Download - BAB I Agronomi

Transcript

BAB IPENDAHULUANManusia hidup hampir mutlak tergantung pada tanaman untuk bertahan hidup. Bahan yang dimakan tersebut tanpa ada kecualinya, adalah bahan bahan yang berasal dari tanaman dan diturunkan dari tanamam seperti daging telur dan hasil hasil susu.Tanaman juga sebagai sumber terbesar, baik langsung maupun tidak langsung, untuk sebangian besar bahan pakaian, bahan bakar, obat- obatan, bahan kontruksi dan lain sebagainya.Dengan mempertimbangkan sangat pentingnya tanaman, manusia mengadakan inovasi baru untuk memperbanyak tanaman dengan menghasilkan jumlah yang banyak dan waktu yang singkat.Perkembangbiakan tanaman banyak ditekankan pada usaha mempertinggi produksivitas hasil pertanian.Perkembangbiakan tanaman sangat berperan besar dalam mempertinggi produksivitas pertanian.Ada dua cara pembiakan tanaman ialah: (1) Secara generatif/reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman; (2) Secara vegetatif (secara tak kawin) dengan menggunakan organ vegetatif.Pembiakan generative yaitu pembentukan biji melalui proses penyerbukan (jatuhnya tepung sari pada kepala putik) kemudian dilanjutkan dengan pembuahan (peleburan antara gamet jantan dari tepung sari dan gamet betina dari putik).Pembiakan vegetatif yang akan lebih dibahas lebih lanjut dalam makalah kali ini yaitu menggunakan organ vegetatif: Secara alami dengan penggunaan biji apomiktik (terbentuk tanpa pembuahan dan merupakan bentuk vegetatif) dan penggunaan organ-organ khusus tanaman (hasil modifikasi batang atau akar, misalnya: bulb, tuber, rhizome, dll);Secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas adventif ialah cangkok, setek, penyambungan tanaman dan kultur jaringan.Hasil dari pembiakan secara vegetatif tidak kalah baiknya dengan hasil pembiakan generative.Lebih lebih perkembangbiakan secara vegetatif memiliki tingkat efisiensi lebih baik dari pada perkembangbiakan dengan cara generative. Misalnya saja dalam produksi buah, dalam waktu penanaman yang bersamaan. Perkembangbiakan dengan cara vegetative yang akan menghasilkan buah terlebih dahulu.Pembiakan vegetative merupakan proses alami, pada tanaman lain sedikit banyak dapat dilakukan secara buatan. Dalam pembiakan vegetative (aseksual) merupakan dasar dari pembikan vegetative yang memungkinkan tanaman-tanaman memuliakan dirinya dengan regenerasi jaringan-jaringan dari bagian-bagian tanaman yang hilang. Pada pembiakan vegetatif ini , bagngian-bagian tanaman yang digunakan adalah cabang/batang, pucuk, daun, umbi dan akar yang dapat dilakukan dengan cara stek, cangkok, akulasi, rundukan dan kultur jaringanPembiakan aseksual atau pembiakan secara tak kawin adalah dasar dari pembiakan vegetative, memungkinkan tanaman-tanaman memulikan dirinya dengan regenerasi dari jaringan-jaringan dan bagian-bagian yang hilang. Pembiakan ini terjadi dengan menggunakan bagian tumbuh induknya. Pada banyak tanaman, pembiakan vegetative merupakan prose salami, sedangkan pada tanaman lain sedikit banyak secara buatan. Cara-cara pembiakan vegetative sangatlah banyak dan pemilihan cara tergantung pada tanahnya dan tujuan pembiakan.Pembiakan vegetative tanaman dapat terjadi secara alamiah atau dibuat oleh manusia. Secara alamiah perkembangan terjadi melalui pembelahan sel, spora, tunas, rhizome dan geragih sedangkan pembiakan vegetative buatan dimanfaatkan melalui cara stek, cangkok, akulasi dan menyambung.Para petani memanfaatkan pembiakan vegetative buatan untuk menghasilkan tanaman baru yang cepat berproduksi dengan sifat dan kualitas yang sama dengan induknya, namun cara perbanyakan vegetative buatan yang dikenal oleh para petani hanya mampun menghasilkan tanaman dalam jumlah yang terbatas.Keuntungan-keuntungan pembiakan vegetative antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan pembiakan vegetative lebih baik dibandingkan pembiakan secara generative. Karena pada pembiakan vegetative satu tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat, banyak tanaman yang dikembangkan secara vegetative dapat melestarikan sifat hasil yang dimiliki oleh tanaman induk.n kerungian dari pembiakan vegetative.Kekurangan dan kerugian dari pembiakan vegetative adalah biasanya tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk mudah rusah. Jumlah biji yang diperoleh terbatas, perakaran tanaman hasil biakan vegetative kurang, dan umur tanaman lebih pendek.Pembiakan vegetative ini hanya dilakukan pada tanaman-tanaman yang sulit diperbanyakan dengan biji, dan kalau dapat selalu mengadakan pemisahan sifat sebagai akibat sifatnya yang menyebuk silang, misanya rambutan dan lain sebagianya. Dengan tujuannya mendapat tanaman-tanaman yang serupa dengaan sifat-sifat induknya, memperbaiki sifat tanaman.

BAB IIPEMBAHASANDalam rangka pengembangan perkebunan dengan cara konversi maupun penanaman baru, maka dibutuhkan bibit yang bermutu baik yang jumlahnya sangat banyak dan waktu penyiapan bibit yang relatif singkat. Keberhsilan daklam usaha ini ditentukan oleh banyak faktor terutama keberhasilan pengadaan bibit yang baik.Untuk dapat melaksanakan pengadaan pembibitan yang baik diperlukan pengetahuan dan ketrampilan yang khusus tentang cara pengelolaanya. Pada tanaman komoditi perkebunan dalam pengadaan bibit lazimnya dilakukan dengan cara vegetatif. Apabila pengadaan bibit dari benih atau perkembangbiakan genaratif maka akan terjadi segregasi pada keturunannya sehingga menyimpang dari sifat-sifat induknya. Pada perkembangbiakan genaratif walau induk merupakan bibit unggul tetapi dari keturunan induk tesebut belum tentu dapat dijamin tetap unggul. Bila perkembangbiakan dengan cara vegetatif, maka akan didapatka tanaman yang klonal dengan pertumbuhan yang seragam serta produksi yang yang tetap tinggi dan sifat unggul pada induk masih terbawa oleh bibit yang dihasilkan.Dalam pembahasan ini akan diterangkan beberapa teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan antara lain mencangkok, okulasi, stek dan sambung.A. Perkembangbiakan Vegetatif Secara CangkokMencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan tergantung pada jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang dapat segera dipotong dan ditanam di lapang. Cara pembiakan dengan cara mencangkok dipilih dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya kita menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat persis seperti induknya. Sifat ini meliputi ketahanannya terhadap hama dan penyakit, rasa buah (khususnya untuk tanaman buah-buahan), keindahan bunga (untuk tanaman hias) dan sebagainya. Karena seperti yang kita ketehui bahwa hasil cangkokan bisa dikatakan hampir seratus persen menyerupai sifat induknya. Seandainya terdapat penyimpangan sifat biasanya disebabkan oleh mutasi gen. Walaupun banyak keunggulannya, namun teknik perbanyakan dengan mencangkok ini tidak terlepas dari beberapa kelemahan.Sebenarnya mencangkok dapat dilakukan baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Bila mencangkok pada musim kemarau, memang kita harus rajin menyiraminya agar kelembaban media tetap terjaga. Tetapi lazimnya cangkokan lebih cepat jadinya, karena pada saat ini pertumbuhan akar sedang aktif. Sedangkan bila mencangkok dilakukan pada musim hujan, tentunya kita tidak akan repot menyiraminya. Lagi pula bila kita lakukan pada awal musim hujan, maka dalam musim itu juga cangkokan telah jadi bibit dan dapat ditanam. Tumbuhan meperoleh zat-zat hara dari lingkungan. Penyerapan bahan itu berlangsung secara difusi, osmosis dan transpor aktif. Pada tumbuhan bersel satu/bahan-bahan dapat diserap langsung dari lingkungannya melalui proses-proses tersebut. Tetapi tumbuhan tingkat tinggi, memerlukan sistem pengkutan yang lebih panjang dari proses-proses itu, yaitu dibantu dengan sistem pembuluh angkut (vaskuler) yang lebih menguntungkan Tujuan pencangkokan adalah untuk mendapatkan anakan/bibit untuk pembangunan bank klon, kebun benih klon, kebun persilangan, karena dengan teknik ini bibit yang dihasilkan bersifat dewasa sehingga lebih cepatber bunga/berbuah.

34

>>>> Gambar menunjukkan tahap-tahap dalam proses pencangkokan.

Pencangkokan dilakukan pada pohon-pohon plus yang telah dipilih di kebun benih.Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.Penggunaan teknik mencangkok dilakukan dalam rangka penyediaan materi untuk bank klon, kebun persilangan dan kebun benih klon. Bahan dan peralatan yang digunakan antara lain media cangkok (moss cangkok, top soil dan kompos), bahan pembungkus cangkok dari polibag hitam, tali rafia, zat pengatur tumbuh akar, insektisida, pita label, spidol permanen, pisau cangkok, parang, gergaji tangan dan alat tulis.Pembuatan cangkokan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :1. Penyiapan media cangkok terdiri atas campuran antara moss cangkok, top soil dan kompos. Sebelum digunakan media disiram dengan air sampai cukup kelembabannya, serta ditaburi insektisida secukupnya supaya media tidak dijadikan sarang semut dan membunuh hama uret.2. Pemanjatan pohon dan pemilihan cabang yang sehat dengan diameter rata-rata 2 cm - 4 cm. Cabang dikerat sepanjang 5 cm dengan menggunakan pisau cangkok, kulit cabang dikelupas dan bagian kambiumnya dibersihkan dengan cara dikerik dan dibiarkan beberapa menit. Posisi keratan kulit sekitar 30 cm dari pangkal cabang. Setelah itu bagian sayatan diolesi dengan larutan ZPT untuk memacu pertumbuhan akar.3. Menutup luka sayatan pada cabang dengan campuran media yang telah disiapkan, kemudian ditutup dengan polibag hitam dan diikat dengan tali rafia sehingga media cangkok stabil. Bagian pembungkus cangkok dilubangi agar memudahkan masuknya air atau keluarnya akar ketika cangkok telah berakar dengan baik.4. Memberi label yang berisi tanggal pencangkokan, perlakuan dan pelaksana.Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan pencangkokan antara lain :a. Pencangkokan sebaiknya dilakukan pada musim hujan sehingga akan membantu dalam menjaga kelembaban media sampai berakar.b. Pengambilan cangkok dilakukan setelah cangkok berumur 2 - 3 bulan. Pemotongan cangkok menggunakan gergaji kemudian diturunkan secara hati-hati. Cangkok yang terlalu panjang dipotong sebagian dan daunnya dikurangi untuk mencegah terjadinya penguapan yang terlalu besar.c. Cangkok yang telah dipisahkan dari pohon induknya segera ditanam (aklimatisasi) pada media campuran tanah dengan kompos/pupuk kandang (3:1). Kegiatan ini dilakukan di persemaian yang diberi naungan dengan intensitas cahaya lebih dari 50%. Pemeliharaan cangkok di persemaian dilakukan sampai bibit siap ditanam di lapangan. Biasanya setelah 3 bulan cangkok telah memiliki perakaran yanag kompak dan siap dipindahkan ke lapangan.d. Pembuatan cangkok pada satu pohon tidak bisa dilakukan dalam jumlah banyak, karena akan mengganggu atau merusak pohon tersebut.

Keuntungan mencangkok adalah:- tanaman hasil cangkokan cepat berbuah- batang tidak terlalu tinggi- sifat tanaman hasil cangkokan sama persis dengan induknyaKerugian/kelemahan mencangkok adalah:- tumbuhan hasil cangkokan kurang kokoh karena perakarannya dangkal- tingkat kematian pada cangkokan tinggiTumbuhan yang dapat dicangkok adalah tumbuhan berbatang kayu (memiliki kambium), seperti mangga, jeruk, durian, sawo, dsb.

B. Perkembangbiakan Vegetatif Secara StekPerbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah.Kelemahan dari perbanyakan dengan cara ini membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan lebih banyak, sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Selain hal tersebut juga tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara stek, dan tingkat keberhasilannya sangat rendah, terlebih jika dilakukan oleh hobiss atau penangkar pemula.Perbanyakan dengan stek pada umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang , namun pada beberapa tanaman seperti asparagus dalam kondisi terkontrol dapat dilakukan. Perbanyakan tanaman dengan stek meliputi stek batang, stek bertunas daun, stek daun, stek akar, stek mata, stek umbi ( meliputi umbi lapis, umbi palsu, umbi batang, umbi akar dan akar batang).Stek berasal dari kata stuk ( bahasa Belanda) dan cuttage ( Bahasa Inggris) yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya, perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan tanaman induk kedalam media, agar tumbuh menjadi tanaman baru. Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name dan true to type. Stek dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:1. Stek DaunBahan awal perbanyakan yang dapat digunakan pada stek daun dapat berupa lembaran daun atau lembaran daun beserta petiol. Bahan awal pada stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman baru. Penggunaan bahan yang mengandung kimera periklinal dihindari agar tanaman-tanaman baru yang dihasilkan bersifat true to type Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau meristem sekunder. Pada tanaman Bryophyllum, akar dan tunas baru berasal dari meristem primer pada kumpulan sel-sel tepi daun dewasa, tetapi pada tanaman Begonia rex, Saint paulia (Avrican violet), Sansevieria, Crassula dan Lily, akar dan tunas baru berkembang dari meristem sekunder dari hasil pelukaan. Pada beberapa species seperti Peperomia, akar dan tunas baru muncul dari jaringan kalus yang terbentuk dari aktivitas meristem sekunder karena pelukaan. Masalah pada stek daun secara umum adalah pembentukan tunas-tunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah dibandingkan pembentukan tunas adventif .Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong daun dengan panjang 7,5 10 cm (Sansevieria) atau memotong daun beserta petiolnya kemudian ditanam pada media (Hartmann et al, 1997). Untuk Begonia dan Violces, perlakuan kimia yang umum dilakukan adalah penyemprotan dengan IBA 100 ppm.2. Stek UmbiPada stek umbi, bahan awal untuk perbanyakan berupa umbi, yaitu: umbi batang, umbi kakr, umbi sisik, dan lain-lain. Senagai bahan perbanyakan, umbi dapat digunakan utuh atau dipotong-potong dengan syarat setiap potongannya mengadung calon tunas. Untuk menghindari terjadinya busuk pada setiap potongan umbi, maka umbi perlu dierandap dalam bakterisida dan fungisida. Contoh tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek umbi antara lain: Solanum tuberosum, Ipomoea batatas, Caladium, Helianthus tuberosus, Amarilis, dan lainlain.3. Stek BatangBahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek batang dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang tanaman, yakni: berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous. Bahan tanaman yang biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras antara lain: apel, pear, cemara, dan lain-lain, dengan perlakuan kimia IBA atau NAA 2500 5000 ppm. Panjang stek berkisar antara 10 76 cm atau dua buku (nodes). Stek batang semi berkayu, contohnya terdapat pada tanaman Citrus sp. dengan perlakuan kimia yang sudah umum yaitu IBA dan NAA 1000 3000 ppm dan panjang stek 7,5 15 cm. Pada stek batang semi berkayu ini, daun-daun seharusnya dibuang untuk mengendalikan transpirasi. Disamping itu, pelukaan sebelumnya mungkin dapat membantu pengakaran. Untuk stek batang berkayu lunak, contohnya terdapat pada tanaman Magnolia dengan perlakuan IBA atau NAA 500 1250 ppm dan panjang stek 7,5 12,5 cm. Pada stek batang berkayu lunak ini umumnya akar relatif cepat keluar (2 5 minggu). Stek batang yang tergolong herbaceus, dilakukan pada tanaman Dieffenbachia, Chrisanthemum, dan Ipomoea batatas. Pada dasarnya perlakuan auksin tidak diperlukan pada stek batang herbaceous ini, tetapi kadang diberikan IBA atau NAA 500 1250 ppm dan panjang stek yang biasa digunakan adalah 7,5 12,5 cm4. Kelemahan dan Kekurangan Perbanyakan dengan stek mudah dilakukan karena tidak memerlukan peralatan khusus dan teknis pelaksanaan tidak rumit. Keunggulan teknik ini adalah dapat meng hasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia sangat sedikit atau terbatas. Namun pada kenyataannya tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan stek. Hanya tanaman yang mampu bertahan hidup lama setelah terpisah dari induknya saja yang dapat diperbanyak dengan teknik ini, misalnya anggur, kedondong, sukun , jambu air dsb.Kelemahan baik secara fisisologis maupun morfologis adalah hasil perbanyakan dengan cara ini memiliki akar serabut sehingga mudah roboh pada keadaan iklim kurang mendukung ( ekstrim) misalnya angin yang kencang, tanah selalu jenuh air, dsb. Hal ini disebabkan karena hasil perbanyakan tanaman yang ditanam dengan stek perakarannya dangkal.

>>> salah satu contoh stek yakni stek pada batangC. Perkembang biakan vegetatif secara OkulasiOkulasi adalah salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung (kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga diperoleh pertumbuhan dan produksi yang baik. Prinsip okulasi yaitu penggabungan batang bawah dengan batang atas, yang berbeda adalah umur batang bawah dan batang atas yang digunakan sehingga perlu teknik tersendiri untuk mencapai keberhasilan okulasi.Nugroho (2006), penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya.1. Dua bagian tanaman tersebut yakni :a. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock.b. Bagian tanaman yang ditempelkan atau disebut batang atas, entres (scion) dan merupakan potongan satu mata tunas (entres).2. Syarat Batang Bawah Untuk Okulasia. Dapat menggunakan biji asalan atau "sapuan"untuk menghasilkan batang bawah, tetapi ada varietas durian yang baik khusus untuk batang bawah yaitu varietas bokor dan siriwig, karena biji besar sehingga mampu menghasilkan sistem perakaran yang baik dan tahan terhadap busuk akar.b. Berdiameter 3-5 mm, berumur sekitar 3-4 bulan.c. Dalam fase pertumbuhan yang optimum (tingkat kesuburannya baik), kambiumnya aktif, sehingga memudahkan dalam pengupasan dan proses merekatnya mata tempel ke batang bawah.d. Disarankan penyiraman cukup (media cukup basah)e. Batang bawah dipupuk dengan Urea 1-2 minggu sebelum penempelan.f. Gunakan media tanam dengan komposisi tanah subur :tanah,pupuk kandang :sekam padi( 1:1:1).g. Gunakan polybag ukuran 15x20 cm yang sanggup bertahan dari biji sampai 3 bulan siap tempel sampai dengan 3 bulan setelah tempel, setelah periode tersebut polybag harus diganti dengan ukuran yang lebih besar 20x30 cm, atau langsung ke polybag 30x40 cm tergantung permintaan pasar dan seterusnya semakin besar pertumbuhan tanaman harus diimbangi dengan ukuran besar polybag.Kecuali untuk alasan pengangkutan jarak jauh untuk efisiensi tempat kita gunakan polybag yang lebih kecil dari biasanya.3. Syarat Batang Atas Untuk Okulasia. Entres yang baik adalah yang cabangnya dalam keadaan tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda (setengah berkayu).Warna kulitnya coklat muda kehijauan atau abu-abu muda. Entres yanng diambil dari cabang yang terlalu tua pertumbuhannya lambat dan persentase keberhasilannya rendah. Besar diameter cabang untuk entres ini harus sebanding dengan besarnya batang bawahnya.b. Cabang entres untuk okulasi ini sebaiknya tidak berdaun (daunnya sudah rontok). Pada tanaman tertentu sering dijumpai cabang entres yang masih ada daun melekat pada tangkai batangnya. Untuk itu perompesan daun harus dilakukan dua minggu sebelum pengambilan cabang entres. Dalam waktu dua minggu ini, tangkai daun akan luruh dan pada bekas tempat melekatnya (daerah absisi) akan terbentuk kalus penutup luka yang bisa mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit (patogen).c. Syarat lain yang perlu diperhatikan pada waktu pengambilan entres adalah kesuburan dan kesehatan pohon induk. Untuk meningkatkan kesuburan pohon induk, biasanya tiga minggu sebelum pengambilan batang atas dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK. Kesehatan pohon induk ini penting karena dalam kondisi sakit, terutama penyakit sistemik mudah sekali ditularkan pada bibit.d. Entres diambil setelah kulit kayu cabangnya dengan mudah dapat dipisahkan dari kayunya (dikelupas). Bagian dalam kulit kayu ini (kambium) akan tampak berair, ini menandakan kambiumnya aktif, sehingga bila mata tunasnya segera diokulasikan akan mempercepat pertautan dengan batang bawah.4. Syarat Tanaman Dapat Diokulasia. Tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru)b. Antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama.c. Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genusd. Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama.e. Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat.f. Pada klon yang akan dijadika batang atas atau entres tanaman harus memiliki produksi yang unggul, dan memiliki pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap penyakit.

5. Macam Okulasia. Okulasi Coklat (Brown Budding) b. merupakan okulasi dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan batang bawah berumur 8-18 bulan diokulasi dengan entres umur 1-2 tahun, dengan garis tengah 2,5-4 cm. Warna kayu entres coklat, yang dipergunakan adalah mata prima yang berwarna coklat.c. Okulasi Hijau (Green Budding) d. merupakan cara okulasi yang lazim dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan batang bawah yang berumur 4-6 bulan diokulasi dengan entres yang berumur 3-4 bulan, garis tengah 0,5-1 cm, warna kayu entres hijau tua, yang dipergunakan adalah mata burung yang berwarna hijau.e. Okulasi dini (Pro Green Budding) f. merupakan cara okulasi dengan batang bawah berumur 2-3 bulan, diokulasi dengan entres umur 3-4 minggu, garis tengah kurang dari 0,5 cm warna kayu entres hijau muda sampai hijau. Yang dipergunakan sebagai mata entres adalah mata sisik (csale bud).g. Teknik pengokulasian pada okulasi dini sama saja dengan yang dilakuka pada okulasi hijau. Hasi dari okulasi sama dengan yang dicapai okulasi hijau maupun okulsi coklat.6. Macam-Macam Cara Menempel :A. Tempel Huruf T1. Batang Pokoka. Buat irisan melintang pada bagian kulit halus dengan panjang 1 cm ( 20 cm di atas permukaan tanah ) atau kira-kira 1/3 lingkaran batangb. Di tengah-tengah irisan melintang dibuat irisan tegak lurus ke bawah (huruf T) atau ke atas (huruf T terbalik) dengan panjang 3 cm (tergantung besar kecilnya batang pokok)c. Saat mengiris usahakan setebal kulit, jangan sampai melukai kayunya, karena bisa berakibat kegagalan dalam penempelannya. d. Diusahakan mata tempel tidak terkena langsung sinar matahari. e. Kulit di kedua belah disisi irisan tegak lurus diangkat dengan sudip kecil, yang nantinya akan di sisipi mata.2. Pengambilan dan Penyisipan Mataa. Ambil mata yang cukup subur dan besar (mata tunas yang baik terletak di bagian tengah cabang). Mata di bagian pangkal cabang tidak besar dan bergabus sedangkan mata di bagian cabang ujung kurang tua, sehingga kemungkinan untuk jadi tanaman sangat kecil. b. Buat irisan melintang 1 cm di atas dan di bawah mata, kemudian ujung-ujung kedua irisan dihubungkan sehingga diperoleh irisan berbentuk segiempat panjang. c. Kulit batang diangkat dengan pisau okulasi, sehingga diperoleh kulit batang yang berbentuk segiempat panjang. Pegang tepinya, jangan memegang kambium.d. Cara lain, yaitu langsung diiris/ disayat di bawah atau dari atas mata dengan jarak 1 cm. Dalam menyayat kulit, ikutkan sedikit kayu ( jangan terlalu tebal nanti sulit mengambil kayunya) kemudian pegang tepinya dan dihilangkan kayunya. Panjang sayatan 3 cm.e. Mata tunas lalu disisipkan di bawah kulit yang telah diiris dalam bentuk T pada batang pokok. Dalam menyisipkan harus hati-hati, jangan menggeser kambium sebelah bawahnya, karena bila kambium tergeser tempelan bisa gagal. Selain itu diusahakan jangan sampai kemasukan kotoran pada batang pokok ataupun matanya. Terutama di bagian kambiumnya.f. Setelah disisipkan, mata diletakkan di tempat bagian bekas irisan, jadi tidak tertutup kulit, lalu diikat dengan pita plastik. Mengikatnya dari bawah ke atas sistem genteng, tetapi jangan terlalu erat untuk menghindari rusaknya mata. Kalau takut mata tertekan, lebih baik jangan diikat matanya. Hanya kejelekannya kalau ada hujan, air bisa masuk ke dalam mata. B. Tempel Cara ForkertTempel dengan cara Forkert hasilnya bisa lebih baik daripada model T, karena bagian tengah yang ditempeli kulit tidak ada kambium yang tergores pisau.1. Batang Pokoka. Berumur 1 tahun, diameter 1 - 2 cm (bagian bawah dekat permukaan tanah). b. Buat irisan melintang pada bagian kulit halus 1 cm ( 20 cm di atas permukaan tanah ) dan dua irisan tegak lurus 3 cm pada kedua ujung irisan melintang. c. Melewati sudut ujung atas dengan sundip, kulit diangkat ke atas terus ditarik ke bawah. Untuk menjaga kambium jangan sampai kering, kulit irisan yang dikelupas untuk sementara ditutup dan diikat.d. Besarnya kulit yang dikelupas harus sedikit lebih besar daripada mata yang ditempelkan. Karena kalau lebih kecil, mata tempel sering gagal.2. Pengambilan dan Penempelan Mataa. Cara pengambilan mata sama seperti pada tempel cara T. b. Kulit pada batang pokok dibuka lebar-lebar, mata ditempelkan pada kambium pada batang pokok ( kambium menempel pada kambium), lalu kulit batang ditutup kembali sehingga menutup mata, kemudian ikatlah dengan pita plastik dari bawah ke atas. Saat mengikat persis mata jangan terlalu keras, karena tunas akan rusak atau terhambat pertumbuhannya.

C. Tempel HTempel H, maksudnya adalah irisan berbentuk huruf H. Cara ini sebenarnya adalah cara Forkert yang diubah. a. Buat irisan melintang pada bagian kulit halus dengan lebar 2 cm ( 20 cm di atas permukaan tanah ) dan pada kedua ujung irisan melintang buat dua irisan vertikal 2 cm ke atas dan ke bawah ( seperti huruf H)b. Kemudian kulit tersebut diangkat ke bawah dan ke atas, maka akan terbentuk dua lidah yang menghadap ke bawah dan ke atas.c. Buat irisan mata dengan ukuran panjang 3 cm dan lebar 2 cm, kemudian tempelkan pada batang pokok yang telah diangkat lidah-lidahnya. d. Kedua lidah tersebut tutupkan pada mata. Luka irisan kemudian ditutup dengan lilin (untuk mengurangi terjadinya kekeringan pada mata, karena tertutup oleh lidah atas dan bawah). Selain itu juga untuk mengurangi tekanan ikatan pada calon tunas yang akan tumbuh.D. Tempel Segi Empata. Buat irisan melintang pada bagian kulit halus (batang pokok) berbentuk segiempat panjang atau bujur sangkar dengan ukuran 12-15 cm atau lebih, tergantung keadaan batang pokok ( 20 cm di atas permukaan tanah ) b. Kulit diangkat dengan sudip atau pisau, jangan sampai melukai kayu. Setelah kulit terangkat, ditutupkan lagi dan diikat untuk menjaga kambium batang pokok tidak mengering.c. Buat mata yang berbentuk segi empat, yang ukurannya lebih kecil.d. Mata ditempelkan pada bagian batang pokok yang telah dihilangkan kulitnya, lalu diikat dengan pita plastik dari bawah ke atas. Sebelum diikat dengan pita plastik, tempat sayatan dapat dioles dulu dengan parafin untuk menutup bekas luka.e. Setelah 2-3 minggu ikatan plastik dibuka. Apabila mata tunas masih hijau, ada harapan hasil tempelan jadi. Biarkan beberapa hari. Kemudian baru dipotong 1 cm di atas tempel miring ke belakang. Setelah tunas sedikit panjang harus diluruskan dengan tali, dengan cara diikatkan pada tinag yang didirikan dekat batang pokok. Dengan demikian pertumbuhan tunas dapat tegak lurus.E. Tempel Jendela a. Mata tunas tidak tertutup seluruhnya, karena masih ada bagian yang terbuka di bagian tengah, persis di tempat calon tunas akan keluar, seakan-akan ada jendelanya.b. Penempelan ini ada dua cara yaitu :1. 15 cm dari permukaan tanah buatlah garis verikal yang berjarak 1 cm menuju ke atas, yang kemudian bertemu pada ketinggian 21 cm dari permukaan tanah.2. 21 cm dari permukaan tanah buatlah garis melintang dengan panjang 1 cm, dari kedua ujung garis melintang tersebut buatlah dua garis tegak lurus ke bawah sepanjang kurang lebih 5 cm.

c. Baik cara 1 dan 2 kulit diangkat dengan sudip atau pisau, dan jangan sampai merusak kambium. Kemudian setelah diangkat, terus ditarik ke bawah. Di tengah-tengah lidah kulit yang telah ditarik , buatlah lubang dengan panjang 9 mm. Lubang ini disebut jendela. d. Mata yang telah disiapkan dengan panjang 4 cm dan lebar 1 cm ditempelkan pada batang pokok yang telah diangkat kulitnya, kambium persis bertemu kambium. Sedang calon tunas harus tepat terletak pada lubang, sehingga calon tunas tidak tertekan kulit. Tetapi kulit di sekitar calon tunas harus dapat menempel betul, sehingga hubungan kambium dengan kambium dapat menempel erat. e. Bekas luka selanjutnya ditutup dengan lilin, setelah itu dapat diikat tali plastikf. Untuk mempercepat pertumbuhan tunas dapat diperlakukan dengan 3 cara, yaitu :1. Di atas mata disayat melingkar dengan lebar 2 cm.2. Di atas mata dimulai dari muka diiris separuh tebal batang, kemudian batng dilengkungkan ke belakang.3. Dapat langsung dipotong di atas mata ( 1 cm atau 10 cm), menurut keperluannya untuk ikatannya tunas atau tidak.

7. Metode PenyambunganMenurut Ashari (1995) terdapat 2 metode penyambungan, yaitu sambung tunas dan sambung mata tunas.A. Sambung Tunas/GraftingAgar persentase jadi dapat memuaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.1. Batang atas dan batang bawah harus kompatibel2. Jaringan kambium kedua tanaman harus bersinggungan3. Dilakukan saat kedua tanaman berada pada kondisi fisiologis yang tepat4. Pekerjaan segera dilakukan sesudah entris diambil dari pohon induk.5. Tunas yang tumbuh pada batang bawah (wiwilan) harus dibuang setelah penyambungan selesai agar tidak menyaingi pertumbuhan tunas batang atas. Metode yang dikembangkan adalah sambung lidah (tongue grafting), sambung samping (side grafting), sambung celah (cleft grafting), sambung susu (approach grafting), dan sambung tunjang (inarching).B. Sambung Mata Tunas/Okulasi (Budding)Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan teknik ini menurut Ashari (1995) adalah sukarnya kulit kayu batang bawah dibuka, terutama pada saat tanaman dalam kondisi pertumbuhan aktif, yakni pada saat berpupus atau daun-daunnya belum menua. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisiologis tanaman. Sebaiknya okulasi dilakukan saat tanaman dalam kondisi dorman.Budding dapat menghasilkan sambungan yang lebih kuat, terutama pada tahun-tahun pertama dari pada metode grafting lain karena mata tunas tidak mudah bergeser. Budding juga lebih ekonomis menggunakan bahan perbanyakan, tiap mata tunas dapat menjadi satu tanaman baru (Hartmann et al, 1997).Metode budding yang sering digunakan antara lain okulasi sisip (chip budding), okulasi tempel dan sambung T (T-budding). Pemilihan metode tergantung pada beberapa pertimbangan, yaitu jenis tanaman, kondisi batang atas dan batang bawah, ketersediaan bahan, tujuan propagasi, peralatan serta keahlian pekerja

>>>>> cara-cara okulasi pada tanaman

8 .Jenis-Jenis Mata OkulasiMengetahui jenis-jenis mata okulasi adalah sangat penting agar okulasi dilaksanakan tidak sia-sia dan tingkat keberhasilannya tinggi. Jenis-jenis mata okulasi, yaitu :a. Mata sisik. Terdapat pada ujung internodia, pertumbuhannya paling lambat, kurang baik untuk okulasi. b. Mata prima. Mata tunas yang terletak di ketiak daun. Mata inilah yang terbaik untuk okulasi, letaknya di bagian tengah internodia. Jumlahnya tiap meter kayu entres terdapat 15-20 mata okulasi. c. Mata palsu. Mata tunas yang terdapat pada ketiak daun, berada di bagian paling bawah internodia, jumlahnya antara 3-5 mata. Bila mata ini digunakan untuk okulasi tidak akan tumbuh. 9. Cara Okulasia. Perlakuan pendahuluan1) Batang bawah dengan polybagnya dipegang dan diangkat sedikit keatas lalu ditekan miring ke bawah sehingga posisi tanaman dan polybagnya menjadi miring ke arah luar, agar memudahkan mencari posisi batang yang akan di tempel dan pengerjaan penempelan,gerakan ini juga mampu menjatuhkan embun/air yang melekat di daun, agar lebih banyak embun/air yang jatuh, gerakan batang bawah sekali lagi dengan tangan.2) Batang bawah dibersihkan dari kotoran/debu dengan cara mengusap dengan ibu jari dan telunjuk tangan kita pada bagian yang akan dibuat sobekan untuk okulasi.

10. Pembuatan sayatan untuk tempat menempel entres1. Lihat dan perhatikan bagian batang bawah yang akan dijadikan tempat okulasi.2. Penentuan tempat okulasi, buat tempat sayatan/kupasan/sobekan setinggi 3 kali tinggi/panjang silet dari batas akar dan batang, karena bila okulasi pertama gagal setelah 3 minggu kita bisa mengokulasi lagi tepat berjarak sepanjang silet dibawah luka okulasi pertama pada sisi yang berlawanan, kalau okulasi ke-2 masih gagal dalam 3 minggu berikutnya kita dapat mengulang untuk yang terakhir kali atau yang ke-3 berjarak sepanjang silet pada sisi yang berlawanan dengan okulasi ke-2 atau sama sisi dengen okulasi ke-1. Kalau itupun gagal kita bisa gunakan alternatif dengan teknik sambung pucuk atau kita menunggu tanaman tumbuh lebih tinggi. Tetapi jangan melakukan okulasi 2 atau 3 sekaligus pada tanaman karena itu akan membuat stress tanaman.3. Panjang silet sekitar 4 cm, sehingga jarak tempat okulasi pertama adalah setinggi sekitar 12 cm di atas batas akar dan batang.4. Buang daun dibawah posisi tempat sayatan, untuk memudahkan penempelan atau tidak menghalangi pandangan.5. Penyayatan kulit batang bawah mendatar selebar 3-4 mm dengan 2 atau 3 kupasan, tergantung pada besar kecilnya diameter batang bawah dan diseimbangkan dengan besar kecilnya entres, lalu ditarik ke bawah sepanjang lebih kurang 1,5 - 3cm, sehingga menjulur seperti lidah. Sayatan ini kemudian dipotong panjangnya atau menyisakan sedikit sayatan (


Top Related