ded revitalisasi kawaasan candi

Upload: beedevi

Post on 14-Jul-2015

355 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

KERANGKA ACUAN KERJA

Paket Pekerjaan DED Revitalisasi Kawasan Candi

TAHUN ANGGARAN 2010

I.

KERANGKA ACUAN KERJA (TOR)

Detail Engineered Design (DED) Revitalisasi Kawasan Candi

I.

LATAR BELAKANG Revitalisasi merupakan upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan yang dulunya pernah vital / hidup akan tetapi kemudian mengalami kemunduran atau degradasi. Gejala penurunan kualitas fisik dapat dengan mudah diamati pada kawasan bersejarah atau tua, karena sebagai bagian dari perjalanan sejarah (pusat kegiatan perekonomian dan sosial budaya), kawasan tersebut umumnya berada dalam tekanan atau pengaruh pembangunan. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik dan aspek ekonomi dari bangunan maupun ruang kota. Pekerjaan ini mencoba melihat sejauhmana peran intervensi fisik dalam kegiatan revitalisasi kawasan candi Bahal di Kabupaten Padang Lawas Utara. Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan, khususnya dalam menciptakan kegiatan atau fungsi baru, menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Beberapa isu yang menjadi penekanan dalam pembahasan ini yaitu strategi revitalisasi yang dilihat dari isu lingkungan (environmental sustainability), rehabilitasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development) serta kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat (public realms) yang selanjutnya dinamakan dengan revitalisasi sosial / intitusional. Penataan dan Revitalisasi Kawasan menurut Departemen Kimpraswil (2002) adalah rangkaian upaya menghidupkan kembali kawasan yang cenderuang mati, meningkatkan nilai-nilai vitalitas yang strategis dan signifikan dari kawasan yang masih mempunyai potensi dan atau mengendalikan kawasan yang cenderung kacau atau semrawut. Penataan dan Revitalisasi Kawasan dilakukan melalui pengembangan kawasan-kawasan tertentu yang layak untuk direvitalisasi baik dari segi setting kawasan (bangunan dan ruang kawasan), kualitas lingkungan, sarana, prasarana dan utilitas kawasan, sosio kultural, sosio ekonomi dan sosio politik. Revitalisasi pada prinsipya tidak sekedar menyangkut masalah konservasi bangunan dan ruang kawasan bersejarah saja, tetapi lebih kepada upaya untuk mengembalikan atau menghidupkan kembali kawasan yang tidak berfungsi atau menurun fungsinya agar berfungsi kembali, atau menata dan mengembangkan lebih lanjut kawasan yang berkembang sangat pesat namun kondisinya cenderung tidak terkendali. Gejala penurunan kualitas fisik dapat dengan mudah diamati pada kawasan bersejarah atau tua, karena sebagai bagian dari perjalanan sejarah (pusat kegiatan perekonomian dan sosial budaya), kawasan tersebut umumnya berada dalam tekanan pembangunan (Serageldin et al, 2000). Namun bukan berarti bahwa kegiatan revitalisasi hanya terbatas kawasan bersejarah/tua. Hilangnya vitalitas awal dalam suatu kawasan historis budaya umumnya ditandai dengan kurang terkendalinya perkembangan dan pembangunan kawasan, sehingga mengakibatkan terjadinya kehancuran kawasan, baik secara self destruction maupun creative destruction (Danisworo, 2000). Urgensi revitalisasi dapat diukur berdasarkan tingkat vitalitas yang signifikan pada kawasan terbangun, yaitu melalui beberapa variabel seperti menyangkut tingkat kepadatan (populasi), income kawasan dan besarnya layanan, tingkat kriminal, keamanan dan tingkat kesehatan, eksistensi warisan budaya baik tangible (berwujud) maupun intangible (tidak berwujud), serta menyangkut penyediaan (kualitas dan kuantitas) dan distribusi pelayanan kawasan. Candi Bahal di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, sekitar 450 km di sebelah Barat Daya Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, merupakan sisa peninggalan agama Budha yang dibangun sekitar abad 11 M dan merupakan sisa-sisa bagian dari Kerajaan Sriwijaya. Di kompleks Candi Bahal terdapat tiga bangunan candi yang telah direnovasi, yaitu

Candi Bahal I, Bahal II dan Bahal III. Ketiga candi tersebut terletak pada satu garis lurus. Walaupun telah mengalami pemugaran, banyak bagian candi yang sudah tidak ditemukan lagi sehingga harus diganti dengan batu bata. Tidak seperti kompleks Candi Borobudur ataupun Prambanan, kompleks Candi Bahal ini sudah tidak dipergunakan lagi untuk keperluan ritual agama, sehingga saat ini hanya menjadi bangunan bersejarah yang cenderung terabaikan karena kawasannya yang juga kurang terawat. Menurut warga juga bahwa hanya pada hari kebesaran agama Hindu dan Budha barulah Candi Bahal ini ramai didatangi pengunjung. Biasanya pengunjung tersebut beragama Hindu atau Budha yang datang untuk beribadah. Padahal obyek wisata candi ini jika dikembangkan tentu akan menambah PAD dan membuka lapangan kerja atau usaha bagi masyarakat sekitarnya Candi Bahal.

II. 1.

MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Maksud dari kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman tradisional dan pemberdayaan komunitas perumahan terutama dalam penataan lingkungan permukiman tradisional. Tujuan Tujuan disusunnya Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional di Kabupaten Padang Lawas Utara adalah terwujudnya penataan bangunan dan lingkungan di kawasan tersebut dengan baik.

2.

III. SASARAN Sasaran kegiatan ini adalah : 1. Tersusunnya masukan rencana dan program pembangunan fisik bagi Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara dalam penanganan tata bangunan dan lingkungan kawasan permukiman tradisional. 2. Tersusunnya masukan teknis bagi Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara dalam bentuk rincian pengendalian perwujudan bangunan dan lingkungan kawasan permukiman tradisional. 3. Tersusunnya master plan pembangunan permukiman tradisional Kabupaten Padang Lawas Utara. 4. Teridentifikasinya bangunan-bangunan serta arsitektur tradisional sebagai kekayaan cagar budaya. 5. Tersusunnya DED lokasi fisik percontohan pada kawasan permukiman tradisional di Kabupaten Padang Lawas Utara. 6. Tersusunnya rencana investasi selama lima tahun ke depan bagi Pemerintah Kabupaten Mandailig Natal dalam mengarahkan peran serta seluruh pelaku pembangunan (pemerintah, swasta, masyarakat lokal, investor) dalam mewujudkan lingkungan yang dikehendaki. IV. NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASA Pengguna Barang dan Jasa adalah Kuasa Pengguna Anggaran Sub Dinas Bina Tata Bangunan dan Lingkungan Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Propinsi Sumatera Utara. SUMBER PENDANAAN Biaya Penyusunan Rencana Tindak PSD Kws Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah di Kabupaten Padang Lawas Utara sebesar Rp. 246.500.000,- (Dua ratus empat puluh enam juta lima ratus ribu rupiah) dianggarkan melalui DAK Sub Dinas Bina Tata Bangunan dan Lingkungan Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Propinsi Sumatera

V.

Utara Tahun Anggaran 2010. VI. LINGKUP, LOKASI KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS PENUNJANG a. Lingkup Kegiatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menyiapkan format-format pendataan secara lengkap dan dapat mengakomodir permasalahan lapangan. Melakukan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber data primer maupun sekunder sebagai bahan analisis. Melakukan analisis data baik dari aspek kuantitatif maupun aspek kualitatif yang dapat dipakai sebagai bahan untuk merumuskan masalah sebagai dasar penyusunan Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional. Perumusan Potensi dan Masalah, berdasarkan analisa di lapangan perlu dirumuskan potensi dan masalah yang pemecahannya dapat didekati dengan SWOT untuk penyusunan Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional . Menetapkan sekaligus kawasan studi, kawasan perencanaan dan kawasan percontohan. Menyusun Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional yang sekurangkurangnya terdiri dari: a. Program Bangunan dan Lingkungan di kawasan permukiman tradisional. Harus mempertimbangkan faktor kelayakan baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan alam. Merupakan penjabaran perencanaan terhadap peruntukkan lahan yang telah ditetapkan, untuk kurun waktu tertentu, baik yang menyangkut jenis, jumlah, besaran dan luasan bangunan. Termasuk di dalam program adalah penetapan fungsi-fungsi bangunan (peruntukan lahan mikro), kebutuhan ruang terbuka, fasiltas umum, dan fasilitas sosial. b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan Rencana umum (design plan) Merupakan ketentuan-ketentuan tata bangunan dan lingkungan, termasuk konservasi bangunan tradisonal, wujud visual bangunan, rencana ruang terbuka hijau dan lain-lain. Rencana Detail (design-guidelines) Bersifat panduan rencana teknik tata bangunan yang lebih rinci, menjelaskan arahan bentuk, dimensi, gubahan, komponen bangunan (seperti faade), ruang terbuka, sarana/ prasarana bangunan dan lingkungan, pedestrian dan lain-lain serta prinsip-prinsip pengembangan rancangan kawasan. Administrasi Pengendalian Program dan Rencana (administration guidelines) Ketentuan dan Pedoman Pengendalian Rencana (development guidelines) Untuk mengendalikan berbagai rencana, program maupun kelembagaan serta tanggung jawab semua pemangku kepentingan dalam pelaksanaan Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional.

c.

7. 8. 9.

Menyusun Master Plan pembangunan kawasan di permukiman tradisional Tradisional Kabupaten Padang Lawas Utara. Menyusun Program Investasi Pembangunan Kawasan yang bersifat jangka menengah untuk kawasan dimaksud. Menyusun DED pada kawasan percontohan dari kawasan sasaran berdasarkan salah

satu kegiatan yang disebutkan dalam rencana investasi kawasan. 10. Membuat daftar bangunan dan arsitektur tradisional yang harus dilindungi (jika ada). b. Lokasi Kegiatan Lingkup wilayah perencanaan adalah permukiman tradisonal Tradisional Kabupaten Padang Lawas Utara Data dan Fasilitas Penunjang (berisi data-data yang berkaitan dengan lokasi sasaran)

c. VII.

METODOLOGI 1. Konsultan diwajibkan untuk melakukan seluruh persiapan dan mobilisasi sumberdaya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas seperti tercantum pada ruang lingkup. 2. Dalam pelaksanaan pekerjaannya konsultan agar selalu berkonsultasi dengan Tim Teknis, yang susunannya akan disampaikan kemudian. 3. Melakukan pengumpulan data, peta dan informasi terkait. 4. Melakukan koordinasi dengan Instansi terkait di Propinsi dan Kota untuk menjaring masukan mengenai perencanaan, pelaksanaan penataan lingkungan permukiman tradisional. 5. Menyiapkan perangkat survey dan observasi yang dibutuhkan untuk kelengkapan data yang dibutuhkan, format survey sebelumnya harus sudah mendapat persetujuan dari Tim Teknis. 6. Melaksanakan survey dan observasi. 7. Melakukan evaluasi dan analisis terhadap hasil survey dan observasi. 8. Menyelenggarakan pertemuan, dimana konsultan mempresentasikan hasil evaluasi dan analisisnya. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini adalah 4 (empat) bulan kalender sejak dikeluarkannya SPMK. TENAGA AHLI Dalam pelaksanaannya dibutuhkan tenaga ahli dengan kualifikasi sebagai berikut : 1. Team Leader. Team Leader harus memiliki latar belakang pendidikan S1 di bidang Arsitek 2. Tenaga Ahli, setidak-tidaknya terdiri dari: 1 (satu) orang, harus memiliki latar belakang pendidikan S1 Sipil 1 (satu) orang, harus memiliki latar belakang pendidikan S1 Sosiologi Dan tenaga lain yang diperlukan KELUARAN Sesuai dengan ruang lingkup dalam KAK ini keluaran dari penyusunan Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional adalah: 1. Dokumen Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional yang terdiri dari: a. Penetapan lokasi dan delineasi kawasan perencanaan (disetujui Dinas Teknis, Pemerintah Kabupaten) berupa kawasan yang terdiri dari kawasan studi, kawasan perencanaan dan kawasan percontohan fisik. b. Program Bangunan dan Lingkungan c. Program Investasi

VIII.

IX.

X.

Rencana Umum (Design Plan) Rencana Detail (Design Guidelines) f. Administrasi Pengendalian Program dan Rencana g. Arahan Pengendalian pelaksanaand. e.

2. Dokumen Master Plan pembangunan kawasan permukiman tradisional Tradisional Kabupaten Padang Lawas Utara. 3. Dokumen Program Investasi Jangka Menengah dengan sistematika : a. Isu dan kecenderungan situasi dan kondisi yang perlu mendapat perhatian; b. Kerangka Logis (Logical Framework) penyusunan Dokumen Program Investasi Jangka Menengah bidang PU/Cipta Karya dan sasaran /keluaran yang perlu dicapai; c. Rencana pembangunan kawasan permukiman tradisional yang direncanakan; d. Sinkronisasi dan prioritas program (kesepakatan program/anggaran sebagai ringkasan memorandum program); e. Program Investasi (semua sektor sub bidang Cipta Karya); f. Analisa Keuangan daerah dan Pembiayaan Program Pembangunan; g. Lampiran Penunjang. 4. DED pada bagian dari kawasan permukiman tradisional tersebut, yang ditetapkan sebagai kegiatan percontohan fisik. Rencana Tindak Penanggulangan Permukiman Tradisional yang disusun harus mendapat persetujuan oleh Bupati (atau instansi berwenang seperti Kepala Bappeda, Kepala Dinas PU/Kimpraswil atau instansi yang setingkat.) XI. LAPORAN 1. Laporan Pendahuluan: a. Pemahaman dan tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja. b. Rencana pencapaian sasaran, mencakup jadwal kerja, target/ sasaran, alokasi tenaga ahli, dsb. c. Metodologi dan pendekatan pelaksanaan, termasuk pembuatan kuesioner, metode pengumpulan, pengolahan dan analisis data, termasuk kajian kepustakaan dan kajian teoritis serta studi kasus sejenis, analisis pemecahan masalah, penyiapan konsep pengembangan. d. Gambaran umum daerah perencanaan. 2. Konsep Laporan Akhir: a. Konsep Review Dokumen Rencana Tindak Revitalisasi Permukiman (RTRP) / Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); b. Konsep Detailed Engineering Design (DED); c. Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat (Perencanaan Komunitas); berupa penyiapan dan pendampingan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan baik fisik maupun non fisik (pendekatan TRIDAYA); 3. Laporan Akhir a. Review Dokumen Rencana Tindak Revitalisasi Permukiman (RTRP) / Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); b. Dokumen Detailed Engineering Design (DED); c. Pemantapan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat (Perencanaan Komunitas); berupa penyiapan dan pendampingan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan baik fisik maupun non fisik (pendekatan TRIDAYA);

Supervisi Pelaksanaan Konstruksi; sesuai dengan Dokumen Detailed Engineering Design (DED) yang direncanakan dan dilengkapi dengan as built drawing. Format Laporan 1. Format pelaporan harus mengikuti standar format produk yang telah ditetapkan (buku laporan dalam format A4, Dokumen DED dalam format A1 dan A3, dan seluruh laporan dikemas dalam bentuk digital/CD). 2. Pelaksana wajib melengkapi laporan supervisi dengan serial foto yang menggambarkan proses pelaksanaan penataan (konstruksi/rehabilitasi) bangunan dan lingkungan binaan. Pelaksana wajib untuk menyampaikan setiap produk pelaporan dengan tepat waktu, baik kepada Pemberi Tugas maupun kepada Tim Teknis dan Narasumber untuk mendapatkan koreksi dan sebagai bahan pembahasan. XII. PENUTUP Kerangka Acuan Kerja ini masih bersifat umum, sehingga pihak Satuan Kerja dan Konsultan diharapkan dapat mengembangkan secara inovatif dengan tetap berkonsultasi dengan Tim Teknis dan Pemberi Tugas. Medan, 2011

d.

Kuasa Pengguna Anggaran Sub Dinas Bina Tata Bangunan dan Lingkungan

Nazaruddin Nasution, ST, M.AP NIP : 196804251992031001