dikotomi pasar dan negara dalam perspektif liberalisme

9
Nama : Sri Rezeki NPM : 0806322962 Sumber : Balaam, David N. Dan Michael Vesseth, Introduction to International Political Economy (New Jersey: Prentice Hall Inc, 1996) hlm. 21-37. DIKOTOMI PASAR DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF LIBERALISME Liberalisme adalah salah satu perspektif ekonomi politik internasional. Liberalisme mulai dikenal dunia sejak dari abad ke 18 Perancis, abad ke 19 Inggris, dan hingga sekarang di abad ke 20. Tokoh- tokoh perspektif ini yang sangat terkenal diantaranya Adam Smith, David Ricardo, dan John Maynard Keyness, serta beberapa praktisi ekonomi politik terkemuka lainnya seperti Vaclav Havel. Liberalisme seperti halnya perspektif lainnya mengalami ketidakpastiaan personalitas, karena sering kali teori yang ada berbeda dengan kenyataannya. Contohnya saja, ”liberalisme” yang dikenal umum di Amerika Serikat adalah kepercayaan yang kuat terhadap negara dan peran negara dalam hal membantu masyarakat miskin dan menyelesaikan masalah sosial. Ironik memang jika kita bandingkan dengan kenyataan yang kita terima bahwa hampir semuanya bertolak belakang dengan teori dari liberal itu sendiri. Liberal yang biasa kita kenal dan ketahui adalah bentuk dari sistem dimana campur tangan pemerintah diminimalisir dan adanya kebebasan individu dari penindasan negara. Liberal percaya pada mengajak masyarakat ke dalam pasar bebas. Jadi dengan kata lain, liberal mempunyai banyak kesamaan dengan orang-orang yang dikenal sebagai ”konservatif” di Amerika Serikat dan negara lainnya. Dalam mengetahui adanya perluasan pola liberalisme dari bentuk asli ke bentuk yang sekarang, Hukum Corn yang digunakan. Bagi praktisi ekonomi politik semacam Vaclav Havel, kata yang pantas disanjung adalah pasar dan satu 1

Upload: sri-rezeki

Post on 19-Jun-2015

857 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIKOTOMI PASAR DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF LIBERALISME

Nama : Sri Rezeki

NPM : 0806322962

Sumber : Balaam, David N. Dan Michael Vesseth, Introduction to International Political Economy (New

Jersey: Prentice Hall Inc, 1996) hlm. 21-37.

DIKOTOMI PASAR DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF LIBERALISME

Liberalisme adalah salah satu perspektif ekonomi politik internasional. Liberalisme mulai dikenal

dunia sejak dari abad ke 18 Perancis, abad ke 19 Inggris, dan hingga sekarang di abad ke 20. Tokoh-tokoh

perspektif ini yang sangat terkenal diantaranya Adam Smith, David Ricardo, dan John Maynard Keyness,

serta beberapa praktisi ekonomi politik terkemuka lainnya seperti Vaclav Havel. Liberalisme seperti halnya

perspektif lainnya mengalami ketidakpastiaan personalitas, karena sering kali teori yang ada berbeda dengan

kenyataannya. Contohnya saja, ”liberalisme” yang dikenal umum di Amerika Serikat adalah kepercayaan

yang kuat terhadap negara dan peran negara dalam hal membantu masyarakat miskin dan menyelesaikan

masalah sosial. Ironik memang jika kita bandingkan dengan kenyataan yang kita terima bahwa hampir

semuanya bertolak belakang dengan teori dari liberal itu sendiri.

Liberal yang biasa kita kenal dan ketahui adalah bentuk dari sistem dimana campur tangan

pemerintah diminimalisir dan adanya kebebasan individu dari penindasan negara. Liberal percaya pada

mengajak masyarakat ke dalam pasar bebas. Jadi dengan kata lain, liberal mempunyai banyak kesamaan

dengan orang-orang yang dikenal sebagai ”konservatif” di Amerika Serikat dan negara lainnya. Dalam

mengetahui adanya perluasan pola liberalisme dari bentuk asli ke bentuk yang sekarang, Hukum Corn yang

digunakan. Bagi praktisi ekonomi politik semacam Vaclav Havel, kata yang pantas disanjung adalah pasar

dan satu kata yang pantas dikutuk adalah negara. Menurut Havel, pasar adalah natural, esensi kehidupan,

sedangkan negara adalah keangkuhan dan menakutkan. Havel merupakan tokoh yang hidup pada abad ke 19

dimana pada saat itu, negaranya Cekoslovakia menerapkan sistem perekonomian yang mengkombinasikan

negara dan pasar dalam satu bentuk rezim komunis yang kaku dan otoriter. Menurut Havel, pasar mewakili

kebebasan individu yang tidak diakui oleh komunis. Sebenarnya pemikiran Havel ini merupakan gema dari

pemikiran Francois Quesnay, seorang Filosof Perancis yang disebut ”Physiocrat” yang terkenal dengan

mottonya yaitu ”Laissez Faire, laissez passer” yang artinya ”biarkan, biarkan saja berlalu” dan terkandung

dalam semangat ”Lepaskan, tinggalkan kami sendiri”. Quesnay mengutuk intervensi negara dalam pasar.

Gema pemikiran Quesnay ini juga muncul dalam tulisan Adam Smith (1723-1790), Bapak Ekonomi

Modern. Smith, dalam tulisannya di The Wealth of Nations, berbicara tentang kebebasan individu dan

entrepreneur. Menurut Smith, setiap individu menginginkan keuntungan terbesar dari setiap modal yang dia

keluarkan. Keuntungan ini bersifat individual bukan untuk masyarakat.

Adam Smith dan Vaclav Havel menjelaskan tema yang sama, di satu sisi, mereka mengakui

penghormatan, kekaguman, dan mencintai pasar. Dengan teori mereka masing-masing, yaitu Smith dengan

1

Page 2: DIKOTOMI PASAR DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF LIBERALISME

”Invisible Hand” dan Havel dengan ”Essence of Life.” Di sisi lain, mereka sama-sama tidak menyukai

negara. Menurut Smith, negara adalah berbahaya dan tidak dapat dipercaya, sedangkan menurut Havel,

negara adalah angkuh dan menyeramkan. Mereka berdua sama-sama mendukung terciptanya dunia ”Laissez

Faire” untuk inisiatif individu, kepemilikan pribadi, dan rendahnya intervensi pemerintah. Negara yang

dimaksud oleh Smith disini adalah jenis negara merkantilis yang ada pada abad ke 18, dimana negara

tersebut dibangun berdasarkan prinsip yang kuat bahwa kepentingan nasional harus dilayani dengan sebaik-

baiknya dan kekuatan negara dibutuhkan untuk menciptakan kesejahteraan yang pada akhirnya akan

meghasilkan kekuatan yang lebih besar lagi.1 Menurut Smith, kemerdekaan individu dalam pasar

menghasilkan alternatif terbaik dalam menghindari penyalahgunaan kekuatan negara. Seperti yang kita

saksikan saat ini, ada banyak negara yang mengganti sistem perekonomiannya dari sistem ekonomi politik

yang terlalu didominasi negara dengan sistem ekonomi politik yang lebih bebas dan minimnya peran negara.

Contohnya saja India dan Meksiko, bahkan China juga menggunakan pasar untuk mengkombinasikan sistem

ekonomi politiknya dengan semangat insiatif individual. Sedangkan jenis negara yang dimaksud oleh Havel

adalah jenis negara komunis sejak akhir Perang Dunia II hingga periode tahun 1989. Isu dunia sekarang

telah dipenuhi dengan transisi bentuk komunis kaku ke bentuk pasar yang lebih fleksibel. Negara-negara

komunis misalnya saja negara-negara bekas Soviet Union, termasuk Rusia, dan anggota Pakta Warsawa,

termasuk Hungaria, Poalndia, Jerman Timur, Ceko dan Slovakia sekarang telah beralih ke bentuk negara

yang menekankan pada pasar dan minimnya peran pemerintah.

AKAR PERSPEKTIF LIBERAL

Perspektif liberal adalah perspektif yang sederhana yang melihat individu dan negara dalam cara

yang berbeda dari perspektif merkantilis. Pandangan liberal melihat dengan jelas bagian-bagian

yangterlewatkan oleh perspektif merkantilis, namun juga liberal kehilangan pemahaman nilai-nilai dalam

pandangannya. Dalam hal kooperatif, dua sifat pemikiran liberal adalah mengakui semua kemerdekaan

individu dan mewaspadai penyalahgunaan kekuasaan negara.2 Dalam jargon ekonomi politik, liberal

berpikir bahwa masyarakat berada dalam sebuah positive-sum game. Maksudnya adalah semua orang

mendapatkan keuntungan satu sama lain. Contohnya saja cinta dan pertukaran barang dan jasa yang saling

menguntungkan. Misalnya, jika Anda menginginkan apel dibandingkan pear dan saya menginginkan pear

dibandingkan apel, maka kita dapat saling menukar buah tersebut dan masing-masing mendapatkan

keuntungan dari pertukaran tersebut. Hal ini tentu saja berbeda dengan pandangan merkantilis. Merkantilis

lebih melihat hidup sebagai zero-sum game, dimana jika satu pihak mendapatkan keuntungan lebih, maka

pihak lain akan mendapatkan keuntungan yang lebih sedikit. Poker dan pembagian pie pizza adalah salah

satu contoh dari zero-sum game.

Liberal melihat ketegangan dasar antara negara dan pasar adalah meupakan sebuah konflik antara

paksaan dan kebebasan, otoritas dan hak individual, dogma otokratik dan logika rasional. Sedangkan pasar

1 Diakses dari http://mises.org/daily/1957 pada tanggal 6 Maret 2010 pukul 17.112 Diakses dari http://www.wilsoncenter.org/index.cfm?fuseaction=wq.print&essay_id=8468&stoplayout=true pada tanggal 6 Maret 2010 pukul 17.37.

2

Page 3: DIKOTOMI PASAR DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF LIBERALISME

merupakan distilasi nilai dan karakteristik yang mengagumkan. Pasar bebas hanya merupakan salah satu dari

pandangan liberal, namun merupakan bagian yang sangat penting. Peran negara menurut kaum liberal

terbatas pada tugas individual yang tidak dapat mereka lalukkan dengan sendirinya, seperti membangun

sistem legal, jaminan ketahanan nasional, dan menciptakan uang. Orang-orang sering menyebut liberalisme

sebagai ”liberalisme klasik” untuk membandingkannya dengan ”liberalisme modern”. Karena setiap orang

hidup dalam harmoni walaupun mereka berkompetisi, oleh karena itu Smith melihat negara tidak usah ikut

campur terlalu dalam.

PANDANGAN LIBERAL DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL

Perdagangan internasional menurut pandangan liberal adalah bentuk hubungan saling

menguntungkan bukan kompetisi yang kejam dalam mendapatkan kesejahteraan dan kekuatan. Kaum liberal

sangat tidak menyukai tarif terutama Adam Smith dan David Ricardo. Menurut Ricardo, di bawah sistem

komersial bebas yang nyaris sempurna, setiap negara akan menjalankan modal dan buruhnya ke dalam

bentuk usaha yang akan menguntungkan masing-masing pihak. Keuntungan individual berhubungan dengan

barang-barang universal dari seluruh dunia. Perdagangan bebas membuat negara-negara lebih efisien dan

efisiensi adalah kualitas nilai yang sebanding dengan kebebasan. Bangsa-bangsa di dunia ini kemudian

disatukan oleh produksi menjadi bagian dari ”masyarakat universal” dan tidak terpisah karena kepentingan

nasional mereka.

J. S MILL DAN EVOLUSI PERPEKTIF LIBERAL

Ekonomi politik internasional adalah lahan studi yang dinamik, dan pandangan liberal sendiri

mengalami perubahan dalam hal interaksi negara-pasar. Pandangan liberal sekarang lebih kompleks dan

menarik. Seorang intelektual pengembang pandangan liberalisme adalah John Stuart Mill (1806-1873).

Dalam bukunya, Principle of Political Economy with Some of Their Application to Social Philosophy

(1848), Mill mengatakan bahwa negara harus memberikan batasan dan mengambil aksi yang selektif dalam

meningkatkan pasar, mengoreksi kegagalan pasar atau kelemahannya daripada menerima pajak sosial. Mill

percaya bahwa negara sebainya ”Laissez-faire” dalam banyak hal namun tidak untuk semua aspek

kehidupan. Tugas negara menurut Mill adalah menyekolahkan anak-anak dan membantu orang miskin yang

mungkin individual tidak terlalu mampu dalam mempromosikan kesejahteraan sosial. Banyak kaum liberal

kontemporer percaya bahwa negara memiliki peran yang sama dalam memainkan peranannya sebagai

penjaga lingkungan, untuk mempromosikan pendidikan dan pelatihan, untuk meningkatkan transportasi dan

komunikasi, dan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan seni. Namun hal ini masih menjadi suatu hal

yang kontroversial. Dikarenakan masih banyak juga kaum liberal yang kontra terhadap keterlibatan negara

dalam penciptaan kesejahteraan sosial.

PERANG, DEPRESI DAN KEYNESS

Keyness juga merupakan salah satu tokoh dalam perkembangan ekonomi politik internasional dan

juga merupakan tokoh dalam menciptakan evolusi perspektif liberal. Perspektif ini kemudian kita kenal

sebagai Keynesian version of liberalism atau Keynesian Economic. Dalam pemikirannya, Keynesian

3

Page 4: DIKOTOMI PASAR DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF LIBERALISME

menggabungkan negara dan pasar dalam satu cara, dengan tetap memegang semangat Adam Smith yang

percaya pada “invisible hand” namun tetap membutuhkan peran negara yang dibatasi. Pandangannya

terbentuk pada saat Perang Dunia I, kemunculan Negara Soviet Union berpaham Marxis-Lenin, dan depresi

hebat pada periode tahun 1930an. Keynes melihat Leninisme sebagai satu agama dengan kekuatan emosi

yang sangat besar-yang kurang ada dalam kapitalisme-dan bukanlah suatu teori ekonomi politik. Dia

menemukan mengapa rezim Soviet sangat represif karena kebebasan individual tidak dapat ditolerir. Keynes

adalah seorang liberal sama halnya seperti Smith dan Havel ataupun tokoh-tokoh liberal lainnya, namun

Keynes merupakan tokoh liberal yang kritis, dia menyatakan bahwa Great Depression pada tahun 1930an

merupakan kesalahan dari ekstrimisme liberal. Dalam pandangan Keynes, individual dan pasar cenderung

membuat kesimpulan yang terkadang tidak bijak ketika berhadapan dengan situasi dimana masa depan tidak

dapat diramal dan tidak ada cara yang efektif untuk berbagi resiko atau berkoordinasi atau aksi yang chaos.

Dengan kata lain, menurut Keynes negara dapat sebaiknya menggunakan kekuatannya untuk

mempertahankan dan mengembangkan pasar, namun tetap tidak seagresif merkantilis, karena walau

bagaimanapun, Keynes tetaplah seorang liberal yang lebih cnederung memihak pasar daripada negara. Atas

pemikiran Keynes inilah kemudian dibentuk banyak institusi modern, dimulai dari sistem keuangan dan

perdagangan internasional hingga program insuransi pengangguran, pengamanan sosial, dan insuransi

deposito bank. Bentuk dari kompleksitas pandangan dari Keynes ini membentuk generasi baru dunia

ekonomi politik internasional, ketika hal tersebut terangkum dalam sistem Bretton Woods. Sistem Bretton

Woods dikenal sebagai Keynessian Compromise atsu sistem yang terintegrasi dalam liberalisme, dengan

pembukaan pasar dan perdagangan bebas. Dalam sistem ini, setiap negara dapat menjalankan kebijakan

domestiknya yang Keynes sebut sebagai dukungan dalam moderating inflasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa

Bretton Woods adalah bentuk dari kompromisasi antara sebuah pasar yang kuat dengan negara yang kuat

atau sebuah negara kuat yang terintegrasi dalam pasar yang kuat. Dalam sistem Bretton Woods ini, liberal

dalam IPE tidak lagi berupa negara vs pasar namun lebih kepada bentuk intervensi negara dalam semua

sistem pembukaan pasar. Perbedaan antara liberalisme dan merkantilisme masih terlihat secara umum

namun sudah tidak jelas dalam penempatannya.

LIBERAL MELIHAT HEGEMONI

Seperti halnya Keynesian, teori liberal hegemonic stability didasarkan pada kekuatan dan resiliansi

dari pasar sebagai bentuk dari organisasi ekonomi dan sosial. Dimana Keynesia menekankan bahwa negara

harus aktif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas, sedangkan teori stabilitas hegemoni

menekankan pada negara-hegemon-membutuhkan tempat bersandar dalam perannya secara internasional

jika pasar mencapai potensinya. Keynesian menekankan pada kebijakan domestik, sedangkan stabilitas

hegemoni menekankan pada kebijakan internasional. Reagan dan Thatcher adalah pemikir neoliberalisme

atau neokonservatisme. Bentuk dari pemikiran ini adalah dengan meminimalisir peran negara dalam sektor

swasta. Contohnya saja pemotonga pajak dan deregulasi pasar. Deregulasi dan privatisasi adalah wacana

baru sejak permulaan tahun 1990an.

4

Page 5: DIKOTOMI PASAR DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF LIBERALISME

PANDANGAN PENULIS

Layaknya perspektif-persfektif ekonomi lainnya, liberalisme tentu memiliki kelebihan dan

kelemahannya tersendiri. Walupun memang sejarah membuktikan bahwa sistem perekonomian liberal

dianggap lebih unggul-dibuktikan dengan kejatuhan komunis pada akhir tahun 1989-dibandingkan

perekonomian merkantilis, namun tidak dapat dikatakan bahwa perspektif liberal hampir tanpa celah. Ada

banyak indikator yang menunjukkan bahwa sistem ekonomi liberal dinilai cukup gagal menciptakan

kemakmuran diantaranya dengan terjadinya ”hantaman” badai krisis finansial yang melanda dunia pada

periode tahun 1930an dan penghujung tahun 2008. Asas kebebasan yang terdapat dalam paham liberal

memang sangat berguna karena inovasi dan kreatifitas tercipta karena seseorang merasa bebas untuk

mengekspresikan dirinya, begitu juga halnya yang terjadi dalam pasar. Adanya kreatifitas dan inovasi

menyebabkan timbulnya banyak pilihan barang bagi konsumen. Banyaknya pilihan sendiri bagi kaum liberal

adalah kesejahteraan tersendiri.

Namun akan sangat bahaya jika individu atau swasta benar-benar dibiarkan sendiri. Bagaimanapun

negara mutlak diperlukan untuk melindungi sektor-sektor yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak,

karena kalau kita kembalikan lagi ke konsep neoliberalisme dimana semua sektor adalah sumber laba

korporasi, maka tidak akan ada yang menjamin kberlangsungan hidup kaum-kaum miskin. Disinilah peran

negara diperlukan. Penulis cenderung setuju dengan pendapat Keynes bahwa antara pemerintah dan swasta

harus bekerjasama satu sama lain, jadi swasta tidak dibebaskan sebebas-bebasnya, karena negara tetap

berperan dan dibutuhkan sebagai ”pelayan” rakyat. Negara tetap wajib ikut campur dalam perekonomian

walaupun mungkin porsinya tidak seagresif dalam sistem perekonomian merkantilis.

Jika negara tidak dapat mengontrol pihak swasta dengan baik, yang akan terjadi adalah krisis hebat

yang melanda dunia ataupun yang terjadi adalah kebeabasan yang membawa kepada ”kebablasan” seperti

halnya perdagangan bebas yang dianut oleh negara-negara yang bahkan belum terlalu siap untuk membuka

pasarnya namun tetap bersikeras untuk membuka pasarnya. Contohnya saja Indonesia, dengan keadaan

perekonomian yang masih labil, seharusnya Indonesia jangan terlalu gegabah dalam membuka pasar karena

start Indonesia dan start negara-negara maju tentu sangat jauh berbeda. Mereka (negara maju) telah lama

berada dalam arena perdagangan bebas dan telah memiliki cukup pengalaman sedangkan Indonesia

hanyalah ”anak bawang” yang mencoba untuk ikut dalam permainan negara-negara maju, sehingga hasilnya

adalah Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi negara-negara maju itu.

Pada akhirnya menurut penulis tidak ada satu pun teori yang mutlak benar dan mutlak salah, yang

ada adalah kemampuan kita dalam memilih dan memodifikasi teori tersebut sehingga cocok untuk

diterapkan dalam perekonomian kita, karena jika salah stance atau hanya ikut-ikutan maka yang akan

menjadi korban adalah kita sendiri bukan negara lain. Oleh karena itu yang harus dilakukan adalah memilih

dengan cermat, beradaptasi dengan baik dan lakukan dengan tepat, dengan cara itu satu negara tidak akan

menjadi objek semata, namun juga bisa menjadi subjek aktif dalam perekonomian internasional.

5