digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT, STRATEGI DAN MANAJEMEN
ZAKAT
A. Zakat dalam Islam
1. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat
a. Pengertian Zakat
Kata zakat diambil dari masdarnya yaitu zaka> yang berarti
berkah ( البركت ), bertambah ( السيادة), bersih ( هيرالتط ), dan baik
.(الخير)1Pengertian ini hampir sama dengan apa yang ada dalam
kitablisa>n al-‘Ara>b, yang menjelaskan bahwa, zakat secara umum
berarti suci, bertambah, berkah dan suci ( المذح).2
Zakat dalam istilah fikih merupakan sebutan atau nama bagi
sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT agar diserahkan
kepada orang yang berhak (mustah}iq).3Jumlah yang dikeluarkan itu
dinamakan zakat karena yang dikeluarkan tersebut dapat menambah
banyak, membuat lebih berarti dan dapat melindungi kekayaan dari
kebinasaan.
1Yusuf al Qardawi, Fiqh al-Za>kat Dira>sah al Muqa>ranat li Ahka>miha wa Falsafatiha li
Daw’i al Qur’a>n wa al-Sunnah(Beirut: Mu’assasah al Risa>lah, 1991), 37. 2Ibn Mu’zir, Lisa>n al ‘Arab, Vol I (Beirut: Da>r al Fikir, t.th.), 347.
3 Mina M Armando (et al.), Ensiklopedi Islam, Vol.7 (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve,
th.2005), 312.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
Bagi orang yang mengeluarkan zakat, hati dan jiwanya akan
menjadi bersih, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-
Taubah (9) ayat 103:
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Q.S. al-Taubah[09]:103).4
Dari ayat tersebut di atas tergambar bahwa zakat yang
dikeluarkan para muzakki dapat membersihkan dan menyucikan hati
manusia, tidak lagi mempunyai sifat yang tercela terhadap harta,
seperti rakus dan kikir.
Beberapa ulama memahami ayat di atas sebagai perintah wajib
atas penguasa untuk memungut zakat. Tetapi, mayoritas ulama
memahaminya sebagai perintah sunnah. Ayat ini juga menjadi alasan
bagi ulama untuk menganjurkan para penerima zakat agar mendoakan
setiap yang memberi zakat dan menitipkannya untuk disalurkan
kepada yang berhak.5
Kata tuzakki>him (تسكيهم) terambil dari kata zaka>h ( زكاة )dan
tazkiyah ( تسكيت) yang berarti suci dan dapat juga berarti berkembang.
4Departemen Agama RI, Al-Kamil; Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Darus Sunnah,
2011), 203. 5 M. Quraish Shihab, Tafsi>r al-Mis}ba>h; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol.
V(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 666.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
Sementara ulama memahami kata tut}ahhiruhum ( تطهرهم ) dalam arti
membersihkan dosa mereka, dan kata tuzakki>him ( تسكيهم ) adalah
menghiasi jiwa mereka dengan aneka kebajikan dan atau
mengembangkan harta mereka.6
Dengan demikian ayat di atas menunjukkan betapa eratnya
hubungan pengertian zakat secara bahasa dan secara lisan, yaitu
menunjukkan bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi
berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik.
Menurut sejarah, kewajiban zakat sudah disyariatkan kepada
para Nabi dan Rasul, sebagaimana yang telah dilaksanakan oleh Nabi
Ibrahim a.s. yang tercantum dalam surat al-Anbiya’ (21) ayat 73:
Artinya: “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah
Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka
selalu menyembah.”(Q.S. al-Anbiya’ [21]:73).7
Namun demikian, penerapan zakat pada agama-agama sebelum
Islam, belum merupakan suatu kewajiban mutlak, tetapi, ia bersifat
6 Ibid., 669.
7Departemen Agama RI, Al-Kamil; Al-Qur’an dan Terjemahnya, 329.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
solidaritas sosial dan rasa belas kasihan dalam rangka menyantuni
orang-orang miskin.8
Kewajiban zakat bagi kaum muslimin baru diperintahkan
secara tegas dan jelas pada ayat yang diturunkan di Madinah. Zakat
diwajibkan dengan tujuan untuk meringankan beban penderitaan
kaum d}u’afa, fakir miskin atau pelipur lara bagi orang-orang
sengsaraserta membantu orang-orang yang sangat membutuhkan
pertolongan. Di samping itu pemberian zakat dapat merekat dan
mempererat tali kasih dengan sesama muslim sehingga dapat
mengurangi timbulnya kesenjangan atau gejolak ditengah-tengah
masyarakat yang sering terjadi antara orang-orang kaya dengan orang-
orang miskin.
Dilihat dari aspek sosiologis, manusia adalah makhluk sosial
(zoon politicon), memiliki rasa kemanusiaan, belas kasihan dan tolong
menolong. Akal manusia yang sehat pasti cenderung kepada sifat-sifat
seperti di atas dan menolak sikap serta perilaku individualistis,
egoistis. Secara sosiologis, zakat adalah refleksi dari rasa
kemanusiaan, keadilan, keimanan serta ketakwaan yang mendalam
yang harus muncul dalam sikap orang kaya.9
Selain kata zakat ada istilah lain yang memiliki arti yang sama
dalam hal membelanjakan harta, yaitu infa>q dan s}adaqah. Infa>q
8Abdurrachman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1998), 51. 9Ibid., 55.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
ditinjau dari segi bahasa berarti pembelanjaan. Ada pula yang
menyebutkan nafaqah yang berarti belanja.
Sedangkan yang dimaksud dengan infa>q menurut terminologi
adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang guna menutupi
kebutuhan yang lain, baik berupa makanan,minuman dan sebagainya;
atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas
karena Allah semata.10
Adapun s}adaqah berasal dari kata al-s}idqu yang artinya benar.
Dalam pengertian terminologinya s}adaqah sama dengan pengertian
infa>q, hanya saja, jika infa>q berkaitan dengan materi, sedangkan
s}adaqah memiliki arti lebih luas yang menyangkut hal-hal yang
bersifat non materi.11
b. Dasar Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, zakat diwajibkan di
Madinah pada bulan syawal tahun kedua hijriyah.Kewajiban tersebut
diperintahkan setelah kewajiban melaksanakan puasa ramadhan.
Dalam al-Qur’an kata “zakat“ digandengkan dengan kata “s}ala>t“
dalam satu ayat. Sebanyak dua puluh enam kata “zakat“ yang selau
10
Abdul Aziz Dahlan, dkk.,Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve,
1996), 716. 11
Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis tentang Zakat, Infaq, Sedekah (Jakarta: Gema
Insani, 2008), 15.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
dihubungkan dengan s}ala>t. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
peran zakat dalam kehidupan ummat.12
Adapun dasar-dasar hukum zakat diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Al-Qur’an
Surat al-Baqarah (2) ayat 43:
Artinya: “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah
beserta orang-orang yang ruku'” (Q.S. al-Baqarah [02]:43).13
Surat al-Taubah (9) ayat 103:
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui.”(Q.S. al-Taubah[09]:103).14
Surat al-Bayyinah (98) ayat 5:
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus.” (Q.S. al-Bayyinah [98]: 5).15
12
Mina M Armando (et al.), Ensiklopedi, 312. 13
Departemen Agama RI, Al-Kamil; Al-Qur’an dan Terjemahnya, 7. 14
Ibid., 203. 15
Ibid., 598.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
2) Al H}adi>s
Hadis riwayat Abu Abdu al Rahma >n Abdullah Umar Ibnu
Khattab:
عن ابن عبد هللا رضي هللا عنهما قال: مسعت رسول هللا صلى هللا عليو وسلم يقول: بين اإلسالم على مخس شهادة أن ال إلو إال هللا و أن حممدا رسول هللا و
الة و إيتاء الزكاة و صوم رمضان و حج البيت من استطاع إليو سبيال إقام الص )رواه البخارى (
Dari Ibn Abdullah r.a. telah berkata bahwa aku telah
mendengarkan Rasulullah SAW bersabda: Islam dibangun atas
lima pilar, yang pertama aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, kedua
menegakkan shalat, ketiga menunaikan zakat, keempat berpuasa
pada bulan ramadhan, dan kelima mengerjakan haji bagi yang
mampu. (H.R. Bukhari).16
Kemudian hadis sebagaimana dikutib oleh al Syaukani,
bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Mu’adz bin Jabal ketika
beliau diutus ke Negeri Yaman:
عليو وسلم : بعث عن عبدهللا ابن عباس رضي هللا عنهما أن النيب صلى هللا ادعهم إىل شهادة أن ال إلو إال الل وأن رضي هللا عنو إىل اليمن, فقال : امعاذ
رسول الل فإن ىم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الل قد اف ت رض عليهم مخس لة فإن ىم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الل اف ت رض عليهم صلوات ف كل ي و م ولي
)رواه البخاري : صدقة ف أموالم ت ؤخذ من أغنيائهم وت رد على ف قرائهم ۵۹۳۱)17
Artinya: Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas r.a. bahwa Nabi
Muhammad SAW mengutus Mu’adz r.a. ke Negeri Yaman.
Beliau berkata pada Mu’adz “serulah mereka untuk bersaksi
16
Muhammad ibn Ismail al Bukhari, S}ahi>h Bukhari, Jilid I (Beirut: Lubnan Da>r al Fikr,
t.th.), 11. 17
Ibid., 327.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah. Jika
mereka mematuhi hal itu maka beri tahukan kepada mereka
bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu setiap
sehari semalam. Jika mereka mematuhi hal itu maka beri tahukan
kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat kepada mereka
yang dipungut dari mereka yang kaya untuk dibagikan kepada
mereka yang miskin. (H.R. Bukhari).
Hadis diatas menggambarkan tentang kewajiban zakat
sekaligus sebagai contoh dan tata cara dalam melakukan pungutan
dana (harta) zakat yang pernah dialami oleh Rasulullah SAW.18
Pada waktu itu beliau melakukan pungutan atau pengumpulan
zakat dengan cara mengutus para wali (gubernur) keberbagai
daerah untuk mengambil dana zakat tersebut dari orang-orang
kaya dan dibagikan kepada mereka yang berhak menerimanya.
Hal serupa juga pernah dilakukan oleh sahabat Nabi SAW,
mereka mengumpulkan dana zakat dengan cara mengangkat
perwali dan menugaskannya untuk mengambil dana zakat tersebut
kemudian membagikannya kepada mereka yang berhak
menerimanya.
Berdasarkan ayat-ayat dan hadis-hadis di atas, jelas bahwa
mengeluarkan zakat itu hukumnya wajib sebagai salah satu rukun
Islam. Bahkan dalam sejarah Islam, sahabat Abu Bakar pernah
memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat.
18
Abu Hasan Ali Abd Hayyi al Hasani al Nawawi, Empat Sendi Agama Islam, Alih Bahasa,
Zainuddin (Jakarta: Rinika Cipta, th. 1992), 109.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
2. Syarat Zakat
Harta yang wajib dizakati adalah harta yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berkut:19
a. Harta milik secara penuh, yaitu kekayaan yang berada di bawah
kekuasaan pemilik dan tidak tersangkut didalamnya hak orang lain.
b. Berkembang, yaitu kekayaan yang dikembangkan atau mempunyai
potensi untuk berkembanga produkif dan memberikan keuntungan atau
pendapatan.
c. Cukup satu nisab, yaitu jumlah minimal harta kekayaan yang harus
dikeluarkan zakatnya dalam waktu tertentu.
d. Melebihi kebutuhan biasa (kebutuhan rutin); yang dimaksud dengan
kebutuhan rutin adalah sesuatu yang harus ada untuk ketahanan hidup,
sperti makanan, minuman, pakaian, perumahan, dan alat kerja.
e. Bebas dari hutang (pemilikan sempurna); apabila mempunyai hutang
yang menghabiskan atau mengurangi jumlah satu nisab, pemilik tidak
wajib mengeluarkan zakat.
f. Berlaku satu tahun (haul); persyaratan satu tahun hanya untuk ternak,
uang dan harta perdagangan.
19
Mina M Armando (et al.), Ensiklopedi, 312.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
3. Orang yang Wajib Zakat (Muzakki)
Muzakki atau yang biasa disebut donatur adalah orang, organisasi
atau perusahaan yang pernah atau masih menyalurkan zakat, infaq dan
sadaqah (ZIS) kepada pengelola zakat untuk disampaikan kepada
mustahiq. Adapun menurut UU No. 23 Tahun 2011, muzakki adalah
seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat.20
Dengan demikian seseorang dapat disebut muzakki/donatur apabila
ia pernah mendonasikan dana zakat, infaq dan sadaqah (ZIS) kepada
organisasi pengelola zakat (OPZ) untuk digunakan dan disalurkan bagi
pemberdayaan mustah}iq.
Adapun syarat-syarat wajib zakat bagi muzakki adalah sebagai
berikut:21
a. Islam
b. Baligh dan berakal
c. Merdeka
d. Hak milik yang sempurna (miliknya sendiri)
4. Golongan yang Berhak Menerima Zakat (Mustah}iq)
Golongan yang berhak menerima zakat adalah orang-orang yang
termasuk dalam al-as}na>f al-thama>niyat, sebagaimana yang telah
ditentukan Allah SWT dalam firman-Nya:
20
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Penglolaan Zakat. 21
Ahmad Sarwat, Seri Fiqh Kehidupa; Zakat (Jakarta: Rumah Fiqh Publishing, t.th.), 85.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
Artinya:“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.” (Q.S. al Taubah [9]:60)22
Dalam pembagian zakat ini, para mujtahid berbeda pendapat:
Imam Syafi’i mengatakan bahwa zakat itu hendaknya dibagikan
kepada delapan golongan saja. Karena hal ini sudah merupakan ketetapan
yang telah digariskan oleh Allah, ditambah lagi hadis riwayat Ziad Ibnu
Suda’i yang memperkuat pembagia tersebut.23
Imam Malik dan Abu Hanifah berpendapat bahwa zakat itu tidak
hanya dibagikan kepada delapan golongan saja, tetapi boleh diberikan
kepada orang-orang yang sedang membutuhkan, pendapat ini diperkuat
oleh hadis Rasulullah SAW, dari Mu’az bin Jabal ketika di utus oleh
Rasulullah ke Yaman, sebagaimana yang tercantum pada pembahasan
sebelumya di atas.
Delapan golongan yang disebutkan dalam ayat di atas menurut
perinciannya sebagai berikut:
a. Fakir
22
Ibid., 197. 23
Muhammada Ibnu Idris al Sha>fi’i, Al Umm, Jilid II ( Kairo: Da>r al Fikr, 1983), 76.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
Yaitu orang yang sangat miskin tidak berharta dan tidak pula
kuasa untuk bekerja atau berusaha guna memenuhi hajat nafkahnya,
sedangkan orang yang menanggung belum ada.24
Dikalangan ulama fikih terdapat perbedaan mengenai pengertian
tentang fakir. Menurut Madhhab H}ana>fiyah yang dimaksud dengan
fakir adalah orang yang tidak memiliki penghasilan tetap untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.25
Menurut Madhhab Ma>likiyah, Madhhab Sha>fi’iyah dan
Madhhab H}ana>bilah, yang dimaksud dengan fakir adalah mereka yang
tidak mempunyai harta atau penghasilan layak dalam memenuhi
kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal, dan segala keperluan
pokok lainnya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk mereka yang
menjadi tanggungannya.26
Dengan demikian yang dimaksud dengan fakir ialah orang yang
tidak mempunyai harta sedang ia tidak bekerja, artinya orang yang
tidak terpenuhi kebutuhannya. Kalau orang yangtidak bisa memenuhi
kebutuhannya karena kemalasan bekerja padahal ia mempunyai
tenaga, tidak dikatakan fakir dan orang yang demikian itu tidak boleh
menerima zakat.
24
Djamal Doa, Membangun Ekonomi Umat Melalui Pengelolaan Zakat Harta(Jakarta:
Nuansa Madani, 2001), 66. 25
Mina M Armando (et al.), Ensiklopedi, 317. 26
Ibid., 317.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
b. Miskin
Yaitu orang yang tidak dapat mencukupi hajat nafkahnya,
meskipun ia mempunyai harta dan usaha. Akan tetapi harta dan
usahanya itu belum dapat mencukupi hajat nafkahnya.27
Melihat keberadaan seseorang ditengah-tengah masyarakat,
mereka yang pendapatannya tidak bisa mencukupi kebutuhan
pokoknya, maka berhak untuk mendapatkan jatah zakatnya.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah pernah bersabda:
ث نا ث نا مري أب ابن حد د حد ثين قال جعفر بن حمم عطاء أن نر أب بن شريك حدعنا قاال النصاري عمرة أب بن الرحن وعبد يسار بن ي قول عنو الل رضي ىري رة أبا مس
اللقمة وال والتمرتان التمرة ت رده الذي المسكي ليس وسلم عليو الل صلى النيب قال ا اللقمتان وال ف الذي المسكي إن الناس يسألون ال ق ولو ي عين شئتم إن واق رءوا ي ت عف
إلافاArtinya: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far dia berkata; Telah
menceritakan kepadaku Syarik bin Abu Namir bahwa Atha bin Yasar
dan Abdurrahman bin Abu 'Amrah Al Anshari keduanya berkata;
Kami mendengar Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang miskin bukanlah
orang yang merasa telah cukup dengan satu atau dua buah kurma, atau
sesuap atau dua suap makanan. Tetapi orang miskin adalah orang yang
tidak meminta-minta dan menunjukan kemiskinannya kepada orang
lain. Jika kalian mau, bacalah firman Allah: "Mereka tidak meminta-
minta kepada orang lain".28
27
Djamal Doa, Membangun Ekonomi Umat, 67. 28
Muhammad bin Ismail al Bukhari, al Bukhari; Matan Mashkul bi> Hashiyah al Sanadi,Jilid I (Mesir: Da>r Al Ihya> al kutub al ‘Arabiyah Isa al Ba>bi al Hulaby, t.th.),414.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Dan kemudian dijelaskan juga di dalam Al Qur’an surat al-
Dhariyat (51) ayat 19 yang menyatakan:
Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Q.S.
Al-Dhariyat [51]: 19).29
Dari dua dalil diatas dapat diambil pengertian bahwa orang
miskin adalah al-mahru>m, yaitu orang yang tidak mampu tetapi
menjaga kehormatan dirinya, tidak mau meminta-minta. Sedang orang
yang meminta-minta tetap disebut fakir.
Melihat kedua golongan ini, kalau ditinjau dari segi kebutuhan
maka jelaslah bahwa keduanya adalah termasuk orang-orang yang
harus diberi haknya (zakat) dari orang-orang mampu, sebab keduanya
adalah orang-orang yang tidak mempunyai kecukupan hidup.
c. ‘A>mil Zakat
Yaitu orang yang mengumulkan dan membagi-bagikan zakat
kepada siapa yang berhak menerimanya.30
Yang dimaksud dengan amil adalah semua orang yang bekerja
dalam perlengkapan administrasi urusan zakat, baik urusan
29
Departemen Agama RI, Al-Kamil; Al-Qur’an dan Terjemahnya, 521. 30
Djamal Doa, Membangun Ekonomi Umat, 69.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
pengumpulan, pemeliharaan, ketatausahaan, perhitungan maupaun
pendayagunaan dan seterusnya.31
Ima>m Sha>fi’i mengatakn bahwa amil zakat adalah orang yang
diangkat untuk mengurus zakat,32
dari pemilik-pemiliknya, dan dia
tidak mendapat upah melainkan dari zakat itu sendiri.33
Sedangkan Madhhab H}ana>bilah memberikan definisi, bahwa
amil adalah pengurus zakat yang diberi zakat sekedar upah
pekerjaannya, artinya upah tersebut sepadan dengan pekerjaannya.
Dari definisi-definisi diatas, Madhhab Ma>likiyyah dan
H}ana>bilah sepakat, hanya saja Ma>likiyyah mengisyaratkan hendaknya
dipilih orang yang adail dan mengetahui persoalan hukum yang
berkaitan dengan zakat.34
d. Muallaf
Yaitu mereka yang perlu dijinakkan hatinya agar cenderung
untuk beriman kepada Allah dan mencegah agar mereka tidak berbuat
kejahatan bahkan diharapkan mereka agar sadar dan membela serta
menolong kaum muslimin jihad dijalan Allah.35
31
Yusuf Qardawi, Fiqh al Zakat, Jilid II (Beirut: da>r al Irsya>d, t.th.),579. 32
Muhammada Ibnu Idris al Sha>fi’i, Al Umm, 61. 33
Abu Bakar Jabir al Jazairi, Ensiklopedi Muslim, diterjemah oleh Fadhli Bahri (Jakarta:
Da>rul Fala>h}, 2000), 621. 34
Ibid.,621. 35
Syeikhul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional,
Persamaan dan Perbedaannya dengan Pajak (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), 21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
Sebagian Madhhabberpendapat bahwa muallaf adalah orang
kafir yang ada harapan masuk Islam. Dan sebagian yang lain
mengatakan orang yang baru memeluk agama Islam.
Pengikut Madhhab H}ana>bilah berpendapat bahwa orang-orang
kafir yang mempunyai pengaruh disekelilingnya, dan ada harapan
masuk Islam, atau orang yang ditakuti karena kejahatnnya, atau orang
Islam yang ada harapan imannya akanbertambah teguh.36
Adapun Madhhab Shafi’iyah membagi menjadi empat bagian:37
1) Orang yang baru masuk Islam sedang imannya belum teguh
2) Orang Islam yang berpengaruh dalam kaumnya, kalau dia diberi
zakat, orang lain dari kaumnya akan masuk Islam.
3) Orang Islam yang berpengaruh terhadap orang kafir, kalu dia diberi
zakat, akan terpelihara dari gangguan kejahatan orang kafir yang
dibawah pengaruhnya.
4) Orang yang menolak kejahatan orang yang anti zakat.
e. Riqa>b
Riqa>b adalah orang yang membeli budak dari harta zakatnya
untuk memerdekakannya. Dalam hal ini banyak dalil yang cukup jelas
bahwa Islam telah menempuh berbagai jalan dalam upaya menghapus
36
Ibid., 22. 37
Ibid., 22.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
perbudakan. Dan hukum ini sudah tidak berlaku karena pada saat ini
perbudakan sudah tidak ada.
Menurut Madhhab H>}anafiyyah,riqa>b adalah hamba yang telah
dijanjikan oleh tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya dengan
uang atau harta lain.
Madhhab Malikiyah berpendapat bahwa riqa>b adalah hamba
muslim yang dibela dengan uang penghasilan zakat dan
dimerdekakan. Sedang Madhhab H}ana>bilah dan Shafi’iyah
menambahkan agar ia diberi zakat sebagai penebus dirinya.38
Alasan yang terkandung dalam pengertian riqa>b adalah adanya
sifat eksploitasi dari manusia atas manusia yang harus dibebaskan,
baik manusia iti sebagai individu atau kelompok. Oleh karena itu
termasuk dalam pengertian ini adalah pembebasan tawanan perang,
penjajahan, golongan atau bangsa yang sedang membebaskan diri dari
eksploitasi pihak lain, dan lain sebagainya.
f. G}a>rimi>n
Yaitu mereka yang mempunyai hutang karena suatu kepentingan
yang bukan kemaksiatan, sedang ia mampu untuk melunasinya.39
Yang dimaksud dengan g}a>rimi>n adalah orang yang berhutang
dan tidak bisa melunasi hutangnya.40
Sedangkan menurut kesepakatan
38
Abdurrahman al Jaziri,Kita>b al Fiqh ala>Madha>hib al Arba’ah, Juz III(Beirut: Da >r Al
Fikr, t.th.), 621. 39
Djamal Doa, Membangun Ekonomi Umat, 72.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
ulama’ Fikih menyatakan bahwa g}a>rim itu adalah orang yang
mempunyai hutang yang dipergunakan untuk perbuatan yang bukan
maksiat, dan zakat itu diberikan agar mereka dapat membayar
hutangnya.41
g. Sabi>lillah
Yaitu orang-orang yang berjuang dan berperang di jalan Allah
guna meninggikan agama Allah, karena ia pada saat itu tidak sempat
mencari nafkah. Untuk beberapa usaha guna meninggikan agama
Islam dan ajaran-ajarannya, dan untuk segala usaha sebagai kebaktian
kepada Allah SWT.42
Ulama’ fikih empat madhhab sepakat, yang dimaksud sabi>lillah
adalah orang yang berperang secara sukarela untuk membela Islam.
Imamiyah berpendapat bahwa sabi>lillah adalah orang yang berada
dijalan Allah secara umum, baik yang berperang, mengurus masjid,
berdinas di rumah sakit, sekolahan dan semua bentuk kegiatan untuk
kemaslahatan umum.43
Sebagaimana yang penulis kutip dalam Ensiklopedi Islam
menyatakan bahwa sabi>lillah adalah semua bentuk pendekatan diri
kepada Allah SWT. Oleh karena itu, setiap orang yang berusaha taat
40
Abdul Khalid al Nawawi, Al Niza>m al Ma>l Fi> al Isla>m(Mesir: Al Matba’ah al Fanniyah al
Hadi>th, Cet I, 1971), 109. 41
Muhammad Jawad Mugniyah, al Fiqh ‘ala> Madha>hib al Khamsah, Alih Bahasa Masykur
A.B. dkk., (Jakarta: Lentera Basritama, th. 1996), 139 42
Djamal Doa, Membangun Ekonomi Umat, 73. 43
Ibid., 74.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
kepada Allah SWT dan menjalankan kebajikan dapat dimasukkan ke
dalam sabi >lillah. Bagian zakat yang diperoleh sabi>lillah diharapkan
dapat dipergunakan untuk (1) peningkatan dakwah melalui lembaga
dakwah; (2) peningkatan pengetahuan dan kader Islam; (3)
peningkatan bangunan fisik keagamaan, seperti masjid dan madrasah;
(4) penyediaan nafkah orang yang sibuk dengan tugas agama, sperti
kiai, guru agama, dan mubalig, yang belum mendapatkannya dari
lembaga resmi maupun swasta; (5) penyelenggaraan kursus
keterampilan dan kewiraswastaan; (6) penyediaan biaya untuk
lembaga penelitian ilmu keagamaan dan (7) pengelolaan pusat
rehabilitasi.44
h. Ibn Sabi>l
Ibn Sabi>lYaitu orang yang kehabisan bekal dalam bepergian
dengan maksud baik, misalnya menuntut ilmu, menyiarkan agama dan
sebagainya.45
Menurut Madhhab Shafi’iyah, ibnusabi>l itu ada dua macam,
yaitu orang yang mau berpergian dan orang yang berada ditengah
perjalanan. Sedangkan jumhur ulama membagi ibnusabi>l kedalam dua
golongan, yaitu oarang yang mengadakan perjalanan di tanah airnya
sendiri dan orang yang mengadakan perjalanan di negeri orang. Dalam
hal ini berpergian yang bertujuan untuk kebaikan atau ketaatan,
44
Mina M Armando (et al.), Ensiklopedi, 329. 45
Djamal Doa, Membangun Ekonomi Umat, 73.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
misalnya ibadah haji, ziarah yang disunnatkan, dan lain-lain.46
Orang
semacam ini boleh diberi zakat sesuai dengan ongkos perjalanan
untuk kembali ketanah airnya.
5. Tujuan, Hikmah dan Manfaat Zakat
Setelah memahami pengertian zakat di atas bahwasannya zakat
dapat membersihkan dan menyucikan hati manusia, harta yang
dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan
bertambah, suci dan baik.
Zakat merupakan harta umat untuk umat, yakni dari orang yang
wajib membayarnya (muzakki) kepada orang yang berhak menerimanya
(mustah}iq). Selain itu dengan zakat, akan dapat membersihkan jiwa para
muzakki dari sifat kikir, tamak serta membersihkan diri dari dosa dan
sekaligus menghilangkan rasa iri hati dan dengki antra orang yang
ekonominya lemah terhadap orang kaya.
Adapun hikmah dan manfaat zakat antara lain:
a. Zakat bersifat sosial, karena dapat meringankan beban fakir miskin
dan akan menimbulkan rasa kasih sayang dan persaudaraan
b. Zakat adalah merupakan manifestasi rasa syukur dan pernyataan
terima kasih seorang hamba kepada Allah yang telah menganugrahkan
rahmat dan nikmatnya yang berupa kakayaan
46
Muhyiddin Abu> Zakaria> Yahya> bin Sharaf al Nawa>wi, Al Majmu’ Sharah Al Muhadhdhab(Mesir: Da>r Al Fikr,Cet. IV, t.th.), 229.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
c. Zakat dapat mendidik manusia membersihkan rohani dan jiwanya dari
sifat bakhil, kikir dan tamak serta dapat mendidik manusia untuk
menjadi orang yang derma, pemurah dan menjadi disiplin dalam
menunaikan kewajiban dan amanah kepada yang berhak menerimanya
d. Zakat memberikan arti bahwa manusia itu hidup bukan hanya untuk
kepentingan diri sendiri, tetapi perlu memikirkan nasib orang lain
dalam urusan persaudaraan.47
Ajaran Islam memandang bahwa kefakiran adalah sebagai sumber
kejahatan dan kekufuran. Dengan demikian zakat merupakan salah satu
faktor yang tepat dan utama untuk meningkatkan kemakmuran dan saling
tolong menolong antara manusia.
B. Konsep Strategi
1. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu stratogos yang
berarti militer. Dalam konteks awalnya, strategi diartikan generalship
atau sesuatu yang dilakukan oleh para jendral dalam membuat rencana
untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang,48
sehingga tidak
mengherankan pada awal perkembangannya istilah strategi digunakan
dan dipopularkan di lingkungan militer.
47
Abdurrachman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, 76-83. 48
Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep
Pengantar (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), 8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi banyak
diadopsi dan diberi yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu atau
kegiatan yang menempatkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas
pada konsep atau seni seorang jendral di masa perang, tetapi sudah
berkembang pada tanggung jawab seorang pemimpin.49
Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu organisasi
diartikan sebagai kiat, cara dan taktik utama yang dirancang secara
sistematik dalam melaksanakan fungsi manajeman yang terarah pada
tujuan strategi organisasi.50
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah
seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksanakan
kegiatan tertentu.51
Strategi merupakan suatu pendekatan secara keseluruhan yang
berakaitan dengan pelaksanaan gagasan perencanaan. Di dalam strategi
yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi
faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan
gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan dan memiliki taktik
untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi berarti suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus. Dalam bidang pemasaran, suatu strategi
49
Ibid., 10. 50
Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan
dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press, 2000), 147. 51
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997), 199.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
diartikan sebagai rencana untuk memperbesar pengaruh terhadap pasar,
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, yang
didasarkan pada riset pasar, penilaian, perencanaan produk, promosi dan
perencanaan penjualan, serta distribusi.
Bagi organisasi atau perusahaan, strategi yang diaplikasikan
bertujuan untuk mendapat keuntungan materi yang sebesar-besarnya
untuk kemajuan dan pertumbuhan perusahaan. Akan tetapi bagi
organisasi seperti BAZ dan LAZ mempunyai tujuan strategi yaitu
memperluas manfaat bagi masyarakat dan sebagai investasi sosial untuk
kemaslahatan masyarakat dan sebagai investasi sosial untuk
kemaslahatan masyarakat. Perencanaan strategi yang dilakukan oleh
BAZ dan LAZ harus mencerminkan nilai-nilai dan aturan yang tidak
melanggar syariah agama.
2. Manajemen Strategi
Proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu
perumusan strategi, implementasi strategi serta evaluasi dan
pengendalian strategi yang diwali dengan pengamatan lingkungan.
a. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi ditentukan suatu sikap untuk
memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu
keputusan dalam satu proses kegiatan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
Melakukan analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal,
mengembangkan visi dan misi yang jelas, menyusun sasaran dan
tujuan perusahaan serta memilih strategi yang tepat merupakan
proses-proses pada tahapan perumusan strategi.
Penetapan visi, misi dan tujuan organisasi merupakan kegiatan
yang fundamental sebelum perusahaan merumuskan strateginya. Visi
dan misi memberikan arahan umum mengenai apa yang ingin
dicapai organisasi pada waktu yang akan datang dan tujuan
organisasi akan memertajam arah agar menjadi target-target yang
lebih spesifik.52
Dengan mempertimbangkan faktor lingkungan secara seksama
serta ketersediaan visi, misi dan tujuan yang jelas, organisasi akan
dapat merumuskan strateginya yang paling realistis untuk dicapai
dalam waktu tertentu.
b. Implementasi Strategi
Tahapan ini merupakan tahapan yang kritis karena banyak
organisasi mampu menyusun perumusan strategi yang baik namun
tidak mampu mengimplementasikannya dengan baik.
Implementasi strategi sering disebut sebagai tindakan dalam
strategi karena implementasi merupakan proses ketika rencana
52
Musa Hubeis dan Mukhammad Najib, Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya
Saing Organisasi (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kompas Gramedia, 2008), 65
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
direalisasikan.Selain itu, implementasi juga berarti memobilisasi
untuk mengubah startegi yang telah dirumuskan menjadi tindakan.53
Dalam implementasi strategi, ada beberapa hal penting yang
harus dilakukan perusahaan, yaitu menetapkan tujuan, merumuskan
kebijakan, memotivasi pekerja serta mengalokasikan sumber daya.
Implementasi yang sukses membutuhkan dukungan disiplin,
motivasi dan kerja keras.54
c. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah proses yang ditujukan untuk
memastikan apakah tindakan-tindakan strategi yang dilakukan
perusahaan sesuai dengan perumusan strategi yang telah dibuat atau
ditetapkan. Dalam proses evaluasi strategi ini beberapa hal yang
harus dilakukan antara lain:55
1) Meninjau kembali permasalahan eksternal dan internal yang
terjadi saat ini, apakah terjadi perubahan-perubahan pada saat
strategi dirumuskan.
2) Adanya pengukuran kemampuan atau kinerja perusahaan
dengan memastikan kembali apakah sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
3) Melakukan perbaikan-perbaikan untuk perkembangan
perusahaan.
53
Ibid., 25. 54
Ibid., 27. 55
Ibid., 28.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
4) Membantu dan mengembangkan model di masa mendatang.
Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan di masa
depan. Evaluasi strategi mungkin berupa tindakan yang kompleks
dan peka, karena terlalu banyak penekanan pada evaluasi strategi
akan merugikan suatu hasil yang dicapai. Evaluasi strategi sangat
penting untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.
Evaluasi strategi sangat diperlukan untuk organisasi dari semua
kegiatan dengan mempertanyakan dan asumsi manajerial, harus
memicu tinjauan dan nilai yang merangsang kreatifitas.
Dalam kaitannya dengan pengumpulan zakat, strategi fundraising
menjadi hal penting. Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan
menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik
individu, kelompok, organisasi ataupun pemerintah) yang akan
digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga
yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga
tersebut.56
Adapun tujuan fundraising antara lain:
a. Menghimpun dana, tujuan ini merupakan tujuan yang paling pertama
dan utama.
b. Menghimpun donatur, lembaga yang melakukan fundraising harus
terus menambah jumlah donaturnya.
56
Hendra Sutisna, Fundraising Database, (Depok: Piramedia, 2006), 11.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
c. Menghimpun simpatisan dan pendukung, kelompok atau seseorang
yang telah berinteraksi dengan aktifitas fundraising yang dilakukan
oleh sebuah lembaga, mereka kemudian terkesan, menilai positif dan
bersimpati. Dengan adanya kelompok simpatisan dan pendukung ini,
maka kita memiliki jaringan informasi informal yang sangat
menguntungkan.
d. Membangun citra lembaga, secara tidak langsung ketika melakukan
fundraising akan membentuk citra suatu lembaga.
e. Memuaskan donatur adalah tujuan yang bernilai jangka panjang. Hal
ini dianggap penting, karena jika donatur merasa puas, maka mereka
akan mengulangi lagi mendonasikan dananya kepada lembaga.
Selain itu mereka juga akan menceritakan lembaga tersebut kepada
orang lain secara positif.57
Kemudian langkah berikutnya dalam kegiatan fundraising ini
adalah menentukan atau menetapkan strategi. Dalam penggalangan dana
diperlukan penentuan strategi yang tepat untuk melakukan pendekatan
(approaching) terhadap potensial donatur, karena penentuan strategi
yang tepat akan menentukan keberhasilan dalam menghimpun dana yang
sebesar-besarnya dari para donatur. Banyak cara yang bisa dilakukan
seperti mengirimkan brosur, gift/souvenir, mengirimkan ucapan
terimakasih atas dukungan mereka.
57
Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail untuk Fundraising (Depok: Piramedia, 2005), 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
C. Manajemen Zakat
1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Zakat
Manajemen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris,
“management” yang berakar dari kata “manage” yang berarti “control”
(kontrol) dan “succed” (sukses). Dari kata ini dapat disimpulkan bahwa
inti dari manajemen adalah pengendalian hingga mencapai sukses yang
diinginkan.58
Kata manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah diterapkan.59
Manajemen pengelolaan zakat perlu ditegakkan demi realisasi
tujuan zakat yang menyeluruh guna mewujudkan keadilan sosial serta
bertujuan untuk memecahkan permasalahan krisis ekonomi di masyarakat.
Manajemen pengumpulan zakat tidak akan tercapai dengan maksimal
tanpa melalui manajemen yang ada. Manajemen merupakan prasyarat bagi
organisasi untuk mencapai sebuah tujuan sebagaimana yang pernah
dilakukan oleh orang-orang ikhlas yang berdiri dibawah panji-panji
syariah.
58
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas(Malang: UIN: Press, 2007), 71. 59
T. Hani Handoko, Manajemen(Yogyakarta: BPFE, 2003 ),8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
Adapun pengertian manajemen menurut George R. Terry adalah:
Management is a distinct process consisting of planning, organizing,
actuating and cotroling, performed to determine and accomplish stated
objective by the use of human beings and other resources. (Manajemen
merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumebr daya manusia serta sumber-
sumber lain).60
Berdasarkan definisi di atas, secara umum fungsi manajemen
menurut George R.Terry meliputi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) dan pengawasan
(cotrolling).
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan suatu aktifitas untuk membuat
rancangan-rancangan agenda kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
organisasi. Perencanaan biasanya terkait dengan waktu dan strategi.
Perencanaan yang terkait dengan waktu biasanya sering dibagi
menjadi tiga bagian yaitu perencanaan jangka pendek, perencanaan
jangka menengah dan perencanaan jangka panjang. Sedangkan
perencanaan yang matang akan memberikan arahan ke mana jalan
organisasi dalam waktu yang telah ditentukan. Hal inilah yang akan
mempermudah dalam membuat langkah-langkah secara pasti.61
60
George.R.Terry, Principles of Management, Richard D. Irwin (INC. Homewood, Irwin-
Dorsey Limited Georgetown, Ontario L7G 4B3, 1977, hlm. 4. 61
Sudirman, Zakat dalam Ousaran Arus Modernitas (Malang: UIN Malang Press, 2007),
71.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
Adapun perencanaan strategi merupakan perencanaan yang
digunakan untuk menjaga fleksibelitas rencana jangka panjang akibat
berubahnya situasi. Rencana strategi ini bertujuan untuk menjaga
eksistensi organisasi sehingga tetap bertahan.
Dalam pengelolaan zakat, rencana strategis merupakan suatu
unsur yang tidak bisa dipisahkan. Ada beberapa alasan tentang hal itu.
Pertama, adalah masalah kepercayaan, kepercayaan akan muncul jika
orang lain yang menyampaikan, oleh karena itu, kepercayaan butuh
waktu yang lama untuk diraih. Kedua, yaitu masyarakat memiliki
logika sendiri dalam menilai sebuah organisasi. Secara sosial, zakat
merupakan bentuk ibadah yang memiliki hubungan nyata dengan
masyarakat.62
b. Pengorganisasian (Organizing)
Setelah menetapkan tujuan-tujuan dan menyusun rencana-
rencana atau program-program untuk mencapainya, maka diperlukan
sebuah perencanaan dan pengembangan suatu organisasi yang akan
dapat melaksanakan berbagai program tersebut. 63
Dalam ajaran Islam memberikan dorongan kepada umatnya
untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisasi dengan rapi.
62
Ibid., 81-82. 63
T. Hani Handoko, Manajemen, 24.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
Kesungguhan dan keseriusan dalam mengorganisir sesuatu sangat
dianjurkan oleh Islam.64
Pengorganisasian meliputi penetapan struktur organisasi antara
lain Dewan Pertimbangan, Dewan Pengawasan, serta Badan
Pelaksana. Selain itu juga dibutuhkan pemilihan yang selektif guna
penempatan orang-orang yang tepat, serta penentuan dan pemilihan
sistem pelayanan yang memudahkan ditunjang dengan perangkat
lunak yang memadai.
Badan Amil Zakat Nasional, Lembaga Amil Zakat, serta
lembaga sosial kemasyarakatan merupakan bentuk organisasi/
lembaga dalam mengelola zakat. Dalam mewujudkan program kerja
serta mewujudkan tujuan-tujuannya, maka mereka juga menentukan
sumber daya dan kegiatan-kegiatan. Selain itu juga merancangkan dan
mengembangkan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan
membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.
Pengorganisasian tidak lepas dari koordinasi. Koordinasi
merupaka upaya penyatuan sikap dan langkah dalam pencapaian
tujuan. Pada dasarnya organisasi zakat menghimpun sejumlah orang
yang masing-masing mempunyai kepentingan. Organisasi zakat juga
memiliki kepentingan. Disinilah yang akan menimbulkan tabrakan
antara kepentingan organisasi dengan anggota. Maka diperlukan
64
Didin Hafidhuddin, Manajemen Syariah dalam Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,
2003), 100.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
seseorang yang kuat dalam membenahi problem dan penyimpangan,
konsisten dalam mempertahankan visi dan selalu mendorong anggota
untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Eri Sudewo, koordinasi dapat terwujud karena
beberapa faktor, antara lain:65
1) Pimpinan
Organisasi nirlaba sangat ditentukan oleh sikap pemimpin. Apa
yang dikatakan pemimpin merupakan inti dari koordinasi.
2) Sumber Daya Manusia (SDM)
Baik buruknya koordinasi juga ditentukan oleh kapasitas dan
kapabilitas SDM yang ada. SDM akan mencerminkan sosok
organisasi. Anggota dengan kesadaran tinggi berbenah, akan
menjadikan potensi baik terhadap berjalannya koordinasi.
3) Sistem
Organisasi yang mempuyai sistem lebih mampu bertahan lama
jika dibandingkan dengan organisasi yang tidak bersistem.
c. Penggerakan (Actuating)
Pengertian penggerakan adalah seluruh proses pemberian
motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga
65
Eri Sudewo, Manajemen Zakat (Ciputat: Institut Manajemen Zakat, 2004), 106-107.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
mereka mampu bekerja engan ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisien dan ekonomis.66
Actuating mencakup kegiatan yang dilakukan oleh seorang
manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan
oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat
tercapai. Menurut George R. Terry actuating (penggerakan) mencakup
penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-
pegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan
memberi kompensasi kepada mereka.67
Unsur yang sangat penting dalam kegiatan adalah penggerakan
setelah unsur manusia, sebab manusia terkait dengan pelaksanaan
program. Oleh karena itu, di dalam memilih anggota suatu organisasi
dan dalam meeraih sukses besar, maka yang perlu dipikirkan adalah
bagaimana mendapatkan orang-orang yang cakap.
Berkaitan dengan pengelolaan zakat, penggerakan memiliki
peran strategis dalam memberdayakan kemampuan sumber daya amil
zakat. Dalam konteksi ini penggerakan sekaligus memiliki fungsi
sebagai motivasi sehingga sumber daya amil zakat memiliki disiplin
kerja tinggi. Untuk menggerakkan dan memotivasi karyawan,
pimpinan amil zakat harus mengetahui motif dan motivasi yang
diinginkan oleh para pengurus amil zakat.
66
M. Munir, Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2006), 139. 67
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Terj. J. Smith (Jakarta: Bumi Aksara,
1993), 9.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
d. Pengawasan (Controlling)
Untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan menjaga agar tidak
terjadi penyimpangan diperlukan adanya suatu pembinaan dan
pengawasan terhadap jalannya semua kegiatan, termasuk lembaga
pengelola zakat.
Pengawasan merupakan proses untuk menganjurkan aktivitas
positif dan mencegah perbuatan yang manyalahi aturan. Tujuan
pengawasan adalah untuk menjamin tercapainya tujuan organisasi.68
Pengawasan dalam lembaga pengelola zakat lebih diutamakan
pada pengawasan dari sisi syariah, manajemen dan keuangan
operasional pengelolaan zakat. Secara formal, lembaga zakat membuat
Dewan Pengawas Syariah (DPS). Secra organisasi Dewan Pengawas
syariah berada di atas pimpinan lembaga zakat. Hak dan wewenang
Dewan Pengawas Syariah adalah melegalkan dan mengesahkan setiap
program lembaga zakat juga berhak menghentikan program yang
menyimpang dari ketentuan syariah.
Keempat hal tersebut di atas menjadi persyaratan mutlak yang
harus dilakukan terutama oleh lembaga pengelola zakat baik oleh BAZ
maupun LAZ yang profesional.
Selain itu, evaluasi (evaluating) terhadap penyelenggaraan rencana
dan program zakat juga dibutuhkan guna mengetahui mana-mana yang
68
Ibid., 359.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
sudah berhasil dan yang belum dilakukan. Hasil evaluasi inilah yang
dijadikan sebagai bahan masukan (input) dalam merumuskan dan
menentukan rencana serta program kerja pada tahun berikutnya.69
Dalam kaitannya dengan zakat, maka manajemen mengandung
prinsip sebagaimana berikut:70
a. Prinsip kesadaran umum, artinya dalam pengumpulan zakat hendaknya
mempunyai dampak positif terhadap upaya menumbuhkan kesadaran
bagi muzakki, munfiq, mutas{adiq
b. Prinsip manfaat, artinya hasil pengelolaan zakat harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kemaslahatan umat
c. Prinsip koordinasi, artinya hasil pengelolaan zakat hendaknya terjalin
secara harmonis antar berbagai instansi/ lembaga terkait agar tercipta
efesiensi dan keefektifan (efektifitas) yang optimal
d. Prinsip keterpaduan, artinya dalam pengelolaan zakat secara
menyeluruh perlu adanya keterpaduan antara berbagai
instansi/lembaga terkait dan keterpaduan antara ulama dan umara
e. Prinsip produktifitas rasional, artinya dalam pendayagunaan hasil
pengumpulan zakat diarahkan pada usaha yang produktif dan rasional.
Produktif dalam arti si penerima santunan harus memanfaatkan dana
yang diterima untuk berusaha (bukan hanya sekedar dikonsumsi).
69
Cholid Fadlullah, Mengenal Hukum ZIS (Zakat, Infaq/Sedekah) dan Pengamalannya di
DKI Jakarta, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 1993), 51. 70
Djamal Doa, Membangun Ekonomi Umat, 115.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
Rasional dalam arti dalam penyaluran dan pendayagunaan zakat harus
didasarkan pada perhitungan yang rasional.
2. Lembaga Pengelola Zakat
a. Urgensi Lembaga Pengelola Zakat
Zakat merupakan sarana komunikasi utama antara manusia
dengan manusia dalam suatu tatanan kehidupan sosial dan pada
hakikatnya adalah distribusi kekayaan di kalangan umat Islam untuk
mempersempit jurang pemisah antara orang kaya dengan orang miskin
dan menghindari pemupukan kekayaan di tangan seseorang.
Zakat merupakan sebuah persoalan fari>d}ah sult}a>niyah, yaitu
suatu kewajiban yang terkait dengan kekuasaan, oleh karena itu maka
pelaksanaanya dilakukan di bawah wewenang Negara atau
pemerintah. Hal ini berdasarkan firman Allah:
Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan intik orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah, Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.”(QS. al-Taubah [09]: 60).71
71
Departemen Agama RI, Al-Kamil; Al-Qur’an dan Terjemahnya, 197.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
Suratdi atas disebutkan bahwa salah satu golongan yang berhak
menerima zakat adalah orang-orang yang bertugas mengurus urusan
zakat (al-‘a>mili>na ‘alaiha >).
Lembaga pengelola zakat secara tekstual diambil dari kata al-
‘a>mili>na ‘alaiha > dalam QS At-Taubah ayat 60 di atas yang berarti
orang-orang yang bekerja atasnya sebagai petugas zakat. Kata tersebut
menunjukkan arti bahwa pengambilan zakat dilakukan oleh imam
karena jika pemilik harta kekayaan diperbolehkan mengeluarkan
zakatnya sendiri-sendiri, tidak diperlukan lagi adanya pengurus atau
panitia pemungut zakat seperti yang tersebut dalam ayat di atas.
Menurut Yusuf al-Qardhawi, ‘amilun adalah semua orang yang
bekerja dalam perlengkapan administrasi urusan zakat, baik urusan
pengumpulan, penyimpanan, pencatatan, perhitungan maupun yang
mencatat keluar masuk surat.72
Pengertian amil zakat lebih populer dipahami hanya sebagai
salah satu as}na>fdelapan yang berhak menerima zakat. Padahal
pengertian amil zakat adalah aparat lembaga zakat yang
merencanakan, mengumpulkan, mengamankan dan menyalurkan harta
zakat. Dengan demikian amil zakat harus dipahami secara
proporsional sebagai unsur yang paling vital dalam pelaksanaan zakat,
oleh karenanya Al-Qur’an menempatkannya dalam urutan ketiga
72
Yusuf al-Qardhawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman Harun, dkk. (Jakarta: PT.
Pustaka Litera dan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah DKI Jakarta, 2002), 545.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
sebagai golongan penerima zakat meskipun mereka bukan tergolong
orang miskin.
Dari kalangan fuqaha, antara lain Abdul Wahab Khallaf,
Muhammad Abu Zahrah, Abdurrahman Hasan dan Yusuf Al-
Qardhawi, memandang mutlak bahwa zakat ditangani dan dipungut
oleh pemerintah, karena pemerintah lebih tahu tentang siapa orang-
orang yang benar-benar tergolong ashnaf delapan, dan pemerintah
juga lebih bertanggungjawab untuk mengurus mereka. Keharusan
melalui lembaga pengelola zakat yang dimiliki oleh pemerintah adalah
karena pemerintah lebih bertanggungjawab menegakkan keadilan
dalam segala bidang, termasuk keadilan sosial di tengah masyarakat
dan negara.
Menurut Yusuf Qardhawi, ada beberapa alasan mengapa
pendistribusian harus dilakukan melalui lembaga, yaitu:
1) Menjamin ketaatan pembayaran.
2) Menghilangkan rasa rikuh dan canggung yang mungkin dialami
oleh mustahiq ketika berhubungan dengan muzakki.
3) Untuk mengefesiensikan dan mengefektifkan pengalokasian dana
zakat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
4) Alasan caesoropapisme, yang menyatakan ketidakterpisahan
antara agama dan negara; karenanya zakat juga termasuk urusan
pemerintahan.73
Berdasarkan praktek pengelolaan zakat pada masa Rasulullah
dan sahabat, serta pendapat-pendapat yang telah dikemukakan oleh
para fuqaha, maka dapat digarisbawahi bahwa sistem pengelolaan
zakat yang sebenarnya harus dilembagakan.
Pelaksanaan zakat mutlak ditangani oleh pemerintah melalui
satu lembaga khusus (amil zakat) yang memiliki sistem manajemen
yang fungsional dan profesional. Hal itu dimaksudkan untuk mencapai
hasil yang optimal dan efektif.74
Pengelolaan di bawah otoritas badan yang dibentuk oleh negara
akan jauh lebih efektif pelaksanaan fungsi dan dampaknya dalam
membangun kesejahteraan umat yang menjadi tujuan zakat itu sendiri,
dibandingkan apabila zakat dikumpulkan dan didistribusikan oleh
lembaga yang berjalan sendiri dan tidak ada koordinasi satu sama lain.
Dengan demikian, melalui suatu lembaga pengelola zakat,
kelompok yang lemah dan kekurangan tidak lagi merasa khawatir
akan kelangsungan hidupnya, karena substansi zakat merupakan
mekanisme yang menjamin kelangsungan hidup mereka di tengah
masyarakat.
73
Yusuf al-Qardlawi, Mushkila>t al-Faqr wa Kaifa ‘A >lajaha al-Isla>m (Mesir: Maktabah
Wahbah, 1975), 90. 74
Ibid., 85.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
Apabila negara tidak mempunyai lembaga pengumpulan zakat
sendiri, pemungutan dan pembagian zakat dapat dilakukan misalnya
oleh badan-badan hukum swasta di bawah pengawasan pemerintah.
Pelaksanaan zakat melalui badan amil zakatakan memberi
jaminan dan perlindungan bagi kedua belah pihak untuk tercapainya
tujuan ideal zakat, yaitu mewujudkan keadilan sosial karena
pembayaran zakat bukan sekedar kebaikan hati orang-orang kaya atau
bukan perolehan rezeki insidentil bagi orang-orang miskin.
Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat yang memiliki
kekuatan hukum formal akan memiliki beberapa keuntungan, antara
lain:75
1) Menjamin kepastian dan disiplin dalam membayar zakat.
2) Menjaga perasaan rendah diri para mustah}iq zakat apabila
berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.
3) Mencapai efisien dan efektivitas serta sasaran yang tepat dan
penggunaann harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada
suatu tempat.
4) Untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat
penyelenggaraan pemerintahan yang Islami.
Saat ini pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dengan Peraturan
75
Abdurrahman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, 85.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011. Meskipun diakui bahwa dalam
peraturan-peraturan tersebut masih banyak kekurangan yang sangat
mendasar, tetapi Undang-Undang tersebut tetap mendorong upaya
pembentukan lembaga pengelola zakat yang amanah, kuat dan
dipercaya oleh masyarakat.
Dalam Bab I Pasal 3 Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa
pengelolaan zakat bertujuan:
1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat.
2) Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.76
b. Organisasi Lembaga Pengelola Zakat di Indonesia
Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 5 dan Pasal 7 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat bahwa
lembaga pengelola zakat di Indonesia terdiri dua macam, yaitu Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dibentuk oleh pemerintah dan
lembaga Amil Zakat (LAZ) yang didirikan oleh masyarakat.
1) Badan Amil Zakat
76
Pasal Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
Badan Amil Zakat merupakan organisasi pengelola zakat
yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan
pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan
mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama,
sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 7 Undang-Undang
nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Organisasi pengelola zakat terdiri dari dua jenis yaitu Badan
Amil Zakat Nasional (Pasal 5) dan Lembaga Amil Zakat (Pasal
17).
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), berkedudukan di
ibu kota negara. Sejak terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011, status BAZNAS menjadi lembaga pemerintah yang
bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.
Penguatan kelembagaan BAZNAS dengan kewenangan tersebut
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan, pembinaan dan
pelayanan kepada muzakki, mustah}iq dan pengelola zakat serta
untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam pengelolaam
zakat.
Dalam mempertimbangkan luasnya jangkauan dan
banyaknya umat Islam di Indonesia serta pertimbangan terhadap
beratnya tanggungjawab dan tugas BAZNAS dalam mengelola
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
zakat, maka dalam pelaksaannnya dibentuk BAZNAS Provinsi,
BAZNAS Kabupaten/Kota.
Dalam kegiatan pengumpulan zakat, BAZNAS, BAZNAS
Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota dapat membentuk Unit
Pengumpulan Zakat (UPZ) yang akan dibentuk dan ditugaskan
untuk membantu pengumpulan zakat di BAZNAS, demikian
sebagaimana dalam Pasal 46 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Berdasarkan Pasal 9 ayat (2) Keputusan Dirjen Bimbingan
Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 Tahun 2011, UPZ atau Unit
Pengumpul Zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh
Badan Amil Zakat di semua tingkatan dengan tugas untuk
melayani muzakki yang menyerahkan zakatnya.77
2) Peran dan Tugas Badan Amil Zakat
Tugas Pokok Amil Zakat di antara adalah:78
a) Mengumpulkan zakat dari muzakki.
77
Kementerian Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat
Pemberdayaan Zakat, Panduan Organisasi Pengelola Zakat (Jakarta: CV. Reva Bumat Indonesia,
2013), 75. 78
Ibid., 62.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
b) Mendistribusikan dana yang dikumpulkan (termasuk infaq dan
shadaqah) kepada mustah}iq sesuai dengan syariat Islam
dengan akad penyerahan mutlak.
c) Mendayagunakan dana yang dikumpulkan kepada mustahiq
melalui berbagai program yang produktif dan
berkesinambungan sesuai syariat Islam.
Adapun tugas BAZNAS menurut Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 ialah menyelenggarakan fungsi:79
a) Perencanaan pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
b) Pelaksanaaan pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
c) Pengendalian pengumpulan, pendistribusian dam
pendayagunaan zakat.
d) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan
zakat.
Kemudian dalam melaksanakan tugas dan fungsi
sebagaimana di atas, BAZNAS membentuk dan menyusun
pedoman pengelolaan zakat yang akan dijadikan sebagai acuan
79
Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2014 tentang
Pelaksaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
pengelolaan zakat untuk BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS
Kabupaten/Kota dan LAZ.80
3) Lembaga Amil Zakat
Selain dibentuk UPZ yang dibentuk oleh BAZNAS, dalam
pelaksanaanpengelolaan zakat, masyarakat juga dapat andil dan
ikut serta dalam membantu pengumpulan, pendistribusian serta
pendayagunaan zakat dengan membentuk Lembaga Amil Zakat
(LAZ).81
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah Lembaga yang dibentuk
oleh masyarakat yang memiliki tugas membantu membantu
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.82
Sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
86/PUU-X/2012, tanggal 31 Ontober 2013, perihal Pengujian
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat, disebutkan, pembentukan LAZ oleh masyarakat dapat
dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola
bidang pendidikan, dakwah dan sosial atau lembaga berbadan
hukum setelah memenuhi persyaratan yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan dan mendapat izin Menteri atau
80
Pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2014 tentang
Pelaksaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. 81
Pasal 56 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2014 tentang
Pelaksaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. 82
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. Sedangkan untuk perkumpulan
orang, perseorangan, tokoh umat Islam (alim ulama), atau
pengurus/takmir masjid/mushalla di suatu komunitas dan wilayah
yang belum terjangkau oleh BAZ dan LAZ, dapat melakukan
kegiatan pengelolaan zakat dengan memberitahukan secara tertulis
atau membuat laporan kepada pejabat yang berwenang, dalam hal
ini BAZNAS dan pemerintah daerah sesuai dengan tingkat dan
kedudukan LAZ masing-masing.83
Sama halnya dengan Badan Amil Zakat, Lembaga Amil
Zakat mempunyai kedudukan bukan hanya di tingkat pusat,
melainkan juga ada yang berkedudukan di tingkat provinsi dan
kabupaten.
83
Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014
tentang Pelaksaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.