disparitas putusan sanksi denda pada...
TRANSCRIPT
DISPARITAS PUTUSAN SANKSI DENDA PADA
PERSEKONGKOLAN TENDER
(Studi Putusan MA Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
OLEH :
NANDA NARENDRA PUTRA
NIM : 1111048000045
K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S
P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1436 H/ 2015 M
DISPARITAS PUTUSAN SANKSI DENDA PADA
PERSEKONGKOLAN TENDER
(Studi Putusan MA Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
Nanda Narendra Putra
Nim : 1111048000045
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum Nur Habibi, S.HI., M.H.
NIP. 196509081995031001 NIP.197608172009121005
K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S
P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1436 H/ 2015 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar strata I (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Februari 2015
Nanda Narendra Putra
v
ABSTRAK
NANDA NARENDRA PUTRA. NIM 1111048000045. DISPARITAS
PUTUSAN SANKSI DENDA PADA PERSEKONGKOLAN TENDER (Studi
Putusan MA Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013). Program Studi Ilmu Hukum,
Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1436H/ 2015M. xii + 87 halaman + 5 halaman
Daftar Pustaka + Lampiran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang disparitas sanksi denda
administratif pada kasus persekongkolan tender di Indonesia, khususnya pada
upaya hukum Keberatan pada Pengadilan Negeri hingga Kasasi pada Mahkamah
Agung dalam Putusan Mahkamah Agung Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-
KPPU/2013. Dalam penelitian ini akan dibahas faktor-faktor apa yang
menyebabkan terjadinya disparitas dalam menjatuhkan sanksi denda administratif
mulai dari penanganan perkara oleh Komisi Pengawas Perasaingan Usaha
(KPPU), upaya Keberatan pada Pengadilan Negeri, dan upaya Kasasi pada
Mahkamah Agung.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Yuridis
Normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat
dalam peraturan perundang-undangan. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini, diantaranya Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach),
Pendekatan Sejarah (Historycal Approach) dan Pendekatan Kasus (Case
Approach). Undang-undang yang digunakan, diantaranya Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama ini disparitas besaran nilai
sanksi denda administratif dalam kasus Persekongkolan Tender terjadi karena
perbedaan pendapat Majelis Komisoner KPPU dan Majelis Hakim pada
Mahkamah Agung dalam memberikan pertimbangan . Selain itu juga secara
yuridis rumusan norma dalam Pasal 47 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999 tentang
sanksi denda administratif membuat potensi penjatuhan sanksi denda yang
bervariasi (disparitas).
Kata kunci : Disparitas, Sanksi Denda, Persekongkolan Tender, KPPU,
Putusan Mahkamah Agung.
Pembimbing : Drs. Abu Tamrin, SH., M.Hum.
Nur Habibi, SH.I., MH.
Daftar Pustaka : Tahun 1986 sampai Tahun 2013
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam yang hanya dengan
hidayah dan nikmat dari-Nya lah skripsi penulis yang berjudul ”DISPARITAS
PUTUSAN SANKSI DENDA PADA PERSEKONGKOLAN TENDER (Studi
Putusan MA Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013)” dapat terselesaikan dengan
baik. Ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada Nabi Muhammad
Saw. beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Tidak mudah bagi penulis untuk membuat membuat karya seperti ini
dikarenakan berbagai keterbatasan yang dimiliki, namun hal ini penulis jadikan
motivasi rangkaian pengalaman hidup yang berharga. Selesainya penelitian ini
tidak terlepas dari elaborasi keilmuan yang penulis dapatkan dari kontribusi
banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin sampaikan
setulus hati ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode tahun 2015-2018 dan Dr. J.M.
Muslimin, MA., Ph.D., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode tahun 2014-2015.
2. Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., MH., Ketua Program Studi Ilmu Hukum
dan Arip Purkon, MA., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan waktu luang, saran, dan
masukan dalam kelancaran proses penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Abu Tamrin, SH., M.Hum., Dosen Pembimbing I dan Nur Habibi, SH.I.,
MH., Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan bimbingan,
arahan, saran, kritik dan masukan serta persetujuan terhadap skripsi ini dan
dalam proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak atas kesediaan
meluangkan waktu, tenaga, dan perhatiannya kepada Penulis, semoga Allah
Swt. membalas kebaikan beliau.
4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang telah bersedia memberikan
data dan juga wawancara untuk kepentingan penulisan skripsi ini.
5. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pimpinan
Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah yang
telah memudahkan Penulis dalam mencari informasi berupa buku-buku serta
penelitian selama proses penulisan skripsi ini.
6. Ahmad Bahtiar, M.Hum., Dosen Pembimbing Akademik yang selalu ramah
dan terbuka dengan Penulis. Selain itu juga selalu siap dan mempermudah
Penulis dalam mengurus segala sesuatu birokrasi selama menjadi Mahasiswa
di Ilmu Hukum FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
7. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya dosen pada Program Studi Ilmu Hukum yang telah memberikan
bekal kepada Penulis selama ini sehingga pada akhirnya tulisan ini dapat
diselesaikan oleh Penulis. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat buat
Penulis dan orang banyak serta mendapat balasa dari Allah Swt.
8. Kedua orang tua Penulis, (Almarhum) Papa Raden Mas Sudarendro Nawanto,
semoga tenang disana dan Mama Nining Martiningsih agar selalu diberi
kesehatan dan selalu mendoakan dan memberikan dukungan sekaligus
menjadi inspirasi penulis dalam menulis tulisan ini. Tanpa mereka Penulis
tidak bisa menjadi seperti sekarang ini. Tidak lupa untuk kakak dan adik
penulis, (Almarhumah) Nian Rhenanda Ayu, semoga tenang disana dan
Nandini Anugerah Ramadani Putri, yang semoga juga bisa menjadi sarjana.
9. Muhammad Yasin, S.H., M.H selaku Redaktur Media Hukumonline.com yang
telah banyak berkontribusi dalam penulisan skripsi ini. Mulai dari pemberian
atas saran isu yang akan diteliti hingga sampai pada proses teknis penulisan
skripsi ini. Berkat bimibingan, saran, dan motivasi darinya, Penulis juga
akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Abdul Razak Asri, S.H selaku Pemimpin Redaksi Media Hukumonline.com
yang memberikan kesempatan kepada Penulis untuk belajar menjadi Reporter
atau Jurnalis. Dimana atas kesempatan itu, Penulis bisa mendapatkan akses
berupa kemudahan-kemudahan dalam bertemu narasumber yang terkait
dengan skripsi ini. Selain itu, mendapat akses untuk memperoleh buku-buku
atau daftar bacaan koleksi milik Hukumonline.com dan koleksi Daniel S Lev
Law Library.
11. Mochamad Isnaeni dan Vini selaku Humas KPPU serta Pak Dendy R.
Sutrisno, selaku Kepala Bagian Kerjasama Dalam Negeri yang telah
membantu Penulis dalam meminta data dan wawancara ditengah kesibukan
yang penulis ketahui dan masih menyempatkan untuk bisa wawancara secara
pribadi di luar KPPU, terima kasih atas perhatiannya selama ini.
12. Pimpinan Perpustakaan Daniel S. Lev Law Library, beserta staf dan
jajarannya yang telah memberikan kemudahan pada Penulis dalam mengakses
buku-buku, Jurnal, dan bacaan lainnya serta membolehkan meminjam buku-
buku kepada Penulis dalam waktu yang relatif lama.
13. Erista Kurnia Putri, S.H selaku teman, sahabat, terkadang rival bagi Penulis
yang telah memberikan motivasi, semangat, dan dorongan agar cepat-cepat
menyelesaian skripsi ini agar memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H). Penulis
berjanji dengannya agar bisa menjadi Jaksa Penuntut Umum yang sukses dan
bisa menjadi calon kuat the next Jaksa Agung, Amin yaa rabbal allamin.
14. Dwi Puji Apriyantok selaku teman dan sahabat dalam melakukan
persekongkolan tender. Terima kasih sejak dafar ulang, OPAK/Ospek, hingga
saat ini masih menjadi teman berdebat dan bermain. Sukses bareng-bareng
pak!.
15. Teman-teman yang tergabung dalam Skripsweet (group whatsapp menjelang
skripsi), Azhar Nur, Dwi Puji, Ridwan Ardy, Rizky Firdaus, Ayu Eza, Ade
Putra, Gari Ichsan, Mazda Hamdi, Ahmad Bustomi, dan Rizki Arisandi yang
selalu update informasi-informasi terkini seputar dunia kampus yang terkait
viii
dengan skrispi, ujian kompre, hingga sidang. Terima kasih telah tergabung
didalamnya, always update!.
16. Teman-teman Hukum Bisnis 2011, Fadilah Haidar, Dandy Hernandy,
Ismadani, Ahmad Ulama, Ryan Rizki, Fahmi Baharudin, Marwan, Adri,
Shinta, Lidia, Fitri, Clara, Citra, Dita, Alif, Dini, Icha, Hilda, Tami, Khadafi,
Banun, Afwan, Andrio, Angga, Ian, Lisan, Rifki, Hambali, Nevo, Matsyah,
Rudi, Syawal, dll yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Semoga kita semua
menjadi lulusan yang sukses!
17. Teman-teman Redaksi di Hukumonline.com, kakak dan abang Ali, Jimi,
Abon, Hasyri, Fitri, Kartini, Riri, Rofiq, Fathan, Agus, Reza, Eni, Amrie.
18. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak bisa Penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah Swt.
memberikan berkah serta karunia dan membalas kebaikan mereka, amin yaa
raball allamin.
Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih dan maaf yang sebesar-
besarnya apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan skripsi ini yang membuat
tidak berkenan bagi pihak tertentu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Sekian dan
terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Jakarta, 19 Februari 2015
Penulis.
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMIBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERTANYAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 8
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ...................................................... 8
F. Kerangka Konseptual ............................................................................ 10
G. Metode Penelitian ................................................................................. 12
H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 17
BAB II KAJIAN TEORI MENGENAI PERSEKONGKOLAN TENDER .. 21
A. Pemahaman Persekongkolan Tender dalam Hukum Persaingan Usaha20
1. Pengertian Tender Secara Umum dan Berdasarkan UU Nomor 5
Tahun 1999 ..................................................................................... 20
2. Ruang Lingkup Persekongkolan Tender Secara Umum dan
Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1999 .......................................... 22
3. Dampak Persekongkolan Tender Pada Persaingan Usaha .............. 27
B. Penanganan Persekongkolan Tender di KPPU .................................... 30
1. Alat Bukti Pemeriksaan di KPPU ................................................... 30
2. Pembuktian Persekongkolan Tender di KPPU ............................... 33
3. Upaya Hukum Keberatan, Kasasi, dan Eksekusi Putusan .............. 36
x
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI SANKSI DALAM HUKUM
PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA ........................................... 44
A. Sanksi dalam Hukum Persaingan Usaha di Indonesia ........................ 44
B. Sanksi Denda Administratif ................................................................ 45
C. Sanksi Pidana Denda ............................................................................ 48
D. Sanksi Pidana Tambahan ..................................................................... 51
BAB IV ANALISIS PUTUSAN SANKSI DENDA PADA
PERSEKONGKOLAN TENDER DI PROVINSI SUMATERA
SELATAN ............................................................................................... 53
A. Putusan Mahkamah Agung Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-
KPPU/2013 Kasus Lelang Pekerjaan di Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan. .. 53
1. Kasus Posisi .................................................................................... 53
2. Argumen Para Pihak ....................................................................... 56
3. Pendapat Majelis Hakim ................................................................. 57
B. Analisis Disparitas Sanksi Denda dalam Putusan Mahkamah Agung
Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013........................................ 59
1. Eksekusi Putusan dan Sikap Para Pihak Terhadap Putusan ........... 59
2. Analisis Disparitas Penerapan Sanksi Denda ................................ 61
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 85
A. Kesimpulan ........................................................................................ 85
B. Saran ................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 88
LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Data/ Wawancara kepada Ketua Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU)
2. Surat Keterangan telah melakukan wawancara di KPPU
3. Hasil wawancara dengan pihak KPPU
4. Putusan MA Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara yang berdasarkan atas hukum
sebagaimana termaktub dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945)
yang berbunyi: ―Negara Indonesia adalah negara hukum‖. Oleh sebab itu,
segala aspek kehidupan baik pada sektor pelayanan publik, pendidikan,
ekonomi, sosial-budaya, dan sebagainya haruslah tetap berpegang teguh
terhadap hukum yang berlaku di Indonesia. Segala bentuk atau tindakan
yang melanggar atau menodai kemurnian hukum yang berlaku di
Indonesia, maka disanalah ditegakkan kedaulatan hukum.
Berdasarkan pertimbangan untuk memulai penegakan hukum pada
suatu sistem ekonomi yang demokratis tanpa adanya pihak yang
menguasai, pada tanggal 5 Maret 1999 telah diundangkan Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara 1999-33) (selanjutnya disebut UU
No. 5 Tahun 1999).1 Sejarah pembentukan UU No. 5 Tahun 1999 kala itu
dibentuk berdasarkan hasil inisiatif DPR Indoneisa sejak NKRI terbentuk.2
1 Tim Dosen Pengajar FHUI, Pengantar Hukum Persaingan Usaha, tanpa cetakan,
(Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008), h. 3.
2 Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, tanpa cetakan, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 6.
2
Pemerintah Indonesia saat ini berusaha mewujudkan
penyelenggaraan negara yang bersih sebagai upaya mewujudkan sistem
pemerintahan yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, sehingga
menimbulkan kewibawaan di sektor lainnya terutama dalam hal
penegakan hukum. Salah satu upaya mewujudkan keinginan tersebut,
pemerintah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(selanjutnya disebut Keppres No. 80 Tahun 2003).
Pembentukan peraturan ini bertujuan agar pengadaan barang/jasa
instansi Pemerintah dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien, dengan
prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka, dan perlakuan yang adil dan
layak bagi pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik
dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas
Pemerintah dan pelayanan masyarakat.
Istilah manipulasi sering dipersamakan dengan persekongkolan
dalam ranah kegiatan tender di Indonesia. Hal tersebut (manipulasi atau
persekongkolan) oleh masyarakat hampir selalu berkonotasi negatif. Hal
ini terlihat dari berbagai kamus, salah satunya Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang mengartikan kata ‗persekongkolan‘ sebagai permufakatan
atau kesepakatan untuk melakukan kejahatan.3
Hal serupa juga disebutkan dalam Black‘s Law Dictionary,
persekongkolan atau conspiracy didefinisikan sebagai penyatuan (maksud)
3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 893.
3
antara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk menyepakati tindakan
melanggar hukum atau kriminal melalui upaya kerjasama.4 Manipulasi
atau persekongkolan penawaran tender (bid rigging) termasuk salah satu
perbuatan yang dianggap merugikan negara, karena terdapat unsur
manipulasi harga penawaran, dan cenderung menguntungkan pihak yang
terlibat dalam persekongkolan.
Persekongkolan tender sendiri di Indonesia akan mengakibatkan
kegiatan pembangunan yang berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dikeluarkan secara tidak bertanggung jawab dan
pemenang tender yang bersekongkol mendapatkan keuntungan jauh di atas
harga normal, namun kerugian tersebut dibebankan kepada masyarakat
luas. Dalam cabang ilmu Sosiologi, tipe kejahatan ini merupakan ekses
dari perkembangan ekonomi yang terlalu cepat dan hanya menekankan
pada aspek material-finansial belaka.5
Penegakan hukum persaingan usaha salah satunya dapat dilakukan
oleh lembaga yang berwenang di bidang persaingan usaha, yaitu Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). KPPU memiliki kewenangan yang
setara dengan penegak hukum lainnya (Kepolisian, Kejaksaan Agung, dan
Mahkamah Agung) akan tetapi KPPU hanya dapat menjatuhkan sanksi
administratif. Hal tersebut disebutkan pada Pasal 47 UU No. 5 Tahun
1999, bahwa KPPU memiliki kewenangan untuk menjatuhkan sanksi
4 Black‘s Law Dictionary, Fifth Edition (St. Paul Minn.: West Publishing, 1979), p. 280.
5 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Cet. Ke- 29, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 409.
4
administratif.
Walaupun KPPU hanya memiliki otoritas menjatuhkan sanksi
administratif terhadap para pihak akan tetapi UU No. 5 Tahun 1999
mengatur mengenai pemberian sanksi berupa denda administratif yang
dicantumkan dalam diktum atau amar putusan.6 Hal tersebut diatur dalam
Pasal 47 ayat (2) huruf g UU No. 5 Tahun 1999, yaitu:
―Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp. 25.000.000.000,00 (dua
puluh miliar rupiah).‖
KPPU dapat menjatuhkan sanksi administratif berupa denda
administratif tersebut secara kumulatif ataupun alternatif. Namun
demikian terdapat ketidakjelasan mengenai sanksi tersebut sehingga pada
tanggal 31 Juli 2008, KPPU menerbitkan aturan teknis soal denda dan
ganti rugi yang diatur dalam Keputusan KPPU Nomor
252/KPPU/Kep/VII/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Pasal
47 UU No. 5 Tahun 1999 (selanjutnya disebut Pedoman Pelaksanaan Pasal
47 UU No. 5 Tahun 1999).7
Namun mengenai besaran pembebanan sanksi denda tersebut
belum ada standar yang secara baku menjadi rujukan oleh Majelis
Komisioner di KPPU meskipun telah ada Pedoman Pelaksanaan Pasal 47
UU No. 5 Tahun 1999. Sehingga memerlukan pedoman pelaksanaan yang
lebih rinci karena tidak cukup jika hanya dibentuk pedoman untuk
6 Andi Fahmi Lubis, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Kontex, tanpa cetakan,
(Jakarta: Deutsche Gesellschaft fur Lechnische Zusammenarbeit (GTZ) GMBH, 2009), h. 343.
7 Andi Fahmi Lubis, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Kontex, h. 343.
5
menetapkan ukuran mengenai besaran nilai sanksi denda tersebut.
Kaitannya dengan hal tersebut, penjatuhan sanksi denda administratif
merupakan suatu upaya penegakan hukum persaingan usaha yang
dilakukan oleh KPPU selaku lembaga yang berwenang melakukan
pemeriksaan dan memberi putusan awal.
Berkaitan dengan hal itu, maka penulis memfokuskan pada aspek
sanksi denda administratif dalam pelanggaran terhadap persekongkolan
tender. Sebab menurut penulis terjadi suatu disparitas atas putusan sanksi
denda adminsitratif tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
‘disparitas‘ berarti perbedaan atau jarak.8 Sedangkan menurut Black‘s Law
Dictionary, kata ‗disparitas‘ diartikan sebagai ketidaksetaraan atau
perbedaan kuantitas atau kualitas antara dua atau lebih dari sesuatu.9
Secara yuridis formal, kondisi ini (diparitas) tidak dapat dianggap
telah melanggar hukum, meskipun demikian seringkali orang melupakan
bahwa elemen ‗keadilan‘ pada dasarnya harus melekat pada putusan yang
diberikan oleh hakim.10
Pada kasus yang coba penulis angkat adalah disparitas atas penjatuhan
sanksi denda administratif pada persekongkolan tender. Hal ini menjadi
sesuatu yang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebab beberapa
8Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 270.
9 Black‘s Law Dictionary, Fifth Edition (St. Paul Minn.: West Publishing, 1979), P. 482.
10
Harkristuti Harkrisnowo, Rekonstruksi Konsep Pemidanaan: Suatu Gugatan terhadap
Proses Legislasi dan Pemidanaan di Indonesia, dalam majalah KHN Newsletter, Edisi April 2003,
(Jakarta: KHN, 2003), h. 28.
6
putusan KPPU pada kasus persekongkolan tender diputus dan dijatuhkan
sanksi denda administratif yang bervariasi (disparitas). Sehingga
disparitas putusan sanksi denda yang dilakukan KPPU perlu dikaji agar
memperoleh suatu kepastian hukum bagi para pihak serta sejalan dengan
tujuan penjatuhan sanksi denda administratif.
Selain itu berdasarkan Laporan Tahunan KPPU Tahun 2013,
sebanyak 150 laporan (78,5%) yang masukdi KPPU merupakan kasus
persekongkolan tender. Sisanya sebesar 41 laporan (21,5%) dari total 191
laporan yang ditangani KPPU adalah laporan non-tender.11
Sehingga aspek
persekongkolan tender begitu menarik untuk dibahas dan dilakukan
penelitian lebih mendalam.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan kajian mendalam terkait dengan disparitas penjatuhan sanksi
administratif berupa sanksi denda pada kasus persekongkolan tender di
Indonesia yang ditangani oleh KPPU dengan menerapkan dalam kasus
persekongkolan tender yang diputus oleh Mahkamah Agung, yakni
Putusan MA Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013. Penelitian ini diberi judul
sebagai berikut:
“DISPARITAS PUTUSAN SANKSI DENDA PADA
PERSEKONGKOLAN TENDER (Studi Putusan MA Nomor 118
K/Pdt.Sus-KPPU/2013)”
11 KPPU RI, Laporan Tahunan Tahun 2013, (Jakarta: KPPU, 2013), h. 3.
7
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini tidak membahas aspek Hukum Persaingan Usaha
secara umum melainkan hanya membahas pada salah satu aspek,
yaitu Persekongkolan Tender. Kemudian pada aspek Persekongkolan
Tender ini yang digali oleh penulis juga menyempit kepada ranah
penegakan hukum pada penegakan Hukum Persaingan Usaha, yaitu
fokus terhadap penjatuhan sanksi berupa sanksi denda administratif.
Sebagai bahan penelitian juga penulis hanya berfokus melakukan
analisis pada Putusan Mahkamah Agung terkait dengan kegiatan
Persekongkolan Tender pada tahun 2010, yaitu Putusan MA Nomor
118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013.
2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah dan pembatasan masalah
sebagaimana diuraikan di atas, maka rumusan permasalahan yang
dibahas dalam proposal skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana KPPU menerapkan dan merumuskan sanksi denda
serta melaksanakan eksekusi pada kasus persekongkolan tender?
b. Apakah disparitas sanksi denda administratif pada Putusan
Mahkamah Agung Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013 telah
sesuai dengan tujuan penjatuhan sanksi denda dan memenuhi
kepastian hukum?
8
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian:
a. Untuk mengetahui KPPU menerapkan sanksi denda dan
melaksankan eksekusi dalam Persekongkolan Tender.
b. Untuk mengetahui disparitas sanksi denda pada Putusan
Mahkamah Agung Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013.
2. Manfaat
a. Memberikan sumbangan pikiran bagi keilmuan khususnya ilmu
yang berkaitan dengan Hukum Persaingan Usaha.
b. Untuk memberikan masukan kepada lembaga-lembaga Negara
dalam hal ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),
Kepolisian Republik Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia, dan
Mahkamah
Agung dalam menegakkan hukum berkaitan dengan persaingan
usaha.
c. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi positif
terhadap upaya-upaya penegakkan terhadap persaingan usaha yang
baik dan berkeadilan.
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Penelitian yang terkait dengan skripsi ini berjudul ‖Analisis
Yuridis Putusan KPPU Nomor 16/KPPU-L/2009 Tentang Persekongkolan
Tender Jasa Kebersihan (Cleaning Service) di Bandara Soekarno Hatta‖,
9
yang disusun oleh Maulana Ichsan Setiadi, Mahasiswa Program Studi
Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi
tersebut memberikan penjelasan mengenai prakek persekongkolan tender
dalam pengadaan jasa kebersihan di lingkungan Bandara Soekarno Hatta.
Skripsi tersebut lebih menitik beratkan pada aspek undang-undang, yaitu
dengan melihat rumusan pasal-pasal terhadap kasus yang terjadi di
lapangan.
Adapun skripsi lainnya yang berjudul ‖Analisis Perilaku Conscious
Parallelism dalam Pembuktian Persekongkolan Tender‖, yang disusun
oleh Kristiono Utomo, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Universitas
Indonesia. Skripsi tersebut menjelaskan tentang doktrin Conscious
Pararllelism yang membantu proses pembuktian pelanggaran dalam
praktek persekongkolan tender yang ditangani oleh KPPU. Skripsi tersebut
lebih menitik beratkan pada aspek pelaksanaan doktrin hukum, yaitu
melakukan pembuktian dengan melihat fakta hukum yang dikaitkan juga
dengan doktrin hukum.
Adapun buku terkait yang berjudul ‖Larangan Persekongkolan
Tender (Perspektif Hukum Persaingan Usaha)‖, yang ditulis oleh L. Budi
Kagramanto yang dicetak oleh Penerbit Srikandi tahun 2008. Buku
tersebut membahas aspek persekongkolan tender yang dilihat dari
perspektif hukum persaingan usaha di Indonesia. Sehingga yang
membedakan skripsi dan buku tersebut dengan skripsi yang sedang penulis
angkat adalah dalam skripsi ini penulis fokus membahas mengenai aspek
10
sanksi denda yang akan dijatuhi apabila tindakan persekongkolan tender
terbukti, sehingga penulis merasa tidak ada kesamaan antara skripsi dan
buku tersebut dengan skripsi yang penulis sedang teliti.
E. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah pedoman yang lebih konkrit dari teori,
yang berisikan definisi operasional yang menjadi pegangan dalam proses
penelitian yaitu pengumpulan, pengelolaan, analisis dan kontruksi data
dalam skripsi ini. Adapun beberapa pengertian yang menjadi konseptual
skripsi ini akan dijabarkan dalam uraian dibawah ini:
a. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan hukum,
baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan berbagai
kegiatan usaha ekonomi.
b. Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang,
dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan
hukum atau menghambat persaingan usaha.
c. Persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama
yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan
maksud untuk menguasai pasar yang bersangkutan bagi
11
kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol. Konsep
persekongkolan selalu melibatkan dua pihak atau lebih untuk
melakukan kerjasama. Pembentuk UU memberi tujuan
persekongkolan secara limitatif, yaitu untuk menguasai pasar bagi
kepentingan pihak-pihak yang bersekongkol.
d. Pasar bersangkutan adalah pasar yang terkait dengan jangkauan
atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan
atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang, dan
atau jasa tersebut. Penguasaan pasar merupakan perbuatan yang
diantisipasi dalam persekongkolan, termasuk dalam kegiatan
tender.12
e. Persekongkolan dalam kegiatan tender menurut pengertian di
beberapa Negara merupakan perjanjian beberapa pihak untuk
memenangkan pesaing dalam suatu kegiatan tender.
f. Tender adalah tawaran untuk mengajukan harga untuk memborong
suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk
menyediakan jasa. Pengertian tender mencakup tawaran untuk
mengajukan harga untuk memborong atau melaksanakan suatu
pekerjaan, mengadakan barang dan atau jasa, membeli suatu
barang dan atau jasa, menjual suatu barang dan atau jasa.13
12
Yakub Adi Krisanto, ―Analisis Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 dan Karakteristik
Putusan tentang Persekongkolan Tender‖, Jurnal Hukum Bisnis, vol. 24 No. 2, 2005, h. 42.
13
KPPU RI, Pedoman Pasal 22 tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender,
(Jakarta:KPPU, 2005), h. 7.
12
g. Barang adalah setiap benda, baik berujud maupun tidak berujud,
baik bergerak maupun tidak bergerak yang dapat diperdagangkan,
dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau
pelaku usaha. Sedangkan barang tidak berujud diartikan sebagai
jasa.
h. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi
yang diperdagangkan dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh
konsumen atau pelaku usaha.
F. Metode Penelitian
Penulis memperhatikan metode penulisan penelitian dengan
berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dirancang oleh Pusat
Pengembangan dan Penjaminan Mutu (PPJM) pada tahun 2012.
1. Tipe Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis,
dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara
tertentu; sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan
konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu
karangan tertentu.14
Adapun penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang
14 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. Ke-3, (Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 1986), h. 42.
13
didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu
dengan jalan menganalisisnya.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
penelitian yang bersifat yuridis-normatif, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan mengacu pada norma hukum dalam ketentuan
perundang-undangan dan keputusan pengadilan serta norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat.15
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan tipe penelitian yang bersifat yuridis-
normatif.
Pendekatan yuridis digunakan untuk menganalisis berbagai peraturan
perundang-undangan terkait dengan persekongkolan tender pada
hukum persaingan usaha. Sedangkan pendekatan normatif digunakan
untuk permasalahan berdasarkan konsep-konsep hukum.
Untuk lebih tajam dalam megupas teori-teori terkait dengan judul
yang diangkat, maka penulis memakai beberapa bentuk pendeketan,
diantaranya:
a. Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach)
Dengan pendekatan perundang-undangan ini, penulis dapat
mengupas permasalahan dengan menggunakan peraturan
15 Soerjono Soekanto, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di dalam Penelitian
Hukum, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Universitas Indonesia, 1979), h. 18.
14
perundang-undangan yang berlaku.16
Diantaranya UU
Nomor 5 Tahun 1999, Keppres Nomor 80 Tahun 2003, dsb.
b. Pendekatan Sejarah (Historycal Approach)
Dengan pendekatan sejarah, penulis dapat membandingkan
penanganan kasus serupa yang telah lampau.17
Diharapkan
dengan mengetahui sejarah penanganan kasus pada masa
lalu, dapat ditemukannya suatu gagasan baru yang dapat
dilakukan untuk menyelesaikan kasus-kasus serupa dengan
judul yang diangkat.
c. Pendekatan Kasus (Case Approach)
Dengan pendekatan kasus, penulis dapat mengetahui
putusan-putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
untuk dianalisis. Dan kemudian dikembangkan serta
dikolaborasikan dengan permasalahan kekinian yang
mungkin dapat dilakukan dengan berpedoman kepada
putusan-putusan.18
Dalam hal ini putusan yang dimaksud
tidak hanya berupa putusan pengadilan melainkan berupa
putusan dari lembaga KPPU, yakni Putusan KPPU Perkara
Nomor 26/LKPPU-L/2010 dan Putusan MA Nomor 118
K/Pdt.Sus-KPPU/2013.
16 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2009 Ed. 1. Cet.5), h.
96.
17
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 126
18
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 199.
15
3. Sumber dan Kriteria Data Penelitian
Mengenai sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi
ini adalah:
a. Data Primer
Data primer yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah data hasil wawancara dengan pejabat pemerintah yang
terkait dengan masalah persaingan usaha, yaitu Humas KPPU.
b. Data Sekunder
Menurut kekuatan mengikatnya, data sekunder dapat
digolongkan
menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Sumber Bahan Hukum Primer
Sumber bahan hukum primer yang dipergunakan dalam
penulisan skripsi ini yaitu bahan-bahan hukum yang
mengikat19
seperti Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, Keppres No. 80 Tahun
2003, Putusan Perkara Nomor 26/LKPPU-L/2010 dan
Putusan MA Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013 dan
ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan mengenai
Persaingan usaha.
b. Sumber Bahan Hukum Sekunder
19 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 144.
16
Sumber bahan hukum sekunder yang dipergunakan
dalam penulisan skripsi ini yaitu bahan-bahan yang
membahas atau menjelaskan sumber bahan hukum
primer yang berupa buku teks, jurnal hukum, majalah
hukum, pendapat para pakar serta berbagai macam
referensi yang berkaitan mengenai Persaingan usaha.
c. Sumber Bahan Hukum Tersier
Sumber bahan hukum tersier yang dipergunakan dalam
penulisan skripsi ini yaitu bahan-bahan penunjang yang
menjelaskan dan memberikan informasi bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder, berupa kamus-
kamus hukum, media internet, buku petunjuk atau buku
pegangan, ensiklopedia serta buku mengenai istilah-
istilah yang sering dipergunakan mengenai hukum
persaingan usaha.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis alat pengumpulan data,
yaitu studi dokumen atau bahan pustaka dan wawancara atau
interview.20
Penulis mencoba menggabungkan kedua alat
pengumpulan data tersebut dalam menganalisis suatu kasus yang
hendak dilakukan penelitian. Studi dokumen merupakan suatu alat
pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan
20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), h.21
17
mempergunakan ‖content analysis‖. Sedangkan wawancara digunakan
oleh penulis sebagai deskripsi tambahan dengan mengeksplorasi dari
hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait, yaitu Humas KPPU.
5. Pengolahan dan Analisis Data
Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, bahan hukum tersier diuraikan dan dihubungkan sedemikian
rupa sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis
untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun
setelah bahan hukum terkumpul, bahan hukum tersebut dianalisis
untuk mendapatkan kesimpulan dengan mempergunakan ‖content
analysis‖.
Content Analysis adalah teknik untuk menganalisa tulisan atau
dokumen dengan cara mengidentifikasi secara sistematis ciri atau
karakter dan pesan atau maksud yang terkandung dalam tulisan dalam
suatu dokumen. Selain itu menganalisis dengan content analysis
membantu penulis dalam membaca serta memahami gagasan dalam
suatu tulisan. Selain itu cara mengolah data dilakukan dengan cara
deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang
bersifat umum terhadap permasalhan konkret yang dihadapi.21
7. Sistematika Penulisan
Adapun dalam penulisan proposal skripsi ini, Penulis membaginya ke
21 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cet. Ke-2,
(Malang:Bayumedia Publishing, 2006), h. 393.
18
dalam lima bab sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam Bab I ini terdiri dari uraian mengenai latar
belakang permasalahan, pokok permasalahan,
maksud dan tujuan penulisan, manfaat penulisan,
kerangka teori dan kerangka konseptual, metodologi
penulisan dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : KAJIAN TEORI MENGENAI HUKUM
PERSAINGAN USAHA
Dalam Bab II ini terdiri dari uraian yang
menjelaskan kajian konsepsi yang merupakan dasar
dari Persekongkolan tender.
BAB III : TINJAUAN UMUM MENGENAI SANKSI
DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA DI
INDONESIA
Dalam Bab III ini terdiri dari uraian mengenai
sanksi hukum denda dalam Hukum Persaingan
Usaha di Indonesia. Uraian tentang Sanksi-sanksi
denda yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 1999.
BAB IV : ANALISIS PUTUSAN SANKSI DENDA PADA
PERSEKONGKOLAN TENDER DI PROVINSI
SUMATERA SELATAN.
19
Dalam Bab IV ini terdiri dari uraian hasil analisis
yang dikembangkan serta berkaitan dengan teori
pada Bab II dan Bab III. Kemudian analisis atas
Putusan MA Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
dikaitkan dengan sanksi denda dalam Hukum
Persaingan Usaha di Indonesia.
BAB V : PENUTUP
Dalam Bab V ini penulis akan menyimpulkan
materi karya ilmiah dari pokok permasalahan dan
memberikan saran-saran yang berguna bagi negara
Indonesia, lembaga atau instansi terkait serta
masyarakat luas.
20
BAB II
KAJIAN TEORI MENGENAI PERSEKONGKOLAN TENDER
A. Pemahaman Persekongkolan Tender dalam Hukum Persaingan Usaha
1. Pengertian Tender Secara Umum dan Berdasarkan UU Nomor 5
Tahun 1999
Tender dalam hukum persaingan usaha Indonesia mempunyai
pengertian tawaran untuk mengajukan harga untuk memborong suatu
pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa.
Pengertian tender mencakup tawaran untuk mengajukan harga untuk
memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan, mengadakan barang dan
atau jasa, membeli suatu barang dan atau jasa, menjual suatu barang dan
atau jasa.1 Tawaran dilakukan oleh pemilik kegiatan atau proyek, dimana
pemilik dengan alasan keefektifan dan keefisienan apabila proyek
dilaksanakan sendiri maka lebih baik diserahkan pihak lain yang
mempunyai kapabilitas untuk melaksanakan proyek atau kegiatan.
Permasalahan Tender merupakan salah satu hal yang menjadi
objek dalam Hukum Persaingan Usaha. Tender atau lelang itu sendiri
menurut peraturan perundang-undangan, yaitu:
1) Perpres No. 95 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketujuh Atas Keppres
No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah
1KPPU RI, Pedoman Pasal 22 tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender,
(Jakarta:KPPU, 2005), h. 7.
21
Tender atau Pengadaan Barang / Jasa adalah kegiatan pengadaan
barang / jasa yang dibiayai dengan APBN atau APBD, baik yang
diselenggarakan secara swakelola
maupun oleh penyedia barang / jasa.
2) Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Tender adalah mengajukan harga untuk memborong suatu
pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau menyediakan jasa.
Jika pengertian tender atau lelang tersebut disimpulkan, maka
tender sendiri memiliki cakupan yang lebih luas karena tender merupakan
serangkaian kegiatan berupa penawaran mengajukan harga untuk:
1) Memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan;
2) Mengadakan atau menyediakan barang dan atau jasa;
3) Membeli barang dan atau jasa;
4) Menjual barang dan/atau jasa, menyediakan kebutuhan barang
dan/atau jasa secara seimbang dengan berbagai dengan syarat yang
harus dipenuhi, berdasarkan peraturan tertentu yang ditetapkan pihak
terkait.
Berdasarkan definisi tersebut, maka cakupan dasar penerapan Pasal
22 UU Nomor 5 Tahun 1999 adalah tender atau tawaran mengajukan
harga yang dapat dilakukan melalui:
1) tender terbuka;
2) tender terbatas;
3) pelelangan umum;
4) pelelangan terbatas.
Mekanisme yang diberikan oleh UU Nomor 5 Tahun 1999
terhadap Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 80 Tahun 2003 merupakan
ketentuan normatif yang melarang pelaku usaha bersekongkol dengan
22
pihak lain guna mengatur dan atau menentukan pemenang tender yang
dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat. Larangan tersebut
mencakup proses pelaksanaan tender secara keseluruhan yang diawali dari
prosedur perencanaan, pembukaan penawaran, sampai dengan penetapan
pemenang tender. Mekanisme tersebut merupakan payung hukum UU
Nomor 5 Tahun 1999 terhadap Keppres Nomor 80 Tahun 2003, meskipun
Keppres tersebut tidak menempatkan UU Nomor 5 Tahun 1999 sebagai
salah satu landasan hukumnya.
2. Ruang Lingkup Persekongkolan Tender Secara Umum dan
Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1999
Persekongkolan (conspiracy) dalam Black‘s Law Dictionary
diartikan sebagai berikut:
“A combination or confederacy between two or persons formed for
the purpose of commiting by their joint efforts, some unlawful or
criminal act or some act, which is innocent itself, but becomes
unlawful when done concerted action of the conspirators or for the
purpose of using criminal or unlawful means to be commision of
an act not in itself unlawful”.2
Definisi tersebut menegaskan bahwa persekongkolan harus
dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang bertujuan untuk melakukan
suatu tindakan atau kegiatan kriminal atau melawan hukum secara
bersama-sama. Termasuk dalam hal ini adalah persekongkolan dalam
penawaran tender, baik untuk pengadaan barang dan atau jasa di sektor
2 Henry Campbell Black, Black‘s Law Dictionary, 5
th Editon., (Minesota: West Publising,
1998), h. 382.
23
publik maupun di perusahaan swasta, karena dianggap dapat menghambat
upaya pembangunan suatu negara.
Istilah persekongkolan selalu berkonotasi negatif. Hal ini terlihat
dari berbagai kamus yang selalu mengartikan sebagai permufakatan atau
kesepakatan untuk melakukan kejahatan.3 Demikian pula menurut Black‘s
Law Dictionary, kata ‘persekongkolan‘ atau conspiracy didefinisikan
sebagai penyatuan (maksud) antara dua orang atau lebih yang bertujuan
untuk menyepakati tindakan melanggar hukum atau kriminal melalui
upaya kerjasama.4
Hal tersebut terbukti melalui perumusan-perumusan dalam
berbagai kamus yang selalu mengartikan sebagai permufakatan atau
kesepakatan melakukan kejahatan. Berikut merupakan pengertian tentang
persekongkolan, yaitu:
Dalam kamus Dictionary of Law – L.B. Curzon, persekongkolan diartikan
sebagai conspiracy, yakni:
―conspiracy is if person agrees with any other person that a course
of conduct shall be pursued which if the agreement is carried out
in accordance with their intentions, either can will necessarily
amount to or involve the commision af any offences by one or more
of the parties to the agreement or be would do so but for the
existence of the facts which render any of the offences impossible,
he is guilty of conspiracy to commit the offence or offence
question.‖5
3Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 893.
4Black‘s Law Dictionary, Fifth Edition, (St. Paul Minn.: West Publishing, 1979), p. 280.
5 L.B Curzon, Conspiracy, sixth edition, (England: Pearson Education Limited, 2002), p.
88.
24
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
persekongkolan harus dilakukan oleh dua pihak atau lebih dengan tujuan
melakukan tindakan atau kegiatan bersama (joint efforts) suatu perilaku
yang melawan hukum. Sehingga terdapat dua unsur persekongkolan, yaitu:
Pertama, adanya dua pihak atau lebih yang secara bersama-sama (in
concert) melakukan perbuatan tertentu, kedua, perbuatan yang dilakukan
tersebut merupakan perbuatan melanggar hukum.6
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Persekongkolan berasal
dari kata ‗sekongkol‘. Kata ‗sekongkol‘ diartikan sebagai orang-orang
yang bersama-sama melakukan kejahatan.7 Dari pengertian tersebut, unsur
‗sekongkol‘, yang pertama adalah ada dua pihak atau lebih; kedua,
bersama-sama melakukan kejahatan. Hal ini terdapat dalam Al-quran Surat
An-Nisaa ayat 29, Allah Swt. berfirman:
يا يهاالذين امنوا التأكلوا اموالكم بينكم با لباطل اال أن تكون تجارة
عن تراض منكم والتقتلوا أنفسكم إناهللا كانبكم رحيما
“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
harta kamu di antara kamu dengan jalan yang bathil kecuali
dengan jalan perniagaan yang berdasarkan kerelaan di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh diri kamu, sesungguhnya
Allah Maha Penyayang Kepadamu.”(Q.S. An Nisa [4]:29).
6 Yakub Adi Krisanto, ―Analisis Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 dan Karakteristik
Putusan tentang Persekongkolan Tender‖, Jurnal Hukum Bisnis, vol. 24 No. 2, 2005, h. 41.
7 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Galia Media Press, 2000), h. 684.
25
Persekongkolan kerap kali dipersamakan dengan Kolusi
(collusion), yaitu sebagai ―A secret agreement between two or more people
for deceitful or produlent purpose‖, diartikan bahwa dalam hal Kolusi ini
ada suatu perjanjian rahasia yang dibuat oleh 2 (dua) pihak atau lebih
dengan tujuan penipuan atau penggelapan yang serupa dengan istilah
konspirasi yang cenderung memiliki konotasi negatif.8
Pasal 1 angka 8 UU No. 5 Tahun 1999 memberikan definisi
persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerja sama yang
dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud
untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang
bersekongkol. Dalam persekongkolan selalu melibatkan dua pihak atau
lebih untuk melakukan kerjasama. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1
The Sherman Act 1890 menyatakan bahwa, ―Every contract, combination
in the form of trust or otherwise, or conspiracy in restraint of trade
commerce among the several states or with foreign nations, is declared to
be illegal…‖.9
UU No. 5 Tahun 1999 membagi 3 bentuk persekongkolan yaitu:
1) Persekongkolan untuk mengatur dan atau menentukan pemenang
tender;
2) Persekongkolan untuk memperoleh informasi yang dapat
diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan;
8 Asril Sitompul, Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 1999), h. 31.
9 Lihat Pasal 1 The Sherman Act: ―Every contract, combination in the form of trust or
otherwise, or conspiracy in restraint of trade commerce among the several states or with foreign
nations, is declared to be illegal…‖
26
3) Persekongkolan untuk menghambat produksi atau pemasaran
barang/jasa.
Persekongkolan tender diatur pada Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999,
yang selengkapnya berbunyi:
‖Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.‖
KPPU memberikan definisi persekongkolan tender ketika memeriksa
perkara Tender PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk – Putusan No.
03/KPPU-I/2003 – yaitu kerjasama antara dua pihak atau lebih, secara
terang-terangan maupun diam-diam melalui tindakan penyesuaian
(concerted action) dan atau membandingkan dokumen tender sebelum
penyerahan (comparing Bid prior to submission) dan atau menciptakan
persaingan semu (sham competition) dan atau menyetujui dan atau
memfasilitasi dan atau tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun
mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut
dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta tender
tertentu.10
Dalam Pedoman Tentang Larangan Persekongolan Dalam Tender
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dikemukakan bentuk-bentuk
persengkongkolan antara lain:
10 Yakub Adi Krisanto, Pelaksanaan Keppres No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dan Indikasi Persekongkolan Tender Di Kota
Salatiga, Jurnal Studi Pembangunan Interdisplin, (Volume XVIII No. 1 April – Juni 2006).
27
1) Melakukan pendekatan dan kesepakatan-kesepakatan dengan
penyelenggara sebelum pelaksanaan tender;
2) Tindakan saling memperlihatkan harga penawaran yang akan
diajukan dalam pembukaan tender di antara peserta;
3) Saling melakukan pertukaran informasi;
4) Pemberian kesempatan secara eksklusif oleh panitia atau pihak
terkait;
5) secara langsung maupun tidak langsung kepada peserta tertentu;
6) Menciptakan persaingan semu antarpeserta;
7) Tindakan saling menyesuaikan antarpeserta;
8) Menciptakan pergiliran waktu pemenang;
9) Melakukan manipulasi persyaratan teknis dan administratif.
3. Dampak Persekongkolan Tender Pada Persaingan Usaha
Pada hakikatnya keberadaan hukum persaingan usaha adalah
mengupayaka secara optimal persaingan usaha yang sehat dan efektif pada
suatu pasar tertentu yang mendorong agar pelaku usaha melakukan
efisiensi agar mampu bersaing dengan pesaingnya. UU No. 5 Tahun 1999
dibentuk dengan tujuan memelihara pasar agar kompetitif dan terhindar
dari kesepakatan dan konspirasi yang cenderung mengurangi dan atau
menghilangkan persaingan.
Secara teori, dengan berjalannya prinsip-prinsip persaingan usaha
yang sehat pada suatu pasar akan membawa dampak yang positif kepada
baik bagi produsen atau pelaku usaha maupun konsumen pada pasar yang
bersangkutan. Secara langsung dengan adanya persaingan usaha yang
sehat antar pelaku usaha akan memaksa pelaku usaha untuk dapat menjual
produk barang atau jasanya dengan harga serendah mungkin dengan tetap
mempertahankan mutu atau bahkan meningkatkan mutu dari produk
barang dan jasanya.
28
Hal ini tentunya akan menguntungkan bagi konsumen disamping
itu konsumen juga akan memperoleh keuntungan berupa kemampuan
untuk memilih barang atau jasa yang dipasarkan karena banyaknya pelaku
usaha yang menawarkan produk sejenis yang dipasarkan. Sehingga secara
tidak langsung dalam kondisi pasar persaingan murni, pelaku usaha agar
tetap bertahan harus mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya
agar mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya. Pelaku usaha pada
konteks ini dituntut untuk dapat berinovasi dalam menciptakan poduk
yang memiliki kualitas pembeda atau nilai lebih dengan produk
sejenisnya.
Eksistensi dan orientasi dari undang-undang antimonopoli adalah
jelas menciptakan persaingan usaha yang sehat dengan cara mencegah
monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat serta menciptakan
ekonomi pasar yang efektif dan efisien demi peningkatan kesejahteraan
rakyat. Selain itu, undang-undang antimonopoli juga memastikan bahwa
sistem ekonomi yang berdasarkan persaingan usaha dapat memotivasi para
pelaku usaha untuk menghasilkan produk barang dan/ atau jasa yang
berkualitas dan harga yang terjangkau oleh konsumen dengan
memanfaatkan sumber-sumber produksi seminimal mungkin.
Persekongkolan tender adalah suatu hambatan bagi terciptanya
persaingan usaha yang sehat, sehingga dapat menimbulkan kerugian yang
signifikan dalam kegiatan usaha terutama bagi para pihak yang berkaitan
langsung dengan bidang-bidang usaha bersangkutan. Terhadap persaingan
29
usaha, persekongkolan tender menciptakan hambatan masuk (barrier to
entry) ke pasar bagi peserta tender lainnya. Persoalan ini merupakan
persoalan serius yang dihadapi dalam rangka melakukan kegiatan
usahanya secara lancar.
Barrier to entry merupakan suatu keadaan dimana pelaku usaha
pesaing tidak dapat memasuki bidang usaha tertentu pada pasar
bersangkutan karena adanya penguasaan dan kekuatan pasar yang lebih
besar yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki
kedudukan lebih kuat. Sehingga bagi para pelaku usaha, hal tersebut
merupakan masalah serius yang akan dihadapi dalam menjalankan
kegiatan usahanya.
Pada hakikatnya setiap pelaku usaha memiliki kesempatan yang
sama untuk melakukan kegiatan usahanya tanpa adanya persaingan usaha
yang tidak sehat, berupa praktek monopoli, tindakan diskrimintaif dan
halangan dari siapapun untuk menjalankan kegiatan usaha. Padahal dengan
adanya persaingan usaha yang sehat, membuat barang dan/ atau jasa yang
tersedia di pasar semakin beraneka ragam dan membuat konsumen
memiliki alternatif pilihan barang dan/atau jasa.
Tanpa adanya barrier to entry yang diciptakan oleh pemerintah,
maka perusahaan besar pada pasar yang terkonsentrasi terpaksa harus
melakukan efisiensi terhadap perubahan yang terjadi dalam pasar karena
30
kehadiran pelaku usaha baru yang mampu menembus pasar tersebut.11
Dalam proses tender, para peserta tender mempunyai kesempatan
yang sama untuk menjadi pemenang tender. Persekongkolan tender yang
dilakukan oleh para pihak yang terlibat dalam proses tender akan
mengakibatkan peserta tender lainnya menjadi terhalang untuk menjadi
pemenang tender karena pemenangnya sudah diatur oleh pihak tertentu
yang melakukan persekongkolan.
B. Penanganan Persekongkolan Tender di KPPU
1. Alat Bukti Pemeriksaan di KPPU
Prosedur penegakan hukum persaingan usaha dalam UU No. 5
Tahun 1999 yang
dilakukan oleh komisi memiliki beberapa tahap.12
Tahapan prosedur
penanganan perkara dalam persaingan usaha terutama kegiatan
persekongkolan tender tercakup dalam UU No. 5 Tahun 1999, Bab VII
pada Pasal 38 sampai Pasal 46 mengatur tentang tata cara penanganan
perkara termasuk alat bukti dalam pembuktian dugaan pelanggaran.
Komisi dalam rangka membuktikan dapat menggunakan alat bukti
yang secara limitatif ditentukan dalam Pasal 42 UU No. 5 Tahun 1999.
Pada Pasal tersebut, alat-alat bukti yang digunakan oleh KPPU dalam
11 L Budi Kagramanto, Larangan Persekongkolan Tender (Perspektif Hukum Persaingan
Usaha, Cet-ke-1, (Jakarta: Srikandi, 2007), h. 203.
12
Hikmahanto Juwana, Peran Lembaga Peradilan dalam Menangani Perkara
Persaingan Usaha, (Jakarta: Partnership for Business Competition (PBC), 2003), h. 13.
31
melakukan permeriksaan, adalah:13
1) Keterangan saksi
Yang dimaksud saksi adalah setiap orang atau pihak yang
mengetahui terjadinya pelanggaran dan memberikan keterangan
guna kepentingan pemeriksaan.
2) Keterangan ahli
Yang dimaksud saksi ahli adalah orang yang memiliki keahlian
dibidang terkait dengan dugaan pelanggaran dan memberikan
keterangan guna kepentingan pemeriksaan.
3) Surat atau dokumen
Sebagai pembanding dalam hukum acara pidana, surat menurut
Pasal 187 KUHAP dinyatakan bahwa surat sebagaimana dalam
Pasal 187 ayat (1) huruf c, dibuat diatas sumpah jabatan atau
dikuatkan dengan sumpah, yaitu:
a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
pejabat umum
yang berwenang atau dibuat dihadapannya, yang dimuat
keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar,
dilihat atau dialami sendiri, disertai dengan alasan yang jelas
dan tegas tentang keterangannya itu;
b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-
13 Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Usaha UU No. 5/1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, tanpa cetakan, (Medan: Pustaka Bangsa,
2004), h. 123.
32
undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat umum mengenai
hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung
jawabnya dan diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal/
sesuatu keadaan;
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu keadaan yang
diminta secara resmi daripadanya;
d. Surat lain yang hanya dapat diperlakukan jika ada
hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain.
4) Petunjuk
Bandingan dengan hukum acara pidana, petunjuk menurut Pasal
188 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa petunjuk adalah
perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena persesuaiannya, baik
antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana
itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi tindak pidana dan
siapa pelakunya.14
Pasal 188 ayat (2) KUHAP menyatakan bahwa
petunjuk hanya dapat diperoleh dari: (a) keterangan saksi; (b) surat;
(c) keterangan terdakwa. Keterangan terdakwa dalam UU Nomor
5Tahun 1999 digantikan menjadi keterangan terlapor.
5) Keterangan pelaku usaha
Yang dimaksud dengan pelaku usaha adalah setiap orang
14 Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, Cet. Ke-1, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), h. 49.
33
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam bidang ekonomi.
Pembuktian termasuk juga pada suatu dugaan yang belum tentu
dilakukan dan dapat cara melakukan monitoring pasar, harga, ataupun
perjanjian dengan pihak ketiga. Ada suatu pendekatan yang
komprehensif untuk memutuskan apakah suatu perusahaan melakukan
tindakan yang rasional dalam menghadapi pasar atau dalam rangka
menghadapi persaingan atau sebagai konsekuensi keikutsertaan dalam
konspirasi yang bersifat anti-persaingan.15
Komisi memusatkan perhatian ketika melakukan penyelidikan
pada dokumen usaha yang bersifat objektif dan memiliki kekuatan
pembuktian yang khusus. Dalam melihat kebenaran dan menentukan
sah atau tidaknya suatu alat bukti dengan memperhatikan perseuaian
antara alat butki yang satu dengan alat bukti lainnya yang ditentukan
oleh Majelis Komisi.
2. Pembuktian Persekongkolan Tender di KPPU
Dalam memutuskan perkara persekongkolan tender, KPPU
menggunakan dasar hukum Pasal 22 UU Nomor 5/1999. Berdasarkan
15 Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan Usaha UU No. 5/1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, h. 123
34
Pasal 22 tersebut, ketentuan tentang persekongkolan tender terdiri atas
beberapa unsur, yakni unsur pelaku usaha, bersekongkol, adanya pihak
lain, mengatur dan menentukan pemenang tender, serta persaingan
usaha tidak sehat.
Istilah ―pelaku usaha‖ diatur dalam Pasal 1 angka 5 UU No. 5
Tahun1999. Adapun istilah ―bersekongkol‖ diartikan sebagai
kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas
inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan
peserta tender tertentu.16
Di samping itu, unsur ―bersekongkol‖
dapat pula berupa:
1) kerjasama antara dua pihak atau lebih;
2) secara terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan
penyesuaian dokumen dengan peserta lainnya;
3) membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan;
4) menciptakan persaingan semu;
5) menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan;
6) tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui
atau sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan
untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta tender
tertentu;
7) pemberian kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau
pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung kepada
pelaku usaha yang mengikuti tender, dengan cara melawan hukum.
Kerjasama antara dua pihak atau lebih dengan diam-diam biasanya
dilakukan secara lisan, sehingga membutuhkan pengalaman dari
lembaga pengawas persaingan guna membuktikan adanya kesepakatan
yang dilakukan secara diam-diam. Adanya unsur ―pihak lain‖
16 KPPU RI, Pedoman Pasal 22 tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender,
(Jakarta:KPPU, 2005), h. 8.
35
menunjukkan bahwa persekongkolan selalu melibatkan lebih dari satu
pelaku usaha. Pengertian pihak lain dalam hal ini meliputi para pihak
yang terlibat, baik secara horisontal maupun vertikal dalam proses
penawaran tender.
Pola pertama adalah persekongkolan horisontal, yakni tindakan
kerjasama yang dilakukan oleh para penawar tender, misalnya
mengupayakan agar salah satu pihak ditentukan sebagai pemenang
dengan cara bertukar informasi harga serta menaikkan atau
menurunkan harga penawaran. Dalam kerjasama semacam ini, pihak
yang kalah diperjanjikan akan mendapatkan sub kontraktor dari pihak
yang menang. Namun demikian, KPPU kadangkala menemukan unsur
―pihak lain‖ yang bukan merupakan pihak yang terkait langsung dalam
proses penawaran tender, seperti pemasok atau distributor barang dan
atau jasa bersangkutan.
Unsur Pasal 22 selanjutnya adalah ―mengatur dan atau menentukan
pemenang tender‖. Unsur ini diartikan sebagai suatu perbuatan para
pihak yang terlibat dalam proses tender secara bersekongkol, yang
bertujuan untuk menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingnya
dan/atau untuk memenangkan peserta tender tertentu dengan berbagai
cara. Pengaturan dan/atau penentuan pemenang tender tersebut
meliputi, antara lain menetapkan kriteria pemenang, persyaratan
teknik, keuangan, spesifikasi, proses tender, dan sebagainya.
Pengaturan dan penentuan pemenang tender dapat dilakukan secara
36
horisontal maupun vertikal, artinya baik dilakukan oleh para pelaku
usaha atau panitia pelaksana.
Unsur yang terakhir dari ketentuan tentang persekongkolan adalah
terjadinya ―persaingan usaha tidak sehat‖. Unsur ini menunjukkan,
bahwa persekongkolan menggunakan pendekatan rule of reason,
karena dapat dilihat dari kalimat ―…sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat‖. Pendekatan rule of reason
merupakan suatu pendekatan hukum yang digunakan lembaga
pengawas persaingan untuk mempertimbangkan faktor-faktor
kompetitif dan menetapkan layak atau tidaknya suatu hambatan
perdagangan. Artinya untuk mengetahui apakah hambatan tersebut
bersifat mencampuri, mempengaruhi, atau bahkan mengganggu proses
persaingan.17
3. Upaya Hukum Keberatan, Kasasi, dan Eksekusi Putusan
a. Pengajuan Keberatan Sebagai Upaya Hukum
Terhadap Putusan KPPU yang telah dibacakan dalam suatu sidang
yang dinyatakan terbuka untuk umum sebagaimana ditentukan pada
Pasal 43 ayat (4) UU No. 5 Tahun 1999, pelaku usaha dapat
menentukan sikapnya, yaitu tidak menerima isi putusan tersebut
dengan cara mengajukan keberatan atau menerima isi putusan tersebut,
dalam arti pelaku usaha tidak mengajukan keberatan kepada
Pengadilan Negeri.
17 E. Thomas Sullivan dan Jeffrey L. Harrison, Understanding Antitrust and Its Economic
Implications (New York: Matthew Bender & Co., 1994), p. 85.
37
Pengajuan keberatan kepada Pengadilan Negeri dapat diajukan
oleh pelaku usaha paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
menerima pemberitahuan putusan tersebut. Keberatan sendiri
merupakan upaya hukum bagi pelaku usaha yang tidak menerima
putusan KPPU sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Perma No.
01 Tahun 2003. Selanjutnya Pasal 2 ayat (1) Perma No. 01 Tahun 2003
menentukan bahwa keberatan terhadap Putusan KPPU hanya dapat
diajukan kepada Pengadilan Negeri.
Terhadap upaya keberatan tersebut, berlaku hukum acara perdata
yang dalam pemeriksaan keberatan berlaku terhadap Pengadilan
Negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Perma No. 01 Tahun 2003.
Penggunaan hukum acara perdata dalam pemeriksaan keberatan sangat
tepat karena mengingat sifat keberatan yang diajukan pelaku usaha
terhadap Putusan KPPU termasuk dalam kategori peradilan kontentius
(contentieuse jurisdictie) dan merupakan perkara perdata sesuai
dengan Pasal 393 ayat (1) HIR/RBg.18
b. Alasan-alasan Kasasi
Setelah Pengadilan Negeri menjatuhkan putusannya terhadap
keberatan pelaku usaha, pihak yang tidak setuju atas putusan
Pengadilan Negeri berhak mengajukan langsung upaya Kasasi kepada
Mahkamah Agung Republik Indonesia. Sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 45 ayat (3) UU No. 5 Tahun 1999 yang menentukan dalam
18 Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, h. 83.
38
waktu 14 (empat belas) haru, pihak yang keberatan terhadap Putusan
Pengadilan Negeri dapat mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung.
Dalam tingkat Kasasi, tidak diperiksa lagi tentang duduk perkara
atau fakta-fakta sehingga tentang terbukti atau tidaknya peristiwa tidak
akan diperiksa. Pemeriksaan pada tingkat Kasasi hanya berkenaan
dengan tidak dilaksanakan atau ada kesalahan dalam pelaksanaan
hukum.19
Tidak semua putusan judex facti dapat dimohonkan Kasasi,
menurut ketentuan Pasal 30 UU Nomor 14 Tahun 1985 Tentang
Mahkamah Agung (selanjutnya disebut UU No. 14 Tahun 1985),
permohonan Kasasi dibatasi terhadap alasan-alasan, yaitu dalam hal:
i. Judex facti tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;
dan/atau;
ii. Judex facti salah menerapkan atau melanggar hukum yang
berlaku; dan/atau;
iii. Judex facti lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu
dengan batalnya putusan yang bersangkutan.
Alasan-alasan atau keberatan tersebut dituangkan dalam Memori
Kasasi. Berdasarkan Pasal 47 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1985,
pemohon Kasasi wajib menyerahkan Memori Kasasi dalam tenggang
waktu 14 (empat belas) hari setelah permohonan Kasasi diajukan.
Dikatakan ―wajib‖ karena pemohon Kasasi yang tidak menyerahkan
Memori Kasasi akan mengakibatkan permohonan Kasasi tersebut tidak
memenuhi persyaratan formil sehingga permohonan Kasasi tersebut
19 Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 4275 K/Pdt/1998, tanggal 25 Oktober 1999
dan Putusan Mahkamah Agung RI Reg. No. 30 K/Pdt/1995, tanggal 9 Februari 1998).
39
tidak diperiksa dan ditolak.20
c. Eksekusi Putusan
1) Sifat-sifat Putusan yang Dapat Dieksekusi
Eksekusi adalah upaya paksa untuk melaksanakan suatu
putusan yang telah berkekuatan hukum tetap (in kracht van
gewijsde). Tidak semua putusan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap mempunyai kekuatan untuk di eksekusi. Dalam
kerangka UU No. 5 Tahun 1999, Putusan KPPU yang menyatakan
pelaku usaha melanggar ketentuan undang-undang tersebut,
mempunyai kekuatan eksekusi. Dalam konteks ini termasuk juga
Putusan KPPU yang dimintakan keberatan kepada Pengadilan
Negeri atau Kasasi kepada Mahkamah Agung, tetapi terhadap
Keberatan dan Kasasi tersebut ditolak, maka
juga memiliki kekuatan eksekusi.21
Karena putusan Pengadilan Negeri atau Mahkamah Agung
yang mengabulkan keberatan pelaku usaha tidak mempunyai
kekuatan eksekusi. Sehingga KPPU serta merta tidak dapat
meminta pelaksanaan eksekusi kepada Pengadilan Negeri (fiat
eksekusi). Pada prinsipnya, ada tiga faktor yang mengakibatkan
suatu Putusan KPPU mempunyai kekuatan hukum tetap, yaitu:22
20 Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, h. 104.
21
Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, h. 106.
22
Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, h. 107.
40
a) Apabila pelaku usaha tidak mengajukan keberatan terhadap
Putusan KPPU dalam tenggang waktu yang diberikan
undang-undang (Pasal 46 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999);
atau
b) Apabila Pengadilan Negeri menolak alasan-alasan
keberatan yang diajukan oleh pelaku usaha dan tidak ada
permohonan Kasasi dalam tenggang waktu yang
ditentukan undang-undang (Pasal 45 ayat (3) UU No. 5
Tahun 1999); atau
c) Apabila Mahkamah Agung dalam tingkat Kasasi menolak
alasan-alasan Keberatan yang diajukan oleh pelaku usaha.
Putusan KPPU yang berisi sanksi administratif disebut
dengan condemnatoir atau putusan yang bersifat menghukum.
Sedangkan putusan yang isinya menyatakan bahwa pelaku usaha
tertentu secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU Nomor
5 Tahun 1999 disebut putusan declaratoir atau bersifat
menerangkan.23
Setiap putusan condemnatoir mengandung
kekuatan eksekusi.24
Putusan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap dan bersifat condemnatoir wajib dilaksanakan oleh
pelaku usaha. Ada dua cara melaksanakan putusan, yaitu:
a) Secara sukarela; atau
b) Dengan cara upaya paksa.
Pelaksaan putusan secara sukarela berarti pelaku usaha memenuhi
sendiri dengan sempurnya segala kewajibannya sesuai dengan
amar putusan KPPU. Dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari
setelah menerima pemberitahuan putusan, pelaku usaha wajib
23 Anna Maria, Sanksi Dalam Perkara Persekongkolan Tender Berdasarkan UU Nomor 5
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Jakarta:
KPPU, 2007), h. 30.
24
Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, h. 109.
41
melaksanakan putusan tersebut dan melaporkan pelaksanaannya
kepada KPPU.
2) Pelaksanaan Secara Perdata
Apabila pelaku usaha tidak melaksanakan putusan secara
sukarela, maka berdasarkan Pasal 44 ayat (4) dan Pasal 46 ayat (2)
UU No. 5 Tahun 1999, KPPU dapat menempuh dua upaya hukum,
yaitu:
a) KPPU meminta penetapak eksekusi kepada Pengadilan
Negeri (Pasal 46 ayat (2);
b) KPPU menyerahkan putusan tersebut kepada penyidik
untuk dilakukan penyelidikan.
Permintaan penetapan eksekusi kepada Pengadilan Negeri
merupakan aspek perdata dimana untuk melaksanakan sanksi
administratif yang dikenakan oleh KPPU sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1999. Eksekusi perdata terbagi
atas dua jenis, yaitu:
a) Eksekusi riil; dan
b) Eksekusi pembayaran sejumlah uang.
Eksekusi riil adalah jenis eksekusi putusan yang menghukum
pelaku usaha untuk melakukan perbuatan tertentu yang bukan
berupa pembayaran sejumlah uang.25
Sedangkan eksekusi
pembayaran sejumlah uang adalah jenis eksekusi yang
menghukum pelaku usaha untuk membayar sejumlah uang tertentu.
Oleh karena dalam penelitian ini penulis fokus terhadap
25 Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, h. 110.
42
sanksi denda sebagaimana ditentukan dalam Pasal 47 ayat (2) huruf
g, maka prosedur eksekusi pembayaran sejumlah uang dilakukan
dengan prosedur, sebagai berikut:
a) Penyampaian peringatan (aanmaning) kepada pelaku usaha;
b) Perintah ekseksusi;
c) Penjualan lelang.
Pelaksanaan peringatan ini dilaksanakan dengan cara pemanggilan
pihak yang dihukum (pelaku usaha) untuk menghadap Ketua
Pengadilan Negeri. Apabila peringatan tersebut tidak dipenuhi,
Ketua Pengadilan mengeluarkan penetapan yang berisi perintah
kepada Panitera atau Juru Sita untuk menjalankan eksekusi.
Dalam UU No. 5 Tahun 1999, KPPU tidak memiliki
kewenangan meletakan sita jaminan (conservatoir beslag) terhadap
harta benda pelaku usaha. Oleh karena itu, Ketua Pengadilan
Negeri –atas permintaan KPPU— meletakan sita eksekusi terhadap
harta benda pelaku usaha sebagai jaminan.26
Setelah sita eksekusi, tahap selanjutnya adalah penjualan di
depan umum (lelang). Pengadilan Negeri yang berwenang
melaksanakan Putusan KPPU dibedakan atas Pengadilan Negeri
yang memutuskan keberatan atau tempat kedudukan hukum
pelaku usaha.
3) Pelaksanaan Secara Pidana
KPPU dapat menyerahkan putusannya kepada penyidik
26 Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha, h. 113.
43
untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut sesuai dengan hukum
acara pidana yang berlaku. Penyerahan itu dilakukan karena KPPU
tidak berwenang untuk menjatuhkan sanksi pidana kepada pelaku
usaha. Tujuan penyerahan kepada penyidik adalah untuk
menerapkan sanksi pidana, yaitu:
a) Pidana pokok (Pasal 48 UU No. 5 Tahun 1999), yaitu
pidana denda atau pidana kurungan pengganti denda;
b) Pidana tambahan (Pasal 49 UU No. 5 Tahun 1999), yaitu:
i. Pencabutan izin usaha; atau
ii. Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti
melakukan pelanggaran terhadap undang-undang ini
untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya
5 (lima) tahun; atau
iii. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang
menyebabkan timbulnya kerugian pihak lain.
Dalam hal Putusan KPPU telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, artinya tidak diajukan upaya hukum Keberatan atau
jika diajukan upaya hukum Keberatan atau Kasasi atas putusan
tersebut Majelis Hakim mengabulkan dan berakibat putusan
tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap, maka pelaku usaha
wajib melaksanakan putusan tersebut. Namun, jika pelaku usaha
tidak melaksanakannya secara sukarela, maka KPPU memiliki hak
menyerahkan putusan tersebut kepada Penyidik untuk dilakukan
penyidikan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 44 ayat (4) UU
No. 5 Tahun 1999. Sehingga pada akhirnya hakim pidana
menjatuhkan hukum pidana kepada pelaku usaha berdasarkan Pasal
48 UU No. 5 Tahun 1999.
44
BAB III
TINJAUAN UMUM MENGENAI SANKSI DALAM HUKUM
PERSAINGAN USAHA
DI INDONESIA
A. Sanksi dalam Hukum Persaingan Usaha di Indonesia
Seperti halnya dalam bidang hukum lainnya, maka dalam bidang
Hukum Persaingan Usaha berlaku prinsip bahwa tidak ada gunanya
sebagus dan sesempurna apa pun peraturan tertulis jika hal tersebut tidak
bisa diwujudkan ke dalam praktek.1 Agar praktek sesuai dengan yang
dikehendaki oleh peraturan tertulis, maka aspek pelaksanaan hukum (law
enforcement) juga harus diatur, diarahkan, dan dilaksanakan secara rapi.
Jika tidak, ketentuan tertulis hanya menjadi macan kertas yang sia-sia.2
Dalam UU No. 5 Tahun 1999 mengenal sanksi administratif dan
pidana terhadap pelanggaran yang dilakukan. Dibandingkan dengan
Amerika Serikat, Pasal 4 Sherman Act dan Pasal 15 Clayton Act ditetapkan
bahwa jika yang melakukan tuntutan itu adalah badan yang dibentuk oleh
Pemerintah, maka dapat dituntut equitable sanction dan criminal sanction.
Sedangkan jika yang menuntut adalah perseorangan atau class action,
Pasal 9 Sherman Act dan Pasal 19 Clayton Act disebutkan dapat menuntut
1 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat, Cet. Ke-1
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999), h. 117.
2 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat, h. 117.
45
secara injunctive relief dan treble damages.3
Selain itu dalam UU No. 5 Tahun 1999 dibentuk suatu komisi yang
menegakkan hukum persaingan usaha, bernama Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU). KPPU dibentuk berdasarkan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 1999 Tentang Komisi
Pengawas Persaingan Usaha. secara kewenangan, KPPU hanya diberikan
oleh UU No. 5 Tahun 1999 sebatas sanksi administratif karena pada
prinsipnya KPPU tidak berwenang menjatuhkan sanksi-sanksi pidana atau
perdata.4
B. Sanksi Denda Administratif
Selain kewenangan sebagaimana diatur dalam Pasal 36 UU No. 5
Tahun 1999, in casu KPPU berwenang melakukan tindakan administratif.
Sanksi administrasi/administratif adalah sanksi yang dikenakan terhadap
pelanggaran administrasi atau ketentuan undang-undang yang bersifat
administratif. Pada umumnya sanksi administrasi/administratif berupa:
1) Denda (misalnya yang diatur dalam PP No. 28 Tahun 2008),
2) Pembekuan hingga Pencabutan sertifikat dan/atau izin (misalnya yang
diatur dalam Permenhub No. KM 26 Tahun 2009);
3) Penghentian sementara pelayanan administrasi hingga pengurangan
jatah produksi (misalnya yang diatur dalam Permenhut No.
P.39/MENHUT-II/2008 Tahun 2008);
4) Tindakan administratif (misalnya yang diatur dalam Keputusan
KPPU No. 252/KPPU/KEP/VII/2008 Tahun 2008)
Pengenaan denda administratif ditujukan kepada mereka yang
3 Elyta Ras Ginting, Hukum Anti Monopoli (Analisis dan Perbandingan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999), Cet. Ke-1, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001), h. 113.
4 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat, h. 117.
46
melanggar peraturan perundang-undangan tertentu, dan kepada si
pelanggar dikenakan sejumlah uang tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan, kepada pemerintah diberikan
wewenang untuk menerapkan sanksi tersebut.5 Kewenangan administratif
diatur dalam Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1999. Komisi berwenang
menjatuhkan sanksi berupa tindakan adminisrtratif terhadap pelaku usaha
yang melanggar ketentuan pasal dalam UU No. 5 Tahun 1999 berupa:6
Pasal 47
1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan
administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar undang-
undang ini (UU No. 5 Tahun 1999).
2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat berupa:
a) Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16;
dan atau
b) Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi
vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ;dan atau
c) Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan
yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau
menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan
masyarakat; dan atau
d) Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
penyalahgunaan posisi dominan; dan atau
e) Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan
badan usaha dan pengambilalihan saham sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28, dan atau penetapan pembayaran
gantu rugi; dan atau
f) Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp.
25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).
5 Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat
Publik, Cetakan Kedua, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), h. 108.
6 Binoto Nadapdap, Hukum Acara Persaingan Usaha, Cet. Ke-1, (Jakarta: Jala Permata
Aksara, 2009), h. 27.
47
Dari ketentuan dalam Pasal 47 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
tindakan-tindakan administratif yang dapat diambil oleh KPPU, sebagai
berikut:7
1) Pembatalan perjanjian-perjanjian yang dilarang oleh UU No. 5
Tahun 1999;
2) Memberikan perintah agar pelaku usaha segera menghentikan
kegiatan integrasi vertikal;
3) Memberikan perintah agar pelaku usaha dapat menghentikan
kegiatan yang terbukti telah menimbulkan persaingan tidak sehat;
4) Memberikan perintah agar pelaku usaha dapat menghentikan
penyalahgunaan posisi dominan;
5) Menetapkan pembatalan merger, akuisisi, dan konsolidasi yang
menimbulkan persaingan curang;
6) Menetapkan pembayaran sejumlah ganti kerugian;
7) Mengenakan denda.
UU No. 5 Tahun 1999 tidak mengatur dan menyebutkan apakah jika
sudah dijatuhkan hukuman administratif, hukuman lainnya (pidana dan
perdata) masih dapat dijatuhkan. Selain itu, ketentuan mengenai hukuman
administratif ini apakah berlaku secara alternatif atau kumulatif bersama
dengan hukuman-hukuman lainnya.8 Sehingga yang berlaku adalah
ketentuan hukum secara umum, dimana antara hukum perdata, pidana, dan
administratif bersifat kumulatif. Jadi, bisa saja dijatuhkan hukuman
tersebut sekaligus (perdata, pidana, dan administratif) tehadap pelaku
usaha.9
Kemudian yang menjadi persoalan adalah misalnya, ketika KPPU
7 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat, h.120.
8 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat, h.121.
9 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat, h.122.
48
telah menjatuhkan hukuman denda sebagaimana diatur pada Pasal 47
ayat (2) huruf g dan Pengadilan Negeri pada saat yang sama
menjatuhkan hukuman denda sebagaimana diatur pada Pasal 48 ayat
(1) sehingga hukuman dendanya menjadi ganda atau double. Menurut
Munir Fuady, hukuman denda yang ganda atau double tersebut bisa
dijatuhkan secara bersamaan. Sebab, hukuman denda sebagaimana
diatur dalam Pasal 47 ayat (2) huruf g merupakan denda administratif,
sementara hukuman denda sebagaimana diatur dalam Pasal 48 ayat (1)
merupakan denda pidana. Jadi, kedua jenis denda tersebut adalah
berbeda satu dengan yang lainnya sehingga kedua-duanya dapat
dijatuhkan secara kumulatif.
C. Sanksi Pidana Denda
Selain dari sanksi-sanksi administratif dan sanksi perdata, Hukum
Persaingan Usaha juga mengatur mengenai sanksi pidana. Menurut Elyta
Ras Ginting, sifat dari pelanggaran dalam UU No. 5 Tahun 1999 bersifat
imperatif. Berpedoman pada Pasal 44 ayat (4) dan ayat (5), pelanggaran itu
sifatnya adalah keperdataan sepanjang pelaku usaha menerima putusan
KPPU dan menjalankan tindakan administratif yang dijatuhkan oleh
KPPU terhadap para pihak.10
Namun jika para pihak tidak menjalankan
Putusan KPPU tersebut atau tidak cooperative berarti sifat pelanggaran
tersebut beralih menjadi dugaan adanya tindak pidana.
Terhadap sikap pelaku usaha yang tidak menjalankan Putusan KPPU
10 Elyta Ras Ginting, Hukum Anti Monopoli (Analisis dan Perbandingan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999), h. 115.
49
tersebut, KPPU berwenang mengajukan putusan tersebut kepada Penyidik
untuk dilakukan penyidikan. Dengan demikian, maka lex specialis yang
diberlakukan dalam UU No. 5 Tahun 1999 berubah menjadi lex generalis,
yaitu penyidikan itu telah masuk dalam wilayah hukum acara pidana
(KUHAP), dimana Putusan KPPU yang tidak dilaksanakan tersebut
menjadi bukti permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan
penyidikan.11
Sanksi-sanksi pidana Hukum Persaingan Usaha di
kelompokkan ke dalam dua kategori sebagai berikut:
1) Sanksi Pidana dalam UU No. 5 Tahun 1999;
2) Sanksi Pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP)
Untuk lebih jelasnya, berikut ini penjelasan untuk masing-masing kategori,
yaitu sebagai berikut:
a. Sanksi Pidana dalam UU No. 5 tahun 1999.
Dalam UU No. 5 Tahun 1999 sekalipun mengatur
mengenai ketentuan pidana (sekaligus sanksinya) tetapi pejabat
penegak hukum untuk menerapkan sanksi pidana tersebut
tetaplah pejabat penegak hukum umum, yaitu Kepolisian untuk
pejabat penyidikan, Jaksa untuk pejabat penuntut umum, dan
Hakim sebagai pemutusnya. Sekalipun ada KPPU, tetapi KPPU
hanya bertugas sebatas tugas administrasi termasuk
kewenangannya untuk menjatuhkan sanksi administrasi. Jadi,
11 Elyta Ras Ginting, Hukum Anti Monopoli (Analisis dan Perbandingan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999), h. 116.
50
KPPU tidak memiliki kewenangan dalam hukum pidana namun
Putusan KPPU dapat merupakan ‗bukti permulaan‘ yang cukup
bagi penyidikan perkara pidana.
Sanksi pidana pokok dalam ketentuan UU No. 5 Tahun
1999 adalah pidana denda atau pidana kurungan pengganti
denda dengan ketentuan sebagai berikut:
I. Ancaman pidana denda serendah-rendahnya Rp.
25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya 100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah) atau pidana kurungan pengganti denda, dengan
perincian sebagai berikut:
a) Membuat perjanjian oligopoli (Pasal 4);
b) Membuat perjanjian pembagian wilayah (Pasal 9);
c) Membuat perjanjian pemboikotan (Pasal 10);
d) Membuat perjanjian kartel (Pasal 11);
e) Membuat perjanjian trust (Pasal 12);
f) Membuat perjanjian oligopsoni (Pasal 13);
g) Membuat perjanjian integrasi vertikal (Pasal 14);
h) Membuat perjanjian yang dilarang dengan pihak
luar negeri (Pasal 16);
i) Melakukan kegiatan monopoli (Pasal 17);
j) Melakukan kegiatan monopsoni (Pasal 18);
k) Melakukan penguasaan pasar yang dilarang (Pasal
19);
l) Menyalahgunakan posisi dominan (Pasal 25);
m) Kepemilikan saham yang dilarang (Pasal 27);
n) Melakukan merger, akuisisi, dan konsolidasi yang
dilarang (Pasal 28).
II. Ancaman pidana denda serendah-rendahnya Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan setinggi-
tingginya Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar
rupiah) atau pidana kurungan pengganti denda selama-
lamanya 5 (lima) bulan, yakni yang diancam terhadap
tindakan-tindakan yang melanggar Hukum Persaingan
Usaha, sebagai berikut:
a) Penetapan harga yang dilarang (Pasal 5 -8);
b) Perjanjian tertutup yang dilarang (pasal 15);
c) Melakukan jual rugi yang dilarang (Pasal 20);
d) Melakukan kecurangan dalam menetapkan
komponen harga barang (Pasal 21);
51
e) Persekongkolan yang dilarang (Pasal 22-24);
f) Menyalahgunakan posisi dominan (Pasal 25).
III. Ancaman pidana denda serendah-rendahnya Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-
tingginya Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya
3 (tiga) bulan, yakni yang diancam terhadap tindakan-
tindakan yang melanggar Hukum Persaingan Usaha,
sebagai berikut:
a) Tidak mau menyerahkan alat bukti dalam
penyelidikan dan atau pemeriksaan;
b) Menolak diperiksa untuk suatu proses penyelidikan
dan atau pemeriksaan;
c) Menolak memberikan informasi yang diperlukan
dalam pemeriksaan dan atau penyelidikan;
d) Menghambat proses penyelidikan dan atau
pemeriksaan.
b. Sanksi Pidana dalam KUHP
Dalam KUHP juga ditemukan tindak pidana berupa
tindakan yang mengakibatkan terjadinya persaingan pasar yang
tidak sehat atau yang disebut dengan tindak pidana persaingan
curang. Ketentuan yang melarang tindak pidana persaingan
curang ini diatur dalam Pasal 382 bis KUHP.
Pasal 382
―Barangsiapa untuk mendapatkan, melangsungkan, atau
memperluas hasil perdagangan atau perusahaan milik sendiri
atau orang lain, melakukan perbuatan curang untuk
menyesatkan khalayak umum atau seorang tertentu diancam
karena persaingan curang dengan pidana penjara paling lama
satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak tiga
belas ribu lima ratus rupiah, bila perbuatan itu dapat
menimbulkan kerugian bagi konkuren-konkuren orang lain itu‖
D. Sanksi Pidana Tambahan
Dalam Pasal 10 KUHP diatur tentang jenis-jenis hukuman yang terdiri
52
dari hukuman pokok dan hukuman tambahan. Hukuman tambahan terdiri
dari:
1) Pencabutan beberapa hak tertentu;
2) Perampasan barang tertentu;
3) Pengumuman keputusan hakim.
Pidana tambahan yang ditetapkan dalam Pasal 49 UU No. 5 Tahun 1999
ini mengacu kepada ketentuan Pasal 10 KUHP tersebut dimana dalam
UU No. 5 Tahun 1999 terdapat dua macam sanksi pidana, yaitu:
1) Sanksi pidana pokok; dan
2) Sanksi pidana tambahan.
Pasal 49 UU No. 5 Tahun 1999 mengatur mengenai sanksi pidana
dengan merujuk ketentuan Pasal 10 KUHP, pelanggaran terhadap pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana tambahan
berupa:
1) Pencabutan izin usaha; atau
2) Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan
pelanggaran terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan
direksi atau komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan
selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau
3) Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan
timbulnya kerugian pada pihak lain.
Dengan demikian selain pidana pokok, pengadilan juga dapat
menjatuhkan salah satu dari jenis pidana tambahan tersebut di atas
sesuai dengan pertimbangan hakim atas berat atau ringannya
pelanggaran yang telah dilakukan oleh pelaku usaha serta telah
memperhatikan asas kepastian hukum, asas kemanfaatan, dan asas
keadilan.
53
BAB IV
ANALISIS PUTUSAN SANKSI DENDA PADA PERSEKONGKOLAN
TENDER DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
A. Putusan Mahkamah Agung Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
Kasus Lelang Pekerjaan di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan.
1. Kasus Posisi
Pada tanggal 15 November 2010 Majelis Komisi KPPU memutus
Perkara Nomor 26/KPPU-L/2010 tentang pelanggaran Pasal 22 UU No. 5
Tahun 1999 yang Para Terlapornya terdiri dari:
Terlapor I: PT. Surya Eka Lestari, Terlapor II: PT. Wahyu Wide,
Terlapor III: PT. Sentosa Raya, Terlapor IV: PT. Nusantara
Membangun, Terlapor V: PT. Cinta Famili, Terlapor VI: PT.
Bintang Selatan Agung, Terlapor VII: PT. Arga Makmur Mandiri,
Terlapor VIII: PT. Alam Baru Persada, Terlapor IX: PT. Surya
Prima Abadi, Terlapor X: PT. Dwi Perkasa, Terlapor XII: PT.
Mahalini Jaya Manggala, Terlapor XIII: PT. Gemilang Permai,
Terlapor XIV: PT. Medika Jaya Utama, Terlapor XV: PT. Bunga
Mulia Indah, Terlapor XVI: PT. Gading Cempaka Graha, Terlapor
XVII: PT. Alam Permai Indah Mandiri, Terlapor XVIII: PT. Dua
Sepakat, Terlapor XIX: Panitia Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi
di Dinas PU Bina Marga Kabupaten Ogan Komering Ulu APBD
Tahun Anggaran 2009, dan Terlapor XX: PT. Sekawan Maju
Bersama.1
Para Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan
Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999. Kasus ini berawal dari adanya dugaan
pelanggaran pada Lelang Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Ogan
Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan APBD Tahun Anggaran 2009
1 Putusan KPPU Perkara Nomor 26/KPPU-L/2010, tentang Identitas Terlapor, h. 4-9.
54
(selanjutnya disebut Lelang) yang objek lelangnya, terdiri dari:
a. Paket Pembangunan Jembatan Rangka Baja Desa Sundan
Kecamatan Lengkiti dengan pagu anggaran sebesar Rp
12.000.000.000 (dua belas milyar rupiah);
b. Paket Peningkatan Jalan Lekis unit II Lanjutan sistem ATB 6
Km Kecamatan Baturaja Timur dengan pagu anggaran sebesar
Rp 4.500.000.000 (empat milyar lima ratus juta rupiah);
c. Paket Pembangunan Jalan Kurup – Batu Kuning, Kecamatan
Batu Raja – Kecamatan Lubuk Batang sepanjang 7,5 km
dengan pagu anggaran sebesar Rp 13.000.000.000 (tiga belas
milyar rupiah);
d. Paket Pembangunan Jalan Lubuk Batang – Suka Pindah dan
Jalan Lingkar Desa Belatung sepanjang 1 km dengan pagu
anggaran sebesar Rp 3.080.000.000 (tiga milyar delapan puluh
juta rupiah);
e. Paket Peningkatan Jalan Dr. Sutomo Kecamatan Baturaja
Timur sepanjang 2 km dengan pagu anggaran sebesar Rp
2.000.000.000 (dua milyar rupiah);
f. Paket Pekerjaan Jalan Simpang Mandala – Simpang Unit XIV
sepanjang 3,5 km dengan pagu anggaran sebesar Rp
2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah);
g. Paket Pembangunan Jembatan Air Kiwai (Baja) Kecamatan
Muara Jaya sepanjang 50 m dengan pagu anggaran sebesar Rp
9.000.000.000 (sembilan milyar rupiah);
h. Paket Pekerjaan Jalan Gn Meraksa – Kertamulya Kecamatan
Paninjauan sepanjang 10 km dengan pagu anggaran sebesar Rp
9.000.000.000 (sembilan milyar rupiah);
i. Paket Pembangunan Jalan Tegal Arum (arah taman makam
pahlawan kemarung) dan Jalan Lubuk Dingin LPB 4 km
dengan pagu anggaran sebesar Rp 1.750.000.000 (satu milyar
tujuh ratus lima puluh juta rupiah);
j. Sumber Dana lelang ini berasal dari APBD Kabupaten Ogan
Komering Ulu tahun anggaran 2009.2
Tindakan para Terlapor yang terbukti secara sah dan meyakinkan
melanggar ketentuan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 berarti membuktikan
pada saat proses tender telah terjadi persekongkolan dalam mengatur dan
menentukan pemenang tender. Memberikan bantuan dalam bentuk
2 Putusan KPPU Perkara Nomor 26/KPPU-L/2010, tentang Lelang , h. 10-11.
55
kerjasama yang saling menguntungkan yang dilakukan dengan cara yang
bertentangan dengan ketentuan UU No. 5 Tahun 1999 adalah termasuk
perbuatan dosa yang dimungkinkan dapat menimbulkan rasa
ketidakpuasan atau bahkan permusuhan. Perbuatan demikian terdapat
dalam kitab Al-quran sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Maidah ayat
2, Allah Swt. berfirman:
وتعاونوا علي ٱلبر وٱلتقوى ولا تعاونوا علي ٱلإثم وٱلعدون
٢)وٱتقوا ٱلله إن ٱلله شديد ٱلعقاب
”... dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al Maidah [5]:
2)
Jika dilihat dalam ayat tersebut, tindakan kerjasama saling
menguntungkan antara para Terlapor untuk memenangkan tender
merupakan bagian dari perbuatan dosa. Allah Swt. melalui ayat tersebut
telah melarang umatnya untuk saling tolong-menolong dalam hal
perbuatan dosa dimana dalam hal ini berarti bersekongkol yang
mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.
Para Terlapor yang tidak menerima Putusan KPPU Perkara Nomor
26/KPPU-L/2010 selanjutnya mengajukan Keberatan kepada Pengadilan
Negeri Baturaja yang diregister dengan Perkara Nomor
03/Pdt.G/KPPU/2011/PN.BTA. Para Terlapor tersebut diantaranya PT.
56
Surya Eka Lestari, PT. Wahyu Wide, dan PT. Sentosa Raya (Selanjutnya
disebut sebagai Pemohon Keberatan I, II, dan III).
Selanjutnya Para Terlapor lainnya, diantaranya PT Surya Prima
Abadi, PT. Dwi Perkasa Mandiri, PT. Nugraha Adi Taruna, dan PT.
Sekawan Maju Bersama (dahulu masing-masing sebagai Terlapor IX, X,
XI, dan XX) juga mengajukan Keberatan kepada Pengadilan Negeri
Palembang yang diregister dengan Perkara Nomor
16/Pdt.G/KPPU2011/PN.PLG.
Tidak hanya pada mekanisme upaya Keberatan, para pihak yang
belum puas atas putusan upaya Keberatan selanjutnya menempuh upaya
hukum Kasasi ke Mahkamah Agung. Perkara Kasasi tersebut diregistrasi
dengan Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013 yang para pihaknya,
diantaranya:
2. Argumen Para Pihak
I Para Pemohon Kasasi I
PT. Surya Eka Lestari
PT. Surya Eka Lestari
PT. Wahyu Wide
PT. Sentosa Raya
II Para Pemohon Kasasi II
PT. Bunga Mulia Indah
PT. Gading Cempaka Graha
PT Dua Sepakat
III Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU)
IV Para Pemohon Kasasi IV
PT. Nusantara Membangun
PT.Bintang Selatan Agung
PT. Arga Makmur Mandiri
PT. Alam Baru Persada
PT. Mahalini Jaya Manggala
Termohon Kasasi I PT. Surya Prima Abadi
II PT. Dwi Perkasa Mandiri III PT. Nugraha Adi Taruna
IV PT. Sekawan Maju Bersama
Turut Termohon Kasasi
I PT. Cinta Famili II PT. Gemilang Permai
III PT. Medika Jaya Utama
IV PT. Alam Permai Indah Mandiri V Panitia Pengadaan Barang/Jasa
Konstruksi di Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga Kabupaten
Ogan Komering Ulu APBD
Tahun Anggaran 2009
57
Para pihak merasa bahwa Putusan KPPU Perkara Nomor
26/LKPPU-L/2010, Putusan Pengadilan Negeri Baturaja Perkara Nomor
03/Pdt.G/KPPU/2011/PN.BTA, dan Putusan Pengadilan Negeri
Palembang Perkara Nomor 16/Pdt.G/KPPU2011/PN.PLG tidak memenuhi
aspek keadilan terutama mengenai besaran penjatuhan sanksi denda yang
besarannya bervariasi (disparitas). Hal tersebut dapat dilihat dalam
Putusan MA Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013 dimana Para
Pemohon Kasasi I dan Para Pemohon Kasasi IV menilai Judex Facti pada
Pengadilan Negeri Palembang telah bertindak diskriminatif dengan
mengurangi besaran denda yang harus dibayar oleh Para Termohon Kasasi
I, II, III, dan IV.
Judex Facti pada Pengadilan Negeri memberikan pengurangan
jumlah hukuman denda yang harus dibayar oleh Para Termohon I, yang
awalnya sebesar Rp. 599.499.000,00 (lima ratus sembilan puluh sembilan
juta empat ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) menjadi Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Oleh sebab itu Para Pemohon
Kasasi I menilai Judex Facti pada Pengadilan Negeri Palembang telah
salah dalam menerapkan hukum.
3. Pendapat Majelis Hakim
Dalam Putusan Mahkamah Agung Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-
KPPU/2013, Majelis Hakim mempertimbangkan keberatan-keberatan
tersebut diatas yang diajukan oleh para Pemohon Kasasi. Mengenai
keberatan-keberatan tersebut, Majelis Hakim Kasasi berpendapat bahwa
58
keberatan tersebut dapat dibenarkan oleh karena setelah meneliti secara
saksama memori kasasi masing-masing dan kontra memori kasasi yang
dihubungkan dengan pertimbangan judex facti. Sehingga dalam hal ini
Pengadilan Negeri Palembang Putusan Perkara Nomor
16/Pdt.G/KPPU2011/PN.PLG telah salah menerapkan hukum.
Selain itu Majelis Hakim Kasasi berpendapat terhadap perkara
keberatan yang sama harus didaftar dengan nomor registrasi yang sama.
Sebagaimana dalam Pasal 4 ayat (3) Perma Nomor 3 Tahun 2005 Tentang
Tata Cara Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU (selanjutnya
disebut Perma No. 3 Tahun 2005), menyatakan:
‖Dalam hal keberatan diajukan oleh lebih dari 1 (satu) Pelaku
Usaha untuk putusan KPPU yang sama, dan memiliki kedudukan
hukum yang sama, perkara tersebut harus didaftar dengan nomor
yang sama‖
Sehingga perkara keberatan yang diperiksa dalam register perkara
tersendiri, yaitu di Pengadilan Negeri Palembang Perkara Nomor
16/Pdt.G/2011/PN.Plg., yang terpisah dari perkara keberatan yang sama,
yaitu perkara yang diregistrasi Nomor 24/Pdt.G/2011/PN/Plg.
Kemudian Majelis Hakim Kasasi melihat dalam putusan judex
facti terdapat pertimbangan yang tidak konsisten berkaitan dengan
penjatuhan denda. Hukuman denda yang dijatuhkan terhadap Para
Pemohon Keberatan (Terlapor IX, X, XI, dan XX) menurut Majelis Hakim
perlu diperbaiki karena menurut ketentuan Pasal 47 ayat (2) angka 2 huruf
g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, KPPU berwenang menjatuhkan
denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,00 setinggi-tingginya
59
Rp25.000.000.000,00, oleh karenanya penentuan besarnya denda
sebagaimana ditentukan dalam putusan KPPU a quo adalah tidak dapat
dibenarkan.
B. Analisis Disparitas Sanksi Denda dalam Putusan Mahkamah Agung
Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013.
1. Eksekusi Putusan dan Sikap Para Pihak Terhadap Putusan
Putusan KPPU baru dapat dieksekusi ketika sudah berkuatan
hukum tetap (in kracht van gewijsde). Hal tersebut berarti para pihak yang
tersebut dalam amar putusan KPPU tidak mengajukan keberatan selama
batas waktu yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 1999. Namun apabila ada
upaya hukum yang dilakukan atas putusan KPPU tersebut, dapat diartikan
putusan KPPU tersebut belum berkekuatan hukum tetap dan para pihak
dapat mengajukan upaya keberatan atas putusan KPPU ke Pengadilan
Negeri. Sebab berdasarkan Pasal 44 ayat (1) UU No. 5 No. Tahun 1999
dinyatakan bahwa dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pelaku usaha
menerima pemberitahuan putusan Komisi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 43 ayat (4), pelaku usaha wajib melaksanakan putusan tersebut dan
menyampaikan laporan pelaksanaannya kepada Komisi.
Namun dalam praktek, masih banyak ditemukan pelaku usaha atau
terlapor yang belum memenuhi kewajiban tersebut, meskipun putusannya
telah berkekuatan hukum tetap. Sebagaimana diketahui KPPU sebagai
lembaga pengawas pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999, kedudukan KPPU
bukan sebagai lembaga peradilan perdata oleh karena itu KPPU tidak
60
dapat mengeksekusi putusannya sendiri seperti pada Pengadilan Negeri.
3Putusan KPPU yang menghukum supaya pelaku membayar denda
walaupun sudah memiliki kekuatan hukum tetap karena pelaku tidak
mengajukan upaya hukum, tidak dapat dieksekusi oleh KPPU.
Pihak KPPU sendiri melihat pelaksanaan eksekusi putusan
Persaingan Usaha sebagai suatu tantangan. Pasalnya kecepatan respon
Mahkamah Agung terhadap permohonan eksekusi putusan dinilai KPPU
cenderung lambat pelaksanaannya.4 Aspek lain yang juga menjadi kendala
eksekusi putusan adalah beberapa Pengadilan justru sering tidak
mengetahui lembaga KPPU ini sendiri sehingga upaya percepatan
eksekusi tidak semudah apa yang disebut dalam UU No. 5 Tahun 1999.5
Tidak hanya pada mekanisme keberatan, para pihak bahkan juga
menempuh upaya hukum Kasasi ke Mahkamah Agung. Perkara yang
diregistrasi dengan Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013. Sehingga dapat
dibayangkan bagaimana atas putusan yang diputuskan oleh KPPU sendiri,
KPPU juga harus menjadi pihak atas upaya-upaya yang diajukan oleh
Pemohon (dahulu Terlapor di KPPU) sehingga upaya eksekusi putusan
KPPU menjadi tidak semerta-merta menjadi mudah dieksekusi.
Mengingat pelaksanaan eksekusi menjadi tanggung jawab Panitera
3 Wawancara dengan Dendy R. Sutrisno, Kepala Bagian Kerjasama Dalam Negeri di
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 12 Februari 2015.
4 Wawancara dengan Dendy R. Sutrisno, Kepala Bagian Kerjasama Dalam Negeri di
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 12 Februari 2015.
5 Wawancara dengan Dendy R. Sutrisno, Kepala Bagian Kerjasama Dalam Negeri di
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 12 Februari 2015.
61
atau melalui Panitera Pengganti dan juga karena KPPU tidak memiliki
kewenangan melakukan sita jaminan maka yang pertama dilakukan adalah
proses sita eksekusi dahulu.6 Sempat disinggung diatas mengenai
ketentuan Pasal 44 ayat (1) UU No. 5 No. Tahun 1999, dapat dilihat
jangka waktu eksekusi selama 30 (tiga puluh) hari menjadi sulit
direalisasikan.
2. Analisis Disparitas Penerapan Sanksi Denda
Dalam berbagai putusan, KPPU menyimpangi adanya aturan batas
bawah dan atas tersebut. Jika disimak dalam putusannya selama ini, KPPU
beberapa kali menyimpangi aturan Pasal 47 ayat (2) huruf g UU No. 5
Tahun 1999 terutama pada besaran batas bawah. Sementara, untuk batas
atasnya tidak pernah disimpangi. Putusan KPPU yang menyimpangi batas
bawah tersebut, salah satunya Putusan Perkara Nomor 26/KPPU-L/2010
berkaitan dengan Lelang Pekerjaan di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan.
Dalam putusan perkara tersebut, Majelis menyatakan Para
Terlapor (Terlapor I s/d Terlapor XX) dinyatakan terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 dan menjatuhkan
hukuman kepada Para Terlapor dengan besaran denda yang bervariasi dari
yang paling kecil sebesar Rp 52.428.000 (lima puluh dua juta empat ratus
dua puluh delapan ribu rupiah) sampai yang paling besar, yaitu sebesar Rp.
659.123.000 (enam ratus lima puluh sembilan juta seratus dua puluh tiga
6 Wawancara dengan Dendy R. Sutrisno, Kepala Bagian Kerjasama Dalam Negeri di
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 12 Februari 2015.
62
ribu rupiah).
Hal yang sama terjadi juga dalam perkara persekongkolan tender
dalam Putusan KPPU lainnya dalam Perkara Nomor: 03/KPPU-L/2013
tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 dalam Tender Pengadaan 30 Unit Traktor Besar di Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
Anggaran 2010. Pada perkara tersebut Majelis menyatakan para Terlapor
(Terlapor I, II, III, dan IV) terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar
Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999. Terhadap Terlapor I tidak dikenakan
hukuman denda namun terhadap Terlapor II dihukum denda sebesar Rp.
465.013.380,00 (empat ratus enam puluh lima juta tiga belas ribu tiga
ratus delapan puluh rupiah) sedangkan terhadap Terlapor III dan IV,
masing-masing dihukum lebih rendah, yaitu sebesar Rp. 232.571.690,00
(dua ratus tiga puluh dua juta lima ratus tujuh puluh satu ribu enam ratus
sembilan puluh rupiah).
Maka dapat dilihat pada 2 (dua) Putusan KPPU tersebut, yaitu
Perkara di Sumatera Selatan dan di Perkara Nusa Tenggara Timur ini
terdapat disparitas penjatuhan hukuman denda yang sangat signifikan.
Terlapor pada Perkara di Sumatera Selatan dan Perkara di Nusa Tenggara
Timur yang sama-sama terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar
Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 ada yang didenda dan ada yang tidak
mendapatkan hukuman denda sama sekali. Disparitas putusan ini
menimbulkan pertanyaan. Sebab dalam putusan KPPU, Majelis
63
Komisioner dalam pertimbangan Putusannya tidak menjelaskan lebih jauh
mengapa terlapor didenda atau sebaliknya dan mengapa Terlapor yang
dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU
No. 5 Tahun 1999 tidak dihukum denda serupiah pun. Padahal
persekongkolan tender adalah pelanggaran yang paling berat dalam
persaingan usaha.
Dalam Putusan MA Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
yang penulis analisis juga terdapat disparitas penjatuhan sanksi denda. PT.
Surya Prima Abadi dalam Putusan KPPU Perkara Nomor 26/KPPU-
L/2010 dihukum membayar denda seberar Rp. 599.499.000,00 (lima ratus
sembilan puluh sembilan juta empat ratus sembilan puluh sembilan ribu
rupiah). Dalam upaya Keberatan kepada Pengadilan Negeri, jumah denda
yang awalnya sebesar Rp. 599.499.000,00 (lima ratus sembilan puluh
sembilan juta empat ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) dikurangi
menjadi Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Majelis Hakim pada
Pengadilan Negeri Palembang dalam Perkara Nomor
16/Pdt.G/KPPU2011/PN.PLG juga dalam pertimbangannya tidak
memberikan alasan pengurangan denda yang rasional dan rinci.
Saat ini KPPU sendiri dalam rangka memberikan pemahaman
melalui putusannya mencoba untuk memutus dengan selalu memberikan
alasan-alasan (reasoning) dan juga gambaran akan dampak yang akan
64
terjadi atas perbuatan melanggar UU No. 5 Tahun 1999.7 Bahkan KPPU
terhitung sejak tahun 2011 telah melakukan sikap yang konstruktif dalam
putusannya, yaitu dengan memaparkan secara rinci perhitungan denda
dalam tubuh Putusan KPPU.8
Kemudian juga dalam Putusan MA Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-
KPPU/2013, yang didalamnya termasuk juga putusan pada tingkat lebih
rendah, yaitu Putusan KPPU Perkara Nomor 26/KPPU-L/2010, Putusan
Pengadilan Negeri Baturaja Perkara Nomor
03/Pdt.G/KPPU/2011/PN.BTA, dan Putusan Pengadilan Negeri
Palembang Perkara Nomor 16/Pdt.G/KPPU2011/PN.PLG telah terjadi
disparitas dalam menjatuhkan besaran sanksi denda. Untuk lebih
memahami perbedaan antara Putusan yang diputus oleh KPPU dalam
Putusan KPPU Perkara Nomor 26/KPPU-L/2010 dengan Putusan yang
diputus oleh Mahkamah Agung dalam Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-
KPPU/2013, berikut adalah
perbedaannya:
Putusan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor
26/KPPU-L/2010 Tentang
Lelang Pekerjaan di Dinas
Pekerjaan Umum Bina
Marga Kabupaten Ogan
Komering Ulu Provinsi
Sumatera Selatan.
Putusan Mahkamah Agung Perkara
Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
Kasus Lelang Pekerjaan di Dinas
Pekerjaan Umum Bina Marga
Kabupaten Ogan Komering Ulu
Provinsi Sumatera Selatan.
7 Wawancara dengan Dendy R. Sutrisno, Kepala Bagian Kerjasama Dalam Negeri di
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 12 Februari 2015.
8 Wawancara dengan Dendy R. Sutrisno, Kepala Bagian Kerjasama Dalam Negeri di
Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, 12 Februari 2015.
65
Para Pihak
Terlapor I: PT. Surya Eka
Lestari, Terlapor II: PT.
Wahyu Wide, Terlapor III:
PT. Sentosa Raya, Terlapor
IV: PT. Nusantara
Membangun, Terlapor V:
PT. Cinta Famili, Terlapor
VI: PT. Bintang Selatan
Agung, Terlapor VII: PT.
Arga Makmur Mandiri,
Terlapor VIII: PT. Alam
Baru Persada, Terlapor IX:
PT. Surya Prima Abadi,
Terlapor X: PT. Dwi
Perkasa, Terlapor XII: PT.
Mahalini Jaya Manggala,
Terlapor XIII: PT.
Gemilang Permai, Terlapor
XIV: PT. Medika Jaya
Utama, Terlapor XV: PT.
Bunga Mulia Indah,
Terlapor XVI: PT. Gading
Cempaka Graha, Terlapor
XVII: PT. Alam Permai
Indah Mandiri, Terlapor
XVIII: PT. Dua Sepakat,
Terlapor XIX: Panitia
Pengadaan Barang/Jasa
Konstruksi di Dinas PU
Bina Marga Kabupaten
Ogan Komering Ulu APBD
Tahun Anggaran 2009, dan
Terlapor XX: PT. Sekawan
Maju Bersama.9
I. Para Pemohon Kasasi I
1. PT. Surya Eka Lestari, yang
diwakili oleh Direktur Utama,
Andi Fitriansyah, ST., MM.,
berkedudukan di Jl. A.R Hamidi
No. 3, Baturaja, Palembang;
2. PT. Wahyu Wide, yang diwakili
oleh Direktur, Bambang Agus
Zulkarnain, berkedudukan di Jl. A.
Yani 3,5 Kemelak, Baturaja,
Palembang;
3. PT. Sentosa Raya, yang diwakili
oleh Direktur, Susi Andriyani,
berkedudukan di Jl, D,S Baturaja
No.20 Baturaja, Palembang.
Ketiganya dalam hal ini memberi
kuasa kepada Eric Asmansyah,
S.H., dan kawan-kawan, Para
Advokat yang berkantor di Wijaya
Graha Puri (Grand Wijaya
Centre), Blok G No.7 Jl. Wijaya
II, Kebayoran Baru, Jakarta,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tanggal 4 Juli 2011, Para Pemohon
Kasasi I dahulu Turut Termohon
Keberatan I, II, dan III.;
II. Para Pemohon Kasasi II
1. PT. Bunga Mulia Indah, yang
diwakili oleh Direktur Utama,
Saiful, berkedudukan di Jl. Let.Jen
Bambang Utoyo No. 68 RT 40,
Lrg Kerukunan,Kelurahan 8 Ilir,
Kec. Ilir Timur II, Palembang;
2. PT. Gading Cempaka Graha, yang
diwakili oleh Direktur, Jhonny,
berkedudukan di Jl. Veteran No.
433-D, Palembang;
3. PT Dua Sepakat, yang diwakili
oleh Direktur Utama, Thamrin
Sutopo, berkedudukan di Jl.
Veteran No 31-B, RT 09/03,
9 Putusan KPPU Perkara Nomor 26/KPPU-L/2010, tentang Identitas Terlapor, h. 4-9.
66
Palembang.
Ketiganya dalam hal ini memberi
kuasa kepada Susanto Widjaya,
SH., dan kawan, Para Advokat
beralamat di Jl. A. Yani 13 Ulu
Lorong A. Kadir No. 4-A,
Palembang, berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 7 Februari
2011, Para Pemohon Kasasi II
dahulu Turut Termohon Keberatan
XII, XIII, dan XV;
III. Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU), yang diwakili oleh
Ketua KPPU, Tadjuddin Noersaid,
berkedudukan di Jl. Ir. H. Juanda
No. 6 Jakarta Pusat, dalam hal ini
memberi kuasa kepada Setya Budi
Yulianto, SH., Kepala Biro
Penindakan, Sekretariat KPPU
dan kawan-kawan, Para Staf
KPPU, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tanggal 31 Januari 2012,
Pemohon Kasasi III dahulu
Termohon Keberatan;
IV. Para Pemohon Kasasi IV
1. PT. Nusantara Membangun, yang
diwakili oleh Direktur Utama, Adi
Fitramsyah, berkedudukan di
Jl.Veteran No. 432-C Palembang;
2. PT.Bintang Selatan Agung, yang
diwakili oleh Direktur Utama, Ir.
Julianto, berkedudukan di Jl.
Soekarno Hatta No. 1 Palembang;
3. PT. Arga Makmur Mandiri, yang
diwakili oleh Direktur Utama,
Henrico Martin, SE.,
berkedudukan di Jl. Veteran No.
432-C/1080, Kelurahan 20 Ilir
Darat I, Kec. Ilir Timur I,
Palembang;
4. PT. Alam Baru Persada, yang
diwakili oleh Direktur Utama,
Yenny Elita, S.Pd.,MM.,
berkedudukan di Jl. Demang
67
Lebar Daun No. 49, Kelurahan
Lorok Pakjo I-B.1, 1, Palembang;
5. PT. Mahalini Jaya Manggala,
yang diwakili oleh Direktur
Utama, Tedy Suherman, SE.,
berkedudukan di Jl. Soekarno
Hatta No. 1-B, Palembang, selaku
Direktur Utama.
Kelimanya dalam hal ini memberi
kuasa kepada Liz Asnahwati, SH.,
dan kawan, Para Advokat,
beralamat di Wijaya Graha Puri
(Grand Wijaya Centre) Blok G
No. 7 Jl. Wijaya II, Kebayoran
Baru, Jakarta, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tanggal 26 Juli
2011, Para Pemohon Kasasi IV
dahulu Turut Termohon Keberatan
IV, VI, VII, VIII, dan IX;
Melawan
I. PT. Surya Prima Abadi, yang
diwakili oleh Direktur Utama, Ir.
Febri Alfian, berkedudukan di Jl.
Residen Abdul Rozak No. 1-A,
Palembang, Sumatera Selatan;
II. PT. Dwi Perkasa Mandiri, yang
diwakili oleh Direktur Utama,
Agus Andreas, berkedudukan di
Jl. Residen Abdul Rozak No. 3,
Palembang, Sumatera Selatan;
III. PT. Nugraha Adi Taruna, yang
diwakili oleh Direktur Utama,
Gusti Yudi Rahman,
berkedudukan di Jl. Residen
Abdul Rozak No. 1-B, Palembang,
Sumatera Selatan;
IV. PT. Sekawan Maju Bersama, yang
diwakili oleh Direktur Utama,
Baharuddin Iskak Oey,
berkedudukan di Jl. Jend.
Sudirman No. 1072, Palembang,
Sumatera Selatan.
Keempatnya dalam hal ini
memberi kuasa kepada Prof. Dr.
Suhandi Cahaya, SH.,MH.,MBA.,
68
dan kawan, Para Advokat
beralamat di Jl. Gajah Mada No.
10 Lt. 2, Jakarta Pusat,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus
masing-masing tanggal 12 Januari
2012, Para Termohon Kasasi
dahulu Pemohon Keberatan I, II,
III, IV;
Dan;
I. PT. Cinta Famili, berkedudukan di
Jl. A. Yani No. 144, Baturaja,
Palembang;
II. PT. Gemilang Permai,
berkedudukan di Jl. Prof Dr.
Hamka No. 132, Baturaja,
Palembang;
III. PT. Medika Jaya Utama,
berkedudukan di Jl. D.I Panjaitan
No. 431, Baturaja Palembang;
IV. PT. Alam Permai Indah Mandiri,
berkedudukan di Jl. Mundir No. 9,
KM 14, Desa Sukajadi, Kec.
Talang Kelapa, Muba, Palembang;
V. Panitia Pengadaan Barang/Jasa
Konstruksi di Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga Kabupaten
Ogan Komering Ulu APBD Tahun
Anggaran 2009, berkedudukan di
Kantor Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga, Jl. Jend. A. Yani,
Palembang, Para Turut Termohon
Kasasi dahulu Turut Termohon
Keberatan V, X, XI, XIV, XVI;
Sikap Para Pihak
PT. Surya Eka Lestari, PT. Wahyu Wide,
dan PT. Sentosa Raya (Selanjutnya
disebut sebagai Pemohon Keberatan I, II,
dan III) mengajukan permohonan
keberatan ke Pengadilan Negeri Baturaja
Perkara Nomor
03/Pdt.G/KPPU/2011/PN.BTA., tersebut
pada Jumat, tanggal 1 April 2011 oleh
Ikha Tina, SH.,M.Hum, Hakim Ketua
Majelis, Boxgie Agus Santoso, SH dan
69
Jimmy Maruli Alfian, SH.,MH., masing-
masing Hakim Anggota, memutuskan
yang amarnya sebagai berikut:
a. Menolak keberatan dari Pemohon
Keberatan I, II, dan III;
b. Menguatkan Putusan KPPU Nomor:
26/KPPU-L/2010 tanggal 15
November 2010 dengan perbaikan,
sehingga amar selengkapnya berbunyi
sebagai berikut:
1) Menyatakan Terlapor I: PT Surya
Eka Lestari, Terlapor II: PT.
Wahyu Wide, Terlapor III: PT.
Sentosa Raya terbukti secara sah
dan meyakinkan melanggar Pasal
22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2) Menghukum Terlapor I: PT. Surya
Eka Lestari untuk membayar
denda sebesar Rp. 59.743.000,00
(lima puluh sembilan juta tujuh
ratus empat puluh tiga ribu rupiah)
yang harus disetor ke Kas Negara
sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang persaingan
usaha Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha
melalui bank pemerintah dengan
kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di
Bidang Persaigan Usaha);
3) Menghukum Terlapor II: PT.
Wahyu Wide untuk membayar
denda sebesar Rp. 226.782.000,00
(dua ratus juta dua puluh enam juta
tujuh ratus delapan puluh dua ribu
rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan
denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja
Komisi Pengawas Persaingan
Usaha melalui bank pemerintah
dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di
70
Bidang Persaigan Usaha);
4) Menghukum Terlapor III: PT.
Sentosa Raya untuk membayar
denda sebesar Rp.659.123.000,00
(enam ratus lima puluh sembilan
juta seratus dua puluh tiga ribu
rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan
denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja
Komisi Pengawas Persaingan
Usaha melalui bank pemerintah
dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di
Bidang Persaigan Usaha)
5) Menghukum Pemohon Keberatan
I, II, dan III untuk membayar biaya
perkara secara tanggung renteng
yang hingga kini sebesar Rp.
511.000,00 (lima ratus sebelas ribu
rupiah).
Pengadilan Negeri Palembang pada
Perkara Nomor
16/Pdt.G/KPPU2011/PN.PLG juga
menerima permohonan Keberatan
terhadap Putusan KPPU Perkara Nomor
26/KPPU-L/2010, tanggal 15 November
2010. Para pihak selaku Pemohon
Keberatan ini diantaranya PT Surya
Prima Abadi, PT. Dwi Perkasa Mandiri,
PT. Nugraha Adi Taruna, dan PT.
Sekawan Maju Bersama (dahulu masing-
masing sebagai Terlapor IX, X, XI, dan
XX) yang selanjutnya pada tanggal 28
Juni 2011, Majelis Hakim pada
Pengadilan Negeri Palembang telah
memutuskan yang amarnya sebagai
berikut:
a. Menerima permohonan keberatan
Pemohon Keberatan I/dahulu
Terlapor IX, Pemohon Keberata
II/dahulu Terlapor X, Pemohon
Keberatan III/dahulu Terlapor XI, dan
Pemohon Keberatan IV/dahulu
71
Terlapor XX untuk sebagian;
1) Membatalkan Putusan KPPU No.
26/KPPU-L/2010 tanggal 15
November 2010 sepanjang dictum
angka 7, sehingga berbunyi:
―Menghukum Terlapor IX: PT.
Surya Prima Abadi untuk
membayar denda sebesar Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan
denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha satuan kerja
Komisi Pengawas Persaingan
Usaha melalui bank Pemerintah
dengan kode penerimaan 423755
(pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha)‖;
Dictum angka 9, sehingga
berbunyi: ―Melarang Terlapor I:
PT. Surya Eka Lestari, Terlapor
II:PT Wahyu Wide, Terlapor III:
PT. Sentosa Raya, Terlapor VI:
PT. Bintang Selatan Agung,
Terlapor VII: PT. Alam Baru
Persada, Terlapor XII: PT.
Mahalini Jaya Manggala, Terlapor
XIII: PT Gemilang Permai,
Terlapor XIV: Medika Jaya
Utama, Terlapor XV: PT. Bunga
Mulia Indah, Terlapor XVIII: PT.
Dua Sepakat, untuk mengikuti
lelang yang menggunakan dana
Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) di seluruh Indonesia
selama 18 (depalan belas) bulan
sejak putusan ini mempunyai
kekuatan hukum tetap‖;
2) Membebankan seluruh biaya yang
timbul dalam perkara ini kepada
Komisi Pengawas Persaingan
Usaha Republik Indonesia sebesar
Rp. 222.000,00 (dua ratus dua
puluh dua ribu rupiah);
72
3) Menolak permohonan keberatan
Pemohon Keberatan I/dahulu
Terlapor IX, Pemohon Keberatan
II/dahulu Terlapor XX, untuk
selain dan selebihnya;
Argumen Para Pihak
Selanjutnya sikap para pihak terhadap
Putusan Pengadilan Negeri Palembang
Perkara Nomor
16/Pdt.G/KPPU2011/PN.PLG atas amar
putusannya sebagaimana tersebut diatas,
Para Pihak mengajukan Kasasi.
Keberatan-keberatan kasasi yang
diajukan oleh Para Pemohon Kasasi
dalam memori kasasinya, diantaranya
sebagai berikut:
a. Keberatan Pemohon Kasasi I
Para Pemohon Kasasi I menilai
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas
I-A Palembang telah keliru dan
diskriminatif dalam mempertimbangkan
dan memberikan pengurangan jumlah
hukuman denda yang harus dibayar oleh
Para Termohon I, yang awalnya sebesar
Rp. 11.989.970.000,00 (sebelas miliar
sembilan ratus delapan puluh sembilan
juta sembilan ratus tujuh puluh ribu
rupiah) menjadi Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sedangkan terhadap
Para Pemohon Kasasi I, II, dan III tidak
diberikan pengurangan.
Pemohon Kasasi I dalam tender
tersebut memenangkan nilai proyek
sebesar Rp. 1.991.431.000,00 (satu miliar
sembilan ratus sembilan puluh satu juta
empat ratus tiga puluh satu ribu rupiah)
sedangakan jumlah denda yang
dijatuhkan oleh KPPU dan dikuatkan
oleh judex facti sebesar Rp.
59.743.000,00 (lima puluh sembilan juta
tujuh ratus empat puluh tiga ribu rupiah).
Sehingga Pemohon Kasasi merasa
hukuman denda tersebut sangat tidak adil
dan tidak logis.
73
Hal yang sama juga dialami Pemohon
Kasasi II, hukuman denda yang
ditetapkan oleh KPPU dan dikuatkan oleh
judex facti sebesar Rp. 226.782.000,00
(dua ratus dua puluh enam juta tujuh
ratus delapan puluh dua ribu rupiah)
dinilai sangat tidak adil dan tidak logis.
Sebab nilai proyek yang dimenangkan
hanya sebesar Rp. 4.488.394.000,00
(empat miliar empat ratus depalan puluh
delapan tiga ratus sembilan puluh empat
ribu rupiah). Begitupun oleh Pemohon
Kasasi III, dihukum denda oleh KPPU
sebesar Rp. 659.123.000,00 (enam ratus
lima puluh sembilan seratus dua puluh
tiga ribu rupiah) dengan kalkulasi nilai
proyek yang hanya sebesar Rp.
12.974.495.000,00 (dua belas miliar
sembilan ratus tujuh puluh empat ribu
empat ratus sembilan puluh lima ribu
rupiah) menilai penjatuhan hukuman
denda tidak adil dan tidak logis.
b. Keberatan Pemohon Kasasi IV
Pemohon Kasasi IV menilai bahwa
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas
I-A Palembang telah keliru menerapkan
hukuman denda dan bersikap
diskriminatif dalam mempertimbangkan
dan memberikan pengurangan jumlah
hukuman denda terhadap Termohon
Kasasi I, yaitu dari sebesar Rp.
599.499.000,00 (lima ratus sembilan
puluh sembilan juta empat ratus sembilan
puluh sembilan ribu rupiah) dikurangi
menjadi sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sedangkan Pemohon
Kasasi IV tidak diberikan pengurangan
sama sekali.
Sedangkan hukuman yang dijatuhkan
kepada Pemohon Kasasi IV sebesar Rp.
52.428.000,00 (lima puluh dua juta empat
ratus dua puluh delapan ribu rupiah) atas
nlai proyek Rp. 1.747.600.000,00 (satu
miliar tujuh ratus tujuh puluh tujuh enam
74
ratus ribu rupiah) sehingga hukuman itu
dinilai tidak adil dan tidak logis.
Pertimbangan Majelis Hakim
Dalam Putusan Mahkamah Agung
Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-
KPPU/2013, Majelis Hakim
mempertimbangkan atas keberatan-
keberatan tersebut diatas yang diajukan
oleh para Pemohon Kasasi. Mengenai
keberatan-keberatan Para Pemohon
Kasasi I, II, III, dan IV, Majelis Hakim
berpendapat bahwa keberatan tersebut
dapat dibenarkan oleh karena setelah
meneliti secara saksama memori kasasi
masing-masing dan kontra memori
kasasi, dihubungkan dengan
pertimbangan judex facti dalam hal ini
Pengadilan Negeri Palembang dalam
Putusan Perkara Nomor
16/Pdt.G/KPPU2011/PN.PLG telah
salah menerapkan hukum dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a. Bahwa perkara keberatan a quo
diperiksa dalam register perkara
tersendiri, yaitu di Pengadilan Negeri
Palembang Perkara Nomor
16/Pdt.G/2011/PN.Plg., sehingga
terpisah dari perkara keberatan yang
sama, yaitu Keberatan terhadap
putusan KPPU (Pemohon Kasasi II)
Nomor 26/KPPU-L/2010 dalam
perkara register Nomor
24/Pdt.G/2011/PN/Plg., sehingga
untuk perkara yang sama di daftar
dengan nomor yang berbeda dan
oleh karena itu bertentangan dengan
ketentuan Pasal 4 ayat (3) Perma
Nomor 3 Tahun 2005;
b. Bahwa selain itu dalam putusan
judex facti terdapat pertimbangan
yang tidak konsisten yaitu bahwa
hukuman terhadap Para Pemohon
Keberatan (Terlapor IX, X, XI, dan
Terlapor XX) berupa denda perlu
diperbaiki dan sanksi berupa
75
larangan untuk mengikuti tender
dinyatakan tidak berdasar secara
hukum sehingga harus dibatalkan
namun terhadap para Turut
Termohon Keberatan yang juga
sebagai Terlapor bersama-sama Para
Pemohon Kasasi, sanksi-sanksi
tersebut tetap berlaku sehingga
menimbulkan ketidakpastian hukum;
c. Bahwa Judex Facti dalam
pertimbangannya menyatakan
sependapat dengan KPPU bahwa
terbukti telah terjadi persekongkolan
horizontal dan vertikal, kecuali
mengenai besarnya denda yang
dijatuhkan adalah tidak logis apabila
dihubungkan dengan nilai proyek;
d. Bahwa hal ini tidak dapat
dibenarkan, karena menurut
ketentuan Pasal 47 ayat (2) angka 2
huruf g Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999, KPPU berwenang
menjatuhkan denda serendah-
rendahnya Rp1.000.000.000,00
setinggi-tingginya
Rp25.000.000.000,00, oleh
karenanya penentuan besarnya denda
sebagaimana ditentukan dalam
putusan KPPU a quo adalah dapat
dibenarkan;
Bahwa berdasarkan pertimbangan
tersebut, putusan judex facti tidak dapat
dipertahankan lagi dan harus dibatalkan,
serta Mahkamah Agung sependapat
dengan pertimbangan dan Putusan KPPU
dalam perkara a quo.
Putusan
Memutuskan
1. Menyatakan Para Pihak
tersebut diatas
seluruhnya terbukti
secara sah dan
meyakinkan melanggar
Pasal 22 UU No. 5
Tahun 1999 tentang
Mengadili
I. 1. PT. Surya Eka Lestari, 2. PT.
Wahyu Wide, 3. PT. Sentosa Raya;
II. 1. PT Bunga Mulia Indah, 2. PT.
Gading Cempaka Graha, 3. PT. Dua
Sepakat;
III. Komisi Pengawas Persaingan
Usaha Republik Indonesia;
76
Larangan Praktek
Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak
Sehat;
2. Menghukum Terlapor I:
PT. Surya Eka Lestari
untuk membayar denda
sebesar Rp.
59.743.000,00 (lima
puluh sembilan juta
tujuh ratus empat puluh
tiga ribu rupiah) yang
harus disetor ke Kas
Negara sebagai
pendapatan denda
pelanggaran di bidang
Persaingan Usaha,
Satuan Kerja KPPU
melalui Bank
Pemerintah dengan kode
423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan
Usaha);
3. Menghukum Terlapor II:
PT. Wahyu Wide untuk
membayar denda
sebesar Rp.
226.782.000,00 (dau
ratus dua puluh enam
juta juta tujuh ratus
delapan puluh dua ribu
rupiah) yang harus
disetor ke Kas Negara
sebagai pendapatan
denda pelanggaran di
bidang Persaingan
Usaha, Satuan Kerja
KPPU melalui Bank
Pemerintah dengan kode
423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan
Usaha);
4. Menghukum Terlapor
III: PT. Sentosa Raya
IV. 1. PT. Nusantara Membangun, 2.
PT. Bintang Selatan Agung, 3. PT.
Arga Makmur Mandiri, 4. PT. Alam
Baru Persada, 5. PT. Mahalini Jaya
Manggala tersebut:
Membatalkan putusan Pengadilan Negeri
Palembang Nomor
16/Pdt.G/KPPU/2011/PN.Plg., tanggal 28
Juni 2011;
Mengadili Sendiri
1. Menyatakan Terlapor I: PT. Surya
Eka Lestari, Terlapor II: PT. Wahyu
Wide, Terlapor III: PT. Sentosa Raya,
Terlapor VI: PT. Bintang Selatan
Agung, Terlapor VIII: PT. Alam Baru
Persada, Terlapor IX: PT. Surya
Prima Abadi, Terlapor X: PT. Dwi
Perkasa, Terlapor XII: PT. Mahalini
Jaya Manggala, Terlapor XIII: PT.
Gemilang Permai, Terlapor XIV: PT.
Medika Jaya Utama, Terlapor XV:
PT. Bunga Mulia Indah, Terlapor
XVI: PT. Gading Cempaka Graha,
Terlapor XVII: PT. Alam Permai
Indah Mandiri, Terlapor XVIII: PT.
Dua Sepakat, Terlapor XIX: Panitia
Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi di
Dinas PU Bina Marga Kabupaten
Ogan Komering Ulu APBD Tahun
Anggaran 2009, dan Terlapor XX:
PT. Sekawan Maju Bersama terbukti
secara sah dan meyakinkan
melanggar Pasal 22 UU No. 5 Tahun
1999.
2. Menghukum Terlapor I: PT. Surya
Eka Lestari untuk membayar denda
sebesar Rp. 59.743.000,00 (lima
puluh sembilan juta tujuh ratus empat
puluh tiga ribu rupiah) yang harus
disetor ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha Satuan Kerja
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
melalui bank pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan
77
untuk membayar denda
sebesar Rp.
659.123.000,00 (enam
ratus lima puluh
sembilan juta seratus
dua puluh tiga ribu
rupiah) yang harus
disetor ke Kas Negara
sebagai pendapatan
denda pelanggaran di
bidang Persaingan
Usaha, Satuan Kerja
KPPU melalui Bank
Pemerintah dengan kode
423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan
Usaha);
5. Menghukum Terlapor
V: PT. Cinta Famili
untuk membayar denda
sebesar Rp.
187.275.000,00 (seratus
delapan puluh tujuh dua
ratus tujuh puluh lima
ribu rupiah) yang disetor
ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan
denda pelanggaran di
bidang Persaingan
Usaha, Satuan Kerja
KPPU melalui Bank
Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755
(Pendapatan Denda
Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha);
6. Menghukum Terlapor
VIII: PT. Alam Baru
Persada untuk
membayar denda
sebesar Rp.
52.428.000,00 (lima
puluh dua juta empat
ratus dua puluh delapan
ribu rupiah) yang harus
Denda Pelanggaran di Bidang
Persaigan Usaha);
3. Menghukum Terlapor II: PT. Wahyu
Wide untuk membayar denda sebesar
Rp. 226.782.000,00 (dua ratus dua
puluh enam juta tujuh ratus delapan
puluh dua ribu rupiah) yang harus
disetor ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha Satuan Kerja
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
melalui bank pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di Bidang
Persaigan Usaha);
4. Menghukum Terlapor III: PT.
Sentosa Raya untuk membayar denda
sebesar Rp. 659.123.000,00 (enam
ratus lima puluh sembilan juta seratus
dua puluh tiga ribu rupiah) yang
harus disetor ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang Persaingan
Usaha, Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha);
5. Menghukum Terlapor V: PT. Cinta
Famili untuk membayar denda
sebesar Rp. 187.275.000,00 (seratus
delapan puluh tujuh juta dua ratus
tujuh puluh lima ribu rupiah) yang
harus disetor ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang Persaingan
Usaha, Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha);
6. Menghukum Terlapor VIII: PT. Alam
Baru untuk membayar denda sebesar
Rp. 52.428.000,00 (lima puluh dua
78
disetor ke Kas Negara
sebagai pendapatan
denda pelanggaran di
bidang Persaingan
Usaha, Satuan Kerja
KPPU melalui Bank
Pemerintah dengan kode
423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan
Usaha);
7. Mengukum Terlapor IX:
PT. Surya Prima Abadi
untuk membayar denda
sebesar Rp.
599.499.000,00 (lima
ratus sembilan puluh
sembilan juta empat
ratus sembilan puluh
sembilan ribu rupiah)
yang harus disetor ke
Kas Negara sebagai
pendapatan denda
pelanggaran di bidang
Persaingan Usaha,
Satuan Kerja KPPU
melalui Bank
Pemerintah dengan kode
423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan
Usaha);
8. Menghukum Terlapor
XV: PT. Bunga Mulia
Indah untuk membayar
denda sebesar Rp.
449.844.000,00 (empat
ratus empat puluh
sembilan juta delapan
ratus empat puluh empat
ribu rupiah) yang harus
disetor ke Kas Negara
sebagai pendapatan
denda pelanggaran di
bidang Persaingan
Usaha, Satuan Kerja
juta empat ratus dua puluh delapan
ribu rupiah) yang harus disetor ke
Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di
bidang Persaingan Usaha, Satuan
Kerja Komisi Pengawas Persaingan
Usaha melalui bank Pemerintah
dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan Usaha);
7. Menghukum Terlapor IX: PT. Surya
Prima Abadi untuk membayar denda
sebesar Rp. 599.499.000,00 (lima
ratus sembilan puluh sembilan juta
empat ratus sembilan puluh sembilan
rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan
denda pelanggaran di bidang
Persaingan Usaha, Satuan Kerja
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
melalui bank Pemerintah dengan
kode penerimaan 423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha);
8. Menghukum Terlapor XV: PT. Bunga
Mulia membayar denda sebesar Rp.
449.844.000,00 (empat ratus empat
puluh sembilan juta delapan ratus
empat puluh empat ribu rupiah) yang
harus disetor ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang Persaingan
Usaha, Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha);
9. Melarang Terlapor I: PT. Surya Eka
Lestari, Terlapor II: PT. Wahyu
Wide, Terlapor III: PT. Sentosa Raya,
Terlapor VI: PT. Bintang SeIatan
Agung, Terlapor Vlll : PT. Alam
Baru Persada, Terlapor IX: PT. Surya
Prima Abadi, Terlapor X: PT. Dwi
Perkasa, Terlapor Xll: PT. Mahalini
79
KPPU melalui Bank
Pemerintah dengan kode
423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan
Usaha);
9. Melarang Terlapor I:
PT. Surya Eka Lestari,
Terlapor II: PT. Wahyu
Wide, Terlapor III: PT.
Sentosa Raya, Terlapor
VI: PT. Bintang Selatan
Agung, Terlapor VIII:
PT. Alam Baru Persada,
Terlapor IX: PT. Surya
Prima Abadi, Terlapor
X: PT. Dwi Perkasa,
Terlapor XII: PT.
Mahalini Jaya
Manggala, Terlapor XV:
PT. Bunga Mulia Indah,
Terlapor XVIII: PT. Dua
Sepakat, dan Terlapor
XX: PT. Sekawan Maju
Bersama untuk
mengikuti lelang yang
menggunakan dana
Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN)
dan Anggaran
Pendapatan Belanja
Daerah (APBD)
diseluruh Indonesia
selama 12 (dua belas)
bulan sejak putusan ini
mempunyai kekuatan
tetap;
10. Melarang Terlapor IV:
PT Nusantara
Membangun, Terlapor
V: PT. Cinta Famili,
Terlapor VII: PT. Arga
Makmur Mandiri,
Terlapor XI: PT.
Nugraha Adi Taruna,
Terlapor XIII: PT.
Jaya Manggala, Terlapor XV: PT.
Bunga MuIia lndah, Terlapor XVlll:
PT. Dua Sepakat, dan Terlapor XX:
PT. Sekawan Maju Bersama untuk
mengikuti lelang yang menggunakan
dana Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
diseluruh lndonesia selama 12 (dua
belas) bulan sejak putusan ini
mempunyai kekuatan hukum tetap;
10. Melarang, Terlapor IV: PT.
Nusantara Membangun, Terlapor V:
PT. Cinta Famili, Terlapor VIl : PT.
Arga Makmur Mandiri, Terlapor Xl:
PT. Nugraha Adi Taruna, Terlapor
XlII: PT. Gemilang Permai, Terlapor
XlV: Medika Jaya Utama, Terlapor
XVI: PT. Gading Cempaka Graha,
Terlapor XVII: PT. Alam Permai
Indah Mandiri, untuk mengikuti
lelang yang menggunakan dana
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) dan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) di seluruh
Indonesia selama 18 (delapan belas)
bulan sejak putusan ini mempunyai
kekuatan hukum tetap.
80
Gemilang Permai,
Terlapor XIV: Medika
Jaya Utama, Terlapor
XVI: PT. Gading
Cempaka Graha dan
Terlapor XVII: PT.
Alam Permai Indah
Mandiri, untuk
mengikuti lelang yang
menggunakan dana
Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN)
dan Anggaran
Pendapatan Belanja
Daerah (APBD)
diseluruh Indonesia
selama 18 (delapan
belas) bulan sejak
putusan ini mempunyai
kekuatan tetap.
Melihat perbandingan Putusan KPPU pada beberapa putusan diatas
dan juga pada Putusan Mahkamah Agung dapat dilihat adanya sikap yang
tidak konsisten oleh KPPU dan Mahkamah Agung dalam menentukan
besaran denda administratif yang dijatuhkan. Selain perbedaan dari segi
jumlah denda yang dijatuhkan dan juga dari segi Terlapor yang sama
sekali tidak dihukum membayar denda. Sehingga untuk meminimalisir
timbulnya sikap yang tidak konsisten tersebut, maka KPPU tidak cukup
hanya menerbitkan suatu pedoman penghitungan denda yang telah ada,
yaitu Pedoman Pelaksanaan Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1999.10
Memang tujuan awalnya dibuat Pedoman Pelaksanaan Pasal 47
10 Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor: 252/KPPU/Kep/VII/2008
Tentang Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, ditetapkan pada 31 Juli
2008 oleh Ketua KPPU, Syamsul Maarif.
81
UU No. 5 Tahun 1999 adalah menjamin setiap Putusan KPPU dapat lebih
menjamin kepastian hukum karena besaran denda yang akan dijatuhkan
dapat diprediksi sebelumnya dan yang lebih penting lagi Putusan tersebut
lebih dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu dengan adanya Pedoman
Pelaksanaan Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1999, penjatuhan sanksi denda
kepada Terlapor akan menjauhkan KPPU dari asumsi-asumsi negatif
dalam setiap penjatuhan putusannya.
Kenyataanya dalam setiap pelaksanaan walaupun telah memiliki
Pedoman Pelaksanaan Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1999, penyimpangan
dalam penjatuhan sanksi nyatanya tetap terjadi. Namun hal tersebut bukan
merupakan suatu pelanggaran hukum yang dilakukan KPPU atau
Mahkamah Agung. Yang utama adalah setiap putusan yang dijatuhkan
haruslah efektif, artinya putusan tersebut tidak hanya menimbulkan efek
jera namun putusan tersebut juga harus bisa dieksekusi. Meski besaran
denda dapat disimpangi, KPPU dan Mahkamah Agung harus dapat
menguraikan alasannya secara detail dan tidak sekedar alasan-alasan
normatif semata dan juga KPPU dan Mahkamah Agung dalam putusannya
harus melakukan perhitungan yang masuk akal dan sesuai dengan praktek
bisnis yang berkembang dalam masyarakat.
Untuk meminimalisir timbulnya besaran sanksi denda yang
bervariasi tersebut (disparitas), penulis melihat bahwa perlu adanya suatu
revisi terhadap norma hukum dalam rumusan Pasal 47 ayat (2) huruf g UU
No. 5 Tahun 1999. Rumusan Pasal 47 ayat (2) huruf g UU No. 5 Tahun
82
1999 dirasakan penulis sudah tidak relevan dengan kebutuhan dan
perkembangan bisnis di Indonesia. Dengan adanya revisi rumusan norma
tersebut, maka KPPU dan Mahkamah Agung dalam menghitung besaran
sanksi denda tidak lagi timbul atau muncul potensi disparitas akibat
rumusan Pasal yang hanya mengatur mengenai batas bawah dan batas atas
nilai besaran denda.
KPPU sendiri juga menilai bahwa salah satu yang mengemuka saat
ini adalah beberapa rumusan Pasal dalam UU No. 5 Tahun 1999 terutama
yang menyangkut tentang sanksi denda administratif dalam Pasal 47 ayat
(2) huruf g UU No. 5 Tahun 1999 sudah tidak relevan.11
Salah satu bentuk
revisi rumusan pada pasal tersebut, yaitu dengan menggunakan bentuk
persentase (%). Menurut Dendy R Sutrisno, KPPU sebenarnya mekanisme
penghitungan denda dengan menggunakan bentuk persentase tersebut telah
ada dan digunakan di Eropa. Sehingga seharusnya di Indonesia saat ini
bisa mengadopsi konsep penghitungan besaran sanksi denda yang telah
diterapkan di Eropa tersebut.12
Sebagai contoh besaran penjatuhan denda dapat dihitung dengan
melihat berapa nilai keuntungan suatu proyek tender atas transkasi yang
dimenangkan oleh Pelaku Usaha. Sehingga atas selisih keuntungan
(margin) antara nilai proyek dengan keuntungan yang didapat Pelaku
Usaha, dihitung menggunakan konsep persentase (%). Mengingat juga
11 Wawancara dengan Dendy R. Sutrisno, Kepala Bagian Kerjasama Dalam Negeri di
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 12 Februari 2015.
12 Wawancara dengan Dendy R. Sutrisno, Kepala Bagian Kerjasama Dalam Negeri di
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 12 Februari 2015.
83
bahwa UU No. 5 Tahun 1999 telah dibuat hampir 15 (lima belas) tahun
yang lalu sehingga menurut penulis dengan melihat gejolak komptesi
bisnis yang ada di Indonesia saat ini tentunya norma hukumnya cenderung
sudah tidak relevan dan tidak aktual menjawab kebutuhan bisnis di
Indonesia.Sehingga dengan konsep dan formula penghitungan besaran
secara persentase (%) diharapkan metode itu dapat mengikuti dinamika
persaingan usaha yang semakin berkembang secara global.
Tidak hanya cukup pada level undang-undang, potensi disparitas
besaran sanksi denda juga dapat dilihat pada aspek penegak hukum, dalam
hal ini Majelis Komisioner KPPU dan Majelis Hakim di Pengadilan
Negeri hingga Kasasi. Secara umum, Majelis Komisi serta Hakim
diberikan kebebasan seluas-luasnya dalam memutus perkara yang
ditanganinya dari unsur manapun. Bahkan, ketika Majelis Komisioner
serta Hakim menilai suatu norma dalam undang-undang sudah tidak
relevan lagi, maka ketentuan dalam suatu undang-undang dapat
disimpangi.
Idealnya dalam setiap putusan harus memuat dimensi kepastian
hukum (rechtssicherheit), kemanfaatan (zweckmassigkeit) dan keadilan
(gerechtigkeit) secara proporsional, sebagaimana Lilik Mulyadi dalam
bukunya mengutarakan bahwa putusan hakim yang baik adalah putusan
yang dapat memenuhi kriteria dan dimensi yang meramu antara keadilan
hukum (legal justice), keadilan sosial (social justice) dan keadilan moral
(moral justice) meskipun di dalam praktik di antara ketiganya sering
84
terjadi ketegangan atau pertentangan sehingga suatu putusan jarang
memuat ketiga unsur tersebut secara bersamaan.13
Potensi disparitas besaran sanksi denda administratif dapat dilihat
dari beberapa faktor, diantaranya karena dalam penanganan suatu perkara,
perkara tersebut diputus melalui musyawarah Majelis Komisoner atau
Majelis Hakim sehingga seringkali terjadi adanya perbedaan pendapat
(disenting opinion) dalam memberikan pertimbangan besaran penjatuhan
sanksi denda. Selain faktor tersebut, meskipun KPPU sendiri telah
memiliki Pedoman Pelaksanaan Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1999 namun
pada kenyataanya dalam putusannya baik KPPU atau Mahkamah Agung
seringkali juga berbeda dalam menjatuhkan besaran sanksi denda.
Sehingga berkaitan dengan penelitian ini, maka kebebasan Majelis
Komisioner dan Majelis Hakim dalam memutus perkara terutama dalam
menentukan besaran sanksi denda menjadi salah satu aspek munculnya
disparitas besaran sanksi denda. Tentu hal tersebut bukan suatu
pelanggaran hukum akan tetapi yang paling utama adalah dalam
memberikan serta menjatuhkan putusan terutama dalam menentukan
besaran sanksi denda ini haruslah memberikan argumen-argumen serta
menguraikan dengan jelas dalam setiap putusannya.
13 Lilik Mulyadi, Kompilasi Hukum Perdata Perspektif Teoritis dan Praktik Peradilan
(Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Perdata Materil, Pengadilan Hubungan Industrial,
Pengadilan Perkara Perdata Niaga), Cet. Ke-1, (Bandung: Alumni, 2009) h. 164
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjabaran yang telah dibuat di bab-bab sebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa:
1. KPPU merumuskan dan menerapkan sanksi berupa denda administratif
dengan merujuk pada ketentuan Pasal 47 ayat (2) huruf g UU No. 5 Tahun
1999. Selain itu KPPU juga melihat ketentuan dalam Pedoman
Pelaksanaan Pasal 47 tentang Tindakan Administratif. Pedoman
Pelaksanaan Pasal 47 merupakan pedoman pelaksanaan pasal yang dibuat
KPPU sendiri sebagai pedoman menentukan besaran sanksi denda
administratif. Kemudian terhadap sanksi denda administratif tersebut dapat
dimintakan eksekusi ke Pengadilan Negeri (fiat eksekusi) mengingat
KPPU tidak diberikan wewenang untuk menjadi eksekutor atas putusan
yang dijatuhkannya sendiri.
2. Majelis Komisioner KPPU serta Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri
atau Kasasi dalam menjatuhkan sanksi denda administratif seringkali
menimbulkan perbedaan atau disparitas besaran sanksi denda
administratif. Besarnya disparitas besaran sanksi denda administratif ini
tentu menimbulkan suatu pertentangan yang dirasakan cukup menggangu.
Memang disparitas besaran sanksi denda bukan merupakan suatu
86
pelanggaran hukum akan tetapi yang paling utama dalam tiap putusan
yang dijatuhkan baik oleh KPPU atau Mahkamah Agung adalah setiap
putusan haruslah efektif. Dalam artian putusan tersebut tidak hanya
menimbulkan efek jera melainkan putusan tersebut juga harus bisa
dieksekusi agar elemen kepastian hukum, keadilan dan juga tujuan suatu
penjatuhan sanksi denda dapat terpenuhi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, maka Penulis akan
mengemukakan bebeapa saran sebagai berikut:
1. Terhadap Pemerintah dan DPR selaku Lembaga Legislatif (membuat
peraturan perundang-undangan) agar meninjau kembali Undang-undang
No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat (UU No. 5 Tahun 1999). Diharapkan setelah dilakukan
peninjauan, maka dapat kemudian dilakukan amandemen terhadap UU No.
5 Tahun 1999 tersebut.
2. Rumusan norma dalam Pasal 47 ayat (2) huruf g UU No. 5 Tahun 1999
tentang sanksi denda administratif agar menggunakan mekanisme
persentase (%). Sehingga tidak lagi menggunakan aturan batas bawah dan
batas atas dalam besaran sanski denda administratif yang akan dijatuhkan
kepada pelaku usaha.
3. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Nasional
Tahun (RPJMN) 2015-2019, KPPU sebagai lembaga pengawas pesaingan
87
usaha perlu diberikan suatu penguatan kelembagaan serta reposisi dalam
kedudukan dalam sistem hukum di Indonesia.
4. Perlu ditinjau mengenai pemberian kewenangan eksekusi oleh KPPU
terhadap putusan yang diputus sendiri oleh KPPU. Sehingga KPPU benar-
benar menjadi lembaga penegakan hukum persaingan usaha yang utuh.
5. Perlu dibuat suatu nota kesepahaman (MoU) antara KPPU dengan
Mahkamah Agung dalam rangka penyamaan perspektif dalam melihat
aspek persaingan usaha di Indonesia. Hal tersebut dilakukan agar terjadi
kesepahaman atau keseragaman dalam rangka menangani dan mengawal
proses penegakan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Kitab Suci:
Al-quran dan Terjemahan.
Buku-buku:
Adjie, Habib. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai
Pejabat Publik. Cetakan Kedua. Bandung: PT. Refika Aditama, 2009.
Alwi, Hasan et.al. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
2002
Campbell, Henry. Black’s Law Dictionary. 5th
Editon. Minesota: West
Publising, 1998.
Curzon, L.B. Conspiracy. sixth edition. England: Pearson Education Limited,
2002.
Fuady, Munir. Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat.
Cetakan Ke-1. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999.
Garner, Brian A. Black’s Law Dictionary. Fifth Edition. St. Paul Minn: West
Publishing, 1979.
Gautama, Shidarta. Karakteristik Penalaran Hukum dalam Konteks
Keindonesiaan. Bandung: Utomo, 2006.
Ginting, Elyta Ras. Hukum Anti Monopoli (Analisis dan Perbandingan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999). Cet. Ke-1. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti. 2001.
Hamzah, Andi. Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia. Jakarta: PT.
Pradnya Paramitha, 1993.
Hayati, Tri, dkk. Konsep Penguasaan Negara di Sektor Sumber Daya Alam
Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945. Jakarta: Sekretariat Jenderal MKRI
dan CLGS FH UI, 2005.
Ibrahim, Johnny. ‖Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif‖.
Malang: Bayumedia Publishing, 2006.
Juwana, Hikmahanto. Menyambut Berlakunya Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999: Beberapa Harapan dalam Penerapannya oleh Komisi
89
Pengawas Persaingan Usaha. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 1999.
-----------------------. Peran Lembaga Peradilan dalam Menangani Perkara
Persaingan Usaha. Jakarta: Partnership for Business Competition
(PBC), 2003.
Kagramanto, L Budi. Larangan Persekongkolan Tender (Perspektif Hukum
Persaingan Usaha). Cet. Ke-1. Jakarta: Srikandi, 2008.
KPPU-RI. Laporan Tahunan KPPU Tahun 2013. Jakarta: KPPU, 2013.
-------------------.Pedoman Pasal 22 tentang Larangan Persekongkolan
Tender. Jakarta: KPPU, 2005.
-------------------.Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Pasal 47 tentang Tindakan
Administratif. Jakarta: KPPU, 2007.
Lubis, Andi Fahmi, dkk. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan
Kontex. Jakarta:Deutsche Gesellschaft fur Lechnische
Zusammenarbeit (GTZ) GMBH, 2009.
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2009.
Muladi dan Barda Nawawi Arief. Teori-teori dan Kebijakan Pidana,
Bandung: Alumni, 2008.
Mulyadi, Lilik. Kompilasi Hukum Perdata Perspektif Teoritis dan Praktik
Peradilan (Hukum Acara Perdata, Hukum Perdata Materil,
Pengadilan Hubungan Industrial, Pengadilan Perkara Perdata
Niaga). Cetakan ke-1. Bandung: PT. Alumni, 2009
Nadapdap, Binoto. Hukum Acara Persaingan Usaha, Cet. Ke- 1. Jakarta: Jala
Permata Aksara, 2009.
Sinaga, Harjon dan Destivano Wibowo. Hukum Acara Persaingan Usaha.
Cet. Ke-1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Sirait, N. Ningrum. Hukum Persaingan di Indonesia: UU No. 5/1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. cet.
I. Medan: Pustaka Bangsa Press, 2004.
Sitompul, Asril. Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999.
90
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Cet. Ke- 29. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2000.
-------------------------. Pengantar Penelitian Hukum. Cet. Ke-3. Jakarta: UI-
Press, 1986.
------------------------- dan Sri Mamuji. Peranan dan Penggunaan
Kepustakaan di dalam Penelitian Hukum. Cet. Ke-3. Jakarta: Pusat
Dokumentasi UI, 1979.
Sullivan ,E. Thomas dan Jeffrey L. Harrison. Understanding Antitrust and Its
Economic Implications. New York: Matthew Bender & Co., 1994.
Tanya, Bernard L. Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
Generasi. Cetakan ke-4. Yogyakarta: Genta Publishing, 2013.
Tim Dosen Pengajar FHUI. Pengantar Hukum Persaingan Usaha. Depok:
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Tri Anggraini, A. M. Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak
Sehat: Per se Illegal atau Rule of Reason. Cet. 1. Jakarta:
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003.
--------------------------. Sanksi dalam Perkara Persekongkolan Tender
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999. Jakarta: KPPU, 2007.
Usman, Rachmadi. Hukum Persaingan Usaha di Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Jurnal:
Harkrisnowo, Harkristuti. ”Rekonstruksi Konsep Pemidanaan: Suatu
Gugatan terhadap Proses Legislasi dan Pemidanaan di Indonesia”.
Majalah KHN Newsletter (Edisi April 2003).
Iwantono, Sutrisno. ―Filosofi yang Melatar-belakangi Dikeluarkannya UU
Nomor 5 Tahun 1999‖. Dalam Emmy Yuhassarie dan Tri Harnowo,
ed., Undang-undang No. 5/1999 dan KPPU: Prosiding. Cet ke-1.
Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum bekerjasama dengan Pusdiklat
Mahkamah Agung RI dan Konsultan Hukum EY Ruru dan Rekan.
2002.
91
Krisanto, Yakub Adi. ―Analisis Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 dan
Karakteristik Putusan tentang Persekongkolan Tender.‖ Jurnal
Hukum Bisnis, vol. 24 No. 2, 2005.
-----------------------. Pelaksanaan Keppres No. 80 Tahun 2003 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dan
Indikasi Persekongkolan Tender Di Kota Salatiga. Jurnal Studi
Pembangunan Interdisplin, Volume XVIII No. 1 April – Juni 2006.
Peraturan Perundang-undangan:
Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
---------------------------.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan PraktEk Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
---------------------------.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang
Mahkamah Agung.
---------------------------.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2007 Tentang
Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan
---------------------------. Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan
Keberatan Terhadap Putusan KPPU
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Putusan Pengadilan:
Putusan KPPU Perkara Nomor 26/KPPU-L/2010 tentang Kasus Lelang
Pekerjaan di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Ogan
Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan.
92
Putusan KPPU Perkara Nomor: 03/KPPU-L/2013 tentang Pelanggaran Pasal
22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam Tender
Pengadaan 30 Unit Traktor Besar di Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun Anggaran
2010
Putusan KPPU Perkara Nomor 03/KPPU-I/2003 tentang perkara Tender PT.
Indomobil Sukses Internasional, Tbk
Putusan Mahkamah Agung Perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
tentang Kasus Lelang Pekerjaan di Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan.
Judul Skripsi : Analisis Disparitas Putusan Sanksi Denda Pada Persekongkolan Tender
Dalam Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
(Studi Putusan MA Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013).
Abstrak
Pada penelitian ini membahas mengenai sanksi denda dalam Pasal 47 ayat (2) huruf g UU
No. 5 Tahun 1999 yang dijatuhkan kepada pelaku usaha (Terlapor) yang terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999. Penulis fokus menganalisis
sanksi denda terutama terkait dengan besaran denda yang dijatuhkan oleh Komisioner KPPU
dalam tiap Putusan KPPU baik yang telah inkracht atau masih dalam proses upaya Keberatan
pada Pengadilan Negeri atau Kasasi pada Mahkamah Agung.
Menurut hemat penulis, terhadap besaran denda yang dijatuhkan oleh KPPU kepada
pelaku usaha dalam perkara yang sama telah terjadi penjatuhan denda dengan nilai yang
bervariasi (disparitas). Padahal sepanjang pengetahuan penulis, dalam Pedoman Pasal 47 tentang
Tindakan Adiminstratif ada disebutkan beberapa hal atau faktor yang dijadikan pertimbangan
bagi Komisioner KPPU dalam menjatuhkan besaran denda, diantaranya Nilai Penjualan dan
Nilai Dasar, skala perusahaan, jenis pelanggaran dan ada juga hal yang memberatkan dan
meringankan.
Sehingga berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, penulis ingin mengajukan beberapa
pertanyaan yang terkait dengan isu yang penulis sedang teliti. Baik yang terkait langsung
ataupun tidak langsung dengan penanganan yang dilakukan KPPU. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan Putusan MA Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013 yang menurut penulis putusan itu
telah sesuai dan disetujui oleh dosen penguji proposal dan pembimbing penulis di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nama : Dendy R. Sutrisno
Jabatan : Kepala Bagian Kerjasama Dalam Negeri/ Plh. Humas KPPU
Instansi : Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
Waktu dan Tempat : Kamis, 12 Februari 2015 di Gedung Pusat KPPU RI JL. Ir. H. Juanda
No. 36. Jakarta 10120 - Indonesia.
Dafar Pertanyaan
1. Apa yang membedakan antara Hakim pada Peradilan Umum dengan Komisioner KPPU yang
sama-sama memiliki kewenangan memutus perkara?
Yang jelas kalo di peradilan biasa kan mereka merujuknya ke UU Pokok Kehakiman,
semuanya diatur disana. Di KPPU, dasar kita ya UU No. 5 Tahun 1999 kemudian Perpres 75
(yang kemudian diubah Perpres 80). Intinya adalah Komisioner KPPU ini diberikan amanat
untuk mengawal implementasi dari undang-undang itu. Apa yang dikawal itu ada empat,
awalnya hanya tiga.
Pertama, Penindakan, kedua, Penegakan Hukum, baik itu kewenangan untuk memanggil
orang, memeriksa orang, menuntut, kemudian ketiga, memutuskan dan keempat,
menjatuhkan sanksi administrasi.
2. Bagaimana cara Komisioner KPPU dalam memutus suatu perkara yang diajukan pada
KPPU? Apakah Komisioner KPPU memutus secara kolektif kolegial?
Jadi begini, perhatikan bahwa setiap perkara yang masuk atau laporan yang masuk kemudian
menjadi perkara itu diperiksa oleh Majelis Komisi, jumlahnya biasanya ganjil (3 orang atau 5
orang). Sementara jumlah Komisioner kita kan ada 9 (sembilan) Komisioner, kalau
umpamanya dari 9 (sembilan) Komisioner terpilih menjadi Majelis Komisi suatu perkara,
maka anggota Majelis itu yang akan berembuk, yang akan secara kolektif memutuskan. Tapi
tidak menutup kemungkinan adanya dissenting opinion, jadi umpamanya 3 (tiga) Majelis
Komisi, salah satu ada berbeda pendapat itu ya tidak apa-apa.
3. Bagaimana KPPU dapat mengetahui adanya suatu tindakan yang melanggar ketentuan Pasal
dalam UU No. 5 Tahun 1999? Apa dengan proses laporan masyarakat atau bagaimana?
Itu melalui mekanisme laporan, kemudian di eksaminasi, kemudian penyelidikan, lalu
pemberkasan, penuntutan, kemudian sidang dan sampai penjatuhan sanksi. Untuk sumber
laporan itu ada dua asalnya, yang pertama memang laporan murni dari masyarakat, yang
kedua, inisiatif. Inisiatif itu sumbernya bermacam-macam, ada berasal dari kajian,
monitoring, laporan yang dulunya dianggap tidak layak masuk kemudian setelah dikaji
kembali ternyata layak masuk. Namun, intinya dari dua sumber, yaitu inisiatif sendiri dan
laporan dari masyarakat.
Kemudian dari laporan-laporan tersebut ada beberapa proses, yaitu Penyelidikan,
Pemberkasan, dan Pemeriksaan (dalam ranah Pidana atau Perdata, dikenal istilah P-19 dan P-
2). Namun, KPPU sampai saat ini belum memiliki kewenangan untuk menggeledah dan sita
itu belum ada. Akan tetapi meskipun tidak memiliki kewenangan itu (geledah dan sita),
dalam Putusannya terlihat KPPU melahirkan memiliki kualitas yang mumpuni, misalnya
yang berkaitan dengan aspek Pembuktiannya juga rumit.
Dalam penyelidikan ini, misalnya juga tidak semerta-merta karena bekerja dalam ‘satu atap’
kemudian hasil Penyelidikan bisa dirundingkan. Prosedur di KPPU menggunakan fase
Pemberkasan. Dengan menggunakan fase Pemberkasan ini juga dikenal mekanisme
pengembalian dokumen (atau mekanisme P-19 dan P-21) pada fase ini. Kemudian jika sudah
yakin telah ada 2 (dua) alat bukti, lalu masuk pada fase Pemeriksaan Pendahuluan (30 hari),
Pemeriksaan Lanjutan (60 hari + 30 hari bisa diperpanjang). Setelah itu, KPPU memberikan
putusan mengenai ada atau tidaknya pelanggaran. Kewenangan KPPU ini dalam praktek
didelegasikan ke Sekretariat Jenderal KPPU, karena di Pasal 34 ayat (2) UU No. 5 Tahun
1999, disebut dalam menjalankan tugasnya dapat dibantu oleh Sekretariat.
Komisioner di KPPU juga tidak melulu orang yang berlatar belakang hukum karena kasus-
kasus persaingan usaha ini sebenarnya sekitar 75% itu masalah ekonomi, baru kemudian
sisanya adalah masalah hukum. Meskipun hukum hanya 25%, tapi memegang peran penting,
misalnya soal Pembuktian, validitas alat bukti, prosedurnya yang juga harus ditaati.
4. Apa kendala-kendala yang dialami KPPU terkait dengan aspek yuridis dalam UU No. 5
Tahun 1999?
Paling tidak yang pertama terkait dengan keterbatasan mendapatkan alat bukti. Kemudian,
bagaimana menempatkan KPPU ini dalam sistem hukum di Indonesia. Artinya, KPPU benar-
benar diterima karena kaitannya nanti dengan masalah Pembuktian di Pengadilan pada upaya
Keberatan Terlapor. Misalnya, membuktikan suatu perusahaan yang terbukti monopoli,
apakah bisa Pengadilan Negeri menerima pembuktian-pembuktian ekonomi. Sebagai contoh
misalnya, hitungan struktur pasar, hitungan tentang konsentrasi pasar, yang kesemua itu
murni ekonomi. Memang seharusnya semakin kesini, para Hakim di Pengadilan Negeri
semakin memahami aspek ini.
5. Bagaimana alur proses Persidangan di KPPU? Apakah benar murni secara Perdata? Lalu
pada sidang terhadap upaya Keberatan apakah juga sama?
Secara umum tidak jauh berbeda, namun jika dilihat pada Perma No. 3 Tahun 2005 dan
Perkom KPPU No. 1 Tahun 2010 itu diatur beberapa hal karena sebenarnya di UU No. 5
Tahun 1999 juga telah diatur. Paling tidak yang sedikit berbeda, karena kita menganut
Hukum Acara Perdata akan tetapi di KPPU tidak mengenal Mediasi. Kedua, dalam
persidangan di KPPU tidak dikenal adanya bukti baru (novum).
Kemudian, Hakim di Pengadilan hanya memeriksa Putusan KPPU beserta dokumen
pendukungnya, tidak lebih dari itu. Karena hanya diberi waktu 30 hari. Seandainya dari data
putusan atau dokumen yang disampaikan, Hakim pada PN merasa ada hal yang perlu
diperiksa itu tetap dibuka kewenangan itu tapi dia (Hakim) memerintahkan KPPU, itu dalam
mekanisme Pemeriksaan Tambahan.
Kemudian masalah Domisili, misalnya keberatan Pemohonnya lebih dari satu, itu pasti
menggugatnya ke domisili PN sendiri atau setempat. KPPU akan mengajukan ke MA untuk
penyatuan persidangan. Karena ini akan menyulitkan jika ada sepuluh yang mengajukan
Keberatan, KPPU juga bersidang sepuluh kali dengan objek yang sama kan tidak mungkin.
Nah nanti itu semua sidangnya dijadikan satu dan yang menentukan nanti Mahkamah Agung.
6. Apa saja yang dijadikan dasar pertimbangan Komisioner KPPU dalam menjatuhkan putusan
pada kasus Persekongkolan Tender?
Jadi yang jelas, harus pemenuhan unsur pelanggaran dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999.
Kemudian yang kedua, minimal dua alat bukti. Alat bukti ini diatur di Pasal 42 UU No. 5
Tahun 1999 yang kurang lebih sama tapi yang karakternya berbeda adalah di KPPU sangat
mengenal alat bukti yang bersinggungan dengan ekonomi.
Ketiga, bahwa dalam memutus itu KPPU tidak saja memperhatikan kepentingan Pelapor.
Kadangkala ada juga ketika diputus KPPU, Pelapor komplain atas putusan tersebut yang
mana putusan tersebut tidak sesuai dengan keinginan Pelapor. Hal itu sebenarnya karena
KPPU tidak semata-mata berkonsep perdata yang mengutamakan atau fokus pada
kepentingan pelapor (private matter). Jadi, kita juga memperhatikan sektor yang dilaporkan.
Karena KPPU bicara tentang kepentingan umum, kepentingan konsumen, bahkan
kepentingan nasional.
7. Bagaimana ketika dalam suatu proyek yang dilakukan dengan cara pengadaan atau tender
terbukti bersalah berdasarkan Putusan KPPU, apa akibatnya terhadap pembangunan pada
proyek tersebut?
Memang selama ini begini.... misalnya membangun jembatan yang ternyata dilakukan secara
bersekongkol namun pembangunan tersebut sudah selesai (jembatan sudah jadi), tidak
mungkin juga dibatalkan kan dalam arti dihancurkan kembali bangunan jembatan itu. Secara
konsep ekonomi dan kepatutan, arahnya bukan dengan membatalkan tender nya. Biasanya
KPPU memiliki konsep bahwa atas pembangunan jembatan yang terbukti bersekongkol
tersebut, berapa nilai kerugian yang dialami oleh negara yang biasanya menggunakan konsep
denda.
8. Apa yang menjadi pertimbangan Komisioner KPPU dalam menjatuhkan sanksi denda?
Apakah Pedoman Pelaksanaan Pasal 47 mengikat Komisioner?
Yang jelas poin-poinya adalah seberapa jauh kerugian publik itu terjadi, seberapa jauh
kerugian dari Pemohon dialami karena tidak semua ganti rugi itu bisa dibuktikan, ada
kerugian nyata dan tidak nyata. Hal seperti itu menjadi konsen KPPU juga.
Pedoman Pasal 47 itu adalah guidance saja dan umum. Jadi tidak serta merta terus tidak bisa
out of the box ya. Kadang suatu hal yang memerlukan terobosan-terobosan memang harus
ada. Paling tidak umpanya kalo menghitung denda itu seperti apa, itu hanya guidance saja.
Tapi kalo umpamanya berpendapat lain atau umpamanya ini kayanya kerugian buat publik
besar nih, tidak cukup kalo hanya denda sebesar ini. Nah ada reasoning-reasoning itu tapi
baseline line-nya itu lah paling tidak sehingga ada panduannya buat orang lain juga. Jadi itu
ada prinsip-prinsip yang coba dipatuhi oleh Majelis Komisi ketika memutus tapi bila
diperlukan umpamanya denda yang lebih besar, jadi ada pertimbangan lain kenapa kok
melebihi atau berbeda dengan pedoman.
Ya, jadi membuka kemungkinan untuk tidak terikat. Makanya selalu ada disclaimer, bahwa
ini tidak mengikat karena nanti tergantung dari pertimbangan Majelis Komisi. Tapi paling
tidak, tidak jauh dari pedoman itu lah.
9. Bagaimana sikap KPPU terhadap upaya Keberatan atas Putusan KPPU yang diajukan oleh
Pelaku Usaha kepada Pengadilan Negeri dan/atau bahkan hingga Kasasi pada Mahkamah
Agung?
Jadi begini, kami juga tidak imun dengan kritik karena tidak menutup kemungkinan KPPU
mungkin ada kurang tepatnya atau ada peluang membuat putusan yang kurang tepat pasti
ada. Oleh karena itu disediakan mekanisme korektif, yaitu keberatan di Pengadilan dan
Kasasi di Mahkamah Agung.
KPPU tidak terbebani atau apapun karena kita juga merasa yakin dalam setiap putusan yang
kita putus selalu berdasarkan national interest, kemudian secara independen, due process of
law. Kita tidak kemudian mentang-mentang mempunyai tiga kewenangan (memeriksa,
mengadili, dan memutus) itu bisa memutus segala macam tapi tetap ada due process of law.
Misalnya pihak-pihak yang diperiksa mau melaksanakan inzage (meminta waktu untuk
memperoleh dan mempelajari berkas dan barang bukti lainnya) juga bisa. Mengajukan saksi
dan bertanya dengan saksi yang KPPU ajukan juga bisa, jadi ada keseimbangan disana.
***
Lembaga pengawas persaingan usaha di negara-negara lain juga menjadi garda terdepan
ketahanan ekonomi suatu negara. Contohnya ada perusahaan gandum asal Australia yang
diakuisisi oleh perusahaan gandum asal Amerika Serikat itu tidak boleh karena national
intererest akan terganggu. Perusahaan asal Indonesia juga pernah dihukum oleh KPPU
Korea, saya yakin salah satu pertimbangannya karena natonal interest di Korea terganggu.
Atau misalnya kemarin Turki ingin investasi di Jawa Timur kemudian tim KPPU Turki
dikirim ke Indonesia dan berkoordinasi dengan KPPU menanyakan bagaimana kompetisi di
Indonesia. Jadi, Pemerintah seharusnya punya keberpihakan lebih karena selama ini yang
digadang-gadang adalah anti-korupsi.
Baru kemudian di RPJMN tahun 2015 (Perpres No.2 Tahun 2015) menyebutkan bahwa
dalam rangka Revolusi Mental Pemerintahan Jokowi ini khsusunya terkait dengan
membangun perekonomian maka diperlukan beberapa hal yang terkait dengan persaingan
usaha. Pertama, penguatan kelembagaan, kedua, amandeman UU No. 5 Tahun 1999, ketiga,
mainstreaming atau penyamaan prinsip-prinsip persaingan usaha, persaingan sehat dalam
pendidikan formal dan non formal. Aritnya kemungkinan besar sistem pendidikan nasional
tidak hanya di Universitas mungkin hingga level dibawahnya.
Tahun 2015 ini jadi titik awal buat KPPU untuk melakukan penguatan-penguatan itu karena
nanti di Desember 2015 ada Masyarakat Ekonomi Asean yang mau tidak mau meskipun
isunya nanti adalah daya saing tapi ujung-ujungnya adalah kompetisi. Sudah siapkah kita
berkompetisi dengan daya saing seperti ini jika masyarakat belum menjadikan value atas
masalah persaingan usaha atau memadang persaingan usaha sebagai sesuatu yang harus
dielaborasi lebih maka kita khawatir tidak menjadi production base tetapi malah menjadi
market base.
Persaingan sehat ini juga tidak kalah pentingnya dengan pemberantasan korupsi, sebagai
contoh masalah Bank Century itu hanya dampaknya pada kasus itu. Tapi contoh umpanyanya
kita bisa lihat pada kasus tarif bawah Airlines, dampaknya tidak hanya konsumen Airlines
nya bisa menikmati harga murah, tapi efek dominonya pembangunan di daerah akan semakin
terpacu karena orang mudah berpergian, arus barang dan jasa semakin cepat. Lainnya
misalnya telekomunikasi, jika hari ini kita sms masih seharga Rp. 350,- bisa dibayangkan
berapa cost kita untuk melakukan komunikasi. Padahal ketika harga itu murah bukan kita
pengguna telepon saja yang menikmati dan itu juga tidak hanya pada masalah sms. Yang
KPPU sentil saat itu baru pada sms saja. Tapi saat ini yang lahir adalah internet berkembang,
provider semakin banyak pilihan.
10. Bagaimana dengan Mahkamah Agung yang mengkoreksi besaran denda yang dijatuhkan
oleh KPPU. Bagaimana sikap KPPU melihat koreksi besaran denda tersebut?
Jadi begini, bagaimanapun juga penegakan Hukum Persaingan Usaha itukan step yang paling
tinggi kan di Mahkamah Agung. Jadi misalkan nanti kalau Mahkamah Agung, tidak hanya
soal denda ya misalnya bahkan membebaskan atau membatalkan Putusan KPPU, KPPU
dalam posisi menerima hal tersebut sebagai hasil dari proses hukum. Akan tetapi, publik
tentunya akan menilai. Sebagai contoh, pada tahun 2001, KPPU pernah memutuskan kasus
terkait dengan Indomaret, dalam pemeriksaan tidak ada satu pasalpun yang terbukti dilanggar
oleh Indomaret, artinya Indomaret tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar UU
No. 5 Tahun 1999. Akan tetapi KPPU melihat ekspansi yang dilakukan pada saat itu
bertentangan dengan asas dan tujuan dalam Pasal 2 dan Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1999.
Disitulah KPPU membuat terobosan (breakthrough) bahwa disini tidak ada pasal yang
dilanggar namun perliaku tersebut bertentangan dengan UU No. 5 Tahun 1999, jadi
ekspansinya terlalu massif sehingga membahayakan retail tradisional. Akhirnya kita
nyatakan perilaku tersebut tidak benar dan KPPU meminta untuk diatur pengaturan zona.
Jadi kaitannya dengan pertanyaan, dalam hal KPPU akan memutuskan sesuatu dan keluar
dari pedoman Pasal 47 tersebut, maka harus ada reasoning-nya. Atau jika kembali pada isu
rule of reason dan per se illegal, kalo misalnya Pasal ini adalah per se illegal, artinya KPPU
sebenarnya tidak punya kewajiban untuk membuktikan dampak. Tapi KPPU selalu mencoba
untuk mengkombinasikan hal itu dengan dampak, dengan artian begini, KPPU itu ingin
dalam putusannya itu mudah dipahami oleh semua pihak dengan memberikan reasoning dan
gambaran dampak atas perbuatan yang melanggar UU No. 5 Tahun 1999 itu.
11. Terhadap Putusan KPPU yang dimintakan upaya Keberatan pada Pengadilan Negeri dan/atau
Kasasi pada Mahkamah Agung, bagaimana sikap Hakim Pada Pengadilan Negeri dan Majelis
Hakim Kasasi, apakah juga terikat dengan Pedoman Pelaksanaan Pasal 47?
Jadi begini, kalo Hakim pada Pengadilan Negeri itu punya waktu 30 (tiga puluh) hari. Dia
hanya memeriksa putusan KPPU beserta dokumen pendukungnya. Disana tidak dikenal bukti
baru (novum), jadi yang diperiksa adalah putusan KPPU dan dokumen pendukungnya. Jika,
Hakim pada Pengadilan Negeri merasa ada yang perlu diperiksa kembali atau mungkin ada
sesuatu hal yang mungkin mesti dipertajam, Pengadilan Negeri bisa memerintahkan kepada
KPPU untuk melakukan Pemeriksaan Tambahan. Ketika dilakukan Pemeriksaan Tambahan,
Pengadilan Negeri harus menjelaskan secara detail apa saja yang harus diperiksa.
12. Bagaimana proses eksekusi terhadap putusan KPPU yang telah inkracht atau terhadap
Putusan MA yang juga telah berkekuatan hukum tetap?
Ini jadi tantangan ya, saya pakai bahasa tantangan ya bukan hambatan. Karena kalo pakai
hambatan jadi negatif ya. Jadi tantangan kedepan oleh KPPU karena bolanya bukan di KPPU
lagi kan. Jadi setelah di putuskan mau di level KPPU yang bersifat inkracht atau diajukan
keberatan-keberatan hingga Kasasi ke Mahkamah Agung, putusan tersebut yang sudah jatuh
yang mengeksekusi siapa? Yang jelas bukan KPPU. KPPU hanya memohonkan permohonan
eksekusi ke Pengadilan Negeri setempat. Disitulah yang ada tantangan bagaimana, kita tidak
mau bicara negatifnya tapi kita bisa lihat seberapa kecepatan penyelesaian disana. Apakah
setelah kita minta terus besok sudah langsung jalan kan tidak juga. Mungkin nanti bisa di
elaborasi lebih jauh pada Mahkamah Agung terhadap merespon KPPU.
Kedua ada beberapa Pengadilan Negeri yang justru belum banyak paham tentang KPPU
sehingga mempertanyakan bagaimana eksekusinya. Kemudian mempertanyakan ini KPPU
itu siapa. Nah disitu ada proses dari KPPU untuk melakukan advokasi terlebih dahulu,
menjelaskan dahulu walaupun setiap tahun di KPPU ada pelatihan di Mahkamah Agung tapi
karena perputaran hakim itu cepat jadi tiap tahun harus terus diperbanyak sosialisasi KPPU
ke tingkat Hakim. Karena nanti yang menjalankan itu Panitera atau melalui Panitera
Pengganti untuk melakukan eksekusi itu karena harus ada proses sita eksekusi dahulu,
kemudian juga jika barangnya tidak jelas objeknya dimana juga harus ada link yang lebih
kuat antara KPPU dengan Mahkamah Agung untuk menunjukkan peraturan khusus mengenai
eksekusi. Nah itu salah satu tantangannya, namun selama ini yang sudah jalan kebanyakan
sudah baik.
Putusan KPPU biasanya amat sangat efektif untuk pelaku usaha besar, contohnya kartel ban.
Mereka (Terlapor) saja belum membayar, saham mereka sudah turun karena pencitraan
mereka sangat sensitif dengan isu hukum jadi ketika dianggap bersalah melakukan
persaingan biasanya sahamnya juga ikut turun. Jadi, sangat efektif untuk perusahaan besar.
Namun jika perusahaan kecil ada tingkat kesulitan tersendiri, misalnya bayar denda nya tidak
bisa langsung seluruhnya atau segala macam.
13. Bagaimana KPPU melihat aspek norma dalam rumusan Pasal 47 ayat (2) huruf g UU No. 5
Tahun 1999. Apakah rumusan norma dalam Pasal tersebut masih relevan dengan kondisi
kekinian?
Memang salah satu yang mengemuka sekarang ini adalah nilai yang diatur pada pasal itu
sudah tidak relevan. Apalagi itu bisa dikatakan hitungannya dibuat pada tahun 1999 (UU No.
5 Tahun 1999), sekarang sudah hampir 15 (lima belas) tahun. Nampaknya yang lebih kita
sarankan kalo nanti arahnya amandeman undang-undang tersebut, Pasal 47 ayat (2) huruf g
tersebut, adalah bentuknya dengan persentase (%).
Jadi sebagai contoh, KPPU misalnya menghitung berapa nilai keuntungan dari transaksi yang
dimenangkan oleh pemenang tender. Nah misalnya dari keuntungan transaksi tersebut nanti
kita tarik persentase-nya. Hal tersebut juga di adopsi sebenarnya di Eropa, misalnya besaran
denda dihitung berdasarkan persentase dari total penjualan atau jumlah lain yang sepadan
dengan itu.
Bayangkan misalnya atas perilaku pengusaha yang berdampak luar biasa terhadap
perekonomian, jika hanya didenda sebesar Rp. 25 miliar itu tidak cukup. Tentunya KPPU
akan merasa kesulitan jika dengan formula yang diatur dalam Pasal 47 ayat (2) huruf g saat
ini, tetapi dengan persentase akan lebih fleksibel dan bentuk persentase itu akan mengikuti
dinamika juga. Misalnya inflasi pada saat ini dengan kondisi pada tahun 1999, pasti berbeda
dan nilai Rp. 25 miliar ketika dulu memang tinggi tapi saat ini kan tidak.
14. Dalam Putusan yang dikeluarkan KPPU sebelum tahun 2010, dalam struktur putusan tidak
dipaparkan mengenai penghitungan jumlah denda, mengapa demikian?
Ya jawaban paling logis adalah KPPU tidak menutup diri terhadap perubahan yang
konstuktif. Sebagai contoh, KPPU memiliki wewenang untuk membuat peraturan sendiri tapi
KPPU tidak pernah juga merumuskan sendiri namun selalu melibatkan stakeholder,
Mahkamah Agung, kita libatkan lawyer, perwakilan Ikadin. Demikian juga soal yang
ditanyakan, KPPU selalu membuka diri untuk perbaikan-perbaikan karena memang harus
begitu mengingat dinamika yang ditangani KPPU ini sangat luar biasa.
15. Apa upaya yang KPPU lakukan dalam rangka menyamakan persepsi dengan Mahkamah
Agung terkait dengan Penegakan Hukum Persaingan Usaha terutama dalam menjatuhkan
atau mengkoreksi besaran denda?
KPPU saat ini telah melakukan upaya-upaya membangun persamaan persepsi dengan Hakim
pada Pengadilan Negeri, salah satunya KPPU mengadakan workshop dengan Hakim satu
tahun minimal dilakukan dua kali terkadang juga lebih dari dua kali. Itu KPPU lakukan,
biasanya pemilihan daerahnya berdasarkan referensi putusan-putusan KPPU. Umpamanya
misalkan, putusan-putusan KPPU banyak ada upaya Keberatan di Medan, maka kita kearah
sana atau di Makasar misalnya, nanti kita juga kesana.
Tentunya KPPU juga tidak melakukan hal ini sendiri namun KPPU juga berkolaborasi
dengan Mahkamah Agung. Bisa dikatakan nanti Mahkamah Agung yang me-lead
(memimpin) acara tersebut juga ya karena Hakim pada Pengadilan Negeri kan pembinaannya
juga berasal dari Mahkamah Agung, jadi KPPU masuk dalam pembinaan itu kurang
lebihnya. Jadi, pembinaan atau upgrading dari Hakim pada Pengadilan Negeri itu tetap
kolaborasinnya tetap antara KPPU dan Mahkamah Agung khusus untuk chapter Persaingan
Usaha.
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A N
Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N G
memeriksa perkara perdata khusus sengketa persaingan usaha pada tingkat kasasi
memutuskan sebagai berikut dalam perkara antara:
I. 1. PT. SURYA EKA LESTARI, yang diwakili oleh Direktur
Utama, Andri Fitriansyah, ST.,MM., berkedudukan di Jalan A.R
Hamidi No. 3, Baturaja, Palembang;
2. PT. WAHYU WIDE, yang diwakili oleh Direktur, Bambang
Agus Zulkarnain, berkedudukan di Jalan A. Yani 3,5 Kemelak,
Baturaja, Palembang;
3. PT SENTOSA RAYA, yang diwakili oleh Direktur, Susi
Andriyani, berkedudukan di Jalan D.S. Baturaja, No. 20
Baturaja, Palembang, ketiganya dalam hal ini memberi kuasa
kepada Eric Asmansyah, SH., dan kawan-kawan, Para Advokat,
berkantor di Wijaya Graha Puri (Grand Wijaya Center), Blok G
No. 7, Jalan Wijaya II, Kebayoran Baru, Jakarta, berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tanggal 4 Juli 2011, Para Pemohon Kasasi I
dahulu Turut Termohon Keberatan I, II dan III;
II. 1. PT BUNGA MULIA INDAH, yang diwakili oleh Direktur
Utama, Saiful, berkedudukan di Jalan Let.Jen. Bambang Utoyo
No. 63, RT 40, Lrg Kerukunan, Kelurahan 8 Ilir, Kecamatan Ilir
Timur II, Palembang;
2. PT GADING CEMPAKA GRAHA, yang diwakili oleh
Direktur, Jhonny, berkedudukan di Jalan Veteran No. 433-D,
Palembang;
3. PT. DUA SEPAKAT, yang diwakili oleh Direktur Utama,
Thamrin Sutopo, berkedudukan di Jalan Veteran No. 31-B, RT
09/RW 03, Palembang, ketiganya dalam hal ini memberi kuasa
kepada Susanto Widjaya, SH., dan kawan, Para Advokat,
beralamat di Jalan Jend. A. Yani 13, Ulu Lorong A.Kadir Mo.
4-A, Palembang, berdasarkan Surat
Hal. 1 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Kuasa Khusus tanggal 7 Februari 2011, Para Pemohon Kasasi II
dahulu Turut Termohon Keberatan XII, XIII dan XV;
III. KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK
INDONESIA (KPPU), yang diwakili oleh Ketua KPPU, Tadjuddin
Noersaid, berkedudukan di Jalan Ir. H. Juanda No. 6, Jakarta Pusat,
dalam hal ini memberi kuasa kepada Setya Budi Yulianto, SH.,
Kepala Biro Penindakan, Sekretariat KPPU dan kawan-kawan, Para
Staf KPPU, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 31 Januari
2012, Pemohon Kasasi III dahulu Termohon Keberatan;
IV. 1. PT NUSANTARA MEMBANGUN, yang diwakili oleh
Direktur Utama, Adi Fitramsyah, berkedudukan di Jalan Veteran
No. 432-C, Palembang;
2. PT. BINTANG SELATAN AGUNG, yang diwakili oleh
Direktur Utama, Ir. Julianto, bekedudukan di Jalan Soekarno
Hatta No. 1 Palembang;
3. PT. ARGA MAKMUR MANDIRI, yang diwakili oleh
Direktur Utama, Henrico Martin, SE., berkedudukan di Jalan
Veteran No. 432-C/1080, Kelurahan 20 Ilir Darat I, Kecamatan
Ilir Timur I, Palembang;
4. PT. ALAM BARU PERSADA, yang diwakili oleh Direktur
Utama, Yenny Elita, S.Pd.,MM., berkedudukan di Jalan Demang
Lebar Daun No. 49, kelurahan Lorok Pakjo I-B.1, I, Palembang;
5. PT. MAHALINI JAYA MANGGALA, yang diwakili oleh
Direktur Utama, Tedy Suherman, SE., berkedudukan di Jalan
Soekarno Hatta No. 1-B, Palembang, selaku Direktur Utama,
kelimanya dalam hal ini memberi kuasa kepada Liz Asnahwati,
SH., dan kawan, Para Advokat, beralamat di Wijaya Graha Puri
(Grand Wijaya Center) Blok G, No. 7, Jalan Wijaya II,
Kebayoran Baru, Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tanggal 26 Juli 2011, Para Pemohon Kasasi IV dahulu Turut
Termohon Keberatan IV, VI, VII, VIII, IX;
Hal. 2 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
m e l a w a n
I. PT SURYA PRIMA ABADI, yang diwakili oleh Direktur Utama,
Ir. Febri Alfian, berkedudukan di Jalan Residen Abdul Rozak No.
1-A, Palembang, Sumatera Selatan;
II. PT DWI PERKASA MANDIRI, yang diwakili oleh Direktur
Utama, Agus Andreas, berkedudukan di Jalan Residen Abdul Rozak
No. 3, Palembang, Sumatera Selatan;
III. PT. NUGRAHA ADI TARUNA, yang diwakili oleh Direktur
Utama, Gusti Yudi Rahman, berkedudukan di Jalan Residen Abdul
Rozak No. 1-B, Palembang, Sumatera Selatan;
IV. PT SEKAWAN MAJU BERSAMA, yang diwakili oleh Direktur
Utama, Baharuddin Iskak Oey, berkedudukan di Jalan Jenderal
Sudirman No. 1072, Palembang, Sumatera Selatan, keempatnya
dalam hal ini memberi kuasa kepada Prof.Dr. Suhandi Cahaya,
SH.,MH.,MBA., dan kawan-kawan, Para Advokat, beralamat di
Jalan Gajahmada No. 10 Lt. 2, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus masing-masing tanggal 12 Januari 2012, Para
Termohon Kasasi dahulu Pemohon Keberatan I, II, III, IV;
d a n:
I. CINTA FAMILI, berkedudukan di Jalan A. Yani No. 144, Baturaja,
Palembang;
II. PT. GEMILANG PERMAI, berkedudukan di Jalan Prof. Dr.
Hamka No. 132, Baturaja, Palembang;
III. PT. MEDIKA JAYA UTAMA, berkedudukan di Jalan D.I.
Panjaitan No. 431, Baturaja, Palembang;
IV. PT. ALAM PERMAI INDAH MANDIRI, berkedudukan di Jalan
Mundir No. 9, KM 14, Desa Sukajadi, Kecamatan Talang Kelapa,
MUBA, Palembang;
V. PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA KONSTRUKSI di
DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA KABUPATEN
OGAN KOMERING ULU APBD TAHUN ANGGARAN 2009,
berkedudukan di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Jalan
Hal. 3 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Jenderal A. Yani KM 7, Palembang, Para Turut Termohon Kasasi
dahulu Turut Termohon Keberatan V, X, XI, XIV, XVI;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Para
Termohon Kasasi dahulu sebagai Pemohon Keberatan I, II, III, IV telah mengajukan
keberatan terhadap putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 26/KPPU-
L//2010, tanggal 15 November 2010, yang amarnya sebagai berikut:
1. Menyatakan Terlapor I: PT. Surya Eka Lestari, Terlapor II: PT. Wahyu Wide,
Terlapor III: PT. Sentosa Raya, Terlapor IV: PT. Nusantara Membangun, Terlapor
V: PT. Cinta Famili, Terlapor VI: PT. Bintang Selatan Agung, Terlapor VII: PT.
Arga Makmur Mandiri, Terlapor VIII: PT. Alam Baru Persada, Terlapor IX: PT.
Surya Prima Abadi, Terlapor X: PT. Dwi Perkasa Mandiri, Terlapor XI: PT.
Nugraha Adi Taruna, Terlapor XII: PT. Mahalini Jaya Manggala, Terlapor XIII: PT.
Gemilang Permai, Terlapor XIV: PT. Medika Jaya Utama, Terlapor XV: PT. Bunga
Mulia Indah, Terlapor XVI: PT Gading Cempaka Graha, Terlapor XVII: PT. Alam
Permai lndah Mandiri, Terlapor XVIII: PT. Dua Sepakat, Terlapor XIX: Panitia
Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi di Dinas PU Bina Marga Kabupaten Ogan
Komering Ulu APBD Tahun Anggaran 2009, dan Terlapor XX: PT. Sekawan Maju
Bersama terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat;
2. Menghukum Terlapor I: PT. Surya Eka Lestari untuk membayar denda sebesar
Rp59.743.000,00 (lima puluh sembilan juta tujuh ratus empat puluh tiga ribu
rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode 423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
3. Menghukum Terlapor II: PT. Wahyu Wide untuk membayar denda sebesar
Rp226.782.000,00 (dua ratus dua puluh enam juta tujuh ratus delapan puluh dua
ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode peneriman 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
Hal. 4 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
4. Menghukum Terlapor III: PT. Sentosa Raya untuk membayar denda sebesar
Rp659.123.000,00 (enam ratus lima puluh sembilan juta seratus dua puluh tiga ribu
rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
5. Menghukum Terlapor V: PT. Cinta Famili untuk membayar denda sebesar
Rp187.275.000,00 (seratus delapan puluh tujuh juta dua ratus tujuh puluh lima ribu
rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
6. Menghukum Terlapor VIII: PT. Alam Baru Persada untuk membayar denda sebesar
Rp52.428.000,00 (lima puluh dua juta empat ratus dua puluh delapan ribu rupiah)
yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di
bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha
melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
7. Menghukum Terlapor IX: PT. Surya Prima Abadi untuk membayar denda sebesar
Rp599.499.000,00 (lima ratus sembilan puluh sembilan juta empat ratus sembilan
puluh sembilan ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan
423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
8. Menghukum Terlapor XV: PT. Bunga Mulia Indah untuk membayar denda sebesar
Rp449.844.000,00 (empat ratus empat puluh sembilan juta delapan ratus empat
puluh empat ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan
423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
9. Melarang Terlapor I: PT. Surya Eka Lestari, Terlapor II: PT. Wahyu Wide, Terlapor
III: PT. Sentosa Raya, Terlapor VI: PT. Bintang SeIatan Agung, Terlapor Vlll : PT.
Alam Baru Persada, Terlapor IX: PT. Surya Prima Abadi, Terlapor X: PT. Dwi
Perkasa, Terlapor Xll: PT. Mahalini Jaya Manggala, Terlapor XV: PT. Bunga MuIia
lndah, Terlapor XVlll: PT. Dua Sepakat, dan Terlapor XX: PT. Sekawan Maju
Hal. 5 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Bersama untuk mengikuti lelang yang menggunakan dana Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
diseluruh lndonesia selama 12 (dua belas) bulan sejak putusan ini mempunyai
kekuatan hukum tetap;
10. Melarang, Terlapor IV: PT. Nusantara Membangun, Terlapor V: PT. Cinta Famili,
Terlapor VIl : PT. Arga Makmur Mandiri, Terlapor Xl: PT. Nugraha Adi Taruna,
Terlapor XlII: PT. Gemilang Permai, Terlapor XlV: Medika Jaya Utama, Terlapor
XVI: PT. Gading Cempaka Graha dan Terlapor XVII: PT. Alam Permai Indah
Mandiri, untuk mengikuti lelang yang menggunakan dana Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di
seluruh Indonesia selama 18 (delapan belas) bulan sejak putusan ini mempunyai
kekuatan hukum tetap;
Bahwa, terhadap amar putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Para
Pemohon Keberatan telah mengajukan keberatan di depan persidangan Pengadilan
Negeri Palembang yang pada pokoknya sebagai berikut:
Keberatan Pertama:
Putusan Termohon Keberatan Tidak Mempertimbangkan Fakta Hukum Yang Telah Ada
Sehingga Timbul Permohonan Keberatan Ini;
1. Bahwa dasar dari dikeluarkannya Putusan Termohon Keberatan berawal dari
adanya Surat Panggilan No.1120/KPPU/TP-PP/VII/2010 tertanggal 23 Juli 2010
dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia kepada Para
Pemohon Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor
XX maupun kepada Para Turut Termohon Keberatan/dahulu Para Terlapor untuk
menghadap kepada tim Pemeriksa Pendahuluan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha di ruang pemeriksaan Kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang
berkantor di Jalan Ir.H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat (dalam hal ini Termohon
Keberatan), dimana dalam pemeriksaan tersebut dilaksanakan pada tanggal 10
Agustus 2010 sekitar jam 16.00 Wib dalam perkara No. 26/KPPU-L/2010 tentang
adanya dugaan pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam
lelang pekerja di Dinas PU Binamarga Kabupaten Ogan Kemiring Ulu APBD TA
2009;
2. Bahwa Putusan Termohon Keberatan sangatlah merugikan Para Pemohon
Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX karena
Putusan Termohon Keberatan tidak didasari fakta hukum yang akurat;
Hal. 6 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3. Bahwa Para Pemohon Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan
Terlapor XX sama sekali tidak pernah membenarkan adanya persaingan pada
seluruh Tender di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Ogan Kemiring
Ulu, dimana tidak ada suatu buktipun yang menyebutkan adanya hubungan hukum
atau persekongkolan atau persekongkolan konspiratif diantara Para Pemohon
Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX;
4. Bahwa tidak ada Para Pemohon Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X,
Terlapor XI dan Terlapor XX melakukan penyuapan agar dapat diakui sebagai
Pemenang Pertama atau Pemenang Kedua sebab tender tersebut berjalan murni
tanpa intervensi ataupun tanpa adanya persekongkolan diantara Para Pemohon
Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX;
5. Bahwa Pemohon Keberatan II/dahulu Terlapor X tidak ada bekerja sama dengan
Pemohon Keberatan I/dahulu Terlapor IX, Pemohon Keberatan III/dahulu
Terlapor XI dan Pemohon Keberatan IV/dahulu Terlapor XX untuk mengatur
Pemohon Keberatan I/dahulu Terlapor IX sebagai Pemenang Lelang, adapun
kronologis Pelaksanaan lelang yang dijalani oleh Para Pemohon Keberatan/dahulu
Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX adalah sebagai berikut:
-- Paket Pembangunan Jembatan Rangka Baja Desa Sundan Kecamatan Lengkiti
Panjang 70 meter, nilai pagu Rp12.000.000.000,00
(1) Tanggal 23 Maret 2009, Pengumuman pelelangan yang dimuat di Harian
Media Indonesia dan Harian Bisnis Radar Palembang;
(2) Tanggal 23 Maret s/d 02 April 2009, Pengumuman pelelangan pada
papan pengumuman di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
Kabupaten Ogan Komering Ulu;
(3) Tanggal 24 Maret s/d 02 April 2009, Pendaftaran dan Pengambilan
dokumen pelelangan di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten
Ogan Komering Ulu;
(4) Tanggal 30 Maret 2009, Penjelasan Pekerjaan (aanwijzing);
(5) Tanggal 02 April 2009, Pengambilan Dokumen Lelang yang dituangkan
Berita Acara Nomor: 006/PAN-BM.III/APBD/2009;
(6) Tanggal 03 April 2009, Pemasukan dan Pembukaan Dokumen
Penawaran, sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Nomor 008/PANT-
BM.III/APBD/2009. Disini dapat dijelaskan bahwa jumlah perusahaan
yang mendaftar dan memasukkan penawaran adalah 7 rekanan, yakni:
No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan
Hal. 7 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
1 PT Surya Prima Abadi 5 PT Taruna Jaya Cipta2 PT Dwi Perkasa Mandiri 6 PT Handaru Adhi Putra3 PT Simbara Kirana 7 PT Sekawan Maju
Bersama4 PT Nugraha Adhi Putra
(7) Tanggal 8 April 2009, dilaksanakan Koreksi Aritmatik:
No Nama Perusahaan RAB Tawaran RAB Koreksi Panitia
1 PT. Simbara Kirana Rp 9.599.204.000,00 Rp10.798.690.000,002 PT. Handaru Adhi Putra Rp10.068.910.000,00 Rp10.789.010.000,003 PT. Surya Prima Abadi Rp11.989.970.000,00 Rp11.898.970.000,004 PT. Sekawan Maju Bersama Rp11.997.240.000,00 Rp11.997.240.000,005 PT. Taruna Jaya Cipta Rp11.993.345.000,00 Rp11.993.345.000,006 PT. Dwi Perkasa Mandiri Rp11.991.991.000,00 Rp11.991.991.000,007 PT. Nugraha Adhi Putra Rp10.198.738.000,00 Rp11.394.640.000,00
Catatan: RAB HPS: Rp12.000.000,00
1. Tanggal 8 April 2009, dilakukan evaluasi penawaran:
No Nama Perusahaan
Evaluasi Administrasi
Keterangan
1 PT. Simbara Kirana
Gugur Tidak ada jaminan penawaran
2 PT. Handaru Adhi Putra
Gugur Asli jaminan penawaran tidak dimasukkan ke dalam kotak penawaran
3 PT. Surya Prima Abadi
Memenuhi Syarat ---4 PT. Sekawan Maju
BersamaMemenuhi Syarat ---
5 PT. Taruna Jaya Cipta
Memenuhi Syarat ---6 PT. Dwi Perkasa
MandiriMemenuhi Syarat --
7 PT. Nugraha Adhi Putra
Gugur a. Surat dukungan AMP tidak asli;b. Dukungan AMP dari Peru- sahaan yang berada di Kuala Tungkal, Jambi;c. Laporan Pajak 3 bulan ter akhir bulan November 2008, Desember 2008, Januari 2009;
2. Tanggal 13 April 2009, Hasil Pelelangan Berita Acara Nomor 010/PAN-
BM.III/APBD/2009. Bahwa nama peserta lelang yang harga penawaran
Hal. 8 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
terkoreksi dan memenuhi syarat yang dapat diusulkan sebagai pemenang lelang
yaitu:
a. Perusahaan : PT Surya Prima Abadi;
Alamat : Jl. Residen H.A. Rozak No. 1-A, Palembang;
Tawaran Terkoreksi : Rp11.989.000,000
b. Perusahaan : PT. Dwi Perkasa Mandiri
Alamat : Jl. Residen H.A. Rozak No. 3 Palembang;
Tawaran Terkoreksi : Rp11.991.991.000,00
3. Tanggal 14 April 2009, dilakukan Penilaian dan Pembuktian kualifikasi dengan
hasil sebagai berikut:
No Nama Perusahaan
Kemampuan Teknis
Pengalaman Kemampuan Keuangan
Kemampuan Dasar
Penelitian Administrasi
Kualifikasi & Jumlah nilai
1 PT. Surya Prima Abadi
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus (85)
2 PT. Dwi Perkasa Mandiri
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus (85)
3 PT. Taruna Jaya Cipta
Lulus Lulus Lulus Tidak Lulus
4. Tanggal 16 April 2009, Pengumuman Pemenang Pelelangan Umum Nomor
012/PAN-BM.III/APBD/2009, sebagai berikut:
No Nama Perusahaan Keterangan
1 PT. Surya Prima Abadi Pemenang2 PT. Dwi Perkasa Mandiri Pemenang Cadangan 1
5. tanggal 17 s/d 23 April 2009 merupakan masa sanggah dan tidak ada pihak
manapun yang menyanggah;
6. Tanggal 27 April 2009, Penandatangan Surat Perjanjian (Kontrak);
6. Bahwa Termohon Keberatan di dalam proses pemeriksaan telah membuat sebuah
Laporan yang menyatakan adanya bentuk kerjasama antara Pemohon Keberatan I/
dahulu Terlapor IX dengan Pemohon Keberatan II/dahulu Terlapor X yang dilihat
dari kesamaan data administrasi yakni Nomor Telpon, dimana pada faktanya
ternyata Nomor telp dari kedua perusahaan tersebut tidak sama, (yakni nomor
telepon 0711-7826077 dan 7826066) bahkan terhadap kedua nomor telpon
tersebut terdapat kwitansi tagihan dari telepon yang berbeda;
7. Bahwa bukan hanya itu saja akan tetapi dalam Laporan tersebut kembali
dinyatakan kalau pihak yang menandatangani Daftar Hadir atas Pemohon
Hal. 9 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Keberatan II/dahulu Terlapor X adalah saudara Agus Andreas, dimana menurut
Termohon Keberatan Saudara Agus adalah karyawan pada Pemohon Keberatan
III/dahulu Terlapor XI, akan tetapi fakta hukum yang benar adalah saudara Agus
Andreas pada saat menandatangani daftar hadir Pemohon Keberatan II/dahulu
Terlapor X sudah tidak lagi sebagai Pimpinan cabang di Pemohon Keberatan III/
dahulu Terlapor XI dimana pada saat ini Saudara Agus Andreas telah
diberhentlkan dan sudah tidak bekerja lagi di Pemohon Keberatan III/Dahulu
Terlapor XI;
8. Bahwa Hendry yang disebutkan di dalam Laporan Pendahuluan (berdasarkan
daftar hadir aanwijzing yang disebutkan menandatangani daftar hadir mewakili
Pemohon Keberatan I/dahulu Terlapor IX dan Pemohon Keberatan IV/dahulu
Terlapor XX yang menjadi dugaan KPPU sebagai proses tindakan kerjasama
adalah dua orang yang berbeda dan hanya kebetulan saja nama kedua orang
tersebut sama (nama sama tetapi orang berbeda). Dimana ternyata terhadap
perbedaan tersebut dapat dibuktikan dengan adanya 2 (dua) Kartu Tanda
Penduduk yang berbeda;
9. Bahwa mengenai dugaan adanya persamaan Tenaga A. Irwan Yuswardhana
sebagai tenaga ahli di Pemohon Keberatan III/dahulu Terlapor XI dan Pemohon
Keberatan II/dahulu Terlapor X tidaklah dapat membuktikan adanya dugaan
Pelanggaran oleh karena Tenaga Ahli di Palembang khususnya Kota Baturaja
tidak banyak (hanya sedikit) sehingga apabila benar Tenaga Ahli yang digunakan
oleh kedua perusahaan tersebut sama tentunya tidak dapat mengindikasikan
adanya kerjasama atau persekongkolan;
10. Bahwa adalah suatu hal yang mustahil apabila diduga Pemohon Keberatan III/
dahulu Terlapor X ada bersekongkol dengan Pemohon Keberatan III/dahulu
Terlapor XI sebab berdasarkan Laporan tertanggal 8 April 2009 telah jelas
disebutkan Pemohon Keberatan III/dahulu Terlapor XI tidak memenuhi
persyaratan karena dokumen-dokumen pendukung tidak lengkap sehingga tender
yang dilakukan adalah sah dan tidak ada pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999;
11. Bahwa akan tetapi segala bentuk fakta-fakta hukum yang telah ada dalam proses
pemeriksaan sama sekali tidak menjadi suatu pertimbangan bagi Termohon
Keberatan untuk mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya, akan tetapi
Termohon Keberatan justru secara membabi buta telah memberikan putusan yang
tidak berdasarkan pada keadilan;
Hal. 10 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Keberatan Kedua:
Putusan Termohon Keberatan Tidak Didasarkan Atas Pertimbangan Hukum Yang
Berbobot Sehingga Menghasilkan Putusan Yang Merugikan Para Pemohon Keberatan/
dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX;
12. Bahwa Putusan Termohon Keberatan sangatlah merugikan Para Pemohon
Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX karena
Putusan Termohon Keberatan tidak didasari Pertimbangan-pertimbangan hukum
yang cukup;
13. Bahwa hal ini adalah karena Termohon Keberatan tidak Independen dalam
memeriksa perkara ini sehingga menghasilkan Putusan yang sangat-sangat
memberatkan Para Pemohon Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor
XI dan Terlapor XX;
14. Bahwa hal ini dikarenakan dalam melaksanakan Tugas dan Fungsinya, Termohon
Keberatan melakukan pemeriksaan, mengajukan perkara dan memutus perkara ini
sendiri sehingga sangatlah mungkin Putusan ini akhirnya tidak objektif dan yang
menjadi korban dari Ketidakdilan ini adalah Para Pemohon Keberatan/Dahulu
Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX;
15. Bahwa Para Pemohon Keberatan/Dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan
Terlapor XX merasa Putusan Termohon Keberatan sangatlah tidak adil karena
Putusan Termohon Keberatan hanya didasarkan pada Kesimpulan-kesimpulan
belaka dan bukan dari Fakta hukum yang terjadi;
16. Bahwa Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam perkara
Persaingan Usaha Tidak Sehat Nomor 109/K/PDT.SUS/2009 Tanggal 30
September 2009 yang dapat dikutip sebagai berikut:
"Kesimpulan Belaka Tidak Dapat Dijadikan Ukuran Bahwa Telah Terjadi Indikasi
Persaingan Semu Untuk Memenangkan Salah Satu Paket Tender Tersebut”
17. Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas maka Para Pemohon Keberatan/
dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX mohon agar
Pengadilan Negeri Palembang membatalkan Putusan Termohon Keberatan Nomor
26/KPPU-L/2010, tanggal 15 November 2010 sepanjang mengenai Para Pemohon
Keberatan/Dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX;
Keberatan Ketiga:
Putusan Termohon Keberatan Tidak Mengacu Pada Peraturan Perundang- Undangan
Yang Berlaku Sehingga Harus Dibatalkan Oleh Pengadilan Negeri Palembang Yang
Memeriksa Dan Memutus Keberatan Ini;
Hal. 11 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
18. Bahwa Putusan Termohon Keberatan sangatlah tidak objektif karena Putusan tidak
didasarkan pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku sehingga Putusan
Termohon Keberatan sepanjang mengenai Para Pemohon Keberatan/dahulu
Terlapor XX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX harus dibatalkan oleh
Pengadilan Negeri Palembang yang memeriksa dan memutus perkara ini;
19. Bahwa didalam proses pemeriksaan perkara ternyata Termohon Keberatan sama
sekali tidak mempertimbangkan seluruh dokumen atau alat bukti yang telah
diajukan oleh Para Pemohon Keberatan/Dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor
XI dan Terlapor XX, melainkan Termohon Keberatan hanya memberikan putusan
berdasarkan kesimpulan-kesimpulan belaka dan bukan dari Fakta hukum yang
terjadi hal ini jelas bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 54 ayat (1)
Peraturan Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1 Tahun 2006 tentang Tata cara
Penanganan Perakara di KPPU disebutkan:
"Majelis Komisi Memutuskan Telan Terjadi Atau Tidak Terjadi Pelanggaran
Berdasarkan Penilaian Hasil Pemeriksaan Lanjutan dan Seluruh Surat Dan/Atau
Dokumen Atau Alat Bukti Lain Yang Disertakan Didalamnya Termasuk Pendapat
Atau Pembelaan Terlapor"
20. Bahwa sebagaimana ketentuan hukum pada Pasal 42 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat Jo Pasal 64 Ayat (1) Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor
1 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penanganan Perkara di Komisi Pengawas
Persaingan Usaha menyebutkan alat bukti pemeriksaan Komisi berupa:
1. Keterangan Saksi;
2. Keterangan Ahli;
3. Surat dan atau Dokumen;
4. Petunjuk, dan
5. Keterangan Pelaku Usaha;
21. Bahwa dengan mengacu pada ketentuan di atas, maka Termohon Keberatan dalam
mengambil Putusan harus didasarkan pada alat-alat bukti sebagaimana yang
disebutkan dalam kedua peraturan tersebut;
22. Bahwa akan tetapi terbukti Termohon Keberatan dalam mengambil putusan tidak
mengacu pada ketentuan tersebut di atas tetapi lebih kepada asumsi-asumsi dan
kesimpulan-kesimpulan dari Termohon Keberatan sendiri;
23. Bahwa disamping itu pula terhadap Putusan Termohon Keberatan Nomor 26/
KPPU-L/2010, tanggal 15 November 2010 menyatakan semua Terlapor (termasuk
Hal. 12 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Para Pemohon/dahulu Para Terlapor) terbukti secara sah dan meyakinkan
melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
24. Bahwa akan tetapi Termohon Keberatan dalam mengambil Putusan tersebut tidak
didasari atas bukti-bukti tentang adanya pelanggaran Pasal 22 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat;
25. Bahwa perihal persekongkolan, hal ini perlu ditegaskan sebagaimana tertuang
dalam beberapa ketentuan hukum sebagai berikut:
-- Pasal 1 huruf h Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 disebutkan arti kata
Persekongkolan yaitu:
"Bentuk Kerja Sama Yang Dilakukan Oleh Pelaku Usaha Dengan Pelaku Usaha
Lain Dengan Maksud Untuk Menguasai Pasar Bersangkutan Bagi Kepentingan
Pelaku Usaha Yang Bersekongkol"
Persekongkolan (Pasal 1 huruf h) di atas ini mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut:
1 Adanya kerjasama;
2 Kerjasama tersebut dilakukan oleh Pelaku usaha dengan Pelaku Usaha;
3 Dengan maksud menguasai pasar;
4 Untuk kepentingan Pelaku Usaha yang bersekongkol;
-- Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyebutkan:
“Pelaku Usaha Dilarang Bersekongkol Dengan Pihak Lain Untuk Mengatur Dan
Atau Menentukan Terjadinya Persaingan Usaha Tidak Sehat"
Sedangkan unsur-unsur Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dapat
diuraikan sebagai berikut:
1 Adanya larangan bersekongkol;
2 Persekongkolan tersebut dilakukan dengan Pihak Lain;
3 Persekongkolan tersebut dilakukan untuk menentukan pemenang tender;
4 Mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat;
26. Bahwa dengan adanya ketentuan hukum di atas yang dapat kami jabarkan, maka
Termohon Keberatan dalam mengambil Putusan haruslah didasarkan pada alat-alat
bukti yang membuktikan adanya kerja sama untuk menimbulkan Persaingan
Usaha Tidak Sehat;
27. Bahwa kemudian Putusan dari Termohon Keberatan yang sangat tidak adil
tersebut menimbulkan pertanyaan sebagai berikut:
Hal. 13 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
i. Bahwa apakah penggunaan orang yang bernama Hendry yang mana sebagai
tekhnisi ahli dikedua Pemohon Keberatan I/dahulu Terlapor IX dan Pemohon
Keberatan II/dahulu Terlapor X adalah bukti yang dapat menerangkan adanya
kerja sama?
ii. Bahwa apakah dengan adanya data administrasi antara PT. Surya Prima Abadi
dan PT Dwi Perkasa Mandiri (yakni nomor telepon 0711-7826077 dan
7826066 dapat menerangkan adanya kerja sama?
iii. Bahwa mengapa tidak sekalian penggunaan kami sebagai Kuasa Hukum dari
Pemohon Keberatan I/dahulu Terlapor IX dan Pemohon Keberatan II/dahulu
Terlapor X dimasukan kedalam pertimbangan Putusan Termohon Keberatan?
28. Bahwa sekali lagi telah nyata dan jelas kalau Termohon Keberatan sangat-
sangatlah tidak menjunjung tinggi Hukum Pembuktian, Termohon Keberatan
dalam mengambil Pertimbangan dalam memberikan Putusan Nomor 26/LPPU-
L/2010, tanggal 15 November 2010 yang hanya didasarkan pada asumsi dan
Kesimpulan Belaka;
29. Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas maka Para Pemohon Keberatan/
dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX mohon agar
Pengadilan Negeri Palembang membatalkan Putusan Termohon Keberatan Nomor
26/KPPU-L/2010, tanggal 15 November 2010 sepanjang mengenai Para Pemohon
Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX;
Keberatan Keempat:
Putusan Termohon Keberatan Bertentangan Dengan Pasal 47 Huruf C Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat;
30. Bahwa Putusan Termohon Keberatan Nomor 26/KPPU-L/2010, tanggal 15
November 2010 sepanjang mengenai Para Pemohon Keberatan/dahulu Terlapor
IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX haruslah dibatalkan oleh Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Palembang yang memeriksa dan memutus perkara ini
karena Putusan Termohon Keberatan Nomor 26/KPPU-L/2010, tanggal 15
November 2010 Bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak sehat;
31. Bahwa dalam Putusannya, Termohon Keberatan menjatuhkan denda sebesar
Rp599.499.000,00 (lima ratus sembilan puluh sembilan juta empat ratus sembilan
puluh sembilan ribu rupiah) kepada Pemohon Keberatan I/dahulu Terlapor IX
tanpa dasar perhitungan yang jelas;
Hal. 14 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
32. Bahwa selain itu Putusan Termohon Keberatan yang melarang Para Pemohon
Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X Dan Terlapor XX untuk mengikuti
lelang yang menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di seluruh Indonesia selama 12
(dua belas) bulan sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap adalah
bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Nonopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagaimana dapat kami
jabarkan ketentuan-ketentuan hukumnya dalam Pasal 47 huruf C Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat disebutkan:
“Perintah Kepada Pelaku Usaha Untuk Menghentikan Kegiatan Yang Terbukti
Menimbulkan Praktek Monopoli Dan Atau Menyebabkan Persaingan Usaha Tidak
Sehat Dan Atau Merugikan Masyarakat"
33. Bahwa Putusan Termohon Keberatan yang melarang Pemohon Keberatan IV/
dahulu Terlapor XI: PT Nugraha Adi Taruna, untuk mengikuti lelang yang
menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di seluruh Indonesia selama 18 (delapan
belas) bulan sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap adalah
bertentangan dengan Pasal 47 huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
34. Bahwa Putusan yang diberikan Termohon Keberatan di dalam Putusannya jelas
bertentangan dengan Pasal 47 huruf C Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
mengingat secara tidak langsung Termohon Keberatan telah memutuskan usaha
dari Para Pemohon Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan
Terlapor XX, padahal jelas di dalam Penjelasan terhadap Pasal 47 huruf C
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan:
"Yang diperintahkan untuk dihentikan adalah kegiatan atau tindakan tertentu dan
bukan kegiatan usaha pelaku usaha secara keseluruhan";
35. Bahwa di samping itupula ketentuan hukum tentang Larangan Praktek Monopoli
Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
No. 5 Tahun 1999 tersebut sama sekali tidak mengenal adanya larangan sementara
untuk tidak mengikuti kegiatan lelang atau dengan kata lain Skorsing, sehingga
Putusan yang diberikan Termohon Keberatan sangatlah tidak mempunyai dasar
hukum yang kuat dan kokoh;
Hal. 15 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
36. Bahwa hal ini dikarenakan kedudukan Para Pemohon Keberatan/dahulu Terlapor
IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX sebagai suatu Perseroan terbatas
yang selama ini hanya mendapatkan perkerjaan dari Lelang yang menggunakan
APBN dan APBD sehingga apabila Putusan Termohon Keberatan dilaksanakan
maka akan mengakibatkan Para Pemohon Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor
X, Terlapor XI dan Terlapor XX tidak mempunyai penghasilan lagi;
37. Bahwa apakah Termohon Keberatan dapat memikirkan apabila usaha Para
Pemohon Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor
XX sebagai Perseroan Terbatas yang selama ini hanya mendapatkan perkerjaan
dari Lelang yang menggunakan APBN dan APBD dihentikan sementara waktu,
maka akan menimbulkan tidak adanya lagi penghasilan bagi Para Pemohon
Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX, yang
menimbulkan Para Pemohon Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor
XI dan Terlapor XX tidak mampu menjalankan usahanya, sehingga dapat
menyengsarakan ribuan orang Pekerja yang bekerja pada Para Pemohon
Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX, dimana
hal ini jelas bertentangan dengan Pasal 28 D Undang-Undang Dasar 1945 yang
berbunyi:
“Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja”;
38. Bahwa dengan demikian apabila putusasn Termohon Keberatan dilaksanakan,
maka sama saja dengan menghentikan seluruh kegiatan usaha dari Para Pemohon
Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor X dan Terlapor XX;
Bahwa, berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Para Pemohon Keberatan
mohon kepada Pengadilan Negeri Palembang agar memberi putusan sebagai berikut:
1. Menerima Permohonan Keberatan dari Para Pemohon Keberatan/Dahulu Terlapor
IX, Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XX untuk seluruhnya;
2. Membatalkan Putusan Termohon Keberatan/Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Repubuk Indonesia (KPPU-RI) Nomor 26/KPPU-L/2010, tanggal 15 November
2010 sepanjang mengenai Para Pemohon Keberatan/dahulu Terlapor IX, Terlapor
X, Terlapor XI dan Terlapor XX;
Dan Mengadili Sendiri:
1. Menyatakan Terlapor I: PT Surya Eka Lestari, Terlapor II: PT Wahyu Wide,
Terlapor III: PT Sentosa Raya, Terlapor IV: PT Nusantara Membangun,
Terlapor V: PT Cinta Famili, Terlapor VI: PT Bintang Selatan Agung, Terlapor
Hal. 16 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
VII: PT Arga Makmur Mandiri, Terlapor VIII: PT Alam Baru Persada, Terlapor
XII: PT Mahalini Jaya Manggala, Terlapor XIII: PT Gemilang Permi, Terlapor
XIV: PT Medika Jaya Utama, Terlapor XV: PT Bunga Mulia Indah, Terlapor
XVI: PT Gading Cempaka Graha, Terlapor XVII: PT Alam Permai Indah
Mandiri, Terlapor XVIII: PT Dua Sepakat, dan Terlapor XIX: Panitia
Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi di Dinas PU Bina Marga Kabupaten Ogan
Komering Ulu APBD Tahun Anggaran 2009 terbukti secara Sah dan
Meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2. Menghukum Terlapor I: PT Surya Eka Lestari untuk membayar denda sebesar
Rp59.743.000,00 (lima puluh sembilan juta tujuh ratus empat
puluh tiga ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan
423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
3. Menghukum Terlapor II: PT Wahyu Wide untuk membayar denda sebesar
Rp226.782.000,00 (dua ratus dua puluh enam juta tujuh ratus delapan puluh
dua ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan
denda pelanggaran di bidang persaidangan usaha Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan
423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
4. Menghukum Terlapor III: PT Sentosa Raya untuk membayar denda sebesar
Rp659.123.000,00 (enam ratus lima puluh sembilan juta seratus dua puluh tiga
ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan
denda pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
5. Menghukum Terlapor V: PT Cinta Famili untuk membayar denda sebesar
Rp187.275.000,00 (seratus delapan puluh tujuh juta dua ratus tujuh puluh lima
ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan
denda pelanggaran di bidang persaidangan usaha Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan
423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
6. Menghukum Terlapor VIII: PT Alam Baru Persada untuk membayar denda
sebesar Rp.52.428.000,00 (lima puluh dua juta empat ratus dua puluh delapan
Hal. 17 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan
denda pelanggaran di bidang persaidangan usaha Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan
423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
7. Menghukum Terlapor XV: PT Bunga Mulia Indah untuk membayar denda
sebesar Rp449.844.000,00 (empat ratus empat puluh sembilan juta delapan
ratus empat puluh empat ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja
Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan
Usaha);
8. Melarang Terlapor I: PT Surya Eka Lestari, Terlapor II: PT Wahyu Wide,
Terlapor III: PT Sentosa Raya, Terlapor VI: PT Bintang Selatan Agung
Terlapor VIII: PT Alam Baru Persada, Terlapor XII: PT Mahalini Jaya
Manggala, Terlapor XV: PT Bunga Mulia Indah dan Terlapor XVIII: PT Dua
Sepakat untuk mengikuti lelang yang menggunakan Dana Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) di Seluruh Indonesia selama 12 (dua belas) bulan sejak putusan ini
mempunyai kekuatan hukum tetap;
9. Melarang Terlapor IV: PT Nusantara Membangun, Terlapor V: PT Cinta
Famili, Terlapor VII: PT Arga Makmur Mandiri, Terlapor XIII: PT Gemilang
Permi, Terlapor XIV: PT Medika Jaya Utama, Terlapor XVI: PT Gading
Cempaka Graha, Terlapor XVII: PT Alam Permai Indah Mandiri, untuk
mengikuti lelang yang menggunakan dana anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) dan anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di seluruh
Indonesia selama 18 (delapan belas) bulan sejak Putusan ini mempunyai
kekuatan hukum tetap;
Bahwa, terhadap keberatan tersebut Pengadilan Negeri Palembang telah
memberikan putusan Nomor 16/Pdt.G/KPPU/2011/PN.PLG., tanggal 28 Juni 2011 yang
amarnya sebagai berikut:
1. Menerima permohonan keberatan Pemohon Keberatan I/dahulu Terlapor IX,
Pemohon Keberatan II/dahulu Terlapor X, Pemohon Keberatan III/dahulu Terlapor
XI, dan Pemohon Keberatan IV/dahulu Terlapor XX untuk sebagian;
2. Membatalkan putusan KPPU No. 26/KPPU-L/2010, tanggal 15 November 2010,
sepanjang mengenai dictum angka 7, sehingga berbunyi:
Hal. 18 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
“Menghukum Terlapor IX: PT. Surya Prima Abadi untuk membayar denda sebesar
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha satuan kerja
Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode
peneriman 423755 (pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha)”;
Dictum angka 9, sehingga berbunyi: “Melarang, Terlapor I: PT Surya Eka Lestari,
Terlapor II: PT Wahyu Wide, Terlapor III: PT Sentosa Raya, Terlapor VI: PT
Bintang Selatan Agung, Terlapor VIII: PT Alam Baru Persada, Terlapor XII: PT
Mahalini Jaya Manggala, Terlapor XIII: PT Gemilang Permai, Terlapor XIV:
Medika Jaya Utama, Terlapor XV: Bunga Mulia Indah, Terlapor XVIII: PT Dua
Sepakat, untuk mengikuti lelang yang menggunakan dana Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di
seluruh Indonesia selama 12 (dua belas) bulan sejak putusan ini mempunyai
kekuatan hukum tetap”;
Dictum angka 10, sehingga berbunyi: “Melarang, Terlapor IV: PT Nusantara
Membangun, Terlapor V: PT Cinta Famili, Terlapor VII: PT Arga Makmur
Mandiri, Terlapor XIII: PT Gemilang Permai, Terlapor XIV: Medika Jaya Utama,
Terlapor XVI: PT Gading Cempaka Graha, Terlapor XVII: PT Alam Permai Indah,
untuk mengikuti lelang yang menggunakan dana Anggaran Pendapat Belanja
Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD) di seluruh
Indonesia selama 18 (delapan belas) bulan sejak putusan ini mempunyai kekuatan
hukum tetap”;
3. Membebankan seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini kepada Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia sebesar Rp222.000,00 (dua ratus
dua puluh dua ribu rupiah)
4. Menolak permohonan keberatan Pemohon Keberatan I/dahulu Terlapor IX,
Pemohon Keberatan II/dahulu Terlapor X, Pemohon Keberatan III/dahulu Terlapor
XI, dan Pemohon Keberatan IV/dahulu Terlapor XX, untuk selain dan selebihnya;
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri Palembang tersebut telah
diucapkan dengan hadirnya Para Pemohon Keberatan pada tanggal 28 Juni 2011,
terhadap putusan tersebut, Para Pemohon Keberatan melalui kuasanya berdasarkan Surat
Kuasa Khusus masing-masing pada tanggal 4 Juli 2011, tanggal 7 Februari 2011,
tanggal 31 Juli 2012, tanggal 26 Juli 2011, mengajukan permohonan kasasi masing-
masing pada tanggal 11 Juli 2011, tanggal 12 Juli 2011, tanggal 9 Agustus 2011,
sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi masing-masing Nomor 16/Pdt.G/
Hal. 19 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
KPPU/2011/PN.PLG., yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Palembang,
permohonan tersebut diikuti dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Palembang, masing-masing pada tanggal 21 Juli 2011, tanggal 22 Juli
2011, tanggal 25 Juli 2011, tanggal 10 Agustus 2011;
Bahwa memori kasasi telah disampaikan kepada Termohon Keberatan, Pemohon
Keberatan dan Para Turut Termohon Keberatan masing-masing pada tanggal 10 Oktober
2011, tanggal 7 Maret 2012, tanggal 15 Maret 2012, tanggal 15 Februari 2012, tangal 16
Februari 2012, tanggal 3 Oktober 2011, tanggal 3 November 2011, tanggal 19 Juni 2012,
tanggal 15 Maret 2012, kemudian Termohon Keberatan dan Para Pemohon Keberatan
mengajukan kontra memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Palembang pada tanggal tanggal 7 Februari 2012, tanggal 29 Mei 2012, tanggal 25 Juni
2012;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah
diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan
dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka permohonan kasasi tersebut
secara formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan kasasi yang diajukan oleh Para
Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya adalah:
Keberatan-Keberatan Pemohon Kasasi I:
I. Judex Facti Tanpa Alasan Yang Sah Telah Mengabaikan Kehadiran Para
Pemohon Kasasi Dalam Persidangan Dan Pada Saat Putusan Diucapkan;
1. Bahwa berdasarkan surat panggilan yang diterima secara resmi oleh Para
Pemohon Kasasi I, II, dan III melalui Pengadilan Negeri Baturaja, Para
Pemohon Kasasi I, II dan Ill, yang diwakili oleh para kuasa hukumnya, hadir
pada tanggal 14 Juni 2011 di persidangan Pengadilan Negeri Kelas l-A dalam
perkara permohonan keberatan No.16/Pdt.G./2011/PN.PLG.;
2. Bahwa dalam persidangan tanggal 14 Juni 2011 tersebut para kuasa hukum
Para Pemohon Kasasi I, Il dan Ill, telah menyerahkan surat kuasa yang
diperlukan untuk beracara kepada Majelis Hakim dan meminta diberi
kesempatan untuk mengajukan Jawaban tertulis yang sudah dipersiapkan oleh
Para Pemohon Kasasi I, II dan Ill, akan tetapi tanpa alasan yang sah ditolak
oleh Majelis Hakim;
3. Bahwa Para Pemohon Kasasi I, Il dan III pada saat itu merasa sangat perlu
mengajukan Jawabannya oleh karena Para Pemohon Kasasi I, II dan III sangat
Hal. 20 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
khawatir jika permohonan keberatan yang diajukan oleh Para Termohon Kasasi
I, II, III dan IV, dikabulkan oleh Judex Facti maka akan sangat memberatkan
dan merugikan Para Pemohon Kasasi I, Il dan III karena putusan Judex Facti
tersebut akan tumpang tindih dan
saling bertentangan dengan putusan Pengadilan Negeri Baturaja No.03/PDT.G/
KPPU/2011/PN.BTA., tertanggal 1 April, 2011 yang saat ini sedang dalam
tingkat pemeriksaan kasasi di hadapan Mahkamah Agung RI;
4. Bahwa atas permintaan lebih lanjut dari Para Pemohon Kasasi I, Il dan Ill, Para
Pemohon Kasasi I, II dan III diberi kesempatan oleh Majelis Hakim perkara
permohonan keberatan No.16/Pdt.G./2011/PN.PLG., untuk menyerahkan bukti-
bukti tentang adanya Putusan No. 03/PDT.G/KPPUj2011/PN.BTA., tertanggal
1 April, 2011 dan perkara kasasinya;
5. Bahwa pada sidang tanggal 14 Juni 2011, tersebut Para Pemohon Kasasi I, II
dan III telah menyerahkan kepada dan diterima oleh Majelis Hakim antara lain
bukti-bukti berupa (i) Putusan No. 03/PDT.G/KPPU/ 2011/PN.BTA., tertanggal
1 April 2011; (ii) relaas pemberitahuan pernyataan kasasi oleh KPPU
(Termohon Kasasi V); (iii) Memori Kasasi dari KPPU; (iv) Kontra Memori
Para Pemohon Kasasi I, II dan Ill; dan (v) Surat Jawaban KPPU dalam perkara
permohonan keberatan No.03/PDT.G/KPPU /2011/PN.BTA. Setelah itu
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palembang mengundurkan sidang yang
berikutnya sampai dengan tanggal 28 Juni 2011 dengan acara pembacaan
putusan perkara;
6. Bahwa pada saat sidang tanggal 28 Juni 2011, Para Pemohon Kasasi I, II dan III
kembali hadir dipersidangan dengan acara pembacaan putusan dan sebelum
putusan diucapkan Majelis Hakim mengecek keberadaan para pihak yang hadir
termasuk kehadiran Para Pemohon Kasasi I, II dan Ill;
7. Bahwa akan tetapi ternyata dalam putusan Pengadilan Negeri Kelas lA
Palembang No. 16 /Pdt.G/2011/PN.PLG., tertanggal 28 Juni 2011 yang
diterima secara resmi oleh Para Pemohon Kasasi I, II dan Ill, kehadiran Para
Pemohon Kasasi I, II dan III dalam sidang pemeriksaan dan pada saat putusan
diucapkan sama sekali tidak disebutkan oleh Judex Facti dan Judex Facti
menganggap Para Pemohon Kasasi I, II dan III dan para Turut Termohon
Kasasi lainnya tidak pernah hadir dalam perkara keberatan No. 16/Pdt.G./2011/
PN.PLG. Hal ini selain sangat merugikan Para Pemohon Kasasi I, II dan III
juga jelas menyebabkan putusan Judex Facti menjadi cacat hukum dan harus
Hal. 21 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dibatalkan karena tidak mengemukakan hal-hal yang sebenarnya terjadi di
persidangan;
II. Judex Facti Tidak Menerapkan Azas Beracara "Audi Alteram Partem"
1. Bahwa sebagaimana telah diuraikan dalam butir I diatas, pada persidangan
tanggal 14 Juni 2011 Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas lA Palembang
yang memeriksa perkara keberatan No.16/Pdt.G./2011/PN.PLG., tersebut tanpa
alasan yang sah, menolak untuk menerima Jawaban tertulis yang sudah
dipersiapkan oleh Para Pemohon Kasasi I, II dan III dan para Turut Termohon
Kasasi lainnya;
2. Bahwa penolakan untuk menerima Jawaban Para Pemohon Kasasi I, II dan III
tersebut jelas merupakan pelanggaran atas azas beracara "audi alteram partem"
yaitu untuk memperoleh keadilan dan kebenaran dalam suatu sengketa, Hakim
wajib untuk mendengarkan dalil-dalil, argumentasi-argumentasi dan bukti-bukti
yang diajukan oleh para pihak sebelum menjatuhkan putusannya. Judex Facti
telah bertindak tidak adil karena tidak menerapkan azas beracara "audi alteram
partem" tersebut
terhadap Para Pemohon Kasasi I, II dan III yang hendak membela
kepentingannya;
III. Putusan Judex Facti Tumpang Tindih Dan Saling Bertentangan Dengan
Putusan Pengadilan Negeri Batu Raja No. 03/PDT.G/KPPU/2011/ PN.BTA.,
Tertanggal 1 April 2011
1. Bahwa Pengadilan Negeri Baturaja pada tanggal 01 April 2011 telah terlebih
dahulu menjatuhkan putusannya dalam perkara permohonan keberatan No. 03/
PDT.G/KPPU/2011/PN.BTA., yang diajukan oleh Para Pemohon Kasasi I, II
dan III dengan diktum sebagai berikut:
"Mengadili”
-- Menolak keberatan dari Pemohon Keberatan I, Il dan Ill;
-- Menguatkan Putusan KPPU Nomor: 26/ KPPU-L/ 2010, tanggal 15
November 2010 dengan perbaikan, sehingga amar selengkapnya berbunyi
sebagai berikut:
1. Menyatakan Terlapor I: PT Surya Eka Lestari, Terlapor Il: PT Wahyu
Wide, Terlapor III: PT Sentosa Raya terbukti secara sah dan meyakinkan
Hal. 22 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
melanggar Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2. Menghukum Terlapor I: PT Surya Eka Lestari untuk membayar denda
sebesar Rp59. 743.000,00 (lima puluh sembilan juta tujuh ratus empat
puluh tiga ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha
melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di Bidang Persainqari Usaha);
3. Menghukum Terlapor Il: PT Wahyu Wide untuk membayar denda
sebesar Rp226.782.000,00 (dua ratus dua puluh enam juta tujuh ratus
delapan puluh dua ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha
melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan
Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
4. Menghukum Terlapor III: PT Sentosa Raya untuk membayar denda
sebesar Rp659.123.000,00 (enam ratus Iima puluh sembilan juta seratus
dua puluh tiga ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan
Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah
dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan Usaha);
5. Menghukum Pemohon Keberatan I, II dan III untuk membayar biaya
perkara secara tanggung renteng yang hingga kini sebesar Rp511. 000,00
(lima ratus sebelas ribu rupiah);
(Terlampir putusan Pengadilan Negeri Baturaja No. 03/PDT.G/KPPU/ 2011/
PN.BTA., tertanggal 01 April 2011, bukti PPK I, II, & III-1);
2. Bahwa terhadap putusan Pengadilan Negeri Baturaja No. 03/PDT.G/
KPPU/2011/PN.BTA., tertanggal 01 April 2011 tersebut Termohon Kasasi V
(KPPU) telah menyatakan kasasi dan mengajukan Memori Kasasi kepada
Mahkamah Agung RI sebagaimana terbukti dari Risalah Pemberitahuan
Pernyataan Permohonan Kasasi No. 03/PDT.G/KPPU/2011/PN.BTA.,
tertanggal 6 Mei 2011 dan Risalah Pemberitahuan dan Penyerahan Memori
Kasasi No. 03/PDT.G/KPPU/2011 jPN.BTA., tertanggal 23 Mei 2011 dan
Hal. 23 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Memori Kasasi KPPU tertanggal 18 Mei 2011 (terlampir bukti PPK I, II, &
III-2 dan bukti PPK I, II, & III -3 a, b, c dan bukti PPK I, II, & III-4);
3. Bahwa terhadap pernyataan permohonan kasasi dan Memori Kasasi Termohon
Kasasi V tersebut, Para Pemohon Kasasi I, II dan III telah mengajukan Kontra
Memori Kasasi kepada Mahkamah Agung RI pada tanggal 1 Juni 2011 (melalui
Pengadilan Negeri Baturaja) sebagaimana terbukti dari Tanda Terima dan
Kontra Memori Kasasi No. 03/PDT.G/KPPU/2011/PN.BTA., tertanggal 01 Juni
2011 (terlampir bukti PPK I, II, & III-5);
4. Bahwa oleh karenanya dengan adanya Putusan Pengadilan Negeri Kelas lA
Palembang No.16/Pdt.G./2011/PN.PLG., tertanggal 28 Juni 2011 telah terjadi
ketidak pastian hukum dan membingungkan karena terdapat 2 (dua) putusan
Pengadilan yang diktumnya saling bertentangan, tumpang tindih dan merugikan
Para Pemohon Kasasi I, II dan III karena adanya sanksi yang saling
bertentangan dijatuhkan oleh 2 Pengadilan Negeri yang berbeda atas Para
Pemohon Kasasi I, II dan Ill;
IV. Putusan Pengadilan Negeri Baturaja No. 03/PDT.G/KPPU/ 2011/PN.BTA.,
tertanggal 01 April 2011 tidak melanggar hukum karena Pengadilan Negeri
Baturaja berwenang memeriksa dan memutus perkara keberatan a quo sebab
sejak sidang pertama hingga putusan di ucapkan pihak KPPU tidak dapat
membuktikan dengan sah bahwa benar: (i) ada perkara keberatan lain pada
Pengadilan Negeri yang berbeda terhadap putusan KPPU a quo, dan (ii)
Termohon Keberatan telah mengajukan permohonan kepada Mahkamah
Agung RI untuk menggabungkan perkara
1. Bahwa Para Pemohon Kasasi I, Il dan III adalah para pelaku usaha yang
semuanya berkedudukan dan beralamat di Baturaja;
2. Bahwa oleh karenanya sesuai dengan Pasal 4 (3) Peraturan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya
Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU yang berbunyi: "Dalam hal
keberatan diajukan oleh lebih dari 1 (satu) Pelaku Usaha untuk putusan KPPU
yang sama, dan memiliki kedudukan hukum yang sama, perkara tersebut harus
didaftar dengan nomor yang sama" maka Pengadilan Negeri Baturaja
berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara keberatan tersebut;
3. Bahwa perlu diketahui bahwa perkara permohonan keberatan Nomor 03/Pdt.G/
KPPU/2011/PN.BTA., diajukan kepada Pengadilan Negeri Baturaja oleh lebih
Hal. 24 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dari 1 (satu) pelaku usaha yaitu Para Pemohon Kasasi I, Il dan III yang
mempunyai tempat kedudukan hukum yang sama (yaitu di Baturaja) terhadap
putusan KPPU yang sama yaitu putusan KPPU No. 26/KPPU-L/2010,
tertanggal 15 November 2010, sehingga ketentuan Pasal 4 (4) Peraturan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2005 tentang Tata
Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU tidak
berlaku dalam perkara tersebut;
4. Bahwa sebagaimana terbukti dari Berita Acara Persidangan perkara keberatan
No. 03/PDT.G/KPPU/2011/PN.BTA., dan Surat Ketua Pengadilan Negeri
Baturaja No W6-U4/78/HK.02/V/2011 tertanggal 19 Mei 2011, beserta
lampirannya (terlampir bukti PPK I, II dan III- 6) dan Surat KPPU No. 27.1/K/
KPN/III/2011, tertanggal 18 Maret 2011 (terlampir bukti PPK I, II dan III-7)
yang diajukan oleh KPPU (Termohon Kasasi V) kepada persidangan
Pengadilan Negeri Baturaja pada tanggal 21 Maret 2011, maka terbukti bahwa
sejak sidang pertama hingga putusan diucapkan oleh Judex Facti, Pihak KPPU
tidak dapat
mengajukan bukti-bukti yang sah di persidangan bahwa benar terdapat perkara
keberatan lain pada Pengadilan Negeri lain selain perkara keberatan yang ada di
Pengadilan Negeri Baturaja, dan juga, selama persidangan berlangsung di
Pengadilan Negeri Baturaja, KPPU juga tidak dapat membuktikan bahwa benar
KPPU telah mengajukan permohonan kepada Mahkamah Agung RI untuk
menggabungkan perkara-perkara keberatan yang ada;
5. Bahwa sebagaimana terbukti pada alinea 5 halaman 3 dari Surat KPPU No.
27.1/K/KPN/III/2011 tertanggal 18 Maret 2011 (bukti PPK I, II dan III-7),
KPPU sendiri mengakui sebagai berikut:
"....maka apabila para Terlapor lain mengajukan keberatan terhadap Putusan
KPPU a quo, maka KPPU akan mengaiukan Permohonan Penggabungan
Perkara kepada Ketua Mahkamah Agung agar berkenan menunjuk 1 (satu)
Pengadilan Negeri yang memeriksa seluruh upaya hukum keberatan atas
Putusan KPPU a quo, namun saat ini kami baru menerima 1 (satu) relaas
panggilan sidang keberatan atas Putusan KPPU a quo yang diajukan oleh PT
Surya Eka Lestari di Pengadilan Negeri Baturaja yang tercatat dengan register
No. 03/PDT.G/KPPU/2011/PN.BTA.";
6. Bahwa sejak perkara keberatan Nomor 03/Pdt.G/KPPU/2011/PN. BTA.,
diajukan oleh Para Pemohon Kasasi I, Il dan III kepada Pengadilan Negeri
Hal. 25 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Baturaja pada tanggal 31 Januari 2011 sampai diputus oleh Judex Facti pada
tanggal 1 April 2011 KPPU tidak pernah mengajukan bukti ke persidangan
Pengadilan Negeri Baturaja tentang permohonan
yang dimaksud karena berdasarkan pengakuan KPPU sendiri pada alinea 5
halaman 3 dari Surat KPPU No. 27.1/K/KPN/lII/2011 tertanggal 18 Maret 2011
(bukti PPK I, II dan III-7) KPPU tidak mengetahui tentang adanya perkara
keberatan selain yang ada di Pengadilan Negeri Baturaja tersebut, sehingga
putusan Pengadilan Negeri Baturaja No. 03/PDT.G/KPPU/2011/PN.BTA.,
tertanggal 01 April 2011 adalah tepat dan tidak melanggar hukum;
7. Bahwa Termohon Kasasi V (KPPU) telah dipanggil secara patut oleh
Pengadilan Negeri Baturaja untuk menghadap dan mengajukan jawabannya di
persidangan dalam perkara permohonan keberatan No. 03/PDT.G/KPPU/2011/
PN.BTA.;
Bahwa pihak KPPU tidak berhasil mengajukan bukti-bukti yang sah, yang
membuktikan bahwa benar terdapat beberapa perkara keberatan pada
Pengadilan Negeri lain dan juga bukti bahwa benar pihak KPPU telah
mengajukan permohonan penggabungan perkara kepada Ketua Mahkamah
Agung RI;
8. Bahwa perlu kiranya diketahui pula oleh Mahkamah Agung RI tentang jalannya
proses pemeriksaan perkara permohonan keberatan No. 03/PDT.G/KPPU/2011/
PN.BTA., dihadapan Pengadilan Negeri Baturaja, yaitu pada hari persidangan
pertama yang telah ditentukan yaitu tanggal 16 Februari 2011, dan sidang
kedua yaitu pada tanggal 2 Maret 2011, pihak KPPU atau kuasanya tidak hadir,
dan pihak KPPU baru hadir pada persidangan ketiga yaitu tanggal 21 Maret
2011;
9. Bahwa pada sidang tanggal 21 Maret 2011 tersebut pihak KPPU telah
menyerahkan kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Baturaja Surat No.
27.1/K/KPN/IIII 2011 tertanggal 18 Maret 2011 (bukti PPK I, II dan 111-7);
10. Bahwa sebagaimana dapat dibaca dari pada alinea 5 halaman 3 dari Surat
Termohon Kasasi V (KPPU) No. 27.1/K/KPN/III/2011, tertanggal 18 Maret
2011 (bukti PPK I, II, & 111-7), pihak KPPU sendiri mengakui bahwa sampai
saat sidang tanggal 21 Maret 2011, yang baru ada adalah perkara keberatan
yang diajukan oleh Para Pemohon Kasasi I, II, dan III dihadapan Pengadilan
Negeri Baturaja tersebut;
Hal. 26 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
11. Bahwa pada sidang tanggal 21 Maret 2011 tersebut, pihak KPPU meminta agar
persidangan ditunda selama 3 (tiga) minggu sebagai mana dikemukakan dalam
surat pihak KPPU (bukti PPK I, II dan III-7) , tetapi permintaan tersebut tidak
dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Baturaja, mengingat
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Baturaja terikat pada ketentuan Pasal 45 ayat
2 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Jo Pasal 5 ayat (5) PERMA RI No.3
Tahun 2005 yang mengharuskan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Baturaja
untuk memberikan putusannya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
dimulainya pemeriksaan keberatan tersebut sehingga sidang harus dilanjutkan
pada tanggal 23 Maret 2011;
Sehingga sesuai jadwal batas waktu yang ditentukan oleh Pasal 45
ayat 2 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Jo Pasal 5 ayat (5) PERMA RI No.3
Tahun 2005 Pengadilan Negeri Baturaja menjatuhkan putusannya pada tanggal
1 April 2011;
12. Bahwa dengan adanya putusan Pengadilan No. 03/PDT.G/KPPU/2011/
PN.BTA., tertanggal 01 April 2011 maka seharusnya Judex Facti menolak atau
setidak-tidaknya menyatakannya sebagai tidak dapat diterima terhadap Para
Pemohon Kasasi I, ll, dan Ill;
V. Judex Facti Telah Bertindak Diskriminatif Terhadap Para Pemohon Kasasi I,
II dan III Dengan Mengurangi Jumlah Hukuman Denda Yang Harus Dibayar
Oleh Para Termohon Kasasi I, II, III, Dan IV dan Tidak Mengurangi Jumlah
Hukuman Denda Yang Harus Dibayar Oleh Para Pemohon Kasasi I, II Dan III
1. Bahwa Pemohon Kasasi, Pemohon Kasasi II dan Pemohon Kasasi III tidak
pernah melakukan persekongkolan untuk memenangkan tender-tender bagi
proyek yang disebut dalam Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU) RI No. 26/KPPU-L/2010 tertanggal 15 November, 2010 karena
Pemohon Kasasi I, Pemohon Kasasi II dan Pemohon Kasasi III adalah badan-
badan hukum yang berbeda dengan pengurus dan manajemen yang berbeda
sehingga tidak seharusnya atas Para Pemohon Kasasi I, ll, dan III dikenakan
hukuman denda;
2. Bahwa andaikata Mahkamah Agung berpendapat lain quod non, maka Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Kelas lA Palembang telah dengan keliru dan
diskriminatif mempertimbangkan dan memberikan pengurangan jumlah
Hal. 27 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
hukuman denda yang harus dibayar oleh Para Termohon Kasasi I, dari
Rp11.989.970.000,00 (sebelas milyar sembilan ratus delapan puluh sembilan
juta sembilan ratus tujuh puluh ribu rupiah) menjadi Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sedangkan terhadap Para Pemohon Kasasi I, II, dan III tidak
diberikan pengurangan;
3. Bahwa jumlah nilai proyek yang dimenangkan oleh Pemohon Kasasi I hanya
sebesar Rp1.991.431.000,00 (satu milyar sembilan ratus sembilan puluh satu
juta empat ratus tiga puluh satu ribu rupiah) sehingga jumlah denda sebesar
Rp59.743.000,00 (lima puluh sembilan juta tujuh ratus empat puluh tiga ribu
rupiah) yang dijatuhkan oleh KPPU dan dikuatkan oleh Judex Facti atas
Pemohon Kasasi I terasa sangat tidak adil dan tidak logis;
4. Bahwa jumlah nilai proyek yang dimenangkan oleh PEMOHON KASASI II
hanya sebesar Rp4.488.394.000,00 (empat milyar empat ratus delapan puluh
delapan juta tiga ratus sembilan puluh empat ribu rupiah) sehingga jumlah
denda sebesar Rp226.782.000,00 (dua ratus dua puluh enam juta tujuh ratus
delapan puluh dua ribu rupiah) yang dijatuhkan oleh KPPU dan dikuatkan oleh
Judex Facti atas Pemohon Kasasi II terasa sangat tidak adil dan tidak logis;
5. Bahwa jumlah nilai proyek yang dimenangkan oleh PEMOHON KASASI III
adalah sebesar Rp12.974.495.000,00 (dua belas milyar sembilan ratus tujuh
puluh empat juta empat ratus sembilan puluh lima ribu rupiah) yaitu kurang
lebih sama dengan nilai proyek yang dimenangkan oleh Termohon Kasasi I,
sehingga jumlah denda sebesar Rp659.123.000,00 (enam ratus lima puluh
sembilan juta seratus dua puluh tiga ribu rupiah) yang dijatuhkan oleh KPPU
dan dikuatkan oleh Judex Facti atas Pemohon Kasasi III terasa sangat tidak adil
dan tidak logis. Oleh karenanya apabila terhadap Pemohon Kasasi III harus
dikenakan hukuman denda, quod non, maka seharusnya sebesar jumlah yang
sama dengan jumlah denda yang dijatuhkan oleh Judex Facti atas Termohon
Kasasi I yaitu Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);
6. Bahwa pertimbangan hukum putusan Judex Facti sendiri pada halaman 15
alinea 5 mengakui bahwa penjatuhan sanksi haruslah didasarkan pada
pertimbangan yang logis;
7. Bahwa lagi pula, Para Pemohon Kasasi I, II dan III masing-masing telah
mengerjakan seluruh proyek yang dimenangkannya dengan baik dan tidak ada
kerugian negara yang timbul dari pelaksanaan proyek-proyek tersebut, sehingga
Hal. 28 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
tidaklah adil jika terhadap Para Pemohon Kasasi I, Il dan III dikenakan denda
sebagaimana disebut dalam putusan KPPU tersebut;
8. Bahwa pendapat ini juga dipertimbangkan dan diakui oleh Judex Facti dalam
putusannya tetapi oleh Judex Facti diberlakukan secara diskriminatif hanya
untuk kepentingan Para Termohon Kasasi I, dan tidak berlaku bagi Para
Pemohon Kasasi I, II dan Ill;
VI. Judex Facti Telah Bertindak Diskriminatif Dan Melampaui Kewenangannya
Terhadap Para Pemohon Kasasi I, II dan III Dengan Menghapuskan
Hukuman Larangan Untuk Mengikuti Tender Bagi Para Termohon Kasasi I,
II, III, Dan IV Dan Tidak Untuk Para Pemohon Kasasi I, II dan III
1 Bahwa berdasarkan Pasal 47 (2) Undang-Undang No 5 Tahun 1999, maka
sanksi administratif yang dapat dijatuhkan oleh Termohon Kasasi V (KPPU)
secara limitatif hanya dapat berupa:
a. penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16 dan atau
b. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, dan atau
c. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti
menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha
tidak sehat dan atau merugikan masyarakat; dan atau,
d. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi
dominan; dan atau
e. penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan
pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; dan atau
f. penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau
g. pengenaan denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar
rupiah);
2. Bahwa menurut penjelasan Pasal 47 (2) butir C Undang-Undang No. 5 Tahun
1999, maka yang diperintahkan untuk dihentikan adalah kegiatan atau tindakan
tertentu dan bukan kegiatan usaha pelaku usaha secara keseluruhan.
3. Bahwa oleh karenanya Termohon Kasasi V dan atau Judex Facti Tidak
berwenang menjatuhkan sanksi larangan bagi Para Pemohon Kasasi I, II dan III
Hal. 29 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
untuk mengikuti lelang yang menggunakan dana APBN dan APBD di seluruh
Indonesia selama 12 (dua belas) bulan;
Oleh karenanya diktum putusan yang diberikan oleh Judex Facti dalam angka 2
alinea 3 Putusan Pengadilan Negeri Kelas IA Palembang No.16/Pdt.G./2011/
PN.Plg., tertanggal 28 Juni 2011 (halaman 17) yang menguatkan sanksi
larangan bagi Para Pemohon Kasasi I, II dan III untuk mengikuti lelang yang
menggunakan dana APBD dan APBN di di seluruh Indonesia selama 12 (dua
belas) bulan yang dijatuhkan oleh pihak KPPU dalam Putusan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) RI No. 26/KPPU-L/2010, tertanggal 15
November, 2010 merupakan tindakan yang melampaui kewenangan Judex
Facti bahkan dapat dianggap sebagai penyalahgunaan wewenang dan
karenanya
putusan Judex Facti harus dibatalkan;
4. Bahwa dalam Pasal 47 (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 sanksi yang
diberikan bersifat limitatif sehingga Termohon Kasasi V (KPPU) maupun
Judex Facti tidak berwenang untuk menjatuhkan sanksi di luar ketentuan Pasal
47 (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tersebut termasuk larangan untuk
mengikuti lelang tersebut;
5. Bahwa Judex Facti sendiri mengakui pada pertimbangan hukum halaman16
alinea 1, dan 2 dari putusan a quo bahwa penjatuhan sanksi berupa larangan
untuk mengikuti lelang yang menggunakan APBN dan APBD selama 12 bulan
di seluruh Indonesia menurut Judex Facti tidak beralasan karena KPPU hanya
diberi kewewenangan untuk menjatuhkan sanksi yang secara limitatif disebut
dalam Pasal 47 (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999;
6. Bahwa akan tetapi pertimbangan hukum dan pendapat Judex Facti tersebut
hanya secara diskriminatif diberlakukan dalam putusan a quo untuk
kepentingan Para Termohon Kasasi I, ll, III dan IV dan tidak berlaku bagi Para
Pemohon Kasasi I, II dan III karena Para Pemohon Kasasi I, II dan III tetap
dilarang untuk mengikuti lelang yang menggunakan dana APBN dan APBD di
seluruh Indonesia selama 12 bulan;
VII.Judex Facti dengan keliru mengabulkan petitum permohonan KEBERATAN
Para Termohon Kasasi I, II, III dan IV yang meminta agar Judex Facti
menghukum Para Pemohon Kasasi I, II dan III sesuai dengan diktum Putusan
KPPU Nomor 26/KPPU-L/2010 tertanggal 15 November 2010, karena Para
Hal. 30 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Pemohon Kasasi I, II, III dan IV sama sekali tidak ada hubungan hukum
apapun dengan Para Termohon Kasasi I, II dan III;
1. Bahwa Para Pemohon Kasasi I, II dan III sama sekali tidak ada hubungan
hukum dengan Para Termohon Kasasi I, II, III dan IV karena merupakan
badan-badan hukum yang berbeda dan tidak ada kaitannya;
2. Bahwa Para Pemohon Kasasi I, II dan III tidak pernah turut berpartisipasi
dalam tender-tender yang diikuti oleh Para Termohon Kasasi I, II, III dan IV;.
3. Bahwa selama persidangan baik di KPPU maupun dalam perkara permohonan
keberatan No.16/Pdt.G./2011/PN.PLG dihadapan Pengadilan Negeri Kelas lA
Palembang, tidak pernah terbukti bahwa Para Pemohon Kasasi I, II dan III telah
melakukan persekongkolan ataupun kerja sama dengan Para Termohon Kasasi
I, II, III dan IV untuk memenangkan tender-tender yang diadakan;
4. Bahwa oleh karenanya tidak pada tempatya Para Termohon Kasasi I, II, III dan
IV mengikutsertakan Para Pemohon Kasasi I, II, III dan IV sebagai Para Turut
Keberatan I, II,III dalam perkara yang dimohonkan kasasi ini;
5. Bahwa oleh karenanya sudah seharusnya Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Kelas lA Palembang menolak atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan
keberatan Para Termohon Kasasi I, II, III dan IV sebagai tidak dapat diterima
terhadap Para Pemohon Kasasi I, II dan III;
6. Bahwa dengan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas lA Palembang
mengabulkan diktum perkara keberatan yang diajukan oleh Para Termohon
Kasasi I, II, III dan IV terhadap Para Pemohon Kasasi I, II dan III maka hal ini
telah menimbulkan ketidak pastian hukum yang membingungkan karena
tumpang tindih dan saling bertentangan dengan Putusan Pengadilan Negeri
Palembang No. 03/PDT.G/KPPU/ 2011/PN.BTA tertanggal 01 April 2011 yang
saat ini dalam proses kasasi dihadapan Mahkamah Agung RI;
Keberatan-Keberatan Pemohon Kasasi II:
1. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I-A Palembang telah salah/tidak
menerapkan Hukum Acara, karena pada sidang pertama tanggal 13 Juni 2011, Turut
Termohon Keberatan XII, XIII, dan XV hadir, dan Majelis Hakim tidak
memperbolehkan Turut Termohon Keberatan XII, XIII dan XV untuk memberikan
jawaban/tanggapan atas surat keberatan Pemohon Keberatan I, II, III dan IV karena
ini merupakan Hukum Perdata Khusus, yaitu mengenai Undang-Undang Larangan
Hal. 31 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, namun untuk tata cara
beracara di persidangan tetap harus mengacu ke Hukum Acara yang berlaku;
2. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I-A Palembang telah salah menerapkan
hukum, karena telah menerima Keberatan yang diajukan Pemohon Keberatan I, II,
III dan IV walaupun untuk sebagian, karena Keberatan yang diajukan oleh Pemohon
Keberatan berbentuk bantahan (verzet) terhadap Putusan KPPU RI No. 26/KPPU-
L/2010, tanggal 15 November 2010, karena mengikutsertakan semua pihak yang
ada dalam Putusan KPPU RI tersebut, padahal Putusan KPPU RI bisa diajukan
Keberatan di Pengadilan Negeri Kelas I-A Palembang dalam bentuk seperti
"Banding" dan tidak mengikutsertakan pihak lain, hanya antara Pemohon Keberatan
melawan KPPU RI saja, seharusnya Keberatan dari Pemohon Keberatan I, II, III
dan IV harus dinyatakan tidak dapat diterima;
3. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I-A Palembang telah salah menerapkan
hukum, karena telah menjatuhkan putusan termasuk Turut
Termohon Keberatan XII, XIII dan XV, karena Pemohon Keberatan I, II, III dan IV
tidak berwenang/berhak untuk minta dihukum Para Turut Termohon Keberatan
yang tidak ada hubungan/terkaitan (relevansinya) dengan Para Turut Termohon
Keberatan, seharusnya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I-A Palembang
menolaknya;
4. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I-A Palembang telah salah menerapkan
hukum, karena putusannya diambil tanpa dasar hukum dan tanpa melihat hubungan
hukum yang jelas, namun hanya mengcopy paste saja, dan asal membuat putusan,
agar sama tanpa mempertimbangkan fakta hukum yang sebenarnya;
5. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I-A Palembang telah salah menerapkan
hukum, karena penjatuhan larangan untuk tidak mengikuti lelang, yang
menggunakan dana APBN dan APBD di seluruh Indonesia tidaklah termasuk dalam
kewenangan KPPU RI, sebagaimana bunyi Pasal 47 Undang-Undang RI Nomor 5
Tahun 1999;
6. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I-A Palembang dalam menjatuhkan
putusan perkara a quo berbeda dengan Putusan Perkara No. 24/Pdt.G/ KPPU/
PN.PLG., tanggal 27 Juni 2011, disini dapat dibuktikan bahwa Putusan Majelis
Hakim sangat keliru dan harus dibatalkan oleh Majelis Hakim Agung RI, terlampir
Salinan Putusan No. 24/Pdt.G/KPPU/ 2011/PN.PLG., tanggal 27 Juni 2011, lihat
Yurisprudensi MA-RI No. 109 K/Pdt.Sus/2009, tanggal 30 Maret 2009, No. 422 K/
Hal. 32 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Pdt.Sus/2009, tanggal 12 Februari 2010, No. 04 K/KPPU-L/2007, tanggal 14 Mei
2008 dan No. 01 PK/Pdt.Sus/2007, tanggal 12 Mei 2008;
Keberatan-Keberatan Pemohon Kasasi III:
I. Putusan Judex Facti patut dibatalkan karena salah menerapkan hukum Perma
Nomor 3 Tahun 2005;
II. Putusan Judex Facti patut dibatalkan karena kurang pihak;
III. Putusan Judex Facti patut dibatalkan karena menimbulkan ketidakpastian hukum:
• Perbedaan amar putusan;
• Putusan Judex Facti tidak mencerminkan rasa keadilan;
IV. Putusan Judex Facti patut dibatalkan karena pertimbangamn hukumnya
bertentangan antara satu dengan yang lainnya;
V. Putusan Judex Facti patut dibatalkan karena salah dalam menerapkan hukum
mengenai sanksi larangan untuk mengukuti tender;
VI. Putusan Judex Facti patut dibatalkan karena salah dalam menerapkan hukum
mengenai besaran sanksi denda dalam perkara a quo;
Uraian alasan-alasan kasasi Pemohon Kasasi tersebut, dapat kami uraikan dalam poin-
poin di bawah ini;
I. Putusan Judex Facti Patut Dibatalkan Karena Salah Menerapkan Hukum
Perma No. 3 Tahun 2005
1. Bahwa Judex Facti telah salah dalam menerapkan hukum acara perkara a quo.
Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan
Terhadap Putusan KPPU (selanjutnya disebut sebagai "Perma No. 3 Tahun
2005"):
"Dalam hal keberatan diajukan oleh lebih dari 1 (satu) Pelaku Usaha untuk
putusan KPPU yang sama, dan memiliki kedudukan hukum yang sama,
perkara tersebut harus didaftar dengan nomor yang sama";
2. Bahwa perkara a quo merupakan perkara yang diajukan sebagai bentuk upaya
hukum banding/keberatan terhadap Putusan KPPU No.26 /KPPU-L/2010.
Berdasarkan fakta-fakta hukum yang ada, upaya hukum keberatan yang
diajukan oleh Para Terlapor yang berdomisili di Palembang (termasuk Para
Pemohon Kasasi) didaftarkan dalam 2 (dua) register perkara yang berbeda,
yaitu Nomor perkara a quo dengan register Nomor 16/Pdt.G/2011/PN.Plg. dan
Hal. 33 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
register Nomor 24/Pdt.G/2011/PN.Plg. yang keduanya telah diputus pada
tanggal 28 Juni 2011 oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palembang;
3. Bahwa pada persidangan pertama tanggal 14 Juni 2011, pihak KPPU/
Termohon Keberatan/Pemohon Kasasi telah berusaha menjelaskan kepada
Majelis Hakim Judex Facti dan juga Majelis Hakim perkara No.24/
Pdt.G/2011/PN.Plg. agar dapat menunda sidang untuk menggabungkan kedua
perkara tersebut kedalam satu register yang sama, namun Majelis Hakim
Judex Facti dan Majelis Hakim perkara No.24/Pdt.G/2011/PN.Plg. tidak
bersedia menunda sidang dan tetap melanjutkan pemeriksaan perkara
keberatan atas Putusan KPPU dalam 2 register perkara yang berbeda;
4. Perkara dengan register No. 24/Pdt.G/2011/PN.Plg. adalah upaya hukum
keberatan yang diajukan oleh 3 (tiga) pelaku usaha yang kesemuanya
berdomisili hukum di Palembang, yaitu:
a. PT Bunga Mulia Indah, in cassu Turut Termohon Kasasi XII;
b. PT Gading Cempaka Graha, in cassu Turut Termohon Kasasi XIII; dan
c. PT Dua Sepakat, in cassu Turut Termohon Kasasi XV;
5. Fakta tersebut merupakan bukti nyata pelanggaran Perma No. 3 Tahun 2005
in cassu Pasal 4 ayat (3), yang memerintahkan agar upaya hukum keberatan
terhadap Putusan KPPU yang sama yang diajukan oleh Para Terlapor yang
berbeda, tapi kedudukan hukumnya sama, didaftar dalam 1 (satu) nomor
register perkara yang sama;
6. Bahwa dengan adanya 2 (dua) Putusan Pengadilan Negeri Palembang yang
mengadili keberatan terhadap 1 (satu) Putusan KPPU yang sama, maka
menyalahi falsafah Perma No. 3 Tahun 2005, yang menghendaki hanya ada 1
(satu) Putusan Pengadilan Negeri, sehingga apabila pun ada upaya hukum
kasasi, maka juga hanya akan ada 1 (satu) Putusan tingkat kasasi;
7. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan Judex Facti telah salah
dalam menerapkan hukum yaitu Perma No. 3 Tahun 2005 sehingga
putusannya harus dibatalkan;
II. Putusan Judex Facti Patut Dibatalkan Karena Kurang Pihak
1. Bahwa Putusan Judex Facti patut dibatalkan karena kurang pihak, karena
tidak mencantumkan/mengikutsertakan pihak-pihak sebagai berikut sebagai
Pemohon Keberatan, yaitu:
a. PT Surya Eka Lestari, dahulu Terlapor I in cassu sebagai Turut Termohon
Kasasi I;
Hal. 34 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
b. PT Wahyu Wide, dahulu sebagai Terlapor II, in cassu Turut Termohon
Kasasi II;
c. PT Sentosa Raya, dahulu sebagai Terlapor Ill, in cassu Turut Termohon
Kasasi Ill;
d. PT Bunga Mulia Indah, dahulu sebagai Terlapor XV, in cassu Turut
Termohon Kasasi XII;
e. PT Gading Cempaka Graha, dahulu sebagai Terlapor XVI, in cassu Turut
Termohon Kasasi XIII;
f. PT Dua Sepakat, dahulu sebagai Terlapor XVIII, in cassu Turut Termohon
Kasasi XV;
2. Pihak-pihak tersebut mengajukan keberatannya di Pengadilan Negeri
Palembang dan Pengadilan Negeri Baturaja, sesuai dengan domisili
hukumnya masing-masing;
3. Bahwa sesuai dengan domisili hukumnya PT Bunga Mulia Indah/Turut
Termohon Kasasi XII, PT Gading Cempaka Graha/Turut Termohon Kasasi
XIII, dan PT Dua Sepakat/Turut Termohon Kasasi XV, mengajukan
keberatannya di Pengadilan Negeri Palembang yang terdaftar dalam register
Nomor perkara 24/Pdt.G/2011/PN.Plg.;
4. Bahwa sesuai dengan domisili hukumnya, maka PT. Surya Eka Lestari/Turut
Termohon Kasasi I, PT Wahyu Wide/Turut Termohon Kasasi II, dan PT
Sentosa Raya/Turut Termohon Kasasi III mengajukan keberatannya di
Pengadilan Negeri Baturaja;
5. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (4) Perma No. 3 Tahun 2005,
Pemohon Kasasi telah mengajukan surat permohonan kepada Mahkamah
Agung yang kemudian MA merespon dengan mengeluarkan Surat Penetapan
MA No. 08/Pen/Pdt.Sus/2011, tanggal 19 April 2011, yang pada pokoknya
menetapkan bahwa terhadap keberatan atas Putusan KPPU yang diajukan di
Pengadilan Negeri Baturaja dan Pengadilan Negeri Palembang, maka
Mahkamah Agung menunjuk Pengadilan Negeri Palembang sebagai
Pengadilan Negeri yang berwenang untuk memeriksa dan memutus keberatan
terhadap Putusan KPPU a quo;
6. Namun, mohon perhatian Yang Mulia Majelis Hakim Agung, upaya hukum
keberatan tersebut telah diputus oleh Pengadilan Negeri Baturaja melalui
Putusan Nomor 03/Pdt.G/KPPU/2011/PN.BTA. (selanjutnya disebut sebagai
"Putusan PN Baturaja"), yang menurut Pemohon Kasasi mengandung cacat
Hal. 35 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
formil oleh karenanya batal demi hukum, dimana Pemohon Kasasi telah
mengajukan upaya hukum kasasi terhadap Putusan PN Baturaja tersebut pada
tanggal 5 Mei 2011. Bahwa PN Baturaja telah melebihi kewenangannya,
karena berdasarkan Surat Penetapan MA No. 08/Pen/Pdt.Sus/2011, tanggal 19
April 2011, keberatan yang diajukan oleh PT Surya Eka Lestari/Turut
Termohon Kasasi I, PT Wahyu Wide /Turut Termohon Kasasi II, dan PT
Sentosa Raya/Turut Termohon Kasasi III merupakan kewenangan absolut
Pengadilan Negeri Palembang;
7. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka demi hukum sudah seharusnya
Putusan Judex Facti juga menyertakan PT Bunga Mulia Indah/Turut
Termohon Kasasi XII, PT Gading Cempaka Graha/Turut Termohon Kasasi
XIII, dan PT Dua Sepakat/Turut Termohon Kasasi XV, PT Surya Eka Lestari/
Turut Termohon Kasasi I, PT Wahyu Wide/Turut Termohon Kasasi II, dan PT
Sentosa Raya/Turut Termohon Kasasi III sebagai Pemohon Keberatan dalam
perkara a quo;
8. Bahwa dengan tidak dicantumkannya pihak-pihak tersebut sebagai pihak,
maka Putusan Judex Facti mengandung cacat formil dan batal demi hukum
atau setidak-tidaknya dapat dibatalkan;
III. Putusan Judex Facti Patut Dibatalkan Karena Menimbulkan Ketidakpastian
Hukum
Perbedaan Amar Putusan
1. Bahwa pada persidangan pertama tanggal 14 Juni 2011, Pemohon Kasasi telah
mengemukakan kepada Majelis Hakim Judex Facti bahwa sebaiknya perkara
a quo ditunda hingga terbitnya Penetapan Ketua Pengadilan Negeri
Palembang untuk menggabungkan 2 (dua) perkara keberatan tersebut, yang
mana Pemohon Kasasi akan mengirimkan surat permohonan kepada Ketua
Pengadilan Negeri Palembang untuk menggabungkan perkara;
Namun Majelis Hakim Judex Facti kala itu menyatakan tidak perlu ada
penggabungan register perkara, karena penggabungan hanyalah merupakan
masalah administratif, dan karena kedua perkara tersebut memiliki susunan
Majelis Hakim yang sama, sehingga pada waktu itu Majelis Hakim Judex
Facti menjamin amar kedua putusan itu akan sama;
2. Fakta yang ada, antara Putusan Pengadilan Negeri Palembang No.16/
Pdt.G/2011/PN.Plg. in cassu Putusan Judex Facti dan Putusan
Hal. 36 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Pengadilan Negeri Palembang No. 24/Pdt.G/2011/PN.Plg. memiliki
perbedaan amar putusan yang cukup signifikan antara keduanya, serta
memiliki perbedaan mencolok dengan Putusan KPPU;
3. Bahwa amar Putusan Judex Facti pada diktum ke-2 menyatakan sebagai
berikut:
2. "Membatalkan Putusan KPPU No.26/KPPU-L/2010 tanggal 15 November
2010, sepanjang mengenai dictum angka 7, sehingga berbunyi:
"Menghukum Terlapor IX: PT. Surya Prima Abadi untuk membayar denda
sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) ..... dst.;
Dictum angka 9, sehingga berbunyi: "Melarang, Terlapor I: PT Surya Eka
Lestari, Terlapor II: PT Wahyu Wide, Terlapor Ill: PT Sentosa Raya,
Terlapor VI: PT Bintang Selatan Agung, Terlapor VIII: PT Alam Baru
Persada, Terlapor XII: PT Mahalini Jaya Manggala, Terlapor XIII: PT
Gemilang Permai, Terlapor XW: Medika Jaya Utama, Terlapor XV: Bunga
Mulia Indah, Terlapor XVIII: PT Dua Sepakat, untuk mengikuti lelang ...
dst... selama 12 (dua belas) bulan sejak putusan ini mempunyai kekuatan
hukum tetap;
Dictum angka 10, sehingga berbunyi: "Melaranq, Terlapor IV: PT
Nusantara Membangun, Terlapor V: PT Cinta Famili, Terlapor VII: PT
Arga Makmur Mandiri, Terlapor XIII: PT Gemilang Permai, Terlapor XIV:
PT Medika Jaya Utama, Terlapor XVI: PT Gading Cempaka Graha dan
Terlapor XVII: PT Alam Permai Indah Mandiri, untuk mengikuti lelang ... .
... dst.... selama 18 (delapan belas) bulan sejak putusan ini mempunyai
kekuatan hukum tetap";
*ket: penebalan dilakukan untuk menunjukkan perbedaan amar putusan
4. Sedangkan amar Putusan Pengadilan Negeri Palembang No. 24/Pdt.G/2011/
PN.Plg. pada diktum ke-2 menyatakan sebagai berikut:
2. "Membatalkan Putusan KPPU No. 26/KPPU-L/2010 tanggal 15 November
2010, sepanjang mengenai dictum angka 8, sehingga berbunyi:
"Menghukum Terlapor XV: PT. Bunga Mulia Indah untuk membayar
denda sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) ..... dst;
Dictum angka 9, sehingga berbunyi : "Menghukum., Terlapor I: PT Surya
Eka Lestari, Terlapor II. PT Wahyu Wide, Terlapor Ill: PT Sentosa Raya,
Terlapor VI: PT Bintang Selatan Agung, Terlapor VIII: PT Alam Baru
Persada, Terlapor IX: PT Surya Prima Abadi, Terlapor X: PT Dwi Perkasa,
Hal. 37 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Terlapor XI: PT Nugraha Adi Taruna, Terlapor XII: PT Mahalini Jaya
Manggala, Terlapor XIII· PT Gemilang Permai, Terlapor XIV: Medika
Jaya Utama, dan Terlapor XX: PT. Sekawan Maju Bersama untuk
mengikuti lelang ... dst... selama 12 (dua belas) bulan sejak putusan ini
mempunyai kekuatan hukum tetap;
Dictum angka 10, sehingga berbunyi: "Melarang, Terlapor IV: PT
Nusantara Membangun, Terlapor V: PT Cinta Famili, Terlapor VII: PT
Arga Makmur Mandiri, Terlapor XI: PT Nugraha Adi Taruna, Terlapor
XIII: PT Gemilang Permai, dan Terlapor XVII: PT Alam Permai Indah
Mandiri, untuk mengikuti lelang .... dst .... selama 18 (delapan belas) bulan
sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap";
*ket: penebalan dilakukan untuk menunjukkan perbedaan amar putusan;
5. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa Putusan Judex Facti
membatalkan Putusan KPPU dan atau merubah diktum Putusan KPPU angka
7, 9 & 10, sedangkan Putusan PN Palembang No. 24/Pdt.G/ 2011/PN.Plg.
membatalkan Putusan KPPU No. 26/KPPU-L/2010, dan atau merubah diktum
angka 8,9, 10;
6. Perbedaan selanjutnya dapat dilihat dari diktum Putusan Judex Facti
terkait pembatalan sanksi larangan tender, sebagaimana dapat dilihat pada
tabel beriku:
No Putusan Judex Facti (Putusan PN Palembang No. 16/Pdt.G/2011/PN.Plg)
Putusan PN Palembang No. 24/Pdt.G/2011/PN.Plg.
LARANGAN TENDER SELAMA 12 BULAN1 PT Bunga Mulia Indah
(Terlapor XV)PT Surya Prima Abadi (Terlapor IX)
2 PT Dua Sepakat (Terlapor XVIII)
PT Dwi Perkasa (Terlapor X)PT Nugraha Adi Taruna (Terlapor XI)
LARANGAN TENDER SELAMA 18 BULAN1 PT Medika Jaya Utama
(Terlapor XVI)PT Nugraha Adi Taruna (Terlapor XI)
PT Gading Cempaka Graha (Terlapor XVI)
7. Maka dapat disimpulkan telah terjadi perbedaan amar putusan yang
signifikan, yang dapat dikategorikan sebagai dualisme Putusan, dimana 2
Hal. 38 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
(dua) putusan yang memeriksa 1 (satu) pokok perkara yang sama, namun
memiliki amar putusan yang berbeda. Hal ini menimbulkan kerancuan
penafsiran hukum dan mengakibatkan ketidakpastian hukum dalam
pelaksanaan eksekusi atas putusan KPPU, oleh karenanya Putusan Judex Facti
demi hukum harus dibatalkan atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak memiliki
kekuatan hukum;
Putusan Judex Facti Tidak Mencerminkan Rasa Keadilan
8. Bahwa Putusan Judex Facti tidak mencerminkan rasa keadilan, karena:
a. Hanya mengurangi denda yang dijatuhkan kepada Termohon Kasasi I,
yang menurut Pemohon Kasasi didasarkan atas alasan yang tidak rasional,
yang uraian keberatannya akan Pemohon Kasasi uraikan pada bagian lain
memori kasasi ini;
b. Hanya melepaskan Para Termohon Kasasi dari sanksi larangan
untuk mengikuti tender.
9. Kalaupun Judex Facti beranggapan bahwa Judex Facti hanya dapat memutus
tidak lebih dari yang dimohonkan oleh Para Pemohon Keberatan sebagaimana
ketentuan hukum perdata, maka hal tersebut adalah kurang tepat, karena
perkara a quo merupakan perkara persaingan usaha dan bukan merupakan
perdata murni, karena juga mengandung dimensi dan kepentingan publik.
Oleh karenanya sudah sepatutnya Putusan Judex Facti juga memperhatikan
rasa keadilan;
IV. Putusan Judex Facti Patut Dibatalkan Karena Pertimbangan Hukumnya
Saling Bertentangan Satu Dengan Yang Lainnya
1. Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti saling bertentangan antara satu
bagian dengan bagian lainnya, sebagaimana dinyatakan pada halaman 16
paragraf ke-1 yang menyatakan:
"Menimbang, bahwa demikianpun penjatuhan sanksi ... berupa larangan untuk
mengikuti lelang ... , menurut Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palembang
tidak beralasan karena berdasarkan Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1999, KPPU
hanya diberi kewenangan untuk menjatuhkan sanksi administratif berupa: ....
dst"
2. Sedangkan dalam Putusan Judex Facti pada bagian pertimbangan hukum
halaman 16: paragraf ke-2, yang dapat dikutip sebagai berikut:
Hal. 39 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
" ... Penjatuhan larangan untuk tidak: mengikuti lelang yang menggunakan
dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... dst... haruslah
dibatalkan;"
3. Bahwa 2 pertimbangan Judex Facti tersebut kontradiktif serta saling
bertentangan satu dengan lainnya, karena di satu sisi Judex Facti menyatakan
KPPU/Pemohon Kasasi tidak berwenang mengeluarkan sanksi larangan
tender, namun di sisi lain Judex Facti hanya membatalkan sanksi Iarangan
tender yang dijatuhkan kepada Para Pemohon Kasasi;
4. Terlebih lagi pada bagian pertimbangan hukumnya pada halaman 15
paragraf ke-3, Judex Facti menyatakan sependapat dengan pembuktian Pasal
22 UU No. 5 Tahun 1999:
"Menimbanq, bahwa setelah Majelis mempelajari pertimbangan dalam
putusan KPPU No. 26/ KPPU-L/ 2010 tanggal 15 November 2010, maka
Majelis berkesimpulan apa yang telah dipertimbangkan oleh Majelis KPPU
telah benar, sesuai dengan fakta dan aturan hukum yang berlaku sebagaimana
tinjauan Rule of Reason, dengan demikian Putusan KPPU Nomor 26/ KPPU-
L/ 20 10 tanggal 15 November 2010, sepanjang pembuktian mengenai telah
terjadinya persekongkolan Horizontal dan Vertikal harus dipertahankan ...”;
5. Namun pada bagian amar putusannya, Judex Facti hanya mengurangi
besaran sanksi denda kepada Termohon Kasasi I, dan menghapuskan larangan
tender bagi Para Termohon Kasasi, sedangkan Para Terlapor lainnya yang
juga dinyatakan bersalah melanggar Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tidak
dikurangi hukumannya;
6. Dari poin 4 dan 5 di atas, dapat dilihat terjadi perbedaan pada bagian
pertimbangan hukum dan amar putusan;
7. Kalaupun Judex Facti beranggapan bahwa Judex Facti hanya dapat
memutus tidak lebih dari yang dimohonkan oleh Para Pemohon Keberatan
sebagaimana ketentuan hukum perdata, maka hal tersebut adalah kurang tepat,
karena perkara a quo merupakan perkara persaingan usaha dan bukan
merupakan perdata murni, karena juga mengandung dimensi dan kepentingan
publik. Oleh karenanya sudah sepatutnya Putusan Judex Facti juga
memperhatikan rasa keadilan;
8. Dikarenakan adanya pertentangan pernyataan tersebut, maka apa yang
menjadi maksud pertimbangan hukum Judex Facti tersebut menjadi tidak
Hal. 40 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
jelas dan kabur, sehingga dapat dikatakan tidak memiliki pertimbangan
hukum yang cukup dan dengan demikian Putusan Judex Facti sepatutnya
dibatalkan.
V. Putusan Judex Facti Patut Dibatalkan Karena Salah Dalam Menerapkan
Hukum Mengenai Sanksi Larangan Untuk Mengikuti Tender
1. Bahwa Judex Facti telah salah dalam melakukan penerapan hukum terkait
pertimbangan hukum mengenai sanksi larangan untuk mengikuti tender
terhadap Para Termohon Kasasi dalam perkara a quo, sebagaimana terdapat
pada pertimbangan hukum Judex Facti pada halaman 16 yang dapat kami
kutip sebagai berikut:
"Menimbang, bahwa demikianpun penjatuhan sanksi terhadap Pemohon
Keberatan III dahulu Terlapor X, dan Pemohon Keberatan IV I dahulu
Terlapor XX berupa larangan untuk mengikuti lelang yang menggunakan
dana anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) di seluruh Indonesia selama 12 (dua belas) bulan dan
Pemohon Keberatan IIII dahulu Terlapor XI berupa larangan untuk mengikuti
lelang yang menggunakan dana Anggaran Pendaptan Belanja Negara (APBN)
dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di seluruh Indonesia
selama 18 (delapan belas) bulan, menurut Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Palembang tidak beralasan karena berdasarkan Pasal 47 UU No. 5 Tahun
1999, KPPU hanya diberi kewenangan untuk menjatuhkan sanksi
administratif berupa: .... dst"
"Sedangkan penjatuhan larangan untuk tidak mengikuti lelang yang
menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) diseluruh Indonesia selama 12
(dua belas) bulan kepada Pemohon Keberatan III dahulu Terlapor X dan
Pemohon Keberatan IV I dahulu Terlapor XX, dan selama 18 (delapan belas)
bulan kepada Pemohon Keberatan
IlII dahulu Terlapor XI tidaklah termasuk kewenangan KPPU sebagaimana
Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1999, oleh karenanya Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Palembang menyatakan putusan KPPU sepanjang mengenai
pelarangan mengikuti lelang terhadap Pemohon
Keberatan III dahulu Terlapor X, Pemohori Keberatan III/dahulu Terlapor XI,
dan Pemohon Keberatan IV/dahulu Terlapor XX haruslah
dibatalkan;
Hal. 41 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
2. Bahwa sanksi yang dijatuhkan Pemohon Kasasi berupa larangan untuk
mengikuti tender, telah sesuai dengan sanksi administratif sebagaimana diatur
dalam Pasal 47 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1999, yang dapat kami kutip sebagai
berikut:
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
berupa:
a. penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16; dan atau
b. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau
c. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang
terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan
persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat; dan atau
d. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan
posisi dominan; dan atau
e. penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha
dan pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28;
dan atau
f. penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau
g. pengenaan denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp25.000.000.000,00
(dua puluh lima miliar rupiah);
3. Bahwa frasa kalimat "dapat berupa" pada ayat (2) tersebut di atas bukanlah
bersifat "limitatif', sehingga tidak berarti hanya mengacu pada hal-hal dari
butir a sampai dengan g tersebut. Namun dengan tetap berpedoman pada Pasal
47 ayat (1) yang berbunyi:
(1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif
terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini;
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sanksi yang dapat dijatuhkan oleh
Pemohon Kasasi tidak terikat pada hal-hal yang diatur dalam Pasal 47 ayat (2)
butir a sampai dengan butir g, melainkan sanksi lain yang bersifat
administratif sepanjang relevan dan berkaitan dengan perkara yang
bersangkutan, serta memiliki tujuan untuk menciptakan persaingan usaha
sehat sebagaimana amanah dibentuknya UU No. 5 Tahun 1999 itu sendiri;
Hal. 42 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
4. Bahwa selain itu, esensi dari sanksi larangan untuk mengikuti tender
adalah sebagai efek jera kepada para pelaku usaha yang terbukti melanggar
ketentuan UU No. 5 Tahun 1999, untuk tidak mengulangi
kegiatan/tindakan, sehingga dalam jangka panjang tercipta iklim persaingan
usaha sehat;
5. Hal sebagaimana diatur dalam Pasal 47 ayat (2) huruf c UU No. 5 Tahun 1999
terkait sanksi administratif, yaitu:
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
berupa:
c. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang
terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan
persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat;
6. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jelas Pemohon Kasasi berwenang
untuk menjatuhkan perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
kegiatan yang terbukti menyebabkan persaingan usaha tidak sehat. Pemohon
Kasasi telah membuktikan terjadinya pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No. 5
Tahun 1999, berupa persekongkolan yang dilakukan oleh Para Termohon
Kasasi dan Terlapor lainnya dalam perkara a quo. Oleh karena itu telah tepat
apabila dijatuhi sanksi yang setimpal berupa larangan untuk mengikuti tender
sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;
7. Bahwa berdasarkan kewenangan Pemohon Kasasi untuk menjatuhkan sanksi
larangan untuk mengikuti tender juga telah beberapa kali dikuatkan
berdasarkan yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia, antara lain
sebagai berikut:
-- Putusan Mahkamah Agung Nomor 721 K/PDT.SUS/2010 dalam perkara
tender pekerjaan pembangunan pembangkit tenaga listrik tenaga terbarukan
(Putusan KPPU No. 01/jKPPU-L/2009);
-- Putusan Mahkamah Agung Nomor 378 K/PDT.SUS/2011 dalam perkara
tender jasa kebersihan di PT Chevron Pacific Indonesia (Putusan KPPU
No. 04/KPPU-L/2009);
-- Putusan Mahkamah Agung Nomor Nomor 377 K/PDT.SUS/2011 tanggal
20 Mei 2011 dalam perkara persekongkolan tender kegiatan kebersihan
gedung gabungan dinas dan pembangunan rumah dinas Sekda Provinsi
Riau (Putusan KPPU No. 20//PPU-L/2010);
Hal. 43 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
-- Putusan Mahkamah Agung Nomor 631 K/PDT.SUS/2008 dalam perkara
tender PJU-SJU Jakarta (Putusan KPPU No. 20/KPPU-L/2005);
8. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka telah jelas Judex Facti telah
salah dalam menerapkan hukum. Pemohon Kasasi telah tepat dan benar dalam
menjatuhkan denda, dan besaran dendanya telah memperhatikan asas-asas
keadilan, kegunaan, manfaat hukum, tingkat kesalahan, tingkat kerugian
masyarakat yang ditimbulkan, efek jera, dan kelangsungan usaha Para
Termohon Kasasi itu sendiri. Dengan demikian Putusan Judex Facti harus
dibatalkan;
VI. Putusan Judex Facti Patut Dibatalkan Karena Salah Dalam Menerapkan
Hukum Mengenai Besaran Sanksi Denda Dalam Perkara A Quo
1. Bahwa Judex Facti telah pula terbukti melakukan kesalahan penafsiran
dan penerapan hukum yang keliru, terkait besaran denda yang dijatuhkan
terhadap Termohon Kasasi I. Pemohon Kasasi menjatuhkan sanksi denda
kepada Termohon Kasasi I sebesar Rp599.499.000,00 (lima ratus sembilan
puluh sembilan juta empat ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah), yang
kemudian diubah oleh Judex Facti menjadi sebesar Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah);
2. Pertimbangan hukum Judex Facti pada halaman 15 paragraf ke-5
menyatakan:
"Menimbang, bahwa penjatuhan denda kepada Pemohon Keberatan I/dahulu
Terlapor IX, sebesar Rp599.499.000,00 menurut Majelis tidak rasional karena
nilai tender yang dimenangkan oleh Pemohon Keberatan I/dahulu Terlapor
XV adalah sebesar Rp11.989.970.000,00 (sebelas milyar sembilan ratus
delapan puluh sembilan juta sembilan ratus tujuh puluh ribu rupiah) dan telah
dilaksanakan dengan baik dan tidak ada kerugian negara dalam pelaksanaan
proyek tersebut, sehingga tidaklah beralasan jika terhadap Pemohon
Keberatan/dahulu Terlapor IX dikenakan denda sebagaimana putusan KPPU
tersebut, sehingga Majelis Hakim. Pengadilan Negeri Palembang berpendapat
adalah adil jika denda yang dijatuhkan terhadap Pemohon Keberatan/ dahulu
Terlapor IX sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);
3. Pemohon Kasasi tidak sependapat dengan pertimbangan hukum Judex Facti
tersebut. Besaran pengurangan denda yang hampir mencapai 90% adalah tidak
logis dan tidak rasional;
Hal. 44 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
4. Bahwa Judex Facti tidak mencantumkan atau menunjukkan bukti yang
mendukung pertimbangannya yang menyatakan: "telah dilaksanakan dengan
baik dan tidak ada kerugian negara", sehingga cukup beralasan Pemohon
Kasasi menyimpulkan pertimbangan hukum Judex Facti tersebut tidak
memiliki pertimbangan hukum yang cukup (onvoldoende gemotiveerd);
5. Bahwa besaran denda yang dijatuhkan Pemohon Kasasi telah tepat dan benar,
karena berpedoman pada asas-asas keadilan, kegunaan, manfaat hukum, serta
paradigma putusan yang dapat dilaksanakan (executable). Pertimbangan lain
adalah adanya tingkat pelanggaran, akibat/kerugian masyarakat, kelangsungan
usaha Para Termohon Kasasi, serta efek jera terhadap Para Termohon Kasasi
agar di kemudian hari tidak melakukan perbuatan, perjanjian atau kegiatan
yang melanggar hukum persaingan;
6. Bahwa nilai denda sebesar Rp599.499.000,00 (lima ratus sembilan puluh
sembilan juta empat ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) telah
memperhatikan nilai tender yang diikuti oleh Termohon Kasasi I yaitu sebesar
Rp11.989.970.000,00 (sebelas milyar sembilan ratus delapan puluh sembilan
juta sembilan ratus tujuh puluh ribu rupiah);
7. Bahwa hal lain yang dipertimbangkan adalah bahwa tingkat keuntungan yang
diperoleh Termohon Kasasi I adalah hasil dari permufakatan jahat berupa
persekongkolan tender;
8. Justru sebaliknya adalah tidak rasional dan tidak adil apabila Pemohon Kasasi
menjatuhkan sanksi yang tidak dapat dijalankan (non-executable) oleh Para
Termohon Kasasi, seperti misal menjatuhkan sanksi denda minimal sebesar
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) untuk setiap pelaku usaha yang
melanggar, tanpa memperdulikan (regardless) besar kecil usahanya dan
tingkat pelanggaran yang dilakukan. Putusan seperti itu tidak akan efektif
dalam menegakkan hukum persaingan, sebagaimana salah satu maksud dan
tujuan dibentuknya UU No.5 Tahun 1999, yaitu mewujudkan iklim usaha
yang kondusif dan menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan
usaha;
9. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka telah jelas Judex Facti telah salah
dalam menerapkan hukum, dikarenakan Pemohon Kasasi telah tepat dan benar
dalam menjatuhkan denda, dan besaran dendanya telah memperhatikan asas-
asas keadilan, kegunaan, manfaat hukum, tingkat kesalahan, tingkat kerugian
masyarakat yang ditimbulkan, efek jera, dan kelangsungan usaha Para
Hal. 45 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Termohon Kasasi itu sendiri. Dengan demikian Putusan Judex Facti harus
dibatalkan;
Keberatan-Keberatan Pemohon kasasi IV:
I. Bahwa sebagaimana akan diuraikan dibawah ini, putusan Judex Facti tersebut
mengandung cacat hukum karena Judex Facti dalam memeriksa,
mempertimbangkan dan memutus perkara permohonan keberatan No.16/
Pdt.G/2011/PN.PLG., telah melakukan kesalahan-kesalahan yang nyata karena
Judex Facti (i) telah melanggar prosedur hukum acara dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku (ii) telah salah dan/atau tidak
menerapkan hukum yang berlaku dan (iii) bertindak diskriminatif terhadap Para
Pemohon Kasasi I, II, Ill, IV dan V sehingga cukup alasan bagi Mahkamah Agung
RI untuk membatalkan putusan Pengadilan Negeri Kelas lA Palembang No.16/
Pdt.G./2011/PN.PLG., tertanggal 28 Juni 2011 tersebut sepanjang terhadap diri
Para Pemohon Kasasi I, II, III,IV dan V;
II. Judex Facti dengan keliru mengabulkan petitum permohonan keberatan Para
Termohon Kasasi I,Il, III dan IV yang meminta agar Judex Facti menghukum Para
Pemohon Kasasi I, II, Ill, IV dan V sesuai dengan diktum putusan KPPU Nomor
26/KPPU-L/2010 tertanggal 15 November 2010, karena para Pemohon Kasasi I,
II, Ill, IV dan V sama sekali tidak ada hubungan hukum apapun dengan para
termohon kasasi I, II,III dan IV;
1. Bahwa Para Pemohon Kasasi I, II, Ill, IV dan V sama sekali tidak mempunyai
hubungan hukum apapun dengan Para Termohon Kasasi I, II, III dan IV
karena merupakan badan-badan hukum yang berbeda dan tidak ada kaitannya;
2. Bahwa Para Pemohon Kasasi I, II, Ill, IV dan V tidak pernah turut
berpartisipasi dalam tender-tender yang diikuti oleh Para Termohon Kasasi I,
II, III dan IV;
3. Bahwa selama persidangan baik dihadapan KPPU maupun dalam perkara
permohonan keberatan No.16/Pdt.G/2011/PN.PLG., dihadapan Pengadilan
Negeri Kelas lA Palembang, tidak pernah terbukti bahwa Para Pemohon
Kasasi I, II, Ill, IV dan V telah melakukan persekongkolan ataupun kerja sama
dengan Para Termohon Kasasi I, II, III dan IV untuk memenangkan tender-
tender yang diadakan;
4. Bahwa oleh karenanya tidak pada tempatnya Para Termohon Kasasi I, II, III
dan IV mengikutsertakan Para Pemohon Kasasi I, II, III ,IV dan V sebagai
Hal. 46 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Para Turut Keberatan IV, VI, VII, VIII dan IX dalam perkara keberatan
No.16/Pdt.G/2011/PN.PLG., yang diajukan oleh Para Termohon Kasasi I, II,
III dan IV dihadapan Pengadilan Negeri Kelas lA Palembang tersebut;
5. Bahwa dengan demikian sudah seharusnya Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Kelas lA Palembang menolak atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan
keberatan Para Termohon Kasasi I, II, III dan IV sebagai tidak dapat diterima
terhadap Para Pemohon Kasasi I, II, Ill, IV dan V;
III. Judex Facti telah keliru menerapkan hukum terhadap Para Pemohon Kasasi I,ll,
Ill, IV dan V Yang Ditarik Oleh Para Termohon Kasasi I, II, Ill, dan IV hanya
sebagai Para Turut Termohon Keberatan;
1. Bahwa sebagaimana terbukti dan dapat dibaca dalam Memori Keberatan yang
diajukan oleh Para Termohon Kasasi I, II, III dan IV yang terdaftar dibawah
No: 16/Pdt.G/2011/PN.PLG.;
tertanggal 25 Januari 2011 maka Para Pemohon Kasasi I, II, Ill, IV dan V
ditarik oleh Para Termohon Kasasi I, II, III dan IV hanya sebagai para Para
Turut Keberatan IV, VI, VII, VIII dan IX;
2. Bahwa menurut Hukum Acara Perdata, maka jika suatu pihak ditarik sebagai
pihak dalam suatu perkara sebagai Turut Tergugat atau Turut Keberatan maka
terhadap Turut Tergugat atau Turut Keberatan tersebut tidak dapat dimintakan
agar Pengadilan dalam putusannya menghukum Turut Tergugat atau Turut
Keberatan untuk membayar suatu denda atau melarangnya untuk mengikuti
tender, karena menurut Hukum Acara Perdata, Pengadilan hanya dapat
menyatakan bahwa Turut Tergugat atau Turut Keberatan tersebut
diperintahkan untuk taat dan tunduk pada putusan Pengadilan tersebut;
3. Bahwa oleh karenanya Judex Facti yang menguatkan Putusan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) RI No. 26/KPPU-L/2010 tertanggal 15
November, 2010 yang menghukum Pemohon Kasasi IV (PT Alam Baru
Persada) untuk membayar denda sebesar Rp52.428.000,00 (lima puluh dua
juta empat ratus dua puluh delapan ribu rupiah) telah menyalahi hukum acara
yang berlaku;
4. Bahwa hal yang sama juga telah dilakukan secara keliru oleh Judex Facti
sehubungan dengan masalah larangan untuk mengikuti tender bagi Para
Pemohon Kasasi I, II, Ill, IV dan V;
5. Bahwa diktum putusan Judex Facti yang menguatkan Putusan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) RI No. 26/KPPUL/2010, tertanggal 15
Hal. 47 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
November, 2010 yang melarang Para Pemohon Kasasi II, IV dan V untuk
mengikuti tender yang menggunakan APBN atau APBD selama 12 bulan atau
18 bulan bagi Para Pemohon I dan III jelas menyalahi hukum acara yang
berlaku. Seharusnya Pengadilan hanya dapat menyatakan Para Pemohon
Kasasi I, II, Ill, IV dan V diperintahkan untuk taat dan tunduk pada putusan
Pengadilan tersebut;
6. Bahwa dengan adanya kekeliruan-keliruan tersebut maka putusan Judex Facti
adalah cacat hukum karenanya harus dibatalkan dengan segala akibat
hukumnya oleh Mahkamah Agung RI;
IV. Judex Facti telah bertindak diskriminatif terhadap Pemohon Kasasi IV (PT
Alam Baru Persada) karena telah mengurangi jumlah hukuman denda yang harus
dibayar oleh Termohon Kasasi I, dan tidak mengurangi jumlah hukuman denda
yang harus dibayar oleh Pemohon Kasasi IV(PT Alam Baru Persada);
1. Bahwa Para Pemohon Kasasi I, II, Ill, IV dan V tidak pernah bekerja sama
atau melakukan persekongkolan berupa apapun juga baik diantara mereka
maupun dengan Para Termohon Kasasi I,II,III, dan IV untuk memenangkan
tender-tender bagi proyek yang disebut dalam Putusan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) RI No. 26/KPPU-L/2010, tertanggal 15 November,
2010 karena Para Pemohon Kasasi I, II, Ill, IV dan V adalah badan-badan
hukum yang berbeda dengan pengurus dan manajemen yang berbeda,
sehingga tidak seharusnya terhadap Pemohon Kasasi IV, dikenakan hukuman
denda sebesar Rp52.428.000,00 (lima puluh dua juta empat ratus dua puluh
delapan ribu rupiah);
2. Bahwa dalam putusannya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA
Palembang telah dengan keliru dan diskriminatif mempertimbangkan dan
memberikan pengurangan jumlah hukuman denda yang harus dibayar oleh
Termohon Kasasi I dari Rp599.499.000,00 (lima ratus sembilan puluh
sembilan juta empat ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah ) menjadi
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sedangkan terhadap Pemohon
Kasasi IV tidak diberikan pengurangan sama sekali;
3. Bahwa jumlah nilai proyek yang dimenangkan oleh Pemohon Kasasi IV
hanya sebesar Rp1.747.600.000,00 (satu milyar tujuh ratus empat puluh tujuh
juta enam ratus ribu rupiah) sehingga hukuman denda sebesar
Rp52.428.000,00 (lima puluh dua juta empat ratus dua puluh delapan ribu
Hal. 48 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
rupiah) yang dijatuhkan oleh KPPU dan dikuatkan oleh Judex Facti atas
Pemohon Kasasi IV terasa sangat tidak adil dan tidak logis;
4. Bahwa baik KPPU maupun Pengadilan Negeri Kelas lA Palembang dalam
putusannya masing-masing telah bertindak tidak transparan dan tidak pernah
mengemukakan dasar hukumnya dan patokan serta cara penghitungan jumlah
denda yang harus dibayar oleh Pemohon Kasasi IV tersebut, tetapi dengan
tidak masuk akal tanpa uraian perhitungan menghukum Pemohon Kasasi IV
untuk membayar denda sebesar Rp52.428.000,00 (lima puluh dua juta empat
ratus dua puluh delapan ribu rupiah);
5. Bahwa diktum Judex Facti terhadap Pemohon Kasasi IV tersebut sangat
bertentangan dengan pertimbangan hukum putusan Judex Facti sendiri pada
halaman 15 alinea 5 yang mengakui bahwa penjatuhan sanksi denda haruslah
didasarkan pada pertimbangan yang logis;
6. Bahwa lagi pula, Pemohon Kasasi IV telah mengerjakan seluruh proyek yang
dimenangkannya dengan baik dan tidak ada kerugian negara yang timbul dari
pelaksanaan proyek-proyek tersebut, sehingga tidaklah adil jika terhadap
Pemohon Kasasi IV dikenakan denda sebagaimana disebut dalam putusan
KPPU dan putusan Judex Facti sebesar Rp52.428.000,00 (lima puluh dua juta
empat ratus dua puluh
delapan ribu rupiah) tersebut;
7. Bahwa oleh karenanya Judex Facti dalam putusannya telah memberikan
pertimbangan hukum dan hukuman denda yang diskriminatif terhadap
Pemohon Kasasi IV yaitu memberikan keringan denda hanya untuk
kepentingan Termohon Kasasi I, dan tidak berlaku bagi Pemohon Kasasi IV,
sehingga sudah sepatutnya putusan Judex Facti dibatalkan oleh Mahkamah
Agung RI;
VI. Judex Facti Telah Secara Keliru Bertindak Diskriminatif Dan Melampaui
Kewenangannya Terhadap Para Pemohon Kasasi I, II, III, IV dan V Dengan
Menghapuskan Hukuman Larangan Untuk Mengikuti Tender Bagi Para
Termohon Kasasi I, II, III, dan IV Dan Tidak Untuk Para Pemohon Kasasi
I,ll, III,IV dan V
1. Bahwa berdasarkan Pasal 47 (2) Undang-Undang No 5 Tahun 1999, maka
sanksi administratif yang dapat dijatuhkan oleh Termohon Kasasi V (KPPU)
secara limitatif hanya dapat berupa:
Hal. 49 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
a. penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasa116 dan atau;
b. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan atau;
c. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti
menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha
tidak sehat dan atau merugikan masyarakat dan atau;
d. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi
dominan dan atau;
e. penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan
pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan atau;
f. penetapan pembayaran ganti rugi dan atau
g. pengenaan denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar
rupiah);
2. Bahwa menurut Penjelasan Pasal 47 (2) butir c Undang-Undang No 5 Tahun
1999, maka yang diperintahkan untuk dihentikan adalah kegiatan atau
tindakan tertentu dan bukan kegiatan usaha pelaku usaha secara keseluruhan;
3. Bahwa oleh karenanya Termohon Kasasi V (KPPU) dan atau Judex Facti
tidak berwenang menjatuhkan sanksi larangan bagi Para Pemohon Kasasi Il,
IV dan V untuk mengikuti lelang yang menggunakan dana APBN dan APBD
di seluruh Indonesia selama 12 (dua belas) bulan dan bagi Pemohon Kasasi I,
dan III selama 18 (delapan belas) bulan;
4. Oleh karenanya diktum putusan yang diberikan oleh judex facti dalam angka
2 aline a 3 dan alinea 4 putusan Pengadilan Negeri Kelas lA Palembang
No.16/Pdt.G/2011/PN.PLG., tertanggal 28 Juni 2011 (halaman 17) yang
menguatkan sanksi larangan bagi Para Pemohon Kasasi II, IV dan V untuk
mengikuti lelang yang menggunakan dana APBD dan APBN di seluruh
Indonesia selama 12 (dua belas) bulan dan 18 (delapan belas ) bulan bagi
Pemohon Kasasi I dan III yang dijatuhkan oleh pihak KPPU dalam Putusan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) RI No. 26/KPPU-L/2010,
tertanggal 15 November, 2010 dan dikuatkan oleh Judex Facti merupakan
tindakan yang melampaui kewenangan Judex Facti bahkan dapat dianggap
sebagai penyalahgunaan wewenang Judex Facti dan karenanya putusan Judex
Facti harus dibatalkan;
Hal. 50 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
5. Bahwa dalam Pasal 47 (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 sanksi yang
diberikan bersifat limitatif sehingga Termohon Kasasi V (KPPU) maupun
Judex Facti tidak berwenang untuk menjatuhkan sanksi di luar ketentuan
pasal 47 (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tersebut termasuk larangan
untuk mengikuti lelang tersebut;
6. Bahwa diktum putusan Judex Facti tersebut jelas bertentangan dengan
pertimbangan hukum Judex Facti sendiri pada halaman16 alinea 1, dan 2 dari
putusan a quo bahwa penjatuhan sanksi berupa larangan untuk mengikuti
lelang yang menggunakan APBN dan APBD di seluruh Indonesia menurut
Judex Facti tidak beralasan karena KPPU hanya diberi kewenangan untuk
menjatuhkan sanksi yang secara limitatif disebut dalam Pasal 47 (2) Undang-
Undang No. 5 Tahun 1999;
7. Bahwa akan tetapi pertimbangan hukum dan pendapat Judex Facti tersebut
secara diskriminatif diberlakukan dalam putusan aquo untuk kepentingan Para
Termohon Kasasi I, II, III dan IV dan tidak berlaku bagi Para Pemohon Kasasi
I, Il, Ill, IV dan V karena Para Pemohon Kasasi Il, IV dan V tetap dilarang
untuk mengikuti lelang yang menggunakan dana APBN dan APBD diseluruh
Indonesia selama 12 bulan dan bagi Pemohon Kasasi I dan Ill;
Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut, Mahkamah Agung
berpendapat:
mengenai keberatan-keberatan Para Pemohon Kasasi I, II, III dan IV:
Bahwa keberatan tersebut dapat dibenarkan, oleh karena setelah meneliti secara
saksama memori kasasi masing-masing pada tanggal 21 Juli 2011, tanggal 22 Juli 2011,
tanggal 25 Juli 2011 dan tanggal 9 Agustus 2011 dan kontra memori kasasi tanggal
tanggal 7 Februari 2012, tanggal 29 Mei 2012 dan tanggal 25 Juni 2012, dihubungkan
dengan pertimbangan Judex Facti , dalam hal ini Pengadilan Negeri Palembang telah
salah menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:
-- Bahwa perkara Keberatan a quo diperiksa dalam register perkara tersendiri, yaitu
Perkara Nomor 16/Pdt.G/2011/PN.Plg., sehingga terpisah dari Perkara Keberatan
yang sama yaitu Keberatan terhadap putusan KPPU (Pemohon Kasasi II) Nomor 26/
KPPU-L/2010, dalam perkara register Nomor 24/Pdt.G/2011/PN/Plg., sehingga
untuk perkara yang sama di daftar dengan nomor yang berbeda, dan oleh karena itu
bertentangan dengan ketentuan Pasal 4 ayat (3) Perma Nomor 3 Tahun 2005;
-- Bahwa selain itu dalam putusan Judex Facti terdapat pertimbangan yang tidak
konsisten yaitu bahwa hukuman terhadap Para Pemohon Keberatan (Terlapor IX, X,
Hal. 51 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
XI dan Terlapor XX) berupa denda perlu diperbaiki, dan sanksi berupa larangan
untuk mengikuti tender dinyatakan tidak berdasar secara hukum sehingga harus
dibatalkan, namun terhadap para Turut Termohon Keberatan yang juga sebagai
Terlapor bersama-sama Para Pemohon Kasasi, sanksi-sanksi tersebut tetap berlaku
sehingga menimbulkan ketidak pastian hukum;
-- Bahwa Judex Facti dalam pertimbangannya menyatakan sependapat dengan KPPU
bahwa terbukti telah terjadi persekongkolan horizontal dan vertikal, kecuali
mengenai besarnya denda yang dijatuhkan adalah tidak logis apabila dihubungkan
dengan nilai proyek;
-- Bahwa hal ini tidak dapat dibenarkan, karena menurut ketentuan Pasal 47 ayat (2)
angka 2 huruf g Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, KPPU berwenang
menjatuhkan denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,00 setinggi-tingginya
Rp25.000.000.000,00, oleh karenanya penentuan besarnya denda sebagaimana
ditentukan dalam putusan KPPU a quo adalah dapat dibenarkan;
-- Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, putusan Judex Facti tidak dapat
dipertahankan lagi dan harus dibatalkan, serta Mahkamah Agung sependapat dengan
pertimbangan dan Putusan KPPU dalam perkara a quo;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah
Agung berpendapat, terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari
Para Pemohon Kasasi: PT. SURYA EKA LESTARI dan kawan-kawan, tersebut dan
membatalkan putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 16/Pdt.G/KPPU/2011/PN/
Plg., tanggal 28 Juni 2011 yang membatalkan putusan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha Nomor 26/KPPU-L/2010, tanggal 15 November 2010, serta Mahkamah Agung
akan mengadili sendiri perkara a quo dengan amar sebagaimana yang akan disebutkan di
bawah ini;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi/
Para Turut Termohon Keberatan dikabulkan, maka Para Termohon Kasasi/Para
Pemohon Keberatan harus dihukum untuk membayar biaya perkara;
Memperhatikan, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2009, serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;
M E N G A D I L I
Hal. 52 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Mengabulkan permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi:
I. 1. PT. SURYA EKA LESTARI, 2. PT. WAHYU WIDE, 3. PT. SENTOSA
RAYA;
II. 1. PT. BUNGA MULIA INDAH, 2. PT. GADING CEMPAKA GRAHA, 3.
PT. DUA SEPAKAT;
III. KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA;
IV. 1. PT. NUSANTARA MEMBANGUN, 2. PT. BINTANG SELATAN AGUNG,
3. PT. ARGA MAKMUR MANDIRI, 4. PT. ALAM BARU PERSADA, 5. PT.
MAHALINI JAYA MANGGALA tersebut;
Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 16/Pdt.G/
KPPU/2011/PN.Plg., tanggal 28 Juni 2011;
MENGADILI SENDIRI
1. Menyatakan Terlapor I: PT. Surya Eka Lestari, Terlapor II: PT. Wahyu Wide,
Terlapor III: PT. Sentosa Raya, Terlapor IV: PT. Nusantara Membangun, Terlapor
V: PT. Cinta Famili, Terlapor VI: PT. Bintang Selatan Agung, Terlapor VII: PT.
Arga Makmur Mandiri, Terlapor VIII: PT. Alam Baru Persada, Terlapor IX: PT.
Surya Prima Abadi, Terlapor X: PT. Dwi Perkasa Mandiri, Terlapor XI: PT.
Nugraha Adi Taruna, Terlapor XII: PT. Mahalini Jaya Manggala, Terlapor XIII: PT.
Gemilang Permai, Terlapor XIV: PT. Medika Jaya Utama, Terlapor XV: PT. Bunga
Mulia Indah, Terlapor XVI: PT Gading Cempaka Graha, Terlapor XVII: PT. Alam
Permai lndah Mandiri, Terlapor XVIII: PT. Dua Sepakat, Terlapor XIX: Panitia
Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi di Dinas PU Bina Marga Kabupaten Ogan
Komering Ulu APBD Tahun Anggaran 2009, dan Terlapor XX: PT. Sekawan Maju
Bersama terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat;
2. Menghukum Terlapor I: PT. Surya Eka Lestari untuk membayar denda sebesar
Rp59.743.000,00 (lima puluh sembilan juta tujuh ratus empat puluh tiga ribu
rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
3. Menghukum Terlapor II: PT. Wahyu Wide untuk membayar denda sebesar
Rp226.782.000,00 (dua ratus dua puluh enam juta tujuh ratus delapan puluh dua
Hal. 53 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
4. Menghukum Terlapor III: PT. Sentosa Raya untuk membayar denda sebesar
Rp659.123.000,00 (enam ratus lima puluh sembilan juta seratus dua puluh tiga ribu
rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
5. Menghukum Terlapor V: PT. Cinta Famili untuk membayar denda sebesar
Rp187.275.000,00 (seratus delapan puluh tujuh juta dua ratus tujuh puluh lima ribu
rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
6. Menghukum Terlapor VIII: PT. Alam Baru untuk membayar denda sebesar
Rp52.428.000,00 (lima puluh dua juta empat ratus dua puluh delapan ribu rupiah)
yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di
bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha
melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
7. Menghukum Terlapor IX: PT. Surya Prima Abadi untuk membayar denda sebesar
Rp599.499.000,00 (lima ratus sembilan puluh sembilan juta empat ratus sembilan
puluh sembilan rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan
423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
8. Menghukum Terlapor XV: PT. Bunga Mulia membayar denda sebesar
Rp449.844.000,00 (empat ratus empat puluh sembilan juta delapan ratus empat
puluh empat ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang Persaingan Usaha, Satuan Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan
423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
Hal. 54 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
9. Melarang Terlapor I: PT. Surya Eka Lestari, Terlapor II: PT. Wahyu Wide, Terlapor
III: PT. Sentosa Raya, Terlapor VI: PT. Bintang SeIatan Agung, Terlapor Vlll : PT.
Alam Baru Persada, Terlapor IX: PT. Surya Prima Abadi, Terlapor X: PT. Dwi
Perkasa, Terlapor Xll: PT. Mahalini Jaya Manggala, Terlapor XV: PT. Bunga MuIia
lndah, Terlapor XVlll: PT. Dua Sepakat, dan Terlapor XX: PT. Sekawan Maju
Bersama untuk mengikuti lelang yang menggunakan dana Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
diseluruh lndonesia selama 12 (dua belas) bulan sejak putusan ini mempunyai
kekuatan hukum tetap;
10. Melarang, Terlapor IV: PT. Nusantara Membangun, Terlapor V: PT. Cinta Famili,
Terlapor VIl : PT. Arga Makmur Mandiri, Terlapor Xl: PT. Nugraha Adi Taruna,
Terlapor XlII: PT. Gemilang Permai, Terlapor XlV: Medika Jaya Utama, Terlapor
XVI: PT. Gading Cempaka Graha, Terlapor XVII: PT. Alam Permai Indah Mandiri,
untuk mengikuti lelang yang menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di seluruh
Indonesia selama 18 (delapan belas) bulan sejak putusan ini mempunyai kekuatan
hukum tetap;
Menghukum Para Termohon Kasasi/Para Pemohon Keberatan untuk membayar
biaya perkara, yang dalam tingkat kasasi ditetapkan sebesar Rp500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada
Mahkamah Agung pada hari Selasa, tanggal 24 Desember 2013 oleh Prof.Dr. Valerine
J.L. Kriekhoff, SH.,MA., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung
sebagai Ketua Majelis, Syamsul Ma’arif, SH.,LLM.,Ph.D., dan H. Djafni Djamal,
SH.,MH., Hakim-Hakim Agung, masing-masing sebagai Anggota, putusan tersebut
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua dengan
dihadiri oleh Anggota-anggota tersebut dan oleh Endang Wahyu utami, SH.,MH.,
Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh para pihak; .
Anggota-anggota, Ketua,
ttd/ ttd/
Syamsul Ma’arif, SH.,LLM.,Ph.D. Prof.Dr. Valerine J.L. Kriekhoff, SH.,MA.
ttd/
H. Djafni Djamal, SH.,MH.
Hal. 55 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Panitera Pengganti,
Biaya-biaya: ttd/1. Meterai : Rp 6.000,00 Endang Wahyu utami, SH.,MH.2. Redaksi : Rp 5.000,003. Administrasi Kasasi : Rp489.000,00 + Jumlah : Rp500.000,00
Untuk SalinanMahkamah Agung RI
an PaniteraPanitera Muda Perdata Khusus
Rahmi Mulyati, SH.MH.NIP 19591207.1985.12.2.002
Hal. 56 dari 56 hal Put. Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56