diambil dari naskah asli bertuliskan huruf jawa gatholoco 2013

196
SASTERA JAWA BERUNSUR KEBATINAN / TASAUF – TAHUN 2013 DIKEMASKINI OLEH FAKIRKELANA Diambil dari naskah asli bertuliskan huruf Jawa yang disimpan oleh PRAWIRATARUNA. Digubah ke aksara Latin oleh : RADEN TANAYA Diterjemahkan dan diulas oleh : DAMAR SHASHANGKA 1 | Page

Upload: fakirkelana

Post on 25-Nov-2015

228 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

sastera jawa

TRANSCRIPT

SASTERA JAWA BERUNSUR KEBATINAN / TASAUF TAHUN 2013

DIKEMASKINI OLEH FAKIRKELANA

Diambil dari naskah asli bertuliskan huruf Jawa

yang disimpan oleh

PRAWIRATARUNA.

Digubah ke aksara Latin oleh :

RADEN TANAYA

Diterjemahkan dan diulas oleh :

DAMAR SHASHANGKA

PurwakaPupuh IMijil(Pembukaan, Kumpulan Syair I, Lagu ber-irama Mijil)

1.Prana putk kaptk ngranuhi, wiyoganing batos, raosing tyas karaos kkse, tmah bangkit upami nylaki, rudah gung prihatin, nalangsa kalangkung.

Oleh sebab sesak yang semakin menjadi-jadi, yang muncul dalam hati, terasa bagai diiris-iris, bangkit semakin tak tertahan lagi, gelisah dan gundah, nelangsa berlebih-lebih.2.Jroning kingkin sinalamur nulis, srat Gatholoco, cipteng nala ngupaya ljare, tarlen muhung mrih ayming galih, ywa kalatur sdhih, minangka panglipur.

Ditengah keresahan sengaja aku menulis untuk menghibur, (menulis) srat Gatholoco, maksud hati mencari kejelasan, sehingga bisa menentramkan hati, supaya tidak sedih berlarut-larut, sebagai sarana menghibur diri.3.Kang kinarya bebukaning rawi, Rjasari pondhok, wontn Kyai jumnng Gurune, tiga pisan wasis muruk ilmi, kathah para santri, kapencut maguru.

Sebagai cerita pembuka, (tersebutlah sebuah) pondok (pesantren) Rjasari, ada Kyai berkedudukan sebagai guru, berjumlah tiga orang sangat pandai mengajarkan ilmu, banyak para santri, terpikat untuk berguru.4.Bakda subuh wau tiga Kyai, rujuk tyasnya condhong, Guru tiga ngrasuk busanane, arsa linggar sadaya miranti, duk wanci byar enjing, sarng angkatipun.

Seusai (shalat) Subuh ketiga Kyai (tersebut), sepakat bersama-sama, ketiga Guru berganti busana, hendak melakukan perjalanan semua (santri) telah menanti, tepat ketika pagi menjelang, berangkatlah bersama-sama.5.Murid nnm umiring tut wuri, samya angggendhong, kang ginendhong kitab sadayane, gunggung kitab kawan likur iji, ciptaning panggalih, tuwi mitranipun.

Diiringi enam orang murid mengikut dibelakang, masing-masing membawa, yang dibawa banyak kitab, jumlah kitab sebanyak dua puluh empat buah, tujuan perjalanan, hendak bertandang ke tempat seorang sahabat.6.Ingkang ugi dadya Guru santri, ing Cpkan pondhok, Kyai Kasan Bsari namane, wus misuwur yen limpad pribadi, putus sagung ilmi, pra Guru maguru.

Yang juga berkedudukan sebagai seorang Guru dari banyak para santri, di pondok (pesantren) Cpkan, bernama Kyai Kasan Bsari (Hassan Bashori), sudah terkenal akan kepandaiannya, menguasai segala macam ilmu, sehingga para Guru-pun berguru (kepadanya).7.Datan wontn ingkang animbangi, pinunjul kinaot, langkung agng pondhokan santrine, krana saking kathahipun murid, ujaring pawarti, pintn-pintn atus.

Tak ada yang mampu mengimbangi, terkenal dan dihormati, sangat besar pondok pesantrennya, karena memang muridnya-pun sangat banyak, menurut kabar, beratas-ratus (orang).8.Amangsuli kang lagya lumaris, sadaya mangulon, spi mendhung sumilak langite, saya siyang lampahnya wus tbih, sunaring hyang rawi, sagt bnteripun.

Kembali menceritakan mereka yang tengah berjalan, bergerak ke barat, tak ada mendung bergelayut sangat terang langit dikala itu, semakin siang perjalanan mereka semakin jauh, sinar hyang rawi (matahari), terasa menyengat panas.9.Marma reren sapinggiring margi, ngandhap wringin ayom, aym samya anyrng kacune, tinamakkn ayoming waringin, pan kinarya linggih, jengkeng smu timpuh.

Oleh karenanya memutuskan untuk berhenti dipinggir jalan, tepat dibawah pohon beringin yang sejuk, segar terasa semua mengeluarkan sapu tangan ( pada jaman itu sapu tangan yang dipakai kebanyakan berukuran besar, seukuran handuk mini pada jaman sekarang), dibentangkan dibawah beringin, dipakai sebagai alas duduk, berjongkok setengah bersimpuh.10.cisira cinublskn siti, murid sami lunggoh, munggeng ngarsa ajejer lungguhe, kasiliring samirana ngidid, pating clumik muji, tsbehnya den etung.

Tongkat ditancapkan diatas tanah, para murid telah duduk semua, mengambil posisi duduk didepan ( dan menghadap Kyai Guru) berjajar-jajar, diterpa hembusan angin, bibir (ketiga Kyai Guru) berkomat-kamit melantunkan doa, sembari menghitung tasbih (masing-masing).11.Murid nnm ambelani muji, dikir lenggak-lenggok, manggut-manggut sirah gedheg-gedheg, dereng dangu nulya aningali, mring sajuga janmi, lir dandang lumaku.

Keenam murid mengikut berdoa, berdzikir kepalanya melenggak-lenggok, mengangguk-angguk kadang bergeleng-geleng pula, belum begitu lama lantas melihat, seorang manusia, (buruk rupa) bagaikan seekor burung gagak yang tengah berjalan.

Pupuh IIDandanggula(Kumpulan Syair II, Lagu ber-irama Dandanggula)1.ndhek cilik remane barintik, tur aburik wau rainira, ciri kera ing mripate, alis barungut tpung, irung sunthi cangkme nguplik, waja gingsul tur pthak, lambe kandl biru, janggut goleng smu nynthang, pipi klungsur kupingira anjpiping, gulu panggl tur cndhak.

Berpostur pendek dan kecil dengan rambut keriting, kulit wajahnya kasar, bermata kera (arah pandang mata yang tidak normal), alisnya tebal dan bertemu ujung keduanya, hidung pesek mulut maju, gigi gingsul besar berwarna putih, bibirnya tebal berwarna biru, janggut tumpul (tidak runcing) dan melebar jelek, pipinya kempot bentuk daun telinga maju (seperti telinga gajah), sedangkan leher besar dan pendek.2.Pundhak brojol smune angmpis, punang asta cndhak tur kuwaga, ting carnthik darijine, alkik dhadhanipun, wtng bekel bokongnya canthik, smu ekor dhngkulnya, lampahipun impur, kulit ambsisik mangkak, ambngkerok napasira kmpas-kmpis, sayak lsu kewala.

Pundak turun seperti luruh kebawah, tangannya pendek dan besar, jari jemarinya tidak rapi jelek, dadanya kempis, perut buncit kecil pantat kecil, lututnya kecil, tidak rapi saat berjalan, kulit tubuh seolah bersisik dengan warna gelap, saat bernafas suaranya terdengar dan tersengal-sengal, bagaikan orang yang tengah kelelahan.3.Bdudane pring tutul kinisik, apan blorok kuninge smu bang, asungsun tiga ponthange, bongkot tngah lan pucuk, timah budhng ingkang kinardi, cupak irng tur tuwa, gripis nynypipun, mlng-mlng smu nglnga, labt saking kenging kukus sabn ari, pangoturik den asta.

Pipa rokok yang dibawa berasal dari pohon bambu berukuran kecil yang digosok, warnanya kuning bersemu merah, diberikan hiasan pada tiga tempat, dibagian pangkal tengah dan ujung, timah hitam yang dipakai hiasan, terlihat jelek berwarna hitam pekat, dibagian untuk menghisap telah gripis (sedikit rusak), berminyak kehitam-hitaman, karena setiap saat terkena asap, walaupun begitu tetap saja dipakai.4.Kandhutane klelet gangsal glindhing, alon lenggah cakt Guru tiga, sarwi angempos napase, kapyarsa snguk-snguk, gandanira prngus asangit, tumanduk mring panggenan, santri ingkang lungguh, Gatholoco ngambil sigra, kandhutane tgsan kang aneng kendhit, gya nitik karya brama.

Bekal yang dibawa adalah candu tiga gelintir, pelan mengambil duduk dekat dengan ketiga Guru, terdengar suara nafasnya, tercium bau badan yang tidak sedap, prengus (istilah Jawa untuk mendefinisikan jenis bau yang mirip dengan bau kambing) sangit (istilah Jawa untuk mendefinisikan bau dari sisa pembakaran), menebar ke sekeliling, ditempat mana para santri tengah duduk, Gatholoco segera mengambil, bekal yang tersimpan dalam buntalan yang terikat dipinggangnya, lantas memantik korek api.5.Nulya udut kebulnya ngbuli, para santri kawratan sdaya, asngak sanget sangite, murid nnm tumungkul, mrgo sarwi atutup rai, sawneh mithes grana, kang sawneh watuk, mingsr saking palnggahan, samya pindhah neng wurine guruneki, nyingkiri punang ganda.

Seketika asap rokok menyebar, semua santri terganggu, sngak (istilah Jawa untuk mendefinisikan bau dari benda yang kotor) sangat sangit (lihat keterangan di syair: 5 diatas), kontan keenam murid mengalihkan pandangan dari Gatholoco, sembari menutup wajah (karena terganggu asap berbau tidak sedap), seorang lagi memencet hidung, seorang lagi terbatuk-batuk, segera mereka bergeser, duduk dibelakang para guru mereka, menghindari bau yang tak sedap.6.Guru tiga waspada ningali, mring Wajuja ingkang lagya prapta, kawuryan msum ulate, sareng denira nebut, astagapirullah-hal-ngadim, dubillah minas setan, ilaha lallahu, lah iku manusa apa, salawase urip aneng dunya iki, ingsun durung tumingal.Ketiga guru memperhatikan dengan seksama, kepada Wajuja (diambil dari nama sekelompok makhuk bar-bar pengganggu yang tertulis dalam Al-Quran, yaitu Yajuj wa Majuj) yang baru datang ini, terlihat tidak patut tingkahnya, hampir bersamaan mereka berucap, Astaghfirullahal adzim (Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung), Audzubillahiminassyaithon (Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan), Laillahailallahu (Tiada Tuhan selain Allah), Manusia apakan ini? selama hidupku didunia ini, aku belum pernah menjumpai.

7.Janma ingkang rupane kayeki, sarwi noleh ngandika mring sabat, Padha tingalana kuwe, manusa kurang wuruk, datan wruh sakehing Nabi, neng dunya wus cilaka, iku durung besuk, siniksa aneng akherat, rikl sewu siksane neng dunya kuwi, mulane wkas ingwang.

Manusia yang berwujud seperti ini, sembari menoleh berkatalah kepada para sahabat (para santri), Lihatlah itu, manusia kurang pengajaran, tidak mengenal Para Nabi, didunia sudah celaka, belum kelak, disiksa di akherat, berlipat seribu siksaannya lebih dari siksaan didunianya kini, oleh karenanya aku berpesan.8.Ingkang pthel sinauwa ngaji, amrih wruh sarak Rasulullah, slamt dunya akherate, sapa kang nja manut, ing saringat Andika Nabi, msthi oleh kamulyan, sapa kang tan manut, bakale nmu cilaka, Ahmad Ngarip mangkana denira eling, Janma iku sun kira.

Yang rajin dalam mengaji, supaya mengetahui syariat Rasulullah, akan selamat dunia akhirat, barangsiapa yang berkehendak menurut, kepada syariat Baginda Nabi, pastilah akan mendapatkan kemuliaan, barangsiapa yang tak menurut, bakal menemukan celaka, begitulah pesan dari Ahmad Ngarip (Ahmad Arif), Manusia itu aku duga.9.Dudu anak manusa saykti, anak Blis Setan Brkasakan, turune Mmdi Wewe, Gatholoco duk ngrungu, den wastani yen anak Blis, langkung sakit manahnya, nanging tan kawtu, ngungkapi gembolanira, kleletipun sajbug sigra ingambil, den untal babar pisan.

Bukan anak manusia sesungguhnya, akan tetapi anak Iblis Setan Brkasakan (makhluk yang tidak karu-karuan hidupnya), keturunan Mmdi (makhluk yang menakutkan) atau Wewe (Jin perempuan yang berwujud jelek), Gatholoco mendengar akan hal itu, disebut sebagai anak Iblis, sangat-sangat sakit hatinya, akan tetapi didiamkan saja, membuka gembolannya kembali, diambilnya candu sekepal, dimakan sekaligus semuanya.10.Pan sakala ndme mratani, mrasuk badan kulit dagingira, ludira otot bayune, balung kalawan sungsum, kkiyatan sadaya pulih, kawistara njrbabak, cahyanipun santun, Guru tiga wrin waspada, samya eram tyasnya ngungun tan andugi, pratingkah kang mangkana.

Seketika mabuklah dia, candu merasuk badan kulit dan dagingnya, darah otot dan kekuatannya, tulang dan sumsumnya, seluruh kekuatan terasa pulih, dapat dilihat dari wajahnya yang memerah, cahaya wajahnya kembali, ketiga Guru waspada mengamati, heran hati mereka tak bisa memahami, kelakuan yang seperti itu.11.Abdul Jabar ngucap mring Mad Ngarip, Lah ta mara age takonana, apa kang den untal kuwe, lan sapa aranipun, sarta manh wismane ngndi, apa panggotanira, ing sadinanipun, lan apa tan adus toya, salawase dene awake mbasisik, janma iku sun kira.

Abdul Jabar berkata kepada (Ah)mad Ngarip (Ahmad Arif), Segeralah kamu tanyai, apa yang dimakannya barusan, dan siapa namanya, dan lagi rumahnya dimana, apa pekerjaannya, pekerjaan sehari-harinya, dan apakah tidak pernah mandi, sehingga kulitnya bersisik, manusia ini aku kira.12.Ora ngrti nyarak lawan sirik, najis mkruh batal lawan karam, mung nganggo snnge dhewe, sanajan iwak asu, daging celeng utawa babi, anggr doyan pinangan, ora nduwe gigu, tan pisan wdi duraka, Ahmad Ngarip mrpeki gya muwus aris, Wong ala ingsun tannya.

Tidak mengetahui syariat dan larangannya, najis makruh batal apalagi haram, hanya menuruti kesenangan sendiri, walaupun daging anjing, daging celeng maupun babi, kalau suka pasti dimakannya, tak memiliki rasa jijik, tak takut akan durhaka, Ahmad Ngarip (Ahmad Arif) mendekat dan segera berkata, Hai manusia jelek aku hendak bertanya.13.Lah ta sapa aranira ykti, sarta manh ngndi wismanira, kang tinannya lon saure, Gatholoco aranku, ingsun janma Lanang Sujati, omahku tngah jagad, Guru tiga ngrungu, sarng denya latah-latah, Bdhes buset aran nora lumrah janmi, jnngmu iku karam.

Siapakah namamu sesungguhnya? Dan lagi dimanakah rumahmu? Yang ditanya menjawab pelan, Gatholoco namaku, aku manusia Lanang Sujati ( Lelaki Sejati ), rumahku ditengah-tengah jagad, Ketiga Guru mendengar, bersamaan mereka tertawa terbahak-bahak, Monyet! Busyet! Nama tidak umum dipakai manusia, namamu saja itu sudah haram!14.Gatholoco ngucap tannya aris, Dene sira padha latah-latah, anggguyu apa kuwe, Kyai Guru sumaur, Krana saking tyasingsun gli, gumun mring jnngira, Gatholoco muwus, Ing mangka jnng utama, Gatho iku tgse Sirah Kang Wadi, Loco Pranti Gosokan.

Gatholoco tenang bertanya, Kenapa kalian terbahak-bahak? Mentertawai apakah? Kyai Guru menjawab, Hatiku sangat geli, heran kepada namamu, Gatholoco berkata, Padahal itu adalah nama utama, Gatho itu artinya Kepala Yang Dirahasiakan ( Gathel : Penis ), Loco artinya Dikocok.15.Marma kabeh padha sun lilani, sakarsane ngundang marang ingwang, yekti sun sauri bae, ttlu araningsun, kang sawiji Barang Kinisik, siji Barang Panglusan, nanging kang misuwur, manca pat manca llima, iya iku Gatholoco aran mami, prasaja tandha priya.

Maka aku rela jika kalian semua, mau memanggil aku apa, pasti aku akan terima, tiga namaku, yang pertama Barang Kinisik ( Barang yang sering digosok-gosokkan kepada lobang), satunya lagi Barang Panglusan (Barang yang sering dihaluskan dengan cara dikeluar masukkan), akan tetapi yang terkenal, di empat penjuru angin bahkan di-lima penjuru angin, ialah Gatholoco, tanda seorang pria sejati.16.Kyai Guru mangsuli Tan bcik, jnngira iku luwih ala, jalaran bangt sarune, karam najis lan mkruh, iku jnng anyilakani, jnng dadi duraka, jnng ora patut, wus kasbut jroning kitab, nyirik karam yen mati munggah suwargi, kang karam manjing nraka.

Kyai Guru menjawab Tidak patut, namamu itu sangat-sangat jelek, karena sangat tabunya, bukah hanya makruh tapi sudah najis bahkan haram! Itu nama yang mencelakakan, nama yang membuat orang menjadi durhaka, nama yang tidak patut, sudah disebutkan didalam kitab, apabila menghindari hal-hal yang haram jika meninggal kelak pasti akan naik ke surga, yang tidak menghindari hal-hal yang haram pasti kelak masuk neraka.17.Gatholoco menjp ngiwi-iwi, gya gumujng nyawang Guru tiga, sarwi mangkana ujare, Sarak-ira kang kliru, sapa bisa anglus wadi, ykti janma utama, iku apsipun, priyayi kang lungguh Dmang, myang Panewu Wadana Kliwon Bupati, liyane ora bisa.

Gatholoco mencibir memperolok-olok, lantas tertawa memperhatikan ketiga Guru, sembari berkata demikian, Pemahamanmu atas syariat salah! Siapa saja yang mampu mengerti rahasia (proses penciptaan melalui sexualitas), dialah manusia utama, hal inilah kelemahan, seluruh manusia walaupun berpangkat Dmang, berpangkat Panwu berpangkat Wadana berpangkat Kliwon maupun Bupati sekalipun, semuanya tidak ada yang memahami.1.Pupuh II, Dandanggula, Pada (Syair) 9 :

Dudu anak manusa saykti, anak Blis Setan Brkasakan, turune Mmdi Wewe, Gatholoco duk ngrungu, den wastani yen anak Blis, langkung sakit manahnya, nanging tan kawtu, ngungkapi gembolanira, kleletipun sajbug sigra ingambil, den untal babar pisan.Bukan anak manusia sesungguhnya, akan tetapi anak Iblis Setan Brkasakan (makhluk yang tidak karu-karuan hidupnya), keturunan Mmdi (makhluk yang menakutkan) atau Wewe (Jin perempuan yang berwujud jelek), Gatholoco mendengar akan hal itu, disebut sebagai anak Iblis, sangat-sangat sakit hatinya, akan tetapi didiamkan saja, membuka gembolannya kembali, diambilnya candu sekepal, dimakan sekaligus semuanya.

Penulis Gatholoco tampaknya mengambil pola pikir dari ajaranShiwa Tantrayanayang sangat populer ditanah Jawa pada masa lampau. Dalamkitab Mahanirvana Tantrajelas disebutkan sebagai berikut :

Pautvaa pitvaa punah pitvaa yaavat patati bhuutale, Punarutyaaya dyai potvaa punarjanma ga vidhate.

Minum, teruslah minum hingga kamu terjerembab ke tanah. Lantas berdirilah kembali dan minum lagi hingga sesudah itu kamu akan terbebas dari punarjanma (kelahiran kembali) dan mencapai kesempurnaan (Moksha).

Maksud dari sutra ini, tak lain adalah meminum minuman spiritual, bukan minuman berwujud fisik yang mengandung alkhohol. Seseorang yang terus meminum anggur spiritualitas hingga jatuh bangun, dan tetap tidak jera untuk terus mereguknya, maka hanya dengan jalan seperti itu, dapat dipastikan, Kesadaran akan tertempa, terbangun dan terasah.

Meminum anggur spiritualitas sehingga mabuk, atau dalam syair diatas digambarkan memakanCANDU SPIRITUALITAS,sehingga terikat betul dengan Ke-Illahi-an, sehinggaKECANDUANbetul dengan Kesempurnaan, adalah prasyarat mutlak bagi siapa saja yang ingin menggapai Kesadaran Purna.

2.Pupuh II, Dandanggula, Pada (Syair) 11 :Abdul Jabar ngucap mring Mad Ngarip, Lah ta mara age takonana, apa kang den untal kuwe, lan sapa aranipun, sarta maneh wismane ngndi, apa panggotanira, ing sadinanipun, lan apa tan adus toya, salawase dene awake mbasisik, janma iku sun kira.Abdul Jabar berkata kepada (Ah)mad Ngarip (Ahmad Arif), Segeralah kamu tanyai, apa yang dimakannya barusan, dan siapa namanya, dan lagi rumahnya dimana, apa pekerjaannya, pekerjaan sehari-harinya, dan apakah tidak pernah mandi, sehingga kulitnya bersisik, manusia ini aku kira.

Masyarakat awan atau dalam istilah Tassawuf Islam disebutMukmin Am(seringkali ditulis dengan logatMukmin Ngamdalam setiap sastra Jawa klasik) atauWalakadalam istilah Shiwa Buddha, sudah barang tentu akan keheran melihat tingkah laku manusia-manusia aneh yang kecanduan spiritualitas seperti Gatholoco. Mereka akan bertanya-tanya, apa yang di-makan-nya? Apa yang di-telan-nya sehingga demikian gila-nya itu orang? Fenomena ini digambarkan secara konotatif dalam adegan diatas. Dimana sosok manusia Gatholoco menelan candu didepan para agamawan sehingga membuat keheranan mereka.

Manusia Gatholoco akan membuat logika spiritual orang awam terjungkir-balikkan, bahkan mereka yang mengaku agamawan sekalipun akan dibuat kalang-kabut olehnya. Manusia Gatholoco sangat unik karena benar-benar mabuk oleh candu Illahi. Siapapun yang mabuk candu Illahi, maka Kesadarannnya akan terayun kesegala arah bagai Palu Illahi yang tanpa ampun akan menggedor sekat-sekat sempit pemahaman awam tentang syariat. Fenomena yang dialami oleh manusia Gatholoco, akan sulit dipahami oleh mereka yang tidak mau menikmati candu yang sama.

3.Pupuh II, Dandanggula, Pada (Syair) 13 :

Lah ta sapa aranira ykti, sarta maneh ngndi wismanira, kang tinannya lon saure, Gatholoco aranku, ingsun janma Lanang Sujati, omahku tngah jagad, Guru tiga ngrungu, sarng denya latah-latah, Bdhes buset aran nora lumrah janmi, jnngmu iku karam.Siapakah namamu sesungguhnya? Dan lagi dimanakah rumahmu? Yang ditanya menjawab pelan, Gatholoco namaku, aku manusia Lanang Sujati ( Lelaki Sejati ), rumahku ditengah-tengah jagad, Ketiga Guru mendengar, bersamaan mereka tertawa terbahak-bahak, Monyet! Busyet! Nama tidak umum dipakai manusia, namamu saja itu sudah haram!

Manusia Gatholoco akan menyatakan dirinya sebagai Lanang Sujati (Hal ini akan diuraikan dalam syair ke-18 pada bagian tiga) yang bertempat tinggal diTENGAH-TENGAH DUNIA.Tengah-tengah dunia menyiratkan bahwaDIA TIDAK DITIMUR TIDAK DIBARAT TIDAK DIUTARA TIDAK DISELATAN TIDAK PULA DI ATAS, DITENGAH ATAU DIBAWAH. SEMUA ARAH ADALAH TEMPATNYA.

Dualitas duniawi, senang-sedih, panas-dingin, tinggi-rendah, nikmat-sakit, hidup-mati dan sebagainya akan menyeret manusia awam kearah salah satu kutub-nya. Namun bagi manusia Gatholoco, dia telah mampu berpijak ditengah-tengah keduanya. Berpijak dalam keadaan seimbang total! Manusia Gatholoco telah melampaui dualitas duniawi!

Manusia Gatholoco tidak condong ke kanan maupun kekiri. Manusia Gatholoco telah melampaui dualitas duniawi (Rwabhineda) sehingga tepatlah jika dikatakanKEDUDUKAN DIA BERADA DITENGAH-TENGAH JAGAD atau DUNIA!

4.Pupuh II, Dandanggula, Pada (Syair) 14 :Gatholoco ngucap tannya aris, Dene sira padha latah-latah, anggguyu apa kuwe, Kyai Guru sumaur, Krana saking tyasingsun gli, gumun mring jnngira, Gatholoco muwus, Ing mangka jnng utama, Gatho iku tgse Sirah Kang Wadi, Loco Pranti Gosokan.Gatholoco tenang bertanya, Kenapa kalian terbahak-bahak? Mentertawai apakah? Kyai Guru menjawab, Hatiku sangat geli, heran kepada namamu, Gatholoco berkata, Padahal itu adalah nama utama, Gatho itu artinya Kepala Yang Dirahasiakan ( Gathel : Penis ), Loco artinya Dikocok.

Inilah pernyataan Gatholoco yang sangat vulgar tentang arti namanya. Gatho atauGATHEL (maaf)dalam bahasa Jawa berartiPENIS, sedangkanLOCOartinyaKOCOK. Gatholoco tak lebih berartiKOCOKAN DARI PENIS. Dan akibat dari aktifitas KOCOKAN ini, pada ujungnya memuncak pada fenomena TERPANCARNYA CAIRAN SPERMA.Arti nama Gatholoco sangatlah tabu jika hal ini dikaitkan dengan etika masyarakat pada umumnya. Namun bagaimana-pun juga, manusia yang terdiri dari tiga bentukan badan (sarira) sesuai dengan mantra-mantra yang ada dalamATMOPANISHAD, yaituBadan FisikatauSTHULA SARIIRA,Badan HalusatauSUKSMA SARIIRAdanBadan SejatiatauATMA SARIIRA, semua memang tercipta dari fenomenaPANCARANini.

Dalam istilah Tassawuf Islam,Badan Fisik (STHULA)disebutJASADdan dalam istilah Islam Kejawen, disebutDHINDHING JALAL ARAN KIJAB (Dinding Agung Yang Disebut Hijab ; Penghalang/Tabir/Tirai).SedangkanBadan Halus (SUKSMA)dalam istilah Tassawuf Islam disebutNAFS (Pribadi/personil)dan dalam Islam Kejawen disebutROH ILAPI (Ruh Idlafi), DAMAR ARAN KANDHIL (Pelita bernama Kandil) dan SESOTYA ARAN DARAH (Cahaya bernama Darah)

Badan Sejati (ATMA)dalam istilah Tassawuf Islam disebutRUHdan dalam Islam Kejawen disebutKAYU SAJARATUL YAKIN (Hayyu Syajaratul Yaqin ; Hidup Sebagai Pohon/Akar Keyakinan Utama) , NUR MUHAMMAD (Cahaya Terpuji) dan KACA ARAN MIRATULKAYAI (Cermin bernama Miratul Haya; Mirah = Cermin, Haya = Malu)atau cukup disebutKANG NGURIPI (Yang membuat manusia hidup).

Dalam istilah Kristiani,Badan Fisik (STHULA)danBadan Halus (SUKSMA), keduanya di sebut tataranDAGING. DanBadan Sejati (ATMA)disebutROH KUDUS!

Dalam tataran materi (Skala), proses terbentuknyaBadan FisikdanBadan Halustidak bisa lepas dari fenomena TERPANCARNYA SPERMA KEDALAM RAHIM SEBAGAI PUNCAK DARI SEBUAH AKTIFITAS SEXUAL.Tak jauh beda pula pada tataran Immateri (Niskala), terciptanya Atma dan seluruh semesta ini tak lepas pula dari fenomena dahsyatPANCARAN ENERGI PURUSHA ATAU SADASHIWA KEPADA APA YANG DINAMAKAN PRAKRTI.

BRAHMANyang mutlak atauPARAMASHIWA, yaituSUMBER SEGALA SUMBER HIDUP INIatauHIDUPitu sendiri (Tassawuf Islam menyebutnyaALLAH, Kejawen menyebutnyaURIPyang artinya adalahHidup, Kristiani menyebutnyaALLAH BAPA), Yang Melampaui Segalanya, Mengatasi Segalanya, Tidak diketahui apa sesungguhnya Dia, Mengatasi segala pribadi, Sempurna, Yang Murni dan sebagainya, pada suatu saat, berkehendak mempersempit ke-Mutlak-an-Nya.

Proses ini dinamakanDOSHAatauKESALAHAN. SebuahDOSHAyang memang disengaja oleh-Nya.BRAHMANatauPARAMASHIWAyang mempersempit ke-Mutlak-an-Nya ini lantas mengenakan sifatMAHA. MAHA ADA, MAHA KUASA, MAHA AGUNG, MAHA SUCIdan sebagainya. Dia lantas dikenal dengan namaPURUSHAyang artinyaYANG BERKEHENDAKatauSADASHIWA(Tassawuf Islam menyebutnyaNURUN ALA NUURINyang artinyaCahaya Diatas Cahaya. Kejawen menyebutnyaKANG GAWE URIPyang artinyaYang Menyebabkan adanya kehidupan material.Kristiani menyebutnyaALLAH PUTRA).

Bersamaan proses mempersempit ke-Mutlak-an-Nya tersebut, tercipta bayanganBRAHMANatauPARAMASHIWAyang disebutPRAKRTI.PRAKRTIinilah cikal-bakal bahan materi seluruh alam semesta. (PRA: Sebelum,KRTI: Membuat).PRAKRTImengandung unsur negatif dan positif semesta,PRAKRTIinilah yang sesungguhnya dalam tradisi agama timur tengah disebutPENGHULU MALAIKATdanIBLISitu sendiri!

Bahan-bahan positif dariPRAKRTIyang kelak membentukBadan HalusdanBadan Kasarmanusia dengan unsur positif-nya, inilah yang disimbolkan sebagaiMALAIKAT YANG MENJAGA MANUSIA. Sedangkan bahan-bahan negatifPRAKRTIyang kelak membentukBadan HalusdanBadan Kasarmanusia dengan unsur negatif-nya, inilah yang disimbolkan sebagaiSETAN-SETAN YANG MENGGODA MANUSIA!

UNSUR POSITIF ALAM DIDALAM PRAKRTI ITULAH PARA PENGHULU MALAIKAT! UNSUR NEGATIF ALAM DIDALAM PRAKRTI ITULAH IBLIS.

SEGALA HAL YANG TERDAPAT DALAM BADAN HALUS DAN BADAN KASAR ANDA YANG MENUNJANG KEARAH KEBENARAN, ITULAH MALAIKAT PENDAMPING ANDA! SEGALA HAL YANG TERDAPAT DALAM BADAN HALUS MAUPUN BADAN KASAR ANDA YANG SENANTIASA MENGGANGGU ANDA BERJALAN DIJALAN KEBENARAN, ITULAH ANAK-ANAK IBLIS YANG DISEBUT SETAN! BUKALAH KESADARAN ANDA SAAT INI JUGA!

MALAIKATtercipta dariCAHAYA.IBLIStercipta dariAPI.CAHAYAdanAPItidak bisa dipisahkan! Mengapa masih juga anda tidak mengerti dengan simbolisasi seperti ini?

AkibatPANCARAN ENERGI DARI PURUSHA ATAU SADASHIWA KEPADA PRAKRTI,maka terperciklah tak terhitungATMA-ATMAsebagai percikanPURUSHA.BagaiAPI dengan PERCIKANNYA. BagaiAIR dengan TETESANNYA.

Bahkan dari prosesPANCARAN ENERGIini, tercipta pula bahan-bahan material alam semesta sebagai bakal wadah bagi Atma-Atma.

DariPURUSHAatauSADASHIWAterciptalahATMA-ATMA, dandari bahan-bahan material akibat PANCARAN ENERGI PURUSHA ATAU SADASHIWA KEPADA PRAKRTIterciptalah kelakBadan Halus (SUKSMA)danBadan Fisik (STHULA).

PRAKRTI HANYA SEKEDAR SEBAGAI TEMPAT PENAMPUNGAN SEMUA ITU. PRAKRTI IBARAT RAHIM SEMESTA!

Dan semua proses ini tak lain berawal dariPANCARAN ENERGI PURUSHA ATAU SADASHIWA KEPADA PRAKRTI.

Dan proses ini diulang kembali, dalam bentuk aktifitas badaniah antara laki-laki dan wanita yang dinamakan sexualitas. Dimana penis makhluk jantan harus dikocok didalam vagina makhluk wanita (Gatholoco) agar memancarlah sperma yang penuh dengan berjuta-juta bibit kehidupan (Atma) kedalam rahim.

Proses sexualitas, adalah proses pematangan agarAtmabenar-benar dibungkus olehBadan Halus (Suksma)danBadan Fisik (Sthula)didalam kandungan seorang wanita selama rentang waktu sembilan bulan sepuluh hari.

Nama Gatholoco sangat tabu, tapi dari Gatholoco-lah seluruh kehidupan tercipta. Maka sesungguhnya benar apa yang dikatakan Gatholoco, bahwa nama yang dipakainya adalah namaRahasia Yang Mulia.

5.Pupuh II, Dandanggula, Pada (Syair) 15 :

Marma kabeh padha sun lilani, sakarsane ngundang marang ingwang, ykti sun sauri bae, ttlu araningsun, kang sawiji Barang Kinisik, siji Barang Panglusan, nanging kang misuwur, manca pat manca llima, iya iku Gatholoco aran mami, prasaja tandha priya.Maka aku rela jika kalian semua, mau memanggil aku apa, pasti aku akan terima, tiga namaku, yang pertama Barang Kinisik ( Barang yang sering digosok-gosokkan kepada lobang), satunya lagi Barang Panglusan (Barang yang sering dihaluskan dengan cara dikeluar masukkan), akan tetapi yang terkenal, di empat penjuru angin bahkan di-lima penjuru angin, ialah Gatholoco, tanda seorang pria sejati.

Nama lainGATHOLOCOadalahBARANG KINISIK (Benda yang digosok-gosokkan didalam lobang)dan satunya lagiBARANG PANGLUSAN (Benda yang dihaluskan dengan cara dikeluar masukkan). Maknanya tiada beda, tak lain adalahPENIS YANG DIKOCOK.

KESADARAN MANUSIA GATHOLOCO MAMPU MEMAHAMI,bahwasanya cikal bakal kehidupan manusia dan beberapa makhluk yang mulai berkembang Kesadaranya,HARUS MELALUI PROSES PANCARAN SPERMA KEDALAM RAHIM.

Lebih tinggi dari itu,KESADARAN MANUSIA GATHOLOCO JUGA MEMAHAMI, bahwaSELURUH SEMESTA RAYA INI TERCIPTA JUGA AKIBAT PANCARAN ENERGI PURUSHA ATAU SADASHIWA KEDALAM KANDUNGAN PRAKRTI!

Proses ini adalah sebuah proses yangSAKRALdanSUCI.Jadi sangat-sangat tidak patut jika aktifitas sexual hanya dipergunakan untuk sekedar mengejar sensasi kenikmatan belaka!

Manusia-manusia Gatholoco hanya akanMENGKOCOK PENIS MEREKA KEDALAM LIANG VAGINA sekedar untuk memberikan jalan bagi kelahiran kembali para Atma yang hendak melanjutkan proses evolusinya dialam manusia.

Manusia-manusia yang bukan manusia Gatholoco hanya akan melakukanPENGKOCOKAN PENIS MEREKA KEDALAM VAGINA sekedar untuk menikmati sensasi kenikmatannya belaka!

Laki-laki yang memahami hal ini, patut disebutPRIA SEJATI.Begitu juga wanita yang memahami akan hal ini, sepatutnya juga disebutWANITA SEJATI.

ITULAH BEDA MANUSIA GATHOLOCO DAN YANG BUKAN MANUSIA GATHOLOCO! SEMOGA ANDA SEMUA MEMAHAMI MAKSUD PENULIS GATHOLOCO DAN TIDAK SALAH MENGERTI KARENANYA!18. Rehning ingsun tan dadi priyayi, mung jnngku jnng Wadi Mulya, supaya turunku tmbe, dadi priyayi agung, Abdul Jabar angucap bngis, Dhapurmu kaya luwak, nganggo sira ngaku, lamun Sujatine Lanang, Gatholoco gumujng alon nauri, Ucapku nora salah.

Walaupun aku bukan priyayi (bangsawan), akan tetapi namaku adalah Rahasia Mulia, supaya kelak para keturunanku, akan menjadi priyayi (bangsawan) besar (maksud Gatholoco, bangsawan spiritualitas), Abdul Jabar berkata bengis, Rupamu saja seperti Luwak (binatang sejenis musang yang berwujud jelek)! Bisa-bisanya mengaku, sebagai Sujatine Lanang (Sejatinya Lelaki), Gatholoco tertawa dan menjawab pelan, Ucapanku tidak salah.

19. Ingsun ngaku wong Lanang Sujati, basa Lanang Sujati tmnan, wadiku apa dhapure, Sujati tgsipun, ingSUn urip tan nJA maTI, Guru tiga angucap, Dhapurmu lir antu, sajge tan kambon toya, Gatholoco macucu nulya mangsuli, Ewuh kinarya siram.

Aku mengaku sebagai Lanang Sujati (Lelaki Sejati), arti dari Lanang Sujati (Lelaki Sejati) sesungguhnya adalah, aku disebut LANANG karena memahami Rahasia Mulia barang (penis)-ku, sedangkan SUJATI (Sejati) artinya ingSUn urip tan nJA ma TI (Aku Yang Hidup Tak Dapat Mati Selamanya). Ketiga Guru berkata, Rupamu seperti hantu, tak pernah tersentuh air, Gatholoco cemberut lantas menjawab, Aku bingung hendak mandi dengan apa.

20. Upamane ingsun adus warih, badaningsun wus kaisen toya, kalamun adus gnine, jro badan isi latu, yen rsika sun gosok siti, asline saking lmah, sun dus-ana lesus, badanku sumbr maruta, tuduhna kinarya adus punapi, ujarnya Guru tiga.

Jikalau aku harus mandi menggunakan air, tubuhku sudah penuh dengan unsur air, jikalau harus mandi menggunakan api, didalam badan penuh unsur api, jikalau harus membersihkan diri dengan menggunakan tanah, sudah jelas daging ini berasal dari tanah, aku mandi menggunakan angin leysus, badanku sumber dari angin, beritahu kepadaku apa yang harus aku pakai untuk mandi? Ketiga Guru menjawab.

21. Asal banyu ykti adus warih, dimen suci iku badanira, Gatholoco sru saure, Sira santri tan urus, yen suciya sarana warih, sun kungkum sangang wulan, ora kulak kawruh, satmne bae iya, ingsun adus Tirta Tekad Suci ning, ing tyas datan kaworan.

Tubuhmu berasal dari cairan (sperma) sudah layak jika mandi menggunakan air, agar suci dirimu itu, Gatholoco lantang menjawab, Kalian santri bodoh! Jikalau bisa suci karena mandi dengan air, aku akan berendam selama sembilan bulan saja, tidak perlu mencari ilmu (Ke-Tuhan-an), ketahuilah bahwa sesungguhnya, aku telah mandi Air Tekad Suci yang Jernih, yaitu jernihnya hati tanpa dikotori oleh.

22. Bangsa salah kang kalbu ciri, iya iku adusing manusa, ingkang sabnr-bnre, Kyai Guru sumaur, Wong dhapure lir kirik gring, sapa ingkang pracaya, nduwe pikir jujur, sira iku ingsun duga, ora nduwe batal karam mkruh najis, wruhmu amung halal.

Segala macam perbuatan yang salah, itulah mandi yang sesungguhnya bagi manusia, mandi yang sebenar-benarnya mandi, Kyai Guru menyahut, Rupamu saja seperti kirik gring (anjing penyakitan), siapa yang bakalan mempercayai, jika kamu memiliki kejujuran? Jika tak salah dugaanku, kamu pasti tidak mengenal peraturan tentang batal haram makruh najis, yang kamu ketahui hanya halal saja.

23. Najan arak iwak celeng babi, anggr doyan msthi sira pangan, ora wedi durakane, Gatholoco sumaur, Iku bnr tan nganggo sisip, kaya pambatangira, najan iwak asu, sun titik asale purwa, lamun bcik tan dadi sriking janmi, najan babi celenga.

Walaupun arak daging celeng dan babi, asal kamu doyan pasti kamu makan, tidak takut dosa, Gatholoco menyahut, Benarlah dan tidak salah, semua dugaanmu kepadaku itu, walaupun daging anjing, aku teliti asal usulnya, manakala diperoleh dengan jalan yang tidak menyakiti sesama manusia, begitupun juga walau daging babi dan celeng.

24. Ngingu dhewe awit saking cilik, sapa ingkang wani nggugat mring wang, halal-e ngungkuli cmpe, sanajan iwak wdhus, yen asale srana tan bcik, karam lir iwak sona, najan babi iku, tinilik kawitanira, yen purwane ngingu dhewe awit gnjik, luwih saking maenda.

Apabila didapat dari hasil beternak sendiri (bukan hasil curian), siapa yang bakalan berani melarangku (untuk memakannya)? Halal-nya melebihi daging kambing, walaupun daging kambing, jika diperoleh dengan jalan tidak baik, itu haram melebihi daging anjing, telitilah asal usulnya, jika daging tersebut berasal dari binatang yang kita pelihara sendiri semenjak kecilnya, halal-nya melebihi kambing!

25. Najan wdhus nanging nggonmu maling, luwih babi iku karam-ira, najan mangan iwak celeng, lamun asale jujur, mburu dhewe marang wanadri, dudu celeng colongan, halal-e kalangkung, sanajan iwak maesa, yen colongan luwih karam saking babi, ujarnya Guru tiga.

Walaupun kambing namun hasil dari mencuri, melebihi babi itu haram-nya, walaupun memakan daging celeng, tapi jika diperoleh dengan cara yang jujur, berburu sendiri dihutan, bukan celeng curian, halal-nya luar biasa, walaupun daging kerbau, namun hasil curian lebih haram dari babi, Ketiga Guru berkata.

26. Luwih halal padune si Blis, pants tmn uripmu cilaka, kamlaratan salawase, tan duwe bras pantun, sandhangane pating saluwir, kabeh amoh gombalan, sajge tumuwuh, ora tau mangan enak, ora tau ngrasakake lgi gurih, kuru tan darbe wisma.

Memang halal menurut Iblis! Pantas jika hidupmu celaka, melarat selamanya, tak memiliki makanan cukup, busana-pun compang camping, semua hanya gombal lusuh, selama hidup, tak pernah memakan makanan enak, tidak pernah menikmati rasa manis dan gurih, makanya kurus kering dan tak memiliki rumah.

27. Gatholoco ngucap anauri, Ingkang sugih sandhang lawan pangan, pirang kthi momohane, kalawan pirang tumpuk, najis ingkang sira simpni, Guru tiga duk myarsa, gumuyu angguguk, Sandhangan ingkang wus rusak, awor lmah najisku kang tibeng bumi, kabeh wus awor kisma.

Gatholoco menjawab, Yang kaya akan busana dan makanan, berapa peti jumlah busananya, berapa tumpuk persediaan makanannya, itu najis jika cuma kamu simpan sendiri, Ketiga Guru begitu mendengar, seketika tertawa geli, Pakaian yang sudah kotor dan jelek, kami jadikan satu ditanah bersama kotoranku, semua sudah kubuang menjadi satu ke tanah! (Lantas mana yang disebut najis dalam hal semua pakaian yg kumiliki?)

28. Gatholoco anauri malih, Yen mangkono isih lumrah janma, ora kinaot arane, beda kalawan Ingsun, kabeh iki isining bumi, sakurbing akasa, dadi darbek-Ingsun, kang anyar sarwa gumbyar, Sun kon nganggo marang sanak-sanak mami, Ngong trima nganggo ala.

Gatholoco menyahuti lagi, Jikalau begitu jelas kalian hanya manusia lumrah, bukan manusia pilihan namanya, berbeda dengan-Ku, sesungguhnya semua yang ada dibumi, dan yang ada dibawah langit, adalah milik-Ku, yang baru dan gemerlap, sengaja Aku berikan kepada saudara-saudaraku (semua makhluk hidup), Aku rela memakai yang jelek-jelek saja.

29. Apan Ingsun trima nganggo iki, ppanganan ingkang enak-enak, kang lgi gurih rasane, pdhs asin sadarum, Sun kon mangan mring sagung janmi, ingkang sinipat gsang, dene Ingsun amung, ngawruhi sadina-dina, Sun tulisi sastrane salikur iji, Sun simpn jroning manah.

Cukuplah Aku memakan yang ini saja, segala makanan yang enak-enak, yang manis gurih rasanya, pedas dan asin semuanya, Aku berikan untuk dimakan oleh seluruh manusia, dan semua makhluk yang bersifat hidup, sedangkan Aku hanyalah, meneliti setiap hari, Ku catat dalam sebuah sastra sebanyak Duapuluh Satu buah (angka Dua melambangkan mereka yang masih terikat Dualitas duniawi, angka Satu melambangkan mereka yang telah lepas dari Dualitas duniawi. Manusia yang Kesadarannya tinggi, mampu meneliti dan mengamati kedua jenis tingkatan kesadaran para manusia tersebut. Inilah makna Sastra Salikur Iji atau Sastra Duapuluh Satu yang dimaksud Gatholoco), dan Aku simpan didalam hati.

30. Ingsun dhewe mangan sabn ari, Ingsun milih ingkang luwih panas, sarta ingkang pait dhewe, najise dadi gunung, kabeh gunung ingkang ka-eksi, mulane kang bawana, padha mtu kukus, tumuse gni Sun pangan, ingkang dadi padhas watu lawan curi, klelet ingkang sun pangan.

Yang Ku-makan setiap hari, Ku-pilih yang sangat panas, dan yang terlampau pahit (maksudnya semua unsur-unsur negatif Alam yang terlalu ekstrim), kotoran (batin)-Ku menjadi gunung, seluruh gunung yang terlihat, (maksudnya, semua unsur negatif yang terlalu ekstrim dari Alam, mampu didaur ulang menjadi unsur yang lebih positif melalui olah batin dari manusia-manusia yang berkesadaran tinggi. Dilambangkan dengan keberadaan sebuah gunung yang menyimpan api menakutkan, namun lava dari gunung berapi, sangat bermanfaat menyuburkan tanah, sehingga tanaman apapun akan gampang tumbuh disekeliling gunung berapi. Jelasnya, dari sesuatu yang menakutkan semacam gunung berapi, mampu didaur ulang menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi manusia. Begitu pula proses daur ulang yang secara tidak disadari telah dilakukan oleh manusia-manusia berkesadaran tinggi semacam Gatholoco kepada semua unsur negatif alam yang terlalu ekstrim), apa sebabnya dunia diliputi asap saja (maksudnya, banyak unsur api terlampau ekstrim yang sesungguhnya melingkupi dunia ini, namun berkat manusia-manusia yang penuh kesadaran semacam Gatholoco, secara tidak sengaja, mereka-mereka ini menyerap unsur api yang terlalu ekstrim tersebut dan didaur ulang menjadi unsur api positif yang lebih bermanfaat. Jika tidak ada manusia-manusia berkesadaran tinggi semacam Gatholoco, dapat dipastikan, meteor-meteor raksasa dan hal-hal ekstrim lainnya, akan menghantam dan mengacaukan bumi tanpa ada penghalang lagi! Sadarilah ini!), sebab api telah Aku makan, kotoran (batin)-Ku menjadi batu cadas (seperti halnya dipilihnya Gunung sebagai sebuah perumpamaan proses pendaur ulang-an unsur ektrim Alam agar menjadi lebih bermanfaat, Batu Cadas dipilih pula karena identik dengan kekokohan, sesuatu yang kokoh kuat. Maksudnya jelas, unsur ekstrim alam, bisa diubah menjadi sesuatu yang stabil demi keberlangsungan semesta sebagai tempat berevolusi. Berterima kasihlah kepada manusia-manusia berkesadaran tinggi seperti Gatholoco!) Aku cukup memakan candu ini. (maksudnya candu spiritualitas)

31. Sadurunge Ingsun ngising najis, gunung iku ykti durung ana, benjang bakal sirna maneh, lamun Ingsun wus mantun, ngising tai mtu tka silit, titenana kewala, iki tutur-Ingsun, Guru tiga duk miyarsa, gya micara astane sarwi nudingi, Layak kuru tan pakra.

Sebelum Aku membuang kotoran (batin), seluruh gunung belumlah tercipta (maksudnya, dunia tidak akan stabil sebagai tempat yang sesuai bagi proses evolusi jiwa jika tidak ada manusia-manusia berkesadaran tinggi yang mampu mendaur ulang unsur-unsur ekstrim Alam seperti Gatholoco), kelak akan sirna kembali, jika Aku sudah tidak lagi, membuang kotoran lewat dubur, nyatakanlah kelak, apa yang Aku katakan ini. (maksudnya jika manusia-manusia yang berkesadaran tinggi hilang dari muka bumi, dapat dipastikan kiamat dunia akan tercipta!). Ketiga Guru begitu mendengar, segera berkata sembari menuding, Makanya kurus kering tidak lumrah manusia (tubuhmu).

32. Gatholoco sigra anauri, Mila ingsun kurune kalintang, krana nurut mring karsane, Gusti Jng Nabi Rasul, sabn ari ingsun turuti, tindak mnyang ngpaken, awan sore esuk, mundhut candhu lawan madat, dipun dhahar kalawan dipun obongi, Allah kang paring wikan.

Gatholoco segera menjawab, Tubuhku kurus disebabkan, karena menuruti perintah, Gusti (Kang)jng Nabi Rasul(lullah), setiap hari aku turuti, bertandang ke tempat madat, siang sore pagi, mengambil candu dan madat, dimakan langsung maupun dibakar lalu dihisap, Allah yang memberikan ijin. (Maksudnya Kangjng Nabi Rasul dalam kesadaran Gatholoco, bukanlah Nabi Muhammad, melainkan Ruh-nya sendiri, Atma-nya sendiri. Suara Atma, suara Ruh, yang sering diistilahkan dengan SUARA NURANI, memerintahkan manusia-manusia seperti Gatholoco untuk terus mabuk spiritual, agar terus ke-Candu-an dengan Ke-Illahi-an. Dan Allah-pun me-ridloi!)

33. Kangjng Rasul yen tan den turuti, muring-muring bangt nggone duka, sarta bangt paniksane, ingsun tan bisa turu, Guru tiga samya nauri, Mung lagi tatanira, Kangjng Nabi Rasul, karsa tindak mring ngpaken, Kangjng Rasul ppundhene wong sabumi, aneng nagara Mekah.

Kangjng Rasul(lullah) manakala tidak ditaati perintahnya, marah-marah sangat berang, dan kejam menyiksa, membuat aku tak bisa tidur. (Maksud Gatholoco, jika SUARA NURANI-nya yang berasal dari Ruh-nya sendiri, dari Atma-nya sendiri tidak dia dengarkan, dampaknya akan terjadi konflik batin yang berujung pada ketidaknyamanan diri, keresahan diri, sehingga membuat dia tidak bisa tidur!) Ketiga Guru segera menjawab, Ucapan tidak pantas, mengatakan Kangjng Nabi Rasul(lullah), mengutus agar bertandang ketempat madat! Kangjng Rasul(lullah) adalah sosok yang diagungkan oleh seluruh manusia, berada di negara Makkah!

34. Gatholoco anauri aris, Rasul Mkah ingkang sira smbah, ora nana ing wujude, wus seda sewu taun, panggonane ing tanah Arbi, llakon pitung wulan, tur kadhangan laut, mung kari kubur kewala, sira smbah jungkar-jungkir sabn ari, apa bisa tumka.

Gatholoco menjawab pelan, Rasul yang ada di Mekkah yang kamu agungkan, sudah tidak ada lagi wujudnya (Telah mencapai Kesempurnaan), sudah meninggal seribu tahun yang lalu, makamnya di tanah Arab, perjalanan selama tujuh bulan untuk kesana, harus menyeberangi lautan, sekarang hanya tinggal kuburannya saja, kamu agungkan setiap hari sembari berjungkir balik, tidak mungkin beliau menemuimu? (Nabi Muhammad telah mencapai Kesempurnaan. Sebelum mencapai tingkat ini, beliau telah meninggalkan PETUNJUK bagi para pengikutnya, yaitu Al-Quran dan Hadist demi pegangan sebagai acuan peningkatan Kesadaran mereka. Dari kedua petunjuk ini, para pengikut beliau harus mampu meneladani, mengamalkan dan HARUS MANDIRI! SEKALI LAGI, HARUS MANDIRI! KESADARAN TIDAK BISA DIBUAT OLEH ORANG LAIN! MAKA NABI MUHAMMAD TIDAK AKAN MUNGKIN TERUS HADIR MEMBERIKAN PETUNJUK, KARENA APA YANG TELAH BELIAU TINGGALKAN SUDAH CUKUP! BERSIKAPLAH DEWASA! JANGAN KAYAK ANAK KECIL YANG TERUS MEREPOTKAN ORANG TUA! MANDIRILAH! ITU MAKSUD GATHOLOCO! )

35. Smbahira dadi tanpa kardi, luwih siya marang raganira, tan nmbah Rasule dhewe, siya marang uripmu, nmbah Rasul jabaning dhiri, kabeh sabangsanira, iku nora urus, nbut Allah siya-siya, pating brngok Allah ora kober guling, kabrbgn suwara.

Pujianmu tiada guna, menyusahkan diri sendiri, tak mengagungkan Rasul (Utusan) sendiri ( Rasul sendiri, maksudnya adalah Atma, Ruh, Percikan Tuhan yang merupakan inti sari setiap makhluk! Ruh kita, Atma kita inilah UTUSAN YANG SESUNGGUHNYA), menyia-nyiakan hidupmu, mengagungkan Rasul diluar diri, semua orang yang sepertimu, tidak memahami yang sebenarnya (Disini sebenarnya sebuah rahasia Sahadat Sejati telah diuraikan oleh Gatholoco, YAITU.-maaf saya belum berani menguraikan disini-), menyebut nama Allah dengan sia-sia, teriak-teriak membuat Allah tidak sempat tidur, terganggu suara kalian yang sangat berisik (Ungkapan keprihatinan untuk mengkritik kebiasaan mukmin awam yang suka beribadah disertai rasa pamer, riya. Ibadah tidak perlu ditunjuk-tunjukkan. Lakukan diam-diam. Tidak usah berteriak-teriak! Itu maksud Gatholoco!)

36. Rasulullah seda sewu warsi, sira bngok saking wisma-nira, bok kongsi modot gulune, masa bisa karungu, tiwas ksl tur tanpa kasil, Guru tiga angucap, Ujare cocotmu, layak msum ora lumrah, anyampahi ppundhene wong sabumi, Gatholoco manabda.

Rasulullah telah meninggal seribu tahun yang lalu, kamu teriaki dari rumahmu (dengan harapan ditemui oleh beliau), walaupun sampai melar lehermu, tidak akan berkenan hadir menemuimu? Hanya melelahkan diri sendiri tiada guna ( maksud Gatholoco hanya melelahkan diri sendiri dan tiada guna jika memuji nama beliau dengan harapan agar ditemui dan mendapat tuntunan. Al-Quran dan Hadist, itu sudah cukup beliau berikan bagi acuan peningkatan Kesadaran para pengikut beliau!), Ketiga Guru berkata, Ucapan yang keluar dari cocot (bacot)-mu, adalah ucapan orang bingung dan tidak sopan, menghina sesembahan manusia se-dunia! Gatholoco berkata.

37. Bnr msum saking susah mami, kadunungan barang ingkang glap, awit cilik tkeng mangke, kewuhan jawab-ingsun, yen konangan ingkang darbeni, supaya bisa luwar, ingsun njaluk rmbug, kapriye bisane jawab, aywa nganti kna ukum awak mami, Guru tiga miyarsa.

Memang benar aku bingung disebabkan karena keprihatinanku, karena ketempatan barang yang bukan punyaku, semenjak aku kecil hingga sekarang ini, sulit aku memberikan jawaban, manakala nanti ditanya oleh yang punya, agar aku mampu terlepas dari masalah ini, bisakah aku meminta pendapat kalian, bagaimanakah jawabanku, jangan sampai aku terkena hukuman, Ketiga Guru begitu mendengar ucapan itu.

38. Asru ngucap Nyata sira maling, ora pants rembugan lan ingwang, sira iku wong munapek, duraka ing Hyang Agung, lamun ingsun glm mulangi, pakartine dursila, mring panjawabipun, ora wurung katularan, najan ingsun datan anglakoni maling, yen glm mulangana.

Keras berkata Ternyata kamu maling! Tidak pantas meminta pendapat kami! Kamu orang munafik! Berdosa kepada Hyang Agung! Jika kami sampai bersedia memberikan pendapat, tidak urung bakal ketularan (dosanya)! Walaupun kami tidak ikut mencuri, manakala bersedia memberikan pendapat.

39. Nalar bangsat paturane maling, ykti dadi melu kna siksa, Gatholoco pamuwuse, Yen sireku tan purun, amulangi mring jawab maling, payo padha cangkriman, nanging pamintengsun, badhenn ingkang sanyata, lamun sira tlu pisan tan mangrti, guru tanpa paedah.

Sama saja menyetujui perbuatan bangsat seorang maling! Pasti akan ikut terkena siksa! Gatholoco berkata, Apabila kalian tidak bersedia, memberikan pemecahan masalah yang dihadapi seorang maling, baiklah mari kita bermain teka-teki, akan tetapi permintaanku, jawablah sungguh-sungguh, jika kalian bertiga tidak mampu menjawab, nyata kalian adalah Guru yang tiada guna!

40. Kyai Guru samya anauri, Mara age saiki pasalna, cangkrimane kaya priye, manira arsa ngrungu, yen wus ngrungu saykti bangkit, masa bakal luputa, ucapna den gupuh, angajak cangkriman apa, sun batange dimen padha den skseni, santri murid nom noman.

Para Kyai Guru menyetujui, Baiklah sekarang berikan, teka-teki yang seperti apa, kami akan mendengarkan, manakala sudah mendengar pasti akan paham, dan tidak mungkin salah menjawab, cepat ucapkan, mengajak bermain teka-teki yang seperti apa? Akan kami jawab dengan disaksikan, para murid santri yang masih muda-muda (kata muda dlm bahasa Jawa adalah Anom, menandakan syair berikutnya harus dilagukan dengan irama Sinom). 18. Rehning ingsun tan dadi priyayi, mung jnngku jnng Wadi Mulya, supaya turunku tmbe, dadi priyayi agung, Abdul Jabar angucap bngis, Dhapurmu kaya luwak, nganggo sira ngaku, lamun Sujatine Lanang, Gatholoco gumujng alon nauri, Ucapku nora salah.

Walaupun aku bukan priyayi (bangsawan), akan tetapi namaku adalah Rahasia Mulia, supaya kelak para keturunanku, akan menjadi priyayi (bangsawan) besar (maksud Gatholoco, bangsawan spiritualitas), Abdul Jabar berkata bengis, Rupamu saja seperti Luwak (binatang sejenis musang yang berwujud jelek)! Bisa-bisanya mengaku, sebagai Sujatine Lanang (Sejatinya Lelaki), Gatholoco tertawa dan menjawab pelan, Ucapanku tidak salah.

19. Ingsun ngaku wong Lanang Sujati, basa Lanang Sujati tmnan, wadiku apa dhapure, Sujati tgsipun, ingSUn urip tan nJA maTI, Guru tiga angucap, Dhapurmu lir antu, sajge tan kambon toya, Gatholoco macucu nulya mangsuli, Ewuh kinarya siram.

Aku mengaku sebagai Lanang Sujati (Lelaki Sejati), arti dari Lanang Sujati (Lelaki Sejati) sesungguhnya adalah, aku disebut LANANG karena memahami Rahasia Mulia barang (penis)-ku, sedangkan SUJATI (Sejati) artinya ingSUn urip tan nJA ma TI (Aku Yang Hidup Tak Dapat Mati Selamanya). Ketiga Guru berkata, Rupamu seperti hantu, tak pernah tersentuh air, Gatholoco cemberut lantas menjawab, Aku bingung hendak mandi dengan apa.

20. Upamane ingsun adus warih, badaningsun wus kaisen toya, kalamun adus gnine, jro badan isi latu, yen rsika sun gosok siti, asline saking lmah, sun dus-ana lesus, badanku sumbr maruta, tuduhna kinarya adus punapi, ujarnya Guru tiga.

Jikalau aku harus mandi menggunakan air, tubuhku sudah penuh dengan unsur air, jikalau harus mandi menggunakan api, didalam badan penuh unsur api, jikalau harus membersihkan diri dengan menggunakan tanah, sudah jelas daging ini berasal dari tanah, aku mandi menggunakan angin leysus, badanku sumber dari angin, beritahu kepadaku apa yang harus aku pakai untuk mandi? Ketiga Guru menjawab.

21. Asal banyu ykti adus warih, dimen suci iku badanira, Gatholoco sru saure, Sira santri tan urus, yen suciya sarana warih, sun kungkum sangang wulan, ora kulak kawruh, satmne bae iya, ingsun adus Tirta Tekad Suci ning, ing tyas datan kaworan.

Tubuhmu berasal dari cairan (sperma) sudah layak jika mandi menggunakan air, agar suci dirimu itu, Gatholoco lantang menjawab, Kalian santri bodoh! Jikalau bisa suci karena mandi dengan air, aku akan berendam selama sembilan bulan saja, tidak perlu mencari ilmu (Ke-Tuhan-an), ketahuilah bahwa sesungguhnya, aku telah mandi Air Tekad Suci yang Jernih, yaitu jernihnya hati tanpa dikotori oleh.

22. Bangsa salah kang kalbu ciri, iya iku adusing manusa, ingkang sabnr-bnre, Kyai Guru sumaur, Wong dhapure lir kirik gring, sapa ingkang pracaya, nduwe pikir jujur, sira iku ingsun duga, ora nduwe batal karam mkruh najis, wruhmu amung halal.

Segala macam perbuatan yang salah, itulah mandi yang sesungguhnya bagi manusia, mandi yang sebenar-benarnya mandi, Kyai Guru menyahut, Rupamu saja seperti kirik gring (anjing penyakitan), siapa yang bakalan mempercayai, jika kamu memiliki kejujuran? Jika tak salah dugaanku, kamu pasti tidak mengenal peraturan tentang batal haram makruh najis, yang kamu ketahui hanya halal saja.

23. Najan arak iwak celeng babi, anggr doyan msthi sira pangan, ora wedi durakane, Gatholoco sumaur, Iku bnr tan nganggo sisip, kaya pambatangira, najan iwak asu, sun titik asale purwa, lamun bcik tan dadi sriking janmi, najan babi celenga.

Walaupun arak daging celeng dan babi, asal kamu doyan pasti kamu makan, tidak takut dosa, Gatholoco menyahut, Benarlah dan tidak salah, semua dugaanmu kepadaku itu, walaupun daging anjing, aku teliti asal usulnya, manakala diperoleh dengan jalan yang tidak menyakiti sesama manusia, begitupun juga walau daging babi dan celeng.

24. Ngingu dhewe awit saking cilik, sapa ingkang wani nggugat mring wang, halal-e ngungkuli cmpe, sanajan iwak wdhus, yen asale srana tan bcik, karam lir iwak sona, najan babi iku, tinilik kawitanira, yen purwane ngingu dhewe awit gnjik, luwih saking maenda.

Apabila didapat dari hasil beternak sendiri (bukan hasil curian), siapa yang bakalan berani melarangku (untuk memakannya)? Halal-nya melebihi daging kambing, walaupun daging kambing, jika diperoleh dengan jalan tidak baik, itu haram melebihi daging anjing, telitilah asal usulnya, jika daging tersebut berasal dari binatang yang kita pelihara sendiri semenjak kecilnya, halal-nya melebihi kambing!

25. Najan wdhus nanging nggonmu maling, luwih babi iku karam-ira, najan mangan iwak celeng, lamun asale jujur, mburu dhewe marang wanadri, dudu celeng colongan, halal-e kalangkung, sanajan iwak maesa, yen colongan luwih karam saking babi, ujarnya Guru tiga.

Walaupun kambing namun hasil dari mencuri, melebihi babi itu haram-nya, walaupun memakan daging celeng, tapi jika diperoleh dengan cara yang jujur, berburu sendiri dihutan, bukan celeng curian, halal-nya luar biasa, walaupun daging kerbau, namun hasil curian lebih haram dari babi, Ketiga Guru berkata.

26. Luwih halal padune si Blis, pants tmn uripmu cilaka, kamlaratan salawase, tan duwe bras pantun, sandhangane pating saluwir, kabeh amoh gombalan, sajge tumuwuh, ora tau mangan enak, ora tau ngrasakake lgi gurih, kuru tan darbe wisma.

Memang halal menurut Iblis! Pantas jika hidupmu celaka, melarat selamanya, tak memiliki makanan cukup, busana-pun compang camping, semua hanya gombal lusuh, selama hidup, tak pernah memakan makanan enak, tidak pernah menikmati rasa manis dan gurih, makanya kurus kering dan tak memiliki rumah.

27. Gatholoco ngucap anauri, Ingkang sugih sandhang lawan pangan, pirang kthi momohane, kalawan pirang tumpuk, najis ingkang sira simpni, Guru tiga duk myarsa, gumuyu angguguk, Sandhangan ingkang wus rusak, awor lmah najisku kang tibeng bumi, kabeh wus awor kisma.

Gatholoco menjawab, Yang kaya akan busana dan makanan, berapa peti jumlah busananya, berapa tumpuk persediaan makanannya, itu najis jika cuma kamu simpan sendiri, Ketiga Guru begitu mendengar, seketika tertawa geli, Pakaian yang sudah kotor dan jelek, kami jadikan satu ditanah bersama kotoranku, semua sudah kubuang menjadi satu ke tanah! (Lantas mana yang disebut najis dalam hal semua pakaian yg kumiliki?)

28. Gatholoco anauri malih, Yen mangkono isih lumrah janma, ora kinaot arane, beda kalawan Ingsun, kabeh iki isining bumi, sakurbing akasa, dadi darbek-Ingsun, kang anyar sarwa gumbyar, Sun kon nganggo marang sanak-sanak mami, Ngong trima nganggo ala.

Gatholoco menyahuti lagi, Jikalau begitu jelas kalian hanya manusia lumrah, bukan manusia pilihan namanya, berbeda dengan-Ku, sesungguhnya semua yang ada dibumi, dan yang ada dibawah langit, adalah milik-Ku, yang baru dan gemerlap, sengaja Aku berikan kepada saudara-saudaraku (semua makhluk hidup), Aku rela memakai yang jelek-jelek saja.

29. Apan Ingsun trima nganggo iki, ppanganan ingkang enak-enak, kang lgi gurih rasane, pdhs asin sadarum, Sun kon mangan mring sagung janmi, ingkang sinipat gsang, dene Ingsun amung, ngawruhi sadina-dina, Sun tulisi sastrane salikur iji, Sun simpn jroning manah.

Cukuplah Aku memakan yang ini saja, segala makanan yang enak-enak, yang manis gurih rasanya, pedas dan asin semuanya, Aku berikan untuk dimakan oleh seluruh manusia, dan semua makhluk yang bersifat hidup, sedangkan Aku hanyalah, meneliti setiap hari, Ku catat dalam sebuah sastra sebanyak Duapuluh Satu buah (angka Dua melambangkan mereka yang masih terikat Dualitas duniawi, angka Satu melambangkan mereka yang telah lepas dari Dualitas duniawi. Manusia yang Kesadarannya tinggi, mampu meneliti dan mengamati kedua jenis tingkatan kesadaran para manusia tersebut. Inilah makna Sastra Salikur Iji atau Sastra Duapuluh Satu yang dimaksud Gatholoco), dan Aku simpan didalam hati.

30. Ingsun dhewe mangan sabn ari, Ingsun milih ingkang luwih panas, sarta ingkang pait dhewe, najise dadi gunung, kabeh gunung ingkang ka-eksi, mulane kang bawana, padha mtu kukus, tumuse gni Sun pangan, ingkang dadi padhas watu lawan curi, klelet ingkang sun pangan.

Yang Ku-makan setiap hari, Ku-pilih yang sangat panas, dan yang terlampau pahit (maksudnya semua unsur-unsur negatif Alam yang terlalu ekstrim), kotoran (batin)-Ku menjadi gunung, seluruh gunung yang terlihat, (maksudnya, semua unsur negatif yang terlalu ekstrim dari Alam, mampu didaur ulang menjadi unsur yang lebih positif melalui olah batin dari manusia-manusia yang berkesadaran tinggi. Dilambangkan dengan keberadaan sebuah gunung yang menyimpan api menakutkan, namun lava dari gunung berapi, sangat bermanfaat menyuburkan tanah, sehingga tanaman apapun akan gampang tumbuh disekeliling gunung berapi. Jelasnya, dari sesuatu yang menakutkan semacam gunung berapi, mampu didaur ulang menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi manusia. Begitu pula proses daur ulang yang secara tidak disadari telah dilakukan oleh manusia-manusia berkesadaran tinggi semacam Gatholoco kepada semua unsur negatif alam yang terlalu ekstrim), apa sebabnya dunia diliputi asap saja (maksudnya, banyak unsur api terlampau ekstrim yang sesungguhnya melingkupi dunia ini, namun berkat manusia-manusia yang penuh kesadaran semacam Gatholoco, secara tidak sengaja, mereka-mereka ini menyerap unsur api yang terlalu ekstrim tersebut dan didaur ulang menjadi unsur api positif yang lebih bermanfaat. Jika tidak ada manusia-manusia berkesadaran tinggi semacam Gatholoco, dapat dipastikan, meteor-meteor raksasa dan hal-hal ekstrim lainnya, akan menghantam dan mengacaukan bumi tanpa ada penghalang lagi! Sadarilah ini!), sebab api telah Aku makan, kotoran (batin)-Ku menjadi batu cadas (seperti halnya dipilihnya Gunung sebagai sebuah perumpamaan proses pendaur ulang-an unsur ektrim Alam agar menjadi lebih bermanfaat, Batu Cadas dipilih pula karena identik dengan kekokohan, sesuatu yang kokoh kuat. Maksudnya jelas, unsur ekstrim alam, bisa diubah menjadi sesuatu yang stabil demi keberlangsungan semesta sebagai tempat berevolusi. Berterima kasihlah kepada manusia-manusia berkesadaran tinggi seperti Gatholoco!) Aku cukup memakan candu ini. (maksudnya candu spiritualitas)

31. Sadurunge Ingsun ngising najis, gunung iku ykti durung ana, benjang bakal sirna maneh, lamun Ingsun wus mantun, ngising tai mtu tka silit, titenana kewala, iki tutur-Ingsun, Guru tiga duk miyarsa, gya micara astane sarwi nudingi, Layak kuru tan pakra.

Sebelum Aku membuang kotoran (batin), seluruh gunung belumlah tercipta (maksudnya, dunia tidak akan stabil sebagai tempat yang sesuai bagi proses evolusi jiwa jika tidak ada manusia-manusia berkesadaran tinggi yang mampu mendaur ulang unsur-unsur ekstrim Alam seperti Gatholoco), kelak akan sirna kembali, jika Aku sudah tidak lagi, membuang kotoran lewat dubur, nyatakanlah kelak, apa yang Aku katakan ini. (maksudnya jika manusia-manusia yang berkesadaran tinggi hilang dari muka bumi, dapat dipastikan kiamat dunia akan tercipta!). Ketiga Guru begitu mendengar, segera berkata sembari menuding, Makanya kurus kering tidak lumrah manusia (tubuhmu).

32. Gatholoco sigra anauri, Mila ingsun kurune kalintang, krana nurut mring karsane, Gusti Jng Nabi Rasul, sabn ari ingsun turuti, tindak mnyang ngpaken, awan sore esuk, mundhut candhu lawan madat, dipun dhahar kalawan dipun obongi, Allah kang paring wikan.

Gatholoco segera menjawab, Tubuhku kurus disebabkan, karena menuruti perintah, Gusti (Kang)jng Nabi Rasul(lullah), setiap hari aku turuti, bertandang ke tempat madat, siang sore pagi, mengambil candu dan madat, dimakan langsung maupun dibakar lalu dihisap, Allah yang memberikan ijin. (Maksudnya Kangjng Nabi Rasul dalam kesadaran Gatholoco, bukanlah Nabi Muhammad, melainkan Ruh-nya sendiri, Atma-nya sendiri. Suara Atma, suara Ruh, yang sering diistilahkan dengan SUARA NURANI, memerintahkan manusia-manusia seperti Gatholoco untuk terus mabuk spiritual, agar terus ke-Candu-an dengan Ke-Illahi-an. Dan Allah-pun me-ridloi!)

33. Kangjng Rasul yen tan den turuti, muring-muring bangt nggone duka, sarta bangt paniksane, ingsun tan bisa turu, Guru tiga samya nauri, Mung lagi tatanira, Kangjng Nabi Rasul, karsa tindak mring ngpaken, Kangjng Rasul ppundhene wong sabumi, aneng nagara Mekah.

Kangjng Rasul(lullah) manakala tidak ditaati perintahnya, marah-marah sangat berang, dan kejam menyiksa, membuat aku tak bisa tidur. (Maksud Gatholoco, jika SUARA NURANI-nya yang berasal dari Ruh-nya sendiri, dari Atma-nya sendiri tidak dia dengarkan, dampaknya akan terjadi konflik batin yang berujung pada ketidaknyamanan diri, keresahan diri, sehingga membuat dia tidak bisa tidur!) Ketiga Guru segera menjawab, Ucapan tidak pantas, mengatakan Kangjng Nabi Rasul(lullah), mengutus agar bertandang ketempat madat! Kangjng Rasul(lullah) adalah sosok yang diagungkan oleh seluruh manusia, berada di negara Makkah!

34. Gatholoco anauri aris, Rasul Mkah ingkang sira smbah, ora nana ing wujude, wus seda sewu taun, panggonane ing tanah Arbi, llakon pitung wulan, tur kadhangan laut, mung kari kubur kewala, sira smbah jungkar-jungkir sabn ari, apa bisa tumka.

Gatholoco menjawab pelan, Rasul yang ada di Mekkah yang kamu agungkan, sudah tidak ada lagi wujudnya (Telah mencapai Kesempurnaan), sudah meninggal seribu tahun yang lalu, makamnya di tanah Arab, perjalanan selama tujuh bulan untuk kesana, harus menyeberangi lautan, sekarang hanya tinggal kuburannya saja, kamu agungkan setiap hari sembari berjungkir balik, tidak mungkin beliau menemuimu? (Nabi Muhammad telah mencapai Kesempurnaan. Sebelum mencapai tingkat ini, beliau telah meninggalkan PETUNJUK bagi para pengikutnya, yaitu Al-Quran dan Hadist demi pegangan sebagai acuan peningkatan Kesadaran mereka. Dari kedua petunjuk ini, para pengikut beliau harus mampu meneladani, mengamalkan dan HARUS MANDIRI! SEKALI LAGI, HARUS MANDIRI! KESADARAN TIDAK BISA DIBUAT OLEH ORANG LAIN! MAKA NABI MUHAMMAD TIDAK AKAN MUNGKIN TERUS HADIR MEMBERIKAN PETUNJUK, KARENA APA YANG TELAH BELIAU TINGGALKAN SUDAH CUKUP! BERSIKAPLAH DEWASA! JANGAN KAYAK ANAK KECIL YANG TERUS MEREPOTKAN ORANG TUA! MANDIRILAH! ITU MAKSUD GATHOLOCO! )

35. Smbahira dadi tanpa kardi, luwih siya marang raganira, tan nmbah Rasule dhewe, siya marang uripmu, nmbah Rasul jabaning dhiri, kabeh sabangsanira, iku nora urus, nbut Allah siya-siya, pating brngok Allah ora kober guling, kabrbgn suwara.

Pujianmu tiada guna, menyusahkan diri sendiri, tak mengagungkan Rasul (Utusan) sendiri ( Rasul sendiri, maksudnya adalah Atma, Ruh, Percikan Tuhan yang merupakan inti sari setiap makhluk! Ruh kita, Atma kita inilah UTUSAN YANG SESUNGGUHNYA), menyia-nyiakan hidupmu, mengagungkan Rasul diluar diri, semua orang yang sepertimu, tidak memahami yang sebenarnya (Disini sebenarnya sebuah rahasia Sahadat Sejati telah diuraikan oleh Gatholoco, YAITU.-maaf saya belum berani menguraikan disini-), menyebut nama Allah dengan sia-sia, teriak-teriak membuat Allah tidak sempat tidur, terganggu suara kalian yang sangat berisik (Ungkapan keprihatinan untuk mengkritik kebiasaan mukmin awam yang suka beribadah disertai rasa pamer, riya. Ibadah tidak perlu ditunjuk-tunjukkan. Lakukan diam-diam. Tidak usah berteriak-teriak! Itu maksud Gatholoco!)

36. Rasulullah seda sewu warsi, sira bngok saking wisma-nira, bok kongsi modot gulune, masa bisa karungu, tiwas ksl tur tanpa kasil, Guru tiga angucap, Ujare cocotmu, layak msum ora lumrah, anyampahi ppundhene wong sabumi, Gatholoco manabda.

Rasulullah telah meninggal seribu tahun yang lalu, kamu teriaki dari rumahmu (dengan harapan ditemui oleh beliau), walaupun sampai melar lehermu, tidak akan berkenan hadir menemuimu? Hanya melelahkan diri sendiri tiada guna ( maksud Gatholoco hanya melelahkan diri sendiri dan tiada guna jika memuji nama beliau dengan harapan agar ditemui dan mendapat tuntunan. Al-Quran dan Hadist, itu sudah cukup beliau berikan bagi acuan peningkatan Kesadaran para pengikut beliau!), Ketiga Guru berkata, Ucapan yang keluar dari cocot (bacot)-mu, adalah ucapan orang bingung dan tidak sopan, menghina sesembahan manusia se-dunia! Gatholoco berkata.

37. Bnr msum saking susah mami, kadunungan barang ingkang glap, awit cilik tkeng mangke, kewuhan jawab-ingsun, yen konangan ingkang darbeni, supaya bisa luwar, ingsun njaluk rmbug, kapriye bisane jawab, aywa nganti kna ukum awak mami, Guru tiga miyarsa.

Memang benar aku bingung disebabkan karena keprihatinanku, karena ketempatan barang yang bukan punyaku, semenjak aku kecil hingga sekarang ini, sulit aku memberikan jawaban, manakala nanti ditanya oleh yang punya, agar aku mampu terlepas dari masalah ini, bisakah aku meminta pendapat kalian, bagaimanakah jawabanku, jangan sampai aku terkena hukuman, Ketiga Guru begitu mendengar ucapan itu.

38. Asru ngucap Nyata sira maling, ora pants rembugan lan ingwang, sira iku wong munapek, duraka ing Hyang Agung, lamun ingsun glm mulangi, pakartine dursila, mring panjawabipun, ora wurung katularan, najan ingsun datan anglakoni maling, yen glm mulangana.

Keras berkata Ternyata kamu maling! Tidak pantas meminta pendapat kami! Kamu orang munafik! Berdosa kepada Hyang Agung! Jika kami sampai bersedia memberikan pendapat, tidak urung bakal ketularan (dosanya)! Walaupun kami tidak ikut mencuri, manakala bersedia memberikan pendapat.

39. Nalar bangsat paturane maling, ykti dadi melu kna siksa, Gatholoco pamuwuse, Yen sireku tan purun, amulangi mring jawab maling, payo padha cangkriman, nanging pamintengsun, badhenn ingkang sanyata, lamun sira tlu pisan tan mangrti, guru tanpa paedah.

Sama saja menyetujui perbuatan bangsat seorang maling! Pasti akan ikut terkena siksa! Gatholoco berkata, Apabila kalian tidak bersedia, memberikan pemecahan masalah yang dihadapi seorang maling, baiklah mari kita bermain teka-teki, akan tetapi permintaanku, jawablah sungguh-sungguh, jika kalian bertiga tidak mampu menjawab, nyata kalian adalah Guru yang tiada guna!

40. Kyai Guru samya anauri, Mara age saiki pasalna, cangkrimane kaya priye, manira arsa ngrungu, yen wus ngrungu saykti bangkit, masa bakal luputa, ucapna den gupuh, angajak cangkriman apa, sun batange dimen padha den skseni, santri murid nom noman.

Para Kyai Guru menyetujui, Baiklah sekarang berikan, teka-teki yang seperti apa, kami akan mendengarkan, manakala sudah mendengar pasti akan paham, dan tidak mungkin salah menjawab, cepat ucapkan, mengajak bermain teka-teki yang seperti apa? Akan kami jawab dengan disaksikan, para murid santri yang masih muda-muda (kata muda dlm bahasa Jawa adalah Anom, menandakan syair berikutnya harus dilagukan dengan irama Sinom). 18. Rehning ingsun tan dadi priyayi, mung jnngku jnng Wadi Mulya, supaya turunku tmbe, dadi priyayi agung, Abdul Jabar angucap bngis, Dhapurmu kaya luwak, nganggo sira ngaku, lamun Sujatine Lanang, Gatholoco gumujng alon nauri, Ucapku nora salah.

Walaupun aku bukan priyayi (bangsawan), akan tetapi namaku adalah Rahasia Mulia, supaya kelak para keturunanku, akan menjadi priyayi (bangsawan) besar (maksud Gatholoco, bangsawan spiritualitas), Abdul Jabar berkata bengis, Rupamu saja seperti Luwak (binatang sejenis musang yang berwujud jelek)! Bisa-bisanya mengaku, sebagai Sujatine Lanang (Sejatinya Lelaki), Gatholoco tertawa dan menjawab pelan, Ucapanku tidak salah.

19. Ingsun ngaku wong Lanang Sujati, basa Lanang Sujati tmnan, wadiku apa dhapure, Sujati tgsipun, ingSUn urip tan nJA maTI, Guru tiga angucap, Dhapurmu lir antu, sajge tan kambon toya, Gatholoco macucu nulya mangsuli, Ewuh kinarya siram.

Aku mengaku sebagai Lanang Sujati (Lelaki Sejati), arti dari Lanang Sujati (Lelaki Sejati) sesungguhnya adalah, aku disebut LANANG karena memahami Rahasia Mulia barang (penis)-ku, sedangkan SUJATI (Sejati) artinya ingSUn urip tan nJA ma TI (Aku Yang Hidup Tak Dapat Mati Selamanya). Ketiga Guru berkata, Rupamu seperti hantu, tak pernah tersentuh air, Gatholoco cemberut lantas menjawab, Aku bingung hendak mandi dengan apa.

20. Upamane ingsun adus warih, badaningsun wus kaisen toya, kalamun adus gnine, jro badan isi latu, yen rsika sun gosok siti, asline saking lmah, sun dus-ana lesus, badanku sumbr maruta, tuduhna kinarya adus punapi, ujarnya Guru tiga.

Jikalau aku harus mandi menggunakan air, tubuhku sudah penuh dengan unsur air, jikalau harus mandi menggunakan api, didalam badan penuh unsur api, jikalau harus membersihkan diri dengan menggunakan tanah, sudah jelas daging ini berasal dari tanah, aku mandi menggunakan angin leysus, badanku sumber dari angin, beritahu kepadaku apa yang harus aku pakai untuk mandi? Ketiga Guru menjawab.

21. Asal banyu ykti adus warih, dimen suci iku badanira, Gatholoco sru saure, Sira santri tan urus, yen suciya sarana warih, sun kungkum sangang wulan, ora kulak kawruh, satmne bae iya, ingsun adus Tirta Tekad Suci ning, ing tyas datan kaworan.

Tubuhmu berasal dari cairan (sperma) sudah layak jika mandi menggunakan air, agar suci dirimu itu, Gatholoco lantang menjawab, Kalian santri bodoh! Jikalau bisa suci karena mandi dengan air, aku akan berendam selama sembilan bulan saja, tidak perlu mencari ilmu (Ke-Tuhan-an), ketahuilah bahwa sesungguhnya, aku telah mandi Air Tekad Suci yang Jernih, yaitu jernihnya hati tanpa dikotori oleh.

22. Bangsa salah kang kalbu ciri, iya iku adusing manusa, ingkang sabnr-bnre, Kyai Guru sumaur, Wong dhapure lir kirik gring, sapa ingkang pracaya, nduwe pikir jujur, sira iku ingsun duga, ora nduwe batal karam mkruh najis, wruhmu amung halal.

Segala macam perbuatan yang salah, itulah mandi yang sesungguhnya bagi manusia, mandi yang sebenar-benarnya mandi, Kyai Guru menyahut, Rupamu saja seperti kirik gring (anjing penyakitan), siapa yang bakalan mempercayai, jika kamu memiliki kejujuran? Jika tak salah dugaanku, kamu pasti tidak mengenal peraturan tentang batal haram makruh najis, yang kamu ketahui hanya halal saja.

23. Najan arak iwak celeng babi, anggr doyan msthi sira pangan, ora wedi durakane, Gatholoco sumaur, Iku bnr tan nganggo sisip, kaya pambatangira, najan iwak asu, sun titik asale purwa, lamun bcik tan dadi sriking janmi, najan babi celenga.

Walaupun arak daging celeng dan babi, asal kamu doyan pasti kamu makan, tidak takut dosa, Gatholoco menyahut, Benarlah dan tidak salah, semua dugaanmu kepadaku itu, walaupun daging anjing, aku teliti asal usulnya, manakala diperoleh dengan jalan yang tidak menyakiti sesama manusia, begitupun juga walau daging babi dan celeng.

24. Ngingu dhewe awit saking cilik, sapa ingkang wani nggugat mring wang, halal-e ngungkuli cmpe, sanajan iwak wdhus, yen asale srana tan bcik, karam lir iwak sona, najan babi iku, tinilik kawitanira, yen purwane ngingu dhewe awit gnjik, luwih saking maenda.

Apabila didapat dari hasil beternak sendiri (bukan hasil curian), siapa yang bakalan berani melarangku (untuk memakannya)? Halal-nya melebihi daging kambing, walaupun daging kambing, jika diperoleh dengan jalan tidak baik, itu haram melebihi daging anjing, telitilah asal usulnya, jika daging tersebut berasal dari binatang yang kita pelihara sendiri semenjak kecilnya, halal-nya melebihi kambing!

25. Najan wdhus nanging nggonmu maling, luwih babi iku karam-ira, najan mangan iwak celeng, lamun asale jujur, mburu dhewe marang wanadri, dudu celeng colongan, halal-e kalangkung, sanajan iwak maesa, yen colongan luwih karam saking babi, ujarnya Guru tiga.

Walaupun kambing namun hasil dari mencuri, melebihi babi itu haram-nya, walaupun memakan daging celeng, tapi jika diperoleh dengan cara yang jujur, berburu sendiri dihutan, bukan celeng curian, halal-nya luar biasa, walaupun daging kerbau, namun hasil curian lebih haram dari babi, Ketiga Guru berkata.

26. Luwih halal padune si Blis, pants tmn uripmu cilaka, kamlaratan salawase, tan duwe bras pantun, sandhangane pating saluwir, kabeh amoh gombalan, sajge tumuwuh, ora tau mangan enak, ora tau ngrasakake lgi gurih, kuru tan darbe wisma.

Memang halal menurut Iblis! Pantas jika hidupmu celaka, melarat selamanya, tak memiliki makanan cukup, busana-pun compang camping, semua hanya gombal lusuh, selama hidup, tak pernah memakan makanan enak, tidak pernah menikmati rasa manis dan gurih, makanya kurus kering dan tak memiliki rumah.

27. Gatholoco ngucap anauri, Ingkang sugih sandhang lawan pangan, pirang kthi momohane, kalawan pirang tumpuk, najis ingkang sira simpni, Guru tiga duk myarsa, gumuyu angguguk, Sandhangan ingkang wus rusak, awor lmah najisku kang tibeng bumi, kabeh wus awor kisma.

Gatholoco menjawab, Yang kaya akan busana dan makanan, berapa peti jumlah busananya, berapa tumpuk persediaan makanannya, itu najis jika cuma kamu simpan sendiri, Ketiga Guru begitu mendengar, seketika tertawa geli, Pakaian yang sudah kotor dan jelek, kami jadikan satu ditanah bersama kotoranku, semua sudah kubuang menjadi satu ke tanah! (Lantas mana yang disebut najis dalam hal semua pakaian yg kumiliki?)

28. Gatholoco anauri malih, Yen mangkono isih lumrah janma, ora kinaot arane, beda kalawan Ingsun, kabeh iki isining bumi, sakurbing akasa, dadi darbek-Ingsun, kang anyar sarwa gumbyar, Sun kon nganggo marang sanak-sanak mami, Ngong trima nganggo ala.

Gatholoco menyahuti lagi, Jikalau begitu jelas kalian hanya manusia lumrah, bukan manusia pilihan namanya, berbeda dengan-Ku, sesungguhnya semua yang ada dibumi, dan yang ada dibawah langit, adalah milik-Ku, yang baru dan gemerlap, sengaja Aku berikan kepada saudara-saudaraku (semua makhluk hidup), Aku rela memakai yang jelek-jelek saja.

29. Apan Ingsun trima nganggo iki, ppanganan ingkang enak-enak, kang lgi gurih rasane, pdhs asin sadarum, Sun kon mangan mring sagung janmi, ingkang sinipat gsang, dene Ingsun amung, ngawruhi sadina-dina, Sun tulisi sastrane salikur iji, Sun simpn jroning manah.

Cukuplah Aku memakan yang ini saja, segala makanan yang enak-enak, yang manis gurih rasanya, pedas dan asin semuanya, Aku berikan untuk dimakan oleh seluruh manusia, dan semua makhluk yang bersifat hidup, sedangkan Aku hanyalah, meneliti setiap hari, Ku catat dalam sebuah sastra sebanyak Duapuluh Satu buah (angka Dua melambangkan mereka yang masih terikat Dualitas duniawi, angka Satu melambangkan mereka yang telah lepas dari Dualitas duniawi. Manusia yang Kesadarannya tinggi, mampu meneliti dan mengamati kedua jenis tingkatan kesadaran para manusia tersebut. Inilah makna Sastra Salikur Iji atau Sastra Duapuluh Satu yang dimaksud Gatholoco), dan Aku simpan didalam hati.

30. Ingsun dhewe mangan sabn ari, Ingsun milih ingkang luwih panas, sarta ingkang pait dhewe, najise dadi gunung, kabeh gunung ingkang ka-eksi, mulane kang bawana, padha mtu kukus, tumuse gni Sun pangan, ingkang dadi padhas watu lawan curi, klelet ingkang sun pangan.

Yang Ku-makan setiap hari, Ku-pilih yang sangat panas, dan yang terlampau pahit (maksudnya semua unsur-unsur negatif Alam yang terlalu ekstrim), kotoran (batin)-Ku menjadi gunung, seluruh gunung yang terlihat, (maksudnya, semua unsur negatif yang terlalu ekstrim dari Alam, mampu didaur ulang menjadi unsur yang lebih positif melalui olah batin dari manusia-manusia yang berkesadaran tinggi. Dilambangkan dengan keberadaan sebuah gunung yang menyimpan api menakutkan, namun lava dari gunung berapi, sangat bermanfaat menyuburkan tanah, sehingga tanaman apapun akan gampang tumbuh disekeliling gunung berapi. Jelasnya, dari sesuatu yang menakutkan semacam gunung berapi, mampu didaur ulang menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi manusia. Begitu pula proses daur ulang yang secara tidak disadari telah dilakukan oleh manusia-manusia berkesadaran tinggi semacam Gatholoco kepada semua unsur negatif alam yang terlalu ekstrim), apa sebabnya dunia diliputi asap saja (maksudnya, banyak unsur api terlampau ekstrim yang sesungguhnya melingkupi dunia ini, namun berkat manusia-manusia yang penuh kesadaran semacam Gatholoco, secara tidak sengaja, mereka-mereka ini menyerap unsur api yang terlalu ekstrim tersebut dan didaur ulang menjadi unsur api positif yang lebih bermanfaat. Jika tidak ada manusia-manusia berkesadaran tinggi semacam Gatholoco, dapat dipastikan, meteor-meteor raksasa dan hal-hal ekstrim lainnya, akan menghantam dan mengacaukan bumi tanpa ada penghalang lagi! Sadarilah ini!), sebab api telah Aku makan, kotoran (batin)-Ku menjadi batu cadas (seperti halnya dipilihnya Gunung sebagai sebuah perumpamaan proses pendaur ulang-an unsur ektrim Alam agar menjadi lebih bermanfaat, Batu Cadas dipilih pula karena identik dengan kekokohan, sesuatu yang kokoh kuat. Maksudnya jelas, unsur ekstrim alam, bisa diubah menjadi sesuatu yang stabil demi keberlangsungan semesta sebagai tempat berevolusi. Berterima kasihlah kepada manusia-manusia berkesadaran tinggi seperti Gatholoco!) Aku cukup memakan candu ini. (maksudnya candu spiritualitas)

31. Sadurunge Ingsun ngising najis, gunung iku ykti durung ana, benjang bakal sirna maneh, lamun Ingsun wus mantun, ngising tai mtu tka silit, titenana kewala, iki tutur-Ingsun, Guru tiga duk miyarsa, gya micara astane sarwi nudingi, Layak kuru tan pakra.

Sebelum Aku membuang kotoran (batin), seluruh gunung belumlah tercipta (maksudnya, dunia tidak akan stabil sebagai tempat yang sesuai bagi proses evolusi jiwa jika tidak ada manusia-manusia berkesadaran tinggi yang mampu mendaur ulang unsur-unsur ekstrim Alam seperti Gatholoco), kelak akan sirna kembali, jika Aku sudah tidak lagi, membuang kotoran lewat dubur, nyatakanlah kelak, apa yang Aku katakan ini. (maksudnya jika manusia-manusia yang berkesadaran tinggi hilang dari muka bumi, dapat dipastikan kiamat dunia akan tercipta!). Ketiga Guru begitu mendengar, segera berkata sembari menuding, Makanya kurus kering tidak lumrah manusia (tubuhmu).

32. Gatholoco sigra anauri, Mila ingsun kurune kalintang, krana nurut mring karsane, Gusti Jng Nabi Rasul, sabn ari ingsun turuti, tindak mnyang ngpaken, awan sore esuk, mundhut candhu lawan madat, dipun dhahar kalawan dipun obongi, Allah kang paring wikan.

Gatholoco segera menjawab, Tubuhku kurus disebabkan, karena menuruti perintah, Gusti (Kang)jng Nabi Rasul(lullah), setiap hari aku turuti, bertandang ke tempat madat, siang sore pagi, mengambil candu dan madat, dimakan langsung maupun dibakar lalu dihisap, Allah yang memberikan ijin. (Maksudnya Kangjng Nabi Rasul dalam kesadaran Gatholoco, bukanlah Nabi Muhammad, melainkan Ruh-nya sendiri, Atma-nya sendiri. Suara Atma, suara Ruh, yang sering diistilahkan dengan SUARA NURANI, memerintahkan manusia-manusia seperti Gatholoco untuk terus mabuk spiritual, agar terus ke-Candu-an dengan Ke-Illahi-an. Dan Allah-pun me-ridloi!)

33. Kangjng Rasul yen tan den turuti, muring-muring bangt nggone duka, sarta bangt paniksane, ingsun tan bisa turu, Guru tiga samya nauri, Mung lagi tatanira, Kangjng Nabi Rasul, karsa tindak mring ngpaken, Kangjng Rasul ppundhene wong sabumi, aneng nagara Mekah.

Kangjng Rasul(lullah) manakala tidak ditaati perintahnya, marah-marah sangat berang, dan kejam menyiksa, membuat aku tak bisa tidur. (Maksud Gatholoco, jika SUARA NURANI-nya yang berasal dari Ruh-nya sendiri, dari Atma-nya sendiri tidak dia dengarkan, dampaknya akan terjadi konflik batin yang berujung pada ketidaknyamanan diri, keresahan diri, sehingga membuat dia tidak bisa tidur!) Ketiga Guru segera menjawab, Ucapan tidak pantas, mengatakan Kangjng Nabi Rasul(lullah), mengutus agar bertandang ketempat madat! Kangjng Rasul(lullah) adalah sosok yang diagungkan oleh seluruh manusia, berada di negara Makkah!

34. Gatholoco anauri aris, Rasul Mkah ingkang sira smbah, ora nana ing wujude, wus seda sewu taun, panggonane ing tanah Arbi, llakon pitung wulan, tur kadhangan laut, mung kari kubur kewala, sira smbah jungkar-jungkir sabn ari, apa bisa tumka.

Gatholoco menjawab pelan, Rasul yang ada di Mekkah yang kamu agungkan, sudah tidak ada lagi wujudnya (Telah mencapai Kesempurnaan), sudah meninggal seribu tahun yang lalu, makamnya di tanah Arab, perjalanan selama tujuh bulan untuk kesana, harus menyeberangi lautan, sekarang hanya tinggal kuburannya saja, kamu agungkan setiap hari sembari berjungkir balik, tidak mungkin beliau menemuimu? (Nabi Muhammad telah mencapai Kesempurnaan. Sebelum mencapai tingkat ini, beliau telah meninggalkan PETUNJUK bagi para pengikutnya, yaitu Al-Quran dan Hadist demi pegangan sebagai acuan peningkatan Kesadaran mereka. Dari kedua petunjuk ini, para pengikut beliau harus mampu meneladani, mengamalkan dan HARUS MANDIRI! SEKALI LAGI, HARUS MANDIRI! KESADARAN TIDAK BISA DIBUAT OLEH ORANG LAIN! MAKA NABI MUHAMMAD TIDAK AKAN MUNGKIN TERUS HADIR MEMBERIKAN PETUNJUK, KARENA APA YANG TELAH BELIAU TINGGALKAN SUDAH CUKUP! BERSIKAPLAH DEWASA! JANGAN KAYAK ANAK KECIL YANG TERUS MEREPOTKAN ORANG TUA! MANDIRILAH! ITU MAKSUD GATHOLOCO! )

35. Smbahira dadi tanpa kardi, luwih siya marang raganira, tan nmbah Rasule dhewe, siya marang uripmu, nmbah Rasul jabaning dhiri, kabeh sabangsanira, iku nora urus, nbut Allah siya-siya, pating brngok Allah ora kober guling, kabrbgn suwara.

Pujianmu tiada guna, menyusahkan diri sendiri, tak mengagungkan Rasul (Utusan) sendiri ( Rasul sendiri, maksudnya adalah Atma, Ruh, Percikan Tuhan yang merupakan inti sari setiap makhluk! Ruh kita, Atma kita inilah UTUSAN YANG SESUNGGUHNYA), menyia-nyiakan hidupmu, mengagungkan Rasul diluar diri, semua orang yang sepertimu, tidak memahami yang sebenarnya (Disini sebenarnya sebuah rahasia Sahadat Sejati telah diuraikan oleh Gatholoco, YAITU.-maaf saya belum berani menguraikan disini-), menyebut nama Allah dengan sia-sia, teriak-teriak membuat Allah tidak sempat tidur, terganggu suara kalian yang sangat berisik (Ungkapan keprihatinan untuk mengkritik kebiasaan mukmin awam yang suka beribadah disertai rasa pamer, riya. Ibadah tidak perlu ditunjuk-tunjukkan. Lakukan diam-diam. Tidak usah berteriak-teriak! Itu maksud Gatholoco!)

36. Rasulullah seda sewu warsi, sira bngok saking wisma-nira, bok kongsi modot gulune, masa bisa karungu, tiwas ksl tur tanpa kasil, Guru tiga angucap, Ujare cocotmu, layak msum ora lumrah, anyampahi ppundhene wong sabumi, Gatholoco manabda.

Rasulullah telah meninggal seribu tahun yang lalu, kamu teriaki dari rumahmu (dengan harapan ditemui oleh beliau), walaupun sampai melar lehermu, tidak akan berkenan hadir menemuimu? Hanya melelahkan diri sendiri tiada guna ( maksud Gatholoco hanya melelahkan diri sendiri dan tiada guna jika memuji nama beliau dengan harapan agar ditemui dan mendapat tuntunan. Al-Quran dan Hadist, itu sudah cukup beliau berikan bagi acuan peningkatan Kesadaran para pengikut beliau!), Ketiga Guru berkata, Ucapan yang keluar dari cocot (bacot)-mu, adalah ucapan orang bingung dan tidak sopan, menghina sesembahan manusia se-dunia! Gatholoco berkata.

37. Bnr msum saking susah mami, kadunungan barang ingkang glap, awit cilik tkeng mangke, kewuhan jawab-ingsun, yen konangan ingkang darbeni, supaya bisa luwar, ingsun njaluk rmbug, kapriye bisane jawab, aywa nganti kna ukum awak mami, Guru tiga miyarsa.

Memang benar aku bingung disebabkan karena keprihatinanku, karena ketempatan barang yang bukan punyaku, semenjak aku kecil hingga sekarang ini, sulit aku memberikan jawaban, manakala nanti ditanya oleh yang punya, agar aku mampu terlepas dari masalah ini, bisakah aku meminta pendapat kalian, bagaimanakah jawabanku, jangan sampai aku terkena hukuman, Ketiga Guru begitu mendengar ucapan itu.

38. Asru ngucap Nyata sira maling, ora pants rembugan lan ingwang, sira iku wong munapek, duraka ing Hyang Agung, lamun ingsun glm mulangi, pakartine dursila, mring panjawabipun, ora wurung katularan, najan ingsun datan anglakoni maling, yen glm mulangana.

Keras berkata Ternyata kamu maling! Tidak pantas meminta pendapat kami! Kamu orang munafik! Berdosa kepada Hyang Agung! Jika kami sampai bersedia memberikan pendapat, tidak urung bakal ketularan (dosanya)! Walaupun kami tidak ikut mencuri, manakala bersedia memberikan pendapat.

39. Nalar bangsat paturane maling, ykti dadi melu kna siksa, Gatholoco pamuwuse, Yen sireku tan purun, amulangi mring jawab maling, payo padha cangkriman, nanging pamintengsun, badhenn ingkang sanyata, lamun sira tlu pisan tan mangrti, guru tanpa paedah.

Sama saja menyetujui perbuatan bangsat seorang maling! Pasti akan ikut terkena siksa! Gatholoco berkata, Apabila kalian tidak bersedia, memberikan pemecahan masalah yang dihadapi seorang maling, baiklah mari kita bermain teka-teki, akan tetapi permintaanku, jawablah sungguh-sungguh, jika kalian bertiga tidak mampu menjawab, nyata kalian adalah Guru yang tiada guna!

40. Kyai Guru samya anauri, Mara age saiki pasalna, cangkrimane kaya priye, manira arsa ngrungu, yen wus ngrungu saykti bangkit, masa bakal luputa, ucapna den gupuh, angajak cangkriman apa, sun batange dimen padha den skseni, santri murid nom noman.

Para Kyai Guru menyetujui, Baiklah sekarang berikan, teka-teki yang seperti apa, kami akan mendengarkan, manakala sudah mendengar pasti akan paham, dan tidak mungkin salah menjawab, cepat ucapkan, mengajak bermain teka-teki yang seperti apa? Akan kami jawab dengan disaksikan, para murid santri yang masih muda-muda (kata muda dlm bahasa Jawa adalah Anom, menandakan syair berikutnya harus dilagukan dengan irama Sinom).

Ada beberapa Pada (Syair) yang terdapat pada Pupuh II, Dandanggula, yang harus diulas. Seperti dibawah ini :

1.Pupuh II, Dandanggula, Pada (Syair) 19 :Ingsun ngaku wong Lanang Sujati, basa Lanang Sujati tmnan, wadiku apa dhapure, Sujati tgsipun, ingSUn urip tan nJA maTI, Guru tiga angucap, Dhapurmu lir antu, sajge tan kambon toya, Gatholoco macucu nulya mangsuli, Ewuh kinarya siram.Aku mengaku sebagai Lanang Sujati (Lelaki Sejati), arti dari Lanang Sujati (Lelaki Sejati) sesungguhnya adalah, aku disebut LANANG karena memahami Rahasia Mulia barang (penis)-ku, sedangkan SUJATI (Sejati) artinya ingSUn urip tan nJA ma TI (Aku Yang Hidup Tak Dapat Mati Selamanya). Ketiga Guru berkata, Rupamu seperti hantu, tak pernah tersentuh air, Gatholoco cemberut lantas menjawab, Aku bingung hendak mandi dengan apa.

Gatholoco menyadari bahwa siapapun yang meningkat Kesadarannya, berhak menyandang predikat sebagaiLanang Sujati (Lelaki Sejati)atauWadon Sujati (Wanita Sejati).Pada Pada (Syair) diatas, arti kataLanang Sujatidiuraikan oleh Gatholoco. Siapapun Lelaki yang memahami Kemuliaan Proses Penciptaan melalui Penis (Gathel)-nya, sebuah proses vital yang menjadi mata rantai sebuah perjalanan panjang evolusi jiwa, proses yang mampu menarik kembali Atma atau Ruh dari ranah kematian menuju kehidupan kembali atauReinkarnasi(dalam istilah Sanskerta disebutPUNARBHAWA : Kelahiran Kembali,atauPUNARJANMA : Manusia Yang Kembali hidup dari ranah kematian), proses berkesinambungan untuk menjadi penyebab bangkitnya Atma atau Ruh agar kembali berjuang ditengah samudera kehidupan demi untuk melanjutkan peningkatan kembaliKESADARANmereka melalui tempaan badai dualitas duniawi (suka-duka, kaya-miskin, sakit-sehat, dll), maka siapapun mereka, kalau Lelaki berhak menyandang predikatLANANG.Kalau Wanita berhak menyandang predikatWADON! Selama anda belum memahami kemuliaan dan pentingnya proses ini, maka sesungguhnya anda belumlah pantas disebutLANANGatauWADON. Anda hanyalah sekedar spesies makhluk hidup yang melakukan sebuah aktifitas sexual tanpa kesadaran. Anda belumlahMANUSIA.

KataSUJATI,Gatholoco mengartikan ingSUn urip tan neJA maTIyang artinyaAku Yang Hidup Tak Dapat Mati. Siapakah itu?INGSUN (AHAM/AKU). SiapakahINGSUN (AHAM/AKU)tersebut? Tak lain adalah Atma atau Ruh kita!

Atma atau Ruh tidak diciptakan oleh siapapun! Atma atau Ruh adalahPercikan Brahman dalam definisi WedaatauTiupan/Hembusan Nafas Allah dalam definisi Al-QuranatauPencitraan/Duplicate Allah dalam definisi Injil dan Taurat!

Atma dan Ruh adalah bagian langsung dariBRAHMAN, dariALLAH, dariBAPAitu sendiri! Tidak ada yang menciptakan Ruh atau Atma. Yang diciptakan adalah Badan Halus (Suksma Sariira/Nafs) dan Badan Kasar (Sthula Sariira/Jasad)! Sadarkah anda sekarang? Telitilah dengan seksama kitab suci anda, adakah firman yang menyatakan Ruh itu diciptakan?LANANG SUJATIartinya, Manusia yang memahami kemuliaan proses penciptaan melalui penis/vagina-nya, yang merupakan lantaran untuk kelahiran kembali para Atma atau Ruh!

2.Pupuh II, Dandanggula, Pada (Syair) 20 :

Upamane ingsun adus warih, badaningsun wus kaisen toya, kalamun adus gnine, jro badan isi latu, yen rsika sun gosok siti, asline saking lmah, sun dus-ana lesus, badanku sumbr maruta, tuduhna kinarya adus punapi, ujarnya Guru tiga.Jikalau aku harus mandi menggunakan air, tubuhku sudah penuh dengan unsur air, jikalau harus mandi menggunakan api, didalam badan penuh unsur api, jikalau harus membersihkan diri dengan menggunakan tanah, sudah jelas daging ini berasal dari tanah, aku mandi menggunakan angin leysus, badanku sumber dari angin, beritahu kepadaku apa yang harus aku pakai untuk mandi? Ketiga Guru menjawab.

Ini adalah jawaban yang merupakan kritik kepada para agamawan yang terlampau mementingkan syariat. Mereka-mereka yang terpaku pada tata lahir dan procedural belaka. Begitu sudah tunai, mereka merasa sudah cukup dan sempurna! Gatholoco menyengaja memberikan gambaran, bahwaAIRtidaklah cukup untuk mensucikan diri secara menyeluruh.AIRhanya mampu menggelontor kotoranLAHIRsemata! Maka Gatholoco menyatakan, apa yang hendak aku gunakan untuk men-sucikan diri ini? Jikalau memakaiAIR, bukankahJASAD FISIKatauSTHULA SARIIRAini berasal dari unsurAIR.Jikalau memakaiAPI, bukankahJASAD FISIKatauSTHULA SARIIRAini juga berasal dari unsurAPI. Pun jikalau memakaiANGIN, bukankahJASAD FISIKatauSTHULA SARIIRAinipun berasal dari unsurANGIN? Begitu juga jika hendak disucikan denganTANAH, bukankahJASAD FISIKatauSTHULA SARIIRAinipun berasal dari unsurTANAH?

Keempat Unsur yang disebutkan Gatholoco, umum dipahami sebagai empat pembentukJASAD FISIKmanusia. Empat unsur Alam yang sangat vital, yaituTANAH/LOGAM (PRTIWI), AIR (APAH), API/CAHAYA (TEJA)danANGIN (WAYU).

Namun sesungguhnya ada satu unsur lagi yang juga sangat vital membentukJASAD FISIKmanusia, yaituRUANG (AKASHA).Tanpa adaRUANG, maka tidak akan ada celah dan rongga dalam susunan anatomiJASAD FISIK.Sesungguhnya unsurRUAN