dari sistem iodium

2
dari sistem iodium – iodide, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titim ekuivalennya. Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari dua yaitu iodimetri metode langsung yaitu bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku iodium. Contohnya pada penetapan kadar asam askorbat yang akan kita bahas nanti. Yang kedua yaitu iodimetri metode residual (titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar Natrium Bisulfit. Meskipun demikian, penggunaan indicator yang dapat merubah warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan. Penentuan jumlah vitamin C dapat dilakukan dengan metode titrasi iodimetri bipotentiometrik. Metode ini menghasilkan asam askorbat yang efisien dengan harga yang relative rendah dengan peralatan yang murah. Sedangkan jika analisis menggunakan spektrofotometri, vitamin C yang dihasilkan kurang layak, karena lebih mahal dan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode iodimetri dengan perbedaan yang signifikan dalam akurasinya. Prinsip dasar dari metode iodimetri ini adalah penambahan berlebih ion iodide ke dalam larutan kromium yang merupakan oksidator, kemudian ion kromium inilah yang mengoksidasi ion iodide menjadi iod, iod yang bebas kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat. Iod selanjutnya akan mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetratiosianat. Bahan-bahan yang digunakan dalam titrasi iodimetri ini antara lain Vitamin C, larutan iodium, KI, larutan pati, dan air. Sedangkan alat yang dapat digunakan antara lain Erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, petridish, pipet ukur 100, batang pengaduk, timbangan analitik, buret, corong, pipet volume, statif dan klem, pemanas, stopwatch, dan botol semprot. Langkah-langkah yang dilakukan dalam titrasi iodimetri adalah melarutkan vitamin C dalam 100 mL air di dalam labu takar, kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam enam Erlenmeyer masing-masing sebanyak 5 mL, lalu dipanaskan pada suhu 40 derajat celcius dalam waktu 60 menit. Pemanasan dilakukan dengan suhu yang berbeda untuk setiap Erlenmeyer. Kemudian dilakukan titrasi dengan larutan pati sebagai indikatornya hingga terbentuk

Upload: naresalka-nabekasyatwinsist

Post on 21-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sistem iodium aitu bagian dari praktikum kimia farmasi analisa di bidang mata kuliah kimia farmasi analisa maka perlu pengamatan yang teliti agar tidak terjadi kesalahan.

TRANSCRIPT

Page 1: Dari Sistem Iodium

dari sistem iodium – iodide, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titim ekuivalennya. Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari dua yaitu iodimetri metode langsung yaitu bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku iodium. Contohnya pada penetapan kadar asam askorbat yang akan kita bahas nanti. Yang kedua yaitu iodimetri metode residual (titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku iodium  dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar Natrium Bisulfit.Meskipun demikian, penggunaan indicator yang dapat merubah warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan. Penentuan jumlah vitamin C dapat dilakukan dengan metode titrasi iodimetri bipotentiometrik. Metode ini menghasilkan asam askorbat yang efisien dengan harga yang relative rendah dengan peralatan yang murah. Sedangkan jika analisis menggunakan spektrofotometri, vitamin C yang dihasilkan kurang layak, karena lebih mahal dan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode iodimetri dengan perbedaan yang signifikan dalam akurasinya.                Prinsip dasar dari metode iodimetri ini adalah penambahan berlebih ion iodide ke dalam larutan kromium yang merupakan oksidator, kemudian ion kromium inilah yang mengoksidasi ion iodide menjadi iod, iod yang bebas kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat. Iod selanjutnya akan mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetratiosianat.                Bahan-bahan yang digunakan dalam titrasi iodimetri ini antara lain Vitamin C, larutan iodium, KI, larutan pati, dan air. Sedangkan alat yang dapat digunakan antara lain Erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, petridish, pipet ukur 100, batang pengaduk, timbangan analitik, buret, corong, pipet volume, statif dan klem, pemanas, stopwatch, dan botol semprot. Langkah-langkah yang dilakukan dalam titrasi iodimetri adalah melarutkan vitamin C dalam 100 mL air di dalam labu takar, kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam enam Erlenmeyer masing-masing sebanyak 5 mL, lalu dipanaskan pada suhu 40 derajat celcius dalam waktu 60 menit. Pemanasan dilakukan dengan suhu yang berbeda untuk setiap Erlenmeyer. Kemudian dilakukan titrasi dengan larutan pati sebagai indikatornya hingga terbentuk warna biru sebagai tanda titik akhir titrasi. Metode ini dapat diulang dengan suhu dan konsentrasi asam askorbat yang berbeda.                Metode titrasi langsung iodimetri dengan larutan standar iodium digunakan untuk menentukan vitamin C. Metode ini sangat efektif sebab vitamin C mudah teroksidasi dan iodium mudah berkurang. Untuk megurangi disipasi penguapan, iodium direaksikan dengan KI untuk membentuk ion tri iodide (I3-p). Standarisasi larutan iodium tidak memerlukan air, melainkan menggunakan pati indicator. Jika dalam suatu sampel obat mengandung vitamin C akan teroksidasi, iodium berkurang, dan laruan menjadi berwarna biru. Perubahan ini menjadi dasar terjadinya reaksi dan menunjukkan titik akhir titrasi. Dari titrasi ini, jumlah larutan iodium yang digunakan setara dengan konsentrasi asam askorbat I setiap 60 menit interval sampel.