perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANA
MA
Jur
ALISIS PE
AKANAN
(PEND
Untguna m
usan/Progr
UNIV
ERAN KO
DALAM
KABUP
DEKATAN
tuk memenumemperoleh
di FakUniversi
am Studi So
DIAN
H
FAKULT
VERSITA
SUR
i
OMODITI
PEMBAN
ATEN SR
N TIPOLO
SKRIPSI uhi sebagianh derajat Sakultas Pertaitas Sebelas
osial Ekono
Oleh :
INDRASW
H 0307040
TAS PERT
AS SEBEL
RAKART
2011
I TANAM
NGUNAN
RAGEN
OGI KLAS
n persyaratarjana Pertaanian s Maret
omi Pertania
WARI
TANIAN
LAS MAR
TA
MAN BAHA
EKONOM
SSEN)
an anian
an/Agrobisn
RET
AN
MI
nis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang selalu melimpahkan berkat dan perlindunganNya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Peran Komoditi Tanaman Bahan
Makanan Dalam Pembangunan Ekonomi Kabupaten Sragen (Pendekatan Tipologi
Klassen)”
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial
Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama, yang
telah sabar memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Wiwit Rahayu, S.P., M.P. selaku Dosen Pembimbing Pendamping, yang
telah sabar memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, M.S. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada Penulis.
6. Ibu Ir. Rhina Uchayani Fajarningsih, M.S. selaku Dosen Pembimbing
Akademik, yang telah memberikan banyak nasehat dan bimbingan selama
Penulis menempuh pendidikan sarjana (S1) Agrobisnis di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret.
7. Kepala BAPPEDA Kabupaten Sragen beserta staf, yang telah memberikan
izin dan bantuan dalam penyediaan data yang dibutuhkan Penulis.
8. Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen beserta staf, yang telah
memberikan bantuan dalam penyediaan data yang dibutuhkan Penulis.
9. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen beserta staf, yang telah
memberikan bantuan dalam penyediaan data yang dibutuhkan Penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
10. Kepala Bapeluh Kabupaten Sragen beserta staf, yang telah membantu dalam
menyediakan data yang dibutuhkan Penulis.
11. Penyuluh lapangan Kecamatan Sragen dan Kelompok Tani Ngudi Rahayu,
atas kesediaan waktu untuk membantu dalam menyediakan data melalui
wawancara.
12. Bapak Ir. Simon Nugroho Sri Yudanto dan Ibu Ir. Harmani Ening Jati
Wahyuni yang telah sabar dan banyak membantu Penulis dalam proses
penelitian untuk skripsi ini.
13. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Penulis
14. Bapak Syamsuri dan Mbak Iriawati N yang dengan sabar membantu
menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi
Penulis.
15. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan bantuan.
16. Kedua orang tuaku, Bapak Agustinus Indrarto dan Ibu Veronika Endang Sri
Sunarsih, terimakasih atas segala kebaikan, kesabaran dan curahan kasih
sayang serta doa, bimbingan, nasehat dan semangat yang tiada henti diberikan
kepada Penulis.
17. Keluarga besar di Sragen, Papah Simon Nugroho, Mamah Harmani Ening,
Budhe Budi Kahono dan Mbah Wi atas kebaikan, kasih sayang, doa dan
nasehat yang selalu diberikan kepada Penulis serta kebersamaan yang indah
khususnya selama penelitian di Sragen.
18. Kakak-kakakku, Mas Indraswono Eko Saputro, S.T. dan Mas Andreas Indri
Novianto, S.Psi., atas dukungan doa, nasehat dan segala bantuan yang selalu
diberikan kepada Penulis.
19. Pendampingku, Mas Hilarius Prin Pujianto, A.Md, atas kesabaran, kasih
sayang, bantuan, doa dan kesediaannya untuk mengisi sisi-sisi yang kosong
dalam diri Penulis sehingga menjadi pribadi yang lebih baik.
20. Sahabat-sahabatku, Elisabet, Widy, Dini, Fahmi, Serafina, Agnes, Nian, Eni,
Annisa, Hanna, Happy, Tina, Arantxa, Kiki, Mariana Ayu, sahabat MFC, atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
persahabatan yang indah, kebersamaan dalam suka duka dan segala bantuan
serta dukungan semangat yang selalu diberikan kepada Penulis.
21. Keluarga besar dari Sragen dan Wonogiri, Pakdhe, Budhe, Bulik, Om,
Kakak-kakak, Adik-adik, serta semua keponakanku, terimakasih atas semua
doa dan dukungan untuk Penulis.
22. Keluarga besar KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik) Fakultas Pertanian
UNS, atas kebersamaan, pengalaman hidup, dukungan doa dan persaudaraan
yang indah.
23. Keluarga besar Bursa Mahasiswa Fakultas Pertanian, pengurus periode tahun
2008 dan tahun 2009, atas kesempatan untuk menimba ilmu dalam
berorganisasi, pengalaman, kebersamaan dan keceriaan selama ini.
24. Team Magang Aspakusa Makmur 2010, Elisabet, Dini, Sendi dan Santini,
atas kebersamaan yang indah dan kekompakan kita sehingga semua berjalan
dengan baik.
25. Team PKM Kewirausahaan Dikti “Nugget Kacang Merah Edifela” tahun
2010, Elisabet, Lani dan Febri, atas pengalaman yang luar biasa, kebersamaan
dalam suka duka membangun bisnis dan bantuan dalam penyelesaian skripsi.
26. Teman-teman mahasiswa Agrobisnis angkatan 2007, atas persaudaraan,
kebersamaan yang indah dan segala bantuan yang diberikan kepada Penulis
selama ini.
27. Teman-teman mahasiswa Fakultas Pertanian angkatan 2005, 2006, 2007,
2008, 2009, terimakasih atas kebersamaan selama ini.
28. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di
kesempatan yang akan datang. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini
berguna bagi para pembaca.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
RINGKASAN ................................................................................................. xii
SUMMARY .................................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 10 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 10
II. LANDASAN TEORI ................................................................................ 12 A. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 12 B. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 15
1. Perencanaan Pembangunan ............................................................ 15 2. Pembangunan Ekonomi ................................................................. 15 3. Pembangunan Daerah ..................................................................... 17 4. Pembangunan Pertanian ................................................................. 18 5. Peranan Sektor Pertanian ............................................................... 18 6. Pembangunan Sektor Tanaman Bahan Makanan ........................... 19 7. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah .............. 20 a. Metode Analisis LQ ................................................................. 20 b. Metode Analisis Shift-Share .................................................... 20 c. Metode Input Output ................................................................ 21 d. Metode Tipologi Klassen ......................................................... 21
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ............................................. 23 D. Pembatasan Masalah ......................................................................... 27 E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................. 27
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 31 A. Metode Dasar Penelitian .................................................................... 31 B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian .......................................... 31 C. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 31 D. Metode Analisis Data ......................................................................... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SRAGEN ........................................ 36 A. Keadaan Umum Daerah .................................................................... 36 B. Keadaan Penduduk ............................................................................ 40 C. Keadaan Perekonomian ..................................................................... 44 D. Keadaan Sektor Pertanian ................................................................ 45
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 52 A. Keragaan Umum Komoditi Tanaman Bahan Makanan di
Kabupaten Sragen .............................................................................. 52 A. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan
Makanan di Kabupaten Sragen ....................................................... 53 B. Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di
Kabupaten Sragen ........................................................................... 60 B. Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten
Sragen dengan Pendekatan Tipologi Klassen ................................. 67 1. Komoditi Prima .............................................................................. 68 2. Komoditi Potensial ......................................................................... 71 3. Komoditi Berkembang ................................................................... 73 4. Komoditi Terbelakang ................................................................... 75
C. Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen .............................................................................. 76 1. Alternatif Strategi Jangka Pendek ................................................. 79 2. Alternatif Strategi Jangka Menengah ............................................ 87 3. Alternatif Strategi Jangka Panjang ................................................ 94
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 99 A. Kesimpulan ......................................................................................... 99 B. Saran .................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102
LAMPIRAN .................................................................................................... 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Distribusi Kontribusi PDRB Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen).................................................... 3
2. Distribusi Kontribusi Subsektor Pertanian terhadap PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen)................ 4
3. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen).................................................... 5
4. Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen tahun 2005-2008 (dalam rupiah)........................................................................................ 7
5. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen tahun 2005-2008 (dalam persen)........................................................................................ 8
6. Matriks Tipologi Klassen........................................................... 22
7. Matriks Strategi Pengembangan................................................ 23
8. Identifikasi dan Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan dengan Pendekatan Tipologi Klassen........................ 33
9. Matriks Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen...................................... 34
10. Luas Kabupaten Sragen Dirinci Menurut Penggunaan Lahan Tahun 2008................................................................................ 37
11. Ketinggian di Atas Permukaan Laut dirinci Per Kecamatan di Kabupaten Sragen Tahun 2008.................................................. 38
12. Kepadatan Penduduk Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008...... 40
13. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008........................................................... 41
14. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Sragen Tahun 2008..................................................................... 42
15. Komposisi Penduduk Kabupaten Sragen Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008............................................................ 43
16. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 (dalam jutaan Rupiah)............................................................................
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
17. Pendapatan Per Kapita di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008................................................................................... 45
18. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen Tahun 2008.............................. 46
19. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Sragen Tahun 2008.............................................. 48
20. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Peternakan di Kabupaten Sragen Tahun 2008.................................................. 49
21. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Perikanan di Kabupaten Sragen Tahun 2008.................................................. 50
22. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Kehutanan di Kabupaten Sragen Tahun 2008.................................................. 51
23. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008 (%)............................................................................................. 53
24. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Sayur-sayuran di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008 (%)................................. 56
25. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008 (%)................................. 58
26. Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Tanaman Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 (%)...... 61
27. Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Sayur-sayuran di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008(%).................................. 63
28. Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008(%).................................. 65
29. Matriks Tipologi Klassen Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen.................................................. 68
30. Matriks Alternatif Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen........................................................................................ 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Alur Pemikiran dan Kerangka Penentuan Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen.. 26
2. Grafik Rata-rata Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008.................................... 55
3. Grafik Rata-rata Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Sayur-sayuran di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008....................................................................................... 58
4. Grafik Rata-rata Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008....................................................................................... 60
5. Grafik Rata-rata Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Tanaman Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008.................................................................. 62
6. Grafik Rata-rata Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Sayur-sayuran di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008........ 64
7. Grafik Rata-rata Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008................... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. PDRB Provinsi Jawa Tengah menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 Tahun 2005-2008 (Jutaan Rupiah)..................... 104
2. PDRB Kabupaten Sragen menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 Tahun 2005-2008 (Jutaan Rupiah)................................. 104
3. Distribusi Kontribusi PDRB Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (persen)............ 105
4. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen Tahun 2005- 2008 Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (persen)........... 105
5. Distribusi Kontribusi Subsektor Pertanian terhadap PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen)................ 106
6. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen)................................................................... 106
7. Jumlah Produksi Komoditi Pertanian di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008....................................................................... 107
8. Indeks Harga Konsumen Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 110
9. Harga Konstan Tingkat Produsen Komoditi Pertanian di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 (dalam Rupiah)............... 110
10. Nilai Produksi Komoditi Pertanian di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 (dalam Rupiah)............................................. 113
11. Kontribusi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008........................................................... 116
12. Laju Pertumbuhan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008......................................... 117
13. Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008........................................................... 119
14. Matrik Tipologi Klassen Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008..................................... 120
15. Matrik Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen.................................................. 121
16. Dokumentasi............................................................................... 122
17. Peta Kabupaten Sragen............................................................... 124
18. Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA Kabupaten Sragen........... 125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
RINGKASAN
Dian Indraswari, H0307040. 2011. Analisis Peran Komoditi Tanaman
Bahan Makanan dalam Pembangunan Ekonomi Kabupaten Sragen (Pendekatan Tipologi Klassen). Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si. dan Wiwit Rahayu, S.P., M.P.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen serta mengetahui alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan dalam kerangka perencanaan pengembangan ekonomi daerah Kabupaten Sragen dengan periode jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Metode dasar penelitian deskriptif analitis. Daerah penelitian adalah Kabupaten Sragen dan data yang digunakan sekunder dan primer. Data sekunder yang digunakan berupa data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sragen tahun 2005-2008, PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2008 ADHK 2000, jumlah produksi komoditi tanaman bahan makanan tahun 2005-2008 di Kabupaten Sragen, harga komoditi tanaman bahan makanan tahun 2005-2008 di Kabupaten Sragen, indeks harga konsumen (IHK) tahun 2005-2008 Kabupaten Sragen, data Rencana Strategis (RENSTRA) Kabupaten Sragen, Bahan LKPJ Bupati tahun 2010 dan data yang ada pada Sragen Dalam Angka 2005-2008. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sragen, BAPPEDA Kabupaten Sragen, Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, Dinas Peternakan Kabupaten Sragen, Dinas Perikanan Kabupaten Sragen dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sragen. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, Penyuluh lapang, dan Ketua kelompok tani. Wawancara terkait dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kegiatan on farm dan off farm tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen.
Hasil penelitian dengan pendekatan Tipologi Klassen menunjukkan bahwa klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen terbagi menjadi empat. Komoditi prima terdiri atas jagung, ubi kayu, kacang tanah dan pisang. Komoditi potensial terdiri atas padi dan mangga. Komoditi berkembang terdiri atas ubi jalar, kedelai, ketimun, kangkung, rambutan, jeruk, pepaya dan nanas. Komoditi terbelakang terdiri atas kacang hijau, kacang panjang, cabe, tomat, bayam, terong, semangka, melon dan sawo.
Alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan, jangka pendek meliputi dua macam strategi yaitu mempertahankan komoditi prima agar tetap menjadi komoditi prima dengan cara pengembangan agribisnis komoditi jagung, penerapan sistem tumpangsari pada komoditi ubi kayu dan kacang tanah, peningkatan produktivitas pisang, peningkatan kerjasama antara pihak swasta dengan petani dan mengembangkan komoditi potensial menjadi komoditi prima dengan cara peningkatan produktivitas padi, peningkatan akses petani terhadap lembaga keuangan, peningkatan produksi komoditi mangga dengan pemeliharaan yang intensif. Strategi jangka menengah meliputi tiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
macam strategi yaitu mengembangkan komoditi potensial menjadi komoditi prima dengan cara pengembangan padi organik di seluruh wilayah Kabupaten Sragen, mengembangkan komoditi berkembang menjadi komoditi potensial dengan cara peningkatan kualitas sumber daya manusia (petani), pengembangan daerah sentra komoditi sayur dan buah, dan mengembangkan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang dengan cara penerapan budidaya pertanian yang baik untuk sayur dan buah, pengembangan demonstrasi plot (demplot) sayur dan buah. Strategi jangka panjang meliputi dua macam strategi yaitu mengembangkan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang dengan cara pembangunan Sub Terminal Agribisnis dan mempertahankan komoditi prima agar tetap menjadi komoditi prima dengan cara mengurangi alih fungsi lahan pertanian ke lahan non pertanian, pengelolaan sumberdaya air untuk pertanian dan penerapan pertanian berkelanjutan berbasis pertanian organik. Alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan tersebut dapat sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Sragen baik dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
SUMMARY Dian Indraswari, H0307040. 2011. Analysis of Food Crops Commodity
Role in Economic Development of Sragen Regency (Klassen Typology Approach). Faculty of Agriculture, Surakarta Sebelas Maret University. Under the guidance of Mr. Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si. and Mrs. Wiwit Rahayu, S.P., M.P.
The aims of this research are to determine the classification of food crops commodity based on the Klassen typology approach and explore alternative strategies for developing food crops commodity within the Sragen Regency framework of regional economic development planning with periods of short-term, medium term and long term.
The basic method of research is descriptive analytical. The research area is Sragen Regency and used data are secondary and primary. Secondary data used in the form of data of Gross Regional Domestic Product (GRDP) 2005-2008 of Sragen Regency, GRDP 2005-2008 at constant price 2000 of Central Java Province, total production of food crops commodity in 2005-2008 of Sragen Regency, the price of food crops commodity years 2005-2008 in Sragen, the Consumer Price Index (CPI) 2005-2008 of Sragen Regency, Strategic Plan data of Sragen Regency, LKPJ 2010 material of Sragen Regency’s Regent and the data which available in Sragen in Figures 2005-2008. Secondary data in this study were obtained from the Central Statistics Agency (CSA) of Sragen Regency, BAPPEDA of Sragen Regency, Agriculture Service of Sragen Regency, Livestock Service of Sragen Regency, Fisheries Service of Sragen Regency, Forestry and Estate Service of Sragen Regency. Primary data were obtained from direct interview with Agriculture Service of Sragen Regency, field instructor, and Chairman of the farmer groups. Interviews are related to the strengths, weaknesses, opportunities and threats in the activities of food crops on farm and off farm in Sragen Regency.
The results of research by Klassen Typology approach shows that the classification of food crops commodity in Sragen Regency is divided into four. Prime commodity consists of corn, cassava, peanuts and bananas. Potential commodity consists of rice and mango. Developing commodity consists of sweet potato, soybean, cucumber, water spinach, rambutan, oranges, papaya and pineapple. Retarded commodity consists of green beans, long beans, chili, tomato, spinach, eggplant, watermelon, melon and sapodilla.
Development strategies alternative of food crops commodity, short-term strategy comprises two kinds of strategies, maintaining prime commodity remain a prime commodity by corn commodity agribusiness development, application of cropping system on cassava and peanuts commodity, bananas increase productivity, increase cooperation between the private sector with farmers and develop potential commodity into prime commodity by rice increase productivity, increase farmers access to financial institutions, improving the production of mango commodity with intensive maintenance. Medium-term strategy comprises three kinds of strategies, develop potential commodities become prime commodities which the way is development of organic rice in all regions of Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Regency, develop evolve commodity into potential commodity by improving the quality of human resources (farmers), development of vegetables and fruit commodity regional centers, and develop retarded commodity into evolve commodity by the application of good agriculture practices for fruit and vegetables, the development of vegetable and fruit plot demonstration. Long-term strategy comprises two kinds of strategies, develop retarded commodity into evolve commodities by Agribusiness Sub Terminal development and maintaining prime commodities remain a prime commodity by reducing agricultural land conversion to non-agricultural land, water resources management for agriculture and the implementation of sustainable agriculture based on organic farming. That development strategy alternative of food crops commodity can be used in local economic development planning in Sragen Regency in both the short, medium and long term.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia berpedoman pada tujuan pembangunan
nasional yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945. Alinea ke
empat dalam UUD 1945 menyebutkan bahwa salah satu tujuan pembangunan
nasional adalah memajukan kesejahteraan umum, sehingga kebijakan
pemerintah dalam pembangunan diharapkan mampu mendorong dan
mengembangkan perekonomian masyarakat di daerah.
Perencanaan memiliki peran yang sangat penting dalam proses
pembangunan. Perencanaan adalah upaya institusi publik untuk membuat
arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan disebuah wilayah baik
negara maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang
dimiliki oleh wilayah tersebut. Dalam proses perencanaan, lembaga
perencanaan wajib memperhatikan kondisi sosial, budaya, ekonomi,
keamanan, kondisi fisik, segi pembiayaan serta kualitas sumber daya yang
ada di wilayah tersebut (Widodo, 2006).
Perencanaan perlu dilakukan dalam usaha pembangunan suatu daerah
agar pembangunan daerah lebih terencana dengan baik. Perencanaan yang
tepat menjadi syarat mutlak agar usaha pembangunan dapat mencapai tujuan
yang diinginkan. Perencanaan pembangunan sebaiknya memperhatikan
kemampuan dan kondisi dari wilayah tersebut. Keunggulan wilayah didorong
agar mampu memberikan kontribusi yang lebih besar pada pembangunan dan
kelemahan wilayah diperbaiki agar mampu memberikan kontribusi yang
mendukung pembangunan.
Berlakunya UU No 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah yang
memberikan wewenang yang lebih luas bagi daerah untuk mengatur rumah
tangganya sendiri, mendorong daerah lebih menyiapkan diri untuk lebih
mandiri. Sasaran pembangunan akan terwujud apabila pemerintah daerah
mengetahui potensi daerah dan merumuskan strategi kebijakan
pengembangan sektor perekonomian. Pembangunan pada masing-masing
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
daerah di Indonesia menentukan keberhasilan pembangunan Nasional.
Keadaan perekonomian Nasional merupakan susunan dari keadaan
perekonomian masing-masing daerah.
Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten yang melaksanakan
otonomi daerah dalam proses pembangunan ekonominya. Pemberian otonomi
daerah ini bertujuan untuk lebih mendekatkan pemerintah dengan masyarakat,
artinya agar keinginan masyarakat lebih diperhatikan dan terpenuhi. Dengan
adanya otonomi di Kabupaten Sragen maka pemerintah daerah Kabupaten
Sragen harus mampu untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sehingga
akan meningkatkan kemampuan dalam penyelenggaraan urusan daerah.
Pendapatan asli daerah terdiri atas hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan ini dapat digunakan
sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah sedangkan non pendapatan asli
daerah sifatnya lebih terikat. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten
Sragen perlu mengenal dan mengelola keunggulan dan kelemahan daerahnya,
sehingga dapat digunakan untuk merumuskan berbagai strategi
pengembangan daerah untuk perencanaan pembangunan daerah Kabupaten
Sragen.
Lapangan usaha di Kabupaten Sragen masing-masing memberikan
sumbangan PDRB yang berbeda. Dari kesembilan lapangan usaha, sektor
pertanian memberikan kontribusi terbesar pada setiap tahunnya dari tahun
2005-2008. Besar PDRB pada setiap lapangan usaha pada perekonomian
Kabupaten Sragen disajikan pada Tabel 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tabel 1. Distribusi Kontribusi PDRB Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen)
NO LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008
1 Pertanian 36,08 35,34 34,74 34,01
2 Pertambangan Dan Penggalian 0,30 0,29 0,30 0,30
3 Industri Pengolahan 21,54 21,80 22,02 22,27
4 Listrik, Gas, Dan Air Bersih 1,14 1,17 1,19 1,20
5 Bangunan/Konstruksi 4,37 4,41 4,45 4,50
6 Perdagangan 17,99 18,12 18,19 18,32
7 Pengangkutan Dan Komunikasi 3,28 3,28 3,27 3,28
8 Keuangan, Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 3,89 3,94 3,98 4,00
9 Jasa-Jasa 11,39 11,65 11,87 12,12
TOTAL 100 100 100 100
Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Sragen, 2009
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat besar kontribusi PDRB sektor
pertanian terus mengalami penurunan dari tahun 2005 sampai tahun 2008,
pada tahun 2005 sebesar 36,08%, pada tahun 2006 sebesar 35,34%, pada
tahun 2007 sebesar 34,74%, dan pada tahun 2008 sebesar 34,01%. Namun,
dari tahun 2005 sampai tahun 2008, sektor pertanian memberikan sumbangan
PDRB terbesar dibanding sektor lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor
pertanian tetap merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam
perekonomian di Kabupaten Sragen.
Sektor pertanian di Kabupaten Sragen terdiri dari lima subsektor
pertanian. Kelima subsektor tersebut antara lain tanaman bahan makanan,
subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, dan
subsektor perikanan. Kelima subsektor pertanian memberikan kontribusi yang
berbeda terhadap PDRB Kabupaten Sragen. Besarnya kontribusi masing-
masing subsektor pertanian dapat dilihat dari distribusi kontribusi subsektor
pertanian terhadap PDRB sektor pertanian Kabupaten Sragen pada Tabel 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Tabel 2. Distribusi Kontribusi Subsektor Pertanian terhadap PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen)
No Subsektor Pertanian 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1 Tanaman Bahan Makanan 82,22 82,19 82,10 81,86 82,09
2 Tanaman Perkebunan 6,52 6,51 6,54 6,65 6,56
3 Peternakan 7,73 7,73 7,79 7,84 7,77
4 Kehutanan 0,95 0,99 0,98 1,00 0,98
5 Perikanan 2,58 2,59 2,59 2,64 2,60
Total 100 100 100 100 100
Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Sragen, 2009
Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kontribusi
PDRB subsektor pertanian yaitu subsektor tanaman bahan makanan sebesar
82,09%, subsektor tanaman perkebunan sebesar 6,56%, subsektor peternakan
sebesar 7,77%, sedangkan subsektor kehutanan sebesar 0,98% dan subsektor
perikanan sebesar 2,60%. Dari besarnya nilai rata-rata kontribusi masing-
masing subsektor pertanian menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan
makanan mempunyai nilai kontribusi PDRB yang paling besar dibanding
dengan subsektor pertanian yang lain. Selama empat tahun berturut-turut
yaitu pada tahun 2005 hingga tahun 2008 subsektor tanaman bahan makanan
memberi kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kabupaten Sragen
yaitu pada tahun 2005 sebesar 82,22%, pada tahun 2006 sebesar 82,19%,
pada tahun 2007 sebesar 82,10%, dan pada tahun 2008 sebesar 81,86%. Hal
ini menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan merupakan
subsektor yang memiliki peran penting dalam perekonomian Kabupaten
Sragen. Kontribusi yang besar pada subsektor tanaman bahan makanan ini
salah satunya disebabkan karena luas penggunaan lahan untuk lahan sawah
sebesar 43% (40.339 Ha) dari luas total wilayah di Kabupaten Sragen sebesar
94.155 Ha (BPS Kabupaten Sragen, 2009). Indikator yang menunjukkan
peran masing-masing subsektor pertanian juga dapat dilihat dari laju
pertumbuhan. Laju pertumbuhan subsektor pertanian Kabupaten Sragen
disajikan pada tabel 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Tabel 3. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (dalam persen)
No Subsektor Pertanian 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
1 Tanaman Bahan Makanan 4,52 2,97 3,83 3,17 3,84
2 Tanaman Perkebunan 3,41 2,77 4,41 5,27 3,37
3 Peternakan 3,78 2,98 4,78 4,18 4,20
4 Kehutanan 4,70 7,47 3,16 5,50 5,55
5 Perikanan 3,03 3,35 4,17 5,18 4,26
Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Sragen, 2009
Tabel 3. menunjukkan bahwa nilai laju pertumbuhan PDRB subsektor
pertanian pada tahun 2005-2008 secara umum berfluktuatif. Nilai rata-rata
laju pertumbuhan masing-masing subsektor berbeda, subsektor tanaman
bahan makanan sebesar 3,84%; subsektor tanaman perkebunan sebesar
3,37%; subsektor tanaman peternakan sebesar 4,19%; subsektor kehutanan
sebesar 5,55%; dan subsektor perikanan dengan nilai 4,26%. Dari kelima
subsektor tersebut, subsektor tanaman bahan makanan menempati urutan
keempat dalam rata-rata laju pertumbuhan PDRB.
Berdasarkan kontribusi dan laju pertumbuhan subsektor tanaman bahan
makanan, diketahui bahwa subsektor tanaman bahan makanan memiliki peran
penting dalam perekonomian Kabupaten Sragen. Kontribusi subsektor
tanaman bahan makanan terbesar dibanding subsektor pertanian yang lain
dalam perekonomian Kabupaten Sragen. Laju pertumbuhan subsektor
tanaman bahan makanan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun sehingga
perlu diperhatikan dan direncanakan mengenai pembangunan daerah yang
berbasis tanaman bahan makanan. Hal ini bertujuan agar laju pertumbuhan
tanaman bahan makanan dapat tetap atau meningkat sehingga dapat tetap
menjadi subsektor yang memiliki peran penting bagi Kabupaten Sragen.
Dengan Tipologi Klassen dapat diketahui komoditi prima, komoditi potensial,
komoditi berkembang dan komoditi terbelakang dari subsektor tanaman
bahan makanan yang selanjutnya dapat dibuat perencanaan pembangunan
ekonomi daerah Kabupaten Sragen. Perencanaan pembangunan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
didasarkan pada periode waktu, baik jangka pendek, jangka menengah
maupun jangka panjang
B. Perumusan Masalah
Kabupaten Sragen mempunyai luas wilayah sebesar 941,55 km2 terbagi
dalam 20 kecamatan, 208 desa/kelurahan. Wilayah Kabupaten Sragen dibelah
oleh sungai Bengawan Solo. Yang membagi menjadi dua daerah utama.
Daerah di Utara aliran Bengawan Solo, cenderung bertanah kurang subur.
Sedangkan daerah di Selatan aliran Bengawan Solo relatif lebih subur. Di
wilayah Selatan sungai ini pula, lahan pertanian, sawah, dan perkebunan
berkembang pesat. Dari luasan tersebut 40.339 Ha (43%) merupakan sawah
dan 53.816 Ha (57%) merupakan lahan bukan sawah (BPS Kabupaten
Sragen, 2009).
Kabupaten Sragen memiliki sektor pertanian yang kuat. Sumbangan
PDRB sektor pertanian menempati urutan pertama dari keseluruhan sektor
perekonomian yang lain. Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman
bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor
kehutanan dan subsektor perikanan. Dari kelima subsektor tersebut, subsektor
tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang memiliki kontribusi yang
besar dalam PDRB daerah karena salah satunya didukung faktor luas
penggunaan lahan di Kabupaten Sragen 43% digunakan untuk lahan sawah.
Oleh karena itu, maka subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten
Sragen menghasilkan komoditi tanaman bahan makanan utama yang besar
jumlah produksinya, selain itu terdapat pula tanaman sayuran dan buah-
buahan.
Tanaman bahan makanan utama terdiri atas padi, jagung, ubi kayu, ubi
jalar, kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau. Tanaman sayuran terdiri atas
kacang panjang, cabe, tomat, ketimun, kangkung, bayam, dan terong. Buah-
buahan terdiri dari semangka, pisang, mangga, rambutan, melon, jeruk, sawo,
pepaya, dan nanas. Nilai produksi dari beberapa komoditi yang termasuk
dalam subsektor tanaman bahan makanan disajikan pada Tabel 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Tabel 4. Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen tahun 2005-2008 (dalam rupiah)
Komoditi Tanaman Bahan Makanan
Tahun
2005 2006 2007 2008 Padi 528.531.110.504,20 553.325.110.319,41 620.461.721.541,55 573.873.072.194,90 Jagung 22.836.722.689,08 15.700.708.391,61 49.498.710.601,72 80.513.271.122,04 Ubi Kayu 30.592.767.537,82 48.782.248.157,25 41.216.395.638,97 35.907.046.267,32 Ubi Jalar 126.491.596,64 26.712.026,71 216.452.435,53 43.771.513,19 Kacang tanah 27.319.698.600,65 31.685.194.127,87 32.626.478.443,34 35.062.758.620,69 Kedelai 9.120.217.242,39 12.311.198.889,32 12.063.382.296,83 18.067.198.275,86 Kacang hijau 16.961.407.397,98 19.991.449.410,86 10.193.506.085,46 10.948.472.206,90 Kacang panjang 824.065.213,72 763.685.396,49 581.582.070,48 792.478.964,98 Cabe 16.148.777.090,04 7.531.390.909,00 9.043.100.825,27 9.499.515.845,12 Tomat 243.676.668,15 254.186.668,90 142.578.053,68 119.980.380,54 Ketimun 274.276.420,56 113.861.863,07 119.696.478,91 465.856.126,45 Kangkung 24.136.782,50 66.512.583,18 42.427.326,09 71.668.503,74 Bayam 39.588.653,27 20.438.201,17 25.470.147,89 32.740.430,89 Terong 499.528.144,78 367.790.925,30 437.620.960,38 439.260.607,09 Semangka 5.473.704.776,06 2.160.616.603,47 4.065.993.940,58 2.939.488.485,76 Pisang 11.935.608.178,74 20.338.476.301,14 45.098.218.958,17 70.148.780.648,84 Mangga 40.141.088.449,32 26.522.051.486,73 24.252.892.885,07 21.517.651.908,21 Rambutan 1.428.429.589,01 2.759.628.816,60 2.527.435.948,98 6.337.397.967,68 Melon 8.515.363.328,89 5.141.344.043,11 4.944.834.153,64 7.128.074.130,43 Jeruk 469.034.277,95 531.586.549,59 306.090.577,60 1.896.949.712,64 Sawo 1.345.687.711,39 1.301.356.676,31 1.386.452.183,35 1.040.764.483,59 Pepaya 2.023.416.029,52 2.113.064.453,20 2.095.691.253,91 3.688.596.304,35 Nanas 2.064.732,37 1.103.821,59 1.519.057,86 2.405.386,47
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 10)
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui beberapa jenis komoditi tanaman
bahan makanan yang dihasilkan di Kabupaten Sragen. Komoditi yang
memiliki nilai produksi terbesar pada tahun 2005-2008 adalah padi, dimana
nilai produksinya mengalami penurunan pada tahun 2008 karena harga gabah
kering panen lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Hampir semua
komoditi pada Tabel 4 memiliki nilai produksi berfluktuatif yaitu jagung, ubi
kayu, ubi jalar, kedelai, kacang hijau, kacang panjang, cabe, tomat, ketimun,
kangkung, bayam, terong, semangka, rambutan, melon, jeruk, sawo, pepaya,
dan nanas. Komoditi padi, pisang dan kacang tanah memiliki nilai produksi
yang cenderung meningkat. Komoditi mangga memiliki nilai produksi yang
cenderung mengalami penurunan. Besarnya nilai produksi komoditi
dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga komoditi di tingkat produsen
pada waktu tertentu. Nilai produksi komoditi yang besar akan berpengaruh
terhadap besarnya kontribusi yang diberikan terhadap PDRB sektor pertanian
di Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Peranan subsektor tanaman bahan makanan, selain dapat dilihat dari
nilai produksi juga dapat dilihat dari laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan
nilai produksi untuk komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan di
Kabupaten Sragen disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen tahun 2005-2008 (dalam persen)
Komoditi Tanaman Bahan Makanan
Tahun Rata-rata 2006 2007 2008
Padi 4,69 12,13 -7,51 3,11 Jagung -31,25 215,26 62,66 82,22 Ubi kayu 59,46 -15,51 -12,88 10,36 Ubi jalar -78,88 710,32 -79,78 183,89 Kacang tanah 15,98 2,97 7,47 8,81 Kedelai 34,99 -2,01 49,77 27,58 Kacang Hijau 17,86 -49,01 7,41 -7,91 Kacang panjang -7,33 -23,85 36,26 1,70 Cabe -53,36 20,07 5,05 -9,41 Tomat 4,31 -43,91 -15,85 -18,48 Ketimun -58,49 5,12 289,20 78,61 Kangkung 175,57 -36,21 68,92 69,42 Bayam -48,37 24,62 28,54 1,60 Terong -26,37 18,99 0,37 -2,34 Semangka -60,53 88,19 -27,71 -0,02 Pisang 70,40 121,74 55,55 82,56 Mangga -33,93 -8,56 -11,28 -17,92 Rambutan 93,19 -8,41 150,74 78,51 Melon -39,62 -3,82 44,15 0,24 Jeruk 13,34 -42,42 519,73 163,55 Sawo -3,30 6,54 -24,93 -7,23 Pepaya 4,43 -0,82 76,01 26,54 Nanas -46,54 37,62 58,35 16,48
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 11)
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui rata-rata laju pertumbuhan
komoditi tanaman bahan makanan ada yang mengalami pertumbuhan positif
dan ada yang mengalami pertumbuhan negatif. Komoditi yang memiliki
rata-rata laju pertumbuhan nilai produksi yang positif adalah padi, jagung,
ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, kacang panjang, ketimun,
kangkung, bayam, pisang, rambutan, melon, jeruk, pepaya dan nanas.
Komoditi yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan nilai produksi yang
negatif adalah kacang hijau, cabe, tomat, terong, semangka, mangga, dan
sawo. Komoditi tanaman bahan makanan yang memiliki laju pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
nilai produksi yang positif memiliki peranan besar terhadap pertumbuhan
sektor pertanian di Kabupaten Sragen.
Berdasarkan Rencana Strategis (RENSTRA) Kabupaten Sragen tahun
2006-2011, pemerintah daerah Kabupaten Sragen menetapkan beberapa
kebijakan terkait dengan pembangunan sektor pertanian, antara lain:
1. Setiap desa/kelurahan memiliki sentra produksi dan produk unggulan.
2. Seluruh produk unggulan daerah memperoleh fasilitas pemasaran
3. Setiap desa/kelurahan memenuhi standart mutu lingkungan dan mampu
menyediakan bahan baku industri dari hutan rakyat yang lestari sesuai
dengan potensi yang dimiliki.
Program-program pembangunan daerah Kabupaten Sragen pada sektor
pertanian, antara lain :
1. Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan.
2. Peningkatan kesejahteraan petani.
3. Pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan.
4. Peningkatan ketahanan pangan.
5. Peningkatan produksi pertanian dan perkebunan.
6. Rehabilitasi hutan dan lahan.
7. Peningkatan penerapan teknologi pertanian dan perkebunan.
8. Perencanaan dan pengembangan hutan.
Berdasarkan kontribusi subsektor tanaman bahan makanan tahun
2005-2008 dan laju pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan tahun
2006-2008 di Kabupaten Sragen dan sejalan dengan Rencana Strategis
Kabupaten Sragen tahun 2006-2011 maka perlu dilakukan perencanaan
pembangunan ekonomi daerah agar dapat meningkatkan perekonomian
daerah Kabupaten Sragen. Dengan melihat besarnya nilai produksi dan nilai
laju pertumbuhan dari suatu komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten
Sragen, maka dapat diketahui komoditi tanaman bahan makanan yang perlu
diprioritaskan terlebih dahulu dalam jangka pendek dan juga komoditi yang
belum layak diprioritaskan dalam jangka pendek, tetapi tetap harus
dikembangkan untuk kebutuhan jangka menengah dan jangka panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Setelah diketahui komoditi yang perlu diprioritaskan untuk dikembangkan
maka perencanaan pembangunan ekonomi daerah berbasis komoditi tanaman
bahan makanan di Kabupaten Sragen dapat lebih jelas dan terarah sehingga
mampu meningkatkan perekonomian daerah Sragen.
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana peran komoditi tanaman bahan makanan dalam pembangunan
ekonomi di Kabupaten Sragen?
2. Bagaimana strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan
dalam kerangka perencanaan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten
Sragen?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis peran komoditi tanaman bahan makanan dalam pembangunan
ekonomi di Kabupaten Sragen.
2. Menganalisis strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan
dalam kerangka perencanaan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten
Sragen.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang
berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah Kabupaten Sragen, diharapkan hasil penelitian dapat
dijadikan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan terkait dengan kebijakan-kebijakan dalam perencanaan
pembangunan ekonomi daerah terutama komoditi tanaman bahan
makanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dalam
menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Palupi (2009), yang berjudul Dampak Permintaan Akhir
Terhadap Sektor Tanaman Bahan Makanan dalam Pembangunan Wilayah
Kabupaten Sragen dengan Pendekatan Analisis Input-Output, menyatakan
bahwa Sektor tanaman bahan makanan menduduki urutan pertama dan
keseluruhan nilai output sektor perekonomian lain di Kabupaten Sragen. Hal
ini menandakan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan sektor yang
relatif penting dalam menyumbang output perekonomian di Kabupaten Sragen.
Output sektor tanaman bahan makanan terdiri dari padi dan palawija, buah-
buahan dan sayur-sayuran. Output dari sektor tanaman bahan makanan yang
relatif tinggi dapat memenuhi permintaan dari sektor perekonomian lain, baik
itu permintaan antara maupun permintaan akhir.
Hasil penelitian Hastutiningsih (2010), yang berjudul Pembangunan
Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditi Pertanian di Kabupaten Sragen,
menyatakan bahwa komoditi pertanian yang paling menjadi basis di banyak
kecamatan Kabupaten Sragen adalah padi sawah, kelapa, wijen, domba, dan
katak hijau. Padi sawah menjadi basis pada sebelas kecamatan. Jenis padi yang
ditanam di Kabupaten Sragen meliputi padi IR64, Menthik, Pandhan Wangi,
dan padi organik. Kecamatan yang memiliki nilai LQ rata-rata tertinggi untuk
komoditi padi sawah adalah kecamatan Sidoharjo yaitu sebesar 1,77, artinya
keseluruhan produksi padi sawah yang ada sebanyak 1 bagian untuk memenuhi
kebutuhan di kecamatan Sidoharjo dan 0,77 bagian lainnya untuk ekspor atau
memenuhi kebutuhan di luar daerah Kecamatan Sidoharjo.
Hasil penelitian Hartanto (2010), yang berjudul Komoditi Tanaman
Bahan Makanan Dalam Pengembangan Perekonomian Daerah Kabupaten
Wonogiri, dengan menggunakan pendekatan Tipologi Klassen menyimpulkan
bahwa klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Wonogiri
terbagi dalam empat kategori komoditi, yaitu:
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1. Komoditi Prima terdiri dari komoditi padi, kacang tanah, kedelai, mangga
dan pisang.
2. Komoditi Potensial terdiri dari komoditi jagung dan ubi kayu.
3. Komoditi Berkembang terdiri dari komoditi cabai, sirsak, bawang merah
pepaya, buncis, kacang panjang, alpukat, sawo, jeruk, kentang, kacang hijau,
sawi, bayam, terong, mentimun, ketela rambat, wortel, kangkung, tomat,
sukun, kubis, labu siam, bawang putih, dan bawang daun.
4. Komoditi Terbelakang terdiri dari komoditi durian sorghum, rambutan, dan
nanas.
Hasil penelitian Julianti (2010), yang berjudul Strategi Pengembangan
Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara (Pendekatan Tipologi Klassen),
menyimpulkan bahwa klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten
Banjarnegara berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen diperoleh empat
kategori subsektor, yaitu :
1. Subsektor prima : subsektor peternakan
2. Subsektor potensial : subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor
perkebunan
3. Subsektor berkembang : subsektor kehutanan
4. Subsektor terbelakang : subsektor perikanan
Strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Bajarnegara, meliputi :
1. Strategi jangka pendek yang direncanakan bertujuan untuk mempertahankan
subsektor prima tetap menjadi subsektor prima, yaitu tetap mempertahankan
laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya kontribusi dari subsektor
prima. Strategi pengembangan yaitu dengan cara diversifikasi produk hasil
peternakan (daging dan susu), stabilisasi hasil peternakan dan sistem gaduh
ternak.
2. Strategi pengembangan jangka menengah terdiri dari 3 macam alternatif
strategi :
a. Mengupayakan subsektor potensial menjadi subsektor prima yaitu
dengan meningkatkan laju pertumbuhan sektor potensial melalui upaya
meningkatkan peran kelompok tani, pengembangan pertanian pada lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kritis, promosi atas hasil produksi pertanian unggul daerah (tanaman
bahan makanan dan perkebunan), pelibatan pihak swasta sebagai mitra
petani dan peningkatan kualitas SDM petani.
b. Mengupayakan sub sektor berkembang menjadi sub sektor potensial,
yaitu dengan meningkatkan kontribusi sub sektor berkembang melalui
upaya pengembangan hasil hutan non kayu (lebah madu), pelestarian
hutan untuk menjaga ketersediaan air dan untuk mencegah erosi.
c. Mengupayakan sub sektor terbelakang menjadi sub sektor berkembang,
yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor terbelakang
melalui upaya pengembangan bibit ikan unggul dan penguatan kelompok
pembudidaya ikan (pokdakan).
3. Strategi pengembangan jangka panjang terdiri dua macam alternatif strategi,
yaitu :
a. Mengupayakan subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang,
yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor terbelakang,
melalui upaya kerjasama dengan pihak swasta untuk meningkatkan
penjualan produk perikanan dan memfasilitasi peningkatan akses
pembudidaya ikan terhadap sumber permodalan.
b. Mengupayakan subsektor prima tetap menjadi subsektor prima, yaitu
dengan tetap mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan
besarnya kontribusi dari subsektor prima melalui upaya inseminasi
buatan pada ternak, penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak, dan
pemanfaatan kotoran dan urine ternak sebagai pupuk organik dan biogas.
Penelitian-penelitian di atas dijadikan sebagai acuan atau bahan referensi
dalam penelitian ini karena:
1. Adanya kesamaan topik penelitian, yaitu mengenai sektor pertanian dan
kesamaan lokasi penelitian di Kabupaten Sragen, yaitu dalam penelitian
Palupi (2009) dan Hastutiningsih (2010).
2. Adanya kesamaan metode pendekatan analisis, yaitu menggunakan analisis
pendekatan Tipologi Klassen dalam penelitian Hartanto (2010) dan Julianti
(2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Hasil penelitian tersebut dapat memberikan informasi dan gambaran
secara komprehensif, sehingga akan mempermudah penelitian ini untuk
menentukan strategi pengembangan wilayah berbasis tanaman bahan makanan
di Kabupaten Sragen. Hasil penelitian tersebut juga digunakan sebagai
pembanding, khususnya penelitian yang di Kabupaten Sragen untuk
mengetahui perkembangan dari sektor pertanian.
B. Tinjauan Pustaka
1. Perencanaan Pembangunan
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh
sebuah institusi publik untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang
harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara maupun di daerah dengan
didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah
tersebut. Artinya, dalam sebuah proses perencanaan, lembaga perencana
wajib memperhatikan kondisi sosial, budaya, ekonomi, keamanan,kondisi
fisik, segi pembiayaan serta kualitas sumber daya yang ada si wilayah
tersebut (Widodo, 2006).
Perencanaan pembangunan pada umumnya dilakukan oleh ahli-ahli
ekonomi dan pelaksanaan pembangunan dilaksanakan oleh aparat-aparat
pemerintah, pengusaha swasta maupun pelaksana-pelaksana perusahaan
pemerintah, dan individu-individu dalam masyarakat. Apabila pelaksana
pembangunan menjalankan kegiatan yang tidak sesuai dengan yang
digariskan oleh perencana pembangunan, maka proses pembangunan akan
tidak berjalan seperti yang direncanakan dan menimbulkan corak
pembangunan ekonomi yang tidak diharapkan. Oleh sebab itu adalah
kurang pada tempatnya memundakkan seluruh tanggung jawab dari
kepincangan yang terjadi dalam proses pembangunan kepada ahli-ahli
ekonomi (Sukirno, 1985).
2. Pembangunan Ekonomi
Pandangan pembangunan lama atau dikenal dengan pembangunan
tradisional menyatakan bahwa pembangunan adalah upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) ditingkat nasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ditingkat daerah.
Penggunaan indikator ini terkait dengan kemampuan indikator ini dalam
mencerminkan tingkat kemakmuran bangsa. Indikator ini memungkinkan
kita untuk mengetahui tingkat output yang diproduksi di sebuah negara
untuk dikonsumsi oleh penduduknya (Widodo, 2006).
Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses
multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas
struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional,
disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi, pada
hakikatnya, pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu
masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa
mengabaikankeragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual
maupun kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak lebih maju
menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara materiil dan
spiritual (Todaro dan Smith, 2006).
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan
total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat
lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan
ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya,
pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami
pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara
tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi (Anonim, 2010).
Tujuan pembangunan ekonomi adalah disamping menaikkan
pendapatan nasional. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
ekonomi suatu negara. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi
dua yaitu :
a. Faktor Ekonomi
b. Faktor Non Ekonomi (seperti sistem pemerintahan, hukum, pendidikan,
agama, kebudayaan, adat istiadat, tradisi dan sebagainya).
Pembangunan ekonomi dapat memberikan kepada manusia yang
bersangkutan kemampuan yang lebih besar untuk menguasai alam
sekitarnya dan mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan
tindakan tertentu (Martono, 2008).
3. Pembangunan Daerah
Basis otonomi daerah tersebut adalah daerah Kabupaten dan daerah
Kota yang didasarkan pada azas desentralisasi, adapun daerah propinsi
merupakan wakil pemerintah pusat yang menyelenggarakan urusan
administrasi yang mencakup lintas daerah kabupaten dan daerah kota.
Diberlakukannya Otonomi Daerah, harus kita sadari bahwa bersamaan
pula adanya desakan dari arus globalisasi bagi masyarakat, antara lain
menimbulkan beberapa tantangan; pertama, berbagai produk akan
menghadapi persaingan yang sengit dengan produk yang datang dari luar.
Bagi semua hasil produksi termasuk dari pertanian, industri mikro dan
keluarga tidak ada jalan lain kecuali meningkatkan daya saing produk.
Dalam posisi SDM rendah kualitas dan teknologi yang tidak tepat, maka
akan kalah bersaing. Kedua, arus globalisasi akan mengundang semakin
terbukanya peluang investasi asing, sehingga perusahaan domestik harus
bersaing dengan usaha asing di negerinya sendiri. Untuk itu diperlukan
kebijakan pemerintah tentang perlunya penyertaan partner lokal, agar
usaha domestik ikut maju (Karsidi, 2000).
Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan
pembangunan daerah, yaitu tekanan yang berasal dari lingkungan dalam
negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam
proses pembangunan perekonomiannya. Dan kenyataan bahwa
perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
secara berbeda-beda, misalkan beberapa daerah mengalami pertumbuhan
pada sektor industri sedangkan daerah lain mengalami penurunan
(Kuncoro, 2004b).
4. Pembangunan Pertanian
Tantangan pembangunan pertanian Indonesia ke depan antara lain
bagaimana memenuhi kebutuhan pangan serta keseimbangan gizi
keluarga; memperbaiki dan membangun infrastruktur lahan dan air serta
perbenihan dan perbibitan; meningkatkan produktivitas dan nilai tambah
produk pertanian; membuka akses pembiayaan pertanian dengan suku
bunga rendah bagi petani/peternak kecil; memperkokoh kelembagaan
usaha ekonomi produktif di perdesaan; menciptakan sistem penyuluhan
pertanian yang efektif; membudayakan penggunaan pupuk kimiawi dan
organik secara berimbang untuk memperbaiki dan meningkatkan
kesuburan tanah; mengupayakan adaptasi terhadap perubahan iklim dan
pelestarian lingkungan hidup; menciptakan kebijakan harga (pricing
policies) yang proporsional untuk produk-produk pertanian khusus;
mengupayakan pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) yang
mencakup angka kemiskinan, pengangguran, dan rawan pangan;
memperkuat kemampuan untuk bersaing di pasar global serta mengatasi
pelemahan pertumbuhan ekonomi akibat krisis global; serta memperbaiki
citra petani dan pertanian agar kembali diminati generasi penerus
(Deptan, 2009).
5. Peranan Sektor Pertanian
Pakar ilmu ekonomi mulai menyadari bahwa daerah pedesaan pada
umumnya dan sektor pertanian pada khususnya ternyata tidak bersifat
pasif, tetapi jauh lebih penting dari sekedar penunjang dalam proses
pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Keduanya harus ditempatkan
pada kedudukan sebenarnya, yakni sebagai unsur atau elemen unggulan
yang sangat penting, dinamis, dan bahkan menentukan dalam strategi-
strategi pembangunan secara keseluruhan, terutama pada negara sedang
berkembang yang berpendapatan rendah (Todaro dan Smith, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pertanian dapat bekerjasama secara harmonis dengan sektor-sektor
lain untuk menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat, mengurangi
kemiskinan, dan melestarikan lingkungan. Dunia pertanian berkontribusi
pada pembangunan sebagai sebuah aktivitas ekonomi, sebagai mata
pencaharian dan sebagai cara untuk melestarikan lingkungan, sehingga
menjadikan sektor ini sebuah instrumen unik bagi pembangunan
(Grup Bank Dunia, 2008).
Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi
terletak dalam hal : (i) menyediakan surplus pangan yang semakin besar
kepada penduduk yang kian meningkat. (ii) meningkatkan permintaan
akan produk industri dan dengan demikian mendorong keharusan
diperluasnya sektor sekunder dan tersier. (iii) menyediakan tambahan
penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan
melalui ekspor hasil pertanian terus menerus. (iv) meningkatkan
pendapatan untuk dimobilisasi pemerintah. (v) memperbaiki kesejahteraan
rakyat pedesaan (Jhingan, 2007).
6. Pembangunan Sektor Tanaman Bahan Makanan
Di negara terbelakang produksi pangan mendominasi sektor
pertanian. Jika output membesar lantaran meningkatnya produktivitas,
maka pendapatan para petani akan meningkat. Dalam situasi dimana
kenaikan produksi komoditi pertanian tertinggal di belakang pertumbuhan
permintaannya, maka akan timbul kenaikan harga bahan makanan. Untuk
menutup kelangkaan dalam negeri dan mencegah membumbungnya harga
bahan pangan dapat saja di impor dari luar negeri, tetapi impor demikian
mungkin akan mengorbankan barang-barang modal yang diperlukan untuk
pembangunan. Kesemuanya ini menekan perlunya menaikkan produksi
pangan dan surplus pertanian untuk pembentukan modal di negara
terbelakang (Jhingan, 2007).
Program ketahanan pangan belum bisa terlepas sepenuhnya dari
beras sebagai komoditi basis yang strategis. Hal ini tersurat pada rumusan
pembangunan pertanian bahwa sasaran indikatif produksi komoditas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
utama tanaman pangan sampai tahun 2006 dan cadangan pangan
pemerintah juga masih berbasis pada beras. Namun demikian, dengan
semakin berkurangnya areal garapan per petani, keterbatasan pasokan air
irigasi dan mahalnya harga input serta relatif rendahnya harga produk
dapat menjadi faktor-faktor pembatas/kendala untuk program peningkatan
kesejahteraan dan kemandirian petani yang berbasis sumberdaya lokal
tersebut (Darwanto dan Ratnaningtyas, 2007).
7. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah
Ada beberapa metode analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah. Metode analisis
itu diantaranya adalah :
a. Metode Analisis LQ
Asumsi utama dalam analisis LQ adalah bahwa semua penduduk
di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola
permintaan pada tingkat daerah referensi (pola pengeluaran secara
geografi adalah sama). Produktivitas tenaga kerja adalah sama dan
setiap industri menghasilkan orang yang sama (homogen) pada setiap
sektor (Arsyad, 1999).
b. Metode Analisis Shift-Share
Menurut Widodo (2006), analisis Shift Share adalah salah satu
teknik kuantitatif yang bisa digunakan untuk menganalisis perubahan
struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah
administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi.
Untuk tujuan tersebut, analisis ini menggunakan tiga informasi dasar
yang berhubungan satu sama lain, yaitu:
1) Pertumbuhan ekonomi referensi provinsi atau nasional (national
growth effect), yang menunjukkan bagaimana pengaruh
pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah.
2) Pergeseran proporsional (proportional shift), yang menunjukkan
perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap
sektor yang sama di referensi propinsi atau nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3) Pergeseran diferensial (differential shift) yang memberikan informasi
dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal)
dengan perekonomian yang dijadikan referensi.
c. Metode Input output
Menurut Kuncoro (2004a), manfaat analisis input output antara
lain menyajikan gambaran rinci mengenai struktur ekonomi pada suatu
kurun waktu tertentu, memberikan gambaran lengkap mengenai aliran
barang, jasa, dan input antar sektor, dan sebagai alat peramal mengenai
pengaruh suatu perubahan situasi/kebijakan ekonomi
Analisis IO dipergunakan untuk perencanaan ekonomi nasional
maupun regional. Model IO memberikan informasi yang perlu
mengenai koefisien struktural berbagai sektor perekonomian selama
suatu jangka waktu atau suatu waktu tertentu yang dapat dipergunakan
seoptimal mungkin mengalokasikan sumberdaya-sumberdaya ekonomi
menuju cita-cita yang diinginkan. Selain dapat mengetahui besarnya
keterkaitan antarsektor baik ke depan maupun ke belakang, perencana
juga dapat mengetahui besarnya angka pengganda dari setiap sektor
produksi dalam perekonomian tersebut. Angka pengganda yang
dihasilkan dari model IO mencakup angka pengganda output, tenaga
kerja serta pendapatan. Dari keduanya (angka pengganda dan koefisien
keterkaitan antarsektor) dapat diketahui sektor apa yang menjadi
unggulan daerah serta yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi
regional (Widodo, 2006).
d. Metode Tipologi Klassen
Teknik Tipologi Klassen dapat digunakan untuk mengetahui
gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral daerah.
Menurut Tipologi Klassen, masing-masing sektor ekonomi di daerah
dapat diklasifikasikan sebagai sektor yang prima, berkembang,
potensial, dan terbelakang. Analisis ini mendasarkan pengelompokan
suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu
terhadap total PDRB suatu daerah. Dengan menggunakan analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Tipologi Klassen, suatu sektor dapat dikelompokkan ke dalam empat
kategori, yaitu : sektor prima, sektor potensial, sektor berkembang, dan
sektor terbelakang. Penentuan kategori suatu sektor ke dalam empat
kategori tersebut didasarkan pada laju pertumbuhan kontribusi
sektoralnya dan rerata besar kontribusi sektoralnya terhadap PDRB,
seperti yang ditunjukkan Tabel 6.
Tabel 6. Matriks Tipologi Klassen Rerata Kontribusi
Sektoral thd PDRB Rerata Laju
Pertumbuhan Sektoral
YSEKTOR ≥ YPDRB YSEKTOR < YPDRB
rSEKTOR ≥ rPDRB
Sektor Prima Sektor Berkembang
rSEKTOR < rPDRB
Sektor Potensial Sektor Terbelakang
Sumber: Widodo, 2006
Keterangan:
a. YSEKTOR = nilai sektor ke i
b. YPRDB = rata-rata PDRB
c. rSEKTOR = laju pertumbuhan sektor ke i
d. rPDRB = laju pertumbuhan PDRB
Bila dikaitkan dengan kegiatan perencanaan untuk pengembangan
ekonomi daerah di masa mendatang, dapat dilakukan dengan
menentukan strategi pengembangan menurut periode waktu yang dapat
dilakukan dalam tiga tahap yaitu prioritas pengembangan ekonomi
untuk masa jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Tabel 7. Matriks Strategi Pengembangan
Jangka Pendek (1-5th)
Jangka Menengah (5-10th)
Jangka Panjang (10-25th)
- sektor prima - sektor berkembang menjadi sektor prima
- sektor terbelakang menjadi sektor berkembang
- sektor berkembang menjadi sektor prima
Sumber : Widodo, 2006
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Perencanaan memiliki peran yang penting dalam proses pembangunan.
Perencanaan pembangunan yang baik haruslah memperhatikan kondisi
lingkungan, kekuatan dan kelemahan di suatu daerah, badan perencana
pembangunan dan ruang serta waktu. Perencanaan pembangunan yang tepat
dibutuhkan agar tujuan pembangunan dapat dicapai dan berjalan baik. Oleh
karena itu perencanaan pembangunan diperlukan sebagai dasar dan arahan
dalam melakukan proses pembangunan sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
Pembangunan daerah di Kabupaten Sragen mencakup dua sektor yaitu
sektor perekonomian dan sektor non perekonomian. Sektor perekonomian
terdiri dari sektor pertanian dan sektor non pertanian dimana masing-masing
sektor tersebut memberikan sumbangan yang beragam bagi PDRB Kabupaten
Sragen. Sektor pertanian terdiri dari lima subsektor antara lain subsektor
tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor
peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Sedangkan untuk
sektor non pertanian terdiri dari delapan sektor antara lain sektor pertambangan
dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air minum;
sektor bangunan/kontruksi; sektor perdagangan, restoran, dan hotel; sektor
pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan; dan sektor jasa-jasa.
Subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang
memberikan kontribusi terbesar dari sektor pertanian, sehingga tanaman bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
makanan memiliki peranan penting bagi sektor pertanian di Kabupaten Sragen.
Subsektor ini memperoleh kontribusi dari berbagai komoditi tanaman pangan
(padi dan palawija), sayuran dan buah-buahan. Dari hasil produksi komoditi
tersebut dapat diketahui besarnya nilai produksi dan laju pertumbuhan
komoditi dengan melihat jumlah produksi dan harga komoditi tingkat produsen
pada tahun tertentu. Kontribusi komoditi tanaman bahan makanan dapat
diketahui yaitu dengan membandingkan nilai produksi masing-masing
komoditi tanaman bahan makanan terhadap total nilai produksi komoditi
pertanian secara keseluruhan di Kabupaten Sragen.
Besarnya kontribusi dan laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan
makanan di Kabupaten Sragen dapat dijadikan sebagai indikator untuk
menentukan klasifikasi tanaman bahan makanan dengan menggunakan analisis
Tipologi Klassen. Dengan analisis Tipologi Klassen, masing-masing komoditi
tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen diidentifikasi sehingga dapat
diketahui komoditi yang menjadi prioritas atau unggulan di Kabupaten Sragen.
Komoditi tanaman bahan makanan berdasarkan Tipologi Klassen
diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu komoditi prima, komoditi
potensial, komoditi berkembang, dan komoditi terbelakang. Berdasarkan hasil
klasifikasi, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dapat melakukan
kegiatan perencanaan untuk pembangunan ekonomi daerahnya di masa yang
akan datang yaitu dengan menentukan strategi pengembangan komoditi
tanaman bahan makanan.
Strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan ini dapat
disusun melalui matriks strategi pengembangan komoditi tanaman bahan
makanan yang berdasarkan pada periode waktu, meliputi pengembangan untuk
masa jangka pendek (1-5 tahun), jangka menengah (5-10 tahun) dan jangka
panjang (10-25 tahun). Hasil rumusan strategi pengembangan yang telah
disusun berdasarkan periode waktu tersebut dapat dijadikan sebagai
sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah, sehingga akan mempermudah
pemerintah daerah dalam menyusun rencana pembangunan daerah Kabupaten
Sragen. Dengan demikian, perencanaan pembangunan daerah merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
tindak lanjut dari penetapan strategi pengembangan komoditi tanaman bahan
makanan di KabupatenSragen.
Gambar alur kerangka pemikiran dalam penelitian Perencanaan
Pembangunan Ekonomi Daerah Berbasis Komoditi Tanaman Bahan Makanan
di Kabupaten Sragen disajikan pada Gambar 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Gambar 1. Alur Pemikiran Penentuan Klasifikasi dan Alternatif Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen
Pembangunan Daerah Kabupaten Sragen
Sektor Perekonomian Sektor Non Perekonomian
Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian
Subsektor Tanaman Bahan Makanan
Subsektor Tanaman Perkebunan
Subsektor Peternakan
Subsektor Kehutanan
Subsektor Perikanan
Komoditi Tanaman Bahan Makanan
Pendekatan Tipologi Klassen
Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di
Kabupaten Sragen
Komoditi Prima
Alternatif Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan
Jangka Pendek 1-5 Tahun
Jangka Menengah 5-10 Tahun
Jangka Panjang 10-25 Tahun
Perencanaan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Sragen
Komoditi Potensial
Komoditi Berkembang
Komoditi Terbelakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
D. Pembatasan Masalah
1. Model Analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif
perekonomian suatu wilayah adalah meliputi model teori ekonomi basis,
model Shift Share, model input-output, maupun pendekatan Tipologi
Klassen. Dalam penelitian ini analisis dibatasi hanya menggunakan
pendekatan Tipologi Klassen.
2. Komoditi tanaman bahan makanan terdiri dari tanaman padi, tanaman
palawija, dan tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura meliputi tanaman
sayur-sayuran, buah-buahan, biofarmaka, dan tanaman hias. Dalam
penelitian ini komoditi tanaman bahan makanan terdiri dari padi, palawija,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Harga komoditi tanaman bahan makanan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah harga rata-rata tahunan komoditi tanaman bahan makanan di
tingkat produsen di Kabupaten Sragen pada tahun 2005-2008.
4. Alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan
mengacu pada matrik strategi pengembangan dari buku Perencanaan
Pembangunan : Aplikasi Komputer karangan Tri Widodo.
E. Definisi Operasional Dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis pada sejumlah objek,
gagasan, atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu
berdasarkan ciri-ciri yang sama. Dalam penelitian ini, menggunakan
pendekatan Tipologi Klassen yang mengklasifikasikan komoditi tanaman
bahan makanan berdasarkan laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi
tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen. Tipologi Klassen membagi
komoditi tanaman bahan makanan menjadi empat kategori yaitu komoditi
prima, komoditi potensial, komoditi berkembang dan komoditi terbelakang.
2. Komoditi adalah suatu produk yang diperdagangkan atau barang
perdagangan. Dalam penelitian ini, komoditi adalah suatu produk yang
dihasilkan dari suatu kegiatan dengan menggunakan sumberdaya yang
tersedia di Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3. Tanaman bahan makanan adalah berbagai jenis tanaman yang
dibudidayakan yang dapat dijadikan atau dibuat menjadi bentuk lain dan
berguna untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia.
4. Komoditi tanaman bahan makanan adalah komoditi yang berasal dari
kegiatan di sektor pertanian khususnya subsektor tanaman bahan makanan
yang dapat diolah menjadi bentuk lain sehingga dapat dikonsumsi. Dalam
penelitian ini, komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen
meliputi padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan.
5. Nilai produksi komoditi adalah besarnya hasil jasa dari komoditi yang
dibudidayakan. Dalam penelitian ini, nilai produksi komoditi tanaman
bahan makanan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi
komoditi tanaman bahan makanan dengan harga rata-rata komoditi tanaman
bahan makanan di tingkat produsen dalam satu tahun di Kabupaten Sragen
dan dinyatakan dalam satuan Rupiah. Harga rata-rata komoditi tanaman
bahan makanan adalah harga konstan komoditi tanaman bahan makanan
yang diperoleh dengan mengubah komoditi harga berlaku dengan rumus
sebagai berikut :
HK rill i = xHKiIHKiIHK D
HK rill i = xHKiIHKi100
Keterangan :
HK riil i : Harga Komoditas Atas Dasar Harga Konstan Tahun i
IHKD : Indeks Harga Konsumen Tahun Dasar
IHKi : Indeks Harga Konsumen Tahun i
HK i : Harga Komoditas Tahun i
i : Tahun Penelitian
Dalam penelitian ini, harga konstan komoditi tanaman bahan makanan di
tingkat produsen atas dasar tahun 2002 di Kabupaten Sragen.
6. Kontribusi adalah sumbangan, peranan atau fungsi suatu kegiatan ekonomi.
Dalam penelitian ini, kontribusi komoditi tanaman bahan makanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
ditunjukkan dengan perbandingan antara kontribusi nilai produksi komoditi
tanaman bahan makanan i dengan total nilai produksi komoditi pertanian
kemudian dikalikan 100%. Untuk mengetahui besar kecilnya kontribusi
komoditi tanaman bahan makanan, maka kontribusi tanaman bahan
makanan tersebut dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Sragen
terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah. Adapun kriterianya adalah:
Kontribusi besar : apabila kontribusi komoditi tanaman bahan makanan i
lebih besar daripada kontribusi PDRB Kabupaten Sragen.
Kontribusi kecil : apabila kontribusi komoditi tanaman bahan makanan i
lebih kecil daripada kontribusi PDRB Kabupaten Sragen.
7. Laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan adalah proses
perubahan tingkat kegiatan ekonomi pada komoditi tanaman bahan makanan
yang terjadi dari tahun ke tahun. Dalam penelitian ini yang dimaksud laju
pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan adalah perubahan dari nilai
produksi komoditi tanaman bahan makanan i (kemajuan atau kemunduran)
yang ditunjukkan oleh selisih antara nilai produksi komoditi tanaman bahan
makanan i pada tahun t dengan nilai produksi komoditi tanaman bahan
makanan i tahun sebelumnya (tahunt-1), hasilnya dibagi dengan nilai
produksi komoditi tanaman bahan makanan i tahun sebelumnya (tahunt-1),
dikalikan 100%. Untuk mengetahui cepat lambatnya, laju pertumbuhan
komoditi tanaman bahan makanan Kabupaten Sragen dibandingkan dengan
laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen. Kriteria yang digunakan
adalah:
Tumbuh cepat : apabila laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan
makanan i memiliki nilai lebih besar dan sama dengan laju
pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen.
Tumbuh lambat : apabila laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan
makanan i memiliki nilai lebih kecil daripada laju
pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen.
8. Perencanaan pembangunan adalah sebuah tindakan yang berupaya untuk
mengantisipasi ketidakseimbangan yang terjadi dan untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
berbagai tujuan yang ditetapkan. Dalam penelitian ini perencanaan
pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Sragen didasarkan atas
kontribusi dan laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan dengan
menggunakan Pendekatan Tipologi Klassen.
9. Strategi pengembangan adalah usaha atau cara (trik) agar suatu hal dapat
mengalami perkembangan yang bersifat lebih baik/maju. Strategi
pengembangan komoditi tanaman bahan makanan dalam penelitian ini
adalah suatu perencanaan untuk mengembangkan komoditi tanaman bahan
makanan yang ada di Kabupaten Sragen berdasarkan pada kontribusi dan
laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan dalam jangka waktu
tertentu. Strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan
didasarkan pada periode waktu, yang terdiri dari:
a. Strategi jangka pendek dilakukan dalam jangka waktu 1-5 tahun
b. Strategi jangka menengah dilakukan dalam jangka waktu 5-10 tahun
c. Strategi jangka panjang dilakukan dalam jangka waktu 10-25 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dektriptif analitik. Metode deskriptif adalah metode yang memusatkan diri
pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada
masalah-masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun,
dijelaskan, dan kemudian dianalisa. Metode ini sering pula disebut metode
analitik (Surakhmad, 1985).
B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian
Daerah penelitian yang diambil adalah Kabupaten Sragen dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Sektor pertanian di Kabupaten Sragen memberikan kontribusi yang
tertinggi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun
2005-2008 (Tabel 1).
2. Subsektor tanaman bahan makanan mempunyai nilai kontribusi PDRB
yang paling tinggi dibanding dengan subsektor yang lain (Tabel 2), namun
dalam laju pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan pada tahun
2005-2008 masih bersifat fluktuatif (Tabel 3).
Oleh karena itu, kondisi ini perlu diperhatikan agar dapat lebih
meningkat pada waktu mendatang, yaitu dengan menentukan strategi
pengembangan pada sektor pertanian, khususnya pada komoditi dari
subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dan data primer. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dalam
berbagai bentuk. Biasanya jenis data ini lebih banyak sebagai data statistik
atau data yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga siap digunakan. Data
dalam bentuk statistik biasanya tersedia pada kantor-kantor pemerintahan,
biro jasa data, perusahaan swasta atau badan lain yang berhubungan dengan
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
penggunaan data. Sumber utama data statistik di Indonesia adalah Badan
Pusat Statistik (Daniel, 2004).
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Sragen, BAPPEDA Kabupaten Sragen, Dinas Pertanian
Kabupaten Sragen, Dinas Peternakan Kabupaten Sragen, Dinas Perikanan
Kabupaten Sragen dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sragen.
Data sekunder yang digunakan berupa data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Sragen tahun 2005-2008, PDRB Provinsi Jawa Tengah
tahun 2005-2008 ADHK 2000, jumlah produksi komoditi tanaman bahan
makanan tahun 2005-2008 di Kabupaten Sragen, harga komoditi tanaman
bahan makanan tahun 2005-2008 di Kabupaten Sragen, indeks harga
konsumen (IHK) tahun 2005-2008 Kabupaten Sragen, data Rencana Strategis
(RENSTRA) Kabupaten Sragen, bahan LKPJ Bupati tahun 2010 dan data
yang ada pada Sragen Dalam Angka 2005-2008.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan
narasumber. Wawancara dilakukan kepada dinas terkait yaitu Dinas Pertanian
Kabupaten Sragen, Penyuluh lapang, dan Ketua kelompok tani. Wawancara
terkait dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kegiatan
on farm dan off farm komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Tipologi Klassen. Pendekatan Tipologi Klassen adalah alat
analisis untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan
ekonomi masing-masing komoditi tanaman bahan makanan. Tipologi Klassen
untuk penelitian ini pada dasarnya membagi komoditi tanaman bahan
makanan berdasarkan dua indikator utama, yaitu laju pertumbuhan komoditi
tanaman bahan dan kontribusi komoditi tanaman bahan makanan terhadap
PDRB kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1. Analisis Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan
Identifikasi komoditi tanaman bahan makanan yang ada di
Kabupaten Sragen dengan menggunakan pendekatan Tipologi Klassen.
Pendekatan Tipologi Klassen ini dilakukan dengan:
a. Membandingkan besarnya kontribusi komoditi tanaman bahan makanan
dengan kontribusi PDRB Kabupaten Sragen terhadap PDRB Provinsi
Jawa Tengah.
b. Membandingkan laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan
dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen.
Dari identifikasi dengan menggunakan pendekatan Tipologi Klassen
tersebut diperoleh klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan yaitu
komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang dan komoditi
terbelakang. Penjelasan pengklasifikasian tersebut didasarkan pada besar
kecilnya kontribusi antara komoditi tanaman bahan makanan i dengan
kontribusi PDRB Kabupaten Sragen dan cepat lambatnya laju
pertumbuhan antara komoditi tanaman bahan makanan i dengan PDRB
Kabupaten Sragen. Untuk lebih jelasnya mengenai identifikasi dan
klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan dengan pendekatan Tipologi
Klassen disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Identifikasi dan Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan dengan Pendekatan Tipologi Klassen
Kontribusi Komoditi Tanaman Bahan Laju Makanan Pertumbuhan Komoditi Tanaman Bahan Makanan
Kontribusi Besar (Kontribusi Komoditi i > Kontribusi PDRB)
Kontribusi Kecil (Kontribusi Komoditi
i< Kontribusi PDRB)
Tumbuh Cepat (rkomoditi i>rPDRB)
Komoditi Prima
Komoditi Berkembang
Tumbuh Lambat (rkomoditi i<rPDRB)
Komoditi Potensial
Komoditi Terbelakang
Keterangan :
rKomoditi i : laju pertumbuhan komoditi i
rPDRB : laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Pendekatan Tipologi Klassen ini akan memberikan hasil yang
menunjukkan posisi pertumbuhan dan kontribusi komoditi tanaman bahan
makanan di Kabupaten Sragen. Berdasarkan Matriks Tipologi Klassen,
komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen dapat
diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu:
a. Komoditi prima adalah komoditi yang memiliki laju pertumbuhan
cepat dan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kabupaten Sragen.
b. Komoditi potensial adalah komoditi yang memiliki laju pertumbuhan
lambat dan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kabupaten Sragen.
c. Komoditi berkembang adalah komoditi yang memiliki pertumbuhan
cepat dan kontribusi yang kecil terhadap PDRB Kabupaten Sragen.
d. Komoditi terbelakang adalah komoditi yang memiliki laju pertumbuhan
lambat dan kontribusi yang kecil terhadap PDRB Kabupaten Sragen.
2. Alternatif Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan
Setelah dilakukan klasifikasi pada komoditi tanaman bahan makanan
maka dapat dirumuskan suatu strategi pengembangan dalam rangka
perencanaan pembangunan ekonomi daerah untuk meningkatkan
pendapatan daerah Kabupaten Sragen. Strategi pengembangan komoditi
tanaman bahan makanan baik jangka pendek, jangka menengah maupun
jangka panjang secara lebih jelas disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Matriks Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen
Jangka Pendek (1-5th)
Jangka Menengah (5-10th)
Jangka Panjang (10-25th)
Komoditi Prima Komoditi potensial menjadi komoditi prima
Komoditi potensial menjadi komoditi prima Komoditi berkembang menjadi komoditi potensial Komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang
Komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang Komoditi Prima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan di
Kabupaten Sragen sebagai dasar perencanaan pembangunan ekonomi,
dapat dilakukan melalui:
a. Strategi Jangka Pendek
Strategi pengembangan jangka pendek dilakukan dengan periode
waktu antara 1-5 tahun. Strategi jangka pendek ini dapat dilakukan
dengan mengoptimalkan potensi komoditi prima dalam meningkatkan
PDRB Kabupaten Sragen. Selain itu juga dengan mengupayakan
komoditi potensial menjadi komoditi prima. Strategi yang dapat
dilakukan dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi potensial.
b. Strategi Jangka Menengah
Strategi pengembangan dalam jangka menengah dilakukan
dengan periode waktu antara 5-10 tahun. Strategi jangka menengah
dilakukan dengan mengusahakan agar komoditi potensial dapat menjadi
komoditi prima yaitu dengan meningkatkan nilai laju pertumbuhan
komoditi potensial tersebut, mengupayakan komoditi berkembang
menjadi komoditi potensial dengan meningkatkan kontribusi komoditi
berkembang sehingga apabila komoditi potensial mengalami
kemunduran atau menggantikan komoditi prima maka komoditi
berkembang dapat menggantikan komoditi potensial, mengupayakan
komoditi terbelakang dapat menjadi komoditi yang berkembang dengan
meningkatkan laju pertumbuhan komoditi terbelakang.
c. Strategi Jangka Panjang
Strategi pengembangan dalam jangka panjang dilakukan dengan
periode waktu antara 10-25 tahun. Strategi jangka panjang ini dapat
dilakukan dengan mengusahakan agar komoditi terbelakang menjadi
komoditi berkembang dengan meningkatkan laju pertumbuhan
komoditi terbelakang dan juga untuk mempertahankan komoditi prima
menjadi komoditi prima agar kontinuitas sebagai penyumbang besar
PDRB Kabupaten Sragen tetap terjaga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SRAGEN
A. Kondisi Umum Daerah
1. Letak Geografis
Kabupaten Sragen adalah salah satu kabupaten yang terletak di
Propinsi Jawa Tengah. Letak Kabupaten Sragen secara geografis antara
110.45’ dan 111.10’ BT serta 7.15’ dan 7.30’ LS. Letak Kabupaten Sragen
berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga
merupakan Kabupaten yang terletak paling timur di Propinsi Jawa Tengah.
Batas-batas wilayah Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut :
Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi (Propinsi Jawa Timur)
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan
Dilihat dari peta Jawa Tengah, Kabupaten Sragen adalah salah satu
kabupaten yang dilalui sungai Bengawan Solo, merupakan sungai
terpanjang di pulau Jawa dengan mata air dari daerah Wonogiri dan
bermuara di Laut Jawa di daerah Ujung Pangkah, Gresik. Letak Kabupaten
Sragen berada di lembah daerah aliran Sungai Bengawan Solo yang
mengalir ke arah Timur.
Kabupaten Sragen menjadi gerbang utama sebelah Timur Propinsi
Jawa Tengah, yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Timur.
Kabupaten Sragen memiliki posisi strategis yang terletak di jalur utama
transportasi darat antara Solo dan Surabaya. Kabupaten Sragen dilintasi
jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Yogyakarta-Jakarta)
dengan stasiun terbesarnya Sragen, serta lintas Semarang-Solo dengan
stasiun terbesarnya Gemolong.
2. Luas Wilayah dan Pembagian Administrasi
Kabupaten Sragen memiliki luas wilayah sebesar 941,55 km2.
Penggunaan lahan di Kabupaten Sragen terbagi menjadi dua yaitu lahan
sawah sebesar 40.339 Ha (43%) dan lahan bukan sawah sebesar 53.816 Ha
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
(57%). Luas lahan menurut penggunaanya secara lebih terinci disajikan
pada Tabel 10.
Tabel 10. Luas Kabupaten Sragen Dirinci Menurut Penggunaan Lahan Tahun 2008
Jenis Lahan Luas Lahan (Ha)
Persentase (%)
I. Lahan Sawah 40.399,00 42,84 a. Irigasi Teknis 18.779,00 19,94 b. Irigasi Setengah Teknis 3.865,00 4,10 c. Irigasi Sederhana 2.194,00 2,33 d. Tadah Hujan 13.842,00 14,70 e. Lain-lain 1.659,00 1,76
II. Lahan Bukan Sawah 53.816,00 57,16 a. Pekarangan/bangunan 23.096,00 24,53 b. Tegal/kebun ladang/huma 18.892,00 20,06 c. Padang/gembala rumput - - d. Kolam/Empang 41,00 0,04 e. Tanaman Kayu-kayuan dan
perkebunan negara/Swasta 825,00 0,90
f. Hutan Negara 2.964,00 3,15 g. Lain-lain 7.971,00 8,47
Jumlah (I + II) 94.155 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2009
Jenis tanah di Kabupaten Sragen adalah grummosol, alluvial regosol,
latosol dan mediteran. Jenis tanah yang berbeda maka akan memiliki sifat
yang berbeda, hal ini akan berpengaruh pada keragaman komoditi
pertanian yang diusahakan. Kesuburan tanah juga akan berpengaruh pada
keputusan dalam penggunaan lahan
Pembagian administrasi di Kabupaten Sragen terdiri dari 20
kecamatan, 12 kelurahan dan 196 desa. Kecamatan di Kabupaten Sragen
antara lain : Kalijambe, Plupuh, Masaran, Kedawung, Sambirejo,
Gondang, Sambungmacan, Ngrampal, Karangmalang, Sragen, Sidoharjo,
Tanon, Gemolong, Miri, Sumberlawang, Mondokan, Sukodono, Gesi,
Tangen dan Jenar. Pusat pemerintahan Kabupaten Sragen berada di
kecamatan Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Keadaan Topografi
Kabupaten Sragen terletak pada ketinggian rata-rata 109 meter di
atas permukaan laut. Ketinggian tempat di berbagai wilayah kecamatan di
Kabupaten Sragen berkisar antara 84-190 meter di atas permukaan laut.
Ketinggian tempat di rinci per kecamatan di Kabupaten Sragen disajikan
pada Tabel 11.
Tabel 11. Ketinggian di Atas Permukaan Laut dirinci Per Kecamatan di Kabupaten Sragen Tahun 2008
Kecamatan Tinggi Daerah dari Permukaan Laut (meter)
1. Kalijambe 2. Plupuh 3. Masaran 4. Kedawung 5. Sambirejo 6. Gondang 7. Sambungmacan 8. Ngrampal 9. Karangmalang 10. Sragen 11. Sidoharjo 12. Tanon 13. Gemolong 14. Miri 15. Sumberlawang 16. Mondokan 17. Sukodono 18. Gesi 19. Tangen 20. Jenar
123 141 93 116 190 93 85 84 86 86 86 97 128 115 126 110 86 126 96 118
Rata-rata 109 Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2009
Kabupaten Sragen mempunyai relief yang beraneka ragam yaitu
pengunungan dan dataran rendah. Pegunungan kapur membentang dari
timur ke barat terletak disebelah utara Sungai Bengawan Solo. Dataran
rendah tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Sragen. Wilayah Kabupaten
Sragen dialiri sungai Bengawan Solo sehingga membagi wilayah menjadi
wilayah utara Bengawan Solo dan wilayah selatan Bengawan Solo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pengelompokan wilayah berdasarkan aliran sungai Bengawan Solo adalah
sebagai berikut :
a. Utara Bengawan Solo terdapat sebelas kecamatan yaitu Kecamatan
Kalijambe, Plupuh, Tanon, Gemolong, Miri, Sumberlawang,
Mondokan, Sukodono, Gesi, Tangen, Jenar
b. Selatan Bengawan Solo terdapat sembilan kecamatan yaitu Kecamatan
Masaran, Kedawung, Sambirejo, Gondang, Sambungmacan, Ngrampal,
Karangmalang, Sragen, Sidoharjo.
4. Keadaan Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Sragen beriklim tropis dan bertemperatur sedang. Iklim
tropis menyebabkan Kabupaten Sragen memiliki dua musim yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Suhu harian di Kabupaten Sragen berkisar
antara 19-31oC.
Kabupaten Sragen mempunyai curah hujan rata-rata di bawah 3000
mm/tahun. Curah hujan pada tahun 2008 meningkat jika dibandingkan
curah hujan tahun 2007. Pada tahun 2007 curah hujan rata-rata sebesar
1882 mm/tahun dengan hari hujan 86 hari. Pada tahun 2008 curah hujan
rata-rata mencapai 2662 mm dengan hari hujan 106 hari. Curah hujan
tahun 2008 tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar 8296 mm dan curah
hujan terendah terjadi pada bulan September sebesar 105 mm.
Stasiun pengamatan yang ada di Kabupaten Sragen tersebar di 15
kecamatan dan berjumlah 22 stasiun pengamatan. Stasiun pengamatan
Kalimacan terdapat di Kecamatan Kalijambe. Stasiun pengamatan Bapang
terdapat di Kecamatan Plupuh. Stasiun pengamatan Masaran, Kedung
Gatot, Sidodadi, Gebang terdapat di Kecamatan Masaran. Stasiun
pengamatan Kedawung, Batu Jamus, Purworejo terdapat di Kecamatan
Kedawung. Stasiun Sambirejo dan Gebyar terdapat di Kecamatan
Sambirejo. Stasiun pengamatan Kedung Banteng terdapat di Kecamatan
Gondang. Stasiun pengamatan Bakalan terdapat di Kecamatan
Sambungmacan. Stasiun pengamatan Kenatan dan Ngarum terdapat di
Kecamatan Ngrampal. Stasiun pengamatan Gembong terdapat di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Kecamatan Karang Malang. Stasiun pengamatan Mojo terdapat di
Kecamatan Sragen. Stasiun pengamatan Singopadu terdapat di Kecamatan
Sidoharjo. Stasiun pengamatan Ketro terdapat di Kecamatan Tanon.
Stasiun Stasiun pengamatan Dadapan terdapat di Kecamatan Gemolong.
Stasiun pengamatan Kedung Kancil terdapat di Kecamatan Miri. Stasiun
pengamatan Tangen terdapat di Kecamatan Tangen.
B. Keadaan Penduduk
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang besar pada suatu wilayah mempunyai potensi
untuk menjadi aset yang baik bagi keberhasilan pembangunan suatu
wilayah. Keberhasilan tersebut perlu didukung dengan kualitas penduduk
sebagai pelaku kegiatan pembangunan dan juga sebagai sasaran kegiatan
pembangunan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Sragen disajikan pada
Tabel 12.
Tabel 12. Kepadatan Penduduk Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008
Tahun Luas Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
2005 941,55 858.266 912 2006 941,55 863.914 918 2007 941,55 867.572 921 2008 941,55 871.951 926
Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2009
Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa jumlah penduduk di
Kabupaten Sragen meningkat setiap tahun dari tahun 2005 sampai tahun
2008. Jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2008 sebesar 871.951 jiwa.
Seiring meningkatnya jumlah penduduk, maka kepadatan penduduk akan
meningkat pula. Kepadatan penduduk meningkat dari tahun 2005 sampai
tahun 2008. Pada tahun 2005 kepadatan penduduk sebesar 912 jiwa/km2
dan tahun 2008 kepadatan penduduk sebesar 926 jiwa/km2.
Jumlah penduduk meningkat setiap tahunnya tetapi penyebarannya
tidak merata di Kabupaten Sragen. Penduduk banyak terpusat di
kecamatan Sragen sejumlah 65.666 jiwa dan kepadatan penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sejumlah 2.408 jiwa/km2. Kecenderungan terpusatnya penduduk ini
dikarenakan Kecamatan Sragen merupakan letak pusat pemerintahan
Kabupaten Sragen. Kecamatan Sragen selain menjadi pusat pemerintahan
Kabupaten Sragen juga menjadi pusat perekonomian.
2. Komposisi Penduduk
a. Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin terbagi menjadi dua
yaitu laki-laki dan perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis
kelamin di Kabupaten Sragen disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008
Tahun Jumlah Penduduk Berjenis Kelamin Laki-laki Perempuan
2005 424.577 433.689 2006 426.958 436.956 2007 428.876 438.696 2008 431.191 440.760
Sumber :BPS Kabupaten Sragen, 2009
Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki
dan penduduk perempuan meningkat dari tahun 2005 sampai tahun
2008. Jumlah penduduk terbesar pada tahun 2008, yaitu penduduk laki-
laki sejumlah 431.191 jiwa dan penduduk perempuan sejumlah 440.760
jiwa. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak jumlahnya dibanding
jumlah penduduk laki-laki.
b. Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur membagi
penduduk dalam dua kelompok yaitu penduduk usia produktif dan
penduduk usia non produktif. Penduduk usia produktif adalah penduduk
yang berusia antara 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lebih dari 65
tahun, sedangkan penduduk usia produktif adalah penduduk yang
berusia 15-64 tahun. Komposisi penduduk menurut kelompok umur di
Kabupaten Sragen disajikan di Tabel 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 14. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Sragen Tahun 2008
Kelompok Umur (tahun)
Jumlah Penduduk (orang)
Angka Beban Tanggungan (%)
0 – 14 234.096 15 – 64 575.591 51,49 ≥ 65 62.264
Jumlah 871.951 Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2009
Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa jumlah penduduk usia
produktif lebih besar jumlahnya dibanding dengan jumlah penduduk
usia non produktif. Angka beban tanggungan di Kabupaten Sragen
sebesar 51,49% artinya bahwa 100 jiwa penduduk kelompok umur
produktif harus menanggung 51,49 jiwa penduduk kelompok umur non
produktif. Semakin kecil angka beban tanggungan maka semakin besar
sumberdaya manusia yang dapat digunakan untuk pembangunan
Kabupaten Sragen. Angka beban tanggungan di Kabupaten Sragen
perlu mendapat perhatian, oleh karenanya pemerintah Kabupaten
Sragen mendirikan balai pelatihan untuk meningkatkan produktivitas
penduduk usia produktif. Balai Latihan Kerja Technopark “Ganesha
Sukowati” memberi jenis pelatihan antara lain Kejuruan Otomotif,
Kejuruan Teknologi Mekanik Logam, Kejuruan Teknologi Mekanik
Las, Kejuruan Listrik, Kejuruan Bangunan, Kejuruan Tata Niaga, dan
Kejuruan Industri Tekstil. Adanya balai pelatihan ini akan mampu
meningkatkan keterampilan penduduk usia produktif sehingga
produktivitasnya akan meningkat yang berdampak pendapatan akan
meningkat pula. Peningkatan pendapatan penduduk usia produktif akan
mampu memenuhi kebutuhan dari penduduk usia non produktif.
c. Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian
Kabupaten Sragen memiliki sembilan sektor perekonomian yang
masing-masing menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk
Kabupaten Sragen. Masing-masing sektor mampu menyerap dan
memberdayakan tenaga kerja yang tersedia. Komposisi penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kabupaten Sragen menurut mata pencaharian sesuai kesembilan sektor
perekonomian disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Komposisi Penduduk Kabupaten Sragen Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008
Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (orang) Persentase (%)
1. Pertanian 246.878 50,91 2. Pertambangan dan
Galian 571 0,12
3. Industri 26.893 5,55 4. Listrik, Gas, dan Air 332 0,069 5. Konstruksi 22.895 4,72 6. Perdagangan 65.190 13,44 7. Komunikasi 6.039 1,25 8. Keuangan 2.225 0,46 9. Jasa 113.922 23,49 Jumlah 434.945 100
Sumber : BPS Kabupaten Sragen, 2009
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa komposisi penduduk
menurut mata pencaharian terbesar diserap oleh sektor pertanian dan
komposisi penduduk menurut mata pencaharian yang paling kecil
diserap oleh sektor listrik, air dan gas. Sektor pertanian mampu
menyerap tenaga kerja lebih dari 50% tenaga kerja di Kabupaten Sragen
karena luasnya lapangan pekerjaan yang disediakan oleh sektor
pertanian. Dapat ketahui dari penggunaan lahan di Kabupaten Sragen
bahwa 43% lahan adalah lahan sawah, selain itu 20,06% adalah lahan
tegal; 0,04% adalah kolam; 0,9% adalah lahan tanaman kayu-kayuan
dan perkebunan negara/swasta dan 3,15% adalah hutan negara sehingga
lebih dari 60% lahan di Kabupaten Sragen digunakan oleh sektor
pertanian yang memberikan banyak peluang lapangan kerja bagi
penduduk di Kabupaten Sragen. Dengan demikian sektor pertanian
memberi kontribusi yang besar dalam memberikan sumber pendapatan
melalui mata pencaharian bagi penduduk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
C. Keadaan Perekonomian
1. Struktur Perekonomian
Kabupaten Sragen memiliki sembilan sektor perekonomian yang
memberikan kontribusi PDRB yang berbeda satu dengan yang lain. Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap sektor perekonomian di
Kabupaten Sragen dari tahun 2005-2008 disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 (dalam jutaan Rupiah)
No Sektor 2005 2006 2007 2008 1. Pertanian 837.968,05 863.187,15 897.211,12 928.234,66 2. Pertambanagan dan
Penggalian 7.008,18 7.164,46 7.708,15 8.129,57
3. Industri Pengolahan 500.203,78 532.376,56 568.751,31 607.878,47 4. Listri, Gas, dan Air
Bersih 26.541,68 28.664,88 30.604,21 32.771,11
5. Bangunan /Konstruksi
101.376,40 107.818,53 114.952,29 122.801,11
6. Perdagangan 417.946,95 442.697,67 469.628,61 499.984,78 7. Pengangkutan dan
Komunikasi 76.267,06 80.022,12 84.395,85 89.570,45
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
90.321,84 96.199,04 102.729,88 109.230,85
9. Jasa-Jasa 264.605,48 284.440,02 306.511,06 330.849,33 Jumlah 2.322.239,43 2.442.570,43 2.582.492,48 2.729.450,33
Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Sragen, 2009
Berdasar Tabel 16 diketahui bahwa kegiatan perekonomian di
Kabupaten Sragen ditopang oleh kesembilan sektor perekonomian. Jumlah
PDRB dari tahun 2005 terus mengalami peningkatan hingga tahun 2008.
Sektor pertanian merupakan penyumbang PDRB terbesar setiap tahunnya.
Sumbangan PDRB sektor pertanian selalu meningkat dari tahun 2005
sampai tahun 2008. Hal ini dikarenakan sektor pertanian memberikan
output yang besar dari hasil usahatani berupa komoditi pertanian.
Komoditi pertanian antara lain komoditi tanaman bahan makanan,
komoditi perkebunan, komoditi kehutanan, komoditi peternakan dan
komoditi perikanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita adalah besarnya nilai pendapatan per
penduduk di suatu wilayah. Nilai pendapatan ini diperoleh dari nilai PDRB
dibagi dengan jumlah penduduk. Pendapatan per kapita menjadi indikator
untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah dalam
periode tahun tertentu. Pendapatan per kapita di Kabupaten Sragen Tahun
2005-2008 disajikan pada tabel 17.
Tabel 17. Pendapatan Per Kapita di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 Uraian 2005 2006 2007 2008
PDRB (Jutaan Rupiah) Jumlah Penduduk (Jiwa) PDRB Perkapita (Rupiah)
2.322.239,44 868.496,00
2.673.863,13
2.442.570,43 861.090,00
2.836.602,94
2.582.492,48 865.743,00
2.982.978,18
2.729.450,33 869.762,00
3.138.157,72
Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Sragen, 2009
Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa PDRB per kapita mengalami
peningkatan dari tahun 2005 ke tahun 2008 di Kabupaten Sragen.
Peningkatan PDRB per kapita disebabkan oleh PDRB yang jumlahnya
meningkat namun jumlah penduduk cenderung tetap. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten
Sragen telah mampu meningkatkan pendapatan per kapita penduduknya.
D. Keadaan Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor perekonomian yang memiliki peran
yang penting bagi pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Sragen. Sektor
pertanian memberikan kontribusi PDRB tertinggi dibanding kedelapan sektor
perekonomian di Kabupaten Sragen. Kontribusi yang besar dari sektor
pertanian disokong oleh kelima subsektor yaitu subsektor tanaman bahan
makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan, subsektor
kehutanan, dan subsektor perikanan. Adapun produksi dan nilai produksi
pertanian yang dihasilkan setiap subsektor di Kabupaten Sragen pada tahun
2008 yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
1. Subsektor Tanaman Bahan Makanan
Komoditi dalam subsektor tanaman bahan makanan terdiri dari padi
dan palawija, sayur mayur dan buah-buahan. Produksi dan nilai produksi
komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen pada tahun 2008
disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen Tahun 2008
No Jenis Komoditi Produksi Nilai Produksi 1. Padi 451.430.000 1.103.097.558.113,542. Jagung 67.017.000 80.513.271.122,043. Ubi Kayu 46.734.000 35.907.046.267,324. Ubi Jalar 50.000 43.771.513,195. Kacang tanah 12.912.000 35.062.758.620,696. Kedelai 3.394.000 18.067.198.275,867. Kacang hijau 1.672.000 10.948.472.206,908. Kacang panjang 401.400 792.478.964,989. Cabe 1.184.400 9.499.515.845,1210. Tomat 91.300 119.980.380,5411. Ketimun 439.000 465.856.126,4512. Kangkung 205.600 71.668.503,7413. Bayam 93.100 32.740.430,8914. Terong 290.600 439.260.607,0915. Semangka 1.537.200 2.939.488.485,7616. Pisang 9.064.100 70.148.780.648,8417. Mangga 7.635.700 21.517.651.908,2118. Rambutan 2.056.400 6.337.397.967,6819. Melon 2.009.700 7.128.074.130,4320. Jeruk 402.500 1.896.949.712,6421. Sawo 301.700 1.040.764.483,5922. Pepaya 1.133.100 3.688.596.304,3523. Nanas 2.900 2.405.386,47
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 7 dan 10)
Berdasarkan Tabel 18, diketahui bahwa produksi dan nilai produksi
komoditi terbesar untuk komoditi padi dan palawija di Kabupaten Sragen
pada tahun 2008 adalah padi dengan produksi sebesar 451.430.000 kg dan
nilai produksi sebesar Rp 1.103.071.670.200,0. Sedangkan nilai produksi
terkecil adalah ubi jalar yaitu Rp 43.770.485,9 dengan produksi sebesar
50.000 kg. Ubi jalar hanya diusahakan di Kecamatan Miri dengan luas
lahan produksi pada tahun 2008 seluas 5 ha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Padi banyak dihasilkan di Kabupaten Sragen karena 43 persen dari
luas lahan Kabupaten Sragen dimanfaatkan sebagai lahan sawah.
Tingginya produksi padi didukung oleh topografi Kabupaten Sragen yang
merupakan daerah dataran rendah dan dilalui aliran sungai Bengawan
Solo. Kebutuhan air terpenuhi dengan baik juga karena terdapat sarana
irigasi untuk memasok air ke lahan persawahan. Kabupaten Sragen
mempunyai tujuh waduk dengan luas genangan 131,01 Ha. Ketujuh
waduk tersebut adalah Waduk Kambangan Kecamatan Karangmalang,
Waduk Gembong Kecamatan Karangmalang, Waduk Bothok Kecamatan
Kedawung, Waduk Barambang Kecamatan Kedawung, Waduk Ketro
Kecamatan Tanon, Waduk Blimbing Kecamatan Sambirejo, dan Waduk
Gebyar Kecamatan Sambirejo. Pemerintah Kabupaten Sragen juga telah
melaksanakan pembangunan 10 embung di empat kecamatan yaitu
Kecamatan Karang Malang, Gondang, Gesi, dan Kedawung. Tujuan
pembangunan embung agar dapat menampung air pada musim penghujan
untuk keperluan pertanian, perikanan, pariwisata dan kebutuhan air
penduduk.
Komoditi sayuran dengan hasil produksi paling banyak dan
mempunyai nilai produksi tertinggi di antara komoditi sayuran lainnya di
Kabupaten Sragen pada tahun 2008 adalah komoditi cabe. Komoditi cabe
merah ini mampu diproduksi sebesar 1.184.400 kg dengan nilai produksi
Rp 9.499.396.285,0. Produsen cabe terbesar adalah Kecamatan Tanon
dengan produksi 194.500 kg.
Buah-buahan yang paling banyak diproduksi di Kabupaten Sragen
adalah pisang yaitu sebesar 9.064.100 kg dengan nilai produksi sebesar
Rp 70.147.787.385,0. Kecamatan yang paling banyak memproduksi
pisang adalah Kecamatan Kalijambe yaitu 1.781.500 kg. Pisang banyak
diproduksi di Kabupaten Sragen karena tanaman pisang dapat tumbuh baik
di jenis tanah apapun pada dataran rendah. Produksi pisang yang besar
juga ditunjang oleh adanya industri kecil kripik pisang di Kabupaten
Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Subsektor Tanaman Perkebunan
Subsektor tanaman perkebunan di Kabupaten Sragen terdiri dari
tanaman perkebunan tebu (gula pasir), jambu mete, kapuk randu, wijen,
dan cengkeh. Produksi dan nilai produksi dari masing-masing komoditi
tanaman perkebunan di Kabupaten Sragen disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Sragen Tahun 2008
No Jenis Komoditi Produksi Nilai produksi 1. Gula Pasir (tebu) 35.989.500,00 141.663.433.971,36 2. Mete 275.250,00 9.210.375.929,50 3. Kapuk Randu 298.000,00 2.409.788.272,54 4. Wijen 35.000,00 351.831.451,39 5. Cengkeh 55.825,00 2.006.379.096,67
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 7 dan 10)
Berdasakan Tabel 19 diketahui bahwa komoditi yang produksi dan
nilai produksinya tertinggi adalah gula pasir yang merupakan olahan dari
tanaman tebu. Tanaman perkebunan tebu dikembangkan di Kabupaten
Sragen, kecuali kecamatan Masaran, Kedawung, Sragen dan Tanon. Tebu
yang dikembangkan adalah tebu tegalan yang diusahakan oleh rakyat.
Produksi tebu tegalan tertinggi dihasilkan di kecamatan Jenar sebesar
12.668.900 kg.
Tanaman tebu banyak dibudidayakan oleh masyarakat karena
didukung adanya Pabrik Gula Mojo di Kabupaten Sragen. Pabrik Gula
Mojo milik PT Perkebunan Nusantara IX ini, membutuhkan bahan baku
utama yaitu tebu untuk melangsungkan proses produksi. Hal ini yang
mendorong masyarakat untuk menyediakan bahan baku dengan
mengembangkan tanaman tebu di tegalan mereka. Pabrik Gula Mojo telah
berperan dalam meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat Sragen
dengan membeli hasil panen tebu tegalan. Selain itu Pabrik Gula Mojo
juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sebagai
karyawan tetap maupun karyawan musiman. Karyawan musiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
dibutuhkan ketika Pabrik Gula Mojo sedang berproduksi karena proses
produksi hanya dilakukan setahun dua kali.
3. Subsektor Peternakan
Peternakan di Kabupaten Sragen terdiri dari peternakan sapi, ayam
kampung, ayam ras dan itik. Hasil peternakan tersebut berupa telur dan
susu. Produksi dan nilai produksi dari subsektor peternakan di Kabupaten
Sragen tahun 2008 disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Peternakan di Kabupaten Sragen Tahun 2008
No Jenis Komoditi Produksi Nilai Produksi 1. Telur Ayam Kampung 272.669,50 2.046.707.211,242. Telur Ayam Ras 2.905.044,00 17.983.698.819,653. Telur itik 178.439,60 1.309.470.328,434. Susu sapi perah 23.828,00 89.928.292,87
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 7 dan 10)
Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa komoditi telur ayam ras
memiliki produksi dan nilai produksi tertinggi dibanding dengan jenis
komoditi lain. Peternakan ayam ras terdapat di seluruh kecamatan di
Kabupaten Sragen dengan banyak ternak sejumlah 3.275.661 ekor pada
tahun 2008. Ayam ras diusahakan oleh peternak karena kebutuhan pangan
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Ayam
ras merupakan ayam potong yang dapat dimanfaatkan daging, telur, dan
kulitnya sebagai bahan pangan.
4. Subsektor Perikanan
Perikanan di Kabupaten Sragen merupakan perikanan air tawar.
Komoditi perikanan terdiri dari ikan Kutuk, Lele, Mujaher, Ikan Mas,
Tawes, Gurameh, Nila Merah, Belut, Udang, Katak, dan ikan lainnya.
Produksi dan nilai produksi masing-masing komoditi berbeda satu dengan
yang lain. Produksi dan nilai produksi komoditi perikanan di Kabupaten
Sragen Tahun 2008 disajikan pada Tabel 21.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 21. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Perikanan di Kabupaten Sragen Tahun 2008
No Jenis Komoditi Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) 1 Kutuk/Gabus 116.097,00 1.289.809.612,22 2 Lele 259.699,00 1.910.287.159,96 3 Mujaher 190.592,00 860.508.899,15 4 Ikan Mas 617.839,00 5.876.748.265,05 5 Tawes 315.269,00 1.791.264.147,91 6 Gurameh 74.112,00 1.157.976.652,49 7 Nila Merah 2.266.585,00 21.559.256.483,23 8 Belut 45.378,00 575.500.607,99 9 Patin 54.479,00 502.992.034,41 10 Udang 59.835,00 549.407.104,49 11 Katak 33.550,00 291.037.620,99 12 Ikan Lainnya 368.186,00 1.568.942.594,51
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 7 dan 10)
Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa komoditi ikan Nila Merah
memiliki nilai produksi yang tertinggi yaitu Rp 21.559.256.483,23 dengan
produksi sejumlah 2.266.585,00 kg. Komoditi perikanan yang memiliki
nilai produksi terkecil adalah katak yaitu Rp 290.988.907,32 dengan
produksi 33.550 kg. Nila merah dan katak diusahakan di seluruh wilayah
kecamatan di Kabupaten Sragen. Potensi perikanan di Kabupaten Sragen
salah satunya terdapat di kawasan Waduk Kedung Ombo yang sangat
cocok untuk pengembangan ikan nila merah melalui karamba. Waduk ini
digunakan untuk menampung air yang digunakan untuk pengairan serta
untuk budidaya dan penangkapan ikan.
5. Subsektor Kehutanan
Subsektor kehutanan di Kabupaten Sragen menghasilkan berbagai
macam kayu pertukangan yaitu kayu jati dan kayu rimba. Setiap jenis kayu
tersebut digolongkan ke tiga golongan yaitu A1, A2, A3 yang produksi
dan nilai produksinya berbeda satu dengan yang lain. Produksi dan nilai
produksi dari komoditi kehutanan di Kabupaten Sragen tahun 2008 dapat
dilihat pada Tabel 22.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 22. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Kehutanan di Kabupaten Sragen Tahun 2008
No Jenis Komoditi Produksi (m3) Nilai Produksi (Rp) 1 Kayu Jati Pertukangan A1 3.291,90 3.582.636.369,632 Kayu Jati Pertukangan A2 1.459,76 2.647.806.872,903 Kayu Jati Pertukangan A3 477,74 1.260.444.561,704 Kayu Rimba Pertukangan A1 261,36 103.433.810,435 Kayu Rimba Pertukangan A2 159,35 84.084.163,316 Kayu Rimba Pertukangan A3 468,58 309.069.322,60
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 7 dan 10)
Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa komoditi yang produksi dan
nilai produksi tertinggi adalah kayu jati pertukangan A1. Sedangkan
komoditi yang produksi dan nilai produksi terendah adalah kayu Rimba
pertukangan A2. Perbedaan golongan kayu didasarkan pada ukuran
diameter kayu. Golongan A1 adalah kayu berdiameter 7-19 cm. Golongan
A2 adalah kayu berdiameter 20-29 cm. Golongan A3 adalah kayu
berdiameter lebih dari 30 cm. Perbedaan ukuran ini menyebabkan
perbedaan harga per m3 dari setiap golongan, golongan A3 merupakan
kayu dengan harga tertinggi dan golongan A1 merupakan kayu dengan
harga terendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keragaan Umum Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten
Sragen
Kabupaten Sragen merupakan kabupaten yang menjadi bagian dari
Karisidenan Surakarta. Kabupaten Sragen juga tergabung dalam kawasan
Subosukawonosraten yaitu Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten
Sukoharjo,Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Klaten.
Kawasan Subosukawonosraten memiliki lokasi yang saling berdekatan dan
menjalin kerjasama ekonomi antardaerah. Muflihun (2009) menyatakan
bahwa Kawasan Subosukawonosraten merupakan model kerja sama
antardaerah dan diharapkan akan dapat mewujudkan pusat gravitasi
pertumbuhan ekonomi baru (the new area of economic) baik di wilayah
Provinsi Jawa Tengah, nasional bahkan internasional. Setiap daerah di
kawasan Subosukawonosraten memiliki keunggulan yang berbeda untuk
sektor perekonomian. Salah satunya adalah Kabupaten Sragen yang memiliki
sektor unggulan yaitu pertanian untuk tanaman bahan makanan.
Potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam khususnya di sektor
pertanian yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen selama ini telah dikelola
dengan baik. Pengelolaan itu telah menghasilkan sebuah predikat bahwa
Kabupaten Sragen merupakan Kabupaten dengan sektor unggulan pertanian
untuk subsektor tanaman bahan makanan. Keunggulan di subsektor tanaman
bahan makanan perlu dipertahankan oleh Kabupaten Sragen bahkan perlu
dilakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Kabupaten Sragen perlu
mengoptimalkan potensi sumber daya pertanian yang dimiliki untuk dapat
bersaing dan menghadapi perubahan lingkungan yang terjadi.
Subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang
memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB sektor pertanian di
Kabupaten Sragen. Subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen
terdiri dari komoditi tanaman pangan (padi dan palawija), komoditi sayur-
sayuran dan komoditi buah-buahan. Masing-masing komoditi tanaman bahan
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
makanan memiliki jumlah produksi dan harga yang berbeda setiap tahunnya,
sehingga laju pertumbuhan dan besar kontribusi berbeda-beda terhadap sektor
pertanian di Kabupaten Sragen. Keadaan laju pertumbuhan dan besar
kontribusi dari masing-masing komoditi tanaman bahan makanan terhadap
sektor pertanian di Kabupaten Sragen secara rinci dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan
Makanan di Kabupaten Sragen
Laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan menunjukkan
suatu perkembangan dari masing-masing komoditi tanaman bahan
makanan di Kabupaten Sragen. Laju pertumbuhan diketahui dari
perubahan nilai produksi setiap tahunnya. Laju pertumbuhan bernilai
positif apabila nilai produksi komoditi meningkat dari tahun sebelumnya.
Laju pertumbuhan bernilai negatif apabila nilai produksi komoditi
menurun dari tahun sebelumnya. Adapun laju pertumbuhan nilai produksi
komoditi tanaman bahan makanan yang berupa tanaman pangan (padi dan
palawija) di Kabupaten Sragen disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Tanaman Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008 (%)
No Komoditi 2006 2007 2008 Rata-rata 1 Padi 4,69 12,13 -7,51 3,112 Jagung -31,25 215,26 62,66 82,223 Ubi kayu 59,46 -15,51 -12,88 10,364 Ubi jalar -78,88 710,32 -79,78 183,895 Kacang tanah 15,98 2,97 7,47 8,816 Kedelai 34,99 -2,01 49,77 27,587 Kacang hijau 17,86 -49,01 7,41 -7,91
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 12)
Berdasarkan Tabel 23 diketahui bahwa laju pertumbuhan nilai
produksi komoditi tanaman pangan (padi dan palawija) secara umum
berfluktuasi. Pada tahun 2006, tanaman pangan yang mengalami laju
pertumbuhan positif adalah padi, ubi kayu, kacang tanah, kedelai, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
kacang hijau. Komoditi yang laju pertumbuhan positifnya paling besar
adalah ubi kayu yaitu sebesar 59,46%, berarti nilai produksi komoditi ubi
kayu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Keadaan bencana
alam kekeringan yang terjadi di tahun 2006 mendorong petani untuk
mengusahakan palawija. Produksi ubi kayu pada tahun 2006 meningkat
17.290.000 kg dari tahun 2005. Peningkatan produksi ubi kayu terjadi
karena luas panen bertambah 941 Ha. Komoditi yang laju pertumbuhannya
negatif adalah jagung dan ubi jalar. Komoditi yang memiliki laju
pertumbuhan negatif paling besar adalah ubi jalar sebesar -78,88%, berarti
nilai produksi komoditi ubi jalar mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya. Hal ini karena luas panen ubi jalar berkurang sebesar 14 Ha
sehingga terjadi penurunan produksi pada tahun 2006 sebesar 170.000 kg
dari tahun 2005 (BPS Kabupaten Sragen, 2009).
Pada tahun 2007, komoditi tanaman pangan yang mempunyai laju
pertumbuhan positif adalah padi, jagung, ubi jalar, dan kacang tanah. Dari
keempat komoditi tersebut yang mempunyai laju pertumbuhan positif
paling besar adalah ubi jalar sebesar 710,32%, berarti nilai produksi
komoditi ubi jalar mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Komoditi ubi jalar mengalami peningkatan produksi sebesar 297.000 kg
dari produksi tahun sebelumnya. Peningkatan produksi ubi jalar
dikarenakan luas panen yang bertambah yaitu 6 kali lebih luas dibanding
luas panen tahun 2006. Komoditi tanaman pangan yang laju
pertumbuhannya negatif adalah ubi kayu, kedelai dan kacang hijau.
Pertumbuhan negatif terbesar dialami oleh komoditi kacang hijau yaitu
sebesar -49,01%, berarti nilai produksi komoditi kacang hijau mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini karena produksi kacang hijau
mengalami penurunan yang cukup drastis dari 4.016.000 kg menjadi
1.534.000 kg.
Pada tahun 2008, komoditi tanaman pangan yang mempunyai laju
pertumbuhan positif adalah jagung, kacang tanah, kedelai dan kacang
hijau. Komoditi yang laju pertumbuhan positifnya paling besar adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
jagung sebesar 62,6573%, berarti nilai produksi komoditi jagung
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan
produksi komoditi jagung mengalami peningkatan sebesar 30.325.000 kg
dari tahun sebelumnya. Komoditi tanaman pangan yang mengalami laju
pertumbuhan negatif adalah padi, ubi kayu dan ubi jalar. Komoditi yang
mengalami laju pertumbuhan negatif terbesar adalah ubi jalar sebesar
-79,78%, berarti nilai produksi komoditi ubi jalar mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan produksi ubi jalar mengalami
penurunan drastis sebesar 300.000 kg dari tahun sebelumnya. Luas panen
ubi jalar tahun 2008 hanya 5 Ha sedangkan luas panen tahun 2007 seluas
24 Ha (BPS Kabupaten Sragen, 2009).
Komoditi tanaman pangan yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan
tertinggi pada tahun 2006-2008 adalah ubi jalar sebesar 183,89% dan
komoditi tanaman pangan yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan
terendah pada tahun 2006-2008 adalah kacang hijau sebesar -7,91%. Rata-
rata laju pertumbuhan komoditi tanaman pangan (padi dan palawija) di
Kabupaten Sragen tahun 2006-2008 disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Rata-rata Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi
Tanaman Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Jenis komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan di
Kabupaten Sragen selain tanaman pangan adalah sayur-sayuran. Laju
pertumbuhan nilai produksi komoditi sayur-sayuran di Kabupaten Sragen
disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Sayur-sayuran di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008 (%)
No Komoditi 2006 2007 2008 Rata-rata 1 Kacang panjang -7,33 -23,85 36,26 1,702 Cabe -53,36 20,07 5,05 -9,413 Tomat 4,31 -43,91 -15,85 -18,484 Ketimun -58,49 5,12 289,20 78,615 Kangkung 175,57 -36,21 68,92 69,426 Bayam -48,37 24,62 28,54 1,607 Terong -26,37 18,99 0,37 -2,34
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 12)
Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa laju pertumbuhan nilai
produksi komoditi sayur-sayuran di Kabupaten Sragen tahun 2006-2008
secara umum berfluktuatif. Pada tahun 2006, komoditi sayur-sayuran yang
mengalami laju pertumbuhan positif adalah tomat dan kangkung.
Komoditi yang laju pertumbuhan positifnya terbesar adalah kangkung
sebesar 175,57%, berarti nilai produksi komoditi kangkung mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini karena produksi kangkung
meningkat sebesar 99.400 kg dari tahun sebelumnya. Komoditi sayur-
sayuran yang mengalami laju pertumbuhan negatif adalah kacang panjang,
cabe, ketimun, bayam dan terong. Komoditi yang laju pertumbuhan
negatifnya terbesar adalah ketimun sebesar -58,49%, berarti nilai produksi
komoditi ketimun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. hal ini
karena luas panen yang menurun drastis sebesar 20 Ha sehingga produksi
dari 231.600 kg di tahun 2005 menjadi 86.100 kg di tahun 2006 (BPS
Kabupaten Sragen, 2009). Komoditi sayur-sayuran banyak yang
mengalami laju pertumbuhan negatif karena keadaan kekeringan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
melanda Kabupaten Sragen sehingga produksi komoditi sayur-sayuran
menurun.
Pada tahun 2007, komoditi sayur-sayuran yang mengalami laju
pertumbuhan positif adalah cabe, ketimun, bayam dan terong. Laju
pertumbuhan positif terbesar pada komoditi bayam sebesar 24,62%, berarti
nilai produksi komoditi bayam mengalami peningkatan dibanding tahun
sebelumnya. Hal ini karena produksi bayam meningkat dari tahun
sebelumnya sebesar 32.100 kg. Komoditi sayur-sayuran yang mengalami
laju pertumbuhan negatif adalah kacang panjang, tomat dan kangkung.
Komoditi yang laju pertumbuhan negatifnya terbesar adalah tomat sebesar
-43,91%, berarti nilai produksi komoditi tomat mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya. Hal ini karena produksi tomat menurun sebesar 78.300
kg dari tahun sebelumnya (BPS Kabupaten Sragen, 2009).
Pada tahun 2008, komoditi sayur-sayuran yang mengalami laju
pertumbuhan positif adalah kacang panjang, cabe, ketimun, kangkung,
bayam dan terong. Komoditi yang laju pertumbuhan positifnya terbesar
adalah ketimun sebesar 289,20%, berarti nilai produksi komoditi ketimun
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Peningkatan nilai produksi
terjadi karena produksi ketimun meningkat sebesar 345.900 kg dari tahun
sebelumnya. Komoditi sayur-sayuran yang mengalami laju pertumbuhan
negatif adalah tomat dengan nilai laju pertumbuhan sebesar -15,85%.
Komoditi tomat mengalami laju pertumbuhan negatif karena harga jual
tomat mengalami penurunan sebesar Rp 1.075,00/kg dari tahun
sebelumnya.
Komoditi sayur-sayuran yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan
tertinggi pada tahun 2006-2008 adalah ketimun sebesar 78,61% dan sayur-
sayuran yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan terendah pada tahun
2006-2008 adalah tomat sebesar -18,48%. Rata-rata laju pertumbuhan
komoditi sayur-sayuran di Kabupaten Sragen tahun 2006-2008 disajikan
pada Gambar 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 3. Grafik Rata-rata Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi
Sayur-sayuran di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008
Jenis komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen selain
komoditi tanaman pangan dan sayur-sayuran adalah komoditi
buah-buahan. Laju pertumbuhan nilai produksi komoditi buah-buahan di
Kabupaten Sragen disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25. Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008 (%)
No Komoditi 2006 2007 2008 Rata-rata1 Semangka -60,53 88,19 -27,71 -0,022 Pisang 70,40 121,74 55,55 82,563 Mangga -33,93 -8,56 -11,28 -17,924 Rambutan 93,19 -8,41 150,74 78,515 Melon -39,62 -3,82 44,15 0,246 Jeruk 13,34 -42,42 519,73 163,557 Sawo -3,29 6,54 -24,93 -7,238 Pepaya 4,43 -0,82 76,01 26,549 Nanas -46,54 37,62 58,35 16,48
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 12)
Berdasarkan Tabel 25, diketahui bahwa laju pertumbuhan nilai
produksi komoditi buah-buahan di Kabupaten Sragen tahun 2006-2008
secara umum berfluktuatif. Pada tahun 2006, komoditi buah-buahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
mengalami laju pertumbuhan positif adalah pisang, rambutan, jeruk dan
pepaya. Komoditi rambutan merupakan komoditi yang nilai laju
pertumbuhan positifnya terbesar yaitu 93,19%, berarti nilai produksi
komoditi rambutan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini
karena produksi meningkat sebesar 357.200 kg dari tahun sebelumnya.
Komoditi buah-buahan yang mengalami laju pertumbuhan negatif adalah
semangka, mangga, melon, sawo dan nanas. Komoditi semangka adalah
komoditi yang nilai laju pertumbuhan negatifnya terbesar yaitu
-60,53%, berarti nilai produksi komoditi semangka mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya. Hal ini karena produksi komoditi semangka
menurun drastis sebesar 1.918.500 kg dari tahun sebelumnya
(BPS Kabupaten Sragen, 2009).
Pada tahun 2007, komoditi buah-buahan yang mengalami laju
pertumbuhan positif adalah semangka, pisang, sawo dan nanas. Komoditi
pisang merupakan komoditi yang nilai laju pertumbuhan positifnya
terbesar sebesar 121,74%, berarti nilai produksi komoditi pisang
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini karena produksi
pisang mengalami peningkatan produksi yaitu lebih dari 2 kali lipat dari
tahun sebelumnya. Komoditi buah-buahan yang menngalami laju
pertumbuhan negatif adalah mangga, rambutan, melon, jeruk, pepaya. Dari
kelima komoditi yang laju pertumbuhan negatifnya paling besar adalah
komoditi -42,42%, berarti nilai produksi komoditi jeruk mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya. Penurunan nilai produksi karena terjadi
penurunan jumlah produksi sebesar 41.100 kg dari tahun sebelumnya
(BPS Kabupaten Sragen, 2009).
Pada tahun 2008, komoditi buah-buahan yang mengalami laju
pertumbuhan positif adalah pisang, rambutan, melon, jeruk, pepaya dan
nanas. Komoditi jeruk merupakan komoditi dengan nilai laju pertumbuhan
positif yang terbesar yaitu 519,73%, berarti nilai produksi komoditi jeruk
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini karena produksi
jeruk meningkat sebesar 338.800 kg dari tahun sebelumnya. Komoditi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
buah-buahan yang mengalami laju pertumbuhan negatif adalah semangka,
mangga dan sawo. Komoditi semangka memiliki laju pertumbuhan negatif
terbesar yaitu -27,71%, berarti nilai produksi komoditi semangka
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini karena produksi
komoditi semangka mengalami penurunan sebesar 420.600 kg dari tahun
sebelumnya (BPS Kabupaten Sragen, 2009).
Komoditi buah-buahan yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan
tertinggi pada tahun 2006-2008 adalah jeruk sebesar 163,55% dan
komoditi buah-buahan yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan terendah
pada tahun 2006-2008 adalah mangga sebesar -17,92%. Rata-rata laju
pertumbuhan komoditi buah-buahan di Kabupaten Sragen tahun
2006-2008 disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Rata-rata Laju Pertumbuhan Nilai Produksi Komoditi
Buah-buahan di Kabupaten Sragen Tahun 2006-2008
2. Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di
Kabupaten Sragen
Subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang
memberikan kontribusi terbesar diantara subsektor yang lain terhadap
sektor pertanian di Kabupaten Sragen. Kontribusi subsektor tanaman
bahan makanan berasal dari kontribusi masing-masing komoditi tanaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
pangan (padi dan palawija), komoditi sayur-sayuran dan komoditi buah-
buahan. Besarnya kontribusi masing-masing komoditi tanaman bahan
makanan dapat diketahui dengan membandingkan nilai produksi dari
masing-masing komoditi tanaman bahan makanan terhadap total nilai
produksi komoditi pertanian yang dihasilkan di Kabupaten Sragen.
Besarnya kontribusi masing-masing komoditi tanaman bahan makanan di
Kabupaten Sragen tahun 2005-2008 disajikan pada Tabel 26, Tabel 27 dan
Tabel 28.
Tabel 26. Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Tanaman Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 (%)
No Komoditi 2005 2006 2007 2008 Rata-rata 1 Padi 59,2664 59,5277 51,4586 52,0034 55,56402 Jagung 2,5608 1,6891 4,1052 7,2960 3,91283 Ubi kayu 3,4305 5,2481 3,4183 3,2538 3,83774 Ubi jalar 0,0142 0,0029 0,0180 0,0040 0,00975 Kacang tanah 3,0635 3,4088 2,7059 3,1773 3,08896 Kedelai 1,0227 1,3245 1,0005 1,6372 1,24627 Kacang hijau 1,9020 2,1507 0,8454 0,9921 1,4726
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 11)
Keterangan : Penggunaan lebih dari dua digit dalam formula persen (%),
untuk mendalami tingkat kontribusi yang sangat kecil.
Berdasarkan Tabel 26, diketahui bahwa kontribusi nilai produksi
komoditi tanaman pangan (padi dan palawija) di Kabupaten Sragen tahun
2005-2008 secara umum berfluktuasi. Masing-masing komoditi
memberikan kontribusi yang berbeda terhadap sektor pertanian setiap
tahunnya. Rata-rata kontribusi masing-masing komoditi tanaman pangan
(padi dan palawija) disajikan pada Gambar 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 5. Grafik Rata-rata Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Tanaman
Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008
Berdasarkan Gambar 5 diketahui bahwa komoditi padi merupakan
komoditi yang memberikan kontribusi terbesar diantara komoditi tanaman
pangan lainnya. Rata-rata kontribusi komoditi padi adalah 55,5640%
selama tahun 2005-2008. Besar kontribusi komoditi padi tersebut karena
besarnya jumlah produksi padi yang dihasilkan disetiap kecamatan di
Kabupaten Sragen. Hal ini dipengaruhi oleh permintaan akan komoditi
padi yang merupakan bahan baku dalam membuat nasi. Nasi adalah
makanan pokok bagi penduduk di Kabupaten Sragen bahkan di hampir
seluruh wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, Kabupaten Sragen berusaha
memenuhi permintaan komoditi padi dari penduduk daerah Sragen dan
dari luar daerah Sragen. Kemampuan Kabupaten Sragen dalam memenuhi
kebutuhan padi di dalam dan luar daerahnya menjadikan Kabupaten
Sragen dikenal sebagai lumbung padi Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan
komoditi palawija yang memberikan kontribusi paling kecil adalah
komoditi ubi jalar. Rata-rata kontribusi komoditi ubi jalar adalah 0,0097%
selama tahun 2005-2008. Hal ini dikarenakan jumlah produksi komoditi
ubi jalar dari tahun ke tahun selalu jauh lebih kecil dibanding komoditi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
tanaman pangan lainnya. Komoditi ubi jalar diusahakan di satu kecamatan
yaitu Miri.
Kontribusi tanaman bahan makanan juga berasal dari kontribusi
sayur-sayuran. Besarnya kontribusi nilai produksi komoditi sayur-sayuran
di Kabupaten Sragen disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27. Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Sayur-sayuran di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008(%)
No Komoditi 2005 2006 2007 2008 Rata-rata1 Kacang panjang 0,0924 0,0822 0,0482 0,0718 0,07372 Cabe 1,8108 0,8102 0,7500 0,8608 1,05803 Tomat 0,0273 0,0273 0,0118 0,0109 0,01934 Ketimun 0,0308 0,0122 0,0099 0,0422 0,02385 Kangkung 0,0027 0,0072 0,0035 0,0065 0,00506 Bayam 0,0044 0,0022 0,0021 0,0030 0,00297 Terong 0,0560 0,0396 0,0363 0,0398 0,0429
Sumber : Analisis Data Sekunder Lampiran 11
Keterangan : Penggunaan lebih dari dua digit dalam formula persen (%),
untuk mendalami tingkat kontribusi yang sangat kecil.
Berdasarkan Tabel 27, diketahui bahwa kontribusi nilai produksi
komoditi sayur-sayuran di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008 secara
umum berfluktuatif. Masing-masing komoditi sayur-sayuran memberikan
kontribusi yang berbeda terhadap sektor pertanian disetiap tahunnya.
Rata-rata kontribusi masing-masing komoditi sayur-sayuran di Kabupaten
Sragen disajikan pada Gambar 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 6. Grafik Rata-rata Kontribusi Nilai Produksi Komoditi
Sayur-sayuran di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008
Berdasarkan Gambar 6, diketahui bahwa komoditi cabe merupakan
komoditi yang memberikan kontribusi paling besar diantara komoditi
sayur-sayuran yang lain. Rata-rata kontribusi komoditi cabe adalah
1,0580% selama tahun 2005-2008. Besar kontribusi komoditi cabe karena
jumlah produksi komoditi cabe yang terbesar dibanding komoditi sayur-
sayuran lainnya. Komoditi cabe adalah komoditi hortikultura yang cocok
dibudidayakan di Kabupaten Sragen. Luas panen cabe terdapat di setiap
kecamatan kecuali kecamatan Ngrampal dan Gemolong. Sedangkan rata-
rata kontribusi yang paling kecil adalah komoditi bayam yaitu 0,0029%.
Hal ini dikarenakan sedikit jumlah produksi bayam disetiap tahunnya.
Kontribusi komoditi tanaman bahan makanan juga berasal dari
kontribusi komoditi buah-buahan. Besarnya kontribusi nilai produksi
komoditi buah-buahan di Kabupaten Sragen disajikan pada Tabel 28.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 28. Kontribusi Nilai Produksi Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008(%)
No Komoditi 2005 2006 2007 2008 Rata-rata1 Semangka 0,6138 0,2324 0,3372 0,2664 0,36252 Pisang 1,3384 2,1881 3,7403 6,3568 3,40593 Mangga 4,5012 2,8533 2,0114 1,9499 2,82904 Rambutan 0,1602 0,2969 0,2096 0,5743 0,31025 Melon 0,9549 0,5531 0,4101 0,6459 0,64106 Jeruk 0,0526 0,0572 0,0254 0,1719 0,07687 Sawo 0,1509 0,1400 0,1150 0,0943 0,12508 Pepaya 0,2269 0,2273 0,1738 0,3343 0,24069 Nanas 0,0002 0,0001 0,0001 0,0002 0,0002
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 11)
Keterangan : Penggunaan lebih dari dua digit dalam formula persen (%),
untuk mendalami tingkat kontribusi yang sangat kecil.
Berdasarkan Tabel 28, diketahui bahwa kontribusi komoditi buah-
buahan yang cenderung meningkat adalah komoditi pisang. Hal ini
dikarenakan komoditi pisang mengalami peningkatan nilai produksi setiap
tahunnya. Komoditi yang kontribusinya cenderung menurun adalah
komoditi mangga dan sawo. Kontribusi menurun dikarenakan penurunan
nilai produksi komoditi setiap tahunnya. Komoditi yang memberikan
kontribusi yang tetap adalah komoditi nanas. Komoditi nanas juga
merupakan komoditi yang memberikan kontribusi terkecil. Komoditi lain
seperti semangka, rambutan, melon, jeruk dan pepaya memberikan
kontribusi yang cenderung berfluktuatif selama tahun 2005-2008. Masing-
masing komoditi sayur-sayuran memberikan kontribusi yang berbeda
setiap tahunnya. Rata-rata kontribusi komoditi sayur-sayuran di Kabupaten
Sragen disajikan pada Gambar 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Gambar 7. Grafik Rata-rata Kontribusi Nilai Produksi Komoditi
Buah-buahan di Kabupaten Sragen Tahun 2005-2008
Berdasarkan Gambar 7, diketahui bahwa komoditi pisang merupakan
komoditi yang memberikan rata-rata kontribusi yang paling besar diantara
komoditi buah-buahan lainnya. Rata-rata kontribusi komoditi pisang
adalah 3,4059% selama tahun 2005-2008. Besar kontribusi komoditi
pisang karena jumlah produksi komoditi pisang yang besar sehingga nilai
produksinya juga besar. Nilai produksi komoditi pisang paling besar
diantara komoditi buah-buahan lainnya. sedangkan komoditi buah-buahan
yang memberikan rata-rata kontribusi paling kecil adalah nanas. Hal ini
dikarenakan sedikitnya luas panen sehingga mengakibatkan sedikitnya
jumlah produksi nanas.
Secara keseluruhan dari komoditi tanaman bahan makanan yang
memberikan kontribusi yang paling besar diantara komoditi tanaman
pangan, komoditi sayur-sayuran dan komoditi buah-buahan adalah
komoditi padi yang termasuk dalam komoditi tanaman pangan. Komoditi
padi memberikan rata-rata kontribusi sebesar 55,5640%. Besarnya
kontribusi komoditi padi dipengaruhi oleh besar nilai produksi komoditi
padi dan nilai produksi total sektor pertanian. Nilai produksi padi dibentuk
dari jumlah produksi padi dan harga padi pada tahun tertentu. Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
produksi padi merupakan nilai produksi yang paling besar diantara nilai
produksi komoditi pertanian di Kabupaten Sragen. Oleh karena itu,
komoditi padi memberikan kontribusi yang paling besar diantara komoditi
tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen. Sedangkan komoditi
tanaman bahan makanan yang memberi kontribusi yang paling kecil
adalah nanas yang termasuk dalam komoditi buah-buahan. Hal ini karena
nilai produksi nanas yang sangat kecil karena jumlah produksi yang
sedikit. Komoditi nanas hanya diusahakan di empat kecamatan yaitu
Kalijambe, Plupuh, Sambirejo dan Gemolong sehingga luas lahan
panennya sedikit.
B. Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen
dengan Pendekatan Tipologi Klassen
Komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen yang terdiri
dari tanaman pangan (padi dan palawija), sayur-sayuran dan buah-buahan
diklasifikasikan dengan menggunakan pendekatan Tipologi Klassen.
Pendekatan Tipologi Klassen menggunakan dua indikator utama yaitu laju
pertumbuhan dan kontribusi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten
Sragen yang dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Sragen.
Laju pertumbuhan komoditi merupakan proses perubahan nilai
produksi dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan mempunyai dua kriteria
yaitu tumbuh cepat dan tumbuh lambat. Kriteria tumbuh cepat apabila laju
pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan lebih besar atau sama dengan
laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen. Kriteria tumbuh lambat apabila
laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan lebih kecil daripada laju
pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen.
Kontribusi tanaman bahan makanan merupakan perbandingan antara
nilai produksi komoditi tanaman bahan makanan terhadap total nilai produksi
komoditi pertanian. Kontribusi mempunyai dua kriteria yaitu kontribusi besar
dan kontribusi kecil. Kontribusi besar apabila kontribusi tanaman bahan
makanan lebih besar atau sama dengan kontribusi PDRB Kabupaten Sragen
terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah. Kontribusi kecil apabila kontribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
tanaman bahan makanan lebih kecil dari kontribusi PDRB Kabupaten Sragen
terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah.
Analisis Tipologi Klassen dengan Matrik Tipologi Klassen
mengklasifikasikan komoditi tanaman bahan makanan menjadi empat
klasifikasi yaitu komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang
dan komoditi terbelakang. Klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di
Kabupaten Sragen disajikan pada Tabel 29.
Tabel 29. Matriks Tipologi Klassen Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen
Kontribusi
Komoditi Laju Pertumbuhan Komoditi
Kontribusi Besar (Kontribusi komoditi i > Kontribusi PDRB )
Kontribusi Kecil (Kontribusi komoditi i <
Kontribusi PDRB)
Tumbuh Cepat (r komoditi i > r PDRB)
Komoditi Prima : Jagung, Ubi kayu,
Kacang tanah dan Pisang
Komoditi Berkembang : Ubi Jalar, Kedelai,
Ketimun, Kangkung, Rambutan, Jeruk, Pepaya
dan Nanas Tumbuh Lambat (r komoditi i < r PDRB)
Komoditi Potensial : Padi dan Mangga
Komoditi Terbelakang :Kacang hijau, Kacang panjang, Cabe, Tomat,
Bayam, Terong, Semangka, Melon dan
Sawo Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 14)
Berdasarkan Tabel 29 diketahui bahwa hasil analisis pendekatan
Tipologi Klassen, komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen
dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok kategori. Klasifikasi tersebut
terdiri dari komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang dan
komoditi terbelakang. Penjelasan secara rinci mengenai klasifikasi komoditi
tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut :
1. Komoditi Prima
Komoditi prima adalah komoditi tanaman bahan makanan yang
mempunyai kriteria yaitu laju pertumbuhan cepat dan kontribusi besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, komoditi tanaman bahan
makanan di Kabupaten Sragen yang termasuk dalam komoditi prima
adalah jagung, ubi kayu, kacang tanah dan pisang. Keempat komoditi
prima tersebut mempunyai peranan yang penting dalam memberikan
sumbangan pendapatan daerah Kabupaten Sragen.
Komoditi jagung merupakan komoditi prima di Kabupaten Sragen
karena komoditi jagung mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dan
kontribusi yang besar. Laju pertumbuhan komoditi jagung lebih besar dari
laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen sehingga dikatakan laju
pertumbuhan cepat. Laju pertumbuhan komoditi jagung sebesar 82,22%
lebih besar jika dibandingkan nilai laju pertumbuhan PDRB Kabupaten
Sragen sebesar 5,53%. Kontribusi komoditi jagung dikatakan besar karena
kontribusi komoditi jagung senilai 3,9128% lebih besar jika dibandingkan
kontribusi PDRB Kabupaten Sragen terhadap PDRB Provinsi Jawa
Tengah senilai 1,6236%.
Komoditi jagung dapat menjadi komoditi prima karena nilai
produksi komoditi jagung mengalami peningkatan setiap tahun kecuali
pada tahun 2006, nilai produksi komoditi jagung mengalami penurunan
karena jumlah produksi yang menurun. Pada tahun 2006, bencana alam
kekeringan menyebabkan seluas 80 Ha lahan jagung mengalami kerusakan
ringan, sedang maupun berat. Keadaan ini berpengaruh pada jumlah
produksi jagung di Kabupaten Sragen. Komoditi jagung dapat diusahakan
pada semua kecamatan di Kabupaten Sragen. Kondisi tanah dan iklim di
Kabupaten Sragen mendukung untuk budidaya tanaman jagung. Beberapa
kecamatan menghasilkan jagung dalam jumlah yang besar yaitu
Kecamatan Sumberlawang, Mondokan dan Tangen. Kecamatan
Sumberlawang dikenal sebagai produsen jagung terbesar di Kabupaten
Sragen.
Komoditi ubi kayu menjadi komoditi prima di Kabupaten Sragen
karena mempunyai kriteria laju pertumbuhan yang cepat dan kontribusi
yang besar. Laju pertumbuhan dikatakan cepat karena laju pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
komoditi ubi kayu lebih besar daripada laju pertumbuhan PDRB
Kabupaten Sragen. Laju pertumbuhan ubi kayu sebesar 10,36% lebih besar
dibanding laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen sebesar 5,53%.
Kontribusi dikatakan besar karena kontribusi komoditi ubi kayu lebih
besar daripada kontribusi PDRB Kabupaten Sragen. Kontribusi komoditi
ubi kayu sebesar 3,8377% lebih besar dibanding kontribusi PDRB
Kabupaten Sragen terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah sebesar
1,6236%.
Komoditi ubi kayu menjadi komoditi prima mengingat ubi kayu
sebagai alternatif pangan karena sumber karbohidrat yang terkandung di
dalamnya. Tanaman ubi kayu merupakan tanaman palawija yang mudah
diusahakan di lahan tegalan atau lahan kering. Beberapa kecamatan di
Kabupaten Sragen menghasilkan komoditi ubi kayu. Kecamatan yang
menghasilkan ubi kayu dalam jumlah terbesar adalah Kecamatan
Mondokan.
Komoditi kacang tanah menjadi komoditi prima di Kabupaten
Sragen karena mempunyai kriteria laju pertumbuhan yang cepat dan
kontribusi yang besar. Laju pertumbuhan dikatakan cepat karena laju
pertumbuhan komoditi kacang tanah lebih besar daripada laju
pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen. Laju pertumbuhan kacang tanah
sebesar 8,81% lebih besar dibanding laju pertumbuhan PDRB Kabupaten
Sragen sebesar 5,53%. Kontribusi dikatakan besar karena kontribusi
komoditi kacang tanah lebih besar daripada kontribusi PDRB Kabupaten
Sragen. Kontribusi komoditi kacang tanah sebesar 3,0889% lebih besar
dibanding kontribusi PDRB Kabupaten Sragen terhadap PDRB Provinsi
Jawa Tengah sebesar 1,6236%.
Selain dari tanaman pangan, klasifikasi komoditi prima juga terdapat
pada komoditi buah-buahan yaitu pisang. Komoditi pisang menjadi
komoditi prima di Kabupaten Sragen karena mempunyai kriteria laju
pertumbuhan yang cepat dan kontribusi yang besar. Laju pertumbuhan
dikatakan cepat karena laju pertumbuhan komoditi pisang lebih besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
daripada laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen. Laju pertumbuhan
pisang sebesar 82,56% lebih besar dibanding laju pertumbuhan PDRB
Kabupaten Sragen sebesar 5,53%. Kontribusi dikatakan besar karena
kontribusi komoditi pisang lebih besar daripada kontribusi PDRB
Kabupaten Sragen. Kontribusi komoditi pisang sebesar 3,4059% lebih
besar dibanding kontribusi PDRB Kabupaten Sragen terhadap PDRB
Provinsi Jawa Tengah sebesar 1,6236%.
Komoditi pisang banyak diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten
Sragen. Komoditi pisang mudah untuk dibudidayakan sehingga
produksinya melimpah. Luas panen komoditi pisang terdapat diseluruh
kecamatan di Kabupaten Sragen. Kecamatan Sidoarjo dikenal sebagai
produsen terbesar untuk komoditi pisang.
Komoditi prima yaitu komoditi jagung, ubi kayu, kacang tanah dan
pisang mempunyai peran yang penting dalam perekonomian Kabupaten
Sragen. Kriteria laju pertumbuhan yang cepat dan kontribusi yang besar
masi dapat dioptimalkan karena pada tahun tertentu masih mengalami laju
pertumbuhan yang negatif. Oleh karena itu, pengembangan akan komoditi
prima perlu dilakukan agar komoditi prima tetap menjadi komoditi prima
dengan mengoptimalkan potensi komoditi prima.
2. Komoditi Potensial
Komoditi potensial adalah komoditi tanaman bahan makanan yang
mempunyai kriteria yaitu laju pertumbuhan lambat dan kontribusi besar.
Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, komoditi tanaman bahan
makanan di Kabupaten Sragen yang termasuk dalam komoditi potensial
adalah padi dan mangga. Komoditi padi termasuk dalam komoditi tanaman
pangan. Komoditi mangga termasuk dalam komoditi buah-buahan.
Komoditi padi mempunyai kontribusi yang besar dibandingkan
kontribusi PDRB Kabupaten Sragen. Kontribusi komoditi padi sebesar
55,5640% terhadap total nilai produksi komoditi pertanian. Kontribusi
komoditi padi yang besar dipengaruhi oleh jumlah produksi padi yang
terbesar diantara komoditi pertanian yang lain dan selalu meningkat setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
tahun. Produksi padi yang dihitung berupa gabah kering panen dan harga
komoditinya adalah harga gabah kering panen/kg. Padi merupakan
komoditi pertanian yang andalan bagi Kabupaten Sragen. Tanaman padi
dapat ditemui diseluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Sragen.
Tanaman padi dapat tumbuh subur di wilayah Kabupaten Sragen karena
tanah yang subur dan tersedianya air yang cukup. Kondisi ini didukung
dengan adanya saluran irigasi teknis dari Waduk Gajah Mungkur dan 7
waduk di Kabupaten Sragen yaitu Gebyar, Blimbing, Kembangan, Botok,
Brambang, Gembong dan Ketro. Keberadaan waduk juga didukung
dengan adanya embung yang tersebar di 6 Kecamatan antara lain
Gondang, Sambirejo, Sambungmacan, Karangmalang, Masaran dan
Kedawung. Selain faktor pendukung tersebut, padi merupakan makanan
pokok bagi masyarakat di Kabupaten Sragen. Permintaan akan komoditi
padi akan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk.
Pemenuhan akan permintaan kebutuhan pangan pokok inilah yang
mendorong petani di Kabupaten Sragen untuk mengusahakan tanaman
padi.
Komoditi padi mempunyai kontribusi yang besar namun laju
pertumbuhan lambat. Laju pertumbuhan komoditi padi selalu positif
selama tahun 2006-2008, akan tetapi nilai laju pertumbuhannya rendah
dibanding laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen. Nilai laju
pertumbuhan yang rendah disebabkan nilai produksi selama tahun 2005-
2008 bertambah dalam jumlah yang sedikit setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan oleh produksi dan harga komoditi yang berfluktuatif selama
tahun 2005-2008.
Komoditi mangga memberikan kontribusi yang besar dibandingkan
kontribusi PDRB Kabupaten Sragen. Kontribusi komoditi mangga sebesar
2,8290% terhadap total nilai produksi komoditi pertanian. Kontribusi
komoditi mangga terbesar kedua dalam kelompok komoditi buah-buahan.
Tanaman mangga mempunyai luas panen diseluruh kecamatan di
Kabupaten Sragen. Kecamatan andalan untuk produksi mangga adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Sumberlawang. Keadaan alam Kabupaten Sragen mendukung untuk
dibudidayakan tanaman mangga yaitu tanah yang subur dan berdrainase
baik.
Komoditi mangga mempunyai nilai laju pertumbuhan yang rendah
sehingga laju pertumbuhannya lambat. Laju pertumbuhan komoditi
mangga selalu bernilai negatif setiap tahunnya. Kondisi ini karena nilai
produksi mangga mengalami penurunan setiap tahun dari tahun
2005-2008. Nilai produksi yang selalu menurun menyebabkan laju
pertumbuhannya negatif. Laju pertumbuhan rata-rata komoditi mangga
lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen.
Komoditi padi dan mangga sudah mampu memberikan kontribusi
yang besar akan tetapi laju pertumbuhannya lambat. Kedua komoditi ini
mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi komoditi prima.
Kontribusi yang besar perlu diperhatikan dan laju pertumbuhan perlu
ditingkatkan agar dapat menjadi komoditi prima.
3. Komoditi Berkembang
Komoditi berkembang adalah komoditi tanaman bahan makanan
yang mempunyai kriteria yaitu laju pertumbuhan cepat dan kontribusi
kecil. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, komoditi tanaman
bahan makanan di Kabupaten Sragen yang termasuk dalam komoditi
berkembang adalah ubi jalar, kedelai, ketimun, kangkung, rambutan, jeruk,
pepaya dan nanas. Komoditi ubi jalar dan kedelai termasuk kelompok
komoditi tanaman pangan. Komoditi ketimun dan kangkung termasuk
kelompok komoditi sayur-sayuran. Komoditi rambutan, jeruk, pepaya dan
nanas termasuk kelompok komoditi buah-buahan.
Komoditi tanaman pangan (palawija) yang termasuk dalam komoditi
berkembang adalah ubi jalar dan kedelai. Laju pertumbuhan komoditi ubi
jalar yaitu sebesar 183,89%, nilai ini terbesar dibandingkan nilai laju
pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan yang lain. Laju
pertumbuhan komoditi kedelai yaitu sebesar 27,5813%. Kedua komoditi
palawija tersebut mempunyai nilai laju pertumbuhan yang lebih besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
dibandingkan nilai laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen, akan tetapi
kontribusi komoditi palawija tersebut lebih kecil dibanding kontribusi
PDRB Kabupaten Sragen. Laju pertumbuhan yang besar pada komoditi
ubi jalar karena pada tahun 2007 terjadi penambahan luas panen sebesar
20 Ha dari tahun sebelumnya, sehingga produksi dapat meningkat tajam.
Sedangkan komoditi kedelai mempunyai nilai laju pertumbuhan yang
besar karena pada tahun 2006 dan 2008 terjadi penambahan luas panen
dari tahun sebelumnya sehingga produksinya meningkat.
Komoditi sayur-sayuran yang termasuk dalam komoditi berkembang
adalah ketimun dan kangkung. Laju pertumbuhan komoditi ketimun
sebesar 78,61% dan laju pertumbuhan komoditi kangkung sebesar
69,42%. Kedua komoditi tersebut mempunyai nilai laju pertumbuhan
terbesar diantara komoditi sayur-sayuran. Laju pertumbuhan yang besar
untuk komoditi ketimun karena pada tahun 2007 terjadi penambahan luas
panen sebesar 26 Ha dari tahun sebelumnya. Lahan budidaya ketimun
memanfaatkan lahan yang belum dimanfaatkan di kecamatan Mondokan
dan Sukodono. Kedua kecamatan inilah yang dikenal sebagai penghasil
komoditi ketimun di Kabupaten Sragen. Laju pertumbuhan yang besar
untuk komoditi kangkung karena terjadi peningkatan produksi pada tahun
2006 dan 2008 dari tahun sebelumnya.
Komoditi buah-buahan yang termasuk dalam komoditi berkembang
adalah rambutan, jeruk, pepaya dan nanas. Komoditi buah-buahan yang
mempunyai nilai laju pertumbuhan yang terbesar adalah jeruk sebesar
163,55%. Semua komoditi buah-buahan yang termasuk dalam komoditi
berkembang mempunyai nilai laju pertumbuhan yang lebih besar jika
dibandingkan dengan nilai laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen
sehingga disebut laju pertumbuhannya cepat. Meskipun demikian,
kontribusi komoditi tersebut kecil jika dibandingkan dengan kontribusi
PDRB Kabupaten Sragen terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah.
Terdapat 8 komoditi tanaman bahan makanan yang termasuk
komoditi berkembang. Komoditi tersebut mempunyai laju pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
yang cepat, akan tetapi kontribusinya kecil terhadap PDRB Kabupaten
Sragen. Komoditi berkembang mempunyai potensi untuk dapat
dikembangkan, mengingat laju pertumbuhannya yang cepat. Oleh karena
itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kontribusi dari komoditi
ini agar memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan
perekonomian daerah Kabupaten Sragen.
4. Komoditi Terbelakang
Komoditi terbelakang adalah komoditi tanaman bahan makanan
yang mempunyai kriteria yaitu laju pertumbuhan lambat dan kontribusi
kecil. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, komoditi tanaman
bahan makanan di Kabupaten Sragen yang termasuk dalam komoditi
terbelakang adalah kacang hijau, kacang panjang, cabe, tomat, bayam,
terong, semangka, melon dan sawo. Komoditi kacang hijau termasuk
kelompok komoditi tanaman pangan. Komoditi kacang panjang, cabe,
tomat, bayam dan terong termasuk kelompok komoditi sayur-sayuran.
Komoditi semangka, melon dan sawo termasuk kelompok komoditi buah-
buahan.
Komoditi tanaman pangan yang termasuk dalam komoditi
terbelakang adalah kacang hijau. Komoditi kacang hijau memiliki laju
pertumbuhan sebesar -7,91% dan kontribusi sebesar 1,4726%. Nilai laju
pertumbuhan komoditi kacang hijau lebih kecil dibanding nilai laju
pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen. Kontribusi komoditi kacang hijau
lebih kecil dibanding kontribusi PDRB Kabupaten Sragen terhadap PDRB
Provinsi Jawa Tengah. Hal ini karena produksi kacang hijau sangat
berfluaktuatif setiap tahunnya dengan kecenderungan penurunan hasil.
Komoditi sayur-sayuran yang termasuk dalam komoditi terbelakang
adalah kacang panjang, cabe, tomat, bayam dan terong. Komoditi yang
mempunyai nilai kontribusi yang terkecil adalah komoditi bayam sebesar
0,0029% dan dengan laju pertumbuhan sebesar 1,60% lebih kecil
dibanding laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen. Produksi komoditi
bayam terendah dibanding produksi komoditi sayur-sayuran yang lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
selama tahun 2005-2008. Komoditi bayam hanya diusahakan di beberapa
kecamatan antara lain Plupuh, Sragen, Mondokan, Sukodono dan Tangen.
Secara keseluruhan komoditi sayur-sayuran tidak mudah diusahakan di
wilayah utara Bengawan Solo karena kondisi tanah yang berkapur,
sehingga komoditi sayur-sayuran di Kabupaten Sragen perlu mendapat
perhatian khusus terkait dengan budidaya tanamannya.
Komoditi buah-buahan yang termasuk dalam komoditi terbelakang
adalah semangka, melon dan sawo. Ketiga komoditi tersebut memiliki
nilai kontribusi yang kecil yaitu 0,3625%, 0,6410% dan 0,1250%.
Kontribusi ketiga komoditi tersebut lebih kecil dari kontribusi PDRB
Kabupaten Sragen terhadap PDRB Propinsi Jawa Tengah. Laju
pertumbuhan semangka, melon dan sawo adalah -0,02%, 0,24% dan
-7,23%. Laju pertumbuhan komoditi tersebut lebih kecil daripada laju
pertumbuhan PDRB Kabupaten Sragen sehingga dikatakan laju
pertumbuhannya lambat. Komoditi sawo mempunyai nilai laju
pertumbuhan dan kontribusi yang terkecil diantara ketiganya.
Komoditi terbelakang perlu mendapat perhatian karena laju
pertumbuhannya lambat dan kontribusinya kecil terhadap PDRB
Kabupaten Sragen. Apabila tidak diupayakan peningkatan kontribusi dan
laju pertumbuhannya, maka akan dapat semakin menurunkan PDRB
Kabupaten Sragen. Oleh karena itu, perlu adanya usaha pengembangan
komoditi terbelakang dengan memanfaatkan potensi wilayah yang ada.
Usaha yang dilakukan adalah meningkatkan laju pertumbuhan dan
kontribusi komoditi terbelakang, sehingga akan mampu memberikan
peranan yang lebih baik bagi perekonomian Kabupaten Sragen.
C. Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di
Kabupaten Sragen
Pembangunan pertanian sebagai agenda prioritas pembangunan daerah
di Kabupaten Sragen, mengingat sektor pertanian memberikan kontribusi
terbesar dalam PDRB Kabupaten Sragen. Pembangunan pertanian masih
menghadapi berbagai kendala atau kelemahan yang ada dalam lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
pertanian yaitu kurangnya modal usaha tani, kurang sarana dan prasarana
yang memadai serta kualitas sumberdaya manusia (petani) yang masih
rendah. Pembangunan pertanian juga menghadapi berbagai ancaman yang
berasal dari luar lingkungan pertanian antara lain berkurangnya lahan
pertanian, mahalnya biaya produksi, fluktuasi harga produksi pertanian dan
rendahnya pendapatan petani (BAPPEDA Kabupaten Sragen, 2006). Kendala
dalam pembangunan pertanian perlu diperhatikan agar kendala dan ancaman
tidak mengganggu pembangunan pertanian ke depannya khususnya
perkembangan komoditi tanaman bahan makanan. Oleh karena itu, perlu
disusun perencanaan pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Sragen
berbasis komoditi tanaman bahan makanan, mengingat subsektor tanaman
bahan makanan merupakan subsektor yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap sektor pertanian dalam PDRB Kabupaten Sragen.
Berdasarkan klasifikasi tanaman bahan makanan yang telah dilakukan
dengan pendekatan Tipologi Klassen, maka dapat disusun perencanaan
pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Sragen berbasis komoditi tanaman
bahan makanan. Perumusan perencanaan pembangunan ekonomi daerah
dilakukan dengan membuat matrik alternatif strategi pengembangan komoditi
tanaman bahan makanan. Alternatif strategi pengembangan terbagi ke dalam
tiga periode waktu yaitu alternatif strategi pengembangan jangka pendek
(1-5 tahun), jangka menengah (5-10 tahun) dan jangka panjang (10-25 tahun).
Hasil matrik alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman bahan
makanan di Kabupaten Sragen disajikan pada Tabel 30.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 30. Matrik Alternatif Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sragen
Jangka Pendek (1-5 tahun)
Jangka Menengah (5-10 tahun)
Jangka Panjang (10-25 tahun)
Komoditi Prima Strateginya dengan mempertahankan laju pertumbuhan yang cepat dan kontribusi yang besar dari komoditi prima, melalui upaya : - Pengembangan
agribisnis komoditi jagung
- Penerapan sistem tumpang sari pada komoditi ubi kayu dan kacang tanah
- Peningkatan produktivitas pisang
- Peningkatan kerjasama antara pihak swasta dengan petani
Komoditi Potensial
menjadi Komoditi Prima Strateginya dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi potensial, melalui upaya : - Peningkatan
produktivitas padi - Peningkatan akses
petani terhadap lembaga keuangan
- Peningkatan produksi komoditi mangga dengan pemeliharaan yang intensif
Komoditi Potensial menjadi Komoditi Prima Strateginya dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi potensial, melalui upaya : - Pengembangan padi
organik di seluruh wilayah Kabupaten Sragen Komoditi Berkembang
menjadi Komoditi Potensial
Strateginya dengan meningkatkan kontribusi komoditi berkembang, melalui upaya : - Peningkatan kualitas
SDM (petani) - Pengembangan daerah
sentra komoditi sayur dan buah
Komoditi Terbelakang
menjadi Komoditi Berkembang
Strateginya dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi terbelakang, melalui upaya : - Penerapan budidaya
pertanian yang baik untuk sayur dan buah
- Pengembangan demplot sayur dan buah
Komoditi Terbelakang menjadi Komoditi
Berkembang Strateginya dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi terbelakang, melalui upaya : - Pembangunan Sub
Terminal Agribisnis
Komoditi Prima Strateginya dengan mempertahankan laju pertumbuhan yang cepat dan kontribusi yang besar dari komoditi prima, melalui upaya: - Mengurangi alih fungsi
lahan pertanian ke lahan non pertanian
- Pengelolaan sumberdaya air untuk pertanian
- Penerapan pertanian berkelanjutan berbasis pertanian organik.
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 15)
Berdasarkan Tabel 30 diketahui bahwa alternatif strategi
pengembangan komoditi tanaman bahan makanan merupakan upaya untuk
mengembangkan komoditi tanaman bahan makanan dalam jangka waktu
tertentu. Penjelasan lebih rinci mengenai masing-masing alternatif strategi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
pengembangan komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen
adalah sebagai berikut :
1. Alternatif Strategi Pengembangan Jangka Pendek
Alternatif strategi jangka pendek adalah alternatif strategi yang
dilakukan dalam periode waktu antara 1-5 tahun. Strategi untuk
pengembangan komoditi tanaman bahan makanan yang terdiri dari dua
alternatif yaitu mempertahankan komoditi prima dan mengupayakan
komoditi potensial menjadi komoditi prima. Alternatif strategi
mempertahankan komoditi prima dilakukan dengan mengoptimalkan
potensi Kabupaten Sragen untuk mempertahankan laju pertumbuhan dan
kontribusi komoditi prima agar tetap menjadi komoditi prima. Alternatif
strategi mengupayakan komoditi potensial menjadi komoditi prima
dilakukan dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi potensial
sehingga dapat menjadi komoditi prima.
Berdasarkan analisis klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan
dengan pendekatan Tipologi Klassen maka diketahui bahwa komoditi
prima di Kabupaten Sragen adalah jagung, ubi kayu, kacang tanah dan
pisang. Komoditi potensial di Kabupaten Sragen adalah padi dan mangga.
Maka dirumuskan alternatif strategi menggunakan matrik alternatif strategi
pengembangan komoditi tanaman bahan makanan yang berdasarkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Sragen dan hasil wawancara dengan petani, penyuluh dan Dinas Pertanian
Kabupaten Sragen. Alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman
bahan makanan dalam jangka pendek di Kabupaten Sragen antara lain :
a. Alternatif strategi pengembangan jangka pendek yang mengupayakan
komoditi prima tetap bertahan sebagai komoditi prima
1) Pengembangan agribisnis komoditi jagung
Pengembangan agribisnis komoditi jagung dilakukan dengan
mengadakan kerjasama yang baik antara subsistem yang terlibat
dalam agribisnis jagung. Subsistem yang terlibat antara lain
subsistem pengadaan sarana produksi jagung, subsistem produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
usahatani jagung, subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian,
subsistem pemasaran dan perdagangan serta subsistem kelembagaan
penunjang. Subsistem pengadaan sarana produksi jagung
menyediakan benih jagung berkualitas super hibrida yang didukung
dengan pupuk dan sarana pertanian lain. Subsistem produksi
usahatani mengusahakan budidaya jagung dengan penggunaan benih
berkualitas super hibrida, sistem tanam yang benar, perawatan dan
pemanenan yang tepat sehingga hasil dapat mememuaskan.
Subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian mengupayakan
kegiatan pasca panen yang baik misalnya pengeringan dan
pengolahan menjadi jagung pipilan untuk meningkatkan kualitas
jagung. Subsistem pemasaran dan perdagangan yang mengusahakan
hasil komoditi jagung sampai ke tangan konsumen dengan jalur
pemasaran yang efisien. Subsistem kelembagaan penunjang adalah
lembaga yang membantu kegiatan agribisnis jagung misalnya
lembaga keuangan untuk pengadaan modal.
Upaya pengembangan agribisnis jagung diarahkan agar
kegiatan pertanian tidak hanya terpusat pada kegiatan budidaya saja
yang diperhatikan, akan tetapi lebih kepada kegiatan pertanian dalam
arti luas, yaitu pengembangan kegiatan pertanian on farm dan off
farm. Apabila subsistem-subsistem yang membentuk sistem
agribisnis jagung bekerja secara baik maka akan dapat meningkatkan
kualitas dan produktivitas jagung. Hal ini akan mempengaruhi
tingkat pendapatan petani yang meningkat sehingga kesejahteraan
petani juga dapat meningkat.
2) Penerapan sistem tumpang sari pada komoditi ubi kayu dan kacang
tanah
Komoditi ubi kayu dan kacang tanah termasuk dalam
kelompok palawija komoditi prima di Kabupaten Sragen. Tanaman
palawija dibudidayakan di lahan tegalan atau lahan kering. Lahan
kering tidak membutuhkan banyak air seperti lahan basah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
umumnya digunakan untuk persawahan. Oleh karena itu, budidaya
tanaman lahan kering (palawija) sangat dipengaruhi oleh keadaan
curah hujan sehingga pemilihan waktu tanam dan varietas tanaman
harus tepat.
Komoditi prima kelompok palawija ini dapat diusahakan
dengan pola tanam monokultur dan tumpangsari. Pola tanam
tumpangsari dilakukan antara ubi kayu dengan kacang tanah dan ubi
kayu/kacang tanah dengan padi gogo. Tumpangsari ubi kayu dan
kacang tanah memanfaatkan lahan yang tersedia secara efisien
sehingga dari satu lahan pertanian dapat menghasilkan dua komoditi
prima palawija. Tumpangsari ubi kayu/kacang tanah dengan padi
gogo adalah pola tanam dengan padi gogo sebagai tanaman utama
dan ubi kayu/kacang tanah sebagai tanaman sela. Pola tanam ini
memanfaatkan lahan tegalan untuk budidaya padi gogo yang banyak
diusahakan di Kabupaten Sragen. Tumpangsari ubi kayu/kacang
tanah dengan padi gogo memanfaatkan lahan yang tersedia diantara
tanaman padi gogo secara efisien, sehingga selain menghasilkan
komoditi utama yaitu padi juga menghasilkan komoditi ubi kayu /
kacang tanah. Sistem tumpangsari dapat memperluas areal tanam
komoditi ubi kayu dan kacang tanah sehingga dapat meningkatkan
produksi. Peningkatan produksi setiap tahunnya akan meningkatkan
laju pertumbuhan dan mempengaruhi peningkatan kontribusi
komoditi tersebut terhadap perekonomian Kabupaten Sragen.
3) Peningkatan produktivitas pisang
Pisang merupakan komoditi buah-buahan andalan di
Kabupaten Sragen. Jenis pisang yang dibudidayakan di wilayah
Sragen adalah pisang Kepok dan pisang Raja. Budidaya pisang
masih dilakukan secara sederhana dimana bibit berasal dari tanaman
sebelumnya dan pemeliharaan secara terbatas. Pisang masih sebatas
sebagai tanaman pekarangan rakyat yang diusahakan di pekarangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
penduduk. Pengetahuan akan budidaya dan teknologi yang rendah
menghambat perkembangan komoditi pisang.
Upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan
intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan untuk
meningkatkan hasil dengan cara budidaya pertanian yang baik.
Tindakan intensifikasi untuk komoditi pisang adalah penggunaan
bibit unggul tanaman, pengolahan tanah yang baik, pemupukan,
pengairan dan pemberantasan hama dan penyakit. Peran pemerintah
dalam menyediakan bantuan bibit dan modal petani sangat
diperlukan dalam tindakan ini. Pemerintah melalui penyuluh juga
memberikan pendampingan berupa arahan dalam budidaya pisang
yang baik. Ekstensifikasi merupakan tindakan perluasan areal tanam
komoditi pisang. Tanaman pisang selama ini hanya diusahakan di
pekarangan rumah penduduk. Perluasan areal tanam pada tegalan
sebagai alternatif dalam menambah luas panen komoditi pisang.
Luas panen yang bertambah dapat menyebabkan produksi komoditi
pisang meningkat.
4) Peningkatan kerjasama antara pihak swasta dengan petani (pola
kemitraan)
Komoditi prima perlu dikembangkan lebih baik lagi,
mengingat peranan komoditi yang besar terhadap perekonomian
Kabupaten Sragen. Pengembangan komoditi prima perlu kerjasama
antara pihak swasta dengan petani, sehingga pemerintah perlu
mengupayakan agar investor pertanian berniat mengembangkan
kemitraan dengan petani. Pola kemitraan/kerjasama memiliki dasar
saling membutuhkan dan saling menguntungkan antara kedua belah
pihak. Kepercayaan antara pihak swasta dan petani menjadi modal
keberhasilan pola kemitraan ini.
Kemitraan antara pihak swasta dan petani meliputi seluruh
aspek dari kegiatan agribisnis. Kerjasama pengadaan sarana
produksi, seperti benih, bibit, pupuk dan alat mesin pertanian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
melibatkan pihak swasta dalam penyediaan dan pendistribusiannya.
Pihak swasta dapat merupakan toko-toko sarana produksi, pabrik
pupuk, pabrik pestisida. Kerjasama pengolahan hasil dilakukan
dengan pengusaha industri yang menggunakan bahan baku dari
komoditi prima. Kerjasama menyebabkan produk komoditi pertanian
dari petani dapat langsung terserap pasar. Saat ini ada beberapa
industri di Kabupaten Sragen yang menggunakan komoditi prima
sebagai bahan baku antara lain industri pakan ternak (jagung dan ubi
kayu), industri kacang oven dan industri keripik pisang. Kerjasama
dengan lembaga keuangan dalam pengadaan modal, membantu
petani dalam memperoleh pinjaman modal dengan bunga yang
rendah dan prosedur yang mudah. Oleh karena itu, perlu peningkatan
kerjasama antara pihak swasta dengan petani agar mendorong
berkembangnya komoditi prima subsektor tanaman bahan makanan
di Kabupaten Sragen.
b. Alternatif strategi pengembangan jangka pendek yang mengupayakan
komoditi potensial menjadi komoditi prima
1) Peningkatan produktivitas padi
Padi merupakan komoditi andalan Kabupaten Sragen yang
memiliki jumlah produksi yang tinggi. Padi banyak diusahakan oleh
masyarakat diseluruh kecamatan di Kabupaten Sragen, karena
komoditi padi mempunyai karakteristik tanam dan panen secara
serempak pada areal yang cukup luas. Pentingnya peran komoditi
padi pada perekonomian Kabupaten Sragen maka perlu ditingkatkan
produktivitasnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
penggunaan bibit unggul pada tanaman padi. Varietas unggul Inbrida
Padi Irigasi (INPARI) yaitu INPARI 1, INPARI 2, INPARI 4,
INPARI 6 merupakan varietas padi sawah yang cocok ditanam di
lahan sawah irigasi. Varietas tersebut juga merupakan varietas yang
cocok ditanam di dataran rendah, dengan umur tanam relatif pendek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
dan potensi hasil yang cukup tinggi. Varietas ini juga mempunyai
ketahanan terhadap hama wereng coklat biotipe 2 dan 3, penyakit
hawar daun bakteri dan tahan rebah.
Tanaman Padi di Kabupaten Sragen selain dibudidayakan
secara konvensional juga secara organik, meskipun masih dalam
luasan areal tanam yang sempit dibanding secara konvensional.
Produksi beras organik di Kabupaten Sragen telah bebas dari
pestisida dan residu zat kimia lainnya. Pengembangan padi organik
tidak terlepas dari sarana produksi yaitu pupuk dan pestisida organik
yang menjadi kebutuhan mendasar dalam budidaya padi organik.
Kendala yang dihadapi pemerintah kabupaten Sragen terkait
dengan pupuk dan pestisida adalah banyak pupuk alternatif yang
beredar dimana kandungan unsur hara masih diragukan. Selain itu
pupuk dan pestisida organik yang dihasilkan petani/kelompok tani
masih heterogen karena menggunakan peralatan yang
sederhana/manual (BAPPEDA Kabupaten Sragen, 2006).
Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan
pengetahuan akan teknologi dalam pembuatan pupuk dan pestisida
organik. Setiap limbah organik dapat dimanfaatkan untuk pembuatan
pupuk dan pestisida organik, sehingga dengan memanfaatkan limbah
yang ada dapat meningkatkan jumlah produksi pupuk dan pestisida
organik. Dukungan pemerintah dalam pengembangan home industry
pupuk dan pestisida organik, khususnya dalam bantuan modal
diperlukan oleh produsen pupuk dan pestisida organik yang saat ini
berjumlah 194 produsen pupuk organik serta 20 produsen pestisida
organik. Jumlah produsen ini diharapkan terus bertambah guna
memenuhi kebutuhan pupuk dan pestisida untuk pertanian organik,
sehingga pemupukan dapat tepat waktu dan dosis, serta tersedianya
pestisida dapat mengatasi serangan hama penyakit.
Penggunaan bibit unggul tanaman padi dan peningkatan
produksi pupuk dan pestisida organik akan dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
produktivitas padi. Tanaman padi dapat tumbuh baik karena
memiliki ketahanan diri terhadap serangan hama penyakit, serta
didukung terpenuhinya unsur hara sehingga potensi hasil yang tinggi
dapat tercapai. Produktivitas yang meningkat akan mendorong
peningkatan produksi padi sehingga kontribusinya akan semakin
meningkat di masa yang akan datang.
2) Peningkatan akses petani terhadap lembaga keuangan
Salah satu kendala yang dihadapi oleh petani di Kabupaten
Sragen adalah kurangnya modal untuk usaha tani. Berdasarkan
RENSTRA Dinas Pertanian tahun 2006-2010 diketahui bahwa salah
satu isu yang terjadi pada bidang pertanian adalah kurangnya modal
usaha petani dalam mengembangkan usaha khususnya
pengembangan pangan. Hasil wawancara dengan petani, penyuluh
dan Dinas Pertanian menyatakan bahwa kurangnya modal menjadi
hambatan dalam pengembangan pertanian khususnya pertanian
organik.
Kegiatan pertanian sangat tergantung dengan keadaan alam
seperti kekeringan dan banjir menjadi penyebab gagal panen. Modal
petani yang sudah digunakan dalam usaha tani hilang akibat bencana
alam. Selain itu, himpitan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup
yang pokok menyebabkan petani kesulitan dalam mengadakan
modal untuk berusaha tani. Kesulitan petani dalam mengadakan
modal menyebabkan mereka tidak dapat optimal dalam menjalankan
usaha tani. Mereka tidak dapat mengaplikasikan teknologi secara
lengkap karena modal sendiri yang sangat terbatas. Barangkali
modal yang ada hanya mampu untuk membeli benih dan pupuk,
sehingga ketika ada serangan hama dan penyakit petani tidak
mempunyai modal untuk membeli pestisida. Keadaan ini
mengakibatkan produksi pertanian akan rendah dan tidak sesuai
harapan. Oleh karena itu, petani perlu bantuan modal untuk
kelangsungan kegiatan budidaya yang dilakukan petani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Lembaga keuangan mikro (LKM) merupakan lembaga
keuangan yang mengelola jasa keuangan untuk membiayai usaha
skala mikro yang dikelola oleh masyarakat. Lembaga keuangan
mikro (LKM) berbasis komunitas petani dikelola oleh suatu
kelompok tani, dimana LKM merupakan sumber keuangan yang
dapat diandalkan oleh petani. LKM memberikan solusi atas kendala
yang dihadapi petani ketika ingin mengajukan kredit kepada
lembaga keuangan formal (bank). Konsep perkreditan oleh LKM
bahwa peminjaman diusulkan melalui kelompok tani, berbunga
rendah, dan pembayaran diangsur secara fleksibel. Konsep ini lebih
memudahkan petani dalam memperoleh pinjaman modal untuk
usaha taninya. Pendirian LKM perlu dukungan dari pemerintah
dalam hal permodalan dan pelatihan pengurus LKM, sehingga setiap
kelompok tani berprestasi mampu mendirikan LKM untuk
meningkatkan akses petani terhadap lembaga keuangan.
3) Peningkatan produksi komoditi mangga dengan pemeliharaan yang
intensif
Mangga merupakan salah satu komoditi unggulan Kabupaten
Sragen dan berdasarkan analisis Tipologi Klassen merupakan
komoditi potensial. Jenis mangga yang dibudidayakan di Kabupaten
Sragen adalah harum manis, gadung, golek dan manalagi. Tanaman
mangga kurang mendapat perhatian khusus sebagai tanaman
budidaya dan lebih sebagai tanaman peneduh di pekarangan rumah.
Pemeliharaan pada tanaman mangga secara umum di Kabupaten
Sragen dilakukan seperlunya seperti kegiatan pemupukan yang
hanya dilakukan pada awal tanaman tumbuh dan setelahnya tidak
ada pemeliharaan bagi tanaman mangga. Keterbatasan dalam
pemeliharaan karena pengetahuan masyarakat yang terbatas
mengenai budidaya tanaman mangga.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi
mangga dengan pemeliharaan secara intensif. Tanaman mangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
perlu pemeliharaan agar buah yang dihasilkan berkualitas dan
berjumlah banyak. Kegiatan pemeliharaan tanaman mangga adalah
sebagai berikut penyiangan gulma, penggemburan tanah,
pemangkasan tunas dan pemupukan. Penyiangan gulma dapat
dilakukan bersamaan dengan penggemburan. Penggemburan
dilakukan pada tanah padat sekitar pangkal pohon dan dilakukan
pada awal musim hujan. Pemangkasan tunas bertujuan untuk
membentuk kanopi dan meningkatkan produksi dengan
mempertahankan beberapa tunas dalam satu batang. Pemupukan
dilakukan setiap tahunnya baik menggunakan pupuk organik
maupun pupuk anorganik. Sosialisasi mengenai pemeliharaan
mangga memerlukan peran penyuluh sebagai perpanjangan tangan
pemerintah kepada masyarakat. Penyuluhan akan memberikan
dampak yang positif setelah masyarakat melaksanakan pemeliharaan
yang baik dan tepat yaitu peningkatan produksi mangga di
Kabupaten Sragen.
Alternatif strategi pengembangan jangka pendek diharapkan dapat
meningkatkan laju pertumbuhan dan kontribusi dari komoditi prima dan
komoditi potensial tanaman bahan makanan. Komoditi tanaman bahan
makanan sebagai subsektor dari sektor pertanian dengan alternatif strategi
ini dapat meningkatkan perannya dalam perekonomian di Kabupaten
Sragen. Selain itu, alternatif strategi pengembangan dapat berperan serta
dalam upaya perencanaan pembangunan ekonomi daerah Kabupaten
Sragen dalam jangka pendek dimasa yang akan datang.
2. Alternatif Strategi Pengembangan Jangka Menengah
Alternatif strategi jangka menengah adalah alternatif strategi yang
dilakukan dalam periode waktu antara 5-10 tahun. Strategi untuk
pengembangan komoditi tanaman bahan makanan yang terdiri dari tiga
alternatif yaitu mengupayakan komoditi potensial menjadi komoditi prima,
mengupayakan komoditi berkembang menjadi komoditi potensial dan
mengupayakan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Alternatif strategi mengupayakan komoditi potensial menjadi komoditi
prima dilakukan dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi
potensial sehingga dapat menjadi komoditi prima. Alternatif strategi
mengupayakan komoditi berkembang menjadi komoditi potensial
dilakukan dengan meningkatkan kontribusi komoditi berkembang
sehingga dapat menjadi komoditi potensial. Alternatif strategi
mengupayakan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang
dilakukan dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi terbelakang
sehingga dapat menjadi komoditi berkembang.
Berdasarkan analisis klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan
dengan pendekatan Tipologi Klassen maka diketahui bahwa komoditi
potensial di Kabupaten Sragen adalah padi dan mangga. Komoditi
berkembang di Kabupaten Sragen adalah ubi jalar, kedelai, ketimun,
kangkung, rambutan, jeruk, pepaya dan nanas. Komoditi terbelakang di
Kabupaten Sragen adalah kacang hijau, kacang panjang, cabe, tomat,
bayam, terong, semangka, melon dan sawo. Maka dirumuskan alternatif
strategi menggunakan matrik alternatif strategi pengembangan komoditi
tanaman bahan makanan yang berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sragen dan hasil wawancara
dengan petani, penyuluh dan Dinas Pertanian Kabupaten Sragen. Alternatif
strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan dalam jangka
menengah di Kabupaten Sragen antara lain :
a. Alternatif strategi pengembangan jangka menengah yang
mengupayakan komoditi potensial menjadi komoditi prima
- Pengembangan padi organik di seluruh wilayah Kabupaten Sragen
Pertanian yang konvensional telah mampu memberikan
produksi yang tinggi namun menimbulkan banyak pencemaran yang
dapat merusak alam dan kesehatan manusia. Adanya kesadaran akan
dampak yang ditimbulkan tersebut, Kabupaten Sragen berusaha
mengembangkan pertanian organik dengan menerapkan pertanian
organik khususnya pada tanaman padi. Tanaman padi merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
komoditas utama yang ditaman masyarakat karena memiliki sifat
tanam dan panen secara serempak pada areal tanam yang luas.
Menurut Dinas Pertanian, Kabupaten Sragen sampai dengan
tahun 2010 masih menjadi andalan Jawa Tengah dalam hal produksi
padi karena memiliki surplus beras yang cukup besar. Luas tanam
padi organik di Kabupaten Sragen pada tahun 2010 seluas 9.123 ha
dengan luas panen 9.055 ha. Produksi padi organik 59.323,28 ton
dan produktifitas 65,51 kw/ha (Dinas Pertanian Kabupaten Sragen,
2011).
Padi organik adalah komoditi yang aman bagi kesehatan dan
lingkungan, dimana menggunakan input yang alami, tidak
bergantung pada produk-produk kimia. Pemerintah harus semakin
giat mensosialisasikan pertanian padi organik di semua wilayah
produksi padi. Selain itu, perluasan areal tanam komoditi padi
organik perlu dilakukan di setiap desa di Kabupaten Sragen.
Mengingat pertanian dengan sistem organik memberikan berbagai
keuntungan bagi banyak pihak. Secara teknis, pertanian organik
membantu menjaga kesuburan tanah. Secara ekonomi, pertanian
organik mampu meningkatkan pendapatan petani karena produk
organik dapat dijual dengan harga tinggi. Secara kesehatan,
pertanian organik menghasilkan produk yang menyehatkan
masyarakat.
b. Alternatif strategi pengembangan jangka menengah yang
mengupayakan komoditi berkembang menjadi komoditi potensial
1) Peningkatan kualitas SDM (petani)
Kondisi wilayah Kabupaten Sragen terdiri dari daerah selatan
Bengawan Solo dan utara Bengawan Solo. Daerah selatan Bengawan
Solo merupakan daerah yang subur dan dimaksimalkan untuk
komoditi padi dan buah-buahan. Daerah utara Bengawan Solo
dimaksimalkan untuk komoditi palawija, sayur-sayuran dan buah-
buahan (BAPPEDA Kabupaten Sragen, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa komoditi palawija,
sayur-sayuran dan buah-buahan dimaksimalkan di daerah utara
Bengawan Solo. Daerah utara Bengawan Solo merupakan daerah
pegunungan kapur sehingga tanahnya kurang subur dan tandus.
Usaha tani di daerah ini perlu penanggulangan yang baik dengan
terus meningkatkan kualitas sumberdaya yang mengelola usaha tani
di lahan tersebut. Peningkatan keterampilan dan pengetahuan petani
akan inovasi dan teknologi baru di bidang pertanian dilakukan secara
kontinue. Kegiatan yang dapat diadakan oleh pemerintah antara lain
sekolah lapang pengendalian hama terpadu, sekolah lapang iklim,
sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu, penyuluhan secara
intensif dan kursus manajemen usaha tani. Kegiatan ini bertujuan
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (petani) dengan
dukungan dari penyuluh pertanian dan pemerintah. Dengan adanya
kegiatan-kegiatan tersebut yang dilakukan secara kontinue akan
mempercepat petani dalam mengadopsi inovasi yang baru.
2) Pengembangan daerah sentra komoditi sayur dan buah
Komoditi berkembang didominasi oleh tanaman sayur-sayuran
dan buah-buahan. Komoditi ini tidak dapat cepat berkembang karena
kondisi wilayah Kabupaten Sragen yang beragam. Wilayah Selatan
Bengawan Solo berupa dataran rendah yang tidak digunakan untuk
budidaya sayur-sayuran namun dititik beratkan pada budidaya
komoditi padi dan buah-buahan. Wilayah Utara Bengawan Solo
yang berupa daerah pegunungan kapur diupayakan semaksimal
mungkin untuk budidaya palawija, sayur dan buah. Bedasarkan
penggunaan lahan, Kabupaten Sragen terbagi menjadi dua yaitu
lahan sawah sebesar 40.339 Ha (43%) dan lahan bukan sawah
sebesar 53.816 Ha (53%) (BPS Kabupaten Sragen, 2009). Oleh
karena itu, daerah penanaman hortikultura yang terbatas menjadi
pertimbangan dalam mengembangkan hortikultura di Kabupaten
Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Kabupaten Sragen telah menetapkan beberapa daerah sentra
komoditi hortikultura antara lain komoditi jeruk, mangga, pisang
rambutan dan salak. Komoditi sayur-sayuran belum memiliki daerah
sentra produksi. Pemerintah Kabupaten Sragen perlu menetapkan
kawasan sentra hortikultura yang lain khususnya komoditi sayur.
Penetapan daerah sentra dilakukan oleh pemerintah dengan
mempertimbangkan keadaan dan potensi daerah masing-masing.
Pengembangan kawasan sentra dapat diusahakan dengan kegiatan
berbasis pertanian dari penyediaan sarana produksi, budidaya yang
baik, penanganan pasca panen (pengolahan hasil) sampai pemasaran
hasil. Pengenbangan kawasan sentra bertujuan untuk meningkatkan
produksi dengan memanfaatkan lahan, meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia, membuka lapangan pekerjaan, dan
meningkatkan pendapatan masyarakat. Mengingat baiknya tujuan
pengembangan kawasan sentra, pemerintah perlu mendukung
dengan penyediaan sarana dan infrastruktur yang memadai untuk
budidaya serta pemasaran, perlu adanya alokasi anggaran kegiatan
untuk kawasan sentra. Pemerintah selalu menjadwalkan pemantauan
secara rutin terhadap perkembangan kawasan sentra hortikultura
yang telah ditetapkan.
c. Alternatif strategi pengembangan jangka menengah yang
mengupayakan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang
1) Penerapan budidaya pertanian yang baik untuk sayur dan buah
Penerapan budidaya pertanian yang baik untuk komoditi sayur
dan buah perlu dilakukan mengingat komoditi sayur dan buah
mendominasi kelompok komoditi terbelakang di Kabupaten Sragen.
Komoditi terbelakang perlu perhatian khusus untuk meningkatkan
kontribusi dan laju pertumbuhannya. Salah satu upaya perbaikan
dengan menerapkan budidaya pertanian yang baik untuk
memperoleh produktivitas yang tinggi, kualitas produk yang baik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
ramah lingkungan dan memperhatikan keamanan serta kesejahteraan
petani.
Penerapan tindakan budidaya pertanian yang baik untuk sayur
dan buah antara lain pemilihan dan penggunaan lahan yang tepat
yaitu lahan yang digunakan untuk budidaya adalah lahan yang bebas
dari cemaran limbah berbahaya, lahan juga harus diolah sebelum
ditanami untuk memperbaiki struktur tanah. Tindakan pemupukan
yang baik yaitu penggunaan pupuk yang tepat jenis, tepat waktu dan
tepat dosis, apabila menggunakan pupuk organik berbahan baku
kotoran hewan harus melalui proses pengolahan sebelum digunakan.
Tindakan pengendalian hama dan penyakit yaitu penggunaan
pestisida sesuai dosis yang telah tertulis pada label serta
menggunakan pestisida yang telah terdaftar resmi di pemerintah.
Penerapan tindaka-tindakan tersebut secara benar dapat mendukung
pengembangan komoditi terbelakang, sehingga akan mampu
meningkatkan kualitas dan produksinya.
2) Pengembangan demplot sayur dan buah
Perubahan iklim yang tidak menentu dan perkembangan
teknologi menuntut petani untuk dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan yang ada. Petani sebaiknya mampu menyerap berbagai
inovasi yang sesuai dan mengaplikasikannya di lapang dengan baik.
Hal ini dengan tujuan agar komoditi yang diusahakan memiliki
produktivitas yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan petani.
Lahan Demonstrasi Plot (Demplot) merupakan lahan yang
digunakan untuk percobaan budidaya suatu komoditi tertentu.
Demplot dapat digunakan sebagai sarana pengenalan kepada
masyarakat tentang inovasi dan teknologi terbaru pertanian. Dengan
adanya demplot, petani lebih mengenal suatu inovasi dan teknologi
dengan baik karena mengaplikasikan langsung di lahan demplot.
Hasil dari usaha tani komoditi yang ditanam pada lahan demplot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
umumnya lebih baik daripada hasil usaha tani komoditi oleh petani.
Pola demplot mengupayakan suatu komoditi diusahakan dengan
teknik budidaya yang lebih baik yaitu menggunakan bibit unggul,
pengolahan tanah, pola tanam, pengairan, pemupukan dan
pengendalian hama penyakit, pada pola ini suatu inovasi dan
teknologi diterapkan. Penerapan inovasi dan teknologi pada
demplot-demplot ini ke depannya dapat memberikan gambaran
kepada petani sehingga tertarik untuk mengaplikasikan inovasi dan
teknologi baru di lahan mereka sendiri.
Kabupaten Sragen telah mengembangkan pola demplot pada
komoditi tanaman bahan makanan, akan tetapi untuk komoditi
hortikultura hanya beberapa tanaman buah yang sudah terdapat lahan
demplot. Pengembangan demplot-demplot untuk tanaman
hortikultura khususnya sayur-sayuran sebaiknya dilakukan
mengingat adanya potensi wilayah Kabupaten Sragen untuk tanaman
hortikultura dataran rendah. Pemerintah perlu menyediakan alokasi
dana dan sumberdaya manusia (penyuluh), selanjutnya dilakukan
pemantauan secara kontinue sampai program selesai. Kerjasama
dengan pihak swasta juga akan sangat mendukung dalam
penyelenggaraan program demplot, misalnya dalam penyediaan
benih/bibit, penyediaan pupuk, penyediaan pestisida, maupun
penyediaan mesin pertanian. Pengembangan pola demplot dapat
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (petani) serta dapat
mengembangkan komoditi terbelakang sehingga produksinya dapat
meningkat.
Alternatif strategi pengembangan jangka menengah diharapkan
dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan kontribusi dari komoditi
potensial, komoditi berkembang dan komoditi terbelakang tanaman bahan
makanan. Komoditi tanaman bahan makanan sebagai subsektor dari sektor
pertanian dengan alternatif strategi ini dapat meningkatkan perannya
dalam perekonomian di Kabupaten Sragen. Selain itu, alternatif strategi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
pengembangan dapat berperan serta dalam upaya perencanaan
pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Sragen dalam jangka menengah
dimasa yang akan datang.
3. Alternatif Strategi Pemngembangan Jangka Panjang
Alternatif strategi jangka panjang adalah alternatif strategi yang
dilakukan dalam periode waktu antara 10-25 tahun. Strategi untuk
pengembangan komoditi tanaman bahan makanan yang terdiri dari dua
alternatif yaitu mengupayakan komoditi potensial menjadi komoditi
terbelakang menjadi komoditi berkembang dan mempertahankan komoditi
prima agar tetap menjadi komoditi prima. Alternatif strategi
mengupayakan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang
dilakukan dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi terbelakang
sehingga dapat menjadi komoditi berkembang. Alternatif strategi
mempertahankan komoditi prima agar tetap menjadi komoditi prima
dilakukan dengan mengoptimalkan potensi wilayah Kabupaten Sragen
agar dapat mempertahankan laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi
prima sehingga tetap menjadi komoditi prima.
Berdasarkan analisis klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan
dengan pendekatan Tipologi Klassen maka diketahui bahwa komoditi
prima di Kabupaten Sragen adalah jagung, ubi kayu, kacang tanah dan
pisang. Komoditi terbelakang di Kabupaten Sragen adalah kacang hijau,
kacang panjang, cabe, tomat, bayam, terong, semangka, melon dan sawo.
Maka dirumuskan alternatif strategi menggunakan matrik alternatif strategi
pengembangan komoditi tanaman bahan makanan yang berdasarkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Sragen dan hasil wawancara dengan petani, penyuluh dan Dinas Pertanian
Kabupaten Sragen. Alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman
bahan makanan dalam jangka panjang di Kabupaten Sragen antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
a. Alternatif strategi pengembangan jangka panjang yang mengupayakan
komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang
- Pembangunan Sub Terminal Agribisnis
Pemasaran komoditi pertanian merupakan bagian dari kegiatan
agribisnis. Pemasaran komoditi pertanian umumnya mempunyai
mata rantai yang panjang sehingga keuntungan yang diperoleh petani
menjadi rendah. Petani hanya sebagai penerima harga (price taker),
sehingga posisinya lemah dalam rantai pemasaran. Konsumen juga
harus membayar komoditi dengan harga yang tinggi akibat
panjangnya rantai pemasaran karena biaya pemasaran yang tinggi.
Anugrah (2004) menyatakan bahwa pola pemasaran tidak mampu
menunjang upaya pengembangan berbagai jenis komoditas.
Lemahnya posisi tawar petani serta semakin banyaknya produk
impor komoditas yang sama di pasar dalam negeri, menuntut upaya
peningkatan efisiensi pemasaran dengan mengembangkan
infrastruktur pemasaran. Sub terminal agribisnis sebagai suatu
infrastruktur pasar.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan
dalam pemasaran adalah dengan pembangunan Sub Terminal
Agribisnis (STA). Kabupaten Sragen perlu memiliki STA karena
sangat mendukung pemasaran komoditi tanaman bahan makanan
secara efisien. STA merupakan infrastruktur pemasaran dimana
selain sebagai tempat transaksi jual beli, juga sebagai wadah untuk
mengakomodasi kepentingan pelaku agribisnis dengan pendekatan
pasar lelang. Pembinaan mutu komoditi agribisnis dapat dilakukan di
tempat ini, karena tersedia tempat sortasi dan pengemasan, air
bersih, es, gudang, cool room, dan cold storage. Kemampuan petani
dan pedagang dalam penanganan komoditi pertanian dapat
ditingkatkan dengan adanya pelatihan penanganan dan pengemasan.
Konsep pasar lelang pada STA melibatkan kelompok tani
dalam memasarkan hasil pertanian. Kelompok tani secara bersama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
melakukan sortasi dan grading pada komoditas yang akan di lelang.
Dengan ini, produk yang dijual nantinya adalah produk yang baik
dan berkualitas. Petani yang memiliki komoditi sejenis memasarkan
hasil pertanian ke STA dengan dikoordinir ketua kelompok tani.
Ketua kelompok tani menyerahkan sampel produk yang akan
ditawarkan kepada petugas lelang. STA memberikan informasi harga
dengan patokan pasar induk. STA menarik pedagang / pembeli
dengan mengadakan lelang, disini terjadi proses tawar menawar
antara pembeli dengan petani yang diwakilkan dengam kelompok
tani. Setelah harga disepakati, STA memfasilitasi transaksi jual beli
secara langsung maupun dengan kontrak dagang. Keberadaan STA
memberikan kepastian kepada petani bahwa hasil pertanian mampu
terserap pasar. Apabila STA berjalan sesuai konsep dengan baik
maka petani akan memiliki keinginan untuk meningkatkan produksi
komoditi tanaman bahan makanan. Keberadaan STA pada akhirnya
turut mendorong berkembangnya komoditi terbelakang di Kabupaten
Sragen.
b. Alternatif strategi pengembangan jangka panjang yang
mempertahankan komoditi prima menjadi komoditi prima
1) Mengurangi alih fungsi lahan pertanian ke lahan non pertanian
Isu strategis yang terjadi pada bidang pertanian, salah satunya
adalah berkurangnya lahan pertanian yang produktif. Lahan
pertanian beralih fungsi menjadi lahan non pertanian (BAPPEDA
Kabupaten Sragen, 2006). Jumlah penduduk yang bertambah
membutuhkan lahan untuk tempat tinggal. Lahan pertanian yang
subur banyak beralih ke lahan non pertanian, salah satunya untuk
pembangunan perumahan.
Pemerintah Kabupaten Sragen perlu campur tangan dengan
menetapkan beberapa peraturan dan larangan konversi lahan
pertanian yang subur menjadi lahan non pertanian. Penggunaan
lahan non pertanian dapat diarahkan ke lahan yang kurang subur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Pemerintah harus menetapkan pembagian areal, dimana areal
pemukiman, areal industri dan areal pertanian. Pemerintah juga
harus berperan aktif dalam rehabilitasi lahan yang tidak produktif
agar lahan produktif semakin luas. Perlu adanya pengembangan
teknologi untuk pertanian. Pengembangan teknologi pertanian
dengan permasalahan lahan pertanian yang sempit dapat menjadi
solusi untuk mengusahakan pertanian di lahan yang terbatas.
2) Pengelolaan sumberdaya air untuk pertanian
Sumberdaya air perlu dijaga kelestariannya untuk masa depan.
Air merupakan kebutuhan pokok untuk pertanian untuk lahan basah
juga lahan kering. Pengelolaan air yang baik dengan memanfaatkan
air semaksimal mungkin, hal ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu pemeliharaan jaringan irigasi, pengembangan embung,
dan pemeliharaan waduk.
Jaringan irigasi berfungsi untuk mendistribusikan air kepada
pemakai air / lahan pertanian. Kecukupan air pada lahan pertanian
akan mempengaruhi produksi komoditi dan kesuburan tanah.
Kondisi jaringan irigasi di Kabupaten Sragen yang perlu
diperhatikan adalah kondisi irigasi di tingkat usaha tani, tersier
sampai ke petak petani. Pengelolaan tingkat tersier sampai ke petak
dilakukan oleh petani dan Perhimpunan Petani Pemakai Air (P3A).
Kendala yang terjadi bila P3A tidak berjalan sesuai fungsinya
sehingga akan terjadi pembagian air yang tidak adil. Peran serta
pemerintah diperlukan dalam pengelolaan jaringan irigasi sampai ke
petak petani.
Embung dan waduk merupakan tempat penampungan
kelebihan air, akan tetapi ukuran embung lebih kecil. Kabupaten
Sragen telah memiliki 16 embung dan 7 waduk yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten Sragen. Pengembangan embung perlu
dilakukan dengan penambahan jumlah embung di beberapa daerah
yang belum terdapat embung. Penambahan embung perlu dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
dengan alasan pemerintah menetapkan peralihan secara perlahan
sumur dalam menjadi sumur dangkal, sehingga perlu tempat
penampung air untuk memenuhi kebutuhan air di musim kemarau.
Pemeliharaan waduk sebaiknya dilakukan secara kontinue,
pembersihan waduk dengan mengangkat sampah-sampah di dalam
waduk akan mencegah pendangkalan waduk. Selain itu konstruksi
bangunan juga perlu dilakukan pemeliharaan secara berkala agar
umur pakai waduk dapat maksimal.
3) Penerapan pertanian berkelanjutan berbasis pertanian organik
Proses produksi pertanian berkelanjutan akan lebih mengarah
kepada produk-produk hayati yang ramah lingkungan. Penggunaan
pupuk organik, pestisida organik, musuh alami digunakan untuk
mendukung pertanian berbasis organik. Berbagai kegiatan pertanian
berkelanjutan berbasis pertanian organik yaitu pengendalian hama
terpadu, konservasi lahan, perlindungan sumberdaya air, penggunaan
tanaman pelindung, diversifikasi tanaman dan pemasaran. Pertanian
Kabupaten Sragen dalam jangka panjang diarahkan kepada pertanian
organik yang ramah akan lingkungan. Komoditi tanaman bahan
makanan sebaiknya mulai dikelola secara organik untuk jangka
panjang.
Alternatif strategi pengembangan jangka panjang diharapkan dapat
meningkatkan laju pertumbuhan dan kontribusi dari komoditi terbelakang
dan komoditi prima tanaman bahan makanan. Komoditi tanaman bahan
makanan sebagai subsektor dari sektor pertanian dengan alternatif strategi
ini dapat meningkatkan perannya dalam perekonomian di Kabupaten
Sragen. Selain itu, alternatif strategi pengembangan dapat berperan serta
dalam upaya perencanaan pembangunan ekonomi daerah Kabupaten
Sragen dalam jangka panjang dimasa yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian berjudul Analisis
Peran Komoditi Tanaman Bahan Makanan dalam Pembangunan Ekonomi
Kabupaten Sragen (Pendekatan Tipologi Klassen) dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen
berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen terdiri dari empat klasifikasi
komoditi, yaitu :
a. Komoditi prima terdiri dari jagung, ubi kayu, kacang tanah dan pisang.
b. Komoditi potensial terdiri dari padi dan mangga.
c. Komoditi berkembang terdiri dari ubi jalar, kedelai, ketimun,
kangkung, rambutan, jeruk, pepaya dan nanas.
d. Komoditi terbelakang terdiri dari kacang hijau, kacang panjang, cabe,
tomat, bayam, terong, semangka, melon dan sawo.
2. Alternatif strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan di
Kabupaten Sragen, meliputi :
a. Alternatif strategi jangka pendek terdiri dari dua macam strategi yaitu :
1) Mempertahankan laju pertumbuhan yang cepat dan kontribusi yang
besar dari komoditi prima, melalui upaya pengembangan agribisnis
komoditi jagung, penerapan sistem tumpang sari pada komoditi ubi
kayu dan kacang tanah, peningkatan produktivitas pisang dan
peningkatan kerjasama antara pihak swasta dengan petani
2) Meningkatkan laju pertumbuhan komoditi potensial agar menjadi
komoditi prima, melalui upaya peningkatan produktivitas padi,
meningkatkan akses petani terhadap lembaga keuangan dan
peningkatan produksi komoditi mangga dengan pemeliharaan yang
intensif.
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
b. Alternatif strategi jangka menengah terdiri dari tiga macam strategi
yaitu :
1) Meningkatkan laju pertumbuhan komoditi potensial agar menjadi
komoditi prima, melalui upaya pengembangan padi organik di
seluruh wilayah Kabupaten Sragen.
2) Meningkatkan kontribusi komoditi berkembang agar menjadi
komoditi potensial, melalui upaya peningkatan kualitas SDM
(petani) dan pengembangan daerah sentra komoditi sayur dan buah.
3) Meningkatkan laju pertumbuhan komoditi terbelakang agar menjadi
komoditi berkembang, melalui upaya penerapan budidaya pertanian
yang baik untuk sayur dan buah, pengembangan demplot sayur dan
buah.
c. Alternatif strategi jangka panjang terdiri dari dua macam strategi yaitu :
1) Strateginya dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi
terbelakang, melalui upaya pembangunan Sub Terminal Agribisnis.
2) Strateginya dengan mempertahankan laju pertumbuhan yang cepat
dan kontribusi yang besar dari komoditi prima, melalui upaya
mengurangi alih fungsi lahan pertanian ke lahan non pertanian,
pengelolaan sumberdaya air untuk pertanian dan penerapan
pertanian berkelanjutan berbasis pertanian organik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis Peran Komoditi Tanaman
Bahan Makanan dalam Pembangunan Ekonomi Kabupaten Sragen
(Pendekatan Tipologi Klassen), maka saran yang dapat diberikan adalah :
1. Sebaiknya Pemerintah Kabupaten Sragen mempertimbangkan alternatif
strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan berdasarkan
klasifikasi komoditi dengan pendekatan Tipologi Klassen agar masing-
masing komoditi dapat meningkatkan perannya dalam pembangunan
perekonomian Kabupaten Sragen.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan metode analisis yang lain
untuk menyempurnakan informasi, misalnya strategi pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
daerah Kabupaten Sragen berbasis komoditi tanaman bahan makanan
dengan pendekatan SWOT (Strengh Weakness Opportunity and
Threatment) maupun dengan pendekatan QSPM (Quantitive Strategic
Planning Matrix), sehingga diharapkan akan mendapatkan hasil yang lebih
baik.