difteri

29
DIFTERI KELOMPOK 4 Arinal Muna A. Dina Sulastiyo M. Elan Aisyafuri Helmi Mardhika K.W Karina Azhari

Upload: akbarrozaaq

Post on 31-Dec-2015

142 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ilmu kesehatan masyarakat

TRANSCRIPT

DIFTERIKELOMPOK 4

Arinal Muna A.Dina Sulastiyo M.

Elan AisyafuriHelmi Mardhika K.W

Karina Azhari

Difteri penyebab kematian anak-anak

Karibia dan Amerika Latin Eropa Timur Afrika Asia Tenggara

Pengetahuan tentang 1. Apa itu Difteri ?

2. Bagaimana Natural History Difteri ?3. Pencegahan Penyakit Difteri ?

Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari penyakit Difteri?2. Bagaimana Natural History dari penyakit

Difteri?3. Bagaimana pencegahan penyakit Difteri secara

primer, sekunder dan tersier?

Tujuan

1. Dapat mengetahui penyakit Difteri2. Dapat mengetahui Natural History dari

penyakit Difteri3. Dapat mengetahui cara pencegahan penyakit

Difteri secara primer, sekunder dan, tersier.

Definisi Difteri

Difteri/Diphteria adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae, yang umumnya menyerang membran mukosa yang melapisi hidung dan tenggorokan serta tonsil. Akibatnya tenggorokan menjadi terinflamasi dan inflamasi ini dapat menyebar ke kotak suara(larynx) sehingga mempersempit saluran pernafasan. Selain itu juga timbul lesi yang khas disebabkan oleh cytotoxin spesifik yang dilepas oleh bakteri. Lesi nampak sebagai suatu membran asimetrik keabu-abuan yang dikelilingi dengan daerah inflamasi. Tenggorokan terasa sakit, sekalipun pada difteria faucial atau pada difteri faringotonsiler diikuti dengan kelenjar limfe yang membesar dan melunak. Pada kasus-kasus yang berat dan sedang ditandai dengan pembengkakan dan oedema di leher dengan pembentukan membran pada trachea secara ektensif dan dapat terjadi obstruksi jalan napas. 

Difteri hidung biasanya ringan dan kronis dengan satu rongga hidung tersumbat dan terjadi ekskorisasi (ledes). Infeksi subklinis (atau kolonisasi ) merupakan kasus terbanyak. Toksin dapat menyebabkan myocarditis dengan heart block dan kegagalan jantung kongestif yang progresif,timbul satu minggu setelah gejala klinis difteri.5 Bentuk lesi pada difteri kulit bermacam-macam dan tidak dapat dibedakan dari lesi penyakit kulit yang lain, bisa seperti atau merupakan bagian dari impetigo.(Kadun,2006)

CARA PENULARANCorynebacterium diphtheriae

Kontak dengan orang atau barang yang terkontaminasi.

Masuk lewat saluran pencernaan atau saluran pernafasan.

Kuman bisa menginfeksi tenggorokan.

Muncul pseudomembrane

Komplikasi dapat menyerang ginjal atau jantung

PREPATOGENESISGejala utama dari penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan.

PATOGENESISTAHAP INKUBASI

TAHAP PENYAKIT DINI

TAHAP PENYAKIT LANJUT

Kuman difteri masuk ke hidung atau mulut dimana baksil akan menempel di mukosa saluran nafas bagian atas, kadang-kadang kulit, mata atau mukosa genital dan biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan.

TAHAP INKUBASI

Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Ketika telah masuk dalam tubuh, bakteri melepaskan toksin atau racun.

TAHAP INKUBASI

Masa inkubasi penyakit difteri dapat berlangsung antara 2-5 hari. Sedangkan masa penularan beragam, dengan penderita bisa menularkan antara dua minggu atau kurang bahkan kadangkala dapat lebih dari empat minggu sejak masa inkubasi. Sedangkan stadium karier kronis dapat menularkan penyakit sampai 6 bulan.

TAHAP INKUBASI

» Penderita mengalami kesulitan menelan pada minggu pertama kontaminasi toksin

» Antara minggu ketiga sampai minggu keenam, bisa terjadi peradangan pada saraf lengan dan tungkai, sehingga terjadi kelemahan pada lengan dan tungkai

» Kerusakan pada otot jantung (miokarditis) bisa terjadi kapan saja selama minggupertama sampai minggu keenam

TAHAP PENYAKIT DINI

Pada serangan difteri berat akan ditemukan pseudomembran, yaitu lapisan selaputyang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri dan bahan lainnya, di dekat amandel dan bagian tenggorokan yang lain. Membran ini tidak mudah robek dan berwarna abu-abu. Jika membran dilepaskan secara paksa, maka lapisan lendir dibawahnya akan berdarah. Membran inilah penyebab penyempitan saluran udara atau secara tiba-tiba bisa terlepas dan menyumbat saluran udara, sehingga anak mengalami kesulitan bernafas.

TAHAP PENYAKIT LANJUT

Dengan pengobatan yang cepat dan tepat maka komplikasi yang berat dapat dihindari, namun keadaan bisa makin buruk bila pasien dengan perjalanan penyakit yang lama, gizi kurang dan pemberian anti toksin yang terlambat. Walaupun sangat berbahaya dan sulit diobati, penyakit ini sebenarnya bisa dicegah dengan cara menghindari kontak dengan pasien difteri yang hasil lab-nya masih positif dan imunisasi. Pengobatan khusus penyakit difteri bertujuan untuk menetralisir toksin dan membunuh basil dengan antibiotika

TAHAP PASCA PATOGENESIS

Melakukan kegiatan penyuluhan Kegiatan penyuluhan sangatlah penting dimana kegiatan ini memberi penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada para orang tua tentang bahaya dari difteria dan perlunya imunisasi aktif diberikan kepada bayi dan anak-anak.Melakukan imunisasi aktif secara luas (massal) Tindakan imunisasi aktif merupakan pemberantasan yang efektif yang dilakukan dengan Diphtheria Toxoid (DT).Mengatur jadwal imunisasi

PENCEGAHAN PRIMER

Melakukan upaya khusus Upaya khusus ini perlu dilakukan

terhadap mereka yang terpajan dengan penderita seperti kepada para petugas kesehatan dengan cara memberikan imunisasi dasar lengkap dan setiap sepuluh tahun sekali diberikan dosis booster Td kepada mereka.

PENCEGAHAN PRIMER

» Laporan kepada petugas kesehatan setempat

» Isolasi» Desinfeksi serentak» Karantina» Manajemen Kontak» Investigasi kontak dan sumber

infeksi » Pengobatan

PENCEGAHAN SEKUNDER

PENGOBATAN UMUMPasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan hapusan tenggorok negatif 2 kali berturut-turut. Pada umumnya pasien tetap diisolasi selama 2-3 minggu. Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu. Khusus pada difteria laring dijaga agar nafas tetap bebas serta dijaga kelembaban udara dengan menggunakan humidifier.

PENGOBATAN KHUSUS» Antitoksin : Anti Diptheriar Serum (ADS) 

Antitoksin harus diberikan segera setelah dibuat diagnosis difteria.

» Antibiotik Antibiotik diberikan bukan sebagai pengganti antitoksin, melainkan untuk membunuh bakteri dan menghentikan produksi toksin. Pengobatan untuk difteria digunakan eritromisin , Penisilin, kristal aqueous pensilin G, atau Penisilin prokain. 

» Kortikosteroid Dianjurkan pemberian kortikosteroid pada kasus difteria yang disertai gejala.

PENCEGAHAN TERSIER» Mengurangi minum es. » Menjaga kebersihan badan, pakaian dan

lingkungan. » Makanan yang kita konsumsi harus bersih. Jika

kita harus membeli makanan di luar, pilihlah warung yang bersih. Jika telah terserang difteri, penderita sebaiknya dirawat dengan baik untuk mempercepat kesembuhan dan agar tidak menjadi sumber penularan bagi yang lain.

» Terapi profilaktik bagi carrier

JUDUL EPIDEMIOLOGI DEKSKRIPTIF

Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Penyakit Difteri pada Balita di Desa Petungsewu Kecamatan Wagir

Design : SurveillensPopulasi Target: Balita di Desa Petungsewu Kecamatan WagirPopulasi Terjangkau : Balita yang menderita penyakit Difteri di Desa Petungsewu Kecamatan WagirVariabel Independen : Perilaku IbuVariabel Dependen : Ada tidaknya penurunan jumlah balita yang terjangkit penyakit Difteri Variabel Kendali : Usia anak Balita 1-5tahun

JUDUL EPIDEMIOLOGI DEKSKRIPTIF

Pengaruh Pola Hidup Masyarakat dalam Timbulnya Penyakit Difteri di Desa

Wonorejo Kecamatan Pasuruan

Design : Case ReviewPopulasi Target: Penduduk Desa Wonorejo Kecamatan Pasuruan yang rentan terjangkit penyakit DifteriPopulasi Terjangkau : Penduduk Desa Wonorejo Kecamatan PasuruanVariabel Independen : Pola hidup masyarakatVariabel Dependen : Jumlah penderita penyakit DifteriVariabel Kendali : Kecukupan gizi dan kebersihan lingkungan tempat tinggal penduduk Desa Wonorejo

JUDUL EPIDEMIOLOGI ANALITIKDampak Imunisasi DT Terhadap Penyakit Difteri yang Menyerang Bayi dan Anak-

anak di Sampang, Madura

Design : Case ControlPopulasi Target : Bayi dan anak-anak yang menderita penyakit Difteri Populasi Terjangkau : Bayi dan anak-anak yang di imunisasi DT di Sampang, MaduraVariable Independen : Dampak imunisasi DT Variable Dependen : Penyakit difteri Variable Kendali : Usia bayi dan anak-anak

JUDUL EPIDEMIOLOGI ANALITIK

Hubungan Antara Pemberian Imunisasi DPT dengan Penyakit Difteri pada Bayi dan Anak-

Anak di Sampang, Madura

Design : Cross sectionalPopulasi Target : Bayi dan anak-anak di Sampang, MaduraPopulasi Terjangkau :bayi dan anak-anak yang di imunisasi DPT di Sampang, MaduraVariabel Independen : Imunisasi DPTVariabel Dependen :Penyakit difteriVariabel Kendali : Usia bayi dan anak-anak

JUDUL EPIDEMIOLOGI EKSPERIMENTALPengaruh Penyuluhan tentang Penyakit Difteri

terhadap Tingkat Kesehatan Masyarakat di Desa Dalisodo Kecamatan Wagir

Design : Community TrialPopulasi Target : Penduduk Desa Dalisodo Kecamatan Wagir yang rentan terjangkit penyakit DifteriPopulasi Terjangkau : Penduduk Desa Dalisodo Kecamatan Wagir Variabel Independen : Kesadaran penduduk dalam pentingnya pengetahuan penyakit DifteriVariabel Dependen : Ada tidaknya penurunan jumlah penderita penyakit DifteriVariabel Kendali : pengetahuan masyarakat

JUDUL EPIDEMIOLOGI EKSPERIMENTAL

Pengaruh Pembatasan Konsumsi Air Es Terhadap Penyakit Difteri di Desa Gondowangi Kecamatan Wagir

Design : Clinical TrialPopulasi Target : Penderita DifteriPopulasi Terjangkau : Penderita Difteri Desa Gondowangi Kecamatan Wagir Variabel Independen : Frekuensi konsumsi air esVariabel Dependen : Jumlah penderita penyakit DifteriVariabel Kendali :Pola dan frekuensi makan penduduk Desa Gondowangi Kecamatan Wagir

KESIMPULANDifteri/Diphteria adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae, yang umumnya menyerang membran mukosa yang melapisi hidung dan tenggorokan serta tonsilPenyebab penyakit difteri adalah Corynebacterium diphtheriae berbentuk batang gram positif, tidak berspora, bercampak atau kapsulNatural history penyakit difteri terdiri dari prepatogenesis, patogenensis dan pascapatogenesis Pencegahan penyakit difteri terdiri dari pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.

SARANKarena difteri adalah penyebab kematian pada anak-anak, maka disarankan untuk anak-anak wajib diberikan imunisasi yaitu vaksin DPT yang merupakan wajib pada anak, tetapi kekebalan yang diperoleh hanya selama 10 tahun setelah imunisasi. Sehingga orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali, dan harus dilakukan pencarian dan kemudian mengobati carier difteri dan dilkaukan uji schick.Selain itu juga kita dapat menyarankan untuk mengurangi minum es karena minum minuman yang terlalu dingin secara berlebihan dapat mengiritasi tenggorokan dan menyebabkan tenggorokan tersa sakit. Juga menjaga kebersihan badan, pakaian, dan lingkungan karena difteri mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Dan makanan yang dikonsumsi harus bersih yaitu makan makanan 4 sehat 5 sempurna.

TERIMA KASIH