~ 195 ~
BAB 6
HASIL RANCANGAN
6.1 Konsep Desain Kawasan
Konsep desain pada kawasan Malang Distro Park ini menggunakan tema
arsitektur bioklimatik yang mengedepankan prinsip ramah lingkungan,
mengurangi kerusakan bumi, hemat energi. Adapun integrasi keislaman dari
ketiga prinsip di atas adalah, pertama sebagai arsitek islami yang taat terhadap
perintah agama, seharusnya selalu membudayakan prinsip hemat energi, seperti
yang terjabarkan pada al-Isra’ ayat 27. Kedua, sebagai arsitek islami, seharusnya
menerapkan material yang ramah lingkungan, seperti yang terjabarkan pada al-
Baqoroh ayat 195. Ketiga, larangan membuang sampah sembarangan dan
buanglah sampah pada tempatnya, seperti yang terjabarkan pada riwayat Abu
Hurairoh. Keempat, larangan memberantas hutan secara liar, seperti yang
terjabarkan pada al-A’rof ayat 56.
Para pakar lingkungan menyatakan bahwa tujuan pengelolaan lingkungan
hidup adalah tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan
hidup. Sedangkan dalam ajaran Islam keselarasan mencakup empat aspek, yaitu:
(1). Keselarasan dengan Tuhan, (2). Keselarasan dengan orang lain, (3).
Keselarasan dengan diri sendiri, (4). Dan keselarasan dengan lingkungan hidup
(Shihab, 2002). Hal inilah yang merupakan landasan penerapan tema bioklimatik
pada rancangan kawasan Malang Distro Park.
~ 196 ~
6.2 Desain Kawasan
Konsep rancangan kawasan Malang Distro Park ini telah mengalami
perubahan dari bentukan awalnya. Perubahan rancangan tidak hanya terjadi pada
sebagian rancangan tetapi secara menyeluruh, hal ini disebabkan karena bentukan
awal pada rancangan Malang Distro Park ini kurang menerapkan konsep
Bioklimatik yang difokuskan pada iklim, suhu, matahari, hujan, dan angin.
Bentukan lay out kawasan pun sangat monoton dan tidak menyatu antara satu
bentukan bangunan dengan bentukan bangunan lainnya. Fasilitas yang tersedia
pada rancangan kawasan Malang Distro Park awal ini juga masih kurang
memadai, dan aksesbilitas baik pengguna kendaraaan dan pejalan kaki juga tidak
beraturan. Dari alasan tersebut dan tuntutan pengembangan ide rancangan yang
lebik baik itulah maka muncullah sebuah desain rancangan yang dapat seutuhnya
menerapkan konsep Bioklimatik dan integarsi keislaman.
Rancangan Kawasan Malang Distro Park saat ini didesain semaksimal
mungkin pada seluruh tapak, baik dari jalan masuk utama, area drop area,
lansekap kawasan, parkir, dll. Desain tidak terpaku pada masa bangunan saja,
aspek lingkungan pun juga diterapkan pada lansekap kawasan dengan
memberikan aspek park seperti penggunaan material alami, penempatan street
furniture, penggunaan jenis-jenis warna, penggunaan tekstur, pengolaan sirkulasi
kawasan, fasilitas parkir, faktor pencahayaan, vegetasi, hidrologi.
~ 197 ~
6.3 Perancangan Tapak
Dari tinjauan tapak yang terkait antara tapak dan kondisi lingkungan
sekitar maka dapat diperoleh unsur-unsur yang harus diterapkan pada perancangan
bangunan.
6.3.1 Obyek Dalam Tapak
Obyek dalam tapak ini terdiri dari 4 masa bangunan utama dan beberapa
fasilitas penunjang kegiatan di kawasan Malang Distro Park ini.
Gambar 6.1 Obyek dalam tapak
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
Masa 2
Masa 3
Masa 4
Masa 2
Mushollla
a
Masa 4
Masa 3
Masa 1
ATM
Fashion on the street
Pameran
~ 198 ~
1. Masa Pertama
Gambar 6.2 Masa Pertama
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
Masa pertama pada kawasan Malang Distro Park ini berada di sebelah selatan
kawasan. Bentuk fisik bangunan didesain lengkung sehingga pola masa bangunan
bersifat aerodinamis dengan tujuan mengalirkan pergerakan angin dari barat ke
timur
Pintu Masuk
Toilet
Kawasan Park
R. Informasi, R. Keamanan, ATM
& Telp. Umum
Retail Tipe A, Ukuran Luas
3 x 5 m²
Retail Tipe A, Ukuran Luas
3 x 5 m²
Retail Tipe A, Ukuran Luas
3 x 5 m²
Cafe Dapat Menampung
User Hingga 40 Orang
Selasar, Ukuran
Lebar 2,5 m
~ 199 ~
2. Masa Kedua
Gambar 6.3 Masa Kedua
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
Masa kedua pada kawasan Malang Distro Park ini berada di sebelah utara
kawasan. Bentukan desain R. Office setengah lingkaran ditujukan untuk memecah
laju angin dari barat ke timur.
Toilet
R. Office, Berjumlah 5
Ruangan
Kawasan Park
Kawasan Park
Musholla
Retail Tipe B, Ukuran Luas
3 x 3 m²
Tipe A, Ukuran Luas 3 x 5
m²
Retail Tipe A, Ukuran Luas
2 x 8 m²
~ 200 ~
3. Masa Ketiga, Lantai 1
Gambar 6.4 Masa Ketiga, Lantai 1
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
Masa ketiga pada kawasan Malang Distro Park ini berada di sebelah tengah antara
masa pertama dan masa kedua. Bentukan didesain melengkung yang berfungsi
sebagai shading device untuk area pameran dan mengalirkan angin dari barat ke
utara
Toilet
Selasar
Kawasan Park
Travelator
Pintu Masuk
Retail Tipe B, Ukuran
Luas 2 x 5 m²
~ 201 ~
4. Masa Ketiga, Lantai 2
Gambar 6.5 Masa Ketiga, Lantai 2
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
Toilet
Travelator
Food Court
~ 202 ~
5. Masa Keempat, Lantai 1 ( Fasilitas Penunjang)
Gambar 6.6 Masa Keempat, Lantai 1
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
Masa keempat pada kawasan Malang Distro Park ini berada di sebelah. Bentukan
didesain lubang pada lantai satu dengan tujuan mengalirkan angin kedalam
kawasan Malang Distro Park.
R. Ganti
Gudang
Utilitas
Toilet
R. Konveksi
~ 203 ~
6. Masa Keempat, Lantai 2
Gambar 6.7 Masa Keempat, Lantai 2
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
Café dan Food Court
Retail
Retail Tipe A, Ukuran
Luas 2 x 7 m²
Toilet
Dapur
~ 204 ~
6.3.2 View
View main entrance di arahkan pada jalan Soekarno-Hatta dengan
menggunakan sclupture, hal ini bertujuan sebagai alat pengundang.
Sclupture n Board sebagai alat pengundang Area Drop Out
Area Taman dengan fasilitas tempat duduk
~ 205 ~
Gambar 6.8 View kawasan
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
6.3.3 Pencapaian ke Tapak
Pencapaian ke tapak dibuat dengan jalur satu arah. Untuk posisi main
entrance di letakkan dan di arahkan pada area sirkulasi lalu lintas jalan Soekarno-
Hatta, sehingga memudahkan masuknya kendaraan dan pejalan kaki yang akan
memasuki area tapak distro park. Sedangkan untuk jalur keluar berada di jalan
Griyashanta. Pembeda jalur ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kemacetan
lalu lintas yang terdapat di jalan Soekarno Hatta. Dimana jalan tersebut
merupakan jalan utama kota Malang. Untuk posisi main entrance ini terbagi
menjadi empat jalur, yaitu:
1. Jalur kendaraan pengunjung pribadi
Jalur ini diperuntukkan hanya untuk kendaraan pribadi yang langsung
ditujukan kepada area parkir di dalam tapak dan jalur keluar di jalan
Griyashanta
2. Jalur kendaraan pengunjung umum (ct. taxi)
Jalur ini diperuntukkan untuk kendaraan umum yang hanya
menurunkan penumpang dan langsung menuju ke jalur keluar yang
berada di jalan Soerkarno-Hatta
3. Jalur kendaraan pengelola
Jalur ini diperuntukkan untuk kendaraan pengelola dan karyawan yang
langsung ditujukan kepada area parkir khusus pengelola dan karyawan
di dalam tapak dan jalur keluar di jalan Griyashanta
~ 206 ~
4. Jalur pengunjung pejalan kaki
Jalur ini berada disisi jalan yang berupa pedestrian
Gambar 6.3 Jalur Pencapaian ke Tapak
Sumber : Hasil Konsep, 2010
Gambar 6.9 Jalur Pengunjung Pejalan Kaki
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
Jalur pengunjung kendaraan pribadi
Jalur pengunjung kendaraan umum
Jalur pengelola
Area parkir pengunjung
Area parkir pengelola
~ 210 ~
Gambar 6.10 Macam-Macam Jalur Pencapaian ke Tapak dilihat dari faktor pengguna
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
6.3.4 Sirkulasi Dalam Tapak
Pola sirkulasi yang diterapkan pada rancangan distro park ini memadukan
pola liniear, jaringan, dan spiral. Hal ini agar setiap sisi kawasan dapat dijangkau
oleh pengunjung dan memberikan kemudahan dalam pengelolaan kawasan. Serta
penggunaan ramp yang mengelilingi seluruh masa. Hal ini bertujuan untuk
mengiring pengunjung mendatangi setiap retail-retail di dalamnya. Di samping itu
ramp juga berfungsi untuk mengakomodir pengunjung yang menggunakan kursi
roda atau yang membawa kereta bayi.
Area parkir motor
~ 211 ~
7
8
Gambar 6.11 Jalur sirkulasi dalam tapak
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
Sirkulasi pengunjung
Sirkulasi pengelola
Adanya jalur ramp pada seluruh tapak
~ 213 ~
6.4 Iklim
1. Angin
Kecepatan angin pada bulan terdingin 1,0 m/s dan pada bulan terpanas 3,0
m/s sehingga dapat diambil rata-rata kecepatan angin di kota Malang adalah 2,0
m/s. Kecepatan angin dikota Malang ini dapat dimanfaatkan sebagai penghawaan
alami. Sedangkan orientasi pergerakan angin dari barat ke timur sehingga
bentukan bangunan harus aerodinamis.
Bentukan bangunan yang dapat meneruskan laju angin
Bentukan bangunan harus aerodinamis karena orientasi
pergerakan angin dari barat ke timur
~ 214 ~
2. Matahari
Kawasan tapak berada pada wilayah yang memiliki area terbuka yang
cukup luas dengan orientasi pergerakan matahari dari timur ke barat sehingga
Arah angin dari barat ke timur
Bangunan bagian barat di didesain dengan memberi bukaan
pada lantai 1 guna mengalirkan angin
~ 215 ~
intensitas matahari sangat besar, sehingga diperlukan bentukan bangunan yang
dapat mengurangi dampak tersebut.
06.30 AM
10.00 AM
12.00 AM
~ 217 ~
Pemanfaatan shading device pada bangunan berupa sorsoran
dan penambah kesan estetetis
Penggunaan vegetasi di dalam tapak sebagai control terhadap
sinar matahari yang berlebih
Ruang terbuka untuk penyinaran matahari langsung
~ 218 ~
3. Suhu
Iklim kawasan tapak adalah tropis dengan kondisi suhu rata-rata sekitar
17º C - 28º C. Iklim tropis kaya akan sinar matahari dan angin sangat perlu
diperhatikan. Hal ini dapat diterapkan dengan pemberian jarak antar masa
bangunan guna memperlancar penghawaan alami dan pencahayaan alami dan
penggunaan material alami.
Gambar 6.13 Pemberian Jarak Antar Masa Bangunan Guna Memperlancar Penghawaan Alami
dan Pencahayaan Alami
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
~ 219 ~
6.5 Kebisingan
Kebisingan yang sangat tinggi terjadi pada pagi hari, hal itu disebabkan
karena jalan Soekarno-Hatta merupakan salah satu jalan utama di kota Malang
yang memiliki aktivitas cukup ramai. Sedangkan sumber kebisingan relatif sedang
berada di sekitar tapak yang berupa kawasan publik (pertokoan) dan jalan
Griyashanta. Untuk mencegah kebisingan ini dapat dengan memanfaatkan
vegetasi dan partisi, serta pemberian jarak antar bangunan pada sumber bising
sehingga dapat mengurangi tingkat kebisingan.
Pemberian Jarak Terhadap Sumber Bising
Pemanfaatan vegetasi dan partisi untuk mencegah kebisingan
~ 220 ~
6.6 Vegetasi
Fungsi vegetasi adalah sebagai tempat peneduh, pembatas tapak, sinar
matahari, pelindung angin, filter polusi, kebisingan, dijadikan sebagai pemisah
kegiatan, alat pengundang pengunjung, pertegas sirkulasi pergerakan dari
kendaraan dan pejalan kaki. Perletakan vegetasi pada tapak bedasarkan orientasi
matahari dari barat ke timur tapak dan bedasarkan orientasi angin dari utara ke
selatan.
Gambar 6.14 Macam-Macam Vegetasi
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
Pohon angsana sebagai salah satu vegetasi yang dipertahankan
Pohon Palem sebagai salah satu vegetasi yang dipertahankan
~ 221 ~
6.7 Air
Fungsi air adalah sebagai alat pengundang atau vocal point dengan
menerapkan sistem air mancur, sebagai permukaan pemantul, sehingga dapat
menambah nilai estetika. Kolam air bertujuan untuk melengkapi komposisi dan
pemersatu masa bangunan.
Vegetasi sebagai batas tapak
Vegetasi sebagai tempat istirahat dan view bangunan
~ 222 ~
Gambar 6.15 Air sebagai alat pengundang
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
6.8 Bentuk dan Tampilan Bangunan
Bentuk masa bangunan didesain untuk dapat memaksimalkan potensi
iklim tapak seperti matahari dan angin sehingga dapat meminimalkan energi
buatan. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip tema arsitektur bioklimatik, yaitu
bangunan hemat energi. Bentuk fisik bangunan diolah sekedemikian rupa
sehingga pola masa bangunan bersifat aerodinamis dengan tujuan mengalirkan
pergerakan angin dari barat ke timur. Sedangkan penataan masa bangunan yang
mengelilingi sisi utara, barat, dan timur tapak telah sesuai dengan analisa yang
telah diterapkan pada software ECOTECT 5.50, sehingga pergerakan matahari
dan bayangan yang ditimbulkan telah sesuai dengan tema arsitektur bioklimatik.
Penataan masa bangunan dengan tema arsitektur bioklimatik ini juga telah
ditunjang dengan sistem taman terbuka (park) yang berada disekitar bangunan.
Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan penyinaran sinar matahari secara
maksimum dan pergerakan angin.
~ 223 ~
Bentuk masa bangunan yang memaksimalkan potensi iklim tapak
seperti matahari dan angin yang sesuai dengan tema arsitektur
bioklimatik
Pengaplikasian Tema Arsitektur Bioklimatik dengan Penerapan
Sistem Photovoltaic Pada Atap
Pengaplikasian Tema Arsitektur Bioklimatik dengan Penerapan Sistem
Stack Effect
~ 224 ~
1. Tampilan Bangunan Kawasan
Tampak Depan Kawasan
Tampak Depan Kawasan (Autocad)
Tampak Samping Kanan Kawasan
Tampak Samping Kanan Kawasan (Autocad)
Tampak Samping Kiri Kawasan
Tampak Belakang Kawasan
~ 225 ~
2. Tampilan Bangunan Masa 1
Tampak Samping Masa 1
Tampak Depan Masa 1 (Autocad)
Tampak Depan Masa 1
Tampak Samping Masa 1 (Autocad)
~ 226 ~
3. Tampilan Bangunan Masa 2
Tampak Depan Masa 2
Tampak Depan Masa 2 (Autocad)
Tampak Samping Masa 2
Tampak Samping Masa 2 (Autocad)
~ 227 ~
4. Tampilan Bangunan Masa 3
Tampak Depan Masa 3
Tampak Depan Masa 3 (Autocad)
Tampak Samping Masa 3
Tampak Samping Masa 3 (Autocad)
~ 228 ~
5. Tampilan Bangunan Masa 4
Tampak Depan Masa 4
Tampak Depan Masa 4 (Autocad)
Tampak Samping Masa 4
Tampak Samping Masa 4 (Autocad)
~ 229 ~
6.9 Utilitas
Pada rancangan Malang Distro Park ini yang tidak boleh diabaikan adalah
perencanaan dan perancangan sistem utilitas. Sistem utilitas ini sangat penting
untuk dipertimbangkan agar menjadikan bangunan memiliki kenyamanan dan
keamanan.
1. Sistem Pencahayaan
a. Pencahayaan Alami
Dengan pemanfaatan sinar matahari sebagai pencahayaan alami pada
ruang - ruang yang memungkinkan diberi bukaan seperti retail, musholla,
ruang pameran, workshop, café, food court dan fasilitas penunjang
lainnya.
b. Pencahayaan Buatan
Gambar 6.16 Pencahayaan Buatan pada jalur sirkulasi tapak
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
~ 230 ~
Gambar 6.17 Lay Out Pencahayaan Buatan pada seluruh tapak
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
Untuk sumber daya listrik yang diprioritaskan tidak berasal dari PLN
melainkan dari Photofoltaic. PLN hanya merupakan sumber listrik kedua setelah
Photofoltaic. Photovoltaic tenaga matahari adalah sistem pembangkit listrik yang
bersumber dari cahaya. Rahasia dari proses ini adalah penggunaan bahan semi
konduktor yang dapat disesuaikan untuk melepas elektron, pertikel bermuatan
negatif yang membentuk dasar listrik.
Bahan semi konduktor yang paling umum dipakai dalam sel photovoltaic
adalah silikon, sebuah elemen yang umum ditemukan di pasir. Semua sel
photovoltaic mempunyai paling tidak dua lapisan semi konduktor seperti itu, satu
~ 231 ~
bermuatan positif dan satu bermuatan negatif. Ketika cahaya bersinar pada semi
konduktor, lading listrik menyeberang sambungan diantara dua lapisan
menyebabkan listrik mengalir, membangkitkan arus DC. Makin kuat cahaya,
makin kuat aliran listrik.
Sistem photovoltaic tidak membutuhkan cahaya matahari yang terang
untuk beroperasi. Sistem ini juga membangkitkan listrik di saat hari mendung,
dengan energi keluar yang sebanding ke berat jenis awan. Berdasarkan pantulan
sinar matahari dari awan, hari-hari mendung dapat menghasilkan angka energi
yang lebih tinggi dibandingkan saat langit biru sedang yang benar-benar cerah.
Saat ini, sudah menjadi hal umum piranti kecil, seperti kalkulator,
menggunakan solar sel yang sangat kecil. Photovoltaic juga digunakan untuk
menyediakan listrik di wilayah yang tidak terdapat jaringan pembangkit tenaga
listrik.
Gambar 6.18 Sel Photofoltaic 1
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
~ 232 ~
Gambar 6.19 Sel Photofoltaic 2
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
Photovoltaic sendiri berukuran sekitar 5 x 5 atau 10 x 10 cm persegi. Sel
sebesar ini hanya dapat mengkonversi cahaya matahari menjadi listrik berdaya
sekitar 1 - 2 Watt saja. Untuk dapat digunakan secara praktis, seitar 30 hingga 50
buah sel surya ini dirangkaikan satu sama lain agar menghasilkan daya keluaran
sekitar 50 hingga 75 Watt.Dengan menata seberapa besar kebutuhan listrik, maka
tinggal dihitung saja berapa banyak modul surya yang perlu dibeli, kemudian
digabung dan dirangkaikan kembali agar menghasilkan daya keluaran sesuai
dengan kebutuhan listrik rumah tangga misalnya. Rangkaian modul surya ini
disebut dengan panel surya.
Komponen-komponen Photovoltaic yaitu modul surya, baterai, regulator
dan konstruksi penyangga modul. Salah satu komponen inti dari PLTS adalah
berupa sel surya, terbuat dari bahan kristal silicon (Si) yang secara langsung dapat
merubah energi cahaya menjadi energi listrik. Dalam aplikasinya, sel surya
tersebut disusun secara seri dan paralel untuk mendapatkan level tegangan dan
arus yang diinginkan. Standard modul surya, biasanya terdiri dari 36 buah sel
~ 233 ~
surya, dikemas dengan bahan yang tahan terhadap cuaca serta gelas yang
menutupi seluruh permukaan atas sel.
Gambar 6.20 Sistem aliran listrik pada photofoltaic
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
~ 234 ~
Perhitungan atap photofoltaic pada bangunan:
Masa bangunan 1
Atap 1, Ukuran Atap 14,5 x 10 m = 145 m2
= 10 x 10 cm
2 = 1 watt
= 100 x 100 cm2 = 100 watt
= 100 x 100 cm2 = 1 m
2
= 145 x 100 watt = 14.500 watt
Atap 2, Ukuran Atap 10 x 10 m = 100 m2
= 10 x 10 cm
2 = 1 watt
= 100 x 100 cm2 = 100 watt
= 100 x 100 cm2 = 1 m
2
= 100 x 100 watt = 10.000 watt
Atap 3, Ukuran Atap 17,5 x 9 m = 157,5 m2
= 10 x 10 cm
2 = 1 watt
= 100 x 100 cm2 = 100 watt
= 100 x 100 cm2 = 1 m
2
= 157,5 x 100 watt = 15.750 watt
~ 235 ~
Atap 4, Ukuran Atap 20,6 x 9 m = 185,4 m2
= 10 x 10 cm
2 = 1 watt
= 100 x 100 cm2 = 100 watt
= 100 x 100 cm2 = 1 m
2
= 185,4 x 100 watt = 18.540 watt
Atap 5 (Lingkaran), Ukuran Atap 43,5 x 1,2 x 2 m = 130,5 m2
= 10 x 10 cm2 = 1 watt
= 100 x 100 cm2 = 100 watt
= 100 x 100 cm2 = 1 m
2
= 130,5 x 100 watt = 13.050 watt
Total 71.840 watt
Masa bangunan 2
Atap 1, Ukuran Atap 25,7 x 7 m = 179,9 m2
= 10 x 10 cm
2 = 1 watt
= 100 x 100 cm2 = 100 watt
= 100 x 100 cm2 = 1 m
2
~ 236 ~
= 179,9 x 100 watt = 17.990 watt
Atap 2, Ukuran Atap 17,9 x 7 m = 125,3 m2
= 10 x 10 cm
2 = 1 watt
= 100 x 100 cm2 = 100 watt
= 100 x 100 cm2 = 1 m
2
= 125,3 x 100 watt = 12.530 watt
Atap 3 (Lingkaran), Ukuran Atap (27,7 + 2,5 + 15,5) x 1 x 2 m = 91,4 m2
= 10 x 10 cm2 = 1 watt
= 100 x 100 cm2 = 100 watt
= 100 x 100 cm2 = 1 m
2
= 91,4 x 100 watt = 9.140 watt
Total 39.660 watt
Masa bangunan 3
Atap 1, Ukuran Atap 41,7 x 9 m = 375,3 m2
= 10 x 10 cm
2 = 1 watt
= 100 x 100 cm2 = 100 watt
= 100 x 100 cm2 = 1 m
2
= 375,3 x 100 watt = 37.530 watt
~ 237 ~
Total 37.530 watt
Masa bangunan 4
Atap 1, Ukuran Atap 31,1 x 7,3 m = 227,03 m2
= 10 x 10 cm
2 = 1 watt
= 100 x 100 cm2 = 100 watt
= 100 x 100 cm2 = 1 m
2
= 227,03 x 100 watt = 22.703 watt
Total 22.703 watt
Total Keseluruhan 171.733 watt
Sumber listrik yang berasal dari photofoltaic ini ditujukan untuk:
Lampu Pertokoan & Officer : 150 Lum/watt x 371 buah = 55.650 watt
Lampu Taman : 50 Lum/watt x 229 buah = 11.450 watt
Lampu Jalan : 100 Lum/watt x 112 buah = 11.200 watt
Lampu Basemant : 150 Lum/watt x 70 buah = 10.500 watt
Lampu Spotlight : 200 Lum/ watt x 27 buah = 5.400 watt
Unit Komputer : 350 watt x 10 unit = 3.500 watt
Travelator : 500 watt x 10 buah = 5000 watt
~ 238 ~
Seat Outdoor : rata-rata = 5000 watt
Total daya yang dibutuhkan 107.700 watt
2. Sistem Plumbing
Plumbing merupakan sarana yang dipasang di dalam maupun di luar
gedung dan berfungsi untuk mengeluarkan air buangan. Pemenuhan akan air
berasal dari tandon bangunan yang berada di tendon atap bangunan dan tendon
bawah. Sedangkan untuk PDAM difungsikan untuk pemenuhan air bersih yang
dibutuhkan manusia (saluran air bersih PDAM langsung terhubung pada kamar
mandi masa bangunan).
Gambar 6.21 Lay Out Utilitas Plumbing
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
~ 239 ~
Gambar 6.22 Detail Plumbing
Sumber : Hasil Rancangan, 2012
6.10 Struktur
Pada masa bangunan utama kawasan Malang Distro Park ini pada bagian atap
menggunakan struktur plat bidang. Macam-macam struktur plat bidang, yaitu:
1.
a. Dengan pelebaran stuktur di sudut
bidang, ketebalan plat 15 cm
b. Sengkang / Tulangan dengan
kerapatan 7cm
2. Brasing / Rangka Batang / Frame
Photofoltaic
Jalusi
Tandon Atap
~ 240 ~
3. Trust Firendel / Kantilever
Kesimpulan :
Struktur sebelumnya yaitu struktur parsial ( tidak kuat dengan bentangan beban
atap dengan jarak antar kolom lebih dari 3 meter). Oleh karena itu harus diganti
dengan struktur integral dengan metoda di atas.
Gambar 6.23 Detail Struktur Atap
Sumber : Hasil Rancangan, 2012