dermatitis kontak

24
DERMATITIS KONTAK Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Integumen Disusun oleh : Lisdian Widowati 220110120088 Entri Aprilia 220110120096 Anggi Putri Ariyani 220110120102 Janna Nahdya Nurrozi 220110120110 Fiska Oktori 220110120116 Eka Ratnasari 220110120122 Maryam Jamilah 220110120129 Ulfathea Mulyadita 220110120135 Sellyan Septiani Berly 220110120142 Siti Hanifah Rahmawati F 220110120148 Widya Dahlia Juwita 220110120154 Wenda Rizki Putri 220110120162 Wita Lestari 220110120168

Upload: salas-auladi

Post on 28-Dec-2015

107 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ini adalah makalah mengenai dermatitis kontak

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatitis Kontak

DERMATITIS KONTAK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem Integumen

Disusun oleh :

Lisdian Widowati 220110120088 Entri Aprilia 220110120096

Anggi Putri Ariyani 220110120102 Janna Nahdya Nurrozi 220110120110

Fiska Oktori 220110120116 Eka Ratnasari 220110120122

Maryam Jamilah 220110120129 Ulfathea Mulyadita 220110120135

Sellyan Septiani Berly 220110120142 Siti Hanifah Rahmawati F 220110120148

Widya Dahlia Juwita 220110120154 Wenda Rizki Putri 220110120162

Wita Lestari 220110120168

Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Padjadjaran

2013 / 2014

Page 2: Dermatitis Kontak

PENDAHULUAN

Kulit merupakan organ tubuh yang terpenting yang berfungsi sebagai sawar (barrier),

karena kulit merupakan organ pemisah antara bagian di dalam tubuh dengan lingkungan

di luar tubuh. Kulit secara terus-menerus terpajan terhadap faktor lingkungan, berupa

faktor fisik, kimiawi, maupun biologik.

Bagian terpenting kulit untuk menjalankan fungsinya sebagai sawar adalah lapisan paling

luar, disebut sebagai stratum korneum atau kulit ari. Meskipun ketebalan kulit hanya 15

milimikro, namun sangat berfungsi sebagai penyaring benda asing yang masuk ke dalam

tubuh. Apabila terjadi kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan melampaui

kapasitas toleransi serta daya penyembuhan kulit, maka akan terjadi penyakit.

Kulit adalah bagian tubuh manusia yang cukup sensisitif terhadap berbagai macam

penyakit. Penyakit kulit bisa disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya, faktor

lingkungan dan kebiasaan sehari-hari. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa

efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya. Salah satu lingkungan yang perlu

diperhatikan adalah lingkungan kerja, yang bila tidak dijaga dengan baik dapat menjadi

sumber munculnya berbagai penyakit kulit.

Penyakit kulit akibat kerja adalah semua keadaan patologis kulit dengan pajanan pada

pekerjaan sebagai faktor penyebab utama atau hanya sebagai faktor penunjang.

Menurut Evita Halim dan Retno Widowati dalam buku “Pedoman Diagnosis Penilaian

Cacat karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja”, penyakit kulit akibat kerja adalah

setiap penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerja atau lingkungan kerja. Meliputi

penyakit kulit baru yang timbul karena pekerjaan atau lingkungan kerja dan penyakit

kulit lama yang kambuh karena pekerjaan atau lingkungan kerja.

Sejak dahulu di seluruh dunia telah dikenal adanya reaksi tubuh terhadap bahan atau

material yang ada di lingkungan kerja. Dalam Ilmu Kesehatan Kulit dikenal, pada

individu atau pekerja tertentu baik yang berada di negara berkembang maupun di negara

maju, dapat mengalami kelainan kulit akibat pekerjaannya. Penyakit Kulit Akibat Kerja

(PAK) dikenal secara populer karena berdampak langsung terhadap pekerja yang secara

ekonomis masih produktif. Istilah PAK dapat diartikan sebagai kelainan kulit yang

Page 3: Dermatitis Kontak

terbukti diperberat oleh jenis pekerjaannya, atau penyakit kulit yang lebih mudah terjadi

karena pekerjaan yang dilakukan.

Apabila ditinjau lebih lanjut, penyakit kulit akibat kerja (PKAK) sebagai salah satu

bentuk penyakit akibat kerja, merupakan jenis penyakit akibat kerja terbanyak yang

kedua setelah penyakit muskulo-skeletal, berjumlah sekitar 22 persen dari seluruh

penyakit akibat kerja. Data di Inggris menunjukkan 1.29 kasus per 1000 pekerja

merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit kulit akibat kerja,

maka lebih dari 95% merupakan dermatitis kontak.

Page 4: Dermatitis Kontak

ISI

I. Definisi

Dermatitis kontak adalah kondisi peradangan pada kulit yang disebabkan oleh faktor

eksternal, substansi-substansi partikel yang berinteraksi dengan kulit (National

Occupational Health and Safety Commision, 2006).

Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan

dermatitis kontak alergik, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis (Djuanda,

2003).

- Dermatitis Kontak Iritan adalah akibat luka langsung yang terjadi pada kulit oleh

iritan, misalnya pelarut atau detergen. Dermatitis iritan tidak melibatkan sistem

imun, hanya respon peradangan.

- Dermatiti Kontak Alergi adalah reaksi imunologi pada kulit dan cenderung lebih

berat. Dermatitis kontak alergi terjadi karena sel Langerhans mengolah dan

menyajikan suatu alergen ke sel T di dekatnya. Sel T menanggapinya dengan

respons hipersensitivitas tipe IV terhadap alergen. Respons tersebut bersifat

lambat yaitu memerlukan waktu beberapa jam atau beberapa hari muncul.

Tidak seperti iritan, alergen cenderung memicu timbulnya dermatitis secara langsung,

walaupun jumlah alergen sangat kecil dan kadarnya rendah.

II. Etiologi

Penyebab munculnya Dermatitis Kontak Iritan adalah yang sering dijumpai adalah

bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu, bahan abrasif,

enzim, minyak, larutan garam konsentrat, plastik berat molekul rendah atau bahan

kimia higroskopik.

Page 5: Dermatitis Kontak

Penyebab munculnya Dermatitis Kontak Alergi yang sering dijumpai adalah

poison ivy atau poison oak dan bahan-bahan kimia yang terdapat pada perhiasan.

Beberapa makanan dan cabe juga dapat menyebabkan dermatitis kontak.

Kelainan kulit yang muncul bergantung pada beberapa faktor, meliputi faktor dari

iritan itu sendiri, faktor lingkungan dan faktor individu penderita (Strait, 2001;

Djuanda, 2003).

III. Faktor Resiko

Dermatitis Kontak Alergen

potensi sensitisasi alergen

dosis per unit area

luas daerah yang terkena

lama pajanan, oklusi, suhu dan kelembapan lingkungan, vehikulum serta pH

Faktor individu juga berperan dalam penyakit ini misalnya keadaan kulit pada

lokasi kontak (keadaan atratum korneum, ketebalan epidermis), status imunologik

misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari.

Dermatitis Kontak Iritan

Ketebalan kulit relatif kurang

Anak-anak berusia kurang dari 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi

Wanita lebih sering terkena dibanding pria

Kulit putih

Ada penyakit kulit yang sedang atau pernah dialami

Suhu dan kelembapan lingkungan juga ikut berperan

Faktor individu juga ikut berpengaruh pada DKI, misalnya perbedaan ketebalan kulit

di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas

usia misalnya anak di bwah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi

ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih

jenis kelamin (DKI lebih banyak terjadi pada wanita)

penyakit kulit yang pernah atau sedang di alami misalnya dermatitis atopik.

Page 6: Dermatitis Kontak

IV. Manifestasi

Dermatitis Kontak Alergen:

umumnya gatal

pada dermatitis kontak yang akut gejalanya ditandai bercak eritematosa

yang berbatas jelas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau

bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi

(basah). Pada dermatitis kontak yang kronis terlihat kulit kering,

berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak

jelas. DKA dapat meluas ke tempat lain, misalnya dengan cara

autosensitisasi

Dermatitis Kontak Iritan:

eritema

edema

panas

nyeri, terutama jika iritan kuat

Jika iritan lemah, kelainan pada kulit dapat terjadi pada kontak berulang.

Awalnya terjadi kerusakan stratum korneum karena delipidasi yang

menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya. Akibatnya terjadi

kerusakan sel di bawahnya oleh iritan tersebut.

V. Komplikasi

Adapun komplikasi DKI adalah sebagai berikut:

a. DKI meningkatkan risiko sensitisasi pengobatan topikal

b. lesi kulit bisa mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh Stafilokokus aureus

c. neurodermatitis sekunder (liken simpleks kronis) bisa terjadi terutapa pada

pekerja yang terpapar iritan di tempat kerjanya atau dengan stres psikologik

d. hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi pada area terkena DKI

e. jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi.

VI. Patofisiologi

Fase Sensitisasi

Page 7: Dermatitis Kontak

Alergen atau hapten diaplikasikan pada permukaan kulit dan diambil oleh sel

Langerhans. Anti gen akan terdegradasi atau diproses dan di ikat pada Human

Leucocyte Antigen - DR(HLA-DR), dan kompleks yang diekspresikan pada

permukaan sel Langerhans. Sel Langerhans akanbergerak melaluijalurlimfatik ke

kelenjar regional, dimana akan terdapat kompleks yang spesifik terhadap sel T dengan

CD4-positif.Kompleks antigen-HLA-DR ini berinteraksi dengan reseptor T-sel

tertentu (TCR) dan kompleks CD3. Sel Langerhans juga akan mengeluarkan

Interleukin-1(IL-1). Interaksi antigen dan IL-1mengaktifkan sel T. Sel T mensekresi

IL-2 dan mengekspresikan reseptor IL-2padapermukaannya.Hal ini menyebabkan

stimulasi autokrin dan proliferasi sel T spesifikyang beredar di seluruh tubuh dan

kembali kekulit.

Tahap elisitasi

Setelah seorang individu tersensitisasi oleh antigen, sel T primer atau memori dengan

antigen-TCR spesifik meningkat dalam jumlah dan beredar melalui pembuluh darah

kemudian masuk ke kulit. Ketika antigen kontak pada kulit,antigen akan diproses dan

dipresentasikan dengan HLA-DR pada permukaan sel Langerhans. Kompleks akan

dipresentasikan sel T4 spesifik dalam kulit (atau kelenjar, atau keduanya), dan elisitasi

dimulai. Kompleks HLA-DR-antigen berinteraksi dengan kompleks CD3-TCR

spesifik untuk mengaktifkan baik sel Langerhans maupun sel T. Ini akan menginduksi

sekresi IL-1 oleh sel Langerhans dan menghasilkan IL-2 dan produksi IL-2R oleh sel

T.Hal ini menyebabkan proliferasi sel T.Sel T yang teraktivasi akan mensekresi IL-3,

IL-4, interferon-gamma, dan granulocyte macrophage colony stimulating

factor(GMCSF).Kemudian sitokin akan mengaktifkan sel Langerhans dan keratinosit.

Keratinosit yang teraktivasi akan mensekresi IL-1, kemudian IL-1 mengaktifkan

phospolipase. Hal ini melepaskan asam arakidonik untuk produksi prostaglandin(PG)

dan leukotrin (LT). PG dan LT menginduksi aktivasi sel mast dan pelebaran

pembuluh darah secara langsung dan pelepasan histamin yang melalui sel mast.

Karena produk vasoaktif dan chemoattractant, sel-sel dan protein dilepaskan dari

pembuluh darah. Keratinosit yang teraktivasi juga mengungkapkan intercellular

adhesion molecule-1(ICAM-1) danHLA-DR, yang memungkinkan interaksi seluler

langsung dengan sel-sel darah.

VII. Pengobatan

Page 8: Dermatitis Kontak

Pengobatan Dermatitis Kontak

Secara umum dermatitis kontak dibagi dua, yaitu dermatitis kontak iritan dan

dermatitis kontak alergi.

Untuk pengobatan dan penanganan dermatitis kontak iritan adalah sebagai

berikut :

Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah menyingkirkan

pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisik maupun kimiawi. Bila hal

ini dapat dilaksanakan dengan sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka

dermatitis iritan tersebut akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan

topikal, mungkin cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering.

Apabila diperlukan, untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid

topikal, misalnya hidrokortison, atau untuk kelainan yang kronis bisa diawali

dengan kortikosteroid yang lebih kuat. Pemakaian alat pelindung yang adekuat

diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan, untuk mencegah kontak

dengan bahan tersebut.

Yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat

mekanik, fisis atau kimiawi serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila

dapat dilakukan dengan sempurna dan tanpa komplikasi, maka tidak perlu

pengobatan topikal dan cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang

kering (Djuanda, 2003). Apabila diperlukan untuk mengatasi peradangan dapat

diberikan kortikosteroid topikal. Pemakaian alat perlindungan yang adekuat

diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan sebagai upaya

pencegahan (Djuanda, 2003; Kampf, 2007).

Sasaran Terapi

Sasaran terapi dermatitis kontak iritan adalah :

- menghilangkan inflamasi, rasa sakit saat kulit ditekan dan iritasi

- mencegah pemaparan lebih lanjut pada agen iritan

- edukasi pada pasien mengenai metode untuk mencegah recurrent

Strategi Terapi

Pendekatan terapi dermatitis kontak iritan tergantug keparahan reaksi. Selain

itu, area yang terpapar pada substansi iritan, seharusnya dicuci dengan air dan

dibersihkan dengan sabun hipoalergenik ringan. Pencegahan iritan dapat menjadi

edukasi pada pasien.

Terapi non-farmakologi

Page 9: Dermatitis Kontak

Pencucian sesegera mungkin pada area yang terpapar agen iritan akan

mengurangi waktu kontak agen iritan dengan kulit, dan jika terjadi respon kulit,

hal ini akan membantu untuk mencegah penyebaran dermatitis.

Beberapa substansi yang dapat menyebabkan respon iritasi pada kulit sebaiknya

dihindari. Mengedukasikan kepada pasien bagaimana cara untuk mengurangi

resiko terpapar merupakan hal yang sangat penting.

Penggunaan baju pelindung, sarung tangan, dan peralatan proteksi lainnya akan

mengurangi pemaparan iritan dan sebaiknya penggunaan alat proteksi diganti

secara periodik.

Hidropel dan pelembab penghalang kulit hollister dapat digunakan untuk

mencegah dermatitis kontak iritan jika digunakan sebelum kontak dengan iritan.

Terapi Farmakologi

Penggunaan kompres basah dengan astringent alumunium asetat dapat

digunakan untuk mendinginkan dan mengeringkan lesi. Hidrokortison dan Iosin

Kalamin, membantu untuk meringankan rasa gatal. Penggunaan topikal anestesi

lokal tipe caine perlu dihindari atau diawasi karena dapat menyebabkan kontak

dermatitis yang lebih luas.

Untuk pengobatan dan penanganan dermatitis kontak alergi adalah sebagai

berikut :

Pengobatan DKA (dermatitis kontak alergi)

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya

pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan

kelainan kulit yang timbul (Brown University Health Services, 2003; Djuanda,

2003; Health and Safety Executive, 2009). Kortikosteoroid dapat diberikan dalam

jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada dermatitis kontak alergi akut

yang ditandai dengan eritema, edema, bula atau vesikel, serta eksudatif.

Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya

cukup dikompres dengan larutan garam faal.Untuk dermatitis kontak alergik yang

ringan, atau dermatitis akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan

kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid topikal (Djuanda, 2003).

Apabila dicurigai ada dermatitis kontak alergi dan agen yang menyebabkannya

dikenali serta disingkirkan, erupsinya akan sembuh. Biasanya, pengobatan

menggunakan glukokortioid topikal berpotensi kuat yang difluorinasi cukup

Page 10: Dermatitis Kontak

meredakan gejala. Pasien yang terutama penyakitnya menyebar luas atau

penyakitnya melibatkan wajah dan genitalia, dapat diberikan pengobatan

glukokortioid oral. Karena perjalanan penyakit dermatitis kontak alergi adalah 2

sampai 3 minggu maka terapi harus dilanjutkan sepanjang waktu tersebut.

Penemuan alergen kontak mungkin sulit dan memakan waktu banyak. Pasien

dermatitis yang tidak berespons terhadap pengobatan konvensional atau dengan

pola penyebaran yang tidak lazim harus dicurigai menderita dermatitis kontak

alergi. Tanyakan pada pasien mengenai lingkungan tempat kerja, pengobatan

topikal, dan obat yang diminum. Zat alergen umum terdapat pada bahan pengisi

obat-obat topikal, nikel sulfat, kalium dikromat, neomisin sulfat, wangi-wangian,

formaldehida, dan zat pengawet karet. Uji tempel standar membantu untuk

mengidentifikasi zat-zat tersebut, tetapi tidak boleh dipakai pada pasien dermatitis

aktif yang luas atau pada pasien yang mendapatkan pengobatan glukokortikoid

sistemik.

Pengobatan farmakologi

Hal yang perlu di perhatikan pada pengobatanDKA adalah upaya pencegahan

terulangnyakontak kembali dengan alergi penyebab,danmenekan kelainan kulit

yang timbul.

- Kortikosteroid dapat di berikan dalan jangka pendek untuk mengatasi

peradangan,misalnya prednison 30 mg/hr 

- Untuk dermatitis alergi yang telah mereda(setelah mendapat

pengobatankortikosteroid sistemik),cukup diberikankortikosteroid topikal.

- Pada keadaan tertentu pemberian anti histamin bisa meringankan gatal-gatal

- Gunakan astringent untuk mempercepat pengeringan luka yag basah sehingga

memberi penutup pelindung kulit yang mengalami inflamasi.

- sesering mungkin gunakan antiseptik untuk melindungi dari infeksi sekunder.

Pengobatan non-farmakologi

Terapi non farmakologi yang di berikan padaDKA dapat berupa

- mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor-faktor pencetus.

- Daerah yang terkena harus di bersihkan secarateratur drngan air sabun yang

lembut,lepuhantidak boleh di pecah,perban kering juga bisamencegah terjadinya

infeksi.

- Daun selada (latuca sativa) selain biasa di santapsebagai lalapan ternyata juga

bisa juga dapat berfungsi sebagai obat radang kulit (Dermatitis).

Page 11: Dermatitis Kontak

- membersihkan bagian yang teriritasi dilakukan dengan cara mengompres kulit

yang teriritasi dengan air hangat (32,2o C) atau lebih dingin. Jangan menggunakan

air panas 40,5o C atau lebih karena akan memperparah luka, dan bahkan akan

menyebabkan luka bakar tingkat dua.

- Pencucian menggunakan sabun hipoallergenik dan jangan menggosok bagian

yang ruam.

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya

pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan

kelainan kulit yang timbul.

Kortikosteoroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi

peradangan pada dermatitis kontak alergi akut yang ditandai dengan eritema,

edema, bula atau vesikel, serta eksufatif (madidans), misalnya prednison 30

mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan

kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal.

Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang telah

mereda (setelah mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan

kortikosteroid topikal.

Tatalaksana Terapi Dermatitis Kontak

Berikut adalah jenis terapi untuk dermatitis kontak

Page 12: Dermatitis Kontak

VIII. Pencegahan

Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang

telah disebutkan di atas. Program perawatan kulit sebaiknya diikutsertakan dalam

program pendidikan, memuat informasi tentang kulit sehat dan penyakit kulit

yang terkait dengan pekerjaan. Juga pengenalan diri penyakit kulit dan kegunan

prosedur perlindungan, sebagai contoh program perlindungan kulit pada pekerja di

“pekerjaan basah”, yaitu mencuci tangan dengan air biasa, lalu bilas dan

keringkan tangan dengan sempurna setelah mencuci, karena kulit yang tidak

dilindungi lebih mudah terkena iritasi, maka disarankan memakai sarung tangan

Page 13: Dermatitis Kontak

untuk melindungi kulit terhadap air, kotoran, deterjen, sampo, dan bahan

makanan.

Yang juga penting diperhatikan, hindari pemakaian cincin selagi bekerja, karena

dermatitis umumnya dimulai pada jari yang memakai cincin sebagai reaksi

terhadap iritan yang terjebak dibawah cincin. Pemakaian disinfektan sebaiknya

disesuaikan dengan kebutuhan tempat kerja. Sebab, umumnya disinfektan bersifat

iritan dan turut berperan terhadap perkembangan menjadi dermatitis kontak di

tangan.

Cara lainnya gunakan pelembab sewaktu bekerja atau setelah bekerja. Pilih

pelembab yang banyak mengandung lemak dan bebas parfum, serta bahan

pengawet berpotensi alergenik terendah. Pelembab terbukti dapat mempermudah

regenerasi fungsi sawar kulit dan kandungan lemak berhubungan dengan

kecepatan proses regenerasi tersebut. Pelembab sebaiknya dipakai diseluruh

tangan, termasuk sela jari, ujung jari, dan punggung tangan. Pekerja yang

mempunyai riwayat alergi pada kulit cenderung terkena dermatosis daripada yang

tidak mempunyai riwayat alergi kulit. Pekerja yang kebersihan perorangannya

buruk lebih banyak yang dermatosis daripada yang kebersihan perorangannya

baik atau sedang.

Strategi pencegahan meliputi:

·            Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila

dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.

·            Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk

menghindari kontak dengan bahan pembersih.

·            Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk

menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.

·              Pekerja dengan usia di atas 40 tahun atau usia lanjut sebaiknya

mengurangi kontak dengan bahan kimia. Karena semakin tua usia kulit menjadi

semakin menipis dan kehilangan kelenturan. Hal ini memudahkan terjadinya

dermatitis (Occupational Safety and Health Branch, 2004).

IX. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

Page 14: Dermatitis Kontak

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan

integument yaitu :

a)    Biopsi kulit

Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit

yang terdapat lesi.

Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau infeksi yang

disebabkan oleh bakteri dan jamur.

b)    Uji kultur dan sensitivitas

Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada kulit.

Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten

pada obat – obat tertentu.

Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat pada lesi

kulit.

c)    Pemeriksaan Darah

Hb, leoukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin.

d)   Uji tempel

Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi. Untuk mengetahui apakah

lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis, mengidentifikasi respon alergi.

Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat

bagaimana reaksi local yang ditimbulkan. Apabila ditemukan kelainan pada kulit,

maka hasilnya positif.

Sumber :

Page 15: Dermatitis Kontak

Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6thed.

Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2013. p.129-33.

(Jeyaratnam, J dan David Koh. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. 2009. Jakarta :

EGC).

(Elizabeth J.Corwin. Buku Saku Patofisiologi Ed.3. 2009. Jakarta : EGC).

http://medicastore.com/penyakit/74/Dermatitis_Kontak.html

Harrison.2000. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam: (Harrison's Principles

of Internal Medicine); Volume 1.EGC:Jakarta

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25718/4/Chapter%20II.pdf

http://www.scribd.com/doc/35138983/Dermatitis-Kontak-Alergi

Sumber : http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/viewFile/6113/4604