1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan RI dalam pencegahan dan
pengendalian DM dilakukan secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui
kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta. Dengan demikian
pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas
sektor yang terkait dengan DM di setiap wilayah merupakan kegiatan yang
penting dilakukan. Untuk itu pemahaman faktor risiko DM sangat penting
diketahui, dimengerti dan dapat diterapkan oleh para pemegang program,
pendidik, edukator maupun kader kesehatan dan masyarakat (Kemenkes RI,
2010).
Sejarah tentang penyakit DM dimulai sejak tahun 1550 SM, dimana
sarjana Ebers dari jerman mememukan papyrus Mesir Kuno yang
menggambarkan penyakit DM. penulis India menamainya dengan istilah
“penyakit kencing madu”. Hingga sekitar 200 tahun SM nama “Diabetes
Mellitus” diberikan oleh Aretaeu yang artinya penyakit dari saluran yang keluar
terus menerus seperti air pompa yang memiliki rasa manis karena adanya
kelainan yang menyangkut zat insulin (Sari 2012).
2
DM atau penyakit kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan
kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin baik absolute maupun relatif (Hasdianah, 2012)
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, life
expectancy bertambah, urbanisasi merubah pola hidup tradisional ke pola hidup
modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik berkurang. DM perlu
diamati karena sifat penyakit yang kronik progresi, jumlah penderita makin
meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan (Menkes, 2010).
Dampak DM yaitu dapat menjurus pada kebutaan, gagal ginjal dan kerusakan
syaraf.
Menurut survey yang di lakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO),
jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang,
jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, sedangkan urutan di
atas adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta).
Diperkirakan jumlah penderita DM akan meningkat pada tahun 2030 yaitu
India (79,4 juta), Cina,Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta).
Jumlah penderita DM tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia tercatat 175,4
juta orang, dan diperkirakan tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang, tahun 2020
menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang. (Menkes,2008)
(Hasdiana, 2012)
3
Di Indonesia berdasarkan penelitian epidemiologi didapatkan prevalensi
DM sebesar 1,5-2’3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan di
daerah urban prevalensi DM sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%.
prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan Negara maju,
sehingga DM merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Kriteria diagnosis DM diambil dari keputusan Organisasi kesehatan
Dunia (WHO) berdasarkan kadar glukosa yakni kadar gula atau gula dengan
atau yang melampau 11.1 mmol/ I dalam plasma darah vena yang diambil
sampelnya secara acak atau kadar gula puasa dengan atau yang melampau 7.8
mmol/ I dalam plasma darah vena. untuk mengetahui seseorang menderita
penyakit DM dapat melakukan tes TTGO, yakni tes toleransi glukosa oral.
sementara gula darah yang tinggi tidak selamanya terdiagnosa diabetes mellitus,
misalnya IFG (impaired fasing glucose) adalah kadar gula puasa yang
terganggu yakni gula darah setelah puasa 8-10 jam antara 100 mg/ dl sampai
kurang dari 126 mg/ dl. IGT (impaired glucose tolerance) adalah toleransi
glukosa terganggu yakni apabila TTGO, 2 jam sesudah minum 75 gram
glukosa, gula darah berada antara 140 mg/ dl kurang dari 200 mg/ dl (Sari,
2012).
Untuk menormalkan kadar glukosa, lemak dan insulin di dalam darah
serta memberikan pengobatan penyakit kronis langkah yang dilakukan terutama
Diet mengurangi kalori meningkatkan konsumsi vitamin, aktivitas fisik
4
olahraga teratur, pengelolaan glukosa dan meningkatkan kepekaan terhadap
insulin (Hasdianah, 2012).
Berdasarkan hasil surveilans penyakit tidak menular berbasis rumah sakit
di Sulawesi Selatan pada tahun 2009, DM menempati urutan terbesar ke lima
yaitu sekitar 4,99 % dari penyakit tidak menular terbesar lainnya.
Berdasarkan data RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa jumlah pasien
DM yang datang berkunjung pada tahun 2010 sebanyak 59 orang, 2011
sebanyak 129 orang, pada tahun 2012 sebanyak 141 orang, dan pada bulan
januari 2013 jumlah penderita DM yang datang berkunjung 18 orang.
Menurut menteri kesehatan RI (2010) DM dapat dicegah, segera
kendalikan faktor risiko sejak anak-anak agar tidak terjadi komplikasi yang
fatal, dengan cara mengkonsumsi sayur, buah dan membiasakan melakukan
aktifitas fisik. Untuk itu orang tua, institusi pendidikan formal maupun
informal, dan masyarakat memegang peranan penting dalam menurunkan angka
kesakitan akibat DM.
DM merupakan penyakit penyebab kematian nomor enam di Indonesia
dengan jumlah proporsi kematian sebesar 5,8 % setelah stroke, TB, Hipertensi,
cedera dan Perinatal (hasil Riskesdas tahun 2007). DM disebabkan karena
adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua–duanya di dalam
tubuh manusia. Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan tersebut
ada yang tidak diketahui (idiopatik) dan ada yang disebabkan oleh gaya
5
hidup/lifestyle seperti pola makan tidak sehat (kurang mengkonsumsi sayur dan
buah) serta kurangnya aktifitas fisik dan kegemukan (Kemenkes RI, 2010).
Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pentingnya diet pada penderita
DM masih kurang, akibatnya kalangan masyarakat masih banyak yang
mengabaikan pentingnya diet tersebut. selain itu juga akibat kurangnya
pengetahuan dapat mempengaruhi pola makan seseorang sehingga dapat
menyebabkan kegemukan dan kenaikan kadar glukosa darah (Ulfa Nurrahmani,
2012).
Hasil penelitian Soebadri, dkk (2003) menemukan bahwa 75% penderita
DM tidak menaati diet yang dianjurkan. Jumlah penderita DM yang disiplin
menerapkan program Diet hanya berkisar 23,9%. Hal ini menjadi salah satu
factor resiko memperberat terjadinya gangguan metabolisme tubuh sehingga
berdampak terhadap keberlangsungan hidup penderita DM.
Oleh karena itu Diet sangat penting dianjurkan bagi penderita DM karena
dengan melakukan diet, penderita DM dapat menurunkan kolesterol yang dapat
memicu timbulnya penyakit DM. selain itu, banyak kalangan masyarakat yang
masih belum tahu cara diet yang teratur pada penderita DM. maka dari itu
sangat dianjurkan untuk melakukan diet dengan cara mengatur pola makanan
yang berkarbohidrat karena mengandung serat yang tinggi (Ulfa Nurrahmani,
2012).
6
Merujuk dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran
pengetahuan keluarga tentang Diet diabetes mellitus di RSUD Syekh Yusuf
Kab.Gowa.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Diet
Makanan Rendah Glukosa dengan Penyembuhan Luka Diabetes Melitus di
RSUD Polewali Mandar?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh diet makanan
rendah glukosa dengan penyembuhan luka diabetes melitus di RSUD Polewali
Mandar?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam
mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan dilakukan tentang
gambaran pengetahuan keluarga tentang diet Diabetes Mellitus
2. Manfaat bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Rumah Sakit umum daerah
Polewali Mandar khusus kepada bagian Manajemen bidang Perawatan
7
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kepada pasien
secara umum dan bagi penderita Diabetes Mellitus pada khususnya.
3. Bagi Iptek
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dibidang kesehatan, khususnya mengenai perkembangan penyakit diabetes
malitus.
4. Manfaat bagi Pasien dan Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan bahan
bacaan bagi masyarakat, khususnya kepada pasien dan keluarga mengenai
gambaran pengetahuan keluarga tentang diet Diabetes Mellitus.
5. Bagi Institusi Pendidikan (Poltekkes Kemenkes Makassar)
Diharapkan dokumentasi hasil penelitian ini dalam bentuk karya tulis ilmiah,
dapat menambah referensi bacaan pada perpustakaan kampus Poltekkes
Kemenkes Makassar dan menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
secara umum maupun bagi mahasiswa jurusan ilmu kesehatan pada
khususnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Diabetes Mellitus
1. Definisi Diabetes Mellitus
DM merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar
glukosa darah melibihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormone insulin secara
relative maupun absolut. bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi
komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang,
baik mikroangiopati maupun makroangiopati (Darmono, 2007).
DM merupakan suatu gangguan kronis yang di tandai dengan
metabolisme karbpohidrat dan lemak yang relative kekurangan insulin. DM
yang utama di klasifikasikan menjadi diabetes mellitus tipe I Insulin
Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) dan tipe II Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit
menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
kekurangan hormone insulin secara relative maupun absolute (Hidayah,
2010).
9
DM adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam
kemampuan tubuh untuk berespons terhadap insulin dan/atau penurunan atau
tdk terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas. Kondisi ini mengarah
pada hiperglikemia, yang dapat memyebabkan terjadinya komplikasi
metabolik akut seperti ketoasidosi diabetik dan sindrom hiperglikemik
hiperosmolar non-ketosis (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat
menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan
mata) serta komplikasi neurepati. Diabetes juga berkaitan dengan suatu
peningkatan kejadian penyakit makrovaskular, termasuk infark miokard,
stroke, dan penyakit vascular perifer ( Brunner dan Suddarth, 2000 ).
Jenis-jenis Diabetes yaitu:
Diabetes tipe I Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
a) 5% sampai 10% penderita diabetic adalah tipe 1. sel-sel beta dari
pancreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh
proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol
kadar gula darah.
b) Awitan mendadak bisanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
Diabetes tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
a) 90% sampai 95% penderita diabetik adalah tipe 2. Komdisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadaap insulin
10
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan
insulin.
b) Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olahraga; jika
kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan
preparat hipeglikemik (suntikan insulin dibutuhkan jika preparat
oral tidak dapat mengontrol hipeglikemia).
c) Terjadi paling sering mereka yang berusia lebih dari 30 tahun
dan pada mereka yang obesitas.
Adapun Jenis Diabetes Mellitus dikelompokkan menurut
sifatnya:
a. Diabetes mellitus tergantung insulin
b. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin, terdiri penderita
gemuk dan kurus
c. Diabetes mellitus terkait malnutrisi
d. Diabetes mellitus yang terkait keadaan gejala tertentu seperti
penyakit pancreas, penyakit hormonal, obat-obatan/bahan
kimia, kelainan insulin/reseptornya, sindrom genetic dll.
(Hasdianah, 2012)
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai
dengan anjuran klasifikasi DM American Diabetes Association ( ADA ).
Klasifikasi etiologi DM, adalah sebagai berikut (Hasdianah, 2012).
11
a DM tipe 1 (insulin dependent)
DM tipe 1 atau disebut juga dengan insulin dependent (tergantung
insulin) adalah mereka yang menggunakan insulin oleh karena
tubuh tdk dapat menghasilkan insulin. Pada DM tipe 1, badan
kurang atau tidak menghasilkan insulin, terjadi karena masalah
genetik, virus atau penyakit autiumun.Injeksi insulin diperlukan
setiap hari untuk pasien DM tipe 1. diabetes tipe 1 disebabkan
oleh factor genetika (keturunan), factor imuologik dan factor
lingkungan.
b DM tipe 2 (insulin requirement)
DM tipe 2 atau disebut juga dengan insulin requirement
(membutuhkan insulin) adalah mereka yang membutuhkan insulin
sementara atau seterusnya. Pankreas tidak menghasilkan cukup
insulin agar kadar gula normal, oleh karena badan tidak dapat
respon terhadap insulin. penyebabnya tidak hanya satu yaitu
akibat resistensi insulin yaitu banyaknya jumlah insulin atau
karena gangguan sekresi atau produksi insulin. DM tipe 2
menjadi semakin umum oleh karena faktor resikonya yaitu
obesitas dan kekurangan olahraga. Faktor yang mempengaruhi
timbulnya DM yaitu usia lebih dari 65 tahun.
c Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose
tolerance, GIGT dan gestational diabetes mellitus, GDM.
12
Diabetes tipe ini menjangkit wanita yang tengah hamil. lebih
sering menjangkit di bulan ke enam masa kehamilan. Resiko
neonatal yang terjadi keanehan sejak lahir seperti berhubungan
dengan jantung, system nerves yang pusat, dan menjadi sebab
bebtuk cacat otot atau jika GDM tidak bias dikendalikan bayi yang
lahir tidak normal yakni besar atau disebutnya makrosomia yaitu
berat badan bayi diatas 4 kg. Untuk mengendalikannya diabetes
harus mendapatkan pengawasan semasa hamil, sekitar 20-25%
dari wanita penderita GDM dapat bertahan hidup (Sari, 2012).
- Klasifikasi Penyakit Diabetes Mellitus berdasarkan perawatan dan
simtoma
a) Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidasis hingga rusaknya
sel beta di dalam pancreas yang disebabkan autoimunitas, dan bersifat
idiopatik. DM dengan pathogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau
defidiensi mitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
b) Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin,
seringkali disertai dengan sindrom resistensi insulin.
- Klasifikasi Malnutrion-Related Diabetes mellitus (MRDM).
Tidak lagi digunakan oleh karena, walaupun malnutrisi dapat
mempengaruhi ekspresi beberapa tipe diabetes, hingga saat in belum
ditemukan bukti bahwa malnutrisi atau defisiensi protein dapat
menyebabkan diabetes. subtipe MRDM, protein-deficient pancreatic
13
diabetes mellitus, PDPDM, PDDM, masih dianggap sebagai bentuk
malnutrisi yang diinduksi oleh diabetes mellitus sedangkan subtype lain,
fibrocalculous pancreatic diabetes, FCPD, diklasifikasikan sebagai
penyakit pancreas aksokrin pada lintasan fibrocalculous pancreatopathi
yang menginduksi DM.
- Klasifikasi impaired glucose tolerance IGT
Didefinisikan sebagai tahap dari cacat regulasi glukosa, sebagai mana
dapat diamati pada seluruh tipe kelainan hiperglisemis namun tidak lagi
dianggap sebagai diabetes.
- Klasifikasi impaired fasting glycaemia IFG
Diperkenalkan sebagai simtoma rasio gula darah puasa yang lebih tinggi
dari batas atas rentang normalnya, tetapi masih di bawah rasio yang
ditetapkan sebagai dasar diagnose diabetes.
3. Gejala Dan Tanda Diabetes Mellitus
a Gejala Akut Penyakit DM
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi
bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.
(Hasdianah, 2012)
1. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poly),
yaitu:
a. Banyak makan (polyphagia).
14
b. Banyak minum (polydipsia).
c. Banyak kencing (polyyuria).
2. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala:
a. Banyak minum.
b. Banyak kencing.
c. Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat
(turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu).
d. Mudah lelah.
e. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita
akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik.
b Gejala Kronik DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah sebagai
berikut:
a. Kesemutan.
b. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
c. Rasa tebal di kulit.
d. Kram.
e. Capai.
f. Mudah mengantuk.
g. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.
h. Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
15
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun,
bahkan ipotensi.
j. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
Diagnosis Diabetes Mellitus
Kriteria diagnostik DM menurut PERKIN, 2006 atau yang dianjurkan
ADA (American Diabetes Mellitus) yaitu bila terdapat salah satu atau lebih hasil
pemeriksaan gulah darah di bawah ini (Hasdianah, 2012)
1) Kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl
2) Kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl
3) Kadar plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam
Kriteria diagnosis DM menurut keputusan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) berdasarkan kadar glukosa yakni kadar gula atau gula dengan atau gula
yang meampau 11.1 mmol1 dalam plasma darah vena yang di ambil sampelnya
secara acak atau kadar gula puasa dengan atau yang melampau 7.8 mmol/I dalam
plasma darah vena (Sari, 2012).
Untuk mengetahui seseorang menderita penyakit DM atau tidak melakukan
tes TTGO, yakni tes tolerasi glukosa oral. yakni dilakukan dengan cara:
1. Puasa 10 jam, misalnya dari 21.00 sampai 06.00
16
2. Pagi hari pengambilan darah
3. Minum larutan glukosa 75 gram dengan syarat tidak diperbolehkan
makan atau minum apa-apa.
Sementara hasilnya dapat berupa:
Kadar gula darah sesudah puasa selama 8-10 jam lebih dari
126 mg/dl.
TTGO kadar gula darah 2 jam sesudah minum 75 gram
glukosa lebih dari 200 mg/dl.
Sementara gula darah yang tinggi tidak selamanya terdiagnosa DM seperti,
IFG (imfaired fasing glucose) adalah kadar gula puasa yang terganggu
yakni gula darah setelah puasa 8-10 jam antara 100 mg/dl sampai kurang dari
126 mg/dl.
IGT (impaired glucose tolerance) adalah toleransi glukosa terganggu yakni
apabila TTGO, 2 jam sesudah minum 75 gram gukosa, gula darah berada antara
140 mg/dl sampai kurang dari 200 mg/dl.
4. Patogenesis Diabetes Mellitus
DM merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin
secara relative maupun absolute. Defesiensi insulin dapat terjadi melalui 3
jalan, yaitu (Hasdianah, 2012) ;
a.Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia
tertentu, dll).
b.Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
17
c.Desensitas/kerusakan reseptor insulin (down reguatoon) di jaringan
perifer.
Apabila di dalam tubuh terjadi kekurangan insulin, maka dapat
mengakibatkan:
a. Menurunnya transport glukosa melalui membram sel, keadaan ini
mengakibatkan sel-sel kekurangan makanan sehingga meningkatkan
metabolisme lemak dalam tubuh. Manifestasi yang muncul adalah
penderita DM selalu merasa lapar atau nafsu makan meningkat
”poliphagia”.
b. Menurunnya glikogenesis, dimana pembentukan glikogen dalam hati
dan otot terganggu.
c. Meningkatnya pembentukan glikolisis dan glukoneogenesis, karena
proses ini disertai nafsu makan meningkat atau poliphagia sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya hiperglikemi. Kadar gula darah tinggi
mengakibatkan ginjal tidak mampu lagi mengabsorpsi dan glukosa
keluar bersama urin, keadaan ini yang disebut glukosuria. Manifestasi
yang muncul yaitu penderita sering berkemih atau poliuria dan selalu
merasa haus atau polidipsia.
5. Faktor Resiko DM
Faktor-faktor risiko terjadinya DM tipe 2 menurut ADA dengan modifikasi
terdiri atas :
a. Faktor risiko mayor :
18
1) Riwayat keluarga DM.
2) Obesitas.
3) Kurang aktivitas fisik.
4) Ras/Etnik.
5) Sebelumnya teridentifikasi sebagai glukosa puasa terganggu.
6) Hipertensi.
7) Kolestrol tidak terkontrol.
8) Riwayat DM pada Kehamilan.
9) Berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23 kg/m2).
b. Faktor risiko lainnya :
Menurut Hasdianah, (2012) factor resiko lainnya pada pasien DM
adalah:
1) Faktor nutrisi.
2) Konsumsi alkohol.
3) Kebiasaan mendengkur.
4) Faktor stress.
5) Kebiasaan merokok.
6) Jenis kelamin.
7) Lama tidur.
8) Intake zat besi.
19
9) Konsumsi kopi dan kafein.
10) Paritas.
11) Intake zat besi.
6. Komplikasi Akibat DM
Komplikasi akibat DM dapat bersifat akut atau kronis. Komplikasi akut
terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau menurun tajam
dalam waktu relative singkat. Kadar glukosa darah biasa menurun drastik
penderita mejalani diet yang terlalu ketat. Perubahan yang besar dan mendadak
dapat merugikan. Komplikasi kronis berupa kelainan pembuluh darah yang
akhirnya bias menyebabkan serangan jantung, ginjal, saraf, dan penyakit berat
lain (Sari, 2012).
Komplikasi-komplikasi pada DM dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi akut terdiri dari dua bentuk yaitu hipoglikemia dan
hiperglikemia. Hiperglikemia dapat berupa, Keto Asidosis Diabetik (KAD),
Hiperosmolar Non Ketotik (HNK) dan Asidosis Laktat (AL). Hipoglikemi
yaitu apabila kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg % dan gejala yang
muncul yaitu palpitasi, takhicardi, mual muntah, lemah, lapar dan dapat
terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Hiperglikemi yaitu apabila kadar
gula darah lebih dari 250 mg % dan gejala yang muncul yaitu poliuri,
polidipsi pernafasan kussmaul, mual muntah, penurunan kesadaran sampai
koma.
20
KAD menempati peringkat pertama komplikasi akut disusul oleh
hipoglikemia. Komplikasi akut ini masih merupakan masalah utama, karena
angka kematiannya cukup tinggi. Kematian akibat KAD pada penderita DM
tahun 2003 di negara maju berkisar 9 – 10%. Data komunitas di Amerika
Serikat, Rochester dikutip oleh Soewondo menunjukkan bahwa insidens
KAD sebesar 8 per 1000 pasien Diabetes mellitus per tahun untuk semua
kelompok umur.
b. Komplikasi Metabolik Kronik
Komplikasi kronik pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah
di seluruh bagian tubuh (Angiopati diabetik).
Angiopati diabetik untuk memudahkan dibagi menjadi dua yaitu:
makroangiopati (makrovaskuler) dan mikroangiopati (mikrovaskuler), yang
tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus
bersamaan. Menurut Hasdinah (2012) Komplikasi kronik DM yang sering
terjadi adalah sebagai berikut:
a.Mikrovaskuler :
1) Ginjal.
2) Mata.
b.Makrovaskuler :
1) Penyakit jantung koroner.
21
2) Pembuluh darah kaki.
3) Pembuluh darah otak.
c.Neuropati: mikro dan makrovaskulerMudah timbul ulkus atau infeksi :
mikrovaskuler dan
d.makrovaskuler.
7. Penatalaksanaan DM
Tujuan utama dari pengobatan adalah untuk mencoba menormalisasi
aktivitas insulin dan kadar gula darah untuk menurunkan perkembangan
komplikasi neuropati dan vaskuler. tujuan terapeutik pada masing-masing tipe
diabetes adalah untuk mencapai kadar glukosa darah (eugglikemia) tanpa
mengalami hipokglikemiadan tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari pasien
dengan serius (Brunner & suddarth, 2000).
Tujuan pengelolaan DM adalah:
a. Tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala/keluhan dan
mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian darah.
b. Tujuan jangka panjang yaitu mencegah komplikasi, mikroangiopati dengan
tujuan menurunkan mortalitas dan morbidita (Hasdianah, 2012).
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes (Brunner & suddarth,
2002):
22
1) Diet
2) Latihan
3) Pemantauan
4) Terapi (jika diperlukan)
5) Pendidikan
Prinsip pengelolaan DM, meliputi:
a Penyuluhan
Tujuan penyuluhan yaitu meningkatkan pengetahuan diabetisi
tentang penyakit dan pengelolaanya dengan tujuan dapat merawat
sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah
komplikasi lebih lanjut. penyuluhan meliputi;
1) Penyuluhan untuk pencegahan primer
Ditujukan untuk kelompok resiko tinggi.
2) Penyuluhan untuk pencegahan sekunder
Ditujukan pada diabetisi terutama pada pasien yang baru.
3) Penyuluhan untuk pencegahan tersier
Ditujukan pada diabetisi lanjut.
b Diet DM
8. Pengobatan DM
Jika diabetisi telah menerapkan pengaturan makan dan kegiatan
jasmani yang teratur namun pengendalian kadar gula darah belum tercapai
23
maka dipertimbangkan pemberian obat. Obat hipoglikemi oral (OHO) dan
insulin.
Pemberian obat Hipoglikemi oral di berikan kurang lebih 30 menit
sebelum makan. pemberian insulin biasanya diberikan lewat penyuntikan di
bawah kulit (subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan secara intravena
atau intramuskuler. mekanisme kerja insulin short acting, medium acting dan
long acting (Hasdianah, 2012)
9. Pemantauan Pengendalian Diabetes Dan Pencegahan Komplikasi
Tujuan pengendalian DM adalah menghilangkan gejala, memperbaiki
kualitas hidup, mencegah komplikasi akut dan kronik, mengurangi laju
perkembangan komplikasi yang sudah ada. pemantauan dapat dilakukan dengan
pemeriksaan glikosa darah puasa dan 2 jam post prandial, pemeriksaan HbA1C
setiap 3 bulan, pemeriksaan ke fasilitas kesehatan kurang lebih 4x pertahun
(kondisi normal) dan dilakukan pemeriksaan jasmani lengkap, albuminuria
mikro, kreatinin, albumin globulin, ALT, kolesterol total, HDL, trigliserida, dan
pemeriksaan lain yang diperlukan.
B. Tinjauan Tentang Diet Nutrisi Pada Pasien DM
Pengetahuan tentang Diet
Tingkat pengetahuan tentang pentingnya diet pada penderita diabetes
juga masih kurang akibatnya masih banyak yang mengabaikan pentingnya
24
diet tersebut. selain itu juga akibat kurangnya pengetahuan dapat
mempengaruhi pola makan seseorang sehingga dapat menyebabkan
kegemukan dan kenaikan kadar glukosa darah (Ulfa Nurrahmani, 2012).
Diet sangat penting dianjurkan oleh penderita diabetes karena dengan
melakukan diet, penderita diabetes dapat menurunkan kolesterol yang dapat
memicu timbulnya penyakit diabetes. selain itu, banyak kalangan masyarakat
yang masih belum tahu cara diet yang teratur pada penderita diabetes. maka
dari itu sangat dianjurkan untuk melakukan diet dengan cara mengatur pola
makanan yang berkarbohidrat karena mengandung serat yang tinggi (Ulfa
Nurrahmani, 2012).
Dalam diet DM yang perlu diketahui adalah harus dapat memenuhi
kebutuhan gula tubuh. Kunci diet DM adalah memilih karbohidrat yang aman,
semua karbohidrat halus (misalnya: gula, tepung, roti manis, biscuit, permen,
sirup dan makanan ringan) harus dihindari dan disertai dengan makanan
lengkap yaitu: buah, sayur, kacang, dan makanan lainnya yang belum diproses
yang efektif untuk memperbaiki resistensi insulin (Hans Tandra, 2009).
Pemenuhan nutrisi diabetes tidaklah seperti individu normal yang bebas
memilih makanan apa saja yang masuk kedalam perutnya. Penderita DM tentu
saja memiliki pantangan memakan makanan yang mengandung banyak gula
serta mengurangi komsumsi lemak karena di khawatirkan membuat gula
darah melebihi batas normal. Sementara untuk menunjang asupan nutrisi
diabetes harus melakukan diet yang terbagi kedalam 2 jenis. Diet tipe A dan
25
diet tipe B. Diet tipe A trdiri dari 40-50% karbohidrat, 30-35% lemak, dan 20-
25% protein. Diet tipe B trdiri dari 68% karbohidrat, 20% lemak, dan 12%
protein. selain melakukan diet, Jadwal makan diabetes pun dianjurkan untuk
sering dengan porsi sedang agar asupan nutrisi sepanjang hari seimbang.
Menurut Sari, (2012) Berikut ini contoh menu diet B terdiri dari:
Nasi 65,49g
Lemak 45,89g
Karbohidrat 377,45g
Kolestrol 112,5mg
Makan Pagi (Pukul 06.30)
Nasi 110g
Daging 25g
Tempe 25g
Sayuran A 100g
Sayuran B 25g
Minyak goreng 5g
Selingan (pukul 09.30)
Pisang 200g
makan siang (pukul 12.30)
Nasi 150g
26
Daging 40g
Tempe 25g
Sayuran A 100g
Sayuran B 50g
Minyak Goreng 10g
Selingan (Pukul 15.30)
Pisang 200g
Papaya 100g
Makan Malam (Pukul 18.30)
Nasi 150g
Daging 25g
Tempe 25g
Sayuran A 100g
Sayuran B 50g
Minyak Goreng 10g
Selingan (Pukul 21.30)
Pisang Atau Kentang 200g
Papaya 100g
Golongan sayuran A yaitu Bayam, buncis, kacang panjang, jagung muda,
labu siam, wortel, pare dan nangka muda. Sedangkan golongan sayuran B
yaitu Kembang kol, jamur, seledri, tauge, mentimun, gambas, cabai hijau,
labu air, terong, tomat dan sawi.
27
Tujuan diet pada DM adalah mempertahankan atau mencapai berat badan
ideal, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencegah
komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas hidup.
Penderita DM didalam melaksanakan diet harus memperhatikan (3 J),
yaitu: jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti, dan
jenis makanan yang harus diperhatikan.
JI : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
JII : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
JIII : jenis makanan yang manis harus dihindari penentuan jumlah kalori
diit DM harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi
dilakasanakan dengan menghitung percentage of relative body weight
( BBR= berat badan noemal ) dengan rumus :
BBR =BB(kg)
TB ( cm )−100× 100 %
1. Kurus (underweight) : BBR < 90 %
2. Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
3. Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
4. Obesitas, apabila : BBR 120 – 130 %
Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
28
Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
obesitas berat : BBR 140 – 200 %
Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk
penderita DM yang bekerja biasa adalah :
1) Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
2) Normal : BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas : BB X 10 -15 kalori sehari (M.Clevo
Rendi,Margareth TH,2012)
Komposisi makanan yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
seimbang ( 45-60% , protein ( 10-15% ), lemak ( 20-25% ), garam (≤3000 mg
ata u 6-7 gr perhari), dan serat ( ± 25 gr/hr ).
jenis buah-buahan yang dianjurkan adalah buah golongan B (salak, tomat,
dll) dan yang tidak dianjurkan golongan A (nangka, durian, dll), sedangkan
sayur yang dianjurkan golongan A (wartel, nangka muda, dll) dan tidak
dianjurkan golongan B (taoga, terong, dll) (Hasdianah, 2012)
Prinsip diet DM, adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
29
b. Jadwal diet ketst
c. jenis : boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.
1) Diit DM I :1100 kalori
2) Diit DM II :1300 kalori
3) Diit DM III :1500 kalori
4) Diit DM IV :1700 kalori
5) Diit DM V :1900 kalori
6) Diit DM VI :2100 kalori
7) Diit DM VII :2300 kalori
8) Diit DM VIII :2500 kalori
1. Prinsip-Prinsip Perencanaan Diet
Suatu riwayat mengenai nutrisi harus mengcakup tentang asupan makanan
pasien dan pola makan yang berhubungan dengan anjuran diatas, beberapa
perubahan kecil dapat dilakukan. Biasanya dikatakan bahwa diet yang dibutuhkan
oleh penderita diabetic sama seperti yang dibutuhkan oleh semua orang. Namun,
kebanyakan orang Amerika menyatakan hal tersebut perlu untuk merubah
kebiasaan pola makan untuk menguragi keadaan hiperlikimia dan untuk
mempertahankan kadar gula darah dan mempertahankan berat badan ideal.
Perencanaan makanan yaitu :
30
Kebutuhan kalori, tahap pertama dalam mempersiapkan perencanaan
makanan adalah mendapatkan riwayat diet untuk mengidentifikasi kebiasaan
makan pasien dan gaya hidupnya
Distribusi kalori, Rencana makan bagi penyandang diabetes juga
memfokuskan presentase kalori yang berasal dari karbohidrat, protein dan
lemak. ada dua tipe karbohidrat yang utama yaitu, karbohidrat kompleks dan
sederhana. Pati seperti roti, sereal, nasi dan pasta merukan karbohidrat
kompleks. buah yang manis dan gula merupakan contoh karbohidrat
sederhana. Perhimpunan Diabetes Amerika dan persatuan diabetic Amerika
merekomendasikan bahwa untuk semua tingkat asupan kalori, maka 50%
hingga 60% kalori berasal dari karbohidrat, 20% hingga 30% dari lemak dan
12% hingga 20% lainnya dari protein. Rekomendasi ini juga konsisten
dengan rekomendasi dari The American Heart Association dan American
Cancer Society.
Karbohidrat, Tujuan diet ini adalah meningkatkan komsumsi
karbohidrat kompleks (khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum
utuh, nasi beras, sereal dan pasta/mi yang berasal dari gandum yang masih
mengandung bekatul.
Lemak, Rekomendasi tentang kandungan lemak dalam diet diabetes
mencakup penurunan persentase total kalori yang berasal dari sumber lemak
hingga kurang dari 30% total kalori dan pembatasan jumlah lemak jenuh
hingga 10% total kalori. Rekomendasi ini dapat membantu mengurangi
31
factor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol serum yang berhubungan
dengan proses terjadinya penyakit koroner yang merupakan penyebab utama
kematian dan ketidakmampuan diantara Para penderita Diabetes.
Protein, Rencana makan dapat mencakup penggunaan beberapa
makanan sumber protein nabati (misalnya, kacang-kacangan dan biji-bijian
yang utuh) untuk membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak
jenuh. Disamping itu, rekomendasi untuk mengurangi jumlah asupan protein
dapat diberikan kepada pasien dengan tanda-tanda dini penyakit ginjal.
Tabel 28-7. Contoh pengubahan makanan.
Produk Makanan CHO (gr)Lemak
(gr)Ekivalen
Susu dan Produknya
Skim
12 Kecil 1 C skim atau susu non
lemak
Rendah lemak (2%) 12 5 1 C yogurt
Seluruhnya 12 8 1/2 C susu kental
tanpapemanis (evaporated)
Sayuran tak berserat 5 2 1/2 C asparagus, wortel
terung, tomat, dsb.
Buah-buahan 15 - 1 bh. apel kecil
1/3 C sari apel
1/2 pisang
32
1/2 jeruk besar
Roti dan tepung 15 Sedikit 1 Kerat roti
½ roti kering
1 tortila
½ hamburger
2 biskuit
15 keripik kentang
¾ sereal tanpa gula
Daging
Daging tanpa lemak
- 3 ¼ C keju lembut (kering)
1 oz daging sapi atau ikan
tanpa lemak
¼ C tuna
Lemak sedang - 5 1 oz daging sapi giling
(15% lemak), atau daging
sapi rebus
¼ C tuna
½ C keju lembut (berupa
krim)
Tinggi lemak - 8 1 sdm mentega kacang
1 oz daging sapi giling iga
babi atau daging ham
33
bumbu
1 oz keju cedar
1 oz sosis
Lemak - 5 1 sdt margarine tau mentega
1 pt dendeng
1 sdm bumbu salad
Makanan bebas (kol,
salada)
- - Minuman bebas kalori
Agar-agar tanpa pemanis
dan lain-lain, seperlunya
Dikutip dari American Diabetes Association, Inc: America Diabetes
Association and National Institutes of Health, US Public Health Service
exchange lists for meal planning, Chicago, 1986, The Association.
Tabel 28-8. Contoh 2 buah perencanaan menu dengan menggunakan
daftar makanan pengganti.
Menu 1 Menu 2
Perubahan Makan Pagi Makan Pagi
1 Buah
1 Susu (skim)
½ gelas sari jeruk
1 gelas susu skim
¼ kantalope
1 gelas susu skim
34
3 Roti
2 Lemak
1 telur rebus
1 roti bakar, ½ C
2 sdt margarins
1 telur dadar
1 kue, ½ C kulit padi
bubur gandum
2 sdm margarine
Makan Siang Makan Siang
1 Buah
1 Susu (skim)
2 Daging (lemak
sedang)
1 Buah peach
1 gelas susu skim
Sandwich tuna-salad
(1/4 tuna, 2pt. roti, 3 sdt
mayones, dan selada)
½ pisang
1 gelas susu skim
1 cheeseburger
Macdonald
(2 roti, 2 daging)
Makanan Ringan Sore Makanan Ringan Sore
1 Roti
1 Buah
6 Buah biscuit tipis
1 Apel
Pretzeis
Anggur
Makan Malam Makan Malam
1 Buah
1 Sayuran
4 Daging (tanpa lemak)
1 susu (skim)
2 Roti
1 roll
3 Lemak
1,25 C Strawberi
1 C kacang polong
4oz steak bulat
1 Gelas susu skim
1 kentang bakar kecil
1 roll
1 sdm krim asam / 2 sdt
0,75 C Nenas
Beberapa potong tomat
4 oz ayam (rebus)
1 gelas susu krim
2 kerat roti
1 sdt mayones / 2 sdt
35
mentega mentega
Makanan Ringan
Malam
Makanan Ringan
Malam
1 Roti
1 Daging
3 Buah wafer
1 oz keju rendah lemak
6 Biskuit asin
0,25 keju lembut rendah
lemak
Dikutip dari American Diabetes Associston, Inc,:American Diabetess and
National Institutes of Health, U.S Public Health. Service exchange list for
mealplanning, Chicago, 1976, The Association.
2. Sistem Untuk Mempelajari Kebutuhan Diet
Cara yang paling sederhana ialah menyiapkan pasien dengan rencana diet
sederhana untuk setiap waktu makan yang dapat digunakan sampai mereka mampu
belajar dan memilih lebih banyak pilihan. Rencana untuk makan siang terdiri dari :
4 oz jus jeruk
1 mangkuk cereal kering atau matang
1 iris roti bakar dengan I sendok the memtega
1 mangkuk susu 2%
kopi
36
3. Penatalaksanaan Diit
Tujuan yang paling penting dalam penatalaksanaan diet bagi penderita DM
adalah pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau mempertahankan
berat badan yang sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah ((Brunner dan
Suddarth, 2002 ).
Penatalaksaan diet yaitu :
a) Kelompokkan semua unsur makanan yang penting (mis., vitamin, mineral)
b) Pencapaian dan pemeliharaan berat badan ideal; pemenuhan kebutuhan
energi.
c) Pencegahan fluktuasi kadar gula darah sehari-hari yang luas; pertahankan
sedekat dan seaman mungkinpada kadar gula normal.
d) Kurangi kadar lemak darah, jika terjadi peningkatan.
e) Pasien yang membutukan insulin untuk membantu mengontrol kadar gula
kadarnya harus mempertahankan konsistensi dalam jumlah kalori dan
karbohidrat yang dimakan pada waktu makan yang berbeda.
f) Untuk pasien obesitas (terutama diabetes tipe II) penurunan berat badan
merupakan kunci keberhasilan pengobatan dan factor pencegahan utama
untuk perkembangan diabetes (Brunner dan Suddarth, 2000 ).
4. Faktor-Faktor Yang Menentukan Kebutuhan Kalori Antara Lain :
a) Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pria sebesar 30 kal/kg BB dan wanita sebesar 25 kal/kg BB.
37
b) Umur
Diabetesi di atas 40 tahun kebutuhan kalori dikurangi yaitu usia 40-59 tahun
dikurangi 5%, usia 60-69 tahun dikurangi 10%, dan lebih 70 tahun dikurangi
20%.
c) Aktifitas fisik
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.
Aktifitas ringan ditambahkan 20%, aktifitas sedang ditambahkan 30%, dan
aktifitas berat dapat ditambahkan 50%.
d) Berat badan
Bila kegemukan dikurangi 20-30% tergantung tingkat kegemukan. Bila kurus
ditambah 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan kebutuhan BB.
e) Kondisi khusus
Penderita kondisi khusus, missal dengan ulkus diabetika atau infeksi, dapat
ditambahkan 10-20%.
Latihan fisik (Olahraga) tujuan olahraga adalah untuk meningkatkan
kepekaan insulin, mencegah kegemukan, memperbaiki aliran darah,
merangsang pembentukan glikogen baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Olahraga meliputi empat prinsip :
1) Jenis olahraga dinamis yaitu latihan kontinyu, ritmis, interval, progresif
dan latihan daya tahan.
38
2) Intensitas Olahraga, takaran latihan sampai 72-87% denyut nadi
maksimal disebut zona latihan. Rumus Denyut nadi maksimal adalah 220
dikurangi usia (dalam tahun). Lamanya latihan kurang lebih 30 menit.
3) Frekwensi latihan paling baik 5X per minggu (Hasdianah, 2012)
5. Kebutuhan kalori
1. kebutuhan kalori dasar, rujuk pada pertimbangan usia, jenis kelamin, berat
badan, dan tingkat aktifitas.
2. Penurunan berat badan jangka panjang dapat dicapai dengan diit kalori antara
1000 dan 1200 kalori., rekomendasi yang lebih realistis besrkisar antara 1200
sampai 1500.
3. The Amerika Diabetes and America Diabetic Association menganjurkan
bahwa untuk semua tingkat masukan kalori, 50% sampai 60% kalori
didapatkan dari karbohidrat, 20% sampai 30% dari bentuk lemak, dan sisanya
12% sampai 20 dari protein.
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan
mungkin terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri sendiri
maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.
39
Pengertian itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana di
harapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya.
Menurut Sunaryo (2004) Pengetahuan adalah domain terpenting bagi
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang disadari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan.
Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk
objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman sendiri.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2003, pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur
dari subyek penelitian atau responden yang mencakup 6 (enam) tingkatan
yaitu:
a. Tahu
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat II yaitu
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari semua bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami
40
Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
secara benar.
c. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi yang real (kenyataan).
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu
obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru yang
ada.Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
kepada suatu materi atau obyek yang didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
a. Faktor internal
a) Pendidikan
41
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita – cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
b) Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tapi lebih banyak merupakan
cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak
tantangan sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu – ibu akan mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan keluarga.
c) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih
dewasa dipercaya dari orang yang lebih tinggi kedewasaanya. Hal ini
akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
b. Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.
b) Sosial Budaya
42
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
dari sikap dalam menerima informasi.
4. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, 2003:11 terdapat 2 cara untuk memperoleh
pengetahuan yaitu :
1) Cara Tradisional
Cara tradisional dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah, cara penemuan
pegetahuan pada periode ini antara lain :
a). Cara coba – salah (Trial and Error)
Cara coba – salah ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinandalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.
b). Kekuasaan (Otoritas)
Para pemegang otoritas, baik pemimpin atau pemerintahan, tokoh
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya
mempunyai mekanisme sama didalam pengetahuan. Prinsip ini
adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan orang
yang mempunyai otoritas, tanpa lebih dulu menguji atau
membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris
maupun penalaran sendiri.
43
c). Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengetahuan adalah guru yang baik, pepatah ini mengandung
maksud bahwa pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan.
d). Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusiapun ikut
berkembang. Dan disini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia
telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi (proses
penarikan kesimpulan) maupun deduksi (pembuatan kesimpulan).
2). Cara Modern
Cara baru atau modem dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih logis dan ilmiah, cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”.
C. Tinjauan Umum Tentang Keluarga
a. Definisi keluarga
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kula dan warga
“kulawarga” yang berarti “anggota” kelompok kerabat. Keluarga adalah
lingkungan di mana berapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
44
Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu,
memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan kewajiban, tanggung jawab
diantara individu tersebut.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Jhonson R dan Leny R,
2010)
Berikut akan dikemukakan definisi keluarga menurut beberapa ahli
(Mubarak,wahit iqbal, 2010) :
- Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu sama ;lain.
- Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang
saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan.
- Menurut Bergess (1962), keluarga terdiri atas kelompok orang yang
mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil
adopsi, anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota
berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai
kebiasaan /kebudayaan yang berasal dari masyakat, tetapi mempunyai
keunikan tersendiri.
45
- Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998. keluarga adalah unit
terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
b. Tipe keluarga
Ada beberapa tipe keluarga (Jhonson R dan leny R, 2010).
1. Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak.
2. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan
anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah
satu atau dua pihak orang tua.
3. selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar keturunan di
atas keluarga aslinya. keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman,
bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.
c. Tahap perkembangan Keluarga (Mubarak wahit iqbal, 2010)
1) Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah
memiliki keluarga baru.
2) Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
46
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30
bulan (2,5 tahun).
3) Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun.
4) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
5) Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah
orang tuanya.
6) Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
7) Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pension atau salah satu pasangan meninggal.
8) Tahap VIII keluarga usia lanjut
47
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal, sampai
keduanya meninggal.
d. Peran keluarga
Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu
antara lain:
a) Peran sebagai provider atau penyedia
b) Sebagai pengatur rumah tangga
c) Perawatan anak, baik yang sehat maaupun yang sakit
d) Sosialisasi anak
e) Rekreasi
f) Persaudaraan (kinship), memelihara hubungan keluarga paternal
dan maternal.
g) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan)
h) Peran seksual.
e. Fungsi keluaga
Friedman, 1988 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga di antaranya:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
melalui keluarga yang bergembira dan bahagia.
48
b. Fungsi Sosialisasi
sosialisasi dimulai pada saat lahir dan akan diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, di
mana individu secara kontinu mengubah perilaku mereka sebagai
respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti: makanan, pakaian, dan
perumahan, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini
sulit dipenuhi keluarga yang berada di barisi kemiskinan.
e. Fungsi Perawat Keluarga / Pemeliharaan kesehatan
Bagi para prosesional kesehatan keluarga, fungsi perawatan
kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam kajian keluarga.
f. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dapat
dilakukan (Mubarak wahit iqbal, 2010) meliputi :
a) Mengenal kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan,
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. orang tua perlu
mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh
49
anggota keluarganya. peruban sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang
tua. apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi,dan seberapa besar perubahannya.
b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan
yang tepat sesui dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di
antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan sebuah
tindakan. tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga di harapkan
tepat agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau
teratasi. jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil
keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain
dilingkungan tempat tinggalnya.
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika
keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga
yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan
atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi
bagi anggota keluarga. sehingga anggota keluarga akan memiliki
50
waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh
karena itu, kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan,
keindahan, ketentraman, dan dapat menunjang derajat kesehatan bagi
anggota keluarga.
e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memamfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya. keluarga dapat berkonsultasi
atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah
yang dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari
segala macam penyakit.
Diet makanan Rendah Glukosa
Diet Diabetes Mellitus
51
BAB III
KERANGKA KONSEP
1. Kerangka Konsep
Berdasarkan rumusan teori tersebut, maka peneliti dapat merumuskan
kerangka konsep penelitian serta variable-variabel yang di teliti berikut ini:
Pola pikir variable yang diteliti
Variabel Independent Variabel Dependent
Keterangan:
: variabel yang diteliti
: berhubungan
2. Definisi Operasional
Yang di maksud pengatahuan pada penelitian ini yaitu pengetahuan
keluarga tentang diet diabetes mellitus.
a. Dikatakan baik : Bila jawaban responden benar >10
b. Dikatakan kurang : Bila jawaban responden benar ≤10
52
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan keluarga tentang Diet Diabetes mellitus di RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa.
B.Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa pada
bulan April-Mei 2013
C. Kerangka Kerja
Populasi (N) : semua keluarga penderita Diabetes Mellitus di RSUD Umum Polewali Mandar
Sampel (n) : keluarga klien yang memenuhi kriteria inklusi
Variabel yang di teliti : pengetahuan keluarga tentang diet diabetes mellitus
53
D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suyanto, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga klien mendampingi
penderita diabetes mellitus yang berkunjung ke poli RSUD Syekh Yusuf
Kab.Gowa
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
penelitian dan dianggap mewakili populasi (Suyanto, 2011). Sampel dalam
Editing, dan tabulating
Analisa data : distribusi/frekuensi
Seminar hasil
54
penelitian ini adalah semua keluarga klien penderita diabetes mellitus yang
kebetulan dating berkunjung ke RSUD Umum Polewali Mandar.
Sampel diambil dengan memperhatikan criteria inklusi dan esklusi dari
sampel.kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada
populasi yang akan diteliti.
a.Kriteria Inklusi
1) Keluarga dan pasien yang datang berkunjung ke poli RSUD Polewali
Mandar.
2) Bersedia menjadi responden
3) Bisa membaca dan menulis
b.Kriteria eksklusi
1) Tidak merawat secara tetap pasien DM
E. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel
dari populasi. Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi
untuk dapat mewakili populasi.
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling cara pengambilan
sampel untuk tujuan tertentu, dengan sampel sesuai criteria
F. Instrumen Penelitian
55
Istrumen penelitian yang di gunakan adalah kuesioner. kuesioner ini terdiri
atas 20 pertayaan dalam bentuk multiplechoice dengan pemberian skor pada
setiap jawaban jika benar = 1 dan jika salah = 0.
G. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di RSUD Umum Polewali Mandar dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Mengidentifakasi tempat penelitian.
2. Megajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian dari intitusi
ke direktur dan kepala ruangan RSUD Umum Polewali Mandar.
3. Melakukan pendekatan kepada calon responden untuk membaca dan
menandatangani surat persetujuaan responden.
4. Melakukan pegisisan kuesioner dilanjutkan dengan pengumpulan kuesioner
kembali.
H. Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul diadakan :
1. Editing data, adalah memeriksa kembali kebenaran pengisian data.
2. Koding data, adalah memberikan nilai pada setiap alternative jawaban.
3. Tabilasi data, adalah mengolah data dan menyajikannya dalam bentuk tabel.
I. Analisa Data
56
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan rumus distribusi frekwensi
yaitu :
P¿ fn
x 100%
Keterangan :
P = Persentase yang dicari
f = Frekuensi factor variabel
n = Jumlah sampel
J. Etika Penelitian
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh
bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak respon
harus dilindungi, untuk itu peneliti harus mendapatkan pengantar dari politeknik
kesehatan Makassar prodi keperawatan Makassar yang kemudian diserahkan ke
Direktur RSUD Umum Polewali Mandar untuk memperoleh surat izin penelitian
yang akan dilakukan di lokasi penelitian yang ditujukan.
Penelitian dengan menekankan masalah etika meliputi :
a. Lembar persetujuan penelitian (Informed Consent)
Lembar persetujuan diedarkan sebelum dilaksanakan penelitian agar
responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, jika responden bersedia
diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak
maka peneliti harus menghormati hak-hak responden.
57
b. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasian identitas keluarga (responden), peneliti
tidak akan mencamtumkan nama pada lembar pengumpulan data. lembar
tersebut hanya akan diberikan kode tertentu.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin
kerahasiaannya. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau
dilaporkan pada hasil riset.