan penghematan biaya kalau volume kebutuhan bahan baku

yang diperlukan cukup besar sehingga cukup ekonomis kalau di produksi

sendiri.

2. Akan mampu memberikan konstribusi laba yang diharapkan karena

memberikan keamanan supply bahan baku utama yang dibutuhkan

perusahaan dan perusahaan tidak mengalami kesulitan menguasai teknologi

yang diperlukan.

3. Integrasi ke belakang akan memberikan keunggulan bersaing atas dasar

differensiasi jika integrasi tersebut mampu meningkatkan kualitas produk

akhir dan pelayanan kepada konsumen.

Kelemahan Strategi Integrasi Vertikal:

1. Adanya beban kelebihan kapasitas akibat tidak meratanya skala pabrik.

2. Koordinasi yang tidak jalan akan menaikkan biaya dan menghilangkan

sinergi.

3. Proses kadaluarsa

4. Menghalangi keluar pasar yang sudah kurang menguntungkan.

5. Kehilangan akses informasi dari supplier maupun dari distributor.

Page 77: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

64

Deskriptif Kinerja Pasar (Performance)

Kinerja merupakan hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku

industri di mana hasilnya pada umumnya terlibat melalui tingkat keuntungan atau

besarnya penguasaan pasar, dan efisiensi.

Kekuatan pasar

Pada dasarnya, usaha untuk mengukur tingkat kekuatan pasar dilakukan

pertama kali oleh Lerner pada tahun 1934. Menurutnya, perusahaan akan memilih

tingkat output ketika marginal cost (MC) sama dengan marginal revenue (MR)

untuk memaksimumkan tingkat keuntungan. Jadi tingkat keuntungan maksimum

dapat dicapai pada saat:

MC = MR

Menurut Pyndick dan Rubinfeld (1998), dalam pasar persaingan sempurna,

pendapatan marjinal terdiri dari dua komponen, yaitu:

1. Memproduksi tambahan satu unit output dan menjualnya pada tingkat harga

(P) akan menambah penerimaan sebesar (1) (P) = P

2. Menjual tambahan satu unit output, perusahaan harus menurunkan tingkat

harga (ΔP/ΔQ) sehingga mengurangi penerimaan terhadap keseluruhan

output yang terjual sebesar Q (ΔP/ΔQ) sehingga marginal revenue pada pasar

persaingan tidak sempurna adalah:

ΔP Q ΔP

MR = P + Q = P 1 +

ΔQ P ΔQ

= P 1 - 1

η

Elastisitas permintaan barang terhadap harga (η) menggambarkan persentase

perubahan permintaan akibat adanya kenaikan harga sebesar 1 persen. Dimana

elastisitas permintaan barang, η = (P/Q) (ΔQ/ΔP), sehingga persamaan diatas

merupakan kebalikan dari elastisitas permintaan barang terhadap harga (1/η).

Berdasarkan model tersebut, maka perusahaan pada persaingan tidak

sempurna akan memiliki tingkat output ketika marginal cost sama dengan

marginal revenue untuk memaksimumkan tingkat keuntungan.

MR = P 1 - 1 = MC

η

Kerugian yang diderita masyarakat pada persaingan tidak sempurna

dikarenakan perusahaan membatasi output, dimana tingkat harga dinaikkan

melebihi marginal cost. Dengan demikian pengukuran tingkat kekuatan pasar

(market power) adalah melihat sejauh mana perusahaan dapat meningkatkan harga

diatas marginal cost. Persamaan diatas kemudian dapat ditulis kembali sebagai:

Page 78: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

65

(P – MC) = 1

P η

Persamaan tersebut disebut dengan indeks Lerner (L). Sisi kiri menunjukkan

kekuatan pasar (market power) suatu perusahaan, yang dihitung melalui

perbedaan tingkat harga dan marginal cost, dibagi dengan harga. Nilai indeks

Lerner berada antara 0 dan 1, dimana pada pasar yang kompetitif indeks Lerner

akan bernilai 0 atau dengan kata lain tingkat harga sama dengan marginal cost.

Semakin besar indeks Lerner, semakin besar pula kekuatan pasar suatu

perusahaan. Indeks Lerner juga memperlihatkan hubungan negatif antara

elastisitas permintaan dengan marginal cost. Dengan kata lain, semakin tinggi

elastisitas permintaan suatu barang, maka kekuatan pasar suatu perusahaan akan

semakin kecil.

Data marginal cost dalam dunia nyata sulit di dapat. Untuk mengatasinya,

maka diasumsikan industri bersifat Constant Return to Scale (CRTS) sehingga

dalam jangka panjang marginal cost sama dengan avarage cost (Martin, 1994).

Indeks Lerner ini kemudian menjadi:

L = P - AVC

P

Efisiensi

Efisiensi secara statis maupun secara dinamis dapat menggambarkan kinerja

dari suatu pasar. Efisiensi statis dapat diartikan sebagai tingkat di mana suatu

perusahaan dapat menghasilkan tingkat output dengan biaya minimum.

Sedangkan secara dinamis, efisiensi dapat dilihat dari tingkat technical progress. Lebih detailnya akan dijelaskan dalam bagian konsep efisiensi dan kesejahteraan.

Produktivitas

Gopinath et al. (2002) melakukan studi empiris dengan menggunakan

fungsi produksi dan fungsi biaya sebagai titik awal menderivasi pertumbuhan

produktivitas faktor total (TFP growth) sebagai fungsi dari konsentrasi industri

dan faktor-faktor lainnya. Spesifikasi awal hubungan produktivitas-konsentrasi

industri mengambil bentuk berikut:

dtfpit β0 β1crit β2crsqit εit

dimana huruf kecil t dan i menunjukkan waktu dan industri, masing-masing, dtfpit

merupakan tingkat pertumbuhan tahunan dari TFP, cr adalah tingkat pertumbuhan

tahunan dari konsentrasi, dan crsq adalah kuadrat dari tingkat pertumbuhan

tahunan dari konsentrasi.

Tingkat Keuntungan

Tingkat keuntungan (Profitability) dengan persaingan perusahaan hanya

diperbolehkan untuk mendapatkan tingkat pengembalian di atas normal.

Keuntungan monopoli adalah keuntungan yang terdapat di atas keuntungan

normal, sehingga mendorong perusahaan untuk meningkatkan kekuatan pasar.

Semakin dekat harga dengan biaya marginal, maka akan semakin baik kinerja

suatu perusahaan. Hubungan antara harga, p, dan biaya marginal, mc, akan

Page 79: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

66

keberadaan dan kuatnya keuntungan ekonomi tergantung pada struktur pasar

(tabel 1) di industri yang kompetitif terdiri dari perusahaan yang identik dengan

bebas masuk, harga sama dengan biaya marjinal jangka pendek, keuntungan

jangka pendek, πSR, yang positif atau negatif, dan keuntungan jangka panjang, πLR

adalah nol. Bahkan jika perusahaan sebagai price taker (persaingan), keuntungan

setiap perusahaan sama dengan nol dalam jangka panjang hanya jika setiap

perusahaan memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan input yang sama.

Jika beberapa perusahaan memiliki biaya yang lebih rendah daripada yang lain,

keuntungan mereka tidak akan terkikis sepenuhnya oleh entry. Free entry

menjamin hanya itu keuntungan perusahaan yang paling menguntungkan untuk

masuk (perusahaan marjinal) sama dengan nol dalam jangka panjang (Carlton dan

Perloff, 2000).

Di pasar monopoli atau oligopoli, harga diatas biaya marjinal, keuntungan

dalam jangka pendek adalah positif atau negatif, dan jangka panjang keuntungan

bisa nol atau positif. Dalam persaingan monopolistik, harga diatas biaya marjinal

dan entry mendorong laba jangka panjang menjadi nol.

Berdasarkan pada hubungan yang diringkas dalam Tabel 4, dua kesimpulan

penting dapat ditarik. Pertama, menguji apakah jangka panjang keuntungan positif

adalah akibat free entry, bukan dari (sempurnanya) persaingan. Free entry

menjamin bahwa keuntungan jangka panjang sama dengan nol, tapi bukan harga

yang sama dengan biaya marjinal. Perusahaan dalam industri persaingan

monopolistik bisa mendapatkan keuntungan nol meskipun harga diatas biaya

marjinal. Untuk menentukan apakah harga melebihi biaya marjinal, kita harus

memeriksa data harga, bukan data keuntungan. Kedua, keuntungan jangka pendek

mengungkapkan sedikit tentang tingkat persaingan dalam suatu industri karena,

dalam semua struktur pasar, keuntungan jangka pendek dapat bersifat positif atau

negatif.

Tabel 4. Prediksi tingkat keuntungan berdasarkan struktur pasar

p - MC πSR πLR

Competition η + or - 0

Monopolistic Competition + + or - 0

Monopoly + + or - + or 0

Oligopoly + + or - + or 0

p = harga, MC = biaya marjinal (jangka pendek), πSR = keuntungan jangka pendek, πLR = keuntungan jangka

panjang

Sumber : Carlton dan Perloff, 2000

Misalnya, oligopoli dengan empat perusahaan dapat menetapkan harga yang

berbeda dari satu dengan lainnya di dua perusahaan. Secara umum, akan terlihat

nantinya bahwa margin harga-biaya dan keuntungan bervariasi sesuai dengan

jumlah pesaing dan ukuran hambatan masuk. Hal ini merupakan generalisasi yang

menjadi landasan bagi pendekatan Structure-Conduct-Performance.

Monopoli alamiah dapat terjadi bahkan jika biaya rata-rata tidak turun

sejalan dengan peningkatan output. Sebagai contoh, jika kurva biaya rata-rata

yang berbentuk U mencapai minimum pada output 100, mungkin yang paling

efisien untuk satu perusahaan adalah memproduksi output ke 101 meskipun biaya

rata-rata meningkat pada output tersebut. Oleh karena itu, skala ekonomi

Page 80: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

67

merupakan syarat kecukupan tetapi bukan kondisi utama yang diperlukan untuk

monopoli alamiah. Dalam melakukan analisa organisasi industri terdapat empat

cara untuk mengamati hubungan atau keterkaitan antara struktur, perilaku dan

kinerja Hasibuan (1993). Keempat cara tersebut terdiri dari; pertama, hanya

memperhatikan hubungan antara struktur dengan kinerja tanpa terlalu

memperhatikan perilaku, kedua, menelaah kaitan antara struktur dengan perilaku,

kemudian mengamati kinerja industri. Ketiga, menelaah hubungan antara kinerja

dan perilaku, kemudian mengaitkannya dengan struktur. Keempat, tidak

mengamati kinerja sama sekali karena dianggap sudah terjawab dari menelaah

hubungan antara perilaku dan struktur. Dalam melakukan penelitian ini, penulis

menggunakan studi literatur, analisa deskriptif dan menggunakan model

ekonometrika. Berdasarkan kerangka pikir SCP, maka model yang digunakan

adalah model yang menggambarkan hubungan antara kinerja suatu industri

dengan struktur industri itu sendiri dan membahas tentang strategi secara lebih

luas.

Konsep Efisiensi dan Kesejahteraan

Dalam perekonomian, para pelaku pasar dikelompokkan menjadi produsen

dan konsumen. Adanya intervensi pemerintah melalui suatu kebijakan dapat

berpengaruh pada pelaku pasar tersebut, yang dampaknya bisa positif bisa

negatif, sehingga akan mempengaruhi kesejahteraannya. Untuk mengukur

perubahan kesejahteraan pelaku pasar akibat adanya suatu kebijakan menurut

Krugman dan Obsfeld (2003), adalah dengan melihat perubahan surplus produsen

dan surplus konsumen. Ellis (1992), menyatakan bahwa surplus produsen dan

surplus konsumen merupakan alat praktis untuk mengukur perubahan

kesejahteraan yang timbul akibat dari pemberlakuan suatu kebijakan pemerintah.

Surplus produsen merupakan ukuran keuntungan yang diperoleh produsen

karena perbedaan antara harga yang diterima secara aktual dengan harga dimana

produsen bersedia menjual produknya pada tingkat penjualan tertentu (Sugiarto et

al, 2005). Misalnya, bila produsen ayam broiler bersedia menjual produknya

dengan harga Rp.6 000.- per kilogram, namun ternyata harga di pasar sebesar

Rp.8 000.- per kilogram, maka produsen tersebut dikatakan meraih surplus

produsen sebesar Rp. 2 000.- dari penjualan satu unit produknya. Secara

konseptual surplus produsen dapat dijelaskan pada Gambar 13.

Penawaran produsen untuk suatu komoditi ditunjukkan dengan kurva S,

dimana sumbu vertikal adalah harga per unit dan sumbu horizontal adalah jumlah

unit komoditi. Kurva S berslope positif, artinya semakin tinggi harga komoditi,

semakin banyak produk yang ditawarkan. Secara teoritis, dalam jangka pendek

kurva penawaran merupakan kurva marginal cost (MC) yang terletak di atas

kurva average variable cost (AVC) (Sugiarto, et al. 2005). Area di bawah kurva

penawaran merupakan total variable cost (TVC), ketika beroperasi pada titik

tertentu. Jika dijumlahkan seluruh MC untuk memproduksi sejumlah output

(misalnya Q1), maka hasilnya sama dengan TVC untuk berproduksi sebanyak Q1

(Ellis, 1992). Pada Gambar 13a keseimbangan pasar pada titik A, dimana harga

pasar per unit sebesar P1 dan jumlah yang ditawarkan sebanyak Q1 unit, sehingga

penerimaan produsen sebesar P1*Q1 yaitu seluas daerah P1AQ10.

Page 81: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

68

Sumber : Ellis (1992).

Gambar 13. Surplus Produsen

Total penerimaan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu area di bawah

kurva penawaran (area b) yang mewakili TVC untuk memproduksi sebanyak Q1

dan area di atas kurva penawaran tetapi di bawah garis harga keseimbangan (area

a), yang merupakan keuntungan yang diperoleh dengan menjual produk sebanyak

Q1 pada harga P1. Keuntungan tersebut adalah surplus produsen yang merupakan

profit ditambah dengan biaya tetap yang harus dibayarkan untuk faktor produksi

tetap. Jadi surplus produsen merupakan area di atas kurva penawaran dan di

bawah garis harga keseimbangan (Just, et al. 1982).

Jika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang menyebabkan bergesernya

titik keseimbangan (misalnya dari titik A ke titik B pada Gambar 13b), maka

harga keseimbangan meningkat dari P1 menjadi P2 per unit dan jumlah penawaran

meningkat dari Q1 menjadi Q2. Kebijakan ini menyebabkan surplus produsen

meningkat sebesar luas area c + e. Perubahan surplus produsen seluas area c + e

itu terdiri dari dua komponen yaitu luas area segi empat (area c) dan luas area

segitiga (area e). Luas area c diperoleh dari perkalian antara besarnya perubahan

harga dengan jumlah produksi sebelum adanya perubahan (Q1), sedangkan luas

area e merupakan setengah dari jumlah perkalian antara besarnya perubahan harga

dengan perubahan jumlah produksi.

Surplus konsumen merupakan konsep yang mirip dengan surplus produsen.

Surplus konsumen menunjukkan keuntungan yang diperoleh konsumen, karena

membeli suatu produk (Sugiarto et al, 2005). Keuntungan diperoleh karena

adanya perbedaan antara harga yang dibayar secara aktual oleh konsumen dengan

harga yang bersedia dibayarnya (willingness to pay). Misalnya, jika konsumen

sanggup membayar satu kilogram ayam broiler dengan harga Rp. 10 000.- per

kilogram, namun ternyata di pasar dapat dibeli dengan harga aktual sebesar Rp.

8 000,- per kilogram, maka konsumen dikatakan memperoleh surplus sebesar Rp.

2 000.- dari setiap kilogram ayam broiler yang dibelinya. Konsep surplus

konsumen dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar 14.

Page 82: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

69

Sumber: Ellis, 1992 (dimodifikasi)

Gambar 14. Surplus Konsumen

Dari Gambar 14 terlihat, kurva D menunjukkan permintaan pasar terhadap

suatu produk. Kurva D berslope negatif yang berarti semakin rendah harga

produk, semakin banyak permintaan konsumen dan sebaliknya. Misalnya titik

keseimbangan terjadi di titik A pada kurva permintaan (Gambar 14a), dimana

jumlah yang diminta sebanyak Q1 dengan harga P1. Jumlah yang dibayar

konsumen untuk mendapat Q1 sebesar P1Q1 (yaitu seluas area d + e). Secara

umum, jumlah yang dibayarkan konsumen seluas daerah di bawah kurva

permintaan yang dibatasi oleh garis harga keseimbangan pasar dan jumlah yang

diminta pada harga tersebut. Untuk memperoleh produk sebanyak Q2, konsumen

bersedia membayar P2 per unit, sehingga jumlah total yang bersedia dibayar

sebesar P2*Q2, namun secara aktual konsumen membayar sesuai dengan harga

pasar yaitu sebesar P1 per unit atau secara keseluruhan hanya sebesar P1*Q2. Oleh

karena itu, maka konsumen akan mendapat keuntungan sebesar (P2-P1) per unit,

sehingga secara total mendapat keuntungan sebesar (P2-P1)*Q2 atau sebesar luas

area b. Luas area b disebut sebagai surplus konsumen yang diperoleh sebagai

akibat dari adanya perbedaan antara harga yang bersedia dibayar untuk

memperoleh barang sebanyak Q2 dengan harga aktual yang dibayar konsumen.

Generalisasi dapat dilakukan dengan mengacu pada setiap harga yang

berada di atas harga pasar. Ketika harga sebesar P3 per unit, konsumen tidak

bersedia membeli atau jumlah yang diminta sama dengan nol. Kemudian,

konsumen baru bersedia membeli untuk jumlah yang lebih banyak, ketika harga

secara berturut-turut menurun dari P3 ke arah harga keseimbangan P1. Oleh karena

itu, total surplus konsumen yang diperoleh jika titik keseimbangan terjadi pada

titik A adalah sebesar area a + b + c. Hal ini menunjukkan bahwa surplus

konsumen merupakan area di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga

keseimbangan (Just et al, 1982). Area ini mewakili perbedaan antara jumlah uang

Page 83: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

70

yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk memperoleh Q1, dengan jumlah

aktual yang dibayar konsumen.

Jika suatu kebijakan menyebabkan harga keseimbangan meningkat dari P1

menjadi P2 (Gambar 14b), sehingga tercapai titik keseimbangan baru pada titik B,

maka jumlah yang diminta konsumen sebanyak Q2. Dalam hal ini, konsumen

merasa dirugikan (kesejahteraannya menurun), karena mendapat jumlah lebih

sedikit dengan harga lebih mahal, dibandingkan dengan sebelum adanya

kebijakan tersebut. Besarnya perubahan kesejahteraan konsumen dapat diukur

dengan melihat perubahan surplus konsumen. Berdasarkan Gambar 14b, kenaikan

harga telah menurunkan surplus konsumen sebesar luas area b + c, dimana surplus

konsumen setelah adanya kebijakan berkurang menjadi hanya sebesar luas area a.

Berdasarkan teori ekonomi, para pelaku pasar dikelompokkan menjadi

produsen dan konsumen, dimana suatu kebijakan baru dapat berpengaruh pada

kedua pelaku pasar tersebut. Pemberlakuan suatu kebijakan dapat memberikan

keuntungan atau kerugian bagi pelaku pasar, sehingga akan mempengaruhi

kesejahteraannya. Menurut Krugman dan Obsfeld (2004), cara mengukur

perubahan kesejahteraan pelaku pasar (social welfare) akibat adanya kebijakan

baru adalah dengan melihat perubahan surplus produsen (producer surplus) dan

surplus konsumen (consumer surplus).

Kerangka Pemikiran Konseptual

Kerangka konseptual ini pertama-tama dilandasi oleh dua hal yaitu:

Pertama, adalah komitmen bahwa pengembangan usaha ayam broiler diutamakan

bagi usaha rakyat. Pemerintah berniat mempertahankan komitmen tersebut sejak

awal usaha ayam broiler mulai berkembang pada tahun 1976 hingga sekarang.

Namun setelah krisis ekonomi membuat semuanya serba salah. Pemerintah dalam

kurun waktu 30 tahun telah menerapkan berbagai kebijaksanaan untuk

menegakkan komitmen tersebut, namun yang terjadi adalah sebaliknya, yakni

industri usaha broiler justru menjadi ladang bagi usaha swasta (Yusdja dan

Pasandaran, 1998).

Sehubungan dengan kebijakan di industri broiler, terakhir pemerintah

mengeluarkan Keppres 22/1990 dan SK Menteri Pertanian No. 314/Mentan/1996.

Kedua peraturan ini merupakan fondasi kebijaksanaan pemerintah dalam

membangun model-model pengembangan usaha rakyat dan usaha swasta sejak

tahun 1990. Dua hal utama yang dicantumkan dalam kedua peraturan tersebut

adalah bahwa batasan skala usaha rakyat ditingkatkan dari 5 ribu ekor menjadi 15

ribu ekor, dan pengusaha swasta diizinkan masuk ke dalam sektor budidaya

dengan skala usaha yang bebas tetapi ia harus memenuhi dua hal yakni pertama

tujuan produksi untuk ekspor dan kedua harus melibatkan peternak rakyat dalam

bentuk kemitraan.

Kedua, adalah bahwa Indonesia suka atau tidak suka, siap atau tidak siap

akan menghadapi pasar bebas dunia (Globalisasi ekonomi). Pasar bebas

mempunyai arti bahwa Indonesia harus membuka diri bagi masuknya produksi

dunia, demikian juga sebaliknya. Kebijakan penetapan tarif dan non-tarif bagi

produk impor tidak bisa dilakukan untuk memproteksi produksi dalam negeri.

Salah satu cara yang legal bagi menghambat masuknya produk dunia dan

Page 84: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

71

mendorong produksi dalam negeri memasuki pasar dunia adalah dengan

meningkatkan daya saing dengan memanfaatkan keunggulan komparatif sebesar-

besarnya.

Kedua dasar diatas yakni Komitmen Usaha Rakyat dan Pasar Bebas akan

sulit berjalan seiring, karena pertentangan-pertentangan yang ada di dalam kedua

dasar tersebut. Suatu kajian yang menyeluruh pada semua elemen struktur industri

broiler sangat diperlukan untuk menjawab bagaimana sebenarnya struktur industri

broiler itu sendiri (Gambar 15).

Peningkatan konsentrasi di industri menimbulkan kekhawatiran tentang

dampak potensial terhadap kekuatan pasar. Namun, seperti yang ditunjukkan

dalam tulisan awal Williamson (1974) itu, mungkin ada tradeoff antara kekuatan

pasar yang meningkat dan dampak ekonomi yang dihasilkan dari peningkatan

konsentrasi (yang timbul dari merger atau kombinasi lainnya). Untuk kasus

industri broiler, jika dampak dari kekuatan pasar mendominasi, konsentrasi

mungkin meningkatkan keuntungan industri dan margin dan petani/peternak

terpaksa harus membayar lebih tinggi dari harga di pasar kompetitif untuk input

broiler. Di sisi lain, jika efisiensi (dengan pengurangan biaya-biaya) memiliki efek

yang lebih besar daripada efek kekuatan pasar, konsentrasi mungkin bermanfaat

bagi masyarakat keseluruhan. Penelitian ini mencoba memperluas cakupan

dampak konsentrasi melalui model yang secara eksplisit terhadap kekuatan pasar,

efisiensi dan produktivitas (kesejahteraan) melalui penggunaan analisis simultan

dengan menggunakan pendekatan Structure-Conduct-Performance.

Paradigma Structure-Conduct-Performance (SCP) merupakan salah satu

kerangka analisa yang dipakai dalam melakukan analisa organisasi industri.

Paradigma tersebut digunakan untuk menjelaskan hubungan antara struktur,

perilaku, dan kinerja suatu industri dalam pasar. Ada beberapa pandangan

mengenai metodologi SCP, salah satunya adalah pandangan atau perspektif New-

Harvard Tradition. Pendekatan model SCP New-Harvard Tradition, dimana

masing-masing komponen saling berinteraktif, misalnya kinerja pasar tergantung

pada perilaku pasar, perilaku tergantung pada struktur pasar yaitu faktor yang

menentukan persaingan, selanjutnya struktur pasar tergantung pada kondisi dasar

yaitu permintaan dan produksi. Struktur tersebut kemudian akan mempengaruhi

perilaku yang terbentuk yang kemudian akan mempengaruhi kinerja industri

tersebut.

Welfare loss mungkin terjadi karena produsen sangat terkonsentrasi dan

membayar kepada individu yang memelihara tanaman/ternak dengan sangat

rendah, atau ini juga dapat muncul karena perusahaan di pasar produk akhir

misalnya, memiliki kekuatan pasar yang besar dan membebankan ke konsumen

lebih besar. Kerugian disisi produksi dapat muncul jika dipasar tersebut terdapat

sejumlah kecil pembeli yang sulit untuk dapat membuat situasi pembelian yang

kompetitif. Kerugian di sisi konsumen dapat muncul jika terdapat sejumlah kecil

penjual dan kurangnya kompetisi menyebabkan peningkatan harga yang dibayar

konsumen (Weng, 2012)

Dimasa yang akan datang, lingkungan ekonomi internasional akan semakin

kompetitif. Bisnis perunggasan nasional akan bersaing ketat dengan bisnis

perunggasan negara lain baik pasar di domestik Indonesia maupun di pasar negara

lain. Perusahaan yang bersifat hanya mencari rente (rent seeking); yang

berlindung dibawah perlindungan pemerintah dan mengandalkan praktek

Page 85: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

72

oligopoli/monopoli akan terkikis. Hanya perusahaan yang berperilaku kompetisi

menuju keuntungan optimal yang akan mampu bertahan dalam lingkungan bisnis

yang semakin kompetitif.

Pembangunan industri peternakan merupakan tanggung jawab bersama

antara pemerintah, masyarakat dan swasta. Ketiga komponen manajerial tersebut

perlu bersinergi satu dengan lainnya untuk membangun kelembagaan yang

terstruktur baik guna mengoptimalkan pemanfaatan berbagai sumber daya yang

dimiliki dalam pengembangan agribisnis perunggasan. Akhirnya dibutuhkan

rekomendasi kebijakan yang dapat mensejahterakan masyarakat sekaligus

memajukan industri broiler.

74

Gambar 15. Kerangka pemikiran penelitian Dampak Konsentrasi Industri terhadap Kesejahteraan Produsen

dan Konsumen di Industri Broiler

Globalisasi Ekonomi Komitmen Usaha Rakyat

Perkembangan Industri

Broiler Nasional

Analisis SCP

Industri Broiler

Struktur - Jumlah perusahaan

- Konsentrasi

- Hambatan masuk

Kinerja

- Harga jual

- Biaya per unit

- Produktivitas TK

- Tingkat Keuntungan

- Kekuatan pasar

- Ketimpangan/GAP

Kondisi Dasar - Permintaan

- Penawaran

- Harga eceran

Perilaku - Integrasi vertikal

- Share biaya

terhadap produksi

Government

Intervention

Rekomendasi Kebijakan

Pembangunan Industri Broiler

Kinerja dan Kesejahteraan

di Industri Broiler

Page 86: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

73

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka peneliti mencoba merumuskan

hipotesa untuk diuji kebenarannya yaitu bahwa peningkatan konsentrasi di

industri broiler Indonesia secara langsung atau tidak langsung berdampak

terhadap kinerja industri dan tingkat kesejahteraan pada masyarakat, dimana:

Semakin tinggi tingkat konsentrasi maka semakin besar tingkat efisiensi di

industri yang terjadi sehingga tingkat keuntungan yang diperoleh semakin

besar

Semakin besar tingkat keuntungan yang diperoleh maka kekuatan pasar

semakin besar sehingga harga jual dan harga eceran daging ayam broiler

akan semakin tinggi

Perubahan lingkungan eksternal dan konsentrasi yang meningkat akan

berdampak positif terhadap kesejahteraan produsen perusahaan besar

sehingga menyebabkan ketimpangan semakin besar

4 METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagian besar adalah

data sekunder namun pengambilan data primer hanya bersifat konfirmasi terhadap

realita kelembagaan industri broiler nasional. Data primer usaha peternakan rakyat

didapat dari survei beberapa daerah sentra industri broiler di propinsi Jawa Barat.

Data sekunder merupakan data panel industri broiler dari tahun 2009 sampai 2011

berdasarkan Laporan Tahunan Perusahaan Peternakan Unggas. Penentuan sampel

berdasarkan propinsi sentra broiler di Indonesia yang memenuhi seluruh variabel

dari penelitian (BPS, 2011). Adapun propinsi yang memenuhi persyaratan ada

delapan yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.

Perusahaan peternakan ayam broiler yang dicakup adalah semua usaha

peternakan ayam broiler yang berbadan hukum/badan usaha (PT/PN, CV, Firma,

Koperasi dan Yayasan), dijalankan secara teratur dan terus menerus pada suatu

tempat tertentu untuk tujuan komersial/memperoleh keuntungan yang meliputi

kegiatan budidaya unggas. Budidaya Unggas adalah kegiatan pemeliharaan

unggas dengan tujuan utama pembesaran/penggemukan ternak. Unggas yang

diteliti adalah ayam ras pedaging (broiler). Data yang dikumpulkan mencakup

perkembangan jumlah perusahaan broiler dan produksinya, perkembangan jumlah

perusahaan pakan ayam ras dan produksinya, penggunaan bahan baku dan tenaga

kerja, harga output dan input, volume dan nilai penjualan pada masing-masing

perusahaan di industri. Sumber data perusahaan ini diperoleh dari Badan Pusat

Statistik sub bagian Statistik Peternakan. Untuk kelengkapan data lainnya

diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Departemen

Perdagangan dan sumber terkait lainnya.

Page 87: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

74

Spesifikasi Model

Penelitian ini mencoba memperluas cakupan dampak konsentrasi melalui

model yang secara eksplisit terhadap harga jual, efisiensi, produktivitas, kekuatan

pasar dan ketimpangan melalui penggunaan analisis simultan dengan

menggunakan pendekatan Structure-Conduct-Performance. Model merupakan

abstraksi atau penyederhanaan dari fenomena yang terjadi. Dengan

penyederhanaan itu, idealnya yang ditampilkan adalah komponen-komponen

utama dari fenomena nyata yang diamati, sehingga dapat dilakukan estimasi

secara akurat. Salah satu model pendekatan kuantitatif yang sering dipakai untuk

menganalisis masalah ekonomi adalah model ekonometrika (Hallam, 1990).

Pembentukan model (model building) dimulai dari identikasi masalah aktual

yang terjadi. Kemudian dipilih metode pendekatan masalah yang digunakan

dalam hal ini adalah pendekatan model ekonometrika. Melalui pendekatan ini,

langkah-langkah yang ditempuh adalah spesifikasi atau perumusan model,

identifikasi dan metode pendugaan model.

Selanjutnya melakukan evaluasi hasil untuk menentukan apakah parameter-

parameter yang diduga bermakna dilihat dari kriteria ekonomi dan memuaskan

dilihat dari kriteria statistika dan ekonometrika. Langkah selanjutnya adalah

penerapan model dalam bentuk simulasi kebijakan dan peramalan. Tahapan

pembentukan model ini merupakan suatu proses berulang (iteratif) sampai

diperoleh suatu model yang lebih sahih yang bisa menangkap permasalahan yang

ada.

Model ekonometrika adalah suatu model statistika yang menghubungkan

peubah-peubah ekonomi dari suatu fenomena ekonomi yang mencakup unsur

stokastik (Intriligator et al., 1996). Selanjutnya dikatakan suatu model yang baik

harus dapat memenuhi kriteria ekonomi, statistika dan ekonometrika

(Koutsoyiannis, 1977).

Model ekonometrika dalam penelitian ini dikembangkan untuk membangun

model persaingan oligopolistik di industri broiler terhadap kesejahteraan

masyarakat. Pada dasarnya tidak ada teori umum mengenai oligopoli, namun

terdapat model-model untuk menggambarkan beberapa kategori khusus oligopoli

(Jaya, 2004). Oleh karena itu, dengan memadukan kerangka teoritis pada Bab 3

dan kenyataan yang ada yang menggambarkan bahwa ada keterkaitan diantara

komponen-komponen dalam model persaingan oligopolistik terhadap tingkat

kesejahteraan yang sedang dikaji, seperti ditunjukkan oleh peubah endogenous

pada suatu komponen relevan sebagai peubah explanatory pada komponen

lainnya, sehingga model keterkaitan ini merupakan sebuah sistem persamaan

simultan.

Paradigma Structure-Conduct-Performance (SCP) merupakan salah satu

kerangka pemikiran dalam menganalisis ekonomi lembaga dan kelembagaan dari

organisasi industri. Paradigma tersebut digunakan untuk menjelaskan hubungan

antara struktur, perilaku, dan kinerja pasar (Carlton dan Perloff, 2000). Struktur

mempengaruhi perilaku, dimana semakin rendah konsentrasi maka semakin

kompetitif perilaku perusahaan. Perilaku mempengaruhi kinerja, dimana semakin

kompetitif perilaku maka kekuatan pasar semakin kecil (artinya semakin besar

efisiensi sosial). Struktur mempengaruhi kinerja, dimana penurunan konsentrasi

Page 88: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

75

pasar kearah penguasaan pasar yang lebih rendah. Hal ini menyiratkan bahwa

secara langsung dan tidak langsung struktur mempengaruhi kinerja.

Definisi Operasional Variabel

Spesifikasi model dalam penelitian ini dibagi atas empat komponen yaitu

kondisi dasar (basic condition), struktur (structure), perilaku (conduct) dan kinerja

(performance). Penjelasan atau definisi dari masing-masing variabel beserta cara

perhitungan dan satuan ukurannya akan dijelaskan dibawah ini. Variabel yang

diukur dalam unit nilai (seperti PDRB, produksi, konsumsi dan sejenisnya)

agregasi dilakukan dengan penjumlahan untuk masing-masing propinsi. Variabel

yang diukur dalam unit rasio atau indeks (seperti rasio konsentrasi, integrasi

vertikal, hambatan masuk pasar dan sejenisnya) merupakan data agregasi

perusahaan di propinsi. Sementara untuk data perhitungan (pangsa biaya, tingkat

keuntungan, produktivitas dan sejenisnya) merupakan data rata-rata perusahaan di

masing-masing propinsi. Data harga ditingkat produsen telah diriilkan

menggunakan Indeks Harga Produsen tahun dasar 2000 dan data harga ditingkat

konsumen telah diriilkan menggunakan Indeks Harga Konsumen dengan tahun

dasar 2000. Komponen kondisi dasar terdiri dari produksi daging broiler

domestik, konsumsi daging broiler domestik dan harga eceran broiler.

Produksi daging broiler domestik (PDAB)

Berdasarkan definisi dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan

Hewan, produksi daging adalah karkas hasil pemotongan ternak dan ditambah

dengan edible offal (bagian yang dapat dimakan) selama waktu tertentu dan

wilayah tertentu termasuk rusak, diperdagangkan, dikonsumsi dan diberikan

kepada orang lain. Satuan yang dipakai adalah satuan baku yang lazim dipakai

untuk penjualan daging ayam broiler secara eceran yaitu kilogram (kg)

Konsumsi daging broiler domestik (DEMB)

Konsumsi daging adalah suatu kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan

dan kepuasan secara langsung akan produk daging ayam broiler selama waktu

tertentu dan wilayah tertentu, dikonsumsi sendiri, keluarga dan orang lain. Satuan

yang digunakan adalah satuan baku yang lazim dipakai untuk pembelian daging

ayam broiler secara eceran yaitu kilogram (kg).

Harga eceran broiler (HDABR)

Menurut definisi dari Badan Pusat Statistik, harga konsumen/eceran adalah

transaksi antara penjual dan pembeli secara eceran di pasar setempat untuk tiap

jenis barang yang dibeli dengan tujuan untuk dikonsumsi sendiri dan bukan untuk

dijual kepada pihak lain. Satuan yang dipakai adalah satuan baku yang lazim

dipakai untuk pembelian daging ayam broiler secara eceran yaitu rupiah per

kilogram (Rp/kg).

Komponen struktur terdiri dari jumlah perusahaan, konsentrasi dan

hambatan masuk. Ada dua metode yang umum digunakan untuk mengukur

konsentrasi industri yaitu Rasio Konsentrasi dan Indeks Herfindahl-Hirschman

Page 89: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

76

(Carlton dan Perloff, 2000). Namun dikarenakan keterbatasan data dimana tidak

seratus persen perusahaan berbadan hukum yang melaporkan kegiatan

produksinya, maka metode yang digunakan untuk mengukur rasio konsentrasi

adalah dengan menggunakan CR4.

Jumlah perusahaan broiler (JPAB)

Berdasarkan definisi dari Badan Pusat Statistik, jumlah perusahaan

budidaya ayam broiler adalah semua perusahaan yang berbadan hukum/badan

usaha (PT/PN, CV, Firma, Koperasi dan Yayasan), dijalankan secara teratur dan

terus menerus pada suatu tempat tertentu untuk tujuan komersial/memperoleh

keuntungan yang meliputi kegiatan budidaya ayam pedaging (broiler). Jumlah

perusahaan dinyatakan dalam unit.

Rasio Konsentrasi (RCON)

Konsentrasi industri merupakan salah satu variabel penting untuk melihat

struktur pasar yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku suatu perusahaan.

Seperti hipotesa yang dikemukakan oleh Bain, perilaku kolusi dapat terjadi jika

tingkat konsentrasi yang terjadi tinggi. Dengan adanya tingkat konsentrasi yang

tinggi juga akan menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh oleh suatu

perusahaan akan menjadi tinggi. Untuk mengukur tingkat konsentrasi, maka

penulis menggunakan perhitungan rasio konsentrasi (Concentration Ratio, CR)

dengan menggunakan empat perusahaan terbesar dalam perhitungannya. Rasio

konsentrasi merupakan persentase dari pangsa pasar terbesar dimiliki oleh m

perusahaan dalam suatu industri, di mana m adalah jumlah spesifik dari

perusahaan, umumnya 4, namun kadangkala lebih banyak atau lebih sedikit dari

jumlah itu. Rasio konsentrasi sering dinyatakan sebagai CRm, misalnya, CR4.

Adapun mekanisme perhitungannya adalah sebagai berikut.

CR m = s 1 + s 2 + s 3 + s ... ... + s m

dimana CR m = Rasio konsentrasi m perusahaan terbesar

si = pangsa pasar dari perusahaan ke- i.

Jika CR4 mendekati nol, nilai ini mengindikasikan sebuah industri yang

bersaing sempurna dimana empat perusahaan terbesar tidak memiliki pangsa pasar

yang signifikan. Secara umum, jika nilai CR4 kurang dari 40 (yang menunjukkan

bahwa empat perusahaan terbesar memiliki pangsa pasar kurang dari 40 persen),

maka industri ini dinilai sangat kompetitif, dengan sejumlah perusahaan lain

yang bersaing, namun tidak ada satupun yang memiliki share lebih besar. Disisi

lain, jika nilai CR1 lebih besar dari 90, maka dapat dikatakan perusahaan

menguasai lebih dari 90 persen pasar yang secara efektif disebut monopoli.

Menurut Jaya (2004), gabungan empat perusahaan terbesar yang memiliki

rasio konsentrasi di atas 60 persen dikatakan memiliki struktur pasar yang bersifat

ologopoli ketat, dimana kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga

relatif lebih mudah. Sementara gabungan empat perusahaan terbesar yang

memiliki rasio konsentrasi di bawah 40 persen memiliki struktur pasar yang

bersifat ologopoli longgar, dimana kesepakatan diantara mereka untuk

Page 90: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

77

menetapkan harga sangat sulit dilakukan. Untuk industri yang memiliki rasio

konsentrasi antara 40-60 persen disebut sebagai industri yang memiliki struktur

pasar yang bersifat oligopoli sedang, artinya kesepakatan mereka untuk

menetapkan harga mungkin saja terjadi jika kerjasama yang dilakukan diantara

mereka sangat baik.

Hambatan Masuk (MESH)

Salah satu proksi yang dapat digunakan untuk mengukur entry barriers

adalah MES (Minimum Efficiency Scale). Variabel ini merupakan kondisi dimana

penambahan output yang diproduksi menyebabkan penurunan biaya produksi

pada jangka panjang. Perhitungan MES yang dilakukan adalah:

MES = Rata-rata output 4 perusahaan terbesar (50% Output Industri)

Output total

Angka 50 persen dalam persamaan di atas bukanlah angka mutlak. Angka ini

dapat saja melebihi 50 persen jika struktur pasar dalam keadaan natural

monopoly. Hambatan masuk yang tinggi pada suatu industri ditandai oleh nilai

MES yang lebih besar dari 10 persen. Tingginya nilai MES dapat menjadi

penghalang bagi perusahaan baru yang akan masuk ke dalam pasar industri

broiler.

Sementara itu, untuk menganalisis komponen perilaku diwakili oleh

variabel integrasi vertikal dan perilaku biaya pakan sebagai komponen input

utama.

Integrasi vertikal (INTG)

Secara sederhana, tingkat integrasi vertikal dapat dihitung dengan

menggunakan rasio antara nilai tambah terhadap jumlah output atau penjualan.

Nilai tambah didefinisikan sebagai pendapatan penjualan dikurangi pengeluaran

untuk bahan bakar, bahan baku pakan dan listrik. Adapun pengukurannya sebagai

berikut:

INTG = Nilai penjualan – (biaya bahan baku + bahan bakar + listrik)

Output

Secara rasional, pengukuran tersebut menjelaskan bahwa setiap perusahaan

akan berusaha meningkatkan partisipasinya dalam berbagai tingkatan proses

produksi, transaksi dalam suatu perusahaan akan berpindah ke perusahaan lain

dan nilai tambah dari output atau penjualan akan meningkat. Ketika

membandingkan derajat integrasi vertikal dari beberapa perusahaan, rasio

integrasi dapat berbeda walaupun jumlah integrasi fisik yang dihitung sama.

Perbedaan ini disebabkan oleh satu perusahaan mendapatkan keuntungan yang

lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lain, di mana keuntungan merupakan

bagian dari nilai tambah.

Page 91: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

78

Pangsa biaya pakan (SCPK)

Pangsa biaya pakan merupakan persentase bagian pengeluaran biaya pakan

terhadap biaya keseluruhan dari kegiatan produksi budidaya ayam broiler. Adapun

perhitungannya sebagai berikut:

SCPK = Total biaya pakan x 100%

Total biaya keseluruhan

Sebagai variabel kinerja industri yang diestimasi dalam penelitian ini yaitu

harga jual, biaya per unit, produktivitas tenaga kerja, kekuatan pasar dan

ketimpangan output.

Harga jual (HABPR)

Harga jual disini adalah harga ayam broiler di tingkat produsen yaitu

perusahaan, dimana perhitungannya didapatkan dengan membagi nilai penjualan

broiler dibagi dengan jumlah output broiler yang dihasilkan.

HABPR = Nilai penjualan

Output

Biaya per unit (COSU)

Biaya per unit menunjukkan efisiensi dari biaya, dimana perhitungannya

dengan membagi total biaya produksi terhadap total nilai penjualan.

COSU = Total biaya produksi

Total nilai penjualan

Tingkat keuntungan (PROF)

Tingkat keuntungan (profitability) dihitung berdasarkan selisih dari total

penerimaan dikurangi total biaya. Namun pada penelitian ini dikarenakan

keterbatasan data sehingga tidak dapat menghitung tingkat keuntungan

(profitabilitas) sebenarnya dengan memasukkan biaya penyusutan dari barang-

barang modal.

PROF = Total penerimaan – total biaya x 100%

Total biaya

Produktivitas Tenaga Kerja (PDTK)

Pada dasarnya untuk perhitungan produktivitas tenaga kerja sulit untuk

dinyatakan secara kuantitatif. Penggunaan rata-rata nilai tambah per pekerja

belum sepenuhnya mencerminkan produktivitas karena adanya faktor lain dalam

produksi seperti modal dan teknologi. Menurut Phan (2004) terdapat tiga

pengukuran yang dapat digunakan untuk menghitung produktivitas tenaga kerja,

yaitu : 1) Output per tenaga kerja; 2) Output per jam kerja; 3) Nilai tambah per

tenaga kerja.

Page 92: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

79

Perhitungan produktivitas tenaga kerja (PDTK) pada penelitian ini

dilakukan dengan berdasarkan pada perhitungan yang dilakukan Jayanthakumaran

(1999) yaitu membagi nilai tambah pada harga konstan dengan jumlah tenaga

kerja pada sektor industri. Produktivitas tenaga kerja selanjutnya dapat

dirumuskan sebagai berikut:

PDTKi = VAi

Li

dimana : VAi = Nilai tambah industri i

Li = Tenaga kerja industri i

Kekuatan Pasar (MPWR)

Kekuatan pasar (market power) dihitung menggunakan indeks Lerner yang

telah dimodifikasi (Martin, 1994) sebagai berikut:

L = P - AVC

P

Nilai indeks Lerner berada antara 0 dan 1, dimana pada pasar yang

kompetitif indeks Lerner akan bernilai 0 atau dengan kata lain tingkat harga sama

dengan biaya rata-rata. Semakin besar indeks Lerner, semakin besar pula kekuatan

pasar suatu perusahaan.

Ketimpangan struktur produksi (GAP)

Tujuan dimasukkannya variabel ketimpangan sebagai komponen kinerja

dalam penelitian ini adalah sebagai indikator keberhasilan bagi industri dalam

menyelaraskan antara tujuan memajukan industri dan mensejahterakan peternak.

Usaha broiler ini awalnya oleh pemerintah ditujukan untuk pengembangan usaha

rakyat, namun seiring waktu dan perkembangan teknologi pemeliharaan unggas

yang modern menyebabkan usaha rakyat tidak dapat mengimbangi perkembangan

usaha besar. Kebijakan pemerintah melalui kerjasama kontrak antara perusahaan

besar yang umumnya terintegrasi vertikal dengan peternak rakyat sekiranya dapat

mengurangi ketimpangan ini. Ketimpangan output dihitung sebagai rasio jumlah

output perusahaan besar terhadap jumlah output usaha rakyat di industri ayam

broiler. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

GAP = Jumlah output perusahaan besar

Jumlah output usaha rakyat

Estimasi Model

Hubungan antara tingkat konsentrasi dengan harga

Menurut pandangan tradisional, konsentrasi yang tinggi dalam suatu industri

akan mendorong terciptanya tingkat kolusi yang tinggi diantara perusahaan yang

ada di dalamnya, sehingga membuat industri tersebut cenderung memiliki struktur

Page 93: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

80

pasar monopoli. Hal ini akan berdampak pada pembentukan harga yang tinggi,

apalagi jika didukung dengan biaya produksi yang tetap, maka keuntungan yang

diperoleh dari perusahaan-perusahaan tersebut akan meningkat.

Hubungan antara tingkat konsentrasi dengan efisiensi

Konsentrasi industri dapat memiliki efek positif terhadap efisiensi yaitu

industri ditandai dengan skala ekonomi, dimana biaya rata-rata produksi turun

sejalan dengan peningkatan kuantitas. Namun ketika konsolidasi industri

mengurangi jumlah penjual sejauh yang tersisa dari pasar yang terkonsentrasi,

penjual yang tersisa ini dapat mengambil keuntungan dari kekuatan pasar. Mereka

dapat menggunakan kekuatan pasar ini untuk membatasi perdagangan pada

beberapa pertukaran yang saling menguntungkan, mendistorsi harga yang

menguntungkan mereka.

Hubungan antara konsentrasi dengan tingkat keuntungan

Encau dan Jacquemin (1980), menemukan hubungan antara price-cost

margin (PCM) dengan perhitungan tingkat konsentrasi untuk suatu model

oligopoli baik secara statis maupun dinamis. Dalam seluruh penelitian yang

mereka lakukan ditemukan bahwa PCM memiliki hubungan yang positif dengan

perhitungan tingkat konsentrasi dan berhubungan negatif dengan elastisitas

permintaan. Studi lainnya yang dilakukan oleh Waterson (1984) menunjukkan

hubungan antara PCM dengan tingkat konsentrasi. Waterson menunjukkan bahwa

adanya hubungan yang positif antara tingkat konsentrasi dengan PCM. Dapat

disimpulkan, bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi maka akan semakin tinggi

kekuatan pasar yang akhirnya akan membuat semakin tingginya tingkat

keuntungan suatu perusahaan.

Hubungan antara tingkat konsentrasi dengan produktivitas

Hubungan konsentrasi dan produktivitas adalah positif dan menunjukkan

signifikan dari meningkatnya konsentrasi. Perusahaan besar di pasar yang

terkonsentrasi adalah sumber jangka panjang dari ekspansi output. Yaitu,

keuntungan tambahan dari menaikkan harga di atas biaya marjinal sebagai sumber

daya untuk inovasi sehingga produktivitas meningkat (Gopinath et al, 2002).

Sedangkan menurut Jayanthakumaran (2002), konsentrasi industri diduga

memiliki hubungan negatif dengan produktivitas. Hal ini dikarenakan apabila

semakin rendah rasio konsentrasi suatu industri maka semakin besar persaingan

yang terjadi pada industri tersebut. Dengan meningkatnya persaingan maka

perusahaan akan cenderung terdorong untuk bertindak efisiensi dengan berupaya

menurunkan biaya produksi dan meningkatkan teknologi. Sedangkan

pertumbuhan output berdampak pada meningkatnya produktivitas tenaga kerja.

Hubungan tersebut dibuktikan oleh Verdoorn pada tahun 1949, yang kemudian

dikenal dengan “Verdoorn’s Law”. Metode utama dibelakang hubungan tersebut

adalah perluasan output akan menciptakan skala ekonomis, dimana skala

ekonomis merupakan salah satu keuntungan utama dalam suatu usaha. Hal ini

dikarenakan skala ekonomis akan menciptakan kesempatan yang lebih baik untuk

berspesialisasi, berproduksi dengan skala besar dan meningkatkan efisiensi. Oleh

Page 94: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

81

karena itu, pertumbuhan output akan berdampak positif pada produktivitas tenaga

kerja.

Hubungan antara tingkat konsentrasi dan kekuatan pasar

Semakin besar penguasaan pasar (market share), semakin kecil tekanan

bersaing perusahaan tersebut. Ini berarti bahwa kekuatan pasar (market power)

yang dimiliki perusahaan untuk menentukan harga dan output semakin besar.

Dengan meningkatnya kemampuan perusahaan untuk menentukan harga dan

output akan berdampak pada meningkatnya tingkat keuntungan yang diterima

perusahaan. Oleh karena itu rasio konsentrasi akan berhubungan positif dengan

price-cost margin.

Hubungan antara tingkat konsentrasi dan ketimpangan

Semakin terdistribusi ukuran perusahaan maka perusahaan-perusahaan

tersebut semakin tidak terkonsentrasi. Sebaliknya semakin besar inequality

(ketimpangan) dari ukuran perusahaan maka semakin besar pula konsentrasi

pasar.

Model

Spesifikasi model ekonometrika dalam penelitian ini dibagi atas empat

komponen yaitu kondisi dasar (basic condition), struktur industri dan perilaku

industri. Ketiga komponen ini menjadi variabel yang ikut menentukan komponen

kinerja industry. Melihat hubungan antara masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen menggunakan koefisien yang ada. Jika koefisien pada

variabel independen positif, menunjukkan hubungan yang searah dengan variabel

dependen, sedangkan jika koefisien dari variabel independennya negatif,

menunjukkan hubungan yang berlawanan arah dengan variabel dependennya.

Dibawah ini adalah penjabaran model SCP dengan persamaan masing-masing

komponen sebagai berikut:

Komponen Kondisi Dasar Industri Broiler

Produksi Daging Ayam Broiler Domestik (PDAB)

Produksi daging ayam broiler domestik diduga dipengaruhi oleh harga riil

daging ayam, harga input dan jumlah produksi broiler perusahaan. McConnell dan

Brue (1990) menyebutkan hukum penawaran bersifat positif yaitu ketika harga

meningkat jumlah barang yang ditawarkan meningkat dan ketika harga turun

jumlah barang yang ditawarkan menurun. Persamaannya dapat dirumuskan

sebagai berikut:

PDAB = a0 + a1HDABR + a2JPAB + a3HPKNR + a4PRODF + a5YEAR +

u1........................................................................................................ (1)

Hipotesis : a1, a2, a4 >0; a3 <0

dimana : PDAB = Produksi broiler domestik (000 kg/th)

HDABR = Harga riil broiler (Rp/kg)

JPAB = Jumlah perusahaan broiler (unit)

HPKNR = Harga riil pakan broiler (Rp/kg)

PRODF = Produksi broiler perusahaan (000 kg/th)

Page 95: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

82

YEAR = Tahun

Konsumsi Daging Ayam Broiler Domestik (DEMB)

Sukirno (1995) menyatakan bahwa teori permintaan menerangkan tentang

ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Besarnya permintaan

masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor yaitu: (1) harga

barang itu sendiri, (2) harga barang lain, (3) pendapatan rumah tangga dan

masyarakat, (4) distribusi pendapatan dalam masyarakat, (5) selera masyarakat,

(6) jumlah penduduk, dan (7) ramalan akan keadaan dimasa yang akan datang,

sehingga permintaan daging ayam broiler diduga dipengaruhi oleh harga daging

ayam broiler, harga daging sapi dan harga ikan sebagai substitusinya, harga telur

sebagai komplementernya dan pendapatan daerah. Persamaannya dapat

dirumuskan sebagai berikut:

DEMB = b0 + b1HDABR + b2HDSPR + b3HDIKR + b4HTARR + b5PDRB +

b6YEAR + u2 .................................................................................... (2)

Hipotesis : b1, b4 <0; b2, b3, b5 >0

dimana : DEMB = Konsumsi broiler domestik (000 kg/th)

HDABR = Harga riil broiler (Rp/kg)

HDSPR = Harga riil daging sapi (Rp/kg)

HDIKR = Harga riil ikan (Rp/kg)

HTARR = Harga riil telur ayam ras (Rp/kg)

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (Milyar Rp)

YEAR = Tahun

Harga Eceran Daging Ayam Broiler Domestik (HDABR)

Pada pasar persaingan sempurna, harga ditentukan berdasarkan kekuatan

penawaran dan permintaan suatu produk. Namun pada pasar oligopoli, harga

dapat ditentukan oleh kekuatan pasar yang dimiliki perusahaan. Efek kekuatan

pasar yang berhubungan dengan perusahaan-perusahaan dominan adalah rente

ekonomi di pertanian yang wajib dibayar, sehingga berdampak pada harga eceran

yang lebih tinggi, sehingga mengurangi pendapatan bersih pertanian dari tingkat

yang mungkin sebaliknya jika ada di kondisi pasar persaingan sempurna. Di

samping itu, efek dari pasar yang kuat di industri dapat memiliki implikasi bagi

stabilitas baik pasokan maupun harga (Kim et al, 2002). Adapun persamaannya

dapat dirumuskan sebagai berikut:

HDABR = c0 + c1MPWR + c2HPKNR + c3DEMB + c4PRODF + c5HBBTR

+ c6YEAR + u3 ............................................................................... (3)

Hipotesis : c4 <0; c1, c2, c3, c5 >0

dimana: HDABR = Harga riil broiler (Rp/kg)

MPWR = Kekuatan pasar (Indeks)

HPKNR = Harga riil pakan (Rp/kg)

DEMB = Konsumsi broiler domestik (000 kg/th)

PRODF = Produksi broiler perusahaan (000 kg/th)

HBBTR = Harga riil bibit DOC (Rp/ekor)

YEAR = Tahun

Page 96: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

83

Komponen Struktur Industri

Struktur disini mengacu pada struktur pasar yang digambarkan sebagian

besar oleh konsentrasi penguasaan pasar didalam pasar tersebut. Termasuk dalam

komponen struktur industri diantaranya jumlah perusahaan dalam industri,

konsentrasi dan hambatan masuk industri.

Pada hipotesis awal menyatakan bahwa struktur pasar merupakan exogenous

explanatory variabel. Namun kenyataannya, struktur pasar (konsentrasi) itu

sendiri mempengaruhi perilaku perusahaan (dan selanjutnya kinerja perusahaan).

Karena itu entry dan exit dari perusahaan di industri mencerminkan bagaimana

kolusi atau kompetitifnya perusahaan. Entry dan exit, pada gilirannya,

mempengaruhi konsentrasi pasar. Di pihak lain, baik konsentrasi maupun

penguasaan pasar ditentukan secara endogen, masing-masing mempengaruhi yang

lain. Bain (1959), mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasinya

maka akan semakin tinggi tingkat hambatan masuk ke dalam suatu pasar,

sehingga pasar tersebut akan memiliki kinerja yang buruk karena mendekati

monopoli, dimana pada struktur pasar ini, persaingan hampir tidak ada.

Namun korelasi antara konsentrasi dan kekuatan pasar tidaklah selalu

positif. Sebagai contoh, semakin kolusif suatu industri, harga dan kekuatan pasar

semakin tinggi. Namun pada waktu yang sama, tingginya harga dan tingkat

keuntungan dapat menarik pemain baru sehingga tingkat konsentrasi dapat

menurun.

Jumlah Perusahaan di Industri Broiler (JPAB)

Jumlah perusahaan dalam industri merupakan fungsi dari harga output,

tingkat keuntungan, dan investasi awal. Peningkatan harga dan tingkat keuntungan

akan menarik investor baru membuka pabrik, sementara nilai investasi awal yang

kecil akan menarik minat investor baru untuk memasuki industri. Selain itu,

Nicholson (2000) menyatakan bahwa jumlah perusahaan ditentukan oleh

permintaan pasar, sehingga persamaan jumlah perusahaan di industri dapat

dirumuskan sebagai berikut:

JPAB = d0

+ d1RHDAB + d

2DEMB + d

3PROF + d

4DINV + u

4 ...................... (4)

Hipotesis : d1, d

2, d

3 >0; d

4 <0

dimana: JPAB = Jumlah perusahaan broiler (unit)

RHDAB = Rasio harga broiler terhadap pakan

DEMB = Konsumsi broiler domestik (000 kg/th)

PROF = Tingkat keuntungan (%)

DINV = Penambahan investasi (milyar Rp)

Konsentrasi Industri Broiler (RCON)

Rasio konsentrasi dalam kajian ini menggunakan perhitungan CR4.

Konsentrasi diduga dipengaruhi oleh faktor teknis, variabel perilaku dan kinerja

industri. Termasuk faktor teknis adalah skala ekonomis, yang dapat di proksi dari

biaya produksi (Strickland dan Weises, 1976). Selain itu, entry dan exit, pada

gilirannya akan mempengaruhi konsentrasi pasar. Persamaannya dapat

dirumuskan sebagai berikut:

RCON = e0 + e1PDAB + e2DEMB + e3INTG + e4MESH + e5PDTK + u5

….. (5)

Page 97: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

84

Hipotesis : e1, e3, e4, e5 >0; e2

<0

dimana: RCON = Konsentrasi industri (%)

PDAB = Produksi broiler domestik (000 kg/th)

DEMB = Konsumsi broiler domestik (000 kg/th)

INTG = Integrasi vertikal (Rasio)

MESH = Hambatan masuk (%)

PDTK = Produktivitas tenaga kerja

Hambatan Masuk Industri (MESH)

Hambatan masuk industri diduga dipengaruhi oleh konsentrasi, integrasi

vertikal, faktor teknis dan kekuatan pasar. Kekuatan pasar yang besar akan

menciptakan hambatan masuk yang besar pula. Faktor teknis atau skala ekonomis

dapat di proksi dari biaya produksi.

Integrasi vertikal dapat juga menghambat persaingan karena dapat

meningkatkan biaya yang harus ditanggung pesaing untuk mengakses bahan baku

atau jalur distribusi yang dibutuhkan untuk menjual produknya. Selain itu

integrasi vertikal juga dapat mengurangi ketersediaan bahan baku dan

meningkatkan modal yang dibutuhkan untuk masuk ke pasar. Atau dengan kata

lain integrasi vertikal dapat menimbulkan hambatan untuk masuk ke sebuah pasar.

Persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

MESH = f0 + flRCON + f2COSU + f3MPWR + f4INTG + u6.............................. (6)

Hipotesis : f1, f2, f3, f4 >0

dimana : MESH = Hambatan masuk industri (%)

RCON = Konsentrasi industri (%)

COSU = Biaya per unit

MPWR = Kekuatan pasar (Indeks)

INTG = Integrasi vertikal (Rasio)

Komponen Perilaku Industri

Perilaku pasar adalah bagaimana peserta pasar yaitu produsen, konsumen

dan lembaga pemasaran menyesuaikan diri terhadap situasi penjualan dan

pembelian yang terjadi (Prasetyo, 2007). Perilaku pasar tidak selamanya konstan,

selalu akan mengalami perubahan. Perilaku industri berkaitan dengan alokasi

penggunaan kapital sebagai dampak dari struktur industri. Conduct (perilaku)

mengacu pada pola perilaku dari perusahaan dalam mengadopsi atau

menyesuaikan diri dalam pasar dimana mereka menjual produk (Carlton dan

Perloff, 2000).

Integrasi Vertikal (INTG)

Stigler (1951) berpendapat bahwa tingkat konsentrasi pasar berkorelasi

positif dengan integrasi vertikal, sebagaimana dengan tingkat pertumbuhan

permintaan di suatu industri. Secara positif, Integrasi vertikal mampu menurunkan

efek negatif dari struktur pasar monopoli yang ada pada setiap tahap produksi dan

distribusi. Integrasi vertikal dapat membatasi margin ganda sehingga konsumen

dapat diuntungkan karena bisa mendapatkan produk dengan harga yang lebih

murah. Perusahaan juga diuntungkan dengan strategi ini melalui pemanfaatan

Page 98: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

85

efisiensi teknis dan efisiensi biaya transaksi sehingga laba total yang didapatkan

akan lebih besar dibandingkan bila mereka harus membeli bahan baku dari

perusahaan lain atau mendistribusikan produknya lewat perusahaan lain.

Persamaan integrasi vertikal dapat dirumuskan sebagai berikut:

INTG = g0+ g1JPIK + g2PDAB + g3PDTK + g4RCON + u7.......................... (7)

Hipotesis : g2, g4 > 0; g1, g3 < 0

dimana: INTG = Integrasi vertikal

JPIK = Jumlah perusahaan pakan (unit)

PDAB = Produksi broiler domestik (000 kg/th)

PDTK = Produktivitas tenaga kerja

RCON = Konsentrasi industri (%)

Pangsa Biaya Pakan dalam Produksi (SCPK)

Pakan merupakan input terbesar yang digunakan dalam proses produksi

ayam broiler dimana ayam umur sehari (DOC) diberi makan selama pemeliharaan

35-40 hari. Kebutuhan biaya pakan mencakup 70-80 persen dari total biaya

produksi keseluruhan. Adapun pangsa biaya pakan diduga dipengaruhi oleh harga

pakan itu sendiri dan biaya lainnya, permintaan daging broiler dan integrasi

vertikal. Persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

SCPK = h0+ h1HPKNR + h2INTG + h3SCOT + h4DEMB + h5JPAB +

u8........................................................................................................ (8)

Hipotesis : h1, h4, h5 > 0; h2, h3 < 0

dimana: SCPK = Pangsa biaya pakan (%)

HPKNR = Harga riil pakan (Rp/kg)

INTG = Integrasi vertikal

SCOT = Pangsa biaya lainnya (%)

DEMB = Konsumsi broiler domestik (000 kg/th)

JPAB = Jumlah perusahaan broiler (unit)

Pangsa Biaya Produksi (SCPR)

Pangsa biaya produksi merupakan persamaan identitas yang merupakan

penjumlahan pangsa biaya pakan, pangsa biaya tenaga kerja dan operasional.

Persamaan identitasnya adalah sebagai berikut:

SCPR = SCPK + SCLB + SCOP.......................................................................... (9)

Pangsa Biaya Lainnya (SCOT)

Pangsa biaya lainnya didapat dengan mengurangi pangsa biaya total

terhadap pangsa biaya produksi. Persamaan identitasnya adalah sebagai berikut:

SCOT = 100 – SCPR ......................................................................................... (10)

Komponen Kinerja Industri

Kinerja industri broiler mencakup harga jual, biaya per unit (efisiensi dari

sisi biaya), produktivitas, tingkat keuntungan, kekuatan pasar dan ketimpangan

Page 99: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

86

struktur produksi. Perusahaan yang mampu berproduksi dengan biaya lebih

rendah akan memiliki daya saing lebih tinggi sehingga kemampuan penguasaan

pasar akan lebih besar (Sheperd, 1997). Efisiensi dalam biaya akan memberikan

nilai tambah lebih tinggi tetapi juga akan terkait dengan harga output. Persamaan

struktural pada komponen kinerja sebagai berikut:

Harga Jual Broiler Perusahaan (HABPR)

Harga jual daging ayam broiler (output) sangat dipengaruhi oleh gejolak

harga bahan baku (Rusastra et al, 1990), sehingga persamaan harga jual diduga

dipengaruhi selain oleh kekuatan permintaan dan penawaran, gejolak harga bahan

baku, juga oleh struktur pasar. Hasil penelitian Kim et al, (2002) didapatkan hasil

bahwa pengaruh dari peningkatan level konsentrasi akan meningkatkan harga

pupuk nitrogen secara signifikan lebih tinggi dibandingkan jika pasar beroperasi

di bawah kondisi persaingan sempurna. Sementara penelitian Lopez dan Liron-

Espana (2005) di industri pengolahan makanan menunjukkan bahwa rata-rata,

peningkatan konsentrasi industri di pasar menyebabkan penurunan harga.

Persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

HABPR = k0 + k1RCON + k2DEMB + k3HPKNR + k4HBBTR + k5INTG +

k6YEAR + u9................................................................................... (11)

Hipotesis : k2, k3, k4 >0; k5 <0; 0 > k1 > 0

dimana: HABPR = Harga jual broiler perusahaan (Rp/kg)

RCON = Konsentrasi industri (CR4)

DEMB = Konsumsi broiler domestik (000 kg/th)

HPKNR = Harga riil pakan broiler (Rp/kg)

HBBTR = Harga riil bibit DOC (Rp/kg)

INTG = Rasio Integrasi vertikal

Biaya per Unit (COSU)

Keinginan perusahaan untuk memaksimalkan laba akan menghasilkan

pilihan alokasi sumber daya ekonomi pada batas kemungkinan produksi, yang

efisien secara ekonomi (Nicholson, 2000). Hasil penelitian Stiegert dan Carton

(1998) membuktikan bahwa efek marjinal dari konsentrasi secara statistik

signifikan dan negatif, yang mana mencerminkan bahwa peningkatan konsentrasi

lebih berkaitan dengan peningkatan efisiensi dibanding menghasilkan kekuatan

pasar. Biaya per unit di duga dipengaruhi diantaranya integrasi dan produktivitas.

COSU = l0+ l1JPES + l2PRODF + l3INTG + l4PDTK + l5RCON + u10........... (12)

Hipotesis : l1, l2, l3, l4, l5 < 0

dimana: COSU = Biaya per unit

JPES = Jumlah perusahaan pesaing (unit)

PRODF = Produksi broiler perusahaan (000 kg/th)

INTG = Rasio Integrasi vertikal

PDTK = Produktivitas tenaga kerja

RCON = Konsentrasi industri (%)

Produktivitas Tenaga Kerja (PDTK)

Efek produktivitas adalah positif dan menunjukkan signifikan dari

meningkatnya konsentrasi (Gopinath et al, 2002). Sebagaimana yang dikatakan

Cohen dan Levin (1989) bahwa konsentrasi pasar merupakan sumber inovasi,

Page 100: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

87

selain struktur permintaan, dan kondisi kesesuaian penggunaan teknologi juga

penting. Namun menurut Jayanthakumaran (2002), konsentrasi industri diduga

memiliki hubungan negatif dengan produktivitas. Persamaannya dapat

dirumuskan sebagai berikut:

PDTK = m0 + m1WAGR + m2RHDAB + m3RCON + m4INTG + m5YEAR +

u11 .................................................................................................... (13)

Hipotesis : m1, m2, m4 > 0; 0 > m3 > 0

dimana: PDTK = Produktivitas tenaga kerja

RHDAB = Rasio harga broiler terhadap pakan

RCON = Konsentrasi industri (%)

INTG = Rasio Integrasi vertikal

YEAR = Tahun

Tingkat Keuntungan (PROF)

Salah satu indikator keberhasilan perusahaan adalah tingkat keuntungan

(profitabilitas), dimana tingkat keuntungan diduga dipengaruhi oleh konsentrasi

dan kekuatan pasar. Semakin kecil penguasaan pasar (market share), semakin

besar tekanan bersaing perusahaan tersebut. Ini berarti bahwa kekuatan pasar yang

dimiliki perusahaan untuk menentukan harga dan output semakin berkurang.

Dengan berkurangnya kemampuan perusahaan untuk menentukan harga dan

output akan berdampak pada menurunnya tingkat keuntungan yang diterima

perusahaan.

PROF = n0 + n1SCOP + n2JPES + n3RCON + n4PDTK + n5GAP + u12.......... (14)

Hipotesis : n3, n4, n5 > 0; n1, n2 < 0

dimana: PROF = Tingkat keuntungan (%)

SCOP = Pangsa biaya operasional (%)

JPES = Jumlah perusahaan pesaing (unit)

RCON = Konsentrasi industri (%)

PDTK = Produktivitas tenaga kerja

GAP = Kesenjangan produksi

Kekuatan Pasar (MPWR)

Kekuatan pasar diukur menggunakan indeks Lerner. Indeks ini bertujuan

untuk melihat sejauh mana kemampuan suatu perusahaan untuk meningkatkan

tingkat harga di atas biaya marginal. Indeks Lerner juga memperlihatkan

hubungan negatif antara elastisitas permintaan dengan marginal cost.

Industri dengan konsentrasi yang lebih rendah memiliki kekuatan pasar

yang kecil (Suvanichwong, 1977 dalam Sayaka, 2003), dan dari waktu ke waktu

kekuatan pasar suatu perusahaan dapat berubah-ubah tergantung pangsa pasarnya

(Sheperd, 1997). Adapun persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

MPWR = o0+ o1HDABR + o2RCON + o3PDTK + o4COSU + o5JPES + u13..(15)

Hipotesis : o1, o2, o3 > 0; o4, o5 < 0

dimana: MPWR = Kekuatan pasar (Indeks)

HDABR = Harga riil broiler (Rp/kg)

RCON = Konsentrasi industri (%)

PDTK = Produktivitas tenaga kerja

COSU = Biaya per unit

Page 101: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

88

JPES = Jumlah perusahaan pesaing (unit)

Ketimpangan/kesenjangan Output

Semakin terkonsentrasi suatu industri maka semakin besar inequality.

Kesenjangan diduga dipengaruhi oleh:

GAP = p0 + p1RCON + p2PDTK + p3RHDAB + p4YEAR + u14 ................ (16)

Hipotesis : p1, p2, p3 > 0

dimana: GAP = Kesenjangan produksi

RCON = Konsentrasi industri (%)

PDTK = Produktivitas tenaga kerja

RHDAB = Rasio harga broiler terhadap pakan

YEAR = Tahun

Keterangan lebih jelas mengenai jenis dan pengelompokkan variabel dalam

penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis dan pengelompokkan variabel dalam penelitian

No. Variabel Keterangan Satuan Kelompok

1. PDAB = Produksi Daging Ayam Domestik 000 kg/th K.dasar

2. DEMB = Konsumsi Daging Ayam Broiler 000 kg/th K.dasar

3. HDABR = Harga Eceran Broiler Rp/kg K.dasar

4. JPAB = Jumlah Perusahaan di Industri unit Struktur

5. RCON = Rasio Konsentrasi Industri CR-4 Struktur

6. MESH = Hambatan Masuk Industri Rasio Struktur

7. INTG = Integrasi Vertikal Rasio Perilaku

8. SCPK = Pangsa Biaya Pakan dalam Produksi % Perilaku

9. SCLB = Pangsa Biaya Tenaga Kerja % Perilaku

10. SCPR = Pangsa Biaya Produksi % Perilaku

11. SCOT = Pangsa Biaya Lainnya % Perilaku

12. HABPR = Harga Broiler Perusahaan Rp/kg Kinerja

13. PROF = Tingkat Keuntungan % Kinerja

14. COSU = Biaya per Unit Rp/kg Kinerja

15. PDTK = Produktivitas Tenaga Kerja Rasio Kinerja

16. MPWR = Kekuatan Pasar Indeks Kinerja

17. GAP = Kesenjangan Produksi Rasio Kinerja

18. PRODF = Produksi Daging Broiler Perusahaan 000 kg/th Eksternal

19. HPKNR = Harga Riil Pakan Rp/kg Eksternal

20. PDRB = Produk Domestik Regional Bruto Milyar Rp Eksternal

21. DINV = Penambahan Investasi Milyar Rp Eksternal

22. WAGR = Upah Rata-rata Juta Rp Eksternal

23. HDSPR = Harga Riil Daging Sapi Rp/kg Eksternal

24. HDIKR = Harga Riil Daging Ikan Rp/kg Eksternal

25. HTARR = Harga Riil Telur Ayam Ras Rp/kg Eksternal

26. JPES = Jumlah Perusahaan Pesaing Unit Eksternal

27. RHDAB = Rasio harga broiler terhadap pakan Rasio Eksternal

28. YEAR = Tahun Trend

Sehubungan dengan model yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat

skema keterkaitan hubungan dari Structure, Conduct dan Performance di Industri

Broiler Indonesia.

Page 102: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

89

Elastisitas

Konsep elastisitas digunakan untuk mendapatkan ukuran kuantitatif respon

suatu fungsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk model yang

dinamis, dapat dihitung elastisitas jangka pendek dan jangka panjang (Gujarati,

1995). Dikarenakan model persamaan dalam penelitian ini bukan model yang

dinamis (tidak melibatkan peubah tenggang waktu/lagged variable sebagai

peubah penjelas/explanatory variable), elastisitas yang dapat diukur hanya

elastisitas jangka pendek, sehingga hanya mampu menginformasikan respon

dalam jangka pendek.

Elastisitas jangka pendek (E-SR) dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

E-SR= δYt/ δXt* Xt/Yt ............................................................................. (17)

dimana :

X = rata-rata peubah eksogen

Y = rata-rata peubah endogen

Ukuran-ukuran elastisitas populer digunakan pada analisis permintaan yang

mengacu pada teori tingkah laku konsumen. Menurut Koutsoyiannis (1977), ada

Page 103: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

90

tiga elastisitas yang penting dalam teori tersebut, yaitu : (a) elastisitas harga (ep),

(b) elastisitas pendapatan (ey), dan (c) elastisitas silang (exy).

Nilai elastisitas tersebut dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

ep= δQx/δPx* P/Q ................................................................................... (18)

ey= δQx/δY * Y/Q ................................................................................... (19)

exy= δQx/δPy* Py/Qx ............................................................................... (20)

dimana :

Qx= rata-rata jumlah barang X yang diminta

Y = rata-rata jumlah pendapatan konsumen

Px= rata-rata harga barang X

Py= rata-rata harga barang Y

Nilai elastisitas harga diantara 0 – 1 (inelastis) merupakan barang-barang

kebutuhan pokok, sedangkan yang bernilai antara 1 - ∞ merupakan barang

mewah. Barang-barang yang mempunyai barang substitusi biasanya lebih elastis.

Nilai elastisitas pendapatan yang bernilai positif untuk barang normal,

bernilai nol untuk barang netral dan bernilai negatif untuk barang inferior.

Sementara dari nilai elastisitas silang dapat diklasifikasikan apakah suatu barang

berhubungan sebagai substitusi atau komplemen. Jika tanda elastisitas silang

positif maka barang X merupakan barang substitusi terhadap barang Y dan jika

bertanda negatif maka barang X bersifat komplemen terhadap barang Y.

Prosedur Analisis

Identifikasi Model

Identifikasi model ditentukan berdasarkan order condition sebagai syarat

keharusan dan rank condition sebagai syarat kecukupan. Menurut Koutsoyianis

(1977), untuk mengidentifikasi model persamaan struktural berdasarkan order

condition digunakan rumusan (K – M) > (G – 1), dimana: K = Total peubah

endogen dan peubah predetermined dalam model

M = Jumlah peubah endogen dan eksogen dalam satu persamaan

G = Jumlah seluruh persamaan

Dengan ketentuan sebagai berikut :

(K – M) > (G – 1) : persamaan teridentifikasi secara berlebih

(overidentified),dapat diestimasi dengan metode 2SLS

atau 3SLS

(K – M) = (G – 1) : persamaan teridentifikasi secara tepat (exactly

identified),dapat diestimasi dengan metode OLS

(K – M) < (G – 1) : persamaan tidak teridentifikasi (unidentified)

Sistem persamaan simultan pada penelitian ini dibangun dari 16 persamaan

yang terdiri dari 14 persamaan struktural dan 2 persamaan identitas. Dengan G =

16, K = 16 + 12 = 28, dan Mmaks = 6, maka (K – M) = 28 – 6 = 24 dan (G – 1) =

16 – 1 = 15 yang berarti (K – M) ≥ (G – 1) atau persamaan over identified. Hasil

identifikasi untuk setiap persamaan struktural haruslah exactly identified atau

overidentified untuk dapat menduga parameter-parameternya. Kendati suatu

persamaan memenuhi order condition, mungkin saja persamaan tersebut tidak

Page 104: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

91

teridentifikasi. Karena itu, dalam proses identifikasi diperlukan suatu syarat perlu

sekaligus syarat cukup yang ditentukan oleh rank condition yang menyatakan

suatu persamaan teridentifikasi jika dan hanya jika dimungkinkan untuk

membentuk minimal satu determinan bukan nol pada order (G – 1) dari parameter

struktural peubah yang tidak termasuk dalam persamaan tersebut (Koutsoyiannis,

1977).

Metode Pendugaan Model

Sehubungan dengan menjawab tujuan pertama dan kedua, apabila hasil

identifikasi model menunjukkan bahwa seluruh persamaan teridentifikasi secara

berlebih (overidentified) maka metode estimasi yang dapat digunakan adalah

2SLS (Two Stages Least Squares) (Pindick dan Rubinfeld, 1998a). Penerapan

metode 2SLS ini dengan pertimbangan jumlah sampel terbatas. Selain itu metode

ini dapat menghasilkan estimasi yang konsisten, lebih sederhana dan lebih

mudah.Untuk mengetahui apakah pengaruh secara bersama-sama dari peubah

penjelas signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji

F. Sedangkan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh secara sendiri-

sendiri dari masing-masing peubah penjelas terhadap peubah endogennya diuji

dengan menggunakan uji t pada tingkat signifikansi tertentu.

Validasi Model

Validasi model dimaksudkan untuk mengetahui apakah model yang

dirumuskan itu cukup layak atau valid untuk digunakan dalam menganalisis suatu

tujuan. Kriteria yang biasa digunakan dalam menilai layak atau valid tidaknya

suatu model ekonometrik diantaranya adalah root mean square error (RMSE),

root mean squares percent error (RMSPE) dan Theil inequality coefficient (U)

(Pindick dan Rubinfeld, 1998), yang dapat ditulis masing-masing sebagai berikut:

dimana, Yts adalah nilai Yt simulasi/prediksi, Yt

a adalah nilai Yt aktual dan T

adalah jumlah observasi dalam simulasi.

dimana U dapat didekomposisi menjadi :

----- Σ (Yts – Yt

a)2 = (Y

s – Y

a)2 + (σs – σa)

2 + 2(1 – ρ)σsσa

1

N

Page 105: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

92

dimana Ys dan Y

a adalah rata-rata untuk nilai prediksi dan nilai aktual, σs dan σa

adalah standar deviasi untuk nilai prediksi dan nilai aktual, ρ adalah koefisien

korelasi. Proporsi dari U (proportions of inequality) dapat dinyatakan sebagai

berikut:

dimana, UM

adalah proporsi bias yang menjelaskan seberapa jauh rata-rata nilai

prediksi menyimpang dari rata-rata nilai aktual dan nilai UM

yang diharapkan

adalah yang mendekati nol; US adalah proporsi varians yang menjelaskan

seberapa jauh variasi nilai prediksi menyimpang dari nilai variasi nilai aktual dan

nilai US yang diharapkan adalah yang mendekati nol; U

C adalah proporsi

kovarians yang mengukur kesalahan peramalan yang tidak sistematis

(unsystematic error). Distribusi ketimpangan (U) yang ideal atas ketiga sumber

tersebut adalah UM

= US = U

C = 1 (Pyndick dan Rubinfeld, 1998b).

Simulasi Faktor-faktor Eksternal

Simulasi dampak kebijakan bertujuan untuk mengetahui dampak suatu

perubahan faktor eksternal terhadap struktur, perilaku dan kinerja industri. Ada 5

perubahan faktor eksternal yang disimulasikan dalam kajian ini yaitu: (1)

perubahan potensi pasar melalui perubahan peningkatan penawaran (supply)

broiler (PDAB) 10 persen; (2) peningkatan permintaan (demand) broiler (DEMB)

15 persen; (3) peningkatan dan penurunan harga daging ayam broiler (HDABR)

10 persen; (4) peningkatan harga input pakan (HPKNR) 10 persen; dan (5)

peningkatan harga input bibit (HBBTR) 10 persen.

Peningkatan permintaan daging ayam broiler sebesar 15 persen. Hal ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah

penduduk, tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat menyebabkan

peningkatan yang signifikan dalam permintaan daging ayam broiler. Data terakhir

menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan konsumsi daging sekitar 16 persen.

Peningkatan penawaran daging ayam broiler sebesar 10 persen. Hal ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa dengan semakin meningkatnya teknologi

dan inovasi di industri perunggasan menyebabkan peningkatan dalam penawaran.

Data laju pertumbuhan produksi ayam broiler dari 2000-2010 menunjukkan

bahwa laju pertumbuhan produksi daging ayam broiler sebesar 9,5 persen.

Peningkatan harga output ayam broiler sebesar 10 persen. Berdasarkan

trend data harga output memperlihatkan fluktuasi harga mengingat produk dari

Page 106: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

93

industri ini yang merupakan komoditi hidup (live bird). Penyebab harga turun

dikarenakan wabah penyakit atau harga meningkat disaat-saat permintaan

meningkat pada hari raya keagamaan. Namun ada dugaan para ahli dan pemerhati

masalah industri bahwa konsentrasi industri akan meningkat dari waktu ke waktu

dan berdampak pada kenaikan harga. Data terakhir menunjukkan laju peningkatan

harga output 6-9 persen.

Peningkatan harga input sebesar 10 persen. Adapun komponen input baik

itu pakan maupun bibit sebagian besar masih impor sehingga mudah sekali terjadi

gejolak harga bahan baku. Hal ini biasanya diakibatkan pasokan yang berkurang

atau berkenaan dengan kebijakan pemerintah. Data terakhir menunjukkan laju

peningkatan harga input sebesar 5-7 persen.

Perhitungan Perubahan Kesejahteraan

Indikator yang digunakan untuk mengukur perubahan kesejahteraan

masyarakat akibat perubahan konsentrasi dan kekuatan pasar di industri broiler

adalah surplus produsen dan surplus konsumen. Untuk itu dilakukan simulasi

perubahan konsentrasi industri pada berbagai tingkatan yaitu peningkatan

konsentrasi sebesar 5 sampai 20 persen. Kemudian dari hasil simulasi dilakukan

perhitungan selisih dari nilai prediksi dan nilai aktual untuk variabel-variabel yang

mewakili surplus produsen dan surplus konsumen. Analisis perubahan surplus

dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Sinaga, 1989):

1. Surplus Produsen

SP = QSb (Hb – Hs) ± 0.5 (QSb – QSs) (Hb – Hs)

2. Surplus Konsumen

SK = QDb (Hb – Hs) ± 0.5 (QDb – QDs) (Hb – Hs)

dimana :

SP = surplus produsen H = Harga

SK = surplus konsumen b = dasar

QS = jumlah penawaran s = skenario

QD = jumlah permintaan

Selain menggunakan perhitungan surplus konsumen dan surplus produsen

seperti yang tertera diatas, perubahan kesejahteraan dapat dilihat dari peningkatan

nilai simulasi dari perubahan konsentrasi. Suatu alokasi sumber-sumber daya yang

memaksimalkan nilai surplus produsen dan surplus konsumen adalah alokasi yang

efisien. Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek, namun

para ekonom biasanya memusatkan hanya pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi,

kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi (Jaya, 2004). Variabel

endogen yang mewakili surplus produsen adalah efisiensi, tingkat keuntungan dan

kekuatan pasar, sementara variabel endogen yang mewakili surplus konsumen

adalah harga produk dan tingkat konsumsi. Sementara produktivitas tenaga kerja

mewakili inovasi dan ketimpangan mewakili pemerataan hasil-hasil sebagai

kesejahteraan sosial dalam jangka panjang.

Page 107: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

94

Page 108: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

94

5 GAMBARAN UMUM KELEMBAGAAN INDUSTRI BROILER

INDONESIA

Profil pasar daging ayam broiler di Indonesia

Ayam broiler adalah ternak introduksi yang baru dikembangkan di

Indonesia pada pertengahan tahun 1970-an dan datanya baru tersedia dalam

dokumen resmi sejak tahun 1984. Bibit ayam ini dipasok oleh perusahaan

multinasional. Usaha ternak ayam broiler adalah usaha intensif. Ternak ayam

dipelihara dalam kandang, diberi pakan buatan pabrik dan dirawat penuh waktu.

Usaha ini pada umumnya merupakan usaha komersil, terspesialisasi dan sumber

pendapatan utama bagi peternak bersangkutan.

Pada skala nasional, perkembangan ayam ras broiler (pedaging) meningkat

dari tahun ke tahun. Selama periode 2000-2010, jumlah produksi daging dan

populasi ayam broiler di Indonesia rata-rata mengalami peningkatan sebesar 9.5

persen dan 9.07 persen per tahun. Rata-rata produksi daging ayam broiler pada

periode 2000-2010 telah mencapai 849 008 ton per tahun (Statistik Peternakan,

2011). Meningkatnya produksi daging dan populasi ayam ras selanjutnya

berdampak terhadap kenaikan permintaan pakan ayam ras. Permintaan pakan

yang meningkat tersebut harus diikuti oleh adanya peningkatan produksi pakan.

Produksi pakan nasional meningkat sepanjang periode 2004-2008 dengan

pertumbuhan sebesar 8 persen dari 5.98 juta ton di 2004 menjadi 8.15 juta ton di

2008. Jumlah pabrik pakan skala besar meningkat dari 56 pabrik (2004) menjadi

61 pabrik di 2008 yang tersebar di sepuluh provinsi, yaitu Sumatera Utara 9

pabrik, Sumatera Barat 1 pabrik, Lampung 4 pabrik, Banten 12 pabrik, DKI

Jakarta 4 pabrik. Di Jawa Barat terdapat 8 pabrik, Jawa Tengah 3 pabrik, 16

pabrik di Jawa Timur, Kalimantan Selatan 1 pabrik dan Sulawesi Selatan 3

pabrik. Kapasitas produksi dari seluruh pabrik pakan di tahun 2008 sebesar

12 juta ton per tahun (BPS, 2009a)

Salah satu keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia adalah

kemampuan menghasilkan sendiri bahan baku pakan. Hampir seluruh bahan baku

pakan dapat dihasilkan di Indonesia. Selama ini pemanfaatan bahan baku

tergantung pada impor, sehingga fungsinya sebagai industri biologis dalam

meningkatkan nilai tambah hasil pertanian dalam negeri sangat rendah. Jagung

merupakan komponen utama didalam pembuatan pakan ayam ras, diikuti oleh

bungkil kedele dan tepung ikan.

Pemanfaatan jagung untuk pakan dibagi dalam dua kelompok, yaitu untuk

ruminansia dan bukan ruminansia. Umumnya ternak ruminansia memanfaatkan

limbah jagung berupa jerami jagung atau tanaman jagung muda (umur 60 hari)

sebagai hijauan. Jagung biji hampir seluruhnya dimanfaatkan untuk pakan ternak

bukan ruminansia (ayam, babi dan itik) dan sedikit untuk pakan sapi perah. Dalam

ransum, jagung dimanfaatkan sebagai sumber energi yang diukur dengan istilah

energi metabolis. Walaupun jagung juga mengandung protein hampir 9 persen,

pertimbangan pemakaian jagung pada ransum adalah untuk sumber energi.

Apabila energi dalam jagung kurang mencukupi, misalnya untuk pakan broiler, ke

dalam ransum sering ditambahkan minyak agar energi ransum sesuai dengan

Page 109: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

95

kebutuhan ternak. Kontribusi energi jagung adalah dari patinya yang mudah

dicerna.

Pemakaian jagung dalam ransum ditentukan oleh berbagai faktor, antara

lain jenis ransum, kandungan gizi yang dikehendaki, alternatif bahan baku lain

yang tersedia, dan harga. Namun demikian, jagung di Indonesia merupakan bahan

baku utama ransum ayam, puyuh, itik, dan kadang-kadang babi. Pemakaian

jagung untuk pakan ikan, serta ayam kampung, itik, dan babi yang dipelihara

secara tradisional masih sangat sedikit. Pemakaian jagung dalam ransum broiler

biasanya lebih tinggi dibanding ayam petelur karena broiler membutuhkan energi

yang lebih tinggi

Hal ini menyebabkan industri pakan ternak masih harus mengimpor jagung

sebagai salah satu bahan baku, dikarenakan tingkat kebutuhannya di dalam negeri

yang tinggi. Apalagi kontribusi penggunaan jagung sebagai bahan baku pakan

ternak diperkirakan sekitar 50-51 persen. Pada 2011 kebutuhan jagung seluruh

pabrik pakan ternak di tanah air berkisar 1 255 000 ton, naik sebesar 4.24 persen

dari tahun sebelumnya (Neraca Bahan Makanan, 2012). Sementara kebutuhan

jagung nasional pada 2011 sebesar 20 918 000 ton dengan produksi sebesar

17 643 000 ton, turun sebesar 3.74 persen dari tahun sebelumnya, sehingga

dibutuhkan impor jagung sebesar 3 305 000 ton, naik 85.57 persen dari tahun

sebelumnya (BPS, 2012).

Penggunaan bungkil kedele sebagai sumber protein bagi ayam broiler juga

sebagian besar masih impor dikarenakan didalam negeri stoknya masih bersaing

dengan kedelai sebagai kebutuhan pangan bagi sebagian besar rakyat Indonesia.

Selain itu, jenis bahan baku pakan ternak lain yang juga diperkirakan masih

mengandalkan pasokan impor adalah tepung ikan. Hampir seluruh pasokan tepung

ikan yang ada di Indonesia saat ini adalah impor. Hal yang ironis dimana

Indonesia sebagai negara penghasil produk hasil laut terbesar, negara kita justru

mengimpor tepung ikan dari negara lain. Jenis tepung ikan yang berasal dari

dalam negeri dinilai kurang kompetitif dibandingkan impor.

Daya simpan untuk menghindari variasi suplai dan harga pakan di kalangan

produsen masih rendah, sehubungan masih sedikitnya tersedia silo penyimpanan

dan pengeringan jagung di sentra-sentra produksi jagung. Penyimpanan sederhana

yang terlalu lama di tingkat petani atau pengumpul akan meningkatkan kandungan

aflatoksin pada jagung yang menurunkan kualitas komoditi tersebut. Setidaknya

24 jam setelah panen, jagung sudah bisa dikirim ke pabrik pakan. Kebanyakan

penanaman jagung dilakukan pada lahan kering yang mengandalkan dukungan

curah hujan sehingga biasanya saat musim tanam dilakukan serempak pada saat

musim hujan. Biasanya berlangsung pada bulan Februari - Maret sehingga panen

akan berlangsung hampir bersamaan.

Pergeseran usaha rakyat ke wilayah produksi butir-butiran tidak hanya

terjadi dalam wilayah propinsi tetapi juga antar propinsi. Hasil penelitian dan data

BPS memperlihatkan dalam periode 1976 sampai tahun 1985, usaha rakyat

terkonsentrasi di wilayah Jabotabek. Namun setelah tahun 1986 sampai sekarang,

sebagian besar usaha rakyat bergeser ke wilayah sentra produksi butir-butiran.

Pergeseran usaha rakyat antar propinsi terjadi dari Jawa Barat ke Jawa Timur,

Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan terakhir ke Lampung. Menurut sensus BPS

(2003), usaha broiler dalam bentuk usaha rakyat hanya berkembang di delapan

propinsi, diantaranya Jawa Barat (35 persen), Jawa Timur (22 persen), Jawa

Page 110: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

96

Tengah (8 persen), Sumatera Utara (6 persen), serta sisanya di Riau, Bali,

Lampung dan Sulawesi Selatan (masing-masing 3 persen). Sementara dari data

produksi jagung BPS (2004), produksi jagung terpusat di Jawa Timur (37 persen),

Jawa Tengah (16 persen), Lampung (11 persen), Sumatera Utara (6 persen) dan

Sulawesi Selatan (6 persen). Dari informasi ini terlihat bahwa dari 30 propinsi di

Indonesia, usaha rakyat hanya terdapat pada delapan propinsi dimana seluruhnya

berada dalam wilayah penghasil butir-butiran pakan ternak.

Kenyataan bahwa akhir-akhir ini perusahaan lebih banyak membeli bahan

baku pakan (raw material) didalam negeri, tidak terlepas dari peran pemerintah

yang telah mengeluarkan kebijakan bagi industri pakan untuk lebih banyak

membeli jagung dan bungkil kedele di dalam negeri. Pemerintah mewajibkan

importir membeli bungkil kedele dalam negeri dengan rasio impor 40 dibanding

60 persen. Pada tahun 2000, industri pakan mulai menunjukkan pertumbuhan

setelah produksi pakan turun hingga 60 persen akibat krisis ekonomi. Industri

pakan memfokuskan pengadaan jagung dari dalam negeri meskipun impor jagung

masih dilakukan untuk menutupi kekurangan pasokan. Upaya industri pakan

untuk memperoleh jagung dalam negeri antara lain dilakukan dengan membuka

ladang jagung sendiri dengan menggunakan benih hibrida, membuka pabrik pakan

baru di daerah sentra produksi jagung sehingga memungkinkan berhubungan

langsung dengan petani, dan membuka serta membangun fasilitas pengeringan

dan pergudangan (silo) skala besar di daerah sentra produksi.

Sebagaimana diinginkan kemandirian pangan atau swasembada, begitu pula

dalam penyediaan pakan, juga tengah diupayakan dengan keras kemandirian

pakan. Ketergantungan pakan ternak terhadap komoditi impor perlahan-lahan

turun. Ketersediaan bahan baku pakan lokal seperti jagung, semakin meringankan

beban produksi pakan ternak. Disamping itu, sedang digali potensi bahan baku

pakan ternak yang menjadi unggulan. Salah satu industri pakan terkemuka di

Lampung, beberapa tahun terakhir ini mengganti bungkil kedele sebagai sumber

protein dengan minyak kasar (mentah) kelapa atau kopra (coconut oil) dan

minyak kasar (mentah) kelapa sawit (crude palm oil). Kandungan energi CPO

mencapai 7 800 kkal, namun, persentasenya pada ransum paling tinggi hanya

4 persen karena pemakaian yang lebih tinggi akan menyulitkan dalam mencampur

pakan atau dapat menurunkan kualitas pellet yang dihasilkan. Mungkin dalam

waktu yang tidak terlalu lama, limbah sawit yang melimpah akan termanfaatkan

dengan baik sebagai bahan baku pakan ternak.

Sementara itu, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dalam komponen

biaya input untuk tenaga kerja yang relatif lebih murah dibandingkan negara lain

di Asean. Potensi dalam mengembangkan produksi jagung nasional juga dapat

mengurangi ketergantungan impor dan menurunkan biaya produksi, sehingga

mampu meningkatkan skala usaha yang optimal. Integrasi secara vertikal juga

sudah mulai terlaksana dengan menerapkan pola-pola kemitraan, dimana peternak

sudah banyak bergabung dengan perusahaan inti sehingga jumlah pemeliharaan

ayam juga semakin meningkat. Faktor yang masih menjadi kendala di lapang

adalah iklim usaha yang kurang kondusif. Permasalahan keamanan, sistim

perbankan, serta tata ruang yang masih belum jelas sering menjadi penghambat

dalam mengembangkan usaha peternakan unggas. Infrastruktur yang kurang

memadai seperti tersedianya jalan yang memadai, kelayakan pelabuhan, maupun

Page 111: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

97

ketersediaan air juga dapat menciptakan permasalahan yang rumit bagi peternak

disamping permasalahan ekonomi biaya tinggi akibat berbagai pungutan.

Perkembangan Industri Broiler Indonesia

Mencermati perkembangan industri broiler di Indonesia, kegiatan ekonomi

dalam bisnis ini diselenggarakan oleh dua golongan penguasaan yaitu peternakan

rakyat dan perusahaan peternakan. Dalam perkembangan usahanya kedua

golongan tersebut kerap mengalami permasalahan. Peternak rakyat yang biasanya

berskala kecil sering menghadapi permasalahan seperti rendahnya kepemilikan

modal, peralatan yang masih sederhana dan teknologi terbatas serta sulitnya aspek

pemasaran. Bagi perusahaan besar, investasi yang dibutuhkan sangat besar dan

resiko yang dihadapi juga besar. Untuk menjaga kuantitas, kualitas, waktu

penyaluran yang tepat dan kontinuitas, perusahaan besar pada umumnya membina

suatu kerjasama dengan peternak rakyat melalui sistem kontrak (contract

farming). Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa usaha budidaya ayam ras

pedaging banyak dilakukan dalam bentuk pola-pola kemitraan, meskipun ada juga

yang melakukan secara mandiri. Beberapa pola kemitraan yang berlangsung

adalah pola kemitraan inti-plasma, poultry shop, contract farming, dan sewa

kandang.

Contract farming sebagai sistem produksi dan pemasaran berskala

menengah, dilakukan dengan tujuan mengurangi biaya transaksi. Sementara jika

dilihat dari pihak perusahaan, terdapat beberapa manfaat dengan adanya sistem

contract farming dengan peternak kecil. Manfaat yang paling penting adalah

mereka memperoleh akses untuk mendapatkan buruh dan kandang yang lebih

murah untuk menumbuhkan produk peternakan yang bernilai tinggi. Perusahaan

dapat ikut serta dalam pasar di mana biasanya mereka tidak diikutsertakan dan

meminimalisir biaya dengan tidak membeli kandang sendiri atau secara langsung

menyewa buruh. Pasokan bahan mentah dapat terjaga dengan batasan yang

rasional dan memiliki kendali terhadap dasar produksi dan perlakuan pasca panen.

Selain itu perusahaan juga memiliki kendali terhadap kualitas produk dan

memiliki kesempatan memperoleh dan memperkenalkan jenis bibit ternak baru

serta peningkatan kemungkinan pemenuhan kebutuhan konsumen secara spesifik

(Key dan Runsten, 1999 dalam Daryanto, 2007). Selanjutnya akan diuraikan

sekilas mengenai perkembangan usaha rakyat dan perusahaan ayam broiler.

Performans Usaha Rakyat

Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No.472/Kpts/TN/330/6/96

tentang petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Ras,

menyatakan bahwa usaha peternakan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu

peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan.

Peternakan rakyat yaitu usaha peternakan ayam yang jumlahnya tidak melebihi

15 000 ekor ayam pedaging per siklus. Usaha kecil adalah usaha budidaya ayam

ras yang jumlahnya tidak melebihi 65 000 per siklus. Perusahaan peternakan

adalah perusahaan budidaya ayam pedaging yang jumlahnya lebih besar dari

65 000 ekor per siklus (Suharno, 2002).

Page 112: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

98

Pertumbuhan ukuran lahan dan pengenalan teknologi baru menghasilkan pra

syarat modal yang meningkat secara signifikan bagi peternak broiler. Ini, bersama

dengan variasi yang tinggi dalam harga broiler, membuat produksi broiler menjadi

bisnis yang sangat berisiko bagi peternak. Perusahaan pakan, menjadi yang

penting dalam pertumbuhan industri karena pakan merupakan biaya terbesar

dalam tumbuh kembang broiler, dengan sistem kontrak produksi yang ditetapkan

sebagai mekanisme untuk memperbesar basis pelanggan sekaligus mengurangi

risiko keuangan yang dihadapi oleh peternak.

Sejumlah produsen besar telah mengembangkan pola kemitraan dengan

menjalin kerjasama dengan perternakan rakyat. Umumnya kemitraan di Indonesia

memiliki konsep contract farming antara produsen pakan ternak besar dengan

para peternakan rakyat. Konsep kemitraan secara umum yaitu dimana seorang

peternak memelihara ayam untuk sebuah perusahaan yang terintegrasi secara

vertikal. Ada dua pihak yang terlibat dalam kemitraan, yakni peternak dan

perusahaan.

Kontrak produksi mendorong ekspansi di industri broiler. Sebagian

perusahaan besar dalam menanggapi permintaan konsumen agar seragam dan

kualitas bisa diprediksi, perusahaan pakannya membangun pabrik pengolahan dan

penetasan, dan menjadi apa yang saat ini disebut sebagai integrator. Integrator

adalah perusahaan yang memiliki penetasan sendiri, pabrik pengolahan dan pabrik

pakan, dan kontrak dengan peternak mandiri yang meningkatkan produksi broiler

pada berat yang disukai pasar. Ketika salah satu perusahaan mensinkronisasikan

berbagai tahap dalam produksi dan pemasaran sistem, istilah yang umum

digunakan oleh para ekonom adalah "koordinasi vertikal." Satu tingkat lebih

tinggi dari koordinasi vertikal sering disebut sebagai "integrasi vertikal," diwakili

oleh kepemilikan umum dari tahapan yang berbeda dalam rantai produksi (Dicks,

2010).

Pabrik pengolahan memerlukan modal investasi yang besar serta

terjaminnya pasokan broiler, sehingga pengolahan mandiri dan pemasaran daging

bukan menjadi alternatif untuk pembudidaya. Karena integrator harus bersaing

tidak hanya di antara mereka sendiri tetapi dengan prosesor dari jenis daging

lainnya baik domestik maupun internasional sehingga hanya sedikit fleksibilitas

dalam menetapkan harga. Kurangnya fleksibilitas dalam menetapkan harga

meminimalkan margin keuntungan dan memaksa integrator mengandalkan

pasokan besar untuk memaksimalkan pengembalian investasi melalui

maksimalisasi penjualan. Kenyataan ini merupakan alasan untuk insentif produksi

bagi peternak.

Paling sedikit ada tiga model sistem contract farming. Model pertama,

peternak menerima harga tertentu per ekor ayam yang dipeliharanya. Dalam

model ini, harga pasar tidak berpengaruh pada penerimaannya. Model kedua, para

peternak mitra menerima persentase tertentu dari total penerimaan setelah

dikurangi dengan biaya produksi. Dalam model pertama dan kedua, perusahaan

biasanya menentukan kualitas standar tertentu (a fixed performance standard).

Dalam model ketiga, perusahaan menggunakan sistem “two part piece-rate

tournament”. Dalam model ini, peternak akan menerima bonus jika kualitas

standarnya di atas rata-rata yang ditentukan dan menerima pinalti jika kualitas

ayam yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar.

Page 113: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

99

Perusahaan besar yang terintegrasi tesebut menyiapkan dana awal untuk

membuka usaha peternakan rakyat, memberi fasilitas pemeliharaan dan sapronak

(sarana produksi peternakan) seperti bibit DOC, pakan, obatan-obatan, vitamin.

Sedangkan tugas sebagai peternak adalah mengusahakan agar anak ayam (DOC)

tetap sehat dan panen tepat waktu. Produsen besar umumnya menjanjikan insentif

jika konsumsi pakan atau feed convertion ratio (FCR) memenuhi standar

perusahaan umumnya sekitar 1 persen atau akan mendapatkan 30 persen dari

selisih harga kontrak dengan harga pasar.

Setelah ayam yang dipelihara berusia 35 hari dan siap dijual, peternak baru

mendapat hasilnya. Untuk pola kemitraan ternak ayam ini, bagi hasilnya meliputi

dua bentuk. Pertama, setelah panen, peternak mendapat upah sekitar Rp 500 per

ekornya. Kedua, peternak menerima upah dari selisih perhitungan antara jumlah

modal yang diberikan dan hasil penjualan ayam. Dalam pola kemitraan ini,

perusahaan akan menjamin harga minimum ayam siap jual, artinya bila harga

ayam di pasar jatuh, peternak tidak akan dirugikan karena produksi ayam akan

dibeli perusahaan inti dengan harga dasar yang telah disepakati.

Pembayaran bervariasi antara peternak dan ditentukan oleh kinerja relatif

mereka. Kontrak yang khas ini menghitung biaya pertumbuhan rata-rata (merujuk

pada biaya penyesuaian), untuk ternak disesuaikan pada saat yang sama oleh

peternak di wilayah yang sama. Kinerja seorang peternak individu kemudian

dihitung sebagai perbedaan antara biaya penyesuaian yang sebenarnya dan rata-

rata ini. Peternak yang biayanya di bawah rata-rata menerima pembayaran yang

lebih tinggi, sementara mereka dengan biaya yang lebih tinggi menerima

pembayaran yang lebih rendah, tunduk pada ketetapan, sehingga mendorong

efisiensi operasi.

Dua risiko utama yang dihadapi pelaku di industri adalah pemasaran

(misalnya harga) dan risiko produksi. Risiko pemasaran muncul dari volatilitas

harga, membuat prediksi biaya atau pendapatan menjadi sulit. Risiko produksi

mencerminkan ketidakpastian mengenai produktivitas input dan dampak dari

faktor-faktor eksogen untuk produksi (misalnya cuaca, hama dan penyakit).

Produksi dapat lebih rendah karena faktor regional, seperti kondisi cuaca ekstrim

atau epidemi, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh keterampilan manajemen

beternak serta faktor tak terduga, seperti kerusakan pada sistem pendingin atau

pemanas di kandang ayam tertentu.

Vukina dan Leegomonchai ( 2006 ) menemukan bukti risiko terus-bertahan

di industri sama seperti bukti bahwa konsentrasi integrator lokal yang relevan

terjadi. Secara khusus, peternak di lokasi dengan sedikit integrator membangun

sedikit kandang pada investasi awal mereka, dan orang-orang di lokasi dengan

hanya satu atau dua integrator membuat lebih sedikit peningkatan yang signifikan

untuk kandang mereka. Akhirnya, mereka menemukan bahwa perbaikan ini

sedikit banyak menyebabkan peningkatan kas bersih yang mengalir ke peternak di

pasar dengan integrator tunggal dibandingkan dengan pasar lainnya. Dengan

demikian, konsentrasi integrator, dengan meningkatkan risiko terus-bertahan,

mempengaruhi keputusan investasi peternak dan hasilnya.

MacDonald dan Key (2012) menemukan hal yang kecil tapi bermakna

secara ekonomi sebagai dampak dari jumlah integrator terhadap kompensasi yang

diterima peternak produsen broiler di Amerika pada 2007. Peternak yang

menghadapi integrator tunggal dibayar 7-8 persen lebih sedikit secara rata-rata,

Page 114: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

100

dibandingkan peternak yang menghadapi empat atau lebih integrator. Temuan ini

diperkuat untuk kontrol di tingkat kompensasi lokal untuk operasi dan fitur

kontrak, faktor yang juga terbukti mempengaruhi kompensasi kontrak dan

bervariasi di seluruh peternak. Meskipun mereka mencirikan dampak kompetisi

yang kecil dari harga integrator, perbedaan sederhana dalam pendapatan dapat

diterjemahkan ke dalam perbedaan substansial dalam laba bersih seluruh operasi.

Usaha budidaya yang saat ini banyak dilakukan adalah melalui sistem

kemitraan dan komersial farm dengan pengadaan sarana input (bibit, pakan, obat

dan vaksin) yang dilakukan oleh pihak inti atau perusahaan. Hasil panen dibeli

oleh pihak perusahaan melalui sistem kontrak berdasarkan kesepakatan. Industri

pascapanen menghasilkan produk seperti chicken nugget, sosis ayam, corned

chicken, roasted chicken, smoke chicken, chicken burger, dan lain-lain. Industri

ini hanya dilakukan oleh beberapa perusahaan dengan menggunakan teknologi

yang sangat maju, dimana sebagian besar produk tersebut diserap oleh konsumen

dalam negeri, namun ada juga yang diekspor. Industri obat hewan juga

dilaksanakan oleh beberapa perusahaan di Indonesia, dimana sebagian besar

masih tergantung pada inovasi teknologi dan produk impor.

Indonesia telah mempunyai pengalaman lebih 30 tahun dalam membina

usaha ternak rakyat, namun perkembangannya mengalami stagnasi dan tetap

bermasalah. Peternak ayam rakyat dalam 25 tahun terakhir telah berkembang silih

berganti. Peternak rakyat yang kemarin telah jatuh pailit, sedangkan yang ada

sekarang tidak berkembang. Maka salah jika ada dugaan peternak rakyat yang ada

sekarang sudah berpengalaman 25 tahun dan mereka sekarang sudah mapan.

Peternak rakyat yang ada sekarang adalah peternak baru. Peternak rakyat, karena

mereka memiliki kemampuan modal yang rendah, tidak akan pernah menjadi

mapan secara sendiri-sendiri. Mereka hanya bisa menjadi mapan, jika mereka

bersatu dalam suatu organisasi yang mampu menghilangkan semua titik lemah

usaha kecil.

Saran didalam penerapan sistem kontrak, ada beberapa permasalahan yang

harus menjadi perhatian bagi semua pemangku kebijakan di industri broiler

terutama dalam melakukan pemberdayaan peternak rakyat. Permasalahan tersebut

antara lain terdapat kecenderungan perusahaan lebih berminat terhadap peternak

yang relatif berskala besar sehingga dengan demikian peternak kecil tidak

dilibatkan dalam proses pengembangannya lebih lanjut. Untuk meningkatkan

efisiensi dalam berusaha ternak, para peternak rakyat skala kecil disarankan untuk

bergabung dalam kelompok pemeliharaan atau bergabung dalam usaha bersama

(koperasi). Kunci keberhasilan dalam sistem kontrak antara lain adalah adanya

saling kepercayaan (trust), keterbukaan dan adanya modal sosial (kelembagaan)

yang kuat diantara perusahaan dan para peternak mitranya.

Performans Perusahaan Ayam Broiler

Perusahaan peternakan menurut Keputusan Menteri Pertanian No 362 tahun

1990 adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus pada

suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu, untuk tujuan komersial yang

meliputi kegiatan yang menghasilkan ternak serta usaha penggemukan suatu jenis

ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan tiap jenis

ternaknya tidak melebihi dari jumlah yang ditetapkan untuk tiap jenis peternakan

rakyat.

Page 115: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

101

Jika dilihat dari jumlah baik itu perusahaan yang terintegrasi, non-integrasi

dan peternak kecil, bisnis ayam broiler di Indonesia saat ini terdiri dari jumlah

pemain yang sangat besar. Namun, perusahaan yang beroperasi secara integrasi

hanya sedikit dan semakin mendominasi, diantaranya CPIN dan JPFA, yang

memiliki jalur bisnis mulai dari pembibitan DOC, pabrik pakan dan pengolahan.

Peternak biasanya membeli DOC dan pakan kepada perusahaan integrasi ini.

Beberapa pemain yang tidak terintegrasi hanya memiliki bisnis di pembibitan atau

di pembuatan pakan saja.

Charoen Popkhand Indonesia Tbk

Charoen Popkhand Indonesia Tbk (CPIN) didirikan pada tahun 1972 dan

bergerak dalam industri pakan ternak, peternakan dan pengolahan daging ayam.

Perusahaan merupakan PMA (Penanaman Modal Asing) dengan pemegang saham

terdiri dari PT. Central Proteinaprima, Royal Bank of Canada (Asia) Ltd., UBS

AG Singapura dan publik. Pada 2006 CPIN dan anak perusahaan CP Jaya Farm

membeli 100 persen saham PT. Centralavian Pertiwi. Centralavian Pertiwi

bergerak dalam bidang pembibitan DOC parent stock yang berlokasi di Subang,

Bogor dan Lampung. Transaksi ini untuk memperkuat posisi CP di bidang

agribisnis. Sementara itu, pengolahan daging ayam dilakukan oleh anak

perusahaan Charoen Pokphand Group yaitu PT. Primafood International. Seluruh

produk olahan ayam ini dikemas dan dipasarkan dengan merk Fiesta.

Saat ini CPIN memiliki 8 pabrik pakan ternak yang tersebar di Medan,

Bandar Lampung, Ancol (Jakarta), Balaraja, Semarang, Krian (Sidoarjo),

Sepanjang (Sidoarjo), dan Makassar. CPI juga memiliki empat pabrik pengolahan

daging (Rumah Potong Ayam), yakni di Cikande, Salatiga, Medan dan Surabaya.

Hingga saat ini total kapasitas produksi pakan ternak CPIN sekitar 4 juta

ton/tahun, yang diproduksi dari 7 pabrik. PT Charoen Phokphand membangun

industri pembibitan Daily Old Chicken (DOC) dengan total kapasitas produksi

DOC sekitar 607 juta ekor per tahun. Adapun total kapasitas produksi ayam

potong 105 ribu ton/tahun. Pangsa pasar CPIN di pasar modern diklaim 72 persen

dan di pasar tradisional 91 persen.

Sistem kemitraan di Grup CPIN yang dibangun mulai 1987 lebih kepada

penetapan harga kontrak. Skala usaha plasma minimal 5 000 ekor/peternak, plus

agunan sekitar 10 persen dari nilai sapronak dan surat perjanjian. Dengan pola

semacam itu, CPIN telah merektut ribuan peternak yang tersebar di Sumatera,

Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan NTB.

Japfa Comfeed

Japfa Comfeed (JC) berdiri pada 1971 dan bergerak dalam bidang industri

pakan ternak. Saat ini pemegang saham JC terdiri dari Pacific Focus

Enterprises, Ltd., JP Morgan Chase Bank, Coutts Bank Von Ernst, Ltd., Rangi

Management Ltd., BNP Paribas Private Bank Singapore dan publik dengan

kepemilikan masing-masing kurang dari lima persen.

JC adalah salah satu perusahaan agrobisnis terintegrasi di Indonesia, saat ini

industri pakan ternak memiliki total kapasitas produksi 1.73 juta ton per tahun.

Sementara itu, peternakan bibit ayam yang dikelola oleh anak perusahaan, PT

Multibreeder Adirama Tbk, usaha aquakultur yang dikelola anak perusahaan, PT

Page 116: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

102

Suri Tani Pemuka. Lokasi pabrik pakan ternak dan peternakan tersebar di

Lampung, Cirebon (Jawa Barat), Sidoarjo (Jawa Timur) dan Tangerang.

Cheil Jedang Feed Indonesia

CJ Feed Indonesia merupakan anak perusahaan Cheil Jedang dari Korea

Selatan yang mulai berbisnis di Indonesia pada 1989. CJFI mengoperasikan 2

perusahaan pakan (feed mill) yaitu PT. CJ Superfeed yang berdiri pada 1996 dan

PT. CJ Feed Jombang yang berdiri pada 2004. Pabrik pakan ternak ini masing-

masing berlokasi di Serang, Banten dan Jombang, Jawa Timur dengan total

kapasitas produksi 750 000 ton per tahun. Pakan ternak yang diproduksi CJ Feed

terdiri dari pakan broiler, layer, breeder, babi, puyuh, konsentrat dan udang untuk

melayani permintaan pelanggan yang berada di wilayah Jawa Barat, Jabodetabek,

Sumatera dan Kalimantan. Produk pakan ternak yang diproduksi CJS

menggunakan merk Superfeed.

Pada 1997 PT Cheil Jedang Feed Indonesia yang bergerak dalam industri

pakan ternak ayam yang diproduksi menggunakan merk Superfeed, mendirikan

PT. Super Unggas Jaya (PT. SUJ). PT. SUJ bergerak dalam industri peternakan

yang memproduksi DOC dengan kapasitas 20 juta ekor per tahun. Peternakan ini

berlokasi di Tutur, Jawa Timur. Produk DOC ini menggunakan merk Superchicks.

SUJ melakukan ekspansi dengan membangun lagi 9 unit peternakan ayam di

berbagai daerah termasuk Jawa Barat dan Kalimantan Timur. Sehingga kini total

produksi DOCnya mencapai 54 juta ekor per tahun. CJ Feed menerapkan sistem

kemitraan dengan skala usaha peternak mitra minimal 4 000 ekor/peternak.

Syarat lainnya, tak jauh beda dengan produsen lain, saat ini peternak plasmanya

kini baru ada di Banten dan Jabar.

Malindo Feedmill

Pada awalnya bernama PT. Gymtech Feedmill Indonesia yang berdiri sejak

1998, kemudian nama perusahaan berubah menjadi Malindo Feedmill. Malindo

merupakan salah satu perusahaan milik keluarga Lau dari Malaysia yang

memperoleh pengarahan teknis perternakan ayam dan pakan ternak dari

perusahaan teratas di negara itu yaitu Leong Hup Holding Berhard dan Emivest

Bhd. Leong Hup Holding memiliki pangsa pasar mencapai 30 persen untuk

industri DOC di Malaysia. Sedangkan Emivest berpengalaman sebagai

perusahaan pakan ternak selama 15 tahun.

Malindo bergerak di bidang produksi dan penjualan pakan ternak dengan

kapasitas produksi 438 ribu ton per tahun. Malindo juga mengoperasikan

pembibitan dan distribusi DOC ras pedaging dan petelur. Melalui anak

perusahaannya, PT Bibit Indonesia mampu menguasai 6 persen pangsa pasar di

Indonesia. Saat ini, kapasitas produksinya mencapai 100 juta DOC per tahun.

Malindo membangun peternakan berkapasitas 18 juta DOC per tahun di

Pasuruan, Surabaya terdiri dari 2 area pembibitan dan satu area penetasan yang

mulai berproduksi pada pertengahan 2007. Pada pertengahan 2008, MF telah

membangun pabrik pakan ternak berkasitas 360 ribu ton per tahun berlokasi di

Kawasan Industri Modern Cikande, Banten.

Page 117: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

103

Sierad Produce Tbk

Sierad Produce didirikan pada 1985 dengan nama PT Betara Darma Ekspor

Impor, merupakan hasil penggabungan dari empat perusahaan pada tahun 2001,

yaitu PT Anwar Sierad Tbk, PT Sierad Produce Tbk, PT Sierad Feedmill dan PT

Sierad Grains. Sierad Produce bergerak dalam bidang peternakan ayam bibit

induk untuk menghasilkan ayam niaga, pemotongan ayam dan pengolahan ayam

terpadu dengan cold storage. Selain itu SP juga bergerak dalam industri pakan

ternak, industri pengeringan jagung dan industri obata-obatan dan vitamin hewan.

Peternakan dan pabrik pengolahan tersebar di Tangerang, Bogor, Sukabumi,

Lampung dan Sidoarjo. Saat ini SP merupakan salah satu produsen pakan ternak

terbesar di Asia Tenggara.

Perusahaan yang berawal dari penjual telur eceran di pasar Jatinegara,

Jakarta Timur. Kemudian berkembang membangun Rumah Potong Ayam yang

terletak di jabaon, Jawa Barat ini merupakan yang terbesar di Indonesia, yang

memiliki kapasitas produksi 8 000 ekor per jam. Produk olahan ayam yang

dihasilkan dikemas dengan merk Delfarm.

Tahun 2009 SP membangun tiga pabrik baru di Magelang, Jawa Tengah.

Dengan tambahan pabrik baru tersebut SP peningkatan produksi ayam ternak

sebesar 420 ribu per minggu menjadi 2 juta per minggu. Sementara ayam petelur

diharapkan bisa mencapai 300 ribu per pekan. Pangsa pasar SP tercatat sebesar 7

persen untuk peternakan ayam berusia sehari (DOC) dan 7 persen untuk pasar

pakan ternak. Saat ini kapasitas produksi DOC sekitar 1.6 juta ekor per minggu.

Hingga saat ini Sierad Produce, misalnya telah mejalin kemitraan dengan

sekitar 1 000 peternakan rakyat yang tersebar di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah

dan Jawa Timur. Dari produksi DOC sebanyak 1.5 juta ekor per minggu, sekitar

900 ribu ekor yang diserap peternak mitra, sisanya dijual kepada peternak

mandiri. Sierad akan meningkatkan program kemitraan, dengan demikian semakin

banyak DOC yang terserap peternak mitra, sehingga akan meningkatkan utilisasi

produksi pakan ternaknya yang kini akan 55 persen.

Sementara itu, dalam memenuhi kebutuhan ayam potong di pasaran, pihak

asosiasi bersama dengan perusahaan peternakan serta pedagang ayam, selalu

mengkontrol jumlah populasi ayam yang disesuaikan dengan kemampuan daya

serap pasar agar harganya dapat stabil. Agar populasi ayam dapat dipantau adalah

dengan cara melakukan kontrol terhadap jumlah ayam berumur sehari (DOC)

yang dipasok oleh perusahaan peternakan untuk diternakkan.

Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Broiler secara Deskriptif

Salah satu kesalahan kebijakan pada masa lalu adalah mendorong

pertumbuhan investasi pabrik pakan, baik PMDN maupun PMA dengan

mengambil lokasi Jawa Barat. Kebijaksanaan ini telah mendorong pertumbuhan

usaha rakyat di Jawa Barat pula. Padahal Jawa Barat bukanlah wilayah penghasil

butir-butiran pakan ternak yang utama seperti jagung, kedele, kacang tanah, dan

sebagainya. Namun diakui bahwa Jawa Barat sangat dekat dengan wilayah

konsumsi utama yaitu Jakarta. Pengalaman dalam beberapa tahun terakhir

memperlihatkan, bahwa peternak rakyat yang berlokasi di wilayah sentra produksi

bahan baku pakan tidak begitu terusik dengan masalah harga pakan dibandingkan

dengan peternak rakyat di Jawa Barat.

Page 118: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

104

Pada 2010, data produksi broiler yang dihasilkan dari perusahaan

peternakan di Jawa Barat adalah 3 072 100 ekor dimana dihasilkan dari 37

perusahaan berbadan hukum. Sementara dari 132 usaha rakyat, dihasilkan

produksi broiler sebesar 1 408 301 (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2010).

Artinya usaha rakyat mengambil porsi sebesar 31.43 persen dari keseluruhan

produksi ayam broiler di Jawa Barat.

Berdasarkan data primer berupa data produksi ayam broiler di tingkat usaha

rakyat dan data survei perusahaan dari Badan Pusat Statistik, maka didapatkan

distribusi produksi ayam broiler di propinsi Jawa Barat. Distribusi produksi

tersebut berbentuk kurva yang dikenal dengan Kurva Lorenz. Kurva Lorenz

dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan inequality dari perusahaan-

perusahaan di dalam industri. Selain itu dapat dihitung indeks Gini yang

mencerminkan ketimpangan di industri. Kurva Lorenz dan Indeks Gini

mengindikasikan tingkat kompetisi dalam suatu pasar dengan mengukur

inequality dalam distribusi ukuran dari perusahaan-perusahaan (Hart dan Prais,

1956 dalam Carlton dan Perloff, 2000).

Indeks Gini (koefisien Gini) adalah ukuran statistik yang diperoleh dari

Kurva Lorenz, yang terkait dengan pangsa kumulatif dari total nilai suatu variabel

(output, pendapatan, jumlah pekerja) terhadap angka atau persentase dari

perusahaan-perusahaan yang ada dalam suatu industri yang diurutkan meningkat

sesuai ukurannya. Jika kurva berbentuk lurus, seluruh perusahaan memiliki

ukuran yang sama, dan industri dapat dipandang sebagai completely

unconcentrated, mengindikasikan tingkat kompetisi yang tinggi di pasar.

Secara umum, distribusi dari produksi daging ayam broiler di propinsi Jawa

Barat kurang merata dimana terlihat bahwa kurva Lorenz menunjukkan deviasi

yang cukup besar terhadap garis diagonal. Artinya output terdistribusi kurang

merata dan industri ini dapat dipandang sebagai industri yang terkonsentrasi.

Gambar 17. Kurva Lorenz di industri broiler Jawa Barat tahun 2010

Perhitungan koefisien gini diperoleh angka sebesar 0.58 yang artinya

terdapat ketimpangan yang cukup besar di dalam distribusi output industri broiler.

Terlihat bahwa sekitar 78 persen usaha rakyat hanya menguasai output sebesar 31

persen dari keseluruhan produksi di industri broiler.

Page 119: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

105

Berdasarkan kondisi peternakan unggas rakyat saat ini maka perlu adanya

upaya yang konkret dalam mengatasi distribusi ketimpangan ini. Tujuan awal

pemerintah mengembangkan usaha broiler ini adalah untuk mensejahterakan

peternak pada tingkatan usaha rakyat. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan

efisiensi usaha peternakan rakyat melalui kebijakan yang lebih terfokus pada

penggunaan teknologi bibit dan pakan bermutu serta penggunaan kandang

modern. Profesionalisme penyuluh peternakan juga perlu ditingkatkan. Hal ini

dimaksudkan agar para peternak lebih dapat menggunakan teknik budidaya ternak

dengan baik sehingga tingkat efisiensi usahaternak broiler dapat ditingkatkan.

Penyuluh tidak hanya sebagai petugas transfer teknologi namun juga sebagai

pendamping bagi peternak dalam proses produksi dan sebagai penghubung

peternak kepada pemerintah dan pelaku usaha besar.

Hingga kini industri broiler di dalam negeri masih didominasi oleh investor

asing. Produsen besar tersebut umumnya terintegrasi dengan industri pakan ternak

dan pengolahan produk ternak. Peternakan rakyat yang jumlahnya lebih banyak

dari pabrikan besar tersebut kini mulai tersingkir. Padahal sebelumnya peternakan

rakyat inilah yang sebelumnya menguasai pasar, namun kini menjadi

terpinggirkan. Hal ini disebabkan karena peternakan rakyat belum menggunakan

teknologi modern yang membutuhkan investasi besar.

Sebaran industri peternakan ayam berskala besar saat ini tersebar di

Indonesia terdapat di lima belas provinsi. Dikarenakan keterbatasan data maka

pada penelitian ini hanya delapan propinsi yang diteliti, berdasarkan produksi

daging ayam broiler terbesar di Indonesia. Selain itu juga berdasarkan

kelengkapan data, yaitu Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Barat (Sumbar), Jawa

Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim), Banten, Kalimantan

Timur (Kaltim) dan Sulawesi Selatan (Sulsel). Jawa Barat tercatat sebagai

wilayah terbesar yang memproduksi daging ayam broiler dimana pada 2010

produksi daging ayam broiler sebesar 4 480 401 ekor. Sementara di wilayah Jawa

Timur dikenal sebagai sentra industri pakan ternak, demikian juga industri broiler

cukup besar di wilayah ini.

Berdasarkan data yang dihimpun dalam survei tahunan industri perunggasan

dari Badan Pusat Statistik, dikhususkan untuk industri broiler, dapat

diinformasikan beberapa data sehubungan dengan komponen Struktur, Perilaku

dan Kinerja Industri Broiler di Indonesia (Tabel 5).

Berdasarkan perbandingan pada tabel terlihat bahwa Jawa Barat merupakan

wilayah terbesar yang memproduksi daging ayam broiler dengan jumlah

perusahaan yang terbesar juga yaitu dengan 43 perusahaan (2011). Produksi yang

tinggi ini terkait dengan permintaan yang tinggi akan daging ayam broiler,

mengingat jumlah penduduk propinsi Jawa Barat merupakan yang tertinggi di

Indonesia. Sementara hambatan masuk terendah berada di Jawa Timur. Hal ini

diduga berkaitan dengan mudahnya memperoleh bahan baku pakan dimana Jawa

Timur merupakan sentra industri pakan ternak sebagaimana yang sudah

diungkapkan sebelumnya.

Berdasarkan pengamatan data di delapan propinsi, terdapat tiga propinsi

yang memiliki tingkat konsentrasi tinggi yaitu Sumatera Barat (75.75),

Kalimantan Timur (79.60) dan Sulawesi Selatan (83.76). Berdasarkan teori, nilai

konsentrasi penjualan empat perusahaan terbesar dikategorikan oligopoli apabila

konsentrasi industri mencapai 40 persen dan dikategorikan monopoli apabila

Page 120: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

106

konsentrasi industri diatas 80 persen. Semakin tinggi tingkat konsentrasi maka

akan semakin tinggi hambatan masuk dalam suatu industri. Konsentrasi industri

(Concentration Ratio- CR4), dikatakan tinggi jika nilai konsentrasi penjualan dari

empat perusahaan terbesar melebihi 70 persen dari total penjualan (Koch, 1980).

Ketiga propinsi ini juga memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk

melakukan integrasi vertikal di industri.

Tabel 6. Perbandingan masing-masing komponen Struktur, Perilaku dan Kinerja

di Industri Broiler (2009-2011) secara deskriptif

Indikator Terendah Tertinggi

Jumlah perusahaan di industri Sumatera Utara Jawa Barat

Produksi daging ayam broiler Sulawesi Selatan Jawa Barat

Konsumsi daging ayam broiler Sumatera Barat Jawa Barat

Hambatan masuk Jawa Timur Jawa Tengah

Harga daging ayam broiler Sumatera Utara Sumatera Barat

Konsentrasi industri (CR-4) Jawa Timur Sulawesi Selatan

Integrasi vertikal Sumatera Utara Sumatera Barat

Efisiensi biaya Sumatera Utara Sumatera Barat

Produktivitas tenaga kerja Banten Sumatera Barat

Tingkat keuntungan Sumatera Utara Kaltim, Sumbar

Kekuatan pasar Sumatera Utara Sumatera Barat

Sumber : BPS, 2011, diolah

Indeks integrasi tertinggi ada pada propinsi Sumatera Barat yaitu 16.32.

Hubungan searah antara konsentrasi dan integrasi terhadap kekuatan pasar dapat

dilihat disini dimana kekuatan pasar tertinggi ada pada propinsi Sumatera Barat

(0.71), diikuti oleh Sulawesi Selatan (0.62). Meskipun tingkat konsentrasi tidak

selalu mencerminkan kekuatan pasar, hal ini bisa dilihat di propinsi Kalimantan

Timur dimana secara rata-rata tingkat konsentrasi di tiga tahun berturut-turut

adalah 79.60 dan kekuatan pasar 0.54. Namun jika dilihat trendnya, tingkat

konsentrasi di Kalimantan Timur pada 2009 sebesar 77.24 persen dan memiliki

kekuatan pasar 0.53. Selanjutnya di tahun 2011 tingkat konsentrasi meningkat

menjadi 83.5 persen dan kekuatan pasar melonjak drastis menjadi 0.7. Hal ini bisa

jadi disebabkan karena masuknya pemain baru dengan strategi integrasi yang

mampu mengalahkan pesaing-pesaingnya. Ini terlihat dari meningkatnya indeks

integrasi vertikal di Kalimantan Timur pada tahun 2010 sebesar 7.75 menjadi

12.53 di tahun 2011.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara integrasi vertikal

dan efisiensi dimana integrasi vertikal yang meningkat akan meningkatkan

efisiensi biaya. Perusahaan yang mampu berproduksi secara efisien dapat

mengalahkan pesaing-pesaingnya sehingga memiliki dampak anti-persaingan

pada harga dan output. Sementara jika dilihat hubungan antara kekuatan pasar dan

tingkat keuntungan terdapat korelasi positif, dimana peningkatan kekuatan pasar

akan meningkatkan tingkat keuntungan, begitu juga sebaliknya. Tingkat

Page 121: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

107

keuntungan tertinggi perusahaan broiler ada di propinsi Kalimantan Timur dan

Sumatera Barat.

Industri yang memiliki konsentrasi yang tinggi artinya struktur pasarnya

mendekati struktur oligopoli dan monopoli, dimana ada beberapa perusahaan

tertentu yang menguasai pasar. Sedangkan dalam industri yang terkonsentrasi

rendah, peran pelaku usaha tidak ada yang dominan sehingga tingkat persaingan

menjadi lebih tinggi dibandingkan industri yang terkonsentrasi tinggi. Tingkat

konsentrasi di industri broiler dari tahun 2009-2011 di delapan propinsi di

Indonesia cukup bervariasi. Ada propinsi yang memiliki tingkat konsentrasi yang

sangat tinggi yaitu 86.26 (Sulsel-2011), dilain pihak ada propinsi yang memiliki

tingkat konsentrasi sedang yaitu 45.13 (Jateng-2009).

Tingkat konsentrasi juga berhubungan dengan jumlah perusahaan, dimana

umumnya apabila jumlah perusahaan banyak, maka tingkat konsentrasi rendah.

Namun hal ini tidak selalu demikian. Kehadiran hanya beberapa penjual atau

produsen di dalam pasar tidak berarti bahwa perilaku peserta pasar tersebut tidak

kompetitif. Propinsi Jawa Barat memiliki jumlah perusahaan broiler terbesar

dengan tingkat konsentrasi berkisar 53.05 persen dan jumlah perusahaan terbesar

kedua adalah Jatim dengan tingkat konsentrasi sebesar 48.31 persen. Hal ini

mengingat Jawa Timur sebagai sentra pakan ternak unggas sehingga struktur

pasarnya lebih bersaing dibandingkan Jawa Barat. Hal ini juga terlihat dari indeks

integrasi vertikal, dimana di Jawa Timur indeks integrasi rata-rata 6.24 dan di

Jawa Barat rata-rata 8.50. Hal ini membuktikan bahwa tidak selalu jumlah

perusahaan yang besar di industri dapat membuat situasi persaingan menjadi lebih

kompetitif. Banyak hal yang dapat membuat situasi menjadi lebih kompetitif atau

monopoli, diantaranya struktur pasar input di hulu (upstream) atau struktur pasar

pengolahannya di hilir (downstream).

Konsentrasi industri dan persaingan tidak sehat

Usaha peternakan ayam broiler adalah usaha peternakan yang paling

progresif, motor penggeraknya adalah perusahaan besar produsen bibit ayam

sehari (Day Old Chick, DOC) dan pakan yang merupakan inti dari teknologi

tinggi yang membuat industri ini terus berkembang amat pesat. Dapat dikatakan,

revolusi peternakan sudah berlangsung pada industri ayam broiler. Secara

intrinsik cabang-cabang usaha industri ini memiliki skala ekonomi (economies of

scale) dari ekonomi cakupan usaha (economies of scope) yang amat besar

sehingga perusahaan yang berkembang cenderung berskala besar dan terintegrasi

antar cabang usaha (konglomerasi). Oleh karena itulah usaha peternakan ayam

broiler didominasi oleh perusahaan besar. Selain itu, perusahaan berskala besar

dan terintegrasi telah menyebabkan struktur industri cenderung terkonsentrasi

tinggi sehingga rentan terhadap praktek persaingan tidak sehat.

Selama dekade ini, industri broiler di Indonesia semakin terkonsentrasi. Hal

ini terlihat dari meningkatnya CR-4 di tahun 2003 sebesar 50.26 persen, menjadi

54.81 persen di tahun 2012. Tujuh perusahaan dari sekitar 956 perusahaan broiler

di tahun 2003 menguasai 53.52 persen, dan sekarang di 2012 meningkat dari

sejumlah 184 perusahaan broiler yang tersebar di seluruh tanah air, tujuh

perusahaan tersebut menguasai sekitar 60.32 persen. Maka dapat diprediksi,

Page 122: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

108

penguasaan pasar oleh perusahaan-perusahaan besar tersebut pada 2025 mencapai

70 persen.

Sumber : Badan Pusat Statistik (2013), diolah

Gambar 18. Pangsa pasar tujuh perusahaan broiler terbesar pada 2003 dan 2012

(dalam persen)

Semakin terintegrasi suatu perusahaan maka semakin baik posisinya dalam

bisnis sebagai hasil dari usaha yang efisien, lebih terdiversifikasi menyangkut

resiko usaha dan tingginya barriers to entry. Selain itu, kenaikan konsentrasi

secara positif berkorelasi dengan kekuatan pasar – kemampuan perusahaan yang

signifikan untuk mempengaruhi harga atau kuantitas di pasar. Konsentrasi dapat

menyebabkan efisiensi biaya atau inefisiensi biaya atau biaya netral. Ada atau

tiadanya efek efisiensi yang mampu mengimbangi atau memperkuat efek

kekuatan pasar sangat penting untuk kinerja sistem pangan. Dengan demikian,

konsentrasi dapat berdampak tidak hanya pada konsumen (sejauh bahwa tabungan

atau inefisiensi biaya yang diteruskan kepada mereka), tetapi juga pada daya saing

internasional dan profitabilitas perusahaan pengolahan makanan domestik (Lopez

dan Lirón-España, 2005)

Hasil perhitungan rasio konsentrasi industri broiler di Indonesia mengalami

peningkatan yang pelan namun pasti dimana pada 2003 CR-4 mencapai 50.26

persen dan pada 2012 meningkat menjadi 54.81 persen. Sementara hambatan

masuk industri (barriers to entry) juga cenderung meningkat dimana pada 2003

nilai MES mencapai 12.5 persen sementara di 2012 menjadi 13.7 persen (Gambar

19).

Bila dilihat dari rata-rata rasio konsentrasi, hambatan masuk dan market

power di Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa struktur pasar broiler di

Indonesia cenderung mengarah ke pasar oligopoli atau monopoli (Sheperd, 1997).

Selain itu lanjut Sheperd, market power muncul jika pangsa perusahaan mencapai

15 persen dan dapat dikatakan monopoli jika mencapai 25 sampai 30 persen.

Page 123: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

109

956 1067

1464

1867 1974 1956

129 138 151 159 184

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Hambatan Masuk

Rasio Konsentrasi

Jumlah Perusahaan

Sumber : Badan Pusat Statistik (2013), diolah

Gambar 19. Perkembangan rasio konsentrasi dan hambatan masuk di industri

broiler Indonesia

Perhatian utama sehubungan dengan konsentrasi adalah, hal ini bisa

mengurangi tingkat persaingan di pasar hasil pertanian dan produk pangan dan

menghasilkan kekuatan pasar (sebagai contoh, kemampuan perusahaan

mempengaruhi harga-harga), menempatkan pada posisi yang kurang

menguntungkan pada beberapa segmen penduduk, misalnya produsen atau

konsumen. Namun, konsentrasi bisa juga menghasilkan efisiensi, dimana terjadi

penghematan biaya yang diteruskan kepada konsumen melalui harga eceran yang

rendah, yang pada gilirannya dapat menghasilkan permintaan tambahan untuk

komoditas dan menguntungkan petani. Namun, lembaga ahli dan pemerhati

masalah industri umumnya sepakat bahwa konsentrasi kemungkinan akan

meningkat di masa depan, berpotensi meningkatkan kekhawatiran tentang

kekuatan pasar dan manipulasi harga komoditas dan pangan (Shields, 2010). Hal

ini dapat diindikasikan oleh perkembangan harga daging ayam yang meningkat

seiring peningkatan produksi ayam broiler dari waktu ke waktu (Gambar 20)

Sumber : Departemen Perdagangan, diolah Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2013

Gambar 20. Perkembangan produksi dan harga rata-rata broiler di Indonesia,

1998-2012

Page 124: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

110

Peningkatan konsentrasi industri dapat terjadi melalui merger, akuisisi,

investasi, dan sarana lainnya. Dengan konsentrasi industri yang makin meningkat

dan tercapainya skala ekonomis, seyogianya efisiensi biaya meningkat dan harga

produk dapat turun, permintaan produk meningkat yang selanjutnya kesejahteraan

masyarakat akan meningkat pula. Namun kenyataannya harga daging ayam

broiler terus mengalami peningkatan. Hal ini diduga telah terjadi distorsi pasar

akibat struktur pasar yang oligopoli, namun untuk itu diperlukan data-data yang

lebih detil sehubungan dengan perilaku industri tersebut.

Berdasarkan pengamatan, sampai dengan tahun 2012, empat perusahaan

rangking atas adalah CPIN, Japfa, Patriot dan Cheil Jedang. Penghasil DOC,

pakan ternak, obat-obatan hanya ditangan sejumlah kecil perusahaan besar yang

sebagian diantaranya adalah perusahaan asing. Perusahaan ini selain

memproduksi dan mendistribusikan sarana produksi, mereka juga sekaligus

menampung hasil produksi peternak. Mereka juga memiliki slaughtering house

dan peternakan ayam sendiri (ranch). Mereka bahkan memiliki hubungan kuat

dengan pemakai daging ayam seperti restoran ayam goreng, termasuk industri

retail seperti supermarket dan hypermarket.

Konsentrasi empat perusahaan juga dapat dikaitkan dengan keuntungan

perusahaan. Suatu hasil penelitian yang diungkapkan oleh Jaya (2004) bahwa

terdapat koefisien sekitar 10 dengan tingkat keterpengaruhan yang lebih rendah.

Korelasi ini mencerminkan peranan kelompok oligopoli dalam menetapkan

keuntungan semua perusahaan yang ada di pasar. Bahkan konsentrasi 100 persen

menaikkan angka keuntungan hanya 10 persen saja. Salah satu penafsiran yang

mungkin yaitu bahwa konsentrasi bukanlah sumber utama kekuatan pasar, tapi

hanya merupakan jumlah deskriptif, yaitu jumlah pangsa dari perusahaan-

perusahaan terkemuka. Tiap-tiap perusahaan ini mencari keuntungan yang besar

atas dasar pangsa pasar masing-masing. Dapat juga kebalikannya, dimana strategi

penetapan harga secara bersama-sama yang dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan oligopolis masih bisa menjadi kekuatan yang utama dalam meraih

keuntungan.

Pada masa lalu integrasi horisontal dalam kartel baik kartel terang-terangan

maupun maupun yang sifatnya konspirasi diam-diam banyak terjadi. Kini sejak

dikeluarkannya Undang-Undang Anti Praktek Bisnis Tidak Sehat praktek

konspirasi horisontal telah jauh berkurang. Namun demikian persekongkolan

horisontal secara diam-diam tentu sulit dideteksi. Sering dirasakan indikasinya,

misalnya pada industri pakan ternak harga cenderung hampir sama (Iwantono,

2007).

Pada tanggal 5 Maret 1999 telah disahkan Undang-Undang No 5 Tahun

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Pertimbangan dikeluarkannya undang-undang ini antara lain bahwa setiap orang

yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi persaingan yang sehat dan

wajar. Sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada

pelaku usaha tertentu. Tujuan pokok dari pembentukan undang-undang ini adalah:

(a) Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional

sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; (b)

Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha

yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama

bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil; (c)

Page 125: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

111

Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang

ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan (d) Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam

kegiatan ekonomi.

Esensi dari Undang-Undang No 5 Tahun 1999 :

1. Pelarangan terhadap Praktek monopoli yaitu pemusatan kekuatan ekonomi

pada satu atau lebih pelaku ekonomi, dimana mereka dapat mengontrol

produksi dan atau pemasaran barang dan jasa tertentu dengan cara-cara unfair

business competition dan berpotensi merugikan kepentingan publik.

2. Pelarangan terhadap perjanjian maupun tindakan kartel horisontal diantara para

pelaku usaha dalam bentuk pengaturan harga secara bersama-sama, pembagian

wilayah pasar, penciptaan barrier to entry, boycot dan tindakan unfair yang

merugikan konsumen maupun sesama pelaku bisnis yang lain.

3. Integrasi vertikal yang menimbulkan persaingan tidak sehat misalnya dengan

melakukan kontrol produksi dan atau pemasaran, penciptaan barrier to entry

perlakuan diskriminasi yang dapat merugikan baik konsumen maupun pelaku

usaha lain.

4. Perjanjian tertutup antar pelaku usaha yang mengatur misalnya harga jual

kembali, larangan untuk tidak menjual atau keharusan menjual kepada

pengusaha tertentu, atau penentuan persyaratan penjualan kembali yang dapat

menimbulkan persaingan tidak sehat.

5. Pelarangan terhadap penyalah gunaan posisi dominan.

6. Persekongkolan dan konspirasi dalam pelaksanaan tender

7. Pelarangan terhadap tindakan-tindakan yang bersifat predatory, terutama

predatory pricing.

8. Diskriminasi baik diskriminasi harga maupun diskriminasi perlakuan.

Untuk mengawasi pelaksanaan Undang-Undang ini dibentuk Commission

for the Supervision of Business Competition (Komisi Pengawas Persaingan Usaha,

KPPU) merupakan lembaga independen yang bebas dari pengaruh pemerintah

maupun pihak lain. Komisi memiliki 2 tugas pokok yaitu: 1) Kegiatan litigasi,

memeriksa, menuntut dan memutus perkara persaingan usaha tidak sehat; 2)

Memberikan saran pertimbangan kepada pemerintah terhadap kebijakan

pemerintah yang menimbulkan persaingan usaha tidak sehat.

KPPU merupakan kuasi badan peradilan tingkat pertama untuk kasus-kasus

persaingan usaha tidak sehat. Putusan KPPU dapat di banding di Pengadilan

Negeri hingga kasasi di Mahkamah Agung. KPPU tengah melakukan kajian

mengenai beberapa struktur pasar di Indonesia yang diduga melakukan konspirasi

atau persekongkolan secara diam-diam. Undang-undang anti monopoli di

Indonesia tidak melarang struktur pasar yang monopsoni atau posisi dominan,

sepanjang mereka tidak melakukan abuse terhadap posisi tersebut melalui

tindakan yang dikategorikan “unfair business practice”. Pembuktian semacam itu

tentu tidak mudah.

Penjual/produsen agar mampu mempengaruhi harga dan agar daya tawar

menawarnya jadi bertambah, mereka harus bergabung, paling tidak dalam

pemasaran hasil produksi, antara lain melalui koperasi. Peternakan berkonsolidasi

untuk alasan yang sama bahwa agribisnis dan memang semua industri

berkonsolidasi. Alasan-alasan ini meliputi ketersediaan modal teknologi yang

besar dan mahal, yang akan mampu mengurangi biaya per unit output. Perusahaan

berkonsolidasi juga untuk mendapatkan keuntungan dari spesialisasi tugas.

Page 126: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

112

Artinya, biaya yang lebih rendah dan efisiensi yang lebih tinggi dengan memiliki

spesialis di bidang masing-masing sistem manajemen, informasi, pemasaran,

keuangan, dan kegiatan kerah biru. Dengan masing-masing tujuan anggota

keluarga dalam perusahaan keluarga melakukan setiap tugas-tugas ini tidak akan

melakukannya dengan sangat efisien. Pembiayaan penelitian dan pengembangan

yang mahal, iklan di media nasional, menghadapi resiko, memenuhi peraturan

pemerintah (misalnya keamanan dan kualitas pangan, lingkungan), dan

mendapatkan akses ke pasar modal ventura nasional juga alasan untuk

menurunkan biaya per unit dengan memperluas ukuran melalui pertumbuhan

perusahaan atau konsolidasi.

Kadang-kadang, perusahaan memanfaatkan produksi dan pemasaran melalui

sistem kontrak daripada konsolidasi untuk mencapai economies of size. Koontz

dalam Tweeten (1989) menyatakan bahwa "Saya berpendapat bahwa sedikit

kontrak produksi telah muncul karena kekuasaan. Ini telah muncul untuk

menghasilkan produk yang lebih konsisten dengan sistem pengolahan murah dan

konsumen inginkan." Singkatnya, peternakan berkonsolidasi untuk mencapai

ukuran lahan yang ekonomis yang timbul dari teknologi dan bukan dari tekanan

(atau respon terhadap) konsentrasi agribisnis. Bahkan dalam kasus yang sangat

tidak mungkin bahwa sektor agribisnis kurang terkonsentrasi akan menaikkan

harga komoditas pertanian, peternakan keluarga belum tentu lebih baik nasibnya.

Manfaat dari harga yang lebih tinggi akan berdampak pada tawaran harga tanah

yang lebih tinggi dan akan membuat sulitnya masuk bagi beberapa operator

pertanian potensial. Harga komoditas yang lebih tinggi juga akan membawa lebih

banyak mesin, menggusur peternakan melalui konsolidasi.

Pasar input dan pemasaran hasil pertanian dalam banyak kasus adalah

oligopoli (beberapa penjual) atau oligopsoni (beberapa pembeli). Meskipun tidak

mungkin untuk menyimpulkan secara a priori bahwa oligopoli akan lebih atau

kurang efisien atau membayar lebih atau kurang untuk output pertanian daripada

banyak atau sedikitnya jumlah perusahaan, yang dapat mengaburkan struktur

pasar, kasus yang baik dapat disimpulkan bahwa oligopoli akan melahirkan

diferensiasi produk yang luas dan perbaikan teknologi. Pengeluaran besar untuk

iklan makanan dan mungkin menjadi salah satu alasan mengapa masalah gizi saat

ini menjadi kronis karena penduduk lebih banyak makan terlalu banyak daripada

yang terlalu sedikit (Tweeten, 1989). Meskipun terlalu banyak makan tidak

diinginkan secara sosial, hal itu memberikan keuntungan bagi petani dan peternak

sebagai produsen.

Permasalahan diatas hendaknya mendorong pengambil kebijakan untuk

lebih memperhatikan faktor kompetisi terkait kinerja pasar ayam broiler saat ini.

Selain tantangan yang dihadapi Indonesia berupa pasar global yang salah satunya

adalah pengaruh dari APEC, di mana ada 54 komoditi yang bebas bisa masuk ke

setiap negara. Namun, dari sekian banyak produk tersebut tidak satu pun yang

dimiliki oleh Indonesia, karena produk tersebut menganut komoditi ramah

lingkungan yang belum diterapkan di Indonesia sehingga mau tidak mau

Indonesia harus bekerja keras.

Mengingat kompleksnya faktor-faktor yang menentukan tingkat harga ayam

broiler dan daya saing produk, maka peningkatan stabilitas harga ayam broiler dan

daya saing harus dilakukan dengan pendekatan yang holistik (menyeluruh),

komprehensif dan terintegrasi, tidak parsial dan tidak egosektoral. Industri ayam

Page 127: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

113

broiler saat ini, sekitar 85 persen komoditas ayam ras masih diperdagangkan

dalam bentuk hidup, sedangkan sekitar 15 persen diperdagangkan sebagai ayam

potong (slaughtered birds), chilled dan processed. Ke depan, permintaan

konsumen tidak hanya mengevaluasi produk berdasarkan atribut utama yaitu jenis

dan harga, namun akan menuntut atribut yang lebih rinci lagi seperti atribut

keamanan produk, nutrisi, nilai, pengepakan, lingkungan, dan kemanusiaan.

Bila berbagai masalah terkait perkembangan industri broiler tersebut tidak

ditangani, maka bukan tidak mungkin di masa yang akan datang daya saing

industri broiler di Indonesia akan merosot dan kalah bersaing dengan komoditas

dan produk olahan ayam yang berasal dari negara-negara tetangga. Terlebih,

sebentar lagi akan memasuki pasar tunggal Masyarakat Ekonomi ASEAN yang

membuat persaingan makin ketat dan tidak terelakkan dengan negara-negara

tetangga yang juga penghasil produk perunggasan. Sebaiknya dalam menghadapi

pasar global, perdagangan ayam hidup diarahkan kepada karkas dan daging beku,

bahan pakan impor secara bertahap disubsitusi menggunakan bahan lokal, adanya

perbaikan sistem logistik dan distribusi ayam hidup ke ayam beku yang ASUH

(Aman, Sehat, Utuh dan Halal) serta orientasi produk ke arah ekspor.

6 STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI BROILER DI

INDONESIA

Secara umum hasil pendugaan model analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja

Industri Broiler di Indonesia cukup baik jika dilihat dari kriteria ekonomi, statistik

dan ekonometrik. Hasil pendugaan model menunjukkan bahwa hampir sebanyak

71.43 persen (10 persamaan) dari 14 persamaan struktural mempunyai nilai

koefisien determinasi (R2) berkisar 0.7013 – 0.9846. Artinya secara umum

kemampuan peubah-peubah penjelas untuk menjelaskan variasi nilai peubah

endogennya cukup tinggi. Sebaliknya peubah-peubah penjelas pada persamaan

jumlah perusahaan broiler, pangsa biaya pakan, produktivitas tenaga kerja dan

ketimpangan produksi belum mampu menjelaskan keragaman nilai peubah

endogennya secara baik, yaitu masih dibawah 70.0 persen. Arah dan besaran nilai

parameter dugaan semua peubah penjelas sesuai harapan, meskipun hasil uji t-

statistik menunjukkan masih ada beberapa peubah penjelas yang berpengaruh

tidak nyata pada taraf uji 15 persen.

Hasil pendugaan juga menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara

komponen struktur (structure), perilaku (conduct) dan kinerja (performance) di

industri broiler Indonesia. Perilaku integrasi vertikal dapat meningkatkan

konsentrasi industri (komponen struktur) atau sebaliknya dan dapat menciptakan

hambatan masuk. Selanjutnya integrasi vertikal berdampak terhadap

berkurangnya biaya per unit (komponen kinerja) yang artinya terjadi peningkatan

efisiensi di industri. Efisiensi berhubungan positif dengan kekuatan pasar

(komponen kinerja) dimana semakin efisien perusahaan maka pangsa pasarnya

makin besar sehingga kekuatan pasarnya semakin besar. Namun integrasi vertikal

Page 128: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

114

berhubungan positif dengan harga dan harga yang meningkat akan meningkatkan

keuntungan. Tingkat keuntungan dan harga yang meningkat akan semakin

meningkatkan kekuatan pasar. Sehingga secara tidak langsung peningkatan

konsentrasi akibat meningkatnya integrasi berdampak terhadap peningkatan

kekuatan pasar.

Hasil Pendugaan Struktur, Perilaku dan Kinerja di Industri Broiler

Hasil pengolahan data analisis struktur, perilaku dan kinerja industri broiler

dapat dilihat selengkapnya di lampiran.

Komponen kondisi dasar industri broiler di Indonesia

Carlton dan Perloff (2000) menyatakan bahwa di dalam model pendekatan

SCP, New-Harvard Tradition, di mana masing-masing komponen berinteraksi

satu sama lain, misalnya, kinerja pasar tergantung pada perilaku pasar, perilaku

tergantung pada struktur pasar yang merupakan faktor yang menentukan

persaingan, selanjutnya struktur pasar tergantung pada kondisi dasar yaitu

permintaan dan produksi yang meliputi elastisitas permintaan, barang substitusi,

musim, tingkat pertumbuhan, lokasi, jumlah pesanan, metode belanja dan

teknologi, bahan baku, keseragaman produk, daya tahan barang, lokasi, skala

ekonomi dan lingkup ekonomi. Kebalikannya, kondisi dasar yang mempengaruhi

struktur pasar, struktur mempengaruhi perilaku dan kemudian perilaku

mempengaruhi kinerja, ketiga komponen ini dan kondisi dasar dipengaruhi oleh

kebijakan pemerintah.

Hasil pendugaan pada persamaan produksi daging ayam broiler domestik

menunjukkan bahwa semua peubah penjelas memberikan arah dan besaran nilai

parameter dugaan sesuai harapan dan mampu menerangkan secara baik (96.50

persen) keragaman nilai peubah endogennya kecuali harga input pakan. Hal ini

bisa dipahami karena meskipun harga input pakan naik misalnya, perusahaan

tetap melanjutkan produksi mengingat produk ayam broiler merupakan komoditi

hidup (live bird) yang harus terus dilanjutkan proses produksinya. Kandang yang

sudah terisi DOC sesuai kapasitas produksinya tetap membutuhkan asupan

makanan (pakan) yang didalam proses produksi ayam broiler, pakan merupakan

komponen pengeluaran terbesar yaitu berkisar antara 70-80 persen.

Selanjutnya, produksi daging ayam broiler dipengaruhi secara signifikan

oleh harga eceran ayam broiler, jumlah perusahaan broiler dan produksi broiler

yang dihasilkan perusahaan. Harga eceran broiler berhubungan positif dengan

produksi broiler domestik dimana harga eceran yang meningkat akan mendorong

produsen untuk meningkatkan produksinya dengan harapan akan mendapatkan

keuntungan lebih atas selisih harga dan biaya produksi. Hal ini sesuai hukum

penawaran yang bersifat positif dimana ketika harga meningkat jumlah barang

yang ditawarkan meningkat dan ketika harga turun jumlah barang yang

ditawarkan menurun McConnell dan Brue (1990). Peningkatan jumlah perusahaan

broiler dan produksinya akan signifikan meningkatkan produksi broiler domestik.

Hal ini mengingat sebagian besar (65 persen) produksi broiler domestik dihasilkan

Page 129: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

115

oleh perusahaan. Sementara trend menunjukkan produksi daging ayam broiler

meningkat namun tidak signifikan selama periode penelitian 2009-2011.

Tabel 7. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi dasar di industri

broiler

No Variabel Lambang Koefisien Pr > | t | Elastisitas

Produksi Daging Ayam Broiler Domestik (PDAB)

1. Konstanta Intercept -330317 0.0620 -

2. Harga eceran broiler HDABR 8.509662 0.0833 1.3584

3. Jumlah perusahaan broiler JPAB 7355.853 <.0001 0.7909

4. Harga input pakan HPKNR 28.88879 0.1414 1.2143

5. Produksi broiler perusahaan PRODF 0.274686 0.0001 0.6276

6. Trend YEAR 8665.535 0.2872 -

R2 0.9650 DW 0.8380

Konsumsi Daging Ayam Broiler Domestik (DEMB)

1. Konstanta Intercept -191177 0.0189 -

2. Harga eceran broiler HDABR -2.83943 0.1002 -0.3447

3. Harga eceran d.sapi HDSPR 2.706981 0.1674 0.9105

4. Harga eceran ikan HDIKR 20.7128 <.0001 2.4249

5. Harga eceran telur ayam HTARR -22.2648 0.0013 -1.6883

6. P. Domestik Reg. Bruto PDRB 0.667227 <.0001 0.7806

7. Trend YEAR 22782.38 0.0006 -

R2 0.9846 DW 0.9833

Harga Eceran Broiler Domestik (HDABR)

1. Konstanta Intercept 30165.41 <.0001 -

2. Kekuatan pasar MPWR 2250.7 0.3816 0.0656

3. Harga input pakan HPKNR -3.01791 0.0002 -0.7947

4. Konsumsi broiler domestik DEMB 0.028552 0.3039 0.2305

5. Prod. broiler perusahaan PRODF -0.02393 0.1839 -0.3425

6. Harga bibit DOC HBBTR 0.586888 0.1009 0.1116

7. Trend YEAR -638.258 0.0940 -

R2 0.7029 DW 1.3933

Produksi daging ayam domestik dalam jangka pendek sangat respon

terhadap perubahan peubah-peubah penjelasnya terutama harga input dan

outputnya. Artinya, kebijakan perbaikan harga output maupun harga input

produksi ayam broiler domestik sangat efektif dalam mendorong produksi daging

ayam broiler domestik.

Konsumsi daging ayam broiler akan mengalami peningkatan yang

signifikan apabila terjadi peningkatan harga daging ikan dan tingkat pendapatan

domestik. Sebaliknya semakin tinggi harga daging ayam broiler dan harga telur

akan menurunkan secara signifikan konsumsi daging ayam broiler. Harga daging

sapi yang meningkat juga akan meningkatkan konsumsi ayam broiler, meskipun

Page 130: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

116

tidak signifikan. Hal ini menunjukkan hubungan substitusi antara daging sapi dan

daging ikan dengan daging ayam, dan hubungan yang komplementer antara telur

dan daging ayam. Sementara trend menunjukkan konsumsi daging ayam broiler

meningkat signifikan selama periode 2009-2011 di kawasan ini. Hal ini terbukti

bahwa konsumsi daging ayam broiler cepat pulih setelah berlalunya krisis di

tahun 2008 dan dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan

pentingnya protein hewani demi menunjang kualitas sumber daya manusia.

Sejalan dengan temuan Priyanti et al. (1998) dan Ilham et al (2002) bahwa daging

sapi dan ikan merupakan barang substitusi bagi daging ayam, sementara telur

merupakan barang komplementer.

Tingkat pendapatan berhubungan positif dengan konsumsi broiler dan

signifikan. Dengan meningkatnya pendapatan maka terjadi trend diversifikasi

konsumsi pangan menuju produksi komoditas bernilai tinggi (high-value

production), pola pengeluaran makanan bergeser dari biji-bijian dan makanan

pokok ke sayur-mayur, buah, daging (sapi dan unggas), susu, telur dan ikan.

Permintaan makanan yang ready-to-cook dan ready-to-eat yang terbuat dari

daging ayam dan telur juga semakin meningkat, terutama di daerah perkotaan

(Daryanto, 2014). Hal ini didukung hasil perhitungan elastisitas permintaan

terhadap harga pada penelitian ini didapatkan angka -0.3447 yang artinya

permintaan daging ayam broiler kurang respon (in elastis) terhadap perubahan

harga, dimana apabila terjadi kenaikan harga daging ayam broiler sebesar 1 persen

maka akan menurunkan permintaan daging ayam broiler kurang dari 1 persen. Hal

ini menunjukkan kalau daging ayam broiler sudah menjadi kebutuhan pokok

masyarakat perkotaan saat ini.

Selanjutnya, permintaan daging ayam baik dalam jangka pendek sangat

respon terhadap perubahan harga ikan dan telur, namun kurang respon terhadap

perubahan harga daging sapi dan PDRB. Hal ini mengingat sudah semakin

tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani

dalam rangka mencerdaskan bangsa. Berbeda sedikit dengan hasil penelitian

Kariyasa dan Sinaga (2003), dalam jangka pendek dan jangka panjang permintaan

daging ayam hanya respon terhadap perubahan harga daging ayam itu sendiri,

harga telur dan pendapatan per kapita. Menurut Kariyasa dan Sinaga, daging ayam

merupakan barang normal dan bagi sebagian besar masyarakat masih termasuk

barang mewah. Begitu juga hasil penelitian Ilham et al. (2002) menginformasikan

bahwa daging ayam merupakan barang normal tapi belum termasuk barang

mewah.

Pada persamaan harga eceran daging broiler domestik, semua peubah

penjelas juga memberikan arah dan besaran nilai parameter dugaan sesuai harapan

dan mampu menjelaskan keragaman nilai peubah endogennya sekitar 70.29

persen kecuali peubah harga input pakan. Harga input semestinya berhubungan

positif dengan harga outputnya seperti hubungan antara peubah harga input bibit

dan harga eceran broiler. Namun seperti sebelumnya dijelaskan pada persamaan

produksi, maka hal ini bisa terjadi mengingat salah satu yang menentukan harga

output produk pertanian adalah gejolak harga bahan baku (Rusastra et al. 1990).

Sementara itu, dalam jangka pendek harga eceran daging ayam domestik

kurang respon terhadap perubahan semua peubah penjelas. Hal ini sejalan dengan

hasil penelitian Kariyasa dan Sinaga (2003). Artinya, bagi peternak ayam atau

produsen daging ayam broiler domestik jangan ragu untuk meningkatkan produksi

Page 131: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

117

karena tidak banyak berdampak terhadap turunnya harga daging ayam broiler

domestik. Demikian juga peternak tidak akan banyak menikmati adanya

perbedaan harga pada waktu permintaan normal dibanding ketika terjadi

peningkatan permintaan seperti pada hari raya Idul Fitri dan tahun baru.

Komponen struktur industri broiler di Indonesia

Struktur disini mengacu pada struktur pasar yang digambarkan sebagian

besar oleh konsentrasi penguasaan pasar didalam industri tersebut. Yang termasuk

dalam komponen struktur industri diantaranya jumlah perusahaan di industri,

konsentrasi industri, dan hambatan masuk industri (Tabel 8).

Tabel 8. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi struktur industri broiler

No Variabel Lambang Koefisien Pr > | t | Elastisitas

Jumlah Perusahaan Ayam Broiler (JPAB)

1. Konstanta Intercept -27.7055 0.0059 -

2. Rasio harga broiler/pakan RHDAB 3.540493 0.0351 1.7012

3. Konsumsi broiler domestik DEMB 0.000124 <.0001 1.4863

4. Tingkat keuntungan PROF 0.020373 0.1117 0.3968

5. Penambahan investasi DINV -0.42565 0.2254 -0.1241

R2 0.6929 DW 1.0176

Konsentrasi industri (RCON)

1. Konstanta Intercept 46.04805 <.0001 -

2. Produksi broiler domestik PDAB 0.000031 0.1711 0.0513

3. Konsumsi broiler domestik DEMB -0.0001 0.0031 -0.2134

4. Integrasi vertikal INTG 1.959208 0.0057 0.2889

5. Hambatan masuk MESH 0.716522 0.1414 0.1922

6. Produktivitas tenker PDTK -0.0143 0.0894 -0.0519

R2 0.8449 DW 1.4618

Hambatan Masuk Industri (MESH)

1. Konstanta Intercept -54.9558 0.0613 -

2. Konsentrasi industri RCON 0.16701 0.0307 0.6227

3. Biaya per unit COSU 58.33768 0.0420 1.9088

4. Kekuatan pasar MPWR 43.07141 0.1106 1.2346

5. Integrasi vertikal INTG 0.866149 0.0212 0.4762

R2 0.7013 DW 1.9554

Jumlah perusahaan di industri mengindikasikan tingkat persaingan dan

dipengaruhi secara signifikan oleh harga output, permintaan daging ayam broiler

dan tingkat keuntungan. Meningkatnya rasio harga daging ayam broiler terhadap

harga pakan akan meningkatkan secara signifikan jumlah perusahaan di industri.

Hal ini mengindikasikan adanya kemudahan dalam ”entry and exit” suatu

perusahaan dalam industri broiler dimana adanya tingkat keuntungan yang normal

dikarenakan naiknya harga dan permintaan yang meningkat akan menarik

Page 132: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

118

investasi baru dalam industri. Namun peubah penambahan investasi tidak

memberikan dampak yang signifikan, meskipun tandanya sesuai harapan.

Investasi di usaha ayam ras pedaging (broiler) masih lebih kecil jika dibandingkan

dengan usaha ayam ras petelur. Selain itu umur pemeliharaan yang singkat (36 –

45 hari) pada ayam pedaging menyebabkan modal cepat kembali.

Jika dilihat dari nilai elastisitas, dalam jangka pendek, peubah-peubah

endogen yang merupakan komponen struktur, cukup respon terhadap perubahan

peubah-peubah penjelasnya. Hal ini terlihat pada peubah jumlah perusahaan di

industri yang sangat respon terhadap perubahan peubah harga output dan

permintaan daging broiler. Hal ini mengingat bahwa usaha broiler merupakan

usaha yang memiliki prospek sangat baik kedepannya, merupakan usaha yang

cukup mudah dan bisa diusahakan oleh siapa saja dengan tingkat pengembalian

modal yang cukup cepat jika dibandingkan dengan usaha unggas

lainnya.Sementara itu, hasil pendugaan pada persamaan konsentrasi industri

menunjukkan bahwa semua peubah penjelas memberikan arah dan besaran nilai

parameter dugaan sesuai harapan dan mampu menerangkan secara baik (84.49

persen) keragaman nilai peubah endogennya. Konsentrasi industri dipengaruhi

secara signifikan oleh peubah-peubah penjelasnya kecuali peubah produksi broiler

domestik, namun tandanya sesuai harapan. Konsentrasi industri memiliki

hubungan positif dengan peubah integrasi vertikal dan hambatan masuk. Artinya

semakin meningkat integrasi vertikal di perusahaan maka konsentrasi industri

semakin meningkat pula. Hal ini berhubungan dengan makin tingginya efisiensi

usaha terkait dengan adanya integrasi ini sehingga perusahaan besar yang

berintegrasi dapat dengan mudah meningkatkan pangsa pasarnya akibat

menurunnya tingkat persaingan sehingga tingkat konsentrasi akan meningkat.

Selanjutnya, konsentrasi industri berhubungan negatif dengan tingkat

konsumsi broiler dan produktivitas tenaga kerja. Konsentrasi atau derajat tingkat

konsentrasi mengacu pada kepemilikan atau kontrol proporsi yang besar dari

beberapa kumpulan atau aktivitas sumber daya ekonomi. Itu menunjukkan sejauh

mana produksi barang atau jasa tertentu terbatas pada beberapa perusahaan besar.

Meningkatnya permintaan daging ayam broiler akan direspon oleh usaha broiler

baik itu usaha rakyat utamanya lagi perusahaan besar. Semakin sedikit jumlah

perusahaan dan/atau lebih yang berbeda ukuran mereka, maka lebih terkonsentrasi

(dan kurang bersaing) pasar tersebut. Semakin banyak jumlah perusahaan dalam

industri maka penyebaran produksi akan semakin luas sehingga dapat

menurunkan rasio konsentrasi. Peningkatan jumlah perusahaan dalam industri

disebabkan oleh meningkatnya permintaan sehingga peningkatan permintaan akan

signifikan menurunkan rasio konsentrasi.

Konsentrasi industri dapat dikaitkan dengan perusahaan yang relatif lebih

sukses dan tingkat efisiensi yang meningkat dan mencapai skala ekonomis

(Demsetz,1974), dan perusahaan besar dengan pangsa pasar yang lebih aman bisa

lebih mungkin untuk berinovasi karena mereka akan lebih baik dalam menangkap

proses hasil (Schumpeter, 1947). Dari sudut pandang ini, konsentrasi dapat

berkontribusi lebih besar pada inovasi, produktivitas dan tingkat pertumbuhan

yang cepat. Di sisi lain, konsentrasi industri bisa juga (meski tidak harus)

menghasilkan penyalahgunaan kekuatan pasar, melemahkan motivasi untuk

inovasi (karena kurangnya kompetisi dari saingan), mencegah pendatang baru dan

melanggengkan keuntungan monopoli (Baumol, 1982; Scherer, 1980).

Page 133: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

119

Selanjutnya, perusahaan yang lebih besar belum tentu lebih inovatif dari pada

yang lebih kecil dan kurangnya kompetisi juga bisa mencegah inovasi dan

ekspansi setelah skala tertentu tercapai. Kondisi ini dikombinasikan dengan

hambatan masuk untuk perusahaan baru pada akhirnya bisa mengurangi

kesejahteraan bersih meskipun manfaat awalnya ada di skala industri.

Selanjutnya, hambatan masuk merupakan kondisi di mana terdapat

halangan-halangan untuk masuk dan atau untuk keluar suatu industri. Jika tidak

terdapat halangan untuk masuk atau keluar, maka akan sulit bagi perusahaan yang

sudah berdiri untuk mempertahankan harga di atas biaya marginal dan

mendapatkan keuntungan (Church dan Ware, 2000).

Apabila dilihat dari hasil estimasi, hambatan masuk dipengaruhi secara

positif dan signifikan oleh konsentrasi industri, integrasi vertikal, efisiensi biaya

dan kekuatan pasar. Tingkat konsentrasi yang tinggi menunjukkan bahwa

sejumlah besar produksi barang atau jasa tertentu terbatas pada beberapa

perusahaan besar. Hal ini menyebabkan sulitnya bagi perusahaan dengan modal

pas-pasan untuk dapat bersaing. Selain itu beberapa perusahaan besar di industri

broiler melakukan integrasi dari hulu hingga ke hilir. Integrasi vertikal dapat

mendorong penggunaan biaya yang lebih efisien dikarenakan perusahaan

menyediakan sendiri input produksi dan menampung output produksi sendiri

sehingga sulit bagi investor yang ingin masuk dapat bersaing. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh (George et al. 1992), meskipun integrasi vertikal mungkin akan

mengurangi biaya terhadap transaksi di pasar, integrasi semacam ini dapat saja

memunculkan perusahaan yang memiliki kekuatan pasar yang sangat besar

dengan menciptakan hambatan masuk. Biaya per unit yang besar dapat menjadi

hambatan untuk masuk industri karena industri tergolong tidak efisien, bisa jadi

akibat biaya transaksi tinggi atau biaya lainnya.

Kemudian jika dilihat dari nilai elastisitas, dalam jangka pendek, hambatan

masuk industri sangat respon terhadap perubahan peubah biaya per unit dan

kekuatan pasar. Kekuatan pasar cenderung mengurangi tingkat efisiensi.

Ketiadaan persaingan yang ketat dapat mengurangi tekanan bagi produsen dalam

penggunaan sumber daya secara efisien. Sebagai hasilnya, kekuatan pasar yang

muncul dari konsentrasi industri dapat meningkatkan biaya produksi serta

mengurangi efisiensi ekonomi secara agregat.

Komponen perilaku industri broiler di Indonesia

Perilaku industri adalah bagaimana peserta pasar yaitu produsen, konsumen

dan lembaga pemasaran menyesuaikan diri terhadap situasi penjualan dan

pembelian yang terjadi (Prasetyo, 2007). Perilaku industri tidak selamanya

konstan, selalu akan mengalami perubahan. Conduct (perilaku) mengacu pada

pola perilaku dari perusahaan dalam mengadopsi atau menyesuaikan diri dalam

pasar dimana mereka menjual produk (Carlton dan Perloff, 2000). Perilaku

merupakan strategi perusahaan dalam menghadapi persaingan yang mencakup

alokasi sumber daya finansial terutama berkaitan dengan biaya produksi dan

integrasi vertikal. Adapun komponen perilaku dalam penelitian ini mencakup

integrasi vertikal dan pangsa biaya pakan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada

Tabel 9.

Page 134: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

120

Tabel 9. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku industri broiler

No Variabel Lambang Koefisien Pr > | t | Elastisitas

Integrasi Vertikal (INTG)

1. Konstanta Intercept -3.22855 0.3599 -

2. Jumlah perusahaan pakan JPIK -0.23841 0.4153 -0.0554

3. Produksi broiler domestik PDAB 4.026E-6 0.3870 0.0452

4. Produktivitas tenaga kerja PDTK 0.006182 0.0102 0.1522

5. Konsentrasi industri RCON 0.177627 0.0015 1.2045

R2 0.7716 DW 1.1089

Pangsa Biaya Penggunaan Pakan (SCPK)

1. Konstanta Intercept 50.37712 0.0031 -

2. Harga riil pakan HPKNR 0.008418 0.0174 0.4676

3. Integrasi vertikal INTG -0.93963 0.0147 -0.1106

4. Pangsa biaya lainnya SCOT -1.18332 0.0311 -0.0550

5. Konsumsi broiler domestik DEMB 0.00003 0.1846 0.0511

6. Jumlah perusahaan broiler JPAB 0.074885 0.6459 0.0106

R2 0.6550 DW 2.2484

Integrasi vertikal didefinisikan sebagai orang atau bisnis yang memiliki dua

tahap yang berdekatan dalam sistem produksi dan pemasaran. Sebagai contoh,

seorang prosesor yang memiliki tanaman dan lahan akan terintegrasi secara

vertikal. Demikian pula, koperasi produsen memiliki dan mengoperasikan pabrik

pengolahan dikatakan terintegrasi secara vertikal (Hayenga et al. 2000). Strategi

integrasi vertikal banyak dilakukan oleh perusahaan untuk memenangkan

persaingan. Di sisi lain integrasi vertikal juga dapat menghilangkan persaingan.

Hasil pendugaan pada persamaan integrasi vertikal menunjukkan bahwa semua

peubah penjelas memberikan arah dan besaran nilai parameter dugaan sesuai

harapan dan mampu menerangkan secara baik (77.16 persen) keragaman nilai

peubah endogennya. Pada persamaan integrasi vertikal ini, peubah konsentrasi

industri dan produktivitas tenaga kerja menunjukkan hubungan positif yang

signifikan sampai pada taraf 5 persen. Artinya, peningkatan konsentrasi industri

dan produktivitas tenaga kerja akan meningkatkan integrasi vertikal. Hal ini

mudah dilakukan oleh industri yang terkonsentasi tinggi untuk mengurangi

tingkat persaingan di industri melalui integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal

banyak dilakukan oleh perusahaan untuk memenangkan persaingan (Hayenga et

al. 2000). Dengan integrasi vertikal, perusahaan dapat menghilangkan persaingan

baik di hulu maupun di hilir. Hal inilah yang menyebabkan peubah jumlah

perusahaan pakan berhubungan negatif dengan integrasi. Selain itu, perusahaan

makin kuat posisinya di industri terkait efisiensi, sehingga produktivitas tenaga

kerja akan meningkatkan integrasi.

Komponen berikutnya dari perilaku adalah pangsa biaya pakan. Pada usaha

budidaya ayam broiler, biaya pakan menempati porsi terbesar atau mencapai 70-

80 persen dari total biaya produksi. Produksi pakan nasional jelas berhubungan

Page 135: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

121

dengan permintaan akan produk ayam broiler. Produksi pakan nasional meningkat

sepanjang periode 2004-2008 dengan pertumbuhan sebesar 8 persen dari 5.98 juta

ton di 2004 menjadi 8.15 juta ton di 2008.

Perilaku produksi seperti ini jelas akan berpengaruh terhadap alokasi

sumber daya finansial terutama berkaitan dengan biaya produksi. Pangsa biaya

pakan lebih dipengaruhi oleh harga pakan, pangsa biaya lainnya dan integrasi

vertikal dibanding perubahan jumlah perusahaan dan permintaan ayam broiler.

Peningkatan harga pakan akan meningkatkan secara signifikan pangsa biaya

pakan dan sebaliknya jika pangsa biaya lainnya meningkat maka pangsa biaya

pakan akan mengalami penurunan secara signifikan. Harga pakan yang meningkat

akan meningkatkan pangsa biaya pakan, hal ini dikarenakan input pakan

merupakan input utama dalam produksi ayam broiler. Sementara integrasi

vertikal berhubungan negatif dengan pangsa biaya pakan. Integrasi vertikal dapat

mendorong biaya produksi menjadi rendah dikarenakan perusahaan broiler

memiliki hubungan dengan perusahaan di sektor hulu yaitu pabrik pakan,

sehingga pangsa biaya pakan menjadi lebih rendah.

Jika dilihat dari nilai elastisitas, dalam jangka pendek, peubah-peubah

endogen yang merupakan komponen perilaku, kurang respon terhadap perubahan

peubah-peubah penjelasnya. Hanya peubah integrasi vertikal yang sangat respon

terhadap perubahan peubah biaya per unit. Hal ini tentunya apabila terjadi gejolak

harga bahan baku pakan di pasaran, yang akan diuntungkan adalah perusahaan

yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

Komponen kinerja industri broiler di Indonesia

Kinerja industri broiler mencakup harga jual, biaya per unit dan

produktivitas tenaga kerja pada Tabel 10. Sementara tingkat keuntungan,

kekuatan pasar dan ketimpangan struktur produksi pada Tabel 11.

Penetapan harga dalam pasar broiler menggunakan pendekatan biaya

produksi dimana harga broiler ditentukan oleh biaya ditambah margin untuk

perusahaan. Makin tinggi biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk suatu barang

maka makin tinggi harga yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Didalam

usaha broiler, pakan menempati urutan pertama dalam penggunaan input, diikuti

oleh bibit DOC, tenaga kerja, peralatan dan obat-obatan. Dari hasil estimasi

faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual broiler perusahaan terlihat bahwa

harga input pakan dan bibit DOC berhubungan positif namun tidak signifikan

terhadap harga jual.

Harga pakan dan bibit DOC yang rendah akan mendorong perusahaan untuk

membeli bibit lebih banyak sehingga jumlah pemeliharaan lebih banyak dengan

harapan biaya lebih efisien dan selanjutnya dapat menjual harga broiler dengan

lebih murah. Bibit ayam yang lebih banyak tentu membutuhkan lebih banyak

asupan makanan (pakan) sehingga meningkatkan permintaan pakan. Permintaan

pakan yang tinggi akan menyebabkan harga pakan naik. Permintaan pakan yang

tinggi tidak dapat serta merta dipenuhi oleh perusahaan pakan mengingat

kapasitas produksi dari feed mill sudah tertentu dan untuk menambah kapasitas

mesin dibutuhkan waktu dan modal yang besar. Selain itu industri pakan

Indonesia masih membutuhkan bahan baku impor dalam komposisi input pakan

diantaranya bungkil kedele dan tepung ikan. Hal inilah yang menyebabkan harga

Page 136: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

122

input pakan melonjak naik dan selanjutnya diikuti oleh kenaikan harga jual

broiler.

Tabel 10. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri broiler

No Variabel Lambang Koefisien Pr > | t | Elastisitas

Harga Jual Broiler Perusahaan (HABPR)

1. Konstanta Intercept 3228.563 0.4779 -

2. Konsentrasi industri RCON 11.95296 0.8485 0.0605

3. Konsumsi broiler domestik DEMB 0.013509 0.0162 0.1458

4. Harga input pakan HPKNR 0.390864 0.5739 0.1376

5. Harga input bibit HBBTR 0.16468 0.6747 0.0419

6. Integrasi vertikal INTG 591.4382 0.0013 0.4411

7. Trend YEAR -532.249 0.1799 -

R2 0.7664 DW 1.2017

Biaya per Unit (COSU)

1. Konstanta Intercept 0.683887 0.0001 -

2. Jumlah perusahaan pesaing JPES -0.00106 0.5233 -0.0196

3. Prod. Broiler perusahaan PRODF 3.123E-7 0.1261 0.1346

4. Integrasi vertikal INTG -0.0256 0.0061 -0.4302

5. Produktivitas tenker PDTK -0.00009 0.3485 -0.0372

6. Konsentrasi industri RCON 0.001048 0.6672 0.1194

R2 0.8485 DW 1.9982

Produktivitas Tenaga Kerja (PDTK)

1. Konstanta Intercept -1740.2 0.0582 -

2. Upah riil WAGR 0.002445 0.0984 7.9585

3. Rasio harga broiler/pakan RHDAB 64.66432 0.1098 1.5239

4. Konsentrasi industri RCON -1.39919 0.7757 -0.3855

5. Integrasi vertikal INTG 46.50949 0.0136 1.8896

6. Trend YEAR -275.275 0.0683 -

R2 0.6244 DW 1.9173

Permintaan barang atau jasa yang meningkat akan meningkatkan harga

barang tersebut dan sebaliknya produksi barang dan jasa yang meningkat akan

menurunkan harga barang atau jasa tersebut, ceteris paribus. Permintaan atau

tingkat konsumsi yang meningkat dari ayam broiler akan mendorong harga jual

meningkat secara signifikan sehubungan dengan makin tingginya kesadaran

masyarakat akan pentingnya protein hewani dalam mencerdaskan bangsa.

Konsentrasi industri berhubungan positif dengan harga jual broiler

perusahaan meskipun tidak signifikan. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian

Lopez dan Lirón-España (2005) di 35 industri pengolahan makanan di Amerika

Serikat. Hasilnya menunjukkan, di hampir 50 persen industri, peningkatan

konsentrasi industri di pasar menyebabkan penurunan harga, meskipun efek

konsentrasi signifikan secara statistik hanya 20 persen dari industri yang

dianalisis. Pada 43 persen dari industri, dampak dari konsentrasi pada harga

Page 137: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

123

output secara statistik tidak terlihat. Namun, di 37 persen dari industri, pengaruh

konsentrasi terhadap harga adalah positif dan signifikan secara statistik, seperti

yang diharapkan konvensional. Sebaliknya berlaku untuk industri yang sangat

terkonsentrasi, dimana kenaikan lebih lanjut dalam konsentrasi menyebabkan

kenaikan harga. Merujuk pada hasil penelitian Tostao dan Chung (2005), bahwa

peningkatan konsentrasi dan konsolidasi (termasuk didalamnya integrasi) di

industri pengemasan daging sapi menghasilkan penurunan yang signifikan pada

harga.

Namun dari hasil estimasi SCP di industri broiler, integrasi vertikal

memiliki memiliki hubungan positif dan sangat signifikan dengan harga jual

perusahaan, dimana apabila integrasi vertikal meningkat maka harga jual ikut

meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa integrasi vertikal yang dijalankan di

industri broiler merupakan integrasi semu, dimana semestinya dengan integrasi,

usaha menjadi lebih efisien dan harga produk menjadi rendah. Hal ini disebabkan

karena perusahaan peternakan terbagi dalam unit-unit industri yang terpisah yang

pada masing-masing unit perusahaan terdapat margin pemasaran. Kemudian juga

struktur perusahaan peternakan yang melakukan integrasi vertikal adalah

perusahaan yang oligopolistik, yang bagi perusahaan akan lebih menguntungkan

melakukan kesepakatan-kesepakatan bisnis dari pada melakukan perang harga

(Yusdja et al. 2004).

Alasan masuk akal lainnya seperti yang diungkapkan Dicks (2010) dalam

penelitiannya di industri unggas bahwa koordinasi vertikal memungkinkan

integrator untuk mengelola kelebihan kapasitas untuk mengelola harga. Integrator

dapat meminimalkan efek pada produsen dengan meningkatkan waktu antara

pengumpulan dan pengiriman ayam atau mengurangi jumlah ternak per tahun. Hal

ini dilakukan untuk mempertahankan tingkat pasokan yang dapat mengurangi

harga ke tingkat yang tidak berkelanjutan bahkan dalam jangka pendek. Karena

sifat elastis dari penawaran dan permintaan, pengurangan pasokan akan

memberikan hasil yang lebih disukai untuk industri daripada menjaga pasokan

dengan harga yang lebih rendah.

Sama seperti persamaan harga eceran, dalam jangka pendek harga jual

broiler perusahaan kurang respon terhadap perubahan semua peubah penjelas.

Artinya, bagi perusahaan daging ayam broiler jangan ragu untuk meningkatkan

produksi karena tidak banyak berdampak terhadap turunnya harga daging ayam

broiler ditingkat perusahaan. Kondisi dimana permintaan yang semakin

meningkat akan memberikan keuntungan bagi segmen produsen budidaya dan

konsumen akhir, dimana demand creates supply akan menjadikan usaha menjadi

efisien dan dampak akhirnya harga produk menjadi rendah. Secara agregat, pada

rentang waktu penelitian ini harga jual produk ayam broiler perusahaan secara riil

mengalami penurunan namun tidak signifikan. Sedikit agak berbeda dengan

persamaan harga eceran dimana trend menunjukkan penurunan harga eceran

secara signifikan, maka hal ini mengindikasikan bahwa perubahan faktor-faktor

penentu harga sangat berpengaruh pada usaha rakyat sementara di tingkat

perusahaan tidak begitu berpengaruh. Kecenderungan utama di pasar oligopoli

adalah adanya persamaan harga dan ciri-ciri produk yang sama pada semua

perusahaan. Persamaan harga dalam oligopoli ketat hanyalah satu sisi dari

kecenderungan yang mendasar (Jaya, 2004).

Page 138: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

124

Kinerja berikutnya adalah biaya per unit. Biaya per unit menunjukkan

efisiensi dari segi biaya dan sangat signifikan dipengaruhi oleh integrasi vertikal.

Integrasi vertikal dapat mengurangi marjin pemasaran sehingga biaya di luar

produksi daging ayam broiler dapat ditekan. Williamson (1974) dalam Bhuyan

(2005), berpendapat bahwa integrasi vertikal menciptakan efisiensi dengan

mengurangi biaya transaksi terkait dengan pertukaran (market exchange).

Ditambahkan oleh Klein et al. (1978), perusahaan terintegrasi akan mampu

mengurangi inefisiensi alokatif dengan melakukan diversifikasi resiko,

memastikan penawaran atau pasar, menangkap peluang atau skala ekonomis,

menginternalkan eksternalitas di produksi, penentuan harga dan keputusan pasar.

Selanjutnya peubah yang signifikan mempengaruhi biaya per unit pada taraf

15 persen adalah produksi broiler perusahaan. Produksi broiler perusahaan

berhubungan positif dengan biaya per unit, yang artinya produksi perusahaan

meningkat maka biaya per unit ikut meningkat. Struktur industri broiler yang

dicirikan dengan mudahnya entry and exit sehubungan dengan tingkat permintaan

yang tinggi dan tingkat keuntungan normal akan menarik minat investor untuk

masuk industri menyebabkan meningkatnya jumlah perusahaan, yang selanjutnya

meningkatkan permintaan input, harga-harga input juga naik sehingga biaya

produksi ikut naik. Hal ini seperti yang disampaikan Gopinath et al. (2002)

bahwasanya suatu industri dengan kondisi keseimbangan simetris dengan bebas

masuk dan keluar adalah bahwa tingkat rata-rata pertumbuhan dalam pengurangan

biaya dalam industri berbanding terbalik dengan jumlah perusahaan. Jumlah

produksi perusahaan terkait dengan jumlah perusahaan. Sementara tingkat rata-

rata pertumbuhan dalam pengurangan biaya berhubungan secara langsung dengan

aktivitas inovasi (penciptaan) dan pengetahuan. Inovasi dapat diwakilkan oleh

peubah produktivitas tenaga kerja dalam jangka pendek, sehingga secara langsung

produktivitas tenaga kerja akan mempengaruhi biaya per unit.

Produktivitas digunakan untuk mengukur efisiensi pada penggunaan input.

Produktivitas tenaga kerja tersebut pada dasarnya menandakan perubahan pada

teknologi, efisiensi teknis dan alokatif, serta utilisasi kapasitas produksi.

Perhitungan produktivitas tenaga kerja (PDTK) pada penelitian ini dilakukan

dengan berdasarkan pada perhitungan yang dilakukan Jayanthakumaran (1999)

yaitu membagi nilai tambah pada harga konstan dengan jumlah tenaga kerja pada

sektor industri. Produktivitas tenaga kerja dapat mewakili tingkat inovasi, baik

jenis produk maupun prosesnya.

Hasil pendugaan pada persamaan produktivitas tenaga kerja menunjukkan

bahwa semua peubah penjelas memberikan arah dan besaran nilai parameter

dugaan sesuai harapan dan mampu menerangkan secara cukup baik (62.44 persen)

keragaman nilai peubah endogennya. Upah yang meningkat, harga output yang

meningkat dan integrasi vertikal yang meningkat, akan meningkatkan

produktivitas tenaga kerja secara signifikan sampai pada taraf 15 persen. Integrasi

vertikal menciptakan efisiensi yang selanjutnya akan meningkatkan keuntungan

usaha. Keuntungan usaha dapat menjadi sumber pertumbuhan untuk berinovasi.

Hasil analisis terlihat bahwa konsentrasi memiliki hubungan negatif dengan

produktivitas tenaga kerja, meskipun tidak signifikan. Alasan tradisional untuk

pengaruh konsentrasi pada inovasi adalah "creative destruction" Schumpeter

yang menunjukkan bahwa pasar yang kompetitif adalah sangat cocok untuk

alokasi sumber daya statis, tetapi perusahaan besar di pasar yang terkonsentrasi

Page 139: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

125

adalah sumber ekspansi jangka panjang dari output. Artinya, keuntungan

tambahan dari meningkatnya harga atas biaya marjinal menyediakan sumber daya

untuk inovasi. Namun, seperti Cohen dan Levin (1989) mencatat, konsentrasi

pasar merupakan salah satu sumber inovasi, sementara yang lain seperti kondisi

struktur permintaan, peluang teknologi dan kondisi kesesuaian sama-sama

penting.

Sejalan dengan pendapat Jayanthakumaran (2002), bahwa konsentrasi

industri diduga memiliki hubungan negatif dengan produktivitas. Hal ini

dikarenakan apabila semakin rendah rasio konsentrasi suatu industri maka

semakin besar persaingan yang terjadi pada industri tersebut. Dengan

meningkatnya persaingan maka perusahaan akan cenderung terdorong untuk

bertindak efisiensi dengan berupaya menurunkan biaya produksi dan

meningkatkan teknologi. Sedangkan pertumbuhan output berdampak pada

meningkatnya produktivitas tenaga kerja. Hubungan tersebut dibuktikan oleh

Verdoorn pada tahun 1949, yang kemudian dikenal dengan “Verdoorn’s Law”.

Metode utama dibelakang hubungan tersebut adalah perluasan output akan

menciptakan skala ekonomis, dimana skala ekonomis merupakan salah satu

keuntungan utama dalam suatu usaha. Hal ini dikarenakan skala ekonomis akan

menciptakan kesempatan yang lebih baik untuk berspesialisasi, berproduksi

dengan skala besar dan meningkatkan efisiensi. Oleh karena itu, pertumbuhan

output akan berdampak positif pada produktivitas tenaga kerja.

Kemudian jika dilihat dari nilai elastisitas, dalam jangka pendek,

produktivitas tenaga kerja sangat respon terhadap perubahan peubah upah, harga

eceran broiler dan integrasi vertikal. Sementara itu sejalan dengan tingkat harga

broiler, tingkat produktivitas tenaga kerja makin menurun selama rentang waktu

penelitian ini.

Selanjutnya akan dibahas hasil pendugaan kinerja berikutnya yaitu tingkat

keuntungan, kekuatan pasar dan ketimpangan produksi (Tabel 11). Profitabilitas

menunjukkan tingkat keuntungan per unit dan merupakan persentase selisih harga

dan biaya per unit produksi terhadap biaya. Tingkat keuntungan akan meningkat

signifikan jika produktivitas tenaga kerja semakin besar. Sementara itu,

peningkatan pangsa biaya operasional usaha, akan menurunkan tingkat

keuntungan. Artinya perusahaan yang dapat menekan biaya operasional sekecil

mungkin akan memperoleh keuntungan yang lebih besar dikarenakan selisih

antara harga broiler dan biaya menjadi lebih besar sehingga tingkat keuntungan

makin besar (Riordan dan Salop, 1995).

Angka keuntungan yang tinggi dapat mencerminkan tingginya efisiensi

perusahaan. Dapat juga disebabkan oleh adanya daya inovasi produk yang lebih

baik. Efisiensi dan inovasi bersama-sama dengan kekuatan pasar adalah

kombinasi yang solid bagi perusahaan untuk mendapatkan tingkat keuntungan

yang tinggi (Jaya, 2004). Penguasaan pasar dapat dilihat dari porsi volume

produksi perusahaan terhadap produksi suatu kawasan. Perbedaan ini belum

mengindikasikan keuntungan riil perusahaan karena jika dilihat juga dari sisi

volume produksi maka keuntungan total perusahaan skala besar akan lebih tinggi.

Hal ini diduga karena perusahaan skala besar dengan kemampuan modal lebih

kuat dalam menghadapi persaingan akan cenderung untuk mengejar keuntungan

total dengan menjual ouput dengan harga lebih rendah untuk mendorong

peningkatan volume penjualan.

Page 140: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

126

Ternyata pada penelitian ini, konsentrasi berhubungan positif dengan

profitabilitas namun tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian Resende (2005)

dan Sheperd (1997) terdapat hubungan positif antara konsentrasi dan

profitabilitas. Semakin besar penguasaan pasar (market share), semakin kecil

tekanan bersaing perusahaan tersebut. Ini berarti bahwa kekuatan pasar yang

dimiliki perusahaan untuk menentukan harga dan output semakin bertambah.

Dengan bertambahnya kemampuan perusahaan untuk menentukan harga dan

output akan berdampak pada meningkatnya tingkat keuntungan yang diterima

perusahaan.

Tabel 11. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri broiler

(lanjutan)

No Variabel Lambang Koefisien Pr > | t | Elastisitas

Tingkat Keuntungan (PROF)

1. Konstanta Intercept -71.3947 0.7237 -

2. Pangsa biaya operasional SCOP -26.1857 0.0190 -0.9502

3. Jumlah perusahaan pesaing JPES -0.32166 0.9100 -0.0151

4. Konsentrasi industri RCON 1.655753 0.6672 0.4776

5. Produktivitas tenker PDTK 0.912869 0.0030 0.9557

6. Ketimpangan produksi GAP 83.70797 0.0585 0.8577

R2 0.7569 DW 2.9150

Kekuatan Pasar (MPWR)

1. Konstanta Intercept 0.900537 <.0001 -

2. Harga riil broiler HDABR 8.844E-6 0.0136 0.3040

3. Konsentrasi industri RCON 0.000379 0.5105 0.0493

4. Produktivitas tenker PDTK -0.00008 0.0253 -0.0378

5. Biaya per unit COSU -1.02181 <.0001 -1.1700

6. Jumlah perusahaan pesaing JPES -0.00008 0.8443 -0.0017

R2 0.9767 DW 2.4484

Ketimpangan Struktur Produksi (GAP)

1. Konstanta Intercept -4.50166 0.0024 -

2. Konsentrasi industri RCON 0.069869 0.0001 1.9669

3. Produktivitas tenker PDTK -0.00014 0.8705 -0.0143

4. Rasio harga broiler/pakan RHDAB 0.38968 0.0389 0.9383

5. Trend YEAR 0.128658 0.5399 -

R2 0.6992 DW 1.2388

Kinerja selanjutnya dari perusahaan dalam industri broiler dapat dilihat dari

kekuatan pasar (market power) dengan menghitung Lerner Index. Kekuatan pasar

adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mempengaruhi dengan kuat kuantitas

dan harga di pasar. Kekuatan pasar muncul jika pangsa perusahaan mencapai 15

persen dan dapat dikatakan monopoli jika mencapai 25 sampai 30 persen

(Sheperd, 1997). Dalam pandangan tradisional, konsentrasi yang tinggi dalam

suatu industri akan mendorong terciptanya tingkat kolusi yang tinggi diantara

Page 141: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

127

perusahaan yang ada di dalamnya, sehingga membuat industri tersebut cenderung

memiliki struktur pasar monopoli. Hal ini akan berdampak pada pembentukan

harga yang tinggi, apalagi jika didukung dengan biaya produksi yang tetap, maka

keuntungan yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan tersebut akan meningkat.

Hasil pendugaan pada persamaan kekuatan pasar menunjukkan terdapat

hubungan positif antara kekuatan pasar dan harga eceran broiler. Kondisi ini

menyiratkan terdapat kekuatan monopoli pada pasar ayam broiler dimana

perusahaan memiliki kekuatan dalam menetapkan harga diatas harga pasar

persaingan (price setter). Pada kondisi pasar seperti ini akan sangat

menguntungkan perusahaan (produsen) namun merugikan konsumen (Carlton dan

Perloff, 2000).

Kekuatan pasar suatu industri akan meningkat signifikan dengan

menurunnya biaya per unit output. Ini artinya perusahaan yang mampu

meminimalisasi biaya produksi akan mampu mengalahkan pesaing-pesaingnya

dan meningkatkan penguasaan pasar. Perusahaan yang mampu berproduksi

dengan biaya lebih rendah akan memiliki daya saing lebih tinggi sehingga

kemampuan penguasaan pasar akan lebih besar (Sheperd, 1997). Berdasarkan

hasil penelitian Lopez dan Lirón-España (2005) didapatkan bahwa peningkatan

konsentrasi industri menyebabkan efisiensi biaya sebagai dampak economies of

size dalam industri pengolahan makanan di Amerika Serikat. Namun pada saat

yang sama, mereka juga mengarah pada peningkatan kekuatan pasar, sehingga

secara tidak langsung kekuatan pasar yang meningkat akan meningkatkan

efisiensi biaya.

Produktivitas tenaga kerja berhubungan negatif dengan kekuatan pasar,

yang artinya bahwa peningkatan produktivitas dapat menurunkan kekuatan pasar.

Produktivitas tenaga kerja tersebut pada dasarnya menandakan perubahan pada

teknologi, efisiensi teknis dan alokatif, serta utilisasi kapasitas produksi.

Produktivitas yang tinggi akan meningkatkan persaingan sehingga kekuatan pasar

akan menurun. Hal ini dibuktikan oleh Gopinath et al. (2002) dalam penelitiannya

yang mengidentifikasi tingkat kritis konsentrasi atau kekuatan pasar dan

hubungannya dengan pertumbuhan produktivitas menjadi negatif. Teori "Creative

Destruction" oleh Schumpeter yang menunjukkan bahwa pasar yang kompetitif

adalah sangat cocok untuk alokasi sumber daya statis, tetapi perusahaan besar di

pasar yang terkonsentrasi adalah sumber ekspansi jangka panjang dari output.

Artinya, keuntungan tambahan dari meningkatnya harga atas biaya marjinal

menyediakan sumber daya untuk inovasi teknologi. Inovasi ini dapat menjadi

trade-off bagi kekuatan pasar. Gopinath et al. melakukan analisis estimasi

simultan untuk pertumbuhan produktivitas dan konsentrasi. Mereka menemukan

bahwa hubungan konsentrasi - produktivitas industri memiliki bentuk U-terbalik.

Terdapat titik kritis di mana hubungan antara pertumbuhan produktivitas dan

konsentrasi atau kekuatan pasar ternyata negatif, pada saat konsentrasi meningkat

menjadi 62.3, meningkat 24% dari level awal.

Hubungan konsentrasi industri dan produktivitas sebagaimana ditentukan di

atas, secara spesifik tunduk pada masalah endogenitas dan spesifikasi. Pertama,

untuk kasus kausalitas terbalik, yaitu, inovasi mempengaruhi price-cost margin

(Demsetz, 1973). Beberapa penulis memilih tidak setuju. Sebagai contoh,

Baldwin dan Scott (1987), merujuk kepada Schumpeter, menyatakan bahwa

inovasi berskala besar mungkin tidak menarik kecuali ada beberapa jenis asuransi

Page 142: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

128

yang tersedia untuk pengusaha yang potensial. Artinya, ada jaminan terhadap

kegagalan dari suatu inovasi sehubungan dengan kemampuannya untuk terlibat

dalam strategi harga, dan memiliki kekuatan monopoli produk yang ada di pasar

mungkin menjadi prasyarat untuk inovasi (Gopinath et al. 2002).

Mengingat keterbatasan dari kekuatan pasar di suatu industri adalah

kemungkinan masuknya pesaing baru yang potensial. Distorsi pasar dan

inefisiensi pasar dapat menjadi insentif bagi pemain (pendatang) baru untuk

masuk ke pasar, memenuhi permintaan dengan lebih efisien. Ancaman pendatang

ini dapat menegakkan disiplin pasar, melindungi perusahaan yang terkonsentrasi

dari menetapkan harga tinggi disebabkan persaingan yang mereka hadapi. Sebagai

tambahan, pasar bagi produk baru dapat muncul dalam jangka panjang,

menawarkan produk substitusi untuk produk sebelumnya yang ditawarkan oleh

industri yang terkonsentrasi tanpa persaingan.

Selanjutnya sehubungan dengan dampak konsentrasi pasar di industri

pangan terhadap kekuatan pasar memperlihatkan bahwa kekuatan pasar akan

meningkat jika industri semakin terkonsentrasi, meskipun tidak signifikan.

Temuan ini mendukung a priori dari pernyataan sebelumnya dan didukung oleh

penelitian sebelumnya bahwa konsentrasi tinggi akan meningkatkan kekuatan

pasar.

Jumlah perusahaan pesaing berhubungan negatif dengan kekuatan pasar,

begitu pula hubungannya dengan biaya per unit, meskipun tidak signifikan. Hal

ini menunjukkan bahwa efisiensi pasar tergantung dari level (tingkat) persaingan

pasar, bukan dari jumlah pesaingnya. Konsentrasi pasar tidak selalu menyiratkan

kekuatan pasar. Kehadiran hanya beberapa penjual dan pembeli di dalam pasar

tidak berarti bahwa perilaku peserta pasar tersebut tidak kompetitif. Di sisi lain,

keberadaan banyak perusahaan tidak selalu menyiratkan kompetisi yang memadai.

Jika pasar sangat tersegmentasi (misalnya, secara geografis), banyak perusahaan

masing-masing mampu memiliki banyak sekali kekuatan pasar di tiap segmen

yang mereka kuasai. Dan sementara efisiensi pasar dan keadilan mungkin

terabaikan ketika konsolidasi industri menjadikan industri terkonsentrasi.

Kinerja selanjutnya adalah ketimpangan struktur produksi. Ketimpangan

produksi merupakan indikator keberhasilan bagi industri dalam menyelaraskan

antara tujuan memajukan industri dan mensejahterakan peternak. Ketimpangan

dipengaruhi secara positif oleh konsentrasi dan rasio harga broiler terhadap

inputnya. Artinya, semakin tinggi konsentrasi industri maka ketimpangan semakin

besar, begitu juga semakin besar rasio harga output terhadap input (marjin

keuntungan) perusahaan maka semakin besar ketimpangan. Sementara itu,

produktivitas tenaga kerja berhubungan negatif dengan ketimpangan yang artinya

semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka ketimpangan semakin kecil. Hal

ini dapat menjadi isyarat bahwa pertumbuhan inovasi teknologi di usaha broiler

dapat menjadi sumber pertumbuhan bagi usaha rakyat dalam meningkatkan

efisiensi teknis dan alokatif, serta utilisasi kapasitas produksi.

Sementara jika dilihat dari elastisitasnya, dalam jangka pendek, peubah

kekuatan pasar sangat respon terhadap perubahan biaya per unit dan peubah

ketimpangan produksi sangat respon terhadap perubahan konsentrasi industri. Hal

ini tidak salah jika banyak ahli ekonomi dan pemerhati industri yang

mengkhawatirkan peningkatan konsentrasi akan berdampak kepada kekuatan

pasar dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja pasar.

Page 143: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

129

Hubungan antara Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Broiler Indonesia.

Berdasarkan arah dan besaran pengaruh antara berbagai variabel pada

masing-masing persamaan maka secara umum dapat dinyatakan bahwa terdapat

keterkaitan erat antara struktur, perilaku dan kinerja di industri broiler. Perilaku

dan kinerja industri broiler dipengaruhi oleh struktur industri dan sebaliknya

perubahan struktur industri secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh

perilaku dan kinerja industri seperti terlihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Hubungan antara Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Broiler.

Gambar 21 menunjukkan bahwa struktur industri berupa konsentrasi

industri akan mempengaruhi strategi diantaranya integrasi dan startegi

penggunaan kapital (pangsa biaya pakan) perusahaan ayam broiler dan

selanjutnya mempengaruhi efisiensi biaya dan tingkat keuntungan yang diterima

perusahaan. Perusahaan yang mampu berproduksi secara efisien akan bertahan di

industri dan yang tidak mampu akan tersingkir. Strategi perusahaan dengan

melakukan integrasi vertikal juga akan memperkuat posisi perusahaan baik di

pasar input maupun di pasar output. Selanjutnya integrasi vertikal berdampak

terhadap berkurangnya biaya per unit (komponen kinerja) yang artinya terjadi

peningkatan efisiensi di industri. Efisiensi berhubungan positif dengan kekuatan

pasar (komponen kinerja) dimana semakin efisien perusahaan maka pangsa

pasarnya makin besar sehingga kekuatan pasarnya semakin besar. Namun

integrasi vertikal berhubungan positif dengan harga dan harga yang meningkat

Page 144: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

130

akan meningkatkan keuntungan. Tingkat keuntungan dan harga yang meningkat

akan semakin meningkatkan kekuatan pasar. Kekuatan pasar yang meningkat

akan berdampak terhadap berkurangnya persaingan sehingga akan

menguntungkan perusahaan yang terintegrasi melalui harga broiler dan tingkat

keuntungan yang meningkat. Sehingga secara tidak langsung peningkatan

konsentrasi akibat meningkatnya integrasi berdampak terhadap peningkatan

kekuatan pasar.

Konsentrasi berhubungan positif dan signifikan dengan variabel kinerja

diantaranya harga jual dan ketimpangan produksi. Sementara itu konsentrasi juga

berhubungan positif namun tidak signifikan diantaranya dengan tingkat

keuntungan dan kekuatan pasar. Banyak pengamat ekonomi dalam studi

organisasi industri sepakat bahwa konsentrasi merupakan indeks dari struktur

pasar, sehingga sering dihipotesakan bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi

maka semakin besar pula kemungkinan adanya kekuatan pasar di dalam industri

tersebut. Kondisi ini juga menunjukkan semakin tinggi kemungkinan terjadinya

kolusi.

Integrasi vertikal dapat menimbulkan ekonomisasi dan berdampak

antipersaingan. Perusahaan-perusahaan besar yang melakukan integrasi vertikal

akan semakin memperbesar pangsa pasarnya sehingga efisiensi atau penghematan

akan mudah diperoleh. Terciptanya suatu hambatan masuk bagi perusahaan-

perusahaan baru menyebabkan kondisi pasar semakin mendekati monopoli.

Dalam sistem pasar, integrasi vertikal akan berlangsung dengan baik apabila dapat

menyebabkan penghematan teknis (Jaya, 2004).

Perusahaan terintegrasi dapat bertindak sebagai price maker dan

menentukan tingkat keuntungan yang diinginkan. Hal inilah yang dikhawatirkan

di dalam perkembangan industri broiler tanah air, dimana strategi integrasi selain

dapat meningkatkan efisiensi namun dapat menciptakan suatu hambatan masuk

bagi perusahaan-perusahaan baru sehingga kondisi pasar semakin mendekati

monopoli. Mengutip pernyataan Bhuyan (2005) bahwa mengevaluasi ketiadaan

persaingan dan manfaat efisiensi dari integrasi vertikal sangat kompleks karena

integrasi vertikal dapat secara berkesinambungan (simultan) memiliki manfaat

efisiensi dan dampak tanpa persaingan pada harga dan output. Oleh karena itu,

manfaat dan kerugian bagi kinerja ekonomi dapat berjalan secara simultan dan

peneliti tidak dapat menganalisanya secara terpisah-pisah.

Industri dengan struktur pasar oligopoli yang dicirikan oleh beberapa

perusahaan menguasai sebagian besar pangsa pasar, dapat menetapkan harga yang

berbeda dari satu dengan lainnya di dua perusahaan. Secara umum, akan terlihat

bahwa margin harga-biaya dan keuntungan bervariasi sesuai dengan jumlah

pesaing dan ukuran hambatan masuk. Tingkat keuntungan yang tinggi akan

menarik investor untuk masuk, hambatan masuk turun sehingga jumlah

perusahaan meningkat. Hal ini terlihat pada rentang penelitian ini, jumlah

perusahaan meningkat, hambatan masuk turun dan tingkat keuntungan juga turun.

Selanjutnya di pasar oligopoli, harga diatas biaya marjinal, keuntungan dalam

jangka pendek adalah positif atau negatif, dan jangka panjang keuntungan bisa nol

atau positif (Carlton dan Perloff, 2000). Hal ini merupakan generalisasi yang

menjadi landasan bagi pendekatan Structure-Conduct-Performance.

Meskipun industri mengarah kepada efisiensi, yang menarik di industri

broiler Indonesia adalah, karena adanya peraturan perijinan apabila pengusahaan

Page 145: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

131

diatas 65 ribu ekor per siklus (dikategorikan perusahaan peternakan menurut

Suharno, 2002) maka harus didaftarkan TDP dan SITU di pemerintah pusat.

Sementara apabila dibawah jumlah tersebut maka cukup ijin dari pemerintah

daerah. Maka untuk menghindari hal tersebut, perusahaan-perusahaan skala besar

yang terintegrasi dan memiliki kekuatan pasar ini telah membagi-bagi usaha

broiler nya menjadi usaha-usaha kecil agar tidak menyimpang dari peraturan

tersebut.

Sekarang ini, jika dilihat dari jumlah baik itu perusahaan yang non-integrasi

dan peternak kecil, bisnis ayam broiler di Indonesia terdiri dari jumlah pemain

yang sangat besar. Namun, perusahaan yang beroperasi secara integrasi hanya

sedikit dan semakin mendominasi, diantaranya PT. Charoen Pokphand Indonesia

(CPIN) dan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), yang merupakan

perusahaan asing. Perusahaan ini selain memproduksi dan mendistribusikan

sarana produksi, mereka juga sekaligus menampung hasil produksi peternak.

Mereka juga memiliki slaughtering house dan peternakan ayam sendiri (ranch).

Mereka bahkan memiliki hubungan kuat dengan pemakai daging ayam seperti

restoran ayam goreng, termasuk industri retail seperti supermarket dan

hypermarket.

Pada masa lalu integrasi horisontal dalam kartel baik kartel terang-terangan

maupun maupun yang sifatnya konspirasi diam-diam banyak terjadi. Kini sejak

dikeluarkannya Undang-Undang Anti Praktek Bisnis Tidak Sehat praktek

konspirasi horisontal telah jauh berkurang. Namun demikian persekongkolan

horisontal secara diam-diam tentu sulit dideteksi. Sering dirasakan indikasinya,

misalnya pada industri pakan ternak harga cenderung hampir sama (Iwantono,

2007).

Komisi Pengawas Persaingan Usaha tengah melakukan kajian mengenai

struktur pasar demikian ini. Undang-undang anti monopoli di Indonesia tidak

melarang struktur pasar yang monopsoni atau posisi dominan, sepanjang mereka

tidak melakukan abuse terhadap posisi tersebut melalui tindakan yang

dikategorikan “unfair business practice”. Namun pembuktian semacam itu tentu

tidak mudah.

Unsur kunci dalam investigasi kartel adalah pembuktian adanya

kesepakatan/perjanjian tersebut. Dalam literatur persaingan usaha, untuk

membuktikan adanya suatu persekongkolan harus ada dua jenis bukti yaitu bukti

langsung dan bukti tidak langsung. Bukti langsung, berupa bukti yang dapat

diamati dan menunjukkan adanya suatu perjanjian di antara pelaku usaha yang

bersaing dan substansi dari kesepakatan. Sedangkan bukti tidak langsung berupa

bukti yang tidak secara langsung menyatakan adanya kesepakatan. Bukti tidak

langsung merupakan pembuktian terhadap dugaan atas pemberlakuan suatu

perjanjian. Bukti tidak langsung dapat berupa bukti komunikasi dan bukti

ekonomi.

7 DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN EKSTERNAL TERHADAP

STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI BROILER.

Page 146: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

132

Validasi Model Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Broiler

Evaluasi terhadap daya prediksi suatu model (model validation) sangat

diperlukan untuk mengetahui kualitas model dalam memprediksi perilaku data

aktual yang digunakan dalam suatu model. Kriteria yang sering digunakan untuk

menguji daya prediksi model adalah Root Mean Squares Percent Error (RMSPE)

dan Mean Squares Error (MSE) serta Theil’s inequality coefficient (U), dimana

U-theil ini dapat dikomposisi menjadi proporsi bias (Um), proporsi regresi (Ur)

dan proporsi distribusi (Ud). Kriteria RMSPE yang merupakan nilai kedekatan

variabel endogen hasil pendugaan terhadap nilai aktual selama periode

pengamatan sebelum dilakukan simulasi. Sedangkan untuk melihat kedekatan

garis regresi yang terestimasi dengan data aktualnya digunakan coefficient of

determination (R2).

Pada dasarnya jika nilai RMSPE dan U-theil semakin kecil dan nilai R2

semakin besar, kondisi tersebut mencerminkan pendugaan model yang semakin

baik. Menurut Sitepu dan Sinaga (2006), bahwa model yang baik akan

menghasilkan koefisien U-theil mendekati nol, sebaliknya jika mendekati satu

model dianggap kurang dapat menjelaskan data yang sebenarnya. Nilai koefisien

U-theil (U) berkisar antara 0 – 1. Jika U = 0 maka pendugaan model sempurna,

namun sebaliknya jika U = 1 maka pendugaan model tidak sempurna.

Suatu model pada hakekatnya adalah suatu representasi dari dunia nyata

yang disederhanakan, dimana model yang baik adalah model yang mampu

menjelaskan fenomena tersebut. Oleh karena itu, kriteria yang digunakan dalam

validasi model pada penelitian ini pada dasarnya mengukur sejauh mana besaran

hasil dugaan model mendekati besaran yang sebenarnya atau mendekati nilai

aktual yang dinyatakan dalam besaran error atau kesalahan. Hasil validasi dapat

dilihat pada Tabel 12.

Validasi model ekonometrika struktur, perilaku dan kinerja perusahaan

ayam broiler menggunakan kriteria RMSPE dan U-theil beserta dekomposisinya

secara umum menunjukkan bahwa model layak digunakan untuk simulasi. Hasil

validasi menunjukkan bahwa sebagian besar (71.43 persen) persamaan memiliki

nilai RMSPE kecil dari 50 persen dan sebagian kecil (28.57 persen) memiliki

RMSPE yang lebih besar dari 50 persen. Hal ini berarti, berdasarkan nilai

RMSPE-nya model yang dibangun cukup baik karena sebagian besar mengalami

penyimpangan kurang dari 50 persen dari nilai aktualnya.

Kelayakan model juga didukung dengan nilai U-theil yang sebagian besar

mendekati nilai 0 dimana sebagian besar (85.71 persen) memiliki nilai kecil dari

0.3 dan hanya 2 persamaan (14.29 persen) yang memiliki nilai besar dari 0.3 yaitu

pada persamaan produktivitas tenaga kerja (PDTK) dan tingkat keuntungan

(PROF). Nilai U-theil yang besar pada persamaan tingkat keuntungan diduga

terkait perhitungan variabel tingkat keuntungan yang belum mencerminkan

tingkat keuntungan yang sebenarnya (keuntungan bersih). Tingkat keuntungan

merupakan persentase selisih harga dan biaya per unit produksi terhadap biaya.

Biaya disini mencakup biaya bahan baku, listrik, bahan bakar, obat-obatan dan

biaya-biaya operasional lainnya, sementara tidak memperhitungkan biaya

penyusutan baik barang maupun modal. Nilai U-theil yang berkisar antara 0 dan

Page 147: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

133

1 menunjukkan bahwa model mendekati sempurna jika mendekati 0 dan semakin

tidak sempurna jika mendekati 1. Kelayakan model juga diperkuat dengan hasil

dekomposisi U-Theil (Lampiran) dimana bias proporsi (UM), bias varian (UR)

dan bias kovarian (US) sebagian besar mendekati 0 dan sebaliknya nilai kovarian

(UD) dan nilai kovarian (UC) mendekati 1. Hal ini menunjukkan bahwa bias

model akan semakin kecil dan nilai hasil prediksi mendekati nilai yang

sebenarnya.

Tabel 12. Hasil validasi model ekonometrika menggunakan kriteria RMSPE, R-

Square dan U-theil.

No. Peubah

RMS%

Error

Bias

(UM)

Regresi

(UR)

Dist.

(UD)

Koef.

U

1. Produksi Broiler Domestik 237.4 0.00 0.03 0.97 0.21

2. Konsumsi Broiler Domestik 13.11 0.00 0.00 1.00 0.03

3. Harga Eceran Broiler 6.42 0.00 0.01 0.99 0.03

4. Jumlah Perusahaan Broiler 216.9 0.00 0.07 0.93 0.27

5. Konsentrasi Industri 15.33 0.00 0.04 0.96 0.07

6. Hambatan Masuk 17.91 0.00 0.00 1.00 0.10

7. Integrasi Vertikal 43.70 0.00 0.05 0.95 0.17

8. Pangsa Biaya Pakan 6.93 0.00 0.00 1.00 0.03

9. Harga Jual Perusahaan 19.84 0.00 0.02 0.98 0.09

10. Biaya per Unit 29.98 0.00 0.03 0.97 0.10

11. Produktivitas Tenaga Kerja 255.2 0.00 0.04 0.96 0.33

12. Tingkat Keuntungan 242.4 0.00 0.20 0.80 0.41

13. Kekuatan Pasar 26.49 0.00 0.03 0.97 0.11

14. Ketimpangan produksi 31.44 0.00 0.00 1.00 0.17

Berdasarkan hasil validasi model dengan menggunakan berbagai indikator

di atas maka secara umum dapat dinyatakan bahwa model struktur, perilaku dan

kinerja industri ayam broiler ini layak digunakan dalam simulasi. Pada penelitian

ini, simulasi yang dilakukan adalah perubahan faktor eksternal yang akan

mempengaruhi struktur, perilaku dan kinerja industri broiler, yaitu:

1. Peningkatan sebesar 15 persen permintaan daging ayam broiler (DEMB)

2. Peningkatan sebesar10 persen penawaran daging ayam broiler (PDAB)

3. Peningkatan sebesar 10 persen harga eceran daging ayam broiler (HDABR)

4. Peningkatan sebesar 10 persen harga bahan baku pakan (HPKNR)

5. Peningkatan sebesar 10 persen harga bibit (HBBTR).

Simulasi dampak perubahan faktor eksternal terhadap industri broiler

Untuk mengetahui dampak perubahan faktor eksternal terhadap

perkembangan industri broiler di Indonesia maka dilihat dari perubahan terhadap

model yang dibangun terutama terhadap peubah endogen. Hal ini dapat

berdampak positif maupun negatif terhadap masing-masing peubah endogen.

Page 148: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

134

Dengan dilakukan simulasi dapat diketahui arah dan besaran perubahan dari suatu

peubah endogen dalam sistem kinerja industri broiler di Indonesia, yang

diakibatkan oleh adanya perubahan faktor eksternal. Evaluasi kebijakan dapat

dilakukan dengan membandingkan dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan

tersebut dengan beberapa kebijakan alternatif lainnya.

Tabel 13. Dampak perubahan faktor eksternal terhadap industri broiler

Variabel Nilai Perubahan (%)

Dasar Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5

Harga konsumen 16702.7 3.32 0.05 10.00 -7.63 1.03 Jumlah perusahaan 11.2500 13.60 1.20 3.57 -2.10 -1.72 Produksi broiler 104635 15.27 10.00 16.41 0.12 0.04 Konsumsi broiler 134843 15.00 -0.02 -3.52 2.68 -0.36 Konsentrasi industri 63.1971 -4.92 0.56 4.49 -3.15 -0.50 Hambatan masuk 16.9496 -3.44 0.82 8.60 -5.91 0.03 Integrasi vertikal 9.3196 -6.95 1.53 8.26 -5.06 -0.80 Pangsa biaya pakan 79.1746 -9.17 0.85 5.75 -29.19 -0.29 Harga produsen 12495.3 -1.18 0.71 3.40 -0.65 -0.02 Biaya per unit 0.5546 2.83 -0.67 -3.52 2.13 0.34 Produktivitas tenker 229.4 -11.25 2.66 13.86 -8.37 -1.35 Tingkat keuntungan 219.1 -21.22 3.74 22.82 -14.70 -2.33 Kekuatan pasar 0.4858 -2.00 0.84 6.96 -4.53 0.04 Ketimpangan 2.2450 -9.50 1.08 8.66 -6.05 -0.94 Ket : Simulasi 1 : Kenaikan permintaan daging ayam broiler 15 persen

Simulasi 2 : Kenaikan penawaran daging ayam broiler 10 persen

Simulasi 3 : Kenaikan harga eceran daging ayam broiler 10 persen

Simulasi 4 : Kenaikan harga input pakan ayam broiler 10 persen

Simulasi 5 : Kenaikan harga input bibit DOC broiler 10 persen

1. Dampak peningkatan permintaan daging ayam broiler

Dampak peningkatan permintaan akan menggeser harga dan output

keseimbangan sehingga untuk mempertahankan kinerjanya, perusahaan ayam

broiler akan melakukan perubahan dalam struktur dan strategi usaha seperti

terlihat pada Gambar 22. Peningkatan permintaan akan menggeser kurva

permintaan ke kanan atas sehingga terjadi peningkatan harga (HDABR) dan

output keseimbangan (PDAB). Peningkatan harga output akan menarik investor

baru untuk masuk ke industri sehingga jumlah perusahaan di industri meningkat

(JPAB). Di pasar input, dengan meningkatnya jumlah perusahaan akan

berdampak pada meningkatnya permintaan terhadap input terutama pakan,

sehingga harga pakan akan naik. Peningkatan harga pakan akan berdampak pada

alokasi penggunaan kapital dimana perusahaan mengurangi penggunaan pakan

yang harganya mahal (bungkil kedele dan tepung ikan) dan meningkatkan

penggunaan bahan baku lokal (jagung atau bahan baku pakan lokal alternatif yang

harganya lebih murah) sehingga pangsa biaya pakan dapat dikurangi (SCPK) dan

dapat bersaing di pasar.

Page 149: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

135

-30

-20

-10

0

10

20

3.32

13.6 15.27

-4.92 -3.44 -6.95 -9.17

-1.18

2.83

-11.25

-21.22

-2

-9.5

Perubahan (%)

Gambar 22. Grafik dampak peningkatan permintaan (dalam %) terhadap struktur,

perilaku dan kinerja Industri Broiler Indonesia

Semakin banyak jumlah perusahaan dalam industri maka penyebaran

produksi akan semakin luas sehingga dapat menurunkan rasio konsentrasi

(RCON). Hal ini menyebabkan hambatan masuk industri (MESH) dan integrasi

vertikal (INTG) turun. Integrasi vertikal di perusahaan besar turun berdampak

pada menurunnya produktivitas tenaga kerja (PDTK) sehingga secara total biaya

produksi (COSU) meningkat. Produktivitas yang turun disertai peningkatan biaya

menyebabkan tingkat keuntungan (PROF) menurun. Selanjutnya kekuatan pasar

(MPWR) turun. Selain meningkatnya jumlah perusahaan, peningkatan permintaan

menyebabkan penyebaran produksi menjadi semakin luas sehingga tingkat

ketimpangan (GAP) antara usaha rakyat dan perusahaan semakin kecil.

Berdasarkan hasil simulasi peningkatan permintaan, terlihat bahwa upaya

menurunkan tingkat konsentrasi dan kekuatan pasar dapat dilakukan dengan

meningkatkan permintaan akan produk. Perluasan penyebaran produksi akan

terjadi dan meningkatkan persaingan. Keterbatasan dari kekuatan pasar di suatu

industri adalah kemungkinan masuknya pesaing baru yang potensial. Distorsi

pasar dan inefisiensi pasar dapat menjadi insentif bagi pemain (pendatang) baru

untuk masuk ke pasar, memenuhi permintaan dengan lebih efisien. Ancaman

pendatang ini dapat menegakkan disiplin pasar, melindungi perusahaan yang

terkonsentrasi dari menetapkan harga tinggi disebabkan persaingan yang mereka

hadapi. Selain itu, pasar bagi produk baru dapat muncul dalam jangka panjang,

menawarkan produk substitusi untuk produk sebelumnya yang ditawarkan oleh

industri yang terkonsentrasi tanpa persaingan (King, 2001).

2. Dampak peningkatan penawaran daging ayam broiler

Perubahan penawaran pasar sebagaimana halnya dengan perubahan

permintaan akan menyebabkan terjadinya pergeseran dalam harga dan output

keseimbangan sehingga juga akan berpengaruh terhadap struktur, perilaku dan

kinerja industri broiler seperti terlihat pada Gambar 23. Peningkatan penawaran

dapat terjadi akibat meningkatnya jumlah perusahaan dalam industri atau salah

satu pesaing meningkatkan produksinya dan akan menggeser kurva penawaran ke

kanan. Pergeseran kurva ini akan menyebabkan turunnya harga keseimbangan.

Namun dengan kondisi struktur pasar broiler yang oligopoli disertai permintaan

Page 150: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

136

produk yang inelastis menyebabkan harga ditetapkan tinggi karena tidak akan

banyak berdampak pada menurunnya tingkat permintaan. Harga akan menarik

investor baru untuk masuk sehingga jumlah perusahaan (JPAB) meningkat.

Meningkatnya jumlah perusahaan berdampak pada meningkatnya permintaan

input di pasar input terutama pakan sehingga harga pakan akan naik. Peningkatan

harga pakan berdampak terhadap alokasi penggunaan kapital dimana pakan

sebagai komponen utama menyebabkan pangsa biaya pakan (SCPK) meningkat.

-1

0

1

2

3

4

HD

AB

R

JPA

B

DEM

B

RC

ON

MES

H

INTG

SCP

K

HA

BP

R

CO

SU

PD

TK

PR

OF

MP

WR

GA

P

0.05

1.2

-0.02

0.56 0.82 1.53

0.85 0.71

-0.67

2.66

3.74

0.84 1.08

Perubahan (%)

Gambar 23. Grafik dampak peningkatan penawaran (dalam %) terhadap struktur,

perilaku dan kinerja Industri Broiler Indonesia

Persaingan yang meningkat di industri akan memacu perusahaan bertindak

efisien melalui integrasi vertikal dan meningkatkan inovasi sehingga produktivitas

tenaga kerja (PDTK) meningkat. Meningkatnya integrasi dan produktivitas

berdampak kepada meningkatnya konsentrasi industri (RCON) dan selanjutnya

hambatan masuk industri (MESH) meningkat. Dengan meningkatnya harga

broiler, bagi perusahaan broiler yang terintegrasi ini mendapatkan keuntungan

(PROF) yang cukup tinggi. Meningkatnya keuntungan menyebabkan kekuatan

pasar (MPWR) semakin meningkat sehingga ketimpangan (GAP) menjadi

semakin besar.

Integrasi vertikal dapat menimbulkan ekonomisasi dan berdampak anti

persaingan. Perusahaan-perusahaan besar yang melakukan integrasi vertikal akan

semakin memperbesar pangsa pasarnya sehingga efisiensi atau penghematan akan

mudah diperoleh. Terciptanya suatu hambatan masuk bagi perusahaan-perusahaan

baru menyebabkan kondisi pasar semakin mendekati monopoli (Jaya, 2004).

Apabila dicermati dari hasil simulasi ini, dapat disimpulkan bahwa bentuk

integrasi di industri broiler merupakan bentuk ketiga (monopoli hulu sampai hilir)

menurut Mulyaningsih dan Karseno (2002), dimana bentuk integrasi vertikal

seperti ini adalah perusahaan di hulu yang bersifat monopoli melakukan integrasi

vertikal dengan perusahaan di hilir yang juga monopoli yang menjadi pembeli

inputnya. Bentuk integrasi vertikal seperti ini akan meningkatkan harga produk

akhir. Hal ini dikarenakan monopolisasi pasar oleh perusahaan di hilir karena

dapat memperoleh input melalui perusahaan di hulu yang juga bersifat monopoli

dan terintegrasi secara vertikal dengannya.

Semakin tinggi hambatan masuk maka akan semakin tinggi keuntungan

yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh tingkat output yang meningkat seiring

Page 151: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

137

dengan penurunan biaya produksi pada jangka panjang. Hal ini dapat menjadikan

hambatan masuk bagi pemain baru yang disebabkan mereka sulit untuk bersaing

dengan pemain lama yang lebih dapat mengetahui bagaimana cara memproduksi

dengan biaya yang rendah. Oleh sebab itu, meningkatnya hambatan masuk akan

meningkatkan kekuatan pasar sehingga ketimpangan semakin besar.

3. Dampak peningkatan harga daging ayam broiler

Perubahan dalam struktur, perilaku dan kinerja industri broiler akibat

perubahan harga daging ayam broiler dapat dilihat pada Gambar 24. Peningkatan

harga broiler akan menarik minat investor baru untuk masuk ke dalam industri

sehingga jumlah perusahaan meningkat cukup tinggi (JPAB) dan tentu berdampak

pada meningkatnya produksi daging ayam broiler domestik (PDAB).

Meningkatnya jumlah perusahaan berdampak pada meningkatnya permintaan

input di pasar input terutama pakan sehingga harga pakan akan naik. Peningkatan

harga pakan berdampak terhadap alokasi penggunaan kapital dimana pakan

sebagai komponen utama menyebabkan pangsa biaya pakan (SCPK) meningkat.

Gambar 24. Grafik dampak peningkatan harga broiler (dalam %) terhadap

struktur, perilaku dan kinerja Industri Broiler Indonesia

Persaingan yang meningkat di industri akan memacu perusahaan bertindak

efisien melalui integrasi vertikal dan meningkatkan inovasi sehingga produktivitas

tenaga kerja (PDTK) meningkat. Meningkatnya integrasi dan produktivitas

berdampak kepada meningkatnya konsentrasi industri (RCON) dan selanjutnya

hambatan masuk industri (MESH) meningkat. Dengan meningkatnya harga

broiler, bagi perusahaan broiler yang terintegrasi ini mendapatkan keuntungan

(PROF) yang cukup tinggi. Meningkatnya keuntungan menyebabkan kekuatan

pasar (MPWR) semakin meningkat sehingga ketimpangan (GAP) menjadi

semakin besar. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Daryanto (2009) bahwa

semakin terkonsentrasi suatu industri, maka perbedaan antara yang dibayar

konsumen dan diterima produsen untuk produksi barang mereka semakin besar.

Meningkatnya derajat konsentrasi akan meningkatkan kemampuan penjual

untuk mengatasi persaingan dan mengkoordinasikan perilaku harga (Church dan

Ware, 2000). Hal ini terlihat pada harga jual perusahaan (HABPR) yang

Page 152: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

138

ditetapkan tinggi. Perusahaan terintegrasi bergerak cepat dengan meningkatkan

suplai bahan baku pakan dan bibit. Perusahaan yang telah mencapai skala

ekonomis yang tinggi akan menerima keuntungan (PROF) yang tinggi pula.

Namun peningkatan harga broiler ini berdampak pada turunnya permintaan

(DEMB) sehingga yang paling merasakan dampak penurunan permintaan ini

adalah perusahaan yang tidak terintegrasi dengan diseconomies of scale dimana

biaya produksi yang dikeluarkan besar namun hasil yang didapatkan tidak

seimbang. Bain (1956), mengemukakan tiga hipotesanya mengenai hubungan

tingkat konsentrasi terhadap profit atau tingkat keuntungan, yaitu:

(1) Konsentrasi menimbulkan kolusi; (2) Kolusi akan menciptakan profit jika

hambatan masuk tinggi; (3) Efek ini terjadi pada perusahaan-perusahaan besar.

4. Dampak perubahan kenaikan harga pakan

Bisnis perunggasan merupakan suatu kegiatan usaha yang sangat sensitif

terhadap biaya input dan harga outputnya (cost- and output price-senstitive).

Biaya pakan ternak misalnya, dalam industri perunggasan memiliki kontribusi

yang sangat besar sekitar 70 sampai 80 persen dari biaya produksi secara

keseluruhan. Peningkatan harga input terutama bahan baku utama yaitu pakan

akan mempengaruhi strategi perusahaan dalam menghasilkan output daging ayam

broiler.

Gambar 25. Grafik dampak peningkatan harga bahan baku pakan (dalam %)

terhadap struktur, perilaku dan kinerja Industri Broiler Indonesia

Perubahan dalam struktur, perilaku dan kinerja industri broiler akibat

perubahan harga bahan baku pakan dapat dilihat pada Gambar 25. Jika harga

pakan naik maka biaya produksi juga naik sehingga akan mendorong beberapa

perusahaan keluar dari industri dan beralih ke industri lainnya sehingga jumlah

perusahaan broiler (JPAB) turun. Kondisi ini menyebabkan persaingan meningkat

di industri ini mengingat pakan adalah komponen terbesar dalam penggunaan

input di usaha ini. Persaingan menyebabkan konsentrasi dan hambatan masuk

industri turun. Konsentrasi turun berdampak terhadap integrasi vertikal.

Peningkatan harga pakan mendorong perusahaan melakukan penyesuaian dalam

biaya dengan mengurangi penggunaan input sehingga pangsa biaya pakan (SCPK)

Page 153: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

139

turun. Produktivitas tenaga kerja (PDTK) menurun dan secara umum peningkatan

biaya berdampak pada tingkat keuntungan (PROF) yang turun. Tingkat

keuntungan yang turun berdampak pada turunnya kekuatan pasar (MPWR).

Kekuatan pasar turun berdampak terhadap tingkat persaingan yang meningkat

sehingga ketimpangan (GAP) menurun.

Ayam broiler merupakan ternak penghasil daging yang sangat efisien dalam

mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi daging, sehingga meskipun harga

pakan cukup tinggi perusahaan tetap mengusahakan ayam ini. Selain itu,

meskipun harga input pakan meningkat, namun di dalam struktur industri ayam

broiler tidak dapat langsung serta merta dengan mengurangi produksi atau

menutup usahanya karena di dalam industri ini dibutuhkan modal yang tidak

sedikit sehingga perusahaan tetap berproduksi.

Jika perusahaan dominan tidak menaikkan harga broiler yang cukup dalam

menanggapi kenaikan harga pakan, keuntungan perusahaan dominan akan

menurun, yang akan menyebabkan berkurangnya produksi daging ayam broiler,

dan dengan demikian juga menciptakan potensi ketidakstabilan yang lebih besar

dalam pasokan pasar daging ayam broiler (Weng, 2012). Ketersediaan pakan

yang berkualitas dan murah menjadi prasyarat bagi tumbuhnya industri

peternakan yang maju. Pakan yang murah akan membuat peternak mampu

meningkatkan skala usaha dan keuntungan per satuan, sedangkan pakan yang

berkualitas akan meningkatkan konversi pakan sehingga proses pemberian pakan

menjadi lebih efisien.

5. Dampak perubahan peningkatan harga bibit DOC

Perubahan dalam struktur, perilaku dan kinerja industri broiler akibat

perubahan harga bibit DOC dapat dilihat pada Gambar 26. Peningkatan harga

bibit dapat terjadi karena berkurangnya penawaran bibit DOC dari industri

pembibitan. Peningkatan harga bibit akan mendorong keluar beberapa perusahaan

untuk beralih ke usaha lainnya sehingga jumlah perusahaan turun. Peningkatan

biaya per unit (COSU) mendorong terjadinya kenaikan harga output (HDABR),

mengingat struktur permintaan produk yang inelastis. Peningkatan harga broiler

inilah yang diduga akan memancing perusahaan yang ada untuk meningkatkan

produksinya dengan harapan harga tetap tinggi dan hal ini terindikasi dari

meningkatnya produksi domestik (PDAB). Peningkatan produksi yang bersamaan

akan meningkatkan persaingan, sehingga konsentrasi menurun. Tingkat

konsentrasi turun berdampak pada turunnya integrasi vertikal dan mengakibatkan

turunnya keuntungan (PROF) ditingkat perusahaan sehingga kekuatan pasar

(MPWR) perusahaan turun. Harga ditingkat eceran yang meningkat berdampak

terhadap turunnya ketimpangan (GAP) di tingkat industri.

Page 154: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

140

Gambar 26. Dampak peningkatan harga bibit DOC (dalam %) terhadap struktur,

perilaku dan kinerja Industri Broiler Indonesia

Saat ini kenaikan harga dipicu oleh tingginya harga pakan dan DOC (Day

Old Chicken/ayam umur sehari) akibat pelemahan nilai rupiah terhadap dolar

Amerika Serikat. Hal itu membuat biaya yang harus peternak keluarkan untuk

memelihara ayam ras, mulai dari DOC hingga panen meningkat. Untuk

mendapatkan marjin keuntungan yang wajar, peternak tentu saja harus menaikkan

harga ayam ras yang dijualnya. Namun kenaikan harga ayam ras di tingkat

konsumen tidak serta merta memberikan keuntungan yang menarik bagi peternak.

Mengingat kompleksnya faktor-faktor yang menentukan tingkat harga ayam

ras dan daya saing, maka peningkatan stabilitas harga ayam ras dan daya saing

harus dilakukan. Implikasi ekonomi dari volatilitas harga input yang tinggi

menuntut para peternak baik skala kecil dan besar untuk selalu melaksanakan

upaya cost-saving (efisiensi biaya). Para peternak yang berhasil melaksanakan

cost-saving, maka mereka dapat memperoleh kesempatan lebih besar untuk

meningkatkan pangsa pasarnya (Daryanto, 2014). Selain itu tidak kalah

pentingnya, dalam jangka panjang peningkatan produktivitas tenaga kerja melalui

perbaikan teknologi dan inovasi di usaha broiler dapat meningkatkan efisiensi dan

tingkat keuntungan sehingga makin meningkatkan pangsa pasar.

Dampak peningkatan harga input bahan baku ini juga dapat dijadikan

sebagai acuan bagi pemerintah dalam pengembangan industri broiler. Peningkatan

harga input yang relatif lebih banyak negatifnya dibanding peningkatan harga

output terutama bagi perusahaan skala kecil dan perkembangan industri broiler

tanah air. Harga pakan yang relatif mahal dan sangat tergantung pada impor

karena ketidaksesuaian lahan seharusnya mendorong pemerintah untuk

mendorong kegiatan riset dan pengembangan bahan baku penyusun pakan

alternatif. Bahan baku alternatif ini sebaiknya berasal dari bahan baku lokal tetapi

memiliki ketersediaan yang berkelanjutan sehingga mampu mendorong

peningkatan efisiensi biaya dan harga jual broiler dapat lebih bersaing. Kondisi ini

tidak hanya akan mendorong peningkatan produksi industri tetapi juga mampu

meningkatkan permintaan pakan oleh usaha peternakan dan permintaan produk

asal ternak oleh masyarakat.

Berdasarkan hasil simulasi diatas, terlihat bahwa peningkatan permintaan

yang diikuti dengan peningkatan penawaran atau permintaan akan menciptakan

penawaran (demand creates supply) merupakan faktor positif pendorong

Page 155: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

141

perkembangan industri broiler. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan untuk

mengembangkan industri broiler oleh pemerintah akan lebih efektif dengan

mendorong terjadinya peningkatan permintaan dibanding hanya dengan

mendorong peningkatan produksi atau industri. Penawaran produk-produk

peternakan akan meningkat dengan meningkatnya jumlah usaha peternakan dan

perkembangan usaha peternakan didorong oleh meningkatnya permintaan akan

produk-produk peternakan. Kondisi ini dapat tercapai jika daya beli dan

kesejahteraan masyarakat serta kesadaran akan pentingnya protein hewani di

tingkat masyarakat meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa faktor konsumen

produk hasil ternak menjadi faktor penting dalam pengembangan industri

peternakan karena permintaan akan produk yang tinggi akan mendorong

masuknya pelaku baru dalam industri peternakan sehingga industri menjadi lebih

bersaing dan efisien.

Namun yang perlu diperhatikan bahwa peningkatan produksi ini akan

semakin meningkatkan konsentasi. Adapun kenaikan konsentrasi secara positif

berkorelasi dengan tingkat keuntungan. Konsentrasi dapat menyebabkan efisiensi

biaya atau inefisiensi biaya atau biaya netral. Ketiadaan persaingan yang ketat

dapat mengurangi tekanan bagi produsen dalam penggunaan sumber daya secara

efisien. Sebagai hasilnya, kekuatan pasar yang muncul dari konsentrasi industri

dapat meningkatkan biaya produksi serta mengurangi efisiensi ekonomi secara

agregat. Ada atau tiadanya efek efisiensi yang mampu mengimbangi atau

memperkuat efek kekuatan pasar sangat penting untuk kinerja sistem pangan.

Dengan demikian, konsentrasi dapat berdampak tidak hanya pada konsumen

(sejauh bahwa tabungan atau inefisiensi biaya yang diteruskan kepada mereka),

tetapi juga pada daya saing internasional dan profitabilitas perusahaan (Lopez dan

Lirón-España, 2005).

Hal ini perlu kiranya menjadi perhatian oleh pemerintah, sehingga

disamping perlunya upaya mendorong konsumsi produk pangan hewani ini,

pemerintah juga harus menciptakan iklim usaha bersaing yang sehat dan kondusif.

Untuk itu sangat diperlukan kebijakan persaingan usaha yang memungkinkan

pasar dapat bekerja secara sehat. Kompetisi merupakan elemen penting (critical

elemen) bagi price-oriented market economy. Tanpa persaingan yang fair,

ekonomi menjadi tidak produktif, industri bekerja secara tidak efisien, mendorong

konsentrasi ekonomi yang diikuti oleh abuse of dominant position, kehilangan

daya inovasi dan kreativitas.

Program kemitraan antara perusahaan dengan peternak merupakan salah

satu upaya yang harus terus dikembangkan selain mengembangkan usaha

peternakan yang terintegrasi (business integration). Integrasi vertikal yang terjadi

saat ini masih jauh dari sempurna. Pada sisi lain integrasi semu ini dapat

cenderung tumbuh membentuk monopoli atau oligopoli. Thailand negara Asia

yang sudah maju dalam industri broilernya, telah sejak semula membangun secara

terintegrasi, tetapi terjerumus kedalam bentuk monopoli (Panayotou, 1989 dalam

Yusdja et al, 2000). Sekalipun integrasi tidak saja merupakan suatu keharusan,

tetapi memang harus begitu, namun tidak harus disertai watak monopoli.

Analisis Kesejahteraan Sosial

Peningkatan konsentrasi industri menimbulkan kekhawatiran tentang

dampak potensial terhadap kekuatan pasar. Namun, seperti yang ditunjukkan

Page 156: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

142

dalam makalah awal Williamson, mungkin ada tradeoff antara peningkatan

kekuatan pasar dan efisiensi yang dihasilkan dari peningkatan konsentrasi (baik

melalui merger (integrasi horisontal, integrasi vertikal atau kombinasi keduanya).

Untuk kasus industri broiler, jika dampak kekuatan pasar bersifat lebih dominan,

konsentrasi di industri dapat meningkatkan keuntungan industri dan margin,

sementara konsumen mungkin membayar harga yang lebih tinggi dibandingkan

dari pasar yang kompetitif untuk produk ayam broiler. Di sisi lain, jika efisiensi

(atau pengurangan biaya) memiliki efek lebih besar daripada efek kekuatan pasar,

konsentrasi dapat bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil simulasi peningkatan rasio konsentrasi pada berbagai

tingkatan, didapatkan perhitungan beberapa variabel yang mewakili surplus

produsen dan surplus konsumen, seperti terlihat pada Tabel 14 dibawah ini:

Tabel 14. Dampak peningkatan rasio konsentrasi pada beberapa tingkatan

terhadap kesejahteraan

Indikator Nilai Kenaikan rasio konsentrasi

Dasar 5% 10% 15% 20%

Harga broiler perusahaan 12495.3 4.05 8.11 12.16 16.22

Produksi broiler domestik 104635.0 7.62 15.45 23.28 31.11

Tingkat keuntungan 219.1 24.19 48.43 72.66 96.90

Kekuatan pasar 0.4858 4.08 8.07 12.04 16.04

Harga eceran broiler 16702.7 0.24 0.48 0.73 0.97

Konsumsi broiler domestik 134843.0 -0.09 -0.17 -0.26 -0.34

Biaya per unit 0.5546 -3.59 -7.18 -10.78 -14.39

Produktivitas tenaga kerja 229.4 14.17 28.38 42.59 56.76

Ketimpangan 2.245 9.65 19.28 28.92 38.55

Hasil simulasi diatas menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya

rasio konsentrasi, produksi daging ayam broiler makin meningkat. Dari sisi

produsen, terjadi peningkatan kesejahteraan dikarenakan dengan meningkatnya

produksi maka keuntungan usaha makin meningkat. Produktivitas tenaga kerja

juga berhubungan positif dengan rasio konsentrasi. Produktivitas mencerminkan

tingkat inovasi, artinya dalam jangka panjang terjadi perbaikan dalam teknologi

usaha. Inovasi dapat dilakukan apabila suatu usaha menguntungkan dan dalam

jangka panjang suatu perusahaan dapat memiliki modal yang cukup dalam

advanced teknologi. Sesuai dengan pernyataan Weng (2012) bahwa surplus

produsen berkorelasi positif dengan rasio konsentrasi, yaitu surplus produsen

meningkat bila rasio konsentrasi meningkat, menurun ketika rasio konsentrasi

menurun.

Selanjutnya dari sisi konsumen, dengan meningkatnya rasio konsentrasi

akan semakin meningkatkan harga produk ayam broiler. Namun persentase

kenaikan harga produk lebih rendah dari persentase kenaikan jumlah produksi.

Pada kondisi ini kerugian ditingkat konsumen dapat ditutupi dengan peningkatan

produksi dimana terlihat bahwa tingkat konsumsi meskipun turun namun dengan

persentase yang cukup kecil. Pada pasar persaingan sempurna, peningkatan

produksi akan menyebabkan penurunan harga dari produk yang diminta.

Page 157: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

143

Hasil perhitungan surplus produsen dan surplus konsumen sebagai dampak

perubahan konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini:

Tabel 15. Perhitungan surplus produsen dan surplus konsumen sehubungan

dengan peningkatan konsentrasi industri

Indikator Satuan

Perubahan kesejahteraan

kesejahteraan Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4

Surplus produsen Milyar Rp 50.93 97.80 140.50 179.06

Surplus konsumen Milyar Rp -5.46 -10.92 -16.36 -21.74 Ket : Simulasi 1 : Kenaikan tingkat konsentrasi industri broiler sebesar 5 persen

Simulasi 2 : Kenaikan tingkat konsentrasi industri broiler sebesar 10 persen

Simulasi 3 : Kenaikan tingkat konsentrasi industri broiler sebesar 15 persen

Simulasi 4 : Kenaikan tingkat konsentrasi industri broiler sebesar 20 persen

Berdasarkan perhitungan surplus produsen dan surplus konsumen yang

mengacu kepada perhitungan Sinaga (1989) didapatkan hasil surplus produsen

sebesar 50.928 sementara surplus konsumen didapatkan hasil sebesar -5.463

pada kenaikan rasio konsentrasi sebesar 5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa

kenaikan konsentrasi sebesar 5 persen akan meningkatkan surplus produsen

sebesar 50.928 milyar rupiah dan menurunkan surplus konsumen sebesar 5.463

milyar rupiah. Artinya, produsen jauh diuntungkan dengan kenaikan konsentrasi

ini. Selanjutnya dengan meningkatnya konsentrasi maka surplus produsen juga

semakin besar. Kenaikan konsentrasi industri sampai pada taraf 20 persen semakin

meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja serta kekuatan pasar. Dari

sisi produsen masih diuntungkan dengan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja,

namun kekuatan pasar makin mendorong kenaikan harga produk sehingga

konsumen dirugikan. Berdasarkan hasil estimasi sebelumnya bahwa peubah

integrasi vertikal dan hambatan masuk berhubungan positif dan signifikan

terhadap konsentrasi. Sementara integrasi vertikal berhubungan positif terhadap

efisiensi dan kekuatan pasar. Kekuatan pasar yang besar akan menciptakan

hambatan masuk yang besar pula, demikian pula sebaliknya. Artinya,

meningkatnya integrasi vertikal di industri ini berdampak terhadap meningkatnya

konsentrasi yang secara tidak langsung meningkatkan kekuatan pasar melalui

efisiensi yang meningkat. Menurut George et al. 1992, meskipun integrasi

vertikal mungkin akan mengurangi biaya terhadap transaksi di pasar, integrasi

semacam ini dapat saja memunculkan perusahaan yang memiliki kekuatan pasar

yang sangat besar dengan menciptakan hambatan masuk. Selain itu, semakin

terintegrasi suatu perusahaan maka semakin baik posisinya dalam bisnis sebagai

hasil dari usaha yang efisien, lebih terdiversifikasi menyangkut resiko usaha dan

tingginya barriers to entry.

Beberapa perusahaan yang memiliki keterkaitan proses produksi melakukan

suatu bentuk pengintegrasian secara vertikal sebagai strategi untuk meningkatkan

efisiensi sehingga produk yang dihasilkan menjadi lebih kompetitif. Namun dari

hasil estimasi terdapat hubungan positif antara kekuatan pasar dan efisiensi.

Artinya semakin efisien industri maka kekuatan pasar semakin meningkat. Namun

jika dilihat dari persentase kenaikannya, maka dampak peningkatan konsentrasi

memberikan efek kekuatan pasar yang lebih besar dibandingkan efek efisiensi.

Page 158: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

144

Artinya secara keseluruhan atau agregat, kenaikan konsentrasi lebih lanjut akan

menurunkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan perhitungan penulis, jika pada tahun 2003, konsentrasi industri

di Indonesia berada pada kisaran 50.26 persen, dan meningkat menjadi 54.81

persen pada 2012. Tujuh perusahaan dari sekitar 956 perusahaan di industri ini

menguasai sekitar 53.52 persen di tahun 2003, dan sekarang di tahun 2012

dimana hanya tinggal sekitar 108 perusahaan broiler seluruh Indonesia, tujuh

perusahaan menguasai sekitar 60.32 persen. Maka diprediksi, dominasi pasar dari

perusahaan besar di industri broiler pada tahun 2025 mencapai 70 persen.

Rumusan Kebijakan Pengembangan Usaha Broiler

Salah satu yang menyebabkan kenaikan tingkat konsentrasi di industri

broiler adalah integrasi vertikal sebagaimana yang terlihat pada hasil estimasi

peubah endogen konsentrasi industri pada bab sebelumnya. Semestinya,

peningkatan konsentrasi pasar berkaitan dengan economies of scale dan technical

efficiency improvements, yang mana dapat mendorong harga output turun dan

meningkatkan harga input bahan baku utama dan meningkatkan output (Stiegert

dan Carton, 1998). Namun integrasi vertikal yang terjadi di industri broiler

sekarang ini menyebabkan turunnya tingkat persaingan sehingga konsentrasi

industri meningkat. Selanjutnya, meningkatnya konsentrasi dan integrasi

menyebabkan meningkatnya harga output. Seperti prediksi awal dari lembaga

yang ahli dan pemerhati masalah industri, mereka umumnya sepakat bahwa

konsentrasi kemungkinan akan meningkat di masa depan, berpotensi

meningkatkan kekhawatiran tentang kekuatan pasar dan manipulasi harga

komoditas dan pangan (Shields, 2010).

Hal ini mengindikasikan bahwa integrasi vertikal yang dijalankan di industri

broiler merupakan integrasi semu, dimana semestinya dengan integrasi, usaha

menjadi lebih efisien dan harga produk menjadi rendah. Hal ini mengingat bahwa,

di dalam usaha budidaya ayam ras, baik petelur maupun pedaging, ada empat pola

usaha ternak (budidaya), yakni : (1) usaha ternak ayam ras menyediakan sendiri

seluruh sapronaknya baik langsung maupun melalui perusahaan afiliasi, (2) usaha

ternak ayam menyediakan sendiri sebagian sapronaknya, misalnya usaha ternak

menghasilkan sendiri pakan ayam ras tetapi tidak menyediakan Day Old Chick

(DOC) atau sebaliknya, (3) usaha ternak yang membeli sendiri seluruh

sapronaknya langsung dari pabrik, dan (4) usaha ternak ayam ras yang membeli

seluruh sapronaknya melalui poultry shop. Dari empat pola usaha ini, pola satu

dan dua mempunyai peluang yang lebih baik dalam berbagai kondisi pasar.

Sedangkan usaha ternak pola empat berada pada posisi bersaing yang lemah dan

sangat peka terhadap perubahan harga sapronak. Dalam keadaan harga sapronak

naik, sedangkan harga produk ayam ras tidak naik, maka usaha ternak pola

keempat ini akan sangat menderita (Alim, 1996). Karena sesungguhnya suatu

perusahaan akan melakukan integrasi vertikal apabila manfaat yang diperolehnya

jauh lebih besar daripada biaya-biaya yang mungkin akan dihadapinya

(Mulyaningsih dan Karseno, 2002)

Kekuatan pasar berhubungan positif dengan pengurangan biaya. Artinya

makin efisien industri maka kekuatan pasar makin meningkat. Namun jika dilihat

dari persentase kenaikannya, maka efek kekuatan pasar lebih besar dari efek

Page 159: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

145

efisiensi. Efek kekuatan pasar yang berhubungan dengan perusahaan-perusahaan

dominan adalah rente ekonomi di industri yang wajib dibayar, sehingga

berdampak pada harga produk yang lebih tinggi, sehingga mengurangi pendapatan

bersih peternak dari tingkat yang mungkin sebaliknya jika ada di kondisi pasar

persaingan sempurna. Di samping itu, efek dari pasar yang kuat di industri broiler

memiliki implikasi bagi stabilitas baik pasokan dan harga produk untuk

konsumen.

Mc. Donald dan Key (2012) mengungkapkan bahwa kekuatan pasar oleh

perusahaan pengolahan ayam pedaging (integrator) adalah masuk akal karena

pasar lokal untuk pembudidaya (grower) telah terkonsentrasi dan karena peternak

pembudidaya harus menghadapi resiko yang timbul dari investasi besar dalam

aset tertentu yang ditetapkan terhadap komitmen pembelian yang terbatas di

integrator. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi di integrator

meskipun kecil namun secara ekonomi bermakna dalam mengurangi kompensasi

yang diterima peternak.

Sebagaimana industri pangan yang semakin maju, dan didorong oleh

permintaan konsumen, maka koordinasi vertikal, sebagai strategi bisnis menjadi

sangat penting sekarang karena hal ini memungkinkan petani dan industri pangan

untuk mengatur dan menyesuaikan produksi mereka berdasarkan kebutuhan pasar.

Hal ini dipercaya bahwa integrasi vertikal dan kontrak sistemnya pada akhirnya

menyebabkan perubahan, dimana secara konsisten terjadi peningkatan kualitas,

produk lebih beragam dan lebih banyak pilihan produk bagi konsumen.

Williamson (1974) dalam Bhuyan (2005), berpendapat bahwa integrasi vertikal

menciptakan efisiensi dengan mengurangi biaya transaksi terkait dengan

pertukaran (market exchange). Perusahaan terintegrasi akan mampu mengurangi

inefisiensi alokatif dengan melakukan diversifikasi resiko, memastikan penawaran

atau pasar, menangkap peluang atau skala ekonomis, menginternalkan

eksternalitas di produksi, penentuan harga dan keputusan pasar (Klein et al.

1978).

Konsentrasi disertai konsolidasi integrasi di industri akan menurunkan

margin pemasaran jika dampak ukuran ekonomi berlaku dan akan meningkatkan

margin pemasaran jika dampak kekuatan pasar berlaku. Implikasi dari kenaikan

konsentrasi di industri broiler ini bagi para penentu kebijakan, dimana jika

perusahaan agribisnis yang memegang kekuatan pasar berusaha menambah

keuntungan yang berlebihan, maka peternak harus makmur bersama dengan

perusahaan-perusahaan agribisnis swasta. Kebijakan peternakan unggas oleh

pemerintah diarahkan pada visi pemberdayaan peternak dan usaha agribisnis

peternakan, peningkatan nilai tambah dan dayasaing dengan misi mendorong

pembangunan peternakan. Program peningkatan produktivitas dan produksi ayam

broiler lebih diarahkan pada pengembangan transformasi skala usaha rakyat

mencapai skala menengah melalui pendekatan pola produksi yang lebih efisien

dan kelembagaan.

Bagi peternak, kehadiran koperasi produsen dapat mengurangi kesempatan

untuk eksploitasi oleh perusahaan besar. Mereka sulit makmur dalam persaingan

dengan perusahaan swasta. Peternak mesti berkonsolidasi kedepannya untuk dapat

bersaing dan bertahan. Koperasi dapat berintegrasi secara vertikal untuk

beroperasi di hampir semua fase pasokan input pertanian, kontraktor, pengolahan

hasil, dan pemasaran produk. Koperasi dihadirkan untuk dapat memberikan

Page 160: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

146

kekuatan penyeimbang terhadap perusahaan swasta besar, sehingga keuntungan

agregat keseluruhan perusahaan agribisnis yang mengolah dan memasarkan

produk-produk pertanian dapat dinikmati masyarakat keseluruhan.

Industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan

perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi

usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk dari produk-produk

unggas luar negeri. Produk unggas, yakni daging ayam dan telur, dapat menjadi

lebih murah sehingga dapat menjangkau lebih luas masyarakat di Indonesia.

Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan yang cukup berat

baik secara global maupun lokal karena dinamika lingkungan strategis di dalam

negeri. Tantangan global ini mencakup kesiapan dayasaing produk perunggasan,

utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan,

yang merupakan 70-80 persen dari biaya produksi karena sebagian besar masih

sangat tergantung dari impor. Upaya meningkatkan dayasaing produk

perunggasan harus dilakukan secara simultan dengan mewujudkan harmonisasi

kebijakan yang bersifat lintas Departemen. Hal ini dilakukan dengan tetap

memperhatikan faktor internal seperti menerapkan efisiensi usaha, meningkatkan

kualitas produk, menjamin kontinuitas suplai dan sesuai dengan permintaan pasar.

Terwujudnya industri perunggasan yang berdayasaing dicirikan oleh ketidak-

tergantungan terhadap komponen bahan baku impor dan terjadinya transformasi

dari skala usaha yang subsisten ke skala menengah maupun skala besar.

Dua hal pokok harus digarap oleh industri perunggasan Indonesia saat ini

demi pertumbuhan bisnis ini secara sehat. Pertama adalah promosi, dan kedua

adalah peningkatan jumlah kandang peternak komersial secara signifikan.

Sebagian besar persoalan industri broiler tanah air muaranya pada rendahnya

daya serap konsumen. Pertumbuhan tingkat konsumsi daging ayam oleh publik

tidak secepat tumbuhnya industri tersebut. Upaya promosi atau kampanye

peningkatan konsumsi daging ayam terbukti di berbagai belahan dunia mampu

memperbesar pasar, dan berikutnya akan berkontribusi menekan fluktuasi harga

produk (live bird).

Selama ini, industri perunggasan di hulu, dalam hal ini breeding

(perusahaan pembibitan) produsen DOC (anak ayam umur sehari) maupun

feedmill (pabrikan pakan) berkembang demikian pesat dan produksinya jauh

meningkat dibandingkan kurun waktu sebelumnya. Tetapi pertumbuhan dan

perkembangan ini tidak diimbangi penambahan kandang budidaya dan

peningkatan kualitas cara-cara budidaya yang setara. Alhasil, tak jarang produsen

DOC dan pakan berebut peternak pelanggan, dan perang harga acapkali tak

terelakkan. Sebagaimana terjadi di waktu-waktu terakhir ini, DOC

diperdagangkan dengan harga tidak wajar, seolah tak ada harganya (Dawami,

2012).

Upaya penambahan kandang budidaya pembesaran secara signifikan akan

berpengaruh pada serapan DOC dan berpengaruh pada stabilisasi harga. Peternak

harus diberi rangsangan modal untuk mampu menambah kapasitas kandang atau

mampu menarik pelaku-pelaku baru di segmen budidaya. Rangsangan dapat

berupa kredit dari perbankan maupun program kredit dari pemerintah. Berikutnya

diikuti dengan upaya peternak meningkatkan efisiensi sehingga HPP (harga pokok

produksi) dapat ditekan dan harga jual tidak di bawah ongkos produksi. Dengan

Page 161: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

147

kata lain, berapa pun banyaknya produksi ayam, peternak tidak merugi tetapi

konsumen juga tidak diberatkan dengan harga yang terlalu mahal.

Efisiensi bisa ditingkatkan melalui beberapa strategi. Diantaranya dengan

meningkatkan utilitas. Melalui sentuhan teknologi, kepadatan kandang dapat

ditingkatkan, okupansi tenaga kandang dapat ditambah, tingkat stres dapat

ditekan, masa budidaya dapat lebih singkat, dan beberapa perbaikan performa

lainnya yang berujung pada meningkatnya efisiensi.

Pada sisi lain, industri perunggasan menghadapi berbagai tantangan

diantaranya pasar bebas baik regional maupun pasar dunia. Untuk itu perlu

dilakukannya pembenahan guna menghadapi berbagai perubahan-perubahan

lingkungan strategis. Semua tantangan yang ada didepan dan permasalahan yang

ada saat ini, menjadi bahan pertimbangan utama dalam menciptakan industri

perunggasan yang tangguh, mandiri dan efisien. Untuk itu diperlukan strategi dan

program yang pas dari pemerintah dalam menyusun strategi dan program

pembangunan industri unggas nasional. Perlu adanya kesamaan persepsi tentang

dasar pemikiran dan konsepsi tentang perunggasan. Pembenahan dalam industri

perunggasan akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam pembenahan sub-

sektor peternakan dari hulu hingga ke hilir.

Hasil penelitian MacDonald dan Key (2012) menemukan hal yang kecil tapi

bermakna secara ekonomi sebagai dampak dari jumlah integrator terhadap

kompensasi yang diterima peternak produsen broiler di Amerika pada 2007.

Peternak yang menghadapi integrator tunggal dibayar 7-8 persen lebih sedikit

secara rata-rata, dibandingkan peternak yang menghadapi empat atau lebih

integrator. Temuan ini diperkuat untuk kontrol di tingkat kompensasi lokal untuk

operasi dan fitur kontrak, faktor yang juga terbukti mempengaruhi kompensasi

kontrak dan bervariasi di seluruh peternak. Meskipun mereka mencirikan dampak

kompetisi yang kecil dari harga integrator, perbedaan sederhana dalam

pendapatan dapat diterjemahkan ke dalam perbedaan substansial dalam laba

bersih seluruh operasi. Untuk kondisi di industri broiler Indonesia saat ini dimana

struktur usaha masih dominan dikuasai dua perusahaan asing yang terintegrasi

menyebabkan rendahnya tingkat kompetisi di tingkat industri. Hal ini tentu sedikit

banyak berpengaruh terhadap kinerja sistem kontrak kemitraan di tanah air.

Untuk itu industri peternakan ayam perlu dibenahi agar produksinya bisa

maksimal dan bersaing, di samping meningkatkan kesejahteraan peternak ayam,

dan menaikkan daya beli masyarakat. Penanganan jangka panjang ketersediaan

bahan baku sangat penting agar peternak rakyat bisa berkompetisi. Kondisi

peternak saat ini sangat sulit, dimana di satu sisi harus berhadapan dengan

perusahaan besar yang menguasai peternakan unggas dari hulu sampai hilir

(integrasi vertikal dan horisontal) sehingga bisa mengendalikan harga, sementara

di sisi lain harus bersiap dengan serbuan produk impor.

Page 162: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

148

Tabel 16. Implikasi kebijakan pemerintah di dalam memperbaiki Struktur,

Perilaku dan Kinerja Industri Broiler sehubungan dengan simulasi

Simulasi Implikasi Kebijakan

Kenaikan

permintaan

- Mendorong perkembangan industri broiler dengan

mempermudah regulasi dan deregulasi

- Menciptakan iklim usaha bersaing yang sehat dan

kondusif

Kenaikan

penawaran

- Meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat

- Terus mengkampanyekan pentingnya konsumsi pangan

asal protein hewani di masyarakat

Kenaikan harga

broiler

- Mendorong perkembangan usaha broiler rakyat yang

efisien, sebagai contoh dengan memberikan bantuan

kredit lunak untuk penyediaan sarana dan prasarana

- Memberikan penyuluhan ke peternak mengenai

introduksi kandang tertutup yang efisien (close-house)

Kenaikan harga

pakan

- Mendorong kegiatan riset dan pengembangan bahan

baku penyusun pakan alternatif sumber protein

- Memperbaiki infrastruktur pemasaran pakan yang

efisien

Kenaikan harga

DOC

- Meningkatkan koordinasi antara pabrik pembibitan dan

sektor budidaya

- Mengupayakan penambahan kandang budidaya

pembesaran dengan bantuan kredit lunak

Kenaikan

konsentrasi

- Beberapa usaha rakyat yang memiliki keterkaitan

proses produksi melakukan suatu bentuk

pengintegrasian secara vertikal sebagai upaya strategi

untuk meningkatkan efisiensi

- Konsolidasi koperasi dapat dilakukan untuk

memperkuat posisi bargaining dan sebagai

penyeimbang kekuatan perusahaan besar

Page 163: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

149

8 KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang dampak konsentrasi

industri terhadap kinerja dan kesejahteraan masyarakat di industri broiler

Indonesia maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat keterkaitan erat antara tingkat konsentrasi industri terhadap kinerja

industri broiler dimana konsentrasi yang meningkat akan meningkatkan

strategi integrasi vertikal. Perilaku Integrasi vertikal selanjutnya berdampak

kepada efisiensi dan kekuatan pasar. Konsentrasi dan integrasi vertikal yang

meningkat akan mengurangi tingkat persaingan di industri dan akan

menguntungkan perusahaan yang terintegrasi. Tingkat keuntungan yang

meningkat akan semakin meningkatkan kekuatan pasar. Secara tidak

langsung peningkatan konsentrasi berdampak terhadap peningkatan kekuatan

pasar. Perusahaan-perusahaan besar yang melakukan integrasi vertikal akan

semakin memperbesar pangsa pasarnya sehingga efisiensi atau penghematan

akan mudah diperoleh. Terciptanya suatu hambatan masuk bagi perusahaan-

perusahaan baru menyebabkan kondisi pasar semakin mendekati monopoli.

2. Berdasarkan hasil simulasi peningkatan permintaan daging ayam broiler,

terlihat bahwa upaya menurunkan tingkat konsentrasi dan kekuatan pasar

dapat dilakukan dengan meningkatkan permintaan akan produk. Permintaan

akan berdampak terhadap perluasan penyebaran produksi dan akan

meningkatkan persaingan. Penawaran produk-produk peternakan akan

meningkat dengan meningkatnya jumlah usaha peternakan dan perkembangan

usaha peternakan didorong oleh meningkatnya permintaan akan produk-

produk peternakan (demand creates supply).

3. Kenaikan konsentrasi industri sampai pada taraf 20 persen meningkatkan

efisiensi, produktivitas tenaga kerja dan kekuatan pasar. Dari sisi produsen

masih diuntungkan dengan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja, namun

kekuatan pasar akan semakin mendorong kenaikan harga produk sehingga

konsumen dirugikan. Kemudian jika dilihat dari persentase kenaikannya,

maka efek kenaikan kekuatan pasar lebih besar dari efek kenaikan efisiensi.

Artinya secara keseluruhan atau agregat, kenaikan konsentrasi lebih lanjut

akan menurunkan kesejahteraan masyarakat.

Implikasi Kebijakan

Berdasarkan hasil pembahasan struktur, perilaku dan kinerja perusahaan

broiler dan dilanjutkan dengan simulasi kebijakan maka beberapa hal yang perlu

dilakukan untuk mendorong perkembangan industri broiler adalah:

1. Pemerintah perlu menyediakan berbagai regulasi untuk mendorong perubahan

struktur industri menuju pasar yang lebih bersaing. Pengembangan pasar input

bahan baku pakan, lembaga penunjang (perbankan dan koperasi), pengembangan

industri pakan dan DOC serta sarana dan prasarana budidaya unggas dan

Page 164: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

150

pengolahan hasil ternak harus dilakukan secara terintegrasi dalam kerangka

pengembangan agribisnis peternakan unggas.

2. Terkait perkembangan usaha broiler agar dapat memberikan manfaat bagi

produsen dan konsumen serta masyarakat keseluruhan, pemerintah perlu

menyusun kebijakan industri ayam broiler untuk jangka panjang dengan

memperhatikan perubahan lingkungan yang mempengaruhinya baik lingkungan

regional dan nasional maupun wilayah/daerah agar kebijakan tersebut tepat

sasaran, mengingat peran usaha ayam broiler yang sangat strategis. 3. Mengingat semakin timpangnya struktur produksi di industri broiler maka

kiranya pengembangan agribisnis peternakan unggas oleh pemerintah

diarahkan pada visi pemberdayaan peternak dan usaha agribisnis terpadu,

peningkatan nilai tambah dan daya saing dengan misi mendorong

pembangunan perunggasan. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa integrasi

vertikal dapat meningkatkan efisiensi melalui biaya produksi yang rendah.

Untuk itu upaya peningkatan efisiensi usaha broiler perlu dilakukan dengan

penyuluhan-penyuluhan secara berkesinambungan. Program peningkatan

produktivitas dan produksi ayam broiler lebih diarahkan pada pengembangan

transformasi skala usaha rakyat mencapai skala menengah melalui

pendekatan pola produksi yang lebih efisien dan kelembagaan.

4. Peningkatan efisiensi usaha peternakan ayam broiler di tingkat perusahaan

dapat menjadi role model bagi pemerintah dalam pengembangan usaha

broiler rakyat. Kebijakan pemerintah seharusnya lebih terfokus pada

penggunaan teknologi pakan dan bibit yang bermutu serta penggunaan

kandang modern (close house). Penanganan jangka panjang ketersediaan

bahan baku sangat penting agar peternak rakyat dapat berkompetisi.

Profesionalisme penyuluh peternakan juga perlu ditingkatkan sehubungan

dengan introduksi teknologi di tingkat peternak agar teknologi yang

digunakan dapat efisien dan tepat guna.

Saran Penelitian Lanjutan

Penelitian lanjutan sangat diharapkan untuk dapat melihat perkembangan

industri broiler di Indonesia secara lebih komprehensif mengingat usaha ayam

broiler memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke

depan (forward linkages), diantaranya :

1. Perlu ditelitinya keterkaitan kelembagaan dalam industri ayam broiler yang

mencakup industri dari hulu ke hilir termasuk koperasi dan poultry shop

melalui analisis Structure Conduct Performance sehingga pembahasan terkait

konsentrasi dan integrasi vertikal dapat lebih dipertajam.

2. Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam sehubungan dengan kinerja

peternak ayam broiler, baik itu peternak mandiri atau kemitraan, untuk dapat

melihat langsung kondisi peternakan broiler yang ada sekarang.

3. Data industri broiler sebaiknya menggunakan data time series tahunan

berdasarkan survei perusahaan peternakan unggas seluruh Indonesia.

Page 165: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

151

Page 166: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

157

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pendugaan Model Ekonometrika Simultan Struktur, Perilaku dan Kinerja

Industri Broiler Indonesia

The SAS System The MODEL Procedure Model Summary

Page 167: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

158

Model Variables 14 Endogenous 14 Parameters 83 Equations 14 Number of Statements 14 The 14 Equations to Estimate PDAB = F(a0(1), a1(HDABR), a2(JPAB), a3(HPKNR), a4(PRODF), a5(YEAR)) DEMB = F(b0(1), b1(HDABR), b2(HDSPR), b3(HDIKR), b4(HTARR), b5(PDRB), b6(YEAR)) HDABR = F(c0(1), c1(MPWR), c2(HPKNR), c3(DEMB), c4(PRODF), c5(HBBTR), c6(YEAR)) JPAB = F(d0(1), d1(RHDAB), d2(DEMB), d3(PROF), d4(DINV)) RCON = F(e0(1), e1(PDAB), e2(DEMB), e3(INTG), e4(MESH), e5(PDTK)) MESH = F(f0(1), f1(RCON), f2(COSU), f3(MPWR), f4(INTG)) INTG = F(g0(1), g1(JPIK), g2(PDAB), g3(PDTK), g4(RCON)) SCPK = F(h0(1), h1(HPKNR), h2(INTG), h3(SCOT), h4(DEMB), h5(JPAB)) HABPR = F(k0(1), k1(RCON), k2(DEMB), k3(HPKNR), k4(HBBTR), k5(INTG), k6(YEAR)) COSU = F(l0(1), l1(JPES), l2(PRODF), l3(INTG), l4(PDTK), l5(RCON)) PDTK = F(m0(1), m1(WAGR), m2(RHDAB), m3(RCON), m4(INTG), m5(YEAR)) PROF = F(n0(1), n1(SCOP), n2(JPES), n3(RCON), n4(PDTK), n5(GAP)) MPWR = F(o0(1), o1(HDABR), o2(RCON), o3(PDTK), o4(COSU), o5(JPES)) GAP = F(p0(1), p1(RCON), p2(PDTK), p3(RHDAB), p4(YEAR)) Instruments 1 PROPID VBBT HBBTR YEAR WAGR JTEK SCOP HDSPR HDIKR HTARR IHK JPIK VPKN HPKNR IHP DINV PDRB PRODF NCAP JPES NOTE: The instrument IHP is a linear combination of other instruments. NOTE: At 2SLS Iteration 1 CONVERGE=0.001 Criteria Met. The SAS System The MODEL Procedure 2SLS Estimation Summary Data Set Options DATA= UBOILER Minimization Summary Parameters Estimated 83 Method Gauss Iterations 1 Final Convergence Criteria R 0 PPC 2.16E-11 RPC(a0) 3.2705E9 Object 0.988055 Trace(S) 8.6185E8 Objective Value 6.3003E8 Observations Processed Read 24 Solved 24 The SAS System The MODEL Procedure Nonlinear 2SLS Summary of Residual Errors DF DF Adj Durbin Equation Model Error SSE MSE R-Square R-Sq Watson

Page 168: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

159

PDAB 6 18 1.193E10 6.6289E8 0.9650 0.9553 0.8380 DEMB 7 17 3.321E9 1.9535E8 0.9846 0.9792 0.9833 HDABR 7 17 26547143 1561597 0.7029 0.5981 1.3933 JPAB 5 19 1153.0 60.6830 0.6929 0.6283 1.0176 RCON 6 18 692.7 38.4835 0.8449 0.8018 1.4618 MESH 5 19 152.2 8.0114 0.7013 0.6384 1.9554 INTG 5 19 91.1826 4.7991 0.7716 0.7235 1.1089 SCPK 6 18 582.1 32.3405 0.6550 0.5592 2.2484 HABPR 7 17 33720870 1983581 0.7664 0.6839 1.2017 COSU 6 18 0.0779 0.00433 0.8485 0.8064 1.9982 PDTK 6 18 639544 35530.2 0.6244 0.5200 1.9173 PROF 6 18 388979 21609.9 0.7569 0.6894 2.9150 MPWR 6 18 0.00926 0.000514 0.9817 0.9767 2.4484 GAP 5 19 12.2069 0.6425 0.6992 0.6358 1.2388 Nonlinear 2SLS Parameter Estimates Approx Approx Parameter Estimate Std Err t Value Pr > |t| Label a0 -330317 166022 -1.99 0.0620 Intercept a1 8.509662 4.6409 1.83 0.0833 Harga eceran broiler a2 7355.853 655.0 11.23 <.0001 Jumlah perusahaan broiler a3 28.88879 18.7814 1.54 0.1414 Harga input pakan a4 0.274686 0.0559 4.92 0.0001 Produksi broiler domestik a5 8665.535 7901.0 1.10 0.2872 Trend b0 -191177 73671.6 -2.59 0.0189 Intercept b1 -2.83943 1.6334 -1.74 0.1002 Harga eceran broiler b2 2.706981 1.8770 1.44 0.1674 Harga eceran daging sapi b3 20.7128 2.9147 7.11 <.0001 Harga eceran ikan b4 -22.2648 5.8080 -3.83 0.0013 Harga eceran telur ayam b5 0.667227 0.0299 22.34 <.0001 PDRB b6 22782.38 5381.1 4.23 0.0006 Trend c0 30165.41 3905.6 7.72 <.0001 Intercept c1 2250.7 2505.9 0.90 0.3816 Kekuatan pasar c2 -3.01791 0.6226 -4.85 0.0002 Harga input pakan c3 0.028552 0.0269 1.06 0.3039 Konsumsi broiler domestik c4 -0.02393 0.0173 -1.39 0.1839 Produksi broiler perusahaan c5 0.586888 0.3383 1.73 0.1009 Harga bibit DOC c6 -638.258 359.8 -1.77 0.0940 Trend d0 -27.7055 8.9334 -3.10 0.0059 Intercept d1 3.540493 1.5604 2.27 0.0351 Rasio harga broiler thd pakan d2 0.000124 0.000023 5.49 <.0001 Konsumsi broiler domestik d3 0.020373 0.0122 1.67 0.1117 Tingkat keuntungan d4 -0.42565 0.3397 -1.25 0.2254 Penambahan investasi e0 46.04805 7.0964 6.49 <.0001 Intercept e1 0.000031 0.000022 1.43 0.1711 Produksi broiler domestik e2 -0.0001 0.000029 -3.41 0.0031 Konsumsi broiler domestik e3 1.959208 0.6246 3.14 0.0057 Integrasi vertikal e4 0.716522 0.4658 1.54 0.1414 Hambatan masuk e5 -0.0143 0.00796 -1.80 0.0894 Produktivitas tenaga kerja f0 -54.9558 27.6295 -1.99 0.0613 Intercept f1 0.16701 0.0715 2.33 0.0307 Konsentrasi industri f2 58.33768 26.7498 2.18 0.0420 Biaya per unit f3 43.07141 25.7363 1.67 0.1106 Kekuatan pasar f4 0.866149 0.3449 2.51 0.0212 Integrasi vertikal g0 -3.22855 3.4410 -0.94 0.3599 Intercept g1 -0.23841 0.2863 -0.83 0.4153 Jumlah perusahaan pakan g2 4.026E-6 4.546E-6 0.89 0.3870 Produksi broiler domestik

Page 169: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

160

g3 0.006182 0.00217 2.85 0.0102 Produktivitas tenaga kerja g4 0.177627 0.0481 3.69 0.0015 Konsentrasi industri h0 50.37712 14.7282 3.42 0.0031 Intercept h1 0.008418 0.00322 2.62 0.0174 Harga riil pakan h2 -0.93963 0.3484 -2.70 0.0147 Integrasi vertikal h3 -1.18332 0.5059 -2.34 0.0311 Pangsa biaya lainnya h4 0.00003 0.000022 1.38 0.1846 Konsumsi broiler domestik h5 0.074885 0.1603 0.47 0.6459 Jumlah perusahaan broiler k0 3228.563 4448.7 0.73 0.4779 Intercept k1 11.95296 61.6176 0.19 0.8485 Konsentrasi industri

Page 170: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

161

The SAS System The MODEL Procedure Nonlinear 2SLS Parameter Estimates Approx Approx Parameter Estimate Std Err t Value Pr > |t| Label k2 0.013509 0.00506 2.67 0.0162 Konsumsi broiler domestik k3 0.390864 0.6818 0.57 0.5739 Harga input pakan k4 0.16468 0.3856 0.43 0.6747 Harga input bibit k5 591.4382 154.2 3.84 0.0013 Integrasi vertikal k6 -532.249 380.5 -1.40 0.1799 Trend l0 0.683887 0.1387 4.93 0.0001 Intercept l1 -0.00106 0.00163 -0.65 0.5233 Jumlah perusahaan pesaing l2 3.123E-7 1.947E-7 1.60 0.1261 Produksi broiler perusahaan l3 -0.0256 0.00824 -3.10 0.0061 Integrasi vertikal l4 -0.00009 0.000094 -0.96 0.3485 Produktivitas tenaga kerja l5 0.001048 0.00240 0.44 0.6672 Konsentrasi industri m0 -1740.2 860.4 -2.02 0.0582 Intercept m1 0.002445 0.00140 1.74 0.0984 Upah riil m2 64.66432 38.4363 1.68 0.1098 Rasio harga broiler thd pakan m3 -1.39919 4.8379 -0.29 0.7757 Konsentrasi industri m4 46.50949 17.0015 2.74 0.0136 Integrasi vertikal m5 -275.275 142.0 -1.94 0.0683 Trend n0 -71.3947 198.8 -0.36 0.7237 Intercept n1 -26.1857 10.1642 -2.58 0.0190 Pangsa biaya operasional n2 -0.32166 2.8048 -0.11 0.9100 Jumlah perusahaan pesaing n3 1.655753 3.7875 0.44 0.6672 Konsentrasi industri n4 0.912869 0.2666 3.42 0.0030 Produktivitas tenaga kerja n5 83.70797 41.4272 2.02 0.0585 Kesenjangan produksi o0 0.900537 0.0911 9.88 <.0001 Intercept o1 8.844E-6 3.233E-6 2.74 0.0136 Harga riil broiler o2 0.000379 0.000564 0.67 0.5105 Konsentrasi industri o3 -0.00008 0.000034 -2.44 0.0253 Produktivitas tenaga kerja o4 -1.02181 0.0667 -15.31 <.0001 Biaya per unit o5 -0.00008 0.000415 -0.20 0.8443 Jumlah perusahaan pesaing p0 -4.50166 1.2852 -3.50 0.0024 Intercept p1 0.069869 0.0145 4.83 0.0001 Konsentrasi industri p2 -0.00014 0.000862 -0.17 0.8705 Produktivitas tenaga kerja

Page 171: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

162

The SAS System The MODEL Procedure Nonlinear 2SLS Parameter Estimates Approx Approx Parameter Estimate Std Err t Value Pr > |t| Label p3 0.38968 0.1757 2.22 0.0389 Rasio harga broiler thd pakan p4 0.128658 0.2061 0.62 0.5399 Trend Number of Observations Statistics for System Used 24 Objective 630034176 Missing 0 Objective*N 1.5121E10 The SAS System The MODEL Procedure Heteroscedasticity Test Equation Test Statistic DF Pr > ChiSq Variables PDAB White's Test 23.54 20 0.2631 Cross of all vars DEMB White's Test 24.00 23 0.4038 Cross of all vars HDABR White's Test 24.00 23 0.4038 Cross of all vars JPAB White's Test 19.99 14 0.1304 Cross of all vars RCON White's Test 23.14 20 0.2821 Cross of all vars MESH White's Test 23.10 14 0.0587 Cross of all vars INTG White's Test 14.59 14 0.4066 Cross of all vars SCPK White's Test 20.67 20 0.4169 Cross of all vars HABPR White's Test 24.00 23 0.4038 Cross of all vars COSU White's Test 23.22 20 0.2781 Cross of all vars PDTK White's Test 22.19 17 0.1776 Cross of all vars PROF White's Test 23.89 20 0.2471 Cross of all vars MPWR White's Test 23.56 20 0.2622 Cross of all vars GAP White's Test 15.42 14 0.3500 Cross of all vars Godfrey's Serial Correlation Test Equation Alternative LM Pr > LM PDAB 1 9.47 0.0021 2 9.48 0.0087 DEMB 1 5.42 0.0199 2 5.77 0.0560 HDABR 1 2.14 0.1438 2 3.73 0.1552 JPAB 1 7.13 0.0076 2 7.26 0.0265 RCON 1 2.88 0.0899 2 7.83 0.0200 MESH 1 0.01 0.9075 2 0.43 0.8048 INTG 1 4.15 0.0416 2 6.13 0.0466 SCPK 1 1.19 0.2746 2 1.57 0.4552 HABPR 1 4.00 0.0455 2 4.37 0.1124 COSU 1 0.05 0.8169 2 0.76 0.6837 PDTK 1 0.05 0.8287 2 6.20 0.0451 PROF 1 9.28 0.0023 2 11.46 0.0032 MPWR 1 1.60 0.2061 2 3.77 0.1522

Page 172: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

163

The SAS System The MODEL Procedure Godfrey's Serial Correlation Test Equation Alternative LM Pr > LM GAP 1 3.72 0.0539 2 3.97 0.1377

Lampiran 2. Hasil Validasi Model Ekonometrika Simultan Struktur, Perilaku dan Kinerja

Industri Broiler Indonesia

The SAS System The SIMNLIN Procedure Model Summary Model Variables 14 Endogenous 14 Parameters 83 Equations 14 Number of Statements 14 The SAS System The SIMNLIN Procedure

Page 173: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

164

Simultaneous Simulation Data Set Options DATA= UBOILER Solution Summary Variables Solved 14 Solution Method NEWTON CONVERGE= 1E-8 Maximum CC 1.35E-15 Maximum Iterations 1 Total Iterations 24 Average Iterations 1 Observations Processed Read 24 Solved 24 Variables Solved For PDAB DEMB HDABR JPAB RCON MESH INTG SCPK HABPR COSU PDTK PROF MPWR GAP The SAS System The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label PDAB 24 24 104635 121764 104635 114586 Produksi broiler domestik DEMB 24 24 134843 96852.8 134843 96110.8 Konsumsi broiler domestik HDABR 24 24 16702.7 1971.1 16702.7 1743.3 Harga riil broiler domestik JPAB 24 24 11.2500 12.7765 11.2500 11.6919 Jumlah perusahaan di industri RCON 24 24 63.1971 13.9327 63.1971 12.2452 Konsentrasi industri MESH 24 24 16.9496 4.7069 16.9496 3.1117 Hambatan masuk industri INTG 24 24 9.3196 4.1659 9.3196 3.2117 Integrasi vertikal SCPK 24 24 79.1746 8.5657 79.1746 7.0153 Pangsa biaya pakan HABPR 24 24 12495.3 2505.1 12495.3 1514.2 Harga broiler perusahaan COSU 24 24 0.5546 0.1495 0.5546 0.1162 Biaya per unit PDTK 24 24 229.4 272.1 229.4 207.6 Produktivitas tenaga kerja PROF 24 24 219.1 263.8 219.1 222.6 Tingkat keuntungan MPWR 24 24 0.4858 0.1484 0.4858 0.1182 Kekuatan pasar GAP 24 24 2.2450 1.3283 2.2450 1.0409 Kesenjangan produksi Statistics of fit Mean Mean % Mean Abs Mean Abs RMS RMS %

Page 174: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

165

Variable N Error Error Error % Error Error Error R-Square PDAB 24 1.94E-11 -43.9933 53861.6 143.6 65792.9 237.4 0.6953 DEMB 24 1.36E-10 0.8337 8758.9 10.5608 10537.7 13.1103 0.9876 HDABR 24 7.28E-12 0.3470 901.5 5.3798 1079.0 6.4180 0.6873 JPAB 24 0 45.1406 7.0272 144.4 8.7820 216.9 0.5070 RCON 24 0 1.4754 7.4735 12.1946 9.2578 15.3266 0.5393 MESH 24 0 3.4226 2.7201 15.3573 3.5713 17.9083 0.3993 INTG 24 0 11.5072 2.8619 36.2824 3.4089 43.7011 0.3013 SCPK 24 0 0.4349 3.9178 5.1661 5.0881 6.9353 0.6318 HABPR 24 -243E-14 3.1829 1850.4 15.9118 2179.3 19.8384 0.2103 COSU 24 0 5.5251 0.0962 20.7739 0.1150 29.9805 0.3829 PDTK 24 0 81.2243 166.0 162.0 214.9 255.2 0.3489 PROF 24 0 87.5075 215.4 187.7 268.5 242.4 -.0817 MPWR 24 0 4.7994 0.0926 21.2080 0.1088 26.4867 0.4394 GAP 24 0 6.2917 0.5853 24.7220 0.8771 31.4448 0.5450

Page 175: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

166

The SAS System The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Theil Forecast Error Statistics MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U PDAB 24 4.3287E9 0.84 0.00 0.03 0.97 0.01 0.99 0.4148 0.2109 DEMB 24 1.1104E8 0.99 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.0639 0.0320 HDABR 24 1164206 0.83 0.00 0.01 0.99 0.04 0.96 0.0642 0.0321 JPAB 24 77.1228 0.73 0.00 0.07 0.93 0.01 0.99 0.5220 0.2672 RCON 24 85.7078 0.75 0.00 0.04 0.96 0.03 0.97 0.1432 0.0718 MESH 24 12.7540 0.63 0.00 0.00 1.00 0.19 0.81 0.2033 0.1027 INTG 24 11.6205 0.58 0.00 0.05 0.95 0.08 0.92 0.3351 0.1704 SCPK 24 25.8889 0.80 0.00 0.00 1.00 0.09 0.91 0.0639 0.0320 HABPR 24 4749140 0.48 0.00 0.02 0.98 0.20 0.80 0.1711 0.0861 COSU 24 0.0132 0.63 0.00 0.03 0.97 0.08 0.92 0.2005 0.1009 PDTK 24 46189.3 0.61 0.00 0.04 0.96 0.09 0.91 0.6114 0.3266 PROF 24 72113.4 0.37 0.00 0.20 0.80 0.02 0.98 0.7930 0.4146 MPWR 24 0.0118 0.67 0.00 0.03 0.97 0.07 0.93 0.2146 0.1081 GAP 24 0.7693 0.74 0.00 0.00 1.00 0.10 0.90 0.3381 0.1733 Theil Relative Change Forecast Error Statistics Relative Change MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U PDAB 23 5.7619 0.48 0.01 0.90 0.10 0.58 0.41 2.7774 0.6773 DEMB 23 0.0211 0.98 0.00 0.18 0.82 0.11 0.89 0.2281 0.1099 HDABR 23 0.00419 0.86 0.00 0.04 0.96 0.00 1.00 0.5227 0.2654 JPAB 23 3.9840 0.47 0.01 0.74 0.25 0.32 0.67 1.6924 0.5710 RCON 23 0.0203 0.76 0.00 0.30 0.70 0.06 0.94 0.7585 0.3475 MESH 23 0.0481 0.68 0.00 0.07 0.93 0.03 0.97 0.7401 0.3930 INTG 23 0.2068 0.75 0.00 0.03 0.97 0.04 0.96 0.6468 0.3448 SCPK 23 0.00389 0.84 0.00 0.00 1.00 0.07 0.93 0.5441 0.2926 HABPR 23 0.0357 0.71 0.00 0.19 0.81 0.00 0.99 0.7767 0.3779 COSU 23 0.0468 0.77 0.00 0.07 0.92 0.01 0.99 0.6621 0.3389 PDTK 23 5.5525 0.70 0.00 0.02 0.98 0.07 0.93 0.6730 0.3686 PROF 23 13.8725 0.33 0.03 0.10 0.87 0.12 0.85 0.9547 0.5833 MPWR 23 0.0702 0.80 0.00 0.01 0.99 0.05 0.95 0.5866 0.3145 GAP 23 0.0978 0.81 0.02 0.21 0.77 0.03 0.95 0.6478 0.3039

Lampiran 3. Hasil Simulasi Perubahan Faktor-faktor Eksternal di Industri Broiler

a. Kenaikan penawaran daging broiler 10 persen

Page 176: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

167

The SAS System The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label DEMB 24 24 134843 96852.8 134821 96093.1 Konsumsi broiler domestik HDABR 24 24 16702.7 1971.1 16710.5 1727.7 Harga riil broiler domestik JPAB 24 24 11.2500 12.7765 11.3850 11.6885 Jumlah perusahaan di industri RCON 24 24 63.1971 13.9327 63.5494 12.6147 Konsentrasi industri MESH 24 24 16.9496 4.7069 17.0888 3.1361 Hambatan masuk industri INTG 24 24 9.3196 4.1659 9.4622 3.3023 Integrasi vertikal SCPK 24 24 79.1746 8.5657 79.8484 33.8008 Pangsa biaya pakan HABPR 24 24 12495.3 2505.1 12583.5 1551.4 Harga broiler perusahaan COSU 24 24 0.5546 0.1495 0.5509 0.1201 Biaya per unit PDTK 24 24 229.4 272.1 235.5 204.8 Produktivitas tenaga kerja PROF 24 24 219.1 263.8 227.3 218.4 Tingkat keuntungan MPWR 24 24 0.4858 0.1484 0.4899 0.1215 Kekuatan pasar GAP 24 24 2.2450 1.3283 2.2693 1.0642 Kesenjangan produksi

b. Kenaikan permintaan daging broiler 15 persen

The SAS System The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Descriptive Statistics

Page 177: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

168

Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label PDAB 24 24 104635 121764 120616 126490 Produksi broiler domestik HDABR 24 24 16702.7 1971.1 17257.6 1619.6 Harga riil broiler domestik JPAB 24 24 11.2500 12.7765 12.7807 12.7462 Jumlah perusahaan di industri RCON 24 24 63.1971 13.9327 60.0864 14.2727 Konsentrasi industri MESH 24 24 16.9496 4.7069 16.3668 3.4827 Hambatan masuk industri INTG 24 24 9.3196 4.1659 8.6720 3.5298 Integrasi vertikal SCPK 24 24 79.1746 8.5657 71.9146 34.5784 Pangsa biaya pakan HABPR 24 24 12495.3 2505.1 12348.4 1535.3 Harga broiler perusahaan COSU 24 24 0.5546 0.1495 0.5703 0.1253 Biaya per unit PDTK 24 24 229.4 272.1 203.6 216.4 Produktivitas tenaga kerja PROF 24 24 219.1 263.8 172.6 239.1 Tingkat keuntungan MPWR 24 24 0.4858 0.1484 0.4761 0.1248 Kekuatan pasar GAP 24 24 2.2450 1.3283 2.0318 1.1607 Kesenjangan produksi

c. Kenaikan harga eceran daging broiler 10 persen

The SAS System The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label PDAB 24 24 104635 121764 121803 114892 Produksi broiler domestik DEMB 24 24 134843 96852.8 130100 96226.4 Konsumsi broiler domestik JPAB 24 24 11.2500 12.7765 11.6517 11.5695 Jumlah perusahaan di industri RCON 24 24 63.1971 13.9327 66.0355 13.4297 Konsentrasi industri MESH 24 24 16.9496 4.7069 18.4069 3.7042 Hambatan masuk

Page 178: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

169

industri INTG 24 24 9.3196 4.1659 10.0897 3.5809 Integrasi vertikal SCPK 24 24 79.1746 8.5657 83.7283 32.5679 Pangsa biaya pakan HABPR 24 24 12495.3 2505.1 12920.6 1720.9 Harga broiler perusahaan COSU 24 24 0.5546 0.1495 0.5351 0.1241 Biaya per unit PDTK 24 24 229.4 272.1 261.2 218.2 Produktivitas tenaga kerja PROF 24 24 219.1 263.8 269.1 233.1 Tingkat keuntungan MPWR 24 24 0.4858 0.1484 0.5196 0.1297 Kekuatan pasar GAP 24 24 2.2450 1.3283 2.4394 1.1330 Kesenjangan produksi

d. Kenaikan harga input pakan 10 persen The SAS System The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label PDAB 24 24 104635 121764 104761 112991 Produksi broiler domestik DEMB 24 24 134843 96852.8 138461 95989.4 Konsumsi broiler domestik HDABR 24 24 16702.7 1971.1 15428.4 1845.4 Harga riil broiler domestik JPAB 24 24 11.2500 12.7765 11.0140 11.5199 Jumlah perusahaan di industri RCON 24 24 63.1971 13.9327 61.2064 12.7486 Konsentrasi industri MESH 24 24 16.9496 4.7069 15.9488 3.2617 Hambatan masuk industri INTG 24 24 9.3196 4.1659 8.8481 3.3237 Integrasi vertikal SCPK 24 24 79.1746 8.5657 56.0600 33.9734 Pangsa biaya pakan HABPR 24 24 12495.3 2505.1 12413.4 1535.7 Harga broiler perusahaan COSU 24 24 0.5546 0.1495 0.5664 0.1191 Biaya per unit PDTK 24 24 229.4 272.1 210.2 211.2 Produktivitas tenaga kerja PROF 24 24 219.1 263.8 186.9 228.5 Tingkat keuntungan MPWR 24 24 0.4858 0.1484 0.4638 0.1216 Kekuatan pasar GAP 24 24 2.2450 1.3283 2.1091 1.0737 Kesenjangan produksi

Page 179: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

170

e. Kenaikan harga input bibit DOC 10 persen The SAS System The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label PDAB 24 24 104635 121764 104679 113335 Produksi broiler domestik DEMB 24 24 134843 96852.8 134354 96097.5 Konsumsi broiler domestik HDABR 24 24 16702.7 1971.1 16874.9 1742.8 Harga riil broiler domestik JPAB 24 24 11.2500 12.7765 11.0569 11.5274 Jumlah perusahaan di industri RCON 24 24 63.1971 13.9327 62.8822 12.7582 Konsentrasi industri MESH 24 24 16.9496 4.7069 16.9541 3.2618 Hambatan masuk industri INTG 24 24 9.3196 4.1659 9.2451 3.3203 Integrasi vertikal SCPK 24 24 79.1746 8.5657 78.9460 33.8940 Pangsa biaya pakan HABPR 24 24 12495.3 2505.1 12493.2 1550.5 Harga broiler perusahaan COSU 24 24 0.5546 0.1495 0.5565 0.1189 Biaya per unit PDTK 24 24 229.4 272.1 226.3 210.6 Produktivitas tenaga kerja PROF 24 24 219.1 263.8 214.0 227.6 Tingkat keuntungan MPWR 24 24 0.4858 0.1484 0.4860 0.1212 Kekuatan pasar GAP 24 24 2.2450 1.3283 2.2239 1.0696 Kesenjangan produksi

Page 180: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

171

Lampiran 4. Hasil Simulasi Perubahan Kenaikan Konsentrasi terhadap Tingkat

Kesejahteraan

a. Kenaikan konsentrasi sebesar 5 persen

The SAS System The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label PDAB 24 24 104635 121764 112608 111433 Produksi broiler domestik DEMB 24 24 134843 96852.8 134728 96118.6 Konsumsi broiler domestik HDABR 24 24 16702.7 1971.1 16743.2 1691.4 Harga riil broiler domestik JPAB 24 24 11.2500 12.7765 12.2871 11.2086 Jumlah perusahaan di industri MESH 24 24 16.9496 4.7069 17.8587 3.6558 Hambatan masuk industri INTG 24 24 9.3196 4.1659 10.1140 3.6598 Integrasi vertikal SCPK 24 24 79.1746 8.5657 82.8359 34.4342 Pangsa biaya pakan HABPR 24 24 12495.3 2505.1 13001.3 1677.3 Harga broiler perusahaan COSU 24 24 0.5546 0.1495 0.5347 0.1236 Biaya per unit PDTK 24 24 229.4 272.1 261.9 206.9 Produktivitas tenaga kerja PROF 24 24 219.1 263.8 272.1 239.6 Tingkat keuntungan MPWR 24 24 0.4858 0.1484 0.5056 0.1232 Kekuatan pasar GAP 24 24 2.2450 1.3283 2.4617 1.1622 Kesenjangan produksi

Page 181: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

172

b. Kenaikan konsentrasi 10 persen

The SAS System The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label PDAB 24 24 104635 121764 120802 110337 Produksi broiler domestik DEMB 24 24 134843 96852.8 134613 96138.5 Konsumsi broiler domestik HDABR 24 24 16702.7 1971.1 16783.6 1692.1 Harga riil broiler domestik JPAB 24 24 11.2500 12.7765 13.3543 11.0880 Jumlah perusahaan di industri MESH 24 24 16.9496 4.7069 18.7439 3.8490 Hambatan masuk industri INTG 24 24 9.3196 4.1659 10.9097 3.8253 Integrasi vertikal SCPK 24 24 79.1746 8.5657 86.4972 34.4177 Pangsa biaya pakan HABPR 24 24 12495.3 2505.1 13508.2 1752.0 Harga broiler perusahaan COSU 24 24 0.5546 0.1495 0.5148 0.1276 Biaya per unit PDTK 24 24 229.4 272.1 294.5 211.8 Produktivitas tenaga kerja PROF 24 24 219.1 263.8 325.2 248.5 Tingkat keuntungan MPWR 24 24 0.4858 0.1484 0.5250 0.1271 Kekuatan pasar GAP 24 24 2.2450 1.3283 2.6779 1.2066 Kesenjangan produksi

c. Kenaikan konsentrasi 15 persen

Page 182: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

173

The SAS System The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label PDAB 24 24 104635 121764 128995 109260 Produksi broiler domestik DEMB 24 24 134843 96852.8 134499 96158.3 Konsumsi broiler domestik HDABR 24 24 16702.7 1971.1 16823.9 1692.9 Harga riil broiler domestik JPAB 24 24 11.2500 12.7765 14.4214 10.9711 Jumlah perusahaan di industri MESH 24 24 16.9496 4.7069 19.6291 4.0423 Hambatan masuk industri INTG 24 24 9.3196 4.1659 11.7054 3.9917 Integrasi vertikal SCPK 24 24 79.1746 8.5657 90.1585 34.4202 Pangsa biaya pakan HABPR 24 24 12495.3 2505.1 14015.0 1830.4 Harga broiler perusahaan COSU 24 24 0.5546 0.1495 0.4948 0.1317 Biaya per unit PDTK 24 24 229.4 272.1 327.1 216.9 Produktivitas tenaga kerja PROF 24 24 219.1 263.8 378.3 257.7 Tingkat keuntungan MPWR 24 24 0.4858 0.1484 0.5443 0.1311 Kekuatan pasar GAP 24 24 2.2450 1.3283 2.8942 1.2512 Kesenjangan produksi

d. Kenaikan konsentrasi 20 persen The SAS System

Page 183: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

174

The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label PDAB 24 24 104635 121764 137188 108202 Produksi broiler domestik DEMB 24 24 134843 96852.8 134384 96178.2 Konsumsi broiler domestik HDABR 24 24 16702.7 1971.1 16864.2 1693.7 Harga riil broiler domestik JPAB 24 24 11.2500 12.7765 15.4886 10.8581 Jumlah perusahaan di industri MESH 24 24 16.9496 4.7069 20.5143 4.2358 Hambatan masuk industri INTG 24 24 9.3196 4.1659 12.5011 4.1588 Integrasi vertikal SCPK 24 24 79.1746 8.5657 93.8199 34.4416 Pangsa biaya pakan HABPR 24 24 12495.3 2505.1 14521.8 1912.1 Harga broiler perusahaan COSU 24 24 0.5546 0.1495 0.4748 0.1358 Biaya per unit PDTK 24 24 229.4 272.1 359.6 222.1 Produktivitas tenaga kerja PROF 24 24 219.1 263.8 431.4 267.0 Tingkat keuntungan MPWR 24 24 0.4858 0.1484 0.5637 0.1350 Kekuatan pasar GAP 24 24 2.2450 1.3283 3.1104 1.2961 Kesenjangan produksi

Page 184: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

DATA INDUSTRI BROILER INDONESIA

PROPINSI PROPID TAHUN YEAR JPAB WAGR JTEK SCLB SCPK SCOP PDAB DEMB HDAB HABP

Sumut 11 2009 1 2 671125 4 2.75 93.82 2.5 50632 108186 19472 13461

Sumut 11 2010 2 3 707650 6 2.39 82.08 5.19 53979 117913.3 21092 13461

Sumut 11 2011 3 2 861140 4 2.75 93.82 2.5 56516 124793.5 20036 13461

Sumbar 12 2009 1 3 671125 10 6.25 63.59 28.59 16145 27474.2 25469 21013

Sumbar 12 2010 2 5 707650 28 9.26 71 20.93 16012 27948.05 29589 23608

Sumbar 12 2011 3 5 861140 14 8.44 71.81 19.08 17064 28707.25 30216 23260

Banten 13 2009 1 7 671125 43 12.11 78.38 4.92 53089 81993.6 22643 11475

Banten 13 2010 2 8 707650 50 11.42 72.89 6.52 86089 83274.75 23758 11347

Banten 13 2011 3 8 861140 49 12.11 78.38 4.92 88069 88257 24518 11347

Jabar 14 2009 1 39 671125 391 7.12 81.7 8.66 365573 270370.1 22960 15891

Jabar 14 2010 2 42 707650 523 8.34 86.12 4.59 399745 283086.7 24747 19141

Jabar 14 2011 3 43 861140 495 7.71 81.22 8.44 423126 299978.9 23693 18063

Jateng 15 2009 1 3 671125 17 16.71 71.57 7.47 90740 200049.2 22049 16955

Jateng 15 2010 2 3 707650 29 9.83 82.18 5.13 100904 208353 23272 17402

Jateng 15 2011 3 4 861140 56 9.1 83.61 4.57 105839 222398.2 23066 22445

Jatim 16 2009 1 19 671125 72 4.07 88.92 5.16 140110 248353.3 20958 16590

Jatim 16 2010 2 20 707650 107 4.39 89.87 5.29 159671 256087.7 21802 17702

Jatim 16 2011 3 20 861140 108 5.46 87.68 5.01 160360 261449.5 21544 18022

Kaltim 17 2009 1 7 671125 65 6.18 82.92 6.56 30220 36062 23214 17663

Kaltim 17 2010 2 7 707650 88 27.68 62.78 6.25 32169 40000.35 26240 17817

Kaltim 17 2011 3 8 861140 150 21.51 69.47 5.68 32813 42847.35 29228 18104

Sulsel 18 2009 1 4 671125 12 8.36 75.46 7.61 10710 55611.4 19509 17000

Sulsel 18 2010 2 4 707650 18 8.36 75.46 7.61 10692 58790.55 20734 22000

Sulsel 18 2011 3 4 861140 21 8.36 75.46 7.61 10976 64247.3 20118 22000

Page 1

Page 185: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

DATA INDUSTRI BROILER INDONESIA

HDSP HDIK HTAR IHK COSU PROF RCON MESH PDTK MPWR JPIK VPKN XPKN HPKN

61878 20936 12280 123.44 0.73 37.11 49.04 12.26 82.599 0.29 3 65115 26013.11 5085

62149 20735 12935 131.76 0.73 37.11 51.11 12.78 82.599 0.29 1 6440 25620.76 5250

68227 21835 15389 141.75 0.73 37.11 53.61 13.4 82.599 0.29 2 9823 34181.64 5200

60042 20936 13450 126.94 0.19 584.12 72.36 21.3 1179.975 0.82 0 0 442.95 4166

62440 20735 14025 138.34 0.39 300.89 75.89 25.3 289.528 0.65 0 0 442.95 4125

68551 21835 15949 155.29 0.4 143.53 79.01 19.75 719.207 0.65 0 0 442.95 4083

58298 23275 13695 126.99 0.5 170.3 56.13 14.03 49.634 0.56 6 539079 1901.22 3645

60304 23375 14005 144.89 0.58 88.47 58.97 14.74 43.567 0.49 4 478891 1783.14 4554

63564 23472 15499 151.78 0.56 111.97 57.1 14.27 55.106 0.51 8 227664 1783.14 4148

60754 23275 12985 129.3 0.61 92.16 53.72 13.4 204.022 0.42 3 57964 15694.7 3666

61401 23375 13219 135.6 0.63 79.89 53.4 13.35 257.716 0.44 2 54256 22752.25 3773

64197 23472 14728 138.03 0.55 225.6 52.02 13 325.227 0.48 3 48279 44370.04 4038

59715 23275 12161 131.4 0.63 65.82 45.13 15.65 49.246 0.46 1 530 1632.5 4242

60029 23375 12675 140.74 0.53 101.07 62.72 15.68 38.2 0.51 1 530 739.14 4442

59546 23472 13983 144.78 0.71 46.73 61.51 29.12 69.376 0.36 1 530 1540.45 4400

56910 20936 11947 127.79 0.73 46.27 47.86 11.97 81.359 0.28 3 164962 8570.63 3926

57872 20735 12354 136.88 0.68 78.35 48.75 12.19 67.843 0.34 4 141757 8614.13 4129

61076 21835 13908 155.32 0.68 75.55 48.33 12.08 67.878 0.34 4 139493 8590.65 4583

72613 20936 17390 135.87 0.5 695.32 77.24 19.31 466.242 0.53 1 23240 5882.39 4143

73116 20735 17984 151.69 0.69 133.99 78.05 19.51 68.974 0.39 1 35354 13947.39 4243

74360 21835 19258 158.16 0.35 1154.04 83.5 20.87 589.939 0.7 1 35354 14602.39 4243

61380 20936 13595 130.83 0.43 221.33 79.95 19.99 189.931 0.6 1 7200 112.5 5072

62591 20735 13761 149.47 0.39 365.8 85.07 21.27 241.649 0.63 1 7200 112.5 5272

65000 21835 15705 150.24 0.39 365.8 86.26 21.57 202.727 0.63 1 7200 112.5 5207

Page 2

Page 186: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

DATA INDUSTRI BROILER INDONESIA

VBBT HBBT IHP DINV NCAP PDRB PRODF INTG TSB TSBD SCPR JPES SCOT HDABR

45293.83 3210 93.86 0.62 8676 111559 171920 4.15 13.69 13.91 99.07 1 0.93 15774.47

68191.61 3572 99.99 0.62 9139 118719 203980 4.15 12.83 13.57 89.66 2 10.34 16007.89

73824.2 3651 106.85 0.62 7380 126588 229180 4.15 12.16 13.52 99.07 1 0.93 14134.74

9427.35 3210 93.86 0.48 7657 36683 58660 17.13 13.69 13.91 98.43 2 1.57 20063.81

9427.35 3572 99.99 0.48 8018 38860 62580 16.03 12.83 13.57 101.19 4 -1.19 21388.61

9427.35 3651 106.85 0.48 9125 41276 66920 15.79 12.16 13.52 99.33 4 0.67 19457.79

1881.5 2938 93.86 0 6944 83454 148120 6.89 13.69 13.91 95.41 6 4.59 17830.54

1881.5 2938 99.99 0 7177 88552 158900 5.88 12.83 13.57 90.83 7 9.17 16397.27

1881.5 2938 106.85 0 8623 94207 165200 6.03 12.16 13.52 95.41 7 4.59 16153.64

67664.85 2531 93.86 0.99 7166 303405 443520 7.2 13.69 13.91 97.48 38 2.52 17757.15

70531.59 2956 99.99 2.53 7476 322220 462980 9.03 12.83 13.57 99.05 41 0.95 18250

204894.3 2576 106.85 1.86 7830 343110 478660 9.26 12.16 13.52 97.37 42 2.63 17165.11

905.8 6243 93.86 0.36 5471 176673 378560 8.17 13.69 13.91 95.75 2 4.25 16780.06

25652.49 4901 99.99 0.37 5775 186995 399560 9.05 12.83 13.57 97.14 2 2.86 16535.46

29553.76 4415 106.85 0.9 7020 198226 419020 8.86 12.16 13.52 97.28 3 2.72 15931.76

35136.18 3021 93.86 8.88 8617 320861 386680 5.1 13.69 13.91 98.15 18 1.85 16400.34

35136.18 3021 99.99 5.77 9133 342281 413560 6.77 12.83 13.57 99.55 19 0.45 15927.82

35136.18 3021 106.85 7.38 9310 366983 423080 6.86 12.16 13.52 98.15 19 1.85 13870.72

19739.64 1863 93.86 1.46 30674 105369 82180 9.8 13.69 13.91 95.66 6 4.34 17085.45

83926.02 1551 99.99 2.88 31122 110580 97720 7.75 12.83 13.57 96.71 6 3.29 17298.44

83926.02 1551 106.85 38.1 31431 115480 109760 12.53 12.16 13.52 96.66 7 3.34 18480.02

36107.45 2933 93.86 1.75 5950 47326 113540 11.03 13.69 13.91 91.43 3 8.57 14911.72

36107.45 2933 99.99 1.1 6372 51200 126000 16.03 12.83 13.57 91.43 3 8.57 13871.68

36107.45 2933 106.85 1.1 8628 55117 137760 16.03 12.16 13.52 91.43 3 8.57 13390.58

Page 3

Page 187: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

DATA INDUSTRI BROILER INDONESIA

HDSPR HDIKR HTARR HPKNR HABPR HBBTR RHDAB DIST GAP

50128 16960.47 9948.153 5417.643 10904.89 3419.987 3.829302 46.14 1.167

47168.34 15736.95 9817.092 5250.525 10216.3 3572.357 4.017524 41.36 1.417

48131.92 15403.88 10856.44 4866.635 9496.296 3416.94 3.853077 37.76 1.648

47299.51 16492.83 10595.56 4438.525 16553.49 3419.987 6.113538 27.63 2.618

45135.17 14988.43 10138.07 4125.413 17065.2 3572.357 7.173091 24.11 3.147

44143.86 14060.79 10270.46 3821.245 14978.43 3416.94 7.400441 20.99 3.763

45907.55 18328.21 10784.31 3883.443 9036.145 3130.194 6.212071 38.77 1.579

41620.54 16132.93 9665.953 4554.455 7831.458 2938.294 5.216952 35.33 1.83

41879.04 15464.49 10211.49 3882.078 7475.952 2749.649 5.9108 36.56 1.735

46986.85 18000.77 10042.54 3905.817 12290.02 2696.569 6.262957 44.4 1.252

45280.97 17238.2 9748.525 3773.377 14115.78 2956.296 6.558972 44.57 1.243

46509.45 17005 10670.14 3779.13 13086.29 2410.856 5.867509 45.92 1.177

45445.21 17713.09 9254.947 4519.497 12903.35 6651.396 5.197784 35.86 1.788

42652.41 16608.64 9005.968 4442.444 12364.64 4901.49 5.239081 35 1.856

41128.61 16212.18 9658.102 4117.922 15502.83 4131.961 5.242273 36.14 1.766

44534 16383.13 9348.932 4182.825 12982.24 3218.623 5.338258 47.23 1.117

42279.37 15148.31 9025.424 4129.413 12932.5 3021.302 5.280213 45.27 1.209

39322.69 14058.07 8954.417 4289.19 11603.14 2827.328 4.700851 45.15 1.214

53443 15408.85 12799 4414.021 12999.93 1984.871 5.603186 22.76 3.393

48200.94 13669.33 11855.76 4243.424 11745.67 1551.155 6.184304 17.2 4.813

47015.68 13805.64 12176.28 3970.987 11446.64 1451.568 6.888522 13.18 6.588

46915.84 16002.45 10391.35 5403.793 12993.96 3124.867 3.846412 30.8 2.246

41875.29 13872.35 9206.53 5272.527 14718.67 2933.293 3.932853 27.36 2.654

43264.11 14533.41 10453.27 4873.187 14643.24 2744.97 3.863645 27.33 2.659

Page 4

Page 188: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

180

Lampiran 5. Sintax program SAS untuk estimasi

options nodate nonumber;

libname anna v6 'D:\bu_anna\REVISI_4_JULI_2014';

proc IMPORT file='D:\bu_anna\REVISI_4_JULI_2014\data.xls'

DBMS='EXCEL2002' OUT=ANNA.BROILER REPLACE;

GETNAMES='YES';

SHEET='UBROILER';

run;

data ubroiler;

set anna.broiler;

SCPR = (SCPK + SCLB + SCOP);

JPES = (JPAB - 1);

SCOT = (100 - SCPR);

/*merilkan data nominal*/

HDABR = ((HDAB/IHK)*100);

HDSPR = ((HDSP/IHK)*100);

HDIKR = ((HDIK/IHK)*100);

HTARR = ((HTAR/IHK)*100);

HPKNR = ((HPKN/IHP)*100);

HABPR = ((HABP/IHK)*100);

HBBTR = ((HBBT/IHP)*100);

RHDAB = (HDAB/HPKN);

RUN;

ods rtf file="D:\bu_anna\REVISI_4_JULI_2014\estimasi.rtf";

proc model outmodel=sysrasid data=ubroiler;

endogenous PDAB DEMB HDABR JPAB RCON MESH INTG SCPK HABPR COSU

PDTK PROF MPWR GAP;

instruments PROPID VBBT HBBTR YEAR WAGR JTEK SCOP HDSPR HDIKR HTARR

IHK JPIK VPKN HPKNR IHP DINV PDRB PRODF NCAP JPES;

Label

PDAB = 'Produksi broiler domestik'

HDAB = 'Harga eceran broiler'

HDABR = 'Harga riil broiler domestik'

HDIKR = 'Harga riil ikan'

HPKNR = 'Harga riil pakan'

DEMB = 'Konsumsi broiler domestik'

HDSPR = 'Harga riil daging sapi'

HTARR = 'Harga riil telur ayam'

NCAP = 'Pendapatan per kapita'

DINV = 'Penambahan investasi'

JPAB = 'Jumlah perusahaan di industri'

RHDAB = 'Rasio harga broiler thd pakan'

MESH = 'Hambatan masuk industri'

COSU = 'Biaya per unit'

SCPK = 'Pangsa biaya pakan'

SCLB = 'Pangsa biaya tenaga kerja'

PRODF = 'Produksi broiler perusahaan'

JPES = 'Jumlah perusahaan pesaing'

Page 189: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

181

WAGR = 'Upah rata-rata'

MPWR = 'Kekuatan pasar'

RCON = 'Konsentrasi industri'

SCPR = 'Pangsa biaya produksi'

PROF = 'Tingkat keuntungan'

SCOT = 'Pangsa biaya lainnya'

HABPR = 'Harga broiler perusahaan'

PDTK = 'Produktivitas tenaga kerja'

PROPID = 'Id Propinsi'

Tahun = 'Tahun'

YEAR = 'Trend'

JTEK = 'Jumlah Tenaga Kerja'

SCOP = 'Pangsa biaya operasional'

JPIK = 'Jumlah perusahaan pakan'

VPKN = 'Volume Pakan'

PDRB = 'PDRB'

HDSP = 'Harga eceran daging sapi'

HDIK = 'Harga eceran ikan'

HTAR = 'Harga eceran telur ayam'

VBBT = 'Produksi bibit'

HBBTR = 'Harga riil bibit'

INTG = 'Integrasi vertikal'

DIST = 'Distribusi produksi'

GAP = 'Kesenjangan produksi'

a0 = 'Intercept'

a1 = 'Harga eceran broiler'

a2 = 'Jumlah perusahaan broiler'

a3 = 'Harga input pakan'

a4 = 'Produksi broiler domestik'

a5 = 'Trend'

b0 = 'Intercept'

b1 = 'Harga eceran broiler'

b2 = 'Harga eceran daging sapi'

b3 = 'Harga eceran ikan'

b4 = 'Harga eceran telur ayam'

b5 = 'PDRB'

b6 = 'Trend'

c0 = 'Intercept'

c1 = 'Kekuatan pasar'

c2 = 'Harga input pakan'

c3 = 'Konsumsi broiler domestik'

c4 = 'Produksi broiler perusahaan'

c5 = 'Harga bibit DOC'

c6 = 'Trend'

d0 = 'Intercept'

d1 = 'Rasio harga broiler thd pakan'

d2 = 'Konsumsi broiler domestik'

d3 = 'Tingkat keuntungan'

d4 = 'Penambahan investasi'

e0 = 'Intercept'

e1 = 'Produksi broiler domestik'

e2 = 'Konsumsi broiler domestik'

e3 = 'Integrasi vertikal'

e4 = 'Hambatan masuk'

Page 190: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

182

e5 = 'Produktivitas tenaga kerja'

f0 = 'Intercept'

f1 = 'Konsentrasi industri'

f2 = 'Biaya per unit'

f3 = 'Kekuatan pasar'

f4 = 'Integrasi vertikal'

g0 = 'Intercept'

g1 = 'Jumlah perusahaan pakan'

g2 = 'Produksi broiler domestik'

g3 = 'Produktivitas tenaga kerja'

g4 = 'Konsentrasi industri'

h0 = 'Intercept'

h1 = 'Harga riil pakan'

h2 = 'Integrasi vertikal'

h3 = 'Pangsa biaya lainnya'

h4 = 'Konsumsi broiler domestik'

h5 = 'Jumlah perusahaan broiler'

k0 = 'Intercept'

k1 = 'Konsentrasi industri'

k2 = 'Konsumsi broiler domestik'

k3 = 'Harga input pakan'

k4 = 'Harga input bibit'

k5 = 'Integrasi vertikal'

k6 = 'Trend'

l0 = 'Intercept'

l1 = 'Jumlah perusahaan pesaing'

l2 = 'Produksi broiler perusahaan'

l3 = 'Integrasi vertikal'

l4 = 'Produktivitas tenaga kerja'

l5 = 'Konsentrasi industri'

m0 = 'Intercept'

m1 = 'Upah riil'

m2 = 'Rasio harga broiler thd pakan'

m3 = 'Konsentrasi industri'

m4 = 'Integrasi vertikal'

m5 = 'Trend'

n0 = 'Intercept'

n1 = 'Pangsa biaya operasional'

n2 = 'Jumlah perusahaan pesaing'

n3 = 'Konsentrasi industri'

n4 = 'Produktivitas tenaga kerja'

n5 = 'Kesenjangan produksi'

o0 = 'Intercept'

o1 = 'Harga riil broiler'

o2 = 'Konsentrasi industri'

o3 = 'Produktivitas tenaga kerja'

o4 = 'Biaya per unit'

o5 = 'Jumlah perusahaan pesaing'

p0 = 'Intercept'

p1 = 'Konsentrasi industri'

p2 = 'Produktivitas tenaga kerja'

p3 = 'Rasio harga broiler thd pakan'

p4 = 'Trend';

Page 191: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

183

/*Blok Kondisi Dasar*/

PDAB = a0+ a1*HDABR + a2*JPAB +a3*HPKNR + a4*PRODF + a5*YEAR;

DEMB = b0+ b1*HDABR + b2*HDSPR +b3*HDIKR + b4*HTARR + b5*PDRB +

b6*YEAR;

HDABR = c0+ c1*MPWR + c2*HPKNR + c3*DEMB + c4*PRODF + c5*HBBTR +

c6*YEAR;

/*Blok Struktur*/

JPAB = d0 + d1*RHDAB + d2*DEMB + d3*PROF + d4*DINV;

RCON = e0 + e1*PDAB + e2*DEMB + e3*INTG + e4*MESH + e5*PDTK;

MESH = f0 + f1*RCON + f2*COSU + f3*MPWR + f4*INTG;

/*Blok Perilaku*/

INTG = g0 + g1*JPIK + g2*PDAB + g3*PDTK + g4*RCON;

SCPK = h0 + h1*HPKNR + h2*INTG + h3*SCOT + h4*DEMB + h5*JPAB;

/*Blok Kinerja*/

HABPR = k0 + k1*RCON + k2*DEMB + k3*HPKNR + k4*HBBTR + k5*INTG +

k6*YEAR;

COSU = l0 + l1*JPES + l2*PRODF + l3*INTG + l4*PDTK + l5*RCON;

PDTK = m0 + m1*WAGR + m2*RHDAB + m3*RCON + m4*INTG + m5*YEAR;

PROF = n0 + n1*SCOP + n2*JPES + n3*RCON + n4*PDTK + n5*GAP;

MPWR = o0 + o1*HDABR + o2*RCON + o3*PDTK + o4*COSU + o5*JPES;

GAP = p0 + p1*RCON + p2*PDTK + p3*RHDAB + p4*YEAR;

*SCPR = SCPK + SCLB + SCOP;

fit PDAB DEMB HDABR JPAB RCON MESH INTG SCPK HABPR COSU

PDTK PROF MPWR GAP/ 2SLS DW WHITE GODFREY=2;

run;

proc simnlin data=ubroiler model=sysrasid simulate stats outpredict

theil;

run;

ods rtf close;

Page 192: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

184

Lampiran 6. Sintax program SAS untuk simulasi

options nodate nonumber;

libname anna v6 'D:\bu_anna\REVISI_4_JULI_2014';

data ubroiler;

set anna.boiler;

SCPR = (SCPK + SCLB + SCOP);

JPES = (JPAB - 1);

SCOT = (100 - SCPR);

/*merilkan data nominal*/

HDABR = ((HDAB/IHK)*100);

HDSPR = ((HDSP/IHK)*100);

HDIKR = ((HDIK/IHK)*100);

HTARR = ((HTAR/IHK)*100);

HPKNR = ((HPKN/IHP)*100);

HABPR = ((HABP/IHK)*100);

HBBTR = ((HBBT/IHP)*100);

RHDAB = (HDAB/HPKN);

Label

PDAB = 'Produksi broiler domestik'

HDAB = 'Harga eceran broiler'

HDABR = 'Harga riil broiler domestik'

HDIKR = 'Harga riil ikan'

HPKNR = 'Harga riil pakan'

DEMB = 'Konsumsi broiler domestik'

HDSPR = 'Harga riil daging sapi'

HTARR = 'Harga riil telur ayam'

NCAP = 'Pendapatan per kapita'

DINV = 'Penambahan investasi'

JPAB = 'Jumlah perusahaan di industri'

RHDAB = 'Rasio harga broiler thd pakan'

MESH = 'Hambatan masuk industri'

COSU = 'Biaya per unit'

SCPK = 'Pangsa biaya pakan'

SCLB = 'Pangsa biaya tenaga kerja'

PRODF = 'Produksi broiler perusahaan'

JPES = 'Jumlah perusahaan pesaing'

WAGR = 'Upah rata-rata'

MPWR = 'Kekuatan pasar'

RCON = 'Konsentrasi industri'

SCPR = 'Pangsa biaya produksi'

PROF = 'Tingkat keuntungan'

SCOT = 'Pangsa biaya lainnya'

HABPR = 'Harga broiler perusahaan'

PDTK = 'Produktivitas tenaga kerja'

PROPID = 'Id Propinsi'

Tahun = 'Tahun'

YEAR = 'Trend'

JTEK = 'Jumlah Tenaga Kerja'

SCOP = 'Pangsa biaya operasional'

JPIK = 'Jumlah perusahaan pakan'

Page 193: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

185

VPKN = 'Volume Pakan'

PDRB = 'PDRB'

HDSP = 'Harga eceran daging sapi'

HDIK = 'Harga eceran ikan'

HTAR = 'Harga eceran telur ayam'

VBBT = 'Produksi bibit'

HBBTR = 'Harga riil bibit'

INTG = 'Integrasi vertikal'

DIST = 'Distribusi produksi'

GAP = 'Kesenjangan produksi'

;

run;

ods rtf file="D:\bu_anna\REVISI_4_JULI_2014\estimasi.rtf";

proc syslin 2sls data=ubroiler outest=hasil;

endogenous PDAB DEMB HDABR JPAB MESH INTG SCPK HABPR COSU PDTK PROF

MPWR GAP SCOT;

instruments PROPID Tahun VBBT HBBTR YEAR WAGR JTEK SCOP HDSPR HDIKR

HTARR IHK JPIK VPKN HPKNR IHP DINV PDRB PRODF NCAP JPES;

/*Blok Kondisi Dasar*/

MODEL PDAB = HDABR JPAB HPKNR PRODF YEAR/dw;

MODEL DEMB = HDABR HDSPR HDIKR HTARR PDRB YEAR/dw;

MODEL HDABR = MPWR HPKNR DEMB PRODF HBBTR YEAR/dw;

/*Blok Struktur*/

MODEL JPAB = RHDAB DEMB PROF DINV/dw;

*MODEL RCON = PDAB DEMB INTG MESH PDTK/dw;

MODEL MESH = RCON COSU MPWR INTG/dw;

/*Blok Perilaku*/

MODEL INTG = JPIK PRODF PDTK RCON/dw;

MODEL SCPK = HPKNR INTG SCOT DEMB JPAB/dw;

/*Blok Kinerja*/

MODEL HABPR = RCON DEMB HPKNR HBBTR INTG YEAR/dw;

MODEL COSU = JPES PRODF INTG PDTK RCON/dw;

MODEL PDTK = WAGR RHDAB RCON INTG YEAR/dw;

MODEL PROF = SCOP JPES RCON PDTK GAP/dw;

MODEL MPWR = HDABR RCON PDTK COSU JPES/dw;

MODEL GAP = RCON PDTK RHDAB YEAR/dw;

*SCPR = SCPK + SCLB + SCOP;

run;

ods rtf close;

RCON = 1.20*RCON;

proc simnlin data=ubroiler SIMULATE STAT OUTPREDICT THEIL;

ENDOGENOUS PDAB DEMB HDABR JPAB MESH INTG SCPK HABPR COSU PDTK PROF

MPWR GAP SCPR SCOT;

Page 194: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

186

EXOGENOUS PROPID Tahun VBBT HBBTR YEAR WAGR JTEK SCOP HDSPR HDIKR HTARR

IHK JPIK VPKN HPKNR IHP DINV PDRB PRODF JPES;

parms

a0 -330317

a1 8.509662

a2 7355.853

a3 28.88879

a4 0.274686

a5 8665.535

b0 -191177

b1 -2.83943

b2 2.706981

b3 20.7128

b4 -22.2648

b5 0.667227

b6 22782.38

c0 30165.41

c1 2250.7

c2 -3.01791

c3 0.028552

c4 -0.02393

c5 0.586888

c6 -638.258

d0 -27.7055

d1 3.540493

d2 0.000124

d3 0.020373

d4 -0.42565

/*e0 46.04805

e1 0.000031

e2 -0.0001

e3 1.959208

e4 0.716522

e5 -0.0143*/

f0 -54.9558

f1 0.16701

f2 58.33768

f3 43.07141

f4 0.866149

Page 195: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

187

g0 -3.22855

g1 -0.23841

g2 4.026E-6

g3 0.006182

g4 0.177627

h0 50.37712

h1 0.008418

h2 -0.93963

h3 -1.18332

h4 0.00003

h5 0.074885

k0 3228.563

k1 11.95296

k2 0.013509

k3 0.390864

k4 0.16468

k5 591.4382

k6 -532.249

l0 0.683887

l1 -0.00106

l2 3.123E-7

l3 -0.0256

l4 -0.00009

l5 0.001048

m0 -1740.2

m1 0.002445

m2 64.66432

m3 -1.39919

m4 46.50949

m5 -275.275

n0 -71.3947

n1 -26.1857

n2 -0.32166

n3 1.655753

n4 0.912869

n5 83.70797

o0 0.900537

o1 8.844E-6

o2 0.000379

o3 -0.00008

Page 196: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

188

o4 -1.02181

o5 -0.00008

p0 -4.50166

p1 0.069869

p2 -0.00014

p3 0.38968

p4 0.128658

;

PDAB = a0 + a1*HDABR + a2*JPAB + a3*HPKNR + a4*PRODF +a5*YEAR;

DEMB = b0 + b1*HDABR + b2*HDSPR +b3*HDIKR + b4*HTARR + b5*PDRB +

b6*YEAR;

HDABR = c0 + c1*MPWR + c2*HPKNR + c3*DEMB + c4*PRODF + c5*HBBTR +

c6*YEAR;

JPAB = d0 + d1*RHDAB + d2*DEMB + d3*PROF + d4*DINV;

*RCON = e0 + e1*PDAB + e2*DEMB + e3*INTG + e4*MESH + e5*PDTK;

MESH = f0 + f1*(1.20*RCON) + f2*COSU + f3*MPWR + f4*INTG;

INTG = g0 + g1*JPIK + g2*PDAB + g3*PDTK + g4*(1.20*RCON);

SCPK = h0 + h1*HPKNR + h2*INTG + h3*SCOT + h4*DEMB + h5*JPAB;

HABPR = k0 + k1*(1.20*RCON) + k2*DEMB + k3*HPKNR + k4*HBBTR +

k5*INTG + k6*YEAR;

COSU = l0 + l1*JPES + l2*PRODF + l3*INTG + l4*PDTK +

l5*(1.20*RCON);

PDTK = m0 + m1*WAGR + m2*RHDAB + m3*(1.20*RCON) + m4*INTG +

m5*YEAR;

PROF = n0 + n1*SCOP + n2*JPES + n3*(1.20*RCON) + n4*PDTK + n5*GAP;

MPWR = o0 + o1*HDABR + o2*(1.20*RCON) + o3*PDTK + o4*COSU +

o5*JPES;

GAP = p0 + p1*(1.20*RCON) + p2*PDTK + p3*RHDAB + p4*YEAR;

SCPR = (SCPK + SCLB + SCOP);

SCOT = 100 - SCPR;

run;

Page 197: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

189

Page 198: DAMPAK KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP KINERJA DAN ... · menganalisis perubahan lingkungan eksternal terhadap Struktur, Perilaku dan Kinerja ... Implikasi kebijakan: perkembangan industri

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 28 Oktober 1973 dari pasangan

Bapak H. Muhammad Noer Mong, BE dan Ibu Hj. Kartini sebagai anak ketiga

dari enam bersaudara. Pada tahun 2001 penulis menikah dengan Ir. Saiful Helmi

Pohan dan dikaruniai empat orang putra, yaitu M. Imam Aqillah Pohan (12

tahun), Aulia Zuhdi Makarim Pohan (9,5 tahun), Fajar Adhirajasa Pohan (8 tahun)

dan M. Fathurrahman (3 tahun).

Pendidikan Dasar dan Menengah ditempuh di kota Jambi, yaitu Sekolah

Dasar Negeri 15 lulus tahun 1986, dilanjutkan Sekolah Menengah Pertama Negeri

2 lulus tahun 1989, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 lulus tahun 1992. Pada

tahun 1998, penulis menyelesaikan pendidikan Sarjana Peternakan di jurusan

Produksi Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Jambi. Pada tahun 2006,

penulis menyelesaikan pendidikan S2 Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) di Institut

Pertanian Bogor, dengan beasiswa dari BPPS dikti. Tahun 2009 dengan beasiswa

dari BPPS Dikti juga, penulis mendapat kesempatan studi S3 di Ilmu Ekonomi

Pertanian IPB.

Sejak tahun 1999 sampai sekarang, penulis bekerja sebagai tenaga

pengajar di Fakultas Peternakan, Universitas Jambi, Jambi.