direct democracy
DESCRIPTION
Review Demokrasi Langsung. Berdasarkan 'Direct Democracy: The International IDEA Handbook’TRANSCRIPT
1. Mengapa ada tuntutan demokrasi langsung?
Menurut ‘Direct Democracy: The International IDEA Handbook’, demokrasi langsung ini
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan. Demokrasi langsung diharapkan
dapat menyelesaikan permasalahan di masing-masing negara tentang demokrasi. Contohnya
dengan cara pemilihan umum. Rakyat diberi kewenangan untuk ikut berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan, pembuatan undang-undang, dan penentuan kebijakan bagi mereka
sendiri. Demokrasi langsung memberikan hak bagi mereka untuk mendapatkan pilihan atas
hal-hal tersebut diatas.
Dicontohkan dalam buku ini, Swiss menerapkan demokrasi langsung karena adanya
inisiatif untuk mengubah referendum konstitusi wajib mereka pada tahun 1848 dan
referendum konstitusi pilihan pada tahun 1874 serta inisiatif warga sendiri pada tahun 1891.
Referendum mengenai penjanjian internasional juga diperkenalkan pada tahun 1921 yang
memungkinkan warga untuk terlibat dalam keputusan-keputusan kebijakan luar negeri.
Namun Swiss masih dalam status sedang mempersiapkan diri untuk bergabung dengan
International IDEA.
Sedangkan di Oregon, salah satu negara bagian Amerika Serikatdemokrasi langsung hadir
karena William O’ren, yang bertugas sementara di pemerintahan legislatif Oregon, hampir
seorang diri bertanggung jawab untuk pengenalan hak warga Oregon dalam menentukan
hukum mereka sendiri melalui inisiatif mereka pada akhir abad ke-19.
Di Hungaria, demokrasi langsung mulai berkembang karena kegagalan parlemen dalam
menafsirkan undang-undang dan memimpin negara. Parlemen gagal untuk menangani kasus-
kasus dengan benar dan sering beralih ke Mahkamah Konstitusi, menyinggung masalah
penafsiran konstitusi. Selain Hungaria, masih banyak pula contoh dari negara-negara yang
tergabung dalam IDEA yang diberikan oleh handbook ini.
Jadi kesimpulannya, tuntutan demokrasi langsung ada karena berbagai alasan tergantung
permasalahan di negara masing-masing. Salah satunya, pemerintahan dan lembaga-lembaga
demokrasi formal, termasuk lembaga perwakilan, tidak berfungsi dengan baik. Mayarakat
berpendapat kegagalan pemerintahan dan lembaga perwakilan berfungsi selama ini adalah
karena diabaikannya partisipasi warga dan kelompok-kelompok marjinal (popular
participation) dalam proses politik.
Secara lebih spesifiknya, lembaga-lembaga perwakilan formal yang didominasi oleh elit-
elit otoritarian dan klientelistik tradisional menyebabkannya kehilangan kemampuan untuk
merespresentasikan kepentingan masyarakat.
Selain itu, demokrasi langsung ini juga dapat berasal dari tuntutan pemerintahnya sendiri
karena pemerintah merasa tidak mampu mengatur negaranya dan membutuhkan bantuan atau
partisipasi warganya agar pemerintahan dapat berjalan dengan baik.
Selain itu, pengalaman negara lain juga dapat menjadi alasan dipilihnya demokrasi
langsung sebagai sistem pemerintahan suatu negara.
Yang menjadi ciri khas dari munculnya demokrasi langsung berdasarkan yang dijelaskan
oleh buku ini adalah adanya revisi atau perbaikan undang-undang negara mereka. Dan
demokrasi langsung mereka awalnya ditandai dengan pengumpulan tanda tangan sebagai
partisipasi warga dalam menunjukkan persetujuan mereka terhadap suatu kebijakan atau
undang-undang.
2. Ketika demokrasi langsung menggantikan demokrasi perwakilan, maka dimanakah
posisi demokrasi langsung?
Ketika demokrasi langsung menggantikan demokrasi perwakilan, demokrasi langsung
akan sangat membantu pemerintahan. Seperti yang sudah dijelaskan di nomor sebelumnya,
dengan partisipasi warga yang lebih banyak dan nyata, akan menciptakan pemerintahan yang
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan warganya.
Dalam masa transisi, untuk menerapkan demokrasi langsung akan membutuhkan banyak
biaya. Pemerintah juga harus memberikan pendidikan olitik pada warganya agar dapat
menjadi partisipan yang cerdas dalam menjalankan demokrasi, contohnya sebagai pemilih.
Keberadaan demokrasi langsung ini akan menggeser demokrasi perwakilan secara
perlahan namun pasti. Dengan semakin cerdasnya masyarakat yang diberi pengenalan tentang
demokrasi langsung, mereka dapat menilai kelayakan pemerintah mereka dalam mempimpin
mereka. Misalnya saja, dalam demokrasi langsung, warga negara diberi hak untuk memilih
pemimpin wakil mereka sebagai pemerintah. Seandainya telah terpilih nanti, warga negara
juga berhak mengawasi kinerja wakil mereka. Dan apabila ditemukan pelanggaran, tentu hal
itu akan dilaporkan kepada yang berwajib.
Hal ini menggeser demokrasi perwakilan. Demokrasi dijalankan secara langsung, namun
tetap diperlukan wakil dari masyarakat untuk membantu mereka dalam menjalankan
pemerintahan.
Demokrasi perwakilan mulai dikenal sebagai demokrasi semu dengan adanya demokrasi
langsung yang lebih nyata dirasakan oleh warga negara. Meskipun dalam handbook
menjelaskan segala kebaikan demokrasi langsung agar dapat diterapkan oleh negara lain,
demokrasi juga menimbulkan dampak yang cukup buruk dengan menggeser demokrasi
perwakilan. Contohnya sebagai berikut:
Pertama, high cost. Yaitu untuk proses pencalonan dan pelaksanaan demokrasi langsung
itu sendiri, biaya yang dibutuhkan sangat besar bagi sang calon atau kandidat dan penyediaan
fasilitas untuk menjalankan demokrasi langsung.
Kedua, terjadinya money politik karena ketika peemilihan umum tidak diikuti dengan
partisipasi politik masyarakat yang murni dan bahkan masyarakat cenderung apatis sehingga
harus dimobilisasi. Dengan penggerakan massa melalui mobilisasi, maka peristiwa money
politik tidak dapat dihindari. Bentuk money politik bisa terjadi dalam berbagai cara seperti
sumbangan dan lain sebagainya.
Ketiga, terjadinya konflik cenderung kearah konflik horizontal antar pendukung calon di
berbagai daerah.
Keempat, terjadi perubahan orientasi berpikir para pemimpin daerah yang telah
mengeluarkan biaya sangat besar selama pemilihan berlangsung, yaitu bagaimana upaya
mengembalikan modal yang telah dikeluarkan atau return of investement (roi), dengan segala
cara melalui penggunaan anggaran belanja daerah.
Melihat penjelasan fenomena diatas, ide penerapan demokrasi jika dalam perspektif
melihat sejarah di dunia sejak abad ke-18 sampai dengan saat ini abad ke-21, menimbulkan
berbagai bentuk penafsiran dan hasil yang berbeda dari masing-masing negara. Negara yang
sudah maju seperti yang tergabung dalam IDEA secara relatif hasil pelaksanaan
demokrasinya cukup signifikan dalam upaya membangun kesejahteraan warga negaranya.
Namun bagi negara berkembang pelaksanaan demokrasi sering menimbulkan hasil yang tidak
sebanding dengan tujuan demokrasi, yaitu konflik yang berkepanjangan dan bahkan
berpotensi timbulnya disintegresi. Dengan demikian terkadang sering menjadi bahan
renungan dan muncul godaan pemikiran yang skeptis bahwa demokrasi sebagai sebuah
konsep apakah masih bersifat absurd, atau memang demokrasi membutuhkan kondisi dan
persyaratan yang rumit dan kompleks yang belum bisa dipenuhi oleh masyarakat dan bangsa
yang sedang berkembang contohnya seperti Indonesia.
3. Bagaimana bentuk demokrasi langsung terhadap negara kontemporer?
Memasuki abad ke-20 transisi menuju demokrasi di banyak negara tidak dapat dihindari,
sebagai hasil dari bermacam peristiwa seperti perang, revolusi, dekolonisasi, serta situasi
ekonomi dan agama. Dengan terjadinya Perang Dunia I yang mengakibatkan runtuhnya
kekaisaran Austro-Hungaria serta Ottoman, maka muncul banyak negara kecil di Eropa yang
terhitung demokratis secara nominal. Pada tahun 1920, demokrasi mulai menjamur namun
sejalan dengan terjadinya Depresi pada masa itu, demokrasi pun menjadi ujung dari
kekecewaan.
Banyak negara baik di Eropa, Amerika Latin dan Asia beralih kepada pemerintahan orang
kuat atau kediktatoran. Fasisme kemudian subur di Jerman, Italia, Spanyol dan Portugal. Hal
yang sama juga terjadi di negara-negara Balkan, Brazil, Kuba, Cina dan Jepang dimana
muncul pemerintahan yang non demokratis. Baru setelah usai Perang Dunia II,
kecenderungan semacam itu kemudian kembali berbalik. Anggapan terhadap suksesnya
demokratisasi yang dilakukan oleh negara-negara pemenang perang yakni Amerika Serikat,
Inggris dan Prancis membuat Austria, Italia dan Jepang menjadi model teori perubahan rejim.
Sementara disisi lain negara-negara Eropa Timur masuk ke dalam blok komunis Uni Soviet.
Usainya Perang Dunia II di satu sisi juga berdampak terhadap proses dekolonisasi.
Banyak negara baru yang muncul serta memiliki konstitusi yang terhitung demokratis secara
nominal. Sementara di sisi lain, negara-negara barat mulai mengembangkan bentuk negara
kesejahteraan yang mencerminkan konsensus umum antara para pemilih dalam pemilihan
umum dengan partai politik. Di tahun 1960-an pertumbuhan ekonomi yang tinggi di negara-
negara Barat semakin membuat kontrol negara terhadap ekonomi semakin berkurang. Pada
masa ini, semakin banyak negara di dunia yang secara nominal mengklaim dirinya
demokratis meskipun masih jauh dari proses yang sesungguhnya.
Baru di tahun 1980-an proses demokratisasi memberikan warna yang lebih liberal dengan
terjadinya pemindahan kekuasaan dari tangan rejim militer ke pemerintahan sipil di negara-
negara seperti Spanyol, Portugal, Argentina, Bolivia, Brazil. Resesi ekonomi dan
ketidakpuasan terhadap penindasan rejim komunis di akhir masa ini juga membuat runtuhnya
Uni Soviet, mengakhiri Perang Dingin dan pembebasan negara-negara Eropa Timur. Tren
seperti ini masih terus berlangsung hingga tahun 1990-an dengan terjadinya perubahan baik
secara gradual maupun revolusi di berbagai negara seperti Indonesia, Yugoslavia, Georgia,
Ukraina, Lebanon dan terutama di negara-negara maju seperti negara anggota IDEA. Di
tahun 2000-an, tidak kurang hampir seluruh negara di dunia sudah menjadi demokratis secara
nominal, kecuali empat negara yang memang tidak mengklaim dirinya demokratis yakni
Vatikan, Saudi Arabia, Myanmar dan Brunei.
Demokrasi langsung pada negara-negara maju seperti anggota IDEA telah lama dikenal
oleh negara-negara maju sistem demokrasinya yang akrab, bahkan telah dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun sebenarnya demokrasi langsung ini sulit atau bahkan tidak
mampu dipraktekan di negara yang luas atau yang memiliki keberagaman. Maka dari itu
memang sewajarnya demokrasi langsung dijalankan di negara maju yang kehidupannya
sudah stabil.
Demokrasi langsung yang cukup berhasil bisa diambil contoh di wilayah Switzerland.
Mengubah bentuk demokrasi murni ini masih berlaku di Switzerland dan beberapa Negara
yang didalamnya terdapat bentuk referendum dan inisiatif. Dibeberapa Negara sangat
memungkinkan bagi rakyat untuk memulai dan mengadopsi hukum, bahkan untuk
mengamandemengkan konstitusional dan menetapkan permasalahan publik politik secara
langsung tampa campur tangan representative.
4. Apa dampak demokrasi langsung terhadap sistem perwakilan?
Ada dua kategori dasar dalam demokrasi yaitu demokrasi langsung dan demokrasi
perwakilan. Dalam kategori demokrasi langsung setiap warga negara dapat ikut serta dalam
pembuatan keputusan negara, seperti halnya pada peristiwa di Athena kuno dimana mereka
dapat menjalankan system ini, dengan di hadiri kurang lebih 5000-6000 orang majelis, dalam
merumuskan suatu permasalahan diantara mereka. menurut hemat saya, demokrasi dengan
system langsung ini kurang sesuai bila mana diterapkan dalam suatu negara dengan jumblah
penduduk yang banyak.
Sedangkan untuk kategori kedua adalah demokrasi perwakilan yang mengngandung
pengertian sejumblah warga negara yang memiliki berbagai kepentingan dan tinggal di suatu
daerah atau distrik tertentu kemudian memberikan kedaulatan dirinya kepada individu atau
partai politik yang ia percayai, melalui pemilihan umum.
Sedangkan dilihat dari konsep perwakilan, terdapat dua tipe yang dapat menjelaskan
antara keterkaitan hubungan antara yang diwakili dengan yang mewakili adalah sebagai
berikut: Pertama, perwakilan tipe delegasi (mandat) memiliki konsep wakil rakyat terikat
dengan keinginan rakyat yang di wakili. Fungsi dari wakil rakyat tipe ini adalah menyuarakan
pendapat dan keinginan pemilih yang memiliki suara mayoritas di dalam konsituen, bila
mana wakil rakyat tidak sepaham dengan keinginan para pemilih maka ia hanya memiliki dua
pilihan, yakni mengikuti keinginan para pemilih atau mengngundurkan diri.
Sedangkan tipe yang kedua adalah tipe trustee (independen) berpendirian, wakil rakyat di
pilih berdasarkan pertimbangan yang bersangkutan dan memiliki kemampuan
mempertimbangkan secara baik (good judgment). Untuk itu untuk dapat melakukannya maka
wakil rakyat memerlukan kebebasan dalam berfikir dan bertindak. Karena tipe perwakilan ini
memiliki pemikiran bahwa para wakil rakyat memiliki tugas untuk memperjuangkan
kepentingan nasional.
Selain dua tipe yang telah di jabarkan di atas, ada keterkaitan antara perwakilan politik,
peran partai dan sistem demokrasi adalah pertama, pendangan yang menyatakan bahwa wakil
rakyat memiliki fungsi sesuai dengan program partai. Kedua, partai merupakan penghubung
antara kepentingan lokal dengan kepentingan nasional sehingga memilih partai berarti
mendukung program nasional dan dengan melaksanakan program partai wakil rakyat
melaksanakan kepentingan nasional. Ketiga, adanya suatu pandangan yang menyatakan
partai politik tidak selalu menyangkut kepentingan nasional, seharusnya wakil rakyat
sebagian terikat dengan program partai tetapi di sisi lainnya wakil rakyat haruslah
mementingkan kepentingan nasional. Dan yang keempat, pandangan yang melihat dari
perspektif kepentingan siapa yang lebih di dahulukan atau kepentingan daerah (distrik) atau
kepentingan nasional (bangsa-negara).
Jadi dengan adanya demokrasi langsung, pemerintahan jadi semakin mudah dan benar-
benar demokratis. Sistem perwakilan di negara yang menjalankan demokrasi langsung seperti
negara-negara IDEA dapat berjalan dan terwakili dengan baik tanpa mengesampingkan hak
warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.
Pandangan masyarakat terhadap pemerintahan di abad 20 adalah memandang pemerintah
sebagai sumber jalan keluar dari permasalahan yang di hadapi rakyat. Masyarakat yang sadar
akan politiknya, mereka cenderung memandang pemerintah sebagai pihak yang bertanggung
jawab atas permasalahan yang di hadapi rakyat. Masyarakat yang sadar akan politik, seperti
masyarakat-masyarakat di negara-negara IDEA seperti Australia, Barbados, Belgia,
Bostwana, Kanada, Chili, Kosta Rika, Denmark, Finlandia, Jerman, India, Mauritius,
Namibia, Belanda, Norwegia, Meksiko, Portugal, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia dan
Uruguay, menganggap lembaga-lembaga Negara memiliki fungsi untuk menampung dan
mengimplikasikan tuntutan dari berbagai golongan masyarakat, selanjutnya mereka memiliki
suatu kewajiban untuk membuat kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Karena, masyarakat ini memandang tidak ada perundang-undangan tampa
melalui pembahasan dan persetujuan badan perwakilan rakyat.
Pertanyaan tentang dampak demokrasi langsung terhadap sistem perwakilan ini
sebenarnya sangat berhubungan dengan pertanyaan tentang posisi demokrasi langsung dalam
menggantikan demokrasi perwakilan. Jadi untuk lebih jelasnya dapat dihubungkan dengan
jawaban dari pertanyaan tersebut.
Demokrasi dan Demokratisasi
Review of ‘Direct Democracy: The International IDEA Handbook’
Meyrza Ashrie Tristyana
070913042
Departemen Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIVERITAS AIRLANGGA 2011