1
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya
yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan
kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit
infeksi (Hidayat, 2005). Secara epidemiologis, penyebaran penyakit berbasis
lingkungan di kalangan anak sekolah di Indonesia masih tinggi khususnya
kasus infeksi seperti diare (Hendra, 2007).
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan
air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit
yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu
penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di
bawah lima tahun (balita).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009,
diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara
global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka
kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia
dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap
1
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
2
episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak
untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada
anak (WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan
angka kematian akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun
sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang.
Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah 10.280 orang dengan
angka kematian 2.5%.
Pada kasus penyakit diare di Kabupaten Banyumas dari tahun ketahun
tetap tinggi dibanding dengan kasus lainnya. Cakupan penemuan kasus diare
tahun 2010 sebesar 2.27% cenderung mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2009 sebesar 1,63%. Angka kesakitan diare di Kabupaten Banyumas
tahun 2010 sebesar 22.75/1000 penduduk mengalami peningkatan dibanding
tahun 2009 sebesar 16.25/1000 penduduk.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare
adalah disebabkan oleh kuman melalui perantara makanan atau minuman
yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan penderita, sedangkan faktor-
faktor lainnya meliputi faktor perilaku dan lingkungan. Penyebab diare secara
langsung yang terkait dengan masalah infeksi, gangguan melabsorbsi,
makanan basi, makanan tidak bersih atau beracun, alergik, imunodefisiensi,
serta penyebab tidak langsung di antaranya dipengaruhi oleh hygiene sanitasi,
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
3
keadaan gizi, kepadatan penduduk, sosial ekonomi, sosial budaya dan faktor
lain seperti iklim (Direktorat Jendral PPM dan PL, 2005).
Anak usia sekolah amat rentan terserang diare dan infeksi cacing. Hasil
survei cacing oleh Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL) Departemen Kesehatan tahun 2009 menyebutkan 31,8 persen siswa
sekolah dasar mengalami cacingan. Sementara itu penyakit diare menempati
urutan teratas dalam daftar 10 penyakit penyebab rawat inap di rumah sakit
Indonesia (Anna, 2011).
Mencuci tangan menggunakan sabun dengan teknik yang benar
mempunyai manfaat besar dalam upaya pencegahan penyakit diare.
Upaya memelihara kesehatan dan mencegah risiko terjadinya penyakit serta
melindungi dirinya dari ancaman penyakit melalui tindakan mencuci
tangan menggunakan sabun, maka akan banyak mengurangi jumlah
mikroorganisme dari tangan.
Cuci tangan sendiri memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu
kegiatan membersihkan kotoran yang melekat pada kulit dengan memakai
sabun dan air yang mengalir (Depkes, 2007). Brooker (2008) juga
mengungkapkan bahwa cuci tangan adalah satu-satunya prosedur terpenting
dalam pengendalian infeksi nosokomial.
Hasil studi Curtis & Caircross tahun 2003 dalam metastudinya
mengungkapkan bahwa praktik mencuci tangan menggunakan sabun dapat
mengurangi insiden diare sebanyak 42%-47% kasus diare (Anonim, 2007).
Berdasarkan Survei Health Service Program tahun 2006 mengungkapkan
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
4
tentang perilaku masyarakat terhadap kebiasaan mencuci tangan
menggunakan sabun, bahwa hanya 3% yang menggunakan sabun untuk
mencuci tangan. Perilaku masyarakat pada 5 waktu kritis mencuci tangan
tercatat 12 % setelah buang air besar, 9 % setelah membantu buang air besar
pada bayi, 14 % sebelum makan, 7 % sebelum memberi makan bayi dan 6 %
sebelum menyiapkan makanan (Kandun, 2007).
Dari angka kejadian tersebut maka perlu adanya evaluasi program
untuk menilai efektivitas program yang sudah dilaksanakan yaitu promosi
kesehatan mencuci tangan menggunakan sabun melalui metode ceramah,
demonstrasi melalui latihan terhadap pengetahuan serta pemahaman dan
sikap siswa sekolah dasar dalam upaya pencegahan penyakit diare. Evaluasi
program dilaksanakan setelah program diimplementasikan bertujuan untuk
mengetahui pencapaian dan mengidentifikasi keterbatasan dari suatu
program. Melalui evaluasi program data-data dapat dikumpulkan, ditafsirkan
dan dianalisis secara sistematis dengan tujuan untuk menetapkan nilai dari
satu program. Selanjutnya dengan nilai yang ada dapat digunakan untuk
pengembangan program selanjutnya (Dignan & Carr, 1992).
Adiwiryono (2010), menyatakan bahwa PHBS pada tatanan pendidikan
adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif
dalam mewujudkan sekolah sehat. Sasaran pembinaan PHBS di sekolah
adalah siswa, warga sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah. Anak yang
memasuki pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar (SD) atau yang selanjutnya
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
5
ditingkat SD sangat tergantung kepada guru kelasnya di sekolah sehingga
guru kelas merupakan faktor penting dalam pendidikan anak SD termasuk
dalam pembentukan PHBS di sekolah. Sekolah selain sebagai tempat belajar
bagi anak juga merupakan sarana bersosialisasi dengan teman sebaya dan
lingkungan. Selain dengan guru di sekolah, seorang anak juga berinteraksi
dengan temannya khususnya ketika istirahat di sekolah. Seorang anak secara
psikologis cenderung meniru apa yang dilihat dalam kesehariannya termasuk
juga perilaku kesehatan yang dilakukan dan ditanamkan oleh orang tuanya di
rumah dan temannya di sekolah, sehingga faktor tersebut juga dapat
berpengaruh terhadap PHBS anak di lingkungan sekolah.
Kualitas sumber daya manusia yang mampu berdaya saing akan tercipta
jika pengawasan kesehatan dimulai dari anak usia sekolah baik dari tingkat
pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah
atas. Anak belajar dan diajar oleh lingkungan mengenai bagaimana ia harus
bertingkah laku yang baik dan tidak baik, lingkungan dapat berarti orang tua,
guru, dan teman-temannya (Gunarsa, 2006).
Dwigita (2012) menyatakan bahwa orang tua dan guru adalah sosok
pendamping saat anak melakukan aktifitas kehidupannya setiap hari. Peranan
mereka sangat dominan dan sangat menentukan kualitas hidup anak di
kemudian hari, sehingga sangatlah penting bagi mereka untuk mengetahui
dan memahami permasalahan dan gangguan kesehatan pada anak usia
sekolah yang cukup luas dan kompleks. Deteksi dini gangguan kesehatan
anak usia sekolah dapat mencegah atau mengurangi komplikasi dan
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
6
permasalahan yang diakibatkan menjadi lebih berat lagi. Peningkatan
perhatian terhadap kesehatan anak usia sekolah tersebut, diharapkan dapat
tercipta anak usia sekolah Indonesia yang cerdas, sehat dan berprestasi.
Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan di SD Negeri 01
Dukuh Waluh diperoleh angka kejadian diare pada siswa sebanyak 55% dari
jumlah keseluruhan siswa selama bulan Februari-April 2015. Selain ini
peneliti juga melakukan wawancar dan observasi untuk mendukung
penelitian ini, dari hasil wawancara terhadap 10 anak yang ditanya dan diberi
lembar pertanyaan seputar penyakit diare dan cara mencuci tangan yang baik
dan benar diperoleh 8 anak pernah mengalami diare dalam waktu 1 bulan
terakhir, 9 anak mengatakan bahwa belum memahami cara mencuci tangan
yang baik dan benar dikarenakan orang tua di rumah belum pernah
mengajarkan langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar terkadang
orang tua hanya mengingatkan untuk selalu mencuci tangan menggunakan
sabun.
Hasil dari wawancara dengan 4 guru di SD Negeri 01 Dukuh Waluh
mengatakan bahwa permasalahan tentang penyakit diare pada anak memang
merupakan masalah yang cukup sering terjadi, guru juga menyatakan bahwa
mereka belum mengetahui betul bagaimana cuci tangan yang baik dan benar
mereka hanya mengetahui sebatas cuci tangan harus menggunakan sabun dan
air bersih. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan orang tua
siswa diperoleh bahwa mereka dirumah tidak pernah mengajarkan bagaimana
cara cuci tangan yang baik dan benar dan jarang melarang anak mereka untuk
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
7
membeli makanan sembarangan. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Promosi Kesehatan Personal
Hygine Cuci Tangan, Pola Asuh Orang Tua Dan Peran Guru Terhadap
Penurunan Kejadian Diare Pada Anak Kelas 5 di SD Negeri 01 Dukuh
Waluh”.
B . Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang ada rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Adakah pengaruh promosi kesehatan personal hygine
cuci tangan, pola asuh orang tua dan peran guru terhadap penurunan kejadian
diare pada anak kelas 5 di SD Negeri 01 Dukuh Waluh.
C . Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan
personal hygine (cuci tangan), pola asuh orang tua dan peran guru
terhadap penurunan kejadian diare pada anak kelas 5 di SDN 01 Dukuh
Waluh.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik responden di SDN 01 Dukuh Waluh.
b. Untuk mengetahui kejadian diare sebelum dan sesudah diberikan
Promosi Kesehatan pada anak kelas 5 di SDN 01 Dukuh Waluh.
c. Untuk mendeskripsikan peran orang tua dirumah dalam membentuk
praktik personal hygine cuci tangan terhadap penurunan kejadian
diare pada anak kelas 5 di SDN 01 Dukuh Waluh.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
8
d. Mendeskripsikan peran guru dalam membentuk praktik personal
hygine terhadap penurunan kejadian diare pada anak di SDN 01
Dukuh Waluh.
e. Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan personal hygine (cuci
tangan), pola asuh orang tua dan peran guru terhadap penurunan
kejadian diare pada anak kelas 5 di SD N 01 Dukuh Waluh.
D . Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan cara
mengaplikasikan teori-teori keperawatan yang didapat selama
perkuliahaan, khususnya tentang materi personal hygine cuci tangan
terhadap penurunan kejadian diare pada anak.
2. Bagi Responden
Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi responden sebagai
informasi tentang pentingnya personal hygine cuci tangan untuk
menghindari kejadian diare pada anak.
3. Bagi Instansi Terkait
Sebagai bahan informasi mengenai perkembangan anak usia sekolah, agar
guru dapat memantau kebersihan anak didiknya khususnya yang
berhubungan dengan kebersihan personal hygine.
4. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi
mahasiswa yang membutuhkan serta sebagai perbendaharaan kepustakaan
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
9
yang berkaitan dengan pengaruh promosi kesehatan personal hygine (cuci
tangan), pola asuh orang tua dan peran guru terhadap penurunan kejadian
diare pada anak.
E . Penelitian Terkait
1. Apriany (2012)
Penelitiannya dengan judul “Perbedaan Perilaku Mencuci Tangan
Sebelum Dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan”. Pendidikan
kesehatan pada anak usia 4-5 tahun. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui perbedaan perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan. Rancangan penelitian ini adalah quasi
eksperimen, dengan One Group Pre test Post test Design. Penelitian ini
menggunakan lembar check list cuci tangan sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan. Penelitian dilaksanakan bulan Juli 2011 di TK AT-
Taqwa Cibeber Cimahi. Sampel 32 responden diambil menggunakan
teknik purposive sampling. Rerata cuci tangan responden sebelum
diberikan pendidikan kesehatan adalah 2,78 dan setelahnya 9,44. Hasil uji
t didapatkan ada perbedaan signifikan perilaku cuci tangan sesudah
diberikan pendidikan cuci tangan (p value 0,001). Insitusi pendidikan agar
membudayakan cuci tangan.
Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul
penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian dan variabel yang diteliti.
Persamaan dalam penelitian ini sama-sama menggunakan desain
eksperimental dan sama-sama meneliti tentang cuci tangan.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
10
2. Susilaningsih (2013)
Penelitiannya dengan dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Perilaku Mencuci Tangan Siswa Sekolah Dasar”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
tentang mencuci tangan terhadap perilaku mencuci tangan siswa SDN 01
Gonilan. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen, dengan pre test-
post test control group design. Sampel penelitian sebanyak 32 responden
menggunakan metode random sampling. Teknik pengumpulan data
dengan kuesioner dan observasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan
uji paried t-test uji independent t-test. Hasil analisis uji paried t-test
kelompok eksperimen diperoleh hasil nilai ρ = 0,000 dan perilaku ρ =
0,000, maka disimpulkan adanya pengaruh pendididkan kesehatan
terhadap perilaku mencuci tangan pada siswa SDN 01 Gonilan. Sedangkan
hasil perbandingan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
diperoleh nilai ρ = 0,001 untuk pengetahuan dan nilai ρ = 0,039 untuk
perilaku. Maka disimpulkan terdapat perbedaan pengetahuan dan perilaku
mencuci tangan siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol.
Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul,
lokasi penelitian, subyek penelitian dan variabel yang diteliti. Persamaan
dalam penelitian ini sama-sama menggunakan desain eksperimental dan
sama-sama meneliti tentang cuci tanagan.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
11
3. Evayanti, Purna dan Aryana (2014)
Penelitiannya dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Diare Pada Balita Yang Berobat ke Badan Rumah Sakit
Umum Tabanan”. Jenis penelitian ini adalah deskripsi yang menggunakan
pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di BRSU Tabanan
Kabupaten Tabanan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu
yang memiliki balita berumur 1-5 tahun yang menderita diare berobat ke
BRSU Tabanan sebanyak 260 orang. Sampel yang digunakan sebanyak 70
orang dengan menggunakan simple random sampling. Uji yang
diguanakan dalam penelitian ini yaitu uji chi square.
Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul,
lokasi penelitian, subyek penelitian dan variabel yang diteliti. Persamaan
dalam penelitian sama-sama meneliti tentang kejadian diare.
4. Berek dan Suaib (2009)
Judul penelitiannya “Hubungan Pola Asuh Ibu dan Kejadian Diare
dengan Pertumbuhan Bayi yang Mengalami Hambatan Pertumbuhan
Dalam Rahim Sampai Umur Empat Bulan. Penelitian observasional
dengan disain kohort dan dilaksanakan di Kota Makassar yakni RSIA Siti
Fatimah, RSB Pertiwi. Jumlah subjek adalah 44 bayi yang lahir dari ibu
yang selanjutnya disebut responden (ada 3 responden mempunyai bayi
kembar 2 yang semuanya dimasukkan sebagai subjek). Subjek penelitian
adalah bayi lahir pada akhir bulan September sampai dengan bulan
Oktober 2007 dan bertempat tinggal di Kota Makassar. Kriteria inklusi
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
12
adalah berat lahir 1700-2499 g, lahir cukup bulan (≥37–42 minggu), tidak
ada catat bawaan, mesocefali dan orang tua bersedia menjadi responden
dan anaknya menjadi subjek. Pengukuran berat badan dan panjang badan
subjek 5 kali yaitu saat lahir dan setiap bulan sesuai hari lahir. Skor pola
asuh ibu dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dilakukan 1 kali setiap
bulan, kejadian diare setiap mingguan dan sanitasi lingkungan pada awal
dan akhir penelitian. Uji shapiro-wilk untuk normalitas data, karena
jumlah subjek kurang dari 50 subjek. Analisis data menggunakan korelasi
Pearson, korelasi Rank- Spearman dan analisis regresi linier berganda
variabel dummy.
Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul,
lokasi penelitian, subyek penelitian dan variabel yang diteliti. Persamaan
dalam penelitian sama-sama meneliti tentang kejadian diare dan pola asuh.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016