Download - BAB I-VI FIX
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membahas mengenai tujuan keempat dari MDGs yaitu menurunkan
angka kematian anak dimana Angka kematian Balita (AKBA) dilaporkan
menurun dari 97/1000 kelahiran hidup pada tahun 1989 menjadi 46/1000
kelahiran hidup pada tahun 2000. Rata-rata penurunan AKBA pada tahun
1990-an adalah 7% per tahun. Penting untuk dicatat bahwa pada tahun 2000
Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalam World Summit for
Children (WSC) yaitu 65/1000 kelahiran hidup. (Hidayah, 2013)
Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah. Salah satu
penyebabnya adalah belum dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan
secara optimal oleh masyarakat, termasuk posyandu. Jumlah Posyandu di
Indonesia pada tahun 1997 sebanyak 240.000 buah, sementara jumlah ibu dan
balita yang rutin mengikuti pemantauan dan promosi pertumbuhan mencapai
60-80%. Setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, jumlah tersebut
menurun menjadi 30-50% (Kristiani, 2006).
Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam
kehidupan Nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan
pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai modal dasar
pembangunan nasional. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan suatu
2
upaya yang besar, sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa
adanya keterlibatan masyarakat. Menurut Depkes RI salah satu bentuk upaya
pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan adalah menumbuh kembangkan
Posyandu.
Posyandu merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional
dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat terutama dalam upaya penurunan Angka
Kematian Bayi dan Angka Kelahiran Sosial. Dalam upaya menurunkan angka
kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil
bahagia dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui program-program
kesehatan, melainkan berhubungan erat dengan program KB. Upaya
menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan
melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa yang pelaksanaannya secara
operasional dibentuklah Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) (Muhyasir,
2011).
Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak
balita adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya. Pemeliharaan
kesehatan anak balita dititik beratkan kepada upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan serta pengobatan dan rehabilitasi yang dapat dilakukan
di puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, dan terutama di posyandu,
karena posyandu merupakan tempat yang paling cocok untuk memberikan
pelayanan kesehatan pada balita secara menyeluruh dan terpadu (Hasanbasri,
2007).
3
Kunjungan balita di posyandu berkaitan dengan peran ibu sebagai
responden yang paling bertanggungjawab terhadap kesehatan balitanya,
karena balita sangat bergantung dengan ibunya. Kunjungan ibu dengan
membawa balita ke posyandu karena adanya motif tertentu misalnya agar
anaknya mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Untuk itu,
motivasi ibu dalam pemanfaatan posyandu balita mempunyai andil yang besar
dalam meningkatkan kesehatan balitanya (Kristiani, 2006).
Menurut Sri Poerdji (2002) faktor-faktor yang berhubungan dengan
kunjungan balita ke posyandu antara lain umur balita menurut Sri Poerdji
menyatakan bahwa umur 12 hingga 35 bulan merupakan umur yang paling
berpengaruh terhadap kunjungan karena pada umur ini merupakan
pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Jumlah anak yang banyak juga mempengaruhi kunjungan
balita ke Posyandu dalam kaitannya dengan kehadirannya di posyandu
seresponden ibu akan sulit mengatur waktu untuk hadir di posyandu karena
waktunya akan habis untuk memberi perhatian dan kasih sayang dalam
mengurus anak-anaknya di rumah, pekerjaan ibu dimana ibu balita yang
mempunyai pekerjaan tetap akan memengaruhi kesempatan untuk
menimbangkan anaknya ke posyandu, ibu yang bekerja akan sibuk dan sedikit
memiliki waktu untuk berkunjung ke posyandu. Selanjutnya ialah jarak tempat
tinggal kebanyakan ibu balita tidak datang ke posyandu disebabkan karena
rumah balita tersebut jauh dengan posyandu sehingga ibu balita tersebut tidak
datang untuk mengikuti kegiatan dalam posyandu.
4
Cakupan indikator pelayanan kesehatan anak balita pada tahun 2013
sebesar 70,12% dan itu berarti belum memenuhi target Renstra pada tahun
2013 yang sebesar 83%. Capaian indikator ini juga mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 73,52% (Profil Kesehatan Indonesia,
2013). Cakupan pelayanan anak balita Provinsi Kalimantan Timur dimana
balita mendapatkan pelayanan kesehatan minimal 8 kali dalam 12 bulan
mencapai 261.189 (66,8 %) di tahun 2012. Untuk wilayah Kutai Kartanegara
mencapai 46.461 (82,5 %) (Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur,
2012).
Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia tahun 2013
sebanyak 5,7%, sebanyak 3,9 % di Kalimantan Timur dan Kutai Kartanegara
sebayak 3,9% (Profil Kesehatan Kalimantan Timur, 2013).
Dari Puskesmas Loa Ipuh didapatkan hasil data yang diperoleh dari
bulan Januari sampai Desember 2014 dimana jumlah kunjungan Balita
sebanyak 18,18%. Cakupan kunjungan Balita di Posyandu Kenanga I
sebanyak 130 sebanyak 11,73%, Posyandu Kenanga II sebanyak 11,59%
kunjungan, Posyandu Kenanga III sebanyak 41,38%, Posyandu Kenanga IV
sebanyak 26,15%, Posyandu Kenanga V sebanyak 32,39%, Posyandu
Kenanga VI sebanyak 27,01% dan Posyandu Kenanga VII sebanyak 11,14%
(Puskesmas Loa Ipuh, 2014).
Dari studi pendahuluan yang di lakukan di Posyandu Kenanga I
tentang pekerjaan ibu yang menyebabkan kurang aktifnya kunjungan balita ke
posyandu. Berdasarkan wawancara yang di lakukan pada 10 responden ibu
5
yang memiliki anak usia12 bulan-59 bulan, 6 diantaranya bekerja dan kurang
aktif dalam melakukan kunjungan ke Posyandu. Sedangkan 4 responden
lainnya tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yang aktif dalam
melakukan kunjungan posyandu. Selain faktor pokok diatas terdapat pula
keluhan masyarakat dimana fasilitas yang dimiliki posyandu sangatlah minim
serta kurangnya sosialisasi dari kader mengenai jadwal pelaksanaan posyandu
menyebabkan ibu kurang aktif dalam melakukan kunjungan ulang.
Berdasarkan latar belakang inilah maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai hubungan pekerjaan ibu dengan tingkat
kunjungan balita Ke Posyandu Kenanga I Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa
Ipuh Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
“Apakah ada hubungan pekerjaan ibu dengan kunjungan balita Ke
Posyandu Kenanga I Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pekerjaan ibu dengan kunjungan balita Ke
Posyandu Kenanga I Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pekerjaan ibu di Posyandu Kenanga I Di
Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015
6
b. Untuk mengetahui gambaran kunjungan balita Ke Posyandu Kenanga I
Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015.
c. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan kunjungan balita
Ke Posyandu Kenanga I Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun
2015.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi :
1. Bagi Penulis
Penelitian ini untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis
mengenai hubungan pekerjaan ibu dengan kunjungan balita Ke Posyandu
Kenanga I. Pentingnya kunjungan balita ke posyandu sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan guna untuk mendeteksi tumbuh kembang
balita sesuai dengan usia dan ilmu pengetahuan yang ada serta dapat
mengimplementasiakan langsung pada lahan praktik.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
pembelajaran khusus untuk dapat menambah wawasan dan referensi
Perpustakaan dan sebagai bahan acuan penelitian yang akan datang.
3. Bagi Posyandu Balita dan Puskesmas
Dengan penelitian ini kader posyandu dapat lebih menyesuaikan
waktu kunjungan balita ke posyandu dengan waktu pekerjaan responden
tua balita dan juga posyandu akan lebih meningkatkan fasilitas posyandu
7
agar kunjungan ibu dan balita semakin meningkat. Dapat dijadikan sebagai
bahan masukan dan pertimbangan bagi petugas kesehatan di Puskesmas
dan Kader di Posyandu Balita
4. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya bagi para ibu untuk membawa balitanya
berkunjung ke Posyandu Balita terdekat secara rutin untuk pemeriksaan
kesehatannya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini ingin meneliti tentang hubungan pekerjaan ibu dengan
kunjungan balita ke Posyandu Balita. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik
dengan subyek yang digunakan adalah seluruh ibu yang membawa balitanya
ke Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015.
F. Anggapan Dasar
Dalam hal ini peneliti harus dapat memberikan asumsi sederetan asumsi
dan pendapatnya yang kuat tentang kedudukan permasalahannya. Asumsi
yang harus diberikan tersebut diberi nama asumsi dasar atau anggapan dasar
(Arikunto, 2010).
Dari penelitian yang berjudul “Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan
Kunjungan Balita Ke Posyandu Kenanga I Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa
Ipuh Tahun 2015“, penelitian ini mempunyai anggapan dasar bahwa ibu yang
8
bekerja di luar rumah memiliki waktu yang sedikit untuk berpartisipasi dalam
posyandu atau bahkan tidak ada waktu sama sekali untuk ikut
berpartisipasi di posyandu sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan
mempunyai waktu lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan waktu
untuk membawa anaknya ke posyandu.
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pekerjaan
1. Definisi
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan
tertentu yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Manusia perlu
bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseresponden
akan mendapatkan uang. Uang yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, uang
tersebut harus berasal dari hasil kerja yang halal. Bekerja yang halal
adalah bekerja dengan cara-cara yang baik dan benar (Huki, 2013).
Menurut Wikipedia (2009) dalam Heny (2012) “Pekerjaan
merupakan aktifitas utama yang dilakukan oleh manusia dan merupakan
suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseresponden, dan
sering dianggap sinonim dari profesi”.
Menurut Puspa (2009), bekerja adalah aktifitas dasar yang
menyangkut kebutuhan dasar manusia untuk mendapatkan nafkah
kebutuhan diri sendiri dan keluarga. Pengertian dan pemahaman
masyarakat tentang pekerjaan cendrung menunjukkan pada jenis
pekerjaan dilapangan kerja formal, mereka yang dianggap bekerja hanya
sebatas pada pegawai atau karyawan yang mempunyai kantor, setiap hari
berangkat kerja, dan menerima gaji pada akhir bulan. Dalam arti
10
sesungguhnya lapangan kerja informal kenyataan banyak menampung dan
menyerap tenaga kerja justru kurang mendapat perhatian dari para pencari
kerja. Lapangan kerja informal biasanya dijadikan pilihan terakhir setelah
mereka gagal memasuki lapangan kerja formal. Lapangan kerja dapat
dibedakan menjadi lapangan kerja formal dan informal.
Lapangan kerja formal adalah lapangan kerja yang keberadaannya
diatur dan dilindungan oleh peraturan ketenagakerjaan, misalnya Pegawai
Negeri Sipil (PNS), ABRI, karyawan perusahaan swasta dan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). Sementara lapangan kerja informal adalah
lapangan kerja yang keberadaannya atas usaha sendiri dan upah tidak
terjangkau oleh oleh peraturan ketenagakerjaan, termasuk di dalamnya
usaha mandiri, pedagang, peternak, petani, nelayan, tukang
kayu/bangunan, tukang jahit, jasa profesi mandiri, dan lain sebagainya.
Jenis pekerjaan ada bermacam-macam. Ada pekerjaan
menghasilkan barang dan ada pula pekerjaan yang menyediakan jasa.
Pekerjaan menghasilkan barang dapat dilihat hasilnya. Adapun pekerjaan
memberikan jasa hanya dapat dirasakan manfaat dari layanannya (Huki,
2013).
2. Jenis-jenis Pekerjaan (Huki, 2013)
a. Bekerja
1) Petani
Petani adalah responden yang bekerja di bidang pertanian.
Selain di sawah, usaha pertanian juga dapat dilakukan di ladang
11
atau di pegunungan. Hasil yang diperoleh dari lahan perladangan
berupa tanaman palawija, seperti kacang-kacangan, jagung, dan
ubi. Hasil yang diperoleh dari daerah pegunungan di antaranya
adalah sayuran dan buah-buahan.
2) Wiraswasta
Suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseresponden atau organisasi untuk memberikan nilai tambah
terhadap esuatu produk sehingga memberi kepuasan lebih kepada
pelanggan. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang ringan dimana
seresponden ibu masih memiliki waktu untuk melakukan
kunjungan balita ke posyandu.
3) Nelayan
Nelayan bekerja mencari ikan di laut. Ikan hasil tangkapan
mereka kemudian dibawa ke tempat pelelangan ikan atau untuk
dikonsumsi sendiri.
4) Peternak
Responden yang pekerjaannya beternak disebut peternak.
Kegiatan beternak merupakan kegiatan memelihara dan
mengembang biakkan hewan ternak.
5) Guru
Guru adalah responden yang pekerjaannya mengajar, mendidik,
dan membimbing siswa dalam belajar di sekolah. Guru juga
12
dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Oleh karena itu, kita
harus menghormati dan menyayangi guru kita.
6) Dokter
Dokter bekerja di bidang kesehatan. Pekerjaan sebagai dokter
adalah mengabdi untuk kepentingan kemanusiaan.
b. Tidak Bekerja
1) Ibu Rumah Tangga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga
dapat diartikan sebagai seresponden wanita yang mengatur
penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga , atau
ibu rumah tangga merupakan seresponden istri (ibu) yang hanya
mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja
di kantor).
Jadi, ibu rumah tangga merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan seresponden wanita yang telah menikah
serta menjalankan pekerjaan rumah keluarga merawat anak-
anaknya, memasak, membersihkan rumah dan tidak bekerja di luar
rumah. Seresponden ibu rumahtangga sebagai wanita menikah
yang bertanggung jawab atas rumah tangganya.
3. Manfaat Pekerjaan (UCC UGM, 2013)
Pekerjaan terkadang menjadi salah satu momok penyebab stres.
Namun memiliki pekerjaan juga merupakan sebuah anugerah karena kita
bisa menikmati gaji setiap bulannya. Selain itu bekerja memiliki dampak
13
positif bagi kehidupan. Berikut 5 alasan mengapa bekerja memiliki
peranan penting bagi kehidupan seperti yang dilansir dari kompas.com :
a. Memiliki pendapatan tetap menghindarkan Anda dari berbagai
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kemiskinan, misalnya
kurang gizi, penyakit kronik, stres, dan lain sebagainya.
b. Punya akses pada jaminan kesehatan. Memiliki jaminan kesehatan
menjadi salah satu indikator kesehatan. Beberapa perusahaan juga
memberi fasilitas penggantian keanggotaan klub kebugaran atau
konseling penurunan berat badan.
c. Banyak teman. Penelitian menunjukkan, responden yang punya
hubungan baik dengan koleganya cenderung berumur panjang.
d. Bekerja memberikan tujuan hidup. Pekerjaan memang bukan
segalanya, namun bisa membuat kita merasa berharga.
e. Penelitian menunjukkan, responden yang baru sembuh dari sakit dan
kembali bekerja cenderung pulih lebih cepat dibanding dengan
responden yang tak punya pekerjaan.
B. Balita
1. Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu
tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun
(Muaris, 2006).
14
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada responden
tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan
makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik.
Namun kemampuan lain masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi
penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering
disebut golden age atau masa keemasan.
2. Karakteristik Balita
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak
usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia
1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan
dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih
besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan
yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan
jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil
dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang
diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
15
Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul
dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak
mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan
mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan
“tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung
mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan
pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa
anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan status gizi bila
dibandingkan dengan anak laki-laki (Arisman, 2007).
3. Tumbuh Kembang Balita
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun
prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni: (Romauli,. 2005)
a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah
(sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung
kaki, anak akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan
belajar menggunakan kakinya.
b. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya
adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan
untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan
jemarinya.
16
c. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi
keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari
dan lain-lain.
Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada
konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan
intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses
multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran
tubuhnya. Hal ini ditandai oleh:
a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.
b. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
c. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.
d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.
e. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan
sebagainya.
Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis.
Sebaliknya, berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara
proporsional pada tiap bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran
tubuhnya, artinya proses pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya
jika yang terlihat gejala penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan
atau hambatan proses pertumbuhan.
Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita
adalah dengan mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang
terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia
17
anak, harusnya bertambah pula berat dan tinggi badannya. Cara lainnya
yaitu dengan pemantauan status gizi. Pemantauan status gizi pada bayi dan
balita telah dibuatkan standarisasinya oleh Harvard University dan
Wolanski. Penggunaan standar tersebut di Indonesia telah dimodifikasi
agar sesuai untuk kasus anak Indonesia.
Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya
pada diri balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan
(maturasi) kemampuan personal dan kemampuan sosial.
a. Kemampuan personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-alat
pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya.
Kemampuan fungsi pengindraan meliputi ;
1) Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan
lain-lain.
2) Pendengaran, misalnya reaksi mendengarkan bunyi, menyimak
pembicaraan dan lain-lain.
3) Penciuman, misalnya mencium dan membau sesuatu.
4) Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, meraba
benda, dan lain-lain.
5) Pengecap, misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa makanan dan
minuman.
Pada sistem tubuh lainnya di antaranya meliputi :
1) Tangan, misalnya menggenggam, mengangkat, melempar,
mencoret-coret, menulis dan lain-lain.
18
2) Kaki, misalnya menendang, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain.
3) Gigi, misalnya menggigit, mengunyah dan lain-lain.
4) Mulut, misalnya mengoceh, melafal, teriak, bicara,menyannyi dan
lain-lain.
5) Emosi, misalnya menangis, senyum, tertawa, gembira, bahagia,
percaya diri, empati, rasa iba dan lain-lain.
6) Kognisi, misalnya mengenal objek, mengingat, memahami,
mengerti, membandingkan dan lain-lain.
7) Kreativitas, misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat,
merangkai, menciptakan objek dan lain-lain.
b. Kemampuan Sosial
Kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari kemampuan
personal yang makin meningkat. Dari situ lalu dihadapkan dengan
beragam aspek lingkungan sekitar, yang membuatnya secara sadar
berinterkasi dengan lingkungan itu. Sebagai contoh pada anak yang
telah berusia satu tahun dan mampu berjalan, dia akan senang jika
diajak bermain dengan anak-anak lainnya, meskipun ia belum pandai
dalam berbicara, ia akan merasa senang berkumpul dengan anak-anak
tersebut. Dari sinilah dunia sosialisasi pada ligkungan yang lebih luas
sedang dipupuk, dengan berusaha mengenal teman-temanya itu.
4. Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang
Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang
harus terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni ; a. Kebutuhan akan gizi (asuh);
19
b. Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih); dan c. Kebutuhan stimulasi
dini (asah) (Kusniati, 2009).
a. Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh).
Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang
anak yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini,
perkembangan kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran social,
emosional dan inteligensi anak berjalan sangat cepat. Pemenuhan
kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik dan
biologis balita perlu diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat
berarti makanan yang diberikan mengandung zat-zat gizi yang sesuai
kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia. Berimbang berarti komposisi
zat-zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai usianya.
Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik, perkembangan
otaknya akan berlangsung optimal. Keterampilan fisiknya pun akan
berkembang sebagai dampak perkembangan bagian otak yang
mengatur sistem sensorik dan motoriknya.
Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik, akan
berdampak pada sistem imunitas tubuhnya sehingga daya tahan
tubuhnya akan terjaga dengan baik dan tidak mudah terserang
penyakit.
20
b. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih).
Kebutuhan ini meliputi upaya responden tua mengekspresikan
perhatian dan kasih sayang, serta perlindungan yang aman dan nyaman
kepada si anak. Responden tua perlu menghargai segala keunikan dan
potensi yang ada pada anak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan
emosi atau kasih sayang akan menjadikan anak tumbuh cerdas secara
emosi, terutama dalam kemampuannya membina hubungan yang
hangat dengan responden lain. Responden tua harus menempatkan diri
sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya. Melalui keteladanan
tersebut anak lebih mudah meniru unsur-unsur positif, jauhi kebiasaan
memberi hukuman pada anak sepanjang hal tersebut dapat diarahkan
melalui metode pendekatan berlandaskan kasih sayang.
c. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah).
Stimulasi dini merupakan kegiatan respondentua memberikan
rangsangan tertentu pada anak sedini mungkin. Bahkan hal ini
dianjurkan ketika anak masih dalam kandungan dengan tujuan agar
tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan optimal.
Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhan-
sentuhan lembut secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan
mengajari anak berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal
huruf dan angka. Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong
munculnya pikiran dan emosi positif, kemandirian, kreativitas dan
lain-lain.
21
Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan benar dapat
merangsang kecerdasan majemuk (multiple intelligences) anak.
Kecerdasan majemuk ini meliputi, kecerdasan linguistic, kecerdasan
logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan
musical, kecerdasan intrapribadi (intrapersonal), kecerdasan
interpersonal, dan kecerdasan naturalis.
C. Posyandu
1. Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan forum komunikasi, alih tehnologi dan
pelayanan kesehatan masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat,
yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya
manusia sejak dini (Effendy, 1998).
Posyandu adalah pusat pelayanan kesehatan keluarga dan Keluarga
Berencana yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat
dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu
a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
c. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(Indeks Maternal Rate) atau angka kematian ibu.
22
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat
e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
penduduk berdasarkan letak geografi.
f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka
alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
3. Sasaran dalam pelayanan kesehatan di posyandu
a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun
b. Anak balita usia 1 sampai 5 tahun
c. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas
d. Wanita Usia Subur (WUS)
4. Macam Kegiatan
a. Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu
1. Kesehatan Ibu dan Anak
2. Keluarga Berencana
3. Imunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan diare
b. Tujuh kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu)
1. Kesehatan Ibu dan Anak
2. Keluarga Berencana
23
3. Imunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan diare
6. Sanitasi dasar
7. Penyediaan obat esensial
5. Pelayanan kesehatan yang dijalankan
a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
b. Penimbangan bulanan
c. Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang
d. Imunisasi bayi 3-14 bulan
e. Pemberian oralit untuk menanggulangi diare
f. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
g. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia
subur
h. Pemeriksaan kesehatan umum
i. Pemeriksaan kehamilan dan nifas
j. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil
penambah darah
k. Imunisasi TT untuk ibu hamil
l. Penyuluhan kesehatan dan KB
m. Pemberian alat kontrasepsi KB
n. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
o. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
24
p. Pertolongan pertama pada kecelakaan
6. Sistem lima meja
a. Meja I
1) Pendaftaran
2) Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia
subur
b. Meja II
1) Penimbangan balita, ibu hamil
c. Meja III
1) Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
d. Meja IV
1) Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan
resiko tinggi, Pasangan Usia Subur yang belum mengikuti KB
2) Penyuluhan kesehatan
3) Pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan,
kondom
e. Meja V
1) Pemberian imunisasi
2) Pemeriksaan kehamilan
3) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
4) Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan
25
Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan
untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya :
dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya (Effendy,
1998).
7. Kunjungan Balita Ke Posyandu
Menurut Zulkifli (2003) didalam Megawati (2011) kunjungan
adalah hal atau perbuatan berkunjung ke suatu tempat. Kunjungan
posyandu adalah datangnya masyarakat ke suatu tempat (posyandu) guna
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan fungsinya adalah untuk mengetahui perkembangan kesehatan
dan mendeteksi secara dini penyakit atau kelainan yang dimiliki
seseresponden, mendapatkan penyuluhan mengenai penyakit dan cara
penanggulangannya, pemeriksaan kesehatan serta pengobatan suatu
penyakit. Kunjungan balita ke posyandu adalah datangnya balita ke
posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya
penimbangan, imunisasi, penyuluhan gizi, dan lain sebagainya. Kunjungan
balita ke posyandu yang paling baik adalah teratur setiap bulan atau 12
kali pertahun. Untuk ini kunjungan balita diberi batasan 8 kali pertahun.
Pengertian teratur menurut Kamus Besah Bahasa Indonesia (2013)
adalah sudah diatur baik-baik atau berturut-turut dengan tetap. Maka
kunjungan balita teratur adalah datangnya masyarakat ke suatu tempat
(posyandu) guna mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan jadwal
26
yang telah ditentukan atau sudah diatur dengan baik ataupun berturut-turut
dengan tetap.
Posyandu yang frekuensi penimbangan atau kunjungan balitanya
kurang dari 8 kali pertahun dianggap masih rawan. Sedangkan bila
frekuensi penimbangan sudah 8 kali atau lebih dalam kurun waktu satu
tahun dianggap sudah cukup baik, tetapi frekuensi penimbangan
tergantung dari jenis posyandunya menurut Zulkifli (2003) didalam
Megawati (2011).
8. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu
(Poerdji, 2002)
a. Umur balita
Menurut Sri Poerdji menyatakan bahwa umur 12 hingga 35
bulan merupakan umur yang paling berpengaruh terhadap kunjungan
karena pada umur ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Hal
lain yang menyebabkan ibu balita tidak lagi hadir di posyandu
khususnya balita diatas usia 36 bulan, karena ibu balita merasa bahwa
anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan perkembangan
sosial anak semakin bertambah.
b. Jumlah Anak
Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi kehadiran ibu
yang mempunyai anak balita untuk hadir atau berpartisipasi dalam
posyandu. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hurlock
27
(2005) bahwa semakin besar keluarga maka semakin besar pula
permasalahan yang akan muncul dirumah terutama untuk mengurus
kesehatan anak mereka.
c. Pekerjaan Ibu
Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak
membawa balitanya ke posyandu adalah karena mereka harus bekerja.
Hasil penelitian Sihotang yang dikutip oleh Soeryoto (2000)
menyatakan bahwa penggunaan posyandu terkait dengan status
pekerjaan ibu. Ibu balita yang mempunyai pekerjaan tetap akan
memengaruhi kesempatan untuk menimbangkan anaknya ke
posyandu.
d. Jarak tempat tinggal
Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa
faktor lingkungan fisik/letak geografis berpengaruh terhadap perilaku
seseresponden/masyarakat terhadap kesehatan. Ibu balita tidak datang
ke posyandu disebabkan karena rumah balita tersebut jauh dengan
posyandu sehingga ibu balita tersebut tidak datang untuk mengikuti
kegiatan dalam posyandu.
D. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kunjungan Balita Ke Posyandu
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga dan waktu untuk mengasuh anak akan berkurang, sehingga ibu
28
balita yang harus bekerja di luar rumah waktunya untuk berpartisipasi
dalam posyandu mungkin sangat kurang atau bahkan tidak ada waktu
sama sekali untuk ikut berpartisipasi di posyandu (Rinaldy, 2004).
Sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai
waktu lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan waktu untuk
membawa anaknya ke posyandu (Rinaldy, 2004).
Peran ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja sangat berpengaruh
terhadap perawatan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari waktu yang
diberikan ibu untuk mengasuh dan membawa anaknya berkunjung ke
posyandu masih kurang karena waktunya akan habis untuk menyelesaikan
semua pekerjaannya. Aspek lain yang berhubungan dengan alokasi waktu
adalah jenis pekerjaan ibu dan tempat ibu bekerja serta jumlah waktu yang
dipergunakan untuk keluarga di rumah (Husnaini (1989) dalam (Rinaldy,
(2004)).
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Heriyani (2010) dengan judul “Hubungan Pendidikan, Pekerjaan,
Pengetahuan, dan Kepuasan Ibu Terhadap Posyandu dengan Frekuensi
Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Puskesmas 9 Nopember” dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja dan jarang melakukan
kunjungan ke posyandu sebanyak 36 responden (33,4%), ibu yang bekerja
dan sering melakukan kunjungan sebanyak 29 responden (23,8%)
sedangkan ibu yang tidak bekerja dan jarang melakukan kunjungan
29
sebanyak 63 responden (63,6%), ibu yang tidak bekerja dan sering
membawa balitanya ke posyandu sebanyak 93 responden (76,2%). Pvalue
0,041 dan ibu yang bekerja berpeluang sebanyak 1,83 kali untuk jarang
membawa anak balitanya ke posyandu.
2. Erman (2010) dengan judul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kunjungan Ibu Yang Mempunyai Balita 0-5 Tahun Ke Posyandu Di
Kelurahan Lubuk Tanjung Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota
Lubuklinggau Tahun 2010” dengan hasil menunjukkan bahwa responden
dengan kategori tidak bekerja dan rutin berkunjung ke posyandu sebanyak
8 (53,3 %), sedangkan responden dengan kategori bekerja dan rutin
berkunjung ke posyandu sebanyak 19 (73,1%). Responden dengan
kategori tidak bekerja dan tidak rutin berkunjung ke posyandu berjumlah 7
(46,7%), sedangkan kategori bekerja dan tidak berkunjung ke posyandu
berjumlah 7 responden (46,7 %). Hasil uji statistic didapatkan bahwa nilai
P = 0,346 (P > α = 0,05) sehingga didapatkan hasil bahwa tidak ada
pengaruh antara Pekerjaan Ibu terhadap Kunjungan Ibu Ke Posyandu Di
Puskesmas Perumnas Kota Lubuklingau Tahun 2010.
3. Sari (2012) judul penelitian “Hubungan Pengetahuan, Paritas, Pekerjaan
Ibu Dan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Kunjungan Anak Balita
(Usia 1-5 Tahun) Ke Posyandu Desa Rulung Helok Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012” dimana Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, paritas, pekerjaan ibu
dan dukungan keluarga dengan keaktifan kunjungan anak balita (1-5
30
tahun) ke Posyandu di Desa Rulung Helok Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2012. Penelitian ini bersifat analitik, subjek
penelitian yaitu seluruh ibu yang memiliki anak balita (1-5 tahun).
Sedangkan objek penelitiannya adalah hubungan pengetahuan, paritas,
pekerjaan ibu dan dukungan keluarga terhadap kunjungan anak balita (1-5
tahun) ke Posyandu. Populasi pada penelitian ini ibu yang memiliki anak
balita yaitu 201 responden dalam penelitian ini digunakan accidental
sampling yaitu terdapat 113 ibu yang memiliki anak balita. Alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan
(X2hitung= 5,815 ≥ X2
tabel = 3,841), paritas (X2hitung= 13,324 ≥ X2
tabel = 5,991),
pekerjaan ibu (X2hitung= 4,561 ≥ X2
tabel = 3,841), dukungan keluarga (X2hitung=
11,597 ≥ X2tabel = 3,841) dengan keaktifan kunjungan anak balita (usia 1-5
tahun) ke Posyandu terdapat Dk =1 (3,841) dan Dk = 2 (5,991) dengan
derajat kesalahan 5% (α = 0,05).
4. Hartanti (2012) dengan judul “Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan
Kunjungan Balita Ke Posyandu Anggrek di Kelurahan Sendangmulyo Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tembalang Kota Semarang Tahun 2012”
dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja dan jarang
melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak 24 responden (23,8 %), ibu
yang bekerja dan sering melakukan kunjungan sebanyak 16 responden
(19,2%) sedangkan ibu yang tidak bekerja dan jarang melakukan
kunjungan sebanyak 46 responden (54,4%), ibu yang tidak bekerja dan
31
sering membawa balitanya ke posyandu sebanyak 75 responden (69,6%).
Pvalue 0,001 dan ibu yang bekerja berpeluang sebanyak 4,31 kali untuk
jarang membawa anak balitanya ke posyandu.
Umur Balita
Pekerjaan Ibu
Jumlah Anak
Jarak Tempat Tinggal
Kunjungan Balita Ke Posyandu
32
BAB III
KERANGKA TEORETIS/KERANGKA KONSEP
DEFINISI OPERASIONAL/HIPOTESA
A. Kerangka Teoretis
Kerangka teoretis merupakan rangkaian teori yang mendasari topic
penelitian. Kerangka teori bisa dibuat dari sumber masalah tertentu sesuai
penelitian. Hubungan variable yang mempengaruhinya (Setiawan dan
Saryono, 2010).
Kerangka teoretis merupakan teori yang dibuat oleh peneliti untuk
memberikan gambaran yang sistematis mengenai masalah yang akan
diteliti/bersifat sementara (Sibagariang, 2010).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu
(Sri Poerdji, 2002) antara lain umur balita, jumlah anak, pekerjaan ibu dan
jarak tempat tinggal.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Posyandu
Bagan 3.1 Kerangka Teoretis Menurut Sri Poerdji (2002)
33
Keterangan :
: Variabel yang diteliti : Tidak diteliti
: Arah hubungan
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah sesuatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap yang lainya atau antara
variabel yang satu dengan variabel lain dari masalah yang akan diteliti.
Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan
suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara
langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur maka konsep tersebut harus
dijabarkan kedalam variabel-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat
diamati dan diukur (Notoatmodjo, 2010).
Proposal karya tulis ini akan membahas mengenai pekerjaan ibu dan
kunjungan balita ke posyandu. Adapun variabel bebasnya adalah pekerjaan
ibu sedangkan variabel terikatnya yaitu kunjungan balita ke posyandu. Secara
sistematis kerangka konsep tersebut digambarkan dalam bagan bawah ini :
Variabel bebas Variabel terikat
Bagan 3.2 Kerangka Konsep
Kunjungan Balita Ke Posyandu
Pekerjaan Ibu
34
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Arah hubungan
C. Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel
diamati/diteliti perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan. Definisi
operasional ini juga dapat bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran
atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen (Notoatmojo, 2010).
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
tertentu. Variabel juga mempunyai pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki
oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki
oleh kelompok lain (Sibagariang, 2010).
1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output (hasil). Dalam
bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas (Sugiono, 2005)
2. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel ini sering disebut variabel stimulasi. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi
35
sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen atau variabel terikat
(Sugiono, 2005).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Cara ukur
Alat ukur Skala penguk
uran
Hasil ukur
1 Pekerjaan Ibu
Aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh responden memperoleh penghasilan diwilayah kerja Posyandu kenanga I Puskesmas Loa Ipuh dengan adanya penghasilan kebutuhan ibu dan keluarga mampu terpenuhi yang tercatat di registrasi Posyandu Kenanga I
Wawancara
Panduan Lembar Wawancara
Nominal
1 : Bekerja, bila ada pekerjaan tetap dan mendapatkan upah
0 : Tidak Bekerja, bila tidak ada pekerjaan dan tidak mendapatkan upah (Ibu Rumah Tangga)
2 Kunjungan Balita Ke Posyandu
Merupakan keaktifan ibu dalam membawa balita ke posyandu setiap bulan yaitu sebanyak 12 kali per tahun untuk mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya penimbangan, imunisasi,dan penyuluhan gizi
Studi Dokumentasi
Format Isian
Nominal
1 : Teratur. Bila ibu membawa balita ke posyandu ≥ 8x dalam 12 bulan
0 : Tidak Teratur. Bila ibu tidak rutin membawa balita ke posyandu < 8x dalam
36
yang tercatat di registrasi Posyandu Kenanga I
12 bulan
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis sesuai dengan asal katanya (hypo berarti bawah, thesis berarti
dalil, kaidah, hukum) adalah pernyataan tentang suatu dalil atau kaidah tetapi
yang kebenaranya belum teruji secara empirik (Simbagariang, dkk. 2010).
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.
Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua
variabel, variabel bebas dan terikat. Hipotesis berfungsi untuk menentukan
kearah pembuktian artinya hipotesis ini merupakan pertanyaan yang harus
dibuktikan (Notoatmodjo, 2010).
Hipotesis penelitian ini adalah :
Hipotesis alternative (Ha) : Ada hubungan pekerjaan ibu dengan
kunjungan balita Ke Posyandu Kenanga Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa
Ipuh Tahun 2015.
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan mengatisipasi beberapa kesulitan yang
mungkin timbul selama proses penelitian.
Desain penelitian adalah macam atau jenis penelitian tertentu yang
terpilih untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan penelitian yang
telah ditetapkan (Azrul, 2004).
Metode penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik yaitu
menggambarkan tentang suatu keadaan secara obyektif kemudian digali lebih
lanjut bagaimana dan mengapa fenomena tersebut dapat terjadi. Melakukan
analisis dinamika korelasi antara fenomena baik antara faktor resiko dan
faktor efek. Metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Notoatmodjo,
2010).
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
penelitian mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan variabel
tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat, tidak semua obyek
penelitian harus diperiksa pada hari atau saat yang sama tetapi baik variabel
efek dinilai hanya satu kali saja (Notoatmodjo, 2010).
38
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Juni 2015, tempat penelitian
akan dilaksanakan di Posyandu Kenanga I di Willayah Kerja Puskesmas Loa
Ipuh.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
didapatkan oleh peneliti untuk mempelajari atau kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2011).
Populasi dapat bersifat terbatas dan tidak terbatas. Dikatakan terbatas
apabila jumlah individu atau obyek dalam populasi tersebut terbatas dalam
arti tidak dapat dihitung. Sedangkan bersifat terbatas dalam arti tidak dapat
ditentukan jumlah individu atau obyek dalam populasi tersebut (Hidayat,
2007).
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006).
Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran
dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan
jelas Husain Usman (2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang membawa
Balitanya ke Posyandu Kenanga I di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh
sebanyak 126 responden dari bulan Januari-Juni 2015. Peneliti melakukan
39
pengambilan populasi di Posyandu Kenanga I Puskesmas Loa Ipuh
tanggal 30 Juli 2015.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006). Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti
yang sudah mampu mewakili populasinya. Sampel merupakan bagian dari
populasi yang dipilih menggunakan aturan-aturan yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi atau data yang menggambarkan sifat atau ciri
yang dimiliki populasi (Sabar, 2007).
Jika sampel populasinya kurang dari 100 responden, maka jumlah
sampelnya diambil keseluruhan. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih
besar dari 100, dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih
(Arikunto, 2006).
Sampel disini adalah ibu yang datang di Posyandu Kenanga I tahun
2015. Besarnya jumlah sampel : (Arikunto, 2006)
n = 126 x 25%
n = 31,5
n = 32
Jadi besarnya sampel adalah sebanyak 32 responden
Pengambilan sampel (responden), penulis memilih teknik
purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel yang digunakan untuk
mendapatkan subjek-subjek yang memiliki sejumlah karakteristik tertentu
yang dapat mewakili keseluruhan populasi yang ingin diteliti
40
(Sulistyaningsih, 2011). Purposive sampling mempunyai 2 kriteria yaitu
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang
layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Dan kriteria
eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili sampel
karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Sulistyaningsih,
2011).
Berdasarkan dari hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 32 responden. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan cara purposive sampling.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a. Ibu yang membawa balitanya ke posyandu
b. Ibu yang dapat berkomunikasi dengan baik
c. Ibu yang memiliki balita berumur 1-5 tahun
d. Bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Usia balita < 1 tahun dan > 5 tahun
b. Tidak bersedia menjadi responden
41
D. Variabel
1. Variabel Independen yaitu pekerjaan ibu
2. Variabel Dependen yaitu kunjungan balita ke posyandu
E. Instrumen Penelitian
Data mempunyai kedudukan yang paling tinggi karena dapat
menggambarkan variabel yang diteliti, sehingga benar tidaknya data sangat
menentukan kualitas penelitian dan sangat bergantung dengan baik tidaknya
instrument yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan
reliabel (Arikunto, 2006).
Pengumpulan data disusun dalam bentuk kuesioner dan berupa lembar
isian yang digunakan untuk mengisi tentang pendidikan, usia dan juga
pekerjaan ibu. Dan kuesioner yang dibuat untuk mengetahui pekerjaan dan
kunjungan balita ke posyandu menggunakan lembar isian yang di silang.
F. Langkah-langkah dalam Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan adalah
1. Data langsung dari responden yaitu ibu yang membawa balita berkunjung
ke posyandu balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh melalui
wawancara dengan alat ukur berupa kuesioner. Sedangkan wawancara
adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana
peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari
42
seresponden sasaran peneliti (respon) atau bercakap-cakap berhadapan
muka dengan responden tersebut.
2. Data sekunder meliputi studi literatur, studi kepustakaan, dari penelitian
lain dan tempat penelitian.
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah
dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi
yang dibutuhkan.
Agar peneliti menghasilkan informasi yang benar, ada empat tahapan
pengolahan data yang harus dilalui, yaitu :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memriksakan kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan
artinya dalam satu buku (kode book) untuk mempermudahkan kembali
melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
43
c. Entry Data (Pemasukkan Data)
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,
kemudian membuat data distribusi frekuensi sederhana atau dengan
membuat tabel kontigensi.
d. Clening (Pembersihan Data)
Cleaning (Pembersihan Data) merupakan pengecekan kembali data
yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.
G. Teknik dan Analisa Data
Tehnik Analisa Data yang di kumpulkan melalui kuesioner akan diolah
menjadi 2 macam :
1. Analisa Univariat
Tujuan analisa ini adalah untuk menjelaskan masing-masing variabel
baik variabel terikat yaitu kunjungan balita ke posyandu maupun variabel
bebas yaitu pekerjaan ibu melalui distribusi frekuensi dengan rumus :
Ρ= Ϝ
∑ n x 100
Keterangan : P : PresentaseF : Frekuensi∑n : Jumlah responden
2. Analisa Bivariat
Data yang diperoleh melalui angket masih dalam keadaan mentah
oleh karena itu data tersebut diproses atau diolah sehingga dapat
44
memberikan makna guna menyimpulkan problematika penelitian. Data
yang di kumpulkan dalam penelitian dianalisa secara analitik dengan
menggunakan program SPSS dan perhitungan manual menggunakan
rumus Chi Square (X²) sebagai berikut :
x2=∑(0−E)2
E
Df = (b-1) (k-1)
Keterangan : X² = Chi kuadratO = Frekuensi yang diobservasi atau diperolehE = Frekuensi yang di harapkan Df = Degree of freedomb = Barisk = Kolom
45
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Profil Singkat Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong
Puskesmas Loa Ipuh merupakan salah satu Puskesmas yang ada di
Wilayah Tengah Kabupaten Kutai Kartanegara. Puskesmas Loa Ipuh,
beralamat di jalan Loa Ipuh RT 50 kecamatan Tenggarong Kabupaten
Kutai Kartanegara provinsi Kalimantan Timur.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Terpadu, Bermutu dan Profesional
serta Terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
b. Misi
Untuk mewujudkan Visi tersebut, Misi yang dilakukan adalah:
1) Memberi pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan Promotif,
Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif.
2) Meningkatkan kualitas pelayanan dan program sesuai standar mutu.
3) Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau untuk seluruh
lapisan masyarakat tanpa membedakan ras,suku, agama dan sosial
ekonomi.
4) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui peningkatan
pengetahuan dan keterampilan.
50
46
5) Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai dengan standar
pelayanan untuk memuaskan pelanggan.
3. Tujuan
Untuk Mengetahui Visi, Misi, nilai organisasi serta kebijakan lainnya
dan merumuskan program kegiatan.
4. Nilai – nilai Organisasi
a. S : Simpatik
Dalam memberi pelayanan memberikan senyum dan ramah
terhadap pelanggan.
b. E : Efektif dan Efisien
Dalam melaksanakan pelayanan/kegiatan sesuai dengan yang
diharapkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal
Keseimbangan antara hasil kegiatan/pelayanan dan biaya.
c. H : Harmonis
Mewujudkan hubungan yang baik antar karyawan dan Pelanggan.
d. A : Aman dan Nyaman
Setiap tindakan yang dilakukan aman bagi penyedia layanan dan
pelanggan terlindungi dari resiko yang tidak diinginkan.
e. T : Tim Work
Peran serta dan kerjasama tim yang utuh disetiap kegiatan.
5. Sasaran
a. Penurunan Penyakit menular dan Kejadian Luar Biasa.
b. Peningkatan pengetahuan kesehatan di Masyarakat.
47
c. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kesehatan
d. Meningkatkan peran Puskesmas dalam pelayanan UKM dan UKP
e. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
bermutu.
6. Letak Geografis
Batas wilayah kerja Puskesmas Loa Ipuh adalah :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Panji
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Melayu
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jonggon
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Jonggon
1) Luas wilayah : 787, 5 Km2
2) Kondisi : Bukit, Tanah datar, Rawa-rawa
3) Jumlah Penduduk : 36, 911
4) Sasaran ibu hamil 887
5) Jumlah desa : 3 desa yaitu membawahi Kelurahan Maluhu,
Kelurahan Loa ipuh dan Kelurahan Loa ipuh darat
48
7. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong
Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas
Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas
49
1. Posyandu Kenanga I
Posyandu Kenanga I terletak di Jl. Mayjen Panjaitan gg 2 Kel. Loa
Ipuh. Pelayanan di Posyandu Kenanga I antara lain penimbangan balita,
pemberian imunisasi, deteksi dini tumbuh kembang balita.
B. Hasil Penelitian
Pada bab ini peneliti akan menguraikan mengenai hasil penelitian beserta
pembahasannya berdasarkan pada teknik pengolahan data yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya. Penelitian dilakukan selama ± 1 minggu di Posyandu
Kenanga I. Berdasarkan pada lembar Wawancara yang telah disebarkan pada
seluruh responden yang berjumlah 32 responden mengenai “Hubungan
Pekerjaan Ibu dengan Kunjungan Balita Ke Posyandu Kenanga I Di Wilayah
Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015” maka didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Karakteristik Data Umum
a. Paritas
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas di Posyandu Kenanga I Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong Tahun 2015
Paritas Frekuensi Presentase
Primipara 6 18,7
Multipara 26 81,3
Total 32 100Sumber : Data Primer, 2015
50
Berdasarkan data diatas ibu dengan paritas primipara sebanyak 6
(18,7%) responden dan multipara sebanyak 26 (81,3%) responden.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
multipara dari total responden yang berjumlah 32 responden.
b. Usia Balita
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Balita di Posyandu Kenanga I Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong Tahun 2015
Usia Balita Frekuensi Presentase
Batita 20 62,5
Balita 12 37,5
Total 32 100,0Sumber : Data Primer, 2015
Berdasarkan data diatas kelompok usia bawah tiga tahun sebanyak
20 (62,5 %) responden, usia bawah lima tahun sebanyak 12 (37,5%)
responden. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa responden
yang terbanyak pada kelompok usia bawah tiga tahun dari total
responden yang berjumlah 32 responden.
51
c. Urutan Anak
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Urutan Anak di Posyandu Kenanga I Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong Tahun 2015
Urutan Anak (Anak Ke-) Frekuensi Persentase
Pertama 10 31,3
Kedua 17 53,1
Ketiga 4 12,5
Keempat 1 3,1
Total 32 100,0Sumber : Data Primer, 2015
Karakteristik responden berdasarkan urutan anak pada tabel diatas
yaitu anak pertama sebanyak 10 (31,3 %) responden, anak kedua
sebanyak 17 (53,1 %) responden, anak ketiga sebanyak 4 (12,5 %)
responden dan anak keempat sebanyak 1 (3,1 %) responden. Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita
merupakan anak kedua dari total responden yang berjumlah 32
responden.
2. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan pada setiap variabel dari hasil
penelitian. Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari variabel terikat yaitu
kunjungan balita ke Posyandu dan variabel bebas yaitu pekerjaan ibu.
a. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pekerjaan ibu.
Pekerjaan ibu dibagi dalam 2 kategori yaitu bekerja dan tidak bekerja.
52
Berdasarkan lembar isian yang disebarkan pada seluruh responden
yang berjumlah 32 responden yaitu ibu yang datang ke Posyandu
Kenanga I Tenggarong tahun 2015, maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Posyandu Kenanga I Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong Tahun 2015
Pekerjaan Frekuensi Persentase
Tidak Bekerja 15 46,9
Bekerja 17 53,1
Total 32 100,0Sumber : Data Primer, 2015
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa dari 32 responden yang
tidak bekerja sebanyak 15 (46,9 %) responden, yang bekerja sebanyak
17 (53,1 %) responden. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar ibu bekerja.
b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kunjungan balita ke
posyandu. Berdasarkan lembar isian diperoleh distribusi frekuensi
responden berdasarkan kunjungan balita ke Posyandu Kenanga I di
Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong tahun 2015, maka didapatkan hasil
sebagai berikut :
53
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kunjungan Balita ke Posyandu di Posyandu Kenanga I Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong Tahun 2015
Kunjungan Balita Frekuensi Persentase
Tidak Teratur 9 28.1
Teratur 23 71.9
Total 32 100,0Sumber : Data Primer, 2015
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa dari 32 responden yang
tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak 9 (28,1 %)
responden dan yang teratur melakukan kunjungan ke posyandu
sebanyak 23 (71,9 %) responden. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa mayoritas balita teratur dalam melakukan
kunjungan ke Posyandu Kenanga I.
3. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Variabel bebas memiliki pengaruh terhadap
variabel terikat. Sehingga analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan
pekerjaan ibu dengan kunjungan balita ke Posyandu Kenanga I di
Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong tahun 2015.
54
Tabel 5.6 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kunjungan Balita Ke Posyandu Kenanga I Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015
Pekerjaan
Kunjungan Balita
TotalP Value X2 Hitung OR
Tidak Teratur
Teratur
N % N % N %
Tidak Bekerja 1 6,7% 14 93,3% 15 100%
0,011 6,432 1,889Bekerja 8 47,1% 9 52,9% 17 100%
Total 9 100% 23 100% 32 100%
Sumber : Data Primer, 2015
Tabel diatas menjelaskan bahwa dari total responden sebanyak 32
(100%) responden terdapat 15 (100 %) responden ibu yang tidak bekerja
sebanyak 1 (6,7 %) responden tidak teratur dalam melakukan kunjungan
balita ke posyandu hal ini disebabkan karena jarak rumah responden dan
posyandu sangat jauh dan ibu tidak dapat menaiki kendaraan (motor)
sendiri sehingga responden harus menunggu suami untuk berangkat ke
posyandu dan 14 (93,3 %) responden teratur dalam melakukan kunjungan
balita ke posyandu dalam hal ini ibu memiliki banyak waktu untuk
membawa balitanya ke posyandu serta ibu selalu menandai kalender
jadwal posyandu balita diadakan. Sedangkan dari 17 (100 %) responden
ibu yang bekerja sebanyak 8 (47,1%) responden tidak teratur dalam
melakukan kunjungan balita ke posyandu hal ini disebabkan kurangnya
waktu yang dimiliki responden untuk berkunjung ke posyandu, selain itu
55
kurangnya kesadaran dari responden mengenai pentingnya dalam
membawa anaknya ke posyandu untuk memantau tumbuh kembang balita
dan 9 (52,9%) responden teratur dalam melakukan kunjungan balita ke
posyandu hal ini disebabkan kesadaran responden akan pentingnya
kunjungan balita ke posyandu sangat baik, adanya ajakan dari tetangga
responden, serta dukungan dari keluarga yang sangat baik sehingga
meskipun ibu bekerja tetap menyempatkan waktunya untuk mengantar
balitanya ke posyandu.
Hasil Uji Statistik Hubungan pekerjaan ibu dengan kunjungan
balita ke posyandu di Posyandu Kenanga I Wilayah Kerja Puskesmas Loa
Ipuh Tenggarong tahun 2015 menunjukkan bahwa nilai Chi-Square yaitu
X²hitung = 6,432 lebih besar dibandingkan dengan nilai tabel 3,841(Xhitung
6,432 > Xtabel 3,841). Hasil uji statistik didapatkan P Value = 0,011, dimana
Sig < nilai α (0,011 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan kunjungan balita ke
posyandu atau Ha diterima. Dari hasil analisa didapatkan nilai Odd Ratio
(OR) yang artinya ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang sebanyak
1,889 kali untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu dibandingkan
dengan ibu yang bekerja.
56
C. Pembahasan
1. Pekerjaan
Setelah dilakukan analisis data diperoleh hasil penelitian dari 32
responden yang tidak bekerja sebanyak 15 (46,9 %) responden, yang
bekerja sebanyak 17 (53,1 %) responden.
Hasil penelitian Sihotang yang dikutip oleh Soeryoto (2000)
menyatakan bahwa penggunaan posyandu terkait dengan status pekerjaan
ibu. Ibu balita yang mempunyai pekerjaan tetap akan memengaruhi
kesempatan untuk menimbangkan anaknya ke posyandu. Ibu balita yang
harus bekerja di luar rumah waktunya untuk berpartisipasi dalam
posyandu mungkin sangat kurang atau bahkan tidak ada waktu
sama sekali untuk ikut berpartisipasi di posyandu Hurlock (2005).
Sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai waktu
lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan waktu untuk
membawa anaknya ke posyandu. Aspek lain yang berhubungan
dengan alokasi waktu adalah jenis pekerjaan ibu dan tempat ibu
bekerja serta jumlah waktu yang dipergunakan untuk keluarga di
rumah (Hurlock, 2005).
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa responden di
Posyandu Kenanga I banyak yang memiliki pekerjaan sehingga kunjungan
balita ke posyandu menjadi tidak teratur. Mayoritas ibu bekerja di luar
rumah dengan durasi yang lama. Hal tersebut sangat mempengaruhi
kesempatan ibu untuk membawakan balitanya ke posyandu.
57
2. Kunjungan Balita
Pada penelitian ini dari 32 responden yang tidak teratur melakukan
kunjungan ke posyandu sebanyak 9 (28,1 %) responden dan yang teratur
melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak 23 (71,9 %) responden.
Menurut Zulkifli (2003) didalam Megawati (2011) Kunjungan
posyandu adalah datangnya masyarakat ke suatu tempat (posyandu) guna
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan fungsinya adalah untuk mengetahui perkembangan kesehatan
dan mendeteksi secara dini penyakit atau kelainan yang dimiliki
seseresponden, mendapatkan penyuluhan mengenai penyakit dan cara
penanggulangannya, pemeriksaan kesehatan serta pengobatan suatu
penyakit. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita
ke posyandu antara lain umur balita, jumlah anak, status pekerjaan ibu dan
jarak tempat tinggal (Poerdji, 2002).
Hasil penelitian yang penulis lakukan ialah mayoritas umur anak di
bawah tiga tahun. Namun untuk batita yang berumur < 1 tahun sangat
minim. Kunjungan balita menjadi tidak teratur karena ibu merasa masa-
masa pemeriksaan yang rutin bersamaan dengan imunisasi dasar sudah
dilewati. Sehingga ibu kurang antusias untuk melakukan kunjungan ke
posyandu. Sebagian besar ibu juga memiliki anak yang banyak, beban ibu
untuk mengurus anak sangat berat, ibu akan berfikir dua kali untuk
meluangkan waktunya pergi ke posyandu. Keluhan lain responden di
posyandu Kenanga I ialah jarak tempat tinggal yang jauh dari posyandu.
58
Sehingga terkadang untuk menuju posyandu membutuhkan transportasi,
tidak adanya ketersediaan kendaraan dirumah menghambat kunjungan
responden ke posyandu.
3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kunjungan Balita Ke Posyandu
Hasil uji statistik yang didapatkan dari uji chi-square tentang
hubungan pekerjaan ibu dengan kunjungan balita keposyandu
menunjukkan bahwa nilai Chi-Square yaitu 6,432 lebih besar
dibandingkan dengan nilai tabel 3,481(Xhitung 6,432 > Xtabel 3,481). Hasil uji
statistik didapatkan P Value = 0,011, dimana Sig < nilai α (0,011 < 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pekerjaan ibu dengan kunjungan balita ke posyandu atau Ha diterima. Dari
hasil analisa didapatkan nilai Odd Ratio (OR) yang artinya ibu yang tidak
bekerja mempunyai peluang sebanyak 1,889 kali untuk melakukan
kunjungan balita ke posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 (100 %) responden
ibu yang tidak bekerja sebanyak 1 (6,7 %) responden tidak teratur dalam
melakukan kunjungan balita ke posyandu dan 14 (93,3 %) responden
teratur dalam melakukan kunjungan balita ke posyandu. Sedangkan dari
17 (100 %) responden ibu yang bekerja sebanyak 8 (47,1%) responden
tidak teratur dalam melakukan kunjungan balita ke posyandu dan 9
(52,9%) responden teratur dalam melakukan kunjungan balita ke posyandu
dari total responden sebanyak 32 responden.
59
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga dan waktu untuk mengasuh anak akan berkurang,
sehingga ibu balita yang harus bekerja di luar rumah waktunya
untuk berpartisipasi dalam posyandu mungkin sangat kurang atau
bahkan tidak ada waktu sama sekali untuk ikut berpartisipasi di
posyandu sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai
waktu lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan waktu
untuk membawa anaknya ke posyandu Hurlock (2005).
Penelitian yang penulis lakukan memiliki kesamaan atau relevan
dengan penelitian oleh Heriyani (2010) dengan judul “Hubungan
Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, dan Kepuasan Ibu Terhadap
Posyandu dengan Frekuensi Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Puskesmas
9 Nopember” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang
bekerja dan jarang melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak 36
(33,4%) responden, ibu yang bekerja dan sering melakukan kunjungan
sebanyak 29 (23,8%) responden sedangkan ibu yang tidak bekerja dan
jarang melakukan kunjungan sebanyak 63 (63,6%) responden, ibu yang
tidak bekerja dan sering membawa balitanya ke posyandu sebanyak 93
(76,2%) responden. Pvalue 0,041 dan ibu yang bekerja berpeluang
sebanyak 1,83 kali untuk jarang membawa anak balitanya ke posyandu.
Begitu pula penelitian oleh Sari (2012) dengan judul penelitian
“Hubungan Pengetahuan, Paritas, Pekerjaan Ibu Dan Dukungan Keluarga
Dengan Keaktifan Kunjungan Anak Balita (Usia 1-5 Tahun) Ke Posyandu
60
Desa Rulung Helok Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun
2012” dimana Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pengetahuan, paritas, pekerjaan ibu dan dukungan
keluarga dengan keaktifan kunjungan anak balita (1-5 tahun) ke Posyandu
di Desa Rulung Helok Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2012. Penelitian ini bersifat analitik, subjek penelitian yaitu seluruh
ibu yang memiliki anak balita (1-5 tahun). Sedangkan objek penelitiannya
adalah hubungan pengetahuan, paritas, pekerjaan ibu dan dukungan
keluarga terhadap kunjungan anak balita (1-5 tahun) ke Posyandu.
Populasi pada penelitian ini ibu yang memiliki anak balita yaitu 201
responden dalam penelitian ini digunakan accidental sampling yaitu
terdapat 113 ibu yang memiliki anak balita. Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan (X2hitung= 5,815 ≥
X2tabel = 3,841), paritas (X2
hitung= 13,324 ≥ X2tabel = 5,991), pekerjaan ibu
(X2hitung= 4,561 ≥ X2
tabel = 3,841), dukungan keluarga (X2hitung= 11,597 ≥
X2tabel = 3,841) dengan keaktifan kunjungan anak balita (usia 1-5 tahun) ke
Posyandu terdapat Dk =1 (3,841) dan Dk = 2 (5,991) dengan derajat
kesalahan 5% (α = 0,05).
Namun, penelitian yang peneliti lakukan tidak relevan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Erman (2010) dengan judul “ Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Ibu Yang Mempunyai Balita 0-5
Tahun Ke Posyandu Di Kelurahan Lubuk Tanjung Wilayah Kerja
61
Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau Tahun 2010” dengan hasil
menunjukkan bahwa responden dengan kategori tidak bekerja dan rutin
berkunjung ke posyandu sebanyak 8 (53,3 %) responden, sedangkan
responden dengan kategori bekerja dan rutin berkunjung ke posyandu
sebanyak 19 (73,1%) responden. Responden dengan kategori tidak bekerja
dan tidak rutin berkunjung ke posyandu berjumlah 7 (46,7%) responden,
sedangkan kategori bekerja dan tidak berkunjung ke posyandu berjumlah 7
(46,7 %) responden. Hasil uji statistic didapatkan bahwa nilai P = 0,346 (P
> α = 0,05) sehingga didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh antara
Pekerjaan Ibu terhadap Kunjungan Ibu Ke Posyandu Di Puskesmas
Perumnas Kota Lubuklingau Tahun 2010. Serta penelitian oleh Hartanti
(2012) dengan judul “Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Kunjungan Balita
Ke Posyandu Anggrek di Kelurahan Sendangmulyo Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tembalang Kota Semarang Tahun 2012” dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja dan jarang melakukan
kunjungan ke posyandu sebanyak 24 responden (23,8 %), ibu yang bekerja
dan sering melakukan kunjungan sebanyak 16 responden (19,2%)
sedangkan ibu yang tidak bekerja dan jarang melakukan kunjungan
sebanyak 46 responden (54,4%), ibu yang tidak bekerja dan sering
membawa balitanya ke posyandu sebanyak 75 responden (69,6%). Pvalue
0,001 dan ibu yang bekerja berpeluang sebanyak 4,31 kali untuk jarang
membawa anak balitanya ke posyandu.
62
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Posyandu Kenanga I Puskesmas
Loa Ipuh tahun 2015 didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Pekerjaan ibu diperoleh hasil dari 32 responden yang tidak bekerja
sebanyak 15 (46,9 %) responden, yang bekerja sebanyak 17 (53,1 %)
responden.
2. Kunjungan balita ke posyandu diperoleh hasil dari dari 32 responden yang
tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak 9 (28,1 %)
responden dan yang teratur melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak
23 (71,9 %) responden.
3. Berdasarkan hasil penelitian uji Chi-Square diperoleh Xhitung 6,432 > Xtabel
3,481 dan P Value = 0,011, dimana Sig < nilai α (0,011 < 0,05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan
ibu dengan kunjungan balita ke posyandu atau Ha diterima. Nilai Odd
Ratio (OR) yang artinya ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang
sebanyak 1,889 kali untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu
dibandingkan dengan ibu yang bekerja.
63
B. Saran
1. Bagi Puskesmas dan Posyandu
Bagi petugas kesehatan di Puskesmas Loa Ipuh agar meningkatkan
program kerja, memotivasi, dan memberikan konseling kepada ibu dan
masyarakat agar wawasan masyarakat dan ibu menjadi luas sehingga lebih
meningkatkan kunjungan balita ke posyandu.
2. Bagi Institusi
Bagi akademik diharapkan mampu memberikan perhatian disaat
pelaksanaan program lapangan seperti memberikan penyuluhan kepada
masyarakat terutama ibu yang memiliki balita dan keluarganya tentang
pentingnya kunjungan balita keposyandu yang tujuannya adalah
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan balita. Selain itu diharapkan
karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa yang lain
serta untuk menambah wawasan mahasiswa jurusan kebidanan khususnya
mengenai kunjungan balita ke posyandu.
3. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan perhatian,
ketertarikan atau antusiasme dalam melakukan kunjungan balitanya ke
posyandu sehingga meningkatkan cakupan kunjungan dan kesehatan
balita.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian
selanjutnya dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat yang lebih