dokumentasi pada keperawatan pediatrik
TRANSCRIPT
APLIKASI PENERAPAN DOKUMENTASI PADA KEPERAWATAN PEDIATRIK
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dokumentasi Keperawatan
Disusun Oleh :
Rossana Dewi Agustina (NIM . P 17320109011)
Silvia Augustya DW (NIM . P 17320109015)
Syarif Hidayat (NIM . P 17320109035)
Tingkat : 2B
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “aplikasi penerapan
dokumentasi pada keperawatan pediatrik”.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata pelajaran Dokumentsi Keperawatan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
khususnya kepada :
1. Ibu Atin Karjatin, Dra,. M.Kes selaku ketua program studi DIII keperawatan
2. Ibu Ani Mulyaningrum, Dra,. S.Kp., selaku dosen mata ajaran Dokumentasi
Keperawatan
3. Kedua orang tua yang telah membantu dan mendukung penyusunan tugas ini
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini
Dalam penyusunan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Bandung, November 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................
1.1 Latar Belakang .............................................................................................
1.2 Tujuan ..........................................................................................................
1.3 Sistematika Penulisan ..................................................................................
BAB II TINJAUAN KASUS .......................................................................................
2.1 Pengkajian ...................................................................................................
2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................
2.3 Perencanaan .................................................................................................
2.4 Pelaksanaan ..................................................................................................
2.5 Evaluasi ........................................................................................................
BAB III PENUTUP .......................................................................................................
3.1 Simpulan .....................................................................................................
3.2 Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare sering disebut gastroenteritis. Gastroenteritis masih merupakan salah
satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Data survey tahun 2002
menunjukkan angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000
penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita
diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80 %) dari penderita ini
adalah anak di bawah 5 tahun ( sekitar 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya
mengalami lebih dari satu kejadia diare ( Suharyono dkk., 1994 ).
Di Indonesia, diare akut masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang
penting pada anak. Di seluruh dunia diperkirakan diare menyebabkan 1 bilirubin episode
dengan angka kematian sekitar 3-5 milyar pertahunnya. Pada tahun 1995 Depkes RI
memperkirakan terjadi episode diare sekitar 1,3 miliyar dan kematian pada anak balita
sekitar 1,3 miliyar dan kematian pada anak balita sbanyak 3,2 juta setiap tahunnya.
(Soebagyo, 2008).
Gastroenteritis menjadi lebih serius pada orang yang kurang gizi sebab dapat
memperburuk keadaan kurang gizi yang telah ada. Selama diare zat gizi hilang dari
tubuh, orang bisa tidak lapar dan iu mungkin tidak memberi makan pada anak yang
menderita diare. Beberapa ibu mungkin menunda pemberian makanan pada bayinya
selama beberapa hari, walaupun diare telah membaik ( Adrianto, 1995).
Kematian akibat gastroenteritis biasanya bukan karena adanya infeksi dari bakteri
atau virus tetapi karena terjadi dehidrasi, dimana pada diare yang hebat akan mengalami
buang air besar dalam bentuk cair beberapa kali dalam sehari dan sering disertai dengan
mutah, panas, bahkan kejang. Oleh karena itu, tubuh akan kehilangan banyak air dan
garam-garam sehingga dapat mengakibatkan dehidrasi, asidosis, hipoglikemis yang tidak
jarang akan berakhir dengan shock dan kematian. Pada bayi dan anak-anak kondisi ini
lebih berbahaya karena cadangan intrasel dalam tubuh mereka kecil dan cairan ekstra
selnya lebih mudah dilepaskan jika dibandingkan oleh orang dewasa (firdaus, 1997).
Penggunaan obat terhadap suatu kasus penyakit misalnya diare akan lebih baik dan
bermanfaat jika benar-benar memenuhi kriteria rasionalnya. Proses pemilihannya
dilakukan secara konsisten mengikuti standar baku akan menghasilkan penggunaan obat
yang sesuai dengan kriteria kerasionalnya. (Sastramihardja, 1997).
Timbulnya endemik diare dipengaruhi musim-musim tertentu akiat peningkatan
populasi maupun virulensi faktor agent ( Soebagyo, 2008). Di daerah tropik terutama di
Bandung pada musim hujan, diare karena bakteri cenderung meningkat.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum : Untuk memahami aplikasi penerapan dokumentasi pada
keperawatan pediatrik
1.2.2 Tujuan Khusus:
Mahasiswa dapat memahami tentang dokumentasi pada keperawatan pediatrik
1.3 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyusun sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, memuat latar belakang, tujuan penyusunan, sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan teori
BAB III kesimpulan dan saran
BAB IITINJAUAN KASUS
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
a) Anak
Nama : An. “S”
Umur : 5 ½ tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke- : 1
Alamat : Jl. Mekar wangi
Agama : islam
Suku bangsa : sunda
Tanggal masuk RS : 15 novenber 2010
Tanggal pengkajian : 16 november 2010
Diagnosa Medis : gastroenteritis
b) Orang tua
ayah
Nama : Tn. “S”
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : pegawai swasta
Alamat : Jl. Mekar wangi.
Ibu
Nama :Ny. “Y”
Umur :27 tahun.
Agama : Islam
Pendidikan : SMA .
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Mekar wangi
c) Sumber Informasi
: Ibu.
Hubungan dengan anak : Kandung.
Tahap keluarga : Keluarga dengan anak usia sekolah.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Sejak Tanggal 12 November 2010 klien mengeluh sakit perut dan
mencret kemudian oleh keluarga klien dibawa ke puskesmas dan
diberi oralit. Selama 3 hari dirumah, tidak ada perubahan dan mencret
bertambah parah. Akhirnya pada tanggal 15 November 2010 oleh
keluarga klien di bawa ke IGD RS bina sehat dan dokter menyarankan
untuk dirawat.
2. Keluhan utama saat di kaji
Pada saat dikaji klien mengeluh sakit perut, sakit dirasakan
bertambah jika perutnya di tekan dan berkurang jika klien beristirahat.
Nyeri dirasakan seperti dililit, nyeri tidak menyebar dengan skala nyeri
3 dari skala 0-5.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Prenatal
selama kehamilan dalam keadaan sehat, ibu merasa tidak ada keluhan
pada masa kehamilan, pemeriksaan rutin ibu lakukan ke bidan.
b) Intranatal
Menurut ibu, klien dilahirkan dengan jenis persalinan normal dan lahir
secara spontan pada kehamilan 9 bulan. Lahir ditolong bidan, tidak
ada komplikasi, berat badan klien waktu lahir 3000 gr dengan panjang
badan tidak diketahui . Bayi lahir langsung menangis, klien sewaktu
bayi dimandikan sendiri oleh ibu, sekali dalam satu hari dengan
menggunakan sabun.
c) Post natal
Klien menetek ASI pada ibunya dan mendapatkan ASI eksklusif hanya
tiga bulan, klien lebih banyak tidur daripada terjaga, menurut ibu,
klien tidak mendapat imunisasi dan tidak pernah menderita penyakit
infeksi kulit seperti cacar air dan penyakit kulit lainnya. Menurut ibu,
pada usia ini klien dimandikan sendiri oleh ibu, satu kali sehari dengan
menggunakan sabun.
d) Infant
Pada usia ini klien tidak mendapat imunisasi terutama campak,
menurut
Ibu, klien masa ini tidak pernah menderita penyakit infeksi atau
penyakit kulit, klien dimandikan 2 kali pagi dan sore. Klien mengalami
pertumbuhan dan perkembangan seperti layaknya anak- anak yang
lain, tidak ada kelainan.
e) Toddler
klien mulai banyak bermain sehingga sulit untuk makan, menurut ibu,
klien bangun tidur pagi tidak langsung mandi tapi bermain, klien
mandi pagi sekitar jam 09.00 WIB, dan klien kembali bermain sampai
waktunya tidur siang, sorenya sebelum klien berangkat sekolah ke
TPA klien mandi dan menurut ibu setelah pulang sekolah klien tidak
mandi lagi.
Pada masa inipun klien tidak perna mengalami penyakit kulit ataupun
penyakit infeksi.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Internal
Keluarga klien terdiri dari bapak, ibu dan klien sendiri, sehingga klien
merupakan anak tunggal, klien diajarkan berkomunikasi dengan
bahasa Indonesia, menurut ibu hubungan keluarga sangat harmonis.
Bapak klien sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai pegawai
swasta dan ibu klien sendiri hanya ibu rumah tangga, klien saat ini
sekolah di TPA.
Menurut ibu bila ada anggota kelurga yang sakit, mereka mencari
pertolongan ke bidan atau puskesmas. Ibu klien menyangkal
dikeluarganya ada yang mempunyai penyakit kulit atau penyakit yang
gejalanya serupa dengan yang dialami klien.
b) External
Menurut ibu klien, mereka hidup dengan cara budaya Sunda, dan
mereka beragama Islam. mereka hidup sederhana, dan dilingkungan
masyarakat mereka hidup bersama sebagai warga biasa yang tidak
mempunyai status sosial yang tertentu. Menurut ibu klien mereka
tinggal dilingkungan yang rata-rata saudara sendiri, seperti kakak,
adik, dan bibi. Pada waktu-waktu tertentu bila hari libur mereka suka
berkunjung kerumah kakek dan nenek klien.
Di lingkungan rumah klien keadaannya cukup bersih dengan ventilasi
rumah cukup baik, lingkungan sekitar tempat tinggal klienpun
keadaannya rapih dan bersih. Menurut Ibu disekolahan klien
lingkungannya bersih.
5) Data Anak
a) Pemeriksaan Fisik
(1) Penampilan : Klien tampak lemah
(2) Kesadaran : Kompos mentis
(3) Tanda-tanda vital : TD : 90 /70 mmHg N : 124x/mnt.
R : 32x/mnt S : 38, 6oC.
(4) Kepala
Rambut berwarna hitam kemerahan, kotor, distribusi merata, kepala
simetris, tidak ada benjolan, alis mata simetris.
(5) Mata
Konjungtiva pucat, sklera merah, terdapat kotoran, isokor, pupil +/+,
mengecil bila terkena cahaya, fungsi penglihatan baik tidak oedem.
(6) Telinga
Struktur lengkap, simetris, pina sejajar dengan sudut mata, tidak ada
serumen, fungsi pendengaran baik ditandai dengan klien melihat /
menoleh ketika klien dipanggil namanya.
(7) Hidung
Struktur lengkap, simetris, bersih tidak terdapat pernafasan cuping
hidung, sekret tidak ada, fungsi penglihatan baik ditandai dengan klien
mencium bau minyak kayu putih.
(8) Mulut
Mukosa merah muda, bibir lembab dan merah muda, lidah kotor, tidak
ada karies, tidak ada pembengkakan pada gusi, jumlah gigi 18 buah,
tidak terdapat stomatitis.
(9) Leher
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limpha, tidak
ada benjolan dan pergerakan bebas.
(10) Dada
Bentuk simetris, rata, ketiak bersih, tidak ada benjolan, suara nafas
reguler, bunyi jantung reguler, tidak ada retraksi dada.
(11) Abdomen
Bentuk simetris, rata, tidak ada benjolan atau bekas luka, nyeri tekan
epigastrium, klien mengeluh nyeri ulu hati, BU (+) 15 x/mnt, hati
tidak teraba, limfe tidak teraba.
(12) Genetalia dan rectum
Tidak ada kelainan, anus tidak lecet.
(13) Ekstremitas
Atas : Jari-jari lengkap, tidak ada lesi, tidak kaku, tangan kiri
terpasang infus RL 10 tts/mnt, tidak ada oedem atau plebitis.
Bawah : Jari-jari lengkap, tidak ada oedem, tidak kaku, refleks
patela (+), dan refleks babinsky (+).
(14) Kulit
Terdapat bintik merah kehitaman diseluruh tubuh klien, tugor baik,
teksur lembut.
b) Data Psikologis
(1) Status emosi
Klien merasa takut ketika didekati perawat pertama kali, ibu merasa
cemas dan bertanya kapan klien bisa pulang.
(2) Temperamen
Klien mudah menangis bila akan dilakukan tindakan oleh perawat.
(3) Gaya komunikasi
Suara pelan, nada suara lemah lembut, cara menjawab spontan dan bicara
jelas.
(4) Konsep diri
Klien anak tunggal, klien berjenis kelamin perempuan, ibu klien
mengatakan klien ingin cepat sembuh dan klien bercita-cita ingin
menjadi guru, klien sangat dimanja oleh ibunya.
(5) Pola interaksi
Pada saat pertama kali bertemu dengan perawat klien tampak menarik
diri karena takut, Klien hanya memberi respon pada orang yang paling
dekat dan sudah dikenal dan klien sering meminta bantuan pada ibunya.
(6) Perilaku Non verbal
Mengangguk bila setuju dan memalingkan muka bila tidak setuju, klien
menangis bila dilakukan tindakan oleh perawat dan klien rewel bila
badannya panas.
c) Data Sosial
Klien dapat bersosialisasi dengan ibunya, bapak, kakak, dan bibinya.
Memafaatkan waktu senggang dengan tidur dan main bersama teman
sebayanya dan hubungan keluarga harmonis.
d) Aktivitas sehari-hari
No Jenis Aktifitas Kebiasaan Dirumah Kebiasaan di Rumah Sakit
1 2 3 4
1. Makan dan minum
Klien biasa makan sebanyak 3 x/hari dengan nasi, kadang sayur, tempe, dan daging porsi kecil dan habis. Klien suka jajan chiki. Minum 8 gelas/hari atau +
Klien makan 3 x/hari dengan bubur, sayur, daging, tempe, tahu, telur, porsi kecil tapi tidak habis (hanya 1-2 sendok).
1 2 3 4
1200-2000 ml/hari dengan air putih, kadang es, sesekali susu (jarang).
Minum air putih sebanyak 1200 ml/hari.
2. Tidur 9-10 jam, tidur siang 1-2 jam. Klien tidur nyenyak.
1-2 jam sering terbangun karena badan panas dan batuk-batuk. klien tidak bisa tidur siang.
3. Eliminasi B. A. K
Sering, tidak bisa di- tentukan frekuensinya, warna kuning jernih dan lancar.
B. A. B
Satu kali sehari warna kuning tengguli dan lembek
B. A. K
Sering, 4—5 x /hari warna kuning jernih dan lancar.
B. A. B
Semenjak Tgl 5 Maret 2005 klien baru satu kali BAB, warna kuning tengguli, lancar dan lembek.
4. Personal Hygiene
a. Mandi
b. Gosok gigic. Keramas
2 x sehari dengan air dari sumur pompa, keadaan air cukup bersih, jernih, tidak bau.
2 x sehari
2 hari sekali
Klien belum mandi, belum gosok gigi dan belum keramas.
1 2 3 4
5. Kegiatan
a. Hobby / minat khusus
b. Penggunaan waktu senggang
a. Bermain rumah-rumahan dan bermain peran.
b. Tidur dan bermain.
Klien tidak bisa bermain, hanya tertidur dengan lemas, sesekali bercanda dengan keluarga.
e) Data Penunjang
(1) Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Tgl 6 Maret 2005
Tgl 7 Maret 2005
Nilai Normal
Haemoglobin 12,2 gr/dl 12,1 gr/dl 12-14 gr/dlHematokrit 37,9 % 37,8 % 37-43 %Leukosit 6.700 6000 5.000-10.000Eritrosit 3,88 juta/mm3 3,79 juta/mm3 4-5 juta/mm3
Trombosit 194.000/mm3 191.000/mm3 150-450 rb/mm3
BSE - 30/55 mm/1 jam < 15 mm/ 1 jam
a. Analisa Data
NO DATA INTERPRETASI DATA MASALAH
1 2 3 4
1. DS :
Ibu klien mengatakan
perut anaknya sakit
DO :
TTV :
TD :110/80 mmHg
Nadi :82 x/menit,
Suhu : 36,7 o C
Nyeri tekan pada
Infeksi virus dengue
Kompleks virus antibody
Aktivasi komplemen
Antihistamin dilepaskan
Permeabilitas membrane
Gangguan
keseimbangan cairan &
elektrolit
meningkat
Kebocoran plasma
Gangguan keseimbangan
cairan & elektrolit
2. DS :
Ibu klien
mengatakan selama
anaknya sakit, tidak
mau/sulit makan
Ibu klien
mengatakan BB
sebelum sakit 52 kg
Klien mengatakan
mengeluh mual-
mual bila makan
Klien mengatakan
tidak nafsu makan
Klien mengatakan
ketika sedang
makan terkadang
mau muntah
DO :
BB setelah sakit 50
kg (4%)
Dari satu porsi
makan hanya
dihabiskan 3-4 sdm
Infeksi virus dengue
Viremia
Mual
Muntah
Penurunan nafsu makan
Asupan makanan kurang
Resiko gangguan
pemenuhan nutrisi
Resiko gangguan
Pemenuhan nutrisi
3. DS :
klien mengatakan
belum dimandikan
Ibu klien
mengatakan tidak
tahu caranya
Deficit pengetahuan tentang
cara membersihkan keluarga
selama sakit
Gang. Pemenuhan
kebutuhan ADL : personal
Gang. Pemenuhan
kebutuhan ADL :
personal hygiene
memandikan
anaknya ketika sakit
karena terpasang
infuse
DS :
Rambut tampak
kusut dan kotor
Baju tampak kotor
Klien belum sikat
gigi
Bibir kering
Kulit klien teraba
lengket oleh
keringat
hygiene
4. DS :
Klien mengatakan
kakinya terkadang
terasa pegal-pegal
Ibu klien
mengatakan
terdapat bercak-
bercak merah pada
kedua kaki anaknya
DO :
Tampak bercak-
bercak merah
(peteki) pada kedua
kaki dari mata kaki
sampai lutut.
Trombosit : 31.000
sel/uL
Infeksi virus dengue
Kompleks antibody virus
Agregasi trombosit
Pembersihan trombosit oleh
res
Trombositopenia
Resiko perdarahan
Resiko perdarahan
5. DS : -
DO :
Tindakan invasif (dilakukan
pemasangan infus)
Resiko terjadinya
infeksi
Leukosit : 4.900
sel/uL
Suhu : 36,7 o C
Klien terpasang
infus sudah hari ke-
3
Adanya benda asing yang
masuk ke tubuh
Media yang baik untuk
pertumbuhan kuman
Resiko infeksi
b. Diagnose Keperawatan
1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d peningkatan permeabilitas
membrane
2) Resiko terjadinya komplikasi (perdarahan) pendarahan b.d trombositopenia
3) Resiko gangguan pemenuhan nutrisi b.d penurunan nafsu makan
4) Resiko terjadinya infeksi b.d tindakan invasif
5) Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL : personal hygiene b.d kelemahan fisik.
2. Perencanaan
NO DIAGNOSA KEPERAWATANPERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit b.d
peningkatan permeabilitas
membran, ditandai dengan :
Ibu klien mengatakan
kedua kaki anaknya
membengkak
TTV :
TD : 110/80 mmHg
Nadi :82 x/menit,
Suhu : 36,7 o C
Tampak edema pada
kedua kaki
Na :120 mmol/L
1. Tupan:
Gangguan volume cairan
tubuh dapat teratasi
2. Tupen:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 5x24 jam volume
cairan tubuh kembali
normal, dengan kriteria
a. Tanda-tanda vital
dalam batas normal
b. Edema berkurang
c. Volume cairan tubuh
kembali normal (70-
85 mL/kg/hari)
d. Na dalam batas
normal (134-153
mmol/L)
1. Atur posisi kedua tungkai
lebih tinggi (30).
2. Lanjutkan pemberian cairan
intravena sesuai program
dokter (RL 50cc/jam).
3. Observasi tanda-tanda vital
setiap 3 jam.
4. Observasi intake dan output
setiap 24 jam
5. Observasi tanda-tanda
syock (takikardi, hipotensi,
dan oliguri)dan perhatikan
keluhan pasien, (kunang-
kunang, pusing, lemah,
1. Posisi tungkai yang lebih
tinggi dapat mengurangi
oedema.
2. Baringkan pasien terlentang
tanpa bantal dapat
mengurangi memperlambat
syok.
3. Menetapkan data dasar
pasien, untuk mengetahui
syok dapat diketahui dari
penyimpangan nilai tanda
vital
4. Untuk mengetahui
keseimbangan cairan.
5. Agar dapat segera
dilakukan tindakan untuk
menangani syok.
ekstremitas dingin, dan
sesak nafas).
6. Apabila terjadi tanda-tanda
syok hipovolemik,
baringkan pasien terlentang
tanpa bantal
7. Berikan therapy obat sesuai
order antidiuretik
Lasix 3x20 mg (IV) jam
04.00,12.00, 20.00
6. Pemberian cairan IV sangat
penting bagi pasien yang
mengalami kekurangan
cairan tubuh karena cairan
tubuh karena cairan
langsung masuk ke dalam
pembuluh darah.
7. Antidiuretik berfungsi untuk
mengeluarkan cairan yang
berlebihan dalam tubuh
2. Resiko terjadinya komplikasi
(pendarahan) b.d
trombositopenia, ditandai
dengan :
Klien mengatakan
kakinya terkadang terasa
pegal-pegal
Ibu klien mengatakan
terdapat bercak-bercak
1. Tupan:
Tidak terjadi pendarahan
2. Tupen:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 5x24 jam
perdarahan tidak terjadi,
dengan criteria :
a. Tidak terjadi tanda-
tanda pendarahan
1. Pertahankan kebutuhan
cairan.
2. Gunakan sikat gigi lunak,
pelihara kebersihan mulut.
1. Untuk mencegah syok
hipovolemik.
2. Sikat gigi lunak dan lebih
berhati-hati dalam menyikat
merah pada kedua kaki
anaknya
DO :
Tampak bercak-bercak
merah (peteki) pada
kedua kaki dari mata kaki
sampai lutut.
Trombosit : 31.000 sel/uL
lebih lanjut
(hematemesis,
melena, epistaxis)
b. Jumlah trombosit
meningkat/ dalam
batas normal
(150.000-450.000
sel/uL)
3. Monitor penurunan jumlah
trombosit setiap 12 jam.
4. Monitor tanda adanya
perdarahan (seperti
epistaksis, petekie, dll).
5. Apabila terjadi perdarahan
gigi dapat mengurangi
resiko perdarahan.
3. Dengan jumlah trombosit
yang dipantau setiap
hari,dapat diketahui tingkat
kebocoran pembuluh darah
dan kemungkinan
perdarahan yang dapat
dialami pasien.
4. Perdarahan yang cepat
diketahui dapat segera
diatasi, sehingga pasien
tidak sampai ke tahap syok
hipovolemik akibat
perdarahan hebat
5. Untuk membantu
menghentikan dan
mengganti perdarahan
6. Meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang penyakit
kolaborasi dalam
pemberian obat dan
transfuse.
6. Berikan pendidikan
kesehatan tentang resiko
perdarahan.
7. Berikan penjelasan pada
pasien/keluarga untuk
segera melapor jika ada
tanda-tanda perdarahan.
8. Anjurkan pasien untuk
banyak istirahat.
7. Keterlibatan keluarga
dengan segera melaporkan
terjadinya perdarahan
(nyata) akan membantu
pasien mendapatkan
penanganan sedini
mungkin.
8. Aktivitas pasien yang tidak
terkontrol dapat
menyebabkan terjadinya
perdarahan.
3. Resiko gangguan
pemenuhan nutrisi b.d
penurunan nafsu makan,
ditandai dengan :
BB sebelum sakit 52 kg
BB setelah sakit 50 Kg
(4%)
Dari satu porsi makan
hanya dihabiskan 3-4
1. Tupan:
Kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi
2. Tupen:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam
kebutuhan nutrisi klien
dapat terpenuhi, dengan
1. Berikan makanan lunak
seperti bubur.
2. Berikan makanan dalam
porsi kecil dan frekuensi
1. Membantu mengurangi
kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan
makanan.
2. Untuk menghindari mual.
sdm
Klien mengatakan tidak
nafsu makan
Klien mengatakan ketika
sedang makan terkadang
mau muntah
Ibu klien mengatakan
selama anaknya sakit,
tidak mau makan/sulit
makan.
Klien mengatakan
mengeluh mual-mual bila
makan
criteria :
a. Diet cair yang di
sediakan habis
sesuai dengan
kebutuhan
b. Pasien mampu
menghabiskan
makanan sesuai
dengan posisi yang
diberikan
/dibutuhkan.
c. Berat badan klien
sama dengan
sebelum sakit (BB
normal usia 11 tahun
36 kg)
sering.
3. Timbang berat badan
pasien setiap hari.
4. Catat jumlah / porsi
makanan yang dihabiskan
oleh pasien setiap hari.
5. Berikan umpan balik positif
saat pasien mau berusaha
menghabiskan
makanannya.
6. Jelaskan manfaat makanan
nutrisi bagi pasien terutama
saat pasien sakit.
7. Berikan obat-obatan
antiemetik sesuai program
dokter
Ranitidine 2x50 mg (IV) jam
04.00 dan 16.00
3. Untuk mengetahui status
gizi pasien.
4. Untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan
nutrisi.
5. Memotivasi dan
meningkatkan semangat
pasien.
6. Meningkatkan pengetahuan
pasien tentang nutrisi
sehinggamotivasi untuk
mekan meningkat.
7. Antiemetik membantu
pasien mengurangi rasa
mual dan muntah dan
diharapkan intake nutrisi
pasien meningkat.
4. Resiko terjadinya infeksi b.d
tindakan invasif, ditandai
dengan :
1. Tupan:
Infeksi tidak terjadi
1. Lakukan teknik aseptik saat
melakukan tindakan
1. Tindakan aseptik
merupakan tindakan
preventif terhadap
Monosit : 15%
TTV :
TD : 110/80 mmHg
Nadi :82 x/menit,
Suhu : 36,7 o C
- Klien terpasang infus
sudah hari ke-3
2. Tupen:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam infeksi
tidak terjadi, dengan
criteria :
a. Tanda-tanda vital
dalam batas normal
b. Tidak terdapat tanda-
tanda infeksi (dolor,
kalor, tumor)
c. Jumlah leukosit atau
monosit, dalam batas
normal (monosit 2-
15%, leukosit 4500-
13.500 sel/uL)
pemasangan infus.
2. Rawat daerah tusukan
jarum infuse setiap hari.
3. Observasi tanda-tanda vital
(setiap 3 jam).
kemungkinan terjadi infeksi.
Tindakan pemasangan infus
merupakan tindakan
invasive yang sangat
memungkinkan untuk
terjadinya infeksi.
2. Daerah tusukan jarum
infuse merupakan tempat
yang mudah terinfeksi atau
terkontaminasi sehingga
perlu dirawat/ganti balutan
setiap hari.
3. Menetapkan data dasar
pasien, terjadi peradangan
dapat diketahui dari
penyimpangan nilai tanda
vital.
4. Mengetahui tanda infeksi
pada pemasangan infus.
4. Pantau daerah
pemasangan infus. Untuk
mengetahui tanda-tanda
peradangan/phlebitis
secara dini pada daerah
pemasangan infuse.
5. Amati kelancaran tetesan
infuse.
6. Segera cabut infus bila
tampak adanya
pembengkakan atau
plebitis.
7. Lanjutkan pemberian
therapy obat sesuai order
Cefotaxime 3x1 gr (IV) jam
04.00, 12.00, 20.00.
5. Dengan memperhatikan
kelancaran tetesan infuse,
perawat dapat segera
mengetahui dan mencari
penyebab ketidaklancaran
yang mungkin terjadi
sehingga pasien terhindar
dari phlebitis.
6. Untuk menghindari kondisi
yang lebih buruk atau
penyulit lebih lanjut.
7. Antibiotic berguna untuk
membunuh mikroorganisme
yang berada dalam tubuh.
5. Gangguan pemenuhan 1. Tupan: 1. Bantu dan fasilitasi klien 1. Memberikan kemudahan
kebutuhan ADL : personal
hygiene b.d kelemahan fisik,
ditandai dengan :
klien mengatakan belum
dimandikan
Ibu klien mengatakan
tidak tahu caranya
memandikan anaknya
ketika sakit karena
terpsang infus
Rambut tampak kusut
dan kotor
Baju tampak kotor
Klien belum sikat gigi
semenjak sakit
Bibir kering
Kulit klien teraba lengket
oleh keringat
Kebutuhan personal
hygiene klien terpenuhi
2. Tupen:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x pertemuan,
kebutuhan personal
hygiene klien dapat
terpenuhi, dengan kriteria
:
a. Klien selalu tampak
bersih dan segar.
b. Mulut dan gigi klien
bersih dan lembab
c. Rambut tampak
bersih dan rapih
dalam melakukan
personal.hygiene
a. Mandi lap
b. Gosok gigi
2. Ajarkan pada keluarga cara
merawat/memenuhi
personal hygiene klien
ketika sakit.
3. Jaga suhu klien saat
dimandikan
klien untuk melakukan
personal hygiene:
a. Dapat melancarkan
peredaran darah dan
membersihkan kulit
b. Menjaga mulut dari bau
tidak sedap,
meningkatkan nafsu
makan.
2. Meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang cara
merawat orang sakit.
3. Menjaga suhu air tetap
hangat mencegah
terjadinya syok.
3. Pelaksanaan
TANGGAL DP WAKTU IMPLEMENTASI PARAF
1 2 3 4 5
24 Juni 2008 1
1, 2
2
3
08.45
09.05
- Mengatur posisi kedua tungkai lebih
tinggi (30).
Hasil: posisi kaki lebih tinggi diganjal
oleh selimut
- Melanjutkan dan mempertahankan
pemberian cairan RL 1200cc/hari atau
sesuai program dokter.
Hasil: tetesan infus lancer (16gtt/menit)
- Menganjurkan pasien untuk banyak
istirahat
Hasil: klien tidak banyak turun dari
tempat tidur, melakukan kegiatan di
atas tempat tidur.
- Memberikan penjelasan pada
pasien/keluarga untuk segera melapor
jika ada tanda-tanda perdarahan lebih
lanjut seperti : hematemesis, melena,
epistaxis.
- Memberikan makanan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
Hasil: klien belum mau menghabiskan
makanannya, porsi makan habis 1/4
porsi, klien mengerti dan mau
menghabiskan makanannya.
- Memberikan umpan balik positif saat
pasien mau berusaha menghabiskan
makanannya.
Hasil: klien tampak senang saat dipuji
Puspita
Puspita
Puspita
Puspita
Puspita
Puspita
4
5
1,3
1,4
09.15
10.00
11.30
12.00
- Merawat daerah tusukan jarum infus
setiap hari dengan mengganti kasa
balutan dan dioles betadin sol.
Hasil: Hasil: tidak tampak tanda-tanda
infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor dan
fungsiolesa)kasa dan daerah tusukan
jarum infus tampak bersih
4. Membantu dan memfasilitasi klien
dalam melakukan personal hygiene
Hasil: klien tampak bersih dan rapih
5. Menggunakan sikat gigi lunak
Hasil: gigi bersih, nafas tidak bau
- Mengajarkan pada keluarga cara
merawat/memenuhi personal hygiene
klien ketika sakit
Hasil: keluarga mampu merawat klien
pada saat sakit
- Mengukur tanda-tanda vital
Hasil: TD : 100/700 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36,8 o C
RR : 25 x/menit
- Melanjutkan pemberian therapy obat
sesuai order
Hasil: Lasix 20 mg (IV)
Cefotaxime 1 gr (IV).
Puspita
Puspita
Puspita
Puspita
Puspita
Puspita