dokter tentang mata kornea

Upload: inoesiena

Post on 10-Jul-2015

304 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

STATUS PENDERITA

Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat Masuk RSAM Anamnesa Keluhan utama Keluhan tambahan : : penglihatan kedua mata kabur kepala sebelah kanan sakit : : : : : : Ny. Paulina 64 Tahun perempuan Ibu tumah tangga Teluk timur Lampung Utara 10 Februari 2004, Pukul 23.55

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur. Awalnya penglihatan kabur dimulai pada mata kanan terlebih dahulu, seperti ada kabut putih yang menghalangi pandangan penglihatannya sejak 3 tahun yang lalu. Pasien pernah berobat ke dokter mata dan dianjurkan untuk dioperasi karena katanya kataraknya sudah matang, tapi pasien menolak untuk dioperasi dengan alasan takut. Pasien mengeluh penglihatan mata kanannya makin lama semakin bertambah kabur sehingga pasien hanya dapat melihat sinar saja. Pada mata kiri pasien juga mengalami hal yang sama, tetapi pasien masih dapat melihat dalam jarak kurang lebih 5 meter sejak enam bulan yang lalu. 3

Pasien juga mengeluh kepala sebelah kanannya sakit sekali sejak satu hari yang lalu, sisertai dengan mual dan muntah. Sakitnya menurut pasien tidak sampai ke bola matanya hanya disekitar mata terasa linu dan mata terasa bengkak tetapi mata kanan pasien masih dapat membuka dan menutup seperti biasa, keluhan tersebut tidak disertai dengan mata merah, sakit, dan peglihatannya seperti biasa tidak mengalami perubahan.Pasien pergi berobat ke dokter umum didapatkan tekanan darahnya tinggi dan dianjurkan untuk segera dioperasi dan disarankan untuk ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan medik lebih lanjut, lalu pasien pergi ke dokter spesialis mata dan mendapatkan obat untuk mata kanannya ( pasien lupa nama obatnya) dan dianjurkan untuk dioperasi setelah tekanan darahnya normal seperti biasanya. Riwayat Penyakit Dahulu Hipertensi Batu ginjal Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada Pemeriksaan Fisik Status Present Keadaan umum Kesadaran Tekanan Darah : : : Tampak sakit sedang Compos mentis 150/90 mmHg

4

-

Nadi Pernafasan Suhu

: : :

80 x/menit 22 x/menit 37 C

Status Generalis KEPALA Bentuk Mata Telinga Mulut : : : : Simetris Status ottalmologis Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

5

THORAK Paru Jantung : Dalam batas normal : Dalam batas normal

ABDOMEN Hepar Lien Ginjal EKSTREMITAS : : : : Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba Tidak ada kelainan

Status Oftalmologis

6

Ocolus Dexter 1 / Proyeksi baik Tidak dilakukan Tidak dilakukan Kedudukan normal Normal Tidak ada kelainan Normal, edema (-) Normal Hiperemis Hiperemis Mix injection Anikterik Abses (+), perforasi (+) Dangkal Prolaps Sulit dinilai Sulit dinilai Tidak dilakukan Tidak dilakukan N-1 Lakrimasi (+) Pemeriksaan Penunjang 1. Darah Rutin Hb LED Leukosit Hitung Jenis : 16,4 gr % : : : 7 mm/Jam 7900 /ul 0/0/0/65/35/0 VISUS Koreksi Sklaskopi Sensus coloris Bulbus oculi Supersilia Parase / paralise Palpebra superior Palpera inferior Conjungtiva palpebra Conjungtiva fornices Conjuntiva bulbi Sclera Cornea Camera oculi anterior Iris Pupil Lensa Fundusreflek Corpusvitreum Tensio oculi Sistem canalis lacrimalis

Oculus Sinister 4/60 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Kedudukan normal Normal Tidak ada kelainan Normal Normal Tenang Tenang Tenang Anikterik Jernih Sedang Gambaran kripta baik Bulat, sentral, RC (+) Jernih Tidak dilakukan Tidak dilakukan Normal Normal

2. Homeostasis Masa perdarahan : 3 menit 7

-

Masa pembekuan

:

10 menit

Diagnosa Kerja Ulkus perforatum kornea + prolaps iris OD Diagnosa Banding Endoftalmitis Pemeriksaan Anjuran Tes fistel Kultur dan sensitivitas Sediaan apus dengan pewarnaan gram

Prognosa Dubia ad malam Penatalaksanaan 1. Umum Tirah baring Diet nasi biasa Mata ditutup dengan dop

2. Medika Mentosa Amoxicillin 3 x 500 mg Ciprofioxacin 3 x 500 mg Floxa 1 tetes / 2 jam OD 8

-

Natacen 1 tetes / 6 jam OD Vitamin C 50 mg 3 x 3

3. Operatif Rencana operasi hecting kornea dnan reposisi iris bila luka \ perforasi sudah tenang dan setelah diketahui hasil pemeriksaan rontgen, konsul dari spesialis penyakit dalam dan anestesi tidak ada kontra indikasi operasi 4) Observasi luka selama pasien dirawat.

9

RESUME

Pasien laki laki usia 49 tahun datang dengan keluhan mata kanannya sakit akibat kemasukan binatang kecil, menjadi tidak bisa melihat hanya bisa membedakan gelap dan terang. Dari pemeriksaan fisik didapatkan : Status present Status generalis : : Dalam batas normal Dalam batas normal

Status oftalmologis OD : Visus 1/ proyeksi baik, konjungtiva palpebra dan forniks hiperemis, konjungtiva bulbi mix injection, kornea abses (+) perforasi (+), COA dangkal, iris prolaps, pupil dan lensa sulit dinilai. Pemeriksaan Penunjang Dalam batas normal Diagnosa Kerja Ulkus perforatum kornea + prolaps iris OD Penatalaksanaan 1. Umum Tirah baring Diet nasi biasa Mata ditutup dop 10

2. Medika Mentosa Amoxicilin 3 x 500 mg Ciprofioxacin 3 x 500 mg Floxa 1 tetes / 2 jam Natacen 1 tetes / 6 jam Vitamin C 50 mg 3 x 3

3. Operatif Rencana operasi hecting kornea OD dengan narkose umum bila luka / perforasi sudah tenang dan setelah diketahui hasil pemeriksaan rontgen, konsul dari spesialis penyakit dalam dan anestesi tidak ada kontra indikasi operasi 4. Observasi luka selama pasien dirawat Prognosis : Quo ad vitam : Ad bonam Ad malam

Quo ad tunctionam :

11

Follow Up Tanggal S: Keluhan O: Ku Kesadaran St. Oftalmologis - VOD - Palpebra superior - Palpebra inferior` - Konjungtiva palpebra - Konjungtiva forniks - Konjungtiva bulbi - Sklera - Kornea - COA - Iris - Pupil - Lensa Tensio Oculi Sistem canalis lacrimalis Assesment - Diagnosa Kesan Therapi 30 9 2003 30 9 2003 Sakit pada mata kanan Tampak sakit sedang Compos mentis 1/ proyeksi baik Oedem (-) Oedem (-) Hiperemis (+) Hiperemis (+) Mix injeksi Anikterik Perforasi (+), abses (+) Diameter + 2 mm Dangkal Prolaps Sulit dinilai Sulit dinilai N-1 Lakrimasi (+) 1 10 2003 Sakit pada mata kanan Tampak sakit sedang Compos mentis 1/ proyeksi baik Oedem (-) Oedem (-) Hiperemis (+) Hiperemis (+) Mix injeksi Anikterik Perforasi (+), abses (+) Diameter + 2 mm Dangkal Prolaps Sulit dinilai Sulit dinilai N-1 Lakrimasi (+)

Ulkus perforatum kornea + prolaps iris OD Belum ada perbaikan Tirah baring Diet nasi biasa Amoxicilin 3 x 500 mg Vit C 50 mg 3 x 3 Mata ditutup dop Rencana operasi Tirah baring Diet nasi biasa Amoxicilin 3 x 500 mg Vit. C 50 mg 3 x 3 Konigen 1 tts/jam OD Mata ditutup dop Rencana operasi

12

Tanggal S: Keluhan O: Ku Kesadaran St. Oftalmologis - VOD - Palpebra superior - Palpebra inferior` - Konjungtiva palpebra - Konjungtiva forniks - Konjungtiva bulbi - Sklera - Kornea - COA - Iris - Pupil - Lensa Tensio Oculi Sistem canalis lacrimalis Assesment - Diagnosa Kesan Therapi

2 10 2003 Sakit pada mata kanan Tampak sakit sedang Compos mentis 1/ proyeksi baik Oedem (-) Oedem (-) Hiperemis (+) Hiperemis (+) Mix injeksi Anikterik Perforasi (+), abses (+) Diameter + 2 mm Dangkal Prolaps Sulit dinilai Sulit dinilai N-1 Lakrimasi (+)

3 10 2003 Sakit pada mata kanan Tampak sakit sedang Compos mentis 1/ proyeksi baik Oedem (-) Oedem (-) Hiperemis (+) Hiperemis (+) Mix injeksi Anikterik Perforasi (+), abses (+) Diameter + 2 mm Dangkal Prolaps Sulit dinilai Sulit dinilai N-1 Lakrimasi (+)

Ulkus perforatum kornea + prolaps iris OD Belum ada perbaikan Tirah baring Diet nasi biasa Ciprofloxacin 3 x 500 mg Fioxa 1 tetes / 2 jam Natacen 1 tetes / 6 jam Mata ditutup dop Rencana operasi Tirah baring Diet nasi biasa Ciprofloxacin 3 x 500 mg Fioxa 1 tetes / 2 jam Natacen 1 tetes / 6 jam Mata ditutup dop Rencana operasi

13

Tanggal S: Keluhan O: Ku Kesadaran St. Oftalmologis - VOD - Palpebra superior - Palpebra inferior` - Konjungtiva palpebra - Konjungtiva forniks - Konjungtiva bulbi - Sklera - Kornea - COA - Iris - Pupil - Lensa Tensio Oculi Sistem canalis lacrimalis Assesment - Diagnosa Kesan Therapi

4 10 2003 Sakit pada mata kanan Tampak sakit sedang Compos mentis 1/ proyeksi baik Oedem (-) Oedem (-) Hiperemis (+) Hiperemis (+) Mix injeksi Anikterik Perforasi (+), abses (+) Diameter + 2 mm Dangkal Prolaps Sulit dinilai Sulit dinilai N-1 Lakrimasi (+)

5 10 2003 Sakit pada mata kanan Tampak sakit sedang Compos mentis 1/ proyeksi baik Oedem (-) Oedem (-) Hiperemis (+) Hiperemis (+) Mix injeksi Anikterik Perforasi (+), abses (+) Diameter + 2 mm Dangkal Prolaps Sulit dikenali Sulit dinilai N-1 Lakrimasi (+)

Ulkus perforatum kornea + prolaps iris OD Sakit pada mata kanan dirasakan berkurang Tirah baring Diet nasi biasa Ciprofloxacin 3 x 500 mg Fioxa 1 tetes / 2 jam Natacen 1 tetes / 6 jam Mata ditutup dop Rencana operasi Tirah baring Diet nasi biasa Ciprofloxacin 3 x 500 mg Fioxa 1 tetes / 2 jam Natacen 1 tetes / 6 jam Mata ditutup dop Rencana operasi

14

Tanggal S: Keluhan O: Ku Kesadaran St. Oftalmologis - VOD - Palpebra superior - Palpebra inferior` - Konjungtiva palpebra - Konjungtiva forniks - Konjungtiva bulbi - Sklera - Kornea - COA - Iris - Pupil - Lensa Tensio Oculi Sistem canalis lacrimalis Assesment - Diagnosa Kesan Therapi

6 10 2003 Sakit pada mata kanan Tampak sakit sedang Compos mentis 1/ proyeksi baik Oedem (-) Oedem (-) Hiperemis (+) Hiperemis (+) Mix injeksi Anikterik Perforasi (+), abses (+) Diameter 2 mm Dangkal Prolaps Sulit dinilai Sulit dinilai N-1 Lakrimasi (+) Ulkus perforatum kornea + prolaps iris OD Sakit pada mata kanan dirasakan berkurang Tirah baring Diet nasi biasa Ciprofloxacin 3 x 500 mg Fioxa 1 tetes / 2 jam Natacen 1 tetes / 6 jam Mata ditutup dop Rencana operasi Pasien dipulangkan, dilakukan rawat jalan, dan direncanakan operasi bila luka / perforasi sudah tenang

15

16

LANDASAN TEORI Mata merupakan bagian badan yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil

apapun yang masuk ke dalam mata, sudah cukup untuk menimbulkan gangguan yang hebat apabila diabaikan. Karena itulah mata mendapat perlindungan yang baik

dengan dikelilingi tulang tulang orbita, bantalan lemak retrobulber, kelopak mata dengan bulu matanya, juga dengan dibuatnya alat untuk melindungi mata, tetapi frekwensi kecelakaan mata tetap tinggi. Kerusakan jaringan akibat trauma adalahj bervariasi. Trauma dibedakan : 1. Trauma Tumpul a. Konkusio : Trauma tumpul pada mata yang masih reversibel dapat sembuh dan normal kembali b. Kontusio : Trauma tumpul yang biasanya menyebabkan kelainan vaskuler dan kelainan jaringan, robekan. 2. Luka akibat benda tajam a. Tanpa perforasi b. Dengan perforasi : Tanpa benda asing intraokuler dan dengan benda asing intraokuler. 3. Luka bakar dan etsing, oleh karena : a. Sinar dan tenaga listrik b. Agens fisik, misalnya luka bakar c. Agens kimia : etsing 17

LUKA AKIBAT BENDA TAJAM Pada trauma akibat benda tajam ada baiknya bila diberi anestesi lokal supaya pemeriksaan dapat dilakukan dengan lebih teliti dan pada luka luka yang hebat tidak terjadi blefarospasme yang hebat, yang dapat menimbulkan prolaps dari isi bola mata, serum anti tetanus harus diberikan pada setiap luka akibat benda tajam. 1. Luka pada palebra Kalau pinggiran palpebra luka dan tidak diperbaiki, dapat menimbulkan koloboma palpebra akuisita. Bila besar dapat akibatkan keruskaan kornea oleh karena mata tidak dapat menutup dengan sempurna. Oleh karena itu tindakan harus dilakukan secepatnya, kalau tidak kotor (tercemar kotoran) dapat ditunggu sampai 24 jam. Pada tindakan tersebut harus diperbaiki kontinuitas margo

palpebra dan kedudukan bulu mata, jangan sampai menimbulkan trikiasis. Bila robekan mengenai margo palepebra inferior bagian nasal dapat memotong kanalikuli lakrimal inferior, sehingga air mata tidak dapat melalui jalan yang seharusnya dan mengakibatkan epifora. Rekonalisasi harus dikerjakan

secepatnya, bila ditunggu 1 2 hari sukar untuk mencari ujung ujung kanalikuli tersebut. 2. Luka pada orbita Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf optik, menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga timbul paralise dari otot dan diplopia, mudah terkena infeksi, menimbulkan selulitis orbita (orbital

18

phlegmon), karena adanya benda asing atau adanya hubungan terbuka dengan rongga rongga di sekitar orbita. Oleh karena itu kalau ada luka di orbita, harus segera dibuat foto rontgen dan tindakan dilaksanakan secepatnya untuk menghindarkan infeksi dengan pemberian antibiotik atau kemoterapeutika lokal atau sistemik. Kalau ada benda asing segera dikeluarkan. Benda asing aseptik dapat ditolerir, contoh tembakan. Kalau terinfeksi dapat menimbulkan

peradangan supuratif dan berakhir dengan abses orbita. Bila mengenai dasar tengkorak dapat menimbulkan kerusakan N.II. Sebaiknya setelah diberi serum anti tetanus, antibiotik atau kemoterapeutika lokal dan sistemik segera diteruskan kepada seorang ahli, supaya dapat diberi pengobatan yang tepat guna dan bila ada kerusakan tulang dapat segera dioperasi. 3. Luka mengenai bola mata Tentukan : Luka dengan atau tanpa perforasi Luka dengan atau tanpa benda asing

Kalau ada perforasi di bagian depan (kornea) : bila mata depan dangkal, kadang kadang iris melekat atau menonjol pada luka perforasi di kornea, tensi intra okuler merendah, tes fistel positif. Bila perforasi mengenai bagian anterior

(sklera) : bilik mata depan dalam, perdarahan di dalam badan kaca, koroid, retina, mungkin ada ablasi retina, tensi intraokuler rendah.

19

a. Luka mengenai konjungtiva Bila kecil dapat sembuh dengan spontan, bila besar perlu dijahit, di samping pemberian antibiotik lokal dan sistemik untuk mencegah infeksi sekunder. b. Luka do kornea Bila tanpa perforasi Erosi kornea atau benda asing tersangkut di kornea. Tes fluoresin (+), jaga jangan sampai terkena infeksi, sehingga dapat timbul ulkus herpes akut atau herpes kornea, dsb. Dengan pemberian antibiotik atau

kemoterapeutik yang berspektrum luas, lokal dan sistemik. Benda asing di kornea diangkat dengan pahat benda asing setelah diberi anestesi lokal dengan pentokain 1 %. Bila ada perforasi Harus bertindak selekas mungkin. Bila luka kecil lepaskan konjungtiva di limbus yang berdekatan, kemudian tarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flap konjungiva). Bila luka di kornea luas, maka luka harus dijahit, kemudian ditutup dengan flap konjungtiva. Kalau luka telah berlangsung berapa jam, sebaiknya bilik mata depan dibilas dulu dengan larutan penisilin 10.000 U/cc, sebelum kornea dijahit. Sesudah selesai seluruhnya, berikan antibiotik dengan spektrum luas lokal dan sistemik, juga subkonjungtiva. Pada luka robekan jangan sekali kali

memberikan kortison sebelum hari ke 5. Setelah 5 hari biasanya luka sudah menyembuh. Sebaiknya penderita dirawat. Tindakan tersebut

20

harus dilakukan se asepsis mungkin untuk mencegah infeksi sekunder dan oftalmia simpatika. Selama perawatan harus diperhatikan pula

keadaan mata yang lain (mata yang sehat), terutama bila : Pada mata yang sakit, terus menerus merah

karena injeksi silier, lakrimasi dan terdapat eksudat di bilik mata depan, yang berlangsung > 3 minggu. Mata yang sakit menunjukkan tanda

tanda radang yang hilang timbul. Pada mata yang sehat, kemudian

menunjukkan tanda tanda iritasio simpatika : visus menurun, lakrimasi, injeksi silier, sukar membaca, di bilik mata depan efek Tyndal (+) (flare +). Bila telah ada tanda-tanda iritasio simpatika ini maka harus dipertimbangkan untuk melakukan enuklasi bulbi pada mata yang terkena trauma, mata yang terserang iritasio simpatika diobati sebagai iridosiklitis biasa. Kalau terdapat katarak traumatika harus diawasi sampai seluruh masa lensa diserap, sebab masa lensa yang tersisa dapat menyebabkan uvetis dan glaukoma sekunder. Kalau terjadi galukoma dapat dilakukan

pemberian diamox dan operasi parasentese untuk menurunkan tensinya. Jika ragu, teruskan secepatnya ke seorang ahli.

21

c. Luka di sklera Luka yang mengenai sklera berbahaya, karena dapat menimbulkan perdarahan di badan kaca, keluarnya isi bola mata, infeksi dari bagian dalam mata, ablasi retina. Luka kecil tanpa infeksi sekunder pada waktu terkena trauma, dibersihkan, tutup dengan konjungtiva beri antibiotik lokal dan sistemik, mata ditutup. Luka dapat sembuh. Luka yang besar sering disertai dengan perdarahan badan kaca, prolaps badan kaca, koroid atau badan siliar, mungkin terdapat di dalam luka tersebut. Bila masih ada kemungkinan bahwa mata itu dapat melihat, maka luka dibersihkan, jaringan yang keluar dipotong, luka sklera dijahit (hati hati jangan sampai mengenai koroid), konjungtiva dijahit, berikan atropin, kedua mata ditutup. Sekitar luka di deiatermi. Bila luka sangat besar dan diragukan bahwa mata tersebut masih dapat berfungsi untuk melihat, maka sebaiknya dienukleasi untuk menghindarkan timbulnya oftalmia simpatika pada mata yang sehat. d. Luka pada badan siliar (corpus ciliaris) Luka di sini mempunyai prognosis yang buruk karena kemungkinan terbesar dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis yang dapat berakhir dengan ptosis bulbi pada mata yang terkena trauma, sedang pada mata yang sehat dapat timbul oftalmia simpatika. Karena itu bila lukanya besar disertai

prolaps dari isi bola mata sehingga mata mungkin tidak dapat melihat lagi, sebaiknya dilakukan enukleasi bulbi agar mata yang sehat masih tetap baik. 22

Luka oleh benda tajam dengan atau tanpa perforasi seharusnya ditolong oleh seorang ahli. Setelah mata diperiksa dengan teliti dan hati hati, ditutup gas steril yang kering dengan tidak memberikan pengobatan lokal, tetapi harus diberikan antibiotik spektrum luas intramuskuler dan injeksi serum anti tetanus, baru dikirim pada seorang ahli. Bila tidak ada seorang ahli, maka harus ditolong sendiri dan harus dikerjakan segera dengan sterilitas yang tinggi. Pada luka perforasi di mata sering terjadi endoftalmitis sehingga dapat menyebabkan prognosis buruk. Luka perforasi, frekuensi terbanyak pada pria dengan usia 10 30 tahun. Jadi dalam pengobatannya harus dilakukan dengan sebaik baiknya mengingat pria adalah penanggungjawab kehidupan keluarganya sehingga mempunyai arti ekonomis yang penting. Sedapat dapatnya harus dapat dicapai visus yang memungkinkan dia dapat bekerja kembali (economical vision = 6/50). Kornea yang paling banyak terkena. Ujung metal merupakan kausa utama disusul dengan bambu, kayu, gelas, dan lain lain seperti plastik, batu. Terjadinya endoftalmitis dipercepat oleh : 1. Faktor sosio ekonomis 2. Ketidaktahuan 3. Sekitarnya yang tidak bersih 4. Lambatnya mendapat pengobatan

23

Cedera traumatik tumpul memiliki prognosis yang lebih buruk daripada cedera tembus oleh karena peningkatan insiden dan pelepasan retina serta avulsi dan herniasi jaringan intraokuler. Sebagian besar cedera tembus menyebabkan penurunan penglihatan yang mencolok, namun cedera akibat partikel kecil berkecepatan tinggi yang dihasilkan oleh tindakan menggerinda atau memalu mungkin hanya menimbulkan nyeri ringan dan kekaburan penglihatan. Tanda tanda lain : kemosis hemoragik, laserasi konjungtiva, COA yang dangkal dengan atau tanpa dilatasi pupil yang eksentrik, hifema atau perdarahan korpus vitreus, TIO mungkin rendah atau jarang, sedikit meninggi. Selain ruptur dinding sklera, gaya kontusif bola mata dapat menimbulkan gangguan motilitas, perdarahan sub konjungtiva, edema kornea, iritis, hifema, glaukoma sudut sempit, michiosis traumatik, ruptur sfingter iris, iridodialisis, paralisis akomodasi, dislokasi lensa dan katarak. Cedera yang dialami struktur struktur posterior adalah perdarahan korpus viterus dan retina, edema retina (komosio retina atau edema Berlin), lubang pada retina, avulsi dasar vitrosa, pelepasan retina, ruptur koroid dan kontusio atau avulsi saraf optikus.

24

Tukak (Ulkus) Kornea

Tukak kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk tukak pada kornea yaitu sentral dan marginal atau perifer. Tukak kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya oleh kuman stafilokok aureous,

h. influenza dan m. lacunata. Beratnya penyakit juga ditentukan oleh keadaan fisik pasien, besar dan virulensi inokulum. Selain radang dan infeksi penyebab lain tukak kornea adalah defisiensi vitamin A, lagoftalmos akibat parese saraf ke VII, lesi saraf ke III atau neurotrofik dan ulkus Mooren. Penyebab tukak kornea adalah bakteri, jamur, akantamuba dan herpes sipleks. Bakteri yang sering mengakibatkan tukak kornea adalah Streptokokkus alfa hemolitik, Stafilokokkus aureus, Moraxella likuefasiens, Pseudomonas aeruginosa, Nocardia asteroides, Alcaligenes sp., Streptokokkus anerobik, Streptokokkus betahemolitik, Enterobacter hafniae, Proteus sp, Stafilokokkus epidermidis, infeksi campuran erogenes dan Stafilokkus aureus, Moraxella sp. dan Stafilokokkus aureu, Streptokokkus alfa hemolitik dan Stafilokokkus aureus. Pada tukak kornea yang disebabkan oleh jamur dan bakteri akan terdapat defek epitel yang dikelilingi leukosit polimorfnuklear. Bila infeksi disebabkan oleh virus, akan

25

terlihat reaksi hipersensitivitas disekitarnya.

Bentuk tukak marginal dapat fokal,

multifokal atau difus yang disertai dengan masuknya pembuluh darah ke dalamnya. Perjalanan penyakit tukak kornea dapat progesif, regresi atau membentuk jaringan parut. Pada proses kornea yang progesif dapat terlihat infiltrasi sel leukosit dan limfosit yang memakan bakteri atau jaringan nekrotik yang terbentuk. Pada

pembentukan jaringan parut akan terdapat epitel, jaringan kolagen baru dan fibroblas. Dengan pemeriksaan biomikroskopi tidak mungkin untuk mengetahui diagnosis kausa tukak kornea. Tukak kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma

enteng yang merusak epitel kornea. Tukak kornea akan memberikan gejala mata merah sakit mata ringan hingga berat, fotofobia, penglihatan menurun, dan kadang kotor. Tukak kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau di tengahnya. Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada kornea. Gejala yang dapat menyertai adalah terdapat penipisan kornea, lipatan Descemet, reaksi jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi iris) berupa suar, hipopion, hifema, dan sinekia posterior. Biasanya kokus gram positif, staf aureus dan

streptokok pneumoni akan memberikan gambaran tukak yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu abu pada tukak yang suparatif.

26

Daerah kornea yang tidak terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel radang. hipopion. Bila tukak disebabkan pseudomas maka tukak akan terlihat melebar dengan cepat, bahan purelen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan 1 tukak. Pemeriksaan laboratorium sangat berguna untuk membantu membuat diagnosis kausa. Pemeriksaan jamuri dilakukan dengan sediaan hapus yang memakai larutan KOH. Bila tukak disebabkan jamur maka infiltrat akan berwarna abu abu di keliling infiltrat halus di sekitarnya (fenomena satelit). Bila tukak berbentuk dendrit akan terdapat hipestesi pada kornea. Tukak yang berjalan cepat dapat membentuk descemetokel atau terjadi perferosi kornea yang berakhir dengan suatu bentuk lekoma adheren. Bila proses pada tukak berkurang maka akan terlihat berkurangnya rasa sakit, fotofobia, berkurang infiltrat pada tukak dan defek epitel kornea menjadi bertambah kecil. Diagnosis banding tukak kornea adalah keratomalasia, tukak hipersensitif stafilokok (biasanya marginal) dan infiltrasi sisa karat benda asing. Sebaiknya pada setiap tukak kornea dilakukan pemeriksaan agar darah, Sabouraud, triglikolat dan agar coklat. Pengobatan umumnya untuk tukak kornea adalah dengan sikloplegik, antibiotika yang sesuai topikal dan subkonjungtiva, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat sistemik. Kadang kadang di dalam bilik mata depan didapatkan

27

Pengobatan pada tukak kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Secara umum tukak diobati sebagai berikut : Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai inkubator. Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari. Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder. Debridement sangat membantu penyembuhan. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. keadaan berat. Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelialisasi dan mata terlihat tenang kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1 2 Minggu. Pada tukak kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila : Dengan pengobatan tidak sembuh. Terjadinya jaringan perut yang mengganggu penglihatan. Biasanya diberi lokal kecuali

Tukak (Ulkus) Marginal Tukak marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainannya. Sumbu memanjang daerah peradangan biasanya sejajar dengan limbus kornea.

28

Diduga dasar kelainannya adalah suatu reaksi hipersenticitas terhadap eksotoksin stafilokokus. Penyakit infeksi lokal dapat mengakibatkan keratitis kataral atau keratitis marginal kataral biasanya terdapat pada pasien

keratitis marginal ini.

setengah umur dengan adanya blefarokonjungtivitis. Tukak yang terdapat terutama di bagian perifer kornea, yang biasanya terjadi akibat alergi, toksis, infeksi dan penyakit kolagen vaskular. Ulkus marginal merupakan tukak kornea yang didapatkan pada orang tua yang sering dihubungkan dengan reumatik dan debilitas. Ulkus marginal banyak terdapat pada orang tua. Hampir 50 % kelainan ini berhubungan dengan infeksi stafilokok. Dapat juga terjadi bersama sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks atau Proteus vulgaris. Pada beberapa keadaan ia

berhubungan dengan alergik terhadap makanan. Perjalanan penyakit dapat berubah ubah, dapat sembuh cepat dapat pula timbul/kambuh dalam waktu singkat. Pada kerokan dan biakan yang diambil dari ulkus biasanya terdapat bakteri. Biasanya ulkus marginal disebabkan oleh Morax Axenfeld. Biasanya bersifat rekuren, dengan kemungkinan terdapatnya Streptococcus pneumonie, Hemophilus aegepty, Moraxella lacunata, dan Esrichia. Infiltrat dan tukak yang terlihat diduga merupakan timbunan kompleks antigen antibodi. Secara histopatologik terlihat sebagai ulkus atau abses yang epitelial atau subepitelial. Konjungtiva angular disebabkan oleh Moraxella (diplobasil), menghasilkan bahan bahan proteolitik yang mengakibatkan defek epitel. Penglihatan pasien dengan tukak

29

marginal akan menurun disertai dengan rasa sakit, fotofobia dan lakrimasi. Terdapat pada satu mata blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau kulkus yang memanjang dan dangkal. Terdapat unilateral dapat tunggal atau multipel dan daerah yang jernih antara kelainan ini dengan limbus kornea. neovaskularisasi dari arah limbus. Pengobatan tukak marginal ini adalah antibiotik dengan steroid lokal dapat diberikan sesudah kemungkinan infeksi virus herpes simpleks disingkirkan. Pemberian steorid sebaiknya dalam waktu yang singkat disertai dengan pemberian vitamin B dan C dosis tinggi. Ulkus Mooren Albert Mooren adalah seorang dokter Jerman pada tahun 1828 1898 yang menguraikan tukak serpinginosa kronik yang terdapat pada lansia. Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi kornea dengan bagian tepinya tergaung dan berjalan progesif tanpa kecenderungan perforasi. Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea. Penyebab Ulkus Mooren sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang Dapat berbentuk

diajukan dan diduga penyebabnya hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, virus, autoimun dan alergi terhadap toksis ankilostoma. Merupakan tukak kornea idiopatik unilateral ataupun bilateral. Pada usia lanjut biasanya unilateral dengan rasa sakit yang berat dan merah. pertengahan. 30 Penyakit ini sering terdapat pada wanita usia

Tukak ini menghancurkan membran Bowman dan stroma kornea. Neovaskularisasi tidak terlihar pada bagian yang sedang aktif, bila kronik akan terlihat jaringan parut dengan jaringan vaskulasrisasi. Jarang terjadi perforasi ataupun hipopion. Pasien terlihat sakit berat dan 25 % mengalami bilateral. Proses yang terjadi mungkin kematian sel yang disusul dengan pengeluaran kolagenase. Di klinik dikenal 2 bentuk : 1. Pasien tua terutama laki laki, 75 % unilateral dengan rasa sakit yang tidak berat, prognosis sedang dan jarang perforasi. 2. Pasien muda laki laki, 75 % binokular, dengan rasa sakit dan berjalan progesif. Prognosis buruk, 1/3 kasus terjadi perforasi kornea. Banyak pengobatan yang dicoba seperti steroid, antibiotika, anti virus, anti jamur, kolagenase inhibitor, heparin dan pembedahan keratektomi, lameler keratoplasti dan eksisi konjungtiva. Semua cara pengobatan biasanya belum memberi hasil yang memuaskan. Ulkus Sentral Ulkus kornea dibedakan dalam bentuk ulkus kornea sentral dan ulkus kornea marginal. Etiologi Ulkus kornea setral biasanya bakteri (pseudomonas, pneumokok, moraxella liquefaciens, streptokok beta hemolitik, klebsiela pneumoni, e. coli,

31

proteous), virus (herpes simpleks, herpes zoster), jamur (kandida albia, fusarium solani, spesies nokardia, sefalosporium, dan aspergilus). Mikroorganisme ini tidak mudah masuk ke dalam kornea dengan epitel yang sehat. terdapat faktor predisposisi untuk terjadinya tukak kornea seperti erosi pada kornea, keratitis neurotrofik, pemakai kortikosteroid atau imunsupresif, pemakai obat lokal anastetika, pemakai I.D.U., pasien diabetes melitus dan ketuaan. Ulkus Neuroparalitik Tukak yang terjadi akibat gangguan saraf ke IV atau ganglion Gaseri. Pada keadaan ini kornea atau mata anestetik dan reflek mengedip hilang. Benda asing pada kornea bertahan tanpa memberikan keluhan selain daripada itu kuman dapat berkembang biak tanpa ditahan daya tahan tubuh. Terjadi pengelupasan epitel dan stroma kornea sehinbgga terjadi tukak kornea. Pengobatan dengan melindungi mata dan sering memerlukan tindakan blefarorafi. Ulkus Serpens Akut Tukak serpens atau ulkus serpenginosa akut berbentuk tukak kornea sentral yang menjalar dengan bentuk khusus seperti binatang melata pada kornea. Ulkus Serpens adalah ulkus kornea sentral yang berjalan cepat kebanyakan disebabkan oleh kuman pneumokok. Penyakit ini terdapat pada petani, buruh tambang, orang orang jompo, orang orang dengan kesehatan yang buruk, atau pecandu alkohol dan obat bius.

32

Biasanya ulkus ini terjadi didahului oleh trauma yang merusak epitel kornea dan akibat cacat kornea tersebut maka mudah terjadi invasi kuman ke dalam kornea. Pasien akan merasa nyeri pada mata dan kelopak, silau, lakrimasi, dan tajam penglihatan menurun. Pada mata pasien akan terlihat kekeruhan kornea dari sentral yang mempunyai ciri khas berupa ulkus yang berbatas lebih tegas pada sisi sisi yang paling aktif disertai infiltrat yang berwarna kekuning kuningan yang mudah pecah dan menyebabkan pembentukan tukak. Ulkus menyebar di permukaan kornea kemudian merambat lebih dalam yang dapat diikuti dengan perforasi kornea. Ulkus ini ditandai dengan gejala khas berupa adanya hipopion yang steril yang terjadi akibat rangsangan toksin kuman pada badan siliar. Pada konjungtiva terdapat tanda tanda peradangan yang berat berupa injeksi konjungtiva dan injeksi siliar yang berat. Ulkus serpenginosa akut diobati dengan antibiotik berspektrum luas dapat diberikan secara topikal tiap jam atau lebih. Dapat juga diberikan penisilin sebagai pengobatan tambahan secara subkonjungtiva. Pada keadaan yang mendalam dapat dilakukan keratoplasti. Ulkus sepenginosa dapat memberikan penyulit berupa perforasi kornea dapat berlanjut menjadi endoftalmitis dan panoftalmitis.

33

Ulkus Kornea Pseudomonas Aerugenosa Infeksi pseudomonas merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan paling berat dari infeksi kuman patogen gram negatif pada kornea. Kuman ini mengeluarkan endotoksin dan sejumlah enzim ekstraselular. Diduga bahwa virulensi pseudomonas pada kornea berhubungan erat dengan produksi intraselular calcium activated protease yang mampu membuat kerusakan berat pada stroma kornea. Dahulu zat ini diduga kolagenase, akan tetapi sekarang disebut enzim proteoglycanolytic. Secara morfologik p. aerogenosa tidak mungkin dibedakan dengan basil enterik gram negatif lainnya pada pemeriksaan hapus. Pada pembiakan pseudomonas akan

terdapat 2 bentuk pigmen, piosianin dan fluoresein yang lebih nyata pada pengocokan tabung cairan media. Koloni dalam agar darah akan berwarna kelabu gelap agak kehijauan. Bau manis yang tajam dikeluarkan oleh media ini. Lesi ulkus yang disebabkan pseudomonas mulai di daerah sentral kornea. Ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.

34

Presentasi Kasus

ULKUS PERFORATUM KORNEA DAN PROLAPS IRISD I A J U K A N OLEH HENY KUSTANTI NURAIDAH 11099088 PEMBIMBING Dr. HELMI MUCHTAR, SpM Dr. JUNITA SHARA, SpM

UPF ILMU PENYAKIT MATA RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG OKTOBER 200335