Download - Askep Abortus Incomplit
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil yang
dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram
waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat
badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang
dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus
spontan. Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu
akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas
indikasi medik.
Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus insipiens
(inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion,
dan abortus habitualis (recurrent abortion), abortus servikalis, abortus
infeksiosus, dan abortus septik.
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Reproduksi manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi
tersering pada kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari
kehamilan yang ditemukan.Namun angka kejadian abortus sangat tergantung
kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada
wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada pada wanita yang
hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup.
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana
pada wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun
adalah 50%.4 Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama
kehamilan. Penelitian-penelitian terdahulu menyebutkan bahwa angka
kejadian abortus sangat tinggi. Sebuah penelitian pada tahun 1993
memperkirakan total kejadian abortus di Indonesia berkisar antara 750.000
dan dapat mencapai 1 juta per tahun dengan rasio 18 abortus per 100
konsepsi. Angka tersebut mencakup abortus spontan maupun buatan. Abortus
inkomplit sendiri merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan
maupun sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun
medisinalis. Insiden abortus inkomplit sendiri belum diketahui secara pasti
namun yang penting diketahui adalah sekitar 60 % dari wanita hamil yang
mengalami abortus inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit akibat
perdarahan yang terjadi.
Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam
keselamatan ibu karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan
kematian akibat adanya syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu hamil yang
mengalami abortus inkomplit dapat mengalami guncangan psikis. Komplikasi
yang terjadi tidak hanya pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama
pada keluarga yang sangat menginginkan anak.
Mengenal lebih dekat tentang abortus inkomplit menjadi penting bagi
para pelayan kesehatan agar mampu menegakkan diagnosis kemudian
memberikan penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta mencegah
komplikasi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Dapat memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan
kebidanan abortus inkomplit di Rumah Sakit dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus :
a. Dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan kasus abortus
inkomplit di RSUD Cut Muetia.
b. Dapat mengantisipasi kemungkinan timbulnya diagnosa atau
masalah potensial pada kasus abortus inkomplit di RSUD Cut
Muetia.
c. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada kasus
abortus inkomplit di RSUD Cut Muetia.
d. Dapat melaksanakan rencanakan tindakan asuhan kebidanan pada
kasus abortus inkomplit di RSUD Cut Muetia.
e. Dapat melaksanakan implementasi secara langsung.
C. MANFAAT
1. Manfaat Ilmiah
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan S1
Keperawatan Stikes Darussalam Lhokseumawe.
2. Manfaat Praktis
Hasil asuhan yang telah diberikan diharapkan dapat menjadi sumber
informasi untuk RS.
3. Manfaat Bagi Penulis
Merupakan pengalaman paling berharga bagi penulis, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan khususnya dalam
memberikan asuhan kebidanan pada Ny “S “ dengan abortus inkomplit.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam
uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan
dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
ostium uteri eksternum. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan
irreguler.
Abortus inkompletus yaitu pengeluaran produk konsepsi secara
spontan sebelum minggu ke 24 kehamilan (lebih sering terjadi minggu ke 8-
12, lebih jarang trimester II karena mungkin etiologinya berbeda). (Dr. M.
Hakim, Phd, keadaan darurat ginekologi umum).
B. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
beberapa faktor yang berpengaruh adalah :
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin
dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan,
gangguan pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi karena:
a. Faktor kromosom.
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk
kromosorn seks.
b. Faktor lingkungan endometritum.
Endometrium belurn siap untuk menerima implasi hasil konsepsi.
Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
c. Pengaruh luar
Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
2). Kelainan pada plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak
dapat berfungsi.
b. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes
melitus.
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga
menimbulkan keguguran.
3). Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan
janin dalam kandungan melalui plasenta:
a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis,
malaria, sifilis.
b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju
sirkulasi retroplasenter.
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit
hati, penyakit diabetes melitus.
4). Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai
keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus,
retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi,
amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya dapat berupa :
Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi.
Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).
Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang di anggap corpusglium, maka uterus akan berusaha
mengeluarkan dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan
ini di biarkan lama, serviks akan menutup kembali.
D. KOMPLIKASI
Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan syok akibat perdarahan hebat dan terjadinya infeksi akibat
retensi sisa hasil konsepsi yang lama didalam uterus.Sinekia intrauterin dan
infertilitas juga merupakan komplikasi dari abortus.
Berbagai kemungkinan komplikasi tindakan kuretase dapat terjadi,
seperti perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, evakuasi jaringan sisa
yang tidak lengkap dan infeksi. Komplikasi ini meningkat pada umur
kehamilan setelah trimester pertama. Panas bukan merupakan kontraindikasi
untuk kuretase apabila pengobatan dengan antibiolik yang memadai segera
dimulai.Komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan kuretase antara lain' :
Komplikasi Jangka pendek
1. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah,
bradikardi dan cardiac arrest.
2. Perforasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau dilatator. Bila
perforasi oleh kanula, segera diputuskan hubungan kanula dengan
aspirator. Selanjutnya kavum uteri dibersihkan sedapatnya. Pasien
diberikan antibiotika dosis tinggi. Biasanya pendarahan akan berhenti
segera. Bila ada keraguan, pasien dirawat.
3. Serviks robek yang biasanya disebabkan oleh tenakulum. Bila
pendarahan sedikit dan berhenti, tidak perlu dijahit.
4. Perdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi.
Pengobatannya adalah pembersihan sisa jaringan konsepsi.
5. Infeksi akut dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi. Pengobatannya
berupa pemberian antibiotika yang sensitif terhadap kuman aerobik
maupun anaerobik. Bila ditemukan sisa jaringan konsepsi, dilakukan
pembersihan kavum uteri setelah pemberian antibiotika profilaksis
minimal satu hari.
Komplikasi jangka panjang
Infeksi yang kronis atau asimtomatik pada awalnya ataupun karena
infeksi yang pengobatannya tidak tuntas dapat menyebabkan.
1. infertilitas baik karena infeksi atau tehnik kuretase yang salah sehingga
terjadi perlengketan mukosa (sindrom Asherman)
2. nyeri pelvis yang kronis.
E. PATOFISIOLOGI
Pada abortus terjadi perdarahan dalam aesidua basalls diikuti oleh
terjadinya nekrosis jaringan sekitarnya, ini menyebabkan hasil konsepsi
sebagian atau seluruhnya terlepas, hal ini akan menyebabkan uterus
berkontraksi yang akhirnya mengeluarkan isi rahim. Sebelum minggu ke 8
biasanya hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya.
Karena villichorialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam
decidua. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi chorialis menembus
decidua lebih dalam, sehingga umumnya placenta tidak dilepaskan secara
sempurna sehingga timbul banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke
atas umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah
janin, disusul dengan pengeluaran placenta secara lengkap yang telah
terbentuk. Perdarahan tak banyak bila placenta terlepas secara lengkap, telur
yang lahir dengan abortus mempunyai beberapa bentuk : ada kalanya berupa
telur kosong (bilighted ovum) yang berbentuk kantong amnion berisi air
ketuban tanpa bentuk yang jelas mungkin janin lahir mati atau dilahirkan
hidup.
Kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah berkesempatan
membeku antara decidua dan chorion maka terbentuklah mola cruenta. Bila
darah beku tersebut sudah seperti daging akan menjadi mola carnosa. Mola
tuberose bentuk yang memperlihatkan benjolan-benjolan yang disebabkan
hematom-hematom antar amnion dan chorion. Janin yang mati bila masih
sangat kecil dapat diabsorbsi dan hilang, bila sudah agak besar maka cairan
amnion diabsorbsi hingga janin tertekan (Foutes Compressus).
Kadang-kadang janin menjadi kering, mengalami murnifikasi hingga
menyerupai perkamen (Foetus Papyraceus). Kemungkinan janin yang tidak
cepat dikeluarkan terjadi naserasi : kulit terlupas, tengkorak menjadi lembek,
perut membesar karena berisi cairan dan tubuh janin kemerah-merahan.
F. KLASIFIKASI
Abortus dibagi atas 2 (dua) golongan :
1. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis ataupun medisinalis. Semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor
alamiah.
Abortus spontan dibagi atas :
a. Abortus Kompletus (keguguran lengkap)
Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus) sehingga
rongga rahim kosong.
b. Abortus Inkompletus (keguguran bersisa)
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal
adalah desidua (placenta).
c. Abortus Inciepiens (keguguran sedang berlangsung)
Abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan
ketuban yang teraba, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
d. Abortus Iminens (keguguran membakat)
Keguguran membakat dan akan terjadi, dalam hal ini keluarnya fetus
masih dapat dengan memberikan obat hormonal dan antispasmodic
serta istirahat.
e. Nissed abortion
Keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan
tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
f. Abortus habitualis
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 x
atau lebih.
g. Abortus Infeksionus dan abortus septic
Adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman
atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
2. Abortus provokatus (Induced Abortion)
Adalah abortus yang disengaja baik dengan memakai obat maupun alat-
alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis / perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 dokter ahli).
b. Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak
ilegal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
G. PENATALAKSANAAAN
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI
fisiologi atau RL dan selekas mungkin di tranfusi darah.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu
suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Ginekologi:
1. Inspeksi vulva
a. Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
b. Adakah disertai bekuan darah
c. Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
d. Adakah tercium bau busuk dari vulva
2. Pemeriksaan dalam speculum
a. Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
b. Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
c. Apakah tampak jaringan keluar ostium
d. Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Pemeriksaan dalam
a. Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
b. Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
c. Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia
kehamilan
d. Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
e. Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
f. Adakah terasa tumor atau tidak
g. Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang abortus
Tujuan : Kecemasan Ibu Berkurang
Tindakan :
Lakukan komunikasi terapetik dengan pasien
Berikan informasi tentang abortus
Yakinkan pasien tentang diagnose
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pendarahan pervaginam
Tujuan : infeksi dapat dicegah
Tindakan :
Observasi perdarahan
Observasi TTV
Lakukan tindakan sesuai prosedur aseptic
Kolaborasi pemberian obat antibiotic
3. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus,
perubahan dinding endometrium dan jalan lahir
Tujuan : nyeri berkurang
Tindakan :
Kaji skala nyeri
Anjurkan pasien untuk bedrest total
Berikan pasien posisi yang nyaman
Kolaborasi pemberian obat analgetik
4. Resiko syok hipofolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam
Tujuan : syok dapat dicegah
Tindakan :
Observasi perdarahanObservasi TTV
Anjurkan pasien untuk bedrest total
Kolaborasi pemberian obat anti koagulan
5. Berduka berhubungan dengan kehilangan
Tujuan : pasien dan keluarga tabah menghadapi kenyataan kehilangan
Tindakan :
Beri dorongan klien dan keluarga untuk dapat menerima
keadaan
Memotivasi pasien dan keluarga untuk tabah dan sabar
Bila berlebihan kolaborasi untuk konsultasi dengan psikolog
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Hari : Selasa Tanggal : 26 November 2013 Jam : 14.30 WIB Tempat :
RSUCM.
1. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. Marliah Nama : Tn.Supwandi
Umur : 29 tahun Umur : 35 tahun
Bangsa : Aceh / Indonesia Bangsa : Aceh/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat :Krung Geukuh Alamat : Krung Geukuh
2. Subyektif
1. Alasan datang : Ibu datang ke IGD dengan rujukan bidan , GIPOAO
hamil 7 minggu 6 hari dengan abortus inkomplit.
2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan merasakan sakit perut bagian bawah
dan perdarahan flek-flek tanggal 23 November 2013 dan tanggal 24
Nonember 2013 jam 18.00 wib ibu merasa mengeluarkan darah dari jalan
lahirnya.
3. Riwayat kesehatan :
a. Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (TBC,
AIDS, Hepatitis dan lain-lain) penyakit menurun (DM, Asma dan
lain-lain) penyakit menahun (penyakit jantung, penyakit ginjal dan
lain-lain).
b. Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (TBC,
AIDS, Hepatitis dan lain-lain) penyakit menurun (DM, Asma dan
lain-lain) penyakit menahun (penyakit jantung, penyakit ginjal dan
lain-lain).
c. Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah menderita
atau sedang menderita penyakit menular (TBC, AIDS, Hepatitis dan
lain-lain) penyakit menahun (penyakit jantung, penyakit ginjal dan
lain-lain).
4. Riwayat Menstruasi
HPHT : 15-5-2013
Menarche : 13 tahun
Siklus : teratur, 28 hari
Volume : ganti pembalut 2x sehari
Warna : merah tua
Lama : 27 hari
Konsistensi : cair, tidak bergumpal
Dismenorea : tidak
5. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Tanda-tanda kehamilan trimester I
Hasil tes kehamilan : sendiri tanggal 28 Desember 2008 dengan hasil
(+)
b. Pergerakan janin belum pernah dirasakan oleh ibu.
c. Keluhan yang dirasakan mual pada pagi hari, apabila setelah gosok
gigi.
d. Diet/makan : makan 3x sehari, porsi sedang dengan komposisi nasi,
lauk, sayur. Perubahan makan yang dialami : apabila makan terlalu
banyak ibu mengeluh nek
e. Pola eliminasi
BAB : 2x sehari, konsistensi lembek, warna kuning khas, tanpa
keluhan.
BAK : 4-5x sehari, warna kuning jernih, tanpa keluhan.
f. Pola aktivitas
Istirahat : tidur siang + 1 jam, tidur malam + 7-8 jam tanpa keluhan
Seksualitas : 2x seminggu, tanpa keluhan
Pekerjaan : melakukan pekerjaan rumah tangga dengan dibantu oleh
ibunya
g. Imunisasi
TTI tanggal : belum dilakukan
TTII tanggal : belum dilakukan
6. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu GIPOAO No Tgl/Thn
Persalinan Tempat pertolongan Usia kehamilan Jenis persalinan
Penolong Penyulit Anak Klmn BB TB.
7. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
Belum pernah
8. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan menikah 1 kali dengan suami sekarang. Pada waktu
menikah usia ibu 23 tahun, usia suami 23 tahun, lama usia perkawinan 1
tahun, pernikahannya syah menurut hokum dan agama.
9. Riwayat Psikososial
a. Apakah kehamilan ini direncanakan / diinginkan : ya
b. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan
nifas: tidak ada
c. Pengambilan keputusan : suami dan keluarga
d. Rencana bersalin di BPS
e. Jarak rumah dengan tempat rencana bersalin + 4 km.
3. Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Status emosional : stabil
BB sekarang : 46 kg
BB sebelum hamil : 46 kg
TB : 155 cm
Lila : 24 cm
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,2oC
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan leher
Kepala : Bentuk mesochepal, rambut bersih, tidak rontok dan tidak
berketombe.
b. Mata
Konjungtiva : Merah muda (tidak anemis)
Sklera : Putih (tidak ikterik)
c. Mulut dan gigi
Bersih, bibir tidak cyanosis, bibir tidak ada stomatis, gigi tidak ada
caries atau carang gigi.
d. Telinga :Simetris, tidak ada serumen, tidak ada tanda infeksi
e. Leher
Kelenjar lymfe : Tidak ada pembesaran
Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
Vena jugularis : Tidak ada bendungan
f. Dada
Jantung : Ritme jantung teratur
Paru-paru : Tidak ada wheezing tidak ada ronchi
g. Payudara
Pembesaran : Tampak membesar
Putting susu : Menonjol
Simetris : Simetris
Benjolan : Tidak ada
Rasa nyeri : Tidak ada
Striae : Tidak ada
Lain-lain / bekas luka operasi : tidak ada
h. Ketiak
Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
i. Punggung dan Pinggang
Posisi tulang belakang : Normal
Pinggang (nyeri ketuk) : Tidak ada
j. Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada
Hepatomegali : tidak ada
Splenomegali : tidak ada
Ginjal : tidak ada nyeri tekan / nyeri ketuk
k. Genetalia
Varices : tidak ada
Luka parut : tidak ada
l. Ektremitas
Oedema : tidak ada
Varices : tidak ada
Reflex patella : ada +/+
3. Pemeriksaan Obstetrik
a. Inspeksi
Payudara : Areola mamae hiperpigmentasi, colostrums belum keluar
Abdomen : tadak ada linea nigrae dan striae gravidarum
Genetalia : Ada pengeluaran pervaginam, tidak ada pembesaran
kelenjar bartholini, tidak ada abses batholini.
b. Palpasi
Palpasi Leopold
Leopold I : TFU 1 jari diatas sympisis
Leopold II : -
Leopold III : -
Leopold IV : -
TFU : -
TBJ : -
c. Auskultasi
DJJ : -
Ukuran panggul luar
Distansia spinarum : -
Distansia cristarum : -
Bodelouge : -
Lingkar panggul : -
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 26-11-2013
HB : 10,2 gr%
AL : 7700 /mm3
CT : 4 menit
BT : 4 menit
AT : 295.000 /mm3
HCT : 35,0 mg/dl
Ureum : 24 mg/dl
B. ANALISA MASALAH / DIAGNOSA
Ny.M, umur 29 tahun, GIPOAO. Hamil 7 minggu 6 hari dengan abortus
incomplit.
Data dasar :
Subyektif : - Ibu mengatakan bernama Ny. M, umur 29 tahun
- Ibu mengatakan hamil yang pertama, belum pernah melahirkan, dan belum
- pernah keguguran.
- Ibu mengatakan merasa hamil 2 bulan.
- HPHT 15-11-08.
- Ibu mengatakan merasakan sakit perut bagian bawah dan perdarahan flek-
flek tanggal 23 November 2013 dan tanggal 24 November 2013 jam 18.00
wib ibu.
merasa mengeluarkan darah dari jalan lahirnya.
Obyektif : - K/U : baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg, N : 80x/menit, pernafasan 24 x/menit, suhu 36,2 oC
- Palpasi Leopold
Leopold I : TFU 1 jari diatas sympisis
Leopold II : -
Leopold III : -
Leopold IV : -
- Auskultasi : DJJ : -
- Genetalia : ada pengeluaran pervaginam
C. DIAGNOSA POTENSIAL
- Perdarahan pervaginam
- Syok Hipovolemik
- Infeksi
D. TINDAKAN SEGERA
- Infus RL
- Kolaborasi dengan dokter SpOG : Curetase
E. PERENCANAAN
Tanggal : 26 November 2013
Jam : 19.30 WIB
1. Beritahu ibu dan suami/keluarga tentang hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan.
2. Beritahu ibu kondisi kesehatannya saat ini dan observasi KU dan TTV ibu.
3. Beritahu ibu bahwa keadaannya sekarang harus dirawat di rumah sakit
4. Kolaborasi keadaan ibu kepada dr. spesialis untuk terapi & tindakan
selanjutnya.
5. Observasi perdarahan pervaginam
6. Berikan dukungan moral kepada ibu agar tidak cemas dan ibu tenang
dengan cobaan yang sedang dialami
7. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat
8. Dokumentasikan tindakan
F. PELAKSANAAN
Tanggal : 26 November 2013
Jam : 19.45 WIB
1. Jam 19.45 WIB : Memberitahu ibu, suami dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan yang dilakukan bahwa ibu telah mengalami keguguran,
namun dalam hal ini kegugurannya belum bersih / belum keluar semua
sisa hasil konsepsinya/ sisa jaringan janin.
2. Jam 19.48 WIB : Memberitahu ibu tentang kondisinya saat ini, kondisi ibu
baik, dari hasil pemeriksaan didapatkan TD : 110/70 mmHg, N :
80x/menit, pernafasan 24 x/menit, suhu 36,2 oC.
3. Jam 19.50 WIB : Memberitahukan ibu bahwa kondisinya saat ini memang
ibu harus dirawat di rumah sakit, karena dengan kondisi seperi ini ibu
dapat mengalami perdarahan dari jalan lahir secara mendadak dan dapat
membahayakan kondisi kesehatan ibu, ibu juga harus benar-benar sehat
sebelum dilakukan tindakan.
4. Jam 20.00 WIB : Mengkolaborasikan keadaan ibu kepada dokter spesialis
kebidanan kandungan untuk tindakan selanjutnya atau pemberian therapy
selanjutnya yaitu pemberian gastrol 2 x ½ 5 mg dan calmox 3 x 500 mg.
Memberitahu ibu bahwa harus dilakukan tindakan sebagai penegak
diagnosa yaitu USG (ultra sonografi) untuk memastikan adanya sisa-sisa
jaringan. Memberitahu ibu bahwa besok (tanggal 09-01-09) harus
dilakukan tindakan curetase / membersihkan sisa-sisa jaringan hasil
konsepsi yang dilakukan oleh dokter spesialis. Menganjurkan ibu untuk
puasa sebelum dilakukan tindakan curetase + 4-6 jam, karena dari tindakan
curetase, sebelumnya akan dilakukan pembiusan yang obatnya bersifat
mempengaruhi system pencernaan dan pernafasan / menghindari
perpindahan sisa makanan, kedalam saluran pernafasan yang dapat
menyebabkan fatal bagi ibu.
5. Jam 20.15 WIB : Mengobservasi perdarahan pervaginam sebelum
tindakan
Curates dilakukan.
6. Jam 20.30 WIB : Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat karena besok
akan dilakukan tindakan evakuasi keguguran.
7. Jam 20.35 WIB : Memberi dukungan moral pada ibu agar tidak cemas dan
ibu dapat menerima cobaan ini dengan ikhlas, karena dikaruniai keturunan
adalah sebuah titipan yang sewaktu-waktu dapat diambil oleh Alloh SWT.
8. Jam 20.45 WIB : Mendokumentasikan semua hasil tindakan yang telah di
Dilakukan.
G. EVALUASI
Tanggal : 26 November 2013
1. Jam 19.47 WIB : Ibu, suami dan keluarga sudah mengetahui tentang hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Jam 19.49 WIB : Ibu tahu tentang kondisinya saat ini.
3. Jam 19.55 WIB : Ibu bersedia dirawat dirumah sakit sampai kondisi
Kesehatan membaik.
4. Jam 20.13 WIB : Kolaborasi dengan dokter spesialis sudah dilakukan
untuk tindakan yang harus dilakukan yaitu curetase. USG sudah dilakukan
: dengan hasil masih terdapat sisa jaringan. Ibu sudah mengetahui bahwa
besok (tanggal 9 Januari 2009) akan dilakukan tindakan curetase oleh
dokter specialis. Ibu bersedia untuk puasa + 4-6 jam sebelum
dilakukannya tindakan curetase.
5. Jam 20.17 WIB : Perdarahan pervaginam tidak ada.
6. Jam 20.33 WIB : Ibu bersedia istirahat.
7. Jam 20.38 WIB : Ibu cukup tenang dan tidak cemas dan ibu dapat
Menerima cobaan dengan sabr dan ikhlas.
8. Jam 20.48 WIB : Pendokumentasian semua hasil tindakan sudah
dilakukan.
H. PERENCANAAN
Tanggal : 27 November 2013
Jam : 06.00 WIB
1. Anjurkan ibu untuk mandi dan persiapan sebelum curtase
2. Beritahu ibu bahwa akan segera dilakukan tindakan curetase jam 12.00
wib
3. Beri dukungan moral pada ibu agar tidak cemas sebelum dilakukan
tindakan curetase
4. Berikan therapy zivilac 3x 250 mg dan calmox 3 x 500 mg
5. Observasi perdarahan pervaginam
6. Siapkan tindakan curetase (persiapan alat dan pasien)
7. Pindahkan pasien dari kamar rawat inap ke ruang tindakan curetase atau
Ruang VK
8. Kolaborasi dengan dokter specialis anestesi
9. Kolaborasi dengan dokter specialis obgyn untuk tindakan kuretase.
10. Observasi KU, TTV dan PPV ibu setelah dilakukan tindakan curetase
11. Bereskan alat habis pakai dan bereskan ibu dari kotoran dan darah,
12. Pindahkan pasien dari ruang tindakan ke ruang / kamar rawat inap.
13. Anjurkan ibu makan-makanan yang bergizi dan tidak ada pantangan
14. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat untuk memulihkan kondisi
Kesehatannya.
15. Beritahu ibu bahwa apabila kondisinya semakin membaik sore hari di
perbolehkan pulang.
16. Anjurkan ibu untuk tidak hamil alam waktu + 3-6 bulan setelah
keguguran.
17. Konseling pemakaian alat kontrasepsi pasca keguguran
18. Pasien diperbolehkan pulang dan anjurkan ibu kontrol 1minggu kemudian.
19. Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan.
I. PELAKSANAAN
Tanggal : 27 November 2013
Jam : 06.35 WIB
1. Jam 06.35 WIB : Menganjurkan ibu untuk mandi dan Ganti pakaian
sebelum curetase
2. Jam 06.40 WIB : Memberitahu ibu waktu tindakan yang akan dilakukan
Curatase yaitu pada jam 12.00 WIB.
3. Jam 06.45 WIB : Memberikan therapy zivilac 3x 250 mg dan calmox 3 x
500 mg
4. Jam 06.50 WIB : Memberikan dukungan moral pada ibu agar tidak cemas
sebelum dilakukan tindakan curetase
5. Jam 07.00 WIB : Mengobservasi perdarahan pervaginam
6. Jam 10.00 WIB : Memindahkan pasien dari kamar rawat inap ke ruang
Tindakan curatase atau VK
7. Jam 10.10 WIB : Menyiapkan tindakan curetase, persiapan alat dan pasien
8. Jam 11.55 WIB : Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anestesi
9. Jam 12.00 WIB : Mengobservasi dengan dokter spesialis obgyn untuk
Tindakan curatase.
10. Jam 12.25 WIB : Mengobservasi KU, TTV dan PPV ibu setelah dilakukan
tindakan curetase
11. Jam 12.30 WIB : Membereskan alat habis pakai dan bereskan ibu dari
kotoran dan darah, memakaikan pakaian bagian bawah dan memposisikan
pasien
12. Jam 12.45 WIB : Memindahkan pasien dari ruang tindakan ke ruang
kamar / kamar rawat inap
13. Jam 12.50 WIB : Menganjurkan ibu makan makanan yang bergizi dan
tidak ada pantangan
14. Jam 12.55 WIB : Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat
15. Jam 13.00 WIB : Memberitahu ibu bahwa apabila kondisinya semakin
Membaik, sore ini boleh pulang
16. Jam 13.10 WIB : Menganjurkan ibu untuk tidak hamil dalam waktu + 3-6
bulan setelah keguguran
17. Jam 13.15 WIB : Melakukan konseling pemakaian alat kontrasepsi pasca
Keguguran
18. Jam 15.30 WIB : Pasien diperbolehkan pulang dan anjurkan ibu kontrol
1minggu kemudian.
19. Jam 15.40 WIB : Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan.
J. EVALUASI
Tanggal : 27 November 2013
1. Jam 06.37 WIB : Ibu telah mandi dan telah berganti pakaian
2. Jam 06.43 WIB : Ibu telah tahu tindakan kuretase dilaksanakan jam 12.00
3. Jam 12.47 WIB : Terapi zivilac 3x 250 mg an kalmox 3 x 1 telah
diberikan
4. Jam 12.55 WIB : Ibu mengatakan kecemasannya telah berkurang
5. Jam 07.10 WIB : Perdarahan + 50 cc
6. Jam 10.05 WIB : Pasien telah dipindahkan dari kamar rawat inap ke
Ruangan tindakn kuratase
7. Jam 10.20 WIB : Persiapan alat dan pasien telah dilakukan
8. Jam 11.58 WIB : Kolaborasi dengan dokter spesialis anestesi telah
Dilakukan, dilakukan anastesi.
9. Jam 12.15 WIB : Kolaborasi dengan dokter spesialis telah dilakukan,
Persiapan pelaksanaan kuratase
10. Jam 12.27 WIB : Tanda-tanda vital
TD : 100/60 mmHg
N : 80 x/menit
KU : cukup
Kesadaran : composmentis
R : 20 x/menit
Terdapat pengeluaran pervaginam Lokhea Rubra
11. Jam 12.35 WIB : Alat-alat habis pakai telah dibuang ke tempat sampah,
tubuh ibu telah dibersihkan dari kotoran darah dan pakaian bawah ibu
telah diberikan, posisi ibu sudah dikembalikan seperti semula.
12. Jam 12.48 WIB : Pasien telah dipindahkan ke kamar rawat inap kembali
13. Jam 12.52 WIB : Ibu bersedia untuk makan makanan bergizi dan tidak ada
pantangan
14. Jam 12.57 WIB : Ibu bersedia untuk cukup istirahat demi memulihkan
kesehatannya.
15. Jam 13.05 WIB : Ibu telah tahu bahwa keadaannya telah membaik dan ibu
akan pulang nanti sore
16. Jam 13.13 WIB : Ibu telah tahu dan bersedia untuk tidak hamil dalam
waktu 3-6 bulan setelah keguguran
17. Jam 13.18 WIB : Konseling alat kontrasepsi pasca keguguran telah
diberikan dan ibu bersedia untuk KB
18. Jam 15.35 WIB : Pasien diperbolehkan pulang dan anjurkan ibu kontrol
1minggu kemudian.
19. Jam 15.45 WIB : Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan.
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Telah diuraikan kasus wanita 28 tahun, hamil muda 12-13 minggu
yang mengalami perdarahan pervaginam. Penatalaksanaan awal pada kasus
abortus adalah melakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum
pasien dan selanjutnya diperiksa apakah ada tanda-tanda syok. Untuk
mengurangi resiko perdarahan dan komplikasi lain yang mungkin timbul,
maka pada kasus abortus inkomplit ini dilakukan pengeluaran sisa jaringan
dengan kuretase, kemudian diberikan medikamentosa seperti golongan
uterotonika, antibiotika dan analgetik.
Dari hasil pemeriksaan klinis didiagnosa dengan abortus inkomplit.
Setelah dilakukan kuretase dan post kuretase keadaan penderita baik dan
dipulangkan 3 jam setelah kuretase. Penderita diberikan obat per oral yaitu
Amoxycillin 3x500 mg, Asam Mefenamat 3x500 mg, Metil Ergometrin 3x1
tablet dan Rob 2x1 tablet.
Penderita disarankan untuk kontrol ke poliklinik satu minggu
kemudian untuk mengetahui perkembangan penderita. Abortus inkomplit
yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi memberikan prognosis yang
baik.
B. SARAN
Bagi Institusi, diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di
perpustakaan sehingga mudah dalam pembuatan tugas.
Bagi rumah sakit, diharapkan data ini dapat menjadi referensi dalam
pembuatan asuhan keperawatan yang mengacu pada standar SNL
(Standard Nursing Language) yang dianjurkan, dan bisa diterapkan di
RSUCM.
DAFTAR PUSTAKA
Hanifah, Laily ( 2007 ). Aborsi Ditinjau Dari Tiga Sudut Pandang.
Kodim, Nasrin. Efideiologi Abortus yang Tidak Aman. Manuaba, Ida Bagus
Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Abortus dan kelainan Dalam
Tua Kehamilan, EGC. Jakarta : Indonesia
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal Perdarahan pada Kehamilan Muda. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka
Winkjosastro, HAnifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo