dokel

41
KEDOKTERAN KELUARGA DEMAM TIFOID Oleh : Dessy Vinoricka Andriyana 0808015022 Pembimbing : dr. Irama F. Madjid dr. M. Khairul N., M. Kes Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Upload: rahayu-asmarani

Post on 14-Dec-2015

245 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

dokel

TRANSCRIPT

Page 1: Dokel

KEDOKTERAN KELUARGA

DEMAM TIFOID

Oleh :

Dessy Vinoricka Andriyana

0808015022

Pembimbing :

dr. Irama F. Madjid

dr. M. Khairul N., M. Kes

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat / Ilmu Kedokteran Komunitas

PUSKESMAS Sempaja / FK Unmul

Samarinda

2013

Page 2: Dokel

BAB 1

PENDAHULUAN

Demam tifoid adalah suatu infeksi demam sistemik akut yang disebabkan

oleh Salmonella typhi melalui asupan makanan atau minuman yang

terkontaminasi.1-3 Sampai saat ini demam tifoid masih merupakan masalah

kesehatan, hal ini disebabkan antara lain oleh pertumbuhan penduduk yang cepat,

meningkatnya arus urbanisasi, kesehatan lingkungan yang kurang memadai,

penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat, tingkat sosial ekonomi rendah

dan masalah pada pelayanan kesehatan meliputi keterlambatan diagnosis.4-6

Diperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan

insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.2

Demam tifoid endemik di negara berkembang seperti di subkontinen India,

Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Amerika Tengah serta Afrika. Di India,

memberikan insiden tahunan lebih dari 900 per 100.000 populasi.4 Berdasarkan

Profil Kesehatan Indonesia 2005, demam tifoid menempati urutan ke-2 dari 10

penyakit terbanyak pasien rawat inap di Rumah Sakit tahun 2004 yaitu sebanyak

77.555 kasus (3,6%). Hasil Riset Dasar Kesehatan tahun 2007 menunjukkan

bahwa persentase penduduk yang terjangkit demam tifoid dibandingkan dengan

seluruh penduduk (prevalensi) di Indonesia sebesar 1,6% . Di Samarinda, selama

tahun 2007 terdapat lebih dari 3000 kasus demam tifoid, persentasinya sebesar

24,23% dibandingkan dengan penyakit infeksi pada usus, data ini berdasarkan

laporan bulanan 14 Puskesmas kota Samarinda.8

Dari daftar kunjungan pasien rawat jalan di Puskesmas Sempaja bulan

Juli-September 2013 ditemukan peningkatan kasus baru sebanyak 10% atau 30

kasus baru dibandingkan tiga bulan sebelumnya.12

Terjadinya penularan Salmonella typhi sebagian besar melalui

minuman/makanan yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau

pembawa kuman, biasanya keluar bersama-sama dengan tinja (melaui rute oral

fekal = jalur oro-fekal).11

Kemampuan mengenali manifestasi klinis demam tifoid sangat penting

untuk membantu menegakkan diagnosis secara dini,7 tetapi ditemukannya gejala

1

Page 3: Dokel

klinis yang sama pada beberapa penyakit infeksi lainnya membuat diagnosis

klinik demam tifoid menjadi cukup sulit.2 Diagnosis pasti demam tifoid adalah

dengan isolasi atau kultur Salmonella typhi dari darah, sumsum tulang, atau lesi

anatomis yang spesifik,2 dengan waktu yang dibutuhkan untuk identifikasi

biasanya sekurang-kurangnya tiga hari, sedangkan keputusan untuk memberikan

terapi harus dilakukan segera. Serologi dapat membantu dalam menegakkan

diagnosis.9 Uji Widal merupakan uji serologi yang paling banyak dipakai untuk

menunjang diagnosis termasuk di Indonesia, tetapi uji ini memiliki tingkat

sensitivitas dan spesifisitas sedang dan seringkali menghasilkan positif atau

negatif palsu.2,6,10

Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah

baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta

pemberian antibiotik. Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit

agar pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi disamping observasi kemungkinan

timbul penyulit dapat dilakukan dengan seksama. Pengobatan antibiotik

merupakan pengobatan utama karena pada dasarnya patogenesis infeksi

Salmonella typhi berhubungan dengan keadaan bakteriemia.11

Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan

kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Pencegahan demam tifoid

adalah dengan memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang kita

konsumsi. Penurunan endemisitas suatu daerah tergantung pada baik dan

buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan pembuangan sampah serta tingkat

kesadaran individu terhadap hygiene pribadi. Imunisasi aktif dapat membantu

menekan angka kejadian demam tifoid.11

2

Page 4: Dokel

DIAGNOSA KEDOKTERAN KELUARGA

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : AH

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. KH. Wahid Hasyim Rt. 13 No. 69

Pekerjaan : -

Pendidikan : SMK

Suku : Jawa

Agama : Islam

ANAMNESA

Anamnesa dilakukan pada tanggal 10 September 2013, pukul 10.00 WITA di

rumah pasien secara autoanamnesa. Pasien memeriksakan diri ke Puskesmas pada

tanggal 7 September 2013.

Keluhan Utama

Demam

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengalami demam sejak 3 hari sebelum datang ke Puskesmas. Demam

yang dialami naik turun, naik terutama pada sore hingga malam hari dan turun

mulai pagi hari. Demam tidak turun dengan obat penurun panas. Pasien sering

menggigil dan mengigau saat tidur ketika demam pasien mulai naik. Sejak 1 hari

sejak demam muncul pasien mulai mengalami mual dan namun tidak ada muntah.

Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan selama sakit sehingga badannya

terasa lemas. Namun, BAB pasien masih dalam batas normal. Selain itu, sakit

kepala juga dirasakan pasien. Pasien memiliki riwayat keluar kota 3 hari sebelum

keluhan tersebut dirasakan.

3

Page 5: Dokel

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah menderita tifoid sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

- Ayah pasien mengalami demam 3 hari sebelum pasien mengalami keluhan ini.

Dan keluhan ayah pasien tersebut saat ini sudah tidak ada.

- Sepupu pasien memiliki riwayat demem tifoid satu minggu sebelum pasien

kembali ke samarinda.

Genogram

Keterangan: laki-laki

perempuan

pasien

keluarga dengan keluhan serupa

4

Page 6: Dokel

5

Page 7: Dokel

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Berat Badan : 50 kg

Tinggi Badan : 150 cm

Tanda Vital

Nadi : 88 kali/menit, regular, kuat angkat

Frekuensi Nafas : 24 kali/menit, reguler

Suhu : 37,9 oC

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Kepala dan Leher:

Kepala : Mata : anemis (-), ikterik (-), cekung (-)

Hidung : dalam batas normal

Mulut : lidah kotor (-), faring hiperemi (-), pembesaran tonsil (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Toraks:

Inspeksi : Paru: pergerakan dinding dada simetris

Jantung: ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Paru: fremitus raba dextra = sinistra

Jantung: ictus cordis teraba

Perkusi : Paru: sonor pada seluruh lapangan paru

Jantung:batas kanan= ICS III PSL dextra, batas kiri= ICS VI MCL

sinistra

Auskultasi : Paru: suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung: S1S2 tunggal-reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen:

Inspeksi : cembung

Palpasi : soefl, nyeri tekan (-), organomegalli (-), massa (-)

6

Page 8: Dokel

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) kesan normal

Genitalia: Dalam batas normal

Ekstremitas

Atas : Edema (-/-), akral hangat

Bawah : Edema (-/-), akral hangat

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan Tes Widal dan didapatkan hasil :

1/80 1/160 1/320

- Salmonela typhi – O Negatif

- Salmonela typhi – H (+) (+)

- Salmonela paratyphi A - O Negatif

- Salmonela paratyphi A – H Negatif

- Salmonela paratyphi B – O Negatif

- Salmonela paratyphi B – H (+) (+)

- Salmonela paratyphi C – O Negatif

- Salmonela paratyphi C - H Negatif

DIAGNOSA KERJA

Demam Tifoid

PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

- Tiamfenikol tablet 4 x 500 mg

- Paracetamol tablet 3 x 500 mg

- Famotidin 2 x 20 mg

7

Page 9: Dokel

Advis :

- Diberikan edukasi mengenai demam tifoid (penyebab, cara penularan,

gejala, pencegahan dan hal-hal yang perlu diwaspadai).

- Anjurkan pasien untuk istirahat cukup, makan-makanan yang lunak,

rendah serat, dan bergizi serta kurangi makanan yang asam dan pedas

- Minum obat dengan teratur dan bila obat habis kontrol kembali

- Bila pasien tidak mau makan/minum dan keadaan semakin memburuk

segera bawa ke pusat kesehatan.

- Keluarga juga dimotivasi untuk menjaga higiene, kebersihan di dalam

rumah, dan sekitar rumah.

PROGNOSIS

Bonam

ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA

No I. KEPALA KELUARGA II. PASANGAN

1 Nama Tn. AG Ny. A

2. Umur 51 tahun 38 tahun

3. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

4.Status

perkawinanMenikah Menikah

5. Agama Islam Islam

6. Suku bangsa awa Jawa

7. Pendidikan SD SMP

8. Pekerjaan Swasta Pembantu Rumah Tangga

9.Alamat

lengkapJl. KH. Wahid Hasyim Gg. Sungai 1 Rt. 13 No.69

8

Page 10: Dokel

ANGGOTA KELUARGA

NoAnggota

KeluargaUsia Pekerjaan

Hub.

Klrg

Stt.

Nikah

Serumah

Ya Tdk Kdg

1 Tn. AG 51 th Swasta Kepala

keluarga

Menikah Ya - -

2 Ny. W 38 th PRT Ibu Menikah Ya - -

3 Pasien 19 th - Anak

kandung

Belum

menikah

Ya - -

4. An. D 17 th Pelajar Anak

Kandung

Belum

Menikah

Ya - -

5. An. Rz 15 th Pelajar Anak

Kandung

Belum

Menikah

- Ya -

6. An. J 13 th Pelajar Anak

kandung

Belum

Menikah

Ya -

7. An. Rj 10 th Pelajar Anak

kandung

Belum

Menikah

- Ya -

8. An. Ns 7 th Pelajar Anak

kandung

Belum

Menikah

Ya - -

STATUS FISIK, SOSIAL, EKONOMI, KELUARGA DAN LINGKUNGAN

No Ekonomi Keluarga Keterangan

1 Luas tanah 9x11 meter

2 Luas Bangunan 8x9 meter

3 Pembagian ruangan Rumah adalah rumah pribadi, terdiri

dari 1 lantai, 3 kamar tidur, 1 dapur, 1

ruang tamu, 1 WC

4 Besarnya daya listrik 900 Watt

5 Tingkat pendapatan keluarga :

a. Pengeluaran rata-rata

perbulan

Bahan makanan

Rp. 900.000

9

Page 11: Dokel

- Beras

- Lauk/ikan, sayur

- Air minum

Diluar bahan makanan

- Pendidikan

- Kesehatan

- Listrik

- Air

- Lain-lain

b. Penghasilan keluarga/bulan

Rp. 150.000

Rp. 200.000

Rp. 50.000

Rp. 150.000

Rp. -

Rp. 150.000

Rp. 100.000

Rp. 100.000

Rp. 1.000.000

No Perilaku Kesehatan

1 Pelayanan promotif/preventif -

2 Pemeliharaan kesehatan anggota

keluarga lain

Berobat ke Puskesmas

3 Pelayanan pengobatan Puskesmas

4 Jaminan pemeliharaan kesehatan Jamkesda

No Pola Makan Keluarga

1 Pasien dan anggota keluarga Makan 2 kali sehari (siang dan

malam). Nasi, tahu, tempe, ikan,

sayur dan buah

No Aktivitas Keluarga

1 Aktivitas fisik

a. Pasien Kerja buruh serabutan, sedang

mencari pekerjaan.

2 Aktivitas mental Seluruh anggota keluarga rutin

melaksanakan shalat 5 waktu

10

Page 12: Dokel

No Lingkungan

1 Sosial Hubungan dengan lingkungan sekitar

baik

2 Fisik/Biologik

Perumahan dan fasilitas

Luas tanah

Luas bangunan

Jenis dinding terbanyak

Jenis lantai terluas

Sumber penerangan utama

Sarana MCK

Sarana Pembuangan Air Limbah

Sumber air sehari-hari

Sumber air minum

Pembuangan sampah

Cukup

9x11 meter

8x9 meter

Beton

Beton

Lampu listrik

Kamar mandi terpisah dengan WC.

Tempat mencuci piring dan pakaian

menjadi satu di kamar mandi.

Melalui saluran air ke samping rumah

Air sumur

Air isi ulang

Sampah dikumpulkan menjadi satu

plastik kemudian dibuang ke tempat

pembuangan sampah didaerah

tersebut.

3 Lingkungan kerja

Pasien Risiko kecelakaan kerja (-)

11

Page 13: Dokel

PENILAIAN APGAR KELUARGA

Kriteria PernyataanHampir

Selalu

Kadang

kadang

Hampir

tidak

pernah

Adaptasi Saya puas dengan

keluarga saya karena

masing-masing anggota

keluarga sudah

menjalankan sesuai

dengan seharusnya

2

Kemitraan Saya puas dengan

keluarga saya karena

dapat membantu

memberikan solusi

terhadap permasalahan

yang dihadapi

2

Pertumbuhan Saya puas dengan

kebebasan yang diberikan

keluarga saya untuk

mengembangkan

kemampuan yang saya

miliki

2

Kasih sayang Saya puas dengan

kehangatan dan kasih

sayang yang diberikan

keluarga saya

2

Kebersamaan Saya puas dengan waktu

yang disediakan keluarga

untuk menjalin

kebersamaan

2

Total 10

12

Page 14: Dokel

Keterangan : Total skor 8-10 = Fungsi keluarga sehat

Total skor 4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat

Total skor 0-3 = Fungsi keluarga sakit

Kesimpulan : Nilai skor keluarga ini adalah 10, artinya keluarga ini menunjukan

fungsi keluarga sehat

13

Page 15: Dokel

POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELUARGA

No Indikator Pertanyaan KeteranganJawaban

Ya Tidak

A. Perilaku Sehat

1 Tidak merokok

Ada yang memiliki kebiasaan

merokok

+

2 Persalinan

Dimana ibu melakukan

persalinan

bersalin ditolong oleh

bidan

+

3 Imunisasi

Apakah bayi ibu sudah di

imunisasi lengkap

Riwayat imunisasi anak

lengkap

+

4 Balita di timbang

Apakah balita ibu sering

ditimbang? Dimana?

Riwayat anak ditimbang

di posyandu

+

5 Sarapan pagi

Apakah seluruh anggota

keluarga memiliki kebiasaan

sarapan pagi?

+

6 Dana sehat / Askes

Apakah anda ikut menjadi

peserta askes

Jamkesda +

7 Cuci tangan

Apakah anggota keluarga

mempunyai kebiasaan

mencuci tangan

menggunakan sabun sebelum

makan dan sesudah buang air

besar ?

Seluruh keluarga tidak

selalu mencuci tangan

dengan air dan sabun

hingga bersih sebelum

makan dan mengolah

makanan

+

8 Sikat gigi

14

Page 16: Dokel

Apakah anggota keluarga

memiliki kebiasaan gosok

gigi menggunakan odol

Tidak seluruh anggota

keluarga melakukan

kebiasaan menggosok

gigi terutama pada

malam hari

+

9 Aktivitas fisik/olahraga

Apakah anggota keluarga

melakukan aktivitas fisik atau

olah raga teratur

Seluruh anggota

keluarga jarang

melakukan olahraga

+

B. Lingkungan Sehat

1 Jamban

Apakah dirumah tersedia

jamban dan seluruh keluarga

menggunakannya

Rumah memiliki 1 buah

kloset (WC)

+

2 Air bersih dan bebas jentik

Apakah dirumah tersedia air

bersih dengan tempat/tendon

air tidak ada jentik ?

Di rumah menggunakan

sumber air berasal dari

air sumur, menurut

pengakuan kepala

keluarga, sumber air

tersebut cukup bersih,

tidak terdapat jentik.

+

3 Bebas sampah

Apakah dirumah tersedia

tempat sampah? Dan di

lingkungan sekitar rumah

tidak ada sampah berserakan?

Rumah terlihat

bersih/bebas sampah

dan tersedia tempat

sampah didalam/diluar

rumah

+

4 SPAL

Apakah ada/tersedia SPAL

disekitar rumah

+

5 Ventilasi

Apakah ada pertukaran udara Ukuran ventilasi lebih +

15

Page 17: Dokel

didalam rumah kurang 1/10 luas lantai

untuk tiap ruangan

6 Kepadatan

Apakah ada kesesuaian

rumah dengan jumlah

anggota keluarga?

Pengukuran kepadatan

dimana 1 orang

penghuni membutuhkan

2x2x2 meter

+

7 Lantai

Apakah lantai bukan dari

tanah?

Seluruh lantai rumah

dari keramik

+

C. Indikator tambahan

1 ASI Eksklusif

Apakah ada bayi usia 0-6

bulan hanya mendapat ASI

saja sejak lahir sampai 6

bulan

Menurut pengakuan Ibu,

riwayat untuk seluruh

anaknya hanya

mendapatkan ASI saja

hingga usia 6 bulan

+

2 Konsumsi buah dan sayur

Apakah dalam 1 minggu

terakhir anggota keluarga

mengkonsumsi buah dan

sayur?

Tidak semua anggota

keluarga mengkonsumsi

sayur dan jarang

mengkonsumsi buah

+

Jumlah 12 6

Klasifikasi

SEHAT I : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 1-5 pertanyaan (merah)

SEHAT II : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 6-10 pertanyaan (Kuning)

SEHAT III : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 11-15pertanyaan (Hijau)

SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 16-18pertanyaan (Biru)

16

Page 18: Dokel

Kesimpulan

Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab ”Ya” ada 12 pertanyaan yang

berarti identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya

masuk dalam klasifikasi SEHAT III.

RESUME FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP

DEMAM TIFOID

Faktor Resiko

Fisik

Rumah:

Sanitasi lingkungan kurang bersih, MCK kurang

bersih, kamar dan dapur kurang rapi

Biologi

Pasien tidak memiliki riwayat tifoid.

Sepupu pasien yang sebelumnya tinggal 1 rumah

dengan pasien juga mengalami keluhan serupa 1

minggu yang lalu.

Psiko-sosio-

ekonomi

Memiliki kartu jaminan kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan dan gizi serta

lingkungan kesehatan cukup baik

Pendapatan keluarga rendah. Tidak ada alokasi

khusus dana kesehatan

Perilaku

Kesehatan

Higiene pribadi kurang bersih.

Berobat di sarana pengobatan seperti Puskesmas

hanya jika keluhan dirasakan bertambah berat

Gaya hidup Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan kurang

Lingkungan Kerja Resiko kecelakaan akibat kerja tidak ada

DIAGNOSA KELUARGA (Resume masalah kesehatan)

Status kesehatan dan faktor risiko (Individu, keluarga dan komunitas)

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit tifoid.

Sepupu pasien ada yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.

Kesadaran pasien akan pola hidup bersih dan sehat kurang baik.

Pengetahuan keluarga mengenai penyakit tifoid masih rendah.

17

Page 19: Dokel

Lingkungan tempat tinggal yang kurang sehat dan bisa menjadi sumber

berbagai penyakit lainnya, seperti kebiasaan menggantung pakaian dan

menumpuk barang yang tidak digunakan lagi di tempat yang tidak tepat

karena tidak ada tempat lagi.

Anggota keluarga lain yang telah bekerja tidak memiliki faktor resiko

mengalami kecelakaan kerja.

Status upaya kesehatan (Individu, keluarga dan komunitas)

Pendapatan keluarga untuk prioritas pemenuhan sandang, pangan, papan.

Memiliki jaminan kesehatan.

Pemeriksaan kesehatan ke puskesmas hanya jika keluhan tidak kunjung

membaik atau bertambah berat.

Semua anggota keluarga memiliki kesempatan yang sama dalam berobat.

Status lingkungan

Suasana dalam rumah kurang baik karena terdapat pakaian tergantung dan

barang yang tidak digunakan menumpuk. Banyak barang-barang yang

tidak teratur yang menumpuk disekitar lingkungan rumah.

Hubungan dengan tetangga cukup baik, keluarga ini saling mengenal

dengan tetangga.

Sanitasi lingkungan kurang bersih.

Diagnosa keluarga

Sebuah keluarga AH terdiri dari 6 orang anggota keluarga inti dengan 1

anggota keluarga menderita demam tifoid. Keluarga ini menempati rumah yang

kurang sehat, sosial ekonomi rendah, kebersihan lingkungan kurang, serta

kesadaran PHBS yang masih kurang.

18

Page 20: Dokel

Rencana Penatalaksanaan Masalah Kesehatan

Terhadap status kesehatan individu dan keluarga

No Masalah kesehatan Pengobatan Tindakan medis

1 Demam Tifoid Istirahat cukup

Medikamentosa :

- Simptomatik

Tiamfenikol 4

x 500 mg

- Paracetamol 3

x 500 mg

- Famotidin 2 x

20 mg.

Pemeriksaan fisik

Terapi simptomatik

KIE penderita dan

keluarga tentang demam

tifoid, terapi,

pencegahan, penularan.

KIE dan penyuluhan

tentang rumah sehat.

KIE tentang makanan

sehat dan sesuai untuk

penderita demam tifoid.

Obat yang diberikan

harus diminum sampai

habis, kontrol ulang bila

obat telah habis atau

keluhan tidak membaik.

2 Anggota keluarga

lain

- KIE tentang perjalanan

penyakit, pengobatan,

pencegahan serta

pentingnya menjaga

kesehatan

KIE dan penyuluhan

tentang rumah sehat

3 Lingkungan sekitar - Penyuluhan/ KIE

tentang hidup sehat,

menjaga lingkungan

sehat dan penularan,

pencegahan, dan

19

Page 21: Dokel

pengobatan penyakit

infeksi.

Penerapan kegiatan kerja

bakti yang dilaksanakan

secara rutin (setiap

minggu)

Perawatan Masalah Kesehatan Keluarga

NoMasalah

Kesehatan

Tindakan Perawatan (Promotif, Preventif, Protektif)

Individu Keluarga Komunitas

1 Pasien

Terapi demam

tifoid

Obat diminum

sesuai dosis dan

indikasi

Menjelaskan dan

memberi edukasi

tentang

perjalanan

penyakit;

Menjaga

kebersihan,

seperti cuci

tangan sebelum

makan

Makan-makanan

yang bergizi dan

sehat

KIE

Pentingnya

menjaga

higiene

pribadi,

lingkungan

Makanan

sehat

Penyuluhan

/ KIE

tentang

penyakit

demam

tifoid

Penyuluhan

rumah dan

lingkungan

sehat

2 Anggota

keluarga lain

Menjaga daya

tahan tubuh

Menjaga

KIE tentang

higine

sanitasi,

Penyuluhan

/KIE tentang

hidup sehat,

20

Page 22: Dokel

kebersihan diri penyebab

pencegahan,

dan

pengobatan

penyakit,

pentingnya

memelihara

kesehatan

serta kondisi

rumah dan

lingkungan

yang

sehat/bersih

rumah sehat

dan

lingkungan

sehat, serta

pengobatan

penyakit

infeksi

21

Page 23: Dokel

Komunitas: -

Pasien Demam Tifoid

LINGK. PSIKO-SOSIO-EKONOMIPendapatan keluarga rendah

Kehidupan sosial dengan lingkungan baik

LINGK. FISIKKebersihan dan kerapian di dalam rumah kurang

Sanitasi lingkungan kurang bersih, MCK kurang bersih, kamar dan dapur kurang rapi

FAMILY

PELAYANAN KES.Jarak rumah-pusat pelayanan kesehatan: 10 menit, ditempuh dengan kendaraan bermotor

PERILAKU KESEHATANKebersihan lingkungan kurang

Pengetahuan tentang kesehatan cukupHigine pribadi kurang

Pengetahuan tentang rumah sehat kurangJika sakit tidak langsung berobat ke puskesmas, menunggu keluhan bertambah berat

BIOLOGIPasien tidak memiliki riwayat tifoidKeluarga pasien memiliki keluhan dan sakit yang serupa

GAYA HIDUPPasien tidak terbiasa cuci tangan pakai sabun sebelum makan.

22

Page 24: Dokel

SKORING KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH DALAM

KELUARGA

MasalahSkor

Awal

Upaya

Penyelesaian

Fungsi Biologis

- Pasien tidak memiliki riwayat

tifoid

- Sepupu pasien yang pernah

tinggal bersama pasien menderita

demam tifoid 1 minggu

sebelumnya.

3 Edukasi mengenai

penyebab penyakit dan

faktor predisposisinya

Fungsi Ekonomi dan pemenuhan

kebutuhan

Keluarga tidak selalu menyisihkan

pendapatan setiap bulannya untuk

ditabung

3

Menyisihkan sebagian

uang secara rutin untuk

hal yang tidak

diperkirakan

sebelumnya

Faktor perilaku kesehatan

keluarga

Higine pribadi dan lingkungan

kurang

Berobat jika keluhan tidak membaik

atau semakin berat

3

2

- Edukasi tentang

pentingnya

lingkungan yang

bersih

- Edukasi dan

motivasi untuk

memeriksakan

kesehatan berkala

karena adanya risiko

terjadi kekambuhan

23

Page 25: Dokel

Lingkungan rumah

Banyak pakaian yang digantung dan

barang yang menumpuk3 - Edukasi dan

motivasi untuk

mencuci,

menyetrika dan

menyimpan pakaian

di lemari serta

membuang barang

yang tidak

digunakan lagi

- Edukasi dan

motivasi tentang

higieni lingkungan

rumah

24

Page 26: Dokel

PEMBAHASAN

Studi kasus dilakukan pada pasien AH usia 19 tahun dengan keluhan

utama demam sejak 3 hari sebelum berobat ke puskesmas. AH tinggal satu

rumah dengan 7 orang lainnya, keluarga ini tinggal dengan jarak rumah dari

puskesmas sekitar 10 menit dengan kendaraan bermotor.

Diagnosis demam tifoid ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang (tes widal). Demam telah dialami pasien

selama 3 hari. Demam naik turun, naik saat sore hingga malam hari, dan turun

mulai pagi hari. Pasien sering menggigil dan mengigau saat tidur ketika demam

mulai naik. Mual dialami sejak 1 hari setelah keluhan demam dirasakan. Pasien

mengalami penurunan nafsu makan dan badannya terasa lemas selama sakit.

Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan sakit ringan, dengan tanda-tanda

vital didapatkan nadi 88 kali/menit, frekuensi nafas 24 kali/menit, dan suhu 37,9 oC. Pada tes widal didapatkan titer Salmonella typhi-H (+) 1/160 dan Salmonela

typhi-BH (+) 1/160..

Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah

baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta

pemberian antibiotik, seperti pada pasien ini. Pengobatan antibiotik merupakan

pengobatan utama karena pada dasarnya patogenesis infeksi Salmonella typhi

berhubungan dengan keadaan bakteriemia.

Tiamfenikol merupakan obat pilihan lini pertama pada pengobatan

penderita demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg selama 10-14

hari atau sampa 7 hari bebas demam. Dan juga ditambahkan terapi simptomatis

lainnya seperti pemberian parasetamol sebagai antipiretik dan famotidin sebagai

antimual yang diderita pasien.

Kondisi rumah keluarga pasien kurang rapi dan bersih, rumah terletak di

dalam gang, rumah pasien berdinding beton dengan lantai dari keramik, sanitasi

lingkunga kurang bersih, tempat mandi keluarga menjadi satu dengan tempat

mencuci baju dan piring. Kebiasaan pasien dan keliargga pasien yang selalu

25

Page 27: Dokel

menumpuk barang-barang yang ridak digunakan di sekitar rumah menyebabkan

kebersihan rumah dan sekitar rumah tersebut kurang.

Masalah ekonomi yang dialami pasien adalah pendapatan yang pas-

pasan, pendapatan yang ada hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,

sehingga tidak setiap bulan ada simpanan atau tabungan yang nantinya dapat

digunakan untuk hal-hal yang sifatnya mendesak.

Perlu diperhatikan pentingnya edukasi dan motivasi kepada keluarga dan

pasien untuk selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, serta untuk

berperilaku hidup bersih dan sehat, dimana penyakit demam tifoid ini dapat

dicegah dengan penggunaan alat makan dan makanan yang bersih, menutup

makanan, menggunakan air bersih dan santasi yang baik, memasak makanan dan

air minum hingga matang, memakan makanan yang bergizi, mencuci tangan

dengan sabun sebelum dan sesudah makan, menghindari makanan yang telah

tekontaminasi oleh lalat, tidak mengkonsumsi makanan yang basi, serta makan

dan minum secara teratur.

26

Page 28: Dokel

DAFTAR PUSTAKA

1. Keusch GT. Salmonelosis. Dalam: Asdie A (Ed.), Harisson Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 2 E/13. Jakarta: EGC; 1999. Hal. 755-758.

2. World Health Organization. Background Document: The diagnosis, Treatment and Prevention of Typhoid Fever. Initiative for Vaccine Research of the Department of Vaccines and Biologicals in collaboration with Epidemic Disease of the Control Department of Communicable Disease Surveillance and Response. (online); 2003. (http://www.who.int/vaccines-documents/).

3. Davey P. Tifoid. Dalam: Safitri A (Ed.), At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga; 2005. Hal. 298.

4. Pegues DA, Ohl ME, Miller SI. Salmonella Species, Including Salmonella Typhi. Dalam: Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and Practice of Infectious Disease Edisi 6 Volume 2. United States of America: Elsevier Churchill Livingstone; 2005. Hal. 2638.

5. Rampengan TH, Laurents IR. Demam Tifoid. Dalam: Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC; 1993. Hal. 53-71.

6. Muliawan SY, Surjadwijaja JE. Tinjauan Ulang Peranan Uji Widal sebagai Alat Diagnostik Penyakit Demam Tifoid di Rumah Sakit. Cermin Dunia Kedokteran. (online); 1999. No. 124,(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08.html).

7. Widodo D. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo AW dkk (Eds.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. Hal. 1774-1779.

8. Laporan Bulanan Data Kesakitan Tahun 2007. 2008. Dinas Kesehatan Kota Samarinda bagian Pelayanan Kesehatan.

9. Cleary TG, Ashkeazi S. Infeksi Salmonella. Dalam: Behrman RE, KliegmanRM, Jenson HB (Eds.), Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. Jakarta: EGC; 1999. Hal. 970-973.

10. Soedarmo SP. Demam Tifoid. Dalam: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Jakarta: Sagung Seto; 2002. Hal. 338-345.

11. Laporan Kunjungan Puskesmas Sempaja Bulan Juli – 10 September 2013

27