i
ANALISIS RISIKO USAHATANI KELAPA SAWIT DI DESA BATU MATORU, KECAMATAN LARIANG,
KABUPATEN MAMUJU UTARA
OLEH:
SITTI HARDIYANTI M
G 211 13 505
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
ANALISIS RISIKO USAHATANI KELAPA SAWIT DI DESA BATU MATORU, KECAMATAN LARIANG,
KABUPATEN MAMUJU UTARA
OLEH:
SITTI HARDIYANTI M G 211 13 505
Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar
2017
Disetujui oleh
Dr. Ir. Eymal B. Demmallino, M.Si. Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Saadah, M.Si. Dosen Pembimbing
Tanggal Pengesahan : November 2017
iii
iv
PANITIA UJIAN SARJANA DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Judul : ANALISIS RISIKO USAHATANI KELAPA SAWIT DI DESA BATU MATORU, KECAMATAN LARIANG, KABUPATEN MAMUJU UTARA
Nama : SITTI HARDIYANTI M
NIM : G 211 13 505
TIM PENGUJI
Dr. Ir. Eymal B. Demmallino, M.Si. Ketua Sidang
Dr. Ir. Saadah, M.Si. Anggota
Prof. Dr. Ir. Rahim Darma, M.S. Anggota
Dr. Ir. Mujahidin Fahmid, M.T.D. Anggota
Dr. Letty Fudjaja, S.P, M.Si. Anggota
Rusli M. Rukka, S.P, M.Si. Anggota
Tanggal Ujian : November 2017
v
RINGKASAN
Analisis Risiko Usahatani Kelapa Sawit di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara dibawah bimbingan
Eymal B. Demmallino dan Saadah
Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit mentah (CPO). Perlunya analisis risiko dikarenakan petani sering dihadapkan pada masalah ketidakpastian terhadap besarnya keuntungan usahatani yang diperoleh. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya penguasaan petani terhadap iklim dan harga pasar. Ketidakpastian ini menimbulkan adanya risiko produksi dan pendapatan sehingga akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh petani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya risiko poduksi dan pendapatan serta upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh petani dalam memitigasi risiko. Penelitian ini dilakukan di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara. Penetuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling). Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2017. Penentuan sampel responden dilakukan dengan cara acak sederhana dengan total responden sebanyak 32 orang. Metode analisis data menggunakan analisis pendapatan, analisis koefisien variasi (CV), dan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata pendapatan petani di Desa Batu Matoru sebesar Rp 23.866.632,-/Ha/Tahun. Risiko produksi diperoleh nilai Koefisien Variasi (CV) sebesar 0,0019 dan risiko pendapatan diperoleh nilai Koefisien Variasi (CV) sebesar 0,034 dapat diartikan usahatani kelapa sawit di Desa Batu Matoru memiliki risiko produksi dan risiko pendapatan yang rendah. Upaya yang perlu dilakukan petani dalam memitigasi risiko produksi yaitu mempersiapkan obat-obatan yang sesuai untuk mengatasi hama penyakit dan menyediakan stok cadangan pupuk. Memitigasi risiko pendapatan yaitu petani lebih memperhatikan jadwal panen, pengangkutan buah serta kualitas TBS agar dapat memperoleh hasil penjualan yang tinggi.
Kata Kunci: Pendapatan, Risiko, Memitigasi, Kelapa Sawit
vi
ABSTRACT
Risk Analysis Of Palm Farming In Batu Matoru Village, Lariang, North Mamuju Regency under the guidance of
Eymal B. Demmallino and Saadah
Palm is Indonesia's premier and prime plantation commodity which main product consists of crude palm oil (CPO). The need of the risk analysis is caused by the farmers that often faced the problem of the uncertainty farming profits. It is caused by the limitation of farmers control over the climate and the market price. This uncertainty causes the risk of production and income which will give influence on the farmers profits. The aims of this research is to know the risk of production and income and also to know the ways of farmers mitigating the risk. This research was conducted in Batu Matoru Village, Lariang, North Mamuju regency. The research location was chosen by using Purposive Sampling. The time of the research was on May to July 2017. Responden sample was chosen by using Simple Random Sampling with the total responden of 32 samples. The data analysis method was using income analysis, coefficient variation analysis (CV), and descriptive analysis. The result of this research showed the average of farmers income in Batu Matoru Village was 23.866.632,-/Ha/Year. Risk of production with coefficient variation (CV) of 0.034 it was found that palm farming in Batu Matoru Village was in low risk production and income. The way that can be used by the farmers to mitigate the risk production is to provide appropriate potions to overcome pests and provide fertilizer stock. Mitigating the risk of income is that the farmers should pay more attention to the harvest moon, fruit transport and also TBS quality in order to earn high sales. Keywords: Income, Risk, Mitigate, Palm
vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sitti Hardiyanti Mulaputri Ma’mur, lahir di
Sungguminasa tepatnya pada tanggal 5 Agustus
1995, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
dari pasangan Ir. H. Ma’mur. AR dan Hj. Murliah,
SE.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah
Taman Kanak-Kanak Hidayatullah pada tahun (2000-2001). SD Inpres
006 Motu pada tahun 2001-2007. Setelah itu melanjutkan ke Pondok
Pesantren Puteri Ummul Mukminin Makassar tingkat SMP hingga tingkat
SMA pada tahun 2007-2013. Pada tahun 2013, melalui jalur mandiri
(JNS/Jalur Non Subsidi) penulis berhasil diterima sebagai Mahasiswa
Jurusan (sekarang menjadi Departemen) Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Selama menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin, penulis
aktif dalam kegiatan organisasi, yaitu sebagai Anggota
Badan Pengurus Harian (BPH) MISEKTA periode 2015/2016. Disamping
itu, penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan di kampus serta
kegiatan-kegiatan lainnya seperti seminar-seminar baik tingkat fakultas,
regional, nasional maupun internasional.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin. Puji syukur kepada Allah SWT
karena atas Rahmat dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Sungguh Dia-lah yang telah menjadi penerang dalam segala kesulitan
dan Sang Pemilik Arsy’ yang telah menitipkan ilham serta memberi
limpahan kasih sayang yang tak dapat terlukiskan dengan kata-kata
sehingga penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul “Analisis
Risiko Usahatani Kelapa Sawit di Desa Batu Matoru, Kecamatan
Lariang, Kabupaten Mamuju Utara”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
dan memperoleh gelar pada Program Sarjana Fakultas Pertanian,
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan
dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima setiap
saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini.
Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi penulis dan semua pihak
yang membutuhkan.
Makassar, November 2017
Penulis
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahi Rabbil ’aalamiin, segala puji syukur penulis
hanturkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Tuhan bagi alam semesta, atas segala rahmat dan hidayah-
Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi. Tanpa rahmat dan hidayah-Nya, tak
mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula shalawat
dan salam kepada Junjungan Kita Nabi besar Muhammad SAW yang
telah memberi tauladan bagi kita semua.
Melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu semasa penulis
berjuang menyelesaikan pendidikan di kampus khususnya pada pihak
yang membantu untuk kelancaran penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih setulus hati penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Ir. H. Ma’mur. AR dan Ibunda
Hj. Murliah SE. yang telah membesarkan penulis dengan kasih
sayang yang tak terhingga dan doa yang terus terpanjatkan untuk
keberhasilan penulis dalam meraih cita-cita. Adik-adik terkasih Nur
Fitriani Ma’mur dan Muhammad Akbar Aras yang selalu
menyemangati dan memberi dukungan untuk penulis. Kepada
keluarga besar penulis yang telah memberikan doa dan dukungan
baik moril maupun materil kepada penulis.
x
2. Bapak Dr. Ir. Eymal B. Demmallino, M.Si., selaku dosen
pembimbing I, terima kasih atas setiap waktu yang diberikan untuk
ilmu, motivasi, saran, teguran yang membangun, dan pemahaman
baru mengenai berbagai hal. Penulis secara pribadi memohon maaf
atas segala kekurangan serta kekhilafan jikalau sempat membuat
kecewa selama proses pembimbingan skripsi selama ini, semoga
doa dan dukungan Ibunda menjadi berkah untuk penulis
kedepannya, serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan
selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Saadah, M.Si., sebagai Penasehat Akademik dan selaku
pembimbing II, terimakasih karena selalu mengingatkan serta
memotivasi penulis untuk meningkatkan dan mempertahankan
nilai-nilai mata kuliah, terima kasih atas setiap waktu yang diberikan
untuk ilmu, saran, teguran yang membangun, dan pemahaman
baru mengenai berbagai hal. Penulis secara pribadi memohon maaf
atas segala kekurangan serta kekhilafan jikalau sempat membuat
kecewa selama proses pembimbingan skripsi selama ini, semoga
doa dan dukungan Ibunda menjadi berkah untuk penulis
kedepannya, serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan
selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini
xi
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Darma, M.S., Bapak Dr. Ir. Mujahidin
Fahmid, M.T.D., dan Ibu Dr. Letty Fudjaja, S.P, M.Si. selaku
dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran guna
penyempurnaan skripsi ini serta selalu memperhatikan
perkembangan skripsi. Penulis ingin memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan
selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Rusli M. Rukka, S.P, M.Si. selaku panitia ujian sarjana,
Ibu Ni Made Viantika S.S.P, M.Agb. selaku panitia seminar
proposal dan Ibu Rasyidah Bakri, S.P, M.Sc. selaku panitia
seminar hasil, terima kasih untuk telah meluangkan waktunya
dalam memimpin seminar terima kasih juga telah memberikan
petunjuk, saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi serta
penulis ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya atas
kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik
sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
6. Dr. Muh. Hatta Jamil, S.P., M.Si dan Dr. A. Nixia Tenriawaru,
S.P., M.Si selaku Ketua Departemen dan Sekertaris Departemen
Sosial Ekonomi Pertanian yang telah banyak memberikan
pengetahuan dan memberikan teladan selama penulis menempuh
pendidikan serta penulis mau memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan
selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
xii
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian, khususnya
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, yang membimbing
penulis sejak pertama kali menginjakkan kaki di Universitas
Hasanuddin sampai penulis merampungkan tugas akhir ini dan
penulis mau memohon maaf yang sebesar-besarnya atas
kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik
sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh Staf dan Pegawai Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Khususnya Pak
Ahmad, Pak Bahar, Kak Hera, dan Kak Ima yang telah membantu
penulis dalam proses administrasi selama menyelesaikan skripsi
ini.
9. Aparat Desa Batu Matoru, Bapak Ir. H Munir selaku General
Manager PT. Unggul Widya Teknologi Lestari, Ibu Nur Hayati,
Bapak Sukarno, Bapak Hendrik yang banyak membantu penulis
dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis dalam
penelitian penyelesaian skripsi ini.
10. Keluarga Bapak Nurlan yang telah bersedia membantu dan
menemani penulis selama proses penelitian di Desa Batu matoru,
Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat.
11. Seluruh keluarga besar SELARAS yang selalu sejalan dan selalu
memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Terkhusus untuk
xiii
sahabat seperjuangan Nur Indah Waliyanti, Arianti Azis, Aulia
Nurul Hikmah, Andi Nurainun Annisa, Andi Israwati Tenribau,
Andi Nurul Fadyah, Andi Fadhilah, Rr Chyntia RF, Lady Hallary,
Sandra Shavannah, Ismah Muthiah, Surya Candra, Andi Furqan
Ashari Rahman, Hidayatullah, Nur Jayadi, Nur Fatonny serta
seluruh teman-teman SELARAS yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu. Terimakasih atas segala pengalaman dan cerita yang
telah kita rangkai bersama selama kurang lebih 4 tahun.
12. Kakanda Adam Rahman S. dan Hilman Hilmawan terimakasih
atas segala waktu, motivasi, saran dan masukan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
13. Kakanda dan adinda MIZONE, OCEANZ, ACT11ON, SPEKTA12,
SEMESTA, KA15AR, angkatan 2016, BPH MISEKTA Periode
2017/2018 dan Keluarga Besar Mahasiswa Peminat Sosial
Ekonomi Pertanian (MISEKTA) tanpa terkecuali, terima kasih atas
segala doa, ilmu, motivasi, kenangan dan pengalaman
berorganisasi. Semoga semuanya dapat menjadi pelajaran hidup
yang bermanfaat. AMIN.
14. Keluarga besar ATF. Spexsolid ummul mukminin, khususnya Sry
Ratu Humaerah, Siti Febriyanti Saputri, Musfirah Majid, Fijrah
Aprilla, Nur Lathifah, Andi Miftahul Jannah, Wilda Dwi Jayanti,
Siti Fausyah Amalia, Kakanita, Andi Ummah, Fadhila terima
kasih untuk kebersamaannya selama kurang lebih 10 tahun, terima
xiv
kasih atas waktu yang telah kalian curahkan untuk mendengar
keluh kesah dari penulis.
15. Teman-teman KKN Reguler Gel. 90 Kecamatan Turatea,
Kabupaten Jeneponto, khususnya Posko 5 Desa Jombe Andi
Ayu Hadrani, Lisha Indahsari Syam, Kanda Grace Trivena,
Rusmansyah, Kanda Sarwan Zulkifrah dan Kanda Tiswan yang
bersedia mendukung dan mendoakan penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
16. Teman-teman terbaik SD Inpres MOTU khususnya Sara, Firman,
dan Fikry. Terima kasih untuk pengetahuan, pengalaman dan
waktu yang telah kalian curahkan untuk mendengar keluh kesah
dari penulis.
17. Semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, terima kasih sebanyak-banyaknya atas bantuan dan doa
yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Demikianlah semoga segala pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung telah membantu penulis diberikan kebahagiaan dan rahmat
oleh Allah SWT, Aamiin.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, November 2017
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii
SUSUNAN TIM PENGUJI ................................................................... iii
RINGKASAN ....................................................................................... iv
ABSTRACT ......................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xix
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 9
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit ........................................................................... 10
2.2 Aspek Ekonomi Kelapa Sawit .................................................. 18
2.3 Landasan Teori Pendapatan .................................................... 21
2.4 Risiko Usahatani ....................................................................... 23
2.5 Penelitian Terdahulu ................................................................. 26
2.6 Kerangka Pemikiran ................................................................. 28
III. METODE PENELITIAN
3.1 Penetuan Tempat dan Waktu Penelitian .................................. 32
3.2 Penetuan Sampel ................................................................... 32
xv
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 33
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................... 34
3.5 Metode Analisis Data ............................................................... 34
3.6 Konsep Operasional ................................................................ 38
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah ........................................... 40
4.2 Keadaan Iklim ......................................................................... 40
4.3 Keadaan Penduduk ................................................................. 41
4.3.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 41
4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana ............................................. 43
4.4.1 Sarana Pendidikan ......................................................... 43
4.5 Pabrik Kelapa Sawit ................................................................ 45
4.5.1 Sejarah Perusahaan ....................................................... 45
4.5.2 Struktur Organisasi ......................................................... 46
4.5.3 Aktivitas Penjualan TBS Petani ke Pabrik Kelapa Sawit 47
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Petani Responden ........................................................ 51
5.1.1 Umur .............................................................................. 51
5.1.2 Tingkat Pendidikan ......................................................... 52
5.1.3 Lama Berusahatani ........................................................ 54
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ....................................... 55
5.1.5 Luas Lahan .................................................................... 57
5.2 Analisis Pendapatan Petani .................................................... 58
5.3 Risiko-risiko yang Dihadapi Petani di Desa Batu Matoru ........ 63
5.3.1 Analisis Risiko Produksi ................................................. 67
5.3.2 Analisis Risiko Pendapatan ............................................ 68
5.4 Upaya Memitigasi Risiko ......................................................... 71
5.4.1 Risiko Produksi ............................................................... 71
5.4.2 Risiko Pendapatan ......................................................... 72
xvi
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 73
6.2 Saran ....................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
No. Nama Tabel Halaman
1. Luas Areal Tanaman Menghasilkan (TM) dan Produksi Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Indonesia, Tahun 2015.
3
2. Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kabupaten Mamuju Utara Tahun 2011-2015.
7
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
42
4. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
44
5. Kisaran Rata-rata Umur Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
51
6. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
53
7. Kisaran Rata-rata Lama Berusahatani Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
54
8. Kisaran Rata-rata Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
56
9. Rata-rata Luas Lahan Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
57
10. Analisis Pendapatan Petani Kelapa Sawit Selama Satu Tahun di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
61
11. Analisis Risiko Produksi 67
12. Analisis Risiko Pendapatan
68
13. Analisis Rata-rata R/C Ratio Petani Kelapa Sawit di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
70
xviii
DAFTAR GAMBAR
No. Nama Gambar Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran 31
.
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Nama
1. Peta Wilayah Kecamatan Lariang
2. Struktur Organisasi PT Unggul Widya Teknologi Lestari
3. Identitas Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
4. Risiko-risiko yang dihadapi Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
5. Rata-rata Peneriman Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
6. Biaya Pupuk Petani Responden Selama Satu Tahun di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
7. Biaya Herbisida Petani Responden Selama Satu Tahun di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
8. Biaya Tenaga Kerja Petani Responden Selama Satu Tahun di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
9. Nilai Penyusutan Alat Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
10. Biaya Variabel Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
11. Biaya Variabel Per Hektar Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
12. Biaya Tetap Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
13. Biaya Tetap Per Hektar Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
xx
14. Pendapatan Petani Responden Selama Satu Tahun di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
15. Nilai Simpangan Baku dan Koefisien Variasi Produksi
16. Nilai Simpangan Baku dan Koefisien Variasi Pendapatan
17. Kuisioner Penelitian
18. Dokumentasi
1
I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Salah satu komoditi dari subsektor perkebunan yang mempunyai
peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia adalah
kelapa sawit. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan
komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang
produk utamanya terdiri dari minyak sawit mentah (Crude Palm Oil atau
CPO) dan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil atau PKO) ini memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dan menjadi salah satu penyumbang devisa negara
yang terbesar dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya.
Hingga saat ini kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk perkebunan
dan pabrik pengolahan kelapa sawit hingga menjadi minyak dan produk
turunannya. Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kelapa
sawit terbesar di dunia (Effendi, 2011).
Salah satu tujuan dari pembangunan perkebunan adalah untuk
meningkatkan produksi dan memperbaiki mutu hasil, meningkatkan
pendapatan, memperbesar nilai ekspor, mendukung industri, menciptakan
dan memperluas kesempatan kerja, serta pemerataan
pembangunan. Ada tiga asas yang menjadi acuan dalam pembangunan
perkebunan yang mendasari kebijakan pembangunan dalam lingkungan
ekonomi dan pembangunan nasional, yaitu (1) mempertahankan dan
meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi pendapatan nasional,
2
(2) memperluas lapangan kerja, (3) memelihara kekayaan dan kelestarian
alam dan meningkatkan kesuburan sumberdaya alam. Perkembangan
perkebunan di Indonesia memberikan kontribusi yang berarti bagi
perekonomian negara dan masyakarat lokal akan tetapi juga mempunyai
beberapa permasalahan, antara lain budidaya tanaman yang masih
terbatas pada komoditas utama/konvensional, usaha tani tanaman
perkebunan masih diusahakan secara monokultur, produktivitas tanaman
perkebunan umumnya masih di bawah potensi, mutu produksi
perkebunan yang masih rendah karena kurang didukung oleh unit
pengolahan yang efisien dan terbatas, serta belum optimalnya
kelembagaan petani (Firmansyah, 2015).
Usaha perkebunan kelapa sawit dikelola dalam 3 bentuk, yaitu: (1)
perkebunan besar yang dikelola oleh BUMN, (2) perkebunan besar yang
dikelola oleh perusahaan swasta besar, dan (3) perkebunan rakyat yang
dikelola oleh rumah tangga dalam bentuk usaha perorangan. Perkebunan
rakyat mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan
peran sub sektor perkebunan kedepan. Sedangkan pada sisi
produktivitas, perkebunan rakyat masih tertinggal dibandingkan
perkebunan besar negara dan swasta. Rendahnya produktivitas ini
disebabkan oleh kurangnya permodalan dan penguasaan teknologi,
sehingga perkebunan rakyat umumnya ditandai dengan jarak tanam yang
kurang teratur, tidak ada perencanaan penggantian tanaman yang teratur
sesuai umur tanaman dan sebagainya (Daim, 2003).
3
Estimasi luas areal Tanaman Menghasilkan (TM) dan produksi
kelapa sawit tahun 2016 di masing-masing provinsi yang ada di Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Areal Tanaman Menghasilkan (TM) Dan Produksi Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Indonesia, Tahun 2015.
No Provinsi
Perkebunan Rakyat Perkebunan Negara Perkebunan Swasta Total
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
1 Aceh 135,754 395,608 25,070 68,844 127,658 489,734 288,482 954,186
2 Sumatera Utara 354,099 1,219,886 278,286 1,246,90
0 580,663 2,973,808 1,213,048 5,440,594
3 Sumatera Barat 159,733 471,429 8,644 28,196 151,536 488,508 319,913 988,133
4 Riau 1,128,882 3,651,687 83,023 322,970 907,142 4,531,989 2,119,047 8,506,646
5 Kepulauan Riau 528 1,531 - - 17,247 50,801 17,775 52,332
6 Jambi 331,767 1,013,114 20,104 90,699 210,242 806,216 562,113 1,910,029
7 Sumatera Selatan 324,525 1,230,201 40,037 138,718 401,450 1,694,278 766,012 3,063,197
8 Kep. Bangka Belitung
38,392 109,355 - - 119,614 439,712 158,006 549,067
9 Bengkulu 135,841 455,074 4,418 17,540 70,402 294,405 210,661 767,019
10 Lampung 78,590 167,896 14,395 47,921 71,542 240,061 164,527 455,878
11 D.K.I Jakarta - - - - - - - -
12 Jawa Barat 99 224 8,988 25,601 2,677 9,401 11,764 35,226
13 Banten 4,687 9,264 7,252 17,975 844 1,925 12,783 29,164
14 Jawa Tengah - - - - - - - -
15 D.I Yogyakarta - - - - - - - -
16 Jawa Timur - - - - - - - -
17 Bali - - - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat
- - - - - - - -
19 Nusa Tenggara Timur
- - - - - - - -
20 Kalimantan Barat 289,593 741,812 45,477 124,638 511,190 1,479,792 846,260 2,346,242
21 Kalimantan Tengah
81,118 234,627 - - 804,191 3,586,460 885,309 3,821,087
22 Kalimantan Selatan
54,189 190,936 14,990 59,132 248,453 948,122 317,632 1,198,190
23 Kalimantan Timur 127,652 492,922 52,348 160,960 376,660 1,126,627 556,660 1,780,509
24 Kalimantan Utara 16,469 48,523 -
70,843 253,024 87,312 301,547
25 Sulawesi Utara - - - - - - - -
26 Gorontalo 70 16 - - 656 105 726 121
27 Sulawesi Tengah 39,330 144,421 1,133 1,786 52,578 156,993 93,041 303,200
28 Sulawesi Selatan 15,505 69,683 18,338 40,828 2,096 6,739 35,939 117,250
29 Sulawesi Barat 43,604 168,496 - - 33,678 150,959 77,282 319,455
30 Sulawesi Tenggara
781 214 3,753 5,868 23,584 79,015 28,118 85,097
31 Maluku 28 50 -
- - 28 50
32 Maluku Utara - - - - - - - -
33 Papua 3,048 10,122 9,944 29,726 20,383 78,381 33,375 118,229
34 Papua Barat 10,844 38,593 2,890 8,169 11,481 40,172 25,215 86,934
INDONESIA 3,375,128 10,865,684 639,090 2,436,471 4,816,810 19,927,227 8,831,028 33,229,382
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015.
4
Kelapa sawit yang mempunyai umur ekonomis 25 tahun dan bisa
mencapai tinggi 24 meter dapat hidup dengan baik di daerah tropis
(15°LU-15°LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari
permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim
dengan curah hujan yang stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah
yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau.
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki
nilai ekonomis yang cukup tinggi, karena merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak nabati. Kelapa sawit memiliki keunggulan dibandingkan
dengan minyak nabati lainnya, beberapa keunggulan minyak sawit antara
lain: (1) tingkat efisiensi minyak sawit tinggi sehingga mampu mengubah
CPO menjadi sumber minyak nabati termurah, (2) produktivitas minyak
sawit tinggi yaitu 3,2 ton/ha, sedangkan minyak kedelai, lobak, kopra, dan
minyak bunga matahari masing-masing 0,34, 0,51, 0,57 dan 0,53 ton/ha,
(3) sekitar 80% penduduk dunia, khususnya negara berkembang masih
berpeluang meningkatkan konsumsi perkapita untuk minyak dan lemak
terutama minyak yang harganya murah, (4) terjadi pergeseran dalam
industri yang menggunakan bahan baku minyak bumi kebahan yang lebih
bersahabat dengan lingkungan yaitu Leokimia yang berbahan baku CPO,
terutama dibeberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan
Eropa Barat (Fauzi dkk, 2005).
5
Produk dari perkebunan kelapa sawit di tingkat kebun berbentuk
TBS (Tandan Buah Segar) diolah menjadi produk setengah jadi berbentuk
CPO (Crude Palm Oil) dan minyak inti sawit (PKO). Kedua produk ini
dapat diolah menjadi bermacam-macam produk lanjutan untuk industri
makanan seperti minyak goreng, mentega, alkohol, metil serta untuk
industri non pangan seperti deterjen, kosmetik, dan lainnya. Selain itu,
minyak kelapa sawit juga memiliki kandungan kalori, vitamin, asam lemak
essensial dan dapat juga digunakan sebagai obat jantung koroner dan
kanker (Pahan, 2007).
Prospek pengembangan kelapa sawit perkebunan rakyat sangat
ditentukan oleh adanya kebijakan ekonomi yang memihak kepada rakyat,
agar mendorong terwujudnya kesejahteraan rakyat. Pengembangan
perkebunan rakyat diyakini tidak saja akan meningkatkan kesejahteraan
rakyat, bahkan dapat meningkatkan devisa negara, penyerapan tenaga
kerja baik pada sektor industri hulu yaitu perkebunan itu sendiri maupun
industri hilirnya. Komoditi kelapa sawit berbeda dengan komoditi
perkebunan lain, karena memerlukan pabrik yang dekat dengan petani,
agar buah yang dihasilkan dapat segera dikirim ke pabrik (dalam waktu ±
24 jam) supaya kualitas minyak tidak mengandung asam lemak yang
tinggi (Mubyarto dkk, 1989).
6
Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena
permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup
besar, tidak hanya dalam negeri tetapi juga diluar negeri. Karena itu,
sebagai negara tropis yang masih memiliki lahan yang cukup luas.
Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa
sawit. Baik melalui penanaman modal asing maupun skala perkebunan
rakyat. Agar memperoleh tingkat pendapatan dan tingkat keuntungan
yang tinggi pada usahatani kelapa sawit maka perlu diperhatikan
bagaimana meningkatkan jumlah produksi dan kualitas buah yang tinggi.
Untuk itu diperlukanpengadaan modal bagi petani untuk membuka lahan
dan membeli bibit kelapa sawit yang bermutu tinggi agar hasilnya bagus
dan pertumbuhanya sempurna. Dalam pengembangan kelapa sawit perlu
juga diperhatikan ketersediaan tenaga kerja, tanpa ada tenaga kerja maka
perkebunan kelapa sawit tidak akan berjalan dengan baik, baik tenaga
kerja dari keluarga petani sendiri maupun dari luar (Downey dkk, 1992).
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan terpenting di
Provinsi Sulawesi Barat khususnya Kabupaten Mamuju Utara. Pada
sektor pertanian terdiri dari tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman
perkebunan. Luas areal tanaman perkebunan di Kabupaten Mamuju Utara
pada tahun 2016 terdiri dari kelapa sawit seluas 72.709 hektar. Disamping
kelapa sawit, luas area perkebunan yang mempunyai kontribusi besar
adalah kakao seluas 17.360 hektar, serta kelapa dengan seluas 4.752
hektar (Badan Pusat Statistik Sulawesi Barat, 2017).
7
Untuk luas areal dan tingkat produksi kelapa sawit di Kabupaten
Mamuju Utara menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kabupaten Mamuju Utara Tahun 2011-2015.
Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)
2011 63.785 182.271
2012 34.632 174.604
2013 67.175 200.699
2014 69.971 202.173
2015 72.229 210.600
Total 307.792 970.347
Sumber : Kementerian Pertanian, 2016.
Saat ini masyarakat cenderung memilih kelapa sawit sebagai
tanaman utama ketimbang kakao dan kelapa. Kakao rentan terkena
serangan penyakit sementara kelapa sawit tergolong tanaman yang tahan
hama penyakit. Faktor menarik lainnya adalah tanaman ini cepat berbuah
dalam waktu 3 tahun. Oleh karena itu pemerintah Provinsi Sulawesi Barat
khususnya Kabupaten Mamuju Utara mengandalkan komoditi ini untuk
mensejahterakan petani dan andalan pertumbuhan ekonomi wilayah.
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor
lingkungan, genetis dan faktor teknis-agronomis. Dalam menunjang
pertumbuhan dan proses produksi kelapa sawit, faktor tersebut saling
8
terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Untuk mencapai produksi
kelapa sawit yang maksimal, diharapkan ketiga faktor tersebut selalu
dalam keadaan optimal (Hilmawan, 2015).
Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata produksi kelapa sawit di
Desa Batu Matoru pada bulan November 2016 mencapai 2.07 ton/ha.
Namun, pada bulan Desember 2016−Januari 2017 produksi kelapa sawit
di Batu Matoru mengalami penurunan yang signifikan hingga mencapai
0.57 ton/ha dan pada bulan Februari mengalami peningkatan kembali
mencapai 0.82 ton/ha. Adanya fluktuasi produksi tersebut menunjukkan
bahwa terdapat risiko produksi dalam usahatani kelapa sawit.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Risiko Usahatani Kelapa Sawit di Desa Batu
Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah-
masalah yang akan diteliti, yaitu:
1. Seberapa besar risiko produksi dan pendapatan yang dihadapi oleh
petani dalam usahatani kelapa sawit?
2. Apa upaya yang perlu dilakukan oleh petani dalam memitigasi risiko
produksi dan pendapatan?
9
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka ditetapkan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui besarnya risiko produksi dan pendapatan yang
dihadapi oleh petani kelapa sawit.
2. Mengidentifikasi upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh petani
dalam memitigasi risiko produksi dan pendapatan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pemenuhan syarat untuk menyelesaikan studi di Program
Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dalam
pengembangan kelapa sawit rakyat.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) termasuk golongan tumbuhan
palma yang berasal dari Afrika. Di Indonesia penyebarannya mulai dari
daerah Nangroe Aceh Darussalam (NAD), pantai timur Sumatera, Jawa,
dan Sulawesi. Sawit menjadi populer setelah revolusi industri pada akhir
abad ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan
pangan dan industri sabun menjadi tinggi. Kelapa sawit pertama kali
ditanam secara massal pada tahun 1911 di daerah aslinya, Afrika Barat.
Namun kegagalan penanaman membuat perkebunan dipindahkan ke
Kongo. Kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848 sebagai
tanaman hias di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit baru
diusahakan sebagai tanaman komersial pada tahun 1912 dan ekspor
minyak sawit pertama dilakukan pada tahun 1919 (Ritonga, 2000).
Klasifikasi botani tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Devisi : Tracheopita
Subdevisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermeae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmaceae
Genus : Elaeis
Species : Elaeis guinensis, Jacq.
11
Kelapa sawit merupakan jenis tanaman multiguna karena dapat
memberikan aneka hasil atau manfaat yang cukup besar. Selain
menghasilkan minyak sawit dan minyak inti sawit, dari tanaman kelapa
sawit juga dapat diperoleh bahan biodiesel, bungkil sawit dan lumpur
sawitnya dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pakan ternak, sabutnya
untuk bahan penyekat dan campuran pakan ternak, tandan kosongnya
untuk bahan baku kertas dan bahan baku pupuk, kayu pohonnya untuk
dinding rumah, serta pulp kayunya digunakan untuk bahan baku kertas.
Oleh karena nilai manfaatnya yang begitu banyak, tanaman kelapa sawit
sekarang banyak dilirik oleh pengusaha untuk dibudidayakan. Semakin
melambungnya harga crude palm oil (CPO) juga menjadi alasan bagi para
investor untuk menanamkan modalnya di perkebunan kelapa sawit.
Tidakhanya pemerintah melalui badan usaha milik negara (BUMN) yang
gencar memperluas areal perkebunan kelapa sawit, beberapa perusahaan
swasta juga terus mengembangkan usahanya dibidang kelapa sawit.
Perusahaan inti rakyat (PIR) juga turut menyumbang produksi kelapa
sawit bagi Indonesia sehingga nilai devisa yang diperoleh negara
melambung tinggi (Sukamto, 2008.).
Kelapa sawit (Elaeis guinensis, Jacq.) merupakan tanaman
penghasil utama minyak nabati dan biofuel. Kebutuhan akan minyak
kelapa sawit cenderung mengalami peningkatan, untuk mengantisipasi
12
kebutuhan itu perlu adanya upaya peningkatan produksi tanaman kelapa
sawit. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan perluasan areal
penanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi.
Pelaku usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan
perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat.
Untuk perkebunan rakyat masalah yang dihadapi antara lain rendahnya
produktivitas dan mutu hasil produksinya. Salah satu penyebab rendahnya
produktivitas perkebunan rakyat tersebut adalah karena teknologi produksi
yang diterapkan masih sederhana mulai dari pembibitan sampai dengan
hasil panennya.
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian
1 – 500 m dpl (dari permukaan laut), dengan lama penyinaran 5-7 jam
perhari dan memerlukan curah hujan tahunan 1.500 – 4.000 m.
Temperatur optimal untuk tanaman kelapa sawit 24°C – 28°C dengan
kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman kelapa sawit 80 – 90 %,
dan kecepatan angin 5 – 6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
Tanaman kelapa sawit berbatang lurus, tidak bercabang dengan
kecepatan tumbuh 35 – 75 cm per tahun sampai tanaman berumur 3
tahun (Aprizal ,2013).
Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis adalah
buahnya. Satu tandan tanaman dewasa beratnya mencapai 20 – 35 kg,
bahkan ada yang mencapai diatas 40 kg, tergantung pada perawatan dan
pemupukan tanaman. Tandan tersebut terdiri dari 200 – 600 buah yang
13
masing-masing buah beratnya 20 - 35 gr. Buah sawit diambil minyaknya
dengan hasil berupa sabut (daging buah/mesocarp) menghasilkan minyak
(CPO) 20 – 26%, inti sawit sebanyak 6% yang menghasilkan minyak inti
(PKO) , 3-4 % (Pahan, 2008).
Tanaman Kelapa sawit mempunyai umur ekonomis selama 25
tahun. Berdasarkan umur tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi
3 – 8 tahun ( muda), 9 – 13 tahun ( remaja), 14 – 20 tahun ( dewasa), dan
> 20 (dewasa). Berdasarkan masa buahnya dapat dibedakan menjadi
TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) 0 – 3 tahun, dan TM (Tanaman
Menghasilkan) 4 – 15 tahun dan 15 keatas TTM (Tanaman Tidak
Menghasilkan/rusak).
Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari
pericarp yang terbungkus oleh exocarp (atau kulit), mesocarp (daging
buah) , dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1- 4 inti/ kernel
(umumnya hanya satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat,
dan sebuah embrio.
Tanaman kelapa sawit menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi
dura, pisifera, dan tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki
cangkang tebal (6-8 mm) sehingga memperpendek umur mesin pengolah
namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak
pertandannya berkisar 18%. Kelapa sawit jenis pisifera tidak mempunyai
cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Sedangkan hibrida dari dura (induk) x pisifera
14
(jantan) yaitu tenera. Tenera mempunyai cangkang tipis (0,5-4 mm) dan
dikelilingi oleh cincin-cincin serat pada mesocarp. Varietas tenera lebih
disukai untuk penanaman komersil karena kandungan minyak di dalam
mesocarp-nya lebih tinggi daripada dura. Beberapa tenera unggul memiliki
persentase daging perbuahnya mencapai 90 % dan kandungan minyak
pertandannya dapat mencapai 28%. Dalam mengelola usahatani kelapa
sawit banyak input produksi yang digunakan. Input produksi dibedakan
menjadi input non tradable (yang ada dalam negeri) terdiri dari bibit, lahan,
dan tenaga kerja dan input tradable (yang diperdagangkan di pasar dunia)
meliputi herbisida dan pupuk.
a. Bibit Kelapa Sawit
Bibit yang digunakan pada usahatani kelapa sawit di masyarakat
berasal dari berbagai sumber, yaitu dari Pusat Penelitian Kelapa sawit
(PPKS) berupa kecambah, bibit cabutan dan bibit yang dikecambahkan
sendiri oleh petani yang berasal dari pemasok kecambah yang jenis dan
kualitas kecambah tidak diketahui. Untuk bibit yang berasal dari PPKS
dan bersertifikat dijual ke masyarakat dengan kisaran harga Rp 25.000 –
Rp 40.000 tergantung jenis bibit dan umur bibit. Sedangkan untuk bibit
cabutan, biasanya diambil dari kebun kelapa sawit yang berasal dari
berondolan sawit yang jatuh dan tumbuh menjadi bibit, biasanya
dipindahkan ke polibag pada umur bibit sekitar 1 – 2 bulan. Sedangkan
15
bibit yang berasal dari kecambah yang dibeli dari pemasok kecambah,
dipelihara sampai bibit berumur 8 bulan – 12 bulan, kemudian ditanam di
lahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
b. Lahan
Dalam mengelola usahatani kelapa sawit, lahan adalah salah satu
input produksi yang sangat penting, baik kecocokan lahan dengan
tanaman kelapa sawit, maupun luas lahan yang akan diusahakan. Lahan
yang digunakan untuk usahatani kelapa sawit sebagian besar adalah
lahan milik sendiri yang semula luasnya rata-rata 2 hektar, yaitu lahan
jatah dari pemerintah dari program transmigrasi. Seiring dengan
perjalanan waktu, lahan yang semula 2 hektar setiap kepala keluarga, ada
yang mengalami penambahan dan pengurangan. Penambahan lahan
usahatani kelapa sawit diperoleh petani dengan membeli lahan dari petani
lain, dan juga adanya pembukaan lahan baru.
c. Tenaga Kerja
Kegiatan dalam usahatani kelapa sawit terbagi menjadi kegiatan
pada tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan (TM),
dan tanaman tidak menghasilkan (TTM), dimana kegiatan itu meliputi
proses pembukaan lahan, pembibitan, dan pemeliharaan. Untuk kegiatan
TBM jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan
dengan kegiatan TM. Kegiatan pemeliharaan TM pada usahatani kelapa
sawit meliputi (pemupukan, penyemprotan, pembersihan lahan,
pemanenan, pruning, dll). Tenaga kerja yang digunakan untuk setiap jenis
16
pekerjaan tidak sama baik jumlah maupun tenaga kerja yang digunakan.
Tenaga kerja pada usahatani kelapa sawit menggunakan tenaga kerja
pria dan wanita. Tenaga kerja pria digunakan untuk bidang kerja yang
berat meliputi pemanenan, pruning, menyemprot, pemupukan, dan
mengangkut buah dari lokasi ke tempat pengumpulan hasil (TPH).
Sedangkan tenaga kerja wanita digunakan untuk bidang kerja yang ringan
meliputi pemupukan, pembrondolan (memungut buah kelapa sawit yang
jatuh di tanah).
d. Pupuk
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
membutuhkan sumber makanan yang lebih banyak dibandingkan
tanaman perkebunan lainnya. Hal ini karena perakaran kelapa sawit yang
besar dan kuat. Untuk memenuhi keperluan makanan untuk tumbuh dan
berkembang tanaman kelapa sawit membutuhkan asupan makanan
berupa pupuk. Pupuk yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit
sangat beragam baik jenisnya maupun bentuknya. Jenis pupuk untuk
tanaman kelapa sawit dapat berupa pupuk tunggal maupun pupuk
majemuk. Pupuk tunggal yang biasa digunakan meliputi Urea, Za, KCl,
Sp-36. Sedangkan pupuk majemuk yang digunakan meliputi pupuk
Mutiara, Mahkota, dan NPK Phonska. Selain menggunakan pupuk kimia,
juga menggunakan pupuk organik berupa petroganik, janjangan kosong
(jangkos), dan pupuk cair.
17
Tanah yang subur membutuhkan jumlah pupuk yang lebih sedikit
dibandingkan dengan tanah yang gersang. Tanaman kelapa sawit belum
menghasilkan (TBM) kebutuhan pupuknya lebih sedikit dibandingkan
tanaman menghasilkan (TM). Sedangkan untuk pupuk tunggal
membutuhkan pupuk yang lebih banyak dibandingkan dengan pupuk
majemuk. Pemupukan yang dilakukan 4 bulan sekali (3 kali pemupukan
dalam setahun) membutuhkan pupuk yang lebih banyak dibandingkan
dengan pemupukan yang dilakukan 6 bulan sekali (2 kali pemupukan
dalam 1 tahun). Rata-rata dosis pupuk yang diberikan untuk tanaman
kelapa sawit 4 – 9 kg/batang/tahun dosis pupuk yang diberikan dan
tenggang waktu dari pemupukan satu ke pemupukan berikutnya.
e. Herbisida
Herbisida yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit meliputi
herbisida sistemik dan herbisida kontak. Herbisida sistemik yang
digunakan adalah herbisida sistemik glifosat 480 SL yang digunakan
untuk membunuh gulma daun sempit berupa alang-alang antara lain
Roundup, Kleen up, Grasso, dan Supremo. Sedangkan herbisida kontak
yang digunakan adalah parakuat 278 SL, digunakan untuk gulma yang
lebih ringan, anakan kayu dan pakisan, antara lain gramoxone dan
supretox.
Menurut Mangoensoekarjo (2005) bagian yang paling utama untuk
diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan
18
baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga
yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi.
Minyak sawit juga dapat diolah menjadi bahan baku minyak alkohol,
sabun, lilin, dan industri kosmetik. Sisa pengolahan buah sawit sangat
potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan
menjadi kompos.
Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada
pada 15°LU-15°LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal
berkisar antara 1-500 m dpl. Lama penyinaran matahari rata-rata adalah
5-7jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal
24°C-28°C. Kecepatan angin 56km/jam untuk membantu proses
penyerbukan. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90%.
2.2 Aspek Ekonomi Kelapa Sawit
Dalam perekonomian Indonesia, komoditas kelapa sawit
memegang peran yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai
prospek yang cukup cerah sebagai sumber devisa. Disamping itu minyak
sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai
diseluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu menjaga
stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini mampu pula menciptakan
kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan Masyarakat
(Zen, 2008).
19
Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang
berasal dari daging buah berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal
sebagai minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil (CPO). Sedangkan
minyak yang kedua berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal
sebagai minyak inti kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO)
(Mangoensoekarjo, 2005).
Menurut Mangoensoekarjo (2005), produk kelapa sawit dapat
dikelompokkan dalam:
a. Bahan Makanan
Minyak kelapa sawit mengandung kalori yang cukup tinggi dan
mengandung sejumlah vitamin, antara lain pro-vitamin A (Beta karotena),
tokoferol sebagai sumber pro-vitamin E, dan tokotrienol. Minyak kelapa
sawit dan minyak inti kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan pangan
diperoleh melalui proses fraksinasi, rafinasi dan hidrogenasi. Minyak
kelapa sawit mengandung kolesterol rendah. Minyak kelapa sawit yang
dimurnikan (refined) menjadi minyak goreng kandungan kolesterolnya
akan turun sampai pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan
manusia. Telah dibuktikan bahwa minyak goreng kelapa sawit, terutama
minyak goreng merah (red cooking oil) cenderung mengurangi terjadinya
trombosis pada urat nadi, tidak meningkatkan tekanan darah tinggi, dan
tidak menimbulkan kanker.
20
b. Bahan Non Makanan
Minyak kelapa sawit dapat dipakai untuk bahan industri berat
ataupun ringan antara lain untuk industri penyamakan kulit agar menjadi
lebih lembut dan fleksibel. Dalam industri tekstil minyak sawit dipakai
sebagai minyak pelumas yang tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi;
pada industri kawat dipakai dalam cold rolling dan fluxing agent; pada
industri perak sebagai bahan flotasi pada pemisahan biji tembaga dan
cobalt. Pada industri ringan minyak kelapa sawit dipakai sebagai sabun,
detegen, semir sepatu, lilin, tinta cetak, dan lain-lain.
c. Bahan Kosmetik dan Farmasi
Minyak kelapa sawit selain untuk industri bahan makanan dan non
makanan juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk industri
kosmetik dan industri farmasi. Minyak kelapa sawit banyak dipakai untuk
pembuatan shampo, krim (cream), minyak rambut, sabun cair, lipstik dan
lain-lain. Minyak kelapa sawit mengandung beta-karotena yang cukup
tinggi banyak dipakai untuk obat kanker paru-paru dan kanker payudara,
dan juga berfungsi sebagai pembentuk vitamin A dalam tubuh manusia.
d. Pemanfaatan Limbah
Limbah dari kelapa sawit dapat berupa limbah cair dan limbah
padat, antara lain sabut, cangkang dan tandan kosong (janjang kosong).
Limbah cair dapat dimanfaatkan untuk penghasil energi, melalui
pembuatan biogas dengan bantuan jasad renik. Sedangkan limbah padat
umumnya dipakai sebagai sumber energi untuk bahan bakar pabrik.
21
Tandan kosong juga dapat diproses menjadi furfural dan alkohol. Furfural
yang dipisahkan dari selulosa melalui proses hidrolisis, dapat dipakai
sebagai pakan ternak. Tandan kosong dapat diproses menjadi pulp untuk
pembuatan kertas dan pupuk kompos. Batang kelapa sawit dapat
dijadikan kayu bangunan dan perabot.
2.3 Landasan Teori Pendapatan
Pendapatan adalah suatu ukuran balas jasa terhadap faktor- faktor
produksi yang ikut dalam proses produksi. Pengukuran pendapatan untuk
tiap-tiap jenis faktor produksi yang ikut dalam usahatani tergantung
kepada tujuannya. Pada akhirnya para petani dari setiap usahataninya
mengharapkan pendapatan yang disebut dengan pendapatan usahatani.
Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua
biaya atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau
penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor atau
penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara
keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Pendapatan usahatani
adalah selisih antara total penerimaan atau Total Revenue (TR) dengan
total biaya atau Total Cost (TC) atau dapat dituliskan dengan rumus
sebagai berikut :
I = TR-TC
TR = P.Q
TC = TFC + TVC
Dimana :
22
I = Pendapatan
TR = Total penerimaan (total revenue)
TC = Total biaya (total cost)
FC = Biaya tetap (fixed cost)
VC = Biaya variabel (variabel cost)
Q = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py = Harga Y
Dari sisi penerimaan, dapat ditingkatkan melalui peningkatan
jumlah produksi. Dari sisi biaya dapat dilakukan dengan meminimalisir
pengeluaran seperti pembelian pupuk, pestisida dengan asumsi
kebutuhan optimum dari setiap tanaman tetap terpenuhi atau dengan kata
lain kualitas TBS tidak berkurang. Dengan cara demikian, maka
pendapatan diharapkan akan dapat meningkat (Soekartawi, 2006).
23
2.4 Risiko Usahatani
Keberhasilan produksi ditentukan oleh bagaimana petani dapat
mengatur secara baik faktor-faktor produksi (input) yang digunakan untuk
menghasilkan output yang optimal dalam mengatasi berbagai kendala
yang ditimbulkan oleh alam maupun perkembangan pasar. Faktor alam
curah hujan, dan gangguan hama serta penyakit tanaman dapat
menimbulkan risiko dan ketidakpastian atas kinerja usahatani. Faktor
pasar seperti fluktuasi harga juga tidak dapat dipastikan sehingga hal ini
menimbulkan risiko dan ketidakpastian dalam usahatani.
Kegiatan pada sektor pertanian yang menyangkut proses produksi
selalu dihadapkan dengan situasi risiko (risk) dan ketidakpastian
(uncertainty). Pada risiko peluang terjadinya kemungkinan merugi dapat
diketahui terlebih dahulu, sedangkan ketidakpastian merupakan sesuatu
yang tidak bisa diramalkan sebelumnya karena peluang terjadinya merugi
belum diketahui. Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian
adalah fluktuasi hasil pertanian dan fluktuasi harga. Ketidakpastian hasil
pertanian disebabkan oleh faktor alam seperti iklim, hama dan penyakit
serta kekeringan. Jadi produksi menjadi gagal dan berpengaruh terhadap
keputusan petani untuk berusahatani berikutnya (Soekartawi, 1993).
Darmawi (2004) mendefinisikan risiko menjadi beberapa arti, yaitu
risiko sebagai kemungkinan merugi, risiko yang merupakan
ketidakpastian, risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang
diharapkan dan risiko sebagai probabilitas sesuatu hasil berbeda dari hasil
24
yang diharapkan. Ketidakpastian merupakan suatu kejadian dimana hasil
dan peluangnya tidak bisa ditentukan. Ketidakpastian merupakan
deskripsi karakter dan lingkungan ekonomi yang dihadapi oleh petani,
dimana lingkungan tersebut mengandung beragam ketidakpastian yang
direspon oleh petani berdasarkan kepercayaan subjektif petani.
Berdasarkan definisi di atas, risiko dapat diartikan sebagai
penyimpangan dari hasil yang diperoleh dengan hasil yang diharapkan.
Pada risiko probabilitas dan hasil akhir dapat diketahui, sedangkan
ketidakpastian probabilitas dan hasil akhirnya tidak bisa ditentukan.
Menurut Kadarsan (1992) ada beberapa hal penyebab risiko, yaitu
ketidakpastian produksi, tingkat produksi, tingkat harga dan
perkembangan teknologi sebagai berikut:
a) Risiki produksi
Risiko produksi di sektor pertanian lebih besar dibandingkan
dengan sektor non pertanian karena pertanian sangat dipengaruhi oleh
berbagai peristiwa yang tidak dapat dikendalikan yang sering
berhubungan dengan cuaca, termasuk curah hujan yang terlalu sedikit
atau bahkan berlebihan, suhu ekstrim, serta serangan hama maupun
penyakit.
b) Risiko biaya
Risiko biaya terjadi akibat fluktuasi harga sarana-sarana produksi,
seperti benih, pupuk, dan pestisida.
25
c) Risiko teknologi
Risiko teknologi terjadi pada inovasi teknologi baru disektor
pertanian karena petani belum paham, belum cukup terampil atau gagal
dalam menerapkan teknologi baru. Teknologi memiliki peran yang penting
dalam risiko produksi produk pertanian. Pengaplikasian yang cepat dari
adanya varietas tanaman baru ataupun teknik produksi seringkali
memberikan peningkatan efisiensi dan membantu mengurangi risiko
produksi yang mungkin akan terjadi.
Secara statistik, pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan
ukuran ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation).
Pengukuran dengan ragam dan simpangan baku menjelaskan risiko
dalam arti kemungkinan penyimpangan pengamatan sebenarnya di
sekitar nilai rata-rata yang diharapkan. Besarnya keuntungan yang
diharapkan (E) menggambarkan jumlah rata-rata keuntungan yang
diperoleh petani, sedangkan simpangan baku (V) merupakan besarnya
fluktuasi keuntungan yang mungkin diperoleh atau merupakan risiko yang
ditanggung petani. Selain itu penentuan batas bawah sangat penting
dalam pengambilan keputusan petani untuk mengetahui jumlah hasil
terbawah dibawah tingkat hasil yang diharapkan. Batas bawah
keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang
mungkin diterima oleh petani (Kadarsan, 1995).
26
Koefisien variasi (CV) yang merupakan ukuran risiko relatif secara
sistematis dirumuskan sebagai berikut:
a) Risiko Produksi :
b) Risiko Pendapatan :
Keterangan :
CV : Koefisien Variasi
σ : Standar Deviasi
Q : Rata-rata Produksi (Kg)
Y : Rata-rata Pendapatan (Rp)
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Alviany (2013) dengan judul
“Analisis Manajemen Risiko Usahatani Mangga Di Kabupaten Indramayu
Jawa Barat (Kasus: Petani Buah Mangga Di Desa Krasak, Kecamatan
Jatibarang-Kabupaten Indramayu)” diketahui bahwa petani tidak terlalu
besar menghadapi risiko harga, akan tetapi petani mangga Indramayu
menghadapi risiko produksi karena penggunaan teknologi yang belum
optimal. Variasi penggunaan input secara keseluruhan dan variasi R/C
rasio membuktikan bahwa petani buah mangga di Indramayu sudah
𝐶𝑉 =𝜎
𝑄
𝐶𝑉 =𝜎
𝑌
27
optimal dalam menjalankan usaha budidaya buah mangga ini, hanya saja
penggunaan teknologi dan pemberantasan hama penyakit masih belum
optimal, karena biasanya para petani hanya mengandalkan pengalaman
yang terjadi selama ini. Koefisien variasi dari mangga jenis Gedong Gincu
sebesar 1,3 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko
yang dihadapi akan sebesar 1,3 dan koefisien variasi untuk jenis mangga
cengkir sebesar 3,5 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka
risiko yang akan dihadapi sebesar 3,5. Semakin besar nilai koefisien
variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Dengan demikian
risiko yang lebih besar dihadapi petani adalah jenis mangga cengkir.
Penelitian yang dilakukan oleh Pardosi (2010) dengan judul
“Analisis Tingkat Resiko bagi Pelaku Agribisnis Kelapa Sawit” diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat beberapa resiko yakni resiko teknis dan resiko
non teknis. Resiko teknis menyangkut penyediaan bibit, seleksi bibit,
penanaman, pemberian pupuk, penanaman tanaman penutup tanah/ LCC
(Land Cover Crop), serangan hama, penyakit dan gulma dan kesalahan
pemanenan. Resiko non teknis menyangkut lembaga permodalan,
manajemen keuangan dan SDM, kebijakan pemerintah, AMDAL,
hubungan dengan masyarakat, lembaga perkumpulan petani sawit rakyat
dan penyuluhan serta menyangkut track dan keadaan politik. Dari resiko
tersebut diketahui dampak resiko yakni rendahnya produksi 9,3 ton/ha dan
penerimaan petani rakyat yaitu Rp 5.128.024. Upaya-upaya dalam
memitigasi resiko adalah memilih bibit yang unggul dan bersertifikat,
28
pemeriksaan kadar hara tanah, pemeliharaan tanaman yang baik,
penambahan alat pengangkutan, adanya lembaga permodalan,
membentuk lembaga/organisasi untuk kelapa sawit dan pengaktifan kerja
penyuluh.
Penelitian yang dilakukan oleh Suharyanto, Jemmy Rinaldy dan
Nyoman Ngurah Arya (2016) dengan judul “Analisis Risiko Produksi
Usahatani Padi Sawah di Provinsi Bali” menunjukkan bahwa risiko
produksi padi sawah dianalisis dengan metode koefisien variasi
sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi padi sawah
dianalisis dengan analisis regresi linier berganda dengan metode
multiplikatif heteroskedastisitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko
produksi padi sawah lebih tinggi pada musim hujan dengan status lahan
bukan milik sendiri. Faktor-faktor produksi yang secara nyata
mempengaruhi produksi padi sawah antara lain luas lahan, pupuk organik
dan pestisida.
2.6 Kerangka Pemikiran
Tanaman perkebunan diakui dapat menyumbangkan kontribusi
yang cukup besar dalam pemenuhan bahan baku agroindustri bahkan
penghasil devisa negara. Salah satu komoditi perkebunan yang banyak
berperan adalah kelapa sawit. Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih
tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya (seperti
kacang kedelei, kacang tanah dan lain-lain), sehingga harga produksi
menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang (25
29
tahun) juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya produksi yang
dikeluarkan oleh pengusaha kelapa sawit. Kelapa sawit juga merupakan
tanaman yang paling tahan hama dan penyakit dibandingkan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya.
Produk kelapa sawit sangat luas penggunaannya dalam bidang
industri, seperti industri makanan, farmasi, kosmetik, logam, dan tinta
cetak. Produksi dari industri makanan, farmasi dan kosmetik
berhubungan langsung dan erat kaitannya dengan kebutuhan sehari-hari
manusia. Oleh karena itu, para pelaku usahatani harus berusaha sebaik
mungkin agar menghasilkan TBS sebagai produk utama kelapa sawit
dengan baik dan berkualitas tinggi.
Usahatani tidak terlepas dari faktor risiko (risk) dan ketidakpastian
(uncertainty). Risiko merupakan kejadian yang telah diketahui
probabilitasnya. Salah satu risiko yang terdapat dalam usahatani adalah
risiko produksi dan pendapatan. Hal-hal yang termasuk dalam risiko
produksi adalah iklim, pengolahan hingga siap produksi. Walau kenyataan
diatas memang pasti terjadi perlu mengantisipasi atau bahkan mengurangi
risiko yang ada sehingga kegiatan usaha dapat terus berjalan sesuai
rencana awal.
Upaya-upaya memitigasi risiko dapat dilakukan dengan
mengoordinasikan setiap tahapan usaha sehingga dapat diperoleh
produksi yang optimal dan memberikan pendapatan yang tinggi. Selain
itu dengan tidak mengabaikan syarat-syarat utama tahapan budidaya,
30
peningkatan pendapatan juga dapat dilakukan dengan memperkecil
biaya atau meningkatkan penerimaan ataupun melakukan kedua-
duanya. Dengan upaya tersebut diharapkan usahatani kelapa sawit yang
dijalankan oleh petani dapat memberikan hasil yang berkuantitas dan
berkualitas tinggi. Kualitas TBS yang baik tentunya akan memberikan
produk turunan yang baik pula sehingga harga jualnya pun akan tinggi.
Harga jual yang tinggi akan memberikan pendapatan yang
tinggi bagi petani.
Perlunya analisis risiko dikarenakan petani sering dihadapkan
pada masalah ketidakpastian terhadap besarnya keuntungan usahatani
yang diperoleh. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya penguasaan
petani terhadap iklim dan harga pasar. Ketidakpastian ini menimbulkan
adanya risiko yang berupa risiko produksi dan pendapatan sehingga akan
mempengaruhi keuntungan yang diperoleh petani.
Untuk lebih jelasnya gambaran dari penelitian yang dilakukan dapat
dilihat pada skema kerangka pemikiran Gambar 1.
31
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Upaya memitigasi Risiko
Usahatani
Kelapa Sawit
Petani
Produksi
Penerimaan
Pendapatan
Risiko
Produksi
Risiko
Pendapatan
32
III. METODE PENELITIAN
3.1 Penentuan Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang,
Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling), dengan pertimbangan
bahwa daerah ini merupakan daerah penghasil kelapa sawit terbesar di
Sulawesi dengan luasan areal yaitu perkebunan kelapa sawit. Di
Kabupaten Mamuju Utara merupakan salah satu kabupaten dengan
luasan areal sawit terbesar di Sulawesi Barat seluas 72.229 Ha. Waktu
penelitian dilakukan pada akhir bulan Mei sampai bulan Juli 2017.
3.2 Penentuan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode sampel
acak sederhana atau simple random sampling. Untuk mendapatkan
sampel, langsung dilakukan random pada unit sampling. Dengan demikian
setiap unit sampling sebagai unsur populasi terkecil, memperoleh peluang
yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi.
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, diketahui jumlah
populasi petani kelapa sawit di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang,
Kabupaten Mamuju Utara sebanyak 161 orang. Dilihat dari kemampuan
tenaga, dana dan waktu peneliti maka jumlah sampel yang diambil yaitu
20% dari jumlah petani yaitu sebanyak 32 orang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Arikunto (2006) yang menyatakan bahwa apabila subjeknya
33
kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar (lebih
dari 100) dapat menggunakan sampel. Menurutnya sampel diambil antara
10%-15% hingga 20%-25% atau bahkan boleh lebih dari 25% dari jumlah
populasi.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
kualitatif dan kuantitatif.
1. Data kualitatif merupakan data yang dapat dinyatakan dalam
bentuk bukan angka, misalnya jenis pupuk yang digunakan, status
lahan, risiko-risiko yang dihadapi petani dan data lain yang
berbentuk bukan angka.
2. Data kuantitatif merupakan suatu data yang dapat dinyatakan
dalam bentuk angka, misalnya usia seseorang, jumlah produksi,
dan lain sebagainya.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari data primer dan sekunder.
1. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden
menggunakan kuisioner yaitu petani (anggota kelompok tani).
Responden dalam penelitian ini difokuskan pada petani kelapa
sawit.
34
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari internet, hasil
penelitian-penilitian terdahulu dan literatur pada bagian lembaga
atau instansi terkait, dalam hal ini yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti seperti PT. Unggul Teknologi Widya
Lestari, Kantor Desa Batu Matoru dan sumber lain yang relevan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a) Observasi lapangan, yaitu melakukan pengamatan atau peninjauan
langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang kegiatan usahatani.
b) Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab langsung kepada
responden (petani) dengan menggunakan instrumen/menggunakan
kuesioner yang telah disiapkan dan mengacu pada kerangka pikir.
c) Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari
dokumen-dokumen atau segala sumber terkait dengan cara studi
kepustakaan serta pengambilan gambar berupa foto-foto.
3.5 Metode Analisis Data
Untuk mencapai tujuan penelitian, analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
Untuk menjawab masalah pertama digunakan analisis deskriptif
dan kuantitatif, yaitu mengidentifikasi risiko-risiko usahatani kelapa sawit
35
menggunakan data dari hasil wawancara petani responden di Desa Batu
Matoru terkait tentang biaya-biaya produksi, produksi, panen, proses
pengangkutan TBS kelapa sawit ke pabrik hingga harga jual TBS kelapa
sawit. Pada penelitian ini, produksi dan pendapatan menggunakan data
mulai proses pemupukan hingga proses penjualan TBS.
Analisis pendapatan petani dilakukan dengan menghitung:
1. Pendapatan
Untuk mengetahui pendapatan usahatani dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
I = TR − TC
Dimana :
I = Pendapatan (Income) (Rp)
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
2. Biaya Produksi
Untuk menghitung biaya produksi digunakan rumus sebagai
berikut:
TC = TVC + TFC
Dimana :
TC = Total Biaya (Rp)
TVC = Total Biaya Variabel (Rp)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp)
36
3. Penerimaan
Untuk mengetahui penerimaan usahatani dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
TR = P . Q
Dimana :
TR = Total Penerimaan (Rp)
P = Harga (Rp/Kg)
Q = Produksi (Kg)
4. R/C Rasio
Untuk mengetahui apakah agribisnis kelapa sawit yang dijalankan
menguntungkan. Dapat dilihat menggunakan rumus sebagai berikut :
R/C =𝑇𝑅
𝑇𝐶
Dimana:
TR = Total Revenue (total penerimaan) P. Q
TC = Total Cost (total biaya)
Dengan kriteria R/C > 1, maka usaha untung; jika R/C = 1, maka usaha
tidak untung dan tidak rugi; jika R/C < 1, maka usaha rugi.
Untuk mengetahui besar risiko produksi dan pendapatan petani
dapat dilakukan dengan cara analisis koefisien variasi (CV). Cara ini
membutuhkan data produksi dan pendapatan petani. Pengukuran
dirumuskan sebagai berikut:
𝐶𝑉 =𝜎
𝑋ᵣ
37
Dimana:
CV = Koefisien Variasi
σ = Standar Deviasi/Simpangan Baku
Xr = Nilai Rata-rata
Untuk menghitung standar deviasi (simpangan baku) digunakan
rumus:
𝜎 = √∑ (𝑋ᵢ − �̅�)𝑛𝑖=1
𝑛 − 1
Dimana:
σ = Standar Deviasi/Simpangan Baku
Xi = Data produksi/pendapatan
�̅� = Data rata-rata produksi/pendapatan
n = Jumlah sampel
Menurut Hernanto (1993), Hal ini menunjukkan bahwa apabila
CV > 0,5 maka risiko pendapatan pada usahatani yang ditanggung petani
semakin besar, sedangkan nilai CV ≤ 0,5 maka petani akan selalu untung
atau impas. Dimana koefisien variansi merupakan suatu ukuran variansi
yang dapat digunakan untuk membandingkan suatu distribusi data yang
mempunyai satuan yang berbeda.
Untuk menjawab rumusan masalah kedua menggunakan analisis
deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan upaya-upaya yang perlu
dilakukan petani dalam memitigasi risiko yang dihadapi selama melakukan
38
usahatani kelapa sawit. Mitigasi risiko ini dilakukan agar dapat
meminimalisir atau mengurangi kerugian yang akan terjadi akibat dari
risiko dalam usahatani.
3.6 Konsep Operasional
Untuk memudahkan dalam pengambilan data dan informasi serta
menyamakan persepsi dalam penelitian ini, maka digunakan konsep
operasional sebagai berikut :
1. Petani kelapa sawit adalah petani di Desa Batu Matoru, Kecamatan
Lariang, Kabupaten Mamuju Utara yang mengusahakan tanaman
kelapa sawit sebagai tanaman utama.
2. Usahatani kelapa sawit dalah kegiatan petani dalam
mengusahakan lahannya menjadi lahan produktif yang
menghasilkan buah mentah dari tanaman kelapa sawit. Usahatani
yang dilakukan dimulai dari pemupukan hingga penjualan Tandan
Buah Segar (TBS) dalam satu tahun.
3. Risiko petani yang dihitung adalah risiko produksi dan pendapatan
berdasarkan nilai rata-rata petani dengan menggunakan analisis
koefisen variansi deskriptif. Dimana risiko produksi membutuhkan
data jumlah produksi petani, sementara pendapatan membutuhkan
data dari penerimaan petani dikurangi dengan total biaya-biaya
pengeluaran selama melakukan usahatani.
4. Pendapatan adalah pendapatan yang diterima petani pada
tanaman menghasilkan (TM) yaitu tanaman yang berumur lebih dari
39
3 tahun. Dimana nilai penerimaan dikurangi dengan total biaya
dalam satu tahun produksi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
5. Memitigasi risiko adalah suatu tindakan yang perlu dilakukan petani
kelapa sawit di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten
Mamuju Utara agar dapat mengurangi dampak dari suatu kejadian
yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan pendapatan.
40
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah
Desa Batu Matoru terletak 8 km dari Ibukota Kecamatan Lariang
dan 48 km dari Ibukota Kabupaten Mamuju Utara. Desa Batu Matoru
berada di antara 0−500 mdpl dengan luas wilayah sebesar 11,83 km2 dan
terbagi dalam 4 dusun yaitu Dusun Batu Matoru, Dusun Lariang, Dusun
Pelosu dan Dusun Tamalala. Adapun batas-batas wilayah Desa Batu
Matoru secara administratif (peta dapat dilihat pada lampiran 1), yaitu :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tikke Raya
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Singgani, Kecamatan
Lariang
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kulu, Kecamatan Lariang
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bambakoro, Kecamatan
Lariang
4.2 Keadaan Iklim
Secara hidrologis Desa Batu Matoru beriklim tropis dengan dua
musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Banyaknya curah hujan
yang ada pada Desa Batu Matoru yakni 1306 mm/tahun dengan suhu
rata-rata 36°C.
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik
pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara-selatan 12 derajat pada
41
ketinggian 0-500 m dpl. Beberapa unsur iklim yang penting dan saling
mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan
udara, dan angin. Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa
sawit rata-rata 2.000-2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang
tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata
dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit.
Namun, yang terpenting adalah tidak terjadi defisit air sebesar 250 mm.
Bila tanah dalam keadaan kering, akar tanaman sulit menyerap mineral
dari dalam tanah. Oleh sebab itu, musim kemarau yang berkepanjangan
akan menurunkan produksi (Pahan, 2008).
4.3 Keadaan Penduduk
Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah
yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu
sama lain secara terus menerus/kontinu. Kondisi umum kehidupan
masyarakat petani masih tradisional. Nilai kegotongroyongan masih
nampak, kehidupan sosial masyarakat penuh kekeluargaan. Secara
umum proses pencarian nafkah lebih didominasi oleh kaum laki-laki dan
perempuan pada tatanan masyarakat lebih bertugas di dapur dan
mengurusi anak.
4.3.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk yang mengalami peningkatan merupakan
sumber daya manusia dapat memberikan peningkatan jumlah produktifitas
pertanian dengan menfaatkan atau mengalokasikan sumber daya alam
42
yang ada atau yang dimiliki. Penduduk yang melakukan kegiatan
berproduksi dianggap juga sebagai tenaga kerja atau pekerja, dimana
tenaga kerja merupakan salah satu faktor pendukung dalam
meningkatkan hasil produksi, apalagi penduduk tersebut memiliki tingkat
keterampilan yang tinggi (Fiska, 2013).
Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin digunakan untuk
mengelompokkan jumlah penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di
suatu wilayah sehingga dapat memberikan gambaran mengenai sex ratio
suatu wilayah. Adapun keadaan penduduk Desa Batu Matoru berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1. Laki- laki 697 56%
2 Perempuan 556 44%
Total 1.253 100%
Sumber: Kantor Desa Batu Matoru, 2017.
Tabel 3 menunjukkan bahwa Desa Batu Matoru memiliki jumlah
penduduk sebanyak 1.253 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 697 jiwa dengan persentase sebesar 56% sedangkan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 556 jiwa dengan persentase 44%. Hal ini
didukung oleh pendapat Sapariah (2015) bahwa jenis kelamin merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan juga
menentukan dalam klasifikasi pembagian kerja. Pada umumnya laki-laki
43
memiliki kemampuan kerja lebih besar dibandingkan perempuan.
Umumnya perempuan hanya bekerja di luar mencari nafkah seperti
mengurus rumah dan anak.
4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang
keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam
pelayanan publik karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka
semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil
yang diharapkan sesuai dengan rencana dan sarana dan prasarana
juga merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu
proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan
pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi
untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai (Hendrianus, 2017).
Kondisi jalan di Desa Batu Matoru sebagian telah beraspal dan
sebagai jalan masih berbatu-batu. Jalan beraspal mudah dilalui oleh
warga, tetapi warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi akan sulit
karena sangat jarang atau bahkan tidak ada angkutan umum. Berbagai
kondisi fisik di Desa Batu Matoru yang sudah berjalan dengan baik
memberi kepuasaan tersendiri bagi penduduk sekitar.
4.4.1 Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan mempunyai peranan penting dalam menunjang
pembangunan daerah di segala bidang. Pendidikan juga termasuk salah
satu faktor dalam menunjang pengetahuan masyarakat desa. Peningkatan
44
kualitas pendidikan di suatu wilayah selain bergantung kepada kualitas
guru juga harus ditunjang dengan sarana dan prasarana pendidikan yang
memadai. Adapun jumlah sarana pendidikan di Desa Batu Matoru,
Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No Jenis Sarana Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. TK 1 20
2. SD 2 40
3. SMP 1 20
4. SMA 1 20
Total 5 100
Sumber: Kantor Desa Batu Matoru, 2017.
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa sarana pendidikan di Desa
Batu Matoru cukup memadai. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sarana
pendidikan TK (Taman Kanak-kanak) sebanyak 1 unit (20%), SD (Sekolah
Dasar) sebanyak 2 unit (40%), SMP (Sekolah Menengah Pertama)
sebanyak 1 unit (20%) dan SMA (Sekolah Menengah Atas) sebanyak 1
unit (20%). Menurut Basrowi (2010), masyarakat yang mempunyai tingkat
sosial ekonomi yang rendah cenderung memiliki tingkat pendidikan yang
rendah pula. Masyarakat masih kurang memahami akan pentingnya
pendidikan. Masyarakat masih beranggapan bahwa pendidikan bukan
merupakan jaminan bisa hidup sejahtera, jauh dari kemiskinan. Dengan
anggapan bahwa sekolah hanya membuang waktu dan biaya saja.
Pendidikan dasar saja belum cukup untuk menunjang pembangunan yang
sedang berlangsung, masih banyak masyarakat yang tidak berhasil
menyelesaikan pendidikan dasar sampai dengan selesai.
45
4.5 Pabrik Kelapa Sawit
PT Unggul Widya Teknologi Lestari merupakan salah satu pabrik
kelapa sawit yang ada di Kabupaten Mamuju Utara. PT Unggul Widya
Teknologi Lestari adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan
Kelapa Sawit dan berdiri pada tanggal 29 Maret 1982 yang berlokasi di
Desa Motu Kecamatan Baras Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi
Barat. Pabrik ini merupakan tempat akses pengolahan TBS dari petani di
Desa Batu Matoru. Jarak antara lahan perkebunan petani ke pabrik kelapa
sawit yang terletak di Desa Motu Kecamatan Baras yaitu ± 8 km dan dapat
ditempuh dalam waktu ± 40 menit dengan kendaraan mobil.
4.5.1 Sejarah Perusahaan
PT Unggul Widya Teknologi Lestari pada awalnya bergerak dalam
bidang kontraktor pembangunan pabrik kelapa sawit. Seiring
perkembangan usaha yang semakin lama, akhirnya PT Unggul Widya
Teknologi Lestari pun menjajaki usaha bidang perkebunan kelapa sawit.
Hal ini ditandai dengan perencanaan perusahaan untuk mendirikan pabrik
kelapa sawit beserta kebun dengan pola PIR-Trans (Perkebunan Inti
Rakyat) pada tahun 1985. Berdasarkan surat KEPMEN
RI/NO/351/KPTS/KB510/6/1987 Tertanggal 15 Juni 1987. PT Unggul
Widya Teknologi Lestari memiliki izin pengolahan di daerah Mamuju
Sulawesi Selatan (Saat ini Sulawesi Barat) dengan pencadangan areal
seluas 15.000 Ha dengan rancangan penanaman kelapa sawit seluas
10.000 Ha.
46
Awal mula perintisan perkebunan tersebut di tandai dengan
peletakan batu pertama oleh Gubernur Sulawesi Selatan pada tanggal 27
November 1988 dan diikuti dengan penanaman perdana pada tanggal 9
Juli 1989 yang dilakukan oleh Menteri Perkebunan dan tanaman keras.
Pembangunan pabrik di mulai pada tanggal 27 November 1988 dengan
kapasitas olah 60 ton/jam, dan pabrik tersebut beroperasi pertama kali
pada pertengahan tahun 1992 tepatnya 12 Juli 1992. Pada bulan Juni
1990 dibangun pelabuhan khusus pengapalan Crude Palm Oil (CPO) di
pelabuhan Bonemanjing Kecamatan Sarudu, Kabupaten Mamuju Utara
guna untuk memudahkan pendistribusian hasil produksi, dan pada bulan
Agustus 1994 dilakukan pengiriman dan pengapalan Crude palm Oil
(CPO) pertama kali oleh PT Unggul Widya Teknologi Lestari.
4.5.2 Struktur Organisasi
Guna menunjang kinerja sebuah rangkaian produksi maka
diperlukan sebuah badan struktur organisasi yang mengatur jalannya
proses produksi yang di setiap elemen dari struktur organisasi tersebut
memiliki hak dan kewajiban yang berbeda. Dengan adanya suatu
organisasi maka tugas dan fungsi masing-masing jabatan yang telah
ditetapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Struktur organisasi sebagai media dimana terdapatnya batasan-batasan
tugas untuk masing-masing pemegang jabatan, garis komando dan garis
koordinasi. Adapun struktur organisasi di PT Unggul Widya Teknologi
Lestari dapat dilihat pada lampiran 2.
47
4.5.3 Aktivitas Penjualan TBS Petani ke Pabrik Kelapa Sawit
a) Sistem Panen
Panen kelapa sawit oleh petani dilakukan sebanyak empat kali
dalam sebulan. Pelaksanaan panen dilakukan selama satu hari hingga
dua hari terdiri dari kegiatan pemotongan buah dari pohon, pengumpulan
buah di tempat pengumpulan hasil (TPH), penimbangan buah dan
pengangkutan buah sampai pabrik inti. Semakin cepat buah sampai
dipabrik dan diolah maka mutu CPO yang dihasilkan pun akan lebih baik.
Tata cara panen dan mutu panen terlampir pada Lampiran Peraturan
Menteri Pertanian Nomor: 14/Permentan/OT.140/2/2013 Tanggal 5
Pebruari 2013. Tata Cara Panen (1) TBS yang dapat diterima pabrik
minimal 3 kg (tiga kilogram) per tandan; (2) rotasi panen dilakukan sekali
dalam tujuh hari dan pada keadaan tertentu disesuaikan denga kenyataan
potensi produksi; (3) brondolan yang dikirim ke pabrik harus bersih, tidak
bercampur tanah, pasir dan sampah lainnya; (4) Brondolan yang
dikumpulkan dari piringan dimasukkan dalam karung dan dikirim ke pabrik
kelapa sawit (PKS) bersama-sama dengan tandannya; (5) TBS yang
dipanen harus dapat diterima di pabrik pada hari yang sama (tidak lebih
dari 48 (empat puluh delapan) jam sejak panen). Mutu Panen (1) mutu
panen TBS adalah hasil penilaian terhadap kematangan panen, keadaan
fraksi buah, buah menginap atau tidak, gagang panjang dan pendek serta
jumlah dan mutu brondolan yang diserahkan; (2) matang panen untuk
tandan yang boleh dipotong adalah apabila ada brondolan di piringan
48
sebanyak 1 (satu) butir lepas per Kg TBS; (3) buah menginap adalah buah
yang diserahkan ke pabrik setelah lebih 48 (empat puluh delapan) jam
sejak dipanen; (4) gagang oanjang adalah gagang TBS yang panjangnya
lebih dari 2,5 cm (dua koma lima sentimeter) diukur dari pangkal tandan
dan potongan huruf V; (5) penilaian mutu panen TBS yang masuk ke
pabrik diberlakukan bagi seluruh TBS, baik yang berasal dari perusahaan,
pekebun/kelembagaan pekebun dan kebun lainnya.
b) Sistem Sortasi
Sistem sortasi yang dilakukan PT Unggul Widya Teknologi Lestari
yaitu sistem bongkar total, buah yang ada di dalam truk angkutan
dibongkar semua dan dipilih buah yang sesuai dengan kriteria panen
menurut SK Menteri Pertanian No 14/Permentan/OT.140/2/2013.
Penetapan denda untuk buah yang disortasi terdiri dari denda buah
mentah, tandan terlalu matang, tangkai panjang dan denda kotoran.
Sortasi TBS (1) sortasi mutu panen TBS di pabrik dilakukan oleh
karyawan pabrik bersama wakil pekebun/kelembagaan pekebun; (2)
sortasi TBS dilakukan melalui 2 (dua) cara antara lain : (a) secara acak,
minimal 5 % (lima persen dari truk yang datang dari setiap bagian kebun
(afdeling) di loading ramp pabrik, TBS dalam truk yang di sortasi,
dibongkar dan dituang dilantai; atau (b) pemeriksaan total, pemeriksaan
total dilakukan masing-masing truk yang masuk kedalam loading ramp
pabrik yang dibongkar dan dituang serta disortasi dalam alat sortasi oleh
petugas pabrik yang diawasi oleh pekebun atau kelembagaan pekebun;
49
(3) hasil sortasi di pabrik disampaikan secara resmi oleh perusahaan inti
kepada pekebun melalui kelembagaan pekebun; (4) TBS yang diterima di
pabrik disampaikan secara resmi oleh perusahaan inti kepada pekebun
melalui kelembagaan pekebun (a) brondolan harus dikirim ke pabrik dan
jumlah brondolan minimal 12,5% (dua belas koma lima persen) dari berat
TBS keseluruhan yang diterima pabrik; (b) tandan terdiri dari buah mentah
0% (nol persen), buah matang minimal 95% (sembilan puluh lima persen)
dan buah lewat matang maksimal 5% (lima persen); (c) tandan tidak boleh
bergagang panjang; (d) tidak terdapat tandan yang kosong; (e) tandan
maupun brondolan segar dalam karung, harus bebas dari sampah, tanah,
pasir atau benda lainnya; (f) tidak terdapat TBS yang dikirim ke pabrik
beratnya kurang dari 3 Kg (tiga kilogram) per tandan.
c) Sistem Penetapan Harga
Penetapan harga TBS dibuat sesuai dengan ketentan di dalam SK
Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 627 Tahun 1998. Harga TBS
ditentukan oleh tim yang terdiri dari dinas perkebunan, wakil perusahaan
inti, dan wakil petani.
d) Sistem Pembayaran TBS
Pembayaran TBS dilakukan selama satu bulan sekali. Pembayaran
dilakukan secara kolektif melalui Bank Perkreditan Rakyat (BPR),
kemudian pengurus kelompok tani akan membagikan kepada anggotanya
dengan hasil panennya. Bukti pembayaran TBS akan diberikan
perusahaan kepada pengurus kelompok tani. Sistem pembayaran TBS
50
juga telah diatur dalam SK Menteri Pertanian nomor
14/Permentan/OT.140/2/2013 hasil pembelian TBS pekebun dibayarkan
oleh perusahaan inti kepada pekebun setelah dikurangi
kewajiban-kewajiban pekebun sesuai dengan ketentuan. Pembayaran
dilakukan minimal 1 (satu) kali sebulan atau berdasarkan kesepakatan
bersama antara kelembagaan pekebun dengan perusahaan inti.
51
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Petani Responden
Identitas petani responden menggambarkan keadaan dan kondisi
status petani responden dalam usahataninya. Dengan adanya identitas
petani responden maka akan memudahkan dalam menganalisis
usahataninya. Identitas responden meliputi nama responden, umur,
tingkat pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan keluarga dan
luas lahan, dapat dilihat pada Lampiran 2. Identitas petani responden
akan dibahas berikut ini.
5.1.1 Umur
Umur akan sangat mempengaruhi dalam kegiatan berusahatani.
Hal tersebut berhubungan dengan kemampuan bekerja dan cara berpikir
petani dalam menerima inovasi baru. Pada umumnya petani yang
berumur muda mempunyai kemampuan fisik lebih kuat dan responsif
terhadap penerapan inovasi baru dibandingkan petani yang berumur tua.
Adapun tingkat umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kisaran Rata-rata Umur Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No Kisaran Umur
(tahun) Jumlah
(orang) Persentase
(%)
1. 39−50 24 75
2. 51−61 8 25
Total 32 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
52
Tabel 5 menunjukkan bahwa petani responden memiliki kisaran
umur antara 39–50 tahun sebanyak 24 orang (75%) dan kisaran umur
antara 51–61 tahun sebanyak 8 orang (25%). Petani kelapa sawit di Desa
Batu Matoru yang bekerja sebagai petani masih tergolong produktif, usia
produktif yakni antara 15 – 64 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tjiptoherijanto (2001), usia produktif adalah usia dimana seseorang sudah
bisa bekerja. Usia produktif itu dimulai pada usia 15 tahun sampai dengan
64 tahun. Dengan umur kita dapat melihat kualitas dari kerja manusia.
Dalam bidang pertanian tingkatan usia merupakan faktor penting, semakin
muda usia maka kekuatan untuk menghasilkan produksi lebih maksimal
atau lebih baik.
5.1.2 Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Prihatiningtyas, 2015).
Pendidikan membuka wawasan petani dalam menerima informasi
dan teknologi dibidang pertanian mengingat semakin pesatnya
perkembangan teknologi yang diharapakan dapat berdampak baik bagi
53
peningkatan produksi, pendapatan dan akhirnya akan meningkatkan taraf
hidup petani. Adapun identitas petani responden ditinjau dari tingkat
pendidikan petani di Desa Batu Matoru dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase
(%)
1 Tidak Sekolah - -
2 SD- Tidak Tamat 2 6
3 SD-Tamat 14 44
4 SMP-Tamat 8 25
5 SMA-Tamat 7 22
6 S1 1 3
Total 32 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 6 menunjukkan identitas petani responden berdasarkan
tingkat pendidikan di Desa Batu Matoru. Diketahui bahwa tingkat
pendidikan sebagian besar petani responden adalah pendidikan Sekolah
Dasar (SD/Sederajat) dengan jumlah 14 orang (43,75%). Adapun
pendidikan tertinggi yang ditempuh petani responden yaitu pendidikan
Strata 1 (S1) dengan jumlah 1 orang (3,1%).
Tingkat pendidikan petani dapat mempengaruhi pola pikir petani
dalam penerapan ide-ide baru yang didapat. Petani yang berpendidikan,
umumnya lebih mudah menerima inovasi dibanding dengan petani yang
tidak berpendidikan walaupun ini tidak mutlak terjadi pada setiap petani.
Hal ini sesuai dengan pendapat Awaluddin (2014), bahwa petani yang
berpendidikan, lebih cepat mengerti dan dapat memahami penggunaan
teknologi baru. Dengan demikian penerapan konsep dalam mengelola
54
usahataninya lebih baik dan dapat tercapai sesuai dengan yang
diharapkan. Selain itu penanggulangan masalah-masalah yang timbul
dalam usahatani lebih mudah dikendalikan.
5.1.3 Lama Berusahatani
Pengalaman berusahatani dapat menjadi acuan bagi petani dalam
menentukan keputusan usahataninya dengan belajar pada apa yang telah
dilakukan selama ini. Pengalaman juga dapat menjadi pemacu minat
petani dalam mengolah lahan pertaniannya karena dengan banyaknya
pengalamanan yang mereka miliki maka akan ada banyak cara yang
dapat mereka lakukan untuk meningkatkan produksi pertaniannya.
Adapun identitas petani responden di Desa Batu Matoru berdasarkan
pengalaman usahataninya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kisaran Rata-rata Lama Berusahatani Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No Kisaran Lama Berusahatani
(tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 18−21 9 28
2. 22−25 5 16
3. 26−30 18 56
Total 32 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 7 menunjukkan bahwa kisaran lama berusahatani petani
responden antara 18−21 tahun yaitu sebanyak 9 orang (28%), kisaran
lama berusahatani petani responden antara 22−25 tahun yaitu sebanyak 5
orang (16%) dan kisaran lama berusahatani petani responden antara
26−30 tahun yaitu sebanyak 18 orang (56%). Pengalaman berusahatani
55
yang dimiliki petani pada umumnya menandakan bahwa pengalaman dan
keterampilan yang dimiliki cukup matang. Dengan demikian, petani dalam
bertindak ia akan selalu berhati-hati mengingat banyaknya pengalaman
yang telah ia dapatkan, apabila itu berhubungan dengan usahataninya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Krisnawati (2017) yang mengatakan
bahwa pengalaman berusaha oleh seorang petani akan berbeda sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada dengan lama petani yang telah
menekuni suatu usaha pengelolaan usahatani tentu akan banyak pula
pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman dari apa yang dialami oleh
seseorang akan menjadi suatu kebiasaan bila hal tersebut sering
dilakukan. Lama berusaha dapat dianggap sebagai ukuran tingkat
pengalaman dengan pengelolaan usahataninya tersebut.
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan
keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula
jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya,
semakin sedikit anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan
yang harus dipenuhi keluarga sehingga dalam keluarga yang jumlah
anggotanya banyak akan diikuti oleh banyaknya kebutuhan yang harus
dipenuhi. Semakin besar ukuran rumah tangga berarti semakin banyak
anggota rumahtangga yang pada akhirnya akan semakin berat beban
56
rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Adapun
identitas petani responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di
Desa Batu Matoru dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kisaran Rata-rata Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No Kisaran Jumlah
Tanggungan Keluarga (orang)
Jumlah (orang) Persentase
(%)
1. 1−4 15 47
2. 5−8 17 53
Total 32 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga dari
petani responden berkisar 1-8 orang. Jumlah tanggungan keluarga petani
responden yang berkisar antara 1−4 orang yaitu sebanyak 15 orang
petani dengan persentase 47% dan tanggungan keluarga petani
responden yang berkisar antara 5−8 orang yaitu sebanyak 17 orang
petani dengan persentase 53%. Besar kecilnya jumlah tanggungan
keluarga akan menentukan perilaku petani dalam usahataninya.
Banyaknya jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki dapat menjadi
motivasi bagi petani untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya dengan baik. Dilain pihak banyaknya jumlah tanggungan
keluarga juga dapat menjadi alasan bagi wanita untuk turut serta bekerja
dan memperoleh penghasilan.
57
5.1.5 Luas Lahan
Pada dasarnya luas lahan yang dikelola oleh petani responden
sangat berpengaruh terhadap kegiatan usahataninya baik terhadap jenis
komoditi maupun pada pola usahatani itu sendiri. Lahan garapan
merupakan modal petani dalam berusahatani mengingat besar kecil
pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan garapannya. Pemanfaatan
sumber daya lahan untuk pertanian harus dilakukan dengan
memperhatikan karakteristik lahan, sehingga manfaat sumber daya lahan
tersebut dapat dilestrikan. Adapun identitas petani responden berdasarkan
luas lahannya di Desa Batu Matoru dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Luas Lahan Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 1−2 25 78
2 > 2 7 22
Total 32 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 9 menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki petani
responden berkisar 1−2 Ha sebanyak 25 orang (78%) dan luas lahan
yang dimiliki petani responden berkisar lebih dari 2 Ha (> 2) sebanyak 7
orang (22%). Luas lahan rata-rata petani menunjukkan bahwa tingkat
penguasaan lahan petani di Desa Batu Matoru masih tergolong rendah.
Hal ini sejalan dengan pendapat Kasim (2006) yang mengemukakan
bahwa penguasaan lahan merupakan faktor yang turut menentukan
tingkat pendapatan maupun kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu,
58
besar atau kecilnya penguasaan lahan sangat menentukan besarnya
pendapatan rumah tangga dan kemungkinan suatu rumah tangga berada
dalam kemiskinan walaupun lahan tersebut pada umumnya diolah sendiri
oleh buruh tani.
5.2 Analisis Pendapatan Petani
Usahatani adalah kegiatan manusia dalam mengusahakan
sumberdaya alam dengan tujuan memperoleh produksi sebesar-besarnya,
dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Pendapatan
usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan
biaya yang dikeluarkan. Penerimaan dapat berasal dari penjualan hasil
tanaman yang telah diusahakan sedangkan biaya yang dimaksud adalah
segala pengeluaran yang dilakukan dalam sekali proses produksi meliputi
biaya sarana produksi, upah tenaga kerja, pajak lahan dan nilai
penyusutan alat.
1. Pemupukan
Petani responden di Desa Batu Matoru pada umumnya melakukan
pemupukan dengan menggunakan pupuk majemuk yaitu KCl dan NPK
Phonska. Pemupukan biasanya dilakukan sebanyak 2 kali oleh petani
yaitu pada awal dan akhir musim hujan, selanjutnya pemupukan dilakukan
dengan cara sistem tabur dengan jarak 1-3 meter dari batang pohon
tanaman kelapa sawit. Untuk pemupukan sendiri petani hanya
mengandalkan tenaga kerja dalam keluarga karena pengerjaannya yang
59
tidak terlalu berat dan tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Adapun
rata-rata biaya pemupukan yang dikeluarkan petani sebesar
Rp 50.531,-/Ha.
2. Penyemprotan
Herbisida merupakan pengendalian gulma dengan menggunakan
senyawa kimia tanpa mengganggu tanaman pokok. Herbisida yang
digunakan oleh rata-rata petani kelapa sawit di Desa Batu Matoru
diantaranya adalah prima-up sebanyak 3 liter/ha dan penggunaan
gramoxone sebanyak 3 liter/ha. Cara kerja herbisida ini membutuhkan
waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya
(gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena,
namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut
lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan
sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya.
Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat pompa semprot dan
nilai penyusutan alatnya sebesar Rp 8.594,-.
3. Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan meliputi pembersihan setelah melakukan
penyemprotan dan pembersihan setelah panen. Adapun rata-rata biaya
pembersihan lahan yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1.200.000,-/Ha.
Pemberihan upah kepada tenaga kerja dilakukan di awal bulan.
Pembersihan lahan dilakukan dengan menggunakan parang dan nilai
penyusutan alatnya sebesar Rp 8.191,-.
60
4. Panen dan Pascapanen
Panen biasanya dilakukan pada umur tanaman di atas 3 tahun.
Sebagian besar petani di Desa Batu Matoru melakukan pemanenan
dengan pemangkasan pelepah menggunakan dodos untuk memudahkan
memanen buah kelapa sawit. Proses pemetikan buah kelapa sawit
menggunakan eggrek. Untuk proses pemanenan ini sebagian besar
petani menggunakan tenaga kerja luar keluarga mengingat pengerjaannya
yang cukup berat dan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga
dibutuhkan tambahan tenaga kerja agar dapat terselesaikan dengan baik
dan cepat. Rata-rata biaya tenaga kerja untuk panen sebesar
Rp 2.704.969,- /Ha. Pemberian upah panen dihitung berdasarkan jumlah
tandan buah segar (TBS) kelapa sawit sebesar Rp 100,-/tandan. Panen
dilakukan dengan menggunakan dodos dan eggrek. Nilai penyusutan
alat dodos sebesar Rp 7.109,- dan nilai penyusutan alat eggrek
sebesar Rp 7.172,-.
Pasca panen petani di Desa Batu Matoru yaitu pengangkutan TBS
ke pabrik kelapa sawit yang berada di wilayah perusahaan (PT. Unggul
Teknologi Lestari). Pasca panen dilakukan dengan menggunakan gerobak
untuk mengangkut buah ke pinggir jalan/tempat pengumpulan hasil (TPH).
Nilai penyusutan alat gerobak sebesar Rp 10.133,-. Pengangkutan TBS
ke pabrik menggunakan truk besar. Rata-rata biaya tenaga kerja untuk
61
pascapanen sebesar Rp 3.065.631,- /Ha. Pemberian upah pascapanen
dihitung berdasarkan berat jumlah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit
sebesar Rp 1.500,-/Kg.
Adapun analisis pendapatan petani kelapa sawit dalam satu tahun
terakhir di Desa Batu Matoru dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Analisis Pendapatan Petani Kelapa Sawit Selama Satu Tahun di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No Uraian Jumlah Fisik
(Rata-rata/Ha/Tahun)
Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp/Ha/Tahun)
1 Produksi (Kg) 30.656 1.079 33.072.170
2 Biaya Variabel
Pupuk (Kg)
- KCl 126 6.600 833.766
- NPK Phonska 126 5.000 631.641
Total Biaya Pupuk 1.465.406
Herbisida (liter)
- Prima Up 3 72.000 216.000
- Gramoxone 3 55.000 165.000
Total Biaya Herbisida 381.000
Upah Tenaga Kerja
a. Pemupukan (Kg) 252 200 50.531
b. Penyemprotan
(tangki) 60 5.000 300.000
c. Pembersihan Lahan 1.200.000 1.200.000
d. Panen (tandan) 1.803 1.500 2.704.969
e. Pengangkutan (Kg) 30.656 100 3.065.631
Total Biaya Upah TK 7.321.131
Total Biaya Variabel 9.159.522
3 Biaya Tetap
a. Pajak Lahan 25.000 25.000 25.000
b. NPA 21.016
Total Biaya Tetap 46.016
4 Total Biaya (2+3) 9.205.538
5 Pendapatan (1-4) 23.866.632
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
62
Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata produksi petani responden
sebesar 30.656 Kg/Ha/Tahun dengan rata-rata harga satuan
Rp 1.079,-/Kg/Tahun, sedangkan penerimaan yang diperoleh rata-rata
sebesar Rp 33.072.170,-/Ha/Tahun. Biaya variabel yang dikeluarkan
sebesar Rp 9.159.522,-/Ha/Tahun terdiri dari biaya pupuk sebesar
Rp 1.465.406,-/Ha/Tahun, biaya pupuk terdiri dari KCl sebesar
Rp 833.766,-/Ha/Tahun, NPK phonska sebesar Rp 631.641,-/Ha, dan
biaya herbisida yang terdiri dari herbisida jenis prima-up sebesar
Rp 216.000,-/Ha/Tahun dan jenis pestisida gramoxone sebesar
Rp 165.000,-/Ha. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar
Rp 7.321.131,-/Ha/Tahun yang terdiri dari biaya tenaga kerja pemupukan
sebesar Rp 50.531,-/Ha, tenaga kerja penyemprotan sebesar
Rp 300.000,-/Ha, tenaga kerja pembersihan lahan sebesar
Rp 1.200.000,-/Ha/Tahun, tenaga kerja proses panen sebesar
Rp 2.704.969,-/Ha/Tahun serta biaya tenaga kerja pengangkutan sebesar
Rp 3.065.631,-/Ha/Tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan petani responden
sebesar Rp 46.016,-/Ha/Tahun terdiri dari nilai penyusutan alat sebesar
Rp 21.016,-/Ha/Tahun dan pajak lahan sebesar Rp 25.000,-/Ha/Tahun.
Jadi, total biaya yang dikeluarkan petani responden sebesar
Rp 9.205.538,-/Ha/Tahun dan total pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp 23.866.632,-/Ha/Tahun.
63
5.3 Risiko-risiko Yang Dihadapi Petani di Desa Batu Matoru
Usahatani kelapa sawit di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang,
Kabupaten Mamuju Utara memiliki berbagai risiko yang menjadi
tantangan bagi petani kelapa sawit. Mulai dari cuaca yang tidak menentu,
proses produksi hingga pemasaran. Risiko-risiko yang paling berdampak
terhadap produksi dan pendapatan petani yaitu faktor alam. Sementara
itu, risiko lain yang sering dihadapi petani yaitu penyediaan pupuk
bersubsidi, hama dan penyakit dan harga jual TBS yang naik turun
sesuai dengan tingkat harga penjualan CPO (minyak sawit mentah).
Namun, menurut petani di Desa Batu Matoru pengusahaan usahatani
kelapa sawit cukup menguntungkan dilihat dari perbandingan biaya-biaya
yang dikeluarkan dengan peningkatan hasil produksi kelapa sawit
sehingga petani mampu mengambil keputusan dalam mengahadapi
risiko-risiko dalam berusahatani.
Dalam kegiatan usahatani, petani memiliki masalah-masalah
seperti modal, ketersediaan pupuk, proses produksi dan pemasaran
(pernyataan petani dapat dilihat pada lampiran 4). Risiko yang dialami
terdiri dari awal peminjaman modal yaitu petani merasa sulit memenuhi
persyaratan pada peminjaman modal di bank, pembelian pupuk kadang
terhambat dikarenakan kurangnya penyedia pasar yang menjual pupuk,
proses pemupukan terkadang tenaga kerja tidak sesuai dengan waktu
yang semestinya sehingga menyebabkan pada hasil produksi saat panen,
pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit masih kurang sehingga petani
64
tidak melakukan tindakan cepat saat tanaman mengalami gejala penyakit,
proses panen terkadang tenaga kerja tidak memperhatikan kematangan
buah serta petani merasa peralatan saat panen kurang sehingga
menghabiskan waktu yang lama pada proses panen. Untuk proses
pemasaran ke industri pabrik kelapa sawit, petani berisiko pada saat antri
panjang dengan mobil pengangkutan lain.
Menurut Kartikaningsih (2009), sumber daya peralatan dalam
pertanian merupakan penunjang dari berjalannya usahatani.
Pengembangan sumber daya peralatan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan produktivitas serta meningkatkan mutu dan nilai tambah
hasil. Misalnya saja petani melakukan pekerjaannya pengolahan tanah
dengan mesin traktor yang dapat bekerja secara cepat dan menggunakan
tenaga manusia semakin sedikit. Fungsi peralatan tersebut sangat
membantu dalam proses pertanian, seperti traktor untuk membajak
sawah maupun alat-alat yang lainnya yang digunakan petani dalam
melakukan usahataninya.
Berdasarkan hasil wawancara pada petani di Desa Batu Matoru,
risiko yang terjadi dikarenakan kurangnya pupuk bersubsidi, pemilihan
herbisida yang kurang tepat serta peralatan yang masih minim. Kurangnya
pupuk bersubsidi yang diterima petani mengakibatkan adanya
pengeluaran biaya tambahan untuk membeli pupuk non subsidi di tempat
lain yang letaknya di Ibukota kecamatan yaitu Kecamatan Lariang dengan
jarak 8 km atau ditempuh dalam waktu ±40 menit. Untuk penggunaan
65
herbisida yang kurang tepat, mampu mengakibatkan kerusakan pada fisik
tanaman sehingga menghambat berproduksi. Peralatan yang dimiliki
petani masih minim karena jumlah rata-rata peralatannya yaitu gerobak
sebanyak 1 unit, pompa semprot sebanyak 2 unit, parang sebanyak 2 unit,
cangkul sebanyak 1 unit, eggrek sebanyak 2 unit dan dodos sebanyak 1
unit. Hal ini sesuai dengan pernyataan petani di Desa Batu Matoru yang
mengatakan bahwa:
“subsidi pupuk biasa lambat masuk, jadi beli pupuk ditempat lain. Dan kalo
beli di toko tani jelas selisih harganya” (01 Juli 2017, Bapak “AL”, 43
tahun)
“peralatan masih mau ditambah seperti alat panen dodos atau eggrek” (03
Juli 2017, Ibu “ATD”, 50 tahun)
Petani di Desa Batu Matoru mengalami risiko yang terjadi
dikarenakan faktor cuaca yang tidak menentu terkadang menyebabkan
rusaknya jalan utama menuju tempat penjualan buah (pabrik kelapa
sawit), produksi buah yang sedikit, tenaga kerja terkadang melakukan
kesalahan dalam proses produksi dan terserang hama tanaman. Sumber
risiko yang sering terjadi dan memberikan dampak kerugian yaitu faktor
cuaca dan hama penyakit tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan
petani di Desa Batu Matoru yang mengatakan bahwa:
“biaya angkut TBS kadang bervariasi karena jalan rusak” (01 Juli
2017, Ibu “SM”, 44 tahun)
66
“pernah karena terserang hama rayap, mati pohonnya sama sekali tdk
berbuah” (05 Juli 2017, Bapak “Tu”, 50 tahun)
Petani di Desa Batu Matoru, selain mengalami risiko pada proses
produksi juga mengalami risiko yang terjadi dikarenakan proses
pemasaran buah ke perusahaan masih melalui antrian panjang, harga
TBS naik turun, harga TBS bisa mengalami penurunan harga jika kondisi
buah tidak sesuai standar mutu perusahaan serta biaya ongkos
pengangkutan yang mahal saat terjadi bencana alam. Harga TBS yang
berlaku dipetani merupakan harga yang sudah ditentukan oleh
stakeholder yang terkait. Hal ini didukung oleh pendapat Aprilia (2016)
yang mengatakan bahwa penetapan harga TBS dibuat sesuai dengan
ketentuan di dalam SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 627
Tahun 1998. Harga TBS ditentukan oleh tim yang terdiri dari dinas
perkebunan, wakil perusahaan inti, dan wakil petani plasma. Adapun
pernyataan petani terkait hal ini yaitu:
“harga jual TBS naik turun krn dipengaruhi harga jual CPO (minyak sawit
mentah)” (02 Juli 2017, Bapak “AP”, 52 tahun)
Berdasarkan hasil wawancara pada petani di Desa Batu Matoru,
risiko juga terjadi dikarenakan tempat peminjaman modal memiliki bunga
tinggi yaitu pinjaman senilai Rp 50 juta memperoleh bunga bank sebesar
1,6% untuk angsuran selama 3 tahun. Satu-satunya lembaga peminjaman
modal yang bekerjasama dengan pemerintah yaitu Bank Perkreditan
67
Rakyat yang terletak di Kecamatan Baras. Hal ini sesuai dengan
pernyataan petani yang mengatakan bahwa:
“susah dapat pinjaman modal, terlalu banyak persyaratannya” (04 Juli
2017, Ibu “NFi”, 39 tahun)
“pinjam modal di BPR bunganya terlalu tinggi” (04 Juli 2017, Ibu “Ra”, 51
tahun)
5.3.1 Analisis Risiko Produksi
Risiko usahatani kelapa sawit di Desa Batu Matoru terdiri dari risiko
produksi dan risiko pendapatan. Risiko ini dianalisis dengan koefisien
variansi. Nilai koefisien variasi yang kecil menunjukkan variabilitas nilai
rata-rata distribusi tersebut rendah. Hal ini menggambarkan risiko yang
dihadapi kecil. Adapun analisis risiko produksi kelapa sawit di Desa Batu
Matoru, dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Analisis Risiko Produksi
No. Uraian Kelapa Sawit
(Ha/Bulan)
1 Rata-rata Produksi (Kg) 2.555
2 Standar Deviasi (Kg) 4,89236
3 Koefisien Variasi (CV) 0,0019
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 11 menunjukkan bahwa rata-rata produksi petani kelapa
sawit di Desa Batu Matoru sebesar 2.555 Kg/Ha/Bulan. Dari perhitungan
produksi tersebut, maka dapat diketahui besarnya standar deviasi kelapa
sawit sebesar 4,89236 Kg/Ha/Bulan. Koefisien variasi yang diperoleh
berdasarkan perhitungan dengan membandingkan rata-rata produksi
dengan standar deviasi sebesar 0,0019. Nilai koefisien variasi kurang dari
68
0,5 (0,0019<0,5). Menurut Hernanto (1993) Hal ini menunjukkan bahwa
apabila CV > 0,5 maka risiko produksi usahatani yang ditanggung petani
semakin besar, sedangkan nilai CV ≤ 0,5 maka petani akan selalu untung
atau impas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko produksi petani kelapa
sawit di Desa Batu Matoru tergolong risiko rendah. Menurut petani, risiko-
risiko yang hadapi seperti kurangnya pupuk bersubsidi masih dapat
dikendalikan. Hal ini sesuai dengan pendapat salah satu petani yang
mengatakan bahwa:
“subsidi pupuk biasa lambat masuk, jadi beli pupuk ditempat lain” (01 Juli
2017, Bapak AL, 43 tahun)
5.3.2 Analisis Risiko Pendapatan
Risiko pendapatan dianalisis dengan koefisien variansi. Nilai
koefisien variasi yang kecil menunjukkan variabilitas nilai rata-rata
distribusi tersebut rendah. Hal ini menggambarkan risiko yang dihadapi
kecil. Adapun analisis risiko pendapatan petani kelapa sawit di Desa Batu
Matoru, dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Analisis Risiko Pendapatan
No. Uraian Kelapa Sawit
(Ha/Bulan)
1 Rata-rata Pendapatan (Rp) 1.988.886
2 Standar Deviasi (Rp) 68.678,81365
3 Koefisien Variasi (CV) 0,034
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
69
Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani kelapa
sawit di Desa Batu Matoru sebesar Rp 1.988.886,-/Ha/Bulan. Dari
perhitungan analisis pendapatan tersebut, maka dapat diketahui besarnya
standar deviasi kelapa sawit sebesar 68.678,81365,-/Ha/ Bulan. Koefisien
variasi yang diperoleh berdasarkan perhitungan dengan membandingkan
rata-rata pendapatan dengan standar deviasi sebesar 0,034. Nilai
koefisien variasi kurang dari 0,5 (0,025<0,5). Menurut Hernanto (1993)
Hal ini menunjukkan bahwa apabila CV > 0,5 maka risiko produksi
usahatani yang ditanggung petani semakin besar, sedangkan nilai
CV ≤ 0,5 maka petani akan selalu untung atau impas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko pendapatan petani kelapa
sawit di Desa Batu Matoru tergolong risiko rendah. Menurut petani, risiko-
risiko yang hadapi seperti biaya tenaga kerja yang dapat berubah-ubah
dan penjualan TBS ke pabrik masih dapat dikendalikan dengan tetap
memperhatikan biaya pengeluaran usahatani dan meningkatkan
produktivitas. Hal ini sesuai dengan pendapat salah satu petani yang
mengatakan bahwa:
“mahal ongkos angkut TBSnya krn agak jauh ke pabrik” (04 Juli 2017,
Bapak MK, 53 tahun)
“kalo lambat masuk buah ke pabrik perusahaan, lambat juga
penerimaannya” (05 Juli 2017, Bapak L, 51 tahun)
70
Menurut Fauziyah (2011) struktur pendapatan yang dimiliki oleh
petani akan mempengaruhi perilaku petani dalam menghadapi risiko. Jika
pendapatan yang dimiliki oleh petani cukup besar maka mereka dapat
melakukan berbagai strategi untuk mengurangi risiko yang hadapi begitu
juga sebaliknya. Pendapatan yang diterima petani kelapa sawit di Desa
Batu Matoru dapat dikatakan cukup menguntungkan.
Keuntungan usahatani kelapa sawit dapat diketehui dengan
analisis R/C ratio. Revenue Cost Ratio merupakan perbandingan antara
total nilai produksi dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
mengelola usahataninya. R/C ratio juga dapat mengetahui kelayakan
suatu usahatani, apakah usahatani tersebut dapat dilanjutkan atau tidak.
Jika R/C ratio ≥ 1, maka usahatani tesebut layak untuk dikembangkan,
jika R/C ratio ≤ 1, maka usahatani tersebut tidak layak dikembangkan dan
jika R/C ratio = 1, maka usahatani tersebut selalu impas.
Adapun rata-rata perhitungan R/C ratio usahatani kelapa sawit
petani responden Di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten
Mamuju Utara dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Rata-rata R/C Ratio Petani Kelapa Sawit di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No. Uraian Fisik
(Kg/Ha/Tahun) Harga
(Rp/Kg) Nilai
(Rp/Tahun)
1 Penerimaan (Rp/Ha/Tahun)
30.656 1.079 33.077.824
2 Total Biaya (Rp/Ha/Tahun) 9.233.251
3 R/C Ratio 3,6
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
71
Tabel 13 menunjukkan bahwa hasil perhitungan nilai R/C ratio dari
usahatani kelapa sawit adalah 3,6. Berdasarkan kriteria nilai R/C ratio
lebih besar dari 1 yang berarti bahwa usahatani yang dilakukan petani
responden menguntungkan. Kegiatan petani dengan R/C Ratio 3,6 dapat
dikatakan layak karena untuk tiap Rp 1.000,- yang dikeluarkan diperoleh
penerimaan sebesar Rp 3.600,- pada akhir produksi.
5.4 Upaya Memitigasi Risiko
5.4.1 Risiko Produksi
Beberapa permasalahan yang paling sering dihadapi oleh petani
yaitu permasalahan mengenai iklim dan pupuk bersubsidi. Petani di Desa
Batu Matoru mengatakan bahwa dengan adanya iklim yang tidak menentu
merupakan risiko utama. Curah hujan yang terus menerus menyebabkan
berbagai macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman serta jalan
rusak menuju pabrik kelapa sawit. Untuk mengatasi permasalahan hama
dan penyakit sebaiknya petani melakukan pengamatan secara langsung
pada tanaman. Apabila terjadi tanda-tanda serangan hama dan penyakit,
maka petani segera mempersiapkan obat-obatan yang sesuai untuk
mengatasi hama dan penyakit tersebut. Untuk permasalahan pupuk
bersubsidi, petani dapat meminta stok cadangan kepada ketua kelompok
tani agar pada saat tiba masa pemupukan, petani tidak merasa
kekurangan pupuk atau bisa di beli di toko penjual pupuk yang berada di
ibukota kecamatan.
72
5.4.2 Risiko Pendapatan
Risiko lain yang sering dihadapi petani yaitu proses pemasukan
buah kelapa sawit ke pabrik perusahaan kadang terlambat diolah. Hal ini
dikarenakan pada saat proses pemasukan buah banyak mobil truk yang
antri sangat lama di luar pabrik dan menyebabkan standar mutu buah
(TBS) kurang sesuai dengan standar mutu buah yang telah disepakati
oleh perusahaan dan petani. Salah satu penyebab antrinya mobil truk
pengangkut buah yaitu karena pemasukan buah petani ke pabrik tidak
sesuai dengan jadwal yang telah diberikan perusahaan sehingga harus
melalui antrian dengan mobil angkut buah petani-petani yang lain. Untuk
mengatasi masalah tersebut, sebaiknya petani lebih memperhatikan
jadwal panen dan pengangkutan buah agar pemasukan buah ke pabrik
dapat dilakukan tepat waktu. Selain itu, petani sebaiknya memperkuat
kelembagaan sehingga ketua lembaga mampu menyampaikan
permasalahan yang dialami kepada pihak indutri pabrik kelapa sawit.
Masalah harga TBS kelapa sawit ini telah ditentukan oleh pusat.
Penetapan harga TBS dibuat sesuai dengan ketentuan di dalam SK
Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 627 Tahun 1998. Harga TBS
ditentukan oleh tim yang terdiri dari dinas perkebunan, wakil perusahaan
inti, dan wakil petani. Untuk mendapatkan harga yang maksimal, upaya
yang perlu dilakukan yaitu petani sebaiknya mampu memperhatikan
kualitas dan mutu TBS agar dapat memperoleh hasil penjualan yang
tinggi.
73
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada hasil penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Risiko-risiko yang dihadapi petani di Desa Batu Matoru yaitu risiko
produksi dan risiko pendapatan. Risiko produksi diperoleh nilai
Koefisien Variasi (CV) sebesar 0,0019 dan risiko pendapatan
diperoleh nilai Koefisien Variasi (CV) sebesar 0,034. Artinya,
apabila CV > 0,5 maka risiko produksi usahatani yang ditanggung
petani semakin besar, sedangkan nilai CV ≤ 0,5 maka petani akan
selalu untung atau impas.
2. Upaya yang perlu dilakukan petani dalam memitigasi risiko produksi
dalam usahatani kelapa sawit yaitu petani segera mempersiapkan
obat-obatan yang sesuai untuk mengatasi hama dan penyakit.
Untuk permasalahan pupuk bersubsidi, petani dapat meminta stok
cadangan kepada ketua kelompok tani agar pada saat tiba masa
pemupukan, petani tidak merasa kekurangan pupuk atau bisa
membeli di toko penjual pupuk yang berada di ibukota kecamatan.
Sementara itu, upaya yang perlu dilakukan petani dalam memitigasi
risiko pendapatan dalam usahatani kelapa sawit yaitu sebaiknya
petani lebih memperhatikan jadwal panen dan pengangkutan buah
agar pemasukan buah ke pabrik dapat dilakukan tepat waktu.
74
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Bagi petani, hendaknya mampu memperhatikan sumber daya
peralatan yang digunakan dalam berusahatani yaitu dengan
menambah peralatan yang masih kurang sehingga mampu
meningkatkan produkstivitas dalam usahatani kelapa sawit.
2. Bagi petani, sebaiknya memperhatikan penyediaan pasar untuk
penjualan hasil produksi kelapa sawit (Tandan Buah Segar) yaitu
perusahaan yang bermitra dengan memperkuat solidaritas
kelembagaan petani sehingga petani mampu menjual hasil
produksinya tepat waktu.
3. Bagi pemerintah, sebaiknya memperhatikan penyediaan sarana
produksi terutama pupuk maupun permodalan berdasarkan dengan
kebutuhan petani agar dapat mendukung kegiatan usahatani
kelapa sawit yang dilakukan petani di Desa Batu Matoru.
DAFTAR PUSTAKA
Alviany, Yulia. 2013. Analisis Manajemen Risiko Usahatani Mangga Di Kabupaten Indramayu Jawa Barat (Kasus: Petani Buah Mangga Di Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang-Kabupaten Indramayu). Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Aprilia, Anggi. 2016. Pola Kemitraan PT Unggul Widya Teknologi Lestari dengan Petani Kelapa Sawit. Skripsi. Makassar: Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Aprizal, 2013. Skripsi. Analisis Daya Saing Usahatani Kelapa Sawit Kabupaten Mukomuko. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.
Awaluddin. 2014. Kajian Model Pemberdayaan Petani Padi melalui Penggunaan Tiga Media Komunikasi di Kabupaten Bima. https://habitat.ub.ac.id/index.php/habitat/article/download/155/177. Diakses pada tanggal 25 September 2017 pukul 23.56 WITA. Makassar.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Barat. 2017. Provinsi Sulawesi Barat dalam Angka 2017.
Basrowi, 2010. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur. Universitas Lampung. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Vol.7 No.1:58-81.
Daim, Chamidun. 2003. Pengembangan Kemitraan dan Dukungan Pendanaannya di Bidang Perkebunan. IPB. Bogor.
Darmawi, H. 2004. Manajemen Risiko. Bumi Aksara. Jakarta.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017 Kelapa Sawit Palm Oil.
Downey, W. D dan S. P Erickson, 1992. Manajemen Agribisnis. Erlangga, Jakarta
Effendi, R. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Fauzi, Y., Widiastuti Y.S., Satyiawibawa I. Dan Hartono, R. , 2005. Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisi Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Fauziyah, E. 2011. Manajemen Risiko Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya dalam Mewujudkan Ketahanan Rumah Tangga Petani. http://pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ MANAJEMEN-RISIKO-PADA-USAHATANI-PADI-SEBAGAI-SALAH -SATU-UPAYA-DALAM-MEWUJUDKAN-KETAHANAN-PANGAN-RUMAHTANGGA-PETANI-STUDI-KASUS-DI-DESA-TELANG-KECAMATAN-KAMAL.pdf. Diakses pada tanggal 26 September 2017 pukul 19.50 WITA. Makassar.
Firmansyah, Rifdan. 2015. Problematika Perkebunan Indonesia. http://www.lpp.ac.id/2015/10/problematika-perkebunan-indonesia/ #respond. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 21.33 WITA. Makassar.
Fiska, 2013. Kependudukan. CV Pustaka Baca, Surabaya.
Hendrianus. 2017. Efektivitas Pelayanan Publik (Studi Tentang Pemindahan Ibukota Kecamatan Bongan Dari Kampung Muara Kedang Ke Kampung Jambuk Kabupaten Kutai Barat). http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/03/ Hendrianus%20(03-02-17-11-12-02).pdf. Diakses pada tanggal 21 September 2017 pukul 23.09 WITA. Makassar.
Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hilmawan, Hilman. 2015. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kelapa Sawit dengan Sistem Perkebunan Rakyat (Studi Kasus Petani di Desa Tarippa, Kecamatan Angkona, Kabupaten Luwu Timur). Skripsi. Makassar: Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Kadarsan, H. W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kadarsan. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiyaan Perusahaan Agribisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kartikaningsih, Anita. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Petani dalam Berusahatani Tebu. Skrispsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kasim, Muslim. 2006. Karakteristik Kemiskinan di Indonesia dan strategi penanggulangannya. Indomedia Global. Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2016. Basis Data Pertanian. https://aplikasi2.pertanian.go.id/bdsp2/id/lokasi. Diakses pada tanggal 9 Februari 2017 pukul 21.39 WITA. Makassar.
Krisnawati. 2017. Persepsi Petani Terhadap Peranan Penyuluh Pertanian. https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/SosioKonsepsia/article/download/783/381. Diakses pada tanggal 26 September 2017 pukul 17.22 WITA. Makassar.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Samangun, 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. UGM-Press . Yogyakarta.
Mubyarto, dkk. 1989. Masalah dan Prospek Komoditi Perkebunan. UGM-Press. Yogyakarta.
Pahan, I. 2007. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pahan. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pardosi, Friska. 2010. Analisis Tingkat Resiko bagi Pelaku Agribisnis Kelapa Sawit. Skripsi. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Prihatiningtyas, Eko. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2013. Skripsi, Fakultas Ekonomi & Bisnis.
Ritonga, Suminta. 2000. Analisis Kemampuan Finansial Perkebunan Kelapa Sawit (Kasus di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero), Sumatera Utara). Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sapariah. 2015. Analisis Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Kinerja Bagian Perawatan Pada PT. Mulia Bhakti Kahuripan. Jurnal.
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Soekartawi, Rusmiadi, dan E. Damaijati. 1993. Risiko dan Ketidakpastian dalam Agribisnis (Teori dan Aplikasi). Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.
Suharyanto, dkk. 2016. Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi di Provinsi Bali. https://www.journal.umy.ac.id/index.php/ag/article/ view/1117/1195. Diakses pada tanggal 26 April 2017 pukul 20.51 WITA. Makassar.
Sukamto. 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tjiptoherijanto, Prijono. 2001. Proyeksi Penduduk, Angkatan Kerja, Tenaga kerja, dan Peran Serikat Pekerja dalam Peningkatan Kesejahteraan. https://www.bappenas.go.id/files/3513/5211/1083 /prijono__20091015125259__2356__0.pdf. Diakses pada tanggal 25 September 2017 pukul 18.51 WITA. Makassar.
Zen, Ratna Permatasari. 2008. Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat (Studi Kasus: KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bila Hulu, Kabupaten Labuhan Batu). Skripsi. Medan:
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Lampiran 1. Peta Wilayah Kecamatan Lariang
La
mp
iran
2.
Stru
ktu
r Org
an
isa
si P
T U
nggu
l Wid
ya
Te
kn
olo
gi L
esta
ri
Lampiran 3. Identitas Petani Responden di Desa Batu Matoru,
Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi
Sulawesi Barat, 2017.
No. Nama JK Umur
(Tahun) Pendidikan
Lama Berusahatani
(Tahun)
Jumlah Tanggungan
Keluarga (Orang)
Luas Lahan (Ha)
Umur Tanaman (Tahun)
1 Jufri LK 49 SD 24 6 2 7
2 Haruna LK 46 SD Tidak
Tamat 20 7 3 6
3 Samang LK 42 SMP 21 5 4 8
4 Misa PR 61 SD 30 6 1 5
5 Saleh LK 46 SD 23 7 6 7
6 Mastang LK 48 SD 28 8 3 6
7 Andi Lidar LK 43 SMA 20 2 2 5
8 Abd Waris LK 51 SMP 28 5 2 6
9 Sitti Nur PR 49 SMP 28 2 2 6
10 Andi Tenri
Dio PR 50 SMP 26 4 2 5
11 Abd Pattah LK 52 SD 28 4 2 7
12 Baddu LK 46 SMP 27 7 5 7
13 Sukur LK 45 SD 27 3 3 5
14 Safar LK 40 SD 18 3 1 6
15 Lisna PR 41 SMP 20 5 2 5
16 Sandi LK 44 SD 26 4 2 9
17 Massang LK 53 SD Tidak
Tamat 24 3 1 9
18 Rahmania PR 51 SD 28 5 2 4
19 Tayib LK 55 SD 28 5 2 5
20 A. Mualifin LK 49 SMA 24 4 2 9
21 Haruna Munu
LK 49 SMP 28 5 2 7
22 Muh Kasim LK 53 SMA 24 3 2 9
23 Mujatun LK 42 SD 20 1 2 9
24 Nur Fitriani PR 39 SMA 18 4 2 4
25 Nurlan LK 45 SD 28 4 2 9
26 Siti
Mardiahti PR 44 SD 28 6 2 4
27 Lamma LK 51 SD 26 4 2 7
28 Sudirman LK 49 SMA 26 5 2 4
29 Ir.Makmur LK 50 S1 28 5 2 4
30 Rusdi Syam
LK 43 SMA 20 5 2 6
31 Dedi LK 41 SMA 20 4 2 5
32 Tunru LK 50 SMP 28 7 3 9
Total 1517 - 792 148 74 204
Rata Rata 47 - 25 5 2 6
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Lampiran 4. Risiko-risiko yang Dialami Petani Responden di Desa Batu
Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara,
Provinsi Sulawesi Barat, 2017.
No Nama Pernyataan Petani (Risiko yang Dihadapi)
01 Juli 2017
1 Jufri
“awal-awal 2017 produksi buah sedikit karena hujan terus
menerus jadi agak banyak buah yg cepat busuk jadi tidak
terjual ke perusahaan, tidak sesuai standard dan mutu buah
yang diterima pabrik”
“harga TBS tidak tetap dan sesuai standar mutu nya”
2 Andi Lidar
“subsidi pupuk biasa lambat masuk dari ketua kelompok tani,
jadi beli pupuk di toko Karya Tani yang letaknya di ibukota
kecamatan”
“biaya angkut TBS kadang naik karena jalan rusak sehingga
mobil pengangkut buah sulit mengakses jalan menuju pabrik”
“harga TBS berubah-ubah”
3 Siti Mardiahti
“biaya angkut TBS kadang bervariasi karena jalan rusak”
“antrian mobil angkut buah yang bikin lama”
4 Dedi
“antrian panjang pas mau timbang buah ke perusahaan”
“jarak tempat pengumpulan hasil ke pabrik lumayan jauh, jadi
buah lama dijalan, kurang lebih 40 menit baru sampai ke
pabrik”
“pemanen biasa tdk perhatikan buah sampai kelewat matang”
02 Juli 2017
5 Abd Pattah “harga jual TBS naik turun krn dipengaruhi harga jual CPO
(minyak sawit mentah)”
6 Sandi
“kalo musim hujan, jalanan didalam kebun becek licin, jadi
akses ke jalan poros agak lama dari hari biasanya, selama 15
menit menjadi 30 menit”
7 Saleh
“ada kebun saya di dalam terhambat pertumbuhannya, krn
waktu penanaman bibit agak lambat, ada beberapa tidak
serentak penanamannya”
8 Samang “semakin bagus jenis pupuk yang dipakai, semakin mahal
juga harganya”
9 Sitti Nur
“saat menimbang di perusahaan, kadang harga jualnya tidak
sesuai dgn harapan”
“terkadang lambat berbuah krn kekurangan pupuk akibat
waktu pemupukan tdk optimal”
03 Juli 2017
10 Andi Tenri Dio
“krn kebutuhan mendesak untuk mendapatkan uang cash
tunai, saya pernah jual TBS di kelompok tani lain sehingga
harganya dikasih murah”
“peralatan masih mau ditambah”
“kalo musim hujan mi yg sampai banjir, nda banyak berbuah
di kebun ku nak”
11 Baddu “truk kadang sampai bermalam kalo antri timbang buah di
perusahaan, jadi berkurang mi mutunya”
12 Sukur
“kadang tukang panen, panen buah yg masih mentah”
“masih antriki di pabrik”
“rendahki mutu produksi buah ku, jadi agak rendah harga
jualnya”
13 Lisna “kalo musim hujan, TBS yg dikumpul banyak berguguran dari
tandannya (brondolan)”
14 Safar
“ongkos angkut buah mahal "
“kurang anggota ku kalo musim panen, mau ditambah tapi
mahal di upahnya”
“pas-pasan cadangan pupuk yg ada”
15 A. Mualifin “orang yg sdh menyemprot kadang kurang bersih caranya
padahal sdh dikasih upahnya di awal”
04 Juli 2017
16 Tayib
“buah yg dijual ke perusahaan kadang tdk sesuai standar
mutu perusahaan”
“lama antri utk masukkan buah ke pabrik”
“pinjam modal di BPR skrg tinggimi bunganya”
17 Massang “pemasukan pupuk subsidi kadang tidak tepat waktu”
18 Rahmania “pernah kena penyakit daun baru saya nda tau obatnya apa”
“pinjam modal di BPR bunganya terlalu tinggi”
“ongkos angkut ditambai kalo mobil amblas di perjalanan”
19 Nur Fitriani
“buah lambat pertumbuhannya krn kurang dipupuk”
“susah dapat pinjaman modal, terlalu banyak
persyaratannya”
20 Muh Kasim “mahal ongkos angkut TBSnya krn agak jauh ke perusahaan”
21 Mujatun “gara-gara terlalu masak buahnya pas dipanen, jadi banyak
brondolannya”
05 Juli 2017
22 Haruna Munu “anggotaku jarang membersihkan kebun”
23 Lamma “kalo lambat masuk buah ke perusahaan, lambat juga
penerimaannya”
24 Sudirman
“buah kadang lambat dipanen jadi busuk dipohon”
“pupuk saya biasa beli di toko tani, bukan dari kelompok tani
sehingga harganya agak tinggi”
“harga TBS naik turun”
25 Tunru “pernah karena terserang hama rayap, mati pohonnya sama
sekali tdk berbuah”
26 Rusdi Syam
“kalo tdk ada subsidi pupuk, saya biasa beli di toko “Surya”
agak mahal harganya karena tokonya ada di Kecamatan
Sarudu”
“produksi buah ku kadang tdk sesuai standar mutunya
perusahaan”
27 Nurlan “pernah beli racun yg murah, tapi tdk bagus”
28 Ir. Makmur
“kalo turun harga CPO, turun juga harga TBS”
“itulagi kalo macet mesinnya di pabrik, biasa sampai
bermalam antri diluar”
“kadang kalo langka pupuk yang biasa sy pake, jadi naik
harganya dipenjual”
29 Haruna
“pernah waktu banjir tertunda panen buahnya, jadi buah
lewat matang”
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
“naik turun harga jadi pendapatan tdk tetap”
30 Misa
“terlalu cepat panen, jadi tdk sesuai standar mutu
perusahaan”
“susahka biasa dapat modal”
“anggota ku kurang rawat peralatan jadi cepat rusak beli baru
lagi”
31 Mastang
“antri mobil pengangkut buah biasa sampai pagi, jadi buah
tinggal beberapa malam”
“pinjam modal di BPR, semakin tinggi bunganya”
32 Abd Waris
“subsidi pupuk kurang, jadi kadang tdk kebagian”
“panjang antrian masukkan buah ke pabrik”
Lampiran 5. Rata-rata Penerimaan Petani Responden Selama Satu
Tahun di Desa Batu Matoru, Kecamatan lariang, Kabupaten
Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat, 2017.
No. Nama
Responden
Luas Lahan (Ha)
Umur Tanaman
(thn)
Produksi (Kg)
Harga (Rp/Kg)
Penerimaan (Rp)
Produktivitas (Kg/Ha)
1 Jufri 2 7 61,840 1,051 64,993,840 30,920
2 Haruna 3 6 93,390 997 93,109,830 31,130
3 Samang 4 8 124,400 1,101 136,964,400 31,100
4 Misa 1 5 30,820 978 30,141,960 30,820
5 Saleh 6 7 183,540 1,051 192,900,540 30,590
6 Mastang 3 6 92,940 997 92,661,180 30,980
7 Andi Lidar 2 5 60,660 978 59,325,480 30,330
8 Abd Waris 2 6 60,320 997 60,139,040 30,160
9 Sitti Nur 2 6 60,040 997 59,859,880 30,020
10 Andi Tenri Dio
2 5 61,160 978 59,814,480 30,580
11 Abd Pattah 2 7 60,380 1,051 63,459,380 30,190
12 Baddu 5 7 151,450 1,501 227,326,450 30,290
13 Sukur 3 5 92,160 978 90,132,480 30,720
14 Safar 1 6 30,340 997 30,248,980 30,340
15 Lisna 2 5 60,360 978 59,032,080 30,180
16 Sandi 2 9 62,060 1,131 70,189,860 31,030
17 Massang 1 9 30,820 1,131 34,857,420 30,820
18 Rahmania 2 4 61,140 936 57,227,040 30,570
19 Tayib 2 5 60,980 978 59,638,440 30,490
20 A.
Mualifin 2 9 61,000 1,131 68,991,000 30,500
21 Haruna Munu
2 7 61,844 1,501 92,827,844 30,922
22 Muh Kasim 2 9 62,660 1,131 70,868,460 31,330
23 Mujatun 2 9 60,780 1,131 68,742,180 30,390
24 Nur Fitriani 2 4 61,800 1,101 68,041,800 30,900
25 Nurlan 2 9 61,200 1,131 69,217,200 30,600
26 Siti Mardiahti
2 4 61,000 1,101 67,161,000 30,500
27 Lamma 2 7 61,980 1,501 93,031,980 30,990
28 Sudirman 2 4 60,620 936 56,740,320 30,310
29 Ir.Makmur 2 4 61,960 936 57,994,560 30,980
30 Rusdi Syam 2 6 61,840 997 61,654,480 30,920
31 Dedi 2 5 61,200 978 59,853,600 30,600
32 Tunru 3 9 92,400 1,131 104,504,400 30,800
Jumlah 74 204 2,269,084 34,512 2,481,651,584 981,002
Rata-rata 2 6 70,909 1,079 77,551,612 30.656
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
La
mp
iran
6.
Bia
ya
P
up
uk P
eta
ni
Re
sp
ond
en S
ela
ma
S
atu
T
ah
un
d
i D
esa
B
atu
M
ato
ru,
Ke
cam
ata
n La
rian
g,
Kab
up
ate
n
Ma
mu
ju U
tara
, Pro
vin
si S
ula
we
si B
ara
t, 201
7.
No
. N
am
a
Re
sp
ond
en
LL
(Ha
)
Um
ur
Ta
na
ma
n
(Ta
hu
n)
KC
l N
PK
Ph
on
ska
To
tal B
iaya
P
up
uk (R
p)
Ju
mla
h
(Kg
/Ha
) Ju
mla
h
(Kg
) H
arg
a
(Rp
/Kg
) B
iaya
(R
p/H
a)
Bia
ya
(R
p)
Ju
mla
h
(Kg
/Ha
) Ju
mla
h
(Kg
) H
arg
a
(Rp
/Kg
) B
iaya
(R
p/H
a)
Bia
ya
(R
p)
1
Ju
fri 2
7
1
27
25
4
6,6
00
83
8,2
00
1,6
76
,40
0
12
7
25
4
5,0
00
63
5,0
00
1,2
70
,00
0
2,9
46
,40
0
2
Ha
run
a
3
6
12
7
38
1
6,6
00
83
8,2
00
2,5
14
,60
0
12
7
38
1
5,0
00
63
5,0
00
1,9
05
,00
0
4,4
19
,60
0
3
Sa
ma
ng
4
8
12
7
50
8
6,6
00
83
8,2
00
3,3
52
,80
0
12
7
50
8
5,0
00
63
5,0
00
2,5
40
,00
0
5,8
92
,80
0
4
Mis
a
1
5
12
7
12
7
6,6
00
83
8,2
00
83
8,2
00
12
7
12
7
5,0
00
63
5,0
00
63
5,0
00
1,4
73
,20
0
5
Sa
leh
6
7
12
7
76
2
6,6
00
83
8,2
00
5,0
29
,20
0
12
7
76
2
5,0
00
63
5,0
00
3,8
10
,00
0
8,8
39
,20
0
6
Ma
sta
ng
3
6
1
27
38
1
6,6
00
83
8,2
00
2,5
14
,60
0
12
7
38
1
5,0
00
63
5,0
00
1,9
05
,00
0
4,4
19
,60
0
7
An
di L
ida
r 2
5
1
27
25
4
6,6
00
83
8,2
00
1,6
76
,40
0
12
7
25
4
5,0
00
63
5,0
00
1,2
70
,00
0
2,9
46
,40
0
8
Ab
d W
aris
2
6
1
27
25
4
6,6
00
83
8,2
00
1,6
76
,40
0
12
7
25
4
5,0
00
63
5,0
00
1,2
70
,00
0
2,9
46
,40
0
9
Sitti N
ur
2
6
12
5
25
0
6,6
00
82
5,0
00
1,6
50
,00
0
12
5
25
0
5,0
00
62
5,0
00
1,2
50
,00
0
2,9
00
,00
0
10
An
di T
en
ri D
io
2
5
12
5
25
0
6,6
00
82
5,0
00
1,6
50
,00
0
12
5
25
0
5,0
00
62
5,0
00
1,2
50
,00
0
2,9
00
,00
0
11
Ab
d P
atta
h
2
7
12
7
25
4
6,6
00
83
8,2
00
1,6
76
,40
0
12
7
25
4
5,0
00
63
5,0
00
1,2
70
,00
0
2,9
46
,40
0
12
Ba
dd
u
5
7
12
7
63
5
6,6
00
83
8,2
00
4,1
91
,00
0
12
7
63
5
5,0
00
63
5,0
00
3,1
75
,00
0
7,3
66
,00
0
13
Su
ku
r 3
5
1
25
37
5
6,6
00
82
5,0
00
2,4
75
,00
0
12
5
37
5
5,0
00
62
5,0
00
1,8
75
,00
0
4,3
50
,00
0
14
Sa
far
1
6
12
7
12
7
6,6
00
83
8,2
00
83
8,2
00
12
7
12
7
5,0
00
63
5,0
00
63
5,0
00
1,4
73
,20
0
15
Lis
na
2
5
12
6
25
2
6,6
00
83
1,6
00
1,6
63
,20
0
12
6
25
2
5,0
00
63
0,0
00
1,2
60
,00
0
2,9
23
,20
0
16
Sa
nd
i 2
9
1
27
25
4
6,6
00
83
8,2
00
1,6
76
,40
0
12
7
25
4
5,0
00
63
5,0
00
1,2
70
,00
0
2,9
46
,40
0
17
Ma
ssa
ng
1
9
12
7
12
7
6,6
00
83
8,2
00
83
8,2
00
12
7
12
7
5,0
00
63
5,0
00
63
5,0
00
1,4
73
,20
0
18
Ra
hm
ania
2
4
1
27
25
4
6,6
00
83
8,2
00
1,6
76
,40
0
12
7
25
4
5,0
00
63
5,0
00
1,2
70
,00
0
2,9
46
,40
0
19
Ta
yib
2
5
1
26
25
2
6,6
00
83
1,6
00
1,6
63
,20
0
12
6
25
2
5,0
00
63
0,0
00
1,2
60
,00
0
2,9
23
,20
0
20
A. M
ua
lifin
2
9
12
5
25
0
6,6
00
82
5,0
00
1,6
50
,00
0
12
5
25
0
5,0
00
62
5,0
00
1,2
50
,00
0
2,9
00
,00
0
21
H
aru
na
M
un
u
2
7
12
7
25
4
6,6
00
83
8,2
00
1,6
76
,40
0
12
7
25
4
5,0
00
63
5,0
00
1,2
70
,00
0
2,9
46
,40
0
22
Mu
h K
asim
2
9
1
25
25
0
6,6
00
82
5,0
00
1,6
50
,00
0
12
5
25
0
5,0
00
62
5,0
00
1,2
50
,00
0
2,9
00
,00
0
23
Mu
jatu
n
2
9
12
6
25
2
6,6
00
83
1,6
00
1,6
63
,20
0
12
6
25
2
5,0
00
63
0,0
00
1,2
60
,00
0
2,9
23
,20
0
24
Nu
r Fitria
ni
2
4
12
6
25
2
6,6
00
83
1,6
00
1,6
63
,20
0
12
6
25
2
5,0
00
63
0,0
00
1,2
60
,00
0
2,9
23
,20
0
25
Nu
rlan
2
9
12
7
25
4
6,6
00
83
8,2
00
1,6
76
,40
0
12
7
25
4
5,0
00
63
5,0
00
1,2
70
,00
0
2,9
46
,40
0
26
Siti
Ma
rdia
hti
2
4
12
5
25
0
6,6
00
82
5,0
00
1,6
50
,00
0
12
5
25
0
5,0
00
62
5,0
00
1,2
50
,00
0
2,9
00
,00
0
27
La
mm
a
2
7
12
7
25
4
6,6
00
83
8,2
00
1,6
76
,40
0
12
7
25
4
5,0
00
63
5,0
00
1,2
70
,00
0
2,9
46
,40
0
28
Su
dirm
an
2
4
12
5
25
0
6,6
00
82
5,0
00
1,6
50
,00
0
12
5
25
0
5,0
00
62
5,0
00
1,2
50
,00
0
2,9
00
,00
0
29
Ir.Ma
km
ur
2
4
12
7
25
4
6,6
00
83
8,2
00
1,6
76
,40
0
12
7
25
4
5,0
00
63
5,0
00
1,2
70
,00
0
2,9
46
,40
0
30
Ru
sd
i Syam
2
6
1
26
25
1
6,6
00
82
8,3
00
1,6
56
,60
0
12
6
25
1
5,0
00
62
7,5
00
1,2
55
,00
0
2,9
11
,60
0
31
De
di
2
5
12
5
25
0
6,6
00
82
5,0
00
1,6
50
,00
0
12
5
25
0
5,0
00
62
5,0
00
1,2
50
,00
0
2,9
00
,00
0
32
Tu
nru
3
9
1
27
38
1
6,6
00
83
8,2
00
2,5
14
,60
0
12
7
38
1
5,0
00
63
5,0
00
1,9
05
,00
0
4,4
19
,60
0
To
tal
74
20
4
4,0
43
9,3
53
21
1,2
00
26
,680
,500
61
,729
,800
4,0
43
9,3
53
16
0,0
00
20
,212
,500
46
,765
,000
10
8,4
94
,80
0
Ra
ta-ra
ta
2
6
12
6
29
2
6,6
00
83
3,7
66
1,9
29
,05
6
12
6
29
2
5,0
00
63
1,6
41
1,4
61
,40
6
3,3
90
,46
3
Su
mb
er: D
ata
Prim
er S
ete
lah
Dio
lah
, 20
17.
La
mp
iran
7.
Bia
ya
He
rbis
ida
Peta
ni R
esp
ond
en S
ela
ma
Sa
tu T
ahu
n d
i De
sa
Ba
tu M
ato
ru, K
eca
ma
tan
La
rian
g, K
ab
up
ate
n
Ma
mu
ju U
tara
, Pro
vin
si S
ula
we
si B
ara
t, 201
7.
No
. N
am
a
Re
sp
ond
en
LL
(H
a)
Prim
a U
p
Gra
mo
xo
ne
T
ota
l Bia
ya
H
erb
isid
a
(Rp
) Ju
mla
h
(Lite
r/Ha
) Ju
mla
h
(Lite
r) H
arg
a
(Rp
/Lite
r) B
iaya
(R
p/H
a)
Bia
ya
(R
p)
Ju
mla
h
(Lite
r/Ha
) Ju
mla
h
(Lite
r) H
arg
a
(Rp
/Lite
r) B
iaya
(R
p/H
a)
Bia
ya
(R
p)
1
Ju
fri 2
3
6
7
2,0
00
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
2
Ha
run
a
3
3
9
72
,000
21
6,0
00
64
8,0
00
3
9
55
,000
16
5,0
00
49
5,0
00
1,1
43
,00
0
3
Sa
ma
ng
4
3
12
72
,000
21
6,0
00
86
4,0
00
3
12
55
,000
16
5,0
00
66
0,0
00
1,5
24
,00
0
4
Mis
a
1
3
3
72
,000
21
6,0
00
21
6,0
00
3
3
55
,000
16
5,0
00
16
5,0
00
38
1,0
00
5
Sa
leh
6
3
18
72
,000
21
6,0
00
1,2
96
,00
0
3
18
55
,000
16
5,0
00
99
0,0
00
2,2
86
,00
0
6
Ma
sta
ng
3
3
9
7
2,0
00
21
6,0
00
64
8,0
00
3
9
55
,000
16
5,0
00
49
5,0
00
1,1
43
,00
0
7
An
di L
ida
r 2
3
6
7
2,0
00
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
8
Ab
d W
aris
2
3
6
7
2,0
00
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
9
Sitti N
ur
2
3
6
72
,000
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
10
An
di T
en
ri Dio
2
3
6
7
2,0
00
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
11
Ab
d P
atta
h
2
3
6
72
,000
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
12
Ba
dd
u
5
3
15
72
,000
21
6,0
00
1,0
80
,00
0
3
15
55
,000
16
5,0
00
82
5,0
00
1,9
05
,00
0
13
Su
ku
r 3
3
9
7
2,0
00
21
6,0
00
64
8,0
00
3
9
55
,000
16
5,0
00
49
5,0
00
1,1
43
,00
0
14
Sa
far
1
3
3
72
,000
21
6,0
00
21
6,0
00
3
3
55
,000
16
5,0
00
16
5,0
00
38
1,0
00
15
Lis
na
2
3
6
72
,000
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
16
Sa
nd
i 2
3
6
7
2,0
00
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
17
Ma
ssa
ng
1
3
3
72
,000
21
6,0
00
21
6,0
00
3
3
55
,000
16
5,0
00
16
5,0
00
38
1,0
00
18
Ra
hm
ania
2
3
6
7
2,0
00
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
19
Ta
yib
2
3
6
7
2,0
00
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
20
A. M
ua
lifin
2
3
6
72
,000
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
21
Ha
run
a M
un
u
2
3
6
72
,000
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
22
Mu
h K
asim
2
3
6
7
2,0
00
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
23
Mu
jatu
n
2
3
6
72
,000
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
24
Nu
r Fitria
ni
2
3
6
72
,000
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
25
N
urla
n
2
3
6
72
,000
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
26
Siti M
ard
iah
ti 2
3
6
7
2,0
00
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
27
La
mm
a
2
3
6
72
,000
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
28
Su
dirm
an
2
3
6
72
,000
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
29
Ir.Ma
km
ur
2
3
6
72
,000
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
30
Ru
sd
i Syam
2
3
6
7
2,0
00
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
31
De
di
2
3
6
72
,000
21
6,0
00
43
2,0
00
3
6
55
,000
16
5,0
00
33
0,0
00
76
2,0
00
32
Tu
nru
3
3
9
7
2,0
00
21
6,0
00
64
8,0
00
3
9
55
,000
16
5,0
00
49
5,0
00
1,1
43
,00
0
Ju
mla
h
74
96
22
2
2,3
04
,00
0
6,9
12
,00
0
15
,984
,000
96
22
2
1,7
60
,00
0
5,2
80
,00
0
12
,210
,000
28
,194
,000
Ra
ta-ra
ta
2
3
7
72
,000
21
6,0
00
49
9,5
00
3
7
55
,000
16
5,0
00
38
1,5
63
88
1,0
63
Su
mb
er: D
ata
Prim
er S
ete
lah
Dio
lah
, 20
17.
La
mp
iran
8.
Bia
ya
T
en
aga
Ke
rja
Pe
tan
i R
espo
nd
en
Se
lam
a
Sa
tu
Tah
un
di
De
sa
B
atu
M
ato
ru,
Ke
ca
ma
tan
L
aria
ng,
Ka
bup
ate
n M
am
uju
Uta
ra, P
rovin
si S
ula
we
si B
ara
t, 201
7.
No.
Nam
a
Responden
Luas
Lahan
(Ha)
Pem
upukan
Penyem
pro
tan
Pem
bers
ihan
Lahan
Panen
Pengangkuta
n
Tota
l Bia
ya T
enaga K
erja
(Rp)
(Rp/H
a)
(Rp)
(Rp/H
a)
(Rp)
(Rp/H
a)
(Rp)
(Rp/H
a)
(Rp)
(Rp/H
a)
(Rp)
(Rp/H
a)
1
Jufri
2
101.6
00
50,8
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,4
56,4
71
2.7
28.2
35
6.1
84.0
00
3,0
92,0
00
14,7
42,0
71
7,3
71,0
36
2
Haru
na
3
152.4
00
50,8
00
900.0
00
300,0
00
3.6
00.0
00
1,2
00,0
00
8,2
40,2
94
2.7
46.7
65
9.3
39.0
00
3,1
13,0
00
22,2
31,6
94
7,4
10,5
65
3
Sam
ang
4
203.2
00
50,8
00
1.2
00.0
00
300,0
00
4.8
00.0
00
1,2
00,0
00
10,9
76,4
71
2.7
44.1
18
12.4
40.0
00
3,1
10,0
00
29,6
19,6
71
7,4
04,9
18
4
Mis
a
1
50.8
00
50,8
00
300.0
00
300,0
00
1.2
00.0
00
1,2
00,0
00
2,7
19,4
12
2.7
19.4
12
3.0
82.0
00
3,0
82,0
00
7,3
52,2
12
7,3
52,2
12
5
Sale
h
6
304.8
00
50,8
00
1.8
00.0
00
300,0
00
7.2
00.0
00
1,2
00,0
00
16,1
94,7
06
2.6
99.1
18
18.3
54.0
00
3,0
59,0
00
43,8
53,5
06
7,3
08,9
18
6
Masta
ng
3
152.4
00
50,8
00
900.0
00
300,0
00
3.6
00.0
00
1,2
00,0
00
8,2
00,5
88
2.7
33.5
29
9.2
94.0
00
3,0
98,0
00
22,1
46,9
88
7,3
82,3
29
7
Andi L
idar
2
101.6
00
50,8
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,3
52,3
53
2.6
76.1
76
6.0
66.0
00
3,0
33,0
00
14,5
19,9
53
7,2
59,9
77
8
Abd W
aris
2
101.6
00
50,8
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,3
22,3
53
2.6
61.1
76
6.0
32.0
00
3,0
16,0
00
14,4
55,9
53
7,2
27,9
77
9
Sitti N
ur
2
100.0
00
50,0
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,2
97,6
47
2.6
48.8
24
6.0
04.0
00
3,0
02,0
00
14,4
01,6
47
7,2
00,8
24
10
Andi T
enri
Dio
2
100.0
00
50,0
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,3
96,4
71
2.6
98.2
35
6.1
16.0
00
3,0
58,0
00
14,6
12,4
71
7,3
06,2
36
11
Abd P
atta
h
2
101.6
00
50,8
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,3
27,6
47
2.6
63.8
24
6.0
38.0
00
3,0
19,0
00
14,4
67,2
47
7,2
33,6
24
12
Baddu
5
254.0
00
50,8
00
1.5
00.0
00
300,0
00
6.0
00.0
00
1,2
00,0
00
13,3
63,2
35
2.6
72.6
47
15.1
45.0
00
3,0
29,0
00
36,2
62,2
35
7,2
52,4
47
13
Sukur
3
150.0
00
50,0
00
900.0
00
300,0
00
3.6
00.0
00
1,2
00,0
00
8,1
31,7
65
2.7
10.5
88
9.2
16.0
00
3,0
72,0
00
21,9
97,7
65
7,3
32,5
88
14
Safa
r 1
50.8
00
50,8
00
300.0
00
300,0
00
1.2
00.0
00
1,2
00,0
00
2,6
77,0
59
2.6
77.0
59
3.0
34.0
00
3,0
34,0
00
7,2
61,8
59
7,2
61,8
59
15
Lis
na
2
100.8
00
50,4
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,3
25,8
82
2.6
62.9
41
6.0
36.0
00
3,0
18,0
00
14,4
62,6
82
7,2
31,3
41
16
Sandi
2
101.6
00
50,8
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,4
75,8
82
2.7
37.9
41
6.2
06.0
00
3,1
03,0
00
14,7
83,4
82
7,3
91,7
41
17
Massang
1
50.8
00
50,8
00
300.0
00
300,0
00
1.2
00.0
00
1,2
00,0
00
2,7
19,4
12
2.7
19.4
12
3.0
82.0
00
3,0
82,0
00
7,3
52,2
12
7,3
52,2
12
18
Rahm
ania
2
101.6
00
50,8
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,3
94,7
06
2.6
97.3
53
6.1
14.0
00
3,0
57,0
00
14,6
10,3
06
7,3
05,1
53
19
Tayib
2
100.8
00
50,4
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,3
80,5
88
2.6
90.2
94
6.0
98.0
00
3,0
49,0
00
14,5
79,3
88
7,2
89,6
94
20
A.
Mualifin
2
100.0
00
50,0
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,3
82,3
53
2.6
91.1
76
6.1
00.0
00
3,0
50,0
00
14,5
82,3
53
7,2
91,1
77
21
Haru
na
Munu
2
101.6
00
50,8
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,4
56,8
24
2.7
28.4
12
6.1
84.4
00
3,0
92,2
00
14,7
42,8
24
7,3
71,4
12
22
Muh K
asim
2
100.0
00
50,0
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,5
28,8
24
2.7
64.4
12
6.2
66.0
00
3,1
33,0
00
14,8
94,8
24
7,4
47,4
12
23
Muja
tun
2
100.8
00
50,4
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,3
62,9
41
2.6
81.4
71
6.0
78.0
00
3,0
39,0
00
14,5
41,7
41
7,2
70,8
71
24
Nur F
itriani
2
100.8
00
50,4
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,4
52,9
41
2.7
26.4
71
6.1
80.0
00
3,0
90,0
00
14,7
33,7
41
7,3
66,8
71
25
Nurla
n
2
101.6
00
50,8
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,4
00,0
00
2.7
00.0
00
6.1
20.0
00
3,0
60,0
00
14,6
21,6
00
7,3
10,8
00
26
Siti
Mard
iahti
2
100.0
00
50,0
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,3
82,3
53
2.6
91.1
76
6.1
00.0
00
3,0
50,0
00
14,5
82,3
53
7,2
91,1
77
27
Lam
ma
2
101.6
00
50,8
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,4
68,8
24
2.7
34.4
12
6.1
98.0
00
3,0
99,0
00
14,7
68,4
24
7,3
84,2
12
28
Sudirm
an
2
100.0
00
50,0
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,3
48,8
24
2.6
74.4
12
6.0
62.0
00
3,0
31,0
00
14,5
10,8
24
7,2
55,4
12
29
Ir.Makm
ur
2
101.6
00
50,8
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,4
67,0
59
2.7
33.5
29
6.1
96.0
00
3,0
98,0
00
14,7
64,6
59
7,3
82,3
30
30
Rusdi S
yam
2
100.4
00
50,2
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,4
56,4
71
2.7
28.2
35
6.1
84.0
00
3,0
92,0
00
14,7
40,8
71
7,3
70,4
36
31
Dedi
2
100.0
00
50,0
00
600.0
00
300,0
00
2.4
00.0
00
1,2
00,0
00
5,4
00,0
00
2.7
00.0
00
6.1
20.0
00
3,0
60,0
00
14,6
20,0
00
7,3
10,0
00
32
Tunru
3
152.4
00
50,8
00
900.0
00
300,0
00
3.6
00.0
00
1,2
00,0
00
8,1
52,9
41
2.7
17.6
47
9.2
40.0
00
3,0
80,0
00
22,0
45,3
41
7,3
48,4
47
Jum
lah
74
3.7
41,2
00
1,6
17,0
00
22.2
00.0
00
9,6
00,0
00
88.8
00.0
00
38,4
00,0
00
200,2
13,2
97
86.5
59.0
00
226.9
08.4
00
98,1
00,2
00
541,8
62,8
97
234,2
76,2
02
Rata
-rata
2
116,9
13
50,5
31
693.7
50
300,0
00
2.7
75.0
00
1,2
00,0
00
6,2
56,6
66
2.7
04.9
69
7.0
90.8
88
3,0
65,6
31
16,9
33,2
16
7,3
21,1
31
Su
mb
er: D
ata
Prim
er S
ete
lah
Dio
lah
, 20
17.
La
mp
iran
9.
Nila
i Pe
nyu
su
tan
Ala
t Pe
tan
i Re
sp
ond
en d
i De
sa
Ba
tu M
ato
ru, K
eca
mata
n L
aria
ng, K
abu
pa
ten M
am
uju
Uta
ra,
Pro
vin
si S
ula
we
si B
ara
t, 201
7.
No
. R
esp
Ge
rob
ak
Po
mp
a S
em
pro
t
Ju
mla
h
(Un
it)
Nila
i (Rp
) U
mu
r (T
ah
un
) N
PA
(Rp
) Ju
mla
h
(Un
it)
Nila
i (Rp
) U
mu
r (T
ah
un
) N
PA
(Rp
) B
aru
L
am
a
Ba
ru
La
ma
1
1
41
0,0
00
37
5,0
00
5
7,0
00
1
40
0,0
00
35
0,0
00
5
10
,000
2
1
40
0,0
00
35
0,0
00
5
10
,000
1
42
5,0
00
40
0,0
00
5
5,0
00
3
2
45
0,0
00
33
0,0
00
8
30
,000
2
38
0,0
00
35
0,0
00
4
15
,000
4
1
37
5,0
00
35
0,0
00
4
6,2
50
1
40
0,0
00
37
0,0
00
5
6,0
00
5
2
40
0,0
00
34
5,0
00
5
22
,000
4
40
0,0
00
38
5,0
00
5
12
,000
6
1
40
0,0
00
38
0,0
00
2
10
,000
2
41
5,0
00
40
0,0
00
4
7,5
00
7
1
40
0,0
00
37
5,0
00
5
5,0
00
2
40
0,0
00
38
0,0
00
4
10
,000
8
1
42
5,0
00
37
5,0
00
5
10
,000
2
41
5,0
00
40
0,0
00
5
6,0
00
9
1
40
0,0
00
37
5,0
00
5
5,0
00
1
42
0,0
00
41
0,0
00
4
2,5
00
10
1
41
5,0
00
35
0,0
00
5
13
,000
1
44
0,0
00
42
5,0
00
2
7,5
00
11
1
40
0,0
00
35
0,0
00
5
10
,000
1
40
0,0
00
38
0,0
00
4
5,0
00
12
2
40
0,0
00
33
0,0
00
7
20
,000
2
42
0,0
00
40
0,0
00
5
8,0
00
13
1
40
0,0
00
37
0,0
00
4
7,5
00
3
40
0,0
00
37
5,0
00
6
12
,500
14
1
40
0,0
00
37
0,0
00
5
6,0
00
1
40
0,0
00
38
0,0
00
5
4,0
00
15
1
41
5,0
00
35
5,0
00
6
10
,000
1
41
5,0
00
39
5,0
00
4
5,0
00
16
1
40
0,0
00
37
5,0
00
5
5,0
00
2
41
5,0
00
40
0,0
00
2
15
,000
17
1
40
0,0
00
35
0,0
00
5
10
,000
1
42
0,0
00
40
0,0
00
5
4,0
00
18
1
40
0,0
00
35
0,0
00
4
12
,500
2
40
0,0
00
37
5,0
00
5
10
,000
19
1
40
0,0
00
37
5,0
00
5
5,0
00
2
40
0,0
00
37
5,0
00
5
10
,000
20
1
37
5,0
00
30
0,0
00
6
12
,500
1
38
0,0
00
36
0,0
00
4
5,0
00
21
1
4
00
,00
0
36
0,0
00
5
8,0
00
1
38
0,0
00
35
5,0
00
5
5,0
00
22
1
42
5,0
00
35
0,0
00
6
12
,500
1
40
0,0
00
38
0,0
00
2
10
,000
23
1
40
0,0
00
37
0,0
00
5
6,0
00
1
38
0,0
00
35
0,0
00
4
7,5
00
24
1
40
0,0
00
37
0,0
00
5
6,0
00
2
40
0,0
00
38
0,0
00
4
10
,000
25
1
40
0,0
00
34
5,0
00
5
11
,000
1
42
5,0
00
40
0,0
00
5
5,0
00
26
1
40
0,0
00
30
0,0
00
8
12
,500
1
42
0,0
00
38
0,0
00
5
8,0
00
27
1
40
0,0
00
35
0,0
00
5
10
,000
1
40
0,0
00
37
0,0
00
4
7,5
00
28
1
40
0,0
00
37
5,0
00
5
5,0
00
2
32
0,0
00
30
0,0
00
2
20
,000
29
1
41
5,0
00
35
0,0
00
5
13
,000
2
40
0,0
00
38
0,0
00
4
10
,000
30
1
40
0,0
00
34
5,0
00
5
11
,000
1
38
0,0
00
36
5,0
00
2
7,5
00
31
1
38
5,0
00
36
5,0
00
4
5,0
00
2
42
0,0
00
39
5,0
00
4
12
,500
32
1
40
0,0
00
37
0,0
00
4
7,5
00
2
40
0,0
00
37
0,0
00
5
12
,000
Ju
mla
h
35
12
,890
,000
11
,380
,000
16
3
32
4,2
50
50
12
,870
,000
12
,135
,000
13
4
27
5,0
00
Ra
ta-ra
ta
1
40
2,8
13
35
5,6
25
5
10
,133
2
40
2,1
88
37
9,2
19
4
8,5
94
Su
mb
er: D
ata
Prim
er S
ete
lah
Dio
lah
, 20
17.
La
mp
iran
9. L
an
juta
n
No
. R
esp
Pa
ran
g
Ca
ng
kul
Ju
mla
h
(Un
it)
Nila
i (Rp
) U
mu
r (T
ah
un
) N
PA
(Rp
) Ju
mla
h
(Un
it)
Nila
i (Rp
) U
mu
r (T
ah
un
) N
PA
(Rp
) B
aru
L
am
a
Ba
ru
La
ma
1
2
55
,000
20
,000
5
14
,000
2
70
,000
55
,000
4
7,5
00
2
2
50
,000
30
,000
4
10
,000
2
65
,000
45
,000
5
8,0
00
3
2
50
,000
25
,000
4
12
,500
2
65
,000
50
,000
5
6,0
00
4
2
50
,000
40
,000
2
10
,000
- -
- -
-
5
3
55
,000
25
,000
6
15
,000
2
70
,000
65
,000
2
5,0
00
6
1
55
,000
20
,000
5
7,0
00
2
70
,000
50
,000
4
10
,000
7
1
45
,000
15
,000
6
5,0
00
1
68
,000
56
,000
6
2,0
00
8
2
45
,000
20
,000
5
10
,000
1
70
,000
60
,000
4
2,5
00
9
2
50
,000
35
,000
3
10
,000
1
65
,000
45
,000
5
4,0
00
10
1
50
,000
20
,000
6
5,0
00
- -
- -
-
11
2
50
,000
30
,000
5
8,0
00
2
70
,000
50
,000
5
8,0
00
12
3
55
,000
40
,000
5
9,0
00
2
75
,000
60
,000
4
7,5
00
13
2
50
,000
15
,000
7
10
,000
- -
- -
-
14
1
50
,000
45
,000
1
5,0
00
1
70
,000
65
,000
1
5,0
00
15
1
50
,000
35
,000
3
5,0
00
- -
- -
-
16
1
50
,000
37
,000
2
6,5
00
2
65
,000
50
,000
4
7,5
00
17
2
50
,000
30
,000
4
10
,000
2
75
,000
70
,000
1
10
,000
18
2
50
,000
40
,000
2
10
,000
- -
- -
-
19
2
50
,000
36
,000
4
7,0
00
- -
- -
-
20
1
55
,000
45
,000
2
5,0
00
2
70
,000
55
,000
5
6,0
00
21
2
55
,000
40
,000
3
10
,000
1
65
,000
55
,000
4
2,5
00
22
1
5
5,0
00
45
,000
2
5,0
00
2
65
,000
56
,000
3
6,0
00
23
1
45
,000
38
,000
2
3,5
00
2
70
,000
65
,000
4
2,5
00
24
2
45
,000
40
,000
2
5,0
00
- -
- -
-
25
2
55
,000
40
,000
3
10
,000
2
60
,000
47
,000
5
5,2
00
26
1
50
,000
26
,000
4
6,0
00
- -
- -
-
27
2
50
,000
30
,000
4
10
,000
1
70
,000
60
,000
5
2,0
00
28
2
50
,000
26
,000
5
9,6
00
- -
- -
-
29
1
50
,000
45
,000
1
5,0
00
- -
- -
-
30
2
55
,000
46
,000
3
6,0
00
1
70
,000
55
,000
5
3,0
00
31
2
55
,000
37
,000
4
9,0
00
1
75
,000
65
,000
4
2,5
00
32
2
50
,000
32
,000
4
9,0
00
2
60
,000
50
,000
1
20
,000
Ju
mla
h
55
1,6
30
,00
0
1,0
48
,00
0
11
8
26
2,1
00
36
1,5
03
,00
0
1,2
29
,00
0
86
13
2,7
00
Ra
ta-ra
ta
2
50
,938
32
,750
4
8,1
91
1
46
,969
38
,406
3
4,1
47
Su
mb
er: D
ata
Prim
er S
ete
lah
Dio
lah
, 20
17.
La
mp
iran
9. L
an
juta
n
No
. R
esp
Eg
gre
k
Do
do
s
To
tal N
ilai
Pe
nyu
su
tan
Ala
t (R
p)
Ju
mla
h
(Un
it)
Nila
i (Rp
) U
mu
r (T
ah
un
) N
PA
(Rp
) Ju
mla
h
(Un
it)
Nila
i (Rp
) U
mu
r (T
ah
un
) N
PA
(Rp
) B
aru
L
am
a
Ba
ru
La
ma
1
1
15
0,0
00
13
5,0
00
5
3,0
00
1
75
,000
70
,000
2
2,5
00
44
,000
2
2
15
0,0
00
10
0,0
00
4
25
,000
1
75
,000
65
,000
4
2,5
00
60
,500
3
2
20
0,0
00
18
0,0
00
5
8,0
00
1
85
,000
75
,000
2
5,0
00
76
,500
4
1
15
0,0
00
10
0,0
00
5
10
,000
1
75
,000
60
,000
3
5,0
00
37
,250
5
3
15
5,0
00
13
0,0
00
6
12
,500
2
80
,000
50
,000
2
30
,000
96
,500
6
2
15
5,0
00
14
0,0
00
4
7,5
00
1
85
,000
60
,000
2
12
,500
54
,500
7
1
15
5,0
00
12
0,0
00
10
3,5
00
1
85
,000
75
,000
4
2,5
00
28
,000
8
1
20
0,0
00
18
5,0
00
4
3,7
50
1
75
,000
60
,000
2
7,5
00
39
,750
9
1
15
0,0
00
14
0,0
00
2
5,0
00
1
75
,000
60
,000
2
7,5
00
34
,000
10
1
15
5,0
00
13
5,0
00
4
5,0
00
1
85
,000
70
,000
2
7,5
00
38
,000
11
2
15
0,0
00
13
5,0
00
5
6,0
00
1
80
,000
70
,000
4
2,5
00
39
,500
12
3
16
5,0
00
15
0,0
00
5
9,0
00
2
80
,000
65
,000
4
7,5
00
61
,000
13
2
15
0,0
00
13
5,0
00
5
6,0
00
1
75
,000
60
,000
2
7,5
00
43
,500
14
1
15
5,0
00
12
5,0
00
8
3,7
50
1
75
,000
55
,000
4
5,0
00
28
,750
15
1
15
0,0
00
13
5,0
00
5
3,0
00
1
80
,000
65
,000
3
5,0
00
28
,000
16
1
15
0,0
00
14
0,0
00
2
5,0
00
1
75
,000
65
,000
2
5,0
00
44
,000
17
1
16
5,0
00
15
5,0
00
4
2,5
00
1
80
,000
70
,000
2
5,0
00
41
,500
18
1
16
5,0
00
14
5,0
00
5
4,0
00
1
80
,000
75
,000
2
2,5
00
39
,000
19
2
15
0,0
00
12
5,0
00
8
6,2
50
1
75
,000
60
,000
2
7,5
00
35
,750
20
1
15
0,0
00
13
5,0
00
4
3,7
50
1
75
,000
70
,000
1
5,0
00
37
,250
21
2
15
5,0
00
14
5,0
00
5
4,0
00
1
75
,000
70
,000
2
2,5
00
32
,000
22
2
1
50
,00
0
13
5,0
00
2
15
,000
2
85
,000
80
,000
1
10
,000
58
,500
23
2
15
0,0
00
11
5,0
00
5
14
,000
2
85
,000
75
,000
2
10
,000
43
,500
24
2
15
0,0
00
14
5,0
00
1
10
,000
1
75
,000
60
,000
2
7,5
00
38
,500
25
1
20
0,0
00
18
5,0
00
2
7,5
00
1
75
,000
65
,000
2
5,0
00
43
,700
26
1
15
0,0
00
12
5,0
00
5
5,0
00
1
85
,000
80
,000
1
5,0
00
36
,500
27
1
15
5,0
00
14
5,0
00
4
2,5
00
1
75
,000
65
,000
2
5,0
00
37
,000
28
2
15
0,0
00
13
5,0
00
5
6,0
00
2
75
,000
60
,000
2
15
,000
55
,600
29
2
15
5,0
00
13
5,0
00
5
8,0
00
1
85
,000
70
,000
2
7,5
00
43
,500
30
2
15
5,0
00
14
5,0
00
4
5,0
00
1
80
,000
40
,000
4
10
,000
42
,500
31
2
15
0,0
00
11
5,0
00
5
14
,000
1
80
,000
70
,000
2
5,0
00
48
,000
32
2
20
0,0
00
18
5,0
00
5
6,0
00
2
85
,000
80
,000
1
10
,000
64
,500
Ju
mla
h
51
5,0
90
,00
0
4,4
55
,00
0
14
8
22
9,5
00
38
2,5
30
,00
0
2,1
15
,00
0
74
22
7,5
00
1,4
51
,05
0
Ra
ta-ra
ta
2
15
9,0
63
13
9,2
19
5
7,1
72
1
79
,063
66
,094
2
7,1
09
45
,345
Su
mb
er: D
ata
Prim
er S
ete
lah
Dio
lah
, 20
17.
Lampiran 10. Biaya Variabel Petani Responden di Desa Batu Matoru,
Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi
Sulawesi Barat, 2017.
No. Nama
Responden Biaya Pupuk
(Rp) Biaya Herbisida
(Rp) Biaya Tenaga
Kerja (Rp) Total Biaya
Variabel (Rp)
1 Jufri 2,946,400 762,000 14,742,071 18,831,471
2 Haruna 4,419,600 1,143,000 22,231,694 27,393,794
3 Samang 5,892,800 1,524,000 29,619,671 37,798,471
4 Misa 1,473,200 381,000 7,352,212 9,072,912
5 Saleh 8,839,200 2,286,000 43,853,506 56,121,706
6 Mastang 4,419,600 1,143,000 22,146,988 27,309,088
7 Andi Lidar 2,946,400 762,000 14,519,953 17,796,353
8 Abd Waris 2,946,400 762,000 14,455,953 17,732,353
9 Sitti Nur 2,900,000 762,000 14,401,647 17,796,647
10 Andi Tenri Dio 2,900,000 762,000 14,612,471 18,007,471
11 Abd Pattah 2,946,400 762,000 14,467,247 18,556,647
12 Baddu 7,366,000 1,905,000 36,262,235 46,485,735
13 Sukur 4,350,000 1,143,000 21,997,765 27,090,265
14 Safar 1,473,200 381,000 7,261,859 8,982,559
15 Lisna 2,923,200 762,000 14,462,682 17,880,882
16 Sandi 2,946,400 762,000 14,783,482 18,872,882
17 Massang 1,473,200 381,000 7,352,212 9,396,912
18 Rahmania 2,946,400 762,000 14,610,306 17,886,706
19 Tayib 2,923,200 762,000 14,579,388 17,832,588
20 A. Mualifin 2,900,000 762,000 14,582,353 18,625,353
21 Haruna Munu 2,946,400 762,000 14,742,824 18,832,224
22 Muh Kasim 2,900,000 762,000 14,894,824 18,937,824
23 Mujatun 2,923,200 762,000 14,541,741 18,607,941
24 Nur Fitriani 2,923,200 762,000 14,733,741 18,151,941
25 Nurlan 2,946,400 762,000 14,621,600 18,330,000
26 Siti Mardiahti 2,900,000 762,000 14,582,353 17,977,353
27 Lamma 2,946,400 762,000 14,768,424 18,857,824
28 Sudirman 2,900,000 762,000 14,510,824 17,905,824
29 Ir.Makmur 2,946,400 762,000 14,764,659 18,206,059
30 Rusdi Syam 2,911,600 762,000 14,740,871 18,147,471
31 Dedi 2,900,000 762,000 14,620,000 18,015,000
32 Tunru 4,419,600 1,143,000 22,045,341 28,179,441
Jumlah 108,494,800 28,194,000 541,862,897 679,619,697
Rata-rata 3,390,462.5 881,062.5 16,933,215.5 21,238,115.5
Sumber: Data primer Setelah Diolah, 2017.
Lampiran 11. Biaya Variabel Per Hektar Petani Responden di Desa Batu
Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara,
Provinsi Sulawesi Barat, 2017.
No. Nama
Responden Biaya Pupuk
(Rp/Ha) Biaya Herbisida
(Rp/Ha) Biaya Tenaga Kerja (Rp/Ha)
Total Biaya Variabel (Rp/Ha)
1 Jufri 1,473,200 381,000 7,371,036 9,415,735.5
2 Haruna 1,473,200 381,000 7,410,565 9,131,264.7
3 Samang 1,473,200 381,000 7,404,918 9,449,617.8
4 Misa 1,473,200 381,000 7,352,212 9,072,912.0
5 Saleh 1,473,200 381,000 7,308,918 9,353,617.7
6 Mastang 1,473,200 381,000 7,382,329 9,103,029.3
7 Andi Lidar 1,473,200 381,000 7,259,977 8,898,176.5
8 Abd Waris 1,473,200 381,000 7,227,977 8,866,176.5
9 Sitti Nur 1,450,000 381,000 7,200,824 8,898,323.5
10 Andi Tenri Dio 1,450,000 381,000 7,306,236 9,003,735.5
11 Abd Pattah 1,473,200 381,000 7,233,624 9,278,323.5
12 Baddu 1,473,200 381,000 7,252,447 9,297,147.0
13 Sukur 1,450,000 381,000 7,332,588 9,030,088.3
14 Safar 1,473,200 381,000 7,261,859 8,982,559.0
15 Lisna 1,461,600 381,000 7,231,341 8,940,441.0
16 Sandi 1,473,200 381,000 7,391,741 9,436,441.0
17 Massang 1,473,200 381,000 7,352,212 9,396,912.0
18 Rahmania 1,473,200 381,000 7,305,153 8,943,353.0
19 Tayib 1,461,600 381,000 7,289,694 8,916,294.0
20 A. Mualifin 1,450,000 381,000 7,291,177 9,312,676.5
21 Haruna Munu 1,473,200 381,000 7,371,412 9,416,112.0
22 Muh Kasim 1,450,000 381,000 7,447,412 9,468,912.0
23 Mujatun 1,461,600 381,000 7,270,871 9,303,970.5
24 Nur Fitriani 1,461,600 381,000 7,366,871 9,075,970.5
25 Nurlan 1,473,200 381,000 7,310,800 9,165,000.0
26 Siti Mardiahti 1,450,000 381,000 7,291,177 8,988,676.5
27 Lamma 1,473,200 381,000 7,384,212 9,428,912.0
28 Sudirman 1,450,000 381,000 7,255,412 8,952,912.0
29 Ir.Makmur 1,473,200 381,000 7,382,330 9,103,029.5
30 Rusdi Syam 1,455,800 381,000 7,370,436 9,073,735.5
31 Dedi 1,450,000 381,000 7,310,000 9,007,500.0
32 Tunru 1,473,200 381,000 7,348,447 9,393,147.0
Jumlah 46,893,000 12,192,000 234,276,202 293,104,701.8
Rata-rata 1,465,406 381,000 7,321,131 9,159,521.9
Sumber: Data primer Setelah Diolah, 2017.
Lampiran 12. Biaya Tetap Petani Responden di Desa Batu Matoru,
Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi
Sulawesi Barat, 2017.
No. Nama
Responden Pajak Lahan (Rp) Total NPA (Rp)
Total Biaya Tetap (Rp)
1 Jufri 50,000 44,000 94,000
2 Haruna 75,000 60,500 135,500
3 Samang 100,000 76,500 176,500
4 Misa 25,000 37,250 62,250
5 Saleh 150,000 96,500 246,500
6 Mastang 75,000 54,500 129,500
7 Andi Lidar 50,000 28,000 78,000
8 Abd Waris 50,000 39,750 89,750
9 Sitti Nur 50,000 34,000 84,000
10 Andi Tenri Dio 50,000 38,000 88,000
11 Abd Pattah 50,000 39,500 89,500
12 Baddu 125,000 61,000 186,000
13 Sukur 75,000 43,500 118,500
14 Safar 25,000 28,750 53,750
15 Lisna 50,000 28,000 78,000
16 Sandi 50,000 44,000 94,000
17 Massang 25,000 41,500 66,500
18 Rahmania 50,000 39,000 89,000
19 Tayib 50,000 35,750 85,750
20 A. Mualifin 50,000 37,250 87,250
21 Haruna Munu 50,000 32,000 82,000
22 Muh Kasim 50,000 58,500 108,500
23 Mujatun 50,000 43,500 93,500
24 Nur Fitriani 50,000 38,500 88,500
25 Nurlan 50,000 43,700 93,700
26 Siti Mardiahti 50,000 36,500 86,500
27 Lamma 50,000 37,000 87,000
28 Sudirman 50,000 55,600 105,600
29 Ir.Makmur 50,000 43,500 93,500
30 Rusdi Syam 50,000 42,500 92,500
31 Dedi 50,000 48,000 98,000
32 Tunru 75,000 64,500 139,500
Jumlah 1,850,000 1,451,050 3,301,050
Rata-rata 57,813 45,345 103,158
Sumber: Data primer Setelah Diolah, 2017.
Lampiran 13. Biaya Tetap Per Hektar Petani Responden di Desa Batu
Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara,
Provinsi Sulawesi Barat, 2017.
No. Nama
Responden Pajak Lahan
(Rp/Ha) Total NPA (Rp/Ha)
Total Biaya Tetap (Rp/Ha)
1 Jufri 25,000 22,000 47,000
2 Haruna 25,000 20,167 45,167
3 Samang 25,000 19,125 44,125
4 Misa 25,000 37,250 62,250
5 Saleh 25,000 16,083 41,083
6 Mastang 25,000 18,167 43,167
7 Andi Lidar 25,000 14,000 39,000
8 Abd Waris 25,000 19,875 44,875
9 Sitti Nur 25,000 17,000 42,000
10 Andi Tenri Dio 25,000 19,000 44,000
11 Abd Pattah 25,000 19,750 44,750
12 Baddu 25,000 12,200 37,200
13 Sukur 25,000 14,500 39,500
14 Safar 25,000 28,750 53,750
15 Lisna 25,000 14,000 39,000
16 Sandi 25,000 22,000 47,000
17 Massang 25,000 41,500 66,500
18 Rahmania 25,000 19,500 44,500
19 Tayib 25,000 17,875 42,875
20 A. Mualifin 25,000 18,625 43,625
21 Haruna Munu 25,000 16,000 41,000
22 Muh Kasim 25,000 29,250 54,250
23 Mujatun 25,000 21,750 46,750
24 Nur Fitriani 25,000 19,250 44,250
25 Nurlan 25,000 21,850 46,850
26 Siti Mardiahti 25,000 18,250 43,250
27 Lamma 25,000 18,500 43,500
28 Sudirman 25,000 27,800 52,800
29 Ir.Makmur 25,000 21,750 46,750
30 Rusdi Syam 25,000 21,250 46,250
31 Dedi 25,000 24,000 49,000
32 Tunru 25,000 21,500 46,500
Jumlah 800,000 672,517 1,472,517
Rata-rata 25,000 21,016 46,016
Sumber: Data primer Setelah Diolah, 2017.
Lampiran 14. Pendapatan Petani Responden Selama Satu Tahun di Desa
Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara,
Provinsi Sulawesi Barat, 2017.
No. Nama
Responden
Luas Lahan (Ha)
Penerimaan (Rp)
Total Biaya (Rp)
Pendapatan (Rp)
Pendapatan (Rp/Ha)
R/C Ratio
1 Jufri 2 64,993,840 18,925,471 46,068,369 23,034,185 3.4
2 Haruna 3 93,109,830 27,529,294 65,580,536 21,860,179 3.4
3 Samang 4 136,964,400 37,974,971 98,989,429 24,747,357 3.6
4 Misa 1 30,141,960 9,135,162 21,006,798 21,006,798 3.3
5 Saleh 6 192,900,540 56,368,206 136,532,334 22,755,389 3.4
6 Mastang 3 92,661,180 27,438,588 65,222,592 21,740,864 3.4
7 Andi Lidar 2 59,325,480 17,874,353 41,451,127 20,725,564 3.3
8 Abd Waris 2 60,139,040 17,822,103 42,316,937 21,158,469 3.4
9 Sitti Nur 2 59,859,880 17,880,647 41,979,233 20,989,617 3.3
10 Andi Tenri Dio
2 59,814,480 18,095,471 41,719,009 20,859,505 3.3
11 Abd Pattah 2 63,459,380 18,646,147 44,813,233 22,406,617 3.4
12 Baddu 5 227,326,450 46,671,735 180,654,715 36,130,943 4.9
13 Sukur 3 90,132,480 27,208,765 62,923,715 20,974,572 3.3
14 Safar 1 30,248,980 9,036,309 21,212,671 21,212,671 3.3
15 Lisna 2 59,032,080 17,958,882 41,073,198 20,536,599 3.3
16 Sandi 2 70,189,860 18,966,882 51,222,978 25,611,489 3.7
17 Massang 1 34,857,420 9,463,412 25,394,008 25,394,008 3.7
18 Rahmania 2 57,227,040 17,975,706 39,251,334 19,625,667 3.2
19 Tayib 2 59,638,440 17,918,338 41,720,102 20,860,051 3.3
20 A. Mualifin 2 68,991,000 18,712,603 50,278,397 25,139,199 3.7
21 Haruna Munu
2 92,827,844 18,914,224 73,913,620 36,956,810 4.9
22 Muh Kasim 2 70,868,460 19,046,324 51,822,136 25,911,068 3.7
23 Mujatun 2 68,742,180 18,701,441 50,040,739 25,020,370 3.7
24 Nur Fitriani 2 68,041,800 18,240,441 49,801,359 24,900,680 3.7
25 Nurlan 2 69,217,200 18,423,700 50,793,500 25,396,750 3.8
26 Siti Mardiahti 2 67,161,000 18,063,853 49,097,147 24,548,574 3.7
27 Lamma 2 93,031,980 18,944,824 74,087,156 37,043,578 4.9
28 Sudirman 2 56,740,320 18,011,424 38,728,896 19,364,448 3.2
29 Ir.Makmur 2 57,994,560 18,299,559 39,695,001 19,847,501 3.2
30 Rusdi Syam 2 61,654,480 18,239,971 43,414,509 21,707,255 3.4
31 Dedi 2 59,853,600 18,113,000 41,740,600 20,870,300 3.3
32 Tunru 3 104,504,400 28,318,941 76,185,459 25,395,153 3.7
Jumlah 74 2,481,651,584 682,920,747 1,798,730,837 763,732,224 115
Rata-rata 2 77,551,612 21,341,273 56,210,339 23,866,632 4
Sumber: Data primer Setelah Diolah, 2017.
Lampiran 15. Nilai Simpangan Baku dan Koefisien Variasi Produksi
No. Nama
Responden
Produksi (Kg/Ha)
Xᵢ Xᵢ − �̅� (Xᵢ − �̅�) 2
1 Jufri 2,577 22 484
2 Haruna 2,594 39 1,521
3 Samang 2,592 37 1,369
4 Misa 2,568 13 169
5 Saleh 2,549 (6) 36
6 Mastang 2,582 27 729
7 Andi Lidar 2,528 (27) 729
8 Abd Waris 2,513 (42) 1,764
9 Sitti Nur 2,502 (53) 2,809
10 Andi Tenri Dio 2,548 (7) 49
11 Abd Pattah 2,516 (39) 1,521
12 Baddu 2,524 (31) 961
13 Sukur 2,560 5 25
14 Safar 2,528 (27) 729
15 Lisna 2,515 (40) 1,600
16 Sandi 2,586 31 961
17 Massang 2,568 13 169
18 Rahmania 2,548 (7) 49
19 Tayib 2,541 (14) 196
20 A. Mualifin 2,542 (13) 169
21 Haruna Munu 2,577 22 484
22 Muh Kasim 2,611 56 3,136
23 Mujatun 2,533 (22) 484
24 Nur Fitriani 2,575 20 400
25 Nurlan 2,550 (5) 25
26 Siti Mardiahti 2,542 (13) 169
27 Lamma 2,583 28 784
28 Sudirman 2,526 (29) 841
29 Ir.Makmur 2,582 27 729
30 Rusdi Syam 2,577 22 484
31 Dedi 2,550 (5) 25
32 Tunru 2,567 12 144
Rata-rata (�̅�) 2,555 742
Standar Deviasi Produksi
𝜎 = √∑ (𝑋ᵢ − �̅�)𝑛
𝑖=1 ²
𝑛 − 1
𝜎 = √742
32 − 1= 4.89236
Koefisien Variasi Produksi
𝐾𝑉 =𝜎
�̅�
𝐾𝑉 =4.89236
2,555 =0.0019
Lampiran 16. Nilai Simpangan Baku dan Koefisien Variasi Pendapatan
No. Nama
Responden
Pendapatan (Rp/Ha)
Xᵢ Xᵢ − �̅� (Xᵢ − �̅�) 2
1 Jufri 1,919,515 (69,371) 4,812,335,641
2 Haruna 1,821,682 (167,204) 27,957,177,616
3 Samang 2,062,280 73,394 5,386,679,236
4 Misa 1,750,567 (238,319) 56,795,945,761
5 Saleh 1,896,282 (92,604) 8,575,500,816
6 Mastang 1,811,739 (177,147) 31,381,059,609
7 Andi Lidar 1,727,130 (261,756) 68,516,203,536
8 Abd Waris 1,763,206 (225,680) 50,931,462,400
9 Sitti Nur 1,749,135 (239,751) 57,480,542,001
10 Andi Tenri Dio 1,738,292 (250,594) 62,797,352,836
11 Abd Pattah 1,867,218 (121,668) 14,803,102,224
12 Baddu 3,010,912 1,022,026 1,044,537,144,676
13 Sukur 1,747,881 (241,005) 58,083,410,025
14 Safar 1,767,723 (221,163) 48,913,072,569
15 Lisna 1,711,383 (277,503) 77,007,915,009
16 Sandi 2,134,291 145,405 21,142,614,025
17 Massang 2,116,167 127,281 16,200,452,961
18 Rahmania 1,635,472 (353,414) 124,901,455,396
19 Tayib 1,738,338 (250,548) 62,774,300,304
20 A. Mualifin 2,094,933 106,047 11,245,966,209
21 Haruna Munu 3,079,734 1,090,848 1,189,949,359,104
22 Muh Kasim 2,159,256 170,370 29,025,936,900
23 Mujatun 2,085,031 96,145 9,243,861,025
24 Nur Fitriani 2,075,057 86,171 7,425,441,241
25 Nurlan 2,116,396 127,510 16,258,800,100
26 Siti Mardiahti 2,045,714 56,828 3,229,421,584
27 Lamma 3,086,965 1,098,079 1,205,777,490,241
28 Sudirman 1,613,704 (375,182) 140,761,533,124
29 Ir.Makmur 1,653,958 (334,928) 112,176,765,184
30 Rusdi Syam 1,808,938 (179,948) 32,381,282,704
31 Dedi 1,739,192 (249,694) 62,347,093,636
32 Tunru 2,116,263 127,377 16,224,900,129
Rata-rata (Xᵣ) 1,988,886 146,220,174,307
Standar Deviasi Pendapatan
𝜎 = √∑ (𝑋ᵢ − �̅�)𝑛
𝑖=1 ²
𝑛 − 1
𝜎 = √146,220,174,307
32 − 1= 68,678.81635
Koefisien Variasi Pendapatan
𝐾𝑉 =𝜎
𝑋ᵣ
𝐾𝑉 =68,678.81635
1,988,886 = 0,034
KUISIONER PENELITIAN Analisis Risiko Usahatani Kelapa Sawit di Desa Batu Matoru,
Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara
Oleh : Sitti Hardiyanti M / G211 13 505
Lampiran 17. Kuisioner Penelitian
No. Responden : ……….
Hari/Tanggal : ………….. / …………
DAFTAR PERTANYAAN
beri tanda silang (X) pada jawaban yang terpilih
A. Identitas Petani Responden
a) Nama : ………………………………
b) Umur : …… tahun.
c) Jenis kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan
d) Pendidikan Terakhir : ………………………. (Tamat/Tidak Tamat)
e) Agama : ………………………………
f) Pekerjaan pokok : ...........................................
g) Pekerjaan sampingan : ...........................................
h) Pengalaman bertani : ...........................................
i) Jumlah tanggungan keluarga : .................. orang.
j) Luas lahan : .................. Ha.
k) Umur tanaman : .................. tahun.
l) Status lahan : a. Milik b. Bukan Milik
m) Pendapatan usahatani : Rp .........................
n) Intensitas panen : .................. kali/tahun.
o) Kelompok tani : ...........................................
B. Alat-Alat Pertanian
No
Macam Alat Jumlah Harga
persatuan sekarang
Harga Beli (Rp)
Umur Ekonomis
(thn)
1 ………………
2 ……………...
3 ………………
4 ………………
5 ………………
1. Apakah tempat pembelian peralatan mudah didapatkan oleh petani?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
2. Apakah peralatan yang digunakan sudah memadai?
KUISIONER PENELITIAN Analisis Risiko Usahatani Kelapa Sawit di Desa Batu Matoru,
Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara
Oleh : Sitti Hardiyanti M / G211 13 505
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
C. Penggunaan Input Usahatani Kelapa Sawit Dan Biaya Lain-Lain
Umur Tanaman Kelapa Sawit :……. Tahun.
Jenis, jumlah, dan harga sarana produksi yang digunakan dalam berusahatani kelapa sawit
No. Sarana Produksi Jumlah Fisik Harga/satuan Total (Rp)
1. Bibit
2. Pupuk a. b. c. d.
3.
Herbisida:
1. ....................
2. ....................
3. ....................
4. ....................
5. ....................
4. Tenaga Kerja :
1. Pemupukan 2. Penyemprotan 3. Pembersihan 4. Panen 5. Pengangkutan
5. Pajak Lahan
1. Apakah lahan yang dimiliki petani berada dekat dengan jalan poros? Berapa lama waktu
yang harus ditempuh dengan kendaraan mobil?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
2. Apakah lahan petani berada dekat dengan lokasi pabrik kelapa sawit?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
3. Apakah pupuk & herbisida tersedia setiap petani membutuhkan?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
4. Apakah ada tempat pembelian pupuk & herbisida yang mudah dijangkau petani?
Jawab: …………………………………………………………………………………………………..
5. Dimana tempat petani sering membeli pupuk & herbisida? Apakah harganya sesuai dengan
harga di pasaran?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
6. Apakah tenaga kerja yang digunakan berbeda setiap proses produksi?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………….
KUISIONER PENELITIAN Analisis Risiko Usahatani Kelapa Sawit di Desa Batu Matoru,
Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara
Oleh : Sitti Hardiyanti M / G211 13 505
7. Apakah petani menggunakan tenaga kerja tetap?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………….
8. Bagaimana sistem pemberian upah tenaga kerja setiap proses produksi? Apakah diberikan
diawal atau diakhir setiap produksi?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………….
D. Produksi
Jumlah Hasil Panen
Keterangan Fisik (kg) Harga/kg
Panen bulan 1
Panen bulan 2
Panen bulan 3
Penen bulan 4
Panen bulan 5, dst
1. Apakah satu tahun terakhir ini produksi meningkat?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
2. Apakah ketika panen TBS langsung diantar ke pabrik kelapa sawit?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
E. Harga dan Pemasaran
1. Apakah harga TBS tiap bulan berubah-ubah?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
2. Apakah harga TBS berbeda sesuai umur tanaman?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
3. Siapakah yang menentukan harga setiap bulannya?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
4. Apakah petani diikutsertakan dalam penentuan harga?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
5. Apakah dalam pemasaran TBS petani memiliki kendala?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
6. Apakah pemasaran TBS langsung ke pabrik kelapa sawit atau melalui kelompok tani?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
7. Apakah ada lembaga/tempat peminjaman modal untuk melakukan usahatani kelapa sawit?
Apakah mudah memperoleh modal dari lembaga tersebut?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………......
Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian