difteria

23
DIFTERIA

Upload: rahmat-akmal

Post on 13-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

difteri

TRANSCRIPT

DIFTERIA

Suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebablan oleh Corynebacterium diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudo-membran pada kulit dan/atau mukosa.

DEFINISI

Corynebacterium diphtheriae :

- Kuman batang Gram (+)- Tidak bergerak- Pleomorfik - Tidak berkapsul- Tidak membentuk spora- Tahan dalam keadaan beku dan

kering- Susunan palisade, bentuk L

atau V- Sifatnya aerob

ETIOLOGI

Tipe gravis Intermedius Mitis

TIPE C.diphtheriae

Difteria tersebar luas di seluruh dunia Ditularkan dengan cara kontak dengan pasien atau karier

melalui droplet ketika batuk, bersin atau berbicara

EPIDEMIOLOGI

Kuman masuk melalui mukosa/kulit

melekat & berkembang biak pada permukaan mukosa saluran nafas bagian atas dan mulai memproduksi toksin yang merembes ke sekeliling

menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe

efek toksin pada jaringan tubuh manusia adalah hambatan pembentukan protein dalam sel

toksin difteri mula-mula menempel pada membran sel dengan bantuan fragmen B dan selanjutnya fragmen A akan masuk

PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Mengakibatkan inaktivasi enzim translokase melalui prosesNAD + EF2 (aktif) toksin ADP-ribosil-EF2 (inaktif) + H2 +Nikotinamid ADP-ribosil-EF2 yang inaktif menyebabkantranslokasi tidak berjalan

Tidak terbentuk rangkaian polipeptida yang diperlukan

Sel akan mati

Nekrosis tampak jelas di daerah kolonisasi kuman

Produksi toksin semakin banyak

Daerah infeksi semakin lebar dan terbentuklah eksudat fibrin

Faktor primer: imunitas pejamu terhadap toksin difteria, virulensi serta toksigenitas C. diphtheriae, dan lokasi penyakit secara anatomis

Faktor lain: umur, penyakit sistemik penyerta dan penyakit pada daerah nasofaring yang telah ada sebekumnya.

Masa tunas 2-6 hari Demam ≤ 38,9OC Keluhan & gejala lain tergantung pada lokalisasi penyakit

difteri

MANIFESTASI KLINIS

Menyerupai common cold Sekret hidung berangsur menjadi seroanguinus dan

kemudian mukopurulen Membran putih pada septum nasi

DIFTERIA HIDUNG

Anoreksia, malaise, demam ringan dan nyeri menelan Dalam 1-2 hari kemudian timbul membran yang melekat,

warna putih-kelabu dapat menutup tonsil dan dinding faring, meluas ke uvula dan palatum molle atau ke bawah ke laring dan trakea

Dapat timbul bullneck Pada kasus berat, dapat terjadi kegagalan pernafasan atau

sirkulasi Pada kasus ringan, membran akan terlepas dalam 7-10 hari

& penyembuhan sempurna

DIFTERIA TONSIL FARING

Perluasan difteria faring Gejala klinis sukar dibedakan dengan tipe infectious croups

yang lain, seperti nafas berbunyi, stidor progresif, suara parau dan batuk kering

Pada kasus berat, membran dapat meluas ke percabangan trakeo bronkial

DIFTERIA LARING

Terjadi pada 10 – 25 % penderita dengan difteri

Terjadi pada minggu ke-2 dan ke -3 Takikardi diluar proporsi demam

merupakan bukti toksisitas pada jantung Bunyi jantung melemah, irama gallop,

murmur sistolik

Miokardiopati Toksik

Terjadi 2-3 minggu sejak radang orofaring Hipestesia dan paralisis lokal palatum molle Neuropati kranial terjadi pada minggu ke 5 dan

menyebabkan paralisis okulomotorius Paralisis ekstremitas menyebabkan kelemahan otot

proksimal tungkai menyebab ar ke distal

Neuropati toksik

Ditegakkan berdasarkan px.fisik, oleh karena penundaan pengobatan akan membahayakan jiwa pasien

Identifikasi kuman secara fluorecent antibody technique Diagnosis pasti dengan dengan isolasi C. Diptheriae dengan

pembiakan pada media loeffler

DIAGNOSIS

Difteria hidung: common cold, sinusitis Difteria faring: tonsilitis membranosa akut oleh

Streptokokus, tonsilitis membranosa non-bakterial, pasca tonsilektomi

Difteria laring: laringitis Difteria kulit: impetigo

DIAGNOSIS BANDING

Imunisasi pasif: diperoleh secara transplasental dari ibu yang

kebal terhadap difteri sampai 6 bulan & suntikan antitoksin yang bertahan

selama 2- 3 minggu

Imunisasi aktif : diperoleh setelah menderita aktif yang nyata

atau inapparent infection serta imunisasi toksoid difteria

IMUNISASI

Uji kepekaan Shick : menentukan kerentanan terhadap difteriaDengan cara menyuntikkan toksin difteria yang dilemahkan secara intrakutan bila tidak punya kekebalan toksin menimbulkan nekrosis jaringan hasil (+)

Uji kepekaan Moloney : menentukan sensitivitas terhadap produk bakteri dari basil

difteria Dengan memberikan 0,1 ml larutan toksoid difteria secara intradermal (+) jika dalam 24 jam timbul eritema > 10 mm bahwa orang tsb telah memiliki pengalaman dengan basil difteria sebelumnya.

Tujuan : menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnya,

mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimal, mengeliminasi C. diphtheria

untuk mencegah penularan serta mengobati infeksi

penyerta dan penyulit difteria

PENGOBATAN

- Istirahat tirah baring > 2-3 minggu- Pemberian cairan serta diet yang adekuat- Khusus pada difteri laring dijaga agar nafas tetap bebas

serta dijaga kelembaban udara dengan humidifer

Pengobatan Umum

1) Antitoksin : Anti Diphtheria Serum (ADS) • Dosis ADS diberikan berdasarkan lokasi• Difteri hidung 20.000 KI • Difteri tonsil 40.000 KI• Difteri faring 40.000 KI• Difteri laring 40.000 KI• Difteri + penyulit, Bullneck 80.000 – 120.000 KI• Terlambat berobat 80.000 – 120.000 KI

◦ Pemberian ADS intravena dalam larutan garam fisiologis

atau 100 ml glukosa 5% dalam 1-2 jam

Pengobatan Khusus

2) Antibiotik

- untuk membunuh bakteri dan menghentikan produksi toksin- Penisilin Prokain 50.000–100.000 IU/kgBB/hari selama 10 hari- bila alergi Penisilin, diberikan Eritromisin 40 mg/kgBB/hari

Menjaga kebersihan dan memberikan pengetahuan tentang bahaya difteria bagi anak

Setelah anak menderita difteria kekebalan tubuh terhadap penyakit ini sangat rendah imunisasi

Imunisasi DPT

PENCEGAHAN

TERIMA KASIH