destilasi bubble cap
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
LABORATORIUM PILOT PLANSEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2015/2016
MODUL : DESTILASI BUBBLE CAPPEMBIMBING : Dr. Ir. Ahmad Rifandi , MSc
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Pilot Plant semester ganjilProgram Diploma III Jurusan Teknik Kimia
Oleh :
Kelompok : 11 & 12
Nama : 1. Suci Susilawati 131411029 2. Dila Adila 131411059 3. Rima Agustin M 131411061 3. Ulfa Nurul Azizah 131411063
Kelas : 3 A
Tanggal Praktikum : 21 September 2015Tanggal Penyerahan Laporan: 5 Oktober 2015
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIAJURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG2015
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemisahan komponen yang memiliki sifat fisik atau kimiawi merupakan salah satu proses
yang sering dijumpai pada bidang teknik kimia selain pencampuran, evaporasi, absorpsi dll.
Distilasi atau dikenal dengan penyulingan bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi atau
kemurnian satu atau lebih komponen yang biasanya produknya memiliki titik didih lebih
rendah disebut produk atas. Sedangkan yang memiliki titik didih lebih tinggi akan diperoleh
pada produk bawah dan jika lebih dari dua komponen maka dinamakan residu. Penggunaan
pemanas kukus atau steam sangat besar pengaruhnya terhadap rancang bangun peralatanya
sendiri. Di industri dalam bidang tehnik kimia pemisahan ini sering digunakan contohnya
dalam industri minyak bumi untuk membuat zat cair yang diperoleh dalam suatu kisaran suhu
tertentu ( fraksi). Dalam praktikum pilot plant akan dipelajari mengenai destilasi bubble cap
yang berupa piringan dengan sejumlah lubang yang dilas pada risers atau chimey. Tiapa
risers dipenuhi oleh sejumlah cap berbentuk bell untuk mempercepat uap melalui risers
tersebut.
1.2 Tujuan Praktikum
a. Melakukan pengamatan pada unit destilasi pada setiap sektor
b. Mengetahui cara mengoprasikan alat destilasi skala pilot plant (industri)
c. Mengetahui neraca panas yang terjadi dalam proses destilasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Separasi atau pemisahan penyusun/komponen yang memiliki perbedaan
sifat fisik ataupun kimiawi merupakan salah satu proses yang sering dijumpai
pada proses teknik kimia selain pencampuran, reformasi dan lain-lain. Distilasi atau
juga dikenal penyulingan sebagai proses pernisahan bertujuan meningkatkan
konsentrasi atau kemurnian satu atau lebih komponen, yang biasanya produk
yang bertitik didih lebih rendah atau yang disebut produk atas. Sedang produk
yang lebih tinggi titik didihnya akan didapatkan sebagai produk bawah dan bila
terdiri dari lebih satu komponen merupakan residu. Penggunaan pemanasan
biasanya kukus [steam] sangat besar pengaruhnya selain rancang bangun dari
peralatan sendiri.
Aturan fasa dan hukum Raoult
Seperti pada sistem gas dan cair dibatasi oleh aturan fasa. Untuk campuran binair atau
bayangan binair. (pseudobinary) terdapat dua penyusun, A dan B.; penyusun A lebih
mudah teruapkan dibandingkan B. dan dua fasa yang diberikan persamaan:
F = C - P + 2 6.1
dalam hal ini P adalah jumlah derajat kebebasan sistem, maka diperoleh harga F adalah 2
("mengacu kepada Geankoplis, Transport Proccesses and Unit Operations; hal. 574,
pers. 10.2-1 atau McCabe, Smith, Herriot, Unit Operations of Chemical Engineering, hal
450).
Dengan empat perubah suhu, tekanan, tereduksi yA dalam fasa uap dan xA dalam fasa
cair. Fraksi-fraksi B dapat dicari jika yA atau xA diketahui, karena yA + yB = 1,0 dan xA + xB
= 1,0. Jika tekanan ditentukan, suhu dan susunan uap menyesuaikan dengan
sendirinya.
Dengan hukum Roult, sebagai hukum ideal, fasa uap-cair pada kesetimbangan dapat
ditentukan.
PA = P . Xa 6.2
Pada persamaan 2, PA adalah tekanan parsial uap A dalam satuan Pa (atm). PA adalah tekanan
total uap A dalam Pa (atm). dan xA adalah fraksi mol A dalam fasa cair. Untuk sistem dengan
larutan ideal atau tidak ideal mengikuti hukum Henry dalam larutan yang encer.
Gambar 6.1 Diagram titik didih dan grafik xyA
A = penyusun yang lebih mudah teruapkan
B = penyusun yang lebih sukar teruapkan
Jika larutan campuran binair dengan penyusun A dan B mematuhi hukum Raoult,
maka diagram titik didih dapat dicari dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut:
PA = P . XA PA = PB (1 - XA) 6.3
PA = P yA PB = P (1 - yA) 6.4
PA + PB = P 6.5
P .XA + PB (1 - xA) = P 6.6
xA = (P - PB)/(PA - PB) 6.7
yA = PA/P = PA . xA/P 6.8
Seiain penerapan hukum Raoult telah dijabarkan di atas, suatu besaran keteruapan nisbi
(α), juga sering digunakan untuk memperoleh data kesetimbangan x dan y. Untuk sistem binair
teruapan nisbi penyusun A terhadap penyusun B dalam campurannya adalah:
Keteruapan nisbi, αAB = Keteruapan A/ Keteruapan B
Keteruapan A = yA/xA
Keteruapan B = (1 - yA)/(1 - xA)
T1Temperatur[oC]
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0
Fraksi mol A. xA dan xB
Sehingga diperoleh :
αAB = {yA/xA)/(1 - yA)/(1 - xA)} = yA(1 - xA)xA (1 - yA) 6.9
αAB xA (1- yA) = yA(1 – xA) 6.10
yA = αAB xA/{1 + xA{αAB - 1)} 6.11
Keteruapan nisbi ini sangat berguna dan dapat diterapkan jika harganya tetap, karena
tidak bergantung pada keadaan cairan pada tekanan tertentu; walaupun tetap ada kemungkinan
bergeser sedikit terhadap perubahan konsentrasi. Untuk campuran ideal:
αAB = (yA/xA)/(yB/xB) 6.12
αAB = PA/PB 6.13
Harga PA/PB ini hampir selalu tetap pada rentang x = 0 sampai dengan x =
1,0. Jika harga αAB lebih besar dari pada AB lebih besar dari pada 1,0 pemisahan
apabila sistem biner mematuhi hokum Raoult atau bertingkahlaku ideal,
penyimpangan αAB sangat kecil terhadap rentang konsentrasi yang besar pada
tekanan total tetap.
Distilasi berkesinambungan (jenis fraksionasi)
Macam-macam cara distilasi serta teori dan kaidah-kaidahnya banyak
dijumpai pada berbabagai buku acuan untuk teknik kimia. Distilasi
berkesinambungan atau yang dikenal sebagai seperti unit distilasi yang ada pada
laboratorium proyek pecontoh Jurusan Teknik Kimia Politeknik, merupakan jenis
distilasi yang paling sering dijumpai dan digunakan oleh industri-industri
kimia. Dengan cara memperbanyak tahap permukaan bidang sentuh antar fasa
sepanjang kolom, pemisahan yang dihasilkan akan jauh lebih ba ik dibandingkan
operasi dengan tahap tunggal. Fraksionasi itu sendiri berlangsung di dalam kolom
fraksionasi, sebuah silinder tegak di dalamnya dilengkapai baik unggunan atau
sekat yang diripta untuk memacu persentuhan antara fasa cair dan fasa uap.
Umpan pada tahap awal pengumpanan berwujud cair dimasukkan ke dalam
kolom terletak pada pertengahan ke atas kolom. Produk/serahan atas yang kaya akan
penyusun yang lebih mudah teruapkan diperoleh pada pucuk kolom dan
produk/serahan bawah yang kaya akan penyusun yang lebih sukar teruapkan
diperoleh pada dasar kolom. Bagian kolom di atas titik pengumpanan disebut
bagian penin g katan (rectifying section atau enriching section), sedangkan bagian
kolom di bawah titik pengumpanan disebut bagian peluruhan (Stripping Section atau
exhausting section). Fasa uap dihasilkan oleh kerja penangas ulang yang terletak
pada bagian dasar kolom. Fasa cair di dalam bagian penin gkatan dihasilkan oleh
kerja pendingin yang terletak dekat bagian pucuk kolom tempat panas yang menyertai proses
dilenyapkan.
Pada setiap sekat/pelat (plate) di dalam kolom uap bersentuhan dengan cairan dan massa
dipertukarkan; yaitu massa penyusun yang lebih sukar teruapkan dipindahkan dari fasa
uap ke fasa cair, dan massa penyusun yang lebih mudah teruapkan dipindahkan dari fasa cair
ke fasa uap. Jadi melaju turun sepanjang kolom dan dengan segera kaya akan penyusun yang
lebih sukar teruapkan yang bertitik didih lebih tinggi, sedangkan uap akan melaju naik sepanjang
badan kolom dan dengan segera kaya akan penyusun yang lebih mudah teruapkan yang bertitik
didih lebih rendah. Di sini tampak terjadi penurunan suhu sepanjang kolom dari bawah ke atas
yang berakibat terjadi pengembunan sebelum campuran uap mencapai puncak kolom dan
pendingin: tentu saja bertitik embun lebih tinggi akan terembunkan terlebih dahulu.
Neraca massa dan neraca kalor dalam perhitungan
Tata nama yang akan digunakan dalam perhitungan :
F, D, W laju umpan (feed), serahan atas (top product) produk/serahan bawah
(bottom product) dalam satuan massa atau mol per satuan waktu.
ZF, XD, xwfraksi penyusun yang lebih mudah teruapkan dalam umpan, serahan atas
dan serahan bawah dalam fraksi mol.
L, V laju molar cairan dan uap di dalam kolom
x, yfraksi mol penyusun yang lebih mudah teruapkan dalam fasa cair dan fasa
uap.
HL, Hv energi dalam/enthalpi molar fasa cair dan uap
BAB 3METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat
1. Unit distilasi
2. Stopwatch
3. Pompa tangan portable
4. Ember
Bahan
1. Etanol teknis
2. Air
3.2 Prosedur Percobaan
1. Membagi unit distilasi menjadi 6 sektor yaitu :
a. Sektor 1 adalah sektor pengumpanan / feed area
b. Sektor 2 adalah sektor jalur zat yang dipanaskan
c. Sektor 3 adalah sektor jalur pemanas
d. Sektor 4 adalah sektor kolom kesetimbangan
e. Sektor 5 adalah sektor sistem pendingin
f. Sektor 6 adalah sektor sistem control pengendali
2. Melakukan inventarisasi alat yang ada pada setiap sektor
3. Melakukan pengamatan pada saat operasi dan shut down
4. Dilakukan hal – hal sebagai berikut :
a. Sektor 1 (sirkulasi umpan T1)
Mengisi T1 dengan air dan etanol teknis sesuai
dengan level yang diinginkan
Memilih jalur yang akan digunakan untuk sirkulasi
Inventarisasi alat yang ada pada jalur alat yang
akan digunakan
Membuka valve yang akan dilalui oleh jalur sirkulasi dan menutup
valve yang tidak digunakan
Menjalankan pompa P2 pada control panel di
sektor 6
b. Sektor 2
c. Sektor 6
3.3 Analisis Data
Inventarisasi Alat
Peralatan dan Fungsi
A. Sektor 1
Terdiri dari pengalir umpan dan tempat penmpungan umpan T1, pompa yang mengatur
sirkulasi umpan P2.
T1 (Feed Tank) : Untuk menampung cairan umpan (air keran) sebelum disirkulasikan
atau dialirkan ke sumptank.
P2 (Feed Pump) : Untuk memompa / mengalirkan cairan umpan (air keran) ke dalam
kolom distilasi sehingga akhirnya cairan tersebut masuk ke dalam sumptank. Feed pump
juga berfungsi ketika mensirkulasikan cairan dari T1-T1.
Membuka valve yang menuju flowmeter
setelah P2
Mengurangi bukaan valve sirkulasi untuk
mengatur laju alir yang akan masuk menuju T3
Mengisi T3 sampai level yang telah
ditentukan, kemudian membuka valve yang
menuju FFE
Menghidupkan P3 untuk mengalirkan air ke pemanas reboiler /
FFE
Mengatur sistem pendingin pada sektor TRC 3 dengan menekan tombol 8 sampai
lampu (SP.W) menyala, dan tombol 13 hingga lampu
warna hijau menyala
Menekan tombol 12.1 dan 12.2 untuk mendapatkan
temperatur pendingin yang diinginkan
Menekan tombol 8 sampai lampu warna merah
menyala (PV-X), menunjukan tampilan sebenarnya suhu air
pendingin
Mematikan lampu didekat tombol 13 dengan menekan tombol 13 agar nilai yang
diatur tidak berubah.
A1 (Vapor Trap) : Untuk mengambil kondensat yang terbawa oleh steam yang keluar
dari pre-heater.
W5 (Pre-Heater) : Sebagai pemanas awal cairan umpan.
W4 (Distilat Cooler) : Untuk mendinginkan distilat sebagai produk atas
TR-13 (Temp Feed) : Untuk mengukur temperatur cairan umpan masuk kolom distilasi.
FI-14 (Flow Distilat) : Untuk mengukur laju alir distilat yang dihasilkan.
FI-17 (Flow Feed) : Untuk mengukur laju alir umpan.
Va-1.1-Va-1.12 (Valve) : Berfungsi untuk mengatur laju alir cairan untuk suatu tujuan
tertentu, diantaranya:
Untuk sirkulasi T1-T1 : Mengalirkan cairan dari T1 kembali ke T1
dengan bantuan pompa P2 dan membuka valve Va-1.3, Va-1.6, Va-1.7
dan Va-1.9 kemudian tutup valve Va-1.2, Va-1.4, Va-1.5, Va-1.8 dan Va-
1.10
Va-1.1
Va-1.2 Va-1.3
Va-1.4
Va-1.5
Va-1.6 Va-1.7
Va-1.8
Va-1.9
Va-1.10
Va-1.11
Va-1.12Jalur Umpan
Alat-alat yang terlibat di dalam Section 1 adalah:
Symbol Discription Type Material Remarks
T1 Feed Tank - DURAN Glases -
P2 Feed Pump Centrifugal Stainless Steel -
A1 Vapor Trap UNA 23 h/v GG 25 -
W4 Distillate Cooler Coil Type DURAN Glases DN 200
W5 PreheaterMultiple Tube Bayonet Stainless Steel Steam Heated
FI-14 Distillate Product Rotameter DURAN Glases Local Indication
FI-17 Feed To Distillation Rotameter DURAN Glases Local Indication
TR-13 Preheater Outlet WID../D DURAN Glases -
B. Sektor 2
Terdiri dari tempat penampungan zat yang dipanaskan yaitu T3 dan pompa yang mengatur
sirkulasinya P3.
P3 (Pompa Sirkulasi)
Untuk mengalirkan cairan dari tangki penampung (sumptank) ke reboiler.
V5 (Evaporator Feed from P3)
Untuk mengatur laju alir cairan yang masuk ke FFE.
W2 (Falling Film Evaporator)
Merupakan tempat terjadinya pemanasan.
W3 (Cooler)
Untuk mendinginkan cairan yang akan dibuang/dikeluarkan dari Sump Tank.
T3 (Sump Tank)
Untuk menampung cairan umpan yang akan dan sudah dipanaskan pada FFE. Pada bagian
atas cairan dalam sumptank terdapat uap yang akan masuk ke kolom distilasi.
TR 21 ( Temperature Recorder Sumptank Bottom)
Untuk mengukur temperatur cairan yang akan masuk ke FFE.
TR 26 (Temperature Sumptank Vapor)
Untuk mengukur temperature uap di dalam Sump Tank.
FI 28 (Flow Feed Recycle)
Untuk mengukur laju alir cairan yang direcycle ke dalam FFE.
SECTION 2
T 3 TR26
TI22
TR21
LIA19
PR18
W 2
Jalur Zat yang Dipanaskan
Prosedur kerja sistem pengumpanan cairan pada FFE yaitu dengan membuka Valve Va-
2.1, Va-2.2 dan Va-2.5 lalu menutup valve Va-2.1 dan Va-2.3 kemudian nyalakan pompa P3.
sehingga cairan akan mengalir ke bagian atas FFE. Kemudian cairan yang panas akan turun
dan masuk ke sumptank. Cairan panas ini akan berkontak dengan cairan dingin dalam
sumptank sehingga semua cairan dalam sumptank akan mengalami kenaikan suhu tertentu.
Alat-alat yang terlibat pada Section 2 adalah:
Symbol Discription Type Material Remarks
T3 Column Sump Tank
Cylindrical DURAN Glases -
W3 Sub Cooler Coil Type DURAN Glases DN 200
P3 Circulation Pump Slide Chanel Stainless Steel -
W2 FFE Shell and Tube Stainless Steel DN 300
TR-21Sump Tank Bottom Temperature
WID../D DURAN Glases -
TR-26Sump Tank Bottom Vapor Temperature
WID../D DURAN Glases -
PR-18Collumn Bottom Absollute Pressure
BR 3208 Diapraghma Stainless Steel -
TI-22Evaporator Feed Recycle Sump Mercury DURAN Glases Local
Indication
FI-28Evaporator Feed of Recycle Sump Rotameter DURAN Glases Local
Indication
LIA-19Collumn Sump Tank T3 FUEST 25/R DURAN Glases Local
Indication
C. Sekt
or 3
SECTION 3
Jalur Pemanas
TR23
FI24
V3
V4 STEAM
FI27
KONDENSATTI25
Pada tahap ini Steam dialirkan ke dalam FFE dan kondensat hasil proses dikeluarkan.
W2 (Falling Film Evaporator) : Untuk memanaskan cairan umpan dengan
menggunakan steam yang tidak kontak secara langsung dengan cairan yang akan
dipanaskan.
A2 (Steam Trap) : Untuk mengambil kondensat yang keluar dari FFE.
FI 27 (Flow Condensat) : Untuk mengukur laju alir kondensat.
FI 24 (Evaporator Steam Supply) : Untuk mengukur laju alir massa steam yang masuk
ke FFE.
TR 23 (Evaporator Steam Supply) : Untuk mengukur suhu steam yang masuk FFE
TI 25 (Evaporator Steam Outlet) : Untuk mengukur suhu kondensat yang keluar dari
FFE.
V3 dan V4 (Evaporator Steam Supply) : Untuk mengontrol laju alir umpan yang
masuk ke FFE.
Prosedur kerja untuk mengalirkan steam yaitu diawali dengan membuka aliran
udara tekan pada panel control. Kemudian membuka valve pada bukaan tertentu.
Alat-alat yang terlibat pada Section 3 adalah:
Symbol Discription Type Material Remarks
TR-23Evaporator Steam Supply
7HC1008-1DA11 Stainless Steel -
FI-24 Evaporator Steam Rotameter Stainless Steel Local Indication
TI-25Evaporator Steam Outlet DL02/25-11 Stainless Steel Local Indication
FI-27Evaporator Kondensat Rotameter Stainless Steel Local Indication
A 2 Vapor Trapp UNA 23 h/v GG 25 -
V 3Evaporator Steam Supply 77159-A10 GG 25
Pneumatic Control Valve
V 4Evaporator Steam Supply - - Solenoid Valve
D. Sektor 4
TR 8 (Temperature Column Top Vapor) : Untuk mengukur suhu pada kolom paling
atas.
TR8
SECTION 4
Kolom Kontak
K 1
T 3
PR6
PR18
TR9
TR10
TR 9 (Temperature 2nd Column Feed Vapor) : Untuk mengukur suhu pada kolom
tingkat kedua.
TR 10 (Temperature 1st Column Feed Vapor) : Untuk mengukur suhu pada kolom
tingkat pertama.
PR 18 (Column Bottom Absolute Pressure) : Untuk mengukur tekanan pada kolom
bagian bawah.
PR 6 (Column Top Absolute Pressure) : Untuk mengukur tekanan pada bagian atas
kolom distilasi.
Alat-alat yang terlibat pada Section 4 adalah:
Symbol Discription Type Material Remarks
TR-8Column Top Vapor Temperature WID../D DURAN Glases -
TR-92nd Column Feed Vapor Temperature WID../D DURAN Glases -
TR-101st Column Feed Vapor Temperature WID../D DURAN Glases -
SEKTOR 5
Sistem Pendingin
TRC3
F5
TR1
TI22
T2
Vent
TIA-2.1
PR-6Column Top Absollute Pressure
BR 3208 Diapraghma Stainless Steel -
PR-18Column Bottom Absollute Pressure
BR 3208 Diapraghma Stainless Steel -
D. Sektor 5
W1 (Condenser) : Sebagai tempat terjadinya perubahan uap distilat menjadi cairan
dikarenakan adanya penyerapan panas oleh air pendingin yang masuk
V1 (Condenser Cooling Water) : Untuk mengatur laju alir air pendingin yang masuk ke
kondensor
F14 (Condensor Cooling Water) : Untuk mengukur laju alir air pendingin yang masuk
ke kondensor
F5 (Condensor Cooling Water flow observer) : Untuk mengatur laju alir air pendingin
secara otomatis karena dihubungkan dengan laju steam yang masuk ke FFE.
TR 1 (Condensor water Supply Temperature) : Untuk mengukur temperatur air
pendingin yang masuk ke kondensor
TR 7 (Reflux Temperature at Column Entry) : Untuk mengukur temperatur cairan yang
direflux.
TI 22 (Condensor Outlet Distilate Tempature) : Untuk mengukur temperatur distilat
yang keluar dari kondensor
TIA 21 (Condensor Vent High Alarm) : Untuk mengukukur temperatur pada kondensor
dimana jika suhunya terlalu tinggi maka alarm akan menyala.
TRC 3 (Condensor Water Outlet) : Untuk mengukur suhu air pendingin yang keluar dari
kondensor.
Alat-alat yang terlibat pada Section 5 adalah:
Symbol Discription Type Material Remarks
W 1 Condenser Shell and Tube DURAN Glases
DN 200
V 1Condenser Cooling Water H77159-A10 GG 25
Pneumatic Control Valve
V 4Evaporator Steam Supply - - Solenoid Valve
FI-4Condenser Cooling Water Rotameter Stainless Steel Local Indication
F-5Condenser Cooling Water Absorber
A 3 U exStainless Steel Switching of
Valve V3
TR-1Condenser Water Supply 7HC108-10A11 Stainless Steel -
TI-22Condenser Outlet Distillate Temp Mercury DURAN
GlasesLocal Indication
TIA-21Condenser Vent High Alarm Mercury DURAN
GlasesLocal Indication
TRC-3Condenser Water Outlet 7HC108-10A11 Stainless Steel Control of
Cooling Water
F. Sektor 6
2 Controller yaitu Pressure Controller (∆PIC) dan Temperature Controller : Untuk
mengatur besarnya tekanan dan temperatur seduai dengan yang diinginkan
2 indikator dimana setiap indikator terdiri dari 6 buah rekorder yang menunjukan nilai
suhu dan tekanan pada Temperatur Recorder dan Pressure Recorder yang ada pada alat
distilasi.
3 pasang tombol on-off : Untuk menyalakan/mematikan P1 (distillate pump), P2 (feed
pump) dan P3 (sump pump)
Main Switch : untuk mensupply udara tekan
Control Air Pressure Switch : untuk membuka aliran udara tekan
BAB 4DATA PENGAMATAN DAN HASIL PENGOLAHAN DATA
4.1 Hasil PengamatanTabel 4.1 Pengamatan Suhu pada Reboiler Unit Distilasi
Sensor Temperatur 0C KTI 22 95 368TR 23 125 398TI 25 57 330TR 26 90 363
Tabel 4.2 Data Kapasitas Panas
Vapor Heat Capacitya b c d
Water 34.047-0.00965
0.00003299 -2.044E-08
Liquid Heat Capacitya b c d
Water 18.296 0.4721 -0.001338 0.000001314
Etanol
-331.602 4.137 -0.01403 0.00001703
Tabel 4.3 Konsentrasi Komponen Feed Inlet
Komponen Volume (L) %Air 100 71.42857Etanol 40 28.57143Total 140
4.1.1 Mencari Massa Komponen Feed InletNeraca MassaFeed inlet = Feed outlet
Massa( Kgh )=konsentrasi x FI 28 (L
h )x Massa Jenis( Kgm3 )x Kg
1000 grx 0.001 m3
L
Tabel 4.4 Massa Komponen Feed Inlet
FI 28 28 L/hMassa air 20 Kg/hMassa etanol 6.4 Kg/h
4.1.2 Mencari Massa Steam InletNeraca MassaSteam inlet = Steam outlet
Massa( Kgh )=FI 24 ( m3
h )x Massa Jenis( Kgm3 )
Tabel 4.5 Massa Steam Inlet
M steam 21 Kg/h
4.2 Hasil Pengolahan DataQ diberikansteam=Q diterima feed outlet
48220.91 Jmol . K
=9230.67 Jmol .K
Heat Loss=38990.24 Jmol .K
BAB 5PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
5.1 Pembahasan
Praktikum pilot plant yang berjudul destilasi bubble cap bertujuan untuk mengetahui neraca panas yang terjadi dalam proses destilasi Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi engineering drawing yang terdapat pada alat. Setelah memahami sketsa tersebut, selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap bentuk nyata terhadap peralatan tersebut. Setelah mengidentifikasi peralatan destilasi lalu masukan ethanol sebanyak 40 L dan air 100 L kedalam feed tank. Operasi awal dimulai dengan membukan saluran udara tekan . Bila saluran udara tekan belum dibuka, maka Control Panel tidak dapat dinyalakan, sehingga operasi tidak dapat berjalan fungsi udara tekan berfungsi untuk menggerakan instrumen-instrumen pengendali yang digerakkan secara pneumatik, misalnya untuk Control Valve . Untuk keamanan,maka peralatan destilasi tidak dapat beroprasi bila saluran udara tekan belum dibuka. Lalu langkah selanjutnya adalah menyalakan pompa untuk mengalirkan feed dengan cara menekan on P2 pada Control Panel . Pada saat feed dialirkan ada proses by pass pada saluran pengumpanan yang berfungsi untuk menghindari shock-load umpan , sehinga laju alir umpan dapat tetap terjaga dan resiko kerusakan alat dapat berkurang. Lalu steam dialirkan
dengan cara membuka valve secara manual . Proses yang berlangsung diamati dengan cara mencatat suhu yang dapat dilihat langsung pada Temperature Indikator pada alat maupun Temperature Recorder yang terdapat pada Control Panel . Temperature Indikator yang diamati adalah TI 22 untuk feed inlet dengan suhu 950C dan TI 25 untuk steam outlet dengan suhu 57 0C . Temperature Recorder yang diamati adalah TR 23 untuk steam inlet dengan suhu 125 0C dan TR 26 untuk feed outlet dengan suhu 90 0C . Setelah didapatkan data lalu matikan peralatan destilasi , seluruh pompa dimatikan, Control Panel dimatikan dan yang terakhir saluran udara tekan ditutup. Maka, operasi sudah sepenuhnya selesai . Dari data yang didapat dilakukan pengolahan data untuk mengetahui neraca panas yang terjadi selama proses destilasi secara teori neraca panas yang terjadi adalah panas yang masuk sama dengan panas yang keluar namun pada praktikum didapatkan jika panas yang masuk tidak sama dengan panas yang keluar hal ini terjadi karena banyaknya losses atau kehilangan panas secara konduksi , dimana losses panas ini akan mengurangi besarnya energi kondensasi. Dengan kecilnya energi kondensasi maka efisiensi total dari sistem akan mengecil pula . Loses panas secara konduksi ini disebabkan oleh sistem destilasi ini tidak diisolasi dengan baik , disamping itu disebabkan oleh adanya kotoran dari air baku yang mengendap.
5.2 Kesimpulan
1. Proses distilasi adalah suatu proses pemisahan komponen berdasarkan perbedaan titik
didih dan volatilitasnya dengan menggunakan unit distilasi.
2. Bagian-bagian dari unit destilasi :
Sektor-sektor yang ada dalam unit distilasi adalah :
Sektor umpan
Sektor zat yang dipanaskan
Sektor zat yang memanaskan
Sektor pemisahan
Sektor pendinginan dan sektor panel kontrol
Pengoperasian alat unit distilasi dilakukan secara bertahap yaitu :
- Start Up
- Operasi
- Shut Down
3. Neraca panas yang terjadi dalam proses adalah panas yang masuk tidak sama dengan
panas yang keluar hal ini terjadi karena banyaknya losses atau kehilangan panas.
4. Jumlah Heat Loss dalam proses sebesar 38990.24 Jmol . K .
5. Heat Loss disebabkan oleh sistem destilasi ini tidak diisolasi dengan baik dan terdapat
kotoran dari air baku yang mengendap.
DAFTAR PUSTAKA: Catrawedarma. 2008. “Pengaruh Massa Air Baku Terhadap Performansi Sistem Destilasi”. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14975&val=982. Diunduh pada 4 Oktober 2015.
Snura, Aya. 2013. “Penyulingan/Distilasi (Bubble Cup Destillation Coloumn)”. http://aya-snura.blogspot.co.id/2013/07/penyulingandistilasi-bubble-cup.html. Diunduh pada 4Oktober 2015.
LAMPIRANMenghitung massa feed inlet1. Massa Water
Massa( Kgh )=konsentrasi x FI 28 (L
h )x Massa Jenis( Kgm3 )x Kg
1000 grx 0.001 m3
L
Massa( Kgh )=0.714 x 28( L
h ) x1000( Kgm3 ) x Kg
1000 grx 0.001m3
L
Massa( Kgh )=20
2. Massa Etanol
Massa( Kgh )=konsentrasi x FI 28 ( L
h )x Massa Jenis( Kgm3 )x Kg
1000 grx 0.001 m3
L
Massa( Kgh )=0.286 x 28( L
h )x 800( Kgm3 ) x Kg
1000 grx 0.001m3
L
Massa( Kgh )=6.4
Menghitung massa steam inlet
Massa( Kgh )=FI 24 (m3
h )x Massa Jenis( Kgm3 )
Massa( Kgh )=21( m3
h ) x 1000( Kgm3 )
Massa( Kgh )=21
Menghitung Q LossQ diberikan steam=Q diterima feed outlet
M steam . Cpsteam . dT=M etanol . Cpetanaol . dT+M water . Cpwater . dT21 ¿
48220.91 Jmol . K
=9230.67 Jmol .K
Heat Loss=48220.91 Jmol . K
−9230.67 Jmol . K
Heat Loss=38990.24 Jmol .K